bakti news edisi 76

32
Vol. V April-Mei 2012 Edisi 76 Sekolah Kampung di Sarmi, Papua: Semakin Bersemangat, Semakin Berkembang Pembantaian Hiu di Raja Ampat Senilai 1,5 Miliar Rupiah Perempuan Inspiratif dari Timur

Upload: yayasan-bakti

Post on 14-Mar-2016

261 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

BaKTI News Edisi Apr-Mei 2012

TRANSCRIPT

Page 1: BaKTI News Edisi 76

Vol. V April-Mei 2012 Edisi 76

Sekolah Kampung di Sarmi, Papua:Semakin Bersemangat, Semakin Berkembang

Pembantaian Hiu di Raja Ampat Senilai 1,5 Miliar Rupiah

Perempuan Inspiratif dari Timur

Page 2: BaKTI News Edisi 76

1 April - Mei 2012News Volume V - edisi 76

EditorMILA SHWAIKO

VICTORIA NGANTUNGForum KTI

ZUSANNA GOSALITA MASITA IBNUEvents at BaKTI

SHERLY HEUMASSEWebsite of the MonthSTEVENT FEBRIANDYDatabase & NGO Profile

AFDHALIYANNA MA’RIFAHWebsite

AKRAM ZAKARIASmart Practices

CHRISTY DESTA PRATAMAInfo Book

SUMARNI ARIANTODesign Visual & Layout

ICHSAN DJUNAIDPertanyaan dan Tanggapan

RedaksiJI. DR.Sutomo No.26

Makassar 90113P : 62-411-3650320-22

F :62-411-3650323SMS BaKTINews 085255776165

E-mail: [email protected] juga bisa menjadi penggemar

BaKTINews di Facebook :www.facebook.com/yayasanbakti

BaKTINews adalah media pertukaran pengetahuan tentang pembangunan di Kawasan Timur lndonesia.Tujuan BaKTINews adalah mempromosikan praktik cerdas pembangunan dari berbagai daerah di Kawasan Timur Indonesia agar dapat diketahui oleh khalayak luas dan menginspirasi pelaku pembangunan di berbagai daerah dalam upaya menjawab berbagai tantangan pembangunan. BaKTINews terbit setiap bulan dalam dua bahasa, Indonesia d a n l n g g r i s, u nt u k m e m u d a h k a n p e m b a c a d a l a m mendapatkan informasi pembangunan dari Kawasan Timur Indonesia.

BaKTINews disirkulasi melalui pos kepada pembaca dengan target utama adalah para pelaku pembangunan yang berdomisili di daerah kepulauan dan daerah terpencil. Tidak dikenakan biaya apapun untuk berlangganan BaKTINews agar lebih banyak masyarakat yang dapat mengakses informasi pembangunan melalui majalah ini. Selain dalam bentuk cetak, BaKTINews juga dapat diakses di website BaKTI: www.bakti.org dan dikirimkan melalui email kepada pelanggan yang dapat mengakses internet.

BaKTINews dikelola oleh Bursa Pengetahuan Kawasan Timur Indonesia [BaKTI). Seluruh artikel BaKTINews adalah kontribusi sukarela para pelaku pembangunan dari berbagai kalangan dan daerah yang ingin berbagi pengetahuan dengan khalayak luas.

BaKTINews is a knowledge exchange media platform for development issues in eastern Indonesia. BaKTINews aims to promote development smart practices from different regions in eastern Indonesia so that the practices become known to a wider audience and inspire development stakeholders in other regions in their efforts to answer development challenges. BaKTINews is published monthly in two languages, Indonesian and English, to facilitate readers who don't understand indonesian to gain a better understanding of development in eastern Indonesia.

BaKTINews is sent by post to readers and rhe main target is development stakeholders living in isolated regions and island regions. BaKTINews is provided free of charge so the development community can access relevant development information easily. BaKTINews is also provided in an electronic version that can be accessed on www.bakri.org and can be sent electronically to subscribers with internet access.

BaKTINews is managed by the Eastern Indonesia Knowledge Exchange (BaKTI). All articles are contributed voluntarily by development stakeholders from different areas in eastern Indonesia who wish to share their information with a wider audience.

31

DAFTAR ISI CONTENTS

3

7

9

11

13

17

19

20

22

23

27

28

29

30

Berkontribusi untuk BaKTINews

BaKTINews menerima artikel tentang kemajuan pembangunan, pembelajaran dari suatu kegiatan, praktik cerdas pembangunan, hasil-hasil penelitian yang dapat diaplikasikan, dan teknologi tepat guna dari berbagai daerah di Kawasan Timur Indonesia (Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, dan Papua).

Panjang artikel adalah 1.000-1.100 kata,menggunakan Bahasa Indonesia maupun lnggris, ditulis dengan gaya populer. Foto-foto penunjang artikel sangat dibutuhkan. Tim editor BaKTINews akan melakukan edit terhadap setiap artikel yang akan dimuat untuk kesesuaian tempat dan gaya bahasa. Redaksi BaKTINews tidak memberikan imbalan kepada penulis untuk setiap artikel yang dimuat.

BaKTINews accepts articles about development programs, lessons learnt from an activity, development smart practices, research results that can be applied, and applied technology from different stakeholders and regions in eastern Indonesia (Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, and Papua).

Articles should be 1,000-1, 100 words, in either Indonesian or English, and written in a popular style. Articles should also be sent with photos that illustrate the article. The editors of BaKTINews will edit every article for reasons of space and style. BaKTINews does not provide payment to writers for articles.

Menjadi Pelanggan BaKTINews Subscribing to BaKTINews

Untuk berlangganan BaKTINews, silakan mengirimkan data diri anda (organisasi, posisi, nomor HP, alamat email) lengkap dengan alamat l e n g k a p y a n g d i s e r t a i d e n g a n k o d e p o s m e l a l u i e m a i l [email protected] atau SMS 085255776165. Bagi yang berdomisili di Makassar, Anda dapat mengambil BaKTINews di Display Corner Gedung BaKTI pada setiap hari kerja.

To subscribe to BaKTINews please send us your full contacts details (including organization. position, HP number and email address) with full postal address to [email protected] or SMS to 085255776165. For those living in Makassar, please stop by the BaKTI office and pick up your copy from the display corner from Monday to Friday.

BaKTINews diterbitkan oleh Yayasan BaKTI dengan dukungan Pemerintah Australia.BaKTINews is published by The BaKTI Foundation with support of the Government of Australia.

Pandangan yang dikemukakan tak sepenuhnya mencerminkan pandangan Yayasan BaKTI maupun Pemerintah Australia.

The views expressed do not necessarily reflect the views of Yayasan BaKTI and the Government of Australia.

Peluang

Website Bulan ini

Profil LSMRumah Ruth Kegiatan di BaKTI

Info Books

28

batukar.info Updates

25

26

15

Forum Kawasan Timur Indonesia ke JakartaMengantar Inspirasi ke Ibukota

Sekolah Kampung di Sarmi, Papua:Semakin Bersemangat, Semakin Berkembang

Lulus di Sekolah Perempuan:Jembatan Damai Untuk Keadilan Itu Sudah DibangunGraduating from the Women's School: The Peace for Justice Bridge

Perempuan Inspiratif dari Timur

Saya Perempuan, Saya Bisa!

Bunaken Indah Tanpa Sampah

Pembantaian Hiu di Raja Ampat Senilai 1,5 Miliar Rupiah

Perubahan Iklim Global Ancam NTT

Liga Nasional Street Soccer di Bawah Kolong JembatanNational Street Soccer League Under the Bridge

Pemberdayaan Perempuan dan Partisipasi Pembangunan

Carik Desaku

Wajah KTIDi Negeri Para Resi

Kinerja Keuangan PublikBagaimana Mengukurnya?

Page 3: BaKTI News Edisi 76

1 April - Mei 2012News Volume V - edisi 76

EditorMILA SHWAIKO

VICTORIA NGANTUNGForum KTI

ZUSANNA GOSALITA MASITA IBNUEvents at BaKTI

SHERLY HEUMASSEWebsite of the MonthSTEVENT FEBRIANDYDatabase & NGO Profile

AFDHALIYANNA MA’RIFAHWebsite

AKRAM ZAKARIASmart Practices

CHRISTY DESTA PRATAMAInfo Book

SUMARNI ARIANTODesign Visual & Layout

ICHSAN DJUNAIDPertanyaan dan Tanggapan

RedaksiJI. DR.Sutomo No.26

Makassar 90113P : 62-411-3650320-22

F :62-411-3650323SMS BaKTINews 085255776165

E-mail: [email protected] juga bisa menjadi penggemar

BaKTINews di Facebook :www.facebook.com/yayasanbakti

BaKTINews adalah media pertukaran pengetahuan tentang pembangunan di Kawasan Timur lndonesia.Tujuan BaKTINews adalah mempromosikan praktik cerdas pembangunan dari berbagai daerah di Kawasan Timur Indonesia agar dapat diketahui oleh khalayak luas dan menginspirasi pelaku pembangunan di berbagai daerah dalam upaya menjawab berbagai tantangan pembangunan. BaKTINews terbit setiap bulan dalam dua bahasa, Indonesia d a n l n g g r i s, u nt u k m e m u d a h k a n p e m b a c a d a l a m mendapatkan informasi pembangunan dari Kawasan Timur Indonesia.

BaKTINews disirkulasi melalui pos kepada pembaca dengan target utama adalah para pelaku pembangunan yang berdomisili di daerah kepulauan dan daerah terpencil. Tidak dikenakan biaya apapun untuk berlangganan BaKTINews agar lebih banyak masyarakat yang dapat mengakses informasi pembangunan melalui majalah ini. Selain dalam bentuk cetak, BaKTINews juga dapat diakses di website BaKTI: www.bakti.org dan dikirimkan melalui email kepada pelanggan yang dapat mengakses internet.

BaKTINews dikelola oleh Bursa Pengetahuan Kawasan Timur Indonesia [BaKTI). Seluruh artikel BaKTINews adalah kontribusi sukarela para pelaku pembangunan dari berbagai kalangan dan daerah yang ingin berbagi pengetahuan dengan khalayak luas.

BaKTINews is a knowledge exchange media platform for development issues in eastern Indonesia. BaKTINews aims to promote development smart practices from different regions in eastern Indonesia so that the practices become known to a wider audience and inspire development stakeholders in other regions in their efforts to answer development challenges. BaKTINews is published monthly in two languages, Indonesian and English, to facilitate readers who don't understand indonesian to gain a better understanding of development in eastern Indonesia.

BaKTINews is sent by post to readers and rhe main target is development stakeholders living in isolated regions and island regions. BaKTINews is provided free of charge so the development community can access relevant development information easily. BaKTINews is also provided in an electronic version that can be accessed on www.bakri.org and can be sent electronically to subscribers with internet access.

BaKTINews is managed by the Eastern Indonesia Knowledge Exchange (BaKTI). All articles are contributed voluntarily by development stakeholders from different areas in eastern Indonesia who wish to share their information with a wider audience.

31

DAFTAR ISI CONTENTS

3

7

9

11

13

17

19

20

22

23

27

28

29

30

Berkontribusi untuk BaKTINews

BaKTINews menerima artikel tentang kemajuan pembangunan, pembelajaran dari suatu kegiatan, praktik cerdas pembangunan, hasil-hasil penelitian yang dapat diaplikasikan, dan teknologi tepat guna dari berbagai daerah di Kawasan Timur Indonesia (Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, dan Papua).

Panjang artikel adalah 1.000-1.100 kata,menggunakan Bahasa Indonesia maupun lnggris, ditulis dengan gaya populer. Foto-foto penunjang artikel sangat dibutuhkan. Tim editor BaKTINews akan melakukan edit terhadap setiap artikel yang akan dimuat untuk kesesuaian tempat dan gaya bahasa. Redaksi BaKTINews tidak memberikan imbalan kepada penulis untuk setiap artikel yang dimuat.

BaKTINews accepts articles about development programs, lessons learnt from an activity, development smart practices, research results that can be applied, and applied technology from different stakeholders and regions in eastern Indonesia (Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, and Papua).

Articles should be 1,000-1, 100 words, in either Indonesian or English, and written in a popular style. Articles should also be sent with photos that illustrate the article. The editors of BaKTINews will edit every article for reasons of space and style. BaKTINews does not provide payment to writers for articles.

Menjadi Pelanggan BaKTINews Subscribing to BaKTINews

Untuk berlangganan BaKTINews, silakan mengirimkan data diri anda (organisasi, posisi, nomor HP, alamat email) lengkap dengan alamat l e n g k a p y a n g d i s e r t a i d e n g a n k o d e p o s m e l a l u i e m a i l [email protected] atau SMS 085255776165. Bagi yang berdomisili di Makassar, Anda dapat mengambil BaKTINews di Display Corner Gedung BaKTI pada setiap hari kerja.

To subscribe to BaKTINews please send us your full contacts details (including organization. position, HP number and email address) with full postal address to [email protected] or SMS to 085255776165. For those living in Makassar, please stop by the BaKTI office and pick up your copy from the display corner from Monday to Friday.

BaKTINews diterbitkan oleh Yayasan BaKTI dengan dukungan Pemerintah Australia.BaKTINews is published by The BaKTI Foundation with support of the Government of Australia.

Pandangan yang dikemukakan tak sepenuhnya mencerminkan pandangan Yayasan BaKTI maupun Pemerintah Australia.

The views expressed do not necessarily reflect the views of Yayasan BaKTI and the Government of Australia.

Peluang

Website Bulan ini

Profil LSMRumah Ruth Kegiatan di BaKTI

Info Books

28

batukar.info Updates

25

26

15

Forum Kawasan Timur Indonesia ke JakartaMengantar Inspirasi ke Ibukota

Sekolah Kampung di Sarmi, Papua:Semakin Bersemangat, Semakin Berkembang

Lulus di Sekolah Perempuan:Jembatan Damai Untuk Keadilan Itu Sudah DibangunGraduating from the Women's School: The Peace for Justice Bridge

Perempuan Inspiratif dari Timur

Saya Perempuan, Saya Bisa!

Bunaken Indah Tanpa Sampah

Pembantaian Hiu di Raja Ampat Senilai 1,5 Miliar Rupiah

Perubahan Iklim Global Ancam NTT

Liga Nasional Street Soccer di Bawah Kolong JembatanNational Street Soccer League Under the Bridge

Pemberdayaan Perempuan dan Partisipasi Pembangunan

Carik Desaku

Wajah KTIDi Negeri Para Resi

Kinerja Keuangan PublikBagaimana Mengukurnya?

Page 4: BaKTI News Edisi 76

43 April - Mei 2012News Volume V - edisi 76 April - Mei 2012News Volume V - edisi 76

Forum Kawasan Timur Indonesia ke Jakarta

MENGANTAR INSPIRASI KE IBUKOTA

Pagi itu dimulai tanpa langit biru. Mata Jakarta tak lagi terpejam

sejak subuh, bahkan mungkin tak pernah terpejam sejak semalam.

Dokter Azis mengenakan baju batik berlengan panjang yang dua hari

lalu telah disiapkan istrinya. Anak-anak muda ini begitu lihai

mengelabuinya untuk pergi dari Malifut ke Jakarta, menempuh

perjalanan sehari penuh dengan semua macam alat transportasi –

perahu, mobil, dan pesawat! Hanya satu permintaan mereka, ”Ote,

bagi cerita tentang malaria yang su tra ada lai..

Malaria memang sudah jauh berkurang sekarang, dibandingkan sepuluh tahun silam. Di Halmahera Selatan, duaratus lima orang meninggal dalam

setahun di tahun 2003. Angka ini menurun drastis di tahun 2009 dimana cuma satu orang saja yang meninggal akibat malaria. Mungkin terdengar seperti mukjizat. Namun dibalik itu ada kerja keras yang luar biasa dari seluruh warga dan instansi pemerintah di Halmahera Selatan yang dikoordinasi oleh sebuah badan bernama Malaria Center. Lain lagi kisah pak Linggi yang berasal dari Desa Batanguru, Sulawesi Barat. Hari itu dirinya menceritakan bagaimana desanya di pegunungan Kabupaten Mamasa yang setelah keluar dari kegelapan bisa menikmati banyak manfaat listrik. Lebih dari duapuluh tahun lalu, dengan berbekal gelar sarjana, ia pulang ke desa dan mulai membuat turbin pembangkit listrik. Walaupun kerap menemui kendala, dirinya tidak pernah berhenti. Sampai akhirnya kehadiran

Program PPK (Pengembangan Kecamatan - kini dikenal dengan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat PNPM) memberinya banyak masukan teknis bahkan pendanaan dan mendorong usaha warganya membangun pembangkit listrik bagi desa mereka. Kini turbin-turbin Desa Batanguru tidak hanya menghasilkan listrik, tapi juga turbin-turbin pembangkit listrik mikrohidro bagi banyak desa lain yang belum terjangkau layanan listrik PLN. Ya, pak Linggi berhasil mengembangkan bengkel penghasil turbin mikrohidro bersama anak-anak putus sekolah dan memasarkan turbin-turbinnya ke Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, hingga ke Gorontalo. Pemberantasan terpadu penyakit malaria yang digagas oleh Dr. Azis bersama t i m ny a d i M a l a r i a Ce n t e r d e n g a n dukungan Dinas Kesehatan Halmahera Selatan dan UNICEF adalah satu dari enam Praktik Cerdas yang diusung BaKTI dan per tama k al i diperkenalk an dalam Pe r t e m u a n Fo r u m K a w a s a n T i m u r Indonesia tahun 2010 di Ambon, Maluku. Desa Batanguru yang dinobatkan menjadi Desa Mandiri Energi adalah satu dari duabelas Praktik Cerdas yang diperkenalkan tahun 2009 di

Makassar, Sulawesi Selatan. Saat dipresentasikan di Ambon dan di Makassar, seluruh peserta Pertemuan Forum KTI saat itu sontak memberi apresiasi yang luar biasa. Sebagian besar peserta mengaku terinspirasi dari kisah-kisah sukses yang dibawakan oleh sosok-sosok sederhana namun berkepribadian luas biasa, seperti Dr. Azis dan pak Linggi. Pengalaman ini lah yang kemudian dibawa BaKTI ke Jakarta pada 19 April silam dalam bentuk Promosi Praktik Cerdas dan Forum KTI yang diadakan di Hotel Morrissey. Sebuah tarian berjudul Soya-Soya dari Maluku Utara mengawali acara yang dihadiri oleh sekitar limapuluh tamu undangan. Semangat yang digambarkan dalam tarian itu berlanjut pada penampilan Dr. Azis dan Pak Linggi yang dengan mata berbinar-binar menceritakan keberhasilan upaya mereka. Sebuah diskusi yang dikemas dalam bentuk talk show diadakan menyusul penampilan Dr. Azis dan Pak Linggi. Pemandu Diskusi, Prita Laura, melontarkan beberapa pertanyaan seperti ”Apa saja manfaat yang diperoleh setelah Praktik Cerdas Pemberantasan Terpadu Malaria dan Desa Mandiri Energi ini

IR. LINGGI MENCERITERAKAN BAGAIMANA SEMANGAT DAN IMPIANNYA, MENYALAKAN MALAM DI DESANYA DI BATANGURU, SULBAR. IA SUKSESMENGHADIRKAN LISTRIK BAGI DESANYA DENGAN TENAGA MICROHYDRO.

USIA TAK MENGENDURKAN SEMANGAT. DOKTER AZIS DAN LEMBAGANYABERJUANG MEMBERI HARAPAN BAGI MASYARAKAT DI MALIFUT, HALMAHERAUNTUK TERBEBAS DARI MOMOK PALING MENAKUTKAN...MALARIA!

IR. LINGGI, DOKTER AZIS DAN KOLEGANYA DARI MALARIA CENTRE HALMAHERADAN PRITA LAURA YANG MEMANDU SESI TALK SHOW PRAKTIK CERDAS

Page 5: BaKTI News Edisi 76

43 April - Mei 2012News Volume V - edisi 76 April - Mei 2012News Volume V - edisi 76

Forum Kawasan Timur Indonesia ke Jakarta

MENGANTAR INSPIRASI KE IBUKOTA

Pagi itu dimulai tanpa langit biru. Mata Jakarta tak lagi terpejam

sejak subuh, bahkan mungkin tak pernah terpejam sejak semalam.

Dokter Azis mengenakan baju batik berlengan panjang yang dua hari

lalu telah disiapkan istrinya. Anak-anak muda ini begitu lihai

mengelabuinya untuk pergi dari Malifut ke Jakarta, menempuh

perjalanan sehari penuh dengan semua macam alat transportasi –

perahu, mobil, dan pesawat! Hanya satu permintaan mereka, ”Ote,

bagi cerita tentang malaria yang su tra ada lai..

Malaria memang sudah jauh berkurang sekarang, dibandingkan sepuluh tahun silam. Di Halmahera Selatan, duaratus lima orang meninggal dalam

setahun di tahun 2003. Angka ini menurun drastis di tahun 2009 dimana cuma satu orang saja yang meninggal akibat malaria. Mungkin terdengar seperti mukjizat. Namun dibalik itu ada kerja keras yang luar biasa dari seluruh warga dan instansi pemerintah di Halmahera Selatan yang dikoordinasi oleh sebuah badan bernama Malaria Center. Lain lagi kisah pak Linggi yang berasal dari Desa Batanguru, Sulawesi Barat. Hari itu dirinya menceritakan bagaimana desanya di pegunungan Kabupaten Mamasa yang setelah keluar dari kegelapan bisa menikmati banyak manfaat listrik. Lebih dari duapuluh tahun lalu, dengan berbekal gelar sarjana, ia pulang ke desa dan mulai membuat turbin pembangkit listrik. Walaupun kerap menemui kendala, dirinya tidak pernah berhenti. Sampai akhirnya kehadiran

Program PPK (Pengembangan Kecamatan - kini dikenal dengan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat PNPM) memberinya banyak masukan teknis bahkan pendanaan dan mendorong usaha warganya membangun pembangkit listrik bagi desa mereka. Kini turbin-turbin Desa Batanguru tidak hanya menghasilkan listrik, tapi juga turbin-turbin pembangkit listrik mikrohidro bagi banyak desa lain yang belum terjangkau layanan listrik PLN. Ya, pak Linggi berhasil mengembangkan bengkel penghasil turbin mikrohidro bersama anak-anak putus sekolah dan memasarkan turbin-turbinnya ke Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, hingga ke Gorontalo. Pemberantasan terpadu penyakit malaria yang digagas oleh Dr. Azis bersama t i m ny a d i M a l a r i a Ce n t e r d e n g a n dukungan Dinas Kesehatan Halmahera Selatan dan UNICEF adalah satu dari enam Praktik Cerdas yang diusung BaKTI dan per tama k al i diperkenalk an dalam Pe r t e m u a n Fo r u m K a w a s a n T i m u r Indonesia tahun 2010 di Ambon, Maluku. Desa Batanguru yang dinobatkan menjadi Desa Mandiri Energi adalah satu dari duabelas Praktik Cerdas yang diperkenalkan tahun 2009 di

Makassar, Sulawesi Selatan. Saat dipresentasikan di Ambon dan di Makassar, seluruh peserta Pertemuan Forum KTI saat itu sontak memberi apresiasi yang luar biasa. Sebagian besar peserta mengaku terinspirasi dari kisah-kisah sukses yang dibawakan oleh sosok-sosok sederhana namun berkepribadian luas biasa, seperti Dr. Azis dan pak Linggi. Pengalaman ini lah yang kemudian dibawa BaKTI ke Jakarta pada 19 April silam dalam bentuk Promosi Praktik Cerdas dan Forum KTI yang diadakan di Hotel Morrissey. Sebuah tarian berjudul Soya-Soya dari Maluku Utara mengawali acara yang dihadiri oleh sekitar limapuluh tamu undangan. Semangat yang digambarkan dalam tarian itu berlanjut pada penampilan Dr. Azis dan Pak Linggi yang dengan mata berbinar-binar menceritakan keberhasilan upaya mereka. Sebuah diskusi yang dikemas dalam bentuk talk show diadakan menyusul penampilan Dr. Azis dan Pak Linggi. Pemandu Diskusi, Prita Laura, melontarkan beberapa pertanyaan seperti ”Apa saja manfaat yang diperoleh setelah Praktik Cerdas Pemberantasan Terpadu Malaria dan Desa Mandiri Energi ini

IR. LINGGI MENCERITERAKAN BAGAIMANA SEMANGAT DAN IMPIANNYA, MENYALAKAN MALAM DI DESANYA DI BATANGURU, SULBAR. IA SUKSESMENGHADIRKAN LISTRIK BAGI DESANYA DENGAN TENAGA MICROHYDRO.

USIA TAK MENGENDURKAN SEMANGAT. DOKTER AZIS DAN LEMBAGANYABERJUANG MEMBERI HARAPAN BAGI MASYARAKAT DI MALIFUT, HALMAHERAUNTUK TERBEBAS DARI MOMOK PALING MENAKUTKAN...MALARIA!

IR. LINGGI, DOKTER AZIS DAN KOLEGANYA DARI MALARIA CENTRE HALMAHERADAN PRITA LAURA YANG MEMANDU SESI TALK SHOW PRAKTIK CERDAS

Page 6: BaKTI News Edisi 76

65 April - Mei 2012News Volume V - edisi 76 April - Mei 2012News Volume V - edisi 76

ahun ini, BaKTI kembali membuka kesempatan bagi siapa saja untuk bersama-sama menjadi mitra pendukung pelaksanaan Pe r t e m u a n Fo r u m K T I . Pe l a k s a n a a n p e r t e m u a n i n i membutuhkan biaya sekitar IDR 1.250.00.000 (satu miliar dua ratus lima puluh juta rupiah). Hingga April 2012, Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah telah berkomitmen memberikan dana sebesar IDR 520,000,000 (Lima ratus dua puluh juta rupiah) sebagai bentuk dukungan materi terhadap pelaksanaan pertemuan Forum KTI yang keenam. Pertemuan Forum KTI yang kelima tahun 2010 lalu didukung oleh 17 mitra yang terdiri dari Pemerintah Daerah, badan bantuan pembangunan internasional, LSM nasional dan internasional, sektor swasta, dan media massa. BaKTI mengundang pihak yang berkomitmen kuat untuk mendukung peningkatan efektivitas pembangunan KTI untuk memberikan dukungan bagi Pertemuan Forum KTI 2012. Untuk mengetahui kategori sponsorship, mengajukan diri menjadi sponsor pendukung Pertemuan Forum KTI dan kompensasi yang kami tawarkan, Anda dapat menghubungi Ibu Caroline Tupamahu melalui email: [email protected]

Mengajukan Nominasi Praktik Cerdas BaKTI selalu mencari informasi tentang kisah-kisah sukses dan upaya-upaya yang berhasil dengan berbagai cara dan dari beragam sumber, baik dalam diskusi-diskusi lepas maupun resmi, obrolan saat melakukan perjalanan, dari berbagai blog dan mailing list, dan dari berbagai media yang BaKTI miliki. Saat ini dalam database Praktik Cerdas kami telah terdapat 101 kisah sukses yang berhasil dijaring dalam satu setengah tahun terakhir. Kisah-kisah sukses tersebut akan menjadi calon

nominasi Praktik Cerdas 2012. Pada Juni mendatang, BaKTI akan melakukan seleksi dan selanjutnya verifikasi terhadap kisah-kisah sukses yang telah terkumpul dengan berpatokan pada 6 kriteria Praktik Cerdas, yaitu berdampak nyata, inovatif, partisipatif, berkelanjutan, akuntabel, serta pro-poor dan pro-gender. Untuk mengajukan program yang Anda kerjakan atau Anda ketahui menjadi salah satu calon nominasi Praktik Cerdas, unduh Formulir Praktik Cerdas pada link berikut :http://www.batukar.info/news/undangan-memasukan-nominasi-praktik-cerdas-forum-kti-vi atau mengirimkan informasi singkat tentang program Anda ke [email protected]

Memamerkan program di Galeri Informasi Galeri Informasi adalah pameran yang menampilkan kisah-kisah sukses hasil kerja berbagai badan pemerintah, mitra pembangunan internasional, LSM lokal, nasional, dan internasional, CSR sektor swasta, dan kelompok-kelompok masyarakat. Dalam Pertemuan Forum KTI VI di Palu, kami akan menyediakan 20 tempat untuk memamerkan program-program mereka yang berhasil menjawab berbagai tantangan pembangunan. Selain mempromosikan kegiatan dan bertukar pengetahuan, peluang-peluang kerjasama antar berbagai pihak dapat dimulai dari Galeri Informasi ini. Untuk menampilkan keberhasilan program Anda di Galeri Informasi, Anda dapat menghubungi Ibu Sumarni Arianto melalui email: [email protected]

Menjadi Sponsor Pertemuan FKTIPertemuan Forum KTI akan merayakan keberhasilan dan inovasi pembangunan di Indonesia dengan mengangkat tema ”Merajut Inspirasi, Persembahan dari Timur untuk Indonesia”. Tujuan Pertemuan Forum KTI adalah berbagai praktik cerdas, pengalaman, dan pembelajaran dari berbagai program-program pembangunan dari tingkat lokal untuk meningkatkan rasa kepemilikan, mengharmonisasi, serta memperbaiki pengelolaan program ke arah keberhasilan pembangunan nasional. Dalam pertemuan ini peserta dapat belajar dan menyerap praktik baru sehingga memungkinkan mereka untuk bekerja lebih efektif dan meningkatkan hasil yang dicapai di bidang yang sedang dijalani; tercipta hubungan yang baik antar pemerintah daerah, pemerintah pusat, lembaga swadaya masyarakat, akademisi, sektor swasta, media, dan mitra pembangunan internasional dalam proses pembangunan; terangkatnya berbagai praktik cerdas tingkat lokal ke tingkat nasional untuk mendorong terjadinya replikasi dan/atau adopsi praktik cerdas oleh para pelaku pembangunan pada tingkatan yang lebih luas; dan meningkatnya kreativitas masyarakat Kawasan Timur Indonesia untuk menjawab tantangan pembangunan yang dihadapi. Pertemuan Forum KTI telah diadakan sebanyak lima kali, dan pertemuan yang keenam tahun 2012 ini akan menggunakan konsep festival dengan pendekatan kreatif untuk mendorong terjadinya interaksi yang lebih baik antar pelaku pembangunan. Acara-acara dalam Pertemuan Forum KTI ini akan mencakup presentasi praktik cerdas, curah ide dan pengalaman kreatif para pelaku pembangunan. Berikut adalah

tiga komponen utama acara Pertemuan Forum KTI yang akan datang.

Panggung InspirasiMenampilkan Praktik-Praktik Cerdas dari berbagai daerah di kawasan timur Indonesia yang menginspirasi. Dalam panggung inspirasi, para praktisi Praktik Cerdas dari berbagai kalangan dan daerah akan menguraikan keberhasilan mereka dalam menjawab tantangan pembangunan. Akan ada juga diskusi-diskusi kelompok yang dinamakan Ruang Inovasi yang bertujuan menggali lebih dalam potensi, ide dan solusi dari setiap peserta.

Galeri Informasi Galeri informasi adalah pameran yang menampilkan kisah-kisah sukses hasil kerja berbagai badan pemerintah, mitra pembangunan internasional, LSM lokal, nasional, dan internasional, CSR sektor swasta, dan kelompok-kelompok masyarakat. Dalam Pertemuan Forum KTI VI di Palu, kami akan menyediakan 20 tempat untuk memamerkan program-program mereka yang berhasil menjawab berbagai tantangan pembangunan. Selain mempromosikan kegiatan dan bertukar pengetahuan, peluang-peluang kerjasama antar berbagai pihak dapat dimulai dari Pameran.

Pesta RakyatPesta Rakyat akan diadakan pada sore hingga malam hari di hari terakhir Pertemuan Forum KTI. Pesta Rakyat akan menampilkan pementasan budaya daerah-daerah di kawasan timur Indonesia, terutama daerah Sulawesi Tengah, dan menyajikan berbagai kuliner lokal. Tujuan dari Pesta Rakyat adalah agar masyarakat

ditampilkan di Pertemuan Forum KTI dan dipromosikan oleh BaKTI?” dan ”Apa lagi yang akan dikerjakan pak Linggi dan Dr. Azis di masa depan?”. Baik Dr. Azis maupun Pak Linggi menceritakan berbagai kemajuan, terutama dukungan, yang mereka terima setelah tampil di Pertemuan Forum KTI. Dalam waktu dekat Pak Linggi berharap dapat mengkontribusikan listrik yang dihasilkan

turbin mikrohidro di Desa Batanguru kepada PLN. Bahkan di masa depan, Pak Linggi bermimpi Provinsi Sulawesi Barat dapat menjadi provinsi mandiri energi. Diskusi mengenai Praktik Cerdas dilanjutkan dengan sebuah talk show yang memperkenalkan apa itu Pertemuan Forum Kawasan Timur Indonesia. Talk show yang dipandu Prita Laura menghadirkan Ketua Kelompok Kerja Forum KTI, ibu Prof. Winarni

IBU WINARNI MONOARFA (KIRI) DAN CAROLINE TUPAMAHU (KANAN)

SAMBUTAN TUAN RUMAH FORUM KTI VI. GUBERNUR SULAWESI TENGAH, Drs. H. LONGKI L. DJANGGOLA, MSi (KANAN) DAN WALIKOTA PALU, BAPAK RUSDY MASTURA (KIRI) MENGUNDANG PARA PELAKU PEMBANGUNAN UNTUK HADIR DI FESTIVAL FORUM KTI VI YANG AKAN DILAKSANAKAN DI PALU

PARA UNDANGAN DARI PEMERINTAH PUSAT, MITRA PEMBANGUNANINTERNASIONAL, MEDIA, SEKTOR SWASTA DAN LSM

SELAYANG PANDANG PE RTEMUAN FORUM KTI VI

Monoarfa, didampingi oleh Direktur Eksekutif Yayasan BaKTI, ibu Caroline Tupamahu. Dalam talk show ini, kedua narasumber menceritakan perjalanan Pertemuan Forum Kawasan Timur Indonesia, jumlah peserta yang semakin banyak dan beragam di setiap pelaksanaannya, serta dukungan pendanaan yang semakin luas dari berbagai pihak, utamanya dari Pemerintah Daerah. Talk show ini juga mengangkat tentang latar belakang BaKTI menghadirkan pendekatan yang unik dan kreatif dalam dua Pertemuan Forum KTI terakhir dan pergeseran tujuan utama Pertemuan Forum KTI menjadi sebuah forum tukar solusi bagi

pembangunan yang lebih efektif di Kawasan Timur Indonesia. Ac a ra Pro m o s i Pra k t i k Ce rd a s d a n Pertemuan Forum KTI ditutup dengan manis oleh Gubernur Sulawesi Tengah, Drs. H. Longki Djanggola, MSi., dan Walikota Palu, Rusdi Mastura. Di penghujung acara tersebut, Longki Djanggola mengundang seluruh tamu undangan untuk menghadiri acara Pertemuan Forum K awasan Timur Indonesia yang

rencananya akan diadakan di Palu pada bulan September yang akan datang. Beliau meyakinkan seluruh tamu undangan yang hadir untuk tidak takut berkunjung ke Palu karena kondisi Sulawesi Tengah, sekarang ini telah sangat kondusif.

INFORMASI LEBIH LANJUT FOR MORE INFORMATION

Untuk informasi lebih lanjut mengenai Pertemuan Forum KTI VI, Anda dapat menghubungi kami melalui email pada alamat [email protected]

Page 7: BaKTI News Edisi 76

65 April - Mei 2012News Volume V - edisi 76 April - Mei 2012News Volume V - edisi 76

ahun ini, BaKTI kembali membuka kesempatan bagi siapa saja untuk bersama-sama menjadi mitra pendukung pelaksanaan Pe r t e m u a n Fo r u m K T I . Pe l a k s a n a a n p e r t e m u a n i n i membutuhkan biaya sekitar IDR 1.250.00.000 (satu miliar dua ratus lima puluh juta rupiah). Hingga April 2012, Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah telah berkomitmen memberikan dana sebesar IDR 520,000,000 (Lima ratus dua puluh juta rupiah) sebagai bentuk dukungan materi terhadap pelaksanaan pertemuan Forum KTI yang keenam. Pertemuan Forum KTI yang kelima tahun 2010 lalu didukung oleh 17 mitra yang terdiri dari Pemerintah Daerah, badan bantuan pembangunan internasional, LSM nasional dan internasional, sektor swasta, dan media massa. BaKTI mengundang pihak yang berkomitmen kuat untuk mendukung peningkatan efektivitas pembangunan KTI untuk memberikan dukungan bagi Pertemuan Forum KTI 2012. Untuk mengetahui kategori sponsorship, mengajukan diri menjadi sponsor pendukung Pertemuan Forum KTI dan kompensasi yang kami tawarkan, Anda dapat menghubungi Ibu Caroline Tupamahu melalui email: [email protected]

Mengajukan Nominasi Praktik Cerdas BaKTI selalu mencari informasi tentang kisah-kisah sukses dan upaya-upaya yang berhasil dengan berbagai cara dan dari beragam sumber, baik dalam diskusi-diskusi lepas maupun resmi, obrolan saat melakukan perjalanan, dari berbagai blog dan mailing list, dan dari berbagai media yang BaKTI miliki. Saat ini dalam database Praktik Cerdas kami telah terdapat 101 kisah sukses yang berhasil dijaring dalam satu setengah tahun terakhir. Kisah-kisah sukses tersebut akan menjadi calon

nominasi Praktik Cerdas 2012. Pada Juni mendatang, BaKTI akan melakukan seleksi dan selanjutnya verifikasi terhadap kisah-kisah sukses yang telah terkumpul dengan berpatokan pada 6 kriteria Praktik Cerdas, yaitu berdampak nyata, inovatif, partisipatif, berkelanjutan, akuntabel, serta pro-poor dan pro-gender. Untuk mengajukan program yang Anda kerjakan atau Anda ketahui menjadi salah satu calon nominasi Praktik Cerdas, unduh Formulir Praktik Cerdas pada link berikut :http://www.batukar.info/news/undangan-memasukan-nominasi-praktik-cerdas-forum-kti-vi atau mengirimkan informasi singkat tentang program Anda ke [email protected]

Memamerkan program di Galeri Informasi Galeri Informasi adalah pameran yang menampilkan kisah-kisah sukses hasil kerja berbagai badan pemerintah, mitra pembangunan internasional, LSM lokal, nasional, dan internasional, CSR sektor swasta, dan kelompok-kelompok masyarakat. Dalam Pertemuan Forum KTI VI di Palu, kami akan menyediakan 20 tempat untuk memamerkan program-program mereka yang berhasil menjawab berbagai tantangan pembangunan. Selain mempromosikan kegiatan dan bertukar pengetahuan, peluang-peluang kerjasama antar berbagai pihak dapat dimulai dari Galeri Informasi ini. Untuk menampilkan keberhasilan program Anda di Galeri Informasi, Anda dapat menghubungi Ibu Sumarni Arianto melalui email: [email protected]

Menjadi Sponsor Pertemuan FKTIPertemuan Forum KTI akan merayakan keberhasilan dan inovasi pembangunan di Indonesia dengan mengangkat tema ”Merajut Inspirasi, Persembahan dari Timur untuk Indonesia”. Tujuan Pertemuan Forum KTI adalah berbagai praktik cerdas, pengalaman, dan pembelajaran dari berbagai program-program pembangunan dari tingkat lokal untuk meningkatkan rasa kepemilikan, mengharmonisasi, serta memperbaiki pengelolaan program ke arah keberhasilan pembangunan nasional. Dalam pertemuan ini peserta dapat belajar dan menyerap praktik baru sehingga memungkinkan mereka untuk bekerja lebih efektif dan meningkatkan hasil yang dicapai di bidang yang sedang dijalani; tercipta hubungan yang baik antar pemerintah daerah, pemerintah pusat, lembaga swadaya masyarakat, akademisi, sektor swasta, media, dan mitra pembangunan internasional dalam proses pembangunan; terangkatnya berbagai praktik cerdas tingkat lokal ke tingkat nasional untuk mendorong terjadinya replikasi dan/atau adopsi praktik cerdas oleh para pelaku pembangunan pada tingkatan yang lebih luas; dan meningkatnya kreativitas masyarakat Kawasan Timur Indonesia untuk menjawab tantangan pembangunan yang dihadapi. Pertemuan Forum KTI telah diadakan sebanyak lima kali, dan pertemuan yang keenam tahun 2012 ini akan menggunakan konsep festival dengan pendekatan kreatif untuk mendorong terjadinya interaksi yang lebih baik antar pelaku pembangunan. Acara-acara dalam Pertemuan Forum KTI ini akan mencakup presentasi praktik cerdas, curah ide dan pengalaman kreatif para pelaku pembangunan. Berikut adalah

tiga komponen utama acara Pertemuan Forum KTI yang akan datang.

Panggung InspirasiMenampilkan Praktik-Praktik Cerdas dari berbagai daerah di kawasan timur Indonesia yang menginspirasi. Dalam panggung inspirasi, para praktisi Praktik Cerdas dari berbagai kalangan dan daerah akan menguraikan keberhasilan mereka dalam menjawab tantangan pembangunan. Akan ada juga diskusi-diskusi kelompok yang dinamakan Ruang Inovasi yang bertujuan menggali lebih dalam potensi, ide dan solusi dari setiap peserta.

Galeri Informasi Galeri informasi adalah pameran yang menampilkan kisah-kisah sukses hasil kerja berbagai badan pemerintah, mitra pembangunan internasional, LSM lokal, nasional, dan internasional, CSR sektor swasta, dan kelompok-kelompok masyarakat. Dalam Pertemuan Forum KTI VI di Palu, kami akan menyediakan 20 tempat untuk memamerkan program-program mereka yang berhasil menjawab berbagai tantangan pembangunan. Selain mempromosikan kegiatan dan bertukar pengetahuan, peluang-peluang kerjasama antar berbagai pihak dapat dimulai dari Pameran.

Pesta RakyatPesta Rakyat akan diadakan pada sore hingga malam hari di hari terakhir Pertemuan Forum KTI. Pesta Rakyat akan menampilkan pementasan budaya daerah-daerah di kawasan timur Indonesia, terutama daerah Sulawesi Tengah, dan menyajikan berbagai kuliner lokal. Tujuan dari Pesta Rakyat adalah agar masyarakat

ditampilkan di Pertemuan Forum KTI dan dipromosikan oleh BaKTI?” dan ”Apa lagi yang akan dikerjakan pak Linggi dan Dr. Azis di masa depan?”. Baik Dr. Azis maupun Pak Linggi menceritakan berbagai kemajuan, terutama dukungan, yang mereka terima setelah tampil di Pertemuan Forum KTI. Dalam waktu dekat Pak Linggi berharap dapat mengkontribusikan listrik yang dihasilkan

turbin mikrohidro di Desa Batanguru kepada PLN. Bahkan di masa depan, Pak Linggi bermimpi Provinsi Sulawesi Barat dapat menjadi provinsi mandiri energi. Diskusi mengenai Praktik Cerdas dilanjutkan dengan sebuah talk show yang memperkenalkan apa itu Pertemuan Forum Kawasan Timur Indonesia. Talk show yang dipandu Prita Laura menghadirkan Ketua Kelompok Kerja Forum KTI, ibu Prof. Winarni

IBU WINARNI MONOARFA (KIRI) DAN CAROLINE TUPAMAHU (KANAN)

SAMBUTAN TUAN RUMAH FORUM KTI VI. GUBERNUR SULAWESI TENGAH, Drs. H. LONGKI L. DJANGGOLA, MSi (KANAN) DAN WALIKOTA PALU, BAPAK RUSDY MASTURA (KIRI) MENGUNDANG PARA PELAKU PEMBANGUNAN UNTUK HADIR DI FESTIVAL FORUM KTI VI YANG AKAN DILAKSANAKAN DI PALU

PARA UNDANGAN DARI PEMERINTAH PUSAT, MITRA PEMBANGUNANINTERNASIONAL, MEDIA, SEKTOR SWASTA DAN LSM

SELAYANG PANDANG PE RTEMUAN FORUM KTI VI

Monoarfa, didampingi oleh Direktur Eksekutif Yayasan BaKTI, ibu Caroline Tupamahu. Dalam talk show ini, kedua narasumber menceritakan perjalanan Pertemuan Forum Kawasan Timur Indonesia, jumlah peserta yang semakin banyak dan beragam di setiap pelaksanaannya, serta dukungan pendanaan yang semakin luas dari berbagai pihak, utamanya dari Pemerintah Daerah. Talk show ini juga mengangkat tentang latar belakang BaKTI menghadirkan pendekatan yang unik dan kreatif dalam dua Pertemuan Forum KTI terakhir dan pergeseran tujuan utama Pertemuan Forum KTI menjadi sebuah forum tukar solusi bagi

pembangunan yang lebih efektif di Kawasan Timur Indonesia. Ac a ra Pro m o s i Pra k t i k Ce rd a s d a n Pertemuan Forum KTI ditutup dengan manis oleh Gubernur Sulawesi Tengah, Drs. H. Longki Djanggola, MSi., dan Walikota Palu, Rusdi Mastura. Di penghujung acara tersebut, Longki Djanggola mengundang seluruh tamu undangan untuk menghadiri acara Pertemuan Forum K awasan Timur Indonesia yang

rencananya akan diadakan di Palu pada bulan September yang akan datang. Beliau meyakinkan seluruh tamu undangan yang hadir untuk tidak takut berkunjung ke Palu karena kondisi Sulawesi Tengah, sekarang ini telah sangat kondusif.

INFORMASI LEBIH LANJUT FOR MORE INFORMATION

Untuk informasi lebih lanjut mengenai Pertemuan Forum KTI VI, Anda dapat menghubungi kami melalui email pada alamat [email protected]

Page 8: BaKTI News Edisi 76

87 April - Mei 2012News Volume V - edisi 76 April - Mei 2012News Volume V - edisi 76

PRAKTIK CERDAS TERKINI

Beberapa waktu yang lalu, BaKTI mendapatkan kunjungan dari Papua. Tamu kali ini bukanlah wajah baru bagi BaKTI, karena telah menjadi bagian dari keluarga besar BaKTI sejak Pertemuan

Forum Kawasan Timur Indonesia (FKTI) ke-5 di Ambon, tahun 2010. Namanya John Rahail, seorang antropolog yang ilmunya langsung diaplikasikan di masyarakat dan pada saat bersamaan terus belajar dan semakin memperkuat pemahaman antropologisnya saat berada bersama masyarakat. Pembaca yang masih ingat dengan namanya, pasti ingat juga dengan Praktik Cerdas yang didorongnya. Sekolah Kampung di Kabupaten Sarmi, Papua. Di tiga kampung yang berdekatan, dengan pusatnya di Kampung Beneraf, Pak John bersama pemuda-pemuda setempat mendirikan dan menjalankan sekolah bagi anak-anak usia dini. Di Sekolah Kampung ini, anak-anak belajar membaca, berhitung dan mengenal alam. Pada saat bersamaan, kepada mereka juga ditanamkan nilai-nilai kebersihan, ketaatan ibadah serta perilaku hidup yang baik. Saat mereka pulang ke rumah, mereka tanpa ragu mengajak orangtuanya untuk mencuci tangan dan berdoa sebelum makan, atau untuk tidak membuang sampah di pantai. Para orangtua pun tidak menolak ajakan tersebut. Sebuah perilaku baru telah terbentuk di kampung itu. Pada penghujung Januari 2012, inisiatif Sekolah Kampung menerima penghargaan sebagai runner up (juara kedua) MDGs Award untuk kategori Pendidikan. Tentunya sebuah kabar yang menggembirakan, karena penghargaan tersebut merupakan sebuah pengakuan atas kerja keras dari masyarakat Kampung Beneraf, terutama para pemuda yang mengajar di sekolah kampung, dan para anak yang mengubah perilaku dan kebiasaan di kampung mereka. Kunjungan Pak John ke kantor BaKTI adalah untuk menceritakan kabar terbaru dari Sekolah Kampung. Setelah mendapat penghargaan tersebut, datang ketertarikan dari Pemerintah Kabupaten Sarmi dan Kementerian Pemberdayaan Perempuan, untuk mendukungnya. Perhatian dari pihak Pemerintah Kabupaten ini merupakan juga buah dari usaha tidak kenal lelah dari para penggerak Sekolah Kampung dalam menyampaikan pencapaian dan potensi dampak dari

keberadaannya apabila direplikasi di seluruh wilayah Kabupaten Sarmi.

wilayah di kabupaten tersebut. Praktik Cerdas Kemitraan Bidan dan Dukun di Kabupaten Takalar serta Praktik Cerdas Desa Sehat di Kabupaten Enrekang, keduanya di Sulawesi Selatan, merupakan contoh kuat bahwa sebuah Perda tidak hanya menjamin keberlanjutan program atau inisiatifnya, tapi juga keberlanjutan manfaat yang diterima oleh masyarakatnya. Akan sangat baik apabila Pemerintah Kabupaten Sarmi bisa mendorong lahirnya Perda mengenai Sekolah Kampung. Dan sungguh senang mendengar bahwa memang itulah yang menjadi rencana dari Bupati Sarmi yang baru terpilih, terutama untuk menyejajarkan Sekolah Kampung dengan institusi pendidikan resmi lain yang sudah lebih dulu ada. Mulai tahun 2012, Sekolah Kampung memiliki nama resmi 'Sekolah Kampung Terintegrasi'. Nama ini mewakili

SEKOLAH KAMPUNG DI SARMI, PAPUA:

SEMAKIN BERSEMANGAT, SEMAKIN BERKEMBANG

Sudah sejak dua tahun lalu terlihat, nilai-nilai ujian dan rapor yang diterima anak-anak yang lulus dari Sekolah Kampung lebih tinggi dari rata-rata anak lain di sekolah dasar di sana. Saat mereka masuk SD, sudah memiliki dasar yang kuat, sehingga lebih mampu mencerna pelajaran dan mengembangkan kemampuannya ke tingkat yang lebih tinggi. Pada saat bersamaan, minat belajar yang tinggi yang ditumbuhkan di Sekolah Kampung, mendorong anak-anak ini untuk lebih lama berada di sekolah untuk mengikuti pelajaran, dibanding berada di luar sekolah, tidak masuk, atau berada di kebun untuk membantu orang tua bercocok tanam. Satu indikator dukungan dari pemerintah kabupaten terhadap sebuah program atau inisiatif yang berasal dari masyarakat untuk menjamin keberlanjutannya adalah dengan mengeluarkan Peraturan Daerah (Perda) terkait inisiatif tersebut. Perda ini akan menjadi landasan hukum yang kuat untuk mereplikasi model serupa di berbagai

k arakter ist ik dan misi yang sek arang diembannya, yaitu mengembangkan kegiatan untuk kaum ibu, kaum remaja dan kaum bapak, yang terkait erat dengan pendidikan anak usia dini mereka. Co n t o h u n t u k k a u m i b u a d a l a h b e l a j a r m e m b a c a a t a u mengembangkan keterampilan rumah tangga. Sebagai tambahan, Praktik-praktik Cerdas yang mendorong pemberdayaan kaum ibu, kaum bapak, serta remaja dengan mengangkat aneka keterampilan dan peningkatan penghasilan keluarga ada di Praktik Cerdas Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat dari Kota Palu, Sulawesi Tengah, juga yang dilakukan oleh Rumah Perempuan di Kupang dan Soe, NTT. Sangat mungkin untuk saling belajar antara praktik-praktik cerdas ini. Saat ini Sekolah Kampung juga sedang mengembangkan sebuah modul Pembelajaran Sekolah Kampung, yang akan dicetak dan disebarluaskan ke para mitranya. Satu model yang serupa, Praktik Cerdas Belajar Sambil Menyelam, yang berjalan salah satunya di Distrik Depapre, Kabupaten Jayapura, Papua, juga mengembangkan modul pembelajaran untuk dipakai secara berkelanjutan. Modul tersebut ditulis oleh para guru setempat, yang mana merupakan insentif dan kredit tersendiri untuk mereka sebagai tenaga pengajar, dan diakui oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Jayapura. Dengan kata lain, modul tersebut legal secara hukum untuk digunakan sebagai materi pembelajaran muatan lokal. Ini tentunya sebuah pencapaian tersendiri, dan sangat mungkin bagi Sekolah Kampung untuk mendorong modulnya seperti demikian. Pada tahun 2010, saat BaKTI datang ke Sekolah Kampung, mereka menggunakan gedung sekolah dari kayu, dengan satu ruangan perpustakaan kecil di dalamnya. Bangunan itu tergolong kecil, tapi tetap bisa menampung keceriaan dan semangat belajar anak-anak di sana. Pak John membawa berita gembira, bahwa Sekolah Kampung menerima hibah gedung dari Gereja Kristen Indonesia, serta pada saat bersamaan menerima dukungan dari Dinas Pendidikan Provinsi dan Kabupaten untuk melakukan renovasi bangunan sekolahnya. Cerita yang dibawa Pak John ke BaKTI merupakan angin segar buat kami yang mendengarnya. Cerita tersebut membuat BaKTI semakin yakin untuk terus menyebarluaskan informasi Praktik Cerdas, untuk mendorong replikasinya, serta terus mencari Praktik-Praktik Cerdas baru untuk diangkat melalui Forum Kawasan Timur Indonesia. Bravo untuk Sekolah Kampung. Semakin bersemangat, semakin berkembang.

INFORMASI LEBIH LANJUT FOR MORE INFORMATION

Untuk informasi lebih lanjut mengenai Praktik Cerdas yang dipromosikanoleh Yayasan BaKTI, Anda dapat menghubungi kami melalui email pada alamat email: [email protected]

Page 9: BaKTI News Edisi 76

87 April - Mei 2012News Volume V - edisi 76 April - Mei 2012News Volume V - edisi 76

PRAKTIK CERDAS TERKINI

Beberapa waktu yang lalu, BaKTI mendapatkan kunjungan dari Papua. Tamu kali ini bukanlah wajah baru bagi BaKTI, karena telah menjadi bagian dari keluarga besar BaKTI sejak Pertemuan

Forum Kawasan Timur Indonesia (FKTI) ke-5 di Ambon, tahun 2010. Namanya John Rahail, seorang antropolog yang ilmunya langsung diaplikasikan di masyarakat dan pada saat bersamaan terus belajar dan semakin memperkuat pemahaman antropologisnya saat berada bersama masyarakat. Pembaca yang masih ingat dengan namanya, pasti ingat juga dengan Praktik Cerdas yang didorongnya. Sekolah Kampung di Kabupaten Sarmi, Papua. Di tiga kampung yang berdekatan, dengan pusatnya di Kampung Beneraf, Pak John bersama pemuda-pemuda setempat mendirikan dan menjalankan sekolah bagi anak-anak usia dini. Di Sekolah Kampung ini, anak-anak belajar membaca, berhitung dan mengenal alam. Pada saat bersamaan, kepada mereka juga ditanamkan nilai-nilai kebersihan, ketaatan ibadah serta perilaku hidup yang baik. Saat mereka pulang ke rumah, mereka tanpa ragu mengajak orangtuanya untuk mencuci tangan dan berdoa sebelum makan, atau untuk tidak membuang sampah di pantai. Para orangtua pun tidak menolak ajakan tersebut. Sebuah perilaku baru telah terbentuk di kampung itu. Pada penghujung Januari 2012, inisiatif Sekolah Kampung menerima penghargaan sebagai runner up (juara kedua) MDGs Award untuk kategori Pendidikan. Tentunya sebuah kabar yang menggembirakan, karena penghargaan tersebut merupakan sebuah pengakuan atas kerja keras dari masyarakat Kampung Beneraf, terutama para pemuda yang mengajar di sekolah kampung, dan para anak yang mengubah perilaku dan kebiasaan di kampung mereka. Kunjungan Pak John ke kantor BaKTI adalah untuk menceritakan kabar terbaru dari Sekolah Kampung. Setelah mendapat penghargaan tersebut, datang ketertarikan dari Pemerintah Kabupaten Sarmi dan Kementerian Pemberdayaan Perempuan, untuk mendukungnya. Perhatian dari pihak Pemerintah Kabupaten ini merupakan juga buah dari usaha tidak kenal lelah dari para penggerak Sekolah Kampung dalam menyampaikan pencapaian dan potensi dampak dari

keberadaannya apabila direplikasi di seluruh wilayah Kabupaten Sarmi.

wilayah di kabupaten tersebut. Praktik Cerdas Kemitraan Bidan dan Dukun di Kabupaten Takalar serta Praktik Cerdas Desa Sehat di Kabupaten Enrekang, keduanya di Sulawesi Selatan, merupakan contoh kuat bahwa sebuah Perda tidak hanya menjamin keberlanjutan program atau inisiatifnya, tapi juga keberlanjutan manfaat yang diterima oleh masyarakatnya. Akan sangat baik apabila Pemerintah Kabupaten Sarmi bisa mendorong lahirnya Perda mengenai Sekolah Kampung. Dan sungguh senang mendengar bahwa memang itulah yang menjadi rencana dari Bupati Sarmi yang baru terpilih, terutama untuk menyejajarkan Sekolah Kampung dengan institusi pendidikan resmi lain yang sudah lebih dulu ada. Mulai tahun 2012, Sekolah Kampung memiliki nama resmi 'Sekolah Kampung Terintegrasi'. Nama ini mewakili

SEKOLAH KAMPUNG DI SARMI, PAPUA:

SEMAKIN BERSEMANGAT, SEMAKIN BERKEMBANG

Sudah sejak dua tahun lalu terlihat, nilai-nilai ujian dan rapor yang diterima anak-anak yang lulus dari Sekolah Kampung lebih tinggi dari rata-rata anak lain di sekolah dasar di sana. Saat mereka masuk SD, sudah memiliki dasar yang kuat, sehingga lebih mampu mencerna pelajaran dan mengembangkan kemampuannya ke tingkat yang lebih tinggi. Pada saat bersamaan, minat belajar yang tinggi yang ditumbuhkan di Sekolah Kampung, mendorong anak-anak ini untuk lebih lama berada di sekolah untuk mengikuti pelajaran, dibanding berada di luar sekolah, tidak masuk, atau berada di kebun untuk membantu orang tua bercocok tanam. Satu indikator dukungan dari pemerintah kabupaten terhadap sebuah program atau inisiatif yang berasal dari masyarakat untuk menjamin keberlanjutannya adalah dengan mengeluarkan Peraturan Daerah (Perda) terkait inisiatif tersebut. Perda ini akan menjadi landasan hukum yang kuat untuk mereplikasi model serupa di berbagai

k arakter ist ik dan misi yang sek arang diembannya, yaitu mengembangkan kegiatan untuk kaum ibu, kaum remaja dan kaum bapak, yang terkait erat dengan pendidikan anak usia dini mereka. Co n t o h u n t u k k a u m i b u a d a l a h b e l a j a r m e m b a c a a t a u mengembangkan keterampilan rumah tangga. Sebagai tambahan, Praktik-praktik Cerdas yang mendorong pemberdayaan kaum ibu, kaum bapak, serta remaja dengan mengangkat aneka keterampilan dan peningkatan penghasilan keluarga ada di Praktik Cerdas Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat dari Kota Palu, Sulawesi Tengah, juga yang dilakukan oleh Rumah Perempuan di Kupang dan Soe, NTT. Sangat mungkin untuk saling belajar antara praktik-praktik cerdas ini. Saat ini Sekolah Kampung juga sedang mengembangkan sebuah modul Pembelajaran Sekolah Kampung, yang akan dicetak dan disebarluaskan ke para mitranya. Satu model yang serupa, Praktik Cerdas Belajar Sambil Menyelam, yang berjalan salah satunya di Distrik Depapre, Kabupaten Jayapura, Papua, juga mengembangkan modul pembelajaran untuk dipakai secara berkelanjutan. Modul tersebut ditulis oleh para guru setempat, yang mana merupakan insentif dan kredit tersendiri untuk mereka sebagai tenaga pengajar, dan diakui oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Jayapura. Dengan kata lain, modul tersebut legal secara hukum untuk digunakan sebagai materi pembelajaran muatan lokal. Ini tentunya sebuah pencapaian tersendiri, dan sangat mungkin bagi Sekolah Kampung untuk mendorong modulnya seperti demikian. Pada tahun 2010, saat BaKTI datang ke Sekolah Kampung, mereka menggunakan gedung sekolah dari kayu, dengan satu ruangan perpustakaan kecil di dalamnya. Bangunan itu tergolong kecil, tapi tetap bisa menampung keceriaan dan semangat belajar anak-anak di sana. Pak John membawa berita gembira, bahwa Sekolah Kampung menerima hibah gedung dari Gereja Kristen Indonesia, serta pada saat bersamaan menerima dukungan dari Dinas Pendidikan Provinsi dan Kabupaten untuk melakukan renovasi bangunan sekolahnya. Cerita yang dibawa Pak John ke BaKTI merupakan angin segar buat kami yang mendengarnya. Cerita tersebut membuat BaKTI semakin yakin untuk terus menyebarluaskan informasi Praktik Cerdas, untuk mendorong replikasinya, serta terus mencari Praktik-Praktik Cerdas baru untuk diangkat melalui Forum Kawasan Timur Indonesia. Bravo untuk Sekolah Kampung. Semakin bersemangat, semakin berkembang.

INFORMASI LEBIH LANJUT FOR MORE INFORMATION

Untuk informasi lebih lanjut mengenai Praktik Cerdas yang dipromosikanoleh Yayasan BaKTI, Anda dapat menghubungi kami melalui email pada alamat email: [email protected]

Page 10: BaKTI News Edisi 76

109 April - Mei 2012News Volume V - edisi 76 April - Mei 2012News Volume V - edisi 76

etahun yang lalu, rombongan ibu-ibu yang berasal dari berbagai desa,

Sterdiri dari berbagai agama dan suku ini duduk diam, jarang berbicara bahkan cenderung takut untuk melihat yang lain apalagi menyapa.

Bersikap sangat serius dan tertawa jarang diperdengarkan, senyumpun terbatas. Keadaan kaku seperti ini berubah total saat dipertemukan kembali setahun berikutnya, tepatnya pada Januari 2012. Bukan hanya gelak tawa berderai sepanjang hari, senyum menebar ke semua serta percakapan tidak henti. Hal ini terlihat jelas dalam pertemuan dua hari para ibu anggota Sekolah Perempuan di tepi Danau Poso, yang dirangkaikan dengan acara kelulusan Sekolah Perempuan, angkatan pertama. Puluhan ibu-ibu muslim dari Poso Kota dan Poso Pesisir untuk pertama kali mengunjungi Danau Poso, sekaligus pertama kali sejak Konflik Poso terjadi melintasi batas desa-desa yang diidentifikasi sebagai pusat Kekristenan. Sementara ibu-ibu yang beragama Kristen sangat antusias untuk menyambut kedatangan teman-teman dari berbagai wilayah. Tidak ada keraguan untuk saling berpelukan menanyakan kabar, menggandeng tangan bercerita tentang perkembangan. Semuanya membaur dalam suasana semangat untuk merayakan kelulusan proses belajar bersama selama satu tahun di Sekolah Perempuan Mosintuwu. Sekitar tujuh puluh ibu telah melalui proses belajar bersama di Sekolah Perempuan berkumpul bersama. Ya, acara yang mempertemukan kembali seluruh anggota Sekolah Perempuan Mosintuwu ini merupakan acara Kelulusan Sekolah Perempuan Mosintuwu, angkatan pertama. “Kelulusan” ini terutama karena telah menyelesaikan delapan kurikulum yaitu: Toleransi dan Perdamaian; Gender ;Perempuan dan Budaya; Ketrampilan Berbicara dan Bernalar; Perempuan dan Politik; Hak Layanan Masyarakat ; Hak Ekonomi, Sosial, Budaya dan Hak Sipil Politik; Manajemen Ekonomi Komunitas.

A year ago, a group of women from different villages, of different religions and ethnicities, sat quietly, rarely speaking and even were afraid to look at each other, let alone say hello. Very serious and seldom laughing, even smiles were limited. This situation changed completely when they were reunited a year later, in January 2012. Now there is laughter throughout the day, smiles spread to all and the conversation never stops. This is evident in the two-day meeting of the members of the School of Women on the shores of Lake Poso, which also marks the Women's School graduation ceremony for the first batch of students. Dozens of Muslim mothers from Poso City and coastal areas visited Lake Poso for the first time, it was also the first time since the conflict in Poso that they crossed the border into what is known as a Christian area. The Christian women were very excited to welcome their friends from various regions. There was no hesitation in hugging each other, asking about each other's news and holding hands while telling each other about developments. This all blended with the spirit of celebrating their graduation after a year at the Mosintuwu School of Women. Approximately 70 women who went through the process of learning at the School gathered on this day. This event brought back all the members of the Mosintuwu School of Women in a graduation event, the first. Graduation in this case means each woman has completed the eight courses, Tolerance and Peace; Gender: Women and Culture: Talking and Reasoning Skills; Women and Political Rights in Public Service; Economic, Social, Political, Cultural and Civil Rights; and Community Economic Management.

Artikel disarikan dari website Perempuan Poso. Informasi mengenai Institut Mosintuwu dan kegiatan mereka dapat di www.perempuanposo.com

INFORMASI LEBIH LANJUT FOR MORE INFORMATION

Sekolah Perempuan memberlakukan kurikulum yang unik. Semua anggota sekolah melalui tiga tahapan penting dalam proses pemberdayaan perempuan di Sekolah Perempuan, yaitu: Membongkar prasangka, kecurigaan; mengurai trauma dan dendam antar komunitas agama,suku,identitas yang berbeda; Membangun kepercayaan dalam diri perempuan, sekaligus membangun rasa saling percaya antar perempuan lintas identitas agama, suku; dan Membangun kerjasama untuk isu Perdamaian dan Perjuangan untuk Hak Ekonomi, Sosial, Budaya dan Hak Sipil Politik di wilayah pasca konflik Poso. Hal ini dimungkinkan karena setiap modul yang disusun memiliki tiga tahapan penting, yaitu: Mengubah cara berpikir dalam bentuk teori-teori kritis; Membiasakan cara berpikir; dan Mempraktekkan. Tidaklah heran pertemuan setahun kemudian pada tanggal 14 sampai 15 Januari 2012 ini para anggota Sekolah Perempuan telah melalui proses bersama yang bukan hanya memberdayakan tetapi juga dengan sendirinya memberikan ruang bagi mereka untuk membangun jembatan perdamaian dan berjuang bersama untuk keadilan. Acara kelulusan berlangsung seru sekaligus penuh khidmat. Mengenakan pakaian adat, dengan wajah berseri semua anggota Sekolah Perempuan mengikuti acara kelulusan. Hadir pula dr. Asnah Awad, Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan, Keluarga Berencana dan Perlindungan bersama dengan sekretaris dan seluruh kepala bidang di departemennya, juga perwakilan Dinas Pendidikan, Kebudayaan dan Olahraga dan kepala-kepala desa asal anggota Sekolah Perempuan. Dalam sambutannya, Dokter Asnah Awad menyampaikan apresiasi dan penghargaan terhadap usaha Mosintuwu dalam membangun dan memberdayakan perempuan serta mendorong perlunya kerjasama dengan pemerintah daerah sehingga dampak positif Sekolah Perempuan dapat dirasakan oleh semakin banyak perempuan. Kepala Desa Betalemba yang hadir mewakili Pemerintah Desa menyampaikan pentingnya perempuan berperan aktif dalam desa untuk memajukan pembangunan sekaligus menjembatani proses perdamaian sehingga hal seperti Sekolah Perempuan penting untuk dilanjutkan. Lian Gogali, Ketua Mosintuwu dalam sambutannya menyampaikan kebanggaan atas hasil yang sudah dicapai oleh semua ibu Sekolah Perempuan, membangun jembatan perdamaian melintasi identitas. Lian juga mengingatkan bahwa Sekolah Perempuan adalah langkah awal bagi sebuah gerakan interfaith masyarakat akar rumput. Sebuah kelulusan berarti sebuah langkah baru untuk mempraktekkan apa yang sudah dipelajari bersama di dalam komunitas masing-masing. Tanda kelulusan diberikan kepada ibu-ibu dalam bentuk sertifikat dan pengalungan tanda kelulusan. Setelah prosesi kelulusan, ibu Ni Made Sukerni dari Sekolah Perempuan Poso Pesisir dan Ibu Martince dari Sekolah Perempuan Poso Kota Utara mewakili peserta yang lainnya menyampaikan kesan selama mengikuti belajar bersama di Sekolah Perempuan. Keduanya mengatakan bahwa Sekolah Perempuan telah menjembatani hubungan antara para ibu-ibu dari berbagai agama dan suku untuk saling mengerti, memahami dan bertoleransi, juga telah memberikan peluang untuk mendapatkan pengetahuan dan akses serta keberanian untuk maju. Saat memberikan contoh-contoh capaian yang didapatkan, keduanya juga menyampaikan harapan agar Sekolah Perempuan bukanlah akhir tetapi dapat diteruskan. Harapan yang sama juga disampaikan oleh ibu-ibu. Melalui gurauan, ibu Bolagi menyampaikan “kalau sudah lulus berarti kita sudah sarjana, gelarnya Sarjana Perempuan, tetapi setelah dapat sarjana jangan menganggur harus bekerja supaya tidak turun derajat dari pelajar jadi pengangguran” Harapan untuk menindaklanjuti semua materi di Sekolah Perempuan ini dalam komunitas kemudian dibicarakan bersama-sama pada hari berikutnya hingga disepakati membangun Organisasi Perempuan Interfaith yang akan bekerja bersama sebagai center of Emergency Respond, dan focus pada isu Rumah Perlindungan Perempuan dan Anak; Ekonomi Komunitas dan Perempuan dalam aktivitas politik. Sebelumnya, pada malam hari para ibu berkumpul melakukan atraksi budaya, ramah tamah yang semakin mengikat persaudaraan diantara mereka. Rangkaian acara kelulusan Sekolah Perempuan, dan proses belajar bersama di Sekolah Perempuan memang telah berakhir, tapi ini semua langkah awal dari mimpi yang besar; mewujudkan perdamaian dan keadilan di wilayah pasca konflik Poso, di Indonesia, bahkan bukan tidak mungkin di dunia.

The Women's School has a unique curriculum. All members pass through a number of critical stages in the process of empowerment of women: dismantling prejudices and suspicions; reducing trauma and resentments among religious communities, tribes, and identities; building self-confidence in women, as well as mutual trust between the women's cross religious identities and ethnicities; and fostering cooperation on issues of peace and the struggle for economic, social, political, cultural and civil rights in post-conflict Poso. This is possible because each module is structured in three key stages: changing the way of thinking in terms of critical theories; making a habit of the new way of thinking; and practice. It's not surprising that in the meeting a year later in January 15 2012, it's clear that the women who have been through the process have been given a space to build bridges of peace and fight together for justice. Wearing traditional dress and beaming, all the members of the Women's School attended the ceremony. Also present were Dr. Asnah Awad, Head of the Women, Family Planning and Protection Agency together with the secretary and all heads of department, as well as representatives of the Departments of Education, Culture and Sports and the heads of the women's home villages. In his speech, Dr. Awad A snah expressed his appreciation and respect for Mosintuwu's effort in developing and empowering women and promoting the need for cooperation with local governments so that the positive impact of the Women's School can be felt by more and more women. The Village Head of Betalemba, representing the village government , stressed the importance of women's participation in village development to advance the peace process and said the Women's School was an important thing to continue. Lian Gogali, the Director of Mosintuwu, spoke of her pride in the results already achieved by all the students, building bridges of peace across identities. Lian also reminded the audience that the Women's School is the first step of a grassroots interfaith movement. Graduation means a new step in putting into practice what they have learned. Graduation symbols were given to the women in the form of certificates and cords. After graduation, Ni Made Sukerni, from the Poso Coastal Women's School, and Martince, from the North Poso City School, represented all the participants by speaking about their experiences at the school. Both said that the course has created relationships between women of different religions and tribes so they could understand each other and be tolerant. They were also given the opportunity to gain knowledge, access and the courage to go forward. When giving examples of their achievements, they also expressed the hope that the School will continue in the future. Other women conveyed the same expectations. Through jokes, Ibu Bolagi said "that means we've passed, with a degree in Women, but make sure you get a job so you don't go from being a student to being unemployed.” The hope that the school will be continued was discussed on the following day and an agreement was reached to create a Women's Interfaith Organization to work together with an Emergency Response Center and a Protection of Women and Children's Home, as well as effort to improve community economy and women in politics. Earlier, the women gathered for cultural activities and to strengthen the ties of sisterhood. The Women's School graduation and the teaching has ended, but it all started from a great dream: to bring peace and justice to post-conflict areas in Poso, in Indonesia, even worldwide.

JEMBATAN DAMAI UNTUK KEADILAN ITU SUDAH DIBANGUN

Institut Mosintuwu

LULUS DI SEKOLAH PEREMPUAN:

GRADUATING FROM THE WOMEN'S SCHOOL: THE PEACE FOR JUSTICE BRIDGE

Page 11: BaKTI News Edisi 76

109 April - Mei 2012News Volume V - edisi 76 April - Mei 2012News Volume V - edisi 76

etahun yang lalu, rombongan ibu-ibu yang berasal dari berbagai desa,

Sterdiri dari berbagai agama dan suku ini duduk diam, jarang berbicara bahkan cenderung takut untuk melihat yang lain apalagi menyapa.

Bersikap sangat serius dan tertawa jarang diperdengarkan, senyumpun terbatas. Keadaan kaku seperti ini berubah total saat dipertemukan kembali setahun berikutnya, tepatnya pada Januari 2012. Bukan hanya gelak tawa berderai sepanjang hari, senyum menebar ke semua serta percakapan tidak henti. Hal ini terlihat jelas dalam pertemuan dua hari para ibu anggota Sekolah Perempuan di tepi Danau Poso, yang dirangkaikan dengan acara kelulusan Sekolah Perempuan, angkatan pertama. Puluhan ibu-ibu muslim dari Poso Kota dan Poso Pesisir untuk pertama kali mengunjungi Danau Poso, sekaligus pertama kali sejak Konflik Poso terjadi melintasi batas desa-desa yang diidentifikasi sebagai pusat Kekristenan. Sementara ibu-ibu yang beragama Kristen sangat antusias untuk menyambut kedatangan teman-teman dari berbagai wilayah. Tidak ada keraguan untuk saling berpelukan menanyakan kabar, menggandeng tangan bercerita tentang perkembangan. Semuanya membaur dalam suasana semangat untuk merayakan kelulusan proses belajar bersama selama satu tahun di Sekolah Perempuan Mosintuwu. Sekitar tujuh puluh ibu telah melalui proses belajar bersama di Sekolah Perempuan berkumpul bersama. Ya, acara yang mempertemukan kembali seluruh anggota Sekolah Perempuan Mosintuwu ini merupakan acara Kelulusan Sekolah Perempuan Mosintuwu, angkatan pertama. “Kelulusan” ini terutama karena telah menyelesaikan delapan kurikulum yaitu: Toleransi dan Perdamaian; Gender ;Perempuan dan Budaya; Ketrampilan Berbicara dan Bernalar; Perempuan dan Politik; Hak Layanan Masyarakat ; Hak Ekonomi, Sosial, Budaya dan Hak Sipil Politik; Manajemen Ekonomi Komunitas.

A year ago, a group of women from different villages, of different religions and ethnicities, sat quietly, rarely speaking and even were afraid to look at each other, let alone say hello. Very serious and seldom laughing, even smiles were limited. This situation changed completely when they were reunited a year later, in January 2012. Now there is laughter throughout the day, smiles spread to all and the conversation never stops. This is evident in the two-day meeting of the members of the School of Women on the shores of Lake Poso, which also marks the Women's School graduation ceremony for the first batch of students. Dozens of Muslim mothers from Poso City and coastal areas visited Lake Poso for the first time, it was also the first time since the conflict in Poso that they crossed the border into what is known as a Christian area. The Christian women were very excited to welcome their friends from various regions. There was no hesitation in hugging each other, asking about each other's news and holding hands while telling each other about developments. This all blended with the spirit of celebrating their graduation after a year at the Mosintuwu School of Women. Approximately 70 women who went through the process of learning at the School gathered on this day. This event brought back all the members of the Mosintuwu School of Women in a graduation event, the first. Graduation in this case means each woman has completed the eight courses, Tolerance and Peace; Gender: Women and Culture: Talking and Reasoning Skills; Women and Political Rights in Public Service; Economic, Social, Political, Cultural and Civil Rights; and Community Economic Management.

Artikel disarikan dari website Perempuan Poso. Informasi mengenai Institut Mosintuwu dan kegiatan mereka dapat di www.perempuanposo.com

INFORMASI LEBIH LANJUT FOR MORE INFORMATION

Sekolah Perempuan memberlakukan kurikulum yang unik. Semua anggota sekolah melalui tiga tahapan penting dalam proses pemberdayaan perempuan di Sekolah Perempuan, yaitu: Membongkar prasangka, kecurigaan; mengurai trauma dan dendam antar komunitas agama,suku,identitas yang berbeda; Membangun kepercayaan dalam diri perempuan, sekaligus membangun rasa saling percaya antar perempuan lintas identitas agama, suku; dan Membangun kerjasama untuk isu Perdamaian dan Perjuangan untuk Hak Ekonomi, Sosial, Budaya dan Hak Sipil Politik di wilayah pasca konflik Poso. Hal ini dimungkinkan karena setiap modul yang disusun memiliki tiga tahapan penting, yaitu: Mengubah cara berpikir dalam bentuk teori-teori kritis; Membiasakan cara berpikir; dan Mempraktekkan. Tidaklah heran pertemuan setahun kemudian pada tanggal 14 sampai 15 Januari 2012 ini para anggota Sekolah Perempuan telah melalui proses bersama yang bukan hanya memberdayakan tetapi juga dengan sendirinya memberikan ruang bagi mereka untuk membangun jembatan perdamaian dan berjuang bersama untuk keadilan. Acara kelulusan berlangsung seru sekaligus penuh khidmat. Mengenakan pakaian adat, dengan wajah berseri semua anggota Sekolah Perempuan mengikuti acara kelulusan. Hadir pula dr. Asnah Awad, Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan, Keluarga Berencana dan Perlindungan bersama dengan sekretaris dan seluruh kepala bidang di departemennya, juga perwakilan Dinas Pendidikan, Kebudayaan dan Olahraga dan kepala-kepala desa asal anggota Sekolah Perempuan. Dalam sambutannya, Dokter Asnah Awad menyampaikan apresiasi dan penghargaan terhadap usaha Mosintuwu dalam membangun dan memberdayakan perempuan serta mendorong perlunya kerjasama dengan pemerintah daerah sehingga dampak positif Sekolah Perempuan dapat dirasakan oleh semakin banyak perempuan. Kepala Desa Betalemba yang hadir mewakili Pemerintah Desa menyampaikan pentingnya perempuan berperan aktif dalam desa untuk memajukan pembangunan sekaligus menjembatani proses perdamaian sehingga hal seperti Sekolah Perempuan penting untuk dilanjutkan. Lian Gogali, Ketua Mosintuwu dalam sambutannya menyampaikan kebanggaan atas hasil yang sudah dicapai oleh semua ibu Sekolah Perempuan, membangun jembatan perdamaian melintasi identitas. Lian juga mengingatkan bahwa Sekolah Perempuan adalah langkah awal bagi sebuah gerakan interfaith masyarakat akar rumput. Sebuah kelulusan berarti sebuah langkah baru untuk mempraktekkan apa yang sudah dipelajari bersama di dalam komunitas masing-masing. Tanda kelulusan diberikan kepada ibu-ibu dalam bentuk sertifikat dan pengalungan tanda kelulusan. Setelah prosesi kelulusan, ibu Ni Made Sukerni dari Sekolah Perempuan Poso Pesisir dan Ibu Martince dari Sekolah Perempuan Poso Kota Utara mewakili peserta yang lainnya menyampaikan kesan selama mengikuti belajar bersama di Sekolah Perempuan. Keduanya mengatakan bahwa Sekolah Perempuan telah menjembatani hubungan antara para ibu-ibu dari berbagai agama dan suku untuk saling mengerti, memahami dan bertoleransi, juga telah memberikan peluang untuk mendapatkan pengetahuan dan akses serta keberanian untuk maju. Saat memberikan contoh-contoh capaian yang didapatkan, keduanya juga menyampaikan harapan agar Sekolah Perempuan bukanlah akhir tetapi dapat diteruskan. Harapan yang sama juga disampaikan oleh ibu-ibu. Melalui gurauan, ibu Bolagi menyampaikan “kalau sudah lulus berarti kita sudah sarjana, gelarnya Sarjana Perempuan, tetapi setelah dapat sarjana jangan menganggur harus bekerja supaya tidak turun derajat dari pelajar jadi pengangguran” Harapan untuk menindaklanjuti semua materi di Sekolah Perempuan ini dalam komunitas kemudian dibicarakan bersama-sama pada hari berikutnya hingga disepakati membangun Organisasi Perempuan Interfaith yang akan bekerja bersama sebagai center of Emergency Respond, dan focus pada isu Rumah Perlindungan Perempuan dan Anak; Ekonomi Komunitas dan Perempuan dalam aktivitas politik. Sebelumnya, pada malam hari para ibu berkumpul melakukan atraksi budaya, ramah tamah yang semakin mengikat persaudaraan diantara mereka. Rangkaian acara kelulusan Sekolah Perempuan, dan proses belajar bersama di Sekolah Perempuan memang telah berakhir, tapi ini semua langkah awal dari mimpi yang besar; mewujudkan perdamaian dan keadilan di wilayah pasca konflik Poso, di Indonesia, bahkan bukan tidak mungkin di dunia.

The Women's School has a unique curriculum. All members pass through a number of critical stages in the process of empowerment of women: dismantling prejudices and suspicions; reducing trauma and resentments among religious communities, tribes, and identities; building self-confidence in women, as well as mutual trust between the women's cross religious identities and ethnicities; and fostering cooperation on issues of peace and the struggle for economic, social, political, cultural and civil rights in post-conflict Poso. This is possible because each module is structured in three key stages: changing the way of thinking in terms of critical theories; making a habit of the new way of thinking; and practice. It's not surprising that in the meeting a year later in January 15 2012, it's clear that the women who have been through the process have been given a space to build bridges of peace and fight together for justice. Wearing traditional dress and beaming, all the members of the Women's School attended the ceremony. Also present were Dr. Asnah Awad, Head of the Women, Family Planning and Protection Agency together with the secretary and all heads of department, as well as representatives of the Departments of Education, Culture and Sports and the heads of the women's home villages. In his speech, Dr. Awad Asnah ex pressed his appreciation and respect for Mosintuwu's effort in developing and empowering women and promoting the need for cooperation with local governments so that the positive impact of the Women's School can be felt by more and more women. The Village Head of Betalemba, representing the village government , stressed the importance of women's participation in village development to advance the peace process and said the Women's School was an important thing to continue. Lian Gogali, the Director of Mosintuwu, spoke of her pride in the results already achieved by all the students, building bridges of peace across identities. Lian also reminded the audience that the Women's School is the first step of a grassroots interfaith movement. Graduation means a new step in putting into practice what they have learned. Graduation symbols were given to the women in the form of certificates and cords. After graduation, Ni Made Sukerni, from the Poso Coastal Women's School, and Martince, from the North Poso City School, represented all the participants by speaking about their experiences at the school. Both said that the course has created relationships between women of different religions and tribes so they could understand each other and be tolerant. They were also given the opportunity to gain knowledge, access and the courage to go forward. When giving examples of their achievements, they also expressed the hope that the School will continue in the future. Other women conveyed the same expectations. Through jokes, Ibu Bolagi said "that means we've passed, with a degree in Women, but make sure you get a job so you don't go from being a student to being unemployed.” The hope that the school will be continued was discussed on the following day and an agreement was reached to create a Women's Interfaith Organization to work together with an Emergency Response Center and a Protection of Women and Children's Home, as well as effort to improve community economy and women in politics. Earlier, the women gathered for cultural activities and to strengthen the ties of sisterhood. The Women's School graduation and the teaching has ended, but it all started from a great dream: to bring peace and justice to post-conflict areas in Poso, in Indonesia, even worldwide.

JEMBATAN DAMAI UNTUK KEADILAN ITU SUDAH DIBANGUN

Institut Mosintuwu

LULUS DI SEKOLAH PEREMPUAN:

GRADUATING FROM THE WOMEN'S SCHOOL: THE PEACE FOR JUSTICE BRIDGE

Page 12: BaKTI News Edisi 76

1211 April - Mei 2012News Volume V - edisi 76 April - Mei 2012News Volume V - edisi 76

Theodora de Lima – Menyulap Sisik Ikan KakapSisik ikan kakakp kini menjadi pernik-pernik cantik ikon Kota Ambon. Pengajar Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan Universitas Pattimur ini berhasil mengolah sisik ikan kakap menjadi produk kreatif yang digargai 25 ribu rupiah hingga 300 ribu rupiah per item. Theodora juga mendirikan Kelompok Usaha Mama Theodora di Wayame, Ambon yang mengelola makanan berbahan ikan. Ia aktif mengikuti pameran di dalam maupun luar negeri untuk memperkenalkan kerajinan ini. Selain menjadi suvenir khas kota Ambon, produk Theodora ini juga diekspor hingga ke negeri Belanda.

INFORMASI LEBIH LANJUT FOR MORE INFORMATION

Tulisan ini disarikan dari Majalah Wanita Kartini Edisi Khusus Perempuan Inspiratif 2012, April 2012

Majalah Wanita Kartini menyelenggarakan Kartini Awards 2012 yang memberikan penghargaan kepada perempuan-perempuan

inspiratif Indonesia. Mereka yang terpilih merupakan cermin bahwa perempuan Indonesia bisa menciptakan perubahan menuju Indonesia

yang lebih baik. Mereka tak hanya bekerja keras untuk menghadirkan perubahan, namun juga menginspirasi lingkungan sekitarnya.

da sekitar 75 nama yang terjaring para panelis Perempuan Inspiratif 2012. Tiga di antaranya, Herawati Diah, Erna Witoelar, dan Mien Uno mendapatkan penghargaan khusus sebagai Perempuan Terinspiratif 2012. Dewan Juri yang menemukan, menganalisa,

dan memberi penilaian adalah Linda Amalia Sari, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Prof. Dr. Dr Nila Djuwita F. Moeloek, SpM, Guru Besar dan Aktivis Kesehatan, Prof Imam Prasodjo, Guru Besar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UI – Direktur Center for Research on Intergroup Relations and Conflict Resolution (CERIC), dan Bram Tuapattinaya, Pemimpin Redaksi Majalah KARTINI.

Inspirasi Perempuan Indonesia

Herawati Diah - Jurnalis dan Perintis Siti Latifah Herawati Diah adalah seorang wartawan di koran Harian Merdeka yang dibangun sang suami pada 1 Oktober 1945. Selanjutnya Herawati mendirikan koran berbahasa Inggris pertama di Indonesia, Indonesian Observer. Lulusan sosiaologi Universitas Columbia, New York. Sebagai wartawan ia pernah mewawancarai beberapa pemimpin besar seperti Mahatma Gandhi. Di usia 90, bersama Fuad Hasan mantan Menteri Pendidikan, ia mendirikan Lingkar Budaya Indonesia. Herawati juga mendirikan Komisi Nasional Perempuan (Komnas Perempuan), Yayasan Bina Carita Indonesia yang bergerak di bidang pendidikan untuk anak-anak tidak mampu. Herawati masih aktif mendirikan beberapa organisasi untuk membangun Indonesia.

Erna Witoelar – Konsisten Membangun LingkunganSebagian besar hidup Dr. Ir. Erna Witoelar didedikasikan untuk masalah lingkungan. Mantan menteri Pemukiman dan Pengembangan Wilayah dan Duta Besar Khusus PBB untuk Millenium Development Goals Asia Pasifik ini kini masih aktif sebagai Koordinator Gerakan Perempuan Tanam dan Pelihara (GPTP) serta Gerakan Ciliwung Bersih.

Mien Uno – Berbagi Ilmu Etika & Pengembangan KepribadianPemilik nama lengkap Rachmini Rachman Uno dikenal sebagai pendidik dan pakar etika. Mien Uno mendirikan Mien R Uno Foundation bersama suaminya Razif Halik Uno pada tahun 2000 dan aktif melakukan perjalanan ke seantero negeri untuk memberi inspiras i pemuda-pemudi Indonesia untuk berwirausaha.

Selain ketiga profil khusus yang menerima penghargaan KARTINI AWARD sebagai Inspirasi Perempuan Indonesia, majalah Kartini juga memilih 75 Perempuan Inspiratif untuk 10 kategori, yakni Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan, Kesehatan, Sahabat Andalan, Sosial, Olahraga, Lingkungan, Seni Budaya, Kreatif, Profesi, dan Bisnis. Sepuluh di antaranya adalah perempuan yang berasal dari Kawasan Timur Indonesia. Berikut kami hadirkan profil mereka sebagaimana disarikan dari artikel Majalah Kartini Edisin Khusus Perempuan Inspiratif 2012.

Perempuan InspiratifKategori Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan

Aphrodite Milana Sahusilawane – Peduli Ketahanan Pangan di PedesaanSebagai pendidik, Dr Ir. Aphrodite Milana Sahusilawane MS b a ny a k m e n e l i t i s e n t r a - s e n t r a p e r t a n i a n d a n a k t i f memperkenalkan konsep ketahanan pangan ke masyarakat pedesaan. Non Sahusilawanae, demikian ibu asal Maluku ini kerap disapa, tahun ini menerbitkan buku hasi penelitiannya bertahun-tahun di pulau Kisar. Buku berjudul Potret Perempuan Oirata di Pulau Kisar Menjaga Pangan ini mengangkat peran penting kaum perempuan di pulau terdepan Indonesia ini dalam menjaga ketersediaan pangan.

Anike Nelce Bowaire – Putri Papua Kebanggan Indonesia di Pentas Ilmu Fisika DuniaSaat masih berusia 17 tahun, Anike Bowaire mewakili SMAN 1 Serui Papua meraih The First Step to Nobel Prize in Physics di Warsawa Polandia. Dalam kompetisi itu, Anike mengangkat karya tentang chaos (sistem kompleks) pada model pegas horizontal di ajang lomba fisika dunia. Anike Bowaire kini menekuni ilmu fisika di Institut Teknologi Bandung.

Perempuan InspiratifKategori Lingkungan

Baihajar Tualeka – Menghidupkan Ekonomi Para PengungsiKerusuhan Ambon 1999 menyisakan luka mendalam. Baihajar termasuk yang menjadi korbannya dan sempatmenjadi pengunsi. Saat Ambon berangsur pulih, Baihajar memberanikan diri menghidupkan pasar tradisional, melakukan transaksi sayuran dengan komunitas lain, termasuk mengajak komunitas perempuan Kristen mendirikan Kelompok Sanusa yang adalah singkatan dari Saniri (perkumpulan) Satu Rasa. Kini Baihajar berfokus pada pendirian PAUD dengan program Imiami yang berarti kalian yang berbeda dari suku bangsa budaya.

Sr. Zita CB – Biarawati yang Tak Segan Keluar-Masuk LokalisasiPrihatin melihat tingginya kasus HIV-AIDS di Sorong tempatnya bertugas, Sr. Zita tergerak untuk melakukan program edukasi dan penyuluhan kesehatan seputar penyakit tersebut. Ia tak segan menyambangi lokalisasi dan tempat hiburan malam untuk memberikan informasi yang tepat mengenai HIV-AIDS. Selain di tempat hiburan malam, Suster Zita CB bersama beberapa kader juga melakukan penyuluhan di sekolah, pabrik, dan perusahaan.

Imbi Kailupa – 'Bidan' Desa LimauImbi bukanlah seorang bidan. Tapi sehari-hari ia terpaksa berpraktik bak bidan, baik menyuntik maupun membantu persalinan. Imbi juga mengajak petani untuk pengelolaan tanaman bulanan dan menumbuhkan kebiasaan menabung. Berasal dari Morotai Selatan, Imbi tinggal di desa Limau sejak menikah. Walaupun hanya petani dengan pendidikan rendah, ia aktif di organisasi desa dan menjadi kader Posyandu. Bersama kelompok tani harapan Bunda, Imbi bermitra dengan Dinas Pertanian mengelola tanaman bulanan dan mengadakan arisan tabungan untuk biaya pendidikan anak. Imbi bahkan berhasil meyakinkan sebuah bank untuk mau menjemput langsung tabungan warga di Desa Limau.

Jumilah – Buruh Cuci yang Mendirikan SekolahJumilah adalah ibu dari tiga anak yang sebelum tahun 2000 bekerja sebagai buruh cuci di desanya. Tahun 2003, sejak aktif dalam Kelompok Kahuripan, Jumilah mulai tertarik untuk belajar membaca, menulis dan berhitung. Tidak berhenti sampai di situ, setelah menguasai keterampilan dasar baca, tulis dan hitung, ia mengajak anak-anak yang putus sekolah bahkan sesama orang tua untuk belajar bersama. Tidak sedikit murid-murid Jumilah yang melanjutkan pendidikan ke SMP dan SMA. Jumilah tidak pernah berhenti. Sekolah yang didirikannya tetap aktif hingga sekarang.

Maria Loretha – Budidayakan Varietas Tanaman Lokal di Lahan KeringMaria Loretha terinspirasi menanam sorgum setelah mencicipi kue berbahan seralia ini pemberian tetangga. Di lahan kering Adonara, Maria yang berasal dari Kalimantan Barat ini menanam

sorgum, jagung solor, jelai, wijen, jowawut, jaung pulut dan padi hitam. Semua bibit tanaman tersebut sudah sulit didapat s e k a r a n g i n i . B e r u n t u n g M a r i a L o r e t a b e r h a s i l mengembangbiakkan tanaman ini dan mampu menyuplai 1.300 kilogram sorgum senilai 6,5 juta rupiah dari lahan seluas seperempat hektar miliknya. Maria bermimpi, daratan Flores dapat menjadi lumbung sorgum. Ia juga bermimpi mendirikan pabrik tepung sorgum dan mengembangkan bank benih varietas serealia endemik Flores.

Dr. Yosmina Helena Tapilatu – Bakteri Laut untuk Bahan Plastik Ramah LingkunganKebahagiaan menjadi peneliti mikroba laut, menghantarkan alumnus Ilmu Kelautan Universitas Pattimura ini meraih L'Oreal Indonesian National Fellowship for Women in Science 2011 untuk kategori Life Science. Betapa tidak, Dr Yosmina menemukan banyak hal menarik dari bakteri penghasil eksopolisakarida di perairan Maluku yang bermanfaat untuk industri pangan, kosmetika, farmasi, hingga plastik yang ramah lingkungan.

Angelique Marcia Batuna – Pasang Badan Tolak Reklamasi Pantai KalaseyPantai kalasey Manado kaya akan beragam terumbu karang dan biota laut yang harus dilestarikan. Saat truk-truk mulai membuang batu ke laut setiap hari untuk reklamasi Pantai Kalasey yang tidak pernah disosialisasikan, Angelique langsung bertindak. Ia mengajak 12 dive center membuat kegiatan dive discovery gratis bagi masyarakat umum dan pelajar agar semakin banyak yang tau keindahan terumbu karang Kalasey yang patut diselamatkan. Angel tidak berhenti sampai disitu. Ia menyurati beberapa kementerian di Jakarta hingga akhirnya Kementerisan Sosial menanggapi suratnya dan memediasi hingga pihak rekalamator menghentikan kegiatannya.

Perempuan InspiratifKategori Kreatif

Erna Witoelar Anike Nelce Bowaire Sr. Zita CB Maria Loretha Jumilah

GENDER PEMBANGUNAN DAN

Page 13: BaKTI News Edisi 76

1211 April - Mei 2012News Volume V - edisi 76 April - Mei 2012News Volume V - edisi 76

Theodora de Lima – Menyulap Sisik Ikan KakapSisik ikan kakakp kini menjadi pernik-pernik cantik ikon Kota Ambon. Pengajar Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan Universitas Pattimur ini berhasil mengolah sisik ikan kakap menjadi produk kreatif yang digargai 25 ribu rupiah hingga 300 ribu rupiah per item. Theodora juga mendirikan Kelompok Usaha Mama Theodora di Wayame, Ambon yang mengelola makanan berbahan ikan. Ia aktif mengikuti pameran di dalam maupun luar negeri untuk memperkenalkan kerajinan ini. Selain menjadi suvenir khas kota Ambon, produk Theodora ini juga diekspor hingga ke negeri Belanda.

INFORMASI LEBIH LANJUT FOR MORE INFORMATION

Tulisan ini disarikan dari Majalah Wanita Kartini Edisi Khusus Perempuan Inspiratif 2012, April 2012

Majalah Wanita Kartini menyelenggarakan Kartini Awards 2012 yang memberikan penghargaan kepada perempuan-perempuan

inspiratif Indonesia. Mereka yang terpilih merupakan cermin bahwa perempuan Indonesia bisa menciptakan perubahan menuju Indonesia

yang lebih baik. Mereka tak hanya bekerja keras untuk menghadirkan perubahan, namun juga menginspirasi lingkungan sekitarnya.

da sekitar 75 nama yang terjaring para panelis Perempuan Inspiratif 2012. Tiga di antaranya, Herawati Diah, Erna Witoelar, dan Mien Uno mendapatkan penghargaan khusus sebagai Perempuan Terinspiratif 2012. Dewan Juri yang menemukan, menganalisa,

dan memberi penilaian adalah Linda Amalia Sari, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Prof. Dr. Dr Nila Djuwita F. Moeloek, SpM, Guru Besar dan Aktivis Kesehatan, Prof Imam Prasodjo, Guru Besar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UI – Direktur Center for Research on Intergroup Relations and Conflict Resolution (CERIC), dan Bram Tuapattinaya, Pemimpin Redaksi Majalah KARTINI.

Inspirasi Perempuan Indonesia

Herawati Diah - Jurnalis dan Perintis Siti Latifah Herawati Diah adalah seorang wartawan di koran Harian Merdeka yang dibangun sang suami pada 1 Oktober 1945. Selanjutnya Herawati mendirikan koran berbahasa Inggris pertama di Indonesia, Indonesian Observer. Lulusan sosiaologi Universitas Columbia, New York. Sebagai wartawan ia pernah mewawancarai beberapa pemimpin besar seperti Mahatma Gandhi. Di usia 90, bersama Fuad Hasan mantan Menteri Pendidikan, ia mendirikan Lingkar Budaya Indonesia. Herawati juga mendirikan Komisi Nasional Perempuan (Komnas Perempuan), Yayasan Bina Carita Indonesia yang bergerak di bidang pendidikan untuk anak-anak tidak mampu. Herawati masih aktif mendirikan beberapa organisasi untuk membangun Indonesia.

Erna Witoelar – Konsisten Membangun LingkunganSebagian besar hidup Dr. Ir. Erna Witoelar didedikasikan untuk masalah lingkungan. Mantan menteri Pemukiman dan Pengembangan Wilayah dan Duta Besar Khusus PBB untuk Millenium Development Goals Asia Pasifik ini kini masih aktif sebagai Koordinator Gerakan Perempuan Tanam dan Pelihara (GPTP) serta Gerakan Ciliwung Bersih.

Mien Uno – Berbagi Ilmu Etika & Pengembangan KepribadianPemilik nama lengkap Rachmini Rachman Uno dikenal sebagai pendidik dan pakar etika. Mien Uno mendirikan Mien R Uno Foundation bersama suaminya Razif Halik Uno pada tahun 2000 dan aktif melakukan perjalanan ke seantero negeri untuk memberi inspiras i pemuda-pemudi Indonesia untuk berwirausaha.

Selain ketiga profil khusus yang menerima penghargaan KARTINI AWARD sebagai Inspirasi Perempuan Indonesia, majalah Kartini juga memilih 75 Perempuan Inspiratif untuk 10 kategori, yakni Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan, Kesehatan, Sahabat Andalan, Sosial, Olahraga, Lingkungan, Seni Budaya, Kreatif, Profesi, dan Bisnis. Sepuluh di antaranya adalah perempuan yang berasal dari Kawasan Timur Indonesia. Berikut kami hadirkan profil mereka sebagaimana disarikan dari artikel Majalah Kartini Edisin Khusus Perempuan Inspiratif 2012.

Perempuan InspiratifKategori Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan

Aphrodite Milana Sahusilawane – Peduli Ketahanan Pangan di PedesaanSebagai pendidik, Dr Ir. Aphrodite Milana Sahusilawane MS b a ny a k m e n e l i t i s e n t r a - s e n t r a p e r t a n i a n d a n a k t i f memperkenalkan konsep ketahanan pangan ke masyarakat pedesaan. Non Sahusilawanae, demikian ibu asal Maluku ini kerap disapa, tahun ini menerbitkan buku hasi penelitiannya bertahun-tahun di pulau Kisar. Buku berjudul Potret Perempuan Oirata di Pulau Kisar Menjaga Pangan ini mengangkat peran penting kaum perempuan di pulau terdepan Indonesia ini dalam menjaga ketersediaan pangan.

Anike Nelce Bowaire – Putri Papua Kebanggan Indonesia di Pentas Ilmu Fisika DuniaSaat masih berusia 17 tahun, Anike Bowaire mewakili SMAN 1 Serui Papua meraih The First Step to Nobel Prize in Physics di Warsawa Polandia. Dalam kompetisi itu, Anike mengangkat karya tentang chaos (sistem kompleks) pada model pegas horizontal di ajang lomba fisika dunia. Anike Bowaire kini menekuni ilmu fisika di Institut Teknologi Bandung.

Perempuan InspiratifKategori Lingkungan

Baihajar Tualeka – Menghidupkan Ekonomi Para PengungsiKerusuhan Ambon 1999 menyisakan luka mendalam. Baihajar termasuk yang menjadi korbannya dan sempatmenjadi pengunsi. Saat Ambon berangsur pulih, Baihajar memberanikan diri menghidupkan pasar tradisional, melakukan transaksi sayuran dengan komunitas lain, termasuk mengajak komunitas perempuan Kristen mendirikan Kelompok Sanusa yang adalah singkatan dari Saniri (perkumpulan) Satu Rasa. Kini Baihajar berfokus pada pendirian PAUD dengan program Imiami yang berarti kalian yang berbeda dari suku bangsa budaya.

Sr. Zita CB – Biarawati yang Tak Segan Keluar-Masuk LokalisasiPrihatin melihat tingginya kasus HIV-AIDS di Sorong tempatnya bertugas, Sr. Zita tergerak untuk melakukan program edukasi dan penyuluhan kesehatan seputar penyakit tersebut. Ia tak segan menyambangi lokalisasi dan tempat hiburan malam untuk memberikan informasi yang tepat mengenai HIV-AIDS. Selain di tempat hiburan malam, Suster Zita CB bersama beberapa kader juga melakukan penyuluhan di sekolah, pabrik, dan perusahaan.

Imbi Kailupa – 'Bidan' Desa LimauImbi bukanlah seorang bidan. Tapi sehari-hari ia terpaksa berpraktik bak bidan, baik menyuntik maupun membantu persalinan. Imbi juga mengajak petani untuk pengelolaan tanaman bulanan dan menumbuhkan kebiasaan menabung. Berasal dari Morotai Selatan, Imbi tinggal di desa Limau sejak menikah. Walaupun hanya petani dengan pendidikan rendah, ia aktif di organisasi desa dan menjadi kader Posyandu. Bersama kelompok tani harapan Bunda, Imbi bermitra dengan Dinas Pertanian mengelola tanaman bulanan dan mengadakan arisan tabungan untuk biaya pendidikan anak. Imbi bahkan berhasil meyakinkan sebuah bank untuk mau menjemput langsung tabungan warga di Desa Limau.

Jumilah – Buruh Cuci yang Mendirikan SekolahJumilah adalah ibu dari tiga anak yang sebelum tahun 2000 bekerja sebagai buruh cuci di desanya. Tahun 2003, sejak aktif dalam Kelompok Kahuripan, Jumilah mulai tertarik untuk belajar membaca, menulis dan berhitung. Tidak berhenti sampai di situ, setelah menguasai keterampilan dasar baca, tulis dan hitung, ia mengajak anak-anak yang putus sekolah bahkan sesama orang tua untuk belajar bersama. Tidak sedikit murid-murid Jumilah yang melanjutkan pendidikan ke SMP dan SMA. Jumilah tidak pernah berhenti. Sekolah yang didirikannya tetap aktif hingga sekarang.

Maria Loretha – Budidayakan Varietas Tanaman Lokal di Lahan KeringMaria Loretha terinspirasi menanam sorgum setelah mencicipi kue berbahan seralia ini pemberian tetangga. Di lahan kering Adonara, Maria yang berasal dari Kalimantan Barat ini menanam

sorgum, jagung solor, jelai, wijen, jowawut, jaung pulut dan padi hitam. Semua bibit tanaman tersebut sudah sulit didapat s e k a r a n g i n i . B e r u n t u n g M a r i a L o r e t a b e r h a s i l mengembangbiakkan tanaman ini dan mampu menyuplai 1.300 kilogram sorgum senilai 6,5 juta rupiah dari lahan seluas seperempat hektar miliknya. Maria bermimpi, daratan Flores dapat menjadi lumbung sorgum. Ia juga bermimpi mendirikan pabrik tepung sorgum dan mengembangkan bank benih varietas serealia endemik Flores.

Dr. Yosmina Helena Tapilatu – Bakteri Laut untuk Bahan Plastik Ramah LingkunganKebahagiaan menjadi peneliti mikroba laut, menghantarkan alumnus Ilmu Kelautan Universitas Pattimura ini meraih L'Oreal Indonesian National Fellowship for Women in Science 2011 untuk kategori Life Science. Betapa tidak, Dr Yosmina menemukan banyak hal menarik dari bakteri penghasil eksopolisakarida di perairan Maluku yang bermanfaat untuk industri pangan, kosmetika, farmasi, hingga plastik yang ramah lingkungan.

Angelique Marcia Batuna – Pasang Badan Tolak Reklamasi Pantai KalaseyPantai kalasey Manado kaya akan beragam terumbu karang dan biota laut yang harus dilestarikan. Saat truk-truk mulai membuang batu ke laut setiap hari untuk reklamasi Pantai Kalasey yang tidak pernah disosialisasikan, Angelique langsung bertindak. Ia mengajak 12 dive center membuat kegiatan dive discovery gratis bagi masyarakat umum dan pelajar agar semakin banyak yang tau keindahan terumbu karang Kalasey yang patut diselamatkan. Angel tidak berhenti sampai disitu. Ia menyurati beberapa kementerian di Jakarta hingga akhirnya Kementerisan Sosial menanggapi suratnya dan memediasi hingga pihak rekalamator menghentikan kegiatannya.

Perempuan InspiratifKategori Kreatif

Erna Witoelar Anike Nelce Bowaire Sr. Zita CB Maria Loretha Jumilah

GENDER PEMBANGUNAN DAN

Page 14: BaKTI News Edisi 76

1413 April - Mei 2012News Volume V - edisi 76 April - Mei 2012News Volume V - edisi 76

utipan diatas adalah surat Raden Ajeng Kartini ke salah Ksatu sahabat penanya di Belanda, Nyonya Abendon, Agustus tahun 1900. Ternyata apa yang dilakukan oleh

Kartini pada zaman itu, menjadi tonggak sejarah perjuangan emansipasi perempuan sampai saat ini. Kesetaraan adalah sesuatu yang dicita-citakan Kartini sejak dulu. Kartini dengan buah pemikiran dan torehan penanya membuka tirai hitam yang waktu itu menutupi kaum perempuan. Di masanya, Kartini tidak bisa seperti kaum perempuan sekarang. Surat-surat Kartini yang isinya banyak mengungkap tentang kendala-kendala yang harus dihadapi ketika bercita-cita menjadi perempuan yang lebih maju. Ayah Kartini tergolong maju karena ia menyekolahkan anak-anak perempuannya, walaupun hanya sampai umur 12 tahun, tetap saja pintu kesetaraan masih tertutup. Ia terkekang namun masih bisa bergerak, ia dilarang bicara tetapi masih bisa berpendapat. Cita-citanya yang kuat bukan hanya untuk kaum perempuan saja, melainkan kesetaraan untuk seluruh umat manusia, darimana pun dia berasal. Keberanian Kartini bersikap menjadi contoh bagi perempuan-perempuan lainnya mengambil kesempatan untuk maju dan tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. “Salah satu tantangan terbesar yang ada di depan kaum perempuan sekarang adalah dirinya sendiri. Apakah perempuan mau maju dan berani mengambil kesempatan yang ada, banyak kesempatan yang diberikan, hanya tinggal kita, kaum perempuan mau memanfaatkan kesempatan itu atau tidak,” ujar Ibu Hj. Indah Putri. Dilihat dari sosoknya, Ibu Indah masih muda dan enerjik. Dengan memanfaatkan kesempatan yang ada, Ibu Indah sukses dalam karirnya. Ibu muda ini sekarang menjadi Wakil Bupati Kabupaten Luwu Utara. Masyarakat Indonesia setiap tahun memperingati Hari Kartini yang jatuh pada tanggal 21 April. Kartini dikenal sebagai tokoh perempuan yang meletakan dasar pemikiran baru untuk kaum perempuan Indonesia. Memaknai hari Kartini bukan hanya seremonial yang biasa dilakukan sebagian masyarakat

namun yang lebih penting adalah bagaimana semangat emansipasi dan kebangkitan perempuan yang diperjuangkan kartini bisa diwujudkan dalam tindakan dan perbuatan nyata bagi masyarakat. Budaya patriarki yang masih kuat terjadi di masyarakat kita tentu berimplikasi terhadap berkurangnya aktivitas perempuan dalam kegiatan masyarakat. Namun seiring perkembangan waktu, peluang dan kesempatan bagi perempuan Indonesia di era reformasi dan globalisasi untuk ikut berpartisipasi dalam pembangunan semakin terbuka. Saat ini, sudah banyak perempuan Indonesia yang sukses diberbagai bidang termasuk pengabdian untuk masyarakat lewat berbagi insiatif dan kegiatan serta menduduki posisi penting di pemerintahan. Berbagai dinamika diatas diangkat oleh BaKTI bekerjasama dengan Harian Fajar dalam acara diskusi Inspirasi BaKTI bulan April 2012 dengan tema “Saya Perempuan, Saya Bisa!”. Acara ini mengangkat kiprah nyata perempuan dalam pembangunan. Dua orang pembicara yang hadir dalam diskusi ini adalah Hj. D a r m i n a D a r a b a , P i m p i n a n Pu s a t K e g i a t a n B e l a j a r Masyarakat/PKBM Gowa dan Hj. Indah Putri Indriani (Wakil Bupati Luwu Utara). Inspirasi BaKTI diadakan sekali setiap bulan dan dihadiri oleh pemerintah daerah, akademisi, LSM, mitra pembangunan internasional dan masyarakat umum lainnya. Event ini diadakan setiap bulan dan dihadiri oleh pemerintah daerah, akademisi, LSM, mitra pembangunan internasional dan masyarakat umum lainnya. Para peserta diskusi diberikan ruang untuk memaparkan program, promosi program, membahas kendala-kendala yang terjadi, saling memberi masukan, bertukar pengetahuan dan membuat kesepakatan bersama demi pembangunan didaerahnya pada khususnya dan Kawasan Timur Indonesia pada umumnya. Kesempatan yang terbuka juga diambil dengan baik oleh Ibu Hj. Darmina Daraba. Dengan pengalamannya mengajar sebagai guru puluhan tahun, Ibu Darmina sedih melihat keadaan sekelilingnya. Ia melihat banyak perempuan umur belasan tahun

yang sudah menikah muda. Pada akhirnya ada yang cerai atau hidup dalam kemiskinan karena tidak bisa membaca dan menulis. Pengalaman masa lalu Ibu Darmina yang menikah muda, membuat dirinya tidak mau perempuan-perempuan lain memiliki nasib yang sama. Hal inilah yang mendorong Ibu Darmina pensiun awal dari karirnya sebagai guru dan mendirikan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Sandyka untuk memerangi buta aksara yang sebagian besar dialami wanita usia dewasa di Gowa, Sulawesi Selatan. Awalnya tak mudah untuk mengajak mereka belajar, mantan guru inpres selama 30 tahun ini kemudian membuat acara demo masak yang diselipi pelajaran membaca dan menulis tanpa pungutan biaya. Bahkan ia berani menggadaikan SK kepegawaiannya untuk modal mendirikan pusat kegiatan ini. “Semua pekerjaan itu ada tantangannya. Tapi di mana ada kemauan di situ ada jalan. Sebagai seorang perempuan, kita tidak usah berkeluh kesah, kalau ada kemauan kita jangan cepat menyerah,” sambung ibu yang ahli membuat abon telur ini. Ibu Darmina sering mengumpulkan ibu-ibu di sekitar tempat tinggalnya dan berdiskusi untuk membuat kegiatan bersama. Sampai akhirnya PKBM Sandyka berdiri, Ibu Darmina sudah mengetahui apa kebutuhan ibu-ibu tersebut, sehingga tidak sulit untuk mengajak ibu-ibu yang masih buat aksara utuk ikut dalam kegiatan yang diadakan di PKBM. Ibu Indah menyambung hal tersebut dengan melihat bahwa tantangan di setiap jaman memang berbeda. Tantangan yang terbesar untuk kaum perempuan saat ini a d a l a h b a g a i m a n a p e r e m p u a n b i s a m e n u n j u k k a n kapasitasnya. Sama seper ti Kar tini di suratnya yang menginginkan sesuatu bukan diatas angan-angan. Kartini hanya menginginkan anak-anak perempuan diberikan

�Kita dapat menjadi manusia sepenuhnya, tanpa berhenti menjadi wanita sepenuhnya�

OLEH STEVENT FEBRIANDY

INSPIRASI BaKTI

INFORMASI LEBIH LANJUT FOR MORE INFORMATION

Jika Anda mengetahui upaya-upaya yang inspiratif untuk diangkat dalam Inspirasi BaKTI, atau jika ingin mengetahui topik-topik yang sebelumnya dipilih menjadi Inspirasi BaKTI, Anda dapat mengirim email kepada kami melalui [email protected]

kesempatan untuk belajar membaca. Karena dengan belajar membaca dia akan menjalankan kewajibannya untuk mendidik anak-anak, karena perempuan adalah sekolah pertama untuk anak-anak baik itu laki-laki atau perempuan yang menjadi calon penerus masa depan. “Yang penting bagaimana perempuan bisa membawa dirinya menjadi agen perubahan sosial di masyarakat, apalagi barrier sosial budaya relatif sudah mulai bergeser,” sambungnya. Kedua narasumber sepakat bahwa tantangan terbesar pada jaman sekarang adalah dari perempuannya sendiri. Banyak perempuan yang sudah merasa nyaman dan tidak mau keluar dari zona tersebut. Hirarki budaya bukanlah menjadi suatu penghalang lagi. Yang penting bagaimana perempuan mengambil kesempatan yang ada. Apabila perempuan ingin maju dan membuat perubahan, maka perempuan harus mengambil resiko. Apa yang dilakukan oleh Ibu Darmina dan Ibu Indah adalah mengambil resiko dalam bidang yang mereka pilih. “Struktur budaya itu relatif sudah bergeser dan memberikan ruang , bukan lagi melihat apakah dia perempuan atau pria tapi sejauh mana kapasitas seseorang bisa diperlihatkan dan dipertanggungjawabkan dan bisa memberikan keyakinan kepada masyarakat” kata Ibu Indah menutup penjelasannya.

Saya Perempuan, Saya Bisa !

Hj. Indah Putri Indriani, Wakil Bupati Luwu Utara (kiri) dan Hj. Darmina Daraba, Pimpinan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat/PKBM Gowa (kanan)

Page 15: BaKTI News Edisi 76

1413 April - Mei 2012News Volume V - edisi 76 April - Mei 2012News Volume V - edisi 76

utipan diatas adalah surat Raden Ajeng Kartini ke salah Ksatu sahabat penanya di Belanda, Nyonya Abendon, Agustus tahun 1900. Ternyata apa yang dilakukan oleh

Kartini pada zaman itu, menjadi tonggak sejarah perjuangan emansipasi perempuan sampai saat ini. Kesetaraan adalah sesuatu yang dicita-citakan Kartini sejak dulu. Kartini dengan buah pemikiran dan torehan penanya membuka tirai hitam yang waktu itu menutupi kaum perempuan. Di masanya, Kartini tidak bisa seperti kaum perempuan sekarang. Surat-surat Kartini yang isinya banyak mengungkap tentang kendala-kendala yang harus dihadapi ketika bercita-cita menjadi perempuan yang lebih maju. Ayah Kartini tergolong maju karena ia menyekolahkan anak-anak perempuannya, walaupun hanya sampai umur 12 tahun, tetap saja pintu kesetaraan masih tertutup. Ia terkekang namun masih bisa bergerak, ia dilarang bicara tetapi masih bisa berpendapat. Cita-citanya yang kuat bukan hanya untuk kaum perempuan saja, melainkan kesetaraan untuk seluruh umat manusia, darimana pun dia berasal. Keberanian Kartini bersikap menjadi contoh bagi perempuan-perempuan lainnya mengambil kesempatan untuk maju dan tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. “Salah satu tantangan terbesar yang ada di depan kaum perempuan sekarang adalah dirinya sendiri. Apakah perempuan mau maju dan berani mengambil kesempatan yang ada, banyak kesempatan yang diberikan, hanya tinggal kita, kaum perempuan mau memanfaatkan kesempatan itu atau tidak,” ujar Ibu Hj. Indah Putri. Dilihat dari sosoknya, Ibu Indah masih muda dan enerjik. Dengan memanfaatkan kesempatan yang ada, Ibu Indah sukses dalam karirnya. Ibu muda ini sekarang menjadi Wakil Bupati Kabupaten Luwu Utara. Masyarakat Indonesia setiap tahun memperingati Hari Kartini yang jatuh pada tanggal 21 April. Kartini dikenal sebagai tokoh perempuan yang meletakan dasar pemikiran baru untuk kaum perempuan Indonesia. Memaknai hari Kartini bukan hanya seremonial yang biasa dilakukan sebagian masyarakat

namun yang lebih penting adalah bagaimana semangat emansipasi dan kebangkitan perempuan yang diperjuangkan kartini bisa diwujudkan dalam tindakan dan perbuatan nyata bagi masyarakat. Budaya patriarki yang masih kuat terjadi di masyarakat kita tentu berimplikasi terhadap berkurangnya aktivitas perempuan dalam kegiatan masyarakat. Namun seiring perkembangan waktu, peluang dan kesempatan bagi perempuan Indonesia di era reformasi dan globalisasi untuk ikut berpartisipasi dalam pembangunan semakin terbuka. Saat ini, sudah banyak perempuan Indonesia yang sukses diberbagai bidang termasuk pengabdian untuk masyarakat lewat berbagi insiatif dan kegiatan serta menduduki posisi penting di pemerintahan. Berbagai dinamika diatas diangkat oleh BaKTI bekerjasama dengan Harian Fajar dalam acara diskusi Inspirasi BaKTI bulan April 2012 dengan tema “Saya Perempuan, Saya Bisa!”. Acara ini mengangkat kiprah nyata perempuan dalam pembangunan. Dua orang pembicara yang hadir dalam diskusi ini adalah Hj. D a r m i n a D a r a b a , P i m p i n a n Pu s a t K e g i a t a n B e l a j a r Masyarakat/PKBM Gowa dan Hj. Indah Putri Indriani (Wakil Bupati Luwu Utara). Inspirasi BaKTI diadakan sekali setiap bulan dan dihadiri oleh pemerintah daerah, akademisi, LSM, mitra pembangunan internasional dan masyarakat umum lainnya. Event ini diadakan setiap bulan dan dihadiri oleh pemerintah daerah, akademisi, LSM, mitra pembangunan internasional dan masyarakat umum lainnya. Para peserta diskusi diberikan ruang untuk memaparkan program, promosi program, membahas kendala-kendala yang terjadi, saling memberi masukan, bertukar pengetahuan dan membuat kesepakatan bersama demi pembangunan didaerahnya pada khususnya dan Kawasan Timur Indonesia pada umumnya. Kesempatan yang terbuka juga diambil dengan baik oleh Ibu Hj. Darmina Daraba. Dengan pengalamannya mengajar sebagai guru puluhan tahun, Ibu Darmina sedih melihat keadaan sekelilingnya. Ia melihat banyak perempuan umur belasan tahun

yang sudah menikah muda. Pada akhirnya ada yang cerai atau hidup dalam kemiskinan karena tidak bisa membaca dan menulis. Pengalaman masa lalu Ibu Darmina yang menikah muda, membuat dirinya tidak mau perempuan-perempuan lain memiliki nasib yang sama. Hal inilah yang mendorong Ibu Darmina pensiun awal dari karirnya sebagai guru dan mendirikan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Sandyka untuk memerangi buta aksara yang sebagian besar dialami wanita usia dewasa di Gowa, Sulawesi Selatan. Awalnya tak mudah untuk mengajak mereka belajar, mantan guru inpres selama 30 tahun ini kemudian membuat acara demo masak yang diselipi pelajaran membaca dan menulis tanpa pungutan biaya. Bahkan ia berani menggadaikan SK kepegawaiannya untuk modal mendirikan pusat kegiatan ini. “Semua pekerjaan itu ada tantangannya. Tapi di mana ada kemauan di situ ada jalan. Sebagai seorang perempuan, kita tidak usah berkeluh kesah, kalau ada kemauan kita jangan cepat menyerah,” sambung ibu yang ahli membuat abon telur ini. Ibu Darmina sering mengumpulkan ibu-ibu di sekitar tempat tinggalnya dan berdiskusi untuk membuat kegiatan bersama. Sampai akhirnya PKBM Sandyka berdiri, Ibu Darmina sudah mengetahui apa kebutuhan ibu-ibu tersebut, sehingga tidak sulit untuk mengajak ibu-ibu yang masih buat aksara utuk ikut dalam kegiatan yang diadakan di PKBM. Ibu Indah menyambung hal tersebut dengan melihat bahwa tantangan di setiap jaman memang berbeda. Tantangan yang terbesar untuk kaum perempuan saat ini a d a l a h b a g a i m a n a p e r e m p u a n b i s a m e n u n j u k k a n kapasitasnya. Sama seper ti Kar tini di suratnya yang menginginkan sesuatu bukan diatas angan-angan. Kartini hanya menginginkan anak-anak perempuan diberikan

�Kita dapat menjadi manusia sepenuhnya, tanpa berhenti menjadi wanita sepenuhnya�

OLEH STEVENT FEBRIANDY

INSPIRASI BaKTI

INFORMASI LEBIH LANJUT FOR MORE INFORMATION

Jika Anda mengetahui upaya-upaya yang inspiratif untuk diangkat dalam Inspirasi BaKTI, atau jika ingin mengetahui topik-topik yang sebelumnya dipilih menjadi Inspirasi BaKTI, Anda dapat mengirim email kepada kami melalui [email protected]

kesempatan untuk belajar membaca. Karena dengan belajar membaca dia akan menjalankan kewajibannya untuk mendidik anak-anak, karena perempuan adalah sekolah pertama untuk anak-anak baik itu laki-laki atau perempuan yang menjadi calon penerus masa depan. “Yang penting bagaimana perempuan bisa membawa dirinya menjadi agen perubahan sosial di masyarakat, apalagi barrier sosial budaya relatif sudah mulai bergeser,” sambungnya. Kedua narasumber sepakat bahwa tantangan terbesar pada jaman sekarang adalah dari perempuannya sendiri. Banyak perempuan yang sudah merasa nyaman dan tidak mau keluar dari zona tersebut. Hirarki budaya bukanlah menjadi suatu penghalang lagi. Yang penting bagaimana perempuan mengambil kesempatan yang ada. Apabila perempuan ingin maju dan membuat perubahan, maka perempuan harus mengambil resiko. Apa yang dilakukan oleh Ibu Darmina dan Ibu Indah adalah mengambil resiko dalam bidang yang mereka pilih. “Struktur budaya itu relatif sudah bergeser dan memberikan ruang , bukan lagi melihat apakah dia perempuan atau pria tapi sejauh mana kapasitas seseorang bisa diperlihatkan dan dipertanggungjawabkan dan bisa memberikan keyakinan kepada masyarakat” kata Ibu Indah menutup penjelasannya.

Saya Perempuan, Saya Bisa !

Hj. Indah Putri Indriani, Wakil Bupati Luwu Utara (kiri) dan Hj. Darmina Daraba, Pimpinan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat/PKBM Gowa (kanan)

Page 16: BaKTI News Edisi 76

1615 April - Mei 2012News Volume V - edisi 76 April - Mei 2012News Volume V - edisi 76

nisiatif dari komunitas lokal sangat dibutuhkan Idalam menangani persoalan sampah agar masyarakat tidak tergantung dengan program-

program pemerintah. Untuk dapat menumbuhkan inisiatif komunitas lokal sangat diperlukan pengetahuan bagaimana memfasilitasi diri sendiri dan masyarakat agar mampu menjawab semua persoalan yang terjadi di masyarakat. Memperkenalk an konsep pengelolaan sampah berbasis prakarsa komunitas, kami awali dengan membangun per temanan dengan komunitas di kelurahan Bunaken. Kami mendekati tokoh-tokoh masyarakat dan tokoh-tokoh agama, pengusaha lokal, bahkan pengusaha wisata di pulau Bunaken. Dalam setiap perjumpaan kami dengan mereka, konsep ini selalu kami ajukan dan kami pun menerima banyak masukan dari mereka.

Ketertarikan atas konsep ini juga d i tunjukk an o leh instans i -instansi terkait pengelolaan s a m p a h , s e p e r t i B a d a n Lingkungan Hidup (BLH) dan D i n a s P a r i w i s a t a . K a m i m e n g u m p u l k a n d a t a - d a t a t e r k a i t , s e p e r t i k e b i a s a a n m e m b u a n g s a m p a h , j e n i s sampah, dan informasi lainnya untuk memudahkan proses introduksi pengelolaan sampah berbasis prakarsa komunitas. Untuk memunculkan inisiatif p e n g e l o l a a n s a m p a h d a r i masyarakat, peran fasilitator lokal sangat dibutuhkan. Selain itu, i n i s i a t i f i n i j u g a s a n g a t membutuhkan dukungan dari tokoh-tokoh kunci di masyarakat. Dalam kegiatan memperkenalk an inis iat i f ini , te lah teridentifikasi delapanbelas tokoh kunci dari enam Lingkungan di Kelurahan Bunaken yang menyatakan siap menjadi fasilitator masyarakat. Langkah selanjutnya setelah berhasil mengidentifikasi tokoh kunci adalah mengadakan pembekalan bagi para calon fasilitator masyarakat. Pembekalan ini bertujuan untuk menambah pengetahuan dalam mengelola sampah, khususnya sampah anorganik. Pelatihan diutamakan untuk meningkatkan kesadaran kritis masyarakat khususnya tentang pengelolaan sampah. Setelah mengikuti pelatihan ini, masyarakat kemudian menyusun sebuah rencana aksi mengatasi masalah sampah di Bunaken. Beberapa hal lain yang juga mutlak dimiliki oleh seorang fasilitator masyarakat adalah kemampuan mengorganisir sebuah aksi, pemahaman akan konteks lokal yang kuat, dan kemampuan berkolaborasi dan mengembangkan jaraingan. Sejalan dengan itu, hal-hal penting untuk meningkatkan kapasitas masyarakat dalam mengelola masalah sampah juga diperlukan. Pengetahuan mengenai teknik pengelolaan sampah, pengumpulan sampah di darat dan di laut, pemilahan sampah di rumah maupun di tempat pengumpulan smpah, penjualan hasil pemilahan sampah, dan pengetahuan pengelolaan sampah organik secara konvensional. Dalam pembekalan yang diadakan pertengahan April lalu, dua narasumber yang memberi materi berasal dari BLH Provinsi Sulawesi Utara dan the grEEn foundation Sulut. Materi yang dipaparkan dalam pembekalan tersebut antara lain kebijakan pengelolaan lingkungan hidup di Kawasan Taman Nasional Bunaken dan Mekanisme Kolaborasi Pengelolaan Sampah berbasis Prakarsa Komunitas Lokal di Pulau Bunaken. Pembekalan fasilitator masyarakat diikuti oleh duapuluh calon fasilitator masyarakat. Selepas pembekalan, fasilitator masyarakat menyusun sebuah rencana aksi dari setiap Lingkungan. Hal ini dimaksudkan agar partisipasi masyarakat bisa optimal dalam mengelola sampah secara swadaya. Setelah setiap Lingkungan selesai menyusun rencana aksi, maka setiap rencana aksi dapat digabungkan menjadi sebuah Rencana Aksi Kelurahan Bunaken yang menjadi pedoman dalam pelaksanaan pengelolaan sampah berbasis prakarsa masyarakat. Pelaksanaan pengelolaan sampah berbasis prakarsa masyarakat diharapkan dapat terlaksana sesuai dengan Rencana Aksi yang telah disusun dan disepakati terlebih dahulu oleh masyarakat. Pengelolaan sampah ini kelak akan dipantau langsung oleh masyarakat sendiri agar tetap sejalan dengan Rencana Aksi. Jika dalam pelaksanaannya, hasil pemantauan dapat membantu masyarakat untuk segera mencari jalan keluar dalam mengatasi hambatan yang ada. Sebuah Kelompok Pengelola Sampah yang diberi nama BRITS terbentuk segera usai pembekalan Fasilitator Masyarakat. Kelompok Pengelola Sampah ini bersepakat untuk mendukung program pengelolaan sampah di Kawasan Taman Nasional

· Masyarakat mampu memfasilitasi diri mereka sendiri berdasarkan fakta yang ada agar dapat menyelesaikan persoalan-persoalan yang muncul di masyarakat.

· Penyadaran peningkatan kesadaran kritis, kepekaan dan semangat di tengah masyarakat Kelurahan Bunaken

· Terciptanya organisasi yang kuat di tengah masyarakat Kelurahan Bunaken sebagai tempat untuk partisipasi masyarakat, konsultasi bersama dan pembuatan keputusan bersama untuk menangani masalah sampah.

· Peningkatan kemampuan berjaringan didalam diri masyarakat Kelurahan Bunaken untuk mampu berkoordinasi dan bernegosiasi yang efektif dengan stakeholder terkait (pemerintah, swasta dan LSM).

· Masyarakat mampu mengetahui, mengumpulkan dan memilah jenis sampah sehingga dapat menghasilkan pendapatan buat keluarga.

OLEH MARLON KAMAGI

Bunaken Indah Tanpa SampahKegiatan Mekanisme

Kolaborasi Pengelolaan

Sampah Berbasis

Prakarsa Komunitas Lokal

di Pulau Bunaken difasilitasi

oleh the grEEn foundation

Sulawesi Utara

INFORMASI LEBIH LANJUT FOR MORE INFORMATION

Penulis adalah Presentar the Climate Reality Project Indonesia dan Sekretaris the grEEn foundation Sulut.Penulis dapat dihubungi melalui email pada alamat [email protected]

Bunaken. Selanjutnya The grEEn foundation sebagai Tim Pendamping akan menyusun rencana dan mekanisme pengelolaan sampah berbasis prakarsa komunitas lokal di Pulau Bunaken. Hal yang menggembirakan adalah Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi Utara telah menyatakan akan mendukung sepenuhnya pelaksanaan kegiatan melalui pendanaan yang ditetapkan dalam APBD.

Pengelolaan sampah berbasis prakarsa masyarakat bertujuan untuk menjaga kelestarian lingkungan. Berikut manfaat sampingan yang dapat diperoleh dari masyarakat yang telah mampu mengelola sampah secara swadaya.

LINGKUNGAN

Page 17: BaKTI News Edisi 76

1615 April - Mei 2012News Volume V - edisi 76 April - Mei 2012News Volume V - edisi 76

nisiatif dari komunitas lokal sangat dibutuhkan Idalam menangani persoalan sampah agar masyarakat tidak tergantung dengan program-

program pemerintah. Untuk dapat menumbuhkan inisiatif komunitas lokal sangat diperlukan pengetahuan bagaimana memfasilitasi diri sendiri dan masyarakat agar mampu menjawab semua persoalan yang terjadi di masyarakat. Memperkenalk an konsep pengelolaan sampah berbasis prakarsa komunitas, kami awali dengan membangun per temanan dengan komunitas di kelurahan Bunaken. Kami mendekati tokoh-tokoh masyarakat dan tokoh-tokoh agama, pengusaha lokal, bahkan pengusaha wisata di pulau Bunaken. Dalam setiap perjumpaan kami dengan mereka, konsep ini selalu kami ajukan dan kami pun menerima banyak masukan dari mereka.

Ketertarikan atas konsep ini juga d i tunjukk an o leh instans i -instansi terkait pengelolaan s a m p a h , s e p e r t i B a d a n Lingkungan Hidup (BLH) dan D i n a s P a r i w i s a t a . K a m i m e n g u m p u l k a n d a t a - d a t a t e r k a i t , s e p e r t i k e b i a s a a n m e m b u a n g s a m p a h , j e n i s sampah, dan informasi lainnya untuk memudahkan proses introduksi pengelolaan sampah berbasis prakarsa komunitas. Untuk memunculkan inisiatif p e n g e l o l a a n s a m p a h d a r i masyarakat, peran fasilitator lokal sangat dibutuhkan. Selain itu, i n i s i a t i f i n i j u g a s a n g a t membutuhkan dukungan dari tokoh-tokoh kunci di masyarakat. Dalam kegiatan memperkenalk an inis iat i f ini , te lah teridentifikasi delapanbelas tokoh kunci dari enam Lingkungan di Kelurahan Bunaken yang menyatakan siap menjadi fasilitator masyarakat. Langkah selanjutnya setelah berhasil mengidentifikasi tokoh kunci adalah mengadakan pembekalan bagi para calon fasilitator masyarakat. Pembekalan ini bertujuan untuk menambah pengetahuan dalam mengelola sampah, khususnya sampah anorganik. Pelatihan diutamakan untuk meningkatkan kesadaran kritis masyarakat khususnya tentang pengelolaan sampah. Setelah mengikuti pelatihan ini, masyarakat kemudian menyusun sebuah rencana aksi mengatasi masalah sampah di Bunaken. Beberapa hal lain yang juga mutlak dimiliki oleh seorang fasilitator masyarakat adalah kemampuan mengorganisir sebuah aksi, pemahaman akan konteks lokal yang kuat, dan kemampuan berkolaborasi dan mengembangkan jaraingan. Sejalan dengan itu, hal-hal penting untuk meningkatkan kapasitas masyarakat dalam mengelola masalah sampah juga diperlukan. Pengetahuan mengenai teknik pengelolaan sampah, pengumpulan sampah di darat dan di laut, pemilahan sampah di rumah maupun di tempat pengumpulan smpah, penjualan hasil pemilahan sampah, dan pengetahuan pengelolaan sampah organik secara konvensional. Dalam pembekalan yang diadakan pertengahan April lalu, dua narasumber yang memberi materi berasal dari BLH Provinsi Sulawesi Utara dan the grEEn foundation Sulut. Materi yang dipaparkan dalam pembekalan tersebut antara lain kebijakan pengelolaan lingkungan hidup di Kawasan Taman Nasional Bunaken dan Mekanisme Kolaborasi Pengelolaan Sampah berbasis Prakarsa Komunitas Lokal di Pulau Bunaken. Pembekalan fasilitator masyarakat diikuti oleh duapuluh calon fasilitator masyarakat. Selepas pembekalan, fasilitator masyarakat menyusun sebuah rencana aksi dari setiap Lingkungan. Hal ini dimaksudkan agar partisipasi masyarakat bisa optimal dalam mengelola sampah secara swadaya. Setelah setiap Lingkungan selesai menyusun rencana aksi, maka setiap rencana aksi dapat digabungkan menjadi sebuah Rencana Aksi Kelurahan Bunaken yang menjadi pedoman dalam pelaksanaan pengelolaan sampah berbasis prakarsa masyarakat. Pelaksanaan pengelolaan sampah berbasis prakarsa masyarakat diharapkan dapat terlaksana sesuai dengan Rencana Aksi yang telah disusun dan disepakati terlebih dahulu oleh masyarakat. Pengelolaan sampah ini kelak akan dipantau langsung oleh masyarakat sendiri agar tetap sejalan dengan Rencana Aksi. Jika dalam pelaksanaannya, hasil pemantauan dapat membantu masyarakat untuk segera mencari jalan keluar dalam mengatasi hambatan yang ada. Sebuah Kelompok Pengelola Sampah yang diberi nama BRITS terbentuk segera usai pembekalan Fasilitator Masyarakat. Kelompok Pengelola Sampah ini bersepakat untuk mendukung program pengelolaan sampah di Kawasan Taman Nasional

· Masyarakat mampu memfasilitasi diri mereka sendiri berdasarkan fakta yang ada agar dapat menyelesaikan persoalan-persoalan yang muncul di masyarakat.

· Penyadaran peningkatan kesadaran kritis, kepekaan dan semangat di tengah masyarakat Kelurahan Bunaken

· Terciptanya organisasi yang kuat di tengah masyarakat Kelurahan Bunaken sebagai tempat untuk partisipasi masyarakat, konsultasi bersama dan pembuatan keputusan bersama untuk menangani masalah sampah.

· Peningkatan kemampuan berjaringan didalam diri masyarakat Kelurahan Bunaken untuk mampu berkoordinasi dan bernegosiasi yang efektif dengan stakeholder terkait (pemerintah, swasta dan LSM).

· Masyarakat mampu mengetahui, mengumpulkan dan memilah jenis sampah sehingga dapat menghasilkan pendapatan buat keluarga.

OLEH MARLON KAMAGI

Bunaken Indah Tanpa SampahKegiatan Mekanisme

Kolaborasi Pengelolaan

Sampah Berbasis

Prakarsa Komunitas Lokal

di Pulau Bunaken difasilitasi

oleh the grEEn foundation

Sulawesi Utara

INFORMASI LEBIH LANJUT FOR MORE INFORMATION

Penulis adalah Presentar the Climate Reality Project Indonesia dan Sekretaris the grEEn foundation Sulut.Penulis dapat dihubungi melalui email pada alamat [email protected]

Bunaken. Selanjutnya The grEEn foundation sebagai Tim Pendamping akan menyusun rencana dan mekanisme pengelolaan sampah berbasis prakarsa komunitas lokal di Pulau Bunaken. Hal yang menggembirakan adalah Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi Utara telah menyatakan akan mendukung sepenuhnya pelaksanaan kegiatan melalui pendanaan yang ditetapkan dalam APBD.

· Peningkatan kemampuan berjaringan didalam diri masyarakat Kelurahan Bunaken untuk

·

·

·

·

Pengelolaan sampah berbasis prakarsa masyarakat bertujuan untuk menjaga kelestarian lingkungan. Berikut manfaat sampingan yang dapat diperoleh dari masyarakat yang telah mampu mengelola sampah secara swadaya.

LINGKUNGAN

Page 18: BaKTI News Edisi 76

1817 April - Mei 2012News Volume V - edisi 76 April - Mei 2012News Volume V - edisi 76

uluhan hiu dibantai nelayan ilegal di kawasan konservasi untuk konsumsi sirip hiu. Diperkirakan pembantaian ilegal ikan hiu ini bernilai lebih dari 1,5 miliar rupiah.Conservation International (CI) Indonesia menyayangkan lolosnya 33 nelayan yang menangkap hiu secara ilegal di kawasan konservasi hiu di Raja Ampat, Papua Barat. Para nelayan tersebut sempat ditahan oleh patroli

gabungan masyarakat adat Kampung Salyo dan Selpele serta Pos Angkatan Laut Waisai pada hari Senin 30 April di perairan Raja Ampat. CI adalah lembaga konservasi non pemerintah yang didirikan pada 1987 bermarkas besar di Washington DC dan mempekerjakan 900 orang yang bekerja di 30 negara di empat benua, serta bekerja dengan lebih dari 1.000 mitra di seluruh dunia. Sebagaimana disampaikan oleh CI melalui rilisnya kepada tabloidjubi.com, tim patroli telah menyita barang bukti sirip hiu, bangkai ikan hiu, pari manta, dan teripang yang diperkirakan bernilai Rp. 1,5 miliar. Semua hasil tangkapan nelayan dan dokumen kapal disita dan nelayan diperintahkan untuk mengikuti kapal patroli ke pelabuhan Waisai. Sayangnya, mereka melarikan diri dan masih dalam pengejaran. Direktur Eksekutif Conservation International Indonesia Ketut Sarjana Putra menyatakan keprihatinannya atas kejadian ini. Penangkapan ikan secara ilegal di Kawasan Konservasi Hiu Raja Ampat merupakan kejadian yang sangat kami sesalkan. Tindakan ilegal para nelayan itu dapat merusak proses peremajaan hiu di kawasan konservasi perairan Raja Ampat. Hal ini jelas merugikan masyarakat lokal karena mengurangi ketersediaan ikan hiu yang bernilai ekonomi tinggi bagi mereka,” ungkapnya. Pasca kejadian tersebut, pemerintah telah mengirimkan bantuan patroli serta menempatkan polisi perairan dan pos Angkatan Laut di sekitar Pulau Sayang, Kabupaten Raja Ampat. Pemerintah juga menempatkan polisi perairan di Pulau Wayag sejak tanggal 4 Mei 2012. ”Kami sangat menghargai upaya pemerintah yang dengan cepat membantu mengirimkan aparat penegak hukum. Kami juga berharap agar kapal pelanggar dapat dikejar dan pelakunya ditangkap serta diproses secara hukum,” papar Ketut.

INFORMASI LEBIH LANJUT FOR MORE INFORMATION

Disarikan dari artikel Tabloid Jubi yang diposting pada 7 Mei 2012 dan juga dapat dibaca secara online pada link berikut : http://tabloidjubi.com/modules-menu/seputar-tanah-papua/18151-pembantaian-hiu-di-raja-ampat-senilai-1-5-miliar-rupiah

Penulis adalah Pemimpin Redaksi Tabloid Jubi dan dapat dihubungi melalui email pada alamat [email protected]

Aktivitas ilegal kapal penangkap ikan terjadi si sekitar Pulau Sayang dan Pulau Piai yang terdapat di dalam Kawasan Konservasi Perairan Waigeo Barat, Kabupaten Raja Ampat. Berdasarkan adat, kawasan ini dimiliki secara turun temurun oleh suku Kawe. Sejak empat tahun lalu suku Kawe secara adat telah menyatakan area seluas 155.000 hektar di Wayag dan Sayang tertutup untuk kegiatan penangkapan ikan. Penutupan dilakukan untuk membangun bank ikan bagi perairan sekitar yang merupakan sumber mata pencarian bagi masyarakat untuk menangkap ikan. Kawasan tertutup ini dijaga secara rutin selama 24 jam secara bergantian oleh anggota masyarakat ada Kawe. Sekretaris Daerah Raja Ampat, Ferdinand Dimara turut menyatakan keprihatinannya, ”Aktivitas nelayan ilegal di Pulau Sayang jelas melanggar peraturan kawasan konservasi yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Kabuapten Raja Ampat dan Pemerintah Nasional. Usaha masyarakat Kawe dalam menjaga sumber daya lautnya sangat terpuji dan kita perlu mendukung usaha mereka dalam menjaga perairan untuk masa depan mereka”, tegasnya. Tokoh Adat dan Masyarakat Raja Ampat Hengky Gaman mengecam kejadian tersebut dan mmeinta pemerintah melakukan tindakan tegas, ”Pemerintah harus memberikan hukuman berat kepada nelayan ilegal karena mereka telah melakukan pencurian di wilayah yang selama ini kami lindungi. Nelayan ilegal tersebut harus membayar denda adat kepada orang Kawe sebagai pemilik hak adat atas wilayah Pulau Sayang”, serunya. Dari tujuh kapal yang digunakan nelayan, satu kapal berasal dari Buton, dua kapal berasal dari Sorong, dan empat kapal berasal dari Kampung Yoi Halmahera. Tidak satu pun nelayan berasal dari Raja Ampat. Conservation International (CI) bekerja di wilayah seluas 183.000 kilometer persegi di Kepala Burung, papua dengan tujuan merancang wilayah tersebut menjadi sumber mata pencarian bagi masyarakat setempat yang sangat bergantung pada laut. ”CI membantu memperkuat ketahanan pangan masyarakat setempat serta menjadikan wilayah ini sebagai tujuan wisata kelas dunia dan sebagai pilar pembangunan ekonomi kreatif di Indonesia”, pungkas Ketut.

Hiu memainkan peran penting dalam dunia perikanan dan kesehatan ekosistem. Hiu yang hidup di alam aslinya dapat emnghasilkan pendapatan pariwisata yang besar. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Australian Institute of Marine Science pada tahun 2010 di Palau, seekor hiu karang idperkirakan memiliki nilai ekonomis tahunan Rp. 1,6 miliardan nilai seumur hidup sebesar Rp. 17,5 miliar untuk industri pariwisata. Kawasan Raja Ampat memiliki potensi pariwisata hiu sebesar Rp. 165 miliar per tahun dan mneyumbang pendapatan daerah sebesar Rp. 2,5 miliar per tahun dari sektor pariwisata. Indonesia adalah negara yang memiliki jumlah jenis hiu terbesar di dunia namun ironisnya populasi hiu terus menurun. Di masa lalu perburuan sirip hiu lazim dilakukan di Raja Ampat, terutama oleh nelayan yang berasal dari luar Raja Ampat. Mereka tertarik datang berburu ke Raja ampat, yang pada tahun 90an dianggap sebagai salah satu daerah terakhir di Indonesia yang memiliki populasi hiu yang sehat. Populasi hiu pun kemudian menurun akibat pengambilan ikan secara besar-besaran. Selama lima tahun terakhir, dengan pembentukan jaringan Kawasan Konservasi Perairan dan pembentukan Kawasan Konservasi Hiu di Raja Ampat, mulai terlihat tanda-tenda pemulihan populasi hiu. Kejadian pembantaian hiu ini menandai suatu kemunduran dalam proses pemulihan populasi hiu di Kawasan Konservasi Perairan Kawe dan Raja Ampat secara keseluruhan. Walaupun demikian, reaksi cepat dari masyarakat dan pemerintah daerah menunjukkan komitmen mereka untuk menegakkan peraturan Kawasan Konservasi Perairan dan Kawasan Konservasi Hiu.

OLEH VICTOR MAMBOR

PEMBANTAIAN HIU DI RAJA AMPAT

SENILAI 1,5 MILIAR RUPIAH

LINGKUNGAN

P

Page 19: BaKTI News Edisi 76

1817 April - Mei 2012News Volume V - edisi 76 April - Mei 2012News Volume V - edisi 76

uluhan hiu dibantai nelayan ilegal di kawasan konservasi untuk konsumsi sirip hiu. Diperkirakan pembantaian ilegal ikan hiu ini bernilai lebih dari 1,5 miliar rupiah.Conservation International (CI) Indonesia menyayangkan lolosnya 33 nelayan yang menangkap hiu secara ilegal di kawasan konservasi hiu di Raja Ampat, Papua Barat. Para nelayan tersebut sempat ditahan oleh patroli

gabungan masyarakat adat Kampung Salyo dan Selpele serta Pos Angkatan Laut Waisai pada hari Senin 30 April di perairan Raja Ampat. CI adalah lembaga konservasi non pemerintah yang didirikan pada 1987 bermarkas besar di Washington DC dan mempekerjakan 900 orang yang bekerja di 30 negara di empat benua, serta bekerja dengan lebih dari 1.000 mitra di seluruh dunia. Sebagaimana disampaikan oleh CI melalui rilisnya kepada tabloidjubi.com, tim patroli telah menyita barang bukti sirip hiu, bangkai ikan hiu, pari manta, dan teripang yang diperkirakan bernilai Rp. 1,5 miliar. Semua hasil tangkapan nelayan dan dokumen kapal disita dan nelayan diperintahkan untuk mengikuti kapal patroli ke pelabuhan Waisai. Sayangnya, mereka melarikan diri dan masih dalam pengejaran. Direktur Eksekutif Conservation International Indonesia Ketut Sarjana Putra menyatakan keprihatinannya atas kejadian ini. Penangkapan ikan secara ilegal di Kawasan Konservasi Hiu Raja Ampat merupakan kejadian yang sangat kami sesalkan. Tindakan ilegal para nelayan itu dapat merusak proses peremajaan hiu di kawasan konservasi perairan Raja Ampat. Hal ini jelas merugikan masyarakat lokal karena mengurangi ketersediaan ikan hiu yang bernilai ekonomi tinggi bagi mereka,” ungkapnya. Pasca kejadian tersebut, pemerintah telah mengirimkan bantuan patroli serta menempatkan polisi perairan dan pos Angkatan Laut di sekitar Pulau Sayang, Kabupaten Raja Ampat. Pemerintah juga menempatkan polisi perairan di Pulau Wayag sejak tanggal 4 Mei 2012. ”Kami sangat menghargai upaya pemerintah yang dengan cepat membantu mengirimkan aparat penegak hukum. Kami juga berharap agar kapal pelanggar dapat dikejar dan pelakunya ditangkap serta diproses secara hukum,” papar Ketut.

INFORMASI LEBIH LANJUT FOR MORE INFORMATION

Disarikan dari artikel Tabloid Jubi yang diposting pada 7 Mei 2012 dan juga dapat dibaca secara online pada link berikut : http://tabloidjubi.com/modules-menu/seputar-tanah-papua/18151-pembantaian-hiu-di-raja-ampat-senilai-1-5-miliar-rupiah

Penulis adalah Pemimpin Redaksi Tabloid Jubi dan dapat dihubungi melalui email pada alamat [email protected]

Aktivitas ilegal kapal penangkap ikan terjadi si sekitar Pulau Sayang dan Pulau Piai yang terdapat di dalam Kawasan Konservasi Perairan Waigeo Barat, Kabupaten Raja Ampat. Berdasarkan adat, kawasan ini dimiliki secara turun temurun oleh suku Kawe. Sejak empat tahun lalu suku Kawe secara adat telah menyatakan area seluas 155.000 hektar di Wayag dan Sayang tertutup untuk kegiatan penangkapan ikan. Penutupan dilakukan untuk membangun bank ikan bagi perairan sekitar yang merupakan sumber mata pencarian bagi masyarakat untuk menangkap ikan. Kawasan tertutup ini dijaga secara rutin selama 24 jam secara bergantian oleh anggota masyarakat ada Kawe. Sekretaris Daerah Raja Ampat, Ferdinand Dimara turut menyatakan keprihatinannya, ”Aktivitas nelayan ilegal di Pulau Sayang jelas melanggar peraturan kawasan konservasi yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Kabuapten Raja Ampat dan Pemerintah Nasional. Usaha masyarakat Kawe dalam menjaga sumber daya lautnya sangat terpuji dan kita perlu mendukung usaha mereka dalam menjaga perairan untuk masa depan mereka”, tegasnya. Tokoh Adat dan Masyarakat Raja Ampat Hengky Gaman mengecam kejadian tersebut dan mmeinta pemerintah melakukan tindakan tegas, ”Pemerintah harus memberikan hukuman berat kepada nelayan ilegal karena mereka telah melakukan pencurian di wilayah yang selama ini kami lindungi. Nelayan ilegal tersebut harus membayar denda adat kepada orang Kawe sebagai pemilik hak adat atas wilayah Pulau Sayang”, serunya. Dari tujuh kapal yang digunakan nelayan, satu kapal berasal dari Buton, dua kapal berasal dari Sorong, dan empat kapal berasal dari Kampung Yoi Halmahera. Tidak satu pun nelayan berasal dari Raja Ampat. Conservation International (CI) bekerja di wilayah seluas 183.000 kilometer persegi di Kepala Burung, papua dengan tujuan merancang wilayah tersebut menjadi sumber mata pencarian bagi masyarakat setempat yang sangat bergantung pada laut. ”CI membantu memperkuat ketahanan pangan masyarakat setempat serta menjadikan wilayah ini sebagai tujuan wisata kelas dunia dan sebagai pilar pembangunan ekonomi kreatif di Indonesia”, pungkas Ketut.

Hiu memainkan peran penting dalam dunia perikanan dan kesehatan ekosistem. Hiu yang hidup di alam aslinya dapat emnghasilkan pendapatan pariwisata yang besar. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Australian Institute of Marine Science pada tahun 2010 di Palau, seekor hiu karang idperkirakan memiliki nilai ekonomis tahunan Rp. 1,6 miliardan nilai seumur hidup sebesar Rp. 17,5 miliar untuk industri pariwisata. Kawasan Raja Ampat memiliki potensi pariwisata hiu sebesar Rp. 165 miliar per tahun dan mneyumbang pendapatan daerah sebesar Rp. 2,5 miliar per tahun dari sektor pariwisata. Indonesia adalah negara yang memiliki jumlah jenis hiu terbesar di dunia namun ironisnya populasi hiu terus menurun. Di masa lalu perburuan sirip hiu lazim dilakukan di Raja Ampat, terutama oleh nelayan yang berasal dari luar Raja Ampat. Mereka tertarik datang berburu ke Raja ampat, yang pada tahun 90an dianggap sebagai salah satu daerah terakhir di Indonesia yang memiliki populasi hiu yang sehat. Populasi hiu pun kemudian menurun akibat pengambilan ikan secara besar-besaran. Selama lima tahun terakhir, dengan pembentukan jaringan Kawasan Konservasi Perairan dan pembentukan Kawasan Konservasi Hiu di Raja Ampat, mulai terlihat tanda-tenda pemulihan populasi hiu. Kejadian pembantaian hiu ini menandai suatu kemunduran dalam proses pemulihan populasi hiu di Kawasan Konservasi Perairan Kawe dan Raja Ampat secara keseluruhan. Walaupun demikian, reaksi cepat dari masyarakat dan pemerintah daerah menunjukkan komitmen mereka untuk menegakkan peraturan Kawasan Konservasi Perairan dan Kawasan Konservasi Hiu.

OLEH VICTOR MAMBOR

PEMBANTAIAN HIU DI RAJA AMPAT

SENILAI 1,5 MILIAR RUPIAH

LINGKUNGAN

P

Page 20: BaKTI News Edisi 76

Hingga saat ini, berita tentang kasus narkoba tidak pernah absen di berbagai media. Mulai dari penangkapan pengedar narkoba kelas teri yang

melibatkan pengguna narkoba dengan setengah gram shabu shabu, hingga yang kelas kakap dengan barang bukti bernilai milyaran rupiah. Kalau kita perhatikan, maraknya berita narkoba di media ini diawali dengan kejadian “Xenia maut” yang menetapkan Afriyani sebagai orang yang bertanggung jawab atas tewasnya sembilan orang yang terdiri atas balita, perempuan juga laki-laki dewasa. Setelah melalui pemeriksaan ternyata pada saat mengemudikan mobilnya, Afriyani dalam pengaruh narkoba. Hari-hari selanjutnya berbagai tayangan di TV membahas bagaimana pengaruh narkoba terhadap seseorang. Tak kurang mulai dari ahli jiwa, psikolog dan juga praktisi bahkan 'mantan' pengguna narkoba menjadi narasumber, demi menjelaskan kepada khalayak untuk memahami dampak dari penggunaan narkoba itu sendiri. Situasi ini mendatangkan efek yang beragam di masyarakat kita. Ada yang menjadi paham bagaimana situasi yang dihadapi oleh seorang pengguna narkoba dan bagaimana ia berusaha keluar dari ketergantungannya, tetapi tidak sedikit yang semakin mengutuk mereka,

OLEH SHANTI RISKIYANI

News of drug cases is rarely absent from a variety of media, starting from petty drug dealer arrests involving a drug user with half a gram of shabu shabu (crystal methamphetamine), to high profile cases with billions of dollars worth of evidence. The latest intense focus began with the "deadly Xenia" incident perpetrated by the driver, Afriyani, leaving 9 people dead, including a toddler, women and men. A test done on Afriyani showed she was under the influence of drugs. The days that followed saw various shows on TV discussing how the effect of drug use. Psychiatrists, psychologists and 'former' drug users explained to the audience the impact of drug use on users. This situation polarized society. There are those who try to understood the situation faced by drug users and how they try to free themselves from dependency, but more than a few condemned them, as the disaster that befell them was a result of the use of illegal substances. In the middle of a community stamped stigma against drug users, a collection of young people who were victims of drug abuse in Bandung prevailed in the International Homeless Tournament held in Paris. This achievement made them want to prove to the public that not only negative things happen to drug users. They joined the NGO Rumah Cemara, which on February 26, 2012 held a "League of Change". A 'street-soccer' league intended for people with HIV/AIDS, drug users, urban poor and other

ingkungan hidup tampaknya selalu menjadi komoditi dari Lberbagai konsep dan praktik pembangunan. Berbagai sumberdaya alam diperjualbelikan dengan seenaknya

oleh pihak-pihak tertentu tanpa mempertimbangan lagi aspek keseimbangan ekologi dan keadilan ekologi antar generasi. Padahal, sumberdaya alam ini tersedia tidak hanya untuk digunakan oleh generasi sekarang tetapi juga diperlukan oleh generasi-generasi selanjutnya. Walaupun berbagai upaya untuk menyadarkan pentingnya menjaga kelestarian sumberdaya alam, kerusakan lingkungan hidup di Indonesia, juga di Provinsi Nusa Tenggara Timur, kian hari bertambah parah. Bencana alam seperti banjir, longsor, puting beliung dan kekeringan menjadi realitas yang tak terhindarkan, bahkan seolah telah menjadi sebuah rutinitas. Kemerosotan lingkungan hidup saat ini lebih disebabkan pembangunan yang tidak memperhatikan kelangsungan lingkungan hidup dan masa depan generasi manusia yang akan datang. Demikian salah satu poin dari hasil studi pengelolaan sumberdaya alam yang adaptif perubahan iklim yang diselenggarakan oleh Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indoinesia Nusa Tenggara Timur (Walhi NTT) di Kupang, 29-31 Maret 2012. Studi pengelolaan sumberdaya alam yang adaptif perubahan iklim dilakukan pada enam kabupaten di NTT yakni Kabupaten Manggarai Barat, Ende, Sumba Timur, Sumba Tengah, Timor Tengah Utara dan Timor Tengah Selatan. Studi ini menyimpulkan bahwa kondisi lingkungan hidup di keenam kabupaten telah mengalami kemerosotan kualitas dan kuantitas yang signifikan. Hasil studi ini juga memperlihatkan dampak perubahan iklim akibat pemanasan global yang semakin masif dan mengancam kehidupan manusia NTT dan alam lingkungan. Semua hal tersebut diperparah dengan masuknya industri ekstraktif yang tidak mempertimbangkan NTT sebagai deretan pulau-pulau kecil, yang rentan bencana.

Kini ekspansi industri ekstraktif seperti pertambangan semakin masif dilakukan di NTT. Sebaliknya sumberdaya alam yang tersedia masih serba terbatas. Pada kenyataannya telah mengarah pada tindakan merusak dan menghancurkan ekosistem lingkungan hidup dan sumber-sumber kehidupan tanpa sebuah upaya pemulihan ekologi. Julukan NTT sebagai daerah yang tandus, kering kerontang dan tergolong miskin justru seharusnya mencegah eksploitasi sumberdaya alam besar-besaran di daerah ini. Upaya peningkatan PAD dan kesejahteraan masyarakat seyogyanya tidak dengan mengeruk sumberdaya alam yang terbatas. Tampaknya tidak pernah terlintas sebuah kebijakan perlindungan terhadap daerah. Malah sebaliknya, hampir semua program pembangunan justru tidak memperhatikan kelestarian alam dan lingkungan hidup. Kampanye provinsi yang memrogramkan penanaman jagung dan ternak, pariwisata, cendana diiringi dengan 400-an izin pertambangan akan menuai sukses. Ataukah ini hanya seribu julukan bagi NTT,” ujar Direktur Walhi NTT, Herry Naif, saat membuka Acara Meeting Analisa Data, Studi Pengelolaan Sumber daya alam di NTT yang adaptif Perubahan Iklim di NTT. Dalam sambutannya, Herr y mengatak an, s tudi pengelolaan sumber daya alam yang adaptif perubahan iklim sengaja dilakukan untuk melihat sejauh mana pemerintah responsif terhadap perubahan iklim dan bagaimana mengatasi dampak-dampak yang diakibatkan oleh perubahan iklim global. Hasil studi itu juga akan direkomendasikan kepada pemerintah baik propinsi maupun kabupaten di seluruh NTT agar memperhatikan secara serius masalah perubahan iklim ini.

INFORMASI LEBIH LANJUT FOR MORE INFORMATION

Remigius Nong, Staf Walhi NTT dan Herry Naif, Direktur WALHI NTT,Jln. Wolter Mongisidi Kupang NTT, email: [email protected]

Perubahan Iklim Global Ancam NTT

2019 April - Mei 2012News Volume V - edisi 76 April - Mei 2012News Volume V - edisi 76

FORUM KTI WILAYAH

LINGKUNGAN

OLEH REMIGIUS NONG DAN HERRY NAIF

Page 21: BaKTI News Edisi 76

Hingga saat ini, berita tentang kasus narkoba tidak pernah absen di berbagai media. Mulai dari penangkapan pengedar narkoba kelas teri yang

melibatkan pengguna narkoba dengan setengah gram shabu shabu, hingga yang kelas kakap dengan barang bukti bernilai milyaran rupiah. Kalau kita perhatikan, maraknya berita narkoba di media ini diawali dengan kejadian “Xenia maut” yang menetapkan Afriyani sebagai orang yang bertanggung jawab atas tewasnya sembilan orang yang terdiri atas balita, perempuan juga laki-laki dewasa. Setelah melalui pemeriksaan ternyata pada saat mengemudikan mobilnya, Afriyani dalam pengaruh narkoba. Hari-hari selanjutnya berbagai tayangan di TV membahas bagaimana pengaruh narkoba terhadap seseorang. Tak kurang mulai dari ahli jiwa, psikolog dan juga praktisi bahkan 'mantan' pengguna narkoba menjadi narasumber, demi menjelaskan kepada khalayak untuk memahami dampak dari penggunaan narkoba itu sendiri. Situasi ini mendatangkan efek yang beragam di masyarakat kita. Ada yang menjadi paham bagaimana situasi yang dihadapi oleh seorang pengguna narkoba dan bagaimana ia berusaha keluar dari ketergantungannya, tetapi tidak sedikit yang semakin mengutuk mereka,

OLEH SHANTI RISKIYANI

News of drug cases is rarely absent from a variety of media, starting from petty drug dealer arrests involving a drug user with half a gram of shabu shabu (crystal methamphetamine), to high profile cases with billions of dollars worth of evidence. The latest intense focus began with the "deadly Xenia" incident perpetrated by the driver, Afriyani, leaving 9 people dead, including a toddler, women and men. A test done on Afriyani showed she was under the influence of drugs. The days that followed saw various shows on TV discussing how the effect of drug use. Psychiatrists, psychologists and 'former' drug users explained to the audience the impact of drug use on users. This situation polarized society. There are those who try to understood the situation faced by drug users and how they try to free themselves from dependency, but more than a few condemned them, as the disaster that befell them was a result of the use of illegal substances. In the middle of a community stamped stigma against drug users, a collection of young people who were victims of drug abuse in Bandung prevailed in the International Homeless Tournament held in Paris. This achievement made them want to prove to the public that not only negative things happen to drug users. They joined the NGO Rumah Cemara, which on February 26, 2012 held a "League of Change". A 'street-soccer' league intended for people with HIV/AIDS, drug users, urban poor and other

ingkungan hidup tampaknya selalu menjadi komoditi dari Lberbagai konsep dan praktik pembangunan. Berbagai sumberdaya alam diperjualbelikan dengan seenaknya

oleh pihak-pihak tertentu tanpa mempertimbangan lagi aspek keseimbangan ekologi dan keadilan ekologi antar generasi. Padahal, sumberdaya alam ini tersedia tidak hanya untuk digunakan oleh generasi sekarang tetapi juga diperlukan oleh generasi-generasi selanjutnya. Walaupun berbagai upaya untuk menyadarkan pentingnya menjaga kelestarian sumberdaya alam, kerusakan lingkungan hidup di Indonesia, juga di Provinsi Nusa Tenggara Timur, kian hari bertambah parah. Bencana alam seperti banjir, longsor, puting beliung dan kekeringan menjadi realitas yang tak terhindarkan, bahkan seolah telah menjadi sebuah rutinitas. Kemerosotan lingkungan hidup saat ini lebih disebabkan pembangunan yang tidak memperhatikan kelangsungan lingkungan hidup dan masa depan generasi manusia yang akan datang. Demikian salah satu poin dari hasil studi pengelolaan sumberdaya alam yang adaptif perubahan iklim yang diselenggarakan oleh Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indoinesia Nusa Tenggara Timur (Walhi NTT) di Kupang, 29-31 Maret 2012. Studi pengelolaan sumberdaya alam yang adaptif perubahan iklim dilakukan pada enam kabupaten di NTT yakni Kabupaten Manggarai Barat, Ende, Sumba Timur, Sumba Tengah, Timor Tengah Utara dan Timor Tengah Selatan. Studi ini menyimpulkan bahwa kondisi lingkungan hidup di keenam kabupaten telah mengalami kemerosotan kualitas dan kuantitas yang signifikan. Hasil studi ini juga memperlihatkan dampak perubahan iklim akibat pemanasan global yang semakin masif dan mengancam kehidupan manusia NTT dan alam lingkungan. Semua hal tersebut diperparah dengan masuknya industri ekstraktif yang tidak mempertimbangkan NTT sebagai deretan pulau-pulau kecil, yang rentan bencana.

Kini ekspansi industri ekstraktif seperti pertambangan semakin masif dilakukan di NTT. Sebaliknya sumberdaya alam yang tersedia masih serba terbatas. Pada kenyataannya telah mengarah pada tindakan merusak dan menghancurkan ekosistem lingkungan hidup dan sumber-sumber kehidupan tanpa sebuah upaya pemulihan ekologi. Julukan NTT sebagai daerah yang tandus, kering kerontang dan tergolong miskin justru seharusnya mencegah eksploitasi sumberdaya alam besar-besaran di daerah ini. Upaya peningkatan PAD dan kesejahteraan masyarakat seyogyanya tidak dengan mengeruk sumberdaya alam yang terbatas. Tampaknya tidak pernah terlintas sebuah kebijakan perlindungan terhadap daerah. Malah sebaliknya, hampir semua program pembangunan justru tidak memperhatikan kelestarian alam dan lingkungan hidup. Kampanye provinsi yang memrogramkan penanaman jagung dan ternak, pariwisata, cendana diiringi dengan 400-an izin pertambangan akan menuai sukses. Ataukah ini hanya seribu julukan bagi NTT,” ujar Direktur Walhi NTT, Herry Naif, saat membuka Acara Meeting Analisa Data, Studi Pengelolaan Sumber daya alam di NTT yang adaptif Perubahan Iklim di NTT. Dalam sambutannya, Herr y mengatak an, s tudi pengelolaan sumber daya alam yang adaptif perubahan iklim sengaja dilakukan untuk melihat sejauh mana pemerintah responsif terhadap perubahan iklim dan bagaimana mengatasi dampak-dampak yang diakibatkan oleh perubahan iklim global. Hasil studi itu juga akan direkomendasikan kepada pemerintah baik propinsi maupun kabupaten di seluruh NTT agar memperhatikan secara serius masalah perubahan iklim ini.

INFORMASI LEBIH LANJUT FOR MORE INFORMATION

Remigius Nong, Staf Walhi NTT dan Herry Naif, Direktur WALHI NTT,Jln. Wolter Mongisidi Kupang NTT, email: [email protected]

Perubahan Iklim Global Ancam NTT

2019 April - Mei 2012News Volume V - edisi 76 April - Mei 2012News Volume V - edisi 76

FORUM KTI WILAYAH

LINGKUNGAN

OLEH REMIGIUS NONG DAN HERRY NAIF

Page 22: BaKTI News Edisi 76

21 22 April - Mei 2012News Volume V - edisi 76 April - Mei 2012News Volume V - edisi 76

INFORMASI LEBIH LANJUT FOR MORE INFORMATION

Penulis adalah Direktur Makassar Harm Reduction Community – MhaRC, dapat dihubungi melalui email pada alamat [email protected]

pemain dari duabelas klub yang berpartisipasi terpilih untuk mengikuti seleksi tersebut. Dua diantaranya adalah putra Sulsel dari Tim Pagolo. Semoga liga street soccer seperti ini kelak bisa diselenggarakan di Sulsel. Tidak ada persyaratan tinggi badan ataupun standar berat badan yang mesti dipenuhi. Setiap orang berkesempatan untuk ikut serta dalam liga ini dan berprestasi. Seperti slogan league of change paling fenomenal ini yaitu keadilan sosial bersepakbola bagi seluruh rakyat Indonesia.

soccer league like this will someday be held at the province level. There are no height requirements or weight standards that must be met. Everyone has the opportunity to participate and excel in this league. Like the slogan of the league, the most phenomenal thing is that this is football-based social justice for all Indonesian people.

PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PARTISIPASI PEMBANGUNAN

Pengalaman intervensi program pelatihan vokasional berbasis kompetensi kepada pemuda Maluku

FORUM KTI GENDER & PEMBANGUNAN

abu, 21 maret 2012, dilaksanakan suatu diskusi menarik Rdengan tema: 'Pemberdayaan Perempuan dan Partisipasi Pembangunan'. Pemilihan tema ini merepresentasikan

pemikiran dan konteks perkembangan gender di Maluku, dan dimaksudkan sebagai upaya untuk melihat keterhubungan antara perempuan dan pembangunan, bagaimana perempuan diberdayakan agar terlibat dan mampu berpartisipasi dalam pembangunan. Diskusi ini dihadiri oleh sebagian besar kelompok pemuda dan mahasiswa yang saat ini terlibat aktif dalam dunia aktivis maupun dalam dunia kerja. Diskusi ini dilaksanakan di student center salah satu organisasi kemahasiswaan yang aktivitas kesehariannya konsen dengan berbagai persoalan pembangunan termasuk bagaimana pemberdayaan perempuan. Adapun pembicara dalam diskusi ini Piet Wairissal, seorang aktivis muda yang sehari-harinya aktif sebagai eksekutif direktur pada Lembaga partisipasi pembangunan masyarakat (LPPM), lembaga yang sejak berdirinya konsen pada berbagai persoalan pembangunan di Maluku. Yang menjadikan diskusi ini menarik karena membicarakan tentang pemberdayaan perempuan dan partisipasi pembangunan dari perspektif laki-laki. Muatan diskusi ini tidak disoroti dalam kerangka teori gender yang ideal, namun lebih banyak didekatkan pada kerangka praktis/kegiatan y a n g p e r n a h d i l a k u k a n o l e h L P P M d a l a m r a n g k a mengkampanyekan gender dalam relasi pembangunan di Maluku. Sejumlah konsep dan strategi yang dikembangkan dalam diskusi ini, antara lain: setiap masyarakat memiliki ide dan harapan mengenai karakteristik kemampuan dan perilaku perempuan dan laki-laki; nilai, norma dan stereotype tentang gender tersebut dapat membatasi dan tidak mencerminkan konstribusi sesungguhnya dari perempuan dan laki-laki; setiap orang diberikan kebebasan untuk mencapai potensi tertinggi

mereka di dalam dunia kerja dan kehidupannya; gender equality atau kesetaraan gender adalah sebuah prasyarat bagi pembangunan yang berkelanjutan dan pengurangan kemiskinan; promosi atau kampanye gender bukan bermaksud menjadikan perempuan dan laki-laki sama, melainkan kampanye gender dimaksudkan: agar ada kesempatan dan perlakukan yang sama dan adil untuk perempuan dan laki-laki; agar hal-hak asasi manusia dan hak-hak sebagai pekerja berlaku sama untuk perempuan dan laki-laki; agar ada distribusi yang adil atas tanggung jawab dan kesempatan, pengambilan keputusan dan pendapatan. Kampanye gender yang dilakukan LPPM melahirkan beberapa konsep pemikiran, yakni sebuah ajakan bagi perempuan muda Maluku, untuk keluar dari kungkungan budaya patriarki dan bentuk pelabelan sosial apapun juga. Karena sesungguhnya perempuan mampu bekerja secara mandiri, kompetitif dan professional. Pemikiran kedua adalah budaya patriarki masih cukup kuat mempengaruhi pandangan masyarakat tentang pembagian wilayah kerja berbasis berbasis jenis kelamin, dimana peran dan ruang aktivitas laki-laki dan perempuan dibedakan antara publik-domestik. Ketiga, cerminan kuat budaya patriarki terutama dalam program pemberdayaan perempuan putus sekolah, yang umumnya masih berorientasi pada pelatihan keterampilan kerja dengan spesifikasi tertentu yang diperuntukan bagi laki-laki dan perempuan secara berbeda; Dari diskusi ini ternyata persoalan gender masih menjadi isu hangat yang paling diperdebatkan dalam ruang-ruang diskusi terbatas. Perdebatan ini mengemuka karena selain bias praktek gender juga bias pemahaman gender, sebagian besar masyarakat masih terjebak dengan budaya patriarki. Dari beberapa kegiatan LPPM terkait dengan gender, terdapat tujuh isu pokok dalam kampanye gender, antara lain: kuatnya

OLEH MICHAEL SIAHAYA

karena 'musibah' yang dapat ditimbulkan akibat dari penggunaan zat terlarang itu. Di tengah cap buruk yang diberikan masyarakat terhadap pengguna narkoba, kumpulan anak muda yang pernah menjadi korban penyalahgunaan narkoba di Bandung menorehkan prestasi di International Homeless Tournament yang dilaksanakan di Paris. Prestasi ini membuat mereka ingin membuktikan kepada masyarakat, bahwa tidak selamanya hal-hal negatif selalu menyertai pengguna narkoba. Anak muda ini tergabung dalam LSM Rumah Cemara, yang tanggal 26 Februari 2012 lalu menyelenggarakan "League of Change". Sebuah liga 'street-soccer' yang ditujukan bagi orang-orang dengan HIV dan AIDS, pengguna Napza, penduduk miskin kota, dan orang-orang termarjinal lainnya. Liga Nasional Street Soccer Indonesia ini, merupakan turnamen nasional street soccer pertama di Indonesia yang diikuti oleh dua belas klub dari 8 provinsi dari Jawa, Kalimantan dan Sulawesi. Tujuan dari kegiatan ini adalah menjadikan sepak bola sebagai media sosialisasi, event ini turut melibatkan masyarakat di sekitar lokasi pertandingan. Jangan membayangkan sebuah stadium futsal yang 'mewah', lokasi liga ini berada di bawah jalan layang di tengah pemukiman padat warga kelurahan Taman Sari yang identik dengan wilayah kumuh yang sarat akan pengguna narkoba dan juga preman. Untuk menyaksikan pertandingan, para penonton tidak diharuskan membeli karcis ataupun menempati tempat duduk yang disediakan. Panitia hanya menyediakan dua tenda berisikan seratus kursi, yang sudah dipenuhi oleh para pemain yang menunggu giliran bertanding. Warga masyarakat yang ingin menyaksikan pertandingan disilahkan untuk mencari tempat yang nyaman untuk menonton, beberapa warga yang membawa kursi dari rumah mereka untuk menikmati acara ini. Suasana akrab antar pemain dan juga kekeluargaan dengan warga sekitar tampak mewarnai liga ini. Demikian pula antara masyarakat sekitar dengan para pemain dan juga supporter. Warga Balubur merelakan kamar mandi mereka menjadi WC umum yang diperuntukkan bagi siapa saja yang sedang menikmati acara ini. Keramahan kota Bandung langsung terasa di tempat ini, mulai dari anak-anak, ibu rumah tangga dan juga aparat kelurahannya berbaur dengan seluruh hadirin di tempat ini. League of change ini mengadopsi konsep Homeles Tournament dengan komposisi pemain yang terdiri dari para pengguna narkoba, mantan narapidana, dan juga masyarakat miskin. Setiap tim disyaratkan untuk menyiapkan empat orang ODHA (orang dengan HIV/AIDS), dua orang mantan pengguna dan dua orang miskin (dengan menyertakan surat keterangan tidak mampu). Tak seperti pertandingan sepak bola yang biasa kita saksikan di TV, liga ini menyajikan permainan yang 'bersih' akan kekerasan. Kompetisi tidak lagi menjadi fokus dari tiap pemain, tetapi bagaimana membangun kebersamaan dan juga membuktikan kepada masyarakat, bahwa pengguna narkoba juga bisa berprestasi asal didukung oleh lingkungan mereka. Dalam pertandingan sepak bola, biasanya setiap pemain atau tim akan berusaha mendapatkan sepatu emas. Tidak demikian dengan Juara Pertama pada liga ini, yang mendapatkan trophy terbuat dari barang-barang bekas. Adalah Yana Jimmy Suryana, anak Rumah Cemara yang memiliki ide untuk membuat trophy dari sebuah sepatu bekas yang telah beberapa kali dipakai dan memenangkan pertandingan tingkat nasional, bola bekas lengkap dengan ornamen jarum suntik bekas, diletakkan di atas tripleks yang disanggah sedemikan rupa dengan botol bekas ARV (obat bagi orang dengan HIV). Liga Perubahan ini juga menyajikan pertandingan eksebisi yang pesertanya mulai dari siswa sekolah dasar hingga PNS di lingkungan Dinas Kesehatan Kota Bandung. Pertandingan eksebisi juga diramaikan dengan penampilan dari klub Srikandi Pasundan (komunitas waria) yang bertanding melawan tim dari panitia. Tak kalah dengan pemainnya, para manager juga bergabung dalam sebuah tim dan berhasil mengalahkan tim dari staff Rumah Cemara. Begitu besar pelibatan masyarakat dari kegiatan ini sehingga hampir seluruh event yang ada, diikuti oleh anggota masyarakat di sekitar stadium Koljem. Dengan dukungan dari Biro Bina Napza dan HIV, Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi Sulawesi Selatan dan berbagai pihak, tim Pagolo Sulsel ikut berlaga di ajang League of Change ini. Tim yang beranggotakan sepuluh orang pemain ini berhasil mencetak skor 11-2 atas lawan tanding mereka tim dari Yogyakarta sehingga kondisi ini mengantarkan tim Pagolo menjadi Juara Ketiga pada liga street soccer ini. Kita patut berbangga karena walaupun ini adalah liga pertama yang diikuti oleh tim Pagolo, namun langsung bisa menorehkan prestasi di ajang nasional. Tim Pagolo terbentuk sebagai wadah untuk bersosialisasi dan berinteraksi antara LSM yang bergerak di bidang narkoba dan HIV dengan masyarakat maupun LSM di luar isu yang sama. Sehari-harinya anggota Tim Pagolo bekerja pada pendampingan bagi pecandu narkoba juga membantu ODHA untuk mengakses layanan kesehatan. Selain sebagai ajang refreshing, jadwal latihan tim ini juga menjadi ajang sharing dan koordinasi antar petugas lapangan dari LSM yang berbeda. Liga Nasional ini juga merupakan seleksi pemain untuk diikutsertakan pada seleksi pemain yang akan berlaga pada International Homeless Tournament yang akan diselenggarakan pada September mendatang di Mexico City. Lima belas orang

marginalized people. The Indonesian National Street Soccer League is a national street soccer tournament in Indonesia, including twelve clubs from eight provinces of Java, Kalimantan and Sulawesi. The purpose of this activity is to turn soccer into a medium of socialization so this event also involves the community in the vicinity of the match. But don't imagine a luxurious indoor soccer stadium, the location of this league is under the overpass in the middle of a densely populated urban village of Taman Sari. Residents live in slum conditions and include drug users and thugs. To watch the match, the spectators are not required to purchase a ticket or even to sit in seats. The committee provides two tents containing one hundred seats, which are filled by players who are waiting their turn to compete. Citizens who want to watch are invited to find a comfortable place to watch, some people even bring chairs from their homes to enjoy this event. Each team is required to have four PLWHA (people living with HIV / AIDS), two former drug users and two poor people (as determined by government certificate). Unlike football games that we usually see on TV, this league game is 'clean'- no violence. Competition is no longer the focus of every player, instead it is about building unity and to prove to the public that drug users can succeed, if supported by their environments. In most games, usually the players or teams will try to win the “gold shoes”. But first place in this league means receiving a trophy made out of used goods. Yana Jimmy Suryana, a member of Rumah Cemara had an idea to make the trophy out of an old shoe that has been used several times and won the national game, complete with ornaments including a ball and used syringe, placed on plywood and surrounded by ARV (a drug for people with HIV) bottles. The League of Change also holds exhibition games, with participants from elementary schools and the Bandung City Health Department. Exhibition matches are enlivened by the appearance of the Srikandi P a s u n d a n c l u b f r o m t h e t r a n s g e n d e r community that competes against teams from the committee. Even the managers formed a team and managed to beat a team comprised of Rumah Cemara staff. So great is the involvement of the community in this activity that almost all the events are attended by members of the community around the Koljem stadium. With support from the Bureau of Drugs and HIV, the AIDS Commission of South Sulawesi province and various stakeholders, the South Sulawesi Pagolo team joined the League of Change. The ten player team scored an 11-2 win over their rival team from Yogyakarta which placed Pagolo in third position in this league. We should be proud because even though this is the first league competition for Pagolo, they instantly succeeded in the national arena. The Pagolo team was formed as a forum for socializing and interaction between NGOs working in the field of drugs and HIV, with the public and NGOs not involved in that sector. During the day, Pagolo team members work as drug counselors and also help PLWHA access health services. Aside from being refreshing, the team's training schedule has also become a means of sharing and coordination among the field workers from different NGOs. The National League will also select players to participate in the team which will compete in the International Homeless Tournament to be held in September in Mexico City. Fifteen players from twelve participating clubs will be chosen. Two of them come from Pagolo South Sulawesi. Hopefully a street

Page 23: BaKTI News Edisi 76

21 22 April - Mei 2012News Volume V - edisi 76 April - Mei 2012News Volume V - edisi 76

INFORMASI LEBIH LANJUT FOR MORE INFORMATION

Penulis adalah Direktur Makassar Harm Reduction Community – MhaRC, dapat dihubungi melalui email pada alamat [email protected]

pemain dari duabelas klub yang berpartisipasi terpilih untuk mengikuti seleksi tersebut. Dua diantaranya adalah putra Sulsel dari Tim Pagolo. Semoga liga street soccer seperti ini kelak bisa diselenggarakan di Sulsel. Tidak ada persyaratan tinggi badan ataupun standar berat badan yang mesti dipenuhi. Setiap orang berkesempatan untuk ikut serta dalam liga ini dan berprestasi. Seperti slogan league of change paling fenomenal ini yaitu keadilan sosial bersepakbola bagi seluruh rakyat Indonesia.

soccer league like this will someday be held at the province level. There are no height requirements or weight standards that must be met. Everyone has the opportunity to participate and excel in this league. Like the slogan of the league, the most phenomenal thing is that this is football-based social justice for all Indonesian people.

PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PARTISIPASI PEMBANGUNAN

Pengalaman intervensi program pelatihan vokasional berbasis kompetensi kepada pemuda Maluku

FORUM KTI GENDER & PEMBANGUNAN

abu, 21 maret 2012, dilaksanakan suatu diskusi menarik Rdengan tema: 'Pemberdayaan Perempuan dan Partisipasi Pembangunan'. Pemilihan tema ini merepresentasikan

pemikiran dan konteks perkembangan gender di Maluku, dan dimaksudkan sebagai upaya untuk melihat keterhubungan antara perempuan dan pembangunan, bagaimana perempuan diberdayakan agar terlibat dan mampu berpartisipasi dalam pembangunan. Diskusi ini dihadiri oleh sebagian besar kelompok pemuda dan mahasiswa yang saat ini terlibat aktif dalam dunia aktivis maupun dalam dunia kerja. Diskusi ini dilaksanakan di student center salah satu organisasi kemahasiswaan yang aktivitas kesehariannya konsen dengan berbagai persoalan pembangunan termasuk bagaimana pemberdayaan perempuan. Adapun pembicara dalam diskusi ini Piet Wairissal, seorang aktivis muda yang sehari-harinya aktif sebagai eksekutif direktur pada Lembaga partisipasi pembangunan masyarakat (LPPM), lembaga yang sejak berdirinya konsen pada berbagai persoalan pembangunan di Maluku. Yang menjadikan diskusi ini menarik karena membicarakan tentang pemberdayaan perempuan dan partisipasi pembangunan dari perspektif laki-laki. Muatan diskusi ini tidak disoroti dalam kerangka teori gender yang ideal, namun lebih banyak didekatkan pada kerangka praktis/kegiatan y a n g p e r n a h d i l a k u k a n o l e h L P P M d a l a m r a n g k a mengkampanyekan gender dalam relasi pembangunan di Maluku. Sejumlah konsep dan strategi yang dikembangkan dalam diskusi ini, antara lain: setiap masyarakat memiliki ide dan harapan mengenai karakteristik kemampuan dan perilaku perempuan dan laki-laki; nilai, norma dan stereotype tentang gender tersebut dapat membatasi dan tidak mencerminkan konstribusi sesungguhnya dari perempuan dan laki-laki; setiap orang diberikan kebebasan untuk mencapai potensi tertinggi

mereka di dalam dunia kerja dan kehidupannya; gender equality atau kesetaraan gender adalah sebuah prasyarat bagi pembangunan yang berkelanjutan dan pengurangan kemiskinan; promosi atau kampanye gender bukan bermaksud menjadikan perempuan dan laki-laki sama, melainkan kampanye gender dimaksudkan: agar ada kesempatan dan perlakukan yang sama dan adil untuk perempuan dan laki-laki; agar hal-hak asasi manusia dan hak-hak sebagai pekerja berlaku sama untuk perempuan dan laki-laki; agar ada distribusi yang adil atas tanggung jawab dan kesempatan, pengambilan keputusan dan pendapatan. Kampanye gender yang dilakukan LPPM melahirkan beberapa konsep pemikiran, yakni sebuah ajakan bagi perempuan muda Maluku, untuk keluar dari kungkungan budaya patriarki dan bentuk pelabelan sosial apapun juga. Karena sesungguhnya perempuan mampu bekerja secara mandiri, kompetitif dan professional. Pemikiran kedua adalah budaya patriarki masih cukup kuat mempengaruhi pandangan masyarakat tentang pembagian wilayah kerja berbasis berbasis jenis kelamin, dimana peran dan ruang aktivitas laki-laki dan perempuan dibedakan antara publik-domestik. Ketiga, cerminan kuat budaya patriarki terutama dalam program pemberdayaan perempuan putus sekolah, yang umumnya masih berorientasi pada pelatihan keterampilan kerja dengan spesifikasi tertentu yang diperuntukan bagi laki-laki dan perempuan secara berbeda; Dari diskusi ini ternyata persoalan gender masih menjadi isu hangat yang paling diperdebatkan dalam ruang-ruang diskusi terbatas. Perdebatan ini mengemuka karena selain bias praktek gender juga bias pemahaman gender, sebagian besar masyarakat masih terjebak dengan budaya patriarki. Dari beberapa kegiatan LPPM terkait dengan gender, terdapat tujuh isu pokok dalam kampanye gender, antara lain: kuatnya

OLEH MICHAEL SIAHAYA

karena 'musibah' yang dapat ditimbulkan akibat dari penggunaan zat terlarang itu. Di tengah cap buruk yang diberikan masyarakat terhadap pengguna narkoba, kumpulan anak muda yang pernah menjadi korban penyalahgunaan narkoba di Bandung menorehkan prestasi di International Homeless Tournament yang dilaksanakan di Paris. Prestasi ini membuat mereka ingin membuktikan kepada masyarakat, bahwa tidak selamanya hal-hal negatif selalu menyertai pengguna narkoba. Anak muda ini tergabung dalam LSM Rumah Cemara, yang tanggal 26 Februari 2012 lalu menyelenggarakan "League of Change". Sebuah liga 'street-soccer' yang ditujukan bagi orang-orang dengan HIV dan AIDS, pengguna Napza, penduduk miskin kota, dan orang-orang termarjinal lainnya. Liga Nasional Street Soccer Indonesia ini, merupakan turnamen nasional street soccer pertama di Indonesia yang diikuti oleh dua belas klub dari 8 provinsi dari Jawa, Kalimantan dan Sulawesi. Tujuan dari kegiatan ini adalah menjadikan sepak bola sebagai media sosialisasi, event ini turut melibatkan masyarakat di sekitar lokasi pertandingan. Jangan membayangkan sebuah stadium futsal yang 'mewah', lokasi liga ini berada di bawah jalan layang di tengah pemukiman padat warga kelurahan Taman Sari yang identik dengan wilayah kumuh yang sarat akan pengguna narkoba dan juga preman. Untuk menyaksikan pertandingan, para penonton tidak diharuskan membeli karcis ataupun menempati tempat duduk yang disediakan. Panitia hanya menyediakan dua tenda berisikan seratus kursi, yang sudah dipenuhi oleh para pemain yang menunggu giliran bertanding. Warga masyarakat yang ingin menyaksikan pertandingan disilahkan untuk mencari tempat yang nyaman untuk menonton, beberapa warga yang membawa kursi dari rumah mereka untuk menikmati acara ini. Suasana akrab antar pemain dan juga kekeluargaan dengan warga sekitar tampak mewarnai liga ini. Demikian pula antara masyarakat sekitar dengan para pemain dan juga supporter. Warga Balubur merelakan kamar mandi mereka menjadi WC umum yang diperuntukkan bagi siapa saja yang sedang menikmati acara ini. Keramahan kota Bandung langsung terasa di tempat ini, mulai dari anak-anak, ibu rumah tangga dan juga aparat kelurahannya berbaur dengan seluruh hadirin di tempat ini. League of change ini mengadopsi konsep Homeles Tournament dengan komposisi pemain yang terdiri dari para pengguna narkoba, mantan narapidana, dan juga masyarakat miskin. Setiap tim disyaratkan untuk menyiapkan empat orang ODHA (orang dengan HIV/AIDS), dua orang mantan pengguna dan dua orang miskin (dengan menyertakan surat keterangan tidak mampu). Tak seperti pertandingan sepak bola yang biasa kita saksikan di TV, liga ini menyajikan permainan yang 'bersih' akan kekerasan. Kompetisi tidak lagi menjadi fokus dari tiap pemain, tetapi bagaimana membangun kebersamaan dan juga membuktikan kepada masyarakat, bahwa pengguna narkoba juga bisa berprestasi asal didukung oleh lingkungan mereka. Dalam pertandingan sepak bola, biasanya setiap pemain atau tim akan berusaha mendapatkan sepatu emas. Tidak demikian dengan Juara Pertama pada liga ini, yang mendapatkan trophy terbuat dari barang-barang bekas. Adalah Yana Jimmy Suryana, anak Rumah Cemara yang memiliki ide untuk membuat trophy dari sebuah sepatu bekas yang telah beberapa kali dipakai dan memenangkan pertandingan tingkat nasional, bola bekas lengkap dengan ornamen jarum suntik bekas, diletakkan di atas tripleks yang disanggah sedemikan rupa dengan botol bekas ARV (obat bagi orang dengan HIV). Liga Perubahan ini juga menyajikan pertandingan eksebisi yang pesertanya mulai dari siswa sekolah dasar hingga PNS di lingkungan Dinas Kesehatan Kota Bandung. Pertandingan eksebisi juga diramaikan dengan penampilan dari klub Srikandi Pasundan (komunitas waria) yang bertanding melawan tim dari panitia. Tak kalah dengan pemainnya, para manager juga bergabung dalam sebuah tim dan berhasil mengalahkan tim dari staff Rumah Cemara. Begitu besar pelibatan masyarakat dari kegiatan ini sehingga hampir seluruh event yang ada, diikuti oleh anggota masyarakat di sekitar stadium Koljem. Dengan dukungan dari Biro Bina Napza dan HIV, Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi Sulawesi Selatan dan berbagai pihak, tim Pagolo Sulsel ikut berlaga di ajang League of Change ini. Tim yang beranggotakan sepuluh orang pemain ini berhasil mencetak skor 11-2 atas lawan tanding mereka tim dari Yogyakarta sehingga kondisi ini mengantarkan tim Pagolo menjadi Juara Ketiga pada liga street soccer ini. Kita patut berbangga karena walaupun ini adalah liga pertama yang diikuti oleh tim Pagolo, namun langsung bisa menorehkan prestasi di ajang nasional. Tim Pagolo terbentuk sebagai wadah untuk bersosialisasi dan berinteraksi antara LSM yang bergerak di bidang narkoba dan HIV dengan masyarakat maupun LSM di luar isu yang sama. Sehari-harinya anggota Tim Pagolo bekerja pada pendampingan bagi pecandu narkoba juga membantu ODHA untuk mengakses layanan kesehatan. Selain sebagai ajang refreshing, jadwal latihan tim ini juga menjadi ajang sharing dan koordinasi antar petugas lapangan dari LSM yang berbeda. Liga Nasional ini juga merupakan seleksi pemain untuk diikutsertakan pada seleksi pemain yang akan berlaga pada International Homeless Tournament yang akan diselenggarakan pada September mendatang di Mexico City. Lima belas orang

marginalized people. The Indonesian National Street Soccer League is a national street soccer tournament in Indonesia, including twelve clubs from eight provinces of Java, Kalimantan and Sulawesi. The purpose of this activity is to turn soccer into a medium of socialization so this event also involves the community in the vicinity of the match. But don't imagine a luxurious indoor soccer stadium, the location of this league is under the overpass in the middle of a densely populated urban village of Taman Sari. Residents live in slum conditions and include drug users and thugs. To watch the match, the spectators are not required to purchase a ticket or even to sit in seats. The committee provides two tents containing one hundred seats, which are filled by players who are waiting their turn to compete. Citizens who want to watch are invited to find a comfortable place to watch, some people even bring chairs from their homes to enjoy this event. Each team is required to have four PLWHA (people living with HIV / AIDS), two former drug users and two poor people (as determined by government certificate). Unlike football games that we usually see on TV, this league game is 'clean'- no violence. Competition is no longer the focus of every player, instead it is about building unity and to prove to the public that drug users can succeed, if supported by their environments. In most games, usually the players or teams will try to win the “gold shoes”. But first place in this league means receiving a trophy made out of used goods. Yana Jimmy Suryana, a member of Rumah Cemara had an idea to make the trophy out of an old shoe that has been used several times and won the national game, complete with ornaments including a ball and used syringe, placed on plywood and surrounded by ARV (a drug for people with HIV) bottles. The League of Change also holds exhibition games, with participants from elementary schools and the Bandung City Health Department. Exhibition matches are enlivened by the appearance of the Srikandi P a s u n d a n c l u b f r o m t h e t r a n s g e n d e r community that competes against teams from the committee. Even the managers formed a team and managed to beat a team comprised of Rumah Cemara staff. So great is the involvement of the community in this activity that almost all the events are attended by members of the community around the Koljem stadium. With support from the Bureau of Drugs and HIV, the AIDS Commission of South Sulawesi province and various stakeholders, the South Sulawesi Pagolo team joined the League of Change. The ten player team scored an 11-2 win over their rival team from Yogyakarta which placed Pagolo in third position in this league. We should be proud because even though this is the first league competition for Pagolo, they instantly succeeded in the national arena. The Pagolo team was formed as a forum for socializing and interaction between NGOs working in the field of drugs and HIV, with the public and NGOs not involved in that sector. During the day, Pagolo team members work as drug counselors and also help PLWHA access health services. Aside from being refreshing, the team's training schedule has also become a means of sharing and coordination among the field workers from different NGOs. The National League will also select players to participate in the team which will compete in the International Homeless Tournament to be held in September in Mexico City. Fifteen players from twelve participating clubs will be chosen. Two of them come from Pagolo South Sulawesi. Hopefully a street

Page 24: BaKTI News Edisi 76

2423 April - Mei 2012News Volume V - edisi 76 April - Mei 2012News Volume V - edisi 76

INFORMASI LEBIH LANJUT FOR MORE INFORMATION

Penulis adalah Koordinator Forum KTI Wilayah Maluku dan Staff BAPPEDA Provinsi Maluku dan dapat dihubungi melalui email pada alamat: [email protected]

paradigma patriarki, budaya 'kantoran' yang cukup d o m i n a n , m e n t a l i t a s c e p a t p u a s , p r o g r a m pemberdayaan ekonomi belum spesifik dan strategis, keterbatasan modal, promosi dan pemasaran, perempuan usia muda dan belum menikah kurang berminat pada program pemberdayaan ekonomi, dibandingkan dengan perempuan muda putus sekolah yang telah menikah, tidak terjadi sinergitas antar sektor. Kedepan agar gender tidak bias dalam berbagai praktek nyata maupun diskusi, perlu dilakukan edukasi pada tingkatan masyarakat, diperlukan sebanyak mungkin transformasi pemahaman dan kegiatan nyata untuk membangun perspektif dan kesadaran tentang gender. Sejumlah praktek nyata yang telah difasilitasi oleh LPPM menarik untuk dijadikan materi edukasi lebih lanjut. Pelatihan-pelatihan yang selama ini diperuntukan untuk laki-laki ternyata dari jumlah peserta yang direkrut LPPM sebanyak 1100 pemuda untuk pelatihan rumput laut, ada 38% atau 418 orang perempuan dan dari jumlah tersebut 50% membentuk kelompok yang anggotanya semua perempuan. D a r i p e n g a m a t a n L P P M , p e r b a n d i n g a n keberhasilan kelompok yang semuanya laki-laki dibandingkan dengan kelompok perempuan ternyata kelompok perempuan cukup berhasi l . Faktor keberhasilannya antaralain: komitmen, motivasi kerja t i n g g i , i n i s i a t i f d a n m e m i l i k i k e m a m p u a n mengorganisir diri dalam kelompok cukup bagus, konf l ik k epent ingan t idak ter la lu menonjol dibandingkan dengan kelompok laki-laki. Selain itu perempuan selalu dimotivasi untuk membuat jargon yang memotivasi keberhasilan satu kegiatan dengan slogan 'Nona Jua Bisa' yang berarti perempuan juga bisa. Perempuan sangat teruji dan lebih mampu bertahan dalam menghadapi kondisi sulit. Pengembangan usaha dilakukan secara bertahap dan terukur. Keterlibatan perempuan mulai dari tahapan perencanaan sampai dengan monitoring evaluasi sangat membantu. Dari semua praktek nyata yang dilakukan LPPM ini intinya perempuan punya peluang untuk diberdayakan dan dikembangkan kemampuannya. Harus bisa dibuka ruang bagi keterlibatan perempuan lebih luas, dengan demikian perlu dirancang model-model edukasi yang lebih partisipatif. Adalah ironis ketika untuk keterlibatan dalam pembangunan, perempuan diberikan ruang 30%, namun ketika kasus HIV/AIDS yang saat ini sangat mengkhawatirkan dibicarakan, perempuan yang selalu distigmakan, perempuan diberikan quota 100% salah. Ini bentuk ketidakadilan yang harus diedukasi oleh semua pihak, termasuk aktivis, pemerintah, pekerja LSM, pemuda dan mahasiswa. Masih diperlukan banyak sekal i diskusi dan praktek yang nyata untuk mewujudkan keadilan bagi perempuan dimasa mendatang dalam pembangunan. Sebelum edukasi tentang gender diberikan kepada masyarakat banyak, perempuan harus dikuatkan dengan pemahaman ini agar tidak bias ketika muncul isu-isu gender dalam isu pembangunan. Inisiatif ini perlu ditindaklanjuti dengan langkah-langkah yang lebih konkrit dan sustainable.

embang pangkur yang merupakan intro dari Langgam TCaping Gunung karya Pak Gesang, pencipta Lagu Bengawan Solo ini mendokumentasikan dengan sangat

baik suasana perdesaan di lereng pegunungan di Jawa pada tahun 40-an hingga awal tahun 60-an. Saya masih berusia balita pada awal tahun 60-an dan saat itu tinggal bersama kakek yang menjabat sebagai seorang Carik atau juru tulis desa. Saat itu Carik Desa merupakan jabatan pamong atau perangkat desa yang masih bisa diwariskan. Pamong desa umumnya masih keturunan langsung dari kakek moyang yang 'mbabat alas desa (membuka hutan). Ayah kakek saya dulunya juga seorang Carik Desa di zaman Belanda dan Jepang, kemudian jabatan tersebut diwariskan ke kakekku. Kini Carik lebih dikenal dengan Sektretaris Desa, dan tentu saja bukan lagi merupakan jabatan lagi diwariskan. Pada masa itu, lereng pegunungan kapur di kampung halaman saya Trenggalek, Jawa Timur, masih berhutan jati. Masih teringat betapa terhormat jabatan kakek saya dan kemegahan rumah yang dimilikinya sebagai Carik Desa saat itu. Sebagai

seorang Carik Desa ia mengolah bengkok 15 bau (sekitar 12 hektar). Ditambah dengan lahan milik kakek sendiri. Luas total lahan sawah yang dikelola kakek tidak kurang dari 15 hektar. Dengan jabatan dan luasnya lahan sawah yang dikelola, kakek menjadi salah satu elit desa. Rumahnya joglo terbuat dari kayu jati. Salah satu penciri orang berkecukupan di masa itu adalah area rumahnya terdiri dari tiga rumah. Pada area depan terdapat pendapo (balai-balai) tempat menerima tamu, kemudian di area tengah berdiri rumah utama dan di area belakang terdapat dapur. Masing-masing berukuran besar dan hampir bersesuaian ukuran luasnya, sehingga seakan rumah tiga yang disatukan. Seluruh perabotan rumah, seperti lemari, kursi, meja besar, meja makan, terbuat dari kayu jati kelas satu. Kakek memiliki lima lumbung besar sebagai tempat penyimpan padi. Saat itu juga masih ada bekas kandang kuda yang disebut gedokan jaran. Kebetulan, kakek buyutku dahulu memiliki banyak kuda. Kuda adalah satu dari lima penciri seorang pria yang dianggap sukses di masa itu. Empat lainnya adalah wismo (rumah besar), garwo atau wanito (istri yang cantik), putro (keturunan) turanggo (kuda, sebagaimana mobil mewah di masa kini) dan kukilo (burung atau mungkin di masa kini bisa dipadankan dengan home teater). Sayangnya kuda dan burung tidak kutemukan lagi di masa kakekku. Kendaraan kakekku saat itu sepeda onthel bermerek Gaselle keluaran Belanda tahun 1948 yang ada tromol presnelengnya, saat dipakai terdengar suara tik . tik.. tik .. tik. Keluargaku tidak lama tinggal di desa kelahiranku. Setelah pecah tragedi nasional tahun 1965, ayahku yang saat itu menjadi guru sekolah rakyat, memutuskan untuk pindah ke Kediri, Semenjak itu aku hanya sekali tempo berkunjung menengok desaku. Di penghujung tahun 60-an saat aku telah duduk di sekolah dasar. Kakek memiliki hajat besar, menikahkan adik terkecil ayahku. Karena bertepatan dengan libur sekolah, aku bisa mengikuti acara tersebut sampai usai. Masih teringat, hiruk-pikuk masyarakat desa saat hajatan berlangsung. Sekitar dua minggu sebelum hari H, puluhan perempuan tua danmuda bergotong royong menumbuk padi. Banyak sobat kakek dari luar desa yang mengirim jenang, kue yang terbuat dari beras ketan dan gula. Ada pula yang mengirimi beras ketan, gula, ayam dan kambing. Laki-laki dan perempuan bekerja berhari-hari siang-malam dengan tulus. Walau kurang tidur tetapi nampak terus ceria dan penuh canda.

OLEH EDI PURWANTO

Saben bengi nyawang konang (setiap malam terlihat hanya

kunang-kunang);Yen memajang mung karo

janur kuning (berbagai hiasan cukup menggunakan

janur kuning);Kembang wae weton gunung

(bunga saja diambil dari gunung);Pacitan sarwi jenang

(sedangkan makanan kecilnya serba jenang/dodol);

Panas udan aling-aling

Caping Gunung (saat hujan dan panas bertopikan

'Caping' Gunung)Nadyan wadon sarta lanang (baik perempuan dan laki-laki);

Inumane banyu bening (minumnya air bening).

Mereka yang datang ke hajatan banyak yang membawa ember besar berisi beras dan aneka sembako. Pulangnya, ember-ember besar tersebut kemudian penuh dengan nasi putih dan aneka lauk dan kue yang dibungkus dengan daun jati. Puncak pesta dilaksanakan selama dua malam berturut-turut. Malam pertama ada pertunjukan Wayang Kulit, sedangkan malam kedua dimeriahkan dengan Ketoprak, teater rakyat yang sangat popular di kala itu. Seluruh penduduk desa nampak bersuka ria dan merasakan berpesta. Setiap lentera yang ada di jalan desa dan rumah-rumah, saat puncak keramaian dinyalakan semua. Desa yang saat itu belum ada listrik nampak terang benderang. Pada pertengahan tahun 70-an, jabatan Carik kakek diwariskan ke Pakde, kakak tertua ayahku. Kemudian aku sendiri setelah lulus Sekolah Dasar di Kediri, kemudian ikut pamanku di Bogor, sehingga aku semakin jarang menengok desaku. Alkisah pada pertengahan tahun 80-an, saat aku telah jadi mahasiwa IPB, sempat berkunjung ke Pakde yang saat itu telah menjadi Carik Desa selama delapan tahun. Aku begitu tertegun melihat suasana rumah kakek yang telah banyak berubah. Tidak lagi nampak aura kemegahan di rumah kakek yang kini lahannya ditempati oleh keluarga Pakde. Pohon Sawo Kecik yang besar dan rindang depan pendopo tempat aku bermain pasaran telah ditebang. Di tempat itu kini berdiri rumah Pakde yang terbuat dari bata dan kayu kelapa. Sedangkan rumah kayu besar berjumlah tiga itu kini sudah tidak ada lagi. Rumah tersebut telah diwaris, dibeli oleh orang yang kemudian pindah ke Jakarta. Bengkok Pakde sebagai Carik Desa telah menyusut, ia kini hanya mengolah sawah tiga hektar. Dengan bengkok sebesar itu, ditambah beban membiayai anak kuliah di berbagai kota, hidup Pakde sebagai Carik Desa terkesan pas-pasan. Barang yang terhitung mahal hanya sebuah sepeda motor bermerek Honda dan beberapa perabot tua dari kayu jati peninggalan kakek. Beberapa tahun lalu, untuk yang kesekian kalinya aku bersama keluarga berkunjung ke desaku. Suasana desaku sudah semakin jauh berubah lagi. Jalan-jalan desa yang dulu berupa tanah dengan pengerasan batu kini sudah beraspal mulus. Penduduk desa yang dulu banyak bersepeda kini menggunakan motor dan mobil. Rumah-rumah joglo di desa sudah hampir tidak ada lagi. Banyak berganti menjadi rumah beton minimalis. Mereka yang tergolong kaya di desaku kini tidak mengandalkan dari sumber pertanian lagi, melainkan menjadi tenaga kerja migrant di Malaysia, Arab Saudi dan Taiwan. Mereka memiliki rumah yang bagus, jauh lebih bagus dari rumahku di Bogor. Jabatan Carik Desa atau Sekretaris Desa, telah berpindah ke tangan generasi berikutnya. Kebetulan masih anak Pakde-ku. Namun tidak berasal dari proses pewarisan jabatan, melainkan melalui ujian. Sejak tahun 2007 kemarin telah menjadi PNS Golongan II A sehingga sudah tidak mengolah bengkok lagi. Namun sepupuku nampak lebih senang menjadi PNS, karena bertani padi kini semakin tidak menarik. Biaya sarana produksi dan pengolahan lahan semakin mahal. Sedangkan menjadi PNS berarti ada harapan untuk mendapat tunjangan pensiun. Terlepas dari suka cita sepupuku sebagai Carik PNS. Aku merasakan ada sebuah nilai penting yang hilang di desaku. Yaitu hilangnya figur kepimpinan Desa. Peran Carik Desa sebagai sesepuh yang menjadi pengikat keguyuban dan semangat membangun desa telah hilang. Figur Carik Desa yang dulu dituakan, dihormati, banyak dikunjungi di waktu malam, menjadi tempat mengadu dan menyelesaikan berbagai persoalan masyarakat, kini tidak lebih dari pegawai negeri sipil biasa yang menggantungkan gaji pemerintah. Carik Desa tidak dimiliki lagi oleh masyarakat desa. Mereka tidak lagi bekerja 24 jam sebagai pamong desa, melainkan sebagai aparat kantor desa yang bekerja secara terjadwal, masuk jam 8 pagi pulang jam 2 sore.

INFORMASI LEBIH LANJUT FOR MORE INFORMATION

Penulis adalah Direktur Eksektuif Yayasan Operation Wallacea Trust dan dapat dihubungi melalui email pada alamat [email protected]

Page 25: BaKTI News Edisi 76

2423 April - Mei 2012News Volume V - edisi 76 April - Mei 2012News Volume V - edisi 76

INFORMASI LEBIH LANJUT FOR MORE INFORMATION

Penulis adalah Koordinator Forum KTI Wilayah Maluku dan Staff BAPPEDA Provinsi Maluku dan dapat dihubungi melalui email pada alamat: [email protected]

paradigma patriarki, budaya 'kantoran' yang cukup d o m i n a n , m e n t a l i t a s c e p a t p u a s , p r o g r a m pemberdayaan ekonomi belum spesifik dan strategis, keterbatasan modal, promosi dan pemasaran, perempuan usia muda dan belum menikah kurang berminat pada program pemberdayaan ekonomi, dibandingkan dengan perempuan muda putus sekolah yang telah menikah, tidak terjadi sinergitas antar sektor. Kedepan agar gender tidak bias dalam berbagai praktek nyata maupun diskusi, perlu dilakukan edukasi pada tingkatan masyarakat, diperlukan sebanyak mungkin transformasi pemahaman dan kegiatan nyata untuk membangun perspektif dan kesadaran tentang gender. Sejumlah praktek nyata yang telah difasilitasi oleh LPPM menarik untuk dijadikan materi edukasi lebih lanjut. Pelatihan-pelatihan yang selama ini diperuntukan untuk laki-laki ternyata dari jumlah peserta yang direkrut LPPM sebanyak 1100 pemuda untuk pelatihan rumput laut, ada 38% atau 418 orang perempuan dan dari jumlah tersebut 50% membentuk kelompok yang anggotanya semua perempuan. D a r i p e n g a m a t a n L P P M , p e r b a n d i n g a n keberhasilan kelompok yang semuanya laki-laki dibandingkan dengan kelompok perempuan ternyata kelompok perempuan cukup berhasi l . Faktor keberhasilannya antaralain: komitmen, motivasi kerja t i n g g i , i n i s i a t i f d a n m e m i l i k i k e m a m p u a n mengorganisir diri dalam kelompok cukup bagus, konf l ik k epent ingan t idak ter la lu menonjol dibandingkan dengan kelompok laki-laki. Selain itu perempuan selalu dimotivasi untuk membuat jargon yang memotivasi keberhasilan satu kegiatan dengan slogan 'Nona Jua Bisa' yang berarti perempuan juga bisa. Perempuan sangat teruji dan lebih mampu bertahan dalam menghadapi kondisi sulit. Pengembangan usaha dilakukan secara bertahap dan terukur. Keterlibatan perempuan mulai dari tahapan perencanaan sampai dengan monitoring evaluasi sangat membantu. Dari semua praktek nyata yang dilakukan LPPM ini intinya perempuan punya peluang untuk diberdayakan dan dikembangkan kemampuannya. Harus bisa dibuka ruang bagi keterlibatan perempuan lebih luas, dengan demikian perlu dirancang model-model edukasi yang lebih partisipatif. Adalah ironis ketika untuk keterlibatan dalam pembangunan, perempuan diberikan ruang 30%, namun ketika kasus HIV/AIDS yang saat ini sangat mengkhawatirkan dibicarakan, perempuan yang selalu distigmakan, perempuan diberikan quota 100% salah. Ini bentuk ketidakadilan yang harus diedukasi oleh semua pihak, termasuk aktivis, pemerintah, pekerja LSM, pemuda dan mahasiswa. Masih diperlukan banyak sekal i diskusi dan praktek yang nyata untuk mewujudkan keadilan bagi perempuan dimasa mendatang dalam pembangunan. Sebelum edukasi tentang gender diberikan kepada masyarakat banyak, perempuan harus dikuatkan dengan pemahaman ini agar tidak bias ketika muncul isu-isu gender dalam isu pembangunan. Inisiatif ini perlu ditindaklanjuti dengan langkah-langkah yang lebih konkrit dan sustainable.

embang pangkur yang merupakan intro dari Langgam TCaping Gunung karya Pak Gesang, pencipta Lagu Bengawan Solo ini mendokumentasikan dengan sangat

baik suasana perdesaan di lereng pegunungan di Jawa pada tahun 40-an hingga awal tahun 60-an. Saya masih berusia balita pada awal tahun 60-an dan saat itu tinggal bersama kakek yang menjabat sebagai seorang Carik atau juru tulis desa. Saat itu Carik Desa merupakan jabatan pamong atau perangkat desa yang masih bisa diwariskan. Pamong desa umumnya masih keturunan langsung dari kakek moyang yang 'mbabat alas desa (membuka hutan). Ayah kakek saya dulunya juga seorang Carik Desa di zaman Belanda dan Jepang, kemudian jabatan tersebut diwariskan ke kakekku. Kini Carik lebih dikenal dengan Sektretaris Desa, dan tentu saja bukan lagi merupakan jabatan lagi diwariskan. Pada masa itu, lereng pegunungan kapur di kampung halaman saya Trenggalek, Jawa Timur, masih berhutan jati. Masih teringat betapa terhormat jabatan kakek saya dan kemegahan rumah yang dimilikinya sebagai Carik Desa saat itu. Sebagai

seorang Carik Desa ia mengolah bengkok 15 bau (sekitar 12 hektar). Ditambah dengan lahan milik kakek sendiri. Luas total lahan sawah yang dikelola kakek tidak kurang dari 15 hektar. Dengan jabatan dan luasnya lahan sawah yang dikelola, kakek menjadi salah satu elit desa. Rumahnya joglo terbuat dari kayu jati. Salah satu penciri orang berkecukupan di masa itu adalah area rumahnya terdiri dari tiga rumah. Pada area depan terdapat pendapo (balai-balai) tempat menerima tamu, kemudian di area tengah berdiri rumah utama dan di area belakang terdapat dapur. Masing-masing berukuran besar dan hampir bersesuaian ukuran luasnya, sehingga seakan rumah tiga yang disatukan. Seluruh perabotan rumah, seperti lemari, kursi, meja besar, meja makan, terbuat dari kayu jati kelas satu. Kakek memiliki lima lumbung besar sebagai tempat penyimpan padi. Saat itu juga masih ada bekas kandang kuda yang disebut gedokan jaran. Kebetulan, kakek buyutku dahulu memiliki banyak kuda. Kuda adalah satu dari lima penciri seorang pria yang dianggap sukses di masa itu. Empat lainnya adalah wismo (rumah besar), garwo atau wanito (istri yang cantik), putro (keturunan) turanggo (kuda, sebagaimana mobil mewah di masa kini) dan kukilo (burung atau mungkin di masa kini bisa dipadankan dengan home teater). Sayangnya kuda dan burung tidak kutemukan lagi di masa kakekku. Kendaraan kakekku saat itu sepeda onthel bermerek Gaselle keluaran Belanda tahun 1948 yang ada tromol presnelengnya, saat dipakai terdengar suara tik . tik.. tik .. tik. Keluargaku tidak lama tinggal di desa kelahiranku. Setelah pecah tragedi nasional tahun 1965, ayahku yang saat itu menjadi guru sekolah rakyat, memutuskan untuk pindah ke Kediri, Semenjak itu aku hanya sekali tempo berkunjung menengok desaku. Di penghujung tahun 60-an saat aku telah duduk di sekolah dasar. Kakek memiliki hajat besar, menikahkan adik terkecil ayahku. Karena bertepatan dengan libur sekolah, aku bisa mengikuti acara tersebut sampai usai. Masih teringat, hiruk-pikuk masyarakat desa saat hajatan berlangsung. Sekitar dua minggu sebelum hari H, puluhan perempuan tua danmuda bergotong royong menumbuk padi. Banyak sobat kakek dari luar desa yang mengirim jenang, kue yang terbuat dari beras ketan dan gula. Ada pula yang mengirimi beras ketan, gula, ayam dan kambing. Laki-laki dan perempuan bekerja berhari-hari siang-malam dengan tulus. Walau kurang tidur tetapi nampak terus ceria dan penuh canda.

OLEH EDI PURWANTO

Saben bengi nyawang konang (setiap malam terlihat hanya

kunang-kunang);Yen memajang mung karo

janur kuning (berbagai hiasan cukup menggunakan

janur kuning);Kembang wae weton gunung

(bunga saja diambil dari gunung);Pacitan sarwi jenang

(sedangkan makanan kecilnya serba jenang/dodol);

Panas udan aling-aling

Caping Gunung (saat hujan dan panas bertopikan

'Caping' Gunung)Nadyan wadon sarta lanang (baik perempuan dan laki-laki);

Inumane banyu bening (minumnya air bening).

Mereka yang datang ke hajatan banyak yang membawa ember besar berisi beras dan aneka sembako. Pulangnya, ember-ember besar tersebut kemudian penuh dengan nasi putih dan aneka lauk dan kue yang dibungkus dengan daun jati. Puncak pesta dilaksanakan selama dua malam berturut-turut. Malam pertama ada pertunjukan Wayang Kulit, sedangkan malam kedua dimeriahkan dengan Ketoprak, teater rakyat yang sangat popular di kala itu. Seluruh penduduk desa nampak bersuka ria dan merasakan berpesta. Setiap lentera yang ada di jalan desa dan rumah-rumah, saat puncak keramaian dinyalakan semua. Desa yang saat itu belum ada listrik nampak terang benderang. Pada pertengahan tahun 70-an, jabatan Carik kakek diwariskan ke Pakde, kakak tertua ayahku. Kemudian aku sendiri setelah lulus Sekolah Dasar di Kediri, kemudian ikut pamanku di Bogor, sehingga aku semakin jarang menengok desaku. Alkisah pada pertengahan tahun 80-an, saat aku telah jadi mahasiwa IPB, sempat berkunjung ke Pakde yang saat itu telah menjadi Carik Desa selama delapan tahun. Aku begitu tertegun melihat suasana rumah kakek yang telah banyak berubah. Tidak lagi nampak aura kemegahan di rumah kakek yang kini lahannya ditempati oleh keluarga Pakde. Pohon Sawo Kecik yang besar dan rindang depan pendopo tempat aku bermain pasaran telah ditebang. Di tempat itu kini berdiri rumah Pakde yang terbuat dari bata dan kayu kelapa. Sedangkan rumah kayu besar berjumlah tiga itu kini sudah tidak ada lagi. Rumah tersebut telah diwaris, dibeli oleh orang yang kemudian pindah ke Jakarta. Bengkok Pakde sebagai Carik Desa telah menyusut, ia kini hanya mengolah sawah tiga hektar. Dengan bengkok sebesar itu, ditambah beban membiayai anak kuliah di berbagai kota, hidup Pakde sebagai Carik Desa terkesan pas-pasan. Barang yang terhitung mahal hanya sebuah sepeda motor bermerek Honda dan beberapa perabot tua dari kayu jati peninggalan kakek. Beberapa tahun lalu, untuk yang kesekian kalinya aku bersama keluarga berkunjung ke desaku. Suasana desaku sudah semakin jauh berubah lagi. Jalan-jalan desa yang dulu berupa tanah dengan pengerasan batu kini sudah beraspal mulus. Penduduk desa yang dulu banyak bersepeda kini menggunakan motor dan mobil. Rumah-rumah joglo di desa sudah hampir tidak ada lagi. Banyak berganti menjadi rumah beton minimalis. Mereka yang tergolong kaya di desaku kini tidak mengandalkan dari sumber pertanian lagi, melainkan menjadi tenaga kerja migrant di Malaysia, Arab Saudi dan Taiwan. Mereka memiliki rumah yang bagus, jauh lebih bagus dari rumahku di Bogor. Jabatan Carik Desa atau Sekretaris Desa, telah berpindah ke tangan generasi berikutnya. Kebetulan masih anak Pakde-ku. Namun tidak berasal dari proses pewarisan jabatan, melainkan melalui ujian. Sejak tahun 2007 kemarin telah menjadi PNS Golongan II A sehingga sudah tidak mengolah bengkok lagi. Namun sepupuku nampak lebih senang menjadi PNS, karena bertani padi kini semakin tidak menarik. Biaya sarana produksi dan pengolahan lahan semakin mahal. Sedangkan menjadi PNS berarti ada harapan untuk mendapat tunjangan pensiun. Terlepas dari suka cita sepupuku sebagai Carik PNS. Aku merasakan ada sebuah nilai penting yang hilang di desaku. Yaitu hilangnya figur kepimpinan Desa. Peran Carik Desa sebagai sesepuh yang menjadi pengikat keguyuban dan semangat membangun desa telah hilang. Figur Carik Desa yang dulu dituakan, dihormati, banyak dikunjungi di waktu malam, menjadi tempat mengadu dan menyelesaikan berbagai persoalan masyarakat, kini tidak lebih dari pegawai negeri sipil biasa yang menggantungkan gaji pemerintah. Carik Desa tidak dimiliki lagi oleh masyarakat desa. Mereka tidak lagi bekerja 24 jam sebagai pamong desa, melainkan sebagai aparat kantor desa yang bekerja secara terjadwal, masuk jam 8 pagi pulang jam 2 sore.

INFORMASI LEBIH LANJUT FOR MORE INFORMATION

Penulis adalah Direktur Eksektuif Yayasan Operation Wallacea Trust dan dapat dihubungi melalui email pada alamat [email protected]

Page 26: BaKTI News Edisi 76

ahun 1964, Baubau ditetapkan menjadi Ibu kota Provinsi Sulawesi Tenggara namun

Tkemudian Ibu kota dipindahkan ke Kendari, wilayah yang lebih luas dan menyatu dengan daratan Sulawesi. Baubau adalah pusat Kerajaan Buton. Di zaman Majapahit mereka

menyebutnya sebagai ‘negeri para resi’, dikota ini bukti sejarah kesultanan terbesar di Sulawesi tenggara masih bisa dinikmati.

2625 April - Mei 2012News Volume V - edisi 76 April - Mei 2012News Volume V - edisi 76

PEACH UPDATE

irokrasi yang gemuk menjadi sorotan Bmedia. Ini adalah satu masalah besar pembangunan negeri ini: birokrasi yang

terlampau gemuk, lamban, belum profesional, dan bahkan menghabiskan anggaran besar. Jangankan melayani masyarakat, di birokrasi malah kerap terjadi penyalahgunaan anggaran negara. Desentralisasi tidak membuat struktur pemerintahan menjadi lebih ramping dan effisien. Di daerah, organisasi perangkat daerah bertambah sejumlah jenis bantuan yang datang dari pemerintah pusat. Birokrasi gemuk terus melar oleh pegawai negeri untuk kerja administratif umum yang lebih banyak jumlahnya dari pada tenaga analisis. Birokrasi gemuk ini semakin jadi beban ketika yang ada di dalamnya tidak menjalankan tugas melayani masyarakat, tapi malah korup. Jumlah PNS yang besar mendominasi anggaran negara, siapa yang tidak tahu konskwensi itu? Tapi bahwa ada daerah yang menggunakan 77% APBDnya untuk gaji dan honor, tentu terasa ada yang perlu dibenahi soal efektivitas dan efisiensi pengelolaan keuangan daerah. Terkait dengan hal itu apa yang perlu diukur mengenai kinerja keuangan publik? Beberapa pertanyaan di bawah ini adalah per tanyaan yang perlu di jawab untuk memenuhi indikator kinerja pengelolaan keuangan publik dalam PEA:  Apakah angaran ini Realisasi Budget:

realistis, dan diimplementasikan seperti dan sesuai dengan langkah-langkah yang telah dirancang sejak awal?

  Anggaran yang komprehensif, berbasis peraturan/kebijakan: Apakah anggaran ini telah mencakuip segala transaksi keuangan yagn relevan, serta apakah prosesnya sesuai dengan peraturan pemerintah?

  Prediksi resiko fiskal yang komprehensif: Apakah prediksi resiko fiskal yang muncul/ datang dari perusahaan-perusahaan publik dan dari pemerintah daerah dapat ditolerir?

  Apakah Akuntabilitas dan transparansi: perencanaan akuntabilitas eksternal yang efektif dan transparan telah diberlakukan?

  Apakah pengawasan dan Pengawasan: penatalayanan yang efektif dipraktekkan dalam penggunaan dana publik?

  Apakah informasi mengenai Informasi: fiskal, pendapatan dan pengeluaran diproduksi dan disebarluaskan untuk memenuhi maksud dan tujuan upaya pengelolaan dan pengambilan keputusan?

Papua NEWS Café: Pagi itu cerah, Teluk Humboldt terlihat memukau dari pelataran Restoran Bagus Pandang, di Bhayangkara Jayapura. Teras berangin sepoi itu peserta NEWS Café membahas Potret Media terhadap Triwulan I Pengelolaan Keuangan Publik Papua. Dalam diskusi ini muncul tanggapan mengenai hasil monitoring media yang dilakukan BaKTI terhadap pemberitaan media mengenai topik terkait.

Hubungan DPRP dan Pemerintah Provinsi Papua telah menjadi faktor keterlamabatan pengesahan APBD Papua, yagn tertunda hingga dua bulan. Tarik ulur antara DPRP dan Pemerintah Papua, terjadi karena pada pengelaman sebelumnya di m a n a p i h a k y a n g t e r k a i t a n g g a r a n pembangunan, tidak menjalankan budget sesuai dengan yang telah disahkan. Oleh pihak media disebutkan bahwa sudah jadi rahasia umum bahwa APBD Papua memiliki beverap versi: Versi DPRP, Versi BAPPEDA dan Versi Pemerintah. Tentu saja tak terhindarkan bahwa kekosongan posisi kepala daerah telah turut mempengaruhi keterlambatan itu. Meski mengakui bahwa pemberitaan mengenai pengelolaan keuangan publik belum lagi mencapai sebuah tulisan yang m e n d a l a m , t a p i a d a i s u s u l i t n y a mendapatkan narasumber serta melakukan cross-check terhadap isu PFM yang muncul. Sikap pemerintah yang kurang terbuka mengenal persoalan pengelolaan keuangan publik juga menjadi penghambat lain, dapat diproduksinya berita yang menarik dan mendalam tentang isu pengelolaan keuangan publik di Papua. Isu ketidaktersediaan narasumber maupun rujukan mengenai isu pengelolaan keuangan publik menjadi salah satu hal yang perlu dicatat dari NEWS Café Papua kali ini: karena isu ini langsung menyasar seluruh peserta diskusi, yang notabene adalah narasumber potensial bagi persoalan-persoalan pengelolaan keuangan publik, s e t i d a k ny a d i Pa p u a . K a re n a d a l a m kesempatan NEWS Café kali ini hadir sebagai peserta diskusi itu antara lain: Jan Karafir, Sam Renjaan, Agus Sumule dan Aaron Simanjuntak. Diksusi ini juga berkembang menjadi ranah tukar informasi dan keperdulian tentang situasai dan kualitas layanan publik. Keperdulian ini memunculkan gagasan untuk secara sinergi mendiskusikan sebuah road map, dari penjangkauan media untuk peningkatan pelayan publik dalam konteks pengelolaan keuangan publik. Road Map kampanye media dan ormas ini menjadi penting karena ada beberapa program donor yang dilaksanakan dan sedang berlangsung di Papua, memiliki keterkaitan dengan apa yanga diupayakan BaKTI lewat NEWS Café: memperkuat network antara stakeholder PFM di Papua, dan membagi keperdulian pada isu yang sama. Sehingga kerja-kerja sektoral dapat dikerjakan juga dikerjasamakan secara bersinergi. Salah satunya dengan cara membagi hasil media monitoring untuk mendapatkan peer-review dari peserta NEWS Café yang memang terbatas. Ketika waktu untuk mengakhiri dikusi NEWS Café tiba, beberapa dari peserta diskusi bertanya: “kapan ada NEWS Café lagi?” Segera. Karena NEWS Café ini direncanakan berlangsung setiap 3 bulan.

KINERJA KEUANGAN PUBLIKBAGAIMANA MENGUKURNYA?

WAJAH KTI

KOTA BAUBAU. Sinar mentari sore menyapu kota Baubau, lansekap kota yang nyaris tak punya gedung tinggi.

NAGA PANTAI KAMALI. Ada pengaruh Cina yang terselip dalam hikayat panjangkesultanan Buton hingga naga menghiasi lansekap Kamali. Untuk membuat naga initerkesan panjang, lanjutan patung ekornya dibuat berakhir di Palagimata, nun jauh diatas bukit.

DUA GENERASI. Wajah dua generasi melihat Baubau yang terus berkembang. Sang Kakek mengetahui benar hikayat masa lalu, yang muda siap menciptakan hikayat baru bagi Baubau masa depan.

MAKAM PARA RAJA. Nisan patah dalam bentuk tak beraturan disudut benteng bukannya tak terurus, disini beristirahat para bangsawan yang dulu memerintah kesultanan Buton.

MASJID KESULTANAN WOLIO. Merona karena lembayung, masjid sultan yang terawat dengan baik. Tiang bendera disampingnya berdiri kokoh sejak abad ke-17. Bagi penikmatsejarah, disini, waktu rasanya tak bergerak sejak dulu.

NEGERI DIPESISIR. Buton penuh dengan kepulauan, pantainya sering disinggahi parapelayar masa lalu. Hidup masyarakatnya sangat tergantung pada laut yang terbentang disamping rumah mereka.

KOMODITAS. kegiatan budidaya hasil laut berkembang di sepanjang pesisir Kabupaten Buton. Terpal dan jala membentang untuk mengeringkanrumput laut.

BOTOL DAN NYLON. Laiknya disemua desa pesisir. Kaum perempuan mengambil peran seperti ini dalam usaha rumput laut, termasukmenjemur dan menyeleksi. Kaum pria memilihperan di laut.

Foto : BaKTI / Afdhaliya Ma’rifah

DI NEGERI PARA RESI

CERITAKAN KTI LEWAT BIDIKAN ANDABaKTINews menyediakan ruang bagi anda yang ingin menceritakanKTI lewat foto.

Kirimkan foto-foto anda dengan ukuran dan resolusi yang baik disertai keterangan singkat ke alamat kami :[email protected]

INFORMASI LEBIH LANJUT

FOR MORE INFORMATION

[email protected]

Page 27: BaKTI News Edisi 76

ahun 1964, Baubau ditetapkan menjadi Ibu kota Provinsi Sulawesi Tenggara namun

Tkemudian Ibu kota dipindahkan ke Kendari, wilayah yang lebih luas dan menyatu dengan daratan Sulawesi. Baubau adalah pusat Kerajaan Buton. Di zaman Majapahit mereka

menyebutnya sebagai ‘negeri para resi’, dikota ini bukti sejarah kesultanan terbesar di Sulawesi tenggara masih bisa dinikmati.

2625 April - Mei 2012News Volume V - edisi 76 April - Mei 2012News Volume V - edisi 76

PEACH UPDATE

irokrasi yang gemuk menjadi sorotan Bmedia. Ini adalah satu masalah besar pembangunan negeri ini: birokrasi yang

terlampau gemuk, lamban, belum profesional, dan bahkan menghabiskan anggaran besar. Jangankan melayani masyarakat, di birokrasi malah kerap terjadi penyalahgunaan anggaran negara. Desentralisasi tidak membuat struktur pemerintahan menjadi lebih ramping dan effisien. Di daerah, organisasi perangkat daerah bertambah sejumlah jenis bantuan yang datang dari pemerintah pusat. Birokrasi gemuk terus melar oleh pegawai negeri untuk kerja administratif umum yang lebih banyak jumlahnya dari pada tenaga analisis. Birokrasi gemuk ini semakin jadi beban ketika yang ada di dalamnya tidak menjalankan tugas melayani masyarakat, tapi malah korup. Jumlah PNS yang besar mendominasi anggaran negara, siapa yang tidak tahu konskwensi itu? Tapi bahwa ada daerah yang menggunakan 77% APBDnya untuk gaji dan honor, tentu terasa ada yang perlu dibenahi soal efektivitas dan efisiensi pengelolaan keuangan daerah. Terkait dengan hal itu apa yang perlu diukur mengenai kinerja keuangan publik? Beberapa pertanyaan di bawah ini adalah per tanyaan yang perlu di jawab untuk memenuhi indikator kinerja pengelolaan keuangan publik dalam PEA:  Apakah angaran ini Realisasi Budget:

realistis, dan diimplementasikan seperti dan sesuai dengan langkah-langkah yang telah dirancang sejak awal?

  Anggaran yang komprehensif, berbasis peraturan/kebijakan: Apakah anggaran ini telah mencakuip segala transaksi keuangan yagn relevan, serta apakah prosesnya sesuai dengan peraturan pemerintah?

  Prediksi resiko fiskal yang komprehensif: Apakah prediksi resiko fiskal yang muncul/ datang dari perusahaan-perusahaan publik dan dari pemerintah daerah dapat ditolerir?

  Apakah Akuntabilitas dan transparansi: perencanaan akuntabilitas eksternal yang efektif dan transparan telah diberlakukan?

  Apakah pengawasan dan Pengawasan: penatalayanan yang efektif dipraktekkan dalam penggunaan dana publik?

  Apakah informasi mengenai Informasi: fiskal, pendapatan dan pengeluaran diproduksi dan disebarluaskan untuk memenuhi maksud dan tujuan upaya pengelolaan dan pengambilan keputusan?

Papua NEWS Café: Pagi itu cerah, Teluk Humboldt terlihat memukau dari pelataran Restoran Bagus Pandang, di Bhayangkara Jayapura. Teras berangin sepoi itu peserta NEWS Café membahas Potret Media terhadap Triwulan I Pengelolaan Keuangan Publik Papua. Dalam diskusi ini muncul tanggapan mengenai hasil monitoring media yang dilakukan BaKTI terhadap pemberitaan media mengenai topik terkait.

Hubungan DPRP dan Pemerintah Provinsi Papua telah menjadi faktor keterlamabatan pengesahan APBD Papua, yagn tertunda hingga dua bulan. Tarik ulur antara DPRP dan Pemerintah Papua, terjadi karena pada pengelaman sebelumnya di m a n a p i h a k y a n g t e r k a i t a n g g a r a n pembangunan, tidak menjalankan budget sesuai dengan yang telah disahkan. Oleh pihak media disebutkan bahwa sudah jadi rahasia umum bahwa APBD Papua memiliki beverap versi: Versi DPRP, Versi BAPPEDA dan Versi Pemerintah. Tentu saja tak terhindarkan bahwa kekosongan posisi kepala daerah telah turut mempengaruhi keterlambatan itu. Meski mengakui bahwa pemberitaan mengenai pengelolaan keuangan publik belum lagi mencapai sebuah tulisan yang m e n d a l a m , t a p i a d a i s u s u l i t n y a mendapatkan narasumber serta melakukan cross-check terhadap isu PFM yang muncul. Sikap pemerintah yang kurang terbuka mengenal persoalan pengelolaan keuangan publik juga menjadi penghambat lain, dapat diproduksinya berita yang menarik dan mendalam tentang isu pengelolaan keuangan publik di Papua. Isu ketidaktersediaan narasumber maupun rujukan mengenai isu pengelolaan keuangan publik menjadi salah satu hal yang perlu dicatat dari NEWS Café Papua kali ini: karena isu ini langsung menyasar seluruh peserta diskusi, yang notabene adalah narasumber potensial bagi persoalan-persoalan pengelolaan keuangan publik, s e t i d a k ny a d i Pa p u a . K a re n a d a l a m kesempatan NEWS Café kali ini hadir sebagai peserta diskusi itu antara lain: Jan Karafir, Sam Renjaan, Agus Sumule dan Aaron Simanjuntak. Diksusi ini juga berkembang menjadi ranah tukar informasi dan keperdulian tentang situasai dan kualitas layanan publik. Keperdulian ini memunculkan gagasan untuk secara sinergi mendiskusikan sebuah road map, dari penjangkauan media untuk peningkatan pelayan publik dalam konteks pengelolaan keuangan publik. Road Map kampanye media dan ormas ini menjadi penting karena ada beberapa program donor yang dilaksanakan dan sedang berlangsung di Papua, memiliki keterkaitan dengan apa yanga diupayakan BaKTI lewat NEWS Café: memperkuat network antara stakeholder PFM di Papua, dan membagi keperdulian pada isu yang sama. Sehingga kerja-kerja sektoral dapat dikerjakan juga dikerjasamakan secara bersinergi. Salah satunya dengan cara membagi hasil media monitoring untuk mendapatkan peer-review dari peserta NEWS Café yang memang terbatas. Ketika waktu untuk mengakhiri dikusi NEWS Café tiba, beberapa dari peserta diskusi bertanya: “kapan ada NEWS Café lagi?” Segera. Karena NEWS Café ini direncanakan berlangsung setiap 3 bulan.

KINERJA KEUANGAN PUBLIKBAGAIMANA MENGUKURNYA?

WAJAH KTI

KOTA BAUBAU. Sinar mentari sore menyapu kota Baubau, lansekap kota yang nyaris tak punya gedung tinggi.

NAGA PANTAI KAMALI. Ada pengaruh Cina yang terselip dalam hikayat panjangkesultanan Buton hingga naga menghiasi lansekap Kamali. Untuk membuat naga initerkesan panjang, lanjutan patung ekornya dibuat berakhir di Palagimata, nun jauh diatas bukit.

DUA GENERASI. Wajah dua generasi melihat Baubau yang terus berkembang. Sang Kakek mengetahui benar hikayat masa lalu, yang muda siap menciptakan hikayat baru bagi Baubau masa depan.

MAKAM PARA RAJA. Nisan patah dalam bentuk tak beraturan disudut benteng bukannya tak terurus, disini beristirahat para bangsawan yang dulu memerintah kesultanan Buton.

MASJID KESULTANAN WOLIO. Merona karena lembayung, masjid sultan yang terawat dengan baik. Tiang bendera disampingnya berdiri kokoh sejak abad ke-17. Bagi penikmatsejarah, disini, waktu rasanya tak bergerak sejak dulu.

NEGERI DIPESISIR. Buton penuh dengan kepulauan, pantainya sering disinggahi parapelayar masa lalu. Hidup masyarakatnya sangat tergantung pada laut yang terbentang disamping rumah mereka.

KOMODITAS. kegiatan budidaya hasil laut berkembang di sepanjang pesisir Kabupaten Buton. Terpal dan jala membentang untuk mengeringkanrumput laut.

BOTOL DAN NYLON. Laiknya disemua desa pesisir. Kaum perempuan mengambil peran seperti ini dalam usaha rumput laut, termasukmenjemur dan menyeleksi. Kaum pria memilihperan di laut.

Foto : BaKTI / Afdhaliya Ma’rifah

DI NEGERI PARA RESI

CERITAKAN KTI LEWAT BIDIKAN ANDABaKTINews menyediakan ruang bagi anda yang ingin menceritakanKTI lewat foto.

Kirimkan foto-foto anda dengan ukuran dan resolusi yang baik disertai keterangan singkat ke alamat kami :[email protected]

INFORMASI LEBIH LANJUT

FOR MORE INFORMATION

[email protected]

Page 28: BaKTI News Edisi 76

19,996 Visits. 17,221 Absolute Unique Visitors.

Statistik Batukar.info Agustus 2011

31,799 Pageviews.

batukar.info sebagai bursa pengetahuan online pertama di KTI memiliki fitur grup atau jaringan dimana para pelaku pembangunan dapat bertukar ide serta pikiran dan dapat berdiskusi dengan anggota lainnya khususnya mengenai isu-isu pembangunan di KTI.

Saat ini sudah ada beberapa grup/jaringan diskusi yang aktif di batukar.infoAnda bisa melihat ke:

http://www.batukar.info/referensi/investasi-untuk-kesehatan-dan-gizi-sekolah-di-indonesia

Investasi untuk Kesehatan dan Gizi Sekolah di Indonesia

Intervensi Kesehatan dan Gizi Sekolah (KGS) atau School Health Nutrition (SHN) adalah investasi penting untuk pendidikan karena kesehatan dan gizi buruk pada anak usia sekolah dapat menghambat tercapainya tujuan pendidikan. Dampak negative dari penyakit dan gizi buruk pada anak-anak dapat terasa sepanjang masa pertumbuhan mereka.

Mutu Pendidikan Madrasah - Kajian Utama

Kajian 'Mutu Pendidikan Madrasah' (MPM) bertujuan untuk menyediakan penelitian berkualitas tinggi mengenai berbagi dimensi mutu pendidikan madrasah di Indonesia. Proyek ini dimulai pada April 2009 dan didanai oleh Program Pendidikan Dasar Australia-Indonesia (AIBEP). Ini merupakan tugas kolaboratif yang dilaksanakan oleh Kementerian Agama, CSAS/AusAID, ACER, UPI; dan BEC-TF

http://www.batukar.info/referensi/mutu-pendidikan-madrasah-kajian-utama

http://www.batukar.info/news/undangan-memasukan-nominasi-praktik-cerdas-forum-kti-vi

BaKTI Event: Inspirasi BaKTI-Kita hanya Punya Satu Rumah Anak perempuan itu senyum sambil tersipu malu. Lalu dia menjawab,”Disitu diajar menanam dan merawat pohon dengan baik, disitu diajarkan tradisi Makassar," sambil menggoyang goyangkan badannya. "Ada pohon gersen, pohon harmoni (maksudnya) mahoni," lanjutnya. Kemudian tak lama ada yang memanggil dengan keras, "Kelas Komunitas!" teriak si pria. Kemudian si anak perempuan tadi dan anak-anak lainnya menjawab,"Hai!" Seakan belum puas, pria kurus berumur 30-an ini kembali bertanya,"Apa kabar?" Anak-anak Kelas Komunitas tersebut dengan antusias menjawab,"Luar biasa!"

http://www.batukar.info/praktekcerdas/awan-legam-itu-berangsur-pergi

Dan bisa bergabung dengan salah satu jaringan di bawah ini:

http://www.batukar.info/komunitas/jaringan

Pengelolaan Keuangan Publikhttp://www.batukar.info/komunitas/groups/pfm-pengelolaan-keuangan-publik

JiKTI (Jaringan Peneliti Kawasan Timur Indonesia) Meningkatkan Manajemen Berbasis Sekolah di Indonesia: Naskah Kebijakan

Pengalaman reformasi pendidikan selama bertahun-tahun menunjukan bahwa berbagai usaha di semua sistem, yang kebanyakan direncanakan dan dilaksanakan dari atas, seringkali membuat inti dari proses pengajaran dan pembelajaran nyaris tidak berubah, Agar reformasi di tingkat sekolah dan kelas dapat benar-benar terlaksana, sekolah membutuhkan dukungan yang berkesinambungan dan konsisten.

http://www.batukar.info/referensi/cukilan-desentralisasi-inovasi-dalam-pembangunan-kesehatan-di-provinsi-nusa-tenggara-barat

AWAN LEGAM ITU BERANGSUR PERGI Adakah peristiwa yang lebih pedih katimbang ditinggal pergi “malaikat” yang bernama ibu? Kebanyakan orang menganggap kematian ibu sama saja dengan kematian pada umumnya, namun tidak demikian dalam pandangan anak yang ditinggalkan. Batu nisan akan luntur, diselimuti lumut dan debu untuk kemudian dilupakan orang seiring bergulirnya waktu. Tapi, untuk selamanya suara dan jejak kasih sayang ibu akan tetap bergema dan terpatri di relung hati dan memori anak-anak yang ditinggalkan. Kematian ibu merupakan ironi; kematian ibu terus terjadi walau anggaran kesehatan meningkat dari waktu ke waktu. Penempatan bidan di desa, pelatihan tenaga kesehatan, pengadaan obat dan alat dan pendekatan medis lainnya memang memberi hasil namun tidak cukup untuk menurunkan tragedi kematian ibu.

http://www.batukar.info/komunitas/articles/bakti-event-inspirasi-bakti-kita-hanya-punya-satu-rumah

http://www.batukar.info/komunitas/groups/jaringan-peneliti-kti-jikti

http://www.batukar.info/komunitas/jaringan

Kemdikbud anggarkan Rp600 miliar untuk ujian nasional

Indonesia akan dapatkan "bonus demografi"

Ternate Bantu Pengembangan UKM

Mamuju Kekurangan 1.500 Tenaga Medis

Produksi Kelapa Hibrida Sulbar Turun

PNS Gorontalo Wajib Berbahasa Daerah Tiap Jumat

Mamuju Bangun Irigasi Tambak 3.000 Meter

Kehidupan Nelayan Tiada Es, Asap Pun Jadi

omunitas Keuangan LSM sebuah ruang diskusi, berbagi Kreferensi dan bertukar informasi tentang pengelolaan keuangan LSM dan organisasi nirlaba di Indonesia.

Komunitas ini menyediakan beragam informasi dan referensi yang mendukung proses pengelolaan keuangan di LSM, selain juga melakukan berbagai kegiatan offline untuk membicarakan isu-isu yang berhubungan dengan perkembangan LSM khususnya mengenai hal-hal yang berhubungan dengan keuangan. Di dalam websitenya, Komunitas Keuangan LSM menyediakan informasi tentang regulasi pengelolaan keuangan, artikel, bahan-bahan mengenai laporan keuangan. Website ini juga menyediakan ruang untuk tanya jawab yang dapat membantu para pekerja LSM dalam menghadapi masalah di bidang keuangan. Website ini juga menyediakan informasi mengenai peluang kerja, undangan untuk memasukkan proposal, serta peluang beasiswa.

umbuh bersama-sama tentu menyenangkan. Bahu-Tmembahu menanggung beban, bergotong-royong berbagi peran, saling mengisi kekurangan dan bertukar

kelebihan. Bila informasi dan pengetahuan disimpan dan tidak dibagi bagaimana masyarakat bisa bertumbuh? Penabulu lahir dari momen dimana ada gerakan untuk memperbaiki kapasitas keuangan organisasi nirlaba dan organisasi lain yang melayani kepentingan publik. Penabulu tumbuh dan menyesuaikan dirinya bersamaan dengan perkembangan dinamika organisasi masyarakat sipil Indonesia pada periode transisi setelah Orde Baru runtuh. Periode transisi yang kemudian diwarnai tumbuhnya 'seribu tunas', tumbuhnya organisasi-organisasi masyarakat sipil baru, dengan keberagaman posisi, bentuk dan isu. Tertarik atau bingung? Lihat saja dulu websitenya!

http://penabulu.orghttp://www.keuanganlsm.com

Komunitas Keuangan LSM

Penabulu: Memacu Keberdayaan Masyarakat Sipil

WEBSITE BULAN INI

he Australian Government through The Endeavour TPostgraduate Awards provide full financial support for international students (including Indonesian citizen) for 2

to 3.5 years to undertake a postgraduate qualification at a Masters or PhD level either by coursework or research in any field of study in Australia.

The Endeavour Postgraduate Awards aim to:· Enable high achieving international students to undertake a

postgraduate qualification either by coursework or research in their chosen fields of study in Australia

· Strengthen bilateral ties between Australia and the participating countries

· Showcase Australia's education sector· Strengthen mutual understanding between the people of

Australia and Award Holders' home countries· Build international linkages and networks.

Scholarship value/inclusions:· Total Award Value – Up to $AUD 228,500 for PhD and $AUD

118,500 for Masters· Travel Allowance: $AUD 4,500· Establishment Allowance: $AUD 4,000· Monthly Stipend (up to 3.5 years, pro-rata basis): $AUD 2,500

per month.

Application instructions:Applications for the main round of the 2013 Endeavour Awards is now open and will close on 30 June 2012.

PELUANG OPPORTUNITY

Scholarships: Endeavour Postgraduate Awards 2012-2013

80,63% Bounce Rate81,81% New Visits

Applications open 1 April 2012.

Applicants undertaking study for a Masters Degree or PhD must provide a confirmation of enrolment or an offer of admission letter from the host university/institution they have applied to. Please note that a conditional offer of admission will be accepted. A letter to potential universities to assist in your application for admission is found at the last page of the application guidelines.

Download the guidelines at http://www.deewr.gov.au/International/EndeavourAwards/Documents/2013ApplicantGuidelines.pdf

To be considered for the Endeavour Postgraduate Award, applicants must complete an online application on http://www.deewr.gov.au/International/EndeavourAwards/IntApp/Pages/PostgraduateAwards.aspx and attach the supporting documentation as listed in the guidelines.

It is important to visit the official website (link found below) for detailed information on how to apply for this scholarshipOfficial Website: http://www.deewr.gov.au/International/EndeavourAwards/IntApp/Pages/PostgraduateAwards.aspx

BaKTI percaya, setiap orang sudah bekerja keras untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Sebenarnya ada banyak inisiatif yang berhasil menjawab berbagai tantangan pembangunan dalam berbagai bidang di Kawasan Timur Indonesia. Inisiatif-inisiatif yang kami sebut Praktik Cerdas yang dapat menginspirasi daerah lain untuk maju. Saat ini BaKTI sedang mencari Praktik Cerdas untuk dipresentasikan dalam pertemuan Forum Kawasan Timur Indonesia.

http://www.batukar.info/most_recent/l10newsarticle

Lebih lengkap baca di

http://www.batukar.info/most_recent/l10job Lebih lengkap baca di

2827

Undangan Memasukan Nominasi Praktik Cerdas Forum KTI VI

UNFPA Reproductive Health Programme Officer For... Plan Indonesia - Monev Officer Needed, NTB Training Course for Social Change

April - Mei 2012News Volume V - edisi 76 April - Mei 2012News Volume V - edisi 76

UPDATES

Page 29: BaKTI News Edisi 76

19,996 Visits. 17,221 Absolute Unique Visitors.

Statistik Batukar.info Agustus 2011

31,799 Pageviews.

batukar.info sebagai bursa pengetahuan online pertama di KTI memiliki fitur grup atau jaringan dimana para pelaku pembangunan dapat bertukar ide serta pikiran dan dapat berdiskusi dengan anggota lainnya khususnya mengenai isu-isu pembangunan di KTI.

Saat ini sudah ada beberapa grup/jaringan diskusi yang aktif di batukar.infoAnda bisa melihat ke:

http://www.batukar.info/referensi/investasi-untuk-kesehatan-dan-gizi-sekolah-di-indonesia

Investasi untuk Kesehatan dan Gizi Sekolah di Indonesia

Intervensi Kesehatan dan Gizi Sekolah (KGS) atau School Health Nutrition (SHN) adalah investasi penting untuk pendidikan karena kesehatan dan gizi buruk pada anak usia sekolah dapat menghambat tercapainya tujuan pendidikan. Dampak negative dari penyakit dan gizi buruk pada anak-anak dapat terasa sepanjang masa pertumbuhan mereka.

Mutu Pendidikan Madrasah - Kajian Utama

Kajian 'Mutu Pendidikan Madrasah' (MPM) bertujuan untuk menyediakan penelitian berkualitas tinggi mengenai berbagi dimensi mutu pendidikan madrasah di Indonesia. Proyek ini dimulai pada April 2009 dan didanai oleh Program Pendidikan Dasar Australia-Indonesia (AIBEP). Ini merupakan tugas kolaboratif yang dilaksanakan oleh Kementerian Agama, CSAS/AusAID, ACER, UPI; dan BEC-TF

http://www.batukar.info/referensi/mutu-pendidikan-madrasah-kajian-utama

http://www.batukar.info/news/undangan-memasukan-nominasi-praktik-cerdas-forum-kti-vi

BaKTI Event: Inspirasi BaKTI-Kita hanya Punya Satu Rumah Anak perempuan itu senyum sambil tersipu malu. Lalu dia menjawab,”Disitu diajar menanam dan merawat pohon dengan baik, disitu diajarkan tradisi Makassar," sambil menggoyang goyangkan badannya. "Ada pohon gersen, pohon harmoni (maksudnya) mahoni," lanjutnya. Kemudian tak lama ada yang memanggil dengan keras, "Kelas Komunitas!" teriak si pria. Kemudian si anak perempuan tadi dan anak-anak lainnya menjawab,"Hai!" Seakan belum puas, pria kurus berumur 30-an ini kembali bertanya,"Apa kabar?" Anak-anak Kelas Komunitas tersebut dengan antusias menjawab,"Luar biasa!"

http://www.batukar.info/praktekcerdas/awan-legam-itu-berangsur-pergi

Dan bisa bergabung dengan salah satu jaringan di bawah ini:

http://www.batukar.info/komunitas/jaringan

Pengelolaan Keuangan Publikhttp://www.batukar.info/komunitas/groups/pfm-pengelolaan-keuangan-publik

JiKTI (Jaringan Peneliti Kawasan Timur Indonesia) Meningkatkan Manajemen Berbasis Sekolah di Indonesia: Naskah Kebijakan

Pengalaman reformasi pendidikan selama bertahun-tahun menunjukan bahwa berbagai usaha di semua sistem, yang kebanyakan direncanakan dan dilaksanakan dari atas, seringkali membuat inti dari proses pengajaran dan pembelajaran nyaris tidak berubah, Agar reformasi di tingkat sekolah dan kelas dapat benar-benar terlaksana, sekolah membutuhkan dukungan yang berkesinambungan dan konsisten.

http://www.batukar.info/referensi/cukilan-desentralisasi-inovasi-dalam-pembangunan-kesehatan-di-provinsi-nusa-tenggara-barat

AWAN LEGAM ITU BERANGSUR PERGI Adakah peristiwa yang lebih pedih katimbang ditinggal pergi “malaikat” yang bernama ibu? Kebanyakan orang menganggap kematian ibu sama saja dengan kematian pada umumnya, namun tidak demikian dalam pandangan anak yang ditinggalkan. Batu nisan akan luntur, diselimuti lumut dan debu untuk kemudian dilupakan orang seiring bergulirnya waktu. Tapi, untuk selamanya suara dan jejak kasih sayang ibu akan tetap bergema dan terpatri di relung hati dan memori anak-anak yang ditinggalkan. Kematian ibu merupakan ironi; kematian ibu terus terjadi walau anggaran kesehatan meningkat dari waktu ke waktu. Penempatan bidan di desa, pelatihan tenaga kesehatan, pengadaan obat dan alat dan pendekatan medis lainnya memang memberi hasil namun tidak cukup untuk menurunkan tragedi kematian ibu.

http://www.batukar.info/komunitas/articles/bakti-event-inspirasi-bakti-kita-hanya-punya-satu-rumah

http://www.batukar.info/komunitas/groups/jaringan-peneliti-kti-jikti

http://www.batukar.info/komunitas/jaringan

Kemdikbud anggarkan Rp600 miliar untuk ujian nasional

Indonesia akan dapatkan "bonus demografi"

Ternate Bantu Pengembangan UKM

Mamuju Kekurangan 1.500 Tenaga Medis

Produksi Kelapa Hibrida Sulbar Turun

PNS Gorontalo Wajib Berbahasa Daerah Tiap Jumat

Mamuju Bangun Irigasi Tambak 3.000 Meter

Kehidupan Nelayan Tiada Es, Asap Pun Jadi

omunitas Keuangan LSM sebuah ruang diskusi, berbagi Kreferensi dan bertukar informasi tentang pengelolaan keuangan LSM dan organisasi nirlaba di Indonesia.

Komunitas ini menyediakan beragam informasi dan referensi yang mendukung proses pengelolaan keuangan di LSM, selain juga melakukan berbagai kegiatan offline untuk membicarakan isu-isu yang berhubungan dengan perkembangan LSM khususnya mengenai hal-hal yang berhubungan dengan keuangan. Di dalam websitenya, Komunitas Keuangan LSM menyediakan informasi tentang regulasi pengelolaan keuangan, artikel, bahan-bahan mengenai laporan keuangan. Website ini juga menyediakan ruang untuk tanya jawab yang dapat membantu para pekerja LSM dalam menghadapi masalah di bidang keuangan. Website ini juga menyediakan informasi mengenai peluang kerja, undangan untuk memasukkan proposal, serta peluang beasiswa.

umbuh bersama-sama tentu menyenangkan. Bahu-Tmembahu menanggung beban, bergotong-royong berbagi peran, saling mengisi kekurangan dan bertukar

kelebihan. Bila informasi dan pengetahuan disimpan dan tidak dibagi bagaimana masyarakat bisa bertumbuh? Penabulu lahir dari momen dimana ada gerakan untuk memperbaiki kapasitas keuangan organisasi nirlaba dan organisasi lain yang melayani kepentingan publik. Penabulu tumbuh dan menyesuaikan dirinya bersamaan dengan perkembangan dinamika organisasi masyarakat sipil Indonesia pada periode transisi setelah Orde Baru runtuh. Periode transisi yang kemudian diwarnai tumbuhnya 'seribu tunas', tumbuhnya organisasi-organisasi masyarakat sipil baru, dengan keberagaman posisi, bentuk dan isu. Tertarik atau bingung? Lihat saja dulu websitenya!

http://penabulu.orghttp://www.keuanganlsm.com

Komunitas Keuangan LSM

Penabulu: Memacu Keberdayaan Masyarakat Sipil

WEBSITE BULAN INI

he Australian Government through The Endeavour TPostgraduate Awards provide full financial support for international students (including Indonesian citizen) for 2

to 3.5 years to undertake a postgraduate qualification at a Masters or PhD level either by coursework or research in any field of study in Australia.

The Endeavour Postgraduate Awards aim to:· Enable high achieving international students to undertake a

postgraduate qualification either by coursework or research in their chosen fields of study in Australia

· Strengthen bilateral ties between Australia and the participating countries

· Showcase Australia's education sector· Strengthen mutual understanding between the people of

Australia and Award Holders' home countries· Build international linkages and networks.

Scholarship value/inclusions:· Total Award Value – Up to $AUD 228,500 for PhD and $AUD

118,500 for Masters· Travel Allowance: $AUD 4,500· Establishment Allowance: $AUD 4,000· Monthly Stipend (up to 3.5 years, pro-rata basis): $AUD 2,500

per month.

Application instructions:Applications for the main round of the 2013 Endeavour Awards is now open and will close on 30 June 2012.

PELUANG OPPORTUNITY

Scholarships: Endeavour Postgraduate Awards 2012-2013

80,63% Bounce Rate81,81% New Visits

Applications open 1 April 2012.

Applicants undertaking study for a Masters Degree or PhD must provide a confirmation of enrolment or an offer of admission letter from the host university/institution they have applied to. Please note that a conditional offer of admission will be accepted. A letter to potential universities to assist in your application for admission is found at the last page of the application guidelines.

Download the guidelines at http://www.deewr.gov.au/International/EndeavourAwards/Documents/2013ApplicantGuidelines.pdf

To be considered for the Endeavour Postgraduate Award, applicants must complete an online application on http://www.deewr.gov.au/International/EndeavourAwards/IntApp/Pages/PostgraduateAwards.aspx and attach the supporting documentation as listed in the guidelines.

It is important to visit the official website (link found below) for detailed information on how to apply for this scholarshipOfficial Website: http://www.deewr.gov.au/International/EndeavourAwards/IntApp/Pages/PostgraduateAwards.aspx

BaKTI percaya, setiap orang sudah bekerja keras untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Sebenarnya ada banyak inisiatif yang berhasil menjawab berbagai tantangan pembangunan dalam berbagai bidang di Kawasan Timur Indonesia. Inisiatif-inisiatif yang kami sebut Praktik Cerdas yang dapat menginspirasi daerah lain untuk maju. Saat ini BaKTI sedang mencari Praktik Cerdas untuk dipresentasikan dalam pertemuan Forum Kawasan Timur Indonesia.

http://www.batukar.info/most_recent/l10newsarticle

Lebih lengkap baca di

http://www.batukar.info/most_recent/l10job Lebih lengkap baca di

2827

Undangan Memasukan Nominasi Praktik Cerdas Forum KTI VI

UNFPA Reproductive Health Programme Officer For... Plan Indonesia - Monev Officer Needed, NTB Training Course for Social Change

April - Mei 2012News Volume V - edisi 76 April - Mei 2012News Volume V - edisi 76

UPDATES

Page 30: BaKTI News Edisi 76

kademi Berbagi Makassar kembali mengadakan kelas berbagi pada Jumat, 27 April di backyard BaKTI Makassar. Kelas ini Abertujuan untuk memberikan penjelasan praktis kepada para keluarga yang ingin memulai usaha sendiri dan menata keuangan pribadi mereka. Hadir dua orang narasumber, Ligwina Hananto, seorang perencana keuangan pribadi dan pendiri QM Financial

dan Dondi Hananto dari Kinara Indonesia. Ligwina dalam awal kuliahnya memberi pesan “Jangan sampai uang menghalangi cita-cita anak. Penting sekali untuk mempersiapkan keuangan keluarga yang baik dan terpisah dari keuangan bisnis pribadi. Hal ini untuk menghindari keuangan keluarga ikut terkuras saat keuangan bisnis dalam kondisi tidak baik” lanjutnya. Ligwina menyarankan agar sebelum memulai bisnis, tujuan-tujuan penting keuangan keluarga sudah disiapkan, seperti Dana Darurat, Dana Pendidikan dan Dana Pensiun. Dondi Hananto, yang juga sebelumnya bergerak di dunia perbankan, menceritakan bagaimana memulai bisnis pribadi. “Bisnis dengan Hati” demikian slide pertama dalam kuliahnya. Lanjutnya, jika ingin memulai sebuah bisnis tidak perlu muluk-muluk, kadang dengan melihat di sekitar kita dan mempelajari permasalahan dan kebutuhan yang ada, bisnis itu bisa bukan sekedar menghasilkan uang tapi juga menyelesaikan masalah sosial, yang dikenal dengan istilah Social Entrepreneur (SE) antara lain Muhammad Yunus dengan Garmeen Bank yang menyediakan kredit mikro bagi ibu-ibu dari keluarga miskin untuk memulai usaha; Wangsa Jelita dengan bisnis sabun dan produk kecantikan yang dihasilkan oleh kelompok petani mawar dengan bimbingan mahasiswa ITB dari mawar-mawar yang sudah tidak bisa dijual lagi. Ide-ide untuk memiliki usaha sendiri yang berdampak positif secara luas bukan hanya sekedar mimpi bila keuangan pribadi sebelumnya telah dikelola dengan cermat. Itulah pesan yang disampaikan oleh pasangan suami istri Hananto di kelas Akademi Berbagi Makassar kali ini. Hadir dalam acara ini 30 peserta yang berasal dari pemerintah, sektor swasta dan masyarakat umum.

BaKTI menyediakan fasilitas Ruang Pertemuan bagi para pelaku pembangunan untuk melaksanakan seminar, lokakarya, rapat, dan diskusi. Reservasi ruangan dapat dilakukan melalui email dengan menghubungi [email protected] atau telepon 0411 3650320-22, atau berkunjung langsung ke Kantor BaKTI, Jl. Dr. Sutomo 26 Makassar.

alam rangka pelaksanaan Program Bank Dunia, BERMUTU (Better Education through Reformed Management and Universal DTeacher Upgrading) tahun ke-2, Kelompok Kerja Kepala Sekolah (K3S) Kecamatan Tamalate, Kota Makassar melaksanakan pembekalan materi penelitian tindakan sekolah bagi kepala sekolah di wilayah kerjanya, bertempat di ruang pertemuan BaKTI.

Kegiatan ini bertujuan untuk memotivasi para kepala sekolah untuk melakukan penelitian di sekolah masing-masing terkait dengan masalah yang dihadapi para guru dalam rangka upaya peningkatan kualitas pembelajaran. Masalah yang dihadapi guru tentunya membutuhkan teknik untuk memecahkannya. Dengan kegiatan ini diharapkan para kepala sekolah dapat mendeskripkan dalam bentuk tulisan langkah-langkah penelitian melalui tindakan dalam beberapa siklus. Sebanyak 32 peserta hadir dalam kegiatan ini.

29 April - Mei 2012News Volume V - edisi 76

ulawesi Utara adalah daerah yang sangat potensial

Sdengan Sumber daya alam maupun Sumber daya manusianya. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Sulut

sejak tahun 2002 selalu berada di dua tertinggi dari seluruh provinsi di Indonesia. Demikian juga dengan peringkat Daerah Bebas Buta Aksara (Melek Huruf ), Sulawesi Utara selalu menempati tempat teratas. Ironisnya, tidak sedikit perempuan Sulawesi Utara yang menjadi korban trafficking. Bahkan daerah ini termasuk salah satu target perdagangan perempuan, dengan sasaran utama perempuan di bawah umur (anak-anak). Masih menjadi pertanyaan, apakah sebenarnya yang menjadi penyebab utama tingginya angka trafficking ini, apakah faktor ekonomi, rendahnya informasi yang diterima oleh para korban atau ada faktor lain. Adalah Yayasan Compassion First Indonesia (YCFI) sebuah organisasi kemanusiaan berskala global yang menyediakan solusi terdepan untuk para korban traffiking di Sulawesi Utara. YCFI didirikan berdasarkan Akta Notaris pada tanggal 15 Maret 2010 dan memulai aktifitas pelayanan di Manado – Sulawesi Utara pada bulan Mei 2010. Kepedulian YCFI terhadap korban trafficking diwujudkan dengan mendirikan sebuah shelter atau Rumah Perlindungan bagi para korban trafficking. Shelter ini mereka namakan Rumah Ruth, yang juga menjadi rumah perlindungan pertama di Sulawesi Utara yang memberikan pelayanan jangka panjang. Rumah Ruth mengkhususkan diri menangani korban trafficking yang berusia 13-18 tahun, karena melihat banyaknya korban di rentang usia ini. Dalam penanganan kasus trafficking ada dua cara yang ditempuh yaitu pencegahan dan rehabilitasi/restorasi. Rumah Ruth menempatkan rehabilitas korban sebagai fokus utama kerja mereka. Para anak-anak perempuan yang menjadi korban trafficking diambil dan ditempatkan di sebuah rumah yang aman dan nyaman yang membuat para korban ini merasa tenang dan terlindungi. Selain memberikan perlindungan, Rumah Ruth juga memberikan berbagai pelayanan lainnya, seperti memberikan terapi Konseling dan dukungan psikologi, mengadakan pelatihan dan bimbingan keterampilan dasar untuk kebutuhan sehari-hari, rehabilitasi dalam Pendidikan, baik pendidikan formal maupun informal, pelatihan membaca, Bahasa Inggris, pengenalan komputer, dan lain-lain.

Rumah Ruth juga memberikan perawatan medis, memfasilitasi pelatihan keterampilan kerja dan megusahakan penempatan kerja, menyediakan bantuan advokasi dan pendampingan untuk hal-hal yang berkaitan dengan hukum. Selain Rumah Ruth juga melaksanakan kegiatan re-integrasi, ya i tu pemulangan dan penyatuan k embal i dengan keluarga/komunitas dan menindaklanjuti kegiatan itu dengan kegiatan monitoring secara berkala. Untuk melakukan pendampingan ini tentunya dibutuhkan dana yang jumlahnya tidak sedikit, sejauh ini Rumah Ruth mendapatkan bantuan dari beberapa lembaga atau perorangan yang berasal dari luar negeri. Selain itu pemerintah provinsi Sulawesi Utara juga memberikan bantuan dalam bentuk barang kebutuhan sehari-hari bagi korban yang diadvokasi. Selama kurang lebih dua tahun, Rumah Ruth telah mengadvokasi enam orang korban trafficking. Karena advokasi perlindungan yang diberikan adalah jangka panjang, Rumah Ruth berusaha fokus terhadap kualitas advokasi yang mereka berikan, bukan menarik jumlah banyak korban, tapi bagaimana benar-benar memberikan perlindungan, memberikan keterampilan dan mengembalikan kepecayaan diri para korban. Misi utama Rumah Ruth adalah membantu generasi muda Indonesia menjadi generasi yang kuat dan memiliki masa depan yang cerah dan penuh harapan.

INFORMASI LEBIH LANJUT FOR MORE INFORMATION

Untuk informasi lebih lanjut dan memulai kerja sama silahkan menghubungi :Yayasan Compassion First Indonesia (YCFI) ManadoJln. Samratulangi No. 50, Kel. Wenang Selatan Lingk. IV Kec. WenangManado – Sulawesi UtaraTelp : 0431 – 867335Winda Winowatan (Contact Person)E-mail : [email protected]

4 April 2012

Pembekalan materi penelitian tindakan sekolah

PROFIL LSM

27 April 2012

Bisnis dan Keuangan

Keluarga

KEGIATAN DI BaKTI

Page 31: BaKTI News Edisi 76

kademi Berbagi Makassar kembali mengadakan kelas berbagi pada Jumat, 27 April di backyard BaKTI Makassar. Kelas ini Abertujuan untuk memberikan penjelasan praktis kepada para keluarga yang ingin memulai usaha sendiri dan menata keuangan pribadi mereka. Hadir dua orang narasumber, Ligwina Hananto, seorang perencana keuangan pribadi dan pendiri QM Financial

dan Dondi Hananto dari Kinara Indonesia. Ligwina dalam awal kuliahnya memberi pesan “Jangan sampai uang menghalangi cita-cita anak. Penting sekali untuk mempersiapkan keuangan keluarga yang baik dan terpisah dari keuangan bisnis pribadi. Hal ini untuk menghindari keuangan keluarga ikut terkuras saat keuangan bisnis dalam kondisi tidak baik” lanjutnya. Ligwina menyarankan agar sebelum memulai bisnis, tujuan-tujuan penting keuangan keluarga sudah disiapkan, seperti Dana Darurat, Dana Pendidikan dan Dana Pensiun. Dondi Hananto, yang juga sebelumnya bergerak di dunia perbankan, menceritakan bagaimana memulai bisnis pribadi. “Bisnis dengan Hati” demikian slide pertama dalam kuliahnya. Lanjutnya, jika ingin memulai sebuah bisnis tidak perlu muluk-muluk, kadang dengan melihat di sekitar kita dan mempelajari permasalahan dan kebutuhan yang ada, bisnis itu bisa bukan sekedar menghasilkan uang tapi juga menyelesaikan masalah sosial, yang dikenal dengan istilah Social Entrepreneur (SE) antara lain Muhammad Yunus dengan Garmeen Bank yang menyediakan kredit mikro bagi ibu-ibu dari keluarga miskin untuk memulai usaha; Wangsa Jelita dengan bisnis sabun dan produk kecantikan yang dihasilkan oleh kelompok petani mawar dengan bimbingan mahasiswa ITB dari mawar-mawar yang sudah tidak bisa dijual lagi. Ide-ide untuk memiliki usaha sendiri yang berdampak positif secara luas bukan hanya sekedar mimpi bila keuangan pribadi sebelumnya telah dikelola dengan cermat. Itulah pesan yang disampaikan oleh pasangan suami istri Hananto di kelas Akademi Berbagi Makassar kali ini. Hadir dalam acara ini 30 peserta yang berasal dari pemerintah, sektor swasta dan masyarakat umum.

BaKTI menyediakan fasilitas Ruang Pertemuan bagi para pelaku pembangunan untuk melaksanakan seminar, lokakarya, rapat, dan diskusi. Reservasi ruangan dapat dilakukan melalui email dengan menghubungi [email protected] atau telepon 0411 3650320-22, atau berkunjung langsung ke Kantor BaKTI, Jl. Dr. Sutomo 26 Makassar.

alam rangka pelaksanaan Program Bank Dunia, BERMUTU (Better Education through Reformed Management and Universal DTeacher Upgrading) tahun ke-2, Kelompok Kerja Kepala Sekolah (K3S) Kecamatan Tamalate, Kota Makassar melaksanakan pembekalan materi penelitian tindakan sekolah bagi kepala sekolah di wilayah kerjanya, bertempat di ruang pertemuan BaKTI.

Kegiatan ini bertujuan untuk memotivasi para kepala sekolah untuk melakukan penelitian di sekolah masing-masing terkait dengan masalah yang dihadapi para guru dalam rangka upaya peningkatan kualitas pembelajaran. Masalah yang dihadapi guru tentunya membutuhkan teknik untuk memecahkannya. Dengan kegiatan ini diharapkan para kepala sekolah dapat mendeskripkan dalam bentuk tulisan langkah-langkah penelitian melalui tindakan dalam beberapa siklus. Sebanyak 32 peserta hadir dalam kegiatan ini.

29 April - Mei 2012News Volume V - edisi 76

ulawesi Utara adalah daerah yang sangat potensial

Sdengan Sumber daya alam maupun Sumber daya manusianya. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Sulut

sejak tahun 2002 selalu berada di dua tertinggi dari seluruh provinsi di Indonesia. Demikian juga dengan peringkat Daerah Bebas Buta Aksara (Melek Huruf ), Sulawesi Utara selalu menempati tempat teratas. Ironisnya, tidak sedikit perempuan Sulawesi Utara yang menjadi korban trafficking. Bahkan daerah ini termasuk salah satu target perdagangan perempuan, dengan sasaran utama perempuan di bawah umur (anak-anak). Masih menjadi pertanyaan, apakah sebenarnya yang menjadi penyebab utama tingginya angka trafficking ini, apakah faktor ekonomi, rendahnya informasi yang diterima oleh para korban atau ada faktor lain. Adalah Yayasan Compassion First Indonesia (YCFI) sebuah organisasi kemanusiaan berskala global yang menyediakan solusi terdepan untuk para korban traffiking di Sulawesi Utara. YCFI didirikan berdasarkan Akta Notaris pada tanggal 15 Maret 2010 dan memulai aktifitas pelayanan di Manado – Sulawesi Utara pada bulan Mei 2010. Kepedulian YCFI terhadap korban trafficking diwujudkan dengan mendirikan sebuah shelter atau Rumah Perlindungan bagi para korban trafficking. Shelter ini mereka namakan Rumah Ruth, yang juga menjadi rumah perlindungan pertama di Sulawesi Utara yang memberikan pelayanan jangka panjang. Rumah Ruth mengkhususkan diri menangani korban trafficking yang berusia 13-18 tahun, karena melihat banyaknya korban di rentang usia ini. Dalam penanganan kasus trafficking ada dua cara yang ditempuh yaitu pencegahan dan rehabilitasi/restorasi. Rumah Ruth menempatkan rehabilitas korban sebagai fokus utama kerja mereka. Para anak-anak perempuan yang menjadi korban trafficking diambil dan ditempatkan di sebuah rumah yang aman dan nyaman yang membuat para korban ini merasa tenang dan terlindungi. Selain memberikan perlindungan, Rumah Ruth juga memberikan berbagai pelayanan lainnya, seperti memberikan terapi Konseling dan dukungan psikologi, mengadakan pelatihan dan bimbingan keterampilan dasar untuk kebutuhan sehari-hari, rehabilitasi dalam Pendidikan, baik pendidikan formal maupun informal, pelatihan membaca, Bahasa Inggris, pengenalan komputer, dan lain-lain.

Rumah Ruth juga memberikan perawatan medis, memfasilitasi pelatihan keterampilan kerja dan megusahakan penempatan kerja, menyediakan bantuan advokasi dan pendampingan untuk hal-hal yang berkaitan dengan hukum. Selain Rumah Ruth juga melaksanakan kegiatan re-integrasi, ya i tu pemulangan dan penyatuan k embal i dengan keluarga/komunitas dan menindaklanjuti kegiatan itu dengan kegiatan monitoring secara berkala. Untuk melakukan pendampingan ini tentunya dibutuhkan dana yang jumlahnya tidak sedikit, sejauh ini Rumah Ruth mendapatkan bantuan dari beberapa lembaga atau perorangan yang berasal dari luar negeri. Selain itu pemerintah provinsi Sulawesi Utara juga memberikan bantuan dalam bentuk barang kebutuhan sehari-hari bagi korban yang diadvokasi. Selama kurang lebih dua tahun, Rumah Ruth telah mengadvokasi enam orang korban trafficking. Karena advokasi perlindungan yang diberikan adalah jangka panjang, Rumah Ruth berusaha fokus terhadap kualitas advokasi yang mereka berikan, bukan menarik jumlah banyak korban, tapi bagaimana benar-benar memberikan perlindungan, memberikan keterampilan dan mengembalikan kepecayaan diri para korban. Misi utama Rumah Ruth adalah membantu generasi muda Indonesia menjadi generasi yang kuat dan memiliki masa depan yang cerah dan penuh harapan.

INFORMASI LEBIH LANJUT FOR MORE INFORMATION

Untuk informasi lebih lanjut dan memulai kerja sama silahkan menghubungi :Yayasan Compassion First Indonesia (YCFI) ManadoJln. Samratulangi No. 50, Kel. Wenang Selatan Lingk. IV Kec. WenangManado – Sulawesi UtaraTelp : 0431 – 867335Winda Winowatan (Contact Person)E-mail : [email protected]

4 April 2012

Pembekalan materi penelitian tindakan sekolah

PROFIL LSM

27 April 2012

Bisnis dan Keuangan

Keluarga

KEGIATAN DI BaKTI

Page 32: BaKTI News Edisi 76

A Prayer to Conserve The Natural Beauty of Komodo Islands Indonesian Archipelago

Deskripsi fisik Physical Description ISBN

Benteng-Benteng Kerajaan Gowa Abad XVI-XVII (Tinjauan Lingkungan dalam Penempatannya)

Saatnya Wirausaha Muda

Keindahan Pulau Komodo beserta beragam keunikannya tergambarkan oleh sekumpulan foto indah dalam buku ini. Mulai dari keindahan alam daratannya, ragam jenis terumbu karang di dasar laut, dan kehidupan fauna pulau ini. Buku menghadirkan keindahan Pulau Komodo yang menginspirasi. Bagi siapa saja yang sedang dalam perjalanan mencari cinta dan syukur, buku ini mengemas beragam bentuk anugrah Tuhan dilengkapi dengan caption ungkapan doa syukur sederhana dan harapan untuk dapat menyebarkan apresiasi terhadap kebesaran ciptaan Tuhan.

Bukti kebesaran kerajaan Gowa-Tallo yang terletak di Makassar masih tersisa dan dapat ditemukan di beberapa tempat. Terlepas dari fungsinya sebagai alat pertahanan pada masa lalu, benteng dan bangunan-bangunan bersejarah lainnya adalah warisan budaya yang senantiasa perlu dijaga dan diperbaharui informasinya. Buku ini memaparkan fungsi dan peranan keletakan masing-masing benteng dalam kerangka sistem pertahanan kerajaan Gowa Tallo pada masa lalu dan tinjauan faktor lingkungan sebagai dasar pertimbangan penempatannya.

Semangat wirausaha bukan sesuatu hal yang timbul begitu saja, namun perlu ditularkan oleh lingkungan ataupun orang yang lebih dulu memulai usaha. Berangkat dari kesadaran pentingnya untuk terus memasyarakatkan kewirausahaan khususnya pada generasi muda, buku ini merekam pengalaman penyebaran virus wirausaha melalui berbagai pelatihan. Hal ini dianggap penting karena komitmen wirausaha muda dapat menjadi solusi berbagai permasalahan sosial yang ada di masyarakat.

154 Hal, 14 x 21 cm 978-602-99529-0-2

Penulis Author Deskripsi fisik Physical Description

Aly Anwar dan Bahrul Ulul Ilham 154 Hal, 14 x 21 cm

Berantas Korupsi, Jurnal Perempuan Edisi 72

Perempuan seringkali ditempatkan pada ruang-ruang penggolongan terendah dalam stratifikasi sosial. Korupsi memperburuk kedudukan itu. Dalam proses gerakan sosial pemberitaan korupsi, perempuan adalah aktor penting, karena seringkali menjadi korban utama dari suatu politik oligarki. Juga karena perempuan memiliki standar etika yang lebih. Dalam Edisi 72 ini, Jurnal Perempuan mengangkat tema Perempuan dan Korupsi karena perempuan dianggap yang paling rentan terkena dampak buruk korupsi.

Penerbit Publisher

Yayasan Jurnal Perempuan

INFO BUKU

ISBN

1410-153x

Penerbit Publisher

Canting

Deskripsi fisik Physical Description ISBN

128 hal, 14 x 21 cm 978-602-1906-3-3

Buku-buku tersebut diatas tersedia di Perpustakaan BaKTI.Perpustakaan BaKTI berada di Kantor BaKTI Jl. Dr. Sutomo No. 26 Makassar. Fasilitas ini terbuka untuk umum setiap hari kerja mulai dari jam 08:00 – 17:00.

Penulis Author

Muhammad Iqbal AM.

BaKTI mengucapkan terimakasih kepada Canting dan Kantor Arsip Perpustakaan dan Pengelohan Data Pemerintah Kota Makassar atas sumbangan buku untuk Perpustakaan BaKTI.