efektivitas penggunaan metode glenn doman …/efekti... · kisi-kisi soal pretest dan postest ........
TRANSCRIPT
EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METODE GLENN DOMAN
DALAM BENTUK FLASHCARD TERHADAP PENINGKATAN
KEMAMPUAN MEMBACA ANAK CEREBRAL PALSY
DI SLB D YPAC SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010
Oleh :
SELVY DWI ANGGRAINI
K 5106005
SKRIPSI
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan Program Studi Pendidikan Luar Biasa Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta, dengan judul :
“EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METODE GLENN DOMAN DALAM
BENTUK FLASHCARD TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN
MEMBACA ANAK CEREBRAL PALSY DI SLB D YPAC SURAKARTA
TAHUN AJARAN 2009/2010”
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I,
Drs. A. Salim Choiri, M.Kes NIP. 19570901 198203 1 002
Pembimbing II,
Drs. Maryadi, M.Ag NIP. 19520601 198103 1 003
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan
Pada hari : Senin
Tanggal : 5 April 2010
Tim Penguji Skripsi
Nama Terang Tanda Tangan
1. Ketua : Drs. Sukarno, M.Pd 1. ___________
2. Sekretaris : Dra. B. Sunarti, M.Pd 2. __________
3. Anggota I : Drs. A. Salim Choiri, M.Kes 3. ___________
4. Anggota II : Drs. Maryadi, M.Ag 4. __________
Disyahkan Oleh :
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatulloh, M.Pd
NIP. 19600727 198702 1 001
ABSTRAK
Selvy Dwi Anggraini. EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METODE GLENN DOMAN DALAM BENTUK FLASHCARD TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA ANAK CEREBRAL PALSY DI SLB D YPAC SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Maret 2010.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas penggunaan metode Glenn Doman dalam bentuk flashcard terhadap peningkatan kemampuan membaca anak cerebral palsy di SLB D YPAC Surakarta tahun ajaran 2009/2010.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Populasi adalah seluruh siswa kelas 1 D1 yang mengalami cerebral palsy, yang berjumlah 5 orang. Dalam penelitian ini tidak diterapkan sampel dan teknik sampling karena semua anak menjadi subjek penelitian. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan tes yang terdiri dari tes objektif (menjodohkan) dan tes lisan (tes membaca). Tes objektif berguna untuk mengukur kemampuan membaca gambar, sedangkan tes lisan lebih menekankan pada kemampuan membaca tanpa gambar bagi anak cerebral palsy. Teknik analisis data yang digunakan adalah statistik non parametrik dengan analisis Uji Ranking Bertanda Wilcoxon.
Hasil analisis untuk tes menjodohkan menunjukkan Z hitung sebesar -2,032 dengan probabilitas (P) 0,042 dan hasil analisis untuk tes membaca menunjukkan Z hitung sebesar -2,060 dengan probabilitas (P) 0,039. Karena nilai probabilitas dari Z hitung, baik dari tes menjodohkan maupun membaca lebih kecil dari probabilitas kesalahan yaitu 5% ( = 0,05), maka hipotesis yang berbunyi ”metode Glenn Doman dalam bentuk flashcard efektif dalam meningkatkan kemampuan membaca anak cerebral palsy di SLB D YPAC Surakarta tahun ajaran 2009/2010” dapat diterima kebenarannya.
Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa metode Glenn Doman dalam bentuk flashcard efektif dalam meningkatkan kemampuan membaca anak cerebral palsy di SLB D YPAC Surakarta tahun ajaran 2009/2010.
ABSTRACT
Selvy Dwi Anggraini. THE EFFECTIVENESS OF GLENN DOMAN METHOD IN THE FORM OF FLASHCARD TO IMPROVE READING ABILITY A CEREBRAL PALSY CHILDREN AT SLB D YPAC SURAKARTA IN ACADEMIC YEAR 2009/2010. Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education. Sebelas Maret University, March 2010.
The aim of this research is to know the effectiveness of Glenn Doman method in the form of flashcard to improve reading ability cerebral palsy children at SLB D YPAC Surakarta in academic year 2009/2010.
This research uses experimental method. The population are all of the student in the first grade D1 who have cerebral palsy, consist of 5 person. In this research does not apply sample and technique sampling because all of the children become subject of research. The technique of collecting data is done with test which contains of objective test (matching) and oral test (reading test). Objective test is used to measure reading ability of picture, while oral test emphasize at reading ability without picture to cerebral palsy children. The technique of analyzing data that used is statistic non parametric with Wilcoxon Signed Rank Test Analysis.
The analysis result to match test shows Z = -2,032 with probablilitas (P) 0,042 and the analysis result to read test shows Z = -2,060 with probablilitas (P) 0,039. Because the of the score probablilitas from Z, while matching test or reading test are lower than wrong probabliltas that is 5% (α = 0,05), it can be concluded that the hypothesis says “ Glenn Doman method in form of flashcard is effective to improve reading ability cerebral palsy children at SLB D YPAC Surakarta in academic year 2009/2010” it can be accepted.
According the result of analysis can be concluded that Glenn Doman Method in form of flashcard is effective to improve reading ability cerebral palsy children at SLB D YPAC Surakarta in academic year 2009/2010.
MOTTO
Lakukanlah hal-hal biasa dengan kasih luar biasa
(Ibu Teresa. Disadur dari buku Taste Berry for Teens, karya Bettie B. Youngs)
Lakukanlah semua kebajikan yang kaubisa, dengan segala sarana yang kau bisa,
dalam segala cara yang kau bisa, di segala tempat yang kau bisa, di segala
waktu yang kau bisa, kepada segala orang yang kau bisa, selama yang kau bisa
(Penulis)
PERSEMBAHAN
Karya kecil ini kupersembahkan untuk :
1. Mama dan Bapak tercinta, untuk setiap
lantunan doa, cinta yang tak pernah pudar,
dan terimakasih karena telah berhasil
mengubah kebingunganku menjadi
senyuman
2. Kakaku, Teh’Ika bersama dua keponakan
kecilku, Mahesa dan Lakeisha yang selalu
menyadarkanku pada ketulusan
3. A’Aldy, terimakasih untuk motivasi yang
tak pernah terhenti
4. Teman-teman mahasiswa PLB angkatan
2006
5. Almamater
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Luar Biasa Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Dalam penyusunan skripsi ini, baik pada saat tahap perencanaan,
penelitian di lapangan, pengumpulan data, sampai terselesaikannya skripsi ini,
tidak luput dari beberapa masalah, terutama karena keterbatasan pengetahuan
penulis dalam mengaplikasikan teori pada praktek yang sebenarnya. Untuk itu,
dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada
pihak-pihak yang telah bersedia membantu dalam kelancaran skripsi ini. Penulis
haturkan banyak terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatulloh, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Drs. Rusdiana Indianto, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta
3. Drs. A. Salim Choiri, M.Kes selaku Ketua Program Studi Pendidikan Luar
Biasa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta, sekaligus Pembimbing I, atas waktu, bimbingan dan arahannya
selama penyusunan skripsi
4. Drs. Maryadi, M.Ag, selaku Pembimbing II atas waktu, bimbingan dan
motivasinya selama penyusunan skripsi
5. Dra. Endang Murtiningsih, selaku Kepala Sekolah SLB D YPAC Surakarta,
atas ijin untuk melakukan penelitian
6. Nikmah, S.Pd selaku Guru Kelas I DI SLB D YPAC Surakarta, atas segala
bantuan dan bimbingannya pada saat penelitian
7. Dra. Wati Karwati, S.Pd selaku Kepala Sekolah SLB AL-HUDA Sadananya,
atas ijin untuk melakukan tryout
8. Sahabat-sahabat terbaikku (Renni Puji Hastuti, Nita Styani, dan Anita
Cahyaningsih), terimakasih untuk persahabatan kita yang begitu indah
9. Saudara-Saudaraku di Kost “SK” (Iwien, Mb. Komang, Mb. Pipit, Mb. Tanti,
Mb. Pen, Mb. Amel) dan di Kost Tisanda (Tya, Mb. Ina, Helly), terimaksih
untuk persaudaraan dan motivasi yang kalian berikan untukku
10. Siswa-siswi Kelas I DI SLB D YPAC Surakarta, atas senyum tulus yang
selalu menjadi sumber inspirasiku, terimakasih atas bantuannya
11. Teman-teman PLB angkatan ’06, terimakasih atas dukungannya
12. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini
Semoga Allah SWT membalas budi baik yang telah mereka berikan kepada
penulis.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari
sempurna dan masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan kualitas
isi skripsi ini.
Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya
dan bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan dunia pendidikan pada umumnya.
Amiin
Surakarta, Maret 2010
Penulis
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................ i
HALAMAN PENGAJUAN ...................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... iv
HALAMAN ABSTRAK ........................................................................... v
HALAMAN ABSTRACK ........................................................................ vi
HALAMAN MOTTO ............................................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................ viii
KATA PENGANTAR .............................................................................. ix
DAFTAR ISI ........................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xvi
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................. 4
C. Pembatasan Masalah ................................................................. 4
D. Rumusan Masalah ..................................................................... 5
E. Tujuan Penelitian ...................................................................... 5
F. Manfaat Penelitian .................................................................... 5
BAB II LANDASAN TEORI .................................................................. 7
A. Tinjauan Pustaka ....................................................................... 7
1. Tinjauan Anak Cerebral Palsy .............................................. 7
a. Pengertian anak Cerebral Palsy ....................................... 7
b. Sebab-sebab terjadinya
Cerebral Palsy ................................................................. 8
c. Tanda-Tanda dan Gejala Cerebral Palsy ......................... 13
d. Kebutuhan Anak Cerebral Palsy ...................................... 17
halaman
e. Masalah dan Hambatan Anak Cerebral Palsy
dalam Mengikuti Pendidikan .......................................... 19
2. Tinjauan Kemampuan Membaca .......................................... 21
a. Pengertian Kemampuan Membaca ................................. 21
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Kemampuan membaca ................................................. 22
c. Tujuan dan Manfaat Membaca ....................................... 24
3. Tinjauan Media Flashcard .................................................... 25
a. Pengertian Media Flashcard ........................................... 25
b. Fungsi Media Flashcard ................................................. 27
c. Kelebihan dan Kekurangan
Media Flashcard ............................................................ 29
4. Tinjauan Metode Glenn Doman ........................................... 31
a. Pengertian Metode Glenn Doman ................................... 31
b. Desain Metode Glenn Doman ........................................ 34
c. Prosedur Penggunaan Metode
Glenn Doman ................................................................ 34
B. Kerangka Berpikir ..................................................................... 37
C. Perumusan Hipotesis ................................................................. 38
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................... 39
A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................... 39
1. Tempat Penelitian ............................................................... 39
2. Waktu Penelitian.................................................................. 39
B. Metode Penelitian...................................................................... 40
C. Populasi, Sampel dan Sampling ................................................. 42
1. Populasi .............................................................................. 43
2. Sampel ................................................................................ 44
D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 44
Tes ............................................................................................ 44
E. Teknik Analis Data.................................................................... 50
halaman
BAB IV HASIL, ANALISIS, DAN PEMBAHASAN .............................. 51
A. Deskripsi Data Penelitian .......................................................... 52
1. Data Hasil Tes Awal (Pretest) .............................................. 53
2. Data Hasil Tes Akhir (Posttest) ............................................ 55
B. Pengujian Hipotesis .................................................................. 57
C. Rangkuman Untuk Pembuktian Hipotesis ................................. 58
D. Pembahasan Hasil Penelitian ..................................................... 60
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN .............................. 64
A. Kesimpulan Penelitian .............................................................. 64
B. Implikasi Hasil Penelitian ......................................................... 64
1. Implikasi Teoritis ................................................................. 64
2. Implikasi Praktis .................................................................. 64
C. Saran......................................................................................... 64
1. Untuk Guru ......................................................................... 65
2. Untuk Siswa ........................................................................ 65
3. Untuk Kepala Sekolah ......................................................... 65
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 66
LAMPIRAN ............................................................................................ 70
DAFTAR TABEL
halaman
Tabel 1. Jadwal Waktu Penelitian ............................................................ 39
Tabel 2. Desain Penelitian ........................................................................ 42
Tabel 3. Daftar Skor Tes Menjodohkan Sebelum Perlakuan (Pretest) ....... 53
Tabel 4. Daftar Skor Tes Membaca Sebelum Perlakuan (Pretest) ............. 53
Tabel 5. Daftar Nilai Keseluruhan Sebelum Perlakuan (Pretest) ............... 54
Tabel 6. Daftar Skor Tes Menjodohkan Setelah Perlakuan (Posttest) ........ 55
Tabel 7. Daftar Skor Tes Membaca Setelah Perlakuan (Posttest) .............. 56
Tabel 8. Daftar Nilai Keseluruhan Setelah Perlakuan (Posttest) ................ 56
Tabel 9. Perhitungan Analisis Uji Ranking Bertanda Wilcoxon
Untuk Tes Menjodohkan ............................................................ 57
Tabel 10. Perhitungan Analisis Uji Ranking Bertanda Wilcoxon
Untuk Tes Membaca .................................................................. 58
Tabel 11. Kesimpulan Hasil Penelitian ..................................................... 59
DAFTAR GAMBAR
halaman
Gambar 1. Desain Media Flashcard Glenn Doman ................................... 34
Gambar 2. Bagan Kerangka Berpikir........................................................ 38
Gambar 3. Grafik Histogram Nilai Menjodohkan dan Membaca
Sebelum Perlakuan (Prettest) .................................................. 55
Gambar 4. Grafik Histogram Nilai Menjodohkan dan Membaca
Setelah Perlakuan (Posttest) .................................................... 57
DAFTAR LAMPIRAN
halaman
Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ..................................... 70
Lampiran 2. Kisi-kisi soal Pretest dan Postest .......................................... 78
Lampiran 3. Soal Pretest dan Posttest ....................................................... 79
Lampiran 4. Kisi-kisi soal tryout .............................................................. 81
Lampiran 4. Soal tryout ........................................................................... 82
Lampiran 5. Uji validitas tes menjodohkan .............................................. 84
Lampiran 6. Uji validitas tes membaca ..................................................... 86
Lampiran 7. Reliabilitas tes menjodohkan ................................................ 87
Lampiran 8. Reliabilitas tes membaca ...................................................... 88
Lampiran 9. Analisis statistik (Wilcoxon) tes menjodohkan ..................... 89
Lampiran 10. Analisis statistik (Wilcoxon) tes membaca ......................... 90
Lampiran 11. Perhitungan Analisis Ranking Bertanda Wilcoxon
(TPS Menjodohkan dan Membaca) .................................... 91
Lampiran 12. Hasil Pretest dan Posttest.................................................... 92
Lampiran 13. Kunci Jawaban Soal Menjodohkan ..................................... 93
Perijinan .................................................................................................. 94
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap orangtua tentu menginginkan anaknya terlahir dalam keadaan
sempurna. Namun, harapan tidak selamanya menjadi kenyataan. Anak yang
terlahir memiliki suatu abnormalitas, baik dari segi fisik maupun perkembangan
mentalnya memerlukan pendidikan khusus. Terkadang hal demikian menjadi sulit
diterima, apalagi jika sama sekali tidak mengetahui cara mengatasinya. Hal ini
akan menimbulkan rasa kecewa, khawatir atau bahkan pesimis pada diri orangtua.
Secara hakikat sebenarnya tidak ada anak cacat melainkan anak
berkebutuhan khusus, karena anak-anak tersebut sama dengan anak-anak
pada umumnya yang memiliki kelebihan dan kekurangan.
Namun karena pemahaman sebagian masyarakat yang kurang, maka
masyarakat sendirilah yang memberi label cacat tersebut. Untuk itu perlu
diberikan sebuah penjelasan kepada masyarakat bahwa anak yang memiliki
keterbatasan, baik pada fisik atau mental, mereka memiliki hak yang sama dengan
anak normal pada umumnya.
Apabila melihat anak-anak yang mengalami cacat mental, mungkin
umumnya beranggapan bahwa anak-anak tersebut mengalami jenis cacat mental
yang sama. Tetapi masyarakat perlu mengetahui bahwa cacat mental yang dialami
anak-anak tersebut beragam jenisnya, misalnya anak dengan gangguan autisme,
sindroma down, cerebral palsy, dan sebagainya. Dalam penelitian ini yang akan
dibahas adalah mengenai anak dengan gangguan cerebral palsy.
Seperti dikemukakan oleh Soeharso (1977) dalam Salim (2006: 178),
menurut arti katanya, “cerebral palsy berasal dari kata cerebral dan palsy.
Cerebral yang berarti otak dan palsy yang berarti kekakuan. Jadi menurut arti
katanya, cerebral palsy berarti kekakuan yang disebabkan karena sebab-sebab
yang terjadi di dalam otak”.
Beberapa peneliti (Sigmund Freud, William Little dkk) dalam Ratih
Kartika(http://viewietaga.blog.friendster.com/2008/06/skripz-pendahuluan/)
mengatakan bahwa “anak cerebral palsy cenderung juga mengalami retardasi
mental. Bahkan apabila penderita cerebral palsy dikategorikan dengan kategori
berat maka akan diperkirakan dapat mengalami kelumpuhan selamanya”. Hal ini
yang selalu mejadi kekhawatiran orangtua terhadap perkembangan anak di masa
depannya. Perkembangan fungsi saraf otak yang berhubungan dengan sensori dan
motorik anak, termasuk perkembangan membaca merupakan perkembangan
yang perlu diperhatikan oleh orangtua.
Membaca merupakan salah satu aktivitas yang paling penting dalam
hidup dan dapat dikatakan bahwa semua proses belajar didasarkan pada
kemampuan membaca. Apabila orangtua dapat melakukan interaksi dengan anak
dengan menggunakan media buku, atau bentuk tulisan lainnya maka akan
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak dari aspek intelegensianya.
Kemampuan membaca mempengaruhi kesiapan anak dalam memasuki suatu
persaingan di era globalisasi, sehingga masyarakat perlu menyadari bahwa minat
dan kebiasaan membaca penting untuk ditanamkan sedini mungkin, agar hal ini
menjadi suatu kebiasaan yang akan terus dibawa oleh anak sepanjang masa.
Kemampuan membaca dibutuhkan pula oleh penderita cerebral palsy,
karena menurut Glenn Doman (seorang peneliti dan ahli bedah otak), “sel otak
anak normal dengan anak yang memiliki cedera otak tidak ada bedanya”. Dengan
demikian semua anak yang mengalami cedera otak dapat diajari membaca seperti
halnya anak normal karena otak anak yang mengalami cedera apabila diasah terus
menerus akan menghasilkan seperti anak normal pada umumnya.
Setelah peneliti mengadakan observasi dan penelitian sederhana di SLB-
D YPAC Surakarta, cukup banyak anak cerebral palsy yang tidak bisa membaca
sama sekali meskipun sudah duduk di kelas tinggi. Hal ini sangat disayangkan
mengingat kemampuan membaca sangat penting untuk memperoleh informasi
yang bisa bermanfaat bagi kelanjutan hidup mereka di masyarakat. Kemungkinan
yang menjadi salah satu penyebab kejadian seperti ini adalah kurang efektifnya
metode pembelajaran yang diajarkan, yang biasanya hanya terfokus pada materi di
buku ajar.
Metode membaca yang diajarkan Glenn Doman merupakan suatu metode
belajar dengan bermain dan belajar. Seperti halnya beberapa peneliti mengatakan
dunia anak adalah dunia bermain, begitu pula yang diterapkan dalam metode ini
ialah dunia anak, yaitu dunia bermain dengan belajar. Metode membaca ini
menggunakan media berupa flashcard (kata yang ditulis pada karton putih dengan
ukuran T: 21.5 cm dan L: 30 cm, huruf ditulis dengan warna merah dan
menggunakan huruf kecil, bukan kapital). Disebut flashcard karena kata ini
diperlihatkan kepada anak dengan cepat dan bergantian, yaitu dua detik tiap kata.
Di Indonesia, khususnya di kota besar seperti Jakarta metode ini
sebenarnya telah berkembang dan hasilnya cukup memuaskan orangtua dan
pendidik yang menggunakannya. Terbukti dengan adanya sosialisasi mengenai
metode ini oleh praktisi anak Seto Mulyadi (Kak Seto) dalam berbagai media.
Umumnya metode ini dipakai pada anak yang normal, meskipun ada sebagian
pendidik yang sudah mulai menerapkannya bagi anak yang mengalami cedera
otak, termasuk cerebral palsy, dan sama-sama menunjukan hasil yang cukup
memuaskan.
Sebagaimana yang penulis baca dalam tulisan Ratih Kartika di
http://viewietaga.blog.friendster.com/2008/06/skripz-pendahuluan/, dikatakan
bahwa “penelitian serupa yang dilakukan di luar negeri pada anak cedera otak
ternyata menunjukkan hasil yang baik”.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Heidi Gerding dan T.F McLaughlin
( Jurnal Internasional, volum 18, No. 1, tahun 2003) dalam
http://www.internationaljournalofspecialeducation.com/articles.cfm?y=2008&v=2
3&n=2, menyatakan bahwa: “Previewing, flash card drills, and error drill has been
suggested as an effective intervention procedure for basic skills (Hansen & Eaton,
1978). Response cards, guided notes, flash cards and other low tech procedures
have been shown to increase basic skills in math and reading (Heward, 1994)”.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dilihat bahwa pengetahuan tentang
metode Glenn Doman, khususnya dengan penggunaan media flashcard untuk
mengajarkan membaca pada anak berkebutuhan khusus, terutama yang
mengalami cedera otak memiliki hasil yang baik
Beberapa penelitian sebelumnya, ada yang hanya menekankan pada
konsep kata saja, sehingga metode ini mengundang banyak pertanyaan publik.
Anak hanya diharuskan mengenal kata tanpa diperkenalkan dengan gambarnya.
Menurut pendapat salah satu orangtua, hal ini mustahil, karena jika hanya dengan
teknik menghafal, anak akan cepat lupa.
Dalam penelitian ini, flashcard disajikan dalam bentuk gambar dan kata,
meskipun ukuran gambar lebih kecil daripada ukuran kata nya. Gambar hanya
sebagai wakil dari tulisan yang diajarkan. Anak diharapkan bukan hanya
menghafal kata tapi juga memahami makna dari kata yang diajarkan, dan
mengetahui bahwa setiap benda itu mempunyai nama.
Adanya berbagai pendapat mengenai metode ini, baik yang pro maupun
kontra, semakin menggugah penulis, yang juga sebagai calon guru pendidikan
khusus untuk menjadikan masalah ini sebagai bahan penelitian yang berjudul :
EFEKTIFITAS PENGGUNAAN METODE GLENN DOMAN DALAM
BENTUK FLASHCARD TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN
MEMBACA ANAK CEREBRAL PALSY DI SLB-D YPAC SURAKARTA
TAHUN AJARAN 2009/2010.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka
masalah-masalah yang akan timbul antara lain :
1. Kemampuan membaca anak cerebral palsy umumnya kurang baik
2. Umumnya, anak cerebral palsy memiliki daya konsentrasi yang rendah
3. Media pembelajaran yang dipakai tidak semuanya dapat digunakan untuk
meningkatkan kemampuan siswa, terutama kemampuan membaca pada anak
cerebral palsy
C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini tidak terlalu luas, maka penulis membatasi masalah
pada :
1. Subyek pada penelitian ini adalah Anak Cerebral Palsy yang duduk di bangku
SD kelas 1 D1
2. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Glenn Doman
dalam bentuk flashcard, yaitu kata yang ditulis pada karton putih dengan
ukuran T: 21.5 cm dan L: 30 cm, huruf ditulis dengan warna merah dan
menggunakan huruf kecil, bukan kapital. Disebut flashcard karena kata ini
diperlihatkan kepada anak dengan cepat dan bergantian, yaitu dua detik tiap
kata.
3. Flashcard yang digunakan berjumlah 15 kata, yang dibagi dalam 3 seri, yaitu
seri hewan, buah-buahan, dan warna
4. Penelitian lebih difokuskan pada tahap pengenalan kata dan membaca
5. Tempat penelitian dilakukan di SLB-D YPAC Surakarta
D. Perumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah, “apakah metode Glenn
Doman dalam bentuk flashcard efektif dalam meningkatkan kemampuan
membaca anak cerebral palsy di SLB D YPAC Surakarta tahun ajaran
2009/2010?”
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efektifitas penggunaan metode
Glenn Doman dalam bentuk flashcard dalam meningkatkan kemampuan membaca
anak cerebral palsy di SLB D YPAC Surakarta tahun ajaran 2009/2010
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan keilmuan
dalam bidang Pendidikan Luar Biasa khususnya dan menambah pengetahuan serta
wawasan dalam Ilmu Pendidikan pada umumnya.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat kepada :
a. Peneliti.
Penelitian ini akan memperluas cakrawala pemikiran dan pengalaman
penulis di bidang Pendidikan Luar Biasa untuk lebih jeli dalam menganalisa
setiap peluang yang ada untuk kemudian dijadikan wahana untuk meningkatkan
mutu pendidikan, khususnya pada peran metode Glenn Doman dalam bentuk
flashcard terhadap kemampuan membaca anak cerebral palsy
b. Guru Kelas
Banyak informasi yang telah dikumpulkan selama proses penelitian ini,
yang dapat dimanfaatkan oleh guru kelas agar dapat memahami, mempelajari dan
menerapkan metode Glenn Doman untuk mengajari para siswa membaca dengan
menggunakan metode tersebut.
c. Pihak Lain yang Berkepentingan
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi
penelitian lain yang ada relevansinya dengan penelitian ini dan sebagai tambahan
informasi yang riil bagi masyarakat untuk dapat mengatasi dan
menangani dengan mengajari membaca menggunakan metode Glenn Doman
pada anak cerebral palsy
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Anak Cerebral Palsy
a. Pengertian Anak Cerebral Palsy
Seorang dokter bedah berkebangsaan Inggris bernama William Little
pertama kali mendeskripsikan satu penyakit, dimana penyakit tersebut sangat
membingungkan karena menyerang anak-anak usia pertama, sehingga
menyebabkan kekakuan otot tungkai dengan lengan. Anak-anak tersebut
mengalami kesulitan memegang objek, merangkak dan berjalan. Penderita
tersebut semakin bertambah usia semakin memburuk, dimana saat ini disebut
sebagai gangguan cerebral palsy.
Seperti dikemukakan Winthrop Phelp dalam Ahmad Toha Muslim dan
M. Sugiarmin (1996: 68), “cerebral palsy adalah suatu kelainan pada gerak tubuh
yang ada hubungannya dengan kerusakan otak yang menetap. Akibatnya otak
tidak berkembang, tetapi bukan penyakit yang progresif”.
“Cerebral palsy merupakan salah satu bentuk ‘brain injury’ yaitu suatu
kondisi yang mempengaruhi pengendalian sistim motorik sebagai akibat lesi
dalam otak”. R.S. Illingworth dalam Sutjihati Somantri (1996: 99).
Yulianto (2006) dalam Salim (2006: 178) mengatakan bahwa :
Dari sisi istilah, yang dimaksud cerebral palsy adalah mereka yang mengalami kelainan fungsi dan anggota gerak tubuh yang disebabkan oleh kerusakan otak. Tidak semua bagian otak mengalami kerusakan, tetapi hanya bagian otak yang mengontrol gerakan. Kerusakannya bersifat menetap dan tidak dapat diperbaiki. Penyandang cacat jenis cerebral palsy termasuk kelompok kelainan yang tidak ganas (nonprogressive) akibat malfungsi pusat motor dan saluran-saluran otak yang ditandai dengan adanya gangguan distribusi postural tonus, baik yang berupa tonus kurang ( di bawah normal), tonus berlebihan (di atas normal) dan tonus postural mengalami fluktasi. Akibat ketidaknormalan tonus postural tersebut, penderita akan mengalami gangguan gerak sehingga aktivitas terbatas serta timbul kecacatan sekunder yang pada akhirnya akan menghambat tumbuh kembang anak secara keseluruhan.
Dalam buku Apa Yang Dapat Dilakukan Pada Anak Anda Yang Cedera
Otak yang ditulis Glenn Doman dalam tulisan Nurudin Jauhari pada http://cidera
otak.blog.friendster.-com//2008/06/stroke-pada-bayi//antara lain:, definisi anak
cedera otak adalah “setiap anak yang mengalami sesuatu yang mencederai
otaknya”. Sesuatu ini dapat terjadi kapan pun, mulai ketika anak masih ada dalam
kandungan, selama proses kelahiran, setelah dilahirkan, hingga anak cukup besar.
Dari beberapa pandangan mengenai pengertian cerebral palsy, dapat
disimpulkan bahwa cerebral palsy adalah suatu keadaan dimana penderitanya
mengalami berbagai masalah perkembangan khususnya motorik, karena sebab-
sebab yang terjadi di otak, yang bisa diperoleh dari sejak dalam kandungan, saat
kelahiran maupun setelah kelahiran.
b. Sebab-sebab Terjadinya Cerebral Palsy
Perkembangan otak seorang anak ditentukan oleh faktor genetik
(keturunan) dan sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Perkembangan ini terjadi
sejak anak masih dalam kandungan dan berlanjut sampai beberapa tahun setelah
kelahiran anak.
Seorang peneliti, Bernard Devlin, dalam
http://www.beritaindonesia.co.id/cms/component/content/article/24?ed=2,
mengatakan “faktor genetik memiliki peran 48 persen dalam membentuk IQ anak,
selebihnya dipengaruhi oleh zat gizi dan stimulasi”. Pertumbuhan otak
berlangsung pesat, berbeda pada setiap anak, tergantung nutrisi yang dikonsumsi
dan stimulasi yang diberikan terutama pada masa emas (golden age) 0-3 tahun.
Dalam masa perkembangan ini kemungkinan dapat muncul gangguan-
gangguan yang dapat terjadi pada fase perkembangan, yaitu fase pre natal (dalam
kandungan), fase natal (pada saat kelahiran), dan fase post natal (setelah
kelahiran).
1) Pre Natal (dalam Kandungan)
Masa pre natal adalah masa pada saat dalam kandungan. Dalam masa ini
bisa terjadi beberapa gangguan atau masalah yang dapat mengakibatkan
kerusakan otak terhadap janin. Masalah ini bisa terjadi pada saat pembuahan
bergabung dan sebelum bayi dikandung sehingga menghasilkan keadaan yang
tidak normal yang berhubungan langsung dengan kerusakan jaringan syaraf.
Adapun faktor-faktornya menurut Nurudin Jauhari dalam http://cidera
otak.blog.friendster.-com//2008/06/stroke-pada-bayi//antara lain:
a) Ibu Menderita Penyakit /Infeksi Ini merupakan bawaan lahir, gangguan pada bayi mungkin muncul di
awal kehamilan yaitu masa-masa penentu bagi pertumbuhan dan pembentukan tubuh janin. Misalnya seorang ibu terserang infeksi Rubella, toksoplasma, atau sitomegalo yaitu virus yang bisa terjadi di USIA kehamilan trimester pertama, gangguan juga bisa muncul saat kehamilan memasuki USIA trimester ketiga. Penyebab lain, ibu menderita penyakit berat seperti tifus, kolera, malaria kronis, sifilis, TBC, dan yang lainya yang dapat mempengaruhi janin. Infeksi-infeksi ini mengganggu perkembangan jaringan otak sehingga menimbulkan kerusakan jaringan otak pada anak. b) Perilaku Ibu
Ibu yang mengkonsumsi obat-obatan, merokok, minum-minuman keras, begitu juga dengan ibu yang mengalami depresi dan tekanan darah tinggi. Semua ini bisa merusak janin, baik fisik maupun mental. c) Masalah Gizi
Ini berkaitan dengan masalah sosial ekonomi. Ibu yang tinggal dengan kondisi ekonomi yang kurang mampu sementara anaknya banyak, otomatis asupan gizinya pun kurang. Masalah gizi ini akan terbawa sampai anaknya lahir. Ibu yang menderita kekurangan gizi akan berpengaruh pada pembentukan dan perkembangan otak janinnya (dapat menyebabkan kerusakan jaringan di otak).
Menurut Ahmad Toha Muslim dan M. Sugiarmin (1996: 70), faktor
penyebab cerebral palsy yang terjadi pada saat masa kehamilan (pre natal) antara
lain :
a) Faktor Makanan Komposisi makanan ibu yang mengandung kurang zat nutrisinya atau
mengandung zat beracun khusus akan berpengaruh buruk pada janin. Derajat pengaruh buruk ini tergantung periode pre natal, misalnya kekurangan vitamin trimester pertama, yaitu : pada periode periode pembentukan organ otak, akan menyebabkan kegagalan pembentukan otak secara sempurna, sehingga terjadi kelainan pada susunan saraf pusat di otak janin b) Faktor Bahan Kimia dan Fisika
Diketahui bahwa Methyl mercury (air raksa) dapat menyebabkan gangguan kecerdasan pada bayi yang baru dilahirkan oleh ibu yang memakan makanan yang tercemar methyl mercury dalam kadar banyak c) Faktor Penyakit Infeksi
Infeksi pada masa kehamilan dapat menyebabkan gangguan otak. Adapun beberapa jenis infeksi tersebut antara lain : (1) Infeksi virus (2) Bakteri Siphilis (3) Parasit d) Gangguan Lingkungan Masa Kandungan
Beberapa gangguan yang dapat terjadi antara lain : (1) Adanya radiasi yang lebih dari batas normal (2) Adanya pembebanan fisik karena pengobatan tertentu (3) Adanya penyakit penyerta pada ibu yang tidak memperoleh pengobatan secara memadai, sehingga mengakibatkan terganggunya janin
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa cerebral palsy dapat
terjadi karena adanya gangguan ketika dalam masa kandungan (pre natal).
Gangguan ini dapat berupa malnutrisi, infeksi, faktor bahan kimia dan fisika,
perilaku ibu dan gangguan lingkungan kehamilan, yang kesemuanya dapat
berpengaruh langsung terhadap gangguan perkembangan janin, terutama otaknya
2) Natal (Saat Kelahiran)
Yang dimaksud dengan natal (saat kelahiran) adalah masa saat bayi
dilahirkan. Masa ini bisa berlangsung sebentar atau lama, tergantung dari derajat
kesulitan pada saat proses persalinannya. Dalam masa ini bisa terjadi resiko yang
dapat mengakibatkan kerusakan pada otak bayi. Sebab-sebab yang dapat terjadi
pada masa ini menurut beberapa buku sumber yang penulis baca antara lain:
a) Terkena Infeksi dari Mulut Rahim Ibu
Ini cukup sering mengakibatkan ketidaknormalan bayi karena terjadi
gangguan pada proses persalinan, jalan lahir kotor dan banyak kuman. Menurut
Nurudin Jauhari (http://cidera.-otak.blog.friendster.com/2008/06/stroke-pada-
bayi/) “jika ibu mempunyai infeksi TORCH, misal, bayi bisa terkena infeksi jalan
lahir tersebut”
b) Kelahiran yang Sulit
Pemakaian alat bantu seperti vakum saat proses persalinan tak bermasalah,
yang bisa mengganggu bayi adalah lamanya dijalan lahir karena berbagai
penyebab, kepala bayi lebih besar dari panggul ibu, atau ada lilitan tali pusat
sehingga tertarik tak mau keluar atau ibu tidak kuat menahannya. Keadaan ini
dapat menyebabkan bayi mengalami kekurangan zat asam (oksigen).
“Kekurangan oksigen menyebabkan terganggunya sistem metabolisme dalam otak
bayi. Akibatnya jaringan syaraf pusat mengalami kerusakan” Musjafak Assjari
(1995: 99).
d) Asfiksia
“Yaitu suatu keadaan dimana bayi lahir tak bernafas, bisa karena paru-paru
penuh cairan atau karena ibu mendapatkan anestesi (obat bius) terlalu banyak”
(Nurudin Jauhari, dalam http://cidera otak.blog.friendster.com/2008/06/stroke-
pada-bayi/). Menurut Musjafak Assjari (1995: 99) “ibu yang melahirkan karena
operasi dan menggunakan anestesi yang melebihi dosis dapat mempengaruhi
sistem persyarafan otak bayi sehingga otak mengalami kelainan struktur atau
fungsinya”.
e) Bayi Lahir Prematur
Yaitu bayi yang lahir belum waktunya. Bayi seperti ini menurut Nurudin
Jauhari, dalam (http://cidera-otak.blog.friendster.com/2008/06/stroke-pada-bayi/)
“termasuk bayi beresiko tinggi mengalami gangguan karena lahir belum waktunya
atau kurang dari 32 minggu. Kemungkinan jaringan organ tubuh dan jaringan
otaknya belum sempurna”. Menurut Ahmad Toha Muslim dan M. Sugiarmin
(1996: 72) “umumnya bayi prematur akan mengalami kesulitan pertumbuhan dan
perkembangan, dan mudah terserang penyakit yang dapat mengganggu
perkembangan otak”. Seperti yang telah dikatakan oleh Nurudin Jauhari, bahwa
terganggunya perkembagan otak ini bisa disebabkan karena belum berfungsinya
organ-organ tubuh secara sempurna.
f) Berat Lahir Rendah
“Selain bobotnya rendah, bayi kekurangan nutrisi. Meski lahir cukup
bulan tetapi bobotnya kurang dari 2.500 gram, ini bisa terjadi karena ibu
kekurangan gizi pada saat hamil” Nurudin Jauhari, dalam (http://cidera-
otak.blog.friendster.com/2008/06/stroke-pada-bayi/)
h) Bayi Kuning
“Yaitu kelebihan bilirubin dalam darah sehingga kelihatan kuning. Kadar
bilirubin yang berlebihan dalam darah dapat menimbulkan gangguan
perkembangan otak” Ahmad Toha Muslim dan M. Sugiarmin (1996: 72)
Sedangkan menurut Nurudin Jauhari, dalam (http://cidera-
otak.blog.friendster.com/2008/06/stroke-pada-bayi/)
Merupakan keadaan bayi mengalami kuning yang berbahaya, misalnya karena kelahiran inkompatibilitas golongan darah yaitu, ibu bergolongan darah O sedangkan bayinya A atau B. Selain itu bayi yang mengalami hiperbilirubenimia atau kuning yang tinggi, lebih dari 20mg/dl hinggga bilirubin besarnya melekat di jaringan otak terganggu, oleh sebab itu bayi kuning harus segera mendapatkan penanganan yang tepat pada minggu-minggu pertama kejadian.
Umumnya banyak anggapan bahwa “menjemur bayi” adalah tindakan
pertolongan dan penyembuhan bagi bayi dengan penyakit kuning. Namun hal ini
tidak cukup dibenarkan terutama bagi bayi dengar kadar bilirubin yang sangat
tinggi.
Dari pendapat di atas, penulis dapat memberi kesimpulan bahwa
penyebab cerebral palsy dapat terjadi pada saat masa kelahiran yang bisa
disebabkan karena penggunaan alat bantu kelahiran (tang) yang penggunaannya
kurang tepat, kekurangan oksigen pada saat lahir, prematuritas, berat bayi rendah
(kurang dari 2,5 kg), dan hyperbilirubin atau yang kita kenal dengan sebutan bayi
kuning.
3) Post Natal (Setelah Kelahiran)
Yang dimaksud dengan masa setelah kelahiran adalah masa dari saat
bayi dilhirkan sampai waktu yang tidak tertentu. Angka kejadian biasanya paling
rentan terjadi di usia-usia 0-3 tahun. Menurut Nurudin Jauhari (http://cidera-
otak.blog.friendster.com/2008/06/stroke-pada-bayi/) terdapat penyebab-penyabab
cerebral palsy pada masa ini antara lain:
a) Infeksi Pada Selaput Otak Atau Pada Jaringan Otak Umumnya bayi usia muda sangat rentan dengan penyakit, misalnya
meningitis dan ensepalitis pada usia setahun pertama. Ada kemungkinan penyakit tersebut menyerang selaput otak bayi sehingga menimbulkan gangguan pada perkembangan otaknya. Bila infeksinya terjadi di bawah tiga
tahun umumnya akan mengakibatkan cerebral palsy, sebab pada waktu itu otak sedang dalam perkembangan menuju sempurna. Jadi anak yang terkena infeksi meningitis (radang selaput otak) diusia 5 tahun dan menjadi lumpuh, ia tidak disebut cerebral palsy melainkan komplikasi meningitis. b) Kejang/Stuip
Dapat terjadi karena bayi terkena penyakit dan suhu tubuhnya tinggi kemudian timbul kejang. Kejang dapat pula karena infeksi yang dialami si anak. Atau mungkin juga anak menderita epilepsi. c) Karena Trauma/ Benturan
Bayi yang sering mengalami jatuh dan menimbulkan luka di kepala, apalagi luka dibagian dalam kepala atau pendarahan di otak, dapat menyebabkan kerusakan jaringan otaknya. Kerusakan tergantung dari hebat atau tidaknya benturan. Akibatnya, sebagian kecil jaringan otak rusak. Memang tidak bisa di lihat secara pasti seberapa besar kerusakan otak yang terjadi.
Pendapat yang hampir sama juga dikemukan oleh Ahmad Toha Muslim
dan M. Sugiarmin (1996: 73), bahwa sebab-sebab cerebral palsy pada masa
setelah kelahiran dapat berupa :
a) Kecelakaan yang dapat secara langsung merusak otak bayi misalnya jatuh atau terkena pukulan pada kepala bayi b) Penyakit infeksi (peradangan) yang menyerang otak yaitu enchopalitis dan meningitis c) Penyakit-penyakit lain yang menyerang bayi atau anak yang dapat juga mengakibatkan kerusakan otak.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penyebab cerebral palsy
pada saat setelah kelahiran antara lain dapat disebabkan karena adanya trauma
pada kepala bayi (jatuh atau terkena pukul), radang pada otak dan selaput otak,
penyakit lain yang dapat memicu terjadinya kerusakan pada otak (misalnya kejang
akibat suhu tubuh bayi yang terlalu tinggi).
c. Tanda – tanda dan Gejala Cerebral Palsy
Menurut Nurudin Jauhari (http://cideraotak.blog.friendster.com-
/2008/06/-masalah-utama-gangguan-cerebral-palsy/) tanda-tanda yang bisa
dikenali bahwa seorang anak mengalami cerebral palsy antara lain :
1) Gejala Awal Pada umumnya cerebral palsy dapat telihat pada usia kurang dari 3
tahun, dan dapat dicurigai pada kemampuan perkembangan motorik tidak
normal. Bayi yang mengalami cerebral palsy akan terlihat keterlambatan perkembangan, misalnya tengkurap, duduk dan sebagainya. Ada sebagian yang mengalami abnormalitas tonus otot. Karena penurunan tonus otot, bayi akan terlihat lemas dan kaku. Ada juga bayi pada periode awal tampak hipotonia dan selanjutnya berkembang menjadi hipertonia setelah 2-3 bulan pertama. Sehingga kemungkinan anak cerebral palsy menunjukkan postur abnormal pada satu sisi tubuh. 2) Pemeriksaan Fisik
Dalam hal ini penderita cerebral palsy melakukan pemeriksaan kemampuan motorik bayi dan melihat kembali riwayat medis mulai dari riwayat kehamilan, persalinan dan kesehatan bayi. Perlu juga dilakukan pemeriksaan refleks dan mengukur perkembangan lingkar kepala anak (Capute Aj, 1996). Refleks ialah gerakan tubuh secara otomatisasi bereaksi sebagai respon terhadap stimulus spesifik. 3) Pemeriksaan Neuroradiologik
Pemeriksaan khusus neuroradiologik untuk mencari kemungkinan penyebab cerebral palsy perlu dikerjakan, salah satu pemeriksaan yaitu dengan melakukan CT- Scan kepala, CT-Scan kepala yaitu pemeriksaan imaging untuk mengetahui struktur jaringan otak selain itu juga dapat menjabarkan area otak yang kurang berkembang, kista abnormal ataupun kelainan lainnya. MRI merupakan tehnik imaging yang canggih, dimana menghasilkan gambar yang lebih baik dalam hal struktur atau area abnormal dengan lokasi dekat dengan tulang. Neuroimaging direkomendasikan dalam evaluasi anak cerebral palsy jika etiologi tidak dapat ditemukan.
Gejala cerebral palsy biasanya tergantung dari jenisnya. Ada bermacam-
macam cerebral palsy dengan memanifestasi yang berlainan. Sebab, sangat
tergantung pada keruskan otaknya. Jenis cerebral palsy ini menurut beberapa
sumber buku yang penulis baca antara lain:
1) Spastik
Spastik adalah suatu keadaan dimana penderitanya mengalami kejang
dan sulit untuk menggerakan alat geraknya. Menurut Nurudin Jauhari
(http://cidera-otak.blog.friendster.com/2008/06/stroke-pada-bayi/) “jenis ini
paling banyak sekitar 75 pasien. Kerusakan terjadi di traktus kortikospinalis
(daerah dikorteks), anak mengalami kelumpuhan yang kaku, refleksnya
menggigil, misal, refleks moro (salah satu refleks bayi) yang sering terjadi, baik
dirangsang ataupun tidak”. “Anak dengan jenis ini kesulitan dalam menggunakan
otot-otot untuk bergerak. Hal ini disebabkan karena ada kekejangan pada otot,
akibatnya gerakan tubuh terbatas dan lambat” Ahmad Toha Muslim dan M.
Sugiarmin (1996: 75).
Nurudin Jauhari membagi spastik menjadi beberapa tipe yaitu :
a) Quadriplegia Kelumpuhan pada keempat gerakan anggota geraknya. Dua Kaki dan dua tangan lumpuh.
b) Diplegia Kelumpuhan dua anggota gerak yang berhubungan. Biasanya kedua gerak anggota bawah, misalnya, tungkai bawah, tapi dapat pula kedua anggota gerak atas.
c) Monoplegia Kelumpuhan empat anggota gerak, tapi salah satu anggota gerak lebih hebat dari sebelumnya.
d) Hemiplegia Kelumpuhan pada satu sisi tubuh dan anggota gerak yang dibatasi oleh garis tengah yang didepan atau dibelakang, misalnya tangan kiri, kaki kiri. pergerakan anggota gerak berkurang, fleksi (menekuk) lengan pada siku, lengan tetap mengepal.
2) Koreo-Atentoid
Keadaan ini disebabkan karena adanya kerusakan yang terjadi di ganglia
basalis (daerah yang mengatur gerakan) sehingga praktis dapat menyebabkan
kelaianan pada pergerakan alat geraknya. Menurut Nurudin Jauhari (http://cidera-
otak.blog.friendster.com/2008/06/stroke-pada-bayi/) “dikenal juga dengan istilah
cerebral palsy diskrinetik atau gerak, jadi tangan anak atau terkadang kakinya
bergerak melengkung-lengkung, sikapnya abnormal dan gerakanya infolumenter
dengan sendirinya”. Pendapat ini diperjelas oleh Ahmad Toha Muslim dan M.
Sugiarmin (1996: 75) bahwa “refleks neonatal-nya menetap. Biasanya ditandai
dengan gerakan yang tetap, tidak terkoordinir pada anggota gerak. Gerakan ini
tidak hanya pada tangan dan kaki, tetapi juga pada mata, lidah, bibir, dan bagian
tubuh lainnya”.
3) Aktaksik
Aktasik atau ataksia adalah gangguan koordinasi dan keseimbangan,
dimana daerah yang diserangnya adalah bagian cerebrum (otak kecil). “Gangguan
kordinasi, gerakannya melengkung juga, tetapi biasanya gangguan ditulang
belakangnya: lehernya kaku dan tampak melengkung. Ganguan ini biasanya
menunjukkan perkembangan motorik yang terlambat sehingga kehilangan
keseimbangan” Nurudin Jauhari (http://cidera-
otak.blog.friendster.com/2008/06/stroke-pada-bayi/).
4) Distonia
Ada yang ototnya kaku dan ada juga yang lemas seperti sebongkoh
daging. kerusakan otaknya terdapat dibagian korteks, (bagian lapisan luar otak)
dan di ganglia basalis.
5) Balismus
Ada gerakan yang tidak terkordinasi atau involumenter, kadang juga
melengkung-lengkung. kerusakanya di ganglia basalis.
6) Jenis Rigid
“Pada jenis ini ditandai dengan adanya otot yang sangat kaku, demikian
juga gerakannya. Otot tegang di seluruh tubuh, cenderung menyerupai robot saat
berjalan, tertahan-tahan dan kaku” Ahmad Toha Muslim dan M. Sugiarmin (1996:
75).
7) Jenis Tremor
“Pada jenis ini ditandai dengan gerakan kecil-kecil tanpa disadari,
dengan irama tetap, lebih mirip dengan getaran” Ahmad Toha Muslim dan M.
Sugiarmin (1996: 75).
8) Campuran
Merupakan jenis cerebral palsy dengan semua gabungan jenis di atas.
Kerusakanya bisa terjadi di daerah otak mana saja.
Dari jenis-jenis cerebral palsy di atas, Ahmad Toha Muslim dan M.
Sugiarmin (1996: 77) menguraikan secara singkat mengenai berbagai gejala yang
biasa terjadi pada anak cerebral palsy, antara lain :
(1) Kelumpuhan yang dapat berbentuk ringan atau berat, berbentuk hempiplegia, quadriplegia, diplegia, monoplegia, triplegia. Kelumpuhan ini mungkin bersifat spastis, fleksid atau campuran (2) Gerakan involunter, yang dapat berbentuk atetosis, chorea-atetosis, tremor, dengan tonus yang bersifat spastis, fleksid, rigid dan campuran (3) Ataxia yaitu gangguan koordinasi yang timbul oleh karena kerusakan cerebellum (4) Kejang-kejang yang dapat bersifat umum atau local (setempat)
(5) Gangguan perkembangan mental (6) Mungkin juga ditemukan gangguan penglihatan, misalnya hemi anopsia, strabismus, kelaianan refraksi bola mata, gangguan pendengaran, gangguan bicara, gangguan sensibilitas (rasa)
Selanjutnya, A. Salim (2006: 193) melengkapi pendapat Ahmad Toha
Muslim dan M. Sugiarmin di atas dengan menambahkan empat gejala lainnya,
yaitu :
(1) Gangguan komunikasi
(2) Serangan epilepsi, kejang sering terjadi pada anak-anak cerebral palsy
(3) Adanya perilaku gelisah
(4) Adanya refleks-refleks yang abnormal
Dari uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa gejala yang ditimbulkan
anak cerebral palsy sangat tergantung dari daerah otak yang diserang, serta berat
atau ringannya kerusakan yang terjadi. Jenis cerebral palsy itu sendiri pada
umumnya dapat dibagi menjadi delapan kategori antara lain: spastik, atetoid,
aktasik/ataksia, distonia, balismus, rigid, tremor, dan campuran. Dari beberapa
jenis cerebral palsy di atas dapat menunjukan gejala yang sesuai dengan
karakteristiknya. Adapun gejala yang biasa ditunjukan yaitu adanya kelumpuhan,
gerakan yang involunter, kejang, gangguan mental, gangguan komunikasi,
gangguan penglihatan, dan adanya refleks yang abnormal.
d. Kebutuhan Anak Cerebral Palsy
Untuk menentukan penanganan yang tepat, sebaiknya perlu diperhatikan
seberapa jauh keberhasilan itu dapat tercapai, oleh karena itu penting untuk
menentukan derajat kemampuan setiap anak, dari segi berat-ringannya gangguan.
Menurut A. Salim (1996: 136-139) kebutuhan perlakuan bagi anak
cerebral palsy secara umum dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu :
1) Kebutuhan Pelayanan Medik Permasalahan anak cerebral palsy di bidang medik yang menonjol
adalah adanya permasalahan yang berkaitan dengan syaraf, otot dan permasalahan yang berkaitan dengan sendi. Dengan adanya permasalahan-permasalahan itu, maka anak cerebral palsy membutuhkan pelayanan medik, baik yang pelaksanaannya secara konservatif maupun melalui tindakan operasi.
2) Kebutuhan Pelayanan Rehabilitasi Kebutuhan pelayanan rehabilitasi dimaksudkan untuk memperbaiki
kembali serta mengembangkan kemampuan fisik dan mental anak, sehingga anak dapat mengatasi masalah yang timbul sebagai konsekuensi dari kelainannya. Pelaksanaan program rehabilitasi bagi anak cerebral palsy memang termasuk yang sangat rumit bila dibandingkan dengan penyandang kelainan jenis lain, karena kelinan anak cerebral palsy kebanyakan bersifat ganda. Hal ini karena kelainan yang disandang memiliki dampak primer yang bervariasi. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan rehabilitasi memerlukan keterlibatan berbagai ahli dari berbagai disiplin yang bekerja secara kooperatif sesuai dengan kewenangan masing-masing. 3) Kebutuhan Pelayanan Pendidikan Khusus
Kelainan cerebral palsy mengakibatkan perlunya pelayanan pendidikan yang bersifat khusus, baik pendidikan akademis maupun pendidikan keterampilan. Anak cerebral palsy yang tergolong berat, pelayanan yang mereka butuhkan adalah perawatan sepanjang hari, latihan ADL, dan latihan keterampilan sederhana dan praktis. Selanjutnya bagi anak yang memiliki kebutuhan pendidikan khusus adalah bagi mereka yang memiliki kadar kecerdasan sedikit di bawah normal, normal dan diatas normal. Bagi anak cerebral palsy kelompok inipun, pelayanan pendidikan membutuhkan perlakuan-perlakuan khusus, berupa bimbingan-bimbingan khusus dan atau peralatan dan kegiatan tertentu yang memiliki makna terapi.
Pendapat di atas semakin diperkuat dengan adanya pendapat A. Salim
(2006: 197) yang merupakan pelengkap dari tulisannya terdahulu. Adapun
kebutuhan-kebutuhan tersebut antara lain :
1) Kebutuhan Pengembangan Kemampuan Mobilisasi Pengembangan mobilisasi secara umum diarahkan untuk mengembangkan koordinasi gerak dan melatih gerak fungsional 2) Kebutuhan Pengembangan Kemampuan ADL Aktivitas latihan diarahkan untuk menguatkan otot, mencegah kontraktur, deformitas sendi, mengembangkan koordinasi sensomotorik serta melatih gerakan fungsional dalam ADL, baik dengan maupun tanpa alat Bantu 3) Pengembangan Kemampuan Komunikasi Pengembangan kemampuan komunikasi dilakukan oleh ahli terapi bicara, bekerjasama dengan ahli lain yang relevan dengan kebutuhan 4) Kebutuhan Bimbingan Sosial Psikologis Dilakukan oleh psikolog, bekerjasama dengan pekerja social, guru dan orangtua 5) Kebutuhan Pendidikan Baik di sekolah biasa maupun di sekolah khusus, sesuai dengan berat ringannya hambatan masing-masing anak untuk mengikuti program pendidikan
Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa penanganan
terhadap anak cerebral palsy merupakan keterpaduan dalam satu koordinasi
pelayanan medis, sosial, pendidikan, dan latihan keterampilan untuk membantu
anak cerebral palsy dalam mencapai kemampuan semaksimal mungkin.
f. Masalah dan Hambatan Anak Cerebral Palsy dalam Mengikuti
Pendidikan
Masalah pendidikan dirasakan sangat berat bagi anak cerebral palsy.
Selain keadaan kemampuan fungsi fisik yang terbatas juga secara umum anak
cerebral palsy mengalami gangguan kecerdasan. Kadang-kadang diantaranya
gangguan panca indera.
Hambatan anak cerebral palsy dalam mengikuti pendidikan antara lain :
1) Anak cerebral palsy umumnya mempunyai daya konsentrasi yang
rendah sehingga menyulitkannya untuk memusatkan perhatian, termasuk
usahanya untuk menterjemahkan simbol-simbol, seperti dalam aktivitas membaca.
2) Anak cerebral palsy umumnya mengalami gangguan pada
kemampuan bicaranya sehingga mereka mengalami hambatan berkomunikasi
dengan orang lain, termasuk dengan guru dan teman-teman sekelasnya.
3) Anak cerebral palsy yang mengalami kelumpuhan atau kelayuhan
alat gerak bawah (kaki), akan kesulitan untuk berjalan sehingga mengganggu
kemampuan mobilisasi mereka. Sedangkan di kelas, jarak antar bangku sangat
sempit. Hal ini mengakibatkan aktivitas mobilisasi mereka di kelas menjadi
terhambat.
Adapun beberapa gangguan yang dapat menyebabkan hambatan anak
cerebral palsy dalam pendidikan menurut Musjafak Assjari (1995: 110) antara
laian :
1) Gangguan Motorik 2) Gangguan Sensoris 3) Tingkat kecerdasan 4) Kemampuan Persepsi 5) Kemampuan Kognisi 6) Kemampuan Berbicara 7) Simbolisasi
8) Emosi dan penyesuaian sosial
Permasalahan anak cerebral palsy tidak hanya berhenti pada masalah
pendidikannya saja, tetapi berdampak pada berbagai aspek kehidupannya, seperti
sosial, emosi dan psikologisnya. Hal ini dapat dimaklumi, karena anak cerebral
palsy memiliki banyak masalah utama yang pada akhirnya menyebabkan
hambatan-hanbatan di atas. Adapun Masalah utama anak cerebral palsy menurut
Nurudin Jauhari, dalam http://cideraotak.blog.friendster.com/2008/06/masalah-
utama-gangguan-cerebral-palsy/ , yaitu :
1) Kelemahan Dalam Mengendalikan Otot Tenggorokan, Mulut dan Lidah Kondisi ini akan menyebabkan anak tampak selalu berliur. Air liur dapat
menyebabkan iritasi berat kulit dn menyebabkan seseorang sulit diterima dalam kehidupan sosial dan pada akhirnya menyebabkan anak akan tersolir dalam kehidupan kelompoknya. Terdapat sejumlah terapi untuk mengatasi drooling selama bertahun-tahun, tetapi tidak ada satu pun yang berhasil. Begitu pun dengan menggunakan obat (antikholinergik) dapat menurunkan aliran saliva tetapi terdapat efek samping yang begitu perlu diperhatikan yaitu mulut kering dan digesti yang buruk. Ada cara dengan pembadahan pun akan mengakibatkan komplikasi, termasuk memburuknya masalah menelan. 2) Kesulitan Makan dan Menelan
Keadaan ini dipicu oleh masalah motorik pada mulut dan dapat menyebabkan gangguan nutrisi yang berat. Nutrisi yang buruk akan membuat seseorang rentan terhadap infeksi dan menyebabkan gagal tumbuh. Agar menelan lebih mudah, maka disarankan untuk membuat makanan semisolid (sayur-mayur, buah-buahan yang dihancurkan). Tidak jarang anak yang mengalami gangguan menelan berat dan malnutrisi, disarankan untuk menggunakan selang makanan. Ini digunakan untuk memasukan makanan dan nutrien ke saluran makanan, dalam hal ini dokter bedah akan meletakkan selang langsung pada lambung. 3) Inkontinentia Urine
Ini merupakan komplikasi yang sering terjadi. Inkontinentia urine disebabkan karena gangguan cerebral palsy kesulitan mengendalikan otot yang selalu terjaga supaya kandung kemih selalu tertutup. Ini dapat berupa enuresis, dimana seseorang tidak dapat mengendalikan urinasi selama aktivitas fisik.
Terdapat beberapa kelainan fungsi pada anak cerebral palsy, yang bisa
berdampak pada keterbatasannya dalam mengikuti pendidikan. Kelainan ini
menurut Ahmad Toha Muslim dan M. Sugiarmin (1996: 78) antara lain:
1) Kelainan fungsi Mobilisasi Kelainan fungsi mobilisasi dapat diakibatkan karena adanya kelumpuhan
anggota gerak tubuh, baik atas maupun bawah. Kelumpuhan anggota gerak bawah kemampuan anak untuk berguling, duduk dan berjalan mengalami hambatan. Kelumpuhan anggota gerak atas mengakibatkan kemampuan anak untuk meraih, menggengam, dan kemampuan lain yang berhubungan dengan fungsi tangan mengalami hambatan. 2) Kelainan Fungsi Komunikasi
Kelainan fungsi komunikasi dapat timbul karena adanya kelumpuhan pada otot-otot mulut, dan kelainan pada alat-alat bicara. Kelainan tersebut mengakibatkan kemampuan anak untuk berkomunikasi secara lisan mengalami hambatan. 3) Kelaianan fungsi Mental
Kelainan fungsi mental dapat terjadi terutama pada anak cerebral palsy dengan potensi mental normal. Karena ada hambatan fisik yang berhubungan dengan fungsi gerak serta perlakuan yang keliru, mengakibatkan anak yang sebenarnya cerdas akan tampak tidak dapat menampilkan kemampuan secara maksimal.
Dari beberapa pendapat di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa anak
cerebral palsy mempunyai beberapa jenis masalah dan hambatan yang pada
akhirnya berdampak pada keterbatasan kemampuannya dalam berbagai aspek
kehidupan terutama pendidikan. Masalah dan hambatan ini bisa terjadi karena
adanya kelainan fungsi mental, komunikasi, mobilisasi, dan kemampuan ADL
nya. Selain itu, gangguan simbolisasi akan menyebabkan anak cerebral palsy
kesulitan dalam menafsirkan simbol karena memerlukan konsentrasi secara
abstrak. Keadaan ini akan menyulitkan mereka ketika dihadapkan pada suatu
pelajaran yang membutuhkan peran indra penglihatan dan pendengaran,
khususnya membaca.
2. Tinjauan Kemampuan Membaca
a. Pengertian Kemampuan Membaca
Membaca merupakan suatu kegiatan untuk menafsirkan simbol-simbol
menjadi suatu padanan kata yang bermakna. Kegiatan ini sangat penting terutama
untuk mendapatkan informasi. Ada beberapa pendapat yang dikemukakan para
ahli mengenai pengertian membaca.
Menurut Abd. Rachman H.A, dkk (1985: 12) “membaca adalah kegiatan
yang mewujudkan lahirnya komunikasi antara seseorang dan bahan-bahan bacaan
sebagai salah satu bentuk upaya penemuan kebutuhan dan tujuan tertentu”.
Pendapat lain juga dikemukakan oleh Akhmad S.H dan Yeti Mulyati
(1996) dalam Dwi Sunar Prasteyono (2008: 56) bahwa “membaca merupakan
kemampuan yang komplek dan kesatuan berbagai proses psikologis, sensoris,
motoris, dan perkembangan keterampilan”.
“Kemampuan membaca tidak hanya memungkinkan seseorang
meningkatkan keterampilan kerja dan penguasaan berbagai bidang akademik,
tetapi juga memungkinkan berpartisipasi dalam kehidupan sosial budaya, politik,
dan memenuhi kebutuhan emosional” (Mercer, 1979) dalam Mulyono
Abdurrahman (1999: 200).
Ketrampilan utama yang diperlukan dalam hal partisipasi dengan orang
lain adalah komunikasi. Menurut Dwi Sunar Prasetyono (2008: 57), “membaca
juga merupakan bagian dari proses komunikasi. Di dalam kata “membaca”
terdapat aktivitas atau proses penangkapan dan pemahaman sejumlah pesan
(informasi) dalam bentuk tulisan”.
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa membaca merupakan
kegiatan untuk memperoleh informasi dari bahan bacaan yang melibatkan
berbagai proses psikologis, sensoris, motoris, dan perkembangan ketrampilan
untuk menterjemahkan simbol-simbol menjadi informasi yang bermakna.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca
Kemampuan membaca dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang
datang dari diri si pembaca itu sendiri (intrinsik) maupun dari luar (ekstrinsik).
Terdapat beberapa pendapat megenai apa saja faktor yang mempengaruhi
kemampuan membaca seseorang.
Dalam buku Preventing Reading Difficulties in Young Children dalam
Joko D. Muktino (2003: 11) “rendahnya kemampuan membaca bisa dikarenakan
oleh kurangnya akses pengalaman pra sekolah yang menstimulasi melek huruf
dan pengajaran membaca yang bagus dan koheren”.
Buku tersebut juga menerangkan tiga faktor utama yang menghambat
seorang anak untuk mencapai tingkat membaca terampil, yaitu :
1) Kesulitan memahami dan menggunakan prinsip abjad-yang menjelaskan bahwa symbol-simbol tertulis mewakili kata-kata lisan dan kurangnya pemahaman arti kata
2) Kegagalan mentransfer keterampilan komprehensi bahasa lisan untuk membaca dan untuk mendapatkan strategi-strategi baru yang dibutuhkan untuk membaca
3) Tidak adanya motivasi awal untuk membaca atau kegagalan mengembangkan penghargaan terhadap pentingnya membaca
Joko D. Muktino (2003: 16) juga menambahkan bahwa
motivasi dan dorongan dalam membaca tidak jarang ditimbulkan oleh adanya kebiasaan dan contoh dari keluarga. Dalam keluargalah minat dan kebiasaan membaca mulai disulut. Jika dalam sebuah keluarga tidak terdapat teladan dalam kegiatan membaca dan mencintai buku, benih-benih kecintaan membaca dalam diri anak-anak sulit untuk tumbuh.
Sangat disayangkan jika karena keterbatasannya, anak cerebral palsy
dibiarkan kehilangan kesempatan untuk meyerap banyak informasi berharga dari
buku bacaan. Mungkin ada sebagian anggapan, bahwa mereka tidak mau belajar
membaca karena dianggap tidak mampu secara kasat mata, tetapi pada
kenyataannya banyak anak cerebral palsy yang mampu membaca, menulis dan
berhitung. Lalu apa yang menjadi masalahnya sekarang, ambisi guru dan orangtua
yang terlalu besar malah bukan menjadi solusi tepat, tetapi hendaknya pengajar,
baik itu guru, orangtua atau terapis harus bisa memandang bukan hanya dari
kacamata mereka, tetapi justru dari kacamata anak cerebral palsy itu sendiri.
Seperti pendapat yang dikemukakan LouAnne Johnson (2008: 269)
membaca sangat penting sehingga guru-guru harus mengetahui mengapa murid-murid tidak suka membaca jika harapan kita kelak mereka akan berhasil di sekolah dan dunia kerja. Tanpa kemampuan membaca yang baik, sekolah hanya akan menjadi usaha yang menyakitkan ; dan murid-murid tertinggal, gagal atau drop out. Sialnya, tingkatan kecerdasan tinggi dapat menyamarkan masalah membaca selama bertahun-tahun
Menurut Derek Wood, dkk ( 2005: 72-73) :
anak yang menghadapi keterlambatan kemampuan membaca mengalami kesulitan dalam mengartikan atau mengenali struktur kata-kata (misalnya, huruf atau suara yang seharusnya tidak diucapkan, sisipan, penggantian atau
kebalikan) atau memahaminya (misalnya, memahami fakta-fakta dasar, gagasan utama, urutan kronologis, atau tema sebuah bacaan). Mereka juga mengalami kesulitan lain, seperti cepat melupakan apa yang telah dibacanya.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, banyak faktor yang dapat
mempengaruhi rendahnya kemampuan membaca anak, diantaranya anak kesulitan
untuk mengartikan simbol-simbol dalam tulisan, kurangnya motivasi pribadi dan
yang paling utama adalah kurangnya motivasi dari keluarga.
Jika seorang anak tidak mau belajar atau diajari membaca, hendaknya
tidak langsung mengklaim bahwa anak tersebut malas atau bodoh, tetapi terlebih
dahulu dicari penyebab utamanya. Bisa jadi, keengganan anak untuk membaca
dikarenakan faktor neurologist atau terlalu banyaknya tekanan dari luar.
c. Tujuan dan Manfaat Membaca
Membaca bukan hanya sekedar membaca, tetapi aktivitas ini mempunyai
tujuan, yaitu untuk mendapatkan sejumlah informasi baru. Di balik aktivitas,
terdapat tujuan yang lebih spesifik, yakni sebagai kesenangan, meningkatkan
pengetahuan, dan untuk dapat melakukan suatu pekerjaan. Berikut ini adalah
beberapa penjelasan dari tujuan aktivitas membaca yang dikemukakan oleh Dwi
Sunar Prasetyono (2008: 60) :
1) Membaca sebagai suatu kesenangan tidak melibatkan proses pemikiran yang rumit. Aktivitas ini biasanya dilakukan untuk mengisi waktu senggang. Aktivitas yang termasuk dalam kategori ini adalah membaca novel, surat kabar, majalah, atau komik
2) Membaca untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan, seperti membaca buku pelajaran atau buku ilmiah
3) Membaca untuk dapat melakukan suatu pekerjaan atau profesi. Misalnya, membaca buku keterampilan teknis yang praktis atau buku pengetahuan umum (ilmiah popular).
Pendapat lain juga disampaikan oleh Heilman (1967) dalam Abd.
Rachman H.A, dkk (1985: 9) mengenai tujuan dan manfaat dari aktivitas
membaca, antara lain :
1) Menambah atau memperkaya diri dengan berbagai informasi tentang topik yang menarik
2) Memahami dan menyadari kemajuan pribadinya sendiri
3) Membenahi atau meningkatkan pemahamannya tentang masyarakat dan dunia atau tempat dihuninya
4) Memperluas cakrawala wawasan atau pandangan dengan jalan memahami orang lain dan bagan atau tempat-tempat lain
5) Memahami lebih cermat dan lebih mendalam tentang kehidupan pribadi orang-orang biasa atau pemimpin terkenal dengan jalan membaca biografinya
6) Menikmati dan ikut merasakan liku-liku pengalaman petualangan dan kisah percintaan orang lain.
Di samping membaca menjadi suatu keterampilan teknis, maka tujuan
membaca yang berkaitan dengan teknis membaca menurut Suwaryono
Wiryodijoyo (1989: 57) adalah :
1) Menangkap butir-butir yang penting dan organisasi keseluruhan sebuah tulisan
2) Mengetahui isi materi bahan bacaan dengan tepat 3) Memperkuat pemahaman dan membaca pikiran dengan menambah
kecepatan membaca 4) Mengerti dengan jelas untuk mengingat informasi dan menggunakannya
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa aktivitas membaca bukan
sekedar kegiatan biasa, yang dilakuakan tanpa tujuan. Aktivitas ini mempunyai
tujuan yang sesuai dengan niat awal pembacanya, misalnya hanya sekedar
mencari kesenangan atau bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan. Dari sekian
banyak tujuan membaca, pada dasarnya tujuan yang paling utama adalah untuk
mendapatkan informasi mengenai suatu hal, baik itu berkaitan dengan kehidupan
sehari hari, atau menyangkut ilmu pengetahuan alam.
3. Tinjauan Media Flashcard
a. Pengertian Media Flashcards
Media flashcard mempunyai beberapa pengertian, tergantung dari
pendapat dan pemikiran setiap ahli dalam menentukan batasan mengenai
pengertian tersebut.
“Media adalah sebuah alat yang mempunyai fungsi menyampaikan
pesan”. (Bovee, 1977) dalam Hujair (2009: 3). Y. Miarso dalam Hujair (2009: 3)
juga mengungkapkan bahwa “media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan
untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemajuan pembelajar sehingga
dapat mendorong terjadinya proses belajar pada diri pembelajar”.
Hujair (2009: 4) mengatakan “media adalah teknologi pembawa
informasi atau pesan instruksional”. Sementara itu Dewi Salma Prawiradilaga
(2008: 64) berpendapat bahwa “media pembelajaran adalah media yang dapat
menyampaikan pesan pembelajaran atau mengandung muatan untuk
membelajarkan seseorang”.
Hujair (2009: 38-39) juga mengklasifikasikan media pembelajaran
sebagai berikut :
1) Bahan yang mengutamakan kegiatan membaca atau dengan menggunakan simbol-simbol kata visual (bahan-bahan cetakan dan bacaan )
2) Alat-alat audio visual, alat-alat yang tergolong ke dalam kategori ini, yaitu : a) media proyeksi (overhead projector, slide, film, dan LCD) b) media non-proyeksi (papan tulis, poster, papan temple, kartun, papan
planel, komik, bagan diagram, gambar, grafik, dan lain-lain), dan c) benda tiga dimensi antara lain benda tiruan, diorama, boneka,
topeng, lembaran balik, peta, globe, pameran, dan museum sekolah 3) Media yang menggunakan teknik atau masinal, yaitu, slide, film strif,
film rekaman, radio, televise, video, VCD, laboratorium elektronik, internet dan sebagainya
4) Kumpulan benda-benda (material collection), yaitu berupa peninggalan sejarah, dokumentasi, perbankan, agama, kebudayaan, dan sebagainya
5) Contoh-contoh kelakuan, perilaku pengajar Secara umum, dari berbagai definisi yang berlainan dari media, dapat
ditarik kesimpulan, bahwa media pembelajaran adalah suatu alat bantu pelajaran
yang digunakan oleh pendidik kepada anak didiknya agar pesan yang ingin
disampaikan dalam materi pembelajaran tersebut dapat diterima oleh anak didik
dengan mudah dan menarik, sehingga apa yang menjadi tujuan pembelajaran
tersebut dapat tercapai dengan seefektif mungkin.
Media pembelajaran flashcards menurut Basuki Wibawa dan Farida
Mukti (2001: 30) adalah “biasanya berisi kata-kata, gambar atau kombinasi dan
dapat digunakan mengembangkan perbendaharaan kata-kata dalam mata pelajaran
bahasa pada umumnya dan pada bahasa asing pada khususnya”.
Media flashcard yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kartu
bergambar beserta kata yang ditulis pada karton putih dengan ukuran T: 21,5 cm
dan L: 30 cm, huruf ditulis dengan warna merah dan menggunakan huruf kecil ,
bukan kapital. Disebut flashcard karena kata ini diperlihatkan kepada anak dengan
cepat dan bergantian, yaitu dua detik tiap kata.
Flashcard yang digunakan dalam penelitian ini ada tiga seri, yaitu seri
hewan, buah-buahan, dan warna. Setiap seri berjumlah lima kartu dan dimainkan
dalam kurun waktu tertentu. Permainan flashcard yang dimainkan secara
berkesinambungan diharapkan akan dapat membantu anak cerebral palsy untuk
memperluas perbendaharaan katanya, sehingga mereka mampu membaca seperti
anak normal.
b. Fungsi Media Flashcard
Media pembelajaran mempunyai beberapa fungsi. Livie dan Lentz
(1982) dalam Hujair (2009: 6-7) mengemukakan empat fungsi media
pembelajaran yang khususnya pada media visual, yaitu fungsi atensi, fungsi
afektif, fungsi kognitif, dan fungsi kompensatoris. Masing-masing fungsi tersebut,
dapat dijelaskan sebagai berikut :
1) Fungsi atensi berarti media visual merupakan inti, menarik, dan mengarahkan perhatian pembelajar untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran
2) Fungsi afektif maksudnya, media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan pembelajar ketika belajar membaca teks bergambar. Gambar atau lambang visual akan dapat menggugah emosi dan sikap pembelajar.
3) Fungsi kognitif bermakna, media visual mengungkapkan bahwa lambang visual memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mendengar informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar.
4) Fungsi kompensatoris artinya media visual memberikan konteks untuk memahami teks membantu pembelajar yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatkannya kembali.
Dari empat fungsi media visual, dapat dikatakan bahwa belajar dari
pesan visual memerlukan keterampilan tersendiri, karena melihat pesan visual
tidak dengan sendirinya akan mudah memahami atau mampu belajar. Pembelajar
harus dibimbing dalam menerima dan menyimak pesan visual secara tepat.
Selain itu, media flashcard juga memiliki fungsi untuk memperkaya
pembendaharaan kosakata. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Haycaft (1997:
102) bahwa “Flashcards can be used for consolidating vocabulary, practicing
structure and word order, or for a variety of games. They are simple and effective,
but they also require careful thought and preparation in advance”. Dalam bahasa
Indonesia, dapat diartikan bahwa “Flashcard dapat digunakan untuk memperkaya
kosakata, struktur dan susunan kata, atau untuk permainan. Flashcard sangat
sederhana dan efektif, tetapi memerlukan kehati-hatian berpikir dan persiapan
yang cukup”.
Menurut pendapat Arif Rahman (balitacerdas.com, at
http://www.esmartschool.com/uot/001/-UOT0010047.asp) “Media flashcard,
yang ditunjukan secara cepat dan bergantian berfungsi untuk men-trigger otak
kanan untuk aktif menerima informasi yang muncul di hadapan mata”.
Banyak cara yang bisa dilakukan untuk meningkatkan perkembangan
otak kanan, antara lain yaitu image training (latihan imajinasi), visualisasi, dan
lain-lain, termasuk juga permainan flashcards.
Selain itu, Adi W. Gunawan, dalam bukunya yang berjudul Genius
Learning Strategy (2003: 90) juga mengungkapkan beberapa kegiatan yang dapat
melatih memori otomatis, dimana memori ini mempunyai kemampuan untuk
mengenali abjad, membaca dan mengingat tabel perkalian. Kegiatan tersebut
antara lain :
1) Menggunakan kartu flash 2) Bernyanyi 3) Menciptakan irama 4) Menggunakan musik 5) Bertepuk tangan 6) Kartu indeks
Dari uraian-uraian di atas dapat ditarik kesimpulan, bahwa media
flashcard mempunyai beragam fungsi. Pertama untuk menstimulasi
perkembangan otak kanan, kedua melatih memori otomatis, dan pada akhirnya
menstimulasi kerja otak keseluruhan, sehingga anak cerebral palsy diharapka
dapat terbebas dari ancaman buta aksara.
c. Kelebihan dan Kekurangan Media Flashcards
1) Kelebihan Media Flashcards
Media pembelajaran flashcard memiliki beberapa kelebihan
dibandingkan media pembelajaran lainnya, baik dilihat dari segi sifat, manfaat,
maupun kepraktisan penggunaannya. Beberapa kelebihan media pembelajaran
kartu bergambar (flashcards) menurut Arief S. Sadiman, Raharjo, Raharjito dan
Anung Hariyono (2006: 29), adalah :
a) Sifatnya konkrit, gambar lebih realistis menunjukan pokok masalah dibanding dengan media verbal
b) Dapat mengatasi batasan ruang dan waktu. Tidak semua benda, obyek atau peristiwa dapat dibawa ke kelas, tetapi gambar dapat selalu dibawa kemana-mana
c) Dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita d) Dapat memperjelas suatu masalah dalam bidang apa saja dan untuk
tingkat usia berapa saja, sehingga dapat mencegah/ membetulkan kesalahan pemahaman
e) Murah harganya dan gampang didapat dan digunakan, tanpa memerlukan peralatan khusus
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Katherine Printz dan Margaret
Band (Jurnal Internasional, volum 18 (2) 2003), dalam
http://www.internationaljournalofspecialeducation.com/articles.cfm?y=2008&v=2
3&n=2, menyatakan beberapa kelebihan penggunaan flashcard, yaitu :
The use of flashcards was also easy to implement in the classroom setting. The cost is minimal. The time it takes is minimal. If flash cards are not available, the instructor needs only to type them and fasten them on a card for use. The combining of reading racetracks with flash cards appears to also be a productive area for future classroom research
Begitupun yang dikemukakan dalam Jurnal Internasional volum 18 (2)
1996 yang ditulis oleh Mercedes Valk, Margaret Band dan T.F McLauglin, dalam
http://www.internationaljournalofspecialeducation.com/articles.cfm?y=2008&v=2
3&n=2, bahwa “The use of flashcards was also easy to implement in the
classroom setting. Stone, McLaughlin, and Weber, (2002)have urged the use of
flash cards to assist students in various academic disciplines”.
Menurut Basuki Wibawa dan Farida Mukti (2001: 29), media
pembelajaran kartu (flashcards) sebagai media visual yang mempunyai kelebihan
sebagai berikut :
a) Umumnya murah harganya b) Mudah didapat c) Dapat memperjelas suatu masalah d) Lebih realitas e) Dapat membantu mengatasi keterbatasan pengamatan f) Dapat mengatasi keterbatasan ruang dan waktu
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kelebihan media
pembelajaran flashcard jika dibandingkan dengan media pembelajaran lainnya
adalah harganya murah, mudah digunakan dalam kegiatan pembelajaran, mudah
untuk mendapatkannya serta dapat digunakan untuk mengatasi keterbatasan
indera pengamatan.
2) Kelemahan Media Flashcard
Setiap media pembelajaran tidak ada yang benar-benar sempurna.
Disamping banyak memiliki kelebihan, media flashcard juga mempunyai titik
kelemahan. Kelemahan media pembelajaran kartu (flashcards) menurut Sadiman
et al (2006: 31) adalah sebagai berikut :
a) Hanya menekankan persepsi indera penglihatan
b) Kurang efektif jika menerangkan gambar yang kompleks
c) Ukurannya terbatas untuk klompok besar
Dengan melihat adanya berbagai kekurangan media pembelajaran kartu
(flashcards), maka dalam penggunaannya dalam pembelajaran di kelas harus
memperhatikan berbagai hal di bawah ini :
a) Sesuaikan dengan pertumbuhan dan perkembangan dan perkembangan
siswa baik isi, ukuran dan warna
b) Gambar harus bagus, menarik, jelas dan mudah dimengerti
c) Gambar harus benar, artinya dapat menggambarkan situasi yang serupa
jika dilihat pada keadaan yang sebenarnya
Pada kesimpulannya, kelemahan ini sebenarnya dapat diminimalisir
dengan pengembangan dari guru. Media flashcard yang digunakan dalam
penelitian ini tidak hanya difokuskan pada indera penglihatan saja, tetapi juga
melibatkan indera pendengaran, sehingga pembelajaran diharapkan dapat lebih
diterima anak, khususnya anak yang mengalami cerebral palsy.
4. Tinjauan Metode Glenn Doman
a. Pengertian Metode Glenn Doman
Dalam suatu pembelajaran diperlukan adannya suatu metode untuk
mendukung keberhasilan suatu pengajaran. “Metode pembelajaran adalah teknik
penyajian yang dipilih dan diterapkan seiring dengan pemanfaatan media dan
sumber belajar. Selain itu, metode sering diterapkan secara kombinasi, tidak
tunggal sehingga keterbatasan tujuan metode dapat diatasi dengan metode
lainnya”. (Dewi Salma, 2008: 66).
Metode membaca yang diajarkan Glenn Doman merupakan suatu metode
belajar dengan bermain dan belajar. Seperti halnya beberapa peneliti mengatakan
dunia anak adalah dunia bermain, begitu pula yang diterapkan dalam metode ini
ialah dunia anak yaitu dunia bermain dengan belajar. Metode membaca ini
menggunakan media berupa flashcard (kata yang ditulis pada karton putih dengan
ukuran kartu T: 21.5 cm dan L: 30 cm, huruf ditulis dengan warna merah dan
menggunakan huruf kecil, bukan kapital. Disebut flashcard karena diperlihatkan
secara cepat dan bergantian yaitu dua detik tiap kata.
Glenn Doman ialah seorang tokoh pengembangan kemampuan manusia
yang telah berpuluh tahun melakukan penelitian terhadap anak-anak lebih dari
100 negara. Banyak orang sering menyamakan dua buah kata yang sangat
berbeda artinya, kata-kata itu adalah belajar dan mendidik. Glenn Doman
mengatakan bahwa belajar biasanya dihubungkan dengan proses yang terjadi pada
seseorang yang sedang mendapatkan ilmu, sedangkan mendidik ialah proses
belajar yang dituntun oleh seorang guru atau sekolah. Karena hal itulah orang
kadang merasa bahwa pendidikan formal dimulai pada usia enam tahun, proses
belajar yang lebih penting lainnya pun mulai pada usia enam tahun, padahal
pembelajaran semacam ini sudah bisa diajarkan pada usia balita atau bahkan bayi
sekalipun, meskipun sifatnya bukan pendidikan formal.
Upaya Glenn Doman diteruskan oleh anaknya Jannet Doman yang
membuat program bayi membaca menggunakan flash card. Ini dasarnya sama
bahwa inteligensi bisa dipengaruhi dari luar. Tapi temuan-temuan terakhir karena
pesatnya brain research diketahui bahwa setiap anak itu mempunyai kondisi
neurobiologis masing-masing yang bila ternyata diluar batas-batas normal
membutuhkan pertolongan agar ia mampu siap saat harus menjalankan sekolah
dasar (school readiness).
Metode ini merupakan sebagian dari intervensi dini. Intervensi dini
diberikan untuk anak-anak yang mengalami keterlambatan maupun ketidakan
harmonisan tumbuh kembang (fisik, psikologis, sosial, emosional, kognitif dan
sebagainya).
Glenn Doman yang telah berusia 85 tahun, pendiri The Institute for The
Achievement of Human Potential di Philadelphia, puluhan tahun meneliti
perkembangan otak anak, khususnya anak yang terkena cedera otak. Dia
mengatakan bahwa otak anak, bahkan yang sudah dibedah hemisferektomi
(dibuang setengah fisik) otaknya pun masih bisa mempunyai kemampuan sama
dengan anak yang mempunyai otak utuh. Nurudin Jauhari, dalam
http://cideraotak.blog.friendster.com/2008/06/pemeriksaan-lainnya-cerebral-
palsy/.
Dengan demikian, anak yang mengalami cidera otak, khususnya cerebral
palsy sebenarnya masih mempunyai potensi untuk bisa membaca, asalkan
distimulasi secara berkesinambungan dan tentunya dengan cara pengajaran yang
disesuaikan. Seperti pendapat Jamilla K. A Muhammad (2008: 115), bahwa
“pembelajaran untuk anak cerebral palsy adalah dengan melatih penglihatan dan
pendengaran mereka”.
Proses belajar membaca Glenn Doman ini juga melatih indra
penglihatan, indera pendengaran, dan terutama merangsang terjalinnya hubungan
antarsel-sel otak (sinaps), yang membuat seorang anak menjadi cerdas.
Menurut pendapat dari Irene F. Mongkar, dalam
http://www.blogcatalog.com/search.frame.php?term=glenn+doman&id=006973b0
873b8a5ecf733337def9fecc42, dikemukakan bahwa :
bagi otak tidak ada bedanya apakah dia ‘melihat’ atau ‘mendengar’ sesuatu. Otak dapat mengerti keduanya dengan baik. Yang dibutuhkan adalah suara itu cukup kuat dan cukup jelas untuk didengar telinga, dan perkataan itu cukup besar dan cukup jelas untuk dilihat mata sehingga otak dapat menafsirkan. Kalau telinga menerima rangsang suara, baik sepatah kata atau pesan lisan, maka pesan pendengaran ini diuraikan menjadi serentetan impuls-impuls elektrokimia dan diteruskan ke otak yang bisa melihat untuk disusun dan diartikan menjadi kata-kata yang dapat dipahami. Begitu pula kalau mata melihat sebuah kata atau pesan tertulis. Pesan visual ini diuraikan menjadi serentetan impuls elektrokimia dan diteruskan ke otak yang tidak dapat melihat, untuk disusun kembali dan dipahami. Baik jalur penglihatan maupun jalur pendengaran sama-sama menuju ke otak dimana kedua pesan ditafsirkan otak dengan proses yang sama.
Melalui berbagai riset dan fakta ilmiah membuktikan bahwa sinapsis,
yang katanya tumbuh pesat di usia dini, ternyata terus berkembang seumur hidup
artinya proses pembelajaran bagi seseorang tidak pernah berhenti selama ia hidup.
Dan banyaknya sinapsis tidak berarti lebih cerdas, karena secara alamiah jumlah
sinapsis akan dirampingkan saat orang beranjak dewasa.
Meski teorinya sarat kontroversi, Glenn Doman sudah membuktikan
keberhasilannya mengajar membaca (dan matematika) anak-anak dengan cedera
otak misalnya penderita autis, cerebral palsy, speech delayed, epilepsi, atau
gangguan pemrograman otak. Dengan metodenya, ia melakukan pemrograman
ulang agar anak dengan cedera otak dapat menyerap pelajaran sebagaimana balita
normal.
Teori Glenn ini diterapkan dengan pemikiran bahwa membaca adalah
fungsi otak, sedangkan mengajar membaca dengan mengeja huruf diikat oleh
kaidah atau aturan bahasa. Aturan-aturan bahasa ini menurut Glenn Doman malah
memperlambat keterampilan anak membaca. Dengan teori Glenn, anak diajar
melihat tulisan seperti halnya melihat gambar. Rangkaian kata bagi si anak adalah
suatu simbol dari benda yang diucapkan si ibu atau si ayah yang membacakannya.
Selanjutnya, karena makin hari jumlah kata dan benda yang dikuasai makin
banyak, maka tulisan kata dalam kartu makin ditambah pula.
Glenn memberi catatan, mengajar bukan menjadi suatu beban, melainkan
hak istimewa bagi orangtua. Anak adalah prioritas yang penting dalam keluarga.
Kegiatan belajar membaca perlu diulang-ulang beberapa kali (15 hingga 25 kali),
lalu kartu yang lama diganti dengan kartu yang baru. Saat mengajar, anak maupun
orangtua harus dalam kondisi mood yang baik dan suasana yang menyenangkan.
Durasi membacanya juga harus sangat cepat, hanya sekilas-sekilas saja dan harus
segera berhenti sebelum anak ingin berhenti.
b. Desain Metode Glenn Doman
Metode membaca ini menggunakan media berupa flashcard (kata yang
ditulis pada karton putih dengan ukuran huruf T: 21.5 cm dan L: 30 cm, huruf
ditulis dengan warna merah dan menggunakan huruf kecil, bukan kapital).
Dalam penelitian ini, penulis sengaja membedakan ukuran gambar
dengan ukuran kata nya. Ukuran gambar dibuat lebih kecil daripada tulisan atau
kata, agar anak lebih fokus melihat kata sehingga dapat membedakan bentuk
setiap hurufnya. Fungsi gambar dalam kartu ini hanya sebagai wakil dari kata
yang akan diajarkan.
Desain Media Flashcards Glenn Doman
_______________ 30 cm __________________
21,5 cm
(Gambar 1. Desain Media Flashcard Glenn Doman)
i k a n
c. Prosedur Penggunaan Metode Glenn Doman
Dalam mengajar dengan menggunakan metode Glenn Doman terdapat
beberapa tahap yaitu:
1) Tahap satu – Words (kata)
a) Membuat 15 kata dibagi dalam 3 set yaitu: set A, set B dan set C
b) Angkat salah satu kata, misalnya ”ikan” dan katakan pada anak ”ini
dibaca ikan”
(1) Memberikan tidak lebih dari dua detik
(2) Mengambil kartu dari belakang
(3) Wajah anak pun perlu diperhatikan dengan baik dan serius,
karena guru atau orangtua dapat mengetahui kata mana yang
disukai oleh anak.
(4) Tidak boleh meminta anak mengulang kata-kata yang dibacakan
guru atau orangtua
(5) Setelah membaca lima kata, guru berhenti untuk memberi kata
kembali, lalu peluk anak dengan hangat, hal ini menunjukan
kebahagiaan dan kegembiraan guru atau orangtua dengan nyata
dan luar biasa, sehingga anak dapat memahami dan merasakan
bahwa kegiatan tersebut membuat guru atau orangtua gembira.
c) Hari pertama set A sebanyak tiga kali.
d) Hari kedua set A sebanyak tiga kali dan ditambah set B tiga kali
e) Hari ketiga set A sebanyak tiga kali, set B sebanyak tiga kali dan
set C sebanyak 3 kali juga
f) Hari keempat sampai hari ke enam sama seperti hari ketiga
2) Tahap dua – Couplets (untaian kata)
a) Tahap ini merupakan tahap jembatan antara kata pada susunan
kata
b) Menambahkan beberapa kata lainnya. Misalnya: nama warna,
beberapa lawan kata dan sebagainya
c) Dilakukan seperti tahap pertama, dibaca setiap set 5 couplets
diulang dengan jumlah yang sama.
3) Tahap tiga – Phrases (susunan kata)
a) Tahapan ini merupakan tahapan jembatan antara untaian kata
pada susunan kata
b) Tambahkan beberapa kata dan membuat kalimat pendek.
Misalnya: mama memotong mangga
c) Dilakukan seperti tahap kedua, tiap set dibaca lima susunan kata.
4) Tahap empat – Sentences (kalimat)
a) Membuat tambahan kata seperti ”sebuah”
b) Membuat kata tambahan objek
c) Membuat kalimat seperti: mama memotong sebuah mangga
harumanis.
d) Kumpulan kata-kata yang pernah dibaca, dikumpulkan kembali,
lalu meminta anak untuk menyusun sendiri kalimat mereka
5) Tahap lima – Buku
Setelah anak menguasai 50 sampai dengan 150 kata. Maka anak
mulai belajar membaca dengan buku ataupun sebuah cerita yang
dibuat berhubungan dengan kata yang telah dikuasai. Dikutip dari
:http://cidera-otak.blog.friendster.com/2008/06/cara-kerja-metode-
glenn-doman/ oleh Nurudin Jauhari
Dalam penelitian ini, penulis hanya berfokus pada tahap pertama, yaitu
pengenalan kata (words) dengan media flashcards dan membaca kata (belum
kalimat). Anak cerebral palsy umumnya memiliki konsentrasi yang rendah,
sehingga pengajaran yang berat dan terlalu kompleks di awal pengajaran akan
membuatnya merasa tertekan. Untuk sampai pada tahap terakhir membutuhkan
waktu yang relatif lama.
Pengenalan kata dilakukan dengan permainan flashcard yang terdiri dari
15 kata, dengan menggunakan kata-kata yang sudah sering didengar anak. Seri A,
hewan, terdiri dari 5 kata, yaitu ikan, ayam, kucing, sapi, gajah. Seri B, buah-
buahan, yaitu jeruk, apel, pisang, durian, melon. Seri C, nama warna, yaitu,
merah, kuning, hijau, biru, hitam. Prosedur pelaksanaan sama dengan yang tertulis
di tahap satu.
B. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir pada dasarnya merupakan arah pemikiran untuk bisa
sampai pada pemberian jawaban sementara atas masalah yang telah dirumuskan.
Anak cerebral palsy umumnya mempunyai daya konsentrasi yang rendah
sehingga menyulitkannya untuk memusatkan perhatian, termasuk usahanya untuk
menterjemahkan simbol-simbol, seperti dalam aktivitas membaca. Hal ini sangat
disayangkan mengingat manfaat membaca sangat penting dalam kehidupan.
Untuk itu diperlukan suatu metode pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan
kemampuan membaca mereka.
Dalam penelitian ini, digunakan suatu metode pembelajaran yaitu
metode Glenn Doman dalam bentuk flashcard. Metode ini bersifat ringan dan
menyenangkan, sehingga diharapkan akan mudah diterima anak.
Kondisi awal kemampuan membaca anak cerebral palsy di SLB D
YPAC Surakarta sebelum diberikan perlakuan dengan metode Glenn Doman
dalam bentuk flashcard adalah masih rendah. Kemudian, anak diberikan perlakuan
(treatment) dengan menggunakan metode Glenn Doman dalam bentuk flashcard.
Treatment diharapkan dapat meningkatkan kemampuan membaca anak cerebral
palsy di SLB D YPAC Surakarta sehingga dapat diketahui keefektifan dari
metode Glenn Doman dalam bentuk flashcard ini dalam meningkatkan
kemampuan membaca mereka.
Dengan adanya dugaan-dugaan di atas, maka penelitian ini diadakan
pembuktian efektifitas penggunaan metode Glenn Doman dalam meningkatkan
kemampuan membaca anak cerebral palsy dengan bagan sebagai berikut :
(Gambar 2. Bagan Kerangka Berpikir)
C. Perumusan Hipotesis
Sesuai dengan perumusan masalah yang dikemukakan dalam penelitian
ini, penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut : metode Glenn Doman dalam
bentuk Flashcard efektif dalam meningkatkan kemampuan membaca anak
cerebral palsy di SLB-D YPAC Surakarta tahun ajaran 2009/2010.
Kemampuan Membaca Anak
Cerebral Palsy Setelah diberikan Perlakuan
dengan Metode Glenn Doman dalam Bentuk Flashcard Meningkat
Kemampuan Membaca Anak Cerebral Palsy Sebelum diberikan
Perlakuan dengan Metode Glenn Doman dalam
Bentuk Flashcard Masih Rendah
Treatment dengan
Menggunakan Metode Glenn Doman dalam
Bentuk Flashcard
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian merupakan tempat untuk memperoleh data yang
dibutuhkan dalam penelitian. Penelitian ini mengambil lokasi di SLB D YPAC
Surakarta tahun ajaran 2009/2010.
2. Waktu Penelitian
a. Desember minggu ke 2, pengajuan judul
b. Desember minggu ke 3 sampai Januari minggu ke 1, pengajuan proposal
c. Januari minggu ke 2-3, pengajuan BAB I-III dan instrumen
d. Januari minggu ke 4, perijinan dan pelaksanaan tryout
e. Februari minggu ke 1, pelaksanaan pretest
f. Februari minggu ke 2-4, pelaksanaan treatment dan posttest
g. Maret minggu ke 1, penolahan data dan penyusunan laporan
h. Maret minggu ke 2-3, pengajuan BAB IV-V
Tabel 1. Jadwal Waktu Penelitian
Jenis
Kegiatan
Desember Januari Februari Maret
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Pengajuan judul Proposal BAB 1-3, insrtumen Perijinan dan tryout Pretest Treatment dan
posttest
Olah data dan
penyusunan laporan
BAB 4-5
B. Metode Penelitian
Kegiatan penelitian selalu dilakukan sebagi upaya memahami dan
memecahkan masalah secara ilmiah, sistematis dan logis. Istilah ilmiah disini
mengandung pengertian berdasarkan pada fakta empiris (bukan berdasarkan ide
pribadi) yang diperoleh dari penyelidikan secara berhati-hati dan bersifat obyektif.
Oleh karena itu bekerja secara ilmiah memerlukan dan menempuh langkah yang
sistematis.
“Metode penelitian merupakan rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan
penelitian yang didasari oleh asumsi-asumsi dasar, pandangan-pandangan,
filosofis dan ideologis, pertanyaan dan isu-isu yang dihadapi. Beberapa peneliti
menyebutnya sebagai tradisi penelitian atau research traditions” ( Nana Syaodih
Sukamadinata, 2005: 52)
Menurut Slamet Widodo (2004: 51), “metode ialah suatu prosedur atau
cara untuk mengetahui sesuatu, yang mempunyai langkah-langkah sistematis.
Sedangkan metodologi ialah suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-
peraturan suatu metode”. Jadi, metode penelitian ialah suatu pengkajian dalam
mempelajari peraturan-peraturan yang terdapat dalam penelitian.
Metode penelitian merupakan rangkaian cara atau langkah yang
digunakan untuk mengumpulkan, menyusun dan menganalisis serta
menginterpretasikan data yang diteliti untuk menarik kesimpulan.
Sehubungan dengan judul penelitian ini maka metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode eksperimen, karena dalam penelitian ini
penulis mengadakan percobaan untuk menguji hipotesis hubungan sebab akibat
antara variabel yang sengaja diadakan dengan variabel di luar variabel yang
diteliti, yaitu untuk mengetahui efektivitas penggunaan metode Glenn Doman
dalam bentuk flashcard terhadap peningkatan kemampuan membaca anak cerebral
palsy.
Sebagaimana yang diakatakan oleh H. Hadari Nawawi dan H. Mimi
Martini (1996: 130) bahwa
metode eksperimen adalah prosedur penelitian yang dilakukan untuk mengungkapkan hubungan sebab akibat antara variabel yang sengaja diadakan terhadap variabel di luar variabel yang diteliti. Variabel yang
sengaja dilakukan itu disebut perlakuan (treatment) atau variabel eksperimen (experimental varibel), yang berfungsi sebagai variabel bebas.
Menurut Krathwohl (1977) dalam Nana Syaodih Sukamadinata (2005:
57-58) :
metode eksperimen bersifat validation atau menguji, yaitu menguji pengaruh satu atau lebih variabel terhadap variabel alin. Variabel yang memberi pengaruh dikelompokan sebagai variabel bebas (independent variables), danvariabel yang dipengaruhi dikelompokan sebagai variabel terikat (dependent variables).
Dengan demikian, di dalam penelitian ini penulis secara langsung
bereksperimen untuk mencari hubungan sebab akibat antar variabel, dimana
menurut pendapat Winarno Surakhmad (1982: 149) “bereksperimen berarti
mengadakan kegiatan percobaan untuk melihat sesuatu hasil. Hasil itu yang akan
menegaskan bagaimanakah kedudukan perhubungan kausal antar variabel-
variabel yang diselidiki”. Tujuan eksperimen bukanlah pada pengumpulan dan
deskripsi data melainkan pada penemuan faktor-faktor penyebab dan faktor-faktor
akibat.
“Suatu metode penelitian memiliki rancangan penelitian (research
design) tertentu. Rancangan ini menggambarkan prosedur atau langkah-langkah
yang harus ditempuh, waktu penelitian, sumber data dan kondisi arti apa data
dikumpulkan, dan dengan cara bagaimana data tersebut dihimpun dan diolah”
(Nana Syaodih Sukamadinata, 2005: 52).
Menurut Sudjana (1991: 1) yang dimaksud dengan desain eksperimen
adalah langkah-langkah lengkap yang perlu diambil jauh sebelum eksperimen
dilakukan agar supaya data yang semestinya diperlukan dapat diperoleh sehingga
akan membawa kepada analisis obyektif dan kesimpulan yang berlaku untuk
persoalan yang sedang dibahas. Adapun yang menjadi tujuannya yaitu untuk
memperoleh atau mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang diperlukan
dan berguna dalam melakukan penelitian persoalan yang akan dibahas (Sudjana
(1991: 2).
Desain yang digunakan dalam penelitian ini yaitu One Group Pretest-
Posttest Design, dimana sekelompok subyek diberikan perlakuan untuk jangka
waktu tertentu. Pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah perlakuan diberikan,
dan perbedaan antara hasil pengukuran awal (T1) dengan hasil pengukuran akhir
(T2) adalah merupakan pengaruh perlakuan yang diberikan. Desain penelitian ini
digambarkan seperti bagan berikut :
Pretest Treatment Posttest
T1 X T2
(Arikunto, S. 1998: 84)
(Tabel 2. Desain Penelitian One Group Pretest-Posttest)
Keterangan :
(1) T1 : tes awal (pretest) sebelum perlakuan diberikan
(2) X : treatment (perlakuan), yaitu melakukan pembelajaran dengan metode
Glenn Doman (3) T2 : tes akhir (posttest) setelah diberikan perlakuan
Menurut Sumadi Suryabrata (1997: 42) prosedur penelitian
eksperimental jenis One Group Pretest Posttest Design adalah sebagai berikut :
a. Kenakan T1 yaitu pretest untuk mengukur mean prestasi belajar sebelum subyek diberikan pengajaran membaca dengan metode Glenn Doman dalam bentuk flashcards
b. Kenakan Subyek dengan X1 yaitu dengan memberikan pengajaran membaca melalui metode Glenn Doman dengan media flashcards dalam jangka waktu tertentu
c. Berikan T2 yaitu posttest untuk mengukur mean prestasi belajar setelah subyek dikenakan pengajaran membaca menggunakan metode Glenn Doman dalam bentuk flashcards
d. Bandingkan T1 dan T2 untuk menentukan seberapa besarkah perbedaan yang timbul sebagai akibat dari digunakannya metode Glenn Doman dalam bentuk flashcards pada pengajaran membaca
e. Terapkan tes statistik yang cocok dalam hal ini tes untuk menentukan apakah perbedaan itu signifikan
Adapun langkah-langkah prosedur penelitian yang dilakukan peneliti
adalah sebagai berikut :
a. Memberikan tes pertama/T1, yaitu pretest sebelum subyek diberi
pengajaran membaca dengan metode Glenn Doman dalam bentuk
flashcards
b. Memberi perlakuan kepada subyek dengan metode Glenn Doman
dalam bentuk flashcards dalam jangka waktu tertentu
c. Memberikan tes kedua/T2, yaitu posttest setelah subyek diberi
pengajaran membaca dengan metode Glenn Doman dalam bentuk
flashcards
d. Membandingkan T1 dan T2 untuk mengetahui perbedaan yang timbul
sebagai akibat diberikannya pengajaran dengan metode Glenn Doman
dalam bentuk flashcards
e. Menerapkan analisis statistik yang cocok untuk menentukan apakah
perbedaan itu signifikan atau tidak
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
H. M. Burhan Bungin (2006: 99) mengemukakan bahwa “populasi
penelitian merupakan keseluruhan (universum) dari objek penelitian yang dapat
berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, udara, gejala, nilai, peristiwa, sikap
hidup, dan sebagainya, sehingga objek-objek ini dapat menjadi sumber data
penelitian”.
Pendapat yang hampir mirip juga dikemukana oleh Sutrisno Hadi (1990:
220), yaitu “populasi adalah seluruh penduduk yang dimaksudkan untuk diselidiki
disebut populasi atau universum. Populasi dibatasi sebagai jumlah penduduk atau
individu yang paling sedikit mempunyai sifat sama”.
Dari kedua pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
populasi adalah keseluruhan (universum) dari objek penelitian, baik itu manusia
maupun unsur lain, yang paling sedikit mempunyai kesamaan sifat, sehingga
dapat dijadikan sumber data penelitian.
Dalam penelitian ini penulis mengambil populasi seluruh siswa kelas 1
D1 SLB D YPAC Surakarta tahun ajaran 2009/2010 yang mengalami cerebral
palsy, yang berjumlah 5 orang.
2. Sampel
Slamet Widodo (2004: 51) berpendapat bahwa, “sampel (contoh) ialah
sebagian anggota populasi yang diambil dengan menggunakan teknik tertentu
yang disebut dengan teknik sampling”. Sedangkan Suharsimi Arikunto (1998:
117) berpendapat bahwa, “sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang
diteliti”. Dalam penelitian ini tidak diterapkan sampel dan teknik sampling karena
semua anak menjadi subjek penelitian.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan Tes. Adapun pengertiannya yaitu:
Tes
1. Pengertian Tes
Dalam setiap akhir sesi pembelajaran diperlukan suatu alat ukur untuk
menentukan keberhasilan pembelajaran itu sendiri. Begitupun dalam
pengumpulan data penelitian, diperlukan alat ukur yang kurang lebih sama
sifatnya. Salah satu alat ukur atau penilaian yang biasa digunakan adalah tes. “Tes
sebagai alat penilaian adalah pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa
untuk mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam bentuk
tulisan (tes tulisan), atau dalam bentuk perbuatan (tes tindakan)” (Nana Sudjana,
2008: 20). Sedangkan Suharsismi Arikunto (1998: 123) menyatakan bahwa “tes
adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk
mengukur keterampilan , pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang
dimiliki oleh individu atau kelompok”.
Sumadi Suryabrata (1990: 22) berpendapat bahwa “tes adalah
pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab atau perintah yang harus dijalankan,
yang berdasar atas bagaimana menjawab pertanyaan atau melaksanakan perintah,
dimana tester mengambil kesimpulan dengan cara membandingkan dengan
standart atau testee yang lain”.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tes merupakan alat penilaian
yang digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan siswa setelah melakukan
suatu pembelajaran, yang dapat berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis, lisan
ataupun perbuatan.
2. Syarat-Syarat dan Jenis Tes
a. Syarat-Syarat Tes
Menurut Sumadi Suryabrata (1990: 327), syarat-syarat tes yang baik
adalah sebagai berikut :
a) Tes itu harus reliabel b) Tes itu harus valid c) Tes itu harus obyektif d) Tes itu harus diskriminatif e) Tes itu harus komprehensif f) Tes itu harus mudah digunakan Untuk penjelasan ringkasnya, penulis uraikan sebagai berikut :
a) Tes itu harus reliabel
Suatu tes adalah reliabel apabila tes memiliki keajegan hasil atau
konsistensi. Artinya, tes itu sama dengan dirinya sendiri jika suatu tes itu
diberikan kepada sekelompok subyek sekarang, dan diberikan kepada subyek
yang sama itu di lain waktu hasilnya sama atau nampak sama.
b) Tes itu harus valid
Suatu tes adalah valid apabila tes tersebut dapat mengukur apa yang
seharusnya diukur
c) Tes itu harus obyektif
Tes disebut obyektif jika memberikan hasil yang sama apabila sekiranya
tes tersebut diskor oleh orang lain dan dalam waktu yang berbeda, jadi bagaimana
hasil skor itu tidak tergantung kepada subyek yang memberikan skor
d) Tes itu harus diskriminatif
Suatu tes disebut diskriminatif jika tes itu disusun sedemikian rupa
sehingga dapat melacak (menunjukan) perbedaan-perbedaan yang kecil sekalipun
e) Tes itu harus komprehensif
Suatu tes dikatakan komprehensif jika tes tersebut mencakup segala
persoalan yang harus diselidiki
f) Tes itu harus mudah digunakan
Bahwa tes itu harus mudah digunakan dan kiranya cukup jelas
manfaatnya
b. Jenis-jenis Tes
Dalam pelaksanaannya, tes memiliki jenis yang berbeda-beda, baik
dalam segi sifat, tujuan maupun pembuatannya. Menurut Bimo Walgito (1980:
78) ada beberapa jenis tes, yaitu :
a) Menurut Sifatnya (1) Tes verbal, yaitu tes yang menggunakan bahasa sebagai alat media baik lisan maupun tulisan (2) Tes non verbal, yaitu tes yang tidak menggunakan bahasa, artinya, meskipun menggunakan bahasa tetapi sangat terbatas (3) Tes perbuatan, yaitu terdiri dari tugas-tugas untuk melakukan sesuatu (4) Tes individual, yaitu tes yang dalam pelaksanaannya hanya dapat dilakukan perorangan saja (5) Tes kelompok, yaitu tes yang dilakukan dalam waktu yang sama, seorang penguji dapat melakukan tes sekelompok individu
b) Menurut Tujuannya (1) Tes bakat, yaitu tes untuk menyelidiki kemampuan-kemampuan jiwa seperti ingatan, daya fantasi, intelegensi, dan sebagainya (2) Tes prestasi belajar, yaitu tes untuk menyelidiki apa yang telah dicapai siswa dalam suatu mata pelajaran (3) Tes diagnostik, yaitu tes untuk menyelidiki letak kesulitan yang dihadapi anak dalam mata pelajaran tertentu
c) Menurut Pembuatannya (1) Tes standar, yaitu tes yang distandarisasi (pembuatannya telah memiliki proses reliabilitas, validitas dan obyektivitas) (2) Tes buatan guru, yaitu tes yang terjadi dari berbagai jenis ulangan, treatment, dan ujian yang dibuat oleh para guru yang dapat berbentuk tes subyektif dan obyektif Dalam penelitian ini, penulis menggunakan bentuk tes obyektif
berbentuk matching atau menjodohkan dan tes lisan yang disusun sendiri oleh
penulis berdasarkan materi yang diajarkan pada saat perlakuan. Kegunaan tes
buatan guru menurut Caca Rahmat (2001: 149) antara lain :
a. Untuk menentukan seberapa baik siswa telah menguasai bahan pelajaran yang
diberikan dalam waktu tertentu
b. Untuk menentukan apakah sesuatu tujuan telah tercapai
c. Untuk memperoleh suatu nilai
Adapun syarat khusus penyusunan tes dalam bentuk matching menurut
M. Ngalim Purwanto (2006: 42) antara lain:
a) Dalam menyusunnya, banyak sedikitnya soal disesuaikan dengan tingkat kesukaran
b) Baik digunakan untuk mengetes hal-hal faktual seperti arti kata-kata, tanggal dan peristiwa, tokoh, dan istilah asing
c) Keseluruhan soal hendaknya dibuat sehomogen mungkin d) Jumlah respons harus sedikitnya satu lebih banyak dari jumlah
premisnya
Tes menjodohkan (matching) dalam penelitian ini berjumlah 10 soal. Setiap soal
mempunyai bobot nilai 1, sehingga skor tertinggi adalah 10.
Menurut Caca Rahmat (2001: 93) “Tes lisan digunakan untuk
mengevaluasi hasil belajar berupa kemampuan untuk mengemukakan pendapat-
pendapat atau gagasan-gagasan secara lisan”. Di dalam buku yang sama, Caca
Rahmat juga mengemukakan bahwa cara penyekoran tes lisan adalah dengan
menggunakan pedoman penyekoran. Adapun pedoman yang penulis pakai
berdasarkan pengembangan dari pendapatnya Caca Rahmat (2001: 94) adalah :
Skor 1 : anak tidak dapat membaca sama sekali
Skor 2 : anak dapat membaca, tetapi dengan bantuan guru dan ada kesalahan
Skor 3 : anak dapat membaca, tetapi dengan bantuan guru dan tidak ada kesalahan
Skor 4 : anak dapat membaca sendiri tapi masih ada kesalahan
Skor 5 : anak dapat membaca sendiri dengan benar
Tes membaca (lisan) dalam penelitian ini berjumlah 10 soal. Setiap soal
memiliki bobot nilai yang berbeda sesuai dengan kemampuan yang dicapai siswa,
dilihat dari pedoman penyekoran. Skor butir soal tertinggi adalah 5, sehingga skor
tertinggi yang diharapkan pada tes membaca adalah 50 (5 x jumlah soal).
Adapun cara penilaian akhirnya adalah dengan menjumlahkan skor tes
menjodohkan dengan skor tes membaca, kemudian hasilnya dibagi 6, karena
apabila semua jawaban betul, skor yang diperoleh dari tes menjodohkan adalah 10
dan tes membaca 50, sehingga skor keseluruhan adalah 60. Untuk mendapatkan
nilai akhir 10 (tertinggi), maka 60 harus dibagi dengan 6.
Data yang dikumpulkan dengan tes berbentuk matching atau
menjodohkan adalah kemampuan pengenalan kata dan gambar, sedangkan tes
lisan digunakan untuk mengukur kemampuan membaca.
3. Penentuan Validitas dan Reliabilitas
a. Validitas Tes
Validitas sering diartikan keseimbangan suatu alat ukur atau instrument.
Disebut memiliki validitas bilamana alat ukur tersebut isinya layak untuk
mengukur obyek yang seharusnya diukur dan sesuai criteria tertentu. Artinya ada
kesesuaian antara alat ukur dengan fungsi pengukuran dan sarana pengukuran.
Selanjutnya Suharsimi Arikunto (1996: 160) menyatakan bahwa
“Validitas adalah suatu alat ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kecil dan
atau keahlian suatu instrument”. Dalam penelitian ini teknik yang digunakan
untuk mengetahui validitas alat ukur adalah dengan teknik “korelasi product
moment” (Suharsimi Arikunto, 1998: 162). Rumus yang digunakan adalah
sebagai berikut :
rxy = N ∑XY- (∑X) (∑Y)
)²}Y( - ²Y )²}{NX( -²X N { keterangan :
X = item
Y = total item
rxy = koefisien korelasi antara variabel x dan y
xy = jumlah perkalian x dan y
x² = jumlah kuadrat dari x
y² = jumlah kuadrat dari y
N = jumlah subyek
Validitas suatu tes dinyatakan dengan angka koefisien korelasi (r).
Kriteria koefisien korelasi menurut M. Ngalim Purwanto (2006: 144) adalah :
1. 0,00-0,20 korelasi sangat rendah (hampir tidak ada korelasi)
2. 0,21-0,40 korelasi rendah
3. 0,41-0,70 korelasi cukup
4. 0,71-0,90 korelasi tinggi
5. 0,91-1,00 korelasi sangat tinggi (sempurna)
Tes ini telah teruji validitas dan reliabilitasnya karena sudah di tryoutkan
di SLB AL-HUDA Sadananya. Dari butir soal antara 0.644 sampai dengan 0,001.
Dari 24 soal, ada 4 yang tidak valid karena nilai probabilitasnya lebih besar dari
taraf signifikasi yaitu 0,05. 4 soal yang tidak valid tersebut adalah soal nomor 8, 9,
12, dan 13. Untuk itu, soal tersebut sudah dibuang dan sisanya berjumlah 20 soal
bisa dikatakan valid karena nilai probabilitasnya lebih kecil dari taraf signifikasi.
b. Reliabilitas Tes
Suatu alat ukur dikatakan reliabel apabila alat ukur itu dalam mengukur
suatu gejala akan menunjukan suatu hasil yang sama meskipun dilakukan dalam
waktu yang berbeda. Sehubungan dengan reliabilitas ini, Suharsimi Arikunto
(1998: 171) menyatakan bahwa “Reliabilitas adalah ketetapan suatu tes apabila
diteskan kepada subyek yang sama”. Rumus yang digunakan adalah Spearman
Brown yaitu :
r11
= _ 2.r ½.½_____ 1 + r ½.½
keterangan :
r11 = koefisien reliabilitas yang sudah disesuaikan
r ½.½ = koefisien diantara skor-skor setiap belahan
G. Teknik Analisis Data
Dalam menganalisa data penelitian ini, penulis menggunakan teknik
data statistik non parametrik, yaitu analisis Uji Rangking Wilcoxon (Wilcoxon
Signed Rank), dimana teknik ini digunakan karena disesuaikan dengan jenis
eksperimen dan jenis data, karena peneliti menggunakan pre test-pos test, yaitu
sebelum perlakuan diberi tes dan setelah perlakuan diberi tes.
Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :
1. Merumuskan hipotesis
a. Ho : Tx = Ty (metode Glenn Doman dalam bentuk flashcards
tidak efektif dalam meningkatan kemampuan membaca anak
cerebral palsy di SLB D YPAC Surakarta tahun ajaran
2009/2010)
b. Ha : Tx > Ty (metode Glenn Doman dalam bentuk flashcards
efektif dalam meningkatan kemampuan membaca anak cerebral
palsy di SLB D YPAC Surakarta)
2. Memilih taraf signifikan (£)
Taraf signifikansi yang digunakan adalah 5 %
3. Penentuan Statistik Uji
a. Mencari selisih dari dua variabel yaitu X1 dan X2
b. Merangking selisih nilai X1 dan X2 (dalam rangking tidak
memperhatikan tanda minus atau plus dari nilai rangking
tersebut)
c. Memilahkan nilai rangking yang lebih kecil frekuensinya
sebagian tanda T
4. Keputusan Uji
a. Jika To > T1 maka Ho ditolak dan Ha diterima, oleh karena itu
hipotesis yang menyatakan metode Glenn Doman dalam bentuk
flashcards tidak efektif dalam meningkatan kemampuan
membaca anak cerebral palsy di SLB D YPAC Surakarta tahun
ajaran 2009/2010 dapat diterima kebenarannya
b. Jika To < T1 maka Ho diterima dan Ha ditolak, oleh karena itu
hipotesis yang menyatakan metode Glenn Doman dalam bentuk
flashcards efektif dalam meningkatan kemampuan membaca
anak cerebral palsy di SLB D YPAC Surakarta tahun ajaran
2009/2010 tidak dapat diterima kebenarannya
BAB IV
HASIL, ANALISIS, DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Penelitian
Tujuan dari dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui
efektivitas penggunaan metode Glenn Doman dalam bentuk flashcard terhadap
peningkatan kemampuan membaca anak cerebral palsy di SLB YPAC Surakarta
tahun ajaran 2009/2010.
Penelitian ini dilakukan di SLB D YPAC Surakarta dengan mengambil
populasi seluruh siswa kelas 1 D1 yang mengalami cerebral palsy, yang berjumlah
5 orang. Dalam penelitian ini tidak diterapkan sampel dan teknik sampling karena
semua anak menjadi subjek penelitian.
Jenis penelitian ini termasuk penelitian eksperimen karena dalam
penelitian ini dilakukan treatment atau perlakuan terhadap siswa yang dijadikan
subjek penelitian. Prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan
memberikan tes awal (pretest) untuk mengetahui kemampuan awal siswa.
Kemudian dilakukan perlakuan (treatment) dalam rentang waktu tertentu, dengan
menggunakan metode Glenn Doman dalam bentuk flashcard. Baru setelah
diberikan treatment, siswa diberikan kembali tes akhir (posttest). Hasil pretest
kemudian dibandingkan dengan hasil posttes, sehingga akan diketahui ada atau
tidaknya peningkatan kemampuan membaca siswa setelah diberikannya treatment.
Jadwal selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.
Variabel dalam penelitian ini ada dua, varibel bebas yaitu metode Glenn
Doman dalam bentuk flashcard dan variabel terikat yaitu kemampuan membaca.
Analisis yang digunakan untuk mengetahui apakah metode Glenn Doman dalam
bentuk flashcard efektif dalam meningkatkan kemampuan membaca anak cerebral
palsy di SLB D YPAC Surakarta adalah statistic non parametric dengan analisis
Uji Ranking Bertanda Wilcoxon. Alasan dipilihnya analisis ini adalah karena
jumlah subyek yang sedikit (kurang dari 30) atau merupakan sampel kecil.
Sebelum diolah dengan menggunakan Uji Ranking Bertanda Wilcoxon, terlebih
dahulu penulis jabarkan data pretes dan posttest beserta grafik histogramnya.
1. Data Hasil Tes Awal (Pretest)
Data mengenai kemampuan membaca siswa diperoleh dengan
menggunakan dua macam tes, yaitu tes objektif berbentuk matching atau
menjodohkan, dan tes lisan berupa tes kemampuan membaca tanpa gambar. Baik
tes menjodohkan maupun tes membaca sama-sama berjumlah 10 soal, tetapi
dengan bobot yang berbeda. Setiap soal dalam tes menjodohkan bernilai 1,
sehingga apabila semua jawaban betul skornya 10. Pada tes membaca bobot
nilainya disesuaikan dengan kriteria penilaian tes lisan (skala 5), bobot terendah
adalah 1 dan bobot tertinggi adalah 5, oleh karena itu dalam tes membaca skor
tertinggi adalah 50 (5 x jumlah soal).
Setelah dilakukan perhitungan diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 3. Daftar Skor Tes Menjodohkan Sebelum Perlakuan (Pretest)
Dari skor tes menjodohkan di atas diperoleh hasil sebagai berikut : mean
atau rata-rata skor menjodohkan sebesar 6 dengan skor tertinggi 9 dan skor
terendah 3, sedangkan standar deviasi sebesar 2,55.
Tabel 4. Daftar Skor Tes Membaca Sebelum Perlakuan (Pretest)
No. Subyek Skor Pretest Keterangan
1 26 Cukup
2 26 Cukup
3 19 Kurang
4 17 Kurang
5 15 Kurang
No. Subyek Skor Pretest Keterangan
1 9 Baik sekali
2 4 Kurang
3 8 Baik
4 6 Cukup
5 3 Kurang sekali
Dari skor tes menjodohkan di atas diperoleh hasil sebagai berikut : mean
atau rata-rata skor menjodohkan sebesar 20,40 dengan skor tertinggi 26 dan skor
terendah 15, sedangkan standar deviasi sebesar 5,32.
Setelah diperoleh skor dari masing-masing tes, kemudian dijumlahkan
dan hasilnya dibagi 6, karena apabila semua jawaban betul, skor yang diperoleh
dari menjodohkan adalah 10 dan tes membaca 50, sehingga skor keseluruhan
adalah 60. Untuk mendapatkan nilai akhir 10, maka 60 harus dibagi dengan 6.
Cara penilaiannya adalah sebagai berikut :
Dari perhitungan di atas diperoleh data nilai sebagai berikut :
Tabel 5. Daftar Nilai Keseluruhan Siswa Sebelum Perlakuan (Pretest)
No. Subyek Skor Menjodohkan Skor Membaca Nilai
Keseluruhan
1 9 26 5,8
2 4 26 5
3 8 19 4,5
4 6 17 3,8
5 3 15 3
Berdasarkan tabel daftar nilai di atas dapat disajikan dalam bentuk grafik
histogram berikut ini :
Nilai = Skor Menjodohkan + Skor Membaca
6
Gambar 3. Grafik Histogram Nilai Menjodohkan dan Membaca
Sebelum Perlakuan (Pretest)
2. Data Hasil Tes Akhir (Posttest)
Setelah diperoleh data hasil pretest, kemudian diberikan perlakuan
(treatment) dengan menggunakan metode Glenn Doman dalam bentuk Flashcard.
Kriteria pemberian skor, sama dengan kriteria penyekoran pada saat pretest. Hasil
yang diperoleh setelah dilakukan tes akhir (posttest) adalah sebagai berikut :
Tabel 6. Daftar Skor Tes Menjodohkan Setelah Perlakuan (Posttest)
No. Subyek Skor Posttest Keterangan
1 10 Istimewa
2 10 Istimewa
3 10 Istimewa
4 10 Istimewa
5 7 Lebih dari cukup
Dari skor tes menjodohkan di atas diperoleh hasil sebagai berikut : mean
atau rata-rata skor menjodohkan sebesar 9,40 dengan skor tertinggi 10 dan skor
terendah 7, sedangkan standar deviasi sebesar 1,342.
Grafik Nilai Menjodohkan dan Membaca Sebelum Perlakuan (Pretest)
01234567
1 2 3 4 5Subyek
Nila
i Pre
tes
Tabel 7. Daftar Skor Tes Membaca Setelah Perlakuan (Posttest)
Dari skor tes menjodohkan di atas diperoleh hasil sebagai berikut : mean
atau rata-rata skor menjodohkan sebesar 36,40 dengan skor tertinggi 46 dan skor
terendah 31, sedangkan standar deviasi sebesar 7,503.
Descriptive Statistics
5 6.00 2.550 3 95 9.40 1.342 7 10
Pretest (Menjodohkan)Postest (Menjodohkan)
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Descriptive Statistics
5 20.40 5.320 15 265 36.40 7.503 28 46
Pretest (Lisan)Postest (Lisan)
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Setelah diperoleh skor dari masing-masing tes, maka nilai keseluruhannya
adalah sebagai berikut :
Tabel 8. Daftar Nilai Keseluruhan Siswa Setelah Perlakuan (Posttest)
No. Subyek Skor Menjodohkan Skor Membaca Nilai
Keseluruhan
1 10 46 9,3
2 10 43 8,8
3 10 35 7,5
4 10 28 6,3
5 7 31 6,3
Berdasarkan tabel daftar nilai di atas dapat disajikan dalam bentuk grafik
histogram berikut ini :
No. Subyek Skor Postest Keterangan
1 46 Baik sekali
2 43 Baik sekali
3 35 Baik
4 28 Cukup
5 31 Baik
Gambar 4. Grafik Histogram Nilai Menjodohkan dan Membaca
Setelah Perlakuan (Posttest)
B. Pengujian Hipotesis
Untuk membuktikan hipotesis yang berbunyi “metode Glenn Doman
dalam bentuk flashcard efektif dalam meningkatkan kemampuan membaca anak
cerebral palsy di SLB D YPAC Surakarta tahun ajaran 2009/2010 maka
digunakan analisis Uji Ranking Bertanda Wilcoxon. Hasil perhitungan dengan
menggunakan SPSS 13 analisis Uji Ranking Bertanda Wilcoxon adalah sebagai
berikut :
Tabel 9. Perhitungan Analisis Uji Ranking Bertanda Wilcoxon
Untuk Tes Menjodohkan
Wilcoxon Signed Ranks Test Ranks
0a .00 .005b 3.00 15.000c
5
Negative RanksPositive RanksTiesTotal
Postest (Menjodohkan) -Pretest (Menjodohkan)
N Mean Rank Sum of Ranks
Postest (Menjodohkan) < Pretest (Menjodohkan)a.
Postest (Menjodohkan) > Pretest (Menjodohkan)b.
Postest (Menjodohkan) = Pretest (Menjodohkan)c.
Grafik Nilai Menjodohkan dan Membaca Setelah Perlakuan (Posttest)
02468
10
1 2 3 4 5Subyek
Nila
i Pos
ttes
t
Test Statisticsb
-2.032a
.042ZAsymp. Sig. (2-tailed)
Postest(Menjodohkan) - Pretest
(Menjodohkan)
Based on negative ranks.a.
Wilcoxon Signed Ranks Testb.
Tabel 10. Perhitungan Analisis Uji Ranking Bertanda Wilcoxon Untuk Tes
Lisan/Membaca
Wilcoxon Signed Ranks Test
Ranks
0a .00 .005b 3.00 15.000c
5
Negative RanksPositive RanksTiesTotal
Postest (Lisan) -Pretest (Lisan)
N Mean Rank Sum of Ranks
Postest (Lisan) < Pretest (Lisan)a.
Postest (Lisan) > Pretest (Lisan)b.
Postest (Lisan) = Pretest (Lisan)c.
Test Statisticsb
-2.060a
.039ZAsymp. Sig. (2-tailed)
Postest(Lisan) -Pretest(Lisan)
Based on negative ranks.a.
Wilcoxon Signed Ranks Testb.
C. Rangkuman Untuk Pembuktian Hipotesis
Dengan membandingkan Asymp. Sig. (2-tailed) dengan taraf signifikan
(α) maka dapat diketahui keputusan ditolak atau diterimanya hipotesis nihil (Ho).
Berdasarkan analisis di atas, untuk tes menjodohkan diperoleh nilai Asymp. Sig.
(2-tailed) = 0,042 < 0,05, dan untuk tes lisan (membaca) diperoleh Asymp. Sig (2-
tailed) = 0,039 < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima, seperti tampak dalam
tabel berikut ini :
Tabel 11. Kesimpulan Hasil Penelitian
Hipotesis Asymp Sig. (2-
tailed)
Taraf
Signifikan
(α)
Kesimpulan
Hipotesis nihil :
Metode Glenn Doman
dalam bentuk flashcard
tidak efektif dalam
meningkatkan kemampuan
membaca anak cerebral
palsy di SLB D YPAC
Surakarta tahun ajaran
2009/2010
Menjodohkan :
0,042
Membaca :
0,039
0,05 Hipotesis nihil
ditolak
Berdasarkan hasil analisis data di atas maka Ha yang berbunyi metode
Glenn Doman dalam bentuk flashcard efektif dalam meningkatkan kemampuan
membaca anak cerebral palsy di SLB D YPAC Surakarta tahun ajaran 2009/2010
dapat diterima kebenarannya. Dari analisis deskriptif diketahui nilai mean setelah
perlakuan, baik pada tes menjodohkan maupun tes membaca sama-sama
mempunyai nilai yang lebih besar daripada nilai mean sebelum perlakuan. Pada
tes menjodohkan nilai mean setelah perlakuan adalah 9,40 sedangkan mean
sebelum perlakuan adalah 6,00. Pada tes membaca nilai mean sesudah perlakuan
adalah 36,40 sedangkan mean sebelum perlakuan adalah 20,40.
Dengan demikian, dari perbandingan data di atas dapat disimpulkan
bahwa metode Glenn Doman dalam bentuk flashcard efektif dalam meningkatkan
kemampuan membaca anak cerebral palsy di SLB D YPAC Surakarta tahun
ajaran 2009/2010.
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Anak cerebral palsy adalah anak yang mengalami kerusakan pada
otaknya. Kerusakan ini bisa disebabkan karena beberapa hal, seperti kelainan
yang terjadi pada saat dalam kandungan, saat proses kelahiran, atau beberapa saat
setelah kelahiran. Dalam perkembangannya, kerusakan otak ini akan berpengaruh
terhadap beberapa aspek kehidupan, seperti adanya gangguan komunikasi,
kecerdasan, mobilisasi, mental dan sebagainya.
Salah satu hambatan anak cerebral palsy dalam mengikuti pendidikan
adalah, umumnya mereka mempunyai daya konsentrasi yang rendah sehingga
menyulitkannya untuk memusatkan perhatian, termasuk usahanya untuk
menerjemahkan simbol-simbol, seperti dalam aktivitas membaca.
Membaca adalah suatu kegiatan yang penting dilakukan. Dengan
membaca, setiap orang bisa mengetahui dengan cepat mengenai berbagai
informasi aktual meskipun dalam rentang jarak dan waktu yang berjauhan. Sangat
disayangkan jika seseorang kehilangan kesempatan istimewa ini hanya karena
keterlambatan dalam mengikuti pendidikan atau karena dipandang tidak mampu
melakukannya, termasuk bagi anak yang mengalami kerusakan otak seperti anak
cerebral palsy.
Adanya pandangan bahwa setiap anak yang mengalami cidera otak tidak
bisa mengikuti pendidikan sebagaimana anak normal tidak bisa dibenarkan tanpa
ada pembuktian yang nyata. Pada faktanya, banyak anak cerebral palsy yang
berhasil dalam pendidikan dan kehidupannya. Mengingat bahwa membaca adalah
kegiatan yang sangat penting dan bermanfaat, maka upaya mengajarkannya pun
harus disesuaikan dengan kondisi anak.
Dalam penelitian ini, pengajaran membaca terhadap anak cerebaral palsy
diajarkan dengan suatu metode yang mempunyai prinsip bermain sambil belajar.
Sebagaiamana yang kita tahu bahwa dunia anak adalah dunia bermain. Belajar
melalui permainan ringan dan menyenangkan diharapkan akan memotivasi anak
untuk terlibat, sehingga pembelajaran akan diserap dengan baik. Metode yang
digunakan adalah metode Glenn Doman dalam bentuk flashcard, yaitu kartu
gambar dan kata yang ditulis di atas karton tebal dengan ukuran T: 21,5 cm dan L:
30 cm. Kata ditulis dengan huruf kecil dengan ukuran besar berwarna merah agar
tampak mencolok. Kartu kemudian diperlihatkan secara cepat dan bergantian,
yaitu dua detik tiap kata. Hal ini dimaksudkan untuk merangsang otak kanannya,
terutama kemampuan visual dan auditori.
Teori Glenn ini diterapkan dengan pemikiran bahwa membaca adalah
fungsi otak, sedangkan mengajar membaca dengan mengeja huruf diikat oleh
kaidah atau aturan bahasa. Aturan-aturan bahasa ini menurut Glenn Doman malah
memperlambat keterampilan anak membaca. Dengan teori Glenn, anak diajar
melihat tulisan seperti halnya melihat gambar. Rangkaian kata bagi si anak adalah
suatu simbol dari benda yang diucapkan si ibu, ayah atau guru yang
membacakannya. Selanjutnya, karena makin hari jumlah kata dan benda yang
dikuasai makin banyak, maka tulisan kata dalam kartu makin ditambah pula.
Glenn memberi catatan, mengajar bukan menjadi suatu beban, melainkan
hak istimewa bagi guru atau orangtua. Kegiatan belajar membaca perlu diulang-
ulang beberapa kali (15 hingga 25 kali), lalu kartu yang lama diganti dengan kartu
yang baru. Saat mengajar, anak maupun orangtua harus dalam kondisi mood yang
baik dan suasana yang menyenangkan.
Dari penelitian sebelumnya masih terdapat beberapa kelemahan, yaitu
penggunaan flashcard yang tidak disertai dengan gambar atau malah yang
menggunakan gambar tetapi terlalu besar. Pada flashcard yang tidak
menggunakan gambar, anak dituntut untuk dapat mengenal deretan kata tanpa
tahu apa makna dari kata tersebut. Teknik menghafal tanpa memahami makna
seperti itu tidak akan bertahan dalam ingatan anak dalam jangka waktu lama.
Begitupun pada penggunaan flashcard dengan gambar besar. Dalam hal ini indera
penglihatan anak akan terfokus pada gambar yang bentuknya jauh lebih menarik
daripada deretan huruf, sehingga materi yang seharusnya mengajarkan membaca
tidak bisa diterima anak secara optimal.
Dalam penelitian ini, flashcard yang digunakan berisi gambar dan kata.
Kelebihannya, gambar dibuat dengan ukuran lebih kecil daripada ukuran kata. Hal
ini dimaksudkan agar anak tidak terlalu fokus pada gambar, tetapi pada kata yang
hendak diajarkan. Fungsi gambar disini hanya sebagai wakil dari kata saja, agar
anak tidak hanya menghafal deretan kata tapi juga memahami makna kata
tersebut.
Desain flashcard seperti ini didukung oleh suatu teori yang dikemukakan
oleh James S. Vacca dalam Jurnal Internasional volum 22 (3) 2007
(http://www.internationaljournalofspecialeducation.com/articles.cfm?y=2008&v=
23&n=2), ketika mengadakan penelitian terhadap anak autis, yaitu:
some children with autism will learn best if flash cards and picture books are used so that the whole words are associated with pictures. It is important to have the picture and the printed word on the same side of the card. When teaching nouns the child must hear you speak the word and view the picture and printed word simultaneously. An example of teaching a verb would be to hold a card that says jump, and you would jump up and down while saying jump.
Persamaan antara autis dengan anak cerebral palsy adalah mengalami
gangguan dalam hal pemrograman pada otak, sehingga pada saat diajari membaca
dengan menggunakan flashcard, menjadi sangat penting apabila gambar dan kata
dimunculkan dalam flashcard, sehingga mudah dipahami anak.
Penelitian ini selaras dengan teori yang dikemukakan di atas, karena dari
perhitungan menggunakan Analisis Stastistik Test Bertanda Wilcoxon diperoleh
hasil yang menguatkan hal tersebut. Hasil analisis untuk tes menjodohkan
menunjukkan Z hitung sebesar -2,032 dengan probabilitas (P) 0,042 dan hasil
analisis untuk tes membaca menunjukkan Z hitung sebesar -2,060 dengan
probabilitas (P) 0,039. Karena nilai probabilitas dari Z hitung, baik dari tes
menjodohkan maupun membaca lebih kecil dari probabilitas kesalahan yaitu 5%
( = 0,05), maka Ho ditolak dan Ha diterima.
Pada awalnya, kemampuan membaca anak cerebral palsy di kelas 1 DI
SLB D YPAC Surakarta masih sangat rendah. Setelah dilakukan pembelajaran
membaca dengan metode Glenn Doman dalam bentuk flashcard, ternyata ada
peningkatan yang cukup signifikan pada kemampuan membaca mereka. Hal ini
dibuktikan dari adanya peningkatan mean pada saat pretest dan posttest. Mean
pada pretest adalah 4, 42 dengan nilai tertinggi 5,8 sedangkan mean pada posttest
adalah 7,64 dengan nilai tertinggi 9,3. Sehingga dapat disimpulkan bahwa metode
Glenn Doman dalam bentuk flashcard efektif dalam meningkatkan kemampuan
membaca anak cerebral palsy di SLB D YPAC Surakarta tahun ajaran 2009/2010.
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan Penelitian
Dari penelitian yang penulis lakukan mengenai efektifitas penggunaan
metode Glenn Doman dalam bentuk flashcard terhadap peningkatan kemampuan
membaca anak cerebral palsy, dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan metode
Glenn Doman dalam bentuk flashcard efektif dalam meningkatkan kemampuan
membaca anak cerebral palsy di SLB-D YPAC Surakarta tahun ajaran 2009/2010.
B. Implikasi Hasil Penelitian
1. Implikasi Teoritis
Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan dapat diketahui bahwa
metode Glenn Doman dalam bentuk flashcard efektif terhadap peningkatan
kemampuan membaca anak cerebral palsy. Dengan demikian hasil penelitian ini
dapat menjadi salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan membaca pada
anak cerebral palsy. Penggunaan metode Glenn Doman dalam bentuk flashcard
memudahkan anak cerebral palsy dalam menafsirkan huruf dan kata yang sifatnya
abstrak menjadi lebih mudah diterima, karena prosesnya yang ringan dan cukup
menyenangkan.
2. Implikasi Praktis
Dengan terbuktinya hipotesis dari penelitian yang penulis laksanakan,
maka hasil penelitian ini secara praktis dapat digunakan untuk membantu
meningkatkan kemampuan membaca bagi anak yang mengalami cerebral palsy
terutama dalam penguasaan kosa kata dan merangsang daya ingatnya.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi hasil penelitian ini maka dapat
dikemukakan saran, yaitu:
1. Untuk Guru
a. Guru diharapkan menggunakan metode Glenn Doman dalam bentuk
flashcard sesering mungkin dengan kartu kata yang bervariasi dalam
mengajarkan membaca, sehingga proses pembelajaran akan lebih mudah
diterima siswa
b. Guru diharapkan mengadakan koordinasi dengan orangtua mengenai cara
dan manfaat metode Glenn Doman dalam bentuk flashcard, agar metode
ini tidak hanya diajarkan di sekolah tapi juga bisa diterapkan di rumah
2. Untuk Siswa
Siswa diharapkan menggunakan flashcard sebagai media pembelajaran
membaca untuk lebih mengingat dan menguasai perbendaharaan kata
3. Untuk Kepala Sekolah
Kepala Sekolah diharapkan agar menyediakan fasilitas belajar dalam hal
penyediaan kartu bergambar (flashcard) yang bervariasi untuk mendukung
pelaksanaan metode Glenn Doman dalam bentuk flashcard di dalam kelas
DAFTAR PUSTAKA
A. Salim. 2006. Pediatri dalam Pendidikan Luar Biasa. Surakarta : Direktorat Ketenagaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional
________1996. Pendidikan Bagi Anak Cerebral Palsy. Surakarta : Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Tenaga Akademik
Abd. Rachman H. A, dkk. 1985. Minat Baca Murid di Sekolah Dasar di Jawa
Timur. Jakarta : Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud Adi W Gunawan. 2003. Genius Learning Strategy. Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama Ahmad Toha Muslim dan Sugiarmin. 1996. Ortopedi Dalam Pendidikan Anak
Tuna Daksa. Bandung : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Tenaga Guru.
Arief S. Sardiman, Raharjo, Raharjito dan Anung Hariyono. 2006. Media
Pendidikan. Jakarta : Grafindo Persada Arif Rahman. http://www.e-smartschool.com/uot/001/UOT0010047.asp
Di download tanggal 29 Oktober 2009 Basuki Wibawa dan Farida Mukti. 2001. Media Pengajaran. Bandung : Maulana Bernald Devlin http://www.beritaindonesia.co.id/cms/component-
content/article/24?ed=2. Di download tanggal 29 Oktober 2009 Bimo Walgito. 1980. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Yogyakarta :
Fakultas Psikologi UGTA Caca Rahmat. 2001. Evaluasi Pengajaran. Bandung : CV Maulana Derek Wood, dkk. 2005. Kiat Mengatasi Gangguan Belajar. Yogyakarta : Kata
Hati Dewi Salma Prawiradilaga. 2008. Prinsip Disain Pembelajaran. Jakarta :
Kencana Prenada Media Group Dwi Sunar Prasetyono. 2008. Rahasia Mengajarkan Gemar Membaca Pada Anak
Sejak Dini. Yogyakarta : think
Hadari Nawawi dan Mimi Martini. 1996. Penelitian Terapan. Yogyakarta : Gadjah Mada Univercity Press
Haycaft, John. 1997. An Introduction to English Language Teaching. England :
Longman Heidi Gerding and T.F McLauglin. Flashcard Error Drill, Previewing and Praise
For See to Say Sight Words With A Young Student With Mild Mental Retardation. Gonzaga Unversity. International Journal Of Special Education vol 23. No.2 2008. http://www.internationaljournalofspecialeducation.com/articles.cfm?y=2008&v=23&n=2
H. M. Burhan Bungin. 2006. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta : Kecana
Prenada Media Group Hujair A.H Sanaky. 2009. Media Pembelajaran. Yogyakarta : Safiria Insani Press Irene F. Mongkar. http://www.blogcatalog.com/search.frame.php?-
term=glenn+doman&id=006973b0873b8a5ecf73337def9fecc4. Di download tanggal 29 Oktober 2009
James S. Vacca. Autistic Children Can Be Taught To Read. International Journal
of Special Education 2007, Vol 22, No.3. http://www.internationaljournalofspecialeducation.com/articles.cfm?y=2008&v=23&n=2
Jamila K.A Muhammad. 2008. Special Education for Special Children (Panduan
Pendidikan Khusus Anak-Anak dengan Ketunaan dan Learning Disabilities). Jakarta : Hikmah (PT. Mizan Publika). Penerjemah : Edy Sembodo
Johnson, LouAnne. 2008. Pengajaran yang Kreatif dan Menarik (Judul Asli :
Teaching Outside the Box : How to Grab Your Students by Their Brains Author. PT Indeks. Penerjemah : Dani Dharyani
Joko D. Muktino. 2003. Aku Cinta Buku. Jakarta : PT Elex Media Komputindo Katherine Printz and Margaret Band. The Effects Of Reading Racketracks and
Flashcards on Sight Word Vocabulary: A Case Report Replication. International Journal of Special Education 2006, Vol 21, No.2. http://www.internationaljournalofspecialeducation.com/articles.cfm?y=2008&v=23&n=2
Mercedes Valk, Margaret Band and T.F McLauglin. The Effects Of Reading
Racketracks and Flashcards on Sight Word Vocabulary of three Third
Grade Students With A Specific Learning Disabillity: A Further Replication And Analysis. International Journal of Special Education 2003, Vol 18, No.2. http://www.internationaljournalofspecialeducation.com/articles.cfm?y=2008&v=23&n=2
M. Ngalim Purwanto. 2006. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.
Bandung : PT Remaja Rosdakarya Mulyono Abdurrahman. 1999. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar.
Jakarta : Rineka Cipta Musjafak Assjari. 1995. Orthopedagogi Anak Tuna Daksa. Jakarta: Depdikbud Nana Sudjana. 2008. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT
Remaja Rosdakarya Nana Syaodih Sukamadinata. 2005. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya Nurudin Jauhari .http://cidera-otak.blog.friendster.com/2008/06/cara-kerja-
metode-glenn-doman/. Di download tanggal 5 November 2009
_______________. http://cidera-otak.blog.friendster.com/2008/06/gejala-cerebral-palsy/. Di download tanggal 5 November 2009
_____________. http://cidera-otak.blog.friendster.com/2008/06/masalah-utama-gangguan-cerebral-palsy/. Di download tanggal 5 November 2009
_____________. http://cidera-otak.blog.friendster.com/2008/06/stroke-pada-bayi/ di download tanggal 5 November 2009
Ratih Kartika. http://viewietaga.blog.friendster.com/2008/06/skripz-pendahuluan/
di download tanggal 29 Oktober 2009 Slamet Widodo. 2004. Metodologi Penelitian. Surakarta : UNS Press Sudjana. 1991. Desain dan Analisis Eksperimen. Bandung : Tarsito Suharsimi Arikunto. 1996. Dasar- Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi
Aksara ________________. 1998. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta : Rineka Cipta Sumadi Suryabrata. 1997. Metodologi Penelitian. Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada
Sutrisno Hadi. 1990. Metodologi Research. Yogyakarta : Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi UGM
___________ . 1997. Metodologi Penelitian. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada Sutjihati Somantri. 1996. Psikologi Anak Luar Biasa. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Tenaga Guru
Suwaryono Wiryodijoyo. 1989. Membaca ; Strategi Pengantar dan Tekniknya. Jakarta : Departmen Pendidikan dan Kebudayaan
Winarno Surakhmad. 1982. Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung : Tarsito
Lampiran 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Tema : Diri Sendiri
Sekolah : SLB D YPAC Surakarta
Kelas/Semester : I DI/II
Alokasi Waktu : 90 menit/pertemuan
Bahasa Indonesia
Standar Kompetensi
A. Mendengarkan
Mendengarkan perintah sederhana
B. Berbicara
Menyebutkan nama benda-benda di lingkungan sekitar
C. Membaca
Membaca nyaring suku kata dan kata
D. Menulis
Menyalin atau mencontoh huruf, kata
Kompetensi Dasar
A. Mendengarkan
1.1 Mendengarkan dan membedakan berbagai bunyi bahasa
dan melafalkannya dengan benar
1.2 Mendengarkan dan melakukan sesuatu dengan perintah dan
petunjuk sederhana
B. Berbicara
2.1 Memperkenalkan nama-nama benda di lingkungan yang
paling dekat dengan anak
C. Membaca
3.1 Membaca bersuara suku kata dan kata
D. Menulis
4.2 Menulis permulaan huruf dan kata
Indikator
A. Mendengarkan
1. Mengenal kata dari permainan flashcard
2. Mengidentifikasi cerita pendek
B. Berbicara
1. Menyebutkan nama-nama hewan
2. Menyebutkan macam-macam warna
3. Menyebutka nama-nama buah
C. Membaca
1. Latihan pernafasan
2. Menirukan melafalkan huruf, suku kata dan kata dengan
benar
3. Mengucap kata dengan tepat
4. Membaca gambar
5. Memasangkan gambar dengan kata
D. Menulis
1. Menyalin kata dari kartu bergambar
2. Menulis kata yang didiktekan guru
PKn
Standar Kompetensi
2. Melakukan hidup rukun dengan keluarga
Kompetensi Dasar
2.1 Melakukan hidup rukun dengan teman sekelas
2.2 Melakukan hidup rukun dengan guru
Indikator
1. Menyebutkan cara menjaga kerukunan di dalam kelas
2. Memberi contoh hidup rukun di dalam kelas
Matematika
Standar Kompetensi
3. Mengenal lambang bilangan
Kompetensi Dasar
Melakukan operasi bilangan 1-15
Indikator
1. Mengenal lambang bilangan 1-15
2. Menyebutkan lambang bilangan 1-15
3. Mengurutkan lambang bilangan 1-15
Ketrampilan dan Seni
Standar Kompetensi
6. Mengidentifikasi berbagai unsur rupa
Kompetensi Dasar
6.2 Mengidentifikasi berbagai unsur rupa 2 dimensi pada benda di
alam sekitar
Indikator
1. Mengidentifikasi berbagai bentuk benda
2. Mengidentifikasi warna setiap benda
I. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat menyebutkan beberapa kosakata baru
2. Siswa dapat membaca gambar
3. Siswa dapat membaca tulisan tanpa gambar
4. Siswa dapat menyalin setiap huruf dalam kata sederhana
5. Siswa dapat melakukan hidup rukun di dalam kelas
6. Siswa dapat mengenal lambang bilangan dari 1-15
7. Siswa dapat mengidentifikasi bentuk dan warna benda 2 dimensi di
sekitarnya
II. Materi Pembelajaran
(Pertemuan Minggu ke-1)
A. Bahasa Indonesia
Pengenalan kata dan membaca dari kartu bergambar
B. Pkn
Cara menjaga kerukunan di keluarga
C. Matematika
Pengenalan lambang bilangan 1-15
D. Ketrampilan dan Seni
Mengenal bentuk benda di alam sekitar
(Pertemuan Minggu ke-2)
A. Bahasa Indonesia
Pengenalan kata dan latihan membaca dari kartu kata (tanpa gambar)
B. Pkn
Cara menjaga kerukunan di dalam kelas
C. Matematika
Pengenalan lambang bilangan 1-15
D. Ketrampilan dan Seni
Mengenal bentuk benda di alam sekitar serta warnanya
(Pertemuan Minggu ke-3)
A. Bahasa Indonesia
Pengenalan kata dan latihan membaca dari kartu cerita pendek
B. Pkn
Cara menjaga kerukunan di keluarga dan di kelas
C. Matematika
Pengenalan lambang bilangan 1-15
D. Ketrampilan dan Seni
Mengenal bentuk benda di alam sekitar serta mengetahui manfaatnya
III.Metode Pembelajaran
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
3. Demonstrasi
4. Penugasan
IV. Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan Minggu ke-1 (5 kali tatap muka)
A. Kegiatan Awal
Salam pembuka
Berdoa
Apersepsi
B. Kegiatan Inti
Guru bersama siswa bermain flashcard yang berisi gambar dan kata
dengan 3 seri, yaitu seri hewan, warna, dan buah. (untuk 5 hari)
Guru bertanya tentang bentuk benda yang ada pada gambar
Siswa dengan bimbingan guru mengidentifikasi setiap huruf dalam
kata
C. Kegiatan Akhir
Menutup pelajaran
Berdoa
Mengucapkan salam
Pertemuan Minggu ke-2 (5 kali tatap muka)
A. Kegiatan Awal
Salam pembuka
Berdoa
Apersepsi
B. Kegiatan Inti
Guru bersama siswa bermain flashcard yang berisi kata saja (tanpa
gambar) dengan 3 seri, yaitu seri hewan, warna, dan buah. (untuk 5
hari)
Guru memberikan kartu kata yang berbeda pada setiap siswa
Guru menyebutkan sebuah kata dan meminta siswa untuk
menyimaknya
Siswa yang memegang kartu dengan kata yang diucapkan guru harus
mengangkat kartu dengan tinggi
Guru meminta siswa yang mengangkat kartu untuk membaca kartunya
Guru kemudian menuliskan kata tersebut di papan tulis
Siswa menyalin kata pada buku tulisnya
Guru bersama siswa menghitung ada berapa huruf dalam kata tersebut
Permainan dilanjutkan sampai semua siswa mendapat giliran
C. Kegiatan Akhir
Menutup pelajaran
Berdoa
Mengucapkan salam
Pertemuan Minggu ke-3 (5 kali tatap muka)
A. Kegiatan Awal
Salam pembuka
Berdoa
Apersepsi
B. Kegiatan Inti
Guru membuat cerita pendek dari kata-kata yang sudah diajarkan
sebelumnya
Guru memberikan 2 kartu kata pada setiap siswa
Siswa menyimak cerita yang dibacakan guru
Sambil bercerita, guru meminta siswa untuk mengangkat kartunya
apabila guru menyebutkan sebuah kata, misalnya ‘gajah’, berarti siswa
yang memegang kartu gajah harus mengangkat kartunya
Guru meminta siswa untuk membaca kartunya dengan keras
Guru bersama siswa mendeskripsikan setiap kata yang disebutkan
Guru meminta siswa untuk menghitung jumlah huruf dan
menuliskannya dalam bentuk angka
Permainan dilanjutkan sampai semua siswa mendapat giliran
C. Kegiatan Akhir
Menutup pelajaran
Berdoa
Mengucapkan salam
V. Alat dan Sumber Pembelajaran
a. Alat
- Kartu bergambar
- Kartu kata ukuran besar
- Kartu kata ukuran kecil
b. Sumber
- Buku paket
- Pengembangan guru
VI. Penilaian
a. Macam
Pre test dan Post test
b. Jenis
Perbuatan, Lisan, Tertulis
c. Bentuk
Perbuatan : Permainan kartu kata
Lisan : Tes membaca
Tertulis : Menjodohkan
d. Teknik
Penilaian proses dan penilaian hasil
e. Aspek yang dinilai
Kognitif, Afektif dan Psikomotor
Surakarta, 8 Februari 2010
Mengetahui,
Guru Kelas
Nikmah, S. Pd NIP. 19620210 198502 2 016
Guru Praktikan
Selvy Dwi A
NIM. K5106005
Lampiran 2
KISI-KISI SOAL PRETES/POSTES
MEMBACA DAN PENGENALAN KATA
ANAK CEREBRAL PALSY KELAS 1 D1 SLB-D YPAC SURAKARTA
Variabel Penelitian
Indikator Parameter Nomor Item
Jumlah
Mengenal
Kata
Membaca
Mampu
menghubung-
kan gambar
dengan nama
yang tepat
1. Mampu
membaca kata
tanpa gambar
2. Mampu
membedakan
bentuk setiap
huruf dalam
kata
a. Menghubungkan
gambar hewan dengan
namanya
b. Menghubungkan
gambar warna dengan
namanya
c. Menghubungkan
gambar buah-buahan
dengan namanya
a. Membaca kata dalam
seri hewan
b. Membaca kata dalam
seri warna
c. Membaca kata dalam
seri buah-buahan
1, 2, 3, 4, 5 6, 7 8, 9, 10 11,12,13, 14, 15 16, 17 18, 19, 20
5
2
3
5
2
3
Lampiran 4
Uji Validitas TPS Menjodohkan Correlations
Correlations
1.000**.
51.000** 1.000**
. .5 5
1.000** 1.000** 1.000**. . .
5 5 51.000** 1.000** 1.000** 1.000**
. . . .5 5 5 5
1.000** 1.000** 1.000** 1.000** 1.000**. . . . .
5 5 5 5 51.000** 1.000** 1.000** 1.000** 1.000** 1.000**
. . . . . .5 5 5 5 5 5
.991** .991** .991** .991** .991** .991** .991**
.001 .001 .001 .001 .001 .001 .0015 5 5 5 5 5 5
Pearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)N
P1
P2
P3
P4
P5
P6
P7
Valid
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 Valid
Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).**.
Uji Validitas TPS Menjodohkan Correlations
Correlations
-.408.495
5.167 .612.789 .272
5 5.167 .612 1.000**.789 .272 .
5 5 51.000** -.408 .167 .167
. .495 .789 .7895 5 5 5
-.408 -.250 -.408 -.408 -.408.495 .685 .495 .495 .495
5 5 5 5 5.167 .612 1.000** 1.000** .167 -.408.789 .272 . . .789 .495
5 5 5 5 5 5.283 .559 .991** .991** .283 -.404 .991**.644 .328 .001 .001 .644 .499 .001
5 5 5 5 5 5 5
Pearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)N
P8
P9
P10
P11
P12
P13
P14
Valid
P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 Valid
Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).**.
Lampiran 5
Uji Validitas TPS Membaca/Lisan Correlations
Correlations
.913*
.0305
.913* 1.000**
.030 .5 5
1.000** .913* .913*. .030 .030
5 5 5.839 .919* .919* .839.076 .028 .028 .076
5 5 5 5.913* 1.000** 1.000** .913* .919*.030 . . .030 .028
5 5 5 5 5.750 .913* .913* .750 .839 .913*.144 .030 .030 .144 .076 .030
5 5 5 5 5 5.913* 1.000** 1.000** .913* .919* 1.000** .913*.030 . . .030 .028 . .030
5 5 5 5 5 5 5.896* .873 .873 .896* .802 .873 .896* .873.039 .053 .053 .039 .103 .053 .039 .053
5 5 5 5 5 5 5 5.913* 1.000** 1.000** .913* .919* 1.000** .913* 1.000** .873.030 . . .030 .028 . .030 . .053
5 5 5 5 5 5 5 5 5.948* .987** .987** .948* .926* .987** .913* .987** .932* .987**.014 .002 .002 .014 .024 .002 .030 .002 .021 .002
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
Pearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)N
P15
P16
P17
P18
P19
P20
P21
P22
P23
P24
Valid
P15 P16 P17 P18 P19 P20 P21 P22 P23 P24 Valid
Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).*.
Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).**.
Lampiran 6 TPS Menjodohkan Reliability R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (S P L I T) Mean Std Dev Cases 1. P1 .6000 .5477 5.0 2. P2 .6000 .5477 5.0 3. P3 .6000 .5477 5.0 4. P4 .6000 .5477 5.0 5. P5 .6000 .5477 5.0 6. P6 .6000 .5477 5.0 7. P7 .6000 .5477 5.0 8. P8 .6000 .5477 5.0 9. P9 .8000 .4472 5.0 10. P10 .6000 .5477 5.0 11. P11 .6000 .5477 5.0 12. P12 .6000 .5477 5.0 13. P13 .8000 .4472 5.0 14. P14 .6000 .5477 5.0 Reliability Coefficients N of Cases = 5.0 N of Items = 14 Correlation between forms = .9245 Equal-length Spearman-Brown =.9608 Guttman Split-half = .8724 Unequal-length Spearman-Brown = .9608 7 Items in part 1 7 Items in part 2 Alpha for part 1 = 1.0000 Alpha for part 2 = .6512
Lampiran 7 TPS Membaca/Lisan Reliability R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (S P L I T) Mean Std Dev Cases 1. P15 2.0000 1.0000 5.0 2. P16 2.6000 .5477 5.0 3. P17 2.6000 .5477 5.0 4. P18 2.0000 1.0000 5.0 5. P19 2.4000 .8944 5.0 6. P20 2.6000 .5477 5.0 7. P21 2.0000 1.0000 5.0 8. P22 2.6000 .5477 5.0 9. P23 1.8000 .8367 5.0 10. P24 2.6000 .5477 5.0 Reliability Coefficients N of Cases = 5.0 N of Items = 10 Correlation between forms =.9511 Equal-length Spearman-Brown =.9749 Guttman Split-half = .9704 Unequal-length Spearman-Brown =.9749 5 Items in part 1 5 Items in part 2 Alpha for part 1 = .9628 Alpha for part 2 = .9624
Lampiran 8 TPS Menjodohkan NPar Tests
Descriptive Statistics
5 6.00 2.550 3 95 9.40 1.342 7 10
Pretest (Menjodohkan)Postest (Menjodohkan)
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Wilcoxon Signed Ranks Test
Ranks
0a .00 .005b 3.00 15.000c
5
Negative RanksPositive RanksTiesTotal
Postest (Menjodohkan) -Pretest (Menjodohkan)
N Mean Rank Sum of Ranks
Postest (Menjodohkan) < Pretest (Menjodohkan)a.
Postest (Menjodohkan) > Pretest (Menjodohkan)b.
Postest (Menjodohkan) = Pretest (Menjodohkan)c.
Test Statisticsb
-2.032a
.042ZAsymp. Sig. (2-tailed)
Postest(Menjodohkan) - Pretest
(Menjodohkan)
Based on negative ranks.a.
Wilcoxon Signed Ranks Testb.
Lampiran 9 TPS Membaca/Lisan NPar Tests
Descriptive Statistics
5 20.40 5.320 15 265 36.40 7.503 28 46
Pretest (Lisan)Postest (Lisan)
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Wilcoxon Signed Ranks Test
Ranks
0a .00 .005b 3.00 15.000c
5
Negative RanksPositive RanksTiesTotal
Postest (Lisan) -Pretest (Lisan)
N Mean Rank Sum of Ranks
Postest (Lisan) < Pretest (Lisan)a.
Postest (Lisan) > Pretest (Lisan)b.
Postest (Lisan) = Pretest (Lisan)c.
Test Statisticsb
-2.060a
.039ZAsymp. Sig. (2-tailed)
Postest(Lisan) -Pretest(Lisan)
Based on negative ranks.a.
Wilcoxon Signed Ranks Testb.
Lampiran 10 Tabel Perhitungan Analisis Ranking Bertanda Wilcoxon (TPS Menjodohkan)
Subyek X Y Beda Jenjang Tanda Jenjang
(Y-X) + - A 9 10 1 1.0 1 B 4 10 6 5.0 6 C 8 10 2 2.0 2 D 6 10 4 3.5 4 E 3 7 4 3.5 4 15.0
Tabel Perhitungan Analisis Ranking Bertanda Wilcoxon (TPS Membaca)
Subyek X Y Beda Jenjang Tanda Jenjang
(Y-X) + - A 26 46 20 5.0 20 B 26 43 17 4.0 17 C 19 35 16 2.5 16 D 17 28 11 1.0 11 E 15 31 16 2.5 16 15.0
Lampiran 11
HASIL PRE TEST
TPS MENJODOHKAN
No No Item Pertanyaan Skor
Siswa P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 Total
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9
2 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 4
3 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 8
4 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 6
5 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 3
TPS MEMBACA/LISAN
No No Item Pertanyaan Skor
Siswa P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20 Total
1 3 3 3 2 2 3 2 3 3 2 26
2 2 3 3 2 3 3 2 2 3 3 26
3 2 2 2 1 3 2 1 2 1 3 19
4 1 1 2 1 1 2 1 3 2 3 17
5 1 2 2 1 2 1 1 1 1 3 15
HASIL POST TEST
TPS MENJODOHKAN No No Item Pertanyaan Skor Siswa P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 Total 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 5 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 7 TPS MEMBACA/LISAN No No Item Pertanyaan Skor Siswa P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20 Total 1 5 5 4 4 5 5 4 5 4 5 46 2 4 4 5 4 5 5 3 5 3 5 43 3 3 4 5 2 3 3 2 5 3 5 35 4 3 4 3 2 3 2 2 3 2 4 28 5 3 4 4 2 3 3 2 3 2 5 31
Lampiran 12
Kunci Jawaban Soal Menjodohkan
1. c
2. a
3. b
4. e
5. d
6. h
7. g
8. j
9. i
10. l