draft buku pdrb 2014 bab 1-pustaka

99
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Banjar 1.1. LATAR BELAKANG Kota Banjar Sebagai Daerah Otonom Baru berdasarkan Undang- Undang Nomor 27 Tahun 2002, memiliki prospek yang sangat baik untuk cepat tumbuh dan berkembang. Posisi Kota Banjar yang strategis sebagai pintu gerbang Jawa Barat di sebelah Selatan, berbatasan dengan Jawa Tengah serta berada pada jalur lintas Selatan yang menghubungkan Jakarta-Bandung-Banjar dan Kota-kota besar di Jawa Tengah dan Jawa Timur diharapkan dapat memanfaatkan seoptimal mungkin, dalam hal ini Kota Banjar harus berperan sebagai Kota Transit dan pusat transaksi perdagangan, jasa dan industri yang berbasis komoditas pertanian sesuai keunggulan produksi andalannya. Kegiatan perekonomian masyarakat Kota Banjar yang sebagian besar masih berbasis pertanian, seperti : perkebunan, peternakan, perikanan dan lainnya sudah semestinya dikembangkan secara lebih luas di masa depan. Oleh karena itu, visi pemerintah Kota Banjar Tahun 2010-2014 yang dicanangkan,yaitu : DENGAN IMAN DAN TAQWA KITA WUJUDKAN MASYARAKAT KOTA BANJAR YANG AGAMIS, MANDIRI, DAN SEJAHTERA MENUJU BANJAR AGROPOLITAN” harus terus mendapat dukungan dan masukan konstruktif guna mewujudkannya. Sebagai kota agropolitan, kegiatan perekonomian Kota Banjar sangat berpeluang dikembangkan lebih luas ke bidang bisnis berbasis pertanian (agro bisnis), seperti agro industri, jasa-jasa pertanian, agro wisata, serta koleksi dan distribusi produk- produk pertanian. Pengembangan kegiatan-kegiatan pertanian sebagai basis ekonomi dapat menjadikan Kota Banjar menjadi salah satu sentral kegiatan ekonomi di wilayah Priangan Timur. Konsep kawasan agropolitan semakin populer dalam khasanah pembangunan masa kini, selain Kota Banjar ternyata beberapa kabupaten/kota lain di Indonesia telah mencanangkan diri sebagai Studi PDRB Kecamatan Kota Banjar Tahun 2010 – 2014 1 BAB I PENDAHULUAN

Upload: bappeda-kota-banjar

Post on 12-Apr-2016

48 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Draft Buku Pdrb 2014 Bab 1-Pustaka

TRANSCRIPT

Page 1: Draft Buku Pdrb 2014 Bab 1-Pustaka

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Banjar

1.1. LATAR BELAKANG

Kota Banjar Sebagai Daerah Otonom Baru berdasarkan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2002, memiliki prospek yang sangat baik untuk cepat tumbuh dan berkembang. Posisi Kota Banjar yang strategis sebagai pintu gerbang Jawa Barat di sebelah Selatan, berbatasan dengan Jawa Tengah serta berada pada jalur lintas Selatan yang menghubungkan Jakarta-Bandung-Banjar dan Kota-kota besar di Jawa Tengah dan Jawa Timur diharapkan dapat memanfaatkan seoptimal mungkin, dalam hal ini Kota Banjar harus berperan sebagai Kota Transit dan pusat transaksi perdagangan, jasa dan industri yang berbasis komoditas pertanian sesuai keunggulan produksi andalannya.

Kegiatan perekonomian masyarakat Kota Banjar yang sebagian besar masih berbasis pertanian, seperti : perkebunan, peternakan, perikanan dan lainnya sudah semestinya dikembangkan secara lebih luas di masa depan. Oleh karena itu, visi pemerintah Kota Banjar Tahun 2010-2014 yang dicanangkan,yaitu : “DENGAN IMAN DAN TAQWA KITA WUJUDKAN MASYARAKAT KOTA BANJAR YANG AGAMIS, MANDIRI, DAN SEJAHTERA MENUJU BANJAR AGROPOLITAN” harus terus mendapat dukungan dan masukan konstruktif guna mewujudkannya. Sebagai kota agropolitan, kegiatan perekonomian Kota Banjar sangat berpeluang dikembangkan lebih luas ke bidang bisnis berbasis pertanian (agro bisnis), seperti agro industri, jasa-jasa pertanian, agro wisata, serta koleksi dan distribusi produk-produk pertanian. Pengembangan kegiatan-kegiatan pertanian sebagai basis ekonomi dapat menjadikan Kota Banjar menjadi salah satu sentral kegiatan ekonomi di wilayah Priangan Timur.

Konsep kawasan agropolitan semakin populer dalam khasanah pembangunan masa kini, selain Kota Banjar ternyata beberapa kabupaten/kota lain di Indonesia telah mencanangkan diri sebagai kabupaten/kota agropolitan. Agropolitan didefinisikan dari gabungan kata Agro (pertanian) dan Politan (Polis=Kota), sehingga Agropolitan dapat diartikan sebagai kota pertanian yang tumbuh dan berkembang karena berjalannya sistem dan usaha agri bisnis di desa/kelurahan dan kawasan sentra produksi sebagai kota pertanian yang memiliki fasilitas yang dapat mendukung lancarnya pembangunan pertanian, yaitu : Jalan-jalan akses (jalan usaha tani), alat-alat mesin pertanian (traktor, alat-alat processing), pengairan/jaringan irigasi, lembaga penyuluh dan ahli teknologi, kios-kios sarana produksi dan pemasaran. Secara lebih luas, pengembangan kawasan agropolitan diharapkan dapat mendukung terjadinya sistem kota-kota yang terintegrasi. Hal ini ditunjukkan dengan keterkaitan antar kota dalam bentuk pergerakan barang, modal dan manusia. Melalui dukungan sistem infrastruktur transportasi yang memadai, keterkaitan antar kawasan agropolitan dan pasar dapat dilaksanakan. Dengan

Studi PDRB Kecamatan Kota Banjar Tahun 2010 – 2014 1

BAB I PENDAHULUAN

Page 2: Draft Buku Pdrb 2014 Bab 1-Pustaka

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Banjar

demikian, perkembangan kota yang serasi, seimbang dan terintegrasi dapat terwujud (Ruchyat Deni Djakapermana, 2003).

Tujuan pembangunan ekonomi pada hakikatnya adalah sebagai upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara lebih kongkret, pembangunan ekonomi ditujukan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, pemerataan pendapatan dan kesempatan kerja. Strategi pembangunan yang dilaksanakan pemerintah diantaranya adalah berupaya meningkatkan Laju Pertumbuhan Ekonomi dengan memacu pertumbuhan kategori-kategori dominan. Hal ini dilakukan dengan angapan proses perembesan ke bawah (trickle down effect) terus akan terjadi, sehingga kesejahteraan masyarakat dengan sendirinya dapat tercapai.

Kemajuan ekonomi secara makro seringkali banyak dilihat dari besaran Produk Domestik Bruto (PDRB) dan Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) nya. Secara konsepsi, PDRB menggambarkan seberapa besar proses kegiatan ekonomi (Tingkat Produktivitas Ekonomi) disuatu wilayah, yang dihitung sebagai akumulasi dari pencapaian nilai transaksi dari berbagai kategori ekonomi dalam kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, PDRB merupakan gambaran nyata hasil aktivitas pelaku ekonomi dalam memproduksi barang dan jasa. Indikator ini dapat digunakan sebagai bahan evaluasi perkembangan ekonomi dan sebagai landasan penyusunan perencanaan pembangunan ekonomi.

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkualitas dengan tidak mengesampingkan pemerataan pembangunannya merupakan salah satu cara yang ditempuh untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kota Banjar. Mengingat laju pertumbuhan ekonomi tertinggi selama 10 tahun terakhir berada di kisaraan 5 persen tentunya masih memungkinkan bagi Kota Banjar untuk terus memacu pertumbuhan ekonominya yang berkualitas, pembangunan infrastruktur dan fasilitas-fasilitas penunjang untuk menuju Banjar Agropolitan, yaitu dengan mengoptimalkan pasar modern Kota Banjar sebagai statsiun Agro, meningkatkan pangsa pasar produk-produk UMKM, meningkatkan kapasitas iptek sistem produksi pertanian dan agroindustrinya dengan memperlebar jangkauan promosi serta kerjasama investasi.

Selama ini PDRB baru dapat diketahui dari aspek produksinya saja, yaitu menurut lapangan usaha. Seiring kebutuhan daerah tentang informasi ekonomi makro semakin besar, Informasi data PDRB perlu diperluas dengan melihat pula dari sisi pengunaannya. Informasi data PDRB yang lengkap termasuk dari sisi pengunaannya akan memberi gambaran yang utuh tentang perilaku konsumsi dan investasi. Lebih jauh dapat dicermati bagaimana konsumsi masyarakat yang merupakan salah satu dari komponen permintaan akhir berkembang dan berperan terhadap pembentukan PDRB, juga seberapa andil investasi dalam mendongkrak pertumbuhan ekonomi sehingga pada gilirannya diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Informasi tentang pengeluaran konsumsi sangat penting untuk analisis ekonomi jangka pendek maupun jangka panjang. Konsumsi agregat ini merupakan penjumlahan dari konsumsi rumah tangga, pemerintah dan Lembaga Non Profit. Oleh karena itu

Studi PDRB Kecamatan Kota Banjar Tahun 2010 – 2014 2

Page 3: Draft Buku Pdrb 2014 Bab 1-Pustaka

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Banjar

komponen ini biasanya merupakan komponen utama dari multiplier, artinya jika komponen konsumsi mengalami perubahan maka tingkat keseimbangan pendapatan juga akan berubah dalam kelipatan lebih tinggi dibandingkan komponen lainnya. Disamping itu, informasi yang tidak kalah pentingnya adalah peran investasi dalam menyumbang peningkatan pertumbuhan ekonomi. Namun investasi merupakan komponen PDRB yang mudah sekali mengalami perubahan. Jika permintaan akan barang dan jasa pada suatu wilayah menurun, maka unsur yang paling utama mengalami penurunan adalah investasi, begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu, peran pemerintah sangat diperlukan sehingga tercipta stabilitas pasar dengan menjaga keseimbangan baik dari sisi penawaran/suplai dan permintaan sehingga tercipta equilibrium dalam proses pembangunan yang berkerlanjutan.

Pembangunan berkelanjutan juga harus memiliki tujuan akhir, yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk mewujudkannya, strategi pembangunan ditingkat nasional maupun regional harus ditekankan pada upaya pembangunan di segala bidang, baik infrastruktur, produksi, maupun distribusi, agar dapat memacu pertumbuhan ekonomi, menciptakan pemerataan dan adanya upaya peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Berdasarkan tujuan dan strategi pembangunan tersebut, maka pelaksanaan pembangunan harus diarahkan pada bidang-bidang yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Khususnya di bidang ekonomi, pembangunan harus diprioritaskan pada peningkatan yang bersamaan antara pertumbuhan ekonomi dengan pendapatan per kapita sehingga akan mendongkrak daya beli untuk dapat memenuhi segala kebutuhan masyarakat yang semakin beragam dewasa ini.

Akhirnya mengingat di era globalisasi ini semakin banyak faktor turut mempengaruhi perekonomian suatu wilayah, baik faktor internal maupun eksternal. Oleh karena itu, meskipun berbagai upaya telah dilakukan dalam mendongkrak perekonomian, langkah antisipasi terhadap hal-hal yang tidak diinginkan yang bisa menurunkan perekonomian secara langsung perlu terus dipikirkan. Faktor internal antara lain adalah stabilitas sosial politik; efektivitas pengelolaan keuangan negara maupun pelaku bisnis; efisiensi proses produksi, distribusi dan transaksi; serta keberhasilan proses otonomi dan desentralisasi. Sedangkan faktor eksternal antara lain kondisi dan pertumbuhan ekonomi negara-negara mitra dagang Indonesia, khususnya Amerika Serikat, Jepang, Eropa dan negara-negara tetangga; kebijakan moneter internasional; penanaman modal asing; serta konflik politik di wilayah negara-negara penghasil minyak maupun komoditas penting perdagangan dunia.

1.2. KEGUNAAN DATA PDRB

Dari sisi produksi, PDRB adalah penjumlahan nilai tambah (bruto) barang dan jasa yang dihasilkan oleh faktor-faktor produksi dalam suatu wilayah. Sedangkan dari sisi penggunaan, PDRB adalah penjumlahan dari pengeluaran konsumsi rumah tangga, konsumsi lembaga non profit, konsumsi pemerintah, investasi dan ekspor neto (ekspor

Studi PDRB Kecamatan Kota Banjar Tahun 2010 – 2014 3

Page 4: Draft Buku Pdrb 2014 Bab 1-Pustaka

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Banjar

ke luar wilayah dikurangi impor dari wilayah lain). Dengan demikian, PDRB merupakan gambaran nyata hasil berbagai aktivitas pelaku ekonomi dalam memproduksi barang dan jasa, serta pola penggunaannya. Indikator tersebut dapat digunakan sebagai bahan evaluasi perkembangan ekonomi dan sebagai landasan penyusunan perencanaan pembangunan ekonomi yang seimbang baik dari sisi pendapatan maupun pengeluaran.

Secara garis besar, angka PDRB mempunyai kegunaan untuk melihat gambaran perekonomian yang berkaitan dengan indikator-indikator turunannya antara lain:

a. Pertumbuhan ekonomi.b. Struktur ekonomi.c. Indeks harga implisit.d. Pendapatan per kapita.e. Perilaku konsumsi dan investasi.

1.2.1. Pertumbuhan Ekonomi

Angka PDRB disajikan dalam bentuk data series (deret waktu). Dengan mengikuti perkembangan data PDRB dari tahun ke tahun, maka dapat diperoleh gambaran apakah perekonomian tumbuh secara positif atau negatif. Pertumbuhan tersebut tidak hanya dilihat dari total PDRB nya saja, akan tetapi dilihat pula kategori lapangan usaha mana saja yang tumbuh dengan cepat dan pada kategori mana saja yang lambat atau bahkan cenderung turun.

1.2.2. Struktur Ekonomi

Struktur ekonomi tidak terlepas dari besarnya nilai tambah yang dihasilkan oleh unit-unit ekonomi yang dikelompokkan menurut kategori lapangan usaha. Dengan demikian, besarnya peranan masing-masing kategori dijelaskan oleh besarnya kontribusi PDRB kategori tersebut terhadap total PDRB.

Persentase tersebut biasanya dari tahun ke tahun akan bergeser. Apabila terdapat salah satu atau lebih kategori mengalami kenaikan, maka kategori yang lainnya akan ada yang turun. Komposisi persentase kategorial ini memberikan gambaran tentang struktur ekonomi suatu daerah, apakah termasuk daerah agraris, industrialis, atau yang lainnya.

1.2.3. Indeks Harga Implisit

Angka PDRB ditampilkan dalam dua versi yaitu atas dasar harga konstan dan atas dasar harga berlaku. PDRB Atas Dasar Harga Konstan dinilai dengan harga tahun dasar (dalam hal ini Tahun 2010) sehingga pertumbuhan yang digambarkan adalah

Studi PDRB Kecamatan Kota Banjar Tahun 2010 – 2014 4

Page 5: Draft Buku Pdrb 2014 Bab 1-Pustaka

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Banjar

pertumbuhan riil. PDRB Atas Dasar Harga Konstan kadang diistilahkan dengan PDRB Riil.

Sedangkan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dinilai dengan harga yang berlaku pada tahun tersebut. Akibatnya, pertumbuhan yang terjadi bukan lagi merupakan pertumbuhan riil, tetapi sudah dipengaruhi oleh kenaikan harga. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku kadang diistilahkan dengan PDRB Nominal.

Indeks Harga Implisit merupakan indeks yang dihitung dari PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dibagi PDRB Atas Dasar Harga Konstan. Pertumbuhan indeks ini digunakan sebagai indikator kenaikan harga secara umum akibat nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan oleh faktor produksi. Dalam konteks ini, kenaikan harga dimaksud diistilahkan dengan Inflasi PDRB.

1.2.4. Pendapatan Per Kapita

Untuk memperkirakan Pendapatan per kapita, maka dapat digunakan indikator PDRB per kapita sebagai pendekatan (proxy). PDRB per kapita adalah ukuran produktivitas dari faktor-faktor produksi dalam suatu wilayah untuk melakukan transformasi sebagai sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya finansial dalam proses produksi sehingga dapat menciptakan sejumlah pendapatan dimana pendapatan tersebut belum tentu seluruhnya diterima dan dinikmati masyarakat suatu wilayah tersebut.

1.2.5. Perilaku Konsumsi dan Investasi

PDRB menurut penggunaan yang mencakup komponen-komponen konsumsi, investasi dan perdagangan antar wilayah, menurunkan agregat-agregat makro mengenai pertumbuhan riil dan struktur/komposisi penggunaan akhir masing-masing komponen dalam menggunakan barang dan jasa.

Perilaku konsumsi dan investasi dapat dilihat dari seberapa besar dan laju pertumbuhan dan peranan konsumsi dan investasi dalam penggunaan PDRB. Perkembangan indikator ini dari tahun ke tahun juga dapat mencerminkan perkembangan tingkat kesejahteraan ekonomi masyarakat secara keseluruhan. Meskipun demikian, hal ini juga sangat dipengaruhi berbagai kondisi sosial dan politik di wilayah tersebut.

Studi PDRB Kecamatan Kota Banjar Tahun 2010 – 2014 5

Page 6: Draft Buku Pdrb 2014 Bab 1-Pustaka

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Banjar

1.3. PERGESERAN TAHUN DASAR

Pada umumnya struktur ekonomi suatu daerah dari tahun ke tahun mengalami perubahan pola konsumsi masyarakat, berikut tiga hal yang melatarbelakangi perubahan tahun dasar dari tahun 2000 ke tahun 2010:

a. Pengaruh perekonomian global terhadap struktur perekonomian nasional dalam sepuluh tahun terakhir;

b. Rekomendasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk mengimplementasikan System of National Accounts 2008 (SNA2008) dalam penyusunan PDB melalui kerangka Supply and Use Tables (SUT);

c. Menjaga konsistensi antara tiga pendekatan PDB dan memperkecil perbedaan antara PDB nasional dan PDRB.

Manfaat dari pergeseran tahun dasar 2000 ke tahun dasar 2010 ini yaitu:

a. Memberikan gambaran perekonomian nasional terkini:

1) Pergeseran struktur ekonomi;

2) Pertumbuhan ekonomi.

b. Meningkatkan kualitas data PDB/PDRB yang dihasilkan;

c. Menjadikan data PDB/PDRB dapat diperbandingkan secara Internasional.

Implikasi yang terjadi akibat adanya perubahan tahun dasar 2000 ke tahun dasar 2010 yaitu:

a. Meningkatnya nominal PDB, yang pada gilirannya akan berdampak pada pergeseran kelompok pendapatan suatu negara dari rendah, menjadi menengah, atau tinggi;

b. Akan mengubah indikator makro seperti rasio pajak, rasio hutang, rasio investasi dan tabungan, nilai neraca berjalan, struktur dan pertumbuhan ekonomi;

c. Akan menyebabkan perubahan pada input data untuk modelling dan forecasting.

Pergeseran tahun dasar pada PDRB Atas Dasar Harga Konsta dari Tahun 2000 ke Tahun 2010 dilandasi oleh beberapa alasan pokok sebagai berikut:

Studi PDRB Kecamatan Kota Banjar Tahun 2010 – 2014 6

Page 7: Draft Buku Pdrb 2014 Bab 1-Pustaka

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Banjar

a. Perekonomian Indonesia relatif stabil;

b. Telah terjadi perubahan struktur ekonomi selama 10 (sepuluh) tahun terakhir, terutama dibidang informasi dan teknologi serta transportasi yang berpengaruh terhadap pola distribusi dan munculnya produk-produk baru;

c. Rekomendasi PBB tentang pergantian tahun dasar dilakukan setiap 5 (lima) atau 10 (sepuluh) tahun sekali;

d. Teridentifikasinya pembaharuan konsep, definisi, klasifikasi, cakupan dan metodologi sesuai rekomendasi dalam SNA2008;

e. Tersedianya sumber data baru untuk perbaikan PDB seperti data Sensus Penduduk 2010 (SP2010) dan Indeks Harga Produsen (IHP)/ Producer Price Index (PPI);

f. Tersedianya kerangka kerja Supply and Use Tables (SUT) yang digunakan untuk benchmarking/menetapkan PDB.

System of National Accounts 2008 (SNA2008) atau Sistem Neraca Nasional (SNN) adalah rekomendasi internasional tentang bagaimana menyusun ukuran aktivitas ekonomi yang sesuai dengan standar neraca baku yang didasarkan pada prinsip-prinsip ekonomi. Rekomendasi yang dimaksud dinyatakan dalam sekumpulan konsep, definisi, klasifikasi, dan aturan neraca yang disepakati secara internasional dalam mengukur indikator tertentu seperti PDB.

Terdapat 118 revisi dari SNA sebelumnya dan 44 revisi merupakan revisi utama dalam SNA2008. Adopsi revisi SNA tersebut diantaranya:

1. Konsep & Cakupan: Cakupan output pertanian memperlakukan Cultivated Biological Resources (CBR) yaitu pertumbuhan asset alam hasil budidaya manusia yang belum di panen sebagai bagian dari output lapangan usaha bersangkutan. Contoh: nilai tegakan padi yang belum di panen, nilai sapi perah yang belum menghasilkan, nilai pohon kelapa sawit atau karet yang belum berbuah/dipanen.

2. Metodologi:Perbaikan metode penghitungan output bank dari Imputed Bank Service Charge (IBSC) menjadi Financial Intermediation Services Indirectly Measured (FISIM).

3. Valuasi:Nilai tambah bruto dinilai dengan harga dasar (basic price). Harga dasar merupakan harga ke ekonomian barang dan jasad itingkat produsen sebelum ada intervensi pemerintah dalam bentuk pajak dan subsidi atas produk.

Studi PDRB Kecamatan Kota Banjar Tahun 2010 – 2014 7

Page 8: Draft Buku Pdrb 2014 Bab 1-Pustaka

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Banjar

4. KlasifikasiKlasifikasi yang digunakan mengacu pada Internasional Standard Industrial Classification (ISIC rev.4) serta Central Product Classification (CPC rev.2). BPS mengadopsi kedua klasifikasi tersebut sebagai KBLI 2009 dan KBKI 2010.

Contoh perbandingan perubahan konsep dan metode dariSNA sebelumnya dan SNA 2008

Variabel Konsep Lama Konsep baru

1. Output Pertanian Hanya mencakup output pada saat panen

Output saat panen ditambah nilai hewan dan tumbuhan yang belum menghasilkan

2. Metode Penghitungan output bank komersial.

Menggunakan metode Imputed Bank Service Charge (IBSC)

Menggunakan Metode Financial Intermediation Services Indirectly Measured (FISIM)

3. Valuasi Nilai Tambah lapangan usaha dinilai dengan harga produsen

Nilai Tambah lapangan usaha dinilai dengan harga dasar

4. Biaya ekplorasi mineral dan pembuatan produk original

Dicatat sebagai biaya antara.

Dicatat sebagai biaya antara dan dikapitalisasi sebagai PMTB.

Klasifikasi PDB/PDRB menurut lapangan usaha tahun dasar 2000 (seri 2000) menggunakan Klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia 1990 (KLUI 1990), sedangkan pada PDB/PDRB tahun dasar 2010 (seri 2010) menggunakan KBLI 2009. Sementara klasifikasi PDB/PDRB menurut penggunaan tahun dasar 2010 secara garis besar tidak banyak mengalami perubahan. Perbandingan keduanya pada tingkat yang paling agregat seperti tabel berikut :

Studi PDRB Kecamatan Kota Banjar Tahun 2010 – 2014 8

Page 9: Draft Buku Pdrb 2014 Bab 1-Pustaka

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Banjar

Perubahan Klasifikasi PDRB Lapangan Usaha Dasar 2000 dan 2010:

PDRB Seri 2000 PDRB Seri 2010

Sektor Lapangan Usaha Industri Lapangan Usaha1 Pertanian, Peternakan,

Kehutanan,dan Perikanan1 Pertanian, Kehutanan dan Perikanan

2 Pertambangan dan penggalian 2 Pertambangan dan penggalian

3 Industri Pengolahan 3 Industri pengolahan

4 Listrik, Gas dan Air Bersih 4 Pengadaan Listrik dan Gas

5 Konstruksi 5 Pengadaan Air

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 6 Konstruksi

7 Pengangkutan dan komunikasi 7 Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor

8 Keuangan, Real Estate Dan Jasa Perusahaan

8 Transportasi dan Pergudangan

9 Jasa-Jasa 9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

10 Informasi dan Komunikasi

11 Jasa Keuangan

12 Real Estate

13 Jasa Perusahaan

14 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

15 Jasa pendidikan

16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

17 Jasa Lainnya

Studi PDRB Kecamatan Kota Banjar Tahun 2010 – 2014 9

Page 10: Draft Buku Pdrb 2014 Bab 1-Pustaka

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Banjar

Perbandingan Klasifikasi PDRB Lapangan Usaha 2000 dan 2010:

Studi PDRB Kecamatan Kota Banjar Tahun 2010 – 2014 10

Page 11: Draft Buku Pdrb 2014 Bab 1-Pustaka

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Banjar

Untuk memperoleh gambaran menyeluruh tentang kegiatan-kegiatan ekonomi dalam suatu negara atau region, dapat dilihat melalui neraca ekonominya. Adapun penyajiannya dapat dibuat dalam berbagai bentuk sesuai dengan tujuan penggunaannya. Dalam bab ini akan diuraikan konsep dan definisi yang digunakan untuk menghitung pendapatan regional. Konsep dan definisi amat diperlukan untuk dapat memahami lebih lanjut data yang tersedia.

2.1. DOMESTIK DAN REGIONAL

Dalam konsep pendapatan, hanya digunakan konsep “Domestik” yang berarti seluruh nilai tambah yang ditimbulkan oleh berbagai kegiatan ekonomi di suatu wilayah Kabupaten/Kota tanpa memperhatikan siapa pemilik faktor produksinya.

Pengertian “Region” di sini dapat merupakan Provinsi atau Kabupaten/Kota dan daerah administrasi yang lebih rendah. Dengan kata lain, PDRB menunjukkan kemampuan suatu daerah dalam menghimpun pendapatan/balas jasa kepada faktor produksi yang ikut dalam proses di daerah tersebut.

2.2. PRODUK DOMESTIK DAN PRODUK REGIONAL

Jika seluruh produk barang dan jasa yang diproduksi di wilayah domestik tanpa memperhatikan faktor produksinya berasal dari luar region atau dimiliki oleh penduduk region tersebut, maka merupakan produk domestik region yang bersangkutan. Pendapatan yang timbul karena adanya kegiatan produksi tersebut merupakan pendapatan domestik.

Wilayah domestik suatu region meliputi wilayah yang berada di dalam batas geografis region tersebut. Kenyataan menunjukkan ada sebagian dari faktor produksi yang digunakan dalam kegiatan produksi di suatu region berasal dari region lain. Hal ini menyebabkan nilai produk domestik di suatu region tidak sama dengan pendapatan yang diterima penduduk region tersebut.

Adanya arus pendapatan yang mengalir antar region ini (termasuk dari/ke luar negeri) yang umumnya berupa upah gaji, bunga, deviden dan keuntungan, menimbulkan perbedaan antara produk domestik dan produk regional. Produk Regional adalah produk domestik ditambah pendapatan dari luar region dikurangi pendapatan yang dibayarkan ke luar region tersebut. Jadi Produk Regional merupakan produk yang ditimbulkan oleh faktor produksi yang dimiliki oleh penduduk suatu region tanpa memperhatikan di mana terjadinya proses produksi.

Studi PDRB Kecamatan Kota Banjar Tahun 2010 – 2014 11

BAB II KONSEP DAN DEFINISI

Page 12: Draft Buku Pdrb 2014 Bab 1-Pustaka

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Banjar

2.3. PRODUK DOMESTIK REGIONAL

2.3.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Berlaku

Angka Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku diperoleh dengan menjumlahkan nilai tambah bruto (gross value added) yang ada dari seluruh kategori perekonomian di wilayah itu.

Jadi dengan menghitung nilai tambah bruto dari masing-masing kategori dan menjumlahkannya, diperoleh produk domestik regional bruto atas harga berlaku.

2.3.2. Produk Domestik Regional Netto (PDRN) Atas Dasar Harga Berlaku

Perbedaan antara konsep netto dengan konsep bruto ialah pada konsep bruto, komponen penyusutan termasuk di dalamnya dan pada konsep netto komponen penyusutan dikeluarkan. Jadi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dikurangi penyusutan, diperoleh PDRN Atas Dasar Harga Berlaku.

Yang dimaksud penyusutan di sini ialah nilai susutnya (ausnya) barang-barang modal yang terjadi selama barang-barang modal tersebut turut dalam proses produksi. Jika nilai susut barang-barang modal dari seluruh kategori ekonomi dijumlahkan, maka hasilnya merupakan “penyusutan” yang dimaksud di atas.

2.3.3. Produk Domestik Regional Neto (PDRN) Atas Dasar Biaya Faktor

Perbedaan antara konsep biaya faktor di sini dengan konsep harga Berlaku di atas ialah adanya pajak tidak langsung yang dipungut pemerintah dan subsidi yang diberikan oleh pemerintah kepada unit-unit produksi.

Pajak tidak langsung ini meliputi pajak pertambahan nilai, bea ekspor dan impor, cukai dan lain-lain pajak kecuali pajak penghasilan dan pajak perseroan. Pajak tidak langsung dari unit-unit produksi dibebankan pada biaya produksi atau pada pembeli sehingga berakibat menaikan harga barang.

Subsidi yang diberikan pemerintah kepada unit-unit produksi dapat mengakibatkan penurunan harga. Jadi pajak tidak langsung dan subsidi mempunyai pengaruh terhadap harga barang-barang yaitu pajak tidak langsung berpengaruh menaikan harga dan subsidi berpengaruh menurunkan harga.

Karenanya jika pajak tidak langsung dikurangi subsidi maka diperoleh pajak tidak langsung neto dan jika PDRN Atas Dasar Harga Berlaku dikurangi pajak tidak langsung neto maka diperoleh PDRN Atas Dasar Biaya Faktor.

Studi PDRB Kecamatan Kota Banjar Tahun 2010 – 2014 12

Page 13: Draft Buku Pdrb 2014 Bab 1-Pustaka

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Banjar

2.4. PENDAPATAN REGIONAL

Dari beberapa konsep yang diterangkan di atas, ternyata PDRN Atas Dasar Biaya Faktor merupakan jumlah balas jasa faktor-faktor produksi yang turut dalam proses produksi di region tersebut. PDRN Atas Dasar Biaya Faktor merupakan jumlah dari pendapatan yang berupa upah dan gaji, bunga, sewa tanah dan keuntungan yang ada atau merupakan pendapatan yang berasal dari region tersebut.

Pendapatan yang dihasilkan itu tidak seluruhnya menjadi pendapatan penduduk region tersebut, karena ada sebagian pendapatan yang diterima oleh penduduk region lain. Misalnya jika suatu perusahaan yang modalnya dimiliki oleh orang luar dan perusahaan itu beroperasi di region tersebut, maka keuntungan perusahaan itu sebagian menjadi milik orang luar yakni milik orang luar yang mempunyai modal itu.

Sebaliknya, jika ada penduduk region ini yang menanamkan modalnya di luar region maka sebagian keuntungan perusahaan itu mengalir ke dalam region tersebut dan menjadi pendapatan pemilik modal itu.

Jika PDRN Atas Dasar Biaya Faktor dikurangi pendapatan yang mengalir ke luar dan ditambah pendapatan yang mengalir ke dalam maka hasilnya merupakan PDRN yang merupakan jumlah pendapatan yang diterima (income receipt) oleh seluruh penduduk yang tinggal di region dimaksud dan Produk Regional Neto itu merupakan Pendapatan Regional.

Jika Pendapatan Regional yang tinggal di region dimaksud maka menghasilkan suatu Pendapatan Per Kapita.

2.5. PENDAPATAN PERORANGAN

Berdasarkan uraian di atas, konsep-konsep yang dipakai dalam Pendapatan Regional dapat diurutkan sebagai berikut :

(1). PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (GRDP At Market Prices) dikurangi penyusutan, akan sama dengan

(2). PDRN Atas Dasar Harga Berlaku (NRDP At Market Prices) dikurangi pajak tidak langsung neto, akan sama dengan

(3). PDRN Atas Dasar Biaya Faktor (NRDP At Factor cost) ditambah pendapatan neto yang mengalir dari luar daerah/luar negeri, akan sama dengan

(4). Pendapatan Regional (Regional Income).

Dikurangi pajak pendapatan perusahaan (Corporate Income Taxes), keuntungan yang tidak dibagikan (Distributed Profit), iuran kesejahteraan sosial (Sosial Security Contribution) dan ditambah transfer yang diterima oleh rumah tangga, bunga neto atas hutang pemerintah, akan sama dengan

Studi PDRB Kecamatan Kota Banjar Tahun 2010 – 2014 13

Page 14: Draft Buku Pdrb 2014 Bab 1-Pustaka

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Banjar

(5). Pendapatan Perorangan (Personal Income).dikurangi pajak rumah tangga, transfer yang dibayarkan oleh rumah tangga, akan sama dengan

(6). Pendapatan yang siap dibelanjakan (Disposable Income).

Susunan di atas memperlihatkan bahwa pendapatan perorangan merupakan pendapatan yang diterima oleh rumah tangga dan tidak seluruh Pendapatan Regional diterima oleh rumah tangga.

Hal tersebut disebabkan karena sebagian pendapatan tidak dibayarkan kepada rumah tangga melainkan diterima oleh Pemerintah berupa pajak. Keuntungan yang tidak dibagikan, disimpan di perusahaan-perusahaan guna menambah modal dan dana jaminan sosial dibayarkan kepada instansi yang berwenang.

Sebaliknya, rumah tangga menerima tambahan yang merupakan “transfer payment”, baik dari Pemerintah maupun perusahaan dan bunga neto atas hutang Pemerintah. Jika pendapatan perorangan tersebut dikurangi pajak yang langsung dibebankan kepada rumah tangga dan hibah yang diberikan oleh rumah tangga, maka hasilnya merupakan pendapatan yang siap dibelanjakan (Disposable Income).

2.6. PENDUDUK PERTENGAHAN TAHUN

Jumlah penduduk yang biasa digunakan sebagai pembagi dalam perhitungan PDRB agar diperoleh PDRB per kapita adalah jumlah penduduk pertengahan tahun. Jumlah penduduk tersebut merupakan rata-rata jumlah penduduk pada tahun yang bersangkutan. Yang dimaksud dengan Penduduk Pertengahan Tahun adalah jumlah penduduk pada akhir tahun ditambah penduduk awal tahun dibagi dua.

Adapun yang dimaksud dengan penduduk suatu region adalah individu atau rumah tangga yang bertempat tinggal tetap di wilayah domestik region tersebut, kecuali:

(1). Wisatawan asing dan wisatawan domestik region lain yang tinggal di domestik region tersebut kurang dari enam bulan dan bertujuan untuk bertamasya atau berlibur, berobat, beribadah, kunjungan keluarga, pertandingan olah raga nasional atau internasional, konferensi atau pertemuan rapat lainnya dan kunjungan, dalam rangka belajar atau melakukan penelitian.

(2). Awak kapal laut dan pesawat udara luar negeri dan luar region yang kapalnya masuk dok atau singgah di region tersebut.

(3). Pengusaha asing dan pengusaha region lainnya yang berada di daerah tersebut kurang dari enam bulan, pegawai perusahaan asing dan pegawai perusahaan region lainnya yang berada di domestik region tersebut kurang dari enam bulan. Misalnya untuk membangun jembatan dengan membeli peralatan dari mereka.

Studi PDRB Kecamatan Kota Banjar Tahun 2010 – 2014 14

Page 15: Draft Buku Pdrb 2014 Bab 1-Pustaka

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Banjar

(4). Pekerja musiman yang bekerja dan bertempat tinggal di domestik region tersebut. Tujuannya hanya sebagai pekerja musiman. Anggota diplomatik dan konsulat yang ditempatkan di domestik region tersebut.

(5). Pegawai badan internasional/nasional yang bukan penduduk daerah tersebut untuk melakukan misi selama kurang dari enam bulan.

2.7. BARANG DAN JASA

Barang dan jasa diproduksi untuk dikonsumsi, barang adalah produksi yang berbentuk fisik sedangkan jasa adalah produksi yang tidak berbentuk fisik. Barang dan jasa diproduksi melalui suatu proses produksi atas peran serta faktor produksi yang terdiri dari tanah, tenaga kerja, modal dan wiraswasta.

Proses produksi didefinisikan sebagai suatu proses yang menciptakan atau menambah nilai kegunaan atau manfaat baru (secara umun disebut nilai tambah).

Pada dasarnya barang dan jasa digunakan sebagai bahan dan alat, baik oleh rumah tangga maupun produsen. Disebut sebagai bahan apabila habis sekali pakai dalam proses produksi dan disebut sebagai alat apabila dapat dipakai berkali-kali dalam proses produksi.

Seluruh jasa pada umumnyan habis sekali pakai dalam proses produksi maupun konsumsi. Barang yang diproduksi/digunakan dapat dibedakan antara barang tahan lama dan barang tidak tahan lama.

Barang dan jasa menurut penggunaannya dibedakan sebagai berikut:

(1). Barang dan jasa untuk permintaan antara yaitu barang dan jasa yang digunakan sebagai konsumsi antara di dalam proses produksi.

(2). Barang dan jasa untuk permintaan akhir yaitu barang dan jasa yang digunakan untuk permintaan akhir, antara lain digunakan sebagai barang konsumsi, barang modal dan ekspor.

2.8. HARGA PRODUSEN DAN HARGA KONSUMEN

Barang dan jasa yang dihasilkan oleh produsen dinilai atas dasar harga produsen. Harga produsen adalah suatu tingkat harga yang diterima oleh produsen yang terjadi pada transaksi pertama.

Harga produsen meliputi seluruh biaya yang dikeluarkan oleh produsen untuk memproduksi barang dan jasa termasuk keuntungan normal dan pajak tidak langsung neto.

Studi PDRB Kecamatan Kota Banjar Tahun 2010 – 2014 15

Page 16: Draft Buku Pdrb 2014 Bab 1-Pustaka

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Banjar

Harga produsen tidak termasuk margin perdagangan dan biaya pengangkutan, karena margin perdagangan dan biaya pengangkutan merupakan output dari kegiatan perdagangan, penyaluran dan pengangkutan yang menghubungkan produsen dengan konsumen.

Untuk pemakai/konsumen, barang dan jasa yang digunakan dinilai atas dasar harga pembeli/harga konsumen yakni harga barang dan jasa sampai di tempat pembeli. Harga konsumen ini termasuk margin perdagangan dan biaya pengangkutan yang dilakukan oleh pihak lain dan tidak termasuk biaya pengangkutan yang dilakukan oleh pembeli. Produksi yang berbentuk jasa, harga produsen sama dengan harga konsumen karena jasa diproduksi dan langsung di konsumsi pada saat yang sama.

2.9. OUTPUT

Output adalah nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit dalam suatu periode waktu tertentu. Output meliputi:

(1). Barang dan jasa yang diproduksi untuk tujuan dijual. Barang dan jasa yang diproduksi selama satu periode sebagian dijual pada periode yang sama dan sebagian dikonsumsi sendiri atau diberikan kepada pegawainya. Sisanya merupakan stok produsen dalam bentuk barang jadi atau setengah jadi. Barang setengah jadi meliputi barang yang ada dalam proses pembuatan atau perakitan.

Barang setengah jadi kategori konstruksi termasuk dalam output barang jadi kategori tersebut dan langsung dimasukkan sebagai pembentukan modal tetap bruto. Pertambahan nilai dari kayu dan tanaman yang tumbuh, tidak termasuk dalam perhitungan output karena belum dianggap komoditi.

Output dari kategori yang memproduksi barang untuk diberlakukan selama satu periode tertentu, tidak sama dengan penerimaan penjualan pada periode tersebut. Barang yang siap dijual pada satu periode sebagian diperoleh dari stok periode sebelumnya.

Sebaliknya, jika barang yang diproduksi pada periode tersebut tidak seluruhnya terjual pada periode yang sama maka sebagian merupakan stok untuk dijual pada periode selanjutnya.

(2). Barang sisa dan produksi ikutan. Barang sisa dan produksi ikutan adalah barang yang dihasilkan bersama-sama dengan produk utama misalnya jerami padi, klobot jagung, sisa guntingan kaleng, plastik dan sebagainya.

(3). Margin penjualan barang bekas. Barang bekas adalah barang yang telah digunakan sebagai konsumsi. Untuk penjualan barang modal bekas, nilai yang dimasukkan ke dalam penghitungan output adalah selisih nilai penjualan dengan nilai buku barang tersebut. Yang dimaksud dengan nilai buku adalah nilai barang tersebut setelah disusutkan.

Studi PDRB Kecamatan Kota Banjar Tahun 2010 – 2014 16

Page 17: Draft Buku Pdrb 2014 Bab 1-Pustaka

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Banjar

(4). Margin perdagangan dan biaya lainnya dalam pemindahan hak atas tanah, hak usaha, hak sewa, hak paten dan sebagainya.

(5). Bunga yang termasuk dalam nilai penjualan secara kredit.

(6). Imputasi biaya atas pelayanan bank dan lembaga keuangan lainnya. Imputasi biaya atas pelayanan (imputed service charges) bank dan lembaga keuangan lainnya adalah merupakan selisih bunga yang diterima dikurangi bunga yang dibayar.

(7). Sewa untuk gedung, peralatan dan barang-barang lainnya. Imputasi sewa untuk bangunan tempat tinggal milik sendiri termasuk di dalam perincian ini.

Sewa tanah pertanian dan tanah untuk penggunaan lainnya tidak termasuk dalam perincian ini tetapi dipisah sebagai pendapatan atas kepemilikan (property income). Untuk memisahkan sewa tanah dengan sewa bangunan yang pembayarannya tergabung, ditentukan sewa yang mempunyai proporsi paling besar.

(8). Barang dan jasa yang diproduksi untuk digunakan sendiri. Barang dan jasa yang diproduksi untuk digunakan sendiri meliputi barang dan jasa untuk konsumsi dan pembentukan modal.

2.10. KONSUMSI ANTARA

Konsumsi antara terdiri dari barang tidak tahan lama dan jasa yang digunakan di dalam proses produksi. Barang tidak tahan lama adalah barang yang mempunyai perkiraan umur penggunaan kurang dari satu tahun.

Namun, pada kenyataannya sering muncul masalah-masalah di dalam membedakan Konsumsi antara dengan balas jasa pegawai, pengeluaran konsumsi rumah tangga dan pembentukan modal tetap bruto. Contohnya, suatu perusahaan mencatat barang dan jasa yang diberikan kepada pegawai sebagai konsumsi antara. Seharusnya pengeluaran ini dimasukkan ke dalam balas jasa pegawai.

Sedangkan pengeluaran pegawai untuk barang dan jasa sebagai suatu kewajiban berdasarkan perjanjian kerja, diperlukan sebagai konsumsi antara. Contohnya, pembelian peralatan kerja buruh-buruh tambang seperti lampu dan bahan peledak atau peralatan kerja buruh tani atas dasar suatu kontrak, diperlakukan sebagai konsumsi antara.

2.11. NILAI TAMBAH

Nilai Tambah Bruto (NTB) merupakan output dikurangi dengan Konsumsi antara, dengan kata lain merupakan produk dari proses produksi yang terdiri atas:

Studi PDRB Kecamatan Kota Banjar Tahun 2010 – 2014 17

Page 18: Draft Buku Pdrb 2014 Bab 1-Pustaka

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Banjar

a. Pendapatan faktor yang terdiri dari: -Upah dan gaji sebagai balas jasa pegawai-Sewa tanah sebagai balas jasa tanah -Bunga sebagai jasa modal dan-Keuntungan sebagai balas jasa kewiraswastaan.

b. Penyusutan barang modal tetap yang dipakai untuk produksic. Pajak tidak langsung neto, yakni pajak langsung dikurangi subsidi

Jika penyusutan dikeluarkan dari nilai tambah bruto maka diperoleh nilai tambah neto.

2.12. LEMBAGA NON PROFIT

Lembaga Non Profit adalah lembaga formal maupun informal yang dibentuk atau dibiayai oleh perorangan, kelompok masyarakat, pemerintah atau oleh dunia usaha dalam rangka menyediakan jasa sosial kemasyarakatan khususnya bagi anggota masyarakat tertentu tanpa adanya motivasi untuk meraih keuntungan.

Lembaga Non Profit yang dibentuk dan dibiayai oleh anggota masyarakat disebut Lembaga Non Profit Yang melayani Rumah tangga (LNPRT). Pada umumnya lembaga ini dalam menjalankan kegiatannya ditunjang oleh sumber dana dari sumbangan, transfer dari masyarakat atau iuran dari anggota. Bentuk LNPRT berdasarkan kriteria SNA 2008 adalah sebagai berikut :

1. Organisasi Kemasyarakatan,2. Organisasi Sosial,3. Organisasi Profesi,4. Perkumpulan Sosial/Kebudayaan/Olah Raga dan Hobi,5. Lembaga Swadaya Masyarakat,6. Lembaga Keagamaan,7. Organisasi Bantuan Kemanusiaan/Beasiswa.

2.13. PEMBENTUKAN MODAL

Berdasarkan teori bahwa Pembentukan Modal meliputi Investasi (pembentukan modal tetap) dan Increase in stock (perubahan stok/Inventori). Invenstasi merupakan kegiatan penanaman modal pada berbagai kegiatan ekonomi dengan harapan untuk memperoleh keuntungan (benefit) pada masa-masa yang akan datang. Sedangkan inventori merupakan salah satu aset yang paling mahal dibanyak perusahaan, mencerminkan sebanyak 40 persen dari total modal yang diinvestasikan.

2.13.1. Pembentukan Modal Tetap Bruto

Pembentukan Modal Tetap Bruto dalam suatu daerah/wilayah ialah seluruh barang modal baru yang dipergunakan sebagai alat produksi barang dan jasa di suatu

Studi PDRB Kecamatan Kota Banjar Tahun 2010 – 2014 18

Page 19: Draft Buku Pdrb 2014 Bab 1-Pustaka

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Banjar

daerah. Pengertian barang modal adalah barang-barang yang mempunyai umur pemakaian satu tahun atau lebih dalam pengertian barang-barang tersebut dipergunakan sebagai alat yang tetap dalam proses produksi. Barang-barang modal dapat berupa barang-barang yang didatangkan dari daerah lain ataupun berasal dari pengadaan daerah sendiri.

Secara rinci, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) terdiri dari :

a) Penambahan bersih (baru atau bekas) oleh produsen, asset berwujud yang dapat diproduksi kembali yang mempunyai umur satu tahun atau lebih dan digunakan bukan untuk keperluan militer.

b) Pengeluaran atas peningkatan dan perubahan barang-barang modal yang diharapkan memperpanjang umur barang tersebut atau dapat meningkatkan produktivitasnya.

c) Pengeluaran atas reklamasi tanah dan perbaikannya, pengembangan dan perluasan perkebunan, pertambangan, hutan, lahan pertanian dan perikanan.

d) Penambahan ternak yang dipelihara untuk diambil tenaga, susu, bulu dan pembibitan ternak potong.

e) Margin perdagangan/makelar, service charge dan ongkos-ongkos pemindahan hak milik dalam transaksi jual beli tanah, sumber mineral, hak penguasaan hutan, hak paten, hak cipta dan barang-barang bekas.

Sedangkan yang bukan merupakan PMTB antar lain : pembelian barang-barang yang tidak diproduksi lagi seperti tanah, cadangan mineral dan pembelian barang-barang modal bekas atau afkir dari wilayah sendiri. Barang-barang tersebut telah dihitung sebagai barang modal pada waktu pembelian yang pertama (barang modal baru).

2.13.2. Perubahan Stok/Inventori

Inventori/stok adalah persediaan barang/jasa yang masih dikuasai oleh unit-unit ekonomi yang dihasilkan pada waktu sebelumnya untuk digunakan dalam proses lebih lanjut, dijual atau diberikan pada pihak lain. Inventori juga berarti persediaan produk yang berasal dari pihak lain yang tujuannya untuk digunakan sebagai input antara atau dijual kembali tanpa mengalami proses lebih lanjut. Secara umum, inventori merupakan hasil produksi yang belum dikonsumsi atau terserap oleh berbagai aktivitas ekonomi.

Perubahan stok merupakan selisih kuatum antara persediaan barang pada akhir tahun (31 Desember) terhadap awal tahun (1 Januari) dalam tahun yang sama. Penyebab terbentuknya perubahan inventori adalah pembelian, penjualan, digunakan dalam proses produksi, transfer, hilang, rusak, penambahan berat pada ternak dan lain-lain.

Pemegang persediaan barang adalah produsen, pedagang/distributor dan pemerintah. Stok pada produsen umumnya berupa bahan baku (raw material), barang setengah jadi (semi finished goods), barang jadi (finished goods) yang belum dipasarkan, bahan penolong dan suku cadang (spare part). Fungsinya antara lain untuk

Studi PDRB Kecamatan Kota Banjar Tahun 2010 – 2014 19

Page 20: Draft Buku Pdrb 2014 Bab 1-Pustaka

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Banjar

mengantisipasi permintaan yang timbul dari konsumen, memasangkan produksi dengan distribusi, mengambil keuntungan dari potongan jumlah, melakukan hedging terhadap inflasi dan perubahan harga, menghindari dari kekurangan stok yang terjadi karena cuaca, kekurangan pasokan, masalah mutu atau pengiriman yang tidak tepat dan menjaga agar operasi dapat berlangsung dengan baik.

Sedangkan pemerintah secara khusus sebagai pemegang stok barang untuk keperluan strategis. Tujuan adanya inventori pada pemerintahan adalah untuk menjaga stabilitas ekonomi politik dalam negeri. Jenis komoditi strategis yang sering menjadi persediaan adalah bahan bakar minyak dan bahan pangan yang dipakai untuk operasi pasar seperti beras, gula, gandum, minyak dan kedelai.

2.14. EKSPOR NETO

Ekspor barang dan jasa merupakan suatu komponen dari permintaan akhir, sedangkan impor merupakan sumber penyediaan barang dan jasa, oleh karena impor bukan merupakan produksi domestik jadi harus dikurangkan dari total penggunaan dalam PDRB. Hasil pengurangan impor terhadap ekspor atau selisih antara ekspor dan impor disebut ekspor neto.

Ekspor adalah transaksi ekonomi (penjualan, barter, gifts atau grants) yang dilakukan oleh penduduk/residen suatu negara/region kepada non-residen atau pihak luar negeri/region lain, baik barang maupun jasa.

Impor adalah transaksi ekonomi (pembelian, barter, atau penerimaan dari gifts ataun grants), yang dilakukan oleh penduduk/residen suatu negara/region dari non-residen atau pihak luar negeri/region lain, baik barang maupun jasa.

Kegiatan ekspor dan impor meliputi suatu transaksi yang terjadi atas suatu barang dan jasa antara masyarakat suatu wilayah dengan masyarakat wilayah lain atau dengan luar negeri, sebagai berikut :

Kegiatan ekspor dan impor barang Kegiatan ekspor dan impor jasa-jasa seperti : jasa pengangkutan, komunikasi,

asuransi dan jasa lainnya.Ekspor jasa dinilai pada saat jasa tersebut diberikan ke bukan penduduk, sedangkan impor jasa dinilai pada saat jasa diterima oleh penduduk.

Pembelian atas barang-barang keperluan pelayaran atau penerbangan yang dibeli pada waktu kapal merapat atau mendarat di pelabuhan wilayah lain atau di luar negeri.

Transaksi beberapa barang tertentu, seperti barang dan jasa yang langsung dibeli di pasar domestik (di dalam wilayah) oleh yang penduduk wilayah lain dan sebaliknya.

Studi PDRB Kecamatan Kota Banjar Tahun 2010 – 2014 20

BAB III METODOLOGI

Page 21: Draft Buku Pdrb 2014 Bab 1-Pustaka

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Banjar

PDRB disajikan berdasarkan harga pada tahun berjalan yang disebut PDRB atas dasar harga berlaku dan berdasarkan harga pada tahun dasar 2010 yang disebut PDRB atas dasar harga konstan Tahun 2010.

3.1. PDRB ATAS DASAR HARGA BERLAKU

Penghitungan PDRB atas dasar harga berlaku ini dapat dilakukan dengan dua metode yaitu:

3.1.1. Metode Langsung

Pada penghitungan metode langsung ini dilakukan 3 (tiga) pendekatan yang akan memberikan hasil yang sama, yaitu:

a. Pendekatan ProduksiPendekatan dari segi produksi adalah menghitung nilai tambah dari barang dan jasa yang diproduksi oleh seluruh kegiatan ekonomi dengan cara mengurangkan konsumsi antara dari masing-masing nilai produksi bruto di tiap-tiap kategori atau sub kategori.

b. Pendekatan PendapatanDalam pendekatan pendapatan, nilai tambah dari setiap kegiatan ekonomi dihitung dengan jalan menjumlahkan semua balas jasa faktor produksi yaitu upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak tak langsung neto. Untuk kategori pemerintahan dan usaha-usaha yang sifatnya tidak mencari untung, surplus usaha tidak diperhitungkan. Yang termasuk dalam surplus usaha disini adalah bunga, sewa tanah dan keuntungan.

c. Pendekatan Pengeluaran Pendekatan dari segi pengeluaran bertitik tolak pada penggunaan akhir dari barang dan jasa di dalam wilayah kabupaten/kota. Jadi produk domestik regional dihitung dengan cara menghitung berbagai komponen pengeluaran akhir yang membentuk produk domestik regional tersebut. Secara umum pendekatan pengeluaran dapat dilakukan dengan berbagai cara sebagai berikut :

(1) . Melalui pendekatan penawaran yang terdiri dari metode arus barang, metode penjualan eceran dan metode penilaian eceran.

(2) . Melalui pendekatan permintaan yang terdiri dari pendekatan survei pendapatan dan pengeluaran rumah tangga, metode data anggaran belanja, metode balance sheet dan metode statistik perdagangan luar negeri.

Pada prinsipnya kedua cara ini dimaksudkan untuk memperkirakan komponen-komponen permintaan akhir seperti konsumsi rumah tangga,

Studi PDRB Kecamatan Kota Banjar Tahun 2010 – 2014 21

Page 22: Draft Buku Pdrb 2014 Bab 1-Pustaka

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Banjar

konsumsi pemerintah, konsumsi lembaga nirlaba, pembentukan modal tetap bruto dan perdagangan antara wilayah (termasuk ekspor dan impor).

3.1.2. Metode Tidak Langsung

Dalam metode ini juga disebut dengan metode alokasi. Dengan metode ini, nilai tambah di suatu region diperoleh dengan mengalokasikan nilai tambah suatu kegiatan ekonomi nasional ke dalam masing-masing kegiatan ekonomi pada tingkat regional dengan menggunakan indikator yang mempunyai pengaruh paling erat dengan kegiatan ekonomi, misalnya nilai produksi bruto atau neto, jumlah produksi fisik, tenaga kerja, penduduk dan alokator tidak langsung.

3.2. PDRB ATAS DASAR HARGA KONSTAN

PDRB atas dasar harga konstan bertujuan untuk melihat perkembangan PDRB dimana pertumbuhannya tidak dipengaruhi oleh adanya perubahan harga inflasi/deflasi.

Ada empat cara yang dikenal untuk menghitung Nilai Tambah Bruto (NTB) atas dasar harga konstan Tahun 2010, yaitu :

3.2.1. Revaluasi

Metode ini dilakukan dengan cara menilai produksi dan konsumsi antara yang digunakan karena mencakup komponen input yang sangat banyak, disamping data harga yang tersedia tidak dapat memenuhi semua keperluan tersebut. Oleh karena itu konsumsi antara atas dasar harga konstan, biasanya diperoleh dari perkalian antara output atas dasar harga konstan masing-masing tahun dengan rasio tetap konsumsi antara terhadap output pada tahun dasar.

Rumus perhitungan NTB dengan revaluasi :

Keterangan :

KA = Konsumsi antara

n = Tahun Berjalan

k = Atas Dasar Harga Konstan 2010

i = Kategori/Komoditi

3.2.2. Ekstrapolasi

Studi PDRB Kecamatan Kota Banjar Tahun 2010 – 2014 22

NTB(n,k,i) = Output(n,k,i) – KA(n,k,i)

Page 23: Draft Buku Pdrb 2014 Bab 1-Pustaka

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Banjar

Nilai tambah masing-masing tahun atas dasar harga konstan 2010 diperoleh dengan cara mengalikan nilai tambah pada tahun dasar 2010 dengan indeks produksi.

Indeks produksi sebagai ekstrapolator dapat merupakan indeks dai masing-masing produksi yang dihasilkan ataupun indeks dari berbagai indikator produksi misalnya tenaga kerja, jumlah perusahaan dan lainnya, yang dianggap cocok dengan jenis kegiatan yang dihitung.

Ekstrapolasi dapat juga dilakukan terhadap penghitungan output atas dasar harga konstan. Kemudian dengan menggunakan rasio tetap tambah terhadap output akan diperoleh perkiraan nilai tambah atas dasar harga konstan.

Rumus penghitungan NTB dengan Ekstrapolasi :

Keterangan :

IP = Indeks Produksi

n = Tahun Berjalan

k = Atas Dasar Harga Konstan 2010

i = Kategori / Komoditi

3.2.3. Deflasi

Nilai tambah atas dasar harga konstan Tahun 2010 diperoleh dengan cara membagi nilai tambah atas dasar harga yang berlaku masing-masing tahun dengan indeks harga. Indeks harga yang digunakan sebagai deflator biasanya merupakan Indeks Harga Konsumen (IHK), Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) dan sebagainya.

Indeks harga di atas dapat pula dipakai sebagai inflator dalam keadaan di mana nilai tambah atas dasar harga yang berlaku justru diperoleh dengan mengalikan nilai tambah atas dasar harga konstan dengan indeks harga tersebut.

Rumus penghitung NTB dengan deflasi:

Studi PDRB Kecamatan Kota Banjar Tahun 2010 – 2014 23

NTB(n,k,i) = NTB(k,i) x IP(n)

100

Page 24: Draft Buku Pdrb 2014 Bab 1-Pustaka

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Banjar

Keterangan:

IH = Indeks Harga

n = Tahun Berjalan

k = Atas Dasar Harga Konstan 2010

b = Atas Dasar Harga Berlaku

i = Kategori/Komoditi

3.2.4. Deflasi Berganda

Dalam deflasi berganda, yang dideflasi adalah output dan konsumsi antaranya sedangkan nilai tambah diperoleh dari selisih antara output dan konsumsi antara hasil deflasi tersebut. Indeks harga yang digunakan sebagai deflator untuk penghitungan output atas dasar harga konstan biasanya merupakan indeks harga produsen atau IHPB sesuai dengan cakupan komoditinya. Sedangkan indeks harga untuk konsumsi antara adalah indeks harga dari komponen input terbesar.

Kenyataannya sangat sulit melakukan deflasi terhadap konsumsi antara, di samping karena komponennya terlalu banyak, juga karena indeks harganya belum tersedia secara baik. Oleh karena itu dalam penghitungan harga konstan, deflasi berganda ini belum banyak digunakan.

Studi PDRB Kecamatan Kota Banjar Tahun 2010 – 2014 24

NTB (n,k,i) = NTB(n,b,i) x 100

IH

BAB IV URAIAN SEKTORAL

Page 25: Draft Buku Pdrb 2014 Bab 1-Pustaka

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Banjar

Uraian kategorial yang disajikan pada bagian ini mencangkup ruang lingkup dari masing-masing kategori kegiatan ekonomi dan cara-cara penghitungan Nilai Tambah Bruto (NTB) tiap kategori (sektor) dan sub kategori (sub sektor) sebagai pembentuk PDRB Menurut Lapangan Usaha, baik atas dasar harga berlaku maupun atas harga konstan Tahun 2010 serta sumber data yang digunakannya.

Pembagian lapangan usaha dalam PDRB dikelompokkan ke dalam 17 kategori/sektor yang didasarkan pada System of National Account (SNA) Tahun 2008 dan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) 2009, dimana merupakan penyesuaian dari publikasi PBB International Standard Industri Classification of All Economi Activities (ISIC) Revisi 4, yaitu sebagai berikut:

A. Kategori/Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan

Terdiri dari tiga sub kategori/sub sektor, yakni:1. Pertanian, Peternakan, Perburuan dan Jasa pertanian:

(a). Sub kategori Tanaman Pangan.(b). Sub kategori Tanaman Hortikultura.(c). Sub kategori Perkebunan.(d). Sub kategori Peternakan.(e). Sub kategori Jasa Pertanian dan Perburuan.

2. Kehutanan dan Penebangan Kayu.3. Perikanan.

B. Kategori/Sektor Pertambangan dan Penggalian;

Terdiri dari sub kategori/sub sektor, yakni:1. Pertambangan Minyak, Gas dan Panas Bumi2. Pertambangan Batubara dan Lignit3. Pertambangan Bijih Logam4. Pertambangan dan Penggalian Lainnya.

C. Kategori/Sektor Industri Pengolahan;

Terdiri dari sub kategori/sub sektor, yakni:1. Industri Batubara dan Pengilangan Migas2. Industri Makanan dan Minuman 3. Pengolahan Tembakau4. Industri Tekstil dan Pakaian Jadi.5. Industri Kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki6. Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus dan Barang Anyaman dari Bambu,

Rotan dan Sejenisnya7. Industri Kertas dan Barang dari Kertas, Percetakan dan Reproduksi Media

Rekaman

Studi PDRB Kecamatan Kota Banjar Tahun 2010 – 2014 25

Page 26: Draft Buku Pdrb 2014 Bab 1-Pustaka

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Banjar

8. Industri Kimia, Farmasi dan Obat Tradisional9. Industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik

10. Industri Barang Galian bukan Logam11. Industri Logam Dasar12. Industri Barang dari Logam, Komputer, Barang Elektronik, Optik dan Peralatan

Listrik13. Industri Mesin dan Perlengkapan YTDL14. Industri Alat Angkutan15. Industri Furnitur16. Industri pengolahan lainnya, jasa reparasi dan pemasangan mesin dan

peralatan

D. Kategori/Sektor Pengadaan Listrik dan Gas;

Terdiri dari sub kategori/sub sektor, yakni:1. Ketenagalistrikan2. Pengadaan Gas dan Produksi Es

E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang

F. Konstruksi

G. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor;

Terdiri dari sub kategori/sub sektor, yakni:1. Perdagangan Mobil, Sepeda Motor dan Reparasinya2. Perdagangan Besar dan Eceran, Bukan Mobil dan Sepeda Motor.

H. Transportasi dan Pergudangan;

Terdiri dari sub kategori/sub sektor, yakni:1. Angkutan Rel2. Angkutan Darat3. Angkutan Laut4. Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan5. Angkutan Udara6. Pergudangan dan Jasa Penunjang Angkutan, Pos dan Kurir

I. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor;

Terdiri dari sub kategori/sub sektor, yakni:1. Penyediaan Akomodasi2. Penyediaan Makan Minum

Studi PDRB Kecamatan Kota Banjar Tahun 2010 – 2014 26

Page 27: Draft Buku Pdrb 2014 Bab 1-Pustaka

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Banjar

J. Informasi dan Komunikasi

K. Jasa Keuangan dan Asuransi

Terdiri dari sub kategori/sub sektor, yakni:1. Jasa Perantara Keuangan2. Asuransi dan Dana Pensiun3. Jasa Keuangan Lainnya4. Jasa Penunjang Keuangan

L. Real Estate

M,N. Jasa Perusahaan

O. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

P. Jasa Pendidikan

Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

R,S,T,U. Jasa Lainnya

4.1. KATEGORI/SEKTOR PERTANIAN, KEHUTANAN DAN PERIKANAN

4.1.1. Pertanian tanaman pangan dan hortikultura, Peternakan, Perburuan dan Jasa pertanian

Sub kategori ini mencakup komoditi tanaman bahan makanan yang meliputi komoditi padi, palawija, (jagung, ketela pohon, ketela rambat, kacang tanah, kacang kedelai, kacang hijau, kentang, dsj), hortikultura (sayur-sayuran, buah-buahan, tanaman hias, tanaman obat-obatan) dan hasil-hasil produksi ikutannya. Termasuk pula di sini, hasil-hasil dari pengolahan yang dilakukan secara sederhana misalnya beras tumbuk dan gaplek. Komoditi tanaman perkebunan baik semusim maupun tahunan, komoditi peternakan dan hasil-hasilnya, serta jasa pertanian.

NTB atas dasar harga berlaku diperoleh dengan cara pendekatan Produksi yaitu mengalikan terlebih dahulu setiap jenis kuantum produksi dengan masing-masing harganya, kemudian hasilnya dikurangi konsumsi antara. Konsumsi antara diperoleh dengan menggunakan rasio konsumsi antara terhadap output. NTB atas dasar harga konstan Tahun 2010 dihitung dengan cara Revaluasi.

Data produksi diperoleh dari Badan Pusat Statistik dan Dinas Pertanian, sedangkan data harga bersumber pada data harga yang dikumpulkan oleh Badan

Studi PDRB Kecamatan Kota Banjar Tahun 2010 – 2014 27

Page 28: Draft Buku Pdrb 2014 Bab 1-Pustaka

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Banjar

Pusat Statistik. Rasio konsumsi antara diestimasi dari hasil Survei Khusus Pendapatan Regional (SKPR) yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik.

4.1.2. Kehutanan dan Penebangan Kayu

Sub kategori ini meliputi kegiatan penebangan kayu dan pemungutan hasil hutan. Hasil produksi kehutanan antara lain mencakup komoditi kayu, kayu pertukangan, kayu bakar, arang, bambu, rotan, damar, hasil perburuan dan lain-lain.

NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan cara pendekatan Produksi yaitu mengalikan terlebih dahulu jenis produksi kehutanan dengan masing-masing harganya, kemudian dikurangi konsumsi antara. NTB atas dasar harga konstan Tahun 2010 dihitung dengan cara Revaluasi.

Data produksi dan harga diperoleh dari Dinas Pertanian dan Perum Perhutani. Konsumsi antara diperoleh dengan menggunakan rasio konsumsi antara terhadap output yang merupakan hasil Survei Khusus Pendapatan Regional (SKPR) yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik.

4.1.3. Perikanan

Sub kategori ini mencakup kegiatan penangkapan, pembenihan dan budi daya perikanan laut/ tambak, perikanan darat dan pengolahan sederhana (pengeringan dan penggaraman ikan).

NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan menggunakan cara pendekatan Produksi yaitu mengalikan terlebih dahulu jenis produksi perikanan dengan masing-masing harganya, kemudian dikurangi konsumsi antara. NTB atas dasar harga konstan Tahun 2010 dihitung dengan cara Revaluasi.

Data produksi dan harga diperoleh dari Dinas Pertanian. Konsumsi antara diperoleh dengan menggunakan rasio konsumsi antara terhadap output yang merupakan hasil SKPR yang dilakukan oleh BPS.

4.2. KATEGORI PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN

Kategori ini diklasifikasikan dalam 4 sub kategori lagi yaitu 1. Pertambangan Minyak, Gas dan Panas Bumi; 2. Pertambangan Batubara dan Lignit; 3. Pertambangan Bijih Logam; 4. Pertambangan dan Penggalian Lainnya. Kategori ini mencakup kegiatan-kegiatan penggalian, pengeboran dan pengambilan segala macam pemanfaatan misalnya benda non biologis, barang-barang tambang, mineral dan barang galian yang tersedia di alam, baik yang berupa benda padat, benda cair misalnya minyak mentah, maupun benda gas misalnya gas bumi.

4.3. INDUSTRI PENGOLAHAN

Studi PDRB Kecamatan Kota Banjar Tahun 2010 – 2014 28

Page 29: Draft Buku Pdrb 2014 Bab 1-Pustaka

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Banjar

Sub kategori ini mencakup industri besar dan sedang, industri kecil dan industri rumah tangga. Industri besar dan sedang mencakup perusahaan industri yang mempunyai jumlah tenaga kerja 20 orang atau lebih. Sedangkan industri kecil 5 sampai 19 orang dan industri rumah tangga dengan tenaga kerja 1 sampai 4 orang.

NTB atas dasar harga berlaku untuk industri besar dan sedang, dihitung dengan menggunakan pendekatan Produksi yaitu nilai output dikurangi konsumsi antara. Untuk industri kecil rumah tangga, dilakukan estimasi berdasarkan indikator jumlah tenaga kerja dan rata-rata output per tenaga kerja. NTB atas dasar harga konstan Tahun 2010 dihitung menggunakan metode Deflasi dengan IHPB barang-barang industri sebagai deflatornya.

Nilai output data konsumsi antara industri besar sedang diperoleh dari Survei Industri Besar Sedang yang dilakukan oleh BPS. Data jumlah tenaga kerja dan rata-rata output per tenaga kerja industri kecil rumah tangga diestimasi dari hasil Survei Industri Mikrko Kecil dan SKPR yang dilakukan BPS.

4.4. PENGADAAN LISTRIK, DAN GAS

4.4.1. Ketenagalistrikan

Sub kategori ini mencakup kegiatan pembangkitan dan penyaluran tenaga listrik yang diselenggarakan oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan Non PLN.

NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan menggunakan metode pendekatan Produksi yaitu output dikurangi konsumsi antara. Nilai output diperoleh dari perkalian produksi listrik yang dibangkitkan dengan harga per unit listrik. NTB atas dasar harga konstan Tahun 2010 dengan menggunakan metode Revaluasi.

Konsumsi antara kegiatan pelistrikan termasuk listrik yang dipakai sendiri dalam proses produksi, hilang dalam transmisi dan distribusi, biaya operasi dan pemeliharaan mesin dan alat, serta pengeluaran operasional lainnya. Data output dan konsumsi antara diperoleh dari PLN dan Laporan perusahaan listrik non PLN.

4.4.2 Pengadaan Gas dan Produksi ES

Sub kategori ini mencakup kegiatan penyediaan gas kota, yang biasanya diusahakan oleh Perusahaan Gas Negara (PGN). Saat ini, PGN hanya terdapat di beberapa kota besar di Indonesia, serta pengadaan produksi es batu keperluan industri.

NTB atas dasar harga berlaku dihitung berdasarkan pendekatan Produksi yaitu output dikurangi konsumsi antara. NTB atas dasar harga konstan Tahun 2010 dihitung dengan menggunakan metode Revaluasi.

Studi PDRB Kecamatan Kota Banjar Tahun 2010 – 2014 29

Page 30: Draft Buku Pdrb 2014 Bab 1-Pustaka

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Banjar

Nilai output dan konsumsi antara diperoleh dari Survei Perusahaan Gas Nasional (PGN) yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik dan SKPR.

4.5. KATEGORI PENGADAAN AIR, PENGELOLAAN SAMPAH, LIMBAH DAN DAUR ULANG

Sub kategori ini mencakup kegiatan proses pembersihan, pemurnian dan proses kimiawi lainnya untuk menghasilkan air minum, serta pendistribusian dan penyalurannya baik yang dilakukan oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) maupun pihak lain (misalnya PAMDES), termasuk usaha air bersih melalui sumur artesis yang dikomersialkan.

NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan pendekatan Produksi yaitu output dikurangi konsumsi antara. NTB atas dasar harga konstan Tahun 2010 dihitung dengan menggunakan metode Revaluasi.

Nilai output dan konsumsi antara diperoleh dari Perusahaan Daerah Air Minum dan Survei Perusahaan Air Minum yang dilakukan oleh BPS.

4.6. KATEGORI KONSTRUKSI

Kategori ini mencakup kegiatan pembangunan fisik (konstruksi) di wilayah domestik, baik yang dilakukan oleh kontraktor umum (perusahaan konstruksi) maupun yang dilakukan oleh kontraktor khusus (unit usaha kontruksi/perorangan).

NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan pendekatan Produksi yaitu output dikurangi konsumsi antara. NTB atas dasar harga konstan Tahun 2010 dihitung dengan menggunakan metode Deflasi dimana deflatornya adalah IHPB Barang Bangunan.

Data nilai output dan konsumsi antara Perusahaan Konstruksi diperoleh dari Survei Perusahaan Konstruksi yang dilakukan BPS. Sedangkan data konstruksi perorangan diestimasi dari hasil Survei khusus (SKPR).

4.7. KATEGORI PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN, REPARASI MOBIL DAN SEPEDA MOTOR

4.7.1 Perdagangan Mobil, Sepeda Motor dan Reparasinya

Mencakup semua kegiatan perdagangan besar maupun eceran, perawatan, dan pemeliharaan mobil dan sepeda motor baru atau bekas (termasuk lory dan truk)Komoditas yang dicakup : Perdagangan mobil dan sepeda motor, Reparasi dan perawatan mobil dan sepeda motor, Perdagangan suku cadang dan aksesoris mobil dan sepeda motor.

Studi PDRB Kecamatan Kota Banjar Tahun 2010 – 2014 30

Page 31: Draft Buku Pdrb 2014 Bab 1-Pustaka

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Banjar

NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan menggunakan pendekatan produksi, yaitu output dikurangi konsumsi antara. Output diperoleh dengan mengalikan indikator produksi (banyaknya perusahaan/tenaga kerja) dengan rata-rata output per indikator produksi. NTB atas dasar harga konstan Tahun 2010 dihitung menggunakan metode deflasi dimana indeks harga perdagangan besar (IHK) sebagai deflatornya.

Banyaknya perusahaan/tenaga kerja diestimasi berdasarkan hasil Sensus Ekonomi terakhir yang dilaksanakn BPS Tahun 2006 dan dari Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi. Konsumsi antara diperoleh dengan menggunakan rasio konsumsi antara terhadap output yang diperoleh dari hasil SKPR yang dilaksanakan oleh BPS.

4.7.2. Perdagangan Besar dan Eceran, Bukan Mobil, dan Sepeda Motor

Meliputi kegiatan ekonomi di bidang perdagangan besar dan eceran (yaitu penjualan tanpa perubahan teknis) dari berbagai jenis barang baik penjualan secara grosir (perdagangan besar) maupun eceran dan merupakan tahap akhir dalam pendistribusian barang dagangan selain produk mobil, sepeda motor, dan suku cadangnya. Komoditas yang dicakup adalah Perdagangan Besar (PB) yaitu: PB Ekspor, PB Impor, PB Dalam Negeri Perdagangan Eceran (PE) seperti: Swalayan, Toserba, Toko/kios tidak termasuk jasa perbengkelan, sekalipun dalam KBLI 2000 masuk dalam Katagori yang sama (Katagori G)

NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan menggunakan pendekatan produksi/commodity flow, yaitu (output ADHB industri A, B, C dan impor selain mobil dan sepeda motor (kendaraan) dikali dengan rasio marjin perdagangan). NTB atas dasar harga konstan Tahun 2010 dihitung menggunakan metode pendekatan produksi/commodity flow (output ADHK industri A, B, C dan impor selain mobil dan sepeda motor (kendaraan) dikali dengan rasio marjin perdagangan).

Data yang digunakan Statistik Industri Besar dan Sedang, BPS Tabel Input Output Indonesia, BPS Impor barang, BPS Berbagai Survei Khusus yang dilakukan BPS.

4.8. KATEGORI TRANSPORTASI DAN PERGUDANGAN

4.8.1. Angkutan Rel

Sub kategori ini mencakup kegiatan pengangkutan barang dan penumpang dengan menggunakan alat angkut kereta api yang sepenuhnya dikelola oleh PT. KAI secara monopoli.

NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan Produksi yaitu output dikurangi konsumsi antara. Nilai output dihitung berdasarkan perkalian indikator produksi (km-penumpang/ton-km barang) selama setahun dengan indikator harga (rata-

Studi PDRB Kecamatan Kota Banjar Tahun 2010 – 2014 31

Page 32: Draft Buku Pdrb 2014 Bab 1-Pustaka

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Banjar

rata harga/tarif per indikator produksi). NTB atas dasar harga konstan Tahun 2010 dihitung dengan menggunakan metode Ekstrapolasi yaitu dengan menggunakan Indeks Penumpang dan Barang sebagai ekstrapolatornya.

Data indikator produksi, indikator harga dan konsumsi antara diperoleh langsung dari laporan kegiatan di stasiun-stasiun PT. KAI yang berada di dalam wilayah domestik.

4.8.2. Angkutan Jalan Raya

Sub kategori ini mencakup kegiatan pengangkutan barang dan penumpang dengan menggunakan alat angkut kendaraan jalan raya, baik bermotor maupun tidak bermotor, termasuk di sini kegiatan lainnya seperti sewa kendaraan (rent car), baik dengan atau tanpa pengemudi.

NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan Produksi yaitu output dikurangi konsumsi antara. Nilai output diperoleh dengan cara mengalikan jumlah kendaraan umum dengan rata-rata output per kendaraan. Konsumsi antara diperoleh dari perkalian rasio konsumsi antara dengan nilai outputnya. NTB atas dasar harga konstan Tahun 2010 dihitung dengan menggunakan metode Revaluasi.

Data jumlah kendaraan umum diperoleh dari Dinas Perhubungan, Komunikasi, Informasi dan Pariwisata. Sedangkan rata-rata output per kendaraan dan rasio konsumsi antara diestimasi dari hasil SKPR.

4.8.3. Angkutan Laut

Sub kategori ini mencakup kegiatan pengangkutan barang dan penumpang dengan menggunakan kapal laut yang beroperasi di dalam dan ke luar daerah domestik oleh Perusahaan Angkutan Laut.

NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan Produksi yaitu output dikurangi konsumsi antara. Nilai output dihitung berdasarkan perkalian antara indikator produksi (jumlah barang dan penumpang yang diangkut) dan indikator harga (rata-rata harga/output per indikator produksi). NTB atas dasar harga konstan Tahun 2010 dihitung dengan menggunakan metode Ekstrapolasi dimana ekstrapolatornya adalah Indeks Jumlah Penumpang dan Barang.

Data indikator produksi, indikator harga dan konsumsi antara diperoleh melalui survei khusus ke Perusahaan Angkatan Laut.

4.8.4. Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan

Sub kategori ini mencakup kegiatan pengangkutan barang dan penumpang dengan menggunakan kapal atau angkutan sungai, baik bermotor maupun tidak bermotor, termasuk kegiatan penyeberangan dengan alat angkut kapal feri dan kegiatan persewaan kapal baik dengan maupun tanpa pengemudi.

Studi PDRB Kecamatan Kota Banjar Tahun 2010 – 2014 32

Page 33: Draft Buku Pdrb 2014 Bab 1-Pustaka

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Banjar

NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan Produksi yaitu output dikurangi konsumsi antara. Nilai output dihitung berdasarkan perkalian antara indikator produksi (jumlah armada) dan indikator harga (rata-rata output per armada). Konsumsi antara diperoleh dari perkalian rasio konsumsi antara dengan outputnya. NTB atas dasar harga konstan Tahun 2010 dihitung dengan menggunakan metode Ekstrapolasi dimana ekstrapolatornya adalah Indeks Jumlah Penumpang dan Barang atau Revaluasi.

Data indikator produksi, indikator harga dan rasio konsumsi antara diestimasi dari hasil SKPR.

4.8.5. Angkutan Udara

Sub kategori ini mencakup kegiatan pengangkutan penumpang dan barang dengan menggunakan pesawat udara yang diusahakan oleh perusahaan penerbangan yang beroperasi di wilayah domestik. Termasuk juga penggunaan pesawat terbang yang disewa baik secara sebagian maupun secara keseluruhan.

NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan Produksi yaitu output dikutangi konsumsi antara. Nilai output dihitung berdasarkan perkalian antara indikator produksi (jumlah barang dan penumpang yang diangkut) dan indikator harga (rata-rata harga/output per indikator produksi). NTB atas dasar harga konstan Tahun 2010 dihitung menggunakan metode Ekstrapolasi dimana ekstrapolatornya adalah Indeks Jumlah Penumpang dan Barang atau dengan metode Revaluasi.

Data indikator produksi, indikator harga dan konsumsi antara diperoleh melalui survei khusus ke Perusahaan Angkutan Udara.

4.8.6. Pergudangan dan Jasa Penunjang Angkutan, Pos dan Kurir

Sub kategori ini mencakup kegiatan yang bersifat menunjang dan memperlancar kegiatan pengangkutan yaitu jasa pelabuhan udara, laut, darat (terminal dan parkir), sungai, bongkar muat laut dan darat, keagenan penumpang, ekspedisi laut, jalan tol dan lain-lain, serta pos dan kurir.

NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan Produksi yaitu output dikurangi konsumsi antara. NTB atas dasar harga konstan Tahun 2010 dihitung dengan mengggunakan metode Deflasi dengan deflatornya Indeks Harga Konsumen (IHK).

Konsumsi antara diperoleh dari perkalian rasio konsumsi antara dengan nilai outputnya. Nilai output dan rasio konsumsi antara diperoleh dari estimasi hasil SKPR.

Studi PDRB Kecamatan Kota Banjar Tahun 2010 – 2014 33

Page 34: Draft Buku Pdrb 2014 Bab 1-Pustaka

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Banjar

4.9. KATEGORI PENYEDIAAN AKOMODASI DAN MAKAN MINUM

4.9.1. Penyediaan Akomodasi

Sub kategori ini mencakup kegiatan penyediaan akomodasi yang menggunakan sebagai atau seluruh bangunan sebagai tempat penginapan. Yang dimaksud akomodasi di sini adalah hotel berbintang maupun tidak berbintanh, serta tempat tinggal lainnya yang digunakan untuk menginap seperti losmen dan wisma.

NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan pendekatan Produksi yaitu output dikurangi konsumsi antara. Nilai output diperoleh dari perkalian jumlah kamar yang terjual dengan rata-rata tarif per kamar. NTB atas dasar harga konstan Tahun 2010 dihitung dengan menggunakan metode Revaluasi.

Data indikator untuk penghitungan output diperoleh dari Survei Tingkat Hunian Hotel yang diselengarakan BPS. Konsumsi antara diperoleh dari perkalian rasioa konsumsi antara dengan nilai outputnya, yang diestimasi dari SKPR.

4.9.2. Penyediaan Makan Minum

Sub kategori ini mencakup kegiatan usaha penyediaan makanan dan minuman jadi yang pada umumnya dikonsumsi di tempat penjualan baik dengan tempat tetap maupun tidak tetap (keliling), antara lain : bar, kafe, kantin, warung kopi, rumah makan, warung nasi, katering, pedagang makanan keliling dan lain-lain.

NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan Produksi yaitu output dikurangi konsumsi antara. Nilai output diperoleh dengan cara mengalikan perkiraan jumlah rumah makan/pedagang keliling dengan rata-rata output per rumah makan/pedagang keliling minuman selama setahun. Nilai output bisa juga diperkirakan dengan cara mengalikan pengeluaran makanan dan minuman per kapita selama setahun dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Konsumsi antara diperoleh dari perkalian rasio konsumsi antara dengan nilai outputnya. NTB atas dasar harga konstan Tahun 2010 dihitung dengan menggunakan metode Deflasi dimana Indeks Harga Konsumen (IHK) Makanan sebagai deflatornya.

Data jumlah rumah makan/pedagang makanan dan rata-rata output nya diestimasi berdasarkan hasil Sensus Ekonomi terakhir yang dilaksanakan BPS Tahun 2006 dan dari Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi. Sedangkan data pengeluaran makanan dan minuman per kapita diperoleh dari hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilakukan BPS setiap tahun. Rasio konsumsi antara diestimasi dari hasil SKPR.

4.10. KATEGORI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

Kategori ini mencakup produksi dan distribusi informasi dan produk kebudayaan, persediaan alat untuk mengirimkan atau mendistribusikan produk-produk ini dan juga

Studi PDRB Kecamatan Kota Banjar Tahun 2010 – 2014 34

Page 35: Draft Buku Pdrb 2014 Bab 1-Pustaka

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Banjar

data atau kegiatan komunikasi, informasi, teknologi informasi dan pengolahan data serta kegiatan jasa informasi lainnya.

NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan Produksi yaitu output dikurangi konsumsi antara. NTB atas dasar harga konstan Tahun 2010 dihitung dengan menggunakan metode deflasi dimana deflatornya adalah Indeks Harga Konsumen (IHK) kelompok telekomunikasi.

Nilai output dan konsumsi antara dari kegiatan telekomunikasi diperoleh dari PT Telkom dan perusahaan imfokom lainnya. Sedangkan nilai output dan konsumsi antara kegiatan penunjanga komunikasi diestimasi dari hasil SKPR.

4.11. KATEGORI JASA KEUANGAN DAN ASURANSI

4.11.1. Jasa Perantara Keuangan

Kegiatan yang memberikan jasa keuangan pada pihak lain seperti: menerima simpanan terutama dalam bentuk giro dan deposito, memberikan kredit/pinjaman baik kredit jangka pendek/menengah dan panjang, mengirim uang, membeli dan menjual surat-surat berharga, mendiskonto surat wesel/kertas dagang/surat hutang dan sejenisnya, menyewakan tempat menyimpan barang berharga dan sebagainya. Komoditas yang dicakup : Bank Sentral, Perbankan Konvensional, Perbankan Syariah, Koperasi Simpan Pinjam, Baitul Mal Wan Tanmil, Jasa Moneter Lainnya.

Penghitungan NTB atas dasar harga berlaku maupun konstan dihtung oleh Bank Indonesia dengan menggunakan FISIM.

4.11.2. Asuransi dan Dana Pensiun

Jasa keuangan yang usaha pokoknya menanggung resiko atas terjadinya kerugian finansial terhadap sesuatu barang atau jiwa manusia yang disebabkan oleh terjadinya musibah/kecelakaan atas barang atau orang tersebut, sehingga mengakibatkan hancur/rusaknya barang atau mengakibatkan terjadinya kematian. Komoditas yang dicakup : Asuransi dan Reasuransi, asuransi Jiwa, Asuransi Sosial, Asuransi Kerugian, Dana Pensiun, Program pensiun manfaat pasti, Program pensiun iuran pasti dll.

NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan Produksi yaitu output dikurangi konsumsi antara. Nilai output diperoleh dari perkalian indikator produksi, jumlah premi /nasabah) dengan indikator harga (rata-rata output per indikator produksi). NTB atas dasar harga konstan Tahun 2010 dihitung dengan metode Revaluasi.

Konsumsi antara diperoleh dari perkalian rasio konsumsi antara dengan nilai outputnya. Data indikator produksi, indikator harga dan rasio konsumsi antara diperoleh dari SKPR.

Studi PDRB Kecamatan Kota Banjar Tahun 2010 – 2014 35

Page 36: Draft Buku Pdrb 2014 Bab 1-Pustaka

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Banjar

4.11.3. Jasa Keuangan Lainnya

Kegitan usaha ini mencakup Kegiatan Lembaga Pembiayaan (Sewa Guna Usaha, Pembiayaan Konsumen, Pembiayaan Kartu Kredit, Modal Ventura, Anjak Piutang/Factoring dan Lembaga Penjaminan) dan Pegadaian. Termasuk kegiatan perusahaan holding, trust, dan entitas keuangan sejenis.

NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan Produksi yaitu output dikurangi konsumsi antara. NTB atas dasar harga konstan Tahun 2010 dihitung dengan menggunakan metode Revaluasi.

Konsumsi antara diperoleh dari perkalian rasio konsumsi antara dengan nilai outputnya. Nilai output dan rasio konsumsi antara diperoleh dari SKPR.

4.11.4. Jasa Penunjang Keuangan

Kegiatan usaha ini mencakup kegiatan pedagang valuta asing, pasar modal dan jasa penunjangnya seperti: perantara perdagangan efek (pialang/broker), adjuster/penilai, underwriter/penjamin emisi, LKPP (Lembaga Kliring Penyelesaian dan Penyimpanan), manajer investasi, penasehat investasi, reksa dana (investment fund), biro administrasi efek, tempat penitipan harta (custodian), dan sejenisnya

NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan Produksi yaitu output dikutangi konsumsi antara. NTB atas dasar harga konstan Tahun 2010 dihitung dengan menggunakan metode Deflasi dengan deflatornya IHK keuangan.

Direktorat Perbankan dan Usaha Jasa Pembiayaan, Departemen Keuangan --- OJK, Laporan keuangan PT. Pegadaian. Sedangkan Rasio konsumsi antara diestimasi dari hasil SKPR

4.12. KATEGORI REAL ESTATE

Mencakup kegiatan orang yang menyewakan, agen dan atau broker/perantara dalam penjualan atau pembelian real estat, penyewaan real estat dan penyediaan jasa real estat lainnya, seperti jasa penaksir real estat.

NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan Produksi yaitu output dikutangi konsumsi antara. NTB atas dasar harga konstan Tahun 2010 dihitung dengan menggunakan metode Deflasi dengan deflatornya IHK perumahan.

4.13. KATEGORI JASA PERUSAHAAN

Kegiatan pemberian jasa yang pada umumnya melayani perusahaan seperti jasa hukum dan notaris, jasa akuntan dan pembukuan, jasa pengolahan dan penyajian data,

Studi PDRB Kecamatan Kota Banjar Tahun 2010 – 2014 36

Page 37: Draft Buku Pdrb 2014 Bab 1-Pustaka

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Banjar

jasa tehnik dan arsitektur, jasa periklanan, jasa riset, jasa persewaan alat-alat dan jasa perusahaan lainnya. Semua jasa ini biasanya diberikan berdasarkan sejumlah bayaran atau kontrak

NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan Produksi yaitu output dikutangi konsumsi antara. NTB atas dasar harga konstan Tahun 2010 dihitung dengan menggunakan metode Deflasi dengan deflatornya IHK Umum.

4.14. KATEGORI ADMINISTRASI PEMERINTAHAN, PERTAHANAN DAN JAMINAN SOSIAL WAJIB

Kegiatan Memberikan jasa pelayanan pemerintah kepada masyarakat/ publik Mencakup semua departemen dan non departemen, badan/lembaga tinggi negara kantor-kantor dan badan-badan yang berhubungan dengan administrasi pemerintah dan pertahanan.

Struktur biaya kategori dari kategori ini tidak memuat/memiliki surplus usaha. Pemerintah juga tidak melakukan pembayaran pajak tak langsung. Oleh karena itu, NTB atas dasar harga berlaku diperkirakan dari penjumlahan belanja pegawai serta perkiraan penyusutan. NTB atas dasar harga konstan Tahun 2010, diperoleh dengan cara ekstrapolasi dengan menggunakan indeks tertimbang jumlah pegawai negeri menurut golongan kepangkatan.

Belanja pegawai pemerintah meliputi belanja aparat desa, pemerintah daerah tingkat II, belanja pegawai kabupaten/kota dan pemerintah pusat yang merupakan bagian dari belanja pegawai pemerintah kabupaten/kota yang dipeorl. Sedangkan nilai penyusutan diperkirakan sebesar kurang lebih 5% dari nilai belanja pegawai.

Data belanja pegawai yang digunakan berdasarkan realisasi APBD yang diperoleh dari Dinas Pendapatan, Pengolahan Keuangan dan Aset Daerah dan hasil Survei Keuangan Daerah yang dilakukan BPS setiap tahun. Sedangkan data jumlah pegawai negeri diperoleh dari Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan Daerah, dan Badan Kepegawaian Nasional (BKN).

4.15. KATEGORI JASA PENDIDIKAN

Mencakup Kegiatan pendidikan pada berbagai tingkatan dan untuk berbagai pekerjaan, baik secara lisan atau tertulis seperti halnya dengan berbagai cara komunikasi mencakup Pendidikan Pemerintah dan Pendidikan Swasta.

NTB atas dasar harga berlaku ; pemerintah pendekatan pengeluaran, swasta Pendekatan Produksi

NTB atas dasar harga konstan ; pemerintah Pendekatan Deflasi, swasta Pendekatan Revaluasi

Studi PDRB Kecamatan Kota Banjar Tahun 2010 – 2014 37

Page 38: Draft Buku Pdrb 2014 Bab 1-Pustaka

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Banjar

4.16. KATEGORI JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN SOSIAL

Kegiatan penyediaan jasa kesehatan dan kegiatan sosial. Mencakup : Jasa Rumah Sakit, Jasa Klinik Jasa Rumah Sakit Lainnya Praktik Dokter Jasa Pelayanan Kesehatan yang Dilakukan oleh Paramedis Jasa Pelayanan Kesehatan Tradisional Jasa Pelayanan Penunjang Kesehatan.

Atas Dasar Harga Berlaku : pemerintah pendekatan pengeluaran Swasta pendekatan produksi pendekatan permintaan (demand-side). Atas Dasar Harga Konstan : Pendekatan Revaluasi Metode Deflasi.

4.17. KATEGORI JASA LAINNYA

Kegiatan jasa lain yang dikelola oleh swasta, Mencakup : Kesenian, Hiburan, dan Rekreasi; Jasa reparasi komputer dan barang keperluan pribadi dan perlengkapan rumah tangga Jasa Perorangan yang Melayani Rumah Tangga Jasa Swasta Lainnya (termasuk Kegiatan Badan Internasional).

NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan Produksi yaitu output dikurangi konsumsi antara. Nilai output diperoleh dari hasil perkalian jumlah masing-masing jenis kegiatan usaha jasa perorangan dan rumah tangga dengan rata-rata output per masing-masing jenis kegiatan tersebut. Konsumsi antara diperoleh dari perkalian rasio konsumsi antara dengan nilai outputnya. NTB atas dasar harga konstan Tahun 2010 dihitung dengan menggunakan metode-metode Deflasi dimana IHK komponen terkait sebagai deflatornya.

Data jumlah kegiatan di sub kategori jasa perorangan dan rumah tangga diperkirakan berdasarkan hasil Sensus Ekonomi terakhir (SE 2006). Sedangkan rata-rata output per masing-masing kegiatan dan rasio konsumsi antara diperoleh dari SKPR.

Studi PDRB Kecamatan Kota Banjar Tahun 2010 – 2014 38

Page 39: Draft Buku Pdrb 2014 Bab 1-Pustaka

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Banjar

Bagian ini menjelaskan tentang komponen-komponen penggunaan PDRB yang mencakup ruang lingkup dari masing-masing komponen, metode penghitungan serta sumber data yang digunakannya.

PDRB menurut penggunaan menggambarkan penggunaan barang dan jasa yang diproduksi oleh berbagai golongan dalam masyarakat. Penggunaan tersebut secara garis besar ada dua macam yaitu Konsumsi Antara yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan dalam proses produksi dan Konsumsi Akhir yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat.

Barang dan jasa yang termasuk dalam Konsumsi Antara akan habis dalam proses produksi, sedangkan barang dan jasa yang termasuk dalam Konsumsi/Pengeluaran Akhir meliputi:

(a) Pengeluaran Konsumsi Rumah tangga(b) Pengeluaran Konsumsi Lembaga Non Profit (lembaga swasta yang tidak

mencari untung)(c) Pengeluaran Konsumsi Pemerintah dan Pertahanan(d) Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)(e) Perubahan Stok (Inventory)(f) Ekspor ke luar wilayah dan ke luar negeri(g) Ekspor ke luar wilayah dan keluar negeri (minus)

Nilai produksi domestik akan diperoleh dari selisih pengeluaran akhir dengan total impor, dengan kata lain PDRB sama dengan nilai seluruh pengeluaran akhir dikurangi dengan nilai total impor.

5.1. PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA

Pengeluaran Konsumsi Rumah tangga mencakup semua pengeluaran atas pembelian barang dan jasa dengan tujuan untuk dikonsumsi selama periode satu tahun, dikurangi dengan hasil penjualan neto barang-barang bekas atau afkiran.

Pembelian barang dan jasa untuk konsumsi antara lain meliputi pengeluaran untuk makanan, minuman, pakaian, kesehatan, pendidikan, rekreasi, bahan bakar dan jasa. Dihitung pula pengeluaran atas pembelian barang yang tidak dapat diproduksi kembali (kecuali tanah), seperti hasil karya seni, barang-barang antik dan sebagainya. Pembelian atau pembangunan rumah baru tidak termasuk konsumsi rumah tangga, tetapi pengeluaran terhadap rumah yang ditempati, seperti sewa rumah, perbaikan ringan, rekening listrik, telepon, air dan lain-lain merupakan pengeluaran untuk konsumsi rumah tangga.

Studi PDRB Kecamatan Kota Banjar Tahun 2010 – 2014 39

BAB V KOMPONEN PENGGUNAAN

Page 40: Draft Buku Pdrb 2014 Bab 1-Pustaka

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Banjar

Nilai konsumsi rumah tangga atas dasar harga berlaku diperkirakan dengan metode langsung, yaitu mengalikan pengeluaran per kapita setahun dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Data pengeluaran per kapita diperoleh dari estimasi hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap tahun.

Nilai konsumsi rumah tangga atas dasar harga konstan Tahun 2010 dihitung berdasarkan metode deflasi dimana deflatornya adalah IHK yang sesuai dengan jenis pengeluaran barang dan jasa yang dikonsumsi.

5.2. PENGELUARAN KONSUMSI LEMBAGA NON PROFIT

Pengeluaran konsumsi Lembaga Non Profit meliputi pembelian barang dan jasa dan penerimaan transfer dalam bentuk natura, pembayaran upah dan gaji, penyusutan barang modal dan pajak tak langsung neto yang dibayarkan lembaga ini, dikurangi dengan penjualan barang dan jasa yang dihasilkan.

Perkiraan nilai konsumsi LNP atas dasar harga berlaku dihitung dengan metode langsung dari hasil survei khusus yang diselenggarakan BPS, yaitu estimasi dari penjumlahkan output per kategori jasa sosial kemasyarakatan dikurangi surplus usahanya.

Sedangkan nilai konsumsi LNP atas dasar harga konstan Tahun 2010 dihitung dengan metode deflasi dimana deflatornya adalah IHK yang sesuai dengan masing-masing kegiatan LNP.

5.3. PENGELUARAN KONSUMSI PEMERINTAH

Pengeluaran konsumsi pemerintah mencakup jumlah seluruh pengeluaran pemerintah yang meliputi belanja barang dan jasa yang habis dipakai/dikonsumsi sendiri seperti belanja perjalanan dinas, biaya pemeliharaan dan pengeluaran lain yang bersifat rutin (belanja barang), pembayaran balas jasa pegawai (belanja pegawai), pajak tak langsung dan penyusutan barang modal pemerintah dikurangi hasil penerimaan jasa yang diberikan (Non Commodity Sales) dan nilai penjualan barang-barang yang diproduksi (Commodity Produced) pemerintah yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan pemerintah (yang bukan dikonsumsi oleh pemerintah).

Data yang digunakan untuk penghitungan pengeluaran Konsumsi Pemerintah antara lain : data statistik keuangan kabupaten/kota (realisasi APBD) dan data statistik keuangan desa yang diperoleh dari Dinas Pendapatan, Pengelolaann Keuangan dan Aset (DPPKA) dan hasil Survei Keuangan Daerah yang diselenggarakan BPS, serta data jumlah PNS daerah menurut golongan kepangkatan yang diperoleh dari Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan Daerah (BKPPD).

Studi PDRB Kecamatan Kota Banjar Tahun 2010 – 2014 40

Page 41: Draft Buku Pdrb 2014 Bab 1-Pustaka

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Banjar

Penghitungan perkiraan konsumsi pemerintah atas dasar harga berlaku dilakukan dengan metode estimasi dari neraca produksi pemerintah (realisasi APBD dan APBN), dimana INPUT = OUTPUT secara detil sebagai berikut:

INPUT (A) + (B) = (C)(A) = Belanja Barang (Belanja Antara)(B) = Penyusutan + Belanja Pegawai → sama dengan NTB Pemerintah

Nilai penyusutan diperkirakan 20% dari belanja modal

OUTPUT = (D) + (E) = (C)(E) = Penjualan Barang & Jasa (Output Pasar)(D) = Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (Output Non Pasar Lainnya)

Sehingga: (D) = (C) – (E) = (A) + (B) – (E)

Pengeluaran konsumsi pemerintah atas dasar haraga konstan Tahun 2010 merupakan hasil penghitungan komponen-komponen neraca produksi atas dasar harga konstan Tahun 2010, yaitu :

Belanja Barang atas dasar harga konstan Tahun 2010 dihitung menggunakan metode deflasi dengan IHPB tanpa ekspor sebagai deflatornya.

NTB Pemerintah atas dasar harga konstan Tahun 2010 dihitung menggunakan metode ekstrapolasi dengan indeks jumlah PNS tertimbang menurut golongan kepangkatan.

Pendapatan dari penjualan barang dan jasa atas dasar harga konstan Tahun 2010 dihitung dengan menggunakan persentase penjualan barang dan jasa terhadap output pada harga berlaku.

5.4. PEMBENTUKAN MODAL TETAP BRUTO (PMTB)

Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) mencakup seluruh pembelian barang modal baru (baik dari dalam maupun luar daerah) dan barang modal bekas (dari luar daerah) yang digunakan untuk menambah daya produksi dikurangi dengan penjualan dari barang-barang modal bekas ditambah biaya perbaikan besar barang modal.

Pembentukan Modal Tetap Bruto dihitung berdasarkan pengeluaran untuk pembelian barang modal oleh masing-masing kategori usaha atau berdasarkan arus barang (commodity flow) yang diperoleh dari data dinas terkait dan hasil Survei BPS.

5.5. PERUBAHAN STOK (INVENTORY)

Perubahan stok mencakup selisih semua persediaan barang akhir tahun dikurangi awal tahun. Stok pada umumnya berupa bahan mentah, barang-barang atau alat-alat yang diproduksi tetapi masih dalam proses, atau barang-barang yang belum

Studi PDRB Kecamatan Kota Banjar Tahun 2010 – 2014 41

Page 42: Draft Buku Pdrb 2014 Bab 1-Pustaka

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Banjar

dipasarkan. Yang tidak termasuk stok antara lain : gedung-gedung/bangunan yang dalam proses, ternak yang digunakan untuk pembiakan, diambil tenaganya, bulunya, serta susunya. Keduanya termasuk dalam pembentukan modal tetap bruto.

Penghitungan perubahan stok dapat dilakukan dengan metode langsung maupun tidak langsung (metode arus barang), yaitu dari nilai stok awal dan akhir tahun yang diperoleh dari setiap kegiatan dan jenis barang yang dikumpulkan melalui sensus dan survei, yang kemudian dinilai dengan nilai rata-rata harga pasar pada periode tahun perhitungan tersebut.

Namun data seperti ini mungkin hanya tersedia untuk beberapa jenis barang. Oleh karenanya komponen perubahan stok ini diestimasi berdasarkan residual dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) kategorial dikurangi dengan komponen-komponen yang sudah dihitung dengan data yang tersedia.

5.6. EKSPOR DAN IMPOR

Ekspor dan Impor barang dan jasa meliputi angkutan dan komunikasi, jasa asuransi serta barang dan jasa lain seperti jasa perdagangan yang diterima pedagang suatu daerah karena mengadakan transaksi penjualan di luar daerah dan pembayaran biaya kantor pusat perusahaan induk oleh cabang dan anak perusahaan di luar daerah. Pembelian langsung di pasar suatu daerah oleh bukan penduduk termasuk ekspor barang dan jasa, serta pembelian di luar daerah oleh penduduk daerah dikategorikan sebagai impor.

Yang tidak termasuk ekspor dan impor barang adalah barang milik penduduk atau bukan penduduk suatu daerah yang melintasi batas geografis suatu daerah karena merupakan tempat persinggahan saja, barang untuk peragaan, barang contoh dan barang keperluan sehari-hari wisatawan mancanegara/domestik.

Nilai ekspor dan impor yang diperoleh dari transaksi barang dan jasa dengan luar negeri dan antar wilayah merupakan nilai ekspor impor atas dasar harga berlaku. Estimasi ekspor dan impor antar negara dihitung dari transaksi ekspor impor ke luar negeri hasil survei industri besar sedang yang dilaksanakan BPS dan data dari dinas terkait. Sedangkan ekspor impor antar wilayah diestimasi berdasarkan hasil survei khusus terhadap arus barang yang melewati jembatan timbang.

Nilai ekspor impor atas dasar harga konstan 2010 diperoleh menggunakan metode deflasi IHPB untuk ekspor dan impor sebagai deflatornya.

Studi PDRB Kecamatan Kota Banjar Tahun 2010 – 2014 42

Page 43: Draft Buku Pdrb 2014 Bab 1-Pustaka

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Banjar

Salah satu misi pembangunan Kota Banjar yang terus diupayakan adalah meningkatkan Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) secara optimal dan berkelanjutan. Tuntunan kemajuan ekonomi mutlak diperlukan agar distribusi kemajuan ekonomi dapat dinikmati sebesar-besarnya untuk kesejahteraan masyarakat. Kemajuan ekonomi secara makro seringkali banyak dilihat dari besaran Produksi Domestik Regioanal Bruto (PDRB) dan Laju Pertumbuhan Ekonominya.

Secara konsepsi, PDRB menggambarkan seberapa besar proses kegiatan ekonomi (tingkat produktivitas ekonomi) di suatu wilayah, yang dihitung sebagai akumulasi dari pencapaian nilai transaksi dari berbagai kategori ekonomi dalam kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, PDRB merupakan gambaran nyata hasil aktivitas pelaku ekonomi dalam memproduksi barang dan jasa. Indikator ini dapat digunakan sebagai bahan evaluasi perkembangan ekonomi dan sebagai landasan penyusunan perencanaan pembangunan ekonomi.

6.1. PERTUMBUHAN EKONOMI

Daerah kota biasanya identik dengan lemahnya potensi pertanian, namun berbeda dengan Kota Banjar. Luasnya lahan pertanian yang subur serta dukungan irigasi yang bagus membuat Kota Banjar maju dalam pertanian. Meskipun berstatus daerah perkotaan, sebagai penduduk Kota Banjar masih mengandalkan pertanian sebagai mata pencahariannya. Hal ini tidak mengherankan karena secara proporsi Kota Banjar memiliki areal pertanian yang cukup luas, kurang lebih dua per lima wilayahnya adalah pesawahan, perkebunan dan hutan rakyat. Di samping itu, fasilitas irigasi yang memadai turut memajukan kategori ini, terutama untuk pertanian pada sawah.

Produktivitas padi dan palawija di Kota Banjar terus mengalami peningkatan. Rata-rata produksi padi Kota Banjar selama 5 tahun terakhir mencapai sebanyak 45 ribu ton, dengan produktivitas sebesar 6,1 ton per hektar. Jika diasumsikan produksi padi tersebut digunakan untuk pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat Kota Banjar sendiri saja, maka dapat menjamin kebutuhan penduduk sekitar 0,68 kg padi (kurang lebih setara dengan 0,34 kg beras) per kapita per hari, jumlah yang lebih dari cukup. Hal ini semakin membuktikan bahwa ketahanan pangan Kota Banjar relatif kuat dan mampu berdiri dari kekuatan pangan sendiri, bahkan sisanya masih bisa diekspor ke daerah lain.

Namun selama kurun waktu empat tahun terakhir laju pertumbuhan produksi kategori pertanian Kota Banjar berpluktuatif dan cenderung melambat karena sistem pertanian di Kota Banjar masih dipengaruhi musim (faktor alam) secara umum, dengan rata-rata perlambatan mencapai 7,05 persen pada tahun 2012 kemudian melaju lagi

Studi PDRB Kecamatan Kota Banjar Tahun 2010 – 2014 43

BAB VI TINJAUAN PEREKONOMIAN KOTA BANJAR

Page 44: Draft Buku Pdrb 2014 Bab 1-Pustaka

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Banjar

sebesar 3,02 persen pada tahun 2013 dan melambat lagi sebesar 0,56 persen pada tahun 2014.

Tabel 6.1. Secara keseluruhan menjelaskan bahwa LPE Kota Banjar periode 2011 – 2014 cenderung berfluktuatif dengan trend yang positif yaitu dari 5,47 persen di Tahun 2011 terus mengalami sedikit perlambatan di Tahun 2012 hingga mencapai 5,32 persen, kemuduan melaju lagi sebesar 5,45 persen di Tahun 2013 dan terjadi perlambatan Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) lagi pada tahun 2014, hal ini terjadi karena adanya fenomena alam yang tidak medukung pertumbuhan pertaniannya yang merupakan pendukung utama pertumbuhan ekonomi Kota Banjar dan kembali melaju di Tahun 2014 dengan besaran mencapai 5,34 persen.

Tabel 6.1 Pertumbuhan Ekonomi Kota BanjarDan Provinsi Jawa Barat

Tahun 2011 – 2014 (persen)

TahunLaju Pertumbuhan Ekonomi

Kota Banjar Jawa Barat [1] [2] [3]

2011*) 5,47 6,50

2012*) 5,32 6,50

2013*) 5,45 6,34

2014**) 4,97 5,06*) Angka Perbaikan**) Angka sementara Sumber : BPS Kota Banjar dan BPS Provinsi Jawa Barat

Di tingkat provinsi, pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Barat dari Tahun 2011-2013 mengalami trend yang sama dengan laju rata-rata sebesar 6 persen lebih, namun terjadi sedikit perlambatan pada tahun 2014 menjadi sebesar 5,06 persen, hal ini dipengaruhi oleh melambatnya kinerja kategori industri yang sempat kurang stabil akibat krisis di tahun ini, kategori industri menjadi salah satu penyokong utama pembentukan PDRB Provinsi Jawa Barat dengan share sebesar 43 persen terhadap total PDRB Jawa Barat.

Dibandingkan dengan kinerja Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Provinsi Jawa Barat, LPE Kota Banjar memang tergolong kurang stabil namun masih terkendali. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Banjar dari Tahun 2011 ke Tahun 2014 cenderung berfluktuatif, dan relatif tidak lebih besar dibandingkan dengan kondisi rata-rata kabupaten/kota lain di Provinsi Jawa Barat pada umumnya.

Di Tahun 2013, kinerja LPE Provinsi Jawa Barat terus mengalami peningkatan hingga menembus angka 6 persen lebih dan meninggalkan LPE Kota Banjar yang masih berkuat di kisaran 5 persen. Kondisi ini menunjukkan bahwa kinerja ekonomi industrial yang dikendalikan oleh powerhouse (perusahaan-perusahaan besar) seperti

Studi PDRB Kecamatan Kota Banjar Tahun 2010 – 2014 44

Page 45: Draft Buku Pdrb 2014 Bab 1-Pustaka

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Banjar

Provinsi Jawa Barat akan dengan cepat mendorong LPE dibandingkan dengan yang berbasis Usaha Kecil dan Menengah (UKM) seperti Kota Banjar. Meskipun keberadaan kinerja industri kecil yang tidak rentan terhadap krisis dan mampu menyerap banyak tenaga dengan tanpa banyak persyaratan terutama tingkat pendidikan formal dan lebih mengutamakan keterampilan yang bisa dipelajari sambil bekerja tapi jika Kota Banjar ingin mengalami kenaikan LPE maka harus diupayakan untuk menarik investor agar mau menanamkan modalnya di Kota Banjar sehingga kategori industri dan kategori perdagangan akan menjadi semakin kuat dalam meningkatkan perekonomian disamping kategori pertanian yang selama ini menjadi pendukung utama Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Banjar.

Untuk ke depannya jika Kota Banjar ingin mengembangkan kawasan agrobisnis dan agroindustri maka harus terus menciptakan terobosan, misalnya membentuk sentra produksi agro yang kuat dan sustainable, dengan memanfaatkan potensi pertanian di wilayahnya seperti : pepaya, pisang, rambutan, durian, jamur dan yang lainnya yang merupakan komoditi unggulan di Kota Banjar. Masyarakat Kota Banjar harus diberi kesadaran bahwa potensi yang dimiliki selama ini harus terus dikembangkan dan pemerintah sendiri selayaknya memberi fasilitas yang cukup agar masyarakat mampu meningkatkan produksi dan berkontribusi nyata dalam entitas kawasan agropolitan yang unggul. Fasilitas yang selama ini sangat dibutuhkan masyarakat dalam mengembangkan kategori pertanian dan kategori-kategori lainnya adalah dalam hal permodalan dan pemasaran hasil produksinya, misalkan menjamurnya tanaman pepaya california, jangan hanya dipermudah pembibitannya tapi hasil produksinya pun harus dipikirkan kemana pemasarannya sehingga harganya tidak turun atau sampai jatuh harganya karena terlalu banyak hasil produksinya, yang akhirnya merugikan petani.

Pada kategori industri, ternyata industri pengolahan kayu papan yang ada di Kota Banjar mampu menggerakkan perekonomian Kota Banjar di kategori industri dengan memanfaatkan sebesar-besarnya produk pertanian terutama kehutanan yang merupakan salah satu potensi terbesar Kota Banjar. Selain itu industri pengolahan tekstil dan pakaian jadi serta asesorisnya mampu meningkatkan perekonomian secara signifikan, dalam hal penyerapan tenaga kerja semuanya turut mengatasi masalah pengangguran di Kota Banjar dengan menyerap ratusan hingga ribuan tenaga kerja.

Dengan berkembangnya industri yang mampu menyerap tenaga kerja cukup banyak ternyata akan berdampak pada kategori pertanian yang selama ini menjadi pendukung utama LPE Kota Banjar, selain lahan yang akan berkurang, tenaga kerja yang mau beruasaha di kategori pertanian lambat laun akan beralih ke kategori industri yang mungkin lebih menjanjikan.

Studi PDRB Kecamatan Kota Banjar Tahun 2010 – 2014 45

Page 46: Draft Buku Pdrb 2014 Bab 1-Pustaka

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Banjar

2010 2011 2012 2013* 2014** -

500.00

1,000.00

1,500.00

2,000.00

2,500.00

3,000.00

3,500.00

2,026.32 2,253.89

2,466.19 2,759.47

3,011.03

2,026.32 2,137.13 2,250.80

2,373.51 2,491.58

ADH Berlaku ADH Konstan

Milyar Rp

**) Angka sementaraSumber : BPS Kota Banjar

Gambar 6.1 PDRB Kota Banjar Tahun 2010-2014 (Milyar Rupiah)

Gambar 6.1. mengilustrasikan bahwa secara nominal, selama periode 2010-2014, Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku (PDRB ADHB) Kota Banjar mampu meningkat hingga satu triliun rupiah, yaitu dari 2.026,52 milyar rupiah di Tahun 2010 meningkat menjadi 3.011,05 milyar rupiah di Tahun 2014. Pencapaian PDRB atas dasar harga berlaku di Kota Banjar mulai tahun 2011-2014 mengalami fluktuatif dari 11.23 persen di tahun 2011 menjadi 9,12 persen di Tahun 2014 dimana hal ini masih dipengaruhi oleh laju implisit harga produsen setiap tahunnya. Kategori yang mengalami laju peningkatan paling tinggi adalah kategori Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial mencapai 21,85 persen dari tahun sebelumnya 8,53 persen, disusul oleh kategori Jasa Pendidikan sebesar 6,89 pesen, kategori Pengadaan Listrik sebesar 16,77 persen dan kategori Informasi dan Komunikasi sebesar 15,32 persen.

Sementara Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan (PDRB ADHK) tahun dasar 2010 juga tampak terus tumbuh dari tahun ke tahun. Selama periode 2010-2014, PDRB atas dasar harga konstan Tahun 2010 bergerak dari 2.026,32 milyar rupiah menjadi sebesar 2.491,58 milyar rupiah atau mengalami pertumbuhan sebesar 22,96 persen selama lima tahun terakhir dengan rata-rata pertumbuhan tiap tahun sebesar 5,3 persen. Pertumbuhan ekonomi Kota Banjar pada tahun 2014 sedikit mengalami perlambatan laju dimana hanya bergerak sebesar 4,97 persen dari tahun sebelumnya, hal ini dipengaruhi oleh melambatnya kinerja kategori pertanian yang mengalami kontraksi sebesar -0,56 persen, anomali musim pada tahun 2014 menyebabkan kategori pertanian mengalami kontraksi.

Studi PDRB Kecamatan Kota Banjar Tahun 2010 – 2014 46

Page 47: Draft Buku Pdrb 2014 Bab 1-Pustaka

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Banjar

Tabel 6.2. Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) dan Sumber Pertumbuhan Dirinci Menurut Kategori Lapangan Usaha di Kota Banjar Tahun 2013-2014

LAPANGAN USAHA2013 2014**

LPE % Sumber Pertumbuhan LPE % Sumber

Pertumbuhan[1] [2] [3] [4] [5]

I. Primer 2,97 0,42 (0,51) (0,07)

A. Pertanian, Kehutanan & Perikanan 3,02 0,42 (0,56) (0,08)

B. Pertambangan dan Penggalian 0,86 0,00 1,91 0,01

II. Sekunder 6,92 1,47 3,06 0,66

C. Industri Pengolahan 5,36 0,61 2,63 0,30

D. Pengadaan Listrik & Gas 6,50 0,01 2,25 0,00

E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah 1,04 0,00 3,76 0,01

F. Bangunan 8,91 0,85 3,55 0,35

III. Tersier 5,51 3,56 6,79 4,39

G. Perdagangan Besar dan Eceran 6,65 1,93 3,75 1,10

H. Transportasi dan Pergudangan 5,43 0,24 6,22 0,28

I. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 5,92 0,15 5,33 0,13

J. Informasi dan Komunikasi 8,59 0,35 20,05 0,83

K. Jasa Keuangan dan Asuransi 10,51 0,37 2,95 0,11

L. Real Estate 4,25 0,12 3,53 0,10

M,N Jasa Perusahaan 4,79 0,03 6,84 0,05

O. Administrasi Pemerintahan (2,70) (0,26) 7,08 0,63

P. Jasa Pendidikan 9,67 0,53 14,66 0,83

Q. Jasa Kesehatan & Kegiatan Sosial 3,84 0,07 15,92 0,28

R,S,T,U . Jasa Lainnya 5,00 0,03 7,69 0,04

KOTA BANJAR 5,45 4,97

**) Angka sementaraSumber : Badan Pusat Statistik Kota Banjar

Berdasarkan lapangan usaha, Tabel 6.2 menunjukan bahwa seluruh kategori ekonomi yang membentuk PDRB di Kota Banjar Tahun 2014 mengalami pertumbuhan yang cukup memuaskan, kecuali di sektor primer yang mengalami pertumbuhan negatif terutama di kategori pertanian, sebesar (0,08) persen, hal ini dipengaruhi oleh berfluktuasi cuaca pada tahun 2014, curah hujan yang tinggi di awal dan akhir tahun 2014 kemudian kemarau yang agak panjang di pertengahan tahun 2014 cukup berpengaruh terhadap pola tanam pertanian di Kota Banjar. Kinerja laju pertumbuhan sektor sekunder yang dibentuk oleh kategori industri pengolahan, kategori Pengadaan Listrik, Pengadaan Air dan kategori Bangunan menyumbang sebesar 0,66 point terhadap total LPE yang sebesar 4,97, sedangkan sektor tersier yang dibangun oleh kategori Perdagangan Besar dan Eceran, Tranportasi dan Pergudangan, Penyediaan akomodasi dan makan minum, kategori Komunikasi dan informasi, Jasa Keuangan dan asuransi, kategori Real Estate, Jasa Perusahaan, Jasa Pemerintahan, Jasa Pendidikan, Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial serta kategori Jasa Lainnya

Studi PDRB Kecamatan Kota Banjar Tahun 2010 – 2014 47

Page 48: Draft Buku Pdrb 2014 Bab 1-Pustaka

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Banjar

membentuk perekonomian dengan sumbangan laju sebesar 4,39 point terhadap total LPE Kota Banjar yang sebesar 4,97 persen.

Besarnya sumbangan masing-masing kategori dalam menciptakan Laju Pertumbuhan Ekonomi selama Tahun 2013-2014 menarik untuk dicermati. Kategori-kategori ekonomi yang nilai PDRB ADHK-nya besar tetap akan menjadi penyumbang terbesar bagi Laju Pertumbuhan Ekonomi, walaupun laju pertumbuhan kategori bersangkutan bukan yang terbesar. Kategori Perdagangan Besar dan Eceran yang merupakan kategori ke satu yang menyumbang pertumbuhan ekonomi Kota Banjar di Tahun 2014 ini masih menjadi penyumbang terbesar yaitu sebesar 3,75 persen dimana sumber pertumbuhannya yaitu 1,10 persen, sementara penyumbang pertumbuhan tertinggi pada tahun ini dibentuk oleh kategori Komunikasi dan Informasi dengan LPE nya sebesar 20,05 persen tapi ternyata sumber pertumbuhannya hanya 0,85 persen lebih kecil dibandingkan kategori Perdagangan Besar dan Eceran.

Dengan melihat besarnya kontribusi kategori-kategori penyumbang laju pertumbuhan terbesar pada tahun 2014 yaitu kategori perdagangan, kategori komunikasi, jasa pendidikan dan jasa pemerintahan terhadap pertumbuhan PDRB Kota Banjar Tahun 2014, maka keempat kategori tersebut bisa dikatakan sebagai kategori-kategori dominan di Kota Banjar untuk saat ini dilihat dari sumber pertumbuhannya. Untuk terus meningkatkan LPE Kota Banjar di masa mendatang diperlukan upaya untuk menggali sumber-sumber pertumbuhan ekonomi baru yang akseleratif dan realiable sesuai dengan visi dan misi pembangunan Kota Banjar terutama dikategori pertanian yang mengalami kontraksi padahal menjadikan visi pemerintah Kota Banjar adalah mejadikan Kota Banjar menuju Kota Agropolitan di samping terus mempertahankan pertumbuhan ekonomi di kategori-kategori dominan yang sudah ada sekarang ini.

Dalam rangka melihat dominasi dan melihat ada tidaknya transformasi struktur ekonomi, tujuhbelas kategori ekonomi sering dikelompokkan menjadi 3 (tiga) kelompok yaitu:

1. Sektor Primer : Sektor yang tidak mengolah bahan baku, melainkan hanya mendayagunakan sumber-sumber alam seperti tanah dan segala yang terkandung di dalamnya. Sektor ini meliputi Kategori Pertanian, kehutanan dan perikanan serta Kategori Pertambangan dan Penggalian

2. Sektor Sekunder : Sektor yang mengolah bahan baku dari sektor Primer maupun Sektor sekunder itu sendiri, menjadi barang lain yang lebih tinggi nilainya. Kategori ini meliputi Kategori Industri Pengolahan, Kategori Pengadaan Listrik dan Gas, Kategori Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah/Limbah, serta Kategori Bangunan.

3. Sektor Tersier : Sektor yang produksinya bukan dalam bentuk fisik, melainkan dalam bentuk jasa. Sektor ini meliputi Kategori Perdagangan Besar dan Eceran, Kategori Transportasi dan Pergudangan, Kategori Penyediaan Akomodasi dan makan Minum, Kategori Komunikasi dan Informasi, Jasa Keuangan dan Asuransi, Real Estate/Persewaan, Jasa Perusahaan serta Kategori Jasa Pemerintahan, jasa pendidikan, Jasa Kesehatan serta Jasa-jasa Lainnya.

Studi PDRB Kecamatan Kota Banjar Tahun 2010 – 2014 48

Page 49: Draft Buku Pdrb 2014 Bab 1-Pustaka

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Banjar

Tabel 6.3. Produksi Domestik Regional Bruto Kota Banjar Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2010-2014 Menurut Lapangan Usaha (Miliyar Rupiah)

LAPANGAN USAHAHarga Berlaku

2010 2011 2012 2013 2014**

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

I. Primer 337,42

368,26

369,40

415,62

432,99

A. Pertanian, Kehutanan & Perikanan 330,12

360,55

361,22

406,80

423,54

B. Pertambangan dan Penggalian 7,31

7,71

8,17

8,82

9,45

II. Sekunder 424,81

480,93

526,37

586,47

638,82

C. Industri Pengolahan 242,07

268,49

288,35

315,57

336,78

D. Pengadaan Listrik & Gas 2,01

2,14

2,44

2,24

2,62

E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah 3,98

4,14

4,15

4,51

4,70

F. Bangunan 176,74

206,16

231,43

264,14

294,73

III. Tersier 1.264,09

1.404,70

1.570,43

1.757,39

1.939,22

G. Perdagangan Besar dan Eceran 550,93

613,65

691,76

789,37

841,86

H. Transportasi dan Pergudangan 91,70

98,28

108,87

121,20

136,60

I. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 50,64

55,69

59,31

65,79

72,93

J. Informasi dan Komunikasi 73,25

81,93

90,82

98,72

113,85

K. Jasa Keuangan dan Asuransi 68,71

74,96

86,50

102,09

111,01

L. Real Estate 53,57

59,74

64,48

68,92

73,07

M,N Jasa Perusahaan 14,05

15,64

16,52

18,22

20,32

O. Administrasi Pemerintahan 218,73

237,81

257,21

272,05

309,74

P. Jasa Pendidikan 95,46

113,38

136,15

157,39

183,97

Q. Jasa Kesehatan & Kegiatan Sosial 36,15

41,42

46,03

49,95

60,87

R,S,T,U . Jasa Lainnya 10,90

12,19

12,78

13,69

15,01

KOTA BANJAR 2.026,32 2.253,89 2.466,19 2.759,47 3.011,03**) Angka sementaraSumber : Badan Pusat Statistik Kota Banjar

Tabel 6.3. menyajikan PDRB atas dasar harga berlaku dalam 3 (tiga) kelompok sektor. Terlihat bahwa kelompok tersier masih mendominasi dalam penciptaan nilai tambah di Kota Banjar selama periode 2010-2014. Besaran PDRB atas dasar harga berlaku

Studi PDRB Kecamatan Kota Banjar Tahun 2010 – 2014 49

Page 50: Draft Buku Pdrb 2014 Bab 1-Pustaka

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Banjar

kelompok tersier di Tahun 2010 sampai Tahun 2014 terus mengalami peningkatan. Di Tahun 2010 hanya sebesar Rp. 1.264,09 milyar dan terus mengalami peningkatan hingga mencapai. 1,9 triliun lebih di Tahun 2014 atau memiliki pangsa terhadap total PDRB Kota Banjar sebesar 64,40 persen.

Selanjutnya PDRB atas dasar harga berlaku kelompok sekunder menghasilkan nilai tambahan sebesar Rp. 638,82 milyar di Tahun 2014 dengan pangsa yang cenderung stabil terhadap pembentukan PDRB atas dasar harga (adh) Berlaku yaitu sebesar 21 persen. Penguatan investasi di kategori industri pengolahan akan sangat mempengaruhi laju pertumbuhan (adh berlaku) pada sektor sekunder ini, yang mana penambahan output produksi serta penambahan jumlah tenaga kerja yang didukung dengan harga bahan baku yang stabil akan mampu mendongkrak kinerja sektor sekunder ini. Fenomena lain yang terlihat pada sektor ini yaitu besaran PDRB untuk pengadaan listrik pada Tahun 2013 yang cenderung menurun jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, besaran PDRB ADHB Tahun 2012 sebesar 2,44 milyar rupiah turun menjadi sebesar 2,24 milyar rupiah pada tahun 2013, padahal kebijakan kenaikan tarif dasar listrik (TDL) terjadi pada waktu yang sama, hal ini disebabkan karena PLN adalah industri yang teregulasi oleh pemerintah dalam hal penetapan tarif dasar listrik (TDL), sedangkan besarnya output ketenagalistrikan dipengaruhi oleh TDL. Ketika biaya produksi meningkat, diantaranya akibat kenaikan BBM, terjadi peningkatan laju implisit konsumsi antara/biaya antara, produsen lain dapat dengan cepat menyesuaikan harga akibat kenaikan biaya produksi, tetapi PLN tidak bisa karena regulasi TDL . Akibatnya kenaikan implisit konsumsi antara/biaya antara lebih tinggi dibandingkan kenaikan implisit output. Sehingga implisit Nilai Tambah Bruto listrik mengalami deflasi (pertumbuhan negatif).

Untuk PDRB atas dasar harga berlaku kelompok primer Tahun 2014 tercatat sebesar Rp. 432,99 milyar atau dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 415,62 milyar. Bertambahnya produktivitas sektor primer masih didominasi oleh kinerja kategori terutama kategori pertanian, meskipun capaian nilai tambahnya ternyata melemah dibanding tahun sebelumnya yaitu dari 12,62 persen menjadi 4,12 persen di Tahun 2014.

Apabila PDRB dihitung atas dasar harga konstan Tahun 2010, kinerja sektor sekunder Tahun 2014 mengalami perlambatan dibandingkan tahun sebelumnya yang melaju 3,06 persen dari 6,92 persen Tahun 2013, salah satu sebab terjadinya perlambatan di sektor ini adalah melemahnya kategori kontruksi, jika tahun sebelumnya dipengaruhi oleh adanya pembangunan sarana olah raga dan perumahan maka tahun 2014 ini investasinya sedikit melemah. Sama hal nya dengan kinerja sektor primer, juga mengalami perlambatan menjadi -0,51 persen dari 2,97 persen Tahun 2013, keadaan ini terjadi karena adanya fenomena alam yang kurang mendukung terhadap hasil produksi pertanian di Kota Banjar sampai dengan tahun 2014. Sedangkan di sektor tersier terus mengalami pertumbuhan laju dari 5,51 persen menjadi sebesar 6,79 persen, capaian kinerja ekonomi ini dipengaruhi oleh Kategori Informasi dan Komunikasi yang melaju sangat cepat mencapai 20,05 persen dibandingkan tahun

Studi PDRB Kecamatan Kota Banjar Tahun 2010 – 2014 50

Page 51: Draft Buku Pdrb 2014 Bab 1-Pustaka

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Banjar

sebelumnya, kategori lainnya yang melaju sangat cepat juga ditunjukan oleh kategori Jasa Pendidkan dan Kategori Jasa Kesehatan dan Kegiatan sosial yang masing-masing melaju sebesar 14,66 persen dan 15,92 persen.

Tabel 6.4. Produk Domestik Regional Bruto Kota Banjar Atas Dasar Harga Konstan 2010 Tahun 2010 – 2014

Menurut Lapangan Usaha (Milyar Rupiah)

LAPANGAN USAHAHarga Berlaku

2010 2011 2012 2013 2014**(1) (2) (3) (4) (5) (6)

I. Primer 37,42 342,57 318,92 328,41 326,74

A. Pertanian, Kehutanan & Perikanan 330,12 335,56 311,92 321,34 319,54

B. Pertambangan dan Penggalian 7,31 7,00 7,01 7,07 7,20

II. Sekunder 424,81 457,43 478,31 511,41 527,04

C. Industri Pengolahan 242,07 251,66 257,02 270,79 277,90

D. Pengadaan Listrik & Gas 2,01 2,13 2,36 2,52 2,57

E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah 3,98 4,13 4,12 4,16 4,32

F. Bangunan 176,74 199,51 214,80 233,94 242,24

III. Tersier 1.264,09 1.337,14 1.453,57 1.533,70 1.637,81

G. Perdagangan Besar dan Eceran 550,93 589,42 654,96 698,51 724,72

H. Transportasi dan Pergudangan 91,70 94,82 100,54 105,99 112,59

I. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 50,64 54,04 56,20 59,53 62,70

J. Informasi dan Komunikasi 73,25 81,83 90,46 98,23 117,93

K. Jasa Keuangan dan Asuransi 68,71 72,53 80,24 88,67 91,28

L. Real Estate 53,57 59,04 62,16 64,81 67,10

M,N Jasa Perusahaan 14,05 15,47 15,93 16,69 17,83

O. Administrasi Pemerintahan 218,73 214,27 217,50 211,63 226,61

P. Jasa Pendidikan 95,46 105,49 123,11 135,01 154,81

Q. Jasa Kesehatan & Kegiatan Sosial 36,15 38,09 39,83 41,36 47,94

R,S,T,U . Jasa Lainnya 10,90 12,14 12,64 13,28 14,30

KOTA BANJAR 2.026,32 2.137,13 2.250,80 2.373,51 2.491,58

**) angka sementaraSumber : Badan Pusat Statistik Kota Banjar

Studi PDRB Kecamatan Kota Banjar Tahun 2010 – 2014 51

Page 52: Draft Buku Pdrb 2014 Bab 1-Pustaka

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Banjar

6.2. STRUKTUR EKONOMI

Struktur ekonomi suatu wilayah sangat dipengaruhi oleh potensinya baik potensi sumber daya alam (SDA) maupun sumber daya manusia (SDM) yang tersedia. Salah satu indikator yang sering digunakan untuk menggambarkan struktur ekonomi suatu wilayah adalah kontribusi kategorial dalam pembentukan PDRB secara keseluruhan.

Kontribusi kategorial memberikan informasi tentang komposisi per kategori yang memberi andil pada perekonomian daerah secara keseluruhan. Kontribusi suatu kategori dapat meningkat secara normal, namun menurun secara persentase. Oleh sebab itu, untuk keperluan analisis, angka persentase distribusi kategorial menjadi lebih penting. Semakin besar persentase distribusi suatu kategori dalam pembentukan PDRB, maka akan semakin besar pula pengaruh kategori tersebut dalam perkembangan ekonomi suatu daerah. Di samping itu, distribusi persentase dapat memperlihatkan kontribusi nilai tambah setiap kategori dalam pembentukan PDRB sehingga akan tampak kategori-kategori yang menjadi pemicu pertumbuhan (kategori andalan) di wilayah yang bersangkutan. Lebih jauh lagi, distribusi persentase juga bisa memperlihatkan ada tidaknya pergeseran struktur perekonomian daerah.

Jika melihat distribusi persentase PDRB Kota Banjar, sektor tersier terus berkonstribusi dominan. Mulai Tahun 2010-2014 Pangsa (share) sektor tersier terus bergerak naik, yaitu dari 62,38 persen di Tahun 2010 merangkak naik menjadi 64,40 persen di Tahun 2014, naik pesatnya sektor tersier dikarenakan semakin stabilnya perdagangan di pasar Banjar dan perbaikan pasar tradisional Banjar, dibangunnya fasilitas umum, serta kemajuan teknologi informasi dan komunikasi turut menunjang dalam pembentukan PDRB sektor tersier ini, selain itu adanya even roadrest motor dan pameran yang selalu diselenggarakan oleh Pemkot Banjar beserta masyarakat pelaku ekonomi juga sangat berpengaruh terhadap kontribusi sektor ini. Sementara di sektor primer dari tahun ke tahun cenderung menurun hal ini disebabkan adanya proses pergeseran struktur ekonomi dari sektor primer ke sektor-sektor lainnya (sektor sekunder dan tersier) yang tidak dapat dihindari, semakin berkurangnya potensi sumber daya alam dan bertambahnya alih fungsi lahan produktif menjadi area pemukiman dan industri menyebabkan pangsa sektor primer lambat laun semakin tertinggal.

Secara kategorial, kontribusi kategori perdagangan besar dan eceran begitu dominan dan terus meningkat, yaitu dari 27,19 persen pada Tahun 2010 meningkat jadi sebesar 28,61 persen pada Tahun 2013 walaupun sedikit menurun lagi di tahun 2014 menjadi 27,96 persen yang disebabkan oleh ketidakstabilan harga pada tahun berjalan sehingga berpengaruh terhadap pembentukan nilai tambah atas dasar harga berlaku pada kategori ini. Kemudian disusul oleh kategori Pertanian, Kehutanan dan Perikanan yang memiliki pangsa terbesar kedua, yaitu sebesar 14,07 persen pada tahun 2014, namun jika diperhatikan trend mulai Tahun 2010 hingga 2014 terus mengalami penurunan yang tadinya berperan sebesar 16,29 persen terhadap pembentukan PDRB Berlaku kini menjadi sebesar 14,07 persen terhadap pembentukan PDRB berlaku hal ini terjadi karena adanya fenomena alam yang kurang mendukung usaha pertanian di

Studi PDRB Kecamatan Kota Banjar Tahun 2010 – 2014 52

Page 53: Draft Buku Pdrb 2014 Bab 1-Pustaka

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Banjar

samping terjadinya alih fungsi lahan pertanian. Sedangkan kontributor PDRB Kota Banjar terbesar ketiga diperoleh dari kategori Industri Pengolahan yang memiliki sumbangan sebesar 11,18 persen meskipun kategori Industri Pengolahan ini dari tahun ke tahun terus berfluktuatif dan kinerjanya cenderung melambat pada tahun 2014.

Tabel 6.5. Distribusi Persentase Kategorial PDRB Atas Dasar Harga BerlakuKota Banjar Tahun 2010 – 2014 (persen)

LAPANGAN USAHAHarga Berlaku

2010 2011 2012 2013 2014**

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

I. Primer 16,65

16,34

14,98

15,06

14,38

A. Pertanian, Kehutanan & Perikanan 16,29

16,00

14,65

14,74

14,07

B. Pertambangan dan Penggalian 0,36

0,34

0,33

0,32

0,31

II. Sekunder 20,96

21,34

21,34

21,25

21,22

C. Industri Pengolahan 11,95

11,91

11,69

11,44

11,18

D. Pengadaan Listrik & Gas 0,10

0,09

0,10

0,08

0,09

E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah 0,20

0,18

0,17

0,16

0,16

F. Bangunan 8,72

9,15

9,38

9,57

9,79

III. Tersier 62,38

62,32

63,68

63,69

64,40

G. Perdagangan Besar dan Eceran 27,19

27,23

28,05

28,61

27,96

H. Transportasi dan Pergudangan 4,53

4,36

4,41

4,39

4,54

I. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 2,50

2,47

2,40

2,38

2,42

J. Informasi dan Komunikasi 3,62

3,63

3,68

3,58

3,78

K. Jasa Keuangan dan Asuransi 3,39

3,33

3,51

3,70

3,69

L. Real Estate 2,64

2,65

2,61

2,50

2,43

M,N Jasa Perusahaan 0,69

0,69

0,67

0,66

0,67

O. Administrasi Pemerintahan 10,79

10,55

10,43

9,86

10,29

P. Jasa Pendidikan 4,71

5,03

5,52

5,70

6,11

Q. Jasa Kesehatan & Kegiatan Sosial 1,78

1,84

1,87

1,81

2,02

R,S,T,U . Jasa Lainnya 0,54

0,54

0,52

0,50

0,50

KOTA BANJAR 100,00

100,00

100,00

100,00

100,00

**) angka sementaraSumber : Badan Pusat Statistik Kota Banjar

Studi PDRB Kecamatan Kota Banjar Tahun 2010 – 2014 53

Page 54: Draft Buku Pdrb 2014 Bab 1-Pustaka

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Banjar

Saat ini Kota Banjar selain menuju industrialisasi, ternyata Kota Banjar mulai dibidik oleh investor sebagai sentral distributor, meskipun pertumbuhannya tidak begitu signifikan tapi dari kategori Industri pengolahan akan menambah nilai pertumbuhan LPE Kota Banjar, yang juga dapat menyerap banyak tenaga kerja. Setelah Pemkot Kota Banjar meresmikan dua tempat wisata bermain yaitu Alun-Alun Langensari di Kecamatan Langensari dan Lapang Bakti di Kecamatan Banjar, serta dibangunnya sport center yang harapannya mampu mendongkrak LPE kategori jasa-jasa, dan kategori industri pengolahan terutama makanan, minuman dan tembakau serta kategori perdagangan eceran, sesuai harapan sebelumnya yaitu menjadikan dua tempat tersebut sebagai wisata kuliner dan rekreasi keluarga.

Gambar 6.2. memperlihatkan bahwa bagian terbesar pembentukan PDRB Kota Banjar di Tahun 2014 masih didominasi oleh kategori perdagangan besar dan eceran, diikuti oleh kategori pertanian, kehutanan dan perikanan, kategori industri pengolahan dan kategori jasa pemerintahan. Akumulasi pangsa 4 (empat) kategori tersebut terhadap pembentukan PDRB Kota Banjar mencapai sebesar 63,5 persen atau tiga per lima total PDRB. Sedangkan kontribusi kategori-kategori lainnya cenderung kecil, seperti : kategori bangunan sebesar 9,79 persen, kategori jasa pendidikan 6,11 persen kategori pengangkutan sebesar 4,54 dan kategori komunikasi 3,78 persen. Sementara 3 (tiga) kategori lainnya yang memberikan kontribusi paling sedikit terhadap PDRB Kota Banjar adalah kategori pengadaan listrik sebesar 0,09 persen, kategori pengadaan air sebesar 0,16 persen serta kategori pertambangan dan penggalian sebesar 0,31 persen.

**) angka sementaraSumber : Badan Pusat Statistik Kota Banjar

Gambar 6.2 Distribusi Persentase Kategorial PDRB Atas Dasar Harga Berlaku

Studi PDRB Kecamatan Kota Banjar Tahun 2010 – 2014 54

14.07 0.31

11.18

0.09

0.16

9.79

27.96

4.54 2.42

3.78

3.69 2.43

0.67 10.29

6.11 2.02 0.50

A. Pertanian, Kehutanan & Perikanan B. Pertambangan dan PenggalianC. Industri Pengolahan D. Pengadaan Listrik & GasE. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah F. BangunanG. Perdagangan Besar dan Eceran H. Transportasi dan PergudanganI. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum J. Informasi dan KomunikasiK. Jasa Keuangan dan Asuransi L. Real EstateM,N Jasa Perusahaan O. Administrasi PemerintahanP. Jasa Pendidikan Q. Jasa Kesehatan & Kegiatan SosialR,S,T,U . Jasa Lainnya

Page 55: Draft Buku Pdrb 2014 Bab 1-Pustaka

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Banjar

Kota Banjar Tahun 2014**) (persen)

Secara umum, dapat pula ditarik kesimpulan bahwa struktur ekonomi Kota Banjar masih didominasi oleh kemajuan kategori perdagangan besar dan eceran yang didukung peranannya oleh kategori pertanian, kehutanan dan prikanan, kategori industri pengolahan serta kategori jasa pemerintahan. Keempat kategori tersebut sampai tahun ini masih dianggap sebagai tulang punggung perekonomian Kota Banjar karena memiliki kontribusi paling besar terhadap PDRB Kota Banjar. Hal tersebut menunjukkan bahwa citra Kota Banjar sebagai kota perdagangan dan jasa dan wilayah pengembangan industri yang menjanjikan dengan tetap tidak mengesampingkan kategori pertanian akan terus berlanjut sesuai dengan visinya “Menuju Kota Agropolitan”.

Besarnya peranan keempat kategori di atas tercermin pula dari besaran tenaga kerja yang terserap di dalamnya. Menurut data hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) Tahun 2014, penduduk Kota Banjar yang berusia 15 tahun ke atas dan memiliki mata pencaharian di kategori perdagangan tercatat cukup besar yaitu sebesar 29,45 persen, kemudian disusul oleh kategori jasa-jasa 20,48 persen, kategori pertanian 15,57 persen dan kategori industri pengolahan sebesar 14,99 persen, sisanya bermata pencaharian di kategori (Pertambangan dan Penggalian, Listrik, Gas & Air, Bangunan, Angkutan, Pergudangan, dan Komunikasi, Keuangan, Asuransi, Usaha Persewaan dan Jasa Perusahaan, pemerintahan dan jasa lainnya) sebesar 19,51 persen . Banyaknya tenaga kerja yang terserap di kategori-kategori utama tersebut selaras dengan besarnya kontribusi kategori-kategori tersebut terhadap pembentukan PDRB Kota Banjar Tahun 2014.

Bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, meskipuns kategori perdagangan, pertanian, industri dan jasa selalu dominan dalam pembentukkan PDRB Kota Banjar, bila dicermati akan terlihat adanya penurunan kontirbusi kategori pertanian di satu sisi yang dibarengi dengan meningkatnya kontribusi kategori perdagangan dan jasa-jasa di sisi lain secara perlahan yang mengindikasikan adanya pergeseran struktur ekonomi di Kota Banjar dari tahun ke tahun dari kegiatan yang berbasis primer ke kegiatan yang berbasis sekunder dan tersier. Fenomena ini merupakan ciri suatu “kota” yang sedang membangun dimana terjadi perubahan dominasi dari rural characteristics yang identik dengan usaha yang padat karya (labor intensive) seperti pertanian dan penggalian menuju urban characteristics yang identik dengan usaha yang padat modal (capital intensive) seperti industri, perdagangan dan jasa-jasa (Lewis, 1954).

Di Kota Banjar yang notabene adalah daerah perkotaan baru, kategori perdagangan dan jasa akan memberikan rate of return to investment (tingkat pengembalian terhadap investasi) yang relatif lebih tinggi dari kategori lain. Tingginya kontribusi kategori perdagangan besar dan eceran yang mencapai hampir sepertiga dari total PDRB Kota Banjar menunjukkan bahwa pelaku kegiatan ekonomi yang mempunyai kecenderungan memilih aktivitas di kategori yang memberikan keuntungan

Studi PDRB Kecamatan Kota Banjar Tahun 2010 – 2014 55

Page 56: Draft Buku Pdrb 2014 Bab 1-Pustaka

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Banjar

relatif lebih cepat dan tinggi mulai mengenal arah perekonomian Kota Banjar yang sedikit demi sedikit mulai bergeser ke kategori tersier.

Tabel 6.6. Kredit Bank Umum KonvensionalKota Banjar Tahun 2014

(Juta Rupiah)Kategori Ekonomi Jumlah Kredit *) Persentase

[1] [2] [3]

    - Pertanian 3.448 0,89

- Pertambangan 3.812 0,99

- Perindustrian 39.560 10,25

- Listrik, Gas dan Air Bersih 130 0,03

- Konstruksi 12.183 3,16

- Perdagangan 297.142 76,98

- Angkutan 9.467 2,45

- Keuangan 7.434 1,93

- Jasa-jasa 12.846 3,33

*) Posisi awal bulan Desember 2014 Sumber : Laporan Statistik Ekonomi-Keuangan Daerah Jawa Barat, Kantor Bank Indonesia Bandung

Kendala utama yang harus dihadapi oleh pelaku kegiatan ekonomi adalah minimnya modal usaha. Perguliran modal usaha dari perbankan dewasa ini masih relatif terbatas, dimana cukup banyak kendala pelaku kegiatan ekonomi - utamanya pada usaha mikro kecil dan menengah – mengembangkan usahanya dengan mengandalkan modal perbankan. Akibatnya, aktivitas usaha seringkali terhambat, ketika cukup banyak permintaan barang biasanya pelaku usaha seringkali mengeluhkan kurangnya modal usaha untuk meningkatkan produksi. Fenomena permasalahan klasik tersebut sebenarnya cukup lama ditangkap pemerintah dengan menggulirkan berbagai program kredit usaha, diantaranya adalah Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang seharusnya memudahkan pelaku UMKM mendapatkan tambahan modal yang diinginkan. Bahkan di Kota Banjar telah digulirkan program pendanaan 1 milyar lebih per desa/kelurahan, yang sebagian besar diantaranya difokuskan untuk penguatan ekonomi masyarakat melalui pinjaman modal usaha.

Laporan Statistik Ekonomi Keuangan Daerah Jawa Barat Tahun 2014 yang diterbitkan oleh Kantor Bank Indonesia Bandung mencatat jumlah kredit yang dikucurkan oleh Bank Umum Konvensional di wilayah Kota Banjar. Tabel 6.6 memperlihatkan bahwa proporsi kredit terbesar yang dikucurkan oleh Bank Umum Konvensional di wilayah Kota Banjar sebagian besar diberikan untuk kredit kategori perdagangan yaitu sebesar 76,98 persen kemudian kategori perindustrian sebesar 10,25 persen, diharapkan dengan mudahnya pinjaman bank dan ringannya bunga bank akan membuat pengusaha terutama pengusaha kecil menambah modal usahanya

Studi PDRB Kecamatan Kota Banjar Tahun 2010 – 2014 56

Page 57: Draft Buku Pdrb 2014 Bab 1-Pustaka

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Banjar

sehingga usaha mereka akan semakin maju sehingga mampu mendongkrak Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kota Banjar.

6.3. PERTUMBUHAN KATEGORIAL

Selain indikator kontribusi kategorial, perkembangan pertumbuhan ekonomi kategorial juga perlu untuk dicermati. Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator yang dapat menggambarkan kinerja perekonomian di suatu wilayah. Pertumbuhan ekonomi kategorial suatu daerah dapat memberikan gambaran lebih rinci terhadap pertumbuhan ekonominya. Selain itu, di samping kontribusi kategorial, pertumbuhan kategorial juga dapat digunakan untuk melihat ada tidaknya pergeseran kegiatan ekonomi di suatu daerah.

Suatu kategori yang mempunyai kontribusi dan laju pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan kategori-kategori yang lainnya, maka kategori tersebut akan berakselerasi dalam PDRB yang pada akhirnya akan berdampak positif pada perkembangan perekonomian daerah tersebut secara keseluruhan. Kategori seperti inilah yang hendaknya dijadikan kategori andalan oleh pemerintah dalam perencanaan pembangunan ke depannya.

Secara umum, perekonomian Kota Banjar pada Tahun 2014 mengalami pertumbuhan dengan laju sebesar 4,97 persen, jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya pertumbuhan ekonomi di kota ini sedikit mengalami perlambatan, dimana Tahun 2013 sebesar 5,45. Hal ini dikarenakan melambatnya pertumbuhan pada kategori-kategori lapangan usaha yang berkontribusi cukup besar terhadap pembentukan PDRB Kota Banjar seperti kategori pertanian, kehutanan dan perikanan yang mengalami kontraksi sebesar -0,56 persen, fenomena alam yang fluktuatif dimana curah hujan yang tinggi pada awal dan akhir tahun 2014 serta kemarau panjang di pertengahan tahun 2014 sangat berpengaruh terhadap kategori pertanian di kota Banjar. Selain itu juga kategori perdagangan besar dan eceran yang kinerjanya melambat pada tahun 2014 ini jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang melaju sebesar 3,75 persen dan tahun sebelumnya sebesar 6,65 persen. Hai ini dipengaruhi oleh adanya kenaikan BBM dan kenaikan harga komoditi perdagangan pada bulan Nopember 2014 yang isunya sudah menyebar pada pertengahan tahun 2014 sehingga menurunkan tingkat keyakinan konsumen dan pesimis masyarakat dengan kegiatan usaha di Kota Banjar. Hal senada juga dirasakan oleh kategori industri pengolahan yangmana tahun 2014 sedikit mengalami perlambatan pertumbuhan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya terutama akibat penurunan volume produksi, kurangnya investor di kategori ini juga sangat berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja, Permintaan dalam negeri meningkat seiring tetap tingginya daya beli masyarakat. Arah kebijakan perekonomian di Kota Banjar diharapkan mampu mencari terobosan untuk memicu pertumbuhan ekonomi secara signifikan terutama di kategori pertanian sebagai kategori pemasok bahan baku perdagangan dan industri pengolahan.

Studi PDRB Kecamatan Kota Banjar Tahun 2010 – 2014 57

Page 58: Draft Buku Pdrb 2014 Bab 1-Pustaka

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Banjar

Tabel 6.7 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Banjar Dirinci Menurut Kategori Atas Dasar Harga Konstan 2010 Tahun 2011 – 2014 (persen)

LAPANGAN USAHAHarga Berlaku

2011 2012 2013 2014**(1) (2) (3) (4) (5)

I. Primer 1,52

(6,90)

2,97

(0,51)

A. Pertanian, Kehutanan & Perikanan 1,65

(7,05)

3,02

(0,56)

B. Pertambangan dan Penggalian (4,16)

0,06

0,86

1,91

II. Sekunder 7,68

4,56

6,92

3,06

C. Industri Pengolahan 3,96

2,13

5,36

2,63

D. Pengadaan Listrik & Gas 5,92

10,87

6,50

2,25

E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah 3,60

(0,17)

1,04

3,76

F. Bangunan 12,89

7,66

8,91

3,55

III. Tersier 5,78

8,71

5,51

6,79

G. Perdagangan Besar dan Eceran 6,99

11,12

6,65

3,75

H. Transportasi dan Pergudangan 3,40

6,03

5,43

6,22

I. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 6,72

4,00

5,92

5,33

J. Informasi dan Komunikasi 11,71

10,54

8,59

20,05

K. Jasa Keuangan dan Asuransi 5,55

10,63

10,51

2,95

L. Real Estate 10,22

5,29

4,25

3,53

M,N Jasa Perusahaan 10,14

2,93

4,79

6,84

O. Administrasi Pemerintahan (2,04)

1,51

(2,70)

7,08

P. Jasa Pendidikan 10,50

16,71

9,67

14,66

Q. Jasa Kesehatan & Kegiatan Sosial 5,39

4,54

3,84

15,92

R,S,T,U . Jasa Lainnya 11,37

4,19

5,00

7,69

KOTA BANJAR 5,47 5,32 5,45 4,97**) angka sementaraSumber : Badan Pusat Statistik Kota Banjar

Studi PDRB Kecamatan Kota Banjar Tahun 2010 – 2014 58

Page 59: Draft Buku Pdrb 2014 Bab 1-Pustaka

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Banjar

Sementara itu, kategori jasa-jasa dan kategori komunikasi serta kategori transportasi mempunyai pangsa/kontribusi cukup stabil terhadap pembentukan PDRB. Di kategori komunikasi dan informasi pertumbuhannya cukup siginifikan selama tahun 2014 dengan laju pertumbuhan sebesar 20,05 persen, di Tahun 2010 LPE-nya mencapai 11,71 persen, sedikit melambat hingga mencapai besaran 8,59 persen Tahun 2013 dan melaju signifikan pada tahun 2014. Kategori jasa-jasa juga memberikan kontribusi yang cukup stabil terhadap PDRB Kota Banjar dengan kenaikannya yang cukup signifikan, yangmana selama tahun 2014 kategori jasa kesehatan dan kegiatan sosial melaju sebesar 15,92 persen, kategori jasa pendidikan melaju sebesar 14,66 persen, kategori jasa pemerintahan serta jasa lainnya juga melaju dengan besaran masing-masing sebesar 7 persen selama tahun 2014.

Dalam rangka meningkatkan PDRB Kota Banjar, pemerintah dapat menstimulasi dengan cara memacu pertumbuhan kategori-kategori yang dominan seperti pertanian dan perdagangan dengan dukungan kategori-kategori yang cepat laju pertumbuhannya. Menarik untuk dikaji lebih jauh sebagai bahan perencanaan pembangunan Kota Banjar adalah keterkaitan kategori pertanian dan industri pengolahan. Kontribusi kategori pertanian lebih dominan dari pada kategori industri pengolahan namun pertumbuhannya lebih rendah dari pada kategori industri pengolahan, begitu pula sebaliknya. Karena kategori pertanian mempunyai nilai tambah yang relatif lebih kecil dibandingkan kategori industri, maka segala upaya untuk memacu kategori pertanian, hendaknya dipadukan dengan kategori yang berbasis industri pengolahan untuk mendapatkan nilai tambah yang lebih meningkat di kedua kategori.

6.4. INDEKS HARGA IMPLISIT

Indikator lain yang bisa dijelaskan dalam analisis PDRB adalah pertumbuhan Indeks harga implisit Produksi Domestik Regional Bruto. Seperti telah dijelaskan di bab sebelumnya, indeks harga implisit diperguanakan sebagai indikator untuk melihat kenaikan harga secara umum akibat nilai tambah barang-barang dan jasa-jasa yang diciptakan oleh faktor produksi. Dengan kata lain, pertumbuhan indeks harga implisit merupakan indikator kenaikan harga di tingkat produsen.

Kenaikan harga dimaksud selanjutnya diistilahkan dengan inflasi PDRB. Inflasi PDRB dapat digunakan sebagai tolak ukur stabilitas perekonomian suatu wilayah. Inflasi PDRB yang tinggi (mencapai dua digit) relatif mencerminkan stabilitas ekonomi yang kurang baik dan demikian pula sebaliknya. Tentunya hal tersebut juga harus mempertimbangkan kondisi-kondisi tertentu penyebab tingginya inflasi PDRB tersebut.

Tabel 6.8 menunjukkan bahwa perkembangan inflasi PDRB Kota Banjar selama periode 2010-2014 masih terkendali walaupun kecenderungnnya berfluktuatif. Pada Tahun 2014, inflasi PDRB di Kota Banjar mencapai rata-rata sebesar 3,95 persen, Hal ini terjadi karena adanya kenaikan harga BBM diakhir tahun 2014.

Studi PDRB Kecamatan Kota Banjar Tahun 2010 – 2014 59

Page 60: Draft Buku Pdrb 2014 Bab 1-Pustaka

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Banjar

Tabel 6.8. Indeks Harga Implisit dan Inflasi PDRB Kota Banjar Tahun 2010 -2014 (Persen)

**) angka sementaraSumber : Badan Pusat Statistik Kota Banjar

6.5. PENDAPATAN PER KAPITA

Pendapatan per kapita yang mencerminkan pendapatan rata-rata setiap individu di suatu wilayah adalah salah satu indikator yang dapat digunakan untuk menggambarkan tingkat kemakmuran masyarakat secara makro. Semakin tinggi pendapatan yang diterima penduduk di suatu wilayah, maka dalam kacamata ekonomi, tingkat kesejahteraan penduduk di wilayah tersebut dapat dikatakan bertambah baik.

Karena pendapatan faktor produksi dan transfer yang mengalir keluar (transfer out) serta pendapatan faktor produksi dan transfer yang masuk (transfer in) yang menjadi komponen penghitungan pendapatan regional belum dapat dihitung, maka pendapatan per kapita dalam analisis ini disajikan dengan menggunakan PDRB per kapita. Angka ini diperoleh dengan cara membagi PDRB dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. PDRB per kapita ukuran produktivitas dari faktor-faktor produksi dalam suatu wilayah untuk melakukan transformasi berbagai sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya finansial dalam proses produksi sehingga dapat menghasilkan sejumlah pendapatan dimana pendapatan tersebut belum tentu seluruhnya diterima masyarakat suatu wilayah tersebut.

Studi PDRB Kecamatan Kota Banjar Tahun 2010 – 2014 60

Tahun Indeks Harga Implisit

Inflasi

[1] [2] [3]

2010 100,00 -

2011 105,46 5,46

2012 109,57 3,89

2013 116,26 6,11

2014**) 120,85 3,95

     

Page 61: Draft Buku Pdrb 2014 Bab 1-Pustaka

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Banjar

Perkembangan PDRB per kapita Kota Banjar selama 5 (lima) tahun terakhir seperti yang terlihat dalam Tabel 6.9. menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik. PDRB per kapita Kota Banjar Atas Dasar Harga Berlaku tumbuh sekitar 8 persen per tahun pada periode 2010 – 2014 yang ditunjukkan dengan adanya kenaikan yang terus menerus tiap tahun dari Rp. 11,48 juta di Tahun 2010 menjadi Rp. 16,68 juta rupiah di Tahun 2014.

Tabel 6.9 PDRB Per Kapita Kota Banjar Tahun 2010 -2014 (Rupiah)

n **) angka sementaraSumber : Badan Pusat Statistik Kota Banjar

Sementara jika dilihat berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan 2010 (dengan anggapan tidak ada perubahan harga/inflasi), pertumbuhan PDRB per kapita Kota Banjar selama 5 tahun terakhir meskipun bergerak relatif lebih lambat namun laju pergerakannya lebih ke arah positif. PDRB per kapita atas dasar harga konstan berada di kisaran sebelas setengah juta rupiah. Pada Tahun 2014, PDRB per kapita Kota Banjar ADH konstan meningkat perlahan menjadi 13,8 juta rupiah pada Tahun 2014.

Kondisi tersebut menjelaskan bahwa walaupun secara nominal PDRB per kapita mengalami peningkatan yang cukup tinggi, tapi secara rill, PDRB per kapita tidak mengalami perubahan yang signifikan selama periode 2010 – 2014. Namun demikian, secara umum pertumbuhan perekonomian Kota Banjar tumbuh jauh lebih cepat dibandingkan pertumbuhan penduduk yang hanya sekitar 0,45 persen di periode yang sama.

Studi PDRB Kecamatan Kota Banjar Tahun 2010 – 2014 61

PDRB PerkapitaTahun ADH Berlaku ADH Konstan

[1] [2] [3]

2010 11.480.155 11.480.155

2011 12.691.739   12.034.284

2012 13.798.564 12.593.418

2013 15.355.482   13.207.749

2014**) 16.680.225 13.802.642

Page 62: Draft Buku Pdrb 2014 Bab 1-Pustaka

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Banjar

Studi PDRB Kecamatan Kota Banjar Tahun 2010 – 2014 62

Page 63: Draft Buku Pdrb 2014 Bab 1-Pustaka

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Banjar

7.1. PERTUMBUHAN EKONOMI KECAMATAN

Pertumbuhan ekonomi suatu daerah umumnya ditunjukkan dengan laju pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan. Laju Pertumbuhan Ekonomi setiap kecamatan sangat bervariasi, karena dipengaruhi oleh laju pertumbuhan tiap kategori yang sangat beragam dan tergantung pula dari karakteristik kategori yang ada di kecamatan itu sendiri.

Tabel 7.1. Pertumbuhan Ekonomi KecamatanDi Kota Banjar Tahun 2011-2014 (persen)

    Laju Pertumbuhan Ekonomi (%)Tahun   Kec.

BanjarKec.

PurwaharjaKec.

PatarumanKec.

LangensariKota

Banjar[1] [2] [3] [4] [5] [6]

    2011 7,12 3,10 6,11 2,92 5,472012   6,74 1,21 6,90 1,95 5,322013 5,43 2,38 6,14 5,63 5,45

2014**)   5,11 4,36 5,02 4,97 4,97             

*) angka sementara Sumber : BPS Kota Banjar

Jika melihat laju pertumbuhan ekonomi tiap kecamatan di Kota Banjar, Kecamatan banjar dan Kecamatan Pataruman selalu melaju baik dengan besaran diatas laju kota Banjar. Hal ini dipengaruhi oleh Laju Pertumbuhan Ekonomi beberapa kategori dan sub kategori dalam PDRB Kecamtan Banjar dan Kecamatan Pataruman mengalami pertumbuhan lebih baik, misalnya kategori Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor kecamatan Pataruman mengalami laju positif sebesar 4,24 persen kemudian Kecamatan Banjar melaju dengan besaran mencapai 3,71 persen jika dibandingkan dengan laju rata-rata Kota Banjar yang sebesar 2,79 persen. Namun jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya hampir seluruh kecamatan di Kota Banjar mengalami perlambatan laju pertumbuhan hal ini dipengaruhi oleh dipengaruhi oleh adanya kenaikan BBM dan kenaikan harga komoditi perdagangan pada bulan Nopember 2014 yang isunya sudah menyebar pada pertengahan tahun 2014 sehingga menurunkan tingkat keyakinan konsumen dan pesimis masyarakat dengan kegiatan usaha di Kota Banjar, sama hal nya dengan Kecamatan Langensari dan Kecamatan Purwaharja yang sama-sama mengalami

Studi PDRB Kecamatan Kota Banjar Tahun 2010 – 2014 63

BAB VII TINJAUAN PEREKONOMIAN KECAMATAN

Page 64: Draft Buku Pdrb 2014 Bab 1-Pustaka

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Banjar

pertumbuhan laju dari tahun sebelumnya sebesar 2,52 persen dan 1,56 persen untuk kategori perdagangan besar dan eceran.

Sumber : BPS Kota Banjar

Gambar 7.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan di Kota BanjarTahun 2011 – 2014 (Persen)

Menurut data PDRB Tahun 2014, kecamatan yang memiliki nilai PDRB atas dasar harga berlaku paling besar adalah Kecamatan Pataruman yang mencapai Rp. 1.247,06 milyar, kemudian disusul oleh Kecamatan Banjar yang sebesar Rp. 899,73 milyar dan Kecamatan Langensari sebesar Rp. 560,89 milyar. Sedangkan nilai nominal PDRB atas dasar harga berlaku Kecamatan Purwaharja yang mencapai Rp. 303,35 milyar ternyata kurang sepertiga dari nilai nominal PDRB Kecamatan Pataruman, sehingga hanya mampu menduduki posisi terakhir di Kota Banjar. Masih relatif kecilnya tingkat produktivitas kategori-kategori unggulan di kecamatan ini, seperti kategori perdagangan besar dan eceran, kategori pertanian dan kategori industri pengolahan tentunya menjadi tantangan yang besar bagi semua pihak, baik pemerintah setempat maupun swasta dan masyarakat, agar mampu mengejar ketertinggalan ekonomi dari kecamatan-kecamatan lainnya.

Wilayah Kecamatan Purwaharja yang berpotensi menjadi kawasan wisata alam dan agro, akan menarik minat banyak investor jika ditata lebih baik dan maju lagi, terutama di kawasan rest area Banjar Atas di Parungsari yang merupakan pertemuan jalur lintas selatan dari arah Pangandaran, Cilacap dan Bandung. Peningkatan pengunjung di Kawasan Rest Area Banjar Atas sangat terasa ketika musim mudik lebaran maupun libur panjang tiba, cukup banyak warga yang merasa nyaman singgah dan berkunjung sejenak melepas penat. Kondisi ini semestinya ditangkap menjadi peluang untuk mengembangkan ekonomi masyarakat Kecamatan Purwaharja agar tidak lagi tertinggal dibandingkan dengan kecamatan-kecamatan lainnya di Kota Banjar.

Studi PDRB Kecamatan Kota Banjar Tahun 2010 – 2014 64

2011 2012 2013 2014**) 1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

8.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

8.00

5.47 5.32 5.45 4.97

Kec. Banjar Kec. Purwaharja Kec. Pataruman Kec. LangensariKota Banjar

Page 65: Draft Buku Pdrb 2014 Bab 1-Pustaka

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Banjar

Selain itu di wilayah Kecamatan Purwaharaja mulai dikembangkan usaha property yang ternyata cukup baik peminatnya, disana mulai banyak pembangunan perumahan, namun diusahakan jangan sampai lahan pertanian berubah fungsi menjadi lahan perumahan karena kategori pertanian salah satu pendukung perekonomian di Kecamatan Purwaharja.

Tabel 7.2. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Dirinci Menurut Kecamatan di Kota Banjar

Tahun 2010 – 2014 (Milyar Rp)

**) angka sementara

Sumber : BPS Kota Banjar

Jika melihat nilai PDRB atas dasar harga konstan Tahun 2010, produktivitas ekonomi di Kecamatan Pataruman masih relatif paling besar. Pada Tahun 2014 misalnya, nilai PDRB ADHK kecamatan ini mencapai sebesar Rp. 1.042,25 milyar atau empat kali lipat lebih dari produktivitas ekonomi Kecamatan Purwaharja (PDRB paling kecil ) yang hanya mencapai Rp. 245,09 milyar. Sedangkan di posisi kedua, nilai PDRB atas dasar konstan Kecamatan Banjar mampu mencapai sebesar Rp. 751,04 milyar dan kemudian disusul oleh Kecamatan Langensari yang mencapai Rp. 453,20 milyar.

Komparasi antara PDRB atas dasar harga berlaku (ADHB) dan PDRB atas dasar harga konstan (ADHK Tahun 2010) antara kecamatan memperlihatkan bahwa seluruh PDRB ADHB di tiap kecamatan seperlima kali jauh lebih besar dibandingkan PDRB ADHK-nya. Di Kecamatan Pataruman misalnya, PDRB ADHB nya yang sebesar Rp. 1.247,06 milyar ternyata 20 persen lebih besar dibandingkan dengan nilai PDRB ADHK nya, kondisi yang serupa terjadi di kecamatan lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan kenaikan harga barang/jasa (di tingkat produsen) selama 4 tahun terakhir telah meningkat lebih dari 20 persen atau secara rata-rata eskalasi harganya meningkat sekitar 0,43 persen tiap bulan.

Studi PDRB Kecamatan Kota Banjar Tahun 2010 – 2014 65

KecamatanTahun

2010 2011 2012 2013 2014**)

[1] [2] [3] [4] [5] [6]

1. Kec. Banjar 592,73 668,72 738,60 824,36 899,73 2. Kec. Purwaharja 219,83 241,56 256,06 279,56 303,35 3. Kec. Pataruman 824,24 918,23 1.015,87 1.142,47 1.247,06 4. Kec. Langensari 389,52 425,37 455,67 513,08 560,89

Kota Banjar 2.026,32 2.253,89 2.466,19 2.759,47 3.011,03

Page 66: Draft Buku Pdrb 2014 Bab 1-Pustaka

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Banjar

Tabel 7.3. PDRB Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2010 Dirinci Menurut Kecamatan di Kota Banjar

Tahun 2009 – 2013 (Milyar Rupiah)

**)

angka sementara Sumber : BPS Kota Banjar

Usaha kategori usaha yang mengandalkan pasokan bahan baku dari luar, seperti industri pengolahan, kontruksi, listrik, air dan gas serta komoditas perdagangan yang didatangkan dari luar daerah tentunya stabilitas harga-harga sangat diperlukan. Peran sentral pemerintah untuk mengendalikan inflasi bahan baku cukup penting, agar pelaku usaha memiliki gairah meningkatkan produksi dan pada gilirannya dapat menggenjot Laju Pertumbuhan Ekonomi. Dewasa ini, peran pengendalian inflasi baik di tingkat produsen maupun konsumen demikian penting dan mendesak. Di tingkat daerah, inflasi yang terkendali akan menumbuhkan kategori-kategori usaha karena suku bunga pinjaman pun biasanya akan rendah. Dan masyarakatpun akan merasakan dampak positif, karena pendapatan yang diperoleh dapat dibelanjakan jauh lebih banyak dibandingkan ketika situasi inflasi sedang tinggi.

**) angka sementara Sumber : BPS Kota Banjar

Gambar 7.2 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku danAtas Dasar Harga Konstan Tahun 2010, Dirinci Menurut Kecamatan

Di Kota Banjar Tahun 2014 (Milyar Rp)

Studi PDRB Kecamatan Kota Banjar Tahun 2010 – 2014 66

1. Kec. Banjar 2. Kec. Purwaharja 3. Kec. Pataruman 4. Kec. Langensari0

500

1,000

1,500

Berlaku Konstan

Kecamatan Tahun2010 2011 2012 2013 2014**)

[1] [2] [3] [4] [5] [6]

1. Kec. Banjar 592,73 634,93 677,70 714,50 751,04 2. Kec. Purwaharja 219,83 226,65 229,39 234,84 245,09 3. Kec. Pataruman 824,24 874,64 934,97 992,41 1.042,25 4. Kec. Langensari 389,52 400,91 408,74 431,76 453,20

Kota Banjar 2.026,32 2.137,13 2.250,80 2.373,51 2.491,58

Page 67: Draft Buku Pdrb 2014 Bab 1-Pustaka

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Banjar

7.2. PERTUMBUHAN KATEGORIAL KECAMATAN

Pertumbuhan ekonomi suatu daerah yang dirinci per kategori dapat memberikan gambaran yang lebih rinci tentang pertumbuhan ekonomi daerah tersebut. Gambaran pertumbuhan ekonomi secara kategorial di kecamatan-kecamatan Kota Banjar dapat menunjukkan kinerja ekonomi masing-masing kategori dengan memilah antara kategori-kategori unggulan dan kategori-kategori non unggulan.

Tabel 7.4. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan Dirinci Menurut Lapangan Usaha Di Kota Banjar

Tahun 2014**) (persen)

LAPANGAN USAHA Kec. Banjar

Kec. Kec. Kec. Kota

Purwaharha Pataruman Langensari Banjar

(1) (2) (3) (4) (5) (6)I. Primer (2,98) (3,14) (1,77) 2,22 (0,51)A. Pertanian, Kehutanan & Perikanan

(2,65) (2,86) (2,05) 2,05 (0,56)B. Pertambangan dan Penggalian

(17,82) (8,71) 9,84 18,28 1,91II. Sekunder 3,01 0,92 3,90 1,97 3,06C. Industri Pengolahan 1,57 0,48 3,70 1,60 2,63D. Pengadaan Listrik & Gas 2,45 1,90 2,53 1,88 2,25E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah 3,76 - - - 3,76

F. Bangunan 4,11 2,25 4,28 2,20 3,55III. Tersier 6,38 7,26 6,46 8,72 6,79G. Perdagangan Besar dan Eceran

3,71 1,56 4,24 2,52 3,75H. Transportasi dan Pergudangan

6,82 3,03 7,07 0,60 6,22I. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

4,90 5,44 5,47 5,58 5,33

J. Informasi dan Komunikasi 19,19 20,53 20,67 20,08 20,05K. Jasa Keuangan dan Asuransi

(1,23) (2,46) 4,51 (2,22) 2,95L. Real Estate 0,12 7,52 (0,98) 16,74 3,53M,N Jasa Perusahaan 7,65 6,72 7,66 5,53 6,84O. Administrasi Pemerintahan

6,10 7,51 6,83 10,38 7,08P. Jasa Pendidikan 12,66 11,05 19,53 16,10 14,66Q. Jasa Kesehatan & Kegiatan Sosial

13,48 9,04 22,62 18,62 15,92

R,S,T,U . Jasa Lainnya 7,77 5,61 8,82 6,83 7,69

TOTAL 5,11 4,36 5,02 4,97 4,97

*) angka sementara Sumber : BPS Kota Banjar

Studi PDRB Kecamatan Kota Banjar Tahun 2010 – 2014 67

Page 68: Draft Buku Pdrb 2014 Bab 1-Pustaka

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Banjar

Gambaran LPE tiap kecamatan diperlukan agar kita dapat memetakan di wilayah mana saja yang produktivitas ekonomi masyarakatnya demikian tinggi dan sekaligus menunjukan di kategori-kategori mana saja yang sangat akseleratif ekonominya. Informasi kinerja ekonomi kategori-kategori unggulan maupun non unggulan cukup membantu dalam menyusun penguatan-penguatan ekonomi yang berbasis prodiktivitas ekonomi masyarakat sendiri.

Jika melihat Pertumbuhan PDRB kategorial tiap kecamatan, kategori yang mengalami kenaikan pertumbuhan ekonomi paling pesat adalah kategori Informasi dan Komunikasi yang terjadi hampir di semua kecamatan tumbuh dengan besaran rata-rata 20 persen. Kemudian yang melaju sebesar dua digit juga terjadi pada kategori jasa pendidkan dan jasa kesehatan dengan rata-rata laju sebesar 14,66 persen untuk jasa pendidikan dan 15,92 persen pada jasa kesehatan. Kebijakan yang diterapkan pemerintah Kota Banjar mampu mendongkrak kinerja laju pertumbuhan ekonomi pada kategori jasa tersebut.

Pada kategori-kategori unggulan lainnya, terutama pada kategori Industri pengolahan, LPE terbesar masih terpusat di Kecamatan Pataruman. Di kategori ini, LPE nya mecapai sebesar 3,70 persen di Kecamatan Pataruman, 1,60 persen persen di Kecamatan Langensari, dan sebesar 1,57 persen terjadi di Kecamatan Banjar, sedangkan untuk kecamatan Purwaharja hanya mampu melaju sebesar 0,48 persen. Hal ini dipengaruhi oleh tidak adanya penambahan tenaga kerja secara signifikan di kategori industri besar/sedang. Produksi batu bata merah sebagai ikon kota banjar pada tahun ini masih mampu melaju dengan baik sebagai produk unggulan kota banjar turut mendongkrak LPE kategori ini terutama di kecamatan Pataruman dan kecamatan Langensari seiring dengan adanya musim kering di pertengahan tahun 2014.

Namun demikian berfluktuasinya musim di tahun 2014 juga sangat berpengaruh terhadap kategori pertanian, terlihat di tiga kecamatan pada tahun 2014 mengalami kontraksi laju pertumbuhan hanya Kecamatan Langensari yang memililki keunggulan di kategori pertanian karena merupakan daerah dataran rendah dengan lahan pertanian yanga luas, di tahun ini LPE-nya masih mengalami pertumbuhan positif dengan besaran 2,22 persen.

Pada kategori-kategori non unggulan, laju pertumbuhan ekonomi di tiap-tiap kecamatan relatif tidak bervariasi. Pada kategori Pengadaan Listrik & Gas misalnya, laju pertumbuhan tiap-tiap kecamatan relatif tidak berbeda jauh. Misalnya di Kecamatan Pataruman dan Kecamatan Banjar relatif lebih besar, yaitu mencapai sebesar 2,53 persen dan 2,45 persen. Cukup tingginya laju pertumbuhan kategori listrik, gas dan air bersih di Kecamatan Pataruman kemungkinan lebih disebabkan karena mulai bertumbuhnya perumahan dan komplek perkantoran, yang pada gilirannya tentu membutuhkan pengembangan jaringan listrik dan relatif tidak berbeda jauh dengan kondisi di Kecamatan Langensari yang laju pertumbuhannya sebesar 1,88 persen.

Studi PDRB Kecamatan Kota Banjar Tahun 2010 – 2014 68

Page 69: Draft Buku Pdrb 2014 Bab 1-Pustaka

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Banjar

Sedangkan pertumbuhan kategori listrik, dan gas di Kecamatan Purwaharja, mengalami pertumbuhan sebesar 1,90 persen.

7.3. STRUKTUR EKONOMI KECAMATAN

Struktur ekonomi secara kuantitatif bisa digambarkan dengan menghitung besarnya persentase peranan nilai tambah bruto dari masing-masing kategori terhadap nilai total Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Tabel 7.5. memperlihatkan bahwa kategori yang paling besar kontribusinya terhadap pembentukan PDRB pada dua kecamatan yaitu Pataruman dan Banjar adalah kategori perdagangan besar dan eceran, sedangkan di Kecamatan Langensari basis ekonominya masih mengandalkan kategori pertanian serta kecamtan Purwaharja Kategori Jasa Pemerintahan.

Menurut data PDRB Tahun 2014, kontribusi kategori perdagangan besar dan eceran di 2 (dua) kecamatan besar, yaitu Kecamatan Pataruman dan Kecamatan Banjar mencapai sepertiga dari nominal total PDRB masing-masing kecamatan tersebut, bahkan kontribusi kategori perdagangan besar dan eceran terhadap total PDRB Kecamatan Pataruman mencapai sebesar 34,29 persen.

Berbeda dengan kedua kecamatan diatas, kontribusi kategori basis Kecamatan Purwaharja terhadap total PDRB nya yaitu kategori jasa pemerintahan dan pertanian dengan kontribusi masing-masing sebesar 22,63 persen untuk kategori Jasa Pemerintahan dan 19,67 untuk kategori pertanian. Kontribusi kategori perdagangan besar dan eceran hanya sebesar 12,17 persen dan kategori industri sebesar 8,80 persen terhadap total PDRB di Kecamatan Purwaharja.

Sedangkan di Kecamatan Langensari, kontribusi kategori pertanian mencapai sepertiga total PDRB nya, yaitu sebesar 32,46 persen. Sementara kontribusi kategori-kategori unggulan lainnya ternyata masih di bawah 17 persen. Seperti kontribusi kategori perdagangan besar dan eceran misalnya, hanya sebesar 16,26 persen dan tidak berbeda jauh dengan kontribusi kategori industri pengolahan yang mencapai sebesar 9,30 persen.

Secara umum dapat disimpulkan bahwa struktur perekonomian di kecamatan-kecamatan Kota Banjar masih didominasi oleh sektor tersier sepereti kategori perdagangan besar dan eceran dan jasa-jasa. Kecamatan yang paling berkontribusi besar terhadap pencapaian PDRB Kota Banjar Tahun 2014 adalah Kacamatan Pataruman, yaitu mencapai sebesar 41,42 persen, kemudian disusul oleh Kecamatan Banjar yang mencapai 29,88 persen dan Kecamatan Langensari yang berkontribusi sebesar 18,63 persen. Sedangkan sisanya merupakan kontribusi PDRB Kecamatan Purwaharja yang mencapai 10,07 persen.

Studi PDRB Kecamatan Kota Banjar Tahun 2010 – 2014 69

Page 70: Draft Buku Pdrb 2014 Bab 1-Pustaka

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Banjar

Tabel 7.5. Distribusi Persentase PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Kecamatan Di Kota Banjar

Tahun 2014*)

LAPANGAN USAHA Kec. Banjar

Kec. Kec. Kec. Kota

Purwaharha Pataruman

Langensari Banjar

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

I. Primer 6,22 20,55 10,46 32,85 14,38

A. Pertanian, Kehutanan & Perikanan 6,11 19,67 10,17 32,46 14,07

B. Pertambangan dan Penggalian 0,12 0,88 0,28 0,39 0,31

II. Sekunder 20,12 11,85 22,74 24,66 21,22

C. Industri Pengolahan 8,44 8,80 14,59 9,30 11,18

D. Pengadaan Listrik & Gas 0,09 0,11 0,06 0,13 0,09

E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah

0,52 - - - 0,16

F. Bangunan 11,07 2,93 8,08 15,23 9,79

III. Tersier 73,66 67,61 66,81 42,48 64,40

G. Perdagangan Besar dan Eceran 31,80 12,17 34,29 16,26 27,96

H. Transportasi dan Pergudangan 5,22 4,83 5,52 1,10 4,54

I. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

1,95 5,65 2,71 0,79 2,42

J. Informasi dan Komunikasi 4,30 5,63 3,23 3,16 3,78

K. Jasa Keuangan dan Asuransi 1,84 1,56 6,74 1,00 3,69

L. Real Estate 2,94 2,67 1,90 2,65 2,43

M,N Jasa Perusahaan 0,56 0,49 0,54 1,26 0,67

O. Administrasi Pemerintahan 13,34 22,63 6,92 6,19 10,29

P. Jasa Pendidikan 8,42 8,70 3,38 7,06 6,11

Q. Jasa Kesehatan & Kegiatan Sosial 2,77 2,81 1,14 2,35 2,02

R,S,T,U . Jasa Lainnya 0,50 0,48 0,43 0,66 0,50

TOTAL 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

*) angka sementara Sumber : BPS Kota Banjar

Studi PDRB Kecamatan Kota Banjar Tahun 2010 – 2014 70

Page 71: Draft Buku Pdrb 2014 Bab 1-Pustaka

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Banjar

Studi PDRB Kecamatan Kota Banjar Tahun 2010 – 2014 71

BAB VIII TINJAUAN PEREKONOMIANMENURUT PENGGUNAAN

Page 72: Draft Buku Pdrb 2014 Bab 1-Pustaka

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Banjar

Studi PDRB Kecamatan Kota Banjar Tahun 2010 – 2014 72

BAB IX PENUTUP

Page 73: Draft Buku Pdrb 2014 Bab 1-Pustaka

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Banjar

DAFTAR PUSTAKA

Bank Indonesia. 2014. “Laporan Statistik Keuangan Daerah Jawa Barat Tahun 2014” . Bandung.

Bank Indonesia. 2013. “Laporan Statistik Keuangan Daerah Jawa Barat Tahun 2013” . Bandung.

Basri, Faisal. 2002. “Perekonomian Indonesia: Tantangan dan Harapan Bagi Kebangkitan Indonesia”. Jakarta: Erlangga.

BPS Kota Banjar. 2011. “Banjar Dalam Angka 2010”. Banjar.

BPS Kota Banjar. 2012. “Banjar Dalam Angka 2011”. Banjar.

BPS Kota Banjar. 2013. “Banjar Dalam Angka 2012”. Banjar.

BPS Kota Banjar. 2014. “Banjar Dalam Angka 2013”. Banjar.

BPS Kota Banjar. 2015. “Banjar Dalam Angka 2014”. Banjar.

BPS Provinsi Jawa Barat. 2015. “PDRB Provinsi Jawa Barat Menurut Lapangan Usaha 2010-2014”. Bandung.

Dye, Thomas R. 1995. “Understanding Public Policy”. New Jersey: Prentice Hall.

Koesoemaatmadja, RHD. 1978. “Peranan Kota Dalam Pembangunan”. Bandung: Binacipta.

Kuncoro, M dan Aswadi H. 2003. “Evaluasi Penetapan Kawasan Andalan: Studi Empiris di Kalimantan Selatan 1993-1999”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol.7(1).

Kuncoro, Mudradjat. 2003. “Ekonomi Pembangunan: Teori, Masalah dan Kebijakan”. Edisi 3. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

Lewis, W. Arthur. 1954. “Economic Development with Unlimited Supplies of Labour”. Vol. 22. Manchester School.

Meier, Gerald M. 1995. “Leading Issues in Economic development”. Edisi 6. New York: Oxford University Press.

Mizra, RP. 1982. “Regional Development”. Singapore: Mauruzen Investment Ltd.

Radianto, E. 2003. “Evaluasi Pembanguna Regional Pasca Kerusuhan Maluku”. Ekonomi dan Keuangan Indonesia, Vol.51(4).

Rahardjo. 1982. “Perkembangan Kota dan Beberapa Permasalahannya”. Yogyakarta: Seksi Penerbitan Fakultas Sosial dan Politik UGM.

Tjokroamidjojo, Bintoro. 1984. “Perencanaan Pembangunan”. Jakarta: Gunung Agung.

Todaro, MP dan Stephen CS. 2003. “Economic Development”. Eight Edition. England: Pearson.

Studi PDRB Kecamatan Kota Banjar Tahun 2010 – 2014 73