drs. abror sodik, m.si....sehingga penulisan buku “pengantar bimbingan dan konseling” dapat...

157

Upload: others

Post on 31-Mar-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad
Page 2: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

Drs. Abror Sodik, M.Si.

PENGANTAR BIMBINGAN DAN KONSELING

Page 3: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

PENGANTAR BIMBINGAN DAN KONSELING

© Drs. Abror Sodik, M.Si.; Yogyakarta, 2015

viii + 150 Halaman; 14,5 X 21 cm

ISBN: 978-602-14837-3-2

Cetakan I: September 2017

Penata Isi: lu_cy

Desain Cover: Agung

Hak cipta dilindungi undang-undangDilarang memperbanyak buku ini sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun juga, baik secara mekanis maupun elektronis, termasuk fotokopi, rekaman dan lain-lain tanpa izin dari penerbit

Penerbit:Aswaja Pressindo

Anggota IKAPI No. 071/DIY/2011

Jl. Plosokuning V No. 73 Minomartani,Ngaglik, Sleman YogyakartaTelp.: (0274) 4462377e-mail: [email protected]@yahoo.com ^Website: www.aswajapressindo.co.id

Page 4: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

PENGANTAR PENULIS

B ism U lahirtahm anitrah im

Alhamdulillahi rabbil \alamin, penulis mengucapkan puji dan syukur ke hadhirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, di antaranya berupa kesehatan dan kesempatan, sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, para keluarganya, para shahabatnya, para pengikutnya dan seluruh umatnya hingga akhir zaman.

Pentingnya bimbingan dan konseling dalam kehidupan manusia adalah karena bimbingan dan konseling merupakan pelayanan yang dilakukan dari manusia, untuk manusia, dan o leh manusia. Dari manusia, artinya bahwa pelayanan itu diselenggarakan berdasarkan hakikat manusia dengan segenap kemanusiannya. Untuk manusia, dimaksudkan bahwa pelayanan tersebut diselenggarakan demi tujuan-tujuan yang yang mulia dan positif bagi kehidupan kemanusiaan menuju manusia seutuhnya, baik sebagai individu maupun kelompok. O leh manusia, mengandung pengertian bahwa penyelenggaraan pelayanan itu adalah manusia dengan segala derajat, martabat dan keunikan masing-masing yang terlibat di daiamnya.

Buku ini ditulis untuk memenuhi silabi mata kuliah"“Pengantar Bimbingan dan Konseling” yang ada di Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam (BKI) Fakultas Dakwah dan Komunikasi Univer-

iii

Page 5: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

w — ---------------------------------------------------- ------------------

Drs. A bror Sodi k, M.Si.

sitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, yang sengaja dipersiapkan untuk bahan ajar dalam mata kuliah tersebut.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan buku ini masih banyak kekurangan di sana-sini. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diperlukan demi untuk penyempurnaan buku ini. Akhirnya penuhs berharap, semoga buku yang sederhana ini bermanfaat dan menjadi amal jariah.

Yogyakarta, 28 Agustus 2017 Penulis,

Drs. Abror Sodik, M.Si.

IV

Page 6: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................iiiDAFTAR IS I ...................................................................................v

BAB IPENGERTIAN BIMBINGAN DAN KONSELING 1A. Pengertian Bimbingan dan Konseling.................................. 1B. Hubungan Antara Bimbingan dan Konseling.....................4C. Perbedaan Konsep Bimbingan dan Konseling Barat

dengan Konsep Bimbingan dan Konseling Islam.............6D. Sejarah Perkembangan Bimbingan dan Konseling.............7E. Tujuan Bimbingan dan Konseling......................................11E Asas-Asas Bimbingan dan Konseling Umum................ 17G. Asas-Asas Bimbingan dan Konseling Islami.................. 23

BAB IILANDASAN BIMBINGAN DAN KONSELING.......... 35A. Landasan Filosofis Bimbingan dan Konseling 35B. Landasan Islami Bimbingan dan Konseling ........... 38C. Landasan Psikologis Bimbingan dan Konseling ..."........43

Page 7: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

Drs. Abror Sofii M.Si.

D. Landasan Sosial Budaya Bimbingan dan Konseling........57E. Landasan Ilmiah Bimbingan dan Konseling.....................67

BAB IIIFUNGSI DAN PRINSIP-PRINSIP BIMBINGAN DAN KONSELING................................................................... 71A. Fungsi Bimbingan dan Konseling.....................................71B. Prinsip-Prinsip Bimbingan dan Konseling......................92

BAB IVORIENTASI DAN RUANG LINGKUP PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING....... 99A. Orientasi Bimbingan dan Konseling.................................99B. Ruang Lingkup Pelayanan Bimbingan dan Konseling ... 103

BAB V JENIS LAYANANBIMBINGAN DAN KONSELING................................... 111A. Layanan Konseling Perorangan....................................... I l lB. Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok........... 122

BAB VI BIMBINGAN DAN KONSELINGSEBAGAI PROFESI................................................................129A. Pengertian Istilah Profesi .........................................129B. Ciri-Ciri Profesi ................................... 130C. Pengembangan Profesi Bimbingan dan Konseling..... 132

Page 8: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

Daftar Isi

BAB VIILAHIRNYA BIMBINGAN DAN KONSELING POLA 17 DAN DALAM SISTEM KTSP...........................137A. Pra Lahirnya Bimbingan dan Konseling Pola 17 .......... 137B. Lahirnya Bimbingan dan Konseling Pola 17 ..................140C. Bimbingan dan Konseling dalam Sistem KTSP.............143

DAFTAR PUSTAKA................................................................145

vii

Page 9: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

f —

Page 10: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

BAB I PENGERTIAN BIMBINGAN

DAN KONSELING

Pengertian Bimbingan dan KonselingPeiayanan bimbingan dan konseling dilaksanakan dari manusia,

untuk manusia, dan o leh manusia. Dari manusia, artinya peiayanan tu diselenggarakan berdasarkan hakikat manusia dengan segenap cemanusiannya. Untuk manusia, dimaksudkan bahwa peiayanan ;ersebut diselenggarakan demi tujuan-tujuan yang agung, mulia dan Dositif bagi kehidupan kemanusiaan menuju manuasia seutuhnya, Daik manusia sebagai individu maupun kelompok. O leh manusia, nengandung pengertian bahwa penyelenggaraan peiayanan itu idalah manusia dengan segala derajat, martabat dan keunikan nasing-masing yang terlibat di dalamnya.

Dalam kehidupan sehari-hari, seiring dengan penyelenggaraan pendidikan pada umumnya, dan dalam hubungan saling pengaruh intara orang yang satu dengan yang lainnya, peristiwa bimbingan setiap sali dapat terjadi. Orang tua membimbing anak-anaknya, guru nembimbing murid-muridnya baik melalui kegiatan pengajaran naupun non pengajaran, para pemimpin membimbing warga yang iipimpinnya melalui berbagai kegiatan, misalnya berupa pidato, santiaji, rapat, diskusi, dan intruksi. Proses bimbingan dapat pula terjadi nelalui media cetak (buku,surat kabar, majalah, dan lain-lan), dan nedia elektronika (radio, televisi, film, video, tele komperensi, tele iiskusi, dan lain-lain). Semua peristiwa bimbingan yang terlaksana

1

Page 11: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

seperti itu semua dapat disebut sebagai b irtib in gan in forrtia l yang bentuk, isi dan tujuan, serta aspek-aspek penyelenggaraan tidak terumuskan secara nyata (Priyatno dan Erman Anti, 1999: 92-93).

Secara etimologis, istilah bimbingan merupakan alih bahasa dari bahasa Inggris: “guidance”, yang merupakan bentuk infinitif atau bentuk masdar dari kata kerja “toguide”, yang berarti: menunjukkan, membimbing atau menuntun orang lain ke jalan yang benar. Jadi istilah bimbingan secara etimologis berarti: pemberian petunjuk, pemberian bimbingan atau tuntunan kepada orang lain ke jalan yang benar (M. Arifin, 1979: 18).

Secara terminologi, pengertian bimbingan antara lain dikemukakan oleh Jones (Bimo Walgito,1984: 3) sebagai berikut:

Guidance is the help given by one person to anather in making choices and adjustment and in solvingproblems. Guidance aims at aiding the recipient to grow his independence and ability to be responsible for himself.

Sedangkan yang dikemukakan oleh Crow and Crow (Bimo Walgito,1984: 3) adalah:

Guidance is assistance made available by competent counselors to an individual o f any age to help him direct his own live, develop his own decisions, and carry his burdens.

Dari dua pendapat tersebut, dapat dikemukakan bahwa bimbingan itu merupakan bantuan yang diberikan kepada individu untuk mengembangkan kemampuan-kemampuannya dengan baik agar individu itu dapat memecahkan masalalahnya sendiri dan dapat mengadakan penyesuaian diri dengan baik.

Secara terminologi, istilah bimbingan telah banyak dikemuka­kan oleh para ahli, dan kalau kita mau mengkbleksi mengenai definisi bimbingan ada berpuluh-puiiih sesuai dengan sudut pandangnya masing-masing, akan tetapi dari definisi-detinisi bimbingan yang ada, tentunya kita dapat memberi definisi bimbingan sendiri yang lebih mempermudah untuk difahami dan mencakup pengertian lebih luas, yaitu sebagai berikut:

Drs. A bror Sodify M.Si

2

Page 12: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

Pengertian Bimbingan dan Konseling

Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seorang atau beberapa orang indvidu, baik anak-anak, remaja maupun dewasa dalam menghindari atau mengatasi problema-problema di dalam kehidupannya sehingga tercapai kebahagian hidupnya.

Adapun istilah konseling, secara etimologis juga merupakan alih bahasa dari bahasa Inggris: “counseling\ yang merupakan bentuk infinitif atau bentuk masdar dari kata kerja “to counsel\ yang berarti: memberikan nasihat atau memberi anjuran kepada orang lain secara face to face (berhadapan muka satu sama lain) atau kontak langsung. jadi istilah konseling secara etimologis berarti: pemberian nasihat kepada orang lain secara individual yang dilakukan dengan face to face atau dengan kontak langsung (M. Arifin, 1979: 18).

Sedangkan pengertian konseling secara terminologi, antara lain dikemukakan oleh Jones yang diambil dari pendapat Bor din (Bimo Walgito, 1984: 3), yaitu:

“Counseling is the process o f aiding an individual to solve his problems through the medium o f the interview ”

Di samping itu Blum dan Balinsky (Bimo Walgito,!984: 4) mengajukan pendapat sebagai berikut:

“Counseling is the solution to an individuals problem

Dari dua pendapat tersebut, dapat dikemukakan bahwa konseling merupakan bantuan yang diberikan kepada individu dalam memecahkan masalah dengan wawancara.

Secara terminologi, istilah konseling juga sudah banyak dikemukakan oleh para ahli sesuai dengan sudut pandang mereka masing-masing, namun dari definisi-definisiyang telah ada? Jtentunya kita dapat memberi definisi konseling sendiri yang lebih mudah untuk difahami dan mencakup pengertian yang lebih luas, yaitu sebagai berikut:

3

Page 13: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

Drs. A bror Sodik; M.Si.

Konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami masalah (disebut klien) dalam upaya mengatasi problema kehidupannya secara face to face (berhadapn muka satu sama lain) atau kontak langsung dengan wawancara sesuai dengan keadaan individu yang dihadapinya sehingga tercapai kebahagiaan hidupnya.

Setelah dikemukakan pengertian bimbingan dan konseling tersebut, maka selanjutnya akan dikemukakan mengenai pengertian bimbingan dan konseling Islami, yaitu sebagai berikut:

Bimbingan Islami adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar dalam kehidupannya senantiasa selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.

Sedangkan konseling Islami adalah proses pemberian bantuan kepada individu agar menyadari kembali eksistensinya sebagai makhluk Allah yang seharusnya dalam kehidupannya senantiasa selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. (Aunur Rahim Faqih, Penyunting, 2001: 61-62).

B, Hubungan Antara Bimbingan dan KonselingUntuk menjelaskan mengenai hubungan antara bimbingan dan

konseling, maka terlebih dahulu akan diajukan pertanyaan sebagai berikut:

Bagaimana hubungan antara bimbingan dan konseling? Untuk men jawab pertanyaan ini kiranya di antara para ahli belum ada kata sepakat. ~

<**Sebagian ahli memandang bahwa koftseling merupakan salah

satu teknik dari bimbingan, sehingga dengan pandangan ini, maka pengertian bimbingan adalah lebih luas daripada pengertian konseling. Oleh karenanya konseling merupakan bagian dari bimbingan.

4

Page 14: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

Sebagian ahli yang lain memandang, bahwa baik pengertian bimbingan maupun konseling, kedua-duanya adalah mempunyai pengertian yang sama.

Apabila kita cermati antara pengertian bimbingan dan penger­tian konseling, maka nampak adanya segi yang sama, tetapi juga nampak adanya segi-segi yang berbeda.

Persamaannya, adalah adanya proses pemberian bantuan dari seseorang kepada orang lain.

Sedangkan segi-segi perbedaannya adalah:1. Konseling merupakan salah satu teknik dari bimbingan. Oleh

karena itu pengertian bimbingan lebih luas daripada pengertian konseling. Konseling memang merupakan bimbingan, tetapi tidak semua bimbingan merupakan konseling.

2. Dalam konseling telah adanya masalah yang akan dipecahkan bersama antara konselor dan klien. Sedangkan dalam bimbingan tidak demikian halnya.

3. Pada bimbingan lebih bersifat preventif, sedangkan pada konseling lebih bersifat kuratif. Bimbingan dapat diberikan sekalipun tidak adanya suatu masalah. Keadaan ini tidak berarti bahwa pada bimbingan sama sekali tidak didapati segi kuratif. Dan sebaliknya, pada konseling juga tidak berarti tidak adanya segi preventif. Dalam konseling didapati pula segi preventif, dalam arti menjaga atau mencegah agar jangan sampai timbul masalah yang lebih mendalam.

4. Dalam konseling pada prinsipnya dilaksanakan secara individual, yaitu antara konselor dan klien dengan wawancara secara face to face atau kontak langsung, walaupun dalam perkembangannya, kemudian adanya group counseling. Sedangkan dalam bimbingan pada prinsipnya dilaksanakan lebih secara kelompok, sekalipun juga dapat diberikan secara individual (Bimo Walgito, 1984: 4).

Karena adanya persamaan dan perbedaan-perbedaan tersebut, dan karena pula di dalam praktek antara bimbingan dan konseling

Pengertian Bimbingan dan Konseling

5

Page 15: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

saling kait mengkait, maka digunakanlah istilah “Bimbingan danKonseling”, di samping itu juga digunakan istilah “Bimbingan” danistilah “Konseling”.

C. Perbedaan Konsep Bimbingan dan Konseling Barat dengan Konsep Bimbingan dan Konseling Islami

1. Bimbingan dan konseling Barat bersifat antroposentris, artinya bahwa proses layanan bimbingan dan konseling semua berpusat kepada manusia, demi kesejahteraan hidup manusia; dilaksanakan dari, oleh dan untuk manusia, sama sekali tidak berkaitan dan dikaitkan dengan Tuhan maupun ajaran agama. Sedangkan bimbingan dan konseling Islami bersifat theosentris, artinya bahwa proses layanan bimbingan dan konseling semua berpusat kepada Allah SWT, dipandangnya sebagai suatu bentuk ibadah kepada Allah, sebagai salah satu realisasi dari kehidupan umat yang beriman kepada Allah.

2. Pada umumnya konsep layanan bimbingan dan konseling Barat hanyalah didasarkan atas hasil fikir manusia. Semua teori bimbingan dan konseling yang ada adalah didasarkan hasil kerja rasio ataupun didasarkan atas pengalaman-pengalaman yang ialu. Sedangkan konsep layanan bimbingan dan konseling Isami didasarkan atas dua sumber, yaitu pertama: AI-Qur’an dan sunnah Rasul, dan kedua: aktivitas akal dan pengalaman manusia.

3. Pada umumnya konsep layanan bimbingan dan konseling Barat didasarkan atas pandangan hidup yang sekularistik-positivistik,artinya bahwa dalam layanan bimbingan dan konseling hanya memasalahkan untuk kepetingan kehidupan di dunia, sekarang dan di sini, dan tidak membahas masalah kehidupan sesudah mati. Sedangkan konsep bimbingan dan konseling Islami meyakini adanya kehidupan sesudah tiiati dan memasalahkan upaya agar orang dapat hidup seimbang antara kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.

Drs. A bror Sodik, M.Si.

6

Page 16: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

Pengertian Bimbingan dan Konseling

4. Konsep layanan bimbingan dan konseling Barat pada umumnya tidak membahas dan tidak mengkaitkan pahala dan dosa. Masalah pahala dan dosa itu merupakan masalah yang berada di luar lingkupnya. Sedangkan konsep bimbingan dan konseling Islami masalah pahala dan dosa itu merupakan hal yang selalu hidup dalam dunia batinnya dan mempengaruhi serta mengarahkan gerak perilakunya. Seorang muslim yang baik selalu berusaha untuk memperoleh ridha dan karunia Allah yang berwujud pahala, dan selalu berusaha menjauhi larangan Allah karena takut dosa. (Thohari Musnamar, Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan & Konseling Islami, 1992: xiv-xvii).

D. Sejarah Perkembangan Bimbingan dan KonselingMiller (Priyatno dan Erman Anti, 1999:109-110) meringkaskan

bahwa sejarah perkembangan bimbingan dan konseling ke dalam lima periode, yaitu:

Periode pertama, perkembangan gerakan bimbingan pada awal mulanya diprakarsai oleh Frank Parson pada tahun 1908. Pada periode ini pengertian bimbingan baru mencakup bimbingan jabatan, di mama pada saat itu bimbingan baru dilihat sebagai usaha mengumpulkan berbagai keterangan tentang individu dan tentang jabatan, kemudian kedua jenis keterangan itu, lalu dipasang dan dicocokkan yang pada akhirnya menentukan jabatan apa yang paling cocok untuk individu yang dimaksudkan.

Periode kedua, gerakan bimbingan lebih menekankan pada bimbingan pendidikan. Dalam tahap ini bimbingan dirumuskan sebagai totalitas peiayanan yang secara keseluruhan dapat diintegrasikan ke dalam upaya pendidikan. Pada kedua periode ini, rumusan tentang konseling belum dimunculkan.

Periode ketiga, bahwa peiayanan bimbingan tidak hanya disangkut-pautkan dengan usaha-usaha pendidikan saja, tidak pula hanya mencocokkan individu untuk jabatan-jabatan tertentu saja, melainkan juga bagi peningkatan kehidupan mental. Dalam kaitan

7

Page 17: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

itu, pada keseluruhan upaya bimbingan ditekankan adanya upaya untuk membantu penyesuaian diri individu terhadap dirinya sendiri, lingkunan dan masyarakat. Pada periode inilah rumusan tentang k o n s e l in g dimunculkan. Para ahli bimbingan pada periode ketiga ini menyadari bahwa apa yang mereka lakukan “ bukan hanya sekadar menyediakan bimbingan atau memberikan latihan, tetapi mereka membantu individu memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan individu itu yang kadang-kadang amat pelik dan membesar” (Belkin, 1975). Rumusan konseling yang muncul pada periode ketiga ini secara nyata memperlihatkan bahwa konseling merupakan salah satu bentuk pelayanan bimbingan di antara sejumlah pelayanan lainnya, seperti bimbingan jabatan dan bimbingan pendidikan. Perkembangan yang lebih lanjut pada periode ketiga ini bahkan lebih menonjolkan lagi peranan pentingnya konseling di antara keseluruhan bentuk-bentuk pelayanan bimbingan, sampai-sampai konseling dianggap sebagai jantung ha tiny a bimbingan.

Periode keempat, gerakan bimbingan menekankan pentingnya proses perkembangan individu. Pada periode ini pelayanan bimbingan dihubungkan dengan usaha individu untuk memenuhi tugas-tugas perkembangannya dalam mencapai kematangan dan kedewasaan.

Periode kelima, dalam preiode ini tampak adanya dua arah yang berbeda, yaitu kecenderungan yang ingin kembali ke periode pertama dan kecenderungan yang ingin lebih menekankan pada rekonstruksi sosial dan personal dalam rangka membantu pemecahan masalah yang dihadapi individu.

Sekarang, bagaimanakah perkembangan bimbingan dan konseling di Indonesia? Untuk men jawab pertanyaan ini, maka akan dikemukakan secara singkat sejarah bimbingan dan konseling di Indonesia.

Bahwa bimbingan dan konseling di Indonesia pada hakikatnya telah berakar dalam seluruh kehidupan dan perjuangan bangsa In­

Drs. A bror Sodify M.Si.

8

Page 18: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

Pengertian Bimbingan dan Konseling

donesia. Akan tetapi, patut diakui bahwa bimbingan yang bersifat ilmiah dan profesional masih belum berkembang secara mantap atas dasar falsafah Pancasila. Secara gradual, bimbingan dan konseling ada sebelum kemerdekaan Indonesia, dekade 40-an, dekade 50-an, dekade 60-an, dekade 70-an, dan dekade 80-an. Masing-masing dekade mempunyai karakteristik tertentu sesuai dengan situasi dan keadaan pada masing-masing dekade. Dan pada era lepas landas sekarang ini, bimbingan dan konseling semakin dimantapkan pemerintah. (Dewa Ketut Sukardi, 2008: 2-3).

Lebih menguatkan pendapat tersebut, bahwa sejarah lahirnya bimbingan dan konseling di Indonesia diawali dari dimasukkannya bimbingan dan konseling (dulu dikenal dengan bimbingan dan penyuluhan) pada setting sekolah. Pemikiran ini diawali sejak tahun 1960. Hal ini merupakan salah satu hasil konferensi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (disingkat FKIP, yang kemudian menjadi IKIP) di Malang tanggal 20-24 Agustus tahun 1960. Perkembangan berikutnya, tahun 1964 IKIP Bandung dan IKIP Malang mendirikan jurusan bimbingan dan penyuluhan. Tahun 1971 berdiri Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP) pada delapan IKIP, yaitu IKIP Padang, IKIP Jakarta, IKIP Bandung, IKIP Yogyakarta, IKIP Semarang, IKIP Surabaya, IKIP Malang, dan IKIP Manado. Melalui proyek ini, bimbingan dan penyuluhan dikembangkan. Kemudian, disusun juga “pola dasar rencana dan pengembangan bimbingan dan penyuluhan” pada PPSP. Kurikulum 1975 untuk Sekolah Menegah Atas, di dalamnya, juga memuat pedoman bimbingan dan penyuluhan.

Pada tahun 1978, diselenggarakan program PGSLP dan PGSLA Bimbingan dan Penyuluhan di IKIP (setingkat D2 atau D3) untuk mengisi jabatan guru bimbingan dan penyuluhan di sekolah. Keberadaan bimbingan dan penyuluhan, secara legal-for­mal diakui tahun 1989 dengan lahirnya SK Menpan No.: 026/ Menpan/1989 tentang Angka Kredit bagi Jabatan Guru dalam Lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Di dalam

9

Page 19: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

Kepmen tersebut ditetapkan secara resmi adanaya kegiatan pelayanan bimbingan dan penyuluhan di sekolah. Akan tetapi, pelaksanaan di sekolah masi belum jelas, seperti pemikiran awal untuk mendukung masih sekolah dan membantu peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan mereka.

Sampai tahun 1993, pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan di sekolah tidak jelas. Parahnya lagi, penggunaannya —terutama orang tua murid- memiliki pandangan kurang bersahabat dengan BP. Muncul anggapan bahwa anak yang ke BP identik dengan anak yang bermasalah. jika ada orang tua murid diundang ke sekolah oleh guru BP, maka di benak orang tua terpikir bahwa anaknya di sekolah mesd bermasalah atau ada masalah.

Hal ini berlangsung hingga lahirnya SK Menpan No.: 83/1993 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, yang di dalamnya termuat aturan tentang bimbingan dan konseling di sekolah. Ketentuan pokok dalam SK Menpan itu dijabarkan lebih lanjut melalui SK Mendikbud No.: 025/1995 sebagai petunjuk pelaksanaan jabatan fungsional guru dan angka kreditnya. Di dalam SK Mendikbud ini, istilah bimbingan dan penyuluhan diganti menjadi bimbingan dan konseling di sekolah dan dilaksanakan oleh guru pembimbing. Di sinilah pola pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah mulai jelas. (Jamal Ma’mur Asmani, 2010: 27-29).

Dengan diberlakukannva Kurikulum 1994, mulailah ruang gerak bagi layanan ahli bimbingan dan konseling dalam sistem persekolahan di Indonesia. Sebab, salah satu ketentuannya adalah mewajibkan tiap sekolah untuk menyediakan 1 (satu) orang konselor untuk setiap 150 (seratus lima puluh) peserta didik, meskipun hanya terealisasi pada jenjang pe^didikaih menengah. Dengan jumiah lulusan yang sangat terbatas sebagai dampak dari kebijakan Ditjen Dikti untuk menciutkan jumiah LPTK penyelenggara program S-l bimbingan dan konseling mulai tahun akademik 1987/1988, maka semua sekolah menengah di tanah air juga tidak mudah untuk melaksanakan instruksi tersebut. Sesuai arahan, masing-masing

Drs. A bror Sodik, M.Si.

10

Page 20: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

Pengertian Bimbingan dan Konseling

sekolah menengah “mengalihtugaskan” guru-gurunya yang paling bisa dilepas (dispensablej untuk mengemban tugas menyelenggarakan peiayanan bimbingan dan konseling setalah dilatih melalui crash pro­gram, dan lulusannya pun disebut guru pembimbing

Pada tahun 2003, diberlakukan UU Nomor: 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasionai yang menyebut adanya jabatan “konselor” dalam pasal 1 ay at (6). Akan tetapi, tidak ditemukan kelanjutannya dalam pasal-pasal berikutnya. Pasal 39 ayat (2) dalam UU Nomor: 20 Tahun 2003 tersebut menyatakan bahwa “Pendi­dikan merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama pendidik pada perguruan tinggi”. Dari sini, dapat diketahui bahwa tugas “melakukan pembimbingan” yang tercantum dalam pasal 39 ayat 2 tersebut sebagai salah satu unsur dari tugas pendidik itu jelas merujuk kepada tugas guru, sehingga tidak dapat secara sepihak ditafsirkan sebagai indikasi tugas konselor. (Jamal Ma’mur Asmani, 2010: 29- 30).

Sejarah bimbingan dan konseling tersebut menyadarkan kepada kita betapa sebuah program yang baik membutuhkan waktu yang cukup lama untuk berkembang, melewati ujian masa dengan berbagai macam kendala yang menghadang. Tapi, lewat perjuangan terus-menerus, akhirnya bimbingan dan konseling mendapat perhatian besar pemerintah sekarang ini.

E. Tujuan Bimbingan dan KonselingSecara garis besar, tujuan bimbingan dan konseling dapat dibagi

tnejadi dua, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.Tujuan umum bimbingan dan konseling adalah untuk

membantu individu mewujudkan dirinya menjadi manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. (Aunur Rahim Faqih (Penyunting), 2001: 36). Ditinjau dari aspek pendidikan,

11

Page 21: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

Drs. A bror Sodif M.Si.

bahwa tujuan umum bimbingan dan konseling sesuai dengan tujuan pendidikan, sebagaimana dinyatakan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) Tahun 2003 (UU No. 20/2003), yaitu terwujudnya manusia Indonesia seutuhnya yang cerdas, beriman, dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan ruhani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. (Depdikbud, 2004: 5).

Sesuai dengan pengertian bimbingan dan konseling sebagai upaya membentuk perkembangan kepribadian siswa secara opti­mal, maka secara umum layanan bimbingan dan konseling di SMP/ MTs dan SMA/MA/SMK haruslah dikaitkan dengan pengem­bangan sumber daya manusia. Dalam rangka menjawab tantangan kehidupan masa depan, yaitu adanya relevansi program pendidikan dengan tuntutan dunia kerja, atau adanya link andm&tch (kaitan dan padanan), maka secara umum layanan bimbingan dan konseling adalah membantu siswa mengenal bakat, minat, dan kemampuannya, serta memilih dan menyesuaikan diri dengan kesempatan pendidikan untuk merencanakan karier yang sesuai dengan tuntutan dunia kerja. (Jamal Ma’mur Asmani, 2010: 50)

Tujuan khusus bimbingan dan konseling adalah:1. Untuk membantu individu agar tidak menghadapi masalah.2. Untuk membantu individu mengatasi masalah yang sedang

dihadapinya.3. Untuk membantu individu memelihara dan mengembangkan

situasi dan kondisi yang baik atau yar\g Velah baik agar tetap baik atau menjadi lebih baikf sehingga tidak akan menjadi sumber masalah bagi dirinya dan orang'lain: (Aunur Rahim Faqih, Penyunting, 2001: 36-37).

Ditinjau dari aspek pendidikan, bahwa tujuan khusus bimbingan dan konseling adalah untuk membantu siswa agar dapat

12

Page 22: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

tnencapai tujuan-tujuan perkembangan yang meliputi aspek pribadi- sosial, belajar, dan karier.

Tujuan perkembangan aspek pribadi-sosial dimaksudkan untuk mewujudkan pribadi yang takwa, mandiri, dan bertanggung jawab. Dalam aspek perkembangan pribadi-sosial, layanan bimbingan dan konseling bertujuan membantu siswa agar:1. Memiliki kesadaran diri, yaitu menggambarkan penampilan dan

mengenai kekhususan yang ada pada dirinya.2. Dapat mengembangkan sikap positif, seperti menggambarkan

orang-orang yang mereka senangi.3. Membuat pilihan secara sehat.4. Mampu menghargai orang lain.5. Memiliki rasa tanggung jawab.6. Mengembangkan keterampilan hubungan antar pribadi.7. Dapat mnyelesaikan konflik.8. Dapat membuat keputusan secara efektif.

Tujuan aspek perkembangan belajar dimaksudkan untuk mewujudkan perkembangan pendidikan. Dalam aspek perkem­bangan belajar, layanan bimbingan dan konseling bertujuan membantu siswa agar:1. Dapat melaksanakan keterampilan atau teknik belajar secara

efektif.2. Dapat menetapkan tujuan dan perencanaan pendidikan.3. Mampu belajar secara efektif.4. Memiliki keterampilan dan kemampuan dalam menghadapi

evaluasi/ujian.Tujuan aspek perkembangan karier, layanan bimbingan dan

konseling bertujuan membantu siswa agar:1 • Mampu membentuk identitas karier, dengan cara mengenali ciri-

ciri pekerjaan di dalam lingkungan kerja.

Pengertian Bimbingan dan Konseling

Page 23: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

Drs. A bror Sodify M.Si.

2. Mampu merencakan masa depan.3. Dapat membentuk pola-pola karier, yaitu kecenderungan arah

karier.4. Mengenal keterampilan, kemampuan, dan minat. (Dewa Ketut

Sukardi, 2008: 44-45).Menurut Uman Suherman (2011:16-19) bahwa tujuan pelaksa­

naan bimbingan dan konseling meliputi dua hal, yaitu umum dan khusus. Secara umum, pelaksanaan bimbingan dan konselin bertujuan agar individu dapat:1. Memahami dan menerima diri secara obyektif dan konstruktif,

baik yang terkait dengan keunggulan maupun kelemahan, baik fisik maupun psikis.

2. Memahami tentang kondisi, tuntutan dan irama kehidupan lingkungan yang fluktuatif antara yang menyenangkan dan yang tidak menyenangkan, serta mampu meresponnya secara positif sesuai dengan norma pribadi, sosial, dan ajaran agama yang dianut.

3. Merencanakan aktivitas penyelesaian studi, perencanaan karier, serta kehidupannya di masa yang akan datang.

4. Mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya serta memanfaatkan kekuatan lingkungan secara optimal.

5. Menyesuaikan diri, baik dengan tuntutan lingkungan pendidikan, masyarakat, pekerjaan, serta agama yang dianut.

6. Mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadinya dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun dalam melakukan penghambaan kepada Tuhan-Nya.

Sedangkan secara khusus, pelaksanaan bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantuindividu agar dapat mencapai tugas-tugas perkembangannya yang meliputi aspek pribadi-sosial, belajar (akademik), dan karier.

14

Page 24: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

Tujuan khusus bimbingan dan konseling yang terkait denganperkembangan aspek pribadi-sosial, agar indvidu:1. Memiliki pemahaman tentang kondisi, tuntutan dan irama

kehidupan lingkungan yang fluktuatif antara yang menyenangkan dan yang tidak menyenangkan, serta mampu meresponnya secara positif sesuai dengan norma pribadi, soaial, dan ajaran agama yang dianutnya.

2. Memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai keiman- an dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, pertemanan, sekolah, tempat bekerja maupun kehidupan masyarakat pada umumnya.

3. Memiliki sikap toleransi terhadap orang lain dan saling menghor- mati dan memelihara hak dan kewajiban masing-masing.

4. Memiliki sikap respek terhadap orang lain, menghormati dan menghargai orang lain, serta tidak melecehkan martabat dan harga diri orang lain.

5. Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara positif, obyektif dan konstruktif, baik yang terkait dengan keunggulan maupun kelemahan, baik fisik maupun psikis.

6. Memiliki kemampuan melakukan pilihan dan membuat kepu- tusan secara sehat dan efektif.

7. Memiliki kemampuan berinteraksi sosial yang diwujudkan dalam bentuk hubungan persahabatan, persaudaraan, atau silaturahim dengan sesama manusia.

8. Memiliki kemampuan interpersonal, baik dalam menyelesaikan konflik yang bersifat internal maupun dengan orang lain.

Tujuan khusus bimbingan dan konseling yang terkait denganperkembangan aspek akademik, yaitu agar individu:1. Memiliki pemahaman tentang kondisi, tuntutan dan irama

kehidupan lingkungan akademik secara positif, serta mampu

Pengertian Bimbingan dan Konseling

15

Page 25: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

Drs. A bror Sodi^ M.Si.

meresponnya secara positif sesuai dengan norma pribadi, sosial, dan ajaran agama yang dianutnya.

2. Memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam kehidupan akademik atau sekolah.

3. Memiliki sikap toleransi terhadap peserta didik lain dan saling menghormati dan memelihara hak dan kewajiban masing-masing sebagai peserta didik.

4. Memiliki sikap respek terhadap prestasi peserta didik lain, menghormati dan menghargai peserta didik lain, serta tidak melecehkan martabat dan harga diri peserta didik lain.

5. Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara positif, obyektif dan konstruktif, baik yang terkait dengan keunggulan maupun kelemahan, baik fisik maupun psikis.

6. Memiliki kemampuan melakukan pilihan dan membuat kepu­tusan secara sehat dan efektif dalam keberlanjutan kehidupan akademiknya.

7. Memiliki kemampuan berinteraksi sosial yang diwujudkan dalam bentuk hubungan persahabatan, persaudaraan, atau silaturahim dengan sesama peserta didik.

8. Memiliki kemampuan interpersonal dan keterampilan akademik yang efektif dalam memecahkan masalah akademik, baik yang bersifat internal maupun dengan orang lain.

Tujuan khusus bimbingan dan konseling yang terkait denganperkembangan aspek karier, yaitu agar individu:1. Memiliki pemahaman tentang kondisi, tuntutan dan irama

kehidupan lingkungan pekerjaan secara positif, serta mampu meresponnya secara positif sesuai $engan norma pribadi, sosial, dan ajaran agama yang dianutnya.

2. Memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam dunia kerja dan kariernya.

16

Page 26: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

Pengertian Bimbingan dan Konseling

3. Memiliki sikap toleransi terhadap pekerjaan orang lain dan saling menghormati dan memelihara hak dan kewajiban masing-masing sebagai sebagai pekerja.

4. Memiliki sikap respek terhadap prestasi pekerjaan orang lain, menghormati dan menghargai pekerja lain, serta ddak meleceh- kan martabat dan harga diri pekerja lain.

5. Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara positif, obyektif dan konstruktif, baik yang terkait dengan tuntutan, tantangan dan peluang pekerjaan.

6. Memiliki kemampuan melakukan pilihan dan membuat kepu- tusan secara sehat dan efektif dalam keberlanjutan kehidupan kariernya.

7. Memiliki kemampuan berinteraksi sosial yang diwujudkan dalam bentuk hubungan persahabatan, persaudaraan, atau silaturahim dengan sesama pekerja.

8. Memiliki kemampuan interpersonal dan keterampilan akademik yang efektif dalam memecahkan masalah pekerjaan, baik yang bersifat internal maupun dengan orang lain.

F. Asas-Asas Bimbingan dan Konseling UmumDalam penyelenggaraan peiayanan bimbingan dan konseling

harus memegang teguh kaidah-kaidah bimbingan dan konseling yang dikenal dengan asas-asas bimbingan dan konseling, yaitu ketentuan- ketentuan yang harus diterapkan dalam penyelenggaraan peiayanan bimbingan dan konseling. Asas-asas yang dimaksud adalah asas kerahasiaan, asas kesukarelaan, asas keterbukaan, asas kekiman, asas kemandirian, asas kegiatan, asas kedinamisan, asas keterpaduan, asas kenormatifan, asas keahlian, asas alih tangan, dan asas tutwuri handayani (Priyatno dan Erman Anti, 1999: 115-120).JAdapun penjelasannya masing-masing asas tersebut adalah sebagai berikut:

17

Page 27: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

1. Asas KerahasiaanSegala sesuatu yang dibicarakan klien kepada konselor tidak

boleh disampaikan kepada orang lain, atau lebih-lebih hal atau keterangan yang tidak boleh atau tidak layak diketahui orang lain. Asas kerahasiaan ini merupakan asas kunci dalam usaha bimbingan dan konseling. Jika asas ini benar-benar dilaksanakan, maka penyelenggara atau pemberi bimbingan akan mendapat kepercayaan dari semua pihak, terutama penerima bimbingan atau klien, sehingga mereka akan mau memanfaatkan jasa bimbingan dan konseling dengan sebaik-baiknya. Sebaliknya, jika konselor tidak dapat memegang asas keraahasiaan dengan baik, hilanglah kepercayaan klien, sehingga akibatnya pelayanan bimbingan dan konseling tidak dapat tempat di hati klien dan para calon klien; mereka takut untuk meminta bantuan, sebab khawatir masalah dan diri mereka akan menjadi bahan gunjingan. Apabila hal terakhir itu terjadi, maka tamadah riwayat pelayanan bimbingan dan konseling di tangan konselor yang tidak dapat dipercaya oleh klien itu.

2. Asas KesukarelaanProses bimbingan dan konseling harus berlangsung atas dasar

kesukarelaan, baik dari pihak si terbimbing atau klien maupun dari pihak konselor. Klien diharapkan secara suka dan rela tanpa ragu- ragu ataupun merasa terpaksa menyampaikan masalah yang dihadapinya, serta mengungkapkan segenap fakta, data dan seluk- beluk berkenaan dengan masalahnya itu kepada konselor; dan konselor juga hendaknya dapat memberi bantuan dengan tidak terpaksa, atau dengan kata Iain konselor memberikan bantuan dengan ikhlas.

,-«r ~ ^ V* ' * ***3. Asas Keterbukaan

Dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling sangat diperlukan suasana keterbukaan, baik keterbukaan dari konselor maupun keterbukaan dari klien. Keterbukaan dari pihak klien, diharapkan pertama-tama mau membuka diri sendiri sehingga apa yang ada

Drs. Afcror Sodik, M.Si.

18

Page 28: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

Pengertian Bimbingan dan Konseling

pada dirinya dapat diketahui oleh konselor, dan kedua mau membuka diri dalam arti mau menerima saran-saran dan masukan lainnya dari pihak konselor. Keterbukaan dari pihak konselor, yaitu kesediaan konselor menjawab pertanyaan-pertanyaan klien dan mengungkap- kan diri konselor sendiri jika hal itu memang dikehendaki oleh klien. Dalam hubungan yang bersuasana sperti ini, masing-masing pihak bersifat transparan (terbuka) terhadap pihak lainnya.

4. Asas KekinianAsas kekinian mengandung pengertian bahwa masalah individu

yang ditanggulangi ialah masalah-masalah yang sedang dirasakan, bukan masalah yang sudah lampau, dan juga bukan masalah yang mungkin akan dialami di masa yang akan datang. Apabila ada hal- hal tertentu yang menyangkut masa lampau dan/atau masa yang akan datang yang perlu dibahas dalam upaya bimbingan yang sedang diselenggarakan itu, pembahasan tersebut hanyalah merupakan latar belakang dan/atau latar depan dari masalah yang dihadapi sekarang, sehingga masalah yang sedang dialami dapat terselesaikan. Dalam usaha yang bersifat preventif atau pencegahan, pada dasarnya pertanyaan yang perlu dijawab adalah apayangperlu dilakukan sekarang sehingga kemungkinan yang kurang baik di masa yang akan datang dapat dihindari.

5. Asas KemandirianPeiayanan bimbingan dan konseling bertujuan menjadikan si

terbimbing dapat berdiri sendiri, tidak tergantung pada orang lain atau tergantung pada konselor. Individu yang dibimbing setelah dibantu diharapkan dapat mandiri dengan ciri-ciri sebagai berikut:a. Mampu mengenai diri sendiri dan lingkungan sebagaimana

adanyab. Mampu menerima diri sendiri dan lingkungan secara positif dan

dinamisc. Mampu mengambil keputusan untuk dan oleh diri sendin

19

Page 29: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

d. Mampu mengarahkan diri sesuai dengan keputusan yang telah diambil

e. Mampu mewujudkan diri secara optimal sesuai dengan potensi, minat dan kemampuan-kemampuan yang dimilikinya.

Kemandirian dengan ciri-ciri umum tersebut haruslah disesuaikan dengan tingkat perkembangan dan peranan klien dalam kehidupannya sehari-hari. Kemandirian sebagai hasil konseling menjadi arah dari keseluruhan proses konseling, dan hal itu disadari betul, baik oleh konselor maupun klien.

6. Asas KegiatanUsaha bimbingan dan konseling tidak akan memberikan buah

yang berarti, bila klien tdak melakukan sendiri kegiatan dalam mencapai tujuan bimbingan dan konseling. Hasil usaha bimbingan dan konseling tidak akan tercapai dengan sendirinya, melainkan harus dengan kerja giat dari klien sendiri. Konselor hendaklah membangkitkan semangat klien sehingga ia mampu dan mau melaksanakan kegiatan yang diperlukan dalam penyelesaian masaalah yang menjadi pokok pembicaraan dalam konseling.

Asas ini merujuk pada pola konseling “multi dimensional” yang tidak hanya mengandalkan transaksi verbal antara klien dan konselor. Dalam konseling yang berdimensi verbal pun asas kegiatan masih harus terselenggara, yaitu klien aktif menjalani proses konseling dan aktif pula melaksanakan/menerapkan hasil-hasil konseling.

7. Asas KedinamisanUsaha pelayanan bimbingan dan konseling menghendaki

terjadinya perubahan pada diri klien, yaitu perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik. Perubahan itu tidaklah sekedar mengulang hal yang lama, yang bersifat monoton, melainkan perubahan yang selalu menuju ke suatu pembaruan, sesuatu yang lebih maju, dinamis sesuai dengan arah perkembangan klien yang dikehedaki.

Drs. A bror Sodif^ M.Si.

20

Page 30: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

8 . Asas KeterpaduanPeiayanan bimbingan dan konseling berusaha ^ memadukan

berbagai aspek kepribadian klien. Sebagaimana diketi^tahui individu jnetniliki berbagai aspek kepribadian yang kalau keao^^mya tidak seimbang, tidak serasi dan tidak terpadu, justru akan a meoimbulkan masalah. Di samping keterpaduan pada din klien, juga han>rus diperhatikan keterpaduan isi dan proses layanan yang diberikan. Jang^gan hendaknya aspek layanan yang satu tidak serasi dengan aspek layanomanyang lain.

Untuk terselenggaranya asas keterpaduan, ko^onselor perlu memiliki wawasan yang luas tentang perkembangan klit Jien dan aspek- aspek lingkungan klien. Kesemuanya itu dipadukan d* dakm keadaan serasi dan saling mendukung dalam upaya bimbingan A dan konseling.

9. Asas KenormatifanUsaha bimbingan dan konseling tidak boleh xi bertentangan

dengan norma-norma yang berlaku, balk ditinjau dari ini norma agama, norma adat, norma hukum/negara, norma llmu, mauu^pun kebiasaan sehari-hari. Asas kenormatifan ini diterapkan terhad^clap isi maupun proses penyelenggaraan bimbingan dan konselirtung, Seluruh isi layanan harus sesuai dengan norma-norma yang ada. i-u Demikian pula prosedur, teknik dan peralatan yang dipakai tidak m^eiiyimpang dari norma-norma yang dimaksud.

Ditilik dari permasalahan klien, barangkali paoeada awalnya ada materi bimbingan dan konseling yang tidak berse^esiman dengan norma (misalnya klien mengalami masalah melanggai^xr norma-norma tertentu), namun justru dengan peiayanan bimbingataanJan konseling tingkah laku yang melanggar norma itu diarahkan ke^epada yang lebih bersesuaian dengan norma.

10. Asas KeahlianPeiayanan bimbingan dan konseling merupstsoahn peiayanan

profesional yang diselenggarakan oleh tenaga-t^teffiga ahli yang khusus dididik untuk pekerjaan itu. Oleh karena i i i itu asas keahlian

Fengertian B m b in g a ^ nkn Konseling

21

Page 31: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

ini mengacu kepada kualifikasi konselor (misalnya pedididikan sarjana bidang bimbingan dan konseling) dan pengalaman. Jadi seorang konselor ahli harus benar-benar menguasai teori dan praktek secara baik.

11. As as Aiih TanganDalam pemberian layanan bimbingan dan konseling, asas alih

tangan, dimaksudkan jika konselor sudah mengerahkan segenap kemampuannya untuk membantu individu, namun individu yang bersangkutan belum dapat terbantu sebagaimana yang diharapkan, maka konselor dapat memindah-tangankan/mengirim individu tersebut kepada petugas atau badan lain yang lebih ahli. Di samping itu, asas alih tangan ini juga hanya mengisyaratkan bahwa pelayanan bimbingan dan konseling hanya menangani masalah-masalah individu sesuai dengan kewenangan petugas yang bersangkutan, dan setiap masalah ditangani oleh ahli yang berwenang untuk itu. Atau dengan kata lain, bahwa bimbingan dan konseling hanya memberi­kan bantuan kepada individu-individu yang pada dasarnya normal (tidak sakit jasmani maupun arohani) dan bekerja dengan kasus- kasus yang terbebas dari masalah-masalah kriminal ataupun perdata.

12. Asas Tutwuri HandayaniAsas ini menunjuk pada suasana umum yang hendaknya tercipta

dalam rangka hubungan keseluruhan antara konselor dan klien. Lebih-lebih di lingkungan di sekolah, asas ini makin dirasakan keperluannya dan bahkan perlu dilengkapi dengan “in g n g a t s o s u n g tu lod o , i n g rn a d yo tn a n gu n k a tso”.

Asas ini menuntut agar pelayanatf bimbingan dan konseling tidak hanya dirasakan pada waktu klien mengalami masalah dan menghadap kepada konselor saja, namun di luar hubungan proses bantuan bimbingan dan konseling pun hendaknya dirasakan adanya dan manfaatnya pelayanan bimbingan dan konseling it'd.

Drs. Abror Sodify M.Si.

22

Page 32: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

q Asas-Asas Bimbingan dan Konseling IslamiDalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling

Isalmi harus memegang teguh kaidah-kaidah yang bersumber dari Al-Qur’an dan hadits atau sunnah Nabi Muhammad SAW Asas- asas yang dimaksud adalah asas fitrah, asas lillahi ta’ala, asas seumur hidup, asas kesatuan jasmaniah-rohaniah, asas kemaujudan individu, asas sosialitas manusia, asas kekhalifahan manusia, asas keselarasan dan keadilan, asas pembinaan akhlakul karimah, asas kasih sayang, asas saling menghargai dan menghormati, asas musyawarah, dan asas keahlian. (Aunur Rahim Faqih (Penyunting), 2001: 21-35). Adapun penjelasannya masing-masing asas itu sebagai berikut:

1. Asas Kebahagiaan Dunia dan AkhiratBimbingan dan konsehng Islami tujuan akhirnya adalah

membantu klien atau konseli, yakni orang yang dibimbing mencapai kebahagiaan hidup yang senantiasa didambakan oleh setiap muslim, yaitu kebahagiaan hidup di dunia di akhirat. Hal ini berdasarkan firman Allah yang berbunyi:

Pengertian Bimbingan dan Konseling

Artinya: “Dan di antara mereka ada orangyang berdo \'a: Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan perihalah kami dan siksa neraka” (QS. Al-Baqarah: 201).

Kebahagiaan hidup duniawi bagi seorang mushm hanya merupakan kebahagiaan yang bersifat sementara, akan tetapi kebahagiaan akhiratlah yang menjadi tujuan utama, sebab kebahagiaan akhirat merupakan kebahagiaan abadi. Hal ini berdasarkan firman Allah yang berbunyi:

23

Page 33: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

Artinya: “Allah meluaskan re^eki dan menyempitkan bagi siapa sajayang Dia kehendaki. Mereka bergembira dengan kehidnpan di dunia, padahal kehidupan duniaitu (dibandingdengan) kehidupan akhirat, hanyalahkesenangan (yangsedikit)”. (QS. Ar-Ra’du: 26).

Kebahagiaan akhirat akan tercapai bagi setiap orang yang beriman, jika dalam kehidupan dunianya juga selalu mengingat Allah. Hal ini sebagaimana firman Allah yang berbunyi:

Artinya: “(Yaitu) orang-orangyang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram. Orang-orangyang beriman dan beramal saleh, bagi mereka kebahagiaan dan tempat kembaliyang baik”. (QS. Ar-Ra’du: 28-29).

Oleh karena itulah, maka Islam mengajarkan hidup dalam keseimbangan, keselarasan dan keserasian antara kehidupan keduniaan dan keakhiratan. Hal ini sebagaimana firman Allah yang berbunyi:

jjT J* j ! jjT 4&I LLj^ A*

(jjj} I o i (j SLLaJ! *)lj . < 1J 1 4J0I i =>

Artinya: “D#/z carilah pada apa yan g telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (nikmat) duniaivi, dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu. dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) burnt. Sesungguhnya Allah tidak -menyukai orang-orangyang berbuat kerusakan.(QS. Al-Qasas: 77).

Dan juga hadits Nabi Muhammad SAW yang berbunyi:

.^ l~sP ^ u J j i S U j J

Drs. Abror Sodfy M.Si.

24

Page 34: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

Afonya: “Bekerjalah untuk kepentingan duniamu seolah-olah kamu akan hidup selama-lamanya, dan bekerjalah (beribadah/ah) untuk kepentingan akhiratmu seolah- olah kamu akan mati esok hari”. (HR. Ibnu Asakir).

2 . Asas FitrahMenurut Islam bahwa manusia itu dilahirkan dalam atau dengan

niembawa fitrah, yaitu memiliki berbagai kemampuan potensial bawaan dan kecenderungan sebagai muslim atau beragama Islam. Bimbingan dan konseling membantu klien atau konseling untuk mengenal dan memahami fitrahnya itu, atau mengenal kembali fitrahnya itu manakala pernah tersesat serta menghayatinya, sehingga dengan demikian akan mampu mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat karena bertingkah laku sesuai dengan fitrahnya itu.

Firman Allah yang berbunyi:

Pengertian Bimbingan dan Konseling

Artinya: “Dan (ingatlah) ketikaa Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiw a mereka (seraya be f irm an): “Bukankah Aku ini Tuhanmu”. Mereka menjawab:,rBetul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukanyang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (baniAdam) adalah orang-orangyang lengah terhadap ini (kesaksian Tuhan) ”. (QS. Al-A’raf: 172).

Dan juga firman Allah yang berbunyi:

Artinya: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tetapi tidak ada perubahan pada fitrah Allah, (itulah) agama yan g lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”. (QS. Ar-Rum: 30).

25

Page 35: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

Di samping itu, juga disebutkan dalam hadis Nabi yang berbunyi:

Drs. A bror Sodify M.Si.

Artinya: “Setiap manusia dilahirkan ibunya dalam keadaanfitrah. Maka kemudian ayah-ibunyayang menjadikan Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Dan jika ayah-ibunya itu seorang muslim, makajadilah (si anak) seorang muslim”. (HR. Muslim).

3. Asas “Lillahi Ta’ala”Bimbingan dan konseling Islami diselenggarakan semata-

semata karena Allah. Konsekuensi dari asas ini berarti pembimbing atau konselor melakukan tugasnya dengan penuh keikhlasan, tanpa pamrih, sementara yang dibimbing atau klien juga dalam menerima atau meminta bimbingan atau konseling juga dengan ikhlas dan rela pula, karena kedua belah pihak merasa bahwa semua yang dilakukan adalah karena dan untuk pengabdian kepada Allah semata, yaitu sesuai dengan fungsi dan tugasnya sebagai makhluk Allah yang harus senantiasa mengabdi kepada-Nya. Hal ini sebagaimana firman Allah yang berbunyi:

Artinya: (CPadahalmereka tidak disuruh kecauli supaya menyembah Allah dengan memurnikan (keikhlasan) htaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus”. (QS. Al-Bayyinah: 5). >

4. Asas Seumur Hidup rManusia hidup tidak akan ada yang sempurna dan tidak akan

ada yang selalu bahagia. Dalam kehidupannya mungkin saja manusia akan menjumpai berbagai kesulitan dan kesusahan. Oleh karena

\ j j .

26

Page 36: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

itulah, tnaka bimbingan dan konseling Islami diperlukan selama hayat masih dikandung badan.

Kesepanjanghayatan bimbingan dan konseling Islami ini, selain Jilihat dari kenyataan hidup manusia, dapat pula dilihat dari sudut pendidikan. Seperti telah diketahui, bahwa bimbingan dan konseling merupakan bagian dari pendidikan. Pendidikan sendiri berasaskan pendidikan seumur hidup, karena belajar -menurut Islam- adalah wajib dilakukan oleh semua orang Islam, tanpa membedakan usia. Hal ini sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW yang berbunyi:

(l/4 ^Attinya: “Menu n tut ilmu itu wajib bagisetiap orang Islam”. (HR Ibnu Abdulbar dari Anas).

5. Asas Kemaujudan IndividuBimbingan dan konseling Islami memandang seorang individu

merupakan suatu maujud (eksistensi) tersendiri. Individu mempu- nyai hak, mempunyai perbedaan indvidu dari yang lainnya, dan mempunyai kemerdekaan pribadi sebagai konsekuensi dari haknya dan kemampuan fundamental potensial rohaninya.

Mengenai hak individu, Nabi Muhammad SAW telah membe- rikan fatwa sebagai berikut:

o fj j U>- UL>-

. (<^jU U i a !J j). t j i JS" JapfJ dl-UiArtinya: “Bahwasanya Tuhanmu mempunyai hak atasmu ya n g ivajib engkau tunaikan, begitu ju ga dirimu dan ahlimu semuanya mempunyai hak yan g wajib engkau tunaikan, maka dari itu hendaklah engkau berpuasa sewaktu-miktu dan berbuka seaivktu-waktu, berjaga malam sewaktu-waktu (untuk beribadah atau sholat malam) dan tidur sewaktu. Dekatilah ahlimu, dan berikanlah hak kepada masing- masingyangyang mempunyai hak ” (HR. Al-Buldiori).

Mengenai perbedaan individu, antara lain dapat dipahami dari firman Allah dan hadis Nabi Muhammad SAW sebagai berikut:

Pengertian Bimbingan dan Konseling

27

Page 37: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

Drs. A bror Sodif^ M.Si.

Firman Allah yang berbunyi:

Artinya: “Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran QS. Al-Qamar: 49.

Hadis Nabi Muhammad SAW yang berbunyi:

, jJLp jwLaj I

Artinya: “Berbicara/ah kepada manusia sesuai dengan kadar kemampttanpikiran mereka". (Al-Hadis).

Mengenai kemerdekaan individu, tersirat dalam firman Allah yang berbunyi:

Artinya: ‘Katakanlah: *Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa

biarlah ia kafir”. Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang-orang d^olim itu neraka,yanggejolaknya mengepung mereka. Dan jik a mereka meminta minuman, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yan g

semuanya diakui dengan memperhatikan hak individu (bukan komunis), dan hak individu juga diakui dalam batas tanggung jawab sosial (bukan pula liberalis). Dan masih ada pula hak alam yang

yan g ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir)

menghapuskan muka. Itulah minuman yan g paling buruk dan tempat istirah atyangpalingjelek ” (QS. Al-Kahfi: 29).

6. Asas Sosialitas ManusiaDalam bimbingan dan kerfseling Islami, sosialitas manusiaan

yang meliputi pergaulan, cinta kasih, rasa aman, penghargaan terhadap diri sendiri dan orang lain, rasa memiliki dan dimiliki,

28

Page 38: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

harus dipenuhi manusia (menjaga ekosistem), serta hak Tuhan yang harus dipenuhi pula oleh manusia.

F irm an Allah yan g b erb un y i:

q\ i W j lp\ j J ”* Crt i

Pengertian Bimbingan dan Konseling

£j£» 4)31 Oi 1)1 toLlP

Artinya: manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorangperempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku- suku supaya sa ling kenal mengenai Sesungguhnya orangyangpaling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orangyangpaling bertakwa di antara kamu. Sesungghuhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenai”. (QS. Al-Hujurat: 13).

7. Asas Kekhalifahan ManusiaDalam Islam, manusia itu diberi kedudukan yang tinggi

sekaligus diberi tanggung jawab yang besar, yaitu sebagai khalifah di muka bumi. Sebagai khalifah di muka bumi, manusia harus mengelola alam dan memakmurkannya serta menjaga keseimbangan ekosistem, sebab problem-problem kehidupan kerap kali muncul dari ketidakseimbangan ekosistem yang diperbuat oleh manusia itu sendiri.

Sebagai khalifah di muka bumi, disebutkan dalam firman Allah yang berbunyi sebagai berikut:

dp - J°'} R

Artinya: ‘Dialah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah di muka bumi”.(QS. Faatir: 39).

Sebagai pengelola dan pemakmur alam, sebagaimana disebut­kan dalam firman Allah yang berbunyi:

Cp - ^ 3 JojH\ 'yA ...

29

Page 39: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

Artinya: ‘Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya”. (QS. Hud: 61).

Sebagai pemelihara keseimbangan ekosistem alam, hal ini telah diperingatkan oleh Allah dalam firmannya yang berbunyi:

Drs. A bror Sodify M.Si.

Artinya: ‘Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (kejalanyang benar)”. (QS. Ar-Rum: 41).

8. Asas Pembinaan Akhlakul KarimahMenurut pandangan Islam bahwa manusia memiliki sifat-sifat

yang baik dan sekaligus memilki sifat-sifat yang buruk. Sifat-sifat yang baik merupakan sifat yang dikembangkan dalam bimbingan dan konseling Islami. Bimbingan dan konseling Islami membantu klien atau yang dibimbing dalam memelihara, mengembangkan dan menyempurnakan sifat-sifat yang baik itu. Sejalan dengan tugas dan fungsi Rasulullah SAW diutus oleh Allah SWT sebagaimana disebutkan dalam salah hadisnya, dan juga sebagaimana yang difirmankan oleh Allah sebagai berikut:

Hadis Rasul SAW:

(}j i j * <4 (3^ Uj lSC* cuUj

Artinya: “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlakyang mulia”. (HR. Ahmad dan Thabrard dari"Abu Hurairah).

Firman Allah SWT:

30

Page 40: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladanyang baik bagiwu (yaitu) bagi orangyang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut A llah”. (QS. Al-Ahzab: 21).

9 # Asas Kasih SayangSetiap manusia memerlukan cinta kasih dan rasa sayang dari

orang lain. Rasa kasih sayang ini dapat mengalahkan dan menunduk- kan banyak hal. Bimbingan dan konseling Islami dilakukan dengan berlandaskan kasih dan sayang, sebab hanya dengan kasih sayanglah bimbingan dan konseling akan berhasil. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam dua hadis Nabi Muhammad SAW sebagai berikut:

Artinya: “Sayangilah siapa saja yang ada di bumi ini, maka penghuni langit akan menyayangimu”. (HR. Thabrani dan Hakim dengan sanad yang shohih).

Artinya: ({Tidaklah sempurna iman salah seorang di antara kamu sehingga ia mencintai saudaranya (sesama manusia) seperti mencintai dirinya sendiri”. (HR. Muttafakun “alaih).

10. Asas Saling MenghormatiDalam bimbingan dan konseling Islami kedudukan pembim­

bing atau konselor dengan yang dibimbing atau klien pada dasarnya sama atau sederajat, yang membedakan hanya pada fungsinya, yaitu pihak yang satu berfungsi memberikan bantuan, dan pihak yang lain menerima bantuan. Hubungan antara pihak pembimbing atau konselor dengan pihak yang dibimbing atau klien merupakan hubungan yang saling menghormati sesuai dengan kedudukannya tnsing-masing yang sama-sama sebagai makhluk Allah SWT. Prinsip saling menghormati ini sebagaimana disebutkan dalam firman Al­lah sebagai berikut:

Is* - , : \ ' - , »f s ' * \ \ ' i rJS JlP qS <001 j ! LAJ J j ) ' J3

Pengertian Bimbingan dan Konseling

31

Page 41: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

Artinya: 'Apabila kamu diberipenghormatan dengan suatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan ya n g serupa). Sesungguhnya Allah selalu membuat perhitungan atas tiap-tiap sesuatu” (QS. An-Nisa: 86).

11. Asas MusyawarahBimbingan dan konseling Islami dilakukan dengan musyawa­

rah, artinya antara pembimbng atau konselor dengan yang dibimbing atau klien terjadi dengan dialog yang baik, satu sama lain tidak ada saling mendiktekan dan tidak ada perasaan saling tertekan. Hal ini telah diisyaratkan oleh Allah dalam firmannya yang berbunyi:

Z. x i=e x(ijgjj)... <0 -4J-P I ill j j 1 j ...

Artinya: iCDan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kep ada A llah”. (QS.Ali Imran: 159).

12. Asas KeahlianBimbingan dan konseling Islami dilakukan oleh orang-orang

yang memang memiliki kemampuan keahlian di bidang bimbingan dan konseling, baik kemampuan metodologi dan teknik-tekniknya maupun kemampuan dalam menguasai permasalahan (obyek garapan atau materi) bimbingan dan konseling. Hal ini diingatkan oleh hadis Nabi Muhammad SAW yang berbunyi:

Artinya: ‘Jika suatu perkara diserahkan kepada orangyang bukan ah liny a, maka tuggu sajalah saatnya (saat kehancurannya) ” (fill. Al-Bukhoii).

Drs. Abror Sodify M.Si.

32

Page 42: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

BAB II LANDASAN BIMBINGAN

DAN KONSELING

A. Landasan Filosofis Bimbingan dan KonselingBimbingan dan konseling dilakukan oleh, terhadap dan bagi

kepentingan manusia. Oleh karena itu landasan filosofis merupakan landasan yang dapat memberikan arahan dan pemahaman, khususnya bagi konselor, dalam melaksanakan setiap kegiatan bimbingan dan konseling yang lebih bisa dipertanngung jawabkan secara logis, etis, maupun estetis. Landasan filosofis dalam bimbingan dan konseling, terutama berkenaan dengan usaha mencari jawaban yang hakiki atas pertanyaan filosofis tentang apakah manusia itu.

Untuk menemukan jawaban atas pertanyaan filosofis tersebut, tentunya tidak dapat terlepas dari berbagai aliran filsafat yang ada, mulai dari aliran filsafat klasik sampai dengan aliran filsafat mod­ern, dan bahkan aliran filsafat post-modern. Dari berbagai aliran filsafat yang ada, para penulis Barat (Victor Frankl, Patterson, Alblaster & Lukes, dan Thompson & Rudolph, dalam Priyatno dan Erman Anti, 1999: 140) telah mendeskripsikan tentang hakikat tnanusia sebagai berikut:1. Manusia adalah makhluk rasional yang mampu berpikir dan

mempergunakan ilmu untuk meningkatkan perkembangan dirinya.

33

Page 43: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

Drs. A bror Sodify M.Si.

2. Manusia dapat belajar mengatasi masalah-masalah yang diha­dapinya apabila dia berusaha memanfaatkan kemampuan- kemampuan yang ada pada dirinya.

3. Manusia berusaha terus-menerus memperkembangkan dan menjadikan dirinya sendiri khususnya melalui pendidikan.

4. Manusia dilahirkan dengan potensi untuk menjadi baik dan buruk, dan hidup berarti upaya untuk mewujudkan kebaikan dan menghindarkan atau setidak-tidaknya mengontrol keburukan.

5. Manusia memiliki dimensi fisik, psikologis, dan spiritual yang harus dikaji secara mendalam.

6. Manusia akan menjalani tugas-tugas kehidupannya, dan kebahagiaan manusia terwujud melalui pemenuhan tugas-tugas kehidupannya sendiri.

7. Manusia adalah unik dalam arti manusia itu mengarahkan kehidupannya sendiri.

8. Manusia adalah bebas merdeka dalam berbagai keterbatasannya untuk membuat pilihan-pilihan yang menyangkut penkehidupan- nya sendiri. Kebebasan ini memungkinkan manusia berubah dan menentukan siapa sebenarnya diri manusia itu dan akan menjadi apa manusia itu.

9. Manusia pada hakikatnya positif yang pada setiap saat dan dalam suasana apa pun, manusia berada dalam keadaan terbaik untuk menjadi sadar dan berkemampuan untuk melaksanakan sesuatu.

Bilihat dari segi filsafat, bahwa ada tiga kebenaran yang sifatnyaberbeda, yaitu:1. Kebenaran sains sifatnya relatif.2. Kebenaran filsafat sifatnya spekulatif.3. Kebenaran wahyu sifatnya mudak. (Muchlis Hamidy, 1997: IV

dan Yuyun S, 1987: 50-54 dalam Anwar Sutoyo, 2009: 3).

34

Page 44: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

Lanbasan Bimbingan dan Konseling

pandangan tersebut sejalan dengan pandangan Imam Ghazali (dalam M. Qutaisy Shihab (2001, TV: 83) bahwa ada tiga tingkatan ilmu, yaitu:I ilmu yang dikenal oleh manusia, ilmu ini ada sebagian yang masih

dimanfaatkan manusia, sebagian yang lain sudah dilupakan manusia karena dinilai sudah tidak sesuai lagi.

2. Ilmu yang tidak mungkin diketahui oleh manusia tetapi diketahui oleh sebagian malaikat dengan ldzin Allah.

3. Ilmu yang hanya Allah yang mengetahuinya.Teori-teori bimbingan dan konseling yang selama ini dikem-

bangkan dengan lebih mendasarkan pada acuan “filsafat” dan “sains”, sehingga wajar kalau hasilnya banyak menunjukkan kecen- derungan ke spekulatif dan tentatif (belum tentu, sementara waktu, dan masih bisa berubah). Oleh sebab itu wajar pula bila ada sementara ahli yang menilai bahwa hasil bimbingan dan konseling selama ini baru bersifat “sitpervisial’\ “kulit luarnya sajd\ atau “tidak tuntai\ (MD. Dahlan, 1988: 25).

Dari penjelasan-penjelasan tersebut, maka wajar sekali jika para ahli bimbingan dan psikologi (seperti MD. Dahlan (1988), Munandir (1989), Rochman Natawijaya (1999), Dadang Hawari (1999), dan Djamaluddin Ancok (1994) menyarankan agar menyempurnakannya dengan menjadikan ajaran agama (Islam) sebagai “Acuan”. (Anwar Sutoyo, 2009: 4). Bahkan secara tegas MD. Dahlan (2005: 16) menyarankan agar nilai-nilai agama (Islam) menjadi landasan dalam tnerumuskan alternatif bimbingan dan konseling di era globalisasi. Saran itu didasarkan pada kenyataan bahwa selama ini perguruan tinggi telah mencetak manusia yang tidak utuh, manusia yang bernalar tinggi tetapi berhati kering, sarjana yang merekayasa dalam teknik, tetapi masih merayap dalam hal etik, di mana-mana: tersebar intelek yang pongah dengan pengetahuan, tetapi kebingungan dalam tnenikmati hidup dan kehidupan selaku hamba Allah yang sholeh.

35

Page 45: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

Sebagaimana disebutkan di muka, bahwa bimbingan dan konseling dilakukan oleh, terhadap dan bagi kepentingan manusia, maka landasan bimbingan dan konseling Islami pun dilakukan oleh, terhadap dan bagi kepentingan manusia. Oleh karenanya pandangan mengenai manusia atau pandangan mengenai hakikat manusia menurut Islam akan menentukan dan menjadi landasan operasional bimbingan dan konseling.

Berdasarkan ayat-ayat Al-Qur’an dan hadis Nabi Muhammad SAW, bahwa manusia itu antara lain memiliki empat unsur/sifat atau keadaan (Aunur Rahim Faqih, 2001: 7-12), yaitu sebagai berikut:

t Manusia Makhluk Monopluralis (tyahdatul Anashir)Manusia sebagai makhluk monopluralis (wahdatul anashir),

maksudnya bahwa manusia itu terdiri dari berbagai unsur yang menjadi satu kesatuan utuh yang tidak terpisahkan (yaitu unsur jasmani dan rohani, berakal, berhatinurani, berpenglihatan, dan berperasaan, atau lazim memiliki unsur cipta, rasa dan karsa).

Bahwa manusia itu terdiri dari unsur jasmani. Hal ini dapat diketahui dari firman Allah dalam surat Shad ayat 71 dan72 sebagai berikut:

Drs. A bror Sodif^ M.Si.

B. Landasan Islami Bimbingan dan Konseling

Artinya: “(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: S esungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanaL Af$ka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kiitiupkan kepadanya roh (dptaan) Ku, maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepada-Nya”. (QS.Shad: 71-72).

Di samping manusia itu memiliki unsur jasmani, manusia juga memiliki unsur rohani, hati nurani (af-idah), pendengaran, dan

36

Page 46: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

p e n g l i h a t a n . Unsur-unsur tersebut antara lain disebutkan dalam Al- Qur’an dan hadis Nabi Muhammad SAW sebagai berikut:

Firman Allah SWT yang berbunyi:

9 i i^ ^ O Of *"43

o f **? % 0 j-* Of

Landasan Bimbingan dan Konseling

Artinya: “Yang membuat segala sesuatuyang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina (air rnani). Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh) nya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan, (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur2\ (QS. As-Sajdah: 7-9).

Hadis Nabi Muhammad SAW yang berbunyi:

j V\ <dS Jl~oM OJL*J talj aJLT JL^rl \}\ Olj.(aJLp jii-). cJLail

Artinya: iClngatlah bahwa dalam tubuh itu ada sepotong daging,jika ia baik maka baik seluruh jasadnya, dan jika ia rusak maka rusaklah seluruh jasadnya. Ketahuilah bahwa sepotong daging itu adalah hati” (HR. Disepakati Al-Bukhori dan Muslim).

Adapun unsur akal pikiran (ulul albab) yang dimiliki oleh manusia adalah sebagaimana firman Allah yang berbunyi:

Artinya: “Hanyalah oranv-oranp van? berakal saja yang dapat mengambil pelaajaran”. (QS. Ar-Ka'du: 19)

Karena manusia terdiri berbagai unsur, yaitu jasmaniah-roha- ^ h , berakal, berhatinurani, berpenglihatan dan berpendengaran, tau a2itn juga dikatakan memiliki unsur: cipta, rasa dan karsa, yang eseluruhannnya merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan

37

Page 47: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

itulah, maka dalam istilah lain manusia sebagai makhluk “monopluralis atau wahdatul an as h i f (memiliki banyak unsur dalam satu kesatuan keseluruhan).

2. Manusia Memiliki Empat Fungsia. Manusia sebagai Makhluk Allah

Manusia merupakan makhluk Allah, ciptaan Allah, dan secara kodrati merupakan makhluk religius atau pengabdi Allah. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Adz-Dzariyat ayat 56 yang berbunyi:

(JJJ) o jX iJ *$} ^TcJlU- Ccj

Artinya: <cDanA.ku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku” (QS. Adz-Dzariyat: 56).

b. Manusia sebagai Makhluk IndividuSecara kodrati setiap manusia merupakan wujud yang khas yang

memiliki pribadi (individu) sendiri atau memiliki eksistensinya sendiri. Ini antara lain bisa ditafsirkan dari ayat:

Drs. A bror So3i JVLSi.

Artinya: “Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran ” (QS.Al-Qomar: 49).

Segala sesuatu yang diciptakan Allah itu mempunyai kadar atau ukuran, dalam arti ukuran atau kadar masing-masing. Maksudnya, selain dalam penciptaan Allah menciptakannya dengan ukuran yang baik (harmonis), tetapi dengan juga, kadar kemampuan masing- masing yang berbeda-JSe'daf Berarti setiap sesuatu sebenarnya memiliki perbedaan dengan yangjain, bersifat khas, atau memiliki ^individual differences”.

Sebagai individu, berarti pula setiap manusia bertugas memper- hatikan dirinya sendiri, segala kepentingannya sendiri, bukan cuma

38

Page 48: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

Landasan B m bm gan dan Konseling

kepentingan orang lain. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam s u r a t A l-B aqarah , 2: 195 y an g b erb un y i:

(SB)

Artinya: iCDan belanjakanlah (harta bendamu) dijalan Allah, danjanganlah kamu mnjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orangyang berbuat baik ” (QS. Al-Baqarah: 195).

c. Manusia sebagai Makhluk SosialSecara kodrati, manusia hidup memerlukan bantuan orang lain.

Bahkan manusia baru akan “menjadi manusia”, manakala berada di dalam lingkungan dan berhubungan dengan manusia lainnya. Dengan kata lain, secara kodrati manusia merupakan makhluk sosial. Hal ini seperti difirmankan Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Hujurat ayat 13 yang berbunyi:

Artinya: lCHai manusia, sesungguhya Kami menciptakan kamu dari seorang laki- laki dan seorangperempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangasa dan bersuku- suku sup ay a kamu saling kenal mengenal. S esungguhnya orangyangpaling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orangyang paling bertakwa di antara kamu.Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”.{QS. Al-Huiurat:13).

d. Manusia sebagi Makhluk BerbudayaManusia hidup di dalam alam dan bertugas mengelolarfya guna

Memenuhi keperluan hidupnya. Manusia menciptakan kebudayaan dengan segala unsurnya (ilmu, teknologi, seni, dan sebagainya) untuk toam pu mengelola alam itu dengan sebaik-baiknya. Manusia Menurut Islam merupakan “khalifah di muka bumi”, artinya

39

Page 49: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

Drs. Abror Sodify M.Si.

manusia berfungsi sebagai pengelola alam dan memakmurkannya. Hal ini sebagaimana tersurat dan tersirat dan firman Allah sebagai berikut:

Artinya: “Dia-lahyang menjadikan kamu khalifah-kholifah di muka bumi”. (QS. Faatir: 39).

3. Manusia Memiliki Sifat Utama dan Hawa NafeuManusia dikarunia Allah berbagai sifat dan kedudukan yang

utama atau mulia, tetapi juga diberi hawa nafsu. Hal ini sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur an sebagai berikut:

Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya” (QS. At-Tin: 4).

Artinya: “Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka ri^ki dari yan g baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihanyang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan”. (QS. Al-Isra: 70).

Artinya: ‘Maka pernahkah kamu melihat orangyang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkankanya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya ? Maka siapakahyang akan memberinya petunjuk sesudah Allah

40

Page 50: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

mbiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambilpelajaran?” (QS. ^1-Jasiyah: 23).

4 M a n u s ia Bet tanggung Jawab atas PerbuatannyaManusia telah dianugerahi berbagai kemampuan seperti telah

Jisebutkan di muka, oleh karenanya manusia bertanggung jawab q^ndiri atas segala apa yang diperbuatnya, karena telah memiliki berbagai kemampuan untuk mendengar seruan Allah, untuk mengamati ayat-ayat Allah dan memikirkannya, untuk meresapi, untuk menghayati, untuk menimbang dengan hati nurani kebenaran petunjuk Allah, sehingga mampu membedakan mana yang hak dan mana yang batil. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam firman Allah sbagai berikut:

iiP uLLilji q\ JUp C lJs£j %

Landasan Bimbingan dan Konseling

Artinya: “Dan janganlah kamu mengikuti apa yan g kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. S esungguhnya pendengaran, penglihtan dan hati, semu any a itu akan dimintaipertannggungjawabannya ” (QS. Al-Isra: 36).

Dan hadis Nabi Muhammad SAW yang berbunyi:

j j

Artinya: “Kamu sekalian adalahpemimpin dan kamu sekalian bertanggungjawab atas orangyang dipimpinya”. (HR. Disepakati Al-Bukhon dan Muslim/

C. Landasan Psikologis Bimbingan dan KonselingPsikologi merupakan kajian tentang tingkah laku individu.

Landasan psikologis dalam bimbingan dan konseling^ berarti Memberikan pemahamnan tentang tingkah laku individu yang Menjadi sasaran layanan (klien). Hal ini sangat pen ting karena bidang gatapan bimbingan dan konseling adalah tingkah laku klien, yaitu tlngkah laku klien yang perlu diubah atau dikembangkan apabila ia

41

Page 51: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

1

hendak mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya atau ingin mencapai tujuan-tujuan yang dikehendakinya.

Apakah tingkah laku individu itu? Secara sederhana dapat diberi batasan bahwa tingkah laku individu adalah gerak hidup individu yang dapat dirumuskan dalam bentuk kata kerja. Segenap kata kerja yang dapat dijumpai di dalam kamus bahasa dan kata kerja bentukan menggambarkan tingkah laku ter ten tu. Jenis dan jumlah tingkah laku manusia terus berkembang sesuai dengan perkembangan budaya manusia itu sendiri. Tingkah laku individu tidak terjadi dalam keadaan kosong, melainkan mengandung latar belakang, latar depan dan isi tertentu. Lagi pula, tingkah laku itu berlangsung dalam kaitannya dengan lingkungan tertentu yang mengandung di dalamnya unsur-unsur waktu, tempat dan berbagai kondisi lainnya. Suatu tingkah laku merupakan perwujudan dari hasil interaksi antara keadaan interen individu dan keadaan eksteren lingkungan.

Untuk keperluan bimbingan dan konseling sejumlah daerah kajian dalam bidang psikologi perlu dikuasai, yaitu tentang: motif dan motivasi, pembawaan dasar dan lingkungan, perkembangan individu, dan kepribadian (Priyatno dan Erman Anti, 1999: 155- 169). Adapun penjelasannya masing-masinga sebagai berikut:

1. Motif dan MotivasiMotif adalah dorongan yang menggerakkan seseorang

bertingkah laku. Dorongan ini hidup pada diri seseorang dan setiap kali mengusik serta menggerakkan orang itu untuk melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang terkandung di dalam dorongan itu sendiri. Dengan demikian, suatu tingkah laku yang didasarkan pada motif tertentu tidaklah bersifat sembarangan atau acak, melainkan mengandung isi atau tema sesuai dengan motif yang mendasarinya.

Para ahli umumnya sepakat akan adanya dua penggolongan motif, yaitu motif yang bersifat primer dan yang bersifat sekunder. Motif primer didasari oleh kebutuhan asli yang sejak semula telah ada pada setiap individu sejak ia terlakhir ke dunia, seperti kebutuhan

Drs. A bror S odify JMLSi.

42

Page 52: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

Lanbasan Bimbingan ban Konseling

ttjk menghilangkan rasa lapar dan haus serta kebutuhan akan udara•u K e b u tu h an -kebutuhan tersebut secara mendasar h aru s

terpenuhi, sebab kalau tidak, tantangannya adalah maut. Motif rimer itu ada pada setiap orang atau sering kali pemenuhannya

tidak dapat ditunda-tunda.Apabila motif primer melekat pada diri individu sejak awal

^beradaan individu tersebut, motif sekunder tidak demikian. Mo­tif sekunder tidak dibawa sejak lahir, melainkan terbentuk bersamaan dengan proses perkembangan individu yang bersangkutan. Motif sekunder ini berkembang berkat adanya usaha belajar. Karena belajar individu terdorong untuk melakukan berbagai hal, seperti berpa- kaian, melukis, bereaksi, melakukan penelitian, menyimpan uang di bank, mengumpulkan benda-benda antik, berjualan, merangkai bunga, memakai dasi, dan lain sebagainya. Dibanding dengan mo­tif primer yang jenis dan jumlahnya dapat dihitung dengan jari itu, jenis dan jumlah motif sekunder boleh dikatakan tidak terhitung dan cenderung terus berkembang sesuai dengan berkembangnya peradaban manusia. Makin tinggi peradaban sekelompok manusia makin beranekaragamlah motif-motif sekunder yang ada di kalangan kelompok manusia itu, sedangkan motif-motif primernya tetap, yaitu makan, minum dan bernafas. Keterkaitan antara motif primer dan sekunder bahwa sering kali motif-motif sekunder berkembang justru untuk terpenuhinya dengan lebih baik motif-motif primer.

Motif yang telah berkembang pada diri individu merupakan sesuatu yang laten pada diri individu itu, yang sewaktu-waktu dapat diaktifkan mendorong terwujudnya suatu tingkah laku. Motif yang sedang aktif, biasa disebut motivasi, kekuatannya dapat meningkat, samapi pada taraf yang amat tinggi. Oleh karena itu sering kita jutnpai ada orang yang motivasinya rendah atau tinggi, ada orang 7ang amat bersemangat melaksanakan suatu tindakan (tingkah laku), atau bahkan menggebu-gebu, sebaliknya ada yang semangatnya rendah atau kendur. Semuanya itu menggambarkan kuat-lemahnya ta°tif yang sedang aktif mendorong tingkah laku yang dimaksudkan.

43

Page 53: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

Motivasi erat sekali hubungannya dengan perhatian. Tingkah laku yang didasari oleh motif tertentu biasanya terarah pada suatu objek yang sesuai dengan isi atau tema kandungan motifnya. Berkenaan dengan kaitan antara motif dan objek tingkah laku, dikenal adanya motif yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik, Motif intrinsik dapat ditemui apabila isi atau tema pokok tingkah laku bersesuai dengan atau berada di dalam isi atau tema pokok objek tingkah laku itu. Sedangkan motif ekstrinsik dapat dijumpai apabila isi atau tema pokok tingkah laku tidak bersesuaian atau berada di luar isi atau tema pokok objeknya. Dalam motif ekstrinsik, objek tingkah laku seolah-olah hanya menjadi sekadar jembatan atau perantara bagi terjangkaunya isi atau tema pokok yang lain di luar isi atau tema pokok objek langsung tingkah laku tersebut.

Di samping adanya motif intrinsik dan ekstrinsik, dalam kenyataan di masyarakat berkembang motif dengan sifat yang berbeda. Misalnya, seorang ibu memberi makan seorang pengemis yang kelaparan. Motif instriknya ialah agar pengemis itu terbebas dari rasa laparnya, sedangkan motif ekstrinsiknya (mungkin itu ada pada si pemberi makan) ingin agar dirinya (si pemben makan itu) dianggap sebagai dermawan yang pemurah dan baik hati, Seorang karyawan yang bekerja keras mungkin didorong agar pekerjaannya itu cepat selesai (motif instrinsik), boleh jadi juga agar ia memperoleh uang yang lebih banyak, atau agar orang lain menganggap dirinya seorang yang rajin dan ulet, yang patut mendapat pujian. Seorang suami yang baru pulang dari kantor langsung menyantap makanan yang telah dihidangkan oleh istrinya. Motivasinya ialah untuk menghilangkan laparnya (instrinsik), dan (boleh jadi) untuk menye- nangkan hati istrinya yang telah tq.enyediakan makan untuknya (ekstrinsik). Masalahny^ialah, apakah hanya motif-motif instrinsik dan ekstrinsik seperti itu saja yang ada pada diri seseorang yang melakukan sesuatu? Apakah memberi makan pengemis hanya sekedar agar pengemis itu kenyang dan/atau agar dianggap dermawan? Apakah bekerja keras hanya sekedar agar pekerjaan cepat

Drs. A bror Sodir M.Si

44

Page 54: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

elesai dan/atau agar mendapatkan banyak uang serta pujian? Apakah kegiatan makan hanya sekedar untuk kenyang dan/atau jxienyenangkan si penyedia makanan, serta motif-motif lain seperti semacam itu?

Tampaknya tidak hanya demikian. Ada motif lain yang dapat dikembangkan di balik tingkah laku seseorang. Selain motif intrinsik dengan ekstrinsik sebagaimana dijelaskan tersebut, pada perbuatan “n i em b e r i m ak an p e n g e m i s ” dapat dikembangkan motif menolong sesama manusia yang menderita, pada perbuatan “bek erja k eras” dapat dikembangkan motif memperkembangkan etos kerja yang baik, efektif dan etisien, dan pada perbutan “makari" dapat dikembangkan motif hidup sehat dan dengan keadaan dirinya yang sehat itu ia akan dapat lebih banyak berguna bagi orang lain. Di kalangan orang-orang yang iman dan ketakwaannya tinggi kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkembang kesadaran bahwa semua perbuatan hendaknya didasari oleh keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Semua perbuatan hendakalah dianiati untuk ibadah, yaitu sebesar-besarnya melaksanakan perintah dan meng- hindari laranga Tuhan. Setiap perbuatan sekecil apapun perbuatan itu, hendaknya dilandasi motif beribadah. Dalam prakteknya sehari- hari, motif beribadah itu diwujudkan dalam do’a yang diucapkan sebelum seseorang melakukan sesuatu agar perbuatannya itu diterima dan diridhai oleh Tuhan. Kekuatan motivasi beribadah itu akan semakin terasa bagi orang yang bersangkutan apabila ia benar- benar menghayati dan menginternalisasi makna do’a itu.

2. Pembawaan dan LingkunganSetiap individu dilahirkan ke dunia dengan membawa kondisi

Cental flsik tertentu. Apa yang dibawa sejak lahir itu sering disebut pembawaan. Dalam artinya yang luas pembawaan meliputi berbagai hal, seperti warna kulit, bentuk dan warna rambut, golongan darah, kecenderungan pertumbuhan fisik, minat, bakat khusus,"kecerdasan, kecenderungan ciri-ciri kepribadian tertentu. Kerentanan terhadap

Lanbasan Bimbingan dan Konseling

45

Page 55: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

penyakit tertentu sering kali juga dikaitkan dengan pembawaan, Pembawaan itu diturunkan melalui pembawa sifat yang terbentuk segera setelah sel telur dari ibu bersatu dengan sel sperma dari ayah pada saat konsepsi.

Kondisi yang menjadi pembawaan itu selanjutnya akan terus tumbuh dan berkembang Namun pertumbuhan dan perkembangan itu tidak dapat terjadi dengan sendirinya. Untuk dapat tumbuh dan b erkemb angnya apa-apa yang dibawa sejak lahir itu, diperlukan prasaran dan sarana yang semuanya berada dalam lingkungan individu yang bersangkutan. Prasarana dan sarana itu dapat berupa makanan, perlengkapan pendorong dan pemelihara kesehatan, sentuhan sosio-emosional, kelengkapan belajar dan latihan, serta suasana yang memungkinkan berlangsungnya pertumbuhan dan perkembangan itu. Optimalisasi hasil pertumbuhan dan perkem­bangan isi pembawaan itu amat tergantung pada tersedia dan dinamika prasarana serta sarana yang ada di lingkunan itu.

Kadang-kadang masih terdengar juga perdebatan tentang peranan pembawaan dan lingkungan dalam pertumbuhan dan perkembangan individu. Mana yang lebih dominan peranannya, pembawaan atau lingkungan? Penelitian dalam bidang psikologi pada dasarnya menunjukkan bahwa di antara kedua fakta itu (pembawaan dan lingkungan) yang satu tidak mendominasi yang lain (Sutton-Smith, 1973). Sejak dari rahim ibu sampai dengan usianya yang lebih lanjut, seorang makhluk manusia dalam proses pertumbuhan dan perkembangan setiap saat membutuhkan unsur-unsur yang ada dalam pembawaannya dan lingkungannya. Penelitian Jensen misalnya (dalam Sutton-Smith, 1973) menegaskan bahwa faktor yang menentukan tinggi- rendahnya inteligensi seseorang adalahmteraksi antara pembawaan dan lingkungan. Dalam kaitan itu pada umumnya tidak dapat diketahui kondisi pembawaan yang asli (yaitu pembawaan yang sama sekali belum dipengaruhi oleh lingkunan). Apa yang dapat diketahui ialah hasil interaksi antara pembawaan dan lingkungan. Demikian juga untuk pertumbuhan fisik, bakat, minat, dan ciri-ciri kepnbadian.

Drs. A bror Sodi^ M.Si.

46

Page 56: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

Landasan Bimbingan dan Konseling

pembawaan dan lingkungan masing-masing individu tidaklah ma Ada pembawaan yang tinggi, sedang, kurang, dan bahkan

kurang sekali. Kadang-kadang kita jumpai individu dengan inteli- ensi yang amat tinggi (genius). Bakat yang amat istimewa atau mbawaan yang luar biasa bagusnya itu merupakan anugerah dari

Tuhan. Sebaliknya kadang-kadang kita jumpai pula individu dengan inteligensi yang amat rendah. Pembawaan yang luar biasa rendahnya ini juga merupakan amanat dari Tuhan, untuk tidak disia-siakan dan untuk mendapatkan penaganan yang memadai sesuai dengan kemuliaan kemanusiaan.

Demikian juga lingkungan. Ada individu yang lingkungannya sangat baik, ada yang sedang-sedang saja, dan ada pula yang lingkungannya berkekurang. Keadaan yang ideal adalah apabila seseorang memiliki sekaligus pembawaan dan lingkungan yang bagus. Lingkungan seperti itu dapat amat menunjang pengembangan bakat yang tinggi, sehingga hasilnya dapat diharapkan sangat tinggi pula. Tinggal dua hal yang perlu diperhatikan bagi pengembangan individu yang beruntung itu, yaitu terjaganya kondisi lingkungan yang dinamis-positif dan tingginya motivasi individu untuk memper- kembangkan diri.

Keadaan yang kurang menguntungkan ialah apabila salah satu dari dua faktor pembawaan dan lingkungannya kurang baik. Pemba- waannya cukup baik tetapi lingkungannya kurang menunjang, dan sebaliknya, lingkungan memuaskan tetapi pembawaannya rendah. fetapi keadaan yang seperti itu masih lebih baik dibandingkan kalau kedua faktor lemah, pembawaan tidak dapat diharapkan dan lingkungannya pun mengecew^akan. Keadaan pembawaan dan l^gkungan seorang individu dapat diketahui melalui penerapan ^strumentasi konseling (baik tes maupun non tes) yang dipergu- nakan oleh konselor. Pemahaman tentang faktor-faktor pembawaan ltu perlu mendapat perhatian utama. Lebih dari itu, konselor perlu tnenyikapi kondisi pembawaan dan lingkungan sasaran layanannya Secata dinamis. Artinya, konselor memandang apa-apa yang terdapat

47

Page 57: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

Drs. A bror Sodi^ M.Si. 1

di dalam pembawaan sebagai modal atau aset yang harus ditumbuh- kembangkan secara optimal. Modal yang dibawa sejak lahir itu (betapapun kecil atau rendahnya modal itu) bukanlah barang mati atau boleh dibiarkan begitu saja, melainkan sesuatu yang menuntut pengolahan sekuat-kuatnya sehingga membawa keberuntungan sebesar-besarnya bagi pemiliknya dan orang lain. Penumbuh- kembangan atau pengolahan pembawaan itu adalah melalui lingkungan. Oleh karena itu lingkungan perlu setiap kali ditata dan diperbagus sesuai dengan tuntutan yang w ajar bagi penumbuh- kembangan pembawaan itu. Justru menjadi pokok konselorlah untuk memahami sebesar apa modal yang dimiliki oleh klien dan mengu- payakan pengaturan lingkungan bagi pengembangan modal itu sambil meningkatkan motivasi klien untuk berbuat searah dengan penumbuh-kembangan modalnya itu.

3. Perkembangan IndividuSejak masa konsepsi dalam rahim ibu bakal individu yang telah

ditakdirkan ada itu berkembang menjadi janin, janin menjadi bayi, bayi lahir ke dunia; terus berkembang menjadi anak kecil, anak usia sekolah, remaja, dewasa, akhirnya manusia usia lanjut. Dengan demi­kian jelas bahwa perkembangan individu itu tidak sekali jadi, melain­kan bertahap berkesinambungan. Masing-masing aspek perkem­bangan, seperti perkembangan kognitif/kecerdasan, bahasa, moral, hubungan sosial, fisik, kemampuan motorik memiliki tahap-tahap perkembangannya sendiri. Di samping itu, hukum-hukum perkem­bangan berlaku bagi perkembangan segenap aspek itu secara menye- luruh, termasuk di dalamyna peranan faktor-faktor pembawaan dan lingkungan. Meskipun aspek-aspel^ perkembangan cenderung memperlihatkan caranya seUcfiri, namun aspek-aspek itu saling terkait. Dalam satu tahap perkembangan tertentu herkembangkh berbagai aspek tersebut dan pada umumnya saling terkait.

Berbagai teori tentang perkembangan individu telah dikemu- kakan oleh para ahli. Teori-teori tersebut pada umumnya

48

Page 58: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

Lan iasan Bimbingan dan Konseling

enonjo lkan aspek atau pola perkembangan tertentu. McCandless menekankan pentingnya peranan dorongan biologis dan dorongan j^ltural dalam perkembangan individu; Freud menekankan dorongan seksual; Erickson menekankan perkembangan psikososial (dalam Dusek, 1977). Paiget mengemukakan teori tentang perkem bangan kognisi; Kohlberg tentang perkembangan moral (dalam Bee, 1978). Lebih lanjut, Havighurtst menampilkan istilah tugas perkembangan. Setiap individu yang berkembang harus m enyelesaikan tugas-tugas perkembangan itu apabila ia hendak d ikatakan sebagai individu yang bahagia dan sukses. Menurut H avighurts, definisi tugas perkembangan adalah “suatu tugas yang tnuncul pada periode tertentu dalam kehidupan seseorang, yang kesuksesan penyelesaiannya akan mengantarkan orang tersebut ke keadaan bah g ia , dan kegagalan penyelesaiannya akan menyebabkan orang tersebut tid ak b ah ag ia , tid ak diterima o leh masyarakat, dan mengalami kesulitan dalam men)alam tugas-tugas berikutnya” (dalam Shertzer & Stone, 1968).

Menurut Havighurts tugas-tugas perkembangan tersusun menurut suatu pola tertentu dan secara keseluruhan saling terkait. Tugas-tugas perkembangan tersebut dibentuk oleh unsur-unsur biologis, psikologis dan kultural yang ada pada diri dan lingkungan individu. Selengkapnya tugas-tugas perkembangan manusia, sejak lahir sampai dengan dewasa adalah:

^gas Perkembangan Afasa Bayi dan Kanak-Kanak (0 — 5 tahun)a- Belajar berjalan.b- Belajar memakan makanan padat.c- Belajar berbicara.d- Belajar mengontrol pembuangan kotoran dari diri sendiri (buang

air kecil dan air besar).e- Belajar membedakan jenis kelamin.

49

Page 59: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

£ Mencapai kematangan fisik.g. Membentuk konsep-konsep sederhana mengenai realitas sosial

fisik.h. Belajar berhubungan secara emosional dengan orang tua, saudara

kandung, dan orang lain.i. Belajar memahami yang baik dan yang buruk.

T ugas P erk em ban gan Anak-Anak (6 -11 tahun)a. Mempelajari keterampilan fisik yang perlu untuk berbagai

permainan sederhana.b. Membina sikap hidup sehat untuk diri sendiri dan lingkungan.c. Belajar bergaul dengan teman sebaya.d. Belajar menjalankan peranan sosial yang tepat sesuai dengan jenis

keiaminnya.e. Belajar keterampilan dasar, membaca, menulis dan berhitung.f. Mengembangkan konsep-konsep yang diperlukan dalam

kehidupan sehari-hari.g. Mengembangkan kata hati, moral, dan nilai-nilai.h. Mencapai kebebasan pribadi.i. Mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok sosial dan

lembaga sosial.

T uga s P erk em bana gan iVfasa i?erna/a (12 -1 8 tahun)a. Mencapai hubungan-hubungan yang baru dan lebih matang

dengan teman sebaya antar jenis kelamin yang sama dan berbeda.b. Mencapai peranan sosial sebagai?pria dan wanita.c. Menerima kesatuan tubuh sebagaimana adanya dan mengguna-

kannya secara efektif.d. Mencapai kemerdekaan emosional terhadap orang tua dan orang

dewasa lainnya.

Drs. Afcror Sodit M.Si

50

Page 60: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

Landasan Bimbingan dan Konseling

]y[encapai keadaan dimilikinya jaminan untuk kemerdekaanekonom i.

£ Memilih dan mempersiapkan diri untuk suatu pekerjaan.Mempersiapkan diri untuk pernikahan dan kehidupan untuk berkeluarga.

h Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang perlu untuk kehidupan sebagai warga negara.

i Mengembangkan hasrat dan mencapai kemampuan bertingkah laku yang dapat dipertimbangkan secara sosial.

j Menguasai seperangkat nilai dan sistem etika sebagai pedoman.

Tugas Perkembangan Masa Dewasa Awal (19 - 30 tahun)a. Memilih pasangan hidup.b. Belajar hidup dengan pasangan dalam ikatan perkawinan.c. Memulai kehidupan berkeluarga.d. Memelihara dan mendidik anak.e. Mengelola rumah tangga.f. Mulai menjalani karier tertentu.g. Memikul tanggung jawab sebagai warga negara.h. Menemukan kelompok-kelompok sosial yang sesuai.

Lebih jauh, tugas perkembangan masa dewasa (di atas 30 tahun) terkait dengan tugas kehidupan, yaitu beragama, bekerja, berke­luarga, bermasyarakat dan berbangsa. Individu dewasa yang efektif inilah apabila kehidupannya berorientasi pada lima tugas kehidupan.

Dalam melaksanakan tugas-tugas pelayanannya konselor menghadapi individu-individu yang sedang berkembang. Oleh karena itu, selain konselor harus memahami secara terpadu kondisi berbagai aspek perkembangan individu pada saat peiayanan bimbingan dan konseling diberikan, juga harus dapat melihat arah Perkembangan individu itu di masa depannya (baik masa depan

51

Page 61: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

yang dekat maupun yang lebih jauh). Saling keterkaitan antara faktor pembawaan dan lingkungan, serta antara berbagai aspek perkem­bangan perlu menjadi khasanah pemahaman konselor dalam menghadapi sasaran layanannya. Lebih jauh, dinamika perkem­bangan individu (klien) yang telah berlangsung sebelumnya akan menjadi dasar upaya diagnosis, prognosis, dan pemberian bantuan bagi individu yang bersangkutan.

4. KepribadianSering dikatakan bahwa ciri seseorang adalah kepribadiannya.

Dalam khasanah psikologi di antara para ahli belum ada kata sepakat tentang rumusan kepribadian. Para ahli psikologi umumnya memusatkan perhatian pada faktor-faktor fisik dan genetika, berpikir dan pengamatan, serta dinamika motivasi dan perasaan (Mussen & Rosenzwreiq, 1973). Sejumlah hasil studi memperlihatkan adanya hubungan (meskipun hubungan ini tidak terlalu tinggi) antara bentuk tubuh dengan cirri-ciri kepribadian, dan hasil studi tentang anak kembar menunjukkan adanya pengaruh faktor-faktor genetik terhadap aspek-aspek kepribadian. Demikian pula, pola berpikir (cognitive style) terkait pada ciri-ciri kepribadian.

Wiggins, Renner, Clore dan Rose (1976) mengupas tentang kepribadian dengan melihat hakikat tingkah laku dan perkem- bangannya secara menyeluruh. Para penulis itu melihat perlunya mengkaji factor-faktor biologis, kenyataan eksperimental, pengaruh sosial dan pendekatan psikometrik dalam upaya memahami kepribadian individu. Kajian faktor-faktor biologis memperlihatkan pengaruh yang cukup besar atas kepribadian individu. Kenyataan eksperimental menunjukkan bahwa meskipun kepribadian seorang individu adalah unik (ae&nya yang satu berbeda dari yang lainnya), namun persamaannya juga cukup-besar. Fersamaan itu an tara lain terdapat pada bagaimana ciri-ciri kepribadian itu diperoleh. U nsur pengaruh sosial mengingatkan bahwa sebagai makhluk sosial, kepribadian individu bahkan ditentukan oleh lingkungan sosialnya-

Drs. A bror Sodif M.Si.

52

Page 62: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

Landasan Bimbingan dan Konseling

p e n d e k a t a n psikometrik menegaskan bahwa kepribadian meliputi uatu organisasi dan sejumlah ciri kepribadian yang dapat dipilah- ilah d a n dapat diukur. Pemaliaman terhadap kepribadian seseorang

dapat melalui pengukuran terhadap cirri-ciri kepribadiannya.Meskipun Hothersall (1985) mencoba merumuskan kepriba­

dian sebagai “predisposisi (kecenderungan) cara mereaksi yang secara relative stabil pada diri individu”, namun dapat dip ah ami bahwa kepribadian individu itu amat kompleks. Konselor perlu m e m a h a m i kompleksitas kepribadian klien di samping mampu m e m i l a h - m i l a h cirri-ciri tertentu yang dapat diukur. Dalam kaitan itu, konselor mungkin cenderung tertarik pada tipologi kepribadian yang memberikan arah pada pemahaman terhadap cirri-ciri kepribadian tertentu, misalnya ciri-ciri kepribadian berdasarkan bentuk tubuh, sikap keterbukaan-ketertutupan, cairan yang ada pada tubuh, dan lain-lain. Namun konselor hendaknya tidak terpaku dan terpukau oleh pemahaman tipologis seperti itu. Orang gemuk sifat dan sikapnya mesti begini—begitu, sedangkan yang atletis begini- begitu, dan yang kurus lain lagi; orang yang ekstrover begini-begitu, sedang introvert lain lagi; orang sanguinis (periang dan optimis) begim-begitu, sedang fiegmatis lain lagi, dan lain sebagainya; sifat dan sikap seperti itu merupakan ciri kepribadian yang melekat pada diri individu sesuai dengan tipe dirinya, dan tidak dapat diubah. Pemahaman tipologis yang sempit seperti itu justru akan menebiri hakikat bimbingan dan konseling yang bersifat dinamis dan terbuka. Apa pun predisposisi yang ada pada diri individu (termasuk yang diturunkan melalui tipologi individu) adalah sesuatu yang terbuka, dinamis dan dapat dikembangkan. Tugas konselor justru mengopti- nialkan perkembangan dan pendayagunaan predisposisi ataupun ciri kepribadian individu kea rah hal-hal positif sesuai dengan tingkat Petketnbangan dan kebutuhan individu yang yang bersangkutan.

Uraian yang panjang lebar tentang landasan psikologis meng- j^yaratkan bahwa tidak mungkin bagi seorang konselor dapat

r Ung^ secara efektif dan tepat tanpa memanfaatkan kaidah-

53

Page 63: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

Drs. A bror Sodify M.Si.1

kaidah filsafat dan psikologi (Belkin, 1976). Namun demikian, untuk menghindan salah paham berkaitan dengan peranan psikologi dalam bimbingan dan konseling, Belkin lebih lanjut menyatakan:

Meskipun berbagai upaya telah dilakukan para ahli untuk memahami jiwa dan tempat manusia di bawah sinar matahari sepanjang masa yang disebut di dalam sejarah psikologi, namun belum pernah ada upaya dalam bidang filsafat dan psikologi untuk menangani permasalahan emosional. Menurut kenyataannya, samapai dengan awal abad ke-19, ketika sejumlah gefakan muncul untuk menangani dan menyembuhkan penyakit mental dan emosional dengan cara-cara yang manusiawi, konstruktif dan secara ilmiah sahih, belum ada satu disiplin ilmu pun yang tampil menulang- punggungi derakan tersebut. Gerakan dalam bidang psikologi, sejak awal yang bercorak filsafat sampai dengan perkembangannya dalam kegiatan laboratorium psikologi, tumbuh sebagai studi untuk memahami manusia sebagaimana adanya; bukan metode untuk mengatur atau menagani permasalahan manusia.

Demikianlah keadaannya sekarang, psikologi lebih merupakan disiplin ilmu untuk mempelajari dan memahami manusia daripada untuk menanggulangi permasalahan manusia secara teraputik. Sebaliknya, gerakan bimbingan, sejak awalnya muncul dan tumbuh sebagai gerakan yang dirancang untuk membantu individu mengatasi masalah-masalahnya; gerakan ini secara konsisten mengembangkan pendekatan dan cara-cara yang bersifat hum anitarian dan teraputik sebagaimana tampil dengan kokoh dalam setiap upaya bimbingan dan konseling dewasa ini.

Dengan penegasan Belkin tersebut, jelaslah bahwa psikologi bukanlah akar gerakan bimbingafi dari konseling, meskipun psikologi amat penting sebagai salah satu (bukan satu-satunya) sarana penunjang bagi bagi kesuksesan layanan bimbingan dan konseling-

54

Page 64: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

Landasan Bimbingan dan Konseling

p L a n d a s a n Sosial Budaya Bimbingan dan KonselingSalah satu dari dimensi kemanusiaan itu adalah dimensi keso-

ialari- Sebagai makhluk sosial, manusia tidak pernah dapat hidup seorang d iri. D i mana pun dan bilamana pun manusia hidup senantiasa membentuk kelompok hidup terdiri dari sejumlah anggota guna menjamiQ baik keselamatan, perkembangan, maupun keturunan. Dalam kehidupan berkelompok itu, manusia harus mengembangkan ketentuan yang mengatur hak dan kewajiban masing-masing individu sebagai anggota demi ketertiban pergaulan sosial mereka. Ketentuan-ketentuan itu biasanya berupa perangkat nilai, norma sosial maupun pandangan hidup yang terpadu dalam sistem budaya yang berfungsi sebagai rujukan hidup para pendu- kungnya. Rujukan itu melebihi proses belajar, diwariskan kepada generasi penerus yang akan melestarikannya. Karena itu masyarakat dan kebudayaan itu sesungguhnya merupakan dua sisi dari satu mata uang yang sama (Budhi Santoso, 1992), sisi generasi tua sebagai pewaris dan sisi generasi muda sebagai penerus.

1. Individu sebagi Produk Lingkungan Sosial BudayaSetiap anak, sejak lahirnya harus memenuhi tidak hanya

tuntutan biologisnya, tetapi juga tuntutan budaya di tempat ia hidup, tuntutan budaya itu menghendaki agar ia mengembangkan tingkah lakunya sehingga sesuai dengan pola-pola yang dapat diterima dalam budaya tersebut (McDaniel, 1956). Kegagalan memenuhi tuntutan biologis individu akan mengakibatkan mati/kepunahan, dan kega­galan memenuhi tuntutan budaya akan mengakibatkan ia tersingkir dari kehidupan bersama. Lebih jauh individu mencapai kemanusia- annya yang unik itu berkat pengaruh nilai-nilai, aspirasi, ide-ide, harapan dan keinginan yang ditujukan kepadanya melalui lembaga- kmbaga yang sengaja dikembangkan, yang semuanya ituJ berada ^lam khasanah kebudayaan manusia (Fullmer, 1969). Organisasi ^°sial, lembaga-lembaga keagamaan, kemasyarakatan, pendidikan,

Uarga, politik, dan masyarakat secara menyeluruh memberikan

55

Page 65: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

Drs. A^ror Sofii , M.Si. 1

pengaruh yang kuat terhadap sikap, kesempatan, dan pola hidup warganya. Unsur-unsur budaya yang dibawakan oleh organisasi dan lembaga-lembaga tersebut mempengaruhi apa yang dilakukan dan dipikirkan oleh individu, tingkat pendidikan yang ingin dicapainya, tujuan-tujuan dan jenis-jenis pekerjaan yang dipilihnya, rekreasinya, dan kelompok-kelompok yang dimasukinya (Tolbert, 1959 dan 1982). Dengan segala tuntutan dan pengaruh dari lingkungan sosial budaya itu terjadilah hubungan timbal balik antar individu dan lingkungannya itu; individu menjadi milik lingkungan sosial budaya, dan lingkungan sosial budaya itu menjadi milik individu tersebut.

Manusia hidup berpuak-puak, bersuku-suku, dan berbangsa- bangsa. Masing-masing puak, suku, dan bangsa itu memiliki lingkungan sosial budayanya sendiri; yang satu berbeda dari yang lainnya. Perbedaan itu ada yang amat besar, cukup besar, ada yang tidak begitu besar, ada yang agak kecil, dan ada yang cukup halus. Perbedaan yang amat besar tercermin pada ucapan Kipling yang terkenal: “Barat adalah barat dan Timur adalah Timur, keduanya tidak akan bisa bertemu”. Kalimat ini menggambarkan bahwa budaya bangsa-bangsa Barat (Eropa — Amerika) amat berbeda dari budaya bangsa-bangsa Timur (Asia); demikian besar perbedaannya sehingga tidak mungkin dipertemukan. Pandangan tersebut merupakan pandangan pesimistik yang mengingkari keluwesan, dinamika, dan mobilitas manusia yang dapat bergerak antar benua dalam kecepatan dan frekuensi yang semakin meningkat. Arah terbentuknya “budaya dunia” justru semakin tampak, Timur akan bertemu Barat.

Kepulauan Nusantara didiami oleh sekitar 185 juta manusia yang tersebar pada hampir 14.000 pulau, yang terdiri atas ratusan suku bangsa dengan budaya, tradisi dan adat istiadatnya berbeda, mulai dari yang paling primitif sampai ke yang sangat tinggi. Kebhinekaan yang ada di antara suku-suku bangsa Indonesia itu memperlihatkan perbedaan unsur-unsur sosial budaya dalam tingkat yang tidak sama, ada yang cukup besar, tidak begitu besar, atau kecil

56

J

Page 66: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

■ p i dalam satu suku bangsa pun masih dapat dijumpai pebedaan- ^ bedaan, meskipun perbedaan yang halus saja. Dalam kehidupan P kelotnpok manusia dengan jumlah yang cukup besar yang hidup

ada suatu wilayah cukup besar hampir dapat dipastikan terdapat ^ e rb e d aa n -p e rb e d a an dalam unsur-unsur sosial budaya yang me\varnai kehidupan mereka.

Ditilik dari adanya puak-puak, suku-suku dan bangsa-bangsa itu secara garis besar dapat dilihat adanya dga tingkat perbedaan budaya, yaitu tingkat internasional, tingkat kelompok etnik, dan tingkat yang lebih halus yang di dalam etnik itu sendiri (Pedersen, dkk., 1976). Perbedaan budaya tingkat internasional dapat dijumpai pada orang-orang yang berasal dari negara-negara yang berbeda, seperti orang-orang dari Amerika, Rusia, Nigeria, Mesir, India, Cina, Jepang, Indonesia, dan lain-lain. Di antara orang-orang yang b era sa l dari berbagai negara itu terlihat perbedaan yang amat nyata, seperti cara berpakaian, bahasa, makanan, cara berpikir dan bertingkah laku, dan lain-lain. Pada tingkatanyang kedua, dapat dijumpai perbedaan- perbedaan unsur-unur sosial budaya dalam satu kelompok etnis. Misalnya, di dataran Cina, atau India, atau Jepang, masing-masing dapat dijumpai berbagai sub-kultur Cina, India, Jepang. Di Indone­sia sendiri dapat dijumpai berbagai sub-kultur Indonesia, misalnya Jawa, Minangkabau, Batak, Bugis, Bali, dan lain sebagainya. Pada tingkatan ketiga, perbedaan-perbedaan sosial budaya terdapat di dalam satu etnis yang lebih kecil. Dialek dalam bahasa, adat istiadat dalam perkawinan, kelahiran dan kematian, status sosial, dan lain-lain merupakan khasanah dari perbedaan-perbedaan tersebut.

Seluruh pengaruh unsur-unsur sosial budaya dalam segenap kftgkatnya tersebut membentuk unsur-unsur subjektif pada diri ^dividu. Unsur-unsur subjektif itu meliputi berbagai konsep dan asosiasi, sikap, kepercayaan, penilaian, harapan dan keinginan, ^gatan, pendapat, persepsi tentang peranan, stereotip, dan nilai (Pedersen, dkk., 1976). Individu yang berasal dari latar belakang s°sial budaya yang sama cenderung memiliki unsur-unsur subjektif

Landasan Bimbingan dan Konseling

57

Page 67: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

yang sama. Demikianlah, orang-orang yang berasal dari latar belakang budaya yang berbeda cenderung memiliki caranya sendiri (yang berbeda) dalam menyikapi berbagai hal yang dihadapinya. Apabila perbedaan-perbedaan itu tidak dijembatani, hal itu akan dapat menghidupkan kecenderungan timbulnya pertentangan dan saling tidak menyukai yang akhirnya dapat menghambat tercapainya kesepakatan. Sebaliknya, apabila perbedaan-perbedaan itu tidak dibesar-besarkan, melainkan diberi hikmah keindahan warna- warninya, hal itu justru akan menjadi daya tarik«untuk saling mendekat dan saling mendorong kedua pihak untuk lebih keras lagi menempa upaya kerja sama di antara keduanya.

2. Bimbingan dan Konseling Antar BudayaSesuai dengan dimensi kesosialannya, individu-individu saling

berkomunikasi dan menyesuaikan diri. Komunikasi dan penyesuaian diri antar individu yang berasal dari dari latar belakang budaya yang sama cenderung lebih mudah daripada antar mereka yang berasal dari latar belakang berbeda. Ada lima macam sumber hambatan yang mungkin dalam komunikasi dan penyesuaian diri antar budaya, yaitu sumber-sumber berkenaan dengan perbedaan: bahasa, komunikasi non verbal, stereotip, kecenderungan menilai, dan kecemasan (Pedersen, 1976).

Ketiadaan penguasaan bahasa asing yang dipakai oleh pihak- pihak yang berkomunikasi menyebabkan komunikasi dapat terhenti sama sekali, atau tersendat-sendat yang mengakibatkan terjadinya kekurangpengertian dan kesalahpahaman. Pesan-pesan yang disampaikan melalui isyarat, tanda-tanda atau bahasa non verbal lainnya tidak banyak menplong, bab^an sering isyarat dan tanda- tanda yang sama dalam bahasa non verbal itu memiliki arti yang berbeda-beda atau bahkan bertentangan dalam budaya yang berbeda. Persepsi atau pandangan stereotip cenderung menyamaratakan sifat- sifat individu atau golongan tertentu berdasarkan p r a s a n g k a

subjektif, dan biasanya tidak tepat. Stereotip menyebabkan seseorang

Drs. Abror S o d i M.Si.

58■

Page 68: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

Landasan Bimbingan 5an Konseling

etnandang sesuatu (khususnya orang kin) menurut kemauan orang memandangnya itu berdasarkan anggapan-anggapan yang

dah tertanam pada dirinya, dan orang tersebut biasanya tidak mau enerim a kenyataan-kenyataan yang berbeda dari anggapan-m

aflggap an n ya itu . Penilaian terhadap orang lain memang sering dilakukan oleh individu-individu yang berkomunikasi. Kecende­r u n g a n menilai ini baik yang menghasilkan penilaian positif maupun negatif, seringkali didasarkan pada standar objektif, dan sering pula merangsang timbulnya reaksi-reaksi baik positif maupun negatif dari p ih a k yang dinilai. Sumber hambatan komunikasi dan penyesuaian yang lain ialah kecemasan yang ada pada pihak-pihak yang berinteraksi dalam suasana antar budaya. Kecemasan ini muncul ketika seorang individu harus memasuki atau bertugas dengan budaya lain yang unsur-unsurnya dirasakan asing. Kecemasan yang berleb ihan dalam kaitannya dengan suasaana antar budaya itu dapat menuju ke suasana culture shock yang menyebabkan orang yang bersangkutan menjadi tidak tahu sama sekali apa, di mana, dan kapan berbuat sesuatu (Oberg, dalam Pedersen, 1976).

Karena inti proses pelayanan bimbngan dan konseling adalah komunikasi antara klien dan konselor, maka proses pelayanan bimbingan dan konseling yang bersifat antar budaya (klien dan konselor berasal dari latar belakang budaya yang berbeda) sangat peka terhadap pengaruh dari sumber-sumber hambatan komunikasi seperti tersebut. Perbedaan dalam latar belakang rasa atau etnik, kelas sosial ekonomi dan pola bahasa menimbulkan masalah dalam hubungan konseling, daii awal pengembangan hubungan yang akrab dan saling mempercayai antara klien dan konselor, penstrukturan suasana konseling, sampai peniadaan sikap menolak dari klien (Pedersen, dkk., 1976).

Hambatan yang bersumber dari pebedaan bahasa dan ham- batan-hambatan psikososial amat ditekankan oleh Pedersen dkk. berdasarkan sejumlah hasil penelitian, mereka mencatatkan beberapa atakteristik sub kultur yang ada di Amerka Serikat dari golongan

59

Page 69: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

minoritas tertentu. Warga negara Amerika ketuunan Afrika diidentifikasi sebagai orang-orang yang sukar membuka diri; mereka juga cenderung membenci orang-orang kulit putih. Bagi kaum His panic penampilan machismo (penonjolan sifat-sifat kejantanan, kekuatan dan keberanian) amat penting. Penauduk kuht putih pegunungan Appalacia, keturunan Spanyol dan berkulit hitam, tidak menyukai prosedur formal yang kaku dan birokrasi. Wanita Puerto Rico tidak menyukai kontak mata; laki-laki mereka banyak tampil, sedangkan wanitanya lebih banyak berada di belakang. Keturunan Jepang di Amerika kurang suka menonjolkan diri. Berbagai karak- teristik tersebut perlu mendapat perhatian yang seksama oleh konselor apabila ia hendak menghindari hambatan-hambatan yang ditimbulkannya dalam proses konseling.

Lebih jauh aspek-aspek budaya tidak hanya mempengaruhi proses konseling saja, tetapi lebih luas lagi, yaitu tujuannya, proses- nya, sasarannya, dan bahkan alasan penyelenggaraan konseling itu sendiri (Tolbert, 1982). Lingkungan sosial budaya yang kaku, otoriter dan mengekang kebebasan perkembangan individu misalnya, tidak memberikan tempat bagi konseling yang berlandaskan pada kebe­basan dan kemerdekaan. Pengaruh aspek-aspek budaya itu akan lebih terasa lagi apabila dikaitkan dengan kemampuan konselor. Menurut Sue dkk. (1992) konselor yang diharapkan akan berhasil dalam menyelenggarakan konseling antar budaya adalah mereka yang telah mengembangkan tiga dimensi kemampuan, yaitu demensi keyakinan dan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang sesuai dengan klien antar budaya yang akan dilayam. Konselor yang terkungkung oleh budayanya sendiri, sehingga seolah-olah berada di dalam kapsul budayanya sepdiri itu saja (encapsulated counselor - istilah dan Wrenn, 1992) tidak selayaknya menangani klien-klien antar budaya. Dalam kaitan ituf secara tegas dikatakan bahwa peiayanan terhadap klien-klien yang berlatar belakang budaya berbeda oleh tenaga (konselor) yang tidak memiliki pemahaman dan kemampuan melayani secara khusus klien-klien antar budaya

Drs. A bror Sodi M.Si.

60

Page 70: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

Landasan Bimbingan dan Konseling

diaflggaP tidak etis (Korman, dalam Sue, dkk., 1992; dan Burn,

dkk-, I " 2)'Ivlenilik kemampuan dan kecenderungan (calon) konselor

jewasa ini? pada umumnya mereka menyenangi klien-klien yang berasal dari latar belakang budaya, suku atau ras yang sama. Dalam kenyataannya memang para calon konselor itu tidak dipersiapkan secara khusus untuk menangani klien-klien dan latar belakang budaya, suku atau ras, dan kelompok-kelompok sosial ekonomi yang sem uanya itu membawa nilai-nilai, sikap dan gaya hidup yang berbeda-beda (Strange & Riccio; Padilla, dkk., dalam Pedersen, 1976). Namun demikian, adalah jelas bahwa adanya konseling profesional yang bersifat antar budaya, atau bahkan multi budaya, m erupakan kebutuhan yang amat mndesak bagi terselenggaranya peiayanan yang etis; dan hal itu merupakan bagian yang integral dari tugas profesional bimbingan dan konseling (Sue, dkk., 1992). Dalam kaitan itu, meskipun agaknya tidak mungkin mengharapkan sebagian besar konselor memiliki keakraban dan keterampilan yang tinggi terhadap spektrum sosial budaya yang luas dan berbeda-beda, adalah tetap dimungkinkan, dan bahkan menjadi kewajiban kita untuk menekankan (kepada seluruh konselor) penting dan perlunya sikap menghargai dan menjadikan pertimbangan utama segenap aspek lingkungan sosial budaya yang unik yang berpengaruh terhadap tingkah laku klien. Hal ini merupakan tanggung jawab etis profesional gerakan bimbingan dan konseling (Burn, 1992).

Tuntutan tentang kompetensi konselor di atas membawa implikasi terhadap pribadi-pribadi konselor serta sekaligus lembaga pendidikan dan latihan bagi konselor. Kurikulum dan program pendidikan serta latihan (teori dan praktek) perlu mencakup Pengkajian dan kegiatan praktek lapangan berkenaan dengan aspek- aspek sosial budaya klien yang berbeda-beda. Untuk itu hasil-hasil penelitian sangat diperlukan agar para (calon) konselor dan para pendidik konselor yakin tentang berbagai unsure konseling antar budaya. Untuk membimbing penelitian dan mengarahkan perhatian

61

Page 71: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

Drs. A bror Sodi^ M.Si. 1

mereka kepada berbagai aspek dan seluk-beluk konseling buday^itu, Pedersen dkk. (1976) mengemukakan sejumlah hipotesis, yaitu*a. Makin besar kesamaan harapan tentang tujuan konseling antat

budaya yang ada pada diri klien dan konselornya, maka dimurig. kinkan konseling itu akan berhasil.

b. Makin besar kesamaan pemahaman tentang ketergantungan komunikasi terbuka, dan berbagai aspek hubungan konseling lainnya pada diri klien dan konselornya (dalam konseling antar budaya), makin besar kemungkinan konseling itu akan berhasil.

c. Makin besar kemungkinan penyederhanaan harapan yang ingin dicapai oleh klien menjadi tujuan-tujuan operasional yang bersifat tingkah laku (dalam konseling antar budaya), makin efektiflah konseling dengan klien tersebut.

d. Makin bersifat personal dan penuh dengan suasana emosional suasana konseling antar budaya, makin mungkinlah klien menanggapi pembicaraan dalam konseling dengan bahasa ibunya, dan makin mungkinlah konselor memahami sosialisasi klien dalam budayanya.

e. Keefektifan konseling antar budaya tergantung pada kesensitifan konselor terhadap proses komunikasi pada umumnya (baik ver­bal maupun non verbal), dan terhadap gaya komunikasi dalam budaya klien.

f. Latar belakang dan latihan khusus, serta pemahaman terhadap permasalahan hidup sehari-hari yang relevan dengan budaya tertentu, akan meningkatkan keefektifan konseling dengan klien yang berasal dari latar belakang budaya tersebut.

g. Makin klien (antar budaya)^kurang%nemahami proses konseling, makin perlu konselor atau program konseling antar budaya memberikan pengarahan/pengajaraft/latihan kepada klien (antar budaya) itu tentang keterampilan berkomunikasi, pengambilafl keputusan, dan transfer (mempergunakan keterampilan tertentu pada situasi-situasi yang berbeda).

Page 72: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

Landasan Bimbingan dan Konseling

fCeefektifan konseling antar budaya akan meningkat sesuai jengan pemahaman (klien dan konselor) tentang nilai-nilai dan kerangka budaya asli klien dalam hubungannya dengan budaya yang sekarang dan yang akan datang yang akan dimasuki klien.

• j£0 nseling antar budaya akan meningkat keefektifannya dengan adan ya pengetahuan dan dimanfaatkannya kelompok-kelompok an tar budaya yang berpandangan amat menentukan terhadap klien.

j Keefektifan konseling antar budaya akan bertambah dengan meningkatnya kesadaran konselor tentang proses adaptasi terha­dap kecemasan dan kebingungan yang dihadapi oleh individu yang berpindah dari budaya yang satu ke budaya lainnya, dan dengan pemahaman konselor tentang berbagai keterampilan yang diperlukan bagi klien untuk memasuki budaya yang baru itu.

k. Meskipun konseling antar budaya yang efektif memerlukan pertimbangan tentang kehidupan sekarang dan kemungkinan tugas-tugas/kegiatan yang akan datang (atau yang perlu ditem- puh), namun fokus yang paling utama adalah hal-hal yang amat dipentingkan oleh klien.

1. Meskipun terdapat perbedaan yang besar tentang berbagai aspek dalam budaya yang berlainan, bahasa, dan teori-teori konseling, sebagian besar elemen pokok dalam konseling antar budaya sebenarnya tidak jauh berbeda daripada elemen-elemen pokok dalam konseling pada umumnya. Elemen-elemen tersebut ttieUputi ciri-ciri konselor sebagai seseorang yang bertoleransi taggi terhadap kecemasan klien, luwes dalam pembenan respons secara positif kepada klien, meyakinkan dalam pemberian infor- t^asi dan sistem kepercayaannya, serta memberikan perhatian besar terhadap klien sebagai seorang pribadi.

***' Model konseling yang khusus dirancang untuk pola budaya tertentu akan efektif digunakan terhadap klien-klien yang berasal

budaya tersebut daripada budaya lainnya.

63

Page 73: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

Drs. A bror Sodik, M.Si 1

n. Konseling antar budaya akan efektif apabila konselor mempet. lihatkan perhatian kepada kliennya sebagai seorang individu yang spesial.

Kebutuhan akan konseling antar budaya di Indonesia makii) terasa, mengingat penduduk Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa yang memiliki beraneka corak sub kultur yang berbeda-beda. Para konselor di Indonesia dihadapkan pada kenyataan adanya keanekaragaman budaya yang menguasai kehidupan pendukungnya. Kebinekaan budaya yang berkembang sebagai perwujudan adaptasi aktif penduduk terhadap lingkungannya maupun karena perbedaan pengalaman dalam lintasan sejarah, tidak dapat diabaikan pengaruh- nya terhadap penyelenggaraan bimbingan dan konseling di tanah air. Dalam kenyataan, di samping masyarakat yang telah mengem­bangkan struktur kehidupan kemasyarakatan yang kompleks, masih banyak masyarakat Indonesia yang hidup dalam kelompok-kelom- pok sosial yang terbentuk atas dasar kerabat. Begitu pula, sebagai­mana telah disinggung terdahulu, di samping adanya sub kultur yang telah mengembangkan teknologi yang memperkecil penggunaan tenaga kerja hewan dan memperbesar kemanfaatan tenaga mesin- mesin listrik, tenaga surya, dan bahkan nuklir, dewasa ini masih ada sub kultur di Indonesia yang berkembang atas dasar teknologi sederhana. Bahkan masih ada di antaranya yang bertumpu pada peralatan dari batu,

Karakteristik sosial budaya masyarakat yang majemuk itu tidak dapat diabaikan dalam perencanaan dan penyelenggaraan bimbingan dan konseling. Pelayanan bimbingan dan konseling yang bertujuan mengembangkan kemampuan dan meningkatkan mutu kehidupan serta martabat manusia Indonesia harus berakar pada budaya bangsa Indonesia sendiri. Hal im berarti bahwa penyelenggaraan bimbingan dan konseling harus dilandasai oleh dan mempertimbangkan keanekaragaman sosial budaya yang hidup dalam masyarakat, di samping kesadaran akan dinamika sosial budaya itu m en u ju masyarakat yang lebih maju.

64

Page 74: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

Landasan Bimbingan dan Konseling

K lien -k lien dari la tar b e lak an g so s ia l b uad aya yan g berb ineka tidak d apat d isam aratakan p en an gan an nya . M esk ip un

Indonesia sed an g m en u ju p ad a satu b ud aya kesatuan Indonesia , nam un akar b u d aya a s li y an g sek a ran g m as ih h idup dan b e sa r

engaruhnya terhadap m asyarakat b udaya asli itu p atu t d ikenali, d ihargai, dan d ijad ik an p e r t im b an g a n u ta m a d a lam p e ia y an an bimbingan dan konseling . H al itu sem ua m en jad i tan ggu n g jaw ab para konselo r dan lem b aga p en d id ik an ko n se lo r d i se lu ru h tanah

air.

E. Landasan Ilmiah Bimbingan dan KonselingP e iayan an b im b in g a n d an k o n se lin g m e ru p ak a n k e g ia ta n

profesional y a n g memiliki d a s a r -d a s a r k e i lm u a n , b a ik y a n g menvangkut te o r i- te o r in y a , p e la k sa n a a n k eg ia ta n n y a , m au p u n p engem bangan -pengem bangan pe iayan an itu secara b erke lan ju tan .

1. Keilmuan Bimbingan dan KonselingIlmu, sering juga disebut “ilmu pengetahuan”, merupakan

sejumlah pengetahuan yang disusun secara logis dan sistematik. Pengetahuan ialah sesuatu yang diketahui melalui panca indra dan pengolahan oleh daya pikir. Dengan demikian, ilmu bimbingan dan konseling adalah berbagai pengetahuan tentang bimbingan dan konseling yang tersusun secara logis dan sistematik. Sebagaimana layaknya ilmu-ilmu yang lain, ilmu bimbingan dan konseling tentunya mempunyai ob/elc kajian sendiri, njetode penggalian pengetahuan yang menjadi ruang lingkupnya, dan sistettjatiica pemaparannya.

Objek kajian bimbingan dan konseling adalah upaya bantuan yang diberikan kepada individu yang mengacu pada keempat fungsi peiayanan, yaitu fungsi pemahaman, pencegahan, pengentasan dan pemeliharaan/pengembangan. Segenap hal yang berkenaan dengan upaya bantuan itu (termasuk di dalamnya karakteristik individu yang ^etxiperoleh layanan, jenis-jenis layanan dan kegiatan, kondisi Peiayanan, dan lain-lain) diungkapkan, dipelajari seluk-beluk dan

65

Page 75: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

Drs. A bror Scdify M.Si.

sangkut-pautnya, ditelaah latar belakang dan kemungkinan masa depan, dan akhirnya disusun secara logis dan sistematis menjadi paparan ilmu.

Bagaimana cara mengungkapkan pengetahuan tentang birm bingan dan konseling itu? Untuk itu dapat dipergunakan berbagai cara atau metode, seperti pengamatan, wawancara, analisis dokumen (riwayat hidup, laporan perkembangan, himpunan data, danlain-lain), prosedur tes dan inventori, analisis laboratoris. Melalui metode-metode itu akan diperoleh sejumlah besar pengetahuan tentang objek kajian bimbingan dan konseling.

Namun demikian, pengetahuan yang banyak itu belum memiliki makna yang lebih luas dan belum dapat dimanfaatkan, serta belum menjadi bagian dari ilmu bimbingan dan konseling, apabila belum ditafsirkan dan diberi arti baik secara spesifik maupun luas dalam kaitannya dengan wilayah kajian bimbingan dan konseling. Pembe­rian makna dan arti itu harus dilakukan secara logis dan sistematik, berdasarkan penalaran dan kaidah-kaidah keilmuan yang laras dan mapan. Paparan melalui laporan hasil penelitian, buku teks, dan tulisan-tulisan llmiah lainnya mengenai objek kajian bimbingan dan konseling merupakan wujud dari keilmuan bimbingan dan konseling.

Telah lama dikenal, bahkan sejak awal gerakan bimbingan dicetuskan, pelayanan bimbingan dan konseling menekankan pentingnya logika, pemikiran, pertimbangan, dan pengolahan lingkungan secara ilmiah (McDaniel, 1956). Dalam kaitan itu, McDaniel mengemukakan bahwa konselor adalah seorang ilmuwan, karena mendasarkan teori, pendekatan, dan tindakan-tindakannya pada kaidah- kaidah keilmuan. Di samping itu, konselor juga disebutkan sebgai seniman, karena apa-apa yang dikkukdnnya tidak terlepas dari unsur- unsur kemanusiaan yang harus didekati dan ditangani dengan penuh kehangatan dan kreativitas dalam hubungan antar pribadi (antara konselor dan klien). Dalam kaitan itu dapat disimpulkan bahwa keilmuan bimbingan dan konseling harus diimbangi (dilengkapi) dengan unsur- unsur seni hubungan antar pribadi.

66

Page 76: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

Landasan Bimbingan dan Konseling

2 peranan Ilmu Lain dan Teknologi dalam Bimbingan danKonseling

Sebagaim ana ilmu-ilmu yang lain, bimbingan dan konseling juga merupkan ilmu yang bersifat multireferensial' artinya ilmu dengan rujukan berbagai ilmu yang lain. Ilmu psikologi, ilmu pendidikan dan ilmu filsafat telah memberikan sumbangan yang besar terhadap ilmu bimbingan dan konseling. Demikian juga dengan ilmu sosiologi telah memberikan pemahaman tentang peranan individu dalam berfungsinya masyarakat, keluarga, interaksi antar individu dalam kelompok; gabungan antara ilmu sosiologi dan ilmu ekonomi telah memberikan pemahaman tentang kondisi status sosial-ekonomi individu; gabungan antara ilmu sosiologi, ilmu antropologi dan ilmu kebudyaan telah memberikan pemahaman tentang latar belakang antropologi-sosial-budaya klien; ilmu-ilmu kemasyarakatan dan lingkungan telah memberikan pemahaman tentang interaksi timbal balik antara individu dan lingkungan; ilmu hukum, agama dan adat istiadat telah memberikan pemahaman tentang nilai dan norma yang harus diikuti oleh individu dalam menjalani kehidupan di masyarakat; ilmu statistik dan evaluasi telah memberikan pemahaman tentang teknik-teknik pengukuran dan evaluasi karakteristik individu; ilmu biologi telah memberikan pemahamnan tentang kehidupan kejas- manian individu. Adanya sumbangan dari berbagai ilmu tersebut sangat penting bagi pembentukan dan pengembangan teori-teori serta praktek peiayanan bimbingan dan konseling.

Di samping itu, ada perangkat teknologi yang berkembang cepat dewasa ini, yaitu komputer, yang secara langsung dapat diman- faatkan dalam peiayanan bimbingan dan konseling. Sejak tahun 1980- ar* peranan komputer telah banyak dikembangkan. Bidang yang banyak memanfaatkan jasa komputer ialah bimbingan karir dan btfnbingan/konselor pendidikan (Gaushel, 1984). Selain keuntungan asPek-aspek teknis yang dapat dipetik dari penggunaan komputer ltu5 menurut Gaushel ialah meningkatnya motivasi klien untuk trierigikuti layanan/kegiatan konseling, serta keuntungan-keuntung-

67

Page 77: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

an lainnya dalam kegiatan testing dan administrasi pelayanan bimbingan dan konseling secara menyeluruh.

3. Pengembangan Bimbingan dan Konseling MelaluiPenelitianBimbingan dan konseling, baik teori maupun praktek pelayan-

annya bersifat dinamis dan berkembang, seiring dengan ilmu-ilmu yang memberikan sumbangan dan seiring pula dengan perkem­bangan budaya manusia pendukung pelayanan bimbingan dan konsling itu. Pengembangan teori dan pendekatan bimbingan dan konseling boleh jadi dapat dikembangkan di belakang meja, melalui proses pemikiran dan perenungan, namun pengembangan yang lebih lengkap dan teruji di dalam praktek, ialah apabila pemikiran dan perenungan itu memperhatikan pula hasil-hasil penelitian di lapangan. Pengembangan praktek pelayanan bimbingan dan konseling tidak boleh tidak harus melalui penelitian, bahkan kalau dapat penelitian yang bersifat eksperimen. Dengan demikian, melalui penelitian suatu teori dan praktek bimbingan dan konseling mene- mukan pembuktian tentang ketepatan dan/atau keefektifan/ keefisiennya di lapangan.

Penelitian adalah jiwa dari perkembangan ilmu dan teknologi. Apabila pelayanan bimbingan dan konseling diinginkan untuk berkembang dan maju, maka penelitian tentang bimbingan dan konseling dalam berbagai bentuk penelitian dan aspek yang diteliti harus terus-menerus dilakukan. Tanpa penelitian, perkembangan pelayanan bimbingan dan konseling akan mandul dan steril.

Drs. A bror Sodik, M.Si.

68j

Page 78: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

BAB III FUNGSI DAN PRINSIP-PRINSIP BIMBINGAN DAN KONSELING

A. Fungsi Bimbingan dan KonselingFungsi bimbingan dan konseling ditinaju dari kegunaan atau

manfaat, ataupun keuntungan-keuntungannya dapat dikelompokkan menjadi empat fungsi pokok, yaitu fungsi pemahaman, fungsi pence- gahan, fungsi pengentasan, fungsi pemeliharaan dan pengembangan (Priyatno dan Erman Anti, 1999: 197-217). Adapun penjelasannya mengenai masing-masing fungsi tersebut sebagai berikut:

1. Fungsi PemahamanDalam fungsi pemahaman, kegunaan atau manfaat atau

keuntungan yang diberikan oleh layanan bimbingan dan konseling adalah berkaitan dengan pemahaman tentang klien, pemahaman tentang masalah klien, dan pemahaman tentang lingkungan yang lebih luas.a- Pertiahaman tentang Klien

Pemahaman tentang klien merupakan titik tolak upaya pemberian bantuan terhadap klien. Sebelum seorang konselor atau pihak-pihak lain dapat memberikan layanan tertentu kepada klien, Maka mereka perlu terlebih dahulu memahami individu yang akan dibantu itu. Pemahaman tersebut tidak hanya sekadar mengenal diri k^en, ttielainkan lebih jauh lagi, yaitu pemahaman yang menyangkut

69

Page 79: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

Drs. A bror Sodify M.Si. 1

latar belakang pribadi klien, kekuatan dan kelemahannya, serta kondisi lingkungannya. Materi pemahaman itu lebih lanjut dapat dikelompokkan ke dalam berbagai data tentang:(1) Identitas individu (klien): nama, jenis kelamin, tempat dan

tanggal lahir, orang tua, status dalam keluarga, dan tempat tmggal,

(2) Pendidikan,(3) Status perkawinan (bagi klien dewasa),(4) Status sosial-ekonomi dan pekerjaan,(5) Kemampuan, bakat, minat, hobi,(6) Kesehatan,(7) Kecenderungan sikap dan kebiasaan,(8) Cita-cita pendidikan dan pekerjaan,(9) Keadaan lingkungan tempat tinggal,(10) Kedudukan dan prestasi yang pernah dicapai,(11) Kegiatan sosial kemasyarakatan.

Untuk individu-individu yang masih mengikuti jenjang pendidikan tertentu perlu ditambahkan:

(12)Jurusan/program studi yang diikuti,(13) Mata pelajaran yang diambil, nilai-nilai yang diperoleh dan

prestasi menonjol yang pernah dicapai,(14) Kegiatan ekstrakurikuler,(15) Sikap dan kebiasaan belajar,(16) Hubungan dengan teman sebaya.

Daftar tersebut dap^f dipe^panjang dan dirinci lebih jauh sampai dengan “peristiwTa-peristiwa khusus yang dialami”. Perluasafl, spesifikasi atau rincian materi pemahaman itu dikembangkan sesuai dengan tujuan pemahaman terhadap klien itu sendiri.

70j

Page 80: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

Fungsi dan Prinsip-prinsip Bimbingan dan \ 0nseling

Siapakah yang perlu memahami diri klien itu? Pertama-pertama adalah klien itu sendiri. Hal ini sesuai dengan ciri kemandirian yang ertama, yaitu “memahami diri sendiri dan lingkungan secara

objektif”- Dalam kaitan ini, di masyarakat dan juga di s^kolah- sekolah, masih banyak dijumpai individu-individu yang tidak memahami diri sendiri. Mereka tidak memahami kekuatan dan kelemahan diri sendiri, tidak memahami potensi-potensi diri sen d ir i yang dapat dikembangkan. Akibatnya individu-individu tersebut tidak berusaha sekuatnya mengembangkan secara optimal kekuatan/ potensi yang ada itu di satu sisi, dan di sisi lain tidak berusaha iriere- dam atau memperkecil kelemahan-kelemahannya. Mereka berkem­bang seadanya sehingga dimensi keindividualan dan dimensi-cjjjtiensi lainnya yang terkait tidak terwujud secara penuh.

Pemahaman tentang diri klien juga perlu bagi pihak-pihak lain, khususnya pihak-pihak yang berkepentingan dengan perkembaHgan dan kebahagiaan hidup klien tersebut. Bagi para siswa misalnya, pemahaman orang tua terhadap anaknya sangat penting. Dettgan memahami anaknya secara lebih luas dan mendalam, orang akan lebih dimungkinkan untuk memberikan perhatian, pelayanan, perlakuan, ataupun kemudahan-kemudahan yang lebih besar bagi perkembngan anak itu secara lebih terarah dan sesuai dengan kondisi anak tersebut. Guru-guru pun dapat memanfaatkan pemahaman yang lebih mendalam terhadap siswa-siswa demi keberhasilan pengajaran bagi siswa-siswa tersebut. Guru yang memahami siswa- siswanya dengan baik akan setiap kali berusaha menyesuaikan materi dan metode pengajarannya itu agar masing-masing siswa clapat Mengikuti pengajaran secara lebih efektif dan efisien.

Pihak lain yang sangat berkepentingan dengan pemahaman terhadap klien adalah konselor. Pemahaman konselor terhadap klien dipergunakan oleh konselor baik untuk secara langsung metnb>antu klien dalam pelayanan bimbingan dan konseling lebih lanjut, tn^upun sebagai bahan acuan utama dalam rangka kerjasama dengan pihak- P*hak lain dalam membantu klien (terutama orang tua dan guru

71

Page 81: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

Drs. A bror Sodif M.Si.

untuk para siswa di sekolah). Bagi konselor, upaya mewujudkan fungsi pemahaman merupakan tugas paling awal dalam setiap kali penyelenggaraan peiayanan bimbingan dan konseling terhadap individu tertentu. Tanpa hasil yang memadai dari fungsi pemahaman itu konselor tidak dapat bergerak lebih jauh dengan peiayanan bimbingan dan konselingnya, dan ia pun tidak dapat membantu pihak-pihak lain dalam kerjasama mewujudkan perkembangan dan kehidupan klien. Pemahaman terhadap siswa di sekolah harus mendahului pengajaran dan konseling (Mortensen & 4Schmuller, 1976). Lebih jauh dikatakan, kesalahan-kesalahan pengajaran dan praktek-praktek bimbingan dan konseling di sekolah di masa lalu, sering kali diakibatkan oleh kurang mendalam dan meluasnya pemahaman terhadap para siswa.

b. P em aha tnan t en ta n g M asalah K lienApabila peiayanan bimbingan dan konseling memasuki upaya

penanganan masalah klien, maka pemahaman terhadap masalah klien merupakan sesuatu yang wajib adanaya. Tanpa pemahaman terhadap masalah, penanganan terhadap masalah itu tidak mungkin dilakukan. Pemahaman terhadap masalah klien itu terutama menjangkut jenis masalahnya, intensitasnya, sangkut-pautnya, sebab-sebabnya, dan ke mungkin an berkembangnya (kalau tidak segera diatasi).

Selain konselor, pihak-pihak lain yang amat berkepentingan dengan pemahaman masalah klien adalah klien itu sendiri, orang tua dan guru (khususnya bagi siswa-siswa di sekolah). Klien amat perlu memahami masalah yang dialaminya, sebab dengan memahami masalahnya itu ia memiliki dasar bagi upaya yang akan ditempuhnya untuk mengatasi masalahnya itu. Betapa>banyaknya individu, baik muda maupun dewasa yang'tidak mengetahui (apalagi memahami) bahwa dirinya bermasalah. Mereka menyangka dirinya “baik-baik” saja; semuanya “beres”; padahal sebenarnya ada masalah yang cukup berarti. Sebagai individu barangkaii menyadari bahwa dirinya bermasalah, tetapi karena menganggap masalahnya itu “ringan saja”

72

j

Page 82: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

Fungsi ban Prinsip-prinsip Bimbingan ban Konseling

atau “tidak berbahaya”, mereka mendiamkan saja masalah-masalah i t u Akibat yang kemungkinan besar atau timbul dari keadaan tidak memahami masalah itu, padahal masalah itu ada, ialah semakin b e r k e m b a n g n y a masalah-masalah itu pada diri individu dan kerugian yang secara potensial dapat ditimbulkan oleh masalah-masalah itu s e m a k i n besar. Pada suatu ketika nanti, masalah-masalah yang tidak ditanggulangi secara dini itu akan muncul dalam bentuk berbagai ket i d a k - seimbangan atau kesulitan-kesuHtan lebih berlarut-larut d e n g a n kemungkinan resiko kerugian yang lebih besar lagi.

Dari uraian tersebut, jelaslah bahwa pemahaman masalah oleh individu (klien) sendiri merupakan modal dasar bagi pemecahan masalah tersebut. Sejak awal prosesnya, pelayanan bimbingan dan konseling diharapkan mampu mengantarkan klien memahami masalah yang dihadapinya. Apabila pemahaman masalah klien oleh klien sendiri telah tercapai, agaknya pelayanan bimbingan dan konseling telah berhasil menjalankan fungsi pemahaman dengan baik. Dalam kaitan itu, tidak jarang terjadi klien merasa telah terbantu dan merasa sanggup memecahkan masalahnya sendiri, setelah masalahnya itu terungkap melalui konseling dan dipahami dengan sebaik-baiknya oleh klien. Klien merasa konseling telah selesai dan telah berhasil membantunya. Usaha pemecahan masalah selanjutnya akan ditangani oleh klien sendiri.

Bagi para siswa yang perkembangan dan kehidupannya masih amat banyak dipengaruhi oleh orang tua dan guru, pemahaman tnasalah juga diperlukan oleh orang dan guru siswa yang bersang­kutan. Pemahaman masalah siswa sama bergunanya dengan pemahaman tentang individu pada umumnya oleh orang tua dan guru sebagaimana telah dikemukakan di atas, yaitu untuk kepen- tlr*gan berkenaan dengan perhatian dan pelayanan orang tua terhadap anak, dan pengajaran oleh guru terhadap siswa. Orang tUa, guru dan konselor merupakan tiga serangkai yang amat berkepentingan dengan kemajuan anak-anak secara optimal.

73

Page 83: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

Secara sempit lingkungan diartikan sebagai kondisi sekitar individu yang secara langsung mempengaruhi individu tersebut, seperti keadaan rumah tempat tinggal, keadaan sosio-ekonomi dan sosio-emosional keluarga, keadaan hubungan antar tetangga dan teman sebaya, dan sebaginya. Paparan singkat lebih lanjut mengenai lingkungan yang “lebih luas”, seperti lingkungan sekolah bagi para siswa, lingkungan kerja dan industri bagi para karyaw^an, dan lingkungan-lingkungan kerja bagi individu sesuai dengan* sangkut- pautnya masing-masing. Termasuk ke dalam lingkungan yang lebih luas itu adalah berbagai informasi yang diperlukan oleh individu, seperti informasi pendidikan dan jabatan bagi para siswTa, informasi promosi dan pendidikan lebih lanjut bagi para karyawan, dan lain sebagainya.

Para siswa perlu memahami dengan baik lingkungan sekolah, yang meliputi lingkungan fisik, berbagai hak dan tanggung jawab siswa terhadap sekolah, disiplin yang harus dipatuhi oleh siswa, aturan-aturan yang menyangkut kurikulum, pengajaran, penilaian, kenaikan kelas, hubungan dengan guru dan sesama siswa, kesem- patan-kesempatan yang diberikan oleh sekolah, dan lain sebagainya. Pemahaman yang baik terhadap hal-hal tersebut akan memung- kinkan siswa menjalani kehidupan sekolah sebagaimana dikehendaki.

Di samping itu para siswa juga perlu diberi kesempatan untuk memahami berbagai jnformasi yang berguna berkenaan dengan sangkut-paut pendidikan yang sedang dijalaninya sekarang dengan pendidikan lanjutannya, dan dengan kemungkinan pekerjaan yang dapat dikembangkannya kelak. Bahan-bahari tersebut sering disebut informasi pendidikan dan iirform^si jabatan/pekerjaan. Dengan berbagai informasi itu para siswa dimungkinkan menjangkau dunia luar sekolah, dan sudah mulai menjangkau masa depan mereka. Klien-klien dari lingkungan tertentu juga memerlukan pemahaman tentang lingkungan mereka yang “lebih luas”. Para karyawan (dalam bimbingan dan konseling jabatan) memerlukan pemahaman tentang

Drs. Abror Sodify M.Si.

c. Pemaharnan tentang Ungkungan yang Lehih Luas

74

Page 84: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

pngsi dan j>ri$if)-prinsip Bimbingan dan Konseling

pekerjaan yang mereka geluti, hubungan kerja dengan pihak-pihak tertentu, sistem protnosi,Pen(iidikaii untuk pengembangan karier yang lanjut, organisasi serikat pekerja, dan lain-lain. Para orang tua dan suami/istri (dalam bimbingan dan konseling keluarga dan perkawinan) memerlukan pemahaman tentang berbagai hal yang menyangkut kehidupan keluarga daafl perkawinan, seperti pemeli- haraan anak, seks yang sehat, keluarga berencana, dan lain-lain. pemahaman seperti itu arr t berguna bagi pelaksanaan tugas mereka sehaii-hari, ataupun pemecahan masalah mereka dan pencapaian tujuan-tujuan yang ingin mereka capai. Pemahaman oleh klien tentang lingkungan yang “lebih luas” perlu dikembangkan dalam pelayanan bimbingan dafl konseling. Pemahaman tentang hal-hal seperti itu akan semakin terasa manfaatnya apabila dikaitkan dengan permasalahan yang dialatnl klien, baik secara individu maupun kelompok. Namun demikian, pengetnbangan pemahaman seperti itu sifatnya lebih luas, tidak semata-mata terkait pada permasalahan klien yang sedang ditanga^ °leb konselor, dan pengembangannya dapat dilakukan atas permittaan klien ataupun tidak. Konselor perlu menyusun program yang lebih luas untk pemahaman yang dimak- sudkan itu. Kerja sama antai'a konselor dan pihak-pihak lain, seperti guru dan wali kelas di sek°lah, pejabat ketenagakerjaan dan dari kalangan industri, dan laiii'lain, amat diperlukan.

2. Fungsi Pencegahai*Ada suatu slogan ya#g berkembang dalam bidang kesehatan,

yaitu “mencegah lebih baik daripada tnengobati”. Slogan ini relevan dengan bidang bimbingan dan konseling yang sangat mendambakan sebaiknya individu tidak mengalami suatu masalah. Apabila individu tidak mengalami sesuatu jnasalah, maka besarlah kemungkinan ia akan dapat melaksanakan proses perkembangannya dengan baik, dan kegiatan kehidupannya Pun yang hendak dicapainya dapat pula semakin meningkat.

Page 85: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

Drs. Abror Sodik M.Si.

Upaya pencegahan memang telah disebut orang sejak puluhan tahun yang laiu. Pencegahan diterima sebagai sesuatu yang baik dan perlu dilaksanakan. Tetapi hal itu kebanyakan baru disebut-sebut saja, perwujudannya yang bersifat operasional konkret belum banyak terlihat.

Bagi konselor profesional yang misi tugasnya dipenuhi dengan perjuangan untuk menyingkirkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi perkembangan individu, upaya pencegahan tidak sekadar merupakan ide yang bagus, tetapi adalah suatu keharusan yang bersifat etis (Horner & McElnahey, 1993). Oleh karena itu, pelaksanaan fungsi pencegahan bagi konselor merupakan bagian dari tugas kewajibannya yang amat penting.

a. P en g er t ia n P en c e g a h a nApakah pencegahan itu? Dalam dunia kesehatan mental,

pencegahan didefinisikan sebagai upaya mempengaruhi dengan cara yang positif dan bijaksana lingkungan yang dapat menim- bulkan kesulitan atau kerugian sebelum kesulitan itu benar-benar terjadi (Horney & McElhaney, 1993). Dalam definisi itu perhatian terhadap lingkungan mendapat pemahaman utama. Lingkungan yang baik akan memberikan pengaruh positif terhadap individu. Oleh karena itu, lingkungan harus dipelihara dan dikembangkan. Lingkungan yang kira-kira akan memberikan dampak negatif kepada individu yaang berada dalam lingkungan itu harus diubah sehingga dampak negatif yang sudah dapat diperkirakan itu tidak menjadi kenyataan. Di sekolah-sekolah misalnya, ruang kelas yang gelap dan kotor, pekarangan sekolah yang sempit, sarana belajar yang kurang memadai, hubungan, guru-murid yang kurang serasi, semuanya akan menimbulkan kesulitan dan kerugian bagi siswa dalam memperkembangkan dirinya secara optimal di sekolah. Kegiatan belajar mereka akan mengalami banyak gangguan, sikap positif dan penghargaan terhadap keberhasilan dan lingkungan akan terhambat, kematangan sosial- emosional akan tersendat, dan

Page 86: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

fu n g s i dan Prmsrp-prinsip Bimbingan dan K onseling

sebagainya. Dari sudat “pencegahan”, lingkungan sekolah seperti itu perlu diperbaiki.

Berkenaan dengan upaya pencegahan, George Albee (dalam Horner & McElhaney, 1993) megemukakan rumus sebagai berikut:

K M = 0 + S 1 +2 + 3

Keterangan:KM = Kondisi bermasalah0 = Faktor organikS = Stres1 = Kemampuan memecahkan masalah2 = Penilaian positif terhadap diri sendiri (self esteem)3 = Dukungan kelompok

Secara verbal rumusan tersebut mengungkapkan bahwa makin kuat gabungan kondisi faktor organik dan stress akan meningkatkan kondisi bermasalah pada diri individu, apabila faktor kemampuan memecahkan msalah, self esteem, dan dukungan kelompok konstan (tetap). Sebaliknya, kondisi bermasalah pada diri klien akan berku- rang apabila gabungan kondisi faktor organik dan stress tetap, sedangkan kemampuan memecahkan masalah, self esteem, dan dukungan kelompok bertambah. Aplikasi rumus tersebut terhadap upaya pencegahan adalah bahwa:(1) Mencegah adalah menghindari timbulnya atau meningkatnya

kondisi bermasalah pada diri klien;(2) Mencegah adalah mempunyai dan menurunkan faktor organik

dan stres;(3) Mencegah adalah meningkatkan kemampuan pemecahan

masalah, penilaian positif terhadap diri sendiri, dan dukungan kelompok.

77

Page 87: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

Drs. Abror Sodik, M.Si.

Dikaid^an dengan definisi pencegahan yang menekankan pada aspek lingkungan itu, rumus Gerge Albee memperlihatkan hal-hal yang lebih spesifik dan lebih luas. Faktor-faktor organik pada rumus George Albee dapat berupa lingkungan yang kurang menunjang atau unsur-unsur jasmaniah yang ada pada diri individu. Sedangkan stres adalah kondisi yang ada pada diri individu. Kemampuan pemecahan masalah dan penilaian positif terhadap diri sendiri merupakan kondisi yang ada pada diri individu, sedangkan dukungan kelompok merupakan unsur lingkungan. Dengan demikian, rumus George Albee menekankan pentingnya, baik unsur-unsur ling­kungan maupun diri individu. Untuk mengurangi atau menghindari keadaan bermasalah pada diri individu, keadaan lingkungan yang kurang menguntungkan perlu diperbaiki, keadaan faktor organik individu yang kurang menunjang (misalnya kesehatan terganggu) perlu dipulihkan, keadaan stres perlu dikurangi atau bahkan d ih ilan gkan , kemampuan pemecahan masalah dan self esteem perlu ditingkatkan, dan dukungan kelompok perlu digalang serta ditingkatkan.

h. Upaya PencegahanS e jak lama telah timbul dua sikap yang berbeda terhadap upaya

p en cegah an , khususnya dalam bidang kesehatan mental, yaitu sikap skeptik dan optimistik (Horner & McElhaney, 1993). Sikap skeptik meskipun menerima konsep pencegahan sebagai sesuatu yang bagus, namun meragukan apakah upaya pencegahan memang dapat dilakukan. Mereka yang ber sikap skeptik itu menganggap bahwa g an ggu an mental emosional itu tidak dapat dicegah. Lebih-lebih gan ggu an mental emosional yang*terkalt dengan kondisi biologis ind iv idu , kondisi biologis itu memang sudah ditentukan demikian, tidak dapat diubah ataupun diperbaiki. 'Lebih jauh, mereka juga menganggap bahwa upaya pencegahan itu tidak praktis. Sebaliknya, golongan yang besikap optimistik menganggap bahwa upaya pencegahan itu sangat penting dan pelaksanaannya mesti diusahakan.

78

Page 88: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

Mereka sangat menekankan pengaruh hubungan timbal bab lingkungan dan organisme (individu) terhadap i n d i y ^ ^ ^ bersangkutan.

Kaum yang optimistik itu mengajukan bukti-bukti b^hu pencegahan itu praktis dan efektif. Studi longitudinal , aU ,^a membuktikan bahwa perlakuan khusus yang dirancari, a mengurangi pengaruh negatif lingkungan dalam kasus-^^ u ^ pada (calon) bayi sebelum lahir, anak-anak yang mert^s 5, f perlakuan amat keras dan atau ditelantarkan, dan para pet^ef membawakan pengaruh positif. Program upaya pencega]^ a^® ^ para penganggur di Michigan menunjukkan hasil yang u ^ hatkan bahwa mereka (yang dikenal oleh program terseb^P, hanya merasa bahwa depresi pada diri mereka berkurang ,juga merasa lebih mampu mencari pekerjaan yang lebih e ^ lebih besar bayarannya. Kurikulum “keterampilan pe ^ masalah sosial” yang diajarkan kepada anak-anak (di PhiU 8 - . menghasilkan pada diri anak-anak itu penyesuaian sosial y^e baik, kesadaran yang lebih mendalam tentang perasaan^S mereka sendiri, serta pengendalian diri yang lebih ting r , impulsif). Di samping hasil-hasil studi yang diungkap^ ^ , Horner & McElhaney itu, Burns & Consolvo (1992) pula bahwa program “pencegahan bahaya alkohop’ mahasiswa memperlihatkan kecenderungan hasil yangan^ ^itif berkenaan dengan alkohol itu. Lebih jauh, berkenaan de%P° ^ gram pencegahan dengan penampilan “bahaya dan sesuatu 11 ^& Walker (1993) menyuarakan perlu diadakannya pencegahan terhadap penyakit AIDS melalui pertdidikan. ^ Walker percaya bahwa “sampai seseorang merasa dirinya menjadi korban, mereka tidak akan mengubah tingkah ^ a„ Apa yang dilansir oleh House dan Walker itu mengisvatatk^ salah satu cara untuk mencegah seseorang tidak te:tjerunms i -jurang permasalahan yang besar adalah dengan menunjukJ^ j^aya atau penderitaan yang akan timbul apabila sesuatu* dilakuka ^

Fungsi dan Frinsip-jrrinsip Bimbingan ,

79

Page 89: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

Drs. A bror Sodi^ MJSi

hal ini diberi contoh bahaya. atau penderitaan yang akan timbul biia kecanduan alkohol, bila melakukan hubungan seks sembarangan (untuk nenangkal AIDS).

Setelah memiliki wawasan tentang upaya pencegahan, apa )rang selayaknya dilkukan konselor dalam rangka melaksanakan fungsi pencegahan itu? Mengikuti uraian di atas, arah upaya pencegahan yang perlu dilakukan oleh konselor adalah:(1) Mendorong perbaikan lingkungan yang kalau diberikan akan

berdampak negatif terhadap individu yang bersangkutan.(2) Mendorong perbaikan kondisi diri pribadi klien.(3) Meningkatkan kemampuan individu untuk hal-hal yang diperlu-

kan dan mempengaruhi perkembangan dan kehidupannya.(4) Mendorong individu untuk tidak melakukan sesuatu yang akan

memberikan resiko yang besar, dan melakukan sesuatu yang akan memberikan manfaat.

(5) Menggalang dukungan kelompok terhadap individu yang bersangkutan.Mengubah dan memperbaiki lingkungan seringkali amat sulit

dilakukan oleh konselor. Mengubah kondisi kelas, pekarangan sekolah, kelengkapan sarana belajar, hubungan guru-murid, kondisi rumah siswa misalnya, merupakan sesuatu yang amat berat bagi konselor. Namun demikian, upaya pencegahan harus tetap diusaha- kan. Munro, Manthey & Small (1979) mengajukan “upaya politik” untuk menanggulangi lingkungan individu yang kurang mengun- tungkan itu. Konselor berusaha secara positif dan bijaksana meng- hubungi dan membicarakan denjjan pihak-gidaak yang bersangkutan dengan lingkungan klien ituT Dalam pjembicaraan itu mudah- mudahan dapat diambil keputusan dan‘kebijaksanaan oleh pihak- pihak yang berwenang (misalnya kepala sekolah, guru, orang tua) untuk mengubah dan mengabaikan sebagian atau seluruh unsur lingkungan yang dimaksudkan itu. Demikian pula untuk peiayanan bimbingan dan konseling di luar sekolah “kegiatan politik” dapat

80

Page 90: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

Fungsi dan Frinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling

dilakukan konselor untuk mengubah kondisi lingkungan kerja, hubungan kerja antara karyawan dan pimpinan, kondisi rumah tangga, hubungan antara anggota keluarga, dan lain sebagainya.

Upaya mendorong peningkatan kondisi pribadi klien dapat diselenggarakan secara langsung terhadap individu/klien yang bersangkutan, misalnya bersangkut-paut dengan masalah kesehatan, penanggulangan stres, pengaturan waktu bekerja, makan dan istira- hat, penggunaan waktu senggang, dan lain-lain. Self esteem mengenali perasaan dan pengendalian diri perasaannya sendiri termasuk satu unsur pribadi yang sangat perlu dikembangkan.

Peningkatan kemampuan khusus individu diperlukan untuk memperkuat perkembangkan dan kehidupannya. Keterampilan pemecahan masalah, keterampilan belajar dengan berbagai aspeknya, keterampilan berkomunikasi dan hubungan sosial, pengaturan pemasukan dan pengeluaran uang merupakan beberapa contoh kemampuan yang perlu ditingkatkan pada individu. Kemampuan merencana adalah amat vital untuk dikembangkan apabila individu hendak mencapai tujuan-tujuan yang diinginkannya.

“Melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu” seringkali merupakan kondisi pada diri individu yang menimbulkan sesuatu masalah. Seorang siswa kecanduan narkotika karena ia sering mengkonsumsi obat bius; seorang siswa lainnya tidak naik kelas karena ia tidak mau belajar; seorang lulusan SLTA gagal memasuki jurusan tertentu di perguruan tinggi karena ia tidak mendaftarkan din pada jurusan itu dengan alasan tidak mengetahui bahwa jurusan yang diinginkan itu ada; seorang karyawan dipecat karena tidak tnasuk kantor sesuai dengan jadwal, sedangkan karyawan lainnya dipecat karena mengajukan usulan tidak sesuai dengan prosedur; seorang laki-laki terinfeksi virus AIDS karena gonta-gand pasangan seksual; sepasang suami istri bertengkar dan saling menuduh pihak lainnya tidak menyadari apa yang menjadi kewajibannya sebagai suatni atau istri, dan lain sebagainya. Semua permasalahan itu Mengandung sejumlah tingkah laku yang seharusnya dilakukan atau

81

Page 91: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

Drs. A bror Sodify M.Si.

tidak dilakukan oleh individu-individu yang terlibat langsung dalam permasalahan itu. Apabila masalah itu tidak diinginkan terjadi, maka individu yang bersangkutan terlebih dahulu perlu mengetahui dan memahami tingkah laku apa yang “harus dilakukan” atau “tidak boleh dilakukan” dalam kaitannya dengan suasana ataupun hal-hal khusus tertentu. Individu yang bersangkutan perlu diajar/diberi informasi tentang berbagai aspek berkenaan dengan situasi ataupun hal khusus yang akan ia jalani. Tanpa pengajaran dan informasi yang diperlukan itu, individu dapat mengalami keterlanjuran tindakan, atau tidak melakukan sesuatu sama sekali, yang keduanya berakibat amat merugikan.

Dukungan kelompok di luar individu amat besar artinya bagi individu yang bersangkutan. Seorang siswa memerlukan dukungan dari teman-teman; seorang anggota keluarga memerlukan dukungan dari anggota keluarga yang lain; seorang karyawan memerlukan dukungan dari teman-teman sejawatnya. Dukungan kelompok tidak hanya diberikan berasal dari sekelompok orang yang berada di sekitar individu yang bersangkutan dan dukungan itu hanya bersifat sosio- emosional saja, tetapi dapat berasal dari orang-orang atau badan- badan (lembaga) yang memberikan bantuan (dapat berupa uang misalnya) kepada individu yang memerlukan itu. Dukungan dari berbagai pihak dalam berbagai jenis sokongan (sosial-emosional- materiil) akan memperkuat semangat dan upaya individu untuk terhindar dari permasalahan yang mungkin terjadi.

Secara operasional konselor perlu menampilkan kegiatan dalam rangka pelaksanaan fungsi pencegahan. Kegiatannya antara lain dapat berupa program-program nyata. Secara^garis besar, program- program tersebut dikembangkan^, "disusuri dan diselenggrakan melalui tahap-tahap sebagai berikut: ;r(1) Identifikasi permasalahan yang mungkin timbul

Misalnya di sekolah, permasalahan yang mungkin timbul adalah

para siswa kurang disiplin; tidak belajar secara penuh; gagal menjawab soal-soal ulangan/ujian; pertentangan antar klik, antar

82

Page 92: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

Fungsi dan Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling

kelas, antar sekolah; kurang menghargai guru; siswa terlibat narkotika; siswa tidak menyukai pelajaran keterampilan.

(2) Mengidentifakasi dan menganalisis sumber-sumber penyebab tknbulnya masalah-masalahDalam hal ini kajian teoritik dan studi lapangan perlu dipadukan.

(3) Mengidentifikasi pihak-pihak yang dapat membantu pencegahan masalahMisalnya untuk permasalahan murid di sekolah, pihak-pihak yang terkait adalah kepala sekolah, guru, wali kelas, orang tua, badan atau lembaga tertentu (sesuai dengan permasalahannya). Sangkut- paut pihak-pihak tersebut dengan permasalahan yang dimaksud perlu dikaji secara objektif.

(4) Menyusun rencana program pencegahanRencana ini disusun berdasarkan (a) spesifikasi permasalahan yang hendak dicegah dmbulnya, (b) hasil kajian teoritik dan studi lapangan, (c) peranan pihak-pihak terkait, (d) faktor-faktor operasional dan pendukung, seperti waktu, tempat, biaya, dan perlengkapan kerja.

(5) Pelaksanaan dan monitoringPelaksanaan program sesuai dengan rencana dengan kemung- kinan modifikasi yang tidak mengganggu pencapaian tujuan dengan persetujuan pihak-pihak yang terkait.

(6) Evaluasi dan laporanEvaluasi dilakukan secara cermat dan objektif. Laporannya diberikan kepada pihak-pihak terkait untuk dipergunakan sebagai masukan bagi program sejenis lebih lanjut.

Program-program yang disusun dan diselenggarakan tiielalui tahap-tahap tersebut biasanya merupakan program-program tesmi” yang diselenggarakan untuk sekelompok individu di

kmbaga tempat konselor bekerja (seperti sekolah, kantor, atau lembaga kerja lainnya). Kegiatan pencegahan yang lebih sederhana

83

Page 93: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

Drs. A bror Sodify M.Si.

dan bersifat “tidak resmi”dapat direncanakan langsung dengan klien yang bersangkutan dan langsung pula diselenggarakan dalam rangka pelayanan bimbingan dan konseling terhadap klien tersebut.3. Fungsi Pengentasan

Dalam kehidupan sehari-hari, bila seseorang yang menderita “demam” dan “demamnya” ia tidak dapat tersembuhkan dengan dikerok atau dengan meminum obat yang dibeli di warung atau rumah obat, maka ia pergi ke dokter. Apa yang diharapkan orang tersebut dari pelayanan dokter? Tentulah kesembuhan dirinya dari “demam” yang dideritanya itu. Demikian pula analoginya bila seseorang mengalami masalah yang tidak mampu diatasinya sendiri. Ia pergi ke konselor. Apa yang diharapkan oleh orang itu dari pelayanan konselor? Tidak lain teratasinya masalahnya itu.

Orang yang mengalami masalah itu dianggap dalam suatu keadaan yang tidak mengenakan sehingga perlu diangkat atau dikeluarkan dari bendanya yang tidak mengenakkan. Ia perlu dientas dari keadaan yang tidak disukainya itu. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan itu adalah upaya pengentasan melalui pelayanan bimbingan dan konseling.

Secara sederhana kesejajaran antara fungsi penyembuhan pelayanan dokter dan fungsi pengentasan pelayanan konselor adalah sebagai berikut:

84

Page 94: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

lungsi ban Prmsip-prinsip Bhnbingan ban Konselmg

Proses penyembuhan penyakit melalui pelayanan dokter menekankan pada kegunaan obat-obat yang menurut keyakinan dokter cukup manjur. Obat-obat ini merupakan unsur fisik yang berada di luar diri pasien. Berbeda dari itu, proses pengentasan masalah melalui pelayanan konselor tidak menggunakan unsur-unsur fisik yang di luar diri klien, tetapi menggunakan kekuatan-kekuatan yang berada di dalam diri klien sendiri. Kekuatan-kekuatan (yang pada dasarnya ada) itu dibangkitkan, dikembangkan, dan digabung- kan untuk sebesar-besarnya dipakai menanuggulangi masalah yang ada. Di samping itu, tahap “aplikasi hasil konseling” dan “masalah terentaskan” yang pada bagan di atas terpisah dari “proses konseling”, sering kali justru dalam proses konseling itu sendiri, sehingga dengan demikian, proses konserling merupakan proses terpadu sebagai wadah pengentasan masalah.

a. Pengentasan fyfasalah Berdasarkan DiagnosisPada umumnya diagnosis dikenal sebgai istilah medis yang

berarti proses penentuan jenis penyakit dengan meneliti gejala- gejalanya. Sejak tahun empat puluhan, Bordin memakai konsep diagnostik yang mirip dengan pengertian medis itu dalam pelayanan

85

Page 95: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

Dr s. A broY Sof)i

bimbingan dan ko£ seHn§ (dalam Hansen’ Stev*cPengertian d% nf><stll< Yang dlPakal oleh B o r d r n itu lebih lanjutdikenal “d ia g Z !^ pengklasifikasian”. D a la m tipaya diagnosdk itumasalah-mt. , T diklasifikasi, dilihat sebab-sebabnya, danditentukan ^engetasannya. B er ik u t in i contoh diagnosismenurut Botdln:

Klasifikasi M^ alah> Sebabnyadan Cata PengentasannyaKlasifikasi M;,Salah

Sikap TergantU)

KekuranganInformasi

Kecemasan <jalam Memilih

Tidak ada fvjasalaJ*

Sebab

Klien belum belajar untuk bertanggung jawab dalam pemecahan masalah sendiri.

Terjadi Konf]lk Diri Sendiri

Pengalaman yang dimiliki klien selama ini ddak memadai lagi untuk mengatasi permsalahan yang dihadapinya.

Cara Pengentasan

IConselor membantu klien agar merasa sanggup menghadapi masalah dalam hidtfpnya sehari-hari dan memperoleh pengalaman langsung untuk memungkinkannya tidak lagi

jg rgantung pada orang lain.

Dua atau lebih perasaan dan keinginan yang berlainan arah mendorong konflik dalam did klien.

Konselor memberikan informasi yang diperlukan klien atau langsung membawa klien ke sumber informasi yang dimaksud.

Klien tidak mampu menghadapi dan menerima suasana berat (dalam memilih) yang tak terelakkan.Klien membutuhkan dukungan terhadap < keputusan yartg telah diambilnya, atau ingin mengecek apakah ia bertindak di jalur yang benar.

Konselor membantu klien untuk mengenali dan menerima perasaan-perasaan dan keinginan-keinginannya yang berlainan arah itu sehingga konflik itu teratasi.Konselor membantu klien menyadari dan menerima masalah yang dihadapinya itu diin selanjumya membuat suatu keputusan.Konselor memberikan dprongan dan dukungan kepada klien.

karena

M ijUgnosis Bordin tersebut tadpak cukup menarik,6 aengan diagnosis medisjaitu: ada masalah, dianalisis

S( )alai1

86

Page 96: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

Fmgsi dan Prmsip-prinsip Bimbingan dan Konseling

dan diklasifikasi, ditetapkan sebab-sebabnya, dan diberikan “resep” pengentasannya.

Di samping model “diagnosis pengklasifikasian” yang disam- paikan oleh Bordin tersebut, ada juga model diagnosis dalam pelayanan bimbingan dan konseling yang disebut dengan model “diagnosis pemahaman”, yaitu yang mengupayakan pemahaman masalah klien, yaitu pemahaman seluk-beluk klien, termasuk di dalamnya perkembangan dan sebab-sebab timbulnya masalah. Sebagai rambu-rambu yang dapat dipergunakan untuk terseleng- garanya diagnosis pemahaman itu, di sini dicatatkan tiga dimensi diagnosis, yaitu:(1) Diagnosis Mental/Psikologis(2) Diagnosis Sosio-Emosional(3) Diagnosis Instrumental

Diagnosis mental/psikologis mengarah kepada pemahaman tentang kondisi mental/psikologis khen, seperti kemampuan- kemampuan dasarnya, bakat dan kecenderungan minat-minatnya, keinginan dan harapan-harapannya, temperamen dan kematangan emosionalnya, sikap dan kebiasaannya. Diagnosis sosio-emosional mengacu kepada hubungan sosial klien dengan orang-orang yang amat besar pengaruhnya terhadap klien, seperti orang tua, guru, teman sebaya (bagi siswa), suami/istri, mertua (bagi pasangan suami- istri), pejabat yang menjadi atasan langsung (baagi karyawan), serta suasana hubungan anatara klien dengan orang-orang “penting” itu, dan lingkungan sosial pada umumnya. Sedangkan diagnosis instru­mental berkenaan dengan kondisi atau prasyarat yang diperlukan terlebih dahulu sebelum individu mampu melakukan atau mencapai sesuatu. Diagnosis instrumental ini meliputi aspek-aspek fisik klien (seperti kesehatan), fisik lingkungan (seperti keadaan sandang, pangan, papan), sarana kegiatan (seperti buku-buku pelajaran bagi siswa, alata-alat kantor bagi karyawan), dan pemahaman situasi (misalnya untuk dapat bertindak secara disiplin, seseorang harus

87

Page 97: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

Drs. Aby or Sodi^ M.Si.

memahami terlebih dahulu peraturan yang berlaku; untuk dapat memilih dengan tepat, seseorang perlu memahami kondisi dan setiap pilihan yang ada). Penjelajahan aspek-aspek tersebut, khususnya yang relevan dengan permasalahan klien, dalam dialog teraputik sebagai- mana diutarakan di atas, akan memberikan pemahaman yang luas dan mendalam tentang seluk-beluk masalah klien yang mengarah pada identifikasi sebab-sebab timbulnya masalah dan upaya pengentasannya.

b. Pengentasan Masalah Berdasarkan Teori KonselingSejumlah ahli telah mengantarkan berbagai teori konseling,

antara lain teori ego-counseling yang didasarkan pada tahap perkem- bangan psikososial menurut Erickson, pendekatan transactional analy­sis dengan tokohnya Eric Berne, pendekatan konseling berdasarkan self theory dengan tokohnya Carl Rogers, gestalt counseling dengan tokohnya Frita Perl, pendekatan konseling yang bersifat behavioristik yang didasarkan pada pemikiran tentang tingkah laku oleh B.F. Skin­ner, pendekatan rasionaldalam konseling dalam bentuk Reality Therapy dengan tokohnya William Glasser dan National 'Emotive Therapy dengan tokohnya Albert Ellis (dalam Hansen, dkk., 1977; dan Brammer & Shastrom, 1982).

Masing-masing teori itu dilengkapi dengan teori kepribadian individu, perkembangan tingkah laku individu yang dianggap sebagai masalah, tujuan konseling, serta proses dan teknik-teknik khusus konseling. Tujuan teori-teori tersebut tidak lain adalah mengentaskan masalah yang diderita oleh klien dengan cara yang paling cepat, cermat, dan tepat. Meskipun tujuan umumnya sama, namun dari segi teori prinsip-prinsip dan uj&ur-unSur tdmis operasional rasional masing-masing teori konseling itu sering kali tidak sama, bahkan ada yang saling bertolak belakang.

Menilik uraian di atas, jelaslah bahwa fungsi pengentasan melalui pelayanan bimbingan dan konseling berdimensi luas. Pelaksanaannya tidak hanya melalui bentuk layanan konseling

88

Page 98: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

Fungsi dan Prinsip-prjnsip Bivnbmgan dan Konseling

perorangan saja, tetapi dapat pula dengan menggunakan bentuk- bentuk layanan lainnya, seperti konseling kelompok, program- propgram orientasi dan informasi serta program-program lainnya yang disusun secara khusus bagi klien.

4. Fungsi Pemeliharaan dan PengembanganFungsi pemeliharaan berarti memelihara segala sesuatu yang

baik yang ada pada diri individu, baik hal itu merupakan pembawaan maupun hasil-hasil perkembangan yang telah dicapai selama ini. Inteligensi yang tinggi, bakat yang istimewa, minat yang menonjol untuk hal-hal yang positif dan produktif, sikap dan kebiasaan yang telah terbina dalam bertindak dan bertingkah laku sehari-hari, cita- cita yang tinggi dan cukup realistik, kesehatan dan kebugaran jasmani, hubungan sosial yang harmonis dan dinamis, dan berbagai aspek positif lainya dari individu perlu dipertahankan dan dipelihara. Bukan itu saja, lingkungan yang baik pun (lingkungan fisik, sosial dan budaya) harus dipelihara dan sebesar-besarnya dimanfaatkan untuk kepentingan individu dan orang lain.

Apabila berbicara tentang “pemeliharaan”, maka pemeliharaan yang baik bukanlah sekadar mempertahankan agar hal-hal yang dimaksudkan tetap utuh, tidak rusak dan tetap dalam keadaannya semula, melainkan juga mengusahakan agar hal-hal tersebut bertambah baik, kalau dapat lebih indah, lebih menyenangkan, tnemiliki nilai tambah daripada waktu-waktu sebelumnya. Pemeliha­raan yang demikian itu adalah pemeliharaan yang membangun, pemeliharaan yang memperkembangkan. Oleh karena itu fungsi pemeliharaan dan fungsi pengembangan tidak dapat dipisahkan. Bahkan keduanya ibarat dua sisi dari satu mata uang. Jika sisi yang satu tidak ada atau cacat, maka mata uang itu secara keseluruhan tidak mempunyai nilai lagi. Kedua sisi berfungsi seiring dan saling ftienunjang.

Memperhatikan kaitan antara keempat fungsi bimbingan dan konseling, fungsi pemeliharaan dan pengembangan tampaknya

89

Page 99: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

bersifat lebih umum dan dapat terkait dengan ketiga fungsi lainnya. Jika dikaji lebih jauh, dapatlah dimengerti bahwa “pemeliharaan” dalam artinya yang luas, dan “perkembangan” pada dasarnya merupakan tujuan umum dari seluruh upaya pelayanan pemulihanmanusia. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Ivey:....pelayanan kitaadalah untuk memberikan kemudahan-kemudahan terhadap perkembangan manusia” (dalam Mayers, 1992); dan Mayers sendiri menambahkan bahwa perhatian konselor yang paling utama dalam menjalankan pelayanan adalah untuk mengoptimalkan perkem­bangan manusia sekarang. Dengan demikian, sewaktu konselor menjalankan fungsi pemahaman, pencegahan dan pengentasan, ia perlu menyadari bahwa pelayanan yang diberikannya itu sebenarnya juga mengemban fungsi pemeliharaan dan pengembangan.

B. Prinsip-Pfinsip Bimbingan dan KonselingPrinsip merupakan paduan hasil kajian teoritik dan telaah

lapangan yang digunakan sebagai pedoman pelaksanaan sesuatu yang dimaksudkan. Adapun rumusan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling pada umumnya berkenaan dengan sasaran pelayanan, masalah individu, program pelayanan, pelaksanaan layanan.

1. Prinsip Berkenaan dengan Sasaran PelayananSasaran pelayanan bimbingan dan konseling adalah individu-

individu, baik secara perorangan maupun kelompok. Individu- individu itu sangat bervariasi, misalnya dalam hal umur, jenis kelamin, status sosial ekonomi keluarga, kedudukan, pangkat dan jabatannya, keterikatannya terhadap suatu lembaga tertentu, dan variasi-variasi lainnya. Berbagai variasi itu menyebabkan indivitj# yang satu berbeda dari yang lainnya. Masing-masing ifidividu adalah unik. Secara lebih khusus lagi, yang meniadi sasaran pelayanan jbada umumnya adalah perkembangan dan perikehidupan individu, namun secara lebih nyata dan langsung adalah sikap dan tingkah lakunya.

Drs. Abror Sodify M.Si.

90

Page 100: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

Fungs] dan Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling

Berdasarkan variasi dan keunikan, aspek-aspek pribadi dan lingkungan, serta sikap ian tingkah laku dalam perkembangan dan kehidupannya, maka dirumuskan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling berkenaan deflgan sasaran pelayanan sebagai berikut:a. Bimbingan dan konseling melayani semua individu, tanpa

memandang utxiur, jcnis kelamin, suku, bangsa, agama, dan sta­tus sosial ekonomi.

b. Bimbingan dan konseling berurusan dengan sikap dan tingkah laku individu yang terbentuk dari berbagai aspek kepribadian yang kompleks dan unik. Oleh karena itu pelayanan bimbingan dan konseling perlu menjangkau keunikan dan kekomplekan pribadi individu.

c. Untuk mengoptimalkan pelayanan bimbingan dan konseling sesuai dengan kebutuhan individu, perlu dikenali dan dipahami keunikan setiap individu dari berbagai kekuatan, kelemahan, danpermasalahannya.

d. Setiap aspek pola kepribadian yang kompleks seorang individu mengandung faktof-faktor yang secara potensial mengarah kepada sikap dan pola-pola tingkah laku yang tidak seimbang. Oleh karena itu pelayanan bimbingan dan konseling yang bertujuan mengembangkan penyesuaian individu terhadap segenap bidang peng^laman harus mempertimbangkan berbagai aspek perkembangan individu.

e. Meskipun individu yang satu dan lainnya adalah serupa dalam berbagai hal, perbed^an individu harus dipahami dan dipertim- bangkan dalam rangka upaya yang bertujuan memberikan bantuan atau bitnbingan kepada individu-individu tertentu, baik mereka itu anak-anafc ^emaja ataupun orang dewasa.

2. Prinsip Berkenaan dengan Masalah IndividuBerbagai faktor y^ng mempengaruhi perkembangan dan

kehidupan individu ticJaklah selalu positif. Faktor-faktor yang pengaruhnya negatif akan menimbulkan hambatan-hambatara

91

Page 101: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

terhadap kelangsungan perkembangan dan kehidupan individu yang akhirnya menimbulkan masalah tertentu pada diri individu. Masalah- masalah yang timbul seribu satu macam dan sangat bervariasi, baik dalam jenis dan intesitasnya. Secara ideal pelayanan bimbingan dan konseling ingin membantu semua individu dengan berbagai masalah- nya itu. Namun, sesuai dengan keterbatasan yang ada pada dirinya sendiri, pelayanan bimbingan dan konseling hanya mampu menangani masalah klien secara terbatas.

Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan masalah individu tersebut adalah:a. Meskipun pelayanan bimbingan dan konseling menjangkau setiap

tahap dan bidang perkembangan dan kehidupan individu, namun bidang bimbingan dan konseling pada umumnya dibatasi hanya pada masalah-masalah yang menyangkut pengaruh kondisi men­tal dan fisik terhadap penyesuaian dirinya di rumah, di sekolah, serta dalam kaitannya dengan kontak sosial dan pekerjaan, dan sebaliknya pengaruh kondisi lingkungan terhadap kondisi men­tal dan fisik individu.

b. Keadaan sosial, ekonomi dan politik yang kurang menguntung- kan merupakan faktor salah satu pada diri individu dan hal itu semua menuntut perhatian seksama dari para konselor dalam mengentaskan masalah klien.

3. Prinsip Berkenaan dengan Program PelayananKegiatan pelayanan bimbingan dan konseling baik diselengga-

rakan secara insidental maupun terprogram. Pelayanan insidental diberikan kepada klien-klien yang secara langsung (tidak terprogram atau terjadwal) oleh konselor untuk meminta bantuan. K onselor memberikan pelayanan kepada mereka secara langsung pula sesuai dengan permasalahan klien pada waktu mereka itu datang. K onselor memang tidak menyediakan program khusus untuk mereka. Klien- klien insidental seperti itu biasanya datang dari luar lembaga tempat

Drs. A bror Sodify M.Si.

92

Page 102: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

konselor bertugas. Pelayanan insidental itu merupakan pelayanan konselor yang seaang menjalankan praktek pribadi.

Untuk warga lembaga tempat konselor bertugas, yaitu warga yang pemberian pelayanan bimbingan dan konselingnya menjadi tanggung jawab konselor sepenuhnya, konselor dituntut untuk menyusun program pelayanan. Program ini berorientasi kepada seluruh warga lembaga itu (misalnya sekolah atau kantor) dengan memperhatikan variasi masalah yang mungkin timbul dan jenis layanan yang dapat diselenggarakan, rentangan dan unit-unit waktu yang tersedia (misalnya caturwulan, semester, atau bulan), ketersedia- an staf, kemungkinan hubungan antarpersonal dan lembaga, kemudahan-kemudahan yang tersedia, faktor-faktor lainnya yang dapat dimanfaatkan dan dikembangkan di lembaga tersebut.

Prinsip-prinsip berkenaan dengan program layanan bimbingan dan konseling itu adalah sebagai berikut:a. Bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari proses

pendidikan dan pengembangan. Oleh karena itu program bimbingan dan konseling harus disusun dan dipadukan sejalan dengan program pendidikan dan pengembangan secara menyeluruh.

b. Program bimbingan dan konseling harus fleksibel, disesuaikan kondisi lembaga (misalnya sekolah), kebutuhan individu dan masyarakat.

c. Program layanan bimbingan dan konseling disusun dan diseleng­garakan secara berkesinambungan kepada anak-anak sampai dengan orang dewasa; di sekolah misalnya dari jenjang pendidikan taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi.

d. Terhadap pelaksanaan bimbingan dan konseling hendaknya diadakan penilaian yang teratur untuk mengetahui sejauh mana hasil dan manfaat yang diperoleh, serta mengetahui kesesuaian antara program yang direncanakan dan pelaksanaannya.

Fungsi ban Prinsip-prinsip Bimbingan ban Konselitig

Page 103: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

4. Prinsip Berkenaan dengan Pelaksanaan LayananPelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling (baik yang

bersifat insidental maupun terprogram) dimulai dengan pemahaman tentang tujuan layanan. Tujuan ini selanjutnya akan diwujudkan melalui proses tertentu yang dilaksanakan oleh tenaga ahli dalam bidangnya, yaitu konselor profesional. Konselor yang bekerja di suatu lembaga yang cukup besar (misalnya sebuah sekolah), sangat berkepentingan dengan penyelenggara program-program bimbing­an dan konseling secara teratur dari waktu ke waktu. Kerjasama dengan berbagai pihak, baik di dalam maupun di luar berbagai tempat ia bekerja perlu dikembangkan secara optimal.

Prinsip-prinsip berkenaan dengan pelaksanaan layanan itu adalah sebagai berikut:a. Tujuan akhir bimbingan dan konseling adalah kemandirian setiap

individu. Oleh karena itu pelayanan bimbingan dan konseling harus diarahkan untuk mengembangkan klien agar mampu membimbing diri sendiri dalam menghadapi setiap kesulitan atau permasalahan yang dihadapinya.

b. Dalam proses konseling keputusan yang diambil dan hendak dilakukan oleh klien hendaklah atas kemauan klien sendiri, bukan karena kemauan atua desakan konselor.

c. Permasalahan khusus yang dialami klien harus ditangani oleh (dan kalau perlu dialihtangankan kepada) tenaga ahli dalam bidang yang relevan dengan permasalahan khusus tersebut.

d. Bimbingan dan konseling adalah pekerjaan profesional. Oleh karena itu dilaksanakan oleh tenaga ahli y«mg telah memperoleh pendidikan dan latihan khusus dalam tidang bimbingan dan konseling.

e. Guru dan orang tua memiliki tanggung jawab yang berkaitan dengan pelayanan bimbingan dan konseling. Oleh karena itu bekerjasama antara konselor dengan guru dan orang tua amat diperlukan.

Drs. A bror Sodift, M.Si.

94

Page 104: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

fungsi ban Prinsip-prinsip Bimbingan ban Konseling

f. Untuk mengelol^ pelayanan bimbingan dan konseling dengan baik dan sejauh rt ufigkin memenuhi tuntutan individu, program pengukuran dan penilaian terhadap individu hendaknya dilaku- kan, dan himputiafL data yang memuat hasil pengukuran dan penilaian itu dikei*ibangkan dan ditnanfaatkan dengan baik. Dengan pengadn^istrasian instrumen yang benar-benar dipilih dengan baik, data khusus tentang kemampuan mental, hasil belajar, bakat dan tninat, dan berbagai ciri kepribadian hendaknya dikumpulkan, disimpan, dan dipetgunakan sesuai dengan keperluan.

g. Tanggung jawab pe*igelolaan program bimbingan dan konseling hendaknya diletalJcan di pundak seorang pemimpin program yang terlatih dan cerdidik secara khusus dalam pendidikan bimbingan dan ko^eling, bekerjasama dengan staf dan personel, lembaga di tempat i.a bertugas dan lembaga-lembaga lain yang dapat menunjangprogram bimbingan dan konseling.

h. Penilaian periodikp^rlu dilakukan terhadap program yang sedang berjalan. Kesuk$e an pelaksanaan program diukur dengan melihat sikap-sikap mereka yang berkepentingan dengan pro­gram yang disedial^n (baik pihak-pihak yang melayani maupun yang dilayani), danp^erubahan tingkah laku mereka yang pernah dilayani. (Priyatnod^an Erman Anti, 1999: 218-223).

95

Page 105: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad
Page 106: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

BAB IV ORIENTASI DAN RUANG LINGKUP

PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

Pelayanan bimbingan dan konseling diselenggarakan terhadap sasaran layanan, baik dalam format individual maupun kelompok. Yang sering menjadi pertanyaan ialah hal-hal apakah yang menjadi pusat perhatian atau titik berat pandangan konselor dalam menye- lenggarakan layanan bimbingan dan konseling? Hal inilah yang menimbulkan konsep tentang orientasi bimbingan dan konseling. Oleh karena itu dalam dalam bab ini akan dibahas tentang orientasi bimbingan dan konseling. Dan selanjutnya akan dibahas tentang ruang lingkup bimbingan dan konseling.

A. Orientasi Bimbingan dan KonselingOrientasi yang dimaksud di sini adalah pusat perhatian atau

titik berat pandangan. Misalnya, seseorang yang berorientasi eko- nomi dalam pergaulan, maka ia akan menitikberatkan pandangan atau memusatkan perhatiannya pada perhitungan untung rugi yang dapat ditimbulkan oleh pergaulan yang ia lakukan dengan'orang lain; sedangkan orang yang berorientasi agama akan melihat pergaulan itu sebagai lapangan tempat dilangsungkannya ibadah ^enurut ajaran agama.

97

Page 107: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

Apakah yang menjadi titik berat pandangan atau pusat perhatian konselor terhadap kliennya? Itulah orientasi bimbingan dan konseling yang menjadi pokok pembahasan pada bagian ini, yaitu orientasi perseorangan, orientasi perkembangan, dan orientasi permasalahan. (Priyatno dan Erman Anti, 1999: 234-239). Adapun penjelasannya masing-masing sebagai berikut:

1. Orientasi PerseoranganOrientasi perseorangan dalam bimbingan dan konseling

menghendaki agar konselor menitikberatkan pandangan pada siswa secara individual. Satu per satu siswa perlu mendapatkan perhatian. Pemahaman konselor yang baik terhadap keseluruhan siswa sebagai kelompok dalam kelas itu penting juga, tetapi arah pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling ditujukan kepada masing-masing siswa. Kondisi keseluruhan (kelompok) siswa itu merupakan konfigurasi (bentuk keseluruhan) yang dampak positif dan negatifnya terhadap siswa secara individual harus diperhitungkan.

Berkenaan dengan isu “kelompok” atau “individu”, konselor memilih individu sebagai titik berat pandangannya. Dalam hal ini individu diutamakan dan kelompok dianggap sebagai lapangan yang dapat memberikan pengaruh tertentu terhadapa individu. Dengan kata lain, kelompok dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kepen- tingan dan kebahagiaan individu, dan bukan sebaliknya. Pemusatan perhatian terhadap individu itu sama sekali tidak berarti mengabaikan kepentingan kelompok; dalam hal ini kepentingan kelompok diletakkan dalam kaitannya dengan hubungan timbal balik yang wajar anatar individu dan kelompoknya. Kepentingan kelompok dalam arti misalnya keharuman nama dan^citra kelompok, kesetiaan kepada kelompok, kesejahteraan kelompok, dan sebagainya, tidak akan terganggu oleh pemusatan pada kepentingan dan kebahgiaan individu yang menjadi anggota kelompok itu. Kepentingan kelom­pok justru dikembangkan dan ditingkatkan melalui terpenuhinya kepentingan dan tercapainya kebahagiaan individu. Apabila secara

Drs. Abror Sodik, M.Si.

98

Page 108: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

individual para anggota kelompok itu dapat terpenuhi kepentingan- nya dan merasa bahagia, dapat diharapkan kepentingan kelompok pun akan terpenuhi. Lebih-lebih lagi, pelayanan bimbingan dan konseling yang berorientasi individu itu sama sekali tidak boleh menyimpang ataupun bertentangan dengan nilai-nilai itu sesuai dengan norma-norma umum yang berlaku.

Sejumlah kaidah yang berkaitan dengan orientasi perorangan dalam bimbingan dan konseling dapat dikemukakan sebagai berikut:a. Semua kegiatan yang diselenggarakan dalam rangka pelayanan

bimbingan dan konseling diarahkan bagi peningkatan perwujudan diri sendiri setiap individu yang menjadi sasaran layanan.

b. Pelayanan bimbingan dan konseling meliputi kegiatan berkenaan dengan individu untuk memahami kebutuhan-kebutuhannya, motivasi-motivasinya, dan kemampuan-kemampuan potensial- nya, yang semuanya unik, serta untuk membantu individu agar dapat menghargai kebutuhan, motivasi, dan potensinya itu ke arah pengembangannya yang optimal, dan pemanfaatan yang sebesar-besarnya bagi diri dan lingkungannya.

c. Setiap klien harus diterima sebagai individu dan harus ditangani secara individual. (Rogers, dalam McDaniel, 1956).

d. Adalah menjadi tanggung jawab konselor untuk memahami minat, kemampuan, dan perasaan klien serta untuk menyesuaikan program-program pelayanan dengan kebutuhan klien setepat mungkin. Dalam hal itu, penyelenggaraan program yang sistematis untuk mempelajari individu merupakan dasar yang tak terelakkan bagi berfungsinya program bimbingan dan konseling. (McDaniel, 1956).

2. Orientasi PerkembanganIvey dan Rigazio Digilio (dalam Mayers, 1992) menekankan

bahwa orientasi perkembangan justru merupakan ciri khas yang Menjadi inti gerakan bimbingan dan konseling. Perkembangan Merupakan konsep inti dan terpadukan, serta menjadi tujuan dari

Orientasi dan Rmng Lingkup Pelayanan Bimbingan dan Konseling

Page 109: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

Drs. A bror Sodik, JVLSi.

segenap layanan bimbingan dan konseling. Selanjutnya ditegaskan bahwa praktek bimbingan dan konseling tidak lain adalah memberi- kan kemudahan berlangsungnya perkembangan yang berkelanjutan. Permasalahan yang dihadapi oleh individu harus diartikan sebagai terhalangnya perkembangan, dan hal itu setnua mendorong konselor dan klien bekerjasama untuk menghilangkan penghalang itu serta mempengaruhi lajunya perkembangan klien.

Secara khusus, Thompson & Rudolph ( 1 9 8 3 ) melihat perkem­bangan individu dari sudut perkembangan kognisi. Dalam perkem- bangannya, anak-anak berkemungkinan mengalami hambatan perkembangan kognisi dalam empat bentuk, yaitu:a. Hambatan egosentrisme, yaitu ketidakmampuan melihat

kemungkinan lain di luar apa yang dipahaminya.b. Hambatan konsentrasi, yaitu ketidakmampuan untuk memusat-

kan perhatian pada lebih dari satu aspek tentang sesuatu hal.c. Hambatan reversibilitas, yaitu ketidakmampuan menelusuri alur

yang terbalik dari alur yang dipahami semula.d. Hambatan transformasi, yaitu ketidakmampuan meletakkan

sesuatu pada susunan urutan yang ditetapkan.Thompson & Rudolph menekankan bahwa tugas bimbingan

dan konseling adalah menangani hambatan-hambatan perkem­bangan itu.

3 . Orientasi PermasalahanOrientasi masalah dalam bimbingan dan konseling secara

langsung bersangkut-paut dengan fungsi pemahaman, fungsi pencegahan, fungsi pengenta§anv dfiln futtgsi pemeliharaan/ pengembangan. Oleh karena itu konsep orientasi masalah terentang seluas daerah beroperasinya fungsi-fungsi bimbingan dan konseling itu.

Jenis masalah yang (mungkin) dialami oleh individu a mat bervariasi. Roos L . Mooney (dalam Prayitno, 1 9 8 7 ) m e n g i d e n t i f i k a s i

100

Page 110: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

330 masalah yang digolongkan ke dalam sebelas kelompok masalah, yaitu kelompok yang berkenaan dengan: a Perkembangan jasamani dan kesehatan (PJK)b. Keuangan, lingkungan, dan pekerjaan (KLP)c. Kegiatan sosial dan reaksi (KSR)d. Hubungan muda-mudi, pacaran dan perkawinan (HPP)e. Hubungan sosial kejiwaan (HSK)f. Keadaan pribadi kejiwaan (KPK)g. Moral dan agama (MDA)h. Keadaan rumah dan keluarga (KRK)i. Masa depan pendidikan dan pekerjaan (MPP)j. Penyesuaian terhadap tugas-tugas sekolah (PTS)k. Kurikulum dan prosedur pengajaran (KPP)

Frekuensi dialaminya masalah-masalah tersebut juga bervariasi. Satu jenis masalah barangkali lebih banyak dialami, sedang jenis masalah lain lebih jarang muncul. Frekuensi munculnya masalah- masalah itu diwarnai oleh berbagai kondisi lingkungan.

Orientasi masalah dalam bimbingan dan konseling mewasdai kemungkinan timbulnya masalah-masalah itu, dan kalau individu ternyata (sudah terlanjur) mengalaminya, tugas bimbingan dan konseling adalah membantu individu tersebut mengatasi masalah- tnasalahnya itu.

B- Ruang Lingkup Pelayanan Bimbingan dan KonselingRuang lingkup pelayanan bimbingan dan konseling, yaitu di

sekolah dan di luar sekolah. (Priyatno dan Erman Anri, 1999: 239- 248). Penjelasannya masing-masing sebagai berikut:

Pelayanan Bimbingan dan Konseling di SekolahSekolah merupakan lembaga formal yang secara khusus diben-

untuk menyelenggarakan pendidikan bagi warga masyarakat.

Orientasi dan Ruang Lhtgfaip Pelayanan Bimbingan dan Konseling

10 1

Page 111: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

Dalam keletnbagaan sekolah terdapat sejumlah bidang kegiatan dan bidang pelayanan bimbingan dan konseling, yang masing-masing bidang itu mempunyai saling keterkaitan antara satu dengan lainnya.

a. Keterkaitan antara Bidang Pelayanan Bimbingan dan Konseling dengan Bidang-Bidang Lainnya

Dalam proses pendidikan, khususnya di sekolah, Mortensen dan Schumuller (1976) mengemukakan adanya bidang-bidang tugas atau pelayanan yang saling terkait. Bidang-bidang tersebut hendaknya secara lengkap ada apabila diinginkan agar pendidikan di sekolah dapat berjalan dengan sebaik-baiknya untuk memenuhi secara op­timal kebutuhan peserta didik dalam proses perkembangannya. Bidang-bidang tersebut meliputi bidang kurikulum dan pengajaran, bidang administrasi atau kepemimpinan, dan bidang kesiswaan:

1) Bidang Kurikulum dan Pengajaran, yaitu bidang yang meliputi semua bentuk pengembangan kurikulum dan pelaksanaan pengajaran, yaitu penyampaian dan pengembangan pengeta- huan, keterampilan, sikap, dan kemampuan berkomunikasi peserta didik.

2) Bidang Administrasi atau Kepemimpinan, yaitu bidang yang meliputi berbagai fungsi berkenaan dengan tanggung jawab dan pengambilan kebijaksanaan, serta bentuk-bentuk kegiatan pengelolaan dan administrasi sekolah, seperti perencanaan, pembiayaan, pengadaan, dan pengembangan staf, prasarana dan sarana fisik, dan pengawasan.

3) Bidang Kesiswaan, yaitu bidang yang meliputi berbagai fungsi dan kegiatan yang mengacu kepada kepada pelayanan kesiswaan secara individual agar masing-masing peserta didik itu dapat berkembang sesuai dengan bakat, potensi, dan minat- minatnya, serta tahap-tahap perkembangannya. Bidang ini dikenal sebagai bidang pelayanan bimbingan dan konseling.

Kendatipun ketiga bidang tersebut tampaknya terpisah antara satu dengan yang lain, namun semuanya memiliki arah yang sama,

Drs. A bror Sodik, M Si

1 0 2

Page 112: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

yaitu memberikan kemudahan bagi pencapaian perkembangan yang optimal peserta didik. Antara bidang yang satu dengan yang lain terdapat hubungan yang saling isi-mengisi. Pelayanan bimbingan dan konseling dapat memberikan sumbangan yang berarti terhadap pengajaran. Misalnya, proses belajar-mengajar akan dapat berjalan dengan efektif, apabila siswa terbebas dari masalah-masalah yang mengganggu proses belajarnya. Pembebasan masalah-masalah siswa itu dilakukan melalui pelayanan bimbingan dan konseling. Lebih jauh, materi layanan bimbingan dan konseling dapat dimanfaatkan oleh guru untuk penyesuaian pengajaran dengan individualitas siswa. Demikian juga terhadap administrasi dan supervisi, bimbingan dan konseling dapat memberikan sumbangan yang berarti, misalnya dalam kaitannya dengan penyusunan kurikulum, pengembangan program-program belajar, pengambilan kebijakan yang tepat dalam rangka penciptaan iklim sekolah yang benar-benar menunjang bagi pemenuhan kebutuhan dan perkembangan siswa.

Sebaliknya, bidang pengajaran dan administrasi dapat memberi­kan sumbangan yang besar bagi suksesnya bidang bimbingan dan konseling. Bidang kurikulum dan pengajaran merupakan lahan yang sangat efektif bagi terlaksananya di dalam praktek materi-materi layanan bimbingan dan konseling. Pelaksanaan pengajaran yang sehat dan mantap, baik dalam isi maupun suasananya, akan memberikan sumbangan besar bagi pencegahan timbulnya masalah siswa, dan juga merupakan wahana bagi pengetahuan masalah-masalah siswa. Pengajaran perbaikan dan pemberian materi pengayaan merupakan bentuk layanan bimbingan yang diselenggarakan melalui kegiatan pengajaran. Bidang pengelolaan dan administrasi dapat memberikan sumbangan besar bagi pelayanan bimbingan dan konseling melalui berbagai kebijaksanaan dan pengaturan yang menghasilkan kondisi yang memungkinkan berjalannya layanan itu secara optimal, sehingga segenap fungsi-fungsi dan jenis layanan serta kegiatan bimbingan dan konseling dapat terlaksana dengan lancar dan toencapai sasaran.

Orientasi dan Ruang Lingkup Pelayanan Bimbingan dan Konseling

103

Page 113: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

Dalam bidang bimbingan dan konseling tersebut diwujud- kanlah segenap fungsi-fungsi bimbingan dan konseling melalui berbagai layanan dan kegiatan. Konselor dengan kemampuan profesionalnya mengisi bidang tersebut sepenuhnya dengan bekerjasama dengan berbagai pihak yang dapat menunjang pencapaian tujuan pelayanan bimbingan dan konseling.

b. Tanggung Jawab Konselor SekolahTenaga inti (dan ahli) dalam bidang pelayanan bimbingan da$

konseling ialah konselor. Konselor inilah yang mengendalikan dan sekaligus melaksanakan berbagai layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling yang menjadi tanggung jawabnya. Dalam melaksana­kan tugas-tugas dan tanggung jawabnya itu konselor menjadi “pelayan” bagi pencapaian tujuan pendidikan secara menyeluruh, khususnya bagi terpenuhinya kebutuhan dan tercapainya tujuan- tujuan perkembangan masing-masing peserta didik.

Dalam kaitannya dengan tujuan yang luas tersebut, konselor tidak hanya berhubungan dengan peserta didik atau siswa saja (sebagai sasaran utama layanan), melainkan juga dengan berbagai pihak yang dapat secara bersama-sama menunjang pencapaian itu, yaitu sejawat (sesama konselor, guru, dan personal sekolah lainnya), orang tua, dan masyarakat pada umumnya. Kepada mereka itulah konselor menjadi “pelayan” dan tanggung jawab dalam arti yang penuh dengan kehormatan, dedikasi, dan keprofesionalan. (ASCA, 1984).

2. Pelayanan Bimbingan dan Konseling di Luar SekolahWarga masyarakat yang memerlukap pelayanan bimbingan dan

konseling ternyata tidak hanya mereka yang berada di lingkungan sekolah atau pendidikan formal saja, melainkan warga masyarakat yang berada di luar sekolah pun banyak yang memerlukan pelayanan bimbingan dan konseling, karena mereka banyak yang mengalami masalah yang perlu dientaskan, dan kalau mungkin, timbulnya

Drs. A bror Sodik, M.Si.

104

Page 114: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

masalah-masalah itu justru dapat dicegah. Warga masyarakat yang berada di luar sekolah yang memerlukan pelayanan bimbingan dan konseling itu secara garis besar berada di dalam keluarga dan di dalam lingkungan yang lebih luas.

a. Bimbingan dan Konseling KeluargaKeluarga merupakan satuan persekutuan hidup yang paling

mendasar dan merupakan pangkal kehidupan bermasyarakat. Di dalam keluargalah setiap warga masyarakat memulai kehidupannya, dan di dalam dan dari keluargalah setiap individu dipersiapkan untuk menjadi warga masyarakat. Lebih jauh, mutu kehidupan di dalam masyarakat dan mutu masyarakat itu sendiri sebagaian besar ditentukan oleh mutu keluarga-keluarga yang mendukung kehidupan masyarakat itu. Dalam kaitan itu, kebutuhan dan kebahagiaan keluarga mudak memerlukan perhatian bagi segenap pihak yang berkepentingan dalam pengembangan kesejahteraan masyarakat.

Ada yang mengatakan bahwa kehidupan dan perkembangan mengandung resiko, maka resiko itupun dapat menimpa anggota keluarga. Anggota keluarga tidak imun (kebal) terhadap berbagai permasalahan yang terjadi. Palmo, Lowry, Weldon, dan Scioscia (1984) mengidentifikasi perubahan-perubahan yang terjadi secara signifikan mempengaruhi struktur dan kondisi keluarga, yaitu meningkatnya perceraian, kedua orang tua bekerja, pengangkatan anak, emansipasi pria-wanita, dan kebebasan hubungan seksual. Selain itu, meningkatnya kesadaran tentang anak-anak cacat, keadaan depresi dan bunuh diri, kesulitan mencari pekerjaan dan ketidak- mampuan ekonomi pada umumnya menambah unsur-unsur yang mempengaruhi kehidupan keluarga, baik mereka yang sudah dewasa maupun yang masih muda, baik mereka yang masih mengikuti pendidikan di sekolah maupun yang sudah tidak bersekolah lagi. Permasalahan yang ditimbulkan oleh pengaruh yang tidak mengun- tungkan itu mengundang berperanannya bimbingan dan konseling ke dalam keluarga.

Orientasi dan Rrnng Lingkup Pelayanan Bimbingan dan Konseling

105

Page 115: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

Segenap fungsi, jenis layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling pada dasarnya dapat diterapkan dengan memperhatikan kesesuaiannya dengan masing-masing karakteristik anggota keluarga yang memerlukan pelayanan. Khusus untuk anggota keluarga yang masih duduk di bangku pendidikan formal, peranan konselor sekolah amat besar. Konselor sekolah justru diharapkan agar menjembatani program bimbingan dan konseling di sekolah dengan kebutuhan keluarga dalam pelayanan bimbingan dan konseling. Konselor sekolah hendaknya mampu mensinkronisasikan secara harmoms. pemenuhan kebutuhan anak di sekolah dan di rumah pada satu segi; serta fungsi sekolah dan fungsi keluarga terhadap anak pada segi yang lain.

b . Bimbingan dan Konseling dalam Lingkungan yang Lebih Luas

Permasalahan yang diaiami oleh warga masyarakat tidak hanya terjadi di lingkungan sekolah dan keluarga saja, melainkan juga di luar keduanya. Warga masyarakat di lingkungan perusahaan, industri, kantor-kantor (baik pemerintah maupun swasta) dan lembaga-lem- baga ker ja lainnya, organisasi pemuda dan organisasi kemasyarakatan lainnya, bahkan di lembaga pemasyarakatan, rumah jompo, rumah yatim-piatu atau panti asuhan, rumah sakit, dan lain sebagainya, seluruhnya tidak terhindar dari kemungkinan menghadapi masalah. Oleh karena itu, di sana diperlukan jasa bimbingan dan konseling.

Pelayanan bimbingan dan konseling yang menjangkau daerah kerja yang lebih luas itu perlu diselenggarakan oleh konselor yang bersifat multidimensional (Chiles & Eiken, 1983), yaitu yang mampu bekerjasama selain dengan guru, administrator, 4?^ orang tua, juga dengan berbagai komponen dan lembaga di masyarakat secara lebih luas. Konselor sepertiitu bekerja dengan masalah-masalah personal, emosional, sosial, pendidikan, dan pekerjaan, yang kesemuanya itu untuk mencegah timbulnya masalah, pengentasan masalah, dan menunjang perkembangan individu anggota masyarakat. Konsep

Drs. A bror Sodify M.Si.

106

Page 116: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

profesional yang multidimensional itu akan lebih banyak berperan sebagai pelatih dan supervisor, di samping penyelenggaraan layanan dan kegiatan “tradisional” bimbingan dan konseling, bagi kaum muda dan anggota masyarakat lainnya (Goldman, 1976).

Dalam lingkungan yang lebih luas itu, konselor akan berada di berbagai lingkungan, selain di sekolah dan di dalam keluarga, juga di tempat-tempat yang sekarang agaknya belum terjangkau oleh pekerjaan profesional bimbingan dan konseling. Konselor profesio­nal yang multidimensional benar-benar menjadi ahli yang memberi- kan jasa berupa bantuan kepada orang-orang yang sedang memfung- sikan dirinya pada tahap perkembangan tertentu, membantu mereka mengambil manfaat yang sebesar-besarnya dari kondisi dan apa yang sudah mereka miliki, membantu mereka menangani hal-hal tertentu agar lebih efektif, merencanakan tindak lanjut atas langkah-langkah yang telah diambil, serta membantu lembaga ataupun organisasi melakukan perubahan agar lebih efektif. Dalam melaksanakan peranannya yang lebih luas itu konselor berada di mana-mana, di lembaga formal dan non-formal, di desa-desa, dan kota-kota; konselor bekerjasama dengan keluarga dan tokoh-tokoh masyarakat, kepala desa dan camat, dengan para pemimpin formal dan non- formal. Konselor di masa depan bekerja di semua bidang kehidupan, mengabdikan peranan dan jasanya untuk meningkatkan kualitas kehidupan dan sumber daya manusia, membantu individu warga masyarakat dari berbagai umur, mencegah timbulnya masalah dan mengentaskan berbagai masalah yang dihadapi warga masyarakat, dan menjadikan tahap perkembangan yang mereka jalani menjadi optimal (Prayitno, 1990).

Konselor yang bekerja di luar sekolah dapat mengikatkan diri pada lembaga tertentu (misalnya perusahaan, kantor, dan lain-lain), dapat bekerjasama dengan sejawat dalam suatu “tim pelayanan bimbingan dan konseling”, dapat bekerja mandiri, dan dapat pula tnenciptakan bentuk-bentuk baru “penjualan” jasa bimbingan dan konseling di masyarakat. Di mana pun konselor bekerja dan apa

Orientasi dan Ruang Lingkup Pelayanan Bimbingan dan Konseling

107

Page 117: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

pun tugas-tugas khusus yang diselenggarakan konselor, namun fungsi,"prinsip, asas, jems layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling pada dasarnya tetap sama. Modifikasi dan penyesuaian diperlukan berdasarkan kekhususan yang ada pada sasaran layanan, lembaga tempat bekerja, tujuan dan kondisi yang menyertai diperlukannya pelayanan bimbingan dan konseling.

Drs. a ()ror Sodi M.Si.

108

Page 118: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

BAB V JENIS LAYANAN BIMBINGAN

DAN KONSELING

Dalam bab ini akan dikemukakan mengenai jenis layanan bimbingan dan konseling, yaitu layanan konseling perorangan dan layanan bimbingan dan konseling kelompok. Adapun penjelasannya masing-masing sebagai berikut:

A. Layanan Konseling PeroranganDalam layanan konseling perorangan konseling dianggap

sebagai upaya layanan yang paling utama dalam pelaksanaan fungsi pengentasan masalah klien. Bahkan dikatakan bahwa konseling merupakan “jantung ha tiny a7’ pelayanan bimbingan secara menyelu- ruh. Hal ini berarti bahwa apabila layanan konseling telah membe- rikan jasanya, maka masalah klien akan teratasi secara efektif dan upaya-upaya bimbingan lainnya tinggal mengikuti atau berperan sebgai pendamping saja. Adapun bentuk-bentuk layanan konseling perorangan, yaitu meliputi: layanan konseling yang diselenggarakan secara resmi, pengentasan masalah melalui konseling, tahap-tahap keefektifan pengentasan masalah, dan pendekatan dan- teori konseling. Penjelasannya masing-masing sebagai berikut:

1. Layanan Konseling Diselenggarakan Secara ResmiKonseling merupakan layanan yang teratur, terarah, dan

terkontrol, serta tidak diselenggarakan secara acak ataupun seadanya.

109

Page 119: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

Sasaran (subyek penerima layanan), tujuan, kondisi dan metodologi penyelenggaraan layanan telah digariskan dengan jelas. Sebagai rambu-rambu pokok dalam pelaksanaan layanan konseling, Munro, dkk. (1979) mengemukakan tiga dasar etika konseling, yaitu: kerahasiaan, keterbukaan, dan tanggung jawab pribadi klien. Konseling yang berhasil dan bersifat etis hanya apabila didasarkan pada ketiga hal itu. Tidaklah pelayanan konseling bersifat etis apabila kerahasiaan klien terlanggar; demikian pula tidaklah etis suatu layanan konseling yang diselenggarakan dalam suasana keterpaksaan klien; dan lagi tidaklah etis suatu layanan konseling apabila tanggung jawab klien atas tingkah lakunya sendiri dikebiri atau dikurangi.

Berdasarkan tiga dasar etika konseling tersebut, maka sifat “resmi” layanan konseling ditandai dengan adanya ciri-ciri yang melekat pada pelaksanaan layanan itu, yaitu bahwa:a. Layanan itu merupakan usaha yang disengaja.b. Tujuan layanan tidak boleh lain daripada untuk kepentingan dan

kebahagiaan klien.c. Kegiatan layanan diselenggarakan dalam format yang telah

ditetapkan.d. Metode dan teknologi dalam layanan dalam layanan berdasarkan

teori yang telah teruji.e. Hasil layanan dinilai dan diberi tindak lanjut. (Priyatno dan Erman

Anti, 1999).Ketika akan mengawali hubungan konseling, konselor perlu

memasang niat dengan motivasi yang kuat untuk membantu klien. Niat itu merupakan wujud kesengajaan yang bersifat batiniah yang kalau diikuti oleh kesadaran yang m ^dalam akan mampu memberikan arah yang tepat bagi pekerjaan yang akan dilakukan. Sebagai refleksi landasan keagamaan dalam koris'eling, maka niat itu dibarengi dengan permohonan ridla, rahmat, dan petunjuk dari Tuhan agar layanan yang akan segera dilaksanakan itu berjalan dengan lancar dan memberikan hasil yang bermanfaat. Ucapan

Drs. A bror Sodi M.Si.

1 1 0

Page 120: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

Jenis Layanan Bimbingan dan Konseling

“Dengan menyebut nama Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang” menyertai niat yang tulus itu. Bekal konselor dalam mengawali layanan konselingnya tentulah tidak hanya niat yang tulus seperti itu saja, akan tetapi harus disertai pula dengan berbagai wawasan dan sikap positif tentang klien dan seluk-beluk serta dimensi metodologi layanan itu sendiri yang sejak semula telah tertanam pada diri konselor. Dengan niat, wawasan dan sikap serta dimensi metodologi layanan yang ada pada diri konselor, maka mantaplah kesengajaan konselor dalam mengawali upaya layanan konseling.

Sebagaimana telah disebutkan di atas, bahwa tujuan layanan konseling adalah untuk kepentingan dan kebahagiaan klien, maka apa pun yang muncul dalam layanan konseling harus diarahkan pada tujuan tersebut; dan apa pun yang menjadi persepsi, sikap dan tindakan konselor harus berorientasi pada tujuan positif bagi klien. Lebih jauh, sebuah kondisi yang terbangun selama hubungan konseling berlangsung dan berbagai kemungkinan implikasinya, baik ditnjau dari sisi klien, konselor, maupun kondisi hubungan itu sendiri, tidak lain adalah untuk kepentingan dan kebahagiaan klien.

Format konseling terutama jarak, arah dan sikap duduk konselor dan klien, serta tatap muka atau kontak langsung antara klien dan konselor. Sebenarnya format standar berkenaan dengan duduk dan tatapan wajah itu ialah konselor dan klien berhadap- hadapan; konselor duduk dengan sikap sempurna (tidak membung- kuk ataupun menyandarkan pinggang ke kursi); dan wajah konselor menatap klien tanpa adu pandang antara klien klien dan konselor. Sekali lagi format ini adalah format standar. Apabila format standar tersebut dapat diterapkan tanpa menimbulkan reaksi-reaksi negatif pada pihak klien, agaknya manfaat yang dapat diberikannya cukup banyak. Namun demikian, mengingat berbagai alasan yang menyang- kut keunikan klien, adat istiadat dan kebiasaan setempat, serta aspek- aspek sosial budaya lainnya, format standar itu dapat dimodifikasi tanpa mengurangi tujuan dari pengembangan format hubungan

1 1 1

Page 121: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

konseling yang tepat. Format apa pun yang terbentuk, standar atau hasil modifikasi, efek yang diharapkan dari terbentuknya format itu ialah:a. Konselor sepenuhnya menghadapi (dan mencurahkan perhatian

kepada) klien, dan sebaliknya klien dapat sepenuhnya memper- hatikan konselor. Dalam hal ini baik klien maupun konselor menyediakan diri dalam kondisi transparan (tidak ada yang ditutup-tutupi).

b. Klien benar-benar melihat dan merasakan bahwa konselor dalam* “sikap sempurna” selalu memperhatikan (dalam arti positif) diri klien dan permasalahannya.

c. Suara, mimik, dan gerak-gerik klien dan konselor jelas ditangkap oleh kedua belah pihak.

d. Klien dan konselor mudah bergerak.e. Klien dan konselor merasa dekat satu sama lain, sambil tetap

menjaga jarak.Format hubungan konseling yang diterapkan oleh seorang

konselor boleh jadi tidak sama untuk semua kliennya. Format standar dan berbagai modifikasinya dipakai secara bervariasi sesuai dengan kondisi klien, kondisi sosial budaya, kondisi ruangan dan peralatan yang ada, dan kondisi konselor sendiri.

Kondisi (dan juga hasil) hubungan konselor amat ditentukan oleh metodologi (dan teknologi) konseling yang dimiliki dan diterapkan oleh konselor. Konselor yang berhasil pada umumnya adalah konselor yang memiliki khasanah metode dan cara-cara yang kaya dalam mengembangkan hubungan konseling dan sekaligus dalam menangani masalah klien (dengan mempergunakan metode- metode khusus). Metode dan cara-cara yang itu perlu, karena mengingat masalah-masalah yang dialami klien senbu satu macam jenisnya, dan mengingat pula keunikan masing-masing klien. Variasi masalah dan keunikan klien itu menuntut variasi dalam metode dan cara-cara penanganannya. Penguasaan metodologi yang kaya itu tidak

Drs. A bror Sodi M.Si.

1 1 2

Page 122: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

mudah, memerlukan upaya pembelajaran dan pengalaman yang cukup lama.

Karena layanan konseling bukan layanan acak ataupun layanan yang dapat diselenggarakan sambil lalu, maka sebagai konsekuensi- nya ialah bahwa layanan itu perlu dievaluasi dan diberikan tindak lanjut. Mengingat bahwa hubungan konseling merupakan proses dinamis, unik, dan tidak terprogram sebagaimana kegiatan mengajar ataupun kegiatan darmawisata misalnya, maka penilaian hasil konseling memiliki kekhasan sendiri yang menampung ciri-ciri kedinamisan dan keunikan. Demikian juga dengan upaya tindak lanjutnya, maka ciri-ciri kedinamisan dan keunikan tetap mewarnai upaya tindak lanjut itu.

2. Pengentasan Masalah Melalui KonselingMelalui konseling klien mengharapkan agar masalah yang

dialaminya dapat dientaskan. Langkah-langkah umum upaya pengentasan masalah melalui konseling pada dasarnya adalah:a. Pemahaman masalahb. Analisis sebab-sebab timbulnya masalahc. Aplikasi metode khususd. Evaluasie. Tindak lanjut

Dalam konseling, klien dan konselor harus benar-benar memahami masalah yang dihadapi klien, sedapat-dapatnya secara lengkap dan rinci. Pemahaman masalah oleh klien harus benar-benar persis sama dengan pemahaman konselornya dan obyektif sebagai­mana adanya masalah itu. Hal itu perlu justru untuk menjamin ketepatan, efektifitas, dan efisiensi proses konseling. Upaya pema­haman masalah itu biasanya dilakukan pada awal proses konseling. Unsur-unsur pengenalan klien dan masalahnya yang diperoleh konselor di luar proses konseling (misalnya melalui laporan pihak ketiga, dan data dalam cumulative record, keterangan dari klien sendiri

Jenis Layanan Bimbingan dan Konseling

113

Page 123: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

sebelum proses konseling), khususnya yang ada sarvfikut-pautnya atau diduga ada sangkut-pautnnva dengan masalah 7ang sedang dibahas, harus dicek kebenarannya kepada klien sendiri dalam proses konseling.

Usaha pemahaman maslah klien biasanya t e r ^ a^ langsung dengan kajian tentang sumber penyebab masalah 1&1- Meskipun upaya pemahaman masalah dan pengkajian tentang sv^^ber-sumber penyebabny dapat dipilih, namun pembahasan kedu^*1)^ sering kali sukar dipisahkan. Dengan mengkaji sebab-sebab timbia Qya masalah/ klien dan konselor memperoleh pemahaman yanglebi^1 lengkap dan mendalam tentang masalah klien.

Apabila hati dan pikiran klien dapat digugah, harapankekuatan yang ada di dalam diri klien terbangkitkan v*ntuk mengen- taskan permasalahan yang dialaminya. Tergugahnya t ia^ an pikitan klien ltulah yang merupakan titik awal pengentasa*1 secara nyata. Tidak jarang terjadi, terutama bagi klien yang cerdas dan morivasinya amat kuat untuk memecahkan masalah, titik awal itu £nenjadi pemicu yang menggelindingkan sendiri kekuatan klien. Ia menyatakan kepada konselor bahwa dirinya telah sanggiip memecahkan masalahnya sendiri. Dengan demikian ia merasa pr°ses konseling sudah dapat diakhiri. Hal itu semua dapat terjadi berkat keterampilan konselor menyelenggarakan proses konseling deng^11 teknik-teknik yang jitu.

Terpahaminya masalah klien dengan baik sefta tergugahnya hati dan pikiran klien belum tentu serta-merta m e&buahkan hasil terpecahkannya masalah. Dalam hal ini proses kons^^g mas1 perlu dilanjutkan dengan penerapan metode khusus sestf^ dengan rincian masalah dan sumber-sumber penyebabnya? M^tod^'metoc e khusus bervariasi dari pengembangan penalaran dan 'katahati> peneguhan hasrat untuk mencapai tujuan tertentu (dalatn raflgka pemecahan masalah), latihan merencana suatu kegiatan. 5 petfiberian contoh, latihan bersikap dan bertindak, sampai dengar* pefleraPan program- program komputer dalam konseling (Bramm^r &Shostrom, 1982).

Drs. A bror Sodify M.Si.

114

Page 124: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

Jenis Layanan Bimbingan dan Konseling

Penerapan metode khusus ini menjadikan proses konseling tidak semata-mata berdimensi verbal melainkan berkembang menjadi proses konseling multidimensional.

Kegiatan evaluasi ditujukan untuk menilai sampai berapa jauh masalah klien terentaskan, dan lebih khusus untuk menilai keefektifan metode khusus yang dipakai. Ada dua pendekatan penilaian yang dapat diempuh, yaitu penilaian dalam proses dan penilaian pasca proses. Penilaian dalam proses dilakukan ketika proses konseling sedang berjalan. Penilaian ini sangat memerlukan keterampilan konselor; konselor ditun tut secara simultan melancar- kan dialog dengan klien, dan sekaligus mengadakan penilaian atas kelancaran, ketepatan dan kebermaknaan proses itu sendiri. Di samping itu, atas hasil penilaian itu konselor diharapkan secara bijaksana dapat memberikan tindak lanjut agar proses konseling yang dijalankannya itu tetap berlangsung dengan sebaik-baiknya sampai akhir.

Upaya evaluasi dalam proses diakhiri dengan “evaluasi akhir proses”. Konselor dapat meminta klien menyampaikan kesan-kesan dan perasaannya terhadap proses konseling yang baru saja dijalani- nya, hal-hal apa yang sudah dan belum ia peroleh, dan harapan- harapannya, khususnya dengan masalah yang dihadapinya. Hasil evaluasi akhir ini dapat pula dikaitkan dengan rencana lebih lanjut klien, termasuk di dalamnya kemungkinan penerapan hasil-hasil konseling (seperti beberapa alternatif tindakan untuk mencapai tujuan, latihan-latihan bertingkah laku) dalam kehidupan sehari-hari, dan konseling lebih lanjut.

Evaluasi pasca proses konseling biasanya lebih sukar dilakukan, lebih-lebih dengan klien-klien yang berada di luar lembaga temp at konselor bekerja. Konselor sukar menjangkau mereka sehingga evaluasi sistematik sukar dilakukan. Evaluasi insidental dapat berlangsung apabila konselor bertemu mereka dan menanyakan dampak konseling yang pernah terlaksana, atau melalui pihak ketiga yang mengenal klien. Evaluasi seperti ini deraj at kesahihan dan

115

Page 125: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

keterandalannya tidak cukup tinggi atau bahkan diragukan. Untuk klien-klien yang berada dalatn lembaga tempat konselor bekerja, evaluasi pasca proses lebih memungkinkan dilaksanakan, apalagi kalau untuk mereka disediakan program pelayanan yang terjadwal sehingga anatara klien dan konselor dapat diatur pertemuan berkala. Evaluasi melalui instrumen tertulis (misalnya angket) juga dapat dilakukan. Hasil evaluasi itu dipakai sebagai masukan dan bahan pertimbangan baik bagi rencana tindak lanjut yang akan dilaksanakan dalarn pertemuan terjadwal dengan masing-masing klien, maupun bagi penyusunan program-program pelayanan periode-periode berikutnya.

3. Tahap-Tahap Keefektifan Pengentasan Masalah MelaluiKonselingKeefektifan pengentasan masalah melalui konseling sebenarnya

dapat dideteksi sejak awal klien mengalami masalah. Dari keadaan yang paling awal itu sampai konseling yang paling akhir nantinya pada waktu masalah klien terentaskan, dapat diidentifikasi dalam lima tahap, yaitu:

Tahap pertama, dimulai ketika klien menyadari bahwa dirinya mengalami masalah. Individu-individu yang menyadari bahwa dirinya bermasalah agaknya memiliki kemungkinan yang lebih baik dalam hal pemecahan masalahnya.

Tahap kedua, individu menyadari bahwa dirinya tidak mampu tnemecahkan masalah, dan menyadari pula bahwa ia memerlukan bantuan orang lain untuk memecahkan masalah yang dialaminya.

Tahap ketiga, proses pemecahan masalah tetap terbuka dan keefektifan konseling akan terwujud, kalau individu itu memang gigih mencari orang-orang yang benar-benar niampu dan bertang- gung jawab dalam membantu pemecahan masalahnya.

Tahap keempat, klien dituntut aktif dalam proses konseling dari a\val sampai akhir, karena keaktifan klien itulah yang justru menentukan keefektifan konseling.

Drs. A bror Sodify M.Si.

116

Page 126: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

Jenis Layanan Bimbingan dan Konseling

Tahap kelima, konseling yang telah terselenggara itu benar-benar efektif, apabila klien benar-benar menjalankan (menerapkan) hasil- hasil yang telah dicapai melalui konseling dalam kehidupan sehari- hari klien. Atau dengan kata lain, hasil konseling benar-benar mengubah tingkah laku klien, dan dengan demikian masalah klien secara berangsur-angsur teratasi.

4. Pendekatan dan Teori KonselingApabila ditilik lebih lanjut bahwa teori-teori konseling itu pada

dasarnya dapat dikelompokkan ke dalam tiga pendekatan, konseling direktif, konseling non-direktif, dan konseling elektrik.

a. Konseling DirektifKonseling direktif, yang karena proses dan dinamika pengen­

tasan masalahnya mirip “penyembuhan penyakit”, pernah juga disebut “konseling klinis” (clinical counseling). Pendekatan ini dipelopori oleh E.G. Williamson dan J.G. Darley yang berasumsi dasar bahwa klien tidak mampu mengatasi sendiri masalah yang dihadapinya. Karena itu, klien membutuhkan bantuan dari orang lain, yaitu konselor. Dalam konseling direktif, klien bersifat pasif, dan yang aktif adalah konselor. Dengan demikian, inisiatif dan peranan utama pemecahan masalah lebih banyak dilakukan oleh konselor. Klien bersifat menerima perlakuan dan keputusan yang dibuat oleh konselor. Dalam konseling direktif diperlukan data yang lengkap tentang klien untuk dipergunakan dalam usaha diagnosis.

Konseling direktif ini sering juga disebut konseling yang beraliran Behavioristik, yaitu layanan konseling yang berorientasi pada pengubahan tingkah laku secara langsung (Hansen, dkk., 1977 dan Brammer & Stone, 1982).

Konseling direktif berlangsung menurut langkah-langkah umum sebagai berikut:1) Analisis data tentang klien.

117

Page 127: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

2) Pensintesisan data untuk mengenal kekuatan-kekuatan dan kelemahan klien.

3) Diagnosis masalah.4) Prognosis atau prediksi tentang perkembangan masalah

selanjutnya.5) Pemecahan masalah.6) Tindak lanjut dan peninjauan hasil-hasil konseling.

b. Konseling ISfon-DirektifKonseling non-direktif sering juga disebut “Client Centered

Thearapy”. Pendekatan ini diperoleh oleh Carl Rogers dari Univer- sitas Wisconsin di Amerika Serikat. Konseling non-direktif merupakan upaya bantuan pemecahan masalah yang berpusat pada klien. Melalui pendekatan ini, klieen diberi kesempatan menge- mukakan persoalan, perasaan dan pemikiran-pemikirannya secara bebas. Pendekatan ini berasumsi dasar bahwa seseorang yang mempunyai masalah pada dasarnya tetap memiliki potensi dan mampu mengatsai masalahnya sendiri. Tetapi oleh karena sesuatu hambatan, potensi dan kemampuannya itu tidak dapat berkembang atau berfungsi sebagaimana mestinya. Untuk mengembangkan dan memfungsikan kembali kemampuannya itu klien memerlukan bantuan. Bertitik tolak dari anggapan dan pandangan tersebut, maka dalam konseling, inisiatif dan peranan utama pemecahan masalah diletakkan di pundak klien sendiri. Sedangkan kewajiban dan peranan utama konselor adalah menyiapkan suasana agar potensi dan kemampuan yang ada pada dasarnya ada pada diri klien itu berkem­bang secara optimal, dengan jalan menciptakan hubungan konseling yang hangat dan permisif. Suasana seperti itu akan memungkinkan klien mampu memecahkan sendiri masalahnya,,Dalam suasana seperti itu konselor merupakan “agen pembangunan “ yang mendo- rong terjadinya perubahan pada diri klien tanpa konselor sendiri banyak masuk dan terlibat langsung dalam proses perubahan tersebut. Menurut Rogers, adalah menjadi tanggung jawab klien

Drs. Abror Sodif M.Si.

118

Page 128: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

Jenis Layanan Bmbmgan dan Konseling

untuk membantu dirinya sendiri. Salah satu prinsip yang penting dalam konseling non-direktif adalah mengupayakan agar klien mencapai kematangannya, produktif, merdeka, dan dapat menye- suaikan diri dengan baik.

Sesuai dengan teori yang mendasarinya, yaitu teori Rogers tentang hakikat manusia dan tingkah lakunya, pendekatan konseling non-direktif sering juga disebut pendekatan konseling yang beraliran Humanistik (Hansen, dkk., 1977 dan Brammer Stone, 1982). Aliran ini menekankan pentingnya pengembangan potensi dan dan kemam- puan yang secara hakiki ada pada setiap individu. Potensi dan kemampuan yang telah berkembang itu menjadi penggerak bagi upaya individu untuk mencapai tujuan-tujuan hidupnya.

c. Konseling BlektrikKonseling direktif dan konseling non-direktif merupakan dua

pendekatan yang amat berbeda, yang satu lebih menekankan peranan konselor, sedangkan yang lain menekankan peranan klien. Masing- masaing berdiri pada dua kutub yang berlawanan, satu kutub direktif dan yang lain kutub non-direktif. Apabila dari kutub yang ditarik garis ke kutub yang lain, maka akan terbentuklah garis kontinum, yaitu garis kontinum konseling direktif dan non-direktif (Prayitno, 1987). Di atas kontinum itu terbentang kemungkinan gerak pengem­bangan berbagai modifikasi atau “pengawinan” antara dua arus teori konseling itu.

Pendekatan dan teori-teori konseling itu telah ditempa dan dikembangkan oleh pencetus dan ahlinya, dan telah dipelajari oleh berbagai kalangan dalam bidang bimbingan dan konseling. Disadari bahwa setiap pendekatan atau teori itu mengandung kekuatan dan kelemahan, namun semuanya telah menyumbang secara* positif kepada dunia bimbingan dan konseling, baik secara teoritis maupun praktis. Disadari pula bahwa dalam kenyataan praktek konseling tnenunjukkan bahwa tidak semua masalah dapat dientaskan secara baik hanya dengan satu pendekatan atau teori saja. Ada masalah

119

Page 129: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

Drs. A bror Sodify M.Si.

yang lebih cocok dengan pendekatan non-direktif atau dengan teori khusus tertentu. Dengan pendekatan lain, tidaklah dapat ditetapkan bahwa setiap masalah harus diatasi dengan salah satu pendekatan atau teori saja. Pendekatan atau teori mana yang cocok digunakan sangat ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain:1) Sifat masalah yang dihadapi (misalnya tingkat kesulitan dan

kekomplekannya).2) Kemampuan klien dalam memainkan peranan dan proses

konseling.3) Kemampuan konselor sendiri, baik pengetahuan maupun

keterampilan dalam menggunakan masing-masing pendekatan atau teori konseling.

Mereka yang mempelajari pendekatan dan teori-teori itu mungkin ada yang tertarik dan merasa dirinya lebih cocok untuk mendalami dan mempraktekkan satu pendekatan atau teori kon­seling tertentu saja, dan mungkin ada pula yang berusaha “mengga- bungkan” dari dua teori yang berdekatan dalam wilayah garis kontinum yang dimaksud di atas. Kebanyakan di antara mereka bersikap elektrik yang mengambil kebaikan dari kedua pendekatan ataupun dari berbagai teori konseling yang ada itu, mengembangkan dan menerapkannya dalam praktek sesuai dengan permasalah klien. Sikap elektrik ini telah ada sejak lama dan bahkan dianggap lebih tepat dan sesuai dengan filsafat atau tujuan bimbingan dan konseling daripada sikap yang hanya mengandalkan satu pendekatan atau satu- dua teori tertentu saja (Tolbert, 1959; Hansen, dkk., 1977; dan Brammer & Stone, 1982).

*B. Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok

Jika konseling perorangan menunjukkan layanan kepada individu atau klien orang-perorang, maka bimbingan dan konseling kelompok mengarahkan layanan kepada sekelompok individu.

1 2 0

Page 130: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

Jenis Layanan Bimbingan ban Konseling

Dalam layanan bimbingan dan konseling kelompok paling tidak memiliki empat keuntungan, yaitu: Pertama,, dengan satu kali kegiatan, layanan kelompok itu memberikan manfaat atau jasa kepada sejumlah orang, apalagi pada zaman sekarang yang menekankan perlunya efisiensi yang mampu menjangkau lebih banyak konsumen secara tepat dan cepat. Kedua, dinamika perubahan yang terjadi ketika layanan kelompok itu berlangsung sangat menarik perhatian, karena dalam layanan kelompok interaksi an tar individu anggota kelompok merupakan yang khas. Dengan interaksi yang intensif dan dan dinamis selama berlangsungnya layanan, diharapkan tujuan-tujuan layanan dapat tercapai secara lebih mantap. Ketiga,, para anggota kelaompok di dalam melakukan interaksinya, mereka membawa kondisi pribadinya masing-masing, sebagaimana mereka masing- masing tampilkan dalam kehidupan sehari-han, sehingga mencer- minkan suasana kehidupan nyata yang dapat dijumpai di masyarakat secara luas. Keempat, bahwa dalam layanan konseling kelompok dapat merupakan wilayah penjajagan awal bagi klien untuk memasuki layanan konseling perorangan.

1. Ciri-ciri KelompokMeskipun suatu kelompok terdiri dari sejumlah orang, tetapi

kelompok bukan sekedar kumpulan sejumlah orang. Sejumlah orang yang berkumpul itu baru disebut kelompok apabila memilki ciri- ciri kelompok, antara lain yaitu: tujuan, anggota, kepemimpinan, dan aturan yang diikuti.

Sekumpulan orang akan menjadi kelompok kalau mereka mempunyai tujuan bersama. Seluruh anggota kelompok melakukan kegiatan yang tertuju pada pencapaian tujuan bersama, atau dengan kata lain bahwa dalam suatu kelompok semua idividu yang ada di dalamnya mengikatkan diri pada satu tujuan. Di dalam kelonipok itu perlu adanya keanggotaan, dan di dalam keanggotaan kelompok di sini tidak harus dikaitkan pada sistem resmi, harus terdaftar, tnempunyai kartu anggota, membayar iuran, dan lain-lain. Dengan

Page 131: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

Drs. A bror Sodify M.Si.

demikian, tanda keanggotaan d alam kelompok adalah rasa keber- samaan yang diikat dengan tu juan yang sama.

Kebersamaan dalam kelompok lebih lanjut diikat dengan adanya pemimpin kelompok yang bertugas mempersatukan seluruh anggota kelompok, untuk melakukan kegiatan bersama, untuk mencapai tujuan yang sama. Adanya pemimpin kelompok sangat diperlukan, karena apabila pemimpin itu tidak ada, atau jika pemimpin itu tidak menjalankan tugasnva dengan baik, maka kelompok berantakan, para anggota akan cerai-berai dan tujuan bersama tidak akan tercapai.

Selanjutnya, kelompok yang sudah memiliki tujuan, anggota dan pemimpin itu tidaklah lengkap apabila belum memiliki aturan dalam melaksanakan kegiatan-kegiatannya. Tanpa aturan aturan itu pemimpin kelompok tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik, kegiatan anggota tidak terarah, atau terjadi kesimpang-siuran, atau bahkan benturan dan kekacauan. Dengan demikian, jelaslah bahwa suatu kelompok membutuhkan aturan, nilai-nilai, atau pedoman yang memungkinkan seluruh anggota bertindak dan mengarahkan diri bagi pencapaian tujuan-tujuan yang mereka kehendaki bersama.

Berdasarkan keempat ciri-ciri kelompok tersebut, maka berlaku untuk semua jenis kelompok, baik ditinjau dari jumlah anggota maupun sifat terbentuknya kelompok. Menurut jumlah anggotanya, dikenal adanya kelompok kecil (beranggota 2 — 5 orang), kelompok sedang ( 6 —15 orang), kelompok agak besar (16 — 25 orang), kelompok besar (26 — 40 orang), dan seterusnya. Dilihat dari sifat pembentukannya, dikenal adanya kelompok primer dan kelompok sekunder. Dan pembentukan ke|dmpok*-kel6mpok seterusnya asalkan memenuhi ciri-ciri kelompok, yaitu adanya tujuan bersama, keanggotaan, kepemimpinan, dan aturan yang diikuti.

122

Page 132: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

Jenis Layanan Bimbingan dan Konseling

2. Bimbingan KelompokBimbingan kelompok diselenggarakan untuk memberikan

informasi yang bersifat personal, vokasional, dan sosial. Pemberian informasi dalam kegiatan bimbingan kelompok ditujukan bagi para anggota kelompok yang bersifat homogen. Sifat homogenitas dalam kelompok dapat dilihat:a. Para anggota kelompok homogen, yaitu siswa-siswa satau kelas,

atau satu tingkat kelas yang sama, satu kelompok buruh dalam satu pabrik, dan lain sebagainya.

b. Masalah yang dialami oleh semua anggota kelompok adalah sama, yaitu memerlukan informasi yang akan disajikan.

c. Tindak lanjut dari diterimanya itu juga sama, yaitu untuk menyusun rencana dan membuat keputusan.

d. Reaksi atau kegiatan yang dilakukan oleh para para anggota dalam proses pemberian informasi (dan tindak lanjutnya) secara reladf sama (seperd mendengarkan, mencatat, bertanya).

3. Konseling KelompokLayanan konseling kelompok pada dasarnya adalah layanan

konseling perorangan yang dilaksanakan di dalam suasana kelompok. Di sana ada konselor, ada klien, terjadi hubungan konseling yang bersifat hangat, terbuka, permisif, dan penuh keakraban; ada pengungkapan dan pemahaman masalah klien, penelusuran sebab- sebab timbulnya masalah, upaya pemecahan masalah, kegiatan evaluasi dan tindak lanjut.

Unsur-unsur konseling perorangan tampil secara nyata dalam konseling kelompok. Kalau demikian adanya, apa yang membedakan konseling kelompok dan konseling perorangan? Satu hal yang pa­ling pokok membedakannya ialah dinamika interaksi sosial yang dapat berkembang dengan intensif dalam suasana kelompok. Hal inilah yang justru ddak dapat dijumpai dalam konseling perorangan.

123

Page 133: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

Apabila dianalisis, suatu kelompok } }rang sedang menyelengga- rakan konseling kelompok tetap memiliifiiki keempat unsur kelom- poknya, yaitu: Vertama, tujuan konseling j kelompok yang didukung oleh semua anggota kelompok ialah t f terpecahkannya masalah- masalah yang dialami oleh para anggota j- kelompok. Kedua, anggota kelompok ialah sesama mereka yang mos-engikat kegiatan konseling kelompok. Ketiga, pemimpinya ialah korunselor. Keempat, aturan yang diikuti ialah ketentuan berkenaan dengae^n pengembangan suasana interaksi yang akrab, hangat, permisif d J a n terbuka.

Lalu, bagaimana perbedaannya anxntara bimbingan kelompok dan konseling kelompok? Untuk meimmberi gambaran mengenai perbedaan antara bimbingan kelompok^ dan konseling kelompok, maka dapat dilihat dalam matrik berikutut ini:

Drs. A bror Sodif>v M.Si.

Perbedaan Antara Bimbinj*gan Kelompok dan Konseling KelJlompok

No. Aspek Bimbingan Kelomf&pok Konseling Kelompok1 Jumiah anggota Tidak terlalu dibatasLti,

dapat sampai 60 - 8CXD orang

Terbatas : 5 — 10 orang

2 Kondisi dan karakteristik anggota

Relatif homogen Hendaknya homogen, dapat pula heterogen terbatas

3 Tujuan yang Penguasaan informaa^si a. Pemecahan masalahIngin dicapai untuk tujuan yang lefcbih

luasb. Pengembangan

kemampuan komuni- kasi dan interaksi

4 Pemimpinkelompok

Konselor atau narasumber

Konselor

5 Peranan Menerima informasfei a. Berpartisipasi dalamanggota untuk tujuan tertentrJtu dktamika interaksi

sosialb. Menyumbang

pengentasan masalahc. Menyerap bahan

untuk pemecahan masalah

124

Page 134: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

Jenis Layanan Bimbingan Saw Konseling

No. Aspek Bimbingan Kelompok Konseling Kelompok6 Suasana

interaksia. Menolong atau

dialog terbatasb. Dangkal

a. Interaksi multiarahb. Mendalam dengan

melibatkan aspek emosional

7 Sifat isi pem- bicaraan

Tidak rahasia Rahasia

8 Frekuensikegiatan

Kegiatan berakhir apabila informasi telah disampaikan

a. Kegiatan berkembang sesuai dengan tingkat kemajuan pemecahan masalah

b. Evaluasi dilakukan sesuai dengan tingkat kemajuan pemecahan masalah.

125

Page 135: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad
Page 136: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

BAB VIBIMBINGAN DAN KONSELING

SEBAGAI PROFESI

Setelah membahas pelayanan bimbingan dan konseling dari berbagai seginya, tibalah saatnya pada bab ini dikemukakan uraian tentang bimbingan dan konseling sebagai profesi, yang meliputi: pengertian istilah profesi, ciri-ciri profesi, dan pengembangan profesi bimbingan dan konseling. (Priyatno dan Erman Anti, 1999: 338- 350). Adapun penjelasannya masing-masing sebagai berikut:

A, Pengertian Istilah ProfesiIstilah profesi memang selalu menyangkut pekerjaan, tetapi

tidak semua pekerjaan dapat disebut profesi. Untuk mencegah kesimpangsiuran tentang pengertian istilah profesi, brikut ini dike­mukakan pengertian tentang profesi, profesional, profesionalisme, profesionalitas, dan profesionalisasi, yaitu sebagai berikut:

1. ProfesiProfesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut

keahlian dari para petugasnya. Artinya, pekerjaan yang disebut profesi ini tidak bisa dilakukan oleh orang yang tidak terlatih dan tidak disiapkan secara khusus terlebih dahulu untuk melakukan pekerjaan itu.

127

Page 137: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

2. ProfesionalProfesional menunjuk kepada dua hal, yaitu: Vertama, orang

yang menyandang suatu profesi, misalnya sebutan dia seorang profesional. Kedita, penampilan seorang dalam melakukan pekerjaan yang sesuai dengan profesinya. Dalam pengertian kedua ini, istilah profesional sering dipertentangkan dengan istilah non-profesional atau amatiran.

3. ProfesionalismeProfesionalisme menunjuk kepada kotnitmen para anggota

suatu profesi untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya dan terus-menerus mengembangkan strategi-strategi yang digunakannya dalam melakukan pekerjaan yang sesuai dengan profesinya.

4. ProfesionalitasProfesionalitas mengacu kepada sikap para anggota suatu

profesi terhadap profesinya serta derajat pengetahuan dan keahlian yang mereka miliki dalam rangka melakukan pekerjaannya.

5. ProfesionalisasiProfesionalisasi menunjuk pada proses peningkatan kualifikasi

maupun kemampuan para anggota suatu profesi dalam mencapai kriteria yang standar dalam penampilannya sebagai anggota suatu profesi. Profesionalisasi pada dasarnya merupakan serangkaian proses pengembangan keprofesionalan, baik dilakukan melalui pendidikan /latihan pra-jabatan (pre-service training). Oleh sebab itu, profesionalisasi merupakan proses yang berlangsung sepanjang hay at dan tanpa henti.

* - ^

B. Ciri-ciri ProfesiSuatu pekerjaan atau jabatan disebut profesi apabila ia memiliki

syarat-syarat atau ciri-ciri tertentu. Sejumlah ahli (seperti McCully, 1963; Tolbert, 1972; dan Nugent, 1981) telah merumuskan syarat- syarat atau ciri-ciri dari suatu profesi. Dari rumusan-rumusan yang

Drs. A bror Sodi% M.Si.

128

Page 138: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

Bimbingan dan Konseling sebagai Profesi

mereka kemukakan itu dapat disimpulkan syarat-syarat atau ciri-ciri profesi sebagai berikut:1. Suatu profesi merupakan suatu jabatan atau pekerjaan yang me-

miliki fungsi dan kebermaknaan sosial yang sangat menentukan.2. Untuk mewujudkan fungsi tersebut, para anggotanya (petugasnya

dalam pekerjaan itu) harus menampilkan pelayanan yang khusus yang didasarkan atas teknik-teknik inteleltual dan keterampilan- keterampilan tertentu yang unik.

3. Penampilan pelayanan tersebut bukan hanya dilakukan secara rutin saja, melainkan bersifat pemecahan masalah atau penangan- an situasi kritis yang menuntut pemecahan masalah dengan menggunakan teori dan metode ilmiah.

4. Para anggotanya memiliki kerangka ilmu yang sama, yaitu yang didasarkan atas ilmu yang jelas, sistematis, dan eksplisit; bukan hanya didasarkan atas akal sehat (common sense) belaka.

5. Untuk dapat menguasai kerangka ilmu itu diperlukan pendidikan dan latihan dalam jangka waktu yang cukup lama.

6. Para anggotanya secara tegas dituntut memiliki kompetensi mini­mum melalui prosedur seleksi, pendidikan dan latihan, serta lisensi ataupun sertifikasi.

7. Dalam menyelenggarakan pelayanan kepada pihak yang dilayani, para anggota memiliki kebebasan dan tanggung jawab pribadi dalam memberikan pendapat dan pertimbangan serta membuat keputusan tentang apa yang akan dilakukan berkenaan dengan penyelenggaraan pelayanan profesional yang dimaksud.

8. Para anggotanya, baik perorangan maupun kelompok, lebih mementingkan pelayanan yang bersifat sosial daripada pelayanan yang mengejar keuntungan yang bersifat ekonomi.

9. Standar tingkah laku bagi anggotanya dirumuskan secara tersurat (eksplisit) melalui kode etik yang benar-benar diterapkan; setiap pelannggaran atas kode etik dapat dikenakan sanksi tertentu.

129

Page 139: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

Drs. A bror Sodi k, M.Si.

iO.Selama dalam pekerjaan itu, para anggotanya terus-menerus ber- usaha menyegarkan dan mehingkatkan kompetensinya dengan jalan mengikuti secara cermat literatur dalam bidang pekerjaan itu, menyelenggarakan dan memahami hasii-hasil riset, serta berperan serta secara aktif dalam pertemuan-pertemuan sesama anggota.

C. Pengembangan Profesi Bimbingan dan KonselingDiyakini bahwa pelayanan bimbingan dan konseling adalah *

suatu profesi yang dapat memenuhi ciri-ciri dan persyaratan tersebut. Namun, berhubung dengan perkembangannya yang masih tergolong baru, terutama di Indonesia, dewasa ini pelayanan bimbingan dan konseling belum sepenuhnya mencapai persyaratan yang diharapkan itu. Sebagai profesi yang handal, bimbingan dan konseling masih perlu dikembangkan, bahkan diperjuangkan.

Pengembangan profesi bimbingan dan konseling antara lain melalui: standarisasi untuk kerja profesional konselor, standarisasi penyiapan konselor, akreditasi dan lisensi, dan pengembangan organisasi profesi.

1. Standarisasi Unjuk Kerja Profesional KonselorRumusan unjuk kerja profesional konselor standar mengacu

kepada waw asan dan keterampilan yang hendaknya dapat ditampil- kan oleh para lulusan jurusan/progran studi Bimbingan dan Kon­seling. Keseluruhan rumusan unjuk kerja itu meliputi 28 gugus, yaitu:a. Mengajar dalam bidang psikologi, dan bimbingan dan konseling

(BK). fb. Mengorganisasikan program bimi>ingan"dan konselingc. Menyusun program bimbingan dan konseling.d. Memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling.e. Mengungkapkan masalah klien.

130

Page 140: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

Bimbingan dan Konseling sebagai Profesi

f. Menyeienggarakan pengumpulan data tentang minat, bakat, kemampuan, dan kondisi kepribadian.

g. Menyusun dan mengembangkan himpunan data.h. Menyeienggarakan konseling perorangan.i. Menyeienggarakan bimbingan dan konseling kelompok. j. Menyeienggarakan orientasi studi siswa.k. Menyeienggarakan ko/ekstra kurikuler.1. Membantu guru bidang studi dalam mendiagnosis kesulitan

belajar siswa.m. Membantu guru bidang studi dalam menyeienggarakan penga-

jaran perbaikan dan program pengayaan.n. Menyeienggarakan bimbingan kelompok belajar.o. Menyeienggarakan pelayanan penempatan siswa.p. Menyeienggarakan bimbingan karier dan pemberian informasi

pendidikan/jabatan. q. Menyeienggarakan konferensi kasus. r. Menyeienggarakan terapi kepustakaan. s. Melakukan kunjungan rumah. t. Menyeienggarakan lingkungan klien.u. Merangsang perubahan lingkungan klien. v. Menyeienggarakan konsultasi khusus. w. Mengantar dan menerima alih tangan. x. Menyeienggarakan diskusi profesional. y. Memahami dan menulis karya ilmiah dalam bidang BK.2. Memahami hasil dan melakukan penelitian dalam bidang BK.aa. Menyeienggarakan kegiatan BK pada lembaga/lingkungan yang

berbeda.bb, Berpartisipasi aktif dalam pengembangan profesi BK.

131

Page 141: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

Drs. A bror Sodif M.Si

2. Standarisasi Penyiapan KonselorTujuan penyiapan konselor standar ialah agar para (calon) kon­

selor memiliki wawasan dan menguasi serta dapat melaksanakan dengan sebaik-baiknya materi dan keterampilan vang terkandung di dalam butir-butir rumusan unjuk kerja tersebut. Penyiapan konselor standar itu dilakukan melalui:a. Program pendidikan prajabatanb. Program penyetaraanc. Program pendidikan dalam jabatan, waktunya cukup lama,

dimulai dari seleksi dan penerimaan calon mahasiswa yang akan mengikuti program studi Bimbingan dan Konseling sampai para lulusannya diwisuda. (Priyatno dan Erman Anti, 1999: 343).

3. AkreditasiAkreditasi merupakan prosedur yang secara resmi diakui bagi

suatu profesi untuk mempengaruhi jenis dan mutu anggota yang dimaksud (Steinhouser & Bradley, dalam Prayitno, 1987).

Tujuan pokok akreditasi adalah untuk memantapkan kredi- bilitas profesi. Tujuan ini lebih lanjut dirumuskan sebagai berikut:a. Untuk menilai bahwa program yang ada memenuhi standar yang

ditetapkan oleh profesi.b. Untuk menegaskan misi dan tujuan program.c. Untuk menarik calon konselor dan tenaga pengajar yang bermutu

tinggi.d. Untuk membantu para lulus an memenuhi tuntutan kredensial

(kepercayaan), seperti lisensi.e. Untuk meningkatkan kemampuan program dan pengakuan

terhadap program tersebut. -rf. Untuk meningkatkan program dari penampilan dan penutupan.g. Untuk membantu mahasiswa yang berpotensi dalam seleksi

memakai program pendidikan konselor.

132

Page 142: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

Bimbingan dan Konseling sebagai Profesi

h. Memungkinkan mahasiswa dan staf pengajar berperanserta dalam evaluasi program secara intensif.

i. Membantu para pemakai lulusan untuk mengetahui program mana yang telah standar.

j. Untuk mendapatkan kepercayaan dari masyarakat pendidikan, mayarakat profesi dan masyarakat pada umumnya tentang kemantapan pelayanan bimbingan dan konseling.

4. Sertifikasi dan LisensiSertifikasi merupakan upaya lebih lanjut untuk lebih meman-

tapkan dan menjamin profesionalisasi bimbingan dan konseling. Para lulusan pendidikan konselor yang akan bekerja di lembaga- lembaga pemerintah, misalnya sekolah-sekolah, diharuskan menem- puh program sertifikasi yang diselenggarakan oleh pemerintah. Sedangkan mereka yang hendak bekerja di luar lembaga atau badan pemerintah diwajibkan memperoleh lisensi atau sertifikasi kredensial (terpercaya) dari organisasi profesi bimbingan dan konseling. Hal ini semua dimaksudkan untuk menjaga profesionalitas para petugas yang akan menangani pelayanan bimbingan dan konseling.

Untuk dapat diselenggarakan program akreditasi, sertifikasi, dan lisensi itu harus terlbih dahulu dan diberlakukan undang-undang atau peraturan pemerintah. Materi peraturan perundangan ini disusun bersama antara para pejabat pembuat undang-undang/ peraturan dengan organisasi profesi. Dengan prosedur seperti itu, kerjasama antara pemerintah dan organisasi profesi ter j aim secara nyata dan baik. Di samping peranan organisasi profesi untuk menegakkan dan menjaga standar profesional yang menjadi bidang geraknya dapat terpenuhi secara mantap. (Priyatno dan Erman Anti, 1999: 349).5. Pengembangan Organisasi Profesi

Organisasi profesi adalah himpunan orang-orang yang mem- punyai profesi yang sama. Sesuai dengan dasar pembentukan dan

133

Page 143: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

sifat organisasi itu sendiri, yaitu profesi dan profesional, maka tujuan organisasi profesi menyangkut hal-hal yang berbau keilmuan. Organisasi profesi tidak berorientasi pada keuntungan ekonomi ataupun pada penggalangan kekuatan politik, ataupun keuntungan- keuntungan yang bersifat material lainnya. Tujuan organisasi profesi dapat dirumuskan ke dalam “Tri Darma Organisasi Profesi”, yaitu:a. Pengembangan Ilmub. Pengembangan Pelayananc. Penegakan Kode Etik Profesional

Ketiga darma organisasi profesi itu saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Peningkatan keilmuan jelas menunjang praktek di lapangan, dan pengalaman praktek di lapangan dianalisis dan disusun menjadi unsur-unsur keilmuan yang secara terus-menerus menambah khasanah keilmuan. Rumusan kode etik tidak terlepas dari dasar-dasar keilmuan dan acuan keprakdsannya di lapangan. Dan sebaliknya, sisi keilmuan dan pelayanan menuntut agar kode etik itu benar-benar dijalankan. Oleh karena itu organisasi profesi yang benar-benar mantap secara serempak menyelenggarakan dengan baik ketiga darmanya itu. (Priyatno dan Erman Anti, 1999: 349-350).

Drs. A bror Sodi M.Si.

134

Page 144: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

BAB VII LAHIRNYA BIMBINGAN

DAN KONSELING POLA17 DAN DALAM SISTEM KTSP

A. Pra Lahirnya Bimbingan dan Konseling Pola 17Menurut Anas Salahudin (2010: 32-34) bahwa pelaksanaan

bimbingan dan penyuluhan di sekolah diselenggarakan dengan pola yang tidak jelas. Ketidakjelasan pola ini berdampak pada buruknya citra bimbingan dan penyuluhan, yaitu:1. Melahirkan miskonsepsi terhadap pelaksanaan BK;2. Muncul persepsi negatif terhadap pelaksanaan BK;3. Muncul berbagai kritikan sebagai wujud kekecewaan atas kinerja

guru pembimbing sehingga terjadi kesalahpahaman;4. Berlarut-larutnya persepsi negatif dan miskonsepsi.

Dari citra buruknya pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan di sekolah tersebut, maka akhirnya memmbulkan berbagai masalah, yaitu sebagai berikut:1. Konselor sekolah dianggap polisi sekolah;2. BK dianggap semata-mata sebagai pemberi nasihat; -3. BK dibatasi pada menangani masalah yang insidental, dan untuk

klien-klien tertentu saja;4. BK melayani “orang sakit” dan atau “kurang normal”;

135

Page 145: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

5. BK bekerja sendiri, konselor sekolah harus aktif, sementara pihak lain pasif;

6. Adanya anggapan bahwa pekerjaan BK dapat dilakukan oleh siapa saja;

7. Pelayanan BK berpusat pada keluhan pertama saja;8. Hasil pekerjaan BK harus segera dilihat;9. Cara pemecahan masalah bagi semua klien disamaratakan;10.Usaha BK dipusatkan pada penggunaan instrumentasi BK (tes, .

inventori, kuesioner, dan lain-lain);11 .BK dibatasi untuk menangam masalah-masalah yang ringan saja.

Pada pelaksanaannya pun, bimbingan dan penyuluhan di sekolah menjadi tidak jelas. Ketidakjelasan pola ini disebabkan hal- hal sebagai berikut:

1. Belum Adanya Payung HukumSejak konferensi di Malang tahun 1960 sampai dengan

munculnya jurusan bimbingan dan penyuluhan di I KIP Malang tahun 1964, fokus pemikiran adalah mendesain pendidikan untuk mencetak tenaga-tenaga BP di sekolah. Tahun 1975, Konvensi Nasional Bimbingan I di Malang berhasil merumuskan keputusan penting, di antaranya terbentuknya organisasi bimbingan dengan nama Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI). Melalui IPBI inilah, payung hukum pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan di sekolah menjadi jelas. Arah kegiatannya pun menjadi jelas.

2. Semangat Luar Biasa untuk Melaksanakan Bimbingan dan Penyuluhan *'4 ' fr V*Lahirnya SK Menpan No. 026/Menpan/1989 tentang Angka

Kredit bagi Jabatan Guru dalam Lingkungan Departemen Pendi­dikan dan Kebudayaan merupakan angin segar bagi pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan di sekolah. Semangat yang luar biasa bermunculan di sekolah untuk melaksanakan bimbingan dan

Drs. A bror Sodify M.Si.

136

Page 146: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

penyuluhan itu karena dalam SK Menpan tersebut dikatakan “Tugas guru adalah mengajar dan /atau membimbing”. Akan tetapi, karena tenaga atau guru pembimbing yang berasal dari lulusan jurusan bimbingan dan penyuluhan atau jurusan psikologi pendidikan dan bimbingan (sejak tahun 1984/1985) masih kurang, pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan di sekolah tidak jelas. Lebih-lebih lagi, bimbingan dan penyuluhan dilaksanakan oleh guru-guru yang se­nior atau mau pensiun, guru yang kekurangan jam mata pelajaran untuk memenuhi tuntutan angka kreditnya. Akibatnya, pengakuan legal dengan SK Menpan tersebut menjadi jauh arahnya, terutama untuk pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan di sekolah.

3. Belum Ada Aturan Main yang JelasApa, mengapa, untuk apa, bagaimana, kepada siapa, oleh siapa,

kapan dan di mana pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan dilaksanakan juga belum jelas. Bimbingan dan penyuluhan di sekolah diberikan kepada guru-guru senior, guru-guru yang mau pensiun, guru mata pelajaran yang kurang jam mengajarnya untuk memenuhi tuntutan angka kreditnya. Guru yang tidak menguasai bimbingan dan penyuluhan dan memang tidak dipersiapkan untuk menjadi guru pembimbing. Kesan yang tertangkap di masyarakat, terutama or­ang tua mund, yaitu bimbingan dan penyuluhan ditujukan bagi anak yang bermasalah. Ketika orang tua dipanggil ke sekolah, apalagi yang memanggil guru pembimbing, orang tua menjadi malu. Dari segi pengawasan, juga belum jelas arah dan pelaksanaan pengawasan- nya. Selain itu, pola yang tidak jelas tersebut mengakibatkan hal-hal sebagi berikut:1. Guru BP (sekarang konselor sekolah) belum mampu mengopti-

malkan tugas dan fungsinya dalam memberikan pelayanan terhadap siswa yang menjadi tanggung jawabnya. Bahkan, guru pembimbing ditugasi mengajarkan salah satu mata pelajaran, seperti bahasa Indonesia, kesenian, dan sebagainya. *

L afcrnya Bimbingan dan Konseling Pola 17 dan Dalam Sistem Ktsp

137

Page 147: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

Drs. A bror So5i^ M.Si.

2. Guru pembimbing merangkap pustakawan, pengumpul dan pengolah nilai siswa dalam kelas-kelas tertentu, serta berfungsi sebagai guru piket dan guru pengganti bagi guru mata pelajaran yang berhalangan hadir.

3. Guru pembimbing ditugasi sebagai “polisi sekolah” yang mengu- rusi dan menghakimi para siswa yang tidak mematuhi peraturan sekolah, seperti terlambat masuk, tidak memakai seragam, atau mengeluarkan baju dari celana atau rok.

4. Kepala sekolah tidak mampu melakukan pengawasan karena4 tidak memahami program pelayanan serta belum mampu mem- fasilitasi kegiatan layanan bimbingan di sekolahnya.

5. Terjadi persepsi dan pandangan yang keliru dari personal sekolah terhadap tugas dan fungsi guru pembimbing sehingga tidak terjalin kerjasama, sebagaimana yang diharapkan dalam organisasi bimbingan dan penyuluhan.

Kondisi-kondisi seperti tersebut, nyaris terjadi pada setiap sekolah di Indonesia.

B. Lahirnya Bimbingan dan Konseling Pola 17SK Mendikbud No. 025/1995 sebagai petunjuk pelaksanaan

jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya memuat hal-hal yang substansial, khususnya menyangkut bimbingan dan konseling, yaitu sebagai berikut:1. Istilah “bimbingan dan penyuluhan” secara resmi diganti menjadi

“bimbingan dan konseling”.2. Pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah adalah guru

pembimbing, yaitu guru yang secara khusus ditugasi untuk itu. Dengan demikian, bimbingan dan konseling tidak dilaksanakan oleh semua guru atau sembarang guru.

3. Guru yang diangkat atau ditugasi untuk melaksanakan kegiatan bimbingan dan konseling adalah mereka yang berkemampuan

138

Page 148: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

melaksanakan kegiatan tersebut, minimal mengikuti penataran bimbingan dan konseling selama 180 jam.

4. Kegiatan bimbingan dan konseling dilaksanakan dengan pola yang jelas, yaitu:a. Pengertian, tujuan, fungsi, prinsip dan asas-asasnya;b. Bidang bimbingan: bimbingan pribadi, sosial, belajar, dan

karier;c. Jenis layanan: layanan orientasi, informasi, penempatan/

penyaluran, pembelajaran, konseling perseorangan, bimbingan kelompok dan konseling kelompok;

d. Kegiatan pendukung: instrumentasi, himpunan data, kon- ferensi kasus, kunjungan rumah dan alih tangan;

5. Setiap kegiatan bimbingan dan konseling dilaksanakan melalui tahap:a. Perencanaan kegiatan;b. Pelaksanaan kegiatan;c. Penilaian hasil kegiatan;d. Analisis hasil kegiatan;e. Tindak lanjut.

6. Kegiatan bimbingan dan konseling dilaksanakan di dalam dan di luar jam kerja sekolah. Hal-hal yang substansial di atas diharapkan dapat mengubah kondisi tidak jelas yang sudah lama berlangsung sebelumnya. Langkah-langkah konkrit diupayakan seperti:a. Pengangkatan guru pembimbing yang berlatar belakang

pendidikan bimbingan dan konseling;b. Penataran guru-guru pembimbing tingkat nasional, regional,

dan lokal mulai dilaksanakan;c. Penyusunan pedoman kegiatan bimbingan dan konseling di

sekolah, seperti:

Lahirnya Bimbingan ban Konseling Pola 17 ban Dalam Sistem Ktsp

Page 149: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

1) Buku teks bimbingan dan konseling;2) Buku panduan pelaksanaan menyeluruh bimbingan dan

konseling di sekolah;3) Panduan penyusunan program bimbingan dan konseling;4) Panduan penilaian hasil layanan bimbingan dan konseling;5) Panduan pengelolaan bimbingan dan konseling di sekolah;6) Pengembangan instrumen bimbingan dan konseling7) Penyusunan pedomanan Musyawarah Guru Pembimbing *

(MGP) dengan SK Mendikbud No. 025/1995, khususnya yang menyangkut bimbingan dan konseling menjadi jelas. (Anas Salahudin, 2010: 34-36).

Dari penjelasan di atas, maka lahirlah bimbingan dan konseling Pola 17, atau sering disebut dengan “BK Pola 17”. Disebut BK Pola 17, karena di dalamnya terdapat 17 (tujuh belas) butir pokok layanan bimbingan dan konseling. Tujuh belas butir layanan bim­bingan dan konseling itu tersebar dalam empat bidang bimbingan, tujuh jenis layanan, dan lima kegiatan pendukung. Adapun tujuh belas butir pokok layanan bimbingan dan konseling itu adalah:1. Kegiatan bimbingan dan konseling secara menyeluruh meliputi

empat bidang bimbingan, yaitu bimbingan pribadi, sosial, belajar, dan karier.

2. Kegiatan bimbingan dan konseling dalam empat bidang itu diselenggarakan melalui tujuh jenis layanan, yaitu layanan orien­tasi, informasi, penempatan/penyaluran, pembelajaran, konseling perorangan, bimbingan kelompok, dan konseling kelompok.

3. Untuk mendukung kedelapan jenis layanan ltu/dlselenngarakan lima kegiatan pendukung, yaitu fiistmmentasi bimbingan dan konseling, himpunan data, konferensi kasu£, kunjungan rumah, dan alih tangan.

4. Di atas itu semua, kegiatan bimbingan dan konseling didasari oleh satu pemahaman yang menyeluruh dan terpadu tentang

Drs. A bror Sodify M.Si.

140

Page 150: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

wawasan bimbingan dan konseling yang meliputi pengertian, tujuan, fungsi, prinsip, dan asas-asas bimbingan dan konseling. (Jamal Ma’mur Asmani, 2010: 203).

Jika bimbingan dan konseling dalam pola 17 dapat dilaksanakan dengan maksimal, terprogram, dan berkualitas, maka ia dapat menunjang hasil belajar siswa. Pelaksanaan bimbingan dan konseling pola 17 tersebut dapat maksimal apabila dalam kurikulum diberikan alokasi waktu minimal 1 jam pelajaran, sehingga empat bidang bimbingan, delapan jenis layanan, dan lima kegiatan pendukung dapat diberikan pada seluruh siswa dan bukan pada siswa yang bermasalah saja.

C. Bimbingan dan Konseling dalam Sistem KTSPDalam sistem kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP)

mengharuskan sekolah untuk mengalokasikan 2 (dua) jam pelajaran per minggu bagi pelajaran pengembangan diri. Hal ini berarti di setiap sekolah, paling tidak, harus dialokasikan dua jam pelajaran bagi guru bimbingan dan konseling untuk mengadakan bimbingan secara klasikal. Namun, dalam praktiknya, beberapa sekolah menia- dakan jam khusus untuk layanan bimbingan klasikal kepada siswa. Layanan bimbingan klasikal biasanya dilakukan apabila ada guru yang berhalangan hadir. Dan, jam pelajaran ini dimanfaatkan oleh guru bimbingan dan konseling untuk mengadakan layanan bim­bingan kelompok/klasikal. (Jamal Ma’mur Asmani, 2010: 254).

Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa manajemen sekolah belum memberikan tempat yang memadai bagi layanan bimbingan dan konseling di sekolah. Menurut Fajar Santoadi (dalam Jamal Ma’mur Asmani, 2010: 255) ada beberapa hal yang diduga menjadi penyebab atau melatarbelakangi kebijakan sekolah tersbut, antara lain, yaitu:1. Sekolah masih memfokuskan pada pengembangan kompetensi

akademik atau kognitif saja. Apalagi, dengan adanya ujian

Lafrirnya Bimbingan dan Konseling Pola 17 dan Dalam Sistem Ktsp

141

Page 151: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

Drs. A bror Sodik, M.Si.

nasional, maka siswa-siswa di tingkat akhir lebih difokuskan untauk mata pelajaran yang di-ujian nasional-kan.

2. Penentu kebijakan (manajemen sekolah) memahami bimbingan dan konseling hanya sebagai pertemuan individual saja (kon­seling), terutama untuk mengatasi persoalan-persoalan yang dihadapi oleh siswa (fungsi kuratif).

3. Tidak adanya program bimbingan dan konseling yang berkualitas, yang sesuai dengan kebutuhan, membuat siswa, pengelola sekolah, dan stakeholder (pemangku kepentingan) sulit mem- berikan kepercayaan pada bimbingan dan konseling. Pengelola atau guru bimbingan dan konseling, selama ini, masih mengang- gap bahwa program bimbingan dan konseling merupakan daftar aktivitas yang mengacu pada pola 17, tetapi tidak menonjolkan isi yang digarap untuk mengembangkan aspek afektif, nilai, sikap, dan perilaku positif siswa. Padahal, pola 17 yang sering menjadi program konselor itu hanya merupakan “bungkus”, bukan isi.

Kebijakan meniadakan jam bimbingan kelompok/klasikal di sekolah tersebut, mengakibatkan fungsi pengembangan kemampuan siswa. fungsi pencegahan, serta fungsi pemeliharaan bimbingan dan konseling dalam aspek perkembangan personal-edukasional dan karier tidak dapat dijalankan secara utuh. Ketidakmengertian dan prasangka manajemen sekolah bahwa bimbingan dan konseling hanya membuang-buang waktu dan tidak memberikan sumbangan yang berarti pada perkembangan siswa, menyebabkan sulitnya mendapatkan dukungan sekolah terhadap program bimbingan dan konseling.

142

Page 152: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

DAFTAR PUSTAKA

Anwar Sutoyo, Bimbingan dan Konseling Islam, Teori & Praktek. Semarang. CV. Widya Karya, 2009.

Aunur Rahim Faqih (Penyunting), Bimbingan dan Konseling dalam Is­lam. Yogyakarta: Pusat Penerbitan UII Press, 2001.

ASCA, Ethical Standards For School Counselor; The School Counselor, 32, 84-87, 1984.

Bee, H., The Developing Chila. New York: Harper & Row Publishing, 1987.

Belkin, G.S., The Counselor Training in Practical Conseling in Schools the Dubuque. Iowa: W.C. Brown Company Publishers 1975.

Bimo Walgito, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Yogyakarta: Yasbit Fakultas Psikologi UGM, 1983.

Blum, M.L. & Balinsky, Counseling and Psychology. Tokyo: Printice Book Co. 1951.

Brammer, L.M. & Shostrom, E.L., Therapeutic Psychology Englewood Cliffs. New Jersey: Printice Hall Inc., 1982.

Budi Santoso, S., Pendidikan Indonesia Berakarpada Kebudayaan Rasional.Makalah Utama Pada Konvensi Nasional Pendidikan In­donesia II, Medan: 4-8 Februari 1992.

143

Page 153: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

Burn, D., Hthical Implication in Cross-Cultural Counseling and Training. Journal of Counseling and Development, 70 (5), 578-583, 1992.

Burn, C.F. & Consolvo, C.A., The Development o f Campus Based Sub­stance Abuse Prevention Program. Journal of Counseling and Development, May / June 1992, 705, 639-641.

Chiles, D. &, Eiken R., School Guidance and Counseling: Pupil Personnel Services Recommanded Practices and Procedures Manual. Illionis State Board of Education, 1983.

Crow, L.D. and Crow, A. An Introduction to Guidance. New York: American Book Co. 1951.

Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta, 2008.

Dusek, J.B., Adolescent Development and Behavior. Chicago: Scien Re­search Assosiates Inc., 1977.

FullMer, D.W, Principles o f Guidance. Scraton, Pensylvania: Interna­tional Book Company, 1969.

Ganshel, W.H., Microcomputer: The School and The Counseling The School School Counselor; 31, 229-233, 1984.

Goldman, L.,A View o f Counselors Future. New York: City Univercity of New York, 1976.

HansenJ.C, Stevie, R.R. & Warmer, R.W., Counseling: Theory and Process. Boston: Allyn and Bacon Inc.,1977.

Horner, J.H. & McElhaney,S.J., Prevention in Mental Health, dalamAmerican Counselor. Winter 1993, 2,1,12-17.< •

Hothersall, D., Psychology. Columbus,"Tarouto: E Merril Publishing Company, 1985. r

House, R.M. & Walter C.H., Preventing Aids Via Education, dalam Journal o f Counseling and Development. January/February, 1993,71,33, 275-281.

Drs. A bror Sodit M.Si.

144

Page 154: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

Jamal Ma’mur Asmani, Panduan Efektif Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Yogyakarta: Diva Press, 2010.

Jones, AJ., Principles o f Guidance. New York: American Book Co., 1951.

Mayers, J.E., Wellness, Prevention, Development, dalam Journal o f Coun­seling and Development, November/Desember 1992, 72, 2, 136-139.

M. Arifin, Pokok-Pokok Pikiran tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama. Jakarta: Bulan Bintang, 1999.

MD. Dahlan, Posisi Bimbingan dan Penyuluhan Pendidikan dalam Kerangka Ilmu Pendidikan (Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar dalam Pendidikanpada FTP Bandung, tanggal9 April 1988). Bandung: Depdikbud IKIP Bandung, 1988.

M. Quraisy Shihab, Wawasan Al-Qur’an: Tafsir Maudhu’i Atas Pelbagai Persoalan Uniat, Ju~ IV. Jakarta: Lentera Hati, 2002.

Muhlis Hamidy, Manusia dalam Perspektif Al-Quran. Surakarta: Primedia Press, 1997.

McDaniel,H.B., Guidance in Modern Schools. New York: The Dryden Press, 1956.

McLully,C.H., Challenge fo r Change in CounselorEducation. Alinneapolis: Buergess Publishing Company, 1963.

Mortensen, D.G. & Schmuller, G.S., Guidance in Today's Schools. New York: John Wiley & Sons Inc.,1976.

Munro, E.A., Manthey RJ. & Small,J.J., Counseling: A Skill Approach. Wellington: Methven Publication (NZ) Ltd., 1979.

Mussen, P. & Rosenzweight, M.R., Psychology. Lexington, Massachu­setts: DC. Heath and Company, 1973.

Nugent, F.A., PofesionalCounseling. Monterey, California: Books/Cole Publishing, 1981.

Daftar Pustaka

145

Page 155: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

Drs. Abror Sodik, M.Si.

Palmo, A.J. Lowry, L.A., Weldon, D.P.& Scioscia, T.M., School and Family Future Perspective For School Counselor, dalam The School Counselor, 31, 272 - 278, 1984.

Pedersen, P. Louner, WJ.& Draguns, J.g: Counseling Across Cultures. Honolulu: The University of Hawaii, 1976.

Prayitno, Konselor Masa Depan dalam Tantangn dan Harapan. Pidato Pengukuhan Sebagai Guru Besar Tetap dalam Bidang Bimbingan dan Konseling pada IKIP Padang, 1990.

Prayitno, Profesionalisasi Konseling dalam Pendidikan Konselor. Jakarta: P2LPTK Depdikbud, 1987.

Priyatno dan Erman And, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta, 1999.

Shertzer, B. & Stone.,S.,Fundamental o f Counseling. Boston: Houghton Mifflin, 1968.

Sue, D.W., Arredondo, P. & Me. Davis, R.J., Multicultural Counseling Competencies and Standars: A Call to the Professional. Journal of Counseling and Development, 70 (4), 477-486,1992.

Sutton-Smith, B., Chill, Psychology. New York: Appliton-Century- Crofts, 1973.

Thohari Musnamar, Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan & Konseling Islam. Yogyakarta: UII Press, 1992.

Thompson, C.L. & Rudolph, L.B., Counseling Children. Monterey California: Books/Cole Pulbishing Company, 1983.

Toilbert, E.L., Introduction to Counseling. New York; McGrow-Hill Book Company Inc. 1959.

Tolbert, E.L., Introduction to Guidance. Boston: Little Brown and Company, 1982.

Uman Suherman, Manajemen Bimbingan dan Konseling. Bandung: Rizqi Press, 2011.

146

Page 156: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

Daftar Pustaka

Wiggins, J.S., Renner, K.E., Clore, G.L. & Rose, R.J., Principles o f Personality. Reading, Massachusetts: Addision-Wesley Pub­lishing Company, 1971.

Wrenn, C.G., The Counselor in a Changing World. New Hampshire Avenue, N.W Washington, D.C.: American Personnel and Guidance Association, 1962.

Yuyun Suriasumantri, Filsafat Ilmu. Jakarta: Sinar Harapan, 1987.

Page 157: Drs. Abror Sodik, M.Si....sehingga penulisan buku “Pengantar Bimbingan dan Konseling” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad