edep

6
NAMA : ALFAN FIRMANSYAH NIM : 1300017046 PRODI : BIOLOGI Eliminate Dengue Project (EDP) Aedes aegypti ber-Wolbachia Penyakit demam berdarah dengue (DBD)sering dijumpai di Indonesia. Dengan iklim tropis dan masih buruknya sanitasi di masyarakat menjadikan kasus DBD hampir selalu terjadi setiap tahunnya di Indonesia. Bahkan pada tahun 2011 Indonesia menduduki posisi teratas dalam kasus dengue di Asia Tenggara dengan kejadian 10.000 kasus. Sayangnya hingga saat ini masih belum ditemukan vaksin atau obat untuk mencegah penularan DBD. Berbagai upaya penanggulangan DBD yang telah dilakukan selama ini baik secara biologis dengan ikanisasi maupun secara kimiawi dengan menggunakan insektisida melalui berbagai aplikasi serta secara fisik dengan menguras, menutup, dan menimbun tampaknya belum sepenuhnya berhasil Sudah sejak lama para ilmuwan mengetahui bahwa nyamuk nyamuk yang relatif tua yang mampu menularkan penyakit tertentu, termasuk demam dengue dan malaria. Selama bertahun tahun para peneliti mencari trobosan baru mengatasi persoalan dengue dunia. Salah satunya yaitu pendekatan untuk mengontrol populasi nyamuk yang membawa virus dengue yang akan menghambat perkembangan virus didalam tubuh nyamuk dan mengubah lama hidup nyamuknya, sehingga nyamuk akan mati sebelum memindahkan virus dengue ke tubuh manusia. Penelitian ini mengunakan bakteri yang umum ditemukan diserangga di seluruh duniayaitu Wolbachia pipientis yang di isolasi dari lalat buah Drosophila melanogaster. Bakteri Wolbachia

Upload: indrioctri

Post on 01-Oct-2015

216 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

edp nyamuk

TRANSCRIPT

NAMA: ALFAN FIRMANSYAHNIM: 1300017046PRODI: BIOLOGI

Eliminate Dengue Project (EDP)Aedes aegypti ber-WolbachiaPenyakit demam berdarah dengue (DBD)sering dijumpai di Indonesia. Dengan iklim tropis dan masih buruknya sanitasi di masyarakat menjadikan kasus DBD hampir selalu terjadi setiap tahunnya di Indonesia. Bahkan pada tahun 2011 Indonesia menduduki posisi teratas dalam kasus dengue di Asia Tenggara dengan kejadian 10.000 kasus.Sayangnya hingga saat ini masih belum ditemukan vaksin atau obat untuk mencegah penularan DBD. Berbagai upaya penanggulangan DBD yang telah dilakukan selama ini baik secara biologis dengan ikanisasi maupun secara kimiawi dengan menggunakan insektisida melalui berbagai aplikasi serta secara fisik dengan menguras, menutup, dan menimbun tampaknya belum sepenuhnya berhasilSudah sejak lama para ilmuwan mengetahui bahwa nyamuk nyamuk yang relatif tua yang mampu menularkan penyakit tertentu, termasuk demam dengue dan malaria. Selama bertahun tahun para peneliti mencari trobosan baru mengatasi persoalan dengue dunia. Salah satunya yaitu pendekatan untuk mengontrol populasi nyamuk yang membawa virus dengue yang akan menghambat perkembangan virus didalam tubuh nyamuk dan mengubah lama hidup nyamuknya, sehingga nyamuk akan mati sebelum memindahkan virus dengue ke tubuh manusia. Penelitian ini mengunakan bakteri yang umum ditemukan diserangga di seluruh duniayaitu Wolbachia pipientis yang di isolasi dari lalat buah Drosophila melanogaster.Bakteri WolbachiaWolbachia adalah salah satu genus bakteri yang hidup sebagai parasit pada hewan artropoda, berasal dari kelas Alphaproteobacteria. Infeksi Wolbachia pada hewan akan menyebabkan partenogenesis (perkembangan sel telur yang tidak dibuahi), kematian pada hewan jantan, dan bahkan feminisasi (perubahan serangga jantan menjadi betina). Bakteri ini tergolong ke dalam gram negatif, berbentuk batang, dan sulit ditumbuhkan di luar tubuh inangnya.Bakteri tersebut banyak terdapat di dalam jaringan dan organ reproduksi hewan serta pada jaringan somatik. Inang yang terinfeksi dapat mengalami inkompatibilitas (ketidakserasian) sitoplasma, yaitu suatu fenomena penyebaran faktor sitoplasma yang umumnya dilakukan dengan membunuh progeni (keturunan) yang tidak membawa/mewarisi faktor tersebut.Wolbachia sebenarnya telah ada 100 juta tahun yang lalu dan keberadaanya menjadi salah satu parasit paling sukses di dunia yaitu kemampuan berevolusi untuk memanipulasi kehidupan seksual host (spesies yang terinfeksi). Wolbachia lebih menyukai betina daripada jantan karena mereka datang dalam telur matang, tapi tidak dalam sperma matang. Akibatnya, hanya betina yang menularkan infeksi pada keturunan mereka. Wolbachia telah membuatnya menjadi kandidat yang menjanjikan bagi rekayasa genetika dalam mencari cara yang lebih efektif untuk memerangi penyakit yang disebarkan oleh serangga.Penelitian tentang bakteri WolbachiaBerbagai penelitian telah menunjukkan hasil yang positif dengan adanya infeksi bakteri Wolbachia. Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan sekelompok peneliti dari Universitas Queensland di Brisbane Australia yang didanai miliarder Bill Gates. Mereka menginfeksikan bakteri Wolbachia, untuk menghentikan persebaran nyamuk. Bakteri Wolbachia menyebar dengan baik melalui uji laboratorium pada nyamuk-nyamuk yang berkembang biak. Mereka menginfeksi ke dalam 1000 embrio nyamuk. Bakteri itu terbukti mampu menyebar dari nyamuk betina yang terinfeksi kepada keturunannya. Hal ini bisa memperpendek masa hidup nyamuk itu dan juga embrionya.Kemudian penelitian tentang bakteri Wolbachia juga dilakukan oleh ilmuwan dari Michigan State University yang menemukan cara menghentikan duplikasi nyamuk DB dengan menggunakan bakteri Wolbachia.Sekitar 28 persen spesies nyamuk memiliki bakteri Wolbachia. Tapi bakteri itu tidak ada dalam nyamuk Aedes aegypti. Bakteri Wolbachia memiliki kemampuan untuk menghentikan replika atau duplikasi virus dengue di dalam nyamuk. Jika tidak ada virus dengue dalam nyamuk, maka virus tersebut tidak dapat menyebar ke orang-orang sehingga proses penularannya dapat dihambat.Penelitian dilakukan dengan memasukkan bakteri Wolbachia ke dalam nyamuk Aedes aegypti dengan cara menyuntikkan embrio dari parasit tersebut. Dan alhasil didapatkan bakteri ini berhasil dipertahankan di dalam tubuh nyamuk di dalam laboratorium selama hampir empat tahun, karena berhasil diturunkan dari ibu ke anaknya. Ketika nyamuk jantan yang terinfeksi Wolbachia berpasangan dengan nyamuk betina yang tidak terinfeksi, maka bakteri menyebabkan ketidaknormalan reproduksi yang memicu kematian embrio dini.Bakteri Wolbachia tidak mempengaruhi perkembangan embrio apabila nyamuk betina memiliki Wolbachia yang sama dengan nyamuk jantan, sehingga bakteri dapat menyebar dengan cepat dan menginfeksi semua populasi nyamuk. Selain itu bakteri ini juga tidak dapat menular dari nyamuk ke manusia.Keuntungan dari strain yang digunakan penelitian ini adalah semakin lama nyamuk tersebut hidup, maka semakin besar kemungkinan infeksi bakteri Wolbachia ke seluruh populasi nyamuk dalam jangka waktu singkat.Satu lagi penelitian yang dilakukan oleh peneliti dari Monash University, yang mencoba menyuntikkan bakteri Wolbachia ke dalam lebih dari 2.500 embrio Aedes aegypti yang dapat menyebarkan penyakit demam berdarah. Setelah mereka menetas, mereka diberi makanan darah yang sudah dicampur dengan virus dengue. Ternyata bakteri Wolbachia tidak menyebar ke lingkungan, akan tetapi diteruskan dari ibu ke anak melalui telurnya.Apabila pasangan nyamuk jantan yang terinfeksi dengan nyamuk betina yang tidak terinfeksi, akan membuat semua telur yang dihasilkan mati. Dan jika nyamuk betina terinfeksi Wolbachia, ketika mereka kawin dengan nyamuk jantan yang terinfeksi, telur yang menetas biasanya telah terinfeksi bakteri Wolbachia di dalamnya, sehingga bakteri Wolbachia akan ada dalam setiap generasi.Dari penelitian ini peneliti menyimpulkan bahwa bakteri Wolbachia dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh nyamuk dan melindungi dari virus seperti virus DBD. Dan bakteri Wolbachia bersaing dengan darah untuk makanan di dalam tubuh nyamuk, sehingga virus dengue sulit untuk mereplikasi dan berkembang di dalam tubuh nyamuk.Penelitian-penelitian tersebut menawarkan harapan agar penyakit DBD yang ditularkan oleh nyamuk vektor Aedes aegypti dapat dihentikan, meskipun di bawah kondisi laboratorium bahwa hal itu kemungkinan bisa diterapkan di lapangan.Pengujian dilapanganPenelitian dalam proyek EDP ini telah memasuki bulan ke sembilan. Selain Australia sebagai negara pertama yang melaksanakan proyek ini, Indonesia, Vietnam, Brazil, Tiongkok dan Kolombia.Di Indonesia, Peneliti Universitas Gadjah Mada terus mengembangkan metode Wolbachia untuk mengurangi penularan virus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia. Seperti diketahui, peneliti UGM menggunakan nyamuk Aedes aegypti yang sudah mengandung bakteri Wolbachia untuk menghambat perkembangan replikasi virus Dengue pada nyamuk tersebut. Metode ini tengah diteliti dengan melepaskan ribuan nyamuk ber-Wolbachia di dua padukuhan, Kronggahan dan Nogotirto, Sleman. Masing-masing setiap rumah disebar hingga 8-10 ekor nyamuk.Selama 9 bulan pasca pelepasan awal tahun 2014 lalu, di dua wilayah penelitian tersebut diketahui ada peningkatan populasi nyamuk ber-Wolbachia hingga 60-80 persen. Peneliti mengklaim Wolbachia terus menyebar dalam populasi nyamuk stempat. Pelepasan nyamuk setiap pekan ini akan dilanjutkan hingga nantinya 100 persen nyamuk didaerah tersebut memiliki Wolbachia. besar kemungkinan pelepasan nyamuk ber-Wolbachia ini akan diperluas di masa mendatang setelah mendapatkan hasil dari penelitian dan pengamatan dari hasil dua padukuhan tersebut. Hasilnya, sangat menjanjikan. Meski saat ini masih berlangsung tapi yang dapatkan nyamuk ber-Wolbachia bisa berkembang biak mengikuti fase alamiahnya. Rencananya dalam waktu dekat, EDP UGM akan melepas nyamuk ber-Wolbachia di empat lokasi penelitian di Kabupaten Bantul dan Sleman. Setiap nyamuk yang dilepas di rumah-rumah penduduk sebelumnya telah diskrining agar bebas dari virus Dengue dan Chikungunya. Kekhawatiran dan penolakan kelompok masyarakat sebelumnya bahwa pelepasan nyamuk ber-Wolbachia memperbesar risiko penularan DBD ternyata tidak terbukti. Kendati selama 9 bulan pasca pelepasan nyamuk, hanya 9 kasus DBD yang ditemukan. Itupun masih diragukan apakah korban DBD tersebut terkena gigitan di tempat tinggalnya atau dari tempat lain.Pelepasan nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia sendiri bertujuan menguji apakah populasi nyamuk yang dikembangkan di laboratorium itu dapat bertahan di lingkungan alami. Sebab jika bertahan dan menghasilkan keturunan, nyamuk-nyamuk tersebut akan membentuk generasi nyamuk yang tak bisa menyebarkan virus dengue. Hal ini dikarenakan sifat Wolbachia yang dapat mempersingkat masa hidup nyamuk sekaligus menghalangi replikasi virus dengue. Metode ini diharapkan dapat menekan jumlah kasus DBD. Penelitian baru menapaki tahap pengujian ketahanan nyamuk. Artinya, penyebaran nyamuk bukan dilakukan untuk menguji pengaruhnya terhadap jumlah kasus demam berdarah, yang merupakan endemi di lokasi penelitian. Tujuan fase ini belum sampai melihat dampak Wolbachia terhadap penularan demam berdarah, karena yang lakukan adalah untuk melihat apakah nyamuk yang memunyai Wolbachia itu bisa bertahan hidup di alam. Karena nyamuk ini merupakan sesuatu yang kami ternakkan di lab kemudian kami lepaskan di alam.