dsad

Upload: bahrinanik

Post on 07-Jan-2016

230 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

tramua

TRANSCRIPT

BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN TUMOR FILOIDESRUANG 14 RUMAH SAKIT dr. SAIFUL ANWAR MALANGSebagai Tugas profesi Ners Departemen Keperawatan Medikal

Disusun Oleh:

ASYROQOL BAHRI ANWAR O.201420461011059PROGTAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG2015

PATOFISIOLOGI MAMMAETerlampir a. Genetik, Ada 2 jenis gen (BRCA1 dan BRCA2) yang sangat mungkin sebagai resiko sampai dengan 85%.

b. Pemakaian obat-obatan dan bahan kimiaSeorang wanita yang menggunakan therapy obat hormon pengganti {hormone replacement therapy (HRT)} seperti Hormon estrogen akan bisa menyebabkan peningkatan resiko mendapat penyakit Ca mammae. Termasuk alat kontrasepsi yang tinggi estrogen dan DES (dietilstilbestrol).Wanita yang mengkonsumsi DES untuk mencegah keguguran memiliki risiko tinggi menderita Ca mammae.

c. Sering menghadapi kondisi stress (goncangan jiwa).d. Menarke dini. Resiko tumor payudara meningkat pada wanita yang mengalami menstruasi sebelum usia 12 tahun.

e. Nulipara dan usia maternal lanjut saat kelahiran anak pertamaWanita yang mempunyai anak pertama setelah usia 30 tahun mempunyai resiko dua kali lipat untuk mengalami tumor payudara dibanding dengan wanita yang mempunyai anak pertama mereka pada usia sebelum 20 tahun.f. Menopause pada usia lanjutMenopause setelah usia 50 tahun meningkatkan resiko untuk mengalami tumor payudara. Dalam perbandingan, wanita yang telah menjalani ooforektomi bilateral sebelum usia 30 tahun mempunyai resiko sepergtiganya.

g. Riwayat penyakit tumor payudara jinak

Wanita yang mempunyai tumor payudara disertai perubahan epitel poliferasi mempunyai resiko dua kali lipat untuk mengalami tumor payudara; wanita dengan hiperplasia tipikal mempunyai resiko empat kali lipat untuk mengalami penyakit ini.

h. Pemajanan terhadap radiasi ionisasi setelah masa pubertas dan sebelum usia 30 tahun beresiko hamper dua kali lipat.

i. Obesitas- resiko terendah diantara wanita pasca menopause

Wanita gemuk yang didiagnosa penyakit ini mempunyai angka kematian lebih tinggi, yang paling sering berhubungan dengan diagnosis yang lambat.

j. Kontraseptif oral

Wanita yang menggunakan kontraseptif oral berisiko tinggi untuk mengalami tumor payudara.Bagaimanapun, risiko tinggi ini menurun dengan cepat setelah penghentian medikasi.

k. Terapi penggantian hormon. Terdapat laporan yang membingungkan tentang resiko tumor payudara pada terapi penggantian hormon. Wanita yang berusia lebih tua yang menggunakan estrogen suplemen dan menggunakannya untuk jangka panjang (lebih dari 10 sampai 15 tahun) dapat mengalami peningkatan risiko. Sementara penambahan progesteron terhadap penggantian estrogen meningkat insidens kanker endomentrium, hal ini tidak menurunkan resiko tumor payudara.

l. Konsumsi alcohol

Sedikit peningkatan risiko ditemukan pada wanita yang mengkonsumsi alkohol bahkan dengan hanya sekali minum dalam sehari.Risikonya dua kali lipat di antara wanita yang minum alkohol tiga kali sehari.Di Negara dimana minuman anggur dikonsumsi secara teratur (mis Perancis dan Itali), angkanya sedikit lebih tinggi.Beberapa temuan riset menunjukan bahwa wanita muda yang minum alkohol lebih rentan untuk mengalami tumor payudara pada tahun-tahun terakhirnya.

m. Diet tinggi lemak dahulu pernah diduga meningkatkan risiko tumor payudara. Kajian epidemiologi pada wanita berkebangsaan Amerika dan Jepang menunjukan perbedaaan lima kali lipat dalam angka tumor payudara antara dua kelompok, dengan wanita Amerika yang mempunyai insidens yang lebih tinggi. Wanita Jepang yang bermigrasi ke Amerika Serikat juga menunjukan angka tumor payudara yang serupa dengan wanita-wanita Amerika lainnya. Studi kelompok terbaru menunjukan hubungan yang lemah atau tidak menyeluruh antara diet tinggi lemak dan tumor payudara. Namun, karena lemak mempunyai dampak dalam kanker kolon dan penyakit jantung, pasien wanita diuntungkan dari upaya penyuluhan yang difokuskan pada pengurangan masukan kalori yang berasal dari lemak secara keseluruhan.

n. Implan payudara dengan silikon akhir-akhir ini telah dikaitkan dengan kontraksi kapsular fibrosis dang gangguan imun tertentu. Namun, tidak ada bukti yang menunjukan bahwa implant payudara berkaitan dengan peningkatan resiko tumor payudara. (Dixon M., dkk, 2005: Tapan, 2005: Pramudya. 2011: Purwastuti, Endang. 2012: Suzanne, 2002: Wijayakusuma, H. 2008: Dwi, Asti, dkk. 2010) 1. MANIFESTASI KLINIS Menurut Anita (2011) tanda dan gejala tumor payudara: Gejala awal

Sebuah benjolan yang biasanya dirasakan berbeda dari jaringan payudara di sekitarnya, tidak menimbulkan nyeri, biasanya memiliki pinggiran tidak teratur. Stadium awal

Jika didorong oleh jari tangan , benjolan bisa digerakkan dengan mudah di bawah kulit. Stadium lanjut

Benjolan melekat pada dinding dada atau kulit sekitarnya, benjolan dapat membengkak, ata borok di kulit payudara, kadang kulit di atas benjolan mengkerut dan nampak seperti kulit jeruk. Gejala lainnya

s yang jelas sehingga membutuhkan biopsy lain.a. Core BiopsiDilakukan dengan jarum yang cukup besar, dapat dilakukan sambil fiksasi dengan palpasi, ataupun dipandu USG, mammografi atau MRI.Core biopsy dapat membedakan tumor invasive dan tumor non invasif, serta dapat menentukan grade tumor.Core biopsy membutuhkan biopsy terbuka untuk memberi diagnosis.Juga dapat digunakan untuk membiopsi kelainan yang tidak dapat dipalpasi, tapi terlihat pada mammografi.b. Biopsi terbukaDilakukan billa pada mammografi terlihat kelainan mengarah maligna, namun pada FNAB atau core biopsy meragukan. Bila mammografi (+) tetapi FNAB (-)perlu dilakukan biopsy terbuka. Namun bila mamografi namun gejala klinis pasien mengarah kanker, wajib dilakukan biopsy terbuka.c. Sentinel Lobe BiopsiDilakukan untuk menentukan status keterlibatan kelenjar limfe aksila dan parasternal.Prosedur ini menggunakan kombinasi pelacak radioaktif dan pewarna biru. Apabila tidak dijumpai sentinel lobe, diseksi kelenjar limfe tidak perlu dilakukan. Namun bila dijumpai sentinel lobe, harus dilakukan diseksi kelenjar limfe. d. Ca 15.3Terutama untuk monitoring tumor payudara. Peningkatan kadar Ca 15-3 darah dijumpai pada kurang dari 10 % pasien dengan stadium awal dan sekitar 70 % pasien dengan stadium lanjut. Kadar biasanya turun seiring keberhasilan terapi. Kadar normal biasanya kurang dari 25 U/mL, tapi kadar sampai 100 U/mL kadang dijumpai pada wanita sehat.e. Imunohistokimia

Dilakukan untuk membantu terapi target, yaitu pemeriksaan ER (esterogen reseptor), PR (progesterone reseptor), HER-2.Tumor payudara yang memiliki ER + dan PR + memiliki prognosis lebih baik karena masih peka terhadap terapi hormonal.HER 2 merupakan sejenis protein pemicu pertumbuhan. Pada pemeriksaan 1 dari 5 pasien penderita tumor payudara memiliki gen HER 2. f. MRIMRI menggunakan magnetic, MRI biasanya lebih baik dalam melihat suatu kumpulan massa yang kecil pada payudara yang mungkin tidak terlihat pada saat USG atau mammogram. Khususnya pada wanita yang mempunyai jaringan payudara yang padat. Kelemahan MRI juga ada, kadang jaringan padat yang terlihat pada saat MRI bukan kanker, atau bahkan MRI tidak bisa menunjukkan suatu jaringan yang padat itu sebagai in situ breast cancer maka untuk memastikan lagi harus dilakukan biopsy.g. TES DARAHTes darah diperlukan untuk lebih mendalami kondisi kanker. Tes-tesyang dilakukan antara lain : Level Hemoglobin ( HB ) : untuk mengetahui jumlah oksigen yang ada di dalam sel darah merah.

Level Hematocrit : untuk mengetahui prosentase dari darah merah didalam seluruh badan Jumlah dari sel darah putih : untuk membantu melawan infeksi Jumlah trombosit ( untuk membantu pembekuan darah ) Differential ( prosentase dari beberapa sel darah putih )h. Jumlah Alkaline PhosphataseJumlah enzyme yang tinggi bisa mengindikasikan penyebaran kanker ke liver, hati dan saluran empedu dan tulang.i. SGOT & SGPTTest ini untuk mengevaluasi fungsi lever. Angka yang tinggi dari salah satu test ini mengindikasikan adanya kerusakan pada liver, bisa jadi suatu sinyal adanya penyebaran ke liverj. Tes-Tes LainTes tes lain yang biasa dilakukan untuk tumor payudara adalah : Photo ThoraxUntuk mengetahui apakah sudah ada penyebaran keparu-paru

BonescanUntuk mengetahui apakah kanker sudah menyebar ke tulang.Pada bonescan, pasien disuntikkan radioactive tracer pada pembuluh vena. Yang natinya akan berkumpul pada tulang yang menunjukkan kelainan karena kanker. Jarak antara suntikan dan pelaksanaan bonescan kira-kira 3-4 jam.Selama itu pasien dianjurkan minum sebanyak-banyaknya. Hasil yang terlihat adalah gambar penampang tulang lengkap dari depan dan belakang. Tulang yang menunjukkan kelainan akan terlihat warnanya lebih gelap dari tulang normal.

Computed Tomography ( CT atau CAT ) ScanUntuk melihat secara detail letak tumor. Disini pasien juga disuntik radioactive tracer pada pembuluh vena, tapi volumenya lebih banyak sehingga sebenarnya samadengan infuse. Setelah disuntik CT-scan bisa segera dilakukan. CT-scan akan membuat gambar tiga dimensi bagian dalam tubuh yang diambil dari berbagai sudut. Hasilnya akan terlihat gambar potongan melintang bagian dari tubuh yang discan 3 dimensi.

Positron Emission Tomography ( PET ) scanUntuk melihat apakah kanker sudah menyebar.Dalam PET scan cairan glukosa yang mengandung radioaktif disuntikkan pada pasien. Sel kanker akan menyerap lebih cepat cairan glukosa tersebut, dibanding sel normal. Sehingga akan terlihat warna kontras pada PET scan. PET scan biasanya digunakan sebagai pelengkap data dari hasil CTscan, MRI dan pemeriksaan secara fisik

(Abdul. 2011) (Corwin, Elizabeth. 2009) (Dwi, Asti, dkk. 2010) (Mardiana, Lina. 2010) (Mansjoer, dkk, 2000) (Sjamsuhidajat R., 1997) (Pramudya. 2011) (Purwastuti, Endang. 2012) (Supandiman, Iman. 1997) (Suzanne. 2002) 2. PENATALAKSANAAN MEDISa. Terapi Tumor payudara Pengobatan untuk tumor payudara yang terlokalisirUntuk kanker yang terbatas pada payudara, pengobatannya hampir selalu meliputi pembedahan (yang dilakukan segera setelah diagnosis ditegakkan) untuk mengangkat sebanyak mungkin tumor. Terdapat sejumlah pilihan pembedahan, pilihan utama adalah mastektomi (pengangkatan seluruh payudara) atau pembedahan Breast Conserving Therapy (hanya mengangkat tumor dan jaringan normal di sekitarnya).

Pembedahan Breast Conserving Therapy

a) LumpektomiPengangkatan tumor dan sejumlah kecil jaringan normal di sekitarnya.

b) Eksisi luas atau wide local excisionPengangkatan tumor dan jaringan normal di sekitarnya yang lebih banyak.

c) Tylektomid) Segmental mastektomiPengangkatan tumor dan beberapa jaringan normal di sekitarnya memberikan peluang terbaik untuk mencegah kambuhnya kanker. Keuntungan utama dari pembedahan breast-conserving ditambah terapi penyinaran adalah kosmetik. Biasanya efek samping dari penyinaran tidak menimbulkan nyeri dan berlangsung tidak lama. Kulit tampak merah atau melepuh.e) Mastektomi

Mastektomi simplek: seluruh jaringan payudara diangkat tetapi otot dibawah payudara dibiarkan utuh dan disisakan kulit yang cukup untuk menutup luka bekas operasi. Rekonstruksi payudara lebih mudah dilakukan jika otot dada dan jaringan lain dibawah payudara dibiarkan utuh.

Prosedur ini biasanya digunakan untuk mengobati kanker invasif yang telah menyebar luar ke dalam saluran air susu, karena jika dilakukan pembedahan breast-conserving, kanker sering kambuh.

Mastektomi simplek ditambah diseksi kelenjar getah bening atau modified radical mastectomy: seluruh jaringan payudara diangkat dengan menyisakan otot dan kulit, disertai pengangkatan kelenjar getah bening ketiak.

Mastektomi radikal: seluruh payudara, otot dada dan jaringan lainnya diangkat.

f) Rekonstrusi payudara

Untuk rekonstruksi payudara bisa digunakan implan silikon atau salin maupun jaringan yang diambil dari bagian tubuh lainnya. Rekonstruksi bisa dilakukan bersamaan dengan mastektomi atau bisa juga dilakukan di kemudian hari.

Akhir-akhir ini keamanan pemakaian silikon telah dipertanyakan. Silikon kadang merembes dari kantongnya sehingga implan menjadi keras, menimbulkan nyeri dan bentuknya berubah. Selain itu, silikon kadang masuk ke dalam laliran darah.

Terapi Radiasi

Indikasi Terapi Radiasi Pada Tumor payudaraTerapi radiasi pada tumor payudara diberikan apabila ditemukan keadaan sebagai berikut:

a) Setelah tindakan operasi terbatas (BCS)

b) Tepi sayatan dekat (T T2)/ tidak bebas tumor

c) Tumor sentral/medial

d) KGB (+) dengan ekstensi ekstra kapsulerAcuan pemberian radiasi adalah sebagai berikut:

Pada dasarnya diberikan radiasi lokoregional (payudara dan aksila besertasupraklavikula, kecuali:

Pada keadaan T T2 bila cn = 0 dan pn, maka tidak dilakukan radiasi pada KGB aksila supraklavikula

Pada keadaan tumor di medial/sentral diberikan tambahan radiasi pada mamaria interna

Dosis lokoregional profilaksis adalah 50Gy, booster dilakukan sbb:

Pada potensial terjadi residif ditambahkan 10Gy (misalnya tepi sayatan dekat tumor atau post BCS)

Pada terdapat massa tumor atau residu post op (mikroskopik atau makroskopik) maka diberikan boster dengan dosis 20Gy kecuali pada aksila 15Gy.Cara Terapi RadiasiExternal beam radiation atau radiasi dari luar adalah tipe radiasi paling umum bagi penderita dengan tumor payudara.Radiasi tersebut diarahkan dari mesin ke tubuh bagian luar di area yang terkena kanker.Pada beberapa wanita, payudara menjadi lebih kecil dan keras setelah terapi radiasi.Menjalani radiasi, juga mempengaruhi kesempatan penderita untuk melakukan rekonstruksi payudara.Terapi radiasi pada kelenjar getah bening di daerah ketiak juga dapat, menyebabkan timbulnya lympedema (pembengkakan kelenjar getah bening).Pada beberapa kasus yang jarang, terapi radiasi dapat melemahkan tulang rusuk, sehingga dapat menyebabkan patah tulang.Di masa lalu, bagian dari paru dan jantung juga mendapatkan sinar radiasi, yang pada jangka waktu yang lama dapat menyebabkan kerusakan organ-organ tersebut pada penderita. Peralatan terapi radiasi modern memungkinkan dokter untuk menfokuskan sinar radiasi, sehingga maslah seperti di atas menjadi jarang Pengobatan Sistemik.

a. Kemoterapi Efek samping dari kemoterapi bisa berupa mual, lelah, muntah, luka terbuka di mulut yang menimbulkan nyeri atau kerontokan rambut yang sifatnya sementara.

Pada saat ini muntah relatif jarang terjadi karena adanya obat ondansetron.Tanpa ondansetron, penderita akan muntah sebanyak 1-6 kali selama 1-3 hari setelah kemoterapi. Berat dan lamanya muntah bervariasi, tergantung kepada jenis kemoterapi yang digunakan dan penderita. Selama beberapa bulan, penderita juga menjadi lebih peka terhadap infeksi dan perdarahan. Tetapi pada akhirnya efek samping tersebut akan menghilang. b. Terapi hormonal Tamoxifen

Awalnya diindikasikan untuk mengobati pasien pasca menopause dengan reseptor estrogen dan nodus aksilaris positif. Efek samping: mual, muntah, panas, retensi cairan. Diethylstillbestrol

Menghambat pelepasan FSH dan LH dengan demikian menurunkan pembentukan estrogen dan ikatan estrogen. Efek samping: penambahan berat badan,mual, retensi cairan

Megestrol

Menurunkan jumlah reseptor estrogen. Efek samping: penambahan BB

Fluksimesteron

Menekan estrogen dengan menekan LH dan FSH. Efek samping: peningkatan libido, peningkatan pertumbuhan rambut di wajah

Aminoglutetimid

Menghambat aromatase, enzim yang bertanggung jawab terhadap perubahn androgen dan estrogen. Efek samping: gatal, hipofungsi kortikal adrenal.

c. Transplantasi sumsum tulangPengangkatan sumsum tulang dari pasien dan memberikan kemoterapi dosis tinggi, sumsum tulang pasien yang dipisah kan dari efek kemoterapi kemudian diinfuskan kembali secara intravena

Protokol Pengobatan Tumor payudaraa) Stadium I

MRM sebagai terapi utama.

Bila KGB axilla tidak metastase, maka tidak perlu radiology post operasi

Bila yang dilakukan hanya mastektomi simpel/ BCT harus diikuti radiasi tumor bed dandaerah KGB regional (radiasi local dan regional)b) Stadium II

MRM sebagai terapi utama.

Radiasi eksterna dan kemoterapi maupun hormonal bila ada metastase ke KGB axilla dapat diberikan sebagai terapi adjuvans.

c) Stadium IIIA

MRM sebagai terapi utama

Terapi adjuvans meliputi radiasi eksterna, kemoterapi dan terapi hormonal.

d) Stadium IIIb

Operable simple mastektomi dan axillary toilet. Terapi adjuvans meliputi radiasi eksterna, hormonal dan kemoterapi.

Kemoterapi 3x kemudian MRM. Terapi adjuvans post op 3x dan bila perlu dilakukan radiasi eksterna.

Inoperable

Radiasi eksterna pre operative, bila operable maka dilakukan mastektomi simpel. Bila tetap inoperable, lanjutkan radiasi 5000-6000cGy. Terapi adjuvans dengan melanjutkan radiasi eksterna 2000-3000 cGy dan bila perlu terapi hormonal dan atau kemoterapi

Kemoterapi neoajuvans 3x. Bila operable(mastektomi simple. Bila inoperable(teruskan sampai 6 kali. Terapi adjuvans meliputi radiasi eksterna dan hormonal terapi.

e) Stadium IV

Prinsip paliatif

Premenopause( Oophorektomi dilanjutkan kemoterapi. Bila perlu dilakukan mastektomi simple atau radioterapi paliatif.

Postmenopause(Terapi hormonal dengan atau tanpa kombinasi kemoterapi. Bila perlu dilakukan mastektomi simple atau radioterapi paliatif.(Abdul. 2011: Dwi, Asti, dkk. 2010: Mardiana, Lina. 2010: Doenges M., 2000: Dixon M., dkk, 2005: Sjamsuhidajat R., 1997: Tapan, 2005: Supandiman, Iman. 1997: Suzanne. 2002) b. PencegahanSADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri)

1. Berdiri di depan cermin, perhatikan payudara. Dalam keadaan normal, ukuran payudara kiri dan kanan sedikit berbeda. Perhatikan perubahan perbedaan ukuran antara payudara kiri dan kanan dan perubahan pada puting susu (misalnya tertarik ke dalam) atau keluarnya cairan dari puting susu. Perhatikan apakah kulit pada puting susu berkerut. 2. Masih berdiri di depan cermin, kedua telapak tangan diletakkan di belakang kepala dan kedua tangan ditarik ke belakang. Dengan posisi seperti ini maka akan lebih mudah untuk menemukan perubahan kecil akibat kanker. Perhatikan perubahan bentuk dan kontur payudara, terutama pada payudara bagian bawah.

3. Kedua tangan di letakkan di pinggang dan badan agak condong ke arah cermin, tekan bahu dan sikut ke arah depan. Perhatikan perubahan ukuran dan kontur payudara.

4. Angkat lengan kiri. Dengan menggunakan 3 atau 4 jari tangan kanan, telusuri payudara kiri. Gerakkan jari-jari tangan secara memutar (membentuk lingkaran kecil) di sekeliling payudara, mulai dari tepi luar payudara lalu bergerak ke arah dalam sampai ke puting susu. Tekan secara perlahan, rasakan setiap benjolan atau massa di bawah kulit. Lakukan hal yang sama terhadap payudara kanan dengan cara mengangkat lengan kanan dan memeriksanya dengan tangan kiri. Perhatikan juga daerah antara kedua payudara dan ketiak.

5. Tekan puting susu secara perlahan dan perhatikan apakah keluar cairan dari puting susu.Lakukan hal ini secara bergantian pada payudara kiri dan kanan.

6. Berbaring terlentang dengan bantal yang diletakkan di bawah bahu kiri dan lengan kiri ditarik ke atas. Telusuri payudara kiri dengan menggunakan jari-jari tangan kanan. Dengan posisi seperti ini, payudara akan mendatar dan memudahkan pemeriksaan. Lakukan hal yang sama terhadap payudara kanan dengan meletakkan bantal di bawah bahu kanan dan mengangkat lengan kanan, dan penelusuran payudara dilakukan oleh jari-jari tangan kiri. Pemeriksaan no. 4 dan 5 akan lebih mudah dilakukan ketika mandi karena dalam keadaan basah tangan lebih mudah digerakkan dan kulit lebih licin. 3. ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian Identitas klien

Nama, Umur, Suku/ Bangsa, Agama, Pendidikan, Pekerjaan, Alamat Rumah, Telp. Rumah, No HP, Alamat tmp Kerja, Golongan Darah. Keluhan utamaData ini perlu dikaji untuk mengetahui keluhan utama ibu, sejak kapan dirasakan, dimana dirasakan dan apa saja yang sudah dilakukan untuk mengatasinya. Pada pasien Ca mammaae keluhan umum yang dikeluhkan pasien adalah adanya benjolan pada payudara, kadang disertai kadang tidak nyeri, kadang disertai bengkak, dan pada stadium lanjut disertai pengeluaran abnormal dan perubahan dalam bentuk, dan penampakan payudara (tidak simetris, kulit payudara seperti kulit jeruk peau dorange putting tertarik kedalam) Riwayat MenstruasiData ini perlu dikaji untuk mengetahui usia menarche, siklus haid, lama haid, ganguan dalam haid, umur menopause. Pada pasien Ca mammae umumnya menarche pada usia< 12 tahun dan menopause > 50 tahun dan periode haid lebih lama

Riwayat PerkawinanData ini diperlukan untuk mengetahui usia saat menikah, berapa kali menikah, lama pernikahan dan status pernikahan. Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas laktasi dan Pemakaian Metode Kontrasepsi.

Data ini dikaji untuk mengetahui riwayat kehamilan, persalinan, nifas, laktasi dan pemakaian kontrasepsi.Pada pasien Ca mammae biasanya memiliki riwayat hamil pertama >35 tahun, hamil pertama < 20 tahun, tidak memiliki anak tidak pernah menyusui, penggunaan kontrasepsi pil jangka panjang lebih dari 12 tahun. Riwayat KesehatanData ini dikaji untuk mengetahui status kesehatan ibu dan keluarga. Pada pasien Ca mammae pada umumnya memiliki riwayat kesehatan : pernah menderita Ca mammae pada satu payudara, ada keluarga (ibu/saudara wanita) menderita penyakit ini dan dikuatkan bila 3 anggota keluarga terkena Ca. mamma, kelainan payudara lain (benigna), pernah/ sedang menjalani terapi hormonal, infertil. Keadaan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual

Pola Makan dan Minum

Data ini dikaji untuk mengetahui pola makan dan minum pasien. Ca mammae cenderung terjadi pada orang yang sering mengkonsumsi makanan yang kurang sehat (fast food, dengan bahan pengawet, penyedap rasa, asupan makanan berlemak berlebih dan pewarna makanan)

Pola Eliminasi

Data ini dikaji untuk mengetahui pola eliminasi pasien.

Istirahat dan Tidur

Data ini dikaji untuk mengetahui pola istirahat dan gangguannya.

Personal Hygiene

Data ini dikaji untuk mengetahui personal hygiene pasien. Prilaku Seksual

Data ini dikaji untuk mengetahui kapan umur pertama kontak seksual, dan pola hubungan seksual (gonta ganti pasangan)

Respon Keluarga Terhadap Kesehatan pasien

Data ini untuk mengetahui bagaimana respon keluarga terhadap kesehatan pasien terkait dengan keluhan yang dirasakan.

Dukungan Keluarga

Data ini perlu dikaji bagaimana dukungan keluarga dalam memotivasi dan memberikan dorongan psikis pada pasien untuk menghadapi dan menjalani pemeriksaan/ pengobatan lebih lanjut.

Pengambilan Keputusan Dalam Keluarga

Hali ini diperlukan untuk mengetahui pola pemecahan dalam keluarga dan siapa yang bertanggung jawab terhadap masalah dalam keluarga.

Prilaku/ Kebiasaan yang Merugikan kesehatan

Data ini dikaji untuk mengetahui pola hidup pasien yang menjadi faktor predisposisi terjadinya Ca mammae seperti merokok (pasif/ aktif) dan konsumsi minuman beralkohol dan kurang olahraga.

Prilaku Spiritual

Data ini dikaji untuk mengetahui bagaimana penerimaan ibu terhadap suatu keadaan berhubungan dengan spiritual (berdoa) PengetahuanData ini dikaji untuk mengetahui seberapa pengetahuan ibu tentang kesehatan terutama yang terkait dengan keluhan yang dialami.

Data Obyektif

a) Keadaan UmumPasien Ca mammae stadium dini pada umumnya terlihat sehat, akan tetapi keadaannya akan bertambah buruk seiring dengan makin parahnya penyakit.

b) Keadaan EmosiTergantung dari tingkat penerimaan pasien dan tingkat dukungan dari keluarga

c) Postur

Postur tubuh pasien pada umumnya terlihat baik d) Tanda Tanda Vital

Tekanan Darah

Nadi

Suhu

Respirasi

e) Antropometri

Berat Badan

Ca mammae pada umumnya terjadi pasien obesitas (hal ini berhubungan dengan kadar estrogen)

Tinggi Badan

LILA

Untuk mengetahui status gizi pasien

f) Pemeriksaan fisik

Payudara dan Aksila

a) Bentuk

Pada Ca mammae pada umumnya bentuknya tidak simetris

b) Putting Susu

Pada Ca mammae dapat disertai dengan penarikan putting susu, adanya sel-sel pagets, merah dan menebal)

c) Pengeluaran

Pada Ca mammae dapat disertai pengeluaran abnormal (cairan seperti nanah)

d) Kelainan

Pada Ca mammae pada umumnya terdapat benjolan abnormal, yang keras, padat, mobile/ tidak, kulit seperti kulit jeruk (peau dorange), kulit terlihat lebih gelap)

e) Aksila

Ada kemungkinan terjadi pembesaran, pembengkakan dan benjolan pada aksila sehingga nyeri saat perabaan.B. ANALISA DATADataEtiologiMasalah Keperawatan

DO: DS: Faktor predisposisi/faktor risikoTerpapar zat karsinogenik terusmenerus

proliferasi abnormal pada sel normal

neoplasia sel payudara

Tumor payudara

Merusak sel/jaringan

Peningkatan konsistensi mammae

Kurang pengetahuanAnsietas

Ansietas

DO:

DS:Faktor predisposisi/faktor risiko

Terpapar zat karsinogenik terus menerusProliferasi abnormal pada sel normal

Neoplasia selpayudaraTumor payudara

Merusak sel/jaringan

Peningkatan konsistensi mammae

Tidak memahami perjalanan penyakit

Defisiensi pengetahuan

Defisiensi pengetahuan

DO:

DS:Faktor predisposisi/faktor risiko

Terpapar zat karsinogenik terus menerus Proliferasi abnormal pada sel normal

Neoplasia sel payudara

Tumor payudara

Merusak sel/jaringan

Mendesak sel saraf

Interupsi sel sarafNyeri

Nyeri akut/ kronis

DO:

DS:Faktor predisposisi/faktor risiko

Terpapar zat karsinogenik terus menerus

Proliferasi abnormal pada sel normal

Neoplasia sel payudara

Tumor payudara

Merusak sel/jaringanPeningkatan konsistensi mammae

Mammmae asimetrik

Gangguan citra tubuh

Gangguan citra tubuh

DO:

DS:Faktor predisposisi/faktor risiko

Terpapar zat karsinogenik terus menerus

Proliferasi abnormal pada sel normal

Neoplasia sel payudara

Tumor payudara

Suplai nutrisi ke jar.Ca meningkatHipermetabolisme jaringan

Suplai nutrisi jar.lainBB turun

Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh)

Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh)

DO:

DS:Faktor predisposisi/faktor risiko

Terpapar zat karsinogenik terus menerus

Proliferasi abnormal pada sel normal

Neoplasia sel payudaraTumor payudara

Infiltrasi pemb.darah

Aliran darah terhambat

Hipoksia

Nekrosa jaringanBakteri patogen

Resiko infeksiResiko infeksi

DO:

DS:Faktor predisposisi/faktor risiko

Terpapar zat karsinogenik terus menerus

Proliferasi abnormal pada sel normal

Neoplasia sel payudara

Tumor payudara

Infiltrasi pemb.limfe

Bendungan limfe lokal

Edema sekitar kanker

Peau dorange

Resiko kerusakan integritas kulit

Resiko kerusakan integritas kulit

Prioritas Diagnosa KeperawatanPRA OPERASI

1. Ansietas berhubungan dengan situasi krisis (kanker), perubahan kesehatan, sosio ekonomi, peran dan fungsi, bentuk interaksi, persiapan kematian, pemisahan dengan keluarga ditandai dengan peningkatan tegangan, kelelahan, mengekspresikan kecanggungan peran, perasaan tergantung, tidak adekuat kemampuan menolong diri, stimulasi simpatetik.

2. Defisiensi pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi, misinterpretasi, keterbatasan kognitif ditandai dengan sering bertanya, menyatakan masalahnya, pernyataan miskonsepsi, tidak akurat dalam mengikiuti intruksi/pencegahan komplikasi.

POST OPERASI1. Nyeri akut/ kronis berhubungan dengan prosedur pembedahan, trauma jaringan, interupsi saraf,diseksi otot.2. Gangguan citra tubuh b.d perubahan dalam penampilan sekunder terhadap pemberian sitostatika.

3. Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan hipermetabolik yang berhubungan dengan kanker, konsekwensi khemotherapi, radiasi, pembedahan (anoreksia, iritasi lambung, kurangnya rasa kecap, nausea), emotional distress, fatigue, ketidakmampuan mengontrol nyeri ditandai dengan klien mengatakan intake tidak adekuat, hilangnya rasa kecap, kehilangan selera, berat badan turun sampai 20% atau lebih dibawah ideal, penurunan massa otot dan lemak subkutan, konstipasi, abdominal cramping.

4. Resiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan tubuh sekunder dan sistem imun (efek kemotherapi/radiasi), malnutrisi, prosedur invasive pembedahan

5. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pembedahan, efek radiasi dan kemotherapi, deficit imunologik, penurunan intake nutrisi dan anemia.

C. PLANNING

1. Ansietas b.d.situasi krisis (kanker), perubahan kesehatan.Tujuan : setelah asuhan keperawatan 2x24 jam ansietas berkurangKH : Klien dapat mengurangi rasa cemasnya

Rileks dan dapat melihat dirinya secara obyektif.

Menunjukkan koping yang efektif serta mampu berpartisipasi dalam pengobatan.

Intervensi

1. Tentukan pengalaman klien sebelumnya terhadap penyakit yang dideritanya.

2. Berikan informasi tentang prognosis secara akurat.

3. Beri kesempatan pada klien untuk mengekspresikan rasa marah, takut, konfrontasi. Beri informasi dengan emosi wajar dan ekspresi yang sesuai.

4. Jelaskan pengobatan, tujuan dan efek samping. Bantu klien mempersiapkan diri dalam pengobatan.

5. Catat koping yang tidak efektif seperti kurang interaksi sosial, dan ketidak berdayaan.

6. Anjurkan untuk mengembangkan interaksi dengan support system.

7. Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman.

8. Pertahankan kontak dengan klien, bicara dan sentuhlah dengan wajar.

2. Defisiensi pengetahuantentang penyakit, prognosis dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi, keterbatasan kognitif ditandai dengan sering bertanya.Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan 2x24 jam pengetahuan klien meningkatKH:

Klien dapat mengatakan secara akurat tentang diagnosis dan pengobatan pada tingkatan siap.

Mengikuti prosedur dengan baik dan menjelaskan tentang alasan mengikuti prosedur tersebut.

Mempunyai inisiatif dalam perubahan gaya hidup dan berpartisipasi dalam pengobatan. Bekerjasama dengan pemberi informasi.Intervensi

1. Kaji pengetahuan klien dan keluarga tentang diagnosa, pengobatan dan akibatnya.

2. Tentukan persepsi klien tentang kanker dan pengobatannya, ceritakan pada klien tentang pengalaman klien lain yang menderita kanker.

3. Beri informasi yang akurat dan faktual. Jawab pertanyaan secara spesifik, hindarkan informasi yang tidak diperlukan.

4. Berikan bimbingan kepada klien/keluarga sebelum mengikuti prosedur pengobatan, therapy yang lama, komplikasi. Jujurlah pada klien.

5. Anjurkan klien untuk memberikan umpan balik verbal dan mengkoreksi miskonsepsi tentang penyakitnya.

6. Review klien /keluarga tentang pentingnya status nutrisi yang optimal.

7. Anjurkan klien untuk mengkaji membran mukosa mulutnya secara rutin, perhatikan adanya eritema, ulcerasi.

8. Anjurkan klien memelihara kebersihan kulit dan rambut.

3. Nyeri akut/ kronis berhubungan dengan prosedur pembedahan, trauma jaringan, interupsi saraf, diseksi otot.Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam nyeri berkurangKH: Tampak rileks Mampu tidur atau istirahat dengan tepat Mengekspresikan penurunan nyeri

Intervensi

1. Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi, lamanya, dan intensitas (skala 0-10) 2. Diskusikan sensasi masih adanya payudara normal

3. Bantu pasien menemukan posisi nyaman

4. Berikan tindakan kenyamanan dasar tehnik relaksasi

5. Sokong dada saat latihan nafas dalam

6. Berikan obat nyeri yang tepat pada jadwal teratur sebelum nyeri berat dan sebelum aktivitas dijadwalkan

7. Berikan analgetik sesuai dengan indikasi

4. Dx :Gangguan citra tubuh b.d perubahan dalam penampilan sekunder terhadap pemberian sitostatika.Tujuan :Setelah diberikan tindakan perawatan, konsep diri dan persepsi klien menjadi stabilKH:

Klien mampu untuk mengeskpresikan perasaan tentang kondisinya

Klien mampu membagi perasaan dengan perawat, keluarga dan orang dekat.

Klien mengkomunikasikan perasaan tentang perubahan dirinya secara konstruktif.

Klien mampu berpartisipasi dalam perawatan diri.

Intervensi

1. Kontak dengan klien sering dan perlakukan klien dengan hangat dan sikap positif.

2. Berikan dorongan pada klien untuk mengekpresikan perasaan dan pikiran tentang kondisi, kemajuan, prognose, sisem pendukung dan pengobatan.

3. Berikan informasi yang dapat dipercaya dan klarifikasi setiap mispersepsi tentang penyakitnya.

4. Bantu klien mengidentifikasi potensial kesempatan untuk hidup mandiri melewati hidup dengan kanker, meliputi hubungan interpersonal, peningkatan pengetahuan, kekuatan pribadi dan pengertian serta perkembangan spiritual dan moral.

5. Kaji respon negatif terhadap perubahan penampilan (menyangkal perubahan, penurunan kemampuan merawat diri, isolasi sosial, penolakan untuk mendiskusikan masa depan.

6. Bantu dalam penatalaksanaan alopesia sesuai dengan kebutuhan.

Kolaborasi dengan tim kesehatan lain yang terkait untuk tindakan konseling secara profesional.

5. Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan hipermetabolik yang berhubungan dengan kanker, konsekwensi khemotherapi, radiasi, pembedahan (anoreksia, iritasi lambung, kurangnya rasa kecap, nausea).Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan klien terpenuhiKH:

Klien menunjukkan berat badan yang stabil, hasil lab normal dan tidak ada tanda malnutrisi

Menyatakan pengertiannya terhadap perlunya intake yang adekuat

Berpartisipasi dalam penatalaksanaan diet yang berhubungan dengan penyakitnya.Intervensi

1. Monitor intake makanan setiap hari, apakah klien makan sesuai dengan kebutuhannya.

2. Timbang dan ukur berat badan, ukuran triceps serta amati penurunan berat badan.

3. Kaji pucat, penyembuhan luka yang lambat dan pembesaran kelenjar parotis.

4. Anjurkan klien untuk mengkonsumsi makanan tinggi kalori dengan intake cairan yang adekuat. Anjurkan pula makanan kecil untuk klien.

5. Kontrol faktor lingkungan seperti bau busuk atau bising. Hindarkan makanan yang terlalu manis, berlemak dan pedas.

6. Ciptakan suasana makan yang menyenangkan misalnya makan bersama teman atau keluarga.

7. Anjurkan tehnik relaksasi, visualisasi, latihan moderate sebelum makan.

8. Anjurkan komunikasi terbuka tentang problem anoreksia yang dialami klien.

Kolaboratif

9. Amati studi laboraturium seperti total limposit, serum transferin dan albumin

10. Berikan pengobatan sesuai indikasi

Phenotiazine, antidopaminergic, corticosteroids, vitamins khususnya A,D,E dan B6, antacida

11. Pasang pipa nasogastrik untuk memberikan makanan secara enteral, imbangi dengan infus.

6. Resiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan tubuh sekunder dan sistem imun (efek kemotherapi/radiasi), malnutrisi, prosedur invasive pembedahan.Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan 2x24 jam tidak terjadi resiko infeksiKH : TTV dalam batas normal TD : 120/80 mmHg

N : 60-100x/menitRR : 16 -20x/menit

S : 36-380C Mampu mempertahankan lingkungan akseptik yang aman

Mampu mengidentifikasi faktor-faktor resiko individu dan intervensi untukmengurangi potensial infeksi. Intervensi

1. Kaji balutan / luka untuk karakteristik drainage2. Pantau vital sign3. Perhatikan prinsip septik, antiseptik setiap tindakan.4. Ganti balutan / rawat luka tiap hari 5. Kaji dolor, color, rubor (tanda-tanda infeksi)6. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien 7. Kolaborasi, pemberian antibiotik

7. Dx :Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pembedahan, efek radiasi dan kemotherapi, deficit imunologik, penurunan intake nutrisi dan anemia.Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3x24 jam tidak ada resiko kerusakan integritas kulitKH : Klien dapat mengidentifikasi intervensi yang berhubungan dengan kondisi spesifik

Berpartisipasi dalam pencegahan komplikasi dan percepatan penyembuhan

Intervensi

1. Kaji integritas kulit untuk melihat adanya efek samping therapi kanker, amati penyembuhan luka.

2. Anjurkan klien untuk tidak menggaruk bagian yang gatal.

3. Ubah posisi klien secara teratur.

4. Berikan advise pada klien untuk menghindari pemakaian cream kulit, minyak, bedak tanpa rekomendasi dokter.

PATOFISIOLOGI TUMOR FILOIDES

DAFTAR PUSTAKAAbdul. 2011. Kaitan Gizi dengan Tumor payudara pada Wanita. Jakarta : Universitas MuhammadiyahCorwin, Elizabeth. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC

Dixon M., dkk, 2005, Kelainan Payudara, Cetakan I, Dian Rakyat, Jakarta.

Doenges M., 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, EGC, Jakarta

Dwi, Asti, dkk. 2010. Penyakit Genetika Tumor payudara. Purwokerto: Universitas Jendral Sudirman

Mansjoer, dkk, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jakarta: EGCMardiana, Lina. 2010. Kanker pada Wanita. Jakarta: Niaga Swadaya

Pramudya. 2011. Carsinoma Mammae. Bandung: Sartika

Purwastuti, Endang. 2012. Tumor payudara. Yogyakarta. Kanisius

Sjamsuhidajat R., 1997, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, EGC, Jakarta

Supandiman, Iman. 1997. Pedoman Terapi Hematolog Onkologi. Bandung: PT.Alumni

Suzanne. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Jakarta: EGC

Tapan, 2005, Kanker, Anti Oksidan dan Terapi Komplementer.Jakarta :Elex Media Komputindo,.Wijayakusuma, H. 2008.Atasi Kanker dengan Tanaman Obat. Jakarta: Puspaswara

Faktor yang tidak dapat dikontrol:

- Usia, Jenis kelamin

- Riwayat keluarga, Riwayat penyakit

- Riwayat menstruasi

- Ras, genetic

- Kontrasepsi

Faktor yang dapat dikontrol:

- Riwayat melahirkan

- Alkohol

- Obesitas

- Radiasi

- Kontrasepsi

Terpapar zat karsinogenik terus menerus menerus

Karsinoma bereaksi dengan DNA

Sel normal menjadi promaligna (fase inisiasi)

Zat mutagen menaikkan reaksi karsinogen (fase promosi)

Aktivasi, mutasi, danhilangnya gen

Promaligna

Maligna (fase progresi)

Neoplasma ganas pada payudara

Tumor payudara

infiltrasi

Pemb.limfe

Mendesak

Pembuluh darah

Mendesak

Sel syaraf

Mendesak

jaringan sekitar

Suplai nutrisi ke jaringan ca

Bendungan limfe lokal

Aliran darah terhambat

Interupsi sel saraf

Menekan jaringan pada mammae

Hipermetabolis kejaringan

Edema sekitar kanker

MK: Nyeri kronik

Hipoksia

Peningkatan konsistensi mammae

Suplai nutrisi jaringan lain(

Peau de orange

Nekrosis jaringan

Mammae membengkak

Berat badan turun

MK: Nutrisi kurang dari kebutuhan

Bakteri Patogen

MK: Kurang pengetahuan

Ukuran mammae abnormal

Massa tumor mendesak ke jaringan luar

MK: Resiko Infeksi

MK: ansietas

Mammae asimetrik

Infiltrasi pleura parietale

MK: Gg body image

Perfusi jaringan terganggu

Ulkus

Expansi paru menurun

MK: Gg integritas kulit/ jaringan

MK: Gg pola nafas