drowning.docx
TRANSCRIPT
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat-Nya lah kami dapat menyelesaikan paper kepaniteraan klinik forensik yang
berjudul ” Drowning (Tenggelam) ”.
Kami mengucapkan terima kasih kepada dr. Netty Herawati, M. Ked (For) Sp.
F selaku pembimbing yang telah membantu kami sepanjang penyelesaian paper ini.
Kami juga berterima kasih kepada teman-teman yang membantu kami dalam
beberapa kesulitan yang kami hadapi.
Kami berharap paper ini berguna bagi yang membaca. Kami mohon maaf atas
kekurangan yang didapati dalam paper ini dan kami mengharapkan saran dan kritik
yang membangun demi penyempurnaan paper kami.
Langsa, 30 juni 2015,
Penulis
1
BAB I
PENDAHULUAN
Tenggelam atau Drowning didefinisikan sebagai masuknya cairan yang cukup
banyak ke dalam saluran nafas atau paru-paru. Dalam kasus tenggelam, terendamnya
seluruh tubuh dalam cairan tidak diperlukan. Yang diperlukan adalah adanya cukup
cairan yang menutupi lubang hidung dan mulut sehingga kasus tenggelam tidak
hanya terbatas pada perairan yang dalam seperti laut, sungai, danau, atau kolam
renang, tetapi mungkin pula terbenam dalam kubangan atau selokan di mana hanya
bagian muka yang berada di bawah permukaan air.1
Pengertian terbaru yang diadopsi World Health Organization (WHO) tahun
2002 menyatakan bahwa tenggelam merupakan suatu proses kejadian gangguan
pernapasan akibat perendaman (submersion) atau pencelupan (immersion) dalam
cairan. Proses kejadian tenggelam diawali dengan gangguan pernapasan baik karena
jalan nafas seseorang berada di bawah permukaan cairan (submersion) ataupun air
hanya menutupi bagian wajahnya saja (immersion).8,10
WHO menyatakan bahwa 0,7% penyebab kematian di dunia atau lebih dari
500.000 kematian setiap tahunnya disebabkan oleh tenggelam. WHO juga mencatat
pada tahun 2004 di seluruh dunia terdapat 388.000 orang meninggal karena
tenggelam dan menempati urutan ketiga kematian di dunia akibat cedera tidak
disengaja. Menurut Global Burden of Disease (GBD), angka tersebut sebenarnya
2
lebih kecil dibandingkan seluruh kasus kematian akibat tenggelam yang disebabkan
oleh banjir, kecelakaan angkutan air, dan bencana lainnya.3,4
Insiden paling banyak terjadi pada negara berkembang, terutama pada anak-
anak berumur kurang dari 5 tahun. Selain umur, faktor resiko lain yang berkontribusi
meningkatkan terjadinya kasus tenggelam di antaranya jenis kelamin terutama laki-
laki yang memiliki angka kematian dua kali lipat terhadap perempuan, penggunaan
alkohol atau penyalahgunaan obat pada 50% kasus yang melibatkan remaja maupun
dewasa, anak-anak tanpa pengawasan saat berada di air, perburukan dari kondisi
medis sebelumnya (kejang, sakit jantung, pingsan), dan percobaan bunuh diri. Kasus
tenggelam lebih banyak terjadi di air tawar (danau, sungai, kolam) sebesar 90% dan
sisanya 10% terjadi di air laut.9
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. TENGGELAM
Tenggelam adalah suatu keadaan dimana terjadi asfiksia yang menyebabkan
kematian akibat udara atmosfer tidak dapat masuk ke dalam saluran pernafasan,
karena sebagian atau seluruh tubuh berada di dalam air sehingga udara tidak mungkin
bisa memasuki saluran pernafasan.1
a. Beberapa istilah drowning :
1. Wet drowning.
Pada keadaan ini cairan masuk kedalam saluran pernafasan setelah
korban meninggal.
Tenggelam dalam air tawar
4
─ Air tawar akan cepat diserap dalam jumlah besar, sehingga terjadi
hemodilusi yang hebat sampai 72% yang berakibat terjadinya
hemolisis,
─ Oleh karena terjadi perubahan biokimiawi yang serius, dimana
kalium dalam plasma meningkat dan natrium berkurang, juga
terjadi anoksia yang hepat pada miokardium
─ Hemodilusi menyebabkan cairan dalam pembuluh darah atau
sirkulasi menjadi berlebihan, terjadi penurunan tekanan sistol dan
dalam beberapa menit terjadi fibrilasi ventrikel
─ Jantung untuk beberapa saat masih berdenyut dengan lemah, terjadi
anoksia cerebri yang hebat, hal ini menerangkan mengapa kematian
terjadi dengan cepat.
Tenggelam dalam air asin
─ Terjadi hemokonsentrasi, cairan dari sirkulasi dapat tertarik keluar
sampai sekitar 42%, dan masuk ke dalam jaringan paru-paru,
sehingga terjadi edema pulmonum yang hebat dalam waktu yang
relative singkat.
─ Pertukaran elektrolit dari air asin ke dalam darah mengakibatkan
meningkatnya hematokrit dan peningkatan kadar natrium plasma.
─ Fibrilasi ventrikel tidak terjadi; terjadinya anoksia pada miokardium
dan disertai peningkatan viskositas darah, akan menyebabkan
terjadinya payah jantung.
5
─ Tidak terjadi hemolisis, melainkan hemokonsentrasi; tekanan
sistolik akan menetap dalam beberapa menit.
2. dry drowning.
Pada keadaan ini cairan tidak masuk kedalam saluran pernafasan, akan
tetapi kematian disebabkan karena spasme laring.
3. Secondary drowning.
Terjadi gejala beberapa hari setelah korban tenggelam (dan diangkat
dari dalam air) dan korban meninggal akibat komplikasi.
4. Immersion syndrome.
Korban tiba-tiba meninggal setelah tenggelam dalam air dingin akibat
reflex vagal. Alkohol dan makan terlalu banyak merupakan faktor pencetus.
b. Berdasarkan posisi mayat/bagian tubuh yang tenggelam dibagi dua :
1. Submerse drowning adalah mati tenggelam dengan posisi sebagian tubuh
mayat masuk ke dalam air, seperti bagian kepala mayat.
2. Immerse drowning adalah mati tenggelam dengan posisi seluruh tubuh mayat
masuk ke dalam air.
c. Berdasarkan penyebab kematian dibagi dua :
1. Spasme laring (menimbulkan asfiksia)
2. Vagal refleks / cardiac arrest / kolaps sirkulasi
3. Fibrilasi ventrikel pada kasus tenggelam dalam air tawar
4. Edema paru pada kasus tenggelam dalam air asin (laut).
d. Berdasarkan cara kematian dibagi empat :
6
1. Kecelakaan
2. Undeterminate
3. Pembunuhan
4. Bunuh diri
e. Mekanisme tenggelam ada 3 macam, yaitu :
1. Beberapa korban sesaat bersentuhan dengan air yang dingin terutama leher
atau jatuh secara horizontal korban mengalami vagal reflaks.1
2. Korban saat menghirup air, air masuk ke laring menyebabkan laryngeal
spasme. Mekanisme kematian karena asfiksia. Pada korban ditemukan tanda-
tanda asfiksia tetapi tanda-tanda tenggelam pada organ dalam tidak ada
Karena air tidak masuk.1
3. Korban saat masuk ke dalam air ia akan berusaha untuk mencapai permukaan
sehingga menjadi panik dan terhirup air, batuk dan berusaha untuk ekspirasi.
Karena kebutuhan oksigen, maka ia akan lebih banyak menghirup air. Lama-
lama korban akan sianotik dan tidak sadar. Selama tidak sadar, korban akan
terus bernafas dan akhirnya paru tidak dapat berfungsi sehingga pernafasan
berhenti. Proses ini berlangsung 3-5 menit, kadang-kadang 10 menit.1
Sebab kematian pada tenggelam pada umumnya adalah asfiksia, inhibisi
vagal, dan spasme laring.
7
f. Gambaran Post Mortem
1. Pemeriksaan Mayat
Pada pemeriksaan mayat pada korban tenggelam, pemeriksa harus
seteliti mungkin agar mekanisme kematian dapat di tentukan, karena sering
kali mayat ditemukan dalam keadaan membusuk.
Hal penting yang perlu diperhatikan pada pemeriksaan adalah:4,5,8,10
a. Menentukan Identitas korban
Identitas korban ditentukan dengan memeriksa antara lain:
- Pakaian dan benda-benda milik korban
- Warna dan distribusi rambut dan identitas lain
- Kelainan dan jaringan parut
- Sidik jari
- Pemeriksaan gigi
- Teknik identifikasi lain
b. Apakah korban masih hidup sebelum tenggelam
Pada mayat yang masih segar, untuk menetukan apakah korban masih
hidup atu sudah meninggal pada saat tenggelam atau adakah
penyebab kematian lain, dapat diketahui dari hasil pemeriksaan:8
- Pemeriksaan diatom
- Pemeriksan kadar chloride darah pada jantung kiri dan kanan
8
- Benda asing dalam paru dan saluran pernapasan
- Adanya air dalam lambung dan alveoli yang secara fisik dan
kimiawi sama dengan air tempat korban tenggelam
- Pada beberapa kasus ditemukan kadar alcohol tinggi dapat
menjelaskan bahwa korban sedang dalam keracunan alcohol pada
saat masuk kedalam air.
c. Penyebab kematian yang sebenarnya dan jenis drowning
Pada mayat yang segar, gambaran pasca mati dapat menunjukkan tipe
drowning dan juga penyebab kematian lain, seperti penyakit,
keracunan atu kekerasan lain.
Pada kecelakaan di kolam renang, benturan antemortem pada tubuh
bagian atas misalnya memar pada muka, perlukaan pada vertebra
cervikalis.5,8
d. Faktor-faktor yang berperan pada proses kematian
Faktor-faktor yang berperan pada proses kematian misalnya
kekerasan, alcohol atu obat-obatan dapat ditemukan pada
pemeriksaan luar atau melalui bedah jenazah.8,10
e. Tempat korban pertama kali tenggelam
Bila kematian korban berhubungan dengan masuknya cairan kedalam
saluran pernafasan, maka pemeriksaan diatom dari air dari tempat
korban ditemukan dapat menentukan apakah korban tenggelam di
tempat itu atau di tempat lain.8,10
9
Waktu yang diperlukan untuk terbenam sangat bervariasi tergantung dari
keadaan di sekeliling korban, keadan masing-masing korban, reaksi perorangan yang
bersangkutan, keadaan kesehatan dan jumlah serta sifat cairan yang di hisap masuk ke
dalam saluran pernafasan. Korban tenggelam akan menelan air dalam jumlah yang
makin lama makin banyak, kemudian menjadi tidak sadar dalam waktu 2-12 menit.2
2. Pada pemeriksaan luar
Pakaian masih basah.1
Tanda-tanda asfiksia jelas.1,2,5,8
Mata setengah terbuka.2,4,5,9
Perdarahan berbintik (petechial haemmorrhages), dapat ditemukan pada
kedua kelopak mata, terutama kelopak mata bagian bawah.8
Muka sianosis, konjungtiva kongesti dan pupil dilatasi.5
Lidah bengkak dan terjulur keluar, sering tergigit. Pada lidah dapat
ditemukan memar atau bekas gigitan, yang merupakan tanda bahwa korban
berusaha untuk hidup, atau tanda sedang terjadi epilepsi, sebagai akibat dari
masuknya korban ke dalam air.8,10
Bibir, hidung dan ujung-ujung kuku sianosis.5
10
Dari hidung dan mulut keluar buih halus. Warna buih putih, halus dan
tahan lama. Terbentuknya buih halus tersebut adalah masuknya cairan ke
dalam saluran pernapasan merangsang terbentuknya mukus, substansi ini
ketika bercampur dengan air dan surfaktan dari paru-paru dan terkocok oleh
karena adanya upaya pernapasan yang hebat. Sedangkan pada pembusukan
buih lebih besar dan mudah pecah, dan terbentuknya pseudofoam yang
berwarna kemerahan yang berasal dari darah dan gas pembusukan.8,10
Tangan sering menggenggam erat daun-daun, ranting, rumput dan
lainnya, hal ini menunjukkan cadaveric spasme, yang merupakan tanda
penting bahwa korban sebelum tenggelam masih hidup.8,10
11
Cutis anserine terjadi karena kontraksi m. erector pili. Biasanya dijumpai
pada anggota gerak korban yang mati tenggelam di air dingin. Juga dapat
dijumpai pada fase rigor mortis.5,8, 10
Kulit ari akan mengelupas dan rambut akan mudah dicabut atau gugur
Kulit telapak tangan dan kaki menjadi keriput dan putih seperti tangan
orang yang lama mencuci (Washer women hand).5,8,10
12
Lebam mayat jelas terlihat pada kepala, leher, dan dada karena pada kasus
tenggelam kepala lebih rendah sehingga darah banyak berkumpul di
kepala. Lebam mayat berwarna lebih merah.5,8,10
Skrotum dan penis terlihat retraksi, karena kontraksi tunika dartos
disebabkan dingin.5,8,10
Luka-luka pada daerah wajah, tangan dan tungkai bagian depan dapat terjadi
akibat persentuhan korban dengan dasar sungai, atau terkena benda-benda di
sekitarnya; luka-luka tersebut seringkali mengeluarkan “darah”, sehingga
tidak jarang memberi kesan korban dianiaya sebelum ditenggelamkan.8,10
Pada ujung kuku bisa dijumpai lumpur dan pasir.8
3. Pada pemeriksaan dalam
Laring, trakea, dan cabang bronkus dapat dijumpai buih dan darah.3
Mukosanya berwarna merah oleh karena kongesti
Dalam saluran pernafasan terdapat cairan yang sama dengan cairan
tempat korban tenggelam, cairan dapat berisi lumut, lumpur, pasir,
13
ataupun tumbuhan air, bila tenggelam pada air laut dapat dijumpai Kristal
garam.
Juga dapat didapati sisa makanan pada saluran pernafasan, hal ini
disebabkan oleh pembusukan yang mengakibatkan tekanan
intraabdominen meningkat dan mendorong makanan keatas dan masuk
dalam saluran pernafasan.3
Paru-paru akan membesar sehingga terlihat jelas bekas-bekas iga pada
paru-paru, jika ditekan akan membekas dan bila dipotong akan keluar
darah dan buih. Kadang-kadang paru tidak membesar karena adhesi dari
pleura.1,3
14
Pleura dapat berwarna kemerahan dan terdapat bintik-bintik kemerahan,
perdarahan ini dapat terjadi karena adanya kompresi terhadap septum
intralveoli, atau oleh karena terjadinya fase konvulsi akibat kekurangan
oksigen.1,3
Bercak perdarahan yang besar, terjadi karena robeknya partisi
interalveolar, dan sering terlihat di bawah pleura, bercak ini disebut
bercak paltauf.3
Bercak paltauf berwarna biru kemerahan dan banyak terlihat pada bagian
bawah paru-paru, yaitu pada permukaan anterior dan permukaan antar
bagian paru-paru.3
Paru-paru pucat dengan diselingi bercak-bercak merah diantara daerah
yang berwarna kelabu. Gambaran paru-paru seperti tersebut di atas
dikenal dengan nama emphysema aquosum atau emphysema
hydroaerique.3
15
Pada wet drowning tidak dijumpai tardieu’s spot. Jantung kanan penuh
terisi darah dan jantung kiri kosong. Vena-vena membesar dan kongesti.
Pada lambung dan usus dijumpai air sesuai dengan tempat tenggelamnya.
Hepar, limpa dan ginjal kongesti dan berwarna gelap. Otak mengalami
kongesti dan hiperemis. Di telinga tengah dapat dijumpai air.3
4. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan diatom
Diatom merupakan tumbuhan/plankton/alga air uniseluler dengan
dinding terdiri dari silikat (SiO2) yang tahan panas dan kuat asam yang
berperan sebagai penghasil oksigen terbanyak di dalam air. Ada sekitar
10.000 species dan 174 genom dari diatom dengan berbagai ukuran antara 1-
500 µm. Diatom umumnya ditemukan di perairan seperti danau, bendungan,
sungai, laut dan sebagainya. Akan tetapi jumlahnya dapat rendah ataupun
tinggi di masing-masing tempat tergantung kepada iklim perairan tersebut.6
16
Ketika seseorang tenggelam, diatom masuk ke rongga paru ataupun
lambung melalui air yang teraspirasi. Air ini kemudian meningkatkan
tekanan dari rongga paru dan lama-lama akan mengakibatkan rupture dari
kapiler alveoli ketika korban masih hidup. Karena ukuran dari diatom sangat
kecil, ini tidaklah sulit bagi diatom untuk masuk ke organ dalam melalui
rongga paru dan memasuki aliran darah. Hal ini disebut sebagai DAD
(Drowning Assosiated Diatom).7
Melalui jalan masuk inilah diatom dapat memasuki hati, limfa,
jantung, ginjal, otak dan sumsum tulang dan ini hanya dapat terjadi apabila
korban masih memiliki denyut jantung sehingga diatom dapat tersebar ke
jaringan-jaringan tersebut cairan atau getah paru.
Dalam pemeriksaan forensic diatom dapat dengan mudah ditemukan
pada bagian viscera tubuh korban apabila sebelum tenggelam korban masih
hidup. Diagnosa pemeriksaan diatom dapat menjadi positif bila ditemukan
20 diatom/ 100 µl dari sediaan yang di ambil (jaringan paru).6
Outcome of the test Drowning Diatom
a = true positive + +
b = false positive - +
c = false negative + -
d = true negative - -
17
Pemeriksaan diatom biasanya dilakukan pada jaringan paru yang
merupakan organ terdekat dari jalan masuk dan merupakan jarak tempuh
terpendek dari aliran diatom bersama aliran darah korban yang masih hidup
sewaktu tenggelam. Akan tetapi hal ini biasanya dilakukan jika mayat masih
segar. Bila mayat telah membusuk, pemeriksaan diatom dilakukan dari
jaringan ginjal, otot skelet ataupun sumsum tulang paha.
Hal ini betujuan untuk menghindari adanya hasil positif palsu yang
diakibatkan karena adanya penyerapan abnormal dari paru jika korban
terlalu lama (membusuk) di air, begitu juga hati dan limpa dapat
memberikan hasil positif palsu karena adanya penyerapan abnorman dari
saluran pencernaan.6,7
b. Pemeriksaan destruksi (digesti asam) pada paru
1. Ambil jaringan paru sebanyak 150-200 gram, bersihkan lalu masukkan
ke dalam tabung Erlenmeyer, masukkan H2SO4 (asam sulfat) pekat
sampai menutup seluruh jaringan paru dan biarkan selama 24 jam
sehingga seluruh jaringan paru hancur dan seperti bubur hitam.
2. Panaskan dengan api yang kecil sampai mendidih sehingga semuanya
benar-benar hancur.
3. Tuangkan ke dalamnya beberapa tetes HNO3 (asam nitrat) pekat,
sampai warnanya kuning jernih, dinginkan dan cairan di sentrifuge.
4. Cairan di sentrifuge selama 15 menit dengan kecepatan 3000 rpm.
5. Sedimennya dicuci dengan akuades kemudian disentrifuge lagi.
Sedimennya dilihat dibawah mikroskop. Periksalah kerangka diatome
18
yang berupa sel-sel yang cerah dengan dinding bergaris-garis bentuk
bulat, panjang, dan lain-lain.
Pemeriksaan diatom positif bila pada jaringan paru ditemukan diatom
cukup banyak (4-5/LPB) atau 10-20 per satu sediaan, atau pada sumsum
tulang cukup ditemukan hanya satu.6
c. Pemeriksaan getah paru
Permukaan paru disiram dengan air bersih, iris bagian perifer, ambil
sedikit cairan perasan dari jaringan perifer paru, taruh pada gelas objek
tutp dengan kaca pentup dan lihat dengan mikroskop. Hasil dari dua
teknik di atas dibandingkan dengan pemeriksaan diatom pada air tempat
korban tenggelam, dan jika korban tenggelam di tempat tersebut, maka
diatom yang ditemukan akan menunjukkan jenis yang sama.6
g. Test kimiawi pada kasus tenggelam
1. Gettler, menunjukkan adanya perbedaan kadar clorida dari darah yang
diambil dari jantung kanan dan jantung kiri. Interpretasinya adalah korban
19
yang tenggelam di air tawar mengandung clorida lebih rendah pada jantung
kiri daripada jantung kanan.
2. Durlacher, menyatakan test yang lebih dipercaya adalah penentuan
perbedaan berat jenis plasma dari jantung kiri dan kanan.
3. Polson dan gee, berpendapat bahwa kedua test tersebut dapat dipakai sebagai
data konfirmatif dalam tenggelam, dengan catatan pemeriksaan dalam
beberapa jam setelah terbenam.
20
BAB III
KESIMPULAN
Tenggelam merupakan suatu proses kejadian gangguan pernapasan akibat
perendaman (submersion) atau pencelupan (immersion) dalam cairan. Proses kejadian
tenggelam diawali dengan gangguan pernapasan baik karena jalan nafas seseorang
berada di bawah permukaan cairan (submersion) ataupun air hanya menutupi bagian
wajahnya saja (immersion).
Kematian akibat tenggelam kadang-kadang sulit ditegakkan bila tidak ada
tanda-tanda yang dapat dijumpai baik pada pemeriksaan luar maupun pemeriksaan
dalam (autopsi). Pada mayat yang masih segar (belum terjadi pembusukan), maka
diagnosis kematian akibat tenggelam dapat dengan mudah ditegakkan melalui
pemeriksaan yang terdiri dari:
1. Pemeriksaan luar
2. Pemeriksaan dalam
3. Pemeriksaan laboratorium berupa histology jaringan, dertruksi jaringan
dan berat jenis serta kadar elektrolit darah.
Bila mayat telah membusuk, maka diagnosis kematian akibat tenggelam
dibuat berdasarkan adanya diatom yang cukup banyak pada paru-paru yang bila
disokong oleh adanya diatom pada ginjal, otot skelet atau diatom pada sumsum
tulang, maka diagnosis menjadi pasti.
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Amir A. Rangkaian Ilmu Kedokteran Forensik, Edisi kedua. Bagian Ilmu
Kedokteran Forensik dan medikolegal Fakultas Kedokteran USU, Medan.
2007. Hal: 137-141
2. Amir A. Peranan Dokter Dalam Identifikasi Korban Kecelakaan Massal,
Pidato Pengukuhan Guru Besar, USU. Medan. 2003.
3. Budiyanto A, Widiatmaka W, dkk. Ilmu Kedokteran Forensik, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Edisi II Cetakan Kedua, Balai Penerbit
FK UI. Jakarta, 2001. Hal: 64-70
4. Camps. FE. Gradwohl’s Legal Medicine. 3 ed. Bristol : John Wright dan
Sons, 1976
5. Dahlan, sofwan. Ilmu Kedokteran Forensik. Pedoman Bagi Dokter dan
Penegak Hukum. Badan penerbit Universitas Diponegoro Semarang.
2004.
6. Diatom. Anil Anggrawal’s Internet Journal of Forensic Medicine and
Toxicology. Volume 2, Number 1, January-June 2000. Forensic
Diatomology and Drowning, 2002 by Michael S. Pollanen.
7. Drowning Assosiated Diatoms. Available from :
www.icfmt.org/vol3no3.htm. Rajvinder singh, Rajinder singh, Mukesh
Kumar Thakar Department of Forensic science, Punjabi University,
Patiala-New Delhi.
22
8. Gani MH. Tenggelam (Drowning). Dalam: Ilmu Kedokteran Forensik,
Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.
Padang, 2002. Hal: 85-92.
9. Hamdani N, Ilmu Kedokteran Kehakiman edisi kedua, PT, Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta, 1992.
10. Indries, Abdul Mun’im., Tjiptomartono, Agung Legowo. 2011.
Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses Penyidikan. Sagung
Seto.
23