efektivitas dan kontribusi pajak hotel dan … · objek pajak yang penerimaanya jauh darai target...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK HOTEL
DAN RESTORAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI
DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2007-2009
SKRIPSI
Disusun Oleh:
NIKEN INDRIANI
K7406110
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK HOTEL DAN RESTORAN
TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA SURAKARTA
TAHUN 2007-2009
Oleh:
NIKEN INDRIANI
K7406110
SKRIPSI
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan Program Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Tata Niaga
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULATAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan TIM Penguji
Skripsi Fakultas Program Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Tata Niaga
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta, 1 Juli 2010
Pembimbing I Pembimbing II
Dra. Sri Wahyuni, MM Dra. Mintasih Indriayu, M.Pd
NIP.19540817 198203 2 001 NIP.19661108 199203 2 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarsaja Pendidikan.
Pada Hari :
Tanggal :
Tim Penguji Skripsi:
Nama Terang
Ketua : Sudarno, S. Pd, M.Pd
Sekretaris : Leny Noviani, S.Pd, M.Pd
Anggota I : Dra. Sri Wahyuni, MM
Anggota II : Dra. Mintasih Indriayu, M. Pd
Disahkan oleh,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRACT Niken Indriani, EFFECTIVENESS AND CONTRIBUTION OF HOTEL AND RESTAURANT TAX AGAINST REGIONAL PURE INCOME OF SURAKARTA CITY IN THE YEAR OF 20007 UP TO 2009, Script, Surakarta: Pedagogic Faculty of Sebelas Maret University of Surakata, Juli 2010. The aims of the research are: 1) to know how the effectiveness of the hotel
and restaurant tax income receiving of Surakarta city wholly in the year of 2007
up to 2009 is, 2) to know how the effectiveness of hotel and restaurant
effectiveness of Surakarta city based on its classification in the year of 2007 up to
2009 is, 3) to know contribution of hotel and restaurant tax wholly against
regional pure income of Surakarta in the year of 2007 up to 2009, 4) to know
contribution of hotel and restaurant tax based on its classification against regional
pure income of Surakarta city in the year of 2007 up to 2009.
This research uses qualitative-descriptive method. Population in this
research is hotel and restaurant tax of Surakarta city in the year of 2007 up to
2009. Data collecting technique is trough documentation. Data which is used in
this research is target and realization of hotel and restaurant tax report of
Surakarta city. While technique of data analysis used is ratio analysis.
Based on the result of the research, it can be concluded : 1) receiving of
hotel and restaurant tax of Surakarta city wholly in for the year of 2007 up to 2009
is very effective, 2) the receiving of hotel and restaurant tax of Surakarta city
based on its classification for 2007 up to 2009 has not yet all effective. This is
because of several of tax objects of hotel and restaurant whose its receiving is far
from target which is determined, 3) the receiving of hotel and restaurant tax give
wholly contribution against regional pure income of Surakarta city for the year of
2007 up to 2009, 4) the receiving of hotel and restaurant tax based on its
classification have not yet all have contribution against regional pure income of
Surakarta for the year of 2007 up to 2009.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRAK
Niken Indriani. EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK HOTEL DAN RESTORAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2007-2009. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli 2010. Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui bagaimana efektivitas
penerimaan pajak hotel dan restoran kota Surakarta secara keseluruhan tahun
2007-2009, (2) untuk mengetahui bagaimana efektivitas penerimaan pajak hotel
dan restoran kota Surakarta berdasarkan klasifikasinya tahun 2007-2009, (3)
untuk mengetahui kontribusi pajak hotel dan restoran kota Surakarta secara
keseluruhan terhadap pendapatan asli daerah tahun 2007-2009, (4) untuk
mengetahui kontribusi pajak hotel dan restoran kota Surakarta berdasarkan
klasifikasinya terhadap pendapatan asli daerah tahun 2007-2009.
Penelitian ini menggunakan metode diskritif kuantitatif. Populasi dari
penelitian ini adalah pajak Hotel dan Restoran Kota Surakarta dari tahun 2007-
2009.Teknik pengumpulan data melalui dokumentasi. Sedangkan teknik analisis
data yang digunakan adalah analisis rasio atau perbandingan.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan (1) penerimaan pajak hotel
dan restoran kota Surakarta secara keseluruhan tahun 2007-2009 sangat efektif.
(2) Penerimaan pajak hotel dan restoran kota Surakarta berdasarkan klasifikasinya
selama tahun 2007-2009 belum semuanya efektif. Hal ini karena ada beberapa
objek pajak yang penerimaanya jauh darai target yang telah ditetapkan. (3)
Penerimaan pajak hotel dan restoran kota Surakarta secara keseluruhan sangat
berkontribusi terhadap pendapatan asli daerah selama tahun 2007-2009. (4)
Penerimaan pajak hotel dan restoran kota Surakarta berdasarkan klasifikasinya
belum semuanya memiliki kontribusi terhadap pendapatan asli daerah kota
Surakarta selama tahun 2007-2009.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
MOTTO
• Hari gini tidak bayar pajak. Apa kata dunia.
(Dirjen Pajak)
• Sesungguhnya sesudah kesulitas itu ada kemudahan.
(QS. Al-Nasyrah: 6)
• Kita belajar bukan hanya untuk mengejar kesuksesan tetapi juga untuk
membesarkan jiwa.
(Rhachordas Chamchad)
• Ketika semua orang mau dan berkehendak untuk sadar terhadap
kekurangannya, maka semua masalah menjadi mudah untuk diselesaikan.
(Aisha Chuang)
• Syukuri apa yang selama ini telah kita punya dan iklaslah menjalani hidup,
maka kebahagian ada ditanggan kita.
( Penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada:
• Almarhum bapak tercinta, akhirnya aku bisa memenuhi harapanmu.
• Ibuku tercinta, yang selalu mendampingi disetiap langkahku dengan kasih
sayang
• Buat Mas Pour, kakak terbaikku yang selalu menjadi tempat berbagi
• Lek Yono, yang selama ini telah menjadi pengganti bapak buatku
• Keponakanku tersayang Dek Daffa
• Nining, Rina, Risti dan Wiji yang selalu memberi semangat saat
mengerjakan skripsi
• Mbak nanak, fahim dan mbak yati yang telah memberi dukungan saat
mengerjakan skripsi
• Teman-teman PTN 2006
• Almamaterku
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang memberi
Kenikmatan dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
guna memenuhi sebagian persyaratan mendapat gelar Sarjana Pendidikan. Selama
pembuatan skripsi ini, tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai
pihak. Untuk itu, penulis ucapkan terima casi lepada:
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, Dekan Facultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret, yang telah memberikan izan
penulisan skripsi.
2. Drs. Saiful Bachri, M. Pd. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial, yang telah memberikan persetujuan skripsi.
3. Sudarno, S. Pd, M.Pd. Ketua Program Pendidikan Ekonomi BKK PTN,
yang telah memberikan izan penulisan skripsi.
4. Dra. Sri Wahyuni, MM selaku pembimbing I dan Dra. Mintasih Indriayu,
M.pd selaku pembimbing II, yang telah memberikan bimbingan, arahan
dan dorongan kepada penulis sehingga skripsi ini bisa penulis selesaikan
dengan lancar.
5. Prof. Dr. Soetarno, M.Pd. pembimbing Akademik, yang telah memberikan
arahan dan bimbingan selama menjadi mahasiswa di Program Pendidikan
Ekonomi BKK Pendidikan Tata Niaga FKIP UNS.
6. Bapak dan Ibu dosen Program Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Tata
Niaga yang secara tulus memberikan ilmu dan masukan-masukan kepada
penulis.
7. Rekan-rekan PTN 06’ yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu yang
membantu dan memberikan warna selama menjadi mahasiswa dan dalam
menyelesaikan skripisi ini.
8. Semua Staf Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset kota
Surakarta. Terima kasih sebesar-besarnya karena membantu dalam
memperoleh data penelitian dan dengan sukarela bersedia penulis
wawancari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
9. Semua staf Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga kota Surakarta, terima
kasih atas waktu dan bantuannya dalam meperoleh data penelitian.
10. dan berbagai pihak yang telah membantu penulis, yang tidak mungkin
penulis sebutkan satu persatu.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Akhirnya penulis
berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi para
pembaca.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR ISI
JUDUL ........................................................................................................ i
PENGAJUAN SKRIPSI .............................................................................. ii
PERSETUJUAN .......................................................................................... iii
PENGESAHAN ........................................................................................... iv
ABSTRACT……………………………………………………………......... v ABSTRAK .................................................................................................. vi
MOTTO ....................................................................................................... vii
PERSEMBAHAN ........................................................................................ viii
KATA PENGANTAR ................................................................................. ix
DAFTAR ISI ............................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xviii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................ 3
C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 6
A. Landasan Teori ................................................................................. 6
1. Perpajakan .................................................................................. 6
2. Pajak Hotel dan Restoran ............................................................ 15
3. Pendapatan Asli Daerah .............................................................. 21
4. Efektivitas .................................................................................. 29
5. Kontribusi Pajak Hotel dan Restoran .......................................... 33
B. Hasil Penelitian yang Relevan .......................................................... 33
C. Kerangka Pemikiran ......................................................................... 35
D. Hipotesis .......................................................................................... 37
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 39
A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................... 39
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
B. Populasi ........................................................................................... 39
C. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 40
D. Rancangan Penelitian ....................................................................... 41
E. Teknik Analisis Data ........................................................................ 43
BAB IV HASIL PENELITIAN .................................................................... 46
A. Diskripsi Data .................................................................................. 46
B. Pengujian Hipotesis .......................................................................... 51
C. Pembahasan Hasil Analisis Data ....................................................... 65
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ...................................... 74
A. Simpulan .......................................................................................... 74
B. Implikasi .......................................................................................... 76
C. Saran ................................................................................................ 77
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 78
LAMPIRAN ................................................................................................ 81
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Perkembangan Penerimaan Pajak Daerah kota Surakarta Tahun 2007-2009 .................................................................. 2
Tabel 2.1 Tarif Pajak Tetap .................................................................. 13
Tabel 2.2 Tarif Pajak Proposional ......................................................... 14
Tabel 2.3 Tarif Pajak Progresif .............................................................. 14
Tabel 2.4 Tarif Pajak Degresif .............................................................. 15
Tabel 3. Jenis dan Tarif Pajak Daerah ................................................. 25
Tabel 4.1 Target dan Realisasi Pajak Hotel Kota Surakarta Tahun 2007 ........................................................................... 47
Tabel 4.2 Target dan Realisasi Pajak Hotel Kota Surakarta Tahun 2008 ........................................................................... 47
Tabel 4.3 Target dan Realisasi Pajak Hotel Kota Surakarta Tahun 2009 ........................................................................... 48
Tabel 5.1 Target dan Realisasi Pajak Restoran Kota Surakarta Tahun 2007 ........................................................................... 49
Tabel 5.2 Target dan Realisasi Pajak Restoran Kota Surakarta Tahun 2008 ........................................................................... 49
Tabel 5.3 Target dan Realisasi Pajak Restoran Kota Surakarta Tahun 2009 ........................................................................... 50
Tabel 6. Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kota Surakarta Tahun 2007-2009 ................................................................. 51
Tabel 7. Kriteria Efektivitas Pajak Hotel dan Restoran ....................... 52
Tabel 8.1 Efektivitas Pajak Hotel Kota Surakarta secara Keseluruhan Tahun 2007-2009 ............................................. 53
Tabel 8.2 Efektivitas Pajak Restoran Kota Surakarta secara Keseluruhan Tahun 2007-2009 ............................................. 53
Tabel 9. Efektivitas Pajak Hotel dan Restoran kota Surakarta secara Keseluruhan Tahun 2007-2009 ................... 53
Tabel 10.1 Efektivitas Pajak Hotel Tahun 2007 ...................................... 54
Tabel 10.2 Efektivitas Pajak Hotel Tahun 2008 ...................................... 54
Tabel 10.3 Efektivitas Pajak Hotel Tahun 2009 ...................................... 55
Tabel 10.4 Efektivitas Pajak Restoran Tahun 2007.................................. 55
Tabel 10.5 Efektivitas Pajak Restoran Tahun 2008 ................................. 55
Tabel 10.6 Efektivitas Pajak Restoran Tahun 2009 ................................. 55
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
Tabel 11.1 Efektivitas Objek-objek Pajak Hotel Terhadap PAD Tahun 2007-2009 ........................................................ 56
Tabel 11.2 Efektivitas Objek-objek Pajak Restoran Terhadap PAD Tahun 2007-2009 ......................................................... 57
Tabel 12. Kriteria Kontribusi Pajak Hotel dan Restoran........................ 58
Tabel 13.1 Kontribusi Pajak Hotel secara keseluruhan terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Surakarta Tahun 2007-2009 .... 58
Tabel 13.2 Kontribusi Pajak Restoran secara keseluruhan terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Surakarta Tahun 2007-2009 .... 59
Tabel 14. Kontribusi Pajak Hotel dan Restoran secara Keseluruhan Tahun 2007-2009................................................................... 59
Tabel 15.1 Kontribusi Pajak hotel terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Surakarta Tahun 2007 ....................................... 60
Tabel 15.2 Kontribusi Pajak hotel terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Surakarta Tahun 2008 ....................................... 60
Tabel 15.3 Kontribusi Pajak hotel terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Surakarta Tahun 2009 ....................................... 61
Tabel 15.4 Kontribusi Pajak Restoran terhadap Pendapatan Asli Daerah Tahun 2007................................................................ 61
Tabel 15.5 Kontribusi Pajak Restoran terhadap Pendapatan Asli Daerah Tahun 2008................................................................ 61
Tabel 15.6 Kontribusi Pajak Restoran terhadap Pendapatan Asli Daerah Tahun 2009................................................................ 61
Tabel 16.1 Kontribusi Objek-objek Pajak Restoran terhadap PAD Tahun 2007-2009 ......................................................... 62
Tabel 16.2 Kontribusi Objek-objek Pajak Restoran terhadap
PAD Tahun 2007-2009 ......................................................... 63
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Berfikir .......................................................... 37
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Era Otonomi daerah yang secara resmi mulai diberlakukan di Indonesia
sejak 1 Januari 2001 menghendaki daerah untuk berkreasi mencari sumber
penerimaan yang dapat membiayai pengeluaran pemerintah dalam rangka
menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan. Hal ini diatur dalam Undang-
undang Nomor 12 Tahun 2008 atas perubahan Undang-undang Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004
tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan
Daerah
Undang-undang tersebut sekarang telah resmi berlaku, maka telah resmi
pula berlangsung proses pergeseran bandul pendelegasian dari sentralisasi
menjadi desentralisasi. Dengan kata lain desentralisasi lebih besar porsinya pada
Undang-undang tersebut dibanding dengan Undang-undang pendahuluanya.
Dengan demikian pemberian otonomi daerah yang luas, nyata dan
bertangungjawab berarti bahwa pemberian otonomi kepada daerah harus benar-
benar mempertimbangkan kemampuan daerah untuk mengurus rumah tangganya
sendiri serta bertanggungjawab atas kemajuan pembangunan daerah selama tidak
bertentanggan dengan tujuan nasional. Pembangunan daerah merupakan bagian
integral dari pembangunan nasional yang dalam pelaksanaannya memerlukan
adanya peran aktif atau partisipasi seluruh masyarakat.
Salah satu indikasi yang menunjukan suatu daerah itu dapat dikatakan
mampu dalam mengurus rumah tangganya sendiri adalah mampu membiayai
urusan yang diserahkan pemerintah pusat dengan keuangannya sendiri. Oleh
karena itu daerah otonom harus memiliki kewenangan dan kemampuan
meningkatkan sumber keuangan sendiri, mengelola, dan menggunakannya untuk
membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan lebih meningkatkan
pelayanan terhadap masyarakatnya. Upaya peningkatan sumber pendapatan asli
daerah dapat dilakukan dengan intensifikasi dan ekstensifikasi. Salah satunya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
adalah dengan meningkatkan efektivitas pemungutan, yaitu dengan
mengoptimalkan potensi yang ada serta terus berupaya menggali sumber-sumber
pendapatan baru yang potensinya memungkinkan untuk dipungut pajak maupun
retribusi.
Sesuai Undang-undang No. 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah sebagai pengganti Undang-undang No. 18 Tahun 1997,
pemerintah kota Surakarta mengelola 6 ( enam ) jenis pajak daerah. Salah satu
pajak daerah tersebut adalah pajak hotel dan restoran. Berikut ini adalah gambaran
mengenai realisasi pajak hotel dan restoran dan keberadaanya dibandingkan
dengan jenis pajak lainya kota Surakarta Tahun Anggaran 2007-2009.
Tabel 1.Perkembangan Penerimaan Pajak Daerah dan Pendapatan Asli Daerah Kota Surakarta dari Tahun 2007-2009 No
Jenis Pajak 2007 (Rp)
2008 (Rp)
2009 (Rp)
1. 2. 3. 4. 5. 6.
P. Hotel P. Restoran P. Hiburan P. Reklame P. P. jalan P. Parkir
4.403.515.967 6.193.638.884 3.958.358.031 3.441.757.063
22.860.946.389 545.865.700
5.213.358.162 7.647.041.788 4.812.372.657 3.527.909.910
24.902.623.244 752.316.260
7.251.331.746 9.044.588.060 5.107.465.262 3.850.377.341
25.937.479.080 972.577.200
Sumber: (diolah) Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset kota Surakarta
Dari data diatas dapat diperoleh gambaran mengenai perkembangan pajak
daerah, khususnya pajak hotel dan restoran serta perkembangan Pendapatan Asli
Daerah di kota Surakarta dari tahun 2007 sampai tahun 2009. Realisasi
penerimaan pajak hotel dan restoran setiap tahunnya mengalami kenaikan..
Apabila dibandingkan dengan penerimaan pajak secara keseluruhan, kelihatan
bahwa penerimaan pajak hotel dan restoran merupakan penerimaan terbesar kedu
dan ketiga setelah pajak penerangan jalan.
Gambaran mengenai penerimaan pajak hotel dan restoran yang selalu
mengalami kenaikan menunjukan bahwa potensi pajak hotel dan restoran sebagai
sumber pendapatan asli daerah masih bisa untuk dioptimalkan sehingga
penerimaan pajak hotel dan restoran dapat meningkat. Untuk itu pemerintah perlu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
berupaya meningkatkan penerimaan pajak Hotel dan Restoran, agar penerimaan
pemerintah terus meningkat sehingga dapat mempelancar pembangunan. Untuk
mencapai ini pemerintah harus melakukan perbaikan dan penyempurnaan dalam
bidang keuangan daerah yang dikelola secara efektif.
Dengan dasar pertimbangan ini, maka Pemerintah Daerah Kota Surakarta
sebagai pelaksana pemerintahan di daerah secara aktif melakukan upaya
pengembangan sumber-sumber pendapatan daerah yang salah satunya adalah pajak
Hotel dan Restoran. Pemerintah Kota Surakarta melasifikasikan hotel di surakarta
menjadi 8 kelompok dan restoran menjadi 3 kelompok. Hotel dibagi menjadi hotel
bintang empat, hotel bintang tiga, hotel bintang dua, hotel bintang satu, hotel melati
tiga, hotel metati dua dan hotel melati satu serta home stay. Sedangkan restoran
dibagi menjadi restoran, rumah makan dan kafe. Berdasarkan latar belakang yang
telah dikemukakan di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan
judul ” EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK HOTEL DAN
RESTORAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA
SURAKARTA TAHUN 2007-2009 ”.
B. Rumusan Masalah
Perumusan masalah merupakan pernyataan yang lengkap dan terperinci
mengenai ruang lingkup atau permasalahan yang akan diteliti. Perumusan masalah
dapat memberikan arahan, analisis dan kesimpulan dalam penelitian. Berdasarkan
latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka perumusan masalah
penelitian ini sebagai berikut
1. Bagaimana efektivitas penerimaan pajak hotel dan restoran kota Surakarta
secara keseluruhan tahun 2007-2009?
2. Bagaimana efektivitas penerimaan pajak hotel dan restoran kota Surakarta
berdasarkan klasifikasinya tahun 2007-2009 ?
3. Bagaimana kontribusi pajak hotel dan restoran secara keseluruhan
terhadap pendapatan asli daerah kota Surakarta tahun 2007-2009?
4. Bagaimana kontribusi pajak hotel dan restoran berdasarkan klasifikasinya
terhadap pendapatan asli daerah kota Surakarta tahun 2007-2009 ?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
C. Tujuan Penelitian
Setiap kegiatan termasuk penelitian pada dasarnya selalu mempunyai
maksud dan tujuan tertentu yang dijadikan pedoman dan arahan. Menurut
Suharsimi Arikunto (2006: 58) ” Tujuan penelitian adalah rumusan kalimat yang
menunjukan adanya suatu hal yang diperoleh setelah penelitian selesai”. Oleh
karena itu dalam penelitian inipun terdapat tujuan penelitian.
Sesuai dengan permasahan yang telah dirumuskan maka tujuan penelitian
adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui efektivitas penerimaan pajak hotel dan restoran kota
Surakarta secara keseluruhan tahun 2007-2009.
2. Untuk mengetahui efektivitas penerimaan pajak hotel dan restoran kota
Surakarta berdasarkan klasifikasinya tahun 2007-2009.
3. Untuk mengetahui kontribusi pajak hotel dan restoran secara keseluruan
terhadap pendapatan asli daerah kota Surakarta tahun 2007-2009.
4. Untuk mengetahui kontribusi pajak hotel dan restoran berdasarkan
klasifikasinya terhadap pendapatan asli daerah kota Surakarta tahun 2007-
2009.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian adalah hasil dari penelitian yang dapat digunakan oleh
berbagai pihak. Manfaat dalam penelitian ini dibedakan menjadi manfaat teoritis
dan manfaat praktis.
1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis adalah manfaat yang berhubungan dengan perkembangan
ilmu pengetahuan secara konsep atau teori. Adapun manfaat teoritis dalam
penelitian ini adalah :
a. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah khasanah dan
pengetahuan tentang pajak daerah khususnya adalah pajak hotel dan
restoran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
b. Untuk lebih mendukung teori-teori yang sudah ada sehubungan dengan
masalah yang telah dibahas dalam penelitian ini yaitu efektivitas dan
kontribusi pajak hotel dan restoran terhadap pendapatan asli daerah.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi pihak lain penelitian ini diharapkan dapat berguna dan menambah
perbendaharaan penelitian yang telah ada (bahan pustaka) serta dapat
dijadikan sebagai bahan acuan bagi pengembangan penelitian-
penelitian selanjutnya
b. Bagi pemerintah daerah Kota Surakarta penelitian ini diharapkan dapat
dijadikan sebagai bahan masukan bagi Pemerintah Daerah Kota Surakarta
dalam memaksimalkan penerimaan dan menentukan kebijakan dalam
masalah pajak hotel dan restoran.
c. Bagi Penulis penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sarana
menerapkan ilmu yang diterima di bangku kuliah sekaligus menambah
wawasan dan pengetahuan yang berhubungan pajak daerah, terutama
tentang pajak hotel dan restoran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
Menurut Marx dan Goodson, sebagaimana dikutip Lexy J. Moleong (2000: 36)
menyatakan bahwa:
Teori ialah aturan menjelaskan proporsi atau seperangkat proporsisi yang berkaitan dengan beberapa fenomena alamiah dan terdiri atas representasi simbolik dari (1) hubungan-hubungan yang dapat diamati di antara kejadian-kejadian (yang diukur), (2) mekanisme atau struktur yang diduga mendasari hubungan-hubungan demikian, dan (3) hubungan-hubungan yang disimpulkan serta mekanisme dasar yang dimaksudkan untuk data dan yang diamati tanpa adanya manisfestasi hubungan empiris apa pun secara langsung.
Teori-teori yang penulis pergunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Perpajakan
a. Pengertian Pajak
Dalam suatu negara pastilah terdapat pemerintahan yang berperan
mengatur seluruh kepentingan masyarakat, dalam menjalankan roda pemerintahan
diperlukan biaya yang jumlahnya sangat besar untuk memperlancar jalannya
pemerintahan tersebut. Biaya itu berasal dari pendapatan-pendapatan pemerintah,
yang salah satunya bersumber dari pajak. Ada beberapa pengertian tentang pajak
menurut para ahli dimana memberikan definsi yang berbeda-beda.
Menurut Kesit Bambang Prakosa (2005: 1) pengertian Pajak adalah iuran
wajib anggota masyarakat kepada negara karena Undang-Undang, dan atas
pembayaran tersebut pemerintah tidak memberikan balas jasa yang langsung
dapat ditunjuk.
Sedangkan menurut Rokhmad Sumitro, seperti yang dikutip oleh
Mardiasmo (2003: 1), “ Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan
undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
(kontrapestasi) yang langsung dapat menunjukan dan digunakan untuk membayar
pengeluaran umum”.
Berdasarkan pengertian-pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
ciri-ciri pajak adalah sebagai berikut :
1) Pajak dipungut oleh negara, berdasarkan kekuatan Undang-undang
serta aturan pelaksanaannya.
2) Dalam pembayaran pajak tidak mendapat kontra prestasi individu oleh
pemerintah atau tidak ada hubungan langsung antara jumlah
pembayaran pajak dengan kontra prestasi individu.
3) Penyelenggaraan pemerintah secara umum merupakan kontrapestasi
dari negara.
4) Diperuntukan bagi pengeluaran rutin pemerintah.
5) Pajak dapat pula mempunyai tujuan yang tidak budgeter yaitu
mengatur.
b. Fungsi Pajak
Terdapat 2 (dua) fungsi pajak, yaitu fungsi budgetair (sumber keuangan
negara) dan fungsi regulerrend (mengatur), (Siti Resmi.2004: 2).
1) Fungsi Budgetair, yaitu sebagai sumber penerimaan kas negara yang
digunakan untuk membiayai pengeluaran negara.
2) Fungsi Mengatur, yaitu sebagai alat untuk melaksanakan kebijakan
negara dalam bidang ekonomi maupun sosial dan sebagai alat untuk
mencapai tujuan-tujuan tertentu yang letaknya diluar bidang keuangan.
c. Pengelompokan Pajak
Menurut Siti Resmi (2004) pajak dapat dikelompokan menjadi 3, yaitu
pengelompokan menurut golonganya, pengelompokan menurut sifatnya dan
pengelompokan menurut lembaga pemungutan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
1) Pengelompokan Pajak menurut Golongan.
Menurut golongannya, pajak dikelompokan menjadi 2(dua) yaitu pajak
langsung dan pajak tidak langsung.
a) Pajak Langsung
Pajak langsung adalah pajak yang beban pembayarannya harus ditanggung
oleh wajib pajak, tidak dapat dilimpahkan kepihak lain. Contoh : Pajak
Penghasilan.
b) Pajak tidak Langsung
Pajak tidak langsung adalah pajak yang beban pembayarannya dapat
dilimpahkan kepada orang lain. Pajak tidak langsung terjadi jika terdapat
suatu kegiatan, peristiwa, perbuatan yang menyebabkan terutangnya pajak,
misalnya terjadi penyerahan barang atau jasa. Contoh : Pajak Pertambahan
Nilai. Dimana beban Pajak Pertambahan Nilai dapat dilimpahakan dari
produsen ke konsumen.
2) Pengelompokan Pajak menurut Sifat.
Menurut sifatnya, pajak dikelompokan menjadi 2(dua) yaitu Pajak
Subjektif dan Pajak Objektif
a) Pajak Subjektif
Pajak subjektif adalah pajak yang dalam pemungutannya memperhatikan
keadaan pribadi pembayarnya (subyeknya), seperti status perkawinan,
banyaknya, dan tanggungan lainnya. Keadaan pribadi Wajib Pajak
selanjutnya digunakan untuk menentukan besarnya penghasilan tidak kena
pajak. Contohnya adalah Pajak Penghasilan (PPh).
b) Pajak Objektif
Pajak Objektif adalah pajak yang dalam pemungutannya memperhatikan
obyeknya baik berupa benda, keadaan, perbuatan, dan peristiwa yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
menyebabkan kewajiban membayar pajak, tanpa memperhatikan keadaan
pribadi subyek pajak (Wajib Pajak) maupun tempat tinggal. Contohnya
adalah Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).
3) Pengelompokan Pajak menurut Lembaga Pemungut.
Menurut lembaga pemungutannya, pajak dikelompokan menjadi 2(dua)
yaitu pajak pusat dan pajak daerah.
a) Pajak Pusat
Pajak pusat adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat yang
penyelenggaraannya dilaksanakan oleh departemen keuangan dan hasilnya
digunakan untuk pembiayaan rumah tangga negara pada umumnya.
Contohnya adalah Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah,Pajak Bumi dan Bangunan.
b) Pajak Daerah
Pajak daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah baik
daerah tingkat I maupun daerah tingkat II dan digunakan untuk membiayai
anggaran rumah tangga pemerintah daerah masing-masing.Contoh Pajak
Daerah Tingkat I (Propinsi) adalah Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik
Nama Kendaraan Bermotor, Bea balik Nama Tanah. Contoh Pajak Daerah
Tingkat II (Kotamadya/Kabupaten) adalah Pajak Hotel dan Restoran,
Pajak Penerangan Jalan, Pajak Reklame.
d. Asas-asas Pemungutan Pajak
Proses pemungutan pajak baik yang dikelola pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah selalu berpedoman pada asas-asas pemungutan pajak (Siti
Resmi, 2004: 9). Yaitu antara lain :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
1) Asas Domisili (Tempat tinggal).
Asas ini menyatakan bahwa negara berhak mengenakan pajak atas seluruh
penghasilan Wajib Pajak yang bertempat tinggal di wilayahnya, baik yang
berasal dari dalam negri maupun berasal dari luar negeri.
2) Asas Kebangsaan
Asas ini menyatakan bahwa pengenaan pajak dihubungkan dengan
kebangsaan suatu negara. Contohnya pajak bangsa asing di Indonesia
dikenakan atas setiap orang asing yang bukan berkebangsaan Indonesia
yang bertempat tinggal di Indonesia
3) Asas Sumber Penghasilan
Asas ini menyatakan bahwa negara berhak mengenakan pajak atas
penghasilan yang bersumber diwilayahnya tanpa memperhatikan wilayah
tempat tinggal wajib pajak.
e. Syarat-syarat Pemungutan Pajak
Agar pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan dan perlawanan
maka harus memenuhi syarat-syarat pemungutanya. Menurut Mardiasmo (2001)
syart syarat pemungutan pajak adalah sebagai berikut :
1) Pemungutan pajak harus adil (syarat keadilan) sesuai dengan tujuan
dan hukum yang berlaku. Adil dalam perundang-undangan
diantaranya mengenakan pajak secara umum dan merata, serta
disesuaikan dengan kemampuan masing-masing.
2) Pemungutan pajak haruslah berdasarkan Undang-undang (syarat
yuridis). Di Indonesia diatur dalam Undang-undang 1945 pasal 23 ayat
2. hal ini memberikan jaminan hukum untuk menyatakan keadilan,
baik bagi negara maupun warganya.
3) Pemungutan pajak tidak boleh mengganggu perekonomian ( syarat
ekonomis). Pemungutan pajak tidak boleh mengganggu kelancaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
kegiatan produksi maupun perdagangan, sehingga tidak menimbulkan
kalesuan perekonomian masyarakat.
4) Pemungutran pajak harus efisien ( syarat finansiil). Sesuai deangan
fungsi bugjetair, biaya pemungutan pajak harus dapat ditekan sehingga
lebih rendah dari hasil pemungutanya.
5) Sistem pemungutan pajak harus sederhana. Sistem yang sederhana
akan memudahkan dan mendorong masyarakat dalam memenuhi
kewajiban perpajakanya.
Disamping itu ada beberapa teori yang mendukung hak negara untuk
memungut pajak dari rakyatnya, sehingga secara teoritis pemungutan pajak yang
dilakukan negara itu dapat dibenarkan baik dipandang dari sisi yuridis maupun
sisi ilmiah menurut Kesit Bambang Prakosa (2005) teori-teori tersebut adalah:
a) Teori Asuransi
Pajak diasumsikan sebagai premi asuransi yang harus dibayar oleh
masyarakat (tertanggung) kepada negara (penanggung). Kelemahan teori
ini, jika rakyat mengalami kerugian seharusnya ada penggantian dari
negara kenyataannya tidak ada. Selain itu, besarnya pajak yang dibayar
dan jasa yang diberikan tidak ada hubungan langsung.
b) Teori Kepentingan
Pajak dibebankan atas dasar kepentingan (manfaat) bagi masing-masing
orang. Teori ini dikenal sebagai Benefit Approach Theory.
c) Teori Daya Pikul
Kesamaan beban pajak untuk setiap orang sesuai daya pikul masingmasing
orang. Ukuran daya pikul ini dapat berupa penghasilan dan kekayaan atau
pengeluaran seseorang. Teori ini dikenal sebagai Ability to Pay Approach
Theory.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
d. Teori Bakti
Pajak (kewajiban asli) merupakan bukti tanda bakti sesesorang kepada
negaranya.
e. Teori Asas Daya Beli
Dasar pemungutan pajak, pada kepentingan masyarakat bukan pada
individu atau negara. Keadilan dipandang sebagai efek dari pemungutan
pajak.
f. Sistem Pemungutan Pajak
Menurut Siti Resmi (2004) sistem pemungutan pajak tiga, yaitu :
1) Official Assesment system
Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi kewenangan aparatur
perpajakan untuk menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya
sesuai dengan ketentuan undang-undang perpajakan yang berlaku. Dalam sistem
ini, inisiatif dan kegiatan menghitung serta memungut pajak sepenuhnya ditangan
aparatur perpajakan. Dengan demikian berhasil atau tidaknya pelaksanaan
pemungutan pajak banyak bergantung pada aparatur perpajakan (peranan
dominant ada pada aparatur perpajakan).
2) Self assesment system
Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang Wajib Pajak
untuk menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai
dengan ketentuan undang-undang perpajakan yang berlaku. Dalam sistem ini,
inisiatif dan kegiatan menghitung serta memungut pajak sepenuhnya ditangan
Wajib Pajak. Wajib Pajak dianggap mampu menghitung pajak, mampu
memahami peraturan perpajakan yang sedang belaku, dan mempunyai kejujuran
yang tinggi, serta menyadari akan arti pentingnya membayar pajak. Dengan
demikian berhasil atau tidaknya pelaksanaan pemungutan pajak banyak
bergantung pada Wajib Pajak sendiri (peranan dominan ada pada Wajib Pajak).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
3) With Holding System
Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak
ketiga yang ditunjuk untuk menentukan besarnya jumlah pajak yang terutang
setiap tahunnya sesuai dengan ketentuan undang-undang perpajakan yang berlaku.
Penunjukan pihak ketiga ini bisa dilakukan dengan undang-undang perpajakan,
keputusan presiden dan peraturan lainnya untuk memotong dan memungut pajak,
menyetorkan dan mempertanggungjawabkan melalui sarana perpajakan yang
tersedia. Dengan demikian berhasil atau tidaknya pelaksanaan pemungutan pajak
banyak bergantung pada pihak ketiga yang ditunjuk
f. Tarif Pajak
Untuk menghitung pajak diperlukan tarif dan dasar penggenaan pajak.
Berikut tariff pengenaan pajak menurut Siti Resmi (2004) :
1) Tarif Tetap
Tarif tetap adalah tarif berupa jumlah atau angka yang tetap, berapapun
besarnya dasar pengenaan pajak. Tabel dibawah ini akan menunjukan tarif
penggenaan pajak tetap
Tabel 2.1 Tarif Pajak Tetap
Dasar Penggenaan Pajak Tarif Pajak Pajak Terutang Rp. 1.000.000,00 Rp. 100.000,00 Rp. 100.000,00 Rp. 2.000.000,00 Rp. 100.000,00 Rp. 100.000,00 Rp.3.000.000,00 Rp. 100.000,00 Rp. 100.000,00
Di Indonesia, tarif tetap diterapkan pada bea materai. Pembayaran dengan
menggunakan cek atau bilyet giro untuk berapapun jumlahnya dikenakan pajak
Rp 6000,00.
2) Tarif Proporsional (sebanding)
Tarif Proporsional adalah tarif berupa persentase tertentu yang sifatnya
tetap terhadap berapapun dasar pengenaan pajaknya. Semakin besar dasar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
pengenaan pajak maka akan semakin besar pula jumlah pajak yang terutang
dengan kenaikan yang proporsional atau sebanding. Tabel dibawah ini akan
menunjukan tarif penggenaan pajak proposional.
Tabel 2.2.Tarif Pajak Proposional
Dasar Penggenaan Pajak Tarif Pajak Pajak Terutang Rp. 1000.000,00 10 % Rp. 100.000,00 Rp. 2000.000,00 10 % Rp. 200.000,00 Rp. 3000.000,00 10 % Rp. 300.000,00
3) Tarif Progresif (Meningkat)
Tarif progresif adalah tarif berupa persentase tertentu yang semakin
meningkat dengan semakin meningkatnya dasar pengenaan pajak.Tabel dibawah
ini akan menunjukan tarif penggenaan pajak progresif
Tabel 2.3. Tarif Pajak Progresif
Dasar Penggenaan Pajak Tarif Pajak Pajak Terutang Rp. 10.000.000,00 15 % Rp. 1.500.000,00 Rp. 40.000.000,00 25 % Rp. 10.000.000,00 Rp. 60.000.000,00 35 % Rp. 21.000.000,00
Tarif progresif dibedakan menjadi tiga yaitu:
a) Tarif Progresif-Proporsional, merupakan tarif berupa persentase
tertentu yang semakin meningkat dengan meningkatnya dasar
pengenaan pajak, dan kenaikan persentase tersebut adalah tetap.
b) Tarif Progresif-Progresif, merupakan tarif berupa persentase tertentu
yang semakin meningkat dengan meningkatnya dasar pengenaan
pajak, dan kenaikan persentase tersebut juga semakin meningkat.
c) Tarif Progresif-Degresif, merupakan tarif berupa persentase tertentu
yang semakin meningkat dengan meningkatnya dasar pengenaan
pajak, dan kenaikan persentase tersebut semakin menurun.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
4) Tarif Degresif (Menurun)
Tarif degresif atau menurun adalah tarif berupa prosentase tertentu yang
semakin menurun dengan semakin meningkatnya dasar pengenaan pajak. Contoh
penggenaan tarif degresif dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.4 Tarif Pajak Degresif
Dasar Penggenaan Pajak Tarif Pajak Pajak Terutang Rp. 20.000.000,00 10 % Rp. 2.000.000,00 Rp. 30.000.000,00 9 % Rp. 2.700.000,00 Rp. 40.000.000,00 8 % Rp. 4000.000,00
2. Pajak hotel dan restoran Pemerintah daerah dalam melaksanakan tugas pemerintahan dan
pembangunan memerlukan biaya atau dana yang tidak sedikit jumlahnya. Tanpa
adanya biaya atau dana yang cukup maka tidak mungkin daerah-daerah itu dapat
mengatur dan mengurus rumah tangganya selain dari dana perimbangan,
pembiayaan penyelenggaraan tugas pemerintah daerah juga berasal dari
pendapatan asli daerah, oleh karena itu diharapkan pemerintah daerah mampu
mengoptimalkan dan mengelola dengan baik sumber penerimaan daerah yang
salah satunya adalah dari pemungutan pajak hotel.
a. Pengertian Pajak Hotel
Menurut Hotel Proprietors Act seperti yang dikutip oleh Agus
Sulastiyono (2001: 4) hotel adalah suatu perusahaan yang menyediakan pelayanan
makanan, minuman dan fasilitas kamar untuk tidur kepada orang-orang yang
membutuhkan dan mampu untuk membayar sesuai dengan tarif yang ada sesuai
dengan pelayanan yang diterima tanpa perjanjian khusus. Sedangkan menurut
Perda Surakarta Nomor 9 Tahun 2002 menyatakan bahwa ” Hotel adalah
bangunan khusus disediakan bagi orang untuk dapat menginap/ istirahat,
memperoleh pelayanan dan atau fasilitas lainya dengan dipungut bayaran,
termasuk bangunan lainya yang menyatu, dikelola dan dimiliki oleh pihak yang
sama, kecuali untuk pertokoan dan perkantoran”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa, hotel seharusnya
adalah:
1) Suatu jenis akomodasi
2) Menggunakan sebagian atau seluruh bangunan yang ada
3) Menyediakan jasa penginapan, makanan dan minuman serta jasa
penunjang lainya
4) Disediakan bagi umum
5) Dikelola secara komersial
Berdasarkan pengertian definisi hotel diatas maka pajak hotel adalah
adalah pajak yang dipungut atas semua pelayanan penginapan beserta fasilitas
yang diberikan. Pemungutan pajak hotel di Surakarta dikelompokan berdasarkan
klasifikasi hotel, yaitu hotel bintang empat, hotel bintang tiga, hotel bintang dua,
hotel bintang satu, hotel melati tiga, hotel melati dua, hotel melati satu dan home
stay.
b. Pengertian Pajak Restoran
Menurut Marsum (1993: 7) ” Restoran adalah suatu tempat atau bangunan
yang diorganisasi secara komersial, yang menjelenggarakan pelayanan dengan
baik kepada semua tamunya baik berupa makan maupun minum”. Sedangkan
menurut Perda Kota Surakarta No. 10 Tahun 2002 menyatakan bahwa ” Restoran
atau rumah makan (termasuk warungan/ PKL) adalah tempat menyantap makanan
dan atau minuman yang disediakan dengan dipungut bayaran, tidak termasuk boga
atau katering ”. Restoran ada yang berada dalam suatu hotel, kantor maupun
pabrik dan banyak juga yang berdiri sendiri diluar bangunan tersebut. Berdasarkan
pengertian diatas pajak restoran adalah pajak atas semua pelayanan penjualan
makanan dan minuman di restoran. Dalam pemungutanya dikelompokan
berdasarkan pada klasifikasi yaitu restoran, rumah makan dan kafe.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
c. Objek Pajak
Menurut Peraturan Daerah kota Surakarta Nomor 9 Tahun 2002 yang
termasuk objek pajak hotel adalah setiap pelayanan yang disediakan dengan
pembayaran di hotel, termasuk
1) Fasilitas pengginapan atau fasilitas tinggal jangka pendek.
2) Pelayanan penunjang sebagai kelengkapan fasilitas penginapan atau
tempat tinggal jangka pendek, yang sifatnya memberikan kemudahan
dan kenyamanan.
3) Fasilitas olahraga dan hiburan yang disediakan khusus untuk tamu
hotel dan bukan untuk umum.
4) Jasa persewaan mangan untuk kegiatan acara atau pertemuan di hotel.
Menurut Perda Kota Surakarta Nomor 10 Tahun 2002 tentang pajak
restoran, yang dimaksud dengan objek pajak restoran adalah setiap pembayaran
atas penjualan makanan dan atau minuman yang disedikan di restoran (termasuk
warungan / PKL) dengan pembayaran, termasuk pelayanan atau yang dibawa
pulang
d. Pengecualian Objek Pajak
Tidak semua pelayanan yang dilakukan oleh hotel termasuk kedalam objek
pajak hotel, ada beberapa pengecualian objek pajak hotel. Menurut Perda No. 9
Tahun 2002 beberapa pengecualian objek pajak hotel yaitu ;
1) Penyewaan rumah atau kamar apartemen dan atau fasilitas tempat
tinggal lainya yang tidak menyatu dengan hotel.
2) Pelayanan tinggal di asrama atau pondok pesantren
3) Fasilitas olahraga dan hiburan yang disediakan di hotel yang
dipergunakan oleh bukan tamu hotel dengan membayar.
4) Pertokoan, perkantoran, perbankan, salon yang dipakai oleh umum di
hotel.
5) Pelayanan perpajakan wisata yang diselenggarakan oleh hotel dan
dimanfaatkan oleh umum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Pengecualiaan objek pajak juga terdapat dalam pajak restoran. Menurut
Perda No. 10 Pasal 3 Tahun 2002 Pengecualiaan objek pajak restoran antara lain :
1) Pelayanan usaha jasa boga atau katering
2) pelayanan yang disediakan oleh restoran atau rumah makan yang
peredaranya tidak melebihi batas tertentu yang ditetapkan walikota.
e. Subjek Pajak
Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan
perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban
perpajakan, termasuk pemungut atau pemotong pajak tertentu dan yang dimaksud
badan dalam pengertian diatas adalah perseroan terbatas , perseroan komanditer,
BUMN atau BUMD dengan nama dan dalam bentuk apapun, persekutuan
koperasi, lembaga dan bentuk usaha tetap. Subjek pajaknya adalah orang pribadi
atau badan yang melakukan pembayaran atas pelayanan hotel dan pelayanan
penjualan dan atau minuman direstoran (termasuk Warungan/ PKL)
f. Dasar Pengenaan Tarif Pajak Hotel dan Restoran
Berdasarkan Peraturan daerah Nomor 9 pasal 4 dan Nomor 10 pasal 5
Tahun 2002 tentang dasar pengenaan pajak hotel dan restoran adalah jumlah
pembayaran yang dilakukan subyek pajak kepada pihak hotel dan restoran
(termasuk warungan / PKL) atas pelayanan yang diberikan.
g. Tarif Pajak
Tarif pajak yang paling tinggi bertujuan untuk memberikan perlindungan
kepada masyarakat dari penetapan tarif yang terlalu memberatkan. Tarif yang
paling rendah tidak ditetapkan untuk memberikan peluang kepada pemerintah
daerah untuk mengatur sendiri besarnya tarif pajak yang sesuai dengan kondisi
masyarakat di daerah.
Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2002 pasal 5, tarif pajak
hotel ditetapkan sebagai berikut :
1) Hotel ditetapkan 10 % dari jumlah pembayaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
2) Hotel lainya ( Home Stay, penginapan, rumah kost yang jumlah
kamarnya lebih dari 10 kamar) ditetapkan 5 % dari jumlah
pembayaran.
3) Khusus rumah kost yang dihuni mahasiswa dan pelajar dikenakan tarif
setinggi-tingginya 5 % dari pembayaran.
Sedangkan tarif pajak restoran sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 10
Tahun 2002 pasal 6, yang ditetapkan sebagai berikut :
1) Kategori A ( Restoran atau rumah makan dengan fasilitas minimal
berupa kontruksi bangunan permanen atau semi permanen) ditetapkan
10 % dari pembayaran.
2) Kategori B ( Restoran atau rumah makan termasuk warungan / PKL)
yang maksimal memiliki fasilitas kontruksi bangunan berupa tenda
atau kontruksi bongkar pasang/ knockdown) ditetapkan 5 % dari
jumlah pembayaran.
h. Masa Pajak dan Saat Pajak Terutang
Menurut Peraturan Daerah Kota Surakarta No. 9 pasal 7 dan No. 10 Pasal
8 Tahun 2002 mengenai masa pajak dan saat pajak terutang, menjelaskan Masa
pajak adalah jangka waktu yang lamanya 1 ( satu) bulan atau jangka waktu lain
yang ditetapkan oleh walikota. Sedangkan saat pajak terutang adalah pada saat
terjadinya pelayanan penginapan di hotel dan pelayanan atas penjualan makanan
dan atau minuman di restoran.
i. Tata cara Pembayaran dan Pemungutan Pajak
Tatacara pelaksanaan pembayaran dan pemungutan pajak berdasarkan
Peraturan Daerah No. 9 dan No.10 Tahun 2002 adalah sebagai berikut :
1) Pajak yang terutang dipungut di wilayah daerah.
2) Pemungutan pajak tidak dapat diborongkan
3) Pajak dibayar sendiri oleh wajib pajak yang dapat dilakukan di kas
daerah atau tempat lain yang ditunjuk oleh walikota sesuai waktu yang
ditentukan dengan menggunakan Surat Pemberitahun Pajak Daerah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
(SPTPD), Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD), Surat Ketetapan
Daerah Kurang Bayar (SKPDKB), Surat Ketetapan Daerah Kurang
Bayar Tambahan (SKPDKBT), Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD)
atau dokumen lain yang dipersamakan, antara lain berupa rekening
yang sudah dilegalkan ataupun akarcis.
4) Untuk Wajib Pajak yang menjalankan restoran (termasuk
warungan/PKL) dengan omzet Rp. 300 juta/tahun atau lebih wajib
menyelenggarakan pembukuan, pembukuan tersebut dimaksudkan
agar dapat dijadikan dasar untuk menghitung besarnya pajak terutang.
5) Pembayaran harus dilakukan secara tunai atau lunas paling lambat 10
(sepuluh) hari setelah berakhirnya masa pajak dan apabila pembayaran
pajak dilakukan ditempat lain yang ditunjuk, hasil penerimaan pajak
harus disetor ke kas daerah selambat-lambatnya 1 x 24 jam atau dalam
waktu yang ditentukan oleh walikota
6) Jika tidak dibayar setelah waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak
SKPD diterima dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2
% setiap bulan dan ditagih dengan menebitkan STPD ( Surat Teguran
Pajak Daerah)
7) Apabila pajak yang harus dibayar tidak dilunasi dalam jangka waktu 7
( tujuh) hari setelah pemberitahuan Surat Paksa pejabat segera
menerbitkan Surat Perintah melaksanakan penyitaan.
j. Dasar Hukum Pemungutan Pajak Hotel dan Restoran
Pemungutan pajak hotel dan restoran dilakukan oleh Pemerintah Kota
Surakarta dengan berlandaskan sumber hukum antara lain :
1) Undang-undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah,
dalam pasal 82 yang menyatakan bahwa :
Ayat 1. Daerah dapat menetapkan pajak dan retribusi dengan Peraturan
Daerah sesuai dengan ketentuan undang-undang.
Ayat 2. Peraturan tatacara pemungutan pajak dan retribusi daerah
termasuk pengembalian atau pembebasan pajak dan /atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
retribusi daerah yang dilakukan dengan berpedoman pada
ketentuan antara pemerintah pusat dan daerah.
2) Undang-undang No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangn Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Daerah.
3) Undang-undang No. 34 Tahun 2000 Tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah.
4) Peraturan Daerah Kota Surakarta No. 9 Tahun 2002 tentang Pajak
Hotel
5) Peraturan Daerah Kota Surakarta No. 10 Tahun 2002 tentang Pajak
Restoran.
3. Pendapatan Asli Daerah Setiap daerah harus dapat mengatur rumah tangganya sendiri termasuk
dalam urusan pendanaan yang diperlukan daerah untuk melakukan pembangunan.
Untuk itulah diperlukanya sumber-sumber keuangan daerah. Sumber keuangan
yang berasal dari dalam daerah itu sendiri biasa disebut dengan pendapatan asli
daerah.
Menurut UU No. 34 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara
pemerintah pusat dan daerah ” Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan yang
diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut
berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku”. Sedangkan Pendapatan Asli Daerah menurut Deddy Supriadi B dan
Dadang Solihin (2002: 173) adalah penerimaan yang diperoleh daerah yang
berasal dari sumber-sumber wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan
peraturan daerah. Pengertian Pendapatan Asli Daerah dapat diartikan sebagai
pendapatan yang didapat oleh daerah yang bersumber dari dalam daerah itu
sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah dan perundang-undangan
yang berlaku.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
a. Keuangan Daerah
Menurut Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah
Daerah menjelaskan bahwa, ” Daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang
mempunyai batas daerah tertentu berwenang mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat
dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia”.
Keuangan daerah timbul dengan adanya penyelenggaraan fungsi-fungsi
pemerintahan berdasarkan asas desentralisasi. Pada umumnya fungís-fungsi yang
bersifat lokal diserahkan kepada pemerintah daerah dengan tujuan untuk
mendekatkan pelayanan kepada masyarakat. Untuk dapat meningkatkan sumber
pendapatan daerah, maka pemerintah daerah harus dapat melaksanakan tugasnya
dengan baik, baik dalam hal pengelolaan maupun penggunaannya. Menurut
penjelasan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004, Keuangan daerah dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1) Untuk menyelenggarakan otonomi daerah yang luas, nyata dan
bertanggungjawab, diperlukan kewenangan dan kemampuan menggali
sumber keuangan sendiri, yang didukung oleh perimbangan keuangan
antara pemerintah pusat dan daerah serta antara propinsi dan
kabupaten/ kodya yang merupakan prasyarat dalam sistem pemerintah
daerah.
2) Dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah kewenangan keuangan
yang melekat pada setiap kewenangan pemerintah menjadi wewenang
daerah.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kewenangan yang
dimiliki daerah dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat atau
rumah tangganya sendiri sangat berkaitan dengan masalah penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan. Pemerintah daerah tidak akan dapat
menyelenggarakan pemerintahan dan melaksanakan pembangunan tanpa adanya
biaya atau dana. Apalagi di era otonomi daerah saat ini, daerah diharapkan
mampu menggali sumber-sumber keuangan daerah yang dimilikinya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Salah satu kriteria penting untuk mengetahui secara nyata kemampuan
daerah dalam mengatur dan mengurus rumah tangganya adalah kemampuan self
supporting dalam bidang keuangan daerah. Dengan perkataan lain faktor
keuangan merupakan faktor esensial dalam mengukur tingkat kemampuan daerah
dalam melaksanakan pembangunan daerah. Hal ini berarti dalam penyelenggaraan
urusan rumah tangga daerah membutuhkan dana atau uang.
Sehubungan dengan pentingnya posisi keuangan daerah, Pamudji
menegaskan, seperti yang dikutip oleh J. Riwu Kaho (1995: 124) :
Pemerintah Daerah tidak akan dapat melaksanakan fungsinya dengan efektif dan efisien tanpa biaya yang cukup untuk memberikan pelayanan dan pembangunan. Dan keuangan inilah yang merupakan salah satu dasar kriteria untuk mengetahui secara nyata kemampuan daerah dalam mengurus rumah tangganya sendiri.
Bersadarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa untuk mengatur
dan mengurus rumah tangganya, daerah membutuhkan dana atau uang. Tanpa
dana yang cukup maka daerah tidak mungkin dapat menyelenggarakan tugas
kewajiban serta kewenangan dalam mengatur dan mengurus rumah tangga daerah
serta pembangunan yang telah direncanakan tidak tercapai.
b. Sumber – sumber Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan daerah merupakan semua perolehan uang atau dana bagi
daerah yang digunakan untuk membiayai urusan-urusan pemerintahan dan
pembangunan di daerah. Pendapatan Asli Daerah adalah bagian dari sumber
pendapatan daerah yang merupakan sumber dana pemerintah daerah dalam
melaksanakan pembangunan. Selain itu pendapatan asli daerah juga termasuk
usaha daerah guna memperkecil ketergantungan dana dari pemerintah pusat.
Adapun sumber-sumber pendapatan daerah menurut UU No. 33 tahun 2004 ada
empat, yaitu :
a. Hasil pajak daerah
b. Hasil retribusi daerah
c. Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah
lainya yang dipisahkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
d. Lain-lain PAD yang sah
Berikut ini penjelasan dari masing-masing sektor Pendapatan Asli Daerah :
1) Pajak Daerah
a) Pengertian Pajak Daerah
Agar suatu daerah dapat membiayai, memajukan dan mengurus rumah
tangganya sendiri maka haruslah ditempuh suatu kebijaksanaan yang mewajibkan
setiap orang untuk membayar pajak sesuai dengan kewajibanya. Menurut
Mardiasmo (2003: 93) ” Pajak daerah adalah pajak yang dipungut oleh daerah
berdasarkan peraturan pajak yang ditetapkan oleh daerah (melalui Perda) untuk
kepentingan pembiayaan rumah tangga pemerintah daerah. Pendapat lain juga
dikemukanan oleh Andriani seperti yang dikutip oleh Mohammad Zain (2005: 10)
pajak adalah iuran masyarakat kepada negara yang terutang yang dibayar
menurut peraturan-peraturan umum dengan tidak mendapat kontrapestrasi secara
langsung dan berguna untuk membiayai pengeluaran-pengeluran pemerintah.
Sedangkan menurut Perda kota Surakarta No. 9 dan No. 10 Tahun 2002 tentang
pajak hotel dan restoran adalah:
” Pajak daerah yang selanjutnya disebut pajak adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan peraturan perundangan yang berlaku yang diperuntukan untuk membiayai penyelenggaraan Pemerintah Daerah dan Pembangunan Daerah”. Dari pendapat tersebut di atas terlihat bahwa ciri-ciri mendasar pajak
adalah :
(1) Pajak dipungut oleh negara berdasarkan undang-undang dan peraturan
hukum lainya.
(2) Pajak dipungut tanpa adanya kontraprestasi yang secara langsung
(3) Hasil pemungutan pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran
umum negara untuk menyelenggarakan pemerintahan
(4) Pajak disamping sebagai sumber keuangan negara juga berfungsi
sebagai pengatur atau melaksanakan kebijakan negara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
b) Jenis-jenis Pajak Daerah
Mengenai ketentuan-ketentuan pokok yang memberikan pedoman
kebijaksanaan dan arahan bagi daerah dalam pelaksanaan pemungutan pajak
daerah untuk menjamin penerapan prosedur umum pajak daerah telah diatur
dalam Undang-undang Nomor 34 tahun 2000 tentang pajak daerah dan retribusi
daerah.
Menurut Undang-undang No. 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah jenis dan tarif pajak daerah adalah sebagai berikut :
Tabel 3. Jenis dan Tarif Pajak Daerah
No. Jenis Pajak Tarif Pajak
Pengenaan Tarif Pajak
1 Pajak Propinsi : a. Pajak kendaraan
bermotor dan kendaraan diatas air
b. Bea balik nama
kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air
c. Pajak bahan bakar
kendaraan bermotor
d. Pajak pengambilan
dan pemanfaatan air bawah tanah dan air permukaan
5 %
10 %
5 %
20 %
1) Tarif pajak kendaraan bermotor
dikenakan atas nilai jualnya serta faktor-faktor penyesuaian yang mencerminkan biaya ekonomis yang diakibatkan oleh penggunaan kendaraan bermotor, misalnya kerusakan jalan dan lingkungan
2) Tarif pajak kendaraan di atas air dikenakan atas nilai jualnya
Atas nilai jualnya Atas nilai jualnya Atas nilai perolehan air yang diambil dan dimanfaatkan, antara lain berdasarkan jenis, volume, kualiatas air, dan lokasi sumber air
2 Pajak kabupaten : a. Pajak hotel
10 %
Atas jumlah pembayaran yang dilakukan kepada hotel
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
b. pajak restoran c. Pajak hiburan d. Pajak reklame e. Pajak penerangan
jalan f. Pajak pengambilan
bahan galian golongan C
g. Pajak parkir
10 %
35 %
25 %
10 %
20 %
20 %
Atas jumlah pembayaran yang dilakukan kepada restoran Atas jumlah pembayaran atau yang seharusnya dibayar untuk menonton dan / atau menikmati hiburan Atas nilai sewa reklame, yang didasarkan atas nilai jual objek pajak reklame dan nilai strategis pemasangan reklame Atas nilai jual tenaga listrik yang terpakai Atas nilai jual hasil pengambilan bahan galian golongan C Atas penerimaan penyelenggaraan parkir yang berasal dari pembayaran atau yang seharusnya dibayar untuk pemakaian tempat parkir kendaraan bermotor
Sumber : ( Diolah) Undang-undang No. 34 Tahun 2000 tentang pajak dan retribusi
daerah
Dari penggolongan jenis pajak diatas, pajak hotel dan restoran adalah salah
satu jenis pajak yang termasuk pajak kabupaten/kota dan merupakan salah satu
sumber pendapatan asli daerah dan keberadaan pajak daerah bertujuan sebagai
bentuk pelayanan kepada masyarakat umum yang dikelola dan diserahkan oleh
pemerintah daerah dalam rangka pelaksanaan asas desentralisasi
Selain jenis-jenis pajak yang telah dikemukakan diatas menurut Deddy
Supriadi B dan Dadang Solihin (2002: 268-269) pemerintah daerah dapat
menetapkan jenis pajak lainya sesuai dengan peraturan daerah apabila memenuhi
kriteria sebagai berikut :
(1) Bersifat pajak bukan retribusi
(2) Objek pajak terletak atau berada dalam wilayah daerah kabupaten/kota
yang bersangkutan dan mempunyai mobilitas yang cukup rendah serta
hanya melayani masyarakat diwilayah daerah yang bersangkuatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
(3) Objek dan dasar pengenaan pajak tidak bertentangan dengan
kepentingan umum
(4) Objek pajak bukan merupakan objek pajak propinsi atau objek pajak
pusat
(5) Potensinya memadai, yang berarti bahwa hasil pajak cukup besar
sebagai pendapatan daerah dan laju pertumbuhanya sejalan dengan laju
pertumbuhan ekonomi daerah
(6) Tidak memberikan dampak ekonomi yang negatif, yang berarti bahwa
pajak tidak mengganggu alokasi sumber-sumber ekonomi secara
efisien dan tidak menghalangi arus sumberdaya ekonomi antar daerah
maupun kegiatan ekspor-impor
(7) Memperhatikan aspek keadilan dan kemampuan masyarakat
(8) Menjaga kelestarian lingkungan, yang berarti pajak tidak memberikan
kesempatan kepada pemerintah daerah dan masyarakat untuk merusak
lingkungan yang nantinya akan menjadi beban pemerintah pusat.
2) Retribusi Daerah
Sumber pendapatan asli daerah yang penting lainya adalah retribusi
daerah. Pengertian retribusi secara umum adalah pembayaran-pembayaran kepada
negara yang dilakukan oleh mereka yang menggunakan jasa-jasa negara.
Sedangkan menurut Mardiasmo (2003: 100) ,” Retribusi daerah adalah pungutan
daerah sebagai pembayaran atas jasa/pemberian ijin tertentu yang khusus
disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang
pribadi atau badan”.
Menurut Davey seperti yang dikutip oleh Andrian Sutedi ( 2008: 78),
pembayaran retribusi harus memenuhi dua syarat,yaitu dasar untuk mengenakan
retribusi biasanya harus didasarkan pada total cost dari pada pelayanan-pelayanan
yang disediakan dan dalam beberapa hal, retribusi biasanya harus didasarkan pada
kesinambungan harga jasa suatu pelayanan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Retribusi daerah pada dasarnya dapat digolongkan menjadi beberapa
macam. Menurut Undang-undang No. 34 Tahun 2000 pasal 18 Ayat 2 tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, retribusi dapat digolongkan menjadi 2 yaitu:
a) Retribusi yang ditetapkan dengan peraturan perintah meliputi :
(2) Retribusi jasa umum
(3) Retribusi jasa usaha
(4) Retribusi perizinan
b) Retribusi yang ditetapkan dengan peraturan daerah adalah retribusi
selain yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah.
3) Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan
Daerah Lainya yang Dipisahkan
Sumber pendapatan asli daerah yang lain adalah hasil perusahaan daerah
yang diharapkan sebagai sumber pemasukan. Berdasarkan penjelasan UU No.33
Tahun 2004 tentang Keuangan Daerah, Pasal 157 huruf a Angka 3 jenis
penerimaan yang termasuk hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan
ditetapkan dalam perda berpedoman pada peraturan perundang-undangan. Tiap-
tiap daerah memiliki pemasukan yang berbeda tergantung dari potensi daerah
masing-masing. Daerah yang memiliki kekayaan yang dipisahkan lalu ditanamkan
maka daerah yang bersangkutan akan mendapatkan keuntungan dari investasinya.
Keuntungan tersebut bisa berupa bagian laba atau deviden. Daerah yang
bersangkutan bisa juga menjual sahamnya kembali
4) Lain -lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah
Sumber pendapatan asli daerah selanjutnya adalah lain-lain Pendapatan
Asli Daerah yang sah. Berdasarkan penjelasan UU No. 32 Tahun 2004 pasal 6
Ayat 1 Huruf d, jenis penerimaan yang termasuk lain-lain PAD yang sah adalah :
a) Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan
b) Jasa giro
c) Pendapatan bunga
d) Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
e) Komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan
dan/atau pengadaan barang dan/ jasa oleh daerah
4. Efektivitas (Daya Guna)
a. Pengertian Efektivitas
Menurut The Liang Gie seperti yang dikutip oleh Abdul Halim dan
Theresia Damayanti (2004: 166) efektifitas adalah suatu keadaan yang terjadi
sebagai akibat yang dikehendadaki. Kalau seseorang melakukan sesuatu perbuatan
dengan maksud tertentu dan memang dikehendakinya, maka orang itu dikatakan
efektif bila menimbulkan akibat sebagaimana yang dikehendaki. Efektivitas dapat
dinilai atas tujuan yang bisa dilaksanakan dan bukan pada konsep tujuan yang
maksimum. Sedangkan menurut Jone dan Pendlebury, adalah suatu ukuran
keberhasilan atau kegagalan dari organisasi dalam mencapai suatu tujuan (Abdul
Halim dan Theresia Damayanti, 2004:156). Dan menurut Devas (1989: 144)
efektifitas mengukur hubungan antara hasil pajak yang dipungut dan potensi dari
pajak tersebut. Dengan menganggap semua wajib pajak membayar pajak masing-
masing dan seluruh pajak yang terutangnya.
Devas ( 1989: 144-145) mengemukakan bahwa efektivitas menyangkut
semua tahap administrasi penerimaaan pajak yang meliputi penentuan wajib
pajak, penetapan nilai kena pajak, pemungutan pajak, penegakan sistem pajak,
dan pembukuan penerimaan.
1) Menentukan Wajib Pajak
Menentukan wajib pajak dengan menggunakan prosedur yang dapat
menyulitkan wajib pajak dalam menyembunyikan utangnya. Hal ini
dapat dilakukan bila pembanyaran pajak bersifat otomatis
2) Menetapkan Nilai Pajak Terutang
Nilai pajak terutang harus ditentukan dengan cermat. Hal ini
melibatkan wajib pajak atau petugas pajak dalam menentukan nilai
sesungguhnya dari objek pajak dan menentukan tarif pajak yang benar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Semakin besar wewenang petugas pajak dalam menentukan pajak
terutang semakin besar pula kesempatan untuk melakukan
perundingan. Kerjasama ini tidak dapat dihilangkan sama sekali tetapi
dapat diminimalisir dengan cara memisahkan fungsi penetapan pajak
terutang dengan dengan fungsi pemungutan pajak.
3) Memungut Pajak
Memungut pajak terutang pada waktunya dapat lebih mudah apabila
pembayaran bersifat otomatis. Misalnya orang membeli karcis nonton
bioskop maka dalam pembayaran karcis tersebut sudah dikenai pajak.
Selain pemungutan pajak secara otomatis diperlukan juga peraturan
dan penegakan hukum yang tegas terhawap wajib pajak yang Belem
membayar pajak terutangnya.
4) Pemeriksaaan Kelalaian Pajak
Untuk mengetahui wajib pajak yang belum memenuhi kewajiban
pajaknya diperlukan sistem pencatatan yang baik , sehingga kelalaian
pembayaran pajak dapat diketahui. Sistem ini harus dilengkapi dengan
prosedur untuk menegakan pajak dan harus sungguh-sungguh
dijalankan.
5) Prosedur Pembukuan yang Baik
Prosedur pembukuan yang baik dibutuhkan agar semua pajak yang
telah terpungut petugas benar-benar dibukukan dan masuk dalam
rekening pemerintah. Untuk itu diperlukan langkah-langkah untuk
mencegah kehilangan atau pencurian hasil pajak, pembukuan yang
cermat, pemeriksaan silang oleh berbagai petugas dan sistem
pengawasan keuangan.
Efektivitas bertujuan untuk menentukan tingkat pencapaian hasil atau
manfaat yang diinginkan, kesesuaian hasil dengan tujuan yang ditetapkan
sebelumnya dan menentukan apakah entitas yang diaudit telah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
mempertimbangkan alternatif lain yang memberikan hasil yang sama dengan
biaya yang paling rendah. Secara rinci menurut Abdul Halim dan Theresia
Damanyanti ( 2007: 74) tujuan pelaksanaan audit. Efektivitas adalah dalam rangka
:
1) Menilai tujuan program, baik yang baru maupun yang sudah berjalan,
apakah sudah memadai dan tepat.
2) Menentukan tingkat pencapaian hasil suatu program yang diinginkan.
3) Menilai efektivitas program dan unsur-unsur program secara terpisah.
4) Mengidentifikasikan faktor yang menghambat pelaksanaan program
yang mungkin dapat memberikan hasil yang lebih baik dengan biaya
yang rendah.
5) Menentukan apakah program saling melengkapi, tumpang tindih atau
bertentangan dengan program lain.
6) Mengindentifikasikan cara untuk dapat melaksanakan program
tersebut dengan lebih baik.
7) Menilai ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku
untuk program tersebut.
8) Menilai apakah sistem pengendalian menajemen sudah cukup
memadai untuk mengukur, melaporkan dan memantau efektivitas
program.
9) Menentukan apakah manajemen telah melaporkan ukuran yang sah
dan dapat dipertanggungjawaban mengenai efektivitas program.
.
b. Teknik Pengukuran Tingkat Efektivitas
Efektivitas adalah ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi mencapai
tujuannya. Apabila suatu organisasi berhasil mencapai tujuan, maka organisasi
tersebut dikatakan telah berjalan dengan efektif. Hal terpenting yang perlu dicatat
adalah bahwa efektivitas tidak menyatakan tentang berapa besar biaya yang telah
dikeluarkan untuk mencapai tujuan tersebut. Efektifitas hanya melihat apakah
suatu program atau kegiatan telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Efektivitas mengukur tingkat output terhadap target yang diharapkan. Oleh
karena itu pengukuran efektivitas memerlukan data-data realisasi pendapatan dan
anggaran atau target pendapatan. Menurut Mohamad Mahsum (2006: 187)
formula untuk mengukur efektivitas adalah sebagai berikut :
Tingkat Efektivitas :
Dengan perhitungan diatas dapat diketahui besarnya efektivitas
pengelolaan Pajak Hotel, dengan asumsi bahwa semakin besar angka efektifitas
yang diperoleh, maka semakin tinggi tingkat efektifitasnya. Angka efektifitas ini
menunjukkan kemampuan memungut dan mengukur apakah tujuan aktivitas
pemungutan dapat dicapai. Dengan demikian, semakin besar efektivitas
menunjukan semakin efektif aktivitas pemungutannya. Artinya, semakin besar
kemampuan memungutnya dan tujuan aktivitas pemungutan semakin mendekati
untuk dapat dicapai (Prakosa Kesit Bambang, 2005:144).
Untuk dapat menentukan apakah pemungutan pajak telah efektif
atau belum, diperlukan adanya suatu kriteria efektifitas. Kriteria efektivitas
menurut A. A. N. B. Dwiranda (http//ejournal. Unud. Ac. Id, diunduh tanggal 24
Agustus, 2009) adalah sebagai berikut ;
a. > 100% sangat efektif
b. > 90%-100% efektif
c. > 80%-90% cukup efektif
d. >60%-80% kurang efektif
e. ≤ 60% tidak efektif
5. Kontribusi Pajak Hotel dan Restoran
Menurut Abdul halim( 2001: 163) kontribusi penerimaan pajak hotel dan
restoran terhadap pendapatan asli daerah dapat diukur dengan membandingkan
Realisasi Pendapatan X 100% Anggaran Pendapatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
antara realisasi penerimaan pajak hotel dan restoran dengan realisasi penerimaan
Pendapatan Asli Daerah. Hal ini senada dengan yang dikemukan Nugroho
Budiyuwono (1995:160) Perbandingan ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
Keterangan :
Pn : Kontribusi penerimaan pajak Hotel dan Restoran terhadap
pendapatan asli daerah (Rupiah)
QX :Jumlah penerimaan pajak Hotel dan Restoran (Rupiah)
QY :Jumlah penerimaan pendapatan asli daerah (Rupiah)
n : Tahun (periode) tertentu
Setelah hasil perbandingan diperoleh maka dapat dilihat prosentasenya
apakah penerimaan pajak hotel dan restoran mempunyai kontribusi terhadap
Pendapatan Asli Daerah. Hal ini dapat dilihat berdasarkan kriterianya. Menurut
Fuad Bawasir (1999: 103) kriteria untuk mengetahui kontribusi pajak hotel dan
restoran dalam menopang Pedapatan Asli Daerah adalah sebagai berikut :
a. Jika prosentase antara 0%-0,9%, dinyatakan bahwa relatif tidak mempunyai
kontribusi.
b. Jika prosentase antara 1%-1,9% dinyatakan bahwa kurang mempunyai
kontribusi.
c. Jika prosentasenya antara 2%-2,9% dinyatakan bahwa cukup mempunyai
kontribusi.
d. Jika prosentasenya antara 3%-3,9% dinyatakan bahwa mempunyai kontribusi
e. Jika prosentasenya > 4% dinyatakan bahwa sangat mempunyai kontribusi.
QYn
QXnPn = X 100%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
B. Penelitian yang Relevan
1. Skripsi Efektivitas Pajak Hotel dan Kontribusinya terhadap Pajak
Daerah di Kabupaten Semarang Tahun 2000-2004 oleh Agus Rahmanto.
Sampel dalam penelitian ini sebanyak 20 hotel di kota Semarang
dengan teknik pengambilan sampel menggunakan stratified random sampling
dan metode pengumpulan data menggunakan angket dan
dokumentasi.Penelitian ini bersifat diskriptif kuantitatif, yaitu menggunakan
analisis data melalui pengukuran objektif dan analisis numerikal untuk
efektivitas pajak hotel. Sedangkan teknik analisis data digunakan deskriptif
presentase untuk mengetahui efektif pajak hotel dan regresi sederhana untuk
mengetahui kontribusi pajak hotel terhadap pendapatan asli daerah.
Hasil penelitian diperoleh bahwa efektifitas pajak hotel tahun 2000
adalah 43% yang berarti tidak efektif, efektivitas tahun 2001 adalah 56,92%
yang berarti tidak efektif, efektivitas tahun 2002 adalah 66, 46% yang berarti
cukup efektif dan efektivitas tahun 2004 adalah 92, 96% yang berarti efektif.
Kontribusi pajak hotel terhadap pajak daerah sebesar 10,9% dan sisanya
dipengaruhi oleh unsur pajak yang lain.
2. Skripsi Analisis Penerimaan Pajak Hotel dan Restoran sebagai Sumber
Pendapatan Asli Daerah Kota Malang dalam Pelaksanaan Otonomi
Daerah oleh Ratih Purbasari.
Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data-data yang relevan
untuk memberikan informasi mengenai permasalahan yang akan digunakan
untuk memecahkan masalah yang ada. Berdasarkan penelitian tersebut dapat
disimpulkan bahwa kontribusi pajak hotel terhadap pajak daerah dalam kurung
waktu 5 tahun ini sebesar 8,97% dan kontribusi pajak restoran terhadap pajak
daerah sebesar 20,55%. Sedangkan penerimaan pajak daerah menyumbang 48,
46% dari jumlah pendapatan asli daerah untuk tahun anggaran 2003-2007.
kontribusi Pendapatan asli daerah terhadap anggaran pendapatan belanja
daerah masih sangat terbatas, padahal untuk mewujudkan kemandirian daerah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
diharapkan kontribusi pendapatan asli daerah terhadap anggaran pendapatan
belanja daerah tidak kurang dari 40%.
3. Jurnal Ekonomi bertajuk Kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) guna mendukung Pelaksanaan Otonomi Daerah
(Studi kasus Pemerintah Kota Bogor) oleh Mohammad Riduansyah.
Penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan sumber
penerimaan yang signifikan bagi pembiayaan rutin dan pembangunan di suatu
daerah otonom. Jumlah penerimaan komponen pajak daerah dan retribusi
daerah sangat dipengaruhi oleh banyaknya jenis pajak daerah dan retribusi
daerah yang diterapkan serta disesuaikan dengan peraturan yang berlaku yang
terkait dengan penerimaan kedua komponen tersebut. Kontribusi penerimaan
pajak daerah dan retribusi daerah terhadap perolehan PAD Pemerintah Kota
Bogor dalam kurun waktu Tahun Anggaran (TA) 1993/1994 – 2000 cukup
significan dengan rata-rata kontribusi sebesar 27,78% per tahun. Kontribusi
penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah terhadap total perolehan
penerimaan Pemda Bogor tercermin dalam APBD-nya, dikaitkan dengan
kemampuannya untuk melaksanakan otonomi daerah terlihat cukup baik.
Komponen pajak daerah dalam kurun waktu TA 1993/1994 - 2000 rata-rata
pertahunnya memberikan kontribusi sebesar 7,81% per tahun dengan rata-rata
pertumbuhan sebesar 22,89% pertahunnya. Sedangkan pendapatan yang
berasal dari komponen retribusi daerah, pada kurun waktu yang sama,
memberikan kontribusi rata-rata per tahunnya sebesar 15,61% dengan rata-rata
pertumbuhan pertahunnya sebesar 5,08% per tahun. Untuk meningkatkan
kontribusi penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah terhadap total
penerimaan PAD dan sekaligus memperbesar kontribusinya terhadap APBD
Pemda Kota Bogor perlu dilakukan beberapa langkah di antaranya perlu
dilakukan peningkatan intensifikasi pemungutan jenis-jenis pajak daerah dan
retribusi daerah, kemudian dilakukan ekstensifikasi dengan jalan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
memberlakukan jenis pajak dan retribusi baru sesuai dengan kondisi dan
potensi yang ada.
C. Kerangka Pemikiran
Sumber pendapatan asli daerah merupakan pendapatan yang diterima oleh
pemerintah daerah guna membiayai pengeluaran-pengeluaran dari tugasnya
mengurus rumah tangga daerah, yang terdiri dari sumbangan atau subsidi
pemerintah pusat, pajak daerah, retribusi daerah dan lain-lain. Dalam hal ini pajak
daerah merupakan sumber pendapatan daerah yang berperan bagi pembiayaan
daerah.
Pajak hotel dan restoran adalah salah satu pajak daerah yang masuk dalam
wilayah kota atau kabupaten. Pajak hotel dan restoran dipungut berdasarkan atas
pelayanan yang diberikan oleh hotel dan restoran. Besarnya antara 5 % sampai
dengan 10%. Prosentase tarif pajak telah ditentukan berdasarkan perda kota
Surakarta yaitu Perda nomor 9 tahun 2002 untuk pajak hotel dan Perda nomor 10
tahun 2002 untuk pajak restoran.
Hotel yang ada di Kota Surakarta dapat diklasifikasikan menjadi 8 macam,
yaitu Hotel Bintang IV, Hotel Bintang III, Hotel Bintang II, Hotel Bintang I,
Hotel Melati III, Hotel Melati II,Hotel Melati I dan Home Stay. Sedangkan
restoran sendiri dapat dibagi menjadi 3, yaitu Restoran, Rumah Makan dan Cafe.
Dalam pemungutan pajak hotel dan restoran harus dilakukan dengan
efektif. Tingkat keefektifan dapat diukur dengan membandingkan antara hasil
pajak yang dipungut dengan potensi pajaknya. Apabila potensi pajak hotel dan
restoran tersebut dapat direalisasikan dengan jumlah nominal hampir sama
dengan realisasi pendapatan pajak hotel yang diterima maka pajak hotel tersebut
telah efektif. Pajak yang dipungut dengan efektif akan mengoptimalkan
penerimaan sehingga dapat meningkatkan pendapatan asli daerah.
Kontribusi pajak hotel dan restoran terhadap Pendapatan Asli Daerah
diperoleh dari rasio antara penerimaan pajak hotel dan restoran terhadap
penerimaan Pendapatan Asli Daerah. Dengan pendapatan pajak hotel dan restoran
yang maksimal, diharapkan memberikan kontribusi yang tinggi terhadap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
pendapatan asli daerah.Pendapatan Asli Daerah yang tinggi dapat membiayai
pembangunan daerah secara maksimal. Oleh karena itu efektivitas pengelolaan
pajak hotel dan restoran dan kontribusi pendapatan pajak hotel dan restoran
sangat diperlukan untuk meningkatkan pendapatan asli daerah. Untuk lebih
jelasnya dapat digambarkan sebagai berikut
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran
D. HIPOTESIS
Menurut Purwanto (2008: 145) hipotesis adalah suatu kebenaran yang
bersifat lemah. Kebenaran hipotesis bersifat lemah karena kebenaranya baru
teruji pada tingkat teori. Untuk mendapatkan kebenaranan yang bersifat kuat
P 1. Pajak Hotel a a. Hotel Bintang IV j b. Hotel Bintang III a c. Hotel Bintang II k d. Hotel Bintang II e. Hotel Bintang I f. Hotel Melati III h. Hotel Melati II D i. Hotel Melati I A j. Home Stay e r 2. Pajak Restoran a a. Restoran h b. Rumah Makan c. Cafe
Efektivitas Pendapatan Pajak hotel dan restoran. - Realisasi penerimaan
pajak hotel dan restoran - Target penerimaan pajak
hotel dan restoran
Kontribusi pajak hotel dan restoran. - Realisasi penerimaan
pajak hotel dan restoran - Realisasi penerimaan
pajak daerah
Pendapatan
Asli Daerah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
hipotesis harus diuji dengan menggunakan data-data yang dikumpulkan. Hipotesis
dalam penelitian ini adalah:
1. Penerimaan pajak hotel dan restoran dikota Surakarta secara keseluruhan
sudah efektif selama tahun 2007-2009.
2. Penerimaan pajak hotel dan restoran dikota Surakarta berdasarkan
klasifikasinya sudah efektif selama tahun 2007 - 2009.
3. Penerimaan pajak hotel dan restoran secara keseluruhan mempunyai
kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah dari tahun 2007-2009.
4. Penerimaan pajak hotel dan restoran berdasarkan klasifikasinya mempunyai
kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah tahun 2007-2009.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan penulis mengambil tempat di Dinas
Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset ( DPPKA) Kota Surakarta. Alasan
mengambil tempat penelitian tersebut adalah sebagai berikut :
a. Penulis mendapatkan ijin untuk mengadakan penelitian dari pihak
yang berwenang
b. Tersedianya data-data yang diperlukan dalam penelitian ini sehingga
memudahkan penulis untuk melaksanakan penelitian.
c. Lokasi penelitian dapat dijangka dengan mudah oleh penulis, sehingga
menghemat biaya, tenaga dan waktu.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini direncanakan mulai dari penyusunan proposal sampai
dengan penulisan laporan penelitian yang dimulai bulan Januari 2010 sampai
dengan selesai
B. Populasi
Menurut Sugiono (2000: 72) ” Populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas atau karakteristik tertentu
yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya”. Dari pendapat diatas dapat dikatakan populasi bukan sekedar
subyek yang akan diteliti atau dipelajari tetapi menyangkut keseluruhan
karakeristik atau ciri-ciri subyek tersebut. Populasi dalam penelitian ini adalah
pajak hotel dan restoran kota Surakarta, sedangkan sample dalam penelitian ini
adalah pajak hotel dan restoran kota Surakarta tahun 2007-2009.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara yang ditempuh untuk
mendapatkan data yang diperlukan dalam menjawab permasalahan dengan
menggunakan alat-alat atau instrument pengumpulan data. Karena data
merupakan suatu hal yang sangat mendasar yang akan menentukan apakah
penelitian itu dapat dikatakan berhasil atau tidak.
1. Jenis dan Sumber Data
Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 99) ” Data adalah segala fakta dan
angka yang dapat dijadikan bahan untuk menyusun suatu informasi, sedangkan
informasi adalah hasil penggolahan data yang dipakai untuk keperluan”. Data
merupakan faktor yang sangat penting karena melalui data dapat diperoleh
keterangan-keterangan yang diperlukan untuk membuktikan suatu kebenaran.
Sumber data dalam penelitian dapat berasal dari manusia dengan segala
tingkah lakunya, suatu peristiwa, dokumen, arsip dan benda-benda lain. Sumber
data dalam penelitian ini berupa dokumen-dokumen mengenai target dan realisasi
pajak hotel dan restoran dan realisasi pendapatan asli daerah kota Surakarta yang
didapat dari Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset kota Surakarta
dari tahun 2007-2009.
2. Teknik Pengumpulan Data
Dalam sebuah penelitian diperlukan data yang obyektif karena data
diterapkan sebagai sesuatu hal yang sangat mendasar yang akan menentukan
apakah penelitian tersebut dapat dikatakan berhasil atau tidak. Teknik
Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode
dokumentasi.
Dokumentasi adalah menyelidiki benda-benda tertentu seperti buku,
majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan
sebagainya. Dokumentasi dapat dilaksanakan dengan dua cara, yaitu dengan
pedoman dokumentasi yang memuat garis-garis besar atau katgori yang akan
dicari datanya dan dengan check-list.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Dokumen yang digunakan adalah dokumen-dokumen yang berisi laporan
penerimaan pajak hotel dan restoran yang didapat dari Dinas Pendapatan
Penggelolaan Keuangan dan Aset. Penelitian ini menggunakan teknik
dokumentasi dengan pertimbangan sebagai berikut :
a. Dokumen digunakan sebagai sebagai sumber data karena datanya
stabil, kaya akan informasi.
b. Berguna sebagai bukti kebenaran dalam suatu pengujian.
c. Lebih murah dan mudah didapatkan.
Selain pertimbangan-pertimbangan tersebut, teknik dokumentasi juga
terdapat kelemahan antara lain:
a. Bila membuat dokumen ini tidak jujur, maka data tersebut menjadi
tidak objektif dan tidak benar.
b. Karena yang dicatat hanya hal-hal yang penting saja, sedangkan hal-
hal yang kurang penting tidak dicatat, maka akan mempersulit peneliti
untuk mengetahui proses secara keseluruhan.
c. Jika kejadian atau peristiwa itu sudah lama terjadi, akan sulit sekali
membuktikan keabsahan datanya.
D. Rancangan Penelitian
Setiap penelitian memerlukan suatu metode tertentu untuk menunjang
penelitian dalam mencapai tujuan. Penggunaan metode dalam penelitian
dimaksudkan untuk mendapatakan data, keterangan, dokumen yang sesuai dengan
materi yang menjadi tujuan penelitian tersebut. Mengenai metode penelitian,
terdapat berbagai macam metode yang pada dasarnya semua metode penelitian itu
baik. Namun metode itu dapat dikatakan paling baik apabila metode itu sesuai
dengan permasalahan, situasi dan kondisi dalam penelitian tersebut.
Sesuai dengan permasalahnya, penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif kuantitatif. Winarno Surachmad (1994: 139) mengemukakan:
Metode penelitian deskriptif tertuju pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang, karena banyak sekali ragam penelitian deskriftif yang lebih merupakan istilah umum ialah menuturkan, menganalisa dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
mengklasifikasikan, penyelidikan dan teknik survey, dan teknik interview, angket, observasi atau teknik tes, studi kasus. Studi komparatif, studi waktu dan gerak, analisis, kuantitatif, studi kooperatif atau operasional”.
Metode deskriptif menurut Moh. Nazir (1999: 63),” Metode diskriptif
adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu
set kondisi, suatu pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang”.
Berdasarkan pengertian - pengertian diatas peneliti menggunakan penelitian
deskriftif dengan alasan :
1. Penempatan diri pada pemecahan masalah sekarang dan bersifat aktual
2. Penelitian ini menggunakan tahapan yang sistematis dengan cara
menggumpulkan data, mengklasifikasikan data dan mennganalisis dan
menginterprestasikan.
3. Menjelaskan prosedur setiap langkah penyelidikan dengan teliti dan terperinci.
Menurut Sugiono (2008: 60), ” Variabel penelitian pada dasarnya adalah
segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik
kesimpulanya”. Menurut hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain
menurut Sugiono (2008) macam variabel dapat dibedakan menjadi lima. Berikut
penjelasanya masing-masing:
1. Variabel independen (bebas) adalah variabel yang merupakan variabel yang
mempengaruhi terjadinya perubahan pada variabel dependen ( terikat).
2. Variabel dependen (terikat) adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi
akibat karena adanya variabel bebas.
3. Variabel moderator adalah variabel yang mempengaruhi hubungan antara
variabel independen dengan dependen.
4. Variabel intervening adalah variabel yang secara teoritis mempengarui
hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen menjadi
hubungan yang tidak langsung dan tidak dapat diamati atau diukur.
5. Variabel kontrol adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan
sehingga hubungan variabel independen terhadap dependen tidak dipengarui
oleh faktor luar yang tidak diteliti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Dalam penelitian ini terdapat 3 variabel yaitu 2 variabel bebas dan satu
variabel terikat. Berikut ketiga variabel tersebut :
a. Variabel bebas pertama adalah pajak hotel
b. Variabel bebas kedua adalah pajak restoran
c. Varibel terikat adalah pendapatan asli daerah.
Pajak hotel dan restoran merupakan bagian dari pendapatan asli daerah.
Oleh karena itu dalam penelitian ini akan diteliti efektivitas dan kontribusi pajak
hotel dan restoran terhadap pendapatan asli daerah.
E. Teknik Alalisis Data
1. Analisis Efektivitas
Efektivitas menurut Jones dan Pendlebury seperti yang dikutip oleh Abdul
Halim dan Theresia Damayanti (2004: 164) adalah keberhasilan atau kegagalan
dari organisasi dalam mencapai suatu tujuan. Berikut adalah langkah-langkah
perhitungan efektivitas pajak hotel dan restoran
a. Membagi realisasi penerimaan pajak hotel dan restoran dengan target
penerimaan pajak hotel dan restoran.
b. Setelah didapat hasil pembagian dikalikan dengan 100%
c. Hasil prosentase yang didapat kemudian dibandingkan dengan kriteria
efektivitas.
Langkah-langkah diatas dapat dirumuskan sebagai berikut:
Eektivitas Pajak Hotel dan Restoran :
B
B
Realisasi Penerimaan Pajak Hotel dan Restoran X 100% Target Penerimaan Pajak Hotel dan Restoran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Bila telah didapat hasil dari rasio realisasi dengan anggaran pendapatan
maka dapat dilihat apakah telah memenuhi kriteria efektif. Kriteria efektivitas
menurut A. A. N. B. Dwiranda (http//ejournal. Unud. Ac. Id, diunduh tanggal 24
Agustus, 2009) adalah sebagai berikut ;
f. > 100% sangat efektif
g. > 90%-100% efektif
h. > 80%-90% cukup efektif
i. >60%-80% kurang efektif
j. ≤ 60% tidak efektif
2. Analisis Kontribusi
Alat analisis kontribusi adalah suatu alat analisis yang digunakan untuk
mengetahui seberapa besar kontribusi yang dapat disumbangkan dari penerimaan
pajak hotel dan restoran terhadap penerimaan Pendapatan Asli Daerah di Kota
Surakarta. Berikut adalah langkah-langkah untuk menghitung kontribusi pajak
hotel dan restoran terhadap pendapatan asli daerah
a. Membagi realisasi penerimaan pajak hotel dan restoran dengan realisasi
pendapatan asli daerah.
b. Setelah didapat hasil pembagian dikalikan dengan 100%
c. Hasil prosentase yang didapat kemudian dibandingkan dengan kontribusi.
Langkah-langkah pehitungan diatas dapat dirumuskan. Menurut Nugroho
Budiyuwono (1995:160) rumus yang digunakan untuk menghitung kontribusi
sebagai berikut:
Kontribusi Pajak Hotel dan Restoran terhadap PAD
QYn
QXnPn = X 100%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Keterangan :
Pn : Kontribusi penerimaan pajak Hotel dan Restoran terhadap
pendapatan asli daerah (Rupiah)
QX :Jumlah penerimaan pajak Hotel dan Restoran (Rupiah)
QY :Jumlah penerimaan pendapatan asli daerah (Rupiah)
n : Tahun (periode) tertentu
Setelah hasil perbandingan diperoleh maka dapat dilihat prosentasenya
apakah penerimaan pajak hotel dan restoran mempunyai kontribusi terhadap
Pendapatan Asli Daerah. Hal ini dapat dilihat berdasarkan kriterianya. Menurut
Fuad Bawasir (1999: 103) kriteria untuk mengetahui kontribusi pajak hotel dan
restoran dalam menopang Pedapatan Asli Daerah adalah sebagai berikut :
a. Jika prosentase antara 0%-0,9%, dinyatakan bahwa relatif tidak mempunyai
kontribusi.
b. Jika prosentase antara 1%-1,9% dinyatakan bahwa kurang mempunyai
kontribusi.
c. Jika prosentasenya antara 2%-2,9% dinyatakan bahwa cukup mempunyai
kontribusi.
d. Jika prosentasenya antara 3%-3,9% dinyatakan bahwa mempunyai kontribusi
e. Jika prosentasenya > 4% dinyatakan bahwa sangat mempunyai kontribusi
Dengan analisis ini kita akan mendapatkan seberapa besar kontribusi pajak
hotel dan restoran terhadap pendapatan asli daerah (PAD) di Kota Surakarta.
Dengan membandingkan hasil analisis tersebut dari tahun ke tahun selama tiga
tahun kita akan mendapatkan hasil analisis yang berfluktuasi dari kontribusi
tersebut dan akan diketahui kontribusi yang terbesar dan yang terkecil dari tahun
ke tahun. Sehingga dapat diketahui seberapa besar peran pajak hotel dan restoran
dalam menyumbang kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. DISKRIPSI DATA
Deskripsi data merupakan gambaran hasil kumpulan data yang telah
diperoleh. Adapun data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
:
1. Target dan realisasi penerimaan pajak hotel dari tahun 2007-2009.
2. Target dan realisasi penerimaan pajak restoran dari tahun 2007-2009.
3. Realisasi penerimaan pendapatan asli daerah dari tahun 2007-2009.
Kemudian guna mengungkapkan data yang ada dan membuktikan
hipotesis yang telah dikemukakan di muka, maka dalam pengumpulan data
digunakan teknik dokumentasi. Adapun deskripsi data dalam penelitian ini adalah:
1. Diskripsi Data Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Hotel dan
Restoran dari Tahun 2007-2009
Target dan realisasi penerimaan pajak hotel dari tahun 2007-2009
diperoleh dari dokumen Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota
Surakarta ( DPPKA). Target dan realisasi penerimaan pajak hotel dikelompokan
dalam 8 kelompok berdasarkan klasifikasi hotel yang ada di Surakarta, yaitu hotel
bintang empat, hotel bintang tiga, hotel bintang dua, hotel bintang satu, hotel
melati tiga, hotel melati dua, hotel melati satu dan home stay. Berikut adalah data
target dan realisasi penerimaan pajak hotel dari tahun 2007-2009:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Tabel 4.1. Target dan Realisasi Pajak Hotel Kota Surakarta tahun 2007
No. Jenis Pajak Hotel Target Realisasi 1. Hotel Bintang IV Rp. 2.484.202.000,00 Rp. 2.413.772.001,00 2. Hotel Bintang III Rp. 414.794.000,00 Rp. 374.213.278,00 3. Hotel Bintang II Rp. 137.165.000,00 Rp. 365.444.778,00 4. Hotel Bintang I Rp. 203.366.000,00 Rp. 294.447.193,00 5. Hotel Melati III Rp. 615.717.000,00 Rp. 398.398.159,00 6. Hotel Melati II Rp. 379.128.000,00 Rp. 375.852.009,00 7. Hotel Melati I Rp. 146.448.000,00 Rp. 143.627.879,00 8. Home Stay Rp. 3.180.000,00 Rp. 37.760.670,00
Jumlah
Rp. 4.384.000.000,00
Rp. 4.403.515.967,00 Sumber: Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset kota Surakarta
Pada tahun 2007 total penerimaan pajak hotel sebesar Rp.
4.403.515.967,00. Perolehan tertinggi didapat dari pajak hotel bintang IV yaitu
sebesar Rp. 2.413.772.001,00 dan perolehan terendah didapat dari pajak home
stay yaitu sebesar Rp.37.760.670,00. Dari 8 objek pajak hotel hanya 3 yang dapat
mencapai target yaitu hotel bintang I, hotel bintang I dan home stay, sedangkan
lainya belum mencapai target yang telah ditentukan, yaitu hotel bintang IV, hotel
bintang III, hotel melati III, hotel melati II dan hotel melati I.
Tabel 4.2. Target dan Realisasi Pajak Hotel Kota Surakarta Tahun 2008
No. Jenis Pajak Hotel Target Realisasi 1. Hotel Bintang IV Rp. 2.830.641.000,00 Rp. 2.722.059.215,00 2. Hotel Bintang III Rp. 404.287.000,00 Rp. 684.351.750,00 3. Hotel Bintang II Rp. 423.750.000,00 Rp. 416.588.412,00 4. Hotel Bintang I Rp. 358.429.000,00 Rp. 291.072.086,00 5. Hotel Melati III Rp. 496.354.000,00 Rp. 422.956.507,00 6. Hotel Melati II Rp. 456.870.000,00 Rp. 487.449.627,00 7. Hotel Melati I Rp. 181.029.000,00 Rp. 141.260.965,00 8. Home Stay Rp. 48.640.000,00 Rp. 47.619.600,00
Jumlah
Rp. 5.200.000.000,00
Rp. 5.213.358.162,00 Sumber: Dinas Pendapatan Pengeloaan Keuangan dan Aset kota Surakarta
Pada tahun 2008 total penerimaan pajak hotel dan restoran sebesar
Rp.5.213.358.162,00. Perolehan tertinggi didapat dari pajak hotel bintang IV yaitu
sebesar Rp. 2.722.059.215,00 dan perolehan terendah didapat dari pajak home
stay yaitu sebesar Rp.47.619.600,00. Pada tahun 2008 penerimaan pajak hotel
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
meningkat bila dibandingkan dengan penerimaan pajak hotel tahun 2007.
Penerimaan pajak hotel meningkat dari sebesar Rp. 4.403.515.967,00 menjadi Rp.
5.213.358.162,00 atau mengalami peningkatan sebesar 15.54%. dari 8 objek pajak
hotel hanya 2 yang dapat mencapai target yang telah ditetapkan, yaitu hotel
bintang III dan hotel melati II sedangkan untuk hotel bintang IV, hotel bintang II,
hotel bintang I, hotel melati III, hotel melati I dan Home Stay belum mencapai
target yang telah ditetapkan.
Tabel 4.3. Target dan Realisasi Pajak Hotel Kota Surakarta Tahun 2009
No. Jenis Pajak Hotel Target Realisasi 1. Hotel Bintang IV Rp. 3.312.600.000,00 Rp. 3.791.454.969,00 2. Hotel Bintang III Rp. 732.835.000,00 Rp. 302.704.120,00 3. Hotel Bintang II Rp. 999.485.000,00 Rp. 462.532.324,00 4. Hotel Bintang I Rp. 451.635.000,00 Rp. 465.983.640,00 5. Hotel Melati III Rp. 462.000.000,00 Rp. 452.806.256,00 6. Hotel Melati II Rp. 472.000.000,00 Rp. 538.622.839,00 7. Hotel Melati I Rp. 187.000.000,00 Rp. 188.479.758,00 8. Home Stay Rp. 82.445.000,00 Rp. 48.747.840,00
Jumlah
Rp. 6.700.000.000,00
Rp. 7.251.331.746,00 Sumber: Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta
Pada tahun 2009 total penerimaan pajak hotel sebesar Rp.
7.251.331.746,00 Perolehan tertinggi didapat dari pajak hotel bintang IV yaitu
sebesar Rp. 3.791.454.969,00 dan perolehan terendah didapat dari pajak home
stay yaitu sebesar Rp.48.747.840,00. Pada tahun 2009 penerimaan pajak hotel
terus mengalami kenaikan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Penerimaan
pajak hotel meningkat dari sebelumnya tahun 2008 sebesar Rp. 5.213.358.162,00
menjadi sebesar Rp. 7.251.331.746,00, atau mengalami kenaikan sebesar 39.09%.
Dari 8 objek pajak hotel ada 4 yang dapat mencapai target yaitu hotel bintang IV,
hotel bintang I, hotel melati II, dan hotel melati I sedangkan untuk hotel bintang
III, hotel bintang II, Hotel melati III dan home stay belum dapat mencapai target
yang telah ditetapkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
2. Diskripsi Data Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Restoran dari
Tahun 2007-2009
Target dan realisasi penerimaan pajak restoran dari tahun 2007-2009
diperoleh dari Dokumen Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota
Surakarta (DPPKA). Data target dan realisasi penerimaan pajak restoran di
Surakarta dikelompokan menjadi 3, yaitu pajak restoran, pajak rumah makan dan
pajak kafe. Berikut adalah data target dan realisasi penerimaan pajak restoran kota
Surakarta dari tahun 2007-2009:
Tabel 5.1. Target dan Realisasi Pajak Restoran Kota Surakarta Tahun 2007
No. Jenis Pajak Restoran Target Realisasi 1. Restoran Rp. 5.282.914.000,00 Rp. 4.546.331.668,00 2. Rumah Makan Rp. 597.807.000,00 Rp. 1.543.859.882,00 3. kafe Rp. 119.279.000,00 Rp. 103.447.334,00
Jumlah
Rp. 6.000.000.000,00
Rp. 6.193.638.884,00 Sumber: Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta
Pada tahun 2007 total penerimaan pajak restoran sebesar Rp.
6.193.638.884,00. Perolehan tertinggi didapat dari pajak Restoran sebesar Rp.
4.546.331.668 sedangkan perolehan terendah didapat dari pajak kafe sebesar Rp.
103.447.334,00. Dari 3 objek pajak restoran 2 telah dapat mencapai target yang
telah ditetapkan, yaitu pajak restoran dan pajak rumah makan. Sedangkan untuk
pajak kafe belum dapat mencapai target yang telah ditetapkan.
Tabel 5.2. Target dan Realisasi Pajak Restoran Kota Surakarta Tahun 2008
No. Jenis Pajak Restoran Target Realisasi 1. Restoran Rp. 5.630.820.000,00 Rp. 5.494.370.000,00 2. Rumah Makan Rp. 1.744.155.000,00 Rp. 2.096.063.274,00 3. kafe Rp. 125.025.000,00 Rp. 56.608.514,00
Jumlah
Rp. 7.500.000.000,00
Rp. 7.647.041.788,00 Sumber: Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta
Pada tahun 2008 total penerimaan pajak restoran sebesar Rp.
7.647.041.788,00. Total penerimaan pajak ini meningkat dari tahun sebelumnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
sebesar Rp. 6.193.638.884,00 atau mengalami peningkatan sebesar 23.47%.
Perolehan terbesar didapat dari pajak restoran sebesar Rp. 5.494.370.000,00
sedangkan perolehan terendah didapat dari pajak kafe sebesar Rp. 56.608.514,00.
Dari 3 objek pajak restoran terdapat 2 objek pajak yang telah mencapai target
yang ditentukan, yaitu pajak restoran dan pajak rumah makan. Sedangkan untuk
pajak kafe belum dapat mencapai target yang telah ditentukan.
Tabel 5.3. Target dan Realisasi Pajak Restoran Kota Surakarta Tahun 2009
No. Jenis Pajak Restoran Target Realisasi 1. Restoran Rp. 6.756.970.000,00 Rp. 6.640.506.330,00 2. Rumah Makan Rp. 2.093.000.000,00 Rp. 2.244.008.962,00 3. kafe Rp. 150.000.000,00 Rp. 160.072.768,00
Jumlah
Rp. 8.999.970.000,00
Rp. 9.044.588.060,00 Sumber: Dinas Pendapatan pengeloaan keuangan dan aset kota Surakarta.
Pada tahun 2009 total penerimaan pajak restoran sebesar Rp.
9.044.588.060,00 Total penerimaan pajak ini meningkat dari tahun sebelumnya
sebesar Rp. 7.647.041.788,00 atau mengalami peningkatan sebesar 18.29%.
Perolehan terbesar didapat dari pajak restoran sebesar Rp. 6.640.506.330,00
sedangkan perolehan terendah didapat dari pajak kafe sebesar Rp.
160.072.768,00. Dari tiga objek pajak restoran terdapat 2 objek pajak yang telah
mencapai target yang telah ditentukan yaitu pajak rumah makan dan pajak kafe
sedangkan untuk pajak restoran belum dapat mencapai target yang telah
ditentukan.
3. Diskripsi Data Realisasi Penerimaan Pendapatan Asli Daerah dari Tahun
2007-2009.
Data realisasi penerimaan Pendapatan Ali Daerah Kota Surakarta dari
tahun 2007-2009 didapat dari dokumen Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan
dan Aset kota Surakarta(DPPKA). Berikut adalah data penerimaan Pendapatan
Asli Kota Surakarta dari tahun 2007-2009:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Tabel 6. Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kota Surakarta Tahun 2007-2009
No. Tahun Realisasi 1. 2007 Rp. 89.430.977.982,00 2. 2008 Rp. 102.929.501.970,00 3. 2009 Rp. 101.972.318.682,00
Sumber: Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa selama tahun 2007-2009
realisasi penerimaan pendapatan asli daerah mengalami fluktuasi. Dari tahun 2007
ke tahun 2008 penerimaan Pendapatan Asli Daerah naik dari Rp.
89.430.977.982,00 menjadi Rp. 102.929.501.970,00. Namun dari tahun 2008 ke
tahun 2009 penerimaan Pendapatan Asli Derah turun dari Rp. 102.929.501.970,00
menjadi Rp. 101.972.318.682,00.
B. PENGUJIAN HIPOTESIS
Pengujian hipotesis merupakan langkah untuk membuktikan pernyataan
yang dikemukakan dalam perumusan hipotesis. Hipotesis akan diterima apabila
fakta-fakta empiris atau data yang terkumpul dapat mendukung pertanyaan
hipotesis. Sebaliknya hipotesis akan ditolak apabila fakta empiris tidak
mendukung pertanyaan hipotesis. Dalam pengujian ini ada tiga langkah pokok
yang harus dilakukan, yaitu:
1. Pengujian hasil analisis data
2. Penafsiran pengujian hipotesis
3. Kesimpulan pengujian hipotesis.
1. Pengujian Hasil Analisis Data
a. Efektivitas Pajak Hotel dan Restoran
Tingkat efektivitas pajak hotel dan restoran didapat dengan
membandingkan antara realisasi penerimaan pajak hotel dan restoran dengan
target penerimaan pajak hotel dan restoran. Setelah mendapatkan persentase
perbandingannya maka dilihat apakah telah memenuhi kriteria keefektifan. Bila
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
didapat bahwa pemungutan pajak hotel dan restoran telah efektif berarti kinerja
pemungutan pajak hotel dan restoran Kota Surakarta semakin baik. Dalam
penelitian ini yang dipertimbangkan dalam menentukan efektifitas hanya
pencapaian target. Sedangkan untuk tujuan lain, seperti keadilan, ketepatan waktu
pembayaran, dan kepastian hukum diabaikan.
Tingkat efektifitas pajak hotel dan restoran Kota Surakarta dihitung
dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Tingkat Efektivitas :
Setelah didapat presentasenya maka dapat dilihat dengan membandingkan
dengan kriteria pengukuran efektivitas. Kriteria efektivitas menurut A. A. N. B.
Dwiranda (http//ejournal. Unud. Ac. Id, diunduh tanggal 24 Agustus, 2009)
adalah sebagai berikut :
Tabel 7. Kriteria Efektivitas Pajak Hotel dan Restoran
No. Prosentase Tingkat Efektivitas Tanda/ kode 1. > 100 % Sangat efektif SE 2. >90 %-100 % Efektif E 3. > 80 %-90 % Cukup efektif CE 4. > 60 %-80 % Kurang efektif KE 5. ≤ 60 % Tidak Efektif TE
Dibawah ini disajikan tabel hasil perhitungan efektifitas pajak hotel dan
restoran Kota Surakarta tahun 2007-2009.
Realisasi Pendapatan X 100% Anggaran Pendapatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
1) Efektivitas Pajak Hotel dan Restoran Kota Surakarta secara
Keseluruhan Tahun 2007-2009
Tabel 8.1. Efektivitas Pajak Hotel Kota Surakarta secara Keseluruhan Tahun 2007-2009 No. Tahun Target
(Rp) Realisasi
(Rp) Efektivitas Pajak Hotel
(Rp) 1. 2007 4.384.000.000 4.403.515.967 100,45 2. 2008 5.200.000.000 5.213.358.162 100,25 3. 2009 6.700.000.000 7.251.331.746 108,22
Sumber: (diolah)Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta.
Tabel 8.2. Efektivitas Pajak Restoran Kota Surakarta secara Keseluruhan Tahun 2007-2009 No. Tahun Target
(Rp) Realisasi
(Rp) Efektivitas Pajak Hotel
(Rp) 1. 2007 6.000.000.000 6.193.638.884 103,23 2. 2008 7.500.000.000 7.647.041.788 101,96 3. 2009 8.999.970.000 9.044.588.060 100,50
Sumber: (diolah)Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta
Dari hasil perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa efektifitas pajak hotel
dan restoran sesuai dengan kriteria efektivitas menurut A. A. N. B. Dwiranda
(http//ejournal. Unud. Ac. Id, diunduh tanggal 24 Agustus, 2009) adalah sebagai
berikut :
Tabel 9. Efektivitas Pajak Hotel dan Restoran kota Surakarta secara Keseluruhan Tahun 2007-2009
Tahun No. Objek Pajak 2007 2008 2009
1. Pajak Hotel Keseluruhan SE SE SE
2. Pajak Restoran keseluruhan SE SE SE
Selama tahun 2007-2009 penerimaan pajak hotel dan restoran secara
keseluruhan sangat efektif. Hal ini disebabkan oleh penerimaan pajak hotel dan
restoran yang selalu melampaui target yang telah ditetapkan. Namun bila dilihat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
dari persentase efektivitasnya, untuk pajak hotel selama tahun 2007-2009
mengalami fluktuasi. Sedangkan untuk pajak restoran mengalami penurunan
disetiap tahunya. Rata-rata persentase efektivitas pajak hotel secara keseluruhan
dari tahun 2007-2009 adalah sebesar 102,97%, sedangkan rata-rata efektivitas
untuk pajak restoran secara keseluruhan adalah sebesar101,90%.
2) Efektivitas Pajak Hotel dan Restoran Kota Surakarta berdasarkan
Klasifikasinya Tahun 2007-2009
Tabel 10.1. Efektivitas Pajak Hotel Tahun 2007
No. Jenis Pajak Hotel Target (Rp)
Realisasi (Rp)
Efektivitas Pajak Hotel
(%) 1. Hotel Bintang IV 2.484.202.000 2.413.772.001 97,16 2. Hotel Bintang III 414.794.000 374.213.278 90,21 3. Hotel Bintang II 137.165.000 365.444.778 266,43 4. Hotel Bintang I 203.366.000 294.447.193 144,79 5. Hotel Melati III 615.717.000 398.398.159 64,70 6. Hotel Melati II 379.128.000 375.852.009 99,14 7. Hotel Melati I 146.448.000 143.627.879 98,07 8. Home Stay 3.180.000 37.760.670 1187,44
Sumber: (diolah)Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta
Tabel 10.2. Efektivitas Pajak Hotel Tahun 2008
No.
Jenis Pajak Hotel Target (Rp)
Realisasi (Rp)
Efektivitas Pajak Hotel
(%) 1. Hotel Bintang IV 2.830.641.000 2.722.059.215 96,16 2. Hotel Bintang III 404.287.000 684.351.750 169,02 3. Hotel Bintang II 423.750.000 416.588.412 98,30 4. Hotel Bintang I 358.429.000 291.072.086 81,21 5. Hotel Melati III 496.354.000 422.956.507 85,21 6. Hotel Melati II 456.870.000 487.449.627 106,69 7. Hotel Melati I 181.029.000 141.260.965 78,03 8. Home Stay 48.640.000 47.619.600 97,90
Sumber: (diolah)Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Tabel 10.3. Efektivitas Pajak Hotel Tahun 2009
No. Jenis Pajak Hotel Target (Rp)
Realisasi (Rp)
Efektivitas Pajak Hotel
(%) 1. Hotel Bintang IV 3.312.600.000 3.791.454.969 114,46 2. Hotel Bintang III 732.835.000 302.704.120 177,76 3. Hotel Bintang II 999.485.000 462.532.324 46,28 4. Hotel Bintang I 451.635.000 465.983.640 103,18 5. Hotel Melati III 462.000.000 452.806.256 98,10 6. Hotel Melati II 472.000.000 538.622.839 114,11 7. Hotel Melati I 187.000.000 188.479.758 100,79 8. Home Stay 82.445.000 48.747.840 59,12
Sumber: (diolah)Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta
Tabel 10.4. Efektivitas Pajak Restoran Tahun 2007
No. Jenis Pajak Restoran Target (Rp)
Realisasi (Rp)
Efektivitas Pajak Restoran
(%) 1. Restoran 5.282.914.000 4.546.331.668 86,06 2. Rumah Makan 597.807.000 1.543.859.882 258,25 3. kafe 119.279.000 103.447.334 86,73
Sumber: (diolah)Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta
Tabel 10.5. Efektivitas Pajak Restoran Tahun 2008
No. Jenis Pajak Restoran Target (Rp)
Realisasi (Rp)
Efektivitas Pajak Restoran
(%) 1. Restoran 5.630.820.000 5.494.370.000 97,58 2. Rumah Makan 1.744.155.000 2.096.063.274 120,18 3. Kafe 125.025.000 56.608.514 45,28
Sumber: (diolah)Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta
Tabel 10.6. Efektivitas Pajak Restoran Tahun 2009
No. Jenis Pajak Restoran Target (Rp)
Realisasi (Rp)
Efektivitas Pajak Restoran
(%) 1. Restoran 6.756.970.000 6.640.506.330 98,28 2. Rumah Makan 2.093.000.000 2.244.008.962 107,21 3. Kafe 150.000.000 160.072.768 106,70
Sumber: (diolah)Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Dari hasil perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa efektifitas pajak hotel
dan restoran sesuai dengan kriteria efektivitas menurut A. A. N. B. Dwiranda
(http//ejournal. Unud. Ac. Id, diunduh tanggal 24 Agustus, 2009) adalah sebagai
berikut :
Tabel 11.1. Efektivitas Objek Pajak Hotel Terhadap PAD Tahun 2007-2009
Tahun No. Objek Pajak Hotel 2007 2008 2009
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Pajak Hotel Bintang IV Pajak Hotel Bintang III Pajak Hotel Bintang II Pajak Hotel Bintang I Pajak Hotel Melati III Pajak Hotel Melati II Pajak Hotel Melati I Pajak Hotel Home Stay
E E SE SE KE E E SE
E SE E
CE CE SE KE E
SE SE TE SE E SE SE TE
Pada tahun 2007 tidak semua penerimaan pajak hotel berdasarkan
klasifikasinya telah efektif. Untuk pajak hotel bintang II, Hotel bintang I dan
home stay tingkat efektivitasnya sangat efektif sedangkan untuk hotel bintang IV.
Hotel bintang III , hotel melati II dan hotel melati I tingkat efektifitasnya sudah
efektif dan untuk hotel melati III tingkat efektifitasnya tidak efektif.
Pada tahun 2008 penerimaan pajak hotel berdasarkan klasifikasi hotelnya
ada 2 yang sangat efektif, 3 yang efektif, 2 yang cukup efektif dan satu yang
kurang efektif. Untuk hotel bintang III dan melati dua tingkat efektivitasnya
sangat efektif. Untuk hotel bintang IV, hotel bintang II dan home stay sudah
efektif sedang untuk hotel bintang II, Melati III cukup efektif dan hotel melati I
tidak efektif.
Pada tahun 2009 penerimaan pajak hotel berdasarkan pada klasifikasinya
ada lima yang sangat efektif, 1 yang efektif dan 2 yang tidak efektif. Untuk hotel
bintang IV, hotel bintang III, Hotel bintang I, hotel melati II dan hotel melati I
sangat efektif. Untuk hotel melati III sudah efektif sedangkan hotel bintang II dan
home stay tidak efektif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Tabel 11.2. Efektivitas Objek-objek Pajak Restoran Terhadap PAD Tahun 2007-2009
Tahun No. Objek Pajak Reatoran 2007 2008 2009
1. 2. 3.
Pajak Restoran Pajak Rumah Makan Pajak Cafee
CE SE CE
E SE TE
E SE SE
Pada tahun 2007 penerimaan pajak hotel berdasarkan klasifikasinya ada
satu yang sudah sangat efektif dan dua yang cukup efektif. Untuk pajak rumah
makan sudah sangat efektif sedangkan untuk pajak restoran dan kafe sudah cukup
efektif.
Pada tahun 2008 penerimaan pajak restoran berdasarkan klasifikasinya
ada satu yang sangat efektif, satu efektif dan satu yang tidak efektif. Untuk pajak
rumah makan sangat efektif sedangkan pajak restoran sudah efektif dan pajak kafe
tidak efektif.
Pada tahun 2009 penerimaan pajak restoran berdasarkan klasifikasinya ada
dua yang sangat efektif dan satu yang efektif. Untuk pajak rumah makan dan kafe
sangat efektif dan untuk pajak restoran sudah efektif.
b. Kontribusi Pajak Hotel dan Restoran terhadap Pajak Daerah
Pajak hotel dan restoran adalah salah satu penyumbang pendapatan asli
daerah yang termasuk dalam golongan pajak daerah. Kontribusi pajak hotel dan
restoran terhadap pendapatan asli daerah didapat dari perbandingan antara
realisasi pajak hotel dan restoran terhadap pajak daerah. Setelah didapat hasil
persentase perbandingannya maka akan dilihat dalam kriteria kontribusi dan dapat
disimpulkan apakah pajak hotel dan restoran memiliki kontribusi dalam
menyumbang pendapatan asli daerah atau tidak.
Untuk mengetahui sejauh mana kontribusi pajak hotel dan restoran
terhadap pendapatan asli daerah kota Surakarta tahun 2007-2009 digunakan rumus
prosentase sebagai berikut:
QYn
QXnPn = X 100%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Keterangan :
Pn : Kontribusi penerimaan pajak Hotel dan Restoran terhadap
pendapatan asli daerah (Rupiah)
QX :Jumlah penerimaan pajak Hotel dan Restoran (Rupiah)
QY :Jumlah penerimaan pendapatan asli daerah (Rupiah)
n : Tahun (periode) tertentu
Setelah didapat persentasenya maka dapat dilihat dengan membandingkan
dengan kriteria pengukuran kontribusi. Menurut Fuad Bawasir (1999: 103)
kriteria untuk mengetahui kontribusi pajak hotel dan restoran dalam menopang
Pedapatan Asli Daerah adalah sebagai berikut :
Tabel 12. Kriteria Kontribusi
NO. Prosentase Tingkat Kontribusi Tanda/ Kode 1. 0%-0,9% Dinyatakan bahwa relatif tidak
mempunyai kontribusi. TB
2. 1%-1,9% Dinyatakan bahwa kurang mempunyai kontribusi.
KB
3. 2%-2,9% Dinyatakan bahwa cukup mempunyai kontribusi.
CB
4. 3%-3,9% Dinyatakan bahwa mempunyai kontribusi
B
5. > 4% Dinyatakan bahwa sangat mempunyai kontribusi
SB
Berikut presentase perbandingan pajak hotel dan restoran terhadap
pendapatan asli daerah kota Surakarta antara tahun 2007-2009:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
1) Kontribusi Pajak Hotel dan Restoran Berdasarkan Klasifikasinya
terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Surakarta Tahun 2007-2009
Tabel 15.1. Kontribusi Pajak hotel terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Surakarta Tahun 2007
No. Jenis Pajak Hotel Pajak Hotel (Rp)
PAD (Rp)
Persentase (%)
1. Hotel Bintang IV 2.413.772.001 89.430.977.982 2,7 2. Hotel Bintang III 374.213.278 89.430.977.982 0,42 3. Hotel Bintang II 365.444.778 89.430.977.982 0,41 4. Hotel Bintang I 294.447.193 89.430.977.982 0,33 5. Hotel Melati III 398.398.159 89.430.977.982 0,45 6. Hotel Melati II 375.852.009 89.430.977.982 0,42 7. Hotel Melati I 143.627.879 89.430.977.982 0,16 8. Home Stay 37.760.670 89.430.977.982 0,04
Sumber: (diolah)Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta.
Tabel 15.2. Kontribusi Pajak hotel terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Surakarta Tahun 2008
No. Jenis Pajak Hotel Pajak Hotel (Rp)
PAD (Rp)
Persentase (%)
1. Hotel Bintang IV 2.722.059.215 102.929.501.970 2,64 2. Hotel Bintang III 684.351.750 102.929.501.970 0,66 3. Hotel Bintang II 416.588.412 102.929.501.970 0,40 4. Hotel Bintang I 291.072.086 102.929.501.970 0,28 5. Hotel Melati III 422.956.507 102.929.501.970 0,41 6. Hotel Melati II 487.449.627 102.929.501.970 0,47 7. Hotel Melati I 141.260.965 102.929.501.970 0,13 8. Home Stay 47.619.600 102.929.501.970 0,05
Sumber: (diolah)Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Tabel 15.3. Kontribusi Pajak hotel terhadap Pendapatan Asli DaerahKota Surakarta Tahun 2009
No. Jenis Pajak Hotel Pajak Hotel (Rp)
PAD (Rp)
Persentase (%)
1. Hotel Bintang IV 3.791.454.969 101.972.318.682 3,72 2. Hotel Bintang III 1.302.704.120 101.972.318.682 1,28 3. Hotel Bintang II 462.532.324 101.972.318.682 0,45 4. Hotel Bintang I 465.983.640 101.972.318.682 0,47 5. Hotel Melati III 452.806.256 101.972.318.682 0,44 6. Hotel Melati II 538.622.839 101.972.318.682 0,53 7. Hotel Melati I 188.479.758 101.972.318.682 0,18 8. Home Stay 48.747.840 101.972.318.682 0,05
Sumber: (diolah)Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta
Tabel 15.4. Kontribusi Pajak Restoran terhadap Pendapatan Asli Daerah Tahun 2007
No. Jenis Pajak Restoran Pajak Restoran (Rp)
PAD (Rp)
Persentase (%)
1. Restoran 4.546.331.668 89.430.977.982 5,08 2. Rumah Makan 1.543.859.882 89.430.977.982 1,73 3. Kafe 103.447.334 89.430.977.982 0.,15
Sumber: (diolah)Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta Tabel 15.5. Kontribusi Pajak Restoran terhadap Pendapatan Asli Daerah Tahun 2008
No. Jenis Pajak Restoran Pajak Restoran (Rp)
PAD (Rp)
Persentase (%)
1. Restoran 5.494.370.000 102.929.501.970 5,34 2. Rumah Makan 2.096.063.274 102.929.501.970 2,04 3. Kafe 56.608.514 102.929.501.970 0,54
Sumber: (diolah)Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta Tabel 15.6 Kontribusi Pajak Restoran terhadap Pendapatan Asli Daerah Tahun 2009
No. Jenis Pajak Restoran Pajak Restoran (Rp)
PAD (Rp)
Persentase (%)
1. Restoran 6.640.506.330 101.972.318.682 6,51 2. Rumah Makan 2.244.008.962 101.972.318.682 2,20 3. Kafe 160.072.768 101.972.318.682 0,17
Sumber: (diolah)Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Dari hasil perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa kontribusi pajak
hotel dan restoran terhadap pendapatan asli daerah sesuai dengan kriteria
kontribusi menurut Fuad Bawasir(1999) adalah sebagai berikut :
Tabel 16.1 Kontribusi Objek-objek Pajak Restoran terhadap PAD Tahun 2007-2009
Tahun No. Jenis Objek Pajak 2007 2008 2009
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8..
Hotel Bintang IV Hotel Bintang III Hotel Bintang II Hotel Bintang I Hotel Melati III Hotel Melati II Hotel Melati I Hotel Home Stay
CB TB TB TB TB TB TB TB
CB TB TB TB TB TB TB TB
B KB TB TB TB TB TB TB
Pada tahun 2007 penerimaan pajak hotel berdasarkan klasifikasinya ada
satu yang cukup berkontribusi sedangkan lainya tidak memiliki kontribusi
terhadap pendapatan asli daerah. Untuk pajak hotel bintang IV cukup mempunyai
kontribusi sedangkan untuk hotel bintang III, hotel bintang II, hotel Bintang I,
hotel melati III, hotel Melati II, hotel melati I dan home stay tidak memiliki
kontribusi terhadap pendapatan asli daerah kota Surakarta.
Pada tahun 2008 penerimaan pajak hotel berdasarkan pada klasifikasinya
hanya ada satu yang cukup berkontribusi yang sisanya tidak memiliki kontribusi
terhadap pendapatan asli daerah kota Surakarta. Pajak hotel bintang IV cukup
memiliki kontribusi sedangkan yang lainya tidak memiliki kontribusi
Pada tahun 2009 penerimaan pajak hotel berdasarkan klasifikasinya ada
satu yang berkontribusi, ada satu yang kurang berkontribusi dan enam yang tidak
berkontribusi. Untuk pajak hotel bintang IV memiliki kontribusi dalam
menyumbang PAD, sedangkan untuk pajak hotel bintang III kurang memiliki
konteribusi terhadap PAD dan untuk pajak hotel bintang II, pajak hotel bintang I,
pajak hotel melati III, pajak hotel melati II, pajak hotel melati I dan home stay
tidak meliki konteribusi terhadap pendapatan asli daerah kota Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Tabel 16.2. Kontribusi Objek-objek Pajak Restoran terhadap PAD Tahun 2007-2009
Tahun No. Jenis Pajak Restoran 2007 2008 2009
1. 2. 3..
Restoran Rumah makan Kafe
SB KB TB
SB CB TB
SB CB TB
Pada tahun 2007 penerimaan pajak restoran berdasarkan klasifikasinya
untuk pajak restoran sangat berkontribusi, untuk pajak rumah makan kurang
berkontribusi dan untuk pajak kafe tidak memiliki kontribusi dalam menyumpang
PAD kota Surakarta.
Pada tahun 2008 penerimaan pajak restoran berdasarkan klasifikasinya
untuk pajak restoran sangat berkontribusi,untuk pajak rumah makan cukup
berkontribusi dan untuk pajak kafe tidak berkontribusi terhadap pendapatan asli
daerah kota Surakarta.
Pada tahun 2009 sama dengan tahun 2008. Penerimaan pajak restoran
berdasarkan klasifikasinya untuk pajak restoran sangat berkontribusi,untuk pajak
rumah makan cukup berkontribusi dan untuk pajak kafe tidak berkontribusi
terhadap pendapatan asli daerah kota Surakarta.
2. Penafsiran Pengujian Hipotesis
Hasil dari analisis rasio tentang efektifitas dan kontribusi pajak hotel dan
restoran menunjukan bahwa secara keseluruhan pajak hotel dan restoran sudah
sangat efektif dan memiliki kontribusi terhadap pendapatan asli daerah kota
Surakarta. Namun bila berdasarkan klasifikasi hotel maupun klasifikasi restoran
tidak semua objek pajak hotel dan restoran sudah efektif dan memiliki kontribusi
terhadap pendapatan asli daerah. Dengan demikian maka Ha1 diterima dan Ho1
ditolak , Ha2 ditolak dan Ho2 diterima, Ha3 diterima dan Ho3 ditolak, Ha4 ditolak
dan Ho4 diterima . Yang berarti penerimaan pajak hotel dan restoran Kota
Surakarta secara keseluruhan sudah efektif selama tahun 2007-2009, penerimaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
pajak hotel dan restoran Kota Surakarta berdasarkan klasifikasinya belum efektif
selama tahun 2007-2009, Penerimaan pajak hotel dan restoran Kota Surakarta
secara keseluruhan memiliki kontribusi terhadap pendapatan asli daerah Kota
Surakarta tahun 2007-2009 dan penerimaan pajak hotel dan restoran Kota
Surakarta berdasarkan klasifikasinya tidak memiliki kontribusi terhadap
pendapatan asli daerah Kota Surakarta tahun 2007-2009.
Penafsiran pengujian hipotesis tentang kontribusi pajak hotel dan restoran
berdasarkan klasifikasinya terhadap pendapatan asli daerah kota Surakarta tahun
2007-2009 dinyatakan belum semuanya berkontribusi karena berdasar pada
kriteria menurut Fuad Bawasir, sedangkan bila merujuk pada data pajak hotel dan
restoran berdasarkan klasifikasinya memiliki kontribusi terhadap pendapatan asli
daerah kota Surakarta tahun 2007-2009 walaupun jumlahnya sangat kecil
3. Kesimpulan Pengujian Hipotesis
Dalam penelitian ini terdapat empat hipotesis sebagai berikut:
a. Bahwa penerimaan pajak hotel dan restoran di kota Surakarta secara
keseluruhan sudah efektif selama tahun 2007 - 2009.
b. Bahwa penerimaan pajak hotel dan restoran di kota Surakarta berdasarkan
klasifikasinya sudah efektif selama tahun 2007 - 2009.
c. Bahwa penerimaan pajak hotel dan restoran secara keseluruhan mempunyai
kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah kota Surakarta dari tahun 2007-
2009.
d. Bahwa penerimaan pajak hotel dan restoran berdasarkan klasifikasinya
mempunyai kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah kota Surakarta dari
tahun 2007-2009.
Setelah dilakukan pengujian hipotesis maka hipotesis diatas ada yang
ditolak dan ada yang diterima. Berikut rincian masing-masing hipotesis:
a. Bahwa penerimaan pajak hotel dan restoran secara keseluruhan di kota
Surakarta sudah efektif selama tahun 2007-2009 diterima.
b. Bahwa penerimaan pajak hotel dan restoran di kota Surakarta berdasarkan
klasifikasinya sudah efektif selama tahun 2007-2009 ditolak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
c. Bahwa penerimaan pajak hotel dan restoran secara keseluruhan mempunyai
kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah kota Surakarta dari tahun 2007-
2009 diterima.
d. Bahwa penerimaan pajak hotel dan restoran berdasarkan klasifikasinya
mempunyai kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah kota Surakarta dari
tahun 2007-2009 ditolak
C. Pembahasan Hasil Analisis Data
Berdasarkan hasil pengujiaan analisis data yang telah peneliti lakukan
menggunanakan analisis rasio, maka pembahasanya adalah sebagai berikut: secara
keseluruhan penerimaan pajak hotel dan restoran kota Surakarta selama tahun
2007-2009 sudah sangat efektif dan sangat memiliki kontribusi terhadap
pendapatan asli daerah. Namun bila berdasarkan pada klasifikasi objek pajak
hotel dan pajak restoran tidak semua efektif dan berkontribusi terhadap
pendapatan asli daerah kota Surakarta tahun 2007-2009.
1. Efektivitas Pajak Hotel dan Restoran Kota Surakarta secara
Keseluruhan Tahun 2007-2009
Pada tahun 2007 secara keseluruhan pajak hotel dan restoran telah
mencapai target yang telah ditetapkkan. Target pajak hotel pada tahun 2007
sebesar Rp. 4.384.000.000,00 sedangkan pencapaian penerimaanya sebesar Rp.
4.403.515.967,00 (100,45%). Untuk pajak restoran target pada tahun 2007 adalah
sebesar Rp. 5.282.914.000 sedangkan pencapaian penerimaannya adalah sebesar
Rp. 6.193.638.884,00 (103,23%)
Pada tahun 2008 sama seperti tahun 2007 yaitu penerimaan pajak hotel
dan restoran secara keseluruhan sangat efektif. Hal ini terbukti dengan
pencapaian penerimaan yang telah melebihi target yang telah ditentukan. Target
penerimaan pajak hotel pada tahun 2008 adalah sebesar Rp. 5.200.000.000,00
sedangkan penerimaanya adalah sebesar Rp. 5.213.358.162,000 (100,25 %).
Untuk pajak restoran targetnya adalah sebesar Rp. 7.500.000.000,00 sedangkan
penerimaanya sebesar Rp. 7.647.041.788,00 ( 101, 96 %).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Pada tahun 2009 pajak hotel dan restoran juga sangat efektif. Target yang
telah ditetapkan dapat terlampaui. Target pajak hotel secara keseluruhan pada
tahun 2009 adalah Rp. 6.700.00.000,00 sedangkan penerimaanya adalah sebesar
Rp. 7.251.331.746,00 ( 108, 22 %). Untuk pajak restoran secara keseluruhan
targetnya adalah sebesar Rp. 8.999.970.000 sedangkan penerimaanya adalah
sebesar Rp. 9.044.588.060,00 ( 100,50 %). Dengan demikian rata-rata prosentase
efektivitas pajak hotel secara keseluruhan selama tahun 2007-2009 yaitu sebesar
102,97 %, sedangkan untuk pajak restoran secara keseluruhan sebesar 101.90 %.
2. Efektivitas Pajak Hotel dan Restoran Kota Surakarta berdasarkan
klasifikasinya Tahun 2007-2009
Selama kurun waktu tahun 2007-2009 tidak semua pajak hotel dan
restoran berdasarkan klasifikasinya efektif. Hal ini dikarenakan ada beberapa
objek pajak yang penerimaanya jauh dari target yang telah ditetapkan. Berikut
adalah rincianya masing-masing:
a. Efektivitas Pajak Hotel Bintang IV tahun 2007-2008
Pada tahun 2007-2009 efektitasn pajak hotel bintang IV dapat dikatakan
efektif, bahkan untuk tahun 2009 sangat efektif. Pada tahun 2007 target
penerimaan pajak hotel bintang IV adalah Rp. 2.848.202.000,00 dan pencapaian
penerimaanya adalah sebesar Rp. 2.413.772.001,00, atau tercapai sekitar 97,16 %
dan dapat dikatakan efektif.
Pada tahun 2008 target penerimaan pajak hotel bintang IV adalah sebesar
Rp. Rp. 2.830.641.000,00 dan pencapaian penerimaanya adalah sebesar Rp.
2.722.059.215,00. Dengan tingkat efektivitas sebesar 96,16 %, maka penerimaan
pajak Hotel Bintang IV pada tahun 2008 dapat dikatakan efektif.
Pada tahun 2009 target penerimaan pajak hotel bintang IV adalah sebesar
Rp. 3.312.600.000,00 dan pencapaian penerimaanya adalah sebesar Rp.
3.791.454.969,00. Dengan tingkat efektivitas sebesar 114,46% maka penerimaan
pajak Hotel Bintang IV pada tahun 2009 dapat dikatakan sangat efektif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Selama 3 tahun, yaitu tahun 2007-2009 efekrivitas pajak Hotel Bintang IV
mengalami fluktuasi naik dan turun. Penurunan efektivitas terjadi pada tahun
2008, tetapi hanya sedikit saja, yaitu sebesar 1 %. Rata-rata efektivitas selama 3
tahun adalah sebesar 102,59 %.
b. Efektivitas Pajak Hotel Bintang III Tahun 2007-2009
Pada tahun 2007-2009 tingkat efektivitasan pajak hotel bintang III sudah
efektif, bahkan untuk 2 tahun terakir sangat efektif. Pada tahun 2007 target
penerimaan pajak hotel bintang III sebesar Rp. 414.794.000,00 dan tingkat
pencapaian penerimaanya sebesar Rp. 374.213.278,00. Hal ini bisa dikatakan
bahwa pencapaian targetnya sebesar 90,21 % dan dapat dikatakan efektif.
Pada tahun 2008 target penerimaan pajak hotel bintang III sebesar Rp.
404.287.000,00 dan dapat dicapai sebesar Rp. 684.351.750,00. Hal ini berarti
tingkat pencapaian target sebesar 169,02 % dan dapat dikatakan sangat efektif.
Pada tahun 2009 target penerimaan pajak hotel bintang III sebesar Rp.
732.835.000,00 dan dapat dicapai sebesar Rp. 1.302.704.120. tingkat pencapaian
targetnya sebesar 177,76 % dan dapat dikatakan sangat efektif.
Selama tahun 2007-2009 efektivitas pajak Hotel Bintang III selalu
mengalami kenaikan dari tahun ketahun. Rata-rata efektivitas pajak Hotel Bintang
III selama tahun 2007-2009 adalah sebesar 145,66 %.
c. Efektivitas Pajak Hotel Bintang II Tahun 2007-2009
Selama tahun 2007 pajak hotel bintang dua sangat efektif namun pada
tahun 2008 menjadi efektif dan tahun 2009 menjadi tidak efektif Pada tahun 2007
target pajak hotel bintang II sebesar Rp. 137.165.000,00 dan dapat tercapai
sebesar Rp. 365.444.778,00. tingkat efektivitasnya sebesar 266,43% dan dapat
dikatakan sangat efektif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Pada tahun 2008 target penerimaan pajak hotel bintang II sebesar Rp.
423.750.000,00 dan dapat tercapai sebesar Rp. 416.588.412,00. Tingkat
efektivitasanya sebesar 98,30 % dan dapat dikatakan efektif.
Pada tahun 2009 target penerimaan pajak hotel sebesar Rp.
999.485.000,00 dan dapat dicapai sebesar Rp. 462.532.324,00. tingkat
efektivitasanya sebesar 46,28 % dan dapat dikatakan tidak efektif.
Selama tahun 2007-2009 efektivitas pajak Hotel Bintang II selalu
mengalami penurunan dari tahun-ketahun. Rata-rata efektivitas pajak Hotel
Bintang II selama tahun 2007-2009 adalah sebesar 137,00%.
d. Efektivitas Pajak Hotel Bintang I tahun 2007-2009
Pada tahun 2007 target penerimaan pajak hotel bintang I sebesar Rp.
203.366.000,00 dan dapat tercapai sebesar Rp. 294.447.193,00. tingkat
efektivitasnya sebesar Rp. 144,79 % dan dapat dikatakan sangat efektif.
Pada tahun 2008 target penerimaan pajak hotel Bintang I sebesar Rp.
358.429.000,00 dan dapat tercapai sebesar Rp. 291.072.086,00. tingkat
efektivitasanya sebesar 81,21 % dan dapat dikatakan cukup efektif.
Pada tahun 2009 target penerimaan pajak hotel bintang I adalah sebesar
Rp. 451.635.000,00 dan dapat dicapai sebesar Rp. 465.983.640,00. Tingkat
efektifitasanya mencapai 103,18 % dan dapat dikatakan sangat efektif.
Selama kurun waktu 3 tahun efektivitas pajak Hotel Bintang I mengalami
fluktuasi. Terjadi penurunan pada tahun 2008 dan kembali naik pada tahun 2009.
Rata-rata presentase efektivitas pada tahun 2007-2009 adalah sebesar 109,73 %.
e. Efektivitas Pajak Hotel Melati III Tahun 2007-2009
Pada tahun 2007 target penerimaan pajak hotel melati III adalah sebesar
Rp. 615.717.000,00 dan dapat tercapai sebesar sebesar Rp. 398.398.159,00.
tingkat efektivitasnya adalah sebesar 64,70 % dan dapat dikatakan kurang efektif.
Pada tahun 2008 target penerimaan pajak hotel melati III adalah sebesar
Rp. 496.354.000,00 dan dapat tercapai sebesar Rp. 422.956.507,00. tingkat
efektivitasnya adalah sebesar 85,21 % dan dapat dikatakan cukup efektif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Pada tahun 2009 target penerimaan pajak hotel melati III adalah sebesar
Rp. 462.000.000,00 dan dapat tercapai sebesar Rp. 452.806.256,00. tingkat
efektivitasnya adalah sebesar 98,10 % dan dapat dikatakan efektif.
Selama kurun waktu 3 tahun presentase efektivitas pajak Hotel Melati III
selalu mengalami kenaikan dari tahun ketahun. Rata-rata presentase efektivitas
pajak Hotel Melati III selama tahun 2007-2009 adalah sebesar 82,67%.
f. Efektivitas Pajak Hotel Melati II Tahun 2007-2009
Pada tahun 2007 target penerimaan pajak hotel melati II adalah sebesar
Rp. 379.128.000,00 dan dapat dicapai sebesar Rp. 375.852.009,00. tingkat
efektivitasanya sebesar 99,14 %. Dan dapat dikatakan efektif.
Pada tahun 2008 target penerimaan pajak hotel sebesar Rp.
456.870.000,00 dan dapat tercapai sebesar Rp. 487.449.627,00. tingkat
efektivitasnya adalah sebesar 106,69 % dan dapat dikatakan sangat efektif.
Pada tahun 2009 target penerimaan pajak hotel melati II adalah sebesar
Rp. 472.000.000 dan dapat tercapai sebesar Rp. 538.622.839,00. Tingkat
efektivitasnya adalah sebesar 114,11 % dan dapat dikatakan sangat efektif.
Selama tahun 2007-2009 presentase efektivitas pajak Hotel Melati II selalu
mengalami kenaikan. Rata-rata presentase efektivitas selama tahun 2007-2009
adalah sebesar 106,65 %.
g. Efektivitas Pajak Hotel Melati I Tahun 2007-2009
Pada tahun 2007 target penerimaan pajak hotel melati I adalah sebesar Rp.
146.448.000,00 dan dapat tercapai sebesar Rp. 143.627.879,00. Tingkat
efektivitasnya sebesar 98,07 % dan dapat dikatakan efektif.
Pada tahun 2008 target penerimaan pajak hotel melati I sebesar Rp.
181.029.000,00 dan dapat tercapai sebesr Rp. 141.260.965,00. tingkat
efektivitasanya sebesar 78,03 % dan dapat dikatakan kurang efektif.
Pada tahun 2009 Target penerimaan pajak hotel melati I adalah sebesar
Rp. 187.000.000,00 dan dapat dicapai sebesar Rp. 188.479.758,00. tingkat
efektivitasanya adalah sebesar Rp. 100,79 % dan dapat dikatakan sangat efektif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Selama tahun 2007-2009 presentase efektivitas pajak Hotel Melati I
mengalami fluktuasi. Presentase efektivitas pajak hotel Melati I menurun pada
tahun 2008 dan kembali naik pada tahun 2009. rata-rata presentase efektivitas
selama tahun 2007-2009 adalah sebesar 92,3 %.
h. Efektifitas Pajak Home Stay Tahun 2007-2009.
Pada tahun 2007 target penerimaan pajak Hotel Home Stay adalah sebesar
.180.000,00 dan dapat tercapai sebesar Rp. 37.760.670,00. tingkat efektivitasnya
adalah sebesar 1187,44 % dan dapat dikatakan sangat efektif.
Pada tahun 2008 target penerimaan pajak hotel home stay adalah
48.640.000,00 dan dapat dicapai sebesar Rp. 47.619.600,00. tingkat efektivitasnya
adalah sebesar 97.90 % dan dapat dikatakan efektif.
Pada tahun 2009 target penerimaan pajak hotel home stay adalah Rp.
82.445.000 dan dapat dicapai sebesar Rp. 48.747.840,00. tingkat efektivitasnya
adalah sebesar 59,12 % dan dapat dikatakan tidak efektif.
Pada tahun 2007 efektivitas pajak home stay mencapai 1187,44 % dan
terus mengalami penurunan pada tahun 2008 menjadi 97.90 % dan kembali
menurun ditahun 2009 menjadi 59,12 %. Rata-rata presentase efektivitas pajak
home stay selama tahun 2007-2009 adalah sebesar 448,15%.
i. Efektivitas Pajak Restoran Tahun 2007-2009
Pada tahun 2007 target pajak restoran adalah sebesar Rp. 5.282.914.000,00
dan dapat tercapai sebesar Rp. 4.546.331.668,00. tingkat efektivitasnya adalah
sebesar 86,06 % dan dapat dikatakan cukup efektif.
Pada tahun 2008 target pajak restoran adalah sebesar Rp. 5.630.820.000,00
dan dapat tercapai sebesar Rp. 5.494.370.000,00. tingkat efektivitasnya adalah
sebesar 97, 00% dan dapat dikatakan efektif
Pada tahun 2009 target pajak restoran adalah sebesar Rp. 6.756.970.000,00
dn dapat tercapai sebesar Rp. 6.640.506.330,00. tingkat efektivitasnya adalah
sebesar 98,28 % dan dapat dikatakan efektif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Selama 3 tahun presentase efektivitas pajak restoran selalu mengalami
kenaikan. Rata-rata presentase efektivitas selama tahun 2007-2009 adalah sebesar
93,78 %.
j. Efektivitas Pajak Rumah Makan Tahun 2007-2009
Pada tahun 2007 target pajak rumah makan sebesar Rp. 597.807.000,00
dan dapat dicapai sebesar Rp. 1.543.859.882,00. tingkat efektivitasnya sebesar
258,25 % dan dapat dikatakan sangat efektif.
Pada tahun 2009 target pajak rumah makan sebesar Rp. 1.744.155.000,00
dan dapat dicapai sebesar Rp. 2.096.063.274,00. tingkat efektivitasnya sebesar
120,18 % dan dapat dikatakan sangat efektif.
Pada tahun 2009 target pajak rumah makan sebesar Rp. 2.093.000.000,00
dan dapat dicapai sebesar Rp. 2.244.008.962,00. tingkat efektivitasnya sebesar
107,21 % dan dapat dikatakan sangat efektif.
Selama 3 tahun presentase efektivitas pajak rumah makan terus mengalami
penurunan. Rata-rata efektivitas pajak rumah makan selama tahun 2007-2009
adalah sebesar 121,41 %.
k. Efektivitas Pajak Kafe Tahun 2007-2009
Pada tahun 2007 target pajak kafe sebesar Rp. 119.279.000,00 dan dapat
dicapai sebesar Rp. 103.447.334,00. tingkat efektivitasnya sebesar 86,73 % dan
dapat dikatakan cukup efektif.
Pada tahun 2008 target pajak kafe sebesar Rp. 125.025.000,00 dan dapat
dicapai sebesar Rp. 56.608.514,00. tingkat efektivitasnya sebesar 45,28 % dan
dapat dikatakan tidak efektif
Pada tahun 2009 target pajak kafe sebesar Rp. 150.000.000,00 dan dapat
dicapai sebesar Rp. 160.072.768,00. tingkat efektivitasnya sebesar 106,70 % dan
dapat dikatakan sangat efektif
Selama 3 tahun presentase efektivitas pajak kafe mengalami fluktuasi.
Menurun pada tahun 2008 dan kembali meningkat pada tahun 2009. rata-rata
presentase penerimaan pajak kafe selama tahun 2007-2009 adalah sebesar 79,57%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
3. Kontribusi Pajak Hotel dan Restoran Kota Surakarta secara
Keseluruhan terhadap Pendapatan Asli Daerah Tahun 2007-2009
Kontribusi penerimaan pajak hotel dan restoran terhadap pendapatan asli
daerah dapat diukur dengan membandingkan antara realisasi penerimaan pajak
hotel dan restoran dengan realisasi penerimaan Pendapatan Asli Daerah. Setelah
didapat perbandinganya maka dapat dilihat berdasarkan kriterianya apakah
memiliki kontribusi atau tidak.
Berdasarkan perhitungan diatas didapat bahwa nilai perbandingan antara
pajak hotel secara keseluruhan terhadap pendapatan asli daerah pada tahun 2007
adalah sebesar 4,91 % yang berarti bahwa pajak hotel dan restoran secara
keseluruhan sangat berkontribusi terhadap pendapatan asli daerah. Pada tahun
2008 terjadi peningkatan kontribusi pajak hotel secara keseluruhan terhadap
pendapatan asli daerah menjadi 5,06 %, yang berarti bahwa pada tahun 2008
pajak hotel dan restoran sangat berkontribusi terhadap pendapatan asli daerah.
Kontribusi pajak hotel secara keseluruhan terhadap pendapatan asli daerah juga
mengalami kenaikan yang besar pada tahun 2009, yaitu sebesar 7,11 %. Yang
berarti pada tahun 2009 kontribusi pajak hotel secara keseluruhan sangat
berkontribusi terhadap pendapatan asli daerah Surakarta.
Pada tahun 2007 rasio perbandingan antara pajak restoran secara
keseluruhan terhadap pendaptan asli daerah adalah sebesar 6,73 % yang berarti
bahwa pajak restoran secara keseluruhan sangat kontribusi terhadap pendapatan
asli daerah kota Surakarta. Tahun 2008 terjadi peningkatan kontribusi pajak
restoran secara keseluruhan, yaitu menjadi 7,43% dan berarti bahwa pajak
restoran secara keseluruhan pada tahun 2008 sangat berkontribusi terhadap
pendapatan asli daerah. Pada tahun 2009 terjadi peningkatan kembali presentase
kontribusi pajak restoran secara keseluruhan terhadap pendapatan asli daerah
menjadi sebesar 8.87 % dan berarti penerimaan pajak hotel dan restoran secara
keseluruhan sangat mempunyai kontribusi terhadap pendapatan asli daerah kota
Surakarta tahun 2009.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
4. Kontribusi Pajak Hotel dan Restoran Kota Surakarta berdasarkan
klasifikasinya terhadap Pendapatan Asli Daerah Tahun 2007-2009
Selama kurun waktu tahun 2007-2009 tidak semua pajak hotel dan
restoran berdasarkan klasifikasinya menurut kriteria Fuad Bawasir mempunyai
kontribusi terhadap pendapatan asli daerah kota Surakarta. Hal ini dikarenakan
adanya penerimaan objek pajak hotel maupun pajak restoran yang masih sangat
sedikit dibandingkan dengan pendapatan asli daerah. Diantara objek pajak hotel
dan restoran hanya pajak hotel bintang IV dan pajak restoran yang selama tahun
2007-2009 memiliki kontribusi terhadap pendapatan asli daerah, sedangkan objek
pajak hotel dan restoran bedasarkan klasifikasinya yang lain kurang dan tidak
mempunyai kontribusi terhadap pendapatan asli daerah.
Namun bila melihat pada perhitungan data yang diperoleh didapat bahwa
penerimaan pajak hotel dan restoran berdasarkan klasifikasinya memiliki
kontribusi terhadap pendapatan asli daerah kota Surakarta tahun 2007-2009
Walaupun jumlahnya sedikit dan belum memenuhi kriteria kontribusi menurut
Fuad Bawasir.
Pada pajak hotel yang mempunyai kontribusi terbesar adalah pajak hotel
bintang IV, dimana pada tahun 2007 nilai perbandinganya terhadap pendapatan
asli daerah sebesar 2,7% dan berati cukup berkontribusi terhadap pendapatan asli
daerah. Pada tahun 2008 terjadi penurunan presentase kontribusi menjadi 2,64%
yang berarti cukup memiliki kontribusi terhadap pendapatan asli daerah dan pada
tahun 2009 terjadi peningkatan presentase kontribusi menjadi 3,72 % yang berarti
memiliki kontribusi terhadap pendapatan asli daerah.
Pada pajak restoran selama tahun 2007-2009 sangat berkontribusi terhadap
pendapatan asli daerah kota Surakarta. Pada tahun 2007 presentase kontribusi
pajak restoran terhadap pendapatan asli daerah sebesar 5,08% dan mengalami
peningkatan pada tahun 2008 menjadi 5,34 % serta mengalami peningkatan
kembali pada tahun 2009 menjadi 6,51%.
Untuk objek pajak hotel dan restoran berdasarkan kualifikasi lainya bisa
dikatakan kurang dan tidak memiliki kontribusi terhadap pendapatan asli daerah
karena nilai perbandinganya yang terlalu sedikit, yaitu dbawah 1,73 %. Hal ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
dikarenakan jumlah penerimaan yang sedikit dibandinngkan nilai pendapatan asli
daerah yang besar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. SIMPULAN
Berdasarkan tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui efektivitas
penerimaan pajak hotel dan restoran kota Surakarta secara keseluruhan tahun
2007-2009, untuk mengetahui efektivitas penerimaan pajak hotel dan restoran
kota Surakarta berdasarkan klasifikasinya selama tahun 2007-2009, untuk
mengetahui kontribusi pajak hotel dan restoran secara keseluruhan terhadap
pendapatan asli daerah kota Surakarta tahun 2007-2009, untuk mengetahui
kontribusi pajak hotel dan restoran berdasarkan klasifikasinya terhadap
pendapatan asli daerah kota Surakarta tahun 2007-2009, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Penerimaan pajak hotel dan restoran kota Surakarta secara keseluruhan selama
tahun 2007-2009 sudah sangat efektif. Persentase efektivitas pajak hotel
secara keseluruhan tahun 2007 sebesar 100, 45%, tahun 2008 sebesar 100,25
% dan tahun 2009 sebesar 108,22 %. Sedangkan untuk pajak restoran secara
keseluruhan persentase efektivitasanya tahun 2007 sebesar 103,23 %, tahun
2008 sebesar 101, 96 % dan tahun 2009 sebesar 100,50 %.
2. Penerimaan pajak hotel dan restoran kota Surakarta berdasarkan klasifikasinya
selama tahun 2007-2009 belum semuanya efektif. Hal ini dikarenakan ada
objek-objek pajak hotel dan restoran yang penerimaanya jauh dari target yang
ada. Berikut adalah rincian efektivitas pajak hotel dan restoran kota Surakarta
berdasarkan klasifikasinya dari tahun 2007-2009:
a. Pada tahun 2007 penerimaan pajak Hotel Bintang II, Hotel Bintang I dan
Home Stay sangat efektif. Penerimaan pajak Hotel Bintang IV, Hotel
Bintang III, Hotel Melati II, Hotel Melati I sudah efektif. dan penerimaan
pajak Hotel Melati III kurang efektif. Sedangkan untuk pajak restoran
rincianya adalah untuk pajak rumah makan sangat efektif, pajak restoran
dan cafee cukup efektif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
b. Pada tahun 2008 penerimaan pajak hotel bintang III dan pajak Hotel
melati II sangat efektif. penerimaan pajak hotel Bintang IV, pajak Hotel
Bintang II dan pajak Home Stay sudah efektif. penerimaan pajak Hotel
Bintang I, pajak Hotel Melati III cukup efektif dan Penerimaan pajak
Hotel Melati I kurang efektif. Sedangkan Rincian efectivitas untuk pajak
restoran adalah untuk pajak Rumah makan sangat efektif, untuk pajak
restoran efektif dan untuk pajak cafee tidak efektif.
c. Pada tahun 2009 penerimaan pajak Hotel Bintang IV, pajak Hotel Bintang
III, pajak Hotel Bintang I, pajak Hotel Melati II, Pajak Hotel Melati I
sangat efektif, penerimaan pajak Hotel Melati III sudah efektif dan
penerimaan Hotel Bintang II, dan Pajak Home Stay tidak efektif.
Sedangkan untuk rincian efektifitas pajak restoran adalah untuk pajak
rumah makan dan cafee sangat efektif dan pajak restoran sudah efektif.
3. Penerimaan pajak hotel dan restoran kota Surakarta secara keseluruhan sangat
berkontribusi terhadap pendapatan asli daerah selama tahun 2007-2009.
persentase kontribusi pajak hotel secara keseluruhan terhadap pendapatan asli
daerah kota Surakarta tahun 2007 adalah sebesar 4,91 %, tahun 2008 sebesar
5,06% dan tahun 2009 sebesar 7,11 %. Sedangakan persentase kontribusi
pajak restoran secara keseluruhan terhadap pendapatan asli daerah kota
Surakarta tahun 2007 adalah sebesar 6,75 %, tahun 2008 sebesar 7,43 % dan
tahun 2009 sebesar 8,87 %.
4. Penerimaan pajak hotel dan restoran berdasarkan klasifikasinya belum semua
berkontribusi terhadap pendapatan asli daerah kota Surakarta selama tahun
2007-2009. Berikut adalah rincian kontribusi pajak hotel dan restoran
berdasarkan klasifikasinya terhadap penerimaan asli daerah kota Surakarta
tahun 2007-2009:
a. Pada tahun 2007 hanya pajak hotel Bintang IV yang cukup berkontribusi,
sedangkan untuk pajak Hotel Bintang III, pajak Hotel Bintang II,
pajak Hotel Bintang I, pajak Hotel Melati III, pajak Hotel Melati II, pajak
Hotel Melati I dan pajak Home Stay tidak memiliki kontribusi terhadap
pendapatan asli daerah kota Surakarta. Untuk pajak restoran berdasarkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
klasifikasinya pajak restoran sangat efektif, pajak rumah makan kurang
efektif dan untuk pajak kafe tidak efektif.
b. Pada tahun 2008 sama seperti tahun 2007 yaitu hanya pajak hotel Bintang
IV yang cukup berkontribusi, sedangkan untuk pajak Hotel Bintang III,
pajak Hotel Bintang II, pajak Hotel Bintang I, pajak Hotel Melati III, pajak
Hotel Melati II, pajak Hotel Melati I dan pajak Home Stay tidak memiliki
kontribusi terhadap pendapatan asli daerah kota Surakarta. Untuk pajak
restoran berdasarkan klasifikasinya pajak restoran sangat efektif, pajak
rumah makan cukup efektif dan untuk pajak kafe tidak efektif.
c. Pada tahun 2009 untuk pajak Hotel Bintang IV berkontribusi terhadap
pendapatan asli daerah kota Surakarta dan pajak Hotel Bintang III kurang
berkontribusi, sedangkan untuk pajak Hotel Bintang II, pajak Hotel
Bintang I, pajak Hotel Melati III, pajak Hotel Melati II, pajak Hotel Melati
I dan pajak Home Stay tidak memiliki kontribusi terhadap pendapatan asli
daerah kota Surakarta. Untuk pajak restoran berdasarkan klasifikasinya
pajak restoran sangat efektif, pajak rumah makan cukup efektif dan untuk
pajak kafe tidak efektif.
B. IMPLIKASI
Berdasarkan kesimpulan dan penelitian yang dilakukan, maka dapat
dikemukakan implikasi bahwa pajak hotel dan restoran secara keseluruhan sangat
efektif dan sangat berkontribusi terhadap pendapatan asli daerah kota Surakarata
Namun bila berdasarkan klasifikasinya tidak semua pajak hotel dan restoran
efektif dan berkontribusi terhadap pendapatan asli daerah Kota Surakarta. Secara
keseluruhan pajak hotel dan restoran sangat efektif berarti bahwa target yang
selama ini ditetapkan telah tercapai. Dengan semakin efektif dan berkontribusinya
pajak hotel dan restoran secara keseluruhan terhadap pendapatan asli daerah maka
semakin besar pengaruh pajak hotel dan restoran terhadap penerimaan pendapatan
asli daerah kota Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
C. SARAN
1. Bagi Pemerintah Kota Surakarta
a. Pemerintah kota Surakarta perlu mengadakan sosialisasi tentang peraturan
baru mengenai pajak hotel dan restoran dengan mengadakan pertemuan
dengan wajib pajak hotel dan restoran yang ada di Surakarta, seperti
mengadakan pertemuan untuk membahas peraturan dihapusnya pajak
pertambahan nilai untuk hotel dan restoran yang berbeda dengan pajak
hotel dan restoran.
b. Pemerintah kota Surakarta harus dapat menerapkan sangsi yang tegas
terhadap wajib pajak yang menunggak pajak, seperti melakukan penyitaan
terhadap objek pajak bila telah menunggak lebih dari tiga tahun dan
dalam waktu 7 hari setelah dikeluarkan Surat Pemberitahuan Paksa
belum dapat melunasi hutang pajaknya.
c. Pemerintah kota Surakarta harus dapat menciptakan iklim usaha yang
kondusif, seperti meningkatkan keamanan kota Surakarta sehingga usaha
perekonomian dan pariwisata menjadi meningkat dan banyak tamu yang
mengginap dan makan di hotel maupun restoran dan secara otomatis akan
dapat meningkatkan penerimaan pajak hotel dan restoran.
d. Pemerintah kota Surakarta lebih meningkatkan acara-acara seperti SIEM
agar selain dapat meningkatkan image kota Surakarta sebagai kota
pariwisata juga dapat meningkatkan tingkat hunian hotel dan kunjungan ke
restoran yang akan berakibat meningkatnya penerimaan pajak hotel dan
restoran.
2. Bagi Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset kota Surakarta
a. Mempertahankan dan meningkatkan persentase pajak hotel dan restoran
terhadap pendapatan asli daerah melalui usaha-usaha intensifikasi dan
ekstensifikasi pemungutan pajak hotel dan restoran.
b. Melakukan pendataan ulang tentang objek pajak hotel terutama rumah kos
karena masih banyak rumah kos yang belum menjadi objek pajak hotel.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
c. Melakukan validasi data tagihan pajak , sehingga dalam menerbitkan Surat
Ketetapan Pajak Daerah kepada Wajib Pajak sudah benar-benar
mencerminkan tagihan pajak yang sesuai dengan potensi riilnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
DAFTAR PUSTAKA A. A. N. B. Dwiranda. Efektivitas Keuangan. http:// ejournal. Unud. Ac.Id, diunduh 24 Agustus, 2007 Abdul halim dan Theresia Damayanti.2007. Pengeloaan Keuangan Daerah.
Yogyakarta. UPP STIM YKPM .2004 Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta. UPP STIM YKPM Agus Rahmanto .2005. Efektivitas Pajak Hotel dan Kontribusinya terhadap Pajak
Daerah di Kabupaten Semarang Tahun 2000-2004. Semarang: UNES Agus Sulastiono. 2001. Manajemen Penyelenggaraan hotel.Bandung: ALFABETA. Andrian Sutedi. 2008. Hukum Pajak dan Retribusi Daerah. Bogor: Ghalia Indonesia. Deddy Supriyadi dan Dadang Sholihin. 2002. Otonomi Penyelenggaraan
Pemerintah Daerah. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Devas Nick. 1989.Keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia. Jakarta: UI Press. Fuad Bawasir.1999. Peranan dan Strategi Keuangan di Daerah. Jakarta:
Gramedia. J. Riwu Kaho.1995. Prospek Otonomi di Indonesia. Jakarta. Gunung Agung. Kesit Bambang Prakosa. 2005. Pajak dan Retribusi Daerah. Yogyakarta: UII
Press Yogyakarta Lexy J. Moleong. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rodakarya Mardiasmo. 2003. Perpajakan. Yogyakarta: Andi Offset. Marsum. 1993. Restoran dan segala permasalahanya. Yogyakarta : Andi Offset. Mohamad Mahsum. 2006. Pengukuran Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta: BPFE
Yogyakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
Mohammad Riduansyah.2003. Kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) guna Mendukung Pendapatan Asli Pelaksanaan Otonomi Daerah. Vol 7. No 2
Moh. Nazir.1999. Metode Penelitian. Jakarta: Glalia Indonesia Peraturan Daerah Kota Surakarta No. 15 Tahun 2009, Tentang Petunjuk
Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Penyelenggaraan Usaha Pariwisata
Peraturan Daerah Kota Surakarta No. 9 Tahun 2002, tentang Pajak Hotel.
Surakarta: DPPKA Peraturan Daerah Kota Surakarta No. 10 Tahun 2002, tentang Pajak Restoran.
Surakarta: DPPKA Ratih Purbasari. 2008. Analisis Penerimaan Pajak Hotel dan Restoran sebagai
Sumber Pendapatan Asli Daerah Kota Malang dalam Melaksanakan Otonomi Daerah. Malang: FE UM
Siti Resmi.2004. Perpajakan. Jakarta: Salemba Empat. Sugiono.2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: ALFABETA. Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Reneka Cipta Undang-undang No. 12 Tahun 2008, tentang Perubahan Kedua UU No. 32 Tahun
2004. Tentang Pemerintah Daerah Undang-undang No. 34 Tahun 2004, tentang Pemerintahan Daerah Undang-undang No. 33 Tahun 2004, Tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pusat dan Daerah Undang-undang No 34 Tahun 2000 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Undang-undang No. 34 Tahun 2000, Tentang Pajak Daerah dan Restribusi Daerah Winarno. Surakhmad. 1994. Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Tarsito