draft seminar

17
PERANCANGAN MODEL STRATEGI MANAJEMEN PENGETAHUAN DAN KODIFIKASI PENGETAHUAN UNTUK PENGEMBANGAN KLASTER AGROINDUSTRI BARANG JADI LATEKS DI PROPINSI JAWA BARAT DAN BANTEN 1 (Design of Knowledge Management Strategy and Knowledge Codification Model for Developing Latex Goods Industry Cluster in West Java and Banten Province) Dedy Sugiarto 2 , M. Syamsul Ma’arif 3 , Marimin 3 , Illah Sailah 3 , Sukardi 3 , Suharto H 4 ABSTRACT Knowledge management has recently played a critical role to increase competitive advantage. Recent studies about knowledge management, have tended to concentrate on company level. There are only few studies about knowledge management model for regional level or industry cluster level. This research is about knowledge management model for developing latex goods industrial cluster by taking case in West Java and Banten Province. Latex goods industries in this area are dominated by small and medium enterprises (SME) that produce dipped goods. The problems which are common problems for SME are lack of knowledge and skills of human resources in the technology, equipment and marketing network and also limited access to formal training. Design of knowledge management strategy and knowledge codification model for developing of latex products agroindustry cluster in West Java and Banten Province are the objectives of this study. Fuzzy analytical hierarchy process technique is used to determine key knowledge area and knowledge management strategy. Knowledge map, fuzzy quality function deployment (FQFD), fuzzy failure mode and effect analysis (FFMEA) and expert systems are used to codify key knowledge area for supporting cluster initiative. This research showed that innnovation and technology initiative is the most important initiative for developing latex glove cluster. Therefore knowledge about innovation and technology especially production process design and control are the key knowledge areas that should be managed to develop cluster. Combination of codification and personalization strategy is the most important knowledge ----------------------------------------------------------------- 1 Bagian dari disertasi disampaikan pada Seminar Sekolah Pascasarjana IPB 2 Mahasiswa S3 Program Studi Teknologi Industri Pertanian, SPs IPB 3 Staf Pengajar Departemen Teknologi Industri Pertanian Fateta IPB 4 Gabungan Perusahaan Karet Indonesia

Upload: faishal-makarim-kamali

Post on 04-Aug-2015

55 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Draft Seminar

PERANCANGAN MODEL STRATEGI MANAJEMEN PENGETAHUAN DAN KODIFIKASI PENGETAHUAN UNTUK PENGEMBANGAN KLASTER

AGROINDUSTRI BARANG JADI LATEKS DI PROPINSI JAWA BARAT DAN BANTEN 1

(Design of Knowledge Management Strategy and Knowledge Codification Model for Developing Latex Goods Industry Cluster in West Java and Banten Province)

Dedy Sugiarto2, M. Syamsul Ma’arif3, Marimin3, Illah Sailah3, Sukardi3, Suharto H4

ABSTRACT

Knowledge management has recently played a critical role to increase competitive advantage. Recent studies about knowledge management, have tended to concentrate on company level. There are only few studies about knowledge management model for regional level or industry cluster level. This research is about knowledge management model for developing latex goods industrial cluster by taking case in West Java and Banten Province. Latex goods industries in this area are dominated by small and medium enterprises (SME) that produce dipped goods. The problems which are common problems for SME are lack of knowledge and skills of human resources in the technology, equipment and marketing network and also limited access to formal training. Design of knowledge management strategy and knowledge codification model for developing of latex products agroindustry cluster in West Java and Banten Province are the objectives of this study. Fuzzy analytical hierarchy process technique is used to determine key knowledge area and knowledge management strategy. Knowledge map, fuzzy quality function deployment (FQFD), fuzzy failure mode and effect analysis (FFMEA) and expert systems are used to codify key knowledge area for supporting cluster initiative. This research showed that innnovation and technology initiative is the most important initiative for developing latex glove cluster. Therefore knowledge about innovation and technology especially production process design and control are the key knowledge areas that should be managed to develop cluster. Combination of codification and personalization strategy is the most important knowledge management strategy to support innovation and technology initiative. Result from the FQFD analysis showed that knowledge about compound formulation are the key process in latex dipped process. Knowledge codification media such as knowledge map, FFMEA and expert systems are constructed to codify knowledge about latex dipped goods process design and control..

Key words : knowledge management strategy, fuzzy AHP, fuzzy QFD, knowledge map, FMEA, expert systems, latex dipped goods

PENDAHULUANTeori strategi akhir-akhir ini menunjukkan bahwa sumber daya yang tak terlihat

(intangible resources) seperti pengetahuan, keahlian, motivasi, budaya, teknologi, kompetensi dan kemitraan (relationship) adalah pendorong yang paling penting untuk mencapai keunggulan bersaing yang berkelanjutan dibandingkan sumber daya yang terlihat (tangible resources) seperti bahan baku, mesin, tanah, modal dan pabrik (Marti, 2004). Pengetahuan sebagai salah satu sumber daya tak terlihat semakin menunjukkan -----------------------------------------------------------------

1 Bagian dari disertasi disampaikan pada Seminar Sekolah Pascasarjana IPB2Mahasiswa S3 Program Studi Teknologi Industri Pertanian, SPs IPB 3Staf Pengajar Departemen Teknologi Industri Pertanian Fateta IPB4Gabungan Perusahaan Karet Indonesia

Page 2: Draft Seminar

posisi strategisnya ditandai dengan kemunculan teori mengenai manajemen pengetahuan serta berbagai penerapannya di berbagai perusahaan atau organisasi. Clarke dan Turner (2004) menekankan perlunya model strategi manajemen pengetahuan yang lebih komprehensif dengan melibatkan pandangan relasional antara lain dengan pendekatan aliansi strategis dan klaster industri. Beberapa penelitian tentang manajemen pengetahuan dalam klaster industri pernah dilakukan oleh Sureephong P (2007) dan Chen Z, Xiangzhen X (2010). Namun demikian model manajemen pengetahuan pada kedua penelitian terdahulu tersebut belum terkait dengan inisiatif klaster yang paling penting untuk dilakukan dalam rangka pengembangan klaster.

Industri karet dan barang karet merupakan salah satu fokus pembangunan industri di Indonesia yang menggunakan pendekatan klaster industri. Berdasarkan data tahun 2008 yang dipublikasikan melalui www.anrpc.org oleh ANRPC (The Association of Natural Rubber Producing Countries) produsen karet alam terbesar dipegang oleh Thailand dengan jumlah produksi 3,080 juta ton karet alam, diikuti oleh Indonesia sebesar 2,855 juta ton, Malaysia 0,852 juta ton, India 0,598 juta ton, Vietnam 0,373 juta ton dan Srilanka 0,099 juta ton. Sedangkan berdasarkan data tahun 2006 yang dikutip dari www.rubberstudy.com yang diterbitkan IRSG (International Rubber Study Group) tingkat konsumsi terbesar karet alam diantara tiga negara produsen terbesar karet alam berturut-turut adalah Malaysia 34,33 %, Thailand 11,39 % dan Indonesia 9,73%. Hal ini menunjukkan masih lemahnya industri hilir karet atau barang jadi karet di Indonesia dalam menyerap produksi karet alam dalam negeri.

Di antara barang jadi karet, barang jadi lateks merupakan produk yang kandungan karetnya paling tinggi. Barang jadi lateks terdiri atas sarung tangan karet, kondom, kateter, perekat dan lain sebagainya. Saat ini industri barang jadi lateks menyerap ± 20 % dari konsumsi karet di dalam negeri. Namun, informasi mengenai strategi pengembangan industri barang jadi lateks belum banyak diungkap. Dari segi skala usaha, industri barang jadi lateks dapat melibatkan banyak industri skala kecil dan menengah. Industri barang jadi lateks umumnya tidak memerlukan teknologi yang sangat canggih. Industri ini juga diharapkan dapat memacu peningkatan konsumsi karet alam dalam negeri (Nancy, Suwardin dan Supriadi, 2001). Industri barang jadi lateks antara lain terkonsentrasi di propinsi Sumatera Utara yang didominasi antara industri berskala besar serta di propinsi Jawa Barat dan Banten yang lebih didominasi oleh industri berskala kecil dan menengah. Beberapa masalah yang dihadapi industri barang jadi lateks di Jawa Barat dan Banten adalah kurangnya pengetahuan dan keahlian dalam teknologi, peralatan dan jejaring pemasaran.

Tujuan umum dari penelitian ini adalah merumuskan model strategi manajemen pengetahuan dan kodifikasi pengetahuan untuk pengembangan klaster agroindustri barang jadi lateks skala kecil dan menengah dengan studi kasus di Jawa Barat dan Banten. Secara rinci tujuan tersebut meliputi : (1) Menentukan area pengetahuan kunci yang paling penting untuk dikelola guna pengembangan klaster; (2) Menentukan strategi manajemen pengetahuan (3) Melakukan kodifikasi dari pengetahuan yang terkait. Ruang lingkup agroindustri yang dicakup dalam penelitian ini adalah agroindustri barang celup lateks skala kecil dan menengah. Komponen-komponen sistem yang dikaji adalah pemilihan area pengetahuan kunci, pemilihan strategi manajemen pengetahuan serta kodifikasi pengetahuan.

METODOLOGI PENELITIAN

2

Page 3: Draft Seminar

Kerangka PemikiranKerangka pemikiran penelitian rekayasa model manajemen pengetahuan untuk

pengembangan agroindustri barang jadi lateks (BJL) terbagi menjadi empat bagian yaitu analisis sistem, strategi manajemen pengetahuan, kodifikasi dan diseminasi. Pengembangan agroindustri BJL dengan pendekatan klaster industri ini sesuai dengan kebijakan pemerintah untuk memperkuat dan menumbuhkan klaster-klaster industri inti antara lain industri karet dan barang karet. Selain itu pula kerja sama antar berbagai pihak yang berkepentingan dalam bentuk klaster industri diharapkan dapat memberi kesempatan tumbuhnya ruang belajar secara kolektif dimana terjadi proses berbagi pengetahuan untuk mencapai tujuan strategis pengembangan klaster tersebut.

Pengetahuan yang dikelola dalam manajemen pengetahuan haruslah pengetahuan yang paling terkait dengan tujuan strategis pengembangan klaster industri itu sendiri. Proses identifikasi pengetahuan tersebut dikemas dalam suatu model strategi pengetahuan. Model ini diawali dengan identifikasi aktor, perspektif dan tujuan strategis pengembangan klaster menggunakan model yang dikembangkan dari model Balanced scorecard.

Pengetahuan kunci tersebut kemudian dikelola dalam suatu model strategi manajemen pengetahuan. Strategi manajemen pengetahuan ini bertujuan untuk memandu dan mendefinisikan strategi, proses akuisisi pengetahuan dan kelembagaan untuk mengelola pengetahuan dalam klaster industri. Secara utuh kerangka pemikiran penelitian dapat dilihat pada gambar 1 di bawah ini.

Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian

Tata Laksana PenelitianMetode Pengumpulan Data

Pengumpulan data penelitian berdasarkan pada kebutuhan sistem yang dilakukan melalui studi pustaka dan survai lapang. Survai lapang lebih difokuskan pada pendapat pakar (expert survey) dengan wawancara yang mendalam (in-depth interview), pengisian kuesioner dan observasi lapang. Data dikumpulkan secara sengaja (purposive sampling) dari beberapa pelaku sistem antara lain staf Dinas Industri dan Perdagangan Jawa Barat, staf peneliti pada Badan Penelitian dan Teknologi Karet Bogor serta praktisi industri terkait. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer antara lain berupa pendapat pakar mengenai strategi pengetahuan, pemilihan strategi manajemen pengetahuan serta hasil akuisisi pengetahuan kunci.Teknik Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan baik primer maupun sekunder diolah dengan menggunakan dengan berbagai alat analisis sesuai dengan tujuan analisis. Model strategi pengetahuan dan model strategi manajemen pengetahuan menggunakan teknik Fuzzy AHP. Kodifikasi pengetahuan terhadap pengetahuan kunci menggunakan peta

3

Page 4: Draft Seminar

pengetahuan, Fuzzy Quality Function Deployment (FQFD), Fuzzy Failure Mode and Effect Analysis (FFMEA) dan sistem pakar.

Lokasi dan Waktu PenelitianPenelitian dilakukan di beberapa wilayah yaitu perkebunan karet dan pabrik lateks

pekat di di Purwakarta serta beberapa pabrik barang jadi lateks di Jawa Barat dan Banten.. Penelitian juga dilakukan di Balai Penelitian Teknologi Karet Bogor untuk keperluan akuisisi dan kodifikasi pengetahuan kunci. Penelitian dilakukan pada bulan September 2007 sampai dengan Mei 2010.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis SituasionalBarang jadi lateks terdiri atas berbagai produk sesuai dengan teknologi

pembuatannya. Teknologi pencelupan menghasilkan produk-produk seperti sarung tangan, balon, dot, kondom, kateter dan komponen peralatan medis seperti spygmomanometer. Teknologi pembusaan menghasilkan produk seperti bantal lateks dan kasur lateks. Teknologi ekstrusi menghasilkan produk seperti benang karet. Perusahaan barang jadi lateks di wilayah propinsi Jawa Baret dan Banten didominasi oleh industri berskala kecil dan menengah yang memproduksi barang celup lateks. Oleh karena itu agroindustri ini dapat menjadi industri inti untuk klaster skala kecil dan menengah di wilayah Jawa Barat dan Banten (Gambar 2).

GGambar 2. Pemetaan Klaster Agroindustri Barang Jadi Lateks Skala Kecil dan Menengah

di Jawa Barat dan Banten

Secara umum industri ini menghadapi masalah dalam persyaratan kualitas, tingginya biaya produksi akibat persentase cacat produk yang tinggi serta dan semakin ketatnya persyaratan pasar. Persoalan pasar tidak terlepas dari adanya persyaratan yang ketat menurut standard internasional ASTM (American Society or Testing and Materials) dan FDA (Food and Drug Administration) yang harus dipenuhi oleh pihak produsen

4

Page 5: Draft Seminar

antara lain terkait dengan kadar nitrosamine, kadar protein allergen serta bahan-bahan yang bersifat karsinogenik dan mencemarkan lingkungan.

Berdasarkan hasil studi pendekatan sistem dapat ditampilkan sistem yang dikaji dalam bentuk diagram seperti dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Diagram input-output

Model Strategi PengetahuanModel strategi ini digunakan untuk menentukan area pengetahuan kunci yang

paling terkait dengan inisiatif pengembangan klaster yang paling penting untuk dilakukan. Inisiatif tersebut dipilih berdasarkan keterkaitannya dengan tujuan strategis pengembangan klaster. Tujuan tersebut dibangun menggunakan model yang dikembangkan oleh Carpinetti (2008). Model yang dikembangkan dari model Balanced scorecard tersebut berdasarkan empat perspektif untuk mengukur kinerja suatu klaster industri yaitu Kinerja perusahaan, Hasil Sosial/Ekonomi, Efisiensi Kolektif dan Modal Sosial. Adapun tujuan-tujuan strategis dalam kinerja perusahaan adalah peningkatan pasar serta peningkatan produktivitas dan kualitas. Tujuan-tujuan strategis dalam perspektif hasil sosial/ekonomi adalah peningkatan lapangan pekerjaan, dan peningkatan ketersediaan tenaga kerja terspesialisasi, peningkatan kemampuan inovasi dan peningkatan konsumsi karet alam. Tujuan strategis dalam efesiensi kolektif adalah penurunan biaya dan peningkatan kerjasama. Tujuan strategis dalam perspektif modal sosial adalah peningkatan jumlah anggota klaster yang terlibat dalam kerjasama.Inisiatif klaster ditetapkan ada 3 yaitu inovasi dan teknologi (peningkatan kemampuan produksi, difusi teknologi dan standar teknik), kerjasama komersial (pemasaran ekspor dan pengadaan bahan baku) serta pengembangan bisnis.

5

INPUT TIDAK TERKENDALI :1. Harga bahan baku lateks pekat2. Ketersediaan dan kualitas lateks pekat3. Modal sosial

OUTPUT DIKEHENDAKI :1. Peningkatkan pendapatan unit usaha2. Peningkatan produktivitas dan kualitas3. Perluasan kesempatan kerja4. Peningkatan kemampuan inovasi5. Peningkatan ketersediaan tenaga kerja

terspesialisasi6. Peningkatan kerjasama dan jumlah

anggota klaster7. Peningkatan konsumsi karet alam

MODEL MANAJEMEN PENGETAHUAN PADA KLASTER

AGROINDUSTRIBARANG JADI LATEKS

INPUT TERKENDALI :1. Teknologi yang digunakan2. Program kemitraan

OUPUT TIDAK DIKEHENDAKI :1. Pencemaran lingkungan2. Biaya produksi tinggi3. Harga jual rendah

MANAJEMEN PENGENDALIAN

Input Lingkungan :1. Peraturan Pemerintah2. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat

Page 6: Draft Seminar

Gambar 4. Model Strategi Pengetahuan

Berdasarkan hasil verifikasi model dapat diketahui bahwa aktor yang paling penting dalam pengembangan klaster agroindustri BJL adalah lembaga pendukung dengan bobot sebesar 0,44 diikuti oleh Pemerintah (0,28) dan industri (0,26). Perspektif yang paling dipentingkan oleh masing-masing aktor adalah perpektif efisiensi kolektif dengan bobot 0,34, hasil sosial/ekonomi dengan bobot 0,29, kinerja perusahaan dengan bobot 0,29 serta perspektif modal sosial dengan bobot 0,09. Inisiatif pengembangan klaster yang memiliki bobot terbesar pada inovasi dan teknologi dengan bobot 0,53 diikuti oleh pengembangan bisnis sebesar 0,24 dan kerjasama komersial sebesar 0,22.

Model Strategi Manajemen PengetahuanBerdasarkan strategi pengetahuan dapat diketahui bahwa pengetahuan teknologi

proses merupakan pengetahuan kunci untuk pengembangan klaster agroindustri barang jadi lateks. Pemilihan strategi manajemen pengetahuan menggunakan teknik fuzzy AHP dengan alternatif strategi yaitu strategi kodifikasi, strategi personalisasi dan strategi kombinasi. Pilihan alternatif tersebut didapatkan dari Nicolas (2004) dan Wu (2007). Strategi kodifikasi menekankan pada aspek teknologi untuk akuisisi, penyimpanan dan penyebaran pengetahuan dari pakar. Strategi personalisasi menekankan pada peningkatan pertemuan atau komunikasi antar pengguna pengetahuan atau antar penguna pengetahuan dengan pakar baik secara langsung, email atau melalui portal web.

6

Page 7: Draft Seminar

Gambar 5. Model Keputusan Pemilihan Strategi Manajemen Pengetahuan

Stretagi manajemen pengetahuan yang paling sesuai untuk mengelola area pengetahuan inovasi dan teknologi proses adalah strategi kombinasi (0,54) dibandingkan dengan strategi kodifikasi (0,20) dan personalisasi (0,26). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian dari Nicolas (2004) yang menunjukkan bahwa strategi kombinasi atau sosialisasi semakin banyak digunakan (53%). Bobot kriteria yang paling dipentingkan untuk menjalankan strategi tersebut berturut-turut berdasarkan tingkat kepentingannya adalah budaya dan orang (0,48), dukungan pemerintah (0,25), komunikasi (0,15), biaya (0,08) dan waktu (0,05).

Gambar 6. Alur Pemetaan Pengetahuan Proses Pembuatan Barang Celup Lateks

7

Page 8: Draft Seminar

-----------------------------------------------------------------

1 Bagian dari disertasi disampaikan pada Seminar Sekolah Pascasarjana IPB2Mahasiswa S3 Program Studi Teknologi Industri Pertanian, SPs IPB 3Staf Pengajar Departemen Teknologi Industri Pertanian Fateta IPB4Gabungan Perusahaan Karet Indonesia

Page 9: Draft Seminar

Keterangan : SP : Sangat penting, P : Penting, CP : Cukup penting, T : Tidak ada hubungan, L : Hubungan lemah, S : Hubungan sedang, K : Hubungan kuat

Gambar 7. Gambar Penyebaran Fungsi Kualitas Fuzzy Barang Celup Lateks

9

Page 10: Draft Seminar

Kodifikasi PengetahuanKodifikasi pengetahuan mengenai disain dan pengendalian proses produksi

menggunakan teknik pemetaan pengetahuan, FQFD, FFMEA dan sistem pakar. Teknik FQFD digunakan untuk mengidentifikasi keterkaitan antar karakteristik produk dan tahapan proses serta proses yang menjadi prioritas. Teknik FFMEA digunakan untuk kodifikasi pengetahuan mengenai kegagalan proses serta mengidentifikasi pengendalian proses yang menjadi prioritas untuk diperhatikan. Sistem pakar yang dibuat antara lain adalah sistem pakar rekomendasi penanggulan kegagalan proses dalam proses produksi barang celup lateks. Basis pengetahuan sistem pakar ini menggunakan informasi dari FMEA.

Alur pemetaan pengetahuan proses pembuatan barang celup lateks dimulai dari pemilihan lateks pekat sampai dengan proses inspeksi seperti dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar 7 memperlihatkan bahwa tahapan proses yang memiliki bobot terbesar adalah proses formulasi kompon diikuti dengan pemilihan lateks pekat. Gambar 8 menggambarkan diagram konseptual dari sistem pakar yang dibangun. Pengetahuan yang diakuisisi berkisar pada pengetahuan mengenai jenis kegagalan proses, efek kegagalan proses, penyebab kegagalan proses serta upaya penanggulannya. Setelah pengetahuan diakuisisi, pengetahuan ini diorganisasir dan diatur dalam sistem berbasis-aturan (rule-based system).

Taksonomi pengetahuan yang digambarkan dalam peta pengetahuan serta sistem pakar kemudian disimpan dalam portal manajemen pengetahuan. Strategi personalisasi diwujudkan dalam bentuk forum Tanya Jawab dimana anggota klaster diperkenankan untuk memposting suatu pertanyaan ataupun memberikan respon dari pertanyaan orang lain serta expert search dimana anggota klaster dapat menemukan seorang pakar yang biodata keahliannya telah tersimpan dalam basis data.

Gambar 8. Diagram Konseptual Sistem Pakar Rekomendasi Penanggulangan Kegagalan Proses

KESIMPULAN DAN SARAN

KesimpulanAktor yang paling berperan dalam pengembangan klaster agroindusri barang

jadi lateks skala kecil dan menengah di Jawa Barat dan banten dengan agroindustri -----------------------------------------------------------------

1 Bagian dari disertasi disampaikan pada Seminar Sekolah Pascasarjana IPB2Mahasiswa S3 Program Studi Teknologi Industri Pertanian, SPs IPB 3Staf Pengajar Departemen Teknologi Industri Pertanian Fateta IPB4Gabungan Perusahaan Karet Indonesia

Page 11: Draft Seminar

barang celup lateks sebagai industri inti berturut-turut adalah Lembaga Pendukung, Pemerintah Daerah dan Industri Inisiatif pengembangan klaster yang paling penting dilakukan untuk mencapai tujuan strategis pengembangan klaster adalah inisiatif inovasi dan teknologi dengan area pengetahuan kunci yang terkait adalah pengetahuan perancangan dan pengendalian proses. Faktor yang paling dipentingkan dalam rangka implementasi strategi manajemen pengetahuan adalah faktor budaya dan orang, dikuti oleh dukungan pemerintah, komunikasi, biaya dan waktu. Strategi manajemen pengetahuan yang perlu dilakukan adalah strategi kombinasi antara kodifikasi dan personalisasi.

Pengetahuan yang penting untuk dikodifikasi pengetahuannya terkait dengan teknologi proses barang celup lateks adalah pengetahuan mengenai formulasi kompon serta pengendalian kualitas atau penanggulangan kegagalan proses.

SaranPenguatan kelembagaan dalam manajemen pengetahuan untuk suatu klaster

industri perlu terus dijaga melalui peningkatan kolaborasi antar pelaku klaster karena memang berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa faktor budaya dan orang adalah faktor yang paling menentukan untuk implementasi strategi manajemen pengetahuan.

DAFTAR PUSTAKA

Carpinetti LC, Edwin V, C Gerolamo. 2008. A measurement system for managing performance of industrial clusters. International Journal of Productivity and Performance Management. Vol 57 No. 5: 405-419

Chen Z, Xiangzhen X. 2010. Study on Construction of Knowledge Management System Based on Enhancing Core Competence of Industrial Clusters. International Journal of Business and Management Vol 5, No. 3

Clarke J, P Turner. 2004. Global Competition and the Australian Biotechnology Industry : Developing a Model of SMEs Knowledge Management Strategies. Knowledge and Process Management Vol 11 No 1 : 38-46

Kaplan RS, DP Norton. 2004. Strategy map : converting intangible assets into tangible outcomes. Boston : Harvard Business School Press

Marti J. 2004. Strategic knowledge benchmarking system (SKBS) : a knowledge-based strategic management information system for firms. Journal of knowledge management 8 : 31-49

Nancy C, D. Suwardin, M. Supriadi. 2001. Kajian Mengenai Pemasaran Lateks : Profil Petani, Industri Lateks Pekat dan Industri Barang Jadi Lateks. Jurnal Penelitian Karet

Nicolas R. 2004. Knowledge Management Impact on Decision Making Process. Journal of knowledge management 8 : 20-31

Siswanto, Suharyanto, Y Syamsu. 2003. Teknologi Terobosan Pemecahan Masalah Protein Alergen pada Lateks Alam. Balai Penelitian Teknologi Karet Bogor. http://www.ipard.com/penelitian/proteinAlergen.asp

Sureephong P. 2007. Knowledge Management System Architecture for the Industry Cluster. Proceeding The International Conference on Industrial Engineering and Engineering Management (IEEM 2007). Singapore

11

Page 12: Draft Seminar

Wu W, YT Lee. 2007. Selecting knowledge management strategies by using the analytic network process. Expert Systems with Applications 32 : 841-847

12