edisi 76 (juni 2010)

Upload: serikat-petani-indonesia

Post on 06-Apr-2018

233 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/3/2019 Edisi 76 (Juni 2010)

    1/16

    Harga Rp. 2000

    Henry Saragih dan Evo Morales membangun gerakan rakyatuntuk perubahan iklim

    www.spi.or.id

    Edisi 76Juni 2010

    La Via Campesinaberpartisipasi dalampertemuan PBB pascaCochamba

    Sukardi Bendang:"Bacalah, dan kitaakan cerdas"

    Food estate untuksiapa?

    RujiantoMajelis Nasional Petani, Serikat Petani Indonesia

    " Memang harus ada yangmembela para petani kecil,

    dan SPI telah terbukti mampumengemban amanah itu "

    6 11 14

    INDEKS BERITA

    M I M B A R K O M U N I K A S I P E T A N I

    COCHABAMBA. Henry Saragihdan Presiden Bolivia, Evo Mo-

    rales membangun kesepakan un-tuk meneruskan perjuangan pe-rubahan iklim di luar UNFCCC/COP dalam pertemuan PeoplesWorld Conference on ClimateChange and the Rights of MotherEarth di Cochabamba Bolivia,pada 19-22 April 2010.

    Menurut Henry, sebagaipimpinan gerakan petani inter-nasional (La Via Campesina) diaakan bersama pimpinan duniaseperti Evo Morales untuk me-mainkan peran aktif dalam me-

    mobilisasi gerakan rakyat untukmenghentikan solusi palsu yangditawarkan negara-negara kapi-talis dalam mengatasi peruba-han iklim, se perti proyek agro-fuel, GMO dan REDD yang banyakmerugikan petani.

    Lebih lanjut Henry menga-takan agenda gerakan petani un-tuk mengatasi perubahan iklimadalah mendukung pertanianberkelanjutan, mengurangi peng-gunaan agrokimia, membangunsistem pertanian lokal, melin-

    dungi biodiversity, desentralisasiproduksi energi, stop perkebu-nan monokultur, reforma agraria,stop model peternakan industri-al, mendukung produksi panganlokal tanpa olahan, dan stop de-forestasi.

    Kita ingin membangun ta-tanan ekonomi, politik dan buda-ya yang berbasiskan pada prinsipkehidupan bersama dan kelang-sungan planet bumi atau MotherEarth, ungkap Ketua Umum Se-rikat Petani Indonesia (SPI) itu.

    Kami akan memberikan

    bendera kami dari La ViaCampesina dan CLOC sim-bol kami yang paling kuat

    karena Presiden Morales

    adalah salah satu dari parapendiri kedua organisasipetani yang cukup berpen-

    garuh di Amerika Latin dan

    Henry Saragih (kiri) bersama Presiden Bolivia, Evo Morales dalam pertemuan Peoples World Conference on Climate

    Change and the Rights of Mother Earth di Cochabamba Bolivia, pada 19-22 April 2010.

    Dunia, dan karena tidak adaorang lain yang memiliki kredi-bilitas itu untuk mengadakan

    konferensi ini tambah Henry.#

  • 8/3/2019 Edisi 76 (Juni 2010)

    2/16

  • 8/3/2019 Edisi 76 (Juni 2010)

    3/16

    3PEMBARUAN TANI EDISI 76 JUNI 2010

    SPI Sumatera Barat lakukan aksi tolakfood estate

    KEBIJAKAN AGRARIA

    PADANG. Ratusan massaSerikat Petani Indonesia (SPI)Sumatera Barat (Sumbar)melakukan aksi menolakfoodestate di depan kantor DPRD

    Sumatera Barat (03/05). Su-kardi Bendang, Ketua BadanPelaksana Wilayah (BPW) SPISumbar mengatakan bahwaaksi ini dalam rangka menolakpemberlakuan Peraturan Pe-merintah (PP) Nomor 11 Ta-hun 2010 tentang lahan telan-tar dan PP No 18/2010 tentangusaha budidaya tanaman yangmerupakan turunan dari kebi-jakanfood estate.

    Menurut kami PP No. 11Tahun 2010 tentang TanahTerlantar dan PP No. 18 Ta-hun 2010 tentang BudidayaTanaman ini justru merupakanfeodalisme terhadap petani,menjadikan petani buruh bagipemodal dan akan menimbul-kan konlik pertanahan baruungkap Sukardi.

    Sukardi menambahkanbahwa langkah nyata untuk me-nanggulangi masalah petani dinegeri ini adalah dengan kem-bali kepada UUPA No. 5/1960.Saat ini di Indonesia masihterdapat 12.418.0563 hektar

    Massa SPI Sumatera Barat menggelar aksi menolak penerapanfood estate di

    Indonesia

    tanah terlantar (BPN;2008), ta-nah tersebut akan sangat ber-manfaat jika didistribusikanuntuk keluarga-keluarga tani.Pendistribusian ini hendaknya

    mengutamakan keluarga taniyang tak bertanah, buruhtani, dan petani kecil dengankepemilikan tanah kurang dari0,5 hektar serta menyelesaikanberbagai konlik pertanahanyang terjadi di Sumatera Baratdan di seluruh Indonesia.

    Jadi yang harus dibagi itutanah, bukan malah bagi-bagisertiikat lahan yang selama inidijalankan oleh Badan Pertana-han Nasional kata Sukardi.

    Sementara itu, perwaki-lan aksi diterima oleh komisiI DPRD Sumbar yang membi-dangi bagian hukum,politik,keamanan dan kebijakan. Set-elah melalui diskusi akhirnyadiambil kesepakatan bahwainstansi yang terkait (dalamhal ini BPN, Dinas Kehutanan,Pertanian dan Perkebunan)akan melakukan rapat bersa-ma dengan SPI Sumatera Baratmengenai dampak kebijakanfood estate di Sumbar.

    Selain itu pihak DPRD danDinas yang terkait yang terkait

    MEDAN. Memasuki tahunke-3 kepengurusan, BadanPelaksana Wilayah (BPW)Serikat Petani Indone-sia (SPI) Sumatera Utara(Sumut) menggelar rapatkerja wilayah guna meru-muskan draft program kerjatahun ke-3 di sekretariat

    Dewan Pengurus Wilayah(DPW) SPI Sumut (01/05).

    Rapat kerja wilayah inidihadiri oleh para pengu-rus cabang, perwakilan darikabupaten yang belum ter-bentuk cabang serta parakoordinator sekretariat op-erasional. Wagimin, KetuaBPW SPI Sumut pada saatsambutannya mengatakanbahwa rapat kerja wilayahini bermaksud untuk mem-berikan informasi mengenai

    perjalanan organisasi sala-ma satu tahun belakangan.Tidak hanya mengenai in-formasi perkembangan SPI

    juga akan melakukan investi-

    gasi langsung ke lahan-lahanpetani anggota SPI Sumbaryang terlibat konlik.

    Kami juga mendesak agarsegera dibentuk tim identiika-si pendataan lahan yang ang-gotanya terdiri dari organisasi

    petani dan pemerintah untuk

    mendata objek land reformyang akan distribusikan ke-pada rakyat tak bertanah danpetani gurem serta memberi-kan kepastian bagi masyarakatadat tambah Sukardi.#

    ORGANISASI

    BPW SPI Sumut menggelar

    rapat kerja wilayah

    Wilayah Sumut tetapi juga in-formasi mengenai perkemban-gan cabang-cabang maupunkabupaten lain yang belum ter-bentuk cabang ungkapnya.

    Dalam perumusan programkerja selama satu tahun ke de-pan, BPW SPI Sumut banyakmendapatkan masukan dari

    para peserta rapat mengingatpara peserta rapat merupakanutusan dari kabupaten sebarananggota SPI Sumut sehinggamereka yang lebih mengetahuikebutuhan petani sesungguh-nya.

    Rapat kerja wilayah yangmengangkat tema KesatuanKaum Tani dan Persatuan Na-sional untuk Mewujudkan Pem-baruan Agraria dan Kedaula-tan Rakyat Menuju KeadilanSosial ini menghasilkan draft

    program kerja BPW SPI Sumuttahun ke-3 yang akan disahkanpada rapat pleno mendatang.#

    TOLAK FOOD ESTATE ! ! !

    Food estate jadikan petanisebagai buruh di negerinya sendiri

    www.spi.or.id

  • 8/3/2019 Edisi 76 (Juni 2010)

    4/16

    4 PEMBARUAN TANI EDISI 76 JUNI 2010

    JAKARTA. Badan Pelaksa-na Pusat (BPP) Serikat PetaniIndonesia (SPI) melalui De-partemen Petani Perempuanakan membentuk PanitiaKerja Petani Perempuan(PKPP) SPI. Hal ini sepertidisebutkan oleh Wilda Tarig-an selaku Ketua Departe-men Petani Perempuan SPI

    di kantor pusat DPP SPI, tadipagi (30/04). Wilda menga-takan bahwa melalui PanitiaKerja Petani Perempuan ini,diharapkan kerja konsolidasidan koordinasi petani perem-puan di tiap wilayah akan se-makin efektif sehingga akantercapai peningkatan petaniperempuan di SPI baik darisisi kuantitas maupun kuali-tas.

    Wilda mengungkap-kan bahwa hal ini juga se-hubungan dengan kondisidan perkembangan petaniperempuan saat ini, dalamhal meningkatkan keterliba-tan aktif petani perempuandalam organisasi perjuanganSPI, seperti yang termak-tub dalam amanat AnggaranDasar dan Anggaran RumahTangga (AD/ART) dan Garis-

    PETANI PEREMPUAN

    BPP SPI bentuk PKPP

    Garis Besar Haluan Organisasi(GBHO). Dibutuhkan kerja-kerja efektif yang khusus di-lakukan untuk mempercepatdan mendorong lebih banyaklagi petani perempuan terlibatdalam perjuangan petani iniungkap Wilda.

    PKPP ini nantinya akan ber-tugas dalam banyak hal seperti

    melakukan kerja konsolidasiorganisasi yang meliputi per-ekrutan anggota petani perem-puan, mengadakan rapat ataupertemuan-pertemuan, pen-didikan dan aktivitas petaniperempuan lainnya berdasar-kan rumusan kerja nasional.Selain itu PKPP juga diharap-kan mampu melakukan pen-dataan anggota petani perem-puan dan mendokumentasikanatau mengumpulkan problemadan kebutuhan nyata yang dia-lami oleh petani perempuanbaik itu bidangekonomi, poli-tik, sosial dan budaya.

    Kami juga berharap agarPKPP ini mampu melakukankontrol dan menjamin terinte-grasikannya nilai-nilai keadilangender dalam kegiatan organ-isasi tambah Wilda.#

    UUPA No. 5 TAHUN 1960

    UNTUK REFORMA AGRARIA

    SEJATI !!! www.spi.or.id

    KEBIJAKAN AGRARIA

    SPI Sumbar bantah produksi padi meningkat

    PADANG. Serikat Petani In-

    donesia (SPI) Sumatera Barat(Sumbar) meragukan data-data yang diungkapkan Guber-nur Sumatera Barat tentangproduksi padi dalam laporanketerangan pertangungjawa-ban (LKPj) tahun 2009 danLKPj akhir masa jabatan gu-bernur (15/05). Menurut cata-tan SPI Sumbar, di KabupatenPesisir Selatan sekitar 1.293hektar lahan berkurang dalamlima tahun terakhir, yang tersi-sa hanya 30.466 hektar dengan

    kepemilikan lahan 0,36 hektarper rumah tangga petani.

    Bantahan ini berdasar-kan laporan keterangan per-tangungjawaban (LKP) tahun2009 dan LKPj akhir masajabatan gubernur, penguatanperekonomian daerah secaralangsung dipengaruhi kondisiketersediaan pangan terutamatingkat kecukupan beras. Sek-tor pertanian masih menjadiprimadona (ungulan) pereko-nomian sumbar. Ini dapat dili-

    hat, selama empat tahun tera-khir, tingkat kontribusi sektorpertanian terhadap produk do-mestik regional bruto (PDRB)berada diatas 20 persen. Pre-sentase tingkat kontribusi sek-tor pertanian tahun 2009 sebe-sar 23,75 persen. Meski sedikitmenurun dari tahun 2008 yangmencapai 24,05 persen, namunmasih berada di urutan teratassetelah sektor perdagangan,hotel dan restoran dengan kon-tribusi 17,99 persen.

    Marlis Rahman, GubernurSumbar mengatakan bahwaproduksi padi sejak 2005hingga 2009 cenderung me-ningkat, kecuali tahun 2006.Tingkat produksi padi pada2005 sebesar 1.907.390 ton,dengan kebutuhan 570.792tonsehingga terjadi kelebihan dansurplus yang cukup besar. Be-gitu juga di tahun 2007, tingkatproduksi padi meningkat jadi1.938.120 ton, dengan kebutu-han sebesar 578.877 ton. Mar-lis menambahkan bahwa untuk

    tahun 2009, tingkat produksi

    padi mencapai 2.105.780ton, serta ketersediaan beras1.172.780ton, padahal kebutu-han beras hanya 594.239 ton,sehinga terjadi surplus berassebesar 578.361 ton.

    Sukardi Bendang, Ketua Ba-dan Pelaksana Wilayah (BPW)SPI sumbar kembali memban-tah data-data yang disebut-kan oleh Gubernur tersebut.Sukardi mencontohkannyadengan alih fungsi lahan yangterjadi di Kabupaten pasaman

    barat. Sebelum tahun 1990daerah tersebut termasuk sen-tra produksi beras dengan luassawah tidak kurang dari 27.168hektar, namun sesudah masukperkebunan sawit sejak tahun1981 terjadi penurunan luassawah. Tahun 2005 luas sawahdi pasaman barat tercatat16.127 hektar. Dalam periodetahun 2005 sampai 2007 terja-di penurunan kumulatif seluas1.287 hektar. Jadi sawah yangtersisa hanya pada tahun 2007

    hanya seluas 14.840 hektardan 4.953 hektar di antaranyaditanami tanaman jagung.

    Selain itu, di KabupatenLima Puluh Kota juga terjadipenurunan produksi dan luasproduksi. Pada data yang ter-dapat dalam Lima Puluh Kotadalam angka dan Badan PusatStatistik (BPS) tahun 2009,produksi padi (GKB) tahun2008 adalah sebesar 208.531ton dengan luas panen 43.451hektar. Jika dibanding produk-

    si tahun 2008 dengan tahun2007 sebesar 218.542 ton den-gan luas panen 46.140 hektarterjadi penurunan produksisebesar 7,33 persen dan penu-runan luas hingga 5,80 persenungkap Sukardi.

    Sukardi menambahkanbahwa produksi di LimapuluhKota pada tahun 2008 jauhmenurun dibanding tahun2006 dengan jumlah produksisebesar 202.971 ton denganluas panen 43.200 hektar. Daridata ini jelas terjadi penurunan

    luas panen tahun 2008 diband-

    ing tahun 2007 sebesar 2.669hektar, sementara pencetakansawah baru di Limapuluh Kotatidak signiikan, bahkan alihfungsi lahan menjadi semakinpesat akibat laju pembangu-nan.

    Dari data di atas terjadi pe-nyempitan luas lahan sehinggasangat mustahil produksi padi

    Sumbar dapat melebihi target.Apalagi selama tahun 2009para petani dipersulit dengankelangkaan dan mahalnya pu-puk, pengairan dan persoalanlainnya. Ditambah lagi akhirtahun 2009 produksi padiSumbar juga sedikit terganggudi beberapa kabupaten akibatgempa tambah Sukardi.#

  • 8/3/2019 Edisi 76 (Juni 2010)

    5/16

  • 8/3/2019 Edisi 76 (Juni 2010)

    6/16

    6 PEMBARUAN TANI CAMPESINOS EDISI 76 JUNI 2010

    KEBIJAKAN AGRARIA

    La Via Campesina berpartisipasi dalam pertemuan PBB pasca Cochabamba

    NEWYORK. Pada 6-7 Mei yanglalu, La Via Campesina berpar-tisipasi dalam sebuah delegasikelompok masyarakat sipilyang diselenggarakan oleh pe-merintah Bolivia. Delegasi ini

    bersama Presiden Bolivia, EvoMorales menyajikan Persetu-juan Takyat Cochabamba keSekretaris Jenderal PBB, BanKi-moon, G77 dan China.

    Acara ini merupakan ke-sempatan bersejarah bagi ang-gota masyarakat sipil untukmendapatkan ruang politikdalam dialog PBB tentang pe-rubahan iklim menjelang pe-rundingan resmi berikutnyadi bawah Konvensi KerangkaKerja PBB tentang Perubahan

    Iklim (UNFCCC) di Cancun, Me-

    ksiko pada bulan Desember."Sebagai utusan La Via

    Campesina, saya bisa berkatakepada rekan-rekan gerakansosial saya di Brasil. Kami ber-terima kasih kepada intuisi

    dan tindakan Evo Morales yangmembuka jalan baru untukmeningkatkan tuntutan-tuntu-tan gerakan sosial untuk PBBmelalui Sekretaris Jenderalnya,dan mungkin di Cancun padaperundingan resmi iklim in-ternasional berikutnya, "kataPastur Toms Balduno dariKomisi Pastoral Tanah di Bra-zil, salah satu dari dua wakil LaVia Campesina.

    Persetujuan Rakyat Co-chabamba adalah produk dari

    upaya kolaboratif dari lebih

    35.000 peserta KonferensiRakyat Dunia tentang Peruba-han Iklim dan Hak Ibu Bumi,yang diselenggarakan pada20-22 April di Bolivia. La ViaCampesina mengirimkan 300

    tamu internasional dan 3000delegasinya pada konferensitersebut. Presiden Moraleslangsung yang mengundang LaVia Campesina setelah perund-ingan UNFCCC di Kopenhagenbulan Desember 2009 lalu.

    Persetujuan Rakyat Co-chabamba adalah alternatifdari Persetujuan Kopenhagenyang cenderung muncul seba-gai akibat dari tekanan politikoleh Amerika Serikat. Persetu-juan Kopenhagen kini telah

    ditandatangani oleh 120 dari

    192 negara anggota PBB.Menurut Pablo Solon, Duta

    Besar Bolivia untuk Perserika-tan Bangsa-Bangsa, persetu-juan tersebut berusaha un-tuk merusak Protokol Kyoto.

    Persetujuan itu juga tidakmemiliki perbedaan perlakuandi antara negara-negara kayadan miskin, serta cenderungingin menguurangi bantuanuntuk negara-negara miskindalam mengatasi dampak pe-rubahan iklim dengan spesi-ikasi tanpa sumber penda-naan. Selain itu, persetujuanKopenhagen akan membuatkomitmen untuk mengurangiemisi gas rumah kaca dengan

    Para Delegasi La Via Campesina bersama Presiden Bolivia, Evo Morales sedang membicarakan mengenai hasil persetujuan Cochabamba tentang perubahan iklimkepada Sekretaris Jenderal PBB-Ban Ki Moon. Kredit Foto: UN Photo/Mark Garten

    Bersambung ke hal. 7

  • 8/3/2019 Edisi 76 (Juni 2010)

    7/16

    7PEMBARUAN TANI CAMPESINOS EDISI 76 JUNI 2010

    Sambungan dari hal. 6 La Via Campesina...

    tidak lagi sukarela.Hal lain yang juga utama

    adalah bahwa persetujuanKopenhagen tidak menggaris-bawahi bagaimana emisi dariindustri pertanian yang me-nyebabkan sekitar sepertiga

    dari emisi global akan dikuran-gi.

    "Pertanian tidak dibahasdalam negosiasi UNFCCC seba-gaimana mestinya, sementarapada Konferensi Rakyat halitu banyak dibicarakan seba-gai bagian besar dari emisi gasrumah kaca yang berasal daripertanian. Pembangunan per-tanian tidak harus didasarkanpada pengembangan bisnis dankeuntungan, tapi lebih padapertanian berkelanjutan yang

    selaras dengan alam. Kedaula-tan pangan harus ditegakkan"ungkap Pablo Solon.

    Faktanya, Undang-UndangUNFCCC tentang pertanianyang ada saat ini ataupun dimasa depan mungkin akanmemfasilitasi perluasan indus-tri pertanian, sehingga menin-gkatkan integrasi vertikal dankonsolidasi pasar agribisnis,khususnya bioteknologi danperusahaan-perusahaan kimiaAS, seperti Monsanto, DuPont,

    dan Arborgen.Sebagai contoh, Sekretari-at UNFCCC sedang mempertim-bangkan apakah perkebunanmonokultur pohon kayu putihdan hutan pinus yang telahmengalami modiikasi genetik akan dihitung sebagai hutanuntuk ofset karbon dan emisidi bawah program REDD.

    Monsanto saat ini sedangmelobi untuk memiliki perke-bunan kedelai GMO (GeneticallyModiied Organism-organisme

    hasil rekayasa genetika) mo-nokultur Roundup Ready yangmemenuhi persyaratan untukkredit karbon. Monsanto ber-harap bahwa nantinya strate-ginya ini akan meningkatkanpenggunaan herbisida glifosat dijual oleh Monsanto sebagaiRoundup yang berada dalamkelas bahan kimia yang sangatberacun yang disebut disrup-tors endokrin.

    Dalam penjelasannya kepa-da G77 dan Cina, Presiden Mo-rales berkata bahwa ada dua

    cara untuk maju yaitu denganmenyelematkan kapitalisme,atau menyelematkan ibu Bumi.

    Jika Cancun sama sajadengan Kopenhagen, makasayangnya PBB akan kehilan-gan otoritasnya di terhadap se-

    tiap orang di dunia ini. " sebutEvo Morales.

    Pertemuan di Bolivia yanglalu merupakan momen un-tuk memimpin babak baru dariProtokol Kyoto yang mencakupmandat hukum untuk pengu-rangan emisi pada sumbernya,dan bukan untuk perdagangankarbon kredit dan keuangan.Persetujuan Rakyat Cochabam-ba menuntut 300 milyar dolarAmerika per tahun untuk pem-biayaan pengurangan emisi dan

    adaptasi perubahan iklim, pen-gurangan emisi sebesar 50%oleh negara-negara kaya padatahun 2020, serta pengadilaninternasional keadilan iklim.

    Pada sebuah konferensipers, Morales ditanyai tentangkeputusan administrasi Obamauntuk menolak bantuan iklimuntuk negara yang menolakmenandatangani persetujuanKopenhagen. Bulan lalu, De-partemen Luar Negeri AmerikaSerikat (AS) membatalkan ban-

    tuan iklim sebesar 3 juta dol-lar AS untuk Bolivia dan 2,5juta dolar AS untuk Ekuador.Padahal dana tersebut berasaldari Millenium Challenge Cor-poration, sebuah perusahaanswasta publik yang diciptakanoleh pemerintahan Bush. Ininamanya pemerasan tegasEvo Morales.

    Yoon Guem Soon, seorangpetani Korea Selatan dan ang-gota Komite Koordinator In-ternasional La Via Campesina

    berpendapat bahwa pemerin-tahan Bolivia dan PresidennyaEvo Morales menunjukkan ke-pada gerakan-gerakan sosialtentang langkah berikutnyasetelah Cochabamba.

    Melalui Cochabamba danpertemuan di New York ini,saya cukup kalau yakin kitadapat meraih kemenangan diCancun. Sementara itu, kita, LaVia Campesina punya banyakpekerjaan rumah yang harusdilakukan " ungkap nyonyaYoon.#

    JAKARTA. Kapitalisme sedangmenebar dusta dalam industripangan. Hal ini disampaikanoleh Isabelle Delforge, staf In-ternatioanl Operational Secre-tariat(IOS) La Via Campesina.

    Isabelle menjelaskan bahwasudah sejak lama kapitalismeberkoar mengatakan kekuran-gan pangan disebabkan olehkurangnya produksi pangan,sehingga pangan harus diser-ahkan pada perusahaan-peru-sahaan pengelola industri pan-gan. Namun faktanya, jumlahproduksi pangan dunia saat inijustru melimpah dibandingkandengan jumlah populasi dunia.

    "Permasalahannya adalahbukan dengan membangun in-

    dustri pangan ataufood estate,melainkan bagaimana mem-bangun kedaulatan pangandan mengoptimalkan distri-busi", tegasnya.

    Lebih lanjut Isabelle yangjuga penulis buku Dusta In-dustri Pangan ini menjelaskanapabila pangan diproduksi da-lam model kapitalisme makayang akan terjadi adalah mo-nopoli ekonomi oleh satu pihakyang lebih kuat mengalahkanpihak yang lebih lemah seperti

    petani kecil. harusnya negara

    Kapitalisme menebar dustadalam industri pangan

    ANALISIS

    bertanggungjawab menga-tasi monopoli yang terjadi,tetapi biasanya para kapi-talis memiliki kemampuanyang besar untuk melobi pe-merintah, sehingga negara

    lebih berpihak pada merekadibandingkan dengan petanikecil

    Dalam bukunya Isabellemengungkapkan monopoliperusahaan agribisnis raksa-sa Monsanto terhadap benihrekayasa genetik. Pada ta-hun 2002 Monsanto menun-tut petani kecil Canada atastuduhan menanam jagungtransgenik milik Monsantosecara illegal.

    Padahal, sebenarnya

    benang sari jagung transge-nik Monsanto hanya terbangterbawa angin sehingga ter-tanam tanpa sengaja di lahansi petani. Kasus ini dibawake pengadilan dan petani di-hukum denda paten sebesar25.000 dolar Canada.

    "Saya berharap kejadianini tidak terjadi di Indone-sia", kata Isabelle. #

    Isabelle Delforge (tengah) bersama Henry Saragih (kiri) dalam aksi global

    menolak UNFCCC di Kopenhagen tahun lalu

  • 8/3/2019 Edisi 76 (Juni 2010)

    8/16

    8 PEMBARUAN TANI CAMPESINOS EDISI 76 JUNI 2010

    KEBIJAKAN AGRARIA KEBIJAKAN AGRARIA

    Perdagangan bebas matikanpetani susu Eropa dan Amerika Latin

    Dokumen CFA milik PBB tidak aspiratif

    La Via Campesina Interna-sional bersama dengan perwak-ilan dari Eropa dan AmerikaLatin mengadakan pertemuandi Madrid untuk menegaskanpenentangan terhadap per-janjian perdagangan bebas(14-18/05). La Via Capesinanmenganggap bahwa perjanjianperdagangan ini mengancamprodusen kecil dan menengahdari kedua benua.

    Selain itu Uni Eropa jugamengadakan pertemuan di Ma-

    drid dengan para pemimpinAmerika Latin dengan harapanmampu menutup perjanjianagresif selama masa kepresi-denan Spanyol di Uni Eropa.Perjanjian ini tidak memberi-kan manfaat apa pun kepadapara petani dan warga di keduasisi Atlantik.

    Uni Eropa berusaha me-maksakan 4.500 ton susububuk dan 2.000 ton kejudengan harga rendah di pasarAmerika Tengah. Hal ini tentu

    saja melawan kepentingan pro-dusen susu di wilayah ini.Menteri Pertanian Kolom-

    bia Andres Fernandez jugamengakui bahwa perjanjiankontroversial antara Uni Eropadan Kolombia akan merugikanlebih dari 400.000 masyarakatpetani di Kolombia, khususnyapara peternak sapi.

    Henry Saragih, Koordina-tor Umum La Via Campesinamenyebutkan bahwa beberapatahun terakhir ini, Komisi danDewan Eropa dan telah memu-tuskan untuk meningkatkankuota susu di negara masing-masing dengan tujuan menin-gkatkan ekspor produk susu.

    DUBLIN. Satuan TugasTingkat Tinggi PBB pada kri-sis ketahanan pangan globalmengadakan rapat konsultasidengan organisasi-organisasimasyarakat sipil di Dublin, un-tuk memperbarui dokumen"Kerangka Kerja Komprehensifuntuk Aksi" (CFA) yang diprod-uksi pada bulan Juli 2008 yanglalu. (17-18/05)

    Laporan ini mengumpulkanserangkaian tindakan jangkamenengah dan panjang untuk

    memungkinkan pemerintah,PBB dan badan-badan multi-lateral Bretton Wood untukmemberikan dengan apa yangdisebut Ban Ki Moon (Sekreta-ris Jenderal Persatuan BangsaBangsa) sebagai jawaban yangkoheren dan terkoordinasi un-tuk krisis pangan global. Dalamjangka pendek, akses panganbagi penduduk yang palingrentan harus ditingkatkan dandalam jangka panjang situasirawan pangan yang baru harusdihindari.

    Pada prinsipnya, inisiatif initampaknya memenuhi semuaharapan, tetapi dalam prak-teknya masih terdapat beber-apa poin yang harus dikritik.CFA ditulis oleh beberapa indi-vidu dari Satuan Tugas TingkatTinggi dan pertama kali diran-cang tanpa konsultasi denganpemerintah maupun denganmasyarakat yang paling seringterkena dampak kenaikan tiba-tiba harga pangan (misalnyaprodusen kecil, masyarakat

    nelayan, miskin kota, baik la-ki-laki maupun perempuan).Dua tahun kemudian, operasiDublin dan konsultasi tertulissebelumnya adalah usaha un-tuk membuat ringan awal ini.

    Konsultasi Ini terkesantidak serius. Tujuannya tidakuntuk menguraikan jawa-ban sesuai dengan harapanmasyarakat sipil tetapi lebihuntuk mendapatkan balasankomentar. Untuk penulis CFAini, solusi kerawanan pangan

    adalah melalui pasar global,

    Hal ini menyebabkan penu-runan harga susu di Eropaserta bangkrutnya produsenkecil dan menengah.

    Kebijakan subsidi ek-spor ini justru merangsangkebijakan yang absurd danmemaksakan impor di Eopa.Hal ini jelas merupakan an-caman bagi kedaulatan pan-gan dan sangat bertentangandengan la Via Campesina di-mana setiap petani anggotakami memberikan prioritas

    untuk memberi makan popu-lasi dan masyarakatnya ung-kap Henry.

    Henry menambahkanbahwa apabila hal ini tetapdijalankan penerima man-faatnya hanyalah perusahaanIndustri transnasional yangterlibat dalam distribusi dantransformasi eksport terse-but, bukan petani AmerikaLatin atau Uni Eropa.

    Oleh karena itu, delegasiLa Via Campesina di Madridmenegaskan kembali bahwapertahanan dari para petanipertanian berkelanjutan ada-lah hal yang lumrah, baik iruEropa dan Amerika Latin. Se-dangkan berbagai perjanjianperdagangan bebas hanyalahmenghancurkan kedaulatanpangan masyarakat.

    Untuk tujuan ini, kamimenuntut agar negara-nega-ra anggota Uni Eropa dan pe-merintah yang berpartisipasidalam KTT tidak menanda-tangani kesepakatan perda-

    gangan bebas yang berten-tangan dengan kepentinganmasyarakat mereka, tambahHenry.

    peningkatan produktivitas daninvestasi di bidang pertaniandengan cara input industri danteknologi, pengurangan ham-batan tarif yang memungkink-an untuk sirkulasi barang yanglebih besar, kesimpulan cepatke putaran Doha, serta pengem-bangan investasi swasta untukmemproduksi bahan bakar agrodi negara-negara berkembang.Tujuannya hanya untuk men-transformasikan petani yangbertani secara konvensional

    menjadi pertanian industri se-cepat mungkin. Namun bagibanyak organisasi masyarakatsipil, jawaban-jawaban yangdisebutkan tersebut adalah pe-nyebab dari situasi krisis pan-gan yang dihadapi oleh banyaknegara saat ini. Inilah sebabnyamengapa beberapa organisasimenolak untuk mengambilbagian dalam konsultasi CFA,karena mereka melihatnyahanya sebagai sebuah distorsi.

    Henry Saragih, KoordinatorUmum La Via Campesina men-gatakan bahwa gaya konsultasiDublin adalah upaya lain darimereka yang ingin melemah-kan proses reformasi FAO diKomite Keamanan Pangannya(CFS). Hal ini cukup Jelas, kar-ena di belakang para penulisCFA adalah negara-negara do-nor G8, Bank Dunia, dan WTO.

    CAF yang disusun olehSatuan Tugas Tingkat Tinggiadalah murni sebuah dokumenadministrasif bukan deklarasiyang dinegosiasikan secara in-

    tens oleh pemerintah. Kerang-ka strategis yang dibuat olehKomite FAO untuk KetahananPangan harus membangun.Dalam pandangan kami, masu-kan lain yang sangat relevanuntuk proses ini adalah Penila-ian Internasional terhadapaTeknologi dan Sains Pertanianuntuk Pembangunan, PanduanFAO "tentang Hak atas Pangan"dan dokumen "Kebijakan dantindakan untuk memberantaskelaparan dan gizi buruk" tam-

    bah Henry. #

    LA VIA CAMPESINAInternational Peasant Movement

    www.viacampesina.org

    Agrarian Reform, Biodiversity and Genetic Resources,Food Sovereignty and Trade, Women, Human Rights,

    Migration and Rural Workers,Sustainable Peasant's Agriculture, Youth

  • 8/3/2019 Edisi 76 (Juni 2010)

    9/16

    9PEMBARUAN TANI EDISI 76 JUNI 2010

    Diskusi Publik SPI: Produksi dan KebijakanPertanian Padi serta Kesejahteraan Petani

    BPW SPI Sumut menggelar diskusipembaruan agraria

    BANTUL. Serikat Petani Indo-nesia (SPI) mengadakan disku-si publik bersama pemerintahKabupaten Bantul mengenaiProduksi dan Kebijakan Perta-nian Padi serta KesejahteraanPetani(27/04). Kegiatan yangdipersiapkan oleh SPI DPWYogjakarta ini berlangsung diKantor Kabupaten Bantul dandihadiri oleh para anggota SPIWilayah Jogjakarta, jaringanLSM Pertanian daerah Ban-tul, penyuluh pertanian, sertaKepala Dinas Sumber Daya Air.

    Kepala Dinas Pertanian Ka-bupaten Bantul, Ir. Edi Suhary-ono, sebagai salah satu pembi-cara dalam diskusi publik inimenyampaikan bahwa beliausetuju dengan hasil kajian yangdilakukan SPI pada tahun 2009lalu bahwa swasembada berasyang terjadi saat ini memangbelum mensejahterakan petani.Beliau juga sependapat bahwasistem harga dasar pembeliangabah atau padi saat ini seolahmemberikan subsidi harga be-ras kepada publik. Menurut be-liau kebijakan yang harus diter-apkan ialah pemberian subsidiharga beras. Walaupun demiki-an usulan SPI yang menyatakanbahwa peningkatan produksi

    pangan nasional harus disertai

    MEDAN. Dalam rangka pe-ringatan Hari PerjuanganPetani Internasional yangjatuh pada 17 April yang lalu,Badan Pelaksana Wilayah(BPW) Serikat Petani Indo-nesia (SPI) Sumatera Utara(Sumut) menggelar diskusidengan tema "Strategi Per-juangan Pembaruan Agraria"yang diadakan di SekretariatSPI Sumut (30/05).

    Tujuan dilaksanakan-nya diskusi ini selain untuk

    memperingati perjuanganpetani internasional jugauntuk mencari strategi danlangkah-langkah yang akandilakukan dalam perjuanganpembaruan agraria mengin-gat tingginya konlik agrariayang ada di Sumatera Utara.Saat ini setidaknya ada sepu-luh basis anggota SPI Sumutyang sedang berjuang untukmempertahkan hak merekaatas tanah yang telah diram-pas oleh pihak perkebunanbaik perkebunan swastamaupun perkebunan milikNegara.

    Saya merupakan salahsatu korban dari tinda-kan kriminalisasi terhadappetani ujar Jumadi aliasRibut, Ketua SPI Basis Da-mak Maliho Kabupaten DeliSerdang. Laki-laki berusia60 tahun ini pernah men-galami tindak kriminalisasi,dipenjarakan selama limabulan sepuluh hari karenaberjuang mempertahankan

    haknya atas tanah yang se-lama ini dikuasai oleh PTPNIV Kebun Adolina.

    Lain lagi halnya den-gan nasib yang dialami olehpetani anggota SPI BasisSimpang Kopas KabupatenAsahan. Selama belasan ta-hun mereka berjuang untukmerebut kembali lahan yangtelah dikuasai oleh PT JayaBaru Pertama, namun sam-pai hari ini intimidasi danteror sering mereka alami.

    Seolah pemerintah menutup

    dengan peningkatan luas lahandianggap terlalu sulit, karenamenurutnya peningkatan luaslahan baru sulit terwujud danamat mahal untuk mencetaksawah-sawah baru. Padahalyang dimaksudkan SPI dalamhal ini adalah agar pemerintahsegera mendistribusikan lah-an-lahan terlantar, lahan-lahaneks HGU perkebunan kepadapetani kecil dan petani tak ber-tanah.

    Achmad Yakub, Ketua De-partemen Kajian Strategis Na-sional Serikat Petani Indonesia(SPI) menyampaikan penting-nya kerjasama antara organ-isasi tani dengan pemerintahdalam membangun strategimewujudkan kesejahteraan

    petani.Masalah pertanian meru-

    pakan masalah bangsa dima-na pembangungan bangsa iniakan berhasil melalui pemban-gunan pertanian. Proses regen-erasi bagi petani juga penting,hal ini jugalah yang mendasarilangkah SPI untuk membangunsekolah lapang bagi para pe-muda tani untuk belajar tekh-nik pertanian organik, prosesseperti ini juga bisa dan perludimasikan di tingkat daerah

    tambah Yakub.#

    SEREMONI SEREMONI

    (Kiri-Kanan) Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Bantul Ir. Suharyono - Ketua

    Departemen Kajian Strategis Nasional Serikat Petani Indonesia Achmad Ya'kub.

    mata akan nasib kami sebagaipetani. Pihak kepolisian yangseharusnya membela rakyatkecil malah lebih memilih ber-pihak kepada perusahaan kataAmron, Ketua SPI Ranting Ban-dar Pasir Mandoge, KabupatenAsahan yang juga merupakananggota SPI Basis Simpang Ko-pas.

    Petani akan semakin ter-gantung dengan perusahaanbesar atau kita (petani-red)akan menjadi buruh di peru-

    sahaan itu, itulah yang disebutkoorporatisasi ungkap HenrySaragih Ketua Umum BadanPelaksana Pusat (BPP) SPIyang merupakan salah satu pe-materi dalam diskusi ini.

    Wagimin, Ketua BPW SPISumut, dari awal diskusi iniberlangsung sangat meng-harapkan akan ada satu for-mula baru dalam perjuanganpembaruan agrarian. Perjuan-gan mewujudkan pembaruanagraria ini sudah lama kitalakukan namun sampai saat initidak banyak perubahan yangdapat dirasakan oleh petani,pemerintah justru banyakmengeluarkan peraturan yangtidak memihak kepada rakyat,jadi harapannya dengan di-adakannya diskusi ini kita da-pat membuat strategi baru dibidang pembaruan agrariasebutnya pada saat membukadiskusi ini.

    Diskusi yang digelar mulaipagi hingga sore hari ini akh-irnya menghasilkan beberapa

    poin penting. Petani harusmempunyai kemampuan dalammemahami undang-undangyang sering digunakan seba-gai dalih untuk mengkriminal-isasi petani, petani harus lebihprogresif dalam menanggapiisu-isu yang berkenaan den-gan pembaruan agraria, danyang lebih penting lagi petaniharus bersatu dan merapatkanbarisan dalam perjuangan un-tuk mewujudkan pembaruanagraria sejati.#

  • 8/3/2019 Edisi 76 (Juni 2010)

    10/16

    10 PEMBARUAN TANI EDISI 76 JUNI 2010

    ALIANSI ALIANSI

    Peringatan Hari Buruh 2010, sebuahmomentum untuk menyatukan gerakan rakyat

    SPI lakukan aksi menolak privatisasi

    JAKARTA. Lebih dari 10.000massa buruh dari Jakarta dansekitarnya melakukan aksimemperingati Hari Buruh In-ternasional pada pagi hinggasore tadi (01/05). Aksi ini di-pusatkan di sekitaran Bun-daran Hotel Indonesia hinggaIstana Presiden RI.

    Ali Fahmi, Ketua Departe-men Penguatan, Pengawasandan Konsolidasi Organisasi Na-sional SPI mengatakan bahwaperingatan Hari Buruh Interna-sional ini dapat digunakan se-bagai momen untuk menyatu-kan gerakan rakyat baik ituburuh, petani, nelayan, rakyatmiskin kota, hingga maha-siswa. Untuk ke depannya kitabisa lebih mengkonsolidasikankekuatan gerakan rakyat se-

    hingga nantinya kekuatan inidiharapkan memang benar-be-nar memiliki kekuatan politisyang bisa mempengaruhi kebi-jakan pemerintah yang benar-benar pro rakyat kecil ungkapAli.

    Sutrisno Sastromiharjodari Serikat Buruh Indonesia(SBI) se-Jabodetabek men-gungkapkan bahwa baik bu-ruh dan petani harus bersatumembangun persatuan rakyatdan menjadi alat perjuangan

    politik bagi rakyat. Sutrisno

    JAKARTA. Serikat Petani In-donesia (SPI) melakukanaksi menolak privatisasi dibundaran Hotel Indonesiasiang tadi (04/05). Aksi inidilakukan sebagai solidari-tas untuk memperingati HariAksi se-Asia Melawan Priva-

    tisasi Pelayanan Umum danSumber Daya Alam.

    Agus Ruli Ardiansyah,Ketua Departemen Politik,Hukum dan Keamanan SPImenyebutkan bahwa ber-bagai perundangan yangmuncul seperti Undang-Un-dang (UU) Sumber Daya Air,UU Penanaman Modal, UUKetenagalistrikan, UU Migas,UU Perkebunan, UU HAKI,menjadi ancaman bagi ke-berlangsungan hidup rakyat,

    karena barang publik yangseharusnya menjadi hak se-tiap warga Negara justrudimodiikasi untuk tujuanpencarian keuntungan sebe-sar-besarnya.

    Hal ini ditambah lagidengan konsep pemerintahkita tentang food estate yangdiwujudkan melalui Pera-turan Pemerintah (PP) No-mor 11 Tahun 2010 tentanglahan telantar dan PP No18/2010 tentang usaha bu-

    didaya tanaman, yang akan

    menambahkan bahwa bahwahal ini harus segera dilakukankarena kebijakan pemerintah-an saat ini hanyalah berdasar-kan kepentingan pemodal be-sar bukan kepentingan rakyatmayoritas. Hanya persatuanrakyat yang berani melawankerakusan kaum modal yangakan membangun kesejahter-aan, kemakmuran, keadilanbagi rakyat mayoritas dankemajuan peradaban yang ber-sandar pada kearifan lingkun-gan kata Sutrisno.

    Aksi memperingati HariBuruh Internasional kali inijuga memiliki tuntutan umumyakni untuk menolak rencanarevisi Undang-Undang (UU)Ketenagakerjaan No. 13 Tahun2003. Revisi UU ini sendiri su-

    dah dimasukkan ke dalam pro-gram legislasi nasional DPR Ta-hun 2010 ini.

    Intinya UU ini akan direvisisehingga nantinya akan meng-hasilkan kebijakan-kebijakanyang pro terhadap kepentinganpemodal, seperti membebas-kan sistem kerja outsourcing,menerapkan sistem kontrakpada semua jenis pekerjaan,dan masih banyak lagi kebi-jakan-kebijakan lainnya yangakan semakin memeras rakyat

    kecil tambah Sutrisno.#

    Ribuan massa buruh menggelar aksi memperinga hari buruh internasional (1Mei) di Jakarta. Aksi ini dipusatkan di istana negara Republik Indonesia.

    Wahyu Agung Perdana (memegang megafon), staf departemen penguatan

    organisasi SPI sedang memberikan orasinya dalam aksi menolak privasasi.

    semakin memprivatisasi per-tanian dan meminggirkan parapetani kecil ungkap Ruli.

    Ruli juga menambahkanbahwa privatisasi ini didukungsepenuhnya oleh ADB (AsianDevelopment Bank) melaluikucuran utangnya. Lebih dari

    empat dasawarsa ADB bersa-ma-sama dengan Bank Duniamenjadi penggerak privatisasibarang dan layanan publikkhususnya air dan listrik.

    Privatisasi tersebut jugatelah menggiring peningkatanbiaya yang ditanggung olehrakyat secara berkelanjutandan eskalatif.

    Oleh karena itu melaluiaksi ini kami menghimbau danmendesak Pemerintah agarsegera menghentikan keterli-

    batan aktor non-negara dalamkepemilikan dan pelayanankebutuhan hak dasar rakyatyang melahirkan privatisasidan state corporatism tambahRuli.

    Selain SPI, aksi ini jugadiikuti oleh aliansi SPI yangberasal dari Wahana Lingku-ngan Hidup Indonesia (Wal-hi), Koalisi Anti Utang (KAU),Koalisi Rakyat untuk Hak atasAir (KRUHA), Debtwatch, danLingkar Studi-Aksi Demokrasi

    Indonesia (LS-ADI).#

  • 8/3/2019 Edisi 76 (Juni 2010)

    11/16

    11PEMBARUAN TANI EDISI 76 JUNI 2010

    PEJUANG TANI

    Sukardi Bendang: Bacalah, dan kita akan cerdas

    Buku adalah jendela dunia.Setidaknya ungkapan itulahyang selalu dipegang oleh Su-kardi Bendang, Ketua BadanPengurus Wilayah (BPW) Ser-ikat Petani Indonesia (SPI) Su-matera Barat. Pria yang akrabdipanggil Cak Kardi ini lahirdi Tanjung Pati pada 24 Sep-tember 1970 lalu. Ketertarikan

    pria ini terhadap buku dipicuoleh ibunya yang juga cukupgemar membaca. Ibu Sukardisuka meminjam buku dari ta-man bacaan untuk kemudiandibaca oleh anak-anaknya.

    Buku yang hingga saatini sangat berkesan bagi sayaadalah buku tentang seorangperempuan yang gigih ber-juang membela pemikiran danmasyarakatnya, sayangnya sayalupa judulnya kata Sukardi.

    Namun kegemaran mem-

    baca buku Sukardi justru se-

    makin meresahkan ibunya.Pria yang memiliki tiga orangsaudara laki-laki ini pun ke-mudian menceritakan masa di-mana ibunya membakar semuabuku miliknya. Sukardi menu-turkan bahwa pada waktu itudia sedang duduk di bangkuSMA. Suatu hari ketika dia pu-lang dari sekolah, Sukardi cu-

    kup terkejut ketika setibanyadi rumah ternyata sang ibutelah membakar buku-bukukoleksinya. Hal ini cukup kon-tras mengingat ibunyalah yangmenjadi motor pendorong bagiSukardi untuk terus membacadan membaca.

    Zaman orde baru yangmengharamkan bacaan-bacaantentang pergerakanlah yangmengakibatkan itu semua, ibutakut saya menjadi yang tidak-tidak, padahal setelah refor-

    masi pada 98 yang lalu, buku-

    buku yang dibakar ibu sayaitu justru menjadi buku yangwajib dibaca oleh setiap orangyang ingin mendalami bidangpolitik ungkap Sukardi.

    Selepas SMA sekitar tahun1989, Sukardi ingin melanjut-kannya ke perguruan tinggi.Namun karena faktor biaya,Sukardi terpaksa mengurung-kan niatnya. Pria yang cukuphobi membaca buku tentangsejarah ini juga hampir sajabergabung ke dalam kesatuanpolisi. Adalah pamannya yangbegitu ingin agar Sukardi men-jadi aparat polisi yang siap

    membela rakyat, namun suamidari Yuliatati ini justru punyakeinginan yang berbeda. Su-kardi mencoba mengikuti kh-ittah asli masyarakat Minangyang lihai dalam berdagang,walaupun kedua orang tuanyaadalah perantau yang berasaldari Jawa. Sukardi pun memu-tuskan untuk berjualan cabaidari pasar ke pasar.

    Selama kurang lebih seta-hun berdagang, Putra dariMarsinah dan Rahman ini

    masih belum menemukan ji-wanya dari berdagang. Diamerasa jenuh. Sukardi kemu-dian merasa mendapatkan il-ham untuk mengolah lahan mi-lik orang tuanya. Kedua orangtua Sukardi adalah petani tu-len yang dalam kesehariannyamenanam padi dan sayuran.Sukardi bersaudara juga tum-buh dari hasil lahan pertanianorang tuanya tersebut.

    Sukardi juga pernah beker-ja di perusahaan sawit swasta

    di daerahnya, di KabupatenPayakumbuh. Dia bertanggungjawab tehadap urusan teknispembangunan.

    Saya hanya sebentar kerjadisitu, saya keluar karena mirismelihat ketidakadilan dan kes-ewenangan disana, perusahaanmembakar kebun karet milikmasyarakat yang tidak maudigusur dan diganti rugi padamalam hari. Ini sangat ber-tentangan dengan hati nuranisaya ungkap Sukardi dengan

    tegas.

    OrganisasiPada sekitar tahun 1995

    terjadi pemindahan dam PLTA(Pembangkit Listrik TenagaAir) di Koto Panjang, Kabupat-en Lima Puluh Kota, SumateraBarat. Proses pemindahan damini justru banyak membawakerugian pada masyarakatsekitar. Sukardi cukup gerammelihat ketidakadilan di daer-ah itu, misalnya proses gantirugi dan pembebasan lahanyang sama sekali merugikanrakyat kecil. Dengan rasa em-pati yang cukup tinggi, Sukardipun ikut berkumpul dengan

    pemuda-pemuda yang berasaldari daerah sekitar.

    Dari sinilah Sukardi mulaimengenal Serikat Petani Su-matera Barat (SPSB) yang ter-gabung dalam Federasi SerikatPetani Indonesia (FSPI-saat iniSPI). Pada Tahun 2002-2007,Sukardi dipercaya menjadi Ket-ua Dewan Perwakilan Petani,wilayah Payakumbuh di SPSB,dan hingga kini menjadi ketuaBPW SPI Sumbar.

    Kiprah Sukardi di dunia

    organisasi massa perjuanganini juga didukung oleh istri danibunya. Orang tua saya pernahmengatakan bahwa apabilasaya ingin serius membangunorganisasi perjuangan petani(baca:SPI) saya terlebih da-hulu harus berdiskusi denganistri dan menyiapkan ekonomikeluarga, kalau tidak akan ber-masalah di kemudian hari un-gkapnya.

    Di antara waktunya yangpadat untuk mengurus organ-

    isasi sekaligus bertani, Sukardimasih menyempatkan untukmembaca buku ataupun doku-men-dokumen internal organ-isasi.

    Dengan membaca kitaakan menjadi jauh lebih cerdas,pengetahuan kita pun akan se-makin luas, perkembangan me-dia komunikasi seperti internetseharusnya bisa kita maksi-malkan untuk meningkatkanpengetahuan kita ungkap priayang saat ini memiliki sawah

    sekitar satu hektar.#

    Sukardi Bendang, Ketua BPW SPI Sumatera Barat yang gemar membaca

  • 8/3/2019 Edisi 76 (Juni 2010)

    12/16

    12 PEMBARUAN TANI EDISI 76 JUNI 2010

    ANALISIS

    Upaya Menanggulangi Krisis Pangan

    Seorang petani sedang memanen kangkung hasil pertanian organik. Pertanian

    berkelanjutan berbasis keluarga adalah salah satu cara mengatasi krisis pangan.

    YOGYAKARTA. Pangan meru-pakan kebutuhan dasar manu-sia di mana pun berada. Meskipangan dapat diperbaharui dandiproduksi kembali pangan se-lalu menjadi perebutan. Pere-butan pangan menjadi menjadipangan semakin melambung-kan harganya.

    Gejala krisis pangan 2008semakin menguat. Krisis globalyang terjadi bukan karena har-ga minyak bumi yang meroketdi atas 100 dollar AS per barrel,melainkan keterbatasaan stokpangan. Krisis pangan akanmenjadi krisis global terbe-sar abad ke-21. Krisis pangandiperkirakan akan menimpatiga puluh enam negara, ter-masuk Indonesia. Persediaanpangan yang terbatas, hargakomoditas pangan tahun iniakan menembus level yang kri-tis.

    Harga jagung akan menca-pai rekor tertinggi sebelas ta-hun terakhir dan kedelai dalamtiga puluh tahun terakhir, sertagandum sepanjang sejarah.Persediaan beras akan menca-pai titik nadir yang mendorongharga mencapai level tertinggiselama dua puluh tahun tera-khir. Gandum mencapai titikterendah selama lima puluh

    tahun terakhir. Harga seluruh

    (SPI) Sumatera Utara

    pangan meningkat pada ang-ka fantastis tujuh puluh limapersen dibandingkan pada ta-hun 2000, beberapa komodi-tas bahkan lebih dari dua ratuspersen.

    Harga pangan yang melam-bung memicu protes dankerusuhan yang tinggi terjadidiberbagai sudut dunia. Okto-ber 2007, terjadi demonstrasibesar-besaran di Bengali Barat,India, disusul di Senegal, Mauri-tania, Meksiko dan Yunani. Jan-uari 2008, di Kamerun rusuhbesar yang memakan korbanjiwa dua puluh orang. Hal samajuga terjadi di Burkina Faso, Af-rika Barat. Demontrasi denganukuran yang lebih kecil terjadidi Indonesia, Malaysia, Filipina,Inggris, dan Skotlandia.

    Dalam setiap krisis petaninegara berkembang selalu ka-lah. Situasi krisis ini dimanfaat-kan oleh petani negara maju,inverstor, pemain bursa saham,dan pengusaha multinasional.Petani negara berkembnagatau negara ketiga hampirmustahil memenangkan situ-asi krisis pangan ini. Lonjakanharga pangan tidak mengun-tungkan petani, karena petanimemiliki lahan pertaniankurang dari 0,24 hektar. Rata-

    rata nasional 0,36 hektar den-

    gan jumlah petani 48% totalpenduduk. Proporsi yang besar

    adalah buruh tani tidak berla-han. Kelompok petani berlahansempit dan buruh tani justrumenderita, karena sekitar 60%pendapatan dibelanjakan un-tuk pangan.

    Kemiskinan, kelaparan, giziburuk, dan busung lapar men-jadi fenomena yang biasa terja-di di negeri ini. Negeri kita yangmelimpah sumber daya alamtidak mampu menyejahtera-kan kaum petani. Pemerintahbermitra dengan pengusaha

    besar dan mengimpor benih,yang menjadikan kaum petanisemakin menderita. Krisispangan bermuara pada situasitidak berdaulat atas pangan.Kedaulatan pangan merupa-kan hak setiap bangsa danmasyarakat untuk menetapkanpangan pada dirinya sendiri.Mereka berhak untuk men-etapkan sistem pertanian, pe-ternakan, dan perikanan men-jadikan sebagai subyek dalamkekuatan pasar.

    Organisasi tani interna-sional La Via Campesina men-deinisikan kedaulatan pangansebagai hak seluruh rakyat,bangsa dan negaranya untukmenentukan kebijakan peta-nian dan pangannya sendiritanpa campur tangan negerilain. Ada beberapa prinsip ten-tang kadaulatan pangan (La ViaCampesina), diantaranya ada-lah; 1) hak akses ke pangan, 2)reformasi agraria, 3) penggu-naan sumber daya alam secara

    berkelanjutan, 4) pangan un-tuk pangan dan tidak sekedarkomoditas yang diperdagang-kan, 5) pembatasan pengua-saan pangan oleh korporasi, 6)melarang penggunaan pangansebagai senjata, 7) pemberianakses ke petani kecil untuk pe-rumusan kebijakan pertanian.

    Konsep kedaulatan pangantelah berkembang sedemikianrupa melampaui konsep ket-ahanan pangan (food security)yang lebih dikenal sebelumnya,

    yang hanya bertujuan untuk

    memastikan diproduksinyapangan dalam jumlah yang cu-

    kup dengan tidak memperdu-likan macamnya, bagaimana,di mana dan seberapa besarskala produksi pangan terse-but. Kedaulatan pangan adalahinterpretasi luas dari hak ataspangan, ia melampaui wacanatentang hak pada umumnya.

    Rumusan kedaulatan pan-gan itu dikembangkan olehkelompok-kelompok akarrumput sehingga jarang men-jadi wacana ilmiah di kalanganperguruan tinggi dan lembaga

    penelitian. Konsep kedaula-tan pangan ini berseberangandengan konsep semacam WTO,Bank Dunia, dan IMF. Hal inimengakibatkan prinsip kedaul-atan pangan jarang menjadi ke-bijakan pertanian di Indonesia.

    Krisis pangan berarti tan-tangan dan kesempatan un-tuk memperbaiki masa depankehidupan petani Indonesia.Diversiikasi pangan, penghar-gaan terhadap pangan lokal,perlindungan petani, konser-

    vasi keanekaragaman hayatipertanian, pertanian berkelan-jutan, dan reformasi agrariahanya menjadi sesuatu yangenak untuk didengar tetapitidak pernah untuk dilak-sanakan. Jepang baru-baru inimengeluarkan program meng-ganti tepung gandum dengantepung umbi sebagai salah satuupaya untuk mempertahankankedaulatan pangan.

    Pemerintah Indonesia han-ya melakukan gerakan sporadis

    dan sarana kepentingan poli-tis. Perubahan dari ketahananpangan ke kedaulatan panganharus dimulai untuk menye-lamatkan pangan dan petani.Terakhir yang sangat pent-ing adalah kaum petani harustahu anggaran untuk pos per-tanian, dan pemerintah harusmemberi akses informasi ang-garan pertanian kepada kaumpetani.#

    Rumawi, Serikat Petani

    Indonesia (SPI) Yogyakarta

  • 8/3/2019 Edisi 76 (Juni 2010)

    13/16

    13PEMBARUAN TANI EDISI 76 JUNI 2010

    ANALISIS

    Permaculture: sistem alternatif pembangunandiklat SPI Basis Talang Keramat, sebagai solusi perubahan iklim

    Permaculture adalah sistemdesain yang bekerja ke arahintegrasi yang harmonis darilingkungan dan masyarakatnya

    untuk menyediakan pangan,tempat berlindung, energi dankebutuhan lain secara berkelan-jutan. Hal ini mensinergiskanproduksi pangan, struktur,teknologi, energi, sumber dayaalam, lanskap, sistem hewandan tanaman, serta struktur

    sosial dan ekonomi. Sistem inisendiri dapat diterapkan padakondisi perkotaan dan pede-saan dan dalam skala desainapapun.

    10 prinsip dasar Permacul-ture:

    1. Prinsip keragaman Ber-tujuan untuk mengintegrasikanberbagai jenis pangan, tana-man, dan binatang yang men-guntungkan ke dalam sebuah

    desain. Hal Ini memunculkansebuah sistem polikultur in-

    teraktif yang stabil, yang me-nyediakan kebutuhan manusiadan juga kebutuhan spesieslainnya.

    2. Prinsip pengaruh tepi-an Secara umum, ada lebihbanyak energi dan keragamanhayati di tepian di mana duajenis sistem alam tumpangtindih. Di batas ini kita dapatmengakses sumber daya darikedua belah pihak. Mengguna-kan efek tepian, dan pola-polaalami lain yang menciptakan

    efek terbaik.3. Prinsip Perencanaan En-

    ergi Menempatkan elemendesain anda sedemikian rupauntuk meminimalkan penggu-naan energi (termasuk bahanbakar fosil & tenaga manusia).Memanfaatkan energi dansumber daya yang anda miliki,yang dimulai dari dalam sistemkemudian dari luar sistem den-gan seefektif mungkin. Sumberdaya energi dari dalam melipu-ti kekuatan alam seperti gravi-

    tasi, tenaga angin, dan tenagaair. Hal ini menghemat waktu,tenaga dan uang.

    4. Prinsip energi daur ulang Dalam sistem alam tidak adayang tersia-siakan. Output darisatu proses alam dapat men-jadi sumber daya lain. Daurulang dan gunakan kembalisemua sumber daya sebanyakmungkin.

    5. Prinsip skala Mencip-takan sistem skala manusia. Pilihlah teknologi yang tepat

    dan sederhana untuk diguna-kan dalam desain. Hanya den-gan menciptakan sistem yangteraturlah yang dapat memulaisebuah langkah kecil denganrdampak besar untuk menca-pai tujuan yang idelal.

    6. Prinsip sumber daya

    hayati Gunakanlah metodedan proses yang alamiah untuk

    menyelesaikan tugas-tugas.Temukanlah hal-hal di alam(tanaman, hewan, mikroba)yang mendukung sistem de-sain dan minimalkan masukanenergi dari luar.

    7. Prinsip multi elemen Dukunglah setiap kebutuhandan fungsi yang penting den-gan menggunakan lebih darisatu cara, sehingga kegagalansementara dalam sebuah ele-men tidak akan menghentikanfungsi yang lain. Hal ini juga

    dilaksakan dengan menyadaribahwa hampir selalu ada lebihdari satu cara untuk mencapaitugas apapun.

    8. Prinsip multi fungsi Banyak hal yang dapat diguna-kan dengan berbagai cara danuntuk berbagai fungsi. Satuaturan dasar di permacultureadalah untuk mencoba mer-ancang tiga kegunaan denganhanya menggunakan setiap el-emen dari sebuah sistem. Halini dapat menghemat ruang,

    waktu dan komplikasi dalamsetiap proyek.

    9. Prinsip suksesi alam Bekerjalah dengan alamdan melalui proses-prosesdari sistem alamiah. Apabiladiperlukan dapat juga dilaku-kan dengan mengantisipasiperkembangan masa depanmelalui riset dan observasi.

    10. Prinsip lokasi relatif Tempatkan setiap elemen de-sain anda saling berhubungandengan elemen lainnya sehing-

    ga dapat menguntungkan satusama lain, misalnya simpanlahalat-alat di dekat mereka akandigunakan.

    J.J. Polong, Majelis NasionalPetani (MNP), Serikat PetaniIndonesia (SPI)

    Anggota SPI Basis Talang Keramat yang sedang menyiapkan diklatpermaculture

    TANAH UNTUK PETANI !!!www.spi.or.id

  • 8/3/2019 Edisi 76 (Juni 2010)

    14/16

    14 PEMBARUAN TANI EDISI 76 JUNI 2010

    ANALISIS

    Food estate, untuk siapa?

    Seorang petani sedang memanen kedelai di lahannya. Eksistensi lahan milik

    petani kecil akan semakin berkurang apabilafood estate diterapkan di Indonesia

    MEDAN. Masyarakat asli Pa-pua memiliki kearifan lokalyang unik dalam analogi polainteraksi kehidupan mereka

    dan alam. Mereka tidak hanyamemiliki dimensi ekonomi sajasebagai penunjang kehidupan,akan tetapi lebih dari itu memi-liki makna religius dan sosialyang sangat berpengaruh padaeksistensi mereka. MasyarakatPapua mengidentikkan langitdengan sosok ayah yang supe-rior yang menurunkan embundan hujan. Menjelajah ke segalaarah untuk mencari kehidupandan memberi rasa aman. Ta-nah dimaknai sebagai ibu yangmemberikan kesuburan dannutrisi. Hutan adalah wujuddari yang Maha Kuasa.

    Hal ini lah yang menyebab-kan peran dan keberadaanhutan bagi masyarakat Papuatidak dapat digantikan denganuang. Namun kearifan lokalitu sedang terkikis dan akanmendapat tantangan frontaldari perkembangan politikekonomi yang semakin men-garah kepada liberalisasi di se-gala sektor. Ketika arus modalmasuk dan Papua dilihat po-

    tensial untuk mengembangkanperkebunan dan pertamban-gan, kekayaan kultur tadi kerapditundukkan dan dikalahkan

    oleh kepentingan kapital.Adalah konsep food es-tate yang menjadi momokbagi pertanian tradisionalyang bukan hanya menjadi la-han penghidupan namun jugamerupakan tradisi budaya(agriculture) yang memilikikeunikan tersendiri di setiapdaerah. Dengan dalih untukmencapai kecukupan pangandalam negeri dan ekspor, ta-hun 2010 ini pemerintah akanmelakukan pengembangan la-han pertanian pangan dalamskala besar atau dalam bahasainternasionalnyafood estate.

    Merauke, target utamapengembanganfood estate

    Salah satu yang menja-di target utama pemerintahmengembangkan food estateadalah Kabupaten Merauke,Papua. Sejak beberapa tahunterakhir, kabupaten yang kinidinahkodai Bupati Johanes

    Gluba Gebze sudah mencanan-gkan program MIFE (Merauke

    Integrated Food and Energy Es-tate). Berdasarkan keterangandari Menteri Pertanian Sus-wono, pemerintah pusat ber-niat memanfaatkan lahan da-tar di Merauke sebagai sumberpembangunan pertanian untukmencapai sasaran kecukupanpangan dalam negri dan ek-spor. Sekitar 500.000 Ha lahanpertanian yang ada di Meraukedirencanakan akan dijadikansebagai tempat untuk pengem-bangan lahan pertanian pan-

    gan dalam skala besar.Merauke memiliki cadan-

    gan lahan pertanian mencapai2,49 juta hektare, terdiri dariluas lahan basah sekitar 1,937juta Ha dan lahan kering 554,5ribu Ha. Bahkan, lahan yangada hampir semua datar seh-ingga cocok untuk usaha agri-bisnis skala komersial. Potensiraksasa itu jelas cukup meng-giurkan calon investor. Dalamkonsep MIFE ini, nantinya di-lakukan penataan manajemen

    lahan dalam satu usaha perta-nian yang terintegrasi. Minimalsatu hamparan lahan seluas1.000 ha yang terdiri 70% usa-ha tanaman pangan, 9% usahaternak, 8% perikanan darat,8% usaha perkebunan dan 5%untuk penggunaan lainnya.

    Food Estate atau kita sebutsaja Perkampungan IndustriPangan merupakan konseppengembangan produksi pan-gan yang dilakukan secara ter-integrasi mencakup pertanian,

    perkebunan, bahkan peterna-kan yang berada di suatu ka-wasan lahan yang sangat luas.Hasil dari pengembangan foodestate bisa menjadi pasokanketahanan pangan nasionaldan jika berlebih bisa dilaku-kan ekspor. Dan karena skalapertanian ini sangat besar danluas, maka pengelolaannya jugadilakukan oleh perusahaan in-dustri. Tentu proyek ambisius food estate ini menarik banyakinvestor perusahaan-perusa-

    haan industri pangan nasional

    maupun konglomerasi inter-nasional. Sedikitnya terdapat

    enam swasta nasional yang su-dah siap mengucurkan uangnyauntuk menggarap agribisnis diMIFE. Mereka adalah BangunTjipta, Medco Grup, Comex-indo Internasional, Digul AgroLestari, Buana Agro Tama, danWolo Agro Makmur.

    Pemerintah telah membuatsejumlah payung hukum bagikonsep food estate ini sehing-ga investasi swasta, termasukasing, bakal tersedot ke dalamnegeri. Penerbitan Instruksi

    Presiden No 5/2008 tentangFokus Program Ekonomi 2008-2009, termasuk di dalamnyamengatur investasi panganskala luas (food estate). Bahkansaat ini kementrian pertanianmasih menunggu dikeluarkan-nya PP tentang pemanfaatantanah terlantar.

    Setiap perusahaan bisamendapatkan izin untuk men-gelola lahan maksimal 10 ribuhektare, kecuali untuk badanusaha milik negara dan ba-

    dan usaha milik daerah. Izinpengelolaan diberikan untukjangka waktu 35 tahun danbisa diperpanjang lagi untuk35 tahun lalu 25 tahun. Adapunpembagian lahan untuk proyekdi Merauke, 1 juta hektare la-han akan dialokasikan untukpenanaman tanaman pangan,100 ribu hektare dialokasikanuntuk peternakan, 100 ribuhektare untuk perikanan, dansisanya untuk perkebunan.

    Area yang tersedia dibagi

    dalam 10 cluster sentra produk-si pertanian dan empat clusterprioritas, yaitu cluster GreaterMerauke (padi sawah dan gogoserta jagung), Salor (padi, tebu,jagung, sapi, kacang tanah, dankacang kedelai), Kartini (jag-ung, kacang tanah, kedelai,dan buah-buahan), serta Mut-ing (Kacang tanah, sawit, danbuah-buahan).

    Dari sini dapat dilihatbahwa konsep food estate iniakan membuka keran sebesar-

    besarnya bagi para pemodal

  • 8/3/2019 Edisi 76 (Juni 2010)

    15/16

    15PEMBARUAN TANI EDISI 76 JUNI 2010

    untuk dapat menguasai la-han pertanian bahkan dapatdikatakan konsep food estateini merupakan land grabbing(perampasan tanah-red) per-tanian oleh pihak swasta yang

    dilegalkan pemerintah. Akibat-nya, kepemilikan lahan milikpetani rakyat berkurang secarasigniikan, kehidupan petaniakan memburuk karena tergu-sur korporat, dan petani akanmenjadi buruh di tanahnyasendiri.

    Pengembangan konsep food estate ini membahaya-kan karena swasta asing bisamenguasai pertanian darihulu sampai hilir. Sektor yangberkaitan dengan hajat hiduporang banyak ini tidak sehar-usnya dilepas pada mekanismepasar, karena dapat menggang-gu cita-cita kedaulatan panganakibat kemungkinan terjadinyamonopoli dan harga yang takdapat dikendalikan.

    Bagi kalangan investor be-sar, pengembangan food estatebisa memberikan jawaban.Tapi bagi peningkatan kes-ejahteraan petani yang berla-han sempit, food estate belummampu menjawab persoalanmalah makin memperparah

    keterpurukan petani setelahkebijakan-kebijakan berbauneoliberal yang diterapkan pe-merintahan ini. Pengembanganfood estate justru bertentan-gan dengan upaya pemerintahmendorong ekonomi kerakya-tan, khususnya ekonomi kaumtani.

    Pembukaan lahan secarabesar-besaran yang akan di-lakukan oleh para investor da-lam program food estate pastimenimbulkan kegelisahan bagi

    masyarakat adat di KabupatenMerauke. Pasalnya, dalam halini pihak adat tidak pernah dia-jak berembuk bersama denganpemerintah maupun inves-

    tor. Sehingga masyarakat adatdirugikan dengan keadaantersebut. Warga Papua akanmenjadi penonton dan akan se-makin jauh terpinggirkan. Danprogram ini menurut Moyu-

    end wakil ketua I LMA (Lem-baga Masyarakat Adat) Papuakurang pas karena pemerintahmembuat suatu loncatan darimasyarakat yang saat ini masihperamu (meramu sendiri ma-kanannya) ke arah yang lebihtinggi. Masyarakat tradisionalPapua yang minoritas akan ter-pinggirkan jika pengelolaan ta-nah beralih ke sistem moderndan dengan dibukanya kesem-patan yang luas untuk penda-tang masuk ke merauke.

    Pemerintah dapat belajardari penerapan program perke-bunan inti rakyat (PIR) di Pa-pua pada awal tahun 1980-an,dampak sosial yang ditimbul-kan sangat tinggi. Masyarakatasli Papua dihadapkan padaperalihan pola hidup, darimeramu menjadi pola indus-tri yang berbasis perkebunanrakyat yang sebenarnya asingbagi mereka. Hutan kayu dansagu yang sebelumnya menjadibasis hidup mereka tiba-tibalenyap dan berganti menjadi

    kebun kelapa sawit. Reproduk-si pangan seperti umbi-umbiandan sayur mayur mulai sulit di-lakukan, binatang buruan sulitdidapatkan.

    Program food estate yangdicanangkan ini semakin mem-buat masyarakat asli Papuaterpinggirkan. Karena harusdiakui dalam dimensi investasi,penguatan sosial masyarakatkerap diabaikan. Yang menjadifokus utama adalah pertumbu-han investasi dan laju modal.

    Gagasan dan rasa memilikimasyarakat asli Papua perludiperhatikan karena merekamelihat tanah bukan semata-mata sebagai modal usaha.

    Lebih dari itu, tanah adalahbagian eksistensial dari budayadan keberadaan mereka.

    Berikut adalah kemung-kinan kerugian implikasi foodestate:

    Potensi lahan yang dimi-liki oleh rakyat Indonesiatidak bisa maksimal dimilikidan dikelola secar penuh olehpetani Indonesia. Apalagi jikamengacu kepada Undang-undang No 25/2007 tentangPenanaman Modal (UUPM)dengan berbagai turunannyayang memberikan peluangbagi investor untuk semakinmenguasai sumber-sumberagraria, Peraturan Presiden No77/2007 tentang daftar bidangusaha tertutup dan terbukadisebutkan bahwa asing bolehmemiliki modal maksimal 95persen dalam budi daya padi.Peraturan ini jelas akan sangatmerugikan 13 juta petani padiyang selama ini menjadi pro-dusen pangan utama. Apalagi77 persen dari jumlah petanipadi yang ada tersebut masihmerupakan petani gurem.

    Jika perpres atau pera-turan lain yang dihasilkan pe-merintah tentang food estateini lebih berpihak kepada pe-

    modal daripada petani makakemungkinan konlik sepertikonlik di perkebunan besaryang ada selama ini akan terja-di juga di food estate. Bisa jadiakan muncul tuan takur baruyang menguasai lahan begituluas dan menjadi penguasa se-tempat.

    Jika peraturan yang lahirnanti memberikan kemudahandan keluasan bagi perusahaanatau personal pemilik modaluntuk mengelola food es-

    tate maka karakter pertaniandan pangan Indonesia makinbergeser dari peasant basedand family based agriculturemenjadi corporate based food

    dan agriculture production.Kondisi ini justru melemahkankedaulatan pangan Indonesia.

    Jika pemerintah tidakmampu mengontrol distribusiproduksi hasi dari food estate

    maka para pemodal akan men-jadi penentu harga pasar kar-ena penentu dijual di dalamnegeri atau ekspor adalah har-ga yang menguntungkan bagipemodal.

    Ketua Umum Serikat PetaniIndonesia (SPI), Henry Sara-gih menyesalkan langkah yangdiambil pemerintah untukmendongkrak produksi padinasional melalui program foodestate. Pengembangan food es-tate justru bertentangan den-gan upaya pemerintah men-dorong ekonomi kerakyatan,khususnya ekonomi kaum tani.Menurutnya, dengan adanyapembukaan food estate, makakarakter pertanian dan panganIndonesia makin bergeser daripeasant-basedandfamily-basedagriculture menjadi corporate-based fooddan agriculture pro-duction. Kondisi ini justru me-lemahkan kedaulatan panganIndonesia.

    Pemerintah seharusnyalebih memprioritaskan per-

    soalan kesejahteraan petaniketimbang mengundang in-vestor besar membangun foodestate. Sebab, problem petaniberlahan sempit dan kes-ejahteraan petani hingga kinibelum mampu diselesaikanpemerintah. Setidaknya, kiniada 9,55 juta kepala keluarga(KK) petani yang kepemilikanlahannya di bawah 0,5 ha. Kar-ena tidak mungkin petani yangmempunyai lahan sempit bisasejahtera.#

    Fuad Perdana Ginting,Pengurus Badan PelaksanaWilayah (BPW)Serikat Petani Indonesia

    PETANI BERSATU

    TAK BISA DIKALAHKAN !!!www.spi.or.id

    Sambungan dari hal. 14 Food Estate...

  • 8/3/2019 Edisi 76 (Juni 2010)

    16/16

    16 PEMBARUAN TANI EDISI 76 JUNI 2010

    EKONOMI PENDIDIKAN

    SPI Basis Talang Keramatkembangkan unit usaha produksi opak

    BPW SPI Sumut menggelar pelatihanadministrasi dan dokumentasi

    BANYUASIN. Puluhanpetani perempuan SerikatPetani Indonesia (SPI) saat inisedang mengembangkan po-tensi lokalnya untuk membukaunit usaha. Ibu Basori, seorang

    anggota petani perempuan SPImenyebutkan bahwa merekasedang mengikuti pelatihanpembuatan opak yang berba-han dasar singkong atau ubikayu di desa Talang Keramat,Kabupaten Banyuasin, Sumat-era Selatan (08/05).

    Dengan mengikuti pelati-han ini kami berharap akanlebih menguasai teknik-teknikpembuatan dan pemasaranopak, soalnya pasar opak diSumatera Selatan ini cukup be-

    sar, ungkap Ibu Basori.Ibu Basori menambahkan

    bahwa selama ini ubi kayu ha-sil tanaman petani lebih ser-ing dijual begitu saja di pasar,dengan pengetahuan membuatopak ubi kayu dapat diolah ter-lebih dahulu sebelum dijual.

    Pada kesempatan yangsama, J.J. Polong anggota Ma-jelis Petani Nasional (MNP)

    MEDAN. Sebagai sebuahorganisasi massa, sudahsaatnya Serikat Petani In-donesia (SPI) merapikansistem administrasi dan do-kumentasi setiap kegiatan

    sehingga akan menjadi akanmenghasilkan manajemenorganisasi yang tertata den-gan rapi. Mengingat akanpentingnya administrasi dandokumentasi, Badan Pelak-sana Wilayah (BPW) SPISumut menggelar pelatihanadministrasi dan dokumen-tasi (02/05) di kantor sek-retariat Dewan PerwakilanWilayah (DPW) SPI Sumut.

    Pendidikan yang diikutioleh sekitar 30 orang peserta

    dari ini dirasakan cukup ber-manfaat mengingat selamaini para anggota SPI Sumutsering mengalami kebingun-gan ketika dihadapkan padahal-hal yang berhubungandengan administrasi organ-isasi seperti surat menyurat,kelengkapan atribut organ-isasi dan sebagainya.

    Zainal Ariin Fuad selaku

    SPI mengatakan bahwa unitusaha di tingkat basis ini dapatdikembangkan dalam sebuahkoperasi.

    Setelah produksi berjalanbaik manajemennya juga harus

    diperhatikan. Bisa saja dikerja-kan secara kelompok atau dik-erjakan perorangan di rumahmasing-masing sebagai usahasampingan ibu-ibu dan pe-masarannya baru dikelola se-cara bersama, ungkap Polong

    J. J. Polong menambahkanbahwa nantinya unit usahayang lain mungkin juga akandikembangkan di basis-basisSPI lainnya dengan meman-faatkan potensi lokal yang ada,seperti halnya ubi kayu di Ta-

    lang Keramat.Potensi dan kearifan lokal

    setiap basis bisa lebih dikem-bangkan untuk membentukunit-unit usaha kaum tani yangdapat menopang perekonomi-an setiap anggotanya tambahPolong.#

    sekretaris Badan PelaksanaPusat (BPP) SPI selaku pema-teri menjelaskan pentingnyamanajemen dan penataansistem administrasi yang baikagar kerja-kerja organisasi da-

    pat berjalan dengan lancar danbaik

    Kita ini sekarang berjuangmelawan perusahaan-peru-sahaan yang memiliki sistemmanajemen yang baik sehinggakita juga harus memiliki sistemmanajemen yang tertata den-gan baik juga. Walaupun kitamelakukan perjuangan men-gatasnamakan nilai-nilai ke-benaran dan kerakyatan kalaumanajemen kita buruk makasia-sia lah perjuangan yang kita

    lakukan ungkapnya.Banyak muncul pertanyaan

    seputar administrasi organ-isasi yang tak jarang menim-bulkan perdebatan namun halini semua merupakan prosespelajaran kita untuk menujuorganisasi yang kuat baik buatsecara pengorganisasian mau-pun kuat dari segi manajemenorganisasinya.#

    Para petani perempuan SPI Basis Talang Keramat sedang mengiku pelahanpembuatan opak untuk pengembangan unit usaha di Basis SPI tersebut.

    Zainal Arifn Fuad, Sekretaris umum BPP SPI sedang menyampaikan materinyadalam pelahan administrasi dan dokumentasi di DPW SPI Sumatera Utara

    Apa itu food estate?, Bagaimana kemajuan Hak Asasi Petani di Indonesia?, Apa saja dosa-dosa kaum neolib?,

    Bagaimana penerapan pertanian berkelanjutan yang ideal? temukan jawabannya di:www.spi.or.id