efek pemberian sari buah … · tiga tipe lobulus hepar: lobulus klasik, lobulus porta, dan asinus...

68
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i EFEK PEMBERIAN SARI BUAH BELIMBINGMANIS(Averrhoacarambola Linn.) TERHADAP KERUSAKAN HISTOLOGIS HEPAR TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) YANG DIINDUKSI PARASETAMOL SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Handayani Putri C G.0009098 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET Surakarta 2012

Upload: doancong

Post on 30-May-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: EFEK PEMBERIAN SARI BUAH … · Tiga Tipe Lobulus Hepar: Lobulus Klasik, Lobulus Porta, dan Asinus Hepar Gambar 3. Fotomikrograf Hepar Tampak Hepatosit dan Sinusoid dengan Sel-Sel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

EFEK PEMBERIAN SARI BUAH BELIMBINGMANIS(Averrhoacarambola

Linn.) TERHADAP KERUSAKAN HISTOLOGIS HEPAR TIKUS PUTIH

(Rattus norvegicus) YANG DIINDUKSI PARASETAMOL

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Handayani Putri C

G.0009098

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Surakarta

2012

Page 2: EFEK PEMBERIAN SARI BUAH … · Tiga Tipe Lobulus Hepar: Lobulus Klasik, Lobulus Porta, dan Asinus Hepar Gambar 3. Fotomikrograf Hepar Tampak Hepatosit dan Sinusoid dengan Sel-Sel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi dengan judul : Efek Pemberian Sari Buah Belimbing Manis

(Averrhoa carambola Linn.) terhadap Kerusakan Histologis Hepar Tikus

Putih (Rattus norvegicus) yang Diinduksi Parasetamol

Handayani Putri Cahyaningrum, NIM : G.0009098, Tahun: 2012

Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

Pada hari Senin, Tanggal 10 September 2012

Pembimbing Utama Nama : E. Listyaningsih S., dr., M.Kes. NIP : 19640810 199802 2 001 ……………………… Pembimbing Pendamping Nama : Selfi Handayani, dr., M.Kes. NIP : 19670214 199702 2 001 .……………………... Penguji Utama Nama : Muthmainah, dr., M.Kes. NIP : 19660702 199802 2 001 ……………………… Anggota Penguji Nama : Arif Suryawan, dr., AIFM NIP : 19580327 198601 1 001 ………………………

Surakarta,29 Agustus 2012

PERNYATAAN

Dekan FK UNS

Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM

NIP 19510601 197903 1 002

Ketua Tim Skripsi

Muthmainah, dr., M.Kes

NIP 19660702 199802 2 001

Page 3: EFEK PEMBERIAN SARI BUAH … · Tiga Tipe Lobulus Hepar: Lobulus Klasik, Lobulus Porta, dan Asinus Hepar Gambar 3. Fotomikrograf Hepar Tampak Hepatosit dan Sinusoid dengan Sel-Sel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah

diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan

sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang

pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam

naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, 10 September 2012

Handayani Putri C

NIM G.0009098

Page 4: EFEK PEMBERIAN SARI BUAH … · Tiga Tipe Lobulus Hepar: Lobulus Klasik, Lobulus Porta, dan Asinus Hepar Gambar 3. Fotomikrograf Hepar Tampak Hepatosit dan Sinusoid dengan Sel-Sel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

ABSTRAK Handayani Putri C, G.0009098, 2012. Efek Pemberian Sari Buah Belimbing Manis (Averrhoa carambola Linn.) terhadap Kerusakan Histologis Hepar Tikus Putih (Rattus norvegicus) yang Diinduksi Parasetamol. Skripsi. Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Latar Belakang: Pemberian parasetamol dosis tunggal yang besar menghasilkan metabolit yang toksik dan reaktif yang dapat mengakibatkan nekrosis hepar. Untuk melindungi hepar dari radikal bebas hasil metabolisme parasetamol, salah satunya menggunakan buah belimbing manis (Averrhoa carambola Linn.) karena mengandung flavonoid, epikatekin, proantosianidin, dan tanin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek pemberian sari buah belimbing manis terhadap kerusakan histologis hepar tikus yang diinduksi partasetamol. Metode Penelitian: Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik dengan the post test only controlled group design. Sampel berupa 28 tikus jantan, galur Wistar berumur 2-3 bulan dengan berat badan + 200 g. Sampel tikus dibagi dalam 4 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 7 ekor tikus. Teknik sampling yang dipakai adalah incidental sampling. Kelompok kontrol (K) dan perlakuan 1 (P1) tikus diberi akuades selama 14 hari. Kelompok perlakuan 2 (P2), tikus diberi sari buah belimbing manis konsentrasi 50% sebanyak 2 ml/200 g BB tikus dan kelompok perlakuan 3 (P3), tikus diberi sari buah belimbing manis konsentrasi 100% sebanyak 2 ml/200 g BB tikus selama 14 hari. Parasetamol diberikan pada kelompok P1, P2, dan P3 pada hari ke-12, 13, dan 14. Hari ke-15, tikus dikorbankan dan hepar tikus dibuat preparat dengan metode blok parafin dan pengecatan HE. Gambaran histologis hepar dinilai berdasarkan penjumlahan inti sel piknosis, karioreksis, dan kariolisis. Data dianalisis menggunakan uji One-Way ANOVA(α = 0,05) dan dilanjutkan uji Post Hoc Multiple Comparisons (LSD) (α = 0,05). Hasil: Hasil analisis data secara statistik menunjukkan adanya perbedaan nilai yang bermakna dari rata-rata skor kerusakan hepar antara K – P1, K – P2, K – P3, P1 – P2, P1 – P3, dan P2 – P3. Simpulan: Pemberian sari buah belimbing manis dapat mengurangi kerusakan histologis hepar tikus yang diinduksi parasetamol. Kata kunci: sari buah belimbing manis, parasetamol, kerusakan histologis hepar.

Page 5: EFEK PEMBERIAN SARI BUAH … · Tiga Tipe Lobulus Hepar: Lobulus Klasik, Lobulus Porta, dan Asinus Hepar Gambar 3. Fotomikrograf Hepar Tampak Hepatosit dan Sinusoid dengan Sel-Sel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

ABSTRACT Handayani Putri C, G.0009098, 2012. The Effect of Star Fruit (Averrhoa carambola Linn.) Juice to Liver Histological Damage of Rat (Rattus norvegicus) Induced by Paracetamol. Mini Thesis, Faculty of Medicine, Sebelas Maret University, Surakarta. Background: Giving of a large dose of paracetamol produce toxic metabolites and reactive which caused liver necrosis. To protect liver from free radicals that metabolism paracetamol product, one of fruit that used is star fruit (Averrhoa carambola Linn.) because it contains flavonoids, epicatechins, proanthocyanidins, and tanins. The objectives of this research are to know the effect of star fruit (Averrhoa carambola Linn.) juice to liver histological damage of rat induced by paracetamol. Methods: This was laboratory experimental research with the post test only controlled group design. In this experimental research used 28 male rats from Wistar type, 2-3 months old age and + 200 g of each weight for samples. Samples were divided into 4 groups of 7 rats each. Sampling technique used in this research was incidental sampling. The control group (K) and the first treatment group (P1), rats were given aquadest for 14 days. The second treatment group (P2), rats were given star fruits juice with the concentration of 50% as many as 2 ml/200 g body weight of rat and the third group (P3), rats were given star fruits juice with the concentration of 100% as many as 2 ml/200 g body weight of rat for 14 days. Paracetamol was given to groups of P1, P2, and P3 on the 12th, 13th, and 14th day. On the 15thday, rats were sacrificed and livers were made for preparation with paraffin block method which were stained HE. Liver histological features were assessed based on quantifying of pyknosis, karyorhexis, and karyolysis. Data were analyzed using the One-WayANOVA test (α = 0.05) and continued with Post Hoc Multiple Comparisons (LSD) test (α = 0.05). Results: Result of statistically data analysis showed that there was a significant difference of liver damage score between K – P1, K – P2, K – P3, P1 – P2, P1 – P3, dan P2 – P3. Conclusion: The feeding of star fruit juice can decrease the liver histological damage of rats (Rattus norvegicus) induced by paracetamol. Key words: star fruit juice, paracetamol, liver histological damage.

Page 6: EFEK PEMBERIAN SARI BUAH … · Tiga Tipe Lobulus Hepar: Lobulus Klasik, Lobulus Porta, dan Asinus Hepar Gambar 3. Fotomikrograf Hepar Tampak Hepatosit dan Sinusoid dengan Sel-Sel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

PRAKATA

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga penulisdapat menyelesaikan skripsi yang berjudul“Efek Pemberian Sari Buah Belimbing Manis (Averrhoa carambola Linn.) terhadap Kerusakan Histologis Hepar Tikus Putih (Rattus norvegicus) yang Diinduksi Parasetamol”. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan tingkat sarjana di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak lepas dari kerjasama dan bantuan dari berbagai pihak.Untuk itu, penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM, selaku Dekan FK

UNS Surakarta. 1. Muthmainah, dr., M.Kes, S. Enny N, SH., MH dan Mas Sunardi selaku Tim

Skripsi FK UNS yang telah memberikan arahan, bimbingan dan nasihat dalam penyusunan skripsi ini.

2. E. Listyaningsih S., dr., M.Kes, selaku Pembimbing Utama yang telah memberikan bimbingan, masukan, dan motivasi bagi penulis.

3. Selfi Handayani, dr., M.Kes, selaku Pembimbing Pendamping yang telah memberikan bimbingan, masukan, dan motivasi bagi penulis.

4. Muthmainah, dr., M.Kes, selaku Penguji Utama yang telah memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan penulisan skripsi ini.

5. Arif Suryawan, dr., AIFM, selaku Penguji Pendamping yang telah memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan penulisan skripsi ini.

6. Seluruh Dosen dan Staf Laboratorium Histologi FK UNS Surakarta yang telah membantu dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini.

7. Kedua orang tuaku (Mama dan Papa) tercinta serta adikku (Rio Cahyawan) yang telah memberikan doa, dukungan, semangat, dan motivasi, baik material maupun spiritual.

8. Sahabat-sahabatku (Reyhan, Nimas, Dila, Dewi, Ami, Fika, Nur, Marizka) yang telah memberikan dukungan dan motivasi serta membantu penulis selama pembuatan skripsi ini.

9. Hana Amatillah sebagai rekan penelitianku yang telah banyak membantu dengan ikhlas dan sabar meskipun banyak kendala dalam penelitian ini.

10. Teman-teman kelompok tutorial 15 dan 20, serta keluarga besar Asisten Histologi FK UNS, BEM, dan LKMI atas inspirasi dan kebersamaannya selama ini.

11. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Surakarta, 10 September 2012

Handayani Putri C

Page 7: EFEK PEMBERIAN SARI BUAH … · Tiga Tipe Lobulus Hepar: Lobulus Klasik, Lobulus Porta, dan Asinus Hepar Gambar 3. Fotomikrograf Hepar Tampak Hepatosit dan Sinusoid dengan Sel-Sel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

DAFTAR ISI

PRAKATA .............................................................................................................. vi

DAFTAR ISI........................................................................................................... vii

DAFTAR TABEL .................................................................................................. ix

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. x

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................ 3

C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 3

D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 3

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka ................................................................................ 5

1. Belimbing Manis (Averrhoa carambola Linn.) ......................... 5

a. Klasifikasi............................................................................... 5

b. Nama Daerah......................................................................5

c. Deskripsi Tumbuhan.............................................................. 6

d. Kandungan Kimia .................................................................. 7

e. Manfaat Belimbing Manis...................................................10

f. Sari Buah Belimbing Manis .................................................. 11

2. Histofisiologi Hepar ..................................................................... 12

a. Lobulus Hepar ........................................................................ 14

b. Parenkim Hepar ..................................................................... 16

c. Sinusoid Hepar ....................................................................... 16

3. Parasetamol................................................................................... 17

a. Farmakodinamik .................................................................... 17

b. Farmakokinetik ...................................................................... 18

c. Indikasi ................................................................................... 19

d. Dosis ....................................................................................... 19

Page 8: EFEK PEMBERIAN SARI BUAH … · Tiga Tipe Lobulus Hepar: Lobulus Klasik, Lobulus Porta, dan Asinus Hepar Gambar 3. Fotomikrograf Hepar Tampak Hepatosit dan Sinusoid dengan Sel-Sel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

e. Efek Samping ......................................................................... 20

4. Mekanisme Kerusakan Hepar akibat Paparan

Dosis Toksik Parasetamol ........................................................... 21

5. Mikroskopis Kerusakan Hepar setelah Pemberian

Dosis Toksik Parasetamol ......................................................... 23

6. Mekanisme Perlindungan Sari Buah Belimbing Manis

(Averrhoa carambola Linn.) terhadap Kerusakan Hepar ......... 25

B. Kerangka Pemikiran ........................................................................... 28

C. Hipotesis ............................................................................................. 29

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian.................................................................................. 30

B. Lokasi Penelitian............................................................................... 30

C. Subjek Penelitian .............................................................................. 30

D. Teknik Sampling ............................................................................... 31

E. Rancangan Penelitian ....................................................................... 31

F. Identifikasi Variabel Penelitian........................................................ 33

G. Definisi Operasional Variabel Penelitian ........................................ 33

H. Alat dan Bahan.................................................................................. 36

I. Cara Kerja ......................................................................................... 37

J. Teknik Analisis Data Statistik ......................................................... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Data Hasil Penelitian ........................................................................ 44

B. Analisis Data ..................................................................................... 47

BAB V PEMBAHASAN ....................................................................................... 51

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan............................................................................................ 57

B. Saran .................................................................................................. 57

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 58

LAMPIRAN

Page 9: EFEK PEMBERIAN SARI BUAH … · Tiga Tipe Lobulus Hepar: Lobulus Klasik, Lobulus Porta, dan Asinus Hepar Gambar 3. Fotomikrograf Hepar Tampak Hepatosit dan Sinusoid dengan Sel-Sel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Nilai Gizi Belimbing Manis per 100 gram

Tabel 2. Rata-Rata Jumlah Kerusakan Histologis Sel Hepar pada Masing-Masing Kelompok Tikus

Tabel 3. Ringkasan Hasil Uji LSD (α = 0,05) Tabel 4. Nilai Konversi Dosis Manusia ke Hewan

Tabel 5. Daftar Volume Maksimal Bahan Uji pada Pemberian Peroral

Tabel 6. Jumlah Sel Hepar yang Mengalami Kariopiknosis, Karioreksis, dan Kariolisis dari Setiap 100 Sel di Zona Sentrolobuler pada Kelompok Kontrol (KK)

Tabel 7. Jumlah Sel Hepar yang Mengalami Kariopiknosis, Karioreksis, dan Kariolisis dari Setiap 100 Sel di Zona Sentrolobuler pada Kelompok Perlakuan 1 (KP1)

Tabel 8. Jumlah Sel Hepar yang Mengalami Kariopiknosis, Karioreksis, dan Kariolisis dari Setiap 100 Sel di Zona Sentrolobuler pada Kelompok Perlakuan 2 (KP2)

Tabel 9. Jumlah Sel Hepar yang Mengalami Kariopiknosis, Karioreksis, dan Kariolisis dari Setiap 100 Sel di Zona Sentrolobuler pada Kelompok Perlakuan 3 (KP3)

Tabel 10. Sebaran Data Secara Deskriptif

Tabel 11. Hasil Uji Normalitas Data Saphiro-Wilk untuk Kerusakan Sel Hepar pada Empat Kelompok Tikus

Tabel 12. Hasil Uji Homogeneity of Variances untuk Kerusakan Sel Hepar pada Empat Kelompok Tikus

Tabel 13. Hasil Uji One-Way ANOVA untuk Kerusakan Sel Hepar pada Empat Kelompok Tikus

Tabel 14. Hasil Uji Post Hoc Multiple Comparisons Menggunakan Uji LSD Antardua Kelompok untuk Kerusakan Sel Hepar Tikus

Page 10: EFEK PEMBERIAN SARI BUAH … · Tiga Tipe Lobulus Hepar: Lobulus Klasik, Lobulus Porta, dan Asinus Hepar Gambar 3. Fotomikrograf Hepar Tampak Hepatosit dan Sinusoid dengan Sel-Sel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Belimbing Manis (Averrhoa carambola Linn.)

Gambar 2. Tiga Tipe Lobulus Hepar: Lobulus Klasik, Lobulus Porta, dan

Asinus Hepar

Gambar 3. Fotomikrograf Hepar Tampak Hepatosit dan Sinusoid dengan Sel-

Sel Kupffer

Gambar 4. Skema Kerangka Pemikiran

Gambar 5. Skema Rancangan Penelitian

Gambar 6. Skema Langkah-langkah Penelitian

Gambar 7. Fotomikrograf Zona Sentrolobuler Lobulus Hepar Tikus Kelompok

Kontrol (K) dengan Pengecatan HE dan Perbesaran 1000x

Gambar 8. Fotomikrograf Zona Sentrolobuler Lobulus Hepar Tikus Kelompok

Perlakuan 1 (P1) dengan Pengecatan HE dan Perbesaran 1000x

Gambar 9. Fotomikrograf Zona Sentrolobuler Lobulus Hepar Tikus Kelompok

Perlakuan 2 (P2) dengan Pengecatan HE dan Perbesaran 1000x

Gambar 10. Fotomikrograf Zona Sentrolobuler Lobulus Hepar Tikus Kelompok

Perlakuan 3 (P3) dengan Pengecatan HE dan Perbesaran 1000x

Gambar 11. Kelompok Kontrol dan Kelompok Perlakuan 1

Gambar 12. Kelompok Perlakuan 2 dan Kelompok Perlakuan 3

Gambar 13. Mikroskop dan Slide Preparat yang Digunakan dalam Pengambilan

Data

Gambar 14. Sari Buah Belimbing Manis Konsentrasi 50% dan Konsentrasi

100%

Gambar 15. Parasetamol

Gambar 16. Aquadest

Page 11: EFEK PEMBERIAN SARI BUAH … · Tiga Tipe Lobulus Hepar: Lobulus Klasik, Lobulus Porta, dan Asinus Hepar Gambar 3. Fotomikrograf Hepar Tampak Hepatosit dan Sinusoid dengan Sel-Sel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

Gambar 17. Timbangan Digital untuk Menimbang Tikus dan Parasetamol

Gambar 18. Pembuatan Sari Belimbing Manis

Gambar 19. Menyonde Tikus

Gambar 20. Pelet

Gambar 21. Pengorbanan Tikus

Gambar 22. Pembedahan Tikus

Gambar 23. Pengoperasian Mikrotom

Page 12: EFEK PEMBERIAN SARI BUAH … · Tiga Tipe Lobulus Hepar: Lobulus Klasik, Lobulus Porta, dan Asinus Hepar Gambar 3. Fotomikrograf Hepar Tampak Hepatosit dan Sinusoid dengan Sel-Sel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Tabel Nilai Konversi Dosis Manusia ke Hewan

Lampiran 2. Tabel Daftar Volume Maksimal Bahan Uji pada Pemberian Peroral

Lampiran 3. Tabel Hasil Pengamatan Preparat Histologis Hepar Tikus

Lampiran 4. Hasil Uji Statistik untuk Kerusakan Sel Hepar Tikus

Lampiran 5. Gambar Alat dan Bahan Penelitian

Lampiran 6. Surat Ijin Penelitian di Laboratorium Histologi FK UNS

Lampiran 7. Ethical clearance

Page 13: EFEK PEMBERIAN SARI BUAH … · Tiga Tipe Lobulus Hepar: Lobulus Klasik, Lobulus Porta, dan Asinus Hepar Gambar 3. Fotomikrograf Hepar Tampak Hepatosit dan Sinusoid dengan Sel-Sel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hepar adalah organ metabolik terpenting dalam tubuh, karena sangat

berperan dalam detoksifikasi zat-zat sisa dan hormon serta obat dan senyawa

asing lainnya (Sherwood, 2001). Kerusakan organ ini dapat terjadi akibat

paparan zat kimia seperti obat melalui pemberian per oral, parenteral, atau

inhalasi (Yenny et al., 2011). Meskipun sangat jarang terjadi, kerusakannya

karena obat dapat berakibat fatal. Salah satu obat yang dapat menyebabkan

hepatotoksisitas adalah parasetamol (Banyupurnama, 2009).

Parasetamol (acetaminophen; N-acetyl-p-aminophenol) merupakan

obat analgesik dan antipiretik yang telah digunakan bertahun-tahun secara

aman dan efektif (Yenny et al., 2011). Parasetamol termasuk obat bebas yang

umum digunakan oleh masyarakat, dapat diperoleh di apotek atau toko obat

tanpa harus ada resep dokter, dan merupakan salah satu obat yang paling

sering menyebabkan kematian akibat keracunan (self poisoning) (Neal, 2006;

Goodman et al., 2008). Meskipun aman dikonsumsi pada dosis terapi, pada

pemberian dosis tunggal yang besar parasetamol dapat mengakibatkan

nekrosis sentrolobular hepar yang serius dan berakibat fatal (James et

al.,2003). Penggunaan dosis toksis parasetamol juga bisa mengakibatkan

nekrosis tubuli renalis serta koma hipoglikemik (Wilmana dan Gunawan,

2007). Obat-obatan yang memiliki aktivitas antioksidan diketahui efektif

Page 14: EFEK PEMBERIAN SARI BUAH … · Tiga Tipe Lobulus Hepar: Lobulus Klasik, Lobulus Porta, dan Asinus Hepar Gambar 3. Fotomikrograf Hepar Tampak Hepatosit dan Sinusoid dengan Sel-Sel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

mengobati hepatotoksisitas akibat parasetamol dengan cara

menangkap radikal bebas hasil metabolisme parasetamol. Bebarapa laporan

menunjukkan kemampuan penangkapan radikal bebas oleh antioksidan terjadi

pada tumbuhan (Jayshree dan Narayanan, 2011).

Buah-buahan merupakan salah satu jenis makanan yang kaya akan

antioksidan. Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa mengkonsumsi

buah-buahan berguna untuk mencegah berbagai macam penyakit, seperti

kanker, penyakit hati, penyakit yang berhubungan dengan proses penuaan,

dan lain-lain (Rohman et al., 2009).

Belimbing manis (Averrhoa carambola Linn.) merupakan salah satu

buah yang banyak dikonsumsi masyarakat sebagai obat tradisional atau obat

alternatif. Belimbing manis juga dipercaya berkhasiat sebagai antiinflamasi,

antipiretik, diuretik, antioksidan, mengatasi batuk rejan, diare, dan

meningkatkan daya tahan tubuh (Adi, 2007; Sitorus, 2011; Suwarto, 2010;).

Buah belimbing manis mempunyai nilai gizi yang cukup banyak, yaitu

lemak, karbohidrat, protein, serat, dan asam organik. Beberapa vitamin,

seperti vitamin A, vitamin B1 (tiamin), vitamin B2 (riboflavin), niacin

(nikotinamida), dan vitamin C. Belimbing manis juga mengandung beberapa

mineral, antara lain besi (Fe), fosfor (P), dan kalsium (Ca). Belimbing manis

juga diketahui mengandung flavonoid dan polifenol (Departemen Pertanian,

2002; Rohman et al., 2009). Berdasarkan kandungan zat gizinya, belimbing

manis dipercaya sebagai sumber antioksidan alami bagi tubuh yang mampu

menangkap radikal bebas sehingga dapat meminimalkan risiko yang

Page 15: EFEK PEMBERIAN SARI BUAH … · Tiga Tipe Lobulus Hepar: Lobulus Klasik, Lobulus Porta, dan Asinus Hepar Gambar 3. Fotomikrograf Hepar Tampak Hepatosit dan Sinusoid dengan Sel-Sel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

ditimbulkan oleh oksidasi radikal bebas (Leong dan Shui, 2002; Shui dan

Leong, 2006). Hal ini terbukti dengan adanya penelitian yang dilakukan oleh

Rohman et al. (2009), bahwa buah belimbing manis memiliki aktivitas

pengikatan radikal bebas terhadap 2,2-Difenyl-1-Pikril Hidrazil (DPPH).

Penelitian mengenai penggunaan buah belimbing manis terhadap

kerusakan hepar belum pernah diteliti. Berdasarkan hal tersebut, peneliti ingin

membuktikan apakah belimbing manis memberikan efek terhadap kerusakan

histologis hepar akibat pemberian parasetamol.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

Apakah pemberian sari buah belimbing manis (Averrhoa carambola Linn.)

dapat mencegah atau mengurangi kerusakan histologis hepar tikus putih

(Rattus norvegicus) yang diinduksi parasetamol?

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui ada tidaknya efek pemberian sari buah belimbing

manis (Averrhoa carambola Linn.) dalam mencegah atau mengurangi

kerusakan histologis hepar tikus putih (Rattus norvegicus) yang diinduksi

parasetamol.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Ilmiah

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah

mengenai ada tidaknya efek pemberian sari buah belimbing manis

Page 16: EFEK PEMBERIAN SARI BUAH … · Tiga Tipe Lobulus Hepar: Lobulus Klasik, Lobulus Porta, dan Asinus Hepar Gambar 3. Fotomikrograf Hepar Tampak Hepatosit dan Sinusoid dengan Sel-Sel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

(Averrhoa carambola Linn.) terhadap kerusakan histologis hepar

tikus (Rattus norvegicus) yang diinduksi parasetamol.

b. Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan acuan untuk

penelitian lebih lanjut, misalnya penelitian dengan subjek manusia.

2. Manfaat Aplikatif

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi

masyarakat untuk menggunakan buah belimbing manis (Averrhoa

carambola Linn.) sebagai obat alternatif untuk mencegah kerusakan sel

hepar.

Page 17: EFEK PEMBERIAN SARI BUAH … · Tiga Tipe Lobulus Hepar: Lobulus Klasik, Lobulus Porta, dan Asinus Hepar Gambar 3. Fotomikrograf Hepar Tampak Hepatosit dan Sinusoid dengan Sel-Sel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Belimbing Manis (Averrhoa carambola Linn.)

a. Klasifikasi Tumbuhan

Dalam taksonomi tumbuhan, belimbing manis diklasifikasikan

sebagai berikut

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Superdivisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Subkelas : Rosidae

Ordo : Geraniales

Famili : Oxalidaceae

Genus : Averrhoa Adans.

Spesies : Averrhoa carambola L.

(United States Departmen of Agriculture, 2011)

b. Nama Daerah

Tumbuhan belimbing manis tersebar hampir di seluruh wilayah

Indonesia dan memiliki nama yang berbeda-beda di setiap daerah.

Seperti di Sumatra dikenal dengan asam jorbing, belimbing manis; di

Page 18: EFEK PEMBERIAN SARI BUAH … · Tiga Tipe Lobulus Hepar: Lobulus Klasik, Lobulus Porta, dan Asinus Hepar Gambar 3. Fotomikrograf Hepar Tampak Hepatosit dan Sinusoid dengan Sel-Sel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

Jawa dikenal dengan blimbing legi, bhalimbhing manes, belimbing

amis, blimbing lenger, belimbing lingir, calingcing amis, libi melai,

bebalingbing manis (Sunda); di Sulawesi dikenal dengan lumpias

manis, rumpias, lumpiat morominit, lopias eme, lembetue lombiato,

lombituko gula, takule, bainang sulapa (Makasar), pulirang taning,

balireng (Bugis), nggalabola; di Maluku dikenal dengan baknil kalluir,

haurelapasaki, taulela pasaki, ifel emroro, malibi totofuo, balibi

totofuko, tufuo (Wiryowidagdo dan Sitanggang, 2002; Wijayakusuma

dan Dalimartha, 1998).

c. Deskripsi Tumbuhan

Gambar 1. Belimbing Manis (Averrhoa carambola Linn.) (Wikipedia, 2012)

Belimbing Manis (Indonesia) atau Starfruit (Inggris) merupakan

tanaman yang tumbuh di daerah tropis. Di Indonesia belimbing manis

1

2

3

4

Keterangan :

1. Bunga Belimbing Manis 2. Daun Belimbing Manis 3. Batang pohon Belimbing Manis 4. Buah Belimbing Manis

Page 19: EFEK PEMBERIAN SARI BUAH … · Tiga Tipe Lobulus Hepar: Lobulus Klasik, Lobulus Porta, dan Asinus Hepar Gambar 3. Fotomikrograf Hepar Tampak Hepatosit dan Sinusoid dengan Sel-Sel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

dapat tumbuh pada tempat dengan ketinggian kurang dari 500 m dari

permukaan laut. Pohon belimbing manis memiliki tinggi mencapai 12

m, mempunyai banyak percabangan yang arahnya agak mendatar

sehingga pohon ini tampak menjadi rindang. Belimbing manis

mempunyai daun yang mejemuk menyirip ganjil dengan anak daun

berbentuk bulat telur, ujung runcing, tepi rata, permukaan atas

mengkilap, permukaan bawah buram, panjang 1,75 – 9 cm dan lebar

1,25 – 4,5 cm (Wijayakusuma dan Dalimartha, 1998).

Tanaman belimbing manis bukan merupakan buah musiman

karena berbunga sepanjang tahun. Bunganya majemuk tersusun dengan

baik, berwarna merah keunguan, keluar dari ketiak daun dan diujung

cabang, ada juga yang keluar dari dahannya. Buah belimbing manis

berwarna kuning saat matang, mengandung banyak air, dan berdaging.

Panjang buah 4-12,5 cm, permukaan licin, dan berbentuk bintang

apabila dipotong melintang. Biji buah belimbing manis berwarna putih

kotor kecokelatan, pipih, berbentuk elips dengan kedua ujung lancip.

Perbanyakannya dapat dengan biji, okulasi, atau cangkok

(Wijayakusuma dan Dalimartha, 1998).

d. Kandungan Kimia

Buah belimbing manis mengandung senyawa kimia seperti

saponin, alkaloid, flavonoid, tanin, protein, besi, fosfor, vitamin A,

vitamin B1, vitamin B2, vitamin C, pectin, serat, dan karotenoid (Payal

et al., 2012). Aktivitas antioksidan yang tinggi dari buah belimbing

Page 20: EFEK PEMBERIAN SARI BUAH … · Tiga Tipe Lobulus Hepar: Lobulus Klasik, Lobulus Porta, dan Asinus Hepar Gambar 3. Fotomikrograf Hepar Tampak Hepatosit dan Sinusoid dengan Sel-Sel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

manis disebabkan oleh kandungan vitamin C dan senyawa fenol,

terutama epikatekin dan proantosianidin (Leong dan Shui, 2002; Shui

dan Leong, 2004). Belimbing manis juga mengandung beberapa

mineral seperti Ca, Mg, K, Na, dan Zn. Perbandingan kandungan

kalium dan natrium pada buah belimbing yaitu 66:1, sehingga dapat

digunakan sebagai antihipertensi (Astawan, 2008).

Flavonoid, tanin, epikatekin, dan proantosianidin yang

terkandung dalam buah belimbing manis termasuk dalam golongan

senyawa fenol. Fenol banyak memiliki manfaat bagi kesehatan, salah

satunya yaitu mengurangi risiko penyakit jantung dengan menghambat

oksidasi LDL (Low Density Lipoprotein). Senyawa fenol yang memiliki

banyak gugus hidroksil sangat efektif mencegah oksidasi lipid.

Kekuatan senyawa fenol sebagai antioksidan tergantung dari beberapa

faktor, salah satunya yaitu kemampuan dalam memberi donor hidrogen

atau elektron serta kemampuannya dalam ”merantas” radikal bebas

(free radical scavengers). Semua polifenol mampu ”merantas” oksigen

dan radikal alkil dengan memberikan donor elektron sehingga terbentuk

radikal fenoksil yang relatif stabil (Mokgope, 2006).

Page 21: EFEK PEMBERIAN SARI BUAH … · Tiga Tipe Lobulus Hepar: Lobulus Klasik, Lobulus Porta, dan Asinus Hepar Gambar 3. Fotomikrograf Hepar Tampak Hepatosit dan Sinusoid dengan Sel-Sel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

Tabel 1. Nilai Gizi Belimbing Manis per 100 gram

Komponen Gizi Satuan Kandungan per

100 gram

Air g 91,38

Energi kkal 31

Protein g 1,04

Lemak g 0,33

Karbohidrat g 6,73

Serat g 2,8

Gula g 3,98

Mineral

Kalsium (Ca) mg 3

Besi (Fe) mg 0,08

Magnesium (Mg) mg 10

Fosfor (P) mg 12

Kalium (K) mg 133

Natrium (Na) mg 2

Zink (Zn) mg 0,12

Vitamin

Vitamin C mg 34,4

Thiamin mg 0,014

Riboflavin mg 0,016

Niacin mg 0,367

Vitamin B-6 mg 0,017

Folat µg 12

Vitamin E (α-tocopherol) mg 0,15

Vitamin A IU 61

Beta-karoten µg 25

Kolin mg 7,6

(Sumber : USDA, 2011)

Page 22: EFEK PEMBERIAN SARI BUAH … · Tiga Tipe Lobulus Hepar: Lobulus Klasik, Lobulus Porta, dan Asinus Hepar Gambar 3. Fotomikrograf Hepar Tampak Hepatosit dan Sinusoid dengan Sel-Sel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

e. Manfaat Belimbing Manis

Buah belimbing manis biasanya dikonsumsi langsung sebagai

buah atau diolah menjadi jus buah dan minuman (Shui dan Leong,

2006). Tanaman belimbing manis memiliki banyak khasiat yang

dipercaya oleh masyarakat. Secara tradisional, akar belimbing

digunakan sebagai antiinflamasi dan diuretik, daunnya sebagai

antiinflamasi, antipiretik, dan diuretik, sedangkan bunganya sebagai

antipiretik dan ekspektoran (Suwarto, 2010). Selain itu sari buah

belimbing manis sangat efektif untuk menurunkan kolesterol (Astawan,

2008).

Buah belimbing sendiri dipercaya berkhasiat sebagai

antiinflamasi, antipiretik, diuretik, antioksidan, mengatasi batuk rejan,

gusi berdarah, sakit gigi, bisul, koreng, diare, dan meningkatkan daya

tahan tubuh (Adi, 2007; Suwarto, 2010). Di Brazil buah belimbing

digunakan sebagai diuretik, di China digunakan sebagai antipiretik,

sedangkan di India digunakan untuk menghambat perdarahan karena

hemoroid, antioksidan dan astringen. (Payal et al., 2012; Somali dan

Soemodihardjo, 2009; Thomas et al., 2008).

Page 23: EFEK PEMBERIAN SARI BUAH … · Tiga Tipe Lobulus Hepar: Lobulus Klasik, Lobulus Porta, dan Asinus Hepar Gambar 3. Fotomikrograf Hepar Tampak Hepatosit dan Sinusoid dengan Sel-Sel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

f. Sari Buah Belimbing Manis

Sari buah belimbing manis adalah sari dari buah belimbing manis

tanpa penambahan zat apapun. Buah belimbing manis yang digunakan

adalah buah belimbing manis varietas Demak yang sudah matang.

Faktor yang perlu diperhatikan dalam membuat sari buah antara

lain buah yang digunakan harus segar, banyak tersedia, mengandung

kadar air yang tinggi (juicy), tidak hambar, tidak rusak, dan tidak busuk

(Panjaitan, 2000).

Sebelum pembuatan sari buah, harus dilakukan sortasi terlebih

dahulu. Buah belimbing manis yang dipilih adalah buah yang utuh,

tidak terkontaminasi mikroba (tidak busuk), dan matang penuh.

Selanjutnya, buah belimbing manis dibersihkan dari bijinya kemudian

diparut dan diperas untuk diambil sarinya. Sari buah belimbing yang

diperoleh dari proses ini disebut sari buah belimbing manis konsentrasi

100%. Untuk memperoleh sari belimbing manis konsentrasi 200%,

maka sari belimbing manis konsentrasi 100% dipekatkan menjadi

setengah volume awal dengan menggunakan waterbath pada suhu 48-

490C. Tujuan dilakukannya pemekatan adalah untuk memperoleh bahan

aktif yang lebih banyak dengan kandungan air yang lebih sedikit

(Panjaitan, 2000).

Page 24: EFEK PEMBERIAN SARI BUAH … · Tiga Tipe Lobulus Hepar: Lobulus Klasik, Lobulus Porta, dan Asinus Hepar Gambar 3. Fotomikrograf Hepar Tampak Hepatosit dan Sinusoid dengan Sel-Sel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

2. Histofisiologi Hepar

Hepar adalah organ tubuh terbesar dan merupakan kelenjar terbesar

dalam tubuh, dengan berat sekitar 1,5 kg. Hepar terletak di kuadaran kanan

atas dan sebagian kuadran kiri atas dari rongga perut di bawah diafragma

dan dilindungi oleh tulang rusuk. Posisi hepar dalam sistem sirkulasi

sangat strategis untuk melakukan fungsi pengambilan, transformasi,

penyimpanan, dan distribusi berbagai metabolit, serta berperan

menetralisasi dan mengeliminasi zat-zat toksik. Organ ini juga berfungsi

mengatur kadar glukosa darah dan lipoprotein densitas sangat rendah

(Very Low Density Lipoproteins (VLDLs)) yang bersirkulasi. Semua

protein plasma dalam sirkulasi disintesis dan disekresi oleh hepar, kecuali

gama globulin. Hepar sebagai organ endokrin mampu memodifikasi

struktur dan fungsi dari berbagai hormon. Selain sebagai organ endokrin,

hepar juga berfungsi sebagai organ eksokrin yaitu untuk menyekresi

empedu yang mengandung air, elektrolit, garam empedu, fosfolipid,

kolesterol, garam anorganik, dan pigmen empedu (Gartner dan Hiatt,

2007; Junqueira dan Carneiro, 2007; Linseth, 2006; Ross et al., 2003).

Hepar dibagi menjadi empat lobus, yaitu lobus kanan, kiri,

kuadratus, dan kaudatus. Lobus kanan dan kiri merupakan lobus yang

paling besar. Setiap lobus hepar terbagi lagi menjadi struktur yang disebut

lobulus, yang merupakan unit mikroskopis dan fungsional hepar. Setiap

lobules merupakan badan heksagonal yang terdiri dari lempeng-lempeng

hepatosit (parenkim hepar) berbentuk kubus, tersusun radial mengelilingi

Page 25: EFEK PEMBERIAN SARI BUAH … · Tiga Tipe Lobulus Hepar: Lobulus Klasik, Lobulus Porta, dan Asinus Hepar Gambar 3. Fotomikrograf Hepar Tampak Hepatosit dan Sinusoid dengan Sel-Sel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

vena sentralis. Di antara parenkim hepar terdapat kapiler-kapiler yang

disebut sebagai sinusoid, yang merupakan cabang vena porta dan arteri

hepatika. Sinusoid ini dibatasi oleh sel fagositik atau sel Kupffer. Sel

Kupffer merupakan sistem monosit-makrofag, dan fungsi utamanya adalah

menelan bakteri dan benda asing lain dalam darah. Selain cabang-cabang

vena porta dan arteri hepatika yang melingkari bagian perifer lobulus

hepar, juga terdapat saluran empedu (duktus biliaris) (Lindseth, 2006).

Hepar menerima sebagian besar pasokan darah (sekitar 75 %) dari

vena porta hepatika, sedangkan sebagian kecil lainnya berasal dari arteri

hepatika, dimana kedua pembuluh darah tersebut memasuki hepar melalui

porta hepatis atau hilum. Darah yang dialirkan ke hepar melalui vena porta

hepatika berasal dari saluran cerna dan organ-organ utama abdomen,

seperti pankreas dan limpa. Semua zat yang diabsorbsi melalui saluran

cerna mencapai hepar melalui vena porta, kecuali lipid kompleks

(kilomikron) yang diangkut terutama oleh pembuluh limfe. Oleh sebab itu,

hepar merupakan organ pertama yang menerima substrat metabolik dan

nutrien, dan organ pertama yang terpapar oleh zat-zat toksik yang

diabsorbsi melalui saluran cerna. Arteri hepatika yang merupakan cabang

dari arteri coeliacus membawa darah teroksigenasi ke hepar. Sel-sel hepar

(hepatosit) tidak pernah menerima darah yang teroksigenasi sepenuhnya

karena darah dari vena porta dan arteri hepatika telah tercampur sebelum

dialirkan ke hepatosit (Junqueira dan Carneiro, 2007; Ross et al., 2003).

Page 26: EFEK PEMBERIAN SARI BUAH … · Tiga Tipe Lobulus Hepar: Lobulus Klasik, Lobulus Porta, dan Asinus Hepar Gambar 3. Fotomikrograf Hepar Tampak Hepatosit dan Sinusoid dengan Sel-Sel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

a. Lobulus Hepar

Terdapat tiga konsep yang menggambarkan struktur hepar sebagai

unit fungsional, yaitu lobulus klasik, lobulus porta, dan asinus hepar

(Ross et al., 2003).

Gambar 2. Tiga Tipe Lobulus Hepar: Lobulus Klasik, Lobulus Porta, dan Asinus Hepar (Gartner dan Hiatt, 2007)

Lobulus klasik terdiri atas tumpukan lempeng-lempeng hepatosit

yang saling beranastomose dan dipisahkan oleh sinusoid membentuk

suatu kompleks labirin dan struktur seperti busa. Vena sentralis sebagai

pusat lobulus, merupakan tempat mengalirnya darah dari sinusoid.

Masing-masing lobulus berbentuk heksagon berukuran 2 x 0,7 mm

(Junqueira dan Carneiro, 2005; Ross et al., 2003).

Lobulus porta adalah suatu daerah segitiga dengan celah porta

sebagai pusatnya dan bagian-bagian tepi lobulus dibatasi oleh garis

lurus imajiner yang menghubungkan tiga vena sentralis terdekat dengan

celah porta. Konsep ini sesuai dengan fungsi eksokrin hepar yang

Page 27: EFEK PEMBERIAN SARI BUAH … · Tiga Tipe Lobulus Hepar: Lobulus Klasik, Lobulus Porta, dan Asinus Hepar Gambar 3. Fotomikrograf Hepar Tampak Hepatosit dan Sinusoid dengan Sel-Sel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

mengalirkan empedu dari bagian tengah lobulus klasik menuju duktus

biliaris pada celah porta (Gartner dan Hiatt, 2007).

Konsep ketiga dari lobulus hepar adalah asinus hepar

(Rappaport). Asinus hepar merupakan suatu daerah berbentuk oval atau

belah ketupat yang mempunyai dua aksis yaitu aksis pendek dan

panjang. Aksis pendek adalah jarak antara dua celah porta yang

terbentang sepanjang perbatasan antara dua lobulus klasik. Aksis

panjang asinus hepar merupakan garis imajiner antara dua vena

sentralis yang terdekat dengan aksis pendek. Konsep tersebut

didasarkan pada aliran darah arteri dan vena penyalur (distributing

artery/vein) yang berasal dari celah porta. Asinus hepar dibagi menjadi

tiga zona berdasarkan letaknya terhadap arteri dan vena penyalur:

1) Zona 1 : zona aktif, sel-sel paling dekat pembuluh darah,

akibatnya zona ini yang pertama kali dipengaruhi oleh perubahan

darah yang masuk. Zona 1 dikenal juga sebagai zone of permanent

function.

2) Zona 2 : zona intermedia, sel-selnya memberi respons kedua

terhadap darah. Zona 2 disebut juga intermediate zone.

3) Zona 3 : zona pasif, aktivitas sel-selnya rendah dan tampak aktif

bila kebutuhan meningkat (Gartner dan Hiatt, 2007 ; Leeson et al.,

1998 ; Ross et al., 2003).

Page 28: EFEK PEMBERIAN SARI BUAH … · Tiga Tipe Lobulus Hepar: Lobulus Klasik, Lobulus Porta, dan Asinus Hepar Gambar 3. Fotomikrograf Hepar Tampak Hepatosit dan Sinusoid dengan Sel-Sel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

b. Parenkim Hepar

Parenkim hepar terdiri atas sel-sel hepar (hepatosit). Hepatosit

tersusun berderet secara radier dalam lobulus hepar. Lempeng-lempeng

hepatosit ini secara radial bermula dari tepian lobulus menuju ke vena

sentralis sebagai pusatnya. Sel hepar berbentuk poligonal dengan 6 atau

lebih permukaan, berukuran sekitar 20-30 µm, dengan membran sel

yang jelas, inti bulat atau lonjong dengan permukaan teratur dan

besarnya bervariasi. Pada pewarnaan dengan hematoksilin dan eosin,

sitoplasma hepatosit bersifat eosinofilik, terutama disebabkan

banyaknya mitokondria dan sedikitnya retikulum endoplasma halus.

Permukaan sel hepar berkontak dengan dinding sinusoid melalui celah

disse dan juga kontak dengan permukaan hepatosit lain (Junqueira dan

Carneiro, 2007; Lesson et al., 1998).

c. Sinusoid Hepar

Sinusoid hepar merupakan pembuluh yang melebar tidak teratur.

Sinusoid hanya terdiri dari satu lapis endotel yang tidak kontinyu dan

mempunyai pembatas yang tidak sempurna sehingga memungkinkan

pengaliran makromolekul dengan mudah dari lumen ke sel-sel hepar

dan sebaliknya. Sinusoid dikelilingi dan disokong oleh selubung serabut

retikuler halus yang penting untuk mempertahankan bentuknya.

Sinusoid hepar menempati celah antara lempeng-lempeng hepatosit.

Sel-sel endotel dipisahkan dari hepatosit yang berdekatan oleh celah

subendotel yang disebut celah disse. Celah disse mengandung

Page 29: EFEK PEMBERIAN SARI BUAH … · Tiga Tipe Lobulus Hepar: Lobulus Klasik, Lobulus Porta, dan Asinus Hepar Gambar 3. Fotomikrograf Hepar Tampak Hepatosit dan Sinusoid dengan Sel-Sel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

mikrovili dari hepatosit. Pada sinusoid terdapat sel fagositik yang

dikenal sebagai sel kupffer pada permukaan luminal dari sel-sel

endotelnya. Sel-sel Kupffer menyusun sekitar 15 % dari populasi sel

hepar (Gartner dan Hiatt, 2007; Junqueira dan Carneiro, 2007).

Gambar 3. Fotomikrograf Hepar Tampak Hepatosit (H),dan Sinusoid (S) dengan Sel-Sel Kupffer (Tanda Panah) (Berman, 2003)

3. Parasetamol

a. Farmakodinamik

Parasetamol atau yang lebih dikenal dengan nama asetaminofen

(N-acetyl-p-aminophenol (APAP)) adalah metabolit aktif dari fenasetin

yang memiliki efek analgetik-antipiretik dan tersedia sebagai obat bebas

(Wilmana dan Gunawan, 2007; Furst dan Munster, 2002). Efek

antipiretik dari parasetamol ditimbulkan oleh gugus aminobenzen

(Katzung, 2007). Efek analgesik-antipiretik parasetamol diperantarai

oleh penghambatan sintesis prostaglandin dalam susunan saraf pusat.

Obat ini mempunyai efek antiinflamasi yang lemah sehingga tidak

Page 30: EFEK PEMBERIAN SARI BUAH … · Tiga Tipe Lobulus Hepar: Lobulus Klasik, Lobulus Porta, dan Asinus Hepar Gambar 3. Fotomikrograf Hepar Tampak Hepatosit dan Sinusoid dengan Sel-Sel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

diberikan pada pasien yang mengalami inflamasi kronis (Goodman et

al., 2008; Hoffman et al., 2007).

b. Farmakokinetik

Parasetamol diberikan secara oral. Absorbsi parasetamol

tergantung kecepatan pengosongan lambung dan kadar puncaknya

dalam darah biasa tercapai dalam waktu 30-60 menit. Konsentrasi

tertinggi dalam plasma dicapai dalam waktu setengah jam dan masa

paruh plasma antara 1-3 jam. Di dalam plasma, sebanyak 25%

parasetamol terikat protein plasma. Parasetamol dimetabolisme oleh

enzim mikrosom hepar melalui 3 jalur yaitu glukuronidasi, sulfatasi,

dan oksidasi oleh sitokrom P450 (C-P450) (Meganathan et al., 2011). Di

dalam hati, 80% dikonjugasi dengan asam glukuronat menjadi bentuk

glukuronida dan sebagian kecil lainnya dengan asam sulfat menjadi

metabolit sulfat yang secara farmakologis tidak aktif (Furst dan

Munster, 2002; Wilmana dan Gunawan, 2007). Ketika jalur

glukuronidasi dan sulfatasi ini tidak dapat digunakan lagi disebabkan

asupan parasetamol jauh melebihi dosis terapi, maka parasetamol

berlebih ini akan dimetabolisme melalui jalur C-P450. Konjugasi

melalui jalur C-P450 akan menghasilkan N-asetyl-p-benzoquinoneimine

(NAPQI) yang sangat elektrofilik dan reaktif. Walaupun jumlahnya

sedikit, NAPQI merupakan metabolit yang penting karena bersifat

toksik terhadap hati dan ginjal. Waktu paruh eliminasi parasetamol

Page 31: EFEK PEMBERIAN SARI BUAH … · Tiga Tipe Lobulus Hepar: Lobulus Klasik, Lobulus Porta, dan Asinus Hepar Gambar 3. Fotomikrograf Hepar Tampak Hepatosit dan Sinusoid dengan Sel-Sel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

adalah sekitar 2-3 jam setelah dosis terapeutik, tetapi dapat memanjang

pada pasien dengan gangguan hepar (Katzung, 2007).

c. Indikasi

Parasetamol dapat digunakan untuk mengatasi nyeri ringan

sampai sedang seperti nyeri kepala, myalgia, nyeri pasca persalinan,

dan keadaan lain dimana aspirin tidak efektif sebagai analgesik. Karena

tidak memiliki efek antiinflamasi yang bermakna, parasetamol tidak

adekuat untuk terapi peradangan walaupun dapat digunakan sebagai

analgesik tambahan. Parasetamol lebih banyak digunakan daripada

aspirin pada penderita hemofilia atau dengan riwayat ulkus peptikum

dan pada mereka yang mengalamai bronkospasme dipicu aspirin (Furst

dan Munster, 2002). Konsumsi Parasetamol dosis terapeutik, baik

tunggal maupun terbagi tidak memengaruhi sistem kardiovaskuler,

sistem respirasi, keseimbangan asam-basa, kadar asam urat, serta

koagulasi darah (Katzung, 2007).

d. Dosis

Dosis terapi parasetamol untuk dewasa 300-1000 mg per hari dan

tidak melebihi 4000 mg (2000 mg/hari untuk alkoholik kronis). Dosis

tunggal pada anak-anak sekitar 40-480 mg tergantung usia dan berat

badan anak. Biasanya, dosis 10 mg/kg Berat Badan masih aman

dikonsumsi (Goodman et al., 2008).

Page 32: EFEK PEMBERIAN SARI BUAH … · Tiga Tipe Lobulus Hepar: Lobulus Klasik, Lobulus Porta, dan Asinus Hepar Gambar 3. Fotomikrograf Hepar Tampak Hepatosit dan Sinusoid dengan Sel-Sel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

e. Efek Samping

Efek samping yang sering terjadi adalah reaksi hipersensitivitas

dan kelainan darah. Pada penggunaan kronis dari 3-4 g sehari dapat

menimbulkan kerusakan hati dan pada dosis di atas 6 g dapat

menyebabkan nekrosis hati irreversibel (Tjay dan Rahardja, 2008).

Hepatotoksisitas dapat terjadi bila mengonsumsi parasetamol dosis

tunggal 10-15 g (150 sampai 250 mg/kg BB), sedang penggunaan pada

dosis 20-25 g atau lebih dapat menyebabkan kematian (Goodman et

al., 2008; Wilmana dan Gunawan, 2007). Keracunan parasetamol

awalnya ditandai dengan gangguan gastrointestinal ringan (mual dan

mutah) yang muncul selama 12-24 jam pertama keracunan akut

parasetamol, tetapi banyak pula pasien yang tidak mengalami gejala

apapun selama periode waktu ini. Kenaikan enzim-enzim hepar dan

bilirubin terjadi pada 1-3 hari setelah mengonsumsi parasetamol.

Selama 3-5 hari berikutnya, mulai tampak tanda dan gejala kerusakan

hepar yang dapat disertai dengan nyeri subkostal kanan, hepatomegali,

penyakit kuning (jaundice), ensefalopati, dan koagulopati. Pada hasil

pemeriksaan biopsi hepar menunjukkan adanya nekrosis

sentrolobularis. Pasien yang telah mengalami kerusakan hepar dapat

berkembang menjadi koma hepatik atau sindrom hepatorenal dan

bahkan berakhir pada kematian (DiPiro et al., 2008; Hoffman et al.,

2007).

Page 33: EFEK PEMBERIAN SARI BUAH … · Tiga Tipe Lobulus Hepar: Lobulus Klasik, Lobulus Porta, dan Asinus Hepar Gambar 3. Fotomikrograf Hepar Tampak Hepatosit dan Sinusoid dengan Sel-Sel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

4. Mekanisme Kerusakan Hepar Akibat Paparan Dosis Toksik

Parasetamol

Pada keadaan normal, senyawa NAPQI yang merupakan metabolit

minor parasetamol akan didetoksifikasi melalui konjugasi dengan glutation

(GSH) yang berikatan dengan gugus sulfhidril dan kemudian

dimetabolisme lebih lanjut menjadi asam merkapturat, bersifat non-toksik,

yang selanjutnya diekskresi ke dalam urine (Zhang et al., 2007; Furst dan

Munster, 2002). Reaksi detoksifikasi tersebut dikatalisis oleh enzim

glutation S-transferase yang terdapat dalam sitosol sel hepar dengan

jumlah yang tinggi. Enzim glutation S-transferase juga dapat ditemukan

dalam jaringan lainnya, tetapi dengan jumlah yang lebih rendah (Winarsi,

2007).

Pada keadaan overdosis parasetamol, terjadi peningkatan metabolit

NAPQI dalam tubuh. Hal ini disebabkan oleh jalur metabolisme

glukoronidasi dan sulfasi yang menjadi jenuh. Selama glutation masih

tersedia untuk mendetoksifikasi NAPQI tersebut, tidak akan terjadi reaksi

hepatotoksisitas. Namun, apabila kecepatan dan jumlah pembentukkan

NAPQI telah melampaui persediaan dan regenerasi glutation, maka akan

terjadi pengosongan (deplesi) glutation sehingga kadar GSH dalam sel hati

maupun GSH dalam sel-sel lain, seperti sel ginjal, sel otot, sel jantung, sel

darah merah, dan lain sebagainya akan menjadi sangat berkurang dan

terjadi penimbunan metabolit NAPQI yang toksik dan reaktif. Deplesi

glutation intraseluler akan mengakibatkan hepatosit lebih rentan ter

Page 34: EFEK PEMBERIAN SARI BUAH … · Tiga Tipe Lobulus Hepar: Lobulus Klasik, Lobulus Porta, dan Asinus Hepar Gambar 3. Fotomikrograf Hepar Tampak Hepatosit dan Sinusoid dengan Sel-Sel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

hadap stres oksidatif dan apoptosis (Winarsi, 2007; Hoffman et al.,

2007; Zhang et al., 2007; James et al., 2003). Pada akhirnya NAPQI akan

memiliki peluang untuk berikatan secara kovalen dengan makromolekul

sel seperti lipid, protein, dan DNA. Reaksi antara NAPQI dengan

makromolekul akan memacu terbentuknya Reactive Oxygen Species

(ROS) (Goodman et al., 2008).

Pengurangan GSH secara tidak langsung dapat menimbulkan

terjadinya stres oksidatif akibat penurunan proteksi dari antioksidan

endogen (antioksidan enzimatik), yang juga dapat menyebabkan terjadinya

peroksidasi lipid (Maser et al., 2002). Peroksidasi lipid merupakan bagian

dari proses atau reaksi berantai (chain reactions) terbentuknya radikal

bebas baru dan menghasilkan produk akhir berupa malondialdehid

(MDA). Peroksidasi lipid di dalam tubuh dapat menyebabkan kematian sel

akibat proses oksidasi berlebihan dalam membran sel. Tingginya kadar

radikal bebas dalam tubuh dapat ditunjukkan oleh rendahnya aktivitas

enzim antioksidan dan tingginya kadar MDA dalam plasma (Mayes, 2003;

Rubin et al., 2005, Winarsi, 2007). Selain itu, reaksi pembentukan NAPQI

akibat detoksifikasi oleh C-P450 memacu terbentuknya radikal bebas

superoksida (O2-) yang dinetralisir oleh superoksida dismutase (SOD)

menjadi hidrogen peroksida (H2O2), suatu ROS yang tidak begitu

berbahaya (Ojo et al., 2006). Namun, adanya logam transisi seperti Cu dan

Fe akan terbentuk radikal hidroksil (OH) yang sangat berbahaya dan dapat

Page 35: EFEK PEMBERIAN SARI BUAH … · Tiga Tipe Lobulus Hepar: Lobulus Klasik, Lobulus Porta, dan Asinus Hepar Gambar 3. Fotomikrograf Hepar Tampak Hepatosit dan Sinusoid dengan Sel-Sel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

menghancurkan struktur sel, melalui reaksi Haber-Weiss dan Fenton

(Winarsi, 2007).

5. Mikroskopis Kerusakan Hepar Setelah Pemberian Dosis Toksik

Parasetamol

Hepar normal memiliki kapasitas regenerasi yang luar biasa karena

hepar merupakan organ tubuh yang paling sering menerima jejas. Pada

jejas ringan, hepar dapat segera beregenerasi kembali pada fungsi semula.

Namun, kapasitas cadangan hepar dapat habis apabila hepar terkena

penyakit yang menyerang seluruh parenkim hepar sehingga timbul

kerusakan pada hepar (Robbins et al., 2003).

Respons hepar terhadap paparan suatu zat tergantung pada intensitas

paparan, populasi sel yang terkena, dan jenis paparan (akut atau kronik).

Berbagai kerusakan hepar yang diakibatkan oleh zat toksik, antara lain

perlemakan hepar (steatosis), kematian hepatosit, kolestasis kanalikuler,

kerusakan duktus biliaris, sirosis, kelainan vaskuler, dan tumor (Crawford,

2007; Lu, 1995; Moslen, 1996).

Paparan dosis toksik parasetamol dapat menyebabkan kematian

hepatosit melalui proses nekrosis dan apoptosis (Wilson, 2006). Nekrosis

merupakan hasil akhir dari perubahan-perubahan morfologis akibat kerja

degradatif progresif enzim yang mengindikasikan kematian sebuah sel,

sekelompok sel, atau jaringan pada makhluk hidup. Apoptosis adalah

kematian sel yang terprogram. Apoptosis lebih sukar untuk dideteksi

Page 36: EFEK PEMBERIAN SARI BUAH … · Tiga Tipe Lobulus Hepar: Lobulus Klasik, Lobulus Porta, dan Asinus Hepar Gambar 3. Fotomikrograf Hepar Tampak Hepatosit dan Sinusoid dengan Sel-Sel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

secara histologis sebab sel-sel yang mengalami apoptosis akan

difagositosis dengan cepat, sedangkan debris dari sel-sel yang mengalami

nekrosis dapat menetap hingga berhari-hari (Dorland, 2002; Moslen, 1996;

Wilson, 2006).

Umumnya perubahan yang terjadi pada sel nekrotik dapat mengenai

semua bagian sel. Namun, perubahan inti sel adalah petunjuk kematian sel

paling jelas. Inti sel yang telah mati akan mengalami piknosis yaitu intinya

menyusut, batas tidak teratur dan berwarna gelap (Wilson, 2006).

Nekrosis hati akibat peroksidase lipid maupun radikal bebas dapat

bersifat fokal, sentral, pertengahan, perifer, atau masif. Kematian sel

terjadi bersamaan dengan pecahnya membran plasma. Perubahan

morfologis awal dapat berupa edema sitoplasma, dilatasi retikulum

endoplasma, dan disagregasi polisom. Terjadi akumulasi trigliserid sebagai

butiran lemak dalam sel dan terjadi pembengkakan mitokondria progresif

dengan kerusakan krista. Stadium selanjutnya, sel dapat mengalami

degenerasi hidropik, fragmentasi sel, dan inti sel piknotik (kariopiknosis).

Inti sel dapat hancur dan membentuk fragmen-fragmen materi kromatin

yang tersebar di dalam sel. Proses ini disebut karioreksis. Akhirnya,

kromatin basofil menjadi pucat (kariolisis) dan terjadi penghancuran serta

pelarutan inti sel sehingga inti sel sama sekali menghilang, membran

plasma pecah, dan terjadilah nekrosis sel (Wilson, 2006).

Page 37: EFEK PEMBERIAN SARI BUAH … · Tiga Tipe Lobulus Hepar: Lobulus Klasik, Lobulus Porta, dan Asinus Hepar Gambar 3. Fotomikrograf Hepar Tampak Hepatosit dan Sinusoid dengan Sel-Sel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

6. Mekanisme Perlindungan Sari Buah Belimbing Manis (Averrhoa

carambola Linn.) terhadap Kerusakan Hepar

Kerusakan hepar akibat paparan parasetamol dosis toksik dapat

dicegah dengan antioksidan yang terkandung dalam buah belimbing

manis, yaitu vitamin A (β-karoten), vitamin C, vitamin E, flavonoid,

senyawa fenol, dan beberapa mineral seperti Fe dan Zn. Aktivitas

antioksidan terbesar terdapat pada kandungan polifenolnya, terutama

epikatekin dan proantosianidin (Shui dan Leong, 2004). Antioksidan ini

mampu memberikan elektron kepada molekul radikal bebas dan

memutuskan reaksi berantai (chain reaction) dari radikal bebas sehingga

dapat mencegah terjadinya stres oksidatif (Almatsier, 2002; Winarsi,

2007).

Antioksidan dikelompokkan menjadi dua, yaitu antioksidan

enzimatis dan antioksidan non-enzimatis. Antioksidan enzimatis dapat

berupa SOD, katalase, dan glutation peroksidase. Enzim-enzim tersebut

merupakan metaloenzim yang aktivitasnya sangat tergantung pada adanya

ion logam. Aktivitas SOD yang dapat menghambat ROS bergantung pada

logam Fe, Cu, Zn, dan Mn. Selain memengaruhi aktivitas SOD, Fe juga

berpengaruh terhadap aktivitas enzim katalase. Enzim SOD di mitokondria

mengandung mangan, sedangkan dalam sitosol kerja enzim SOD

memerlukan bantuan tembaga dan seng (Muhilal, 1991; Winarsi, 2007).

Antioksidan non-enzimatis berupa senyawa nutrisi maupun non-

nutrisi. Antioksidan sekunder ini dapat diperoleh dari asupan bahan

Page 38: EFEK PEMBERIAN SARI BUAH … · Tiga Tipe Lobulus Hepar: Lobulus Klasik, Lobulus Porta, dan Asinus Hepar Gambar 3. Fotomikrograf Hepar Tampak Hepatosit dan Sinusoid dengan Sel-Sel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

makanan, seperti vitamin A, C, dan E. Flavonoid, glutation, dan albumin

juga termasuk dalam antioksidan non-enzimatis (Winarsi, 2007).

Vitamin A di dalam sayuran berwujud sebagai pigmen β-karoten

(provitamin) (Mayes, 2003). Antioksidan yang larut lemak ini berpotensi

menjaga integritas membran sel terhadap serangan oksidan melalui

reaksinya dengan radikal hidroperoksil lemak (Marks et al., 2000). β-

karoten berfungsi sebagai peredam singlet oksigen dan radikal bebas

(Winarsi, 2007). Fungsi lain dari β-karoten adalah untuk meningkatkan

enzim Gluthation S-Transferase (GST). Enzim GST dapat meningkatkan

kadar glutation sehingga deplesi glutation dapat teratasi dan NAPQI dapat

diubah menjadi metabolit non toksik (Tisnadjaja et al., 2006).

Vitamin C berperan sebagai antioksidan non-enzimatis dan larut

dalam air. Sebagai antioksidan, vitamin C berperan sebagai donor elektron

dengan cara memindahkan satu elektron ke senyawa logam Cu sehingga

dapat menstabilkan senyawa oksigen reaktif. Vitamin C juga melindungi

makromolekul sel dari kerusakan yang disebabkan oleh stres oksidatif dan

menghambat terjadinya lipid peroksidasi (Winarsi, 2007; Sies dan Stahl,

1995).

Vitamin E berperan sebagai antioksidan pemutus berbagai reaksi

radikal bebas di membran sel dan lipoprotein plasma. Vitamin ini dapat

memindahkan hidrogen fenolat kepada radikal bebas peroksil (hasil

peroksidasi lipid) menjadi radikal tokoferoksil yang kurang reaktif

sehingga tidak mampu merusak rantai asam lemak yang terdapat di dalam

Page 39: EFEK PEMBERIAN SARI BUAH … · Tiga Tipe Lobulus Hepar: Lobulus Klasik, Lobulus Porta, dan Asinus Hepar Gambar 3. Fotomikrograf Hepar Tampak Hepatosit dan Sinusoid dengan Sel-Sel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

fosfolipid membran selular dan subselular (Mayes, 2003; Winarsi, 2007).

Radikal tokoferoksil ini kemudian dapat bereaksi dengan vitamin C dari

plasma untuk menghasilkan kembali tokoferol (Mayes, 2003).

Flavonoid berpotensi sebagai antioksidan dan penangkap radikal

bebas (free radical scavenger). Flavonoid juga berfungsi sebagai

hepatoprotektif, antitrombotik, antiinflmasi, dan antivirus. Senyawa

flavonoid tersebut bekerja dengan cara mengkelat logam serta

menghentikan aktivitas radikal bebas. Pengkelatan ion Fe menyebabkan

kompleks ion inert dan tidak dapat mengawali terjadinya peroksidasi lipid

(Winarsi, 2007).

Senyawa fenol mampu mengaktivasi antioksidan enzimatis secara

tidak langsung sehingga berperan sebagai hepatoprotektif serta berperan

sebagai antioksidan non-enzimatis karena sifat redoksnya. Epikatekin dan

proantosianidin, senyawa flavonoid yang terdapat dalam belimbing manis

mampu meningkatkan aktivitas Glutathion S-Transferase (GST) dan

Superoksida Dismutase (SOD) (Han et al., 2007).

Aktivitas antioksidan mineral berpengaruh sebagai kofaktor enzim

antioksidan endogen. Fe dan Zn merupakan kofaktor aktivasi SOD yang

dapat menghambat ROS, hasil persenyawaan NAPQI (Winarsi, 2007).

Page 40: EFEK PEMBERIAN SARI BUAH … · Tiga Tipe Lobulus Hepar: Lobulus Klasik, Lobulus Porta, dan Asinus Hepar Gambar 3. Fotomikrograf Hepar Tampak Hepatosit dan Sinusoid dengan Sel-Sel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

Parasetamol dosis toksik

Bioaktivasi C-P450

Kerusakan sel-sel hepar

Sari buah belimbing manis

B. Kerangka Pemikiran

Gambar 4. Skema Kerangka Pemikiran

Peningkatan NAPQI

(elektrofilik)

Deplesi glutation

Ikatan kovalen dengan makromolekul (nukleofilik)

Lipid peroksida

Reactive Oxygen

Species (ROS) Kerusakan makromolekul

hepatosit

Nekrosis hepatosit

Stres oksidatif

Variabel luar yang tidak terkendali: kondisi psikologis, keadaan awal hepar dan reaksi

hipersensitivitas

Keterangan: : memacu : menghambat

: mengandung antioksidan

AktivasiSOD

Meningkatkan TAS (Total Antioxidant

Status)

Polifenol (Flavonoid, tanin, epikatekin dan

proantosianidin)

Vit. A (β-karoten)

Vit. C, Vit E

Aktivasi GSH-Px

Fe, Zn

Page 41: EFEK PEMBERIAN SARI BUAH … · Tiga Tipe Lobulus Hepar: Lobulus Klasik, Lobulus Porta, dan Asinus Hepar Gambar 3. Fotomikrograf Hepar Tampak Hepatosit dan Sinusoid dengan Sel-Sel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

C. Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah:

Pemberian sari buah belimbing manis (Averrhoa carambola L.) dapat

mencegah atau mengurangi kerusakan histologis hepar tikus putih (Rattus

norvegicus) yang diinduksi parasetamol.

Page 42: EFEK PEMBERIAN SARI BUAH … · Tiga Tipe Lobulus Hepar: Lobulus Klasik, Lobulus Porta, dan Asinus Hepar Gambar 3. Fotomikrograf Hepar Tampak Hepatosit dan Sinusoid dengan Sel-Sel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik. Peneliti memberi

perlakuan terhadap sampel yang telah ditentukan yaitu berupa hewan coba di

laboratorium.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Histologi, Fakultas Kedokteran

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

C. Subyek Penelitian

1. Populasi : Tikus jantan dengan galur Wistar berusia 2-3 bulan

dengan berat badan ± 200 g.

2. Sampel : Jumlah sampel yang digunakan berdasarkan rumus

Federer (Purwasisastra, 2001) yaitu:

(k-1)(n-1) > 15

(4-1)(n-1) > 15

3 (n-1) > 15

3n > 18

n > 6

Keterangan:

k : jumlah kelompok

n : jumlah sampel dalam tiap kelompok

Page 43: EFEK PEMBERIAN SARI BUAH … · Tiga Tipe Lobulus Hepar: Lobulus Klasik, Lobulus Porta, dan Asinus Hepar Gambar 3. Fotomikrograf Hepar Tampak Hepatosit dan Sinusoid dengan Sel-Sel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

Pada penelitian ini jumlah sampel untuk tiap kelompok sebanyak

7 ekor tikus (n > 6). Jumlah kelompok tikus ada 4 sehingga penelitian ini

membutuhkan 28 ekor tikus dari populasi yang ada.

D. Teknik Sampling.

Sampel diperoleh dengan teknik incidental sampling, yaitu

mengambil begitu saja subjek penelitian yang ditemui dari populasi yang

ada (Taufiqurrohman, 2008).

E. Rancangan Penelitian.

Rancangan penelitian ini adalah the post test only controlled group

design (Taufiqqurohman, 2008). Dalam rancangan ini subjek dibagi

menjadi 4 kelompok secara random.

KK : (-) O0

KP1: (X 1) O1

KP2: (X 2) O2

KP3 : (X 3) O3

Gambar 5. Skema Rancangan Penelitian

Keterangan:

KK : Kelompok kontrol tanpa diberi sari buah belimbing manis

maupun parasetamol.

KP1 : Kelompok perlakuan 1 diberi parasetamol tanpa diberi sari buah

belimbing manis.

Sampel Tikus

28 ekor

Bandingkan dengan uji

statistik

Page 44: EFEK PEMBERIAN SARI BUAH … · Tiga Tipe Lobulus Hepar: Lobulus Klasik, Lobulus Porta, dan Asinus Hepar Gambar 3. Fotomikrograf Hepar Tampak Hepatosit dan Sinusoid dengan Sel-Sel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

KP2 : Kelompok perlakuan 2 diberi parasetamol dan sari buah

belimbing manis konsentrasi 50%

KP3 : Kelompok perlakuan 3 diberi parasetamol dan sari buah

belimbing manis konsentrasi 100 %

(-) : Pemberian aquadest per oral 2 ml/200 g BB tikus setiap hari

selama 14 hari berturut-turut.

(X1) : Pemberian aquadest per oral 2 ml/200 g BB tikus setiap hari

selama 14 hari berturut-turut dan pada hari ke-12, 13, dan 14

diberi parasetamol per oral 2 ml/200 g BB tikus perhari.

(X2) : Pemberian sari buah belimbing manis konsentrasi 50% per oral

2 ml/200 g BB tikus selama 14 hari berturut-turut dan pada hari

ke-12, 13, dan 14 diberi parasetamol per oral 2 ml/200 g BB

tikus 1 jam setelah pemberian sari buah belimbing manis.

(X3) : Pemberian sari buah belimbing manis konsentrasi 100% per oral

2 ml/200 g BB tikus selama 14 hari berturut-turut dan pada hari

ke-12, 13, dan 14 diberi parasetamol per oral 2 ml/200 g BB

tikus 1 jam setelah pemberian sari buah belimbing manis.

O0 : Pengamatan jumlah inti sel hepar piknosis, karioreksis, dan

kariolisis dari 100 sel di sentrolobular hepar kelompok kontrol.

O1 : Pengamatan jumlah inti sel hepar piknosis, karioreksis, dan

kariolisis dari 100 sel di sentrolobular hepar kelompok KP1.

O2 : Pengamatan jumlah inti sel hepar piknosis, karioreksis, dan

kariolisis dari 100 sel di sentrolobular hepar kelompok KP2.

Page 45: EFEK PEMBERIAN SARI BUAH … · Tiga Tipe Lobulus Hepar: Lobulus Klasik, Lobulus Porta, dan Asinus Hepar Gambar 3. Fotomikrograf Hepar Tampak Hepatosit dan Sinusoid dengan Sel-Sel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

O3 : Pengamatan jumlah inti sel hepar piknosis, karioreksis, dan

kariolisis dari 100 sel di sentrolobular hepar kelompok KP3.

Pengamatan jumlah inti sel hepar piknosis, karioreksis, dan

kariolisis dilakukan pada hari ke-15 setelah perlakuan pertama dikerjakan.

F. Identifikasi Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas : pemberian sari buah belimbing manis.

2. Variabel Terikat : kerusakan histologis hepar tikus (Rattus norvegicus).

3. Variabel luar

a. Variabel luar yang dapat dikendalikan : variasi genetik, jenis

kelamin, umur, suhu udara, berat badan, dan jenis makanan tikus

semuanya diseragamkan.

b. Variabel luar yang tidak dapat dikendalikan : kondisi psikologis,

reaksi hipersensitivitas, dan keadaan awal hepar tikus.

G. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Variabel bebas: pemberian sari buah belimbing manis

Sari buah belimbing adalah sari dari buah belimbing manis

varietas Demak yang diparut dan disaring. Buah belimbing manis

yang digunakan adalah buah belimbing manis yang matang, segar,

banyak tersedia, mengandung kadar air yang tinggi (juicy), tidak

hambar, tidak rusak, dan tidak busuk.

Sari buah belimbing manis diberikan peroral dengan sonde

lambung dalam 2 dosis yaitu

Page 46: EFEK PEMBERIAN SARI BUAH … · Tiga Tipe Lobulus Hepar: Lobulus Klasik, Lobulus Porta, dan Asinus Hepar Gambar 3. Fotomikrograf Hepar Tampak Hepatosit dan Sinusoid dengan Sel-Sel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

Dosis I : 2 ml/200 g BB tikus per hari sari buah belimbing manis

konsentrasi 50% diberikan selama 14 hari berturut-turut

pada tikus KP2. Sari konsentrasi 50% berasal dari buah

belimbing yang sudah dibersihkan dari bijinya, diparut dan

disaring untuk diambil sarinya. Kemudian diencerkan

dengan aquadest menjadi dua kali volume awal sari.

Dosis II: 2 ml/200 g BB tikus per hari sari buah belimbing manis

konsentrasi 100% diberikan selama 14 hari berturut-turut

pada tikus KP3. Sari ini dibuat dengan cara memarut dan

menyaring buah belimbing yang sudah dibersihkan dari

bijinya.

Skala pengukuran variabel ini adalah ordinal.

2. Variabel terikat : kerusakan histologis hepar tikus

Kerusakan histologis hepar tikus adalah gambaran

mikroskopis sel hepar tikus yang dipapar parasetamol dan telah

diberi sari buah belimbing manis. Hal ini dinilai dengan

penghitungan jumlah sel hepar yang mengalami piknosis,

karioreksis, dan kariolisis dari 100 sel pada zona sentrolobuler.

Adapun tanda-tanda kerusakan sel :

a. Piknosis : intinya kisut dan bertambah basofil, berwarna

gelap, batasnya tidak teratur.

Page 47: EFEK PEMBERIAN SARI BUAH … · Tiga Tipe Lobulus Hepar: Lobulus Klasik, Lobulus Porta, dan Asinus Hepar Gambar 3. Fotomikrograf Hepar Tampak Hepatosit dan Sinusoid dengan Sel-Sel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

b. Karioreksis : inti mengalami fragmentasi atau hancur dengan

meninggalkan pecahan-pecahan zat kromatin yang

tersebar di dalam sel.

c. Kariolisis : kromatin basofil menjadi pucat, inti sel kehilangan

kemampuan untuk diwarnai dan menghilang begitu

saja (Wilson, 2006).

Skala pengukuran variabel terikat adalah skala rasio.

3. Variabel luar

a. Variabel luar yang dapat dikendalikan. Variabel ini dapat

dikendalikan melalui homogenisasi.

1) Variasi genetik

Jenis hewan coba yang digunakan adalah tikus (Rattus

norvegicus) dengan galur Wistar.

2) Jenis kelamin

Jenis kelamin tikus yang digunakan adalah jantan.

3) Umur

Umur tikus pada penelitian ini adalah 2-3 bulan.

4) Suhu udara

Hewan percobaan diletakkan dalam ruangan dengan suhu

udara berkisar antara 25-28o C.

5) Berat badan

Berat badan hewan percobaan + 200 gram.

6) Jenis makanan.

Page 48: EFEK PEMBERIAN SARI BUAH … · Tiga Tipe Lobulus Hepar: Lobulus Klasik, Lobulus Porta, dan Asinus Hepar Gambar 3. Fotomikrograf Hepar Tampak Hepatosit dan Sinusoid dengan Sel-Sel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

Makanan yang diberikan berupa pelet dan minuman dari air

PAM.

b. Variabel luar yang tidak dapat dikendalikan : kondisi psikologis,

reaksi hipersensitivitas, dan keadaan awal hepar tikus.

1) Kondisi psikologis tikus dipengaruhi oleh lingkungan sekitar.

Lingkungan yang terlalu ramai dan gaduh, pemberian

perlakuan yang berulang kali, dan perkelahian antartikus

dapat mempengaruhi kondisi psikologis tikus.

2) Reaksi hipersensitivitas dapat terjadi karena adanya variasi

kepekaan tikus terhadap zat yang digunakan.

3) Keadaan awal hepar tikus tidak diperiksa pada penelitian ini

sehingga mungkin saja ada tikus yang sebelum perlakuan

heparnya sudah mengalami kelainan.

H. Alat dan Bahan Penelitian.

1. Alat.

Alat yang digunakan adalah sebagai berikut :

a. Kandang tikus 4 buah masing-masing untuk 7 ekor tikus.

b. Timbangan hewan.

c. Timbangan obat.

d. Alat bedah hewan percobaan (scalpel, pinset, gunting, jarum,

meja lilin).

e. Sonde lambung.

f. Alat untuk pembuatan preparat histologi.

Page 49: EFEK PEMBERIAN SARI BUAH … · Tiga Tipe Lobulus Hepar: Lobulus Klasik, Lobulus Porta, dan Asinus Hepar Gambar 3. Fotomikrograf Hepar Tampak Hepatosit dan Sinusoid dengan Sel-Sel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

g. Mikroskop cahaya medan terang.

h. Gelas ukur dan pengaduk.

i. Kamera digital

2. Bahan.

Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut:

a. Parasetamol.

b. Makanan hewan percobaan (pelet).

c. Aquadest.

d. Bahan untuk pembuatan preparat histologi dengan pengecatan

Hematoksilin Eosin (HE).

e. Sari buah belimbing manis.

I. Cara Kerja

1. Cara Pembuatan Sari.

Buah belimbing manis (Averrhoa carambola Linn.) yang

digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Pasar Gede, Surakarta.

Dua buah belimbing dengan berat masing-masing + 200 gram

dibersihkan dari bijinya kemudian diparut dan disaring untuk

diambil sarinya.

2. Dosis Sari Buah Belimbing Manis.

Uji dosis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sari buah

belimbing manis konsentrasi 50% dan konsentrasi 100%. Sari buah

belimbing manis 100% dibuat dengan memarut dan menyaring buah

belimbing manis. Sedangkan untuk sari buah belimbing manis 50%

Page 50: EFEK PEMBERIAN SARI BUAH … · Tiga Tipe Lobulus Hepar: Lobulus Klasik, Lobulus Porta, dan Asinus Hepar Gambar 3. Fotomikrograf Hepar Tampak Hepatosit dan Sinusoid dengan Sel-Sel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

dibuat dengan cara mengencerkan sari buah belimbing manis

konsentrasi 100% dengan aquadest menjadi dua kali dari volume

awal. Volume pemberian sari buah belimbing manis pada masing-

masing kelompok perlakuan sama yaitu 2 ml/200 g BB tikus.

Pemberian sari buah belimbing manis selama 14 hari berturut-

turut dimaksudkan untuk memberikan daya proteksi oleh antioksidan

sehingga ketika hepar diberi paparan parasetamol dosis toksik, rantai

radikal bebas dapat diputus dan kerusakan hepar dapat dicegah. Di

luar jadwal perlakuan, tikus diberi makan pelet dan minum air PAM

ad libitum.

3. Dosis dan Pengenceran Parasetamol.

LD-50 untuk tikus secara peroral yang telah diketahui adalah

1944 mg/kg BB atau 388,8 mg/200 g BB tikus (Alberta, 2006).

Dosis parasetamol yang dapat menimbulkan efek kerusakan hepar

berupa nekrosis sel hepar tanpa menyebabkan kematian tikus adalah

¾ LD-50 perhari. Dosis yang digunakan adalah 388,8 mg/200 g BB

x 0,75 = 291,6 mg/200 g BB tikus. Parasetamol 500 mg dilarutkan

dalam aquadest hingga 3,4 ml sehingga dalam 2 ml larutan

parasetamol mengandung 291,6 mg parasetamol.

Parasetamol diberikan selama 3 hari berturut-turut yaitu, pada

hari ke-12, 13, dan 14. Pemberian parasetamol dengan cara ini

dimaksudkan untuk menimbulkan kerusakan pada sel hepar berupa

Page 51: EFEK PEMBERIAN SARI BUAH … · Tiga Tipe Lobulus Hepar: Lobulus Klasik, Lobulus Porta, dan Asinus Hepar Gambar 3. Fotomikrograf Hepar Tampak Hepatosit dan Sinusoid dengan Sel-Sel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

nekrosis pada daerah sentrolobularis tanpa menimbulkan kematian

pada tikus.

4. Persiapan Tikus.

Tikus diadaptasikan selama tujuh hari di Laboratorium Histologi

Fakultas Kedokteran UNS, Surakarta. Sesudah adaptasi, keesokan

harinya dilakukan penimbangan untuk menentukan dosis, kemudian

dilakukan perlakuan.

5. Pengelompokan Subjek.

Tikus dikelompokkan dengan randomisasi acak sederhana

menjadi empat kelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari 7

ekor tikus. Adapun pengelompokan subjek adalah sebagai berikut:

a. KK : Kelompok kontrol diberi aquadest per oral 2 ml/200 g BB

tikus setiap hari selama 14 hari berturut-turut.

b. KP1 : Kelompok perlakuan 1 diberi aquadest per oral sebanyak

2 ml/200 g BB tikus setiap hari selama 14 hari berturut-

turut dimana pada hari ke 12, 13, dan 14 diberi

parasetamol pe roral 2 ml/200 g BB tikus perhari.

c. KP2 : Kelompok perlakuan 2 diberi sari buah belimbing manis

konsentrasi 50% per oral 2 ml/200 g BB tikus/hari selama

14 hari berturut-turut, dimana pada hari ke-12, 13, dan 14

diberi parasetamol per oral 2 ml/200 g BB tikus 1 jam

setelah pemberian sari buah belimbing manis.

Page 52: EFEK PEMBERIAN SARI BUAH … · Tiga Tipe Lobulus Hepar: Lobulus Klasik, Lobulus Porta, dan Asinus Hepar Gambar 3. Fotomikrograf Hepar Tampak Hepatosit dan Sinusoid dengan Sel-Sel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

d. KP3 : Kelompok perlakuan 3 diberi sari buah belimbing manis

konsentrasi 100% per oral 2 ml/200 g BB tikus selama 14

hari berturut-turut, dimana pada hari ke-12, 13, dan 14

diberi parasetamol per oral 2 ml/200 g BB tikus 1 jam

setelah pemberian sari buah belimbing manis.

Pemberian parasetamol dilakukan ± 1 jam setelah pemberian

sari buah belimbing manis dengan harapan sari tersebut terabsorbsi

terlebih dahulu. Sebelum pemberian parasetamol dan sari buah

belimbing manis, tikus dipuasakan dahulu ± 5 jam untuk

mengosongkan lambung.

Page 53: EFEK PEMBERIAN SARI BUAH … · Tiga Tipe Lobulus Hepar: Lobulus Klasik, Lobulus Porta, dan Asinus Hepar Gambar 3. Fotomikrograf Hepar Tampak Hepatosit dan Sinusoid dengan Sel-Sel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

Random

6. Pemberian Perlakuan.

Gambar 6. Skema Langkah-langkah Penelitian

28 ekor tikus

Adaptasi tikus selama 7 hari di Laboratorium Histologi FK UNS

Dipuasakan selama ± 5 jam

Aquadest 2 ml / 200 g BB tikus

0,8 ml/200 g BB tikus

Sari buah belimbing manis konsentrasi 50%

2 ml/200 g BB tikus selama 14 hari

Setelah ± 1 jam

Aquadest 2 ml/200 g BB tikus pada hari ke-1 sampai hari ke-11

2 ml parasetamol dosis 291,6 mg/200 g BB tikus pada hari ke-12, 13, dan 14

Perlakuan diberikan secara berturut-turut selama 14 hari

Pada hari ke-15 hewan percobaan dikorbankan dengan cara dislokasi vertebra servikalis dan pembuatan preparat

Aquadest 2 ml/200 g BBtikus

Sari buah belimbing manis konsentrasi

100% 2 ml/200 g BB tikus selama14 hari

Bandingkan dengan uji statistik

Kelompok kontrol

Kelompok perlakuan 1

Kelompok perlakuan 3

Kelompok perlakuan 2

Sebelum perlakuan

Hari ke 1-7 (7 hari)

Perlakuan Hari ke 8-21

(14 hari)

Setelah Perlakuan Hari ke 22

Page 54: EFEK PEMBERIAN SARI BUAH … · Tiga Tipe Lobulus Hepar: Lobulus Klasik, Lobulus Porta, dan Asinus Hepar Gambar 3. Fotomikrograf Hepar Tampak Hepatosit dan Sinusoid dengan Sel-Sel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

7. Pengukuran Hasil.

Pada hari ke-15 setelah perlakuan pertama diberikan, semua

hewan percobaan dikorbankan dengan cara dislokasi vertebra

servikalis, kemudian organ hepar diambil untuk selanjutnya dibuat

preparat histologi dengan metode blok paraffin dengan pengecatan

HE. Pembuatan preparat dilakukan pada hari ke-15 agar efek

perlakuan tampak nyata. Lobus hepar yang diambil adalah lobus

kanan dan irisan untuk preparat diambil pada bagian tengah dari

lobus tersebut. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan preparat yang

seragam. Dari setiap lobus kanan hepar, dibuat tiga irisan dengan

tebal setiap irisan 3-8 µm. Jarak antara irisan yang satu dengan yang

lain kira-kira 25 irisan. Dari tiga irisan diambil salah satu irisan

secara acak untuk dilakukan pengamatan di zona sentrolobuler.

Pemilihan 1 zona sentralobuler dilakukan secara acak pada tiap

irisan. Dari 1 zona tersebut akan didapatkan 1 nilai untuk setiap 100

sel sentrolobuler.

Pengamatan preparat dilakukan dengan perbesaran 100 kali dan

400 kali untuk mengamati seluruh lapang pandang, kemudian

ditentukan daerah yang akan diamati pada zona sentrolobuler lobulus

hepar. Dari tiap zona sentrolobuler lobulus hepar tersebut, dengan

perbesaran 1000 kali, ditentukan jumlah inti yang mengalami

piknosis, karioreksis, dan kariolisis dari tiap 100 sel, kemudian

dilakukan penghitungan nilai total.

Page 55: EFEK PEMBERIAN SARI BUAH … · Tiga Tipe Lobulus Hepar: Lobulus Klasik, Lobulus Porta, dan Asinus Hepar Gambar 3. Fotomikrograf Hepar Tampak Hepatosit dan Sinusoid dengan Sel-Sel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

Jadi, misalnya dari satu daerah zona sentrolobuler dari 100 sel

yang diamati, ternyata terdapat 25 sel dengan inti piknosis, 15

dengan karioreksis, dan 5 dengan kariolisis, maka jumlah nilai dari

satu daerah zona sentrolobuler tersebut adalah 25 + 15 + 5 = 45.

Selanjutnya, rata-rata nilai dari masing-masing kelompok

dibandingkan dengan uji one way ANOVA dan jika terdapat

perbedaan yang bermakna, dilanjutkan dengan uji Post Hoc Multiple

Comparisons.

J. Teknik Analisis Data Statistik

Data yang diperoleh kemudian diuji distribusinya dengan uji

Kolmogorov-Smirnov atau Saphiro-Wilk. Apabila data yang diperoleh

terdistribusi normal maka memenuhi syarat untuk dilakukan uji statistik

parametrik, yaitu Uji one way Analysis of Variant (ANOVA). Jika terdapat

perbedaan yang bermakna, dilanjutkan dengan uji Post Hoc Multiple

Comparisons. Derajat kemaknaan yang digunakan adalah α = 0,05. Jika

ternyata data yang diperoleh tidak memenuhi syarat uji statistik one way

ANOVA, akan digunakan uji statistik non parametrik, yaitu Uji Kruskal

Wallis (Riwidikdo, 2007). Data diolah dengan program komputer

Statistical Product and Service Solution (SPSS) 17.0 for Windows.

Page 56: EFEK PEMBERIAN SARI BUAH … · Tiga Tipe Lobulus Hepar: Lobulus Klasik, Lobulus Porta, dan Asinus Hepar Gambar 3. Fotomikrograf Hepar Tampak Hepatosit dan Sinusoid dengan Sel-Sel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Data Hasil Penelitian

Setelah dilakukan penelitian mengenai efek pemberian sari buah

belimbing manis terhadap kerusakan histologis hepar tikus yang diinduksi

parasetamol, didapatkan data hasil pengamatan preparat histologis hepar tikus

pada masing-masing kelompok pelakuan. Data hasil penelitian ini berupa data

rasio, yaitu jumlah sel hepar tikus yang mengalami kerusakan histologis

dihitung dari tiap 100 sel pada zona 3 (sentrolobuler). Hasil pengamatan

jumlah sel hepar tikus yang mengalami piknosis, karioreksis, dan kariolisis

untuk masing-masing kelompok dan jumlah total sel hepar yang rusak

disajikan pada lampiran 3. Hasil rata-rata jumlah kerusakan histologis sel

hepar tikus untuk masing-masing kelompok dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Rata-Rata Jumlah Kerusakan Histologis Sel Hepar pada Masing-

Masing Kelompok Tikus

Kelompok Rata-rata Jumlah Standar Deviasi

K 22,43 1,272

P1 86,71 2,498

P2 47,71 2,289

P3 63,14 2,734

(Data Primer, 2012)

44

Page 57: EFEK PEMBERIAN SARI BUAH … · Tiga Tipe Lobulus Hepar: Lobulus Klasik, Lobulus Porta, dan Asinus Hepar Gambar 3. Fotomikrograf Hepar Tampak Hepatosit dan Sinusoid dengan Sel-Sel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

Keterangan:

K : Kelompok kontrol

P1 : Kelompok perlakuan 1

P2 : Kelompok perlakuan 2

P3 : Kelompok perlakuan 3

Kelompok K memiliki nilai rerata jumlah kerusakan paling rendah yaitu

22,43 ± 1,272, sedangkan kelompok P1 memiliki nilai rerata jumlah

kerusakan paling tinggi yaitu 86,71 ± 2,498.

Gambaran histologis (fotomikrograf) zona sentrolobuler lobulus hepar

tikus pada kelompok K, P1, P2, dan P3 sebagai berikut

Gambar 7. Fotomikrograf Zona Sentralobuler Lobulus Hepar Tikus Kelompok

Kontrol (K) dengan Pengecatan Hedan Perbesaran 1000X. Tampak dalam gambar: (a) inti sel normal, (b) inti sel hepar yang mengalami piknosis (inti sel mengisut dan tercat lebih basofil), (c) inti sel hepar yang mengalami karioreksis (inti sel mengalami fragmentasi), dan (d) inti sel hepar yang mengalami kariolisis (inti sel kehilangan kemampuan untuk diwarnai).

a b

c d

Page 58: EFEK PEMBERIAN SARI BUAH … · Tiga Tipe Lobulus Hepar: Lobulus Klasik, Lobulus Porta, dan Asinus Hepar Gambar 3. Fotomikrograf Hepar Tampak Hepatosit dan Sinusoid dengan Sel-Sel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

Gambar 8. Fotomikrograf Zona Sentralobuler Lobulus Hepar Tikus Kelompok Perlakuan 1 (P1) dengan Pengecatan Hedan Perbesaran 1000X. Tampak dalam gambar: (a) inti sel normal, (b) inti sel hepar yang mengalami piknosis (inti sel mengisut dan tercat lebih basofil), (c) inti sel hepar yang mengalami karioreksis (inti sel mengalami fragmentasi), dan (d) inti sel hepar yang mengalami kariolisis (inti sel kehilangan kemampuan untuk diwarnai).

Gambar 9. Fotomikrograf Zona Sentralobuler Lobulus Hepar Tikus Kelompok

Perlakuan 2 (P2) dengan Pengecatan Hedan Perbesaran 1000X. Tampak dalam gambar: (a) inti sel normal, (b) inti sel hepar yang mengalami piknosis (inti sel mengisut dan tercat lebih basofil), (c) inti sel hepar yang mengalami karioreksis (inti sel mengalami fragmentasi), dan (d) inti sel hepar yang mengalami kariolisis (inti sel kehilangan kemampuan untuk diwarnai).

a

b

c d

a

b

d

c

Page 59: EFEK PEMBERIAN SARI BUAH … · Tiga Tipe Lobulus Hepar: Lobulus Klasik, Lobulus Porta, dan Asinus Hepar Gambar 3. Fotomikrograf Hepar Tampak Hepatosit dan Sinusoid dengan Sel-Sel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

Gambar 10. Fotomikrograf Zona Sentralobuler Lobulus Hepar Tikus Kelompok

Perlakuan 3 (P3) dengan Pengecatan Hedan Perbesaran 1000X. Tampak dalam gambar: (a) inti sel normal, (b) inti sel hepar yang mengalami piknosis (inti sel mengisut dan tercat lebih basofil), (c) inti sel hepar yang mengalami karioreksis (inti sel mengalami fragmentasi), dan (d) inti sel hepar yang mengalami kariolisis (inti sel kehilangan kemampuan untuk diwarnai).

B. Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis secara statistik

dengan uji one way ANOVA (ANOVA tidak berpasangan) untuk mengetahui

adanya perbedaan rata-rata jumlah kerusakan sel hepar tikus pada zona

sentrolobuler yang bermakna antara keempat kelompok. Analisis data pada

penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program komputer Statistical

Product and Service Solution (SPSS) 17.0 for Windows.

Syarat menggunakan uji one way ANOVA:

1. Masalah skala pengukuran adalah skala numerik. Skala pengukuran

bersifat numerik jika variabel yang dicari asosiasinya adalah variabel

d

a c

b

Page 60: EFEK PEMBERIAN SARI BUAH … · Tiga Tipe Lobulus Hepar: Lobulus Klasik, Lobulus Porta, dan Asinus Hepar Gambar 3. Fotomikrograf Hepar Tampak Hepatosit dan Sinusoid dengan Sel-Sel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

kategorik (ordinal atau nominal) dengan variabel numerik (interval atau

rasio).

2. Sebaran data harus normal. Hal ini dibuktikan dengan nilai uji

Kolmogorov-Smirnov atau Saphiro-Wilk yang memiliki nilai p lebih

besar daripada nilai alfa. Misal, jika alfa = 0,05, maka nilai p untuk uji

sebaran data harus > 0,05.

3. Varians data sama. Hal ini dapat diketahui melalui uji Homogeneity of

Variances. Jika varians data sama, maka nilai p > nilai alfa.

4. Jika ketiga syarat di atas tidak terpenuhi, maka dapat digunakan uji

hipotesis alternatif berupa uji hipotesis non-parametrik Kruskall-Wallis

(Dahlan, 2008).

Pada penelitian ini, terdapat dua macam variabel yaitu variabel

pemberian sari buah belimbing manis yang berskala ordinal dan variabel

kerusakan histologis hepar tikus yang berskala rasio. Hal tersebut

menunjukkan bahwa skala pengukuran pada penelitian ini adalah numerik

sehingga telah memenuhi syarat pertama untuk penggunaan uji one way

ANOVA.

Metode analisis yang dapat digunakan untuk menentukan sebaran data

normal atau tidak normal adalah uji Kolmogorov-Smirnov jika jumlah sampel

lebih besar dari 50 atau uji Saphiro-Wilk jika jumlah sampel kurang dari atau

sama dengan 50 (Dahlan, 2008). Sampel yang digunakan pada penelitian ini

berjumlah 28 ekor tikus sehingga penentuan jenis sebaran data menggunakan

Page 61: EFEK PEMBERIAN SARI BUAH … · Tiga Tipe Lobulus Hepar: Lobulus Klasik, Lobulus Porta, dan Asinus Hepar Gambar 3. Fotomikrograf Hepar Tampak Hepatosit dan Sinusoid dengan Sel-Sel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

uji Saphiro-Wilk. Hasil uji Saphiro-Wilk dapat dilihat pada lampiran 4 tabel

11.

Nilai p dari hasil uji Saphiro-Wilk untuk kelompok K, P1, P2, dan P3

berturut-turut adalah 0,215; 0,441; 0,461; dan 0,944. Nilai p dari keempat

kelompok lebih besar dari alfa (0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa

sebaran data kelompok K, P1, P2, dan P3 adalah normal.

Selanjutnya dilakukan uji Homogeneity of Variances untuk mengetahui

apakah varians data sama atau tidak sama. Sebaran data secara deskriptif

dapat dilihat pada lampiran 4 tabel 10 dan hasil uji Homogeneity of Variances

dapat dilihat pada lampiran 4 tabel 12. Nilai p yang didapatkan dari uji

Homogeneity of Variances adalah 0,266. Nilai p lebih besar dari 0,05 dan

dapat disimpulkan bahwa varians data antarkelompok sama. Ketiga syarat

penggunaan uji one way ANOVA telah terpenuhi sehingga uji one way

ANOVA dapat dilakukan.

Hasil uji one way ANOVA dapat dilihat pada lampiran 4 tabel 13.

Derajat kemaknaan yang digunakan adalah α = 0,05. Nilai p dari hasil uji one

way ANOVA adalah 0,000 (p < 0,05). Nilai p yang lebih kecil dari 0,05

menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nilai rata-rata jumlah kerusakan sel

hepar yang bermakna pada paling tidak dua kelompok. Selanjutnya,

dilakukan analisis Post Hoc Multiple Comparisons untuk mengetahui

kelompok mana yang mempunyai perbedaan bermakna tersebut.

Page 62: EFEK PEMBERIAN SARI BUAH … · Tiga Tipe Lobulus Hepar: Lobulus Klasik, Lobulus Porta, dan Asinus Hepar Gambar 3. Fotomikrograf Hepar Tampak Hepatosit dan Sinusoid dengan Sel-Sel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

Uji Post Hoc Multiple Comparisons yang digunakan dalam penelitian

ini adalah uji LSD. Ringkasan hasil uji LSD tersebut dapat dilihat pada tabel

berikut

Tabel 3. Ringkasan Hasil Uji LSD (α = 0,05)

Kelompok p Perbedaan

K – P1 0,000 Bermakna

K – P2 0,000 Bermakna

K – P3 0,000 Bermakna

P1 – P2 0,000 Bermakna

P1 – P3 0,000 Bermakna

P2 – P3 0,000 Bermakna

(Data Primer, 2012)

Nilai p yang semuanya lebih kecil dari 0,05 menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan nilai rata-rata jumlah kerusakan sel hepar yang bermakna pada

semua pasangan antarkelompok data. Hasil uji LSD secara rinci dapat dilihat

pada lampiran 4 tabel 14.

Page 63: EFEK PEMBERIAN SARI BUAH … · Tiga Tipe Lobulus Hepar: Lobulus Klasik, Lobulus Porta, dan Asinus Hepar Gambar 3. Fotomikrograf Hepar Tampak Hepatosit dan Sinusoid dengan Sel-Sel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB V

PEMBAHASAN

Pengamatan pada penelitian ini adalah pengaruh pemberian sari buah

belimbing manis terhadap kerusakan histologis sel hepar tikus yang diinduksi

dengan parasetamol. Paparan parasetamol dosis toksik pada hepatosit akan

menyebabkan kematian sel yang disebut nekrosis. Nekrosis adalah kematian sel

atau jaringan pada tubuh yang hidup. Perubahan inti sel merupakan petunjuk

paling jelas terjadinya nekrosis. Perubahan inti sel menunjukkan satu dari tiga

pola nuklear, yaitu piknosis, karioreksis, dan kariolisis yang disebabkan oleh

pemecahan nonspesifik DNA (Mitchell dan Cotran, 2007).

Kerusakan sel akibat paparan parasetamol paling berat terjadi pada zona 3

(sentrolobuler) karena mempunyai kandungan retikulum endoplasma halus paling

banyak. Retikulum endoplasma halus merupakan tempat enzim sitokrom P450

menghidroksilasi fraksi parasetamol serta menghasilkan metabolit NAPQI yang

reaktif dan toksik (Cullen, 2005). Kerusakan hepar akibat paparan radikal bebas

yang paling berat juga terjadi pada zona 3, sedangkan kerusakan hepar pada zona

lain dapat diakibatkan oleh reaksi toksik parasetamol. Oleh karena itu, penilaian

kerusakan histologis hepar dalam penelitian dilakukan dengan menghitung jumlah

sel piknosis, karioreksis, kariolisis pada zona 3 (sentrolobuler). Ketiga parameter

tersebut merupakan proses yang irreversible karena apabila sudah memasuki satu

tahap perubahan inti sel, maka tidak bisa kembali pada tahap sebelumnya dan

Page 64: EFEK PEMBERIAN SARI BUAH … · Tiga Tipe Lobulus Hepar: Lobulus Klasik, Lobulus Porta, dan Asinus Hepar Gambar 3. Fotomikrograf Hepar Tampak Hepatosit dan Sinusoid dengan Sel-Sel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

tidak bisa menjadi normal kembali. Oleh karena itu, skor yang diberikan untuk

masing-masing tipe kerusakan sel adalah 1.

Pada tabel 2 dapat dilihat jumlah rata-rata kerusakan sel hepar pada

masing-masing kelompok perlakuan. Kelompok perlakuan II dan III, dimana tikus

diberi parasetamol ditambah sari belimbing manis, memiliki jumlah kerusakan sel

hepar yang lebih sedikit dibandingkan dengan kelompok perlakuan I yang hanya

diberi parasetamol tanpa sari belimbing manis. Hal ini disebabkan oleh efek

hepatoprotektif sari buah belimbing manis terhadap efek toksik parasetamol,

melalui antioksidan yang terkandung di dalamnya, sehingga kerusakan sel hepar

oleh radikal bebas dapat dikurangi. Tikus pada kelompok kontrol yang hanya

diberi aquadest sebagai plasebo diharapkan mengalami kerusakan hepatosit yang

minimal dan akan dianggap sebagai derajat normal. Kelompok kontrol digunakan

sebagai pembanding terhadap kelompok parasetamol dan kelompok perlakuan.

Gambaran inti piknosis, karioreksis, dan kariolisis yang ditemukan pada

kelompok kontrol terjadi karena adanya proses apoptosis yang secara fisiologi

dialami oleh semua sel normal. Setiap sel dalam tubuh akan selalu mengalami

penuaan yang diakhiri kematian sel dan digantikan oleh sel-sel baru melalui

proses regenerasi (Mitchell dan Cotran, 2007). Selain itu, variabel luar yang tidak

dapat dikendalikan juga dapat menjadi penyebab perubahan inti tersebut.

Dari hasil uji one way ANOVA menunjukkan adanya perbedaan

bermakna nilai rata-rata jumlah kerusakan sel hepar tikus antara keempat

kelompok. Selanjutnya, dari hasil uji LSD didapatkan perbedaan bermakna pada

Page 65: EFEK PEMBERIAN SARI BUAH … · Tiga Tipe Lobulus Hepar: Lobulus Klasik, Lobulus Porta, dan Asinus Hepar Gambar 3. Fotomikrograf Hepar Tampak Hepatosit dan Sinusoid dengan Sel-Sel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

semua pasangan antarkelompok data, yaitu antara kelompok K-P1, K-P2, K-P3,

P1-P2, P1-P3, P2-P3.

Perbedaan bermakna dari nilai rata-rata jumlah kerusakan sel hepar antara

kelompok K dan kelompok P1 terjadi karena sel-sel hepar tikus pada kelompok

P1 mengalami kerusakan akibat pemberian parasetamol, sedangkan sel-sel hepar

tikus pada kelompok K relatif normal. Hasil tersebut sesuai dengan teori yang

menyatakan bahwa parasetamol mampu menginduksi kerusakan sel hepar akibat

adanya metabolit NAPQI yang reaktif dan toksik.

Pembentukkan metabolit NAPQI yang melampaui persediaan dan

regenerasi glutation mengakibatkan terjadinya deplesi glutation sehingga terjadi

reaksi hepatotoksisitas. Deplesi glutation intraseluler akan mengakibatkan

hepatosit lebih rentan terhadap stres oksidatif dan apoptosis. NAPQI akan

berikatan secara kovalen dengan makromolekul sel seperti lipid, protein, dan

DNA. Reaksi antara NAPQI dengan makromolekul akan memacu terbentuknya

Reactive Oxygen Species (ROS). Selain itu, NAPQI dapat menimbulkan stres

oksidatif, yang berarti NAPQI dapat menyebabkan terjadinya peroksidasi lipid

sehingga dapat menyebabkan kematian sel (Goodman et al., 2008; Hoffman et al.,

2007; Winarsi, 2007, Zhang et al., 2007; James et al., 2003).

Hasil analisis data kerusakan sel hepar pada kelompok P2 dan kelompok

P3 sama-sama menunjukkan perbedaan bermakna dengan kelompok K maupun

kelompok P1. Hal ini membuktikan bahwa pemberian sari buah belimbing manis

konsentrasi 50% maupun konsentrasi 100% selama 14 hari berturut-turut dapat

mengurangi kerusakan sel hepar tikus akibat pemberian parasetamol, tetapi tidak

Page 66: EFEK PEMBERIAN SARI BUAH … · Tiga Tipe Lobulus Hepar: Lobulus Klasik, Lobulus Porta, dan Asinus Hepar Gambar 3. Fotomikrograf Hepar Tampak Hepatosit dan Sinusoid dengan Sel-Sel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

dapat mengembalikannya ke kondisi normal seperti pada kelompok K. Perbedaan

bermakna tersebut dapat disebabkan karena dosis sari buah belimbing manis yang

diberikan pada kelompok perlakuan belum optimal, sehingga kerusakan sel hepar

tikus akibat radikal bebas belum mampu dicegah sepenuhnya oleh antioksidan

yang terkandung di dalam sari buah belimbing manis. Hal ini didukung oleh

penelitian yang dilakukan Shui dan Leong (2006) yang menyatakan bahwa

tingginya kandungan senyawa fenol yang berperan sebagai antioksidan terdapat

pada residu atau sisa pengolahan dari jus buah belimbing manis, sedangkan sari

buah belimbing manis pada penelitian ini hanya sedikit mengandung residu buah

belimbing manis.

Berdasarkan hasil penelitian, rata-rata nilai kerusakan histologis hepar

tikus yang diberi sari belimbing manis konsentrasi 100% lebih tinggi daripada sari

belimbing manis konsentrasi 50%. Berdasarkan hasil uji statistik diketahui bahwa

terdapat perbedaan bermakna antara nilai kerusakan sel hepar tikus pada

kelompok P2 dan kelompok P3. Hal ini dapat diartikan bahwa peningkatan

konsentrasi sari buah belimbing manis tidak meningkatkan efek pencegahan

kerusakan sel hepar tikus.

Kerusakan hepar akibat paparan radikal bebas hasil metabolisme

parasetamol dapat dicegah dengan antioksidan yang terkandung dalam buah

belimbing manis, yaitu vitamin A (β-karoten), vitamin C, vitamin E, flavonoid,

senyawa fenol, dan beberapa mineral seperti Fe dan Zn. Aktivitas antioksidan

terbesar terdapat pada kandungan polifenolnya, terutama epikatekin dan

proantosianidin (Shui dan Leong, 2004).

Page 67: EFEK PEMBERIAN SARI BUAH … · Tiga Tipe Lobulus Hepar: Lobulus Klasik, Lobulus Porta, dan Asinus Hepar Gambar 3. Fotomikrograf Hepar Tampak Hepatosit dan Sinusoid dengan Sel-Sel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

Semua jenis antioksidan yang terkandung dalam buah belimbing manis

berperan penting dalam meningkatkan Total Antioxidant Status (TAS) yang dapat

meredam dampak negatif dari radikal bebas, sehingga kematian sel hepar pun

dapat dicegah (Almatsier, 2002). Epikatekin dan proantosianidin, merupakan

senyawa fenol utama yang terdapat dalam belimbing manis mampu meningkatkan

aktivitas Glutathion S-Transferase (GST) dan Superoksida Dismutase (SOD) (Han

et al., 2007). Zhang et al. (2007) telah membuktikan dalam penelitiannya bahwa

senyawa fenolik dan flavonoid yang terkandung dalam jus belimbing manis

mampu menghambat sitokrom P450, suatu isozim yang berperan penting dalam

pembentukan metabolit reaktif NAPQI. Flavonoid berpotensi sebagai antioksidan

dan penangkap radikal bebas (free radical scavenger) dengan cara mengkelat

logam serta menghentikan aktivitas radikal bebas (Winarsi, 2007).

Vitamin A yang berwujud β-karoten berfungsi sebagai peredam singlet

oksigen dan radikal bebas. Fungsi lain dari β-karoten adalah untuk meningkatkan

enzim Gluthation S-Transferase (GST) sehingga deplesi glutation dapat teratasi

(Tisnadjaja et al., 2006, Winarsi, 2007). Vitamin C berperan sebagai donor

elektron sehingga dapat menstabilkan senyawa oksigen reaktif. Vitamin C dan

vitamin E juga melindungi makromolekul sel dari kerusakan yang disebabkan

oleh stress oksidatif dan menghambat terjadinya lipid peroksidasi (Winarsi, 2007;

Sies dan Stahl, 1995).

Aktivitas antioksidan mineral berpengaruh sebagai kofaktor enzim

antioksidan endogen. Fe dan Zn merupakan kofaktor aktivasi SOD yang dapat

Page 68: EFEK PEMBERIAN SARI BUAH … · Tiga Tipe Lobulus Hepar: Lobulus Klasik, Lobulus Porta, dan Asinus Hepar Gambar 3. Fotomikrograf Hepar Tampak Hepatosit dan Sinusoid dengan Sel-Sel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

menghambat ROS, hasil persenyawaan NAPQI. Selain itu, Fe juga berfungsi

sebagai kofaktor enzim katalase (Winarsi, 2007).

Berdasarkan hasil penelitian ini, terbukti bahwa pemberian sari buah

belimbing manis dapat mengurangi kerusakan sel hepar tikus yang diinduksi

parasetamol. Namun, keadaan sel hepar tikus yang diberi sari buah belimbing

manis selama 14 hari berturut-turut dan parasetamol tidak dapat mencapai derajat

normal seperti pada kelompok kontrol. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh:

1. Kandungan antioksidan sari buah belimbing manis belum optimal untuk

mencegah kerusakan sel-sel hepar hingga mencapai derajat normal.

2. Kondisi awal hepar tikus tidak diketahui sehingga kemungkinan ada tikus

yang mengalami kelainan pada heparnya sebelum dilakukan penelitian. Hasil

penelitian yang menunjukkan jumlah kerusakan sel hepar tikus pada kelompok

P2 lebih sedikit dari kelompok P3 dapat terjadi karena kondisi awal hepar

tikus kelompok P2 lebih baik dibandingkan kelompok P3.

3. Reaksi hipersensitivitas terjadi karena adanya perbedaan kepekaan masing-

masing tikus terhadap parasetamol dan sari buah belimbing manis. Hal ini

sangat sulit untuk dikendalikan sehingga mempengaruhi hasil dari penelitian.

4. Kondisi psikologis masing-masing tikus juga sangat sulit dikendalikan.

Pemberian perlakuan berulang sangat mempengaruhi kondisi psikologis tikus

walaupun sebelum diberikan perlakuan tikus terlebih dahulu diadaptasi selama

7 hari.

5. Waktu yang diperlukan sari buah belimbing manis untuk menimbulkan efek

perlindungan hingga mencapai derajat normal masih kurang.