efek beda pelarut dalam metode spray pyrolysis …

16
EFEK BEDA PELARUT DALAM METODE SPRAY PYROLYSIS TERHADAP SIFAT OPTIK DAN LISTRIK LAPISAN TIPIS ZnO:Fe Anisa Fitri Program studi Fisika, Jurusan Sains, Institut Teknologi Sumatera Jalan Terusan Ryacudu, Way Huwi, Lampung Selatan, 35365 [email protected] Abstrak Penumbuhan film tipis FZO telah berhasil dilakukan dengan metode spray pyrolysis sederhana menggunakan alat nanospray. Film tipis ditumbuhkan pada substrat ITO (Indium Tin Oxide) dengan struktur metal-semiconductor-metal (MSM). Karakteristik film tipis ZnO meliputi struktur morfologi, sifat optik, struktur kristal dan sifat listrik. Hasil citra SEM menunjukkan bahwa beda pelarut dapat mempengaruhi morfologi permukaan film tipis, didapatkan grain size masing-masing sampel berturut-turut adalah 894.696 nm, 543.760 nm, 439.691 nm, 215.021 nm, 126.831 nm, untuk masing-masing sampel 0.5M Etanol, 0.5M Alkohol, 0.5M Aquades, 0.05M Etanol, dan 0.01M Etanol. Selain itu beda molaritas dapat mempengaruhi ukuran partikel, dimana semakin kecil molaritas prekursor maka semakin kecil ukuran partikel yang dihasilkan. Pengaruh pelarut dan molaritas yang berbeda telah menurunkan energi gap yaitu 3.27, 3.24, 3.22, 3.21, 3.19 eV pada masing-masing sampel 0.01M Etanol, 0.05M Etanol, 0.5M Etanol, 0.5M Alkohol, dan 0.5M Aquades. Hasil karakterisasi XRD menunjukkan hasil fasa kristal ZnO yang terbentuk sangat lah tipis sehingga kalah mendominasi dibandingkan substrat ITO akibatnya fasa kristal ZnO itu sendiri tidak terdeteksi diatas substrat ITO, melainkan fasa kristal milik ITO ( Indium Tin Oxide) pada bidang hkl (400) dengan besar sudut yaitu sebesar 35,17º, sehingga hanya sedikit berkas yang didifraksikan pada orientasi bidang tersebut. Karakterisasi I-V menunjukkan bahwa efek pelarut dan molaritas yang berbeda menghasilkan sensitivitas yang berbeda dan ketinggian penghalang Schottky yang berbeda. Sampel FZO 0.5M Etanol memiliki sensitivitas tertinggi dibandingkan sampel lain karena memiliki arus gelap cukup rendah dan arus terang yang tinggi. Kata Kunci: Spray Pyrolysis, Bandgap, Efek pelarut, Molaritas.

Upload: others

Post on 28-Nov-2021

13 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

EFEK BEDA PELARUT DALAM METODE SPRAY PYROLYSIS TERHADAP

SIFAT OPTIK DAN LISTRIK LAPISAN TIPIS ZnO:Fe

Anisa Fitri

Program studi Fisika, Jurusan Sains, Institut Teknologi Sumatera Jalan Terusan Ryacudu,

Way Huwi, Lampung Selatan, 35365

[email protected]

Abstrak

Penumbuhan film tipis FZO telah berhasil dilakukan dengan metode spray pyrolysis

sederhana menggunakan alat nanospray. Film tipis ditumbuhkan pada substrat ITO (Indium

Tin Oxide) dengan struktur metal-semiconductor-metal (MSM). Karakteristik film tipis ZnO

meliputi struktur morfologi, sifat optik, struktur kristal dan sifat listrik. Hasil citra SEM

menunjukkan bahwa beda pelarut dapat mempengaruhi morfologi permukaan film tipis,

didapatkan grain size masing-masing sampel berturut-turut adalah 894.696 nm, 543.760 nm,

439.691 nm, 215.021 nm, 126.831 nm, untuk masing-masing sampel 0.5M Etanol, 0.5M

Alkohol, 0.5M Aquades, 0.05M Etanol, dan 0.01M Etanol. Selain itu beda molaritas dapat

mempengaruhi ukuran partikel, dimana semakin kecil molaritas prekursor maka semakin

kecil ukuran partikel yang dihasilkan. Pengaruh pelarut dan molaritas yang berbeda telah

menurunkan energi gap yaitu 3.27, 3.24, 3.22, 3.21, 3.19 eV pada masing-masing sampel

0.01M Etanol, 0.05M Etanol, 0.5M Etanol, 0.5M Alkohol, dan 0.5M Aquades. Hasil

karakterisasi XRD menunjukkan hasil fasa kristal ZnO yang terbentuk sangat lah tipis

sehingga kalah mendominasi dibandingkan substrat ITO akibatnya fasa kristal ZnO itu

sendiri tidak terdeteksi diatas substrat ITO, melainkan fasa kristal milik ITO (Indium Tin

Oxide) pada bidang hkl (400) dengan besar sudut yaitu sebesar 35,17º, sehingga hanya sedikit

berkas yang didifraksikan pada orientasi bidang tersebut. Karakterisasi I-V menunjukkan

bahwa efek pelarut dan molaritas yang berbeda menghasilkan sensitivitas yang berbeda dan

ketinggian penghalang Schottky yang berbeda. Sampel FZO 0.5M Etanol memiliki

sensitivitas tertinggi dibandingkan sampel lain karena memiliki arus gelap cukup rendah dan

arus terang yang tinggi.

Kata Kunci: Spray Pyrolysis, Bandgap, Efek pelarut, Molaritas.

1. Pendahuluan

Penemuan-penemuan baru tentang

teknologi dalam bidang material

semikonduktor terus dikembangkan.

Penelitian tentang bahan berukuran

nanometer khususnya lapisan tipis telah

meningkat selama beberapa tahun terakhir.

Bahan yang biasa digunakan adalah

In2O3, WO3, SnO2, TiO, ZnO dan masih

banyak lagi bahan lainnya [1]. Diantara

material-material ini, ZnO merupakan

material baru yang memiliki beberapa

keuntungan dibandingkan dengan material

lain sebagai sel surya atau sel fotovoltaik

[2]. Karena energi ikatnya yang besar (60

meV), celah pita lebar (3,37 eV) dan

metode sintesis serta perakitan yang

mudah, semikonduktor ZnO telah menjadi

salah satu bahan yang menjanjikan untuk

banyak aplikasi [3]. Beberapa penelitian

telah menunjukkan bahwa dilakukannya

doping terhadap ZnO diperlukan untuk

mendapatkan kualitas kristal tinggi dan

untuk meningkatkan sifat optik dan

listriknya. Doping ion logam adalah

pendekatan yang paling terkenal dan

efektif. Berbagai logam transisi 3d (TM)

yaitu Sc, Ti, V, Cr, Mn, Fe, Co, Ni, dan Cu

dianggap sebagai dopan efektif ZnO

karena memiliki jari-jari ionik yang dekat

dengan ZnO sehingga dapat berikatan

kuat. Pengaruh Fe doping ZnO (FZO)

dibuktikan mampu meningkatkan kualitas

sifat optik dan sifat listrik yang lebih baik

[4]. Sehingga film tipis FZO dapat

diaplikasikan pada sel surya [5].

Substrat pada lapisan tipis

mempengaruhi sifat optik ZnO.

Keunggulan ITO (Indium Tin Oxide)

sebagai substrat yaitu memiliki nilai

transparansi 80% dan resistivitas Ωm.

ITO juga memiliki karakterisasi yang baik

dari segi transmitansi yang mencapai 50%-

60%, energi band gap yang lebar, serta

konduktivitas listrik yang tinggi dan akan

mempengaruhi sifat optik ZnO. Zhang

dkk. [6] telah melaporkan adanya

pengaruh pelarut (organik) bahwa pelarut

dapat digunakan dalam mengontrol

morfologi dari permukaan suatu material

yang disintesis. Kanade dkk. [7] juga

menyatakan bahwa pemilihan pelarut

merupakan faktor kunci dalam

pembentukkan ukuran nano dengan

kualitas yang tinggi.

Sehingga, pada penelitian ini

dilakukan penumbuhan film tipis ZnO:Fe

diatas substrat ITO (Indium Tin Oxide)

menggunakan metode spray pyrolysis

dengan variasi beda pelarut yaitu

menggunakan pelarut aquades, etanol, dan

alkohol dan didapatkan permasalahan

dalam penelitian ini yaitu penggunaan

pelarut yang dapat mempengaruhi ukuran

partikel sehingga perlu untuk dilakukan

variasi pelarut [8]. Kemudian film tipis

FZO diaplikasikan pada solar cell

sederhana.

2. Metode Penelitian

Penumbuhan film tipis ZnO:Fe dengan

menggunakan metode spray pyrolysis

diawali dengan menentukan material-

material yang akan dijadikan prekursor

untuk membuat film tipis, lalu menentukan

konsentrasi dan persentase doping.

Prekursor utama adalah zinc acetat

dyhydrat sebanyak 0,5 M dan iron (III)

hexadyhydrat sebanyak 0,5 M sebagai

doping. Kemudian menentukan variasi

senyawa larutan yang akan digunakan

serta menentukan substrat yang akan

digunakan dalam penumbuhan film tipis

ZnO:Fe. Dalam penelitian ini difokuskan

variasi beda pelarut yaitu aquades, etanol,

dan alkohol. Kemudian kedua prekursor

dilarutkan dalam masing-masing pelarut

yaitu aquades, etanol, dan alkohol dengan

volume 30 ml. Prekursor diaduk

menggunakan magnetic stirrer pada suhu

ruang dengan kecepatan 180 rpm selama

30 menit hingga larutan homogen.

Tahap kedua, setelah menentukan

substrat ITO (Indium Tin Oxide) yang

akan digunakan, lalu substrat dipotong

dengan ukuran 1cmx1cm. Selanjutnya

dilakukan pencucian substrat dengan

menggunakan aseton untuk

menghilangkan kotoran seperti minyak

dan lemak yang menempel pada

permukaan substrat di dalam ultrasonic

cleaner selama 10 menit. Kemudian

substrat dicuci kembali dengan larutan

etanol di dalam ultrasonic cleaner selama

5 menit. Terakhir substrat dibilas dengan

aquades selama 5 menit. Kemudian

substrat dikeringkan dengan hairdryer

selama 1 menit. Setelah substrat bersih dan

kering tahap selanjutnya adalah proses

penyemprotan larutan FZO dari alat

nanospray ke permukaan atas substrat

yang sebelumnya telah dipanaskan

menggunakan hotplate dengan suhu 450oC

hingga terbentuk lapisan tipis FZO.

Selanjutnya, lapisan tipis yang telah

terbentuk dengan masing-masing pelarut

aquades, etanol, dan alkohol

dikarakterisasi XRD untuk mengetahui

sifat struktur, karakterisasi UV-Vis untuk

mengetahui sifat optik. Dan terakhir

karakterisasi I-V untuk mengetahui sifat

listrik. Tahap awal yang dilakukan dalam

karakterisasi I-V adalah pemasangan pasta

perak (Ag) sebagai elektroda pada sampel

dan kabel jumper sebagai penghubung.

Kemudian rangkaian pengukuran I-V

disiapkan, multimeter digital analitik yang

berorde nanometer diatur dalam bentuk

arus DC sebagai output dan power supply

sebagai sumber tegangan. Arus keluaran

dicatat dari tegangan 0 volt hingga 10 volt

dengan slot 0,5 volt dalam kondisi gelap

dan kondisi terang oleh lampu UV 365

nm.

3. Hasil dan pembahasan

Karakterisasi SEM perlu dilakukan untuk

mengetahui morfologi permukaan dari

film tipis berupa bentuk dan ukuran

butiran (partikel). Pada foto citra SEM

sampel film tipis FZO beda pelarut dan

molaritas terlihat bentuk bentuk dan

ukuran butiran (partikel) yang berbeda

menandakan adanya pengaruh pelarut pada

morfologi permukaan dan ukuran partikel

yang dihasilkan [6], [8].

Gambar 1. Foto hasil SEM (a) FZO 0.5M

Aquades (b) FZO 0.5M Etanol (c) FZO

0.5M Alkohol

Gambar 2. Foto hasil SEM

(a) 0.05M Etanol (b) 0.01M Etanol

Terlihat bahwa ukuran partikel menurun

ketika molaritas semakin kecil. Semakin

tinggi konsentrasi prekursor, maka

semakin besar ukuran partikelnya [9,10].

Sampel film tipis FZO yang ditumbuhkan

di atas substrat ITO dengan variasi beda

pelarut dan beda molaritas dapat

ditentukan sifat optik diantaranya daerah

absorbsi dan nilai celah pita energi (energi

gap). Analisis karakterisasi sifat optik film

tipis FZO dilakukan melalui pengukuran

spektrometer UV-Vis dengan rentang

energi foton 1,6 – 4,3 eV. Spektrum

absorbsi UV-Vis lapisan tipis FZO dengan

variasi beda pelarut dan beda molaritas

ditunjukkan pada Gambar 3.

Gambar 3. Grafik absorbansi film tipis

FZO beda pelarut dan molaritas

Semakin tebal (tidak transparan) lapisan

yang terbentuk, akan menyebabkan nilai

absorbansi semakin besar. Hal ini

dikarenakan banyaknya atom-atom bahan

yang terlibat dalam proses penyerapan

berkas cahaya [11] [12].

Untuk mengetahui besarnya konduktivitas

listrik, dibutuhkan pengetahuan mengenai

elektron-elektron dalam kristal yang diatur

dalam pita energi yang dipisahkan oleh

daerah energi yang tidak memiliki orbital

elektron. Daerah terlarang ini dinamakan

celah pita (band gap), dan merupakan hasil

interaksi konduktivitas elektron dengan

inti ion kristal [13]. Besarnya energi gap

diperoleh dengan menggunakan metode

Touc Plot yaitu melakukan penarikan

ekstrapolasi pada daerah linear.

Perhitungan energi gap dilakukan dengan

menggunakan persamaan Kubelka-Munk

dimana (Eg) diperoleh dari grafik

hubungan antara [α h.c/λ]² terhadap (h.c/λ)

atau energi (eV). Energi gap pada

semikonduktor adalah (h.c/λ) pada saat [α

h.c/λ]² = 0, yang diperoleh dari

perpotongan garis lurus yang ditarik

memotong sumbu x pada kurva [14].

Pada Gambar 4(a) menunjukkan kurva

pita energi dari ketiga sampel beda pelarut

dan Gambar 4(b) menunjukkan kurva pita

energi beda molaritas

(a)

(b)

(c)

Gambar 4a. Kurva pita energi

menggunakan metode Tauc Plot pada

sampel (a) FZO 0.5M Aquades (b) FZO

0.5M Etanol (c) FZO 0.5M Alkohol

(a)

(b)

Gambar 4(b). Kurva pita energi

menggunakan metode Tauc Plot pada sampel

(a) FZO 0.05M Etanol (b) FZO 0.01M Etanol

Energi gap yang terlalu kecil akan

menyebabkan loncatan elektron dari pita

valensi ke pita konduksi dan sebaliknya

kurang bebas, sedangkan energi gap yang

terlalu besar akan menghambat loncatan

elektron sehingga aliran elektron akan

terhambat [1]. Semakin besar panjang

gelombang maka energi gap yang dimiliki

menjadi semakin kecil, sebaliknya

semakin kecil panjang gelombang maka

energi gap yang dimiliki menjadi semakin

besar [2].

Besar masing-masing energi gap yang

diperoleh dari tiap sampel berturut-turut

adalah 3,19 eV, 3,21 eV, 3,22 eV, 3,24 eV,

3,27 eV, seperti yang ditunjukkan pada

Tabel 1.

Tabel 1. Energi gap pada masing-masing

sampel film tipis FZO

Sampel Energi gap (eV)

FZO 0.5M Aquades 3,19

FZO 0.5M Alkohol 3,21

FZO 0.5M Etanol 3,22

FZO 0.05M Etanol 3,24

FZO 0.01M Etanol 3,27

Gambar 5. menunjukkan spektrum

XRD dari sampel FZO 0.5M Etanol

dengan spektrum XRD substrat ITO

(Indium Tin Oxide) dan dibandingkan

dengan sampel FZO 0.4M Etanol pada

substrat kaca, hal ini dilakukan untuk

membandingkan sehingga dapat diketahui

apakah ZnO berhasil ditumbuhkan diatas

substrat ITO. Pada sampel film tipis FZO

0.5M Etanol menunjukkan hasil fasa

kristal ZnO yang terbentuk sangat lah tipis

sehingga kalah mendominasi

dibandingkan substrat ITO akibatnya fasa

kristal ZnO itu sendiri tidak terdeteksi

diatas substrat ITO, melainkan fasa kristal

milik ITO (Indium Tin Oxide) pada bidang

hkl (400) dengan besar sudut yaitu sebesar

35,17º yang memiliki struktur kristal kubik

sesuai dengan referensi data ICOD 00-

039-1058. Pada sampel FZO 0.5M Etanol

terlihat puncak pada bidang hkl (222),

(400), (441) yang berkolerasi disudut

30,26º, 35,17º dan 50,52º. Sementara jika

dibandingkan dengan sampel FZO 0.4M

pada substrat kaca dimana fasa kristal

milik ZnO dapat teridentifikasi pada

bidang hkl atau indeks miller (002) dengan

besar sudut 34,91º dengan menunjukkan

struktur kristal wurtzite (heksagonal).

Sedikitnya bidang pemantul

mengakibatkan interferensi dari

gelombang terdifraksi akan saling

melemahkan dan menyebabkan intensitas

semakin rendah [15]. Selain itu, penyebab

lemahnya intensitas dari puncak sampel

adalah tipisnya lapisan yang terbentuk

pada orientasi bidang tersebut sehingga

hanya sedikit berkas yang didifraksikan.

25 30 35 40 45 50 55

Inte

ns

ita

s (

a.u

)

2()

(222)

(400)

(441)

FZO 0.4M Etanol

FZO 0.5M Etanol

ITO tanpa film

(a)

(b)

(c)

Gambar 5. Spektrum XRD pada sudut 25º-

55º (a) FZO 0.4M Etanol (b) ITO tanpa film

(c) FZO 0.5M Etanol

Karakterisasi arus-tegangan atau I-

V dilakukan untuk mengetahui sifat listrik

dari film tipis yang telah dibuat.

Pengukuran arus dan tegangan film

dilakukan pada kondisi gelap dan

penyinaran UV. Gambar 4 menunjukkan

film tipis yang dihasilkan dengan variasi

pelarut molaritas 0.5M pada keadaan gelap

nilai arus cenderung rendah, hal tersebut

terjadi akibat terbentuknya daerah deplesi

akibat logam diberi tegangan. Sehingga

daerah deplesi memiliki konduktivitas

yang rendah, muatan pembawa sulit

mengalir dan menyebabkan nilai arus

gelap menjadi sangat rendah [16].

Sedangkan nilai arus yang diterangi UV

meningkat yang menandakan film tipis

FZO peka terhadap sinar UV. Nilai arus

terang meningkat seiring meningkatnya

tegangan yang diberikan.

-10 -8 -6 -4 -2 0 2 4 6 8 10-12

-10

-8

-6

-4

-2

0

2

4

6

8

10

12A

rus (

A)

Tegangan (V)

Dark

Uv

(a) FZO 0.5M Aquades

(a)

-10 -8 -6 -4 -2 0 2 4 6 8 10

-30

-20

-10

0

10

20

30

Dark

Uv

Aru

s (

A)

Tegangan (V)

(b) FZO 0.5M Etanol

(b)

-10 -8 -6 -4 -2 0 2 4 6 8 10

-15

-10

-5

0

5

10

15

Aru

s (

A)

Tegangan (V)

Dark

Uv

(c) FZO 0.5M Alkohol

(c)

Gambar 6. Kurva I-V Film Tipis FZO 0.5M

(a) Pelarut Aquades (b) Pelarut Etanol (c)

Pelarut Alkohol

Setelah dilakukan pengukuran I-V film

tipis FZO dengan molaritas 0.5M nilai

arus terang yang paling tinggi yaitu

didapatkan pada pelarut etanol. Sehingga

selanjutnya variasi molaritas yang

dilakukan hanya menggunakan pelarut

etanol. Gambar 7. menunjukkan hasil

pengukuran I-V menggunakan pelarut

etanol dengan variasi molaritas 0.01M,

0.05M, dan 0.1M. Pada film tipis FZO

0.01M, 0.05M, dan 0.1M kurva I-V

terlihat tidak linier. Kurva terlihat

mengalami fluktuasi pada saat nilai arus

gelap. Sedangkan seiring meningkatnya

tegangan yang diberikan maka nilai arus

terang juga meningkat.

-10 -8 -6 -4 -2 0 2 4 6 8 10-25

-20

-15

-10

-5

0

5

10

15

20

25

Dark

Uv

Aru

s (

A)

Tegangan (V)

(a) FZO 0.01M Etanol

(a)

-10 -8 -6 -4 -2 0 2 4 6 8 10-20

-15

-10

-5

0

5

10

15

20

Dark

Uv

Aru

s (

A)

Tegangan (V)

(b) FZO 0.05M Etanol

(b)

-10 -8 -6 -4 -2 0 2 4 6 8 10

-25

-20

-15

-10

-5

0

5

10

15

20

25

Dark

Uv

Aru

s ()

Tegangan (V)

(c) FZO 0.1M Etanol

(c)

Gambar 7. Kurva I-V Perbandingan Molaritas

Film Tipis FZO (a) FZO 0.01M (b) FZO

0.05M (c) FZO 0.1M

Terlihat bahwa kurva karakterisasi I-V

tidak linier. Hal tersebut menandakan

adanya Schottky barrier antara logam-

semikonduktor. Schottky barrier muncul

karena level fermi semikonduktor lebih

besar dari level fermi logam. Ketika logam

dan semikonduktor disambungkan, level

fermi semikonduktor menurun sehingga

terjadi pembengkokkan pita konduksi dan

valensi, pada proses itu elektron pindah

dari semikonduktor menuju logam sampai

level fermi logam dan semikonduktor

sama atau rata. Ketika level fermi telah

sama maka terbentuk dua daerah, yaitu

daerah deplesi dan daerah netral. Pada

daerah deplesi, elektron dan hole saling

meniadakan sehingga hanya terdapat ion-

ion positif dan negatif. Ion-ion tersebut

saling tolak-menolak sehingga

meningkatkan beda potensial yang

menjadi penghalang elektron dan hole

untuk berdifusi lebih lanjut. Penghalang

tersebut disebut Schottky barrier.

Schottky barrier (𝜙𝐵) pada persambungan

Metal-Semikonduktor dapat diperoleh

dengan substitusi nilai Io dalam persamaan

emisi termionik berikut:

(4.3)

dimana K adalah konstanta Boltzman, T

adalah suhu absolut, A adalah area

Schottky, 𝐴∗ adalah koefisien Richardson

efektif, dan Io adalah arus saturasi. Nilai

arus saturasi dapat diperoleh dari plot

logaritmik terhadap tegangan

seperti pada Gambar 6.

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

-18.0

-17.6

-17.2

-16.8

-16.4

-16.0

-15.6

-15.2

-14.8

-14.4

-14.0

-13.6

-13.2

Ln

[(le

qV

/kT

)/(e

qV

/kT

-1)]

Tegangan (V)

FZO 0.5M Aquades

o

(a)

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

-18.8

-18.4

-18.0

-17.6

-17.2

-16.8

-16.4

-16.0

-15.6

-15.2

-14.8

-14.4

-14.0

-13.6

-13.2

-12.8

Ln

[(le

qV

/kT

)/(e

qV

/kT

-1)]

Tegangan (V)

FZO 0.5M Etanol

o

(b)

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

-18.8

-18.4

-18.0

-17.6

-17.2

-16.8

-16.4

-16.0

-15.6

-15.2

-14.8

-14.4

-14.0

-13.6

-13.2

Ln

[(le

qV

/kT

)/(e

qV

/kT

-1)]

Tegangan (V)

FZO 0.5M Alkohol

o

(c)

Gambar 8. Kurva plot logaritmik

terhadap tegangan (a) FZO 0.5M

Aquades (b) FZO 0.5M Etanol (c) FZO 0.5M

Alkohol

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

-16.4

-16.2

-16.0

-15.8

-15.6

-15.4

-15.2

-15.0

-14.8

-14.6

-14.4

-14.2

-14.0

-13.8

-13.6

-13.4

-13.2

Ln

[(le

qV

/kT

)/(e

qV

/kT

-1)]

Tegangan (V)

FZO 0.01M Etanol

o

(a)

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

-16.4

-16.2

-16.0

-15.8

-15.6

-15.4

-15.2

-15.0

-14.8

-14.6

-14.4

-14.2

-14.0

-13.8

-13.6

-13.4

Ln

[(le

qV

/kT

)/(e

qV

/kT

-1)]

Tegangan (V)

FZO 0.05M Etanol

o

(b)

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

-16.4

-16.2

-16.0

-15.8

-15.6

-15.4

-15.2

-15.0

-14.8

-14.6

-14.4

-14.2

-14.0

-13.8

-13.6

-13.4

-13.2

-13.0

Ln

[(le

qV

/kT

)/(e

qV

/kT

-1)]

Tegangan (V)

FZO 0.1M Etanol

o

(c)

Gambar 9. Kurva plot logaritmik

terhadap tegangan (a) FZO 0.01M Etanol (b)

FZO 0.05M Etanol (c) FZO 0.1M Etanol

Setelah diperoleh nilai Io dari masing-

masing kurva arus saturasi, tinggi Schottky

barrier pada kondisi gelap diperoleh

seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.3.

Schottky barrier dapat pengaruhi oleh

fungsi kerja dari persambungan Ag-FZO-

Ag, permukaan film yang rata dan

homogen atau tidak dan pelebaran daerah

deplesi [17].

Tabel 4.3 Tinggi Barrier

Sensitivitas adalah salah satu

parameter untuk mengetahui performa dari

sampel film tipis yang dihasilkan.

Sensitivitas didapatkan dari pembagian

nilai arus terang dengan arus gelap seperti

pada persamaan berikut:

𝑆 = (4.4)

adalah kondisi dibawah sinar UV,

dan adalah pada keadaan gelap atau

tidak sedang disinari lampu UV. Untuk

mengetahui sensitivitas tinggi atau tidak

maka perlu dibuat perbandingan arus gelap

dan arus terang pada film seperti pada

Gambar 10.

-10 -8 -6 -4 -2 0 2 4 6 8 10

-1.6

-0.8

0.0

0.8

1.6

FZO 0.01M Etanol

FZO 0.05M Etanol

FZO 0.1M Etanol

FZO 0.5M Etanol

FZO 0.5M Alkohol

FZO 0.5M Aquades

Aru

s (

A)

Tegangan (V)

(a) Arus gelap

(a)

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

20

22

24

26

28

Aru

s (

A)

Tegangan (V)

0.01M Etanol

0.05M Etanol

0.1M Etanol

0.5M Etanol

0.5M Alkohol

0.5M Aquades

(b)

Gambar 10. Kurva I-V perbandingan

(a)Pola gelap (b) pola terang

Setelah didapatkan kurva perbandingan

pada arus gelap dan arus terang, kurva

sensitivitas didapat. Jika dilihat dari kurva

yang didapatkan tidak adanya nilai

sensitivitas yang terlalu signifikan ataupun

terlalu rendah, nilai sensitivitas yang

dihasilkan pada tiap sampel mengalami

kenaikan dan penurunannya masing-

masing pada saat di tegangan-tegangan

tertentu. Pada Gambar 11. menunjukkan

perbandingan sensitivitas masing-masing

sampel. Diperoleh pada saat tegangan

0.5V dan 10V nilai sensitivitas tertinggi

yaitu pada sampel FZO 0.5M Etanol.

Dimana nilai sensitivitas pada 0.5V

sampel FZO 0.5M Etanol yaitu 2.4827 µA

dan pada saat 10V nilai sensitivitasnya

meningkat sebesar 15.3237 µA.

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

0

2

4

6

8

10

12

14

16

Sen

siti

vita

s

Tegangan (V)

0.01M Etanol

0.05M Etanol

0.1M Etanol

0.5M Etanol

0.5M Alkohol

0.5M Aquades

Gambar 11. Kurva sensitivitas

4. Kesimpulan

Bentuk morfologi permukaan berubah

pada tiap sampel yang dihasilkan.

Peningkatan ukuran partikel (bulir) juga

terjadi pada film tipis FZO yang

dihasilkan. Ukuran partikel menurun

ketika molaritas semakin kecil. Hal

tersebut menandakan adanya pengaruh

beda pelarut dan molaritas pada film

tipis FZO. Beda pelarut dan molaritas

juga dapat meningkatkan nilai

absorbansi. Beda pelarut dan molaritas

dapat menurunkan energi gap. Energi

gap terendah dihasilkan pada sampel

FZO 0.5M Etanol. Pada karakterisasi

XRD, tipisnya lapisan yang terbentuk

membuat puncak ZnO tidak diperoleh.

FZO 0.5M Etanol memiliki nilai

sensitivitas tertinggi dibandingkan

sampel lain karena memiliki arus gelap

cukup rendah dan arus terang yang

tinggi.

Daftar pustaka

[1].

http://digilib.unila.ac.id/14348/4/BA

B%20II.pdf (diakses tanggal 15

November 2019)

[2]. S. Syamsuluri et al.,

“Concentration on the Optical

Behavior and Structure,” pp. 1-

11

[3]. C. Aydin, M.S. Abd El-sadek,

Kaibo Zheng, et al. Properties of

nanocrystalline Fe-doped ZnO

via sol-gel calcination technique.

Journal of Optics and Laser

Technology 48 pp. 447-452

[4]. T. Srinivasulu, K. Saritha, K.T.

Ramakrishna Reddy.2017.

Synthesis and characterization of

Fe-doped ZnO thin films

deposited by chemical spray

pyrolysis. Modern Electronic

Materials. 3: 76-85

[5]. T. Srinivasulu, K. Saritha, K.T.

Ramakrishna Reddy. 2017.

Physical Properties of Spray

Deposited Fe:ZnOThin Films.

Materials Today: Proceedings.

Vol 4 p.12571–12576

[6]. Zhang, Y., Chung, J., Lee, J.,

Myoung, J., Lim, S., 2011.

Synthesis of ZnO nanospheres

with uniform nanopores by a

hydrothermal process, Journal of

Physics and Chemistry of Solids,

72, 1548–1553

[7]. Kanade, K.G., Kale, B.B., Aiyer,

R.C., Das, B.K., 2006. Effect of

solvents on the synthesis of

nano-size zinc oxide and its

properties. Materials Research

Bulletin, 41, 590–600

[8]. James R. Sowers and M. Epstein,

“Sintesis Partikel Nano ZnO

Dengan Metode Kopresipitasi

Dan Karakterisasinya, “Am.

Hear. Assoc. J., vol. 26, pp. 869-

879, 1995

[9]. Khatibani Bagheri A. and Rozati

S.M,“Synthesis and

characterization of amorphous

alumunium oxide thin film

prepared by spray pyrolysis:

effects of substrate

temperature,”Journal of non-

crystalline solids,Vol.363

pp.121-133, 2013

[10].

https://bisakimia.com/2016/09/0

3/bagaimana-menentukan-

pelarut-yang-tepat/, (diakses

tanggal 7 Desember 2019)

[11]. D. Anggoro, R. Syarifah, H.

Sunarno et al, “Karakterisasi

Pengaruh Temperatur Kalsinasi

pada Intensitas Emisi Material

Luminisensi ZnO:Zn,” Jurnal

Fisika dan Aplikasinya, No.3

Vol.14 , Oktober, 2018

[12]. Maddu, A., dkk, 2010, Pengaruh

Ketebalan Terhadap Sifat Optik

Lapisan Semikonduktor Cu2O

yang Dideposisikan dengan

Metode Chemical Bath

Deposition, Pusat Penelitian

Fisika-LIP, Departemen Fisika-

FMIPA, Institut Pertanian Bogor,

Kampus IPB Darmaga, Indonesia

[13]. Wilda Amananti. Analisis Sifat

Optis Lapisan Tipis ZnO, TiO2,

TiO2:ZnO, dengan dan Tanpa

Lapisan Penyangga yang

Dideposisikan Menggunakan

Metode Sol-Gel Spray Coating.

Jurnal Fisika Indonesia No:55,

Vol XIX, Mei 2015. ISSN:1410-

2994, Jurusan Fisika

[14]. Amutha C. A. Etc, “Influence of

concentration on structural and

optical characteristics of

nanocrystalline ZnO thin film

synthesized by sol-gel dip

coating method,” Progress in

nanotechnology and

nanomaterialsVol.3(1), pp.13-18,

2014

[15]. Sugianto, etc, “Pengaruh

temperatur annealing pada sifat

listrik film tipis zinc oksida

doping alumunium oksida,”

Jurnal MIPA UNNESVol. 39 (2),

pp. 155-122, 2016

[16]. Nurfani Eka, etc, “Electrical

properties of ZnO-based

photodetector prepared by room

temperature dc unbalanced

magnetron sputtering,” SPIE

Vol.10150 1015013-1, 2016

[17]. Nur Amin.2007.”Analisis sifat

listrik persambungan M-S-M

pada film tipis Al x Ga 1-x N

yang ditumbuhkan diatas substrat

silikon(111) dengan metode DC

Magnetrin Sputtering “.Jurusan

Fisika. Fakultas Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam:

Universitas Negeri Semarang