e07rin.pdf

72
STUDI PEMBIAKAN VEGETATIF PADA Agathis loranthifolia R.A. Salisbury MELALUI STEK PUCUK RINALDO E14202064 PROGRAM STUDI BUDIDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

Upload: nurul-hasanah

Post on 02-Jan-2016

68 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

gdrhfhjghguk

TRANSCRIPT

Page 1: E07rin.pdf

STUDI PEMBIAKAN VEGETATIF PADA Agathis loranthifolia

R.A. Salisbury MELALUI STEK PUCUK

RINALDO

E14202064

PROGRAM STUDI BUDIDAYA HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2007

Page 2: E07rin.pdf

STUDI PEMBIAKAN VEGETATIF PADA Agathis loranthifolia

R.A. Salisbury MELALUI STEK PUCUK

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan

Institut Pertanian Bogor

RINALDO

E14202064

PROGRAM STUDI BUDIDAYA HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2007

Page 3: E07rin.pdf

Rinaldo, E14202064. Studi Pembiakan Vegetatif pada Agathis loranthifolia R.A. Salisbury Melalui Stek Pucuk. Dibawah bimbingan Ir. Andi Sukendro, M.Si

RINGKASAN Agathis loranthifolia salisb. dengan nama perdagangan damar atau Agathis merupakan salah satu jenis pohon yang tersebar di hampir seluruh wilayah Indonesia. Agathis memiliki banyak kegunaan baik dari kayunya maupun dari kopal atau getah yang dihasilkannya. Melihat banyaknya manfaat dari pohon Agathis, seiring semakin kompleksnya kebutuhan manusia, bukan tidak mungkin untuk ke depannya permintaan akan kayu dan kopal Agathis akan semakin meningkat juga. Untuk itu, penanaman pohon jenis Agathis dalam pembangunan hutan tanaman harus dijadikan sebagai salah satu prioritas. Dalam pembangunan hutan tanaman untuk jenis Agathis dibutuhkan bahan tanaman yang berkualitas dengan kuantitas yang memadai. Selama ini penggunaan benih sebagai bahan tanaman merupakan cara yang lebih sering dilakukan untuk mendapatkan tanaman Agathis. Dengan kata lain, perbanyakan tanaman Agathis lebih banyak dilakukan secara generatif. Dengan mengandalkan perbanyakan tanaman Agathis hanya dengan pembiakan generatif, maka kuantitas dan kualitas tanaman yang diinginkan pada waktu yang dibutuhkan akan sulit dicapai. Hal ini dikarenakan jenis Agathis baru bisa memproduksi benih pada umur 25 tahun. Selain itu periode berbuah dari jenis ini hanya dua kali dalam setahun yaitu periode Februari-April dan periode Agustus-Oktober. Buah yang dihasilkan pun tidak menentu jumlahnya.

Selain faktor produksi benih dan periodenya, faktor lain yang tidak kalah pentingnya adalah faktor genetik. Genetik tanaman yang dihasilkan dari benih masih dipertanyakan kualitasnya, karena bisa saja genetik tanaman hasil dari benih tidak sama dengan pohon induknya. Menurut Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan (2001), penyerbukan untuk pembuahan jenis ini dilakukan dengan perantara angin. Jadi polen (sel jantan) yang membuahi sel telur pohon induk tidak diketahui genetiknya. Akibatnya, keturunan yang dihasilkan dari pohon induk juga tidak diketahui kesamaan sifat dan penampakan dengan pohon induknya.

Untuk mengatasi masalah tersebut, pembiakan vegetatif melalui stek pucuk merupakan salah satu alternatif pemecahan masalah. Dengan stek pucuk, maka akan dihasilkan anakan yang merupakan duplikasi dari pohon induk. Apabila pohon induk memiliki keunggulan dari sifat-sifatnya seperti dalam hal produksi getah dan dalam bentuk batang, maka anakan yang dihasilkan melalui stek pucuk juga akan akan memiliki keunggulan serupa. Selain itu, metode pembiakan vegetatif melalui stek pucuk dapat menghasilkan anakan Agathis dalam jumlah besar dan dengan sifat serta penampakan yang lebih seragam. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mencari alternatif perbanyakan tanaman Agathis dengan pembiakan vegetatif melalui stek pucuk dan mengetahui keberhasilan pembiakan vegetatif melaui stek pucuk pada Agathis dengan perlakuan jenis media dan zat pengatur tumbuh yang digunakan. Penelitian ini dilaksanakan di Persemaian Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor selama lebih kurang empat bulan, mulai dari September 2006 sampai dengan Januari 2007. Bahan yang digunakan adalah pucuk Agathis loranthifolia Salisb. yang bersifat dorman, arang sekam, pasir, tanah, fungisida jenis Dithane M 45, Aquades dan Zat Pengatur Tumbuh IBA (Indole Butyric Acid). Alat yang digunakan meliputi gunting stek, cutter, kantong plastik, polybag, ayakan, seng, alat penyiram, ember, handsprayer, gelas ukur, termometer maksimum minimum, kalkulator, kamera dan alat tulis.

Metode penelitian meliputi, Rancangan percobaan, rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap pola faktorial 4 x 4 dengan 3 ulangan yang masing-masing kombinasi perlakuan terdapat 10 stek. Jadi secara keseluruhan terdapat 480 stek. Selanjutnya untuk pelaksanaan penelitian dimulai dengan penyiapan rumah stek, penyiapan media perakaran, penyiapan Zat Pengatur Tumbuh, pengambilan, pengepakan dan transportasi bahan stek, penyiapan bahan stek, pemberian Zat Pengatur Tumbuh, penanaman stek, pemeliharaan, pengamatan dan pengambilan data. Adapun parameter yang diamati dan diukur pada penelitian ini adalah persentase stek hidup, persentase stek berkalus dan persentase stek berakar. Untuk data tentang kualitas akar (jumlah dan panjang akar primer), tidak dilakukan uji sidik ragam karena persen berakar stek yang kecil, dan ada beberapa perlakuan yang tidak mempunyai akar, dengan kata lain persen berakarnya 0 %. Dari hasil analisis data dengan menggunakan program aplikasi komputer SAS Release version 6.12 menunjukkan bahwa faktor tunggal konsentrasi ZPT IBA pada parameter Persen Hidup Stek dan Persen Berkalus Stek mempunyai pengaruh yang nyata. Sedangkan untuk faktor tunggal jenis media perakaran serta interaksi antara faktor jenis media dan konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh IBA menunjukkan hasil berpengaruh tidak nyata pada ketiga parameter yang diukur. Untuk mengetahui

Page 4: E07rin.pdf

perlakuan terbaik pada faktor Zat Pengatur Tumbuh terhadap parameter persen hidup dan persen berkalus stek, dilakukan uji lanjut (Uji Duncan). Hasil dari Uji Duncan menunjukkan konsentrasi ZPT IBA 500 ppm memberikan rata-rata persentase hidup dan persentase berkalus stek tertinggi yaitu sebesar 76,67 % dan 43,33 %. Tetapi tidak berbeda nyata dengan konsentrasi ZPT IBA 0 ppm (kontrol) yaitu sebesar 70,83 % untuk persen hidup dan 42,50 % untuk persen berkalus stek. Konsentrasi 500 ppm dan 0 ppm (kontrol) berbeda nyata dengan konsentrasi 1000 ppm yang mempunyai persen hidup stek 50,00 % dan persen berkalus stek 27,50 %. Konsentrasi 1000 ppm juga berbeda nyata dengan konsentrasi 1500 ppm yang mempunyai persen hidup 30,00 % dan persen berkalus stek 9,17 %.

Walaupun interaksi jenis media perakaran dan konsentrasi ZPT IBA tidak berpengaruh nyata terhadap ketiga parameter yang diukur, persentase hidup tertinggi berdasarkan kombinasi perlakuan terdapat pada perlakuan A1B1 (kombinasi perlakuan media arang sekam dan konsentrasi ZPT IBA 0 ppm) yaitu sebesar 86,67 %, untuk persen hidup terendah diperoleh pada perlakuan A1B4 (kombinasi perlakuan media arang sekam dan konsentrasi ZPT IBA 1500 ppm) dan A2B4 (kombinasi perlakuan media arang sekam tanah dan konsentrasi ZPT IBA 1500 ppm) yaitu sebesar 23,33 %. Sedangkan untuk persentase berkalus stek tertinggi terdapat pada perlakuan A1B1 (kombinasi perlakuan media arang sekam dan konsentrasi ZPT IBA 0 ppm) yaitu sebesar 53,33 %. Sedangkan untuk persen berkalus terendah diperoleh pada perlakuan A2B4 (kombinasi perlakuan media arang sekam tanah dan konsentrasi ZPT IBA 1500 ppm), yaitu 3,33 %. Untuk persentase berakar stek tertinggi terdapat pada perlakuan A3B2 (kombinasi perlakuan media arang sekam pasir dan konsentrasi ZPT IBA 500 ppm) yaitu sebesar 16,67 % sedangkan untuk persen berakar terendah yaitu dengan nilai 0 %, diperoleh pada perlakuan A1B4 (kombinasi perlakuan media arang sekam dan konsentrasi ZPT IBA 1500 ppm), A2B4 (kombinasi perlakuan media arang sekam tanah dan konsentrasi ZPT IBA 1500 ppm), A3B4 (kombinasi perlakuan media arang sekam pasir dan konsentrasi ZPT IBA 1500 ppm) dan A4B2 (kombinasi perlakuan media pasir dan konsentrasi ZPT IBA 500 ppm).

Dari 480 stek yang ditanam pada awal penelitian, stek yang mampu bertahan hidup sampai akhir penelitian (12 Minggu Setelah Tanam) sebanyak 273 stek (56,88% ), stek yang mengalami kematian sebanyak 207 stek dengan laju kematian sebesar 17,25 stek per minggu, atau 3,59 % per minggu. Dari 273 stek Agathis yang hidup, terdapat 147 stek (30,63 %) yang berkalus, 27 stek (5,63 %) stek yang berakar dan sebanyak 99 stek (20,63 %) stek hidup tetapi tidak mempunyai kalus atau akar dari jumlah keseluruhan stek yang ditanam.

Secara umum, faktor yang mempengaruhi keberhasilan stek pucuk Agathis pada penelitian ini adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang diduga mempengaruhi keberhasilan stek pucuk Agathis adalah umur pohon induk dan umur bahan stek, kandungan nutrisi dan ketersediaan air dalam bahan stek. Faktor eksternal yang diduga mempengaruhi keberhasilan stek pucuk Agathis pada penelitian ini adalah suhu, intensitas cahaya dan pelaksanaan.

Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa : Pembiakan vegetatif melalui stek pucuk dapat dijadikan suatu alternatif dalam perbanyakan tanaman Agathis loranthifolia Salisb. Pemberian ZPT IBA dengan konsentrasi tinggi tidak efektif diberikan karena dapat menghambat terbentuknya akar pada stek bahkan dapat mempercepat busuknya stek dan kematian pada stek. Persentase stek berakar pada penelitian ini adalah 5,63 %. Konsentrasi yang optimum untuk stek pucuk Agathis dari hasil penelitian ini adalah pada selang 0 ppm sampai 1000 ppm. Semua media memberikan pengaruh yang sama dalam mendukung pertumbuhan stek pucuk Agathis. Interaksi antara perlakuan perbedaan jenis media perakaran dan konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh IBA memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap keberhasilan stek pucuk Agathis.

Page 5: E07rin.pdf

Judul Penelitian : Studi Pembiakan Vegetatif pada Agathis loranthifolia

R.A. Salisbury Melalui Stek Pucuk

Nama : Rinaldo

Nomor Pokok : E14202064

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

Ir. Andi Sukendro, M.Si

NIP. 131 671 607

Mengetahui,

Dekan Fakultas Kehutanan

Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, MS

NIP. 131 430 799

Tanggal Lulus : 7 Februari 2007

Page 6: E07rin.pdf

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Bukittinggi, Sumatera Barat pada tanggal 16

September 1984. Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara pasangan Irjoni

dan Asnelli. Jenjang pendidikan formal yang ditempuh penulis dimulai pada tahun 1990

di SD Negeri 15 Belakang Balok, Bukittinggi dan lulus pada tahun 1996. Pendidikan

formal penulis kemudian dilanjutkan ke SLTP Negeri 1 Bukittinggi, dan lulus pada tahun

1999. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan ke SMU Negeri 2 Bukittinggi dan lulus

pada tahun 2002. Pada tahun 2002, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui

jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) sebagai mahasiswa program studi

Budidaya Hutan, Fakultas Kehutanan.

Selama masa perkuliahan, penulis aktif di berbagai kegiatan organisasi,

diantaranya adalah kepala biro Sosial dan Lingkungan DKM ‘Ibaadurrahmaan 2003-

2004, Staff Departemen Pengembangan Sumberdaya Manusia FMSC 2003-2004,

Penaggung Jawab Pendidikan dan Perpustakaan Asrama Sylvasari 2003-2005, Kepala

Departemen Kemahasiswaan dan Kesejahteraan Sosial, Badan Eksekutif Mahasiswa

Fakultas Kehutanan 2004-2005 dan anggota dari Ikatan Pelajar Mahasiswa Minang

(IPMM). Selain itu penulis juga aktif sebagai asisten praktikum pada beberapa mata

kuliah di Fakultas Kehutanan, diantaranya adalah asisten praktikum mata kuliah

Dendrologi semester ganjil 2004/2005 dan 2005/2006, asisten praktikum mata kuliah

Silvikultur semester genap 2005/2006 serta asisten praktikum mata kuliah Pembiakan

Vegetatif Tanaman Hutan semester genap 2005/2006 dan semester ganjil 2006/2007.

Pada semester ganjil 2006/2007 penulis dipercaya oleh Laboratorium Ekologi Hutan,

Fakultas Kehutanan sebagai koordinator praktikum mata kuliah Dendrologi.

Pada tahun 2005 penulis mengikuti Praktek Pengenalan Hutan di Cagar Alam

dan Taman Wisata Alam Kamojang (Jawa Barat) dan Cagar Alam Leuweung Sancang

(Jawa Barat) serta Praktek Pengelolaan Hutan di Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan

Banten, KPH Ciamis (Jawa Barat). Pada tahun 2006, penulis melaksanakan Kuliah Kerja

Nyata (KKN) IPB gelombang 1 periode Februari-April, di Desa Benteng, Kecamatan

Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Fakultas

Kehutanan Institut Pertanian Bogor, penulis melaksanakan penelitian dalam bidang

pembiakan vegetatif tanaman hutan dengan judul : ”Studi Pembiakan Vegetatif pada

Agathis Loranthifolia R.A. Salisbury Melalui Stek Pucuk”, dibawah bimbingan Ir.

Andi Sukendro, M.Si.

Page 7: E07rin.pdf

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur senantiasa tercurahkan kehadirat Allah SWT atas

segala rahmat dan karunia-Nya bagi seluruh ciptaan-Nya. Shalawat beriring salam

semoga tetap terkirimkan kepada Rasulullah junjungan dan suri tauladan kita,

Nabi Muhammad SAW beserta seluruh umatnya yang senantiasa istiqamah

sampai akhir zaman. Penelitian yang berjudul : ”Studi Pembiakan Vegetatif

pada Agathis Loranthifolia R.A. Salisbury Melalui Stek Pucuk” ini bertujuan

untuk Mencari alternatif perbanyakan tanaman Agathis dengan pembiakan

vegetatif melalui stek pucuk. Penelitian ini diharapkan mampu mendapatkan suatu

metode dalam perbanyakan tanaman Agathis loranthifolia Salisb. guna

memproduksi bibit yang berkualitas dalam jumlah besar dan dalam waktu yang

relatif singkat.

Penelitian ini mudah-mudahan dapat memberikan informasi yang berguna

tentang perbanyakan pada jenis Agathis loranthifolia Salisb. melalui stek pucuk.

Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini perlu dikembangkan lagi untuk

kesempurnaannya, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat

diharapkan demi perkembangan penelitian selanjutnya. Akhirnya, penulis

berharap karya kecil ini tidak mengurangi hakikat kebenaran ilmiahnya dan

bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya. Amien.

Bogor, Februari 2007

Penulis

Page 8: E07rin.pdf

UCAPAN TERIMA KASIH

Segala puji dan syukur senantiasa tercurahkan kehadirat Allah SWT atas

segala rahmat dan karunia-Nya bagi seluruh ciptaan-Nya. Shalawat beriring salam

semoga tetap terkirimkan kepada Rasulullah junjungan dan suri tauladan kita,

Nabi Muhammad SAW beserta seluruh umatnya yang senantiasa istiqamah

sampai akhir zaman. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan

dan terima kasih yang tidak terhingga kepada :

1. Mama, Papa dan saudara-saudara penulis tercinta atas segala curahan

kasih sayang yang tulus, do’a beserta dukungan moril maupun materil

yang tidak terhingga.

2. Bapak Ir. Andi Sukendro, M.Si selaku dosen pembimbing atas kesabaran

dan keikhlasan dalam memberikan ilmu, bimbingan dan nasehat kepada

penulis.

3. Bapak Ir. Sucahyo Sadiyo, MS. sebagai dosen penguji dari Departemen

Hasil Hutan dan Bapak Ir. Edhi Sandra, M.Si sebagai dosen penguji dari

Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata yang telah

memberikan saran dan masukan dalam penyusunan skripsi ini.

4. Keluarga Besar Asrama Mahasiswa IPB Sylvasari, khususnya saudara-

saudara seperjuangan Angkatan 39 (Agus, Ambar, Asrori, Benu, Dea,

Dian, Edi, Eka, Ferry, Fian, Harra, Hery, Ilyas, Iman, Ikhsan, Khasbi,

Ma’ruf, Ulil, Wilin dan Yoga) atas kebersamaan dan kekeluargaannya.

5. Rekan-rekan Budidaya Hutan Angkatan 39, atas kebersamaan dan

persahabatannya.

6. Beserta semua pihak yang telah membantu dan tidak bisa disebutkan satu

per satu.

Semoga Allah SWT membalas semua amal dan kebaikannya. Amien

Bogor, Februari 2007

Penulis

Page 9: E07rin.pdf

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI .............................................................................................. i

DAFTAR GAMBAR ................................................................................ iii

DAFTAR TABEL ...................................................................................... iv

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. v

PENDAHULUAN

Latar Belakang ..................................................................................... 1

Tujuan .................................................................................................. 3

Hipotesis ............................................................................................... 3

Manfaat Penelitian ............................................................................... 3

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Umum tentang Agathis loranthifolia R.A. Salisbury ........... 4

Taksonomi dan Tata nama ............................................................. 4

Deskripsi Botani ............................................................................ 4

Penyebaran dan Habitat ................................................................. 5

Silvikultur ...................................................................................... 5

Kegunaan dan Manfaat .................................................................. 6

Tinjauan Umum Tentang Pembiakan Vegetatif ................................... 6

Definisi dan Macam Pembiakan Vegetatif .................................... 6

Alasan Dilakukannya Pembiakan Vegetatif .................................. 7

Pembiakan Vegetatif Stek .................................................................... 8

Pengertian Stek .............................................................................. 8

Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Stek ............................ 8

Pembentukan Akar pada Stek ........................................................ 12

Media Perakaran pada Stek ........................................................... 13

METODOLOGI PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................. 14

Bahan dan Alat ..................................................................................... 14

Metode Penelitian ................................................................................ 14

Rancangan Percobaan .................................................................... 14

Penyiapan Rumah Stek .................................................................. 15

Page 10: E07rin.pdf

ii

Penyiapan Media Perakaran .......................................................... 16

Penyiapan Zat Pengatur Tumbuh ................................................... 17

Pengambilan, Pengepakan dan Transportasi Bahan Stek .............. 17

Penyiapan Bahan Stek ................................................................... 17

Pemberian Zat Pengatur Tumbuh .................................................. 18

Penanaman Stek ............................................................................. 19

Pemeliharaan .................................................................................. 19

Pengamatan .................................................................................... 19

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil ..................................................................................................... 21

Pembahasan ......................................................................................... 28

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan .......................................................................................... 39

Saran .................................................................................................... 39

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 40

LAMPIRAN ............................................................................................... 43

Page 11: E07rin.pdf

iii

DAFTAR GAMBAR

Teks Halaman

Gambar 1. Desain rumah stek .................................................................... 16

Gambar 2. Pemberian ZPT IBA dengan cara perendaman ........................ 18

Gambar 3. Kemampuan hidup stek pucuk Agathis sampai 12 MST ......... 22

Gambar 4. Persentase hidup rata-rata stek pucuk Agathis

pada masing-masing perlakuan ................................................ 24

Gambar 5. Persentase berkalus rata-rata stek pucuk Agathis

pada masing-masing perlakuan ................................................ 24

Gambar 6. Persentase berakar rata-rata stek pucuk Agathis

pada masing-masing perlakuan ................................................ 26

Gambar 7. Pengukuran suhu harian penelitian stek pucuk Agathis ........... 31

Gambar 8. Pengukuran kelembaban harian penelitian stek pucuk

Agathis .................................................................................... 32

Gambar 9. Stek hidup yang tidak berkalus dan tidak berakar ................... 35

Gambar 10. Stek berkalus .......................................................................... 36

Gambar 11. Stek berakar ............................................................................ 36

Page 12: E07rin.pdf

iv

DAFTAR TABEL

Teks Halaman

Tabel 1. Rekapitulasi sidik ragam pengaruh jenis media dan konsentrasi

ZPT IBA pada tiga parameter yang diukur .................................. 21

Tabel 2. Hasil sidik ragam pengaruh perlakuan jenis media dan konsentrasi

ZPT IBA terhadap persentase hidup stek pucuk Agathis ............ 23

Tabel 3. Hasil Uji Duncan pengaruh konsentrasi ZPT IBA terhadap

persentase hidup stek pucuk Agathis ........................................... 23

Tabel 4. Hasil sidik ragam pengaruh perlakuan jenis media dan konsentrasi

ZPT IBA terhadap persentase berkalus stek pucuk Agathis ........ 25

Tabel 5. Hasil Uji Duncan pengaruh konsentrasi ZPT IBA terhadap

persentase berkalus stek pucuk Agathis ....................................... 25

Tabel 6. Hasil sidik ragam pengaruh perlakuan jenis media dan konsentrasi

ZPT IBA terhadap persentase berakar stek pucuk Agathis ......... 26

Page 13: E07rin.pdf

v

DAFTAR LAMPIRAN

Teks Halaman

Lampiran 1. Kemampuan Hidup Stek Pucuk Agathis Sampai 12 MST ... 43

Lampiran 2. Jumlah dan Persentase Stek yang Hidup, Berkalus dan

Berakar Pada 12 MST ........................................................... 44

Lampiran 3. Jumlah Total dan Persentase Total Stek Hidup, Berkalus,

Berakar, Tidak Berakar dan Tidak Berkalus serta Mati

12 MST ................................................................................... 46

Lampiran 4. Persentase dan data Transformasi Persentase Stek

Berkalus dan berakar ............................................................. 48

Lampiran 5. Persentase Hidup, Berkalus dan Berakar Stek

Pada Masing-masing Perlakuan ............................................. 50

Lampiran 6. Persentase Berkalus dan Berakar pada

masing-masing Perlakuan ...................................................... 52

Lampiran 7. Jumlah Stek Berakar Menurut Perlakuan

Konsentrasi IBA ..................................................................... 53

Lampiran 8. Data Stek Berakar, Jumlah Akar Primer dan

Panjang Akar Primer .............................................................. 54

Lampiran 9. Hasil Rekapitulasi Data Sebelum Transformasi .................... 55

Lampiran 10. Hasil Rekapitulasi Data Setelah Transformasi .................... 57

Lampiran 11. Hasil Pengukuran Suhu dan Kelembaban

Selama 12 Minggu .............................................................. 59

Page 14: E07rin.pdf

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Agathis loranthifolia salisb. dengan nama perdagangan damar atau

Agathis merupakan salah satu jenis pohon yang tersebar di hampir seluruh

wilayah Indonesia. Agathis memiliki banyak kegunaan baik dari kayunya maupun

dari getah yang dihasilkannya. Kayunya dapat digunakan sebagai bahan baku

pembuatan korek api, perabot rumah tangga, vinir bermutu baik, kayu lapis, pulp

dan masih banyak lagi. Getah Agathis yang disebut juga dengan kopal, digunakan

sebagai bahan baku untuk industri cat, vernis, spiritus, plastik, bahan sizing,

pelapis tekstil, bahan water proofing, tinta cetak, dan sebagainya. Melihat

banyaknya manfaat dari pohon Agathis, seiring semakin kompleksnya kebutuhan

manusia, bukan tidak mungkin untuk ke depannya permintaan akan kayu dan

kopal Agathis akan semakin meningkat juga. Untuk itu, penanaman pohon jenis

Agathis dalam pembangunan hutan tanaman harus dijadikan sebagai salah satu

prioritas.

Dalam pembangunan hutan tanaman untuk jenis Agathis dibutuhkan bahan

tanaman yang berkualitas dengan kuantitas yang memadai. Selama ini

penggunaan benih sebagai bahan tanaman merupakan cara yang lebih sering

dilakukan untuk mendapatkan tanaman Agathis. Dengan kata lain, perbanyakan

tanaman Agathis lebih banyak dilakukan secara generatif. Dengan mengandalkan

perbanyakan tanaman Agathis hanya dengan pembiakan generatif, maka kuantitas

dan kualitas tanaman yang diinginkan pada waktu yang dibutuhkan akan sulit

dicapai. Hal ini dikarenakan jenis Agathis baru bisa memproduksi benih hidup

pada umur 25 tahun. Selain itu periode berbuah dari jenis ini hanya dua kali dalam

setahun yaitu periode Februari-April dan periode Agustus-Oktober. Buah yang

dihasilkan pun tidak menentu jumlahnya.

Selain faktor produksi benih dan periodenya, faktor lain yang tidak kalah

pentingnya adalah faktor genetik. Genetik tanaman yang dihasilkan dari benih

masih dipertanyakan kualitasnya, karena bisa saja genetik tanaman hasil dari

benih tidak sama dengan pohon induknya. Menurut Direktorat Perbenihan

Tanaman Hutan (2001), penyerbukan untuk pembuahan jenis Agathis dilakukan

dengan perantara angin. Jadi polen (sel jantan) yang membuahi sel telur pohon

Page 15: E07rin.pdf

2

induk tidak diketahui genetiknya. Akibatnya, keturunan yang dihasilkan dari

pohon induk juga tidak diketahui kesamaan sifat dan penampakan dengan pohon

induknya.

Untuk mengatasi masalah tersebut, pembiakan vegetatif merupakan suatu

alternatif pemecahan masalah dalam perbanyakan tanaman Agathis. Tanaman

dapat dikembangbiakkan secara vegetatif karena di dalam setiap sel tanaman

terdapat informasi genetik yang diperlukan sel untuk dapat tumbuh dan

berkembang menjadi individu yang lengkap (totipotensi). Selain itu, bagian

vegetatif tanaman juga bersifat dediferensiasi, yaitu kemampuan sel dewasa untuk

kembali ke meristematik dan menghasilkan titik tumbuh baru (Hartmann dan

Kester, 1983).

Praktek pembiakan vegetatif telah banyak dilakukan di Indonesia. Secara

umum ada dua metode dalam pembiakan vegetatif. Metode yang pertama adalah

stimulasi pembentukan tunas atau akar adventif, contohnya stek, cangkok dan

kultur jaringan. Sedangkan metode yang lainnya adalah penggabungan bagian-

bagian vegetatif tanaman, contohnya sambungan (grafting) dan tempelan

(okulasi).

Salah satu metode pembiakan vegetatif yang sering dilakukan adalah

metode stek. Stek dapat dibedakan berdasarkan pada bagian dari tanaman yang

dijadikan bahan stek, yaitu stek akar, stek batang, stek pucuk, stek daun, stek

umbi dan sebagainya. Pembiakan vegetatif dengan stek memiliki beberapa

keuntungan dibandingkan dengan pembiakan generatif. Di samping dapat

menghasilkan bibit dalam jumlah besar dengan sifat dan penampakan yang lebih

seragam, pembiakan vegetatif dengan stek juga akan menghasilkan tanaman yang

sifat dan penampakannya serupa dengan induknya. Selain itu, metode ini tidak

dibatasi oleh waktu, yang berarti pembiakan vegetatif melaui stek dapat dilakukan

kapan saja.

Khusus untuk tanaman Agathis, pembiakan vegetatif melalui stek pucuk

dapat menghasilkan anakan yang merupakan duplikasi dari pohon induk. Apabila

pohon induk memiliki keunggulan dari sifat-sifatnya seperti dalam hal produksi

getah dan dalam bentuk batang, maka anakan yang dihasilkan melalui stek pucuk

juga akan akan memiliki keunggulan serupa.

Page 16: E07rin.pdf

3

Dengan penggunaan metode pembiakan vegetatif melalui stek pucuk

sebagai alternatif perbanyakan tanaman pada tanaman Agathis loranthifolia

Salisb., diharapkan kebutuhan akan tanaman Agathis yang berkualitas dan jumlah

yang mencukupi dalam rangka pembangunan hutan tanaman dapat terpenuhi

dalam waktu yang cepat.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mencari alternatif perbanyakan tanaman Agathis dengan pembiakan vegetatif

melalui stek pucuk.

2. Mengetahui keberhasilan pembiakan vegetatif melaui stek pucuk pada Agathis

dengan perlakuan jenis media dan zat pengatur tumbuh yang digunakan.

Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah :

1. Konsentrasi ZPT pada dosis yang tepat akan berpengaruh pada keberhasilan

pembiakan vegetatif Agathis loranthifolia Salisb. melalui stek pucuk

2. Interaksi Konsentrasi ZPT dengan media perakaran pada stek akan

memberikan pengaruh yang berbeda terhadap pertumbuhan stek

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan suatu metode dalam

perbanyakan tanaman Agathis loranthifolia Salisb. guna memproduksi bibit yang

berkualitas dalam jumlah besar dan dalam waktu yang relatif singkat.

Page 17: E07rin.pdf

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Umum tentang Agathis loranthifolia R.A. Salisbury

Taksonomi dan Tata nama

Agathis loranthifolia R.A. Salisbury atau Agathis loranthifolia Salisb.

termasuk kedalam famili Araucariaceae yang merupakan satu-satunya keluarga

dari suku Araucariales (Whitmore, 1977). Di Indonesia jenis ini mempunyai nama

lokal damar atau Agathis, sedangkan untuk Philipina sering disebut dengan

Dayungon, Kauri untuk negara Inggris dan Kauri pine untuk nama lokal di Papua

New Guinea (Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan, 2001). Nama dagang dari

jenis ini adalah Damar minyak.

Berikut tata nama dari jenis Agathis loranthifolia salisb. :

Klasifikasi

Divisi : Spermatophyta

Sub Divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Bangsa : Araucariales

Famili : Araucariaceae

Genus : Agathis

Jenis : Agathis loranthifolia Salisb.

Menurut Burger (1972), Agathis loranthifolia Salisb., Agathis dammara

(lamb.) dan Agathis alba Foxw. adalah sinonim.

Deskripsi Botani

Agathis loranthifolia Salisb. dapat mencapai tinggi 55 m dengan panjang

batang bebas cabang 12-25 m, diameter dapat mencapai 150 cm atau lebih serta

bentuk batang silindris dan lurus. Tajuk berbentuk kerucut dan hijau dengan

percabangan mendatar dan melingkari batang. Kulit luar berwarna kelabu sampai

coklat tua, mengelupas kecil-kecil berbentuk bundar atau bulat telur. Pohon tidak

berbanir, mengeluarkan getah yang disebut kopal (Martawidjaya et al, 1981).

Kayu gubal jenis ini berwarna keputih-putihan hingga kecoklatan, kadang

bersemu merah jambu tanpa teras yang jelas. Daun dewasa berhadapan (opposite),

bundar telur, panjang dengan panjang 6 cm sampai 8 cm dan lebar 2 cm sampai 3

Page 18: E07rin.pdf

5

cm, pangkal daun membaji, ujung runcing, banyak tulang daun sejajar (Direktorat

Perbenihan Tanaman Hutan, 2001).

Penyebaran dan Habitat

Daerah penyebaran alami Agathis loranthifolia Salisb. meliputi Papua

New Guinea, New Britain, Indonesia (Maluku, Sulawesi, Kalimantan, Sumatera,

Irian Jaya, Philipina dan Malaya). Menurut Samingan (1982), Daerah penyebaran

Agathis di Indonesia meliputi Sumatera Barat, Sumatera Utara, Kalimantan

Tengah, Kalimantan Selatan, Jawa, Sulawesi, Maluku dan Irian Jaya.

Jenis ini umumnya tumbuh pada dataran tinggi (300 – 1.200 m dpl)

dengan temperatur rata-rata tahunan 25 – 300 C. Pada dataran rendah, jenis ini

ditemukan pada tanah berbatu, seperti pasir podzolik (pada hutan kerangas), ultra

basa, tanah kapur, dan batuan endapan. Pohon Agathis loranthifolia Salisb.

tumbuh dalam hutan primer pada tanah berpasir, berbatu-batu atau liat yang

selamanya tidak digenangi air, pada ketinggian 2- 1750 mdpl (Martawidjaya et al,

1981). Agathis loranthifolia salisb. tidak terikat pada formasi tanah tertentu,

sehingga tidak membutuhkan tanah terlalu subur, tetapi harus memiliki drainase

yang baik. Di Jawa tumbuh optimal pada ketinggian 200-2500 mdpl, diatas itu

tumbuhnya sudah tidak baik lagi. Iklim di daerah-daerah penyebaran jenis ini

adalah tipe iklim basah (hutan hujan Tropis). Tanaman Agathis loranthifolia

Salisb. membutuhkan iklim basah pada curah hujan antara 3000 – 4000 mm/

tahun yang terbagi merata.

Anakan jenis ini memerlukan naungan dan memperlihatkan pertumbuhan

yang lambat selama tahun pertama. Setelah bebas dari kompetisi dengan semak

belukar, pertumbuhannya menjadi cepat, seperti terlihat pada sebagian besar hutan

hujan primer. Sistem perakaran sensitif terhadap kekurangan oksigen dan pohon

tidak tahan genangan air (Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan, 2001).

Silvikultur

Menurut Rudjiman (1997), daur Agathis loranthifolia Salisb. tergantung

kepada tujuan produksinya. Bila tujuan untuk menghasilkan pulp maka daur

Agathis bisa 20 tahun, sedangkan bila tujuan pruduksinya untuk menghasilkan

kayu, maka daurnya bisa lebih lama lagi misalnya 30 tahun atau 40 tahun. Bila

Page 19: E07rin.pdf

6

tujuannya adalah untuk dijadikan areal produksi benih, maka daurnya lebih lama

lagi karena mengikuti daur biologis. Umur biologis jenis ini bisa mencapai 100

tahun.

Di Jawa, mulai berbuah setelah berumur 15 tahun, tetapi benih hidup

biasanya dihasilkan setelah pohon berumur 25 tahun. Berbuah sepanjang tahun

dengan musim buah bulan Februari sampai April dan Agustus sampai Oktober.

Penyerbukan untuk pembuahan dilakukan dengan perantara angin (Direktorat

Perbenihan Tanaman Hutan, 2001).

Kegunaan dan Manfaat

Kayu diklasifikasikan agak kuat namun tidak awet dan tidak tahan

terhadap pembusukan. Kayunya terutama digunakan untuk korek api, perabot

rumah tangga, vinir bermutu baik, kayu lapis dan pulp. Sedangkan getahnya atau

yang disebut dengan kopal dapat digunakan dalam berbagai industri seperti

industri cat, tekstil dan lainnya (Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan, 2001).

Kayunya bernilai tinggi terutama digunakan untuk pertukangan, pulp dan

kayu lapis termasuk kelas awet IV dan kelas kuat III, berat jenis kayu ± 0,49.

Selain itu pohon Agathis loranthifolia Salisb. menghasilkan damar (kopal). Kopal

tersebut digunakan untuk cat, vernis spiritus, plastik, bahan sizing, pelapis tekstil,

bahan water proofing, tinta cetak, dan sebagainya (Departemen Kehutanan, 1990).

Tinjauan Umum tentang Pembiakan Vegetatif

Definisi dan Macam Pembiakan Vegetatif

Pembiakan vegetatif merupakan perbanyakan tanaman tanpa melibatkan

proses perkawinan dan dengan cara ini sifat-sifat tanaman dapat dipertahankan

(Darmawan dan Baharsjah, 1983). Sedangkan menurut Hartmann dan Kester

(1983), menyebutkan bahwa pembiakan vegetatif atau asexual propagation adalah

perbanyakan dari bagian-bagian vegetatif tanaman, dimungkinkan terjadinya

setiap sel tanaman mempunyai informasi genetik yang diperlukan untuk

membentuk individu tanaman yang lengkap. Perbanyakan dapat terjadi melalui

bakal akar dan tunas atau melalui bakal akar, batang, daun dan tunas atau melaui

penyatuan bagian vegetatif seperti pada grafting dan okulasi.

Page 20: E07rin.pdf

7

Harahap (1972) menyatakan bahwa secara garis besar, pembiakan

vegetatif dibagi dua, yaitu :

a. Allovegetative propagation, yaitu pembiakan vegetatif dari dua jenis genotip

yang berbeda seperti pada sambungan dan okulasi.

b. Autovegetative propagation, yaitu pembiakan vegetatif dari genotip yang

sama seperti pada stek dan cangkok.

Pembiakan vegetatif dapat dilakukan dengan cara stek (cutting), cangkok

(layering), tempelan (budding) dan sambungan (grafting) (Soerianegara dan

Djamhuri, 1979).

Alasan dilakukannya Pembiakan Vegetatif

Menurut Rochiman dan Harjadi (1973), sebab utama dilakukannya

pembiakan vegetatif adalah banyak tanaman yang tidak akan menyerupai

induknya bila dibiakkan dengan biji. Penyebab lainnya adalah :

a. Tanaman tidak atau sedikit menghasilkan biji

b. Tanaman menghasilkan biji tetapi sukar untuk berkecambah

c. Beberapa tanaman lebih resisten terhadap hama dam penyakit bila mereka

timbul pada akar-akar yang berhubungan dengan tanaman tersebut

d. Beberapa tanaman lebih tahan terhadap suhu dingin (hard) bila

disambungakan pada batang lain jenis

e. Tanaman akan lebih kuat bila disambungkan

f. Tanaman akan lebih ekonomis bila dibiakkan secara vegetatif

Dalam rangka pemuliaan pohon hutan, wright (1962) mengemukakan

tujuan dilakukannya pembiakan vegetatif, yaitu:

a. Untuk tujuan pembiakan secara besar-besaran

b. Mempermudah dan memperlancar pelaksanaan penyerbukan terkendali

(control pollination)

c. Untuk mempercepat produksi buah

d. Untuk memperoleh jenis-jenis hibrid

e. Untuk menentukan variasi genetik melalui klonal test

f. Untuk menyimpan germplasma yang unggul

g. Untuk meperoleh tanaman baru yang mempunyai genotipa yang identik

dengan induknya

Page 21: E07rin.pdf

8

Supriyanto (1997) menyatakan bahwa pembiakan vegetatif memiliki

beberapa keuntungan, antara lain :

a. Secara genetik bibit yang dihasilkan memiliki sifat keturunan yang sama

dengan induknya

b. Tidak tergantung musim

c. Cepat berbuah

d. Dapat diperbanyak dalam jumlah besar

e. Dapat dilakukan berbagai kombinasi

Pembiakan Vegetatif Stek

Pengertian Stek

Penyetekan dapat didefinisikan sebagai suatu perlakuan pemisahan,

pemotongan beberapa bagian dari tanaman seperti akar, batang, daun dan tunas

dengan maksud agar bagian-bagian tersebut membentuk akar (Rochiman dan

Harjadi, 1973).

Stek dapat dibedakan berdasarkan pada bagian dari tanaman yang

dijadikan bahan stek, yaitu stek akar, stek batang, stek pucuk, stek daun, stek

umbi dan sebagainya. Stek yang dilakukan pada bagian atas tanaman seperti stek

pucuk, stek batang dan lain-lain, bertujuan untuk mengoptimalkan pembentukan

sistem perakaran baru. Sementara stek yang dilakukan pada bagian bawah

tanaman seperti stek akar bertujuan untuk mengoptimalkan pembentukan sistem

bagian atas tanaman. Sementara stek daun bertujuan untuk pembentukan sistem

perakaran dan batang tanaman (Rochiman dan Harjadi, 1973 ; Hartmann dan

Kester, 1983)

Menurut Hartmann dan Kester (1983), keuntungan pembiakan melaui stek

adalah murah, dapat dilakukan dengan cepat, sederhana dan tidak memerlukan

tenaga terlatih. Selain itu pembiakan vegetatif melalui stek dapat menghasilkan

tanaman yang sempurna dengan akar, daun dan batang dalam waktu relatif singkat

serta bersifat serupa dengan induknya (Rochiman dan Harjadi, 1973).

Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Stek

Berhasilnya pembiakan vegetatif dengan stek ditandai dengan munculnya

akar pada stek (Djamhuri et al, 1986). Secara umum faktor-faktor yang

Page 22: E07rin.pdf

9

mempengaruhi keberhasilan stek dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu

faktor dalam dan faktor luar (lingkungan) tanaman (Hartmann dan Kester, 1983).

Faktor Dalam

a. Jenis Tanaman

Beberapa jenis pohon kehutanan dapat dibiakkan dengan metode stek, baik

itu dengan stek akar, stek batang, stek pucuk ataupun stek daun, tetapi beberapa

pohon justru tidak bisa dibiakkan dengan metode stek.

b. Bahan Stek

Bahan stek meliputi nutrisi yang terkandung dalam bahan stek,

ketersediaan air, kandungan hormon endogen dalam jaringan stek, tipe bahan stek,

kehadiran hama dan penyakit serta umur pohon induk dan umur bahan stek itu

sendiri.

Faktor Luar (lingkungan)

a. Suhu

Kisaran suhu yang baik untuk pembentukan perakaran adalah 21-270 C.

Setiap jenis akan mempunyai suhu yang berbeda-beda dalam kisaran 21-270 C

untuk merangsang pembentukan primordia masing-masing jenis.

b. Media Perakaran

Jenis media yang digunakan untuk media perakaran akan sangat

mempengaruhi kemampuan stek untuk membentuk akar. Media perakaran

memiliki fungsi yaitu untuk menahan bahan stek agar tetap berada dalam

tempatnya, menyediakan dan menjaga kelembababan yang dibutuhkan oleh stek

dan untuk membiarkan penetrasi udara ke bagian dasar dari stek (Mahlstede dan

Haber, 1957).

Menurut Hartmann dan Kester (1978), kriteria media yang baik adalah

sebagai berikut :

• Harus cukup kuat dan kompak sebagai pemegang stek atau benih selama

perkecambahan atau pertumbuhan.

• Harus mampu mempertahankan kelembaban

• Memiliki aerasi dan draenase yang baik

• Bebas dari benih tumbuhan liar, nematoda dan berbagi organisme penyakit

• Tidak memiliki salinitas yang tinggi

Page 23: E07rin.pdf

10

• Dapat disterilkan dengan menggunakan panas tanpa menimbulkan efek

penggunaan terhadap unsur-unsur penting bagi pertumbuhan stek

Media yang sering digunakan untuk stek antara lain dapat terdiri dari atau

campuran dari tanah, pasir, gambut, sphagnum, vermiculite dan perlite. Perbedaan

macam media terhadap pembentukan akar tidak nyata selama media dapat

memenuhi syarat-syarat pembentukan akar (Rochiman dan Harjadi, 1973).

Selain jenis media, temperatur media juga mempunyai pengaruh dalam

pembentukan akar. Menurut Rochiman dan Harjadi (1973), temperatur udara yang

optimum untuk pembentukan akar berbeda-beda menurut jenis tanaman. Tetapi

pada kebanyakan tanaman, temperatur udara optimum berkisar antara 290C,

sedangkan temperatur media perakaran sebaiknya berkisar sekitar 240C, karena

pada temperatur ini pembagian sel pada daerah perakaran akan distimulir.

Media stek harus selalu dijaga kelembabannya. Stek yang ditanam dalam

wadah, tingkat kelembaban medianya bisa dilihat dari titik-titik air yang

menempel pada plastik atau kaca penutupnya. Tidak adanya air pada tempat itu

menandakan bahwa media telah kering. Cara mengatasinya dengan menyirami

media (Wudianto, 1993).

c. Kelembaban udara

Kelembaban udara pada bahan stek sebaiknya di atas 90% terutama

sebelum stek mampu membentuk akar karena kelembaban yang tinggi akan

menghambat laju evapotranspirasi stek, mencegah stek dari kekeringan dan

kematian. Tetapi kelembaban stek dan lingkungannya sebaiknya jangan juga

terlalu tinggi, karena apabila media yang digunakan kurang steril, kelembaban

yang terlalu tinggi justru akan memacu perkembangan mikroba penggangu yang

dapat menyebabkan kegagalan stek.

Kelembaban udara termasuk salah satu faktor penting yang mempengaruhi

stek sebelum berakar. Bila kelembaban rendah, stek akan cepat mati karena

kandungan air dalam stek pada umumnya sangat rendah sehingga stek menjadi

kering sebelum membentuk akar (Rochiman dan Harjadi, 1973).

d. Intensitas cahaya

Cahaya dibutuhkan tanaman sebagai salah satu komponen dalam proses

fotosintesis, untuk itu intensitas cahaya yang sesuai untuk tanaman akan

Page 24: E07rin.pdf

11

menentukan keberhasilan stek. Pengaturan intensitas cahaya dapat dilakukan

dengan pengaturan intensitas naungan.

e. Pemberian Zat pengatur Tumbuh

Zat pengatur tumbuh adalah adalah salah satu bahan sintesis atau hormon

tumbuh yang mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman

melalui pembelahan sel, pembesaran sel dan diferensiasi sel. Pengaturan

pertumbuhan sel ini dilaksanakan dengan cara pembentukan hormon-hormon,

mempengaruhi sistem hormon, perusakan translokasi atau dengan perubahan

tempat pembentukan hormon. Zat Pengatur Tumbuh mempunyai peran penting

dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Hartmann dan Kester, 1983).

Pemberian Zat Pengatur Tumbuh ini dimaksudkan untuk merangsang

pembentukan dan pertumbuhan akar dalam stek batang dan stek pucuk. Salah satu

Zat Pengatur Tumbuh yang sering digunakan untuk merangsang pembentukan dan

pertumbuhan akar adalah jenis auksin. Jenis auksin yang sering digunakan untuk

keperluan tersebut adalah IAA, IBA dan NAA. Sedangkan jenis auksin yang

dipergunakan secara luas dan merupakan bahan terbaik dibandingkan dengan jenis

auksin lainnya adalah IBA (Hartmann dan Kester, 1983).

Di dalam praktek pemakaian, IBA dan NAA lebih stabil sifat kimianya

dan mobilitasnya di dalam tanaman rendah. Sedangkan IAA dapat tersebar ke

tunas-tunas dan menghalangi perkembangan serta pertumbuhan tunas-tunas

tersebut. Kelemahan NAA yaitu kisaran konsentrasi yang sempit, sehingga

penggunaanya harus hati-hati agar konsentrasi optimum tidak terlampaui. IBA

bersifat lebih baik daripada IAA dan NAA, karena kandungan kimianya lebih

stabil, daya kerjanya lebih lama dan relatif lebih lambat ditranslokasikan di dalam

tanaman, sehingga memungkinkan memperoleh respon yang lebih baik terhadap

perakaran stek. (Kusumo,1984).

Menurut Rochiman dan Harjadi (1973), Penggunaan Zat Pengatur

Tumbuh ini efektif pada jumlah tertentu, konsentrasi yang terlalu tinggi dapat

merusak dasar stek, dimana pembelahan sel dan kalus akan berlebihan dan

mencegah tumbuhnya tunas dan akar, sedangkan pada konsentrasi dibawah

optimum tidak efektif.

Page 25: E07rin.pdf

12

Selain faktor dalam dan faktor lingkungan, faktor yang mempengaruhi

keberhasilan menurut Rochiman dan Harjadi (1973) adalah faktor pelaksanaan.

Faktor Pelaksanaan

Stek pada umumnya akan berakar bila ditanam pada musim dimana

kelembaban udara cukup tinggi dan pada saat tak terjadi pertumbuhan karena pada

masa ini tanaman banyak mengandung karbohidrat (Djamhuri et al, 1986).

Pelaksanaan penyetekan, mulai dari pemotongan bahan stek, penanaman

sampai pemeliharaan akan mempengaruhi keberhasilan stek. Selain itu dalam

penyetekan dibutuhkan peralatan yang bersih dan steril sehingga memperkecil

kemungkinan stek terserang oleh hama dan penyakit.

Menurut Wudianto (1993), saat pemotongan stek yang baik yaitu pada saat

kelembaban udara tinggi dan tanaman sedang tidak mengalami pertumbuhan. Saat

ini biasanya terjadi pada awal musim hujan. Sedangkan pemotongan stek

sebaiknya kita lakukan di dalam air. Tujuannya agar jaringan pembuluh pada stek

yang baru dipotong terisi oleh air, dengan demikian akan memudahkan

penyerapan zat makanan. Bila stek dipotong di tempat terbuka, udara tentu saja

akan masuk ke dalam jaringan pembuluh, sehingga penyerapan air dan zat-zat

makanan akan dipersulit atau dihalangi oleh adanya rongga udara itu.

Pembentukan Akar pada Stek

Perkembangan akar terjadi karena adanya pergerakan ke bawah dari

auksin, karbohidrat dan rooting cofactor (zat-zat yang berinteraksi dengan auksin

yang mengakibatkan perakaran) baik dari tunas maupun dari daun. Zat-zat ini

akan mengumpul dan selanjutnya akan menstimulir pembentukan akar stek. Akar

adventif dapat tumbuh dari dua macam sumber yaitu dari jaringan kalus dan dari

akar morfologi atau akar primordia (Rochiman dan Harjadi, 1973).

Keterangan lain dari proses pembentukan akar dikemukakan oleh

Hartmann dan Kester (1983) yang terdiri dari empat tahap sebagai berikut :

a. Bergabungnya sel-sel yang mempunyai fungsi khusus yang sama.

b. Pembentukan bakal akar dari sel-sel tertentu dari jaringan vaskular (jaringan

pembuluh)

c. Tersusunnya akar-akar primordia

Page 26: E07rin.pdf

13

d. Pertumbuhan dan munculnya akar primordia keluar melalui jaringan batang

ditambah pembentukan sambungan pembuluh antara akar primordia dan

jaringan pembuluh dari stek.

Daya pembentukan akar pada suatu jenis tanaman yang distek dipengaruhi

antara lain oleh kandungan karbohidrat dan keseimbangan hormon dalam bahan

stek yang digunakan (Mahlstede dan Haber, 1957).

Media Perakaran pada Stek

Arang Sekam Padi

Arang sekam padi merupakan media perakaran yang sering digunakan di

persemaian karena arang yang berwarna hitam akan meyerap panas lebih banyak

sehingga menaikan suhu tanah dan mempercepat pertumbuhan semai. Arang

sekam padi juga mempunyai porositas yang baik sehingga efektif dalam

menunjang pertumbuhan pohon. Sekam padi sangat baik digunakan sebagai

pendukung media atau sebagai pengganti tanah (Luh, 1980).

Tanah

Tanah merupakan tempat tumbuh tanaman dan penyedia unsur hara.

Berhasil tidaknya pertumbuhan tanaman banyak ditentukan oleh sifat-sifat tanah,

karena sifat-sifat tanah menentukan kesesuaian lingkungan akar tanaman. Tanah

lapisan atas banyak mengandung bahan organik yang mempunyai kemampuan

menghisap dan memegang air yang tinggi (Purwowidodo, 1998). Tanah yang

beraerasi baik, persentase pembentukan akar pada stek lebih tinggi dan

kualitasnya lebih baik (Hartmann dan Kester, 1983).

Pasir

Menurut Hartmann et al (1997), pasir telah digunakan secara luas sebagai

media perakaran stek karena media ini relatif murah dan mudah tersedia, bersih

serta memiliki daya rekat tinggi. Pasir tidak menyimpan kelembaban sehingga

membutuhkan frekwensi penyiraman yang lebih. Penggunaan tunggal tanpa

campuran dengan media lain membuatnya sangat kasar sehingga tidak akan

memberikan hasil yang baik. Yasman dan Smits (1987) menambahkan bahwa

kekasaran dan sistem aerasi pasir harus diperhatikan, supaya dapat memberikan

hasil yang baik.

Page 27: E07rin.pdf

METODOLOGI PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Persemaian Departemen Silvikultur,

Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilakukan selama lebih

kurang empat bulan, mulai dari September 2006 sampai dengan Januari 2007.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah pucuk Agathis loranthifolia Salisb. yang

bersifat dorman, arang sekam, pasir, tanah, fungisida jenis Dithane M 45,

Aquades dan Zat Pengatur Tumbuh IBA (Indole Butyric Acid).

Peralatan yang digunakan meliputi gunting stek, cutter, kantong plastik,

polybag, ayakan, seng, alat penyiram, ember, handsprayer, gelas ukur,

termometer maksimum minimum, kalkulator, kamera dan alat tulis.

Metode Penelitian

Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Rancangan Acak Lengkap pola faktorial 4 x 4 dengan 3 ulangan yang masing-

masing kombinasi perlakuan terdapat 10 stek. Jadi secara keseluruhan terdapat

480 stek.

Dalam penelitian ini terdapat dua faktor perlakuan, yaitu :

Faktor A : Faktor jenis media

A1 = media arang sekam

A2 = media arang sekam dan tanah dengan perbandingan 1 : 1

A3 = media arang sekam dan pasir dengan perbandingan 1 : 1

A4 = media pasir

Faktor B : Faktor konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh IBA

B1 = 0 ppm (kontrol)

B2 = 500 ppm

B3 = 1000 ppm

B4 = 1500 ppm

Page 28: E07rin.pdf

15

Model umum rancangan faktorial yang digunakan adalah sebagai berikut :

Yijk = µ + Ai + Bj + (AB)ij + Σ ijk

Yijk = Nilai pengamatan karena pengaruh bersama dari faktor jenis media

taraf ke-i dan faktor konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh IBA taraf ke-

j serta ulangan ke-k

µ = Nilai rata-rata umum

Ai = Pengaruh faktor jenis media taraf ke-i

Bj = Pengaruh faktor konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh IBA taraf ke-j

(AB)ij = Pengaruh interaksi antara faktor jenis media taraf ke-i dan faktor

konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh IBA taraf ke-j

Σ ijk = Pengaruh kesalahan percobaan dari faktor jenis media taraf ke-i dan

faktor konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh IBA taraf ke-j serta

ulangan ke-k

Untuk mengetahui pengaruh yang terjadi pada keberhasilan stek Agathis

loranthifolia Salisb. dengan adanya perlakuan, maka dilakukan analisa sidik

ragam terhadap peubah yang diamati. Jika terdapat pengaruh yang nyata, maka

dilakukan perbandingan Uji Wilayah Berganda (Uji Duncan).

Penyiapan Rumah Stek

Rumah stek dibuat dari bahan bambu dan papan untuk kerangka bangunan

dan plastik bening sebagai bahan atap dan sungkup. Di dalam rumah stek yang

berukuran panjang 280 cm x 135 cm dan tinggi total bangunan 210 cm terdapat

bak stek yang mempunyai panjang dan lebar sama dengan panjang dan lebar

bangunan. Bak stek ini terbuat dari papan, memiliki tinggi 17 cm dan berjarak

sekitar 85 cm diatas permukaan tanah. Bak stek ini ditutup sepenuhnya dengan

menggunakan sungkup berbentuk bangun ruang dengan bahan plastik bening

berukuran panjang dan lebar 280 cm x 135 cm (sama seperti ukuran bak stek) dan

tinggi 45 cm. Diantara sungkup dan atap bangunan, terdapat paranet 50 % yang

berjarak 45 cm dari atas sungkup. Pada bagian sisi panjang sungkup dibuat

masing-masing 2 buah jendela yang bisa dibuka dan ditutup dengan ukuran

sekitar 30 cm x 30 cm. Jadi pada rumah stek terdapat 4 jendela sungkup. Gambar

desain rumah stek disajikan pada Gambar 1.

Page 29: E07rin.pdf

16

Bagian A

Bagian B

Bagian C

Bagian D

Bagian E

Bagian F

Gambar 1. Desain rumah stek

Keterangan Gambar:

Bagian A : Atap bangunan, tinggi 35 cm

Bagian B : Paranet 50 %

Bagian C : Jendela sungkup

Bagian D : Sungkup, tinggi 45 cm

Bagian E : Bak stek, tinggi 17 cm

Bagian F : Kaki bangunan, tinggi 85 cm

Penyiapan Media Perakaran

Media yang disiapkan untuk perakaran stek adalah arang sekam murni,

campuran arang sekam tanah dengan perbandingan 1:1, campuran arang sekam

dan pasir dengan perbandingan 1:1 dan pasir murni. Masing-masing media

disterilkan dengan cara yang berbeda-beda, kecuali arang sekam. Arang sekam

tidak perlu disterilkan karena arang sekam belum pernah digunakan setelah

pembakaran sehingga diasumsikan arang sekam tersebut masih steril. Sedangkan

untuk sterilisasi tanah, dilakukan melalui teknik penjemuran di bawah terik

matahari selama dua hari. Setelah dua hari tanah tersebut disemprot dengan

fungisida Dithane M-45 dengan dosis 2 g/l secara merata. Untuk media pasir,

Page 30: E07rin.pdf

17

sterilisasi dilakukan dengan pembakaran sampai kering kemudian disemprot

dengan fungisida Dithane M-45 dengan dosis 2 g/l secara merata.

Peletakan media perakaran di dalam bak stek diatur sesuai dengan

rancangan percobaan, kemudian media disiram dengan air bersih sampai jenuh

dan ditutup dengan plastik bening agar tetap lembab dan biarkan selama satu hari

sebelum penyetekan.

Penyiapan Zat Pengatur Tumbuh

Zat Pengatur Tumbuh yang digunakan adalah IBA (Indole Butyric Acid)

dengan konsentrasi untuk masing-masing perlakuan adalah 0 ppm sebagai kontrol,

500 ppm, 1000 ppm dan 1500 ppm yang berbentuk cairan/larutan. Zat Pengatur

Tumbuh dibuat dengan cara menimbang ZPT IBA menggunakan timbangan

elektrik sebanyak 0,05 g untuk konsentrasi 500 ppm, 0,1 g untuk konsentrasi 1000

ppm dan 0,15 g untuk konsentrasi 1500 ppm. Selanjutnya ZPT IBA dibungkus

dengan alumunium foil dan disimpan di dalam kulkas.

Pengambilan, Pengepakan dan Transportasi Bahan Stek

Bahan stek diambil dari trubusan (coppice) pohon induk yang berlokasi di

Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi, Jawa Barat. Dari setiap pohon induk

diambil sekitar tiga sampai empat tunas dorman (istirahat) yang seragam

panjangnya, yaitu sekitar 30 cm sampai 40 cm menggunakan gunting stek yang

tajam. Tunas dorman dicirikan dengan warna yang lebih hijau (hijau tua)

dibandingkan dengan tunas yang masih aktif. Setelah itu, tunas yang telah

diambil dilakukan pengepakan dengan cara membungkusnya dengan tiga lapis

pembungkus, yang terdiri dari kertas koran yang diperciki air pada lapisan

pertama, pelepah pisang pada lapisan kedua dan lapisan paling luar adalah kotak

berbahan styrofoam. Hal ini dimaksudkan untuk meredam panas dan menjaga

kelembaban bahan stek. Selanjutnya bahan stek ini di bawa ke Persemaian

Departemen Silvikultur, IPB Darmaga.

Penyiapan Bahan Stek

Pembuatan stek dilakukan dengan memotong bagian pucuk dari trubusan

yang telah diambil sepanjang 3 cm sampai 5 cm atau 2 pasang daun opposite.

Page 31: E07rin.pdf

18

Tunas yang akan dijadikan stek, dipotong pada bagian bawah daun dengan jarak

kurang dari 1 cm dari daun. Pemotongan membentuk sudut 450 yang berguna

untuk memperluas bidang permukaan dalam penyerapan air dan pembentukan

akar. Pemotongan bahan stek ini dilakukan di dalam air untuk mengurangi

pemasukan udara ke dalam stek sehingga udara tidak terlalu berpengaruh untuk

masuknya ZPT ke dalam stek. Sebelum ditanam, sepasang daun opposite bagian

bawah dipotong habis, sedangkan sepasang daun opposite bagian atas dipotong

setengahnya. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi penguapan berlebihan pada

stek.

Pemberian Zat Pengatur Tumbuh

ZPT IBA yang sudah ditimbang, dilarutkan dengan 1 ml basa NaOH di

dalam gelas ukur. ZPT yang sudah dilarutkan, ditambah dengan aquades 100 ml.

Pembuatan larutan ZPT IBA dilakukan dengan cara yang sama untuk masing-

masing konsentrasi ZPT.

Gambar 2. Pemberian ZPT IBA dengan cara perendaman

Pemberian ZPT IBA pada stek dilakukan dengan cara perendaman pangkal

stek ke dalam larutan ZPT IBA yang telah disiapkan selama 3-5 menit tergantung

konsentrasi ZPT IBA. Untuk konsentrasi 500 ppm, perendaman dilakukan selama

5 menit, 4 menit untuk konsentrasi 1000 ppm dan 3 menit untuk konsentrasi 1500

ppm. Selanjutnya posisi stek dibalik sehingga bagian pangkal yang diberi ZPT

Page 32: E07rin.pdf

19

tadi berada di atas. Hal ini dilakukan persis sebelum penanaman guna

mempercepat penyerapan ZPT oleh stek.

Penanaman Stek

Stek yang telah mendapat perlakuan ZPT, segera ditanam di dalam bak

pada rumah stek yang sudah berisi media dengan kedalaman media sekitar 5 cm

sampai 7 cm. Sebelum penanaman, media dilubangi terlebih dahulu supaya ZPT

yang terdapat pada stek tidak rusak dan juga mengurangi gesekan antara ZPT

dengan media. Penanaman dilakukan pada pagi hari dan sore hari karena pada saat

itu suhu dan intensitas cahaya yang tidak terlalu tinggi.

Pemeliharaan

Pemeliharan yang dilakukan adalah berupa penyemprotan stek dan media,

pengaturan suhu dan kelembaban di dalam sungkup serta penyiangan media dari

gulma. penyemprotan stek dan media dilakukan dua kali setiap harinya yaitu

sekitar pukul 07.00 dan pukul 17.00, tergantung kelembaban media. Sedangkan

pengaturan suhu dan kelembaban dilakukan pada saat kondisi lingkungan

diperkirakan sedang ekstrim. Apabila suhu mendekati 350 C, maka jendela

sungkup dibuka untuk menurunkan suhu. Selain itu, sungkup bagian dalam dan

bagian luar di semprot menggunakan handsprayer. Sedangkan untuk menjaga

kelembaban udara supaya tetap berada diatas 90% dan temperatur udara tidak

terlalu tinggi, setiap pukul 07.00, pukul 13.00 dan pukul 17.00 sungkup bagian

luar disemprot dengan menggunakan handsprayer. Penyiangan dilakukan apabila

media ditumbuhi oleh gulma, terutama untuk media arang sekam tanah.

Pengamatan

Beberapa parameter yang diamati dan diukur dalam penelitian ini adalah :

a. Persentase Stek Hidup

Pesentase stek hidup dihitung dengan membandingkan antara jumlah stek

yang masih hidup sampai akhir penelitian dengan jumlah stek yang ditanam pada

awal penelitian. Pengamatan dilakukan setiap minggu sampai akhir penelitian.

Persentase stek hidup dihitung dengan menggunakan rumus :

Persentase Stek Hidup = Σ stek hidup normal pada akhir penelitian x100% Σ stek yang ditanam pada awal penelitian

Page 33: E07rin.pdf

20

b. Persentase Stek Berkalus

Persentase Stek Berkalus dihitung dengan membandingkan antara stek

berkalus sampai akhir penelitian dengan jumlah stek yang ditanam pada awal

penelitian. Pengamatan dan pengukuran dilakukan pada akhir penelitian.

Persentase stek berkalus dihitung dengan menggunakan rumus :

Persentase Stek berkalus = Σ stek berkalus pada akhir penelitian x100% Σ stek yang ditanam pada awal penelitian

c. Persentase Stek Berakar

Persentase Stek Berakar dihitung dengan membandingkan antara stek

berakar sampai akhir penelitian dengan jumlah stek yang ditanam pada awal

penelitian. Pengamatan dan pengukuran dilakukan pada akhir penelitian.

Persentase stek berakar dihitung dengan menggunakan rumus :

Persentase Stek berakar = Σ stek berakar pada akhir penelitian x100% Σ stek yang ditanam pada awal penelitian

Untuk data tentang kualitas akar (jumlah dan panjang akar primer), tidak

dilakukan uji sidik ragam karena persen berakar stek yang kecil, dan ada beberapa

perlakuan yang tidak mempunyai akar, dengan kata lain persen berakarnya 0 %.

d. Data Penunjang Penelitian

Data penunjang penelitian berupa suhu dan kelembaban udara dalam

sungkup. Suhu dan kelembaban udara dalam sungkup diukur setiap hari dari awal

sampai dengan akhir penelitian setiap pukul 07.00, pukul 13.00 dan pukul 17.00

dengan menggunakan termometer bola basah dan termometer bola kering.

Page 34: E07rin.pdf

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Dalam penelitian ini, kegiatan pengambilan dan analisis data dilakukan

pada berberapa parameter pertumbuhan stek. Adapun parameter pertumbuhan stek

yang diukur adalah persentase stek hidup, persentase stek berkalus dan persetase

stek berakar. Dalam penelitian ini hanya tiga parameter ini yang dipakai karena,

persentase stek berakar yang kecil. Selain itu, dari jumlah stek yang masih hidup

sampai minggu ke 12, ternyata ada stek yang berakar, ada yang hanya berkalus

dan juga ada stek yang tidak berakar dan tidak berkalus.

Dari hasil analisis data dengan menggunakan program aplikasi komputer

SAS Release version 6.12 diperoleh rekapitulasi sidik ragam yang dapat dilihat

pada Tabel 1.

Tabel 1. Rekapituasi sidik ragam pengaruh jenis media dan konsentrasi ZPT IBA pada

tiga parameter yang diukur

Parameter

Sumber Keragaman

Jenis Media

(A)

Konsentrasi

ZPT IBA (B)

Interaksi

(A*B)

% Hidup Stek 0,3338tn 0,0001* 0,3005tn

% Berkalus stek” 0,1612tn 0,0001* 0,7999tn

% Berakar stek” 0,5479tn 0,0789tn 0,9121tn

Keterangan : tn = berpengaruh tidak nyata, * = berpengaruh nyata (p < 0,05), ” = setelah dilakukan transformasi data

Pada Tabel 1 tersebut dapat dilihat bahwa nilai yang berpengaruh nyata

hanya ditunjukkan oleh faktor tunggal konsentrasi ZPT IBA saja yaitu pada

parameter Persen Hidup Stek dan Persen Berkalus Stek. Sedangkan untuk faktor

tunggal jenis media perakaran serta interaksi antara kedua faktor tunggal

menunjukkan hasil berpengaruh tidak nyata pada ketiga parameter yang diukur.

Berpengaruh tidak nyatanya nilai faktor perlakuan yang diberikan terhadap

parameter-parameter pengukuran dalam penelitian ini, bukan berarti respon yang

dihasilkan menunjukkan respon yang buruk (negatif).

Page 35: E07rin.pdf

22

Persentase Hidup Stek Pucuk Agathis

Dari 480 stek yang ditanam pada awal penelitian, stek yang mampu

bertahan hidup sampai akhir penelitian (12 Minggu Setelah Tanam) sebanyak 273

stek (56,88% ). Sedangkan jumlah kematian stek sebanyak 207 stek dengan laju

kematian sebesar 17,25 stek per minggu, atau 3,59 % per minggu. Adapun

persentase stek hidup Agathis sampai 12 Minggu Setelah Tanam disajikan pada

Gambar 3. Sedangkan untuk Jumlah stek Agathis yang hidup dan yang mengalami

kematian setiap minggunya sampai pada akhir penelitian dapat dilihat pada tabel

Lampiran 1.

93.96 90.0085.00 81.04 78.13 74.38 72.08

61.2556.88

97.50100.00100.00

0.00

20.00

40.00

60.00

80.00

100.00

120.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Minggu Ke-

Pers

en H

idup

Gambar 3. Kemampuan hidup stek pucuk Agathis sampai 12 Minggu Setelah Tanam

Stek hidup dicirikan dengan masih segarnya stek pada akhir pengamatan

dengan menghitung jumlah stek yang tetap berwarna hijau pada bagian batang dan

daun (tanpa mengalami perubahan warna menjadi kuning tua, coklat ataupun

hitam). Kematian pada stek Agathis diawali dari membusuknya pangkal stek

(pada luka bekas pemotongan sebelum stek ditanam), kemudian menyebar ke

seluruh bagian tanaman.

Sidik ragam pengaruh perlakuan jenis media dan konsentrasi Zat Pengatur

Tumbuh IBA terhadap persentase hidup stek pucuk Agathis dapat dilihat pada

Tabel 2.

Tabel 2 menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi ZPT IBA berpengaruh

nyata terhadap persentase hidup stek pucuk Agathis. Hal ini ditunjukkan dengan

nilai Pr < 0,05. Sedangkan untuk faktor jenis media dan interaksi antara faktor

Page 36: E07rin.pdf

23

jenis media dan konsentrasi ZPT IBA berpengaruh tidak nyata terhadap

persentase hidup stek pucuk Agathis. Hal ini dapat dilihat dari nilai Pr > 0,05.

Tabel 2. Hasil sidik ragam pengaruh perlakuan jenis media dan konsentrasi ZPT IBA

terhadap persentase hidup stek pucuk Agathis Sumber

Keragaman db Jumlah Kuadrat (JK)

Kuadrat Tengah (KT) F hit Pr > F

Media 3 706,25 235,42 1,18 0,3338tn

ZPT IBA 3 16272,92 5424,31 27,12 0,0001* Media*ZPT

IBA 9 2252,08 250,23 1.25 0,3005tn

Error 32 6400,00 200 Total 47 25631,25

Keterangan : tn = berpengaruh tidak nyata, * = berpengaruh nyata (p < 0,05)

Untuk mengetahui perlakuan terbaik dari perlakuan konsentrasi ZPT IBA

bagi persentase hidup stek pucuk Agathis, dilakukan Uji Duncan. Hasil Uji

Duncan disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil Uji Duncan pengaruh konsentrasi ZPT IBA terhadap persentase hidup

stek pucuk Agathis ZPT IBA Uji Duncan Rata-rata

0 ppm (kontrol) A 70,83 500 ppm A 76,67 1000 ppm B 50,00 1500 ppm C 30,00 Keterangan : huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5 %

Tabel 3 menunjukkan bahwa konsentrasi ZPT IBA 500 ppm memberikan

rata-rata persentase hidup stek tertinggi yaitu 76,67 %, namun tidak berbeda nyata

dengan konsentrasi ZPT IBA 0 ppm (kontrol) yang 70,83 %. Konsentrasi ZPT

IBA 0 ppm dan 500 ppm berbeda nyata dengan konsentrasi ZPT IBA 1000 ppm

dan 1500 ppm. Rata-rata persentase stek hidup terendah terdapat pada konsentrasi

1500 ppm yaitu sebesar 30,00 %. Untuk konsentrasi ZPT IBA 1000 ppm,

mempunyai rata-rata persentase stek hidup 50,00 %, berbeda nyata dengan

konsentrasi ZPT IBA 1500 ppm.

Untuk persentase hidup stek pada masing-masing perlakuan disajikan pada

Gambar 4.

Page 37: E07rin.pdf

24

86.6780.00

63.33

23.33

63.33

76.67

50.00

23.33

43.33

30.00

60.00

76.6773.33 73.33

43.33 43.33

0.0010.0020.0030.0040.0050.0060.0070.0080.0090.00

100.00

A1B

1

A1B

2

A1B

3

A1B

4

A2B

1

A2B

2

A2B

3

A2B

4

A3B

1

A3B

2

A3B

3

A3B

4

A4B

1

A4B

2

A4B

3

A4B

4

Perlakuan

Pers

en H

idup

Gambar 4. Persentase hidup rata-rata stek pucuk Agathis pada masing-masing perlakuan Persentase Berkalus Stek Pucuk Agathis

Dari seluruh stek yang hidup sampai akhir penelitian, terdapat stek yang

berakar, stek yang hanya berkalus dan stek yang tidak berakar dan tidak berkalus.

Hal ini dapat dilihat pada tabel Lampiran 3, dimana dari 207 stek Agathis yang

hidup, terdapat 147 stek yang berkalus atau 30,63 % dari seluruh stek yang

ditanam. Sedangkan jumlah stek yang berakar dari keseluruhan stek yang ditanam

adalah sebanyak 27 stek, atau 5,63 %, dan untuk stek yang hidup tetapi tidak

mempunyai kalus atau akar yaitu sebanyak 99 stek atau 20,63 % dari jumlah

keseluruhan stek.

Persentase stek berkalus untuk masing-masing perlakuan disajikan pada

Gambar 5.

53.33

40.0043.33

10.00

30.00

46.67

20.00

3.33

43.3336.67

23.33

6.67

43.3350.00

23.3316.67

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

A1B

1

A1B

2

A1B

3

A1B

4

A2B

1

A2B

2

A2B

3

A2B

4

A3B

1

A3B

2

A3B

3

A3B

4

A4B

1

A4B

2

A4B

3

A4B

4

Perlakuan

Pers

en B

erka

lus

Gambar 5. Persentase berkalus rata-rata stek pucuk Agathis pada masing-masing

perlakuan

Sidik ragam pengaruh perlakuan jenis media dan konsentrasi Zat Pengatur

Tumbuh IBA terhadap persentase berkalus stek pucuk Agathis dapat dilihat pada

Tabel 4.

Keterangan: A1 = media arang sekam A2 = media arang sekam dan tanah dengan perbandingan 1 : 1 A3 = media arang sekam dan pasir dengan perbandingan 1 : 1 A4 = media pasir B1 = 0 ppm (kontrol) B2 = 500 ppm B3 = 1000 ppm B4 = 1500 ppm

Keterangan: A1 = media arang sekam A2 = media arang sekam dan tanah dengan perbandingan 1 : 1 A3 = media arang sekam dan pasir dengan perbandingan 1 : 1 A4 = media pasir B1 = 0 ppm (kontrol) B2 = 500 ppm B3 = 1000 ppm B4 = 1500 ppm

Page 38: E07rin.pdf

25

Tabel 4. Hasil sidik ragam pengaruh perlakuan jenis media dan konsentrasi ZPT IBA terhadap persentase berkalus stek pucuk Agathis

Sumber Keragaman db Jumlah

Kuadrat (JK) Kuadrat

Tengah (KT) F hit Pr > F

Media 3 12,22 4,07 1,83 0,1612tn

ZPT IBA 3 142,93 47,64 21,42 0,0001* Media*ZPT

IBA 9 11,69 1,29 0,58 0,7999tn

Error 32 71,17 2.22 Total 47 238,02

Keterangan : tn = berpengaruh tidak nyata, * = berpengaruh nyata (p < 0,05)

Tabel 4 menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi ZPT IBA berpengaruh

nyata terhadap persentase berkalus stek pucuk Agathis. Hal ini ditunjukkan

dengan nilai Pr < 0,05. Sedangkan untuk faktor jenis media dan interaksi antara

faktor jenis media dan konsentrasi ZPT IBA berpengaruh tidak nyata terhadap

persentase berkalus stek Agathis. Hal ini dapat dilihat dari nilai Pr > 0,05. Hasil

sidik ragam tersebut diperoleh dengan melakukan transformasi data menggunakan

rumus (%berkalus)0,5. Data sebelum dan sesudah transformasi persentase stek

berkalus disajikan pada tabel Lampiran 4.

Untuk mengetahui perlakuan terbaik dari perlakuan konsentrasi ZPT IBA

bagi persentase berkalus stek Agathis, dilakukan Uji Duncan. Hasil Uji Duncan

disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Hasil Uji Duncan pengaruh konsentrasi ZPT IBA terhadap persentase berkalus

stek pucuk Agathis ZPT IBA Uji Duncan Rata-rata

0 ppm (kontrol) A 42,50 500 ppm A 43,33 1000 ppm B 27,50 1500 ppm C 9,17 Keterangan : huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5 %

Tabel 5 menunjukkan bahwa konsentrasi ZPT IBA 500 ppm memberikan

rata-rata persentase berkalus stek tertinggi yaitu 43,33 %, namun tidak berbeda

nyata dengan konsentrasi ZPT IBA 0 ppm (kontrol) yang 42,33 %. Konsentrasi

ZPT IBA 0 ppm dan 500 ppm berbeda nyata dengan konsentrasi ZPT IBA 1000

ppm dan 1500 ppm. Rata-rata persentase stek berkalus terendah terdapat pada

konsentrasi 1500 ppm yaitu sebesar 9,17 %. Untuk konsentrasi ZPT IBA 1000

Page 39: E07rin.pdf

26

ppm, mempunyai rata-rata persentase stek berkalus 27,50 %, berbeda nyata

dengan konsentrasi ZPT IBA 1500 ppm.

Persentase Berakar Stek Pucuk Agathis

Dari seluruh stek yang hidup sampai 12 MST terdapat 27 stek yang

berakar atau sekitar 5,63 % stek yang berakar. Untuk keterangan stek berakar

lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 3.

Persentase stek berakar rata-rata pada masing-masing perlakuan disajikan

pada Gambar 6.

3.33

13.33

10.00

0.00

3.333.33

10.00

0.00

6.67

16.67

3.33

0.00

6.67

0.00

6.676.67

0.002.004.006.008.00

10.0012.0014.0016.0018.00

A1B

1

A1B

2

A1B

3

A1B

4

A2B

1

A2B

2

A2B

3

A2B

4

A3B

1

A3B

2

A3B

3

A3B

4

A4B

1

A4B

2

A4B

3

A4B

4

Perlakuan

Pers

en B

erak

ar

Gambar 6. Persentase berakar rata-rata stek pucuk Agathis pada masing-masing

perlakuan

Sidik ragam pengaruh perlakuan jenis media dan konsentrasi Zat Pengatur

Tumbuh IBA terhadap persentase berakar stek pucuk Agathis dapat dilihat pada

Tabel 6.

Tabel 6. Hasil sidik ragam pengaruh perlakuan jenis media dan konsentrasi ZPT IBA

terhadap Persentase Berakar Stek Pucuk Agathis Sumber

Keragaman db Jumlah Kuadrat (JK)

Kuadrat Tengah (KT) F hit Pr > F

Media 3 3,89 x 10-5 1,29 x 10-5 0,72 0,5474tn

ZPT IBA 3 13,41 x 10-5 4,47 x 10-5 2,48 0,0789tn

Media*ZPT IBA 9 6,89 x 10-5 7,65 x 10-6 0,42 0,9121tn

Error 32 57,69 x 10-5 1,80 x 10-5 Total 47 81,88 x 10-5

Keterangan : tn = berpengaruh tidak nyata, * = berpengaruh nyata (p < 0,05)

Sidik ragam pengaruh perlakuan Jenis Media dan Konsentrasi ZPT IBA

Terhadap Persentase Berakar Stek Pucuk Agathis pada Tabel 6 menunjukkan bahwa

Keterangan: A1 = media arang sekam A2 = media arang sekam dan tanah dengan perbandingan 1 : 1 A3 = media arang sekam dan pasir dengan perbandingan 1 : 1 A4 = media pasir B1 = 0 ppm (kontrol) B2 = 500 ppm B3 = 1000 ppm B4 = 1500 ppm

Page 40: E07rin.pdf

27

baik faktor jenis dan konsentrasi ZPT IBA maupun interaksi antara keduanya

tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap persentase berakar stek pucuk

Agathis. Hal ini dapat dilihat dari nilai Pr > 0,05 pada semua faktor perlakuan

maupun interaksinya. Hasil sidik ragam tersebut diperoleh dengan melakukan

transformasi data menggunakan rumus (%berakar)-2. Data sebelum dan sesudah

transformasi persentase stek berakar disajikan pada tabel Lampiran 4.

Karena kedua faktor perlakuan dan interaksinya memberikan pengaruh

yang tidak nyata terhadap persentase berakar stek pucuk Agathis, maka Uji

Duncan tidak dilakukan.

Page 41: E07rin.pdf

28

Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis data, dapat diketahui bahwa faktor tunggal

konsentrasi ZPT IBA memberikan pengaruh yang nyata pada parameter

persentase hidup dan persentase berkalus stek. Sedangkan untuk faktor tunggal

jenis media serta interaksi faktor jenis media dan faktor konsentrasi ZPT IBA

memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap ketiga parameter yang diukur.

Pada parameter persen hidup dan persen berkalus stek, berdasarkan hasil

Uji Duncan diketahui bahwa pada konsentrasi ZPT IBA 500 ppm dan 0 ppm

(kontrol) memberikan hasil berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Hal ini

menunjukkan bahwa penggunaan ZPT IBA dengan konsentrasi yang tinggi justru

menghambat terbentuknya kalus sebagai calon akar pada stek pucuk Agathis

bahkan dapat mempercepat busuknya stek.

Untuk faktor jenis media terhadap parameter persen hidup dan persen

berkalus stek, menunjukkan bahwa jenis media memberikan pengaruh yang tidak

nyata. Artinya semua jenis media mempunyai kemampuan yang hampir sama

dalam mendukung pertumbuhan dan perkembangan stek dalam membentuk

biomassanya atau dengan kata lain semua jenis media mampu menciptakan

kondisi ideal untuk pertumbuhan dan perkembangan stek.

Dari hasil penelitian secara umum, dapat diketahui bahwa dari semua stek

yang masih hidup sampai akhir penelitian, terdapat 27 stek atau 5,63 % yang

memiliki akar. Sebanyak 147 stek atau 30,63 % dari keseluruhan stek hanya

memiliki kalus. Sedangkan sebanyak 99 stek atau 20,63 % dari seluruh stek yang

ditanam tidak memiliki kalus maupun akar tetapi masih memiliki daun dan bagian

lain tanaman yang masih hijau segar.

Kecilnya persen berakar pada penelitian stek pucuk Agathis ini

dipengaruhi oleh faktor dalam tanaman itu sendiri (cadangan makanan, persediaan

air, hormon endogen serta umur dan jenis tanaman) dan faktor luar atau

lingkungan (suhu, kelembaban, media dan naungan). Selain itu faktor pelaksanaan

seperti teknik pembuatan stek dan pemeliharaan stek juga dapat mempengaruhi

keberhasilan stek pucuk Agathis.

Page 42: E07rin.pdf

29

Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Stek Pucuk Agathis

Menurut Rochiman dan Harjadi (1973), faktor-faktor yang mempengaruhi

keberhasilan perbanyakan vegetatif secara stek, ditentukan oleh faktor dalam

(internal) dan faktor luar (eksternal). Faktor-faktor yang termasuk faktor dalam

yaitu berupa faktor jenis tanaman, jenis bahan stek, umur bahan stek dan lain-lain.

Sedangkan yang termasuk faktor luar yaitu berupa faktor lingkungan dan faktor

pelaksanaan.

Faktor Internal

Dalam penelitian ini faktor internal (dari dalam tanaman itu sendiri) yang

diduga mempengaruhi keberhasilan stek pucuk Agathis adalah umur pohon induk

dan umur bahan stek, kandungan nutrisi dan ketersediaan air dalam bahan stek.

Stek dari tanaman yang berumur lebih muda akan lebih mudah berakar dibanding

dengan tanaman yang tua. Menurut Hartmann dan Kester (1983) tanaman yang

masih muda memiliki lebih sedikit inhibitor perakaran, dimana produksi inhibitor

perakaran ini akan semakin bertambah seiring dengan pertambahan umur

tanaman.

Bahan stek dalam penelitian ini diambil dari trubusan (coppice) pohon

induk tanpa teknik rejuvenasi. Jadi selain umur pohon induk yang tua, umur dari

semua tunas yang diambil juga tidak diketahui. Hal ini diduga menghambat proses

pembentukan akar pada stek Agathis.

Dengan menggunakan teknik rejuvenasi, maka selain umur tunas dapat

diketahui, bahan yang didapat akan mempunyai sifat yang relatif mudah berakar.

Cara ini dapat dilakukan dengan membuat pelukaan pada pohon induk sehingga

merangsang tumbuhnya tunas adventif yang bersifat juvenil.

Selain dengan teknik rejuvenasi, bahan stek juga bisa diambil dari kebun

pangkas yang berasal dari grafting (sambungan). Tanaman yang disambungkan

adalah bibit Agathis sebagai batang bawah sambungan (stock), sedangkan untuk

bahan penyambung atau batang atas (scion) berasal dari pohon induk. Dengan

teknik seperti itu, selain lebih mudah untuk pengadaan bahan stek, sifat tanaman

yang dihasilkan dari stek serupa dengan induknya, bahan stek juga mempunyai

sifat yang relatif mudah untuk berakar.

Page 43: E07rin.pdf

30

Pada saat bahan stek dipisahkan dari pohon induk, keseimbangan air di

dalam bahan stek tersebut menjadi terganggu. Bahan stek merupakan organ yang

masih hidup sehingga kegiatan transpirasi akan terus terjadi dari permukaan bahan

tanaman dan mengakibatkan kehilangan air dalam jumlah yang besar. Kehilangan

air tersebut tidak diimbangi dengan penyerapan air yang cukup karena belum

terbentuknya sistem perakaran sehingga proses-proses fisiologi tidak berlangsung

secara optimal. Pada kegiatan transpirasi yang berlebihan ini cadangan

karbohidrat yang terdapat di dalam bahan stek akan semakin cepat digunakan dan

apabila tidak didukung oleh faktor lingkungan yang ideal bagi bahan stek, maka

kemungkinan besar stek akan mengalami kematian.

Hal ini juga berpengaruh terhadap keberhasilan stek untuk hidup dan

berakar pada penelitian ini. Diduga selang waktu antara pengambilan bahan stek

(karena bahan diambil dari Hutan Pendidikan Gunung Walat) dan penanaman

yang cukup lama (sekitar 12 sampai 36 jam) mengakibatkan ketersediaan air dan

kandungan cadangan makanan di dalam bahan stek berkurang (walaupun telah

dilakukan pengepakan). Total stek yang mengalami kematian pada penelitian ini

adalah 43,13 % dari seluruh stek yang ditanam dengan laju kematian sebesar 3,59

% per minggu.

Faktor Eksternal

Stek merupakan makhluk hidup yang membutuhkan tempat hidup yang

optimal agar bisa tumbuh dan berkembang dengan baik. Salah satu faktor

lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan stek adalah suhu. Suhu yang

terlalu tinggi dan terlalu rendah akan menyebabkan kematian terhadap stek,

karena stek merupakan calon individu yang rawan terhadap kondisi lingkungan

yang ekstrem. Menurut Hartmann dan Kester (1983) kisaran suhu yang baik untuk

pembentukan perakaran pada stek adalah 21-270 C (70-800 F).

Suhu udara rataan setiap harinya adalah 28,710 C dengan rataan suhu

minimum harian sebesar 25,880 C dan rataan suhu maksimum adalah 31,540 C.

Hal ini kurang sesuai dengan kisaran suhu yang baik untuk pembentukan

perakaran menurut Hartmann dan Kester (1983). Hal ini diduga menjadi penyebab

banyaknya stek yang mati dan ketidakmampuan stek membentuk akar, sehingga

persen berakar stek pada penelitian ini kecil, yaitu sebesar 5,63 %.

Page 44: E07rin.pdf

31

Perkembangan suhu harian dari penelitian stek pucuk Agathis ini disajikan

pada Gambar 7.

0

5

10

15

20

25

30

35

1 8 15 22 29 36 43 50 57 64 71 78

Hari Ke-

Suhu

(C) Suhu Min

Suhu MaxSuhu Rata-rata

Gambar 7. Pengukuran Suhu Harian Penelitian Stek Pucuk Agathis

Dari Gambar 7 tersebut, dapat dilihat suhu dalam sungkup rumah stek

tidak konstan, mengikuti suhu lingkungan di luar rumah stek. Anomali cuaca yang

terjadi pada saat penelitian ini juga berpengaruh kepada hasil penelitian. Pada

awal penelitian, merupakan puncak musim kemarau dimana suhu udara cukup

tinggi yaitu hampir mendekati 350 C. Hal ini terjadi sampai pada minggu ke

delapan penelitian. Memasuki minggu ke sembilan merupakan awal musim hujan

dimana suhu udara mulai turun, sedangkan memasuki minggu ke 12 penelitian,

cuaca berubah lagi dimana terjadi peningkatan suhu yang cukup drastis.

Perubahan cuaca dan temperatur udara dari minggu ke minggu selama penelitian

ini diduga menyebabkan banyak stek yang mengalami kematian.

Selain suhu, faktor lingkungan yang menjadi faktor penentu keberhasilan

stek adalah faktor kelembaban. Kelembaban yang tinggi akan menghambat laju

evapotranspirasi bahan stek, mencegah stek dari kekeringan dan kematian

sebelum stek membentuk akar. Dalam penelitian ini, kelembaban lingkungan stek

dapat dipertahankan diatas 90 %. Kondisi ini merupakan kondisi yang optimal

bagi pertumbuhan dan perkembangan stek.

Menurut Rochiman dan Harjadi (1973), kelembaban udara termasuk salah

satu faktor penting yang mempengaruhi stek sebelum berakar. Bila kelembaban

rendah, stek akan cepat mati karena kandungan air dalam stek pada umumnya

sangat rendah sehingga stek menjadi kering sebelum membentuk akar.

Page 45: E07rin.pdf

32

90.00

90.40

90.80

91.20

91.60

92.00

1 8 15 22 29 36 43 50 57 64 71 78

Hari Ke-

Kel

emba

ban

(%)

Gambar 8. Pengukuran kelembaban harian penelitian stek pucuk Agathis

Perkembanagn kelembaban harian penelitian ini dapat dilihat pada

Gambar 8, dimana kelembaban selalu berada diatas 90 %. Data hasil pengukuran

suhu dan kelembaban selama 12 minggu penelitian stek pucuk Agathis disajikan

pada tabel Lampiran 11.

Upaya untuk mempertahankan suhu dan kelembaban yang optimal bagi

pertumbuhan stek dalam penelitian ini adalah dengan penyiraman dan

penyemprotan sungkup pada rumah stek baik di dalam maupun di luar sungkup.

Selain itu pada saat suhu udara ekstrim, dilakukan pembukaan jendela sungkup

pada rumah stek.

Suhu dan kelembaban media juga perlu diperhatikan, karena media

tumbuh berperan penting menyediakan ruang dan kondisi mikro bagi

pembentukan akar. Temperatur media perakaran sebaiknya berkisar sekitar 240 C,

karena pada temperatur ini pembagian sel pada daerah perakaran akan distimulir

(Rochiman dan Harjadi, 1973). Untuk mempertahankan media tetap lembab dan

suhu tidak terlalu tinggi, dilakukan penyemprotan setiap hari. Penyemprotan tidak

dilakukan apabila kondisi media terlalu lembab. Apabila kondisi media terlalu

lembab, kemungkinan akan menyebabkan busuknya stek.

Selain suhu dan kelembaban, faktor intensitas cahaya merupakan satu

faktor yang cukup berpengaruh terhadap keberhasilan stek. Cahaya merupakan

faktor penting bagi berlangsungnya fotosintesis. Tetapi intensitas cahaya yang

Page 46: E07rin.pdf

33

dibutuhkan stek untuk proses fotosintesis tidak setinggi pada stek yang telah

memiliki jaringan dan organ yang lengkap. Intensitas cahaya yang terlalu tinggi

dapat mengakibatkan laju transpirasi yang tinggi pada stek dan akhirnya

menyebabkan kematian stek yang belum mampu membentuk akar. Apalagi untuk

tanaman Agathis yang bersifat semi toleran, dimana pada saat masih kecil

membutuhkan naungan. Pengaturan intensitas cahaya ini dilakukan dengan

pengaturan intensitas naungan.

Pada penelitian ini, selain rumah stek yang berada di tempat yang teduh,

juga menggunakan paranet 50 % untuk mengurangi intensitas cahaya. Tetapi

dengan pengaturan intensitas naungan seperti ini, ternyata masih kurang untuk

mengatasi laju kematian pada stek, dengan kata lain dibutuhkan naungan yang

lebih berat untuk pertumbuhan yang ideal bagi stek pucuk Agathis.

Faktor eksternal selain faktor lingkungan yang mempengaruhi

keberhasilan stek pucuk Agathis adalah faktor pelaksanaan. Pelaksanaan

penyetekan, mulai dari pemotongan bahan stek, penanaman sampai pemeliharaan

akan mempengaruhi keberhasilan stek. Selain itu dalam penyetekan dibutuhkan

peralatan yang bersih dan steril sehingga memperkecil kemungkinan stek

terserang oleh hama dan penyakit.

Persentase Hidup Stek Pucuk Agathis

Sampai akhir penelitian, dari 480 stek yang ditanam pada awal penelitian,

stek yang mampu bertahan hidup sampai akhir penelitian (12 Minggu Setelah

Tanam) sebanyak 273 stek (56,88% ). Kematian mulai terjadi pada minggu ketiga,

yaitu sebanyak 12 stek. Hal ini terus berlanjut sampai akhir penelitian dengan

jumlah kematian stek sebanyak 207 stek dengan laju kematian sebesar 17,25 stek

per minggu, atau 3,59 % per minggu. Pembusukan merupakan penyebab utama

kematian pada stek, dimana proses ini diawali membusuknya pangkal stek (pada

luka bekas pemotongan sebelum stek ditanam), kemudian menyebar ke seluruh

bagian tanaman.

Walaupun tidak berbeda nyata, untuk persentase hidup stek tertinggi pada

masing-masing kombinasi perlakuan diperoleh pada kombinasi perlakuan A1B1

sebesar 86,67 %. Sedangkan untuk persen hidup terendah diperoleh pada

kombinasi perlakuan A1B4 dan A2B4 yaitu sebesar 23,33 %. Perlakuan

Page 47: E07rin.pdf

34

konsentrasi ZPT IBA ternyata memberikan pengaruh yang nyata terhadap

persentase hidup stek pucuk Agathis dan berdasarkan Uji Duncan, konsentrasi

ZPT IBA 500 ppm memberikan rata-rata persentase hidup stek tertinggi yaitu

76,67 %, namun tidak berbeda nyata dengan konsentrasi ZPT IBA 0 ppm

(kontrol) yang 70,83 %. Sedangkan konsentrasi ZPT IBA 1000 ppm memberikan

rata-rata persentase hidup stek 50 %, berbeda nyata dengan konsentrasi ZPT IBA

1500 ppm.

Dari data diatas dapat diketahui bahwa penggunaan konsentrasi Zat

Pengatur Tumbuh IBA yang terlalu tinggi justru merusak dasar stek, sehingga

dapat mempercepat kematian pada stek. Penggunaan zat pengatur tumbuh ini

efektif pada jumlah tertentu, konsentrasi yang terlalu tinggi dapat merusak dasar

stek, dimana pembelahan sel dan kalus akan berlebihan dan mencegah tumbuhnya

tunas dan akar, sedangkan pada konsentrasi dibawah optimum tidak efektif

(Rochiman dan Harjadi, 1973).

Penggunaan Zat Pengatur Tumbuh IBA untuk merangsang terbentuknya

sistem perakaran pada stek pucuk Agathis memiliki selang konsentrasi yang

optimum yaitu sekitar 0 ppm-1000 ppm, apabila diberikan pada konsentrasi yang

lebih tinggi, akan mengakibatkan terhambatnya pembentukan akar dan

pertumbuhan tanaman dan bahkan menyebabkan stek menjadi busuk serta

mempercepat kematian pada stek.

Persentase Berkalus Stek Pucuk Agathis

Dari 273 stek Agathis yang hidup, terdapat 147 stek yang hanya berkalus

atau sebanyak 30,63 % dari seluruh stek yang ditanam. Walaupun tidak berbeda

nyata, persentase berkalus tertinggi sama dengan persentase tertinggi pada

parameter persentase hidup stek yaitu diperoleh pada kombinasi perlakuan A1B1

yaitu sebesar 53,33 %. Sedangkan untuk persen berkalus terendah diperoleh pada

kombinasi perlakuan A2B4 yaitu 3,33 %.

Berdasarkan Uji Duncan dapat diketahui bahwa persentase stek berkalus

pada konsentrasi ZPT IBA 500 ppm sama seperti parameter persentase stek hidup,

memberikan rata-rata persentase berkalus stek tertinggi yaitu 43,33 %, namun

tidak berbeda nyata dengan konsentrasi ZPT IBA 0 ppm (kontrol) yang 42,33 %.

Page 48: E07rin.pdf

35

Konsentrasi ZPT IBA 1000 ppm dan 1500 ppm mempunyai rata-rata persentase

stek berkalus 27,50 %, dan 9,17 %.

Seperti yang telah dikemukakan pada parameter persen hidup, bahwa

penggunaan Zat Pengatur Tumbuh IBA untuk merangsang terbentuknya sistem

perakaran pada stek pucuk Agathis dari hasil penelitian ini memiliki selang

konsentrasi yang optimum yaitu sekitar 0 ppm-1000 ppm, apabila diberikan pada

konsentrasi yang lebih tinggi, akan mengakibatkan terhambatnya pembentukan

akar dan pertumbuhan stek, bahkan menyebabkan stek menjadi busuk serta

mempercepat kematian pada stek.

Gambar 9. Stek hidup yang tidak berkalus dan tidak berakar

Kalus (akar adventif) dalam stek pucuk Agathis ini merupakan sel-sel

yang aktif membelah membentuk jaringan menutupi luka bekas pemotongan

sebelum stek ditanam. Kalus adalah calon akar walaupun adanya kalus bukan

merupakan pertanda terbentuknya akar. Tetapi pada penelitian ini, dari seluruh

stek yang berakar, sebelum terbentuknya akar, dimulai dengan pembentukan kalus

terlebih dahulu. Jadi stek yang masih hidup sampai akhir penelitian tetapi tidak

memiliki kalus, akan terhambat penyerapan unsur haranya sehingga akhirnya akan

menyebabkan kematian pada stek tersebut.

Stek yang tidak berkalus tetapi masih hidup, walaupun warna daun dan

seluruh bagian tanaman hijau segar, tetapi pangkal stek bekas pemotongan terlihat

berwarna kuning kecoklatan tanpa adanya penutupan luka oleh kalus. Hal ini

Page 49: E07rin.pdf

36

diduga sebagai tanda awal busuknya stek yang akhirnya menyebabkan kematian

pada stek.

Gambar 10. Stek berkalus

Salah satu faktor yang diduga menyebabkan tidak terbentuknya kalus yang

menutupi luka bekas pemotongan dan sebagai calon akar adalah masih kurang

sterilnya alat yang digunakan dalam pemotongan bahan stek.

Persentase Berakar Stek Pucuk Agathis

Dari total jumlah stek yang masih hidup sampai 12 MST, terdapat stek

yang berakar, stek yang hanya berkalus dan stek yang tidak berakar dan tidak

berkalus. Dari 273 stek Agathis yang hidup, terdapat 147 stek (30,63 %) yang

berkalus dari seluruh stek yang ditanam. Sedangkan jumlah stek yang berakar dari

keseluruhan stek yang ditanam adalah sebanyak 27 stek (5,63 %), dan untuk stek

yang hidup tetapi tidak mempunyai kalus atau akar yaitu sebanyak 99 stek (20,63

%) dari jumlah keseluruhan stek yang ditanam.

Gambar 11. Stek berakar

Page 50: E07rin.pdf

37

Hartmann et al (1997) menyatakan bahwa tingkat keberhasilan pembiakan

tanaman dengan stek sangat bergantung pada kemampuan tanaman untuk dapat

menghasilkan tunas dan sistem perakaran baru. Dengan hanya 5,63 % stek yang

berakar sampai akhir penelitian, maka dapat dikatakan penelitian stek pucuk pada

tanaman Agathis loranthifolia Salisb. ini kurang berhasil karena Menurut

Rochiman dan Harjadi (1973) dan Hartmann et al (1997) bahwa pembibitan

dengan stek dikatakan berhasil apabila stek yang tumbuh diatas 85 %.

Faktor yang yang mempengaruhi keberhasilan stek pucuk Agathis ini telah

dijelaskan diatas. Ketidakmampuan stek membentuk perakaran pada penelitian

ini juga diduga karena terjadinya senyawa fenolik yang bersifat kofaktor auksin

pada awal perakaran dan adanya rintangan anatomi seperti penebalan cincin

sklerenkim yang dapat menghambat keluarnya akar (Hartmann et al, 1997).

Walaupun tidak berbeda nyata, kombinasi perlakuan A3B2 mempunyai

persentase berakar tertinggi yaitu sebesar 16,67 % sedangkan untuk persentase

berakar terendah yaitu dengan nilai 0 %, diperoleh pada kombinasi perlakuan

A1B4, A2B4, A3B4 dan A4B2.

Dari data stek yang berakar (dapat dilihat pada tabel Lampiran 7 dan

Lampiran 8) walaupun faktor konsentrasi ZPT IBA tidak berbeda nyata, dapat

diketahui bahwa persen berakar dengan perlakuan konsentrasi ZPT IBA 500 ppm

mempunyai persentase yang lebih tinggi daripada konsentrasi ZPT lainnya yaitu

8,33 % atau berakar sebanyak 10 stek, disusul dengan konsentrasi ZPT IBA 1000

ppm sebanyak 7,5 % atau 9 stek. Sedangkan konsentrasi ZPT IBA 0 ppm

(kontrol) hanya 4,17 % atau hanya 6 stek yang berakar dan untuk konsentrasi ZPT

IBA 1500 ppm adalah 2 stek (1,67 %).

Dari hasil tersebut diketahui konsentrasi ZPT IBA 500 ppm merupakan

konsentrasi yang cukup ideal untuk keberhasilan stek pucuk Agathis, hal ini

dibuktikan dengan perolehan terbaik terhadap ketiga parameter yang diukur.

Dari data tersebut, satu fakta yang cukup menarik adalah pada konsentrasi

ZPT IBA 0 ppm dan 1000 ppm. Pada parameter persen hidup dan persen berkalus

stek, konsentrasi ZPT IBA 0 ppm (kontrol) mempunyai perbedaan yang nyata

dengan konsentrasi ZPT 1000 ppm dimana persentase hidup dan persentase

berkalus konsentrasi ZPT IBA 0 ppm lebih tinggi daripada konsentrasi ZPT IBA

Page 51: E07rin.pdf

38

1000 ppm, tetapi persentase berakar pada konsentrasi ZPT IBA 1000 ppm lebih

banyak daripada konsentrasi ZPT IBA 0 ppm, walaupun tidak berbeda nyata.

Dari data tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa konsentrasi ZPT IBA

yang optimal cukup berpengaruh terhadap terbentuknya akar pada stek pucuk

Agathis. Dalam hal ini konsentrasi yang optimal untuk terbentuknya akar

didapatkan pada selang konsentrasi 0 ppm -1000 ppm. Sedangkan konsentrasi

yang lebih tinggi dari 1000 ppm akan menyebabkan terhambatnya pembentukan

akar, pertumbuhan tanaman dan bahkan kematian pada stek, walaupun dalam

penelitian ini juga terdapat stek yang berakar pada konsentrasi ZPT lebih dari

1000 ppm.

Fakta lain yang didapat dari penelitian stek pucuk Agathis ini adalah,

walaupun tanpa pemberian Zat Pengatur Tumbuh IBA (kontrol), stek juga mampu

membentuk sistem perakaran. Hal ini diduga karena adanya kandungan hormon

endogen (auksin alami) yang diproduksi pucuk dan terdapat pada bahan stek pada

saat stek dipotong.

Dari semua stek yang berakar, hampir semuanya hanya mempunyai satu

akar primer kecuali pada konsentrasi ZPT IBA selain 0 ppm, yaitu pada perlakuan

A1B2 yang mempunyai 2 akar primer, A1B3 dengan dua akar primer, A3B2

dengan 3 akar primer dan A4B4 dengan 2 akar primer. Data tersebut disajikan

pada tabel Lampiran 8. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian ZPT IBA mampu

meningkatkan jumlah akar pada stek. Hartmann et al (1997), menjelaskan bahwa

fungsi hormon dalam kegiatan penyetekan adalah untuk meningkatkan persentase

pembentukan akar pada stek, memacu inisiasi akar, meningkatkan jumlah dan

kualitas akar serta menyeragamkan akar.

Untuk faktor jenis media, seperti yang dijelaskan diatas, untuk semua

parameter yang diukur tidak memberikan pengaruh yang nyata. Artinya semua

jenis media mempunyai kemampuan yang hampir sama dalam mendukung

pertumbuhan dan perkembangan stek dalam membentuk biomassanya atau

dengan kata lain semua jenis media mampu menciptakan yang kondisi ideal untuk

pertumbuhan dan perkembangan stek. Perbedaan macam media terhadap

pembentukan akar tidak nyata selama media dapat memenuhi syarat-syarat

pembentukan akar (Rochiman dan Harjadi, 1973).

Page 52: E07rin.pdf

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa:

1. Pembiakan vegetatif melalui stek pucuk dapat dijadikan suatu alternatif dalam

perbanyakan tanaman Agathis loranthifolia Salisb.

2. Pemberian ZPT IBA dengan konsentrasi tinggi tidak efektif diberikan karena

dapat menghambat terbentuknya akar pada stek bahkan dapat mempercepat

busuknya stek dan kematian pada stek. Persentase stek berakar dari hasil

penelitian ini adalah 5,63 %. Konsentrasi yang optimum untuk stek pucuk

Agathis dari hasil penelitian ini adalah pada selang 0 ppm sampai 1000 ppm.

3. Semua media memberikan pengaruh yang sama dalam mendukung

pertumbuhan stek pucuk Agathis.

4. Interaksi antara perlakuan perbedaan jenis media perakaran dan konsentrasi

Zat Pengatur Tumbuh IBA memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap

keberhasilan stek pucuk Agathis.

Saran

1. Diperlukan kebun pangkas untuk tanaman Agathis yang berasal dari grafting

atau sambungan antara batang bawah (stock) berupa anakan dengan batang

atas (Scion) yang berasal dari pohon induk, sehingga pengadaan bahan stek

akan lebih mudah, dan bahan yang didapatkan juga relatif mudah untuk

berakar.

2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan optimasi iklim mikro, seperti

penggunaan naungan yang lebih berat, rancangan bangunan yang lebih kokoh

dan pemeliharaan yang lebih intensif.

3. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan selang konsentrasi ZPT IBA yang

lebih sempit antara 0 ppm sampai 1000 ppm dan dengan metode pemberian

ZPT IBA yang berbeda.

4. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan penggunaan jenis media perakaran

yang lebih bervariasi.

Page 53: E07rin.pdf

DAFTAR PUSTAKA

Astuti P. 2002. Pengaruh Lama Pengeratan Bahan Stek dan Konsentrasi Rootone

F terhadap Pertumbuhan Stek Kopi Robusta (Coffea canephora). FRONTIR Nomor 31, September 2000. http:www. unmul.ac.id/dat/pub/frontir/puji.pdf. [21 September 2006].

Baker FS, Daniel TW, Helms JA. 1979. Prinsip-prinsip Silvikultur. Djoko

Marsono, penerjemah. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Terjemahan dari : Principles of Sylviculture.

Darmawan J, J Baharsjah. 1983. Dasar-dasar Fisiologi Tanaman. Semarang : PT.

Suryandaru Utama. Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan. 2001. Informasi Singkat Benih Nomor 14,

Desember 2001. Bandung : Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan. Djamhuri E, W Soekotjo, D Nandika dan Y Santosa. 1986. Usaha Penyediaan

Bahan Tanaman Jenis-Jenis Dipterocarpaceae Secara Massal dengan Pembiakan Vegetatif. Proyek Penelitian Pengembangan Efisiensi Penggunaan Sumber-Sumber Kehutanan. Bogor : Fakultas Kehutanan IPB.

Djamhuri E, Y Setiadi dan A Sukendro. 1989. Usaha Penyediaan Bahan Tanaman

Dipterocarpaceae dengan Pembiakan Vegetatif Sebagai Bahan “Clonal Seed Orchard” dalam Rangka Pembangunan Hutan Tanaman Industri. Proyek Peningkatan Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat. Bogor : Fakultas Kehutanan IPB.

Dwidjoseputro D. 1986. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : Gramedia. Hanafiah KA. 2000. Rancangan Percobaan : Teori dan Aplikasi. Jakarta : PT.

Raja Grafindo Persada. Harahap RMS. Percobaan Orientasi Vegetatif Beberapa Jenis Pohon. Laporan

LPH No.155. Bogor : Lembaga Penelitian Hutan. Hartmann HT, DE Kester.1978. Plant Propagation Principle and Practice. Second

edition. New Jersey : Prentice Hall, Inc. Englewood. . 1983. Plant Propagation Principle and Practice. Fourth

edition. New Jersey : Prentice Hall, Inc. Englewood. Hartmann HT, DE Kester, FT Davies, RL Geneve. 1997. Plant Propagation

Principle and Practice. Sixth edition. New Jersey : Prentice Hall, Inc. Englewood.

Page 54: E07rin.pdf

41

Luh BS. 1980. Rice: Production and Ultilization. AVI, Publishy Company Inc. Westport.

Mahlstede JP, ES Haber. 1957. Plant Propagation. New York : John Wiley and

Sons, Inc. Martawijaya A. 1981. Atlas Kayu Indonesia. Jilid 1. Bogor : Lembaga Penelitian

Hutan. Mattjik AA, M Sumertajaya. 2002. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS

dan Minitab. Bogor : IPB Press. Nurhasybi. 2000. Damar (Agathis loranthifoia Salisb.) dalam Atlas Benih

Tanaman Hutan Indonesia. Jilid I. Balai Teknologi Perbenihan. Hal. 14 – 16.

Purwowidodo. 1998. Metode Selidik Tanah. Surabaya : Usaha Nasional. Pudjiono S. 2004. Dasar-dasar Umum Cara Pembuatan Stek Pohon Hutan.

http:www. Biotiforda.or.id/Pembiakan vegetatif Biotiforda.[10 Mei 2006] Rochiman K, SS Harjadi. 1973. Pembiakan Vegetatif. Bogor : Departemen

Agronomi Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Romdiana D. 2001. Pengaruh Pemberian Zat Pengatur Tumbuh dan Jenis Media

Terhadap Pertumbuhan Stek Pucuk Benuang Bini (Octomeles sumatrana Miq.). Bogor : Skripsi. Jurusan manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan IPB. Tidak diterbitkan.

Samingan TJ. 1982. Dendrologi. Bogor : Departemen Botani Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor. Smits M. 1983. Vegetative Propagation of Shorea of obtusa and Agathis dammara

by Means of Leaf Cutting and Stem cuttings. Malaysia : The Malayan Forester, April 1983. Pp 175 – 183.

Soerianegara I, E Djamhuri. 1979. Pemuliaan Pohon Hutan. Bogor : Departemen

Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Supriyanto. 1997. Tekhnik Tanaman Stek Pucuk : Aspek Fisiologis. Materi

Pelatihan Stek Pucuk di Perum Perhutani Unit III Jawa Barat. KPH Banten. Serang.

Wattimena GA. 1988. Zat Pengatur Tumbuh. Bogor : Pusat Antar Universitas

Institut Pertanian Bogor.

Page 55: E07rin.pdf

42

Whitmore TC. 1977. A first look at Agathis. Tropical Forestry Papers No. 11. Unit of Tropical Silviculture. Commonwealth Forestry Inst. University of Oxford.

Wudianto R. 1993. Membuat Setek, Cangkok dan Okulasi. Jakarta : Penebar

Swadaya. Yasman I, WTM Smits. 1988. Metode Pembuatan Stek Dipterocarpaceae.

Samarinda : Badan penelitian dan Pengembangan Kehutanan Departemen Kehutanan.

Zanzibar M, Danu. 1999. Pengadaan Bibit Pulai Melaui Stek. Duta Rimba. Edisi

229/XXIV - Juli 1999.

Page 56: E07rin.pdf

43

Lampiran 1. Kemampuan Hidup Stek Pucuk Agathis Sampai 12 Minggu Setelah Tanam

Minggu Setelah

Tanam (MST)

Kemampuan Hidup Stek Persentase Hidup Stek (%) ∑ Stek Hidup ∑ Stek Mati

1 480 - 100,00 2 480 - 100,00 3 468 12 97,504 451 29 93,96 5 432 48 90,00 6 408 72 85,00 7 389 91 81,04 8 375 105 78,13 9 357 123 74.38 10 346 134 72,08 11 294 186 61,25 12 273 207 56,88

Catatan : Rata-rata laju kematian sebesar 17,25 stek per minggu atau 3,59% per minggu

Page 57: E07rin.pdf

44

Lampiran 2. Jumlah dan Persentase Stek yang Hidup, Berkalus dan Berakar Pada 12 MST

Ulangan Perlakuan Jumlah Hidup

Jumlah Berkalus

Jumlah Berakar

% Hidup

% Berkalus

% Berakar

1

A1B1 9 6 1 90 60 10 A1B2 8 4 1 80 40 10 A1B3 6 3 2 60 30 20 A1B4 2 2 0 20 20 0 A2B1 5 3 0 50 30 0 A2B2 6 2 0 60 20 0 A2B3 3 1 0 30 10 0 A2B4 2 0 0 20 0 0 A3B1 8 4 0 80 40 0 A3B2 8 4 0 80 40 0 A3B3 7 5 1 70 50 10 A3B4 2 0 0 20 0 0 A4B1 7 6 0 70 60 0 A4B2 8 5 0 80 50 0 A4B3 6 3 1 60 30 10 A4B4 3 0 0 30 0 0

2

A1B1 9 4 0 90 40 0 A1B2 9 5 0 90 50 0 A1B3 7 5 1 70 50 10 A1B4 3 0 0 30 0 0 A2B1 6 3 0 60 30 0 A2B2 9 5 1 90 50 10 A2B3 6 3 1 60 30 10 A2B4 3 1 0 30 10 0 A3B1 7 4 0 70 40 0 A3B2 8 3 5 80 30 50 A3B3 4 1 0 40 10 0 A3B4 4 1 0 40 10 0 A4B1 7 3 1 70 30 10 A4B2 6 4 0 60 40 0 A4B3 3 2 0 30 20 0 A4B4 7 3 2 70 30 20

3

A1B1 8 6 0 80 60 0 A1B2 7 3 3 70 30 30 A1B3 6 5 0 60 50 0 A1B4 2 1 0 20 10 0 A2B1 8 3 1 80 30 10 A2B2 8 7 0 80 70 0 A2B3 6 2 2 60 20 20 A2B4 2 0 0 20 0 0 A3B1 7 5 2 70 50 20 A3B2 6 4 0 60 40 0 A3B3 2 1 0 20 10 0 A3B4 3 1 0 30 10 0 A4B1 4 4 1 40 40 10

Page 58: E07rin.pdf

45

Lanjutan Lampiran 2. Jumlah dan Persentase Stek yang Hidup, Berkalus dan Berakar Pada 12 MST

Ulangan Perlakuan Jumlah Hidup

Jumlah Berkalus

Jumlah Berakar

% Hidup

% Berkalus

% Berakar

A4B2 9 6 0 90 60 0 A4B3 4 2 1 40 20 10 A4B4 3 2 0 30 20 0

Catatan : Setiap perlakuan terdiri dari 10 stek

Keterangan: A1 = media arang sekam A2 = media arang sekam dan tanah dengan perbandingan 1 : 1 A3 = media arang sekam dan pasir dengan perbandingan 1 : 1 A4 = media pasir B1 = 0 ppm (kontrol) B2 = 500 ppm B3 = 1000 ppm B4 = 1500 ppm

Page 59: E07rin.pdf

46

Lampiran 3. Jumlah Total dan Persentase Total Stek Hidup, Berkalus, Berakar, Tidak berakar dan Tidak Berkalus serta Mati sampai 12 MST

Jenis Media

Konsentrasi ZPT IBA Ulangan

Jumlah Hidup

Jumlah Berkalus

Jumlah Berakar

Jumlah Tidak Berakar dan

Berkalus

Jumlah Mati

A1 B1 1 9 6 1 2 1 A1 B1 2 9 4 0 5 1 A1 B1 3 8 6 0 2 2 A1 B2 1 8 4 1 3 2 A1 B2 2 9 5 0 4 1 A1 B2 3 7 3 3 1 3 A1 B3 1 6 3 2 1 4A1 B3 2 7 5 1 1 3 A1 B3 3 6 5 0 1 4 A1 B4 1 2 2 0 0 8 A1 B4 2 3 0 0 3 7 A1 B4 3 2 1 0 1 8 A2 B1 1 5 3 0 2 5 A2 B1 2 6 3 0 3 4 A2 B1 3 8 3 1 4 2 A2 B2 1 6 2 0 4 4 A2 B2 2 9 5 1 3 1 A2 B2 3 8 7 0 1 2 A2 B3 1 3 1 0 2 7 A2 B3 2 6 3 1 2 4 A2 B3 3 6 2 2 2 4 A2 B4 1 2 0 0 2 8 A2 B4 2 3 1 0 2 7 A2 B4 3 2 0 0 2 8 A3 B1 1 8 4 0 4 2

Keterangan: A1 = media arang sekam A2 = media arang sekam dan tanah dengan perbandingan 1 : 1 A3 = media arang sekam dan pasir dengan perbandingan 1 : 1 A4 = media pasir B1 = 0 ppm (kontrol) B2 = 500 ppm B3 = 1000 ppm B4 = 1500 ppm

Page 60: E07rin.pdf

47

Lanjutan Lampiran 3. Jumlah Total dan Persentase Total Stek Hidup, Berkalus, Berakar, Tidak berakar dan Tidak Berkalus serta Mati sampai 12 MST

Jenis Media

Konsentrasi ZPT IBA Ulangan

Jumlah Hidup

Jumlah Berkalus

Jumlah Berakar

Jumlah Tidak Berakar dan

Berkalus

Jumlah Mati

A3 B1 2 7 4 0 3 3 A3 B1 3 7 5 2 0 3 A3 B2 1 8 4 0 4 2 A3 B2 2 8 3 5 0 2 A3 B2 3 6 4 0 2 4 A3 B3 1 7 5 1 1 3 A3 B3 2 4 1 0 3 6A3 B3 3 2 1 0 1 8 A3 B4 1 2 0 0 2 8 A3 B4 2 4 1 0 3 6 A3 B4 3 3 1 0 2 7 A4 B1 1 7 6 0 1 3 A4 B1 2 7 3 1 3 3 A4 B1 3 4 4 1 1 6 A4 B2 1 8 5 0 3 2 A4 B2 2 6 4 0 2 4 A4 B2 3 9 6 0 3 1 A4 B3 1 6 3 1 2 4 A4 B3 2 3 2 0 1 7 A4 B3 3 4 2 1 1 6 A4 B4 1 3 0 0 3 7 A4 B4 2 7 3 2 2 3 A4 B4 3 3 2 0 1 7

Jumlah Total 273 147 27 99 207 Persentase total (%) 56.875 30.625 5.625 20.625 43.125

Catatan : Setiap perlakuan terdiri dari 10 stek

Keterangan: A1 = media arang sekam A2 = media arang sekam dan tanah dengan perbandingan 1 : 1 A3 = media arang sekam dan pasir dengan perbandingan 1 : 1 A4 = media pasir B1 = 0 ppm (kontrol) B2 = 500 ppm B3 = 1000 ppm B4 = 1500 ppm

Page 61: E07rin.pdf

48

Lampiran 4. Persentase dan data Transformasi Persentase Stek Berkalus dan berakar

Ulangan Perlakuan %

Berkalus Tr %

Berkalus % Berakar Tr % Berakar

1

A1B1 60 7.75 10 0.0100 A1B2 40 6.32 10 0.0100 A1B3 30 5.48 20 0.0025 A1B4 20 4.47 0 0.0000 A2B1 30 5.48 0 0.0000 A2B2 20 4.47 0 0.0000 A2B3 10 3.16 0 0.0000 A2B4 0 0.00 0 0.0000 A3B1 40 6.32 0 0.0000 A3B2 40 6.32 0 0.0000 A3B3 50 7.07 10 0.0100 A3B4 0 0.00 0 0.0000 A4B1 60 7.75 0 0.0000 A4B2 50 7.07 0 0.0000 A4B3 30 5.48 10 0.0100 A4B4 0 0.00 0 0.0000

2

A1B1 40 6.32 0 0.0000 A1B2 50 7.07 0 0.0000 A1B3 50 7.07 10 0.0100 A1B4 0 0.00 0 0.0000 A2B1 30 5.48 0 0.0000 A2B2 50 7.07 10 0.0100 A2B3 30 5.48 10 0.0100 A2B4 10 3.16 0 0.0000 A3B1 40 6.32 0 0.0000 A3B2 30 5.48 50 0.0004 A3B3 10 3.16 0 0.0000 A3B4 10 3.16 0 0.0000 A4B1 30 5.48 10 0.0100 A4B2 40 6.32 0 0.0000 A4B3 20 4.47 0 0.0000 A4B4 30 5.48 20 0.0025

3

A1B1 60 7.75 0 0.0000 A1B2 30 5.48 30 0.0011 A1B3 50 7.07 0 0.0000 A1B4 10 3.16 0 0.0000 A2B1 30 5.48 10 0.0100 A2B2 70 8.37 0 0.0000 A2B3 20 4.47 20 0.0025 A2B4 0 0.00 0 0.0000 A3B1 50 7.07 20 0.0025 A3B2 40 6.32 0 0.0000 A3B3 10 3.16 0 0.0000 A3B4 10 3.16 0 0.0000 A4B1 40 6.32 10 0.0100 A4B2 60 7.75 0 0.0000

Page 62: E07rin.pdf

49

Lanjutan Lampiran 4. Persentase dan data Transformasi Persentase Stek Berkalus dan berakar

Ulangan Perlakuan %

Berkalus Tr %

Berkalus % Berakar Tr % Berakar

3 A4B3 20 4.47 10 0.0100 A4B4 20 4.47 0 0.0000

Catatan : Setiap perlakuan terdiri dari 10 stek

Keterangan: A1 = media arang sekam A2 = media arang sekam dan tanah dengan perbandingan 1 : 1 A3 = media arang sekam dan pasir dengan perbandingan 1 : 1 A4 = media pasir B1 = 0 ppm (kontrol) B2 = 500 ppm B3 = 1000 ppm B4 = 1500 ppm

Page 63: E07rin.pdf

50

Lampiran 5. Persentase Hidup, Berkalus dan Berakar Stek Pada Masing-masing Perlakuan

Perlakuan Ulangan % Hidup % Berkalus

% Berakar

A1B1

1 90 60 10 2 90 40 0 3 80 60 0

Rata-rata 86.67 53.33 3.33 A1B2

1 80 40 10 2 90 50 0 3 70 30 30

Rata-rata 80.00 40.00 13.33 A1B3

1 60 30 20 2 70 50 10 3 60 50 0

Rata-rata 63.33 43.33 10.00 A1B4

1 20 20 0 2 30 0 0 3 20 10 0

Rata-rata 23.33 10.00 0.00 A2B1

1 50 30 0 2 60 30 0 3 80 30 10

Rata-rata 63.33 30.00 3.33 A2B2

1 60 20 0 2 90 50 10 3 80 70 0

Rata-rata 76.67 46.67 3.33 A2B3

1 30 10 0 2 60 30 10 3 60 20 20

Rata-rata 50.00 20.00 10.00 A2B4

1 20 0 0 2 30 10 0 3 20 0 0

Rata-rata 23.33 3.33 0.00 A3B1

1 80 40 02 70 40 0 3 70 50 20

Rata-rata 73.33 43.33 6.67 A3B2

1 80 40 0 2 80 30 50 3 60 40 0

Rata-rata 73.33 36.67 16.67 A3B3

1 70 50 10 2 40 10 0 3 20 10 0

Rata-rata 43.33 23.33 3.33

Keterangan: A1 = media arang sekam A2 = media arang sekam dan tanah dengan perbandingan 1 : 1 A3 = media arang sekam dan pasir dengan perbandingan 1 : 1 A4 = media pasir B1 = 0 ppm (kontrol) B2 = 500 ppm B3 = 1000 ppm B4 = 1500 ppm

Page 64: E07rin.pdf

51

Lanjutan Lampiran 5. Persentase Hidup, Berkalus dan Berakar Stek Pada Masing-masing Perlakuan

Perlakuan Ulangan % Hidup %

Berkalus%

Berakar A3B4

1 20 0 0 2 40 10 0 3 30 10 0

Rata-rata 30.00 6.67 0.00 A4B1

1 70 60 0 2 70 30 10 3 40 40 10

Rata-rata 60.00 43.33 6.67 A4B2

1 80 50 0 2 60 40 0 3 90 60 0

Rata-rata 76.67 50.00 0.00 A4B3

1 60 30 10 2 30 20 0 3 40 20 10

Rata-rata 43.33 23.33 6.67 A4B4

1 30 0 0 2 70 30 20 3 30 20 0

Rata-rata 43.33 16.67 6.67 Catatan : Setiap perlakuan terdiri dari 10 stek

Keterangan: A1 = media arang sekam A2 = media arang sekam dan tanah dengan perbandingan 1 : 1 A3 = media arang sekam dan pasir dengan perbandingan 1 : 1 A4 = media pasir B1 = 0 ppm (kontrol) B2 = 500 ppm B3 = 1000 ppm B4 = 1500 ppm

Page 65: E07rin.pdf

52

Lampiran 6. Persentase Berkalus dan Berakar Berdasarkan Perlakuan

Perlakuan Keberhasilan

Jenis Media Persen

Berkalustn Persen

Berakartn

A1 (Arang Sekam) 36.67 6.67 A2 (Arang Sekam Tanah) 25.00 4.17 A3 (Arang Sekam Pasir 27.50 6.67 A4 (Pasir) 33.33 5.00

Konsentrasi ZPT IBA Persen

Berkalus* Persen

Berakartn

B1 (0 ppm (kontrol)) 42.50 5.00 B2 (500 ppm) 43.33 8.33 B3 (1000 ppm) 27.50 7.50 B4 (1500 ppm) 9.17 1.67

Keterangan : tn = berpengaruh tidak nyata, * = berpengaruh nyata (p < 0,05)

Page 66: E07rin.pdf

53

Lampiran 7. Jumlah Stek Berakar Menurut Perlakuan Konsentrasi ZPT IBA

Perlakuan Jumlah Berakar

Perlakuan ZPT IBA BI

(0 ppm) B2

(500 ppm) B3

(1000 ppm) B4

(1500 ppm) A1B1 1 1 A1B2 4 4 A1B3 3 3 A1B4 0 0 A2B1 1 1 A2B2 1 1 A2B3 3 3 A2B4 0 0 A3B1 2 2 A3B2 5 5 A3B3 1 1 A3B4 0 0 A4B1 2 2 A4B2 0 0 A4B3 2 2 A4B4 2 2

Jumlah 27 6 10 9 2

Keterangan: A1 = media arang sekam A2 = media arang sekam dan tanah dengan perbandingan 1 : 1 A3 = media arang sekam dan pasir dengan perbandingan 1 : 1 A4 = media pasir B1 = 0 ppm (kontrol) B2 = 500 ppm B3 = 1000 ppm B4 = 1500 ppm

Page 67: E07rin.pdf

54

Lampiran 8. Data Stek Berakar, Jumlah Akar Primer dan Panjang Akar Primer

Jenis Media

Konsentrasi ZPT IBA Ulangan

Jumlah Berakar

Stek Berakar

Ke-

Jumlah Akar

Primer Panjang Akar

Primer A1 B1 1 1 1. 1 2 mm A1 B2 1 1 1. 1 22 mm A1 B2 3 3 1. 1 2 mm 2. 1 2 mm 3. 2 2 mm ; 1mm

A1 B3 1 2 1. 2 2 mm ; 1mm 2. 1 2 mm

A1 B3 2 1 1. 1 5 mm A2 B1 3 1 1. 1 16 mm A2 B2 2 1 1. 1 13 mm A2 B3 2 1 1. 1 24 mm

A2 B3 3 2 1. 1 21 mm ; 13 mm

A2 B3 3 1 1. 1 2 mm A3 B1 2 2 1. 1 2 mm 2. 1 2 mm

A3 B2 2 5 1. 1 28 mm 2. 1 25 mm 3. 1 25 mm 4. 1 24 mm

5. 3 18 mm ; 13 mm ;10 mm

A3 B3 1 1 1. 1 22 mm A4 B1 2 1 1. 1 2 mm A4 B1 3 1 1. 1 21 mm A4 B3 1 1 1. 1 5 mm A4 B3 3 1 1. 1 24 mm

A4 B4 2 2 1. 3 13 mm ; 8 mm ; 4 mm

2. 1 15 mm Keterangan:

A1 = media arang sekam A2 = media arang sekam dan tanah dengan perbandingan 1 : 1 A3 = media arang sekam dan pasir dengan perbandingan 1 : 1 A4 = media pasir B1 = 0 ppm (kontrol) B2 = 500 ppm B3 = 1000 ppm B4 = 1500 ppm

Page 68: E07rin.pdf

56

Lanjutan Lampiran 9. Hasil Rekapitulasi Data Sebelum Transformasi

Jenis Media

Konsentrasi IBA Ulangan

Jumlah Hidup

Jumlah Berkalus

Jumlah Berakar

Persen Hidup (%)

Persen Berkalus (%)

Persen Berakar (%)

A3 B1 3 7 5 2 70 50 20 A3 B2 1 8 4 0 80 40 0 A3 B2 2 8 3 5 80 30 50 A3 B2 3 6 4 0 60 40 0 A3 B3 1 7 5 1 70 50 10 A3 B3 2 4 1 0 40 10 0 A3 B3 3 2 1 0 20 10 0 A3 B4 1 2 0 0 20 0 0 A3 B4 2 4 1 0 40 10 0 A3 B4 3 3 1 0 30 10 0 A4 B1 1 7 6 0 70 60 0A4 B1 2 7 3 1 70 30 10A4 B1 3 4 4 1 40 40 10 A4 B2 1 8 5 0 80 50 0 A4 B2 2 6 4 0 60 40 0 A4 B2 3 9 6 0 90 60 0 A4 B3 1 6 3 1 60 30 10 A4 B3 2 3 2 0 30 20 0 A4 B3 3 4 2 1 40 20 10 A4 B4 1 3 0 0 30 0 0 A4 B4 2 7 3 2 70 30 20

Catatan : Setiap perlakuan terdiri dari 10 stek

Keterangan: A1 = media arang sekam A2 = media arang sekam dan tanah dengan perbandingan 1 : 1 A3 = media arang sekam dan pasir dengan perbandingan 1 : 1 A4 = media pasir B1 = 0 ppm (kontrol) B2 = 500 ppm B3 = 1000 ppm B4 = 1500 ppm

Page 69: E07rin.pdf

57

Lampiran 10. Hasil Rekapitulasi Data Setelah Transformasi

Jenis Media

Konsentrasi IBA Ulangan

Jumlah Hidup

Jumlah Berkalus

Jumlah Berakar

Persen Hidup (%) Tr%Berkalus Tr%Berakar

A1 B1 1 9 6 1 90 7.75 0.0100 A1 B1 2 9 4 0 90 6.32 0.0000 A1 B1 3 8 6 0 80 7.75 0.0000 A1 B2 1 8 4 1 80 6.32 0.0100 A1 B2 2 9 5 0 90 7.07 0.0000 A1 B2 3 7 3 3 70 5.48 0.0011 A1 B3 1 6 3 2 60 5.48 0.0025A1 B3 2 7 5 1 70 7.07 0.0100 A1 B3 3 6 5 0 60 7.07 0.0000 A1 B4 1 2 2 0 20 4.47 0.0000 A1 B4 2 3 0 0 30 0.00 0.0000 A1 B4 3 2 1 0 20 3.16 0.0000 A2 B1 1 5 3 0 50 5.48 0.0000 A2 B1 2 6 3 0 60 5.48 0.0000 A2 B1 3 8 3 1 80 5.48 0.0100 A2 B2 1 6 2 0 60 4.47 0.0000 A2 B2 2 9 5 1 90 7.07 0.0100 A2 B2 3 8 7 0 80 8.37 0.0000 A2 B3 1 3 1 0 30 3.16 0.0000 A2 B3 2 6 3 1 60 5.48 0.0100 A2 B3 3 6 2 2 60 4.47 0.0025 A2 B4 1 2 0 0 20 0.00 0.0000 A2 B4 2 3 1 0 30 3.16 0.0000 A2 B4 3 2 0 0 20 0.00 0.0000A3 B1 1 8 4 0 80 6.32 0.0000A3 B1 2 7 4 0 70 6.32 0.0000

Keterangan: A1 = media arang sekam A2 = media arang sekam dan tanah dengan perbandingan 1 : 1 A3 = media arang sekam dan pasir dengan perbandingan 1 : 1 A4 = media pasir B1 = 0 ppm (kontrol) B2 = 500 ppm B3 = 1000 ppm B4 = 1500 ppm

Page 70: E07rin.pdf

58

Lanjutan Lampiran 10. Hasil Rekapitulasi Data Setelah Transformasi

Jenis Media

Konsentrasi IBA Ulangan

Jumlah Hidup

Jumlah Berkalus

Jumlah Berakar

Persen Hidup (%) Tr%Berkalus

Tr%Berakar

A3 B1 3 7 5 2 70 7.07 0.0025 A3 B2 1 8 4 0 80 6.32 0.0000 A3 B2 2 8 3 5 80 5.48 0.0004 A3 B2 3 6 4 0 60 6.32 0.0000 A3 B3 1 7 5 1 70 7.07 0.0100 A3 B3 2 4 1 0 40 3.16 0.0000 A3 B3 3 2 1 0 20 3.16 0.0000 A3 B4 1 2 0 0 20 0.00 0.0000 A3 B4 2 4 1 0 40 3.16 0.0000 A3 B4 3 3 1 0 30 3.16 0.0000 A4 B1 1 7 6 0 70 7.75 0.0000A4 B1 2 7 3 1 70 5.48 0.0100A4 B1 3 4 4 1 40 6.32 0.0100 A4 B2 1 8 5 0 80 7.07 0.0000 A4 B2 2 6 4 0 60 6.32 0.0000 A4 B2 3 9 6 0 90 7.75 0.0000 A4 B3 1 6 3 1 60 5.48 0.0100 A4 B3 2 3 2 0 30 4.47 0.0000 A4 B3 3 4 2 1 40 4.47 0.0100 A4 B4 1 3 0 0 30 0.00 0.0000 A4 B4 2 7 3 2 70 5.48 0.0025 A4 B4 3 3 2 0 30 4.47 0.0000

Catatan : Setiap perlakuan terdiri dari 10 stek

Keterangan: A1 = media arang sekam A2 = media arang sekam dan tanah dengan perbandingan 1 : 1 A3 = media arang sekam dan pasir dengan perbandingan 1 : 1 A4 = media pasir B1 = 0 ppm (kontrol) B2 = 500 ppm B3 = 1000 ppm B4 = 1500 ppm

Page 71: E07rin.pdf

59

Lampiran 11. Hasil Pengukuran Suhu dan Kelembaban Selama 12 Minggu

No. Tanggal

Suhu (oC) Kelembaban (%)

Minimal Maksimal Pukul 07.00

Pukul 13.00

Pukul 17.00

Pukul 07.00

Pukul 13.00

Pukul 17.00

1 10-Okt-06 26 33 27 33 30 91 92 91 2 11-Okt-06 26 32 26 32 30 91 91 91 3 12-Okt-06 27 33 28 33 30 91 92 91 4 13-Okt-06 27 33 28 33 31 91 92 91 5 14-Okt-06 27 33 27 33 31 91 92 91 6 15-Okt-06 26 33 27 33 29 91 92 91 7 16-Okt-06 25 32 25 32 27 90 91 91 8 17-Okt-06 26 32 27 32 30 91 91 919 18-Okt-06 27 32 28 32 31 91 91 9110 19-Okt-06 27 32 28 32 31 91 91 91 11 20-Okt-06 27 32 27 32 31 91 91 91 12 21-Okt-06 26 33 27 33 31 91 92 91 13 22-Okt-06 27 33 27 33 32 91 92 91 14 23-Okt-06 27 33 28 33 31 91 92 91 15 24-Okt-06 27 33 28 33 31 91 92 91 16 25-Okt-06 26 33 26 33 30 91 92 91 17 26-Okt-06 26 33 26 33 27 91 92 91 18 27-Okt-06 26 33 26 33 29 91 92 91 19 28-Okt-06 26 32 27 32 29 91 91 91 20 29-Okt-06 27 32 27 32 29 91 91 91 21 30-Okt-06 27 33 28 33 30 91 92 9122 31-Okt-06 26 33 26 33 30 91 92 91 23 1-Nov-06 25 31 26 31 30 91 91 91 24 2-Nov-06 25 33 25 33 31 90 92 91 25 3-Nov-06 26 33 27 33 31 91 92 91 26 4-Nov-06 26 33 27 33 32 91 92 91 27 5-Nov-06 27 32 28 32 28 91 91 91 28 6-Nov-06 27 33 27 33 30 91 92 91 29 7-Nov-06 26 33 27 33 31 91 92 91 30 8-Nov-06 26 31 27 31 27 91 91 91 31 9-Nov-06 25 31 25 31 28 90 91 91 32 10-Nov-06 26 33 27 33 27 91 92 91 33 11-Nov-06 25 32 26 32 27 91 91 91 34 12-Nov-06 26 32 27 32 27 91 91 91 35 13-Nov-06 25 32 26 32 28 91 91 91 36 14-Nov-06 26 33 26 33 30 91 92 91 37 15-Nov-06 26 33 27 33 30 91 92 91 38 16-Nov-06 26 33 26 33 30 91 92 9139 17-Nov-06 27 33 27 33 30 91 92 9140 18-Nov-06 26 33 27 33 30 91 92 91 41 19-Nov-06 26 33 27 33 28 91 92 91 42 20-Nov-06 27 32 27 32 27 91 91 91 43 21-Nov-06 26 33 27 33 28 91 92 91 44 22-Nov-06 27 32 27 32 29 91 91 91 45 23-Nov-06 26 31 26 31 27 91 91 91

Page 72: E07rin.pdf

60

Lanjutan Lampiran 11. Hasil Pengukuran Suhu dan Kelembaban Selama 12 Minggu

No. Tanggal

Suhu (oC) Kelembaban (%)

Minimal Maksimal Pukul 07.00

Pukul 13.00

Pukul 17.00

Pukul 07.00

Pukul 13.00

Pukul 17.00

46 24-Nov-06 25 31 25 31 30 90 91 91 47 25-Nov-06 25 30 26 30 31 91 91 91 48 26-Nov-06 26 31 26 31 30 91 91 91 49 27-Nov-06 26 29 26 29 28 91 91 91 50 28-Nov-06 26 31 26 31 29 91 91 91 51 29-Nov-06 25 31 26 31 28 91 91 91 52 30-Nov-06 25 31 26 31 28 91 91 91 53 1-Des-06 24 29 25 29 29 90 91 9154 2-Des-06 25 31 26 31 31 91 91 9155 3-Des-06 25 31 26 31 31 91 91 91 56 4-Des-06 26 29 26 29 28 91 91 91 57 5-Des-06 26 31 26 31 29 91 91 91 58 6-Des-06 26 31 27 31 29 91 91 91 59 7-Des-06 26 31 26 31 29 91 91 91 60 8-Des-06 25 31 26 31 29 91 91 91 61 9-Des-06 25 31 26 31 30 91 91 91 62 10-Des-06 25 31 26 31 30 91 91 91 63 11-Des-06 25 30 26 30 30 91 91 91 64 12-Des-06 25 31 26 31 30 91 91 91 65 13-Des-06 26 32 26 32 30 91 91 91 66 14-Des-06 26 31 27 31 28 91 91 9167 15-Des-06 27 32 27 32 30 91 91 91 68 16-Des-06 27 31 27 31 30 91 91 91 69 17-Des-06 26 31 27 31 29 91 91 91 70 18-Des-06 25 31 26 31 30 91 91 91 71 19-Des-06 25 32 26 32 30 91 91 91 72 20-Des-06 26 31 27 31 30 91 91 91 73 21-Des-06 26 31 26 31 30 91 91 91 74 22-Des-06 25 31 26 31 29 91 91 91 75 23-Des-06 25 31 26 31 29 91 91 91 76 24-Des-06 26 30 26 30 29 91 91 91 77 25-Des-06 26 30 27 30 29 91 91 91 78 26-Des-06 26 30 26 30 29 91 91 91 79 27-Des-06 25 29 26 29 28 91 91 91 80 28-Des-06 25 29 26 29 28 91 91 91 81 29-Des-06 25 28 26 28 27 91 91 91 82 30-Des-06 25 28 26 28 27 91 91 91 83 31-Des-06 25 28 26 28 27 91 91 9184 1-Jan-07 26 29 27 29 27 91 91 91