efektifitas implementasi perda nomor 2 tahun 2007 tentang penanggulangan kemiskinan

117
1 EFEKTIFITAS IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Kutai Kartanegara Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Pendidikan Jenjang Sarjana ( S-1 ) Oleh : DHANUR DWI JATMIKO NPM : 04.11.108.501101.001603 FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS KUTAI KARTANEGARA TENGGARONG 2011

Upload: coco-cool

Post on 18-Feb-2015

252 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

penataletak indikator kemiskinan di kutai kartanegara

TRANSCRIPT

Page 1: Efektifitas Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

1

EFEKTIFITAS IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG

PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Kutai Kartanegara

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Pendidikan Jenjang Sarjana ( S-1 )

Oleh :

DHANUR DWI JATMIKO NPM : 04.11.108.501101.001603

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS KUTAI KARTANEGARA

TENGGARONG 2011

Page 2: Efektifitas Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

2

KATA PENGANTAR

Assalamuallaikum WR,WB.

Alhamdullilahirabbil alamin. Puji dan syukur penulis panjatkan atas

kehadirat Allah SWT, karena atas Rahmat, Ridho dan izin-Nya jualah penulis

dapat menyelesaikan perjalanan panjang penelitian dan penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam melaksanakan penelitian dan penulisan

skripsi ini, penulis banyak dibantu dan didukung oleh bebagai pihak. Yang dalam

kesempatan ini Penulis menyampaikan apresiasi dan ucapan terima kasih yang

setinggi-tingginya kepada semua pihak yang turut berperan mendukung melalui

saran dan masukkan positif dalam penelitian dan penulisan skripsi ini, terutama

kepada :

1. Rektor Universitas Kutai Kartanegara Tenggarong Bapak

Prof.DR.H.M.Aswin.MM yang juga merupakan mantan Pimpinan penulis

di Sekretariat DPRD Kabupaten Kutai Kartanegara yang telah memberikan

inspirasi dan acuan semangat penulis, serta atas kesempatan penulis untuk

menyelesaikan pendidikan pada perguruan tinggi ini.

2. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Kutai Kartanegara, para

Pembantu Dekan serta Ketua Jurusan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

yang telah banyak memberikan pengarahan serta membina penulis selama

mengikuti pendidikan.

3. Bapak Drs.H. Jemain selaku Dosen pembimbing I dan Bapak Sudirman,

SIP., M.Si. selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak memberikan

arahan dan bimbingan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

Page 3: Efektifitas Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

3

4. Bapak dan ibu Dosen Fakultas Ilmu Sosial Politik Universitas Kutai

Kartanegara Tenggarong yang telah sudi memberikan ilmu pengetahuannya

kepada penulis selama mengikuti pendidikan reguler.

5. Ayahnda Haris Indriyanto.S.Pd dan Ibunda Juwairiah, serta seluruh sanak

keluarga besar Takim Harto Marsono dan H. Andi Zakaria, penulis ucapkan

banyak terima kasih yang tak terhingga atas susah payah mengasuh,

membesarkan, mendidik, serta selalu memberikan inspirasi, pengalaman

dan semangat hidup yang luar biasa. Penulis telah berhutang banyak dalam

hidup ini, bantuan dan keikhlasan serta budi baik itu hanya Allah yang

dapat membalasnya.

6. Sekretaris DPRD Kabupaten Kutai Kartanegara, Bapak Drs.H.Awang

Ilham.MM yang telah memberikan kesempatan serta mengijinkan penulis

melanjutkan pendidikan pada jenjang Strata 1, dan telah mengijinkan

penulis untuk mengadakan penelitian dan Pengembangan hingga selesainya

skripsi ini.

7. dr. Aji Raihan Nila Kartika, atas motivasi yang luar biasa dalam menjalani

hidup.

8. Rekan- rekan seangkatan Program Ilmu Administrasi Negara terutama

angkatan 2004 kelas D, serta kepada semua pihak yang telah membantu

penulis di dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.

Kiranya segala bantuan dan amal kebaikan yang telah diberikan dengan

tulus ikhlas mendapatkan pahala yang setimpal dari Allah SWT. Akhir kata, tak

ada gading yang tak retak, tak ada ombak jikalau tak ada angin, tak ada laut yang

Page 4: Efektifitas Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

4

tak bersisi. Penulis menyadari sepenuhya bahwa skripsi ini masih banyak terdapat

kekurangan, oleh karena itu saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat

penulis harapkan dari rekan-rekan dan semua pihak agar dapat menjadi

penyempurna skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan

sumbangan pemikiran bagi semua pihak yang memerlukan.

Tenggarong, 23 September 2010

Penulis,

Page 5: Efektifitas Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

5

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ……………………….. i HALAMAN PENGESAHAN …………………… ii KATA PENGANTAR ………………………… iii DAFTAR ISI ………………………………………….. iv DAFTAR TABEL DAN GAMBAR …………………….. v BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ………………………. 1 B. Rumusan Masalah ……...…………………..…… 11 C. Tujuan Penelitian ……………….……………...… 12 D. Kegunaan Penelitian ……...……………………….. 12 E. Sistematika Skripsi ……...……………………..… 13

BAB II LANDASAN TEORI

A. Penelitian Terdahulu dan Deskripsi Teori ….... 15 1. Penelitian Terdahulu ………………………… 15

2. Deskripsi Teori ……………………….... 17 2.1. Pengertian Teori ………………………….. 17 2.1. Teori Efektifitas ………………………….. 19 2.3. Teori Implementasi………………………... 22 2.4. Teori Hambatan ………………………….. 26 2.5. Teori Kemiskinan ………………………… 30 B. Definisi Konsepsional ……………..…….. 33 C. Fokus Penelitian …….…………….……...... 35

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian …………………….………….… 37 B. Wilayah Penelitian …….…………..…………….. 39 C. Teknik Pengumpulan Data …………………...…… 40 D. Analisis Data …………………………………..….. 41 E. Jadwal Penelitian ……………….…….………… 43

BAB IV DATA DAN ANALISIS A. Data Penelitian ………………….….………….… 45 B. Indikator Hasil Pedoman Wawancara tentang efektifitas

implementasi Perda nomor 2 tahun 2007 tentang Penanggulangan Kemiskinan. .................................... 56

B.1. Metode Pengambilan Sampel Jawaban ............... 56 B.2. Profil Masyarakat Miskin atas hasil Pedoman Wawancara.................................................... 58 B.3. Peranan Pemerintah atas Hasil Pedoman Wawancara …………………………….. 72 C. Data Dokumenter Jumlah Penduduk Miskin Kabupaten Kutai Kartanegara Sebelum dan Sesudah terbentuknya

Page 6: Efektifitas Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

6

Perda Nomor 2 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Kemiskinan ……………………………………… 80 C.1. Data Penduduk Miskin Kabupaten Kutai Kartanegara tahun 2005 ........................................................ 81 C.2. Data Penduduk Miskin Kabupaten Kutai Kartanegara tahun 2006 ...................................................... 82 C.3. Data Penduduk Miskin Kabupaten Kutai Kartanegara tahun 2007 ....................................................... 83 C.4. Data Penduduk Miskin Kabupaten Kutai Kartanegara tahun 2008 ........................................................ 86 C.5. Data Penduduk Miskin Kabupaten Kutai Kartanegara tahun 2009 ........................................................ 88

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data … ………………….………….… 92 B. Pembahasan ............................................................. 97

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan … …….…………….………….… 103 B. Saran ....... .............................................................. 105

DAFTAR PUSTAKA

Page 7: Efektifitas Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

7

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR TABEL

1. Jumlah Penduduk Kabupaten Kutai Kartanegara tahun 2005, tahun 2006, dan tahun 2007.

2. Perkembangan Penduduk Miskin Kabupaten Kutai Kartanegara. 3. Intensitas Pangan Dalam 1 (Satu) Hari oleh Masyarakat Miskin Kabupaten

Kutai Kartanegara. 4. Tingkat Pendidikan Formal dan Non Formal Masyarakat Miskin di

Kabupaten Kutai Kartanegara. 5. Persentase Angka Partisipasi Murni (APM) Masyarakat Umum di

Kabupaten Kutai Kartanegara. 6. Tingkat Kriminalitas di wilayah Hukum Polres Kutai Kartanegara pada

tahun 2010 (setelah terbentuknya Perda nomor 2 tahun 2007). 7. Status Kepemilikan Hunian Masyarakat Miskin di Kabupaten Kutai

Kartanegara. 8. Sumber Air Minum Masyarakat Miskin di Kabupaten Kutai Kartanegara. 9. Sumber Penerangan Masyarakat Miskin di Kabupaten Kutai Kartanegara. 10. Tempat Pembuangan Tinja Masyarakat Miskin di Kabupaten Kutai

Kartanegara. 11. Data Penduduk Miskin Kabupaten Kutai Kartanegara tahun 2005. 12. Data Penduduk Miskin Kabupaten Kutai Kartanegara tahun 2006. 13. Banyaknya Rumah Tangga dan Penduduk Miskin Kabupaten Kutai

Kartanegara tahun 2007. 14. Banyaknya Rumah Tangga dan Penduduk Miskin Kabupaten Kutai

Kartanegara 2008. 15. Banyaknya Rumah Tangga dan Penduduk Miskin Kabupaten Kutai

Kartanegara 2009.

GAMBAR 1. Lingkaran Penyebab Kemiskinan 2. Grafik pemenuhan standarisasi gizi 4 sehat 5 sempurna dalam satu hari

oleh masyarakat miskin Kabupaten Kutai Kartanegara.

3. Grafik tingkat pendidikan formal dan non formal oleh masyarakat miskin

Kab. Kutai Kartanegara.

4. Grafik status kepemilikan hunian masyarakat miskin Kab. Kutai

Kartanegara.

Page 8: Efektifitas Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

8

5. Grafik sumber air minum masyarakat miskin Kab. Kutai Kartanegara. 6. Grafik sumber penerangan masyarakat miskin Kab. Kutai Kartanegara.

7. Grafik tempat pembuangan tinja masyarakat miskin Kab. Kutai

Kartanegara.

8. Grafik penduduk miskin Kab. Kutai Kartanegara tahun 2005,2006,2007,2008 dan 2009.

Page 9: Efektifitas Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

9

PERNYATAAN

ORISINALITAS SKRIPSI

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa sepanjang pengetahuan

saya, di dalam naskah SKRIPSI ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah

diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akedemik di suatu Perguruan

Tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan

oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan

disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.

Apabila ternyata di dalam naskah SKRIPSI ini dapat dibuktikan terdapat

unsur-unsur PLAGIASI, saya bersedia SKRIPSI ini digugurkan dan gelar

akademik yang telah saya peroleh (STRATA I) dibatalkan, serta diperoses sesuai

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (UU No. 20 Tahun 2003,

pasal 25 ayat 2 dan pasal 70)

Tenggarong, 26 Nopember 2012

Nama : Dhanur Dwi Jatmiko

NIM : 04.11.108.501101.001603

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Program Studi : Ilmu Administrasi Negara

Page 10: Efektifitas Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masalah kemiskinan memang telah lama ada sejak dahulu kala. Pada masa

lalu umumnya masyarakat menjadi miskin bukan karena kurang pangan, tetapi

miskin dalam bentuk minimnya kemudahan atau materi. Dari ukuran kehidupan

modern pada masa kini mereka tidak menikmati fasilitas pendidikan, pelayanan

kesehatan, dan kemudahan- kemudahan lainnya yang tersedia pada jaman modern.

Kemiskinan sebagai suatu penyakit sosial ekonomi tidak hanya dialami oleh

negara-negara yang sedang berkembang, tetapi juga negara-negara maju, seperti

Inggris dan Amerika Serikat.

Indonesia sebagai negara yang kaya akan sumber daya alamnya

mempunyai 49,5 juta jiwa penduduk yang tergolong miskin (Survei Sosial

Ekonomi Nasional / Susenas 1998). Jumlah penduduk miskin tersebut terdiri dari

17,6 juta jiwa di perkotaan dan 31,9 juta jiwa di perdesaan. Angka tersebut lebih

dari dua kali lipat banyaknya dibanding angka tahun 1996 (sebelum krisis

ekonomi) yang hanya mencatat jumlah penduduk miskin sebanyak 7,2 juta jiwa di

Page 11: Efektifitas Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

11

Perkotaan dan 15,3 juta jiwa perdesaan. Akibat krisis ekonomi tersebut, jumlah

penduduk miskin diperkirakan makin bertambah.

Ada dua kondisi yang menyebabkan kemiskinan bisa terjadi, yakni

kemiskinan alamiah dan karena buatan. Kemiskinan alamiah terjadi antara lain

akibat sumber daya alam yang terbatas, penggunaan teknologi yang rendah dan

bencana alam. Kemiskinan "buatan" terjadi karena lembaga-lembaga yang ada di

masyarakat membuat sebagian anggota masyarakat tidak mampu menguasai

sarana ekonomi dan berbagai fasilitas lain yang tersedia, hingga mereka tetap

miskin. Maka itulah sebabnya para pakar ekonomi sering mengkritik kebijakan

pembangunan yang melulu terfokus pada pertumbuhan ketimbang pemerataan.

Berbagai persoalan kemiskinan penduduk memang menarik untuk disimak

dari berbagai aspek, sosial, ekonomi, psikologi dan politik. Aspek sosial terutama

akibat terbatasnya interaksi sosial dan penguasaan informasi. Aspek ekonomi

akan tampak pada terbatasnya pemilikan alat produksi, upah kecil, daya tawar

rendah, tabungan nihil, lemah mengantisipasi peluang. Dari aspek psikologi

terutama akibat rasa rendah diri, fatalisme, malas, dan rasa terisolir. Sedangkan,

dari aspek politik berkaitan dengan kecilnya akses terhadap berbagai fasilitas dan

kesempatan, diskriminatif, posisi lemah dalam proses pengambil keputusan.

Page 12: Efektifitas Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

12

Kemiskinan dapat dibedakan menjadi tiga pengertian: kemiskinan absolut,

kemiskinan relatif dan kemiskinan kultural. Seseorang termasuk golongan miskin

absolut apabila hasil pendapatannya berada di bawah garis kemiskinan, tidak

cukup untak memenuhi kebutuhan hidup minimum: pangan, sandang, kesehatan,

papan, pendidikan. Seseorang yang tergolong miskin relatif sebenarnya telah

hidup di atas garis kemiskinan namun masih berada di bawah kemampuan

masyarakat sekitarnya. Sedang miskin kultural berkaitan erat dengan sikap

seseorang atau sekelompok masyarakat yang tidak mau berusaha memperbaiki

tingkat kehidupannya.

Kemiskinan memiliki dimensi yang kompleks yang merupakan dampak

pembangunan yang tidak berkeadilan dan tidak berkelanjutan. Kemiskinan

merupakan masalah utama yang dapat membawa permasalahan lain apabila tidak

dapat segera diatasi. Berbagai telaahan memperlihatkan bahwa dampak

kemiskinan dapat membahayakan kelangsungan sebuah bangsa.

Kemisikinan merupakan problem sumber daya manusia dan

ketenagakerjaan. Sumber daya manusia yang belum berkembang (Under

Development) dicirikan oleh rendahnya tingkat pendidikan, konsumsi gizi yang

rendah serta penyediaan fasilitas kehidupan belum memadai, dengan demikian

Page 13: Efektifitas Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

13

kemampuan untuk memproduksi barang dan jasa masih relatif rendah. Kemudian

kemiskinan juga dicirikan dengan keterampilan dan kemampuan sumber daya

manusia yang tersedia belum dimanfaatkan secara optimal (Under Utilization).

Pada dasarnya di negara-negara belahan dunia ketiga seperti di sebagian

negara-negara Asia Tenggara termasuk didalamnya Negara Indonesia, masalah

kemiskinan merupakan momok yang harus dijadikan “First Priority” agar bisa dan

mampu bersaing secara global dengan negara lain karena masalah kemiskinan

juga menyangkut seluruh aspek pemerintahan negara termasuk politik dan

ekonomi. Namun pada kenyataanya, tidak menutup kemungkinan bahwa negara-

negara maju juga memiliki problema yang sama dengan negara-negara

berkembang, hal ini juga bahkan menjangkit negara adidaya seperti Amerika

Serikat. Artinya secara garis besar pada pernyataan awal ini, penulis dapat

menyimpulkan bahwa ” kemiskinan merupakan satu status kehidupan yang

diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa kepada umatnya agar menjadi takdir

didalam hidupnya “. Selain daripada hal tersebut, pokok permasalahan yang

dihadapi selanjutnya adalah bagaimana menemukan formula yang tepat dengan

kultur masyarakat di tiap-tiap negara agar kemiskinan dapat ditekan secara

optimal.

Page 14: Efektifitas Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

14

Kabupaten Kutai Kartanegara adalah salah satu dari 13 Kabupaten / Kota

yang berada diwilayah Propinsi Kalimantan Timur, dimana dengan adanya

pemekaran wilayah, saat ini memiliki luas wilayah 27.263,10 km2 , secara

administratif Kabupaten Kutai Kartanegara terbagi dalam 18 wilayah kecamatan

dan 222 desa/kelurahan. Dengan pertumbuhan penduduk 4,13 % pertahun,

penduduk Kabupaten Kutai Kartanegara mencapai 521.062 jiwa (2005) dengan

kepadatan penduduk rata-rata 17,6 jiwa/km2 , dimana sebagian besar penduduknya

bermukim di pedesaan.

Tabel 1 Jumlah Penduduk Kabupaten Kutai Kartanegara tahun 2005, tahun 2006,

dan tahun 2007

No. Kecamatan Jumlah Penduduk

2005 % 2006 % 2007 %

1 Samboja 43.964 8,4 43.157 8,1 44.184 8,0

2 Muara Jawa 24.286 4,7 24.077 4,5 27.209 4,9

3 Sanga-Sanga 12.251 2,4 13.852 2,6 15.239 2,8

4 Loa Janan 47.991 9,2 51.648 9,7 49.757 9,0

5 Loa Kulu 34.809 6,7 37.381 7,0 38.374 7,0

6 Muara Muntai 16.413 3,1 15.291 2,9 16.976 3,1

7 Muara Wis 7.692 1,5 8.185 1,5 8.482 1,5

8 Kota Bangun 27.499 5,3 27.850 5,2 28.754 5,2

9 Tenggarong 74.769 14,3 67,639 12,7 72.458 13,2

10 Sebulu 33.034 6,3 33.619 6,3 33.930 6,2

11 Tenggarong Seberang 46.994 9,0 48.715 9,2 49.393 9,0

12 Anggana 25.105 4,8 27.289 5,1 28.696 5,2

Page 15: Efektifitas Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

15

13 Muara Badak 34.411 6,6 34.437 6,5 36.527 6,6

14 Marang Kayu 21.247 4,1 21.630 4,1 23.836 4,3

15 Muara Kaman 30.513 5,9 31.972 6,0 32.841 6,0

16 Kenohan 10.911 2,1 11.717 2,2 11.692 2,1

17 Kembang Janggut 19.564 3,8 20.563 3,9 21.033 3,8

18 Tabang 9.609 1,8 9.817 1,8 10.655 1,9

JUMLAH TOTAL 521.062 100 531.039 100 550.027 100

Sumber : Bapemas, 2006 dan Panwas Pilkada Kukar, 2008. Tenggarong.

Berdasarkan data dari BPS tahun 2005 angka kemiskinan di Kabupaten

Kutai Kartanegara sebesar 70.358 jiwa (19.231 KK) atau 12,85 % dari jumlah

penduduk pada tahun 2005 (574.254 jiwa) yang tersebar pada 222

Desa/Kelurahan dalam 18 Kecamatan.

Dengan potensi kekayaan alam yang melimpah dan anggaran pendapatan

dan belanja daerah (APBD) yang tinggi, bukan berarati Kabupaten Kutai

Kartanegara tidak memiliki permasalahan krusial, seperti halnya menyangkut

kemiskinan yang tinggi, pengangguran, pelayanan publik yang buruk,

Sumberdaya manusia (SDM) yang rendah, serta infrastruktur pembangunan yang

memprihatinkan. APBD Kabupaten Kutai Kartanegara pada tahun 2007

diperkirakan mencapai 3 trilyun lebih, meningkat dibandingkan APBD tahun

sebelumnya. Jika dibanding dengan kabupaten / kota di Kalimantan Timur yang

hanya memiliki rata-rata APBD sekitar 750 Milyar, bahkan Kabupaten Kutai

Kartanegara membuat predikat sebagai pemilik APBD tertinggi tingkat kabupaten

Page 16: Efektifitas Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

16

di Indonesia. Anehnya, dengan APBD sebesar itu ternyata, Kabupaten Kutai

Kartanegara pun menempatkan dirinya sebagai kabupaten tertinggi angka

kemiskinan dan putus sekolahnya di Kalimantan Timur. Sungguh ironis untuk

Provinsi Kalimantan Timur sendiri, berdasarkan data statistik tahun 2005, dari

jumlah penduduk Kabupaten Kutai Kartanegara yang mencapai 2.957.465 orang,

561.287 orang di antaranya tergolong warga miskin.

Artinya, tingkat kemiskinan di Kabupaten Kutai Kartanegara mencapai 18,98

persen. Angka kemiskinan ini rata-rata meningkat 3,9 persen tiap tahunnya. Pihak

pemerintah senantiasa menuding bahwasanya pendatang dari luar Kabupaten

Kutai Kartanegara yang membebani dan menambah angka kemiskinan. Kenyataan

ini mungkin perlu diklarifikasi lebih jauh, mengingat senantiasa kita mendengar

keluhan dari para investor atau perusahaan tentang rendahnya kualitas SDM

masyarakat Kabupaten Kutai Kartanegara.

Pada sektor pelayanan publik, hampir semua kabupaten / kota di Kalimantan

Timur mengalami kasus yang sama termasuk didalamnya Kabupaten Kutai

Kartanegara, mengalami krisis air bersih dan listrik. Ini juga menjadi sebuah ironi

karena Kalimantan Timur yang memiliki banyak Daerah Aliran Sungai (DAS),

dengan dukungan anggaran yang lebih dari cukup namun tidak mampu

Page 17: Efektifitas Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

17

menyediakan kebutuhan dasar masyarakat. Hampir setiap tahun, masyarakat

mengalami krisis air bersih. Anehnya, sampai hari ini pun tidak ada langkah-

langkah yang Signifikan dari pihak pemerintah Kalimantan Timur maupun

pemerintah kabupaten / kota yang secara serius untuk mencari solusi dari

permasalahan yang cukup akut ini. Akan halnya dengan krisis listrik. Kabupaten

Kutai Kartanegara yang terkenal sebagai lumbung migas dan batubara ternyata

mengalami krisis listrik. Hampir setiap hari terjadi pemadaman listrik. entah

berapa banyak kerugian masyarakat, cost produksi perusahaan meningkat akibat

penggunaan generator. Tapi, anehnya, walaupun krisis listrik ini sudah bertahun-

tahun, sampai hari ini hanya menjadi wacana yang tidak dianggap sebagai

masalah krusial yang membutuhkan penanganan serius.

Pada aspek pembangunan manusia, Kabupaten Kutai Kartanegara juga masih

terseok-seok, diakibatkan tidak adanya grand design dalam menata dan

mengembangkan pendidikan yang berkualitas. Yang ada hanyalah slogan, seperti

anggaran pendidikan 20 % dari APBD. Asumsinya, dengan anggaran sebesar itu

SDM Kabupaten Kutai Kartanegara bisa ditingkatkan. Logika yang sangat keliru,

mengingat Pendidikan bukan hanya menyangkut pendanaan, tetapi sebuah system

dimana berhubungan dengan aspek kelembagaan, kurikulum, metodologi

Page 18: Efektifitas Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

18

pengajaran, dan infrastruktur pendidikan. Artinya, untuk membenahi kondisi

pendidikan di Kabupaten Kutai Kartanegara mesti dilakukan secara menyeluruh,

terpola dan integratif. Dan ini bukan hanya menyangkut anggaran yang memadai,

tetapi membutuhkan visi kedepan dan komitemen khususnya dari pemerintah

daerah untuk menjaga agar kebijakan yang diambil bisa berjalan secara

konsekuen.

Rendahnya kualitas pendidikan berimplikasi pada meningkatnya angka

pengangguran dikarenakan kurangnya keahlian individu. Perusahaan-perusahaan

yang menjamur di Kabupaten Kutai Kartanegara senantiasa mengeluhkan

rendahnya kualitas SDM dari masyarakat Kabupaten Kutai Kartanegara, sehingga

demi menjaga produktifitas, perusahaan tidak memiliki pilihan lain kecuali

mendatangkan tenaga kerja dari luar Kabupaten Kutai Kartanegara. Belum lagi

jika dikaitkan dengan degradasi lingkungan, akibat dari eksploitasi sumber daya

alam secara serampangan (pembabatan hutan) menjadi ancaman bagi

sustainabilitas pembangunan. Setiap tahun banjir menjadi momok dan menghantui

masyarakat. Jika diakumulasi, ratusan milyar rupiah sudah dikeluarkan untuk

penanggulangannya, tetapi sampai hari ini pun persoalan banjir belum selesai.

Page 19: Efektifitas Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

19

Bahkan beberapa kecamatan di Kabupaten Kutai Kartanegara telah menjadi

langganan banjir setiap musim hujan.

Melihat momok menakutkan diatas dan sebagai wujud nyata Pemerintah

Kabupaten Kutai Kartanegara dalam memerangi dan menekan angka kemiskinan,

maka Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara bergerak cepat untuk melakukan

tindakan komperhensif yang telah dimatangkan oleh kajian-kajian ilmiah dengan

menuangkan konsep-konsep pokok penanggulangan kemiskinan kedalam

Peraturan Daerah Kabupaten Kutai Kartanegara Nomor 2 tahun 2007 tentang

Penanggulangan Kemiskinan di Kabupaten Kutai Kartanegara.

Sehubungan dengan uraian-uraian tersebut, dan untuk mengetahui seberapa

besar dampak yang telah dihasilkan dengan diterbitkannya Peraturan Daerah

tersebut, maka penulis tertarik untuk meneliti nilai efektifitas yang ditempuh

dengan melakukan dan melihat signifikansi antara pra dan pasca diterbitkannya

peraturan daerah tersebut bagi lapisan masyarakat miskin di Kabupaten Kutai

Kartanegara. Untuk itu Penulis melakukan penelitian dengan judul : “ Efektifitas

Implementasi Peraturan Daerah nomor 2 tahun 2007 tentang

Penanggulangan Kemiskinan di Kabupaten Kutai Kartanegara ”.

Page 20: Efektifitas Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

20

B. Rumusan Masalah

Beberapa definisi yang dikemukakan oleh para pakar terhadap pengertian

masalah karena pada dasarnya sebelum menguraikan tentang apa yang menjadi

masalah dalam penelitian ini, maka terlebih dahulu penulis mengemukakan

pengertian dari masalah itu sendiri. Seperti dikemukakan Sugiyono (2001 : 35)

masalah dapat diartikan sebagai : “ Penyimpangan antara yang seharusnya dengan

apa yang benar-benar terjadi “.

Lebih lanjut menurut Sedarmayanti dan Syarifudin Hidayat ( 2006 : 36)

mengatakan bahwa : “ Permasalahan penelitian adalah pembatasan fokus

perhatian ruang lingkupnya sampai sampai menimbulkan pertanyaan ”. Setelah

memperhatikan pendapat tersebut diatas, maka dapat disimpulkan bahwa masalah

merupakan suatu persoalan yang perlu dicarikan jalan keluar pemecahannya atau

untuk mencari jawaban atas persoalan yang telah timbul.

Berdasarkan uraian di atas maka perumusan masalah yang dapat dikemukakan,

dalam penulisan ini adalah : “ Bagaimanakah dampak Implementasi

Peraturan Daerah Kabupaten Kutai Kartanegara nomor 2 tahun 2007

tentang Penanggulangan Kemiskinan di Kabupaten Kutai Kartanegara ? “.

Page 21: Efektifitas Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

21

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan, maka tujuan dari

penelitian ini antara lain adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Peraturan Daerah Kabupaten

Kutai Kartanegara nomor 2 tahun 2007 tentang Penanggulangan Kemiskinan

di Kabupaten Kutai Kartanegara sebagai salah satu tolak ukur keberhasilan

Pemerintahan Kabupaten Kutai Kartanegara.

2. Mencari pokok masalah penyebab rentannya kemiskinan didalam lingkup

masyarakat Kabupaten Kutai Kartanegara serta mencari solusi konkrit

penanggulangan bagi masalah kemiskinan tersebut.

3. Untuk memperoleh jawaban terhadap pokok permasalahan yang

dikemukakan dalam penelitian.

D. Kegunaan Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan mempunyai kegunaan tersendiri,

demikian juga halnya dengan penelitian yang penulis lakukan ini. Berdasarkan

latar belakang masalah, perumusan masalah dan tujuan penelitian kegunaan yang

diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Sebagai sumbangan pemikiran dan bahan informasi yang didapat penulis

dalam berbagai pengalaman pribadi dan penelitian kepada seluruh pihak

Page 22: Efektifitas Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

22

(stake holders) yang bertanggungjawab dalam penanggulangan kemiskinan

di Kabupaten Kutai Kartanegara, terutama bagi Aparatur Pemerintah

Kabupaten Kutai Kartanegara dan rekan-rekan mahasiswa dalam

menjalankan fungsi “ independent control ”.

2. Sebagai aplikasi langsung antar ilmu yang didapat dibangku kuliah dengan

keadaan sesungguhnya dilapangan.

3. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial pada

Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Kutai Kartanegara

E. Sistematika Skripsi

Sistematika skripsi yaitu untuk memudahkan penulis dalam melakukan

penelitian, sehubungan dengan hal tersebut maka penulis menyusun sistematika

penulisan skripsi antara lain sebagai berikut :

BAB I : Merupakan bab pendahuluan yang memuat latar belakang

masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian

serta sistematika penulisan

BAB II : Memuat landasan teori yang menguraikan tentang penelitian

terdahulu, deskripsi teori, definisi konsepsional serta fokus

penelitian.

BAB III : Membahas tentang metode penelitian yang meliputi jenis

penelitian, lokasi penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan

data dan prosedur analisa data.

Page 23: Efektifitas Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

23

BAB IV : Memuat analisis data dari data yang ada serta metodologi analisis

yang berhubungan dengan penanggulangan kemiskinan.

BAB V : Merupakan bab penutup yang menguraikan kesimpulan dan

saran-saran.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 24: Efektifitas Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

24

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Penelitian Terdahulu dan Deskripsi Teori.

1. Penelitian Terdahulu

Dalam konteks kajian Ilmiah yang dituangkan kedalam penelitian ilmiah,

penulis menemukan adanya literatur yang sejenis dan berkaitan dengan penelitian

mengenai kemiskinan di Kabupaten Kutai Kartanegara salah satu diantaranya

adalah Tesis Program Pasca Sarjana Sdr. Efri Noviyanto.S.Sos.M.Si yang diberi

judul Evaluasi Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 2 tahun 2007 tentang

Penanggulangan Kemiskinan. Namun berbagai referensi lain yang didapat penulis

didalam penulisan ini adalah karena penulis terlibat secara langsung sebagai

Pendamping Tim Pembentukan Rencana Peraturan Daerah (Raperda) DPRD

Kabupaten Kutai Kartanegara tentang Penanggulangan Kemiskinan di Kabupaten

Kutai Kartanegara yang telah melakukan kegiatan Uji Materi Raperda secara

Internal maupun Eksternal didalam maupun keluar daerah yang lebih dahulu

memberlakukan peraturan daerah dan ketentuan-ketentuan tentang

penanggulangan kemiskinan, misalnya di Propinsi Jawa Timur yang membentuk

Program Gerakan Terpadu Pengentasan Kemiskinan (Gerdu - Taskin) yang

dituangkan kedalam Pedoman Umum dan Rencana Strategis Program Gerdu –

Page 25: Efektifitas Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

25

Taskin yang diformulasikan oleh Komite Penanggulangan Kemiskinan Propinsi

Jawa Timur.

Didalam pedoman umum dan rencana strategis Gerdu – Taskin Propinsi

Jawa Timur, pada dasarnya memiliki berbagai kesamaan rancangan program dasar

seperti apa yang telah dirumuskan oleh Raperda tentang Penanggulangan

Kemiskinan di Kabupaten Kutai Kartanegara, dimana persamaan didalam

kerangka tersebut antara lain adalah:

1. Program Awal, yang meliputi aspek pemberdayaan manusia, pemberdayaan

usaha serta pemberdayaan lingkungan;

2. Program Penguatan, yang meliputi pelatihan pendampingan dan bantuan

dana operasional guna memantapkan kelembagaan, manajemen usaha

masyarakat dan keterampilan. Kemudian melakukan pembinaan guna

memantapkan kewirausahaan, keterampilan produktif, administrasi kelompok

usaha, pengembangan permodalan dan pengelolaan ekonomi rumah tangga.

Serta melakukan penilaian didalam perkembangan kelembagaan guna

persiapan pemandirian usaha mandiri masyarakat;

3. Program Pemandirian, yang meliputi persiapan dan pembentukan Badan

Usaha Masyarakat (BUM), pelatihan Pengelolaan BUM, bantuan permodalan

Page 26: Efektifitas Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

26

BUM, penyusunan database BUM, pengembangan akses permodalan,

manajemen, teknologi, pemasaran dan bantuan tehnis.

Sedangkan perbedaan mendasar diantara kedua materi tersebut adalah adanya

perbedaan kultur sosial masyarakat yang meliputi budaya hidup dan tingkat

kesadaran masyarakat akan harkat hidupnya, serta pendapatan per kapita yang

berbeda-beda di tiap-tiap daerah..

Penelitian ini juga ditunjang dengan literatur serta artikel yang berkenaan

dengan penelitian yang dibahas oleh penulis yang diadapat dari berbagai buku,

media baik cetak maupun elektronik serta situs web internet. Dengan harapan

bahwa akan dikemukakan sebuah rancangan ataupun suatu formula yang

merincikan secara detail sebuah konsep program yang sesuai dengan model kultur

masyarakat di Kabupaten Kutai Kartanegara yang juga menentukan tingkat

keberhasilan perda yang pada bab berikutnya akan penulis paparkan lebih lanjut.

2. Deskripsi Teori

2.1 Pengertian Teori.

Deskripsi teori dalam penelitian ini, sebagai landasan kajian atas buku-buku

yang relevan dengan masalah yang diteliti, digunakan untuk melakukan

pembuktian teoritis dengan pengujian data secara empiris dilapangan. Penelaahan

pustaka mencakup pengindentifikasian, penjelasan dan penguraian secara

Page 27: Efektifitas Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

27

sistematis buku-buku serta dokumen-dokumen yang mengandung informasi

berkaitan dengan masalah yang dibahas.

Suatu teori ilmiah sangat diperlukan sekali adanya teori-teori yang

berfungsi sebagai penopang atau landasan dalam merumuskan hipotesis untuk

diuji kebenarannya. Adanya beberapa teori yang mendukung, maka dapat

ditentukan tujuan dari suatu penelitian yang hendak dilakukan sesuai dengan judul

yang telah ditetapkan.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka untuk menunjang penelitian ini

diperlukan teori pendukung yang berkaitan dengan penanggulangan kemiskinan

secara umum.

Adapun pengertian teori seperti yang dikemukakan oleh. Sugiyono

(2001:43) yang menyatakan sebagai berikut :

Teori adalah alur logika atau penalaran, yang merupakan seperangkat konsep, definisi dan proposi yang disusun secara sistematis. Secara umum, teori mempunyai tiga fungsi, yaitu untuk menjelaskan (explanation), meramalkan (prediction) dan pengendalian (control) suatu gejala. Sehingga nantinya pendeskripsian teori dapat menghasilkan dan

menentukan suatu capaian yang berhasil guna dan tepat sasaran dengan

mempertimbangkan berbagai aspek teoritis maupun gejala lain serta paradigma

yang sedang berlaku didalam pola kepemerintahan dan kehidupan masyarakat itu

sendiri sebagai objek langsung penelitian.

Page 28: Efektifitas Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

28

Dalam hal ini, begitu banyak teori yang berkenaan dengan penelitian yang penulis

dapatkan. Namun penulis merasa perlu untuk mengambil sebuah konsep serta

langkah penentuan teori-teori yang dianggap paling relevan dan sesuai dengan

pola kehidupan masyarakat khususnya di Kabupaten Kutai Kartanegara. Sehingga

maksud dan tujuan penulis dapat terlaksana dengan baik.

2.2 Teori Efektifitas.

Efektifitas merupakan salah satu pencapaian yang ingin diraih oleh sebuah

organisasi. Untuk memperoleh teori efektifitas, peneliti dapat menggunakan

konsep-konsep dalam teori manajemen dan organisasi pada khususnya yang

berkaitan dengan toeri efektifitas.

Efektifitas tidak bisa disamakan dengan efisiensi. Karena keduanya memiliki arti

yang berbeda, walaupun dalam berbagai penggunaan kata efisiensi melekat pada

efektifitas. Efisiensi mengandung pengertian perbandingan biaya dan hasil,

sedangkan efektifitas secara langsung dihubungkan dengan pencapaian tujuan.

Atmosuprapto (2002:139) menyatakan bahwa :

Efektifitas adalah hal yang benar, sedangkan efisiensi adalah melakukan hal secara benar, atau efektifitas adalah sejauh mana kita mencapai sasaran dan efisiensi adalah bagaimana kita mencampur segala sumber daya secara cermat.

Efektifitas memiliki tiga tingkatan sebagaimana didasarkan oleh David J. lawless

dalam Gibson, Ivancevich dan Donnely (1997:25-26) antara lain :

Page 29: Efektifitas Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

29

1. Efektifitas Individu, yang didasarkan pada pandangan dari segi individu yang

menekankan pada hasil karya karyawan atau anggota dari organisasi.

2. Efektifitas Kelompok, yang didasarkan pada pandangan bahwa pada

kenyataannya individu saling bekerjasama dalam kelompok. Jadi efektifitas

kelompok merupakan jumlah kontribusi dari semua anggota kelompoknya.

3. Efektifitas Organisasi, yang pada dasarnya merupakanya efektifitas gabungan

dari efektifitas individu dan efektifitas kelompok melalui pengaruh sinergitas.

Organisasi mampu mendapatkan hasil karya yang lebih tinggi tingkatannya

daripada jumlah hasil karya tiap-tiap bagiannya.

Didalam dunia Ilmu Administrasi Negara, efektifitas dalam kegiatan

organisasi dapat dirumuskan sebagai tingkat perwujudan sasaran yang

menunjukkan sejauh mana sasaran dapat atau telah dicapai. I Nyoman

Sumaryadi (2005:105) berpendapat dalam bukunya “ Efektifitas Implementasi

Kebijakan Otonomi Daerah ” bahwa :

Organisasi dapat dikatakan efektif apabila organisasi tersebut dapat sepenuhnya mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Efektifitas umumnya dipandang sebagai tingkat pencapaian tujuan operatif dan operasional.

Dengan demikian pada dasarnya efektifitas adalah tingkat pencapaian tujuan atau

sasaran organisasional sesuai dengan ketetapan. Efektifitas juga berkenaan dengan

seberapa baik pekerjaan yang dilakukan, sejauh mana seseorang menghasilkan

Page 30: Efektifitas Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

30

keluaran sesuai dengan yang diharapkan. Ini dapat diartikan, apabila sesuatu

pekerjaan dapat dilakukan dengan baik sesuai dengan yang direncanakan, dapat

dikatakan efektif tanpa memperhatikan waktu, tenaga dan yang lainnya.

Sedangkan dalam kaitannya untuk mengukur dimensi atau kriteria efektifitas,

banyak penulis yang menggunakan model yang bervariasi. Ukuran efektifitas

yang univariasi, dikemukakan oleh Campbell (dalam Steers 1985:46-48), yaitu :

Kualitas, produktifitas, kesiagaan, efisiensi, laba atau penghasilan, pertumbuhan, pemanfaatan lingkungan, stabilitas, perputaran atau keluar masuknya pekerja, kemangkiran, kecelakaan, semangat kerja, motivasi, kepuasan, penerimaan tujuan-organisasi, kepaduan konflik-konflik kompak, keluwesan adaptasi, penilaian oleh pihak luar.

Dan berdasarkan beberapa ukuran kriteria tersebut diatas, menurut Gibson, at.all.

(1996:50-52) dan Steers (1985:46-48) paling tidak terdapat sejumlah kriteria

yang dapat dijadikan ukuran efektifitas dalam pelaksanaan produk suatu

organisasi (dalam hal ini adalah pemerintah), yaitu produktifitas, kualitas/mutu,

efisiensi, fleksibilitas dan kepuasan.

Berkenaan dengan konsep-konsep efektifitas tersebut diatas, maka didalam

konteks pembentukan peraturan perundang-undangan yang efektif dan efisien

bagi daerah adalah dengan membentuk suatu Peraturan Daerah yang memiliki visi

dan misi tertentu yang diakomodir sepenuhnya oleh pemerintah daerah.

Page 31: Efektifitas Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

31

2.3 Teori Implementasi

Implementasi program atau kebijakan merupakan salah satu tahap yang

penting dalam proses kebijakan publik. Suatu program kebijakan harus

diimplementasikan agar mempunyai dampak dan tujuan yang diinginkan.

Wahab dalam Setyadi (2005) mengutip pendapat para pakar yang menyatakan

bahwa proses implementasi kebijakan tidak hanya menyangkut perilaku badan

administrative yang bertanggungjawab untuk melaksanakan program dan

menimbulkan ketaatan pada diri kelompok sasaran, tetapi juga menyangkut

jaringan kekuatan-kekuatan politik, ekonomi, dan social yang langsung atau tidak

langsung dapat mempengaruhi perilaku semua pihak yang terlibat, dan pada

akhirnya berpengaruh terhadap dampak negative maupun positif, dengan

demikian dalam mencapai keberhasilan implemetasi, diperlukan kesamaan

pandangan tujuan yang hendak dicapai dan komitmen semua pihak utnuk

memberikan dukungan.

Keberhasilan implementasi suatu kebijakan, dapat diukur dengan melihat

kesesuaian antara pelaksanaan atau penerapan kebijakan dengan desain, tujuan

dan sasaran kebijakan itu sendiri serta memerikan dampak atau hasil yang positif

bagi pemecahan permasalahan yang dihadapi (Ekowati, dkk 2005).

Page 32: Efektifitas Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

32

Teori Implementasi menurut Edward III (1980) dan Emerson, Grindle, serta

Mize menjelaskan bahwa terdapat empat variable kritis dalam implementasi

kebijakan public atau program diantaranya, komunikasi atau kejelasan informasi,

konsistensi informasi (communications), ketersediaan sumberdaya dalam jumlah

dan mutu tertentu (resources), sikap dan komitment dari pelaksana program atau

kebijakan birokrat (disposition), dan struktur birokrasi atau standar operasi yang

mengatur tata kerja dan tata laksana (bureaucratic strucuture).

Variabel-variabel tersebut saling berkaitan satu sama lain untuk mencapai tujuan

implementasi kebijakan.

1. Komunikasi (communications): berkenaan dengan bagaimana kebijakan

dikomunikasikan pada organisasi dan atau publik, ketersediaan sumberdaya

untuk melaksanakan kebijakan, sikap dan tanggap dari para pelaku yang

terlibat, dan bagaimana struktur organisasi pelaksana kebijakan.

Komunikasi dibutuhkan oleh setiap pelaksana kebijakan untuk mengetahui

apa yang harus mereka lakukan. Bagi suatu organisasi, komunikasi

merupakan suatu proses penyampaian informasi, ide- ide diantara para

anggota organisasi secara timbal balik dalam rangka mencapai tujuan yang

telah ditetapkan. Keberhasilan komunikasi ditentukan oleh 3 (tiga) indikator,

Page 33: Efektifitas Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

33

yaitu penyaluran komunikasi, konsistensi komunikasi dan kejelasan

komunikasi. Faktor komunikasi dianggap penting, karena dalam proses

kegiatan yang melibatkan unsur manusia dan unsur sumber daya akan selalu

berurusan dengan permasalahan “bagaimana hubungan yang dilakukan”.

2. Ketersediaan sumberdaya (resources): berkenaan dengan sumber daya

pendukung untuk melaksanakan kebijakan yaitu :

a) Sumber daya manusia: merupakan aktor penting dalam pelaksanaan suatu

kebijakan dan merupakan potensi manusiawi yang melekat

keberadaannya pada seseorang meliputi fisik maupun non fisik berupa

kemampuan seorang pegawai yang terakumulasi baik dari latar belakang

pengalaman, keahlian, keterampilan dan hubungan personal.

b) Informasi: merupakan sumberdaya kedua yang penting dalam

implementasi kebijakan. Informasi yang disampaikan atau diterima

haruslah jelas sehingga dapat mempermudah atau memperlancar

pelaksanaan kebijakan atau program.

c) Kewenangan: hak untuk mengambil keputusan, hak untuk mengarahkan

pekerjaan orang lain dan hak untuk memberi perintah.

Page 34: Efektifitas Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

34

d) Sarana dan prasarana: merupakan alat pendukung dan pelaksana suatu

kegiatan. Sarana dan prasarana dapat juga disebut dengan perlengkapan

yang dimiliki oleh organisasi dalam membantu para pekerja di dalam

pelaksanaan kegiatan mereka.

e) Pendanaan: membiayai operasional implementasi kebijakan tersebut,

informasi yang relevan, dan yang mencukupi tentang bagaimana cara

mengimplementasikan suatu kebijakan, dan kerelaan atau kesanggupan

dari berbagai pihak yang terlibat dalam implementasi kebijakan tersebut.

Hal ini dimaksud agar para implementator tidak melakukan kesalahan

dalam mengimplementasikan kebijakan tersebut.

3. Sikap dan komitment dari pelaksana program (disposition): berhubungan

dengan kesediaan dari para implementor untuk menyelesaikan kebijakan

publik tersebut. Kecakapan saja tidak mencukupi tanpa kesediaan dan

komitmen untuk melaksanakan kebijakan. Disposisi menjaga konsistensi

tujuan antara apa yang ditetapkan pengambil kebijakan dan pelaksana

kebijakan. Kunci keberhasilan program atau implementasi kebijakan adalah

sikap pekerja terhadap penerimaan dan dukungan atas kebijakan atau

dukungan yang telah ditetapkan.

Page 35: Efektifitas Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

35

4. Struktur birokrasi (bureaucratic strucuture).: berkenaan dengan kesesuaian

organisasi birokrasi yang menjadi penyelenggara implementasi kebijakan

public. Struktur birokrasi menjelaskan susunan tugas dan para pelaksana

kebijakan, memecahkannya dalam rincian tugas serta menetapkan prosedur

standar operasi.

2.4 Teori Hambatan

Menurut Hansen dan Mowen, jenis kendala dapat dikelompokkan sebagai

berikut :

Berdasarkan asalnya :

1. Kendala internal (internal constraint) adalah faktor-faktor yang membatasi

perusahaan yang berasal dari dalam perusahaan, misalnya keterbatasan

jam mesin. Kendala internal harus dimanfaatkan secara optimal untuk

meningkatkan throughput semaksimal mungkin tanpa meningkatkan

persediaan dan biaya operasional.

2. Kendala eksternal (external constraint) adalah faktor-faktor yang

membatasi perusahaan yang berasal dari luar perusahaan, misalnya

permintaan pasar atau kuantitas bahan baku yang tersedia dari pemasok.

Kendala eksternal yang berupa volume produk yang dapat dijual, dapat

Page 36: Efektifitas Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

36

diatasi dengan menemukan pasar, meningkatkan permintaan pasar ataupun

dengan mengembangkan produk baru.

Berdasar sifatnya :

1. Kendala mengikat (binding constraint) adalah kendala yang terdapat pada

sumber daya yang telah dimanfaatkan sepenuhnya.

2. Kendala tidak mengikat atau kendur (loose constraint) adalah kendala

yang terdapat pada sumber daya yang terbatas yang tidak dimanfaatkan

sepenuhnya.

Selain itu Kaplan dan Atkinson menambahkan pengelompokan kendala dalam

tiga bagian yaitu:

1. Kendala sumberdaya (resource constraint). Kendala ini dapat berupa

kemampuan factor input produksi seperti bahan baku, tenaga kerja dan jam

mesin.

2. Kendala pasar (market resource). Kendala yang merupakan tingkat

minimal dan maksimal dari penjualan yang mungkin selama dalam periode

perencanaan.

Page 37: Efektifitas Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

37

3. Kendala keseimbangan (balanced constraint). Diidentifikasi sebagai

produksi dalam siklus produksi.

Theory of Constraint (TOC) mengakui bahwa kinerja setiap perusahaan dibatasi

oleh kendala-kendalanya, yang kemudian mengembangkan pendekatan kendala

untuk mendukung tujuan, yaitu kemajuan terus-menerus suatu perusahaan

(continious improvement). Teori ini memfokuskan diri pada tiga ukuran yaitu:

1. Throughput, adalah suatu ukuran dimana suatu perusahaan menghasilkan

uang melalui penjualan.

2. Persediaan, adalah semua dana yang dikeluarkan perusahaan untuk

mengubah bahan baku mentah melalui throughput. Bahan persediaan

dalam TOC merupakan semua aktiva yang dimiliki dan terrsedia secara

potensial untuk penjualan.

3. Biaya-biaya operasional, yang dikeluarkan perusahaan untuk mengubah

persediaan menjadi throughput. Biaya operasi ini terjadi untuk mendukung

dan mengoptimalkan throughput dalam kendala.

TOC memiliki argumen bahwa penurunan persediaan akan meningkatkan daya

saing perusahaan, karena dengan menurunkan persediaan, akan diperoleh produk

yang lebih baik, harga yang lebih rendah, dan tanggapan yang lebih cepat

Page 38: Efektifitas Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

38

terhadap kebutuhan pelanggan Penerapan TOC dapat membantu manajer dalam

meningkatkan laba dan juga penjualan produk atau jasa yang berkualitas serta

pemenuhan permintaan yang tepat waktu sehingga perusahaan mampu beroperasi

secara efektif dan efisien.

Dalam mengimplementasikan ide-ide sebagai solusi dari suatu permasalahan,

Goldratt mengembangkan 5 (lima) langkah yang berurutan supaya proses

perbaikan lebih fokus dan berakibat lebih baik bagi sistem. Langkah-langkah

tersebut adalah :

1. Identifikasi konstrain sistem (identifying the constraint). Mengidentifikasi

bagian system manakah yang paling lemah kemudian melihat

kelemahanya apakah kelemahan fisik atau kebijakan.

2. Eksploitasi konstrain (exploiting the constraint). Menentukan cara

menghilangkan atau mengelola constraint dengan biaya yang paling

rendah.

3. Subordinasi sumber lainnya (subordinating the remaining resources).

Setelah menemukan konstrain dan telah diputuskan bagaimana mengelola

konstrain tersebut maka harus mengevaluasi apakah kostrain tersebut

masih menjadi kostrain pada performansi system atau tidak. Jika tidak

Page 39: Efektifitas Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

39

maka akan menuju ke langkah kelima, tetapi jika yam aka akan menuju ke

langkah keempat.

4. Evaluasi konstrain (Elevating the constraint). Jika langkah ini dilakukan,

maka langkah kedua dan ketiga tidak berhasil menangani konstrain. Maka

harus ada perubahan besar dalam sistem, seperti reorganisasi, perbaikan

modal, atau modifikasi substansi system.

5. Mengulangi proses keseluruhan (repeating the process). Jika langkah

ketiga dan keempat telah berhasil dilakukan maka akan mengulangi lagi

dari langkah pertama. Proses ini akan berputar sebagai siklus. Tetap

waspada bahwa suatu solusi dapat menimbulkan konstrain baru perlu

dilakukan.

2.5 Teori Kemiskinan.

Dari begitu banyak teori tentang kemiskinan yang dipaparkan oleh para

ahli dan peneliti terdahulu, sebagian besar memiliki banyak kesamaan dalam hal

definisi kemiskinan. Beberapa diantaranya yang populer adalah sebagai berikut :

Menurut World Bank (2000), yang mendefinisikan bahwa “ kemiskinan

adalah ketidakmampuan seseorang untuk mencapai suatu standar hidup minimum

tertentu. Oleh karena itu tingkat ditiap-tiap negara akan berbeda-beda, semakin

Page 40: Efektifitas Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

40

tinggi tingkat pendapatan per kapita, maka semakin tinggi pula batas tingkat

kemiskinan “.

Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia (2006), mendefinisikan bahwa

“ kemiskinan adalah suatu kondisi dimana seseorang yang hanya dapat memenuhi

makanannya kurang dari 2,100 kalori per hari “.

Secara implisit, Badan Pemberdayaan Masyarakat (BPM) Propinsi

Kalimantan Timur (2006) menjelaskan bahwa kemiskinan adalah keluarga

miskin dengan kondisi :

1. Makan rata-rata 1 kali sehari.

2. Pakaian hanya 1 stel pertahun.

3. Rumah tidak layak huni.

4. Tidak mampu menyekolahkan anak ketingkat pendidikan lebih tinggi.

5. Tidak mampu membawa keluarga ke tempat pelayanan kesehatan.

Sumodiningrat (dalam Mahrufah 2009:9) mengemukakan bentuk

kemiskinan yaitu:

a. Presistent Poverty, yaitu kemiskinan yang telah kronis atau turun

temurun. Daerah yang mengalami kemiskinan ini pada umumnya merupakan

daerah kritis sumber daya alam atau terisolasi;

Page 41: Efektifitas Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

41

b. Cyclical Poverty, yaitu kemiskinan yang mengikuti pola siklus ekonomi

secara keseluruhan;

c. Seasonal Poverty, yaitu kemiskinan musiman seperti yang sering

dijumpai pada kasus-kasus nelayan dan petani tanaman pangan;

d. Accidental Poverty, yaitu kemiskinan karena terjadi bencana alam atau

dampak dari suatu kebijakan tertentu yang menyebabkan menurunnya tingkat

kesejahteraan suatu masyarakat.

Lebih jauh Robert Chambert (1996) mengungkapkan bahwa kemiskinan

merupakan masalah multi dimensional . dalam uraiannya, Chambert menekankan

kemiskinan dari dua sisi, yaitu masalah kemiskinan wilayah dan kemiskinan

individu, dimana perangkap kemiskinan terdiri dari 5 ketidakberuntungan. Kelima

hal yang dimaksud digambarkan dalam bentuk diagram dibawah ini :

Gambar 1. Lingkaran Penyebab Kemiskinan

KEMISKINAN

KETIDAK BERDAYAAN

ISOLASI MISKIN

KERENTANAN KELEMAHAN FISIK

Page 42: Efektifitas Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

42

Berdasarkan pemikiran chambert diatas, pengukuran dan pemetaan

terhadap kondisi kemiskinan membutuhkan pendekatan baru. Model pendekatan

dengan menggunakan analisis kemiskinan partisipatif merupakan salah satu

metode yang dianggap dapat menjelaskan penyebab kemiskinan di masyarakat

secara lengkap dengan menghadirkan suara komunitas miskin, tekhnik-tehnis

partisipasi yang dikembangkan dalam metode analisis kemiskinan partisipasi

banyak mengadopsi tekhnik-tekhnik PRA (Partipatory Rural Appraisal).

Analisis Kemiskinan Partisipatif didefinisikan sebagai suatu proses

partisipasi yang memberikan ruang kepada masyarakat miskin (laki-laki dan

perempuan) serta lintas pelaku (stakeholders) disuatu daerah untuk memahami,

memetakan, serta bekerjasama dalam membuat perencanaan untuk

menanggulangi permasalahan kemiskinan.

B. Definisi Konsepsional

Definisi konsepsional adalah kerangka konsepsional yang merupakan

pembahasan tentang konsep yang terkandung dalam suatu penelitian / fokus

penelitian. Kemudian dikatakan pula oleh Mardalis (2003 : 46) bahwa : “ Konsep

berfungsi untuk menyederhanakan arti kata atau pemikiran, digunakan agar orang

lain yang membacanya dapat segera memahami maksudnya sesuai dengan

keinginan penulis yang memakai konsep tersebut ”.

Page 43: Efektifitas Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

43

Sehubungan dengan hal tersebut, maka berikut ini akan penulis rumuskan

definisi konsepsional dalam penulisan ini yaitu sebagai berikut :

1. Pembentukan Peraturan Daerah Kabupaten Kutai Kartanegara Nomor 2

Tahun 2007 adalah produk acuan hukum yang diimplementasikan bagi

penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Kutai Kartanegara, dimana

berbagai program-program penanggulangan kemiskinan yang digunakan

akan diuji materikan dengan memberlakukan penelitian yang melibatkan

pihak-pihak terkait yang berkompeten sebagai tolak ukur terhadap

keberhasilan perda tersebut diatas.

2. Efektifitas Peraturan Daerah nomor 2 tahun 2007 tentang Penanggulangan

Kemiskinan tidak bisa hanya dilihat dari jumlah penduduk miskin di

Kabupaten Kutai Kartanegara sebelum diterbitkannya Peraturan Daerah

Nomor 2 tahun 2007 yang dibandingkan dengan angka pada saat telah

diberlakukannya peraturan daerah tersebut, namun kesimpulan terhadap

keberhasilannya ditentukan dengan melihat indikator-indikator penting

lainnya yang dapat menunjang, antara lain dapat berupa berupa data-data

dokumenter dan juga pertanyaan / dialog dengan unsur pengelola

kebijakan, serta masyarakat sebagai objek kemiskinan.

Page 44: Efektifitas Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

44

C. Fokus Penelitian

Fokus Penelitian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah istilah-istilah

atau topik-topik pokok yang akan diungkap dalam penelitian ini. Fokus penelitian

berisi data-data atau pertanyaan yang dinilai sebagai indikator yang memetakan

tingkat keberhasilan yang nantinya akan dijawab didalam penelitian serta akan

dijelaskan alasan-alasan ditampilkannya data dan pertanyaan tersebut.

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka dengan demikian fokus penelitian pada

penelitian ini tidak lain adalah untuk mengukur serta menentukan indikator yang

akan penulis teliti, dengan demikian berarti fokus penelitian merupakan langkah

untuk mencari jawaban dan membuktikan berhasil atau tidaknya Peraturan Daerah

nomor 2 tahun 2007 tentang Penanggulangan Kemiskinan. Dalam penelitian ini

akan penulis rumuskan fokus penelitian yang indikatornya masing-masing sebagai

berikut :

1. Kekurangan Gizi;

2. Keterbelakangan Kualitas Sumber Daya Manusia / tingkat pendidikan formal

dan non formal;

4. Kriminalitas;

5. Lingkungan warga masyarakat yang sukar diatur.

Page 45: Efektifitas Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

45

6. Data dokumenter sebelum diberlakukannya Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun

2007 tentang Penanggulangan Kemiskinan berupa jumlah total penduduk serta

jumlah penduduk miskin tahun 2005 - 2007.

7. Data dokumenter setelah diberlakukannya Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun

2007 tentang Penanggulangan Kemiskinan berupa jumlah total penduduk serta

jumlah penduduk miskin tahun 2008 - 2009.

Page 46: Efektifitas Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

46

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang penulis sampaikan ini adalah Penelitian Deskriptif,

yaitu penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan suatu variabel atau lebih

yang dilihat secara mandiri, yang didasari oleh teori yang berkenaan dengan fokus

penelitian dan diharapkan menghasilkan suatu konsep ataupun teori baru yang

lebih efisien dan efektif. Marzuki.C. ( 1999 ) mengatakan bahwa : ” Penelitian

Deskriptif, yaitu penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan suatu variabel

secara mandiri, baik satu variabel atau lebih tanpa membuat perbandingan atau

menghubungkan variabel dengan variabel lainnya ”. Dengan demikian Efektifitas

Peraturan Daerah Nomor 2 tahun 2007 tentang Penanggulangan Kemiskinan di

Kabupaten Kutai Kartanegara dapat dinilai dengan meneliti fokus penelitian yang

telah disampaikan pada bab sebelumnya.

Pada penelitian jenis ini, penelitian yang melibatkan data-data dokumenter akan

menimbulkan adanya masalah-masalah yang tidak bisa dihindari oleh penulis

yang pada dasarnya merupakan hal yang tidak bisa diprediksi pada satu waktu

tertentu, semisal adanya bencana alam dengan tingkat mortalitas manusia yang

tinggi, adanya program transmigrasi penduduk dan tingginya tingkat fertilitas

Page 47: Efektifitas Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

47

yang berdampak signifikannya pertambahan dan juga pengurangan penduduk

pada suatu waktu tertentu dan juga adanya wabah penyakit yang menyebabkan

bertambahnya tingkat angka kemiskinan serta krisis global yang melanda dan

dirasakan hampir seluruh belahan negara “dunia ketiga” termasuk Indonesia.

Pendataan yang tidak sinkron diantara lembaga survey ataupun lembaga

pengumpul data juga memberikan dampak yang negatif terhadap proses pemetaan

program pemerintah, dalam hal ini ditandai dengan adanya kemiskinan moral dan

kultural didalam pola hidup masyarakat, misalkan adanya warga mampu yang

mengaku dan melaporkan bahwa kondisi finansialnya lemah atau miskin, yang

pada hakikatnya mengakibatkan mental miskin masyarakat menjadi-jadi. Hal ini

tentunya merupakan masalah tersendiri yang dihadapi penulis melihat kondisi

yang demikian bahwa kemungkinan jumlah penduduk miskin akan lebih besar

daripada data menurut definisi kemiskinan absolut. Hal-hal inilah yang perlu

penulis pikirkan untuk menentukan rekomendasi pemikiran dan strategi baru yang

kedepannya menyentuh lebih dekat dengan akar permasalahan kemiskinan,

khususnya di Kabupaten Kutai Kartanegara.

Page 48: Efektifitas Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

48

B. Wilayah Penelitian

Pada umumnya penelitian dilakukan bila mana timbul suatu masalah yang

memerlukan pemecahan., dimana salah satu cara untuk memecahkannya adalah

melalui sarana penelitian. Tempat atau wilayah penelitian yang penulis lakukan

adalah dengan bekerja sama dengan Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan

Daerah (TKPKD) Kabupaten Kutai Kartanegara, Badan Pemberdayaan

Masyarakat (Bapemas) Kabupaten Kutai Kartanegara yang bertempat pada Jalan

Jelawat Kelurahan Timbau Kecamatan Tenggarong. Penulis juga bekerja sama

dalam hal pengumpulan data statistik dengan Badan Pusat Statistik (BPS)

Kabupaten Kutai Kartanegara Jalan Danau Aji Kelurahan Melayu Kecamatan

Tenggarong.

Penulis memilih wilayah penelitian ini didasari permasalahan-permasalahan

yang ada di Kabupaten Kutai Kartanegara yang kegiatannya dihimpun oleh Badan

Pemberdayaan Masyarakat melalui Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan

Daerah (TKPKD) dan Badan Pusat Statistik (BPS), sehingga dalam melakukan

penelitian dan pencarian data dapat lebih akurat dan dapat lebih menyentuh akar

permasalahan yang ada.

Selain data-data dokumenter, penulis juga akan melakukan penelitian

dengan melakukan wawancara langsung dengan pihak-pihak terkait yang

Page 49: Efektifitas Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

49

berkompeten dengan efektifitas serta keberhasilan Perda nomor 2 tahun 2007

tentang Penanggulangan Kemiskinan di Kabupaten Kutai Kartanegara dalam hal

ini penelitian difokuskan dengan nara sumber dari Tim Koordinasi

Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) Kabupaten Kutai Kartanegara.

Proses pelaksanaan wawancara melalui pertanyaan yang diajukan penulis akan

dilaksanakan dengan mempertimbangkan keefisienan dari segi waktu, jarak lokasi

penelitian, tenaga dan biaya yang dikeluarkan penulis tanpa mengurangi nilai

keefektifitasan penelitian ini.

C. Tehnik Pengumpulan Data

Adapun tehnik dalam pengumpulan data dilapangan yang penulis lakukan

dalam penelitian ini antara lain yaitu :

1. a. Penelitian Kepustakaan ( library research )

yaitu dengan cara mempelajari literatur, buku-buku ilmiah, laporan-laporan

dari sumber bacaan lainnya yang relevan dengan penelitian skripsi ini,

termasuk juga literatur dari media cetak maupun elektrik terutama media

internet.

b. Observasi ( observation research )

Yaitu penulis mengumpulkan data dengan cara mengadakan pengamatan

langsung kelapangan serta mengumpulkan data yang diperlukan.

Page 50: Efektifitas Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

50

2. Penelitian Lapangan ( field work research )

Yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara terjun langsung dilapangan

dengan menggunakan tehnik :

a. Dokumentasi yaitu dengan cara mengadakan tanya jawab secara lisan

kepada masyarakat yang menjadi objek dalam penelitian ini.

b. Pedoman Wawancara yaitu penulis mengajukan pertanyaan dan dialog

langsung kepada masing-masing responden yang berkompeten dalam

fokus penelitian untuk memberikan jawaban secara riil.

D. Analisa Data

Data yang telah diperoleh disajikan dalam bentuk sederhana yang berupa

data tabel, diagram ataupun hasil jawaban hasil wawancara kemudian dianalisis,

dibahas dan ditarik kesimpulan dengan penggunaan tata bahasa dan redaksi yang

mudah dipahami. Sedangkan untuk mengetahui keberhasilan Peraturan Daerah

Nomor 2 tahun 2007 tentang Penanggulangan Kemiskinan di Kabupaten Kutai

Kartanegara dilakukan dengan menggunakan Analisis Partisipatif.

Pemilihan Analisis Partisipatif yang diambil penulis adalah dengan didasari oleh

gambaran umum pokok-pokok permasalahan kemiskinan di Kabupaten Kutai

Kartanegara, yang pada hakikatnya merupakan permasalahan yang kompleks

sehingga memerlukan solusi yang komperhensif dalam menyelesaikan

Page 51: Efektifitas Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

51

permasalahan tersebut. Pada kenyataannya selama ini pemerintah hanya

menggunakan pendekatan ekonomi semata untuk mengatasi permasalahan

kemiskinan. Namun, kenyataannya pendekatan ekonomi tersebut dianggap

tidaklah cukup untuk menyelesaikan masalah kemiskinan didalam masyarakat.

Manfaat yang diperoleh dengan menggunakan metode analisis kemiskinan

partisipatif adalah sebagai berikut :

a. Memberikan ruang dan akses pada masyarakat miskin untuk terlibat dalam

perencanaan dan penangguhan kemiskinan.

b. Memberikan peran pada lintas pelaku untuk terlibat dalam penanggulangan

kemiskinan.

c. Memahami persepsi dan kriteria secara lebih jelas berdasar persepsi dari

masyarakat miskin.

d. Menghasilkan perencanaan penganggulangan kemiskinan yang partisipatif

dengan melibatkan lintas pelaku dan masyarakat miskin.

Metode analisis kemiskinan partisipatif selain untuk mengetahui

permasalahan kemiskinan yang dihadapi oleh masyarakat miskin secara langsung,

juga dapat digunakan untuk melakukan pemantauan secara langsung terhadap

peran kelembagaan (pemerintah dan non pemerintah) yang terlibat dalam

penganggulangan kemiskinan disuatu wilayah. Berikut ini sejumlah hal yang

Page 52: Efektifitas Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

52

difokuskan dalam melihat peran kelembagaan (pemerintah dan non pemerintah)

dalam hal penanggulangan kemiskinan, yang antara lain :

a. Ketersediaan Pelayanan Sosial disuatu wilayah, seperti pendidikan,

pelayanan kesehatan, penyediaan air bersih dan sanitasi, transportasi, serta

ketersediaan sumberdaya kelistrikan.

b. Peran Jaringan Sosial dan Organisasi Sosial Masyarakat Miskin (laki-laki

dan perempuan) dalam mengurangi tingkat kerentanan.

c. Partisipasi Masyarakat Miskin (laki-laki dan perempuan) dalam perumusan

kebijakan-kebijakan yang akan dijalankan oleh pemerintah.

d. Akses Masyarakat Miskin dalam hal untuk memperoleh informasi

sebanyak-banyaknya melalui berbagai media informasi yang disediakan

Pemerintah Daerah atas dasar transparansi pengelolaan pemerintahan yang

baik dan benar.

e. Peran Lembaga Pemerintah dan Non Pemerintah untuk mengurangi

kemiskinan di suatu wilayah.

Page 53: Efektifitas Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

53

E. Jadwal Penelitian

Penyusunan skripsi ini diperkirakan memerlukan waktu kurang lebih lima

bulan terhitung sejak pengajuan judul skripsi ke Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik sampai dengan ujian pendadaran. Secara garis besarnya, jadwal penulisan

skripsi ini diuraikan sebagai berikut :

No Uraian 2010 - 2011 / Bulan 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 Pengajuan Judul

2 Memulai menulis Bab I - III

3 Melakukan perbaikan dan konsultasi Bab I – III

4 Seminar I

5 Revisi Proposal

6 Mangadakan penelitian dan memulai penulisan

Bab IV – V

7 Merencanakan mengikuti ujian skripsi atau

pendadaran dan melakukan revisi

Page 54: Efektifitas Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

54

BAB IV

DATA DAN ANALISIS

Dari hasil penelitian yang penulis lakukan maka diperoleh hasil

pengumpulan data yang ada. Pengumpulan data penulis lakukan guna melengkapi

penulisan serta merupakan tujuan utama untuk memperoleh penjelasan secara

umum guna memperoleh data secara terperinci.

A. Data Penelitian

Secara umum, jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah

garis kemiskinan) di Indonesia pada bulan Maret 2008 sebesar 34,96 juta orang

(15,42 %). Dibandingkan dengan penduduk miskin pada bulan Maret 2007 yang

berjumlah 37,17 juta orang (16,58 %), berarti jumlah penduduk miskin turun

sebesar 2,21 juta orang. Selama periode Maret 2007-Maret 2008, penduduk

miskin di daerah pedesaan berkurang 1,42 juta orang, sementara didaerah

perkotaan berkurang 0,79 juta orang. Persentase penduduk miskin antara daerah

perkotaan dan pedesaan tidaklah banyak berubah. Pada bulan Maret 2008,

sebagian besar (63,47%) penduduk miskin di daerah pedesaan (data BPS RI,

2008).

Page 55: Efektifitas Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

55

Menurut Pandangan yang dikemukakan oleh Nasikun (2001) yang

menyoroti beberapa sumber dan proses penyebab terjadinya kemiskinan, yang

antara lain :

1. Policy induces processes, proses pemiskinan yang dilestarikan,

direproduksi melalui pelaksanaan suatu kebijakan (induced of policy)

diantaranya adalah kebijakan anti kemiskinan, tetapi realitanya justru

melestarikan kemiskinan.

2. Socio-economical dualism, negara eks koloni mengalami kemiskinan

karena pola produksi kolonial, yaitu petani menjadi marjinal karena

tanah yang paling subur dikuasai petani skala besar dan berorientasi

ekspor.

3. Population growth, perspektif yang didasari pada teori Malthus, bahwa

pertambahan penduduk seperti deret ukur sedang pertambahan pangan

seperti deret hitung.

4. Recources management and the environment, adanya unsur

mismanajemen sumber daya alam dan lingkungan, seperti manajemen

pertanian yang asal tebang akan menurunkan produktivitas.

5. Natural cycles and processes, kemiskinan terjadi karena siklus alam.

Misalnya tinggal di lahan kritis, dimana lahan ini jika turun hujan akan

Page 56: Efektifitas Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

56

terjadi banjir tetapi jika musim kemarau akan kekurangan air, sehingga

tidak memungkinkan produktivitas yang maksimal dan terus-menerus.

6. The marginalization of woman, peminggiran kaum perempuan karena

perempuan masih dianggap sebagai golongan kelas dua sehingga akses

dan penghargaan hasil kerja yang diberikan lebih rendah daripada laki-

laki.

7. Cultural and ethnic factor, bekerjanya faktor budaya dan etnik yang

memelihara kemiskinan. Misalnya, pola hidup konsumtif pada petani

dan nelayan ketika panen raya, serta adat istiadat yang konsumtif saat

upacara adat atau keagamaan.

8. Exploitation intermediation, keberadaan penolong yang menjadi

penodong, seperti rentenir (lintah darat).

9. Internal political fragmentation and civil stratfe, suatu kebijakan yang

diterapkan pada suatu daerah yang fragmentasi politiknya kuat, dapat

menjadi penyebab kemiskinan.

10. International processes, bekerjanya sistem-sistem internasional

(kolonialisme dan kapitalisme) membuat banyak negara menjadi

semakin miskin.

Page 57: Efektifitas Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

57

Memperhatikan berbagai unsur penyebab dan proses kemiskinan diatas,

maka formula yang sistematis dan tepat sasaran diperlukan untuk mengatasi

kemiskinan, serta kebijakan yang keliru dapat menyebabkan suatu keadaan yang

semakin mengkhawatirkan. Indikator utamanya adalah dengan ketidakmampuan

masyarakat dalam menyediakan kebutuhan pokok sandang, pangan, dan papan,

merupakan tantangan bagi seluruh stake holder Kabupaten Kutai Kartanegara.

Perjuangan dengan gigih memerangi kemiskinan tersebut diatas dilakukan

oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Kutai Kartanegara bersama pemerintah pusat.

Selama ini, Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara pada dasarnya telah pula

melakukan berbagai upaya untuk memerangi dan mengurangi kemiskinan melalui

penyediaan kebutuhan pangan, layanan kesehatan dan pendidikan, perluasan

kesempatan kerja, pembangunan bidang pertanian, pemberian dana bergulir,

pembangunan sarana dan prasarana, dan pendampingan, berbagai upaya tersebut

nampaknya telah berhasil menurunkan jumlah penduduk miskin sejak tahun 2001

hingga tahun 2007 sebagaimana nampak pada tabel sederhana berikut ini :

Page 58: Efektifitas Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

58

Tabel 2

Perkembangan Penduduk Miskin Kabupaten Kutai Kartanegara

No. Tahun Jumlah Penduduk Miskin (Jiwa) %

1

2001 85.400 19,75

2

2002 75.400 16,39

3

2003 72.900 14,96

4

2004 75.404 13,94

5

2005 70.385 12,84

6

2006 59.087 11,13

7

2007 120.035 8,32

Sumber : Bappeda Kukar, RPJM Kab. Kukar 2005-2010 & BPS, Des. ‘08

Sekalipun krisis ekonomi yang terjadi sejak Juli 1997 secara nasional

membawa dampak negatif bagi kehidupan masyarakat, seperti melemahnya

kegiatan ekonomi, memburuknya pelayanan kesehatan dan pendidikan,

memburuknya kondisi sarana dan prasarana umum. Namun krisis ekonomi ini

nampaknya tidak terlalu berpengaruh signifikan terhadap kondisi Kabupaten

Kutai Kartanegara, bila dilihat dari data penurunan penduduk miskin pada tabel

yang telah penulis sajikan secara sederhana diatas.

Page 59: Efektifitas Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

59

Saat ini, dalam tataran internasional, upaya penanggulangan kemiskinan

menemukan urgensinya seiring dengan komitmen berbagai negara di dunia bagi

pencapaian target Millenium Development Goals (MDGs) yang berkomitmen

secara luas untuk menurunkan angka kemiskinan global pada tahun 2015. Di

Indonesia sendiri, komitmen pemerintah diwujudkan melalui penyusunan

dokumen Strategi Nasional Penanggulangan Kemiskinan (SNPK) dan

pembentukan sebuah lembaga khusus yang bertanggungjawab untuk memenuhi

pencapaian target pengurangan kemiskinan tersebut dalam wadah Tim Koordinasi

Penanggulangan Kemiskinan. SNPK sendiri telah diadopsi dalam Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) yang menjadi dokumen

aktualisasi Visi dan Misi Presiden terpilih periode 2004-2009. SNPK merupakan

sebuah dokumen strategi nasional, sehingga sebagai konsekuensinya, setiap

pemerintah daerah, baik propinsi, kota maupun kabupaten diwajibkan untuk

membuat dokumen Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD) melalui

Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) di daerahnya.

Melalui SPKD, para pemangku kepentingan didaerah diharapkan mampu

merumuskan strategi dan rencana aksi penanggulangan kemiskinan yang lebih

kontekstual, sesuai dengan karakteristik masing-masing. Dengan demikian, upaya

penanggulangan kemiskinan di setiap daerah dapat mencapai tujuannya secara

Page 60: Efektifitas Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

60

lebih maksimal dan optimal. Sebagaimana SNPK, SPKD merupakan dokumen

yang terdiri dari proses dan substansi. Dari sisi proses, SPKD haruslah taat dengan

prinsip dan prasyarat seperti keterlibatan beragam pemangku kepentingan secara

partisipatif (multistakeholders participation). Sedangkan dari sisi substansi,

SPKD harus dipastikan benar-benar memuat perumusan kebijakan yang memihak

kepentingan kaum miskin.

Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD) adalah sebuah

dokumen strategi yang menjadi pengarah bagi upaya penanggulangan kemiskinan

disuatu daerah yang disusun secara bersama-sama antara pemerintah, swasta,

kelompok masyarakat sipil dan masyarakat luas lainnya. SPKD berisi tentang

strategi, kebijakan dan program (rencana aksi) yang akan dilaksanakan untuk

menanggulangi kemiskinan yang merupakan kesepakatan bersama antara kaum

miskin, pemerintah daerah, swasta, kelompok masyarakat sipil dan lainnya untuk

menanggulangi kemiskinan. Semua daerah, baik propinsi, kota maupun kabupaten

wajib menyusun SPKD. Beberapa acuan regulasi yang menjadi dasar hukum bagi

kewajiban tersebut diantaranya adalah :

1. Peraturan Pemerintah nomor 54 tahun 2005 tentang Tim Koordinasi

Penanggulangan Kemiskinan.

Page 61: Efektifitas Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

61

2. Keputusan Pemerintah Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat

selaku Ketua Tim Koordinasi Penanggulangan kemiskinan nomor

052/KEP/MENKO/KESRA/II2006 tentang Pedoman Umum dan

Kelompok Kerja Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan.

3. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri nomor 412.6/3186/SJ perihal

Tindak Lanjut PP nomor 54 tahun 2005 tentang Tim Korrdinasi

Penanggulangan Kemiskinan.

Selain ikatan legal tersebut diatas, secara faktual kemiskinan merupakan

masalah riil yang dihadapi oleh semua pemerintah daerah. Karakteristik

kemiskinan, baik itu penyebab maupun turunan-turunan masalah yang

dibawakannya, sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor sosial, budaya, ekonomi

dan politik ditingkat lokal sehingga upaya penanggulangannya acap kali

membutuhkan strategi dan pendekatan yang khas dan berbeda antara satu daerah

dengan daerah lainnya. Oleh karena itu, SPKD merupakan dokumen strategis

dalam penanggulangan kemiskinan yang harus sesuai dengan karakteristik daerah

tersebut. Selain itu, dengan adanya dokumen SPKD, suatu daerah dapat :

1. Memiliki arah, strategi dan rencana aksi yang jelas dalam upaya

penanggulangan kemiskinan.

Page 62: Efektifitas Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

62

2. Mempermudah dalam mengkoordinasi kerja-kerja penanggulangan

kemiskinan.

3. Memonitor dan mengevaluasi kerja-kerja penanggulangan kemiskinan.

Penyusunan SPKD harus taat dengan prinsip dan nilai yang harus

mengacu pada penyusunan SNPK dan pedoman yang tgelah dibuat. Prinsip-

prinsip tersebut adalah :

1. Partisipatif multipihak, terutama kaum miskin, kaum perempuan, dan

kelompok rentan lainnya. Partisipasi tersebut dari mulai proses

diagnosis kemiskinan, review kebijakan, penyusunan strategi,

pengembangan program, implementasi, monitoring dan evaluasi SPKD.

2. Distric Ownership, yaitu dimiliki bersama oleh seluruh masyarakat

didaerah tersebut karena sesuai dengan karakteristik daerah masing-

masing.

3. Transparansi, dilakukan secara terbuka agar publikdapat mengetahui

perkembangan dan hasil yang telah dicapai.

4. Pertanggunggugatan, dilaksanakan atas dasar meminimalisir setiap

dampak negatif hasil, terutama yang berkaitan dengan penyajian data.

Hal ini cenderung dilakukan dengan kerjasama dan komunikasi yang

baik dari berbagai pihak.

Page 63: Efektifitas Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

63

5. Manfaat bersama atas usaha-usaha penanggulangan kemiskinan di

daerah.

Proses dan substansi pada dasarnya sama pentingnya. Hanya proses yang

benar akan menciptakan substansi yang baik dan benar, oleh karena itu pastikan

prosedur dan proses pelaksanaannya sesuai dengan prinsip awal.

SPKD harus disusun bersama-sama oleh semua pihak yang

berkepentingan, khususnya kaum miskin, kelompok perempuan, kelompok rentan

harus dijamin keterlibatannya. Namun demikian, lembaga yang bertugas untuk

mengkoordinasi proses SPKD adalah TKPKD yang ada dimasing-masing daerah.

SPKD pada dasarnya merupakan dokumen acuan bersama mengenai

langkah-langkah strategis yang mampu dilaksanakan oleh pemerintah, swasta, dan

masyarakat di daerah untuk mengatasi persoalan kemiskinan sesuai dengan

kewenangan, sumber daya, dan semangat kebersamaan yang diwujudkan melalui

proses yang partisipatif, akuntabel, dan didasarkan pada informasi yang realistis.

SPKD dibuat tidak hanya dijadikan sebagai dokumentasi semata, namun

juga mempunyai beberapa maksud antara lain :

1. Memetakan penduduk miskin (siapa dan dimana) berdasarkan data dari

beberapa lembaga dan mengidentifikasi beberapa faktor yang

menyebabkan terjadinya kemiskinan.

Page 64: Efektifitas Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

64

2. Mengarahkan strategi penanggulangan kemiskinan serta

mengidentifikasi seluruh potensi (asset personal maupun asset sosial)

yang dapat dikembangkan baik yang menyangkut perorangan, keluarga

maupun kelompok masyarakat miskin lainnya.

Diharapkan uraian dokumen SPKD dapat menjadi salah satu rujukan

dalam upaya penanggulangan kemiskinan didaerah, khususnya Kabupaten Kutai

kartanegara berdasarkan faktor penyebab dan potensi lokal yang mampu

diberdayakan di masing-masing wilayah miskin.

Selain itu SPKD pada dasarnya merupakan arah bersama bagi pemerintah

kabupaten, swasta, masyarakat, dan serta berbagai pihak dalam mendorong

gerakan penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Kutai Kartanegara. Oleh

karena itu tujuan SPKD adalah :

1. Menegaskan komitmen pemerintah kabupaten, DPRD, lembaga

swadaya masyarakat, organisasi kemasyarakatan, pelaku usaha,

lembaga lainnya, dan pihak yang peduli untuk memecahkan masalah

kemiskinan di Kabupaten Kutai Kartanegara;

2. Membangun konsensus bersama untuk mengatasi masalah kemiskinan

melalui pendekatan hak-hak dasar dan pendekatan partisipatif dalam

perumusan strategi, kebijakan dan rencana aksi;

Page 65: Efektifitas Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

65

3. Menyelaraskan berbagai upaya penanggulangan kemiskinan yang

dilakukan oleh pemerintah pusat, pemerintah propinsi, pemerintah

kabupaten, kecamatan, desa, kelurahan, lembaga swadaya masyarakat,

organisasi kemasyarakatan, pelaku usaha, lembaga lainnya, dan pihak-

pihak yang peduli.

B. Indikator Hasil Pedoman Wawancara tentang efektifitas

implementasi Perda nomor 2 tahun 2007 tentang Penanggulangan

Kemiskinan.

B.1. Metode Pengambilan Sampel Jawaban

Pengambilan sampel jawaban pedoman wawancara dilakukan penulis guna

memperlihatkan seberapa besar tingkat efektifitas perda yang telah benar-benar

dirasakan langsung oleh masyarakat miskin, sampel yang diambil merupakan

masyarakat miskin yang memenuhi kategori miskin serta faktor-faktor pendukung

yang dinilai dari kedudukan dalam pekerjaan dan tingkat pendidikan responden.

Daerah yang diambil penulis sebagai objek sampel juga merupakan kawasan

dengan populasi penduduk miskin yang merata (daerah kantong kemiskinan) yang

ada di sebagian Kabupaten Kutai Kartanegara.

Dalam proses pengambilan sampel jawaban untuk memenuhi penelitian,

maka penulis mengambil sistem dua arah dalam pengambilan jawaban, yang

petama, penulis mengambil sampel jawaban atas Pedoman wawancara yang

Page 66: Efektifitas Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

66

diberikan penulis kepada masyarakat miskin sebagai objek langsung Perda nomor

2 tahun 2007 tentang Penangulangan Kemiskinan. Yang kedua, penulis

mengambil sampel jawaban atas Pedoman Wawancara yang diberikan penulis

kepada Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat (Bapemas) Kabupaten Kutai

Kartanegara sebagai ketua Tim Koordinasi Penganggulangan Kemiskinan Daerah

Kabupaten Kutai Kartanegara dan juga didukung oleh data dokumenter dari

Badan Pusat Statistik (BPS) dan Kepolisian Resor (Polres) Kabupaten Kutai

Kartanegara. Diharapkan dari sistem dua arah yang ditetapkan oleh penulis, maka

sasaran atau pokok permasalahan yang dituju dapat dirumuskan dan dipecahkan

dengan teori konsepsi yang lebih baik.

Pada prosesnya, penulis tidak memberikan pedoman wawancara di seluruh

kecamatan di Kabupaten Kutai Kartanegara dikarenakan adanya keterbatasan

waktu, dana / biaya serta jarak tempuh sebagian kecamatan yang tidak bisa

dijangkau oleh penulis dalam waktu singkat. Hal inilah yang menjadi

permasalahan utama penulis didalam memaparkan kajian hasil dialog langsung

dengan masyarakat miskin dengan lebih seksama dan lebih realistis, namun hal

tersebut tidak mengurangi keseriusan penulis dalam melakukan penelitian ini

dengan harapan bahwa jawaban atas quisioner ini telah mewakili seberapa besar

Page 67: Efektifitas Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

67

tingkat efektifitas dan peran serta pemerintah dana memberlakukan Peraturan

Daerah nomor 2 tahun 2007 tentang Penanggulangan Kemiskinan.

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2002:108). Sugiyono

(2003:55) mengemukakan, populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas

objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu. Populasi dalam

penelitian ini adalah keluarga miskin di Kabupaten Kutai Kartanegara .

Pada dasarnya semua anggota populasi mempunyai peluang yang sama untuk

menjadi anggota sampel dalam sebuah penelitian (Sutrisno Hadi, 2000:220).

B.2. Profil Masyarakat Miskin atas hasil Pedoman Wawancara.

Berdasarkan hasil pedoman wawancara yang telah dilakukan oleh penulis

maka pada setiap indikator dapat diinterpretasikan secara deskriptif dilengkapi

dengan data data sederhana sebagaimana yang akan penulis sajikan sebagai

berikut :

1. Kekurangan Gizi.

Ada beberapa hal mendasar yang mampu menyimpulkan adanya keterbatasan

dan kekurangan gizi yang dialami oleh masyarakat, salah satu pemicu hal tersebut

adalah Intensitas Pangan Dalam Satu Hari oleh masyarakat miskin.

Kemampuan pemenuhan standarisasi gizi masyarakat miskin pada tiap-tiap

kecamatan di Kabupaten Kutai Kartanegara memiliki rata-rata yang berbeda,

Page 68: Efektifitas Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

68

penyebab utama adalah factor financial masyarakat yang lemah, selain itu juga

ditambah penyediaan komoditi pangan yang terbatas pada suatu daerah tertentu.

untuk memperkuat penjelasan diatas dapat dilihat pada table berikut :

Tabel 3

Intensitas Pangan Dalam 1 (Satu) Hari

Oleh Masyarakat Miskin Kabupaten Kutai Kartanegara

Kecamatan 1 (Satu) Kali 2 (Dua) Kali 3 (Tiga) Kali Jumlah KK Tenggarong 23 67 110 200 Tenggarong Sbr 37 81 82 200 Loa Kulu 33 75 74 182 Loa Janan 18 34 60 112 Sanga-Sanga 18 23 54 95 Samboja 29 38 43 110 Muara Jawa 12 41 33 86 Muara Badak 8 29 38 75 Marang Kayu 14 23 30 67 Sebulu 21 18 43 82 Muara Kaman 10 32 42 84 Muara Muntai 14 17 30 61 Kembang Janggut 8 21 24 53 Kenohan 7 20 17 44 Anggana 4 14 22 40 Kota Bangun 13 23 20 56 Muara Wis 11 17 23 51 Tabang 9 22 9 40

Jumlah 289 595 754 1638 Persentase (%) 17.6 36.4 46.0 100 %

Sumber : Data Penelitian diolah, 2010-2011.

Jika dijabarkan melalui diagram, maka dapat digambarkan sebagai berikut :

Page 69: Efektifitas Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

69

0

20

40

60

80

100

120

Teng

garo

ng

Teng

garo

ng S

br

Loa

Kulu

Loa

Jana

n

Sang

a-Sa

nga

Sam

boja

Mua

ra Ja

wa

Mua

ra B

adak

Mar

ang

Kayu

Sebu

lu

Mua

ra K

aman

Mua

ra M

unta

i

Kem

bang

Jang

gut

Keno

han

Ang

gana

Kota

Ban

gun

Mua

ra W

is

Taba

ng

1 (Satu) Kali

2 (Dua) Kali

3 (Tiga) Kali

Gambar 2, grafik pemenuhan standarisasi gizi 4 sehat 5 sempurna dalam satu

hari oleh masyarakat miskin Kabupaten Kutai Kartanegara.

Dari data yang telah diolah diatas, maka didapatkan kesimpulan bahwa setiap

penduduk miskin hampir seluruhnya tidak mendapatkan standar yang tepat dalam

pemenuhan standarisasi gizi. Dimana persentase intensitas pangan masyarakat

miskin sebanyak 3 kali dalam satu hari hanya sebesar 46 %, dibawah standar

kebutuhan pemenuhan intensitas pangan > 50 %. sedangkan pemenuhan intensitas

pangan 1 kali dan 2 kali dalam satu hari memiliki total persentase sebesar 54 %

dari penduduk miskin di tiap-tiap kecamatan di Kabupaten Kutai Kartanegara.

Page 70: Efektifitas Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

70

2. Keterbelakangan Kualitas Sumber Daya Manusia / tingkat pendidikan

formal.

Tingkat kesejahteraan keluarga mempunyai hubungan yang sangat erat

dengan tingkat pendidikan kepala keluarga dan anggota keluarganya (laki-laki dan

perempuan), kemampuan kepala keluarga dalam hal mempertahankan harkat

hidup keluarganya berpengaruh besar jika berdasarkan tingkat pendidikannya,

dalam hal ini adalah tingkat pendidikan yang bersifat formal (setingkat SD,SMP,

SLTA dan Perguruan Tinggi). Berdasarkan hasil penelitian, bahkan didapati

beberapa kepala keluarga yang tidak pernah mengenyam pendidikan formal sama

sekali. Untuk memperjelas, dapat dikemukakan bahwa tingkat pendidikan

keluarga miskin di tiap-tiap kecamatan di Kabupaten Kutai Kartanegara dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tabel 4

Tingkat Pendidikan Formal dan Non Formal

Masyarakat Miskin di Kabupaten Kutai Kartanegara

Kecamatan SD SMP SLTA PT Tidak Sekolah Jumlah KK

Tenggarong 47 84 40 0 29 200 Tenggarong Sbr 77 64 34 0 25 200 Loa Kulu 51 79 30 0 22 182 Loa Janan 44 19 15 0 34 112 Sanga-Sanga 22 35 9 0 29 95 Samboja 33 36 31 0 10 110 Muara Jawa 18 32 20 0 16 86

Page 71: Efektifitas Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

71

Muara Badak 15 22 18 0 20 75 Marang Kayu 12 25 18 0 12 67 Sebulu 24 28 21 0 9 82 Muara Kaman 33 23 7 0 21 84 Muara Muntai 14 26 9 0 12 61 Kembang Janggut 17 15 10 0 11 53 Kenohan 13 12 8 0 11 44 Anggana 17 10 5 0 8 40 Kota Bangun 23 12 7 0 14 56 Muara Wis 12 19 11 0 9 51 Tabang 15 7 7 0 11 40

Jumlah 487 548 300 0 303 1638 Persentase (%) 29.7 33.4 18.3 0 18.4 100 %

Sumber : Data Penelitian diolah, 2010-2011.

Jika dijabarkan melalui diagram, maka dapat digambarkan sebagai berikut :

0102030405060708090

Teng

garo

ng

Teng

garo

ng S

br

Loa

Kulu

Loa

Jana

n

Sang

a-Sa

nga

Sam

boja

Mua

ra Ja

wa

Mua

ra B

adak

Mar

ang

Kayu

Sebu

lu

Mua

ra K

aman

Mua

ra M

unta

i

Kem

bang

Jang

gut

Keno

han

Ang

gana

Kota

Ban

gun

Mua

ra W

is

Taba

ng

SD

SMP

SLTA

PT

Tidak Sekolah

Gambar 3 grafik tingkat pendidikan formal dan non formal oleh masyarakat

miskin Kab. Kutai Kartanegara.

Page 72: Efektifitas Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

72

Sebagai pelengkap, penulis juga akan menampilkan Angka Partisipasi Murni

(APM) masyarakat miskin pada tahun 2009 dan tahun 2010 yang datanya didapat

dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Kutai Kartanegara, sebagai berikut :

Tabel 5

Persentase Angka Partisipasi Murni (APM)

Masyarakat Umum di Kabupaten Kutai Kartanegara

Angka

Partisipasi

Murni (APM)

2009

2010

Laki-Laki Perempuan Total Laki-Laki Perempuan Total

SD / MI

96.89 97.49 97.20 96.12 97.95 97.04

SMP / MTs

65.85 76.65 71.26 76.76 78.52 77.45

SLTA / MA

43.36 51.17 47.37 46.77 52.43 51.18

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Kab. Kutai Kartanegara, 2010-2011.

Dari data yang telah diolah diatas, maka didapatkan kesimpulan bahwa setiap

penduduk miskin hampir seluruhnya tidak mendapatkan standar pendidikan yang

tepat sesuai dengan program pemerintah dalam mencanangkan program

pendidikan sembilan tahun. Dimana tingkat pendidikan yang paling menonjol

hanya ada pada tingkat SMP yang memiliki persentase rata-rata sebesar 33.4 %,

sedangkan tingkat pendidikan SD juga lumayan tinggi yaitu sebesar 29,7 %,

Page 73: Efektifitas Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

73

tingkat pendidikan SLTA hanya sebesar 18,3 %, dan untuk tingkat pendidikan PT

sebesar 0 %. Namun yang memprihatinkan adalah jumlah masyarakat miskin yang

tidak bersekolah dikarenakan berbagai factor mempunyai nilai yang melebihi

tingkat pendidikan SLTA yaitu sebesar 18,4 %.

Jika dibandingkan dengan data Angka Partisipasi Murni (APM) masyarakat

umum di Kabupaten Kutai Kartanegara, maka perbandingan yang didapatkan

adalah tidak terlalu signifikan, dengan penjelasan bahwa partisipasi masyarakat

miskin dalam hal pendidikan hanya sebatas tingkat SD dan SMP.

Dampak rendahnya tingkat pendidikan inilah yang diperkirakan mempengaruhi

mentalitas, pola pikir serta etos kerja masyarakat miskin menjadi lemah.

3. Kriminalitas.

Ketika kita berbicara tentang tingginya angka kemiskinan, maka salah satu

hal ikut menonjol adalah tingginya tingkat kriminalitas. Hal yang mendasari

tingginya angka kriminalitas umumnya adalah dengan adanya ketidakmampuan

masyarakat untuk mengendalikan diri atau ketidakmampuan masyarakat untuk

mempertahankan diri dari kerasnya persaingan hidup.

Hampir seluruh pelaku tindak kriminalitas adalah mereka yang hidup dibawah

garis kemiskinan, sehingga “benang merah” yang yang menjadi pemicu utama

Page 74: Efektifitas Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

74

adalah factor “kemiskinan”, baik itu kemiskinan mentalitas dan moralitas maupun

kemiskinan harta dalam artian sebenarnya.

Untuk melihat seberapa besar angka kriminalitas yang melibatkan masyarakat

miskin sejak diberlakukannya Perda nomor 2 tahun 2007, maka penulis

mendapatkan data sebagai berikut :

Tabel 6

Tingkat Kriminalitas di wilayah Hukum Polres Kutai Kartanegara

Pada tahun 2010 (setelah terbentuknya Perda nomor 2 tahun 2007)

Bulan Jumlah Kriminal Jumlah Kasus Angka Kriminalitas (%)

Januari 74 42 56.76

Pebruari 82 61 74.39

Maret 76 41 53.95

April 45 26 57.78

Mei 88 51 57.95

Juni 68 38 55.88

Juli 65 55 84.62

Agustus 83 51 61.45

September 78 54 69.23

Oktober 85 59 69.41

Nopember 79 47 59.49

Desember 66 39 59.09

Jumlah 889 564 63.44

Sumber : Polres Kabupaten Kutai Kartanegara, 2010-2011.

Jika dilihat dari data yang disajikan diatas maka didapatkan penjelasan

yang cukup mencengangkan bahwa tingkat kriminalitas setelah terbentuknya

Page 75: Efektifitas Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

75

Perda nomor 2 tahun 2007 mencapai rata-rata nilai sebesar 63,44 %, hal ini

menggambarkan bahwa efektifitas penanggulangan kemiskinan dan tindak

kriminalitas masih belum mencapai target yang dicanangkan.

4. Lingkungan warga masyarakat yang sukar diatur.

Tidak bisa dipungkiri bahwa salah satu identitas yang menggambarkan taraf

social ekonomi masyarakat adalah gambaran visual yang didapat ketika kita

melihat lingkungan individu suatu populasi masyarakat. Layak ataupun tidaknya

hunian masyarakat merupakan symbol yang paling sederhana untuk menentukan

kesejahteraan masyarakat.

Dalam berbagai indikator umum tidak layak huni, penulis mengambil beberapa

sampel dari masyarakat miskin yang dijumpai untuk kemudian disajikan menjadi

data, yang antara lain indikator tersebut adalah status hunian, sumber air minum,

sumber penerangan serta tempat pembuangan tinja masyarakat miskin. Sebagai

berikut :

4.1 Status Hunian

Tabel 7

Status Kepemilikan Hunian

Masyarakat Miskin di Kabupaten Kutai Kartanegara

Kecamatan Menumpang Sewa / Kontrak Milik Sendiri Jumlah KK

Tenggarong 47 87 66 200

Page 76: Efektifitas Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

76

Tenggarong Sbr 32 77 91 200 Loa Kulu 40 53 89 182 Loa Janan 27 35 50 112 Sanga-Sanga 14 33 48 95 Samboja 34 40 36 110 Muara Jawa 26 27 33 86 Muara Badak 12 21 42 75 Marang Kayu 16 24 27 67 Sebulu 12 31 39 82 Muara Kaman 22 29 33 84 Muara Muntai 18 23 20 61 Kembang Janggut 7 12 34 53 Kenohan 7 13 24 44 Anggana 14 5 21 40 Kota Bangun 10 14 32 56 Muara Wis 8 25 18 51 Tabang 13 12 15 40

Jumlah 359 561 718 1638 Persentase (%) 21.9 34.2 43.8 100 %

Sumber : Data Penelitian diolah, 2010-2011.

Jika dijabarkan melalui diagram, maka dapat digambarkan sebagai berikut :

0102030405060708090

100

Teng

garo

ng

Teng

garo

ng S

br

Loa

Kulu

Loa

Jana

n

Sang

a-Sa

nga

Sam

boja

Mua

ra Ja

wa

Mua

ra B

adak

Mar

ang

Kayu

Sebu

lu

Mua

ra K

aman

Mua

ra M

unta

i

Kem

bang

Jang

gut

Keno

han

Ang

gana

Kota

Ban

gun

Mua

ra W

is

Taba

ng

Menumpang

Sewa

Milik Sendiri

Gambar 4 grafik status kepemilikan hunian masyarakat miskin Kab. Kutai

Kartanegara.

Page 77: Efektifitas Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

77

4.2 Sumber Air Minum

Tabel 8

Sumber Air Minum

Masyarakat Miskin di Kabupaten Kutai Kartanegara

Kecamatan Air Isi Ulang

Leding Meteran

Sumur Bor Terlindung

Air Sungai / Laut

Jumlah KK

Tenggarong 14 112 33 41 200 Tenggarong Sbr 7 88 84 21 200 Loa Kulu 0 74 67 41 182 Loa Janan 3 41 32 36 112 Sanga-Sanga 11 34 23 27 95 Samboja 0 43 20 47 110 Muara Jawa 11 37 16 22 86 Muara Badak 23 23 10 19 75 Marang Kayu 4 27 11 25 67 Sebulu 5 14 15 48 82 Muara Kaman 0 11 17 56 84 Muara Muntai 0 6 9 46 61 Kembang Janggut 0 17 5 31 53 Kenohan 0 16 6 22 44 Anggana 0 20 3 17 40 Kota Bangun 6 9 0 41 56 Muara Wis 0 7 0 44 51 Tabang 0 4 4 32 40

Jumlah 84 583 355 616 1638 Persentase (%) 5.1 35.5 21.6 37.6 100 %

Sumber : Data Penelitian diolah, 2010-2011.

Jika dijabarkan melalui diagram, maka dapat digambarkan sebagai berikut :

Page 78: Efektifitas Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

78

0

20

40

60

80

100

120

Teng

garo

ngTe

ngga

rong

Sbr

Loa

Kulu

Loa

Jana

nSa

nga-

Sang

aSa

mbo

jaM

uara

Jaw

aM

uara

Bad

akM

aran

g Ka

yuSe

bulu

Mua

ra K

aman

Mua

ra M

unta

iKe

mba

ng Ja

nggu

tKe

noha

nA

ngga

naKo

ta B

angu

nM

uara

Wis

Taba

ng

Air Isi Ulang

Air Leding Meteran

Sumur Bor Terlindung

Air Sungai / Laut

Gambar 5 grafik sumber air minum masyarakat miskin Kab. Kutai Kartanegara.

4.3 Sumber Penerangan

Tabel 9

Sumber Penerangan

Masyarakat Miskin di Kabupaten Kutai Kartanegara

Kecamatan Listrik PLN Listrik Generator Petromak Jumlah KK Tenggarong 163 9 28 200 Tenggarong Sbr 128 8 64 200 Loa Kulu 96 19 67 182 Loa Janan 62 24 26 112 Sanga-Sanga 41 8 46 95 Samboja 49 14 47 110 Muara Jawa 33 13 40 86 Muara Badak 48 7 20 75 Marang Kayu 31 11 25 67 Sebulu 20 27 35 82 Muara Kaman 14 26 44 84 Muara Muntai 12 18 31 61 Kembang Janggut 12 12 29 53 Kenohan 9 13 22 44 Anggana 11 10 19 40

Page 79: Efektifitas Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

79

Kota Bangun 23 20 13 56 Muara Wis 10 14 27 51 Tabang 6 8 26 40

Jumlah 768 261 609 1638 Persentase (%) 46.8 15.9 37.1 100 %

Sumber : Data Penelitian diolah, 2010-2011.

Jika dijabarkan melalui diagram, maka dapat digambarkan sebagai berikut :

020406080

100120140160180

Teng

garo

ngTe

ngga

rong

Sbr

Loa

Kulu

Loa

Jana

nSa

nga-

Sang

aSa

mbo

jaM

uara

Jaw

aM

uara

Bad

akM

aran

g Ka

yuSe

bulu

Mua

ra K

aman

Mua

ra M

unta

iKe

mba

ng Ja

nggu

tKe

noha

nAn

ggan

aKo

ta B

angu

nM

uara

Wis

Taba

ngListrik PLN

Listrik Generator

Petromak

Gambar 6 grafik sumber penerangan masyarakat miskin Kab. Kutai Kartanegara.

4.4 Tempat Pembuangan Tinja

Tabel 10

Tempat Pembuangan Tinja

Masyarakat Miskin di Kabupaten Kutai Kartanegara

Kecamatan Tangki / SPAL

Kolam / Sawah Sungai / Laut Lubang

Tanah Jumlah KK

Tenggarong 57 26 84 33 200 Tenggarong Sbr 35 41 68 56 200 Loa Kulu 42 20 77 43 182 Loa Janan 33 11 32 36 112 Sanga-Sanga 11 24 33 27 95

Page 80: Efektifitas Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

80

Samboja 42 9 29 30 110 Muara Jawa 22 11 16 37 86 Muara Badak 23 10 23 19 75 Marang Kayu 4 17 21 25 67 Sebulu 14 5 48 15 82 Muara Kaman 0 11 56 17 84 Muara Muntai 0 6 46 9 61 Kembang Janggut 0 5 31 17 53 Kenohan 2 4 16 22 44 Anggana 0 20 3 17 40 Kota Bangun 6 9 38 3 56 Muara Wis 5 5 34 7 51 Tabang 0 4 32 4 40

Jumlah 296 238 687 417 1638 Persentase (%) 18.0 14.5 41.9 25.4 100 %

Sumber : Data Penelitian diolah, 2010-2011.

Jika dijabarkan melalui diagram, maka dapat digambarkan sebagai berikut :

0102030405060708090

Teng

garo

ng

Teng

garo

ng S

br

Loa

Kulu

Loa

Jana

n

Sang

a-Sa

nga

Sam

boja

Mua

ra Ja

wa

Mua

ra B

adak

Mar

ang

Kayu

Sebu

lu

Mua

ra K

aman

Mua

ra M

unta

i

Kem

bang

Jang

gut

Keno

han

Angg

ana

Kota

Ban

gun

Mua

ra W

is

Taba

ng

Tangki / SPAL

Sawah / Kolam

Sungai / Laut

Lubang Tanah

Gambar 7 grafik tempat pembuangan tinja masyarakat miskin Kab. Kutai

Kartanegara.

Page 81: Efektifitas Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

81

Berdasarkan tabel-tabel dan diagram yang penulis sajikan berdasarkan pedoman

wawancara tentang identifikasi kemiskinan indikator tata ruang / lingkungan

masyarakat sesuai Perda Nomor 2 Tahun 2007 tentang Penanggulangan

Kemiskinan, maka didapatkan penjelasan bahwa hampir semua masyarakat

miskin tidak mendapatkan kebutuhan pengelolaan lingkungan yang memenuhi

standar yang layak, hal ini berpengaruh besar terhadap beberapa factor penting

taraf hidup masyarakat terutama dalam hal kesehatan lingkungan dan

personalisasi masyarakat.

B.3. Peranan Pemerintah atas Hasil Pedoman Wawancara.

Selanjutnya penulis melakukan peninjauan ulang dan tindakan evaluasi

terhadap konsep-konsep yang ada pada Strategi Penanggulangan Kemiskinan

Daerah (SPKD) Kabupaten Kutai Kartanegara yang diterbitkan oleh Tim

Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) Kabupaten Kutai

Kartanegara, maka setelah itu akan terungkap fakta yang berupa adanya

kelemahan-kelemahan pada program dan strategi penanggulangan yang selama

ini terjadi di lapangan. Adapun rumusan kelemahan strategi penanggulangan

kemiskinan yang selama ini seringkali dihadapi tersebut adalah sebagai berikut :

Page 82: Efektifitas Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

82

No Kelemahan Program Upaya Penanggulangan Prinsip-Prinsip Penanggulangan

1

Perencanaan, penentuan sasaran, dan kriteria miskin serta pengaturan tehnis pelaksanaan yang dilakukan oleh pemerintah bersifat top-down seringkali tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat atau daerah tertentu.

Mendidik masyarakat miskin untuk terus menerus menemukenali potensi yang dimiliki baik secara individu, keluarga, maupun lingkungan sebagai modal dasar untuk meningkatkan kesejahteraan hidup.

Program penanggulangan kemiskinan harus mengarah pada pendekatan yang menyeluruh.

2

Program-program yang dilakukan secara sektoral seringkali mengakibatkan adanya semangat ego sektoral dan saling tumpang tindih.

Mendorong tumbuhnya rasa percaya diri akan kemampuan untuk lepas daripada belenggu kemiskinan.

Perencanaan dan penentuan sasaran dilakukan oleh masyarakat bersama aparat dilapangan sehingga sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

3

Banyak program penanggulangan kemiskinan yang menempatkan masyarakat sebagai objek, sehingga kurang berpartisipasi secara aktif.

Menyadarkan bahwa tidak akan ada seseorang yang dapat keluar dari kemiskinan, selain atas usaha orang itu sendiri.

Masyarakat ditempatkan sebagai “pelaku utama” dalam perang melawan kemiskinan, agar masyarakat berpartisipasi secara aktif.

4

Sulitnya menjaga konsistensi strategi penanggulangan kemiskinan, sehingga tidak berkesinambungan.

Memberikan pemahaman bahwa masalah penanggulangan kemiskinan merupakan tugas dan tanggungjawab bersama pemerintah dan masyarakat.

Pertanggungjawaban kepada pemerintah dan masyarakat untuk membangun keterbukaan dan akuntabilitas.

Page 83: Efektifitas Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

83

5

Pertanggunjawaban hanya bersifat administratif kepada pemerintah, sehingga tidak terbangun keterbukaan dan akuntabilitas publik, akibat pendekatan proyek maka keberhasilan program hanya diukur dengan prosentase bantuan yang berhasil disalurkan dan jumlah sasaran penerima.

Penciptaan lapangan kerja dan peluang usaha untuk menguatkan ekonomi rakyat, penguatan organisasi masyarakat serta memberikan bantuan fasilitas yang dibutuhkan untuk mendayagunakan potensi yang dimiliki.

Merupakan program yang berkesinambungan.

Dari rumusan kelemahan strategi diatas, maka setiap gerak-gerik yang

direncanakan dalam rangka penentuan kebijakan penanggulangan kemiskinan

yang tepat sasaran pada momentum kedepan haruslah memperhatikan setiap aspek

diatas. Untuk itulah, penulis merasa tertantang untuk menemukan formula yang

kedepannya berlaku dan diharapkan jauh lebih efektif dan efisien.

Pemetaan pada tahap tahap berikutnya lebih dititik beratkan kepada pendekatan

berbasis hak, hal ini dilakukan guna menghindari adanya penolakan atau

pelanggaran hak karena tidak terpenuhinya hak-hak dasar masyarakat sebagai

manusia. Yang diupayakan dengan rumusan-rumusan kebijakan yang

dicanangkan oleh Pemerintah. Adapun rumusan dasar tersebut antara lain adalah :

Page 84: Efektifitas Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

84

1. Kebijakan Terkait dengan Pemenuhan Hak Dasar.

Usaha penanggulangan kemiskinan merupakan amanat konstitusi dalam

rangka mencapai tujuan nasional sebagaimana yang tercantum dalam pembukaan

Undang-Undang Dasar 1945, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan

seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umu, mencerdaskan

kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan

kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan social. Banyak pasal pasal dan ayat

ayat yang tercantum didalam Undang-Undang Dasar 1945 yang menjelaskan

secara gamblang mengenai pemenuhan hak masyarakat Indonesia dan kewajiban

dasar mereka guna berpartisipasi aktif didalam kehidupan bermasyarakat dan

bernegara.

Berdasarkan amanat undang undang tersebut diatas, maka penanggulangan

kemiskinan di Kabupaten Kutai Kartanegara ini tidak beranjak dari hal hal

tersebut, pendekatan berbasis hak dasar hidup masyarakat yang mengakui bahwa

masyarakat yang nhidup dibawah garis kemiskinan mempunyai hak yang sama

dengan anggota masyarakat lainnya, karena kemiskinan tidak lagi dipahami hanya

sebatas kemiskinan atau ketidakmampuan social ekonomi, melainkan juga

kegagalan pemenuhan hak dasar dan perbedaan perlakuan bagi seseorang atau

Page 85: Efektifitas Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

85

kelompok orang, baik laki-laki maupun perempuan, dalam menjalani kehidupan

secara bermartabat.

Adapun hak-hak dasar yang diakui secara umum antara lain meliputi terpenuhinya

:

a. Kebutuhan pangan;

b. Kesehatan dan Pendidikan;

c. Pekerjaan;

d. Perumahan dan Air bersih;

e. Pertanahan;

f. Sumber daya alam dan lingkungan hidup;

g. Rasa aman dari perlakuan atau ancaman tindak kekerasan, dan;

h. Hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan social politik, baik bagi

perempuan maupun laki-laki.

Peristiwa penolakan ataupun pelanggaran hak serta peristiwa tidak

terpenuhinya hak masayarakat dianggap sebagai perampasan atas daya hidup

masyarakat miskin karena bisa juga dianggap sebagai penegasan dalam

merendahkan martabat manusia, untuk itu konsep yang termaktub dalam Strategi

Penangulangan Kemiskinan Daerah (SPKD) Kabupaten Kutai Kartanegara

bertolak dari Undang-Undang 1945, yang pada implementasinya diberlakukan

Page 86: Efektifitas Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

86

Peraturan Daerah Nomor 2 tahun 2007 tentang Penanggulangan Kemiskinan di

Kabupaten Kutai Kartanegara sebagai ujung tombak pemberantasan kemiskinan.

2. Kebijakan Terkait dengan Pengembangan Wilayah.

Kebijakan penganggulangan kemiskinan yang ditempuh Pemerintah

Kabupaten Kutai Kartanegara untuk mengatasi permasalahan kemiskinan, juga

terkait dengan pengembangan wilayah. Kebijakan yang diambil yaitu dengan

mengarahkan investasi pemerintah pada pengembangan sarana dan prasarana

sisoal dan infrastruktur perdesaan yang merupakan prasyarat bagi peningkatan

investasi swasta.

Adapun strategi pokok yang terkait dengan aspek pendekatan wilayah, akan

diimplementasikan melalui kebijakan pembangunan perkotaan dan perdesaan

yang berimbang.

Masyarakat miskin yang pada umumnya tinggal dalam populasi yang lebih padat

di daerah perdesaan lebih menjadi prioritas utama bagi pemerintah untuk

diberlakukan konsep-konsep kebijakan pengembangan daerah. Untuk itu,

kebijakan pembangunan perdesaan yang diambil oleh Pemerintah Daerah

Kabupaten Kutai Kartanegara adalah sebagai berikut :

a. Meningkatkan keberpihakan pada masyarakat melalui pembangunan

ekonomi sesuai dengan potensi wilayah perdesaan;

Page 87: Efektifitas Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

87

b. Melanjutkan peningkatan kualitas sumber daya manusia;

c. Melanjutkan dan meningkatkan pembangunan infrastuktur sesuai dengan

kondisi dan kebutuhan desa;

d. Melanjutkan dan meningkatkan aktualisasi nilai nilai luhur warisan budaya

local;

e. Memberdayakan seluruh komponen desa dalam memperbaiki dan

melestarikan lingkungan hidup.

3. Kebijakan Terkait dengan Penggunaan Anggaran.

Kurangnya keterpaduan antara perencanaan dalam penganggaran sering

dialami pemerintah daerah, relevansi program atau kegiatan kurang responsive

dengan permasalahan dengan peluang yang dihadapi. Penangulangan kemiskinan

harus dijadikan “mainstreaming” penentuan arah penganggaran, selain itu

kebijakan anggaran setidaknya mampu menciptakan stabilitas ekonomi daerah,

memperluas lapangan pekerjaan dan mengurangi kesenjangan.

Oleh karena itu Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara mengambil beberapa

kebijakan untuk menwujudkan arah anggaran sebagai upaya penanggulangan

kemiskinan, yang antara lain :

a. Meningkatkan akses masyarakat miskin terhadap permodalan, dengan

memperluas jangkauan pelayanan lembaga keuangan mikro dan

Page 88: Efektifitas Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

88

memperingan persyaratan agunan yang diperlukan, serta meningkatkan

mutu manajemen serta operasi lembaga dan jasa keuangan mikro lainnya

yang mendukung penyaluran kredit mikro dengan itnkgat suku bunga yang

rendah;

b. Reorientasi APBD terutama penajaman alokasi dana bagi pemenuhan hak

dasar rakyat miskin di wilayah kanton-kantong kemiskinan dengan

melakukan sinkronisasi alokasi berbagai anggaran kegiatan / program

kerja dinas serta instansi terkait yang mengakomodir pemenuhan hak dasar

rakyat miskin di wilayah kantong-kantong kemiskinan.

4. Kebijakan Terkait dengan Kesetaraan Gender.

Kebijakan yang terkait dengan kesetaraan gender mempunyai tujuan untuk

menghapus segala bentuk diskriminasi, eksploitasi, marginalisasi dan kekerasan

terhadap perempuan baik dalam ruang lingkup domestic maupun public dengan

menjamin persamaan hak dalam pengambilan keputusan, memperoleh pelayanan

public, dan mencapai kesejahteraan social.

Selama ini di Kabupaten Kutai Kartanegara, dalam hal mendapatkan

pelayanan public tidak ada diskriminasi terhadap gender, ras, suku maupun

agama. Namun untuk lebih meningkatkan dan menumbuhkembangkan keadilan

Page 89: Efektifitas Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

89

dan kesetaraan gender, maka pemerintah perlu mengambil langkah-langkah

konkrit yang antara lain :

a. Memperkuat lembaga organisasi pemberdayaan perempuan;

b. Meningkatkan pelayan public yang berkeadilan gender;

c. Meningkatkan perlindungan terhadap perempuan baik di sector public

maupun domestic;

d. Meningkatkan partisipasi perempuan dalam pengambilan keputusan.

C. Data Dokumenter Jumlah Penduduk Miskin Kabupaten Kutai

Kartanegara Sebelum dan Sesudah terbentuknya Perda Nomor 2

Tahun 2007 tentang Penanggulangan Kemiskinan.

Untuk memperkuat hasil penellitian lapangan yang telah dilakukan

penulis, maka diperlukanlah sebuah data documenter yang bersifat konkrit dan

objektif, yang dimaksudkan sebagai pembanding suatu variable dengan variable

lainnya, agar diharapkan dapat mencitrakan seberapa besar nilai kemajuan

ataupun kemunduran suatu program yang telah diberlakukan oleh sebuah lembaga

pemerintah serta untuk menjelaskan keberhasilan atau kegagalan visi dan misi

program.

Dalam hal ini penulis akan membandingkan variable sebelum

terbentuknya perda nomor 2 tahun 2007 dengan variable sesudah terbentuknya

Page 90: Efektifitas Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

90

perda nomor 2 tahun 2007 tentang penanggulangan kemiskinan. Adapun data

documenter tersebut penulis dapatkan dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten

Kutai Kartanegara. Sebagai berikut :

C.1. Data Penduduk Miskin Kabupaten Kutai Kartanegara tahun

2005.

Tabel 11

Data Penduduk Miskin Kabupaten Kutai Kartanegara tahun 2005

No Kecamatan

Jumlah Penduduk

Kabupaten Kutai

Kartanegara tahun

2005

Jumlah Penduduk

Miskin Kabupaten

Kutai Kartanegara

tahun 2005

1 Samboja 43.964 8,4 9.013 20,5

2 Muara Jawa 24.286 4,7 2.594 10,7

3 Sanga-Sanga 12.251 2,4 2.460 20,1

4 Loa Janan 47.991 9,2 2.739 5,7

5 Loa Kulu 34.809 6,7 4.075 11,7

6 Muara Muntai 16.413 3,1 2.245 13,7

7 Muara Wis 7.692 1,5 1.840 23,9

8 Kota Bangun 27.499 5,3 5.632 20,5

9 Tenggarong 74.769 14,3 6.277 8,4

10 Sebulu 33.034 6,3 3.730 11,3

11 Tenggarong Seberang 46.994 9,0 6.656 14,2

12 Anggana 25.105 4,8 3.010 12,0

13 Muara Badak 34.411 6,6 3.776 11,0

14 Marang Kayu 21.247 4,1 4.396 20,7

15 Muara Kaman 30.513 5,9 5.973 19,6

16 Kenohan 10.911 2,1 2.580 23,6

17 Kembang Janggut 19.564 3,8 2.693 13,8

Page 91: Efektifitas Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

91

18 Tabang 9.609 1,8 669 7,0

TOTAL 521,062 100 70,358 12,8

Sumber, Bappemas Kab. Kukar 2008.

C.2. Data Penduduk Miskin Kabupaten Kutai Kartanegara tahun

2006.

Tabel 12

Data Penduduk Miskin Kabupaten Kutai Kartanegara tahun 2006

No Kecamatan

Jumlah Penduduk

Kabupaten Kutai

Kartanegara tahun

2006

Jumlah Penduduk

Miskin Kabupaten

Kutai Kartanegara

tahun 2006

1 Samboja 43.157 8,1 4.007 9,3

2 Muara Jawa 24.077 4,5 1.850 7,7

3 Sanga-Sanga 13.852 2,6 1.342 9,7

4 Loa Janan 51.648 9,7 2.169 4,2

5 Loa Kulu 37.381 7,0 4.138 11,1

6 Muara Muntai 15.291 2,9 6.972 45,6

7 Muara Wis 8.185 1,5 3.022 36,9

8 Kota Bangun 27.850 5,2 4.561 16,4

9 Tenggarong 67,639 12,7 4.572 6,8

10 Sebulu 33.619 6,3 2.487 7,4

11 Tenggarong Seberang 48.715 9,2 2.872 5,9

12 Anggana 27.289 5,1 4.236 15,5

13 Muara Badak 34.437 6,5 4.216 12,2

14 Marang Kayu 21.630 4,1 5.279 24,4

15 Muara Kaman 31.972 6,0 3.986 12,5

16 Kenohan 11.717 2,2 948 8,1

17 Kembang Janggut 20.563 3,9 1.767 8,6

18 Tabang 9.817 1,8 1.663 16,9

Page 92: Efektifitas Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

92

TOTAL 531.039 100 59.087 11,1

Sumber, Bappemas Kab. Kukar 2008.

C.3. Data Penduduk Miskin Kabupaten Kutai Kartanegara tahun

2007.

Tabel 13

Banyaknya Rumah Tangga dan Penduduk Miskin

Kabupaten Kutai Kartanegara tahun 2007

No Kecamatan

Jumlah Penduduk

Kabupaten Kutai

Kartanegara tahun

2007

Jumlah Penduduk

Miskin Kabupaten

Kutai Kartanegara

tahun 2007

1 Samboja 44.184 8,0 4.453 10,1

2 Muara Jawa 27.209 4,9 1.164 4,3

3 Sanga-Sanga 15.239 2,8 1.371 9,0

4 Loa Janan 49.757 9,0 2.609 5,2

5 Loa Kulu 38.374 7,0 3.343 8,7

6 Muara Muntai 16.976 3,1 3.443 20,3

7 Muara Wis 8.482 1,5 1.394 16,4

8 Kota Bangun 28.754 5,2 3.308 11,5

9 Tenggarong 72.458 13,2 4.094 5,7

10 Sebulu 33.930 6,2 2.932 8,6

11 Tenggarong Seberang 49.393 9,0 2.944 6,0

12 Anggana 28.696 5,2 1.999 7,0

13 Muara Badak 36.527 6,6 3.790 10,4

14 Marang Kayu 23.836 4,3 3.263 13,7

15 Muara Kaman 32.841 6,0 3.128 9,5

16 Kenohan 11.692 2,1 666 5,7

17 Kembang Janggut 21.033 3,8 1.244 5,9

18 Tabang 10.655 1,9 651 6,1

Page 93: Efektifitas Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

93

TOTAL 550.027 100 120.035 21,48

Sumber, Bappemas Kab. Kukar 2008.

Tabel 1 di atas, juga dapat diuraikan sebagai berikut :

Dari jumlah penduduk Kabupaten Kutai Kartanegara pada tahun 2005 yang

sebesar 521.062 jiwa, terdapat beberapa titik tingkat kemiskinan pada suatu

kecamatan yang sangat signifikan (prosentase tingkat kemiskinan penduduk > 20

%) diantaranya adalah Kecamatan Samboja, Sanga-Sanga, Muara Wis, Kota

Bangun, Marang kayu dan Kenohan. Untuk daerah pesisir seperti Kecamatan

Samboja, Sanga-Sanga dan Marang Kayu, penulis telah mengkaji dengan

melakukan wawancara dengan penduduk miskin setempat. Hasilnya, penulis

menyimpulkan beberapa faktor penyebab rentannya kemiskinan di kecamatan

tersebut, antara lain :

1. Faktor Internal : Kurangnya pengetahuan tentang petanian dan perikanan serta

peralatan yang terbatas, kurang tersedianya lahan pertanian, tingkat upah buruh

yang rendah, serta tingkat inisiatif dan motivasi kerja yang rendah.

2. Faktor Eksternal : Tingkat ketergantungan terhadap iklim alam sangat tinggi

karena lahan pertanian kurang subur, akses jalan dan sarana transportasi yang

buruk, harga jual yang rendah, tingginya tingkat fertilitas, serta aktivitas

pernikahan yang membebani ekonomi.

Page 94: Efektifitas Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

94

Tabel 2 di atas, diuraikan sebagai berikut :

Jumlah penduduk Kabupaten Kutai Kartanegara pada tahun 2006 adalah sebesar

531.039 jiwa, dan jumlah ini naek sebesar 10.000 jiwa jika dibanding dengan

tahun sebelumnya. Terdapat beberapa peningkatan angka kemiskinan pada suatu

kecamatan yang sangat signifikan diantaranya adalah Kecamatan Muara Muntai,

Muara Wis, dan Marang Kayu. Jumlah angka kemiskinan yang ada pada tahun ini

meningkat tajam dibanding tahun sebelumnya (naik sebesar 4 – 10 %), sedangkan

sebagian kecamatan lainnya mengalami penurunan angka kemiskinan yang

lumayan signifikan diantaranya adalah Kecamatan Sanga-Sanga, Kota Bangun

dan Kenohan (turun sebesar 4-11 %). Jumlah total penduduk miskin pada tahun

2006 adalah sebesar 11,1 % dari jumlah penduduk yang ada.

Tabel 3 di atas, diuraikan sebagai berikut :

Jumlah penduduk Kabupaten Kutai Kartanegara pada tahun 2007 adalah sebesar

550.027 jiwa (terdiri dari jumlah rumah tangga sebanyak 35.631 kepala keluarga),

dan jumlah ini meningkat tajam jika dibanding dengan tahun sebelumnya. Pada

tahun 2007 ini, jumlah penduduk miskin juga mengalami peningkatan hampir di

setiap kecamatan di Kabupaten Kutai Kartanegara. Dan dari tabel ini penulis

mendapatkan indikasi bahwa peningkatan jumlah penduduk yang ada pada tahun

2007, tidak diimbangi dengan kemampuan sosio-ekonomi masyarakat yang

Page 95: Efektifitas Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

95

merata, daya beli masyarakat juga relatif menurun dengan tingkat ekonomi

menengah kebawah yang timpang dengan adanya persaingan ekonomi skala kecil

menengah dengan penduduk pendatang dari luar pulau kalimantan yang rata-rata

memiliki kemapanan dan kesiapan dalam memperbaiki harkat hidupnya.

Berdasarkan tabel-tabel diatas, secara umum terlihat jumlah penduduk di

Kabupaten Kutai Kartanegara dari tahun ke tahun terus mengalami penambahan

dikarenakan beberapa aspek sosial pendukung termasuk didalamnya tingkat

fertilitas masyarakat serta migrasi penduduk pada daerah tertentu di suatu

kecamatan dan lain-lain. Namun secara global jumlah penduduk miskin di

Kabupaten Kutai Kartanegara pada tahun-tahun diatas tidak mengalami

penurunan yang signifikan. Jangkauan tingkat angka kemiskinan malah

mengingkat tajam pada tahun 2007 dan hal ini bisa disebabkan oleh kurangnya

perhatian pemerintah dalam mengimplementasikan peraturan perundang-

undangan tentang penanggulangan kemiskinan di daerah.

C.4. Data Penduduk Miskin Kabupaten Kutai Kartanegara tahun

2008.

Tabel 14

Banyaknya Rumah Tangga dan Penduduk Miskin

Kabupaten Kutai Kartanegara 2008

Kabupaten : Kutai Kartanegara

Page 96: Efektifitas Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

96

No Kecamatan Banyaknya Rumah Tangga

[1] [2] [3]

010 Samboja 2.418

020 Muara Jawa 629

030 Sanga-Sanga 1.054

040 Loa Janan 3.016

050 Loa Kulu 2.213

060 Muara Muntai 2.325

070 Muara Wis 1.348

080 Kota Bangun 2.217

090 Tenggarong 2.898

100 Sebulu 2.036

110 Tenggarong Seberang 2.950

120 Anggana 2.066

130 Muara Badak 4.507

140 Marang Kayu 1.263

150 Muara Kaman 2.538

160 Kenohan 734

170 Kembang Janggut 762

180 Tabang 657

J u m l a h 35.667 Rumah Tangga

(120.717 Jiwa)

Sumber, Bappemas Kab. Kukar 2009.

Page 97: Efektifitas Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

97

C.5. Data Penduduk Miskin Kabupaten Kutai Kartanegara tahun

2009.

Tabel 15

Banyaknya Rumah Tangga dan Penduduk Miskin

Kabupaten Kutai Kartanegara 2009

Kabupaten : Kutai Kartanegara

No Kecamatan Banyaknya Rumah Tangga

[1] [2] [3]

010 Samboja 3.411

020 Muara Jawa 698

030 Sanga-Sanga 762

040 Loa Janan 2.242

050 Loa Kulu 2.178

060 Muara Muntai 915

070 Muara Wis 1.341

080 Kota Bangun 925

090 Tenggarong 2.865

100 Sebulu 2.216

110 Tenggarong Seberang 2.262

120 Anggana 1.348

130 Muara Badak 2.970

140 Marang Kayu 2.699

150 Muara Kaman 1.848

160 Kenohan 442

170 Kembang Janggut 779

180 Tabang 314

Page 98: Efektifitas Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

98

J u m l a h 30.215 Rumah Tangga

(105.753 Jiwa)

Sumber, Bappemas Kab. Kukar 2009.

Tabel 4 di atas, diuraikan sebagai berikut :

Tahun pertama setelah diberlakukannya Peraturan Daerah tentang Kemiskinan di

Kabupaten Kutai Kartanegara merupakan tantangan pemerintah untuk melakukan

aksi pemberantasan kemiskinan dengan lebih terprogram, pemberlakuan perda ini

juga merupakan acuan awal tingkat efektifitas Peraturan Daerah tersebut. Realita

dilapangan, jumlah penduduk miskin Kabupaten Kutai Kartanegara pada tahun

2008 adalah sebanyak 35.667 rumah tangga / kepala keluarga dan jumlah ini

mengalami kenaikan jika dibanding dengan tahun sebelumnya yang jika

dikalkulasikan adalah sekitar 35.631 rumah tangga / kepala keluarga. Peningkatan

ini disinyalir merupakan dampak non tehnis dari model pendataan yang dilakukan

oleh Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) Kabupaten

Kutai Kartanegara, dimana pendataan dilakukan dengan sistem jemput bola yang

salah satu resikonya mengakibat banyak penduduk yang mengaku menjadi miskin

padahal tidak memenuhi indikator-indikator miskin.

Selain itu juga faktor yang bersifat tehnis juga memberikan sumbangsih besar

terhadap stagnansi angka kemiskinan, misalnya dengan adanya program

pemerintah yang masih dalam fase penyesuaian dengan kondisi realita dilapangan

Page 99: Efektifitas Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

99

dan juga tahap-tahap sosialisasi tentang legalitas yang berlaku serta

penataletakkan dinas tehnis yang membidangi suatu sasaran kerja yang masih

tumpang tindih. Sehingga memberikan dampak bahwa pemerintah dinilai lamban

dalam rangka pemberdayaan masyarakat miskin.

Tabel 5 di atas, diuraikan sebagai berikut :

Jumlah penduduk miskin Kabupaten Kutai Kartanegara pada tahun 2009 adalah

sebanyak 30.215 rumah tangga / kepala keluarga, dan jumlah ini menurun tajam

jika dibanding dengan tahun sebelumnya. Pada tahun 2009 ini, penulis

mendapatkan indikasi bahwa pada tahun 2009 pendataan penduduk miskin

dilakukan dengan lebih akurat, dengan memperhatikan detail indikator miskin

dengan lebih baik. Hasilnya jumlah penduduk menurun drastis dikarenakan

eliminasi penduduk miskin yang tidak memenuhi kategori miskin.

Pada tahun ini juga strategi penanggulangan kemiskinan yang dicanangkan

pemerintah juga berangsur baik, hal ini ditandai mulai terbiasanya masyarakat

dengan pola kemitraan program pemerintah yang benar-benar dirasakan

masyarakat miskin.

Pada indikator data pada kedua tabel diatas, secara kasat mata peraturan daerah

tentang penanggulangan kemiskinan memberikan dampak positif yang signifikan,

namun satu hal yang paling menjadi titik berat adalah, bagaimana strategi dalam

Page 100: Efektifitas Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

100

mempertahankan dampak positif ini dapat berlanjut sampai pada tercapainya

komitmen pemerintah daerah Kabupaten Kutai Kartanegara untuk menekan angka

kemiskinan menjadi < 10 % pada tahun 2010 (sesuai dengan amanat peraturan

daerah). Ketika target tidak bisa dicapai, maka perlu diberlakukan amandemen

terhadap peraturan daerah tersebut dengan kembali memperhitungkan kelemahan-

kelemahan yang terjadi di lapangan.

Page 101: Efektifitas Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

101

BAB V

ANALISA DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Data

Didalam menganalisis data yang ada, penulis mengumpulkan data berupa

hasil wawancara serta tabel-tabel yang telah disajikan penulis yang berdasar dari

sumber yang dipercaya diatas, selanjutnya hasil dari tabel-tabel tersebut

dituangkan kedalam diagram sederhana untuk mempermudah pemahaman dan

juga untuk melihat secara langsung dan jelas tingkatan angka penduduk miskin

sebelum maupun sesudah diberlakukannya Perda nomor 2 tahun 2007.

Kemudian, untuk seluruh jawaban pedoman wawancara yang telah dilakukan

proses tabulasi tersebut nantinya akan dikelompokkan dan dijadikan alat

menganalisa dan proses ini berguna untuk memperkuat hasil kesimpulan yang

dihasilkan oleh data tabel indikator jumlah penduduk miskin di Kabupaten Kutai

Kartanegara pada tahun sebelum dan sesudah terbentuknya Peraturan Daerah

nomor 2 tahun 2007 tentang Penanggulangan Kemiskinan.

Pengelompokkan analisis tabel serta hasil pedoman wawancara tersebut

diatas dimaksudkan untuk mempermudah pemahaman mengontrol data yang

dianalisis apakah saling mendukung atau tidak, serta memungkinkan ada data

yang tertinggal ataupun kesalahan lain yang terjadi. Berdasarkan data itu pula,

Page 102: Efektifitas Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

102

kemudian sentuhan akhir analisis akan dilakukan dengan melakukan

pembandingan apakah data yang diolah tersebut terdapat kesesuaian atau tidak.

Jika tidak terdapat kesesuaian maka metode tersebut diatas dianggap tidak saling

mendukung dan berarti tidak sesuai dengan rumusan yang direncanakan penulis

pada bab-bab awal.

Pembandingan dilakukan dengan didasari oleh beberapa data yang dihimpun

sehingga tingkat obyektifitasnya dapat dipertanggungjawabkan, melihat dari sisi

kemanusiaan dan independensional akan sangat memperkuat hasil kerja lapangan

yang dilakukan penulis. Sehingga, penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi

kepentingan masyarakat luas.

Untuk memperoleh pemahaman selengkapnya tentang data masyarakat

miskin di Kabupaten Kutai Kartanegara pada tiap-tiap tahun sebelum dan sesudah

terbentuknya Perda nomor 2 tahun 2007 tentang Penanggulangan Kemiskinan

yang masuk dalam penelitian ini dirangkum melalui rancangan diagram

sederhana, dapat dilihat pada diagram berikut :

Page 103: Efektifitas Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

103

Diagram angka penduduk miskin di Kabupaten Kutai Kartanegara

Tahun 2005, 2006, 2007, 2008, dan 2009

-

20,000

40,000

60,000

80,000

100,000

120,000

140,000

tahun 2005 tahun 2006 tahun 2007 tahun 2008 tahun 2009

Gambar 8 grafik penduduk miskin Kab. Kutai Kartanegara tahun

2005,2006,2007,2008 dan 2009.

Untuk pemberlakuan metode selanjutnya adalah dengan melakukan

penilaian serta analisis hasil jawaban pedoman wawancara yang telah disebar

penulis pada wilayah kecamatan di Kabupaten Kutai Kartanegara serta data

dokumenter yang telah berhasil dikumpulkan. Didalam pengumpulannya, penulis

memberikan pertanyaan yang dijawab langsung oleh responden untuk kemudian

disimpulkan seberapa besar capaian efektifitas yang telah dilakukan pemerintah

melalui Peraturan Daerah nomor 2 tahun 2007 terhadap penanggulangan

Page 104: Efektifitas Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

104

kemiskinan di Kabupaten Kutai Kartanegara. Lebih jelasnya dapat diperjelas

sebagai berikut :

1. Kekurangan Gizi.

Dari data yang diperoleh pada pembahasan sebelumnya, maka kesimpulan

bahwa setiap penduduk miskin hampir seluruhnya tidak mendapatkan

standar yang tepat dalam pemenuhan standarisasi gizi. Dimana persentase

intensitas pangan masyarakat miskin sebanyak 3 kali dalam satu hari hanya

sebesar 46 %, dibawah standar kebutuhan pemenuhan intensitas pangan >

50 %. sedangkan pemenuhan intensitas pangan 1 kali dan 2 kali dalam satu

hari memiliki total persentase sebesar 54 % dari penduduk miskin di tiap -

tiap kecamatan di Kabupaten Kutai Kartanegara. Tingkat perbandingan

yang tidak terlalu signifikan ini tetap menjadi kendala besar bagi

pemerintah daerah, dikarenakan kebutuhan atas pemenuhan pangan

merupakan dasar hidup manusia yang bebannya ditanggung sepenuhnya

oleh pemerintah.

2. Keterbelakangan Kualitas Sumber Daya Manusia / tingkat

pendidikan formal dan non formal.

Dari data yang diperoleh pada pembahasan sebelumnya, maka didapatkan

kesimpulan bahwa setiap penduduk miskin hampir seluruhnya tidak

Page 105: Efektifitas Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

105

mendapatkan standar pendidikan yang tepat sesuai dengan program

pemerintah dalam mencanangkan program pendidikan sembilan tahun.

Dimana tingkat pendidikan yang paling menonjol hanya ada pada tingkat

SMP yang memiliki persentase rata-rata sebesar 33.4 %, sedangkan tingkat

pendidikan SD juga lumayan tinggi yaitu sebesar 29,7 %, tingkat

pendidikan SLTA hanya sebesar 18,3 %, dan untuk tingkat pendidikan PT

sebesar 0 %. Namun yang paling memprihatinkan adalah jumlah

masyarakat miskin yang tidak bersekolah dikarenakan berbagai factor

financial mempunyai nilai yang melebihi tingkat pendidikan SLTA yaitu

sebesar 18,4 %.

Jika dihunungkan dengan data Angka Partisipasi Murni (APM)

masyarakat umum di Kabupaten Kutai Kartanegara, maka perbandingan

yang didapatkan adalah tidak terlalu signifikan, dengan penjelasan bahwa

partisipasi masyarakat miskin dalam hal pendidikan hanya sebatas tingkat

SD dan SMP.

Dampak rendahnya tingkat pendidikan inilah yang diperkirakan

mempengaruhi mentalitas, pola pikir serta etos kerja masyarakat miskin

menjadi lemah.

Page 106: Efektifitas Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

106

3. Kriminalitas.

Jika dilihat dari data yang disajikan diatas maka didapatkan penjelasan

yang cukup mencengangkan bahwa tingkat kriminalitas setelah

terbentuknya Perda nomor 2 tahun 2007 mencapai rata-rata nilai sebesar

63,44 %, hal ini menggambarkan bahwa efektifitas penanggulangan

kemiskinan dan tindak kriminalitas masih belum mencapai target yang

dicanangkan.

4. Lingkungan warga masyarakat yang sukar diatur.

Berdasarkan data yang penulis sajikan berdasarkan pedoman wawancara

tentang identifikasi kemiskinan indikator tata ruang / lingkungan

masyarakat sesuai Perda Nomor 2 Tahun 2007 tentang Penanggulangan

Kemiskinan, maka didapatkan penjelasan bahwa hampir semua

masyarakat miskin tidak mendapatkan kebutuhan pengelolaan lingkungan

yang memenuhi standar yang layak, hal ini berpengaruh besar terhadap

beberapa factor penting taraf hidup masyarakat terutama dalam hal

kesehatan lingkungan dan personalisasi masyarakat.

B. Pembahasan

Berdasarkan data–data yang telah disajikan tersebut diatas dapat diketahui

secara kasat mata seperti yang penulis tuangkan kedalam diagram sederhana

Page 107: Efektifitas Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

107

bahwa angka kenaikan dan penurunan penduduk miskin pada tiap-tiap tahun

sebelum dan sesudah terbentuknya Peraturan Daerah nomor 2 tahun 2007 tentang

Penanggulangan Kemiskinan mengalami ”pasang surut”, hal ini dikarenakan

banyaknya faktor penyebab hal tersebut diatas. Secara frontal dan kebanyakan

terjadinya kenaikan angka kemiskinan bisa diakibatkan oleh meningkatnya jumlah

penduduk (dikarenakan adanya program perpindahan penduduk / migrasi pada

suatu daerah tertentu di Kabupaten Kutai Kartanegara) yang tidak diiringi dengan

skill serta keahlian personal terhadap persaingan hidup di lingkungan yang baru.

Didalam penelitian komparatif yang dipilih oleh penulis, maka diberlakukan

adanya perbandingan data yang diiringi dengan penjelasan sederhana yang

diperkuat dengan aspek pemenuhan penilaian data, yang pada penelitian ini

penulis ambil adalah wawancara dengan responden penduduk miskin.

Pada data dokumenter sebelum terbentuknya Peraturan Daerah nomor 2

tahun 2007 pada setiap indikatornya dapat dijabarkan sebagai berikut. Tahun 2005

dengan jumlah penduduk sebesar 521.062 jiwa memiliki jumlah penduduk miskin

sebesar 70.358 jiwa, jika dibanding dengan angka pertambahan penduduk pada

tahun 2006, maka telah terjadi kenaikan jumlah penduduk menjadi sebesar

531.039 jiwa namun jumlah ini tidak diiringi dengan adanya kenaikan jumlah

penduduk miskin yang turun daripada tahun sebelumnya menjadi hanya 59.087

Page 108: Efektifitas Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

108

jiwa. Hal positif ini disinyalir adalah dampak dari meningkatnya fertilitas

masyarakat, namun diiringi juga dengan meningkatnya taraf hidup dalam hal

pemenuhan kebutuhan primer masyarakat. Sedangkan pada tahun 2007, jumlah

penduduk mengalami kenaikan yang signifikan sebesar 550.027 jiwa dan diiringi

juga kenaikan drastis penduduk miskin yang sebesar 120.035 jiwa. Seperti yang

penulis sampaikan pada paragraf sebelumnya, pada tahun inilah jumlah migrasi

terbanyak yang tidak diiringi dengan perbaikan taraf hidup masyarakat dan juga

kondisi mental dengan adanya pengakuan terhadap kondisi miskin masyarakat

yang menjadi trend terbaru.

Jika dibandingkan dengan data dokumenter setelah terbentuknya Peraturan

Daerah nomor 2 tahun 2007, indikator pada tahun 2008 hampir tidak mengalami

perubahan jika dibanding dengan tahun 2007, peningkatan jumlah penduduk juga

dalam keadaan yang relatif normal yaitu sebesar 560.946 jiwa, namun jumlah

penduduk miskin meningkat sangat tipis yaitu sebesar 120.717 jiwa. Jika

diprosentase hanya sebesar < 0,1 %.

Pada tahun 2009 bisa disebut sebagai fase evaluasi awal dari terbentuknya

Peraturan Daerah nomor 2 tahun 2007, pada indikator tahun 2009 ini, penulis

meneliti secara seksama melalui analisis partisipatif terhadap kinerja pemerintah

maupun partisipasi unsur ”Stakeholders” terhadap pemberantasan kemiskinan.

Page 109: Efektifitas Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

109

Hasil di lapangan juga sedikit banyak membuktikan hal yang positif, yang

ditandai dengan menurunnya angka kemiskinan menjadi hanya sebesar 105.753

jiwa. Penurunan angka penduduk miskin yang lumayan signifikan ini disinyalir

merupakan dampak positif dari Peraturan Daerah nomor 2 tahun 2007 tentang

Penanggulangan Kemiskinan melalui Tim Koordinasi Penanggulangan

Kemiskinan (TKPKD) Kabupaten Kutai Kartanegara.

Berdasarkan tabel hasil jawaban wawancara yang telah disajikan pada bab

sebelumnya, maka secara garis besar dapat dijabarkan bahwa hampir disetiap

kecamatan yang disinggahi oleh penulis untuk melakukan dialog dan jawaban

quisioner memberikan tanggapan yang negatif terhadap strategi penanggulangan

kemiskinan yang dicanangkan pemerintah melalui program bantuan dan tunjangan

yang diproyeksikan untuk meningkatkan kemampuan diri (individu), sosial dan

ekonomi masyarakat miskin. Dan juga melihat begitu besarnya angka yang

didapatkan dalam penelitian yang mebuktikan bahwa banyak penduduk miskin

yang hidup sangat tidak layak dalam pemenuhan hak-hak dasarnya sebagai

manusia.

Permasalahan yang perlu digaris bawahi adalah tidak semua penduduk miskin di

kecamatan tertentu yang merasa puas terhadap strategi aksi tersebut diatas, hal ini

ditandai dengan minimnya skor total yang didapatkan penulis pada suatu

Page 110: Efektifitas Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

110

kecamatan tertentu seperti di Kecamatan Samboja, Tabang, Muara Muntai dan

Muara Kaman sebagai kecamatan penyumbang skor terendah dari total 18

kecamatan yang dikunjungi penulis. Indikasi ini mengisyaratkan bahwa masih

diperlukan adanya peran serta yang lebih aktif dari unsur pemerintah secara

khusus maupun unsur Stakeholders secara umum guna mengurangi kesenjangan

dan memberlakukan pemerataan program maupun strateginya di setiap kecamatan

di seluruh Kabupaten Kutai Kartanegara.

Berdasarkan hasil pembahasan pada bab sebelumnya, jiika dilihat dari data

tabel yang telah disampaikan penulis, maka jumlah penduduk miskin sebelum dan

sesudah terbentuknya Perda nomor 2 tahun 2007 mengalami pasang surut, namun

hal ini bukan berarti Perda nomor 2 tahun 2007 tidak menunjukkan gejala positif

dalam hal pemberantasan kemiskinan. Karena jika dibandingkan dengan

peningkatan jumlah penduduk yang pesat pada tiap tahun. Maka hasilnya jumlah

penduduk miskin terus mengalami penurunan yang signifikan sesuai amanat perda

nomor 2 tahun 2007, dan langkah ini merupakan awal dari target penekanan angka

kemiskinan < 10 % pada tahun 2010.

Namun, Jika dilihat dari hasil jawaban wawancara yang disebar oleh

penulis kepada responden penduduk miskin yang dinilai memenuhi berbagai

kategori, maka hasil yang didapat adalah penilaian negatif terhadap strategi

Page 111: Efektifitas Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

111

pemerintah dalam memberikan santunan dan bantuan sesuai amanat Pasal 10 Ayat

(2) Perda nomor 2 tahun 2007. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa akan

ada penilaian yang lebih baik lagi jika mekanisme bantuan yang tepat perlu dikaji

ulang oleh pemerintah untuk mencapai target yang efektif sesuai amanat perda.

Page 112: Efektifitas Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

112

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Pemenuhan dan perlindungan terhadap hak dasar masyarakat miskin

bergantung terhadap komitmen kuat Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara

secara aspek politis, ekonomi dan sosial yang berperikemanusiaan.

Penanggulangan kemiskinan selain membutuhkan sumber daya pendukung baik

sumber daya alam maupun sumber daya manusia, juga diperlukan adanya

pengelolaan tata pemerintahan yang baik dalam hal pengelolaan keuangan untuk

meningkatkan penganggaran produktif yang tepat sasaran. Kehendak pemerintah

ini sangat membutuhkan dukungan moril yang besar dari pihak swasta maupun

masyarakat luas.

Penciptaan tata pemerintahan yang baik dengan mengedepankan adanya

sinkronisasi antara elemen-elemen negara, swasta, serta masyarakat sipil yang

berdasarkan prinsip partisipasi, akuntabel dan transparan merupakan hal yang

perlu untuk dipertahankan dan diperjuangkan dengan lebih baik dimasa

mendatang. Penanggulangan kemiskinan perlu didukung dengan peran serta

pelaku pembangunan dari kalangan pusat dan daerah, DPR dan DPRD, perguruan

tinggi, organisasi serta lembaga swadaya masyarakat, pihak swasta dan lembaga

Page 113: Efektifitas Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

113

donor lainnya. Keterlibatan seluruh pelaku tersebut diharapkan akan mendorong

terbangunnya kesamaan cara pandang serta sinergitas dalam upaya bersama

menanggulangi kemiskinan.

Berdasarkan hasil pengolahan data secara manual dan penghitungannya, setelah

dilakukan analisis, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :

1. Hasil perhitungan dan analisis dengan menggunakan formulasi

pembandingan (komparasi) terhadap data yang relevan, didapatkan bahwa

peningkatan jumlah penduduk Kabupaten Kutai Kartanegara terus

mengalami peningkatan tiap-tiap tahunnya yang diiringi dengan

meningkatnya pula jumlah penduduk miskin. Dengan telah dibentuknya

Peraturan Daerah Kabupaten Kutai Kartanegara nomor 2 tahun 2007 telah

mampu menekan angka kemiskinan secara sistemik melalui strategi

konkrit yang telah dirasakan masyarakat miskin dilapangan.

2. Hasil penilaian terhadap data yang didapat penulis serta hasil jawaban

wawancara terhadap responden penduduk miskin yang memenuhi kriteria

tertentu di setiap kecamatan di Kabupaten Kutai Kartanegara

membuktikan bahwa rumusan Perda Nomor 2 tahun 2007 tentang

penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Kutai Kartanegara tidak

berjalan sebagai mana mestinya. yaitu dengan perbandingan yang diambil

Page 114: Efektifitas Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

114

dari data tabel yang disederhanakan dengan diagram sederhana serta

besarnya nilai ketidaklayakan taraf hidup sangat jelas dan signifikan.

3. Ganjalan lain yang perlu mendapatkan perhatian dari Pemerintah

Kabupaten Kutai Kartanegara, adalah bahwasanya strategi

penanggulangan kemiskinan yang diprogram oleh pemerintah untuk

penduduk miskin tidak selalu dirasakan disetiap populasi kantong

kemiskinan di Kabupaten Kutai Kartanegara. Pembuktian terhadap hal ini

adalah adanya suatu kecamatan yang menyumbang skor total terendah.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat diajukan saran-saran sebagai

perbaikan seperti berikut ini :

1. Penyempurnaan konkrit terhadap metodologi pengumpulan data yang

dilakukan oleh lembaga penyedia data daerah perlu untuk memperhatikan

hak-hak dasar masyarakat miskin dengan memperhatikan detail variabel

dan indikator miskin dengan memperluas kerjasama sampai pada tingkat

pemerintahan terendah dengan berbagai pihak yang berkompeten.

2. Peningkatan mutu manajemen lembaga keuangan mikro yang dapat

mendukung terwujudnya penyaluran kredit bagi pengusaha kecil dan

mikro dengan tingkat suku bunga yang rendah.

Page 115: Efektifitas Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

115

3. Pengalokasian dana APBD yang terfokus pada dinas / badan / instansi

tekhnis (yang terkoordinir) untuk mempercepat pemenuhan hak dasar

masyarakat miskin di wilayah kantong kemiskinan secara efektif dan

efisien.

4. Perlu untuk menentukan produk unggulan yang sesuai dengan

karakteristik wilayah daerah masing-masing sebagai prioritas utama

komoditas di kecamatan dalam rangka memperkuat pondasi ekonomi

sektoral.

5. Peningkatan motivasi diri dan peningkatan kompetensi / skill individu

masyarakat miskin (Self Help Effort) dengan memperbanyak program

pelatihan serta penyuluhan oleh dinas / badan / instansi tekhnis dengan

memperhatikan potensi usaha masyarakat dalam wilayah tertentu.

6. Pemerataan, pematangan serta pemantapan strategi penanggulangan

kemiskinan di setiap kecamatan agar tidak ada lagi kesenjangan yang

selama ini ada di wilayah kecamatan tertentu di Kabupaten Kutai

Kartanegara.

Page 116: Efektifitas Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

116

DAFTAR PUSTAKA Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten Kutai Kartanegara

(2009). Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD) Kabupaten Kutai Kartanegara. Bappemas : tenggarong

Badan Pusat Statistik (BPS) (2007). Kutai Kartanegara dalam angka 2007, BPS

Kutai Kartanegara : Tenggarong. Badan Pusat Statistik (BPS) dan Departemen Sosial (2002). Penduduk Fakir

Miskin Indonesia, BPS Pusat : Jakarta. Bappeda (2005). Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2004-2009,

Bappeda : Tenggarong. Bappenas (2005). Strategi Penanggulangan Kemiskinan, Tim Penyusun,

Sekretariat Kelompok Kerja Perencanaan Makro Penanggulangan Kemiskinan, Komite Penanggulangan Kemiskinan, Bappenas : Jakarta.

Nasikun (2003). Bahan Kuliah ; Isu Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan.

UGM : Yogyakarta. Nasikun (1995). Kemiskinan di Indonesia menurun, dalam perangkap kemiskinan,

problem, dan strategi pengentasannya, (Bagong Suyanto, ed). Airlangga University Press.

Indriyo Gitosudarmo, & I Nyoman Sudita. (2000). Perilaku Organisasi.BPFE

UGM : Yogyakarta. I Nyoman Sumaryadi. (2005). Efektifitas Implementasi Kebijakan Otonomi

Daerah. CV.Citra Utama : Jakarta. Kerlinger, Fert. N. (1992). Azas-azas Penelitian Behavioral. Terjemahan Landung

R. Simatupang. UGM : Yogyakarta. Koentjaraningrat. (1998). Masalah-masalah Perencanaan Penelitian. PT Gramedia

: Jakarta. Marihot Manulang.(1994). Manejemen Sumber Daya Manusia : Yogyakarta. Nana Sudjana, & Ibrahim. (2001). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Sinar

Baru Algensindo : Bandung. Sutrisno Hadi. (1990). Stasistik Penelitian. CV. Andi : Yogyakarta.

Page 117: Efektifitas Implementasi Perda Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Kemiskinan

117

Sofian Effendi & Masri Singarimbun. (1996). Metode Penelitian Ilmiah.BPEE UGM : Yogyakarta.

Windi Novia. (2004). Kamus Bahasa Indonesia. CV. Andi : Yogyakarta. Al Bantany – 112.Blogspot.com/2009/11/11/Kumpulan Teori Efektifitas.html.

(diakses tanggal 25 Mei 2011).

Setyadi, Iwan Tritenty. 2005. Evaluasi Implementasi Proyek Inovasi Manajemen Perkotaan Pekerjaan Pemberdayaan Sektor Informal Pedagang Kaki Lima Kota Magelang. (Tesis). Yogyakarta: MPKD Universitas Gadjah Mada

Edward III, Merilee S. 1980. Implementing Public Policy. Congressional Quarterly Press, Washington.