egpl makalah antiinflamasi tipus

6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Inflamasi Inflamasi merupakan respon terhadap kerusakan jaringan akibat berbagai rangsangan yang merugikan, baik rangsangan kimia maupun mekanis, infeksi, serta benda asing seperti bakteri dan virus. Inflamasi adalah suatu usaha tubuh untuk menginaktivasi atau merusak organisme yang menyerang, menghilangkan zat iritan, dan mengatur derajat perbaikan jaringan. Jika terjadi proses penyembuhan, biasanya peradangan akan mereda. Pada proses inflamasi terjadi reaksi vascular, sehingga cairan, elemen-elemen darah, sel darah putih (leukosit), dan mediator kimia terkumpul pada tempat yang terjadi cedera untuk menetralkan dan menghilangkan agen-agen berbahaya serta untuk memperbaiki jaringan yang rusak (Siswanto, 2005). Menurut Sularkar dan Aupama (2008) mekanisme terjadinya Inflamasi dapat dibagi menjadi 2 tahapan yaitu: Perubahan vascular Respon vaskular pada tempat terjadinya cedera merupakan suatu yang mendasar untuk reaksi inflamasi akut. Perubahan ini meliputi perubahan aliran darah dan permeabilitas pembuluh darah. Perubahan aliran darah karena terjadi dilatasi arteri lokal sehingga terjadi pertambahan aliran darah (hypermia) yang disusul dengan perlambatan aliran darah. Akibatnya bagian tersebut menjadi merah dan panas. Sel darah putih akan berkumpul di sepanjang dinding pembuluh darah dengan cara menempel. Dinding

Upload: nowandapradita

Post on 02-Oct-2015

250 views

Category:

Documents


19 download

DESCRIPTION

antiinflamasi

TRANSCRIPT

BAB II

TINJAUAN PUSTAKAII.1 Inflamasi

Inflamasi merupakan respon terhadap kerusakan jaringan akibat berbagai rangsangan yang merugikan, baik rangsangan kimia maupun mekanis, infeksi, serta benda asing seperti bakteri dan virus. Inflamasi adalah suatu usaha tubuh untuk menginaktivasi atau merusak organisme yang menyerang, menghilangkan zat iritan, dan mengatur derajat perbaikan jaringan. Jika terjadi proses penyembuhan, biasanya peradangan akan mereda. Pada proses inflamasi terjadi reaksi vascular, sehingga cairan, elemen-elemen darah, sel darah putih (leukosit), dan mediator kimia terkumpul pada tempat yang terjadi cedera untuk menetralkan dan menghilangkan agen-agen berbahaya serta untuk memperbaiki jaringan yang rusak (Siswanto, 2005).Menurut Sularkar dan Aupama (2008) mekanisme terjadinya Inflamasi dapat dibagi menjadi 2 tahapan yaitu: Perubahan vascularRespon vaskular pada tempat terjadinya cedera merupakan suatu yang mendasar untuk reaksi inflamasi akut. Perubahan ini meliputi perubahan aliran darah dan permeabilitas pembuluh darah. Perubahan aliran darah karena terjadi dilatasi arteri lokal sehingga terjadi pertambahan aliran darah (hypermia) yang disusul dengan perlambatan aliran darah. Akibatnya bagian tersebut menjadi merah dan panas. Sel darah putih akan berkumpul di sepanjang dinding pembuluh darah dengan cara menempel. Dinding pembuluh menjadi longgar susunannya sehingga memungkinkan sel darah putih keluar melalui dinding pembuluh. Sel darah putih bertindak sebagai sistem pertahanan untuk menghadapi serangan benda-benda asing. Pembentukan cairan inflamasiPeningkatan permeabilitas pembuluh darah disertai dengan keluarnya sel darah putih dan protein plasma ke dalam jaringan disebut eksudasi. Cairan inilah yang menjadi dasar terjadinya pembengkakan. Pembengkakan menyebabkan terjadinya tegangan dan tekanan pada sel syaraf sehingga menimbulkan rasa sakit

II.2 AntiinflamasiObat-obatan antiinflamasi adalah obat yang memiliki aktivitas menekan atau mengurangi peradangan. Aktvitas ini dapat dicapai melalui berbagai cara, yaitu dengan menghambat pembentukan mediator radang prostaglandin, menghambat migrasi sel-sel leukosit ke radang, menghambat pelepasan prostaglandin dari sel-sel pembentukannya.II.2.1 Obat Antiinflamasi Golongan Steroid

Obat ini terutama bekerja dengan cara menghambat pelepasan prostaglandin dari sel-sel sumbernya dan contoh dari golongan ini adalah kortison, hidrokortison, prednisone, prednisolon, dan dexametason. Mekanisme kerja dari obat antiinflamasi golongan steroid (OAIS) ini sebagian besar efek glukokortikoid yang diketahui terjadi melalui reseptor glukokortikoid yang tersebar luas. Efek samping penting yang ditimbulkan oleh obat ini yaitu dapat menimbulkan gangguan pada tractus gastri intestinal, system saraf pusat, system hemapoetik, ginjal, kulit, dan hati. Tidak satupun obat antiinflamasi steroid yang benar-benar aman (Wilmana, 1995).II.2.2 Obat Antiiflamasi Golongan non-Steroid

Obat-obatan antiinflamasi nonsteroid (AINS) umumnya mengacu pada obat yang menekan inflamasi seperti steroid, namun tanpa efek samping steroid. Berbeda dengan steroid yang bekerja untuk mencegah pembentukan asam arakhidonat pada membran sel, obat AINS secara umum tidak menghambat biosintesis leukotrien, yang diketahui ikut berperan dalam inflamasi. Selain efektif untuk mengurangi nyeri dan demam, AINS juga digunakan untuk mengatasi gejala-gejala arthritis, encok, bursitis, nyeri haid, dan sakit kepala. Umumnya obat AINS yang digunakan untuk terapi rheumatoid arthritis, bermanfaat untuk menghilangkan rasa sakit, dan mencegah edema akibat pengaruh prostaglandin. Mekanisme obat antiinflamasi golongan non steroid ini yaitu dengan menghambat biosintesis prostaglandin. Na-diklofenak adalah salah satu AINS yang biasa dijadikan pembanding dalam uji antiinflamasi. Na-diklofenak adalah derivate sederhana dari asam fenil asetat yang merupakan penghambat COX yang relatif non selektif. Na-diklofenak juga menghambat jalur lipooksigenase sehingga mengurangi pembentukan leukotrien (Siswanto, 2005).III.3 Lantana Camara

Tumbuhan tembelekan (Lantana camara L) merupakan tumbuhan yang tumbuh liar di berbagai tempat. Tumbuhan tembelekan digunakan masyarakat secara empiris untuk mengobati beberapa macam penyakit seperti batuk, luka, peluruh air seni, peluruh keringat, peluruh haid, penurun panas, obat bengkak, encok dan bisul. Daun tembelekan mengandung lantadene A, lantadene B, lantanolic acid, lantic acid, humule (mengandung minyak asiri), caryophyllene, terpidene, pinene dan cymene (Swertayasa, 2013).

Menurut Hidayati dkk (2008), daun Tembelekan juga mengandung saponin, flavanoid dan minyak atsiri. Senyawa flavonoid telah dikenal memiliki efek antiinflamasi dan juga memiliki efek antipiretik yang bekerja sebagai inhibitor cyclooxygenase (COX) yang berfungsi memicu pembentukan prostaglandin. Prostaglandin berperan dalam proses inflamasi dan peningkatan suhu tubuh. Apabila prostaglandin tidak dihambat maka terjadi peningkatan suhu tubuh yang akan mengakibatkan demam.II.4 KaragenanKaragenan merupakan suatu mukopolisakarida yang diperoleh dari rumput laut merah Irlandia (Chondrus crispus). Bentuknya berupa serbuk berwarna putih hingga kuning kecoklatan, ada yang berbentuk butiran kasar hingga serbuk halus, tidak berbau, serta member rasa berlendir di lidah. Karagenan terbagi atas tiga fraksi, yaitu kapaa karagenan, iota karagenan, dan lambda karagenan. Karegenan diberi nama berdasarkan persentase kandungan ester sulfatnya, yaitu kappa karagenan mengandung 25-30%, iota karagenan 28-35%, dan lambda karagenan 32-39%. Larut dalam air panas (700C), air dingin, susu dan dalam larutan gula sehingga sering digunakan sebagai pengental/penstabil pada berbagai makanan/minuman (Lumbanraja, L.B., 2009).

Karagenan sebagai suatu turunan polisakarida akan dikenali tubuh sebagai suatu substansi asing sehingga mampu menginduksi terjadinya edema melalui berbagai mekanisme. Karagenan akan merangsang fosfolipida membran sel mast yang terdapat di jaringan ikat di sekitar telapak kaki tikus untuk mengeluarkan asam arakidonat dengan bantuan enzim fosfolipase A2 sehingga menghasilkan berbagai macam produk mediator inflamasi dengan bantuan Radical Oxygen Spesies. Karagenan digunakan sebagai penginduksi inflamasi karena ada beberapa keuntungan yang didapat antara lain tidak menimbulkan kerusakan jaringan, tidak menimbulkan bekas, memberikan respon yang lebih peka terhadap obat antiinflamasi (Vogel, 2004).DAFTAR PUSTAKA

Hidayati, N.A., Listyawati, S., dan Setyawan, A. D. 2008. Kandungan Kimia dan Uji Antiinflamasi Ekstrak Etanol Lantana camara L. pada Tikus Putih (Rattus norvegicus L.). Bioteknologi. Vol 5 (1): 10-17.

Lumbanraja, L. B. 2009. Skrining Fitokimia dan Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Tempuyung (Sonchus arvenis L.) terhadap Radang pada Tikus. http://repository.usu.ac.id/. Diakses tanggal 11 November 2014 09:36 WIB.

Siswanto, A. dan Nurulita, N. A. 2005. Daya Antiinflamasi Daun Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl) Pada Tikus Putih (Rattus norvegicus L.) Jantan. Pharmacy. Vol 3 (1): 17-21Suralkar dan Aupama, A. 2008. In vivo Animal Models for Evaluation of Antiinflamatory Activity. Artcle Review. Issue 2. Vol 6.Suwertayasa, I.M.P., Bodhy, W., dan Edy, H.J. 2013. Uji Efek Antipiretik Ektrak Etanol Daun Tembelekan (Lantana Camara L.) pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar. Jurnal Ilmiah Farmasi. Vol 2 (3). Vogel, H.G., W. H, Vogel. 2004. Drug Discovery and Evaluation, Pharmacological Assay. Heidelberg: Springer Verlag Berlin.

Wilmana, P. F. 1995. Analgesik antipiretik antiinflamasi nonsteroid dan obat pirai. Dalam: Ganiswara, S. G.(ed.). Farmakologi dan Terapi. Edisi ke-4. Jakarta: Penerbit Gaya Baru.