ecase obgyn.docx

5
ECASE OBGYN Judul Perdarahan Post Partum akibat Retensi Sisa Plasenta dan Laserasi Jalan Lahir Abstrak Perdarahan post partum (PPP) didefinisikan sebagai perdarahan yang melebihi 500 ml setelah bayi lahir pervaginam atau lebih 1000 ml secara section cesarean atau secara fungsional diartikan perdarahan yang lebih dari normal yang menyebabkan perubahan tanda vital 2 . PPP dibagi menjadi PPP primer, yang terjadi dalam 24 jam setelah persalinan, dan PPP sekunder, terjadi setelah 24 jam sampai 6 minggu setelah persalinan 4 . Empat hal yang harus dievaluasi jika terjadi perdarahan post partum adalah tonus, tissue, trauma dan trombin. Penatalaksanaan tergantung dari penyebab perdarahan dengan tetap memperhatikan stabilisasi ABC 3 . Pencegahan dapat dilakukan dengan manajemen aktif kala III 4 . Seorang wanita 32 tahun, P2A0, kiriman bidan dengan perdarahan pervaginam setelah melahirkan secara spontan 4 jam yang lalu. Nyeri pada jalan lahir(+), lemas(+), pusing(-), BAK(+). Tidak ada riwayat hipertensi, anemia, atau gangguan pembekuan darah. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tinggi fundus uteri setinggi umbilicus, kontraksi uterus(+) keras. Perdarahan mengalir pervaginam ± 300 cc, luka robek di vestibulum bagian atas introitus vagina(+). Pemeriksaan dalam

Upload: ardila-waraduhita

Post on 18-Nov-2015

213 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ecase obgyn.docx

TRANSCRIPT

ECASE OBGYNJudulPerdarahan Post Partum akibat Retensi Sisa Plasenta dan Laserasi Jalan LahirAbstrakPerdarahan post partum (PPP) didefinisikan sebagai perdarahan yang melebihi 500 ml setelah bayi lahir pervaginam atau lebih 1000 ml secara section cesarean atau secara fungsional diartikan perdarahan yang lebih dari normal yang menyebabkan perubahan tanda vital2. PPP dibagi menjadi PPP primer, yang terjadi dalam 24 jam setelah persalinan, dan PPP sekunder, terjadi setelah 24 jam sampai 6 minggu setelah persalinan4. Empat hal yang harus dievaluasi jika terjadi perdarahan post partum adalah tonus, tissue, trauma dan trombin. Penatalaksanaan tergantung dari penyebab perdarahan dengan tetap memperhatikan stabilisasi ABC3. Pencegahan dapat dilakukan dengan manajemen aktif kala III4.Seorang wanita 32 tahun, P2A0, kiriman bidan dengan perdarahan pervaginam setelah melahirkan secara spontan 4 jam yang lalu. Nyeri pada jalan lahir(+), lemas(+), pusing(-), BAK(+). Tidak ada riwayat hipertensi, anemia, atau gangguan pembekuan darah. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tinggi fundus uteri setinggi umbilicus, kontraksi uterus(+) keras. Perdarahan mengalir pervaginam 300 cc, luka robek di vestibulum bagian atas introitus vagina(+). Pemeriksaan dalam didaptkan servik terbuka 2 cm, teraba stosel (+), sisa jaringan dan selaput ketuban(+). ISISeorang wanita 32 tahun, P2A0, kiriman bidan, datang dengan perdarahan pervaginam setelah melahirkan 4 jam SMRS. Persalinan dilakukan di bidan secara spontan dengan BBL bayi 3600 gr tanpa perdarahan yang banyak. Persalinan dipimpin jam 13.00, 15 menit kemudian bayi lahir, gunting pada jalan lahir(+), plasenta lahir 5 menit kemudian(tidak ada keterangan utuh atau tidak). Nyeri pada jalan lahir(+), lemas(+), pusing(-), BAK(+). Pasien melahirkan anak kedua, riwayat pernah dirujuk saat melahirkan anak pertama dengan perdarahan. Selain itu tidak ada riwayat perdarahan ataupun penyakit sebelum ataupun selama hamil. Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran kompos mentis, tampak pucat. Pemeriksaan tanda vital didapatkan tekanan darah 80/50 mmHg, nadi 96 kali per menit, kuat angkat, respiratory rate 20 kali per menit, suhu 36,7C. Conjungtiva anemis (+), pulmo dan cor tampak normal, abdomen tidak didapatkan organomegali. Pemeriksaan obstetric didapatkan tinggi fundus uteri setinggi umbilicus dengan kontraksi uterus(+) teraba keras. Pada genital, perdarahan tampak mengalir pervaginam 300 cc, jahitan luka episiotomy (+) 4 cm, luka robek di vestibulum anterior terhadap introitus vagina(+). Periksa dalam didapatkan servik diameter 2 cm, teraba stosel(+), sisa jaringan dan selaput ketuban (+). Pemeriksaan lab didapatkan leukosit 18.000/ l, Hb = 8,6 gr/dl, Ht = 25,8 %, AT = 166.000 /L. Diagnosis:Perdarahan post partum susp. sisa plasenta dan laserasi jalan lahirTerapi: Inf. RL 20 tpm Tranfusi PRC 2 kolf Inj. Asam tranexamat 2x500mg Pro curettageDiskusiPada kasus ini pasien datang dengan perdarahan pervaginam muncul setelah 4 jam post partus spontan. Darah yang keluar saat tiba di rumah sakit kurang lebih sebanyak 300 cc. Perdarahan ini disebut perdarahan postpartum karena dapat mengubah status hemodinamik pasien, dimana ditandai dengan penurunan tekanan darah dan peningkatan nadi. Perdarahan ini termasuk perdarahan primer, yang mungkin disebabkan oleh atonia uteri, robekan jalan lahir, sisa hasil konsepsiDari anamnesis dikatakan bahwa selama partus tidak disertai perdarahan yang banyak. Tanda vital menunjukan penurunan status hemodinamik. Pemeriksaan klinis menunjukan uterus berkontraksi kuat, sehingga atonia uteri dapat disingkirkan. Pemeriksaan dalam dieksplorasi didapatkan adanya jaringan (pada cervix) dan sisa selaput ketuban pada jalan lahir. Didapatkan juga laserasi jalan lahir pada bagian atas vestibulum yang belum dijahit. Adanya jaringan dan sisa selaput ketuban dapat menjadi sumber perdarahan pada pasien ini. Setiap perdarahan post partum harus diawasi keadaan umum agar tidak jatuh pada keadaan syok. Penanganannya dimulai dari ABC(Airway, Breathing, Circulation) sebagai tatalaksana kegawatan. Jika sudah aman dicari penyebab dari perdarahan. Pada pasien ini disebabkan oleh adanya jaringan dan sisa selaput ketuban yang harus dievakuasi. Evakuasi dilakukan dengan curettage, yang diikuti dengan pemberian obat uterotonika. Laserasi jalan lahir juga segera direparasi agar tidak menjadi spot pendarahan. Kesimpulan Perdarahan postpartum adalah perdarahan yang melebihi 500 ml setelah bayi lahir pervaginam atau lebih 1000 ml secara section cesarean atau perdarahan yang berapapun banyaknya dapat mengubah status hemodinamik pasca melahirkan. Penyebab perdarahan post partum:1. Tonus: Atoni uteri2. Tissue: Retensi sisa jaringan (kotiledon atau selaput ketuban, plasenta susenturiata, plasenta akreta/inkreta/perkreta)3. Trauma: Laserasi jalan lahir, rupture uteri, inversi uteri4. Trombin: koagulopati, sindrom HELLP, IUFD, Prinsip penanganan perdarahan post partum:1. Perhatikan ABC2. Resusitasi dan nilai kehilangan darah3. Diagnosis penyebab4. Tatalaksana penyebab.

Daftar Pustaka1. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Gilstrap III LC, Wenstrom KD. Williams Obstetrics. 22ndedition. Mc Graw-Hill. New York : 20052. Sarwono Prawirohardjo. Ilmu Kebidanan. PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.. Jakarta. 2008.5223. Abdul Bari Saiffudin, George Adriaansz, et al. (ed.). (2001). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: JNPKKR-POGI.4. Yulianti, D. Manajemen Komplikasi Kehamilan dan Persalinan. 2003. Jakarta: EGC