draft pkb 2014 _x007e_ 2016 - 21 maret 2014.doc

92
MUKADIMAH BAB I UMUM PASAL 1 Pengertian dan Istilah PASAL 2 Pihak-Pihak yang Mengadakan Perjanjain PASAL 3 Lingkup Perjanjian dan Tujuan Perjanjian BAB II PENGAKUAN HAK-HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 4 Pengakuan Para Pihak PASAL 5 Hak-Hak Perseroan dan SP-PLN PASAL 6 Kewajiban Perseroan dan SP-PLN PASAL 7 Hubungan Perseroan dengan Serikat Pekerja PLN PASAL 8 Jaminan Bagi Serikat Pekerja PASAL 9 Jaminan Bagi Perseroan BAB III BANTUAN DAN FASILITAS BAGI SP-PLN PASAL 10 Bantuan Dan Fasilitas Bagi SP-PLN PASAL 11 Sumber Dana Bagi SP-PLN BAB IV HUBUNGAN KERJA PASAL 12 Rekrutmen Pegawai PASAL 13 Pelaksanaan Mutasi Jabatan Pengurus SP-PLN PASAL 14 Penyerahan Pekerjaan Kepada Pihak Diluar Perseroan PASAL 15 Pekerjaan Utama dan Pekerjaan Penunjang Perseroan BAB V HARI KERJA DAN WAKTU KERJA PASAL 16 Hari Kerja PASAL 17 Kerja Lembur dan Upah Lembur PASAL 18 Uang Makan Kerja Lembur PASAL 19 Kerja Shift, Piket dan Pekerjaan dengan Risiko Tinggi BAB VI IJIN, CUTI, DAN MENINGGALKAN PEKERJAAN PASAL 22 Jenis Cuti PASAL 21 Ijin Karena Alasan Penting PASAL 22 Ijin Diluar Tanggungan Perseroan PASAL 23 Cuti Tahunan PASAL 24 cuti besar PASAL 25 cuti bersalin PASAL 26 Cuti bersama PASAL 27 Istirahat sakit PASAL 28 Sakit Berkepanjangan PASAL 29 Haid dan Gugur Kandungan PASAL 30 Hak menyusui anak BAB VII PENGHASILAN/PENGUPAHAN PASAL 31 Penghasilan Pegawai

Upload: said-junaidy

Post on 02-Oct-2015

38 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

MUKADIMAH

BABIUMUM

PASAL1Pengertian dan Istilah

PASAL2Pihak-Pihak yang Mengadakan Perjanjain

PASAL3Lingkup Perjanjian dan Tujuan Perjanjian

BABIIPENGAKUAN HAK-HAK DAN KEWAJIBAN

PASAL4Pengakuan Para Pihak

PASAL5Hak-Hak Perseroan dan SP-PLN

PASAL6Kewajiban Perseroan dan SP-PLN

PASAL7Hubungan Perseroan dengan Serikat Pekerja PLN

PASAL8Jaminan Bagi Serikat Pekerja

PASAL9Jaminan Bagi Perseroan

BABIIIBANTUAN DAN FASILITAS BAGI SP-PLN

PASAL10Bantuan Dan Fasilitas Bagi SP-PLN

PASAL11Sumber Dana Bagi SP-PLN

BABIVHUBUNGAN KERJA

PASAL12Rekrutmen Pegawai

PASAL13Pelaksanaan Mutasi Jabatan Pengurus SP-PLN

PASAL14Penyerahan Pekerjaan Kepada Pihak Diluar Perseroan

PASAL15Pekerjaan Utama dan Pekerjaan Penunjang Perseroan

BABVHARI KERJA DAN WAKTU KERJA

PASAL16Hari Kerja

PASAL17Kerja Lembur dan Upah Lembur

PASAL18Uang Makan Kerja Lembur

PASAL19Kerja Shift, Piket dan Pekerjaan dengan Risiko Tinggi

BABVIIJIN, CUTI, DAN MENINGGALKAN PEKERJAAN

PASAL22Jenis Cuti

PASAL21Ijin Karena Alasan Penting

PASAL22Ijin Diluar Tanggungan Perseroan

PASAL23Cuti Tahunan

PASAL24cuti besar

PASAL25cuti bersalin

PASAL26Cuti bersama

PASAL27Istirahat sakit

PASAL28Sakit Berkepanjangan

PASAL29Haid dan Gugur Kandungan

PASAL30Hak menyusui anak

BABVIIPENGHASILAN/PENGUPAHAN

PASAL31Penghasilan Pegawai

PASAL32Komponen Penghasilan Pegawai

PASAL33Tunjangan

PASAL34Penyesuain Penghasilan Terhadap Inflasi

PASAL35Penghargaan Terhadap Peningkatan Kompetensi dan Pengalaman Kerja (Berkala)

PASAL36Kenaikan Penghasilan Pegawai

PASAL37Penghasilan bagi Pekerja Baru selama On The Job Training (OJT)

PASAL38Penghasilan Selama Cuti

PASAL39Pemberian Penghargaan Kesetiaan Kerja

PASAL40Insentif Kerja Semester

PASAL41Insentif Individu

PASAL42Pajak Penghasilan Pegawai

PASAL43Bonus

PASAL44Penghasilan Selama Sakit

PASAL45Penahanan Pegawai oleh Pihak yang Berwajib dan Penghasilan Pegawai Selama Penahanan

BABVIIIKESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

PASAL46Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)

BABIXPLN BERSIH

PASAL47Komitmen PLN Bersih

BABXJAMINAN SOSIAL DAN KESEJAHTERAAN TENAGA KERJA

PASAL48Jaminan Sosial Tenaga Kerja

PASAL49Kecelakaan Kerja

PASAL50Jaminan Kematian

PASAL51Jaminan Pemeriksaan dan Pemeliharaan Kesehatan

PASAL52Pembinaan Rohani

PASAL53Rekreasi dan Olah Raga

PASAL54Bantuan Kematian

PASAL55Bantuan Kacamata

PASAL56Bantuan Ganti Rugi

PASAL57Pelaksanaan Jaminan Sosial

PASAL58Makan

PASAL59Pakaian Dinas dan Pakaian Kerja

PASAL60Bantuan Hukum

PASAL61Bantuan Pinjaman

PASAL62Koperasi Pegawai

PASAL63Perjalanan Dinas

BABXIPEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN SDM

PASAL64Jabatan Pegawai

PASAL65Sebutan Jabatan

PASAL66Uraian Jabatan (Job Description)

PASAL67Penempatan Pegawai

PASAL68Tugas Karya

PASAL69Mutasi.

PASAL70Pelaksanaan Mutasi Jabatan

PASAL71Mutasi Jabatan Atas Permintaan Sendiri

PASAL72Pejabat Pengganti Sementara

PASAL73Penilaian (Pengukuran Nilai Kinerja) Kinerja Pegawai

PASAL74Diklat reguler dan Khusus / Pendidikan dan Pelatihan bagi Pegawai

PASAL75Pendidikan Formal

PASAL76Pendidikan Swadana

PASAL77Bantuan Terhadap Pendidikan Swadana

PASAL78Kursus Dan Pelatihan

PASAL79Sertifikasi Kompetensi Pegawai

PASAL80Pelaksanaan Uji Sertifikasi Kompetensi Pegawai

PASAL81Hasil Sertifikasi Kompetensi Pegawai

PASAL82Ketentuan Peralihan Sertifikasi Kompetensi Pegawai

PASAL83Penghargaan Pendidikan / Keahlian/Profesi khusus

PASAL84Masa Jabatan

PASAL85Jenjang Karir (Reguler & Mandiri)

PASAL86Pemetaan Karir

PASAL87Penugasan Khusus

BABXIIDISIPLIN PEGAWAI

PASAL88Peraturan Displin Pegawai

BABXIIIHUBUNGAN INDUSTRIAL

PASAL89Umum

PASAL90Penyuluhan dan pembinaan hubungan industrial

PASAL91Lembaga Kerjasama Bipartit

PASAL92Keanggotaan LKS Bipartit

PASAL93Azas LKS Bipartit

PASAL94Hasil LKS Bipartit

PASAL95Tata Cara Penyampaian Pengaduan dan Keluh Kesah

PASAL96Penyelesaian Keluh Kesah

PASAL97Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial

PASAL98Keterlibatan SP PLN dalam proses produksi

PASAL99Penandatangan Perjanjian Kerja Bersama

BABXIVPEMBERHENTIAN DAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA

PASAL100Pensiun

PASAL101Pemberhentian Pegawai Atas Kehendak Perseroan

PASAL102Pemberhetian Karena Rasionalisasi

PASAL103Program Pensiun Pegawai

PASAL104Kepesertaan Dana Pensiun PLN

PASAL105Hak Atas Manfaat Pensiun dan Pengembalian Iuran Peserta

PASAL106Masa Persiapan Pensiun (MPP)

PASAL107Pensiun Dini

PASAL108Penghargaan, Tunjangan Tambahan Penghasilan dan Uang Pengganti Masa Cuti Besar Bagi Pegawai Yang Berhenti Bekerja

BABXVLAMPIRAN - LAMPIRAN DAN ADDENDUM

PASAL109Ketentuan Lampiran

PASAL110Ketentuan Addendum

BABXVIKETENTUAN PERALIHAN

PASAL111Ketentuan Peralihan

BABXVIIKETENTUAN PENUTUP

PASAL112Penutup

Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha EsaSebagaimana diketahui bahwa Perjanjian Kerja Bersama antara PT PLN (Persero) dan Serikat Pekerja PT PLN (Persero) Nomor 0392.PJ/061/DIR/2006140-1.PJ/040/DIR/2010 dan Nomor DPP-042/KEP-ADM/2006 Periode Tahun 2006 2008berikut Addendum PKB Nomor PLN : 193.PJ/040/DIR/2007 dan Nomor SP PLN : DPP-026/KEP-ADM/2007,DPP-002.PJ/SP-PLN/2010 dan pelaksanaan Berita Acara Kesepakatan Bersama Nomor 448.PJ/040/DIR/2008 dan Nomor 011.PJ/DPP-SP/2008 tanggal 24 November 2008 tentang Perpanjangan Masa Berlaku PKB Periode Tahun 2006-2008, yang berakhir pada tanggal 23 November 201023 April 2012.Sejalan dengan keberadaan dan perkembangan Serikat Pekerja di lingkungan PT PLN (Persero) serta pengakuan hak-hak Pekerja untuk berorganisasi, diperlukan suatu hubungan kerja yang harmonis, serasi dan dinamis antara PT PLN (Persero) dengan Pegawai untuk mewujudkan sikap saling menghormati, mempercayai satu sama lain dengan penuh rasa tanggung jawab.

Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan Pegawai dan Kemajuan Perseroan, diperlukan usaha-usaha pengembangan kemampuan, ketrampilan dan peningkatan produktivitas Pegawai. Agar usaha tersebut dapat dilaksanakan dengan lancar, diperlukan kerjasama yang baik antara Perseroan, Serikat Pekerja dan Pegawai serta Sistem Manajemen Sumberdaya Manusia yang baku dan terpadu yang selanjutnya dituangkan dalam bentuk Perjanjian Kerja Bersama yang disingkat dengan PKB.

Perjanjian Kerja Bersama merupakan ketentuan, syarat-syarat kerja dan kondisi kerja yang dibuat dengan tujuan sebagai berikut :

1. Adanya kepastian hak dan kewajiban PT PLN (Persero), Serikat Pekerja dan Pegawai PLN.

2. Adanya syarat-syarat kerja bagi Pegawai yang telah terdaftar sebagai anggota Serikat Pekerja PLN.

3. Terciptanya hubungan kerja yang harmonis dan dinamis antara PT PLN (Persero) dengan Pegawai yang telah terdaftar sebagai anggota Serikat Pekerja PLN demi kelangsungan dan kemajuan Perseroan sehingga kesejahteraan Pegawai yang telah terdaftar sebagai anggota Serikat Pekerja PLN dapat ditingkatkan.

4. Terwujudnya Good Corporate Governance.

BAB I

UMUM

Pasal 1

Pengertian dan IstilahDalam Perjanjian Kerja Bersama ini yang dimaksud dengan:

1. Perjanjian Kerja Bersama adalah perjanjian hasil perundingan yang diselenggarakan antara SP-PLN dengan PT PLN (Persero) yang memuat syart-syarat kerja, pengangkatan, pemberhentian, kedudukan, hak dan kewajiban kedua belah pihak yang selanjutnya disingkat dengan PKB. yang kemudian dicatatkan di Kementerian yang membidangi ketenagakerjaan2. Pengusaha adalah PT PLN (Persero) yang dalam ini di wakili oleh direktur utama PLN berdasarkan anggaran dasar PLN3. PT PLN (Persero) adalah Badan Usaha yang didirikan berdasarkan Akta Notaris Soetjipto, SH Nomor 169 Tahun 1994 beserta perubahannya yang selanjutnya dalam perjanjian ini disebut Perseroan4. Unit PLN adalah PLN Pusat dan PLN Unit.

5. PLN Pusat adalah PT PLN (Persero) Kantor Pusat yang berkedudukan di Jakarta.

6. PLN Unit adalah Unit PLN yang bertanggung jawab secara langsung kepada Direksi.

7. Serikat Pekerja adalah Organisasi pekerja PT PLN (Persero) yang anggotanya terdiri dari para pegawai PT. PLN (Persero) yang memenuhi persyaratan peraturan perundang-undangan dan anggaran dasar serta anggaran rumah tangganya, yang selanjutnya dalam perjanjian ini disebut SP-PLN.

8. Pegawai adalah Setiap orang yang berkerja di PT. PLN (Persero) dan telah memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan, diangkat, bekerja serta diberi penghasilan sesuai Perjanjaian Kerja Bersama (PKB) yang berlaku.

9. Mantan Pegawai adalah mereka yang diberhentikan dari status Pegawai, menurut ketentuan yang berlaku di Perseroan.

10. Pensiunan adalah mantan Pegawai yang telah menerima manfaat pensiun secara berkala setiap bulan sesuai Peraturan Dana Pensiun.

11. Istri/Suami adalah istri/suami sah Pegawai yang didaftarkan di Perseroan.

12. Anak adalah anak kandung, anak tiri, dan anak angkat.

13. Anak Kandung adalah anak sah Pegawai yang didaftarkan di Perseroan.

14. Anak Tiri adalah anak bawaan dari istri/suami yang dinikahinya dan didaftarkan di Perseroan 1 (satu) orang dan didaftarkan di Perseroan. 15. Anak Angkat adalah anak yang diangkat menurut hukum yang berlaku, didaftarkan di perseroan.

16. Anak Yang Ditanggung Perseroan adalah anak yang didaftarkan di Perseroan dengan usia maksimum 25 tahun, belum menikah, dan belum bekerja

17. Ahli Waris adalah keluarga Pegawai yang berhak menerima warisan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

18. Penghasilan adalah pendapatan pegawai yang dibayarkan Perseroan kepada pegawai berdasarkan Perjanjian Kerja Bersama (PKB) yang meliputi Gaji Pokok, Tunjangan Tetap, Tunjangan Tidak Tetap dan Penghasilan Tidak Tetap.19. Penghasilan Tetap adalah pendapatan pegawai yang dibayarkan oleh Perseroan kepada pegawai setiap bulan berdasarkan Perjanjian Kerja Bersama (PKB) (yang meliputi P1=Gaji Pokok dan P2 Fungsional = Tunjangan Tetap)

20. Penghasilan Tidak Tetap adalah pendapatan pegawai yang dibayarkan oleh Perseroan selain penghasilan tetap berdasarkan Perjanjian kerja Bersama (PKB)

21. Dana Pensiun PLN adalah badan hukum yang didirikan oleh PT. PLN (Persero) dan ditujukan untuk mengelola program pensiun manfaat pasti bagi Pegawai PLN

22. Hari kerja adalah hari masuk kerja yang harus dilaksanakan oleh pegawai berdasarkan Perjanjian Kerja Bersama (PKB) ( Diatur detail di PKB ada jam Kerja yang sesuai UU)

23. Kerja Lembur adalah waktu kerja di luar ketentuan jam kerja yang telah ditetapkan oleh Perseroan.24. Hari Libur adalah hari tidak masuk kerja yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah dan atau Perseroan sebagai hari libur.

25. Waktu Istirahat adalah waktu tidak melakukan pekerjaan pada hari kerja yang diatur dan ditetapkan Perseroan.

26. Cuti adalah keadaan tidak masuk bekerja setelah memenuhi persyaratan sesuai peraturan perundangan dan ketentuan Perjanjian Kerja Bersama (PKB)

27. Kecelakaan Dinas adalah kecelakaan kerja sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Perundangan yang berlaku dan kebijakan Perseroan tentang kecelakaan dinas.

28. Perjalanan dinas adalah perjalanan ke luar tempat kedudukan baik perseorangan maupun secara bersama-sama dengan jarak minimal diatur sesuai ketentuan PKB yang berlaku, dari tempat kedudukan kantor unit kerja untuk kepentingan Perseroan.

29. Lembaga Kerjasama Bipartit (LKB) adalah forum komunikasi dan konsultasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan hubungan industrial di Perseroan yang anggotanya terdiri dari unsur Perseroan dan Serikat Pekerja yang sudah tercatat di instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan.

30. Mutasi, adalah perpindahan pemangku Jabatan dari satu Sebutan Jabatan ke Sebutan Jabatan lain baik intern maupun antar Unit yang berupa Promosi, Rotasi dan Demosi sesuai kompetensi, dilaksanakan dengan prinsip yang transparan dan berkeadilan

31. Pengurus Serikat Pekerja adalah Pegawai PT PLN (Persero), terdaftar sebagai anggota biasa SP-PLN dan ditunjuk sebagai Pengurus SP-PLN. 32. Bonus adalah sebagian hasil keuntungan Perseroan yang dibagikan kepada anggota serikat pekerja33. Pensiun dini adalah Pensiun yang diajukan oleh anggota SP-PLN selaku Pegawai Perseroan sebelum mencapai usia pensiun normal

34. Masa Pensiun normal adalah masa dimana pegawai perseroan telah berusia 56 (Lima enam) Tahun atau 58 (limapuluh delapan) tahun.

35. PHK adalah terputusnya hubungan kerja antara perusahaan dengan anggota SP-PLN selaku pegawai perseroan.

36. Pemetaan Karir adalah pemetaan (susunan) atas kumpulan pekerjaan di dalam satu unit organisasi yang disusun secara sistematis (tertib) dari suatu pekerjaan yang memiliki grade paling rendah sampai dengan grade paling tinggi, baik secara vertikal , horizontal maupun diagonal untuk mewujudkan tujuan organisasi dan kepastian karir pegawai.

37. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) adalah bagian dari sistem manajemen Perseroan secara keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.

38. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah segala kegiatan Perseroan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan Pegawai melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.

Pasal 2

Pihak-Pihak yang Mengadakan PerjanjianPihak-pihak yang mengadakan perjanjian kerja bersama ialah :

(1) PT PLN (Persero), badan hukum yang didirikan berdasarkan Akta Notaris Soetjipto, SH Nomor 169 Tahun 1994 beserta perubahannya yang berkedudukan di Jakarta dalam hal ini diwakili oleh ................ selaku Direktur Utama berdasarkan anggaran dasar PT PLN (Persero) yang selanjutnya dalam perjanjian ini disebut Perseroan.

(2) Serikat Pekerja PT PLN (Persero) yang terdaftar pada Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor KEP. 385/M/BW/1999 tanggal 13 Oktober 1999 berdasarkan Anggaran Dasar Serikat Pekerja PT PLN (Persero) yang selanjutnya disebut SP-PLN dan telah tercatat pada Kantor Departemen Tenaga Kerja Kotamadya Jakarta Selatan dengan nomor bukti pencatatan No. 22/V/N/IV/2001 tanggal 6 April 2001 dalam hal ini diwakili oleh ...................... selaku ketua umum Dewan Pimpinan Pusat Serikat Pekerja PT. PLN (Persero) yang selanjutnya dalam perjanjian ini disebut SP-PLN.Pasal 3Lingkup Perjanjian dan Tujuan Perjanjian(1) PKB ini berlaku bagi Perseroan dan seluruh Anggota Serikat Pekerja PT PLN (Persero) sebagai dasar hukum dalam hubungan kerja.

(2) PKB antara Perseroan dan SP-PLN ini memuat tentang pengangkatan ,pemberhentian, kedudukan hak dan kewajiban, kedua belah Pihak, hubungan industrial, bidang ketenagakerjaan, keterlibatan dalam proses produksi dan hal hal lain yang berkaitan dengan itu serta ketentuan pelaksanaan yang akan menjadi lampirannya.

(3) SP-PLN dapat memberikan sumbangan pemikiran, memberikan kajian, pembahasan, drafting, finalisasi dan pengesahan dalam hal menentukan rincian pelaksanaan ayat (2) serta tindakan untuk mempertahankan kelangsungan bisnis perseroan (4) PKB ini menjadi acuan utama penyusunan Rencana Kerja Dan Anggaran Perusahaan yang diusulkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).BAB II

PENGAKUAN HAK-HAK DAN KEWAJIBAN

Pasal 4

Pengakuan Para Pihak(1) SP-PLN mengakui sepenuhnya hak Perseroan untuk memimpin dan mengurus Perseroan sesuai Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PT PLN (Persero).

(2) Perseroan mengakui sepenuhnya bahwa SP-PLN adalah satu-satunya organisasi Pekerja yang sah berdasarkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga SP-PLN serta sesuai keputusan MA No. ......... Tanggal ...................Pasal 5

Hak-Hak Perseroan dan SP-PLN(1) Perseroan berhak :

a. Mengatur jalannya Perseroan yang sepenuhnya merupakan tanggung jawab Perseroan sesuai peraturan perundang-undangan dan PKB yang berlaku;

b. Memberikan sanksi kepada Anggota Serikat Pekerja yang melanggar Disiplin Pegawai melalui mekanisme yang telah ditentukan dalam PKB yang berlaku;

c. Mengajukan keberatan atas tindakan SP-PLN yang bertentangan dengan PKB.

(2) SP-PLN berhak :

a. Mewakili, membela dan melindungi anggotanya.

b. Mengatur dan menjalankan organisasi dan anggotanya

c. Mengajukan keberatan atas tindakan Perseroan yang bertentangan dengan PKB dan atau yang merugikan Perseroan;

d. Merundingkan dan menyepakati PKB dengan Perseroan;

e. Membentuk lembaga dan atau melakukan kegiatan yang berkaitan dengan usaha meningkatkan kesejahteraan Angota SP- PLN selaku pegawai Perseroan sepanjang kegiatan tersebut tidak menimbulkan benturan kepentingan dengan Perseroan;f. Memberikan masukan kepada Perseroan terhadap pencapaian kinerja unit PLN;g. Menempatkan anggotanya untuk menjadi anggota Dewan Pengawas pada Dana Pensiun PLN yang mewakili Peserta, dengan jumlah dan persyaratan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

h. Berhak untuk hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dan Penetapan RKAP

Pasal 6

Kewajiban Perseroan dan SP-PLN

(1) Perseroan berkewajiban untuk:

a. Mentaati dan melaksanakan isi PKB;

b. Menjaga, membina dan meningkatkan hubungan industrial yang harmonis melalui kerjasama yang baik dengan SP PLN, saling menghormati dan mempercayai, sehingga hubungan industrial benar-benar terbina, terpelihara dan dilaksanakan sebagaimana mestinya; c. Melaksanakan pengelolaan Perseroan secara efisien dengan membangun dan membina terciptanya Perseroan yang bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) dalam rangka mewujudkan Good Corporate Governance (GCG);

d. Menempatkan anggota Dewan Pengawas Dana Pensiun PLN mewakili peserta yang ditunjuk oleh SP-PLN, dengan jumlah dan persyaratan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku;

(2) SP-PLN berkewajiban:

a. Mentaati dan melaksanakan isi PKB.b. Menjaga, membina dan meningkatkan hubungan industrial yang harmonis melalui kerjasama yang baik dengan Perseroan, saling menghormati dan mempercayai, sehingga hubungan industrial benar-benar terbina, terpelihara dan dilaksanakan sebagaimana mestinya;

c. Ikut Serta dalam menjaga kelangsungan Perseroan dan ketenangan kerja serta peningkatan produktivitas kerja dan mendorong terciptanya Perseroan yang bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) dalam rangka mewujudkan Good Corporate Governance (GCG);

d. Melindungi dan membela anggota dari pelanggaran hak-hak dan memperjuangkan kepentingannya;

e. Memperjuangkan peningkatan kesejahteraan anggota dan keluarganya;

f. Mempertanggungjawabkan kegiatan organisasi kepada anggotanya sesuai dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga SP-PLN;g. Menghindari konflik kepentingan antara posisi sebagai Pengurus SP-PLN dengan posisi di Perseroan, meliputi jabatan-jabatan :

1) Jabatan Struktural, yaitu :

a) General Manager;

b) Manajer Unit Pelaksana (Manajer Cabang setingkat);

c) Manajer Sub Unit Pelaksana (Manajer Unit Pelayanan Pelanggan / Manajer Rayon / Kepala Ranting setingkat);

(3) Jabatan struktural yang mengelola fungsi Sumber Daya Manusia, kecuali bidang Humas, dan Sekretariat yang meliputi :

a) Untuk Tingkat DPP setingkat Ka Div Bidang SDM dan Manager Senior Bidang HI

b) Untuk Tingkat DPD Manajer Bidang SDM atau Manajer Bidang pengelola SDM

c) Untuk tingkat DPC Assisten Manajer SDM atau Asisten Manajer Bidang pengelola SDM

d) Untuk Tingkat DPAC Supervisor SDM atau Supervisor yang pengelola SDM

Pasal 7

Hubungan Perseroan dengan Serikat Pekerja PLN(1) Perseroan dan SP -PLN sepakat untuk bekerja sama dalam menciptakan ketenangan kerja dan ketenangan usaha serta hubungan industrial yang harmonis.

(2) Perseroan dan SP -PLN sepakat untuk menjaga keseimbangan hak dan kewajiban masing-masing pihak dan tidak boleh ada yang saling memanfaakan kedudukannya untuk mencapai kepentingannya (3) Demi terwujudkannya ayat (2) pasal ini, dibentuk LKS Bipartit guna memusyawarahkan hal-hal yang menyangkut hubungan industrial, dan wajib melaksanakan pertemuan sekurang-kurangnya satu kali sebulan.(4) SP -PLN memberikan sumbangan pemikiran yang tidak terbatas hanya pada hal-hal yang berkaitan dengan hubungan industrial tetapi mencakup hal-hal yang lebih luas seperti memberikan kajian dan masukan untuk mempertahankan kelangsungan bisnis Perusahaan.Pasal 8

Jaminan Bagi Serikat Pekerja(1) Pengurus dan anggota SP-PLN mendapat perlindungan penuh dari Perusahaan atau atasan Pekerja terhadap tindakan diskriminasi seperti menghambat pembinaan karir dan menghalang-halangi keberadaan dan kegiatan SP PLN sepanjang anggota dan/atau Pengurus SP PLN tidak melanggar PKB dan peraturan perundang- undangan

(2) Perusahaan atau atasan Pekerja wajib menghormati dan menjunjung tinggi profesionalisme Pekerja yang menjadi pengurus SP PLN.

(3) Atas permintaan Serikat Pekerja, Perseroan berkewajiban memberikan keterangan yang diperlukan menyangkut ketenagakerjaan seperti penilaian, assessment , jenjang karir, absensi, lembur, status di perusahaan, penghasilan ,hari dan jam kerja Jaminan sosial dan hal-hal lain yang diperlukan.

(4) Perseroan wajib mengutamakan penyelesaian masalah hubungan industrial yang timbul antara Perseroan dan Pekerja dengan cara musyawarah mufakat.

(5) Perseroan wajib memberikan kesempatan kepada Ketua umum, Sekjen, Bendum dan Ketua Departemen di DPP SP-PLN untuk menjalankan tugas organisasi SP-PLN secara penuh dan yang bersangkutan dapat dibebaskan dari tugas kedinasan rutin.Pasal 9

Jaminan Bagi Perseroan(1) Serikat Pekerja dan Perseroan bekerja sama dalam menegakkan tata tertib dan disiplin kerja serta peningkatan efisiensi serta produktifitas kerja.

(2) Serikat Pekerja menyadari bahwa tindakan mogok adalah tindakan yang tidak sesuai dengan semangat hubungan industrial, oleh karena itu akan dihindarkan. Jika harus terjadi mogok dengan alasan yang dibenarkan, maka mogok dilakukan dengan mengikuti prosedur yang berlaku.

BAB III

BANTUAN DAN FASILITAS BAGI SP-PLNPasal 10

Bantuan dan Fasilitas Bagi SP-PLN(1) Perseroan memberikan izin atas kegiatan atau tugas kepengurusan SP PLN kepada pengurus dan/atau anggota SP-PLN yang ditugaskan atas nama SP-PLN untuk meninggalkan pekerjaan dalam melaksanakan tugas-tugas kepengurusan SP-PLN sesuai prioritas yang ditetapkan oleh SP PLN dengan tidak membebaskan yang bersangkutan dari tugas dan tanggung jawabnya di Perseroan.

(2) Perseroan memberikan fasilitas kepada Pengurus dan/atau anggota yang ditugaskan atas nama SP-PLN untuk menghadiri semua kegiatan yang berhubungan dengan SP-PLN, termasuk biaya perjalanan Dinas. (3) Perseroan memberikan bantuan penyediaan sarana dan prasarana yang layak untuk kegiatan-kegiatan SP-PLN. Yang meliputi : Ruangan sekretariat beserta fasilitasnya, papan nama, Bantuan Telpon dan pulsa , serta Kendaraan operasional untuk DPP di lingkungan kantor pusat, DPD dilingkungan kantor Induk/Distribusi/Wilayah, DPC di lingkungan kantor unit pelaksana, DPAC di lingkungan kantor Sub Unit Pelaksana.

Pasal 11

Sumber Dana Bagi SP-PLN

(1) Iuran anggota SP-PLN ditentukan sebagai berikut :

a. Pemotongan iuran anggota dilakukan langsung oleh Perseroan dari penghasilan anggota SP-PLN setiap awal bulan;

b. Iuran anggota sebagaimana dimaksud dalam huruf a, ditransfer langsung ke rekening DPP SP-PLN. c. Besarnya iuran anggota ditetapkan oleh SP-PLN.

(2) Perseroan memberikan bantuan dana sesuai kesepakatan berdasarkan Program Kerja SP-PLN.

(3) Bantuan Dana program kerja Tahunan SP-PLN sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sudah mencakup biaya operasional dan diajukan sebelum penyusunan RKAP Perseroan pada tahun berjalan untuk masing-masing Unit PLN.

(4) Bantuan Dana sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan (3) diberikan kepada SP-PLN masing-masing Unit PLN oleh Pimpinan Unit yang bersangkutan.

(5) Droping dana sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan ayat (3) diberikan sesuai aktivitas yang akan dilaksanakan dan diwajibkan membuat laporan keuangan setelah aktivitas dilaksanakan dan bersedia diaudit bila diperlukan.

(6) Hasil usaha yang sah.

(7) Bantuan anggota atau pihak lain yang tidak mengikat yang digunakan untuk meningkatkan kualitas dan kesejahteraan anggota.

(8) Dalam hal bantuan dari pihak lain yang berasal dari luar negeri, Pengurus SP-PLN harus memberitahukan secara tertulis kepada instansi yang bertanggung jawab dibidang ketenagakerjaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB IV

HUBUNGAN KERJA

Pasal 12

Rekrutmen Pegawai

(1) Rekrutmen Pegawai dilakukan untuk mengisi formasi tenaga kerja berdasarkan kebutuhan Perseroan.

(2) Rekrutmen Pegawai sebagaimana dimaksud ayat (1), dilakukan secara terbuka dengan terlebih dahulu mengutamakan seleksi sesuai kompetensi yang dibutuhkan Perseroan.(3) Rekrutmen Pegawai diatur lebih lanjut melalui Keputusan Direksi, dengan terlebih dahulu meminta masukan dari SP PLN melalui LKS Bipartit.

(4) Pelamar yang telah dinyatakan memenuhi syarat sesuai ketentuan yang berlaku dan telah dinyatakan lulus seleksi harus menjalani masa magang sebagai persyaratan untuk diangkat menjadi Pegawai.

(5) SP-PLN diberi hak memberikan masukan melalui forum LKS Bipartit tentang proses penerimaan Pegawai sesuai dengan Undang Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, Pasal 87 huruf a dan huruf b.

(6) Untuk Siswa OJT (On The Job Training) wajib mendapatkan pelatihan dasar Serikat Pekerja dari SP-PLN yang Materi dan Silabusnya disusun secara bersama antara Perseroan dan SP-PLN.

Pasal 13

Pelaksanaan Mutasi Jabatan Pengurus SP-PLN

(1) Pegawai yang menjabat sebagai Pengurus SP-PLN dapat dimutasikan untuk mengisi Formasi Jabatan dan Formasi Tenaga Kerja yang tersedia, dengan mempertimbangkan kompetensi yang dimiliki oleh Pegawai tersebut.

(2) Mutasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), harus disepakati lebih dahulu dengan pihak Serikat Pekerja PLN Pasal 14

Penyerahan Pekerjaan Kepada Pihak Diluar Perseroan

(1) Dalam rangka untuk menjaga keandalan, meningkatkan efisiensi Instalasi dan pelayanan pelanggan maka pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan di dalam Perseroan seoptimal mungkin dilakukan oleh pegawai PLN.

(2) Pekerjaan-pekerjaan yang sudah dan sedang dilaksanakan oleh Pegawai PLN yang sudah dan telah dapat menjaga keandalan , efisiensi instalasi dan peningkat pelayanan PLN tetap dipertahankan untuk dikerjakan oleh Pegawai PLN.

(3) Pekerjaan-pekerjaan yang belum sepenuhnya dikuasai oleh Pegawai PLN maka pelaksanaan pekerjaan akan disupervisi oleh pihak lain yang berkompeten terhadap instalasi tersebut.

(4) Pekerjaan dengan teknologi baru di mana pegawai PLN belum sama sekali menguasainya maka pekerjaan tersebut dapat diserahkan kepada pihak di luar Perseroan yang memiliki teknologi itu dengan mengikutsertakan pegawai PLN dalam pelaksanaannya sehingga terjadi transfer teknologi.

(5) Pelaksanaan pekerjaan yang sudah terlanjur diserahkan kepada pihak di luar perseroan, untuk yang masih dikuasai oleh pegawai PLN maka segera dikembalikan kepada pegawai PLN sesuai dengan ayat (1) Pasal ini. Sedangkan pegawai PLN yang telah kehilangan kompetensinya maka perlu dilakukan pengembalian kompetensi itu kepada pegawai PLN selanjutnya dilaksanakan sesuai dengan ayat (3) dan ayat (4) Pasal ini.

(6) Penyerahan pekerjaan Penunjang PLN kepada perusahaan di luar perseroan tidak boleh berbenturan kepentingan di dalam Perseroan. Dalam arti kata pegawai dan Direksi PLN tidak boleh memiliki saham pada perusahaan yang melaksanakan pengambilan pekerjaan Penunjang PLN tersebut.

(7) Untuk mencegah benturan konflik seperti ayat (6) tersebut di atas maka dalam melaksanakan pekerjan yang diserahkan kepada pihak di luar perseroan maka Perusahaan harus menetapkan jenis-jenis pekerjaan utama dan penunjang yang sesuai dengan UU. Pasal 15

Pekerjaan Utama dan Penunjang Perseroan

(1) Perseroan dan SP PLN menentukan Pekerjaan Utama dan Pekerjaan Penunjang Perusahaan sesuai dengan UU.

(2) Pekerjaan operasional yang termasuk pekerjaaan Penunjang PLN adalah , Satpam, Cleaning Service, Office Boy, Driver dan Pekerjaan Konstruksi pembangunan Transmisi , Pembangkit, dan distribusi yang dilakukan dalam waktu tertentu;

(3) Di luar seperti yang disebutkan pada ayat (2) tersebut di atas adalah pekerjaan utama Perseroan.

(4) Pelaksanaan Pekerjaan Utama Perusahaan wajib dilaksanakan oleh pegawai PLN sesuai dengan Pasal 14 di atas.

BAB V

HARI KERJA DAN WAKTU KERJA

Pasal 16Hari Kerja

(1) Waktu kerja di Perseroan ditetapkan dengan memperhatikan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku yaitu 7 (tujuh) jam satu hari atau 8 (delapan) jam satu hari dan tidak melebihi 40 (empat puluh) jam dalam 1 (satu) minggu.

(2) Waktu istirahat tidak termasuk waktu kerja dan tidak dihitung sebagai jam kerja.

(3) Waktu dimulai dan berakhirnya jam kerja ditetapkan sesuai dengan kebutuhan Unit PLN masing-masing.Pasal 18

Kerja Lembur dan Upah Lembur

(1) Perseroan dapat menugaskan Angota SP- PLN selaku pegawai Perseroan bekerja melebihi waktu kerja yang ditentukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) dan kelebihan waktu tersebut dianggap sebagai kerja lembur.

(2) Kerja lembur sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diberikan untuk melaksanakan tugas-tugas pekerjaan yang mendesak harus diselesaikan di luar jam kerja resmi dan atau pada hari-hari libur resmi yang ditetapkan oleh Pemerintah.

(3) Kerja lembur dilakukan atas perintah pejabat berwenang dan bertanggung jawab atas hasil pekerjaan yang dilemburkan dengan menerbitkan surat perintah kerja lembur.

(4) Angota SP- PLN selaku pegawai Perseroan apabila melakukan kerja lembur paling sedikit 1 (satu) jam penuh diberikan uang lembur sesuai jumlah jam kerja lembur yang dilaksanakan, besarnya sebagai berikut:

a. Uang lembur 1 (satu) jam besarnya adalah 1/173 x Penghasilan Tetap per bulan;

b. Apabila kerja lembur dilakukan pada hari kerja biasa, maka uang lembur untuk tiap kerja lembur dibayarkan sebagai berikut :

1) Untuk 1 (satu) jam pertama = 1,5 x uang lembur 1 (satu) jam

2) Untuk setiap jam selanjutnya = 2 x uang lembur 1 (satu) jam

c. Apabila kerja lembur dilakukan pada hari libur resmi, maka uang lembur untuk tiap jam kerja lembur dibayarkan sebagai berikut :

1) Untuk seminggu 5 (lima) hari kerja (jumlah jam kerja sehari 8 jam) :

a)Setiap jam kerja lembur dalam 8 (delapan) jam = 2 x uang lembur 1 (satu) jam

b) Jam pertama setelah 8 (delapan) jam = 3 x uang lembur 1 (satu) jam

c)Jam kedua dan selebihnya setelah 8 (delapan) jam = 4 x uang lembur 1 (satu) jam

2) Untuk seminggu 6 (enam) hari kerja (jumlah jam kerja sehari 7 jam), untuk hari Senin Kamis dan Sabtu atau 5 (lima) jam untuk hari Jumat :

a)Setiap jam kerja lembur dalam 7 (tujuh) jam untuk hari Senin Kamis atau 5 (lima) jam untuk hari Jumat = 2 x uang lembur 1 (satu) jam

b)Jam pertama setelah 7 (tujuh) jam untuk hari Senin Kamis atau 5 (lima) jam untuk hari Jumat = 3 x uang lembur 1 (satu) jam

c)Jam kedua dan selebihnya setelah 7 (tujuh) jam untuk hari Senin Kamis atau 5 (lima) jam untuk hari Jumat = 4 x uang lembur 1 (satu) jam

(5) Uang lembur dibayarkan sekaligus setiap bulan, yaitu pada bulan berikutnya setelah kerja lembur dilaksanakan.

(6) Jumlah waktu kerja lembur dalam 1 (satu) bulan tidak boleh melebihi 60 (enam puluh) jam, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.(7) Dalam hal pekerjaan tertentu,Perseroan dapat memerintahkan kerja lembur dengan waktu melebihi 60 (enam puluh) jam perbulan dengan persetujuan Angota SP- PLN selaku pegawai Perseroan yang bersangkutan dan Perseroan wajib membayar uang lembur sesuai jumlah jam lembur yang dilaksanakan.

(8) Angota SP- PLN selaku pegawai Perseroan yang berhak mendapatkan uang lembur untuk jabatan sebagai berikut:

a. Jabatan Fungsional adalah level Basic sampai dengan System.

b. Jabatan Struktural adalah level supervisori dasar dan supervisori atas

Pasal 18Uang Makan Kerja Lembur(1) Perseroan menyediakan makan bagi Angota SP- PLN selaku pegawai Perseroan yang melaksankan Kerja Lembur melewati Waktu makan

(2) Yang dimaksud waktu makan pada ayat (1) adalah :

a. Makan pagi, apabila Angota SP- PLN selaku pegawai Perseroan melaksanakan Pekerjaan 2 jam sebelum Masuk Kerja Normal.

b. Makan Siang, apabila Angota SP- PLN selaku pegawai Perseroan telah melaksanakan pekerjaan lembur pada hari libur resmi atau hari besar kenegaraan 4 jam berturut-turut sebelum jam makan siang atau jam 12:00 waktu setempat

c. Makan Malam, apabila Angota SP- PLN selaku pegawai Perseroan Telah melaksanakan pekerjaan lembur 3 jam berturut-turut sebelum jam 19:00. Waktu setempat

d. Setiap 4 jam berikutnya diberikan ekstra puding setara 1000 KiloKalori

e. Apabila Perseroan dalam hal tidak dapat menyediakan Makan maka dapat digantikan dengan uang senilai harga makanan yang setara 1000 KiloKalori Tiap sekali waktu makan.

Pasal 19 (Kerja Shift, Piket dan Pekerjaan dengan Risiko Tinggi

(1) Angota SP- PLN selaku pegawai Perseroan dapat ditugaskan untuk melaksanakan pekerjaan yang memerlukan kesinambungan kerja secara bergilir (shift), pekerjaan diluar jam kerja yang tidak meninggalkan tugas pokok (Piket) dan pekerjaan dengan risiko keselamatan kerja yang tinggi sesuai dengan ketentuan ketenagakerjaan dan keselamatan kerja yang berlaku.(2) Kepada Angota SP- PLN selaku pegawai Perseroan yang melaksanakan pekerjaan khusus sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus diberikan insentif berupa premi atau tambahan tunjangan.(3) Besarnya premi atau tambahan tunjangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) ditentukan berdasarkan hasil kesepakatan antara Perseroan dengan SP-PLN. (Sebagai lampiran PKB)(4) Pada prinsipnya wanita tidak diperbolehkan bekerja pada malam hari, kecuali dalam keadaan mendesak dan harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku.(5) Perseroan dapat mempekerjakan wanita pada malam hari apabila dimintakan ijin dari Dinas Ketenaga Kerjaan setempat berupa surat ijin kerja malam wanita.BAB VI

IJIN, CUTI, DAN MENINGGALKAN PEKERJAANPasal 20

Jenis Cuti

(1) Setiap Angota SP- PLN selaku pegawai Perseroan, setelah memenuhi persyaratan berhak atas istirahat sesuai ketentuan yang berlaku di Perseroan dengan tidak mengurangi ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(2) Cuti sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) terdiri atas :

a. Cuti tahunan;

b. Cuti besar;

c. Cuti bersalin.

(3) Selain Cuti, Angota SP- PLN selaku pegawai Perseroan mendapat ijin tidak masuk kerja karena :

a. Istirahat karena sakit;

b. Gugur kandungan dan Haid;

c. Ijin karena alasan penting.

d. Ijin di luar tanggungan Perseroan.

(4) Pejabat yang berwenang memberikan cuti sebagaimana dimaksud ayat (2) dan ayat (3) adalah sebagai berikut :

a. Bagi Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan di lingkungan PLN Pusat, oleh atasan langsung Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan yang bersangkutan serendah-rendahnya Manajer atau pejabat yang setingkat;

b. Bagi Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan di lingkungan PLN Unit dan Unit Pelaksana, oleh atasan langsung Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan yang bersangkutan serendah-rendahnya Asisten Manajer atau pejabat yang setingkat;

c. Bagi Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan di lingkungan PLN Sub Unit Pelaksana, oleh Kepala Sub Unit/Manajer Sub Unit Pelaksana.

(5) Pejabat yang berwenang memberikan ijin di luar tanggungan Perseroan adalah Direktur Sumber Daya Manusia dan Umum.

Pasal 21Ijin Karena Alasan Penting

(1) Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan yang melangsungkan pernikahan, Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan mengawinkan anaknya, anggota keluarga meninggal dunia yaitu Istri/Suami, orangtua/mertua atau anak, diberikan cuti selama 3 (tiga) hari kerja dan untuk pelaksanaan di luar tempat kedudukan yang memerlukan waktu untuk perjalanan diberikan cuti selama 7 (tujuh) hari kalender

(2) Saudara kandung Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan melangsungkan pernikahan, Istri Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan melahirkan anak, anak Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan dikhitan, membaptiskan anak dan saudara kandung Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan meninggal dunia, diberikan cuti selama 2 (dua) hari kerja dan apabila dilaksanakan di luar tempat kedudukan yang memerlukan waktu untuk perjalanan diberikan cuti selama 6 (enam) hari kalender.

(3) Melaksanakan ibadah haji dan ibadah keagamaan lainnya

Pasal 22Ijin Di luar Tanggungan Perseroan

(1) Ijin di luar tanggungan Perseroan dapat diberikan kepada Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan dengan ketentuan :

a. Mempunyai masa kerja sebagai Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan paling sedikit 5 (lima) tahun terus menerus di Perseroan;

b. Untuk kepentingan pribadi yang penting dan mendesak antara lain mengikuti Istri/Suami pendidikan di luar negeri atau dipindahkan ke kota lain.

(2) Lamanya ijin di luar tanggungan Perseroan paling sedikit 1 (satu) tahun dan paling lama 2 (dua) tahun serta dapat diperpanjang paling lama 1 (satu) tahun, selama menjalankan ijin di luar tanggungan Perseroan semua hak-hak kepegawaian tidak diberikan dan fasilitas Perseroan segera dikembalikan.

(3) Ijin di luar tanggungan Perseroan bukan hak Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan, sehingga ijin yang diberikan sesuai dengan pertimbangan kebutuhan Perseroan (penugasan negara).(4) Masa menjalani ijin di luar tanggungan Perseroan tidak dihitung sebagai masa kerja untuk menghitung masa kerja untuk kenaikan berkala, kenaikan reguler, hak cuti besar, penghargaan kesetiaan kerja dan masa kerja pensiun.

Pasal 23Cuti Tahunan

(1) Cuti tahunan diberikan kepada Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan yang telah bekerja paling sedikit 1 (satu) tahun terus menerus di Perseroan mulai tanggal diangkat sebagai Pegawai dalam masa percobaan, lamanya cuti tahunan adalah 12 (dua belas) hari kerja untuk setiap tahun.

(2) Jumlah hari cuti sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat ditambah dengan waktu perjalanan ke dan dari tempat pelaksanaan cuti yang lamanya 4 (empat) hari kalender untuk perjalanan pergi dan pulang.(3) Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan diijinkan untuk tidak masuk bekerja karena alasan pribadi yang penting selama 1 (satu) hari dalam 1 (satu) bulan dan tidak diperhitungkan dengan hak cuti tahunan. Hak Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan untuk tidak masuk bekerja karena alasan pribadi yang penting ini menjadi gugur apabila Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan sudah mengambil Ijin karena alasan penting.(4) Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan yang berhak atas cuti tahunan diberikan tunjangan cuti tahunan sebesar 2 (dua) kali Penghasilan Tetap pada bulan jatuh tempo hak cuti tahunan.

(5) Bagi Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan yang mengambil hak Cuti Tahunannya, maka Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan tersebut diberikan fasilitas transport untuk pergi - pulang ke Daerah Asal Kelahiran suami/istri pegawai(6) Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan yang melaksanakan hak cuti tahunan tidak dikenakan pemotongan apapun terhadap kompensasi kinerja maupun bonus.Pasal 24Cuti Besar

(1) Cuti besar diberikan kepada Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan yang telah bekerja paling sedikit 6 (enam) tahun terus menerus di Perseroan mulai tanggal diangkat sebagai Pegawai dalam masa percobaan.

(2) Hak cuti besar yang kedua dan seterusnya diberikan kepada Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan setelah 6 (enam) tahun bekerja terus menerus di Perseroan, terhitung mulai tanggal jatuh tempo cuti besar sebelumnya.(3) Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan yang berhak atas cuti besar diberikan tunjangan cuti besar sebesar 6 (enam) kali Penghasilan Tetap pada bulan jatuh tempo cuti besar dan tunjangan Cuti Tahunan tetap dibayarkan sebesar 2 (dua) kali penghasilan pada bulan jatuh tempo cuti, yang dimaksudkan sebagai bekal refreshing (penyegaran) bersama keluarganya.(4) Tunjangan cuti besar sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dibayarkan paling lambat tanggal 1 (satu ) pada bulan jatuh tempo cuti besar.(5) Lamanya cuti besar adalah 3 (tiga) bulan, dengan ketentuan Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan yang masih berhak atas cuti besar, hak cuti tahunannya menjadi gugur.(6) Hal-hal yang tidak diperhitungkan sebagai masa kerja untuk menetapkan hak cuti besar adalah sebagai berikut :

a. Istirahat karena sakit selama lebih dari 3 (tiga) bulan;

b. Diberhentikan sementara sebagai Pegawai(skorsing);

c. Ijin di luar tanggungan Perseroan.

(7) Cuti besar sebagaimana dimaksud dalam ayat (5) dapat dilaksanakan baik sekaligus atau secara bertahap paling sedikit 15 (lima belas) hari kalender, dalam kurun waktu sampai dengan 2 (dua) tahun berikutnya sejak tanggal jatuh tempo cuti besar, dan harus diajukan paling cepat 1 (satu) bulan sebelum pelaksanaan cuti besar.Pasal 25Cuti Bersalin

(1) Cuti bersalin diberikan untuk setiap persalinan dilaksanakan berdasarkan perkiraan persalinan dari Dokter/Bidan.

(2) Hak cuti bersalin sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah selama 3 (tiga) bulan. Pengaturan pelaksanaan cuti bersalin diserahkan sepenuhnya kepada Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan yang bersangkutan.

(3) Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan yang melaksanakan cuti bersalin, hak cuti tahunan pada tahun yang bersangkutan menjadi gugur.

Pasal 26(Cuti Bersama

(1) Perseroan wajib mengikuti ketentuan tentang Cuti bersama yang ditetapkan oleh Pemerintah.

(2) Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan yang melaksanakan cuti bersama tidak menyebabkan berkurangnya jumlah hari hak cuti tahunan atau hak cuti besar pada tahun berjalan.

(3) Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan yang sifat pekerjaanya memerlukan kesinambungan kerja secara bergilir (shift) atau Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan yang ditugaskan untuk melaksanakan tugas pada saat waktu cuti bersama, maka Perseroan wajib memberikan kompensasi insentif yang koefisienya disetarakan dengan kompensasi pada hari besar atau hari libur Nasional. (Lampiran PKB)Pasal 27Istirahat Sakit

(1) Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan yang menderita sakit berhak atas istirahat karena sakit.

(2) Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan yang tidak masuk bekerja karena sakit selama 1 (satu) atau 2 (dua) hari kerja harus memberitahukan secara tertulis kepada atasan langsungnya tanpa melampirkan Surat Keterangan Dokter

(3) Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan yang tidak masuk bekerja karena sakit selama 3 (tiga) sampai dengan 14 (empat belas) hari kalender, harus memberitahukan kepada atasan langsung dengan melampirkan surat keterangan dokter.

(4) Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan yang tidak masuk bekerja karena sakit selama 15 (lima belas) hari sampai dengan 6 (enam) bulan harus memberitahukan kepada atasan langsung dengan melampirkan surat keterangan dokter yang menyatakan perlunya perpanjangan istirahat karena sakit.

Pasal 28Sakit Berkepanjangan

(1) Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan yang menjalani istirahat karena sakit dapat diperpanjang sampai dengan paling lama berturut turut 2 (dua) tahun apabila secara periodik diuji oleh Dokter Majelis Penguji Kesehatan dan dinyatakan bahwa penyakitnya masih memerlukan perawatan lebih lanjut.

(2) Dalam hal setelah istirahat karena sakit selama 2 (dua) tahun setelah perpanjangan kedua ternyata belum sembuh, Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan tersebut diberhentikan dengan hormat karena uzur/cacat dengan diberikan hak-hak kepegawaian sesuai ketentuan yang berlaku.

Pasal 29Haid dan Gugur Kandungan

(1) Pegawai wanita tidak boleh diwajibkan bekerja pada hari pertama dan hari kedua waktu haid.

(2) Pegawai wanita yang mengalami gugur kandungan dapat diberikan istirahat selama 45 (empat puluh lima) hari kalender dengan menerima penghasilan penuh.

Pasal 30Hak Menyusui Anak

(1) Setiap Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan Perempuan yang anaknya masih menyusu harus diberi kesempatan sepatutnya untuk menyusui anaknya, jika hal itu harus dilakukan selama waktu kerja dengan ketentuan dilaksanakan di lingkungan tempat kerja.

(2) Untuk keperluan menyusui bagi Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Perseroan wajib menyediakan tempat khusus dengan fasilitas yang memadai.BAB 7

PENGHASILAN/PENGUPAHAN

Pasal 31Penghasilan Pegawai

(1) Setiap Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan berhak mendapatkan penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan(2) Penghasilan bertujuan untuk menciptakan kondisi yang menunjang budaya kerja produktif, memacu motifasi kerja dan mencerminkan keadilan sesuai dengan keahlian, kompetensi dan kontribusi Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan terhadap perusahaan.(3) Penentuan besaran penghasilan dan sistim penghasilan ditetapkan bersama antara Perseroan dan Serikat Pekerja dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan PKB ini.Pasal 32Komponen Penghasilan Pegawai

(1) Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan diberikan Penghasilan Tetap dan Penghasilan Tidak Tetap.

(2) Penghasilan Tetap (upah) meliputi :a. Gaji Pokok (P1) yang diberikan berdasarkan grade yang besarannya ditentukan berdasarkan kesepakatan antara perseroan dan SP b. Tunjangan Tetap (P2 fungsional) yang diberikan berdasarkan grade yang besarannya ditentukan berdasarkan kesepakatan antara perseroan dan SP (3) Penghasilan Tidak Tetap (pendapatan non upah) meliputi Insentif, bonus dan tunjangan-tunjangan

(4) Besaran nilai penghasilan tidak tetap sesuai ayat (3) ditentukan berdasarkan Kesepakatan Perseroan dan SP-PLN

PASAL 33(TUNJANGAN(1) Setiap Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan diberikan uang tunjangan tunjangan yang sesuai dengan kedudukan dan jabatannya

(2) Tunjangan tunjangan Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan meliputi :

a. Tunjangan Cuti Tahunan

b. Tunjangan Cuti Besar

c. Tunjangan Hari Raya

d. Tunjangan Winduan

e. Tunjangan Perumahan

f. Tunjangan Transportasi

g. Tunjangan Kemahalan

h. Tunjangan Tewas

i. Tunjangan Shift

j. Tunjangan Piket

k. Tunjangan Risiko Kerja

l. Tunjangan Jabatan Struktural

m. Tunjangan Jabatan ahli teknis / spesialis / Profesi(3) Besaran nilai Tunjangan sesuai ayat (2) ditentukan berdasarkan Kesepakatan Perseroan dan SP-PLN

Pasal 34Penyesuaian Penghasilan Terhadap Inflasi

1. Perusahaan menyesuaikan tingkat penghasilan Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan berdasarkan tingkat inflasi yang diperhitungkan secara kurnulatif 1 (satu) tahun berjalan terhadap Penghasilan Tetap untuk mempertahankan daya beli Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan.

2. Penyesuaian tingkat Penghasilan Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperhitungkan setiap bulan Januari tahun berikutnya dan besarannya mengacu pada angka yang ditetapkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dan diterbitkan paling lambat pada bulan Maret tahun berjalan.

Pasal 36

Penghargaan Terhadap Peningkatan Kompetensi dan Pengalaman Kerja (Berkala).(1) Kepada setiap Pekerja diberikan kenaikan Gaji Pokok secara berkala.

(2) Besarnya kenaikan Gaji Pokok secara berkala sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan prosentase tertentu dari penghasilan tetap yang ditetapkan atas faktor-faktor yang dituangkan dalam tabel kenaikan penghasilan berkala yang merupakan penghargaan terhadap peningkatan kompetensi dan pengalaman kerja Pegawai yang diberikan setiap semester.

(3) Besaran kenaikan berkala sebagai penghargaan terhadap peningkatan kompetensi dan pengalaman kerja dilakukan per semester minimal 5 % dari Penghasilan Tetap

Pasal 37

Kenaikan Penghasilan Pegawai

(1) Perseroan memberikan kenaikan penghasilan kepada Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan setiap 2 (dua) tahun untuk meningkatkan daya beli dan kesejahteraan Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan.

(2) Besarnya kenaikan penghasilan Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan prosentase tertentu dari penghasilan tetap Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan yang ditetapkan atas dasar kesepakatan Perseroan dan SP-PLN.(3) Pembayaran kenaikan Penghasilan Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibayarkan setiap akhir semester pertama Tahun berjalan.(4) Besaran prosentase tertentu sebagaimana yang dimaksud ayat (2) akan dihitung bersama antara Perseroan dan SP PLN.

Pasal 37Penghasilan bagi Pekerja Baru selama On The Job Training (OJT)Selama masa OJT, upah bagi calon Pegawai adalah gaji pokok dan tunjangan-tunjangan yang berhak diterimanya. Tidak kurang dari 80% dari gaji Pegawai PLN pada Level OJT Pasal 38Penghasilan Selama Cuti

Perseroan memberikan seluruh Penghasilan (penghasilan tetap, penghasilan tidak tetap) kepada Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan yang mengambil hak cutinya.

Pasal 39Pemberian Penghargaan Kesetiaan Kerja

(1) Sebagai Penghargaan bagi Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan yang telah menunjukan kesetiaan mengabdi di Perseroan diberikan Penghargaan Kesetiaan Kerja.(2) Penghargaan Kesetiaan Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan berupa Piagam Kesetiaan kerja 1 (satu) windu, 2 (dua) windu, 3 (tiga) windu dan 4 (empat) windu.(3) Masa kerja winduan yang diperhitungkan meliputi masa kerja sejak Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan mulai bekerja di Perseroan (termasuk Tenaga Harian), sedangkan yang tidak dihitung sebagai masa kerja untuk menentukan Winduan adalah masa menjalani hukuman disiplin dan masa cuti diluar tanggungan Perseroan.(4) Selain Piagam Kesetiaan Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2), kepada Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan yang bersangkutan juga diberikan Uang Penghargaan Winduan yang besarnya sebagai berikut :a) Penghargaan 2 (dua) windu, sebesar 2 (dua) kali Penghasilan Tetap bulan jatuh tempo;

b) Penghargaan 3 (tiga) windu, sebesar 3 (tiga) kali Penghasilan Tetap bulan jatuh tempo;

c) Penghargaan 4 (empat) windu, sebesar 4 (empat) kali Penghasilan Tetap bulan jatuh tempo;

(5) Bagi Anggota SP-PLN yang memasuki usia pensiun, akan tetapi belum mencapai 8 (delapan) tahun untuk winduan berikutnya maka pemberian Penghargaan Kesetian Kerja diperhitungkan secara proporsionalPasal 40Insentif Kerja Semester

Kepada Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan diberikan Insentif kerja semester sebagai:

(1) Penghargaan atas kinerja individu .

(2) Besaran Insentif Kinerja Semester sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) didasarkan pada hasil kinerja Unit, kinerja Individu dan jam kehadiran yang pembayarannya dilakukan secara bertahap berdasarkan periode penilaian kinerja unit dan kinerja individu.

(3) Formula Perhitungan Insentif Kinerja Semester sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibahas dan disepakati bersama Perseroan dan SP PLN (Lampiran PKB)(4) Perseroan wajib membayarkan Intensif Kerja Semester kepada seluruh Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan paling lama bulan ke-5 pada semester berikutnyaPasal 41Insentif Individu

(1) Insentif individu diberikan kepada Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan yang menjalani penugasan diluar tugas pokoknya sesuai pasal 87(2) Rincian dan besaran Insentif Individu diatur lebih lanjut oleh Perseroan dan SP PLN.Pasal 42Pajak Penghasilan Pegawai

(1) Perseroan menanggung seluruh beban Pajak Penghasilan Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan(2) Perseroan melaksanakan perhitungan, penyetoran dan melaporkan Pajak Penghasilan Seluruh Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal 56, sesuai peraturan perundang undangan yang berlaku

Pasal 43Bonus

(1) Setiap anggota SP-PLN dan pengurus perseroan berhak mendapatkan bonus dan atau tantiem atas keuntungan yang diperoleh dari usaha perseroan

(2) Besaran bonus dan atau tantiem ditentukan bersama oleh Perseroan dan SP-PLN

(3) Pembayaran bonus dan atau tantiem tidak dikaitkan dengan hasil nilai penilaian individu Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan.(4) Bonus dan atau tantiem dibagikan kepada seluruh anggota SP-PLN dan pengurus Perseroan secara proporsional sesuai dengan kinerja perusahaan.Pasal 44Penghasilan Selama Sakit

(1) Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan yang sakit sehingga tidak dapat masuk kerja, tetap diberikan Penghasilan Tetap oleh Perseroan, dengan ketentuan sebagai berikut :a. 100% sejak tidak masuk kerja sampai dengan bulan ke 6 (enam);

b. 80% sejak bulan ke 7 (tujuh) sampai dengan bulan ke 9 (sembilan) ;

c. 60% sejak bulan ke 10 (sepuluh) sampai dengan bulan ke 24 (duapuluh empat).

(2) Apabila Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan yang sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) setelah 24 (duapuluh empat) bulan berturut-turut masih tidak dapat masuk kerja karena belum sembuh dari penyakitnya yang dinyatakan Surat Keterangan dari Majelis Penguji Kesehatan Pegawai atau Lembaga/Dokter yang ditunjuk Perseroan, maka kepada Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan tersebut diberhentikan sebagai Pegawai dengan Hak Pensiun.

Pasal 45Penghasilan Pegawai Selama Penahanan

(1) Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan yang ditahan pihak berwajib untuk keperluan penyidikan dan atau pemeriksaan di persidangan pengadilan karena disangka atau didakwa melakukan tindak pidana, maka mulai saat penahanan tersebut, Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan yang bersangkutan berstatus sebagai Pegawai dalam masa penahanan oleh pihak yang berwajib.(2) Selama Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan dikenakan penahanan, pembayaran penghasilan hanya diberikan Penghasilan Tetap, sampai adanya putusan tetap dari pengadilan

(3) Dalam hal putusan pengadilan atau hasil penyidikan, Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan dinyatakan tidak bersalah maka yang bersangkutan harus direhabilitasi dan hak atas seluruh Penghasilanya dikembalikan sesuai ketentuan yang berlaku terhitung sejak tidak masuk bekerja karena ditahan.

(4) Dalam hal penahanan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) akibat dari kecelakaan lalu lintas, maka Serikat Pekerja dan Manajemen yang mempunyai bukti-bukti cukup bahwa kecelakaan lalu lintas tersebut bukan karena kesalahan Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan yang bersangkutan, maka seluruh Penghasilannya selama penahanan dibayar secara penuh paling lama selama 2 (dua) tahun.BAB VIII

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJAPasal 46Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)

(1) Perseroan wajib menerapkan SMK3 di setiap unit kerja dengan melibatkan SP-PLN.

(2) Penerapan SMK3 sebagaimana ayat (1) bertujuan untuk:

a. Meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja yang terencana, terukur, terstruktur dan terintegrasi;

b. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja;

c. Menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman dan efisien dan untuk mendorong produktivitas.

(3) Perseroan dalam menyusun rencana K3, harus melibatkan Ahli K3, Panitia Pembina K3 (P2K3), SP-PLN dan pihak lain yang terkait di Perseroan.

(4) Rencana K3 setidak-tidaknya meliputi tujuan dan sasaran, skala prioritas, upaya pengendalian bahaya, penetapan sumber daya, jangka waktu pelaksanaan, indikator pencapaian dan sistem pertanggungjawaban yang berkesinambungan.

(5) Penetapan kebijakan K3 dilaksanakan oleh Perseroan.

(6) Perseroan harus menyebarluaskan kebijakan K3 yang telah ditetapkan kepada seluruh anggota SP-PLN selaku Pegawai perseroan, dan lingkungannya. (7) Perseroan dalam melaksanakan K3 harus:

a. Menunjuk sumber daya manusia yang mempunyai kompetensi kerja dan kewenangan di bidang K3;

b. Melibatkan seluruh pegawai;

c. Melibatkan SP-PLN;

d. Membuat petunjuk K3 yang harus dipatuhi oleh seluruh pegawai, orang lain selain pegawai yang berada di Perseroan dan pihak lain yang terkait;

e. Membuat prosedur informasi;

f. Membuat prosedur pelaporan dan

g. Mendokumentasikan seluruh kegiatan.

(8) Perseroan wajib melakukan pemantauan dan evaluasi kinerja K3.

(9) Pemantauan dan evaluasi kinerja K3 dilakukan oleh Perseroan bersama SP-PLN melalui pemeriksaan, pengujian, pengukuran, dan audit internal SMK3 dilakukan oleh sumber daya manusia yang berkompeten.

(10) Dalam hal Perseroan tidak memiliki sumber daya untuk melakukan pemantauan dan evaluasi kinerja K3 dapat menggunakan jasa pihak lain.

(11) Untuk menjamin kesesuaian dan efektivitas SMK3, Perseroan wajib melakukan peninjauan.

(12) Peninjauan dilakukan terhadap kebijakan, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi.

(13) Hasil peninjauan digunakan untuk melakukan perbaikan dan peningkatan kinerja.

(14) Perbaikan kinerja SMK3 dapat dilaksanakan dalam hal:

a. Terjadi perubahan perundang-undangan;

b. Adanya tuntutan dari pihak terkait dan pasar;

c. Adanya perubahan produk dan kegiatan Perseroan;

d. Adanya perubahan struktur organisasi Perseroan;

e. Adanya perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan;

f. Adanya hasil kajian kecelakaan di tempat kerja;

g. Adanya pelaporan;

h. Adanya masukan dari SP-PLN.

(15) Penilaian penerapan SMK3 dilakukan oleh lembaga audit independen yang ditunjuk oleh Menteri atas permohonan Perseroan.

BAB IX

PLN BERSIH

Pasal 47Komitmen PLN Bersih

(1) Perseroan dan SP PLN menyepakati bahwa pengelolaan Perusahaan secara sehat berdasarkan good corporate governance untuk menuju PLN sebagai Perusahaan kelas dunia, baru dapat tercapai dengan selalu memegang komitmen PLN bersih.

(2) Perseroan dan SP PLN memandang bahwa untuk mewujudkan Komitmen PLN Bersih itu haruslah didukung oleh para stake holder yang terlibat di Perusahaan, terutama oleh pegawainya.

(3) Para stake holder selain pegawai dapat melaporkan adanya pelanggaran atau gejala pelanggaran perilaku melalui media komunikasi yang dibentuk oleh perseroan bersama SP-PLN(4) Media komunikasi seperti pada ayat (3) hanya dapat dibuka dan dilihat oleh pihak Perseroan adalah ............ dan pihak SP-PLN adalah Ketua Umum dan Sekjen.(5) Adalah kewajiban setiap Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan yang mengetahui adanya pelanggaran atau gejala pelanggaran perilaku untuk melaporkan kepada; atasan yang bersangkutan, pimpinan masing-masing satuan administrasi dan atau kepada lembaga hukum terkait.

(6) Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan yang terbukti mengetahui adanya pelanggaran atau percobaan pelanggaran dan tidak melaporkan, dianggap melakukan pelanggaran yang bobot pelanggarannya dinilai sama dengan pelakunya.

(7) Pimpinan/ atasan yang berusaha menutup-nutupi pelanggaran atau tidak mau memberikan hukuman kepada pelaku pelanggaran yang telah terbukti melakukan, dianggap melakukan pelanggaran dan akan dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

(8) Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan yang mengetahui dan melaporkan adanya penyimpangan atau penyalahgunaan wewenang yang secara nyata merugikan Perusahaan yang dilakukan oleh Pegawai/ Pejabat Perseroan, baik yang dilakukan sendiri atau bersama dengan pihak lain, dilindungi oleh Perusahaan dan diberikan penghargaan sebanding dengan besarnya biaya yang dapat dihemat atau yang dapat diselamatkan dari tindakan penyalahgunaan.

(9) Perlindungan terhadap pelapor adanya indikasi atau penyimpangan atau penyalahgunaan wewenang yang secara nyata merugikan Perusahaan adalah dalam bentuk jaminan keselamatan, kelangsungan kareir dan upaya tuduhan pencemaran nama baik.

(10) Besaran pemberian penghargaan kepada Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan adalah berupa kenaikan grade 2 (dua) tingkat dan minimal 10% dari biaya yang berhasil dihemat atau diselamatkan.

(11) Pemberian penghargaan sebagaimana ayat (8) akan ditetapkan dan disepakati oleh Perseroan dan SP PLN, melalui TIM yang dibentuk tersendiri yang terdiri dari 5 orang unsur Perseroan dan 5 orang unsur SP-PLN BAB X

JAMINAN SOSIAL DAN KESEJAHTERAAN TENAGA KERJAPasal 48Jaminan Sosial Tenaga Kerja

(1) Untuk memberikan perlindungan bagi Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan dalam melaksanakan tugas kewajibanya di Perseroan, maka kepada Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan diberikan Jaminan Sosial Pegawai.

(2) Jaminan Sosial Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan meliputi :

a. Jaminan Kecelakaan Kerja;

b. Jaminan Kematian;

c. Jaminan Hari Tua;

d. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan

e. Bantuan Ganti Rugi

(3) Jaminan Sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diselenggarakan secara mandiri oleh Perseroan.

(4) Jaminan sosial yang diselenggarakan secara mandiri oleh perseroan harus lebih baik kualitasnya dari jaminan-jaminan sosial yang diselenggarakan oleh pihak lain.

Pasal 49Kecelakaan Kerja

(1) Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan yang mengalami Kecelakaan Kerja diberikan Jaminan Kecelakaan oleh perseroan (2) Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan yang mengalami kecelakaan dinas dan mengakibatkan pegawai pensiun, maka jika masih memiliki anak yang menjadi tanggungan Perseroan, diberikan biaya pendidikan sampai Perguruan Tinggi.Pasal 50Tunjangan Kematian

(1) Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan yang meninggal dunia karena menjalankan tugas kewajibannya atau karena mendapat kecelakaan dinas berakibat tewas, berhak memperoleh tunjangan tewas sebesar 60 % x 80 x Penghasilan Tetap terakhir sebulan dan penyelenggaraan pemakaman ditanggung oleh Perseroan.

(2) Dalam hal keluarga/ahli waris yang bersangkutan memilih penyelenggaraan pemakaman sebagaimana dimaksud ayat (1) dilaksanakan sendiri, Perseroan memberikan bantuan pemakaman sebesar Rp 5.000.000,- (Lima juta rupiah).

(3) Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan yang meninggal dunia sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), pada saat pemakaman diberikan penghormatan terakhir oleh Dinas atas nama Perseroan dan jika meninggalkan Anak yang masih menjadi tanggungan Perseroan, diberikan biaya pendidikan sampai Perguruan Tinggi.Pasal 51(Jaminan Pemeriksaan dan Pemeliharaan Kesehatan

(1) Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan, keluarga Pegawai (Istri/Suami dan anak yang memenuhi syarat) yang terdaftar dan diakui di Perseroan berhak mendapatkan fasilitas Pemeriksaan dan pemeliharaan kesehatan.

(2) Istri/Suami yang bekerja di perusahaan/institusi lain diberikan fasilitas Pemeriksaan dan pemeliharaan kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dengan syarat perusahaan/institusi tempat istri/suami tersebut bekerja tidak menyelenggarakan fasilitas Pemeriksaan dan pemeliharaan kesehatan, yang dibuktikan dengan surat keterangan dari perusahaan/institusi tempat istri/suami tersebut bekerja.

(3) Suami dari Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan yang tidak mempunyai fasilitas Pemeriksaan dan pemeliharaan kesehatan dan dibuktikan dengan surat keterangan dari Kelurahan, diberikan fasilitas pemeliharaan kesehatan

(4) Pelaksanaan Penyelenggaraan Pemeliharaan Kesehatan Bagi Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan dan Keluarga yang ditanggung dibuat bersama antara Perseroan dan SP-PLN dan menjadi lampiran yang tak terpisahkan dengan PKB ini.

Pasal 52Pembinaan Rohani

(1) Perseroan wajib menyelanggarakan pembinaan rohani kepada Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan

(2) Dalam rangka meningkatkan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Perseroan mengadakan pembinaan Rohani kepada Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan secara rutin dan berkesinambungan.

(3) Khusus untuk pembekalan persiapan Pensiun Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan, Bagi Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan yang memilih paket umroh atau perjalanan rohani lainnya, Perseroan membiayai penuh seluruh perjalanan pergi pulang untuk suami dan Istri sesuai dengan besaran pembiayaan perjalanan rohani yang dilaksanakan oleh Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan. dan biaya perjalan tersebut diberikan sebelum pelaksanaan perjalanan rohani.

Pasal 53Rekreasi dan Olah Raga

(1) Dalam rangka meningkatkan produktivitas kerja dan menjaga optimalisasi sumber daya manusia, perseroan memberikan kesempatan untuk melaksanakan rekreasi dan olahraga kepada Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan dan keluarga yang terdaftar pada perseroan yang biaya keseluruhannya ditanggung perseroan,

(2) Perseroan wajib memfasilitasi paling sedikit satu kali dalam satu tahun untuk kegiatan rekreasi, bagi Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan yang berkerja di sekitar pantai diharapkan dapat berekreasi didaerah pegunungan dan bagi Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan yang berkerja di sekitar dataran tinggi diharapkan dapat berekreasi didaerah pantai.

(3) Dalam hal berolahraga diharapkan dapat melaksanakan jenis oleh raga yang dapat meningkatkan persatuan dan kebersamaan masing-masing unit PLN setempat.

Pasal 54Bantuan Kematian

(1) Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan yang meninggal dunia bukan karena menjalankan tugas kewajibannya atau bukan karena kecelakaan dinas, berhak memperoleh bantuan kematian sebesar 5 (lima) kali Penghasilan Tetap bulan terakhir, dengan ketentuan paling sedikit Rp. 25.000.000,- (dua puluh lima juta rupiah) dan penyelenggaraan pemakaman ditanggung oleh Perseroan tetapi jika dalam hal keluarga/ahli waris yang bersangkutan memilih penyelenggaraan pemakaman dilaksanakan sendiri, Perseroan memberikan bantuan pemakaman sebesar Rp 5.000.000,- (Lima juta rupiah).

(2) Bantuan kematian dan pemakaman adalah bantuan berupa uang yang diberikan kepada keluarga atau ahli waris dari Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan yang meninggal dunia dengan urutan sebagai berikut:

a. Janda/duda; atau

b. Anak kandung; atau

c. Orangtua kandung; atau

d. Cucu kandung; atau

e. Saudara kandung; atau

f. Kakek/nenek kandung; atau

g. Mertua; atau

h. Ahli waris

(3) Dalam hal Istri/Suami atau anak Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan yang terdaftar di Perseroan meninggal dunia, memperoleh bantuan kematian sebesar 3 (tiga) kali Penghasilan Tetap bulan terakhir, dengan ketentuan paling sedikit Rp. 15.000.000,- (Lima belas Juta rupiah) dan bantuan pemakaman sebesar Rp. 5.000.000,- (Lima juta rupiah) yang diberikan kepada Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan yang mengalami kematian keluargannya.

(4) Perseroan membiayai seluruh biaya transportasi Jenazah sesuai ayat (1) dan (3) dari tempat meninggal ke tempat pemakaman jenazah

(5) Bantuan Kematian diberikan berdasarkan surat kematian yang dikeluarkan oleh Lurah atau Kepala Desa setempat.

Pasal 55Bantuan Kacamata

(1) Perseroan memberikan bantuan kacamata kepada Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan, berdasarkan rekomendasi dokter yang mengharuskan menggunakan kacamata.

(2) Bantuan kacamata sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), terdiri atas :

a. Lensa dan bingkai kacamata yang diberikan untuk pertama dengan dioptri lensa paling sedikit minus 0,50 (nol koma lima puluh) atau plus 0,50 (nol koma lima puluh); atau

b. Penggantian lensa kacamata diberikan dalam hal dioptri lensa berubah paling sedikit 0,25 (nol koma dua puluh lima); atau

c. Penggantian bingkai kacamata diberikan dalam hal Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan yang bersangkutan telah menerima bantuan bingkai kacamata yang terakhir paling sedikit selama 3 (tiga) tahun.

(3) Bantuan kacamata diberikan dalam bentuk uang yang besarnya ditetapkan minimal sebagai berikut :

a. Lensa kacamata dan bingkai kacamata sebesar Minimal Harga Lensa Kacamata dan Bingkai Kacamata masing masing Kelas D

b. Penggantian lensa kacamata sebesar Minimal Harga Lensa Kacamata Kelas D

c. Penggantian bingkai kacamata sebesar Minimal Harga Bingkai Kacamata Kelas D d. Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan yang diberhentikan dengan hormat sebagai Pegawai dengan hak pensiun, dapat diberikan bantuan kacamata sama dengan yang diberikan pegawai aktif.Pasal 56Bantuan Ganti Rugi

(1) Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan yang terkena musibah akibat peristiwa luar biasa diluar kuasanya (force major) atau dalam hal melaksanakan tugas dinas atas perintah pejabat yang berwenang, diberikan bantuan ganti rugi dari Perseroan berdasarkan hasil investigasi Tim yang dibentuk bersama antara Perseroan dan SP PLN

(2) Besarnya bantuan Perseroan sebagaimana dimaksud ayat (1) diberikan maksimal sebesar Rp. 20.000.000,- (duapuluh juta rupiah)

(3) Bantuan ganti rugi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), meliputi bantuan terhadap :

a. Barang-barang milik Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan yang tidak dapat dipakai lagi, rusak dan atau musnah karena perjalanan dinas atau tugas dinas; atau

b. Rumah pribadi yang ditempati sendiri yang tidak dapat dipakai lagi, rusak dan atau musnah karena bencana alam dan atau kebakaran dan atau kerusuhan; atau

c. Barang-barang dan atau perabotan rumah tangga yang ditempati Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan tidak dapat dipakai lagi, rusak dan atau musnah karena bencana alam dan atau kebakaran.

d. Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan yang mengalami kecelakaan lalu lintas dalam melaksanakan tugas kedinasan dengan menggunakan fasilitas pribadi.(4) Bantuan ganti rugi sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), tidak diberikan dalam hal bencana alam banjir yang sifatnya musiman/rutin; kecuali bencana alam banjir yang pertama kali.

Pasal 57Pelaksanaan Jaminan Sosial

Pelaksanaan Jaminan Sosial bagi Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan diselenggarakan secara mandiri oleh Perseroan, dengan tetap mengacu pada ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 58Makan

(1) Perseroan menyediakan makan siang bagi Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan(2) Makan Siang yang diberikan adalah makanan yang memiliki kandungan kalori setara 1000 Kilo kalori

(3) Apabila Perseroan dalam hal tidak dapat menyediakan Makan siang maka dapat digantikan dengan uang senilai harga makanan yang setara 1000 Kilo Kalori Tiap sekali waktu makan.

(4) Perseroan menyediakan makanan tambahan (ekstra fooding) kepada Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan yang melaksanakan pekerjaan yang terpapar didareah sebagai berikut:

a. Daerah rawan radiasi

b. Daerah rawan bahan-bahan berbahaya

c. Daerah rawan kebisingan

d. Penyelaman

Pasal 59Pakaian Dinas dan Pakaian Kerja

(1) Perseroan wajib memberikan pakaian dinas minimal 2 (dua) stel untuk tiap semester bagi seluruh Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan dengan warna, model dan bahan yang berkwalitas yang disepakati oleh Perseroan dan SP-PLN melalui LKS Bipartit.

(2) Khusus Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan yang pekerjaanya meliputi operasioanal dan pemeliharaan, Perseroan wajib memberikan pakaian kerja minimal 1 (satu) stel untuk tiap semester dan wajib dipakai oleh Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan sesuai ketentuan yang berlaku.

Pasal 61

Bantuan Hukum

(1) Setiap Anggota SP-PLN berhak mendapatkan bantuan hukum dari Perseroan dalam rangka menjalani proses pemeriksaan saat dimintai keterangan (klarifikasi) sebagai terlapor dalam perkara Persaingan Usaha, sebagai saksi, tersangka dan terdakwa dalam perkara pidana atau perkara perdata sebagai Tergugat di Peradilan Tingkat Pertama, tingkat Banding, tingkat Kasasi dan Peninjauan Kembali.

(2) Setiap Anggota SP-PLN tidak wajib mengganti/mengembalikan biaya yang telah dikeluarkan oleh Perseroan apabila kesalahannya bukan sebagai akibat dari perbuatan yang dilakukan sendiri tetapi sebagai akibat dari adanya kebijakan Perseroan.

(3) Bantuan hukum diberikan dalam bentuk pembiayaan jasa Pengacara dan/atau Konsultan Hukum yang meliputi proses pemeriksaan saat dimintai keterangan (klarifikasi) sebagai terlapor dalam perkara Persaingan Usaha, sebagai saksi, tersangka, dan terdakwa dalam perkara pidana atau tergugat dalam perkara perdata di Peradilan Tingkat Pertama, tingkat Banding, tingkat Kasasi dan Peninjauan Kembali.

Pasal 61Bantuan Pinjaman

(1) Perseroan memberikan bantuan pinjaman lunak dalam bentuk uang kepada Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan yang telah memiliki masa kerja di Perseroan paling sedikit 5 (lima) tahun .

(2) Besaran pinjaman diberikan minimal 10 (sepuluh) kali penghasilan tetap Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan yang bersangkutan

(3) Bantuan pinjaman sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah sebagai berikut :

a. Pinjaman pembelian rumah atau perawatan rumah;

b. Pinjaman bagi pembelian kendaraan bermotor;

c. Pinjaman bagi yang terkena musibah bencana alam.

(4) Mekanisme pelunasan pinjaman dibayarkan secara cicilan dalam kurun waktu paling lama 10 (sepuluh) tahun

(5) Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan yang telah mendapatkan fasilitas ini dan karena suatu hal harus berhenti atau diberhentikan bekerja oleh Perseroan, maka wajib melunasi sisa pinjamannya sekaligus dan bersedia dipotong langsung dari pesangonnya.

(6) Pemberian bantuan pinjaman sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diberikan dalam rangka meningkatkan produktifitas perusahaan dan ketenangan serta kenyamanan kerja Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan.Pasal 62Koperasi Pegawai

(1) Koperasi Pegawai dibentuk dalam rangka meningkatkan salah satu kesejahteraan Pegawai yang kegiatan usahanya dijalankan berdasarkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Koperasi.

(2) Perseroan dan Serikat Pekerja berkewajiban mendorong, membantu, dan memajukan pengembangan koperasi.

Pasal 63Perjalanan Dinas

(1) Dalam rangka menunjang pelaksanaan kebijakan Perseroan dan atau kegiatan Serikat Pekerja, anggota SP-PLN selaku Pegawai dapat ditugaskan melaksanakan perjalanan dinas

(2) Perjalanan dinas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) terdiri atas perjalanan dinas dalam negeri dan perjalanan dinas luar negeri serta perjalanan dinas lainnya.(3) Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan yang ditugaskan melaksanakan perjalanan dinas diberikan biaya perjalanan dinas yang memadai dan dihitung sesuai jumlah waktu, jarak dan jenis perjalanan yang digunakan.(4) Jarak yang dimaksud dalam ayat (3) adalah jarak tempuh minimal 30 KM dari tempat kedudukan tempat unit kerja ke lokasi tujuan kerja atau keluar unit kerja.(5) Pengaturan mengenai Perjalanan Dinas.diatur lebih lanjut oleh Perseroan dan SP PLNBAB XI

PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN SDM

Pasal 64Jabatan Pegawai

(1) Setiap Pegawai diangkat dalam jabatan tertentu.

(2) Jenis jabatan terdiri atas :

a. Jabatan struktural;

b. Jabatan fungsional

1) Jabatan Fungsional Biasa

2) Jabatan Fungsional berbasis skill/ skill base (teknikal expert dan spesialis)(3) Jabatan Struktural dan Jabatan Fungsional Biasa diberikan berdasarkan struktur organisasi dan formasi jabatan yang ditetapkan oleh perseroan.

(4) Jabatan Fungsional berbasis skill dilakukan pada setiap bidang pekerjaan berdasarkan keahlian tertentu yang ditetapkan melalui mekanisme yang ditentukan bersama antara Perseroan dan SP-PLN

(5) Setiap jabatan dihargai dengan grade atau level kompetensi sebagai dasar pembinaan imbal jasa secara seimbang dan wajar sesuai kewajiban dan tanggung jawabnya.

(6) Pengangkatan dan penempatan Pegawai dalam jabatan dilakukan berdasarkan formasi jabatan dan formasi tenaga kerja yang ditetapkan bersama oleh Perseroan dan SP-PLN berdasarkan prinsip prinsip transparansi dan objektivitas.(7) Ketentuan tentang pengangkatan dan penempatan pegawai sebagaimana yang dimaksud ayat (6) diatur melalui kesepakatan bersama oleh Perseroan dan SP-PLN dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan Perjanjian Kerja BersamaPasal 65Sebutan Jabatan(1) Setiap pegawai memiliki sebutan Jabatan masing-masing, baik yang memegang jabatan fungsional biasa, jabatan fungsional ahli (skill base) maupun jabatan struktural (job base).

(2) Sebutan jabatan di Perusahaan adalah setara dengan sebutan jabatan yang berlaku di Perusahaan-Perusahaan lain di Indonesia.

(3) Pada kenyataannya sebutan jabatan pegawai PLN lebih rendah 3 (tiga) grade dari Perusahaan-Perusahaan lain seperti yang disebut pada ayat (2).

(4) Perseroan dan SP PLN memandang perlu untuk menyesuaikan sebutan jabatan seluruh anggota SP-PLN selaku pegawai PLN sesuai dengan yang seharusnya, menyesuaikan dengan kenaikan 3 (tiga) grade.

(5) Perseroan paling lambat dalam 3 (tiga) bulan sejak PKB ini ditandatangani sudah melakukan menyesuaian sebutan jabatan sekaligus penyesuaian pembayaran Gaji Pokok (P1) dan Tunjangan Tetap (P2) sesuai dengan sebutan jabatan yang baru.

(6) Pegawai yang diterima dari hasil rekruitmen baru selanjutnya diberlakukan sebagai berikut :

a. Untuk pendidikan SLTA atau sederajat dan telah mengikuti program Prajabatan PLN yang dilaksanakan Perusahaan diterima pada grade basic 2 (peringkat 20);

b. Untuk pendidikan D3 dan telah mengikuti program Prajabatan PLN yang dilaksanakan Perusahaan diterima pada grade spesifik 4 (peringkat 18);c. Untuk pendidikan S1 dan telah mengikuti program Prajabatan PLN yang dilaksanakan Perusahaan diterima pada grade spesifik 1 (peringkat 15);d. Untuk pendidikan S2 dan telah mengikuti program Prajabatan PLN yang dilaksanakan Perusahaan akan diterima pada grade system 4 (peringkat 14);

e. Untuk pendidikan S3 dan telah mengikuti program Prajabatan PLN yang dilaksanakan Perusahaan akan diterima pada grade system 1 (peringkat 11).

Pasal 66

Uraian Jabatan(1) Setiap sebutan Jabatan harus dibuatkan Uraian Jabatan yang dibuat oleh Perseroan dengan terlebih dahulu meminta masukan SP-PLN melalui LKS Bipartit.

(2) Uraian Jabatan sebagaimana dimaksud ayat (1) dijadikan sebagai dasar dan pedoman bagi Pegawai untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab pada jabatan tersebut dan sebagai lampiran Surat Keputusan Mutasi Jabatan.

(3) Uraian Jabatan mencakup hal-hal sebagai berikut :a. IdentitasJabatan;

b. Tujuan jabatan;

c. Dimensi jabatan;

d. Tanggung jawab utama;

e. Hubungan kerja;

f. Wewenang jabatan;

g. Tantangan jabatan;

h. Spesifikasi jabatan

(4) Uraian Jabatan secara berkala dapat dilakukan evaluasi untuk diselaraskan dan disesuaikan dengan proses bisnis Perseroan.

Pasal 67Penempatan Pegawai(1) Penempatan Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan ditentukan berdasarkan kebutuhan Perseroan sesuai dengan formasi jabatan dan formasi tenaga kerja yang telah ditetapkan dengan memperhatikan kesesuaian antara kebutuhan kompetensi jabatan dengan kompetensi Pegawai.

(2) Penempatan Pegawai ditetapkan, sebagai berikut :

a. Pegawai yang pengangkatannya menjadi wewenang PLN Pusat ditempatkan di seluruh wilayah Republik Indonesia;

b. Pegawai yang pengangkatannya menjadi wewenang Unit PLN ditempatkan di lingkungan kerja Unit PLN yang bersangkutan.

c. Pegawai yang wewenang penerimaan dan pengangkatannya oleh Pimpinan Unit PLN dapat dilakukan mutasi antar Unit setelah berada di Level Kompetensi System atau setelah masa kerja 15 tahun, kecuali jika mutasi tersebut atas permintaan sendiri atau mutasi karena sakit.Pasal 68Tugas Karya

(1) Untuk kepentingan Perseroan dan sebagai upaya pembinaan kompetensi, Pegawai dapat ditugas karyakan ke Instansi di luar Perseroan, termasuk Anak Perusahaan, Koperasi Pegawai dan Yayasan milik Perseroan atas persetujuan Pegawai yang bersangkutan.

(2) Selama ditugaskaryakan, Pegawai yang bersangkutan tetap dibina oleh Perseroan dan hak-haknya diberikan sebagaimana ketentuan PKB. (3) Dalam hal pelaksanaan pemintaan/mutasi berupa penugasan ke luar Perusahaan di Perusahaan' kemitraan dimana Perseroan memiliki saham minoritas atau instansi pemerintah :' maka penugasan tersebut paling lama 3 (tiga) tahun dan dapat diperparpanjang paling lama 3 (tiga) tahun.

(4) Apabila Pekerja yang telah berakhir masa penugasan ke luar Perusahaan sebagaimana dimaksud ayat (3) tidak bersedia kembali ke Perusahaan maka Pekerja dimaksud dianggap mengundurkan diri dari Perusahaan atas permintaan sendiri dan hak-haknya diberikan sesuai dengan ketentuan dalam PKB ini. (5) Pekerja yang ditugaskan keluar Perusahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) termasuk menjadi Pengurus/Direksi/Manajemen Anak Perusahaan dan harus melepaskan jabatannya di Perseroan.

(6) Ketentuan status, hak dan syarat-syarat kerja bagi Pekerja yang melaksanakan tugas sebagaimana tersebut pada ayat (3) diatur sebagai berikut :

a. Statusnya tetap sebagai Pekerja sepanjang yang bersangkutan tidak mengajukan permintaan pengunduran diri dari Perseroan;

b. Perseroan tidak berkewajiban menanggung upah, tunjangan dan fasilitas/bantuan kepada yang bersangkutan sepanjang telah diberikan/disediakan oleh Perusahaan/instansi tersebut kecuali apabila yang diterimanya lebih kecil maka Perseroan wajib memberikan sesuai dengan yang seharusnya diterima;

c. Kepada istri/suami/keluarga Pekerja tetap diberikan fasilitas/bantuan sepanjang tidak diberikan oleh Perusahaan/instansi tersebut;

d. Mengenai penilaian kinerja yang bersangkutan mengacu pada kinerja yang bersangkutan selama bekerja di Perusahaan/instansi tersebut;

e. Pekerja yang bersangkutan berkewajiban menjaga nama baik/citra Perseroan selama bekerja di Perusahaan/instansi tersebut.

(7) Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan yang telah selesai melaksanakan tugas karya dan ingin kembali ke Perseroan, maka Perseroan wajib menerima dengan grade satu tingkat lebih rendah dari grade terakhir yang disandangnya

Pasal 69Mutasi

(1) Mutasi dilakukan pada Jenis Jabatan yang sama atau lintas Jenis Jabatan setelah memenuhi persyaratan, berdasarkan prinsip-prinsip transparansi dan obyektivitas.

(2) Mutasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) terdiri atas:

a. Promosi;

b. Rotasi;(3) Promosi merupakan alih tugas dari satu Jabatan ke Jabatan lain yang memiliki persyaratan Kebutuhan Kompetensi Jabatan dan persyaratan Level Kompetensi lebih tinggi.

(4) Rotasi merupakan alih tugas dari satu Jabatan ke Jabatan lain yang memiliki persyaratan Kebutuhan Kompetensi Jabatan dan Level Kompetensi yang sama.Pasal 70Pelaksanaan Mutasi Jabatan(1) Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan yang melaksanakan mutasi jabatan diberikan kesempatan untuk melaksanakan orientasi kerja di Unit PLN yang baru paling lambat 1 (satu) bulan setelah keputusan mutasi jabatan diterima dan apabila dalam kurun 1 (satu) bulan tidak dilaksanakan, maka hak untuk melaksanakan orientasi kerja menjadi gugur.

(2) Dalam hal penundaan atau keterlambatan orientasi kerja tersebut disebabkan karena kepentingan dinas yang penting dan mendesak, harus dibuktikan dengan surat keterangan oleh Pegawai pada jenjang jabatan Manajemen Atas di PLN Pusat atau oleh Manajer PLN Unit yang bersangkutan.

(3) Pelaksanaan orientasi kerja yang penting dan mendesak sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dilaksanakan paling lambat 1 (satu) bulan terhitung sejak kepentingan dinas berakhir.

(4) Lamanya masa orientasi kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah 10 (sepuluh) hari kerja dan dilaksanakan sekaligus.

(5) SK Mutasi Jabatan wajib diumumkan terlebih dahulu dan selanjutnya diserahkan kepada Pegawai yang bersangkutan paling lama 15 (lima belas) hari kerja sejak SK Mutasi diterbitkan

(6) Mutasi jabatan wajib dilaksanakan paling lama 1 (satu) bulan sejak Pegawai menerima keputusan mutasi jabatan.

(7) Pegawai dan/atau Pejabat yang menyebabkan keterlambatan pelaksanaan mutasi, sebagaimana dimaksud dalam ayat (5), dapat dikenakan sanksi/hukuman disiplin.

(8) Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan yang telah memasuki usia 5 (lima) tahun sebelum memasuki usia pensiun normal diberikan kesempatan untuk mengajukan mutasi ketempat dimana Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan tersebut menghendaki untuk melaksanakan persiapan masa pensiun

Pasal 71Mutasi Jabatan Atas Permintaan Sendiri

(1). Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan dapat mengajukan permohonan mutasi jabatan atas permintaan sendiri apabila memenuhi seluruh persyaratan sebagai berikut :

a. Masa kerja di Perseroan paling sedikit 4 (empat) tahun terus menerus;

b. Unit penerima tersedia Formasi Jabatan (FJ) dan Formasi Tenaga Kerja (FTK);

c. Kompetensi Individu Pegawai sesuai dengan Kebutuhan Kompetensi Jabatan pada FJ dan FTK yang tersedia di Unit Penerima ;

d. Mendapatkan persetujuan dari Pejabat Yang Berwenang.

(2). Dalam hal tidak tersedia FJ dan FTK sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b, dapat mengajukan cuti/ijin di luar tanggungan Perseroan;

(3). Mutasi atas permintaan sendiri dan/ataucuti/ijin di luar tanggungan Perseroan dapat diberikan paling banyak 1 (satu) kali selama menjadi Pegawai, kecuali jika karena alasan mengikuti suami/isteri yang berstatus sebagai Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan Perseroan dapat diberikan paling banyak 2 (dua) kali selama menjadi Pegawai;

(4). Dalam hal mutasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) karena mengikuti suami/isteri yang berstatus sebagai Pegawai Perseroan, maka apabila permohonan Mutasi tersebut diijinkan, penempatan Pegawai diatur sebagai berikut:

a. Penempatan di Unit Penerima tidak boleh dalam satu Unit Kerja dengan suami/isteri;

b. Dalam hal di tempat suami/isteri yang dimutasikan tidak ada Unit lain, maka Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan yang mengajukan Mutasi atas permintaan sendiri ditempatkan di Unit yang sama dengan ketentuan antara suami/isteri tersebut tidak saling bertanggung jawab secara langsung dan penempatan tersebut tidak menimbulkan hal-hal yang dapat merugikan Perseroan sehubungan dengan tugas dan Jabatan dari suami/isteri tersebut.

(5). Semua biaya akibat Mutasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) menjadi tanggung jawab Pegawai.

(6). Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan dapat mengajukan permohonan Mutasi berdasarkan alasan kesehatan yang direkomendasikan oleh dokter Perseroan.

(7). Mutasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (6) wajib disetujui oleh Pejabat Yang Berwenang.

(8). Semua biaya akibat Mutasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (6) menjadi tanggung jawab Perseroan.

(9). Perseroan harus menjawab permohonan mutasi Anggota SP- PLN selaku pegawai Perseroan atas permintaan sendiri paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja sejak permohonan diterima;

(10). Dalam hal Proses permohonan dan persetujuan mutasi atas permintaan sendiri tidak disetujui maka dikomunikasikan didalam LKS Bipartit.

Pasal 72Pejabat Pengganti Sementara

(1). Penunjukan Pejabat Pengganti Sementara dimaksudkan untuk menjaga keberlangsungan tugas-tugas operasional sesuai dengan kewenangan dan tanggung jawab yang melekat pada Jabatan Struktural.

(2). Penunjukan Pejabat Pengganti Sementara bertujuan untuk mengatur tugas dan tanggung jawab, kewenangan serta hak dan kewajiban bagi Pegawai yang ditunjuk sebagai Pejabat Pengganti Sementara.(3). Aturan pelaksanaan Pejabat Pengganti Sementara masuk dalam lampiran PKB ini.

Pasal 73Penilaian (Pengukuran Nilai Kinerja) Kinerja Pegawai

(1). Sistem penilaian kinerja Pegawai menggunakan aplikasi Sistem Manajernen Kinerja Pegawai (SiMKP) yang berlaku dengan catatan sebagai berikut :

a. Sistem Manajemen Kinerja Pegawai disempurnakan berdasarkan hasil evaluasi secara berkala yang dilaksanakan oleh Perseroan bersama SP-PLN.

b. Rencana Kerja penyempurnaan Sistem Manajemen Kinerja Pegawai dituangkan dalam Berita Acara, lengkap dengan tentative schedule.

c. Penghargaan kepada Technical Exped/Specialisl diberikan sesuai dengan level kepakarannya.

d. Kalibrasi dan pagu dalam penilaian SIMKP tidak diberlakukan.

e. Dalam hal terjadi kesalahan penilaian karena sebab human-error maka koreksi penilaian dapat dilaksanakan oleh pejabat penilai dan harus disetujui pegawai yang dinilai.

(2). Setiap perubahan pada sistim penilaian harus disepakati bersama antara Perseroan dan SP-PLN.(3). Bagi pengurus SP-PLN yang berperan aktif dalam menjalankan organisasi maka nilai kinerja setiap semester minimal POTENSIAL.(4). Penilaian PDP lain bagi pengurus SP-PLN adalah

a. Pengurus yang keaktifannya sangat baik mendapatkan nilai P