e---journal ee peternakan tropika - simdos.unud.ac.id · tiket keretavolume 4 no. 1 tahun 2016 toko...

18
e-Journal Journal Journal Journal Peternakan Tropika Peternakan Tropika Peternakan Tropika Peternakan Tropika Journal of Tropical Animal Science email: [email protected] email: [email protected] e-journal journal journal journal FAPET UNUD FAPET UNUD FAPET UNUD FAPET UNUD Universitas Universitas Universitas Universitas Udayana Udayana Udayana Udayana Elektronik Jurnal Peternakan Tropika dipublikasikan oleh: Fakultas Peternakan Universitas Udayana Jl. P. B. Sudirman, Denpasar. Gedung Agrokompleks Lantai 1 Telp. 0361-235231/222096 email: [email protected] email: [email protected] Volume Nomor Tahun Halaman IV 1 2016 1 - 284

Upload: vokhanh

Post on 27-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: e---Journal ee Peternakan Tropika - simdos.unud.ac.id · tiket keretaVolume 4 No. 1 Tahun 2016 toko bagus berita bola terkini anton nb Aneka Kreasi Resep Masakan Indonesia resep masakan

eeee----JournalJournalJournalJournal

Peternakan TropikaPeternakan TropikaPeternakan TropikaPeternakan Tropika Journal of Tropical Animal Science

email: [email protected]

email: [email protected]

eeee----journal journal journal journal

FAPET UNUDFAPET UNUDFAPET UNUDFAPET UNUD Universitas Universitas Universitas Universitas

UdayanaUdayanaUdayanaUdayana

Elektronik Jurnal Peternakan Tropika

dipublikasikan oleh:

Fakultas Peternakan Universitas Udayana

Jl. P. B. Sudirman, Denpasar. Gedung Agrokompleks Lantai 1

Telp. 0361-235231/222096

email: [email protected]

email: [email protected]

Volume Nomor Tahun Halaman

IV 1 2016 1 - 284

Page 2: e---Journal ee Peternakan Tropika - simdos.unud.ac.id · tiket keretaVolume 4 No. 1 Tahun 2016 toko bagus berita bola terkini anton nb Aneka Kreasi Resep Masakan Indonesia resep masakan

SUSUNAN DEWAN REDAKSI

E-JOURNAL PETERNAKAN TROPIKA

KETUA EDITOR

I Made Mudita, S.Pt., MP

EDITOR

Prof. Dr. Ir. I Gede Mahardika, MS

Prof. Ir. I Gusti Lanang Oka, M.Agr., Ph.D

Prof. Dr. I Komang Budaarsa, MS

Prof. Dr. I Gusti Nyoman Bidura, MS

Ir. Desak Putu Mas Ari Candrawati, Msi

Eny Puspani, SPt., Msi

I Wayan Wirawan, SPt., MP

Anak Agung Putu Putra Wibawa, SPt., MSi

ALAMAT REDAKSI:

FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS UDAYANA Jl. P.B. Sudirman Denpasar. GedungAgrokompleksLantai 1

Telp. 0361- 222096 / 235231

Email: [email protected]

Email: [email protected]

www.ojs.unud.ac.id

Page 3: e---Journal ee Peternakan Tropika - simdos.unud.ac.id · tiket keretaVolume 4 No. 1 Tahun 2016 toko bagus berita bola terkini anton nb Aneka Kreasi Resep Masakan Indonesia resep masakan

tiket kereta toko bagus berita bola terkini anton nb Ane ka Kreasi Resep Masakan Indonesia resep masakan menghilangkan jerawat villa di p uncak recepten berita harian game online hp d ijual windows gadget jual console voucher onl ine gos ip terbaru berita terbaru windows gadget toko game cerita horor

Volume 4 No. 1 Tahun 2016

Daftar Isi

PENERAPAN MANAJEMEN PENCEGAHAN PENYAKIT DI PETERNAKAN P4S

MUPU AMERTA, BANJAR SALE, DESA ABUAN, BANGLI

PDF

Suyasa I K. G., N. P. Sarini, S. A. Lindawati 1-6

DAMPAK FORTIFIKASI UBI UNGU (Ipomoeabatatas) PADAPROSES

FERMENTASI SUSU KEFIRTERHADAPSIFAT-SIFAT ANTIOKSIDAN SELAMA

PENYIMPANAN

PDF

Rumapea D. K., I N. S. Miwada, S. A. Lindawati 7-21

EVALUASI AKTIVITAS ANTIMIKROBA KEFIR UBI UNGU PADA MASA

SIMPAN BERBEDA TERHADAP BAKTERI PATOGEN

Melati - N.P.Y, Lindawati S.A, Miwada I N.S 22-34

NILAI ORGANOLEPTIK KEFIR HASIL FORTIFIKASI UBI UNGU PADA PROSES

FERMENTASI SUSU SELAMA PENYIMPANAN

PDF

Yanti N K.A.W.P, Lindawati S.A, Miwada I N.S 35-50

AKTIVITAS ENZIM ISOLAT BAKTERI SELULOLITIK YANG DIISOLASI DARI

CACING TANAH (Lumbricus rubellus) PADA BERBAGAI SUBSTRAT SELULOSA

PDF

Antari N L.D, Cakra I G.L.O, Mudita I M, Sutama I N.S 51-65

KEMAMPUAN DEGRADASI ISOLAT BAKTERI LIGNOSELULOLITIK ASAL

CACING TANAH (Lumbricus rubellus) TERHADAP BERBAGAI SUBSTRAT

LIGNOSELULOSA

PDF

Slamet I K, I G.L.O Cakra, I M Mudita 66-79

KEMAMPUAN DEGRADASI SUBSTRAT LIGNOSELULOSA DARI INOKULAN

DENGAN BERBAGAI TINGKAT PENGGUNAAN CACING TANAH

(Lumbricusrubellus)

PDF

Juliartawan I K, Cakra I G.L.O, Mudita I M 80-92

KANDUNGAN NUTRIEN DAN POPULASI BAKTERI DARI INOKULAN YANG

DIPRODUKSI DENGAN MEMANFAATKAN ISOLAT BAKTERI KOLON SAPI

BALI DAN SAMPAH ORGANIK

PDF

Suardita I K.G, I M Mudita, N W. Siti, A.A.P.P Wibawa 93-108

KOMPONEN NON KARKAS ITIK BALI JANTAN UMUR 8 MINGGU YANG

DIBERI RANSUM BIOSUPLEMEN YANG MEMANFAATKAN BAKTERI

UNGGUL ASAL RAYAP

PDF

Suartiningsih N P.M, G.A.M.K Dewi, I.A.P Utami, I N.S Sutama 109-125

BERAT RECAHAN KARKAS ITIK BALI JANTAN UMUR 8 MINGGU YANG

DIBERI RANSUM DENGAN BIOSUPLEMEN MENGANDUNG BAKTERI

UNGGUL ASAL RAYAP

PDF

Suparman I K.A, G.A.M.K Dewi, I W. Wijana, I N.S Sutarpa 126-141

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI HIJAUAN KEMBANG TELANG (Clitoria

ternatea) PADA BERBAGAI LEVEL APLIKASI PUPUK BIO-SLURRY

PDF

Parwata I N.A, N N.C. Kusumawati, N N. Suryani 142-155

Page 4: e---Journal ee Peternakan Tropika - simdos.unud.ac.id · tiket keretaVolume 4 No. 1 Tahun 2016 toko bagus berita bola terkini anton nb Aneka Kreasi Resep Masakan Indonesia resep masakan

PENGARUH PEMBERIAN KULTUR BAKTERI SELULOLITIK ISOLAT RUMEN

KERBAU MELALUI AIR MINUM SEBAGAI SUMBER PROBIOTIK TERHADAP

LEMAK ABDOMEN DAN KOLESTEROL DARAH ITIK BALI

PDF

Somadiarsa I K., I G.N.G Bidura, N W. Siti 156-169

PENGARUH RANSUM YANG MENGANDUNG AMPAS TAHU DIFERMENTASI

DENGAN KHAMIR Saccharomyces sp.TERHADAP KOMPOSISI FISIK KARKAS

BROILER UMUR 6 MINGGU

PDF

Sari N.M.L.P, I G.N.G Bidura, N W. Siti 170-183

PERSENTASE DAGING DADA DAN PAHA BROILER YANG DIBERI PAKAN

MENGANDUNG AMPAS TAHU TERFERMENTASI DENGAN KHAMIR

Saccharomyces sp. SEBAGAI INOKULAN PROBIOTIK

PDF

Pravita N.P.W.N, I G.N.G. Bidura, D.P.M.A Candrawati 184-195

PENGARUH PEMBERIAN LEVEL ENERGI TERHADAP KECERNAAN

NUTRIEN RANSUM SAPI BALI BUNTING 7 BULAN

PDF

Upeksa I G.N.D, N N. Suryani, N P. Sarini 196-207

SINTESIS PROTEIN MIKROBA RUMEN SAPI BALI JANTAN YANG DIBERI

RANSUM DENGAN KANDUNGAN PROTEIN DAN ENERGI BERBEDA

PDF

Setiawan I P.I.B, N P. Mariani, I K.M Budiana 208-219

PENGARUH PEMBERIAN KULTUR BAKTERI SELULOLITIK RUMEN

KERBAU DALAM RANSUM MENGANDUNG 10% AMPAS TAHU TERHADAP

PENAMPILAN ITIK BALI JANTAN UMUR 0-8 MINGGU

PDF

Wicaksana I K.A., I G.N.G Bidura, I.A.P Utami 220-233

POPULASI MIKROBA PADA RANSUM BERBASIS LIMBAH PERTANIAN

DIFERMENTASI DENGAN INOKULAN ISOLAT BAKTERI KOLON SAPI BALI

DAN SAMPAH ORGANIK

PDF

Riandani N W., I G.L.O Cakra, I M. Mudita, I W. Wirawan 234-252

PENGARUH PEMBERIAN SUPLEMEN YANG DIPRODUKSI DENGAN

INOKULAN CACING TANAH DALAM RANSUM TERHADAP PENAMPILAN

ITIK BALI UMUR 2-8 MINGGU

PDF

Banurea M.R, I M. Mudita, I W. Suberata, I G.N. Kayana 253-266

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI HIJAUAN Stylosanthes guianensis PADA

BERBAGAI LEVEL APLIKASI PUPUK Bio-Slurry

PDF

Susanti P.R.N, A.A.A.S Trisnadewi, N M. Witariadi 267-284

Page 5: e---Journal ee Peternakan Tropika - simdos.unud.ac.id · tiket keretaVolume 4 No. 1 Tahun 2016 toko bagus berita bola terkini anton nb Aneka Kreasi Resep Masakan Indonesia resep masakan

eeee----JournalJournalJournalJournal

Peternakan TropikaPeternakan TropikaPeternakan TropikaPeternakan TropikaJournal of Tropical

email: eeee----journal journal journal journal

FAPET UNUDFAPET UNUDFAPET UNUDFAPET UNUD

KEMAMPUAN DEGRADASI ISOLAT BAKTERI LIGNOSELULOLITIK ASAL

CACING TANAH (Lumbricus rubellus

Slamet, I K., I G. L. O. Cakra, dan I M. Mudita

Program Studi Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Udayana,

No Hp: +628563764576

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan degradasi dari isolat bakteri

lignoselulolitik asal cacing tanah terhadap substrat murni (asam tan

substrat alami (eceng gondok, dan daun apu)

dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Udayana selama 2 bulan

penelitian menunjukan bahwa, pada substrat asam tanat isolat

nilai yang lebih tinggi dan secara statistik menunjukan berbeda nyata (P<0,05) terhadap

EB2LC, namun berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap EB

CMC isolat bakteri EB3LC menghasilkan nilai yang lebih ting

menujukan berbeda nyata (P<0,05) terhadap EB

(P>0,05) terhadap EB2LC

menunjukan nilai yang lebih tinggi secara kuantitaif, namun

berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap EB

isolat bakteri EB3LC menghasilkan nilai yang lebih tinggi dan secara statistik berbeda nyata

(P<0,05) terhadap EB1LC, EB

kemampuan degradasi menunjukan bahwa isolat bakteri EB

pada semua substrat uji.

Kata kunci : Isolat Bakteri, Lignoselulosa, Degradasi

DEGRADATION ABILITY BACTERIA ISOLATE LIGNOSELULOLITI

EARTHWORM (

A research aimed

degradation from earthworm than pure substrates (tannic acid, CMC, xylan) and the natura

substrate (hyacinth, and apu leaves)

Nutrition and Feed Faculty of Animal Husbandry Udayana University for 2 months

results showed that, on the substrate Tannic acid bacteria isolates EB

value and showed statistically significantly different (P<0,05) than EB

significant (P>0.05) of EB

higher value and addressing different statistically significant (P<0.05)

EB4LC, but had no significant (P>0.05) than EB

bacterial isolates showed higher values

(P>0.05) than EB1LC, EB2

higher grades and were statistically significantly different (P<0.05) than EB

EB4LC (1.532 cm, 1.536 cm and 1.529 cm)

ability of bacteria isolate EB

Keywords: Bacterial Isolates, Lignocellulose, Degradation

JournalJournalJournalJournal

Peternakan TropikaPeternakan TropikaPeternakan TropikaPeternakan TropikaJournal of Tropical Animal Scienceemail: [email protected]

email: [email protected]

66

KEMAMPUAN DEGRADASI ISOLAT BAKTERI LIGNOSELULOLITIK ASAL

Lumbricus rubellus) TERHADAP BERBAGAI SUBSTRAT

LIGNOSELULOSA

Slamet, I K., I G. L. O. Cakra, dan I M. Mudita

Program Studi Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Udayana,

: +628563764576 E-mail: [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan degradasi dari isolat bakteri

lignoselulolitik asal cacing tanah terhadap substrat murni (asam tan

substrat alami (eceng gondok, dan daun apu). Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Nutrisi

dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Udayana selama 2 bulan

penelitian menunjukan bahwa, pada substrat asam tanat isolat bakteri EB

nilai yang lebih tinggi dan secara statistik menunjukan berbeda nyata (P<0,05) terhadap

LC, namun berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap EB1LC dan EB

LC menghasilkan nilai yang lebih tinggi dan secara statistik

menujukan berbeda nyata (P<0,05) terhadap EB1LC dan EB4LC, namun berbeda tidak nyata

LC. Pada substrat xylan dan eceng gondok, isolat bakteri EB

menunjukan nilai yang lebih tinggi secara kuantitaif, namun secara statistik menunjukan

berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap EB1LC, EB2LC, dan EB4LC. Pada substrat Daun Apu

LC menghasilkan nilai yang lebih tinggi dan secara statistik berbeda nyata

LC, EB2LC, dan EB4LC (1,532 cm, 1,536 cm, dan 1,529 cm)

kemampuan degradasi menunjukan bahwa isolat bakteri EB3LC menunjukan hasil tertinggi

Kata kunci : Isolat Bakteri, Lignoselulosa, Degradasi

DEGRADATION ABILITY BACTERIA ISOLATE LIGNOSELULOLITI

EARTHWORM (Lumbricus rubellus) ON VARIOUS OF SUBSTRATE

LIGNOCELLULOSE

ABSTRACT

to determine the ability of bacterial isolates lignoselulolitik

degradation from earthworm than pure substrates (tannic acid, CMC, xylan) and the natura

substrate (hyacinth, and apu leaves). This research was conducted at the Laboratory of Animal

Nutrition and Feed Faculty of Animal Husbandry Udayana University for 2 months

results showed that, on the substrate Tannic acid bacteria isolates EB

value and showed statistically significantly different (P<0,05) than EB

significant (P>0.05) of EB1LC and EB4LC. At CMC substrates EB

higher value and addressing different statistically significant (P<0.05)

LC, but had no significant (P>0.05) than EB2LC. In xylan substrate and hyacinth, EB

bacterial isolates showed higher values quantitative, but statistics show no significant

2LC, and EB4LC. On apu leaves substrate EB3LC bacteria produce

higher grades and were statistically significantly different (P<0.05) than EB

LC (1.532 cm, 1.536 cm and 1.529 cm). The test results show that the degradation of the

ability of bacteria isolate EB3LC showed the highest results in all test substrate.

Keywords: Bacterial Isolates, Lignocellulose, Degradation

Peternakan TropikaPeternakan TropikaPeternakan TropikaPeternakan Tropika Animal Science

[email protected]

Universitas Universitas Universitas Universitas

UdayanaUdayanaUdayanaUdayana

KEMAMPUAN DEGRADASI ISOLAT BAKTERI LIGNOSELULOLITIK ASAL

) TERHADAP BERBAGAI SUBSTRAT

Slamet, I K., I G. L. O. Cakra, dan I M. Mudita

Program Studi Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Udayana, Denpasar

[email protected]

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan degradasi dari isolat bakteri

lignoselulolitik asal cacing tanah terhadap substrat murni (asam tanat, CMC, xylan) dan

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Nutrisi

dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Udayana selama 2 bulan. Hasil

bakteri EB3LC menghasilkan

nilai yang lebih tinggi dan secara statistik menunjukan berbeda nyata (P<0,05) terhadap

LC dan EB4LC. Pada substrat

gi dan secara statistik

LC, namun berbeda tidak nyata

Pada substrat xylan dan eceng gondok, isolat bakteri EB3LC

secara statistik menunjukan

Pada substrat Daun Apu

LC menghasilkan nilai yang lebih tinggi dan secara statistik berbeda nyata

cm, 1,536 cm, dan 1,529 cm). Hasil uji

LC menunjukan hasil tertinggi

DEGRADATION ABILITY BACTERIA ISOLATE LIGNOSELULOLITIK FROM

) ON VARIOUS OF SUBSTRATE

to determine the ability of bacterial isolates lignoselulolitik

degradation from earthworm than pure substrates (tannic acid, CMC, xylan) and the natural

This research was conducted at the Laboratory of Animal

Nutrition and Feed Faculty of Animal Husbandry Udayana University for 2 months. The

results showed that, on the substrate Tannic acid bacteria isolates EB3LC produce higher

value and showed statistically significantly different (P<0,05) than EB2LC, but had no

At CMC substrates EB3LC bacteria produce

higher value and addressing different statistically significant (P<0.05) than EB1LC and

In xylan substrate and hyacinth, EB3LC

quantitative, but statistics show no significant

te EB3LC bacteria produce

higher grades and were statistically significantly different (P<0.05) than EB1LC, EB2LC, and

The test results show that the degradation of the

ighest results in all test substrate.

Page 6: e---Journal ee Peternakan Tropika - simdos.unud.ac.id · tiket keretaVolume 4 No. 1 Tahun 2016 toko bagus berita bola terkini anton nb Aneka Kreasi Resep Masakan Indonesia resep masakan

Slamet et al. Peternakan Tropika Vol. 4. No. 1 Th. 2016: 66 -79 Page 67

PENDAHULUAN

Pakan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi biaya produksi dalam suatu

usaha peternakan, sehingga diperlukan pakan alternatif untuk menekan biaya pakan.

Upaya pemanfaatan pakan non konvensional merupakan salah satu solusi alternatif yang

sangat mungkin untuk dilakukan dalam mengatasi masalah biaya pakan. Pakan non

konvensional mempunyai potensi untuk dapat dimanfaatkan sebagai bahan penyusun

pakan ternak ditinjau dari kandungan nutrien yang cukup memadai, harga yang relatif

murah, mudah didapat, serta tidak bersaing dengan kebutuhan manusia. Pakan non

konvensional yang dapat digunakan sebagai pakan alternatif diantaranya eceng gondok dan

daun apu. Eceng gondok dan daun apu merupakan bahan pakan non konvensional yang

memiliki kelebihan yaitu populasi yang berlimpah, kandungan nutrien yang cukup tinggi,

mudah didapatkan dan tidak perlu biaya yang tinggi untuk memperolehnya.

Dilihat dari nutriennya, eceng gondok dan daun apu mempunyai kandungan nutrien

yang cukup tinggi bagi kebutuhan ternak. Hasil analisis kandungan nutrien daun apu yang

bersumber dari sawah, menunjukkan bahwa daun apu mengandung protein kasar sebesar

14,00%; serat kasar 19,71%; lemak kasar 1,54%; abu 19,70% dan kandungan energi

termetabolisnya 1444,47 kkal/kg bahan (Sumaryono, 2003). Radjiman et al. (1999)

menyatakan bahwa kandungan nutrien eceng gondok yaitu protein kasar sebesar 13%,

lemak kasar 1%, serat kasar 21,30% dan energi termetabolis 2.096,92 kkal/kg. Nutrien

yang terkandung pada eceng gondok dan daun apu menjadi indikasi bahwa pakan non

konvensional sangat berpotensi digunakan sebagai pakan alternatif.

Walaupun pakan non konvensional memiliki kandungan nutrient yang cukup tinggi

sebagai pakan alternatif, namun pemanfaatan pakan non konvensional sebagai pakan

alternatif mempunyai berbagai keterbatasan salah satunya adalah tingkat kecernaan yang

rendah akibat tingginya kandungan lignoselulosa yang mengakibatkan kandungan nutrien

tidak dapat dimanfaatkan secara optimal (Krause et al., 2003). Lignoselulosa merupakan

komponen utama dinding sel tanaman yang sulit untuk didegradasi (Howard et al., 2003).

Lignoselulosa pada tanaman terdiri dari senyawa lignin, selulosa dan hemiselulosa yang

saling berikatan (Howard et al., 2003; Perez et al., 2002).

Pakan non konvensional dan konvensional umumnya kaya lignoselulosa akibat

waktu panen yang melewati fase kedewasaan sehingga telah mengalami kristalisasi dan

pengerasan fibril selulosa oleh lignin. Howard et al. (2003) mengungkapkan jerami padi

Page 7: e---Journal ee Peternakan Tropika - simdos.unud.ac.id · tiket keretaVolume 4 No. 1 Tahun 2016 toko bagus berita bola terkini anton nb Aneka Kreasi Resep Masakan Indonesia resep masakan

Slamet et al. Peternakan Tropika Vol. 4. No. 1 Th. 2016: 66 -79 Page 68

mengandung 18% lignin, 32,1% selulosa dan 24% hemiselulosa, tongkol jagung

mengandung 15% lignin, 45% selulosa dan 35% hemiselulosa, sedangkan Ahmed et al.

(2012) melaporkan bahwa eceng gondok mempunyai kandungan serat kasar yang tinggi

dengan komposisi 60% selulosa, 8% hemiselulosa dan 17% lignin. Semakin tinggi

komponen lignoselulosa, pada umumnya degradasi pakan akan semakin sulit sehingga

ketersediaan nutrien akan semakin rendah (Perez et al., 2002). Senyawa penyusun

lignoselulosa sangat sulit ditemukan secara murni di alam, melainkan saling berikatan

(Perez et al., 2002), sehingga perlu senyawa murni yang bisa mencerminkan senyawa

lignoselulosa tersebut. Senyawa murni yang mencermikan komponen penyusun

lignoselulosa yaitu Carboxy Methyl Cellulose (CMC) (mencerminkan selulosa), asam tanat

(mencerminkan lignin), dan xilan (mencerminkan hemiselulosa) karena diduga mempunyai

struktur kimia yang hampir sama. Senyawa lignoselulosa dapat didegradasi secara

sempurna oleh aktivitas sinergis kompleks enzim lignoselulase yang dihasilkan mikroba

tertentu, antara lain bakteri lignoselulolitik (Sarkar et al., 2011).

Bakteri lignoselulolitik merupakan bakteri yang mampu mendegradasi

lignoselulosa (bakteri pendegradasi lignin, selulosa dan/atau hemiselulosa). Bakteri ini

mampu menghasilkan kompleks enzim lignoselulase yang terdiri dari enzim lignase,

enzim selulase, dan atau enzim hemiselulase. Di alam, bakteri lignoselulolitik banyak

terdapat pada lahan pertanian, tanah gambut, saluran pencernaan ruminansia, sel tubuh

maupun saluran pencernaan rayap, saluran pencernaan hewan invertebrata dan berbagai

sumber bakteri lainnya (Mudita et al., 2009; Purwadaria et al., 2003ab

; Sarkar et al., 2011;

Watanabe et al., 1998).

Cacing tanah (Lumbricus rubellus) merupakan salah satu hewan invertebrata yang

mampu mendegradasi berbagai bahan organik dan mempunyai peranan penting dalam

proses dekomposisi bahan organik tanah. Hasil penelitian Juliartawan (“Unpublished”)

telah menunjukkan bahwa dari cacing tanah (Lumbricus rubellus) berhasil diisolasi bakteri

lignoselulolitik, bakteri lignolitik, bakteri selulolitik dan bakteri xylanolitik. Palungkun

(2010) melaporkan bahwa dari berbagai hasil penelitian diperoleh data bahwa cacing tanah

mengandung peroksidase, katalase, ligase, dan selulase. Keberadaan enzim yang

dihasilkan oleh bakteri pada saluran pencernaan cacing tanah diharapkan mampu

mendegradasi bahan pakan yang mengandung senyawa lignoselulosa. Hal ini sejalan

dengan Pathma dan Sakthivel (2012) menyatakan bahwa cacing tanah (Lumbricus

rubellus) mampu mendegradasi senyawa antinutrisi dan lignoselulosa. Berbagai hasil

Page 8: e---Journal ee Peternakan Tropika - simdos.unud.ac.id · tiket keretaVolume 4 No. 1 Tahun 2016 toko bagus berita bola terkini anton nb Aneka Kreasi Resep Masakan Indonesia resep masakan

Slamet et al. Peternakan Tropika Vol. 4. No. 1 Th. 2016: 66 -79 Page 69

penelitian telah melaporkan bahwa tingkat degradasi senyawa lignoselulosa dari bahan

pakan akan menentukan ketersediaan jumlah nutrien bagi ternak (Mudita et al., 2009;

Wibawa et al., 2009-2011; Dewi et al., 2014). Berdasarkan hal tersebut evaluasi

kemampuan degradasi isolat bakteri lignoselulolitik asal cacing tanah (Lumbricus rubellus)

dilakukan untuk menggali potensinya sebagai sumber isolat dalam formulasi konsorsium

bakteri lignoselulolitik dalam optimalisasi pemanfaatan pakan non konvensional yang

mengandung lignoselulosa sebagai pakan alternatif. Tujuan penelitian ini yaitu untuk

mengetahui kemampuan degradasi dari keempat isolat bakteri lignoselolitik asal cacing

tanah (Lumbricus rubellus) terhadap berbagai substrat lignoselulosa.

MATERI DAN METODE

Materi

Bahan-bahan yang digunkan dalam penelitian ini yaitu (1) Isolat bakteri

lignoselulolitik asal cacing tanah (lumbricus rubellus) yang diperoleh dari 4 kode stok

isolat murni bakteri lignoselulolitik yang merupakan hasil penelitian Mudita

(“Unpublished”) (didasarkan pada uji morfologis pengecatan gram). (2) Medium yang

digunakan untuk menumbuhkan stok isolat bakteri lignoselulolitik, yaitu medium cair yang

dibuat menggunakan 2,98 gram Thioglicollate + 0,5 gram substrat lignoselulosa yang

terdiri dari substrat CMC (0,17 gram), substrat xylan (0,17 gram), substrat asam tanat (0,17

gram), dan ditambahkan dengan aquades hingga mencapai volume 100 ml. (3) Medium

yang digunakan untuk uji kemampuan degradasi isolat lignoselulolitik yaitu medium padat

terdiri atas 2 jenis substrat yaitu substart lignoselulolsa murni (CMC, xylan, asam tanat)

dan substrat Gulma tanaman (eceng gondok, dan daun apu) yang menggunakan 2,98 gram

Thioglicollat + 1 gram substrat uji (CMC, xylan, asam tanat, eceng gondok, dan daun apu),

2 gram agar, dan ditambahkan aquades hingga volume 100 ml. (4) Peralatan penunjang

yang digunakan pada penelitian ini meliputi : paper disc 60 mm, inkubator 39oC,

mikropipet, pengaduk magnetik, autoclaf, pipet otomatis, api bunsen, fortex, sentrifuse,

kamera, jangka sorong, lemari pendingin, timbangan elektrik, tabung reaksi, gelas ukur,

kapas, gelas beaker, Erlenmeyer, cawan petri, dan alat tulis

Metode

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas

Peternakan Universitas Udayana, Denpasar dari 25 Mei hingga 28 Juni 2015 dengan

Page 9: e---Journal ee Peternakan Tropika - simdos.unud.ac.id · tiket keretaVolume 4 No. 1 Tahun 2016 toko bagus berita bola terkini anton nb Aneka Kreasi Resep Masakan Indonesia resep masakan

Slamet et al. Peternakan Tropika Vol. 4. No. 1 Th. 2016: 66 -79 Page 70

menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan empat (4) perlakuan dan tiga (3)

ulangan. Perlakuan pada penelitian ini didasarkan pada jenis isolat bakteri lignoselulolitik

yang digunakan dengan kode isolat EB1LC, EB2LC, EB3LC, dan EB4LC (isolat bakteri belum

teridentifikasi).

Pembuatan medium pertumbuhan isolat bakteri lignoselulolitik

Medium yang digunakan untuk menumbuhkan stok isolat bakteri lignoselulolitik,

yaitu medium cair lignoselulosa murni. Setiap 100 ml medium cair lignoselulosa dibuat

menggunakan 2,98 gram Thioglicollate + 0,5 gram substrat lignoselulosa yang terdiri dari

substrat CMC (0,17 gram), substrat Xylan (0,17 gram), substrat asam tanat (0,17 gram),

dan ditambahkan dengan aquades hingga mencapai volume 100 ml. Medium cair

lignoselulosa murni yang baru dibuat selanjutnya dihomogenkan dengan cara di steril

menggunakan vortex pada suhu 100 oC selama ±15 menit kemudian disterilisasi

menggunakan autoclaf selama 15 menit pada suhu 121 oC. Setelah disterilisasi, kemudian

medium cair didiamkan untuk menurunkan suhunya dan siap dimasukan kedalam tabung

reaksi sebagai tempat pertumbuhan isolat bakteri lignoselulolitik.

Pembuatan medium uji kemampuan degradasi isolat bakteri lignoselulolitik asal

cacing tanah

Medium yang digunakan untuk uji kemampuan degradasi isolat lignoselulolitik asal

cacing tanah yaitu medium padat yang terdiri atas 2 jenis substrat yaitu substart

lignoselulosa murni (asam tanat, CMC, dan xylan) dan substrat Gulma tanaman (eceng

gondok dan daun apu). Medium uji ini dibuat menggunakan 2,98 gram Thioglicollat + 1

gram substrat uji (asam tanat, CMC, xylan, eceng gondok, dan daun apu), 2 gram agar, dan

ditambahkan aquades hingga volume 100 ml. Medium uji yang baru dibuat selanjutnya

dihomogenkan dengan cara di steril menggunakan vortex pada suhu 100 oC selama ±15

menit. Medium yang sudah dihomogenkan selanjutnya disterilisasi menggunakan autoclaf

selama 15 menit pada suhu 121 oC. Setelah disterilisasi, kemudian medium siap dituangkan

pada cawan petri untuk uji kemampuan degradasi.

Evaluasi uji kemampuan degradasi substrat dari isolat bakteri lignoselulolitik asal

cacing tanah

Pelaksanaan uji degradasi substrat dilakukan dengan cara menginokulasikan 15μl

kultur isolat bakteri uji dalam paper disc 60 mm yang diletakkan diatas medium padat

substrat uji pada cawan petri, selanjutnya diinkubasi dalam inkubator suhu 39 oC selama 24

Page 10: e---Journal ee Peternakan Tropika - simdos.unud.ac.id · tiket keretaVolume 4 No. 1 Tahun 2016 toko bagus berita bola terkini anton nb Aneka Kreasi Resep Masakan Indonesia resep masakan

Slamet et al. Peternakan Tropika Vol. 4. No. 1 Th. 2016: 66 -79 Page 71

jam. Pengukuran diameter zona bening menggunakan jangka sorong, dimana dilakukan

pengukuran pada 3 sisi zona bening yang terbentuk pada substrat uji.

Analisis data

Data yang diperoleh dianalisis dengan bantuan program SPSS 16.0 dan apabila

pada pengujian terdapat hasil berbeda nyata (P≤0,05), maka analisis dilanjutkan dengan uji

jarak berganda Duncans (Hartono, 2008).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Evaluasi kemampuan isolat bakteri uji dalam mendegradasi senyawa lignoselulosa

didasarkan dari diameter zona bening yang dihasilkan pada masing-masing substrat murni

(Asam Tanat, CMC, Xylan) dan substrat alami (Eceng Gondok dan Daun Apu). Hasil

penelitian menunjukan bahwa keempat isolat bakteri yang digunakan mempunyai

kemampuan degradasi yang berbeda terhadap masing-masing substrat uji baik itu substrat

murni maupun substrat dari Gulma tanaman yang didasarkan dari diameter zona bening

yang dihasilkan (Tabel 3.1). Hal ini menjadi indikasi bahwa semua isolat bakteri

lignoselulolitik memiliki kemampuan mendegradasi semua substrat uji lignoselulosa

(substrat murni dan substrat alami) yang mencerminkan isolat tersebut mampu

menghasilkan enzim lignoselulase (lignase, selulase dan xilanase).

Tabel 3.1. Kemampuan degradasi dari isolat bakteri lignoselulolitik asal cacing tanah

(Lumbricus rubellus) terhadap berbagai jenis substrat

Kode Isolat

Diameter Zona Bening dari 15 µl Kultur Isolat Bakteri pada Berbagai

Substrat (cm)

Asam Tanat CMC Xylan E. Gondok Daun Apu

EB1LC1)

0,798a 2)

0,928b

1,342a

1,534a

1,532b

EB2LC 0,774a

0,944ab

1,346a

1,549a

1,536b

EB3LC 0,807b

0,981a

1,389a

1,553a

1,578a

EB4LC 0,789ab

0,932b

1,335a

1,548a

1,529b

SEM 3)

0,006 0,014 0,019 0,011 0,012

Keterangan :

1) Kode Isolat

EB1LC = isolat bakteri Lignoselulolitik pada kode isolat EB1LC

EB2LC = isolat bakteri Lignoselulolitik pada kode isolat EB2LC

EB3LC = isolat bakteri Lignoselulolitik pada kode isolat EB3LC

EB4LC = isolat bakteri Lignoselulolitik pada kode isolat EB4LC

2) Huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukan berbeda tidak nyata (P>0,05)

3) SEM = Standard Error of The Treatment Means

Page 11: e---Journal ee Peternakan Tropika - simdos.unud.ac.id · tiket keretaVolume 4 No. 1 Tahun 2016 toko bagus berita bola terkini anton nb Aneka Kreasi Resep Masakan Indonesia resep masakan

Slamet et al. Peternakan Tropika Vol. 4. No. 1 Th. 2016: 66 -79 Page 72

Asam tanat merupakan cerminan dari senyawa lignin murni. Hasil penelitian

menunjukan bahwa secara kuantitatif diameter zona bening yang dihasilkan oleh isolat

bakteri pada substrat asam tanat antara 0,774-807 cm. Isolat bakteri lignoselulolitik EB3LC

secara kuantitatif menghasilkan zona bening yang lebih tinggi dan secara statistik berbeda

nyata (P<0,05) terhadap isolat EB2LC, ini artinya memiliki kemampuan degradasi substrat

asam tanat yang lebih tinggi dibandingkan dengan isolat EB1LC, dan EB4LC. Hal ini

diduga karena isolat bakteri EB3LC mempunyai kemampuan yang relatif baik dalam

memproduksi dan atau aktivitas enzim lignase yang dihasilkan isolat dalam mendegradasi

senyawa lignin menjadi monomer/komponen penyusunnya. Isolat bakteri lignoselulitik

dengan kode EB2LC menghasilkan kemapuan degradasi yang paling rendah dan berbeda

nyata (P<0,05) terhadap isolat bakteri EB1LC dan EB3LC yang hanya mampu

menghasilkan diameter 0,774 cm (Tabel 3.1).

Tinggi rendanya nilai diameter zona bening yang dihasilkan isolat bakteri

menunjukan bahwa isolat bakteri lignoselulolitik asal cacing tanah mampu menghasilkan

enzim lignase yang berbeda dalam proses mendegradasi senyawa lignin. Perbedaan yang

dihasilkan oleh tiap isolat bakteri asal cacing tanah diduga dipengaruhi oleh faktor genetik,

namun dalam penelitian ini belum mengidentifikasi spesies tiap isolat. Sumardi et al.

(2010) menyatakan bahwa faktor genetik mempengaruhi besarnya produksi enzim. Lebih

lanjut dijelaskan bahwa gen setiap mikroorganisme berbeda-beda sehingga masing-masing

mikroorganisme memiliki sifat yang berbeda dan dari tiap gen memiliki sifat yang spesifik

untuk mengkode enzim-enzim tertentu.

Gambar 3.1. Kemampuan degradasi berbagai substrat oleh isolat bakteri lignoselulolitik

asal cacing tanah

00,20,40,60,8

11,21,41,61,8

Asam Tanat CMC Xylan Eceng

Gondok

Daun Apu

Dia

met

er Z

on

a B

enin

g

(cm

)

Jenis Substrat Uji

EB1LC

EB2LC

EB3LC

EB4LC

Page 12: e---Journal ee Peternakan Tropika - simdos.unud.ac.id · tiket keretaVolume 4 No. 1 Tahun 2016 toko bagus berita bola terkini anton nb Aneka Kreasi Resep Masakan Indonesia resep masakan

Slamet et al. Peternakan Tropika Vol. 4. No. 1 Th. 2016: 66 -79 Page 73

Pada umumnya, lignin sulit didegradasi diduga karena strukturnya yang kompleks

dan heterogen yang berikatan dengan selulosa dan hemiselulosa dalam jaringan tanaman.

Hal ini sejalan dengan Howard et al. (2003) maupun Perez et al. (2002) yang

mengungkapkan bahwa lignin merupakan faktor pembatas utama degradasi lignoselulosa

suatu bahan organik. Lebih lanjut dijelaskan bhwa lignin juga membentuk ikatan yang kuat

dengan polisakarida yang melindungi polisakarida dari degradasi mikroba dan membentuk

struktur lignoselulosa. Keberadaan lignin akan menghambat proses hidrolisis selulosa oleh

enzim selulase karena lignin merupakan molekul kompleks yang terdiri atas unit-unit

fenilpropana yang umumnya sulit didegradasi (Taherzadeh dan Karimi, 2008).

Substrat Carboxy Methyl Cellulose (CMC) merupakan substrat selulosa murni yang

berbentuk amorphous, sehingga aktivitas enzim selulase pada substrat CMC merupakan

aktivitas enzim endo-1,4-β-glukanase (Meryandini et al., 2009). Selulosa merupakan

komponen utama penyusun dinding sel tanaman dan hampir tidak pernah ditemui dalam

keadaan murni di alam, melainkan berikatan dengan bahan lain, yaitu lignin dan

hemiselulosa membentuk suatu lignoselulosa (Lynd et al., 2002). Terbentuknya zona

bening pada substrat CMC menjadi indikasi bahwa isolat bakteri lignoselulolitik mampu

mensintesis enzim selulase (endo-glukanase) yang mendegradasi senyawa selulosa

menjadi monomer/komponen penyusunnya. Zona bening pada daerah sekitar koloni

bakteri terbentuk karena adanya aktivitas hidrolisis selulosa oleh enzim selulase (endo-

glukanase) yang dihasilkan oleh isolat bakteri selulotik (Kasana et al., 2008). Kemampuan

tiap isolat bakteri dalam menghidrolisis selulosa yang terdapat pada media sangat

dipengaruhi oleh jumlah enzim yang disekresikan, kemampuan aktivitas enzimnya serta

keberadaan enzim pendegradasi produk hasil kerja enzim sebelumnya. Adanya sekresi

enzim endo-β-1,4-glukanase (CMC-ase) yang dihasilkan oleh bakteri selulotik dapat

memutuskan ikatan β-1,4 glikosida pada media CMC (Carboxy Methyl Cellulose) (Teather

dan Wood, 1982 dalam Lema, 2008).

Tabel 3.1 tampak bahwa secara kuantitatif diameter zona bening yang mampu

dihasilkan oleh isolat bakteri lignoselulolitik asal cacing tanah pada substrat CMC

(senyawa selulosa murni) antara 0,928-0,981 cm. Isolat bakteri lignoselulolitik dengan

kode EB3LC secara kuantitatif menghasilkan zona bening yang lebih tinggi yaitu 0,981 cm

dan secara statistik menunjukan berbeda nyata (P<0,05) terhadap EB1LC dan EB4LC,

namun tidak berbeda nyata (P>0,05) terhadap EB2LC. Hasil ini menunjukan bahwa EB3LC

memiliki kemampuan degradasi substrat CMC yang tinggi dibandingkan dengan isolat

Page 13: e---Journal ee Peternakan Tropika - simdos.unud.ac.id · tiket keretaVolume 4 No. 1 Tahun 2016 toko bagus berita bola terkini anton nb Aneka Kreasi Resep Masakan Indonesia resep masakan

Slamet et al. Peternakan Tropika Vol. 4. No. 1 Th. 2016: 66 -79 Page 74

bakteri lainnya. Hal ini diduga karena isolat bakteri EB3LC mempunyai kemampuan yang

relatif baik dalam memproduksi dan atau aktivitas enzim yang dihasilkan isolat dalam

mendegradasi senyawa selulosa menjadi monomer/komponen penyusunnya. Selain itu,

Perbedaan diameter zona bening yang dihasilkan oleh tiap isolat bakteri lignoselulolitik

asal cacing tanah diduga dipengaruhi oleh faktor genetik, namun dalam penelitian ini

belum mengidentifikasi spesies tiap isolat. Hal ini sejalan dengan Sumardi et al. (2010)

menyatakan bahwa faktor genetik mempengaruhi besarnya produksi enzim. Lebih lanjut

dijelaskan bahwa gen setiap mikroorganisme berbeda-beda sehingga masing-masing

mikroorganisme memiliki sifat yang berbeda dan dari tiap gen memiliki sifat yang spesifik

untuk mengkode enzim-enzim tertentu. Frost dan Moss, (1987 dalam Azizah, 2013),

mengungkapkan selulase sebagai enzim ekstraseluler pada bakteri umumnya berfungsi

memproduksi nutrisi dari polimer-polimer yang terdapat pada substrat yang mengandung

selulosa. Jenis bakteri tertentu akan menghasilkan partikel yang disebut selulosom. Partikel

inilah akan terdisintegrasi menjadi enzim-enzim, yang secara sinergis mendegradasi

selulosa. Lebih lanjut dijelaskan bahwa umumnya isolat bakteri tidak mampu mensintesis

ketiga jenis kompleks enzim selulase (CMC-ase, eksoglukanase, dan glukosidase) yang

digunakan dalam pemutusan ikatan-ikatan penyusun senyawa selulosa. Hal ini akan

mempengaruhi kemampuan tiap isolat bakteri uji dalam mendegradasi selulosa khususnya

mikrofibril penyusun serat selulosa (Belitz et al., 2008).

Gambar 3.1 tampak bahwa secara kuantitatif diameter zona bening yang dihasilkan

oleh bakteri lignoselulolitik pada substrat xylan (hemiselulosa murni) adalah antara 1,335-

1389 cm. Isolat bakteri lignoselulolitik yang mampu menghasilkan diameter zona bening

tertinggi secara kuantitatif yaitu isolat bakteri dengan kode EB3LC (1,389 cm) dan secara

statistik berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap isolat lainnya (EB1LC, EB2LC, dan

EB3LC). Hasil ini menjadi indikasi bahwa semua isolat bakteri lignoselulolitik asal cacing

tanah mampu memproduksi jumlah enzim xilanase dan mempunyai aktivitas enzim yang

hampir sama (berbeda tidak nyata) dalam mendegradasi xylanosa menjadi

monomer/komponen penyusunnya. Jika dilihat secara kuantitaif, semua isolat mampu

menghasilkan diameter zona bening yang berbeda. Perbedaan diameter zona bening yang

dihasilkan oleh tiap isolat bakteri lignoselulolitik asal cacing tanah diduga dipengaruhi

oleh faktor genetik, namun dalam penelitian ini belum mengidentifikasi spesies tiap isolat.

Sumardi et al. (2010) menyatakan bahwa faktor genetik mempengaruhi besarnya produksi

enzim. Lebih lanjut dijelaskan bahwa gen setiap mikroorganisme berbeda-beda sehingga

Page 14: e---Journal ee Peternakan Tropika - simdos.unud.ac.id · tiket keretaVolume 4 No. 1 Tahun 2016 toko bagus berita bola terkini anton nb Aneka Kreasi Resep Masakan Indonesia resep masakan

Slamet et al. Peternakan Tropika Vol. 4. No. 1 Th. 2016: 66 -79 Page 75

masing-masing mikroorganisme memiliki sifat yang berbeda dan dari tiap gen memiliki

sifat yang spesifik untuk mengkode enzim-enzim tertentu. Selain itu, ini disebabkan karena

pada prinsipnya senyawa xylanosa/hemiselulosa jauh lebih mudah terdegradasi. Perez et

al. (2002) menyatakan bahwa hemiselulosa relatif mudah didegradasi menjadi monomer

penyusunnya yaitu glukosa, mannosa, galaktosa, xilosa, arabinosa dan 4-0 methyl

glukoronik, D-galacturonic, dan D-glukoronik.

Pada substrat eceng gondok, hasil penelitian menunjukan bahwa secara kuantitatif

diameter zona bening yang dihasilkan oleh isolat bakteri lignoselulolitik asal cacing tanah

adalah sebesar 1,534-1,553 cm. Isolat bakteri lignoselulolitik dengan kode EB3LC secara

kuantitatif menghasilkan zona bening yang tinggi yaitu 1,553 cm, namun secara statistik

menunjukan berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap kode isolat bakteri lainnya. Hal ini

menunjukan bahwa kode isolat EB3LC memiliki kemampuan degradasi substrat Eceng

Gondok yang tinggi, disusul oleh isolat dengan kode EB2LC (1,549 cm), dan EB4LC (1,548

cm). Sedangkan kemapuan degradasi yang paling rendah terhadap substrat Eceng Gondok

ditunjukan oleh isolat bakteri lignoselulitik dengan kode EB1LC yang menghasilkan

diameter zona bening 1,534 cm (Tabel 3.1). Hal ini menjadi indikasi bahwa semua isolat

bakteri lignoselulolitik asal cacing tanah mampu memproduksi jumlah enzim lignoselulase

(selulase, xilanase dan lignase) dan mempunyai aktivitas enzim yang hampir sama

(berbeda tidak nyata) dalam mendegradasi senyawa lignoselulosa yang terkandung pada

eceng gondok menjadi monomer atau komponen penyusunnya.

Keempat isolat yang digunakan secara kuantitatif menunjukan nilai yang berbeda.

Perbedaan diameter zona bening yang dihasilkan oleh tiap isolat bakteri lignoselulolitik

asal cacing tanah diduga dipengaruhi oleh faktor genetik, namun dalam penelitian ini

belum mengidentifikasi spesies tiap isolat. Sumardi et al. (2010) menyatakan bahwa faktor

genetik mempengaruhi besarnya produksi enzim. Lebih lanjut dijelaskan bahwa gen setiap

mikroorganisme berbeda-beda sehingga masing-masing mikroorganisme memiliki sifat

yang berbeda dan dari tiap gen memiliki sifat yang spesifik untuk mengkode enzim-enzim

tertentu. Selain itu, hasil yang tinggi disebabkan oleh komponen penyusun pada Gulma

tanaman eceng gondok lebih banyak mengandung senyawa yang mudah didegradasi

seperti senyawa selulosa dibandingkan senyawa lignin. Ahmed et al. (2012) Eceng gondok

memiliki serat kasar yang tinggi dengan komposisi yakni 60% selulosa, 8% hemiselulosa

dan 17% lignin. Hal ini juga didukung oleh Soewardi dan Utomo (1975 disitasi Bidura,

2007) mengemukakan bahwa eceng gondok mengandung serat kasar sebesar 37,10%.

Page 15: e---Journal ee Peternakan Tropika - simdos.unud.ac.id · tiket keretaVolume 4 No. 1 Tahun 2016 toko bagus berita bola terkini anton nb Aneka Kreasi Resep Masakan Indonesia resep masakan

Slamet et al. Peternakan Tropika Vol. 4. No. 1 Th. 2016: 66 -79 Page 76

Terbentuknya zona bening pada substrat eceng gondok mengindikasikan bahwa kandungan

lignoselulosa (lignin, selulosa, dan hemiselulosa) yang ada pada eceng gondok mampu

didegradasi dengan baik. Hal ini diduga karena isolat bakteri lignoselulolitik asal cacing

tanah mampu menghasilkan enzim lignoselulase (xilanase, selulase, dan atau lignase)

dalam mendegradasi senyawa lignoselulosa menjadi komponen penyusunnya.

Terhadap substrat daun apu, isolat bakteri lignoselulolitik asal cacing tanah secara

kuantitatif mampu menghasilkan diameter zona bening 1,529-1,578 cm. Kemampuan

degradasi isolat bakteri lignoselulolitik asal cacing tanah secara kuantitatif memiliki nilai

rata-rata yang lebih besar dibandingkan substrat eceng gondok. Hal ini dibuktikan dari

diameter zona bening yang dihasilkan oleh substrat daun apu dibandingkan diameter zona

bening yang dihasilkan oleh substrat eceng gondok yaitu antara 1,534-1,553 cm

berbanding antara 1,529-1,578 cm. Isolat yang menghasilkan kemampuan degradasi yang

tertinggi (secara kuantitatif ) yaitu isolat bakteri EB3LC dengan diameter zona bening

0,978 cm dan secara statistik menunjukan berbeda nyata (P<0,05) terhadap kode isolat

lainnya. Perbedaan diameter zona bening yang dihasilkan oleh tiap isolat bakteri

lignoselulolitik asal cacing tanah diduga dipengaruhi oleh faktor genetik, namun dalam

penelitian ini belum mengidentifikasi spesies tiap isolat. Sumardi et al. (2010) menyatakan

bahwa faktor genetik mempengaruhi besarnya produksi enzim.

Kemampuan degradasi substrat oleh isolat bakteri lignoselulolitik dari cacing tanah

yang tinggi dibandingkan dengan substrat lainnya dikarenakan daun apu mempunyai

kandungan serat kasar yang relatif rendah, sehingga diduga daun apu mempunyai

komposisi senyawa lignoselulosa (selulosa, hemiselulosa dan lignin) yang relatif lebih

rendah dengan eceng gondok. Berat kering daun apu mengandung BETN 37,0%, protein

kasar 19,5%, kadar abu 25,6%, lemak kasar 1,3% dan mengandung serat kasar 11,7%

(Diler et al. 2007). Serat kasar yang rendah menjadikan degradasi substrat oleh isolat

bakteri menjadi lebih mudah untuk menghasilkan diameter zona bening yang tinggi.

Terbentuknya zona bening pada substrat daun apu mengindikasikan bahwa kandungan

lignoselulosa (lignin, selulosa, dan hemiselulosa) yang ada pada daun apu mampu

didegradasi dengan baik. Hal ini menjadi indikasi bahwa isolat bakteri lignoselulolitik asal

cacing tanah mampu menghasilkan enzim lignoselulase (xilanase, selulase, dan atau

lignase) dalam mendegradasi senyawa lignoselulosa menjadi komponen penyusunnya.

Kemampuan degradasi pada semua substrat oleh bakteri lignoselulolitik asal cacing

tanah menunjukkan bahwa substrat yang menghasilkan nilai paling rendah yaitu substrat

Page 16: e---Journal ee Peternakan Tropika - simdos.unud.ac.id · tiket keretaVolume 4 No. 1 Tahun 2016 toko bagus berita bola terkini anton nb Aneka Kreasi Resep Masakan Indonesia resep masakan

Slamet et al. Peternakan Tropika Vol. 4. No. 1 Th. 2016: 66 -79 Page 77

asam tanat yang merupakan cerminan dari senyawa lignin murni. Nilai yang rendah

dikarenakan lignin merupakan lapisan dinding sel bagian luar yang sulit didegradasi.

Howard et al. (2003) maupun Perez et al. (2002) mengungkapkan bahwa lignin merupakan

faktor pembatas utama suatu bahan organik yang sulit untuk didegradasi.

Nilai rendah yang dihasilkan substrat sintetis (asam tanat, CMC, xilan) jika

dibandingkan dengan substrat alami (eceng gondok, daun apu) kemungkinan dapat

disebabkan oleh senyawa yang terkandung pada substrat. Substrat sintetis hanya

mengandung senyawa yang sejenis, namun substrat alami mengandung senyawa kompleks

lignoselulosa serta senyawa lain yang ikut terdegradasi oleh enzim yang dihasilkan bakteri

lignoselulolitik asal cacing tanah.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, maka dapat ditarik simpulan yaitu

(1) Keempat Isolat bakteri lignoselulolitik asal cacing tanah mempunyai kemampuan

degradasi pada substrat murni (asam tanat, CMC, xylan) dan substrat alami (eceng gondok,

dan daun apu). (2) Isolat bakteri yang secara kuantitatif mempunyai kemampuan degradasi

tertinggi yaitu isolat bakteri dengan kode isolat EB3LC dibandingkan dengan Isolat lainnya

pada substrat daun apu.

Saran

Pada penelitian ini, hasil yang diperoleh yaitu kemampuan degradasi substrat uji

(Asam Tanat, CMC, Eceng Gondok, dan Daun Apu), sehingga diperlukan uji lanjut untuk

mengetahui sejauh mana isolat bakteri lignoselulolitik asal cacing tanah dapat

diaplikasikan sebagai stater dalam pakan fermentasi.

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada Dekan Fakultas Peternakan

Universitas Udayana bapak Dr. Ir. Ida Bagus Gaga Partama, MS atas pelayanan

administrasi dan fasilitas pendidikan yang diberikan kepada penulis selama menjalani

perkuliahan. Kepada Kepala Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas

Peternakan Universitas Udayana, Bapak Udin Saransi yang telah mengarahkan dan

memberikan petunjuk pada saat penelitian, dan rekan-rekan penelitian saya yakni I

Page 17: e---Journal ee Peternakan Tropika - simdos.unud.ac.id · tiket keretaVolume 4 No. 1 Tahun 2016 toko bagus berita bola terkini anton nb Aneka Kreasi Resep Masakan Indonesia resep masakan

Slamet et al. Peternakan Tropika Vol. 4. No. 1 Th. 2016: 66 -79 Page 78

Komang Geria Suardita, I Komang Juliartawan, I Kadek Dodi Kusumajaya, Ni Luh Dewi

Antari, Ni Wayan Riandani, dan Marna Rohani Banurea atas kerjasamanya sehingga

penelitian ini berjalan dengan lancar dan dapat diselesaikan dengan tepat waktu.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmed, A. F., Moahmed A, Abdel Naby. 2012. Pertreatment and Enzymic

Saccharification of Water Hyacinth Cellulose. Carbohydrate Polymers.

Azizah, Siti Nur. 2013. Skrining Bakteri Selulotik Asal Vermicomposting Tanda Kosong

Kelapa Sawit. Skripsi. Universitas Jember. Jember.

Belitz, H. D., Grosth, W. dan Schieberle, P. 2008. Food Chemistry, 4th ed, Springer

Verlag. Berlin.

Bidura, I G. N. G. 2007. Limbah. Pakan Ternak Aplikatif dan Aplikasi Teknologi.

Udayana University Press. Denpasar.

Dewi, G. A. M. K., I N. S. Sutama, I W. Wijana. 2014. Isolasi dan Pemanfaatan Probiotik

Bakteri Selulolitik Asal Rayap untuk Produksi Biosuplemen Berbasis Limbah

Rumen dalam Optimalisasi Peternakan Itik Bali Rakyat. Fakultas Peternakan.

Universitas Udayana

Dewi, G. A. M. K., I W. Wijana, N W. Siti, dan I M. Mudita. 2014. Pengaruh Penggunaan

Limbah Dan Gulma Tanaman Pangan Melalui Produksi Biosuplemen Berprobiotik

Berbasis Limbah Isi Rumen Terhadap Ternak Itik Bali. Fakultas Peternakan

Universitas Udayana.

Diler I., Tekinay A. A., Guroy D., Guroy B. K., Soyuturk M. 2007. Effects of ulva rigida

on the growth, feed intake and body composition of common carp, Cyprinus carpio

L. Journal of Biological Sciences 7:305-308.

Hartono. 2008. SPSS 16.0 Analisis Data Statistika dan Penelitian. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Howard, R. L., E. Abotsi, J. V. Rensburg, and Howards. 2003. Lignocellulose

biotechnology: issues of bioconversion and enzyme production. African Journal of

biotechnology 2:6002-619.

Kasana, S., Dhar, D. dan Gulati, 2008. A rapid and easy method for the detection of

microbial cellulases on agar plates using gram’s iodine, Curr Microbiol. vol. 57,

hal: 503-507.

Krause, D. O., Denman S. E., Mackie R. I., Morrison, M., Rae, A. L., Attwood, G. T., and

MacSweeney, S. C. 2003. Opportunities to improve fiber degradation in rumen:

microbiology, ecology, and genomics. FEMS Microbiology Reviews 27:663-696.

Lema, A.T.H. 2008. Viabilitas Isolat-Isolat Bakteri Selulotik Pada Bahan Pembawa

Gambut. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Lynd L.R., P.J. Weimer, W.H. van Zyl WH and I.S. Pretorius. 2002. Microbial cellulose

utilization: fundamentals and biotechnology. Microbiol. Mol. Biol. Rev. 66(3):506-

577.

Meryandini, A., Wahyu W., Besty M.,Titi C.S., Nisa R., dan Hasrul S. 2009. Isolasi bakteri

selulolitik dan karakterisasi enzimnya. makara, sains, Vol. 13, No. 1, 33-38.

Page 18: e---Journal ee Peternakan Tropika - simdos.unud.ac.id · tiket keretaVolume 4 No. 1 Tahun 2016 toko bagus berita bola terkini anton nb Aneka Kreasi Resep Masakan Indonesia resep masakan

Slamet et al. Peternakan Tropika Vol. 4. No. 1 Th. 2016: 66 -79 Page 79

Mudita, I M., A. A. P. P. Wibawa, dan I W. Wirawan. 2014a. Isoalasi dan Pemanfaatan

Konsorsium Bakteri Lignoselulolitik Kolon Sapi Bali dan Sampah TPA Sebagai

Inokulan Biosuplemen Berprobiotik Peternakan Sapi Bali Berbasis Limbah

Pertanian. Laporan Penelitian Hibah Bersaing Tahun I. Universitas Udayana,

Denpasar.

Mudita, I M., I G. L. O. Cakra., A. A. P. P. Wibawa., dan N. W. Siti. 2009. Penggunaan

Cairan Rumen Sebagai Bahan Bioinokulan Plus Alternatif serta Pemanfaatannya

dalam Optimalisasi Pengembangan Peternakan Berbasis Limbah yang Berwawasan

Lingkungan. Laporan Penelitian Hibah Unggulan Udayana, Universitas Udayana,

Denpasar.

Palungkun, R. 2010. Usaha Ternak Cacing tanah. Swadaya: Jakarta.

Pathma, J. and N. Sakthivel. 2012. Microbial diversity of vermicompost bacteria that

exhibit useful agricultural traits and waste management potential. Springer Plus.

Vol. 1(26);1-19

Perez, J., J. Munoz-Dorado, T. De la Rubia, and J. Martinez. 2002. Biodegradation and

biological treatment of cellulose, hemicellulose and lignin; an overview. Int.

Microbial, 5: 53-56

Purwadaria, T., Pesta A. Marbun, Arnold P. Sinurat dan P. Ketaren. 2003a. Perbandingan

aktivitas enzim selulase dari bakteri dan kapang hasil isolasi dari rayap. JITV Vol.

8 No. 4 Th 2003:213-219

Purwadaria, T., T., Pius P. Ketaren, Arnold P. Sinurat, and Irawan Sutikno. 2003b.

Identification and evaluation of fiber hydrolytic enzymes in the extract of termites

(glyptotermes montanus) for poultry feed application. Indonesian Journal of

Agricultural Sciences 4(2) 2003; 40-47

Russell J. B. and D. B. Wilson. 1996. Why are ruminal cellulolytic bacteria unable to

digest cellulose at low pH. Journal of Dairy Science Vol. 79, No. 8, 199

Sarkar, P., M. Meghvanshi and rajni Singh. 2011. Microbial consortium; a new approach

in effective degradation of organic kitchen waste. International Journal of

Environmenmtal Science and development. Vol. 2 No. 3; 170-174

Sumardi, Christina Nugroho Ekowati dan Dwi Haryani. 2010. Isolasi bacillus penghasil

selulase dari saluran pencernaan ayam kampung. Jurusan Biologi FMIPA Unila. J.

Sains MIPA, Vol. 16, No. 1, Hal.: 62-68.

Taherzadeh, M.J. and K. Karimi. (2008). Pretreatment of lignocellusic waste to improve

ethanol and biogas production: a review. Int. J. Mol. Sci., 9, 1621 - 1651.

Watanabe H, Noda H, Tokuda G, Lo N. 1998. A celulase gene of terrmite origin. Nature

394: 330-331

Wibawa, A.A. A. P. P., I M. Mudita, I W. Wirawan. I G. L. O. Cakra. 2009-2011. Aplikasi

Teknologi Suplementasi dan Biofermentasi dalam Wafer Ransum Komplit Berbasis

Limbah Inkonvensional dalam Pengembangan Peternakan Kambing Sustainable

dengan Emisi Polutan Rendah. Laporan Penelitian Hibah Bersaing I, II, III.

Universitas Udayana, Denpasar.