edit panduan penguatan pembelajaran kota gede 6 maret 2014_b muji.docx

130
PANDUAN PENGUATAN PROSES PEMBELAJARAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

Upload: agus-rahmat

Post on 23-Dec-2015

32 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PANDUAN PENGUATAN PROSES

PEMBELAJARANSEKOLAH MENENGAH PERTAMA

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANDIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR

DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MEMENGAH PERTAMA

Melayani Semua Anak Usia SMP dengan Amanah

2014

ii Dilarang Merokok di Sekolah

Melayani Semua Anak Usia SMP dengan Amanah

KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas terselesaikannya

penyusunan Buku Penguatan Proses Pembelajaran untuk SMP.Panduan ini

disusun sebagai salah satu upaya untuk membantu guru memahami metode-

metode dan pendekatan pembelajaran untuk mengimplementasikan Kurikulum

2013 yang mencakup pendekatan saintifik, pembelajaran berbasis projek, dan

pembelajaran berbasis masalah yang diperkaya dengan pembelajaran kooperatif

dan pembelajaran dengan pendekatan komunikatif. Pembelajaran-pembelajaran

tersebut merupakan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dengan

belajar aktif memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap.

Sebagai komponen inovasi dalam kurikulum, banyak di antara guru SMP di

Indonesia yang belum mengetahui dan mengimplementasikan metode-metode

dan pendekatan pembelajaran tersebut dalam merencanakan dan melaksanakan

pembelajaran di kelas dengan baik. Buku panduan ini disusun dengan maksud

menyajikan informasi utama mengenai metode-metode dan pendekatan

tersebut agar guru memiliki pemahaman yang memadai dan selanjutnya dapat

menyajikan pembelajaran aktif sesuai tuntutan implementasi Kurikulum 2013.

Direktorat Pembinaan SMP menyampaikan penghargaan yang setinggi-

tingginya atas peran serta berbagai pihak dalam penyelesaian buku panduan ini.

Semoga kontribusi tersebut merupakan ilmu yang bermanfaat yang tiada putus

amalnya.

Penjelasan mengenai masing-masing metode dan pendekatan dalam

panduan ini masih memiliki sejumlah keterbatasan. Sehubungan dengan hal

tersebut revisi akan dilakukan terus menerus. Masukan berbagai pihak, terutama

guru, akan menjadikan penyempurnaan buku ini dapat diupayakan dengan baik.

Jakarta, Maret 2014

Direktur Pembinaan SMP

Didik Suhardi, Ph.D

ii Dilarang Merokok di Sekolah

Melayani Semua Anak Usia SMP dengan Amanah

DAFTAR ISI

Halaman

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1

B. Tujuan 1

C. Cakupan Isi 1

BAB II PEMBELAJARAN DI SMP UNTUK IMPLEMENTASI

KURIKULUM 2013

A. Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik

3

B. Pembelajaran Berbasis Masalah

8

C. Pembelajaran Berbasis Projek

11

D. Pembelajaran Kooperatif

14

E. Pendekatan Komunikatif dalam Pembelajaran Bahasa

22

BAB III PENUTUP

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Contoh Skenario Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik

36

Contoh Skenario Pembelajaran Berbasis Masalah

58

Contoh Skenario Pembelajaran Berbasis Projek

66

Contoh Skenario Pembelajaran Kooperatif

77

Contoh Skenario Pembelajaran dengan Pendekatan Komunikatif

88

PanduanPenguatan Proses Pembelajaran untuk SMP iii

Melayani Semua Anak Usia SMP dengan Amanah

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kurikulum 2013 diimplementasikan secara bertahap mulai tahun pelajaran 2013/2014. Untuk tingkat SMP, pada tahun pertama Kurikulum 2013 diimplementasikan pada kelas VII di 1437 sekolah yang tersebar di 295 Kabupaten/Kota di seluruh provinsi di Indonesia.

Komponen terpenting implementasi kurikulum adalah pelaksanaan proses pembelajaran yang diselenggarakan di dalam dan/atau luar kelas untuk membantu peserta didik mencapai kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 65 tahun 2013 tentang Standar Proses menyatakan bahwa proses pembelajaran menggunakan pendekatan atau metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran. Di antara pendekatan dan metode yang dianjurkan dalam Standar Proses tersebut adalah pendekatan saintifik, inkuiri,pembelajaran berbasis masalah dan pembelajaran berbasis projek pada semua mata pelajaran. Pendekatan/metode lainnya yang dapat diimplementasikan antara lain pembelajaran kontekstual dan pembelajaran kooperatif.

Walaupun banyak guru SMP di Indonesia telah mengenal metode-metode tersebut, pengimplementasian metode-metode tersebut di kelas merupakan hal yang belum biasa. Untuk mengimplementasikannya, guru memerlukan panduan operasional yang memberikan gambaran utuh kegiatan-kegiatan pembelajaran operasional apa saja yang dilaksanakan pada tahap pendahuluan, inti, dan penutup. Sehubungan dengan hal tersebut, perlu diterbitkan panduan proses pembelajaran yang secara rinci memberikan petunjuk operasional bagaimana metode-metode tersebut diimplementasikan pada kegiatan belajar mengajar pada tahap pendahuluan, inti, dan penutup.

B. Tujuan Panduan

Panduan ini pada dasarnya disusun untuk membantu guru, kepala sekolah, dan pengawas memahami proses pembelajaran pada jenjang SMP berdasarkan Kurikulum 2013 dengan pendekatan saintifik, pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran berbasis projek, pembelajaran kooperatif, dan pembelajaran dengan pendekatan komunikatif.

C. Cakupan Isi Panduan

Cakupan panduan ini adalahdeskripsi rinci mengenai proses pembelajaran pada jenjang SMP berdasarkan Kurikulum 2013 dengan:

1. pendekatan saintifik, 2. pembelajaran berbasis masalah, 3. pembelajaran berbasis projek, 4. pembelajaran kooperatif, dan 5. pembelajaran dengan pendekatan komunikatif.

PanduanPenguatan Proses Pembelajaran untuk SMP 1

Melayani Semua Anak Usia SMP dengan Amanah

Deskripsi rinci proses pembelajaran tiap-tiap pendekatan/metode meliputiaspek-aspek berikut:

1. Pengertian2. Tujuan pembelajaran3. Prinsip-prinsip pembelajaran4. Langkah-langkah pembelajaran5. Contoh-contoh kegiatan pembelajaran pada tahap pendahuluan, inti, dan

penutup.

2 Dilarang Merokok di Sekolah

Melayani Semua Anak Usia SMP dengan Amanah

BAB II

PEMBELAJARAN DI SMP UNTUK IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013

A. Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik

1. Pengertian Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik

Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah pembelajaran yang terdiri atas kegiatan mengamati (untuk mengidentifikasi masalah yang ingin diketahui), merumuskan pertanyaan (dan merumuskan hipotesis), mengumpulkan data/informasi dengan berbagai teknik, mengolah/menganalisis data/informasi dan menarik kesimpulan dan mengkomunikasikanhasil yang terdiri dari kesimpulan dan mungkin juga temuan lain yang di luar rumusan masalah untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap.Langkah-langkah tersebut dapat dilanjutkan dengan kegiatan mencipta.

Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran melibatkan keterampilan proses seperti mengamati, mengklasifikasi, mengukur, meramalkan, menjelaskan, dan menyimpulkan. Dalam melaksanakan proses itu, bantuan guru diperlukan, tetapi bantuan itu harus semakin berkurang ketika peserta didik semakin bertambah dewasa atau semakin tinggi kelasnya.

Pendekatan saintifik sangat relevan dengan teori belajar Bruner, Piaget, dan Vygotsky berikut ini. Teori belajar Bruner disebut juga teori belajar penemuan. Ada empat hal pokok yang berkaitan dengan teori belajar Bruner (dalam Carin & Sund, 1975). Pertama, individu hanya belajar dan mengembangkan pikirannya apabila ia menggunakan pikirannya. Kedua, dengan melakukan proses kognitif dalam proses penemuan, peserta didik akan memperoleh sensasi dan kepuasan intelektual yang merupakan suatu penghargaan intrinsik. Ketiga, satu-satunya cara agar seseorang dapat mempelajari teknik-teknik dalam melakukan penemuan adalah ia memiliki kesempatan untuk melakukan penemuan. Keempat, dengan melakukan penemuan, retensi ingatan peserta didik akan menguat. Empat hal di atas bersesuaian dengan proses kognitif yang diperlukan dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik.

Berdasarkan teori Piaget, belajar berkaitan dengan pembentukan dan perkembangan skema (jamak skemata). Skema adalah suatu struktur mental atau struktur kognitif yang dengannya seseorang secara intelektual beradaptasi dan mengkoordinasi lingkungan sekitarnya (Baldwin, 1967). Skema tidak pernah berhenti berubah. Skemata seorang anak akan berkembang menjadi skemata orang dewasa. Proses yang menyebabkan terjadinya perubahan skemata disebut dengan adaptasi.

Proses terbentuknya adaptasi ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi merupakan proses kognitif yang dengannya seseorang mengintegrasikan stimulus, yang dapat berupa persepsi, konsep, hukum, prinsip, atau pengalaman baru, ke dalam skema yang sudah ada di dalam pikirannya. Asimilasi terjadi jika ciri-ciri stimulus tersebut cocok dengan ciri-ciri skema yang telah ada. Apabila ciri-ciri stimulus tidak cocok dengan ciri-ciri skema yang telah ada, seseorang akan melakukan akomodasi.

PanduanPenguatan Proses Pembelajaran untuk SMP 3

Melayani Semua Anak Usia SMP dengan Amanah

Akomodasi dapat berupa pembentukan skema baru yang cocok dengan ciri-ciri rangsangan yang ada atau memodifikasi skema yang telah ada sehingga cocok dengan ciri-ciri stimulus yang ada. Dalam pembelajaran diperlukan adanya penyeimbangan atau ekuilibrasi antara asimilasi dan akomodasi. Apabila pada seseorang akomodasi lebih dominan dibandingkan asimilasi, ia akan memiliki skemata yang banyak tetapi kualitasnya cenderung rendah. Sebaliknya, apabila asimilasi lebih dominan dibandingkan akomodasi, seseorang akan memiliki skemata yang tidak banyak, tetapi cenderung memiliki kualitas yang tinggi. Keseimbangan atau ekuilibrasi antara asimilasi dan akomodasi diperlukan untuk perkembangan intelek seseorang, menuju ke tingkat yang lebih tinggi.

Piaget (Carin & Sund, 1975) menyatakan bahwa pembelajaran yang bermakna tidak akan terjadi kecuali peserta didik dapat beraksi secara mental dalam bentuk asimilasi dan akomodasi terhadap informasi atau stimulus yang ada di sekitarnya. Bila hal ini tidak terjadi, guru dan peserta didik hanya akan terlibat dalam belajar semu (pseudo-learning) dan informasi yang dipelajari cenderung mudah terlupakan.

Proses kognitif yang dibutuhkan dalam rangka mengonstruk konsep, hukum, atau prinsip dalam skema seseorang melalui tahapan mengamati, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan yang terjadi dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik selalu melibatkan proses asimilasi dan akomodasi. Oleh karena itu, teori belajar Piaget sangat relevan dengan pendekatan saintifik.

Vygotsky (Nur dan Wikandari, 2000:4) menyatakan bahwa pembelajaran terjadi apabila peserta didik bekerja atau belajar menangani tugas-tugas yang belum dipelajari, tetapi tugas-tugas itu masih berada dalam jangkauan kemampuan, atau tugas itu berada dalam zone of proximal development, yaitu daerah yang terletak antara tingkat perkembangan anak saat ini, yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu.

Pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang mengacu pada teori Vygotsky menerapkan apa yang disebut dengan scaffolding (perancahan). Perancahan mengacu kepada bantuan yang diberikan teman sebaya atau orang dewasa yang lebih kompeten. Artinya, sejumlah besar dukungan diberikan kepada anak selama tahap-tahap awal pembelajaran, yang kemudian bantuan itu semakin dikurangi untuk memberikan kesempatan kepada anak untuk mengambil tanggung jawab yang semakin besar segera setelah ia mampu melakukannya sendiri. (Nur, 1998:32).

2. Tujuan Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik

Tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah sebagai berikut.a. Meningkatkan kemampuan intelektual, khususnya kemampuan berpikir

tingkat tinggi peserta didik,b. Membentuk kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan suatu

masalah secara sistematik,c. Memperoleh hasil belajar yang tinggi,d. Melatih peserta didik dalam mengkomunikasikan ide-ide, khususnya

dalam menulis karya ilmiah, serta

4 Dilarang Merokok di Sekolah

Melayani Semua Anak Usia SMP dengan Amanah

e. Mengembangkan karakter peserta didik.

PanduanPenguatan Proses Pembelajaran untuk SMP 5

Melayani Semua Anak Usia SMP dengan Amanah

3. Prinsip Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik

Prinsip-prinsip pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah sebagai berikut.

a. Berpusat pada peserta didik yaitu kegiatan aktif peserta didik secara fisik dan mental dalam membangun makna atau pemahaman suatu konsep, hukum/prinsip

b. Membentuk students’ self concept yaitu membangun konsep berdasarkan pemahamannya sendiri.

c. Menghindari verbalisme,d. Memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mengasimilasi dan

mengakomodasi konsep, hukum, dan prinsip,e. Mendorong terjadinya peningkatan kecakapan berpikir peserta didik,f. Meningkatkan motivasi belajar peserta didik,g. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melatih

kemampuan dalam komunikasi, sertah. Memungkinkan adanya proses validasi terhadap konsep, hukum, dan

prinsip yang dikonstruksi peserta didik dalam struktur kognitifnya.i. Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep,

hukum, atau prinsip,j. Melibatkan proses kognitif yang potensial dalam merangsang

perkembangan intelektual, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi peserta didik.

4. Langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik

Secara umum pembelajaran dengan pendekatan saintifik dilakukan melalui sejumlah langkah sebagai berikut.a. Melakukan pengamatan terhadap aspek-aspek dari suatu fenomena untuk

mengidentifikasi masalahb. Merumuskan pertanyaan berkaitan dengan masalah yang ingin diketahui

dan menalar untuk merumuskan hipotesis atau jawaban sementara berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki,

c. Mencoba/mengumpulkan data atau informasi dengan berbagai teknik,d. Mengasosiasi/menganalisis data atau informasi untuk menarik kesimpulan,e. Mengkomunikasikankesimpulan,f. Mencipta.

Hasil yang diperoleh dari pembelajaran dengan pendekatan saintifik berupa konsep, hukum, atau prinsip yang dikonstruk oleh peserta didik dengan bantuan guru. Pada kondisi tertentu, data yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan tidak mungkin diperoleh secara langsung oleh peserta didikkarena kadang-kadang data tersebut perlu dikumpulkan dalam waktu yang lama. Dalam hal ini guru dapat memberikan data yang dibutuhkan untuk kemudian dianalisis oleh peserta didik.

5. Contoh Kegiatan Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik

Kegiatan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup. Kegiatan pendahuluan bertujuan untuk menciptakan suasana awal pembelajaran yang efektif yang memungkinkan peserta didik dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Sebagai contoh, ketika memulai pembelajaran, guru menyapa anak dengan nada bersemangat dan

6 Dilarang Merokok di Sekolah

Melayani Semua Anak Usia SMP dengan Amanah

gembira, mengecek kehadiran para peserta didik, menyampaikan tujuan pembelajaran dan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan.

Kegiatan inti merupakan kegiatan utama dalam proses pembelajaran karena terkait langsung dengan pencapaian tujuan pembelajaran. Kegiatan inti dalam pendekatan saintifik ditujukan untuk memperoleh konsep, hukum, atau prinsip oleh peserta didik dengan bantuan guru melalui langkah-langkah kegiatan yang diberikan di muka. Pada akhir kegiatan inti validasi terhadap konsep, hukum, atau prinsip yang telah dikonstruk oleh peserta didik dilakukan.

Kegiatan penutup ditujukan untuk beberapa hal pokok. Pertama, pengayaan materi pelajaran yang dikuasai peserta didik. Pengayaan dapat dilakukan dengan memberikan tugas kepada peserta didik membaca buku-buku pelajaran atau sumber informasi lainnya untuk memantapkan pemahaman materi yang telah dibelajarkan atau memahami materi lain yang berkaitan. Guru juga dapat meminta peserta didik mengakses sumber-sumber dari internet, baik berupa animasi maupun video yang berkaitan dengan materi yang telah dibelajarkan. Dalam hal ini, sebaiknya guru memberikan situs-situs internet yang berkaitan dengan materi pelajaran yang telah dibelajarkan. Pengayaan dapat juga dilakukan dengan meminta peserta didik melakukan percobaan di rumah, yang berkaitan dengan materi yang telah dibelajarkan, yang dapat dilakukan dengan aman.Kedua, guru dapat memberikan kegiatan remedi apabila ada peserta didik yang belum mencapai kompetensi yang diharapkan. Selain itu, guru dapat memberi PR dan memberitahuhan materi/ kompetensi berikutnya yang akan dipelajari.

Contoh 1. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik pada mata pelajaran IPA tentang Medan Magnet.

Kegiatan Pendahuluan1. Mengucapkan salam2. Guru mengingatkan kembali tentang konsep-konsep yang telah dipelajari

oleh peserta didik yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari. Sebagai contoh, dalam mata pelajaran IPA, guru menanyakan konsep mengenai kutub magnet dan gaya magnet, sebelum pembelajaran medan magnet.

3. Menyampaikan tujuan pembelajaran.

Kegiatan Inti1. MengamatiGuru meminta peserta didik untuk mengamati suatu fenomena. Sebagai contoh, peserta didik mengamati paku yang diikat tali didekatkan dan dijauhkan pada magnet yang dibungkus kertas seperti pada gambar berikut.

PanduanPenguatan Proses Pembelajaran untuk SMP 7

Magnet keping dibungkus kertas tipisPaku kecil

BenangStatif

Melayani Semua Anak Usia SMP dengan Amanah

Peserta didik mengamati dan menyampaikan hasil pengamatannya.Misalnya: paku kecil melayang, paku kecil tidak jatuh, paku kecil jatuhketika posisinya jauh dari benda terbungkus kertas.

2. MenanyaPeserta didikmerumuskan pertanyaan terkait dengan fenomena yang belum mereka ketahui. Sebagai contoh, peserta didik menanyakan hal yang belum diketahui dan yang ingin diketahui lebih lanjut berdasarkan hasil pengamatannya, misalnya “mengapa paku jika posisinya didekat benda terbungkus kertas dapat melayang, tetapi paku jatuh ketika posisinya dijauhkan dari benda yang terbungkus?” Pada tahap ini, peserta didik juga didorong untuk mengajukan jawaban sementara terhadap pertanyaan yang mereka rumuskan. Sebagai contoh, peserta didik mengajukan pendapat “paku tertarik benda terbungkus kertas ketika posisinya dekat, tetapi ketika posisinya jauh tidak tertarik”. Pendapat peserta didik ini merupakan suatu hipotesis.

3. Mengumpulkan data atau informasiPeserta didik mengumpulkan data melalui 2 percobaan yaitu 1) mengenai bentuk serbuk besi yang di sekitar magnet batang dan magnet U; 2) jarak antara paku dan kutub magnet saat paku mulai bergerak mendekati magnet. Data yang terkumpul misalnya “gambar pola serbuk besi di sekitar magnet; jarak paku terhadap kutub magnet ketika magnet tertarik secara lemah dan kuat”.

4. Menganalisis DataPeserta didik menganalisis data yang dikumpulkan sendiri atau data yang diberikan oleh guru. Berdasarkan hasil analisis data peserta didik menarik kesimpulan. Sebagai contoh, peserta didik menyimpulkan bahwa 1) pola serbuk menunjukkan wilayah yang dipengaruhi oleh gaya magnet dan selanjutnya disebut medan magnet; 2) medan magnet yang dihasilkan oleh magnet batang berbeda dengan magnet U; 3) lemah dan kuatnya tarikan gaya magnet menunjukkan kekuatan medan magnet.

5. MengkomunikasikanPada langkah ini, peserta didik dapat menyampaikan kesimpulannya secara lisan dan/atau tertulis melalui presentasi kelompok yang disertai dengan diskusi dan tanya jawab. Misalnya, guru meminta peserta didik untuk mengungkapkan konsep dan prinsip yang telah dikonstruk oleh peserta didik. Pada tahap ini guru memberi umpan balik, memberi penguatan kepada peserta didik dan/atau pengayaan pengetahuan.

Contoh 2. Kegiatan pembelajaran dengan pendekatan saintifik pada mata pelajaran IPA tentang “Asam Basa”.

Kegiatan Pendahuluan1. Mengucapkan salam2. Guru mengingatkan kembali tentang konsep-konsep yang telah dipelajari oleh

peserta didik yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari. Sebagai contoh, guru menanyakan konsep mengenai larutan dan komponennya, sebelum pembelajaran materi asam-basa. Menyampaikan tujuan pembelajaran.

Kegiatan Inti

1. Mengamati

8 Dilarang Merokok di Sekolah

Melayani Semua Anak Usia SMP dengan Amanah

Guru meminta peserta didik untuk mengamati suatu fenomena. Sebagai contoh, peserta didik mengamati ekstrak buah belimbing atau tomat secara nyata atau fenomena yang ditayangkan melalui video. Peserta didik mengamati dan menyampaikan hasil pengamatannya.

2. MenanyaPeserta didikmerumuskan pertanyaan terkait dengan suatu fenomenon yang mereka belum ketahui. Sebagai contoh, guru memberi kesempatan kepada peserta didik menanyakan hal yang belum diketahui dan yang ingin diketahui lebih lanjut berdasarkan hasil pengamatannya, misalnya “mengapa larutan ekstrak buah belimbing atau tomat memiliki rasa manis dan masam”. Pada tahap ini, peserta didik juga didorong untuk mengajukan jawaban sementara terhadap pertanyaan yang mereka rumuskan. Sebagai contoh, peserta didik mengajukan pendapat bahwa rasa manis dan masam pada larutan ekstrak buah belimbing atau tomat disebabkan oleh adanya zat yang memiliki rasa manis dan zat yang memiliki rasa asam. Pendapat peserta didik ini merupakan suatu hipotesis.

3. Mengumpulkan data atau informasiPeserta didik mengumpulkan data melalui percobaan atau guru memberikan data mengenai rasa dan sifat keasaman (dengan menggunakan lakmus) yang terdapat dalam larutan ekstrak buah belimbing atau buah tomat. Misalnya larutan ekstrak buah belimbing atau buah tomat memiliki rasa manis dan asam; mengubah lakmus biru menjadi merah dan tidak mengubah lakmus merah.

4. Menganalisis DataPeserta didik menganalisis data yang dikumpulkan sendiri atau data yang diberikan oleh guru. Berdasarkan hasil analisis data peserta didik menarik kesimpulan. Sebagai contoh, peserta didik menyimpulkan bahwa ekstrak buah belimbing atau buah tomat memiliki rasa masam dan manis dan bersifat asam karena mengubah lakmus biru menjadi merah dan tidak mengubah lakmus merah.

5. MengkomunikasikanPada langkah ini, peserta didik menyampaikan kesimpulannya secara lisan dan/atau tertulis, misalnya, melalui presentasi kelompokdan tanya jawab. Guru meminta peserta didik untuk mengungkapkan konsep, prinsip atau hukum yang telah dikonstruk oleh peserta didik. Guru memberi umpan balik, penguatan, dan/atau pengayaan.

Kegiatan Penutup

1. Guru dapat meminta peserta didik untuk meningkatkan pemahamannya mengenai konsep, prinsip, atau teori yang telah dipelajari dari buku-buku pelajaran atau sumber informasi lain yang relevan.

2. Guru dapat memberikan beberapa situs di internet yang berkaitan dengan konsep, prinsip, atau teori yang telah dipelajari oleh peserta didik dan kemudian meminta peserta didik untuk mengaksesnya.

B. Pembelajaran Berbasis Masalah

Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based Learning), selanjutnya disingkat PBM, mula-mula dikembangkan di sekolah kedokteran, McMaster University

PanduanPenguatan Proses Pembelajaran untuk SMP 9

Melayani Semua Anak Usia SMP dengan Amanah

Medical School di Hamilton, Canada pada 1960-an (Barrows, 1996). PBM dikembangkan sebagai respon atas fakta bahwa mahapeserta didik mengalami kesulitan di tahun pertama perkuliahan, seperti pada mata kuliah Anatomi, Biokimia, dan Fisiologi. Mereka tidak termotivasi menempuh mata kuliah-mata kuliah tersebut karena tidak melihat relevansinya dengan profesi mereka kelak. Selain itu, juga didapati fakta bahwa para dokter muda yang baru lulus dari sekolah kedokteran itu memiliki pengetahuan yang sangat kaya, tetapi kurang memiliki keterampilan memadai untuk memanfaatkan pengetahuan tersebut dalam praktik sehari-hari. Atas dasar itu, para pengajar merancang pembelajaran yang mendasarkan pada masalah atau kasus aktual. Pembelajaran dimulai dengan penyajian masalah klinis yang dapat diselesaikan dengan menggunakan pengetahuan medis yang relevan. Perkembangan selanjutnya, PBM secara lebih luas diterapkan di berbagai mata kuliah di perguruan tinggi dan di berbagai mata pelajaran di sekolah.

1. Pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah

Pembelajaran Berbasis Masalah adalah pembelajaran yang menggunakan masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari (otentik) yang bersifat terbuka (open-ended) untuk diselesaikan oleh peserta didik untuk mengembangkan keterampilan berpikir, keterampilan menyelesaikan masalah, keterampilan sosial, keterampilan untuk belajar mandiri, dan membangun atau memperoleh pengetahuan baru. Pembelajaran ini berbeda dengan pembelajaran konvensional yang jarang menggunakan masalah nyata atau menggunakan masalah nyata hanya di tahap akhir pembelajaran sebagai penerapan dari pengetahuan yang telah dipelajari. Pemilihan masalah nyata tersebut dilakukan atas pertimbangan kesesuaiannya dengan pencapaian kompetensi dasar.

Berikut adalah beberapa contoh masalah nyata yang dapat digunakan dalam Pembelajaran Berbasis Masalah.

a. IPAAir sungai yang membelah suatu kota sangat keruh sehingga tidak aman digunakan untuk keperluan sehari-hari. Sementara itu, warga tidak memiliki pilihan lain selain menggunakan air sungai tersebut. Bagaimanakah menyelesaikan masalah tersebut?

b. IPSSuatu keluarga yang terdiri atas empat orang akan menyewa rumah. Ayah adalah karyawan dengan gaji 4,5 juta rupiah dan Ibu seorang guru dengan gaji 3,5 juta rupiah. Minggu depan dua anak yang masing-masing berusia 14 dan 7 tahun akan masuk sekolah. Apa yang perlu dipertimbangkan oleh keluarga tersebut dalam menentukan lokasi dan harga bagi mereka untuk menyewa rumah sehingga kebutuhan-kebutuhan lainnya tetap terpenuhi?

c. Prakarya (Teknologi Budidaya)Seorang Ibu yang tinggal diperkotaan ingin sekali menanam berbagai sayuran yang dibutuhkan sehari-hari. Namun, Ibu tersebut tidak memiliki lahan yang luas untuk menanam. Ia juga belum tahu jenis sayuran yang sesuai ditanam di lahan terbatas. Bagaimana memilih dan menanam jenis sayuran yang sesuai untuk dikonsumsi sehari-hari di lahan yang terbatas dengan biaya yang minimal?

d. MatematikaDalam keadaan darurat seseorang harus diselamatkan melalui pintu jendela yang tingginya 4 m dengan menggunakan tangga. Dengan

10 Dilarang Merokok di Sekolah

Melayani Semua Anak Usia SMP dengan Amanah

pertimbangan keselamatan, tangga tersebut harus ditempatkan minimum 1 m dari dasar bangunan. Berapa panjang tangga yang mungkin?

2. Tujuan Pembelajaran Berbasis MasalahTujuan utama PBMadalah mengembangkan keterampilan menyelesaikan masalah, keterampilan berpikir, keterampilan sosial, keterampilan untuk belajar mandiri, dan membentuk atau memperoleh pengetahuan baru.

PanduanPenguatan Proses Pembelajaran untuk SMP 11

Melayani Semua Anak Usia SMP dengan Amanah

3. Prinsip-prinsip Pembelajaran Berbasis MasalahPrinsip-prinsipPBM adalah sebagai berkut.a. Penggunaan masalah nyata (otentik) b. Berpusat pada peserta didik (student-centered)c. Guru berperan sebagai fasilitatord. Kolaborasi antarpeserta didike. Sesuai dengan paham konstruktivisme yang menekankan peserta didik

untuk secara aktif memperoleh pengetahuannya sendiri.

4. Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis MasalahSecara umum, berikut langkah-langkah PBM yang mengadaptasi dari pendapat Arends (2012) dan Fogarty (1997).

Tabel 1. Langkah-Langkah Pembelajaran Berbasis Masalah

Tahap DeskripsiTahap 1Orientasi terhadap masalah

Guru menyajikan masalah nyata kepada peserta didik.

Tahap 2Organisasi belajar

Guru memfasilitasi peserta didik untuk memahami masalah nyata yang telah disajikan, yaitu mengidentifikasi apa yang mereka telah diketahui, apa yang perlu mereka ketahui, dan apa yang perlu dilakukan untuk menyelesaikan masalah. Peserta didik berbagi peran/tugas untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Tahap 3Penyelidikan individual maupun kelompok

Guru membimbing peserta didik melakukan pengumpulan data/informasi (pengetahuan, konsep, teori) melalui berbagai macam cara untuk menemukan berbagai alternatif penyelesaian masalah.

Tahap 4Pengembangan dan penyajian hasil penyelesaian masalah

Guru membimbing peserta didik untuk menentukan penyelesaian masalah yang paling tepat dari berbagai alternatif pemecahan masalah yang peserta didik temukan. Peserta didik menyusun laporan hasil penyelesaian masalah, misalnya dalam bentuk gagasan, model, bagan, atau PowerPoint slides.

Tahap 5Analisis dan evaluasi proses penyelesaian masalah

Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap proses penyelesaian masalah yang dilakukan.

5. Contoh Kegiatan Pembelajaran Berbasis MasalahKegiatan pembelajaran terdiri atas tiga tahap, yaitu pendahuluan, inti, dan penutup. Tahap-tahap orientasi terhadap masalah,organisasi belajar, penyelidikan individual maupun kelompok, dan pengembangan dan penyajian hasil penyelesaianmasalahmerupakan tahap inti pembelajaran. Tahap analisis dan evaluasi proses penyelesaian masalah merupakan tahap penutup.Contoh kegiatan pembelajaran berbasis masalah secara lengkap di lampiran.

12 Dilarang Merokok di Sekolah

Melayani Semua Anak Usia SMP dengan Amanah

C. Pendekatan Pembelajaran Berbasis Projek

1. Pengertian Pembelajaran Berbasis Projek (PBP)

Pembelajaran Berbasis Projek (Project-Based Learning) adalah kegiatan pembelajaran yang menggunakan projek/kegiatan sebagai proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi sikap, pengetahuan dan ketrampilan. Penekanan pembelajaran terletak pada aktivitas-aktivias peserta didik untuk menghasilkan produk dengan menerapkan keterampilan meneliti, menganalisis, membuat, sampai dengan mempresentasikan produk pembelajaran berdasarkan pengalaman nyata.Produk yang dimaksud adalah hasil projek dalam bentuk desain, skema, karya tulis, karya seni, karya teknologi/prakarya, dan lain-lain.Pendekatan ini memperkenankan pesera didik untuk bekerja secara mandiri maupun berkelompok dalam menghasilkan produk nyata.

Pembelajaran Berbasis Projek merupakan model pembelajaran yang menggunakan projek sebagai langkah awal dalam mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan baru berdasarkan pengalaman nyata. PBP dilakukan secara sistematik yang mengikutsertakan peserta didik dalam pembelajaran sikap, pengetahuan, dan keterampilan melalui investigasi dalam perancangan produk.PBP merupakan pendekatan pembelajaran yang inovatif, yang menekankan belajar kontekstual melalui kegiatan-kegiatan yang kompleks. Pelaksanaan pembelajaran berbasis projek memberi kesempatan peserta didik berpikir kritis dan mampu mengembangkan kreativitasnya melalui pengembangan inisiatif untuk menghasilkan produk nyata berupa barang atau jasa.

Pada PBP, peserta didik terlibat secara aktif dalam memecahkan masalah dalam bentuk suatu projek. Peserta didik aktif mengelola pembelajarannya dengan bekerja secara nyata yang menghasilkan produk riil.PBP dapat mereduksi kompetisi di dalam kelas dan mengarahkan peserta didik lebih kolaboratif daripada bekerja sendiri-sendiri.Di samping itu PBP dapat juga dilakukan secara mandiri melalui bekerja mengkonstruk pembelajarannya melalui pengetahuan serta keterampilan baru, dan mewujudkannya dalam produk nyata.

2. Tujuan Pembelajaran Berbasis Projek (PBP)

Pembelajaran Berbasis Projek merupakan pembelajaran yang berfokus pada peserta didik dalam kegiatan pemecahan masalah terkait dengan projek dan tugas-tugas bermakna lainnya.Pelaksanaan PBP dapat memberi peluang pada peserta didik untuk bekerja mengkonstruk tugas yang diberikan guru yang puncaknya dapat menghasilkan produk karya peserta didik. Tujuan Pembelajaran Berbasis Projek (PBP) adalah sebagai berikut.

a. Memperoleh pengetahuan dan ketrampilan baru dalam pembelajaranb. Meningkatkan kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan projek. c. Membuat peserta didik lebih aktif dalam menyelesaikan projek yang

kompleks dengan hasil produk nyata berupa barang atau jasa.d. Mengembangkan dan meningkatkan keterampilan peserta didik dalam

mengelola sumber/bahan/alat untuk menyelesaikan tugas/projek.e. Meningkatkan kolaborasi peserta didik khususnya pada PBP yang bersifat

kelompok.

PanduanPenguatan Proses Pembelajaran untuk SMP 13

Melayani Semua Anak Usia SMP dengan Amanah

3. Prinsip-prinsip Pembelajaran Berbasis Projek (PBP)

Prnsip-prinsip pembelajaran berbasis projek adalah sebagai berikut.a. Pembelajaran berpusat pada peserta didik yang melibatkan tugas-tugas

projek pada kehidupan nyata untuk memperkaya pembelajaran.b. Tugas projek menekankan pada kegiatan penelitian berdasarkan suatu

tema atau topik yang telah ditentukan dalam pembelajaran. c. Tema atau topik yang dibelajarkan dapat dikembangkan dari suatu

kompetensi dasar tertentu atau gabungan beberapa kompetensi dasar dalam suatu mata pelajaran, atau gabungan beberapa kompetensi dasar antarmata pelajaran. Oleh karena itu, tugas projek dalam satu semester dibolehkan hanya satu penugasan dalam suatu mata pelajaran.

d. Penyelidikan atau eksperimen dilakukan secara otentik dan menghasilkan produk nyata yang telah dianalisis dan dikembangkan berdasarkan tema/topik yang disusun dalam bentuk produk (laporan atau hasil karya). Produk tersebut selanjutnya dikomunikasikan untuk mendapat tanggapan dan umpan balik untuk perbaikan produk.

e. Pembelajaran dirancang dalam pertemuan tatap muka dan tugas mandiri dalam fasilitasi dan monitoring oleh guru. Pertemuan tatap muka dapat dilakukan di awal pada langkah penentuan projekdan di akhir pembelajaran pada langkah penyusunan laporan dan presentasi/publikasi hasil projek, serta evaluasi proses dan hasil projek.

4. Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Projek

Dalam PBP, peserta didik diberikan tugas dengan mengembangkan tema/topik dalam pembelajaran dengan melakukan kegiatan projek yang realistik. Di samping itu, penerapan pembelajaran berbasis projek ini mendorong tumbuhnya kreativitas, kemandirian, tanggung jawab, kepercayaan diri, serta berpikir kritis dan analitis pada peserta didik.Secara umum, langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Projek (PBP) dapat dijelaskan sebagai berikut.

Bagan 1. Langkah-Langkah Pembelajaran Berbasis ProjekDiadaptasi dari Keser & Karagoca (2010)

Berikut disajikan kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan pada setiap langkah PBP.

14 Dilarang Merokok di Sekolah

64. Penyelesaian projek dengan fasilitasi dan

monitoring guru

5. Penyusunan laporan dan

presentasi/publikasi hasil projek

1.Penentuan Projek

2. Perancangan langkah-langkah

penyelesaian projek

3. Penyusunan Jadwal

Pelaksanaan Projek

Melayani Semua Anak Usia SMP dengan Amanah

a. Penentuan projekPada langkah ini, peserta didik menentukan tema/topik projek bersama guru. Peserta didik diberi kesempatan untuk memilih/menentukan projek yang akan dikerjakannya baik secara kelompok ataupun mandiri dengan catatan tidak menyimpang dari tema.Pada bagian ini, peserta didik memilih tema/topik untuk menghasilkan produk (laporan observasi/penyelidikan, rancangan karya seni, atau karya keterampilan) dengan karakteristik mata pelajaran dan menekankan keorisinilan produk. Penentuan produk juga disesuaikan dengan kriteria tugas, dengan mempertimbangkan kemampuan peserta didik dan sumber/bahan/alat yang tersedia.

b. Perancangan langkah-langkah penyelesaian projekPeserta didik merancang langkah-langkah kegiatan penyelesaian projek dari awal sampai akhir beserta pengelolaannya. Kegiatan perancangan projek ini berisi perumusan tujuan dan hasil yang diharapkan, pemilihan aktivitas untuk penyelesaian projek, perencanaan sumber/bahan/alat yang dapat mendukung penyelesaian tugas projek, dan kerja sama antaranggota kelompok.Pada kegiatan ini, peserta didik mengidentifikasi bagian-bagian produk yang akan dihasilkan dan langkah-langkah serta teknik untuk menyelesaikan bagian-bagian tersebut sampai dicapai produk akhir.

c. Penyusunan jadwal pelaksanaan projekPeserta didik dengan pendampingan guru melakukan penjadwalan semua kegiatan yang telah dirancangnya.Berapa lama projek itu harus diselesaikan tahap demi tahap.Peserta didik menyusun tahap-tahap pelaksanaan projek dengan mempertimbangkan kompleksitas langkah-langkah dan teknik penyelesaian produk serta waktu yang ditentukan guru.

d. Penyelesaian projek dengan fasilitasi dan monitoring guruLangkah ini merupakan pelaksanaan rancangan projek yang telah dibuat. Peserta didik mencari atau mengumpulkan data/material dan kemudian mengolahnya untuk menyusun/mewujudkan bagian demi bagian sampai dihasilkan produk akhir.Aktivitas yang dapat dilakukan dalam kegiatan projek di antaranya dengan: a) membaca, b) membuat disain, c) meneliti, d) menginterviu, e) merekam, f) berkarya, g) mengunjungi objek projek, dan/atau h) akses internet. Guru bertanggung jawab membimbing dan memonitor aktivitas peserta didik dalam melakukan tugas projek mulai proses hingga penyelesaian projek. Pada kegiatan monitoring, guru membuat rubrik yang akan dapat merekam aktivitas peserta didik dalam menyelesaikan tugas projek.

e. Penyusunan laporan dan presentasi/publikasi hasil projekHasil projek dalam bentuk produk, baik itu berupa produk karya tulis, disain, karya seni, karya teknologi/prakarya, dan lain-lan dipresentasikan dan/atau dipublikasikan kepada peserta didik yang lain dan guru atau masyarakat dalam bentuk presentasi, publikasi (dapat dilakukan di majalah dinding atau internet), dan pameran produk pembelajaran.

f. Evaluasi proses dan hasil projekGuru dan peserta didik pada akhir proses pembelajaran melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil tugas projek. Proses refleksi pada tugas projek dapat dilakukan secara individu maupun kelompok. Pada tahap evaluasi, peserta didik diberi kesempatan mengemukakan pengalamannya selama menyelesaikan tugas projek yang berkembang dengan diskusi untuk memperbaiki kinerja selama menyelesaikan tugas projek. Pada tahap ini juga dilakukan umpan balik terhadap proses dan produk yang telah dilakukan.

PanduanPenguatan Proses Pembelajaran untuk SMP 15

Melayani Semua Anak Usia SMP dengan Amanah

5. Contoh-contoh Kegiatan Pembelajaran Berbasis ProjekProses pembelajaran berbasis projek meliputi tahap-tahap pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup. Langkah-langkah PBP secara keseluruhan berada dalam tahap kegiatan inti. Dengan demikian tahap kegiatan inti meliputi kegiatan menemukan tema/topik projek, kegiatan merancang langkah penyelesaian projek, menyusun jadwal projek,proses penyelesaian projek dengan difasilitasi dan dimonitor oleh guru, penyusunan laporan dan presentasi/publikasi hasil projek, dan evaluasi proses dan hasil kegiatan projek. Contoh kegiatan pembelajaran berbasis projek dapat dilihat di Lampiran.

D. Pembelajaran Kooperatif

Salah satu pembelajaran yang telah banyak dikembangkan pada saat ini adalah pembelajaran kooperatif. Pembelajaran ini selain untuk melatihkan kemampuan individu, mengembangkan kompetensi antar kelompok, juga untuk melatihkan keterampilan sosial. Guru harus menyadari bahwa untuk membangun keterampilan sosial peserta didik tersebut dapat dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan. Pada bagian ini akan dibahas secara berurutan hal-hal yang terkait dengan model pembelajaran kooperatif tersebut.

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran merupakan kegiatan pembelajaran yang dilakukan melalui sistem kerja kelompok baik yang dibangun atas dasar kelompok heterogen atau homogen untuk mencapai tujuan belajar dan memperoleh penghargaan sosial (Arends, 2012). Kemampuan kerjasama dalam kelompok merupakan kemampuan yang penting bagi peserta didik, sebab setiap individu tidak dapat hidup secara sendiri. Mereka hidup secara berkelompok dalam masyarakat dan dalam menyelesaikan berbagai persoalan yang mereka hadapi sangat memerlukan kemampuan bekerja sama ini.

Anita Lie dalam bukunya “Pembelajaran Kooperatif”, menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar kelompok, tetapi ada unsur-unsur dasar yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Disisi lain, Rustaman, dkk (2003: 206) menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan salah satu pembelajaran yang dikembangkan dari teori konstruktivisme karena mengembangkan struktur kognitif untuk membangun pengetahuan didasari oleh pengetahuan sebelumnya yang dipandang rasional sebagai pengetahuan yang terkait. Oleh karena itu pembelajaran kooperatif ini sangat sesuai diterapkan pada konteks materi yang lebih abstrak dimana peran diskusi antar kelompok menjadi penting dalam memberikan sumbangsih terhadap penyelesaian masalah yang akan dilakukan.

Pembelajaran kooperatif menekankan peserta didik belajar bersama untuk meraih tujuan dengan mempercayai bahwa tujuan hanya dapat dicapai jika peserta didik lain pun mencapai tujuan (Tan Oon Seng & et.al. 2003:475). Dalam mencapai tujuan, pembelajaran kooperatif dengan kelompok heterogen atau homogen ini dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar bersama, saling membantu satu sama lain, mengembangakan rasa kepedulian dan tanggung jawab. (Slavin, 2009:243).

Agar guru dapat merencanakan dan melaksanakan pembelajaran kooperatif maka beberapa hal yang harus dipenuhi oleh guru adalah: (1) memahami filosofi

16 Dilarang Merokok di Sekolah

Melayani Semua Anak Usia SMP dengan Amanah

MPK (memahami karakter peserta didik untuk membangun pentingnya peran kerjasama dalam membangun pengetahuan/menyelesaikan masalah), (2) menentukan materi pembelajaran yang sesuai, dan (3) merancang peran kerja kelompok heterogen atau homogen dalam pencapaian tujuan.

2. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan, yaitu: (1) hasil belajar akademik, (2) penerimaan terhadap keragaman, dan (3) pengembangan keterampilan sosial.

a. Hasil Belajar Akademik

Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaranalternatif untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan menyediakan tugas terstruktur yang dipecahkan secara bersama, sehingga peserta didik yang memiliki kemampuan kurangakan mendapat bantuan dari peserta didik lainnya yang memiliki kemampuan lebih, dan pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar akademik. Dalam pandangan ini kesempatan bagi peserta didik untuk berdiskusi, berdebat, mengemukakan pendapat dan mendengarkan pendapat orang lain merupakan unsur penting dari pembelajaran kooperatif yang menyebabkan meningkatnya prestasi akademik. Dalam kegiatan tersebut peserta didik lebih banyak dirangsang dengan membaca, mendengar, dan berdiskusi. Informasi yang diulang-ulang dengan bantuan teman dan menggunakan bahasa yang mudah dipahami dapat menyebabkan peserta didik banyak terlibat dalam penerimaan informasi.

b. Penerimaan Terhadap Perbedaan Individu

Pembelajaran kooperatif memberi peluang kepada peserta didik yang berbeda latar belakang dalam kondisi untuk saling bekerja, saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama, dan melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif dan belajar untuk menghargai satu sama lain. Sehingga, untuk dapat merealisasikan hal tersebut dalam Model Pembelajaran Kooperatif (MPK) dibentuk kelompok kooperatif yang heterogen atau homogen, yang berfungsi untuk penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda ras, budaya, kelas sosial, kemampuan akademik, dan sebagainya.

c. Pengembangan Keterampilan Sosial

Salah satu tujuan utama pembelajaran kooperatifadalah untuk melatihkan peserta didik memperoleh keterampilan sosial dapat berupa kerjasama dan kolaborasi. Keterampilan ini sangat penting untuk dimiliki dalam masyarakat, karena manusia sebagai makhluk sosial pasti membutuhkan orang lain dan perlu bekerja sama dengan orang lain untuk menyelesaikan urusan kehidupannya.

3. Tahapan Pembelajaran Kooperatif

Beberapa unsur penting yang menjadi prasyarat utama dalam MPK adalah: (a) pembentukan kelompok-kelompok kecil, (b) saling ketergantungan positif, (c) akuntabilitas individual, (d) interaksi promotif diantara sesama peserta didik, (e) keterampilan kolaboratif, dan (f) dinamika kelompok.

Pembelajaran kooperatif menuntut adanya pembagian kelompok dalam jumlah anggota kecil/sedikit. Pembagian kelompok kecil dapat dilakukan berdasarkan jenis kelamin, status, kemampuan dasar yang dimiliki.

PanduanPenguatan Proses Pembelajaran untuk SMP 17

Melayani Semua Anak Usia SMP dengan Amanah

Saling ketergantungan positif dicirikan oleh pencapaian satu tujuan peserta didik yang saling berkaitan dengan peserta didik lainnya. Pencapaian tujuan dicapai melalui upaya bersama berdasarkan prinsip “saya memerlukan kamu dan kamu memerlukan saya untuk bisa mencapai tujuan”. Para peserta didik berbagi peran dan tugas, satu sama lain saling bergantung, dan keberhasilan seseorang akan menentukan keberhasilan peserta didik lainnya.

Akuntabilitas individual adalah “peserta didik belajar bersama, tetapi dilakukan oleh masing-masing peserta didik”. Ini berarti satu upaya dari seorang peserta didik akan mempengaruhi upaya peserta didik lain. Satu tujuan pembelajaran perlu jelas dan dipahami peserta didik serta ada keyakinan bahwa para peserta didik akan berhasil melakukannya. Secara kelompok peserta didik akan berhasil dan demikian juga secara individual peserta didik pun akan berhasil.

Interaksi promotif diantara sesama peserta didik, yaitu kegiatan kognitif dan interpersonal peserta didik secara dinamis terjadi karena setiap peserta didik mendorong belajar peserta didik lainnya. Kegiatan ini, seperti penjelasan bagaimana memecahkan masalah, mendiskusikannya, dan menghubungkan pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang baru didapat. Ini terjadi bilamana interaksi promotif sesama peserta didik terbangun dan dijadikan komitmen untuk meraih tujuan pencapai tujuan bersama.

Keterampilan kolaboratif adalah keterampilan peserta didik dalam mendengar peserta didik lain, memecahkan konflik, mendukung dan menggugah peserta didik lain, mengambil inisiatif, menunjukkan ekspresi senang manakala peserta didik lain berhasil, dan mampu mengkritisi ide gagasan tapi bukan pada individunya. Keterampilan seperti ini perlu ditunjukkan oleh peserta didik secara kolaboratif. Guru perlu membuat pernyataan verbal secara jelas, menjadi model, dan mengecek pemahaman peserta didik melalui berbagai pertanyaan.

Dinamika kelompok adalah kegiatan yang dilakukan setelah tugas pokok dalam kelompok dapat diselesaikan. Peserta didik diberi waktu dan diarahkan untuk menganalisis seberapa baik belajar kooperatif yang dilakukan, serta seberapa fungsi keterampilan sosisal yang telah dilaksanakan. Dinamika kelompok ini mendiskusikan tugas dan kerjasama disertai analisa cara-cara pengembangannya untuk masa depan.

Pembelajaran kooperatif juga harus didukung oleh langkah-langkah dan keterampilan yang melengkapinya.Langkah utama pembelajaran kooperatif menurut Arends (2012) adalah sebagai berikut.

Tabel 2. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif

Langkah-langkah MPK Aktivitas GuruLangkah -1. Menyampaikan tujuan dan motivasi

Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai dan memotivasi peserta didik.

Langkah -2. Menyajikan informasi

Guru menyampaikan informasi pada peserta didik dengan jalan demonstrasi atau menggunakan bahan bacaan.

Langkah -3. Mengorganisasikan peserta didik ke dalam kelompok-kelompok

Guru menjelaskan kepada peserta didik bagaimana cara membentuk kelompok-kelompok belajar dan memungkinkan transisi kelompok secara efisien.

18 Dilarang Merokok di Sekolah

Melayani Semua Anak Usia SMP dengan Amanah

Langkah-langkah MPK Aktivitas Gurubelajar

PanduanPenguatan Proses Pembelajaran untuk SMP 19

Melayani Semua Anak Usia SMP dengan Amanah

Langkah -4. Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

Langkah -5. Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

Langkah -6. Memberikan penghargaan

Guru memberikan penghargaan terhadap capaian hasil belajar individu maupun kelompok

4. Tipe Model Pembelajaran Kooperatif (MPK)

Untuk menggunakan MPK guru perlu memilih tipe yang sesuai dengan karakteristik peserta didik dan materi yang akan disampaikan. Tipe dan karakteristik MPK menurut Arends (2012) adalah sebagai berikut.

Tabel 3. Tipe-tipe Pembelajaran Kooperatif

Karakteristik

Tipe MPKSTAD Jigsaw Group Investigation

Tujuan kognitif

pengetahuan akade-mik faktual

pengetahuan akade-mik konseptual dan faktual

pengetahuan akade-mik konseptual dan kecakapan inkuiri

Tujuan social kerja kelompok dan kerjasama

kerja kelompok dan kerjasama

kerjasama dalam kelompok kompleks

Susunan Tim 4 – 5 anggota tim heterogen

5 – 6 anggota tim heterogen sebagai kelompok asal dan ahli

5 – 6 anggota tim homogen sesuai masalah/minatnya

Pemilihan topik pembelajaran

guru guru guru dan atau peserta didik

Tugas Utama peserta didik meng-gunakan LKS dan membantu peserta didik lain untuk me-nuntaskan pema-haman bahan ajar

peserta didik mem-pelajari bahan ajar di kelompok ahli dan menjelaskannya kepada anggota di kelompok asal

peserta didik me-lengkapi inkuiri kompleks

Penilaian tes mingguan beragam, dapat menggunakan tes mingguan

melengkapi projek atau laporan, dapat menggunakan tes uraian

Berikut ini adalah penjelasan singkat dari beberapa tipe pembelajaran kooperatif yang sering digunakan.

20 Dilarang Merokok di Sekolah

Melayani Semua Anak Usia SMP dengan Amanah

a. Tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions)

Pembelajaran kooperatif tipe STAD dikembangkan oleh Slavin. STAD merupakan tipe yang paling sederhana dan dipergunakan untuk menyampaikan pengetahuan yang baru atau dapat juga digunakan untuk penguatan materi yang telah disampaikan, hal ini sangat cocok dipergunakan pada saat peserta didik akan mengadapi ulangan tengah semester atau akhir semester dimana pengetahuan ini telah diberikan pada pertemuan sebelumnya, dalam hal ini peran guru adalah mengingatkan kembali pengetahuan yang telah dimiliki peserta didik dan memfasilitasi peserta didik agar bekerjasama dalam kelompoknya untuk melakukan penguatan terhadap materi yang telah mereka peroleh. Di sisi lain dalam tipe ini setiap kelompok memberikan peran sumbangan nilai kemajuan belajarnya terhadap nilai kemajuan kelompok, hal ini menggambarkan adanya peran tanggungjawab anggota kelompok terhadap kelompoknya. Berikut ini langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD.

1) Guru menyampaikan materi pembelajaran atau permasalahan kepada peserta didik sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.

2) Guru memberikan tes/kuis kepada setiap peserta didik secara individual, sehingga akan diperoleh skor awal.

3) Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4-5 peserta didik dengan kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang, dan rendah). Jika mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, dan suku yang berbeda tetapi tetap mementingkan kesetaraan gender.

4) Bahan materi yang telah dipersiapkan didiskusikan dalam kelompok untuk mencapai kompetensi dasar. Pembelajaran kooperatif tipe STAD biasanya digunakan untuk penguatan pemahaman materi.

5) Guru memfasilitasi peserta didik dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari.

6) Guru memberikan tes/kuis kepada setiap peserta didik secara individual.7) Guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai

peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya (terkini).

b. Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw

Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini pertama kali dikembangkan oleh Aronson. Tipe Jigsaw adalah salah satu pembelajaran kooperatif yang memberikan kesempatan bahwa setiap anggota kelompok memiliki peran dan tanggung jawab yang sama. Ada dua kelompok yang dibentuk dalam tipe Jigsaw yaitu kelompok asal dan kelompok ahli, di kelompok asal setiap kelompok mempelajari konteks yang berbeda, dikelompok ahli setiap anggota kelompok yang berasal dari kelompok yang berbeda saling membagi pengatahuannya. Oleh karena itu kontek materi yang dibangun dalam tipe ini bukan materi yang bersyarat tetapi materi dengan pengetahuan yang tanpa syarat, sebagai contoh dalam mata pelajaranIPA Fisika: materi alat-alat optik, untuk mempelajari teropong, tidak perlu harus mempelajari teleskop atau mikroskop. Berikut ini rancangan dari pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

PanduanPenguatan Proses Pembelajaran untuk SMP 21

Kel ...Kel Kel Asal

Kel ...Kel Ahli 2Kel Ahli 1

Kel AhliKel

Melayani Semua Anak Usia SMP dengan Amanah

Gambar 2. Desain Pembelajaran KooperatifTipe Jigsaw

22 Dilarang Merokok di Sekolah

Melayani Semua Anak Usia SMP dengan Amanah

c. Pembelajaran Kooperatif Tipe GI (Group Investigation)

Pembelajaran kooperatif tipe ini merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang paling kompleks dan sulit untuk diterapkan. Tipe ini melibatkan peserta didik untuk merencanakan bahan yang akan dipelajari dan cara mencari jawabannya yang akan dilaksanakan melalui investigasi mereka. Ini memerlukan norma-norma dan susunan kelas yang lebih canggih dari pembelajaran berpusat kepada guru. Guru yang menerapkan GI normalnya membagi kelasnya menjadi kelompok homogen dengan anggota 5-6 peserta didik. Pengelompokan ini didasarkan pada pertemanan atau kesamaan minat pada sub topik khusus. Peserta didik memilih sub topik tertentu yang akan dipelajari secara mendalam lewat kegiatan investigasi dan dilaporkan hasilnya kepada seluruh peserta didik.

Berikut adalah enam langkah yang digunakan dalam pembelajaran kooperatif tipe GI.1) Pemilihan Topik, peserta didik memilih sub topik khusus yang terkait

dengan suatu masalah umum dan biasanya dengan persetujuan guru. Peserta didik bekerja pada kelompok kecil terdiri dari 2 – 6 anggota yang sesuai dengan kesamaan jenis tugas yang akan dikerjakan. Anggota kelompok sedapat mungkin heterogen secara akademik dan etnik,

2) Perencanaan kooperatif, peserta didik dan guru merencanakan prosedur pembelajaran, tugas, dan tujuan khusus yang konsisten dengan sub topik dari masalah yang dipilih pada langkah 1,

3) Penerapan, peserta didik melaksanakan rencana yang dirumuskan pada tahap 2. Pembelajaran akan melibatkan sejumlah aktivitas, kecakapan, dan sumber daya yang beragam baik di dalam maupun di luar sekolah. Guru terus mencatat kemajuan dan memberi bimbingan kepada peserta didik yang memerlukannya,

4) Analisis dan sintesis, peserta didik menganalisis dan mengevaluasi informasi yang diperoleh pada tahap 3 dan merencanakan pemaparannya secara menarik kepada teman kelasnya,

5) Pemaparan hasil akhir, seluruh kelompok menyampaikan pemaparan semenarik mungkin tentang topik yang telah dipelajari agar memperoleh perspektif yang meluas dan paparan kelompok ini dikoordinasi oleh guru,

6) Evaluasi, jika ada perbedaan aspek yang muncul dalam kelompok-kelompok investigasi maka peserta didik dan guru secara bersama-sama mengevaluasi sumbangan individu atau kelompok secara keseluruhan untuk memperoleh penyelesaiannya.

Tipe-tipe MPK yang telah diuraikan di atas merupakan tipe-tipe yang paling sering digunakan dalam proses pembelajaran di kelas. Terdapat tipe-tipe MPK lain sepertiThink-Pair-Share (TPS), Picture and Picture, Problem Solving, Team Games Tournament (TGT), Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC), dan Learning Cycle.

5. Pedoman Penentuan Skor Penghargaan Kelompok dalam Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif tidak saja meningkatkan kemampuan individual, tetapi juga meningkatkan keterampilan sosial termasuk di dalamnya kerjasama dan daya saing antar kelompok. Sebagai contoh gambaran kemajuan kelompok diperoleh berdasarkan sumbangan nilai kemajuan setiap individu terhadap kelompoknya.

PanduanPenguatan Proses Pembelajaran untuk SMP 23

Melayani Semua Anak Usia SMP dengan Amanah

Salah satu model penilaian dikembangakan oleh Slavin (1995), penilaian diperoleh atas dasar gain skor pretest dan posttest dengan langkah sebagai berikut.a. Mendapatkan nilai gain skor (posttest terhadap pretest).b. Menentukan perkembangan individu dengan menggunakan aturan yang

dikemukakan oleh Slavin (1995).

Tabel 3. Pedoman Pemberian Skor Perkembangan Individu

Skor TesSkor Perkembangan

Individu1. Lebih dari 10 poin di bawah skor awal2. 10 hingga 1 poin di bawah skor awal3. Skor awal sampai 10 poin di atasnya4. Lebih dari 10 poin di atas skor awal5. Nilai sempurna (tidak berdasarkan skor

awal)

510203030

Arends(2012) mengadopsi rubrik keterampilan sosial untuk menilai kegiatan kelompok dari Marzano, dkk (1993) sebagai berikut.

a. Kerja kelompok untuk mencapai tujuan.4 Bekerja keras secara aktif dan memberikan bantuan kepada

kelompok untuk mencapai tujuan.3 Komitmen terhadap pencapaian tujuan kelompok dengan

melakukan tugas sesuai kesepakatan.2 Komitmen terhadap pencapaian tujuan kelompok namun pengerjaan

tugas kurang sesuai dengan kesepakatan.1 Tidak bekerja berdasarkan tujuan kelompok yang akan dicapai.

b. Kemampuan interpersonal 4 Melakukan interaksi secara aktif dan berkesinambungan dalam

kelompoknya, menyumbangkan ide dan gagasan berdasarkan pengetahuan yang relevan.

3 Melakukan interaksi secara aktif dalam kelompok, menyumbangkan ide dan gagasan berdasarkan pengetahuan yang relevan.

2 Melakukan interaksi secara aktif dalam kelompok, namun penyumbangkan ide dan gagasan tidak berdasarkan pengetahuan yang relevan.

1 Kurang melakukan interaksi secara aktif dalam kelompok, menyumbangkan ide dan gagasan tidak berdasarkan pengetahuan yang relevan.

c. Konstribusi terhadap kelompok4 Aktif memberikan bantuan terkait dengan hal-hal perubahan di

dalam kelompok, memodifikasi proses atau cara bekerja untuk mendapatkan perubahan yang lebih baik.

3 Memberikan bantuan terkait dengan hal-hal perubahan di dalam kelompok, memodifikasi proses atau cara bekerja untuk mendapatkan perubahan yang lebih baik

2 Jika diperlukan memberikan bantuan terkait dengan hal-hal perubahan di dalam kelompok, memodifikasi proses atau cara bekerja untuk mendapatkan perubahan yang lebih baik

1 Tidak ada upaya pemberian bantuan terkait dengan hal-hal perubahan di dalam kelompok, memodifikasi proses atau cara bekerja untuk mendapatkan perubahan yang lebih baik, meskipun di

24 Dilarang Merokok di Sekolah

Melayani Semua Anak Usia SMP dengan Amanah

minta.1) Mendapatkan gambaran perolehan nilai kelompok berdasarkan rata-rata

perkembangan individu.2) Mendapatkan gambaran keterampilan sosial kelompok3) Menggabungkan nilai kemajuan kognitif kelompok dan afektif kelompok,

misal dengan perbandingan bobot kognitif: afektif (60:40) 4) Menetapkan kemajuan kelompok berdasarkan nilai gabungan. Agar

pekerjaan guru lebih mudah dan tidak memerlukan waktu yang lebih lama, maka perlu dilakukan strategi dengan menggunakan penilaian antar teman sejawat untuk aspek kognitif dan penilaian afektif dilakukan secara kelompok oleh guru selama proses pembelajaran.

6. Contoh Pembelajaran Kooperatif dalam Beberapa Mata pelajaran.

Berikut diberikan contoh MPK tipe STAD pada matapelajaran IPA (Fisika). Seperti diungkapkan di atas, materi yang dipilih dalam pembelajaran STAD terkait dengan materi untuk melatihkan pengetahuan faktual dimana kegiatan evaluasimya dapat dilakukan dengan menggunakan game turnamen, quiz, atau tes untuk mengukur kemampuan C1 (recall/mengingat), dan C2 (pemahaman). Sebagai contoh dalam fisika adalah materi Suhu dan Perubahannya dengan KD yang terkait dengan KI3.

Memahami konsep suhu, pemuaian, kalor, perpindahan kalor,dan penerapannya dalam mekanisme menjaga kestabilan suhu tubuh pada manusia dan hewan serta dalam kehidupan sehari-hari. Dalam silabus dan buku guru materi ini disampaikan selama 2 x 5 JP. Contoh yang disampaikan ini pada pertemuan ke 3 (lihat buku guru) yaitu terkait dengan sub materi suhu dan pemuaian.

Seperti tahapan langkah umum yang telah dijelaskan di atas, maka sebelum melaksanakan MPK, langkah-langkah yang harus dilakukan oleh guru terurai sebagai berikut.

a. Guru menentukan tujuan belajar yang akan dicapai.Terkait dengan KD KI3.3.7 yang kemudian dapat dijabarkan melalui indikator sebagai dasar penyusunan tujuan pembelajaran, serta konsep esensial dalam materi ini (Jika benda menyerap kalor, maka benda tersebut suhunya akan bertambah dan mengalami pemuaian atau mengalami perubahan wujud). Maka dalam materi suhu dan pemuaian sebagian tujuan pembelajaran yang dirumuskan adalah: 1) Menjelaskan pengaruh kalor terhadap proses pemuaian pada benda

melalui kegiatan eksperimen.2) Memberikan contoh aplikasi konsep pemuaian pada termometer

melalui kegiatan demonstrasi dan diskusi.a. Menemukan cara-cara untuk memotivasi peserta didik.

Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk memotivasi peserta didik adalah antara lain:1) Mendemonstrasikan pemuaian pada udara

PanduanPenguatan Proses Pembelajaran untuk SMP 25

Plastisin

Cairan yang diberi Sedotan

Melayani Semua Anak Usia SMP dengan Amanah

Plastisin digenggam dengan tangan, maka cairan akan naik, guru dapat melakukan demonstrasi sambil mengembangkan pertanyaan seperti jika benda diberi kalor maka salah satu akibatnya suhu benda tersebut akan bertambah dan mengakibatkan udara mengalami pemuaian sehingga dapat mendorong cairan ke atas.Atau menayangkan video yang dapat diunduh di You Tube, sebagai contoh diunduh dari http://www.youtube.com/watch?v=pJRju5BHfpM.

Atau lebih sederhananya dapat menggunakan termometer botol yang dapat dibuat sederhana, atau dengan cara menggenggam termometer

2) Mendemonstrasikan gelas yang retak akibat pemuaian karena pengaruh kalor (berasal dari air panas).

3) Membuat kelompok heterogen, dapat berdasarkan peringkat akademik atau hal lainnya yang dipandang rasional.

4) Menyiapkan teks bahan yang akan dipelajari dapat dalam bentuk artikel, lembar kegiatan peserta didik, prosedur eksperimen atau lainnya.

5) Menyiapkan bentuk tes yang bersifat recall atau pemahaman untuk mengukur keberhasilan kelompok dapat menggunakan Pilihan Ganda (10 soal).

6) Menyiapkan alat demonstrasi dan eksperimen, sebagai contoh termometer alkohol dan raksa.

E. Pendekatan Komunikatif dalam Pembelajaran Bahasa

Dalam praktik pembelajaran bahasa sering muncul fenomena-fenomena berikut. Pertama, di kelas peserta didik dapat menghasilkan kalimat-kalimat secara tepat, tetapi mereka tidak dapat menggunakan kalimat-kalimat tersebut dalam kegiatan komunikasi di luar kelas atau di dalam kehidupan nyata. Hal itu disebabkan oleh situasi di dalam kelas yang cenderung bersifat imitatif (tiruan) atau simulatif (diciptakan dengan tujuan tertentu), bukan situasi nyata atau alamiah yang memungkinkan mereka menggunakan bahasa secara langsung. Kedua, peserta didik mengetahui aturan penggunaan bahasa, tetapi tidak dapat menggunakan aturan tersebut dalam kegiatan berbahasa. Sebagai contoh, mereka mengetahui aturan penggunaan bahasa untuk meminta maaf, menyatakan pendapat, atau menawarkan sesuatu, tetapi dalam kegiatan berkomunikasi mereka tidak dapat melakukannya secara baik. Dua gambaran

26 Dilarang Merokok di Sekolah

Melayani Semua Anak Usia SMP dengan Amanah

fenomena tersebut mengisyaratkan bahwa dalam kegiatan berkomunikasi diperlukan kompetensi gramatikal (linguistik) maupun kompetensi komunikatif.

Fenomena ini mendasari adanya pergeseran pendekatan pembelajaran dari pendekatan yang berpusat pada kebahasaan (linguistic structure-centered approach) ke pendekatan komunikatif (communicative approach) (Larsen-Freeman (2010).

PanduanPenguatan Proses Pembelajaran untuk SMP 27

Melayani Semua Anak Usia SMP dengan Amanah

1. Pengertian Pendekatan Komunikatif dalam Pembelajaran Bahasa

Brown (2007) mendefinisikan pendekatan komunikatif sebagai pendekatan pembelajaran bahasa yang menekankan pada otentisitas, interaksi, keberpusatan pada peserta didik, aktivitas berbasis tugas, komunikasi untuk kehidupan nyata, dan tujuan-tujuan bermakna.

Pendekatan komunikatif mempunyai empat karakteristik berikut. Pertama, sasaran kelas difokuskan pada semua komponen kompetensi komunikatif dan tidak terbatas pada kompetensi gramatikal atau linguistik. Kedua, teknik-teknik pembelajaran bahasa dirancang untuk melibatkan peserta didik dalam penggunaan bahasa secara pragmatis, otentik, fungsional, dan bermakna. Ketiga, kefasihan dan ketepatan dipandang sebagai prinsip-prinsip pelengkap yang mendasari teknik-teknik komunikatif. Ada kalanya kefasihan harus lebih dipentingkan daripada ketepatan agar para peserta didik tetap terlibat secara bermakna dalam penggunaan bahasa. Keempat, dalam kelas komunikatif peserta didik pada akhirnya harus menggunakan bahasa secara produktif dan berterima dalam konteks spontan dan alamiah.

Berdasarkan empat karakteristik tersebut dapat dinyatakan bahwa pendekatan komunikatif dalam pembelajaran bahasa merupakan pendekatan yang mementingkan peran pelatihan dengan menggunakan fungsi-fungsi bahasa dalam konteks berkomunikasi (Kumaravadivelu, 2003). Dengan kata lain, seperti yang dinyatakan Larsen-Freeman (2010), tujuan pembelajaran bahasa dalam pendekatan komunikatif adalah mengembangkan kompetensi komunikatif lisan dan tulis peserta didik. Pembelajaran bahasa yang menggunakan pendekatan komunikatif memandang bahasa sebagai sistem untuk berkomunikasi dan memandang belajar bahasa sebagai proses berinteraksi dan berkomunikasi. Guru bertugas menyediakan pelatihan-pelatihan fungsi bahasa dan memfasilitasi peserta didik agar dapat menginternalisasi fungsi-fungsi tersebut dalam sistem bahasa yang sedang dipelajari.

Menurut Canale dalam Celce-Murcia (1995), kompetensi komunikatif tersebut di atas meliputi kompetensi gramatikal, kompetensi strategi, kompetensi sosiokultural, dan kompetensi wacana.Kompetensi gramatikal merupakan penguasaan pengetahuan tatabahasa dan leksikal, yang mencakup kaidah dalam tataran tata bunyi, tata bentuk, kosakata, tata kalimat, dan semantik. Peserta didik dianggap memiliki kompetensi gramatikal jika menguasai kaidah pelafalan dan ejaan, kaidah bentuk kata, kaidah kosakata, kaidah kalimat baku, dan kaidah makna.

Kompetensi strategi merujuk pada penguasaan strategi berkomunikasi, termasuk cara memulai, menghentikan, mempertahankan, memperbaiki, dan mengarahkan kembali komunikasi. Dengan kata lain, kompetensi strategi mengandung maksud kemampuan mengatasi masalah yang timbul dalam proses komunikasi dengan berbagai cara agar komunikasi tetap berlangsung. Seseorang yang memiliki kompetensi ini dapat memulai pembicaraan atau penulisan dengan baik, lancar, dan berterima. Dengan kompetensi strategi, komunikasi yang dilakukan dapat dikendalikan dengan baik, dilanjutkan, dihentikan untuk sementara, dilanjutkan kembali, dan sebagainya.

Kompetensi sosiokultural mengacu pada pemahaman konteks sosial dan kultural dalam peristiwa komunikasi, yang mencakup pemahaman tentang hubungan

28 Dilarang Merokok di Sekolah

Melayani Semua Anak Usia SMP dengan Amanah

peran, informasi yang disampaikan, dan tujuan komunikasi. Orang yang menguasai kompetensi ini dapat memahami dan menggunakan ungkapan dan tindak berbahasa secara berterima dalam berbagai konteks. Kompetensi wacana meliputi penguasaan dalam memilih, menata, mengurutkan kata, kalimat, dan ujaran untuk menghasilkan teks lisan maupun tulis yang padu. Seseorang yang memiliki kompetensi ini dapat memadukan ketiga kompetensi di atas. Dia mampu menggunakan pengetahuan gramatikal dan leksikal yang sesuai untuk berkomunikasi dalam konteks sosiokultural tertentu, termasuk menggunakan kemampuan strategi agar komunikasi tetap berlangsung.

2. Prinsip-Prinsip Pembelajaran

Berikut adalah prinsip-prinsip pendekatan komunikatif dalam belajar bahasa menurut Richards (2006).

a. Menjadikan komunikasi nyata sebagai fokus pembelajaran bahasa;b. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bereksperimen dan

menguji coba berbagai kompetensi yang dikuasainya;c. Memberikan toleransi terhadap kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh

peserta didik karena kesalahan-kesalahan tersebut mengindikasikan bahwa peserta didik sedang mengembangkan kompetensi komunikatifnya;

d. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan kefasihan dan ketepatan berbahasa;

e. Mengintegrasikan berbagai keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis) secara bersama-sama;

f. Mengkondisikan peserta didik untuk menemukan sendiri aturan penggunaan bahasa.

Kegiatan pembelajaran bahasa yang dikembangkan guru sebaiknya mencerminkan prinsip-prinsip tersebut. Dalam pendekatan komunikatif dibedakan dua jenis kegiatan, yaitu kegiatan yang menekankan kefasihan (activities focusing on fluency) dan kegiatan yang menekankan ketepatan (activities focusing on accuracy). Guru disarankan dapat menggunakan dua jenis kegiatan itu secara berimbang. Namun, untuk pembelajar pemula pengembangan kefasihan sebaiknya lebih diutamakan daripada pengembangan ketepatan agar peserta didik memiliki rasa percaya diri. Berikut adalah perbedaan-perbedaan prinsip di antara keduanya.

Tabel 4. Perbedaan antara Kegiatan yang Menekankan Kefasihan dan Kegiatan yang Menekankan Ketepatan (Richards, 2005)

Kegiatan yang menekankan kefasihan

Kegiatan yang menekankan ketepatan

Menekankan penggunaan bahasa untuk fungsi komunikasi secara alamiah

Menekankan penggunaan bahasa sebagai seperangkat aturan tata bahasa

Memfokuskan ketercapaian komunikasi

Memfokuskan pembentukan pola tata bahasa yang benar

Memerlukan penggunaan bahasa secara bermakna

Melatihkan pola tata bahasa tanpa memperhatikan makna

Melatihkan penggunaan strategi komunikasi

Melatihkan contoh pola tata bahasa dalam jumlah terbatas

Merangsang respon bahasa yang Melatihkan respon bahasa sesuai

PanduanPenguatan Proses Pembelajaran untuk SMP 29

Melayani Semua Anak Usia SMP dengan Amanah

bersifat spontan (unpredictable) dengan pola tata bahasa yang sedang dipelajari

Menghubungkan penggunaan bahasa dengan konteks

Membatasi pemilihan pola tata bahasa yang diajarkan

Contoh

a. Kegiatan yang menekankan kefasihan

Contoh kegiatan yang menekankan kefasihan adalah sekelompok peserta didik dengan kemampuan berbahasa yang beragam bermain peran (role play) sesuai dengan kartu peran. Mereka menerima peran dan menjadi pribadi tertentu yang tersedia dalam kartu peran. Misalnya, peserta didik dapat berperan sebagai tamu hotel dan resepsionis hotel, dan melakukan improvisasi penggunaan bahasa dalam situasi pemesanan kamar hotel.

Contoh permainan peran yang lain adalah percakapan di restoran antara pramusaji dengan tamu yang mendapatkan makanan yang tidak cocok dengan yang dipesan. Pramusaji menanyakan permasalahannya dan berjanji mengganti dengan makanan yang sesuai dengan pesanan. Secara berkelompok peserta didik mencipta ulang percakapan di restoran tersebut dengan menggunakan bahasa mereka sendiri, namun tetap memertahankan makna pesan yang sama. Kemudian mereka mempraktikkan dialog tersebut di depan kelas.

b. Kegiatan yang menekankan ketepatan

Peserta didik menirukan model percakapan yang mengandung intonasi menurun dalam kalimat tanya yang dimulai dengan kata tanya. Kelas dibagi menjadi kelompok yang beranggota tiga orang: dua orang mempraktikkan dialog dan satu orang berperan sebagai pemantau. Pemantau bertugas mengecek ketepatan kedua orang yang lain dalam menggunakan pola intonasi kalimat tanya dan membetulkannya bila diperlukan. Secara bergantian peserta didik berganti peran. Guru berkeliling ke seluruh kelompok untuk mendengarkan dan membetulkan kesalahan bila diperlukan.

Contoh lainnya adalah kegiatan kelompok yang beranggota tiga atau empat orang. Setiap kelompok melengkapi pelatihan tata bahasa, misalnya present tense dan present continuous tense yang merupakan materi yang telah diajarkan dan dilatihkan dalam kegiatan kelas besar. Secara bersama-sama peserta didik menentukan bentuk yang benar dan menyelesaikan latihan tersebut. Secara bergantian setiap kelompok membaca hasil kerja mereka.

Dalam pendekatan pembelajaran komunikatif terdapat tiga gradasi latihan, yaitu latihan mekanis (mechanical practice), latihan bermakna (meaningful practice), danlatihan komunikatif (communicative practice). 1) Latihan mekanis

Latihan ini merupakan latihan terbimbing yang dilaksanakan oleh peserta didik tanpa harus memahami bahasa yang digunakannya, misalnya tubian pengulangan dan penggantian (repetition and subsitution drills) yang dirancang untuk melatihkan penggunaan unsur tata bahasa tertentu yang dikontrol.

30 Dilarang Merokok di Sekolah

Melayani Semua Anak Usia SMP dengan Amanah

2) Latihan bermaknaLatihan ini merupakan latihan semi terbimbing, yaitu bahwa kontrol bahasa masih ada, tetapi peserta didik harus membuat pilihan yang bermakna ketika mengerjakan latihan. Dalam melatihkan penggunaan kata depan untuk mendeskripsikan lokasi suatu tempat, misalnya, peserta didik diberi peta jalan dengan beberapa bangunan di berbagai tempat dan diberi daftar kata seperti “menyeberang dari”, “dekat”, “di seberang”, dan “di sebelah”. Kemudian, mereka harus menjawab pertanyaan seperti “Di mana toko buku?” dan “Rute mana yang paling efektif untuk menuju toko buku?”Pelatihan itu bermakna karena mereka harus memberikan respon sesuai dengan lokasi tempat di peta.

3) Latihan komunikatifLatihan komunikatif merupakan kegiatan pelatihan yang berfokus pada penggunaan bahasa dalam konteks komunikasi nyata. Ada informasi nyata (sehari-hari) dalam pelatihan ini dan bahasa yang digunakan benar-benar tidak dapat diduga. Misalnya, peserta didik harus menggambar peta lingkungan tempat tinggalnya dan menjawab pertanyaan tentang lokasi di berbagai tempat, misalnya halte bus terdekat, pasar, dan rumah sakit.

Selain tiga jenis perlatihan di depan, ada tipe-tipe kegiatan lain dalam pendekatan pembelajaran komunikatif.

Tabel 5. Tipe-Tipe Kegiatan dalam Pendekatan Komunikatif

Tipe Kegiatan Contoh

Kegiatan kesenjangan informasi (information gap activities)

Teka-teki interaktif (interactive puzzles)

Kegiatan jigsaw Kegiatan yang berciri pembagian kelompok, pengetahuan tiap kelompok tidak lengkap, kemudian kelompok membentuk pengetahuan yang utuh

Kegiatan pelengkapan tugas (task-completion activities)

Puzzle, permainan, membaca peta

Kegiatan pencarian informasi (information-gathering activities)

Survei, wawancara, investigasi kelompok, shopping (kegiatan berkeliling untuk melihat dan membaca karya teman

Kegiatan tukar pendapat (opinion-sharing activities)

Diskusi, tanya jawab

Kegiatan tukar informasi (Information-transfer activities)

Presentasi, bercerita, note-taking

Kegiatan kesenjangan alasan (Reasoning-gap activities)

Berbagai kegiatan yang berciri ada proses merumuskan simpulan dan penalaran

Bermain peran Drama, simulasi

3. Langkah-langkah Pembelajaran

Langkah-langkah pembelajaran bahasa berpendekatan komunikatif mempunyai beberapa tahap yang diwujudkan dalam dua jenis kegiatan, yaitu prakomunikatif dan komunikatif (Littlewood, 1981).

a. Prakomunikatif

PanduanPenguatan Proses Pembelajaran untuk SMP 31

Melayani Semua Anak Usia SMP dengan Amanah

Kegiatan ini berfokus pada bentuk-bentuk bahasa yang relevan (tata bahasa, pengucapan, frasa, ungkapan, dan kosakata) dan fungsinya. Tujuan kegiatan prakomunikatif adalah membantu peserta didik untuk memeroleh pengetahuan tentang aturan kebahasaan dan kosakata agar mereka mampu memproduksi bahasa yang berterima pada tingkat kalimat. Fungsi kegiatan ini adalah menyiapkan peserta didik dalam komunikasi selanjutnya. Contoh kegiatan yang dapat dilakukan pada tahap ini adalah penubian (drilling) dan pelatihan tanya jawab. Kegiatan prakomunikatif terdiri atas dua kegiatan: 1) kegiatan yang terkait dengan struktur atau bentuk bahasa dan 2) kegiatan kuasi komunikatif.

b. Komunikatif

Kegiatan komunikatif berfokus pada pembelajaran penggunaan bentuk-bentuk dan fungsi-fungsi bahasa yang sudah dipelajari pada tahap prakomunikatif untuk tujuan-tujuan komunikasi. Kegiatan komunikatif bertujuan memberikan pelatihan untuk tugas-tugas secara keseluruhan, meningkatkan motivasi, memungkinkan pembelajaran yang alami, dan menciptakan konteks yang mendukung pembelajaran. Kegiatan-kegiatan dalam tahap ini meliputi kegiatan komunikatif fungsional dan kegiatan interaksi sosial. Kegiatan komunikatif fungsional diwujudkan dalam bentuk membandingkan serangkaian gambar dan mencari persamaan yang ada di gambar serta perbedaaannya, mengikuti arah, menemukan fitur yang hilang dalam peta atau gambar, dan yang lain. Kegiatan interaksi sosial diwujudkan dalam bentuk percakapan, diskusi, dialog, role play, simulasi, debat, dan sebagainya.

Sejak diimplementasikan pada era 1990-an, pendekatan komunikatif telah dimanifestasikan ke dalam beberapa model mutakhir seiring dengan perkembangan pemahaman tentang proses pembelajaran bahasa kedua. Seperti yang dinyatakan Richards (2005), asumsi-asumsi inti dari model-model tersebut adalah sebagai berikut.a. Belajar bahasa kedua difasilitasi ketika peserta didik terlibat dalam interaksi

dan komunikasi yang bermakna.b. Latihan-latihan di kelas yang efektif memberikan kesempatan bagi peserta

didik untuk menegosiasikan makna, memperluas sumber-sumber bahasa, mengenali penggunaan bahasa, dan melibatkan diri dalam komunikasi intrapersonal yang bermakna.

c. Komunikasi yang bermakna merupakan hasil pemrosesan isi yang relevan, bertujuan, menarik, dan menyenangkan oleh peserta didik.

d. Komunikasi merupakan proses holistik yang menuntut penggunaan beberapa keterampilan bahasa.

e. Belajar bahasa difasilitasi oleh kegiatan baik yang melibatkan belajar aturan-aturan penggunaan dan organisasi bahasa secara induktif (discovery learning) maupun yang melibatkan analisis bahasa dan refleksi.

f. Belajar bahasa merupakan proses bertahap yang melibatkan penggunaan bahasa secara kreatif dan secara coba-coba. Walaupun kesalahan adalah sesuatu yang normal dalam pembelajaran, tujuan akhir pembelajaran adalah menggunakan bahasa sasaran dengan tepat dan lancar.

g. Peserta didik mengembangkan irama belajar sendiri, memeroleh kemajuan sesuai dengan kecepatan masing-masing dan memiliki kebutuhan dan motivasi belajar bahasa yang berbeda-beda.

h. Belajar bahasa yang sukses melibatkan penggunaan strategi belajar dan komunikasi yang tepat.

i. Peran guru di dalam kelas adalah fasilitator yang menciptakan iklim kelas yang kondusif untuk belajar bahasa dan memberikan kesempatan kepada

32 Dilarang Merokok di Sekolah

Melayani Semua Anak Usia SMP dengan Amanah

peserta didik untuk menggunakan dan melatihkan bahasa serta merefleksikan penggunaan dan pembelajaran bahasa.

j. Kelas merupakan komunitas yang peserta didik belajar melalui kolaborasi dan kegiatan berbagi.

Berdasarkan uraian di depan, Richards (2006) menyatakan bahwa kegiatan-kegiatan pembelajaran idealnya memenuhi karakteristik berikut:a. memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan

kompetensi komunikatif dengan memanfaatkan kompetensi linguistik (pembelajaran tata bahasa terintegrasi dalam konteks);

b. menciptakan kebutuhan untuk berkomunikasi, berinteraksi, dan bernegosiasi untuk memerjelas makna (meaning negotiation);

c. memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar tata bahasa baik secara induktif maupun deduktif;

d. memanfaatkan topik pembelajaran yang berhubungan dengan pengalaman dan minat peserta didik;

e. memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memanfaatkan segala hal yang sudah dipelajari di kelas ke dalam kehidupannya.

Dalam perkembangannya pendekatankomunikatifdiwujudkan dalam banyak varian; di antaranya adalah pembelajaran berbasis isi (content-based instruction), pembelajaran berbasis tugas (task-based language instruction), dan pendekatan berbasis teks (genre-based approach). Merujuk pada Permendikbud Nomor 68 Tahun 2013 tentang Kurikulum SMP–MTs, kompetensi dasar rumpun bahasa berorientasi pada pemahaman dan penyusunan berbagai macam teks, baik lisan maupun tulis.Oleh karena itu, dalam panduan ini uraian pendekatan komunikatif difokuskan pada pendekatan berbasis teks (genre-based approach).

Pembelajaran berbasis teks didasarkan pada asumsi berikut: a) belajar bahasa merupakan kegiatan yang bersifat sosial, b) belajar lebih efektif ketika harapan guru terhadap peserta didik disampaikan secara tersurat, dan c) proses belajar bahasa merupakan serangkaian tahap perkembangan dari kegiatan berbantuan mengarah pada kegiatan mandiri.

Berikut adalah tahap-tahap dalam pendekatan berbasis teks yang diadaptasi dari model yang dikembangkan oleh Hammond, dkk (1992) dan (Feez, 1998).a. Building Knowledge of the Field (BKoF)

Tahap ini bertujuan untuk membangun pengetahuan latar peserta didik terhadap topik yang akan dipelajari, termasuk membangun kompetensi gramatikal yang meliputi kaidah dalam tataran tata bunyi, tata bentuk, kosakata, tata kalimat, dan semantik. Pada tahap ini peserta didik juga dibekali dengan konteks sosial dari teks yang meliputi ciri-ciri konteks budaya, tujuan komunikasi, dan konteks situasinya.

b. Modelling of Text (MoT)Pemodelan teks merupakan pengenalan beragam teks baik lisan maupun tulis kepada peserta didik. Pada tahap ini peserta didik mengamati pola dan ciri kebahasaan teks atau membandingkan teks yang sedang dipelajari dengan teks yang lain. Selain membangun kompetensi gramatikal, peserta didik dapat mengembangkan kompetensi strategi, misalnya ketika menghadapi kesulitan dalam menentukan makna kata, mereka dapat memanfaatkan kamus dengan benar. Peserta didik juga dapat mempelajari konteks sosiokultural dari teks yang sedang diamati, termasuk kaidah wacana yang terkait di dalam teks.

c. Joint Construction of Text (JCoT)

PanduanPenguatan Proses Pembelajaran untuk SMP 33

Melayani Semua Anak Usia SMP dengan Amanah

Pada tahap ini peserta didik mulai belajar menyusun teks dengan bantuan guru, lembar kerja, atau teman.Realisasi kegiatan berbantuan ini dapat berupa peserta didik menyusun teks baru secara individu (dengan bantuan lembar kerja), berpasangan, berkelompok, ataupun klasikal di bawah arahan guru. Pada saat mereka bekerja berkelompok, peserta didik berkesempatan mengaplikasikan keterampilan berpikir kritis.

d. Independent Construction of Text (ICoT)Pada tahap ini peserta didik berlatih menyusun teks lisan atau tulis tanpa adanya bantuan untuk mengasah keterampilan berbicara atau menulis yang sudah diperoleh di tahap-tahap sebelumnya. Penyusunan teks dapat dilakukan secara individu, berpasangan, atau berkelompok.

4. Contoh-Contoh Kegiatan Pembelajaran

Proses pembelajaran meliputi tahap pendahuluan, inti dan penutup. Dalam proses pembelajaran dengan pendekatan komunikatif, tujuan umum kegiatan pembelajaran pada tahap pendahuluan adalah membangun hubungan personal (rapport), menghubungkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari (activating prior knowledge) menarik perhatian peserta didik dengan memanfaatkan media yang relevan, mengarahkan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran, dan membangkitkan motivasi.

Tujuan umum kegiatan pembelajaran pada tahap inti adalah memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan kompetensi komunikatif lisan dan tertulis dalam bahasa sasaran. Tujuan umum kegiatan pembelajaran pada tahap penutup adalah meringkas dan merefleksi. Dalam proses pembelajaran, sejumlah peserta didik memerlukan penguatan/pengayaan dan yang lain membutuhkan remedi. Tujuan pemberian penguatan/pengayaan adalah memerdalam wawasan peserta didik terkait dengan materi yang sedang dipelajari, sedangkan tujuan pemberian remedi adalah memerbaiki prestasi belajar peserta didik untuk mencapai kriteria ketuntasan yang telah ditetapkan.

Berikut contoh kegiatan pembelajaran dengan Pendekatan Berbasis Teks pada tahap pendahuluan, inti, dan penutup. a. Pendahuluan

1) Guru dan peserta didik bercurah pendapat tentang materi yang akan dipelajari.

2) Guru memberikan kegiatan permainan kepada peserta didik.3) Guru menanyai peserta didik tentang pengetahuan mereka mengenai

materi yang akan dipelajari.4) Guru mengajak peserta didik menyanyikan lagu yang terkait dengan

materi yang akan dipelajari dengan menggunakan media yang sesuai.5) Guru menunjukkan media pandang seperti gambar, poster, film, brosur,

pamflet, animasi, dan komik yang terkait dengan materi yang akan dipelajari.

6) Guru membawa dan menunjukkan benda nyata (realia) yang terkait dengan materi yang akan dipelajari.

b. IntiDalam kegiatan inti, peserta didik melakukan berbagai macam kegiatan sesuai dengan tahap-tahap pendekatan berbasis teks. Berikut ini adalah aktivitas yang lazim dilakukan dalam setiap tahap berdasarkan model pendekatan berbasis teks oleh Hammond, dkk (1992) dan (Feez, 1998).

1) Building Knowledge of Field (BKoF)

34 Dilarang Merokok di Sekolah

Melayani Semua Anak Usia SMP dengan Amanah

a) menyajikan konteks melalui gambar, materi audiovisual, realia, benda nyata (real objects), ekskursi, wisata lapangan, atau menghadirkan narasumber sesuai dengan topik yang dibahas

b) membangun tujuan sosial melalui diskusi atau survei, dsbc) melaksanakan kegiatan terkait dengan pemahaman lintas budaya

(misal, melalui permainan, pengamatan video, dsb)d) melaksanakan kegiatan terkait penelitian (misal, mengamati,

mewawancara, dsb.) e) membandingkan teks model dengan teks lain (misal, membandingkan

teks wawancara kerja dengan percakapan antar sahabat) f) membelajarkan kosakata dan pola kalimat yang diperlukang) mengembangkan strategi membaca yang sesuai dengan teks

2) Modelling of the Text (MoT)Pemodelan teks dapat disajikan dalam berbagai tingkat, baik dalam tingkat teks utuh, klausa, maupun ungkapan. a) membacakan teks kepada peseta didik b) meminta peserta didik membaca teks secara berpasangan atau

berkelompokc) berdiskusi tentang penulis teks serta tujuan dan latar penulisan teksd) menyortir, menjodohkan atau memberi label misalnya menyortir

beberapa set teks, mengurutkan teks acak, memberi label pada urutan teks, dsb.

e) melakukan kegiatan yang terfokus pada piranti kohesi (seperti beberapa set kata terkait, kata sambung, modalitas, acuan kata/frase/kalimat) melalui pemetaan makna kata, pembuatan jejaring kosakata, pengisian rumpang, penentuan isi bagian teks yang disembunyikan, dsb.

f) melakukan aktivitas presentasi terkait ciri-ciri kebahasaan teks g) memberikan latihan terkait ciri-ciri kebahasaan teks h) memberikan latihan berupa penubian, pelafalan, pemahaman,

penggunaan ejaan, penulisan dengan tangan maupun komputer sesuai dengan jenis teks

3) Joint construction of the text (JCoT)a) menanya, membahas dan mengedit teks yang disusun secara

bersama-sama dan selanjutnya memajangnya di papan, atau melalui LCD

b) berdiskusi lebih lanjut tentang tujuan, konteks, dan struktur teksc) berdiskusi (antara guru dengan peserta didik atau antar peserta didik)

tentang bagian awal, tengah, dan akhir teksd) membangun kerangka teks bersama lalu mengisinyae) melakukan kegiatan jigsaw dan information gapf) merekonstruksi teks dalam kelompok kecilg) melakukan kegiatan dictoglossh) melakukan kegiatan penilain diri dan penilaian sejawat

4) Independent Construction of the Text (ICoT)a) Keterampilan mendengarkan: memahami makna teks lisan berupa

siaran langsung atau bahan rekaman, misalnya mengerjakan tugas, mengurutkan gambar, memberi nomor urut, mencontreng atau menggarisbawahi, menjawab pertanyaan, dsb

b) Keterampilan berbicara, misalnya presentasi lisan di depan kelas, di depan organisasi masyarakat, dsb.

c) Keterampilan terpadu menyimak dan berbicara, misalnya bermain peran , diskusi, dialog simulasi, atau dialog otentik

PanduanPenguatan Proses Pembelajaran untuk SMP 35

Melayani Semua Anak Usia SMP dengan Amanah

d) Keterampilan membaca, misalnya aktivitas pemahaman sebagai tanggapan terhadap materi tulis seperti mengerjakan tugas, mengurutkan gambar, memberi nomor secara urut, memberi contreng atau menggarisbawahi, menjawab pertanyaan, dsb

e) Keterampilan menulis, misalnya membuat draf dan mengembangkan teks utuh secara mandiri

c. PenutupSecara umum aktivitas dalam kegiatan penutup adalaha) Guru dan peserta didik melalukan refleksi terkait dengan pembelajaran

yang baru berlangsung.b) Peserta didik meringkas materi penting yang terkait dengan kompetensi

dasar dan indikator.c) Guru memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil.d) Guru memberikan tugas mandiri.

Berikut adalah contoh-contoh kegiatan pembelajaran dengan pendekatan berbasis teks untuk tujuan penguatan/pengayaan dan remedi.

a. Penguatan/pengayaanGuru memberikan tugas kepada peserta didik yang telah melampaui atau menguasai materi yang sedang dipelajari untuk melakukan aktivitas-aktivitas belajar terbimbing dan mandiri di dalam dan di luar kelas: berlatih membaca, berlatih menulis termasuk meringkas, berlatih berbicara, berlatih mendengarkan.

b. RemediGuru memberikan tugas kepada peserta didik yang belum memenuhi kriteria minimal untuk melakukan aktivitas-aktivitas belajar terbimbing dan mandiri: berlatih membaca, berlatih menulis termasuk meringkas, berlatih berbicara, berlatih mendengarkan.

5. Kompatibilitas antara Pendekatan Berbasis Teks dan Pendekatan Saintifik

Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum 2013 mengamanatkan penerapan lima pengalaman belajar pokok sebagai perwujudan pendekatan saintifik, yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/data, mengasosiasikan, dan mengkomunikasikan. Untuk mata pelajaran rumpun bahasa, pengalaman belajar dapat dilanjutkan sampai mencipta. Dalam konteks pembelajaran bahasa yang menggunakan pendekatan berbasis teks, realisasi pendekatan saintifik dapat dilihat dalam Tabel 6.

Tabel 6. Kompatibilitas antara Pendekatan Berbasis Teks dan Pendekatan Saintifik

Pendekatan Berbasis Teks Pendekatan Saintifik

BKoF MengamatiMenanya

MoT Mencoba/Mengumpulkan Data atau InformasiMengasosiasi/Menganalisis Data atau InformasiMengkomunikasikan

JCoT MenciptaICoT

36 Dilarang Merokok di Sekolah

Melayani Semua Anak Usia SMP dengan Amanah

Dalam Tabel 6terlihat bahwa pendekatan berbasis teks yang merupakan varian dari pendekatan komunikatif memiliki unsur-unsur pengalaman belajar yang merupakan ciri pendekatan saintifik.

Pada tahap BKoF, peserta didik dapat dibimbing untuk mengamati teks dan menanya tentang hal-hal yang terkait dengan teks tersebut. Misalnya, ketika peserta didik mendengarkan teks lisan atau membaca teks tulis, langkah mengamati dalam pendekatan saintifik dapat direalisasikan oleh guru melalui kegiatan membimbing peserta didik untuk mengidentifikasi makna ungkapan, makna kata, pola kalimat, tujuan komunikatif dalam teks tersebut atau kegiatan yang lainnya. Langkah selanjutnya, yaitu menanya, dapat berupa kegiatan yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengungkapkan hal-hal lain yang ingin mereka ketahui berdasarkan hasil pengamatan mereka tentang makna ungkapan, makna kata, pola kalimat, tujuan komunikatif dalam teks, dan lain-lain

Pada tahap MoT, peserta didik mengumpulkan informasi baru dan mengasosiasikannya dengan informasi yang telah dimiliki. Dari teks yang sudah diamati peserta didik dibimbing untuk menganalisis dan menemukan berbagai makna, struktur, dan fitur kebahasaan teks. Setelah menemukan berbagai informasi baru tersebut, peserta didik dibimbing untuk mengolah dan menghubungkannya dengan pengetahuan yang telah mereka miliki. Setelah itu peserta didik diberi kesempatan untuk mengkomunikasikan pengetahuan yang mereka tersebut.

Pada tahap JCoT dan ICoT, peserta didikmenyusun (mencipta) teks baru secara bertahap, dari tahap kegiatan yang berbantuan sampai dengan yang mandiri. Pengetahuan yang sudah dipahami dalam langkah sebelumnya selanjutnya dimanfaatkan untuk memulai menyusun (mencipta) teks baru. Pada tahap kegiatan yang berbantuan peserta didik menyusun teks baru secara individu (dengan bantuan lembar kerja), berpasangan, berkelompok, ataupun klasikal di bawah arahan guru. Pada tahap kegiatan ini guru dapat melakukan penilaian diagnostik untuk mengukur kesiapan peserta didik menuju kegiatan menyusun (mencipta) teks secara mandiri atau mereka harus kembali pada tahap-tahap sebelumnya. Yang membedakan antara tahap JCoT dan ICoT adalah ketersediaan bantuan dalam proses menyusun teks.

PanduanPenguatan Proses Pembelajaran untuk SMP 37

Melayani Semua Anak Usia SMP dengan Amanah

BAB IIIPENUTUP

Panduan ini telah menyajikandeskripsi rinci mengenai proses pembelajaran denganpendekatan saintifik, pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran berbasis projek, pembelajaran kooperatif, dan pembelajaran dengan pendekatan komunikatif. Deskripsi tiap-tiap pendekatan/metode meliputi pengertian, tujuan pembelajaran, prinsip-prinsip pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, dan contoh-contoh kegiatan pembelajaran pada tahap pendahuluan, inti, dan penutup.

Sebagaimana diketahui, bahwa pada dasarnya tidak ada satu pun pendekatan/metode yang cocok untuk semua peserta didik, semua tujuan pembelajaran, dan semua konteks pembelajaran. Peserta didik memiliki gaya belajarnya masing-masing yang menyiratkan bahwa mereka paling cepat belajar apabila menggunakan strategi tertentu. Tujuan pembelajaran juga bermacam-macam yang umumnya menghendaki penerapan pendekatan, metode, teknik, dan strategi yang khas sesuai tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Demikian pula dengan konteks pembelajaran. Misalnya, sekolah tertentu memiliki lingkungan alam yang potensial untuk pembelajaran. Sekolah tersebut dapat melakukan kegiatan pembelajarannya dengan memanfaatkan lingkungan alam tersebut. Dan sebaliknya, sekolah-sekolah tertentu yang TIDAK memiliki lingkungan alam yang potensial untuk pembelajaran, pembelajaran banyak berlangsung di laboratorium. Buku panduan ini menyajikan berbagai pembelajaran aktif dimaksudkan untuk memberi kesempatan kepada guru memilih dan/atau mengkombinasikannya sesuai dengan gaya belajar, tujuan pembelajaran, dan potensi/konteks sekolah masing-masing.

Buku panduan ini menyajikan contoh-contoh kegiatan pembelajaran dengan setiap pembelajaran untuk beberapa mata pelajaran. Contoh-contoh tersebut dimaksudkan untuk menjadikan penjelasan masing-masing pendekatan/metode/model pembelajaran operasional dan memberikan gambaran riil mengenai bagaimana pembelajaran dilaksanakan. Contoh-contoh tersebut tidak dimaksudkan sebagai satu-satunya langkah-langkah kegiatan pembelajaran untuk tujuan/materi sebagaimana disebutkan pada bagian awal dari setiap contoh skenario. Langkah-langkah pembelajaran pada setiap contoh tersebut dapat dikembangkan lebih lanjut sesuai dengan konteks pembelajaran masing-masing.

38 Dilarang Merokok di Sekolah

Melayani Semua Anak Usia SMP dengan Amanah

Daftar Pustaka

Arends, R. I. 2012. Learning to Teach. New York: McGraw-Hill

Baldwin, A.L. (1967). Theories of Child Development.New York: John Wiley & Sons.

Barrows, H.S. 1996. “Problem-based learning in medicine and beyond: A brief overview” Dalam Bringing problem-based learning to higher education: Theory and Practice (hal 3-12). San Francisco: Jossey-Bass.Carin, A.A. & Sund, R.B. (1975). Teaching Science trough Discovery, 3rd Ed. Columbus: Charles E. Merrill Publishing Company.

Brown, H.D. 2007. Principles of Language Teaching and Learning.Pearson Education Inc.Carin, A.A. (1993).Teaching Science Through Discovery.( 7th. ed. ) New York: Maxwell Macmillan International.

Celce-Murcia, M., Dornyei, Z., & Thurrell, S. 1995. A pedagogical framework for communicative competence: A pedagogically motivated model with content specifications. Issues in Applied Linguistics, 6, 5–35.

Delisle, R. (1997). How to Use Problem_Based Learning In the Classroom. Alexandria, Virginia USA: ASCD.Feez, Susan. 1998. Text-based Syllabus Design. Sidney: Macquarie University

Feez, S. 1998. Text-based Syllabus Design. Sidney: Macquarie University

Fogarty, R., 1997. Problem Based Learning & Other Curriculum Models for Multiple Intelligences Classroom. Glenview: SkyLight Proffesional Development.

Gijselaers, W.H. 1996. “Connecting problem-based practices with educational theory.” Dalam Bringing problem-based learning to higher education: Theory and Practice (hal 13-21). San Francisco: Jossey-Bass.

Keser, H. & Karahoca, D. 2010. Designing a project manajement e-course by using project base learning. Procedia Social and Behavioral Sciences 2 (2010) 5744-5754

Kumaravadivelu, B. (2003a). Beyond methods: Macrostrategies for language teaching. New Haven, CT: Yale University Press.

Kumaravadivelu, B. (2003b). A postmethod perspective on English language teaching.World Englishes, 22, 539–550.

Larsen-Freeman, D. 2000.Techniques and Principles in Language Teaching.Second Edition. Oxford: Oxford University Press.

Littlewood, W. 1981. Communicative Language Teaching. Cambridge: Press Syndicate of the University of Cambridge.

Muller, U., Carpendale, J.I.M., Smith, L. (2009). The Cambridge Companion to PIAGET.Cambridge University Press.Richards, J. C. 2005.Communicative Language Teaching. Singapore: SEAMEO Regional Language Centre.

Nur, M. (1998).Teori-teori Perkembangan. Surabaya: Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

Nur, M. & Wikandari, P.R. (2000).Pengajaran Berpusat kepada Peserta didik dan Pendekatan Konstruktivis dalam Pengajaran. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya University Press.

PanduanPenguatan Proses Pembelajaran untuk SMP 39

Melayani Semua Anak Usia SMP dengan Amanah

Nur, M. 2011. Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: PSMS Unesa.Osborne, R.J. & Wittrock, M.C. (1985). Learning Science: A Generative Process, Science Education, 64, 4: 489-503.Richards, J.C. & Rodgers, T.S. (2001).Approaches and Methods in Language Teaching. New York, NY: Cambridge University Press.

Richards, J. C. 2005. Communicative Language Teaching. Singapore: SEAMEO Regional Language Centre

Richards, J.C. & Rodgers, T.S. (2001). Approaches and Methods in Language Teaching. New York, NY: Cambridge University Press.

Richards, J. C. and Rogers, T.S. 2007. Approaches and Methods in Language Teaching.Second Edition. Cambridge: Cambridge University Press.

Simpson, J. 2011. Integrating Project Based Learning in an English Language Tourism Classroom in Thai University. Thesis. Sydney: Australian Cathloic University.

Sund, R.B. & Trowbridge, L.W. (1973).Teaching Science by Inquiry in the Secondary School, 3rd Ed. Columbus: Charles E. Merrill Publishing Company.

Sutherland, P. (1992). Cognitive Development Today: Piaget and His Critics. London: Paul Chapman Publishing Ltd.

Tim Sertifikasi Unesa. 2010. Modul Pembelajaran Inovatif. Surabaya: PLPG Unesa.

http://www.teachingenglish.org.uk/articles/content-based-instruction

40 Dilarang Merokok di Sekolah

Melayani Semua Anak Usia SMP dengan Amanah

Lampiran 1a.Contoh Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik

Mapel : IPAKelas/Sem : IX/ 1Tema : Medan Magnet dan Pemanfaatannya

Kompetensi Dasar1.1 Mengagumi keteraturan dan kompleksitas ciptaan Tuhan tentang aspek fisik

dan kimiawi, kehidupan dalam ekosistem, dan peranan manusia dalam lingkungan serta mewujudkannya dalam pengamalan ajaran agama yang dianutnya.

2.1 Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu; objektif; jujur; teliti; cermat; tekun; hati-hati; bertanggung jawab; terbuka; kritis; kreatif; inovatif dan peduli lingkungan) dan bekerja sama dalam aktivitas sehari-hari

3.7. Mendeskripsikan konsep medan magnet, induksi elektro magnetik, dan penggunaannya dalam produk teknologi, serta pemanfaatan medan magnet dalam pergerakan/navigasi hewan untuk mencari makanan dan migrasi.

Contoh Tujuan Pembelajaran1. Melalui percobaan, peserta didik dapat menggambar pola garis-garis gaya

magnet di sekitar magnet batang, magnet bentuk “U”, dan magnet bentuk “kapsul”.

2. Melalui percobaan, peserta didik dapat menentukan “luas” medan magnet di sekitar magnet batang, magnet bentuk “U”, dan magnet bentuk “kapsul”.

3. Melalui percobaan, peserta didik dapat menentukan kekuatan medan magnet di sekitar magnet batang, magnet bentuk “U”, dan magnet bentuk “kapsul”.

4. Melalui pengumpulan informasi dari berbagai sumber (buku, internet, dsb), peserta didik dapat mengidentifikasi hewan yang memanfaatkan medan magnet dalam pergerakan/navigasi untuk mencari makanan atau migrasi.

(Catatan: tujuan tersebut diturunkan dari indikator)

Alat/bahan yang diperlukan1. Magnet batang, magnet “U”, magnet keping, dan magnet “kapsul”.2. Benang3. Wadah plastik4. Gabus/sterofom5. Air6. Selotip kertas7. Paku-paku kecil (atau isi staples yang dipisah-pisahkan)8. Kertas putih (HVS)9. Serbuk besi10. Statif11. Penggaris

Langkah-langkah PembelajaranPendahuluan1. Guru mengulas kembali materi tentang magnet melalui tanya-jawab,

misalnya mengenai kutub magnet, dan gaya magnet.2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran untuk pertemuan kali ini tentang

medan magnet.

PanduanPenguatan Proses Pembelajaran untuk SMP 41

Melayani Semua Anak Usia SMP dengan Amanah

Kegiatan intiGuru mendemonstrasikan kejadian “aneh” atau “discrepant event” seperti pada gambar berikut.

Selanjutnya guru menarik benang sehingga paku menjauhi benda terbungkus kertas.Mengamati Guru meminta peserta didik mengamati paku kecil yang dapat “terbang” atau “melayang” dan keadaan paku saat dijauhkan dari benda yang terbungkus kertas.Menanya1. Peserta didikmerumuskan pertanyaan berdasarkan hasil pengamatan,

misalnya: “Mengapa paku kecil dapat melayang?”, Mengapa paku jatuh saat digerakan menjauh?

2. Mengajukan hipotesis: Pada tahap ini, peserta didik juga didorong untuk mengajukan jawaban sementara terhadap pertanyaan yang mereka rumuskan. Sebagai contoh,peserta didik mengajukan pendapat “paku tertarik benda terbungkus kertas ketika posisinya dekat, tetapi ketika posisinya jauh tidak tertarik”. Pendapat peserta didik ini merupakan suatu hipotesis.

Mengumpulkan data dan mengumpulkan informasi1. Peserta didik dikelompokkan dengan anggota 3 – 4 anak.2. Setiap kelompok mengambil alat dan bahan yang telah disediakan (dapat

pula peserta didik ditugasi membawa sendiri sebagian alat/bahan yang diperlukan).

Kegiatan 1: Menggambar pola garis gaya magnet dan menentukan “luas” medan magnet.Langkah kegiatan1. Peserta didik meletakkan magnet batang di atas meja, kemudian

menutupnya dengan selembar kertas putih. 2. Peserta didik menaburkan serbuk besi di atas kertas secara tipis dan merata,

kemudian mengetuknya perlahan-lahan.3. Peserta didik mengamati bentuk/pola taburan serbuk besi di atas kertas dan

menggambarkannya di tabel. 4. Peserta didik mengulangi langkah a, b, dan c, tetapi menggunakan magnet

“U”.5. Peserta didik mengulangi langkah a, b, dan c, tetapi menggunakan magnet

“kapsul”.

Tabel Pengamatan Pola Serbuk BesiNo Bentuk Magnet Gambar pola serbuk besi

42 Dilarang Merokok di Sekolah

Magnet keping dibungkus kertas tipis

Paku kecil

BenangStatif

Melayani Semua Anak Usia SMP dengan Amanah

1 Magnet Batang

2 Magnet “U” U

3 Magnet “Kapsul”

6. Peserta didik wakil setiap kelompok mempresentasikan hasil pengamatannya.

Menganalisis data 1. Guru memimpin diskusi untuk menganalisis gambar atau pola serbuk besi

untuk memperoleh pengertian medan magnet. 2. Garis-garis pola serbuk besi mewakili wilayah yang masih dapat dipengaruhi

oleh magnet. Wilayah atau daerah yang masih dipengaruhi oleh magnet tersebut dinamakan medan magnet. Dengan demikian peserta didik dapat mengetahui “luas” medan magnet yang dihasilkan oleh magnet batang, magnet “U”, maupun magnet kapsul.

3. Selanjutnya guru mengajukan pertanyaan untuk didiskusikan, misalnya sebagai berikut: “Apakah medan magnet yang dihasilkan oleh ketiga magnet tersebut sama luasnya?”

Kesimpulan/Pengetahuan atau konsep yang ditemukan:1. Medan magnet adalah wilayah yang masih dapat dipengaruhi oleh gaya

magnet2. Di sekitar magnet terdapat medan magnet, yang dapat digambarkan dengan

garis-garis gaya magnet.3. Garis-garis gaya magnet dapat diketahui dari pola serbuk besi di sekitar

magnet.4. Luas medan magnet ditunjukkan oleh wilayah yang dibatasi oleh garis-garis

gaya magnet, dalam hal ini pola serbuk besi yang terbentuk.Mengumpulkan data dan informasiKegiatan 2: Menentukan kekuatan medan magnetLangkah kegiatan1. Peserta didik meletakkan sebuah paku kecil di meja.2. Peserta didik mendekatkan kutub magnet batang pada paku tersebut secara

perlahan-lahan sampai paku mulai tertarik.3. Peserta didik mengukur jarak magnet ke paku, saat paku mulai tertarik dan

mencatat hasil pengukurannya. 4. Peserta didik mengulangi langkah a dan b dengan mengubah jarak magnet

ke paku semakin dekat.5. Peserta didik mengamati gerakan paku.6. Peserta didik mengulangi langkah a sampai e, tetapi menggunakan magnet

keping dan magnet kapsul.Menganalisis data 1. Guru memandu menganalisis data dengan cara guru mengajukan

pertanyaan: a. Bagaimanakah gerakan paku saat jarak paku ke magnet jauh?” b. Bagaimanakah gerakan paku saat jarak paku ke magnet semakin dekat?”c. Apakah gerakan paku (lambat atau cepat) mendekati magnet dapat

digunakan sebagai tanda kekuatan magnet tersebut?2. Melalui diskusi dan tanya jawab, guru mengarahkan jawaban peserta didik,

bahwa gerakan paku (lambat atau cepat) mendekati magnet dapat digunakan sebagai tanda kekuatan magnet tersebut. Pada saat jarak paku ke magnet cukup dekat, gerakan paku lebih cepat. Hal ini dapat diartikan

PanduanPenguatan Proses Pembelajaran untuk SMP 43

Melayani Semua Anak Usia SMP dengan Amanah

semakin dekat dengan kutub magnet, paku mengalami gaya yang lebih besar.

Kesimpulan/Pengetahuan atau konsep yang ditemukan:1. Pada daerah medan magnet bekerja gaya magnet.2. Besar gaya magnet dipengaruhi oleh jarak, semakin dekat dengan kutub,

gaya magnet semakin besar.

MengkomunikasikanPada langkah ini, setiap kelompok mempresentasikan hasil kegiatan 1 dan 2 secara lisan dan/atau tertulis melalui presentasi kelompokdan/atau tanya jawab. Guru memberi umpan balik, penguatan, dan/atau pengayaan pengetahuan.

PenutupPada kegiatan penutup, peserta didik dibantu guru membuat rangkuman, misalnya:1. Di sekitar magnet terdapat medan magnet, yang dapat digambarkan dengan

garis-garis gaya magnet.2. Luas medan magnet ditunjukkan oleh wilayah yang dibatasi oleh garis-garis

gaya magnet, dalam hal ini pola serbuk besi yang terbentuk.3. Pada daerah medan magnet bekerja gaya magnet. Besar gaya magnet

dipengaruhi oleh jarak, semakin dekat dengan kutub, gaya magnet semakin besar.

44 Dilarang Merokok di Sekolah

Melayani Semua Anak Usia SMP dengan Amanah

Lampiran 1b. Contoh Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik

Mata Pelajaran: Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Kelas:VIIMateri Pokok: Sejarah perumusan dan pengesahan UUD Negara Republik

Indonesia Tahun 1945.Alokasi Waktu:4 pertemuan (12 JP)

Kompetensi Dasar1.1 Menghargai perilaku beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME dan

berakhlak mulia dalam kehidupan di sekolah dan masyarakat.2.2 Menghargai perilaku sesuai norma-norma dalam berinteraksi dengan

kelompok sebaya dan masyarakat sekitar.3.2 Memahami sejarah perumusan dan pengesahan Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945.4.2 Menyajikan hasil telaah tentang sejarah perumusan dan pengesahan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Contoh Tujuan Pembelajaran 1. Peserta didik dapat menjelaskan pengertian konstitusi dengan tepat. 2. Peserta didik dapat menjelaskan fungsi konstitusi dengan tepat.3. Peserta didik dapat menjelaskan keanggotaan panitia perumus Undang-

Undang Dasar dengan tepat.4. Peserta didik dapat menjelaskan tugas panitia perumus Undang-Undang

Dasar dengan benar5. Peserta didik dapat menunjukkan proses perumusan Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia tahun 1945 dalam sidang BPUPKI kedua dengan benar.

6. Peserta didik dapat menyusun tulisan singkat tentang sejarah perumusan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

(Catatan: tujuan tersebut diturunkan dari indikator)

Langkah-langkah PembelajaranPertemuan PertamaMengamati (Peran Guru)1. Peserta didik memperhatikan orientasi guru tentang sidang BPUPKI yang

menghasilkan perumusan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 melalui tayangan film sidang BPUPKI atau serial gambar sidang BPUPKI.

2. Peserta didik dengan panduan guru mengisi daftar cek tentang hal-hal yang telah diketahui dan yang belum diketahui berkenaan dengan sejarah perumusan dan pengesahan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Guru membuat daftar cek tentang hal-hal yang telah diketahui dan yang belum diketahui berkenaan dengan sejarah perumusan dan pengesahan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, seperti BPUPKI mengadakan sidang dua kali, sidang BPUPKI dihadiri oleh sejumlah anggota dengan denah tempat duduk yang tertentu, dan sidang BPUPKI berhasil merumuskan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pengertian Undang-Undang Dasar atau konstitusi, fungsi Undang-Undang Dasar atau konstitusi, keanggotaan dan tugas panitia perumus Undang-Undang Dasar, proses perumusan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 oleh BPUPKI

PanduanPenguatan Proses Pembelajaran untuk SMP 45

Melayani Semua Anak Usia SMP dengan Amanah

Menanya1. Berdasarkan daftar cek dalam pengamatannya, peserta didik merumuskan

pertanyaan terkait hal-hal yang belum diketahui, seperti mengapa pengaturan duduk dalam sidang BPUPKI perlu diatur, mengapa sidang BPUPKI dilaksanakan dua kali, apa pengertian UUD atau konstitusi, apa fungsi Undang-Undang Dasar atau konstitusi, bagaimana keanggotaan dan tugas panitia perumus Undang-Undang Dasar, bagaimana perumusan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 oleh BPUPKI. Guru mendorong dan membimbing peserta didik untuk mengajukan pertanyaan berkenaan dengan hal tersebut.

2. Peserta didik dapat memberikan jawaban sementara berdasarkan pengetahuan awal yang dimilikinya tentang pengertian UUD atau konstitusi, fungsi D atau konstitusi, keanggotaan dan tugas panitia perumus UUD, proses perumusan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 oleh BPUPKI. Guru mengarahkan peserta didik untuk mencari jawaban yang lebih tepat dari berbagai sumber.

Mengumpulkan data1. Peserta didik dibagi dalam kelompok setiap kelompok dengan anggota 4-5

peserta didik untuk membaca dokumen, buku, dan mencari data dari berbagai sumber lain serta mendiskusikan tentang pengertian Undang-Undang Dasar atau konstitusi, fungsi UUD atau konstitusi, keanggotaan dan tugas panitia perumus Undang-Undang Dasar, proses perumusan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 oleh BPUPKI. Guru mendorong peserta didik untuk menemukan sumber-sumber belajar yang dibutuhkan.

2. Peserta didik mencatat hasil temuan tentang pengertian Undang-Undang Dasar atau konstitusi, fungsi UUD atau konstitusi, keanggotaan dan tugas panitia perumus UUD, proses perumusan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 oleh BPUPKI.

Mengasosiasi1. Mendiskusikan hubungan berbagai informasi yang diperoleh dari sumber

yang berbeda untuk menyimpulkan pengertian Undang-Undang Dasar atau konstitusi, fungsi Undang-Undang Dasar atau konstitusi, keanggotaan dan tugas panitia perumus Undang-Undang Dasar, sejarah perumusan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 oleh BPUPKI. Guru dapat memberikan penjelasan dan pendampingan diskusi kelompok untuk mengklarisikasi jawaban yang ditemukan oleh peserta didik.

2. Peserta didik menyusun tulisan singkat tentang proses perumusan dan penetapanUndang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Guru mendampingi peserta didik dalam membuat tulisan singkat tersebut.

Mengkomunikasikan1. Peserta didik menyusun bahan paparan tentang pengertian Undang-Undang

Dasar atau konstitusi, fungsi Undang-Undang Dasar atau konstitusi, keanggotaan dan tugas panitia perumus Undang-Undang Dasar, sejarah perumusan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 oleh BPUPKI. Guru mengarahkan pembuatan paparan yang komunikatif.

2. Peserta didik perwakilan kelompok mempresentasikan pengertian Undang-Undang Dasar atau konstitusi, fungsi Undang-Undang Dasar atau konstitusi, keanggotaan dan tugas panitia perumus Undang-Undang Dasar, proses perumusan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 oleh BPUPKI. Kelompok lain dan guru menanggapi paparan dan guru memberikan klarifikasi jawaban dan penjelasan dalam paparan.

3. Peserta didik memajang tulisan singkat tentang proses perumusan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 di majalah dinding.

46 Dilarang Merokok di Sekolah

Melayani Semua Anak Usia SMP dengan Amanah

Guru mengarahkan pemasangan pajangan tulisan, memberikan komentar, dan penilaian terhadap tulisan setelah tulisan selesai dipajangkan.

Lampiran 1c. Contoh Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik

Mata Pelajaran :Prakarya (Pengolahan)Kelas/Semester : VIIMateri Pokok : Pengolahan pangan buah dan sayuran menjadi minuman kesehatan

Kompetensi Dasar (KD)1.1 Menghargai keberagaman produk pengolahan di daerah setempat sebagai

anugerah Tuhan2.1 Menunjukkan rasa ingin tahu dan sikap santun dalam menggali informasi

tentang keberagaman produk pengolahan daerah setempat sebagai wujud cinta tanah air dan bangga pada produk Indonesia.

3.2 Memahami manfaat dan proses pembuatan, penyajian dan pengemasan aneka olahan pangan buah dan sayuran menjadi minuman kesehatan yang ada di wilayah setempat.

Contoh Tujuan Pembelajaran1. Mendeskripsikan pengertian minuman kesehatan.2. Mendeskripsikan jenis bahan pangan buah dan sayuran menjadi minuman

kesehatan yang terdapat di wilayah setempat.3. Mendeskripsikan manfaat dan kandungan gizi bahan pangan buah dan

sayuran menjadi minuman kesehatan di daerah setempat.4. Mendeskripsikan prosespembuatanbahan pangan buah dan sayuranmenjadi

minuman kesehatan di daerah setempat.5. Mendeskripsikan penyajian dan kemasan minuman kesehatan di daerah

setempat.

(Catatan: tujuan tersebut diturunkan dari indikator)

Langkah-langkah PembelajaranPendahuluan1. Berdoa dan mengecek kehadiran peserta didik.2. Guru mengingatkan kembali tentang konsep-konsepyang telah dipelajari

oleh peserta didik sebelumnya yakni tentang minuman segar. 3. Melalui media LCD/ chart guru menayangkan gambar beberapa contoh

minuman dari bahan pangan buah dan sayuran misalnya: jus tomat, wortel, brokoli, jeruk, jambu biji, blimbing, dsb. Kegiatan ini bertujuan untuk menumbuhkan keingintahuan peserta didik berkaitan dengan contoh minuman tersebut, dilanjutkan dengan guru mengajukan beberapa pertanyaan, misalnya: “Anak-anak, perhatikan tayangan di depan! Apakah contoh-contoh minuman itu adalah minuman segar? Anak-anak, hari ini kita akan belajar tentang minuman kesehatan”.

4. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran.5. Guru menjelaskan cakupan materi pembelajaran tentang konsep:

pengertian, jenis, manfaat dan kandungan gizi bahan pangan, proses

PanduanPenguatan Proses Pembelajaran untuk SMP 47

Melayani Semua Anak Usia SMP dengan Amanah

pembuatan, penyajian dan kemasan minuman kesehatan.

48 Dilarang Merokok di Sekolah

Melayani Semua Anak Usia SMP dengan Amanah

Kegiatan Inti

MengamatiPeserta didik dipandu oleh guru mengamati beberapa contoh minuman kesehatan melalui media LCD/chartdan beberapa contoh minuman kesehatan yang disediakan/disiapkan oleh guru, misalnya: jus tomat, wortel, brokoli, jambu biji, belimbing, dsb. Hasil dari kegiatan pengamatan peserta didik misalnya: buah tomat, wortel, brokoli dan jambu biji bisa dibuat minuman.

MenanyaPeserta didik dipandu oleh guru merumuskan pertanyaan, misalnya:1. Jenis buah dan sayuran apa saja yang dapat diolah untuk minuman?2. Bagaimana cara membuatnya?”

Peserta didik mengemukakan hipotesis misalnya: Banyak jenis buah dan sayuran bisa dibuat/diolah menjadi minuman dengan cara dihaluskan dengan blender atau diparut. Untuk membuktikan hipotesis tersebut maka peserta didik melakukan kegiatan pada tahap berikutnya.

Mengumpulkan data atau informasi1. Peserta didik mengumpulkan data atau informasi dengan membaca buku

peserta didik, buku referensi, handout materi ajar, buku resep minuman, browsing internet, dsb untuk mendapatkan data/informasi dalam cakupan materi yang telah ditentukan diantaranya: pengertian, jenis, manfaat dan kandungan gizi bahan pangan, proses pembuatan, penyajian dan kemasan minuman kesehatan.

2. Agar data atau informasi yang dikumpulkan oleh peserta didik lebih terarah maka hasil pengumpulan data dicatat dalam bentuk tabel.

Menganalisis data (mengasosiasi)Dengan bimbingan guru peserta didik menganalisis data/informasi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mereka simpulkan pada langkah sebelumnya. Berdasarkan hasil analisis data tersebut peserta didik membuat kesimpulan. Sebagai contoh, Peserta didik menyimpulkan bahwa minuman kesehatan adalah minuman yang dapat menghilangkan rasa dahaga dan mempunyai efek menguntungkan terhadap kesehatan tubuh, baik untuk mencegah, mengobati, maupun menjaga kesehatan secara prima jika dikonsumsi secara rutin. Buah dan sayuran merupakan makanan yang baik untuk kesehatan karena merupakan sumber vitamin, mineral, dan serat alami yang berguna bagi tubuh dan kesehatan. Buah dan sayuran juga mengandung komponen bioaktif yang memberikan dampak positif pada fungsi metabolisme manusia, yaitu: mineral, antioksidan, lipid dan probiotik.

MengkomunikasikanPada langkah ini, peserta didik menyampaikan kesimpulannya secara lisan dan/atau tertulis, misalnya, melalui presentasi di depan kelas. Guru meminta peserta didik untuk mengungkapkan konsep yang telah dikonstruk oleh peserta didik sebagai contoh: peserta didik mempresentasikan pengertian, jenis bahan pangan buah dan sayuran menjadi minuman kesehatan, manfaat dan kandungan gizi bahan pangan buah dan sayuran, proses pembuatanbahan pangan buah dan sayuran menjadi minuman kesehatan serta penyajian dan kemasan minuman kesehatan.

PanduanPenguatan Proses Pembelajaran untuk SMP 49

Melayani Semua Anak Usia SMP dengan Amanah

Penutup1. Guru membimbing peserta didik untuk merefleksi seluruh aktivitas

pembelajaran yang dilakukan misalnya: buah dan sayuran bisa dibuat minuman kesehatan karena merupakan sumber vitamin, mineral, dan serat alami serta mengandung komponen bioaktif yang memberikan dampak positif pada fungsi metabolisme manusia, dsb.

2. Refleksi dapat dikaitkan pada sikap spiritual dan sosial yang dapat terbentuk pada diri peserta didik melalui aktivitas pembelajaran, misalnya: sikap bersyukurkepada Tuhan dengan menjaga kelestarian keberagaman tumbuhan yang menghasilkan buah dan sayur untuk olahan minuman kesehatan di daerah setempat serta rasa ingin tahu dan santun dalam menggali informasi tentang produk olahan minuman kesehatan.

3. Guru memberikan pengayaan. Kegiatan pengayaan diberikan bagi peserta didik yang telah mencapai ketuntasan belajar. Pengayaan dapat berupa tugas rumah untuk mencari produk minuman kesehatan lainnya melalui browsing internet, buku referensi atau melakukan wawancara terhadap narasumber.

4. Kegiatan remidi diberikan kepada peserta didik yang belum mencapai ketuntasan belajar. Kegiatan remidi dilakukan hanya pada indikator-indikator yang belum tuntas dan dilakukan di luar jam pelajaran. Guru dapat memberikan tugas rumah kepada peserta didik untuk membuat rangkuman materi pelajaran. Kegiatan remidi diakhiri dengan ulangan harian.

5. Kegiatan penutup diakhiri dengan guru memberikan informasi kepada peserta didik tentang materi/kompetensi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya.

50 Dilarang Merokok di Sekolah

Melayani Semua Anak Usia SMP dengan Amanah

Lampiran 1d. Contoh Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik

Mata Pelajaran :Bahasa InggrisKelas/ Semester : VII/1Materi Pokok :

Kompetensi Dasar1.1 Mensyukuri kesempatan dapat mempelajari bahasa Inggris sebagai

bahasa pengantar komunikasi internasional yang diwujudkan dalam semangat belajar.

2.2 Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, percaya diri, dan bertanggungjawab dalam melaksanakan komunikasi transaksional dengan guru dan teman.

3.7 Memahami fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan pada teks untuk menyatakan dan menanyakan sifat orang, binatang, benda, sangat pendek dan sederhana, sesuai dengan konteks penggunaannya

4.8 Menyusun teks lisan dan tulis untuk menyatakan dan menanyakan sifat orang, binatang, dan benda, dengan memperhatikan fungsi sosial, struktur teks dan unsur kebahasaan yang benar dan sesuai konteks

Contoh Tujuan Pembelajaran1. mengidentifikasi tujuan komunikatif dan struktur teks secara berkelompok

berdasarkan pertanyaan pengarah dari guru;2. mengidentifikasi kata sifat, kata kerja, frase benda, kata keterangan yang

terdapat dalam teks secara berkelompok;3. menulis learning log yang mengungkapkan rasa syukur atas kesempatan

dapat belajar bahasa Inggris; 4. bertanggung jawab atas tindakan anggotanya saat menjadi pemimpin

kelompok;5. mengakui ketika membuat kesalahan;6. tidak menyalahkan orang lain atas tindakannya sendiri;7. melakukan hal-hal yang dikatakan akan dikerjakan tanpa diingatkan orang

lain;8. menanyakan sifat dan ciri fisik benda secara tertulis dengan akurat, runtut

dan berterima dalam bentuk poster hasil kegiatan neighborhood walk;9. menyatakan dan menanyakan sifat dan ciri fisik benda secara lisan dantertulis

dengan akurat, runtut dan berterima dalam bentuk poster hasil kegiatan neighborhood walk.

(Catatan: tujuan tersebut diturunkan dari indikator)

Langkah-langkah PembelajaranPendahuluan1. Guru memberi salam.2. Guru memeriksa kehadiran peserta didik.3. Guru menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti

proses pembelajaran.4. Guru memberi motivasi belajar peserta didik secara kontekstual sesuai

manfaat dan aplikasi materi ajar dalam kehidupan sehari-hari, dengan memberikan contoh dan perbandingan lokal, nasional dan internasional.

5. Guru menyampaikan kaitan antara pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari.

6. Guru menjelaskan tentang tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai.

PanduanPenguatan Proses Pembelajaran untuk SMP 51

Melayani Semua Anak Usia SMP dengan Amanah

7. Guru menyampaikan cakupan materi dan uraian kegiatan sesuai silabus.

Kegiatan IntiMengamati

1. Peserta didik membaca teks sederhana tentang menanyakan, menyatakan sifat, dan mendeskripsikan benda.

2. Peserta didik menuliskan hal-hal yang belum diketahui atau ingin diketahui.

Menanya1. Peserta didik merumuskan pertanyaan, misalnya mengenai isi teks, makna

kata, tata bahasa, struktur teks, fungsi komuikatif teks, serta hal-hal lain yang ingin diketahui dengan cara yang sederhana.

2. Peserta didik merumuskan pertanyaan tentang cara menanyakan sifat benda.

3. Peserta didik merumuskan pertanyaan tentang cara menyatakan sifat benda.

Mengumpulkan Informasi/ Data 1. Peserta didik membentuk kelompok yang beranggotakan lima (orang).2. Peserta didik menerima pembagian contoh teks deskriptif (cara

menanyakan dan menyatakan sifat benda) yang berbeda-beda untuk masing-masing kelompok.

3. Peserta didik menggarisbawahi kata-kata yang menerangkan benda yang terdapat dalam teks secara berkelompok.

4. Peserta didik melingkari kata kerja yang digunakan dalam teks tersebut secara berkelompok.

5. Peserta didik memberi tanda kotak pada frase-frase benda dalam teks secara berkelompok.

6. Peserta didik memberi tanda segitiga pada kata keterangan yang terdapat dalam teks.

Mengasosiasikan/ Mengolah Informasi1. Peserta didik mengidentifikasi fungsi dan jenis kata yang ditandai (garis

bawah, lingkaran, dan tanda kotak) dengan cara sederhana.2. Peserta didik mengidentifikasi struktur kalimat yang terdapat dalam teks

dengan cara sederhana.3. Peserta didik mengidentifikasi tujuan komunikatif teks berdasarkan

pertanyaan pengarah dari guru. 4. Peserta didik mengidentifikasi struktur teks berdasarkan pertanyaan

pengarah dari guru. Mengkomunikasikan

1. Dua orang peserta didik (wakil kelompok) berkeliling dari kelompok satu ke kelompok lain untuk mempresentasikan temuan mereka tentang kata sifat, kata kerja, frase benda, kata keterangan, tujuan komunikatif teks, dan struktur teks.

2. Guru memberikan umpan balik terhadap pemahaman konsep peserta didik tentang materi yang dipelajari.

Mencipta1. Peserta didik melabeli gambar dengan nama-nama dalam bahasa Inggris:

2 buah pohon yang pendek dan tinggi, beberapa pohon bunga dengan bunga yang sedang mekar, dua buah tempat sampah dengan warna biru dan orange, seseorang sedang duduk diatas sepeda gunung dan kantin sekolah yang ditempelkan oleh guru satu per satu.

2. Peserta didik menempelkan kata sifat yang mendeskripsikan gambar-gambar tersebut.

52 Dilarang Merokok di Sekolah

Melayani Semua Anak Usia SMP dengan Amanah

3. Peserta didik mendeskripsikan gambar-gambar tersebut dengan menggunakan kata-kata yang sudah dipelajari berdasarkan pertanyaan arahan dari guru secara individu.

4. Peserta didik menuliskan jawaban (kalimat) di papan tulis setelah menjawabnya secara lisan secara individu.

5. Peserta didik mengucapkan kalimat-kalimat yang terdapat di papan tulis dengan cara menirukan ucapan guru.

6. Peserta didik menyusun teks pendek berdasarkan gambar-gambar yang disediakan secara berkelompok. Kalimat pertama disediakan oleh guru.

7. Masing-masing kelompok melakukan silent walk (Shopping/belanja).8. Peserta didik membagi diri dalam beberapa kelompok yang

beranggotakan 5 atau 6 orang. 9. Peserta didik menerima penjelasan tentang kegiatan neighborhood walk. 10.Peserta didik menerima lembar kerja yang harus dilengkapi pada saat

kegiatan neighborhood walk. 11.Peserta didik secara berkelompok melakukan kegiatan neighborhood walk. 12.Peserta didik secara berkelompok membuat poster sederhana tentang

deskripsi benda, yang ada di sekitar hot spot berdasarkan catatan selama kegiatan neighborhood walk.

13.Perwakilan kelompok mempresentasikan isi poster tersebut di depan kelas.

14.Peserta didik dari kelompok lain diberi kesempatan mengajukan pertanyaan, mengklarifikasi atau mengonfirmasi presentasi dengan bantuan guru.

15.Peserta didik menempelkan poster yang dihasilkan di dinding atau di papan display.

16.Peserta didik melakukan refleksi atas kesempatan bisa mempelajari Bahasa Inggris dengan pertanyaan pengarah dari guru, dan kemudian menulis learning logs sederhana tentang rasa syukur mereka atas kesempatan belajar yang diberikan.

17.Peserta didik mengisi evaluasi diri tentang sikap sosial bertanggung jawab.

18.Peserta didik mengerjakan quiz yang diberikan oleh guru.

Penutup1. Peserta didik dan guru melakukan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran

dan manfaat-manfaatnya.2. Peserta didik dan guru memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil

pembelajaran.3. Guru memberikan penugasan berupa tugas mandiri untuk menuliskan

deskripsi sederhana tentang sifat dan ciri fisik benda-benda kesayangan mereka atau benda-benda unik berdasarkan hasil penelusuran di laman-laman internet.

4. Peserta didik memperhatikan informasi tentang rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan berikutnya.

5. Peserta didik dan guru mengucapkan salam perpisahan.

PanduanPenguatan Proses Pembelajaran untuk SMP 53

Melayani Semua Anak Usia SMP dengan Amanah

Lampiran 1e. Contoh Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik

Mata Pelajaran :IPSKelas/ Semester : VII/1Materi Pokok : Konektivitas antarruang, Waktu, dan Manusia

Kompetensi Dasar1.3 Menghargai karunia Tuhan YME yang telah menciptakan manusia dan

lingkungannya2.3 Menunjukkan perilaku santun, peduli, dan menghargai perbedaan pendapat

dalam interaksi sosial dengan lingkungan dan teman sebaya3.1 Memahami aspek keruangan dan konektivitas antar ruang dan waktu dalam

lingkup regional serta perubahan dan keberlanjutan kehidupan manusia (ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, dan politik)

4.3 Mengobservasi dan menyajikan bentuk-bentuk dinamika interaksi manusia dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi di lingkungan masyarakat sekitar

Contoh Tujuan Pembelajaran1. Mengidentifikasi permasalahan-permasalahan yang timbul akibat banjir dari

aspek alam, ekonomi, sosial, budaya, dan politik.2. Menentukan faktor-faktor penyebab banjir dari aspek alam, ekonomi, sosial,

budaya, dan politik.3. Menjelaskan keterkaitan antara daerah hulu dan hilir.4. Mengelompokkan data yang menjadi penyebab terjadinya banjir daerah hulu

dan hilir.5. Menyimpulkan hubungan antara daerah hulu dan daerah hilir dalam konteks

peristiwa banjir.6. Memaparkan hasil analisis keterkaitan antarruang, antarwaktu, dan

pengaruhnya terhadap kehidupan manusia. 7. Menyajikan rancangan kegiatan upaya-upaya pencegah terjadinya bencana

banjir.

(Catatan: tujuan tersebut diturunkan dari indikator)

Langkah-langkah PembelajaranPendahuluan1. Salam, doa, dan memeriksa kehadiran peserta didik.2. Apersepsi tentang bencana banjir yang kerap terjadi. Di mana, kapan, dan

mengapa bisa terjadi, siapa yang sering menjadi korban, apa yang dilakukan oleh masyarakat korban banjir ketika menghadapi bencana tersebut.

3. Menyampaikan tujuan pembelajaran

Kegiatan Inti1. Peserta didik mengamati gambar-gambar (foto-foto, slide) tentang hutan

yang gundul, hujan deras, orang membuang sampah sembarangan, sungai meluap, banjir besar. slide, atau video klip seputar bencana banjir di suatu tempat. Disarankan fenomena-fenomena tersebut yang terjadi di lingkungan terdekat. Hasil dari kegiatan ini adalah sejumlah (inventarisasi) pertanyaan/masalah. Misalnya, mengapa hutan digunduli, untuk apa kayu-

54 Dilarang Merokok di Sekolah

Melayani Semua Anak Usia SMP dengan Amanah

kayu yang ditebangi, siapa yang melakukan, siapa yang dbiasa membuang sampah sembarangan, mengapa sungai meluap, mengapa terjadi banjir, apakah ada hubungan antar semuanya itu? Pertanyaan atau permasalahan pokok apa yang bisa dimunculkan dari fenomena tersebut? Guru dapat menginisiasi pertanyaan pertanyaan kunci ketika peserta didik belum memunculkannya.

2. (2) Peserta didikmenanyakan. Berdasarkan sejumlah pertanyaan yang teridentifikasi, peserta didik menentukan atau memilih beberapa pertanyaan sebagai landasan untuk merumuskan hipotesis. Hipotesis adalah jawaban sementara. Peserta didik diminta untuk berdiskusi menyusun hipotesis. Contoh hipotesis adalah sebagai berikut.a. Banjir disebabkan oleh perilaku buang sampah sembarangan atau

penggundulan hutanb. Banjir (akibat) dan penggundulan hutan (sebab) bisaterjadi di

tempat yang sama atau Terjadi di tempat berbeda3. Mencoba atau Mengumpulkan Data (informasi): Peserta didik

menyaksikan video klip tentang banjir yang terjadi di lingkungan peserta didik. Peserta didik diminta untuk mencatat berbagai fakta yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan atau menguji hipotesis. Misalnya apakah masyarakat membuang sampah sembarangan, bagaimana tentang penggundulan hutan, dimana terjadinya, di mana terjadi banjir, dan sebagainya.

4. Menalar/menganalisis datasampai membuat kesimpulan: Peserta didik diajak untuk membaca buku peserta didik halaman 2-6 tentang konsep ruang, waktu, konektivitas, dan interaksi sosial. Konsep-konsep ini (yang berisi konsep atau teori ) dan menghubungkannya dengan informasi atau data awal (langkah 1), pertanyaan dan hipotesis (langkah 2) serta data yang terkumpul (langkah 3). Untuk itu peserta didikdiberi pertanyaan diskusi (kelompok) tentang sebuah peristiwa atau gejala banjir dalam video klip, yakni (i) apakah sebab-sebab dan akibat peristiwa banjir berada di ruang yang berbeda, atau di ruang yang sama, atau bisa kedua-duanya disertai contoh konkrit (konektivitas antarruang, waktu, dan manusia). (ii) Pertanyaan yang menyangkut aspek afektif yakni perasaan, sikap, dan niat apa yang muncul pada diri peserta didik ketika melihat atau mengalami bencana (pertanyan ini tidak didiskusikan melainkan di-sharing-kan). (iii) Kesimpulan yang dapat ditarik dari kegiatan diskusi.

5. Mengkomunikasikan: Peserta didik mempresentasikan hasil analisis datanya di kelas. Di saming itu peserta didik juga bisa diminta untuk mengunggahnya (upload) di blog masing-masing. Untuk kepentingan ini setiap peserta didik bisa diwajibkan memiliki blog sendiri.

6. Mencipta: Peserta didik menyusun rencana kegiatan yang dapat dilakukan oleh warga masyarakat sekitar berupa “Menjaga kebersihan dan kesehatan Lingkungan” untuk mencegah banjir.

Penutup1. Kesimpulan. Peserta didik bersama guru membuat kesimpulan hasil

pembelajaran2. Evaluasi : Tuliskan contoh bentuk konektivitas antarruang dan waktu yang

ada di lingkungan sekitarmu.3. Refleksi : Peserta didik diminta menjawab pertanyaan reflektif misalnya,

apakah pembelajaran hari ini menyenangkan? Pengetahuan berharga/baru apa yang kamu peroleh pada pembelajaran kita hari ini? Bagaimana sebaiknya sikap kita kalau memperoleh sesuatu yang berharga/baru. Jawaban harap ditulis di buku catatan peserta didik.

PanduanPenguatan Proses Pembelajaran untuk SMP 55

Melayani Semua Anak Usia SMP dengan Amanah

Lampiran 1f. Contoh Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik

Mata Pelajaran :Bahasa IndonesiaKelas/ Semester : VII/2Materi Pokok : Teks Hasil Observasi

Catatan Contoh ini merupakan penggal pertemuan pertama dari skenario pembelajaran “membedakan teks LHO” (KD 3.2) yang diintegrasikan dengan “menyusun teks LHO” (KD 4.2) yang dirancang 3 JP. Karena hanya 1 pertemuan, contoh ini memumpunkan pada “membedakan teks LHO”)

Kompetensi Dasar 1.1 Menghargai dan mensyukuri keberadaan bahasa Indonesia sebagai anugerah

Tuhan Yang Maha Esa untuk mempersatukan bangsa Indonesia di tengah keberagaman bahasa dan budaya

2.1 Memiliki perilaku jujur, tanggung jawab, dan santun dalam menanggapi secara pribadi hal-hal atau kejadian berdasarkan hasil observasi

3.2 Membedakan teks hasil observasi, tanggapan deskriptif, eksposisi, eksplanasi, dan cerita pendek baik melalui lisan maupun tulisan

4.2 Menyusun teks hasil observasi, tanggapan deskriptif, eksposisi, eksplanasi, dan cerita pendek sesuai dengan karakteristik teks yang akan dibuat baik secara lisan maupun tulisan

Contoh Tujuan Pembelajaran 1. Diberi kesempatan mengamati dua buah teks LHO, peserta didik

dapat membedakan judul kedua teks tersebut dalam waktu yang ditentukan.

2. Diberi kesempatan mencermati dua buah teks LHO, peserta didik dapat membedakan isi kedua teks tersebut .

3. Diberi kesempatan mencermati dua buah teks LHO, peserta didik dapat membedakan struktur kedua teks tersebut.

4. Diberi kesempatan membaca dua buah teks LHO, peserta didik dapat membedakan ciri bahasa kedua teks tersebut.

Langkah-Langkah PembelajaranPendahuluan1. Guru mengingatkan materi struktur, isi, dan ciri bahasa teks laporan hasil

observasi (LHO) yang sudah dipelajari peserta didik sebelumnya. Kemudian, guru menjelaskan sasaran pembelajaran teks laporan hasil observasi (LHO) berikutnya, yaitu membedakan dan menyusun teks LHO. Penjelasan tentang sasaran pembelelajaraan tersebut dapat dibaca oleh guru pada buku guru (BG) halaman 4, tabel 1.1.Khusus sasaran pembelajaran membedakan teks laporan hasil observasi (KD 3.1) dan menyusun teks laporan hasil observasi (KD 4.1), gurudan peserta didik bertanya jawab tentang lingkungan alam berdasarkan puisi “Tanah

56 Dilarang Merokok di Sekolah

Melayani Semua Anak Usia SMP dengan Amanah

Kelahiran” karya Ramadhan K.H. dalam buku peserta didik (BS) halaman 3. Guru dan peserta didik bertanya jawab tentang sifat baik orang yang gemar mendokumentasikan keindahan lingkungan dalam bentuk tulisan maupun gambar.

2. Berikutnya, guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dilakukan selama pencapaian tujuan memahami dan menangkap makna teks LHO. Kemudian, guru dan peserta didik menyepakati langkah-langkah kegiatan yang akan ditempuh untuk mencapai kompetensi. Untuk langkah pembelajaran ini, guru dapat memperhatikan tabel 1.2 pada BG halaman 9.

Kegiatan Inti1. Mengamati

a. Peserta didik membaca kembali teks LHO yang berjudul “Cinta Lingkungan” (BS halaman 5) dan LHO yang berjudul “Biota Laut” (BS halaman 22). Peserta didik menemukan kembali persamaan struktur kedua teks. Demikian pula, peserta didik menemukan kembali persamaan isi atau tema kedua teks LHO. Setelah itu peserta didik melaporkan hasil pengamatannya tentang persamaan ciri bahasa kedua teks. Peserta didik melaporkan hasil pengamatan tentang persamaan kedua teks dalam buku catatan peserta didik.

b. Setelah menemukan persamaan struktur, isi/tema, dan ciri bahasa teks LHO “Cinta Lingkungan” dan “Biota Laut”, peserta didik mengamati kembali secara jeli kedua teks tersebut. Dalam pengamatan lanjutan ini, sasaran dipumpunkan pada perbedaan atau variasi struktur. Memang struktur utama sama, tetapi terhadap kedua teks LHO tersebut peserta didik diharapkan mampu menemukan variasi strukturnya. Demikian pula, setelah menemukan perbedaan struktur kedua teks, peserta didik diminta mengamati lebih lanjut untuk menemukan perbedaan isi teks. Dalam hal ini dipastikan bahwa isi kedua teks berbeda. Setelah itu peserta didik dibimbing untuk mengamati perbedaan unsur-unsur kebahasaan pada kedua teks LHO. Dalam hal ini juga dipastikan bahwa terdapat unsur-unsur kebahasaan yang berbeda antara dua teks LHO tersebut. Aktivitas ini diakhiri dengan peserta didik mengamati dan menyampaikan hasil pengamatannya dalam buku catatan dan diskusi kelas.

2. Menanyaa. Peserta didik dengan bimbingan gurumerumuskan pertanyaan misalnya

terkait isi teks LHO “Cinta Lingkungan” dan “Biota Laut” dengan berpedoman pada kata ganti tanya apa, di mana, bagaimana, mengapa. Pertanyaan itu dapat berupa (a) pertanyaan tentang sesuatu yang belum diketahui, (b) pertanyaan tindak lanjut dari informasi yang ditangkap setelah membaca kedua contoh teks LHO, atau (c) pertanyaan tentang makna kata atau istilah “sulit”. Sebagai pemancing untuk bertanya, peserta didik memperhatikan pertanyaan pada BS halaman 6 dan halaman 22—23.

b. Peserta didik merumuskan pertanyaan tentang struktur teks, yang terdiri atas definisi umum, deskripsi bagian, dan deskripsi manfaat. Peserta didik dapat bertanya, “Pada bagian mana dari teks “Cinta Lingkungan” yang termasuk bagian definisi umum? “ atau “Pada bagian mana dari teks LHO yang termasuk deskripsi bagian?” atau Pada bagian mana dari teks LHO yang dapat diidentifikasi sebagai bagian deskripsi manfaat?” Pertanyaan pun dapat dikembangkan terus, misalnya dengan bertanya, “Mengapa paragraf ke-1 diketagorikan bagian definisi umum?” atau “Mengapa isi paragraf ke-3 dan ke-4 disebut deskripsi bagian?” dan seterusnya.

PanduanPenguatan Proses Pembelajaran untuk SMP 57

Melayani Semua Anak Usia SMP dengan Amanah

c. Pertanyaan yang dibangun peserta didik juga terkait dengan ciri-ciri bahasa yang digunakan pada teks LHO “Cinta Lingkungan” yang dibandingkan dengan ciri bahasa pada teks LHO “Biota Laut”. Pertanyaan tentang ciri bahasa dapat mencakup tentang pilihan kata, jenis kata , maupun kalimat.

d. Agar sejalan dengan KD, yaitu “membedakan”, setiap pertanyaan diarahkan pada pembandingan antara hal-hal yang ada pada teks LHO “Cinta Lingkungan” dan teks LHO “Biota Laut”.

e. Terakhir, pada tahap “menanya” ini, peserta didik menemukan jawaban “sementara” atas berbagai pertanyaan tentang isi, struktur, dan ciri bahasa teks “Cinta Lingkungan” dan “Biota Laut” termasuk di dalamnya perbedaan keduanya. Dengan demikian, puncak kegiatan menanya untuk pembelajaran KD “membedakan teks LHO” adalah terumuskannya jawaban sementara tentang perbedaan isi, variasi struktur, dan ciri bahasa dua buah teks LHO.

3. Mengumpulkan data atau informasiPeserta didik berkelompok terdiri atas 4--5 orang/kelompok dengan cara menyebut nama-nama benda/tumbuhan untuk ditetapkan sebagai nama kelompoknya. Dalam kelompok peserta didik membaca sumber-sumber lain untuk menentukan perbedaan struktur, isi, dan bahasa kedua teks LHO tersebut.Sumber-sumber lain itu dapat berupa buku-buku retorika tulis, misalnya Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia terutama pada bab “Analisis Wacana” atau buku Menulis secara Populer yang ditulis oleh Ismail Marahimin. Termasuk dalam membaca sumber lain ini adalah peserta didik membaca contoh-contoh teks LHO dari berbagai kutipan untuk memperkaya contoh. Sasaran dari langkah “mengumpulkan data” ini adalah peserta didik memiliki banyak ‘informasi faktual’, tentang isi, struktur, dan ciri bahasa berbagai teks LHO.

4. Menganalisis DataDalam kelompok, peserta didik mendiskusikan perbedaan struktur isi teks hasil teks LHO tentang judul, definisi umum, deskripsi bagian, dan deskripsi manfaat. Berikutnya, peserta didik secara berkelompok mendiskusikan perbedaan bahasa yang digunakan pada kedua teks LHO sesuai dengan data yang terdapat pada kedua teks tersebut.Pada tahap ini pula, peserta didik membandingkan dan menyimpulkan perbedaan struktur kedua teks LHO tepat waktu.Peserta didik dalam kelompok membandingkan dan menyimpulkan perbedaan ciri bahasa yang digunakan dalam kedua teks LHO. Dalam diskusi tahap “menganalisis” ini peserta didik memanfaatkan “rumusan sementara” yang diperoleh dari tahap “menanya”. Peserta didik juga memanfaatkan berbagai ‘data faktual’ yang diperoleh dari tahap “mengumpulkan data”. Target akhir dari tahap “menganalisis” ini adalah terumuskannya “simpulan” tentang perbedaan kedua teks LHO dari sisi isi, variasi struktur, dan ciri bahasa.

5. MengkomunikasikanPada langkah ini, peserta didik menyampaikan simpulannya secara lisan dan/atau tertulis, misalnya, melalui presentasi kelompok, diskusi, dan tanya jawab.Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya tentang perbedaan struktur, isi, dan ciri bahasa kedua teks LHO. Satu kelompok sebagai penyaji dan kelompok lain menanggapi. Tanggapan kelompok memperhatikan pilihan kata yang tidak menyinggung perasaan kelompok lain.

58 Dilarang Merokok di Sekolah

Melayani Semua Anak Usia SMP dengan Amanah

Berikutnya, dengan dipandu guru, peserta didik menyimpulkan perbedaan struktur, isi, dan bahasa kedua teks LHO. Simpulan yang dibangun dari simpulan kelompok, kini menjadi lebih sempurna, menjadi simpulan kelas

Penutup1.Peserta didik mengemukakan kesulitan dan kemanfaatan pembelajaran

tentang LHO yang sudah dialaminya.2.Peserta didik menerima tugas membaca berbagai teks LHO. 3.Peserta didik menerima rencana kegiatan berikutnya berupa mengamati

suatu objek sebagai bahan pembelajaran “menyusun teks LHO” (KD 4.2).

Lampiran 1g. Contoh Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik

Mata Pelajaran :Agama IslamKelas/ Semester : VII/1Materi Pokok :

Kompetensi Dasar2.2 Menghargai perilaku hormat dan patuh kepada orang tua dan guru sebagai

implementasi dari Q.S. Al-Baqarah (2): 83 dan hadis terkait, 2.3. Menghargai perilaku empati terhadap sesama sebagai implementasi dari

Q.S. An-Nisa (4): 8 dan hadis terkait, 3.4. Memahami makna empati terhadap sesama sesuai kandungan Q.S. An-Nisa

(4): 8 dan hadis terkait, dan 4.4. Mencontohkan perilaku empati terhadap sesama sesuai kandungan Q.S. An-

Nisa (4): 8 dan hadis terkait.

Contoh Tujuan PembelajaranPertemuan 11. Peserta didik dapat menjelaskan pengertian perilaku hormat kepada kedua

orang tua dan guru,2. Peserta didik dapat menunjukkan dalil naqli yang berkaitan dengan perilaku

hormat kepada kedua orang tua,3. Peserta didik dapat menjelaskan cara menghormati kedua orang tua, 4. Peserta didik dapat menjelaskan cara menghormati guru.Pertemuan 21. Peserta didik dapat menjelaskan pengertian perilaku empati terhadap

sesama,2. Peserta didik dapat menjelaskan makna empati terhadap sesama

sebagaimana terkandung dalam Q.S. An-Nisa (4): 8 dan hadis terkait,3. Peserta didik dapat menjelaskan bentuk-bentuk perilaku empati terhadap

sesama,4. Peserta didik dapat menyebutkan contoh perilaku empati terhadap sesama,5. Peserta didik dapat menampilkan perilaku empati terhadap sesama

sebagaimanaterkandung dalam Q.S. An-Nisa (4): 8 dan hadis terkait.(Catatan: tujuan tersebut diturunkan dari indikator)

Langkah-langkah Pembelajaran Pertemuan 1Pendahuluan1. Guru membuka pembelajaran dengan salam dan mempersilahkan berdoa

bersama dipimpin oleh seorang peserta didik.

PanduanPenguatan Proses Pembelajaran untuk SMP 59

Melayani Semua Anak Usia SMP dengan Amanah

2. Guru mengajak peserta didik untuk mempersiapkan diri untuk mengikuti pembelajaran yang diawali dengan melakukan presensi serta memeriksa kerapihan pakaian, posisi, dan tempat duduk peserta didik.

3. Guru menyampaikan kompetensi dan tujuan yang akan dicapai melalui pembelajaran dengan pendekatan saintifik.

4. Guru memulai pembelajaran dengan pembacaan ayat-ayat Alquran dari surah-surah pilihan, terutama Q.S. Al-Baqarah (2): 83 dan ayat-ayat yang berisi berbakti kepada kedua orang tuayang dipimpin oleh salah seorang peserta didik.

5. Guru mengondisikan peserta didik untuk membentuk kelompok yang masing-masing anggotanya bervariasi kemampuannya, mulai dari yang tertinggi hingga yang terendah.

Kegiatan Inti1. Mengamati

a. Peserta didik mengamati gambar-gambar di buku peserta didik dan tayangan video yang berisi berbagai fenomena masyarakat sekarang terkait dengan sikap dan perilaku anak terhadap kedua orang tua atau gurunya.

b. Peserta didik membaca uraian tentang sikap dan perilaku hormat kepada kedua orang tua dan guru di buku peserta didik dan sumber-sumber lain yang sudah disiapkan.

c. Peserta didik mencatat beberapa hal penting sebagai hasil dari pengamatan terhadap gambar dan video serta bacaan literatur yang ada.

2. Menanyaa. Peserta didik merumuskan beberapa pertanyaan, misalnya: a) mengapa

anak harus menghormati kedua orang tuanya? b) apa saja yang bisa dilakukan anak terhadap kedua orang tuanya? c) bagaimana peran orang tua kepada anak-anak mereka di zaman modern ini, d) mengapa banyak anak yang berani kepada kedua orang tuanya? e) mengapa orang-orang yang terpelajar juga banyak yang kurang hormat terhadap kedua orang tua dan guru mereka, f) mengapa banyak peserta didik sekarang ini yang memusuhi guru-guru mereka, dan g) bagaimana cara-cara menghormati kedua orang tua dan guru?

b. Peserta didik menanyakan beberapa kandungan dari Q.S. Al-Baqarah (2): 83 dan ayat-ayat Alquran lain serta hadis-hadis Nabi yang terkait kepada guru atau teman-temannya terkait dengan sikap dan perilaku hormat kepada kedua orang tua dan guru.

c. Guru mengajak dan mendorong peserta didik untuk memberikan jawaban-jawaban sementara atas pertanyaan-pertanyaan mereka tersebut berdasarkan pengetahuan mereka.

2. Mengumpulkan data dan informasi:a. Peserta didik mengumpulkan berbagai informasi yang relevan selain Q.S.

Al-Baqarah (2): 83 dengan alasan-alasan mengapa anak harus hormat dan berbakti kepada kedua orang tuanya, sebab-sebab terjadinya fenomena banyaknya anak yang berani kepada kedua orang tua mereka, sebab-sebab terjadinya kenakalan peserta didik di sekolah yang di antaranya kurang menghormati guru-guru mereka, baik secara individu maupun kelompok.

b. Peserta didik juga mencari data melalui buku peserta didik, Alquran dan hadis, literatur lain yang relevan, dan sumber-sumber ajar lainnya, terutama dengan browsing internet tentang bagaimana cara dan bentuk sikap dan perilaku hormat kepada kedua orang tua dan guru.

60 Dilarang Merokok di Sekolah

Melayani Semua Anak Usia SMP dengan Amanah

3. Menganalisis dataa. Peserta didik mencermati data dan informasi terkait dengan jawaban-

jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang ada lalu mendiskusikannya dengan peserta didik yang lain.

b. Guru memandu diskusi untuk mengaitkan jawaban dan informasi yang dikumpulkan peserta didik dengan norma sosial dan norma agama yang berhubungan dengan ajaran bahwa anak perlu menghormati orangtua.

c. Peserta didik merumuskan beberapa kesimpulan sebagai hasil dari telaah atau analisis terhadap data dan informasi yang dikumpulkan.

PanduanPenguatan Proses Pembelajaran untuk SMP 61

Melayani Semua Anak Usia SMP dengan Amanah

4. Mengkomunikasikana. Peserta didik menyampaikan hasil-hasil kesimpulannya secara lisan

kepada peserta didik yang lain baik dalam kelompok maupun kelas, dan di hadapan guru untuk mendapatkan tanggapan dari peserta didik yang lain.

b. Peserta didik menyampaikan kesimpulan secara tertulis kepada peserta didik yang lain, baik secara individu maupun kelompok, dan juga kepada guru.

c. Guru bersama-sama peserta didik menyepakati kesimpulan-kesimpulan terkait dengan berabagai permasalahan yang dikaji.

Penutup1. Guru melakukan penilaian singkat terkait dengan pencapaian kompetensi

dan tujuan pembelajaran.2. Guru bersama-sama para peserta didik melakukan refleksi terhadap

pembelajaran yang telah dilaksanakan.3. Guru memberikan tugas kepada peserta didik untuk melakukan pengayaan

di rumah, misalnya dengan membaca ayat-ayat Alquran dan hadis-hadis yang terkait dengan sikap dan perilaku hormat kepada kedua orang tua dan guru.

4. Guru bersama-sama para peserta didik menutup pembelajaran dengan berdoa.

62 Dilarang Merokok di Sekolah

Melayani Semua Anak Usia SMP dengan Amanah

Lampiran 1h. Contoh Pembelajaran denan Pendekatan Saintifik

Mata Pelajaran :Seni Budaya (Seni Rupa)Kelas/ Semester : VII/1Materi Pokok : Ragam Hias Flora dan Fauna serta Geometrik

Kompetensi Dasar 1.1 Menerima,menenggapi dan menghargai keragaman dan keunikkan karya

seni 1rupa sebagai bentuk rasa syukur terhadap anugerah Tuhan.2.3.Menunjukkan sikap percaya diri ,motivasi internal, kepedulian terhadap

lingkungan dalam berkarya seni.3.2.Memahami konsep dan prosedur menggambar gubahan flora dan fauna serta

geometrik menjadi ragam hias.4.2 Menggambar gubahan flora dan fauna serta geometrik menjadi ragam hias

Contoh Tujuan Pembelajaran1. Peserta didik dapat menggambar gubahan flora dan fauna serta geometrik

menjadi ragam hias2. Menggambar gubahan flora dan fauna serta geometrik menjadi ragam hias

(Catatan: tujuan tersebut diturunkan dari indikator)

Langkah-Langkah PembelajaranPendahuluan1. Guru mengucapkan salam dilanjudkan dengan doa.2. Guru mengingatkan kembali tentang konsep-konsep dan prosedur yang telah

dipelajari oleh peserta didik tentang gambar ragam hias motif flora, fauna dan geometrik.

3. Peserta didik mengamati contoh gambar motif ragam hias flora,fauna daerah setempat yang ditunjukkan oleh guru.

4. Peserta didik dan guru bertanya jawab tentang contoh gambar motif ragam hias yang ditunjukan (disain,motif dan cara menggayakan).

5. Menyampaikan tujuan pembelajaran.

Kegiatan Inti1. Mengamati

a. Peserta didik mengamati tayangan gambar tentang contoh ragam hias motif flora,fauna dan geometrik daerah setempat .

b. Sambil mengamati tayangan peserta didik membuat catatan tentang bentuk, teknik dan klasifikasi dari tayangan contoh motif-motif ragam hias flora, fauna, dan geometrik daerah setempat.

2. Menanyaa. Guru memotivasi Peserta didik untuk merumuskan pertanyaan berkenaan

dengan, bentuk, teknik, dan klasifikasi motif ragam hias flora, fauna, dan geometrik berdasarkan hasil pengamatan. Contoh “Mengapa motif ragam hias fauna dibuat tidak sesuai kenyataan/riil?, “Bagaimana cara atau langkah menyederhanakan bentuk atau menggayakan motif flora, fauna sehingga menjadi indah atau menarik?”

b. Peserta didik diberi kesempatan untuk bertanya tentang permasalahan berkaitan dengan tayangan contoh ragam hias yang masih ragu/mantap.

c. Pada tahap ini peserta didik juga didorong untuk merumuskan jawaban sementara terhadap pertanyaan yang mereka rumuskan. Sebagai contoh motif-motif ragam hias baik flora, fauna, dan figuratif sudah mengalami proses penggayaan/stilasi/stilir.

PanduanPenguatan Proses Pembelajaran untuk SMP 63

Melayani Semua Anak Usia SMP dengan Amanah

3. Mengumpulkan data atau informasiPeserta didik mengumpulkan data (eksplorasi) tentang informasi ragam hias flora, fauna dan geometrik, baik melalui pengamatan tayangan gambar maupun membaca buku. atau guru memberikan contoh cara menggayakan (bentuk awal/riil , dibuat bentuk global digayakan/disederhanan tanpa meninggalkan ciri/karakter aslinya). Proses menyederhanakan atau menggayakan bentuk tanpa meninggalkan ciri/karakter aslinya disebut setilir/stilasi. Misalnya motif daun yang ada pada bahan tekstil semwa sudah digayakan. Contoh motif lain misalnya figuratif yang ada pada hiasan dinding juga tidak lepas dari proses penggayaan atau stilasi/stilir.

4. Menganalisis Dataa. Peserta didik melakukan analisis data yang diperoleh dari hasil

pengamatan terhadap tayangan gambar contoh motif’, maupun membaca buku.

b. Berdasarkan hasil analisis data peserta didik menarik kesimpulan. Sebagai contoh, peserta didik menyimpulkan bahwa ragam hias motif flora,fauna yang ada didaerah semua sudah disederhanakan atau digayakan tapi masih tetap bisa dikenali bentuk aslinya.

5. Mengkomunikasikana. Pada langkah ini, peserta didik mempresentasikan hasil karyanya melalui

pameran atau menampilkan produk ragam hias gubahan flora, fauna serta geometrik pada papan tempel atau tempat yang disediakan. Kelompok lain mencermati dan menyampaikan tanggapanya

b. Peserta didik mengungkapkan fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang telah dikonstruk melalui diskusi dalam presentasi kelompok.

c. Dalam mata pelajaran seni budaya, baik seni rupa, musik, tari dan teater dapat dilakukan dengan kegiatan yang sama.

Penutup1. Bersama-sama guru dan pesertsa didik melakukan refleksi hasil

pembelajaran yang telah dilakukan.2. Guru dapat memberikan situs di internet berkaitan dengan motif-motif

ragam hias flora ,fauna serta motif lainya.3. Guru menyampaikan materi yang akan diajarkan pada pertemuan

berikutnya

64 Dilarang Merokok di Sekolah

Melayani Semua Anak Usia SMP dengan Amanah

Lampiran 2a. Contoh Pembelajaran Berbasis Masalah

Mata pelajaran : IPAKelas/semester : VII/2Materi pokok : Perubahan Lingkungan dan Pencemaran

Kompetensi Dasar1.1 Mengagumi keteraturan dan kompleksitas ciptaan Tuhan tentang aspek

fisik dan kimiawi, kehidupan dalam ekosistem, dan peranan manusia dalam lingkungan serta mewujudkannya dalam pengamalan ajaran agama yang dianutnya

2.1 Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu, objektif, jujur, teliti, cermat, tekun, hati-hati, tanggung jawab, terbuka, kritis, kreatif, inovatif, dan peduli lingkungan) dalam aktivitas sehari-hari.

3.9 Mendeskripsikan pencemaran dan dampaknya bagi makhluk hidup

4.12 Menyajikan hasil observasi terhadap interaksi makhluk hidup dengan lingkungan sekitarnya

Contoh Tujuan Pembelajaran1. Diberikan masalah pencemaran air, peserta didik dapat menyelesaikan

masalah dengan cara membuat desain alat penjernih air2. Peserta didik dapat mendeskripsikan cirri-ciri air yang tercermar3. Setelah melakukan kegiatan penyelesaian masalah, peserta didik dapat

mempresentasikan cara membuat alat penjernih air sederhana

(Catatan: tujuan tersebut diturunkan dari indikator)

Langkah-langkah PembelajaranKegiatan PendahuluanGuru melakukan apersepsi, menyampaikan tujuan pembelajaran, dan menginformasikan kegiatan yang akan dilakukan peserta didik selama kegiatan pembelajaran.

Kegiatan IntiTahap 1. Orientasi terhadap Masalah1. Guru menyajikan masalah nyata dengan menunjukkan berita di surat kabar

mengenai air sungai yang sangat keruh. Warga tidak memiliki pilihan lain selain menggunakan air tersebut untuk keperluan sehari-hari. Guru menunjukkan contoh air tersebut. Peserta didik mengamati contoh air tersebut. Guru bertanya, “Bagaimanakah menyelesaikan masalah tersebut?”

2. Guru meminta peserta didik untuk membaca sumber belajar relevan yang telah ditugaskan pada pertemuan sebelumnya terkait dengan penjernihan air

Tahap 2. Organisasi Belajar1. Guru mengorganisasikan peserta didik untuk belajar dalam kelompok.

Peserta didik mengidentifikasi apa yang diketahui, apa yang perlu diketahui, dan apa yang perlu dilakukan untuk menyelesaikan masalah. Selanjutnya peserta didik berbagi peran/tugas untuk menyelesaikan masalah tersebut.

2. Guru dapat merumuskan pertanyaan, seperti “Alat dan bahan apakah yang diperlukan untuk menjernihkan air? Bagaimanakah susunan bahan yang dapat menghasilkan air yang paling jernih dalam waktu yang paling cepat?

3. Guru membimbing peserta didik melakukan percobaan atau mengumpulkan data/informasi untuk menemukan berbagai alternatif penyelesaian masalah.

PanduanPenguatan Proses Pembelajaran untuk SMP 65

Melayani Semua Anak Usia SMP dengan Amanah

Tahap 3. Penyelidikan Individual Maupun Kelompok1. Guru membimbing peserta didik untuk merancang model penjernih air yang

menghasilkan air paling jernih (efektif) dalam waktu yang paling singkat (efisien)

2. Tiap-tiap kelompok mengamati dan mencatat data tingkat kejernihan air hasil model penjernih air yang telah dikembangkan.

Tahap 4. Pengembangan dan Penyajian Hasil Penyelesaian Masalah1. Setiap kelompok menyusun laporan dan mempresentasikan hasil karya atau

hasil pemecahan masalah terkait proses penjernihan air2. Tiap-tiap kelompok mengamati membandingkan hasil penjernihan air dan

menentukan atau mengidentifikasi model penjernihan air yang efisien dan efektif.

3. Kelompok yang menghasilkan model penjernihan air yang efektif dan efisien mempresentasikan karyanya. Kelompok lain memberikan tanggapan.

Tahap 5. Analisis dan evaluasi proses penyelesaian masalahGuru bersama peserta didik melakukan refleksi terhadap kegiatan penyelesaian masalah yang telah dilakukan

Penutup1. Membimbing peserta didik membuat rangkuman pembelajaran, terutama

tentang model penjernihan air yang efektif dan efisien.2. Memberikan penghargaan kepada peserta didik/kelompok yang kinerjanya

bagus yang menghasilkan model penjernihan air paling efektif dan efisien.3. Guru dapat memberikan pengayaan dengan mengajukan pertanyaan, seperti

“Apakah air yang tampak jernih pasti aman untuk digunakan? Perlakuan apa yang diperlukan sehingga air tersebut aman digunakan?” Untuk menjawab pertanyaan ini, peserta didik dapat mengkaji berbagai sumber belajar yang relevan, seperti buku atau artikel dari internet. Jika dimungkinkan, melalui aktivitas di luar kelas, peserta didik dapat melakukan percobaan untuk menghasilkan air yang aman digunakan.

66 Dilarang Merokok di Sekolah

Melayani Semua Anak Usia SMP dengan Amanah

Lampiran 2b. Contoh Pembelajaran Berbasis Masalah

Mata pelajaran : MatematikaKelas/semester : VIII/1Materi pokok : Teorema Pythagoras

Kompetensi Dasar (KD)1.1 Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya 2.1 Menunjukkan sikap logis, kritis, analitik, konsisten dan teliti, bertanggung

jawab, responsif, dan tidak mudah menyerah dalam memecahkan masalah3.8 Memahami Teorema Pythagoras melalui alat peraga dan penyelidikan

berbagai pola bilangan 4.5 Menggunakan Teorema Pythagoras untuk menyelesaikan berbagai masalah

Contoh Tujuan Pembelajaran1. Dengan mengeksplorasi beberapa segitiga siku-siku dengan ukuran sisi

berbeda dan mengaitkan dengan konsep luas, peserta didik dapat merumuskan Teorema Pythagoras

2. Peserta didik dapat menyelesaikan masalah terkait Teorema Pytgaoras

(Catatan: tujuan tersebut diturunkan dari indikator)

Langkah-langkah PembelajaranPendahuluanGuru melakukan apersepsi, menyampaikan tujuan pembelajaran, dan menginformasikan kegiatan yang akan dilakukan peserta didik selama kegiatan pembelajaran.

Kegiatan IntiTahap 1. Orientasi terhadap Masalah1. Guru mengemukakan masalah nyata terkait Teorema Pythagoras sebagai

berikut.Dalam keadaan darurat seseorang harus diselamatkan melalui pintu jendela yang tingginya 4 m dengan menggunakan tangga. Dengan pertimbangan keselamatan, tangga tersebut harus ditempatkan minimal 1 m dari dasar bangunan. Berapa panjang tangga yang mungkin?

2. Peserta didik mencermati dan mengeksplorasi masalah tersebut dan mengidentifikasi apa yang diketahui, apa yang perlu diketahui, apa yang perlu dilakukan untuk menyelesaikan masalah nyata yang telah dikemukakan. Misalnya, peserta didik dapat membuat model atau gambar terkait masalah tersebut yaitu berupa segitiga siku-siku dengan ukuran sisi siku-siku 4 dan 1. Peserta didik perlu mengetahui ukuran sisi miring dari segitiga tersebut. Misalnya, peserta didik dapat menduga ukuran sisi miring segitiga tersebut dengan cara menggambar segitiga beserta ukurannya di kertas berpetak.

Tahap 2. Organisasi BelajarGuru mengorganisasi peserta didikuntuk belajar dalam bentuk diskusi kelompok kecil untuk menyelesaikan masalah nyata yang diberikan. Peserta didik mengidentifikasi apa yang diketahui, apa yang perlu diketahui, dan apa yang perlu dilakukan untuk menyelesaikan masalah. Selanjutnya peserta didik berbagi peran/tugas untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Tahap 3. Penyelidikan Individual Maupun Kelompok1. Peserta didik melakukan penyelidikan untuk menyelesaikan masalah. Dalam

rangka menyelesaikan masalah tersebut, peserta didik dapat mengamati

PanduanPenguatan Proses Pembelajaran untuk SMP 67

Melayani Semua Anak Usia SMP dengan Amanah

beberapa segitiga siku-siku dengan ukuran sisi berbeda. Peserta didik membuat dugaan mengenai hubungan antara ukuran segitiga siku-siku.

2. Untuk menguji dan menguatkan dugaan tersebut, peserta didik menemukan hubungan antara ukuran sisi-sisi segitiga siku-siku pada dua persegi yang berukuran sisi sama, yaitu (a + b) berikut. Peserta didik menuliskan persamaan yang menunjukkan luas masing-masing persegi tersebut.

3. Guru membimbing peserta untuk menemukan bahwa luas daerah persegi berarsir sama dengan luas daerah persegi tidak berarsir. Dengan menyederhanakan persamaan yang menunjukkan hubungan antara luas dua persegi tersebut, peserta didik menemukan hubungan antara ukuran sisi-sisi segitiga siku-siku. Peserta didik menyatakan hubungan tersebut dengan kata-kata mereka sendiri.

Tahap 4. Pengembangan dan Penyajian Hasil Penyelesaian Masalah1. Masing-masing kelompok atau salah satu kelompok terpilih

mengkomunikasikan hasil penyelidikan dan hasil diskusi. Kelompok lain memberikan saran dan tanggapan untuk menyempurnakan.

2. Guru membimbing diskusi kelas untuk mengklarifikasi pemahaman peserta didik mengenai Teorema Pythagoras. Teorema Pythagoras itu adalah “pada segitiga siku-siku, kuadrat ukuran sisi segitiga siku-siku sama dengan jumlah kuadrat ukuran sisi siku-sikunya”.

3. Peserta didik menggunakan Teorema Pythagoras tersebut, peserta didik menyelesaikan masalah nyata yang dikenalkan di awal kegiatan pembelajaran, yaitu menentukan minimum panjang tangga yang mungkin.

Tahap 5. Analisis dan evaluasi proses penyelesaian masalahGuru membimbing peserta didik untuk mengevaluasi proses pemecahan masalah yang telah dilakukan. Guru juga membimbimbing peserta didik untuk merefleksi seluruh aktivitas pembelajaran yang dilakukan. Refleksi dapat dikaitkan difokuskan pada perilaku ilmiah yang dapat terbentuk pada diri peserta didik melalui akktivitas pembelajaran Perilaku ilmiah tersebut seperti memiliki keingintahuan, objektif; jujur; teliti; cermat; tekun; hati-hati; bertanggung jawab; terbuka; kritis; kreatif; dan inovatif. Refleksi lebih lanjut juga dapat mendorong peserta didik untuk mengagumi keteraturan ciptaan Tuhan termasuk keteraturan dan keindahan hubungan antara ukuran-ukuran sisi segitiga siku-siku.

Penutup1. Dengan bimbingan guru, peserta didik membuat simpulan dan rangkuman2. Guru memberikan tugas untuk menyelediki cara atau strategi lain untuk

menemukan atau membuktikan Teorema Pythagoras

68 Dilarang Merokok di Sekolah

c

c

c

c

a

bb

a

baba

Melayani Semua Anak Usia SMP dengan Amanah

Lampiran 2c. Contoh Pembelajaran Berbasis Masalah

Mata Pelajaran

: Bahasa Inggris

Kelas Kelas : VIIIMateri Pokok : Menyusun teks lisan dan tulis untuk menyatakan

dan menanyakan tingkah laku/tindakan/fungsi dari orang, binatang, dan benda

Kompetensi Dasar1.1 Mensyukuri kesempatan dapat mempelajari bahasa Inggris sebagai bahasa

pengantar komunikasi internasional yang diwujudkan dalam semangat belajar

2.3 Menunjukkan perilaku tanggungjawab, peduli, kerjasama, dan cinta damai dalam melaksanakan komunikasi fungsional

3.8Memahami fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan pada teks untuk menyatakan dan menanyakan tingkah laku/tindakan/fungsi orang, binatang, benda, sesuai dengan konteks.

4.9Menyusun teks lisan dan tulis untuk menyatakan dan menanyakan tingkah laku/tindakan/fungsi dari orang, binatang, dan benda, dengan unsur kebahasaan yang benar dan sesuai konteks.

Contoh Tujuan PembelajaranSetelah mengikuti proses pembelajaran baik secara individual, berpasangan, maupun berkelompok peserta didik dapat: 1. mengidentifikasi data tentang masalah yang terkait dengan orang. 2. melakukan penyelidikan untuk mencari penyebab masalah yang terkait

dengan orang dengan menggunakan ungkapan kebahasaan yang sesuai.3. melaporkan hasil penyelidikan secara lisan dengan menggunakan ungkapan

kebahasaan yang sesuai.4. membuat usulan penyelesaian terhadap masalah yang terkait dengan orang

secara lisan5. menyatakan dan menanyakan tingkah laku/tindakan orang secara lisan

dengan lancar, tepat, dan berterima.6. menunjukkan perilaku kesungguhan belajar bahasa Inggris tentang

menyatakan dan meminta pendapat.7. menunjukkan perilaku santun, percaya diri, dan kerjasama dalam

berkomunikasi tentang menyatakan dan menanyakan tingkah laku/tindakan orang secara lisan.

(Catatan: Contoh-contoh tujuan pembelajaran di atas diturunkan dari indikator.)

Langkah-langkah PembelajaranPendahuluan1. Guru dan peserta didik berdiskusi tentang kondisi kesehatan peserta didik di

kelas akhir-akhir ini yang tidak begitu baik.2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan cakupan materi.

Kegiatan Inti Tahap 1Orientasi terhadap Masalah

1. Guru memaparkan data tentang tingkat ketidakhadiran peserta didik akhir-akhir ini karena sakit dengan menggunakan teks lisan lengkap dalam bentuk monolog.

PanduanPenguatan Proses Pembelajaran untuk SMP 69

Melayani Semua Anak Usia SMP dengan Amanah

2. Peserta didik mencermati data dan menemukan fakta bahwa ada kecenderungan ketidakhadiran karena sakit ini berlangsung selama beberapa hari.

3. Peserta didik diarahkan agar dapat menemukan berbagai penyebab ketidakhadiran karena sakit tersebut.

4. Guru mengajak peserta didik mencermati dan mendiskusikan kosakata, pola kalimat, pengucapan, dan struktur teks dalam monolog.

Tahap 2Organisasi Belajar1. Peserta didik dibagi dalam beberapa kelompok yang beranggotakan 5 – 6

orang.2. Guru memberikan pertanyaan arahan: Apa yang menyebabkan peserta

didik sakit? Apakah hal tersebut disebabkan oleh kebiasaan (tindakan) sehari-hari? Apakah hal tersebut disebabkan oleh pola makan, pola istirahat, atau pola aktivitas?

3. Peserta didik dilatih menggunakan kosakata, pola kalimat, pengucapan, dan ungkapan yang digunakan dalam pertanyaan-pertanyaan untuk mengumpulkan data dan membuat pernyataan terkait dengan masalah yang diangkat, misalnya

Why do you think you’re sick? How is your eating habit? Can you describe your daily activities? How long do you sleep a day? How often do you exercise a week? What needs to be done to overcome the problem? Most of the students often consume junk food. Some students usually go to bed late. Etc.

Tahap 3Penyelidikan Individual maupun Kelompok1. Peserta didik memulai penyelidikan dengan memanfaatkan contoh-contoh

pertanyaan yang diberikan guru.2. Peserta didik diharapkan dapat mengembangkan pertanyaan-pertanyaan

sendiri untuk mendapatkan data yang lebih lengkap.3. Guru membimbing peserta didik selama proses penyelidikan berlangsung.

Tahap 4Pengembangan dan Penyajian Hasil Penyelesaian Masalah1. Peserta didik melaporkan secara lisan hasil penyelidikan kelompok

terhadap penyebab sakitnya anggota kelas.2. Peserta didik membuat daftar urutan penyebab sakit dari yang paling

banyak sampai dengan yang paling sedikit.3. Peserta didik mengusulkan penyelesaian masalah secaralisan

berdasarkan urutan penyebab yang telah dibuat.

Tahap 5Analisis dan Evaluasi Proses Penyelesaian Masalah1. Peserta didik membandingkan dan menganalisis berbagai macam usulan

solusi dari semua kelompok.2. Peserta didik membuat rekomendasi tentang pentingnya hidup sehat

secara lisan.3. Guru bersama peserta didik melakukan refleksi terhadap kegiatan

penyelesaian masalah yang telah dilakukan

Penutup 1. Dengan bimbingan guru, peserta didik membuat simpulan dan rangkuman2. Guru memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran.

70 Dilarang Merokok di Sekolah

Melayani Semua Anak Usia SMP dengan Amanah

Lampiran 2d. Contoh Pembelajaran Berbasis Masalah

Mata Pelajaran :Prakarya (Teknologi Budidaya)Kelas/ Semester : VII/2Materi Pokok : Budidaya Tanaman Sayuran

Kompetensi Dasar (KD)1.1 Menghargai keberagaman hasil budidaya di daerah setempat sebagai

anugerah Tuhan2.1 Menunjukkan rasa ingin tahu dan sikap santun dalam menggali informasi

tentang keberagaman produk budidaya daerah setempat sebagai wujud cinta tanah air dan bangga pada produk Indonesia.

2.2 Menghayati perilaku jujur, percaya diri, dan mandiri dalam merancang dan melaksanakan kegiatan budidaya.

2.3 Menunjukkan kemauan bertoleransi, disiplin dan bertanggung jawab dalam penggunaan alat dan bahan, serta teliti dan rapi saat melakukan berbagai kegiatan budidaya

3.1 Memahami konsep dan prosedur budidaya tanaman sayuran sesuai wilayah setempat

Contoh Tujuan Pembelajaran1. Melalui penggalian dari berbagai sumber belajar (majalah, koran, buku, dan

internet), peserta didik dapat menunjukkan jenis produk budidaya tanaman sayuran yang dapat ditanam secara vertikular.

2. Setelah diskusi, peserta didik dapat menunjukkan keunggulan tanaman sayuran secara vertikular.

3. Menjelaskan prosedur budidaya tanaman secara vertikular dengan langkah-langkah yang sistematis dan benar.

4. Setelah diskusi, peserta didik dapat menjelaskan penggunaan alat dan bahan yang digunakan dalam budidaya tanaman sayuran secara vertikular dengan tepat.

5. Setelah berdiskusi, peserta didik dapat menjelaskan cara-cara budidaya tanaman sayuran secara vertikular sesuai dengan prosedur yang tepat.

6. Merancang kegiatan budidaya tanaman sayuran dengan penuh percaya diri.7. Mempresentasikan langkah-langkah budidaya tanaman sayuran secara

mandiri berdasarkan rancangan budidaya yang telah disusun

Langkah-langkah PembelajaranPendahuluanGuru menyapa peserta didik dengan nada bersemangat dan gembira, dilanjutkan dengan kegiatan-kegiatan sebagai berikut.1. Apersepsi dengan memutarkan video pendek tentang kebutuhan sayuran

dan fungsinya bagi tubuh 2. Guru menginformasikan tujuan pembelajaran.3. Guru menjelaskan cakupan materi pembelajaran tentang konsep budidaya

tanaman sayuran secara vertikular

Kegiatan IntiTahap 1 Orientasi terhadap Masalah

PanduanPenguatan Proses Pembelajaran untuk SMP 71

Melayani Semua Anak Usia SMP dengan Amanah

Guru memberikan masalah nyata kepada peserta didik sebagai berikut.Seorang Ibu yang tinggal diperkotaan ingin sekali menanam berbagai sayuran yang dibutuhkan sehari-hari. Namun, Ibu tersebut tidak memiliki lahan yang luas untuk menanam. Ia juga belum mengetahui jenis sayuran yang sesuai ditanam di lahan terbatas. Bagaimana menyelesaikan masalah tersebut?

Tahap 2 Organisasi Belajar1. Guru mengorganisasikan peserta didik untuk belajar dalam bentuk diskusi

kelompok2. Guru memfasilitasi peserta didik untuk memahami masalah, yaitu

mengidentifikasi apa yang diketahui, apa yang perlu diketahui, dan apa yang perlu dilakukan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Peserta didik berbagi peran/tugas untuk menyelesaikan masalah tersebut.

3. Guru meminta peserta didik mengajukan dugaan mengenai solusi atau strategi terbaik untuk menyelesaikan masalah. Misalnya, peserta didik menduga mengenai budi daya sayuran dapat dilakukan dengan memanfaatkan wadah bekas sebagai tempat tanam dan disusun seperti anak tangga (vertikular) untuk mengatasi lahan yang terbatas. Untuk menguatkan dugaan tersebut, peserta didik dapat membaca berbagai sumber belajar yang sesuai.

Tahap 3Penyelidikan Kelompok1. Dengan bimbingan guru, peserta didik melakukan eksplorasi sumber-sumber

belajar yang mendukung untuk menemukan strategi terbaik untuk menanam sayuran di lahan terbatas dengan biaya yang minimal

2. Peserta didik dalam kelompok menyimpulkanhasil diskusi kelompok

Tahap 4 Mengembangkan dan Menyajikan Hasil Pemecahan Masalah1. Peserta didik dalam kelompok mengembangkan laporan hasil diskusi

kelompok. Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi. Kelompok lain menanggapi hasil presentasi dan guru memberikan umpan balik.

2. Guru membimbing diskusi kelas untuk mengklarifikasi dan memperkuat pemahaman peserta didik terkait hasil diskusi kelompok.

Tahap 5Analisis dan Evaluasi Proses Penyelesaian Masalah1. Guru bersama peserta didik menganalisis dan mengevaluasi proses

penyelesaian masalah yang dipresentasikan setiap kelompok maupun terhadap seluruh aktivitas pembelajaran yang dilakukan.

2. Guru memberikan penguatan terkait penguasaan pengetahuan atau konsep tertentu, misalnya cara budidaya tanaman sayuran secara vertikular.

PenutupDengan bimbingan guru, peserta didik menyimpulkan hasil diskusi. Guru dapat melakukan kegiatan pengayaan bagi peserta didik dengan melakukan praktik menanam sayuran untuk lahan terbatas dengan biaya minimal.

72 Dilarang Merokok di Sekolah

Melayani Semua Anak Usia SMP dengan Amanah

Lampiran 3a. Pembelajaran Berbasis Projek

Mata Pelajaran :IPA dan MatematikaKelas/ Semester : IX/1Materi Projek : Bercocok TanamAlokasi Waktu : 12 mingguAlat dan Bahan : Pot, tanah dan/atau media lain, selang, botol air minum

kemasan sebagai tandon air, kotak plastik bekas untuk menampung kelebihan air, mistar

Sumber Belajar : Buku IPA dan Matematika, ensiklopedia, internet

Kompetensi Dasar IPA1.1 Mengagumi keteraturan dan kompleksitas ciptaan Tuhan tentang aspek

fisik dan kimiawi, kehidupan dalam ekosistem, dan peranan manusia dalam lingkungan serta mewujudkannya dalam pengamalan ajaran agama yang dianutnya.

2.1 Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu; objektif; jujur; teliti; cermat; tekun; hati-hati; bertanggung jawab; terbuka; kritis; kreatif; inovatif dan peduli lingkungan) dan bekerja sama dalam aktivitas sehari-hari.

2.2 Menghargai kerja individu dan kelompok dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi dalam melaksanakan percobaan dan melaporkan hasil percobaan.

2.3 Menunjukkan perilaku bijaksana dan bertanggung jawab dalam aktivitas sehari-hari.

2.4 Menunjukkan penghargaan kepada orang dalam aktivitas sehari-hari3.11 Memahami pentingnya tanah dan organisme yang hidup dalam tanah untuk

keberlanjutan kehidupan.4.9 Menyajikan data dan informasi tentang proses dan produk teknologi yang

tidak merusak lingkungan.4.10 Melakukan penyelidikan tentang fungsi tanah bagi keberlangsungan

kehidupan.

Projek yang berjudul “Bercocok tanam hemat air” ini bersifat lintas mata pelajaran, berikut ini adalah kompetensi dasar mata pelajaran Matematika yang terkait dengan projek tersebut.

Kompetensi Dasar Matematika1.1 Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya2.1 Menunjukkan sikap logis, kritis, analitik, konsisten dan teliti, bertanggung

jawab, responsif, dan tidak mudah menyerah dalam memecahkan masalah.2.2 Memiliki rasa ingin tahu, percaya diri, dan ketertarikan pada matematika

serta memiliki rasa percaya pada daya dan kegunaan matematika, yang terbentuk melalui pengalaman belajar.

2.3 Memiliki sikap terbuka, santun, objektif, menghargai pendapat dan karya teman dalam interaksi kelompok maupun aktivitas sehari-hari.

PanduanPenguatan Proses Pembelajaran untuk SMP 73

Melayani Semua Anak Usia SMP dengan Amanah

3.14 Memahami teknik penyajian data dua variabel menggunakan tabel, grafik batang, diagram lingkaran, dan grafik garis dengan komputer serta menganalisis hubungan antar variabel.

4.7 Mengumpulkan, mengolah, menginterpretasi, dan menyajikan data hasil pengamatan dalam bentuk tabel, diagram, dan grafik dari dua variabel serta mengidentifikasi hubungan antar variabel.

Contoh Tujuan Pembelajaran1. Peserta didik menjelaskan pentingnya tanah dan organisme yang hidup

dalam tanah untuk keberlanjutan kehidupan.2. Peserta didik menyajikan data dan informasi tentang proses dan produk

teknologi yang tidak merusak lingkungan dalam projek bercocok tanam hemat air.

3. Peserta didik melakukan penyelidikan tentang fungsi tanah bagi keberlangsungan kehidupan melalui Projek bercocok tanam hemat air.

4. Peserta didik menjelaskan teknik penyajian data dua variabel menggunakan tabel, grafik batang, diagram lingkaran, dan grafik garis dengan komputer serta menganalisis hubungan antar variable dalam projek bercocok tanam hemat air.

5. Peserta didikmengumpulkan, mengolah, menginterpretasi, dan menyajikan data hasil pengamatan dalam bentuk tabel, diagram, dan grafik dari dua variabel serta mengidentifikasi hubungan antar variable dalam projek bercocok tanam hemat air.

6. Peserta didik membuat laporan projek bercocok tanam hemat air.7. Peserta didik mempresentasikan laporan projek bercocok tanam hemat air.

(Catatan: tujuan tersebut diturunkan dari indikator)

Langkah-Langkah PembelajaranPendahuluanContoh kegiatan pendahuluan, guru menyapa peserta didik dengan nada bersemangat dan gembira, dilanjutkan dengan kegiatan:1. Berdoa dan mengecek kehadiran peserta didik2. Apersepsi

a. Guru mengangkat masalah tentang kekeringan.b. Guru menayangkan videocontoh beberapa masalah kekeringan di

Gunung Kidul.3. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran.4. Guru menjelaskan cakupan materi pembelajaran tentang projek bercocok

tanam hemat air

Kegiatan Inti1. Menentukan projek

a. Peserta didik mendengarkan penjelasan guru tentang contoh masalah berikut: Di daerah Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta banyak lahan tidak produktif saat musim kemarau. Menurut petani, hal tersebut terjadi karena tidak tersedia air untuk memenuhi kebutuhan tanaman. Namun pengamatan menunjukkan bahwa pohon pisang (yang berdaun lebar) masih dapat tumbuh dengan baik saat musim kemarau. Ini berarti masih tersedia air untuk memenuhi kebutuhan pohon pisang, walaupun ketersediaan air tidak melimpah. Atau, apakah pohon pisang sesungguhnya tidak membutuhkan air sebanyak yang kita perkirakan?

74 Dilarang Merokok di Sekolah

Melayani Semua Anak Usia SMP dengan Amanah

b. Peserta didik mendengarkan penjelasan guru dengan contoh sebagai berikut: Keterbatasan persediaan air di musim kemarau adalah fakta yang tidak bisa dipungkiri. Tetapi keterbatasan air seharusnya tidak membatasi kelangsungan usaha tani, asalkan petani bisa mengetahui dengan tepat kebutuhan air setiap tanaman.

c. Peserta didik memperhatikan penjelasan guru dengan contoh sebagai berikut: Anak-anak, misalnya kita menghadapi masalah kekurangan air. Untuk bertani, kita harus benar-benar menghemat air dengan cara mengairi tanaman benar-benar tepat sebatas kebutuhan tanaman. Kita akan belajar mengatasi masalah keterbatasan air ini dan mengairi tanaman sebatas keperluan dengan cara menanam di pot dan mengairi tanaman setetes demi setetes melalui lubang yang dibuat pada selang berair. Sekarang misalnya, kita akan menanam cabai. Berapa banyak air yang sebenarnya dibutuhkan oleh setiap tanaman cabai? Faktor-faktor apa yang mempengaruhi kebutuhan air tanaman cabai? Apakah air yang kita berikan memang sudah ‘pas’?

d. Peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok (tergantung jumlah peserta didik dalam satu kelas); satu kelompok terdiri dari 3 (tiga) peserta didik.

e. Peserta didik bersama dengan kelompoknya menentukan satu jenis tanaman yang akan dijadikan sebagai objek yang diteliti untuk menyelesaikan tugas projek. (Dimungkinkan dalam satu kelas ada 3 (tiga) jenis tanaman yang diteliti.)

2. Merancang langkah-langkah penyelesaian projeka. Peserta didik bersama dengan kelompoknya memutuskan berapa jumlah

pot yang dipakai dan berapa jumlah tanaman tiap pot (misalnya, tiap kelompok memerlukan 5 (lima) pot, dengan 5 (tanaman) dalam tiap pot).

b. Peserta didik bersama dengan kelompoknya memutuskan diameter dan panjang selang yang dipakai. (Dengan mempertimbangkan ukuran pot dan jumlah pot yang akan diairi.)

c. Peserta didik bersama dengan kelompoknya memutuskan ukuran lubang tempat menetesnya air pada selang dan berapa jumlah lubang untuk setiap pot. (Tahap ini adalah tahap yang penting karena harus mempertimbangkan jenis tanaman, jenis tanah atau media tanam dan faktor kelembaban udara.)

d. Peserta didik bersama dengan kelompoknya memutuskan ukuran dan jenis tandon air yang akan digunakan.

e. Peserta didik bersama dengan kelompoknya memutuskan volume air dalam tandon air dan selisih ketinggian antara tandon air dengan lubang tempat keluar air pada setiap pot. (Tahap ini adalah tahap yang penting karena memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengatur laju tetes air. Guru sebagai fasilitator dapat membantu peserta didik dengan menunjukkan salah satu indikasi laju tetes air yang terlalu besar adalah adanya air yang keluar dari dasar pot.)

f. Peserta didik (melalui diskusi kelas dengan difasilitasi oleh guru) memutuskan ciri-ciri morfologi tanaman yang akan diamati dan diukur sebagai indikator tepat-tidaknya pemberian suplai air. (Misalnya, tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun, luas daun atau ciri morfologi lain sesuai dengan jenis tanaman yang dipilih oleh masing-masing kelompok)

g. Peserta didik (melalui diskusi kelompok) merancang cara pengukuran dan alat-alat ukur yang diperlukan untuk mengukur ciri-ciri morfologi tanaman.

PanduanPenguatan Proses Pembelajaran untuk SMP 75

Melayani Semua Anak Usia SMP dengan Amanah

Berikut ini adalah contoh skema peletakan pot, selang, tandon air dan wadah tempat menampung kelebihan air yang diletakkan di bawah pot.

3. Menyusun jadwal pelaksanaan projeka. Peserta didik (secara berkelompok) memutuskan kapan penanaman bibit

tanaman dalam pot dimulai (untuk menghemat waktu, projek untuk tanaman cabai, misalnya, dapat dimulai dengan menanam bibit cabai yang sudah berumur satu minggu).

b. Peserta didik (dalam satu kelompok) berbagi tugas. Misalnya, siapa yang bertanggung jawab untuk menyiapkan pot dan tanahnya, siapa yang menyiapkan bibit tanamanmya, siapa yang menyiapkan selang dan tandon airnya.

c. Peserta didik (dalam satu kelompok) kemudian menyusun jadwal pengamatan terhadap ciri-ciri morfologi tanaman yang telah diputuskan untuk diamati sebagai indikator tepat-tidaknya pemberian suplai air. Misalnya, pengamatan dan pengukuran dapat dilakukan 3 hari sekali. Pengamatan dan pengukuran sebaiknya dilakukan bersama-sama oleh semua anggota kelompok, sehingga semua peserta didik dapat merasakan suka-duka penelitian. (Sebaiknya proses pengamatan dan pengukuran dilakukan sampai tanaman menghasilkan buah, sehingga peserta didik puas dengan hasil projek yang dilakukan. Oleh karena itu, mohon bijaksana dalam memilih tanaman yang akan diteliti.)

4. Menyelesaikan projek dengan fasilitasi dan pemantauan gurua. Peserta didik (dalam satu kelompok) mempersiapkan pot, mengisi pot

dengan media tanam (bisa berupa tanah dan/atau yang lain sesuai dengan rencana masing-masing kelompok), menanam bibit tanaman, mengisi tandon air, menghubungkan selang dengan tandon air dan melubangi selang.

b. Peserta didik (dalam satu kelompok) mempersiapkan wadah yang ditempatkan di bawah tiap-tiap pot untuk menampung kelebihan air.

c. Peserta didik (dalam satu kelompok) mengatur selisih ketinggian antara tandon air dan pot untuk mengatur laju tetes air. (Indikator air tidak berlebihan adalah tidak ada air yang menetes dan tertampung pada wadah yang ditempatkan di bawah tiap-tiap pot.)

d. Peserta didik (bersama-sama dalam satu kelompok) melakukan pengamatan dan pengukuran ciri-ciri morfologi tanaman yang telah diputuskan (dalam tahap perencanaan) sebagai indikator tepat-tidaknya suplai air. Proses pengamatan dan pengukuran dilakukan sampai tanaman berbuah. Data hasil pengukuran dicatat dalam tabel. (Sebaiknya peserta didik diminta untuk merancang sendiri tabel yang diperlukan.)

76 Dilarang Merokok di Sekolah

Melayani Semua Anak Usia SMP dengan Amanah

e. Peserta didik (dalam satu kelompok) mengukur dan mencatat volume air yang dibutuhkan, mulai dari awal penanaman hingga tanaman berbuah (atau sampai akhir pelaksanaan projek). Data hasil pengukuran dicatat dalam tabel.

5. Menyusun laporan dan mempersiapkan presentasi hasil projeka. Peserta didik (dalam satu kelompok) mengolah data yang sudah tercatat

dalam tabel, dan menyajikannya dalam bentuk grafik. (Guru sebagai fasilitator diharapkan mengambil peran yang besar dalam tahap ini.)

b. Berdasarkan data dan grafik yang telah dibuat, peserta didik (bersama-sama dengan anggota dalam satu kelompok) menarik kesimpulan: 1) apakah air yang diberikan pada tanaman sudah ’pas’ atau belum, 2) ciri morfologi apa yang paling tepat digunakan sebagai indikator ketepatan suplai air, 3) berapa total volume air yang sebenarnya dibutuhkan setiap tanaman dari awal penanaman sampai tanaman berbuah.

6. Evaluasi proses dan hasil projeka. Setiap kelompok (diwakili oleh salah satu anggota kelompok)

mempresentasikan hasil projek yang telah mereka peroleh. Peserta didik lain dan guru memberikan tanggapan. (Guru sebaiknya mendorong tiap kelompok untuk mempresentasikan hasil yang mereka peroleh dalam bentuk grafik; hal ini akan meningkatkan kemampuan berpikir analitis peserta didik.) Apakah total volume air yang dibutuhkan setiap tanaman sebenarnya tidak terlalu banyak?

b. Guru memberikan kesimpulan umum terhadap hasil projek dari semua kelompok. Lebih jauh lagi, guru membahas kemungkinan penerapan hasil projek pada skala yang lebih luas. Jika memungkinkan (misalnya, sekolah mempunyai lahan untuk bercocok tanam) hasil projek diterapkan. Pada tahap ini, diharapkan akan muncul pertanyaan dari peserta didik, misalnya: Apakah kita tetap akan menggunakan pot untuk menanam? Jika penggunaan pot dinilai tidak ekonomis, bagaimana mengupayakan media tanam agar tetap hemat air?

c. Upaya guru untuk menerapkan hasil projek sangat penting dan sangat berharga untuk menumbuhkembangkan sikap ilmiah pada diri peserta didik, karena upaya penerapan ini adalah bentuk penghargaan tertinggi terhadap hasil karya peserta didik. Keberanian guru mengambil sikap seperti ini adalah contoh langsung sikap ilmiah yang sangat baik bagi peserta didik. Guru, pada posisi yang lebih tinggi dari peserta didik, dengan ikhlas menempatkan dirinya di bawah peserta didik karena sadar bahwa yang paling tahu tentang hasil penelitian adalah yang melakukan penelitian.

PenutupGuru melakukan refleksi terhadap hasil pembelajaran yang diperoleh dan menyampaikan materi yang akan dipelajari pada tatap muka berikutnya

PanduanPenguatan Proses Pembelajaran untuk SMP 77

Melayani Semua Anak Usia SMP dengan Amanah

Lampiran 3b. Contoh Pembelajaran Berbasis Projek

Mata Pelajaran :Pendidikan Agama Islam dan Budi PekertiKelas/ Semester : VII/1Materi Projek: Memakmurkan masjid dengan melaksanakan shalat wajib

berjamaah setiap hariAlokasi Waktu : 12 mingguAlat dan Bahan : Alat SholatSumber Belajar : Buku, ensiklopedia, sumber dari internet

Kompetensi Dasar3.8 Memahami ketentuan bersuci dari hadas kecil dan hadas besar, 3.9 Memahami ketentuan shalat berjamaah, dan3.10 Memahami ketentuan shalat Jumat

Contoh Tujuan PembelajaranSetelah mengikuti serangkaian pembelajaran peserta didik diharapkan dapat:1. melaksanakan tata cara bersuci dari hadas kecil dan besar dengan baik dan

benar berdasarkan ketentuan syariat Islam,2. melaksanakan shalat wajib dengan berjamaah setiap hari sebagai

implementasi dari pemahaman rukun Islam, dan3. melaksanakan shalat Jumat dengan baik dan benar sesuai dengan ketentuan

syariat Islam.

(Catatan: tujuan tersebut diturunkan dari indikator)

Langkah-langkah PembelajaranPendahuluan1. Guru memulai dengan salam lalu menyapa peserta didik dengan nada

bersemangat dan gembira.2. Salah seorang peserta didik memimpin berdoa bersama.3. Guru memeriksa kehadiran peserta didik dan persiapan-persiapan

pembelajaran.

78 Dilarang Merokok di Sekolah

Melayani Semua Anak Usia SMP dengan Amanah

4. Guru melakukan apersepsi dengan mengingatkan kembali pelajaran terdahulu tentang taharah atau bersuci, shalat berjamaah, dan shalat jumat.

5. Guru menyampaikan kompetensi dan tujuan pembelajaran.6. Guru menjelaskan cakupan materi pembelajaran tentang memakmurkan

masjid sebagai implementasi pemahaman rukun Islam yang di antaranya dengan selalu melaksanakan shalat berjamaah di masjid

Kegiatan Inti1. Menentukan Projek

a. Guru menyampaikan program Pembelajaran Berbasis Projek (PBP)atau Project Based Learning (PBL) dengan berbagai ketentuan dan kesepakatan.

b. Guru memberikan penjelasan secukupnya tentang berbagai pilihan projek beserta argumentasinya yang bisa dilakukan oleh peserta didik, termasuk projek memakmurkan masjid dengan melaksanakan shalat wajib dengan berjamaah setiap hari.

c. Guru bersama-sama peserta didik menyepakati pembelajaran berbasis projek yang akan dilakukan.

d. Guru menjelaskan bahwa projek ini dilakukan dalam rangka pencapaian beberapa KD dan tujuan pembelajaran seperti tersebut di atas terkait dengan ketentuan thaharah, shalat berjamaah, dan shalat Jumat.

2. Merancang langkah-langkah penyelesaian projek a. Guru bersama-sama peserta didik mengadakan kesepakatan

tentanglangkah-langkah kegiatan yang akan dilaksanakan oleh peserta didik sebagai berikut, misalnya: 1) Peserta didik membentuk kelompok yang terdiri dari 9-12 orang yang

masing-masing dipimpin oleh seorang ketua kelompok, kemudian peserta didik bersama-sama dalam kelompok tersebut menentukan bentuk kegiatan projek,

2) Ketua kelompok membagi tugas kepada setiap anggota kelompok dalam rangka melaksanakan projek,

3) Peserta didik secara berkelompok melaksanakan kegiatan-kegiatan projek yang sudah dipilih dan disepakati, dan

4) Peserta didik juga menyepakati waktu dan tempat pelaksanaan projek.

b. Masing-masing kelompok melakukan diskusi untuk menyepakati langkah-langkah praktis dan persiapan-persiapan projek yang akan dilakukan.

3. Menyusun jadwal pelaksanaan projeka. Guru dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal kegiatan

dalam melaksanakan projek.b. Aktivitas pada tahap ini antara lain: (1) setelah peserta didik

mendapatkan penjelasan dari guru kemudian peserta didik menyusun kegiatan pembimbingan untuk memperdalam materi bersuci dan melaksanakan shalat berjamaah secara benar, (2) Kegiatan pembimbingan dilaksanakan selama 8 minggu, (3) peserta didik membentuk kelompok menjadi 3 kelompok yang terdiri dari 9-12 orang. Setelah terbentuk kelompok kemudian masing-masing kelompok memilih tema yang akan dilaksanakan, misalnya tema bersuci, shalat wajib berjamaah, dan shalat Jumat, (4) Peserta didik meminta kepada guru melaksanakan pembimbingan sesuai tema yang telah dipilih oleh masing-masing kelompok untuk menghindari kesalahan.

c. Peserta didik membuat jadwal (timeline) untuk menyelesaikan projek.d. Peserta didik menyepakatibatas waktu akhir penyelesaian projek.

PanduanPenguatan Proses Pembelajaran untuk SMP 79

Melayani Semua Anak Usia SMP dengan Amanah

e. Peserta didik (secaraberkelompok) berdiskusi menentukan jadwal kegiatan projek sesuai dengan target waktu yang telah disepakati bersama guru.

f. Peserta didik (secaraberkelompok) menentukan waktu pelaksanaandi tingkat internal kelompok dan antarkelompok.

4. Menyelesaikan projek dengan fasilitasi dan pemantauan gurua. Guru melakukan monitoring terhadap aktivitas peserta didik secara

individu dan kelompok selama menyelesaikan projek. b. Monitoring guru dilakukan dengan cara menfasilitasi peserta didik pada

setiap proses, yakni memberikan pembimbingan dan masukan berbagai kegiatan dan contoh yang berkaitan dengan projek yang sedang dilaksanakan oleh peserta didik.

c. Untuk mempermudah peningkatan kemajuan setiap kegiatan projek, guru membuat catatan-catatan tertentu semisal jurnal kemajuan pelaksanaan projek agar lebih mudah diketahui kesulitan apa yang sedang dialami oleh masing-masing kelompok.

5. Menyusun laporan dan presentasi hasil projeka. Peserta didik secara berkelompok mendiskusikan hasil pelaksanaan

projek.b. Peserta didik secara berkelompok menyusun laporan kegiatan projek

dengan sistematika laporan yang standar, misalnya tersusun dari beberapa bab, dimulai dari bab pendahuluan, laporan pelaksanaan projek, analisis hasil projek, dan penutup atau kesimpulan.

c. Peserta didik secara berkelompok mempresentasikan hasil projek kelompoknya di tempat ibadah sekolah (mushala atau masjid) yang ditanggapi oleh kelompok-kelompok lainnya secara bergantian.

d. Guru memberikan tanggapan, masukan, dan perbaikan atas presentasi hasil laporan projek yang dilakukan masing-masing kelompok.

e. Peserta didik memperbaiki laporan hasil projek berdasarkan masukan dan saran dari kelompok yang lain dan juga dari guru.

6. Evaluasi Proses dan Hasil ProjekGuru melakukan evaluasi secara lisan kepada peserta didik tentang proses dan hasil projek yang telah dilakukan.

Penutupa. Guru dan peserta didik membuat kesimpulan dari seluruh proses

pembelajaran yang telah selesai.b. Guru membuat penilaian terhadap keberhasilan proses pembelajaran

secaratransparan.c. Guru bersama-sama peserta didik melakukan refleksi terhadap proses

pembelajaran berbasis projek dan menyampaikan materi yang akan dipelajari pada tatap muka berikutnya.

80 Dilarang Merokok di Sekolah

Melayani Semua Anak Usia SMP dengan Amanah

Lampiran 3c. Contoh Pembelajaran Berbasis Projek

Mata Pelajaran :Pendidikan Pancasila dan KewarganegaraanKelas/ Semester : IX/1Materi Projek : Aksi Sosial KemanusiaanAlokasi Waktu : 12 mingguAlat dan Bahan : Alat dan Bahan sesuai kebutuhanSumber Belajar : Buku, ensiklopedia, sumber dari internet

Kompetensi Dasar1.1 Menghayati perilaku beriman dan bertaqwa kepada TuhanYME dan berakhlak

mulia dalam kehidupan di lingkungan pergaulan antarbangsa2.4 Menghargai sikap toleransi dan harmoni keberagaman dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara Indonesia3.4 Memahami perbedaan baik dan buruk dalam bertutur kata, berperilaku, dan

bersikap sesuai dengan nilai-nilai Pancasila4.4 Menyaji sikap, tutur kata, dan perilaku yang baik, sesuai dengan nilai dan

moral Pancasila dalam pergaulan hidup sehari-hari di masyarakat, bangsa dan negara

4.8 Menyaji bentuk-bentuk partisipasi dan tanggung jawab kewarganegaran yang mencerminkan komitmen terhadap keutuhan nasional

Contoh Tujuan Pembelajaran 1. Peserta didik mempraktikkan sikap toleransi dan harmoni keberagaman

dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara Indonesia melalui projek aksi sosial kemanusiaan.

2. Peserta didik membedakan baik dan buruk dalam bertutur kata, berperilaku, dan bersikap sesuai dengan nilai-nilai Pancasila melalui projek aksi sosial kemanusiaan.

3. Peserta didik melaksanakan aksi sosial kemanusiaan sebagai pelaksanaan nilai-nilai Pancasila pada kelompok masyarakat yang kurang beruntung sebagai bentuk partisipasi dan tanggung jawab kewarganegaraan.

PanduanPenguatan Proses Pembelajaran untuk SMP 81

Melayani Semua Anak Usia SMP dengan Amanah

4. Menyaji bentuk-bentuk partisipasi dan tanggung jawab kewarganegaran melalui projek aksi sosial kemanusiaan.

(Catatan: tujuan tersebut diturunkan dari indikator)

Langkah-Langkah PembelajaranPendahuluanContoh kegiatan pendahuluan, guru menyapa peserta didik dengan nada bersemangat dan gembira, dilanjutkan dengan kegiatan sebagai berikut.1. Berdoa dan mengecek kehadiran peserta didik2. Apersepsi

a. Guru mengingatkan kembali bahan pelajaran yang telah dipelajari tentang nilai-nilai Pancasila yang diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

b. Guru menayangkan videocontoh beberapa pelaksanaan nilai-nilai Pancasila yang diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

3. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran.4. Guru menjelaskan cakupan materi pembelajaran tentang projek aksi sosial

kemanusiaan.

Kegiatan Inti1. Menentukan projek

a. Peserta didik mendengarkan penjelasan guru tentang contoh masalah berikut: Persoalan sosial kemanusiaan di Indonesia masih menjadi persoalan yang sangat serius. Beberapa kasus sosial kemanusiaan seperti anak jalanan, kehidupan anak di panti asuhan, panti jompo, layanan kesehatan untuk masyarakat yang kurang mampu perlu mendapatkan perhatian dari berbagai pihak. Pada sisi lain, perhatian pemerintah ataupun masyarakat memiliki keterbatasan.

b. Peserta didik mendengarkan penjelasan guru tentang hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat projek aksi sosial kemanusiaan, dengan mementukan aksi sosial apa yang akan dikerjakan?

c. Peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok (tergantung jumlah peserta didik dalam satu kelas); satu kelompok terdiri dari 4-5peserta didik.

d. Peserta didik bersama dengan kelompoknya menentukan aksi sosial kemausiaan apa yang akan dilakukan (Dapat dipilih yang paling mungkin dilakukan dilihat dari lokasi seperti anak jalanan, kehidupan anak di panti asuhan, panti jompo, layanan kesehatan untuk masyarakat yang kurang mampu).

2. Merancang langkah-langkah penyelesaian projeka. Peserta didik bersama dengan kelompoknya mendiskusikan rancangan

pendataan dari sasaran yang akan menjadi tujuan aksi sosial kemanusiaan (Lokasi, sasaran, kegiatan yang dilakukan kelompok sasaran dalam sehari-hari, aksi sosial kemanusiaan yang dapat dilakukan untuk membantu kelompok sasaran). Peserta didik merancangtujuan aksi sosial kemanusiaan yang akan dilaksanakan.

b. Peserta didik bersama dengan kelompoknya merancang persiapan yang dibutuhkan untuk melaksanakan aksi sosial kemanusiaan, seperti kebutuhan alat, bahan, dan perlengkapan lainnya.

c. Peserta didik bersama dengan kelompoknya merancang hal-hal yang harus dilakukan pada saat pelaksanaan aksi sosial kemanusiaan

82 Dilarang Merokok di Sekolah

Melayani Semua Anak Usia SMP dengan Amanah

dijalankan, seperti perizinan, tindakan yang akan dilakukan, dan kemungkinan resiko yang dapat terjadi. Guru memberikan fasilitasi terhadap dalam proses perancangan projek aksi sosial kemanusiaan yang dilakukan oleh peserta didik.

3. Menyusun jadwal pelaksanaan projeka. Peserta didik bersama dengan kelompoknya merancang kapan aksi

sosial kemanusiaan itu dimulai, jangka waktu kegiatan, dan kapan diakhiri.

b. Peserta didik bersama dengan kelompoknya merancang pembagian tugas dari persiapan, pelaksanaan, dan pembuatan laporan.

4. Menyelesaikan projek dengan fasilitasi dan pemantauan gurua. Peserta didik bersama dengan kelompoknya melakukan pendataan

terhadap sasaran aksi sosial kemanusiaan yang menjadi pilihan projeknya. Peserta didik mencatat dan mendokumentasikan sasaran yang menjadi target projek aksi sosial kemanusiaan sebagai data awal sebelum aksi sosial kemanusiaan dilakukan.

b. Peserta didik bersama dengan kelompoknya melaksanakan aksi sosial kemanusiaan yang telah direncanakan sesuai jadwal yang telah dibuat. Peserta didik mencatat dan mendokumentasikan semua aktivitasnya ketika melaksanakan aksi sosial kemanusiaan kepada sasaran yang menjadi target projeknya. Fasilitasi dan monitoring guru berlanjut dalam kegiatan ini, sambil mengumpulkan data penilaian pelaksanaan projek.

c. Peserta didik bersama dengan kelompoknya mengumpulkan data perubahan yang terjadi pada kelompok sasaran setelah aksi sosial kemanusiaan dilaksanakan.

d. Peserta didik bersama dengan kelompoknya mendiskusikan nilai-nilai Pancasila yang diperoleh ketika melaksanakan aksi sosial kemanusiaan.

5. Menyusun laporan dan mempersiapkan presentasi hasil projeka. Peserta didik bersama dengan kelompoknyamengolah data yang sudah

tercatat dalam bentuk deskripsi, tabel, atau grafik tentang data awal kelompok sasaran, aksi sosial kemanusiaan yang dilaksanakan, data perubahan yang terjadi pada kelompok sasaran setelah aksi sosial kemanusiaan dilaksanakan, dan nilai-nilai Pancasila yang diperoleh ketika melaksanakan aksi sosial kemanusiaan. (Guru sebagai fasilitator diharapkan mengambil peran yang besar dalam tahap ini.)

b. Berdasarkan data, peserta didik bersama-sama dengan anggota dalam satu kelompok menarik kesimpulan karakteristik kelompok sasaran dalam aksi sosial kemanusiaan, aksi sosial kemanusiaan yang dilaksanakan beserta dampaknya bagi kelompok sasaran, dan nilai-nilai Pancasila yang diperoleh ketika melaksanakan aksi sosial kemanusiaan.

c. Peserta didik membuat laporan pelaksanaan aksi sosial kemanusiaan yang dilakukan pada kelompok sasaran berdasarkan rancangan, pelaksanaan, dan kesimpulan.

d. Peserta didik mempersiapkan presentasi hasil projek dalam bentuk slide paparan power-point atau poster.

6. Evaluasi proses dan hasil projeka. Setiap kelompok (diwakili oleh salah satu anggota kelompok)

mempresentasikan hasil projek yang telah mereka peroleh. Peserta didik lain dan guru memberikan tanggapan.

b. Guru memberikan kesimpulan umum terhadap hasil projek dari semua kelompok. Lebih jauh lagi, guru membahas kemungkinan penerapan hasil projek pada skala yang lebih luas.

c. Peserta didik mengevaluasi proses dan hasil projek dari masing-masing kelompok dilihat dari kekuatan dan kelemahannya.

PanduanPenguatan Proses Pembelajaran untuk SMP 83

Melayani Semua Anak Usia SMP dengan Amanah

PenutupGuru melakukan refleksi terhadap hasil pembelajaran yang diperoleh dan menyampaikan materi yang akan dipelajari pada tatap muka berikutnya

Lampiran 4a. Contoh Pembelajaran Kooperatif

Mata Pelajaran :IPAKelas/ Semester : VII/Materi Pokok : Suhu, Pemuaian, dan Kalor

Kompetensi Dasar (KD)1.1 Mengagumi keteraturan dan kompleksitas ciptaan Tuhan tentang aspek fisik

dan kimiawi, kehidupan dalam ekosistem, dan peranan manusia dalam lingkungan serta mewujudkannya dalam pengamalan ajaran agama yang dianutnya.

2.1 Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu; objektif; jujur; teliti; cermat; tekun; hati-hati; bertanggung jawab; terbuka; kritis; kreatif; inovatif dan peduli lingkungan) dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi sikap dalam melakukan pengamatan, percobaan, dan berdiskusi

2.2 Menghargai kerja individu dan kelompok dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi melaksanakan percobaan dan melaporkan hasil percobaan

2.3 Menunjukkan perilaku bijaksana dan bertanggungjawab dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi sikap dalam memilih penggunaan alat dan bahan untuk menjaga kesehatan diri dan lingkungan

2.4 Menunjukkan penghargaan kepada orang lain dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi perilaku menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan

3.7 Memahami konsep suhu, pemuaian, kalor, perpindahan kalor,dan penerapannya dalam mekanisme menjaga kestabilan suhu tubuh pada manusia dan hewan serta dalam kehidupan sehari-hari

4.7 Melakukan percobaan untuk menyelidiki suhu dan perubahannya, serta pengaruh kalor terhadap perubahan suhu dan perubahan wujud benda

84 Dilarang Merokok di Sekolah

Melayani Semua Anak Usia SMP dengan Amanah

4.8 Melakukan penyelidikan terhadap karakteristik perambatan kalor secara konduksi, konveksi, dan radiasi

Langkah-langkah PembelajaranPendahuluan1. Menyampaikan salam, mengecek kehadiran peserta didik.2. Menyampaikan tujuan dan motivasi dalam pembelajaran kooperatif pada

materi pokok Suhu, Pemuaian dan Kalor.3. Melakukan tes awal/untuk menggambarkan kondisi awal peserta didik di

dalam kelompoknya.

Langkah 1. Menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi1. Menunjukaan fenomena untuk memotifasi peserta didik (pemuaian

udara,video, gelas retak) 2. Meyampaikan tujuan dengan menyampaikan sebagai berikut. Jika benda di

kenai kalor maka salah satu akibatnya adalah suhunya bertambah dan berdampak pada bertambahnya ukuran volume benda, kita akan mempelajari karakteristik pemuaian pada benda dan menerapkan konsep pemuaian pada termometer.

3. Melakukan observasi dan pengajukan pertanyaan untuk merumuskan masalah. Dengan mengamati demonstrasi, guru membimbing peserta didik untuk bertanya dan mengajukan masalah sebagai berikut.a. Bandingkan pemuaian pada alkohol dan raksa pada kedua termometer

berikut ini, apakah sama? mengapa?b. Salah satu penerapan konsep pemuaian digunakan pada termometer,

bagaimana termometer dapat dipergunakan sebagai alat pengukur suhu?Contoh MPK tipe STAD pada kegiatan inti ( menyajikan informasi, mengorganisasikan peserta didik ke dalam kelompok-kelompok belajar, dan membimbing kelompok bekerja dan belajar)

Langkah 2. Menyajikan informasiPeserta didik mendengarkan penjelasan guru terkait dengan permasalahan Peserta didik mendefiniskan pengertian pemuaian berdasarkan demonstasi dan bimbingan guru.Pemuaian adalah bertambahnya ukuran volume benda ketika suhunya bertambah akibat pemberian kalor. Pemuaian dapat terjadi pada benda padat, cair dan gas.

Langkah 3. Mengorganisasikan peserta didik ke dalam kelompok-kelompok belajarGuru memberikan penjelasan tata cata kerja dan penilain kelompok.

Langkah 4. Membimbing kelompok bekerja dan belajara. Kelompok merencanakan dan melaksanakan eksperimen pemuaian

membanding-kan pemuaian pada alkohol dan raksa, dibawah bimbingan guru.

b. Kelompok mempresentasikan hasil temuannya untuk menjawab apakah alkohol memiliki sifat muai yang sama dengan raksa?

c. Kelompok mendengarkan penjelasan guru tentang aplikasi pemuaian pada termometer.1) Guru melakukan demonstrasi pengukuran suhu dengan menggunakan

termometer.2) Peserta didik menjelaskan bagian-bagian dari termometer . 3) Peserta didik mengungkapkan mengapa termometer dapat dijadikan

sebagai alat ukur suhu.4) Peserta didik menemukan persamaan dan perbedaan termometer Celsius

dan Kelvin dengan bantuan guru.

PanduanPenguatan Proses Pembelajaran untuk SMP 85

Melayani Semua Anak Usia SMP dengan Amanah

5) Peserta didik memformulasikan kesetaraan hubungan termometer berdasarkan data hasil demonstrasi dengan b imbingan guru.

Kegiatan penutup dalam MPK tipe STAD (Evaluasi, dan memberikan penghargaan )Peserta didik mendengarkan penjelasan guru terkait dengan konsep-konsep esensial1. Pengertian pemuaian2. Jika benda dikenai kalor maka suhunya akan naik dan berdampak kepada

bertambahnya volume benda (pemuaian).3. Setiap benda memiliki karakteristik pemuaian yang berbeda dengan

menunjukkan tabel kofisien muai beberapa benda.4. Termometer alat ukur suhu yang bekerja atas dasar prinsip pemuaian.5. Beberapa aplikasi kekinian tetang pemuaian, misal penggunaan bimetal.

Langkah 5. Evaluasi1. Guru memberikan post tes untuk mengukur kemajuan perkembangan

individu.2. Dengan bantuan peserta didik (teman sejawat) guru memperoleh skor dan

memperoleh gambaran kemajuan kelompok berdasarkan standar aturan yang telah dikembangkan.

Langkah 6. Memberikan penghargaan1. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok berdasarkan perolehan

nilai kognitif dan afektif (kelompok tinggi, sedang dan kurang). Menjelaskan tentang ketrampilan sosial yang telah dibangun pada kelompok yang dipandang paling unggul. Menyemangati peserta didik untuk berkompetisi, bekerjasama di dalam kelompok dan peningkatan prestasi.

2. Guru memberikan tugas agar peserta didik membuat tulisan terkait dengan penerapan konsep pemuaian dalam kehidupan sehari-hari dan teknologi kekinian (bimetal), menyelesaikan persolan fisika sederhana terkait dengan konsep pemuain.

3. Menyampaikan informasi materi pertemuan selanjutnya.Lampiran 4b. Contoh Pembelajaran Kooperatif

Mata Pelajaran :Prakarya (Kerajinan)Kelas/ Semester : VII/Materi Pokok : Kerajinan dari Bahan Alam

Kompetensi Dasar (KD)1.1 Menghargai keberagaman produk kerajinan di daerah setempat sebagai

anugerah Tuhan2.1 Menghargai rasa ingin tahu dan sikap santun dalam menggali informasi

tentang keberagaman produk kerajinan daerah setempat sebagai wujud cinta tanah air dan bangga pada produk Indonesia

2.2Menghayati perilaku jujur, percaya diri, dan mandiri dalam merancang dan membuat karya kerajinan

2.3 Menghargai kemauan bertoleransi, disiplin dan bertanggung jawab dalam penggunaan alat dan bahan, serta teliti dan rapi saat melakukan berbagai kegiatan pembuatan karya kerajinan

3.1 Memahami desain pembuatan dan pengemasan karya kerajinan bahan alam berdasarkan konsep dan prosedur berkarya sesuai wilayah setempat.

Contoh Tujuan Pembelajaran

86 Dilarang Merokok di Sekolah

Melayani Semua Anak Usia SMP dengan Amanah

1. Mendeskripsikan pengertian kerajinan dari bahan alam (tanah liat, serat alam,kayu, bambu, rotan, kulit, batu, dll)

2. Mengidentifikasi jenis karya kerajinan dari bahan alam dan fungsinya 3. Mendeskripsikan motif ragam hias pada kerajinan dari bahan alam4. Mengidentifikasi bahan, alat dan teknik dalam pembuatan pembuatan karya

kerajinan dari bahan alam5. Mendeskripsikan prosedur pembuatan karya kerajinan dari bahan alam6. Mengidentifikasi bahan dan alat untuk pembuatan kemasan karya kerajinan

dari bahan alam

(Catatan: tujuan tersebut diturunkan dari indikator)

Langkah-langkah PembelajaranPendahuluan1. Berdoa2. Mengecek kehadiran peserta didik3. Peserta didik memperhatikan penjelasan guru tentang kegiatan pembelajaran

kooperatif tipe STAD4. Peserta didik secara individual mengerjakan tes/ kuis pilihan ganda untuk

mendapatkan skor awal (nilai pre test) 5. Apersepsi:

Guru bertanya kepada peserta didik tentang karya kerajianan yang ada di rumah mereka, misalnya: “Anak-anak, coba ingat benda/ karya kerajinan yang ada di rumahmu! Jenis karya kerajinan apakah yang kamu miliki? Dibuat dari bahan apakah karya tersebut?, dsb.

6. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran.7. Guru menjelaskan cakupan materi pembelajaran tentang kerajinan dari

bahan alam (tanah liat, serat alam,kayu, bambu, rotan, kulit, batu, dll)

Kegiatan Inti1. Peserta didik memperhatikan contoh-contoh karya kerajinan dari bahan alam

(tanah liat, serat alam,kayu, bambu, rotan, kulit, batu, dll) melalui media LCD, gambar-gambar ataupun produk kerajinan sebenarya yang ditunjukkan oleh guru.

2. Peserta didik membaca bahan ajar (buku-buku, handout, browsing internet,dsb.) tentang materi ajar: pengertian, jenis, motif ragam hias karya kerajinan yang memiliki fungsi pakai, bahan, alat, teknik, prosedur pembuatan dan pengemasan kerajinan dari bahan alam (tanah liat, serat alam,kayu, bambu, rotan, kulit, batu, dll)

3. Guru membagi peserta didik dalam kelompok yang terdiri dari 4-5 orang dengan kemampuan yang berbeda beda (tinggi, sedang, dan rendah) berdasarkan tes formatif sebelumnya.

4. Peserta didik dalam kelompok berdiskusi mengerjakan tugas/ lembar kerja dari guru untuk mengeksplorasi pengetahuan tentang materi ajar essensial Karya kerajinan dari bahan alam (tanah liat, serat alam,kayu, bambu, rotan, kulit, batu, dll), kemudian menyimpulkan konsep-konsep atau pengetahuan yang telah diperoleh. Guru berkeliling ke setiap kelompok membimbing, mengarahkan dan memfasilitasi peserta didik dalam membuat rangkuman/ simpulan.

5. Peserta didik (wakil dari setiap kelompok) mempresentasikan hasil simpulan/rangkuman dari kelompoknya dan guru memberikan penegasan

PanduanPenguatan Proses Pembelajaran untuk SMP 87

Melayani Semua Anak Usia SMP dengan Amanah

terhadap hasil dari kegiatan yang telah dilakukan oleh kelompok tersebut serta menyimpulkan hasil keselurhan dari kegiatan diskusi kelompok.

6. Setiap kelompok mengumpulkan tugas yang telah dikerjakan.

Penutup1. Peserta didik secara individual mengerjakan tes/ kuis pilihan ganda, untuk

mendapatkan skor kedua (nilai post tes).2. Peserta didik dan guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan

perolehan nilai kemajuan kelompok. Nilai kemajuan kelompok diperoleh berdasarkan selisih skor awal (pre tes) dan skor kedua (post tes) mengacu pada pedoman pemberian skor perkembangan individu yang dikemukakan oleh Slavin (1995) sebagai berikut:

Skor Tes Skor Perkembangan Individu

1. Lebih dari 10 poin di bawah skor awal2. 10 hingga 1 poin di bawah skor awal3. Skor awal sampai 10 poin di atasnya4. Lebih dari 10 poin di atas skor awal5. Nilai sempurna (tidak berdasarkan skor

awal)

510203030

Contoh meghitung skor dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD

Nama Kelompok

Nama Peserta didik

Tanggal:Kuis: Ditambah dengan pengelompokan kembali

Skor pre tes (skor awal)

Skor post tes ( skor kedua)

Poin Kemajuan

A Adi 90 100 30Ratna 85 74 10Susi 80 67 0Budi 70 91 30

Skor Kelompok (Skor rata-rata) 17,5

B Devi 90 100 30Raynaldo 85 72 0Desi 80 91 30Fandi 65 70 20Skor Kelompok (Skor rata-rata) 20

Dst.

Pada contoh di atas Kelompok A memperoleh nilai kemajuan kelompok (skor kelompok) 17,5 dan 20 untuk kelompok B, kelompok C dst dihitung dengan langkah yang sama. Berdasarkan perolehan nilai kemajuan kelompok, guru memberikan penghargaan kepada semua kelompok. Penghargaan/ reward dapat berupa predikat kelompok (misalnya: super, hebat dan baik), memberikan sertifikat/bintang, atau nilai tambahan, dan sebagainya.1. Guru dan peserta didik melakukan refleksi, memberikan penekanan pada

konsep-konsep esensial dari materi yang telah dipelajari, serta penerapan dan pengayaan.

2. Guru memberikan informasi tugas, dan materi yang akan disampaikan pada minggu berikutnya.

88 Dilarang Merokok di Sekolah

Melayani Semua Anak Usia SMP dengan Amanah

PanduanPenguatan Proses Pembelajaran untuk SMP 89

Melayani Semua Anak Usia SMP dengan Amanah

Lampiran 4c. Contoh Pembelajaran Kooperatif

Mata Pelajaran :PenjasorkesKelas/ Semester : VIII/1Materi Pokok : Permainan Bola Voli (Pasing Atas dan Pasing Bawah)

Kompetensi Dasar1.1 a. Pembiasaan perilaku berdoa sebelum dan sesudah pelajaran. b. Selalu berusaha secara maksimal dan tawakal dengan hasil akhir2.1 Berperilaku sportif dalam bermain3.1 Memahami konsep variasi dan kombinasi permainan bola besar.4.1 Mempraktikkan variasi dan kombinasi keterampilan berbagai permainan bola

besar dengan koordinasi yang baik

Contoh Tujuan Pembelajaran1. Peserta didik dapat menjelaskan cara melakukan variasi pasing bawah

dengan benar2. Peserta didik dapat menjelaskan cara melakukan variasi dan kombinasi

pasing.3. Peserta didik dapat melakukan variasi pasing atas dengan benar4. Peserta didik dapat melakukan variasi pasing bawah dengan benar5. Peserta didik dapat melakukan variasi dan kombinasi pasing

(Catatan: tujuan tersebut diturunkan dari indikator)

Langkah-langkah PembelajaranPendahuluan 1. Peserta didik dibariskan 2-4 bersaf, peserta didik yg tinggi disebelah kanan2. Presensi kehadiran peserta didik dan menanyakan kesehatan secara umum3. Peserta didik berdoa sesuai dengan kepercayaan dan agama masing-masing4. Menugaskan peserta didik untuk melakukan penguluran

(Stretching).Diupayakan gerakan pemanasan mengarah pada materi pembelajaran.

5. ApersepsiGuru membuka pelajaran dengan mengajukan beberapa pertanyaan yang terkait dengan materi yang akan dipelajari guna mengetahui seberapa jauh kompetensi awal peserta didik pada materi tersebut dengan cara memberikan tes awal (pre tes) secara individual (tes berupa tes keterampilan dan pengetahuan) serta menjelaskan tujuan pembelajaran dan cakupan materi yang akan dipelajari dalam hal ini materi permainan bolavoli (pasing atas dan pasing bawah) (tahap 1)

Kegiatan IntiTahap 1Untuk mengingatkan kembali memori peserta didik tentang pasing atas dan bawah guru menyampaikan ulang materi pasing yang ditekankan pada variasi dan kombinasi pasing. Dengan cara mendemonstrasikan teknik pasing atas dan bawah. Peserta didik dengan bimbingan guru mengamati untuk mendapatkan gambaran permasalahan yang dapat dipecahkan.

Tahap 2Guru membentuk kelompok-kelompok pembelajaran dengan kemampuan yang berbeda. Dengan menentukan katagori di masing-masing kelompoknya.

Tahap 3

90 Dilarang Merokok di Sekolah

Melayani Semua Anak Usia SMP dengan Amanah

Sesuai dengan katagori kelompoknya, peserta didik dimasing-masing kelompok berdiskusi menyusun materi kegiatan untuk menunjang ketercapaian kompetensi. Misalnya:1. kelompok A adalah kelompok yang beranggotakan peserta didik yang

mempunyai kemampuan rendah dalam melakukan aktivitas passing. Kelompok Dengan bimbingan guru kelompok ini menyusun materi latihan untuk meningkatkan kompetensi pasing berdasar dari data awal. Hasil awal kelompok A adalah peserta didik belum bisa pasing dengan benar. Maka latihan yang disusun adalah: (misalnya) “Melakukan pasing dengan bantuan bola dilempar teman.”

2. Untuk kelompok C adalah kelompok peserta didik yang mempunyai kemampuan pasing baik. Kelompok ini menyusun materi latihan juga berdasar dari tes awal. Maka latihan yang disusun adalah: (misalnya) “melakukan pasing berpasangan dengan teman dalam waktu tertentu”

3. Begitu juga dengan katagori kelompok lainnya. Penyusunan materi disesuaikan dengan hasil tes awal.

4. Setelah materi terkonsep, setiap kelompok mengaplikasikan konsep ke kegiatan sesuai dengan konsepnya.

5. Kemudian guru membimbing peserta didik (kelompok) dalam menyusun rangkuman dari kegiatan yang dilakukan peserta didik (kelompok) dalam meningkatkan kompetensinya, kemudian dianalisis, setelah itu dikomunikasikan dengan kelompok lainya. Guru menguatkan hasil rangkuman kegiatan peserta didik (kelompok) dengan cara memberi pengarahan, penegasan dan penguatan pada materi pembelajaran yang sedang dipelajari.

Penutup1. Guru dan peserta didik membuat kesimpulan dari seluruh proses

pembelajaran yang telah selesai2. Guru memberikan tes yang kedua (pos tes) untuk mengukur tingkat

keberhasilan peserta didik pada materi pembelajaran tersebut. Tes berupa tes keterampilan dan pengetahuan. Hasil tes dihitung dengan cara nilai pre tes dan nilai pos tes masing-masing peserta didik dalam kelompok dihitung peningkatannya, kemudian hasil dari semua anggota kelompok dijumlahkan. (tahap 5)

3. Peserta didik melakukan (cooling down)4. Gurumengevaluasi proses belajar secara klasikal.

Berdasarkan hasil peningkatan nilai kelompok tersebut, guru memberikan reward pada semua kelompok, dari nilai yang tertinggi sampai yang paling rendah dalam kelas tersebut. Reward ini kepentingannya untuk menambah motivasi peserta didik untuk dapat belajar lebih baik lagi supaya kompetensi yang dicapai bisa dikembangkan lebih lanjut. (tahap 6)

5. Refleksi dari guru dan peserta didika. Guru dan peserta didikmemberikan penekanan pada konsep-konsep

esensial dari materi yang telah dipelajari, serta penerapan dan pengayaannya dalam kehidupan sehari-hari.

b. Memberikan kesempatan pada peserta didik untuk menyampaikan pendapatnya tentang materi pembelajaran merangkai gerakan lompat harimau dan guling depan yang mereka pelajari dari sisi fungsi dan berbagai teknik, kemudian guru memberi penekanan dari hasil yang disampaikan peserta didik.

6. Tindak lanjut dan penjelaskan materi minggu depan.7. Berdoa8. Kembali ke kelas dengan tertib dan tepat waktu.

PanduanPenguatan Proses Pembelajaran untuk SMP 91

Melayani Semua Anak Usia SMP dengan Amanah

Lampiran 4d. Contoh Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Mata Pelajaran :Seni RupaKelas/ Semester : VII/1Materi Pokok : Menggambar Flora dan Fauna

Kompetensi Dasar1.1

Menerima, menanggapi, dan menghargai keragaman dan keunikan karya seni rupa sebagai bentuk rasa syukur terhadap anugerah Tuhan

2.1

Menunjukkan sikap menghargai, jujur, disiplin, melalui aktivitas berkesenian

2.2

Menunjukkan sikap bertanggung jawab, peduli, dan santun terhadap karya seni rupa dan pembuatnya

3.2

Menunjukkan sikap percaya diri, motivasi internal, kepedulian terhadap lingkungan dalam berkarya seni

3,3

Memahami konsep dan prosedur menggambar flora, fauna, dan benda alam

4.1

Menggambar flora, fauna, dan benda alam

Contoh Tujuan PembelajaranSetelah mengikuti serangkaian proses belajar, peserta didik diharapkan dapat:1. mendeskripsikan pengertian dan kriteria menggambar flora dengan benar, 2. mendeskripsikan prosedur dan teknik menggambar flora dengan benar, dan3. mengkomunikasikan pemahaman tentang prosedur dan teknik menggambar

flora secara lisan dan/atau tertulis, dan 4. menggambar flora dengan teknik warna (pensil warna) (Catatan: tujuan tersebut diturunkan dari indikator)

Langkah-langkah PembelajaranPendahuluanPada awal pembelajaran guru menayangkan empat contoh gambar flora (dengan objek bunga, buah, sayur, dan tanaman hias) untuk diamati peserta didik. Melalui tanya jawab dengan guru, peserta didik diarahkan untuk menemukan permasalahan tentang menggambar flora, yaitu pengertian, kriteria, dan prosedur serta teknik menggambar flora. Guru kemudian memberikan tes awal untuk dijawab peserta didik secara individual. Selanjutnya, guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

Kegiatan Inti1. Untuk melaksanakan pembelajaran model jigsaw, guru membagi peserta didik

menjadi lima kelompok sesuai dengan jenis objek menggambar: (1) bunga, (2) buah, (3) sayuran, dan (4) tanaman hias, masing-masing dengan empat orang anggota, sebagai kelompok asal. Kepada masing-masing anggota kelompok asal ini diberikan bagian materi untuk dipelajari: (1) pengertian menggambar flora, (2) kriteria karya gambar flora, (3) prosedur menggambar flora teknik hitam putih (pensil), dan (4) prosedur menggambar flora dengan teknik warna (pensil warna). Materi tersebut merupakan uraian tentang proses menggambar objek tertentu yang diambil dari Buku Peserta didik dan sumber-sumber lainnya.

92 Dilarang Merokok di Sekolah

Melayani Semua Anak Usia SMP dengan Amanah

2. Anggota dari masing-masing kelompok asal bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) sesuai dengan bagian materi yang dipelajarinya untuk mendiskusikan materi tersebut.

3. Setelah selesai diskusi di dalam kelompok ahli, masing-masing anggota kembali ke dalam kelompok asalnya dan bergantian menjelaskan materi tersebut kepada teman-teman sekelompoknya. Setiap anggota kelompok harus bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi yang harus dipelajari di dalam kelompok asalnya. Dengan bimbingan guru, masing-masing menyimpulkan butir-butir penting tentang materi yang dipelajarinya untuk dipresentasikan dalam diskusi kelas.

4. Masing-masing kelompok asal kemudian mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya tentang pengertian, kriteria, dan langkah-langkah menggambar flora sesuai objeknya.

5. Melalui tanya jawab, guru memberikan penguatan tentang pengertian, kriteria, dan teknik menggambar flora yang telah didiskusikan peserta didik.

6. Guru memberikan kuis untuk dijawab peserta didik secara individual. Tidak diperbolehkan satu anggota membantu anggota lainnya. Nilai tes akhir yang diperoleh peserta dibandingkan dengan nilai tes awal untuk menentukan skor perkembangan pengetahuan peserta didik.

7. Dengan bimbingan guru, peserta didik menggambar flora sesuai dengan pengertian, kritria, prosedur serta teknik yang telah dipelajari.

8. Bersama-sama dengan guru, peserta didik membahas hasil karya gambar flora yang dihasilkan peserta didik.

Penutup1. Dengan bimbingan guru, peserta didik membuat simpulan dan merangkum

hasil kegiatan pembelajaran tentang menggambar flora.2. Dengan bimbingan guru, peserta didik melakukan refleksi terhadap proses

pembelajaran model jigsaw. Refleksi dapat dikaitkan difokuskan pada perilaku ilmiah yang dapat terbentuk pada diri peserta didik melalui aktivitas pembelajaran tersebut, misalnya sikap ingin tahu, jujur, kritis, objektif, teliti, dan kreatif. Selain itu, refleksi dapat dikaitkan difokuskan pada sikap sosial, misalnya tanggung jawab, disiplin, dan kerjasama. Refleksi lebih lanjut juga dapat mendorong peserta didik untuk mengagumi keindahan sebagai karunia Tuhan yang Mahakuasa.

Kriteria PenilaianKriteria Penilaian Penghargaan Kelompok

No Nilai Tes Akhir Nilai Perkembangan1 Lebih dari 20 poin di atas nilai tes awal 302 Sama atau hingga 10 poin dari nilai tes awal 203 Sepuluh hingga satu poin di bawah nilai tes

awal10

4 Lebih dari 10 poin dari nilai tes awal 5

PanduanPenguatan Proses Pembelajaran untuk SMP 93

Melayani Semua Anak Usia SMP dengan Amanah

Lampiran 4e. Contoh Pembelajaran Kooperatif Tipe Write – Pair – Square)

Mata Pelajaran :Bahasa InggrisKelas/ Semester : VIIIMateri Pokok : Meminta dan Mengungkapkan Pendapat

Kompetensi Dasar1.1 Mensyukuri kesempatan dapat mempelajari bahasa Inggris sebagai bahasa

pengantar komunikasi Internasional yang diwujudkan dalam semangat belajar

2.1 Menunjukkan perilaku santun dan peduli dalam melaksanakan komunikasi interpersonal dengan guru dan teman.

2.2 Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam melaksanakan komunikasi transaksional dengan guru dan teman.

2.3 Menunjukkan perilaku tanggung jawab, peduli, kerjasama, dan cinta damai, dalam melaksanakan komunikasi fungsional.

3.1 Menerapkan struktur teks dan nsure kebahasaan untuk melaksanakan fungsi nsure dari ungkapan meminta dan mengungkapkan pendapat, serta responnya, sesuai dengan konteks penggunaannya.

4.1 Menyusun teks lisan sederhana untuk mengucapkan dan merespon ungkapan meminta dan mengungkapkan pendapat dengan memperhatikan fungsi nsure, struktur teks, dan nsure kebahasaan yang benar dan sesuai konteks

Contoh Tujuan PembelajaranPeserta didik dapat:1. Menunjukkan perilaku kesungguhan belajar bahasa Inggris tentang

menyatakan dan meminta pendapat.2. Menunjukkan perilaku santun, percaya diri, dan kerjasama dalam

berkomunikasi tentang menyatakan dan meminta pendapat.3. Menyatakan pendapat dengan lancar, tepat, dan sesuai dengan konteks.4. Meminta pendapat dengan lancar, tepat, dan sesuai dengan konteks.

(Catatan: tujuan tersebut diturunkan dari indikator)

Langkah-langkah PembelajaranPendahuluan1. Guru bertanya jawab dengan peserta didik tentang fakta adanya orang yang

berhasil dan yang kurang berhasil dalam belajar bahasa Inggris.2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

Kegiatan IntiGuru membagi peserta didik dalam kelompok yang terdiri atas 4 anggota.

Write

94 Dilarang Merokok di Sekolah

Melayani Semua Anak Usia SMP dengan Amanah

Setiap individu peserta didik dalam kelompok tersebut mengungkapkan pendapat secara tertulis yang berupa daftar kegiatan yang dilakukan di luar kelas untuk meningkatkan keterampilan bahasa Inggris mereka.

Pair1. Dengan salah satu anggota dalam kelompoknya, secara berpasangan, peserta

didik menyampaikan daftar kegiatan yang sudah ditulisnya. 2. Secara bergantian, giliran diberikan kepada pasangan untuk menyampaikan

daftar kegiatannya. 3. Setiap pasangan melakukan kegiatan saling bertanyajawab dan berkomentar

tentang daftar kegiatan yang sudah ditulis oleh masing-masing.

Square1. Dua pasangan selanjutnya berkelompok. 2. Setiap anggota melaporkan pendapat pasangannya tentang kegiatan yang

dilakukan di luar kelas untuk meningkatkan keterampilan bahasa Inggris mereka.

3. Semua anggota saling bertanyajawab dan berkomentar tentang kegiatan tersebut.

Penutup1. Guru membimbing peserta didik membuat rangkuman pembelajaran,

terutama tentang berbagai kegiatan yang dapat dilakukan di luar kelas untuk meningkatkan keterampilan bahasa Inggris.

2. Peserta didik dapat mengurutkan jenis kegiatan dari yang paling banyak dilakukan oleh anggota kelompok sampai yang paling sedikit.

PanduanPenguatan Proses Pembelajaran untuk SMP 95

Melayani Semua Anak Usia SMP dengan Amanah

Lampiran 5. Contoh Pembelajaran Komunikatif

Mata Pelajaran :Bahasa InggrisKelas/ Semester : VIIIMateri Pokok : Teks Fungsional Tulis Pengumuman

Kompetensi Dasar1.1 Mensyukuri kesempatan dapat mempelajari bahasa Inggris sebagai

bahasa pengantar komunikasi internasional yang diwujudkan dalam semangat belajar

2.3 Menunjukkan perilaku tanggungjawab, peduli, kerjasama, dan cinta damai dalam melaksanakan komunikasi fungsional

3.13 Menerapkan struktur teks dan unsur kebahasaan untuk melaksanakan fungsi sosial dari teks pesan singkat dan pengumuman/pemberitahuan (notice), sesuai dengan konteks penggunaannya

4.17 Menyusun teks tulis pesan singkat dan pengumuman/pemberitahuan (notice), sangat pendek dan sederhana, dengan memperhatikan fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan yang benar dan sesuai konteks

Contoh Tujuan PembelajaranSetelah mengikuti proses pembelajaran baik secara sendiri-sendiri, berpasangan, maupun berkelompok peserta didik dapat: 1. mengidentifikasi ciri-ciri kebahasaan teks tulis pengumuman2. menentukan tujuan komunikatif teks tulis pengumuman3. melengkapi teks tulis pengumuman yang belum lengkap dengan kata-kata

yang tepat.4. mengedit teks tulis pengumuman yang memiliki kesalahan-kesalahan ejaan

dan tanda baca5. menulis teks tulis pengumuman berdasarkan konteks yang diberikan(Catatan: Contoh-contoh tujuan pembelajaran di atas diturunkan dari indikator.)

Langkah-langkah PembelajaranPendahuluan 1. Guru dan peserta didik bercurah pendapat tentang hal-hal yang berkaitan

dengan teks pengumuman2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan cakupan materi.

Kegiatan Inti 1. Building Knowledge of Field

a. Peserta didik mengamati contoh teks pengumuman yang ditunjukkan oleh guru.

b. Peserta didik menanyakan tentang ciri-ciri kebahasaan teks yang meliputi makna kata baru dan pola kalimat, serta fungsi sosial teks di bawah arahan guru.

2. Modelling of Texta. Peserta didik mengumpulkan berbagai informasi dalam teks

pengumuman di bawah bimbingan guru melalui kegiatan tanya jawab.

96 Dilarang Merokok di Sekolah

Melayani Semua Anak Usia SMP dengan Amanah

b. Peserta didik menentukan tujuan komunikatif teks pengumumandengan cermat, cepat dan tepat.

c. Peserta didik menganalisis struktur teks beberapa teks tulis pengumuman dan mengasosiasikannya dengan menggunakan bantuan kerangka yang terdiri atas opening, content, dan closing.

d. Peserta didik mengidentifikasi pola kalimat yang digunakan dalam teks tulis pengumuman.

3. Joint Construction of Texta. Peserta didik melengkapi teks tulis pengumuman yang belum lengkap

dengan kata-kata yang tepat.b. Peserta didik mengedit teks tulis pengumuman yang memiliki kesalahan-

kesalahan ejaan dan tanda baca.c. Peserta didik mengkomunikasikan berbagai informasi yang disediakan

dengan cermat, cepat dan tepat dalam bentuk teks tulis pengumuman. 4. Independent Construction of Text

a. Peserta didik secara mandiri mencipta teks tulis pengumuman berdasarkan konteks yang diberikan.

b. Peserta didik memajang hasil tulisan mereka.

Penutup 1. Guru dan peserta didik membuat simpulan pembelajaran.2. Guru dan peserta didik melakukan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran

yang telah dilaksanakan3. Guru memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran.4. Guru memberikan tugas rumah untuk menulis sebuah pengumuman tentang

kegiatan yang terkait dengan peringatan keagamaan.

PanduanPenguatan Proses Pembelajaran untuk SMP 97

Melayani Semua Anak Usia SMP dengan Amanah

98 Dilarang Merokok di Sekolah