edkhusmei101824 berpntang mknan.pdf

Upload: afifa-fifa

Post on 14-Oct-2015

28 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

yjtyjt

TRANSCRIPT

  • Edisi Khusus Hari Kesehatan Internasional, Hardiknas dan Hari Bidan, Mei 2010 ISSN: 2086-3098

    Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 18

    HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN BERPANTANG MAKANAN TERTENTU DENGAN PENYEMBUHAN LUKA PERINEUM PADA IBU NIFAS

    Masadah*, Sukesi*

    ABSTRAK

    Kejadian lambatnya penyembuhan luka perineum pada ibu nifas 7 hari post partum karena masih tingginya kebiasaan berpantang makanan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan berpantang makanan tertentu dengan penyembuhan luka perineum pada ibu nifas.

    Penelitian analitik observasional ini menggunakan rancangan cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan di Klinik Umum dan Rumah Bersalin Medika Utama Balongbendo Sidoarjo pada tanggal 2 Mei sampai 30 Mei 2009, menggunakan purposive sampling dengan kriteria sampel: ibu nifas 7 hari post partum yang memiliki jahitan luka perineum, tidak memiliki penyakit penyerta dengan besar sampel 38 orang. Variabel independen adalah kebiasaan berpantang makanan tertentu dan variabel dependen adalah penyembuhan luka perineum. Data dianalisis dengan uji Eksak dari Fisher.

    Hasil Uji Fisher yaitu 2.10-10 dan p 0,05, artinya Ho ditolak atau ada hubungan antara kebiasaan berpantang makanan tertentu dengan penyembuhan luka perineum pada ibu nifas, sehingga ibu nifas disarankan untuk menghindari kebiasaan berpantang makanan tertentu demi kelancaran penyembuhan luka perineum. Kata kunci : berpantang makanan, penyembuhan luka perineum.

    *: Prodi Kebidanan Sutomo Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Surabaya PENDAHULUAN

    Latar Belakang Masa nifas merupakan masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat

    kandungan kembali seperti pra hamil. Lama masa nifas yaitu 6-8 minggu. Di Indonesia, ada kebiasaan atau kepercayaan bahwa wanita bersalin baru boleh keluar rumah setelah habis nifas yaitu 40 hari. Menurut Abdul Bari (2002), asuhan masa nifas sangat diperlukan dalam periode tersebut, karena masa ini adalah masa kritis baik untuk ibu maupun bayinya.

    Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia tergolong masih tinggi dibandingkan dengan negara-negara ASEAN yaitu sebesar 390 per 100.000 kelahiran hidup. Angka tersebut 3-6 kali dari AKI negara-negara ASEAN dan 50 kali AKI negara-negara maju, dan salah satunya disebabkan karena infeksi dengan proporsi 20-30% (Hanifa,2005). Dari kasus infeksi ini, 25-55% disebabkan oleh infeksi jalan lahir (Rustam M, 1998). Infeksi ini terjadi karena masih banyaknya ibu-ibu yang berpantang makan. Kebiasaan berpantang makanan tersebut akan dapat memperlambat proses penyembuhan luka perineum, selain itu juga dapat memperlambat proses involusi pada ibu post partum.

    Banyak faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka perineum di antaranya mobilisasi dini, vulva hygiene, luas luka, umur, vaskularisasi, stressor dan juga nutrisi. Pada ibu nifas, makanan yang bergizi dan sesuai porsi akan menyebabkan ibu dalam keadaan sehat dan

  • Edisi Khusus Hari Kesehatan Internasional, Hardiknas dan Hari Bidan, Mei 2010 ISSN: 2086-3098

    Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 19

    segar. Ibu nifas yang biasanya memiliki budaya pantang makan seperti telur, ayam dan daging akan mempengaruhi proses kesembuhan luka perineum. Luka dikatakan sembuh jika dalam 1 minggu kondisi luka kering, menutup dan tidak ada tanda-tanda infeksi. Makanan yang bergizi akan mempercepat masa penyembuhan luka perineum. Bila gizi ibu nifas tidak terpenuhi, maka proses penyembuhan luka perineum menjadi lebih lama (Smeltzer, 2002).

    Faktor gizi terutama protein sangat mempengaruhi proses penyembuhan luka perineum karena penggantian jaringan sangat membutuhkan protein. Budaya dan keyakinan juga mempengaruhi penyembuhan luka perineum, misalnya kebiasaan berpantang makan telur, ikan dan daging ayam, akan mempengaruhi asupan gizi ibu, yang akan sangat mempengaruhi penyembuhan luka perineum. Akan tetapi ada 35% ibu nifas yang masih berpantang makanan sehingga mempengaruhi kesembuhan luka perineumnya. (Smeltzer,2002).

    Data dari Klinik Umum dan Rumah Bersalin Medika Utama Balongbendo Sidoarjo menyebutkan bahwa selama bulan Juli sampai Desember 2008, di antara 246 ibu post partum terdapat 26 orang (10,56%) dengan luka perineum belum sembuh, karena ada yang mengatakan masih pantang makanan di antaranya konsumsi ikan segar, dengan alasan bayi menetek akan muntah, pantang makan ikan ayam karena akan menimbulkan nyeri pada luka dan lama sembuhnya, juga pantang ikan asin karena akan menimbulkan gatal-gatal. Padahal proses penyembuhan luka perineum yang normal adalah 6-7 hari post partum. Setelah ditelusuri lebih lanjut, mereka ternyata memiliki kebiasaan makanan yang kurang baik, seperti berpantang makan, makanan yang dimakan juga tertentu, khususnya lauk (makanan yang berprotein).

    Pemenuhan kebutuhan nutrisi yang baik merupakan salah satu faktor yang membantu proses penyembuhan luka perineum. Jadi kebiasaan berpantang makanan pada ibu dengan luka perineum akan kurang menguntungkan bahkan merugikan. Hal ini perlu dibahas lebih lanjut, sehingga perlu diadakan suatu penelitian.

    Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan antara kebiasaan berpantang makanan

    tertentu dengan penyembuhan luka perineum pada ibu nifas. Hipotesis penelitian adalah ada hubungan antara berpantang makanan tertentu dengan penyembuhan luka perineum pada ibu nifas.

    Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat antara lain sebagai: 1. Tambahan informasi dalam upaya peningkatan konseling pada ibu post partum, khususnya

    makanan selama nifas, sehingga ibu post partum memiliki pengetahuan tentang nutrisi. 2. Kajian baru dalam bidang kesehatan, khususnya kebidanan dan dapat dijadikan bahan

    penelitian lanjutan berkaitan dengan kebiasaan berpantang makanan selama masa nifas.

    BAHAN DAN METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah analitik observasional, untuk mengetahui hubungan antara

    berpantang makanan tertentu dengan penyembuhan luka perineum pada ibu nifas. Rancangan penelitian ini adalah cross sectional. Populasi penelitian ini adalah ibu nifas dengan jahitan perineum yang berpantang dan yang tidak berpantang makanan tertentu di

  • Edisi Khusus Hari Kesehatan Internasional, Hardiknas dan Hari Bidan, Mei 2010 ISSN: 2086-3098

    Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 20

    Klinik Umum Dan Rumah Bersalin Medika Utama Balongbendo Sidoarjo. Dari populasi tersebut diambil sampel sebesar 38 orang dengan teknik purposive sampling.

    Variabel bebas pada penelitian ini adalah kebiasaan berpantang makanan tertentu, sedangkan variabel tergantung adalah penyembuhan luka perineum. Berpantang makanan adalah suatu larangan untuk mengkonsumsi jenis makanan tertentu berdasarkan agama atau kepercayaan. Kriteria penilaian adalah: 1) berpantang, bila tidak makan makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran, dan buah-buahan dan 2) tidak berpantang, jika makan semua jenis makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran, dan buah-buahan. Penyembuhan luka perineum adalah mulai membaiknya luka perineum dengan terbentuknya jaringan baru yang menutupi luka perineum dalam jangka waktu 6-7 hari post partum. Kriteria penilaian adalah luka adalah: 1) baik, jika luka kering, perineum menutup dan tidak ada tanda infeksi, 2) sedang, jika luka basah, perineum menutup, tidak ada tanda-tanda infeksi, 3) buruk, jika luka basah, perineum menutup/membuka dan ada tanda-tanda infeksi.

    Data primer diambil melalui pembagian kuesioner kepada responden untuk diisi oleh responden. Setelah terkumpul, data dianalisis untuk mengetahui tingkat probabilitas frekuensi antar variabel dan mengukur pengaruh yang bermakna akan diuji dengan uji Chi Square. Tingkat kemaknaan dalam penelitian ini adalah p 0,05, artinya bila nilai p 0,05 maka Ho ditolak, berarti ada pengaruh yang bermakna antara dua variabel yang diukur. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

    Deskripsi kebiasaan makan setelah melahirkan, penyembuhan luka perineum, serta keterkaitan antara kedua variabel tersebut disajikan pada Tabel 1, Tabel 2 dan Tabel 3.

    Tabel 1. Distribusi Kebiasaan Makan Setelah Melahirkan

    No Kebiasaan Makan Jumlah Persentase

    1. 2.

    Berpantang Tidak berpantang

    28 10

    73,68 26,32

    Jumlah 38 100,00

    Tabel 2. Distribusi Penyembuhan Luka Perineum

    No Penyembuhan Luka Perineum Jumlah Persentase

    1. 2. 3.

    Baik Sedang Buruk

    10 9 19

    26,32 23,68 50,00

    Jumlah 38 100,00

  • Edisi Khusus Hari Kesehatan Internasional, Hardiknas dan Hari Bidan, Mei 2010 ISSN: 2086-3098

    Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 21

    Tabel 3. Hubungan Antara Kebiasaan Makan Setelah Melahirkan dengan Penyembuhan Luka Perineum

    Kebiasaan makan

    Penyembuhan luka perineum Jumlah

    Sembuh baik

    Sembuh sedang

    Buruk Frekuensi %

    f % f % f %

    Berpantang 0 0,00 9 32,15 19 67,85 28 100,00

    Tidak berpantang 10 100,00 0 0,00 0 0,00 10 100,00

    Jumlah 10 26,32 9 23,68 19 50,00 38 100,00

    Untuk mengetahui hubungan antar variabel, digunakan Uji Khi-Kuadrat dengan tingkat

    kemaknaan = 0,05. Karena 20% sel mempunyai frekuensi harapan < 5, maka dilakukan penggabungan kategori. Setelah dilakukan penggabungan kategori, ternyata masih ada sel dengan frekuensi harapan

  • Edisi Khusus Hari Kesehatan Internasional, Hardiknas dan Hari Bidan, Mei 2010 ISSN: 2086-3098

    Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 22

    dikatakan kepadanya. Sesuai penjelasan Notoatmojo (2003), perilaku dapat terbentuk melalui suatu proses tertentu dan berlangsung dalam interaksi manusia dengan lingkungannya.

    Sesuai dengan penjelasan Notoatmodjo (2003), faktor yang mendasari tingkah laku orang salah satunya dipengaruhi oleh pendidikan. Berarti semakin baik tingkat pendidikan seseorang seharusnya semakin baik juga tingkah lakunya. Kebiasaan makan dipengaruhi berbagai faktor, dalam hal ini faktor yang berpengaruh antara lain: lingkungan, kelompok, tradisi masyarakat, usia, paritas, dan pekerjaan.

    Makanan yang dikonsumsi oleh ibu nifas harus bermutu, bergizi dan cukup kalori. Sebaiknya bahan makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran, dan buah-buahan. Makanan yang baik dapat mempercepat penyembuhan luka yang mempengaruhi susunan ASI. Penjabaran empat sehat lima sempurna perlu diperhatikan dapat diterjemahkan untuk masyarakat. Di antara penjabaran tersebut ,dapat dinasehatkan makanan yang sehat yaitu terdapat nasi, lauk, sayur secukupnya dan ditambah satu telur setiap hari. Bila masih ada kemungkinan jangan lupa buah-buahan.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa 26,32% penyembuhan luka perineum dalam kondisi baik, sedangkan 50,00% penyembuhan luka perineumnya buruk, serta 23,68% penyembuhan luka perineumnya sedang.

    Penyembuhan luka perineum sebagian besar baik kemungkinan karena usia responden. Sesuai dengan teori Kozier (1995), ibu yang umurnya lebih muda lukanya akan lebih cepat sembuh daripada orang yang usianya lebih tua, karena ibu yang usianya lebih muda mobilisasi dan vaskularisasinya lebih baik daripada ibu yang usianya lebih tua. Penyembuhan luka perineum sebagian besar baik kemungkinan juga ditunjang oleh pendidikan responden.

    Sesuai teori Notoatmodjo (1993) bahwa faktor yang mendasari tingkah laku seseorang salah satunya adalah pendidikan, semakin baik pendidikan seseorang maka pengetahuan mereka juga semakin baik, termasuk pengetahuan dalam hal perawatan luka perineum. Penyembuhan luka perineum sebagian besar baik kemungkinan ditunjang oleh pekerjaan responden. Ibu yang tidak bekerja biasanya pola istirahatnya lebih teratur, pikirannya juga lebih tenang sehingga vaskularisasinya lebih lancar/adekuat daripada ibu nifas yang bekerja. Sesuai teori Kozier (1995), vaskularisasi yang lancar/adekuat dapat mempercepat proses penyembuhan luka perineum.

    Penyembuhan luka perineum sebagian besar baik kemungkinan juga ditunjang oleh paritas responden. Sesuai dengan teori Notoatmodjo (2003) yaitu kecenderungan kesehatan ibu yang berparietas rendah lebih baik dari yang berparietas tinggi, termasuk dalam hal penyembuhan luka. Sehingga ada berbagai hal yang mempengaruhi penyembuhan luka perineum, diantaranya adalah: usia, pendidikan, pekerjaan, dan paritas. Faktorfaktor tersebut dapat saling mempengaruhi satu sama lain.

    Untuk ibu nifas yang berpantang makanan, kebutuhan akan nutrisi akan berkurang sehingga makanan yang dikonsumsi sebaiknya mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan buah-buahan. Dan ini akan mempengaruhi dalam proses penyembuhan luka perienum, yaitu mengakibatkan luka menjadi tidak sembuh dengan baik atau buruk. Sedangkan ibu nifas yang nutrisinya sudah cukup akan tetapi masih mengikuti adat kebiasaan berpantang makanan seperti yang telah dikatakan oleh orangtua, sehingga bisa juga menyebabkan proses kesembuhan luka perienum menjadi kurang baik,artinya sembuh

  • Edisi Khusus Hari Kesehatan Internasional, Hardiknas dan Hari Bidan, Mei 2010 ISSN: 2086-3098

    Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 23

    sedang. Sedangkan ibu nifas yang nutrisinya sudah cukup maka proses penyembuhan luka perineumnya akan lebih cepat dan sembuh dengan baik.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa 73,68% ibu nifas mempunyai kebiasaan berpantang makanan tertentu, di mana 50,00% penyembuhan luka perineumnya buruk, 23,68% luka perienumnya sembuh sedang, sedangkan 26,32% tidak mempunyai kebiasaan berpantang makanan tertentu, di mana seluruhnya (100,00%) luka perineumnya baik.

    Data tersebut sesuai dengan teori bahwa semakin baik konsumsi nutrisi semakin baik penyembuhan luka perineum karena makanan yang memenuhi syarat gizi dapat mempercepat penyembuhan luka (Manuaba, 1998). Protein juga merupakan zat makanan yang sangat penting untuk membentuk jaringan baru, sehingga sangat baik dikonsumsi oleh ibu nifas agar lukanya cepat sembuh (Kozier, 1995). Namun jika makanan berprotein ini dipantang maka proses penyembuhan luka perineum akan berjalan lambat, dan ini dapat memicu terjadinya infeksi jalan lahir (Mochtar, 1998).

    Makanan yang baik dapat mempercepat penyembuhan luka perineum dan mempengaruhi susunan ASI. Sebaiknya ibu nifas dinasehatkan makanan yang sehat yaitu terdapat nasi, lauk, sayur secukupnya dan ditambah satu telur setiap hari. Bila masih ada kemungkinan jangan lupa buah-buahan.

    Dengan demikian dapat disimpulkan dari hasil penelitian ini ada hubungan antara kebiasaan berpantang makanan tertentu dengan penyembuhan luka perineum pada ibu nifas di Klinik Umum dan Rumah Bersalin Medika Utama Balongbendo Sidoarjo. SIMPULAN DAN SARAN

    Simpulan penelitian ini adalah: 1) sebagian besar ibu nifas mempunyai kebiasaan berpantang makanan tertentu, 2) sebagian besar ibu nifas luka perineumnya buruk, 3) ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan berpantang makanan tertentu dengan penyembuhan luka perineum pada ibu nifas.

    Saran yang diajukan berdasarkan hasil penelitian adalah hendaknya petugas kesehatan di klinik umum dan rumah bersalin medika utama lebih mengoptimalkan pemberian KIE kepada ibu nifas mengenai kebiasaan/tradisi yang dapat merugikan kesehatan mereka terutama dalam hal kebiasaan berpantang makanan tertentu setelah melahirkan. DAFTAR PUSTAKA Djaeni S Ahmad. 1999. Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan Profesi, Jilid II. Jakarta: Dian Rakyat. Kozier B.1995. Perawatan Medikal Bedah.Bandung:IAPK. Manuaba IBG dkk. 2008.Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC. Mochtar, Rustam, 1998. Sinopsis Obsetri, Obstetri Fisiologi, Obsetri Patologi. Jakarta: Info

    Media. Notoatmojo Soekidjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rinka Cipta. -------------. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. -------------. 2003. Pengantar Pendidkan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Andi

    Offset Yogyakarta.

  • Edisi Khusus Hari Kesehatan Internasional, Hardiknas dan Hari Bidan, Mei 2010 ISSN: 2086-3098

    Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 24

    Prawirohardjo Sarwono. 2000. Ilmu Bedah Kebidanan. YBP-SP. -------------. 2005.Ilmu Kebidanan.Jakarta:YBP-SP Purnomo Windhu. 2008. Handout dan Bahan Kuliah: Metodologi Penelitian. Surabaya: Prodi

    Kebidanan Sutomo Politeknik Kesehatan Kesehatan Surabaya. -------------. 2008. Handout dan Bahan Kuliah: Statistika Kesehatan. Surabaya : Prodi

    Kebidanan Sutomo Politeknik Kesehatan Surabaya. Smeltzer. 2002. Referensi Kesehatan. www.google.com Sudarwan. 2003. Metode Penelitian Kebidanan. Jakarta: EGC. Syaifudin AB. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.

    Jakarta: YBP-SP.