draft - bauk.undana.ac.id

28
1 BADAN LAYANAN UMUM UNIVERSITAS NUSA CENDANA MANAGEMENT LETTER ATAS KEPATUHAN TERHADAP KETENTUAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DAN MANAGEMENT LETTER ATAS SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL 31 DESEMBER 2019 Reviu Klien Direviu Oleh : ……………………… Tgl Reviu : ……………………… TTD : ……………………… DRAFT

Upload: others

Post on 24-Oct-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: DRAFT - bauk.undana.ac.id

1

BADAN LAYANAN UMUM UNIVERSITAS NUSA CENDANA

MANAGEMENT LETTER ATAS KEPATUHAN TERHADAP KETENTUAN

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

DAN

MANAGEMENT LETTER ATAS SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL

UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR

PADA TANGGAL 31 DESEMBER 2019

Reviu Klien

Direviu Oleh : ………………………

Tgl Reviu : ………………………

TTD : ………………………

DRAFT

Page 2: DRAFT - bauk.undana.ac.id

2

Daftar Isi

I. Management Letter atas Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-

Undangan

Lampiran A

1. Pedoman dan Landasan Hukum Yang Digunakan ............................ 6

2. Hasil Evaluasi Kepatuhan Terhadap Peraturan ..................................... 9

a. Landasan Umum (Penganggaran, Realisasi, dan Pelaporan

Keuangan) .......................................................................................... 9

b. Pengelolaan Kas ............................................................................... 10

c. Pengelolaan Piutang ....................................................................... 10

d. Pengelolaan Barang Milik Negara ................................................. 11

e. Pengadaan Barang dan Jasa (PBJ) ............................................. 12

f. Pengelolaan Pendapatan (PNBP) ................................................ 13

g. Pengelolaan Belanja BLU ................................................................. 13

II. Management Letter atas Pengendalian Internal

Lampiran B

1. Hasil Evaluasi terhadap Sistem Pengendalian Internal ...................... 21

a. Fungsi Satuan Pengawas Internal (SPI) .......................................... 21

b. Kas dan Bank ..................................................................................... 22

c. Piutang ............................................................................................... 23

d. Persediaan ......................................................................................... 23

e. Aset Tetap atau Barang Milik Negara (BMN) ............................... 27

f. Pendapatan ...................................................................................... 27

g. Pengadaan Barang dan Jasa ........................................................ 28

h. Pengelolaan Remunerasi BLU.........................................................31

DRAFT

Page 3: DRAFT - bauk.undana.ac.id

3

I

MANAGEMENT LETTER ATAS KEPATUHAN TERHADAP

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

1

DRAFT

Page 4: DRAFT - bauk.undana.ac.id

6

LAMPIRAN A

DRAFT

Page 5: DRAFT - bauk.undana.ac.id

6

BLU UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KEPATUHAN TERHADAP PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

1. Pedoman dan Landasan Hukum yang Digunakan

Pedoman dan landasan hukum yang digunakan sebagai dasar evaluasi

kepatuhan Universitas Nusa Cendana untuk tahun anggaran 2019 adalah

sebagai berikut:

1. Landasan Umum (penganggaran, realisasi, dan pelaporan keuangan)

a) Undang-undang:

- Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

- Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

- Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan

Tanggung Jawab Keuangan Negara.

- Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara

Perpajakan.

- Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan

- Nomor 42 Tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang

Dan Jasa Dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah.

- Nomor 16 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah

Pengganti Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2008 tentang

Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983

tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Menjadi

Undang-Undang.

b) Peraturan Pemerintah:

- Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan

Layanan Umum (BLU).

- Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.

- Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja

Instansi Pemerintah.

- Nomor 71 Tahun 2010 tentang Perubahan PP Nomor 24 Tahun

2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.

- Nomor 74 Tahun 2012 tentang Perubahan atas Peraturan

Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan

Keuangan Badan Layanan Umum (BLU).

c) Peraturan Menteri Keuangan:

- Nomor 91 Tahun 2007 tentang Bagan Akun Standar

- Nomor 217 Tahun 2015 tentang Standar Akuntansi Pemerintah

Berbasis Akrual

- Nomor 92 Tahun 2011 tentang Rencana Bisnis dan Anggaran

serta Pelaksanaan Anggaran Badan Layanan Umum.

- Nomor 214 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan

Menteri Keuangan Nomor 91 Tahun 2007 tentang Bagan Akun

Standar.

- Nomor 95 Tahun 2016 tentang Dewan Pengawas Badan

Layanan Umum.

- Nomor 220 Tahun 2016 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan

Keuangan Badan Layanan Umum.

DRAFT

Page 6: DRAFT - bauk.undana.ac.id

7

- Nomor 42 tahun 2017 tentang perubahan PMK 220/PMK.05/2016

tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Badan

Layanan Umum.

- Nomor 224/2016 tentang Perubahan atas PMK 219/2013 tentang

kebijakan akuntansi pemerintah pusat.

d) Peraturan Dirjen Perbendaharaan:

- Nomor 67 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pengintegrasian

Laporan Keuangan Badan Layanan Umum ke dalam Laporan

Keuangan Kementerian Negara / Lembaga.

- Nomor 65 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Laporan

Keuangan Kementerian Lembaga.

- Nomor 30 Tahun 2011 tentang Mekanisme Pengesahan

Pendapatan dan Belanja Satuan Kerja Badan Layanan Umum.

- Nomor 20 Tahun 2012 tentang Pedoman Teknis Penyusunan

Rencana Bisnis dan Anggaran Satuan Kerja Badan Layanan

Umum.

- Nomor 2 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Dirjen

Perbendaharaan Nomor 30 Tahun 2011 tentang Mekanisme

Pengesahan Pendapatan dan Belanja Satuan Kerja Badan

Layanan Umum.

- Nomor 36 tahun 2016 tentang Pedoman Pengukuran Kinerja BLU

Bidang Pendidikan.

- Nomor S-10590 Tahun 2017 tentang Penyusunan Laporan

Keuangan Badan Layanan Umum.

2. Terkait dengan Pengelolaan Kas

a) Undang-undang

- Nomor 9 Tahun 2018 tentang perubahan Nomor 20 Tahun 1997

tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).

- Nomor 17 Tahun 2003, tentang Keuangan Negara.

- Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.

- Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan

Tanggung Jawab Keuangan Negara.

b) Peraturan Pemerintah

- Nomor 22 Tahun 1997 tentang Jenis dan Penyetoran PNBP.

- Nomor 73 Tahun 1999 tentang Tata Cara Penggunaan PNBP.

- Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja

Instansi Pemerintah.

- Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 123,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165).

c) Peraturan Menteri Keuangan

- Nomor 57 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Rekening Milik

Kementerian Negara / Lembaga / Kantor / Satuan Kerja.

- Nomor 218 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pembukaan dan

Pengelolaan Rekening Milik BUN Menteri Keuangan.

DRAFT

Page 7: DRAFT - bauk.undana.ac.id

8

- Nomor 73 Tahun 2008 tentang Tata Cara Penatausahaan dan

Penyusunan Laporan Pertanggungjawaban Bendahara

Kementerian Negara / Lembaga / Kantor / Satuan Kerja.

- Nomor 5 Tahun 2010 tentang Perubahan Peraturan Menteri

Keuangan Nomor 57 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Rekening

Milik Kementerian Negara / Lembaga / Kantor / Satuan Kerja.

- Nomor 252 Tahun 2014 tentang Rekening Milik Kementerian

Negara / Lembaga / Satuan Kerja.

- Nomor 190/PMK.05/2012 tentang Tata Cara Pembayaran Dalam

Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara.

- Nomor 162/PMK.05/2013 tentang Kedudukan dan Tanggung

Jawab Bendahara Pada Satuan Kerja Pengelola Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara.

- Nomor 214/PMK.05/2013 tentang Bagan Akun Standar.

- Nomor 220/PMK.05/2016 tentang Sistem Akuntansi dan

Pelaporan Keuangan Badan Layanan Umum.

- Nomor 222/PMK.05/2016 tentang Pedoman Penyusunan dan

Penyampaian Laporan Keuangan Negara/Lembaga.

- Nomor 224/PMK.05/2016 tentang Kebijakan Akuntansi

Pemerintah Pusat.

- Nomor 230/PMK.05/2016 tentang Perubahan atas Peraturan

Menteri Keuangan Nomor 162/PMK.05/2013 tentang Kedudukan

dan Tanggung Jawab Bendahara Pada Satuan Kerja Pengelola

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

- Nomor 182/PMK.05/2017 tentang Pengelolaan Rekening Milik

Satuan Kerja Lingkup Kementerian Negara/Lembaga.

- Nomor 82/2018 tentang Pengelolaan Kas dan Investasi BLU.

- Nomor 100/2016 tentang Pedoman Umum Penyusunan Tarif

Layanan Badan Layanan Umum.

d) Peraturan Dirjen Perbendaharaan

- Nomor 47 Tahun 2009 tentang Petunjuk Pelaksanaan

Penatausahaan dan Penyusunan Laporan

Pertanggungjawaban Bendahara Kementerian Negara /

Lembaga / Kantor / Satuan Kerja.

- Nomor 62 Tahun 2009 tentang Laporan Akrual Bendahara.

- Nomor 47 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Penatausahaan,

Pembukaan, dan Pertanggungjawaban Bendahara pada

Badan Layanan Umum serta Verifikasi dan Monitoring Laporan

Pertanggungjawaban Bendahara pada Badan Layanan

Umum.

- Nomor PER-2/PB/2015 tentang Perubahan atas Peraturan Dirjen

Perbendaharaan Nomor PER-30/PB/2011 tentang Mekanisme

Pengesahan Pendapatan dan Belanja Satuan Kerja Layanan

Umum tanggal 15 Januari 2015.

- Nomor 47/PB/2017 tentang Petunjuk Teknis Penatausahaan,

Pembukaan, dan Pertanggungjawaban Bendahara pada

Badan Layanan Umum serta Verifikasi dan Monitoring Laporan

DRAFT

Page 8: DRAFT - bauk.undana.ac.id

9

Pertanggungjawaban Bendahara pada Badan Layanan

Umum.

- Buletin Teknis Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 14

tentang Akuntansi Kas.

- Nomor Kep-211/PB/2018 tentang Kodefikasi Segmen Akun Pada

Bagan Akun Standar.

3. Terkait dengan Pengelolaan Piutang

a) Undang-Undang

- Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

- Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.

- Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan

Tanggung Jawab Keuangan Negara.

b) Peraturan Pemerintah

- Nomor 14 Tahun 2005 tentang Tata Cara Penghapusan Piutang

Negara/Daerah.

- Nomor 33 Tahun 2006 tentang Perubahan Peraturan Pemerintah

Nomor 14 Tahun 2005 tentang Tata Cara Penghapusan Piutang

Negara/Daerah.

- Nomor 38 Tahun 2016 tentang Tata Cara Tuntutan Ganti Rugi.

- Nomor 35 Tahun 2017 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan

Pemerintah Nomor 14 Tahun 2005 tentang Tata Cara

Penghapusan Piutang Negara/Daerah.

- Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan

Layanan Umum.

c) Peraturan Menteri Keuangan

- Nomor 31/PMK.07/2005 tentang Tata Cara Pengajuan Usul,

Penelitian, dan Penetapan Penghapusan Piutang Perusahaan

Negara/Daerah dan Piutang Negara/Daerah.

- Nomor 112/PMK.07/2005 tentang Perubahan atas Peraturan

Menteri Keuangan Nomor 31/PMK.07/2005 tentang Tata Cara

Pengajuan Usul, Penelitian, dan Penetapan Penghapusan

Piutang Perusahaan Negara/Daerah dan Piutang

Negara/Daerah.

- Nomor 230/PMK.05/2009 tentang Penghapusan Piutang Badan

Layanan Umum.

- Nomor 214/PMK.05/2013 tentang Bagan Akun Standar.

- Nomor 69/PMK.06/2014 tentang Penentuan Kualitas Piutang dan

Pembentukan Penyisihan Piutang Tidak Tertagih pada

Kementerian Negara/Lembaga dan Bendahara Umum Negara.

- Nomor 220/PMK.05/2016 tentang Akuntansi dan Pelaporan

Keuangan Badan Layanan Umum.

- Nomor 222/PMK.05/2016 tentang Perubahan atas Peraturan

Menteri Keuangan Nomor 177/PMK.05/2015 tentang Pedoman

Penyusunan dan Penyampaian Laporan Keuangan

Kementerian Negara/Lembaga.

- Nomor 240/PMK.06/2016 tentang Pengurusan Piutang Negara.

DRAFT

Page 9: DRAFT - bauk.undana.ac.id

10

- Nomor 163/PMK.06/2011 tentang Perubahan Kedua Atas

Peraturan Menteri Keuangn Nomor 128/PMK.06/2007 tentang

Pengurusan Piutang Negara.

d) Peraturan Dirjen Perbendaharaan

- Nomor 82 Tahun 2011 tentang Pedoman Akuntansi Penyisihan

Piutang Tak Tertagih.

- Nomor 85 Tahun 2011 tentang Penyisihan Piutang PNBP

Kementerian / Lembaga.

- Nomor Kep-211/PB/2018 tentang Kodefikasi Segmen Akun pada

Bagan Akun Standar.

- Buletin Teknis Standar Akuntansi Pemerintah Nomor 16 tentang

Akuntansi Piutang Berbasis Akrual.

4. Terkait dengan Pengadaan dan Pengelolaan Barang Milik Negara /

Daerah

a) Peraturan Pemerintah

- Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara

/ Daerah.

- Nomor 27 Tahun 2014 tentang Perubahan Peraturan Pemerintah

Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara

/ Daerah.

b) Peraturan Presiden

- Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang dan Jasa

Pemerintah.

- Nomor 35 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Peraturan

Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang dan

Jasa Pemerintah.

- Nomor 70 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan

Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang dan

Jasa Pemerintah.

- Nomor 172 Tahun 2014 tentang Perubahan Ketiga atas

Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan

Barang dan Jasa Pemerintah.

- Nomor 4 Tahun 2015 tentang Perubahan Keempat atas

Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan

Barang dan Jasa Pemerintah.

- Peraturan Presiden No 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan

Barang / Jasa Pemerintah.

c) Peraturan Menteri Keuangan

- Nomor 96 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan

Penggunaan, Pemanfaatan, Penghapusan, dan

Pemindahtanganan Barang Milik Negara.

- Nomor 120 Tahun 2007 tentang Penatausahaan Barang Milik

Negara.

DRAFT

Page 10: DRAFT - bauk.undana.ac.id

11

- Nomor 109/PMK.06 Tahun 2009 tentang Pedoman Pelaksanaan

Inventarisasi, Penilaian, dan Pelaporan dalam Rangka

Penertiban Barang Milik Negara.

- Nomor 33 Tahun 2012 tentang Tata Cara Pelaksanaan Sewa

Barang Milik Negara.

- Nomor 78 Tahun 2014 tentang Tata Cara Pelaksanaan

Pemanfaatan Barang Milik Negara.

- Nomor 90 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Peraturan

Menteri Keuangan Nomor 1 Tahun 2013 tentang Penyusutan

Barang Milik Negara berupa Aset Tetap pada Entitas Pemerintah

Pusat.

- Nomor 57 Tahun 2016 tentang Tata Cara Pelaksanaan Sewa

Barang Milik Negara.

- Nomor 87 Tahun 2016 tentang Perubahan atas PMK Republik

Indonesia Nomor 246 Tahun 2014 tentang Tata Cara

Pelaksanaan Penggunaan Barang Milik Negara.

- Nomor 136 Tahun 2016 tentang Pengelolaan Aset pada Badan

Layanan Umum.

- Buletin Teknis Nomor 15 tentang Akuntansi Aset Tetap berbasis

Akrual.

5. Terkait dengan Remunerasi (Insentif Kinerja)

a) Keputusan Menteri Keuangan

- Nomor 831/KMK.05 Tahun 2007 tentang Penetapan Remunerasi

Bagi Pejabat Pengelola, Dewan Pengawas, dan Pegawai

Badan Layanan Umum Universitas Nusa Cendana pada

Kementrian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.

b) Peraturan Rektor Universitas Nusa Cendana.

- Nomor 06 Tahun 2018 tentang Pedoman Pelaksanaan

Remunerasi di Lingkungan Universitas Nusa Cendana.

- Nomor 17 Tahun 2018 tentang Rubrik Kinerja Pendidik dan

Tenaga Kependidikan di Lingkungan Universitas Nusa Cendana.

2. Hasil Evaluasi Kepatuhan terhadap Peraturan

a. Landasan Umum (Penganggaran, Realisasi, dan Pelaporan

Keuangan)

Sesuai dengan peraturan yang terkait penganggaran, realisasi, dan

pelaporan keuangan, bahwa Badan Layanan Umum yang

selanjutnya akan disebut BLU harus menyusun Rencana Bisnis dan

Anggaran (RBA) tahunan dan Laporan Keuangan. BLU telah

menyusun RBA tahun 2019 dengan mengacu kepada Rencana

Strategis Bisnis (RSB) tahun 2016 sampai dengan 2020.

Berdasarkan evaluasi terhadap laporan dan dokumen pendukung

serta hasil wawancara, RBA Tahun 2019 Universitas Nusa Cendana

telah disusun tertanggal 21 Maret 2019, diketahui oleh Dewan

Pengawas dan disetujui oleh Menteri Riset, Teknologi, dan

Pendidikan Tinggi.

DRAFT

Page 11: DRAFT - bauk.undana.ac.id

12

b. Pengelolaan Kas

Sesuai dengan peraturan yang terkait pengelolaan kas, bahwa BLU

harus melakukan pengelolaan kas sesuai Tata Cara Penatausahaan

dan Penyusunan Laporan Pertanggungjawaban Bendahara.

Menteri / Pimpinan Lembaga mengangkat Bendahara

Penerimaan/ Pengeluaran untuk melaksanakan tugas-tugas

kebendaharaan pada satuan kerja Kementerian Negara /

Lembaga. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) melakukan

pemeriksaan kas sekurang-kurangnya satu kali dalam satu bulan.

Tugas kebendaharaan meliputi kegiatan menerima, menyimpan,

membayar atau menyerahkan, menatausahakan, dan

mempertanggungjawabkan uang dan surat berharga yang berada

dalam pengelolaannya. Bendahara Penerimaan / Pengeluaran

adalah pejabat fungsional yang, secara fungsional bertanggung

jawab kepada Kuasa BUN atas pengelolaan uang yang menjadi

tanggung jawabnya. Bendahara Pengeluaran / Bendahara

Pengeluaran Pembantu (BPP) tidak boleh merangkap sebagai

Bendahara Penerimaan, demikian pula sebaliknya, kecuali dalam

hal tertentu dengan kondisi tertentu dengan ijin Bendahara Umum

Negara (BUN) / Kuasa Bendahara Umum Negara. Berdasarkan

Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 73 Tahun 2008 tentang

Tata Cara Penatausahaan dan Penyusunan Laporan

Pertanggungjawaban Bendahara Kementerian Negara /

Lembaga/Kantor / Satuan Kerja pasal 15 ayat 1, bahwa Pejabat

Pembuat Komitmen (PPK) menyampaikan Surat Permintaan

Pembayaran (SPP) berikut kelengkapannya kepada Pejabat

Penandatangan Surat Perintah Membayar (PP SPM) untuk diuji

kebenarannya dan diterbitkan Surat Perintah Membayar (SPM).

Berdasarkan evaluasi terhadap laporan dan dokumen pendukung

serta hasil wawancara, tidak ditemukan ketidakpatuhan dalam

pengelolaan kas BLU.

c. Pengelolaan Piutang

Sesuai dengan peraturan yang terkait pengelolaan piutang, bahwa

piutang BLU harus dikelola dan diselesaikan secara tertib, efisien,

ekonomis, transparan, dan bertanggung jawab serta dapat

memberikan nilai tambah, sesuai dengan praktek bisnis yang sehat.

Pedoman pengelolaan piutang BLU paling kurang mencakup:

prosedur dan persyaratan pemberian piutang; penatausahaan dan

akuntansi piutang; tatacara penagihan piutang, penghapusan

piutang dan pelaporan piutang.

Berdasarkan evaluasi terhadap laporan dan dokumen pendukung

serta hasil wawancara, tidak ditemukan ketidakpatuhan dalam

pengelolaan piutang.

DRAFT

Page 12: DRAFT - bauk.undana.ac.id

13

d. Pengelolaan Barang Milik Negara (BMN)

Sesuai dengan peraturan yang terkait pengelolaan Barang Milik

Negara yang selanjutnya akan disebut BMN, adalah bahwa

pengelolaan BMN/D dilaksanakan berdasarkan asas fungsional,

kepastian hukum, transparansi, efisiensi, akuntabilitas, dan kepastian

nilai. Pengelolaan BMN meliputi: perencanaan, kebutuhan dan

penganggaran, pengadaan, penggunaan, pemanfaatan,

pengamanan dan pemeliharaan, penilaian, pemindahtanganan,

pemusnahan, penghapusan, penatausahaan, dan pembinaan,

pengawasan dan pengendalian.

Berdasarkan evaluasi terhadap laporan dan dokumen pendukung

serta hasil wawancara, ditemukan adanya ketidakpatuhan dalam

pengelolaan Barang Milik Negara pada BLU. Kondisi

1. Saat dilakukan uji petik cek fisik BMN untuk pengadaan peralatan pendukung perkantoran di BAUK tahun 2019 pada tanggal 4 Maret 2020, dengan total nilai kontrak Rp. 599.479.000, diperoleh hasil pemeriksaan terhadap 12 item belum diberi kode inventaris BMN, dengan rincian sebagai berikut:

No. Nama Item Lokasi Item Nominal

1 Laptop - Asus ROG S BAUK 1 Rp 20.920.000

2 PC AIO Lenovo BAUK 10 Rp 97.000.000

3 Scanner Brother BAUK 1 Rp 13.250.000

2. Aset Tak Berwujud (ATB) berupa Hak Paten dan Hak atas

Kekayaan Intelektual (HaKI) milik BLU Universitas Nusa Cendana tidak dicatat atau diungkap sebagai ATB pada Laporan Keuangan dan Laporan BMN tahun 2019 BLU Universitas Nusa Cendana.

Kriteria 1. PMK No.109/PMK.06 Tahun 2009 tentang Pedoman

Pelaksanaan Inventarisasi, Penilaian, dan Pelaporan dalam Rangka Penertiban Barang Milik Negara pasal 21 ayat (3c) yang menyebutkan “pelaksanaan cek fisik dilakukan dengan cara meneliti pengkodean dan pelabelan”, dan PMK No. 120/PMK.06/2007 tentang Penatausahaan BMN Pasal 14 ayat (1) yang menyatakan bahwa “dalam penatausahaan BMN dibuat penggolongan dan kodefikasi untuk setiap satuan BMN”.

2. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah, pada Pasal 7 ayat (2) huruf (c) menyatakan bahwa “Kuasa Pengguna Barang Milik Negara berwenang dan bertanggung jawab melakukan pengawasan dan pengendalian atas Penggunaan Barang Milik Negara yang berada dalam penguasaannya”.

DRAFT

Page 13: DRAFT - bauk.undana.ac.id

14

3. Buletin Teknis Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 17 tentang ATB berbasis akrual pada Bab II dan Bab III Aset Tidak Berwujud:

a. Sub bab 2.1 menyatakan bahwa “Aset tak berwujud adalah

aset non keuangan yang dapat diidentifikasi dan tidak

mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam

menghasilkan barang atau jasa atau digunakan untuk tujuan

lainnya termasuk hak atas kekayaan intelektual. Definisi ATB

mensyaratkan bahwa ATB harus memenuhi kriteria dapat

diidentifikasi, dikendalikan oleh entitas, dan mempunyai

masa manfaat ekonomi masa depan”.

b. Sub bab 2.3 menyatakan bahwa “hak paten merupakan hak

eksklusif yang diberikan negara kepada inventor atas

invensinya di bidang teknologi, yang untuk selama waktu

tertentu melaksanakan sendiri invensinya tersebut atau

memberikan persetujuan kepada pihak lain untuk

melaksanakan”.

c. Sub bab 3.1.3 menyatakan bahwa “hak paten adalah salah

satu jenis ATB yang kemungkinan dapat berasal dari hasil

kajian dan pengembangan atas penelitian yang dilakukan

pemerintah atau pendaftaran atas suatu kekayaan/warisan

budaya/sejarah yang dimiliki”.

Dampak 1. Tidak terdapatnya kode atau label pada BMN menimbulkan

potensi kehilangan BMN. 2. Penyajian Saldo Aset Tak Berwujud (ATB) pada Laporan

Keuangan tahun 2019 belum memadai.

Saran 1. Universitas Nusa Cendana segera menertibkan pelabelan kode

barang pada BMN. 2. BMN segera menginventarisir aset tak berwujud berupa Hak

Paten dan Hak atas Kekayaan Intelektual (HaKI) serta melakukan pengukuran, mencatat dan atau mengungkapkan aset tak berwujud tersebut pada Laporan Keuangan dan Laporan BMN tahun 2019.

Tanggapan Manajemen

......................................................................................................................

......................................................................................................................

......................................................................................................................

e. Pengadaan Barang dan Jasa (PBJ)

Sesuai dengan peraturan yang terkait pengadaan barang dan jasa,

bahwa pengadaan Barang /Jasa (PBJ) Pemerintah yang

selanjutnya disebut dengan PBJ adalah kegiatan untuk

memperoleh Barang /Jasa oleh Kementerian / Lembaga / Satuan

Kerja Perangkat Daerah / Institusi yang prosesnya dimulai dari

perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh kegiatan

DRAFT

Page 14: DRAFT - bauk.undana.ac.id

15

untuk memperoleh Barang /Jasa. Organisasi PBJ untuk Pengadaan

melalui Penyedia Barang /Jasa maupun Swakelola terdiri atas:

PA/KPA, PPK, ULP/Pejabat Pengadaan, dan Panitia/Pejabat

Penerima Hasil Pekerjaan.

Berdasarkan evaluasi terhadap laporan dan dokumen pendukung

serta hasil wawancara, ditemukan adanya ketidakpatuhan dalam

pengelolaan Pengadaan Barang/Jasa.

Kondisi

1. Pada uji petik pengadaan pekerjaan konstruksi tahun 2019,

ditemukan belum konsistennya metode pembayaran yang

tayang pada LPSE dan dokumen kontrak.

a. Pembangunan Gedung Klinik Hewan, pada LPSE metode

pembayaran yang digunakan adalah lumpsum, tetapi pada

pelaksanaan kontrak menggunakan harga satuan.

b. Pembangunan Gedung Auditorium, pada LPSE metode

pembayaran yang digunakan adalah lumpsum, tetapi pada

pelaksanaan kontrak menggunakan harga satuan.

2. Pada uji petik pengadaan tahun 2019, ditemukan dua

pekerjaan konstruksi yang hampir sama, tetapi sistem

pengadaan yang digunakan berbeda:

a. Pembangunan Klinik Hewan: Tender - Pascakualifikasi Dua File

- Sistem Nilai

b. Pembangunan Lanjutan Pembangunan Gedung Auditorium:

Tender – Pascakualifikasi Satu File –Sistem Nilai

3. Belum optimalnya fungsi pengendalian pelaksanaan pekerjaan

pada sampling kontrak pekerjaan konstruksi yang terlambat:

a. Pembangunan Gedung Klinik Hewan sampai dengan cut off

31 Desember 2019, progres fisik yang dicapai adalah sekitar

90%. Penyebab keterlambatan antara lain karena belum

siapnya lahan pada saat awal konstruksi dimulai.

b. Pembangunan Gedung Auditorium sampai dengan cut off

31 Desember 2019, progres fisik yang dicapai adalah sekitar

90%. Penyebab keterlambatan antara lain karena

terlambatnya pengadaan material kaca oleh kontraktor

pelaksana.

Kriteria

1. Perpres No 16 Tahun 2018 pasal 20 dinyatakan bahwa

Pemaketan Pengadaan Barang/Jasa dilakukan dengan

berorientasi pada:

a. keluaran atau hasil;

b. volume barang/jasa;

c. ketersediaan barang/jasa;

d. kemampuan Pelaku Usaha; dan/atau

e. ketersediaan anggaran belanja.

DRAFT

Page 15: DRAFT - bauk.undana.ac.id

16

2. Dalam melakukan pemaketan Pengadaan Barang/Jasa,

dilarang:

a. menyatukan atau memusatkan beberapa paket

Pengadaan Barang/Jasa yang tersebar di beberapa

lokasi/daerah yang menurut sifat pekerjaan dan tingkat

efisiensinya seharusnya dilakukan di beberapa lokasi/daerah

masing-masing;

b. menyatukan beberapa paket Pengadaan Barang/Jasa

yang menurut sifat dan jenis pekerjaannya harus dipisahkan;

c. menyatukan beberapa paket Pengadaan Barang/Jasa

yang besaran nilainya seharusnya dilakukan oleh usaha kecil;

dan/atau memecah Pengadaan Barang/Jasa menjadi

beberapa paket dengan maksud menghindari Tender/

Seleksi.

Dampak

Ketidakpatuhan atas kewajiban transparansi dalam pelaksanaan

pengadaan, maka kegiatan pelaksanaan PBJ pada Universitas

Nusa Cendana menjadi rawan disalahgunakan dan pengendalian

yang lemah.

Saran

1. Untuk meminimalkan ketidakkonsistenan sistem pengadaan dan

metode pembayaran yang tayang pada LPSE dan dokumen

kontrak, maka perlu dioptimalkan fungsi pengendalian pada

UKPBJ.

2. Untuk meminimalkan terjadinya keterlambatan penyelesaian

pekerjaan, maka perlu dioptimalkan fungsi pengendalian

pelaksanaan kontrak oleh PPK.

Tanggapan Manajemen

......................................................................................................................

......................................................................................................................

......................................................................................................................

f. Pengelolaan Pendapatan (PNBP)

Sesuai dengan peraturan yang terkait pengelolaan pendapatan,

bahwa pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat

ekonomi yang timbul dari aktivitas BLU selama satu periode yang

mengakibatkan penambahan ekuitas bersih. Pendapatan usaha

dari jasa layanan dan pendapatan usaha lainnya diakui pada saat

diterima atau hak untuk menagih timbul sehubungan dengan

adanya barang / jasa yang diserahkan kepada masyarakat.

Pendapatan usaha dari jasa layanan dan pendapatan usaha

lainnya dicatat sebesar nilai wajar imbalan yang diterima atau yang

dapat diterima. Pendapatan disajikan secara terpisah pada

laporan keuangan untuk setiap jenis pendapatan. Rincian jenis

pendapatan diungkapkan pada Catatan Atas Laporan Keuangan.

Sesuai dengan PMK No. 76 Tahun 2008 tentang Pedoman Akuntansi

DRAFT

Page 16: DRAFT - bauk.undana.ac.id

17

BLU, basis akuntansi yang digunakan pengelolaan keuangan BLU

adalah basis akrual. Di samping itu, sesuai dengan PP No. 71 Tahun

2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), paling lambat

tahun anggaran 2015, BLU juga harus menerapkan SAP berbasis

akrual.

Berdasarkan evaluasi terhadap laporan dan dokumen pendukung serta hasil wawancara, tidak ditemukan ketidakpatuhan dalam pengelolaan pendapatan (PNBP).

g. Pengelolaan Belanja BLU

Sesuai dengan peraturan yang terkait, belanja adalah penurunan

manfaat ekonomi selama satu periode akuntansi dalam bentuk arus

keluar kas atau berkurangnya aset atau terjadinya kewajiban yang

mengakibatkan penurunan ekuitas bersih. Belanja BLU

diklasifikasikan sebagai berikut: Belanja Layanan, Belanja Umum dan

Administrasi, Belanja Lainnya, Rugi Penjualan Aset Non Lancar,

Belanja dari Kejadian Luar Biasa. Belanja diakui pada saat terjadinya

penurunan manfaat ekonomi masa depan yang berkaitan dengan

penurunan aset atau peningkatan kewajiban dan dapat diukur

dengan andal. Belanja dan kerugian dicatat sebesar: jumlah kas

yang dibayarkan jika seluruh pengeluaran tersebut dibayar pada

periode berjalan, jumlah belanja periode berjalan yang harus

dibayar pada masa yang akan datang, alokasi sistematis untuk

periode berjalan atas belanja yang telah dikeluarkan, jumlah

kerugian yang terjadi. Belanja disajikan pada laporan keuangan

terpisah untuk setiap jenis. Rincian jenis belanja diungkapkan pada

Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK). Sesuai dengan PMK No. 76

Tahun 2008 tentang Pedoman Akuntansi BLU, basis akuntansi yang

digunakan pengelolaan keuangan BLU adalah basis akrual. Di

samping itu, PP No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi

Pemerintahan (SAP), paling lambat tahun anggaran 2015, BLU

sebagai institusi pemerintah juga harus menerapkan SAP berbasis

akrual.

Berdasarkan evaluasi terhadap laporan dan dokumen pendukung serta hasil wawancara ditemukan ketidakpatuhan dalam pengelolaan belanja pada Badan Layanan Umum.

DRAFT

Page 17: DRAFT - bauk.undana.ac.id

18

Kondisi

Terdapat kelebihan pembayaran tunjangan profesi dosen atas lima

dosen Universitas Nusa Cendana yang sedang tugas belajar sebesar

Rp 57.943.045, dengan rincian pada tabel berikut:

Nama Fakultas Tugas

Belajar Gol

Periode

tahun

2019

TSD Bruto

(Rp)

Pajak

Telah

Disetor

(Rp)

TSD Neto

(Lebih

Bayar)

(Rp)

Lusia Sulo

Marimpan

FAPERTA UGM III/D Sep-Des 13.644.000 682.200

12.961.800

Abdul Wahid FST UB IV/A Sep 4.024.400 603.660 3.420.740

Fransiskus

Geroda

Mado

FKM UNHAS III/C Sep-Des 13.933.180 696.830 13.236.350

I Komang

Arthana

FISIP UB III/B Sep-Des 11.442.000 572.100 10.689.900

Sintha Lisa

Purimahua

FKM UNHAS III/D Sep-Des 18.372.900 918.645 17.454.255

TOTAL 61.416.480 3.473.435 57.943.045

Kriteria

1. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2009 tentang Dosen,

Pasal 32 ayat (1) menyebutkan bahwa selain cuti sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 31, dosen dapat memperoleh cuti untuk

studi dan penelitian atau untuk pengembangan ilmu

pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan/atau olahraga

dengan tetap memperoleh gaji pokok, tunjangan yang melekat

pada gaji, serta penghasilan lainnya berupa tunjangan profesi,

tunjangan khusus, tunjangan kehormatan, serta maslahat

tambahan yang terkait dengan tugas sebagai dosen secara

penuh.

2. Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2007 tentang Tunjangan

Dosen, pada Pasal 7 huruf b menyebutkan bahwa tunjangan

dosen tidak diberikan kepada dosen yang dibebaskan

sementara dari jabatannya.

3. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia

Nomor 48 Tahun 2009, tanggal 12 Agustus 2009, tentang

Pedoman Pemberian Tugas Belajar Bagi Pegawai Negeri di

Lingkungan Departemen Pendidikan Nasional Pasal 19.

4. Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Nomor

20 Tahun 2017 tentang Pemberian Tunjangan Profesi Dosen dan

DRAFT

Page 18: DRAFT - bauk.undana.ac.id

19

Tunjangan Kehormatan Profesor Pasal 3 ayat (1), Pasal 5 ayat (1)

huruf c, dan Pasal 6 huruf a.

5. Surat Edaran Kepala Biro Kepegawaian Departemen Pendidikan

Nasional Nomor 4159/A4.3/KP/2010 tanggal 27 Januari 2010.

6. Surat Edaran Menteri PAN dan RB Nomor 04 Tahun 2013 tentang

Pemberian Tugas Belajar dan Izin Belajar, pada Nomor 3.1 huruf

m poin (6) yang menyebutkan bahwa jangka waktu

pelaksanaan Program Strata III (S-3) atau setara, paling lama 4

(empat) tahun.

7. Surat Edaran Kepala Biro Kepegawaian Departemen Pendidikan

Nasional Nomor 23327/A4.5/KP/2009 tanggal 14 Mei 2009

tentang Penegasan Dari Aspek Kepegawaian Tentang Dosen

yang Tugas Belajar dan Kaitannya dengan Sertifikat Dosen.

Dampak

Permasalahan tersebut mengakibatkan kelebihan pembayaran

tunjangan profesi dosen sebesar Rp. 57.943.045.

Saran

Atas kelebihan pembayaran tunjangan sertifikasi dosen tersebut

untuk segera disetorkan kembali ke kas negara.

Tanggapan Manajemen

......................................................................................................................

......................................................................................................................

......................................................................................................................

DRAFT

Page 19: DRAFT - bauk.undana.ac.id

20

II

MANAGEMENT LETTER

TERHADAP

SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL

DRAFT

Page 20: DRAFT - bauk.undana.ac.id

23

LAMPIRAN B

DRAFT

Page 21: DRAFT - bauk.undana.ac.id

24

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL

1. Hasil Evaluasi Kepatuhan terhadap Sistem Pengendalian Internal

a. Dewan Pengawas

Dewan Pengawas Universitas Nusa Cendana telah terbentuk

berdasarkan Surat Keputusan Kementerian Riset Teknologi dan

Pendidikan Tinggi No. 53/M/KPT/2019 tertanggal 1 Februari 2019 tentang

Penetapan Dewan Pengawas Universitas Nusa Cendana. Berdasarkan

SK tersebut berikut susunan Dewan Pengawas pada BLU Universitas

Nusa Cendana:

Ketua : Prof. Dr. Yohanes Indrayana, MM. (Kemenristekdikti),

Anggota : Prof. Dr. Paulina Pannen, M.Ls. (Kemenristekdikti),

: Izaak Frangky Amalo, SH. (PT. Jamkrida NTT),

: Lydia Kurniawati Christyana, MM. (Kemenkeu),

: Ngakan Putu Tagel, SE. (Kemenkeu),

Sekretaris Dewas : Dr. Hamzah Huri Wulakada, SP., M.Si.,

Berdasarkan pertemuan dan wawancara dengan salah satu Dewan

Pengawas, dapat diketahui beberapa hal sebagai berikut:

1. Dewan Pengawas telah melakukan pertemuan dengan Pemimpin

BLU sebanyak 4(empat) kali selama tahun 2019.

2. Laporan Dewan Pengawas Semester I tahun 2019 telah dibuat dan

dilaporkan.

3. Laporan Dewan Pengawas Semester II tahun 2019 telah dibuat dan

dilaporkan.

b. Satuan Pengawasan Internal (SPI)

Fungsi Satuan Pengawasan Internal (SPI) melakukan pengawasan

pengelolaan Badan Layanan Umum yang selanjutnya akan disebut

dengan BLU yang dilakukan oleh pejabat pengelola BLU terhadap

pelaksanaan Rencana Strategis Bisnis (RSB), Rencana Bisnis dan

Anggaran (RBA), RKA K/L, DIPA dan peraturan terhadap peraturan

perundang-undangan.

Pada tahun 2019, SPI Universitas Nusa Cendana sudah menjalankan

tugas Standar Monev Laporan penyerapan anggaran, Reviu Laporan

Keuangan serta monitoring tindak lanjut temuan BPK, Irjen, KAP dan SPI

sendiri.

Berdasarkan evaluasi terhadap laporan dan dokumen pendukung serta hasil wawancara, SPI Undana telah menjalankan tugasnya secara

efektif.

DRAFT

Page 22: DRAFT - bauk.undana.ac.id

25

c. Kas dan Bank

Pengendalian internal kas dan bank bertujuan melindungi kas dan bank

agar informasi mengenai kas dan bank lebih dapat dipercaya.

Rancangan pengendalian internal penerimaan kas dan bank paling

tidak adalah sebagai berikut: petugas yang menangani urusan

penerimaan kas dan bank tidak boleh merangkap sebagai pelaksana

pembukuan / pencatatan atas penerimaan kas dan bank tersebut,

sebaliknya petugas yang bertanggungjawab pada pembukuan tidak

boleh bertanggungjawab pada pengurusan kas dan bank. Setiap kali

penerimaan kas dan bank harus segera dicatat, BLU harus mencatat

formulir-formulir secara cermat sesuai dengan kebutuhan, dan

menggunakannya dengan benar. Penerimaan kas setiap hari harus

disetorkan seluruhnya ke bank, hal ini dilakukan agar petugas yang

menangani kas tidak mempunyai kesempatan untuk menggunakan

kas BLU untuk kepentingan pribadi.

Berdasarkan evaluasi terhadap laporan dan dokumen pendukung serta hasil wawancara, tidak ditemukan kelemahan pengendalian internal

dalam pengelolaan kas dan bank BLU.

d. Piutang

Pengendalian internal piutang bertujuan melindungi piutang dan agar

informasi mengenai piutang lebih dapat dipercaya. Pengendalian

internal piutang paling tidak adalah sebagai berikut: meyakini

kebenaran jumlah piutang yang ada yang benar-benar menjadi hak

milik perusahaan, meyakini bahwa piutang yang ada dapat ditagih

(collectible), ditaatinya kebijakan-kebijakan mengenai piutang, dan

piutang aman dari upaya penyalahgunaan. Output dari sistem

pengendalian internal piutang adalah berupa informasi piutang

layanan dan piutang lainnya yang tersaji dalam laporan keuangan.

Berdasarkan evaluasi terhadap laporan dan dokumen pendukung serta hasil wawancara, ditemukan kelemahan pengendalian internal dalam pengelolaan piutang.

Kondisi

Pada tanggal 30 September 2019 terdapat jurnal umum yang telah

dibuat dalam rangka koreksi saldo awal akun penyisihan piutang tak

tertagih-piutang BLU pelayanan pendidikan senilai Rp 34.505.500,-.

Koreksi tersebut dicatat dengan mengkreditkan akun beban penyisihan

piutang BLU pelayanan pendidikan.

Dampak

Hal ini berdampak pada nilai akun beban penyisihan piutang BLU

pelayanan pendidikan menjadi bersaldo negatif.

Saran

Untuk koreksi atas transaksi tahun sebelumnya dicatat dengan

mengkreditkan akun koreksi lain-lain pada ekuitas.

DRAFT

Page 23: DRAFT - bauk.undana.ac.id

26

Tanggapan Manajemen

...........................................................................................................................

...........................................................................................................................

...........................................................................................................................

e. Persediaan

Pengendalian internal persediaan bertujuan melindungi persediaan

dan agar informasi mengenai persediaan lebih dapat dipercaya.

Pengendalian internal persediaan dapat dilakukan dengan melakukan

tindakan pengamanan dan mematuhi aturan yang telah ditetapkan

untuk mencegah terjadinya kerusakan, pencurian, kelalaian di dalam

menyimpan persedian maupun tindakan menyimpang lainnya. Untuk

itu diperlukan adanya sistem dan prosedur yang mampu membuat

suatu kegiatan ataupun transaksi dapat terkendali sehingga kesalahan

atau penyimpangan yang terjadi dalam pengelolaan persediaan

dapat diminimalisir dengan baik.

Berdasarkan evaluasi terhadap laporan dan dokumen pendukung

serta hasil wawancara, tidak ditemukan kelemahan pengendalian

internal dalam pengelolaan persediaan.

f. Aset Tetap atau Barang Milik Negara (BMN)

Pengendalian internal aset tetap bertujuan melindungi aset tetap dan

agar informasi mengenai aset tetap lebih dapat dipercaya.

Pengendalian internal aset tetap dapat dilakukan dengan melakukan

tindakan pengamanan dan mematuhi aturan yang telah ditetapkan

untuk mencegah terjadinya kerusakan, pencurian, kelalaian di dalam

pengelolaan aset tetap maupun tindakan menyimpang lainnya. Untuk

itu diperlukan adanya sistem dan prosedur yang mampu membuat

suatu kegiatan ataupun transaksi dapat terkendali sehingga kesalahan

atau penyimpangan yang terjadi terhadap pengelolaan aset tetap

dapat diminimalisir dengan baik.

Berdasarkan evaluasi terhadap laporan dan dokumen pendukung

serta hasil wawancara, ditemukan kelemahan pengendalian internal

dalam pengelolaan Barang Milik Negara

Kondisi

1. Laporan Keuangan Undana tahun 2019 (unaudited) menyajikan

saldo Aset Tak Berwujud pada Neraca senilai Rp. 1.293.518.700

dengan rincian sebagai berikut:

Uraian Nilai

Software Rp. 1.243.523.700

ATB Lainnya Rp. 49.995.000

Total Rp. 1.293.518.700

DRAFT

Page 24: DRAFT - bauk.undana.ac.id

27

Pada saat pemeriksaan, terdapat sebanyak 34 ATB dalam kondisi

rusak berat, dan sudah tidak digunakan lagi dalam operasional BLU.

Nilai perolehan dari ATB dalam kondisi rusak berat, sebanyak 34 ATB,

senilai Rp.1.257.541.700, (rincian terlampir).

2. Laporan Keuangan Universitas Nusa Cendana tahun 2019

(unaudited) menyajikan nilai Konstruksi Dalam Pengerjaan (KDP) Rp.

106.792.172.721, dijelaskan dalam CaLK tahun 2019 nilai tersebut

terdiri dari 39 NUP.

Dari hasil pemeriksaan di lapangan, terdapat 24 NUP yang telah

selesai dikerjakan dan sudah digunakan dalam kegiatan

operasional, namun belum didefinitifkan sebagai aset tetap. Nilai

dari 24 NUP KDP tersebut adalah sebesar Rp. 25.672.234.210, terdiri

dari 21 NUP berupa Gedung dan Bangunan senilai Rp.

22.644.534.210, dan 3 NUP berupa Jalan, Irigasi, dan Jaringan senilai

Rp. 3.027.700.000, (rincian terlampir).

Dampak

1. Penyajian Saldo Aset Tak Berwujud (ATB) pada Laporan Keuangan

tahun 2019 belum memadai.

2. Penyajian Saldo Konstruksi Dalam Pengerjaan (KDP) pada Laporan

Keuangan tahun 2019 belum memadai.

Saran

1. Jurnal koreksi yang diusulkan sebagai berikut:

No. Akun Nama Akun Debet Kredit

166112 Aset Tetap yang

tidak digunakan

dalam Operasi

Pemerintah

Rp. 1.257.541.700

162191 Aset Tak Berwujud Rp. 1.257.541.700

2. Jurnal koreksi yang diusulkan sebagai berikut:

No. Akun Nama Akun Debet Kredit

133111 Gedung dan

Bangunan

Rp. 22.644.534.210

134111 Jalan dan

Jembatan

Rp. 2.562.585.000

134112 Irigasi Rp. 465.115.000

136111 Konstruksi

Dalam

Pengerjaan

Rp. 25.672.234.210

Tanggapan Manajemen

............................................................................................................................

............................................................................................................................

............................................................................................................................

DRAFT

Page 25: DRAFT - bauk.undana.ac.id

28

g. Pendapatan

Pengendalian internal pendapatan bertujuan melindungi pendapatan

dan agar informasi mengenai pendapatan lebih dapat dipercaya.

Pengendalian internal pendapatan berkaitan erat dengan

pengendalian internal kas dan piutang. Pengendalian internal

pendapatan paling tidak adalah sebagai berikut: meyakini kebenaran

jumlah pendapatan yang ada yang benar-benar menjadi hak milik

entitas, ditaatinya kebijakan-kebijakan mengenai pendapatan, dan

pendapatan aman dari penyelewengan. Output dari sistem

pengendalian internal pendapatan adalah berupa informasi dalam

bentuk laporan keuangan atau laporan manajemen lain, sehingga

karakteristik sistem pengendalian internal pendapatan identik dengan

karakteristik informasi.

Berdasarkan evaluasi terhadap laporan dan dokumen pendukung

serta hasil wawancara, tidak ditemukan kelemahan pengendalian

internal dalam pengelolaan pendapatan.

h. Pengadaan Barang dan Jasa

Implementasi pengendalian atas akivitas Pengadaan Barang dan Jasa

dimulai dari pengendalian pada tahap perencanaan/persiapan,

Pengendalian terhadap persiapan dan penyusunan kontrak,

pengendalian tahap pelaksanaan pengadaan barang/jasa dan

pengendalian pada tahap pelaporan dan pertanggungjawaban.

Berdasarkan evaluasi terhadap laporan dan dokumen pendukung

serta hasil wawancara, ditemukan kelemahan pengendalian internal

dalam pengelolaan pengadaan barang dan jasa.

Kondisi

1. Belum tersedianya master plan pengembangan kampus Universitas

Nusa Cendana yang terbaru.

2. Sampai dengan tahun 2019, UKPBJ masih menggunakan LPSE

Kemenristekdikti dan Pemprov NTT.

3. Belum optimalnya integrasi pengadaan barang/jasa antar

unit/fakultas.

4. Belum optimalnya pengendalian pekerjaaan jasa konsultansi,

terutama terkait evaluasi produk akhir jasa konsultansi apakah ada

produk bisa terbangun dengan baik (constructability) dengan

mempertimbangkan ketersediaan material lokal dan kemampuan

kontraktor.

5. Belum optimalnya pengendalian pelaksanaan pekerjaan konstruksi,

antara lain:

a. Terdapat beberapa pekerjaan yang tidak dapat selesai sesuai

jangka waktu pelaksanaan.

b. Terdapat pekerjaan yang hasil akhirnya secara visual tidak

optimal, contoh atap gedung auditorium.

DRAFT

Page 26: DRAFT - bauk.undana.ac.id

29

Dampak

1. Dengan belum tersedianya master plan pengembangan kampus

Universitas Nusa Cendana yang terbaru, maka pembangunan

sarana dan prasarana di Universitas Nusa Cendana belum

terintegrasi secara optimal.

2. Idealnya setiap instansi perlu membangun LPSE dan memiliki server

sendiri. Dengan LPSE secara mandiri tentunya jauh lebih efisien,

karena dokumen-dokumen pengadaan diupload dan disimpan di

server sendiri. Misal dengan menggunakan LPSE Kemenristekdikti,

tidak semua penyedia memiliki akses internet yang cukup besar

(idealnya minimal 1 mbps) untuk melakukan upload dokumen

penawaran. Belum lagi kebiasaan penyedia untuk mengirimkan

penawaran di jam atau menit terakhir. Kondisi ini menyebabkan

potensi kegagalan upload sangat besar.

3. Dengan belum optimalnya integrasi pengadaan barang/jasa antar

unit maka kemungkinan pengadaan barang/jasa menjadi kurang

efisien karena terdapat kemungkinan terjadi paket pekerjaan

dengan spesifikasi teknis yang sama, tetapi memiliki HPS dan jangka

waktu pelaksanaan yang relatif berbeda.

4. Dengan belum optimalnya pengendalian pekerjaaan jasa

konsultansi, terutama terkait evaluasi produk akhir jasa konsultansi,

maka ada kemungkinan produk konsultan tidak bisa terbangun

dengan baik, contoh pada pekerjaaan atap pembangunan

gedung auditorium yang secara visual hasilnya belum optimal.

Saran

1. Pemimpin BLU Universitas Nusa Cendana segera menyusun Master

Plan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kampus Universitas

Nusa Cendana.

2. Perlu didorong agar UKPBJ memiliki LPSE secara mandiri, meskipun

berdasarkan Surat Kepala Biro Umum dan Pengadaan Barang dan

Jasa Nomor 26157/A7/LK/2020 Tentang Tindak Lanjut Surat Edaran

Sekretaris Jenderal Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan

Pengadaan Barang/ Jasa Tahun Anggaran 2020 di Kemendikbud

poin B.3 bahwa PTNBH dan PTN BLU yang telah memiliki peraturan

pengadaan barang/jasa sendiri dan akan melakukan proses

pengadaan barang dan jasa melalui LPSE, dapat menggunakan

LPSE Kemendikbud.

3. Jika UKPBJ menggunakan LPSE kemendikbud maka perlu didorong

agar UKPBJ bisa mendapatkan akun LPSE kemendikbud lebih awal

agar proses pengadaan barang dan jasa tidak terlambat.

4. Perlu didorong integrasi pengadaan barang/jasa antar unit melalui

konsolidasi pengadaan barang/jasa yang memiliki spesifikasi teknis

yang sama.

5. Perlu didorong agar fungsi pengendalian produk jasa konsultansi

lebih optimal.

6. Perlu didorong agar fungsi pengendalian pelaksanaan pekerjaan

pada pekerjaan kontruksi lebih optimal.

DRAFT

Page 27: DRAFT - bauk.undana.ac.id

30

Tanggapan Manajemen

............................................................................................................................

............................................................................................................................

...........................................................................................................................

i. Pengelolaan Remunerasi BLU

Remunerasi merupakan pemberian gaji / honorarium / tunjangan /

insentif yang diukur berdasarkan tingkat tanggung jawab dan tuntutan

profesionalisme. Penetapan remunerasi harus mempertimbangkan

prinsip proporsionalitas, kesetaraan, kepatuhan, dan kinerja

operasional. Sehingga gaji pegawai berdasarkan kinerja yang telah

dicapai sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan

Nomor 831/KMK.05 Tahun 2007 tentang Penetapan Remunerasi Bagi

Pejabat Pengelola, Dewan Pengawas, dan Pegawai Badan Layanan

Umum Universitas Nusa Cendana pada Kementrian Riset, Teknologi,

dan Pendidikan Tinggi dan .Peraturan Rektor Universitas Nusa Cendana

Nomor 06 Tahun 2018 tentang Pedoman Pelaksanaan Remunerasi di

Lingkungan Universitas Nusa Cendana dan Nomor 17 Tahun 2018

tentang Rubrik Kinerja Pendidik dan Tenaga Kependidikan di

Lingkungan Universitas Nusa Cendana.

Pengendalian atas remunerasi dimulai dari pengendalian pada tahap

perencanaan dan tahap pelaksanaan remunerasi. Tahap

perencanaan berkaitan dengan langkah penyusunan skema

remunerasi dengan tahap awal menginventarisir seluruh jabatan

beserta tupoksinya berdasarkan STOK, tahap kedua melakukan analisa

dan evaluasi jabatan secara kuantitatif/terukur sehingga menghasilkan

nilai jabatan (Job Value). Tahap ketiga membuat perencanaan target

PNBP dan alokasi PNBP untuk remunerasi. Tahap keempat, menentukan

nilai rupiah per point atau yang lebih dikenal dengan PIR (Point Indek

Rupiah) dengan membagi PNBP yang dialokasikan untuk remunerasi

dengan total nilai jabatan, sehingga menghasilkan informasi harga

jabatan (PIR x Nilai Jabatan). Tahap kelima melakukan

pengelompokan jabatan/kelas jabatan (Job Class) sehingga

menghasilkan corporate grade.

Pada Tahap Pelaksanaan diawali dengan tahap pembuatan dokumen

kontrak kinerja remunerasi pegawai dengan atasannya, tahap kedua

pengumpulan bukti dokumen atas kontrak kinerja, tahap ketiga

verifikasi dan validasi atas bukti dokumen kinerja oleh atasan, tahap

keempat perhitungan remunerasi pegawai dan pembuatan SK Rektor

terkait penetapan capaian kinerja sebagai dasar pembayaran

remunerasi pegawai, dan selanjutnya pembayaran remunerasi

pegawai.

Berdasarkan evaluasi terhadap laporan dan dokumen pendukung

serta hasil wawancara dengan tim remunerasi Universitas Nusa

Cendana, pelaksanaan remunerasi di Universitas Nusa Cendana telah

berjalan dengan sistem yang baik, terdapat aplikasi yang

DRAFT

Page 28: DRAFT - bauk.undana.ac.id

31

dikembangkan guna memudahkan sistem penilaian kinerja pegawai

dan perhitungan remunerasi. Oleh karena itu ada beberapa

rekomendasi saran untuk memaksimalkan pelaksanaan remunerasi di

Universitas Nusa Cendana.

Saran

1. Universitas Nusa Cendana segera membentuk unit kerja tersendiri

untuk pelaksanaan pengelolaan remunerasi. Dengan adanya unit

pengelola remunerasi, diharapkan pengelolaan remunerasi dapat

lebih terkendali dan maksimal.

2. Universitas Nusa Cendana dapat menambahkan/memaksimalkan

alokasi besaran remunerasi terhadap PNBP, untuk memacu dan

memaksimalkan kinerja dari pegawai.

3. Universitas Nusa Cendana diharapkan dapat segera merealisasikan

pembayaran remunerasi ke-14 berdasarkan kemampuan

keuangannya, mengingat remunerasi ke-14 sudah diusulkan di

proposal pengajuan remunerasi.

4. Universitas Nusa Cendana diharapkan mengevaluasi kembali terkait

perhitungan Point Indeks Rupiah (PIR) karena biaya BPJS kesehatan

dan tenaga kerja untuk pegawai non PNS belum dimasukkan

sebagai faktor pengurang.

5. Tim Remunerasi Universitas Nusa Cendana diharapkan membuat

SOP tertulis terkait tata kelola remunerasi sehingga menjadi

pedoman dalam pelaksanaan remunerasi.

6. Tim Remunerasi Universitas Nusa Cendana diharapkan memberi job

value dan job class terkait posisi Ketua dan Sekertaris Unit Kerja

Pengadaan Barang dan Jasa (UKPBJ) dalam struktur remunerasinya.

7. Tim Remunerasi Universitas Nusa Cendana diharapkan

mengevaluasi akumulasi kinerja pendidik dan tenaga kependidikan

terkait honorarium kegiatan yang belum dimasukkan sebagai poin

remunerasi dalam rangka peningkatan kinerja pegawai.

8. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) dalam pelaksanaan remunerasi,

harus melengkapi:

a. SK Rektor terkait penetapan persentase (%) alokasi anggaran

remunerasi dan Point Indeks Rupiah (PIR) yang akan

direalisasikan pada tahun berjalan,

b. SK Rektor terkait penetapan realisasi pembayaran remunerasi

berdasarkan kinerja pegawai.

Tanggapan Manajemen

............................................................................................................................

............................................................................................................................

...........................................................................................................................

DRAFT