egoisme1

3
Egoisme Egoisme sering diartikan sebagai sifat mementikan diri sendiri. Biasanya orang yang miliki sifat egois yang kental sangat sulit memahami orang lain, mereka melihat dunia hanya memakai presfektifnya. Paradigma orang lain sudah jelas salah, masukan tidak berlaku bagi mereka. Orang egois tak akan pernah bisa memahami orang lain sebab pada dasarnya mereka sendiri gagal dalam memahami dirinya sendiri. Mereka tidak memahami bahwa dirinya sendiri itu ada karena ada orang lain, mereka juga tidak menyadari antara perfsfektifnya berlawanan arah dengan hakikat keberadaannya. Egoisme sebenarnya kesalahan dalam memakai paradigma, ukuran benar salah selalu berdasarkan dirinya sendiri, jika sesuatu itu benar menurut dirinya dia akan lakukan meskipun merugikan orang lain, bahkan rela mengorbankan orang lain demi mencapai ambisinya. Hal yang lucu terjadi jika orang-orang yang sama egoisnya bertemu, mereka terkadang tidak hanya beradu argumentasi tetapi kadang-kadang adu jotos jika sama-sama mau memenangi persaingan atau perdebata, malu jika terlihat kalah, mereka menganggap harga dirinya menjadi turun kalau mengalah. Sifat egois yang seperti ini jelas merugikan sebab menghambat kerjasama, melemahkan tim, mengorogoti kekuatan, akhirnya berimbas pada tertundanya kesuksesan yang sudah ada didepan mata. Tentu semua kita tidak menginginkan itu terjadi didalam komunitas atau lingkungan kita. Pada dasarnya semua orang memiliki ego termasuk diri kita. Ego adalah kehendak pribadi dan pikiran yang pertama muncul dalam mempresepsi sesuatu. Hanya saja yang membedakan adalah kadar dari masing-masing orang, sebagian orang

Upload: mi-ar-riyadh

Post on 10-Aug-2015

30 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Egoisme1

Egoisme

Egoisme sering diartikan sebagai sifat mementikan diri sendiri. Biasanya orang yang miliki sifat egois yang kental sangat sulit memahami orang lain, mereka melihat dunia hanya memakai presfektifnya. Paradigma orang lain sudah jelas salah, masukan tidak berlaku bagi mereka.

Orang egois tak akan pernah bisa memahami orang lain sebab pada dasarnya mereka sendiri gagal dalam memahami dirinya sendiri. Mereka tidak memahami bahwa dirinya sendiri itu ada karena ada orang lain, mereka juga tidak menyadari antara perfsfektifnya berlawanan arah dengan hakikat keberadaannya.

Egoisme sebenarnya kesalahan dalam memakai paradigma, ukuran benar salah selalu berdasarkan dirinya sendiri, jika sesuatu itu benar menurut dirinya dia akan lakukan meskipun merugikan orang lain, bahkan rela mengorbankan orang lain demi mencapai ambisinya.

Hal yang lucu terjadi jika orang-orang yang sama egoisnya bertemu, mereka terkadang tidak hanya beradu argumentasi tetapi kadang-kadang adu jotos jika sama-sama mau memenangi persaingan atau perdebata, malu jika terlihat kalah, mereka menganggap harga dirinya menjadi turun kalau mengalah.

Sifat egois yang seperti ini jelas merugikan sebab menghambat kerjasama, melemahkan tim, mengorogoti kekuatan, akhirnya berimbas pada tertundanya kesuksesan yang sudah ada didepan mata. Tentu semua kita tidak menginginkan itu terjadi didalam komunitas atau lingkungan kita.

Pada dasarnya semua orang memiliki ego termasuk diri kita. Ego adalah kehendak pribadi dan pikiran yang pertama muncul dalam mempresepsi sesuatu. Hanya saja yang membedakan adalah kadar dari masing-masing orang, sebagian orang menempatkan egonya pada proporsi yang pantas serta mampu mengelolahnya menjadi kekuatan posotif. Tetapi tak jarang juga yang kelewat batas atau alam menempatkan egonya. Hal ini terjadi bila mengabaikan orang lain dan mengangap pandangan dialah yang paling benar.

Ego atau keinginan pribadi yang kebabalasan akan menemukan kendala dalam berinteraksi dan lingkungan akan sulit menerimanya sebab tidak ada keinginan untuk menyesuaikan diri yang pada akhirnya makin terkucil dan hidup dalam kesendirian, tetapi jangan salah orang egois lagi-lagi akan menyalahkan leingungannya.

Selanjutnya orang egois akan kehilangan kepercayaan sebab lingkungan akan mengambil sebuah kesimpulan bahwa apa saja yang dilakukannya tidak lagi

Page 2: Egoisme1

menjadi tulus untuk orang lain karena toh orang egois tidak bakal berfikir untuk orang lain, dia hanya melihat kepentingan dirinya. Apa saja yang ingin dilakukan jika berurusan orang lain selalu menuntut timbal baliknya, apa untungnya untuk dia, kalau tidak buat apa capek-capek dikerjakan, buang-buang waktu, tenaga dan pikiran.

Sekadar untuk masukan, siapa tau berfaedah. Pribadi yang egois mesti menyadari lebih dulu fakta akan dirinya bahwa mementingkan diri sendiri adalah sikap angkuh dan sombong yang dibenci oleh agama. Memandang remeh orang lain dan menolak kebenaran bukan sikap orang beriman. Maukan kita dicap sebagai orang yang tidak beriman? Tentu tidak ada yang mau.

Selanjutnya mungkinkah kita bisa hidup tanpa keberadaan orang lain? Orang tua kita? keluarga kita? tetangga kita? sahabat kita? rasanya sungguh keliru kalau ada yang orang yang menjawab ya. Dengan demikian bukalah ruang cinta untuk orang lain yang telah berjasa dalam hidup kita ini, berusahalan untuk merasakan apa yang mereka rasakan sehingga kita akan tergugah untuk melakukan kebaikan tanpa menunggu balasan sebab apa yang baik bagi kita, bagi orang lain juga akan baik dan apa yang kita benci sudah barang tentu orang lain membencinya.

Terakhir belajar melayani. Pada awalnya memang berat untuk berpura-pura jadi orang baik, tetapi rasakan respon orang meskipun kita hanya berpura-pura baik pada awalnya, kita akan kaget dengan respon baik yang kita terima, sebab demikianlah hakikat memberi yaitu ganjaran yang kita dapatkan jauh lebih besar dari apa yang diberikan. Giliran berikutnya tanpa kita sadari menjadikan diri kita orang yang tulus memberi.

Tersenyumlah, luangkan waktu meskupun sedikit untuk menyapa orang lain dan jangan segan-segan untuk berterima kasih bila mendapatkan kebaikan dari orang, mulailah saat ini juga dan jadilah pelopor dalam kebaikan.