e07rin.pdf
DESCRIPTION
gdrhfhjghgukTRANSCRIPT
STUDI PEMBIAKAN VEGETATIF PADA Agathis loranthifolia
R.A. Salisbury MELALUI STEK PUCUK
RINALDO
E14202064
PROGRAM STUDI BUDIDAYA HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2007
STUDI PEMBIAKAN VEGETATIF PADA Agathis loranthifolia
R.A. Salisbury MELALUI STEK PUCUK
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor
RINALDO
E14202064
PROGRAM STUDI BUDIDAYA HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2007
Rinaldo, E14202064. Studi Pembiakan Vegetatif pada Agathis loranthifolia R.A. Salisbury Melalui Stek Pucuk. Dibawah bimbingan Ir. Andi Sukendro, M.Si
RINGKASAN Agathis loranthifolia salisb. dengan nama perdagangan damar atau Agathis merupakan salah satu jenis pohon yang tersebar di hampir seluruh wilayah Indonesia. Agathis memiliki banyak kegunaan baik dari kayunya maupun dari kopal atau getah yang dihasilkannya. Melihat banyaknya manfaat dari pohon Agathis, seiring semakin kompleksnya kebutuhan manusia, bukan tidak mungkin untuk ke depannya permintaan akan kayu dan kopal Agathis akan semakin meningkat juga. Untuk itu, penanaman pohon jenis Agathis dalam pembangunan hutan tanaman harus dijadikan sebagai salah satu prioritas. Dalam pembangunan hutan tanaman untuk jenis Agathis dibutuhkan bahan tanaman yang berkualitas dengan kuantitas yang memadai. Selama ini penggunaan benih sebagai bahan tanaman merupakan cara yang lebih sering dilakukan untuk mendapatkan tanaman Agathis. Dengan kata lain, perbanyakan tanaman Agathis lebih banyak dilakukan secara generatif. Dengan mengandalkan perbanyakan tanaman Agathis hanya dengan pembiakan generatif, maka kuantitas dan kualitas tanaman yang diinginkan pada waktu yang dibutuhkan akan sulit dicapai. Hal ini dikarenakan jenis Agathis baru bisa memproduksi benih pada umur 25 tahun. Selain itu periode berbuah dari jenis ini hanya dua kali dalam setahun yaitu periode Februari-April dan periode Agustus-Oktober. Buah yang dihasilkan pun tidak menentu jumlahnya.
Selain faktor produksi benih dan periodenya, faktor lain yang tidak kalah pentingnya adalah faktor genetik. Genetik tanaman yang dihasilkan dari benih masih dipertanyakan kualitasnya, karena bisa saja genetik tanaman hasil dari benih tidak sama dengan pohon induknya. Menurut Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan (2001), penyerbukan untuk pembuahan jenis ini dilakukan dengan perantara angin. Jadi polen (sel jantan) yang membuahi sel telur pohon induk tidak diketahui genetiknya. Akibatnya, keturunan yang dihasilkan dari pohon induk juga tidak diketahui kesamaan sifat dan penampakan dengan pohon induknya.
Untuk mengatasi masalah tersebut, pembiakan vegetatif melalui stek pucuk merupakan salah satu alternatif pemecahan masalah. Dengan stek pucuk, maka akan dihasilkan anakan yang merupakan duplikasi dari pohon induk. Apabila pohon induk memiliki keunggulan dari sifat-sifatnya seperti dalam hal produksi getah dan dalam bentuk batang, maka anakan yang dihasilkan melalui stek pucuk juga akan akan memiliki keunggulan serupa. Selain itu, metode pembiakan vegetatif melalui stek pucuk dapat menghasilkan anakan Agathis dalam jumlah besar dan dengan sifat serta penampakan yang lebih seragam. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mencari alternatif perbanyakan tanaman Agathis dengan pembiakan vegetatif melalui stek pucuk dan mengetahui keberhasilan pembiakan vegetatif melaui stek pucuk pada Agathis dengan perlakuan jenis media dan zat pengatur tumbuh yang digunakan. Penelitian ini dilaksanakan di Persemaian Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor selama lebih kurang empat bulan, mulai dari September 2006 sampai dengan Januari 2007. Bahan yang digunakan adalah pucuk Agathis loranthifolia Salisb. yang bersifat dorman, arang sekam, pasir, tanah, fungisida jenis Dithane M 45, Aquades dan Zat Pengatur Tumbuh IBA (Indole Butyric Acid). Alat yang digunakan meliputi gunting stek, cutter, kantong plastik, polybag, ayakan, seng, alat penyiram, ember, handsprayer, gelas ukur, termometer maksimum minimum, kalkulator, kamera dan alat tulis.
Metode penelitian meliputi, Rancangan percobaan, rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap pola faktorial 4 x 4 dengan 3 ulangan yang masing-masing kombinasi perlakuan terdapat 10 stek. Jadi secara keseluruhan terdapat 480 stek. Selanjutnya untuk pelaksanaan penelitian dimulai dengan penyiapan rumah stek, penyiapan media perakaran, penyiapan Zat Pengatur Tumbuh, pengambilan, pengepakan dan transportasi bahan stek, penyiapan bahan stek, pemberian Zat Pengatur Tumbuh, penanaman stek, pemeliharaan, pengamatan dan pengambilan data. Adapun parameter yang diamati dan diukur pada penelitian ini adalah persentase stek hidup, persentase stek berkalus dan persentase stek berakar. Untuk data tentang kualitas akar (jumlah dan panjang akar primer), tidak dilakukan uji sidik ragam karena persen berakar stek yang kecil, dan ada beberapa perlakuan yang tidak mempunyai akar, dengan kata lain persen berakarnya 0 %. Dari hasil analisis data dengan menggunakan program aplikasi komputer SAS Release version 6.12 menunjukkan bahwa faktor tunggal konsentrasi ZPT IBA pada parameter Persen Hidup Stek dan Persen Berkalus Stek mempunyai pengaruh yang nyata. Sedangkan untuk faktor tunggal jenis media perakaran serta interaksi antara faktor jenis media dan konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh IBA menunjukkan hasil berpengaruh tidak nyata pada ketiga parameter yang diukur. Untuk mengetahui
perlakuan terbaik pada faktor Zat Pengatur Tumbuh terhadap parameter persen hidup dan persen berkalus stek, dilakukan uji lanjut (Uji Duncan). Hasil dari Uji Duncan menunjukkan konsentrasi ZPT IBA 500 ppm memberikan rata-rata persentase hidup dan persentase berkalus stek tertinggi yaitu sebesar 76,67 % dan 43,33 %. Tetapi tidak berbeda nyata dengan konsentrasi ZPT IBA 0 ppm (kontrol) yaitu sebesar 70,83 % untuk persen hidup dan 42,50 % untuk persen berkalus stek. Konsentrasi 500 ppm dan 0 ppm (kontrol) berbeda nyata dengan konsentrasi 1000 ppm yang mempunyai persen hidup stek 50,00 % dan persen berkalus stek 27,50 %. Konsentrasi 1000 ppm juga berbeda nyata dengan konsentrasi 1500 ppm yang mempunyai persen hidup 30,00 % dan persen berkalus stek 9,17 %.
Walaupun interaksi jenis media perakaran dan konsentrasi ZPT IBA tidak berpengaruh nyata terhadap ketiga parameter yang diukur, persentase hidup tertinggi berdasarkan kombinasi perlakuan terdapat pada perlakuan A1B1 (kombinasi perlakuan media arang sekam dan konsentrasi ZPT IBA 0 ppm) yaitu sebesar 86,67 %, untuk persen hidup terendah diperoleh pada perlakuan A1B4 (kombinasi perlakuan media arang sekam dan konsentrasi ZPT IBA 1500 ppm) dan A2B4 (kombinasi perlakuan media arang sekam tanah dan konsentrasi ZPT IBA 1500 ppm) yaitu sebesar 23,33 %. Sedangkan untuk persentase berkalus stek tertinggi terdapat pada perlakuan A1B1 (kombinasi perlakuan media arang sekam dan konsentrasi ZPT IBA 0 ppm) yaitu sebesar 53,33 %. Sedangkan untuk persen berkalus terendah diperoleh pada perlakuan A2B4 (kombinasi perlakuan media arang sekam tanah dan konsentrasi ZPT IBA 1500 ppm), yaitu 3,33 %. Untuk persentase berakar stek tertinggi terdapat pada perlakuan A3B2 (kombinasi perlakuan media arang sekam pasir dan konsentrasi ZPT IBA 500 ppm) yaitu sebesar 16,67 % sedangkan untuk persen berakar terendah yaitu dengan nilai 0 %, diperoleh pada perlakuan A1B4 (kombinasi perlakuan media arang sekam dan konsentrasi ZPT IBA 1500 ppm), A2B4 (kombinasi perlakuan media arang sekam tanah dan konsentrasi ZPT IBA 1500 ppm), A3B4 (kombinasi perlakuan media arang sekam pasir dan konsentrasi ZPT IBA 1500 ppm) dan A4B2 (kombinasi perlakuan media pasir dan konsentrasi ZPT IBA 500 ppm).
Dari 480 stek yang ditanam pada awal penelitian, stek yang mampu bertahan hidup sampai akhir penelitian (12 Minggu Setelah Tanam) sebanyak 273 stek (56,88% ), stek yang mengalami kematian sebanyak 207 stek dengan laju kematian sebesar 17,25 stek per minggu, atau 3,59 % per minggu. Dari 273 stek Agathis yang hidup, terdapat 147 stek (30,63 %) yang berkalus, 27 stek (5,63 %) stek yang berakar dan sebanyak 99 stek (20,63 %) stek hidup tetapi tidak mempunyai kalus atau akar dari jumlah keseluruhan stek yang ditanam.
Secara umum, faktor yang mempengaruhi keberhasilan stek pucuk Agathis pada penelitian ini adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang diduga mempengaruhi keberhasilan stek pucuk Agathis adalah umur pohon induk dan umur bahan stek, kandungan nutrisi dan ketersediaan air dalam bahan stek. Faktor eksternal yang diduga mempengaruhi keberhasilan stek pucuk Agathis pada penelitian ini adalah suhu, intensitas cahaya dan pelaksanaan.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa : Pembiakan vegetatif melalui stek pucuk dapat dijadikan suatu alternatif dalam perbanyakan tanaman Agathis loranthifolia Salisb. Pemberian ZPT IBA dengan konsentrasi tinggi tidak efektif diberikan karena dapat menghambat terbentuknya akar pada stek bahkan dapat mempercepat busuknya stek dan kematian pada stek. Persentase stek berakar pada penelitian ini adalah 5,63 %. Konsentrasi yang optimum untuk stek pucuk Agathis dari hasil penelitian ini adalah pada selang 0 ppm sampai 1000 ppm. Semua media memberikan pengaruh yang sama dalam mendukung pertumbuhan stek pucuk Agathis. Interaksi antara perlakuan perbedaan jenis media perakaran dan konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh IBA memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap keberhasilan stek pucuk Agathis.
Judul Penelitian : Studi Pembiakan Vegetatif pada Agathis loranthifolia
R.A. Salisbury Melalui Stek Pucuk
Nama : Rinaldo
Nomor Pokok : E14202064
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Ir. Andi Sukendro, M.Si
NIP. 131 671 607
Mengetahui,
Dekan Fakultas Kehutanan
Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, MS
NIP. 131 430 799
Tanggal Lulus : 7 Februari 2007
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kota Bukittinggi, Sumatera Barat pada tanggal 16
September 1984. Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara pasangan Irjoni
dan Asnelli. Jenjang pendidikan formal yang ditempuh penulis dimulai pada tahun 1990
di SD Negeri 15 Belakang Balok, Bukittinggi dan lulus pada tahun 1996. Pendidikan
formal penulis kemudian dilanjutkan ke SLTP Negeri 1 Bukittinggi, dan lulus pada tahun
1999. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan ke SMU Negeri 2 Bukittinggi dan lulus
pada tahun 2002. Pada tahun 2002, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui
jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) sebagai mahasiswa program studi
Budidaya Hutan, Fakultas Kehutanan.
Selama masa perkuliahan, penulis aktif di berbagai kegiatan organisasi,
diantaranya adalah kepala biro Sosial dan Lingkungan DKM ‘Ibaadurrahmaan 2003-
2004, Staff Departemen Pengembangan Sumberdaya Manusia FMSC 2003-2004,
Penaggung Jawab Pendidikan dan Perpustakaan Asrama Sylvasari 2003-2005, Kepala
Departemen Kemahasiswaan dan Kesejahteraan Sosial, Badan Eksekutif Mahasiswa
Fakultas Kehutanan 2004-2005 dan anggota dari Ikatan Pelajar Mahasiswa Minang
(IPMM). Selain itu penulis juga aktif sebagai asisten praktikum pada beberapa mata
kuliah di Fakultas Kehutanan, diantaranya adalah asisten praktikum mata kuliah
Dendrologi semester ganjil 2004/2005 dan 2005/2006, asisten praktikum mata kuliah
Silvikultur semester genap 2005/2006 serta asisten praktikum mata kuliah Pembiakan
Vegetatif Tanaman Hutan semester genap 2005/2006 dan semester ganjil 2006/2007.
Pada semester ganjil 2006/2007 penulis dipercaya oleh Laboratorium Ekologi Hutan,
Fakultas Kehutanan sebagai koordinator praktikum mata kuliah Dendrologi.
Pada tahun 2005 penulis mengikuti Praktek Pengenalan Hutan di Cagar Alam
dan Taman Wisata Alam Kamojang (Jawa Barat) dan Cagar Alam Leuweung Sancang
(Jawa Barat) serta Praktek Pengelolaan Hutan di Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan
Banten, KPH Ciamis (Jawa Barat). Pada tahun 2006, penulis melaksanakan Kuliah Kerja
Nyata (KKN) IPB gelombang 1 periode Februari-April, di Desa Benteng, Kecamatan
Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Fakultas
Kehutanan Institut Pertanian Bogor, penulis melaksanakan penelitian dalam bidang
pembiakan vegetatif tanaman hutan dengan judul : ”Studi Pembiakan Vegetatif pada
Agathis Loranthifolia R.A. Salisbury Melalui Stek Pucuk”, dibawah bimbingan Ir.
Andi Sukendro, M.Si.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur senantiasa tercurahkan kehadirat Allah SWT atas
segala rahmat dan karunia-Nya bagi seluruh ciptaan-Nya. Shalawat beriring salam
semoga tetap terkirimkan kepada Rasulullah junjungan dan suri tauladan kita,
Nabi Muhammad SAW beserta seluruh umatnya yang senantiasa istiqamah
sampai akhir zaman. Penelitian yang berjudul : ”Studi Pembiakan Vegetatif
pada Agathis Loranthifolia R.A. Salisbury Melalui Stek Pucuk” ini bertujuan
untuk Mencari alternatif perbanyakan tanaman Agathis dengan pembiakan
vegetatif melalui stek pucuk. Penelitian ini diharapkan mampu mendapatkan suatu
metode dalam perbanyakan tanaman Agathis loranthifolia Salisb. guna
memproduksi bibit yang berkualitas dalam jumlah besar dan dalam waktu yang
relatif singkat.
Penelitian ini mudah-mudahan dapat memberikan informasi yang berguna
tentang perbanyakan pada jenis Agathis loranthifolia Salisb. melalui stek pucuk.
Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini perlu dikembangkan lagi untuk
kesempurnaannya, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat
diharapkan demi perkembangan penelitian selanjutnya. Akhirnya, penulis
berharap karya kecil ini tidak mengurangi hakikat kebenaran ilmiahnya dan
bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya. Amien.
Bogor, Februari 2007
Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH
Segala puji dan syukur senantiasa tercurahkan kehadirat Allah SWT atas
segala rahmat dan karunia-Nya bagi seluruh ciptaan-Nya. Shalawat beriring salam
semoga tetap terkirimkan kepada Rasulullah junjungan dan suri tauladan kita,
Nabi Muhammad SAW beserta seluruh umatnya yang senantiasa istiqamah
sampai akhir zaman. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan
dan terima kasih yang tidak terhingga kepada :
1. Mama, Papa dan saudara-saudara penulis tercinta atas segala curahan
kasih sayang yang tulus, do’a beserta dukungan moril maupun materil
yang tidak terhingga.
2. Bapak Ir. Andi Sukendro, M.Si selaku dosen pembimbing atas kesabaran
dan keikhlasan dalam memberikan ilmu, bimbingan dan nasehat kepada
penulis.
3. Bapak Ir. Sucahyo Sadiyo, MS. sebagai dosen penguji dari Departemen
Hasil Hutan dan Bapak Ir. Edhi Sandra, M.Si sebagai dosen penguji dari
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata yang telah
memberikan saran dan masukan dalam penyusunan skripsi ini.
4. Keluarga Besar Asrama Mahasiswa IPB Sylvasari, khususnya saudara-
saudara seperjuangan Angkatan 39 (Agus, Ambar, Asrori, Benu, Dea,
Dian, Edi, Eka, Ferry, Fian, Harra, Hery, Ilyas, Iman, Ikhsan, Khasbi,
Ma’ruf, Ulil, Wilin dan Yoga) atas kebersamaan dan kekeluargaannya.
5. Rekan-rekan Budidaya Hutan Angkatan 39, atas kebersamaan dan
persahabatannya.
6. Beserta semua pihak yang telah membantu dan tidak bisa disebutkan satu
per satu.
Semoga Allah SWT membalas semua amal dan kebaikannya. Amien
Bogor, Februari 2007
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI .............................................................................................. i
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ iii
DAFTAR TABEL ...................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. v
PENDAHULUAN
Latar Belakang ..................................................................................... 1
Tujuan .................................................................................................. 3
Hipotesis ............................................................................................... 3
Manfaat Penelitian ............................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Umum tentang Agathis loranthifolia R.A. Salisbury ........... 4
Taksonomi dan Tata nama ............................................................. 4
Deskripsi Botani ............................................................................ 4
Penyebaran dan Habitat ................................................................. 5
Silvikultur ...................................................................................... 5
Kegunaan dan Manfaat .................................................................. 6
Tinjauan Umum Tentang Pembiakan Vegetatif ................................... 6
Definisi dan Macam Pembiakan Vegetatif .................................... 6
Alasan Dilakukannya Pembiakan Vegetatif .................................. 7
Pembiakan Vegetatif Stek .................................................................... 8
Pengertian Stek .............................................................................. 8
Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Stek ............................ 8
Pembentukan Akar pada Stek ........................................................ 12
Media Perakaran pada Stek ........................................................... 13
METODOLOGI PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................. 14
Bahan dan Alat ..................................................................................... 14
Metode Penelitian ................................................................................ 14
Rancangan Percobaan .................................................................... 14
Penyiapan Rumah Stek .................................................................. 15
ii
Penyiapan Media Perakaran .......................................................... 16
Penyiapan Zat Pengatur Tumbuh ................................................... 17
Pengambilan, Pengepakan dan Transportasi Bahan Stek .............. 17
Penyiapan Bahan Stek ................................................................... 17
Pemberian Zat Pengatur Tumbuh .................................................. 18
Penanaman Stek ............................................................................. 19
Pemeliharaan .................................................................................. 19
Pengamatan .................................................................................... 19
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil ..................................................................................................... 21
Pembahasan ......................................................................................... 28
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan .......................................................................................... 39
Saran .................................................................................................... 39
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 40
LAMPIRAN ............................................................................................... 43
iii
DAFTAR GAMBAR
Teks Halaman
Gambar 1. Desain rumah stek .................................................................... 16
Gambar 2. Pemberian ZPT IBA dengan cara perendaman ........................ 18
Gambar 3. Kemampuan hidup stek pucuk Agathis sampai 12 MST ......... 22
Gambar 4. Persentase hidup rata-rata stek pucuk Agathis
pada masing-masing perlakuan ................................................ 24
Gambar 5. Persentase berkalus rata-rata stek pucuk Agathis
pada masing-masing perlakuan ................................................ 24
Gambar 6. Persentase berakar rata-rata stek pucuk Agathis
pada masing-masing perlakuan ................................................ 26
Gambar 7. Pengukuran suhu harian penelitian stek pucuk Agathis ........... 31
Gambar 8. Pengukuran kelembaban harian penelitian stek pucuk
Agathis .................................................................................... 32
Gambar 9. Stek hidup yang tidak berkalus dan tidak berakar ................... 35
Gambar 10. Stek berkalus .......................................................................... 36
Gambar 11. Stek berakar ............................................................................ 36
iv
DAFTAR TABEL
Teks Halaman
Tabel 1. Rekapitulasi sidik ragam pengaruh jenis media dan konsentrasi
ZPT IBA pada tiga parameter yang diukur .................................. 21
Tabel 2. Hasil sidik ragam pengaruh perlakuan jenis media dan konsentrasi
ZPT IBA terhadap persentase hidup stek pucuk Agathis ............ 23
Tabel 3. Hasil Uji Duncan pengaruh konsentrasi ZPT IBA terhadap
persentase hidup stek pucuk Agathis ........................................... 23
Tabel 4. Hasil sidik ragam pengaruh perlakuan jenis media dan konsentrasi
ZPT IBA terhadap persentase berkalus stek pucuk Agathis ........ 25
Tabel 5. Hasil Uji Duncan pengaruh konsentrasi ZPT IBA terhadap
persentase berkalus stek pucuk Agathis ....................................... 25
Tabel 6. Hasil sidik ragam pengaruh perlakuan jenis media dan konsentrasi
ZPT IBA terhadap persentase berakar stek pucuk Agathis ......... 26
v
DAFTAR LAMPIRAN
Teks Halaman
Lampiran 1. Kemampuan Hidup Stek Pucuk Agathis Sampai 12 MST ... 43
Lampiran 2. Jumlah dan Persentase Stek yang Hidup, Berkalus dan
Berakar Pada 12 MST ........................................................... 44
Lampiran 3. Jumlah Total dan Persentase Total Stek Hidup, Berkalus,
Berakar, Tidak Berakar dan Tidak Berkalus serta Mati
12 MST ................................................................................... 46
Lampiran 4. Persentase dan data Transformasi Persentase Stek
Berkalus dan berakar ............................................................. 48
Lampiran 5. Persentase Hidup, Berkalus dan Berakar Stek
Pada Masing-masing Perlakuan ............................................. 50
Lampiran 6. Persentase Berkalus dan Berakar pada
masing-masing Perlakuan ...................................................... 52
Lampiran 7. Jumlah Stek Berakar Menurut Perlakuan
Konsentrasi IBA ..................................................................... 53
Lampiran 8. Data Stek Berakar, Jumlah Akar Primer dan
Panjang Akar Primer .............................................................. 54
Lampiran 9. Hasil Rekapitulasi Data Sebelum Transformasi .................... 55
Lampiran 10. Hasil Rekapitulasi Data Setelah Transformasi .................... 57
Lampiran 11. Hasil Pengukuran Suhu dan Kelembaban
Selama 12 Minggu .............................................................. 59
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Agathis loranthifolia salisb. dengan nama perdagangan damar atau
Agathis merupakan salah satu jenis pohon yang tersebar di hampir seluruh
wilayah Indonesia. Agathis memiliki banyak kegunaan baik dari kayunya maupun
dari getah yang dihasilkannya. Kayunya dapat digunakan sebagai bahan baku
pembuatan korek api, perabot rumah tangga, vinir bermutu baik, kayu lapis, pulp
dan masih banyak lagi. Getah Agathis yang disebut juga dengan kopal, digunakan
sebagai bahan baku untuk industri cat, vernis, spiritus, plastik, bahan sizing,
pelapis tekstil, bahan water proofing, tinta cetak, dan sebagainya. Melihat
banyaknya manfaat dari pohon Agathis, seiring semakin kompleksnya kebutuhan
manusia, bukan tidak mungkin untuk ke depannya permintaan akan kayu dan
kopal Agathis akan semakin meningkat juga. Untuk itu, penanaman pohon jenis
Agathis dalam pembangunan hutan tanaman harus dijadikan sebagai salah satu
prioritas.
Dalam pembangunan hutan tanaman untuk jenis Agathis dibutuhkan bahan
tanaman yang berkualitas dengan kuantitas yang memadai. Selama ini
penggunaan benih sebagai bahan tanaman merupakan cara yang lebih sering
dilakukan untuk mendapatkan tanaman Agathis. Dengan kata lain, perbanyakan
tanaman Agathis lebih banyak dilakukan secara generatif. Dengan mengandalkan
perbanyakan tanaman Agathis hanya dengan pembiakan generatif, maka kuantitas
dan kualitas tanaman yang diinginkan pada waktu yang dibutuhkan akan sulit
dicapai. Hal ini dikarenakan jenis Agathis baru bisa memproduksi benih hidup
pada umur 25 tahun. Selain itu periode berbuah dari jenis ini hanya dua kali dalam
setahun yaitu periode Februari-April dan periode Agustus-Oktober. Buah yang
dihasilkan pun tidak menentu jumlahnya.
Selain faktor produksi benih dan periodenya, faktor lain yang tidak kalah
pentingnya adalah faktor genetik. Genetik tanaman yang dihasilkan dari benih
masih dipertanyakan kualitasnya, karena bisa saja genetik tanaman hasil dari
benih tidak sama dengan pohon induknya. Menurut Direktorat Perbenihan
Tanaman Hutan (2001), penyerbukan untuk pembuahan jenis Agathis dilakukan
dengan perantara angin. Jadi polen (sel jantan) yang membuahi sel telur pohon
2
induk tidak diketahui genetiknya. Akibatnya, keturunan yang dihasilkan dari
pohon induk juga tidak diketahui kesamaan sifat dan penampakan dengan pohon
induknya.
Untuk mengatasi masalah tersebut, pembiakan vegetatif merupakan suatu
alternatif pemecahan masalah dalam perbanyakan tanaman Agathis. Tanaman
dapat dikembangbiakkan secara vegetatif karena di dalam setiap sel tanaman
terdapat informasi genetik yang diperlukan sel untuk dapat tumbuh dan
berkembang menjadi individu yang lengkap (totipotensi). Selain itu, bagian
vegetatif tanaman juga bersifat dediferensiasi, yaitu kemampuan sel dewasa untuk
kembali ke meristematik dan menghasilkan titik tumbuh baru (Hartmann dan
Kester, 1983).
Praktek pembiakan vegetatif telah banyak dilakukan di Indonesia. Secara
umum ada dua metode dalam pembiakan vegetatif. Metode yang pertama adalah
stimulasi pembentukan tunas atau akar adventif, contohnya stek, cangkok dan
kultur jaringan. Sedangkan metode yang lainnya adalah penggabungan bagian-
bagian vegetatif tanaman, contohnya sambungan (grafting) dan tempelan
(okulasi).
Salah satu metode pembiakan vegetatif yang sering dilakukan adalah
metode stek. Stek dapat dibedakan berdasarkan pada bagian dari tanaman yang
dijadikan bahan stek, yaitu stek akar, stek batang, stek pucuk, stek daun, stek
umbi dan sebagainya. Pembiakan vegetatif dengan stek memiliki beberapa
keuntungan dibandingkan dengan pembiakan generatif. Di samping dapat
menghasilkan bibit dalam jumlah besar dengan sifat dan penampakan yang lebih
seragam, pembiakan vegetatif dengan stek juga akan menghasilkan tanaman yang
sifat dan penampakannya serupa dengan induknya. Selain itu, metode ini tidak
dibatasi oleh waktu, yang berarti pembiakan vegetatif melaui stek dapat dilakukan
kapan saja.
Khusus untuk tanaman Agathis, pembiakan vegetatif melalui stek pucuk
dapat menghasilkan anakan yang merupakan duplikasi dari pohon induk. Apabila
pohon induk memiliki keunggulan dari sifat-sifatnya seperti dalam hal produksi
getah dan dalam bentuk batang, maka anakan yang dihasilkan melalui stek pucuk
juga akan akan memiliki keunggulan serupa.
3
Dengan penggunaan metode pembiakan vegetatif melalui stek pucuk
sebagai alternatif perbanyakan tanaman pada tanaman Agathis loranthifolia
Salisb., diharapkan kebutuhan akan tanaman Agathis yang berkualitas dan jumlah
yang mencukupi dalam rangka pembangunan hutan tanaman dapat terpenuhi
dalam waktu yang cepat.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mencari alternatif perbanyakan tanaman Agathis dengan pembiakan vegetatif
melalui stek pucuk.
2. Mengetahui keberhasilan pembiakan vegetatif melaui stek pucuk pada Agathis
dengan perlakuan jenis media dan zat pengatur tumbuh yang digunakan.
Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah :
1. Konsentrasi ZPT pada dosis yang tepat akan berpengaruh pada keberhasilan
pembiakan vegetatif Agathis loranthifolia Salisb. melalui stek pucuk
2. Interaksi Konsentrasi ZPT dengan media perakaran pada stek akan
memberikan pengaruh yang berbeda terhadap pertumbuhan stek
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan suatu metode dalam
perbanyakan tanaman Agathis loranthifolia Salisb. guna memproduksi bibit yang
berkualitas dalam jumlah besar dan dalam waktu yang relatif singkat.
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Umum tentang Agathis loranthifolia R.A. Salisbury
Taksonomi dan Tata nama
Agathis loranthifolia R.A. Salisbury atau Agathis loranthifolia Salisb.
termasuk kedalam famili Araucariaceae yang merupakan satu-satunya keluarga
dari suku Araucariales (Whitmore, 1977). Di Indonesia jenis ini mempunyai nama
lokal damar atau Agathis, sedangkan untuk Philipina sering disebut dengan
Dayungon, Kauri untuk negara Inggris dan Kauri pine untuk nama lokal di Papua
New Guinea (Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan, 2001). Nama dagang dari
jenis ini adalah Damar minyak.
Berikut tata nama dari jenis Agathis loranthifolia salisb. :
Klasifikasi
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Araucariales
Famili : Araucariaceae
Genus : Agathis
Jenis : Agathis loranthifolia Salisb.
Menurut Burger (1972), Agathis loranthifolia Salisb., Agathis dammara
(lamb.) dan Agathis alba Foxw. adalah sinonim.
Deskripsi Botani
Agathis loranthifolia Salisb. dapat mencapai tinggi 55 m dengan panjang
batang bebas cabang 12-25 m, diameter dapat mencapai 150 cm atau lebih serta
bentuk batang silindris dan lurus. Tajuk berbentuk kerucut dan hijau dengan
percabangan mendatar dan melingkari batang. Kulit luar berwarna kelabu sampai
coklat tua, mengelupas kecil-kecil berbentuk bundar atau bulat telur. Pohon tidak
berbanir, mengeluarkan getah yang disebut kopal (Martawidjaya et al, 1981).
Kayu gubal jenis ini berwarna keputih-putihan hingga kecoklatan, kadang
bersemu merah jambu tanpa teras yang jelas. Daun dewasa berhadapan (opposite),
bundar telur, panjang dengan panjang 6 cm sampai 8 cm dan lebar 2 cm sampai 3
5
cm, pangkal daun membaji, ujung runcing, banyak tulang daun sejajar (Direktorat
Perbenihan Tanaman Hutan, 2001).
Penyebaran dan Habitat
Daerah penyebaran alami Agathis loranthifolia Salisb. meliputi Papua
New Guinea, New Britain, Indonesia (Maluku, Sulawesi, Kalimantan, Sumatera,
Irian Jaya, Philipina dan Malaya). Menurut Samingan (1982), Daerah penyebaran
Agathis di Indonesia meliputi Sumatera Barat, Sumatera Utara, Kalimantan
Tengah, Kalimantan Selatan, Jawa, Sulawesi, Maluku dan Irian Jaya.
Jenis ini umumnya tumbuh pada dataran tinggi (300 – 1.200 m dpl)
dengan temperatur rata-rata tahunan 25 – 300 C. Pada dataran rendah, jenis ini
ditemukan pada tanah berbatu, seperti pasir podzolik (pada hutan kerangas), ultra
basa, tanah kapur, dan batuan endapan. Pohon Agathis loranthifolia Salisb.
tumbuh dalam hutan primer pada tanah berpasir, berbatu-batu atau liat yang
selamanya tidak digenangi air, pada ketinggian 2- 1750 mdpl (Martawidjaya et al,
1981). Agathis loranthifolia salisb. tidak terikat pada formasi tanah tertentu,
sehingga tidak membutuhkan tanah terlalu subur, tetapi harus memiliki drainase
yang baik. Di Jawa tumbuh optimal pada ketinggian 200-2500 mdpl, diatas itu
tumbuhnya sudah tidak baik lagi. Iklim di daerah-daerah penyebaran jenis ini
adalah tipe iklim basah (hutan hujan Tropis). Tanaman Agathis loranthifolia
Salisb. membutuhkan iklim basah pada curah hujan antara 3000 – 4000 mm/
tahun yang terbagi merata.
Anakan jenis ini memerlukan naungan dan memperlihatkan pertumbuhan
yang lambat selama tahun pertama. Setelah bebas dari kompetisi dengan semak
belukar, pertumbuhannya menjadi cepat, seperti terlihat pada sebagian besar hutan
hujan primer. Sistem perakaran sensitif terhadap kekurangan oksigen dan pohon
tidak tahan genangan air (Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan, 2001).
Silvikultur
Menurut Rudjiman (1997), daur Agathis loranthifolia Salisb. tergantung
kepada tujuan produksinya. Bila tujuan untuk menghasilkan pulp maka daur
Agathis bisa 20 tahun, sedangkan bila tujuan pruduksinya untuk menghasilkan
kayu, maka daurnya bisa lebih lama lagi misalnya 30 tahun atau 40 tahun. Bila
6
tujuannya adalah untuk dijadikan areal produksi benih, maka daurnya lebih lama
lagi karena mengikuti daur biologis. Umur biologis jenis ini bisa mencapai 100
tahun.
Di Jawa, mulai berbuah setelah berumur 15 tahun, tetapi benih hidup
biasanya dihasilkan setelah pohon berumur 25 tahun. Berbuah sepanjang tahun
dengan musim buah bulan Februari sampai April dan Agustus sampai Oktober.
Penyerbukan untuk pembuahan dilakukan dengan perantara angin (Direktorat
Perbenihan Tanaman Hutan, 2001).
Kegunaan dan Manfaat
Kayu diklasifikasikan agak kuat namun tidak awet dan tidak tahan
terhadap pembusukan. Kayunya terutama digunakan untuk korek api, perabot
rumah tangga, vinir bermutu baik, kayu lapis dan pulp. Sedangkan getahnya atau
yang disebut dengan kopal dapat digunakan dalam berbagai industri seperti
industri cat, tekstil dan lainnya (Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan, 2001).
Kayunya bernilai tinggi terutama digunakan untuk pertukangan, pulp dan
kayu lapis termasuk kelas awet IV dan kelas kuat III, berat jenis kayu ± 0,49.
Selain itu pohon Agathis loranthifolia Salisb. menghasilkan damar (kopal). Kopal
tersebut digunakan untuk cat, vernis spiritus, plastik, bahan sizing, pelapis tekstil,
bahan water proofing, tinta cetak, dan sebagainya (Departemen Kehutanan, 1990).
Tinjauan Umum tentang Pembiakan Vegetatif
Definisi dan Macam Pembiakan Vegetatif
Pembiakan vegetatif merupakan perbanyakan tanaman tanpa melibatkan
proses perkawinan dan dengan cara ini sifat-sifat tanaman dapat dipertahankan
(Darmawan dan Baharsjah, 1983). Sedangkan menurut Hartmann dan Kester
(1983), menyebutkan bahwa pembiakan vegetatif atau asexual propagation adalah
perbanyakan dari bagian-bagian vegetatif tanaman, dimungkinkan terjadinya
setiap sel tanaman mempunyai informasi genetik yang diperlukan untuk
membentuk individu tanaman yang lengkap. Perbanyakan dapat terjadi melalui
bakal akar dan tunas atau melalui bakal akar, batang, daun dan tunas atau melaui
penyatuan bagian vegetatif seperti pada grafting dan okulasi.
7
Harahap (1972) menyatakan bahwa secara garis besar, pembiakan
vegetatif dibagi dua, yaitu :
a. Allovegetative propagation, yaitu pembiakan vegetatif dari dua jenis genotip
yang berbeda seperti pada sambungan dan okulasi.
b. Autovegetative propagation, yaitu pembiakan vegetatif dari genotip yang
sama seperti pada stek dan cangkok.
Pembiakan vegetatif dapat dilakukan dengan cara stek (cutting), cangkok
(layering), tempelan (budding) dan sambungan (grafting) (Soerianegara dan
Djamhuri, 1979).
Alasan dilakukannya Pembiakan Vegetatif
Menurut Rochiman dan Harjadi (1973), sebab utama dilakukannya
pembiakan vegetatif adalah banyak tanaman yang tidak akan menyerupai
induknya bila dibiakkan dengan biji. Penyebab lainnya adalah :
a. Tanaman tidak atau sedikit menghasilkan biji
b. Tanaman menghasilkan biji tetapi sukar untuk berkecambah
c. Beberapa tanaman lebih resisten terhadap hama dam penyakit bila mereka
timbul pada akar-akar yang berhubungan dengan tanaman tersebut
d. Beberapa tanaman lebih tahan terhadap suhu dingin (hard) bila
disambungakan pada batang lain jenis
e. Tanaman akan lebih kuat bila disambungkan
f. Tanaman akan lebih ekonomis bila dibiakkan secara vegetatif
Dalam rangka pemuliaan pohon hutan, wright (1962) mengemukakan
tujuan dilakukannya pembiakan vegetatif, yaitu:
a. Untuk tujuan pembiakan secara besar-besaran
b. Mempermudah dan memperlancar pelaksanaan penyerbukan terkendali
(control pollination)
c. Untuk mempercepat produksi buah
d. Untuk memperoleh jenis-jenis hibrid
e. Untuk menentukan variasi genetik melalui klonal test
f. Untuk menyimpan germplasma yang unggul
g. Untuk meperoleh tanaman baru yang mempunyai genotipa yang identik
dengan induknya
8
Supriyanto (1997) menyatakan bahwa pembiakan vegetatif memiliki
beberapa keuntungan, antara lain :
a. Secara genetik bibit yang dihasilkan memiliki sifat keturunan yang sama
dengan induknya
b. Tidak tergantung musim
c. Cepat berbuah
d. Dapat diperbanyak dalam jumlah besar
e. Dapat dilakukan berbagai kombinasi
Pembiakan Vegetatif Stek
Pengertian Stek
Penyetekan dapat didefinisikan sebagai suatu perlakuan pemisahan,
pemotongan beberapa bagian dari tanaman seperti akar, batang, daun dan tunas
dengan maksud agar bagian-bagian tersebut membentuk akar (Rochiman dan
Harjadi, 1973).
Stek dapat dibedakan berdasarkan pada bagian dari tanaman yang
dijadikan bahan stek, yaitu stek akar, stek batang, stek pucuk, stek daun, stek
umbi dan sebagainya. Stek yang dilakukan pada bagian atas tanaman seperti stek
pucuk, stek batang dan lain-lain, bertujuan untuk mengoptimalkan pembentukan
sistem perakaran baru. Sementara stek yang dilakukan pada bagian bawah
tanaman seperti stek akar bertujuan untuk mengoptimalkan pembentukan sistem
bagian atas tanaman. Sementara stek daun bertujuan untuk pembentukan sistem
perakaran dan batang tanaman (Rochiman dan Harjadi, 1973 ; Hartmann dan
Kester, 1983)
Menurut Hartmann dan Kester (1983), keuntungan pembiakan melaui stek
adalah murah, dapat dilakukan dengan cepat, sederhana dan tidak memerlukan
tenaga terlatih. Selain itu pembiakan vegetatif melalui stek dapat menghasilkan
tanaman yang sempurna dengan akar, daun dan batang dalam waktu relatif singkat
serta bersifat serupa dengan induknya (Rochiman dan Harjadi, 1973).
Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Stek
Berhasilnya pembiakan vegetatif dengan stek ditandai dengan munculnya
akar pada stek (Djamhuri et al, 1986). Secara umum faktor-faktor yang
9
mempengaruhi keberhasilan stek dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu
faktor dalam dan faktor luar (lingkungan) tanaman (Hartmann dan Kester, 1983).
Faktor Dalam
a. Jenis Tanaman
Beberapa jenis pohon kehutanan dapat dibiakkan dengan metode stek, baik
itu dengan stek akar, stek batang, stek pucuk ataupun stek daun, tetapi beberapa
pohon justru tidak bisa dibiakkan dengan metode stek.
b. Bahan Stek
Bahan stek meliputi nutrisi yang terkandung dalam bahan stek,
ketersediaan air, kandungan hormon endogen dalam jaringan stek, tipe bahan stek,
kehadiran hama dan penyakit serta umur pohon induk dan umur bahan stek itu
sendiri.
Faktor Luar (lingkungan)
a. Suhu
Kisaran suhu yang baik untuk pembentukan perakaran adalah 21-270 C.
Setiap jenis akan mempunyai suhu yang berbeda-beda dalam kisaran 21-270 C
untuk merangsang pembentukan primordia masing-masing jenis.
b. Media Perakaran
Jenis media yang digunakan untuk media perakaran akan sangat
mempengaruhi kemampuan stek untuk membentuk akar. Media perakaran
memiliki fungsi yaitu untuk menahan bahan stek agar tetap berada dalam
tempatnya, menyediakan dan menjaga kelembababan yang dibutuhkan oleh stek
dan untuk membiarkan penetrasi udara ke bagian dasar dari stek (Mahlstede dan
Haber, 1957).
Menurut Hartmann dan Kester (1978), kriteria media yang baik adalah
sebagai berikut :
• Harus cukup kuat dan kompak sebagai pemegang stek atau benih selama
perkecambahan atau pertumbuhan.
• Harus mampu mempertahankan kelembaban
• Memiliki aerasi dan draenase yang baik
• Bebas dari benih tumbuhan liar, nematoda dan berbagi organisme penyakit
• Tidak memiliki salinitas yang tinggi
10
• Dapat disterilkan dengan menggunakan panas tanpa menimbulkan efek
penggunaan terhadap unsur-unsur penting bagi pertumbuhan stek
Media yang sering digunakan untuk stek antara lain dapat terdiri dari atau
campuran dari tanah, pasir, gambut, sphagnum, vermiculite dan perlite. Perbedaan
macam media terhadap pembentukan akar tidak nyata selama media dapat
memenuhi syarat-syarat pembentukan akar (Rochiman dan Harjadi, 1973).
Selain jenis media, temperatur media juga mempunyai pengaruh dalam
pembentukan akar. Menurut Rochiman dan Harjadi (1973), temperatur udara yang
optimum untuk pembentukan akar berbeda-beda menurut jenis tanaman. Tetapi
pada kebanyakan tanaman, temperatur udara optimum berkisar antara 290C,
sedangkan temperatur media perakaran sebaiknya berkisar sekitar 240C, karena
pada temperatur ini pembagian sel pada daerah perakaran akan distimulir.
Media stek harus selalu dijaga kelembabannya. Stek yang ditanam dalam
wadah, tingkat kelembaban medianya bisa dilihat dari titik-titik air yang
menempel pada plastik atau kaca penutupnya. Tidak adanya air pada tempat itu
menandakan bahwa media telah kering. Cara mengatasinya dengan menyirami
media (Wudianto, 1993).
c. Kelembaban udara
Kelembaban udara pada bahan stek sebaiknya di atas 90% terutama
sebelum stek mampu membentuk akar karena kelembaban yang tinggi akan
menghambat laju evapotranspirasi stek, mencegah stek dari kekeringan dan
kematian. Tetapi kelembaban stek dan lingkungannya sebaiknya jangan juga
terlalu tinggi, karena apabila media yang digunakan kurang steril, kelembaban
yang terlalu tinggi justru akan memacu perkembangan mikroba penggangu yang
dapat menyebabkan kegagalan stek.
Kelembaban udara termasuk salah satu faktor penting yang mempengaruhi
stek sebelum berakar. Bila kelembaban rendah, stek akan cepat mati karena
kandungan air dalam stek pada umumnya sangat rendah sehingga stek menjadi
kering sebelum membentuk akar (Rochiman dan Harjadi, 1973).
d. Intensitas cahaya
Cahaya dibutuhkan tanaman sebagai salah satu komponen dalam proses
fotosintesis, untuk itu intensitas cahaya yang sesuai untuk tanaman akan
11
menentukan keberhasilan stek. Pengaturan intensitas cahaya dapat dilakukan
dengan pengaturan intensitas naungan.
e. Pemberian Zat pengatur Tumbuh
Zat pengatur tumbuh adalah adalah salah satu bahan sintesis atau hormon
tumbuh yang mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman
melalui pembelahan sel, pembesaran sel dan diferensiasi sel. Pengaturan
pertumbuhan sel ini dilaksanakan dengan cara pembentukan hormon-hormon,
mempengaruhi sistem hormon, perusakan translokasi atau dengan perubahan
tempat pembentukan hormon. Zat Pengatur Tumbuh mempunyai peran penting
dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Hartmann dan Kester, 1983).
Pemberian Zat Pengatur Tumbuh ini dimaksudkan untuk merangsang
pembentukan dan pertumbuhan akar dalam stek batang dan stek pucuk. Salah satu
Zat Pengatur Tumbuh yang sering digunakan untuk merangsang pembentukan dan
pertumbuhan akar adalah jenis auksin. Jenis auksin yang sering digunakan untuk
keperluan tersebut adalah IAA, IBA dan NAA. Sedangkan jenis auksin yang
dipergunakan secara luas dan merupakan bahan terbaik dibandingkan dengan jenis
auksin lainnya adalah IBA (Hartmann dan Kester, 1983).
Di dalam praktek pemakaian, IBA dan NAA lebih stabil sifat kimianya
dan mobilitasnya di dalam tanaman rendah. Sedangkan IAA dapat tersebar ke
tunas-tunas dan menghalangi perkembangan serta pertumbuhan tunas-tunas
tersebut. Kelemahan NAA yaitu kisaran konsentrasi yang sempit, sehingga
penggunaanya harus hati-hati agar konsentrasi optimum tidak terlampaui. IBA
bersifat lebih baik daripada IAA dan NAA, karena kandungan kimianya lebih
stabil, daya kerjanya lebih lama dan relatif lebih lambat ditranslokasikan di dalam
tanaman, sehingga memungkinkan memperoleh respon yang lebih baik terhadap
perakaran stek. (Kusumo,1984).
Menurut Rochiman dan Harjadi (1973), Penggunaan Zat Pengatur
Tumbuh ini efektif pada jumlah tertentu, konsentrasi yang terlalu tinggi dapat
merusak dasar stek, dimana pembelahan sel dan kalus akan berlebihan dan
mencegah tumbuhnya tunas dan akar, sedangkan pada konsentrasi dibawah
optimum tidak efektif.
12
Selain faktor dalam dan faktor lingkungan, faktor yang mempengaruhi
keberhasilan menurut Rochiman dan Harjadi (1973) adalah faktor pelaksanaan.
Faktor Pelaksanaan
Stek pada umumnya akan berakar bila ditanam pada musim dimana
kelembaban udara cukup tinggi dan pada saat tak terjadi pertumbuhan karena pada
masa ini tanaman banyak mengandung karbohidrat (Djamhuri et al, 1986).
Pelaksanaan penyetekan, mulai dari pemotongan bahan stek, penanaman
sampai pemeliharaan akan mempengaruhi keberhasilan stek. Selain itu dalam
penyetekan dibutuhkan peralatan yang bersih dan steril sehingga memperkecil
kemungkinan stek terserang oleh hama dan penyakit.
Menurut Wudianto (1993), saat pemotongan stek yang baik yaitu pada saat
kelembaban udara tinggi dan tanaman sedang tidak mengalami pertumbuhan. Saat
ini biasanya terjadi pada awal musim hujan. Sedangkan pemotongan stek
sebaiknya kita lakukan di dalam air. Tujuannya agar jaringan pembuluh pada stek
yang baru dipotong terisi oleh air, dengan demikian akan memudahkan
penyerapan zat makanan. Bila stek dipotong di tempat terbuka, udara tentu saja
akan masuk ke dalam jaringan pembuluh, sehingga penyerapan air dan zat-zat
makanan akan dipersulit atau dihalangi oleh adanya rongga udara itu.
Pembentukan Akar pada Stek
Perkembangan akar terjadi karena adanya pergerakan ke bawah dari
auksin, karbohidrat dan rooting cofactor (zat-zat yang berinteraksi dengan auksin
yang mengakibatkan perakaran) baik dari tunas maupun dari daun. Zat-zat ini
akan mengumpul dan selanjutnya akan menstimulir pembentukan akar stek. Akar
adventif dapat tumbuh dari dua macam sumber yaitu dari jaringan kalus dan dari
akar morfologi atau akar primordia (Rochiman dan Harjadi, 1973).
Keterangan lain dari proses pembentukan akar dikemukakan oleh
Hartmann dan Kester (1983) yang terdiri dari empat tahap sebagai berikut :
a. Bergabungnya sel-sel yang mempunyai fungsi khusus yang sama.
b. Pembentukan bakal akar dari sel-sel tertentu dari jaringan vaskular (jaringan
pembuluh)
c. Tersusunnya akar-akar primordia
13
d. Pertumbuhan dan munculnya akar primordia keluar melalui jaringan batang
ditambah pembentukan sambungan pembuluh antara akar primordia dan
jaringan pembuluh dari stek.
Daya pembentukan akar pada suatu jenis tanaman yang distek dipengaruhi
antara lain oleh kandungan karbohidrat dan keseimbangan hormon dalam bahan
stek yang digunakan (Mahlstede dan Haber, 1957).
Media Perakaran pada Stek
Arang Sekam Padi
Arang sekam padi merupakan media perakaran yang sering digunakan di
persemaian karena arang yang berwarna hitam akan meyerap panas lebih banyak
sehingga menaikan suhu tanah dan mempercepat pertumbuhan semai. Arang
sekam padi juga mempunyai porositas yang baik sehingga efektif dalam
menunjang pertumbuhan pohon. Sekam padi sangat baik digunakan sebagai
pendukung media atau sebagai pengganti tanah (Luh, 1980).
Tanah
Tanah merupakan tempat tumbuh tanaman dan penyedia unsur hara.
Berhasil tidaknya pertumbuhan tanaman banyak ditentukan oleh sifat-sifat tanah,
karena sifat-sifat tanah menentukan kesesuaian lingkungan akar tanaman. Tanah
lapisan atas banyak mengandung bahan organik yang mempunyai kemampuan
menghisap dan memegang air yang tinggi (Purwowidodo, 1998). Tanah yang
beraerasi baik, persentase pembentukan akar pada stek lebih tinggi dan
kualitasnya lebih baik (Hartmann dan Kester, 1983).
Pasir
Menurut Hartmann et al (1997), pasir telah digunakan secara luas sebagai
media perakaran stek karena media ini relatif murah dan mudah tersedia, bersih
serta memiliki daya rekat tinggi. Pasir tidak menyimpan kelembaban sehingga
membutuhkan frekwensi penyiraman yang lebih. Penggunaan tunggal tanpa
campuran dengan media lain membuatnya sangat kasar sehingga tidak akan
memberikan hasil yang baik. Yasman dan Smits (1987) menambahkan bahwa
kekasaran dan sistem aerasi pasir harus diperhatikan, supaya dapat memberikan
hasil yang baik.
METODOLOGI PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Persemaian Departemen Silvikultur,
Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilakukan selama lebih
kurang empat bulan, mulai dari September 2006 sampai dengan Januari 2007.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah pucuk Agathis loranthifolia Salisb. yang
bersifat dorman, arang sekam, pasir, tanah, fungisida jenis Dithane M 45,
Aquades dan Zat Pengatur Tumbuh IBA (Indole Butyric Acid).
Peralatan yang digunakan meliputi gunting stek, cutter, kantong plastik,
polybag, ayakan, seng, alat penyiram, ember, handsprayer, gelas ukur,
termometer maksimum minimum, kalkulator, kamera dan alat tulis.
Metode Penelitian
Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Rancangan Acak Lengkap pola faktorial 4 x 4 dengan 3 ulangan yang masing-
masing kombinasi perlakuan terdapat 10 stek. Jadi secara keseluruhan terdapat
480 stek.
Dalam penelitian ini terdapat dua faktor perlakuan, yaitu :
Faktor A : Faktor jenis media
A1 = media arang sekam
A2 = media arang sekam dan tanah dengan perbandingan 1 : 1
A3 = media arang sekam dan pasir dengan perbandingan 1 : 1
A4 = media pasir
Faktor B : Faktor konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh IBA
B1 = 0 ppm (kontrol)
B2 = 500 ppm
B3 = 1000 ppm
B4 = 1500 ppm
15
Model umum rancangan faktorial yang digunakan adalah sebagai berikut :
Yijk = µ + Ai + Bj + (AB)ij + Σ ijk
Yijk = Nilai pengamatan karena pengaruh bersama dari faktor jenis media
taraf ke-i dan faktor konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh IBA taraf ke-
j serta ulangan ke-k
µ = Nilai rata-rata umum
Ai = Pengaruh faktor jenis media taraf ke-i
Bj = Pengaruh faktor konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh IBA taraf ke-j
(AB)ij = Pengaruh interaksi antara faktor jenis media taraf ke-i dan faktor
konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh IBA taraf ke-j
Σ ijk = Pengaruh kesalahan percobaan dari faktor jenis media taraf ke-i dan
faktor konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh IBA taraf ke-j serta
ulangan ke-k
Untuk mengetahui pengaruh yang terjadi pada keberhasilan stek Agathis
loranthifolia Salisb. dengan adanya perlakuan, maka dilakukan analisa sidik
ragam terhadap peubah yang diamati. Jika terdapat pengaruh yang nyata, maka
dilakukan perbandingan Uji Wilayah Berganda (Uji Duncan).
Penyiapan Rumah Stek
Rumah stek dibuat dari bahan bambu dan papan untuk kerangka bangunan
dan plastik bening sebagai bahan atap dan sungkup. Di dalam rumah stek yang
berukuran panjang 280 cm x 135 cm dan tinggi total bangunan 210 cm terdapat
bak stek yang mempunyai panjang dan lebar sama dengan panjang dan lebar
bangunan. Bak stek ini terbuat dari papan, memiliki tinggi 17 cm dan berjarak
sekitar 85 cm diatas permukaan tanah. Bak stek ini ditutup sepenuhnya dengan
menggunakan sungkup berbentuk bangun ruang dengan bahan plastik bening
berukuran panjang dan lebar 280 cm x 135 cm (sama seperti ukuran bak stek) dan
tinggi 45 cm. Diantara sungkup dan atap bangunan, terdapat paranet 50 % yang
berjarak 45 cm dari atas sungkup. Pada bagian sisi panjang sungkup dibuat
masing-masing 2 buah jendela yang bisa dibuka dan ditutup dengan ukuran
sekitar 30 cm x 30 cm. Jadi pada rumah stek terdapat 4 jendela sungkup. Gambar
desain rumah stek disajikan pada Gambar 1.
16
Bagian A
Bagian B
Bagian C
Bagian D
Bagian E
Bagian F
Gambar 1. Desain rumah stek
Keterangan Gambar:
Bagian A : Atap bangunan, tinggi 35 cm
Bagian B : Paranet 50 %
Bagian C : Jendela sungkup
Bagian D : Sungkup, tinggi 45 cm
Bagian E : Bak stek, tinggi 17 cm
Bagian F : Kaki bangunan, tinggi 85 cm
Penyiapan Media Perakaran
Media yang disiapkan untuk perakaran stek adalah arang sekam murni,
campuran arang sekam tanah dengan perbandingan 1:1, campuran arang sekam
dan pasir dengan perbandingan 1:1 dan pasir murni. Masing-masing media
disterilkan dengan cara yang berbeda-beda, kecuali arang sekam. Arang sekam
tidak perlu disterilkan karena arang sekam belum pernah digunakan setelah
pembakaran sehingga diasumsikan arang sekam tersebut masih steril. Sedangkan
untuk sterilisasi tanah, dilakukan melalui teknik penjemuran di bawah terik
matahari selama dua hari. Setelah dua hari tanah tersebut disemprot dengan
fungisida Dithane M-45 dengan dosis 2 g/l secara merata. Untuk media pasir,
17
sterilisasi dilakukan dengan pembakaran sampai kering kemudian disemprot
dengan fungisida Dithane M-45 dengan dosis 2 g/l secara merata.
Peletakan media perakaran di dalam bak stek diatur sesuai dengan
rancangan percobaan, kemudian media disiram dengan air bersih sampai jenuh
dan ditutup dengan plastik bening agar tetap lembab dan biarkan selama satu hari
sebelum penyetekan.
Penyiapan Zat Pengatur Tumbuh
Zat Pengatur Tumbuh yang digunakan adalah IBA (Indole Butyric Acid)
dengan konsentrasi untuk masing-masing perlakuan adalah 0 ppm sebagai kontrol,
500 ppm, 1000 ppm dan 1500 ppm yang berbentuk cairan/larutan. Zat Pengatur
Tumbuh dibuat dengan cara menimbang ZPT IBA menggunakan timbangan
elektrik sebanyak 0,05 g untuk konsentrasi 500 ppm, 0,1 g untuk konsentrasi 1000
ppm dan 0,15 g untuk konsentrasi 1500 ppm. Selanjutnya ZPT IBA dibungkus
dengan alumunium foil dan disimpan di dalam kulkas.
Pengambilan, Pengepakan dan Transportasi Bahan Stek
Bahan stek diambil dari trubusan (coppice) pohon induk yang berlokasi di
Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi, Jawa Barat. Dari setiap pohon induk
diambil sekitar tiga sampai empat tunas dorman (istirahat) yang seragam
panjangnya, yaitu sekitar 30 cm sampai 40 cm menggunakan gunting stek yang
tajam. Tunas dorman dicirikan dengan warna yang lebih hijau (hijau tua)
dibandingkan dengan tunas yang masih aktif. Setelah itu, tunas yang telah
diambil dilakukan pengepakan dengan cara membungkusnya dengan tiga lapis
pembungkus, yang terdiri dari kertas koran yang diperciki air pada lapisan
pertama, pelepah pisang pada lapisan kedua dan lapisan paling luar adalah kotak
berbahan styrofoam. Hal ini dimaksudkan untuk meredam panas dan menjaga
kelembaban bahan stek. Selanjutnya bahan stek ini di bawa ke Persemaian
Departemen Silvikultur, IPB Darmaga.
Penyiapan Bahan Stek
Pembuatan stek dilakukan dengan memotong bagian pucuk dari trubusan
yang telah diambil sepanjang 3 cm sampai 5 cm atau 2 pasang daun opposite.
18
Tunas yang akan dijadikan stek, dipotong pada bagian bawah daun dengan jarak
kurang dari 1 cm dari daun. Pemotongan membentuk sudut 450 yang berguna
untuk memperluas bidang permukaan dalam penyerapan air dan pembentukan
akar. Pemotongan bahan stek ini dilakukan di dalam air untuk mengurangi
pemasukan udara ke dalam stek sehingga udara tidak terlalu berpengaruh untuk
masuknya ZPT ke dalam stek. Sebelum ditanam, sepasang daun opposite bagian
bawah dipotong habis, sedangkan sepasang daun opposite bagian atas dipotong
setengahnya. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi penguapan berlebihan pada
stek.
Pemberian Zat Pengatur Tumbuh
ZPT IBA yang sudah ditimbang, dilarutkan dengan 1 ml basa NaOH di
dalam gelas ukur. ZPT yang sudah dilarutkan, ditambah dengan aquades 100 ml.
Pembuatan larutan ZPT IBA dilakukan dengan cara yang sama untuk masing-
masing konsentrasi ZPT.
Gambar 2. Pemberian ZPT IBA dengan cara perendaman
Pemberian ZPT IBA pada stek dilakukan dengan cara perendaman pangkal
stek ke dalam larutan ZPT IBA yang telah disiapkan selama 3-5 menit tergantung
konsentrasi ZPT IBA. Untuk konsentrasi 500 ppm, perendaman dilakukan selama
5 menit, 4 menit untuk konsentrasi 1000 ppm dan 3 menit untuk konsentrasi 1500
ppm. Selanjutnya posisi stek dibalik sehingga bagian pangkal yang diberi ZPT
19
tadi berada di atas. Hal ini dilakukan persis sebelum penanaman guna
mempercepat penyerapan ZPT oleh stek.
Penanaman Stek
Stek yang telah mendapat perlakuan ZPT, segera ditanam di dalam bak
pada rumah stek yang sudah berisi media dengan kedalaman media sekitar 5 cm
sampai 7 cm. Sebelum penanaman, media dilubangi terlebih dahulu supaya ZPT
yang terdapat pada stek tidak rusak dan juga mengurangi gesekan antara ZPT
dengan media. Penanaman dilakukan pada pagi hari dan sore hari karena pada saat
itu suhu dan intensitas cahaya yang tidak terlalu tinggi.
Pemeliharaan
Pemeliharan yang dilakukan adalah berupa penyemprotan stek dan media,
pengaturan suhu dan kelembaban di dalam sungkup serta penyiangan media dari
gulma. penyemprotan stek dan media dilakukan dua kali setiap harinya yaitu
sekitar pukul 07.00 dan pukul 17.00, tergantung kelembaban media. Sedangkan
pengaturan suhu dan kelembaban dilakukan pada saat kondisi lingkungan
diperkirakan sedang ekstrim. Apabila suhu mendekati 350 C, maka jendela
sungkup dibuka untuk menurunkan suhu. Selain itu, sungkup bagian dalam dan
bagian luar di semprot menggunakan handsprayer. Sedangkan untuk menjaga
kelembaban udara supaya tetap berada diatas 90% dan temperatur udara tidak
terlalu tinggi, setiap pukul 07.00, pukul 13.00 dan pukul 17.00 sungkup bagian
luar disemprot dengan menggunakan handsprayer. Penyiangan dilakukan apabila
media ditumbuhi oleh gulma, terutama untuk media arang sekam tanah.
Pengamatan
Beberapa parameter yang diamati dan diukur dalam penelitian ini adalah :
a. Persentase Stek Hidup
Pesentase stek hidup dihitung dengan membandingkan antara jumlah stek
yang masih hidup sampai akhir penelitian dengan jumlah stek yang ditanam pada
awal penelitian. Pengamatan dilakukan setiap minggu sampai akhir penelitian.
Persentase stek hidup dihitung dengan menggunakan rumus :
Persentase Stek Hidup = Σ stek hidup normal pada akhir penelitian x100% Σ stek yang ditanam pada awal penelitian
20
b. Persentase Stek Berkalus
Persentase Stek Berkalus dihitung dengan membandingkan antara stek
berkalus sampai akhir penelitian dengan jumlah stek yang ditanam pada awal
penelitian. Pengamatan dan pengukuran dilakukan pada akhir penelitian.
Persentase stek berkalus dihitung dengan menggunakan rumus :
Persentase Stek berkalus = Σ stek berkalus pada akhir penelitian x100% Σ stek yang ditanam pada awal penelitian
c. Persentase Stek Berakar
Persentase Stek Berakar dihitung dengan membandingkan antara stek
berakar sampai akhir penelitian dengan jumlah stek yang ditanam pada awal
penelitian. Pengamatan dan pengukuran dilakukan pada akhir penelitian.
Persentase stek berakar dihitung dengan menggunakan rumus :
Persentase Stek berakar = Σ stek berakar pada akhir penelitian x100% Σ stek yang ditanam pada awal penelitian
Untuk data tentang kualitas akar (jumlah dan panjang akar primer), tidak
dilakukan uji sidik ragam karena persen berakar stek yang kecil, dan ada beberapa
perlakuan yang tidak mempunyai akar, dengan kata lain persen berakarnya 0 %.
d. Data Penunjang Penelitian
Data penunjang penelitian berupa suhu dan kelembaban udara dalam
sungkup. Suhu dan kelembaban udara dalam sungkup diukur setiap hari dari awal
sampai dengan akhir penelitian setiap pukul 07.00, pukul 13.00 dan pukul 17.00
dengan menggunakan termometer bola basah dan termometer bola kering.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Dalam penelitian ini, kegiatan pengambilan dan analisis data dilakukan
pada berberapa parameter pertumbuhan stek. Adapun parameter pertumbuhan stek
yang diukur adalah persentase stek hidup, persentase stek berkalus dan persetase
stek berakar. Dalam penelitian ini hanya tiga parameter ini yang dipakai karena,
persentase stek berakar yang kecil. Selain itu, dari jumlah stek yang masih hidup
sampai minggu ke 12, ternyata ada stek yang berakar, ada yang hanya berkalus
dan juga ada stek yang tidak berakar dan tidak berkalus.
Dari hasil analisis data dengan menggunakan program aplikasi komputer
SAS Release version 6.12 diperoleh rekapitulasi sidik ragam yang dapat dilihat
pada Tabel 1.
Tabel 1. Rekapituasi sidik ragam pengaruh jenis media dan konsentrasi ZPT IBA pada
tiga parameter yang diukur
Parameter
Sumber Keragaman
Jenis Media
(A)
Konsentrasi
ZPT IBA (B)
Interaksi
(A*B)
% Hidup Stek 0,3338tn 0,0001* 0,3005tn
% Berkalus stek” 0,1612tn 0,0001* 0,7999tn
% Berakar stek” 0,5479tn 0,0789tn 0,9121tn
Keterangan : tn = berpengaruh tidak nyata, * = berpengaruh nyata (p < 0,05), ” = setelah dilakukan transformasi data
Pada Tabel 1 tersebut dapat dilihat bahwa nilai yang berpengaruh nyata
hanya ditunjukkan oleh faktor tunggal konsentrasi ZPT IBA saja yaitu pada
parameter Persen Hidup Stek dan Persen Berkalus Stek. Sedangkan untuk faktor
tunggal jenis media perakaran serta interaksi antara kedua faktor tunggal
menunjukkan hasil berpengaruh tidak nyata pada ketiga parameter yang diukur.
Berpengaruh tidak nyatanya nilai faktor perlakuan yang diberikan terhadap
parameter-parameter pengukuran dalam penelitian ini, bukan berarti respon yang
dihasilkan menunjukkan respon yang buruk (negatif).
22
Persentase Hidup Stek Pucuk Agathis
Dari 480 stek yang ditanam pada awal penelitian, stek yang mampu
bertahan hidup sampai akhir penelitian (12 Minggu Setelah Tanam) sebanyak 273
stek (56,88% ). Sedangkan jumlah kematian stek sebanyak 207 stek dengan laju
kematian sebesar 17,25 stek per minggu, atau 3,59 % per minggu. Adapun
persentase stek hidup Agathis sampai 12 Minggu Setelah Tanam disajikan pada
Gambar 3. Sedangkan untuk Jumlah stek Agathis yang hidup dan yang mengalami
kematian setiap minggunya sampai pada akhir penelitian dapat dilihat pada tabel
Lampiran 1.
93.96 90.0085.00 81.04 78.13 74.38 72.08
61.2556.88
97.50100.00100.00
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Minggu Ke-
Pers
en H
idup
Gambar 3. Kemampuan hidup stek pucuk Agathis sampai 12 Minggu Setelah Tanam
Stek hidup dicirikan dengan masih segarnya stek pada akhir pengamatan
dengan menghitung jumlah stek yang tetap berwarna hijau pada bagian batang dan
daun (tanpa mengalami perubahan warna menjadi kuning tua, coklat ataupun
hitam). Kematian pada stek Agathis diawali dari membusuknya pangkal stek
(pada luka bekas pemotongan sebelum stek ditanam), kemudian menyebar ke
seluruh bagian tanaman.
Sidik ragam pengaruh perlakuan jenis media dan konsentrasi Zat Pengatur
Tumbuh IBA terhadap persentase hidup stek pucuk Agathis dapat dilihat pada
Tabel 2.
Tabel 2 menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi ZPT IBA berpengaruh
nyata terhadap persentase hidup stek pucuk Agathis. Hal ini ditunjukkan dengan
nilai Pr < 0,05. Sedangkan untuk faktor jenis media dan interaksi antara faktor
23
jenis media dan konsentrasi ZPT IBA berpengaruh tidak nyata terhadap
persentase hidup stek pucuk Agathis. Hal ini dapat dilihat dari nilai Pr > 0,05.
Tabel 2. Hasil sidik ragam pengaruh perlakuan jenis media dan konsentrasi ZPT IBA
terhadap persentase hidup stek pucuk Agathis Sumber
Keragaman db Jumlah Kuadrat (JK)
Kuadrat Tengah (KT) F hit Pr > F
Media 3 706,25 235,42 1,18 0,3338tn
ZPT IBA 3 16272,92 5424,31 27,12 0,0001* Media*ZPT
IBA 9 2252,08 250,23 1.25 0,3005tn
Error 32 6400,00 200 Total 47 25631,25
Keterangan : tn = berpengaruh tidak nyata, * = berpengaruh nyata (p < 0,05)
Untuk mengetahui perlakuan terbaik dari perlakuan konsentrasi ZPT IBA
bagi persentase hidup stek pucuk Agathis, dilakukan Uji Duncan. Hasil Uji
Duncan disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil Uji Duncan pengaruh konsentrasi ZPT IBA terhadap persentase hidup
stek pucuk Agathis ZPT IBA Uji Duncan Rata-rata
0 ppm (kontrol) A 70,83 500 ppm A 76,67 1000 ppm B 50,00 1500 ppm C 30,00 Keterangan : huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5 %
Tabel 3 menunjukkan bahwa konsentrasi ZPT IBA 500 ppm memberikan
rata-rata persentase hidup stek tertinggi yaitu 76,67 %, namun tidak berbeda nyata
dengan konsentrasi ZPT IBA 0 ppm (kontrol) yang 70,83 %. Konsentrasi ZPT
IBA 0 ppm dan 500 ppm berbeda nyata dengan konsentrasi ZPT IBA 1000 ppm
dan 1500 ppm. Rata-rata persentase stek hidup terendah terdapat pada konsentrasi
1500 ppm yaitu sebesar 30,00 %. Untuk konsentrasi ZPT IBA 1000 ppm,
mempunyai rata-rata persentase stek hidup 50,00 %, berbeda nyata dengan
konsentrasi ZPT IBA 1500 ppm.
Untuk persentase hidup stek pada masing-masing perlakuan disajikan pada
Gambar 4.
24
86.6780.00
63.33
23.33
63.33
76.67
50.00
23.33
43.33
30.00
60.00
76.6773.33 73.33
43.33 43.33
0.0010.0020.0030.0040.0050.0060.0070.0080.0090.00
100.00
A1B
1
A1B
2
A1B
3
A1B
4
A2B
1
A2B
2
A2B
3
A2B
4
A3B
1
A3B
2
A3B
3
A3B
4
A4B
1
A4B
2
A4B
3
A4B
4
Perlakuan
Pers
en H
idup
Gambar 4. Persentase hidup rata-rata stek pucuk Agathis pada masing-masing perlakuan Persentase Berkalus Stek Pucuk Agathis
Dari seluruh stek yang hidup sampai akhir penelitian, terdapat stek yang
berakar, stek yang hanya berkalus dan stek yang tidak berakar dan tidak berkalus.
Hal ini dapat dilihat pada tabel Lampiran 3, dimana dari 207 stek Agathis yang
hidup, terdapat 147 stek yang berkalus atau 30,63 % dari seluruh stek yang
ditanam. Sedangkan jumlah stek yang berakar dari keseluruhan stek yang ditanam
adalah sebanyak 27 stek, atau 5,63 %, dan untuk stek yang hidup tetapi tidak
mempunyai kalus atau akar yaitu sebanyak 99 stek atau 20,63 % dari jumlah
keseluruhan stek.
Persentase stek berkalus untuk masing-masing perlakuan disajikan pada
Gambar 5.
53.33
40.0043.33
10.00
30.00
46.67
20.00
3.33
43.3336.67
23.33
6.67
43.3350.00
23.3316.67
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
A1B
1
A1B
2
A1B
3
A1B
4
A2B
1
A2B
2
A2B
3
A2B
4
A3B
1
A3B
2
A3B
3
A3B
4
A4B
1
A4B
2
A4B
3
A4B
4
Perlakuan
Pers
en B
erka
lus
Gambar 5. Persentase berkalus rata-rata stek pucuk Agathis pada masing-masing
perlakuan
Sidik ragam pengaruh perlakuan jenis media dan konsentrasi Zat Pengatur
Tumbuh IBA terhadap persentase berkalus stek pucuk Agathis dapat dilihat pada
Tabel 4.
Keterangan: A1 = media arang sekam A2 = media arang sekam dan tanah dengan perbandingan 1 : 1 A3 = media arang sekam dan pasir dengan perbandingan 1 : 1 A4 = media pasir B1 = 0 ppm (kontrol) B2 = 500 ppm B3 = 1000 ppm B4 = 1500 ppm
Keterangan: A1 = media arang sekam A2 = media arang sekam dan tanah dengan perbandingan 1 : 1 A3 = media arang sekam dan pasir dengan perbandingan 1 : 1 A4 = media pasir B1 = 0 ppm (kontrol) B2 = 500 ppm B3 = 1000 ppm B4 = 1500 ppm
25
Tabel 4. Hasil sidik ragam pengaruh perlakuan jenis media dan konsentrasi ZPT IBA terhadap persentase berkalus stek pucuk Agathis
Sumber Keragaman db Jumlah
Kuadrat (JK) Kuadrat
Tengah (KT) F hit Pr > F
Media 3 12,22 4,07 1,83 0,1612tn
ZPT IBA 3 142,93 47,64 21,42 0,0001* Media*ZPT
IBA 9 11,69 1,29 0,58 0,7999tn
Error 32 71,17 2.22 Total 47 238,02
Keterangan : tn = berpengaruh tidak nyata, * = berpengaruh nyata (p < 0,05)
Tabel 4 menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi ZPT IBA berpengaruh
nyata terhadap persentase berkalus stek pucuk Agathis. Hal ini ditunjukkan
dengan nilai Pr < 0,05. Sedangkan untuk faktor jenis media dan interaksi antara
faktor jenis media dan konsentrasi ZPT IBA berpengaruh tidak nyata terhadap
persentase berkalus stek Agathis. Hal ini dapat dilihat dari nilai Pr > 0,05. Hasil
sidik ragam tersebut diperoleh dengan melakukan transformasi data menggunakan
rumus (%berkalus)0,5. Data sebelum dan sesudah transformasi persentase stek
berkalus disajikan pada tabel Lampiran 4.
Untuk mengetahui perlakuan terbaik dari perlakuan konsentrasi ZPT IBA
bagi persentase berkalus stek Agathis, dilakukan Uji Duncan. Hasil Uji Duncan
disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Hasil Uji Duncan pengaruh konsentrasi ZPT IBA terhadap persentase berkalus
stek pucuk Agathis ZPT IBA Uji Duncan Rata-rata
0 ppm (kontrol) A 42,50 500 ppm A 43,33 1000 ppm B 27,50 1500 ppm C 9,17 Keterangan : huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5 %
Tabel 5 menunjukkan bahwa konsentrasi ZPT IBA 500 ppm memberikan
rata-rata persentase berkalus stek tertinggi yaitu 43,33 %, namun tidak berbeda
nyata dengan konsentrasi ZPT IBA 0 ppm (kontrol) yang 42,33 %. Konsentrasi
ZPT IBA 0 ppm dan 500 ppm berbeda nyata dengan konsentrasi ZPT IBA 1000
ppm dan 1500 ppm. Rata-rata persentase stek berkalus terendah terdapat pada
konsentrasi 1500 ppm yaitu sebesar 9,17 %. Untuk konsentrasi ZPT IBA 1000
26
ppm, mempunyai rata-rata persentase stek berkalus 27,50 %, berbeda nyata
dengan konsentrasi ZPT IBA 1500 ppm.
Persentase Berakar Stek Pucuk Agathis
Dari seluruh stek yang hidup sampai 12 MST terdapat 27 stek yang
berakar atau sekitar 5,63 % stek yang berakar. Untuk keterangan stek berakar
lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 3.
Persentase stek berakar rata-rata pada masing-masing perlakuan disajikan
pada Gambar 6.
3.33
13.33
10.00
0.00
3.333.33
10.00
0.00
6.67
16.67
3.33
0.00
6.67
0.00
6.676.67
0.002.004.006.008.00
10.0012.0014.0016.0018.00
A1B
1
A1B
2
A1B
3
A1B
4
A2B
1
A2B
2
A2B
3
A2B
4
A3B
1
A3B
2
A3B
3
A3B
4
A4B
1
A4B
2
A4B
3
A4B
4
Perlakuan
Pers
en B
erak
ar
Gambar 6. Persentase berakar rata-rata stek pucuk Agathis pada masing-masing
perlakuan
Sidik ragam pengaruh perlakuan jenis media dan konsentrasi Zat Pengatur
Tumbuh IBA terhadap persentase berakar stek pucuk Agathis dapat dilihat pada
Tabel 6.
Tabel 6. Hasil sidik ragam pengaruh perlakuan jenis media dan konsentrasi ZPT IBA
terhadap Persentase Berakar Stek Pucuk Agathis Sumber
Keragaman db Jumlah Kuadrat (JK)
Kuadrat Tengah (KT) F hit Pr > F
Media 3 3,89 x 10-5 1,29 x 10-5 0,72 0,5474tn
ZPT IBA 3 13,41 x 10-5 4,47 x 10-5 2,48 0,0789tn
Media*ZPT IBA 9 6,89 x 10-5 7,65 x 10-6 0,42 0,9121tn
Error 32 57,69 x 10-5 1,80 x 10-5 Total 47 81,88 x 10-5
Keterangan : tn = berpengaruh tidak nyata, * = berpengaruh nyata (p < 0,05)
Sidik ragam pengaruh perlakuan Jenis Media dan Konsentrasi ZPT IBA
Terhadap Persentase Berakar Stek Pucuk Agathis pada Tabel 6 menunjukkan bahwa
Keterangan: A1 = media arang sekam A2 = media arang sekam dan tanah dengan perbandingan 1 : 1 A3 = media arang sekam dan pasir dengan perbandingan 1 : 1 A4 = media pasir B1 = 0 ppm (kontrol) B2 = 500 ppm B3 = 1000 ppm B4 = 1500 ppm
27
baik faktor jenis dan konsentrasi ZPT IBA maupun interaksi antara keduanya
tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap persentase berakar stek pucuk
Agathis. Hal ini dapat dilihat dari nilai Pr > 0,05 pada semua faktor perlakuan
maupun interaksinya. Hasil sidik ragam tersebut diperoleh dengan melakukan
transformasi data menggunakan rumus (%berakar)-2. Data sebelum dan sesudah
transformasi persentase stek berakar disajikan pada tabel Lampiran 4.
Karena kedua faktor perlakuan dan interaksinya memberikan pengaruh
yang tidak nyata terhadap persentase berakar stek pucuk Agathis, maka Uji
Duncan tidak dilakukan.
28
Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis data, dapat diketahui bahwa faktor tunggal
konsentrasi ZPT IBA memberikan pengaruh yang nyata pada parameter
persentase hidup dan persentase berkalus stek. Sedangkan untuk faktor tunggal
jenis media serta interaksi faktor jenis media dan faktor konsentrasi ZPT IBA
memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap ketiga parameter yang diukur.
Pada parameter persen hidup dan persen berkalus stek, berdasarkan hasil
Uji Duncan diketahui bahwa pada konsentrasi ZPT IBA 500 ppm dan 0 ppm
(kontrol) memberikan hasil berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Hal ini
menunjukkan bahwa penggunaan ZPT IBA dengan konsentrasi yang tinggi justru
menghambat terbentuknya kalus sebagai calon akar pada stek pucuk Agathis
bahkan dapat mempercepat busuknya stek.
Untuk faktor jenis media terhadap parameter persen hidup dan persen
berkalus stek, menunjukkan bahwa jenis media memberikan pengaruh yang tidak
nyata. Artinya semua jenis media mempunyai kemampuan yang hampir sama
dalam mendukung pertumbuhan dan perkembangan stek dalam membentuk
biomassanya atau dengan kata lain semua jenis media mampu menciptakan
kondisi ideal untuk pertumbuhan dan perkembangan stek.
Dari hasil penelitian secara umum, dapat diketahui bahwa dari semua stek
yang masih hidup sampai akhir penelitian, terdapat 27 stek atau 5,63 % yang
memiliki akar. Sebanyak 147 stek atau 30,63 % dari keseluruhan stek hanya
memiliki kalus. Sedangkan sebanyak 99 stek atau 20,63 % dari seluruh stek yang
ditanam tidak memiliki kalus maupun akar tetapi masih memiliki daun dan bagian
lain tanaman yang masih hijau segar.
Kecilnya persen berakar pada penelitian stek pucuk Agathis ini
dipengaruhi oleh faktor dalam tanaman itu sendiri (cadangan makanan, persediaan
air, hormon endogen serta umur dan jenis tanaman) dan faktor luar atau
lingkungan (suhu, kelembaban, media dan naungan). Selain itu faktor pelaksanaan
seperti teknik pembuatan stek dan pemeliharaan stek juga dapat mempengaruhi
keberhasilan stek pucuk Agathis.
29
Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Stek Pucuk Agathis
Menurut Rochiman dan Harjadi (1973), faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan perbanyakan vegetatif secara stek, ditentukan oleh faktor dalam
(internal) dan faktor luar (eksternal). Faktor-faktor yang termasuk faktor dalam
yaitu berupa faktor jenis tanaman, jenis bahan stek, umur bahan stek dan lain-lain.
Sedangkan yang termasuk faktor luar yaitu berupa faktor lingkungan dan faktor
pelaksanaan.
Faktor Internal
Dalam penelitian ini faktor internal (dari dalam tanaman itu sendiri) yang
diduga mempengaruhi keberhasilan stek pucuk Agathis adalah umur pohon induk
dan umur bahan stek, kandungan nutrisi dan ketersediaan air dalam bahan stek.
Stek dari tanaman yang berumur lebih muda akan lebih mudah berakar dibanding
dengan tanaman yang tua. Menurut Hartmann dan Kester (1983) tanaman yang
masih muda memiliki lebih sedikit inhibitor perakaran, dimana produksi inhibitor
perakaran ini akan semakin bertambah seiring dengan pertambahan umur
tanaman.
Bahan stek dalam penelitian ini diambil dari trubusan (coppice) pohon
induk tanpa teknik rejuvenasi. Jadi selain umur pohon induk yang tua, umur dari
semua tunas yang diambil juga tidak diketahui. Hal ini diduga menghambat proses
pembentukan akar pada stek Agathis.
Dengan menggunakan teknik rejuvenasi, maka selain umur tunas dapat
diketahui, bahan yang didapat akan mempunyai sifat yang relatif mudah berakar.
Cara ini dapat dilakukan dengan membuat pelukaan pada pohon induk sehingga
merangsang tumbuhnya tunas adventif yang bersifat juvenil.
Selain dengan teknik rejuvenasi, bahan stek juga bisa diambil dari kebun
pangkas yang berasal dari grafting (sambungan). Tanaman yang disambungkan
adalah bibit Agathis sebagai batang bawah sambungan (stock), sedangkan untuk
bahan penyambung atau batang atas (scion) berasal dari pohon induk. Dengan
teknik seperti itu, selain lebih mudah untuk pengadaan bahan stek, sifat tanaman
yang dihasilkan dari stek serupa dengan induknya, bahan stek juga mempunyai
sifat yang relatif mudah untuk berakar.
30
Pada saat bahan stek dipisahkan dari pohon induk, keseimbangan air di
dalam bahan stek tersebut menjadi terganggu. Bahan stek merupakan organ yang
masih hidup sehingga kegiatan transpirasi akan terus terjadi dari permukaan bahan
tanaman dan mengakibatkan kehilangan air dalam jumlah yang besar. Kehilangan
air tersebut tidak diimbangi dengan penyerapan air yang cukup karena belum
terbentuknya sistem perakaran sehingga proses-proses fisiologi tidak berlangsung
secara optimal. Pada kegiatan transpirasi yang berlebihan ini cadangan
karbohidrat yang terdapat di dalam bahan stek akan semakin cepat digunakan dan
apabila tidak didukung oleh faktor lingkungan yang ideal bagi bahan stek, maka
kemungkinan besar stek akan mengalami kematian.
Hal ini juga berpengaruh terhadap keberhasilan stek untuk hidup dan
berakar pada penelitian ini. Diduga selang waktu antara pengambilan bahan stek
(karena bahan diambil dari Hutan Pendidikan Gunung Walat) dan penanaman
yang cukup lama (sekitar 12 sampai 36 jam) mengakibatkan ketersediaan air dan
kandungan cadangan makanan di dalam bahan stek berkurang (walaupun telah
dilakukan pengepakan). Total stek yang mengalami kematian pada penelitian ini
adalah 43,13 % dari seluruh stek yang ditanam dengan laju kematian sebesar 3,59
% per minggu.
Faktor Eksternal
Stek merupakan makhluk hidup yang membutuhkan tempat hidup yang
optimal agar bisa tumbuh dan berkembang dengan baik. Salah satu faktor
lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan stek adalah suhu. Suhu yang
terlalu tinggi dan terlalu rendah akan menyebabkan kematian terhadap stek,
karena stek merupakan calon individu yang rawan terhadap kondisi lingkungan
yang ekstrem. Menurut Hartmann dan Kester (1983) kisaran suhu yang baik untuk
pembentukan perakaran pada stek adalah 21-270 C (70-800 F).
Suhu udara rataan setiap harinya adalah 28,710 C dengan rataan suhu
minimum harian sebesar 25,880 C dan rataan suhu maksimum adalah 31,540 C.
Hal ini kurang sesuai dengan kisaran suhu yang baik untuk pembentukan
perakaran menurut Hartmann dan Kester (1983). Hal ini diduga menjadi penyebab
banyaknya stek yang mati dan ketidakmampuan stek membentuk akar, sehingga
persen berakar stek pada penelitian ini kecil, yaitu sebesar 5,63 %.
31
Perkembangan suhu harian dari penelitian stek pucuk Agathis ini disajikan
pada Gambar 7.
0
5
10
15
20
25
30
35
1 8 15 22 29 36 43 50 57 64 71 78
Hari Ke-
Suhu
(C) Suhu Min
Suhu MaxSuhu Rata-rata
Gambar 7. Pengukuran Suhu Harian Penelitian Stek Pucuk Agathis
Dari Gambar 7 tersebut, dapat dilihat suhu dalam sungkup rumah stek
tidak konstan, mengikuti suhu lingkungan di luar rumah stek. Anomali cuaca yang
terjadi pada saat penelitian ini juga berpengaruh kepada hasil penelitian. Pada
awal penelitian, merupakan puncak musim kemarau dimana suhu udara cukup
tinggi yaitu hampir mendekati 350 C. Hal ini terjadi sampai pada minggu ke
delapan penelitian. Memasuki minggu ke sembilan merupakan awal musim hujan
dimana suhu udara mulai turun, sedangkan memasuki minggu ke 12 penelitian,
cuaca berubah lagi dimana terjadi peningkatan suhu yang cukup drastis.
Perubahan cuaca dan temperatur udara dari minggu ke minggu selama penelitian
ini diduga menyebabkan banyak stek yang mengalami kematian.
Selain suhu, faktor lingkungan yang menjadi faktor penentu keberhasilan
stek adalah faktor kelembaban. Kelembaban yang tinggi akan menghambat laju
evapotranspirasi bahan stek, mencegah stek dari kekeringan dan kematian
sebelum stek membentuk akar. Dalam penelitian ini, kelembaban lingkungan stek
dapat dipertahankan diatas 90 %. Kondisi ini merupakan kondisi yang optimal
bagi pertumbuhan dan perkembangan stek.
Menurut Rochiman dan Harjadi (1973), kelembaban udara termasuk salah
satu faktor penting yang mempengaruhi stek sebelum berakar. Bila kelembaban
rendah, stek akan cepat mati karena kandungan air dalam stek pada umumnya
sangat rendah sehingga stek menjadi kering sebelum membentuk akar.
32
90.00
90.40
90.80
91.20
91.60
92.00
1 8 15 22 29 36 43 50 57 64 71 78
Hari Ke-
Kel
emba
ban
(%)
Gambar 8. Pengukuran kelembaban harian penelitian stek pucuk Agathis
Perkembanagn kelembaban harian penelitian ini dapat dilihat pada
Gambar 8, dimana kelembaban selalu berada diatas 90 %. Data hasil pengukuran
suhu dan kelembaban selama 12 minggu penelitian stek pucuk Agathis disajikan
pada tabel Lampiran 11.
Upaya untuk mempertahankan suhu dan kelembaban yang optimal bagi
pertumbuhan stek dalam penelitian ini adalah dengan penyiraman dan
penyemprotan sungkup pada rumah stek baik di dalam maupun di luar sungkup.
Selain itu pada saat suhu udara ekstrim, dilakukan pembukaan jendela sungkup
pada rumah stek.
Suhu dan kelembaban media juga perlu diperhatikan, karena media
tumbuh berperan penting menyediakan ruang dan kondisi mikro bagi
pembentukan akar. Temperatur media perakaran sebaiknya berkisar sekitar 240 C,
karena pada temperatur ini pembagian sel pada daerah perakaran akan distimulir
(Rochiman dan Harjadi, 1973). Untuk mempertahankan media tetap lembab dan
suhu tidak terlalu tinggi, dilakukan penyemprotan setiap hari. Penyemprotan tidak
dilakukan apabila kondisi media terlalu lembab. Apabila kondisi media terlalu
lembab, kemungkinan akan menyebabkan busuknya stek.
Selain suhu dan kelembaban, faktor intensitas cahaya merupakan satu
faktor yang cukup berpengaruh terhadap keberhasilan stek. Cahaya merupakan
faktor penting bagi berlangsungnya fotosintesis. Tetapi intensitas cahaya yang
33
dibutuhkan stek untuk proses fotosintesis tidak setinggi pada stek yang telah
memiliki jaringan dan organ yang lengkap. Intensitas cahaya yang terlalu tinggi
dapat mengakibatkan laju transpirasi yang tinggi pada stek dan akhirnya
menyebabkan kematian stek yang belum mampu membentuk akar. Apalagi untuk
tanaman Agathis yang bersifat semi toleran, dimana pada saat masih kecil
membutuhkan naungan. Pengaturan intensitas cahaya ini dilakukan dengan
pengaturan intensitas naungan.
Pada penelitian ini, selain rumah stek yang berada di tempat yang teduh,
juga menggunakan paranet 50 % untuk mengurangi intensitas cahaya. Tetapi
dengan pengaturan intensitas naungan seperti ini, ternyata masih kurang untuk
mengatasi laju kematian pada stek, dengan kata lain dibutuhkan naungan yang
lebih berat untuk pertumbuhan yang ideal bagi stek pucuk Agathis.
Faktor eksternal selain faktor lingkungan yang mempengaruhi
keberhasilan stek pucuk Agathis adalah faktor pelaksanaan. Pelaksanaan
penyetekan, mulai dari pemotongan bahan stek, penanaman sampai pemeliharaan
akan mempengaruhi keberhasilan stek. Selain itu dalam penyetekan dibutuhkan
peralatan yang bersih dan steril sehingga memperkecil kemungkinan stek
terserang oleh hama dan penyakit.
Persentase Hidup Stek Pucuk Agathis
Sampai akhir penelitian, dari 480 stek yang ditanam pada awal penelitian,
stek yang mampu bertahan hidup sampai akhir penelitian (12 Minggu Setelah
Tanam) sebanyak 273 stek (56,88% ). Kematian mulai terjadi pada minggu ketiga,
yaitu sebanyak 12 stek. Hal ini terus berlanjut sampai akhir penelitian dengan
jumlah kematian stek sebanyak 207 stek dengan laju kematian sebesar 17,25 stek
per minggu, atau 3,59 % per minggu. Pembusukan merupakan penyebab utama
kematian pada stek, dimana proses ini diawali membusuknya pangkal stek (pada
luka bekas pemotongan sebelum stek ditanam), kemudian menyebar ke seluruh
bagian tanaman.
Walaupun tidak berbeda nyata, untuk persentase hidup stek tertinggi pada
masing-masing kombinasi perlakuan diperoleh pada kombinasi perlakuan A1B1
sebesar 86,67 %. Sedangkan untuk persen hidup terendah diperoleh pada
kombinasi perlakuan A1B4 dan A2B4 yaitu sebesar 23,33 %. Perlakuan
34
konsentrasi ZPT IBA ternyata memberikan pengaruh yang nyata terhadap
persentase hidup stek pucuk Agathis dan berdasarkan Uji Duncan, konsentrasi
ZPT IBA 500 ppm memberikan rata-rata persentase hidup stek tertinggi yaitu
76,67 %, namun tidak berbeda nyata dengan konsentrasi ZPT IBA 0 ppm
(kontrol) yang 70,83 %. Sedangkan konsentrasi ZPT IBA 1000 ppm memberikan
rata-rata persentase hidup stek 50 %, berbeda nyata dengan konsentrasi ZPT IBA
1500 ppm.
Dari data diatas dapat diketahui bahwa penggunaan konsentrasi Zat
Pengatur Tumbuh IBA yang terlalu tinggi justru merusak dasar stek, sehingga
dapat mempercepat kematian pada stek. Penggunaan zat pengatur tumbuh ini
efektif pada jumlah tertentu, konsentrasi yang terlalu tinggi dapat merusak dasar
stek, dimana pembelahan sel dan kalus akan berlebihan dan mencegah tumbuhnya
tunas dan akar, sedangkan pada konsentrasi dibawah optimum tidak efektif
(Rochiman dan Harjadi, 1973).
Penggunaan Zat Pengatur Tumbuh IBA untuk merangsang terbentuknya
sistem perakaran pada stek pucuk Agathis memiliki selang konsentrasi yang
optimum yaitu sekitar 0 ppm-1000 ppm, apabila diberikan pada konsentrasi yang
lebih tinggi, akan mengakibatkan terhambatnya pembentukan akar dan
pertumbuhan tanaman dan bahkan menyebabkan stek menjadi busuk serta
mempercepat kematian pada stek.
Persentase Berkalus Stek Pucuk Agathis
Dari 273 stek Agathis yang hidup, terdapat 147 stek yang hanya berkalus
atau sebanyak 30,63 % dari seluruh stek yang ditanam. Walaupun tidak berbeda
nyata, persentase berkalus tertinggi sama dengan persentase tertinggi pada
parameter persentase hidup stek yaitu diperoleh pada kombinasi perlakuan A1B1
yaitu sebesar 53,33 %. Sedangkan untuk persen berkalus terendah diperoleh pada
kombinasi perlakuan A2B4 yaitu 3,33 %.
Berdasarkan Uji Duncan dapat diketahui bahwa persentase stek berkalus
pada konsentrasi ZPT IBA 500 ppm sama seperti parameter persentase stek hidup,
memberikan rata-rata persentase berkalus stek tertinggi yaitu 43,33 %, namun
tidak berbeda nyata dengan konsentrasi ZPT IBA 0 ppm (kontrol) yang 42,33 %.
35
Konsentrasi ZPT IBA 1000 ppm dan 1500 ppm mempunyai rata-rata persentase
stek berkalus 27,50 %, dan 9,17 %.
Seperti yang telah dikemukakan pada parameter persen hidup, bahwa
penggunaan Zat Pengatur Tumbuh IBA untuk merangsang terbentuknya sistem
perakaran pada stek pucuk Agathis dari hasil penelitian ini memiliki selang
konsentrasi yang optimum yaitu sekitar 0 ppm-1000 ppm, apabila diberikan pada
konsentrasi yang lebih tinggi, akan mengakibatkan terhambatnya pembentukan
akar dan pertumbuhan stek, bahkan menyebabkan stek menjadi busuk serta
mempercepat kematian pada stek.
Gambar 9. Stek hidup yang tidak berkalus dan tidak berakar
Kalus (akar adventif) dalam stek pucuk Agathis ini merupakan sel-sel
yang aktif membelah membentuk jaringan menutupi luka bekas pemotongan
sebelum stek ditanam. Kalus adalah calon akar walaupun adanya kalus bukan
merupakan pertanda terbentuknya akar. Tetapi pada penelitian ini, dari seluruh
stek yang berakar, sebelum terbentuknya akar, dimulai dengan pembentukan kalus
terlebih dahulu. Jadi stek yang masih hidup sampai akhir penelitian tetapi tidak
memiliki kalus, akan terhambat penyerapan unsur haranya sehingga akhirnya akan
menyebabkan kematian pada stek tersebut.
Stek yang tidak berkalus tetapi masih hidup, walaupun warna daun dan
seluruh bagian tanaman hijau segar, tetapi pangkal stek bekas pemotongan terlihat
berwarna kuning kecoklatan tanpa adanya penutupan luka oleh kalus. Hal ini
36
diduga sebagai tanda awal busuknya stek yang akhirnya menyebabkan kematian
pada stek.
Gambar 10. Stek berkalus
Salah satu faktor yang diduga menyebabkan tidak terbentuknya kalus yang
menutupi luka bekas pemotongan dan sebagai calon akar adalah masih kurang
sterilnya alat yang digunakan dalam pemotongan bahan stek.
Persentase Berakar Stek Pucuk Agathis
Dari total jumlah stek yang masih hidup sampai 12 MST, terdapat stek
yang berakar, stek yang hanya berkalus dan stek yang tidak berakar dan tidak
berkalus. Dari 273 stek Agathis yang hidup, terdapat 147 stek (30,63 %) yang
berkalus dari seluruh stek yang ditanam. Sedangkan jumlah stek yang berakar dari
keseluruhan stek yang ditanam adalah sebanyak 27 stek (5,63 %), dan untuk stek
yang hidup tetapi tidak mempunyai kalus atau akar yaitu sebanyak 99 stek (20,63
%) dari jumlah keseluruhan stek yang ditanam.
Gambar 11. Stek berakar
37
Hartmann et al (1997) menyatakan bahwa tingkat keberhasilan pembiakan
tanaman dengan stek sangat bergantung pada kemampuan tanaman untuk dapat
menghasilkan tunas dan sistem perakaran baru. Dengan hanya 5,63 % stek yang
berakar sampai akhir penelitian, maka dapat dikatakan penelitian stek pucuk pada
tanaman Agathis loranthifolia Salisb. ini kurang berhasil karena Menurut
Rochiman dan Harjadi (1973) dan Hartmann et al (1997) bahwa pembibitan
dengan stek dikatakan berhasil apabila stek yang tumbuh diatas 85 %.
Faktor yang yang mempengaruhi keberhasilan stek pucuk Agathis ini telah
dijelaskan diatas. Ketidakmampuan stek membentuk perakaran pada penelitian
ini juga diduga karena terjadinya senyawa fenolik yang bersifat kofaktor auksin
pada awal perakaran dan adanya rintangan anatomi seperti penebalan cincin
sklerenkim yang dapat menghambat keluarnya akar (Hartmann et al, 1997).
Walaupun tidak berbeda nyata, kombinasi perlakuan A3B2 mempunyai
persentase berakar tertinggi yaitu sebesar 16,67 % sedangkan untuk persentase
berakar terendah yaitu dengan nilai 0 %, diperoleh pada kombinasi perlakuan
A1B4, A2B4, A3B4 dan A4B2.
Dari data stek yang berakar (dapat dilihat pada tabel Lampiran 7 dan
Lampiran 8) walaupun faktor konsentrasi ZPT IBA tidak berbeda nyata, dapat
diketahui bahwa persen berakar dengan perlakuan konsentrasi ZPT IBA 500 ppm
mempunyai persentase yang lebih tinggi daripada konsentrasi ZPT lainnya yaitu
8,33 % atau berakar sebanyak 10 stek, disusul dengan konsentrasi ZPT IBA 1000
ppm sebanyak 7,5 % atau 9 stek. Sedangkan konsentrasi ZPT IBA 0 ppm
(kontrol) hanya 4,17 % atau hanya 6 stek yang berakar dan untuk konsentrasi ZPT
IBA 1500 ppm adalah 2 stek (1,67 %).
Dari hasil tersebut diketahui konsentrasi ZPT IBA 500 ppm merupakan
konsentrasi yang cukup ideal untuk keberhasilan stek pucuk Agathis, hal ini
dibuktikan dengan perolehan terbaik terhadap ketiga parameter yang diukur.
Dari data tersebut, satu fakta yang cukup menarik adalah pada konsentrasi
ZPT IBA 0 ppm dan 1000 ppm. Pada parameter persen hidup dan persen berkalus
stek, konsentrasi ZPT IBA 0 ppm (kontrol) mempunyai perbedaan yang nyata
dengan konsentrasi ZPT 1000 ppm dimana persentase hidup dan persentase
berkalus konsentrasi ZPT IBA 0 ppm lebih tinggi daripada konsentrasi ZPT IBA
38
1000 ppm, tetapi persentase berakar pada konsentrasi ZPT IBA 1000 ppm lebih
banyak daripada konsentrasi ZPT IBA 0 ppm, walaupun tidak berbeda nyata.
Dari data tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa konsentrasi ZPT IBA
yang optimal cukup berpengaruh terhadap terbentuknya akar pada stek pucuk
Agathis. Dalam hal ini konsentrasi yang optimal untuk terbentuknya akar
didapatkan pada selang konsentrasi 0 ppm -1000 ppm. Sedangkan konsentrasi
yang lebih tinggi dari 1000 ppm akan menyebabkan terhambatnya pembentukan
akar, pertumbuhan tanaman dan bahkan kematian pada stek, walaupun dalam
penelitian ini juga terdapat stek yang berakar pada konsentrasi ZPT lebih dari
1000 ppm.
Fakta lain yang didapat dari penelitian stek pucuk Agathis ini adalah,
walaupun tanpa pemberian Zat Pengatur Tumbuh IBA (kontrol), stek juga mampu
membentuk sistem perakaran. Hal ini diduga karena adanya kandungan hormon
endogen (auksin alami) yang diproduksi pucuk dan terdapat pada bahan stek pada
saat stek dipotong.
Dari semua stek yang berakar, hampir semuanya hanya mempunyai satu
akar primer kecuali pada konsentrasi ZPT IBA selain 0 ppm, yaitu pada perlakuan
A1B2 yang mempunyai 2 akar primer, A1B3 dengan dua akar primer, A3B2
dengan 3 akar primer dan A4B4 dengan 2 akar primer. Data tersebut disajikan
pada tabel Lampiran 8. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian ZPT IBA mampu
meningkatkan jumlah akar pada stek. Hartmann et al (1997), menjelaskan bahwa
fungsi hormon dalam kegiatan penyetekan adalah untuk meningkatkan persentase
pembentukan akar pada stek, memacu inisiasi akar, meningkatkan jumlah dan
kualitas akar serta menyeragamkan akar.
Untuk faktor jenis media, seperti yang dijelaskan diatas, untuk semua
parameter yang diukur tidak memberikan pengaruh yang nyata. Artinya semua
jenis media mempunyai kemampuan yang hampir sama dalam mendukung
pertumbuhan dan perkembangan stek dalam membentuk biomassanya atau
dengan kata lain semua jenis media mampu menciptakan yang kondisi ideal untuk
pertumbuhan dan perkembangan stek. Perbedaan macam media terhadap
pembentukan akar tidak nyata selama media dapat memenuhi syarat-syarat
pembentukan akar (Rochiman dan Harjadi, 1973).
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa:
1. Pembiakan vegetatif melalui stek pucuk dapat dijadikan suatu alternatif dalam
perbanyakan tanaman Agathis loranthifolia Salisb.
2. Pemberian ZPT IBA dengan konsentrasi tinggi tidak efektif diberikan karena
dapat menghambat terbentuknya akar pada stek bahkan dapat mempercepat
busuknya stek dan kematian pada stek. Persentase stek berakar dari hasil
penelitian ini adalah 5,63 %. Konsentrasi yang optimum untuk stek pucuk
Agathis dari hasil penelitian ini adalah pada selang 0 ppm sampai 1000 ppm.
3. Semua media memberikan pengaruh yang sama dalam mendukung
pertumbuhan stek pucuk Agathis.
4. Interaksi antara perlakuan perbedaan jenis media perakaran dan konsentrasi
Zat Pengatur Tumbuh IBA memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap
keberhasilan stek pucuk Agathis.
Saran
1. Diperlukan kebun pangkas untuk tanaman Agathis yang berasal dari grafting
atau sambungan antara batang bawah (stock) berupa anakan dengan batang
atas (Scion) yang berasal dari pohon induk, sehingga pengadaan bahan stek
akan lebih mudah, dan bahan yang didapatkan juga relatif mudah untuk
berakar.
2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan optimasi iklim mikro, seperti
penggunaan naungan yang lebih berat, rancangan bangunan yang lebih kokoh
dan pemeliharaan yang lebih intensif.
3. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan selang konsentrasi ZPT IBA yang
lebih sempit antara 0 ppm sampai 1000 ppm dan dengan metode pemberian
ZPT IBA yang berbeda.
4. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan penggunaan jenis media perakaran
yang lebih bervariasi.
DAFTAR PUSTAKA
Astuti P. 2002. Pengaruh Lama Pengeratan Bahan Stek dan Konsentrasi Rootone
F terhadap Pertumbuhan Stek Kopi Robusta (Coffea canephora). FRONTIR Nomor 31, September 2000. http:www. unmul.ac.id/dat/pub/frontir/puji.pdf. [21 September 2006].
Baker FS, Daniel TW, Helms JA. 1979. Prinsip-prinsip Silvikultur. Djoko
Marsono, penerjemah. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Terjemahan dari : Principles of Sylviculture.
Darmawan J, J Baharsjah. 1983. Dasar-dasar Fisiologi Tanaman. Semarang : PT.
Suryandaru Utama. Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan. 2001. Informasi Singkat Benih Nomor 14,
Desember 2001. Bandung : Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan. Djamhuri E, W Soekotjo, D Nandika dan Y Santosa. 1986. Usaha Penyediaan
Bahan Tanaman Jenis-Jenis Dipterocarpaceae Secara Massal dengan Pembiakan Vegetatif. Proyek Penelitian Pengembangan Efisiensi Penggunaan Sumber-Sumber Kehutanan. Bogor : Fakultas Kehutanan IPB.
Djamhuri E, Y Setiadi dan A Sukendro. 1989. Usaha Penyediaan Bahan Tanaman
Dipterocarpaceae dengan Pembiakan Vegetatif Sebagai Bahan “Clonal Seed Orchard” dalam Rangka Pembangunan Hutan Tanaman Industri. Proyek Peningkatan Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat. Bogor : Fakultas Kehutanan IPB.
Dwidjoseputro D. 1986. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : Gramedia. Hanafiah KA. 2000. Rancangan Percobaan : Teori dan Aplikasi. Jakarta : PT.
Raja Grafindo Persada. Harahap RMS. Percobaan Orientasi Vegetatif Beberapa Jenis Pohon. Laporan
LPH No.155. Bogor : Lembaga Penelitian Hutan. Hartmann HT, DE Kester.1978. Plant Propagation Principle and Practice. Second
edition. New Jersey : Prentice Hall, Inc. Englewood. . 1983. Plant Propagation Principle and Practice. Fourth
edition. New Jersey : Prentice Hall, Inc. Englewood. Hartmann HT, DE Kester, FT Davies, RL Geneve. 1997. Plant Propagation
Principle and Practice. Sixth edition. New Jersey : Prentice Hall, Inc. Englewood.
41
Luh BS. 1980. Rice: Production and Ultilization. AVI, Publishy Company Inc. Westport.
Mahlstede JP, ES Haber. 1957. Plant Propagation. New York : John Wiley and
Sons, Inc. Martawijaya A. 1981. Atlas Kayu Indonesia. Jilid 1. Bogor : Lembaga Penelitian
Hutan. Mattjik AA, M Sumertajaya. 2002. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS
dan Minitab. Bogor : IPB Press. Nurhasybi. 2000. Damar (Agathis loranthifoia Salisb.) dalam Atlas Benih
Tanaman Hutan Indonesia. Jilid I. Balai Teknologi Perbenihan. Hal. 14 – 16.
Purwowidodo. 1998. Metode Selidik Tanah. Surabaya : Usaha Nasional. Pudjiono S. 2004. Dasar-dasar Umum Cara Pembuatan Stek Pohon Hutan.
http:www. Biotiforda.or.id/Pembiakan vegetatif Biotiforda.[10 Mei 2006] Rochiman K, SS Harjadi. 1973. Pembiakan Vegetatif. Bogor : Departemen
Agronomi Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Romdiana D. 2001. Pengaruh Pemberian Zat Pengatur Tumbuh dan Jenis Media
Terhadap Pertumbuhan Stek Pucuk Benuang Bini (Octomeles sumatrana Miq.). Bogor : Skripsi. Jurusan manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan IPB. Tidak diterbitkan.
Samingan TJ. 1982. Dendrologi. Bogor : Departemen Botani Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor. Smits M. 1983. Vegetative Propagation of Shorea of obtusa and Agathis dammara
by Means of Leaf Cutting and Stem cuttings. Malaysia : The Malayan Forester, April 1983. Pp 175 – 183.
Soerianegara I, E Djamhuri. 1979. Pemuliaan Pohon Hutan. Bogor : Departemen
Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Supriyanto. 1997. Tekhnik Tanaman Stek Pucuk : Aspek Fisiologis. Materi
Pelatihan Stek Pucuk di Perum Perhutani Unit III Jawa Barat. KPH Banten. Serang.
Wattimena GA. 1988. Zat Pengatur Tumbuh. Bogor : Pusat Antar Universitas
Institut Pertanian Bogor.
42
Whitmore TC. 1977. A first look at Agathis. Tropical Forestry Papers No. 11. Unit of Tropical Silviculture. Commonwealth Forestry Inst. University of Oxford.
Wudianto R. 1993. Membuat Setek, Cangkok dan Okulasi. Jakarta : Penebar
Swadaya. Yasman I, WTM Smits. 1988. Metode Pembuatan Stek Dipterocarpaceae.
Samarinda : Badan penelitian dan Pengembangan Kehutanan Departemen Kehutanan.
Zanzibar M, Danu. 1999. Pengadaan Bibit Pulai Melaui Stek. Duta Rimba. Edisi
229/XXIV - Juli 1999.
43
Lampiran 1. Kemampuan Hidup Stek Pucuk Agathis Sampai 12 Minggu Setelah Tanam
Minggu Setelah
Tanam (MST)
Kemampuan Hidup Stek Persentase Hidup Stek (%) ∑ Stek Hidup ∑ Stek Mati
1 480 - 100,00 2 480 - 100,00 3 468 12 97,504 451 29 93,96 5 432 48 90,00 6 408 72 85,00 7 389 91 81,04 8 375 105 78,13 9 357 123 74.38 10 346 134 72,08 11 294 186 61,25 12 273 207 56,88
Catatan : Rata-rata laju kematian sebesar 17,25 stek per minggu atau 3,59% per minggu
44
Lampiran 2. Jumlah dan Persentase Stek yang Hidup, Berkalus dan Berakar Pada 12 MST
Ulangan Perlakuan Jumlah Hidup
Jumlah Berkalus
Jumlah Berakar
% Hidup
% Berkalus
% Berakar
1
A1B1 9 6 1 90 60 10 A1B2 8 4 1 80 40 10 A1B3 6 3 2 60 30 20 A1B4 2 2 0 20 20 0 A2B1 5 3 0 50 30 0 A2B2 6 2 0 60 20 0 A2B3 3 1 0 30 10 0 A2B4 2 0 0 20 0 0 A3B1 8 4 0 80 40 0 A3B2 8 4 0 80 40 0 A3B3 7 5 1 70 50 10 A3B4 2 0 0 20 0 0 A4B1 7 6 0 70 60 0 A4B2 8 5 0 80 50 0 A4B3 6 3 1 60 30 10 A4B4 3 0 0 30 0 0
2
A1B1 9 4 0 90 40 0 A1B2 9 5 0 90 50 0 A1B3 7 5 1 70 50 10 A1B4 3 0 0 30 0 0 A2B1 6 3 0 60 30 0 A2B2 9 5 1 90 50 10 A2B3 6 3 1 60 30 10 A2B4 3 1 0 30 10 0 A3B1 7 4 0 70 40 0 A3B2 8 3 5 80 30 50 A3B3 4 1 0 40 10 0 A3B4 4 1 0 40 10 0 A4B1 7 3 1 70 30 10 A4B2 6 4 0 60 40 0 A4B3 3 2 0 30 20 0 A4B4 7 3 2 70 30 20
3
A1B1 8 6 0 80 60 0 A1B2 7 3 3 70 30 30 A1B3 6 5 0 60 50 0 A1B4 2 1 0 20 10 0 A2B1 8 3 1 80 30 10 A2B2 8 7 0 80 70 0 A2B3 6 2 2 60 20 20 A2B4 2 0 0 20 0 0 A3B1 7 5 2 70 50 20 A3B2 6 4 0 60 40 0 A3B3 2 1 0 20 10 0 A3B4 3 1 0 30 10 0 A4B1 4 4 1 40 40 10
45
Lanjutan Lampiran 2. Jumlah dan Persentase Stek yang Hidup, Berkalus dan Berakar Pada 12 MST
Ulangan Perlakuan Jumlah Hidup
Jumlah Berkalus
Jumlah Berakar
% Hidup
% Berkalus
% Berakar
A4B2 9 6 0 90 60 0 A4B3 4 2 1 40 20 10 A4B4 3 2 0 30 20 0
Catatan : Setiap perlakuan terdiri dari 10 stek
Keterangan: A1 = media arang sekam A2 = media arang sekam dan tanah dengan perbandingan 1 : 1 A3 = media arang sekam dan pasir dengan perbandingan 1 : 1 A4 = media pasir B1 = 0 ppm (kontrol) B2 = 500 ppm B3 = 1000 ppm B4 = 1500 ppm
46
Lampiran 3. Jumlah Total dan Persentase Total Stek Hidup, Berkalus, Berakar, Tidak berakar dan Tidak Berkalus serta Mati sampai 12 MST
Jenis Media
Konsentrasi ZPT IBA Ulangan
Jumlah Hidup
Jumlah Berkalus
Jumlah Berakar
Jumlah Tidak Berakar dan
Berkalus
Jumlah Mati
A1 B1 1 9 6 1 2 1 A1 B1 2 9 4 0 5 1 A1 B1 3 8 6 0 2 2 A1 B2 1 8 4 1 3 2 A1 B2 2 9 5 0 4 1 A1 B2 3 7 3 3 1 3 A1 B3 1 6 3 2 1 4A1 B3 2 7 5 1 1 3 A1 B3 3 6 5 0 1 4 A1 B4 1 2 2 0 0 8 A1 B4 2 3 0 0 3 7 A1 B4 3 2 1 0 1 8 A2 B1 1 5 3 0 2 5 A2 B1 2 6 3 0 3 4 A2 B1 3 8 3 1 4 2 A2 B2 1 6 2 0 4 4 A2 B2 2 9 5 1 3 1 A2 B2 3 8 7 0 1 2 A2 B3 1 3 1 0 2 7 A2 B3 2 6 3 1 2 4 A2 B3 3 6 2 2 2 4 A2 B4 1 2 0 0 2 8 A2 B4 2 3 1 0 2 7 A2 B4 3 2 0 0 2 8 A3 B1 1 8 4 0 4 2
Keterangan: A1 = media arang sekam A2 = media arang sekam dan tanah dengan perbandingan 1 : 1 A3 = media arang sekam dan pasir dengan perbandingan 1 : 1 A4 = media pasir B1 = 0 ppm (kontrol) B2 = 500 ppm B3 = 1000 ppm B4 = 1500 ppm
47
Lanjutan Lampiran 3. Jumlah Total dan Persentase Total Stek Hidup, Berkalus, Berakar, Tidak berakar dan Tidak Berkalus serta Mati sampai 12 MST
Jenis Media
Konsentrasi ZPT IBA Ulangan
Jumlah Hidup
Jumlah Berkalus
Jumlah Berakar
Jumlah Tidak Berakar dan
Berkalus
Jumlah Mati
A3 B1 2 7 4 0 3 3 A3 B1 3 7 5 2 0 3 A3 B2 1 8 4 0 4 2 A3 B2 2 8 3 5 0 2 A3 B2 3 6 4 0 2 4 A3 B3 1 7 5 1 1 3 A3 B3 2 4 1 0 3 6A3 B3 3 2 1 0 1 8 A3 B4 1 2 0 0 2 8 A3 B4 2 4 1 0 3 6 A3 B4 3 3 1 0 2 7 A4 B1 1 7 6 0 1 3 A4 B1 2 7 3 1 3 3 A4 B1 3 4 4 1 1 6 A4 B2 1 8 5 0 3 2 A4 B2 2 6 4 0 2 4 A4 B2 3 9 6 0 3 1 A4 B3 1 6 3 1 2 4 A4 B3 2 3 2 0 1 7 A4 B3 3 4 2 1 1 6 A4 B4 1 3 0 0 3 7 A4 B4 2 7 3 2 2 3 A4 B4 3 3 2 0 1 7
Jumlah Total 273 147 27 99 207 Persentase total (%) 56.875 30.625 5.625 20.625 43.125
Catatan : Setiap perlakuan terdiri dari 10 stek
Keterangan: A1 = media arang sekam A2 = media arang sekam dan tanah dengan perbandingan 1 : 1 A3 = media arang sekam dan pasir dengan perbandingan 1 : 1 A4 = media pasir B1 = 0 ppm (kontrol) B2 = 500 ppm B3 = 1000 ppm B4 = 1500 ppm
48
Lampiran 4. Persentase dan data Transformasi Persentase Stek Berkalus dan berakar
Ulangan Perlakuan %
Berkalus Tr %
Berkalus % Berakar Tr % Berakar
1
A1B1 60 7.75 10 0.0100 A1B2 40 6.32 10 0.0100 A1B3 30 5.48 20 0.0025 A1B4 20 4.47 0 0.0000 A2B1 30 5.48 0 0.0000 A2B2 20 4.47 0 0.0000 A2B3 10 3.16 0 0.0000 A2B4 0 0.00 0 0.0000 A3B1 40 6.32 0 0.0000 A3B2 40 6.32 0 0.0000 A3B3 50 7.07 10 0.0100 A3B4 0 0.00 0 0.0000 A4B1 60 7.75 0 0.0000 A4B2 50 7.07 0 0.0000 A4B3 30 5.48 10 0.0100 A4B4 0 0.00 0 0.0000
2
A1B1 40 6.32 0 0.0000 A1B2 50 7.07 0 0.0000 A1B3 50 7.07 10 0.0100 A1B4 0 0.00 0 0.0000 A2B1 30 5.48 0 0.0000 A2B2 50 7.07 10 0.0100 A2B3 30 5.48 10 0.0100 A2B4 10 3.16 0 0.0000 A3B1 40 6.32 0 0.0000 A3B2 30 5.48 50 0.0004 A3B3 10 3.16 0 0.0000 A3B4 10 3.16 0 0.0000 A4B1 30 5.48 10 0.0100 A4B2 40 6.32 0 0.0000 A4B3 20 4.47 0 0.0000 A4B4 30 5.48 20 0.0025
3
A1B1 60 7.75 0 0.0000 A1B2 30 5.48 30 0.0011 A1B3 50 7.07 0 0.0000 A1B4 10 3.16 0 0.0000 A2B1 30 5.48 10 0.0100 A2B2 70 8.37 0 0.0000 A2B3 20 4.47 20 0.0025 A2B4 0 0.00 0 0.0000 A3B1 50 7.07 20 0.0025 A3B2 40 6.32 0 0.0000 A3B3 10 3.16 0 0.0000 A3B4 10 3.16 0 0.0000 A4B1 40 6.32 10 0.0100 A4B2 60 7.75 0 0.0000
49
Lanjutan Lampiran 4. Persentase dan data Transformasi Persentase Stek Berkalus dan berakar
Ulangan Perlakuan %
Berkalus Tr %
Berkalus % Berakar Tr % Berakar
3 A4B3 20 4.47 10 0.0100 A4B4 20 4.47 0 0.0000
Catatan : Setiap perlakuan terdiri dari 10 stek
Keterangan: A1 = media arang sekam A2 = media arang sekam dan tanah dengan perbandingan 1 : 1 A3 = media arang sekam dan pasir dengan perbandingan 1 : 1 A4 = media pasir B1 = 0 ppm (kontrol) B2 = 500 ppm B3 = 1000 ppm B4 = 1500 ppm
50
Lampiran 5. Persentase Hidup, Berkalus dan Berakar Stek Pada Masing-masing Perlakuan
Perlakuan Ulangan % Hidup % Berkalus
% Berakar
A1B1
1 90 60 10 2 90 40 0 3 80 60 0
Rata-rata 86.67 53.33 3.33 A1B2
1 80 40 10 2 90 50 0 3 70 30 30
Rata-rata 80.00 40.00 13.33 A1B3
1 60 30 20 2 70 50 10 3 60 50 0
Rata-rata 63.33 43.33 10.00 A1B4
1 20 20 0 2 30 0 0 3 20 10 0
Rata-rata 23.33 10.00 0.00 A2B1
1 50 30 0 2 60 30 0 3 80 30 10
Rata-rata 63.33 30.00 3.33 A2B2
1 60 20 0 2 90 50 10 3 80 70 0
Rata-rata 76.67 46.67 3.33 A2B3
1 30 10 0 2 60 30 10 3 60 20 20
Rata-rata 50.00 20.00 10.00 A2B4
1 20 0 0 2 30 10 0 3 20 0 0
Rata-rata 23.33 3.33 0.00 A3B1
1 80 40 02 70 40 0 3 70 50 20
Rata-rata 73.33 43.33 6.67 A3B2
1 80 40 0 2 80 30 50 3 60 40 0
Rata-rata 73.33 36.67 16.67 A3B3
1 70 50 10 2 40 10 0 3 20 10 0
Rata-rata 43.33 23.33 3.33
Keterangan: A1 = media arang sekam A2 = media arang sekam dan tanah dengan perbandingan 1 : 1 A3 = media arang sekam dan pasir dengan perbandingan 1 : 1 A4 = media pasir B1 = 0 ppm (kontrol) B2 = 500 ppm B3 = 1000 ppm B4 = 1500 ppm
51
Lanjutan Lampiran 5. Persentase Hidup, Berkalus dan Berakar Stek Pada Masing-masing Perlakuan
Perlakuan Ulangan % Hidup %
Berkalus%
Berakar A3B4
1 20 0 0 2 40 10 0 3 30 10 0
Rata-rata 30.00 6.67 0.00 A4B1
1 70 60 0 2 70 30 10 3 40 40 10
Rata-rata 60.00 43.33 6.67 A4B2
1 80 50 0 2 60 40 0 3 90 60 0
Rata-rata 76.67 50.00 0.00 A4B3
1 60 30 10 2 30 20 0 3 40 20 10
Rata-rata 43.33 23.33 6.67 A4B4
1 30 0 0 2 70 30 20 3 30 20 0
Rata-rata 43.33 16.67 6.67 Catatan : Setiap perlakuan terdiri dari 10 stek
Keterangan: A1 = media arang sekam A2 = media arang sekam dan tanah dengan perbandingan 1 : 1 A3 = media arang sekam dan pasir dengan perbandingan 1 : 1 A4 = media pasir B1 = 0 ppm (kontrol) B2 = 500 ppm B3 = 1000 ppm B4 = 1500 ppm
52
Lampiran 6. Persentase Berkalus dan Berakar Berdasarkan Perlakuan
Perlakuan Keberhasilan
Jenis Media Persen
Berkalustn Persen
Berakartn
A1 (Arang Sekam) 36.67 6.67 A2 (Arang Sekam Tanah) 25.00 4.17 A3 (Arang Sekam Pasir 27.50 6.67 A4 (Pasir) 33.33 5.00
Konsentrasi ZPT IBA Persen
Berkalus* Persen
Berakartn
B1 (0 ppm (kontrol)) 42.50 5.00 B2 (500 ppm) 43.33 8.33 B3 (1000 ppm) 27.50 7.50 B4 (1500 ppm) 9.17 1.67
Keterangan : tn = berpengaruh tidak nyata, * = berpengaruh nyata (p < 0,05)
53
Lampiran 7. Jumlah Stek Berakar Menurut Perlakuan Konsentrasi ZPT IBA
Perlakuan Jumlah Berakar
Perlakuan ZPT IBA BI
(0 ppm) B2
(500 ppm) B3
(1000 ppm) B4
(1500 ppm) A1B1 1 1 A1B2 4 4 A1B3 3 3 A1B4 0 0 A2B1 1 1 A2B2 1 1 A2B3 3 3 A2B4 0 0 A3B1 2 2 A3B2 5 5 A3B3 1 1 A3B4 0 0 A4B1 2 2 A4B2 0 0 A4B3 2 2 A4B4 2 2
Jumlah 27 6 10 9 2
Keterangan: A1 = media arang sekam A2 = media arang sekam dan tanah dengan perbandingan 1 : 1 A3 = media arang sekam dan pasir dengan perbandingan 1 : 1 A4 = media pasir B1 = 0 ppm (kontrol) B2 = 500 ppm B3 = 1000 ppm B4 = 1500 ppm
54
Lampiran 8. Data Stek Berakar, Jumlah Akar Primer dan Panjang Akar Primer
Jenis Media
Konsentrasi ZPT IBA Ulangan
Jumlah Berakar
Stek Berakar
Ke-
Jumlah Akar
Primer Panjang Akar
Primer A1 B1 1 1 1. 1 2 mm A1 B2 1 1 1. 1 22 mm A1 B2 3 3 1. 1 2 mm 2. 1 2 mm 3. 2 2 mm ; 1mm
A1 B3 1 2 1. 2 2 mm ; 1mm 2. 1 2 mm
A1 B3 2 1 1. 1 5 mm A2 B1 3 1 1. 1 16 mm A2 B2 2 1 1. 1 13 mm A2 B3 2 1 1. 1 24 mm
A2 B3 3 2 1. 1 21 mm ; 13 mm
A2 B3 3 1 1. 1 2 mm A3 B1 2 2 1. 1 2 mm 2. 1 2 mm
A3 B2 2 5 1. 1 28 mm 2. 1 25 mm 3. 1 25 mm 4. 1 24 mm
5. 3 18 mm ; 13 mm ;10 mm
A3 B3 1 1 1. 1 22 mm A4 B1 2 1 1. 1 2 mm A4 B1 3 1 1. 1 21 mm A4 B3 1 1 1. 1 5 mm A4 B3 3 1 1. 1 24 mm
A4 B4 2 2 1. 3 13 mm ; 8 mm ; 4 mm
2. 1 15 mm Keterangan:
A1 = media arang sekam A2 = media arang sekam dan tanah dengan perbandingan 1 : 1 A3 = media arang sekam dan pasir dengan perbandingan 1 : 1 A4 = media pasir B1 = 0 ppm (kontrol) B2 = 500 ppm B3 = 1000 ppm B4 = 1500 ppm
56
Lanjutan Lampiran 9. Hasil Rekapitulasi Data Sebelum Transformasi
Jenis Media
Konsentrasi IBA Ulangan
Jumlah Hidup
Jumlah Berkalus
Jumlah Berakar
Persen Hidup (%)
Persen Berkalus (%)
Persen Berakar (%)
A3 B1 3 7 5 2 70 50 20 A3 B2 1 8 4 0 80 40 0 A3 B2 2 8 3 5 80 30 50 A3 B2 3 6 4 0 60 40 0 A3 B3 1 7 5 1 70 50 10 A3 B3 2 4 1 0 40 10 0 A3 B3 3 2 1 0 20 10 0 A3 B4 1 2 0 0 20 0 0 A3 B4 2 4 1 0 40 10 0 A3 B4 3 3 1 0 30 10 0 A4 B1 1 7 6 0 70 60 0A4 B1 2 7 3 1 70 30 10A4 B1 3 4 4 1 40 40 10 A4 B2 1 8 5 0 80 50 0 A4 B2 2 6 4 0 60 40 0 A4 B2 3 9 6 0 90 60 0 A4 B3 1 6 3 1 60 30 10 A4 B3 2 3 2 0 30 20 0 A4 B3 3 4 2 1 40 20 10 A4 B4 1 3 0 0 30 0 0 A4 B4 2 7 3 2 70 30 20
Catatan : Setiap perlakuan terdiri dari 10 stek
Keterangan: A1 = media arang sekam A2 = media arang sekam dan tanah dengan perbandingan 1 : 1 A3 = media arang sekam dan pasir dengan perbandingan 1 : 1 A4 = media pasir B1 = 0 ppm (kontrol) B2 = 500 ppm B3 = 1000 ppm B4 = 1500 ppm
57
Lampiran 10. Hasil Rekapitulasi Data Setelah Transformasi
Jenis Media
Konsentrasi IBA Ulangan
Jumlah Hidup
Jumlah Berkalus
Jumlah Berakar
Persen Hidup (%) Tr%Berkalus Tr%Berakar
A1 B1 1 9 6 1 90 7.75 0.0100 A1 B1 2 9 4 0 90 6.32 0.0000 A1 B1 3 8 6 0 80 7.75 0.0000 A1 B2 1 8 4 1 80 6.32 0.0100 A1 B2 2 9 5 0 90 7.07 0.0000 A1 B2 3 7 3 3 70 5.48 0.0011 A1 B3 1 6 3 2 60 5.48 0.0025A1 B3 2 7 5 1 70 7.07 0.0100 A1 B3 3 6 5 0 60 7.07 0.0000 A1 B4 1 2 2 0 20 4.47 0.0000 A1 B4 2 3 0 0 30 0.00 0.0000 A1 B4 3 2 1 0 20 3.16 0.0000 A2 B1 1 5 3 0 50 5.48 0.0000 A2 B1 2 6 3 0 60 5.48 0.0000 A2 B1 3 8 3 1 80 5.48 0.0100 A2 B2 1 6 2 0 60 4.47 0.0000 A2 B2 2 9 5 1 90 7.07 0.0100 A2 B2 3 8 7 0 80 8.37 0.0000 A2 B3 1 3 1 0 30 3.16 0.0000 A2 B3 2 6 3 1 60 5.48 0.0100 A2 B3 3 6 2 2 60 4.47 0.0025 A2 B4 1 2 0 0 20 0.00 0.0000 A2 B4 2 3 1 0 30 3.16 0.0000 A2 B4 3 2 0 0 20 0.00 0.0000A3 B1 1 8 4 0 80 6.32 0.0000A3 B1 2 7 4 0 70 6.32 0.0000
Keterangan: A1 = media arang sekam A2 = media arang sekam dan tanah dengan perbandingan 1 : 1 A3 = media arang sekam dan pasir dengan perbandingan 1 : 1 A4 = media pasir B1 = 0 ppm (kontrol) B2 = 500 ppm B3 = 1000 ppm B4 = 1500 ppm
58
Lanjutan Lampiran 10. Hasil Rekapitulasi Data Setelah Transformasi
Jenis Media
Konsentrasi IBA Ulangan
Jumlah Hidup
Jumlah Berkalus
Jumlah Berakar
Persen Hidup (%) Tr%Berkalus
Tr%Berakar
A3 B1 3 7 5 2 70 7.07 0.0025 A3 B2 1 8 4 0 80 6.32 0.0000 A3 B2 2 8 3 5 80 5.48 0.0004 A3 B2 3 6 4 0 60 6.32 0.0000 A3 B3 1 7 5 1 70 7.07 0.0100 A3 B3 2 4 1 0 40 3.16 0.0000 A3 B3 3 2 1 0 20 3.16 0.0000 A3 B4 1 2 0 0 20 0.00 0.0000 A3 B4 2 4 1 0 40 3.16 0.0000 A3 B4 3 3 1 0 30 3.16 0.0000 A4 B1 1 7 6 0 70 7.75 0.0000A4 B1 2 7 3 1 70 5.48 0.0100A4 B1 3 4 4 1 40 6.32 0.0100 A4 B2 1 8 5 0 80 7.07 0.0000 A4 B2 2 6 4 0 60 6.32 0.0000 A4 B2 3 9 6 0 90 7.75 0.0000 A4 B3 1 6 3 1 60 5.48 0.0100 A4 B3 2 3 2 0 30 4.47 0.0000 A4 B3 3 4 2 1 40 4.47 0.0100 A4 B4 1 3 0 0 30 0.00 0.0000 A4 B4 2 7 3 2 70 5.48 0.0025 A4 B4 3 3 2 0 30 4.47 0.0000
Catatan : Setiap perlakuan terdiri dari 10 stek
Keterangan: A1 = media arang sekam A2 = media arang sekam dan tanah dengan perbandingan 1 : 1 A3 = media arang sekam dan pasir dengan perbandingan 1 : 1 A4 = media pasir B1 = 0 ppm (kontrol) B2 = 500 ppm B3 = 1000 ppm B4 = 1500 ppm
59
Lampiran 11. Hasil Pengukuran Suhu dan Kelembaban Selama 12 Minggu
No. Tanggal
Suhu (oC) Kelembaban (%)
Minimal Maksimal Pukul 07.00
Pukul 13.00
Pukul 17.00
Pukul 07.00
Pukul 13.00
Pukul 17.00
1 10-Okt-06 26 33 27 33 30 91 92 91 2 11-Okt-06 26 32 26 32 30 91 91 91 3 12-Okt-06 27 33 28 33 30 91 92 91 4 13-Okt-06 27 33 28 33 31 91 92 91 5 14-Okt-06 27 33 27 33 31 91 92 91 6 15-Okt-06 26 33 27 33 29 91 92 91 7 16-Okt-06 25 32 25 32 27 90 91 91 8 17-Okt-06 26 32 27 32 30 91 91 919 18-Okt-06 27 32 28 32 31 91 91 9110 19-Okt-06 27 32 28 32 31 91 91 91 11 20-Okt-06 27 32 27 32 31 91 91 91 12 21-Okt-06 26 33 27 33 31 91 92 91 13 22-Okt-06 27 33 27 33 32 91 92 91 14 23-Okt-06 27 33 28 33 31 91 92 91 15 24-Okt-06 27 33 28 33 31 91 92 91 16 25-Okt-06 26 33 26 33 30 91 92 91 17 26-Okt-06 26 33 26 33 27 91 92 91 18 27-Okt-06 26 33 26 33 29 91 92 91 19 28-Okt-06 26 32 27 32 29 91 91 91 20 29-Okt-06 27 32 27 32 29 91 91 91 21 30-Okt-06 27 33 28 33 30 91 92 9122 31-Okt-06 26 33 26 33 30 91 92 91 23 1-Nov-06 25 31 26 31 30 91 91 91 24 2-Nov-06 25 33 25 33 31 90 92 91 25 3-Nov-06 26 33 27 33 31 91 92 91 26 4-Nov-06 26 33 27 33 32 91 92 91 27 5-Nov-06 27 32 28 32 28 91 91 91 28 6-Nov-06 27 33 27 33 30 91 92 91 29 7-Nov-06 26 33 27 33 31 91 92 91 30 8-Nov-06 26 31 27 31 27 91 91 91 31 9-Nov-06 25 31 25 31 28 90 91 91 32 10-Nov-06 26 33 27 33 27 91 92 91 33 11-Nov-06 25 32 26 32 27 91 91 91 34 12-Nov-06 26 32 27 32 27 91 91 91 35 13-Nov-06 25 32 26 32 28 91 91 91 36 14-Nov-06 26 33 26 33 30 91 92 91 37 15-Nov-06 26 33 27 33 30 91 92 91 38 16-Nov-06 26 33 26 33 30 91 92 9139 17-Nov-06 27 33 27 33 30 91 92 9140 18-Nov-06 26 33 27 33 30 91 92 91 41 19-Nov-06 26 33 27 33 28 91 92 91 42 20-Nov-06 27 32 27 32 27 91 91 91 43 21-Nov-06 26 33 27 33 28 91 92 91 44 22-Nov-06 27 32 27 32 29 91 91 91 45 23-Nov-06 26 31 26 31 27 91 91 91
60
Lanjutan Lampiran 11. Hasil Pengukuran Suhu dan Kelembaban Selama 12 Minggu
No. Tanggal
Suhu (oC) Kelembaban (%)
Minimal Maksimal Pukul 07.00
Pukul 13.00
Pukul 17.00
Pukul 07.00
Pukul 13.00
Pukul 17.00
46 24-Nov-06 25 31 25 31 30 90 91 91 47 25-Nov-06 25 30 26 30 31 91 91 91 48 26-Nov-06 26 31 26 31 30 91 91 91 49 27-Nov-06 26 29 26 29 28 91 91 91 50 28-Nov-06 26 31 26 31 29 91 91 91 51 29-Nov-06 25 31 26 31 28 91 91 91 52 30-Nov-06 25 31 26 31 28 91 91 91 53 1-Des-06 24 29 25 29 29 90 91 9154 2-Des-06 25 31 26 31 31 91 91 9155 3-Des-06 25 31 26 31 31 91 91 91 56 4-Des-06 26 29 26 29 28 91 91 91 57 5-Des-06 26 31 26 31 29 91 91 91 58 6-Des-06 26 31 27 31 29 91 91 91 59 7-Des-06 26 31 26 31 29 91 91 91 60 8-Des-06 25 31 26 31 29 91 91 91 61 9-Des-06 25 31 26 31 30 91 91 91 62 10-Des-06 25 31 26 31 30 91 91 91 63 11-Des-06 25 30 26 30 30 91 91 91 64 12-Des-06 25 31 26 31 30 91 91 91 65 13-Des-06 26 32 26 32 30 91 91 91 66 14-Des-06 26 31 27 31 28 91 91 9167 15-Des-06 27 32 27 32 30 91 91 91 68 16-Des-06 27 31 27 31 30 91 91 91 69 17-Des-06 26 31 27 31 29 91 91 91 70 18-Des-06 25 31 26 31 30 91 91 91 71 19-Des-06 25 32 26 32 30 91 91 91 72 20-Des-06 26 31 27 31 30 91 91 91 73 21-Des-06 26 31 26 31 30 91 91 91 74 22-Des-06 25 31 26 31 29 91 91 91 75 23-Des-06 25 31 26 31 29 91 91 91 76 24-Des-06 26 30 26 30 29 91 91 91 77 25-Des-06 26 30 27 30 29 91 91 91 78 26-Des-06 26 30 26 30 29 91 91 91 79 27-Des-06 25 29 26 29 28 91 91 91 80 28-Des-06 25 29 26 29 28 91 91 91 81 29-Des-06 25 28 26 28 27 91 91 91 82 30-Des-06 25 28 26 28 27 91 91 91 83 31-Des-06 25 28 26 28 27 91 91 9184 1-Jan-07 26 29 27 29 27 91 91 91