draft buku potensi diversifikasi bahan baku bbn

300
LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN Dari sekian banyak tanaman penghasil bahan bakar nabati yang ada di Indonesia tidak semua tanaman saat ini mempunyai prospek untuk dapat dikembangkan. Namun demikian informasi jenis tanaman penghasil bahan bakar nabati perlu juga untuk diketahui. Berikut ini identifikasi beberapa tanaman penghasil biofuel yang umum ada di Indonesia. 1. Aleurites moluccana Miq. (Kemiri) www.kehati.or.id/florakita http://www.banana-tree.com/catalog %20images/image304.jpg Gambar 4.1. Tanaman Kemiri (Aleurites moluccana Miq.) Spesies Aleurites moluccana (L.) Willd Nama Inggris Candlenut tree, Indian walnut, lumbang tree Nama Indonesia Kemiri Distribusi/ Penyebaran Negara asli kemiri tidak diketahui dengan pasti, tetapi kemiri ini sudah tersebar luas dari India © 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 1

Upload: david-budi-saputra

Post on 27-Oct-2015

350 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBNDari sekian banyak tanaman penghasil bahan bakar nabati yang ada di Indonesia tidak semua tanaman saat ini mempunyai prospek untuk dapat dikembangkan. Namun demikian informasi jenis tanaman penghasil bahan bakar nabati perlu juga untuk diketahui. Berikut ini identifikasi beberapa tanaman penghasil biofuel yang umum ada di Indonesia.

1. Aleurites moluccana Miq. (Kemiri)

www.kehati.or.id/florakita http://www.banana-tree.com/catalog%20images/image304.jpg

Gambar 4.1. Tanaman Kemiri (Aleurites moluccana Miq.)

Spesies Aleurites moluccana (L.) WilldNama Inggris Candlenut tree, Indian walnut, lumbang treeNama Indonesia Kemiri

Distribusi/Penyebaran

Negara asli kemiri tidak diketahui dengan pasti, tetapi kemiri ini sudah tersebar luas dari India dan Cina, seluruh kawasan Asia Tenggara, ke Polynesia dan Selandia Baru. Sudah banyak diperkenalkan di pembudidayaan di negara-negara tropik di dunia.

Habitat Kemiri tumbuh di daerah yang kering di Asia Tenggara. Di daerah yang lebih lembab, kemiri tumbuh alami pada daerah yang agak spesifik, seperti daerah berpasir dengan drainase yang baik dekat pantai dan pada tanah berkapur, tetapi juga secara alami tumbuh di hutan campuran atau hutan

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 1

Page 2: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

jati, pada ketinggian hingga 1200 m.

Perbanyakan

Pembudidayaan kemiri biasanya dilakukan melalui biji, tetapi dapat juga dilakukan secara vegetatif yaitu dengan pencangkokan agaknya memungkinkan. Bijinya yang mempunyai kulit sangat keras menyebabkan biji masih bisa berkecambah hingga 1 tahun, sebaliknya karena kerasnya kulit biji menyebabkan tertundanya perkecambahan biji. Persentasi perkecambahan bijinya sangat rendah (30 - 40%) tetapi dapat ditingkatkan dengan cara fisik (misalnya pemanasan atau pendinginan), kimia (HSO4, HNO3). Biji ditebarkan pada tempat pembibitan atau kantong plastik pada kedalaman 3 - 10 cm. Di lapangan jarak tanam adalah 10 x 10 m ketika tumbuh dari biji, dimana jarak tanam digunakan 4 x 4 m untuk kemiri yang digunakan sebagai bahan baku pulp sebagai tujuan utama budidaya tersebut.

Manfaat tumbuhan

Kemiri merupakan salah satu rempah-rempah di Indonesia, yang dapat memberikan rasa pada makanan. Minyaknya digunakan dalam industri cat, sabun, pengawet kayu, tetapi juga sebagai bahan baku dalam minyak penerangan ataupun sebagai lilin. Karena itulah minyak kemiri dapat menjadi bahan baku energi alternatif, walaupun masih memerlukan penelitian lebih lanjut. Selain itu minyak kemiri juga digunakan sebagai obat tetapi minyak kemiri tidak digunakan untuk minyak masak. Minyak kemiri juga digunakan dalam industri batik. Dage kemiri yang merupakan sisa minyak padat yang dapat digunakan juga sebagai pupuk organik yang kaya N dan P, tetapi tidak dianjurkan sebagai makanan ternak karena sangat beracun. Kemiri banyak dimanfaatkan sebagai pohon rehabilitasi baik di desa maupun areal kehutanan yang terbuka. Kayunya tidak digunakan untuk konstruksi karena ringan dan tidak awet, oleh sebab itu biasanya digunakan untuk bahan mebel, korek api dan lain-lainnya. Selain itu juga sangat cocok untuk pulp kertas.

Sinonim Jatropha moluccana L., Aleurites triloba J.R. & G. Forst., Juglans camirium Lour.

Sumber Prosea 13: Spices p.63-65 (author(s): Siemonsma, J.S.)

Kategori Biodiesel

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 2

Page 3: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

2. Arachis hypogaea Linn. (Kacang Tanah)

www.kehati.or.id/florakita http://eco.wiz.uni-kassel.de/model_db/mdb/graphic/isem8206.jpg

Gambar 4.2. Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogaea Linn.)

Spesies : Arachis hypogaea Linn.Nama Inggris : Groundnut, peanutNama Indonesia : Kacang tanahDeskripsi : Terna tumbuh melata atau tegak, tinggi biasanya 15— 70 cm. Sistem

akar merupakan akar tunggang yang telah berkembang dengan baik dengan banyak akar-akar lateral; tidak memiliki rambut akar, dan memiliki bintil akar pemiksasi nitrogen. Percabangan terdiri dari dua jenis yaitu dengan cabang vegetatif dan cabang reproduktif. Cabang vegetatif dicirikan dengan adanya daun sisik yang disebut katafil yang terdapat pada dua buku pertama pada cabang. Cabang vegetatif sekunder dan tertier dapat berkembang dari cabang vegetatif primer. Daun pada batang utama tersusun spiral, pada cabang vegetatif primer tersusun berseling, berdaun 4, dengan 2 pasang daun duduk berhadapan berbentuk membundar telur sungsang berukuran 3—7 cm x 2—3 cm; panjang tangkai daun 3—7 cm; terdapat bagian yang menggembung pada dasar tangkai daun dan pada dasar setiap daun hal ini merupakan ciri adanya pergerakan pada malam hari yaitu tangkai daun akan menggulung ke bawah dan daun akan menggulung ke atas sampai keduanya bersentuhan. Cabang perbungaan berbentuk tunggal pada katafil dan ketiak daun pada cabang vegetatif dan ada beberapa yang tumbuh pada buku teratas pada batang. Pada setiap perbungaan terdapat 2—5 bunga; Bunga duduk berwarna kuning muda hingga jingga kemerahan. Buah polong berbentuk silindris, berisi 1—6 biji. Setiap biji diliputi oleh selaput biji tipis berwarna antara putih hingga

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 3

Page 4: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

merah muda, mereh, ungu, coklat kemerahan dan sedikit kecoklatan. Setiap biji memiliki dua keping biji yang lebar, epokotil dengan daun dan tunas primordial, hipokotil dan akar primer.

Distribusi/Penyebaran :

Pada abad ke 16, bangsa Portugis membawa kacang ini dari Brasil ke Afrika Barat. Pada waktu yang sama orang-orang Spanyol memperkenalkan kacang tanah dari Meksiko ke barat Pasifik yang kemudian tersebar ke Cina, Indonesia dan ke Madagascar. Pada pertengahan abad ke 17, Belanda juga diduga mengambil kacang tanah dari Brasil ke Indonesia. Kacang tanah tumbuh di negara-negara tropis, subtropis dan negara beriklim sedang antara garis lintang 40 °N and 40 °S. Kacang tanah merupakan tanaman yang sangat penting di daerah Afrika, Asia, Amerika Utara and Amerika Selatan. Di Asia, kacang tanah merupakan tanaman budidaya utama di negara India, Cina, Indonesia, Burma, Thailand dan Vietnam.

Habitat :

Kacang tanah tumbuh antara garis lintang 40 ° N dan 40 ° S di lingkungan subtropis dan tropis yang hangat dengan cuaca lembab hangat dan panjang musim panas hangat yang cukup. Rata-rata temperatur harian yang optimum untuk pertumbuhan adalah sekitar 30 ° C, sedangkan pertumbuhan akan berhenti pada sekitar 15 ° C. Fenologi kacang tanah ditentukan terutama oleh temperatur, temperatur dingin akan menunda perbungaan. Pada lingkungan yang terkontrol, photoperiod menunjukkan mempengaruhi proporsi bunga yang memproduksi polong dan distribusi asimilasi antara struktur reproduktif dan vegetatif (index panenan) dalam beberapa kultivar. Umumnya fotoperiode yang panjang (lebih dari 14 jam) akan meningkatkan pertumbuhan vegetatif dan fotoperiode yang pendek (kurang dari 10 jam) akan meningkatkan pertumbuhan reproduksi. Dengan pemberian air antara 500 dan 600 mm pada musim pertumbuhan akan memungkinkan produksi kacang tanah yang memuaskan. Meskipun demikian, kacang tanah adalah jenis yang dapat toleran pada kekeringan dan dapat bertahan dengan defisit air internal yang tinggi, walaupun akan menghasilkan pengurangan; Karena polong berkembang di bawah tanah dan harus disembuhkan pada saat panenan, tanah gembur berdrainasi baik lebih disukai, walaupun perkembangan dan pertumbuhan tumbuhan ini dapat tumbuh diatas lahan tanah liat yang lebih berat. Untuk pertumbuhan optimum, pH tanah harus di sekitar 5.5—6.5, walaupun jenis Spanyol akan lebih toleran pada kondisi yang lebih asam (hingga pH 4.5) dan beberapa cultivars akan tumbuh baik pada lahan bersifat alkali hingga pH 8.5.

Perbanyakan : Perbanyakan untuk tanaman komersil adalah dari biji. Idealnya penanaman semai harus dalam dan bebas gulma. Di beberapa negara-negara, biji secara rutin dilindungi dengan suatu fungisida untuk perlindungan dan ditaburkan bila dilakukan dengan penanaman

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 4

Page 5: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

mekanis. Gunpalan tanah dan penyemaian yang tidak seimbang, dan dikombinasikan dengan penanaman menggunakan tangan mengakibatkan kemunculan tidak seimbang dan hilangnya semai yang banyak. Di Asia Tenggara, Kacang tanah sebagian besar ditanam oleh para petani sebagai tanaman musim hujan atau di daerah dataran rendah sebagai tanaman kedua atau ketiga setelah padi dengan irigasi pengganti maupun sisa kelembaban. Tanaman ini ditanam tunggal dan juga diselingkan dengan jagung, kedelai dan singkong. Di beberapa area, kacang tanah tumbuh di bawah tanaman seperti kelapa, kelapa sawit atau karet. Populasi tanaman yang direkomendasikan adalah sekitar hampir 200 000—250 000 per ha untuk kultivar Spanyol. Dibandingkan dengan daerah Australia tropis direkomendasikan 100 000— 125 000 tanaman per ha. Pada kebanyakan negara penanaman berderet dengan jarak jarak berkisar antara 40 x 20 cm hingga 30 x 20 cm.

Manfaat tumbuhan :

Sebagian terbesar dari hasil panen kacang di dunia digunakan untuk minyak. Sebagian besar minyak itu digunakan untuk memasak. Ampas setelah pengambilan minyak merupakan makanan ternak berprotein tinggi tetapi juga digunakan untuk menghasilkan tepung kacang tanah yang banyak digunakan untuk konsumsi manusia. Hasil panen di Burma sekitar 20% hasil panen di Indonesia, dan 30% hasil panen di Thailand, digunakan untuk membuat minyak. Sebagian besar hasil panen di kebanyakan negara-negara di Asia Tenggara digunakan untuk konsumsi manusia langsung. Biji dimakan mentah, direbus atau dipanggang, untuk pembuatan gula-gula dan makanan ringan, dan digunakan dalam sup atau menjadi kuah pada hidangan daging dan nasi. Residu panen vegetatif merupakan bagian makanan hewan yang baik. Kacang tanah merupakan bahan baku untuk membuat minyak goreng dan tidak menutupi kemungkinan untuk difermentasikan dan dibuat sebagai bahan baku bahan alternatif untuk biofuel. Di Indonesia kacang tanah bila dicampur dengan jamur tertentu dapat dibuat oncom.

Sumber Prosea : 1: Pulses p.35-39 (author(s): Shorter, R; Patanothai, A)Kategori : Biofuel

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 5

Page 6: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

3. Arenga pinnata Merr. (Aren)

Gambar 4. 3. Tanaman Aren (Arenga pinnata Merr)

Spesies Arenga pinnata Merr.Nama Inggris Sugar palm, areng palmNama Indonesia Aren, kawung

Deskripsi

Palem pohon yang tidak bercabang-cabang dan tunggal, mati setelah berbunga, bisa mencapai 20 m.dengan diameter 30-65 cm. Batang ditutupi oleh bekas pangkal tangkai daun dan serat-serat panjang berwarna hitam keabu-abuan. Daun menyirip dengan panjang 6- 10 m, tangkai daun 1-1,5 m dengan pelepah daun pada pangkalnya. Perbungaan berumah satu, tumbuh di antara ketiak daun, merunduk kadang-kadang lebih dari 2 m panjangnya, bunga betina ada di ujung dan bunga jantan tumbuh di bagian bawah batangnya. Buahnya seperti buah batu, bulat sampai bulat telur dengan panjang 5-8 cm, berdaging, terdiri dari 2 - 3 biji, hitam.

Distribusi/Penyebaran Tumbuh di Asia Tenggara sampai Papua bagian timur, Jepang (P. Ryukyu), Vietnam (Annam) dan Himalaya Timur.

Habitat

Sangat baik tumbuh di daerah hangat dengan sinar matahari penuh dan suplai air yang melimpah pada tanah subur. Dapat tumbuh dari pantai – 1400 m dpl. Tumbuh liar di hutan primer atau sekunder, banyak dijumpai di sekitar perkampungan.

Perbanyakan

Sudah banyak ditanam di pekarangan, kebun skala kecil sampai besar. Perkebunan aren banyak terdapat di Indonesia terutama di daerah Tasikmalaya, Jawa Tengah, Jawa Timur, sebagian di Kalimantan Timur. Perbanyakan bisa dengan biji atau anakan (seedling) yang dijumpai di bawah pohon induk

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 6

Page 7: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Manfaat tumbuhan

Semua bagian tumbuhan palem dapat dimanfaatkan untuk banyak produk. Batang mengandung teras pati yang lunak dengan banyak serabut kasar dan berkayu; pati dapat diekstrak dari empulur batang. Produk utama lainnya yang berasal dari sadapan tangkai perbungaan adalah sari beraroma manis:nira (bentuk segar) dan toddy (bentuk fermentasi), cuka dihasilkan dari fermentasi yang terus menerus, alkohol dapat disuling dari anggur palem dan khamir yang dibuat dari residu yang disimpan selama fermentasi. Pohon aren dapat menghasilkan gula aren. Gula aren dipakai sebagai bahan pembantu untuk menimbulkan warna, memperkuat ketahanan warna dari pewarna alami. Gula aren juga dipakai untuk memberi warna coklat makanan. Kolang kaling dibuat dengan memasak endosperma putih dari biji-biji yang belum masak dengan gula. Serabut yang dikumpulkan dari akar, empulur batang, tangkai daun dan disekeliling batang (ijuk) dapat digunakan untuk berbagai keperluan misalnya: tali pada kapal, pelindung kayu dalam tanah dan dalam air laut, keranjang, konstruksi atap, untuk mengikat, sikat, sapu, jaring ikan, perangkap dan tikar.

Sinonim Arenga saccharifera Labill

Sumber Prosea 9: Plants yielding non-seed carbohydrates. p. 53-58 (author(s): Smits, W.T.M.)

Kategori Bioetanol

4. Borassus flabellifer (Lontar)

www.kehati.or.id/florakita http://forum.ctu.edu.vn

Gambar 4.4. Tanaman Lontar (Borassus flabellifer)

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 7

Page 8: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Spesies Borassus flabellifer Linn.Nama Inggris Toddy palm, wine palm, palmyra palm Nama Indonesia lontar

Deskripsi

Palem yang mempunyai batang tunggal, dapat mencapai tinggi 30 m ini berbatang kasap, agak kehitam-hitaman, dengan penebalan sisa pelepah daun di bagian bawah. Tajuknya rimbun dan membulat, daun-daun tuanya terkulai tetapi tetap melekat di ujung batang. Pelepah pendek, agak jingga, bercelah dipangkal, berijuk. Pelepah dan tangkai daun tepinya berduri hitam tidak teratur. Daun seperti kipas, bundar, kaku, bercangap menjari, hijau keabu-abuan. Perbungaan berumah dua, menerobos celah pelepah, menggantung. Bunga betinanya kadang-kadang bercabang sedang bunga jantan bercabang banyak. Bunga berwama putih susu, berkelompok, tertanam pada tongkolnya. Buah agak bulat, bergaris tengah 7 - 20 cm, ungu tua sampai hitam, pucuknya kekuningan. Buah berisi 3 bakal biji. Daging buah muda warna putih kaca/transparan, daging buah dewasa/tua warna kuning kemudian berubah menjadi serabut.

Distribusi/Penyebaran Penyebarannya luas, di tempat-tempat yang kering seperti di India, Thailand, Jawa Timur, Indonesia timur dan pulau-pulau di Pasifik.

Habitat Tumbuh di dataran rendah dan daerah pantai sampai pegunungan (0 - 800 m dpl.), suhu optimum untuk pertumbuhan ± 30 derajat Celcius, mudah beradaptasi di daerah kering, curah hujan 500 – 5000 mm per tahun.

Perbanyakan

Perbanyakan lontar adalah melalui bijinya, sama halnya seperti kelapa atau dengan anakan yang tumbuh di bawah pohon induknya, pada lontar yang berbentuk terlebih dulu adalah akarnya. Di Indonesia, luas penanaman sekitar 15000 hektar terdapat di Jawa Tengah, Jawa Timur dan Madura. Selain itu ada juga kebun lontar di Sulawesi, Nusa Tenggara Timur, Maluku dan Irian Jaya tetapi tidak diketahui dengan pasti luasnya.

Manfaat tumbuhan

Bagian atas batang yang lunak yang mengandung banyak pati, dapat dipanen dan dimakan pada saat kekurangan makanan (paceklik); sedangkan setinggi 10 m dari bagian paling bawah batang merupakan bagian kayu yang keras dan kuat, bagus untuk konstruksi gedung dan jembatan. Produk utamanya adalah sari buah yang diambil dari sadapan perbungaannya, yang bisa diminum secara langsung atau diproses menjadi gula atau mengalami fermentasi lebih dulu selama beberapa jam untuk menjadi toddy. Anggur palem ringan ini dengan kandungan 5—6% alkohol, akhirnya bisa berubah menjadi etanol sulingan (arak) atau cuka. Daun maupun bagian lain dari pohon ini dimanfaatkan masyarakat untuk membuat kerajinan yang digunakan untuk keperluan sehari-hari. Pohon Lontar juga merupakan sumber karbohidrat.

Sinonim Borassus flabelliformis L.

Sumber Prosea 9: Plants yielding non-seed carbohydrates p.59-63 (author(s): Flach, M; Paisooksantivatana, Y)

Kategori Bioetanol

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 8

Page 9: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

5. Ceiba pentandra Gaertn. (Kapuk)

www.kehati.or.id/florakita http://www.kingsnake.com/westindian/ceibalatifolia1.jpg

Gambar 4.5. Tanaman Kapuk (Ceiba pentandra Gaertn.)Spesies Ceiba pentandra Gaertn.Nama Inggris Kapok, (white) silk-cotton treeNama Indonesia kapuk

Deskripsi

Merupakan pohon dengan tinggi mencapai 70 m. Akar menyebar horizontal, di permukaan tanah. Batang dengan atau tanpa cabang, kadang-kadang berduri. Daun majemuk, berseling; memanjang - lanset, gundul. Bunga bisexual; kelopak menggenta, di bagian luar gundul; mahkota bunga memanjang-bulat telur terbalik, bersatu pada pangkal, biasanya berwarna putih kotor dengan bau seperti susu, di bagian dalam gundul dan di bagian luar berambut lebat seperti sutra; benang sari bersatu pada pangkal dalam kolom staminal, kepala sari bergelung atau seperti ginjal. Buah ketika masak berubah menjadi coklat, dengan banyak biji. Biji bulat telur, coklat tua, putih, kuning muda atau berwarna seperti sutra.

Distribusi/Penyebaran

Asal dan penyebaran geografi Kapuk adalah Amerika Tropik. Dari sana meyebar ke Afrika, sepanjang pantai barat dari Senegal ke Angola. Tanaman ini dibawa dari Afrika ke Asia untuk dibudidayakan. Kapuk terlukis di relief Jawa sejak 1000 Setelah Masehi. Kini, tanaman ini dibudidayakan di seluruh daerah tropik, terutama di Asia Tenggara, termasuk Indonesia dan Thailand.

Habitat Kapok tumbuh bagus pada ketinggian di bawah 500 m. Temperatur malam hari di bawah 17°C. Untuk hasil bagus, tumbuh baik pada 20°N dan 20°S. Kapok menyukai curah hujan yang melimpah selama periode vegetatatif dan lebih kering pada periode berbunga dan berbuah. Curah hujan sebaiknya sekitar 1500 mm per tahun. Periode kering tidak lebih dari 4 bulan dengan curah hujan kurang dari 100 mm per bulan, dan dalam periode ini, total curah hujan 150—300 mm. Di daerah yang lebih kering, persediaan air terdapat di dalam tanah. Di delta Mekong (Vietnam), dimana curah hujan tidak mencukupi, kapok tumbuh bagus di sepanjang sungai.

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 9

Page 10: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Untuk hasil yang bagus, tanaman ini sebaiknya ditanam di tanah yang bagus, di Indonesia ditanam di tanah lempung vulkanik. Pohon ini mudah rusak oleh angin yang kuat. di Indonesia, daerah datar di sepanjang sisi jalan dan sungai dipilih untuk penanaman tanaman ini, selama lokasi tersebut cukup sinar matahari dan pengairan. Di Jawa dan Sulawesi kapok juga ditanam di lereng pegunungan..

Perbanyakan

Kapuk diperbanyak dengan biji atau stek. Biji disebarkan dalam garis semai 25—30 cm. Jika tanah tidak subur, harus disiapkan 10 hari sebelum biji ditebarkan. Ketika tanaman muda mencapai tinggi 12—15 cm, mereka dapat diletakkan di bawah cahaya matahari penuh. Tanaman yang tidak menerima banyak sinar matahari tumbuh tinggi dan kurus. Tanaman muda ditanam di ladang ketika berumur 8—10 bulan. Metode lain adalah dengan menaburkan biji langsung ke ladang yang telah dibersihkan. 3 biji ditaburkan setioap lubang dan sekitar 2 - 3 bulan berikutnya, seedling dijarangkan menjadi satu per lubang. Kapuk mudah diperbanyak dengan stek, diameter 5—8 cm dan panjang 1.2—1.8 m, dari kayu yang berumur 2—3 tahun. Stek diambil dari cabang yang tegak. Pohon ditanam dari biji lebih baik daripada yang dari stek, tetapi berkembang lebih lambat dan tidak terjadi persilangan. Kemudian sekarang di Indonesia direkomendasikan bahwa kecambah diokulasikan pada pohon dari klon dengan hasil panen yang tinggi. Okulasi dilakukan pada permulaan musim hujan dan kecambah yang telah diokulasi ditanam di ladang ketika kuncup tumbuh menjadi tunas sepanjang 1 m. Dalam penanaman komersial di Jawa, kapok ditanam dengan jarak 8 - 12 m.; Di Asia Tenggara, pohon kapuk ditanam di sekitar desa, di lahan petani atau di penanaman komersial. Tanaman ini juga ditanam di sepanjang jalan dan di sekeliling ladang. Di Jawa, kapuk sangat jarang ditanam sebagai tanaman yang diperjualbelikan. Tanaman ini digabungkan dengan bermacam-macam tanaman, seperti ketela pohon (Manihot esculenta Crantz), kacang tanah (Arachis hypogaea L.) dan turmeric (Curcuma longa L.).

Manfaat tumbuhan Buah Ceiba pentandra merupakan sumber serat, digunakan untuk bahan dasar matras, bantal, hiasan dinding, pakaian pelindung dan penahan panas dan suara. Kulit buah sebagai pengganti bahan kertas untuk pembuatan kertas di Jawa.; Kulit kaya akan potasium dan abu yang dapat digunakan sebagai pupuk. Mereka juga digunakan untuk membuat baking soda dan sabun. Kulit kering digunakan sebagai bahan bakar. Biji mengandung minyak yang digunakan dalam industri sabun sebagai pelumas dan minyak lampu, oleh sebab itu dapat dipakai sebagai bahan baku energi. Minyak juga digunakan untuk campuran minyak goreng, tetapi tidak disarankan untuk alasan kesehatan. Daun digunakan sebagai makanan ternak dan untuk memperbaiki tanah. Kayunya digunakan untuk pembuatan kertas, pintu, furniture, kotak dan mainan. Bunganya merupakan sumber madu yang bagus. Di banyak lokasi, kapuk ditanam untuk reforestasi, konservasi

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 10

Page 11: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

air dan untuk mensupply kayu bakar juga untuk pembuatan pagar. Dalam pengobatan tradisional di seluruh Asia Tenggara, daun digunakan untuk mengobati demam, batuk, serak, dan penyakit lainnya. Kulit kayu diyakini sebgai diuretic dan astringent juga digunakan dalam mengobati demam, asma, gonorrhoea dan diare. Akarnya diyakini sebagai diuretic dan febrifuge. Prospek kapok sangat tinggi dalam perdagangan internasional walaupun sangat terbatas, di Asia Tenggara kapok merupakan pohon yang serba guna untuk pemanfaatan lokal seperti seratnya, pohon untuk rehabilitasi, sebagai bahan baku energi dan pohon peneduh.

Sinonim Bombax pentandrum L., Eriodendron anfractuosum DC. Sumber Prosea 17: Fibre plants p.99-103 (author(s): Sahid, M. & Zeven, A.C.)Kategori PPO

6. Cocos nucifera Linn. (Kelapa)

www.kehati.or.id/florakita www.plantamor.com

Gambar 4.6. Tanaman Kelapa (Cocos nucifera L.)

Spesies Cocos nucifera Linn.Nama Inggris CoconutNama Indonesia KelapaDeskripsi Pohon palem berumah satu, tidak berduri, tidak bercabang, dengan

mahkota daun terminal.Batang menyilinder, tegak, sering menekuk atau miring, abu-abu muda, menggundul dan mencincin nyata dengan lampang daun yang gugur. Daun berpelepah, tersusun spiral, menyirip, pinak daun melanset-memita, tersusun rapi pada satu bidang. Perbungaan ketiak, ketika muda terlihat seperti tongkol dalam seludang, setelah terbuka tersusun membulir dan spiral, masing-masing dengan 200—300 bunga jantan dan hanya satu sampai beberapa bunga betina dekat bagian pangkal

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 11

Page 12: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

yang gundul. Bunga jantan 1—3 menyatu, melekat, kuning muda, bunga betina soliter, jauh lebih besar dari bunga jantan, membulat saat kuncup, membundar telur saat antesis, Buah berserat, membulat, membundar telur atau menjorong, lembut, hijau, oranye cerah, kuning sampai warna gading bila masak, biasanya mengering sampai coklat-keabu-abuan pada buah tua.

Distribusi/Penyebaran

Cocos nucifera merupakan tumbuhan asli dari daerah pantai Asia tropika dan Pasifik. Kemampuan buah yang bersabut tebal dan untuk berkecambah yang lambat dan tetap dapat hidup setelah terapung jauh di laut memastikan penyebaran alami yang luas di Indo-Pasifik jauh sebelum domestikasi dimulai di Malesia. Kelapa menjadi benar-benar pantropis pada abad ke-16 setelah penjelajah Eropa membawanya ke Afrika Barat, Karibia, dan pantai Atlantik dari Amerika tropis.

Habitat

Kelapa adalah tanaman daerah tropis yang lembab. Cukup mudah beradaptasi dengan perbedaan suhu dan persediaan air dan masih umum ditemui di daerah dekat batasan zona ekologinya. Kebutuhan sinar matahari tahunan di atas 2000 jam, minimal 120 jam per bulan. Suhu rata-rata optimal pada 27°C dengan rata-rata variasi 5—7°C. Untuk hasil yang baik, suhu rata-rata minimum 20°C. Pada umumnya kelapa ditanam di daerah pada ketinggian di bawah 500 m, tapi dapat tumbuh subur pada ketinggian sampai 1000 m, walaupun suhu rendah akan mempengaruhi pertumbuhan dan hasil. Biasanya palem tumbuh di daerah dengan sebaran curah hujan tahunan merata antara 1000—2000 mm dan kelembaban relatif tinggi, tetapi masih dapat bertahan pada daerah lebih kering tetapi dengan kelembaban tanah yang memadai. Daun yang semi-serofitik memungkinkan untuk meminimalkan kehilangan air dan tahan kering untuk beberapa bulan. Kelapa tumbuh subur pada berbagai tanah, bila drainase dan aerasinya cukup. Kelapa merupakan halofitik dan toleran pada garam dengan baik. Dapat tumbuh pada berbagai pH tapi tumbuh paling baik pada pH 5.5—7.

Perbanyakan

Kelapa diperbanyak dengan biji yang rekalsitran. Hasil perbanyakan kelapa termasuk rendah mengingat 1 pohon kelapa tidak akan menghasilkan lebih dari 100—200 biji per tahun. Kultur in vitro dari embrio yang dipotong juga memungkinkan. Bijinya biasanya didiamkan selama satu bulan setelah dipanen dan disimpan di bedeng kecambah dimana kecambah yang seragam dapat ditransplantasi ke pot plastik atau kebun bibit. Metode polibag dan pembuahan reguler telah sebagian besar mengganti metode kecambah akar gundul yang dibesarkan di bedengan. Kecambah yang berumur 3—8 bulan ditransplantasi ke lahan. Kelapa ditanam dengan jarak tanam 8—10 m x 8—10 m, dalam sistem segitiga atau bujur sangkar. Kultivar kerdil ditanam dengan jarak 7.5 m x 7.5 m.

Manfaat tumbuhan Untuk ekstraksi minyak dalam rumah tangga, endokarp segar dari buah yang matang diparut dan diperas dengan air panas; untuk produksi dalam skala industri, endosperma dikeringkan menjadi kopra dan digiling untuk

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 12

Page 13: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

ekstraksi minyak. Minyak berkualitas tinggi dipakai untuk memasak atau digunakan dalam produksi margarin, shortening, susu isi, es krim dan gula-gula. Minyak berkualitas agak rendah diproses menjadi sabun, detegen, kosmetik, sampo, cat, pernis dan produk-produk farmasi. Minyak kelapa mempunyai potensi sebagai bahan baku energi, walaupun masih memerlukan penelitian lebih lanjut. Minyak kelapa murni yang disebut VCO (Virgin Coconut Oil) merupakan hasil pemurnian minyak kelapa dipakai sebagai obat dalam menyembuhkan berbagai macam penyakit. Sisa asam lemak dan alkohol dan metil ester dipakai sebagai komponen pengemulsi dan surfaktan. Santan yang diperas dari campuran antara endosperma yang diparut dengan air merupakan bahan yang dipakai dalam berbagai masakan. Digunakan juga dalam pembuatan `nata de coco`, yang diproduksi dengan kerja bakteri pada air kelapa atau santan yang diencerkan. Cangkang kelapa dapat digunakan untuk membuat alat-alat rumah tangga dan pot-pot hias, dan dibuat batubara (cocot untuk aktivasi) atau dipakai untuk bahan bakar. Cangkang yang sudah ditumbuk halus dipakai sebagai pengisi untuk perekat resin dan bubuk untuk mencetak. Sabut hijau menghasilkan serat putih (serat kuning) untuk membuat tali, karpet, keset dan geo-tekstil. Koir coklat dari sabut yang berasal dari buah yang tua dipakai untuk sikat (serat bulu panjang), kasur, lapisan barang-barang rumah tangga dan papan partikel (serat pendek). Coco peat merupakan hasil hancuran serabut kelapa yang dapat digunakan sebagai media semai atau komponen campuran tanah pot (kapasitas menahan air 700—900%), bahan bangunan ringan, insulasi termal, perekat dan pengikat. Cairan manis yang mengandung sekitar 15% sukrosa dapat diambil dari perbungaan yang belum membuka. Cairan tersebut merupakan minuman yang menyegarkan bila langsung diminum dan menjadi anggur ringan bila difermentasi. Produk sampingan dari anggur yang berasal dari kelapa adalah cuka. Cairan segar yang direbus dapat menghasilkan sirup dan gula kelapa. Anggur kelapa yang didistilasi menghasilkan semacam arak. Daunnya untuk atap; pinak daunnya dianyam untuk tikar, keranjang, tas dan topi; pinak daun yang muda untuk membuat hiasan tradisional dan tas kecil atau tempat makanan; tulang pinak daun dibuat sapu lidi. Kayu dari kelapa tua sangat keras, tetapi batang yang baru jatuh dapat digergaji dengan pisau gergaji yang ujungnya dengan tungsten carbid spesial. Akarnya dikenal sebagai anti-piretik dan diuretik. Hibrid dari kultivar kelapa berpotensi untuk memberikan panen lebih dari 6 t/ha kopra per tahun (3.7 ton minyak).

Sinonim Cocos nana Griff.Sumber Prosea 14: Vegetable oils and fats p.76-84 (author(s): Ohler, J.G. & Magat, S.S.)Kategori Biodiesel, Bioetanol, PPO

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 13

Page 14: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

7. Corypha utan Lam. (Gebang)

www.kehati.or.id/florakita

/palms/Corypha/utanQ.html

Gambar 4.7. Tanaman Gebang (Corypha utan Lam.)Spesies Corypha utan Lam.Nama Inggris Gebang palm, buri palm, agel palmNama Indonesia Gebang

Deskripsi

Tumbuhan gebang termasuk jenis palem yang tingginya 15 - 20 m. Pada pucuk batang terdapat daun-daun berbentuk kipas, bertangkai panjang. Tangkai daun ini pada pangkalnya dekat batang utama tersusun rapi seperti genting. Batang utama diameter 35 - 75 cm mengandung pati seperti sagu. Pada pucuk batang terdapat getah coklat kemerahan. Bentuk perbungaan malai terdapat di ujung batang mempunyai seludang bunga yang kokoh, warna bunga putih, wangi; setelah berbunga gebang akan mati. Buah bulat telur berdiameter 2 - 3.5 cm.

Distribusi/Penyebaran

Tersebar liar dan ditanam dari India (Assam, P. Andaman), Srilanka, Bangladesh terus ke Asia Tenggara dan Australia tropis. Di Indonesia umumnya terdapat di daerah yang agak kering di pinggir pantai seperti di Jawa Tengah, dan pulau-pulau sebelum timur Jawa seperti P. Timor, P. Sumba dan lainnya.

Habitat Tumbuh baik di dataran rendah pada daerah terbuka dan kering, jarang di temukan di atas 400 m dpl. Di Jawa ditemukan di daerah terbuka, seperti pada padang rumput dengan ketinggian sampai 200 m dpl. tetapi tidak di

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 14

Page 15: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

temukan di daerah pantai atau daerah mangrove (hutan bakau).

Perbanyakan

Gebang diperbanyak dengan bijinya atau dengan semai yang tumbuh dari tanah sekitarnya. Viabilitas biji dapat hilang secara cepat. Jarak penananam yang diusulkan di Filipina adalah 5 m x 5 m, tetapi ini biasanya diperuntukkan tanaman yang ditanam di sekitar rumah, bukan di perkebunan.

Manfaat tumbuhan

Sagu diperoleh dari batang palem pada saat mendekati masa pembungaan. Pati yang berwarna merah dapat memperlancar pencernaan, tetapi biasanya hanya dikonsumsi orang pada masa paceklik (kekurangan makanan). Daun dewasa lontar utan dapat digunakan untuk atap dan dinding rumah, untuk membuat berbagai kerajinan seperti jas hujan, payung dan tikar kasar. Batang dapat digunakan untuk atap, ubin, dinding dan tangga. Sari buah dapat disadap dari puncuk pohon palem atau dari perbungaannya. Cairan dari tandan bunga diproses menjadi sumber gula, alkohol atau cuka. Akhir-akhir ini, cairan tandannya sudah dimanfaatkan sebagai bahan bioetanol. Sari tersebut rasanya manis dan bisa berubah menjadi anggur palem (`tuba` di Filipina), gula, alkohol atau cuka. Buah muda enak dimakan, tetapi buah yang hampir masak bersifat racun dan digunakan sebagai racun ikan. Biji muda dapat dibuat menjadi permen dengan memasaknya dalam sirup. Biji yang masak, keras seperti gading dan hitam, digunakan untuk membuat kancing baju, kalung dan tasbih. Dalam pengobatan tradisional di Indonesia, rebusan akar dapat untuk obat diare, sedangkan akar yang dikunyah untuk obat batuk. Sagu dapat mengobati gangguan usus.

SinonimCorypha gembanga (Blume) Blume, Corypha elata Roxburgh, Corypha gebanga Blume

Sumber Prosea 17: Fibre plants p.114-117 (author(s): Nasution, RE ; Ong, HC)Kategori Bioetanol

8. Elaeis guineensis Jacq. (Sawit)

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 15

Page 16: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

www.kehati.or.id/florakita

Gambar 4.8. Tanaman Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)Spesies Elaeis guineensis Jacq.Nama Inggris Oil palm, African oil palmNama Indonesia kelapa sawit

Deskripsi

Palem pohon mencapai tinggi hingga 30 m, dengan daun di ujungnya. Daun tersusun spiral, berpelepah daun dengan serabut di bagian ujungnya, tangkai daun dengan berduri. Perbunggan tunggal, di ketiak daun, bunga tunggal, berbulir atau bertongkol. Perbuahan terdiri atas 500 - 3000 buah bergerombol, buahnya membulat atau lonjong, tidak bertangkai. Biji biasanya satu, kadang 2 atau 3, dengan testa coklat tua.

Distribusi/Penyebaran

Kelapa sawit berasal dari Afrika Barat dan Afrika Tengah, berdasarkan fosil yang ditemukan delta Niger mungkin merupakan pusat kelapa sawit. Introduksi kelapa sawit di Asia Tenggara mulai dengan dibawahnya 4 buah biji ke Kebun Raya Bogor pada tahun 1848. Keturunan kelapa sawit ini yang kemudian menjadi dasar perkembangan industri kelapa sawit di Indonesia yang dimulai sejak tahun 1911, terutama di P. Sumatra, yang kemudian melebar ke seluruh Nusantara ini.

Habitat

Kelapa sawit sangat cocok tumbuh di hutan dataran rendah. Untuk mendapatkan hasil yang optimum, tumbuh di daerah dengan curah hujan 1800 - 2000 mm dan ketersediaan air kurang dari 250 mm per tahun. Temperatur rata-rata yang dibutuhkan 22—24°C dan 29—33°C. Kelapa sawit banyak dipengaruhi oleh keadaan temperatur, eifisensi fotokimia di bawah temperatur 35°C. Kelapa sawit dapat tumbuh di berbagai macam tanah seperti latosol, tanah volkanik muda, aluvial dan tanah gambut. Selain itu kelapa sawit toleran pada tanah asam dengan pH 4.2 - 5.5, menyukai tanah yang dalam (>1.5 m), tersedianya air tanah (1—1.5 mm/cm soil depth), carbon organik (>1.5% pada permukaan tanah) dan kapasitas perubahan kation (>100 mmol/kg). Tanah yang mempunyai drainase baik dan tidak adanya genangan air yang permanen merupakan persyaratan tempat tumbuh kelapa sawit.

Perbanyakan Penanaman kelapa sawit dilakukan dengan biji yang umumnya akan kehilangan daya kecambahnya dalam waktu 9 - 12 bulan pada temperatur kamar. Perkecambahan yang tinggi dapat dilakukan dengan menyimpan biji selama 24 - 30 bulan di tempat berpendingin (8—20°C) dan kelembaban biji 21—22%. Untuk memecahkan dormansi, biji dipanaskan pada temperatur 39—40°C selama 60—80 hari yang kemudian diikuti dengan pendinginan dan rehidrasi. Pembudidayaan dengan embrio kultur juga dapat dilakukan dan akan berkecambah dalam waktu 24 jam. Ketika tanaman masih muda, diperlukan naungan hingga berumur 3 bulan. Jarak tanam kelapa sawit

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 16

Page 17: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

adalah 9 m dalam bentuk segitiga sehingga memberikan jumlah tanaman 143 tanaman/ha.

Manfaat tumbuhan

Minyak yang diperoleh dari kelapa sawit digunakan untuk berbagai produk misalnya minyak masak, mentega, lemak untuk menggoreng, pabrik roti dan biskuit, pastry, kripik kentang, es cream, dan gula-gula. Kelapa sawit juga digunakan untuk membuat bubuk sabun cuci, sabun, kosmetik, lilin, glycerol dan asam lemak. Kelapa sawit juga diperlukan dalam industri baja, plastik dan lainnya. Sisa padat minyak dapat digunakan untuk pakan ternak. Akhir-akhir ini minyak kelapa sawit diusulkan sebagai bahan baku biofuel.

Sumber Prosea 14: Vegetable oils and fats p.85 - 93 (author(s): Hardon, J.J., Rajanaidu, N. & Vossen, H.A.M. van der)

Kategori Biodesel

9. Glycine max (Linn.) Merr. (Kedelai)

Gambar 4.9. Tanaman Kedelai (Glycine max (Linn.) Merr.)Spesies Glycine max (Linn.) Merr.Nama Inggris Soya bean, Soybean Nama Indonesia Kedelai, Kacang Gimbol

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 17

Page 18: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Deskripsi

Terna tahunan tegak dengan tinggi 0.2—1.5 m,kadang-kadang merayap, dan berbulu kecoklatan atau keabuan. Dengan adanya bakteri Rhizobium japonicum maka bintil akar terbentuk. Batang bercabang atau tidak bercabang dan menjadi berkayu. Daun berseling, berdaun tiga, gundul hingga berbulu. Daun berbentuk bundar telur hingga melanset, membundar, ujung daun meruncing hingga menumpul. Perbungaan tandan di ketiak dan atau di ujung dengan 3—30 bunga, bunga kecil, bentuk kupu-kupu, berwarna ungu atau putih. Polong agak melengkung dan biasanya agak gepeng, berwarna kuning, hijau, coklat atau hitam dengan kombinasi warna-warna tersebutl.

Distribusi/Penyebaran Kedelai mulai didomestikasi di bagian timur Negeri China utara di sekitar abad ke-11 sebelum masehi. Dari sana menyebar ke daerah lain hingga ke Indonesia melalui jalur sutera.

Habitat

Kedelai dapat tumbuh dari garis katulistiwa hingga ke garis lintang 55 ° N atau 55 ° S, dan mulai dari ketinggian di atas permukaan laut hingga mendekati ketinggian 2000 m. Kedelai adalah tanaman berhari pendek. Beberapa kultivar menjadi tanaman berhari pendek secara kuantitatif dan beberapa hampir sepenuhnya tidak sensitif terhadap fotoperiode. Tanggapan terhadap fotoperiode karena oleh temperatur. Adanya perbedaan dalam fotoperiode, temperatur dan kepekaan yang relatif dari genotif yang berbeda akan menentukan kecepatan dan jangka waktu perkembangan perbungaan kedelai, baik yang tumbuh di daerah hangat atau tropis. Temperatur di bawah 21 ° C dan di atas 32 ° C dapat mengurangi inisiasi bunga dan pembentukan polong, temperatur ekstrim di atas 40 ° C akan mengganggu produksi biji. Jika air tersedia kedelai dapat tumbuh sepanjang tahun baik di daerah dan subtropis.; Penggunaan air harian kedelai adalah sebanyak 7.6 mm, dan memerlukan 500 mm secara keseluruhan untuk mendapatkan hasil panen baik. Kekeringan akan selama musim berbunga akan mengurangi pembentukan polong. Kedelai dapat toleran terhadap adanya air berlebihan dalam jangka pendek, bagaimanapun, kerusakan biji karena iklim adalah suatu masalah serius di musim hujan.; Kedelai sensitif pada pH rendah, melabur lahan asam dapat dilakukan untuk meningkatkan pH tanahhingga 6.0 atau 6.5 untuk memperoleh jumlah maksimum produksi kedelai. Adanya toksisitas Mn, Fe dan Al di pH tanah rendah dan adanya defisiensi Mn dan Fe pada pH tinggi lahan adalah umum dijumpai. Kultivar dengan toleran terhadap kekurangan Fe yang tersedia.

Perbanyakan Perbanyakan kedelai disebarkan oleh biji. Kedelai dapat ditanam baik sebagai tanaman tunggal atau dalam berbagai sistem tumpangsari dengan jagung, singkong, gandum, pisang, tebu, karet, kelapa sawit, kelapa dan buah-buahan. Dalam kebun jagung dan gandum, kedelai dapat ditumpangkan dalam dua baris. Kedelai juga dapat ditanam di atas pematang sawah. Apabila bukan untuk tujuan komersil, kedelai dapat

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 18

Page 19: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

ditaburkan pada tunggul padi masing-masing berderet dengan suatu pengaturan jarak 25 x 25 cm atau 20 x 20 cm. Di lahan komersil, kedelai ditaburkan berderet dengan jarak antar baris 40—50 cm dan di dalam baris tersebut, dibuat lubang dan ditanam pada jarak 10 cm dan diisi dua hingga tiga butir bijji. Penaburan lepas setelah panen padi juga dapat dilakukan. Di Indonesia beberapa petani merendam biji semalam dan menaburkan pada hari berikutnya. Kebanyakan dari petani kedelai di Asia Selatan dan Asia Tenggara adalah para petani penggarap.

Manfaat tumbuhan

Kedelai digunakan untuk pembuatan makanan baik yang segar, difermentasi dan produk makanan yang dikeringkan seperti susu, tofu, tempe, miso, yuba, soya kuah dan tauge. Kedelai tidak hanya digunakan untuk makanan tetapi juga digunakan untuk obat berbagai penyakit dan penyakit badan. Kedelai (lebih disukai yang hitam) tercakup dalam resep obat untuk meningkatkan fungsi jantung, hati, ginjal, perut dan usus besar. Kedelai juga dapat diambil minyaknya dan untuk banyak tujuan industri. Sebagai minyak yang dapat dimakan dimasukkan ke pasar sebagai minyak salada, minyak goreng, margarin dan shortening. Ampasnya yang kaya akan protein sebagian besar digunakan untuk makanan ternak. Produksi kedelai dunia diharapkan akan mengganda dalam dua dekade ke depan. Banyak petani di negara berkembang dan yang mengembangkan hasil pemanenan lebih tinggi dibanding rata-rata hasil untuk negara-negara mereka. Kultivar yang dapat beradaptasi lebih baik diharapkan untuk meningkatkan dan menstabilkan hasil panen. Meningkatnya banyak ilmuwan dan adanya tekanan oleh kebijakan nasional untuk meningkatkan produksi kedelai akan mendorong kearah hasil lebih tinggi. Koleksi dan eksploitasi plasmanutfah asli, meningkatkan ketahanan terhadap hama dan penyakit, peningkatan mutu gizi dan mengidentifikasi praktek manajemen yang sesuai untuk memanfaatkan potensi hasil ekonomi kultivar yang maksimum harus diberi prioritas.Sisa minyak yang diperoleh dari kedelai berpotensi untuk digunakan dalam pembuatan biodiesel.

Sinonim Phaseolus max L, Glycine hispida (Moench) Maxim, Soja max (L.) Piper Sumber Prosea 1: Pulses p.43-47 (author(s): Shanmugasundaram, S; Sumarno)Kategori PPO

10. Helianthus annuus Linn. (Bunga Matahari)

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 19

Page 20: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

6_sunflowers_in_our_garden.jpg

Gambar 4.10. Tanaman Bunga Matahari (Helianthus annuus Linn.)

Spesies Helianthus annuus Linn.Nama Inggris SunflowerNama Indonesia Bunga matahari

Deskripsi

Jenis ini merupakan herba tegak tahunan yang tingginya mencapai 4 m. Akar tunjangnya kuat dan dalam dengan banyak akar samping. Batang tegak tetapi agak melengkung pada tanaman yang dewasa, jenis yang liar mempunyai banyak percabangan sedang yang sudah dibudiayakan agak jarang percabangannya. Daunnya menjantung dan berhadapan, daun yang lebih besar menjadi bundar telur dan berseling dalam spiral. Helaian daun menjantung hingga membundar telur, tepinya bergerigi, kedua sisinya ditutupi bulu yang berkelenjar dan tanpa kelenjar. Perbungaan bongkol di ujung,kadang-kadang jatuh, cawan datar sampai cembung atau cekung, berbulu. Bunga bagian luar steril tetapi sangat menarik, mudah gugur, daun mahkota menjorong, warna kuning, kadang-kadang putih, oranye atau merah, bunga bagian dalam biseksual, tersusun spiral melingkar dari pusat bongkol. Buahnya seperti cawan (bunga matahari baisanya menghasilkan biji), bundar telur terbalik, agak menyegi empat dengan ujung rompong, dengan pangkal membulat, bervariasi ukuran dan warnanya, warna putih, krem, coklat, ungu, hitam, atau putih abu-abu dengan garis hitam. Biji dengan kulit biji tipis, satu lapisan endosperma, embrio lurus yang umumnya terdiri atas 2 biji.

Distribusi/Penyebaran Bunga matahari liar terdapat di Amerika tenggara dan kemudian menyebar ke daratan Amerika utara, sebagian tumbuh alami dan sebagian dibawa waktu migrasi manusia jaman sebelum prasejarah. Di Eropa bunga matahari menjadi popular setelah diintroduksikan lewat kebun raya di Madrid pada tahun 1510 dari Meksiko. Jenis ini berpotensi sebagai minyak goreng. Pada abad 18 Rusia menanam lebih dari 150,000 ha untuk pabrik minyak goreng. Di Rusia pada tahun 1930, lebih dari 3 juta ha bunga

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 20

Page 21: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

matahari di panen setiap tahun. Produksi bunga matahari di Asia Tenggara akhir-akhir ini yaitu Burma dan Thailand merupakan produk utama.

Habitat

Bunga matahari di tanam terutama di daerah dingin hingga subtropik panas. Di tropik bunga matahai dapat tumbuh di daerah keing pada keinggian sampai 1500 m dpl., tetapi bunga matahari tidak cocok dengan iklim yang lembab. Temperatur optimum untuk pertumbuhan adalah 23 - 27°C. Ketika tumbuh di daerah yang panas, minyaknya rendah dan komposisi minyak berubah dengan asam linoleik kurang dan asam oleik tinggi. Temperatur untuk pertumbuhan antara 4—6°C dan maksimum temperatur pertumbuhan 40°C. Kebanyakan kultivar bunga matahari menunjukkan hari netral atau memberikan respons hari panjang pada cahaya, tetapi paling tidak membutuhkan 1 hari pendek. Hari cahaya panjang dapat menyebabkan tanaman menjadi tinggi. Kebutuhan air adalah 300—700 mm selama masa pertumbuhan, tergantung dari kultivarnya, tipe tanah dan iklim. Curah hujan lebih dari 1000 mm meningkatkan resiko kebanjiran dan timbulnya penyakit. Bunga Matahari dapat mengekstraksi kelembaban tanah dari pada tanaman lain. Udara yang kering setelah terbentuknya biji sangat penting untuk membuat kemasakan tanamannya. Tanah yang cocok untuk bunga matahari dari tanah berpasir hingga tanah liar sangat cocok untuk pertumbuhan bunga matahari, dengan drainase yang baik dan tidak asam atau asin, paling cocok pH berkisar dari 5.7 sampai 8.1.

Perbanyakan

Budidaya bunga matahari dengan biji dengan cara diterbarkan langsung di lapangan dengan kedalaman 3 - 8 cm. Jenis ini memerlukan tempat pembibitan medium yang bebas gulma. Penanaman dengan cara mekanik, biji rata-rata 3 - 8 kg/ha tergantung pada ukuran biji dan jaraknya. Jarak yang umum digunakan adalah 60—75 cm antar baris dan 20—30 cm dalam baris. Kerapatan tanaman bervariasi tergantung dari pada lingkungan dan kultivarnya 15 000—30 000 tanaman/ha dibawah hujan dan 40 000—60 000 untuk bunga matahari yang diirigasi. Dengan biji yang bagus, perkecambahan lebih dari 80% dapat diperoleh. Bunga matahari mempunyai kemampuan untuk menggantikan kerapatan yang rendah atau tanaman yang dapat meningkatkan total biomasa, ukuran biji dan jumlah biji per tanaman, memberikan faktor tumbuh seperti kelembaban dan zat makan yanag tidak terbatas.

Manfaat tumbuhan Biji bunga matahari dapat menghasilkan minyak goreng yang mempunyai kualitas baik karena mengandung konsentrasi asam lemak yang tinggi, mempunyai warna muda yang menarik, mempunyai rasa enak.Minyak bunga matahari hanya untuk minyak goreng atau minyak salad dan digunakan di pabrik mentega, kadang-kadang sebagai produksi bunga matahari murni tetapi lebih sering dicampur dengan kedelai dan minyak sayur lainnya. Minyak bunga matahari juga digunakan sebagai minyak pengering pada cat dan vernis, dan pada pabrik sabun. Produk utama

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 21

Page 22: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

bunga matahari adalah makanan kaya protein yang digunakan untuk pakan ternak. Untuk tujuan ini bunga matahari digiling dengan kacang hijau. Bunga matahari yang diolah lemaknya cocok untuk makanan manusia dan digunakan sebagai pengganti tepung gandum dalam roti dan kue. Secara umum dapat dikatakan bahwa 25% biji terbanyak dikonsumsi sebagai makanan yang dipanggang dan digarami, bagian 30 - 50% digunakan bijinya dalam permen dan produk roti dan sebagian kecil bijinya sebagai makanan burung dan ternak. Karena itu bunga matahari sering ditanam sebagai pakan ternak. Jenis ini memerlukan musim tumbuh yang pendek, lebih toleran pada kekeringan dan menghasilkan silase seperti bagian dalam jagung. Bunga matahari juga ditanam sebagai tanaman hias dan tanaman pot. Dahulu, warna kuning dan ungu diekstraksi dari bunganya. Bunga matahari menghasilkan minyak sayur, tetapi mungkin dapat disebarluaskan di Asia Tenggara terutama daerah yang kering. Penjajagan penggunaan bunga matahari sebagai bahan baku energi dapat dipertimbangkan dan masih perlu dilakukan penelitian tentang faktor sosial ekonominya.

Sumber Prosea 14: Vegetable oils and fats p.101 - 107 (author(s): Vossen, H.A.M. van der & Duriyaprapan, S. )

Kategori PPO

11. Hodgsonia macrocarpa (Blume) Cogn. (Akar Kepayang)

Gambar 4.11. Tanaman Akar Kepayang (Hodgsonia macrocarpa (Blume) Cogn.)

Spesies Hodgsonia macrocarpa (Blume) Cogn.

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 22

Page 23: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Nama Inggris Kadam seedNama Indonesia akar kepayang

DeskripsiLiana berumah dua, panjangnya 30 m. Daunnya 3 cuping, Buahnya agak membulat, bentuk buah buni, warna merah coklat. Biji 6 - 12, tebal, bulat telur.

Distribusi/Penyebaran Akar kepayang tumbuh tersebar dari India, Thailand, Indo-Cina, Cina selatan, Malesia barat.

Habitat Jenis ini tumbuh di hutan, dan savana pada ketinggian hingga 1700 m dpl. Perbanyakan Budidaya dilakukan secara umum dengan biji.

Manfaat tumbuhan

Biji dapat dimakan setelah dimasak atau di panggang. Biji juga menghasilkan minyak yang dapat dimakan yang juga dapat digunakan dalam obat tradisional. Daunnya digunakan untuk mengobati luka pada hidung, dan rebusan daunnya digunakan untuk mengobati panas. Selain itu tanaman ini juga digunakan untuk pewarna. Di Cina minyak akar kepayang adalah 2.5 kg/tanaman per tahun. Minyak akar kepayang mempunyai potensi sebagai bahan baku energi, namun masih memerlukan penelitian lebih lanjut.

Sinonim Hodgsonia capniocarpa Ridley.Sumber Prosea 2: Edible fruits and nuts p.341 (author(s): Verheij, E.W.M. and Coronel, R.E.)Kategori PPO

12. Jatropha curcas Linn. (Jarak Pagar)

Gambar 4.12. Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas Linn.)

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 23

Page 24: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Spesies Jatropha curcas Linn.Nama Inggris Physic nut, purging nutNama Indonesia jarak pagar

Deskripsi

Pohon kecil tinggi hingga 5 m dengan getah merah muda, kulit kayu licin, coklat kehijauan atau abu-abu kekuningan, terkelupas seperti sisik kertas. Daun membundar telur lebar, dasarnya menjantung, agak berbulu tersebar sepanjang tulang daun utama pada bagian bawah, sedangkan di bagian pemujkaan atas gundul. Perbungaan agak malai, bunga jantan mempunyai daun kelopak bundar telur kira-kira 2 mm, mahkota bunga setengahnya bersatu, kuning kehijauan. Buah menjorong lebar, biji hitam dengan karunkel sedikit.

Distribusi/Penyebaran

Jatropha curcas mungkin berasal dari Mexico dan America Tengah, tetapi dimasukkan ke negara tropik dan negara subtropik seperti Florida, Afrika Selatan sudah lama sekali. Jenis ini sudah ditanam di seluruh kawasan Malesia, teutama di daerah yang kering.

Habitat

Jatropha curcas telah lari dari penanaman dan mungkin tumbuh meliar. Jarak tumbuh di daerah yang mempunyai drainase baik, tanah yang beraerasi baik dan tanah yang mempunyai adaptasi baik hingga tidak subur. Jenis ini mungkin juga terdapat di tanah berbatu, di pinggir sungai dan habitat yang sama dari permukaan laut hingga ketinggian 1700 m dpl.

Perbanyakan

Jarak mudah dibudidayakan dengan stek batang yang berukuran 45 - 100 cm dan berkembang sangat cepat daripada dari biji. Stek batang berakar dengan cepat bila ditanam di media beraerasi baik tanpa hormon tumbuh. Stek dengan panjang 30 cm menimbulkan banyak akar dan ketahanannya lebih tinggi daripada stek berukuran 15 cm. Dalam 1 kg terdapat 1700 - 2400 biji. Biji direndam semalam untuk meningkatkan hasil perkecambahannya. Biji memerlukan 10 hari untuk berkecambah. Di tanah yang berat, pembentukan akar agak tereduksi. Di Thailand jarak 2 x 2 m menunjukkan perkembangan vegetatif yang baik dan hasil biji tertinggi hampir 800 kg/ha dari tanaman berumur 13 - 14 bulan. Jarak untuk Jatropha curcas adalah 0.5 - 1.5 x 1 - 2 m (tergantung dari hujan) sampai 2 x 2 m (beririgasi) ketika ditanam biji langsung, 1 - 3 ketika kecambah ditanam dan 2 - 3 x 1.5 - 3 m ketika stek ditanam.

Manfaat tumbuhan

Minyak biji jarak merupakan produk terbaik yang digunakan untuk pembersih, walaupun pemakaian seringkali bertujuan untuk meracun. Minyaknya digunakan sebagai pabrik lilin dan sebagai bahan bakar untuk masak, dan telah dikembangkan sebagai biofuel. Daunnya digunakan untuk obat luka dan gatal, sebagai anti parasitik sakit kulit dan sebagai obat untuk mengobati paralysis dan rematik di Indonesia.

SinonimCurcas purgans Medik. (1771), Curcas indica A. Rich. (1853), Jatropha afrocurcas Pax (1909).

Sumber Prosea 12(1): Medicinal and poisonous plants 1 p.324-325 (author(s): Susiarti, S.,

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 24

Page 25: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Munawaroh, E. & Horsten, S.F.A.J., )Kategori Biodiesel

13. Linum usitatissimum Griseb. (Linum)

Gambar 4.13. Tanaman Linux (Linum usitatissimum Griseb.)

Spesies Linum usitatissimum Griseb.Nama Inggris Flax, textile flax, linseed Nama Indonesia linum.Deskripsi Merupakan herba satu tahunan yang tegak, tinggi mencapai 1.2 m. Batang

pipih, tegak, biasanya soliter, tanaman yang ditanam dari biji biasanya lebih pendek, gundul, hijau keabuan. Daun tersusun bertolak belakang hingga spiral, tidak bertangkai, helaian daun menjorong sempit, memita atau memita-lanset, gundul, hijau keabuan. Perbungaan di ujung, dengan bunga yang tersusun berlawanan dengan daun; pedicel tegak, panjang 1—3.5 cm. Bunga bisexual, agak membentuk cakar di pangkalnya, warna putih hingga

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 25

Page 26: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

biru pucat atau biru ungu dengan bintik merah mura. Buah kapsul membulat, masing - masing terbagi oleh lapisan tipis, tiap locule berisi 2 biji, tiap buah mengandung 10 biji. Biji pipih, kuning hingga coklat tua.

Distribusi/Penyebaran

Daerah asal utama Linum usitatissimum masih diperdebatkan, tetapi keragaman bentuk terbesar di India dan diyakini kemungkinan tanaman ini berasal dari sana dan disebarkan ke jalur utara dan barat. Mediterranean juga diduga merupakan daerah asal tanaman ini. Tanaman ini dibudidayakan sebagai tanaman serat. Di Asia tenggara Linum usitatissimum dibudidayakan di Thailand Utara (Chiang Mai) dan secara lokal dalam skala kecil di Indonesia (Jawa). Setelah percobaan sukses dengan rami di pegunungan Jawa dalam pertengahan awal abad ke 20, ketertarikan budidaya rami dilakukan pada tahun 1970an dan 1980an dengan tujuan mengurangi import serat rami untuk pembuatan kertas.

Habitat

Linum usitatissimum merupakan tanaman berhari panjang. Untuk hasil serat optimum dan brkualitas, tanaman ini membutuhkan temperatur sedang hingga dngin dan kelembaban cukup selama masa pertumbuhan. Hasil optimum di Eropa, diperoleh dengan kisaran temperatur 10—30°C, kelembaban relatif 60—70%, dan curah hujan 150—200 mm. Hujan deras dan angin kencang menyebabkan tanaman roboh.Temperatur —6°C dapat mematikan tanaman pada tahap perkecambahan dan adanya salju kemungkinan menyebabkan kegagalan saat perbungaan. Kondisi yang hangat, kering sangat menguntungkan untuk pertumbuhan hingga pembentukan biji. Curah hujan setelah tahap ini menyebabkan pembungaan kedua dan kematangan tidak merata. Percobaan di Jawa pada tahun 1930an, mengindikasikan bahwa rami dapat menghasilkan kualitas serat yang bagus pada ketinggian 1000—1600 m alt. Pada percobaan di awal tahun 1980an pada ketinggian 800 hingga 1400 m, 13 kultivar dapat tumbuh bagus, dalam arti tinggi tanaman dan berat kering jerami, ketika ditanam pada ketinggian 1200 m alt. Tanah yang optimal untuk rami adalah tanah dengan drainase bagus tetapi menyimpan kelembaban dan den tekstur sedang hingga berat, seperti tanah lempung dan tanah liat. Tanah sebaiknya bagus dan tidak mudah menjadi keras. Rami sensitif terhadap tanah bergaram dan tidak terbentuk bagus pada pH kurang dari 5 atau diatas 7.

Perbanyakan Linum diperbanyak dengan biji. Karena ukuran biji yang kecil kamampuan bersaing yang rendah pada kecambah linum, maka harus dipersiapkan sebaik mungkin, tempat persemaian biji bebas gulma dengan kelembaban yang cukup merupakan hal yang penting untuk keberhasilan penanaman. Biji dapat disemaikan dengan menggunakan tangan dan kemudian dicangkul dan dikubur, tetapi metode ini tidak memperhatikan kedalaman dan kematangan. Untuk itulah disarankan persemaian biji dengan mesin drill. Kedalaman persemaian yang optimal tergantung pada tipe tanah dan tingkat kelembaban. Pad tanah berat, biasanya cukup 1.5 cm, sedangkan

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 26

Page 27: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

untuk tanah yang lebih gembur, kedalaman 2 cm untuk menjamin imbibisi. Rata-rata biji tergantung pada genotype, metode penanaman, kondisi kelembaban dan tujuan produksi (untuk serat, biji atau keduanya). Dengan drill, rata-rata biji untuk produksi serat dengan supply air optimal adalah 80—110 kg/ha. Untuk penanaman dengan menggunakan tangan rata-rata biji tertinggi yang direkomendasikan adalah 150 kg/ha. Rata-rata biji yang direkomendasikan untuk tanaman yang ditanam untuk menghasilkan biji sangat bervariasi yaitu 17 kg/ha untuk kondisi curah hujan rendah dan untuk kondisi yang lebih basah adalah 55—90 kg/ha. Jarak tanam untuk serat linum 6—15 cm, dengan kerapatan tanaman 1800—3300 tanaman/m². Biji yang akan ditanam harus bebas dari cahaya, kerutan, sisik atau penyakit dan di rawat dengan memberikan fungisida untuk membunuh penyakit surface-borne.; Percobaan pada tahun 1980an di Kebun percobaan Manoko (dekat Bandung di Jawa, pada ketinggian 1200 m alt) dengan 12 kultivar linum memperlihatkan bahwa batang lebih tinggi ketika biji disemaikan pada bulan November atau Januari daripada disemaikan pada bulan Maret. Percobaan yang lain pada lokasi yang sama, hasil panen jerami tertinggi diperoleh pada kerapatan 2.5 cm di dalam garis dan 10 atau 15 cm antar garis.

Manfaat tumbuhan

Serat kulit kayu Linum digunakan dalam berbagai tekstil rumah tangga (handuk, taplak meja, dsb), perlengkapan rumah (tirai, penutup dinding dan hiasan dinding) serta pembuatan pakaian. Serat yang dimiliki tanaman ini cocok untuk penggunaan ini karena mempunyai kemampuan menyerap kelembaban yang tinggi, kuat, mudah dicuci dan warna yang menarik. Ketidakuntungannya adalah mudah mengkerut. Serat batangnya juga digunakan dalam pabrik kertas yang halus seperti kertas sigaret, kertas gambar, uang kertas, kertas berharga dan juga kertas untuk dokumen penting. Serat untuk kertas berasal dari 3 sumber utama, yaitu material sisa dari penggilingan, serat pendek yang diperoleh ketika dilakukan pembuatan tekstil yang berkualitas tinggi dan serat yang diperoleh dari sisa-sisa yang masih menempel pada biji. Serat dari sisa ekstraksi ini digunakan dalam pabrik karton yang dicampur dengan serat lain. Minyak dari biji rami, digunakan juga untuk membuat sabun, tinta cetak, lonleum dan juga untuk membuat lapisan jas hujan sehingga tahan hujan. Sejumlah rami telah dimuliakan untuk mendapatkan kandungan minyak yang tinggi dan beguna untuk konsumsi manusia. Oleh sebab itu minyak linum juga digunakan untuk pabrik mentega dan minyak goreng. Sisa pembuatan minyak dapat digunakan untuk makanan ternak. Prospek linum sangatlah besar terutama bila ada pasar baru minyak linum dapat dibuat dengan formulasi sebagai pupuk, dengan perkembangan modifikasi genetik kultivar linum, kaya dalam asam linoleic dan asam lemak sangat sebanding dengan minyak bunga matahari.

Sumber Prosea 17: Fibre plants p.172-179 (author(s): Lisson, S.N.)

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 27

Page 28: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Kategori PPO

14. Madhuca longifolia Macbride. (Nyatuh)

Gambar 4.14. Tanaman Nyatuh (Madhuca longifolia Macbride.)

Spesies Madhuca longifolia Macbride.Nama Inggris Nyatoh: padangNama Indonesia Nyatuh

Deskripsi

Pohon besar dengan getah, kadang sampai pada 50 m tingginya, biasanya dengan bulung sapai 100 cm diameternya, berbanir, seringkali tidak bercabang, Kulit kayu bagian luar licin, pecah-pecah atau bergaris-garis, biasanya kecoklatan, kulit kayu bagian dalam lunak dan berserabut, berwarna kemerahan sampai coklat kemerahan, kadang-kadang kuning. Daun tersusun spiral, biasanya bergerombol di ujung cabang. Perbungaan di ketiak daun, banyak bunga, bunga biseksual, daun kelopak 2 lingkaran, gundul atau berkelompok padat dengan beberapa bulu pada ujungnya; mahkota bunga membentuk tabung sepanjang cupingnya, biasanya berbulu pada staen pada leher tabung, berwarna putih, kuning muda atau hijau muda. Buahnya buah buni dengan kulit tipis atau tebal, terdiri dati 1 - 4 biji. Biji tipis, keras, dengan testa mengkilap.

Distribusi/Penyebaran Madhuca tersebar dari India, Sri Lanka dan Cina Tenggara ke Niugini, dan mempunyai kira-kira 5 jenis di Indonesia Timur dan Papua Niugini.

Habitat

Seperti nyatoh lainnya, Madhuca longifolia didapatkan juga di hutan primer di dataran rendah hingga ketinggian 1000 m dpl. Polinator Madhuca longifolia adalah kelelawar yang tertarik untuk makan mahkota bunganya yang sangat manis.

Perbanyakan Budidaya Madhuca longifolia secara alami dilakukan dengan biji.

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 28

Page 29: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Manfaat tumbuhan

Nyatuh di India digunakan untuk mebel, perahu dan kereta. Getah Madhuca merupakan getah perca terbaik. Minyak jenis ini juga dapat diperoleh untuk dalam makanan, untuk membuat sabun dan juga lilin. Potensi minyaknya untuk bahan baku energi perlu mendapat perhatian dan perlu dilakukan penelitian, karena jenis ini sudah dipertimbangkan menjadi bahan baku energi di India.

Sumber Prosea 5(1): Timber trees: Major Commercial Timbers p.283 - 286. (author(s): Kartasubrata, J., Tonanon, N., Lemmens, R.H.M.J & Klaassen, R.)

Kategori Biodiesel

15. Madhuca montleyana (de Vries) J.F. Macbr. (Ketiau)

www.kehati.or.id/florakita

Gambar 4.15. Tanaman Ketiau (Madhuca montleyana (de Vries) J.F. Macbr.)

Spesies Madhuca montleyana (de Vries) J.F. Macbr.

Nama Inggris Nyatoh

Nama Indonesia Ketiau

Deskripsi Pohon hingga tinggi 40 m dengan getah, banir tidak ada atau kecil dan kadang-kadang terbentuk akar udara, kulit kayu kemerahan, getah putih, mahkota pohon padat. Daun terdapat tersebar rata atau berkelompok di ujung cabang, helaian daun membulat telur, bulat telur terbalik, atau menjorong. Bunga kuning hingga hijau, dengan daun kelopak berbulu bagian luar, mahkota bunga gundul kecuali bagian tenggorokan. Buahnya

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 29

Page 30: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

menjorong, gundul, hijau, kekuningan hingga kemerahan, 1 - 2 biji. Biji tanpa atau dengan endosperm tipis.

Distribusi/Penyebaran Madhuca motleyana didapatkan di Semenanjung Thailand, Malaysia, Sumatra, Kepulauan Riau, Belitung dan Borneo.

Habitat Madhuca motleyana tumbuh di dataran rendah pada ketinggian hingga 600 m dpl., tumbuh di hutan yang bergelombang, rawa air tawar dan rawa gambut, kadang-kadang terletak di dataran tinggi.

Perbanyakan Budidaya Madhuca biasanya digunakan bijinya, regenerasi Madhuca motleyana biasanya di rawa gambut.

Manfaat tumbuhan

Minyak yang diperoleh dari biji Madhuca motleyana (yang dikenal sebagai `ketia oil`) digunakan sebagai campuran makanan dan pabrik sabun dan lilin. Buahnya dimakan oleh penduduk setempat. Minyaknya ada kemungkinan digunakan untuk bahan baku energi seperti halnya jarak pagar, namun masih memerlukan penelitian lebih lanjut.

Sumber Prosea 18: Plants producing exudates p.85 - 87 (author(s): Ipor, I. )

Kategori Biodiesel

16. Manihot esculenta Crantz (Singkong)

www.kehati.or.id/florakita www.plantamor.com

Gambar 4.16. Tanaman Singkong (Manihot esculenta Crantz)

Spesies Manihot esculenta CrantzNama Inggris CassavaNama Indonesia Singkong, Ubi kayuDeskripsi Perdu yang tidak bercabang atau kadang bercabang dua, tinggi bisa

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 30

Page 31: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

mencapai 4 m, bergetah putih dan mengandung sianida pada konsentrasi yang berbeda-beda. Umbi akar besar, memanjang dengan kulit berwarna coklat suram. Batang berkayu dengan tanda berkas daun yang tampak dengan jelas. Daun tungal tersusun secara spiral, panjang tangkai daun 5-30 cm, helaian daun rata sampai terbagi 3 - 10 sampai pangkal daunnya. Perbungaan dalam tandan di ujung batang dengan panjang 3-10 cm. Buah bulat telur bersayap 6 dengan diameter 1-1,5 cm, terdapat 3 biji di dalamnya.

Distribusi/Penyebaran Berasal dari Amerika, pada tahun 1810 masuk ke Indonesia dibawa oleh orang-orang Portugis. Sekarang tumbuhan ini sudah tersebar di seluruh kepulauan Indonesia

Habitat Dapat tumbuh sampai dengan ketinggian 1500 m dpl. Suhu optimum 20-30oC, dengan curah hujan 5000 – 6000 mm pertahun, pH tanah yang disukai 5,5-7,5.

Perbanyakan Perbanyakan dilakukan dengan stek batang, bisa dilakukan dari biji tapi sangat jarang dilakukan.

Manfaat tumbuhan

65% ubinya digunakan untuk bahan pangan manusia, 20% pakan ternak dan 15% sebagai bahan baku industri. Sebagai bahan pangan manusia, akarnya setelah dikupas dipotong dan kemudian direbus, dikukus, dibakar atau digoreng. Di Asia Tenggara, penggunaan ketelah pohon sangat berbeda pada setiap negara. Di Thailand, pemanfaatan untuk manusia tidak penting. 95% dieksport terutama sebagai bahan pakan ternak ke negera-negara di Eropa. Sisanya digunakan sebagai bahan makanan manusia. Di Indonesia 60% merupakan bahan pangan manusia, 25% segar dan 35% dikeringkan, 25% lainnya digunakan untuk produksi tepung, yang umumnya digunakan untuk bahan makanan manusia seperti kerupuk, kue dan makanan kecil lainnya. 15% sisanya diekspor. Tepung dan monosodium glutamat merupakan produksi industri tradisional. Dengan peningkatan teknologi industri ketelah pohon, produk lain seperti alkohol, gula pemanis berdasarkan tepung seperti glukosa dan fruktosa menjadi lebih penting. Daun ketelah pohon digunakan untuk sayur dan juga pakan ternak. Proses fermentasi dari umbi dapat dihasilkan gula.

Sinonim -Sumber Prosea -Kategori Bioetanol

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 31

Page 32: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

17. Mesua ferrea Linn. (Nagasari)

Gambar 4.17. Tanaman Nagasari (Mesua ferrea Linn.)

Spesies Mesua ferrea Linn.Nama Inggris Ceylon ironwood, Indian rose chestnutNama Indonesia Nagasari

Deskripsi

Pohon dengan tinggi 30 m, tidak bercabang hingga tinggi 20 m, diameter 65 cm, banir kecil pada basalnya, kulit kayu memanjang, bersepihan, bergaris-garis tidak sama, coklat kotor hingga abu-abu dengan titik-titik ungu, kulit kayu bagian dalam merah kecoklatan hingga merah atau kemerahan, dengan getah putih bening hingga kuning pucat. Daun menjorong, agak keputihan di bagian bawah. Buah menjorong, duduk pada bekas daun kelopak.

Distribusi/Penyebaran Nagasari tumbuh tersebar dari India, Sri Lanka, Burma (Myanmar), Indo-China, Thailand, Peninsular Malaysia dan Singapore;

Habitat Mesua ferrea umum tumbuh di hutan yang selalu hijau pada tanah yang bergelombang, juga dipinggir dengan tanah yang rendah, dari permukaan tanah hingga 500 m dpl., tetapi ditanam sampai 1300 m.

Manfaat tumbuhan Mesua ferrea adalah sumber penting dalam kayu penaga. Tumbuhan ini umum digunakan sebagai tanaman hias. Bijinya mengandung minyak yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan biofuel, namun perlu diteliti lebih lanjut.

Sumber Prosea 5(2): Timber trees:Minor Commercial timbers p.343-344 (author(s): Chua, L., Tonanon, N. & Fundter, J.M.)

Kategori Biodiesel

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 32

Page 33: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

18. Metroxylon sagu Rottb. (Sagu)

Gambar 4.18. Tanaman Sagu (Metroxylon sagu Rottb.)

Spesies Metroxylon sagu Rottb.Nama Inggris True sago palm, sago palm Nama Indonesia sagu, rumbia Deskripsi Palem dengan tinggi sedang, setelah berbunga mati. Akar berserabut yang

ulet, mempunyai akar nafas. Batang berdiameter hingga 60 cm, dengan tinggi hingga 25 m. Daun menyirip sederhana, dengan tangkai daun sangat tegar, melebar pada pangkalnya menuju pelepah yang melekat pada batang, pelepah dan tangkai daun berduri tajam. Perbungaan malai di pucuk, bercabang-cabang sehingga menyerupai payung, bunga muncul dari percabangan berwarna coklat pada waktu masih muda, gelap dan lebih merah pada waktu dewasa; bunga berpasangan tersusun secara spiral, masing-masing pasangan berisi 1 bunga jantan dan 1 bunga hermafrodit, biasanya sebagian besar bunga jantan gugur sebelum mencapai antesis. Buah pelok membulat-merapat turun sampai mengerucut sungsang, tertutup dengan sisik, mengetupat, kuning kehijauan, berubah menjadi bewarna kuning jerami atau sesudah buah jatuh; bagian dalamnya dengan

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 33

Page 34: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

suatu lapisan bunga karang berwarna putih. Biji setengah membulat, selaput biji merah tua.

Distribusi/Penyebaran

Sagu diduga berasal dari Niugini dan Maluku, tetapi telah tersebar diluar Asia Tenggara hinga dekat Kepulauan Pasifik. Di Indonesia, sagu ditemukan di beberapa daerah di Sulawesi, Kalimantan, Sumatra dan Jawa Barat, maupun pada beberapa pulau kecil yang tidak beriklim muson seperti Kepulauan Riau, Nias dan Mentawai. Daerah persebaran yang luas sagu adalah di Papua dan Papua Niugini.

Habitat

Palem sagu merupakan pohon di dataran rendah tropik yang basah, ditemukan secara alami sampai pada ketinggian 700 m dpl. (mencapai 1200 m dpl. di Papua New Guinea). Kondisi terbaik untuk pertumbuhan palem sagu adalah suhu rata-rata paling tidak 26°C, kelembaban relatif 90% dan penyinaran kurang lebih 9 jam per-hari. Habitat palem sagu alami adalah di pantai berawa, tempat-tempat aliran sungai, dan tempat tinggi pada dasar lembah yang datar. Bila tumbuh di sepanjang sungai, pengaruh air pasang surut adalah habitat sagu, dan bisa cenderung mempengaruhi tingkat dan salinitas dari aliran air atau air tanah. Aliran air yang terjadi terus menerus merugikan pertumbuhan semai, seperti hubungan salinitas dengan konduktivitas listrik (EC) lebih dari 1 S/m. (EC air laut adalah 4.4 S/m). Meskipun demikian, kadang-kadang bahkan dengan air yang sangat asin bisa bertoleransi. Walaupun ditemukan pada tanah-tanah yang mengandung mineral, gambut dan tanah yang telah dipupuk, sagu tumbuh terbaik pada tanah yang mengandung mineral dengan kandungan bahan organik tinggi (mencapai 30%).

Perbanyakan Palem sagu sebagian besar diperbanyak dari tunasnya. Tunas yang berakar kurang lebih berumur 1 tahun dengan diameter pangkal 8—15 cm dipotong dari induk palem yang telah terseleksi dengan potongan tegak, ditinggalkan 15 cm dari batang tersebut untuk tetap melekat pada tunas sebagai cadangan makanan. Luka potongan kadang-kadang ditutup dengan abu kayu untuk mencegah kebusukan. Perlakuan luka potongan dengan fungisida telah menunjukkan bertambahnya viabilitas tunas. Potongan tunas dan akar harus dijaga dari kekeringan. Biasanya semua daun dipotong; kadang-kadang ujung dan semua atau bagian dari daun termuda yang terbuka lipatannya ditinggalkan pada tunas. Sebelum penanaman di lapangan, tunas-tunas dapat disimpan di pembibitan, di kantong politen atau diletakkan dalam air yang dangkal, atau jika air dalam dengan mengikatnya pada suatu rakit dan tinggal akar yang tergantung dalam air. Biasanya hanya kurang lebih setengah dari perbanyakan tunas yang berhasil. Kecepatan pertumbuhan tunas bisa bertambah dengan mengurangi waktu antara pemotongan tunas dan meletakkannya di pembibitan, dengan perlakuan pestisida untuk mencegah serangan Rhynchophorus, dan dengan pemberian naungan pada musim kering. Perbanyakan dari biji mempunyai tingkat keberhasilan yang lebih tinggi,

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 34

Page 35: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

tetapi viabilitas biji sulit dicapai dan adanya keheterogenan dari semai. Tunas ditanam di lapangan pada jarak 6 m 6 m sampai 7 m 7 m.

Manfaat tumbuhan

Pati yang tersimpan dalam batang merupakan makanan pokok di Papua. Di Indonesia dan Malaysia, pati digunakan dalam bidang industri di pabrik kue dan makanan ringan, mi dan kerupuk, dan di Amerika untuk bahan pembuatan bedak. Penggunaan bukan untuk makanan, mencakup adonan lem untuk kertas dan tekstil, dan meluas untuk pelekatan tripleks. Material yang segar sangat cocok untuk memproses industri selanjutnya, misalnya menjadi sirup dengan fruktosa tinggi dan etanol. Palem sagu mempunyai banyak kegunaan sekunder. Seluruh batang yang masih muda, empulur dan sisa-sisa empulur sebagai makanan hewan. Pepagan dari batangnya digunakan sebagai bahan bangunan rumah atau bahan bakar. Dinding, atap rumah dan pagar dapat dibuat dari tangkai daun (`gaba-gaba`); serabut dari lapisan luar tangkai daun digunakan untuk tali dan anyaman tikar. Penggunaan utama dari palem di Jawa Barat adalah pinak daunnya dapat menghasilkan atap yang terbaik (atap lalang) dan sangat berguna. Pinak daun yang masih muda dapat dibuat menjadi keranjang untuk bepergian dan penyimpanan pati yang masih segar (basah).

Sinonim Metroxylon rumphii Mart., Metroxylon squarrosum Becc.

Sumber Prosea 9: Plants yielding non-seed carbohydrates p.121-127 (author(s): Schulinh, DL & Jong, FS)

Kategori Bioetanol

19. Mucuna pruriens (L.) DC. (Kacang Babi)

Gambar 4.19. Tanaman Kacang Babi (Mucuna pruriens (L.) DC.)

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 35

Page 36: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Spesies Mucuna pruriens (L.) DC.Nama Inggris Velvet beanNama Indonesia Kacang babi

Deskripsi

Liana, berbulu dengan panjang 2-18 m long. Batang menggalah, agak berbulu putih, pendek atau panjang, kadang-kadang gundul. Daun berseling, berdaun tiga, daun penumpu cepat luruh, daun samping terlihat jelas tidak simetris, berbentuk membundar telur sungsang, membelah ketupat, bundar telur atau menjorong, berukuran (5-)7-15(-19) cm x (3-)5-12(-17) cm, daun ujung simetris dan berukuran lebih kecil, ujung daun meruncing-bertusuk, pangkal daun membundar, ditutupi dengan rambut-rambut merapat berwarna abu atau keemasan yang akan menjadi hitam bila kering. Perbungaan tandan di ketiak, berisi bunga 1-banyak, berbulu keperakan. Bunga berwarna ungu kehitaman, lilac muda atau putih. Buah berbentuk lonjong, berisi 1 - 3, kadang 7 biji yang bagian ujungnya menyerong, sedikit gepeng, agak menonjol, berambut halus berwarna putih hingga coklat terang. Biji berbentuk lonjong-menjorong, sedikit gepeng, warna beragam, mulai dari coklat terang atau coklat-merah muda, sering dengan mosaik coklat gelap, moreng dengan latarbelakang abu, ungu atau hitam, hampir mengutuh hitam, abu, hitam keabuan atau putih.

Distribusi/Penyebaran

Kara benguk mungkin asli dari Asia Tenggara atau Selatan, dan telah tersebar secara luas diseluruh daerah tropika termasuk Indonesia. Tanaman ini telah dikenal secara luas oleh masyarakat di P. Jawa, Bali, Sumatra maupun Sulawesi utara dan Maluku.

Habitat

Kara benguk toleran terhadap rentang curah hujan tahunan yang luas dari 400-3000 mm, tetapi tidak tahan terhadap kekeringan karena sistem perakarannya yang dangkal, dan toleran terhadap kekeringan. Pertumbuhan terbaik kacang benguk bila rata-rata temperatur tahunan 19-27°C. Temperatur malam diatas 21°C dapat merangsang perbungaan. Kacang benguk memerlukan intensitas cahaya tinggi dan akan memberikan hasil kurang baik ketika ditanam bersama dengan singkong atau jagung. Kacang ini tumbuh baik pada pasir berdrainase baik, tanah liat dan utisols dengan pH 5-6.5, tetapi juga tumbuh dengan baik pada lahan berpasir asam, tidak toleran terhadap air yang berlebih. Pada lahan yang memiliki humus subur dan lapisan tanah dibawahnya asam, lapisan berikutnya rendah P dan tinggi Al, maka pertumbuhan akar akan berkumpul hanya pada lapisan humus. Jika humus subur tidak ada maka sistem perakaran akan di kembangkan luas hingga ke tanah asam.

Perbanyakan Perbanyakan tanaman biasanya dengan biji. Biji tidak memerlukan perlakuan apapun, tetapi biji kering perlu direndam dalam air selama 24 jam. Tingkat perkecambahan pada benih segar adalah 90-100%, akan menurun sejalan dengan waktu. Benih yang disimpan di tempat kering dan dingin akan tetap bagus untuk sekitar 2 tahun, tetapi benih yang disimpan dalam suatu tabung yang tertutup rapat selama 3 bulan akan hilang

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 36

Page 37: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

kemampuan viabilitasnya. Perkecambahan akan terjadi dalam 4-7 hari. Di Asia Tenggara, penaburan dilakukan dari Januari ke Mei, pada musim hujan. Benih ditempatkan dengan kedalaman 2 cm dengan 2-4 benih perlubang. Untuk tanaman penutup di perkebunan karet di daerah Indonesia dan Malaysia, direkomendasikan suatu pengaturan jarak 2 m x 1 m atau 1.5 m x 1.5 m, diperlukan sekitar 15 kg benih per ha. Ketika ditanam untuk pupuk hijau di Indonesia, benih ditaburkan dengan jarak 30 cm x 20-30 cm dengan 2 benih per lubang, sedangkan di tempat lain benih ditebar bebas. Ketika ditanam secara tumpangsari dengan jagung, benih ditaburkan berderet 90-120 cm terpisah pada dengan rata-rata jumlah 4-15 kg/ha.

Manfaat tumbuhan

Kara benguk sebagian besar ditanam sebagai tanaman penutup dan pupuk hijau. Di Pulau Jawa biji ini difermentasikan menjadi tempe benguk, dan diperkirakan dapat digunakan sebagai bahan baku penghasil energi. Polongnya yang belum dewasa dan daun-daun muda kadang-kadang direbus untuk dijadikan sayur-mayur. Biji Mucuna pruriens yang direbus mempunyai suatu reputasi sebagai suatu aphrodisiak. Getah dari batang digunakan untuk menghentikan pendarahan dari luka kecil. Biji yang direbus adakalanya dimakan sebagai kacang-kacangan, polong muda dan daun muda digunakan sebagai sayur-mayur. Kemampuan kacang benguk dapat menutup lahan dengan cepat adalah sangat produktif, tahan pada kebanyakan penyakit dan hama, dan dapat menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan yang beragam. Ketahanannya terhadap penyakit dan hama juga membuat kacang ini sebagai tanaman sayuran dan polong-polongan yang menarik.

SinonimMucuna utilis Wall. ex Wight , Mucuna pruriens (L.) DC. var. utilis (Wall. ex Wight) Baker ex Burck , Mucuna pruriens (L.) DC. f. utilis (Wall. ex Wight) Backer .

Sumber Prosea 11: Auxiliary plants p.199-203 (author(s): Wulijarni – Soetjipto, N. & Maligalig, R.F.)

Kategori PPO

20. Nypa fruticans Wurmb. (Nipah)

Gambar 4.20. Tanaman Nipah (Nypa fruticans Wurmb)

Spesies Nypa fruticans Wurmb.

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 37

Page 38: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Nama Inggris Nipa palm, mangrove palm.Nama Indonesia Nipah

Deskripsi

Palem besar dengan batang menjalar, akar rimpangnya sebagian terbenam di dalam lumpur, dengan diameter hingga 45 cm, percabangannya dua-dua dengan interval yang tetap. Daunnya menggerombol 3 - 5 daun per tumbuhan, tegak, 4.5 - 14.2 cm panjangnya, menyirip sederhana, tangkai daunnya sangat keras, panjangnya hingga 1.5 m, beralur pada bagian adaksial, bagian bawah tulang daunnya bersisik coklat. Perbungaannya tunggal, tegak, tumbuh di antara daunnya, dan tampak muncul di atas permukaan air, perbuahannya seperti agak membulat, seperti buah batu, berwarna coklat hingga kehitaman, agak melengkung atau menyudut.

Distribusi/Penyebaran

Nipah merupakan salah satu angiospermae tertua dan kemungkinan besar jenis palem tertua. Saat ini utamanya dijumpai di daerah equator, melebar dari Sri Lanka ke Asia Tenggara sampai Australia Utara. Diintroduksi ke Afrika Barat di awal abad ke-20. Tegakan nipah alami terbesar dijumpai di Indonesia (700 000 ha), Papua Nugini (500 000 ha) dan Filipina (8000 ha).

Habitat

Nipah adalah tumbuhan tropis. Rata-rata suhu minimum pada daerah pertumbuhannya adalah 20°C dan maksimumnya 32-35°C. Iklim optimum adalah agak lembab sampai lembab dengan curah hujan lebih dari 100 mm per bulan sepanjang tahun. Nipah tumbuh subur hanya pada lingkungan air yang asin. Jarang dijumpai langsung di pantai. Kondisi optimum adalah saat bagian dasar palem dan rimpangnya terendam air asin secara reguler. Karena itu nipah mendiami daerah muara sungai yang masih mendapat akibat arus pasang surut dari sungai. Konsentrasi garam optimum adalah 1-9 per mil. Tanah rawa nipah berlumpur dan kaya akan endapan alluvial, tanah liat dan humus; kandungan garamnya bukan organik, kalsium, sulfur, besi dan mangaan tinggi, yang mempengaruhi aroma dan warna gelapnya. pH sekitar 5; kandungan oksigen rendah kecuali lapisan paling atas. Biasanya nipah dapat membentuk tegakan murni, tetapi di beberapa daerah tumbuh bercampur dengan pohon-pohon bakau yang lain.

Perbanyakan

Perbanyakan generatif dengan biji (buah) dan vegetatif dengan rimpang yang bercabang. Metode `pocket and channel` telah digunakan dengan baik untuk memperbanyak nipah. Buah ditanam langsung pada kantong plastik atau di lubang sedalam 10-20 cm sepanjang tepi kanal-kanal irigasi. Kecambah ditumbuhkan dulu di persemaian kemudian dipindah ke lubang-lubang. Jarak tanam 1.5-2 m, selanjutkan dijarangkan menjadi 400 tanaman per ha. Tegakan alami nipah biasanya rapat; di Papua New Guinea 2000-5000, di Filipina sampai 10 000 tanaman per ha.

Manfaat tumbuhan Nipah berpotensi dalam produksi gula, cuka dan alkohol. Gula tersedia langsung dalam bentuk sukrosa. Cairan dari nipah dalam bentuk liquid, sehingga tidak ada masalah seperti dalam gula tebu. Penyadapan dapat dilakukan sepanjang tahun. Agar industri gula nipah sukses, metode perlu dikembangkan untuk menghambat inversi sukrosa yang cepat dan

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 38

Page 39: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

fermentasi dari cairan nipah. Nipah berpotensi untuk menjadi bahan baku penghasil energi, karena dapat menghasilkan alkohol 11000 l per ha per tahun, lebih besar dari yang dihasilkan oleh gula tebu (5 500 l) dan ketela pohon (1350 l).

Sinonim Nipa fruticans Thunb., Cocos nypa Lour., Nipa litoralis Blanco Sumber Prosea 9: Plants yielding non-seed carbohydrates p.133-137 (author(s): Päivöke,

AEA)Kategori Bioetanol

21. Pongamia pinnata Merr. (Malapari)

http://www.winrock.org/fnrm/factnet/factpub/ http://hast.sinica.edu.tw/plants_images/Pongam_fr.JPGFACTSH/P_pinnata.html

Gambar 4.21. Tanaman Malapari (Pongamia pinnata Merr.)

Spesies Pongamia pinnata Merr.Nama Inggris Pongam, Indian beech, Fijian longanNama Indonesia malapari, longan

Deskripsi

Semak atau pohon bercabang melebar. Pepagan halus atau melekah tegak lurus samar-samar, abu-abu. Daun menyirip gasal, merah muda saat muda, hijau tua mengkilap di atas dan hijau pudar dengan urat menonjol di bawah saat tua; anak daun membundar telur, menjorong atau melonjong. Perbungaan tandan, berpasang-pasang dengan bunga yang sangat harum; mahkota bunga putih sampai pink, ungu di dalam, berurat kecoklatan di luar; membundar telur sungsang. Buahnya polong bertangkai pendek, menyerong-melonjong sampai menjorong, tidak merekah bila masak, berbiji 1—2. Biji membulat telur.

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 39

Page 40: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Distribusi/Penyebaran

Pongamia pinnata kemungkinan besar berasal dari India dan dijumpai secara alami dan naturalisasi dari Pakistan, India dan Sri Lanka seluruh Asia Tenggara termasuk Indonesia sampai timur laut Australia, Fiji dan Jepang. Diintroduksi di Mesir dan Amerika Serikat (Florida, Hawaii).

Habitat

Pada sebaran alaminya, Pongamia pinnata toleran terhadap kisaran suhu yang luas. Pohon tua toleran terhadap suhu di atas 50°C. Kisaran tempat tumbuhnya pada ketinggian antara 0—1200 m. Cukup toleran terhadap naungan, setidaknya ketika muda. Curah hujan tahunan yang dibutuhkan adalah 500—2500 mm, dengan musim kering 2—6 bulan. Tumbuh alami di hutan dataran rendah pada tanah berkapur dan batu karang di pantai, sepanjang tepi hutan bakau dan sepanjang aliran dan sungai pasang surut. Pertumbuhan yang paling bagus dijumpai pada tanah liat berpasir, tetapi akan tumbuh juga pada tanah berpasir dan tanah liat yang bergumpal-gumpal. Sangat toleran pada kondisi masin dan alkalinitas.

Perbanyakan Secara alami perbanyakan dilakukan melalui biji.

Manfaat tumbuhan

Pongamia pinnata berperan dalam menyediakan dua sumber energi: kayunya sebagai bahan bakar dalam memasak, sedangkan minyak yang berasal dari bijinya dimanfaatkan untuk penerangan. Oleh sebab itu minyaknya dapat juga merupakan bahan baku energi altenatif yang masih perlu diteliti lebih lanjut. Kayunya juga menyediakan timber untuk lemari dan kereta beroda dan pulp kertas. Minyaknya digunakan sebagai pelumas, dimanfaatkan dalam industri penyamakan kulit tradisional di India, dan dalam pembuatan sabun, pernis dan cat. Pongamia pinnata digunakan dalam reforestasi tanah kurang subur, sistem akarnya yang ekstensif berguna dalam menahan erosi. Di Sri Lanka ditanam sebagai penahan angin. Daun, bunga dan bijinya dimanfaatkan sebagai pupuk hijau, daun dan bijinya juga sebagai pakan ternak. Bunganya merupakan sumber serbuk sari dan nektar yang baik untuk madu hitam/coklat. Pepagan bisa untuk tali. Ekstrak daun, pepagan dan biji merupakan antiseptik melawan penyakit kulit dan rematik. Biji yang telah dimemarkan dan dipanggang dulu digunakan sebagai racun ikan. Di pedalaman, daun-daun kering disimpan pada lumbung padi atau biji-bijian yang untuk mengusir serangga. Pongamia pinnata juga dimanfaatkan oleh serangga lak dan kayu cendana yang hemi-parasit Santalum album L sebagai tumbuhan inangnya. Kadang-kadang juga ditanam sebagai tanaman hias karena bunganya yang indah. Akan tetapi, jumlah bunga, daun dan polongnya yang banyak yang gugur secara rutin sehingga membuatnya kurang menarik untuk tanaman hias. Pongamia pinnata akan tetap diperlukan sebagai pohon reforestasi dan kayu bakar karena kemampuan adaptasinya terhadap tanah-tanah kurang subur dan masin, berbagai produknya yang bermanfaat, dan mudah ditanam. Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk mengembangkan potensinya sebagai insektisida dan obat.

Sinonim Pongamia glabra Ventenat , Millettia novo-guineensis Kanehira &

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 40

Page 41: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Hatusima , Derris indica (Lamk) J.J. Bennett .Sumber Prosea 11: Auxiliary plants p.209-211 (author(s): Oyen, L.P.A.)Kategori Biodiesel

22. Ricinus communis Linn. (Jarak Kaliki)

Gambar 4.22. Tanaman Jarak Kaliki (Ricinus communis Linn.)

Spesies Ricinus communis Linn.Nama Inggris castorNama Indonesia jarak

Deskripsi

Tumbuhan ini berupa pohon kecil yang tingginya 1 - 5 m. Daun lwarna hijau sampai coklat merah. Perbungaan di ujung batang dan di dekat daun terdapat 1 - 7 bunga. Buah kecil ± 3 cm panjangnya, warna hitam yang sudah tua/masak, di dalamnya terdapat 1 - 3 biji yang ukurannya ± 15 mm. Kulit biji licin, warna putih seperti perak dan bergaris-garis hitam.

Distribusi/Penyebaran Terdapat di seluruh Indonesia, terutama di Jawa karena mutu bijinya bagus.Habitat Tumbuh pada dataran rendah sampai ± 500 m dpl.

Perbanyakan Sudah banyak dibudidayakan dalam skala besar di Jawa dan Lampung. Biji mengandung minyak jarak yang mempunyai nilai ekonomi.

Manfaat tumbuhan Warna hijau tua kain kembang Solo diperoleh dari campuran buah jarak, kunyit dan jeruk. Buah jarak kuning, tom/tarum dan cuka akan memperoleh

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 41

Page 42: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

warna hijau daerah Madiun. Minyak yang berasal dari biji sedang diteliti untuk digunakan sebagai biofuel

Sumber Prosea 14: Vegetable oils and fats p.115-120 (author(s): Seegeler, CJP ; Oyen, LPA)Kategori Biodiesel

23. Saccharum officinarum L. (Tebu )

www.kehati.or.id/florakita www.plantamor.com

Gambar 4.23. Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.)

Spesies Saccharum officinarum L.Nama Inggris SugarcaneNama Indonesia Tebu

Deskripsi

Rumput bertahunan, besar, tinggi. Sistem perakaran besar, menjalar. Batang kokoh, dan terbagi ke dalam ruas-ruas; ruas beragam panjangnya, menggembung, menggelendong, merunjung, merunjung sungsang atau menyilindris. Daun muncul pada buku, pelepah menabung, melingkari batang; pada setiap kultivar ligulanya berbeda ada yang memita, mendelta, membulan sabit atau membusur; helaian memita, menggulung pada kondisi kelembaban kritis. Perbungaan malai di ujung, dua buliran keluar pada setiap buku dari cabang terakhir, satu duduk dan satu bergagang; buliran terdiri dari dua sekam berbentuk perahu, dikelilingi oleh rambut halus dan dua buah bunga; bunga terbawah steril dengan sekam tunggal. Buah biji kecil.

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 42

Page 43: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Distribusi/Penyebaran

Tebu berasal dari Nugini dan telah dikenal sejak sekitar 6000 SM. Pada sekitar tahun 1000 SM tebu tersebar secara berangsur-angsur sampai kepulauan Melayu. Sekarang tebu telah diproduksi di hampir 70 negara, terutama di daerah tropis, namun sampai kondisi tertentu, jenis ini juga tumbuh di daerah subtropis. Negara di Asia Tenggara yang menghasilkan tebu adalah Thailand, Filipina, Indonesia, Malaysia dan Papua Nugini.

Habitat

Temperatur optimum untuk perkecambahan tebu adalah 26-33°C dan 30-33°C untuk pertumbuhan vegetatif. Selama pertumbuhan menjadi dewasa, temperatur malam yang relatif rendah ( di bawah 18°C) berguna untuk pembentukan kandungan sukrosa yang tinggi. Tebu tumbuh dengan subur di bawah cahaya matahari yang penuh di mana daun-daunnya terpenuhi pada sekitar 10-750 lux dan titik balik kira-kira 430 lux. Secara kuantitatif tebu merupakan tanaman berhari pendek; periode siang hari 12—14 jam adalah jumlah maksimum untuk pertumbuhan dan perbungaan. Rata-rata curah hujan yang diperlukan sekitar 1800—2500 mm/tahun. Jika curah hujan tidak cukup, harus diberi aliran irigasi. Pertumbuhan vegetatif harus didukung oleh hujan yang tinggi dan merata; selama pematangan, tebu memerlukan suatu musim kering untuk mengurangi proses pertumbuhan dan akan menyebabkan akumulasi gula. Kelembaban udara kurang penting untuk perkembangan tebu. Di dataran tinggi pertumbuhan tebu agak terganggu karena temperatur yang rendah, terutama saat malam akan memperlambat pertumbuhan dan perkembangannya walaupun tumbuhan tersebut akan meningkatkan kandungan gulanya. Di Asia Tenggara, batas maksimum ketinggian untuk pertumbuhan normal adalah 600—700 m di atas permukaan laut. Pada Ketinggian yang lebih tinggi siklus pertumbuhan akan lebih panjang dari 14—18 bulan.; Tebu dapat tumbuh dengan baik pada beragam jenis tanah, tetapi dalam kondisi tanah gembur dan berdrainasi baik dengan pH 5—8, kandungan nutrisi dan senyawa organik banyak dan kemampuan menahan kapasitas air baik. Beberapa kultivar tebu dapat tumbuh pada tanah yang berkadar garam relatif tinggi dan tergenang dalam waktu yang lama, terutama dalam air mengalir. Sebagai tanaman vegetatif, tebu memerlukan sejumlah besar nitrogen, kalium, kalsium dan silika. Unsur-unsur dasar tersebut berperanan penting dalam perkembangan tebu. Ketidaktersediaan senyawa-senyawa ini dapat menyebabkan pertumbuhan tidak sempurna.

Perbanyakan Jenis ini dapat diperbanyak secara vegetatif dengan potongan-potongan batang dewasa. Masing-masing potongan pada umumnya mempunyai 2—3 tunas. Potongan ditanam secara horisontal dan ditutup dengan suatu lapisan tipis tanah. Ada tiga macam dari benih pertumbuhan, yaitu potongan pucuk, potongan batang dan ` rayungan`. Potongan puncuk adalah benih yang diambil dari bagian atas tangkai tebu yang baru dipanen. Potongan batang merupakan benih yang diambil dari tumbuhan dalam pembibitan khusus pada usia sekitar 6—8 bulan. Tangkai tebu yang utuh

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 43

Page 44: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

dapat juga ditanam; ` Rayungan` diperoleh dengan pemindahan daun-daun dan ujung pucuk dari benih di lahan, kemudian tunas baru dibiarkan tumbuh. Ketika tunas baru sudah mencapai panjang tertentu, tebu dipotong-potong kemudian ditanam. Benih sejati (bulir) tebu hanya digunakan untuk menghasilkan kultivar baru. Pengairan pada umumnya diterapkan sebelum atau segera setelah penanaman. Lahan pembibitan 1 ha diperlukan untuk menanam 8—10 ha tebu. Tebu biasanya ditanam dalam skala kebun, namun apabila daerah tersebut memiliki tanah yang gembur dan pengairan yang cukup. Tebu dapat ditumpangsari dengan jagung, kacang tanah, atau kedelai. Waktu penanaman yang baik diawal musim kering untuk lahan beririgasi dan pada permulaan musim hujan untuk lahan tak beririgasi.

Manfaat tumbuhan

Tebu ditanam untuk diambil batangnya. Produk utama dari tebu adalah sukrosa yang terkandung sekitar 10% dari tanaman tersebut. Sukrosa merupakan bahan pemanis dan bernilai tinggi, juga dapat digunakan sebagai bahan pengawet untuk makanan lain. Tebu merupakan bahan dasar untuk berbagai produk makanan dan hidangan. Serat sisa dan ampas tebu, kebanyakan digunakan sebagai bahan bakar untuk menghasilkan energi yang diperlukan untuk pembuatan gula. Selain itu, dapat juga digunakan sebagai bahan baku untuk serat dan partikel untuk papan, plastik, kertas dan furfural. Untuk keperluan tersebut, serat dipisahkan dari empulurnya, dan empulurnya sisanya dapat digunakan sebagai makanan ternak. Kerak sisa saringan, terdiri dari sari yang tidak murni dan zat kapur (CaO). Tetes tebu (molases) merupakan sisa hasil pemisahan dari kristal gula, digunakan sebagai makanan; bila diubah jadi suatu unsur yang berprotein, tetes tebu dapat digunakan sebagai pupuk atau untuk pembuatan ragi , CO2 dan berbagai asam seperti asam amino esensial misalnya L(-)Lysine untuk makanan ternak, tetapi kebanyakan diproses ke dalam industri alkohol dan dapat diminum. Penelitian terakhir diarahkan untuk produksi langsung ethylene tanpa membutuhkan penyulingan dan kristalisasi, sebagai upaya untuk mencari sumber energi alternatif.

Sinonim -Sumber Prosea -Kategori Bioetanol

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 44

Page 45: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

24. Schleichera oleosa Merr. (Kosambi)

www.kehati.or.id/florakita

Gambar 4.24. Tanaman Kosambi (Schleichera oleosa Merr.)

Spesies Schleichera oleosa Merr.Nama Inggris Macassar oil tree, gum-lac tree, Ceylon oakNama Indonesia Kosambi

Deskripsi

Pohon hingga 40 m tingginya, dengan diameter hingga 2 m, kadang-kadang agak berbanir. Pepagannya licin, abu-abu. Daunnya bersirip genap, anak daun terakhir seringkali seperti ujung anak daun. Perbungaan terletak pada bagian cabang yang tidak berdaun, kadang-kadang terletak diketiak daun, bunganya tunggal, warna kuning pucat hingga hijau pucat. Buah bulat telur atau menjorong, terdiri atas 1 - 2 biji, warna kuning.

Distribusi/Penyebaran

Schleichera oleosa tumbuh terebar di kaki Pegunungan Himalaya hingga Sri Lanka dan Indo Cina. Ada kemungkinan jenis ini diintroduksikan ke Indonesia dan akhirnya menjadi meliar di Jawa, Bali dan Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku, Seram dan Kep. Kei. Secara umum kosambi telah ditanam di daerah tropik termasuk India.

Habitat Kosambi memerlukan curah hujan 750—2500 mm per tahun dan musim kering. Selain itu juga kosambi toleransi pada temperatur 35—47.5°C. Di Jawa, jenis ini tumbuh di dataran rendah tetapi dapat juga ditemukan pada ketinggian 900(—1200) m. Kosambi tumbuh di daerah yang kering, hutan campuran dan di savana hanya terdapat beberapa pohon. Di Jawa, kosambi tumbuh di hutan jati, tumbuh di daerah yang kering hanya kadang terdapat juga di daerah berrawa. Kosambi tahan terhadap api dan kecambahnya

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 45

Page 46: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

perlu matahari.

Perbanyakan

Budidaya kosambi umumnya dilakukan melalui biji dan sek akar. Biji dapat disimpan hingga 1 tahun bila disimpan dalam tempat tertutup. Pembudidayaan dilakukan dengan cara menebarkan langsung ke tanah yang sudah diolah. Stek dilakukan dengan memotong akar dan menanamnya di pembibitan hingga 1 tahun sehingga diameter mencapai 1 cm. Penanaman di lapangan dilakukan dengan mempersiapkan lubang sedalam 30 cm. Perawatan masih diperlukan dengan cara mencabuti rumputnya.

Manfaat tumbuhan

Kosambi mempunyai banyak kegunaan. Kayunya cocok dipakai untuk kayu bakar dan membuat arang, bagian tengah kayunya sangat keras sehingga bagus untuk membuat alat. Minyak yang diambil dari bijinya yang disebut "minyak kusum" merupakan minyak makasar yang baik digunakan dalam perawatan rambut, minyaknya juga digunakan untuk minyak makan dan lampu. Selain itu juga dipakai dalam pengobatan untuk menghilangkan gatal, jerawat dan penyakit kulit lainnya. Di Madura dan di Jawa, minyaknya juga digunakan dalam industri batik. Pepagannya dipakai juga untuk mewarnai batik.

SinonimPistacia oleosa Lour., Schleichera trijuga Willd., Cussambium oleosum O. Kuntze.

Sumber Prosea 11: Auxiliary plants p.227-229 (author(s): Iwasa, S.)Kategori Biodiesel

25. Sesamum orientale Linn. (Wijen)

www.kehati.or.id/florakita http://img.photobucket.com/albums/v691/FredaAshton/plant6arightwayup.jpg

Gambar 4.25. Tanaman Wijen (Sesamum orientale Linn.)Spesies Sesamum orientale Linn.

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 46

Page 47: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Nama Inggris Sesame, gingelly, benniseedNama Indonesia wijen

Deskripsi

Herba tegak, mempunyai aroma menyengat, bercabang, tinggi hingga 2 m. Sistem perakaran berkembang baik dengan akar tunggang melancip. Batang menyegi empat dengan cabang pada setiap ujungya, diameternya 1 cm, berwarna hijau pucat mengkilap, berbulu halus tersebar, gundul tetapi ada kelenjar yang tersebar dimana-mana, kelenjar terdiri atas 4 cel kelenjar dan salah satu di antaranya berubah menjadi putih ketika kering. Daun sangat bervariasi, bagian bawah berhadapan berseling, bagian atas agak berhadapan, bagian di atas tersusun sprila dalam 4 deret, semua daun berbulu lebat pada urat taun dan pinggir daun. Bunga tunggal atau 2 atau lebih pada ketiak daun, bunga yang tumbuh lebih awal, umumnya lebih besar, warna kecoklatan sampai hijau tua kebiruan. Buah kapsul, banyak biji, ketika masak keabu-abuan coklat. Biji pipih, bundar telur, wana kuning putih, coklat atau kehitaman, seringkali dengan garis kehitaman.

Distribusi/Penyebaran

Wijen sejak lama digunakan minyaknya, dan telah didomestikasi sejak lama. Telah dipertimbangkan bahwa asal usulnya dari Afrika, mungkin di Ethiopia, walaupun juga ada bukti bahwa asalnya dari Indian. Sejak awal 2100 - 2000 Sebelum Masehi merupakan tanaman penting di Mesopotamia, yang menjadi pusat persebaran domestikasi tanaman ini. Pada perjalanan Marco Polo, dia mencatat minyak wijen yang baik di Afganistan dan suplai besar di Sri Lanka. India mungkin mendapatkan wijend dari Malaysia dan Indonesia sebelum 1500 Sebelum Masehi. Wijen merupakan minyak yang dipakai sebagai minyak makan. Wijen ditanam tersebar di Burma dan juga ditanam di mana-mana di Asia Tenggara, terutama Thailand dan Indonesia.

Habitat Wijen merupakan tanaman daerah tropik dan subtropik, tetapi kultivar baru telah melebar di daerah dingin. Wijen tumbuh pada ketinggian di bawah 1250 m. Wijen juga membutuhkan hari pendek, tetapi banyak kultivar telah beradaptasi terhadap bermacam-macam periode cahaya. Dengan 10 jam, wijen akan berbunga 42—45 hari sebelum ditebarkan. Temperatur dan kelembaban merupakan faktor utama pada jumlah hari untuk berbunga. Cahaya pendek dapat menyebabkan bertambahnya kapsul per tanaman pada awal dan medium. Temperatur yang tinggi diperlukan untuk pertumbuhan dan produksi. Temperatur sekitar 30°C menyebabkan mempercepat perkecambahan , pertumbuhan dan terbentuknya bunga, tetapi sampai pada temperatur 40°C akan ditoleransi oleh kultivar tertentu. Temperatur di bawah 20°C secara normal memperlambat perkecambahan dan pertumbuhan biji, dan dibawah 10°C menghambat keduanya. Wijen tahan terhadap kekeringan. Wijen akan menghasilkan produksi bagus pada curah hujan 500—650 mm. Idealnya, 35% hujan akan jatuh selama perkecambahan sampai kuncup pertama terbentuk, 45% sampai bunga utama dan 20% pada pembentukan biji. Banyaknya curah hujan pada waktu pembungaan dapat menyebabkan turunnya hasil. Kecambah tahan

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 47

Page 48: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

terhadap genangan. Hujan dapat menyebabkan polong pertama untuk masak. Wijen menyukai tanah subur berdrainase baik, tetapi sangat sensitif pada tanah asin, tahan terhadap angin keras, dan tidak tahan pada tanah asam.

Perbanyakan

Persiapan tanah untuk penanaman biji kecil seperti gandum juga cocok untuk wijen. Tahap tanah sangat penting untuk meyakinkan bahwa kedalaman tanam dengan drainase baik dan intensitas cahaya untuk penanaman wijen. Sebelum ditanam, tanah harus dibalikkan untuk membunuh gulma sejak kecambah wijen mempunyai pertumbuhan yang lambat. Kontrol gulma waktu tanaman masih kecil sangat sulit dan pembibitan sebaiknya bebas dari gulma. Kedalaman menanam biasanya 2 - 5 cm, tetapi dapat jadi 10 cm di tanah yang gembur. Tanah harus tidak padat setelah ditebarkan. Bahkan kedalaman tanam sangat penting sehingga tanaman mudah timbul dan tumbuh. Kerapatan tanaman tergantung dari lingkungan, rata-rata biji 2 - 10 kg per ha. Populasi tanaman secara langsung berpengaruh pada jumlah kapsul per tanaman, dan populasi yang tinggi atau tertutup dalam deretan cenderung untuk mereduksi jumlah kapsul dan jumlah biji per kapsul. Hasil maksimum diperoleh dari tanaman yang ditanam dengan jarak 90 x 90 cm, sementara itu jarak 50 - 100 cm direkomendasikan.

Manfaat tumbuhan

Biji wijen, tepung dan minyak digunakan dalam berbagai produk yang umumnya dapat dimakan. Minyak wijen murni dan kasar diambil dari biji dapat digunakan langsung sebagai minyak sayur dan yang baik digunakan sebagai minyak salad. Minyak sangat penting dalam produksi farmasi, kosmetik, sabun dan parfum. Di India minyak wijen juga digunakan untuk sebagai pelembab kulit. Semua biji mungkin dimakan mentah, di panggang dan dikeringkan. Wijen sering ditumbuk menjadi 'tahini'. Wijen digunakan untuk berbagai permen dan roti dan pastri. Komponen kecil sesamin dan Sesamolin merupakan pyrethrin yang merupakan insektisida alami. Minyak wijen berpotensi dapat digunakan sebagai bahan baku biofuel karena itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.

Sinonim Sesamum indicumL. , Sesamum luteum Retz.Sesamum oleiferum Moench .Sumber Prosea 14: Vegetable oils and fats p.123-128 (author(s): Weiss, E.A. & Cruz, Q.D. de

la)Kategori PPO

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 48

Page 49: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

26. Sorghum bicolor (L.) Moench (Sorgum Manis)

Gambar 4.26. Tanaman Sorghum Manis (Sorghum bicolor (L.) Moench)

Spesies Sorghum bicolor (L.) MoenchNama Inggris SorghumNama Indonesia Sorghum manis

Deskripsi

Merupakan tanaman musiman, tumbuh dengan banyak variabilitas di dalam karakteristisk pertumbuhannnya; tangkai yang padat atau kadang-kadang terdapat ruang didalamnya, tinggi 0,6 – 5 m, tergantung varietas dan kondisi pertumbuhannya, diameter batang berkisar antara 5- 30 mm, batangnya mengandung nira pada tingkat kematangan tertentu. Daunnya memanjang dan kasar; bentuknya mirip dengan daun jagung namun lebih pendek dan lebih lebar; helai daun dilapisi oleh lilin, pelepah melingkari tangkai dan saling beroverlap; malai tegak, kadang-kadang melengkung, butiran biji sorgum tersusun rapat; pada ujung tangkai; bertunas pada masing-masing tangkai pohon dimana dari tangkai kemudi tumbuh malai; bulir berwarna putih, kuning, merah, atau warna coklat; malai berisi sekitar 6,000 bulir.

Distribusi/Penyebaran

Pusat penyebaran penanaman tanaman sorghum adalah di Afrika, telah ditanam di Etiopia sejak 5.000 tahun yang lalu; banyak pula di tanam di India dan China, kemudian tersebar secara luas ke daerah tropis, subtropis dan daerah dengan suhu hangat di seluruh dunia. Di Indonesia, daerah penghasil sorghum rata-rata semuanya tersebar di Pulau Jawa yang meliputi Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah dan DIY (Yogyakarta).

Habitat Jenis ini tumbuh di daerah dingin sampai daerah tropik. Temperatur optimum rata-rata antara 7,8°C sampai 27,8°C dengan kadar tanah pH 4,3 – 8,7. Jenis ini membutuhkan rata-rata curah hujan tahunan 25-125 cm. Saat panen memerlukan pereode kering.Jenis ini tumbuh pada type tanah

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 49

Page 50: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

bervariasi, namun subur, lebih menyukai tanah lempung berpasir dnegan drainase baik dengan pH 5,7. Tidak toleran terhadap tanah tergenang. Di Asia Tenggara jenis ini tumbuh di daerah agak kering sampai agak basah.

Perbanyakan

Jenis ini diperbanyak dengan biji. Semai akan tumbuh dan siap dipindahkan setelah umur 3-4 minggu, jika tempat persemaiannya diairi teratur. Keadaan tersebut biasanya akan menghasilkan tanaman yang lebih baik jika dibandingkan dengan penanaman secara langsung dari biji, walaupun memerlukan tenaga lebih intensive.Penanaman atau penebaran benih dilakukan pada kedalaman 1,5-5 cm dengan jarak antar antar tanaman 75-100 cm. Rata-rata per ha menghasilkan biji sebesar 25-35 kg, tergantung pada metode penanamannya. Seringkali ditanam tumpangsari dengan jenis lainnya seperti jagung dan kacang-kacangan.

Manfaat tumbuhan

Jenis ini dimanfaatkan sebagai sumber pangan, penghasil tepung, bahkan sebagai pakan ternak. Untuk makanan, bulirannya dibuat tepung untuk membuat kue. Di beberapa daerah di Afrika bagian timur dan India, jenis ini merupakan makanan pokok tradisional. dan di banyak lokasi jenis ini merupakan sumber pangan penting pada saat paceklik/ kekurangan pangan terjadi. Tepungnya kadang-kadang dicampur dengan tepung dari jenis lainnya (singkong, ubi jalar) dibumbui, dimakan dengan daging, kacang-kacangan atau sayuran. Lebih disukai digunakan dalam bentuk tepung. Bir yang dibuat dalam skala industri atau rumahan, dibuat dengan mengecambahkan bulirannya, dikeringkan, ditumbuk, dicampur dengan ragi. Minuman alkohol lainnya dapat dibuat dengan cara menyuling air hasil fermentasi tersebut. Seluruh komponen biomassanya seperti biji, batang dan daun bisa digunakan sebagai bahan baku bioetanol selain untuk pangan dan pakan. Dari bijinya menghasilkan tepung pati berprotein tinggi 3,6 ton per hektar dan 1.800 liter bioetanol, batangnya menghasilkan nira 2.300 liter bioetanol per hektar dan bagasenya 3.880 liter bioetanol per hektar.

Sinonim -Sumber Prosea -Kategori Bioetanol

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 50

Page 51: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

27. Sterculia foetida Linn. (Kepoh)

Image:Sterculia-foetida-feuillage.jpg

Gambar 4.27. Tanaman Kepoh (Sterculia foetida Linn.)

Spesies Sterculia foetida Linn.Nama Inggris Wild almondNama Indonesia kepoh, kelumpang

Deskripsi

Pohon yang tumbuh cepat dengan tinggi ± 35 m. Batang besar dengan diameter ± 120 cm. Batang/kayunya berwarna putih keruh, ringan, permukaan batang kasar. Bentuk daun berbagi menjari, bundar telur sampai lanset dan meruncing ke ujung. Bunga terdapat di ujung batang/ranting, pada awalnya bunga berwarna kuning keabuan kemudian menjadi merah. Buah mempunyai kulit yang tebal dan keras, warna merah hitam. Setiap buah mempunyai 10 - 17 biji.

Distribusi/Penyebaran

Tersebar dari Afrika Timur, India, Sri Lanka,Burma, Indo China, Thailand hingga ke Indonesia, namun tidak pernah dilaporkan dari Sarawak dan Papua Niugini. Di Indonesia hanya terdapat di Jawa Tengah, Jawa Timur, Madura dan di pulau-pulau karang di laut Jawa.

Habitat Tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian ± 500 m dpl.

Perbanyakan Belum pernah dijumpai budidaya jangkang di Indonesia. Umumnya ditanam beberapa pohon saja di pojok pekarangan atau di pagar kebun.

Manfaat tumbuhan Abu kulit buah dan buah jangkang dan kembang pulu memberikan warna merah Jawa Tengah. Buah jangkang, jeruk, kunyit dan kembang pulu menghasilkan warna jingga Jawa Tengah. Di Jawa biji jangkang dipakai

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 51

Page 52: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

sebagai bahan jamu. Kayunya digunakan untuk membuat konstruksi sementara, dan kegunaan yang sama. Biji buahnya dimakan sebagai kacang, dan sebagai sumber minyak yang digunakan untuk lampu dan cat. Pohonnya ditanam untuk peneduh dan kadang digunakan segunakan bersama sirih.

Sinonim Sterculia polyphylla R.Br. Sumber Prosea 5(2): Timber trees:Minor Commercial timbers p.429-430 (author(s):

Lemmens, RHMJ ; Alonzo, DS ; Sudo, S)Kategori Biodiesel

28. Ximenia americana Linn. (Bidara Laut)

http://herba.msu.ru/shipunov/else/images/ http://www.plantatlas.usf.edu/plantimage/image0013.png Ximenia_americana4.jpg

Gambar 4.28. Tanaman Bidara Laut (Ximenia americana Linn.) Spesies Ximenia americana Linn.Nama Inggris Tallow-woodNama Indonesia Bidara laut

DeskripsiSemak yang percabangannya rendah meranggas. Buah pelok agak membulat sampai menjorong, kuning-oranye sampai merah tua.

Distribusi/Penyebaran Di seluruh daerah tropis dan subtropis termasuk Indonesia.

Habitat

Pada belukar sepanjang tepi laut, pada savana kering, pinggir hutan atau hutan hujan yang renggang, sering pada tanah berbatu atau berpasir. Jenis ini merupakan parasit akar fakultatif. Biji disebarkan oleh burung dan arus laut.

Perbanyakan Perbanyakan secara alami dilakukan dengan biji yang disebarkan juga oleh burung.

Manfaat tumbuhan Pulp asam yang berasal dari buah dapat dimakan. Bijinya mengandung minyak yang dipakai memasak di India Selatan, oleh sebab itu ada kemungkinan tanaman in dapat dipakai sebagai bahan baku energi alternatif. Biji dapat dimakan tetapi bersifat pencahar. Daunnya dipakai bumbu rempah di Indonesia. Pepagannya mengandung tannin. Kayunya

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 52

Page 53: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

keras dan harum dan dipakai sebagai pengganti kayu cendana.Sumber Prosea 2: Edible fruits and nuts p.366 (author(s): Verheij, E.W.M. and Coronel, R.E.)Kategori Biodiesel, PPO

29. Zea mays Linn. (Jagung)

Gambar 4.29. Tanaman Jagung (Zea mays L.)

Spesies Zea mays Linn.Nama Inggris Maize, Indian corn, Corn Nama Indonesia jagung

Deskripsi

Rumput berumah satu, tegak, dengan sistem perakaran terdiri dari akar serabut. Batang biasanya tunggal. Daun tumbuh berseling pada sisi yang berlainan pada buku, dengan helaian daun yang bertumpang tindih, aurikel diatas; helaian daun memita-memanjang. Perbungaan jantan dan betina terpisah pada satu tumbuhan yang sama; bunga jantan merupakan malai terminal. Perbuahan yang masak dalam bentuk tongkol. Bijinya biasanya lonjong, warna bervariasi dari putih hingga kuning, merah atau keunguan hingga hitam.

Distribusi/Penyebaran

Jagung pertama kali ditanam oleh suku Indian pada 7000 tahun yang lalu dan diperkirakan berasal dari Meksiko dan Amerika Tengah. Pada abad 16 jagung diperkenalkan ke Asia Tenggara oleh bangsa Portugis. Kini jagung masih merupakan salah satu hasil panen yang terpenting dan secara geografis jagung merupakan salahsatu tanaman biji-bijian yang ditanam terbanyak.

Habitat Pada dasarnya jagung merupakan tanaman daerah beriklim hangat dengan kelembaban mencukupi. Panen terbesar adalah di daerah tropis dan subtropis. Jagung kurang cocok ditanam pada iklim agak kering atau di ekuator. Pertumbuhan terbaik jagung yaitu tumbuh di daerah dengan suhu khusus antara 21—30°C pada saat perbungaan jantan. Suhu minimum untuk perkecambahan adalah 10°C. Tanaman ini memerlukan temperatur harian rata-rata sekurang-kurangnya 20°C untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Waktu perbungaan dipengaruhi oleh fotoperiode dan suhu. Jagung di pertimbangkan menjadi tanaman hari pendek. Tanaman ini pada umumnya tumbuh di daerah antara 50°LU hingga 40°LS dan pada

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 53

Page 54: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

ketinggian hingga 3000 m di daerah equator. Di daerah tropis, pertumbuhan terbaik dengan curah hujan 600—900 mm pada saat musim pertumbuhan. Jagung dapat tumbuh pada beragam jenis tanah, yang memiliki drainasi baik, peredaran udara baik, di dalam tanah memiliki senyawa organik yang cukup dan aliran nutrisi yang cukup. Jagung dapat ditanam pada tanah ber pH antara 5—8, tapi optimal pada 5.5—7.

Perbanyakan

Budidaya jagung umumnya dilakukan dengan biji. Sebaiknya jagung disemaikan pada awal musim ketika tanah dan temperatur sudah cocok. Jarak tanam bervariasi dari 60 - 100 cm, kerapatan tanam tergantung dari kondisi tanah, curah hujan, kultivar dan sistem penanamannya. Kerapatan tanaman bervariasi dari 20 000—80 000 tanaman/ha. Biji rata-rata yang ditebarkan 10—25 kg/ha. Kedalaman penanaman biasanya 3—6 cm, tergantung pada keadaan tanah dan temperatur. Penanaman jagung di Asia tengara biasanya dilakukan dengan 3 cara: 1. penanaman jagung di pegunungan yang rutin, 2. Dengan sistem sawah dan 3. dengan sistem ladang. Rotasi tanaman untuk jagung adalah kedelai, kacang tanah, ubi jalar, ketelah, sayuran, tembakau dan kapas.

Manfaat tumbuhan

Biji jagung biasa digunakan untuk tiga tujuan utama:sebagai bahan makanan pokok terutama di daerah tropis, makanan untuk ternak hewan dan unggas, terutama di negara-negara industri di daerah temperate, menyediakan lebih dari 2/3 dari total perdagangan biji-bijian untuk pakan ternak dan sebagai bahan baku untuk banyak hasil-hasil industri.; Hasil industri utama berupa tepung, minyak, sirup, cairan organik dan minuman alkohol. Sebagian besar hasil industri biasanya diperoleh dengan proses penggilingan basah dimana biji tersebut direndam, setelah kecambah dan kulit bijinya dipisahkan dari endosperma. Produk utamanya adalah tepung. Minyak diperoleh dari kecambah dibuat sabun atau gliserin, tapi dapat disuling untuk membuat minyak goreng atau minyak sayur. Ampas dari pembuatan tepung atau minyak dan kulit biji digunakan untuk makanan hewan. 100 kg jagung dengan kandungan air 16%, akan menghasilkan sekitar 64 kg tepung butiran dan 3 kg minyak; sisanya digunakan sebagai makanan ternak. Tepungnya dapat digunakan sebagai makanan manusia atau dibuat lem, tepung untuk mencuci dan produk-produk lain. Penggilingan kering menghasilkan jagung giling kasar (grit), yang terdiri dari endosperma yang digiling kasar dimana bagian kulit dan kecambahnya sudah dipisahkan.; Jagung juga memiliki sejumlah besar kegunaan lain. Tanaman dewasa digunakan untuk makanan hewan. Sisa tanaman seperti batangnya digunakan untuk bahan bakar atau kompos. Kulit dalam dari jagung (ear) dan serat pada batang telah digunakan untuk membuat kertas. Jagung muda dapat dimakan sebagai sayuran (baby corn, direbus atau dibakar).

Sumber Prosea 10: Cereals p.143 - 149 (author(s): Koopmans, A., Have, H. ten & Subandi)Kategori Biodiesel, Bioetanol

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 54

Page 55: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Tanaman Penghasil Bahan-Bahan Lignoselulosa untuk menghasilkan bioetanol

Sumber selulosa dan lignoselulosa berasal dari limbah pertanian dan kayu. Akan tetapi, hasil etanol dari lignoselulosa sedikit, yaitu 409 liter etanol yang diproduksi dari 1 ton lignoselulosa. Namun bioetanol masa depan akan berasal dari limbah pertanian. Hal tersebut diprediksi karena meningkatnya kebutuhan dunia akan bioetanol sebagai bahan bakar yang telah memicu terjadinya krisis pangan, karena umumnya bahan baku bioetanol yang diproduksi adalah bahan pangan juga. Untuk menyikapi permasalahan tersebut, penggunaan bahan berlignoselulosa akan menjadi pilihan. Ha¨gerdal et al. (2006) menyatakan bahwa keuntungan bioetanol berbahan dasar lignoselulosa adalah:

Secara geografis lebih mudah didistribusikan dibandingkan bahan bakar fosil; juga sumber energi akan lebih luas secara domestik dan menjamin ketersediaannya.

Bahan baku lignoselulosa memperkecil konflik antara penggunaan lahan untuk pangan dan pakan dengan energi.

Bahan baku lignoselulosa lebih murah dibandingkan bahan baku pertanian yang konvensional dan dapat diproduksi dengan masukan pupuk, pestisida, dan energi yang lebih rendah.

Bioenergi dari lignoselulosa menghasilkan efek rumah kaca yang lebih rendah, mengurangi dampak lingkungan, terutama sekali perubahan iklim.

Penelitian mengenai produksi bioetanol dari bahan berlignoselulosa sudah dilakukan sejak tahun 1993 khususnya berasal dari limbah pertanian. Baru kemudian tahun 1996 perhatian peneliti berpindah ke kayu dan kertas bekas. Tabel 5 menunjukkan beberapa hasil penelitian mengenai komposisi kimia bahan berlignoselulosa, mulai dari pemanfaatan limbah pertanian, kehutanan hingga kertas bekas serta rendemen etanol yang dihasilkan dari bahan baku yang berbeda.

Tabel 4.5. Komposisi Kimia Berbagai Jenis Bahan BerlignoselulosaBahan baku Selulosa

/hexosans (H)Hemiselulosa/

Pentosan PLignin Rendemen

etanolBagase tebu 33 (H) 30 (P) 29 0.279Jerami gandum 30 (H) 24 (P) 18 0.239Jerami sorghum 33 (H) 18 (P) 15 0.240Jerami padi 32 (H) 24 (P) 13 0.1248Jerami oat 41 (H) 16 (P) 11 0.252Tongkol jagung 42 (H) 39 (P) 14 0.358Batang jagung 35 (H) 15 (P) 19 0.221Jerami Barley 40 (H) 20 (P) 15 0.265Cangkang kacang tanah 38 (H) 36 (P) 16 0.327

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 55

Page 56: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Batang alfalfa 48.5 6.5 16.6 0.209Sekam padi 36 (H) 15 (P) 19 0.265Eucalyptus grandis 38 13 37 0.225Eucalyptus saligna 45 12.0 25.0 0.252Pinus 44 26 29 0.310Poplar 47.6 27.4 19.2 0.332Serbuk gergaji 55.0. 14.0 21.0 0.305Pohon willow 37.0 23.0 21.0 0.265Pohon aspen 51 29.0 16.0 0.354Pohon spruce 43 26 29Pohon Birch 40 23 21 0.305Lantana camara 42.50 22.70 22.88 0.288Prosopis julifora 45.5 20.38 24.65 0.291Saccharum spontaneum 45.10 22.70 24.56 0.300Eicchornia crassipis 18.2 48.7 3.50 0.296Paja brava 32.2 28.1 24.0 0.267Kertas koran 61 16 21 0.341Processed paper 47 25 12 0.318Limbah padat basis kertas 43 13 6 0.248

Sumber : Chandel et al. (2007)

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 56

Page 57: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Kondisi Obyektif Daerah Surveikondisi obyektif pada masing-masing daerah survey yang terdiri dari 14 propinsi meliputi seluruh data yang dimungkinkan berkaitan dengan tujuan pemetaan potensi diversifikasi bahan baku BBN, yaitu kondisi geografis, kondisi demografis, pemetaan potensi pengembangan bahan baku BBN dan infrastruktur wilayah.

5.1. Propinsi Sumatera Utara5.1.1. Kondisi Geografisa. Luas Daerah

Luas daratan Propinsi Sumatera Utara adalah 71.680,68 km2, sebagian besar berada di daratan Pulau Sumatera, dan sebagian kecil berada di Pulau Nias, Pulau-pulau Batu serta beberapa pulau kecil, baik di bagian barat maupun bagian timur pantai Pulau Sumatera. Berdasarkan kondisi letak dan kondisi alam, Sumatera Utara dibagi dalam 3 kelompok wilayah yaitu Pantai Barat, Dataran Tinggi dan Pantai Timur.

b. Batas WilayahPropinsi Sumatera Utara berada di bagian barat Indonesia, terletak pada garis 1o– 4o Lintang Utara dan 98o – 100o Bujur Timur. Sebelah utara berbatasan dengan Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, sebelah Timur dengan negara Malaysia di Selat Malaka, sebelah Selatan berbatasan dengan Propinsi Riau dan Sumatera Barat dan di sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Hindia.

c. Iklim dan Curah HujanKarena terletak dekat garis khatulistiwa, Propinsi Sumatera Utara tergolong ke dalam daerah

beriklim tropis. Musim kemarau biasanya terjadi pada bulan Juni sampai dengan September dan musim penghujan biasanya terjadi pada bulan November sampai dengan bulan Maret, diantara kedua musim itu diselingi oleh musim pancaroba. Kelembaban udara di Propinsi Sumatera Utara berkisar antara 79% sampai dengan 89%., dengan curah hujan antara 1.962 mm sampai dengan 4.528 mm.

d. TopografisKetinggian permukaan daratan Propinsi Sumatera Utara sangat bervariasi, sebagian daerahnya

datar, hanya beberapa meter di atas permukaan laut, beriklim cukup panas bisa mencapai 34,2oC, sebagian daerah berbukit dengan kemiringan yang landai, beriklim sedang dan sebagian lagi berada pada daerah ketinggian yang suhu minimalnya bisa mencapai 13,4oC.

Tabel 5.1. Daftar Ketinggian Berbagai Wilayah di Sumatera Utara terhadap Permukaan Laut

Wilayah Ketinggian di Atas Permukaan Laut, m

Padang Sidempuan 260 - 1.100Medan 2,5 - 37,5Binjai 28Tebing Tinggi 26 - 34Pematang Siantar 400Tanjung Balai 0 - 3Sibolga 0 - 50

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 57

Page 58: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Serdang Bedagai 0 - 500Samosir 300 - 2.200Pakpak Barat 700 - 1.500Humbang Hasundutan 330 - 2.075Nias Selatan 0 - 800Langkat 0 - 1.200Deli Serdang 0 - 500Karo 140 - 1.400Dairi 700 - 1.250Simalungun 0 - 369Asahan 0 - 1.000Labuhan Batu 0 - 2.151Toba Samosir 300 - 2.200Tapanuli Utara 300 - 1.500Tapanuli Tengah 0 - 1.266Mandailing Natal 0 - 500

5.1.2. Kondisi Demografisa. Jumlah dan struktur penduduk

Sumatera Utara merupakan Propinsi keempat yang terbesar jumlah penduduknya di Indonesia setelah Jawa Timur, Jawa Barat dan Jawa Tengah. Dari hasil estimasi jumlah penduduk keadaan Juni 2007 diperkirakan sebesar 12.642.494 orang. Kepadatan penduduk Sumatera Utara tahun 2006 adalah 176 orang per kilometer persegi. Laju pertumbuhan penduduk Sumatera Utara 1,57% per tahun. Penduduk laki-laki di Sumatera Utara sedikit lebih banyak dari perempuan, yaitu memiliki nilai sex ratio penduduk sebesar 100,09. Penduduk lebih banyak tinggal di daerah pedesaan (54,89%) daripada daerah perkotaan (45,11%).

b. KetenagakerjaanTingkat partisipasi angkatan kerja di Sumatera Utara pada tahun 66,90%. Angkatan kerja di

Sumatera Utara sebagian besar masih berpendidikan SD ke bawah. Prosentase angkatan kerja golongan ini mencapai 37,89%, angkatan kerja yang berpendidikan setingkat SMTP dan SMTA masing-masing sekitar 23,80% dan 32,90%, sedangkan sisanya 5,4% berpendidikan di atas SMTA.

Jumlah penduduk Sumatera Utara yang merupakan angkatan kerja pada Agustus 2006 adalah 5,49 juta orang yang terdiri dari 4,86 juta orang terkatagori bekerja dan sebesar 632 ribu orang terkategori mencari kerja dan tidak bekerja (pengangguran terbuka). Penduduk yang bekerja ini sebagian besar bekerja pada sektor pertanian yaitu 49,64%. Sektor kedua terbesar dalam menyerap tenaga kerja di Sumatera Utara adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran (19,21%).

5.1.3. Pemetaan Potensi Pengembangan Bahan Baku BBNa. Pertaniana.1. Tanaman Pangan

Perkembangan luas panen dan produksi padi di Sumatera Utara selama periode 1998 – 2007 rata-rata mengalami penurunan sebesar minus 23% per tahun. Sedangkan tanaman palawija cukup potensial. Hasil tanaman ini menjadi salah satu andalan ekspor Sumatera Utara terutama ke Negara Singapura dan Malaysia. Produksi jagung di Sumatera Utara tahun 2007 adalah 735.456 ton dengan luas panen sebesar

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 58

Page 59: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

218.569 hektar. Kabupaten/kota yang menjadi andalan produsen jagung di Sumatera Utara adalah kabupaten Simalungun dan Karo.

Produksi ubi kayu dan ubi jalar pada tahun 2007 adalah 452.450 ton dan 102.712 ton. Sedangkan produksi palawija lainnya yaitu kacang tanah, kacang kedelai dan kacang hijau di Sumatera Utara pada tahun 2007 masing-masing 21.119 ton, 70.042 ton dan 6.537 ton. Kabupaten Simalungun, Taput dan Dairi merupakan penghasil kacang tanah terbesar di Sumatera Utara. Kabupaten penghasil kacang kedelai terbesar adalah Langkat, dan penghasil kacang hijau terbesar adalah Kabupaten Deli Serdang.

Tabel.5.2. Distribusi Produksi Padi dan Palawija (ton), Luas Areal Produksi (Ha) dan Rata-rata Produksi (Kw/Ha) yang Berpotensi sebagai Bahan Baku BBN di Tiap Kabupaten di Sumatera Utara Tahun 2007

Kabupaten/KotaPadi Jagung

Areal Produksi

Jumlah Produksi

Rata-rata Produksi

Areal Produksi

Jumlah Produksi

Rata-rata Produksi

Nias 20.424 73.627 36,05 34 110 32,46

Mandailing Natal 31.497 135.523 43,03 605 2.046 33,81

Tapanuli Selatan 71.838 316.387 44,04 2.955 9.972 33,75Tapanuli Tengah 30.157 122.889 40,75 1.265 4.239 33,51Tapanuli Utara 22.653 88.478 39,06 4.387 14.725 33,56Toba Samosir 21.621 91.928 42,52 2.620 8.858 33,81

Labuhan Batu 67.109 282.503 42,10 1.017 3.415 33,58

Asahan 42.619 183.921 43,15 6.310 21.650 33,84

Simalungun 84.696 367.793 43,43 59.604 204.196 34,26

Dairi 23.258 82.277 35,38 25.645 87.204 34,,00

Karo 18.783 65.704 34,98 50.182 17.101 34,08

Deli Serdang 72.464 331.228 45,71 19.027 65.015 34,17

Langkat 43.336 318.965 43,49 17.236 58.680 34,04

Nias Selatan 8.295 30.538 36,81 78 250 32,04

Humbang Hasundutan 14.993 61.731 41,17 257 870 33,81

Pakpak Barat 4.296 14.091 32,80 2.128 7.145 33,58

Samosir 6.232 27.152 42,94 798 33,67

Serdang Bedagai 72.828 335.233 46,03 5 17.046 33,81

Sibolga - - - 0 0 0.00

Tanjung Balai 65 272 41,81 24 81 33,67

Pematang Siantar 3.231 14.353 44,81 350 1.176 33,60

Tebing Tinggi 1.484 6.422 43,27 63 214 33,89

Medan 4.164 18.003 43,23 345 1.160 33,63

Binjai 3.935 16.889 42,92 590 1.991 33,74

Padangsidimpuan 4.954 21.729 43,86 145 487 33,57

Jumlah 705.023 3.007.636 42,66 200.146 682.042 34,08

Kabupaten/Kota Ubi Kayu Ubi Jalar

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 59

Page 60: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Areal Produksi

Jumlah Produksi

Rata-rata Produksi

Areal Produksi

Jumlah Produksi

Rata-rata Produksi

Nias 227 2.827 124,53 610 5.885 95,98

Mandailing Natal 238 2.988 125,54 117 1.123 95,99

Tapanuli Selatan 1.414 17.622 124,62 529 5.119 96,77

Tapanuli Tengah 999 12.500 125,12 301 2.878 95,60

Tapanuli Utara 570 7.136 125,19 1.049 10.119 96,46

Toba Samosir 769 9.629 125,21 335 3.232 96,47

Labuhan Batu 205 2.580 125,84 138 1.331 96,43

Asahan 1.214 15.236 125,50 257 2.493 97,02

Simalungun 12.808 161.504 126,10 2.698 26.170 97,00

Dairi 155 1.936 124,92 707 6.891 96,09

Karo 2 25 124,30 425 4.093 96,30

Deli Serdang 4.125 51.865 125,73 1.199 11.653 97,19

Langkat 499 6.237 124,99 270 2.610 96,67

Nias Selatan 438 5.448 124,38 803 7.792 97,04

Humbang Hasundutan 262 3.276 125,05 241 2.325 96,49

Pakpak Barat 14 175 124,95 4 38 96,11

Samosir 131 1.639 125,09 128 1.234 96,42

Serdang Bedagai 10.644 133.793 125,70 418 4.007 95,82

Tanjung Balai 24 301 125,23 0 0 0.00

Pematang Siantar 365 4.563 125,01 30 287 95,83

Tebing Tinggi 358 4.480 125,13 9 86 95,79

Medan 288 3.601 125,04 264 2.533 95,96

Binjai 133 1.665 125,22 32 308 96,11

Padangsidimpuan 114 1.426 125,08 56 536 95,63

Jumlah 35.996 452.450 125,69 10.630 102.712 96,62

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 60

Page 61: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Tabel. 5.2. (Lanjutan)

Kabupaten/Kota

Kacang Tanah Kedelai

Areal Produksi

Jumlah Produksi

Rata-rata Produksi

Areal Produksi

Jumlah Produksi

Rata-rata Produksi

Nias 14 14 10,24 - - -

Mandailing Natal 278 296 10,66 184 198 10,78

Tapanuli Selatan 1.669 1.845 11,05 1.021 1.142 11,18

Tapanuli Tengah 467 479 10,25 209 218 10,43

Tapanuli Utara 2.564 2.890 11,27 - - 0.00

Toba Samosir 335 371 11,08 - - 0.00

Labuhan Batu 115 123 10,72 302 327 10,82

Asahan 148 160 10,80 264 291 11,01

Simalungun 6.551 7.470 11,40 34 38 11,31

Dairi 1.984 2.225 11,21 - - 0.00

Tabel. 5.2. (Lanjutan)

Kabupaten/Kota

Kacang Tanah Kedelai

Areal Produksi

Jumlah Produksi

Rata-rata Produksi

Areal Produksi

Jumlah Produksi

Rata-rata Produksi

Karo 225 249 11,06 63 69 10,94

Deli Serdang 1.558 1.737 11,15 1.312 1.467 11,18

Langkat 797 856 10,74 2.022 2.282 11,29

Nias Selatan 70 71 10,14 - - 0.00

Humbang Hasundutan 214 230 10,73 - - 0.00

Pakpak Barat 3 3 10,44 - - 0.00

Samosir 175 192 10,98 38 41 10,74

Serdang Bedagai 265 298 11,24 559 643 11,5

Sibolga 0 0 0.00 0 0 0.00

Tanjung Balai 0 0 0.00 0 0 0.00

Pematang Siantar 150 162 10,81 0 0 0.00

Tebing Tinggi 9 10 10,99 3 3 10,87

Medan 199 218 10,96 9 10 11,09

Binjai 136 149 10,94 274 296 10,77

Padangsidimpuan 65 71 10,85 16 17 10,75

Jumlah 17.991 20.119 11,18 6.311 7.042 11,16

a.2. PerkebunanKomoditi hasil perkebunan yang paling penting dari Sumatera Utara saat ini antara lain kelapa

sawit, karet, kopi, coklat dan tembakau. Kabupaten Labuan Batu, Mandailing Natal dan Tapanuli Selatan merupakan pusat perkebunan karet rakyat di Sumatera Utara. Total luas perkebunan karet di ketiga kabupaten ini adalah 197.704,70 hektar, yang merupakan 55,87%

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 61

Page 62: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

dari total luas kebun karet rakyat di Sumatera Utara. Sedangkan luas tanam kebun kelapa sawit rakyat di Sumatera Utara pada tahun 2007 sebesar 337.121,71 hektar, yang dihasilkan terutama di kabupaten Labuhan Batu (38,63%). Produksi kopi Sumatera Utara tahun 2007 adalah sebesar 46.484,07 ton, yang dihasilkan oleh kabupaten Dairi, Tapanuli Utara dan Sidikalang.

Tabel.5.3. Distribusi Hasil Perkebunan (ton) , Luas Areal Produksi (Ha) dan Rata-rata Produksinya (Kw/Ha) yang Berpotensi sebagai Bahan Baku BBN di Tiap Kabupaten di Sumatera Utara Tahun 2007

Kabupaten/Kota

Kelapa Sawit Kelapa

Areal Produksi

Jumlah Produksi

Rata-rata Produksi

Areal Produksi

Jumlah Produksi

Rata-rata Produksi

Nias - - - 27.536 23.400,00 8.50

Mandailing Natal 13.526,5 151.352,25 111.89 2.583,38 1.185,49 4.59

Tapanuli Selatan 64.494 918.370,89 142.40 1.850,69 1.185,57 6.41

Tapanuli Tengah 2.259 24.140,98 106.87 5.361 4.729,61 8.82

Tapanuli Utara 69 3,76 0.54 349.85 273,55 7.81

Toba Samosir 1.281,45 19.544,26 152.52 104.9 68,22 6.50

Labuhan Batu 131.311 1.588.232,00 120.95 9.900 9.183,00 9.28

Asahan 60.997,75 446.082,51 73.13 37.310,30 28.248,11 7.57

Simalungun 24.982,06 505.441,41 202.32 2.594,20 1.799,38 6.94

Dairi 115 580,00 50.43 542 388,07 7.16

Karo 1.197 19.305,00 161.28 1.39 1.343,51 9.67

Deli Serdang 11.516,77 169.734,90 147.39 3.660,70 2.198,67 6.01

Langkat 41.181 532.779,00 129.37 3.689 3.370,00 9.14

Nias Selatan - - - 21.464 19.328,00 9.00

Humbang Hasundutan 396 275,77 6.96 499 167,87 3.36

Pakpak Barat 1.508,83 6.216,00 41.20 85,25 59,38 6.98

Samosir - - - 75,47 70,34 9.37

Serdang Bedagai 8.260 104420,00 126.42 3.349 2.425,51 0.73

Jumlah 363.095,36 4.486.478,73 1319.39 122.344,74 99.424,28 108.33

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 62

Page 63: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Tabel. 5.3. (Lanjutan)

Kabupaten/KotaKaret Coklat

Areal Produksi

Jumlah Produksi

Rata-rata Produksi

Areal Produksi

Jumlah Produksi

Rata-rata Produksi

Nias 27.759 13.247,00 4.77 5.747 3.175,00 5.52

Mandailing Natal 70.355 34.302,44 4.88 3.891 2.309,96 5.94

Tapanuli Selatan 59.223,95 23.058,86 3.89 3.820,55 1.085,85 2.84

Tapanuli Tengah 30.580 16.703,17 5.46 2.483 1.445,47 5.82

Tapanuli Utara 8.092,5 4.621,64 5.71 2.639 733,35 2.78

Toba Samosir 655,97 648,84 9.89 27,98 5,38 1.89

Labuhan Batu 68.086 63.861,00 9.38 899 452,72 5.04

Asahan 7.374 4.551,72 6.17 11.102,65 10.672,69 9.61

Simalungun 12.285,5 10.910,75 8.95 5.212,40 4.482,29 8.60

Dairi 176 94,08 5.35 349 99,20 2.84

Karo 65 69,50 10.69 2.406,50 1.599,56 6.65

Deli Serdang 5.214 4.902,30 9.40 4.945,67 3.734,71 12.68

Langkat 41.866 29.328,00 7.01 2.328 1.655,00 7.11

Nias Selatan 4.189 2.336,00 5.58 1.296 155,00 1.20

Humbang Hasundutan 3.544,7 2.161,12 6.10 705,20 271,76 3.86

Pakpak Barat 561,9 302,40 5.38 194,80 68,00 3.49

Samosir - - - 103,19 9,99 0.97

Serdang Bedagai 1..740 9.535,00 54.80 1.021 825,45 8.09

Jumlah 349.768,52 220.633,82 163.41 49.171,94 32.781,38 94.92

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 63

Page 64: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Tabel. 5.3. (Lanjutan)

Kabupaten/KotaKulit Manis Kemiri

Areal Produksi

Jumlah Produksi

Rata-rata Produksi

Areal Produksi

Jumlah Produksi

Rata-rata Produksi

Nias - - - 194 2 0.10

Mandailing Natal 2.613,95 1.972,4 7.55 682,70 275,22 4.03

Tapanuli Selatan 1.976,75 227,87 1.15 779,15 218,18 2.80

Tapanuli Tengah 12,2 4,03 3.33 149,50 115,59 7.73

Tapanuli Utara 484,81 334,32 6.89 451,50 184,12 4.08

Toba Samosir 79,99 43,22 5.40 269 106,03 3.94

Labuhan Batu - - - - - -

Asahan - - - 13 6,50 5.00

Simalungun 364,56 79,45 2.18 458,63 786,18 17.14

Dairi 360 323,95 9.00 3.692 7.698,65 20.85

Karo 263 277,42 10.55 2.568 2.450,25 9.54

Deli Serdang 73 54 7.40 851,50 428,56 5.03

Langkat 74 40,7 5.50 543 432,00 7.96

Nias Selatan - - - 96 12,50 1.30

Humbang Hasundutan 782,8 229,58 2.94 581,10 199,88 3.44

Pakpak Barat 117 88,35 7.56 - - -

Samosir 3 0,95 3.17 368,50 311,51 8.45

Serdang Bedagai - - - 68 102,85 15.13

Jumlah 7.205,06 3.676,23 72.61 11.765,58 13.330,32 116.53

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 64

Page 65: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Tabel. 5.3. (Lanjutan)

Kabupaten/Kota

Aren

Areal Produks

i

Jumlah Produksi

Rata-rata Produksi

Nias 102 10,10 0.99

Mandailing Natal 583,7 586,12 10.04

Tapanuli Selatan 806,5 257,68 3.20

Tapanuli Tengah 53,9 58,18 10.79

Tapanuli Utara 376,7 122,10 3.24

Toba Samosir 148,3 15,36 1.04

Labuhan Batu 14 12,8 10.67

Asahan 167,5 183,8 10.97

Simalungun 698,17 619,45 8.87

Dairi 46,5 21,68 4.66

Karo 762 730,73 9.59

Deli Serdang 449,35 322,16 7.17

Langkat 112 35,30 3.15

Nias Selatan - - -

Humbang Hasundutan 246,25 145,09 5.89

Pakpak Barat - - -

Samosir 146,85 16,44 1.12

Serdang Bedagai 8,5 1,45 1.71

Jumlah4.693,2

23.138,44 93.10

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 65

Page 66: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Tabel. 5.3. (Lanjutan)

Kabupaten/Kota

Tebu Kapuk

Areal Produksi

Jumlah Produksi

Rata-rata Produksi

Areal Produksi

Jumlah Produksi

Rata-rata Produksi

Nias - - - - - -

Mandailing Natal 24 25,62 10.68 217,5 32,62 1.50

Tapanuli Selatan 171,5 151,14 8.81 - - -

Tapanuli Tengah - - - - - -

Tapanuli Utara - - - - - -

Toba Samosir - - - - - -

Labuhan Batu - - - - - -

Asahan - - - - - -

Simalungun - - - - - -

Dairi 244 1.662 68.11 0,55 0,22 4.00

Karo 124 626,6 50.53 58 28 4.83

Deli Serdang - - - - - -

Langkat 94 20,28 2.16 - - -

Nias Selatan - - - - - -

Humbang Hasundutan - - - 3 - -

Pakpak Barat - - - - - -

Jumlah 657,5 2,485,64 140.29 280,05 61,05 10.33

a.3. KehutananProduksi hasil hutan Sumatera Utara menurut jenis yaitu kayu log, kayu gergajian, kayu lapis, Pulp

dan hasil ikutan lainnya seperti rotan, arang dan getah tusam. Produksi hasil hutan terbesar tahun 2007 adalah kayu log pinus yakni sebesar 1.172.316,74 meter kubik.

b. IndustriJumlah usaha industri besar dan sedang di Sumatera Utara pada tahun 2007 tercatat sebanyak 966

perusahaan, yang terbagi pada golongan industri makanan, minuman dan tembakau, industri kimia, batu bara, karet dan plastik, serta industri pengolahan lainnya.

5.1.4. Infrastruktur Wilayaha. Transportasi darat

Panjang jalan di seluruh Sumatera Utara pada tahun 2007 mencapai 33.963,18 km yang terbagi atas jalan negara 2.098,050 km, jalan propinsi 2.752,500 km dan jalan kabupaten/kota 29.112,626 km. Untuk memenuhi transportasi darat, tersedia dua jenis kendaraan angkutan darat utama, yaitu kendaraan bermotor dan kereta api.

b. Transportasi Laut dan Udara

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 66

Page 67: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Lalu lintas penerbangan dibedakan atas lalu lintas penerbangan dalam negeri dan lalu lintas penerbangan luar negeri. Lalu lintas penerbangan dalam negeri pada tahun 2007 tercatat pesawat yang berangkat sebanyak 20.940 unit dan pesawat yang datang 20.940 unit. Sedangkan jumlah penerbangan luar negeri yang datang dan berangkat tercatat masing-masing 4.420 dan 4.425 unit.

Untuk jenis transportasi laut, terdapat dua jenis, yaitu transportasi antar negara dan transportasi pulau. Pada tahun 2007 terdapat 3.185 unit pelayaran antar negara dan 6.856 pelayaran antar pulau. Pelabuhan yang banyak digunakan untuk kegiatan transportasi laut berpenumpang antara lain Pelabuhan Belawan, Sibolga, Tanjung Balai dan Gunung Sitoli, sedangkan arus barang keluar dan masuk Sumatera Utara banyak terjadi di Pelabuhan Belawan, Sibolga, Tanjung Balai, dan Kuala Tanjung.

c. Kondisi KelistrikanSebagian besar kebutuhan tenaga listrik di Sumatera Utara dipenuhi oleh PLN dan sebagian lainnya

dipenuhi oleh listrik non PLN. Selama periode tahun 2006-2007 terjadi sedikit penambahan pembangkit listrik PLN untuk wilayah Sumatera Utara yakni sebesar 2,58 MW. Pada tahun 2007, jumlah energi listrik yang dijual PLN wilayah Sumatera Utara kepada 2.129.471 konsumennya adalah sebesar 4.613,38 GWH.

d. Sumber daya airAir bersih yang disalurkan PDAM Sumatera Utara selama tahun 2006-2007 meningkat 4,64%, yaitu

sebesar 174,10 juta m3. Kota Medan merupakan konsumen terbesar PDAM, yaitu sebesar 62,23%.

5.2. Propinsi Bengkulu5.2.1. Kondisi Geografisa. Luas daerah

Propinsi Bengkulu terletak di sebelah barat pegunungan Bukit Barisan. Luas wilayah propinsi Bengkulu mencapai lebih kurang 1.978.870 hektar atau 19.788,7 kilometer persegi.

b. Batas wilayahPropinsi Bengkulu di sebelah utara berbatasan dengan propinsi Sumatera Barat, di sebelah selatan

berbatasan dengan Samudera Indonesia dan propinsi Lampung, di sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Indonesia dan di sebelah timur berbatasan dengan propinsi Jambi dan Sumatera Selatan. Ditinjau dari keadaan geografisnya, Propinsi Bengkulu terletak di antara 2o 16 menit – 3o 31 menit Lintang Selatan, dan 101o 1 menit – 103o 41menit Bujur Timur.

Propinsi Bengkulu berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia pada garis pantai sepanjang lebih kurang 525 km. Bagian Timurnya berbukit-bukit dengan dataran tinggi yang subur, sedangkan bagian barat merupakan dataran rendah yang relatif sempit, memanjang dari Utara ke Selatan serta diselingi daerah yang bergelombang.

c. TopografisBerdasarkan topografinya, Propinsi Bengkulu terletak pada tiga jalur, yaitu :

Jalur pertamaDaerah ini terletak pada ketinggian 0 – 100 meter di atas permukaan laut dan diklasifikasikan sebagai daerah low land. Luas daerah ini mencapai 708.435 ha atau 35,80%.

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 67

Page 68: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Jalur keduaDaerah ini terletak pada ketinggian 100 – 1000 m diatas permukaan laut. Posisinya berada di sebelah timur dari jalur pertama. Daerah tersebut merupakan lereng pegunungan Bukit Barisan, yang diklasifikasikan dalam dua kelompok daerah, yaitu ketinggian antara 100-500m di atas permukaan laut seluas 625.324 ha (31,6%), dan ketinggian antara 500-1000m di atas permukaan laut luasnya yang mencapai 405.688 ha (20,5%).

Jalur ketigaDaerah ini terletak pada ketinggian lebih dari 1000m di atas permukaan laut. Posisinya berada di sebelah timur jalur kedua sampai ke puncak pegunungan Bukit Barisan. Daerah tersebut umumnya merupakan daerah kegiatan vulkanis dan tektonis. Luas daerah mencapai 239.924 ha (12,10%)

Tabel 5.4. Luas Daerah Menurut Jenis Tanah dan Persentase

Jenis Tanah Luas Area, Ha Persentase, %

Organosol 3.600 0,18Alluvial 70.015 3,54Regosol 43.360 2,19

Asosiasi, Podsolik Merah Kuning, Latosol, Litosol 283.200 14,31

Latosol 426.800 21,57Andosol 142.200 7,19Asosiasi Andosol Regosol 81.200 4,10Asosiasi Podsolik Coklat, Podsol, Litosol 150.800 4,26Lain-lain 777.695 39,30

d. Iklim dan curah hujanSuhu udara maksimum di Bengkulu berkisar antara 31-33 oC. Menurut stasiun Klimatologi Pulau

Baai, kelembaban udara Bengkulu relatif rendah, yaitu berkisar 80-87% sepanjang tahun 2007, sedangkan rata-rata kelembabannya sebesar 86%. Hari hujan pada tahun 2007 rata-rata mencapai 16 hari perbulan, dengan frekuensi curah hujan terendah terjadi pada bulan Agustus sampai dengan Oktober. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, curah hujan pada tahun 2007 jauh lebih rendah, hanya berkisar 219 mm dibandingkan dengan 317 mm di tahun 2006.

5.2.2. Kondisi Demografisa. Jumlah dan struktur penduduk

Jumlah penduduk Propinsi Bengkulu pada tahun 2007 berdasarkan data statistik mencapai 1,57 juta jiwa. Ditinjau dari jumlahnya, perkembangan penduduk Propinsi Bengkulu tergolong cepat, karena dalam kurun waktu 25 tahun bertambah dua kali lipat. Komposisi penduduk Bengkulu berdasarkan jenis kelamin menunjukkan lebih banyaknya penduduk laki-laki dibandingkan penduduk perempuan. Pada tahun 2007 rasio seks penduduk Propinsi Bengkulu sebesar 102, yang artinya dalam setiap 100 orang penduduk perempuan terdapat 102 orang penduduk laki-laki.

Dibandingkan dengan luas daerahnya, penduduk di Propinsi Bengkulu tergolong jarang, dengan kepadatan 79 jiwa / kilometer persegi. Dari sembilan kabupaten dan kota yang ada, daerah yang paling padat penduduknya adalah kota Bengkulu. Sedangkan daerah yang paling rendah kepadatan penduduknya

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 68

Page 69: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

adalah kabupaten Mukomuko (33 jiwa / kilometer persegi). Kabupaten Rejang Lebong dan Bengkulu Utara bersama dengan kota Bengkulu merupakan tiga daerah dengan kepadatan penduduk tertinggi, yang mencakup 53,34% dari jumlah total penduduk. Kondisi ini berkaitan erat dengan semakin pentingnya peranan ketiga daerah tersebut yang merupakan pusat perkembangan agro bisnis dan perkebunan besar di Propinsi Bengkulu.

b. Tingkat pendidikan dan KetenagakerjaanKualitas pendidikan pekerja di Propinsi Bengkulu ditinjau dari tingkat pendidikan yang ditamatkan

tergolong rendah dengan proporsi pekerja yang tamat SD pada tahun 2007 mencapai 28,9% dan pekerja yang tidak pernah sekolah/tamat SD sebesar 25,3%. Hal ini berarti proporsi pekerja dengan kualifikasi pendidikan tamat SD ke bawah sebesar 54,2%. Relatif tingginya proporsi pekerja yang berpendidikan rendah di sisi lain mengungkapkan bahwa proporsi pekerja yang berpendidikan tamat SMP, SMA dan Perguruan Tinggi relatif rendah, dengan proporsi masing-masing secara berurutan adalah 17,42%, 21,22% dan 7,11%.

Erat kaitannya dengan tingkat pendidikan pekerja yang tergolong rendah, pekerja di propinsi Bengkulu umumnya terserap di sektor pertanian dengan status sebagai buruh keryawan di perusahaan perkebunan dan sebagai pekerja keluarga. Proporsi pekerja yang terserap di sektor pertanian mencapai 69,9%.

Pemetaan Potensi Pengembangan Bahan Baku BBNa. Pertaniana.1. Tanaman pangan

Selain menanam padi, petani di Propinsi Bengkulu menanam dan mengusahakan palawija. Jenis palawija yang ditanam petani adalah jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah dan kedelai. Usaha tanaman palawija di propinsi Bengkulu kelihatannya masih merupakan usaha sampingan. Hal itu terlihat dari relatif sempitnya luas panen dan luas lahan yang digunakan petani untuk menanam palawija.

Pada tahun 2007 total luas panen tanaman palawija di Propinsi Bengkulu mencapai 55,04 ribu hektar. Palawija yang paling dominan diusahakan petani adalah tanaman jagung. Pada tahun 2007 luas panen tanaman jagung mencapai 32 ribu hektar atau sebesar 58,14% dari total luas panen palawija. Tanaman palawija lainnya yang relatif banyak ditanam adalah ubi kayu dan kacang tanah. Pada tahun 2007 luas panen ubi kayu mencapai 6,86 ribu hektar (12,46%), sedangkan luas panen kacang tanah mencapai 6,84 ribu hektar (12,44%) dari total luas panen palawija di Propinsi Bengkulu.

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 69

Page 70: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Tabel 5.5. Distribusi Produksi Padi dan Palawija (ton) , Luas Areal Produksi (Ha) dan Rata-rata Produksi (Kw/Ha) yang Berpotensi sebagai Bahan Baku BBN di Tiap Kabupaten di Bengkulu pada Tahun 2007

Kabupaten/KotaPadi Jagung

Areal Produksi

Jumlah Produksi

Rata-rata Produksi

Areal Produksi

Jumlah Produksi

Rata-rata Produksi

Bengkulu Selatan 14.295 56.235 39.34 28.547 86.077 30.15

Rejang Lebong 13.240 53.408 40.34 24.224 72.077 29.75

Bengkulu Utara 19.829 66.257 33.41 778 2.152 27.66

Kota Bengkulu 13.620 53.931 39.60 1.093 3.000 2.74

Seluma 8.623 31.633 36.68 20.240 58.140 28.73

Kaur 10.558 33.626 31.85 4.317 12.864 29.80

Muko-muko 6.665 25.285 37.94 545 1.510 27.71

Kapahyang 10.915 44.687 40.94 905 2.520 27.85

Lebong 3.246 13.315 41.02 4.540 4.373 9.63

Jumlah 100.991 378.377 341.12 85.189 242.713 214.02

Tabel 5.5. (Lanjutan)

Kabupaten/Kota

Ubi Kayu Ubi Jalar

Areal Produksi

Jumlah Produksi

Rata-rata Produksi

Areal Produksi

Jumlah Produksi

Rata-rata Produksi

Bengkulu Selatan 1.000 11.975 119.75 714 7.597 106.40

Rejang Lebong 385 5.395 140.13 310 3.612 116.52

Bengkulu Utara 797 10.059 126.21 384 3.556 92.60

Kota Bengkulu 2.084 28.836 138.37 1.658 16.105 97.14

Seluma 390 5.383 138.03 173 1.622 93.76

Kaur 728 12.785 175.62 239 2.279 95.36

Muko-muko 136 1.701 125.07 53 493 93.02

Kapahyang 455 5.729 125.91 128 1.186 92.66

Lebong 83 1.056 127.23 96 895 93.23

Jumlah 6.058 82.919 1216.32 3.755 37.345 880.67

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 70

Page 71: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Tabel 5.5. (Lanjutan)

Kabupaten/KotaKacang Tanah Kedelai

Areal Produksi

Jumlah Produksi

Rata-rata Produksi

Areal Produksi

Jumlah Produksi

Rata-rata Produksi

Bengkulu Selatan 2.511 3.235 12.88 3.130 4.612 14.73

Rejang Lebong 1.459 1.775 12.17 - - -

Bengkulu Utara 68 79 11.62 - - -

Kota Bengkulu 420 485 11.55 53 74 13.96

Seluma 657 793 12.07 114 155 13.60

Kaur 441 525 11.90 24 34 14.17

Muko-muko 41 48 11.71 - - -

Kapahyang 155 181 11.68 - - -

Lebong 69 85 12.32 - - -

Jumlah 5.821 7.206 107.89 3.321 4.875 56.46

Pada kurun waktu 2006-2007 produksi mengalami kenaikan yang relatif tinggi, kecuali tanaman kacang kedelai. Kenaikan produksi tertinggi dicapai tanaman jagung yang meningkat sebesar 68,14%. Sedangkan produksi ubi kayu, ubi jalar dan kacang tanah masing-masing mengalami kenaikan 33,98%, 29,84% dan 17%. Sementara itu, produksi kacang kedelai pada kurun waktu yang sama mengalami penurunan sebesar 17,39%.a.2. Perkebunan

Usaha perkebunan di Propinsi Bengkulu sebagian dilakukan oleh rumah tangga perkebunan rakyat dan sebagian lagi diusahakan oleh perkebunan swasta. Tanaman perkebunan yang banyak diusahakan rumah tangga adalah tanaman karet, kelapa, kopi, kelapa sawit dan cokelat. Pada tahun 2007 rumah tangga yang mengusahakan perkebuanan rakyat diperkirakan mencapai 373 ribu rumah tangga, dengan jenis tanaman perkebunan kopi, karet, dan kelapa sawit sebagai pilihan terbanyak. Total luas lahan ketiga tanaman perkebunan tersebut diperkirakan mencapai 303, 93 hektar atau 87,03%dari total luas lahan perkebunan rakyat di Propinsi Bengkulu. Jenis tanaman perkebunan yang paling dominan diusahakan rumah tangga ditinjau dari luas lahannya adalah tanaman kopi (35%). Luas lahan kopi yang menghasilkan mencapai 91,64 ribu hektar (73,6%), luas lahan karet yang menghasilkan mencapai 58,94 hektar (68,78%) dan lahan kelapa sawit yang menghasilkan seluas 55,61 hektar (59,33%).

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 71

Page 72: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Tabel.5.6. Distribusi Hasil Perkebunan (ton) , Luas Areal Produksi (Ha) dan Rata-rata Produksinya (Kw/Ha) yang Berpotensi sebagai Bahan Baku BBN di Tiap Kabupaten di Propinsi Bengkulu Tahun

2007

Kabupaten/Kota

Kelapa Sawit Karet

Areal Produksi

Jumlah Produksi

Rata-rata Produksi

Areal Produksi

Jumlah Produksi

Rata-rata Produksi

Bengkulu Selatan 11.362 58.620 51.59 2.142 1.714,10 8.00

Rejang Lebong 21 234,15 111.48 7.088 5.865,20 8.27

Bengkulu Utara 20.745 225.160,35 108.54 33.136 31.762,08 9.59

Kota Bengkulu 1.496 19.880 132.89 132 120,35 9.12

Seluma 15.374 163.762,25 106.52 25.226 21.489,25 8.52

Kaur 3.170 15.123,10 47.71 3.163 863,50 2.73

Muko-muko 41.526 368.942,10 88.85 14.038 11.164,64 7.95

Kapahyang 18 51,50 28.61 16 14,70 9.19

Lebong 15 47,72 31.81 750 283,85 3.78

Jumlah 93.733 851.821,17 707.99 74.691 73.277,67 67.15

Tabel.5.6. (Lanjutan)

Kabupaten/Kota

Kakao Kelapa

Areal Produksi

Jumlah Produksi

Rata-rata Produksi

Areal Produksi

Jumlah Produksi

Rata-rata Produksi

Bengkulu Selatan 1.219 141,96 1.16 931 904,64 9.72

Rejang Lebong 378 227,85 6.03 283 490,08 17.32

Bengkulu Utara 2.609 621,39 2.38 3.752 3.183,47 8.48

Kota Bengkulu 23 13,65 5.93 289 221,76 7.67

Seluma 814 362,75 4.46 1.249 798,14 3.99

Kaur 1.989 410,23 2.06 2.561 2.512,56 9.81

Muko-muko 43 14,80 3.44 1.709 1.127,32 6.60

Kapahyang 933 25,92 0.28 410 280,25 6.84

Lebong 39 4,05 1.04 202 98,10 4.86

Jumlah 8.044 1.822,6 26.78 11.386 9.316,32 75.28

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 72

Page 73: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Tabel.5.6. (Lanjutan)

Kabupaten/Kota

Kayu Manis Kapuk

Areal Produksi

Jumlah Produksi

Rata-rata Produksi

Areal Produksi

Jumlah Produksi

Rata-rata Produksi

Bengkulu Selatan 50 27,60 5.52 50 9,13 1.83

Rejang Lebong 409 155,25 3.80 190 64,15 3.38

Bengkulu Utara 601 257,25 4.28 162 35,63 2.20

Kota Bengkulu 2 0,70 3.50 5 1,38 2.76

Seluma 443 183,60 4.14 80 11,84 1.48

Kaur 279 233,75 8.38 59 14,40 2.44

Muko-muko 20 6,86 3.43 106 23,50 2.22

Kapahyang 98 50 5.10 104 21,28 2.05

Lebong 295 140,15 4.75 5 - -

Jumlah 3.259 1.495.96 42.91 1168 291.60 18.35

Tabel.5.6. (Lanjutan)

Kabupaten/Kota

Kemiri Aren

Areal Produksi

Jumlah Produksi

Rata-rata Produksi

Areal Produksi

Jumlah Produksi

Rata-rata Produksi

Bengkulu Selatan 21 4,8 2.29 29 22,77 7.85

Rejang Lebong 547 308 5.63 2.034 1.176 5.78

Bengkulu Utara 5.088 2.349,6 10.51 422 307,31 7.28

Kota Bengkulu 4 0,7 1.75 2 1,5 7.50

Seluma 131 6,44 0.49 92 62,4 6.78

Kaur 18 1,05 0.58 194 13,18 0.68

Muko-muko 5 301,4 602.80 21 169,4 80.67

Kapahyang 620 48,69 0.79 303 169,4 5.59

Lebong 262 48,69 1.86 163 87,5 5.37

Jumlah 6.696 3.071,31 626.70 3.260 1.868,78 127.50

Perkebunan swasta yang tersedia jumlahnya kurang lebih 32 perusahaan, yang umumnya bergerak dalam usaha perkebunan kelapa sawit dan karet. Lokasinya tersebar di kabupaten Bengkulu Utara, Mukomuko dan Seluma.

Dari keempat jenis tanaman perkebunan tersebut yang sangat potensial dikembangkan di Propinsi Bengkulu adalah tanaman karet dan kelapa sawit. Hal ini disebabkan kedua jenis tanaman ini memiliki nilai ekonomis tinggi serta lahan yang tersedia sekaligus cocok untuk pengembangan tanaman perkebunan karet dan kelapa sawit masih cukup luas di Propinsi Bengkulu.

a.3. KehutananKontribusi sektor kehutanan dalam perekonomian Propinsi Bengkulu dapat dikatakan rendah,

hanya sebesar 1,83% pada tahun 2007. Hal ini dipengaruhi oleh semakin rendahnya produksi hasil-hasil

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 73

Page 74: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

hutan seperti rotan dan damar yang diproduksi dari areal hutan yang relatif kecil, yaitu 24,06% dari keseluruhan areal hutan yang tersedia.

b. IndustriIndustri pengolahan di Propinsi Bengkulu pada umumnya adalah industri kecil dan rumah tangga.

Sedangkan industri besar dan sedang jumlahnya sedikit dan bahkan dari tahun ke tahun jumlahnya cenderung berkurang. Penurunan jumlah industri besar dan sedang antara lain disebabkan terjadinya penyusutan jumlah tenaga kerja, sehingga statusnya berubah menjadi industri kecil. Apabila dibandingkan dengan jumlah perusahaan industri yang ada, maka daya serap perusahaan industri pengolahan sekitar 300 orang per perusahaan

5.2.4. Infrastruktur Wilayaha. Transportasi darat

Hingga tahun 2007 di Propinsi Bengkulu terdapat 736,44 km jalan negara dan 1.500,29 km jalan propinsi. Jalan-jalan tersebut sebagian besar dalam kondisi yang cukup baik. Sepanjang 504,74 km (68,53%) jalan negara dengan kondisi baik dan sedang, sedangkan jalan propinsi dengan konsisi baik dan sedang sepanjang 883 km (58,92%) dari panjang total jalan propinsi. Angkutan darat di Propinsi Bengkulu dilayani oleh perusahaan angkutan Antar Kota Dalam Propinsi dan Angkutan Kota Antar Propinsi.

b. Transportasi udaraKeberadaan pesawat udara sebagai sarana angkutan penumpang dan angkutan barang dalam

kurun dua tahun terakhir semakin diminati penduduk propinsi Bengkulu. Karena harga tiket yang terjangkau dan banyaknya jadwal penerbangan yang berangkat dan datang ke kota Bengkulu.

c. Kondisi kelistrikanKinerja Perusahaan Listrik Negara (PLN) cabang Bengkulu pada kurun waktu 2006-2007 cenderung

meningkat. Hal itu terlihat dari peningkatan daya terpasang, peningkatan produksi listrik, peningkatan penjualan listrik, dan peningkatan pelanggan listrik.

d. Sumber daya airDi Propinsi Bengkulu mengalir lebih kurang 130 sungai dan anak sungai. Sungai-sungai yang

mengalir bermuara ke Samudera Indonesia. Sesuai dengan kondisi topografinya yang berbukit-bukit dan terjal, aliran sungai umumnya deras dan berjeram, sehingga berpotensi pula untuk dijadikan sumber pembangkit listrik tenaga air berskala mikro.

5.3. Propinsi Sumatera Selatan5.3.1. Kondisi Geografisa. Batas Wilayah

Propinsi Sumatera Selatan terletak antara 1 derajat sampai 4 derajat Lintang Selatan dan 102 derajat sampai 106 derajat Bujur Timur dengan luas daerah seluruhnya 87.017,42 km2. Batas-batas wilayah propinsi ini adalah di sebelah utara dengan Propinsi Jambi, di sebelah Selatan dengan Propinsi Lampung, di sebelah Timur dengan Propinsi Bangka Belitung dan di sebelah Barat dengan Propinsi Bengkulu.

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 74

Page 75: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

b. TopografisKondisi topografi Propinsi Sumatera Selatan meliputi pantai timur yang tanahnya terdiri dari rawa-

rawa dan payau yang dipengaruhi oleh pasang surut. Sedikit makin ke barat merupakan dataran rendah yang luas. Makin bergerak ke barat, kondisi wilayah akan semakin bergunung-gunung, karena terdapat Bukit Barisan yang membelah Sumatera Selatan dan merupakan daerah pegunungan dengan ketinggian 900-1200 meter dari permukaan laut. Di sebelah barat Bukit Barisan merupakan lereng yang dijadikan daerah perkebunan karet, kelapa sawit dan peertanian terutama kopi, teh dan sayuran.

c. Iklim dan curah hujanPropinsi Sumatera Selatan mempunyai iklim tropis dan basah dengan variasi curah hujan antara 0-

525,64/17 mm sepanjang tahun 2007. Setiap bulannya hujan cenderung turun. Sementara bulan Februari merupakan bulan dengan curah hujan paling banyak.

Tabel 5.7. Daftar Ketinggian dari Permukaan Laut untuk tiap Kabupaten di Sumatera Selatan

Kabupaten/KotaKetinggian dari Permukaan

Laut, mOgan Komering Ulu 7Ogan Komering Ilir 1,8Muara Enim 4,5Lahat 10,2Musi Rawas 12Musi Banyuasin 1,5Banyuasin 6,3OKU Selatan 13,3OKU Timur 8,3Ogan Ilir 2,5Palembang 0.8Prabumulih 9,5Pagar Alam 28,9Lubuk Linggau 120

5.3.2. Kondisi Demografisa. Jumlah dan struktur penduduk

Jumlah penduduk Sumatera Selatan tahun 2007 adalah 6.899,9 ribu jiwa. Rasio jenis kelamin pada tahun 2007 sebesar 102,38%, yang berarti daerah ini mempunyai jumlah penduduk laki-laki lebih besar dari pada perempuan. Pada tahun yang sama jumlah angkatan kerja yang tersedia sebanyak 3.332.789 orang, dimana sektor pertanian yang paling banyak menyerap tenaga kerja mencapai 64,47%.

b. KetenagakerjaanKabupaten Palembang merupakan kabupaten yang paling banyak menyediakan tenaga kerja

(477.380 orang), disusul kabupaten Banyuasin (356.103 orang) dan Ogan Komering Ilir (307.779 orang).

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 75

Page 76: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

5.3.3. Pemetaan Potensi Pengembangan Bahan Baku BBNa. Pertaniana.1. Tanaman pangan

Di Propinsi Sumatera Selatan padi ditanam di lahan sawah dan bukan sawah. Hampir seluruh daerah kabupaten/kota di Sumatera Selatan memproduksi padi sawah maupun ladang kecuali kota Pagar Alam. Tanaman palawija mencakup jenis tanaman seperti jagung, ketela pohon, ubi jalar, kacang tanah, kacang kedelai dan kacang hijau. Tanaman palawija ini ditanam di areal sawah maupun ladang.

Tabel 5.8. Distribusi Produksi Padi dan Palawija (ton) , Luas Areal Produksi (Ha) dan Rata-rata Produksinya yang Berpotensi sebagai Bahan Baku BBN di tiap Kabupaten

di Sumatera Selatan pada Tahun 2007

Kabupaten/KotaPadi Jagung

Areal Produksi

Jumlah Produksi

Rata-rata Produksi

Areal Produksi

Jumlah Produksi

Rata-rata Produksi

Ogan Komering Ulu 11.165 33.854 30,32 97 278 28,66

Ogan Komering Ilir 114.830 432.256 34,64 4.106 119.850 29,10

Muara Enim 46.916 156.793 33,42 798 2.312 28,97

Lahat 41.260 146.883 35,60 1.402 4.104 29,27

Musi Rawas 49.931 176.978 35,44 483 1.421 29,42

Musi Banyuasin 52.349 188.418 35,99 10.532 20.960 29,40

Banyuasin 156.480 604.741 38,65 5.205 15.319 29,43

OKU Selatan 16.365 60.360 36,88 175 502 28,68

OKU Timur 98.054 432.598 44,12 1.403 4.129 29,43

Ogan Ilir 43.350 163.071 37,62 435 1.282 29,47

Palembang 6.088 22.814 37,47 176 506 28,75

Prabumulih 1.421 4.037 28,41 123 354 28,78

Pagar Alam 5.243 20.432 38,97 206 611 29,68

Lubuk Linggau 3.475 13.017 37,46 58 168 29,03

Jumlah 646.927 2.456.251 37,97 25.199 73.896 29,33

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 76

Page 77: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Tabel 5.8. (Lanjutan)

Kabupaten/Kota

Ubi Kayu Ubi Jalar

Areal Produksi

Jumlah Produksi

Rata-rata Produksi

Areal Produksi

Jumlah Produksi

Rata-rata Produksi

Ogan Komering Ulu 142 1.608 113,27 15 106 70,92

Ogan Komering Ilir 7.582 114.538 151,07 321 2.265 70,56

Muara Enim 636 7.329 115,23 193 1.351 70,00

Lahat 537 6.230 116,02 300 2.106 70,21

Musi Rawas 482 5.572 115,61 106 741 69,92

Musi Banyuasin 4.466 17.016 116,07 452 3.161 69,92

Banyuasin 2.711 31.551 116,38 648 4.586 70,77

OKU Selatan 251 2.929 116,71 83 582 70,14

OKU Timur 2.501 29.413 117,60 232 1.625 70,04

Ogan Ilir 209 2.467 118,01 51 359 70,41

Palembang 520 5.840 112,30 155 1.075 69,35

Prabumulih 147 1.698 115,48 38 263 69,24

Pagar Alam 107 1.255 117,27 314 2.235 71,17

Lubuk Linggau 75 876 116,77 42 292 69,59

Jumlah 17.366 228.321 131,48 2.95 20.747 70,33

Tabel 5.8. (Lanjutan)

Kabupaten/KotaKacang Tanah Kedelai

Areal Produksi

Jumlah Produksi

Rata-rata Produksi

Areal Produksi

Jumlah Produksi

Rata-rata Produksi

Ogan Komering Ulu 82 110 13,47 - - -

Ogan Komering Ilir 1.394 1.869 13,41 118 173 14,70

Muara Enim 299 402 13,43 30 43 14,21

Lahat 560 752 13,42 1.192 1.648 13,82

Musi Rawas 360 482 13,40 624 841 13,47

Musi Banyuasin 437 581 13,30 236 331 14,04

Banyuasin 351 481 13,70 208 289 13,89

OKU Selatan 359 490 13,64 86 124 14,39

OKU Timur 4.170 5.679 13,62 234 332 14,20

Ogan Ilir 278 378 13,58 4 6 14,89

Palembang 160 214 13,37 - - -

Prabumulih 44 62 14,11 - - -

Pagar Alam 123 168 13,64 - - -

Lubuk Linggau 22 29 13,32 - 1 13,45

Jumlah 7.328 9.756 13,54 2.733 3.788 13,86

a.2. Perkebunan

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 77

Page 78: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Luasnya wilayah serta mendukungnya kondisi lahan di Sumatera Selatan terhadap komoditas tanaman perkebunan menyebabkan propinsi ini memiliki potensi perkebunan yang cukup menjanjikan. Selain adanya perkebunan milik negara, terdapat juga perkebunan yang dimiliki dan dikelola oleh rakyat. Perkebunan rakyat ini menghasilkan tanaman seperti karet, kopi, kelapa sawit dan lain-lain. Selama tahun 2007 karet, kopi, kelapa dan kelapa sawit merupakan komoditas yang berproduksi secara signifikan dibandingkan komoditas perkebunan lainnya.

Tabel 5.9. Distribusi Hasil Perkebunan (Ton), Luas Areal Produksi (Ha) dan Rata-rata Produksinya (Kw/Ha) yang Berpotensi sebagai Bahan Baku BBN di Tiap Kabupaten di Sumatera Selatan pada Tahun 2007

Kabupaten/Kota

Karet Kelapa

Areal Produksi

Jumlah Produksi

Rata-rata Produksi

Areal Produksi

Jumlah Produksi

Rata-rata Produksi

Ogan Komering Ulu 49.552 22.838 4.61 958,05 888 9.27

Ogan Komering Ilir 98.303,15 67.072 6.82 7.068 9.143 12.94

Muara Enim 165.143 141.138 8.55 1.467 1.739 11.85

Lahat 28.995,41 13.050 4.50 1.739 1.929 11.09

Musi Rawas 219.564 - - 4.656 - -

Musi Banyuasin 156.271 88.228 5.65 3.424 3.073 8.97

Banyuasin 88.826 104.799 11.80 33.999 46.883 13.79

OKU Selatan 95 140 14.74 381,05 56 1.47

OKU Timur 46.887,85 72.520 15.47 3.168,75 2.626 8.29

Ogan Ilir 17.987 - - 691 - -

Jumlah 898.546,21 509.785 72.13 58.290,55 66.337 77.67

Tabel 5.9. (Lanjutan)

Kabupaten/Kota

Kelapa Sawit Kapuk

Areal Produksi

Jumlah Produksi

Rata-rata Produksi

Areal Produksi

Jumlah Produksi

Rata-rata Produksi

Ogan Komering Ulu 827 315 3.81 25 - -

Ogan Komering Ilir 7.642 7.324 9.58 512 199 3.89

Muara Enim 20.748 16.343 7.88 81 1 0.12

Lahat 1.441 526 3.65 - - -

Musi Rawas 4.132 - - - - -

Musi Banyuasin 17.691 11.959 6.76 - - -

Banyuasin 11.229 7.109 6.33 - - -

OKU Selatan - - - 81 30 3.70

OKU Timur 2.762 933 3.38 36,25 18 4.97

Ogan Ilir 7.642 - - 161 - -

Jumlah 75.389 44.509 41.39 905,25 248 12.68

Tabel 5.9. (Lanjutan)

Kabupaten/Kota Aren Kayu Manis

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 78

Page 79: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Areal Produksi

Jumlah Produksi

Rata-rata Produksi

Areal Produksi

Jumlah Produksi

Rata-rata Produksi

Ogan Komering Ulu 12 2 1.67 108 33 3.06

Ogan Komering Ilir 121,25 53 4.37 - - -

Muara Enim 441 24 0.54 151 1 0.07

Lahat - - - 943,75 22 0.23

Musi Rawas - - - 181,5 - -

Musi Banyuasin - - - - - -

Banyuasin - - - - -

OKU Selatan 477,35 30 0.63 221 128 5.79

OKU Timur 22,5 5 2.22 9,5 - -

Ogan Ilir - - - 1 - -

Jumlah 1.135,1 114 9.43 1.708,25 184 9.15

a.3. KehutananHingga tahun 2007 total luas areal hutan di Sumatera Selatan adalah 3.807.507 hektar. Angka

tersebut terdiri dari hutan lindung (14,17%), suaka alam (18,70%), hutan produksi terbatas (5,64%), dan hutan produksi tetap (13,95%). Dari total luas wilayah hutan tersebut, sekitar 33,99% dimiliki oleh kabupaten Musi Banyuasin dan Banyuasin.

b. IndustriDi bidang industri, Propinsi Sumatera Selatan memiliki berbagai macam industri dengan skala kecil

dan menengah. Industri Kimia dan Bangunan merupakan industri yang menyerap tenaga kerja terbanyak (28.937 orang) di tahun 2007, disusul oleh industri pangan (8.110 orang), industri logam dan jasa industri (6.111 orang), industri sandang dan kulit (3.340 orang) dan industri kerajinan umum (1.727 orang).

5.3.2. Infrastruktur Wilayaha. Angkutan darat

Panjang jalan di Sumatera Selatan adalah 2.997,87 km di tahun 2007. Sekitar 41,68% dari panjang tersebut adalah di bawah tanggung jawab negara. Sisa jalan yang lain (58,32%) adalah jalam yang menjadi tanggung jawab pemerintah propinsi. Keseluruhan, 96,8% telah diaspal dan sisanya memiliki beraneka tipe permukaan.

b. Angkutan Laut dan UdaraPelabuhan laut di Palembang, Boom Baru, adalah pusat kegiatan angkutan laut seperti bomngkar

muat barang dan jasa angkutan penumpang serta untuk aktivitas pengangkutan penumpang. Kegiatan bongkar muat barang ini meliputi perdagangan dalam negeri dan luar negeri. Berbeda dengan sistem angkutan penumpang yang hanya beroperasi di dalam negeri.

Propinsi Sumatera Selatan mempunyai sungai-sungai besar yang dapat dilayari, namun saat ini karena proses pendangkalan tidak dapat dilayari oleh kapal-kapal besar. Kebanyakan sungai-sungi itu bermata air di Bukit Barisan, kecuali sungai Mesuji, Sungai Lalan dan Sungai Banyuasin.c. Kondisi kelistrikan dan komunikasi

Sebelum tahun 2005, PLN Wilayah IV Sumatera Selatan menggunakan tenaga diesel, uap dan gas sebagai sumber tenaga pembangkit listrik. Tetapi selama tahun 2005 ini, PLN hanya memanfaatkan

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 79

Page 80: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

pembangkit listrik tenaga diesel. Jumlah tenaga listrik yang diproduksi dari mesin diesel ini adalah 22.642.783 Kwh dari sebanyak 89 pembangkit listrik diesel di tahun 2006.

Telkom Sumatera Selatan memiliki empat kantor cabang yang berlokasi di Palembang Ilir, Palembang Ulu, Baturaja dan LubukLinggau. Kapasitas sentral sambungan telepon yang dimiliki kantor-kantor ini secara total adalah 163.578 sambungan. Dari total kapasitas sentral, 88,78% dipakai untuk kalangan bisnis, perumahan dan sosial.

5.4. Propinsi Lampung5.4.1. Kondisi Geografisa. Luas wilayah dan batas wilayah

Daerah Propinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km persegi termasuk pulau-pulau yang terletak pada bagian selatan paling ujung tenggara pulau Sumatera. Propinsi ini dibatasi oleh Propinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu di sebelah Utara, Selat Sunda di sebelah Selatan, Laut Jawa di sebelah Timur dan Samudera Indonesia di sebelah Barat. Secara geografis Propinsi Lampung terletak pada kedudukan 103 derajat 40 menit – 105 derajat 50 menit Bujur Timur dan 6 derajat 45 menit – 3 derajat 45 menit Lintang Selatan.

b. TopografisSecara topografis daerah Lampung dapat dibagi dalam lima unit topografi. Pertama adalah daerah

topografis berbukit sampai bergunung, dengan ketinggian rata-rata 300 m di atas permukaan laut yang merupakan bagian dari Bukit Barisan. Kedua adalah daerah topografis berombak sampai bergelombang, dengan ketinggian rata-rata 300 m sampai 500 m dari permukaan laut. Ketiga daerah dataran alluvial dengan ketinggian daerah berkisar antara 25m sampai 75 m dari permukaan laut. Keempat, daerah dataran rawa pasang surut di sepanjang pantai timur. Kelima, daerah river basin yang meliput Tulang Bawang, Seputih, Sekampung, Semangka dan Way Jepara.

c. Iklirm dan curah hujanPada tahun 2007, suhu udara rata-rata siang hari berkisar antara 31oC sampai 35,4oC, sedangkan

suhu udara pada malam hari berkisar antara 20,8oC sampai 24,0oC. Sedangkan rata-rata curah hujan 141,29 mm. Curah hujuan tertinggi terjadi pada bulan Januari yaitu mencapai 326,6 mm dan terendah pada bulan September yaitu 0,0 mm.

5.4.2. Kondisi Demografisa. Jumlah dan struktur penduduk

Berdasarkan hasil estimasi jumlah penduduk tahun 2006, jumlah penduduk Lampung tahun 2007 tercatat sebesar 7.211.586 orang, dengan rasio jenis kelamin sebesar 106,10. Kepadatan penduduk mencapai 204 jiwa perkilometer persegi.

b. KetenagakerjaanJumlah pencari kerja yang terdaftar di Propinsi Lampung untuk tahun 2007 adalah sebanyak

60.717, dimana sebagian besar pencari kerja memiliki tingkat pendidikan SLTA, mencapai 64,77%.

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 80

Page 81: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Sedangkan pencari kerja dengan tingkat pendidikan sarjana S1 sebanyak 20,93% dari total keseluruhan pencari kerja.5.4.3. Pemetaaan Potensi Pengembangan Bahan Baku BBNa. Pertaniana.1. Tanaman pangan

Produksi padi di Propinsi Lampung sebesar 2.129.914 ton pada tahun 2007, dengan sentra produksi terbesar di kabupaten Lampung Tengah (23,15%). Produksi ubi kayu, kacang tanah dan ubi jalar mengalami peningkatan di tahun 2007, secara berurutan 5.499.403 ton, 11.888 ton dan 42.586 ton, sedangkan produksi jagung, kacang hijau dan kedelai mengalami penurunan, masing-masing 1.183.982 ton, 4.456 ton dan 3.594 ton.

Tabel 5.10. Distribusi Produksi Padi dan Palawija (Ton), Luas Areal Produksi (Ha) dan Rata-rata Produksi (Kw/Ha) yang Berpotensi sebagai Bahan Baku BBN di tiap Kabupaten

di Propinsi Lampung Tahun 2007

Kabupaten/Kota

Padi Jagung

Areal Produksi

Jumlah Produksi

Rata-rata Produksi

Areal Produksi

Jumlah Produksi

Rata-rata Produksi

Lampung Barat 27.034 114.791 42.46 943 2950 31.28

Tanggamus 50.359 229.679 45.61 9.637 32.890 34.13

Lampung Selatan 83.866 373.21 44.50 92.251 344.511 37.34

Lampung Timur 80.714 357.528 44.30 99.566 349.652 35.12

Lampung Tengah 113.721 493.123 43.36 79.522 285.450 35.90

Lampung Utara 30.779 110.865 36.02 29.468 98.104 33.29

Way Kanan 34.14 133.792 39.19 10.582 35.022 23.65

Tulang Bawang 67.937 291.92 42.97 9.980 32.945 33.01

Bandar Lampung 1.764 7.823 44.35 226 845 37.39

Metro 3.788 17.183 45.36 465 4.613 99.20

Jumlah 494.102 2.129.914 428.12 332.6401.189.98

2400.31

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 81

Page 82: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Tabel 5.10. (Lanjutan)

Kabupaten/Kota

Ubi Kayu Ubi Jalar

Areal Produksi

Jumlah Produksi

Rata-rata Produksi

Areal Produksi

Jumlah Produksi

Rata-rata Produksi

Lampung Barat 427 7.649 179.13 387 3.695 95.48

Tanggamus 2.296 42.444 184.86 413 3.946 95.54

Lampung Selatan 22.436 234.877 104.69 962 9.223 95.87

Lampung Timur 41.253 798.456 193.55 416 4.097 98.49

Lampung Tengah 88.575 1.724.754 194.72 1.002 9.979 99.59

Lampung Utara 29.972 581.592 194.05 444 4.233 95.34

Way Kanan 17.690 341.635 193.12 248 2.372 95.65

Tulang Bawang 90.441 1.761.730 194.79 427 4.073 95.39

Bandar Lampung 181 3.428 189.39 52 502 96.54

Metro 159 2.838 178.49 49 466 95.10

Jumlah 293.4305.499.40

31806.80 4.449 42.586 962.98

Tabel 5.10. (Lanjutan)

Kabupaten/Kota

Kacang Tanah Kedelai

Areal Produksi

Jumlah Produksi

Rata-rata Produksi

Areal Produksi

Jumlah Produksi

Rata-rata Produksi

Lampung Barat 361 406 11.25 123 130 10.57

Tanggamus 596 660 11.07 335 356 10.63

Lampung Selatan 818 1.003 12.26 120 126 10.50

Lampung Timur 950 1.087 11.44 358 389 10.87

Lampung Tengah 2.606 3.061 11.75 788 898 11.40

Lampung Utara 1.225 1.422 11.61 95 110 11.58

Way Kanan 2.418 2.881 11.91 962 1.159 12.05

Tulang Bawang 1.057 1.257 11.89 359 407 11.34

Bandar Lampung 60 71 11.83 - - -

Metro 36 40 11.11 18 19 10.56

Jumlah 10.127 11.888 116.13 3.158 3.594 99.48

a.2. PerkebunanProduksi kopi robusta dari perkebunan rakyat tahun 2007 sebesar 141.285 ton, dengan kabupaten Lampung Barat sebagai sentra produksinya.

Propinsi Lampung juga menghasilkan beragam sayur mayur dan buah-buahan dengan jumlah yang cukup besar untuk jenis kacang-kacangan (11.191 ton), terong (12.345 ton), ketimun (12.204 ton), jeruk

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 82

Page 83: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

siam (65.407 ton), pisang (408.827 ton) dan pepaya (24.537 ton). Selain itu perkebunan besar di Propinsi Lampung meliputi Perkebunan Rakyat, Perkebunan Negara dan Perkebunan Swasta. Hasil komoditas yang menonjol dari segi jumlah antara lain tebu dan kelapa.

Tabel 5.11. Distribusi Hasil Perkebunan (Ton), Luas Areal Produksi (Ha) dan Rata-rata Produksi (Kw/Ha) yang Berpotensi sebagai Bahan Baku BBN di tiap Kabupaten di Propinsi Lampung Tahun 2007

Kabupaten/KotaTebu Kelapa Dalam

Areal Produksi

Jumlah Produksi

Rata-rata Produksi

Areal Produksi

Jumlah Produksi

Rata-rata Produksi

Lampung Barat - - - 4.496 2.677 5.95

Tanggamus - - - 19.385 15.978 8.24

Lampung Selatan - - - 44.807 41.140 0.92

Lampung Timur - - - 26.971 24.945 9.25

Lampung Tengah - - - 16.698 9.876 5.91

Lampung Utara 8.185 47.618 58.18 3.969 2.236 5.63

Way Kanan - - - 7.142 2.349 3.29

Tulang Bawang - - - 5.963 3.563 5.98

Bandar Lampung - - - 754 240 3.18

Metro - - - - - -

Jumlah 8.185 47.618 58.18 160.185 103.004 48.36

Tabel 5.11. (Lanjutan)

Kabupaten/Kota

Kelapa Hibrida Karet

Areal Produksi

Jumlah Produksi

Rata-rata Produksi

Areal Produksi

Jumlah Produksi

Rata-rata Produksi

Lampung Barat 29 7 2.41 - - -

Tanggamus 600 130 2.17 84 38 4.52

Lampung Selatan 1.794 700 0.39 1.006 692 6.88

Lampung Timur 278 90 3.24 454 267 5.88

Lampung Tengah 693 200 2.89 855 106 1.24

Lampung Utara 604 240 3.97 12.033 4.712 3.92

Way Kanan 1.149 150 1.31 26.524 6.297 2.37

Tulang Bawang 233 150 6.44 27.405 17.664 6.45

Bandar Lampung 26 3 1.15 - - -

Metro - - - - - -

Jumlah 5.406 1.670 23.96 68.361 29.776 31.26

Tabel 5.11. (Lanjutan)

Kabupaten/Kota Kakao Kapuk Kayu Manis

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 83

Page 84: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Areal Produksi

Jumlah Produksi

Rata-rata Produksi

Areal Produksi

Jumlah Produksi

Rata-rata

Produksi

Areal Produksi

Jumlah Produksi

Rata-rata Produksi

Lampung Barat 786 275 3.50 - - - 938 390 4.16

Tanggamus 14.017 7.180 5.12 298 89 2.99 739 106 1.43

Lampung Selatan 9.474 5.033 5.31 100 35 3.50 15 4 2.67

Lampung Timur 6.377 6.083 9.54 712 82 1.15 - - -

Lampung Tengah 2.718 938 3.45 455 187 4.11 - - -

Lampung Utara 1.276 967 7.58 913 375 4.11 46 13 2.83

Way Kanan 1.083 578 5.34 1.071 130 1.21 - - -

Tulang Bawang 712 397 5.58 69 6 0.87 - - -

Bandar Lampung 154 97 6.30 - - - - - -

Metro - - - - - - - - -

Jumlah 36.597 21.548 51.71 3.618 904 17.94 1.738 513 11.08

a.3. KehutananAreal Hutan di Propinsi Lampung mencapai 1.004.735 hektar, yang terdiri dari hutan lindung

(31,61%), Hutan Suaka Alam dan Hutan Wisata (33,48%), Hutan Produksi Terbatas (3,32%), Hutan Produksi Tetap (19,08%) dan Hutan Fungsi Khusus Pusat Latihan Gajah (12,30%). Dari hasil hutan didapatkan produksi kayu bulat dan persegi, serta hasil non kayu berupa damar batu, arang kayu dan rotan.

b. IndustriSektor Industri Pengolahan memiliki peranan keempat setelah sektor pertanian,

perdagangan/hotel/restoran, dan sektor jasa-jasa. Jumlah perusahaan industri besar/menengah di Propinsi Lampung tahun 2007 adalah 187 perusahaan, atau menurun 3,61% dari tahun sebelumnya. Industri yang paling banyak menyerap tenaga kerja adalah industri pengolahan dan pengawetan daging, ikan, buah-buahan, sayuran dan minyak, yaitu mencapai 46,19% dari keseluruhan tenaga kerja yang telah terserap. Disusul oleh industri makanan lainnya (18,69%) dan industri penggilingan padi-padian, tepung dan makanan ternak (12,52%).

5.4.4. Infrastruktur Wilayaha. Transportasi darat

Sarana perhubungan darat pada tahun 2007 terdiri dari 1.004,16 km jalan negara dan 2.369,97 km jalan propinsi. Dari total jalan tersebut, 37,16% dalam kondisi baik, 27,99% dalam kondisi sedang dan sisanya dalam kondisi rusak. Perhubungan darat di Propinsi Lampung juga ditunjang dengan sarana angkutan kereta api. Muatan barang yang diangkut melalui stasiun kereta api mengalami penurunan ditahun 2007, sedangkan jumlah penumpang yang menggunakan sarana angkutan api mengalami kenaikan.

b. Transportasi laut dan udaraPropinsi Lampung memiliki 3 pelabuhan laut, yaitu Panjang, Srengsem dan Bakauheni. Pelabuhan

Panjang digunakan untuk sarana angkutan barang, Pelabuhan Srengsem digunakan khusus untuk kegiatan ekspor gula tetes, sementara Pelabuhan Bakauheni untuk angkutan penumpang, barang dan kendaraan.Propinsi Lampung juga memiliki Bandar Udara Radin Inten II sebagai sarana lalu lintas udara.

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 84

Page 85: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

c. Kondisi Kelistrikan dan komunikasiSarana telekomunikasi yang tersedia di Propinsi Lampung mencapai 119.427 STT , namun yang

digunakan baru sebanyak 364 unit berupa telepon umum koin dan 4.564 wartel. Jumlah pelanggan yang menggunakan sarana telekomunikasi di tahun 2007 sebanyak 112.120 STT.

Sementara itu, untuk memenuhi kebutuhan energi listrik di Propinsi Lampung, produksi listrik yang dibangkitkan oleh PT PLN tahun 2007 adalah 1.523.201 Mwh. Dari jumlah tersebut yang terjual adalah 1.338.679 Mwh.

d. Sumber daya airSelain laut yang mengelilingi Propinsi Lampung di sisi selatan, barat dan timur, potensi sumberdaya

air juga diperoleh dari sungai-sungai yang terdapat di daratan. Panjang total sungai di Propinsi Lampung mencapai 2384 km, dengan Sungai Jepara sebagai sungai terpanjang. Daerah alir total yang dapat dicakup oleh keberadaan sungai-sungai tersebut seluas 49.001 km persegi.

5.5. Propinsi Jawa Barat5.5.1. Kondisi Geografisa. Batas wilayah

Propinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5o50’ – 7o50’ Lintang Selatan dan 104o48’ – 108o48’ Bujur Timur, dengan batas-batas wilayahnya adalah sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa dan DKI Jakarta, sebelah timur berbatasan dengan Propinsi Jawa Tengah, sebelah selatan berbatasan dengan Samudra Indonesia, dan sebelah barat berbatasan dengan Propinsi Banten.

b. Iklim dan curah hujanUntuk tahun 2007, kota Bandung sebagai Ibukota Propinsi Jawa Barat memiliki curah hujan yang

tertinggi pada bulan Desember dan terendah pada bulan Agustus. Sampai pada Mei 2007, curah hujan tertinggi terjadi pada bulan April dan terendah pada bulan Mei. Kelembaban rata-rata sepanjang tahun 2006/2007 adalah 137,1 %. Temperatur maksimum dicapai pada bulan Oktober yaitu mencapai 31,6oC, dan temperatur terendah di bulan Agustus sebesar 17,4oC.

5.5.2. Kondisi Demografisa. Jumlah dan struktur penduduk

Jumlah penduduk Jawa Barat pada tahun 2007 mencapai 40,74 juta jiwa. Penduduk terbanyak terdapat di Kabupaten Bandung, yaitu sebesar 4,4 juta jiwa, diikuti oleh Kabupaten Bogor 4,22 juta jiwa, sedangkan penduduk terkecil terdapat di Kabupaten Banjar, yaitu sebanyak 0,18 juta jiwa.

Kepadatan penduduk Jawa Barat mencapai 1.391,47 jiwa per kilometer persegi. Sex ratio penduduk Propinsi Jawa Barat adalah 102,08.

b. KetenagakerjaanJumlah angkatan kerja di seluruh Propinsi Jawa Barat sebanyak 17.340.593 orang, yang aktif bekerja sebanyak 89,05% dan yang menganggur sebesar 10,95%. Sebagian besar penduduk yang bekerja memiliki jenis pekerjaan utama sebagai tenaga produksi(32,34%), tenaga usaha pertanian (26,92%) dan tenaga

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 85

Page 86: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

usaha penjualan (24,01%). Jumlah total pencari kerja pada tahun 2007 adalah 938.977 orang, dengan komposisi 60,53% lulusan SLTA, 13,64% lulusan Sarjana, 10,38% lulusan Sarjana Muda, 12,25% lulusan SLTP dan 3,21% lulusan SD.

5.5.3. Pemetaan Potensi Pengembangan Bahan Baku BBNa. Pertaniana.1. Tanaman panganLuas lahan dengan menggunakan irigasi teknis seluas 380.348 hektar, atau sekitar 41,19% dari luas sawah lahan total. Sedangkan luas lahan kering bila dilihat menurut penggunaannya, yang utama adalah jenis Hutan Negara mencapai 601.118 hektar atau 22,52% dari jumlah lahan kering, disusul oleh Tegal/Kebun (20,53%). Hasil padi perhektar sebesar 0,64 kuintal untuk padi sawah, dan 2,14 kuintal perhektar untuk padi ladang.

Tabel 5.12. Distribusi Produksi Padi dan Palawija (Ton) , Luas Areal Produksi (Ha) dan Rata-rata Produksi (Kw/Ha) yang Berpotensi sebagai Bahan Baku BBN di tiap Kabupaten

di Propinsi Jawa Barat Tahun 2007

Kabupaten/Kota

Padi Jagung

Areal Produksi

Jumlah Produksi

Rata-rata Produksi

Areal Produksi

Jumlah Produksi

Rata-rata Produksi

Bogor 77.014 407.868 52,96 1.796 6.721 37,42

Sukabumi 137.824 685.917 49,77 4.214 16.432 38,99

Cianjur 138.171 689.005 49,87 6.077 25.504 41,97

Bandung 106.781 557.959 52,25 8.54 41.934 49,10

Garut 123.210 612.242 49,69 50.101 286.167 57,12Tasikmalaya 109.376 569.200 52,04 8.19 39.193 47,85

Ciamis 101.364 545.260 53,79 2.125 9.572 45,04Kuningan 57.893 308.973 53,37 5.428 21.626 39,84Cirebon 71.445 374.017 52,35 254 1.033 40,67Majalengka 94.032 508.887 54,12 12.201 59.588 48,84

Sumedang 73.170 384.928 52,61 11.155 43.911 39,36

Indramayu 195.78 1.031.790 52,70 337 1.255 37,24Subang 168.588 917.737 54,44 792 2.688 33,94Purwakarta 37.852 190.784 50,40 3.127 12.365 39,54

Karawang 178.582 971.254 54,39 41 147 35,85Bekasi 96.748 504.259 52,12 42 138 32,86Kota Bogor 1.465 7.604 51,90 285 1.131 39,68

Kota Sukabumi 3.957 20.918 52,86 149 501 33,62

Kota Bandung 3.133 16.588 52,95 91 291 31,98

Kota Cirebon 502 2.555 50,90 12 48 40,00

Kota Bekasi 1.183 6.014 50,84 90 294 32,67

Kota Depok 959 5.123 53,42 377 1.128 29,92

Kota Cimahi 526 2.807 53,37 22 88 40,00

Kota Tasikmalaya 12.320 63.457 51,55 181 758 41,88

Kota Banjar 6.395 33.426 52,27 170 750 44,12

Jumlah 1.798.260 9.418.572 52,38 115.797 573.263 49,51

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 86

Page 87: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Tabel 5.12.(Lanjutan)

Kabupaten/Kota

Ubi Kayu Ubi Jalar

Areal Produksi

Jumlah Produksi

Rata-rata Produksi

Areal Produksi

Jumlah Produksi

Rata-rata Produksi

Bogor 10.125 184.912 182,63 3.929 56.694 144,30

Sukabumi 6.709 123.717 184,40 1.499 21.820 145,56

Cianjur 6.586 116.581 177,01 1.772 20.943 118,19

Bandung 11.297 189.590 167,82 3.184 33.152 104,12

Garut 24.092 494.349 205,19 5.545 65.566 118,24

Tasikmalaya 21.271 413.955 194,61 2.461 23.636 96,04

Ciamis 6.588 111.982 169,98 603 5.441 90,23

Kuningan 3.109 45.903 147,65 5.991 100.169 167,20

Cirebon 263 3.088 117,41 191 1.983 103,82

Majalengka 2.656 35.833 134,94 779 9.3 119,38

Sumedang 8.863 129.591 146,22 1.533 20.41 133,14

Indramayu 206 2.422 117,57 8 85 106,25

Subang 1.51 22.29 147,62 190 2.521 132,68

Purwakarta 7.366 127.354 172,89 1.22 17.775 145,70

Karawang 936 18.687 199,65 42 453 107,86

Bekasi 260 3.24 124,62 22 199 90,45

Kota Bogor 243 3.314 136,38 207 2.108 101,84

Kota Sukabumi 98 1.274 130,00 75 892 118,93

Kota Bandung 83 835 100,60 82 792 96,59

Kota Cirebon 28 307 109,64 6 55 91,67

Kota Bekasi 102 1.106 108,43 56 620 110,71

Kota Depok 360 4.521 125,58 250 2.951 118,04

Kota Cimahi 90 1.133 125,89 37 385 104,05

Kota Tasikmalaya 459 5.158 112,37 69 680 98,55

Kota Banjar 363 3.531 97,27 54 413 76,48

Jumlah 113.663 2.044.673 179,89 29.805 389.043 130,53

Pada tahun 2007, produsen jagung terbesar di Jawa Barat adalah Kabupaten Garut yang menghasilkan 286.167 ton, disusul oleh Kabupaten Majalengka sebesar 59.588 ton. Penghasil ubi kayu terbesar di Jawa Barat adalah Kabupaten Garut sebanyak 494.349 ton dan disusul oleh Kabupaten Tasikmalaya sebesar 413.955 ton.

Tabel 5.12.(Lanjutan)

Kabupaten/Kota

Kacang Tanah Kedelai

Areal Produksi

Jumlah Produksi

Rata-rata Produksi

Areal Produksi

Jumlah Produksi

Rata-rata Produksi

Bogor 1.920 2.587 13,47 79 88 11,14

Sukabumi 7.145 10.244 14,34 927 1.335 14,40

Cianjur 11.144 14.161 12,71 3.034 4.431 14,61

Bandung 2.399 3.459 14,42 604 827 13,69

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 87

Page 88: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Garut 19.526 29.691 15,21 5.891 7.925 13,45

Tasikmalaya 4.514 5.967 13,22 895 1.159 12,95

Ciamis 2.186 2.907 13,30 2.395 3.336 13,93

Kuningan 2.482 4.019 16,19 761 863 11,34

Cirebon 255 427 16,75 143 162 11,35

Majalengka 2.060 2.924 14,19 614 786 12,80

Sumedang 4.345 5.757 13,24 903 1.191 13,19

Indramayu 445 663 14,90 1.095 1.682 15,36

Subang 2.870 4.254 14,82 116 201 17,33

Purwakarta 1.766 2.591 14,67 222 285 12,82

Karawang 706 1.055 14,94 95 108 11,37

Bekasi 91 120 13,19 23 23 10,00

Kota Bogor 102 119 11,67 - - -

Kota Sukabumi 27 33 12,22 7 8 11,43

Kota Bandung 28 31 11,07 - - -

Kota Cirebon 7 8 11,43 - - -

Kota Bekasi 58 66 11,38 - - -

Kota Depok 266 335 12,59 9 10 11,11

Kota Cimahi 21 29 13,81 - - -

Kota Tasikmalaya 161 199 12,36 35 36 10,29

Kota Banjar 129 171 13,26 30 38 12,75

Jumlah 64.653 91.817 14,20 17.878 24.494 13,70

Sementara itu, Kabupaten Garut dan Kabupaten Cianjur merupakan kabupaten produsen kedelai terbesar yang menghasilkan 7.925 dan 4.431 ton. Sedangkan produsen kacang hijau, kacang tanah dan ubi jalar terbesar di Jawa Barat terbesar adalah Kabupaten Cirebon, Kabupaten Garut dan Kabupaten Kuningan dengan produksi sebesar 1.888 ton, 29.691 ton dan 100.169 ton.

Mangga, pisang dan pepaya merupakan sebagian hasil buah-buahan yang cukup banyak di Propinsi Jawa Barat, dengan daerah penghasil terbanyak masing-masing adalah Indramayu, Ciamis, dan Bogor.a.2. Perkebunan

Propinsi Jawa Barat memiliki perkebunan yang dikelola oleh Perkebunan Besar Milik Negara dan Swasta serta Perkebunan Rakyat. Komoditi potensialnya adalah teh, kelapa, kelapa sawit, tebu dan karet, dengan jumlah produksi di tahun 2007 masing-masing 45.692,18 ton, 49.542 ton, 64.169,06 ton dan 10.037,21 ton.

Tabel 5.13. Distribusi Produksi Kelapa (Ton), Luas Areal Produksi (Ha) dan Rata-rata Produksi (Kw/Ha) untuk Masing-masing Jenis Kepemilikan Perkebunan

di tiap Kabupaten di Propinsi Jawa Barat Tahun 2007

Kabupaten/Kota

Kelapa

Perkebunan Rakyat Perkebunan Besar Swasta

Luas Areal ProduksiRata-rata Produksi

Luas Areal ProduksiRata-rata Produksi

Bogor 8.376,19 8.146,5 9.73 152,29 - -

Sukabumi 10.673,6 10.124,18 9.49 458,5 144,04 3.14

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 88

Page 89: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Cianjur 7.945,79 3.513,9 4.42 30,9 0,41 0.13

Bandung 2.052,46 1.314,09 6.40 - - -

Garut 5.407 2.371,36 4.39 - - -

Tasikmalaya 34.526,26 23.466,78 6.80 - - -

Ciamis 72.157,81 70.056,6 9.86 - - -

Kuningan 7.246,38 3.618,46 4.99 - - -

Cirebon 4.788,82 1.533,55 3.20 - - -

Majalengka 2.150 894,17 4.16 - - -

Sumedang 5.376 3.095,28 5.76 18 - -

Indramayu 6.611,94 3.973,44 6.01 - - -

Subang 4.503 3.717,4 8.26 - - -

Purwakarta 1.210,38 552,17 4.56 - - -

Karawang 3.370,63 5.468,39 16.23 - - -

Bekasi 3.024,12 1.146,5 3.79 - - -

Kota Sukabumi 43 43,6 10.14 - - -

Tasikmalaya 1.650,59 1.993,85 12.08 - - -

Kota Banjar 2.289 3.069 13.41 - - -

Jumlah 183.360,07 148.099,22 143.67 660.69 144,42 3.27

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 89

Page 90: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Tabel 5.14. Distribusi Produksi Tebu (Ton), Luas Areal Produksi (Ha) dan Rata-rata Produksi (Kw/Ha) untuk Masing-masing Jenis Kepemilikan Perkebunan

di beberapa Kabupaten di Propinsi Jawa Barat Tahun 2007

Kabupaten/Kota

Tebu

Perkebunan Rakyat Perkebunan Besar Negara

Luas Areal

ProduksiRata-rata Produksi

Luas Areal ProduksiRata-rata Produksi

Garut 59 198,09 33.58 - - -

Kuningan 690,85 4.292,8 6.21 - - -

Cirebon 8.157,75 46.748,09 57.30 - - -

Majalengka 838 4.612,92 55.05 3.125,23 15.956,19 51.06

Sumedang 134,5 753 55.99 - - -

Indramayu 50 211 42.20 3.977,57 20.307,87 51.05

Subang - - - 4.921,51 27.905 56.71

Jumlah 9.930,09 56.816,1 250.32 12.024,31 64.169,06 158.82

Tabel 5.15. Distribusi Produksi Karet (Ton), Luas Areal Produksi (Ha) dan Rata-rata Produksi (Kw/Ha) untuk Masing-masing Jenis Kepemilikan Perkebunan

di tiap Kabupaten di Propinsi Jawa Barat Tahun 2007

Kabupaten/Kota

Karet

Perkebunan Rakyat Perkebunan Besar Swasta

Luas Areal

ProduksiRata-rata Produksi

Luas Areal

ProduksiRata-rata Produksi

Bogor 544,72 353,96 6.50 1.969,46 1.359,49 6.90

Sukabumi 3.944,95 2.140,32 5.43 9.137,73 4.175,83 4.57

Cianjur 2.010,95 838,63 4.17 1.484,86 297,29 2.00

Bandung 101 46,5 4.60 1.509,37 1.384,23 9.17

Garut 560 - - 2.864 1.805 6.30

Tasikmalaya 101 19,01 1.88 3.137,63 958,91 3.06

Ciamis 76,26 58,11 7.62 178,52 - -

Kuningan - - - 55,30 8,03 1.45

Subang 6 7,75 12.92 - - -

Purwakarta 208,65 125,62 6.02 60 48,43 8.07

Karawang - - - - - -

Kota Banjar 43,85 22.25 5.07 - - -

Jumlah 7.597,38 3.612,15 54.21 20.396,8710.037,2

1 41.53

Tabel 5.15. (lanjutan)

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 90

Page 91: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Kabupaten/Kota

Karet

Perkebunan Besar Negara

Luas Areal

ProduksiRata-rata Produksi

Bogor - - -

Sukabumi 5.966,3 5.356,63 8.98

Cianjur 1.157,73 949,22 8.20

Bandung 904,37 680,91 7.53

Garut 1.091,63 3.495,04 32.02

Tasikmalaya 1.497,16 1.088,91 7.27

Ciamis 1.430,14 700,6 4.90

Kuningan - - -

Subang - - -

Purwakarta 4.779,82 6.501,46 13.60

Karawang 1.999,73 2.346,92 11.74

Kota Banjar 1.513,20 1.992,78 13.17

Jumlah23.341,0

1 23.112,47 107.40

Tabel 5.16. Distribusi Produksi Kakao (Ton), Luas Areal Produksinya (Ha) dan Rata-rata Produksi (Kw/Ha) untuk Masing-masing Jenis Kepemilikan Perkebunan

di Beberapa Kabupaten di Propinsi Jawa Barat Tahun 2007

Kabupaten/Kota

Kakao

Perkebunan Rakyat Perkebunan Besar Swasta

Luas Areal

ProduksiRata-rata Produksi

Luas Areal ProduksiRata-rata Produksi

Bogor 5,3 3,38 6.38 301,01 3,68 0.12

Sukabumi 339,2 19,27 0.57 1.010,5 413,53 4.09

Cianjur 127 18,82 1.48 614,67 736,17 11.97

Bandung - - - 633 378,87 5.99

Garut 8 0,15 0.19 - - -

Tasikmalaya 144,25 15,7 1.09 - - -

Ciamis 6.122,8 680,42 1.11 - - -

Sumedang 72 4,05 0.56 - - -

Indramayu - - - - - -

Subang - - - - 55,77 -

Purwakarta - - - 107,8 - -

Karawang 750 - - - - -

Tasikmalaya 36 1,35 0.38 - -

Kota Banjar 251,89 14,60 0.58 - - -

Jumlah 7.856,44 757,74 12.33 2.666,98 1.588,02 22.17

Tabel 5.16. (lanjutan)

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 91

Page 92: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Kabupaten/Kota

Kakao

Perkebunan Besar Negara

Luas Areal

ProduksiRata-rata Produksi

Bogor - - -

Sukabumi - - -

Cianjur 282,88 124,11 4.39

Bandung 567,38 251,74 4.44

Garut 769,03 249,17 3.24

Tasikmalaya 204,03 75,65 3.71

Ciamis 81.147 336,38 41.53

Sumedang - - -

Indramayu - - -

Subang 172,66 74,07 4.28

Purwakarta 32,43 7,25 2.27

Karawang - - -

Tasikmalaya -

Kota Banjar - - -

Jumlah 2.839,88 1.118,35 63.85

b. IndustriBerdasarkan hasil survei industri besar/sedang tahun 2007 di Jawa Barat terdapat 4.782

perusahaan dengan jumlah tenaga kerja terserap sebanyak 1.092.132 orang. Industri tekstil, pakaian jadi, kimia dan karet merupakan jenis industri yang banyak menyerap tenaga kerja.

5.5.4. Infrastruktur Wilayaha. Transportasi darat

Panjang jalan di Jawa Barat pada akhir tahun 2007 adalah 21.289,68 km, yang terdiri dari jalan aspal, berkerikil dan batu masing-masing sebanyak 90,14%, 8,63%, dan 4,11%. Dari seluruh jalan yang ada tersebut hanya 32,98% yang dalam kondisi baik, dan dalam kondisi sedang sebanyak 41,06%, sisanya masih dalam kondisi rusak dan rusak berat.

Lalu lintas Angkutan penumpang Kereta Api di wilayah Jawa Barat banyak diminati masyarakat dengan volume pengangkutan mencapai 11.082.957 orang. Sedangkan lalu lintas barang dengan menggunakan jasa Kereta Api sebesar 138.907 ton.

b. Transportasi UdaraJumlah penumpang domestik yang berangkat melalui Bandara Husein Sastranegara di tahun 2007

sebanyak 145.627 orang dan yang datang sebanyak 135.115 orang. Banyaknya barang yang dibongkar di Bandar Husein Sastranegara adalah 77.403 kg.

c. Sumber daya air dan kondisi kelistrikan

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 92

Page 93: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Jumlah titik pengambilan air bawah tanah di Jawa Barat tahun 2007 sebesar 6.289, dengan volume pengambilan air tanah sebesar 227.868.919.808 m3. Jumlah perusahaan air minum di Jawa Barat sebanyak 21 perusahaan dengan kemampuan kapasitas produksi efektif sebesar 12.350 liter perdetik. Sedangkan jumlah kapasitas produksi potensial adalah sebesar 15.382 liter perdetik.

Sedangkan produksi air terbesar bersumber dari sungai sebesar 251,7 juta m3. Pendistribusian air disalurkan ke berbagai golongan konsumen antara lain rumah tangga, niaga/perdagangan dan industri badan sosial, umum, instansi pemerintah dan lainnya.

Tahun 2007 jumlah pelanggan listrik sebesar 6.650.023 dengan daya tersambung 10.240.389.418 kwh dan energi listrik yang terjual sebesar 24.637.559.989 ribu kwh. Akan tetapi 27.271.643.95 ribu kwh yang siap dijual hanya 90,65% yang dijual, sisanya susut atau hilang.

Jumlah desa yang dialiri listrik pada tahun 2007 sebanyak 5.287 desa dengan daya tersambung 4.441.894 MVA.

5.6. Propinsi Jawa Tengah

5.6.1. Kondisi geografisa.Luas Daerah

Secara administratif propinsi Jawa Tengah terbagi menjadi 29 kabupaten dan 6 kotamadya. Luas wilayah jawa Tengah padatahun 2007 tercatat sebesar 3,25 juta hektar atau sekitar 25,04% dari luas Pulau Jawa (1,70 % dari luas Indonesia). Luas yang ada, terdiri dari 992 ribu hektar (30,50%)lahan sawah dan 2,26 juta hektar (69,50%)bukan lahan sawah. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, luas lahan sawah tahun 2007 turun sebesar 0,35%, sebaliknya luas bukan lahan sawah naik sebesar 0,16 %.

b.Batas WilayahJawa tengah sebagai salah satu propinsi di pulau jawa, letaknya diapit oleh dua propinsi besar yaitu

Jawa Barat dan Jawa Timur, sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia. Letaknya antara 5o40’ dan 8o30’ Lintang Selatan dan antara 108o30’ dan 111o30’ Bujur Timur (termasuk Pulau Karimun Jawa). Jarak terjauh dari Barat ke Timur adalh 263 km dan dari Utara ke Selatan 226 km (tidak termasuk Pulau Karimun Jawa).

c.IklimSuhu udara rata-rata di Jawa Tengah tahun 2007 berkisar antara 24,4oC sampai dengan 28,5oC.

Tempat-tempat yang letaknya berdekatan dengan pantai mempunyai suhu udara rata-rata relative tinggi. Untuk kelembaban udara rata-rata bervariasi dari 73 % - 86 %.

d.Curah HujanCurah hujan tertinggi tercatat di Sempor Kebumen sebesar 3 068 mm dan hari hujan terbanyak

tercatat di Stasium Meteorologi Cilacap sebesar 179 hari

e.TopografisJawa tengah terdapat beberapa sungai, gunung, dataran tinggi ada di daerah Purworejo yang

berbatasan dengan wonosobo, temanggung, Dieng. Lahan yang ada di propinsi ini tahun 2007, terdiri dari hutan 20%, tegalan dan huma 23,2%, lahan yang berpengairan teknis 11,9 %, lahan berpengairan non teknis 9,7 %, lahan untuk bangunan 17,9%, dan lainnya 17,3 %.

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 93

Page 94: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

5.6.2. Kondisi Demografisa.Jumlah dan struktur penduduk

Berdasar Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2007, jumlah penduduk Jawa Tengah tercatat sebesar 32,18 juta jiwa atau sekitar 14% dari jumlah penduduk Indonesia. Ini menempatkan Jawa Tengah sebagai propinsi ketiga di Indonesia dengan jumlah penduduk terbanyak setelah Jawa Barat dan Jawa Timur. Jumlah penduduk perempuan lebih besar dibandingkan jumlah penduduk laki-laki. Ini ditunjukkan oleh rasio jenis kelamin (rasio jumlah penduduk perempuan sebesar 99,57. Penduduk Jawa Tengah belum menyebar secara merata di seluruh wilayah Jawa Tengah, Penduduk banyak menumpuk di daerah kota dibanding Kabupaten . Rata-rata kepadatan penduduk Jawa Tengah tercatat sebesar 989 jiwa /km2, dan wilayah terpadat adalah kota Surakarta dengan dengan tingkat kepadatan sekitar 12 ribu jiwa/km2.

b.Tingkat PendidikanPenduduk yang bersekolah selama periode tahun pelajaran 2005/2006 – 2006/2007 mengalami

penurunan. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya murid tercatat pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa Tengah. Penurunan ini terjadi pada jenjang pendidikan SD sebesar 9,09, tingkat SLTP turun sebesar 1,71 % dan SLTA turun 1,38%.

Penduduk usia sekolah tahun 2006, total 10.474.804 menurut kelompok umur 7-12 tahun 3.705.802 jiwa, 13-15 tahun 1.908.718 jiwa, 16-18 tahun 1.793.302 jiwa, 19-24 tahun 3.066.982 jiwa. Banyaknya mahasiswa PTN periode lima tahun terakhir berfluktuasi. Pada tahun 2006/2007, jumlah mahasiswa naik menjadi 115.887 mahasiswa. Jumlah PTN di Jawa tengah ada 4, PTS 261, mahasiswa yang ada didalamnya tidak hanya dari penduduk Jawa Tengah saja. Sehingga belum ada informasi yang riil jumlah penduduk Jawa tengah lulusan perguruan Tinggi.

c.KetenagakerjaanMenurut Badan Pusat Statistik, penduduk usia kerja adalah didefinisikan sebagai penduduk yang

berumur 10 tahun ke atas, dan dibedakan sebagai angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Pertumbuhan penduduk tiap tahun akan berpengaruh terhadap pertumbuhan angkatan kerja.

Berdasarkan hasil susenas, angkatan kerja di Jawa Tengah tahun 2007 mencapai 16,41 juta orang atau turun sebesar 1,36 % dibanding tahun sebelumnya. Dengan angka ini tingkat partisipasi angkatan kerja pendudduk Jawa Tengah tercatat sebesar 60,68. Sedangkan angka pengangguran terbuka di Jawa Tengah relative kecil, yaitu sebesar 7,30 %.

Bila dibedakan menurut status pekerjaan utamanya, buruh/karyawan sebesar 27,70%. Status pekerjaan tersebut lebih besar disbanding status pekerjaan lain. Berusaha dengan dibantu buruh tidak tetap tercatat sebesar 19,14%, berusaha sendiri tanpa dibantu orang lain sebesar 20,90 %, berusaha sendiri dibantu buruh tetap dan pekerja lainnya tercatat sebesar 29,09%.

Sektor tersier dimasuki sekitar 37,49% pekerja dan merupakan sektor terbanyak menyerap pekerja. Hal ini karena sektor tersebut tidak memerlukan pendidikan khusus. Sektor lain yang cukup banyak menyerap pekerja adalah sektor primer dan sekunder, masing-masing tercatat sebesar 37,36% dan 25,15 %.

5.6.3. Pemetaan Potensi Pengembangan Bahan Baku BBNa.Pertaniana.1.Tanaman pangan

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 94

Page 95: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Propinsi Jawa tengah merupakan salah satu propinsi penyangga pangan nasional, oleh karena itu produktivitas padi khususnya terus dipicu. Pada tahun 2007, produktivitas padi sekitar 52,20 kuintal per hektar, turun 0,17 % disbanding produktivitas tahun sebelumnya. Sementara luas panen padi dan jumlah produksi padi justru mengalami kenaikan masing-masing sebesar 3,80% dan 3,62 %. Sebagian besar produksi padi merupakan padi sawah, yaitu sekitar 97,96%. Produktivitas padi di Kabupaten Sukoharjo adalah tertinggi diantara produktivitas padi di Kabupaten/kota lain, yakni sekitar 56,54 kuintal per hektar. Sedangkan produktivitas terendah tercatat di Kabupaten Wonogiri yaitu sebesar 48,53 kuintal per hektar.

Tabel 5. 17. Distribusi Produksi Padi dan Palawija (ton), Luas Areal Produksinya (Ha), dan Rata-rata produksinya (Kw/ton) yang Berpotensi sebagai Bahan Baku BBN di Tiap Kabupaten di Jawa Tengah Tahun

2007

No

Kabupaten/Kota

padi jagung

Luasproduksi

Jumlah Produksi

Rata-rataProduksi

Luasproduksi

Jumlah Produksi

Rata-rataProduksi

1 Cilacap 114.882 623.289 54,25 2.109 9.701 46,002 Banyumas 67.202 353.823 52,25 2.892 11.343 39,223 Purbalingga 30.33 156.751 51,68 5.846 22.231 38,034 Banjarnegara 25.599 134.967 52,72 21.613 74.576 34,505 Kebumen 73.459 377.026 51,32 3.211 12.089 37,656 Purworejo 52.569 278.468 52,97 3.104 11.724 37,777 Wonosobo 32.087 164.273 51,20 28.179 98.258 34,878 Magelang 53.701 274.672 51,15 12.222 46.482 38,039 Boyolali 44.416 234.812 52,87 25.687 98.436 38,3210 Klaten 58.797 322.956 54,93 9,029 35.613 39,4411 Sukoharjo 49.422 279.448 56,54 5.625 22.82 40,5712 Wonogiri 54.762 265.737 48,53 72.956 282.96 38,7813 Karanganyar 42.402 236.033 55,67 5.221 19.582 37,5114 Sragen 88.386 469.467 53,12 6.046 22.829 37,7615 Grobogan 106.874 594.877 55,66 86.651 341.13 39,3716 Blora 72.872 360.21 49,43 46.454 166.703 35,8917 Rembang 40.07 195.587 48,81 20.418 66.662 32,6518 Pati 94.326 464.33 49,23 12.513 40.333 32,2319 Kudus 31.876 159.826 50,14 1.544 5.242 33,9520 Jepara 38.364 194.613 50,73 3.251 12.131 37,3121 Demak 92.304 497.245 53,87 13.298 50.676 38,1122 Semarang 34.941 177.296 50,74 11.894 45.182 37,9923 Temanggung 31.374 168.067 53,57 32.537 117.778 36,2024 Kendal 40.145 210.288 52,38 18.736 70.735 37,7525 Batang 41.659 209.466 50,28 6.144 23.938 38,9626 Pekalongan 44.566 217.718 48,85 4.414 15.49 35,0927 Pemalang 69.62 340.089 48,85 11.073 40.511 36,5928 Tegal 51.183 267.751 52,31 14.461 52.854 36,5529 Brebes 82.983 445.103 53,64 9.587 33.925 35,3930 Kota Magelang 470 2.371 50,45 - - -31 Kota Surakarta 257 1.269 49,39 16 51 31,6732 Kota Salatiga 1.369 6.876 50,23 721 2.447 33,93

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 95

Page 96: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

No

Kabupaten/Kota

padi jagung

Luasproduksi

Jumlah Produksi

Rata-rataProduksi

Luasproduksi

Jumlah Produksi

Rata-rataProduksi

33 Kota Semarang 5.547 26.948 48,58 475 1.591 33,5034 Kota Pekalongan 2.43 12.114 49,85 - - -35 KotaTegal 1.071 5.519 51,53 1 3 33,00

Jumlah 1.672.315 8.729.290 52,20 497.928 1.856.022 37,27

Secara umum, luas panen, produktivitas per hektar dan produksi tanaman palawija di Jawa Tengah tahun 2007 hampir semua mengalami penurunan dibandingkan tahun dengan tahun sebelumnya, kecuali ubi kayu dan kacang hijau. Luas panen jagung, ubi jalar, kacang tanah, dan kacang kedelai masing-masing mengalami penurunan sebesar 16,50%, 16,06 %, 4,81 %, dan 51,36% %. Sedangkan untuk ubi kayu dan kacang hijau mengalami peningkatan sebesar 0,44% dan 10,15 %.

Tabel 5.17. (Lanjutan)

No

Kabupaten/Kota

Ubi kayu

ubi jalar

Luasproduksi

Jumlah Produksi

Rata-rataProduksi

Luasproduksi

Jumlah Produksi

Rata-rataProduksi

1 Cilacap 7.626 131.229 172,08 304 4.137 136,072 Banyumas 9.14 158.084 172,96 131 1.741 132,873 Purbalingga 6.584 114.738 174,27 291 3.647 125,324 Banjarnegara 12.895 222.188 172,31 296 3.913 132,185 Kebumen 8.497 146.561 172,49 46 593 128,986 Purworejo 8.583 148.974 173,57 30 387 129,107 Wonosobo 7.921 130.415 164,64 586 7.671 130,908 Magelang 4.031 68.153 169,07 1.393 18.869 135,469 Boyolali 8.197 134.963 164,65 45 613 136,2210 Klaten 1.447 25.216 174,26 294 4.035 137,2611 Sukoharjo 5.224 89.489 171,30 3 40 133,0012 Wonogiri 72.398 1.211.234 167,30 178 2.38 133,6913 Karanganyar 5.768 98.539 170,84 583 7.961 136,5614 Sragen 5.53 95.301 172,33 4 53 132,0015 Grobogan 1.495 24.448 163,53 137 1.844 134,5916 Blora 1.337 21.521 160,97 491 6.493 132,2517 Rembang 2.281 35.729 156,64 310 4.103 132,3618 Pati 14.02 227.803 162,48 173 2.321 134,1819 Kudus 1.297 22.143 170,72 108 1.355 125,4620 Jepara 9.213 144.788 157,16 161 2.087 129,6221 Demak 1.298 21.15 162,94 286 3.662 128,0422 Semarang 1.828 29.328 160,44 734 9.627 131,16

23 Temanggung 3.689 60.576 164,21 336 4.301 128,00

24 Kendal 1.867 31.698 169,78 391 5.235 133,8925 Batang 2.362 39.164 165,81 1.079 13.508 125,1926 Pekalongan 697 11.56 165,85 137 1.709 124,7227 Pemalang 2.177 35.751 164,22 184 2.404 130,64

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 96

Page 97: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

No

Kabupaten/Kota

Ubi kayu

ubi jalar

Luasproduksi

Jumlah Produksi

Rata-rataProduksi

Luasproduksi

Jumlah Produksi

Rata-rataProduksi

28 Tegal 1.022 16.781 164,19 235 3.093 131,6029 Brebes 2.134 34.12 159,89 318 4.166 131,00

30 Kota Magelang 6 98 163,67 - - -

31 Kota Surakarta 18 304 169,00 - - -

32 Kota Salatiga 480 7.765 161,77 17 218 128,12

33 Kota Semarang 855 14.01 163,86 103 1.321 128,24

34 Kota Pekalongan - - - - - -

35 KotaTegal - - - - - - Jumlah 211.917 3.553.820 167,70 9.384 123.486 131,59

Produksi tertinggi jagung, ubi kayu, ubi jalar berturut-turut 46,00 kwintal/Ha, 174,27 kwintal/Ha. Dan 137,26 kwintal/Ha masing-masing di Kabupaten Cilacap, Purbalingga, dan Klaten. Untuk komoditas kacang tanah dan kedelai produksi terbanyak di Kabupaten Jepara serta Demak.

Tabel 5.17.(Lanjutan)

No

Kabupaten/Kota

Kacang tanah

kedelai

Luasproduksi

Jumlah Produksi

Rata-rataProduksi

Luasproduksi

Jumlah Produksi

Rata-rataProduksi

1 Cilacap 2.213 2.51 11,34 2.546 3.677 14,442 Banyumas 4.72 5.737 12,15 3.323 4.649 13,993 Purbalingga 2.342 2.546 10,87 161 280 17,384 Banjarnegara 2.584 2.755 10,66 141 189 13,435 Kebumen 6.62 7.604 11,49 4.406 8.54 19,386 Purworejo 1.842 2.237 12,14 452 1.027 22,727 Wonosobo 565 652 11,54 43 75 17,548 Magelang 1.332 1.771 13,30 2 2 10,279 Boyolali 5.191 6.634 12,78 1.786 5.675 31,7810 Klaten 2.957 3.544 11,98 4.553 7.245 15,9111 Sukoharjo 10.344 13.457 13,01 1.896 6.531 34,4512 Wonogiri 49.052 59.486 12,13 12.472 37.739 30,2613 Karanganyar 6.059 7.613 12,57 224 306 13,6614 Sragen 13.506 15.259 11,30 2.884 4.151 14,3915 Grobogan 1.567 1.986 12,68 3.995 15.313 38,3316 Blora 3.426 4.025 11,75 2.341 6.725 28,7317 Rembang 3.109 3.452 11,10 2.056 6.687 32,5218 Pati 3.36 4.035 12,01 3.351 4.491 13,4019 Kudus 427 570 13,35 975 1.305 13,3820 Jepara 12.088 16.172 13,38 27 40 14,6821 Demak 461 588 12,75 1.979 7.758 39,2022 Semarang 2.788 3.204 11,49 170 249 14,6623 Temanggung 2.712 3.217 11,86 30 49 16,2724 Kendal 4.076 4.825 11,84 397 867 21,8425 Batang 1.913 2.235 11,69 2 2 8,31

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 97

Page 98: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

No

Kabupaten/Kota

Kacang tanah

kedelai

Luasproduksi

Jumlah Produksi

Rata-rataProduksi

Luasproduksi

Jumlah Produksi

Rata-rataProduksi

26 Pekalongan 431 554 12,86 73 102 13,9627 Pemalang 320 404 12,62 14 24 17,1728 Tegal 576 710 12,32 377 544 14,4329 Brebes 493 601 12,20 5.409 7.969 14,7330 Kota Magelang 1 1 10,29 - - -31 Kota Surakarta 17 21 12,60 - - -32 Kota Salatiga 5 6 12,21 3 2 5,1733 Kota Semarang 580 655 11,29 27 48 17,7034 Kota Pekalongan - - - - - -35 KotaTegal - - - - - - Jumlah 147.677 179.067 12,13 56.115 132.261 23,57

Produktivitas semua tanaman palawija tahun 2007 mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2006. Demikian pula dengan produksi semua tanaman palawija mengalami penurunan kecuali produksi ubi kayu dan kacang hijau yang mengalami kenaikan sebesar 2,15 % dan 13,10 %. Produktivitas tanaman jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, kacang kedelai dan kacang hijau mengalami peningkatan masing-masing sebesar 1,41 %; 1,70%; 1,73%; 1,25%, 67,78%, dan 2,68%. Demikian juga untuk produksi jagung, ubi jalar, kacang tanah, dan kacang kedelai mengalami penurunan sebesar 15,30%; 14,60%; 3,62%; dan 20,85 % dibandingkan tahun sebelumnya.

Secara umum, produksi beberapa jenis sayuran (bawang merah, bawang putih, kentang, kubis, cabe, tomat, wortel, kacang panjang, buncis dan ketimun dll) selama tahun 2002-2006 mengalami fluktuasi. Hampir semua produksi jenis sayuan mengalami kenaikan kecuali kacang merah, wortel, bawang putih dan kembang kol.

Produksi beberapa jenis buah-buahan seperti mangga, rambutan, duku, klengkeng, belimbing, durian, pisang, salak, jeruk nanas dan papaya dalam periode tahun 2002-2006 juga fluktuatif. Pada tahun 2006, diantara buah-buahan yang mengalami peningkatan produksi dibandingkan tahun 2005 adalah mangga, rambutan, belimbing, durian, salak, nanas, papaya,semangka alpokat, jambu biji, jambu air, manggis, nangka, sawo dan sirsak. Sedangkan produksi buah duku, pisang, jeruk siam, melon jambu besar dan markisa mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya. a.2.Perkebunan

Produksi tanaman perkebunan merupakan salah satu sumber devisa sektor pertanian. Perkebunan terdiri dari perkebunan besar dan perkebunan rakyat. Luas dan produksi tanaman perkebunan besar tahun 2007 pada umumnya mengalami penurunan dibanding dengan luas tanaman dan produksi tahun sebelumnya. Peningkatan dialami untuk karet. Luas dan produksi tanaman perkebunan rakyat selama tahun 2002 – 2006 di Jawa tengah mengalami fluktuasi. Dilihat dari sisi luas, tanaman perkebunan rakyat yang mempunyai area yang cukup besar pada tahun 2007 adalah tanaman cengkeh, kapuk, tebu, kelapa, kopi, tembakau dan jambu mete. Sedangkan dilihat dari sisi produksi tanaman kelapa, tebu, kapuk, tembakau, melati putih, nilam dan jahe mempunyai produksi besar.

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 98

Page 99: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Tabel.5.18.Distribusi Hasil Perkebunan (ton), Luas Areal Produksi (Ha), dan Rata-rata Produksi yang Berpotensi sebagai Bahan Baku BBN di Jawa Tengah

Kelapa tebu No Kabupaten/Kota Luas Jumlah Rata-rata Luas Jumlah Rata-rata produksi Produksi Produksi produksi Produksi Produksi

1 Cilacap 24,199.00 8,562.15 3.54 - - -

2 Banyumas 13,593.96 10,243.74 7.54 - - -

3 Purbalingga 13,585.89 12,549.63 9.24 196.15 927.91 47.31

4 Banjarnegara 11,985.82 10,901.50 9.10 - - -

5 Kebumen 32,483.00 30,351.52 9.34 127.00 181.53 14.29

6 Purworejo 17,237.32 18,257.61 10.59 762.49 2,125.52 27.88

7 Wonosobo 5,215.93 2,270.61 4.35 - - -

8 Magelang 6,005.00 5,760.00 9.59 625.00 1,785.57 28.57

9 Boyolali 4,295.26 2,792.70 6.50 377.79 1,365.32 36.14

10 Klaten 7,964.02 6,177.21 7.76 1,713.32 5,398.89 31.51

11 Sukoharjo 1,411.50 539.62 3.82 1,032.20 3,147.90 30.50

12 Wonogiri 15,799.00 11,188.40 7.08 856.00 3,228.00 37.71

13 Karanganyar 3,267.97 2,448.53 7.49 2,243.23 8,170.10 36.42

14 Sragen 7,380.00 4,882.32 6.62 4,981.26 18,877.73 37.90

15 Grobogan 3,965.52 1,571.68 3.96 577.16 807.29 13.99

16 Blora 3,031.59 995.57 3.28 631.00 99,908.00 1,583.33

17 Rembang 7,209.00 4,912.08 6.81 6,140.00 23,127.55 37.67

18 Pati 6,348.00 4,732.79 7.46 10,694.30 41,201.64 38.53

19 Kudus 724.52 469.94 6.49 2,600.12 9,000.00 34.61

20 Jepara 12,660.59 13,341.24 10.54 2,596.50 10,901.10 41.98

21 Demak 1,229.86 595.20 4.84 157.00 500.58 31.88

22 Semarang+ Kota Salatiga 6,501.15 413,306.00 635.74 351.99 860.15 24.44

23 Temanggung 2,004.67 911.54 4.55 68.23 48.90 7.17

24 Kendal 1,817.77 887.22 4.88 339.08 1,458.63 43.02

25 Batang 2,049.10 1,028.26 5.02 108,326.00 4,549.70 0.42

26 Kab/Kota Pekalongan 3,505.45 2,280.37 6.51 2,286.46 11,673.52 51.05

27 Pemalang 4,463.15 3,606.94 8.08 2,725.00 17,582.59 64.52

28 Tegal 4,409.84 1,795.21 4.07 5,375.97 31,823.28 59.20

29 Brebes 6,178.00 4,875.00 7.89 4,676.00 18,640.10 39.86

30 Kota Surakarta 118.40 14.40 1.22 - - -

31 Kota Semarang 1,206.16 779.75 6.46 - - -

Jumlah 231,846.44 583,028.73 25.15 160,459.25 317,291.50 19.77

Tebu terbanyak dihasilkan di Kabupaten Blora dengan rata-rata 1.583,33 kwintal/Hektar, Sedangkan untuk kelapa, produksi terbesar di Kabupaten Semarang dan Kota Salatiga mencapai produksi total 635,74 kwintal/hektar.

Tabel 5.18. (Lanjutan) No

Kabupaten/Kota Kakao kapuk

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 99

Page 100: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Luasproduksi

Jumlah Produksi

Rata-rataProduksi

Luasproduksi

Jumlah Produksi

Rata-rataProduksi

Cilacap 621.00 29.57 0.48 202.00 13.70 0.68

2 Banyumas - - - 24.95 10.82 4.34

3 Purbalingga 38.54 2.74 0.71 4.76 1.25 2.63

4 Banjarnegara 52.80 4.50 0.85 42.30 8.00 1.89

5 Kebumen 38.00 1.82 0.48 252.00 17.00 0.67

6 Purworejo 45.79 13.27 2.90 10.37 1.89 1.82

7 Wonosobo 370.21 44.01 1.19 14.20 2.54 1.79

8 Magelang 78.00 39.00 5.00 10.00 3.00 3.00

9 Boyolali - - - 194.04 46.28 2.39

10 Klaten - - - 473.62 50.16 1.06

11 Sukoharjo - - - 620.00 55.13 0.89

12 Wonogiri 833.00 646.91 7.77 1,290.00 94.72 0.73

13 Karanganyar - - - 23.00 6.81 2.96

14 Sragen - - - 1,571.00 182.52 1.16

15 Grobogan - - - 828.10 155.54 1.88

16 Blora - - - 1,118.90 - -

17 Rembang - - - 1,564.00 319.23 2.04

18 Pati - - - 16,330.00 8,224.84 5.04

19 Kudus 3.50 0.36 1.03 1,169.07 576.34 4.93

20 Jepara 46.89 4.64 0.99 13,279.43 27,593.71 20.78

21 Demak - - - 278.73 70.47 2.53

22 Semarang+ Kota salatiga

33.95 0.42 0.12 1,425.14 271.34 1.90

23 Temanggung 670.88 40.68 0.61 22.66 4.65 2.05

24 Kendal 102.20 10.61 1.04 1,412.86 246.41 1.74

25 Batang 701.53 240.25 3.42 104,905.00 169.98 0.02

26 Kab/Kota Pekalongan

75.80 1.66 0.22 163.30 46.23 2.83

27 Pemalang 370.21 75.12 2.03 69.96 17.47 2.50

28 Tegal 6.04 0.15 0.25 1,211.81 558.91 4.61

29 Brebes 12.00 2.08 1.73 198.00 82.38 4.16

30 Kota Surakarta - - - 1.12 0.06 0.54

31 Kota Semarang - - - 111.25 23.30 2.09

Jumlah 4,100.34 1,157.79 2.82 148,821.57 38,854.68 2.61

Tabel 5.18. (Lanjutan)

No

Kabupaten/Kota

kopi arabika jambu mete

Luasproduksi

Jumlah Produksi

Rata-rataProduksi

Luasproduksi

Jumlah Produksi

Rata-rataProduksi

1 Cilacap - - - 71.00 0.01 0.00

2 Banyumas 24.62 5.57 2.26 1.80 0.23 1.28

3 Purbalingga 101.84 16.75 1.64 - - -

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 100

Page 101: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

4 Banjarnegara 455.69 70.90 1.56 - - -

5 Kebumen - - - 237.00 20.70 0.87

6 Purworejo - - - 12.35 2.56 2.07

7 Wonosobo 712.48 71.96 1.01 - - -

8 Magelang 16.00 4.00 2.50 - - -

9 Boyolali 167.06 33.45 2.00 149.03 24.05 1.61

10 Klaten 409.15 154.79 3.78 - - -

11 Sukoharjo - - - 575.00 53.20 0.93

12 Wonogiri 129.00 42.32 3.28 21,658.00 7,259.44 3.35

13 Karanganyar 66.30 13.57 2.05 471.30 65.07 1.38

14 Sragen - - - 1,156.00 133.64 1.16

15 Grobogan - - - 307.57 98.62 3.21

16 Blora - - - 1,106.79 398.47 3.60

17 Rembang - - - 536.00 109.69 2.05

18 Pati - - - - - -

19 Kudus - 3.81 - 2.40 0.26 1.08

20 Jepara - - - 798.84 404.19 5.06

21 Demak - - - 6.50 - -

22 Semarang+ kt sltiga 507.29 105.94 2.09 34.60 4.47 1.29

23 Temanggung 1,404.29 201.03 1.43 - - -

24 Kendal 168.35 24.04 1.43 1.59 0.38 2.39

25 Batang 321.66 80.57 2.50 54.63 6.79 1.24

26Kab/Kota Pekalongan

205.77 9.83 0.48 63.90 19.06 2.98

27 Pemalang 345.38 97.84 2.83 420.80 75.45 1.79

28 Kab/KotaTegal 124.33 19.70 1.58 1.58 0.10 0.63

29 Brebes 106.00 16.62 1.57 112.00 6.54 0.58

30 Kota Surakarta - - - 0.62 0.10 1.61

31 Kota Semarang - - - 101.88 23.35 2.29

Jumlah 5,265.21 972.69 1.85 27,881.18 8,706.37 3.12

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 101

Page 102: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Tabel 5.18.(Lanjutan)

No

Kabupaten/Kota

aren jarak

Luasproduksi

Jumlah Produksi

Rata-rataProduksi

Luasproduksi

Jumlah Produksi

Rata-rataProduksi

1 Cilacap 332.00 504.08 15.18 - - -

2 Banyumas - - - - -

3 Purbalingga - - - - --

4 Banjarnegara 235.52 615.10 26.12 -- - -

5 Kebumen - - - - - -

6 Purworejo 328.71 384.59 11.70 - -

7 Wonosobo 76.41 30.65 4.01 - -- -

8 Magelang 11.00 28.50 25.91 - - -

9 Boyolali - - - - - -

10 Klaten - - - - - --

11 Sukoharjo - - - - - -

12 Wonogiri - - - - - -

13 Karanganyar - - - - - -

14 Sragen -- - - - -- --

15 Grobogan - - - 288.75 - -

16 Blora - - - 65.69 - -

17 Rembang - - - 76.00 - -

18 Pati - - - - - -

19 Kudus - - - - -- --

20 Jepara 13.92 39.00 28.02 -- - -

21 Demak - - - - - -

22Semarang+ Kota salatiga

49,242.00 838.17 0.17 - - -

23 Temanggung 627.28 1,173.73 18.71 - -- --

24 Kendal 235.05 267.68 11.39 - - -

25 Batang 16.95 3.13 1.85 - - -

26Kab/Kota Pekalongan

212.34 79.53 3.75 - - -

27 Pemalang 40.43 - - - - -

28 Tegal 9.28 11.30 12.18 - -- --

29 Brebes 122.00 41.90 3.43 - -

30 Kota Surakarta - - - - - -

31 Kota Semarang - - - - - -

Jumlah 51,502.89 4,017.36 0.78 430.44 - -

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 102

Page 103: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Tabel 5.18. (Lanjutan)

No

Kabupaten/Kota

kemiri

Luasproduksi

Jumlah Produksi

Rata-rataProduksi

1 Cilacap - - -

2 Banyumas - - -

3 Purbalingga - - -

4 Banjarnegara -- -- --

5 Kebumen - - -

6 Purworejo - - -

7 Wonosobo 0.42 0.50 11.90

8 Magelang - - -

9 Boyolali - - -

10 Klaten - - -

11 Sukoharjo 18.30 - -

12 Wonogiri - -- -

13 Karanganyar - - -

14 Sragen - - -

15 Grobogan 48.00 - -

16 Blora - -- --

17 Rembang - - -

18 Pati - - -

19 Kudus - - -

20 Jepara - - -

21 Demak - - -

22 Semarang+ kt sltiga - - -

23 Temanggung -

24 Kendal 13.00 8.36 6.43

25 Batang - - -

26Kab/Kota Pekalongan

- - -

27 Pemalang - - -

28 Kab/KotaTegal 102.29 - -

29 Brebes - - -

30 Kota Surakarta - - -

a.5. Kehutanan Luas hutan yang tercatat pada PT perhutani (Persero) Unit I Jawa Tengah 648 ribu hektar atau

19,90 % dari total luas Jawa Tengah. Menurut fungsinya, hutan tersebut terbagi dalam hutan produksi (88,52%), hutan lindung (11,35%) dan suaka alam/hutan wisata (0,13%) Pada tahun 2006, produksi kayu jati (pertukangan) tercatat sebanyak 184 ribu meter kubik, naik sebesar 15,92 % disbanding tahun 2006. sedangkan produksi kayu rimba mengalami penurunan sebesar 12,02% dari 151 ribu kubik tahun 2006 menjadi 133 ribu kubik tahun 2007.

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 103

Page 104: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

b.IndustriPembangunan di sektor industri merupakan prioritas utama pembangunan ekonomi tanpa

mengabaikan pembangunan di sektor lain. Sektor industri dibedakan menjadi industri besar dan sedang serta industri kecil dan rumah tangga. Definisi yang digunakan BPS, industri besar adalah industri yang mempunyai tenaga kerja 100 orang atau lebih, industri sedang adalah perusahaan dengan tenaga kerja 20 orang sampai 99 0rang, industri kecil dan rumah tangga adalah perusahaan dengan tenaga kerja 5 orang sampai dengan 19 orang, dan industri rumah tangga adalah perusahaan dengan tenaga kerja 1 orang sampai dengan 4 orang.

Perusahaan industri besar dan sedang di Jawa Tengah pada tahun 2005 tercatat sebesar 3.544 unit perusahaan dengan 620,85 ribu orang tenaga kerja. Berarti, dari tahun sebelumnya jumlah perusahaan industri besar dan sedang naik 1,96% dan jumlah tenaga kerja naik 11,82 %. Pada tahun yang sama nilai output industri besar dan sedang mencapai 65,35 triliun rupiah, lebih tinggi 2,27 % dari nilai output tahun 2004. Nilai tambah bruto (NTB) atas dasar harga pasar turun, dan 24,55 triliun rupiah tahun 2004 menjadi 21,71 triliun rupiah pada tahun 2005. Nilai tambah bruto terbesar dihasilkan oleh industri tekstil yaitu senilai 4,40 triliun rupiah dan memperkejakan sekitar 172,15 ribu orang. Nilai tambah terbesar kedua dihasilkan oleh industri pengolahan tembakau dengan NTB sebesar 3,75 triliun rupiah dan menyerap tenaga kerja sebanyak 88,83 ribu orang. Industri pengolahan daur ulang merupakan sub sektor industri dengan NTB terkecil, yakni 0,86 milyar rupiah.

Menurut Dinas Perindustrian dan Perdagangan Propinsi Jawa Tengah, terdapat 644,02 ribu perusahaan industri kecil dan menengah pada tahun 2007 atau meningkat relative kecil (0,01%) dibandingkan dengan jumlah perusahaan tahun sebelumnya. Jumlah tenaga kerja yang yang diserap sebanyak 2,67 juta orang. Nilai produksi industri kecil dan menengah pada tahun yang sama mencapai 5,42 triliun atau meningkat 1,27 % dari tahun sebelumnya. Total nilai investasi industri kecil dan menengah yang ditanamkan di Jawa Tengah tahun 2007 sebesar 1,41 triliun rupiah atau naik sekitar 2,42 % dibandingkan dengan tahun 2006.

5.6.4 Infrastruktur Wilayaha.Transportasi darata.1. Jalan Raya

Jalan merupakan prasarana pengangkutan darat yang penting untuk memperlancar kegiatan perekonomian. Denagn makin meningkatnya usaha pembangunan maka akan menuntut peningkatan pembangunan jalan untuk memudahkan mobilitas pendduduk dan memperlancar lalu lintas barang dari satu daerah ke daerah lain.

Panjang jalan di seluruh wilayah Jawa Tengah pada tahun 2007 menurut Dinas Bina marga Propinsi Jawa Tengah mencapai 26,31 ribu km. Panjang jalan tersebut terbagi menjadi jalan Negara sepanjang 1,30 ribu km, jalan propinsi 2,59 ribu km, dan jalan kabupaten/kota 22,42 ribu km. Jembatan sebagai sarana penunjang transportasi yang lain, pada tahun 2005 tercatat sebanyak 3.317 buah dengan panjang 44,14 km. Dengan rincian 1,249 buah jembatan milik Negara dan 2.068 buah jembatan milik propinsi. a.2. Angkutan Darat

Untuk kereta api penumpang di Jawa Tengah tercatat sebanyak 141 buah pada tahun 2006, berarti turun sebesar 4,08 % dibandingkan tahun sebelumnya. Banyaknya penumpang kereta api pada tahun 2007

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 104

Page 105: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

mencapai 3,53 juta penumpang, naik 9,01% disbanding tahun sebelumnya. Penerimaan dari penumpang kereta api naik 12,64 % hingga mencapai nilai 134,34 milyar rupiah.

b.Transportasi Laut dan Udarab.1. Angkutan Udara

Pada tahun 2007 pesawat udara yang datang melalui Bandar Udara (Bandara) Utama Achmad Yani Semarang dan Bandara Adi Sumarmo Surakarta tercatat masing-masing sebanyak 7,61 ribu penerbangan 4,19 ribu penerbangan. Untuk pesawat yang datang, bila dibandingkan tahun sebelumnya untuk Bandara Achmad Yani naik sebanyak 0,50 % dan yang berangkat dari bandara Adi Sumarmonaik 40%. Penumpang yang datang dan berangkat melalui kedua Bandara Utama (A Yani dan Adi sumarmo) pada tahun 2006 juga naik, masing-masing 28,93% dan 30,10 % dari tahun sebelumnya. Untuk barang bagasi yang dimuat, naik 28,49 % dan barang bagasi yang di bongkar juga naik 31,12 % dari tahun sbelumnya. Sementara itu barang muatan yang dimuat tahun 2006 lewat kedua bandara naik 13,63 %, sedangkan barang muatan yang dibongkar juga naik 35,62% dari tahun 2006. b.2. Angkutan LautJumlah kunjungan kapal melalui pelabuhan yang diusahakan (Tanjung Mas, Semarang, Tanjung Intan Cilacap dan Tegal) mengalami penurunan 16,83 % dari 6,66 ribu kapal pada tahun 2006 menjadi 5,54 ribu kapal pada tahun 2007. kunjungan kapal tersebut sekitar 57 % melalui Pelabuhan Tanjung Mas semarang, sisanya melalui pelabuhan Tanjung Intan Cilacap dan Pelabuhan Tegal. Kunjungan kapal yang melalui Pelabuhan Tanjung Mas tahun 2007 tercatat sebanyak 3,20 ribu kapal, turun sekitar 11,71 % dibanding tahun 2006.

Sementara itu banyaknya barang yang dibongkar dan dimuat melalui ketiga pelabuhan utama di Jawa Tengah pada tahun 2007, masing-masing sebesar 11,25 juta ton dan 2,95 juta ton. Barang yang dibongkar naik sebesar 1,76 % sedangkan barang yang dimuat turun sebesar 4,97%. Pada tahun 2007 di Pelabuhan Tanjung Mas Semarang barang yang dibongkar turun sekitar 6,51 % sewdangkan barang yang di dimuat turun juga sekitar 14,65 %.

c.Kondisi kelistrikanKebutuhan energi listrik, akan terus meningkat sejalan dengan roda perekonomian daerah,.

Sebagai upaya untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat di pedesaan, pemerintah telah mengupayakan program listrik masuk desa, sehingga sampai tahun 2007 terdapat 7.945 desa sudah beraliran listrik dari PT PLN (Persero) sebagai sumber energinya, dengan jumlah pelanggan 3,61 juta pelanggan.

Jumlah energi listrik yang terjual selama tahun 2007 sebesar 11,06 milyar kwh atau meningkat 4,67% dibandingkan tahun sebelumnya. Energi listrik tersebut sebagian besar dimanfaatkan oleh rumahtangga (48,32%), berikutnya untuk industri (35,07 %), selebihnya untuk usaha, kantor pemerintah, penerangan jalan dan social

d.Sumber Daya AirTahun 2006, air minum yang disalurkan dari 35 PDAM kota/kabupaten di Jawa Tengah tercatat

sebanyak 186 juta meter kubik. Dari air minum sebanyak 186 juta meter kubik itu, sebesar 85,67 % digunakan oleh rumah tangga, disusul oleh sebesar 6,50 %, dan social sebesar 6,23%, dan industri sebesar 1,60 %.

e.Jaringan telekomunikasi

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 105

Page 106: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

PT Pos Indonesia keberadaannya semakin diperlukan dalam era informasi sebagai sarana perhubungan dan komunikasi. Kegiatan operasional instansi tersebut pada tahun 2005 antara lain telah mengirim surat ke dalam negeri sekitar 33,66 juta surat dan yang diterima sebanyak 36,30 juta surat. Surat yang dikirim ke luar negeri ada sebanyak 3,06 juta surat dan menerima sebesar 2,08 juta surat dari luar negeri. Selain itu, instansi tersebut juga melayani kegiatan wesel pos, paket pos, tabanas serta penjualan benda pos.

5.7. Propinsi Jawa Timur

5.7. 1. Kondisi geografisa.Luas Daerah

Luas wilayah propinsi Jawa Timur mencapai 46.428 km2 habis terbagi menjadi 38 Kabupeten/Kota, 29 Kabupaten dan 9 Kota. Secara umum, wilayah Jawa Timur dapat dibagi 2 bagian besar, yaitu Jawa Timur daratan dan Kepulauan madura. Luas wilayah Jawa Timur daratan hampir mencakup 90 % dari seluruh luas wilayah propinsi Jawa Timur, sedangkan luas Kepulauan Madura hanya sekitar 10 %.

b.Batas WilayahPropinsi Jawa Timur terletak pada 111,0’ hingga 114,4’ Bujur Timur dan 7,12’ hingga 8,48’ Lintang

Selatan. Batas wilayah propinsi ini adalah sebelah utara berbatasan dengan laut jawa yang seberangnya merupakan Pulau Kalimantan atau tepatnya dengan propinsi Kalimantan Selatan, di sebelah timut berbatasan dengan pulau Bali, di sebelah serlatan berbatasan dengan perairan terbuka yaitu Samudera Indonesia, sedangkan di sebelah barat berbatasan dengan Propinsi Jawa Tengah.

c.IklimLokasi Propinsi Jawa Timur berada di sekitar garis katulistiwa sehingga seperti propinsi lainnya di

Indonesia, wilayah ini mempunyai perubahan musim sebanyak 2 jenis setiap tahunnya, yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Bulan Nopember - bulan Mei merupakan musim penghujan sedangkan musim kemarau terjadi pada bulan Juni sampai Oktober.

Tekanan udara tertinggi berdasarkan pengukuran tahun 2007, pada bulan Juli dan Agustus sebesar 1.012,9 milibar, dan terendah 1.008,9 milibar pada bulan Januari. Temperatur maksimum berkisar antara 32,4 oC sampai 35,7 oC dan temperature minimum berkisar antara 16,6oC sampai 24,8 oC. Kecepatan angina berkisar antara yang terendah 18 knot pada bulan Juli sampai 40 knot pada bulan Maret.

d.Curah HujanJumlah curah hujan tertinggi di Propinsi jawa Timur berdasar pengukuran pada tahun 2007 adalah

377,8 pada bulan Januar; , 886,0 pada bulan Pebruari; 288,2 pada bulan Maret ; 228,5 pada bulan Mei ; 31,1 pada bulan Nopember ; 147,9 pada bulan Desember

e.TopografisDataran di Propinsi Jawa timur dapat dibedakan menjadi 3; dataran tinggi, dataran sedang dan

dataran rendah. Dataran tinggi merupakan daerah dengan ketinggian rata-rata diatas 100 meter diatas permukaan laut. Daerah ini meliputi Kabupaten Trenggalek, Kabupaten Blitar, Kabupaten Malang, Kabupaten Bondowoso, Kabupaten Magetan, Kota Blitar, Kota Malang dan Kota Batu. Datarn sedang

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 106

Page 107: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

mempunyai ketinggian antara 45 – 100 meter diatas permukaan laut. Daerah ini meliputi Kabupaten Ponorogo, Tulungagung, Kediri, Lumajang, Jember, Nganjuk, Madiun Ngawi, Bangkalan, dan 2 Kota yaitu Kota Kediri, dan Kota Madiun. Sedangkan Kabupaten dan Kota lainnya merupakan datarn rendah, dengan ketinggian dibawah 45 meter diatas permukaan laut yang terdiri atas 16 Kabupaten dan 4 Kota, yaitu Kabupaten Pacitan, Jember, Banyuwangi, Situbondo, Probolinggo, Pasuruan, Sidoarjo, Mojokerto, Tuban, Lamongan, Gresik, Sampang, Pamekasan, Sumenep, Bojonegoro, serta Kota Surabaya, Mojokerto, Pasuruan, Probolinggo.

Tabel 5.19. Luas Wilayah Kabupaten di propinsi Jawa Timur dan Ketinggian Rata-rata dari Permukaan Laut

No.Kabupaten/Kota Tinggi Rata-rata,

meterLuas daerah, km2

1 Pacitan 7 1342

2 Ponorogo 49 1372

3 Trenggalek 110 1205

4 Tulungagung 85 1046

5 Blitar 167 1589

6 Kediri 60 1386

7 Malang 556 2979

8 Lumajang 54 1791

9 Jember 83 2478

10 Banyuwangi 25 5783

11 Bondowoso 255 1560

12 Situbondo 5 1639

13 Probolinggo 10 1599

14 Pasuruan 5 1151

15 Sidoarjo 3 634

16 Mojokerto 30 692

17 Jombang 44 904

18 Nganjuk 56 1224

19 Madiun 60 1011

20 Magetan 394 689

21 Ngawi 47 1296

22 Bojonegoro 19 2307

23 Tuban 4 1840

24 Lamongan 6 1670

25 Gresik 3 1191

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 107

Page 108: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

No.

Kabupaten/KotaTinggi Rata-rata,

meterLuas daerah, km2

26 Bakalan 47 1260

27 Sampang 15 1233

28 Pamekasan 8 792

29 Sumenep 13 1999

30 Kota Kediri 60 63

31 Kota Blitar 167 33

32 Kota Malang 445 110

33 Kota Probolinggo 10 57

34 Kota Pasuruan 5 35

35 Kota Mojokerto 30 16

36 Kota Madiun 60 33

37 Kota Surabaya 2 326

38 Kota Batu 871 93

Jawa Timur 46 428

5.7.2. Kondisi Demografisa.Jumlah dan struktur penduduk

Data jumlah penduduk dari hasil proyeksi penduduk berdasarkan P4B yaitu sebesar 37.478.737 jiwa dengan pertumbuhan sebesar 1,06 %. Kota Surabaya mempunyai jumlah penduduk yang paling besar, yaitu 2.716.971 jiwa, diikuti Kabupaten Malang (2.410.882 jiwa) dan Kabupaten Jember (2.278.718 jiwa).

Kepadatan penduduk Jawa Timur tahun 2007 adalah 807 jiwa setiap 1 km2. Kepadatan Penduduk di kota, umumnya labuh tinggi disbanding kepadfatan penduduk di Kabupoaten. Kota Surabaya mempunyai kepadatan penduduk tertinggi yaitu 8.325 jiwa/km2, jauh lebih tinggi dibanding kota/kabupaten yang lain di propinsi Jawa Yimur.

b.Tingkat PendidikanKeterangan tentang tingkat pendidikan dari sumber statistic yang didapat hanya pada golongan

pegawai negeri sipil (PNS) di Propinsi Jawa Timur tahun 2007 sebagai berikut , ijazah SD, sekolah dasar berjumlah 13.088 orang, ijazah SMP/MTs sebanayk 14.895 orang, SMK/SMA/MA sebanyak 112.940 orang, D-1, sebanyak 2.980 orang, D-2, 65.826 orang, D-3/akademi/sarjana muda 26.288 orang, Diploma -4 sebanyak 183 orang, S-1 sebanayk 136.762 orang, s-2 sebanayk 8.217 orang, S-3 sebanyak 26 orang.

c.KetenagakerjaanJumlah pencari kerja pada tahun 2007 sebesar 600.613 orang, meninhkat 79,94 % disbanding

tahun 2005. Yang sudah ditempatkan sebanyak 5.281 orang. Sedangkan ratio pencari kerja dengan lowongan adalah 4,84 artinya bahwa dari 100 pencari kerja , hanya ada 5 lowongan. Pemegang izin bekerja bagi WNA pada tahun 2007 sebanyak 1.348 orang, naik 5,48 % dibandingkan tahun sebelumnya.

5.7.3. Pemetaan Potensi Pengembangan Bahan Baku BBNa.Pertanian

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 108

Page 109: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Penggunaan lahan di JawaTimur, khususnya pada luas lahan bukan sawah, meliputi pekarangan/bangunan dan halaman , tegal, kebun, ladang dan huma, penggembalaan/padang rumput , tambak, kolam/tebat/empang, rawa-rawa tidak ditanamai padi, lahan sementara tidak diusahakan, hutan rakyat, hutan Negara, perkebunan dan lainnya. Penggunaan lahan terbesar, di luar perumahan adalah untuk tegal, kebun, ladang, dan huma sebesar 1.104.949 hektar, sedangkan penggunaan lahan yang terkecil adalah untuk penggembalaan sebesar 845 hektar.

Luas lahan sawah di Jawa Timur 1.126.677 hektar. Dari lahan sawah seluas itu terdapat 661.597hektar lahan sawah berpengairan teknis, atau lebih dari 58,72 % dari keeluruhan lahan sawah. Sisanya adalah lahan sawah berpengairan setengah teknis, sederhana, desa/non PU, tadah hujan, pasang surut dan lainnya.

Tabel 5.20 . Distribusi Produksi Padi dan Palawija (Ton), Luas Areal Produksi (Ha), dan Rata-rata Produksinya (Kw/Ha) yang Berpotensi sebagai Bahan Baku BBN di tiap Kabupaten di Jawa Timur Tahun 2007

No Kabupaten/Kota

Padi Jagung

Area Jumlah Rata-rata Area Jumlah Rata-rata

Produksi Produksi Produksi Produksi Produksi Produksi

1 Pacitan 30.185 123.083 40,78 23.241 87.427 37,62

2 Ponorogo 54.807 343.32 62,64 28.568 149.076 52,18

3 Trenggalek 23.752 116.673 49,12 11.798 55.359 46,92

4 Tulungagung 40.678 221.337 54,41 22.971 108.724 47,33

5 Blitar 48.361 262.39 54,26 41.153 191.63 46,57

6 Kediri 56.767 315.512 55,58 52.861 260.987 49,37

7 Malang 67.911 367.424 54,10 57.623 229.746 39,87

8 Lumajang 62.713 304.27 48,52 33.294 110.411 33,16

9 Jember 139.453 715.879 51,33 54.579 269.347 49,35

10 Banyuwangi 109.379 620.973 56,77 16.516 69.479 42,07

11 Bondowoso 52.216 245.929 47,10 42.318 142.365 33,64

12 Situbondo 35.202 185.473 52,69 42.022 159.91 38,05

13 Probolinggo 52.124 240.603 46,16 61.447 211.687 34,45

14 Pasuruan 72.546 419.083 57,77 29.583 104.251 35,24

15 Sidoarjo 28.5 156.974 55,08 55 173 31,45

16 Mojokerto 44.623 258.167 57,86 18.506 78.188 42,25

17 Jombang 61.689 327.209 53,04 27.211 130.958 48,13

18 Nganjuk 69.393 370.851 53,44 31.305 146.407 46,77

19 Madiun 59.486 328.897 55,29 4.663 21.574 46,27

20 Magetan 38.993 214.666 55,05 13.024 67.315 51,69

21 Ngawi 102.903 564.403 54,85 10.282 50.541 49,15

22 Bojonegoro 109.593 613.161 55,95 29.762 107.772 36,21

23 Tuban 73.104 387.864 53,06 73.679 325.069 44,12

24 Lamongan 127.758 708.142 55,43 52.368 252.369 48,19

25 Gresik 53.55 302.435 56,48 21.482 98.692 45,94

26 Bakalan 41.14 183.497 46,60 72.884 128.288 17,60

27 Sampang 31.148 153.818 49,38 81.805 136.963 16,74

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 109

Page 110: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

No Kabupaten/Kota

Padi Jagung

Area Jumlah Rata-rata Area Jumlah Rata-rata

Produksi Produksi Produksi Produksi Produksi Produksi

28 Pamekasan 21.744 84.585 38,90 32.157 65.144 20,26

29 Sumenep 24.695 127.937 51,81 104.626 223.109 21,32

30 Kota Kediri 1.574 7.462 47,41 908 3.402 37,47

31 Kota Blitar 1.871 10.16 54,30 1089 4.523 41,53

32 Kota Malang 2.279 10.35 45,41 272 943 34,67

33 Kota Probolinggo 2.208 10.569 47,87 4261 16.227 38,08

34 Kota Pasuruan 2.739 15.175 55,40 - - -

35 Kota Mojokerto 889 4.736 53,27 1 4 40,00

36 Kota Madiun 2.47 11.489 46,51 - - -

37 Kota Surabaya 1448 7.319 50,55 115 403 35,04

38 Kota Batu 1012 5.132 50,71 755 2.719 36,01

Jumlah 1.750.903 9.346.947 53,38 1.099.184 4.011.182 36,49

Tabel 5.20. (Lanjutan )

No

Kabupaten/Kota

Ubi kayu

Ubi jalar

Area Produksi

JumlahProduksi

Rata-rataProduksi

Area Produksi

JumlahProduksi

Rata-rataProduksi

1 Pacitan 32.795 561.347 171,17 157 1.59 101,27

2 Ponorogo 25.458 410.66 161,31 91 1.058 116,26

3 Trenggalek 17.715 327.186 184,69 85 986 116,00

4 Tulungagung 7.023 129.586 184,52 78 944 121,03

5 Blitar 3.849 49.782 129,34 122 1.422 116,56

6 Kediri 5.638 84.295 149,51 66 789 119,55

7 Malang 20.99 395.528 188,44 1.57 21.83 139,04

8 Lumajang 3..351 58.004 173,09 368 4.258 115,71

9 Jember 4.974 76.675 154,15 1.167 13.49 115,60

10 Banyuwangi 3.581 58.238 162,63 715 7.695 107,62

11 Bondowoso 6.961 143.7 206,44 399 4.538 113,73

12 Situbondo 362 5.844 161,44 3 33 110,00

13 Probolinggo 10.895 168.303 154,48 121 1.244 102,81

14 Pasuruan 8 116.255 145,32 275 3.218 117,02

15 Sidoarjo 5 63 126,00 - - -

16 Mojokerto 1.251 15.987 127,79 990 10.171 102,74

17 Jombang 1.999 25.239 126,26 45 548 121,78

18 Nganjuk 4.655 75.247 161,65 203 2.398 118,13

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 110

Page 111: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

No

Kabupaten/Kota

Ubi kayu

Ubi jalar

Area Produksi

JumlahProduksi

Rata-rataProduksi

Area Produksi

JumlahProduksi

Rata-rataProduksi

19 Madiun 5.586 83.404 149,31 68 657 96,62

20 Magetan 3.344 52.513 157,04 1.848 21.715 117,51

21 Ngawi 8.34 145.715 174,72 711 8.559 120,38

22 Bojonegoro 2.169 38.801 178,89 392 4.63 118,11

23 Tuban 8.524 146.181 171,49 731 8.04 109,99

24 Lamongan 3.012 48.713 161,73 79 925 117,09

25 Gresik 2.433 32.042 131,70 363 4.084 112,51

26 Bakalan 4.957 58.832 118,68 1.03 8.833 85,76

27 Sampang 17.91 198.589 110,88 1.959 15.138 77,27

28 Pamekasan 2.661 25.71 96,62 99 871 87,98

29 Sumenep 13.897 145.218 104,50 23 192 83,48

30 Kota Kediri 32 478 149,38 3 34 113,33

31 Kota Blitar - - - 5 56 112,00

32 Kota Malang 125 1.833 146,64 16 185 115,63

33 Kota Probolinggo 7 84 120,00 - - -

34 Kota Pasuruan - - - - - -

35 Kota Mojokerto - - - - - -

36 Kota Madiun - - - - - -

37 Kota Surabaya 4 48 120,00 2 22 110,00

38 Kota Batu 35 467 133,43 34 387 113,82

Jumlah 232.538 3.680.567 158,28 13.818 150.54 108,94

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 111

Page 112: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Tabel 5.20. (Lanjutan )

No

Kabupaten/Kota

Kacang tanah

Kedelai

Area Produksi

JumlahProduksi

Rata-rataProduksi

Area Produksi

JumlahProduksi

Rata-rataProduksi

1 Pacitan 10.641 11.231 10,55 5.145 5.821 11,31

2 Ponorogo 2.075 2.702 13,02 17.555 20.411 11,63

3 Trenggalek 2.491 3.257 13,08 5.601 6.819 12,17

4 Tulungagung 3.979 4.221 10,61 4.753 9.11 19,17

5 Blitar 5.871 5.717 9,74 10.91 10.63 9,74

6 Kediri 2.582 3.504 13,57 615 956 15,54

7 Malang 4.321 6.644 15,38 101 90 8,91

8 Lumajang 1.894 2.163 11,42 2.276 4.431 19,47

9 Jember 5.13 6.397 12,47 18.861 23.155 12,28

11 Bondowoso 878 1.195 13,61 1.119 1.554 13,89

12 Situbondo 543 779 14,35 345 511 14,81

13 Probolinggo 5.047 5.845 11,58 3.751 4.652 12,40

14 Pasuruan 6.431 8.83 13,73 21.477 29.295 13,64

15 Sidoarjo - - - 648 981 15,14

16 Mojokerto 2.22 2.754 12,41 3.882 4.672 12,04

17 Jombang 1.22 1.745 14,30 7.211 8.889 12,33

18 Nganjuk 1.007 1.018 10,11 9.68 18.869 19,49

19 Madiun 1.438 2.502 17,40 5.884 7.643 12,99

20 Magetan 6.966 11.723 16,83 2.142 2.336 10,91

21 Ngawi 8.254 10.481 12,70 13.065 17.459 13,36

22 Bojonegoro 2.82 3.385 12,00 17.762 20.655 11,63

23 Tuban 30.97 41.904 13,53 6.071 7.633 12,57

24 Lamongan 7.704 8.007 10,39 23.684 30.922 13,06

25 Gresik 3.55 4.971 14,00 3.561 3.637 10,21

26 Bakalan 36.107 37.289 10,33 1.252 1.004 8,02

27 Sampang 19.542 17.72 9,07 20.037 27.681 13,81

28 Pamekasan 2.834 3.451 12,18 655 748 11,42

29 Sumenep 7.593 6.741 8,88 5.097 4.939 9,69

30 Kota Kediri 23 24 10,43 7 9 12,86

31 Kota Blitar 294 271 9,22 - - -

32 Kota Malang 61 68 11,15 2 2 10,00

33 Kota Probolinggo 5 6 12,00 - - -

34 Kota Pasuruan - - - 10 10 10,00

35 Kota Mojokerto - - - - - -

36 Kota Madiun - - - 10 10 10,00

37 Kota Surabaya 5 5 10,00 - - -

38 Kota Batu 7 9 12,86 - - -

Jumlah 186.302 218.91 11,75 246.543 320.205 12,99

a.1. Tanaman Pangan

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 112

Page 113: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Berdasarkan data Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Jawa Timur produktifitas padi (padi sawah dan ladang) sebesar 53,38 Kw/hektar atau meningkat 0,20 % dibandingkan tahun sebelumnya. Sedangkan produksi pada dan luas panen bersih 1,75 juta hektar mencapai 9,35 juta ton atau meningkat sebesar 3,77%. Produksi padi dan jagung terbanyak terdapat di kabupaten ponorogo, dengan produksi rata-rata 62,64 kwintal/Ha, dan 52,18 kwinal/Ha. Ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah dan kedelai mencapai produksi tertinggi 206,44 ; 139,04; 17,40 ; 19,49 kwintal/hektar, di Kabupaten Bondowoso, Malang, Madiun, dan Nganjuk.

Untuk tanaman palawija, terjadi penurunan produksi pada jagung, ubi kayu, ubi jalar, kedelai, kacang hijau dan sorghum pada tahun 2007, sementara itu terjadi penurunan produksi pada kacang tanah. Luas panen bersih padi sebesar 3,38 % sementara palawija, mengalami peningkatan sebesar 3,65 %. a.2. Perkebunan

Dari data luas areal perkebunan yang ada di Jawa timur, yag mempunyai areal terluas adalah perkebunan kelapa, yaitu sebesar 288.023 hektar dengan hasil produksi sebesar 226.926 ton. Diikuti oleh luas areal perkebunan tebu 173.829 hektar. Dengan produksi sebesar 1.063.710 ton pada tahun 2007.

Sedangkan hasil produksi perkebunan lainnya adalah jambu mete (48.889 ton), kopi (43.281 ton), cengkeh (8.658 ton) kapuk randu (32.070 ton). Kapas (246 ton), the 93.470 ton), tembakau (111.041 ton), karet (17.909 ton) dan kakao (13.319 ton)

Tabel 5.21. Distribusi Hasil Perkebunan (Ton), Luas Areal Produksi (Ha), dan Rata-rata Produksi (Kw/Ha) yang Berpotensi sebagai Bahan Baku BBN di tiap Kabupaten

di Jawa Timur Tahun 2007

No Kabupaten/Kota

Tebu Kelapa

Area Jumlah Rata-rata Area Jumlah Rata-rata

Produksi Produksi Produksi Produksi Produksi Produksi

1 Pacitan - - - 25,433 20,523 8.07

2 Ponorogo 2,458 17,549 71.40 6,037 3,075 5.09

3 Trenggalek 659 4,338 65.83 15,631 14,546 9.31

4 Tulungagung 2,953 18,497 62.64 17,785 16,273 9.15

5 Blitar 9,563 58,059 60.71 19,356 13,972 7.22

6 Kediri 18,896 120,017 63.51 9,758 8,625 8.84

7 Malang 27,463 170,539 62.10 14,363 14,088 9.81

8 Lumajang 11,473 77,231 67.32 8,128 7,492 9.22

9 Jember 3,508 21,295 60.70 12,813 11,568 9.03

10 Banyuwangi 3,302 20,045 60.71 25,330 24,772 9.78

11 Bondowoso 4,855 29,476 60.71 3,761 1,919 5.10

12 Situbondo 7,214 51,658 71.61 4,456 4,274 9.59

13 Probolinggo 3,665 22,251 60.71 3,407 3,062 8.99

14 Pasuruan 6,642 40,325 60.71 3,748 3,215 8.58

15 Sidoarjo 6,197 38,164 61.58 2,810 2,075 7.38

16 Mojokerto 11,619 69,719 60.00 837 357 4.27

17 Jombang 10,100 70,408 69.71 2,325 2,005 8.62

18 Nganjuk 4,905 28,718 58.55 3,770 1,838 4.88

19 Madiun 5,169 3,027 5.86 4,962 2,896 5.84

20 Magetan 5,110 31,020 60.70 2,892 1,605 5.55

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 113

Page 114: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

No Kabupaten/Kota

Tebu Kelapa

Area Jumlah Rata-rata Area Jumlah Rata-rata

Produksi Produksi Produksi Produksi Produksi Produksi

21 Ngawi 7,102 42,833 60.31 7,189 1,990 2.77

22 Bojonegoro 1,245 7,560 60.72 8,972 5,669 6.32

23 Tuban 243 1,431 58.89 8,049 4,034 5.01

24 Lamongan 2,856 17,207 60.25 565 279 4.94

25 Gresik 1,504 10,380 69.02 399 288 7.22

26 Bakalan - - - 8,248 3,978 4.82

27 Sampang - - - 3,490 1,575 4.51

28 Pamekasan - - - 4,691 3,832 8.17

29 Sumenep - -- - 51,074 41,678 8.16

30 Kota Kediri 1,371 1,791 13.06 596 178 2.99

31 Kota Blitar - - - 99 117 11.82

32 Kota Malang 1,378 9,314 67.59 318 242 7.61

33 Kota Probolinggo 261 2,076 79.54 281 66 2.35

34 Kota Pasuruan 211 1,429 67.73 302 57 1.89

35 Kota Mojokerto 295 1,791 60.71 61 30 4.92

36 Kota Madiun 869 5,876 67.62 29 17 5.86

37 Kota Surabaya - - - - - -

Jumlah 163,086 994,027 58.40 284,865 224,802 6.77

Tabel 5.21. (Lanjutan)

No Kabupaten/Kota

kakao jambu mete

Area Jumlah Rata-rata Area Jumlah Rata-rata

Produksi Produksi Produksi Produksi Produksi Produksi

1 Pacitan 2,206 246 1.12 2350 126 0.54

2 Ponorogo 503 49 0.97 1341 557 4.15

3 Trenggalek 2,914 690 2.37 113 29 2.57

4 Tulungagung 489 36 0.74 195 76 3.90

5 Blitar 1,932 435 2.25 339 16 0.47

6 Kediri 695 9 0.13 1215 218 1.79

7 Malang 482 141 2.93 339 29 0.86

8 Lumajang - - - 244 94 3.85

9 Jember - - - 373 210 5.63

10 Banyuwangi 294 39 1.33 15 7 4.67

11 Bondowoso 60 34 5.67 1123 59 0.53

12 Situbondo - - - 104 44 4.23

13 Probolinggo 2 - - 1431 285 1.99

14 Pasuruan - - - 970 444 4.58

15 Sidoarjo - - - 7 3 4.29

16 Mojokerto - - - 254 116 4.57

17 Jombang 610 182 2.98 177 71 4.01

18 Nganjuk 1,148 9 0.08 1177 245 2.08

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 114

Page 115: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

No Kabupaten/Kota

kakao jambu mete

Area Jumlah Rata-rata Area Jumlah Rata-rata

Produksi Produksi Produksi Produksi Produksi Produksi

19 Madiun 2,417 1,317 5.45 1026 271 2.64

20 Magetan - - - 1078 270 2.50

21 Ngawi 1,233 745 6.04 2782 280 1.01

22 Bojonegoro - - - 16 0 0.00

23 Tuban 4 - - 1435 588 4.10

24 Lamongan - - - 447 61 1.36

25 Gresik 24 11 4.58 182 104 5.71

26 Bakalan 2 1 5.00 8473 1789 2.11

27 Sampang - - - 8992 3724 4.14

28 Pamekasan 1 1 10.00 2024 979 4.84

29 Sumenep 344 62 1.80 10922 3223 2.95

30 Kota Kediri - - - 14 1 0.71

31 Kota Blitar - - - - - -

32 Kota Malang - - - 22 - -

33 Kota Probolinggo - - - - - -

34 Kota Pasuruan - - - 4 1 2.50

35 Kota Mojokerto - - - - - -

36 Kota Madiun - - - 20 3 1.50

37 Kota Surabaya - - - - - -

Jumlah 15,360 4,007 3.14 49204 13923 2.84

Tabel 5.21. (Lanjutan)

No Kabupaten/Kota

kapuk

Area Jumlah Rata-rata

Produksi Produksi Produksi

1 Pacitan 824 108 1.31

2 Ponorogo 3,982 1,002 2.52

3 Trenggalek 125 45 3.60

4 Tulungagung 399 171 4.29

5 Blitar 981 287 2.93

6 Kediri 1,707 882 5.17

7 Malang 2,892 1,770 6.12

8 Lumajang 682 365 5.35

9 Jember 2,022 873 4.32

10 Banyuwangi 621 286 4.61

11 Bondowoso 1,070 339 3.17

12 Situbondo 661 217 3.28

13 Probolinggo 4,466 2 0.01

14 Pasuruan 16,917 8,487 5.02

15 Sidoarjo 472 143 3.03

16 Mojokerto 1,190 657 5.52

17 Jombang 1,046 463 4.43

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 115

Page 116: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

No Kabupaten/Kota

kapuk

Area Jumlah Rata-rata

Produksi Produksi Produksi

18 Nganjuk 876 338 3.86

19 Madiun 1,976 618 3.13

20 Magetan 511 100 1.96

21 Ngawi 3,514 1,267 3.61

22 Bojonegoro 2,377 1,129 4.75

23 Tuban 1,831 1,003 5.48

24 Lamongan 2,832 750 2.65

25 Gresik 183 110 6.01

26 Bakalan 3,463 1,430 4.13

27 Sampang 1,712 298 1.74

28 Pamekasan 958 475 4.96

29 Sumenep 10,826 4,278 3.95

30 Kota Kediri 16 6 3.75

31 Kota Blitar 4 1 2.50

32 Kota Malang 16 4 2.50

33 Kota Probolinggo 117 11 0.94

34 Kota Pasuruan 23 9 3.91

35 Kota Mojokerto - - -

36 Kota Madiun 47 10 2.13

37 Kota Surabaya - - -

Jumlah 71,339 27,934 3.62

a.3. Kehutanan Data Perum Perhutani Unit II Jawa Timur memperlihatkan bahwa hutan di Jawa Timur luasnya

mencapai 1.130.206,20 hektar yang terdiri dari hutan produksi seluas 819.692,11 hektar (72,44%) dan hutan lindung seluas 311.787,80 hektar (27,56%)

Luas tebanagn hutan pada tahun 2007 adalah sebesar 2.120 hektar yang didominasi oleh kayu jati sebesar 74,86 %. Untuk produksi kayu, terjadi penurunan disemua jenis kayu kecuali mahoni dan pinus. Produksi kayu jati terbesar se Jawa timur berasal dari daerah Banyuwangi Utara dan Bojonegoro, sedangkan produksi kayu rimba terbesar berasal dari daerah Kediri dan Banyuwangi Barat dan Lawu.

Selain kayu ada juga produksi hasil hutan yang berupa non kayu, seperti getah pinus, daun kayu putih, minyak kayu putih, lak butiran, benang sutera dan lainnya.

b.IndustriData dinas perindustrian dan perdagangan Propinsi Jawa Timur menunjukkan bahwa pada tahun 2007 profil industri pengolahan di Jawa Timur masih didominasi oleh Industri kecil dan dagang kecil , yaitu sebesar 646.928 unit atau 97,76 % dari keseluruhan kelompok industri yang ada. Sedangkan industri kimia, agro dan hasil hutan (IKAHH) dan industri logam, mesin, elektronika dan aneka (ILMEA) masing-masing hanya sebesar 1,78 %, dan 0,46 %. Industri kecil dan dagang kecil menyerap tenaga kerja terbanayk yaitu sebesar 1.477.296 orang, diikuti IKAHH sebesar 781.830 orang. Sedangkan ILMEA hanya mampu menyerap 205.439 orang. Dari keseluruhan industri yang ada di Jawa Timur, mampu memberikan nilai produksi sebesar 12,10 triliun rupiah.

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 116

Page 117: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Jumlah perusahaan industri besar dan sedang di Jawa Timur sebanayk 4.665 unit, yang terbanyak pada kelompok industri makanan dan minuman. Dari sejumlah itu mampu menyerap tenaga kerja sebesar 831.606 orang. Nilai output perusahaan besar dan sedang pada tahun 2007 sebesar 163.985 milyar rupiah dengan nilai tambah sebesar 70.454 milyar rupiah.

5. 7. 4 Infrastruktur Wilayaha.Transportasi darat

Panjang jalan raya di Jawa Timur mencapai 3.338,39 km yang terbagi atas jalan Negara 1.899,21 km dan jalan propinsi 1.439,18 km. Sebesar 30,99% dari total panjang jalan di Jawa Timur adalah termasuk dalam kategori baik, 59,34 % termasuk dalam kategori sedang, dan yang rusak ringan dan berat ada 9,64 %. Gorong-gorong dan jembatan yang berkategori baik masing-masing sebanyak 85,46 % dan 87,36%.

Jumlah penumpang kereta api mengalami peningkatan 5,17% dari 12.574.388 orang pada tahun 2005 menjadi 13.596.390 orang pada tahun 2006. Jumlah barang yang diangkut justru mengalami peningkatan 17,61 % dari 1.340.177 ton pada tahun 2005 menjadi 1.576.390 ton pada tahun 2006.

b.Transportasi UdaraBerdasar survei jumlah pesawat dan penunpang yang datang dan berangkat di Bandara Juanda

Surabaya pada tahun 2007 dapat diganbarkan sebagai berikut. Jumlah pesawat terbang yang datang dan berangkat terbesar di bulan Desember (4.328 unit dan 4.333 unit) dengan tujuan domestik. Sedangkan jumlah penumpang datang dan berangkat menurut tujuan internasional terbanyak di bulan Desember (386.870 orang dan 376.560 orang). Jumlah penumpang internasional tahun 2007 datang total berjumlah 389.614 orang, sedang berangkat dengan tujuan internasional 413.615. Jumlah penumpang domestik yang tiba total 3.838.795 orang dan berangkat 3.518.814 orang. Begitu juga dengan banyaknya bongkar dan muat barang di Bandara Juanda terbanyak pada bulan Desember.

c.Kondisi kelistrikanKelompok rumah tangga merupakan jumlah pelanggan listrik dari PT PLN terbesar di Jawa Timur,

yaitu sebesar 6.085.181 pelanggan atau 92,57 %, terutama pelanggan berasal dari kantor cabang Kediri. Sedangkan konsumsi listrik terbesar adalah kelompok industri, sebesar 8.737.332 MWH (atau 47,92%), diikuti kelompok rumahtangga sebesar 6.574.848 MWH (atau 35,88%).

d.Sumber Daya AirPelanggan air bersih di Jawa Timur sebanayk 1.039.318 pelanggan. Sedangkan jumlah air yang

disalurkan sebesar 303.138.485 m3 dengan nilai 465.764,47 juta rupiah.

e.Jaringan telekomunikasi Jumlah kantor pos pemeriksa (KPRK), kantor pos cabang dalam kota, dan kantor pos cabang luar

kota, pada tahun 2007 masing-masing sebanyak 30 unit, 76 unit, dan 390 unit. Jumlah tabanas yang ditabung dan dibayar kembali mencapai masing-masing 242,41 milyar dan 117,59 milyar rupiah. Produksi pulsa telepon selama tahun 2003 sebanyak 9.828.479.071 pulsa atau menurun sebesar 21,12 %. Produksi puksa telepon terbanyak dari sambungan langsung jarak jauh (SLJJ) yaitu 4.288.745.764 pulsa atau sebesar 43,63%. Sedangkan jumlah telepon umum sebanyak 12.989 unit.

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 117

Page 118: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

5.8. Propinsi Nusa Tenggara Barat

5.8.1. Kondisi geografisa.Luas Daerah

Propinsi Nusa Tenggara Barat yang terdiri dari Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa, memiliki luas wilayah 20.153,15 km2. Luas daerah Propinsi NTB dirinci menurut Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut :

b.Batas WilayahPropinsi Nusa Tenggara Barat, terletak antara 115o46’ – 119o 5’ Bujur Timur dan 8o10’ – 9o5’

Lintang Selatan. Batas wilayah Propinsi NTB sebelah utara dengan Laut Jawa dan Laut Flores. Sebelah Selatan dengan Samudera Indonesia. Sebelah barat dengan Selat Lombok / Propinsi Bali. Sebelah timur dengan Selat Sape / Propinsi Nusa Tenggara Timur.

c.IklimBerdasarkan data statistik dari lembaga Meteorologi dan Geofisika, temperature maksimum pada

tahun 2007 berkisar antara 29,4 oC – 32,9OC, dan temperatur minimum berkisar antara 20,2oC – 24,7 oC. Temperatur tertinggi terjadi pada bulan Juli dan terrendah pada bulan Mei. Sebagai daerah tropis, propinsi NTB mempunyai rata-rata kelembaban yang relatif tinggi yaitu antara 68 – 84 %.

d.Curah HujanRata-rata banyaknya curah hujan di Propinsi NTB pada tahun 2007 adalah tertinggi pada bulan

Pebruari yaitu sebesar 249,6 mm dan terendah pada bulan September 0 mm, atau tidak ada hujan. Sedangkan jumlah hari hujan tinggi pada bulan Desember sampai bulan Mei yaitu antara 15 – 27 hari, dan rendah pada bulan-bulan Juni – Nopember.

e.TopografisKota yang paling tinggi di Propinsi Nusa Tenggara Barat , yaitu Selong 148 m dari permukaan laut,

dan kota Raba terendah dengan ketinggian 13 m dari permukaan laut. Dari tujuh gunung yang ada di Pulau Lombok, gunung Rinjani merupakan tertinggi dengan ketinggian 3.775 m, sedangkan gunung Tambora merupakan gunung tertinggi di Sumbawa dengan ketinggian 2.851 m. Jumlah sungai di Pulau Sumbawa lebih banyak dibandingkan dengan jumlah dengan jumlah sungai di Pulau Lombok. Jumlah sungai di Pulau Lombok hanya 36 buah, sedangkan du Pulau Sumbawa terdapat 117 sungai.

Tabel 5.22. Daftar Ketinggian Berbagai Wilayah di NTB terhadap Permukaan Laut

No Kabupaten/Kota Ibu KotaTinggi

(meter)1 Lombok Barat Gerung 16

2 Lombok Tengah Praya 101

3 Lombok Timur Selong 148

4 Sumbawa Sumbawa Besar 20

5 Dompu Dompu 50

6 Bima Raba 13

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 118

Page 119: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

7 Sumbawa Barat Taliwang 15

8 Kota Mataram Mataram 16

9 Kota Bima Raba 13

5. 8. 2. Kondisi Demografisa.Jumlah dan struktur penduduk

Berdasarkan data hasil survei Sosial Ekonomi Nasional 2007, jumlah penduduk Nusa Tenggara Barat mencapai 4.257.306 juta jiwa. Dengan rincian, laki-laki sebanyak 2.943.458 jiwa dan perempuan sebanyak 2.213.848 jiwa. Pertumbuhan penduduk yang relatif masih tinggi telah menyebabkan tingginya jumlah penduduk yang berusia muda. Penduduk berdasarkan komposisi umur dan jenis kelamin disajikan dalam tabel di bawah ini.

b.Tingkat PendidikanData yang berhasil dikumpulkan berhubungan dengan tingkat pendidikan tidak terlepas dari

ketenagakerjaan. Jumlah total pencari kerja yang terdaftar menurut tingkat pendiddikan pada tahun 2002 berjumlah 33.770, tahun 2003 berjumlah 29.410, tahun 2004 berjumlah 32.604 dan tahun 2005 berjumlah 50.850 orang, dan tahun 2007 berjumlah 12.978 orang

c. KetenagakerjaanBerdasarkan data yang bersumber dari Dinas Tenaga Kerja Propinsi NTB, pada tahun 2007 pencari

kerja yang terdaftar berjumlah 12.978 orang, sedang kesempatan kerja hanya tersedia untuk 10.629 orang. Jumlah pencari kerja yang telah ditempatkan menurut lapangan usaha pada tahun 2007 total berjumlah 6.093 orang, jumlah tersebut porsi terbesar pada lapangan usaha pertanian, kehutanan, perkebunan, dan perikanan yaitu berjumlah 2.646 orang dan lapangan usaha yang lain yaitu jasa kemasyarakatan berjumlah 3.407 orang. Dengan kata lain lapangan usaha yang lain menyrerap tenaga dengan prosentase yang sangat rendah.

Jumlah lowongan pekerjaan menurut lapangan usaha tahun 2007 berjumlah 10.629 lowongan yang terbesar ada pada sektor pertanian, kehutanan, perkebunan, dan perikanan yaitu 6.145 lowongan kemudian jasa dan kemasyarakatan 4.451 lowongan.

5.8.3. Pemetaan Potensi Pengembangan Bahan Baku BBNa.Pertanian

Peningkatan pendapatan petani merupakan salah satu tujuan pembangunan pertanian. Untuk mencapai tujuan tersebut usaha-usaha yang dilakukan meliputi intensifikais, ekstensifikasi, diversifikasi, dan rehabilitasi. a.1. Tanaman pangan

Tanaman bahan makanan meliputi antara lain : padi, jagung, ubi, kacang-kacangan, sayur-sayuran, dan buah-buahan. Dibanding dengan tahun sebelumnya, secara umum produksi tanaman pangan tahun 2007 mengalami peningkatan. Produksi padi pada tahun 2006 sebesar 1.552.627 ton atau naik sebesar 13,51% dari tahun sebelumnya. Selama periode 2002 – 2006, produksi padi di Propinsi NTB cukup bervariasi. Tabel dibawah ini menyajikan data luas lahan dan produksi padi menurut kabupaten/kota.

Kota Mataram merupakan penghasil padi teringgi di NTB dengan luas lahan 3.598 hektar mencapai produksi rata-rata 49,28 kwintal/hektar. Produksi terbanyak dari komoditas Jagung di Kabupaten Sumbawa

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 119

Page 120: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Barat 26,66 kwintal/hektra; Ubi kayu Kabupaten Lombok Timur dengan produksi rata-rata 117,61 kwital/hektar. Ubi jalar 120 kwintal/hektar, Kacang tanah dan kedelai masing-masing 13,4 dan 12,75 kwintal/hektar, masing-masing di di Kota Mataram.

Tabel 5.23 Distribusi Produksi Padi dan Palawija (ton), Luas Areal Produksinya (Ha), dan Rata-rata Produksinya yang Berpotensi sebagai Bahan Baku BBN di Tiap Kabupaten di NTB pada Tahun 2007

No

Kabupaten/Kota

padi

jagung

Area Produksi

JumlahProduksi

Rata-rataProduksi

Area Produksi

JumlahProduksi

Rata-rataProduksi

1 Lombok Barat 38103 177090 46.48 6291 14868 23.63

2 Lombok Tengah 71982 339375 47.15 2576 6588 25.57

3 Lombok Timur 58980 278972 47.30 10523 27424 26.06

4 Sumbawa 63805 289306 45.34 13075 33892 25.92

5 Dompu 28442 118630 41.71 2674 6858 25.65

6 Bima 57188 245328 42.90 3481 9021 25.91

7 Sumbawa Barat 13026 60921 46.77 1653 4407 26.66

8 Kota Mataram 3598 17732 49.28 5 12 24.00

9 Kota Bima 6294 25273 40.15 339 893 26.34

Jumlah 341418 1552627 45.23 40617 103963 25.53

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 120

Page 121: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Tabel 5.23. (Lanjutan)

No

Kabupaten/Kota

ubi kayu

ubi jalar

Area Produksi

JumlahProduksi

Rata-rataProduksi

Area Produksi

JumlahProduksi

Rata-rataProduksi

1 Lombok Barat 2,277 26,577 116.72 322 3.651 0.11

2 Lombok Tengah 1,504 17,516 116.46 190 2.205 0.12

3 Lombok Timur 851 10,009 117.61 303 3.543 0.12

4 Sumbawa 1,193 13,840 116.01 136 1.557 0.11

5 Dompu 280 3,224 115.14 188 2.14 0.11

6 Bima 678 7,801 115.06 504 5.706 0.11

7 Sumbawa Barat 100 1,162 116.20 27 309 114.44

8 Kota Mataram - - - 1 12 120.00

9 Kota Bima 618 7,130 115.37 22 249 113.18

Jumlah 7,501 87,259 116.07 1.693 19.372 43.54

Tabel 5.23. (Lanjutan)

No

Kabupaten/Kota

kacang tanah

kedelai

Area Produksi

JumlahProduksi

Rata-rataProduksi

Area Produksi

JumlahProduksi

Rata-rataProduksi

1 Lombok Barat 12608 15256 12.10 4,713 5,466 11.60

2 Lombok Tengah 5871 7828 13.33 26,611 29,691 11.16

3 Lombok Timur 1112 1447 13.01 897 1,049 11.69

4 Sumbawa 3684 4582 12.44 10,100 11,730 11.61

5 Dompu 1562 1904 12.19 16,618 18,413 11.08

6 Bima 8576 11105 12.95 28,475 33,064 11.61

7 Sumbawa Barat 557 700 12.57 4,438 5,109 11.51

8 Kota Mataram 100 134 13.40 867 1,105 12.75

9 Kota Bima 790 1000 12.66 2,559 3,013 11.77

Jumlah 34860 43956 12.74 95,278 108,640 11.64

a.2. Perkebunan Perkebunan diklasifikasikan menjadi 2 kategori, yaitu perkebunan besar yaitu usaha perkebunan

yang dilakukan oleh suatu badan usaha atau badan hukum diatas tanah yang statusnya Hak Guna Usaha (HGU). Di luar batasan ini diklasifikasikan kedalam perkebunan rakyat.

Perkebunan rakyat di Propinsi NTB pada tahun 2006, meliputi 17 komoditi. Produksi dari ke-17 komoditi tersebut sangat bervariasi. Untuk komoditi kelapa, kopi, jambu mete, kakao, kapuk,asam, vanili, lada, aren, kapas dan jarak, mengalami kenaikan produksi pada tahun 2006 jika dibandingkan tahun 2005. Sedangkan untuk komoditi lainnya mengalami penurunan produksi. Di Propinsi NTB banyak terdapat lahan perkebunan dimanfaatkan. Tabel 5.24 memuat hal tersebut.

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 121

Page 122: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Tabel.5.24. Distribusi Hasil Perkebunan (ton), Luas Areal Produksi (Ha), dan Rata-rata Produksinya (Kwintal/Ha) yang Berpotensi sebagai Bahan Baku BBN di Tiap Kabupaten di NTB Tahun 2007

No

Kabupaten/Kota

kelapa

kakao

Area Produksi

JumlahProduksi

Rata-rataProduksi

Area Produksi

JumlahProduksi

Rata-rataProduksi

1 Lombok Barat 22,217.51 24,051.51 10.83 2,982.00 1,623.99 5.45

2 Lombok Tengah 16,752.00 11,878.00 7.09 411.00 844.65 20.55

3 Lombok Timur 14,995.09 4,682.95 3.12 837.00 36.74 0.44

4 Sumbawa 5,237.51 2,827.66 5.40 19.13 0.30 0.16

5 Dompu 2,349.00 665.60 2.83 98.75 28.20 2.86

6 Bima 3,340.00 1,518.62 4.55 44.39 1.13 0.25

7 Sumbawa Barat 1,070.00 595.17 5.56 97.50 - -

8 Kota Mataram 400.00 214.22 5.36 - - -

9 Kota Bima 640.50 139.46 2.18 - - -

Jumlah 67,001.61 46,573.19 5.21 4,489.77 2,535.01 4.95

Tabel 5.24.(Lanjutan)

No

Kabupaten/Kota

kapuk kemiri

Area Produksi

JumlahProduksi

Rata-rataProduksi

Area Produksi

JumlahProduksi

Rata-rataProduksi

1 Lombok Barat 133.30 40.49 3.04 - - -

2 Lombok Tengah 954.00 183.01 1.92 36.00 17.04 4.73

3 Lombok Timur 1,001.95 166.91 1.67 - - -

4 Sumbawa 443.79 108.47 2.44 958.92 345.54 3.60

5 Dompu 453.80 92.49 2.04 276.75 30.45 1.10

6 Bima 350.25 91.42 2.61 1,863.25 2,109.05 11.32

7 Sumbawa Barat 119.00 30.87 2.59 46.00 23.00 5.00

8 Kota Mataram 75.00 9.24 1.23 - - -

9 Kota Bima 36.75 11.70 3.18 - - -

Jumlah 3,567.84 734.60 2.30 3,180.92 2,525.08 5.15

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 122

Page 123: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Tabel 5.24.(Lanjutan)

No

Kabupaten/Kota

tebu

aren

Area Produksi

JumlahProduksi

Rata-rataProduksi

Area Produksi

JumlahProduksi

Rata-rataProduksi

1 Lombok Barat - - 272.00 65.03 2.39

2 Lombok Tengah 150.59 204.68 13.59 126.00 14.34 1.14

3 Lombok Timur 54.00 - - 1,410.50 39,060.00 276.92

4 Sumbawa 98.71 397.27 40.25 - - -

5 Dompu - - - - - -

6 Bima 48.30 32.23 6.67 - -

7 Sumbawa Barat 148.50 420.06 28.29 - - -

8 Kota Mataram - - - - - -

9 Kota Bima 16.00 7.04 4.40 - - -

Jumlah 516.10 1,061.28 18.64 1,808.50 39,139.37 93.48

Tabel 5.24.(Lanjutan)

No

Kabupaten/Kota

lontar

wijen

Area Produksi

JumlahProduksi

Rata-rataProduksi

Area Produksi

JumlahProduksi

Rata-rataProduksi

1 Lombok Barat - - - - -

2 Lombok Tengah - - - - -

3 Lombok Timur 118.5 8628.75 728.16 - -

4 Sumbawa 26 31.2 12.00 71.25 23.7 3.33

5 Dompu 3 0.5 1.67 33 9.39 2.85

6 Bima - - - 1047 382.32 3.65

7 Sumbawa Barat - - - - -

8 Kota Mataram - - - - -

9 Kota Bima - - - - -

Jumlah 147.5 8660.45 247.28 1151.25 415.41 3.27

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 123

Page 124: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Tabel 5.24.(Lanjutan)

No

Kabupaten/Kota

jarak

Area Produksi

JumlahProduksi

Rata-rataProduksi

1 Lombok Barat 20 -

2 Lombok Tengah 424.5 9.49 0.22

3 Lombok Timur 152 69.67 4.58

4 Sumbawa 694.75 164.47 2.37

5 Dompu 164 65 3.96

6 Bima 1354.99 324.55 2.40

7 Sumbawa Barat 618.5 40.95 0.66

8 Kota Mataram - - -

9 Kota Bima 22.05 9.53 4.32

Jumlah 3450.79 683.66 2.65

a.5. Kehutanan Produksi hutan dapat dikelompokkan menjadi kayu dan hasil hutan non kayu. Nilai produksi hasil

hutan kayu yang berupa tanaman Jati, Rimba camp, dan Dua Banga Mellucana dari tahun 1997 sampai 2007, produksi terbesar dicapai pada tahun 1997, sebesar 113.945,31 m3, setelah itu mengalami penurunan hingga tahun 2006, sebesar 37.021,20 m3.

b.IndustriBanyaknya perusahaan pada tahun 2007, yang tergolong dalam industri formal di Propinsi NTB

berjumlah 6.815 perusahaan dengan 57.631 tenaga kerja, sedang untuk industri non formal 69.522 perusahaan dengan 153.797 tenaga kerja, sehingga total perusahaan ada 76.337 meningkat dibanding tahun sebelumnya 67.431 perusahaanm, dan jumlah tenaga kerja, total 211.428 meningkat dibanding tahun 2006 yaitu 197.007.

5.8.4. Infrastruktur Wilayaha.Transportasi darata.1. Jalan Raya

Jalan merupakan prasarana untuk memperlancar kegiatan perekonomian. Makin meningkatnya usaha pembangunan menuntut pula peningkatan pembangunan jalan untuk memudahkan mobilitas penduduk dan memperlancar perdagangan antar daerah.

Panjang jalan nasional dan Provinsi di NTB samapi akhir tahun 2007 mencapai 2.444,16 km. Berdasarkan klasifikasi jalan, 601,83 km merupakan jalan nasional, 1.842,33 km merupakan jalan Provinsi. Kondisi jalan di NTB pada tahun 2007 menunjukkan bahwa 863.06 km dalam kondisi baik, 453.4 km dalam kondisi sedang, rusak ringan 629.82 km, dan 341.68 km dalam kondisi rusak berat. a.2. Angkutan Darat

Jumlah kendaraan bermotor tahun 2007 sebanyak 449.285 unit, komposisi jumlah kendaraan bermotor terdiri dari : 21.639 unit mobil penumpang, 6.039 unit bis, 24.808 unit truk, dan 396.799 unit sepeda motor.

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 124

Page 125: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

b.Transportasi Laut dan Udarab.1. Angkutan Udara

Jumlah kedatangan, keberangkatan, dan transit penumpang di Bandara Selaparang Mataram pada tahun 2007 masing-masing sebanyak 437.469; 450.615 dan 329. Pada dua bandara lain di NTB, yaitu Bandara Brang Biji di Sumbawa dan Bandara Salahuddin di Bima, menunjukkan pula adanya peningkatan baik jumlah penumpang maupun barang, serta paket pos. Di Bandara Brang Biji Sumbawa pad atahun 2007, jumlah penumpang yang datang sebanyak 1.901 orang dan penumpang yang berangkat 1.865 orang. b.2. Angkutan Laut

Angkutan laut telah memainkan peranan penting di NTB. Berdasarkan data dari pelabuhan Lembar, terlihat bahwa pelabuhan tersebut selain melayani bongkar muat barang/ternak yang terinci menurut jenis barang strategis, yaitu : bahan pokok, strategis, migas dan non migas, juga melayani angkutan penumpang. Hal demikian juga terjadi di Pelabuhan Badas dan Bima.

Jumlah kunjungan kapal di pelabuhan NTB tahun 2007 sebanyak 3.439 unit, di Pelabuhan Lembar 1.570 unit, Badas 337 unit dan Bima 1.532 unit.

c.Kondisi kelistrikanJumlah pelanggan listrik di Propinsi NTB meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2007 jumlah

pelanggan listrik dari PLN Cabang Mataram, Sumbawa dan Bima dari bulan januari sampai bulan desember, juga secara signifikan mengalami peningkatan. Pada bulan januari sebanyak 342.039 pelanggan, dan pada bulan desember mencapai 344.719 pelanggan.

d.Sumber Daya AirAir minum di Propinsi NTB dikelola oleh PAM. Pelanggan PAM ini meliputi rumah tempat tinggal;

hotel dan obyek wisata; badan sosial dan rumah sakit; tempat ibadah; fasilitas umum; perusahaan, toko, industri; Instansi pemerintah; dan pelanggan lainnya. Jumlah total pelanggan PAM tahun 2007 di NTB sebanyak 90.483 pelanggan, terdiri dari pelanggan di Pulau Lombok 65.137, dan pelanggan di Pulau Sumbawa 25.346, mengalami sedikit peningkatan dibanding tahun-tahun sebelumnya. Sedangkan banyaknya air minum yang disalurkan ke pelanggan di Pulau Lombok pada tahun 2007 sebanyak 35.282 ribu m3, di Pulau Sumbawa 44.243 ribu di Pulau Sumbawa, total 44.243 ribu m3.

e.Jaringan telekomunikasi Jumlah kantor pos pada tahun 2005 mengalami peningkatan 49 unit dibandingkan kondisi tahun

2004. Pada tahun 2005 jumlah kantor pos sebanyak 127 unit. Banyaknya kantor pos menurut jenis pelayanan pos adalah : kantor pos 4 unit, kantor pos pembantu 53 unit, kantor pos tambahan 10 unit, pos keliling 53 unit dan rumah pos 7 unit. Banyaknya surat pos baik yang dikirim maupun yang diterima secara umum mengalami penurunan.

Jumlah pulsa di Mataram mengalami penurunan dari 457.530.220 pada tahun 2006 menjadi 38.035.443 pada tahun 2007.

5.9. Propinsi Nusa Tenggara Timur

5.9.1. Kondisi geografis

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 125

Page 126: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

a.Luas Daerah Luas daratan daerah Propinsi NTT adalah 47 349,90 km2, tersebar pada 566 pulau (42 pulau dihuni

dan 524 pulau tidak dihuni). Pulau-pulau yang ada di NTT dari yang terluas berturut-turut adalah : Pulau Timor 30,4 % luas keseluruhan, Pulau Flores, 30,0 %, Pulau Sumba, 23,3 %, dan pulau-pulau yang lain luas wilayahnya lebih kecil dari 5 % luas wilayah NTT.

b.Batas WilayahTerletak antara 8o – 12o Lintang Selatan, 118o – 125o Bujur Timur. Propinsi NTT sebelah barat

berbatasan dengan Propinsi Nusa Tenggara Barat dibatasi oleh Selat Sape, sebelah timur berbatasan dengan Timor Timur, sebelah selatan Samudera Indonesia, sebelah utara Laut Flores. Propinsi NTT terdiri dari 16 kabupaten atau daerah tingkat II, yaitu Sumba Barat, Timor Tengah Utara, Flores Timur, Manggarai, Sumba Timur, Belu Sikka, Rote Ndao, Kupang, Alor, Ende, Manggarai Barat, Timor Tengah Selatan, Lembata, Ngada, dan Kupang. Banyaknya pulau di nusa tenggara timur sebanyak 566 pulau, yang dihuni 42 pulau dan sisanya 524 pulau belum dihuni.

c.IklimNTT terdiri dari 2 musim yaitu kemarau bulan juni-september, arus angin berasal dari Australia,

dan musim penghujan pada bulan Desember-Maret, arus angin banyak mengandung uap air yang berasal dari Samudera Pasifik. Dan masa peralihan pada bulan April – Mei, dan Oktober – Nopember. Rata-rata kelembaban udara di Kota Kupang tahun 2007 sebesar 74%, arah kecepatan angina E/5 knot, tekanan udara 1.009,8 milibar, dan rata-rata suhu udara di atas 27,6 oC.

d.Curah HujanPada bulan Desember – Maret, arus angin banyak mengandung uap air yang berasal dari Asia dan

Samudera Pasifik sehingga terjadi musim hujan. Keadaan seperti ini berganti setiap setengah tahun setelah melewati masa peralihan pada bulan April – Mei dan Oktober – November. Walaupun demikian mengingat NTT dekat dengan Australia, arus angin yang banyak mengandung uap air dari Asia dan Samudera Pasifik sampai di wilayah NTT kandungan uap airnya sudah berkurang yang mengakibatkan hari hujan di NTT lebih sedikit dibanding wilayah yang dekat dengan Asia. Hal ini menjadikan NTT sebagai wilayah yang tergolong kering dimana hanya 4 bulan (Januari- Maret, dan Desember) yang keadaannya relatif basah dan 8 bulan sisanya relative kering. Curah hujan bervariasi antar kabupaten. Pada tahun 2007 tertinggi ada di kabupaten Manggarai 3.211 mm, Timor Tengah Selatan 2.352 mm, Kota Kupang 1.745mm dan terendah kabupaten Alor 777 mm.

e.TopografisPropinsi NTT sebagian besar wilayahnya bergunung dan berbukit, hanya sedikit dataran rendah,

dan memiliki banyak sungai. Sungai yang terpendek 25 km dan yang terpanjang 118 km.

5.9.2. Kondisi Demografisa.Jumlah dan struktur penduduk

Jumlah penduduk NTT tahun 2006 = 4 355 121 jiwa, Jumlah penduduk laki-laki 2 187 141 jiwa, dan perempuan 2 167 980 jiwa, dengan kepadatan 91,98 jiwa/km2. Kepadatan penduduk terbesar di kota Kupang 1 741 jiwa/km2. Dan terendah di kabupaten Sumba Timur 31 jiwa/km2.

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 126

Page 127: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

b.Tingkat PendidikanPresentase penduduk berumur 10 tahun ke atas menurut tingkat pendidikan yang ditamatkan ;

tidak punya ijazah 42,04%; SD 32,20%; SMP 11,59%; SMA dan sederajat 11,28%; diploma I/II 0,54%; diploma III 0,60 %; diploma IV/universitas 1,76%.

c.KetenagakerjaanDari 2. 753. 967 penduduk NTT yang berusia 15 tahun ke atas 74,36 % diantaranya merupakan

angkatan kerja. Angkatan kerja yang melakukan aktifitas bekerja sebanyak 96,35 % dan sisanya 3,65 % aktif mencari pekerjaan. Tenaga kerja dibidang industri total berjumlah 123 779 jiwa.

5.9.3. Pemetaan Potensi Pengembangan Bahan Baku BBNa.Pertaniana.1.Tanaman Pangan

Produksi beberapa komoditi penting tanaman pangan, padi dalam bentuk gabah kering giling pada tahun 2006 sebesar 461,0 ribu ton naik menjadi 511,9 ribu ton pada tahun 2007. Kenaikan tersebut sejalan dengan kenaikan luas panen sekitar 10.669 hektar dari tahun sebelumnya. Komoditi kacang kedelai dan kacang tanah pada tahun 2006 produksinya mencapai 2.188 ton dan menjadi 2.786 ton dan 17. 832 ton, sejalan dengan peningkatan luas panen pada tahun 2007. Komoditi lainnya seperti jagung, ubi kayu, ubi jalar, dan kacang hijau juga mengalami peningkatan produksi.

Kabupaten Manggarai Barat, merupakan daerah yang tertinggi untuk produksi padi dan ubi kayu mencapai 33,38 kwintal/Ha dan 114,56, sedangkan jagung di Kabupaten Ngada, mecapai 24,63 kwintal/hektar, dan ubi jalar di kabupaten Sumba Timur mencapai 84,27 kwintal/Ha. Kedelai serta kacang tanah masing-masing di daerah Tomor Tengah Selatan dan Timor Tengah Utara.

Tabel 5.25. Distribusi Produksi Padi dan Palawija (ton), Luas Areal Produksi (Ha), dan Rata-rata Produksinya yang Berpotensi sebagai Bahan Baku BBN di Tiap Kabupaten di NTT pada Tahun 2007

No

Kabupaten/Kota

padi

jagung

Area Produksi

JumlahProduksi

Rata-rataProduksi

Area Produksi

JumlahProduksi

Rata-rataProduksi

1 Sumba Barat 26415 73972 28.00 27,550 64,988 23.59

2 Sumba Timur 9756 30410 31.17 10,225 22,703 22.20

3 Kupang 12161 36458 29.98 18,824 44,744 23.77

4 Timor Tengah Selatan 4140 13745 33.20 67,736 160,013 23.62

5 Timor Tengah Utara 8165 23468 28.74 19,857 46,798 23.57

6 Belu 5717 18331 32.06 34,018 78,082 22.95

7 Alor 3570 7426 20.80 3,578 8,522 23.82

8 Lembata 3823 7597 19.87 8,138 17,492 21.49

9 Flores Timur 7429 15351 20.66 9,854 21,329 21.65

10 Sikka 9015 20978 23.27 13,690 28,192 20.59

11 Ende 5867 15478 26.38 3,575 7,950 22.24

12 Ngada 11613 35744 30.78 12,491 30,769 24.63

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 127

Page 128: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

No

Kabupaten/Kota

padi

jagung

Area Produksi

JumlahProduksi

Rata-rataProduksi

Area Produksi

JumlahProduksi

Rata-rataProduksi

13 Manggarai 35846 115699 32.28 12,187 27,125 22.26

14 Rote Ndao 9646 30364 31.48 4,537 10,643 23.46

15 Manggarai Barat 19844 66238 33.38 5,607 12,350 22.03

16 Kota Kupang 201 652 32.44 543 1,265 23.30

Jumlah 173208 511911 28.41 252,410 582,965 22.82

Tabel 5.25. (Lanjutan)

No Kabupaten/Kota

ubi kayu ubi jalar

Area Jumlah Rata-rata Area Jumlah Rata-rata

Produksi Produksi Produksi Produksi Produksi Produksi

1 Sumba Barat 14,642 151,896 103.74 1,916 14,715 76.8

2 Sumba Timur 2,275 24,735 108.73 438 3,691 84.27

3 Kupang 4,492 47,626 106.02 421 2,994 71.12

4 Timor Tengah Selatan 18,650 186,044 99.76 2,527 19,427 76.88

5 Timor Tengah Utara 6,267 62,602 99.89 1,751 13,449 76.81

6 Belu 13,251 140,843 106.29 1,451 10,852 74.79

7 Alor 2,382 24,654 103.5 166 1,283 77.29

8 Lembata 3,004 33,210 110.55 434 3,295 75.92

9 Flores Timur 4,136 42,889 103.7 229 1,617 70.61

10 Sikka 5,186 52,320 100.89 755 5,944 78.73

11 Ende 2,931 30,743 104.89 180 1,366 75.89

12 Ngada 2,715 30,038 110.64 1,080 8,270 76.57

13 Manggarai 5,049 57,654 114.19 2,330 17,975 77.15

14 Rote Ndao 122 1,318 108.03 64 497 77.66

15 Manggarai Barat 4,292 49,340 114.96 729 5,560 76.27

16 Kota Kupang 197 2,099 106.55 9 70 77.78

Jumlah 89,591 938,011 106.39 14,480 111,005 76.53

Tabel 5.25.(Lanjutan)

No

Kabupaten/Kota

kacang tanah

kedelai

Area Produksi

JumlahProduksi

Rata-rataProduksi

Area Produksi

JumlahProduksi

Rata-rataProduksi

1 Sumba Barat 703 700 9.96 183 196 10.71

2 Sumba Timur 1,300 1,338 10.29 14 12 8.57

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 128

Page 129: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

3 Kupang 2,156 2,397 11.12 2 2 10.00

4 Timor Tengah Selatan 1,466 1,633 11.14 436 510 11.70

5 Timor Tengah Utara 1,714 2,087 12.18 2 2 10.00

6 Belu 2,390 2,219 9.28 13 14 10.77

7 Alor 48 49 10.21 3 3 10.00

8 Lembata 1,016 1,109 10.92 10 11 11.00

9 Flores Timur 1,674 1,657 9.90 - - -

10 Sikka 2,179 2,214 10.16 - - -

11 Ende 55 49 8.91 21 20 9.52

12 Ngada 710 657 9.25 1,043 1,056 10.12

13 Manggarai 1,356 1,139 8.40 181 161 8.90

14 Rote Ndao 362 346 9.56 575 614 10.68

15 Manggarai Barat 158 155 9.81 211 186 8.82

16 Kota Kupang 69 83 12.03 - - -

Jumlah 17,356 17,832 10.19 2,694 2,787 10.06

a.2. PerkebunanBeberapa komoditi hasil perkebunan yang cukup menonjol dihasilkan di NTT dan hamper ada di

setiap kabupaten adalah : kelapa, kopi, cengkeh, cokelat, jambu mete, kemiri, kapuk, vanili dan pinang. Untuk tanaman kelapa walaupun dalam beberapa tahun belakangan ini terserang hama penyakit, produksinya selama tahun 2007 masih sebesar 65,52 ribu ton dengan luas area 159 600,09 Ha. Kopi selama tahun 2007 menghasilkan 18,86 ribu ton dg luas area 68 347 ,48 Ha, cengkeh 0,93 ribu ton dengan luas area 13 045,77 Ha, cokelat 14,93 ribu ton dengan luas area 41 277,43 Ha, jambu mete 35,33 ribu ton dengan jumlah luas area 163 178,22 Ha, kemiri 20,08 ribu ton dengan luas area 80 237,76 Ha, kapuk 2,16 ribu ton dengan jumlah luas area 15 191,13 Ha, vanili 0,61 ton dengan luas area 4 416,69 Ha, pinang 7,87 ribu ton dg luas area 39 951,79 Ha. Sedangkan untuk komoditi perkebunan lainnya produksinya hanya dibawah 400 ton selama tahun 2006, seperti jarak jumlah produksinya 332,69 ton dengan luas area 6 871,58 Ha

Tabel.5.26. Distribusi Hasil Perkebunan (ton), Luas Areal Produksi (Ha), dan Rata-rata Produksinya (Kwintal/Ha) yang Berpotensi sebagai Bahan Baku BBN di Tiap Kabupaten di NTT Tahun 2007

No Kabupaten/Kota

kelapa kakao

Area Produksi

Jumlah Rata-rata Area Jumlah Rata-rata

Produksi Produksi Produksi Produksi Produksi

1 Sumba Barat 31,865 7,601 2.39 1,927 109 0.57

2 Sumba Timur 5,316 2,679 5.04 4 0 0.15

3 Kupang 11,302 5,362 4.74 211 9 0.42

4 Timor Tengah Selatan 10,635 2,407 2.26 48 2 0.36

5 Timor Tengah Utara 5,438 504 0.93 175 24 1.35

6 Belu 9,732 8,900 9.15 441 21 0.47

7 Alor 4,747 919 1.94 235 1 0.04

8 Lembata 4,014 2,440 6.08 632 49 0.78

9 Flores Timur 10,748 9,655 8.98 3,879 623 1.61

10 Sikka 19,840 7,163 3.61 21,219 10,325 4.87

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 129

Page 130: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

No Kabupaten/Kota

kelapa kakao

Area Produksi

Jumlah Rata-rata Area Jumlah Rata-rata

Produksi Produksi Produksi Produksi Produksi

11 Ende 10,842 8,067 7.44 5,726 2,871 5.01

12 Ngada 15,733 4,127 2.62 2,128 609 2.86

13 Manggarai 10,022 1,284 1.28 2,721 191 0.7

14 Rote Ndao 4,647 3,413 7.34 - - -

15 Manggarai Barat 4,410 787 1.78 1,931 96 0.5

16 Kota Kupang 311 210 6.75 - - -

Jumlah 159,600 65,516 4.52 41,277 14,929 1.4

Tabel 5.26. (Lanjutan)

No

Kabupaten/Kota

kapuk

jarak

Area Produksi

JumlahProduksi

Rata-rataProduksi

Area Produksi

JumlahProduksi

Rata-rataProduksi

1 Sumba Barat - - - -

2 Sumba Timur 849.37 259.19 3.05 2,731.00 188.00 0.69

3 Kupang 3,290.71 985.53 2.99 706.15 68.00 0.96

4 Timor Tengah Selatan 3,150.23 281.50 0.89 2,403.00 21.11 0.09

5 Timor Tengah Utara 1,818.50 96.67 0.53 31.38 2.73 0.87

6 Belu 241.71 34.35 1.42 - -

7 Alor 63.85 9.61 1.51 - -

8 Lembata 174.72 24.55 1.41 - -

9 Flores Timur 304.12 45.45 1.49 272.08 -

10 Sikka 516.50 17.61 0.34 477.97 52.85 1.11

11 Ende 237.10 69.40 2.93 - -

12 Ngada - - - - -

13 Manggarai 1,927.57 134.14 0.70 - -

14 Rote Ndao 1,216.00 51.48 0.42 - -

15 Manggarai Barat 1,400.75 149.85 1.07 - -

16 Kota Kupang - - - 50.00 -

Jumlah 15,191.13 2,159.33 1.34 6,671.58 332.69 0.74

Tabel 5.26.(Lanjutan)

No

Kabupaten/Kota

kemiri jambu mete

Area Produksi

JumlahProduksi

Rata-rataProduksi

Area Produksi

JumlahProduksi

Rata-rataProduksi

1 Sumba Barat - - 17,850.00 6,822.00 3.82

2 Sumba Timur 2,499.18 651.00 2.60 9,819.42 1,907.20 1.943 Kupang 5,345.52 572.33 1.07 8,744.05 294.33 0.34

4 Timor Tengah Selatan 16,591.58 3,480.39 2.10 3,496.08 54.46 0.16

5 Timor Tengah Utara 10,661.40 1,485.29 1.39 10,757.60 1,064.02 0.99

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 130

Page 131: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

6 Belu 2,854.57 1,477.21 5.17 1,548.49 108.32 0.707 Alor 6,272.71 2,249.22 3.59 9,264.70 1,204.42 1.308 Lembata - - 9,594.83 850.04 0.89

9 Flores Timur 3,429.00 746.43 2.18 28,334.49 8,190.47 2.89

10 Sikka 593.62 92.18 1.55 21,352.71 8,953.52 4.19

11 Ende 8,107.60 5,737.10 7.08 7,583.00 2,246.10 2.96

12 Ngada 4,701.58 1,553.15 3.30 10,659.53 1,870.99 1.76

13 Manggarai 13,208.90 1,339.74 1.01 13,805.17 1,040.60 0.7514 Rote Ndao - - 466.00 16.65 0.36

15 Manggarai Barat 5,889.60 695.43 1.18 9,779.65 678.11 0.69

16 Kota Kupang 82.50 - 122.50 27.60 2.25

Jumlah 80,237.76 20,079.47 2.69 163,178.22 35,328.83 1.62

Tabel 5.26.(Lanjutan)

No

Kabupaten/Kota

lontar

Area Produksi

JumlahProduksi

Rata-rataProduksi

1 Sumba Barat - -

2 Sumba Timur - -

3 Kupang 1,045.30 161.10 1.54

4 Timor Tengah Selatan - -

5 Timor Tengah Utara - -

6 Belu - -

7 Alor 5.00 0.25 0.50

8 Lembata - -

9 Flores Timur - -

10 Sikka - -

11 Ende - -

12 Ngada - -

13 Manggarai 84.46 36.70 4.35

14 Rote Ndao 631.68 12,659.42 200.41

15 Manggarai Barat - -

16 Kota Kupang 15.00 12.00 8.00

Jumlah 1,781.44 12,869.47 42.96

a.5. KehutananProduksi kayu cendana di NTT selama tahun 2007 sebesar 432,39 ton yang berasal dari 7

kabupaten yaitu Timor Tengah Selatan (123,35 ton), Belu (87,53 ton), Manggarai (73,29 ton), Sumba Barat (12,04 ton), rote Ndao (3,7 ton), Sumba Timur (0,012 ton) dan terbesar di Kupang (132,46 ton). Produksi kayu jenis lainnya yang paling menonjol adalah kayu jati persegi. Selama tahun 2006 produksinya mencapai sekitar 11,724 ribu meter kubik.

b.Industri

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 131

Page 132: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Banyaknya perusahaan sektor industri yang ada di NTT adalah 69.854 usaha. Perusahaan di bidang industri yang paling banyak di Kabupaten Ende, sebanyak 14 198 usaha, menyusul Sumba barat sebanyak 11.322 usaha, kanggarai 7. 279 usaha, Belu 6. 881 usaha, dan dareah yang lain dibawah 5000 usaha.

Jumlah perusahaan usaha perdagangan di propinsi NTT hasil sensus ekonomi 2007 tercatat sebanyak 134 598 perusahaan. Perusahaan sektor perdagangan sebagian besar terdapat di Kabupaten Belu, TTS dan kota Kupang yaitu sekitar 30,29 %.

Neraca perdagangan luar negeri NTT dari tahun 1998 s/d 2000 mengalami deficit. Pada tahun 1998 total ekspor luar negeri NTT tercatat 9 543 ribu US$, sementara impor luar negerinya mencapai 35.603 ribu US$, sehingga terjadi defisit sebanyak 26.060 ribu US$. Defisit neraca perdagangan luar negeri kembali meningkat pada tahun 1999, dimana total ekspor NTT pada saat itu hanya tercatat sebesar 2.423 ribu US$, sementara impornya mencapai 129.119 ribu US$, sehingga terjadi defisit sebesar 126.696 ribu US$. Pada tahun 2000 masih terjadi defisit neraca perdagangan luar negeri , walaupun tidak sebesar tahun sebelumnya. Ekspor yang dilakukan tercatat 14 501 ribu US$, sementara impornya sedikit lebih tinggi yaitu sebesar 14 827 ribu US$, sehingga terjadi defisit sebesar 326 ribu US$. Baru pada tahun 2001 neraca perdagangan NTT mencapai nilai positif sebesar 54 583 ribu US$, yakni nilai ekspor tercatat 54 631 ribu US$, sementara impornya hanya 48 ribu US$, Selama tahun 2002 dan 2003 nilai ekspor turun setengah bagian jika dibandingkan dengan tahun 2001. sementara nilai impornya meningkat pada tahun 2002 dan turun lagi pada tahun 2003 dan 2004. Tahun 2005 ekspor mengalami peningkatan lebih dari 90 % (dari 9 086 ribu US$ menjadi 17 401 ribu US$), begitu juga dengan impor, naik sebesar lebih dari 200 % (dari 607 ribu US$ menjadi 2 059 ribu US$), sehingga menghasilkan surplus sebesar 15 342 ribu US$. Selanjutnya pada tahun 2007 nilai ekspor mengalami penurunan lebih dari 30 % (dari 17 401 ribu US$ menjadi 11 873 ribu US$) sedangkan impor meningkat 485 % (dari 2 059 ribu US$ menjadi 12 048 ribu US$).

5.9.4 Infrastruktur Wilayaha.Transportasi darat

Pada tahun 2007 propinsi NTT telah memiliki jalan sepanjang 17 079,04 km. Panjang jalan di bawah wewenang negara 1 273,02 km, yang menjadi wewenang propinsi 2 939,21 km, dan sisanya dibawah wewenang kabupaten sepanjang 12 866,81 km. Jalan terpanjang terdapat di kabupaten Manggarai yaitu sekitar 12,84 persen dari panjang jalan di seluruh NTT.

Pada tahun 2007 jumlah kendaraan bermotor tercatat sebanyak 109 723 unit. Komposisi jenis kendaraan pada tahun yang sama terdiri atas : 92 730 unit sepeda motor, jeep/sedan 4 914 unit, microbus, minibus dan sejenisnya 4 667 unit, truck, pick up, tanki, dan traktor 7 412 unit.

b.Transportasi sungai dan danauTerjadi peningkatan arus kunjungan angkutan penyeberangan ferry pada pelabuhan laut Bolok/Kupang sebesar 3,01 % disbanding tahun 2005. Hal tersebut sangat berpengaruh terhadap penurunan jumlah penumpang baik yang naik maupun yang turun. Pada tahun 2007 penumpang yang naik di seluruh pelabuhan laut sebanyak 3.064.937 penumpang. Dari sejumlah itu, 1.244.173 diantaranya naik dari pelabuhan Bolok/Kupang. Sedangkan dari 3.310.566 yang turun, 1.397.935 turun di pelabuhan yang sama

c.Transportasi Laut dan Udarac.1.Transportasi Laut

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 132

Page 133: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

NTT dengan lebih dari 40 pulau yang terpencil memerlukan sarana dan prasarana angkutan perhubungan laut yang memadai. Arus kunjungan kapal laut pada pelabuhan laut di NTT selama tahun 2007 sebanyak 1.778.674 sama dengan jumlah kapal laut yang terangkat. Kunjungan yang terbanyak terdapat di Kabupaten Flores Timur, yakni sebanyak 511.973 kunjungan, diikuti oleh Kabupaten Kupang sebanyak 395.242 kunjungan.

Penumpang yang naik di Pelabuhan laut pada tahun 2007 sebanyak 2.398.977 penumpang, sedangkan penumpang yang turun sebanyak 2.231.355 penumpang.

Volume bongkar muat barang dan hewan pada setiap pelabuhan paling menonjol di Pelabuhan Tenau Kupang. Barang yang dibongkar pada tahun 2006 sebanyak di pelabuhan tersebut sebanyak 753.384 ton, sedangkan yang dimuat 702.367 ton. Hewan yang dibongkar 775.990 ekor, sementara yang dimuat 723.458 ekor. c.2. Transportasi Udara

Jumlah pesawat yang datang pada tahun 2007 tercatat sebanyak 9 788 unit, mengalami peningkatan sebesar 61,15 % dibanding tahun 2005. sementara jumlah pesawat yang berangkat tercatat 9 739 unit pada tahun 2006, meningkat 58,36 % bila dibandingkan tahun 2005.

Penumpang yang datang meningkat dari 258 319 orang pada tahun 2005 menjadi 354 068 orang pada tahun 2006, sementara penumpang yang berangkat pada tahun 2007 tercatat 384 364 orang, meningkat sekitar 40,93 % dari tahun 2006.

Volume bongkar muat barang melalui pelabuhan udara NTT tahun 2006 mengalami peningkatan sebanyak 7 167,24 ton volume bongkar barang, atau meningkat sekitar 48,64% dibanding tahun sebelumnya. Sementara volume muat barang pada tahun yang sama sebesar 5 672,76 ton, atau meningkat 37,24 %.

d.Kondisi kelistrikanHampir seluruh kebutuhan tenaga listrik di NTT diperoleh dari Perusahaan Listrik Negara (PLN).

JUmlah tenaga listrik yang dibangkitkan oleh PLN wilayah usaha NTT pada tahun 2007 sebesar 312,6 juta Kwh. Tenaga yang disalurkan sebesar 305,8 juta Kwh. Dengan demikian dari total tenaga listrik yang dibangkitkan sekitar 97,82 % yang disalurkan, sedangkan sisanya sekitar 2,18 % terpakai sendiri.. Pemakaian tenaga listrik tahun 2007 di NTT sebesar 282 485 903 Kwh, konsumsi listrik terbesar di kabupaten Kupang sebesar 113 889 749 Kwh, dan yang terendah di kabupaten manggarai Barat, 4 872 310 Kwh.

e.Sumber Daya AirKegiatan produksi air bersih di NTT seluruhnya ditangani oleh Perusahaan Daerah Air Minum

(PDAM). Realisasi penerimaan retribusi air bawah tanah tahun 2007 dengan sasaran 400 000 000 rupiah, realisasi 477 487 331 rupiah, sekitar 119,37 %.

f.Jaringan telekomunikasi Pembangunan pos dan telekomunikasi mencakup jangkauan baik pelayanan jasa telekomunikasi

ataupun informasi. Berbagai usaha telah dilakukan pemerintah untuk memperlancar pelayanan-pelayanan berkenaan semakin meningkatnya permintaan akan jasa komunikasi. Salah satunya dengan memperbanyak jumlah kantor pos tambahan 6 buah, kantor pos pembantu 58 buah, dan pos desa 41 buah.

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 133

Page 134: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Surat yang paling banyak dikirim adalah jenis surat biasa sebanyak 1.790.581 lembar, 1.375.556 lembar surat kilat, dan 100.666 lembar surat tercatat. Kabupaten Rote Ndao adalah daerah yang paling sedikit pelayanan jasa pengiriman surat sebanyak 18 019 lembar surat untuk semua jenis surat.

Jumlah pelanggan telepon pemerintah dan swasta mengalami peningkatan. Pada tahun 2006 tercatat sebanyak 6.547 pelanggan pemerintah dan 39.706 swasta. Jumlah pelanggan terbanyak terdapat di kota Kupang. Di wilayah ini tercatat 2.457 pelanggan pemerintah dan 17.438 pelanggan swasta.

5.10. Propinsi Kalimantan Timur

5.10.1 Kondisi geografisa.Luas Daerah

Kalimantan Timur dengan luas wilayah daratan 198.441,17 km2 dan luas pengelolaan laut 10.216,57 km2. Dengan adanya perkembangan dan pemekaran wilayah, propinsi terluas kedus setelah papua ini dibagi menjadi 9 kabupaten, empat kota, 135 kecamatan dan 1.404 desa/kelurahan. Kesembilan kabupaten tersebut adalah pasir dengan ibukota tanah grogot, kutai barat dengan ibukota Sendawar, Kutai Kertanegara dengan ibukota tenggarong, Kutai Timur dengan ibukota Sangatta, Berau dengan ibukota Tanjung Redeb, Malinau dengan ibukota Malinau, bulungan dengan ibukota tanjung Selor, Nunukan dengan ibukota Nunukan, dan Penajam Paser Utara dengan ibukota Penajam. Sedangkan keempat kota adalah Samarinda, Balikpapan, tarakan dan Bontang.

b.Batas WilayahPropinsi Kalimantan Timur terletak antara 113o44’ Bujur Timur dan 119o00’ Bujur Timur serta

diantara 4o24’ Lintang Utara dan 2o25’ lintang Selatan. Propinsi Kaltim terletak paling timur di pulau Kalimantan dan sekaligus merupakan wilayah perbatasan dengan Negara Malaysia, khususnya Negara Sabah dan Serawak. Tepatnya propinsi ini berbatasan dengan Negara Malaysia di sebelah utara, Laut Sulawesi dan Selat makassar di sebelah timur, Kalimantan Selatan di sebelah Selatan dan dengan Kalimantan Barat, Kalimantan tengah serta Malaysia di sebelah Barat.

c.IklimKalimantan Timur yang beriklim tropis mempunyai musim yang hampir sama dengan wilayah

Indonesia pada umumnya, yaitu adanya musim kemarau dan musim penghujan. Musim kemarau biasanya terjadi pada bulan Mei samapi bulan Oktober, sedang musim penghujan terjadi pada bulan Nopember sampai dengan April. Keadaan ini teru berlangsung setiap tahun yang diselingi dengan musim peralihan pada bulan-bulan tertentu. Selain itu, karena letaknya di daerah katulistiwa maka iklim di Kalimantan Timur juga di pengaruhi oleh angina Muson, yaitu angina muson barat ; Nopember – April dan angina Muson Timur Mei – Oktober.

Dalam tahun-tahun terakhir keadaan musim di Kalimantan Timur kadang tidak menentu. Pada bulan-bulan yang seharusnya turun hujan dalam kenyataannya tidak ada hujan sama sekali atau sebaliknya pada bulan-bulan yang seharusnya kemarau justru terjadi hujan dengan musim yang jauh lebih panjang. d.Curah Hujan

Curah hujan daerah ini sangat beragam menurut bulan dan letak stasiun pengamat. Rata-rata curah hujan tertinggi dan terendah sepanjang tahun 2007 menurut stasiun Meteorologi Balikpapan masing-masing sebesar 610,2 mm dan 12,00 mm. Rata-rata curah hujan tahun

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 134

Page 135: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

e.TopografisDaratan Kalimantan Timur tidak terlepas dari pegunungan dan bukit yang terdapat hampir di

seluruh Kabupaten. Sedang untuk danau yang berjumlah 18 buah, sebagian besar berada di Kabupaten Kutai Kertanegara dengan danau yang paling luas yaitu Danau Semayang dan danau Melintang dengan luas masing-masing 13.000 hektar dan 11.000 hektar.

Tabel 5.27. Daftar Ketinggian Berbagai Wilayah di Kalimantan Timur terhadap Permukaan Laut

No

Kabupaten

Kota

Ketinggianm

1 Pasir Tanah Grogot 5 – 45

2 Kutai Barat Sendawar 10 – 135

3 Kutai Kertanegara Tenggarong 5 – 95

4 Kutai Timur Sangatta 5 – 95

5 Berau Tanjung Redeb 5 – 45

6 Malinau Malinau 5 – 25

7 Bulungan Tanjung Selor 5 – 25

8 Nunukan Nunukan 0 – 110

9 Penajam Paser Penajam 0 – 40

10 Balikpapan Balikpapan 0 – 95

11 Samarinda Samarinda 5 –135

12 Tarakan Tarakan 0 – 110

13 Bontang Bontang 13 – 95

5. 10. 2. Kondisi Demografisa.Jumlah dan struktur penduduk

Penduduk Kalimantan Timur dari tahun ke tahu tercatat mengalami kenaikan yang cukup berarti . Jumlah penduduk pada tahun 2000 sebesar 2.436.545 jiwa, meningkat menjadi menjadi 2.936.388 jiwa pada tahun 2007. Berarti dalam periode tersebut penduduk Kalimantan Timur telah bertambah lebih dari 83 ribu orang setiap tahunnya.

Pertumbuhan penduduk Kalimantan timur sebenarnya tidak merata sepanjang tahun. Sebagai contoh, pertumbuhan penduduk pada periode 2002-2003 sebesar 5,72 %, periode 2003-2004 sebesar 1,68 %, pada periode 2004-2005 sebesar 3,29%. Sedangkan periode 2005-2006 sebesar 3,336%.

Pada tahun 2006-2007 pertumbuhan penduduk di tiap kabupaten/kotamenunjukkan peningkatan. Secara presentase, peningkatan tertinggi terjadi di Kota Tarakan sebesar 6,75%, sedangkan kabupaten/kota lainnya pertumbuhannya berkisar 1,35-6,18%.

Sebagaimana pertumbuhan penduduk persebaran di Kalimantan Timur juga tidak merata. Tetapi penduduk yang semula masih banyak tinggal di pedesaan sejak tahun 1995 sudah lebih dari 50% menetap di daerah perkotaan. Pada tahun 2006 sebagian penduduk Kalimantan Timur berada di kota Samarinda (20,02%). Yang merupakan ibukota Propinsi di Kalimantan Timur. Selebihnya berada di Kabupaten Kutai Kartanegara (17,21%), Kota Balikpapan (16,55%) dan tersebar di Kabupaten /kota lain berkisar 1-7%. Pola persebaran penduduk seperti ini sejak tahun 1990 tidak banyak berubah.

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 135

Page 136: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Ditinjau dari komposisi penduduk menurut jenis kelamin, menunjukkan bahwa jumlah penduduk laki-laki di Kalimantan Timur masih lebih banyak dibanding perempuan. Ini terlihat dari rasio jenis kelamin yang lebih dari 100.

b.Tingkat PendidikanPenduduk usia 10 tahun keatas menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan pada tahun 2007

yaitu tidak/belum pernah Sekolah 4,50 %; tidak/belum tamat SD 19,43%, Sekolah Dasar 25,55%, SMP Umum dan Kejuruan 19,11%, SMU dan Kejuruan 26,15 %, Diploma/Sarjana 5,26 %.

c.KetenagakerjaanTenaga kerja adalah modal bagi geraknya roda pembangunan. Jumlah dan posisi tenaga kerja akan

terus mengalami perubahan seiring dengan berlangsungnya proses demografi. Bagian dari tenaga kerja yang aktif dalam kegiatan ekonomi disebut angkatan kerja. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), merupakan ukuran ukuran yang menggambarkan jumlah angkatan kerja untuk setiap 100 tenaga kerja.

Selama kurun waktu 2004-2006, angkatan kerja di Kalimantan Timur meningkat sebanyak 162 ribu orang dari 1.162.209 orang menjadi 1.324.878 orang. TPAK Kalimantan Timur pada tahun 2006 sebesar 67,27 %, mengalami kenaikan sebesar 6,26 % dibandingkan dengan kondisi tahun 2004. Menurut jenis kelamin terlihat bahwa TPAK Perempuan mempunyai kecenderungan meningkat dari 33,86 % tahun 2004, 36,79% tahun 2005, dan tahun 2006 sebesar 45,90%. Sedangkan TPAK laki-laki cenderung berfluktuasi pada kurun waktu yang sama. Tahun 2004 TPAK laki-laki sebesar 86,85 % dan tahun 2005 turun menjadi 85,50 %, dan tahun 2006 naik kembali menjadi 87,38 %.

Presenatase penduduk 15 tahun keatas menurut kegiatannya, bekerja 585, mengurus rumah tangga 21 %, mencari pekerjaan 9 %, sekolah 8%, lainnya 4 %.

5. 10. 3. Pemetaan Potensi Pengembangan Bahan Baku BBNa.Pertaniana.1. Tanaman pangan

Perkembangan luas panen, produksi padi serta hasil serta hasil per hektar di Kalimantan Timur pada tahun 2007 mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya. Secara riil luas panen padi naik dari 140.996 hektar pada tahun 2006 menjadi 150.549 hektar atau naik sebesar 6,76 %. Hasil perhektarnya lebih tinggi dari tahun sebelumnya yaitu dari 35,43 kw/hektar pada tahun 2006 menjadi 35,95 kw/hektar pada tahun 2007.

Kenaikan produksi padi sawah pada tahun 2007 sebesar 8,57 persen disebabkan oleh peningkatan luas panen sebesar 8,32 persen dan hasil per hektar nya meningkat dari tahun 2006 sebesar 44,40 kw mwnjadi 44,51 kw. Sementara itu pada luas panen padi bukan sawah mengalami peningkatan sehingga produksi per hektarnya meningkat.

Daerah kabupaten/kota yang memiliki luas panen dan produksi padi(sawah dan ladang) terbesar adalah kebupaten Kutai Kartanegara yaitu dengan luas panen 42.964 ha dan menghasilkan 44,58 kw/ha sehingga produksi padi dicapai sebesar 191.530 ton dalam tahun 2007, ini berarti 35,39 persen produksi padi di Kalimantan Timur dihasilkan oleh Kabupaten Kutai Kartanegara. Hal ini terlihat baik pada jenis padi lahan sawah maupun lahan bukan sawah dengan produksi dari total masing masing sebesar 44,99 persen dan 13,01 persen.

Tanaman palawija di Kalimantan Timur antara lain jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, kedelai dan kacang hijau. Selama periode 2003-2007, luas panen tanaman ini mengalami fluktuasi.Tahun 2007,

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 136

Page 137: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

sebagian besar komoditi palawija tersebut mengalami luas panen, kecuali kacang tanah dari luas panen sebesar 2.098 ha tahun 2006 menjadi 1.966 ha pada tahun 2007.

Pada jenis tanaman sayur sayuran yang perkembanagnnya sangat berfluktuasi, sebagian besar mengalami kenaikan, baik produksi total maupun produksi perhektarnya. Jenis tanaman sayuran yang terbanyak dihasilkan di provinsi ini adalah Ketimun dan Kangkung yang produksinya mencapai 19.045 ton dan 16.865 ton pada tahun 2007.

Tabel 5.28. Distribusi Produksi Padi (Ton), Luas Areal Produksi (Ha), dan Rata-rata Produksinya (Kw/Ha) yang Berpotensi sebagai Bahan Baku BBN di tiap Kabupaten

di Kalimantan Timur Tahun 2007

Kabupaten/Kota

Padi

Area Produksi

JumlahProduksi

Rata-rataProduksi

1 Pasir 12,075 38,522 31.902 Kutai Barat 15,096 40,277 26.683 Kutai Kertanegara 42,964 191,530 44.584 Kutai Timur 16,914 45,355 26.825 Berau 10,808 28,602 26.466 Malinau 8,495 21,932 25.827 Bulungan 13,410 35,128 26.208 Nunukan 10,802 43,890 40.639 Penajam Paser 13,941 68,486 49.1310 Balikpapan 87 301 34.6011 Samarinda 5,834 26,755 45.8612 Tarakan 0 0 0.0013 Bontang 123 392 31.87

Jumlah 150,549 541,170 34.21

.

a.2. PerkebunanJenis jenis tanaman perkebunan yang dikembangkan di provinsi Kalimantan Timur, antara lain:

karet, kelapa, kopi,lada, cengkeh, coklat, kelapa sawit, dan lainnya yang merupakan gabungan dari beberapa tanaman perkebuanan. Usaha tanaman perkebunan ini terbagi menjadi perkebunan besar pemerintah, perkebuanan besar swasta, dan pekebuanan rakyat.

Luas tanaman perkebuanan secara keseluruhan di Kalimantan Timur tahun 2007 adalah 420.655,5 ha dengan produksi sebesar 1.560.004 ton. Porsi terbesar baik untuk luas tanaman maupun prodksi ditunjukkan oleh tanaman kelapa sawit yang produksinya mencapai 1.425.589,50 ton dari luas tanaman 225.352 ha dengan produksi terbesar di Kabupaten Pasir. Kemudian kelapa dan karet denga produksi masing masing sebesar 44.697,5 ton dan 43.845 ton dari luas tanaman 64.957 ha dan 47.807 ha. Pada masing masing jenis usaha perkebuanan, seluhnya didominasi oleh perkebuanan kelapa sawit.

Tabel 5.29. Distribusi Hasil Perkebunan (Ton), Luas Areal Produksi (Ha), dan Rata-rata Produksi (Kw/Ha) yang Berpotensi sebagai Bahan Baku BBN di tiap Kabupaten

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 137

Page 138: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

di Kalimantan Timur Tahun 2007

No

Kabupaten/Kota

Karet

Kelapa

Area Produksi

JumlahProduksi

Rata-rataProduksi

Area Produksi

JumlahProduksi

Rata-rataProduksi

1 Pasir 7,016 6,761 9.64 4,161 3,570 8.58

2 Kutai Barat 31,077 28,185 9.07 1,332 234 1.76

3 Kutai Kertanegara 17,534 4,829 2.75 13,327 5,944 4.46

4 Kutai Timur 660 25 0.38 5,687 2,015 3.54

5 Berau 752 45 0.60 11,695 12,386 10.59

6 Malinau - - - 383 210 5.49

7 Bulungan 54 - - 1,597 2,669 16.72

8 Nunukan - - - 2,686 7,459 27.77

9 Penajam Paser 5,178 2,896 5.59 3,331 2,629 7.89

10 Balikpapan 1,845 823 4.46 1,702 4,496 26.41

11 Samarinda 839 282 3.36 1,012 860 8.50

12 Tarakan - - - 724 1,526 21.08

13 Bontang 5 - - 100 701 70.10

Jumlah 64,957 43,845 4.48 47,734 44,698 16.38

Tabel 5.29. (Lanjutan)

No

Kabupaten/Kota

kakao

Kelapa Sawit

Area Produksi

JumlahProduksi

Rata-rataProduksi

Area Produksi

JumlahProduksi

Rata-rataProduksi

1 Pasir 947 59 0.62 65,919 596,129 90.432 Kutai Barat 411 25 0.60 5,371 6,928 12.903 Kutai Kertanegara 2,463 370 1.50 37,518 252,740 67.374 Kutai Timur 12,815 3,499 2.73 51,599 260,162 50.425 Berau 6,190 3,955 6.39 11,479 - -6 Malinau 3,290 721 2.19 - - -7 Bulungan 829 193 2.33 2,215 - -8 Nunukan 13,038 17,702 13.58 34,218 165,500 48.379 Penajam Paser 258 119 4.62 16,830 144,131 85.6410 Balikpapan 33 18 5.30 - - -11 Samarinda 984 72 0.73 205 - -12 Tarakan - - - - - -13 Bontang 50 43 8.60 - - -

Jumlah 41,307 26,774 4.10 225,352 1,425,590 59.19

Perkebunan besar pemerintah mencatat produksi tanaman kelapa sawit sebesar 187.226,5 ton dari luas tanaman 13.700 ha. Pada kondisi 2007 kelapa sawit mengalami sedikit penurunan produksi,

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 138

Page 139: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

walaupun pada luas tanaman mengalami peningkatan. Dengan demikian pada tahun 2007 produktivitas kelapa sawit mengalami penurunan per hektarnya. Perkebuan besar swasta mencatat produksi kelapa sawit 863.871,50 ton dengan luas sebesar 156.045 ha dan dari perkebunan rakyat produksi tanaman kelapa sawit mencapai 374.001 ton. Luas perkebunan tanaman kelapa sawit selama periode 2003-2007 selain mendominasi juga ada kecenderungan terus meningkat luasnya dari tahun ke tahun pada setiap jenis perkebunan, hal ini terlihat pada laju pertumbuhan tahun 2007 cukup tinggi yaitu: 139.213 ha menjadi 156.045 ha pada perkebunan swasta dan perkebuanan rakyat dari 48.323 ha menjadi 55.742,50 ha.a.3. Kehutanan

Hutan Kalimantan Timur, tahun 2007 mencapai luas sekitar 10.842.293 hektar yang terbagi menjadi 6 jenis hutan yaitu hutan lindung, hutan suaka alam dan wisata, hutan produksi terbatas, hutan produksi tetap, hutan produksi yang dapat dikonversi dan hutan pendidikan masing-masing 3.361.698 hektar dan 2.918.975 hektar. Daerah kabupaten/kota yang mempunyai kawasan hutan terluas yaitu Kabupaten Kutai Barat dengan luas areal hutan mencapai 3.064.559 hektar atau 28 % dari luas hutan Kaltim.

Berkaitan dengan pengelolaan hutan tersebut tidak terlepas dengan program HPH dan HTI juga program reboisasi dan rehabilitasi lahan hutan. Jumlah HPH di daerah ini sebanyak 82 perusahaan dengan luas HPH 6.482.603 hektar, sedangkan luas Hutan Tanaman Industri (HTI) 1.929.129 hektar yang dikelola oleh 104 perusahaan HTI. Adapun program reboisasi dan rehabilitasi tahun anggaran 2006 dilkasanakan pada area seluas 968.021 hektar yang berupa kegiatan Peneneman dan Pengkayaan seluas 4.634 hektar, kegiatan hutan tanaman industri seluas 340.253 hektar dan 623.134 hektar untuk penghijauan.

Produksi kehutanan yang dapat disebutkan disini antara lain; kayu bundar yang pada tahun anggaran 2007 mencapai 1.043.619,61 m3 kayu olahan lain yang juga dihasilkan diantaranya sawn timber, bloak board, veneer dan lai-lain.

b.IndustriPenggolongan sector industri berdasarkan jumlah tenaga kerjanya dibedakan menjadi industri

besar, industri sedang, industri kecil dan industri kerajinan rumah tangga. Banyaknya perusahaan industri besar dan sedang di Kalimantan Timur pada tahun 2006 tercatat 117 perusahaan dengan menyerap 54.897 tenaga kerja, dengan total pengeluaran untuk tenaga kerja berkisar 1,23 trilyun. Dilihat dari jumlah perusahaan dan penyerapan tenaga kerja, tahun 2006 menurun dibanding tahun 2005, akan tetapi pengeluaran untuk tenag kerja meningkat sebesar 4 milyar rupiah.

Perusahaan yang banyak terdapat di Kalimantan timur adalah perusahaan pertambangan. Kegiatan pertambangan di Kalimantan Timur mencakup pertambangan migas dan non migas. Dari kegiatan tersebut, minyak bumi dan gas alam merupakan hasil tambang yang sangat besar pengaruhnya dalam perekonomian Kalimantan Timur khususnya dan Indonesia pada umumnya karena hingga kini kedua hasil tambang tersebut merupakan komoditi ekspor utama.

Perkembangan produksi batubara misalnya, sejak tahun 2002 terus meningkat setiap tahunnya dan pada tahun 2007 produksi batubara mencapai 86.699.226,64 ton. Sementara itu selama peride 2002-2006 produksi emas cenderung menurun, produksi tertinggi terjadi pada tahun 2003 sebesar 16,76 ton, tahun 2004 turun menjadi 14,40 ton, tahun 2005 turun kembali menjadi 10,02 ton dan terendah 0,088 ton terjadi pada tahun 2007. Produksi perak, dari 10,92 ton pada tahun 2002 turun menjadi 10,84 ton tahun 2003 dan tahun 2007 turun lagi menjadi 0,022 ton.

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 139

Page 140: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Produksi pengilangan minyak untuk bahan baker minyak premium pada tahun 2007 mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya dari 16,85 juta barel menjadi 15,38 juta barel. Sedangkan produksi minyak tanah juga mengalami penurunan dari 16,48 juta barel menjadi 14,93 juta barel. Produksi minyak bumi dan gas bumi pada tahun 2007 mengalami penurunan masing-masing dari 45.573,76 MMSTB menjadi 41.137,58 MMSTB dan gas bumi dari 910.067,15 MMSCF menjadi 869.757,9 MMSCF.

5.10.4. Infrastruktur Wilayaha.Transportasi darat

Jalan merupakan prasarana pengangkutan yang penting untuk memperlancar kegiatan perekonomian. Makin meningkatnya usaha pembangunan menuntut pula peningkatan pembangunan jalan guna memudahkan mobilitas penduduk dan memperlancar lalu lintas barang dari satu daerah ke darah lain. Panjang jalan Negara diseluruh wilayah Propinsi Kalimantan Timur pada tahun 2007 mencapai 1.539,70 km, jalan dibawah wewenang propinsi 1.762,07 km.

Untuk memenuhi transportasi darat, kendaraan angkutan utama yang harus tersedia adalah kendaraan bermotor. Menurut data yang dikeluarkan oleh Kepolisian Daerah Kaltim pada tahun 2006 jumlah kendaraan bermotor sebanyak 952.029 atau mengalami kenaikan sebesar 17,07 % dibandingkan tahun sebelumnya dengan jumlah terbesar (30,81%) terdapat di Kota Samarinda.

Dilihat dari jenis kendaraan untuk mobil penumpang pada tahun 2006 jumlah terbanyak adalah Stasiun Wagon 35.697 unit yang terdiri dari 4.249 unit kendaraan umum dan sisanya kendaraan bukan umum.

Untuk jenis kendaraan mobil beban terbanyak adalah kendaraan jenis pick up sebanyak 38.319 unit dengan sebagian besar (97,44 %) kendaraan tidak umum. Sedangkan jenis mobil bus terbanayk jenis mini/microbus sebanayk 15.486 unit.

Jenis kendaraan sepeda motor yang terbanyak jenis SPM 50 cc keatas sebanyak 764.912 unit yang seluruhnya adalah kendaraan tidak umum baik Negara maupun swasta.Pada tahun 2007 jumlah kecelakaan lalu lintas mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yaitu dari sebanyak 771 menjadi 918 kecelakaan. Demikian juga untuk jumlah korban dan kerugian material. Jumlah kecelakaan terbesar terjadi di kota Samarinda yang mencapai 28,21 % dari total kecelakaan di Propinsi Kalimantan Timur. b.Transportasi Laut dan Udarab.1. Angkutan Laut

Lalu lintas kapal antar pulau tahun 2007 melalui lima belas pelabuhan yang ada di wilayah Kalimantan Timur meliputi kapal tiba sebanyak 51.245 kapal dengan jumlah penumpang 949.609 orang. Bila diamati dari lalu lintas kapal maka terbesar melalui pelabuhan Samarinda, namun bila diamati dari lalu lintas penumpang terbesar melalui pelabuhan Balikpapan.

Untuk bongkar barang baik antar pulau maupun antar mnegara sebanyak 2.902.084 ton yang terdiri dari antar pulau 2.532.708 ton dan antar negara 369.376 ton. Sedangkan muat barang sebanyak 561.847.109 ton yang terdiri dari antar pulau 15.891.838 ton dan antar negara 545.955.271 ton. Volume bongkar maupun muat terbanyak melalui pelabuhan Balikpapan.

Bila diamati dari jenis barang terbanyak yang dibongkar adalah kayu lapis, sedangkan yang dimuat adalah batubara.b.2. Angkutan Udara

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 140

Page 141: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Sektor perhubungan udara selain dominan dalam melaksanakan mobolitas manusia dari suatu tempat ke tempat lain, juga merupakan salah satu sektor yang terkait erat dengan sektor pariwisata dalam mendukung perjalanan wisatawan ke suatu tempat. Saat ini transportasi melalui udara sangat memegang peranan penting. Di Kalimantan Timur, dibeberapa daerah merupakan daerah pengeboran minyak, batubara dan lainnya, memerlukan mobilitas yang tinggi antar daerah terutama untuk tujuan Jakarta. Dengan demikian, fungsi transportasi udara untuk kegiatan tersebut sangat vital.

Di Kalimantan Timur, terdapat 6 pelabuhan udara yaitu Sepinggan Balikpapan, Temindung Samarinda, Juata Tarakan, Kalamarau Berau, Nunukan dan Tanjung harapan Bulungan. Di bandar udara internasional Balikpapan, pada tahun 2007 ini telah memberangkatkan dan menurunkan penumpang paling banyak. Pada tahun 2007, bandar udara Sepinggan telah memberangkatkan sekitar 1,43 juta lebih penumpang atau 81,85% dan telah menurunkan sekitar 1,36 juta penumpang atau 80,43 %. c.Kondisi kelistrikan

Listrik adalah komoditas penting bagi keberlangsungan sendi-sendi kehidupan manusia saat ini. Tanpa pasokan energi listrik, hampir dipastikan banyak dunia usaha, rumah tangga maupun sektor yang lain lumpuh karenanya. Sebagian besar sumber energi listrik di Propinsi Kalimantan Timur hingga saat ini masih dipasok oleh Perusahaan Listrik Negara. Selama tahun 2007, tenaga listrik yang diproduksi sebesar 1.536.817,78 MWH, terjual 1.355.974,77 MWH, dipakai sendiri 32.514,18 MWH dan mengalami penyusutan sebesar 148.329 MWH.

d.Sumber Daya Air

Jumlah perusahaa air minum pada tahun 2007 tidak mengalami perubahan dan semuanya berstatus sebagai perusahaan milik pemerintah. Kapasitas potensial yang dihasilkan meningkat dibanding tahun sebelumnya dari 5.309 liter/detik menjadi 7.067 liter/detik. Kapasitas efektif naik dari 4.555 liter/detik menjadi 6.110 liter/detik, sehingga berpengaruh terhadap efektifitas produksi dari 85,80 % menjadi 86,46 %. Non niaga adalah pelanggan terbanayk dari Perusahaan Air Minum, setelah itu Niaga dan sosial.

e.Jaringan telekomunikasi

Banyaknya surat pos yang dikirim di propinsi kalmantan Timur pada tahun 2007 adalah 1.112.229, dari sejumlah itu yang terbanyak adalah dari kota samarinda 509.014 buah, Balikpapan 268.504 buah dan kutai Kertanegara 115.224 buah, di kabupaten yang lain di bawah angka 75 ribu buah, bahkan untuk kabupaten pasir, Kutai Barat, Kutai Timur, Malinau, Penajam, Tarakan tidak terdata karena terlalu sedikitnya surat yang dikirimkan. Sedangkan bamyaknya paket pos lokal tahun 2007 sebanyak 97.357 yang dikirim dan 136.217 yang diterima. Wesel pos lokal yang diterima 105.190 buah dengan nilai 69.745.133 ribu rupiah, dan wesel pos yang dikirim 185.083 buah dengan nilai 106.862.609 ribu rupiah. Jumlah sarana telekomunikasi di wilayah KalTim melalui akses wire line (kabel) dengan komunikasi suara satuan langsung (SST) total berjumlah 18.685, komunikasi data (circuit CCT) 63, dan melalui akses radio wireless dengan satuan sambungan (SST) 4.703.

5. 11. Propinsi Sulawesi Utara

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 141

Page 142: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

5.11.1. Kondisi Geografisa. Luas dan batas wilayah

Propinsi Sulawesi Utara dengan ibu kota Manado terletak antara 0 derajat 15 menit – 5 derajat 34 menit Lintang Utara, dan 123 derajat 7 menit – 127 derajat 10 menit Bujur Timur. Wilayah ini berbatasan dengan Laut Sulawesi, Republik Philipina dan Laut Pasifik di sebelah Utara, serta Laut Maluku di sebelah timur. Batas sebelah selatan dan barat masing-masing adalah Teluk Tomini dan Propinsi Gorontalo.

Luas wilayah Sulawesi Utara tercatat 15.376,99 km2 yang meliputi enam kabupaten dan tiga kota. Di Sulawesi Utara terdapat 41 gunung yang terletak pada beberapa kabupaten/kota. Sedangkan jumlah danau tercatat ada sebanyak 17 danau dan jumlah sungai yang mengaliri wilayah Sulawesi Utara sebanyak 30 buah.

b. Curah hujanBerdasarkan pencatatan Stasiun Meteorologi Sam Ratulangi, rata-rata temperatur di kota Manado

dan sekitarnya sepanjang tahun 2007 adalah sekitar 26,3oC. Curah hujan rata-rata adalah 258 mm, banyaknya hari hujan sepanjang tahun 18 hari perbulannya, dengan curah hujan tertinggi terjadi di bulan Januari - Februari dan terendah di bulan Juli – Agustus 2007.

5.11.2. Kondisi Demografisa. Jumlah dan struktur penduduk

Penduduk Sulawesi Utara berdasarkan hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2005 berjumlah 2.121.234 jiwa, yang berarti kepadatan penduduknya mencapai 140,09/km2. Secara keseluruhan jumlah penduduk yang berjenis kelamin laki-laki lebih banyak dari penduduk yang berjenis kelamin perempuan, yang tercermin dari angka rasio jenis kelamin yang lebih besar dari 100 yaitu 103,96.

b. KetenagakerjaanPenduduk usia kerja di Sulawesi Utara yang masuk angkatan kerja berjumlah 970.416 orang dan

dari angkatan kerja yang ada tercatat 141.866 orang yang sedang mencari pekerjaan. Sedangkan yang masuk bukan angkatan kerja berjumlah 668.866 orang dan dari bukan angkatan kerja yang ada tercatat 735.456 orang yang bersekolah dan 443.542 orang mengurus rumah tangga.

5.11.3. Pemetaan Potensi Pengembangan Bahan Baku BBNa. Pertaniana.1. Tanaman pangan dan perkebunan

Luas daratan Propinsi Sulawesi Utara adalah 1.526.651 hektar di tahun 2006, luas tersebut terdiri dari lahan sawah 64.457 hektar (4,25%). Produksi padi sawah dan padi ladang di tahun yang sama sebanyak 545.901 ton. Penghasil padi terbesar di Sulawesi Utara adalah di Kabupaten Soppeng. Jagung kabupaten Gowa, Ubi kayu Maros, Kacang tanah dan kedelai di Kabupaten Wajo. Komoditi tanaman perkebunan yang potensial di Sulawesi Utara adalah kelapa, cengkeh, pala, kopi dan coklat. Pada tahun 2007 tercatat luas areal tanaman kelapa seluas 270.605,85 hektar, cengkeh 68.106,06 hektar, pala 13.814,49 hektar, kopi 9.579,35 hektar dan coklat 10.627,26 hektar. Produksi tertinggi dari komoditas tersebut adalah kelapa yaitu 246.262,48 ton, Selain itu juga dihasilkan palawija seperti jagung, ubi jalar, ubi kayu, kedelai, kacang hijau. Budi daya sayur mayur dan buah-buahan yang memberikan hasil melimpah antara lain kentang, tomat, kubis, durian, mangga, pisang, dan rambutan.

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 142

Page 143: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Tabel 5.30. Distribusi Produksi Padi dan Palawija (ton) , Luas Areal Produksi (Ha) dan Rata-rata Produksi (Kw/Ha) yang Berpotensi sebagai Bahan Baku BBN di Tiap Kabupaten di Slawesi Utara Tahun 2007

Kabupaten/Kota

Padi Jagung

Areal Produksi

Jumlah Produksi

Rata-rata Produksi

Areal Produksi

Jumlah Produksi

Rata-rata Produksi

Boolang Mongondow 57.477 286.108 49,78 28.547 86.077 30,15

Minahasa 12.401 60.281 48,61 24.224 72.077 29,75

Kepulauan Sangihe 190 842 44,31 778 2.152 27,67

Kepulauan Talaud 650 2.875 44,23 1.093 3.000 27,44

Minahasa Selatan 17.281 77.914 45,09 20.240 58.140 28,73

Minahasa Utara 5.438 21.149 38,89 4.317 12.864 29,80

Manado 65 178 27,30 545 1.510 27,71

Bitung 110 500 45,42 905 2.520 27,85

Tomohon 1.105 5.055 45,74 4.540 4.373 28,40

Jumlah 94.717 454.901 48,03 85.189 242.713 29,53

Tabel 5.30. (lanjutan)

Kabupaten/Kota

Ubi Kayu Ubi Jalar

Areal Produksi

Jumlah Produksi

Rata-rata Produksi

Areal Produksi

Jumlah Produksi

Rata-rata Produksi

Boolang Mongondow 1.000 11.975 119,75 714 7.597 106,41

Minahasa 385 5.395 140,13 310 3.612 116,51

Kepulauan Sangihe 797 10.059 126,21 384 3.556 92,59

Kepulauan Talaud 2.084 28.836 138,37 1.658 16.105 97,14

Minahasa Selatan 390 5.383 138,03 173 1.622 93,76

Minahasa Utara 728 12.785 175,62 239 2.279 93,76

Manado 136 1.701 125,09 53 493 93,10

Bitung 455 5.729 125,92 128 1.186 92,67

Tomohon 83 1.056 127,20 96 895 93,20

Jumlah 6.058 82.919 136,88 3.755 37.342 99,46

Tabel 5.30. (lanjutan)

Kabupaten/Kota

Kacang Tanah Kedelai

Areal Produksi

Jumlah Produksi

Rata-rata Produksi

Areal Produksi

Jumlah Produksi

Rata-rata Produksi

Boolang Mongondow 2.511 3.235 12,88 3.130 4.612 14,73

Minahasa 1.459 1.775 12,17 - - -

Kepulauan Sangihe 68 79 11,58 - - -

Kepulauan Talaud 420 485 11,55 53 74 13,96

Minahasa Selatan 657 793 12,07 114 155 13,63

Minahasa Utara 441 525 11,89 24 34 14,03

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 143

Page 144: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Manado 41 48 11,61 - - -

Bitung 155 181 11,69 - - -

Tomohon 69 85 12,34 - - -

Jumlah 5.821 7.206 12,38 3.321 4.875 14,68

Tabel 5.31. Distribusi Produksi Perkebunan (ton), Luas Areal Produksi (Ha) dan Rata-rata Produksi (Kw/Ha) yang Berpotensi sebagai Bahan Baku BBN di Tiap Kabupaten di Sulawesi Utara Tahun 2007

Kabupaten/Kota

Aren Kelapa

Areal Produksi

Jumlah Produksi

Rata-rata Produksi

Areal Produksi

Jumlah Produksi

Rata-rata Produksi

Boolang Mongondow 397 262,52 6.61 57.346,83 57.006,33 9.94

Minahasa 1.047 8.223,59 78.54 17.599,84 14.687,47 8.35

Kepulauan Sangihe - - - 24.505 19.001,37 7.75

Kepulauan Talaud - - - 22.860,58 11.675,6 5.11

Minahasa Selatan 2.485 7.224 29.07 72.093,64 73.027,27 10.13

Minahasa Utara 906 294,46 3.25 46.539,16 38.526,53 8.28

Manado - - - 2.834 8.236,5 29.06

Bitung 8 22,5 28.13 14.430,5 10.391,2 0.72

Tomohon 944 807,4 8.55 1.096,46 964,32 8.80

Jumlah 5.787 16.834,47 154.16 259.306,01 233.516.59 88.14

Tabel 5.31. (lanjutan)

Kabupaten/Kota

Coklat Jambu Mete

Areal Produksi

Jumlah Produksi

Rata-rata Produksi

Areal Produksi

Jumlah Produksi

Rata-rata Produksi

Boolang Mongondow 8.492,95 2.360,8 2.78 463 134,09 2.90

Minahasa 92,10 51,68 5.62 4 - -

Kepulauan Sangihe 288,70 0,73 0.03 - - -

Kepulauan Talaud 532,78 0,28 0.01 - - -

Minahasa Selatan 157,12 25,45 1.62 - - -

Minahasa Utara 143,83 5,85 0.41 225 0,31 0.01

Manado 25 35 14.00 - - -

Bitung 10,5 - - 21 0,8 0.38

Tomohon - - - - - -

Jumlah 9.742,98 2.479,79 24.46 713 135,2 3.29

Tabel 5.31. (lanjutan)

Kabupaten/Kota Kayu Manis Kemiri

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 144

Page 145: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Areal Produksi

Jumlah Produksi

Rata-rata Produksi

Areal Produksi

Jumlah Produksi

Rata-rata Produksi

Boolang Mongondow 221 120,47 5.45 794 324,63 4.09

Minahasa 165 18,76 1.14 23 2,37 1.03

Kepulauan Sangihe - - - - - -

Kepulauan Talaud - - - - - -

Minahasa Selatan 45 - - - - -

Minahasa Utara - - - - - -

Manado - - - - - -

Bitung 1 - - - - -

Tomohon 22 - - 10 10,5 10.50

Jumlah 453 139,23 6.59 827 337,5 15.62

a.2. KehutananBerdasarkan data dari Dinas Kehutanan, luas hutan di Sulawesi Utara adalah 788.691,88, yang meliputi hutan lindung, hutan PPA, hutan bakau, hutan produksi terbatas, hutan produksi tetap dan hutan produksi konvesi. Produksi hasil hutan pada tahun 2006 yaitu berupa kayu bulat dan kayu gergajian.b. IndustriSektor industri besar/sedang tahun 2005 di Sulawesi Utara terdapat 70 perusahaan dengan jumlah tenaga kerja terserap sebanyak 8.504 orang. Industri di bidang makanan dan minuman merupakan jenis industri terbanyak yaitu 43 perusahaan, disusul oleh industri kayu an barang-barang anyaman, kimia dan barang-barang bahan kimia, alat angkutan, furniture, dan bahan galian bukan logam.

5.11.4. Infrastruktur Wilayaha. Transportasi Darat

Panjang jalan yang terdapat di Propinsi Sulawesi Utara pada tahun 2007 adalah 1.267,39 km, yang terdiri dari jalan aspal sepanjang 1.228,59 km, jalan kerikil sepanjang 33,8 km dan jalan tanah sepanjang 5 km. Transportasi darat dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan umum yang tersedia sebanyak 12.519 buah yang terdiri dari mobil penumpang, mobil beban, bis dan sepeda motor.

b. Transportasi Laut dan UdaraTransportasi laut di Sulawesi Utara dilakukan di pelabuhan Tahuna yang merupakan pelabuhan

terbesar, juga di pelabuhan Lirung dan Ulu Siau. Penumpang yang terdata datang dan pergi di Pelabuhan Tahun di tahun 2007 masing-masing sebanyak 49.760 dan 50.501 orang. Bongkar muat barang di Pelabuhan Tahuna masing-masing sebanyak 51.220 dan 7.168 unit. Sedangkan transportasi udara di lakukan di Bandara Sam Ratulangi, yang pada tahun 2007 tercatat sebanyak 14.744 penerbangan domestik dan 605 penerbangan internasional.

c. Sumber daya air Data yang tersedia menunjukkan bahwa selama tahun 2006, air yang didistribusikan oleh 12

perusahaan di Sulawesi Utara tercatat sebesar 20,76 juta meter kubik. Pendistribusian air disalurkan ke

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 145

Page 146: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

berbagai golongan konsumen, antara lain untuk perusahaan , pertokoan, industri, instansi pemerintah, hotel/obyek wisata, dan rumah tinggal.

d. Jaringan kelistrikan dan komunikasiTenaga listrik di Sulawesi Utara sebagian besar disuplai oleh PLN. Kebutuhan listrik ini semakin

bertambah besar setiap tahunnya, hingga mencapai 1,098 milyar KWH. Jumlah pelanggan listrik tahun 2007 sebanyak 743.582 pelanggan.

Sarana telekomunikasi di Propinsi Sulawesi Utara tersedia 92.836 sambungan induk di tahun 2007, dan wartel yang tersedia sebanyak 797 unit.

5.12. Propinsi Gorontalo

5.12.1. Kondisi geografi a.Luas Daerah

Secara keseluruhan Propinsi Gorontalo tercatat memiliki wilayah seluas 12.215,44 km2. Jika dibandingkan terhadap wilayah Indonesia, luas wilayah propinsi ini hanya sebesar 0,64 %. Propinsi Gorontalo terdiri dari 4 (empat) kabupaten dan 1 (satu) kota, yaitu : Kabupaten Boalemo dengan luas daerah 2.248,24 km2, atau sekitar 18,4 % luas propinsi Gorontalo. Kabupaten Gorontalo, dengan luas 3.426,98 km2, atau sekitar 28,05 % dari luas propinsi. Kabupaten Pohuwato, dengan luas 4.491,03 km2 atau sekitar 36,77 % luas propimsi. Kabupaten Bone Bolango, 1.984,40 km2 atau sekitar 16,25 % luas propinsi. Terakhir, Kota Gorontalo dengan luas 64,79 km2, atau 0,53% dari luas keseluruhan. b.Batas Wilayah

Luas wilayah propinsi Gorontalo berada diantara 0,19o – 1,15o Lintang Utara, dan 121,23o – 123,43o

Bujur Timur. Posisi propinsi ini berada di bagian utara Pulau Sulawesi. Yaitu berbatasan langsung dengan Propinsi Sulawesi Utara di Sebelah Timur, dan Propinsi Sulawesi Tengah di Sebelah Barat. Sedangkan di sebelah utaranya berhadapan langsung dengan Laut Sulawesi dan di Sebelah Selatan dengan Teluk Tomini.

c.IklimDengan kondisi wilayah propinsi Gorontalo yang berada pada ketinggian 0 – 1000 m dan letaknya

didekat garis katulistiwa menjadikan daerah ini mempunyai suhu udara yang cukup panas yaitu berkisar antara 18,9oC sampai dengan 37,0o C. Suhu maksimum tahun 2005 pada siang hari berkisar antara 31,4o C – 33,9oC.

d.Curah HujanCurah hujan tertinggi sebanyak 231 mm di bulan Mei dengan jumlah hari hujan sebanayk 18 hari.

Kelembaban udara propinsi ini relatif tinggi, rata-rata kelembabannya mencapai 80,50 %.

e.TopografisPermukaan tanah di Gorontalo sebagian besar adalah perbukitan oleh karenanya, Gorontalo

memiliki banyak gunung dengan ketinggian yang berbeda. Gunung Tabongo yang terletak di Kabupaten Boalemo merupakan gunung yang tertinggi dengan ketinggian 2.100 m dari permukaan laut. Sedangkan

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 146

Page 147: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

gunung Litu Litu yang terletak di Kabupaten Gorontalo adalah gunung yang terendah dengan ketinggian 884 m dari permukaan laut.

Disamping mempunyai banyak gunung, propinsi ini juga dilintasi banyak sungai. Sungai terpanjang adalah Paguyaman yang terletak di Kabupaten Boalemo dengan panjang 99,3 km. sedangkan sungai yang terpendek adalah sungai Huango dan Bionga dengan panjang masing-masing 24,2 km, yang terletak di Kabupaten Gorontalo.

5. 12. 2. Kondisi Demografisa.Jumlah dan struktur penduduk

Jumlah penduduk tahun 2007 dari hasil Susenas adalah sebesar 941.444 jiwa yang tersebar diKabupaten Boalemo 118.087 jiwa, kabupaten Gorontalo 428.321 Jiwa. Kabupaten Pahuwato109.682 jiwa, kabupaten Bone Bolango 127.052 jiwa, dan kota Gorontalo 158.302 jiwa.

Kepadatan penduduk diperoleh dengan cara membandingkan antara luas dengan jumlah penduduknya. Kepadatan penduduk di Propinsi Gorontalo adalah sebesar 77 jiwa /km2. Kepadatan penduduk di Kabupaten Gorontalo adalah yang terkecil yaitu sebesar 32 jiwa / km2, sedangkan untuk kota Gorontalo merupakan yang terpadat yaitu 2.444 jiwa per km2. Tingkat pertumbuhan penduduk di propinsi Gorontalo berkisar pada nilai 2,12. Hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh adanya migrasi dalam rangka pemenuhan kebutuhan SDM .

b.Tingkat PendidikanProsentase penduduk berumur 10 tahun ke atas berdasar ijazah tertinggi yang dimiliki

yaitu :Perguruan tinggi, pada semua kabupaten dibawah 10 % jumlah penduduk, SMU/MA/SMK tertinggi di kota Gorontalo yaitu hampir 30 % kabupaten Bone Bolango antara 10-20 %, kabupaten yang lain dibawah 10%. SLTP/MTs semua kabupaten dan kota dibawah 20 %, Ijazah SD antara 30-40% untuk keempat kabupaten dan 20-30 % untuk kota Gorontalo. Yang tidak/belum punya ijazah 40-50 % untuk kabupaten Boalamo, Gorontalo, dan Pohuwato, Kabupaten Bone bolango 30-40%, dan kota Gorontalo dibawah 20 %.

c.KetenagakerjaanPada tahun 2007, jumlah penduduk usi 15 Tahun yang bekerja adalah sejumlah 400.176 jiwa.

Apabila dibedakan menurut lapangan usaha tempat bekerja hampir 50,41 % dan mereka bekerja di sector pertanian. Kemudian 11,91 % di sektor jasa-jasa, 9,10 % di perdagangan, dan sisanya bekerja di sektor yang lainnya.

5. 12. 3. Pemetaan Potensi Pengembangan Bahan Baku BBNa.Pertanian

Tanah/lahan di propinsi Gorontalo menurut penggunaannya dapat dibedakan menjadi 2 bagian besar., yaitu tanah sawah dan tanah non sawah (tanah kering). Penggunaan tanah sawah menurut jenis pengairannya terdiri dari sawah dengan pengairan teknis dan sawah dengan pengairan sederhana. Sedangkan tanah non sawah terdiri dari pekarangan, tanah untuk bangunan dan halaman, tegalan/kebun/huma, padang rumput, tambak dan kolam/tebat. a.1. Tanaman pangan

Tanaman pangan terdiri dari padi, palawija, sayur-sayuran, dan buah-buahan. Tanaman padi dan palawija yang dibudidayakan di propinsi Gorontalo meliputi padi, jagung, ubi jalar, ubi kayu, jagung, kacang

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 147

Page 148: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

tanah, kacang hijaudan kedelai. Diantara tanama tersebut luas panen terbesar adalah luas panen jagung dan padi sawah.

Luas panen jagung di propinsi ini meliputi 109.792 hektar dengan produksi mencapai 416.222 ton atau rata-rata produksinya 37,91 kuintal per hektar. Luas panen padi sawah pada tahun 2007 adalah 42.815 hektar dengan produksi mencapai 190.125 ton. Dengan demikian rata-rata produksinya 44,41 kuintal perhektar. Bila dibuat prosentase luas panen menurut komoditas pertanian, 67,24 %, padi 26,22%, kacang kedelai 3,25%, kacang tanah 1,51%, kacang hijau 0,34%, padi ladang 0,70%, ubi kayu 0,51%, ubi jalar 0,23%.

Produksi padi dan tertinggi di propinsi Gorontalo adalah di Kota Gorontalo, ubi kayu dan ubi jalar di Kabupaten Pahuwato, Kacang tanah dan kedelai di kabupaten Boalemo.

Tabel 5.32. Distribusi Produksi Padi dan Palawija (ton), Luas Areal Produksinya (Ha), dan Rata-rata Produksinya yang Berpotensi sebagai Bahan Baku BBN di Tiap Kabupaten di Gorontalo pada Tahun 2007

No

Kabupaten/Kota

padi

jagung

Area Produksi

JumlahProduksi

Rata-rataProduksi

Area Produksi

JumlahProduksi

Rata-rataProduksi

1 Boalemo 6,356 27,184 42.77 26,749 94,808 35.44

2 Gorontalo 27,945 121,744 43.57 29,575 89,742 30.34

3 Pahuwato 3,743 16,793 44.87 49,432 219,033 44.31

4 Bone Bolango 3,681 16,587 45.06 3,956 12,268 31.01

5 Kota Gorontalo 2,228 10,276 46.12 80 371 46.38

Jumlah 43,953 192,584 44.48 109,792 416,222 37.50

Tabel 5.32.(Lanjutan)

No

Kabupaten/Kota

ubi kayu

ubi jalar

Area Produksi

JumlahProduksi

Rata-rataProduksi

Area Produksi

JumlahProduksi

Rata-rataProduksi

1 Boalemo 114 1,299 113.95 39 371 95.13

2 Gorontalo 337 3,801 112.79 173 1620 93.64

3 Pahuwato 167 1,951 116.83 60 597 99.50

4 Bone Bolango 205 2,315 112.93 103 942 91.46

5 Kota Gorontalo 4 45 112.50 3 27 90.00

Jumlah 827 9,411 113.80 378 3557 93.95

Tabel 5.32.(Lanjutan)

No

Kabupaten/Kota

kedelai

kacang tanah

Area Produksi

JumlahProduksi

Rata-rataProduksi

Area Produksi

JumlahProduksi

Rata-rataProduksi

1 Boalemo 251 330 13.15 184 227 12.34

2 Gorontalo 391 506 12.94 1,785 2,088 11.70

3 Pahuwato 4,458 5,860 13.14 198 242 12.22

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 148

Page 149: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

4 Bone Bolango 34 38 11.18 282 293 10.39

5 Kota Gorontalo - - - 11 12 10.91

Jumlah 5,134 6,734 12.60 2,460 2,862 11.51

a.2. Perkebunan Bersumber dari Dinas Kehutanan dan Perkebunan, yang meliputi luas dan produksi tanaman

perkebunan rakyat. Luas tanaman perkebunan rakyat dibedakan berdasarkan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM), persiapan dan lain-lain; Tanaman Menghasilkan (TM); sert a Tanaman Rusak (TT/TR).

Tabel.5.33. Distribusi Hasil Perkebunan (ton), Luas Areal Produksi (Ha), dan Rata-rata Produksinya (Kwintal/Ha) yang Berpotensi sebagai Bahan Baku BBN di Tiap Kabupaten di Gorontalo tahun 2007

No

Kabupaten/Kota

kelapa kakao

Area Produksi

JumlahProduksi

Rata-rataProduksi

Area Produksi

JumlahProduksi

Rata-rataProduksi

1 Boalemo 8343.2 6697.31 8.03 2,027.70 225.73 1.11

2 Gorontalo 28814.5 27979.15 9.71 2,231.90 734.07 3.29

3 Pahuwato 13133.9 14356.6 10.93 2,728.50 1,513.80 5.55

4 Bone Bolango 6943.1 5771.43 8.31 1,925.20 580.98 3.02

Jumlah 57234.7 54.804,52 9.25 8,913.30 3,054.58 3.24

Tabel 5.33. (Lanjutan)

No

Kabupaten/Kota

kapuk

jambu mete

Area Produksi

JumlahProduksi

Rata-rataProduksi

Area Jumlah Rata-rata

Produksi Produksi Produksi

1 Boalemo - - - 104.4 5.2 0.50

2 Gorontalo 120.2 26.85 2.23 1438.3 231.7 1.61

3 Pahuwato - - - 303.2 47.7 1.57

4 Bone Bolango 121 24.2 2.00 647 153.88 2.38

Jumlah 241.2 51.05 2.12 2492.9 438.48 1.52

Tabel 5.33. (Lanjutan)

No

Kabupaten/Kota

kemiri

aren

Area Produksi

JumlahProduksi

Rata-rataProduksi

Area Produksi

JumlahProduksi

Rata-rataProduksi

1 Boalemo 395.10 89.65 0.23 - -

2 Gorontalo 4,059.40 3,470.56 0.85 334.3 228.25 6.83

3 Pahuwato 1,654.00 587.70 0.36 - -

4 Bone Bolango 6,943.10 5,771.43 0.83 445.3 571.94 12.84

Jumlah 13,051.60 9,919.34 0.57 779.6 800.19 9.84

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 149

Page 150: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

a.3. Kehutanan Luas hutan berdasar tata guna, hutan digolongkan atas hutan tetap, dan hutan yang dikonversikan.

Hutan tetap menurut fungsinya dibedakan menjadi hutan lindung, hutan suaka alam dan wisata, dan hutan produksi tetap.

Luas areal hutan menurut fungsinya di propinsi Gorontalo tahun 2007, yaitu hutan lindung (protected forest) 165.052,00 hektar, Hutan PPA (protected and Nature Conservation Forest) seluas 197.584,00 hektar, hutan bakau (mangrove), seluas 20.173,00 hektar, hutan produksi terbatas (production limited forest) 342.477,00 hektar, hutan produksi tetap (production forest) 120.684,00 hektar, Hutan produksi konvesi (convetion forest) 20.173,00 hektar.

Produksi dan nilai hasil hutan di propinsi Gorontalo tahun 2006 adalah kayu log 51.293,05 m3, tahun sebelumnya 10.939,97 m3 dengan nilai 9.854,97 juta rupiah. Kayu gergajian 46.347,13 m3, tahun sebelumnya 7.166.67 m3 dengan nilai 10. 748,51 juta rupiah, rotan 23.594,00 m3, tahun sebelumnya 7.306,51 m3, dengan nilai 14.613,02 juta rupiah. a.4.Peternakan

Banyaknya populasi ternak dan unggas di propinsi gorontalo tahun 2007 yaitu; sapi potong 209.011; kambing 93,576 ; Babi 7.778; Kuda 8.052; Ayam buras 1.124.268; ayam ras petelur 120.826; ayam ras pedaging 384.219 ; Itik 58.711.

b.IndustriIndustri pengolahan dikelompokkan ke dalam 4 golongan berdasarkan banyaknya pekerja yaitu

Industri besar yaitu perusahaan yang mempunyai pekerja 100 orang atau lebih, industri sedang dengan pekerja 20-99 orang, industri kecil dengan pekerja 5-19 orang dan industri rumahtangga adalah usaha kerajinan rumah tangga yang mempunyai pekerja antara 1-4 orang.

Industri pengolahan besar/sedang di propinsi Gorontalo pada tahun 2005 tercatat sebanyak 56 perusahaan dengan jumlah tenaga kerja 4.040 orang. Total nilai output mencapai 301,6 milyar rupiah sedangkan biaya input 212,6 milyar rupiah sehingga nilai tambah yang diperoleh dari industri besar/sedang adalah 88,99 milyat rupiah.

Berdasarkan klasifikasi industri pengolahan, perusahaan industri besar/sedang yang bergerak di bidang pengolahan makanan, minuman, dan tembakau merupakan industri yang dominan di propinsi Gorontalo. Hal ini terlihat dari banyaknya perusahaan yang termasuk ke dalam kelompok industri tersebut yaitu sebanyak 29 perusahaan atau 51,78 % dari keseluruhan perusahaan yang ada.

Disamping itu, kelompok industri pengolahan makanan, minuman dan tembakau mampu menyerap hampir 51,06 % dari tenaga kerja yang terserap di sector industri besar/sedang di Propinsi Gorontalo. Nilai tambah yang dihasilkan oleh kelompok industri ini merupakan yang terbesar dan besarannya mencapai 75,08 % dari total nilai tambah yang dihasilkan oleh sector industri besar/sedang. Banyaknya perusahaan industri kecil dan menengah dan nilai produksinya tahun 2007 adalah industri pangan 1.542 perusahaan dengan nilai produksi 59.041.822,00 ribu rupiah, industri sandang 767 perusahaan dengan nilai produksi 23.615.062,00 ribu rupiah; industri kimia dan bahan bangunan 1.811 perusahaan dengan nilai produksi 106.026.771,00 ribu rupiah, industri logam dan elektronika jumlah perusahaan 448 dengan nilai 18.102.175,00 ribu rupiah; industri kerajinan 685 perusahaan dengan nilai produksi 24.870.495,00 ribu rupiah. Sehingga jika ditotal ada 5.253 perusahaan dengan tenaga kerja sebanayk 19.000 orang, nilai investasi 74.338.447,00 ribu rupiah dan nilai produksi 231.656.326,00 ribu rupiah.

5. 12. 4. Infrastruktur Wilayah

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 150

Page 151: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Sektor perhubungan mempunyai peranan dan andil yang sangat penting dalam kegiatan dan kelancaran roda perekonomian. Peran tersebut antara lain untuk memperlancar arus informasi, arus barang, jasa, dan mobilitas penduduk dalam pembangunan peningkatan kesejahteraan masyarakat suatu wilayah.

a.Transportasi daratJalan merupakan prasarana pengangkutan darat yang penting untuk memperlancar kegiatan

perekonomian masyarakat. Status jalan menurut kewenagan dan sumber pembiayaannya dapat dibedakan kedalam 3 golongan besar, Yaitu jalan Negara, jalan propinsi dan jalan kabupaten/kota. Di tahun 2007, panjang jalan Negara di propinsi Gorontalo tercatat sepanjang 616,24 km, sedangkan panjang jalan propinsi adalah sejauh 314,51 km. Jika dicermati baik menurut jenis permukaan dan kondisi jalan, jalan Negara jauh lebih baik dari jalan propinsi. Hampir 96 % dari jalan Negara pernukaannya sudah diaspal, sebaliknya sekitar 43% untuk jenis yang sama di jalan propinsi. Untuk kondisi jalan, 20 % jalan Negara masih dalam kondisi baik, sedangkan jalan propinsi 33% dalam kondisis rusak berat. Panjang jalan kabupaten/kota disetiap kabupaten secara berurutan adalah sebagai berikut : Kabupaten Boalemo (131,63 km), Kabupaten Gorontalo (479,83 km), Kabupaten Pohuwato (202,12 km), Kabupaten Bone Bolango (64,48 km) dan Kota Gorontalo (52,71 km).

b.Transportasi Laut dan Udarab.1.Angkutan lautPelabuhan laut di propinsi Gorontalo tercatat yang terbesar melalui 2 pelabuhan yaitu Pelabuhan Gorontalo di sebelah selatan atau di Perairan Teluk Tomini dan Pelabuhan Kwandang di sebelah utara yaitu di perairan laut Sulawesi. Angkutan penumpang melalui Pelabuhan Gorontalo di tahun 2007 adalah sebagai berikut : penumpang naik ada 5.325 orang dan ada 6.942 yang turun. Dengan jumlah kapalnya sebanyak 372 buah. Jumlah penumpang baik turun dan naik di Pelabuhan Kwandang tercatat sebanyak 3.085 orang dan 4.643 orang. Dengan jumlah kapal sebesar 323 buah.b.2. Angkutan UdaraArus lalu lintas udara meliputi jumlah pesawat yang berangkat dan tiba, jumlah penumpang yang berangkat dan tiba atau transit, volume kargo dan bagasi yang dibongkar/muat di Bandara Jalaludin Gorontalo. Di tahun 2007 menunjukkan kenaikan pada jumlah penumpang dan volume kargo dan bagasinya dibandingkan tahun 2006. Jumlah pesawat yang berangkat/tiba di Bandara Jalaludin di tahun 2007 sebanyak 1.053 dan 1.053 buah, sedangkan jumlah penumpang yang berangkat, datang dan transit masing-masing tercatat sebesar 84.268 orang, 80.908 orang dan 1.199 orang. Pada tahun 2007, volume kargo adalah 616.942 kg (bongkar) dan 830.344 kg (muat), sedangkan volume bagasi tercatat sebanyak 1.347.051 kg (bongkar) dan 990.141 (muat).

c.Kondisi kelistrikanKebutuhan listrik di Gorontalo dipenuhi oleh PT Perusahaan Listrik Negara (persero) , wilayah VII cabang Gorontalo. Pada tahun 2005, total daya terpasang sebanyak 91.855.770 VA dengan produksi sebesar 131.154.182 kwh, sedang listrik yang terjual sebesar 116.669.383 kWh.

d.Sumber Daya AirKetersediaan air minum yang bersih dan sehat sangat dibutuhkan masyarakat. Seiring dengan

meningkatnya kebutuhan masyarakat akan air minum yang telah disalurkan kepada konsumen pada tahun

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 151

Page 152: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

2007 sebanyak 4.604.949 m3. Banyaknya air minum yang disalurkan menurut jenis konsumen pada tahun 2007, untuk tempat tinggal sebanyak 3.877.373 m3; untuk niaga kecil dan besar sebanyak 349.702 m3; untuk sosial khusus (special public) sebanyak 158.198 m3; untuk sosial umum 160.645 m3; untuk industri 11.448 m3; untuk instansi pemerintah 325.168 m3; pelabuhan 9.819 m3; untuk tangki dsb 7.638 m3 dan yang hilang dalam penyaluran/rembes 5.821.436 m3. e. Jaringan telekomunikasi

Pada tahun 2007, banyaknya produksi kantor pos di Propinsi Gorontalo untuk masing-masing jenis pelayanan bervariasi. Banyaknya paket pos yang dikirim baik dari dalam negeri maupun luar negeri mengalami fluktuasi. Pada tahun 2007 jumlah paket pos yang dikirim mengalami peningkatan dari 279 buah paket pada tahun 2006 menjadi 562 paket pada tahun 2006. Paket yang diterima juga mengalami peningkatan dari 4454 buah paket pada tahun 2006 menjadi 6144 paket pada tahun 2007.

Jumlah wesel pos yang diterima dari dalam dan luar negeri tahun 2006 mengalami penurunan. Pada tahun 2005 jumlah wesel pos yang diterima 3.593 menjadi 2.956 pada tahun 2006. Data jumlah weselyang diterima juga mengalami penurunan. Pada tahun 2005 adalah sebanyak 2.802 buah menjadi 2.470 buah pada tahun 2006.

Jumlah pemakaian pulsa telepon menurut pengguna tahun 2007 adalah pengguna residental Dengan jumlah produksi 76.469.111, dan digunakan untuk bisnis dengan jumlah produksi 38.234.555 sehingga total pulsa yang dipakai tahun 2007 di Propinsi Gorontalo adalah sebesar 114.703.666. Banyaknya sambungan induk telepon tahun 2007, sebanayk 14.994 buah. Kantor telepon dan dan sentral telepon tahun 2002-2006 sebanyak masing-masing 6 buah.

5.13. Propinsi Sulawesi Selatan

5.13.1. Kondisi geografisa.Luas Daerah

Luas wilayah Propinsi Sulawesi Selatan tercatat 45.519,24 km2, yang meliputi 20 Kabupaten dan 3 kota. Kabupaten Luwu Utara merupakan Kabupaten terluas dengan luas 7.502,68 km2, luas kabupaten tersebut 16,48% dari seluruh wilayah Sulawesi selatan. b.Batas Wilayah

Propinsi Sulawesi Selatan terletak antara 0o12’ – 8o Lintang Selatan, dan 116o48’ – 122o36’ Bujur Timur, yang berbatasan dengan propinsi Sulawesi Barat di sebelah utara dan Teluk Bone serta propinsi Sulawesi Tenggara di sebelah timur. Batas sebelah barat dan timur masing-masing adalah Selat Makassar dan Laut Flores. c.Iklim

Berdasarkan pencatatan Stasiun Klimatologi, rata-rata temperature di Kota Makassar dan sekitarnya sepanjang tahun 2007 sekitar 27,0oC, dengan suhu minimum 22,8oC dan suhu maksimum 34,7oC. Kelembaban nisbi di stasiun klimatologi Makasar, minimum 65% pada bulan Desember dan maksimum 87% pada bulan Maret. Rata-rata penyinaran matahari terendah 41 % pada bulan Desember dan tertinggi pada bulan September sebesar 98% .

d.TopografisSulawesi selatan daerahnya meliputi dataran, gunung, sungai dan danau. Jumlah sungai yang

mengalir di wilayah Sulawesi Selatan tercatat sekitar 65 aliran sungai, dengan jumlah aliran terbesar di

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 152

Page 153: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Kabupaten Luwu, yakni 25 aliran sungai. Sungai terpanjang tercatat ada satu sungai yakni Sungai Saddang yang mengalir melalui Kabupaten Tator, enrekang, Pinrang dan Polmas. Panjang sungai tersebut masing-masing 150 km.

Danau-danau yang ada di sulawesi selatan ada 4 yaitu Danau Tempe dan Sidenreng di Kabupaten Wajo, sert adanau matana dan Towuti yang berlokasi di Kabupaten Luwu. Adapun jumlah gunung tercatat sebanyak 7 gunung, dengan gunung tertinggi adalah Gunung Raantemario dengan ktinggian 3.470 m diatas permukaan laut. Gunung ini berdiri tegak di perbatasan Kabupaten Enrekang dan Luwu.

5. 13. 2 Kondisi Demografisa.Jumlah dan struktur penduduk

Penduduk Sulawesi selatan berdasarkan hasil Survei Sosial dan Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2007 berjumlah 7.629.138 jiwa yang tersebar di 23 kabupaten/kota, dengan jumlah penduduk terbesar yakni 1.223.530 jiwa mendiami Kota Makassar. Secara keseluruhan jumlah penduduk yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak dari penduduk yang berjenis kelamin laki-laki, hal ini tercermin dari angka rasio jenis kelamin yang lebih kecil dari 100. Hanya di daerah Kabupaten Gowa, Enrekang, Luwu, tana Toraja, Luwu Utara dan Luwu Timur yang menunjukkan angka rasio jenis kelamin lebih besar dari 100, yang berarti penduduk laki-laki di enem aerah tersebut lebih besar dari jumlah penduduk perempuan. b.Tingkat Pendidikan

Penduduk usia sekolah menurut suvei tahun 2007 di Propinsi Sulawesi Selatan adalah sebagai berikut: usia 7-12 tahun berjumlah 930.354 orang, usia 13-15 tahun berjumlah 374.726 orang, usia 16-18 tahun berjumlah 232.470 tahun, usia 19-24 tahun berjumlah 105.316 orang. Sehingga total usia 7-24 tahun berjumlah 1.642.209 orang.

c.KetenagakerjaanPenduduk Usia Kerja (PUK) didefinisikan sebagai penduduk yang berumur 10 tahun ke atas.

Penduduk Usia Kerja terdiri dari Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan Kerja. Mereka yang termasuk Angkatan Kerja adalah menduduk yang bekerja atau yang sedang mencari pekerjaan, sedangkan Bukan Angkatan Kerja adalah mereka yang bersekolah, mengurus rumah tangga atau melakukan kegiatan lainnya.

Penduduk usia kerja di daerah Sulawesi Selatan pada tahun 2007 berjumlah 5.257.238 jiwa. Dari seluruh penduduk usia kerja yang termasuk angkatan kerja berjumlah 3.005.723 jiwa atau lebih dari 50% dari seluruh Penduduk Usia Kerja. Dari seluruh angkatan kerja yang berjumlah 3.005.723 jiwa tercatat bahwa 370.308 orang dalam status mencari pekerjaan. Dari angka tersebut dapat dihitung tingkat pengangguran terbuka di Sulawesi selatan pada tahun 2008, yakni sebesar 12,32%. Angka ini merupakan rasio antara pencari pekerjaan dan jumlah angkatan kerja.

Dilihat dari segi lapangan usaha, sebagian besar penduduk Sulawesi Selatan bekerja di sector pertanian yang berjumlah 1.469.418 orang atau 55,76% dari jumlah penduduk yang bekerja. Sektor lannya yang juga menyerap tenaga kerja cukup besar adalah sector perdagangan dan jasa-jasa.

5. 13. 3. Pemetaan Potensi Pengembangan Bahan Baku BBNa.Pertaniana.1. Tanaman Pangan

Sulawesi Selatan merupakan daerah penghasil tanaman pangan terbesar di Kawasan Timur Indonesia. Predikat sebagai lumbung padi nasional mengukuhkan posisi Sulawesi Selatan sebagai produsen

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 153

Page 154: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

tanaman pangan yang cukup potensial. Selain padi sebagai komoditas tanaman pangan andalan, tanaman pangan lainnya yang dihasilkan Sulawesi Selatan adalah jagung, ubi kayu, ubi jalar, dan kacang-kacangan.

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 154

Page 155: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Tabel 5.34. Distribusi Produksi Padi dan Palawija (ton), Luas Areal Produksinya (Ha), dan Rata-rata Produksinya yang Berpotensi sebagai Bahan Baku BBN di Tiap Kabupaten di Sulawesi Selatan pada Tahun

2007

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 155

No

Kabupaten/Kota

Padi

Jagung

Area Produksi

JumlahProduksi

Rata-rataProduksi

Area Produksi

JumlahProduksi

Rata-rataProduksi

1 Selayar 1,171 3,097 26.45 2,421 2,826 11.67

2 Bulukumba 39,000 192,807 49.44 30,458 93,816 30.80

3 Bantaeng 13,012 55,739 42.84 23,905 96,038 40.17

4 Jeneponto 17,503 81,209 46.40 41,290 164,290 39.79

5 Takalar 24,847 113,832 45.81 5,117 21,300 41.63

6 Gowa 38,674 183,866 47.54 29,366 129,745 44.18

7 Snjai 19,003 82,602 43.47 10,927 23,486 21.49

8 Maros 34,939 176,760 50.59 1,163 3,072 26.41

9 Pangkep 18,373 91,099 49.58 560 1,450 25.89

10 Barru 14,782 63,053 42.66 302 970 32.12

11 Bone 110,387 467,545 42.36 33,171 71,942 21.69

12 Soppeng 33,686 179,711 53.35 7,686 27,458 35.72

13 Wajo 79,563 356,742 44.84 5,134 16,695 32.52

14 Sidrap 65,793 331,211 50.34 2,806 8,161 29.08

15 Pinrang 76,915 389,810 50.68 816 1,642 20.12

16 Enrekang 5,078 17,558 34.58 5,103 15,955 31.27

17 Luwu 48,106 222,043 46.16 624 1,997 32.00

18 Tana Toraja 23,766 94,444 39.74 602 1,798 29.87

19 Luwu Utara 25,746 119,629 46.47 3,195 8,860 27.73

20 Luwu Timur 23,074 108,467 47.01 1,318 3,671 27.85

21 Makassar 2,210 9,651 43.67 39 49 12.56

22 Pare-pare 942 4,261 45.23 205 469 22.88

23 Palopo 4,520 20,393 45.12 179 392 21.90

Jumlah 721,090 3,365,529 44.97 206,387 696,082 28.67

Page 156: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Tabel 5.34.(Lanjutan)

No

Kabupaten/Kota

ubi kayu

Ubi jalar

Area Produksi

JumlahProduksi

Rata-rataProduksi

Area Produksi

JumlahProduksi

Rata-rataProduksi

1 Selayar 384 5,605 145.96 71 602 84.79

2 Bulukumba 1,680 24,871 148.04 396 4,099 103.51

3 Bantaeng 182 3,112 170.99 153 1,352 88.37

4 Jeneponto 6,146 106,900 173.93 95 778 81.89

5 Takalar 702 10,946 155.93 339 4,137 122.04

6 Gowa 14,439 257,102 178.06 757 11,750 155.22

7 Snjai 638 11,031 172.90 380 3,346 88.05

8 Maros 4,110 76,925 187.17 263 2,457 93.42

9 Pangkep 139 1,541 110.86 164 1,201 73.23

10 Barru 202 2,465 122.03 132 1,459 110.53

11 Bone 558 10,007 179.34 379 4,321 114.01

12 Soppeng 175 1,655 94.57 10 39 39.00

13 Wajo 388 6,301 162.40 156 1,588 101.79

14 Sidrap 178 2,336 131.24 94 705 75.00

15 Pinrang 380 6,129 161.29 91 786 86.37

16 Enrekang 356 5,597 157.22 217 1,820 83.87

17 Luwu 148 2,380 160.81 224 2,928 130.71

18 Tana Toraja 877 15,239 173.76 599 5,226 87.25

19 Luwu Utara 427 7,123 166.81 351 4,034 114.93

20 Luwu Timur 214 3,695 172.66 129 1,399 108.45

21 Makassar 438 5,957 136.00 8 73 91.25

22 Pare-pare 77 590 76.62 9 72 80.00

23 Palopo 14 244 174.29 12 133 110.83

Jumlah 32,852 567,751 152.73 5,029 54,305 96.72

Produksi padi SulSel tahun 2007 sebesar 3.365.510 ton yang dipanen dari areal seluas 719.846 hektar atau rata-rata 4,68 ton per hektar yang berarti naik sekitar 0.03 % dibandingkan

Produksi padi SulSel tahun 2007 sebesar 3.365.510 ton yang dipanen dari areal seluas 719.846 hektar atau rata-rata 4,68 ton per hektar yang berarti naik sekitar 0.03 % dibandingkan tahun 2006, yang menghasilkan 3.390.397 ton padi dengan luas panen 730.611 hektar dengan rata-rata produksi 4,64 ton per hektar.

Sebagian produksi padi di SulSel dihasilkan oleh jenis padi sawah. Jenis padi ini menyumbang 99,60 % dari seluruh produksi padi atau sebesar 3.352.117 ton. Sedangkan sisanya dihasilkan oleh padi ladang. Produksi jagung SulSel pada tahun 2007 sebesar 696.082 ton dengan luas panen 206.387 hektar atau menghasilkan rata-rata 3,37 ton/hektar. Produktivitas tanaman ini relative turun jika dibandingkan dengan tahun 2006, yang brproduksi rata-rata 3,41 ton/hektar. Produksi ubi kayu tahun 2007 lebih dari 550 ribu ton mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya panen ubi kayu ini dibawah 500 ribu ton. Produksi ubi jalar dari tahun 2002-2006 selalu di bawah 100 ribu ton, dan hal serupa terjadi pada kacang tanah, kacang hijau dan kacang kedelai.

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 156

Page 157: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Tabel 5.34.(Lanjutan)

No

Kabupaten/Kota

Kacang tanah

kedelai

Area Produksi

JumlahProduksi

Rata-rataProduksi

Area Produksi

JumlahProduksi

Rata-rataProduksi

1 Selayar 1,560 2,424 15.54 114 176 1.54

2 Bulukumba 3,652 4,333 11.86 16 34 2.13

3 Bantaeng 781 739 9.46 114 283 2.48

4 Jeneponto 391 501 12.81 2,752 2,541 0.92

5 Takalar 174 246 14.14 601 925 1.54

6 Gowa 496 496 10.00 109 273 2.50

7 Snjai 4,413 3,911 8.86 2 3 1.50

8 Maros 2,620 2,679 10.23 501 668 1.33

9 Pangkep 1,131 1,630 14.41 430 1,017 2.37

10 Barru 1,398 2,079 14.87 10 17 1.70

11 Bone 15,808 15,223 9.63 4,691 7,967 1.70

12 Soppeng 1,325 2,200 16.60 2,287 3,145 1.38

13 Wajo 815 1,668 20.47 1,012 2,957 2.92

14 Sidrap 596 1,159 19.45 6 12 2.00

15 Pinrang 51 60 11.76 300 494 1.65

16 Enrekang 344 523 15.20 175 318 1.82

17 Luwu 226 267 11.81 248 267 1.08

18 Tana Toraja 291 576 19.79 23 40 1.74

19 Luwu Utara 254 281 11.06 409 525 1.28

20 Luwu Timur 175 253 14.46 364 542 1.49

21 Makassar 3 2 6.67 13 23 1.77

22 Pare-pare 272 285 10.48 4 5 1.25

23 Palopo - - 8 11 1.38

Jumlah 36,776 41,535 13.16 14,189 22,243 1.72

a.2. PerkebunanHasil tanaman perkebunan yang cukup dominan di Sulawesi Selatan pada tahun 2007 adalah

tanaman Kakao dan Kelapa, masing-masing berproduksi sebesar 157.934 ton dan 76.348ton. Sebagian hasil perkebunan tersebut dihasilkan oleh perkebunan rakyat dan dapat dikatakan peran perkebunan besar swasta relatif sangat kecil.

Selain itu juga masih ada perkebunan kenari dengan luas areal 225,00 hektar, dengan hasil 283,00 ton, Nipah dengan luas areal 147,00 hektar dengan hasil 53,00 ton, asam jawa luas areal 205,00 hektar dengan hasil 160,76 ton. Pinang dengan luas areal 1,507,81 hektar dengan hasil 701,21 ton. Karet dengan luas areal 85,00 menghasilkan 21,00 ton, kayu manis dengan luas areal 492,50 hektar dengan luas areal 41,87 ton. Perkebunan tebu rakyat dengan luas areal 2.818,99 hektar dengan hasil 72.354,10 ton. Tembakau produksi 2.164,22 ton dengan luas areal 3.521,10 hektar. Kapas dengan luas areal 3.304,75 hektar dengan hasil 955,60 ton, jahe dengan luas areal 190,56 hektar dengan luas areal 213,83 ton. Perkebunan kunyit dengan luas areal 966,81 hektar dengan hasil 406,56 ton, sereh wangi dengan luas 49,05 hektar dengan luas areal 268,92 ton. Kencur 46,89 hektar hasil 25,96 ton, temulawak luas areal 19,12 hektar dengan produksi 17,55 ton. Lempuyang 34,00 hektar produksi 32,00 ton. Lengkuas luas areal 145,00

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 157

Page 158: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

hektar dengan produksi 226,00 ton. Perkebunan wijen, nilam, jarak masing-masing dengan luas areal 167,00 hektar, 360,00 hektar dan 1.559,45 hektar dengan produksi 264,00 ton, 147,80 ton dan jarak tidak dituliskan hasilnya. Tabel.5.35. Distribusi Hasil Perkebunan (ton), Luas Areal Produksi (Ha), dan Rata-rata Produksinya (Kw/Ha)

yang Berpotensi sebagai Bahan Baku BBN di Tiap Kabupaten di Sulawesi Selatan Tahun 2007

No

Kabupaten/Kota

kelapa dalam

kelapa hibrida

Area Produksi

JumlahProduksi

Rata-rataProduksi

Area Produksi

JumlahProduksi

Rata-rataProduksi

1 Selayar 19,753.00 24,189.75 12.25 442.00 186.80 4.23

2 Bulukumba 7,618.00 1,512.00 1.98 5,303.00 1,791.00 3.38

3 Bantaeng 883.00 596.00 6.75 131.00 65.00 4.96

4 Jeneponto 5,491.00 3,530.36 6.43 248.50 164.73 6.63

5 Takalar 1,553.00 1,110.00 7.15 389.00 334.00 8.59

6 Gowa 1,505.00 1,457.00 9.68 205.00 214.00 10.44

7 Snjai 4,508.00 5,376.00 11.93 151.00 97.00 6.42

8 Maros 940.00 290.00 3.09 86.00 53.00 6.16

9 Pangkep 4,684.00 4,309.00 9.20 78.00 29.00 3.72

10 Barru 1,938.00 1,121.00 5.78 - -

11 Bone 11,842.00 8,304.00 7.01 2,747.00 1,107.00 4.03

12 Soppeng 4,112.00 3,608.00 8.77 354.00 128.00 3.62

13 Wajo 6,939.00 5,150.00 7.42 1,994.50 1,030.00 5.16

14 Sidrap 3,754.52 1,652.00 4.40 723.10 1,530.48 21.17

15 Pinrang 10,452.00 5,837.00 5.58 2,487.00 2,926.00 11.77

16 Enrekang 981.00 524.00 5.34 - -

17 Luwu 4,356.90 3,860.44 8.86 173.02 195.72 11.31

18 Tana Toraja 323.50 17.74 0.55 - -

19 Luwu Utara 2,556.10 1,270.23 4.97 1,313.01 318.00 2.42

20 Luwu Timur 2,217.48 2,568.14 11.58 774.20 998.25 12.89

21 Makassar - - - -

22 Pare-pare - - - -

23 Palopo 295.00 65.36 2.22 - -

Jumlah 96,702.50 76,348.02 6.71 17,599.33 11,167.98 7.46

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 158

Page 159: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Tabel 5.35.(Lanjutan)

No

Kabupaten/Kota

kopi arabika

kakao

Area Produksi

JumlahProduksi

Rata-rataProduksi

Area Produksi

JumlahProduksi

Rata-rataProduksi

1 Selayar - - - 705.00 27.08 0.38

2 Bulukumba 434.00 145.00 3.34 5,261.00 3,075.00 5.84

3 Bantaeng 834.50 366.00 4.39 1,804.00 545.00 3.02

4 Jeneponto 2,442.25 1,177.71 4.82 106.50 25.15 2.36

5 Takalar - - - 36.00 26.00 7.22

6 Gowa 3,158.00 1,925.00 6.10 1,069.00 384.00 3.59

7 Snjai 1,310.00 598.00 4.56 4,178.00 2,119.00 5.07

8 Maros - - - 1,402.00 514.00 3.67

9 Pangkep - - - 245.00 39.40 1.61

10 Barru - - - 860.54 327.50 3.81

11 Bone 1,044.00 262.00 2.51 30,007.00 15,458.00 5.15

12 Soppeng - - - 12,962.00 6,820.00 5.26

13 Wajo - - - 14,850.00 8,375.00 5.64

14 Sidrap - - - 9,315.10 3,780.28 4.06

15 Pinrang 357.00 185.00 5.18 21,905.00 23,909.00 10.91

16 Enrekang 10,831.00 6,413.00 5.92 6,402.00 2,683.00 4.19

17 Luwu 3,472.50 1,988.76 5.73 36,230.96 30,863.00 8.52

18 Tana Toraja 16,398.00 3,920.00 2.39 5,025.00 3,078.00 6.13

19 Luwu Utara 309.00 64.00 2.07 55,550.70 28,515.02 5.13

20 Luwu Timur - - - 32,498.78 22,839.49 7.03

21 Makassar - - - - - -

22 Pare-pare - - - - - -

23 Palopo - - - 4,335.00 4,531.00 10.45

Jumlah 40,590.25 17,044.47 4.27 240,413.58 153,402.92 5.45

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 159

Page 160: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Tabel 5.35. (Lanjutan)

No Kabupaten/Kota

jambu mete kemiri

Area Produksi

Jumlah Produksi

Rata-rata Produksi

Area Produksi

Jumlah Produksi

Rata-rata Produksi

1 Selayar 3,672.50 1,390.50 3.79 2,040.00 2,203.17 10.8

2 Bulukumba 4,603.00 1,379.00 3 225 59 2.62

3 Bantaeng 851 383.5 4.51 903 435 4.82

4 Jeneponto 2,624.50 1,018.69 3.88 198.5 80.03 4.03

5 Takalar 1,790.00 992 5.54 255 54 2.12

6 Gowa 3,083.00 1,076.00 3.49 1,943.00 762 3.92

7 Snjai 5,469.00 1,755.00 3.21 2,546.00 951 3.74

8 Maros 2,457.00 735 2.99 9,875.00 5,618.00 5.69

9 Pangkep 7,868.00 3,040.00 3.86 824 322.5 3.91

10 Barru 5,274.00 2,185.50 4.14 2,121.00 1,044.00 4.92

11 Bone 8,242.00 2,863.00 3.47 7,195.00 6,052.00 8.41

12 Soppeng 4,669.00 1,130.00 2.42 505 199 3.94

13 Wajo 3,902.00 837 2.15 1,241.00 110 0.89

14 Sidrap 6,608.55 3,751.73 5.68 1,523.13 505.67 3.32

15 Pinrang 2,617.00 492 1.88 1,307.00 599 4.58

16 Enrekang 2,079.00 151 0.73 2,922.00 1,035.00 3.54

17 Luwu 354.5 189 5.33 273.07 109.59 4.01

18 Tana Toraja - - 547.5 121.8 2.22

19 Luwu Utara - - - -

20 Luwu Timur - - - -

21 Makassar - - - -

22 Pare-pare - - - -

23 Palopo 3 1 3.33 27 5 1.85

Jumlah 66,167.05 23,369.92 3.34 36,471.20 20,265.76 4.18

Tabel 5.35. (Lanjutan)

No Kabupaten/Kota

kapuk sagu

Area Produksi

Jumlah Produksi

Rata-rata Produksi

Area Produksi

Jumlah Produksi

Rata-rata Produksi

1 Selayar 357 70.85 1.98 13 2.73 2.1

2 Bulukumba 34 6 1.76 - -

3 Bantaeng 2,193.00 1,395.00 6.36 - --

4 Jeneponto 1,500.50 533.37 3.55 -- -

5 Takalar 435 230 5.29 - -

6 Gowa 1,219.00 518 4.25 - --

7 Snjai 1,810.00 645 3.56 - -

8 Maros 97 20 2.06 -- -

9 Pangkep 134 63 4.7 - --

10 Barru 226 27.5 1.22 - -

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 160

Page 161: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

No Kabupaten/Kota

kapuk sagu

Area Produksi

Jumlah Produksi

Rata-rata Produksi

Area Produksi

Jumlah Produksi

Rata-rata Produksi11 Bone 1,597.00 939 5.88 274 814 29.71

12 Soppeng 68 30 4.41 - -

13 Wajo 215 25 1.16 - -

14 Sidrap - - - -

15 Pinrang 312 17 0.54 - -

16 Enrekang 235 25 1.06 - -

17 Luwu 78 14.78 1.89 1,419.65 10,486.69 73.87

18 Tana Toraja 19 76.49 40.26 - -

19 Luwu Utara 0.65 0.45 6.92 1,586.25 1,685.98 10.63

20 Luwu Timur - - 58.75 82.63 14.06

21 Makassar - - - -

22 Pare-pare - - - -

23 Palopo 19 18 9.47 508 2,269.80 44.68

Jumlah 10,549.15 4,654.44 5.6 3,859.65 15,341.83 29.18

Tabel 5.35.(Lanjutan)

No Kabupaten/Kota

kelapa sawit wijen

Area Produksi

Jumlah Produksi

Rata-rata Produksi

Area Produksi

Jumlah Produksi

Rata-rata Produksi

1 Selayar - -- - --

2 Bulukumba - - - -

3 Bantaeng -- - - -

4 Jeneponto - - -- -

5 Takalar - -- - -

6 Gowa - - - -

7 Snjai - - 510 228 4.47

8 Maros - - - -

9 Pangkep - -- - -

10 Barru - - - -

11 Bone -- - 107 36 3.36

12 Soppeng - -- - -

13 Wajo - - - -

14 Sidrap - - - --

15 Pinrang 15 - - -

16 Enrekang - - - --

17 Luwu 64.5 1,335.00 206.98 - -

18 Tana Toraja - - - -

19 Luwu Utara 4,166.00 43,046.61 103.33 -- --

20 Luwu Timur 3,704.00 29,833.62 80.54 - -

21 Makassar - - - --

22 Pare-pare - - - -

23 Palopo - - - -

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 161

Page 162: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

No Kabupaten/Kota

kelapa sawit wijen

Area Produksi

Jumlah Produksi

Rata-rata Produksi

Area Produksi

Jumlah Produksi

Rata-rata Produksi Jumlah 7,949.50 74,215.23 130.28 617 264 3.92

Tabel 5.35.(Lanjutan)

No Kabupaten/Kota

jarak aren

Area Produksi

Jumlah Produksi

Rata-rata Produksi

Area Produksi

Jumlah Produksi

Rata-rata Produksi

1 Selayar -- - - 136.25 52.37 3.84

2 Bulukumba - - - - -

3 Bantaeng - - - - -

4 Jeneponto - - - - -

5 Takalar 15,00 - - - -

6 Gowa - - - - -

7 Snjai - - - 257 70 2.72

8 Maros - - - 247 67 2.71

9 Pangkep -- - - - -

10 Barru - - - - -

11 Bone - - - 3,488.00 3,081.00 8.83

12 Soppeng - - - 78 89 11.41

13 Wajo - - - - -

14 Sidrap - - - - -

15 Pinrang 1.297,00 - - 367 217 5.91

16 Enrekang - - - 183 72.5 3.96

17 Luwu 247,45 - - 209.55 80.19 3.83

18 Tana Toraja - - - - -

19 Luwu Utara - - - 53.5 3.1 0.58

20 Luwu Timur - -- -- - -

21 Makassar - - - - -

22 Pare-pare - - - - -

23 Palopo - - - 55 31.22 5.68

Jumlah 1559.45 - - 5,074.30 3,763.38 4.95

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 162

Page 163: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Tabel 5.35.(Lanjutan)

No. Kabupaten/kota

karet kayu manis

Area Jumlah Rata-rata Area Jumlah Rata-rata

Produksi Produksi Produksi Produksi Produksi Produksi

1 Selayar - - - -

2 Bulukumba - - - -

3 Bantaeng - - - -

4 Jeneponto - - - -

5 Takalar - - - -

6 Gowa - - - -

7 Snjai 85 21 2.47 300 10 0.33

8 Maros - - - -

9 Pangkep - - - -

10 Barru - - - -

11 Bone - - 62 10 1.61

12 Soppeng - - - -

13 Wajo - - - -

14 Sidrap - - -- -

15 Pinrang - - - -

16 Enrekang - - 24 4 1.67

17 Luwu - - - -

18 Tana Toraja - -- 106.5 17.87 1.68

19 Luwu Utara - - - -

20 Luwu Timur - - - -

21 Makassar - - - -

22 Pare-pare - - - -

23 Palopo - - - -

Jumlah 85 21 2.47 492.5 41.87 1.32

Tabel 5.35.(Lanjutan)

No. Kabupaten/Kota

tebu

Area Produksi

Jumlah Produksi

Rata-rata Produksi

1 Selayar - -

2 Bulukumba - -

3 Bantaeng - -

4 Jeneponto - -

5 Takalar 605.59 30,279.50 500

6 Gowa 396 15,786.00 398.64

7 Snjai - -

8 Maros - -

9 Pangkep - --

10 Barru - -

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 163

Page 164: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

No. Kabupaten/Kota

tebu

Area Produksi

Jumlah Produksi

Rata-rata Produksi

11 Bone 1,695.00 2,571.00 15.17

12 Soppeng - -

13 Wajo 25 9 3.6

14 Sidrap - -

15 Pinrang - -

16 Enrekang - -

17 Luwu 3.4 5.6 16.47

18 Tana Toraja 94 564 60

19 Luwu Utara - -

20 Luwu Timur - -

21 Makassar - -

22 Pare-pare - -

23 Palopo - -

Jumlah 2818.99 49215.1 165.65

a.3. KehutananKawasan hutan di Sulawesi Selatan pada tahun 2007 seluas 3.090.005 hektar yang antara lain

terdiri dari 1.193.560 hektar hutan lindung, 488.551,00 hektar hutan produksi terbatas dan 131.041 hektar hutan produksi biasa.

Produksi hasil hutan terdiri dari kayu dan non kayu (seperti rotan dan dammar). Produksi hutan SulSel pada tahun 2006 yang bberupa kayu sebesar 147.739,24 kubik. Hasil lainnya yaitu rotan 6.478,67 ton dan getah pinus 180.126,00 ton.

b.IndustriSektor industri dapat dibedakan atas industri besar, sedang, kecil dan rumah tangga. Data

mengenai industri besar dan sedang terdsedia setiap tahun yang dikumpulkan dengan cara sensus lengkap. Sedangkan data industri kecil dan rumah tangga tidak tersedia setiap tahun. Perusahaan di Sulawesi selatan tahun 2004 tercatat sebanyak 65.906 buah dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 210.689 orang. Jumlah perusahaan ini mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya dimana tertcatat sebanyak 74.212 buah dengan tenaga kerja sebanyak 208.475 orang.

5. 13. 4 Infrastruktur Wilayaha.Transportasi darat

Jalan merupakan prasarana angkutan darat yang penting untuk memperlancar kegiatan perekonomian. Usaha pembangunan yang makin meningkat menurut adanya transportasi untuk menunjang mobilitas penduduk dan kelancaran distribusi barang dari dan ke suatu daerah.

Panjang jalan di Sulawesi Selatan pada tahun 2007 sepanjang 2770,53 km. Dilihat dari status kewenangannya. 1.556,13 km jalan di Sulawesi Selatan di bawah wewenang Negara dan 1.209,40 km yang di bawah wewenang Pemda Propinsi Sulawesi selatan. Jumlah kendaraan bermotor di Sulawesi Selatan tahun 2007 sebanyak 1.048.156 unit atau naik sebesar 12,36 % dibandingkan tahun sebelumnya yang berjumlah 932.849 unit. kendaraan-kendaraan bermotor

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 164

Page 165: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

tersebut terdiri dari 96.031 unit mobil penumpang, 62.950 unit mobil sedan, 13.481 unit bus dan yang merupakan jumlah terbesar adalah sepeda motor dengan jumlah 873.823 unit.

c.Transportasi Laut dan Udarac.1.Angkutan Udara

Arus barang dan penumpang yang keluar masuk Sulawesi selatan melalui pelabuhan udara meningkat. Pada tahun 2007 penumpang yang berangkat melalui pelabuhan udara Hasanuddin sebanyak 1.405.960 orang, atau meningkat sebesar 14,39 % dibandingkan tahun 2005, penumpang yang berangkat sebesar 1.229.117 orang. Sedangkan penumpang yang masuk Sulawesi Selatan melalui udara Hasanuddin pada tahun 2005 sebanyak 1.323.435 jiwa dan meningkat menjadi 1.494.930 jiwa pada tahun 2006, atau meningkat sebesar 12,96%. Arus barang yang dibongkar melalui pelabuhan udara Hasanuddin tercatat 35.641 ton yang terdiri dari 18.826 ton bagasi, 16.234 ton barang/kargo dan 581 ton paket pos. Sedangkan barang yang dimuat melalui Pelud Hasanuddin tahun 2006 tercatat 56.132 ton yang terdiri dari 29.976 ton bagasi., 25.559 ton barang/cargo dan sisanya sebanyak 597 ton paket pos.

d.Kondisi kelistrikan Pembangkit tenaga listrik di Sulsel ada beberapa macam yaitu PLTU, PLTG, PLTD, PLTA. Produksi tenaga listrik di Sulawesi selatan tahun 2006 sebesar 6. 324.561.629 KWH, yang dipakai sendiri 29.845. 401 KWH, dan yang disalurkan sebesar 3.682.008.189 KWH. Jumlah unit pembangkit 178 buah, daya yang terpasang 636.237 KW, dan daya mampu 548.383 KW.

e.Sumber Daya AirJumlah pelanggan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) di Makassar tahun 2003 – 2006 adalah

untuk rumah tinggal berturut-turut 105.99 ; 112.850; 117.098; 119.263 pelanggan. Untuk perusahaan berturut-turut 7.600; 8.113; 8.617; 9.045 pelanggan. Untuk lainnya berturut-turut 2.025; 2.110; 2.112; 2.175 pelanggan. Sedangkan pendapatan PDAM tahun 2007 untuk rumah tinggal 55.610.983.365 ribu rupiah, untuk perusahaan 22.554.918.326 ribu rupiah, untuk lainnya 22.882.277.432 ribu rupiah

Pelanggan aktif air minum dari PDAM meliputi rumah tangga, usaha (industri besar, sedang, dan lainnya), Usaha non komersial (instansi pemerintah, TNI), Usaha sosial (lembaga sosial, umum), Usaha pipa khusus, dan Mobil Tangki. Banyaknya pelanggan aktif tersebut tahun 2007 di Makassar sebanyak 134.644, jumlah air yang di salurkan untuk pelanggan aktif tersebut sebanyak 30.683.504, bila di nominalkan bernilai 109.145.940.233 tribu rupiah.

f.Jaringan telekomunikasi Pembangunan sarana pos dan telekomunikasi diarahkan untuk meningkatkan kelancaran arus

informasi dari satu daerah dengan daerah lainnya. Kelancaran informasi/data-data diharapkan mampu memacu kegiatan perekonomian antar daerah.Jumlah fasilitas pelayanan pos yang dibangun pemerintah di daerah Sulawesi Selatan hingga tahun 2006 tercatat 91 kantor pos, yang terdiri dari 23 kantor pos dan Giro yang tersebar di 23 Kabupaten/kota, 68 kantor pos dan giro pembantu.

Jumlahj surat yang dikirim di dalam negeri melalui kantor pos dan giro di Sulawesi selatan pada tahun 2006 tercatat 1.387.371 lembar.

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 165

Page 166: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Sebagian besar surat-surat yakni 725.460 lembar dikirim dengan fasilitas biasa dan 32.1.373 lembar dengan fasilitas kilat khusus serta sisanya dikirim dengan fasilitas kilat dan tercatat. Sedangkan surat dalam negeri yang diterima Kantor Pos di Sulawesi Selatan sebanyak 3.179.425 yang sebagian besar dikirim dengan fasilitas tercatat biasa yaitu 1.765.158 lembar.

Disamping melayani pengiriman surat di dalam negeri, kantor pos dan giro juga melayani pengiriman pos ke luar negeri. Pada tahun 2006 tercatat 36.332 lembar surat yang dikirim ke luar negeri.

Selain jasa pengiriman surat, beberapa jasa pelayanan lain yang telah banyak dimanfaatkan dalam masyarakat adalah jasa paket pos dan pengiriman uang (wesel). Jumlah paket pos yang dikirim melalui Kantor Pos di Sulawesi selatan tahun 2007 sebanyak 46.785 koli yang terdiri dari 46.692 untuk dalam negeri dan 93 koli yang dikirim ke luar negeri. Sedangkan jumlah paket yang diterima sebanyak 57.505 koli dengan rincian 57.276 berasal dari dalam negeri dan 239 koli berasal dari luar negeri.

Wesel pos yang dikirim dari Sulawesi Selatan pada tahun 2007 bernilai 5.747.836,9 juta. Hampir seluruh wesel-wesel tersebut dikirim untuk dalam negeri. Wesel pos yang diterima melalui kantor pos dan giro di Sulawesi selatan tahun 2007 bernilai 6.960.863,4 juta rupiah yang terdiri dari 6.921.140,79 juta rupiah berasal dari dalam negeri dan 39.722,6 juta dari luar negeri.

Fasiliotas telekomunikasi sangat diperlukan untuk memperlancar arus informasi untuk memacu kegiatan ekonomi yang makin menuntut efisiensi dan pelayanan yang cepat dan tepat. Pemanfaatan sarana telekomunikasi khususnya telepon dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan. Ini terlihat dari pemakaian pulsa yang terus meningkat.

5.14. Propinsi Papua5.14.1. Kondisi Geografisa. Luas dan batas wilayah

Propinsi Papua dengan luas 31.706,2 km2, terletak di antara 130 derajat – 141 derajat Bujur Timur dan 2 derajat 25 menit Lintang Utara – 9 derajat Lintang Selatan. Batas wilayah Propinsi Papua, di sebelah Utara berbatasan dengan Samudera Pasifik, sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Arafuru, sebelah Barat berbatasan dengan Laut Seram, Laut Banda, Propinsi Maluku, dan di sebelah Timur berbatasan dengan negara Papua New Guinea. Kabupaten Merauke merupakan daerah yang terluas yang mencakup 13,87% dari total luas Propinsi Papua. Sedangkan Kota Jayapura merupakan daerah terkecil, walaupun bila dibandingkan dengan kota se Indonesia, maka Kota Jayapura merupakan kota yang terluas.

b. TopografisKetinggian wilayah Propinsi Papua bervariasi antara 0 sampai dengan 3000 meter di atas

permukaan laut. Daerah Merauke, Nabire, Mappi, Asmat, Sarmi, Keerom, dan Waropen merupakan dataran rendah dengan ketinggian 0 – 100 m di atas permukaan laut. Sedangkan Jayawijaya, Puncak Jaya, Yahukimo, Pegunungan Bintang dan Tolikara merupakan dataran tinggi dengan ketinggian mencapai 2000 – 3000 m di atas permukaan laut.c. IklimBerdasarkan hasil pencatatan Balai Meteorologi dan Geofisika Papua, suhu udara rata-rata pada tahun 2007 berkisar antara 15,2 oC – 32,2 oC. Suhu terendah terjadi di Wamena dan tertinggi terjadi di Kabupaten Yapen Waropen. Secara umum keadaan suhu udara rata-rata di beberapa kota di Papua relatif sama dibanding tahun sebelumnya.

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 166

Page 167: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Sebagai daerah tropis dan wilayah kepulauan, Papua memiliki kelembaban udara relatif sama dengan propinsi lain, yaitu berkisar antara 78 – 87%. Jumlah hari hujan di tahun 2006 sebanyak 211 hari, dengan jumlah curah hujan sebanyak 33,77 mm.

Tabel 5.36. Daftar Ketinggian Kabupaten di Propinsi Papua terhadap Ketinggian Air Laut

Kabupaten Ketinggian di atas Permukaan Laut, m

Merauke 0 - 100Jayawijaya 2000 - 3000Jayapura 100 - 200Paniai 1000 - 2000Puncak Jaya 2000 - 3000Nabire 0 - 100Mimika 1000 - 2000Yapen Waropen 100 - 500Biak Numfor 100 - 500Boven Digoel 100 - 500Mappi 0 - 100Asmat 0 - 100Yahukimo 2000 - 3000Pegunungan Bintang 2000 - 3000Tolikara 2000 - 3000Sarmi 0 - 100Keerom 0 - 100Waropen 0 - 100Supiori 100 - 500Kota Jayapura 100 - 500

5.14.2. Kondisi Demografisa. Jumlah dan struktur penduduk

Jumlah penduduk Propinsi Papua berdasarkan hasil survey tahun 2005 tercatat sebanyak 2 juta jiwa. Dengan luas 31.706 km2 berarti kepadatan penduduknya mencapai 6,31 jiwa per km2, sehingga menjadikan Propinsi Papua sebagai wilayah yang paling sedikit penduduknya di Indonesia. Sex ratio penduduk Papua mencapai 110,89, yang berarti terdapat lebih banyak laki-laki dibandingkan wanita. Indeksi pembangunan Manusia di tahun 2007 sebesar 70,1.

b. Ketenagakerjaan dan tingkat pendidikanJumlah tenaga kerja di Papua pada tahun 2007 mencapai 1.287.232 orang yang terdiri dari 989.594

orang angkatan kerja dan sisanya bukan angkatan kerja. Dari jumlah angkatan kerja tersebut, 89,42% adalah bekerja dan sisanya merupakan pencari kerja.

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 167

Page 168: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Akumulasi jumlah pencari kerja hingga akhir tahun 2007 mencapai 89.328 orang. Dari jumlah tersebut sebanyak 3.851 orang sudah ditempatkan.

Apabila dilihat menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan, maka dari total pencari kerja yang terdaftar tersebut, di atas 42,53% adalah setingkat SMTA Umum.

5.14.3. Pemetaan Potensi Pengembangan Bahan Baku BBNa. Pertaniana.1. Tanaman pangan

Luas panen dan produksi padi sawah dan padi ladang pada tahun 2007 masing-masing sebesar 18.935 hektar dan 63.318 hektar. Disamping padi, terdapat juga hasil komoditi ubi kayu yang memproduksi 37.823 ton di tahun 2007. Daerah potensial penghasil ubi kayu adalah Kabupaten Waropen dan Kabupaten Jayapura. Jenis palawija lain yang juga banyak diproduksi Papua adalah ubi jalar sebanyak 290.423 ton, dan jagung sebanyak 6.842 ton. Kacang tanah, kedelai dan kacang hijau juga diproduksi walau dalam jumlah yang sedikit. Jenis sayur-sayuran yang banyak diproduksi antara lain kubis, tomat ,kentang dan sawi. Sedangkan jeruk siam, mangga, pisang dan nanas merupakan buah-buahan yang banyak diproduksi di Papua.

Tabel 5.37. Distribusi Produksi Padi dan Palawija (ton), Luas Areal Produksi (Ha) dan Rata-rata Produksi (Kw/Ha) yang Berpotensi sebagai Bahan Baku BBN di Tiap Kabupaten di Papua Tahun 2007

Kabupaten/KotaPadi Jagung

Areal Produksi

Jumlah Produksi

Rata-rata Produksi

Areal Produksi

Jumlah Produksi

Rata-rata Produksi

Merauke 16.801 58.096 34,58 197 315 15,99

Jayawijaya 76 262 34,47 465 780 16,77

Jayapura 232 740 31,90 308 503 16,33

Paniai - - - 434 737 16,98

Puncak Jaya - - - 261 442 16,93

Nabire 107 3.657 341,78 263 434 16,50

Mimika 104 348 33,46 59 97 16,44

Yapen Waropen - - - 138 224 16,23

Biak Numfor - - - 235 395 16,81

Boven Digoel - - - - - -

Mappi - - - 23 39 16,96

Asmat - - - - - -

Yahukimo - - - 656 1.115 17,00

Pegunungan Bintang 20 57 28,50 31 52 16,77

Tolikara - - - 292 491 16,82

Sarmi 22 63 28,64 189 318 16,83

Keerom 22 63 28,64 371 627 16,90

Waropen 391 1.136 28,83 25 42 16,80

Supiori - - - - - -

Kota Jayapura 1.157 3.896 33,67 141 231 16,38

Jumlah 18.935 68.318 36,08 4.088 6.842 16,74

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 168

Page 169: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Tabel 5.37. (Lanjutan)

Kabupaten/Kota

Ubi Kayu Ubi Jalar

Areal Produksi

Jumlah Produksi

Rata-rata Produksi

Areal Produksi

Jumlah Produksi

Rata-rata Produksi

Merauke 205 2.363 115,27 263 1.634 100,15

Jayawijaya 250 2.796 111,84 12.794 127.519 99,67

Jayapura 287 3.226 112,40 278 2.768 99,57

Paniai 86 971 112,91 6.466 64.322 99,48

Puncak Jaya 136 1.533 112,72 324 3.220 99,38

Nabire 150 1.689 112,60 153 1.522 99,48

Mimika 109 1.227 112,57 168 1.669 99,35

Yapen Waropen 222 2.502 112,70 191 1.896 99,27

Biak Numfor 802 9.132 113,87 579 5.765 99,57

Boven Digoel 181 2.050 113,26 78 776 99,49

Mappi 105 1.197 114,00 41 408 99,51

Asmat 14 158 112,86 12 119 99,17

Yahukimo 193 2.197 113,83 6.054 60.233 99,49

Pegunungan Bintang 81 923 113,95 304 3.027 99,57

Tolikara 44 502 114,09 1.221 12.147 99,48

Sarmi 156 1.772 113,59 72 717 99,58

Keerom 58 660 113,79 46 459 99,78

Waropen 13 1.286 989,23 48 477 99,38

Supiori - - - - - -

Kota Jayapura 145 1.639 113,03 75 745 99,33

Jumlah 3.237 37.823 116,85 29.167 290.423 99,57

Tabel 5.37. (Lanjutan)

Kabupaten/Kota

Kacang Tanah Kedelai

Areal Produksi

Jumlah Produksi

Rata-rata Produksi

Areal Produksi

Jumlah Produksi

Rata-rata Produksi

Merauke 521 536 10,29 323 359 11,11

Jayawijaya 401 416 10,37 194 321 10,92

Jayapura 203 212 10,44 260 286 10,96

Paniai 89 92 10,34 135 148 10,96

Puncak Jaya 94 97 10,32 84 92 10,95

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 169

Page 170: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Nabire 163 171 10,49 173 187 10,81

Mimika 117 119 10,17 - - -

Yapen Waropen 144 150 10,42 60 66 11,00

Biak Numfor 17 18 10,59 - - -

Boven Digoel - - - - - -

Mappi - - - - - -

Asmat - - - - - -

Yahukimo 202 207 10,25 518 569 10,98

Pegunungan Bintang 42 44 10,48 29 32 11,03

Tolikara 156 161 10,32 230 253 11,00

Sarmi 193 199 10,31 112 123 10,98

Keerom 65 67 10,31 1.534 1.685 10,98

Waropen 21 22 10,48 47 52 11,06

Supiori - - - - - -

Kota Jayapura 131 135 10,31 45 49 10,89

Jumlah 2.559 2.646 10,34 3.845 4.222 10,98

a.2. Perkebunan Luas areal tanaman perkebunan rakyat pada tahun 2007 sebesar 97.934 hektar dan produksi

tanaman perkebunan rakyat pada tahun 2007 sebesar 62.153 ton. Sumbangan terbesar produksi tanaman perkebunan rakyat berasal dari tanaman kelapa sawit (49,91%) , kakao (22,49%) dan kelapa dalam (19,87%).

Tabel 5.38. Distribusi Hasil Perkebunan (ton), Luas Areal Produksi (Ha) dan Rata-rata Produksi (Kw/Ha) yang Berpotensi sebagai Bahan Baku BBN di Tiap Kabupaten

di PapuaTahun 2007

Kabupaten/Kota

Karet Kelapa Sawit

Areal Produksi

Jumlah Produksi

Rata-rata Produksi

Areal Produksi

Jumlah Produksi

Rata-rata Produksi

Merauke 9.710 4.070 4.19 518 1.130 21.81

Jayawijaya 3.510 1.493 4.25 - - -

Jayapura 9.672,21 6.573 6.80 - - -

Paniai 1.230 336 2.73 - - -

Puncak Jaya 535 96,2 1.80 - - -

Nabire 5.693 2.176 3.82 - - -

Mimika 726,5 146 2.01 - - -

Yapen Waropen 2.814 1.618 5.75 - - -

Biak Numfor 6.246 2.333 3.74 - - -

Boven Digoel 1.526 423 2.77 - - -

Mappi 5.041 1.336 2.65 - - -

Asmat 50 17 3.40 - - -

Yahukimo 659 178 2.70 - - -

Pegunungan Bintang 533 271 5.08 - - -

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 170

Page 171: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Kabupaten/Kota

Karet Kelapa Sawit

Areal Produksi

Jumlah Produksi

Rata-rata Produksi

Areal Produksi

Jumlah Produksi

Rata-rata ProduksiTolikara 4.776 9.164 19.19 - - -

Sarmi 10.253 5.924 5.78 - - -

Keerom 15.417 16.169 10.49 9300 14.629 15.73

Waropen 7.688 1.300 1.69 - - -

Supiori 953 220 2.31 - - -

Kota Jayapura 150 89 5.93 - - -

Jumlah 87.182,71 53.932,30 97.08 9.818 15.759 37.54

Tabel 5.38. (Lanjutan)

Kabupaten/Kota

Kelapa Dalam Sagu

Areal Produksi

Jumlah Produksi

Rata-rata Produksi

Areal Produksi

Jumlah Produksi

Rata-rata Produksi

Merauke 5.904 2.457 4.16 - - -

Jayawijaya - - - - - -

Jayapura 1.830 1.287 7.03 - - -

Paniai - - - - - -

Puncak Jaya - - - 106 18

Nabire 1.020 140 1.37 - -

Mimika 540 89 1.65 78 27

Yapen Waropen 681 165 2.42 - -

Biak Numfor 5.133 2.195 4.28 162 32

Boven Digoel 213 120 5.63 - -

Mappi 1.051 53 0.50 - -

Asmat 47 17 3.62 - -

Yahukimo 70 32 4.57 - -

Pegunungan Bintang 99 62 6.26 - -

Tolikara - - - - -

Sarmi 8.472 5.252 6.20 - -

Keerom 390 126 3.23 - -

Waropen 4.761 221 0.46 - -

Supiori 768 185 2.41 112 29

Kota Jayapura 37 10 2.70 - -

Jumlah 31.005 12.411 12.411 458 106

Tabel 5.38. (Lanjutan)

Kabupaten/Kota

Kapuk Coklat

Areal Produksi

Jumlah Produksi

Rata-rata Produksi

Areal Produksi

Jumlah Produksi

Rata-rata Produksi

Merauke 561 62 1.11 - - -

Jayawijaya - - - - - -

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 171

Page 172: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Jayapura - - - 6.177 5.118 8.29

Paniai - - - - - -

Puncak Jaya - - - 13 6 4.62

Nabire 95 1 0.11 2.937 1.816 6.18

Mimika - - - - - -

Yapen Waropen - - - 1.846 1.427 7.73

Biak Numfor 3 - - 446 63 1.41

Boven Digoel - - - 10 - -

Mappi - - - 41 5 1.22

Asmat - - - 3 - -

Yahukimo - - - 6 2 3.33

Pegunungan Bintang - - - - - -

Tolikara - - - - - -

Sarmi - - - 1.720 668 3.88

Keerom - - - 4558 1.160 2.54

Waropen 78 1 0.13 1.782 997 5.59

Supiori - - - - - -

Kota Jayapura - - - 98 75 7.65

Jumlah 737 64 1.35 19.637 11.337 52.46

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 172

Page 173: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Tabel 5.38. (Lanjutan)

Jambu Mente

Areal Produksi Jumlah Produksi Rata-rata Produksi

2002 287 1.43

- - -

88 9 1.02- - -- - -

68 11 1.62

- - -

65 6 0.92

35 1 0.29

- - -

877 127 1.45

- - -

- - -

- - -

- - -

- - -

- - -

71 5 0.70

- - -

- - -

3.206 446 7.44

b. IndustriBerdasarkan penggolongannya, dari total 3285 industri yang tersebar di kabupaten propinsi Papua

sejumlah 3251 buah merupakan industri kecil dan 34 buah merupakan industri besar dan menengah. Industri kecil dikelompokkan sebagai berikut : 1843 unit usaha (56,69%) merupakan kelompok industri kecil kimia, agro dan hasil hutan, 669 unit usaha (20.58%) merupakan kelompok industri kecil sandang, kulit dan lainnya. Industri logam mesin dan elektronika sebanyak 588 unit usaha.

5.14.4. Infrastruktur Wilayaha. Transportasi Darat

Berdasarkan data survey yang tercatat di tahun 2007, panjang jalan total di Propinsi Papua sepanjang 16.898,71 km, yang terdiri dari 1.848,25 km jalan negara, 1.562,13 km jalan propinsi, dan 13.488,33 km jalan kabupaten. Kondisi jalan tersebut terbagi menjadi jalan aspal sepanjang 3.221,88 km, jalan kerikil sepanjang 4.456,92 km, dan jalan tanah sepanjang 6.131,03 km.

b. Transportasi Laut dan UdaraPelabuhan Merauke merupakan pelabuhan dengan frekwensi kunjungan kapal terbesar yaitu

sebanyak 1.563 kunjungan (36,60%), diikuti pelabuhan Jayapura sebanyak 680 kunjungan (15,93%). Dari kunjungan tersebut, jenis pelayaran lokal mempunyai peranan yang cukup besar yaitu sebanyak 1.233

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 173

Page 174: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

kunjungan (57,92%) diikuti jenis pelayaran lainnya dan Nusantara masing-masing 472 kunjungan dan 295 kunjungan.

c. Jaringan telekomunikasiJumlah sentral otomat pada tahun 2005 menjadi 9 unit dengan kapasitas 47.411. Sedangkan

jumlah sambungan telepon otomat pada tahun 2005 tercatat 27.265 sambungan. Jumlah telepon umum pada tahun 2005 tercatat sebanyak 109 buah dan banyaknya wartel sebanyak 183 wartel.

d. Jaringan Kelistrikan dan sumber daya airBanyaknya unit pembangkit tenaga listrik PLN pada tahun 2005 sebanyak 244 unit. Tenaga listrik

yang diproduksi pada tahun 2005 mencapai 350.12 juta Kwh atau naik sebesar 7,74% dibanding tahun 2004. Dari hasil produksi tersebut sebanyak 341,9 juta Kwh (97,65%) terjual. Produksi listrik terbesar terdapat di Kota Jayapura sebanyak 47,66%.

Banyaknya perusahaan air minum di Propinsi Papua tahun 2005 sebanyak 10 perusahaan, mengalami perubahan dengan status pengelolaan masih oleh pemerintah.

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 174

Page 175: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

Gambar 6.31. Berbagai jenis asam-asam lemak

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Analisis Komposisi dan Kecocokan Bahan Baku BBNMinyak-lemak kasar adalah minyak-lemak yang diperoleh dari pemerahan atau pengempaan biji atau bagian lain dari sumber minyak (oil source) tanpa mengalami pengolahan lanjut apapun kecuali penyaringan dan pengeringan (untuk menurunkan kadar air). Komposisi asam-asam lemak minyak nabati berbeda-beda tergantung dari jenis tanamannya. Zat-zat penyusun utama minyak-lemak (nabati maupun hewani) adalah trigliserida, yaitu triester gliserol dengan asam-asam lemak (C8–C24). Gambar di bawah ini menunjukkan contoh-contoh berbagai jenis asam-asam lemak dan struktur molekulnya (Gambar 6.31 dan 6.32).

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 175

Page 176: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Gambar 6.32. Contoh-contoh struktur molekul berbagai asam-asam lemak

Sifat fisiko kimia dari beberapa minyak-lemak nabati disajikan pada Tabel 6.18.

Tabel 6.18. Sifat-sifat beberapa minyak-lemak nabati

MinyakMassa jenis,

kg/liter

Viskositas kinematika (38 0C), cSt

DHc, MJ/kg

Angka setana

Titik awan/ kabut, oC.

Titik tuang, oC.

Jarak kaliki 0,9537 297 37,27 - Tak ada -31,7Jagung 0,9095 34,9 39,50 37,6 -1,1 -40,0Kapas 0,9148 33,5 39,47 41,8 +1,7 -15,0

Crambe 0,9044 53,6 40,48 44,6 10,0 -12,2

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 176

Page 177: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

MinyakMassa jenis,

kg/liter

Viskositas kinematika (38 0C), cSt

DHc, MJ/kg

Angka setana

Titik awan/ kabut, oC.

Titik tuang, oC.

Biji rami 0,9236 27,2 39,31 34,6 +1,7 -15,0Kacang tanah 0,9026 39,6 39,78 41,8 12,8 -6,7

Kanola 0,9115 37,0 39,71 37,6 -3,9 -31,7Kasumba 0,9144 31,3 39,52 41,3 18,3 -6,7

Kasumba OT*) 0,9021 41,2 39,52 49,1 -12,2 -20,6Wijen 0,9133 35,5 39,35 40,2 -3,9 -9,4

Kedelai 0,9138 32,6 39,62 37,9 -3,9 -12,2Bunga matahari 0,9161 33,9 39,58 37,1 7,2 -15,0

Diesel No. 2 0,8400 2,7 45,34 47,0 -15,0 -33,0Sumber : Goering, C.E., A.W. Schwab, M.J. Daugherty, E.H. Pryde, dan A.J. Heakin, “Fuel Properties of

Eleven Vegetable Oils”, Trans. ASAE 25, 1472 – 1477 (1982). *) OT = (berkadar) Oleat Tinggi

MinyakMassa jenis

(20 oC), kg/liter

Viskositas kinematika (20 0C), cSt

DHc, MJ/kg

Angka setana

Titik awan/ kabut, oC.

Titik tuang, oC.

Kelapa 0,915 30 37,10 40 – 42 28 23 – 26Sawit 0,915 60 36,90 38 – 40 31 23 – 40Kapas 0,921 73 36,80 35 – 50 -1 2

Jarak pagar 0,920 77 38,00 23 – 41 2 -3Kacang tanah 0,914 85 39,30 30 – 41 9 -3

Kanola 0,916 78 37,40 30 – 36 -11 -2Kedelai 0,920 61 37,30 30 – 38 -4 -20

Bunga matahari 0,925 58 37,75 29 – 37 -5 -16Diesel 0,830 6 43,80 50 -9 -16

Ester Metil Kanola 0,880 7 37,70 49 -4 -12Sumber : Vaitilingom, G. dan A. Liennard, “Various Vegetable Oils as Fuel for Diesel and

Burners: J. curcas Particularities”, hal. 98 – 109 dalam G.M. Gübitz, M. Mittelbach dan M. Trabi (ed), “Biofuels and Industrial Products from Jatropha curcas”, Dbv-Verlag für die Technische

Universität Graz, Graz, Austria, 1997.

Sifat fisiko kimia dari beberapa asam lemak disajikan pada Tabel 6.19.

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 177

Page 178: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Tabel 6.19. Sifat-sifat Biodiesel/ ester metil dari beberapa asam-asam lemakEster metil

asamAngka setan Angka iodium

(g-I2/100g)Titik leleh

(oC)Visk. kin.†(cSt), 40 oC

Massa jenis

(g/cc), 40 oC

Kaprilat, Me-C8:0

33,6 0 -34 1,16 0,859

Kaprat, Me-C10:0

47,9 0 -12 1,69 0,856

Laurat, Me-C12:0

60,8 0 5 2,38 0,853

Miristat, Me-C14:0

73,5 0 18,5 3,23 0,867

Palmitat, Me-C16:0

85,9 0 30,5 4,32 0,851

Stearat, Me-C18:0

101 0 39,1 5,61 0,850

Arakhidat, Me-C20:0

0 48 ‡ 0,849

Behenat, Me-C22:0

0 54 ‡

Lignoserat, Me-C24:0

0 ‡

Palmitoleat, Me-C16:1

51,0 94,55

Oleat, Me-C18:1

59,3 85,60 -20 4,45 0,860

Linoleat, Me-C18:2

38,0 172,4 -35 3,64 0,872

Linolenat, Me-C18:3

20,0 260,3 -52 3,27 0,883

Gadoleat, Me-C20:1

78,20

Erusat, Me-C22:1

76,0 71,98 33 7,21 0,856

† Viskositas kinematik pada 40 oC (centiStoke). ‡ pada 40 oC berwujud padat (bukan cairan). Sel yang kosong menunjukkan tidak/belum ada data.

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 178

Page 179: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

6.1.1. Crude Jatropha curcas Oil (CJCO)Crude Jatropha curcas Oil (CJCO) adalah minyak jarak pagar kasar. CJCO diperoleh dari biji jarak pagar dengan cara pengepresan mekanik (mechanical expression). Pengepresan mekanis merupakan cara untuk pemisahan minyak dari bahan berupa biji-bijian. Cara ini paling sesuai untuk memisahkan minyak dari bahan yang kadar minyaknya tinggi, yaitu sekitar 30-70%. Minyak jarak pagar terkandung dalam bahan yang berbentuk biji dengan kandungan minyak sekitar 30-50%. Dengan demikian, metode ekstraksi yang paling sesuai untuk biji jarak, yaitu teknik pengepresan mekanis. Minyak jarak tidak lebih kental dibandingkan minyak nabati lainnya. Komponen terbesar minyak jarak pagar adalah trigliserida yang mengandung asam lemak oleat dan linoleat . Sifat fisiko kimia minyak jarak pagar disajikan pada Tabel 6.20.

Tabel 6.20. Komposisi asam lemak dari minyak jarak pagarAsam Lemak Perbandinga

nKomposisi (% b/b)

Asam Miristat 14:0 0 - 0.1Asam Palmitat 16:0 14.1 - 15.3Asam Stearat 18:0 3.7- 9.8Asam Arachidat 20:0 0 – 0.3Asam Behemat 22:0 0 – 0.2Asam Palmitoleat 16:1 0 – 1.3Asam Oleat 18:1 34.3 – 45.8Asam Linoleat 18:2 29.0 – 44.2Asam Linolenat 18:3 0 – 0.3

Sumber: Gubitz, et al. 1999

Tabel 6.21. Sifat fisiko kimia minyak jarak pagar

Sifat Fisikokimia Satuan NilaiTitik nyala (Flash point) oC 236Densitas pada 15oC g/cm3 0.9177Viskositas pada 30oC mm2/s 49.15Residu Karbon (Carbon residue (on 10% distillation residue))

% (m/m) 0.34

Kadar abu sulfat (Sulfated ash content)

% (m/m) 0.007

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 179

Page 180: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Sifat Fisikokimia Satuan NilaiTitik tuang (Pour Point) oC -2.5Kadar air (Water content) ppm 935Kadar Sulfur (Sulfur content) ppm <1Bilangan Asam (Acid value) mg KOH/g

minyak4.75

Bilangan iod (Iodine value) G iod/100 g minyak

96.5

6.3.2. Crude Palm Oil (CPO)Crude Palm Oil (CPO) merupakan hasil olahan daging buah kelapa sawit melalui proses perebusan Tandan Buah Segar (TBS), perontokan, dan pengepresan. CPO ini diperoleh dari bagian mesokarp buah kelapa sawit yang telah mengalami beberapa proses, yaitu sterilisasi, pengepresan, dan klarifikasi. Minyak ini merupakan produk level pertama yang dapat memberikan nilai tambah sekitar 30% dari nilai tandan buah segar. CPO dapat digunakan sebagai bahan baku industri minyak goreng, industri sabun, dan industri margarin. Dilihat dari proporsinya, industri yang selama ini menyerap CPO paling besar adalah industri minyak goreng (79%), kemudian industri oleokimia (14%), industri sabun (4%), dan sisanya industri margarin (3%). Pemisahan CPO dan PKO dapat menghasilkan oleokimia dasar yang terdiri atas asam lemak dan gliserol. Secara keseluruhan proses produksi minyak sawit tersebut dapat menghasilkan 73% olein, 21% stearin, 5% Palm Fatty Acid Distillate (PFAD), dan 0.5% buangan. Komponen asam lemak yang terdapat dalam CPO disajikan pada Tabel 6.22 sedangkan sifat fisiko kimianya dapat dilihat pada Tabel 6.23.

Tabel 6.22. Komposisi asam lemak dari CPOAsam Lemak Perbandingan Komposisi (% b/b)

Asam Laurat 12:0 0,2Asam Miristat 14:0 1,1Asam Palmitat 16:0 44,0Asam Stearat 18:0 4,5Asam Oleat 18:1 39,2Asam Linoleat 18:2 10,1

Sumber: Hui (1996)

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 180

Page 181: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Tabel 6.23. Sifat fisiko kimia CPO

Sifat Fisiko Kimia Nilai

Trigliserida 95 %

Asam lemak bebas (FFA) 2 – 5 %

Warna (5 ¼ ” Lovibond Cell) Merah orange

Kelembaban & Impurities 0.15 – 3.0 %

Bilangan Peroksida 1 -5.0 (meq/kg)

Bilangan Anisidin 2 – 6 (meq/kg)

Kadar β-carotene 500-700 ppm

Kadar fosfor 10-20 ppm

Kadar besi (Fe) 4-10 ppm

Kadar Tokoferols 600-1000 ppm

Digliserida 2-6 %

Bilangan Asam 6,9 mg KOH/g minyak

Bilangan Penyabunan 224-249 mg KOH/g minyak

Bilangan iod (wijs) 44-54

Titik leleh 21-24ºC

Indeks refraksi (40ºC) 36,0-37,5

6.3.3. Palm Kernel Oil (PKO)Palm Kernel Oil (PKO) diperoleh dari bagian kernel buah kelapa sawit (Gambar 6.33) dengan cara ekstraksi pelarut atau dengan cara pengepresan. Komponen asam lemak terbesar penyusun PKO adalah asam laurat (Tabel 6.24). Hal ini menjadikan PKO memiliki karakteristik yang mirip dengan minyak kelapa. Sifat fisiko kimia PKO disajikan pada Tabel 6.25.

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 181

Page 182: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Gambar 6.33. Bagian yang terdapat pada buah kelapa sawit

Tabel 6.24. Komposisi asam lemak dari PKO

Asam Lemak Perbandingan Komposisi (% b/b)Asam Laurat 12:0 47-53Asam Miristat 14:0 15-19Asam Palmitat

16:0 8-11

Asam Stearat 18:0 1-3Asam Oleat 18:1 12-19Asam Linoleat 18:2 2-4

Sumber: Hui (1996)

Tabel 6.25. Sifat fisiko kimia PKOSifat Fisiko Kimia Nilai

Kadar Asam lemak bebas (FFA) 25 % (m/m)

Bilangan Asam 225 mg KOH/g minyak Bilangan Penyabunan 256 mg KOH/g minyakBilangan iod (wijs) 14 - 23Titik leleh 48ºC

6.3.4. Crude Coconut Oil (CCO)Crude Coconut Oil (CCO) diperoleh dari daging buah kelapa yang diekstrak melalui pembuatan santan (wet rendering) dan akhirnya menjadi minyak atau melalui proses

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 182

Page 183: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

Sifat Crude Cochin RBD

Kandungan air dan kotoran 1 0,1 0,03

Kadar asam lemak bebas 3 0,07 0,04

Warna (Lovibond) R/Y max. 12/75 1/10 1/10

Bilangan penyabunan 250 – 264 250 – 264

Bilangan iod 7 – 12 7 – 12

Bilangan peroksida 2,0 0,5 0,5

Melting point (oC) 24 – 26 24 – 26

Indeks refraksi (40 oC) 1,448 – 1,450 1,448 – 1,450

Sumber : Hui (1996)

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

pengeringan buah kelapa menjadi kopra (dry rendering) dan selanjutnya dipress untuk mendapatkan minyaknya. CCO berdasarkan kandungan asam lemak digolongkan ke dalam minyak asam laurat, karena komposisi asam laurat paling besar jika dibandingkan dengan asam lemak lainnya. Komposisi asam lemak CCO disajikan pada Tabel 6.26.

Tabel 6.26. Komposisi asam lemak pada Crude Coconut Oil (CCO)

Sifat fisiko kimia minyak kelapa meliputi kandungan air, kandungan asam lemak bebas, bilangan penyabunan, bilangan iod, bilangan peroksida, dan warna. Beberapa sifat fisiko kimia minyak kelapa dapat dilihat pada Tabel 6.27.

Tabel 6.27. Sifat fisiko kimia CCO

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 183

Page 184: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

6.3.5. Crude Rapeseed Oil (CRO)Rapeseed (Brassica napus L. ssp. oleifera) mengandung 40-45% minyak, 20-25% protein, dan 25% karbohidrat. Proses perolehan minyak rapeseed dilakukan dengan mengelupas kulit lalu dipanaskan untuk merusak lapisan sel dan menonaktifkan enzim, yang diikuti dengan screw pressing dan ekstraksi pelarut. Komponen asam lemak yang terdapat pada CRO disajikan pada Tabel 6.28.

Tabel 6.28. Komposisi asam lemak dari CRO

Asam Lemak Asam Erukat rendah(% b/b) Asam Erukat tinggi (% b/b)

Asam Palmitat (C 16:0) 3-5 2-4

Asam Stearat (C 18:0) 1-2 1-2

Asam Oleat (C 18:1) 55-65 14-18

Asam Linoleat (C 18:2) 20-26 13

Asam Linolenat (C 18:3) 8-10 8-10

Asam Arakidat (C 20:0) 1 -

Asam Gadoleat (C 20:1) 7-9 -

Asam Behenat (C 22:0) 0,5 -

Asam Erukat (C 22:1) - 45-52

Asam Nervonat (C 24:1) - 1

Sumber: Mittelbach M, 2006

6.3.6 Crude Soybean Oil (CSO)Soybean Oil (Glycine max) adalah bahan baku yang paling populer digunakan sebagai pembuat biodiesel di Amerika. Komponen terbesar pada CSO adalah asam linolenat (Tabel 2.29). Sifat fisiko kimia CSO disajikan pada Tabel 6.30.

Tabel 6.29. Komposisi asam lemak dari CSO

Asam Lemak Jumlah (%)

Asam Palmitat 11-12

Asam Stearat 3-5

Asam Oleat 23-25

Asam Linoleat 52-56

Asam Linolenat 6-8

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 184

Page 185: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Tabel 6.30. Sifat fisiko kimia CSOParameter Nilai

Massa jenis 0,9138 kg/LViskositas kinematika (38°C) 32,6 cSt∆Hc 39,62 MJ/KgAngka Setana 37,9Titik kabut -3,9 °CTitik tuang -12,2 °C

6.3.7. Kapuk (Ceiba pentandra)Kapuk merupakan tanaman yang memiliki potensi untuk menghasilkan minyak. Biji Kapuk selama ini kurang dimanfaatkan dengan baik dan sering dibuang. Minyak Kapuk diperoleh dari biji dan dihasilkan sebagai produk samping dari produk serat Kapuk. Tanaman Kapuk banyak tumbuh di negara-negara tropis termasuk di Indonesia, India, Srilanka, Malaysia, Filipina, Indocina dan Amerika selatan. Minyak Kapuk diproduksi dan diolah dengan cara yang sama dengan minyak biji kapas. Kebanyakan biji Kapuk yang diproduksi secara komersial berasal dari Ceiba Pentandra (C. Caseria, Eriodendron Anfractuosum) dan dihasilkan di Indonesia. Umumnya tanaman Kapuk tahan terhadap kekeringan dan terdapat di seluruh wilayah Indonesia. Gambar Tanaman kapuk disajikan pada Gambar 6.34. di bawah ini.

Gambar 6.34. Tanaman Kapuk (Ceiba pentandra)Setiap gelondong buah Kapuk mengandung rata-rata 26% biji, setiap 100 kg gelondong Kapuk akan menghasilkan 26 kg biji. Biji Kapuk mengandung 24-40%-b minyak. Minyak ini memiliki kerapatan 0,917 kg/liter, bilangan iodine 88-96 dan angka penyabunan 181-192. Minyak biji Kapuk mengandung asam lemak jenuh 19-28,05 % dan asam lemak tidak jenuh sekitar 71,95-81% lebih tinggi dibandingkan dengan minyak kelapa. Minyak biji Kapuk mudah tengik dan memiliki gugus siklopropenoid sehingga kurang baik untuk dikembangkan sebagai minyak makan. Minyak Kapuk memberikan reaksi warna merah atau merah jingga yang lebih kuat dalam larutan belerang dalam karbon disulfida dan

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 185

Page 186: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

amil alkohol panas dibandingkan dengan minyak biji kapas pada uji halphen. Biji Kapuk tersedia setiap tahun rata-rata 114.400 ton. Bila dikonversi ke minyak, maka akan diperoleh rata-rata 30% x 114.400 ton yang setara dengan 34.320 ton minyak biji Kapuk setiap tahun. Walaupun masih terbatas, kontribusi minyak Kapuk dapat ditingkatkan, sehingga berpotensi menjadi sumber energi alternatif bagi kemaslahatan bangsa ini.

Tabel 6.31. Potensi ketersediaan Kapuk (Sumber:BaLitbang pertanian)

TahunAreal

(ribu ha)Produksi

(ribu ton gelondong)Biji

(ribu ton/tahun)1995 268,9 488,3 116,51996 278,8 428,9 111,51997 266,4 441,1 114,71998 266,4 440,5 114,51999 266,5 441,1 114,4

Rata-rata 269,4 440,0 114,4

Tabel 6.32. Spesifikasi Minyak KapukSpesies Ceiba pentandra Ceiba pentandra

Nama umum Kapuk KapukSumber geografis Jawab Jawad

Lemak, (% dalam biji) 24,6Lemak, (% dalam inti) 39,9Angka asam 9,7 3,7Angka penyabunan 191,6 190,7Angka iodin 94,1 96Angka tiosianogen 75,9Angka hidroksil 12,9Tak tersabunkan (%) 0,9 0,8Indeks refraktori, nD, 25oC 1,4691 1,4696Berat jenis, 15oC/15oC 0,9225Komposisi asam lemak, (%-berat total)Jenuh 18,3

Palmitat 10,5Stearat 8,6

C20-22 1,3

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 186

Page 187: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Spesies Ceiba pentandra Ceiba pentandraTidak jenuh

Oleat 53,1 46,1Linoleat 28,6 33,5

bContoh dari biji yang dikumpulkan di Jawa. Daging dipisahkan (55% biji) dan diekstraksi dengan petroleum eterdMinyak dihasilkan dari penggilingan komersial di San Francisco dari biji yang diimpor dari Jawa

Kapuk/randu adalah tumbuhan penghasil minyak-lemak non-pangan yang potensial. Keberadaan pohon dan bahkan perkebunannya pun masih bisa dijumpai di berbagai daerah di Indonesia. Penilaian berdasar angka iodium saja menunjukkan bahwa minyak ini mestinya sangat cocok untuk dijadikan bahan mentah pembuatan biodiesel. Namun seperti yang dijelaskan sebelumnya minyak randu (dan juga minyak-minyak dari tumbuhan lain dalam keluarga Malvaceae seperti kenaf, okra, rosela, randu alas, dan kepoh) mengandung asam lemak ‘aneh’, yaitu asam malvalat dan sterkulat. Kedua asam lemak bergugus siklopropenoid ini sangat reaktif dan mudah berpolimerisasi menjadi getah jika panas [Soerawidjaja (2002)], sehingga diduga akan menyebabkan penyumbatan nosel/injektor pada ruang bakar mesin diesel. Gugus siklopropenoid memiliki sifat khas bereaksi positif terhadap uji Halphen, sehingga untuk mencegah minyak-minyak lemak bergugus siklopropenoid untuk sementara tidak dijadikan bahan mentah pembuatan biodiesel (sampai riset-riset untuk memastikan cara-cara penanggulangannya selesai), uji Halphen menjadi salah satu syarat mutu biodiesel di Indonesia.

6.3.8. Nyamplung (Calophyllum inophyllum)Tanaman nyamplung terdapat di seluruh Indonesia dan banyak terdapat di sekitar pantai. Pada umumnya tanaman ini berbuah lebat, tetapi belum ada data yang menyatakan secara pasti produksi buah per pohon per tahun. Tinggi pohon nyamplung mencapai 20 meter dengan batang besar sampai 1,5 meter dan bercabang rendah dekat permukaan tanah. Bunga nyamplung berbau wangi dengan warna buah hijau yang kemudian berubah menjadi kekuningan seperti kayu setelah dipetik dan kering. Kulit buahnnya tipis karena ukuran biji relatif besar dengan diameter ± 2,5 cm. Biji nyamplung segar berwarna kuning kehijauan dan akan menjadi berwarna coklat tua serta menjadi lengket berminyak setelah kering.

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 187

Page 188: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Gambar 6.35. Biji Nyamplung (Calophyllum inophyllum)

Minyak nyamplung mentah mengandung komponen yang aktif mempercepat kesembuhan luka atau pertumbuhan kulit (cicatrization) dan sejumlah asam lemak bebas. Minyak nyamplung mengandung risin, berwarna hijau gelap atau kuning kebiru-biruan, berasa pahit dan bukan minyak makan. Minyak nyamplung dinamakan minyak tamanu (Tahiti), minyak undi (India), minyak domba (Afrika). Kandungan minyak 40-55 %-b pada biji segar dan menjadi 70-73 %-b setelah biji kering. Minyak nyampung memiliki berat jenis 0,941-0,945, angka iodin 82-98, angka penyabunan 192-202 dan titik leleh 8 oC. Komposisi asam lemak minyak nyamplung terdiri dari oleat 48-53 (%-b), linoleat 15-24 (%-b), palmitat 5-18 (%-b), stearat 6-12 (%-b).

6.3.9. Malapari/ kranji (Pongamia Pinnata)Tanaman ini tumbuh dengan cepat, dalam 4–5 tahun sudah dewasa dan berukuran sedang (± 8 meter) dan bisa tumbuh lagi dengan baik berulang-ulang dari tunggul sisa penebangan. Sangat mampu memanfaatkan nitrogen udara (excellent nitrogen-fixing ability) dan dikenal sebagai pohon penghasil kayu bakar dan minyak nabati non-pangan. Satu pohon malapari mampu menghasilkan 9–90 kg biji/tahun, sehingga jika kerapatan tanamnya 100 pohon per hektar maka potensi hasil panennya adalah 900–9000 kg biji/ha/tahun atau pada rendemen 25 %-b dapat dihasilkan 225–2250 kg/ha/tahun minyak-lemak.

Buah malapari berwujud polong dan hampir separuh elips dengan panjang 4,0–7,5 cm, lebar 1,7–3,2 cm serta berisi 1 (kadang-kadang 2) biji. Biji buah malapari berbentuk elips dengan panjang 1,7–2,0 cm dan lebar 1,2 – 1,8 cm. Buah malapari berkeriput dan berkulit coklat-kemerahan. Biji malapari yang sudah tua memiliki berat ± 1 gram dan terdiri atas 5 %-b kulit dan 95 %-b inti-biji. Inti biji malapari mengandung 27–39 %-b minyak-lemak non-pangan yang coklat kemerahan, kental dan berasa pahit. Biji dan minyak malapari

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 188

Page 189: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

mengandung asam amino kompleks, yaitu glabrin (C21H42O12N3), 4 furanoflavon yang terdiri dari karanjin (C18H12O4), pongapin (C19H12O6), kanjon (C18H12O4) dan pongaglabron (C18H10O5.½H2O) serta diketon pongamol (C18H14O4). Senyawa-senyawa ini dapat disingkirkan dari biji maupun minyak via ekstraksi dengan alkohol.

Gambar 6.36. Biji Malapari/ kranji (Pongamia Pinnata)

Dengan cara pembudidayaan yang baik dan rotasi 5–7 tahun maka perkebunan malapari merupakan perkebunan energi yang dapat mencapai target produksi 2 ton minyak-lemak dan 5 ton kayu bakar per hektar per tahun dengan kalor bakar kayu 19,2 MJ/kg.

Tabel 6.33. Karakteristik Minyak Kranji

Parameter/atribut karakter Rentang nilai

Berat jenis 0,925 – 0,940Indeks bias 1,4734 – 1,4790Angka penyabunan, (mg KOH)/g 177 – 193 Angka asam, (mg KOH)/g 8Angka iodium, (g I2)/(100 g) 75 – 96 Bahan tak tersabunkan, %-b 0,3 – 9,2Angka asetil, (mg KOH)/g 21

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 189

Page 190: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Tabel 6.34. Komposisi Asam Lemak Minyak Kranji (%-b)Asam miristat, C14:0 0,23 – 1,60Asam palmitat, C16:0 3,7 – 7,9 Asam stearat, C18:0 2,1 – 8,9 Asam arakhidat, C20:0 2,2 – 4,7 Asam behenat, C22:0 4,2 – 5,3 Asam lignoserat, C24:0 1,1 – 3,5 Asam oleat, C18:1 44,5 – 71,3Asam linoleat, C18:2 9,7 – 18,3 Asam linoleat, C18:3 0,0 – 5,0Asam eikosenoat, C20:1 0,0 – 12,4 Asam dihidroksistearat 0,0 – 4,4

Malapari (Pongamia pinnata/glabra, Deris indica) adalah penghasil minyak-lemak non pangan yang potensial dan Tabel 6.7 dan 6.8 menunjukkan bahwa minyak-lemaknya juga merupakan bahan mentah yang baik untuk pembuatan biodiesel (India kini sudah mulai memanfaatkannya). Sayang sekali di Indonesia, pohon ini masih harus ditemukan lagi untuk dicoba dibudidayakan. Heyne (1950) mencatat bahwa nama pohon wilayah pesisir (akarnya tahan air asin) dan mampu tumbuh cepat ini adalah malapari di Pulau Simeuleu, mabai di Pulau Bangka, kranji di Pulau Madura, marauwen di Minahasa, hate hira di Pulau Ternate, serta butis atau sikam di Pulau Timor.

6.3.10. Nimba (Azadirachta indica)Tanaman ini tumbuh hingga mencapai ketinggian 12-20 meter. Bentuk buahnya bulat lonjong seperti kapsul. Kulit buah tipis dan berwarna coklat muda setelah kering. Biji buah kering mengandung minyak 40-50 %-b. Minyak biji nimba memiliki berat jenis 0,91-0,92 kg/liter dengan angka iodium 68-75 dan angka penyabunan 195-204. Komposisi asam lemak yang terdapat pada minyak nimba adalah oleat 49-62 (%-b), linoleat 7-16 (%-b), palmitat 13-15 (%-b), stearat 14-20 (%-b) dan Arakhidat 1-25(%-b).

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 190

Page 191: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Gambar 6.37. Biji Nimba (Azadirachta indica)

Gambar 6.38. Potensi Ekonomi Pohon Nimba

6.3.11. Kusambi (Schleichera oleosa)Tanaman kusambi ini berpohon besar dengan tinggi 15-40 meter dan besar batang 60-175 cm. Kusambi umumnya tumbuh pada ketinggian kurang dari 600 m. Buahnya berwarna hijau dengan ukuran biji ± 1,5 cm. Kulit biji » 40 % berat biji dan daging biji mengandung 59 - 72 % minyak. Biji mengandung glukosida sianogenetik yang dapat menghasilkan HCN (bisa ikut dalam minyak). Minyak biji kusambi biasa disebut minyak kusum atau minyak makasar.

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 191

Page 192: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Gambar 6.39. Biji Kusambi (Schleichera oleosa)

Karakteristik minyak adalah angka iodium 48-58, angka penyabunan 220-230, dan rentang pelelehan 20 - 30 oC. Komposisi asam lemak yang terdapat pada minyak makasar adalah miristat ± 1 (%-b), palmitat 5-8 (%-b), stearat 2-6 (%-b), arakhidat 20-30 (%-b), oleat 40-60(%-b), linoleat 2–5 (%-b).

6.3.12. Biji KaretDaging biji karet mengandung minyak 45-50% dengan susunan 17-22% asam lemak jenuh dan 77-82% asam lemak tidak jenuh (Fressenden, 1979). Asam lemak jenuh terdiri atas asam palmitat 9-12%, stearat 5-12% dan Arachidat 1%. Sedangkan asam lemak tak jenuh terdiri dari asam oleat 17-21%, linoleat 35-38% dan linolenat 21-24%. Angka iodium 132-148, angka penyabunan 190-195, asam lemak total 2-20%. Tidak seperti umumnya minyak yang lain, minyak biji karet dapat larut dalam alkohol tetapi agak larut dalam eter. Pada suhu kamar, satu bagian volume minyak biji karet akan seketika larut dalam dua bagian volume etanol.

6.4. Analisis Penggunaan Bahan Baku BBN yang disinergikan dengan Ketahanan PanganPro-kontra pendapat antara pemanfaatan lahan dan hasil-hasil pertanian apakah

untuk memenuhi kebutuhan pangan ataukah untuk memproduksi biofuel menjadi perdebatan hingga di tingkat dunia. Perdebatan yang terjadi dikenal dengan istilah “food vs fuel" atau "food or fuel" . Disatu sisi, pemanfaatan bahan-bahan hasil pertanian untuk pengembangan biofuel dibutuhkan mengingat keterbatasan sumber energi fosil yang ada saat ini sehingga diperlukan sumber energi alternatif terbarukan dimana bahan bakunya adalah hasil-hasil pertanian. Sementara di sisi lain negara-negara non agraris yang kebutuhan pangannya dipenuhi dari impor memerlukan bahan-bahan pertanian tersebut untuk konsumsi masyarakatnya. Pemanfaatan hasil-hasil pertanian sebagai bahan baku

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 192

Page 193: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

biofuel dianggap sebagai penyebab terjadinya kenaikan harga pangan di tingkat dunia. Namun kenaikan harga pangan dunia tidak semata-mata disebabkan oleh kegiatan produksi biofuel, melainkan dipengaruhi pula oleh faktor-faktor lainnya, seperti kenaikan harga energi fosil, keseimbangan suplai dan permintaan, faktor alam dan lain sebagainya.

6.4.4. Kebutuhan Energi DuniaEnergi merupakan salah satu masalah krusial yang dihadapi oleh negara-negara di

dunia termasuk Indonesia. Tidak adanya penemuan cadangan minyak bumi dalam jumlah yang besar pada rentang waktu terakhir ini menyebabkan hampir seluruh negara di dunia menjadikan energi sebagai masalah besar yang perlu ditangani secara serius. Kebutuhan akan energi makin meningkat sementara pasokan terbatas. Peningkatan konsumsi energi dunia disebabkan karena dua alasan utama, yaitu perubahan gaya hidup (Block, 2003) dan pertumbuhan jumlah penduduk yang signifikan (Gaya dan Patel, 2003). Dua kontributor utama pada peningkatan kebutuhan energi adalah transportasi dan sektor industri yang merupakan konsumen energi terbesar. Peningkatan kebutuhan energi tersebut dipasok dengan menggunakan bahan bakar berbasis fosil (energi primer) seperti minyak bumi, gas alam, dan batubara dengan total mencapai 88 persen dari kebutuhan energi global.

Sepanjang tahun 2002 - 2007, terjadi pertumbuhan kebutuhan energi dunia khususnya minyak bumi sebanyak 8 juta barel per hari. Peningkatan khususnya terjadi di negara-negara berkembang dengan peningkatan sampai 50% dari kenaikan seluruh dunia. Saat ini kebutuhan energi setiap harinya di seluruh dunia mencapai 14 triliun watt, atau setara dengan 210 juta barrel minyak. Menurut Internasional Energy Agency (IEA), dari seluruh konsumsi energi tersebut, sumber energi yang dapat diperbarui (renewable) hanya mampu menyumbang 13 persen dari total kebutuhan energi. Total konsumsi energi tersebut diprediksikan akan mengalami peningkatan menjadi sebesar 60 triliun watt untuk memenuhi permintaan energi dari total penduduk dunia yang mencapai 8 miliar jiwa. Hingga tahun 2030, berdasarkan total konsumsi pada tahun 2005 maka diprediksi konsumsi energi dunia mengalami peningkatan sebesar 1,6 persen. Pada Tabel 6.35 berikut disajikan konsumsi energi dunia berdasarkan kawasan.

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 193

Page 194: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Tabel 6.35. Konsumsi energi dunia berdasarkan kawasan (000 triliun BTU)

Kawasan 2005 2010 2015 2020 2025 2030Pertumbuhan

(%)OECD 240,9 249,7 260,5 269,0 277,6 285,9 0,7Amerika Utara 121,3 126,4 132,3 137,8 143,4 148,9 0,8Eropa 81,4 83,9 86,8 88,5 90,4 92,0 0,5Asia 38,2 39,3 41,4 42,7 43,7 44,9 0,7Non-OECD 221,3 262,8 302,5 339,4 374,2 408,8 2,5Eropa & Eurasia 50,7 55,1 59,5 63,3 66,0 69,1 1,2Asia 109,9 137,1 164,2 189,4 215,3 240,8 3,2Timur tengah 22,9 26,4 29,5 32,6 34,7 36,8 1,9Afrika 14,4 16,5 18,9 20,9 22,5 23,9 2,0Amerika Tengah dan Selatan

23,4 27,7 30,5 33,2 35,7 38,3 2,0

Total Dunia 462,2 512,5 563,0 608,4 651,8 694,7 1,6Sumber : EIA, World Energy Projection Plus (2008).

Konsumsi energi tersebut tidak merata di berbagai negara dan masih didominasi oleh negara-negara industri besar seperti Amerika, Cina, Rusia dan Jepang. Sepuluh negara konsumen energi terbesar dunia saat ini adalah Amerika (22,8%), Cina (13,6%), Rusia (6,5%), Jepang (5%), India (3,7%), Jerman (3,2%), Kanada (3%), Perancis (2,6%), Inggris (2,2%) dan Korea Selatan (2,1%). Sisanya sebesar 35,3% terbagi-bagi untuk negara lainnya dalam proporsi yang jauh lebih kecil. Antara satu negara dengan negara lainnya terdapat perbedaan sangat besar untuk sebaran konsumsi energinya. Sebagai contoh, konsumsi energi di Amerika (22,8%) masih lebih besar dibandingkan total seluruh negara di Afrika ditambah dengan negara-negara Timur Tengah dan negara di Amerika selatan yang seluruhnya hanya berjumlah 12,5%. Padahal total produksi minyak bumi dari negara Afrika, Timur Tengah dan Amerika Selatan tersebut jauh lebih besar dibanding produksi Amerika Serikat yang hanya 8,5% dari total produksi minyak dunia.

Kesepuluh negara konsumen energi terbesar tersebut hampir semuanya menjadikan minyak, batubara dan gas alam sebagai penopang utama kebutuhan energinya, meskipun dengan komposisi yang berbeda-beda. Kelima negara yang menjadikan minyak bumi sebagai sumber utama pemenuhan energinya yaitu Amerika Serikat, Jepang, Jerman, Kanada dan Korea Selatan. Federasi Rusia dan Inggris menjadikan gas alam sebagai pemasok terbesar kebutuhan energi dalam negerinya, sementara Cina dan India

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 194

Page 195: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

menggunakan batu bara. Indonesia sendiri, dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia setelah Cina, India, dan Amerika Serikat, berada pada posisi ke-20 pada tingkat konsumsi energi dunia dengan total konsumsi sebesar 1,1% dari total energi dunia.

Pada umumnya, kebijakan energi pada negara konsumen energi terbesar tersebut adalah sama, yaitu mengoptimalkan sumber energi yang mungkin untuk diproduksinya sendiri. Amerika Serikat bersama dengan Jepang dan Korea Selatan tergolong sebagai negara-negara yang masih sangat tergantung pada minyak bumi mengingat konsumsi yang sangat tinggi yaitu lebih dari 40% kebutuhan energinya dipasok oleh minyak. Selain itu juga Amerika Serikat telah mengembangkan berbagai sumber energi lainnya baik berupa gas alam, batu bara, energi nuklir dan biofuel.

Cina dengan pertumbuhan industri baru yang sangat pesat mampu mengembangkan batu bara sebagai sumber energi alternatif agar ketergantungan pada minyak tidak terlalu besar. Meskipun cadangan batu bara Cina tidak sebesar Amerika Serikat, dimana cadangan Amerika mencapai 27,1% dari seluruh cadangan batu bara di dunia sedangkan Cina memiliki 12,6%, namun murahnya harga energi batu bara membuat Cina begitu gencar mengintensifkan penggunaan batu bara untuk kebutuhan energinya. Cina menjadikan batu bara sebagai sumber utama energinya yang mencapai setara 956,9 juta ton minyak. Jumlah konsumsi batu bara yang terbesar di dunia tersebut mampu memasok lebih dari 69% kebutuhan energi dalam negeri Cina. Untuk memenuhi kebutuhan batu bara yang begitu besar, produksi batu bara Cina menjadi sangat luar biasa melebihi konsumsi dalam negerinya yaitu mencapai setara 989,8 juta ton minyak. Produksi ini juga merupakan yang terbesar di dunia yaitu 36,2% dari total produksi batubara di seluruh dunia. Cina juga telah mengembangkan biofuel sebagai alternatif energinya.

Rusia yang memiliki cadangan gas alam terbesar di dunia karena menguasai 26,7% cadangan gas alam dunia, menjadikan gas alam sebagai sumber utama pemenuhan energi dalam negerinya yang mencapai setara 361,8 juta ton minyak atau 54,1% dari total energi yang dikonsumsi oleh Rusia. Perancis memiliki keterbatasan terhadap sumber sumber energi fosil (minyak, batu bara ataupun gas alam), sehingga untuk memenuhi kebutuhan energinya yang besar, selain memperbesar perusahaan minyaknya untuk menjamin suplai minyak dalam negerinya, juga digarap sumber energi nuklir hingga mampu memproduksi setara 101,4 juta ton minyak. Jumlah ini merupakan 16,2% dari total energi nuklir di dunia yang merupakan kedua terbesar setelah Amerika. Di Perancis nuklir menjadi sumber energi utama dibandingkan dengan minyak, gas ataupun batubara. Kanada merupakan negara yang memproduksi energi hydro terbesar di dunia yang mencapai 12% dari seluruh energi hydro di seluruh dunia, sehingga untuk memenuhi kebutuhan

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 195

Page 196: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

energinya Kanada memperbesar konsumsi gas alam dan sumber energi airnya sehingga jumlah keduanya mencapai 51%, jauh diatas konsumsi minyaknya yaitu 32,4%.

6.4.5. Pengembangan Energi Alternatif Terbarukan (Biofuel)Pemakaian bahan bakar berbasis fosil ternyata selain berdampak serius pada

lingkungan seperti pemanasan global, asidifikasi, penipisan lapisan ozon, dan sebagainya (Körbitz, 1999) ternyata juga memiliki masalah, diantaranya yaitu terbatasnya sumber daya alam dan adanya upaya pengontrolan oleh OPEC (Organisation of Exported Countries of Petroleum) yang secara politik tidak stabil selama beberapa dekade terakhir (Commission of the European Communities, 2001). Ketergantungan terhadap bahan bakar fosil sangat tinggi. Untuk menghindari ketergantungan tersebut beberapa negara mulai mengembangkan berbagai sumber energi terbarukan yang tersedia di alam dalam jumlah tak terbatas seperti energi matahari, angin, panas bumi, air dan biomassa.

Peningkatan upaya pengembangan energi terbarukan ini makin diperkuat akibat terjadinya peningkatan harga minyak bumi dunia. Kondisi ini mendorong banyak pihak di berbagai negara untuk mengembangkan berbagai sumber bahan bakar alternatif yang bersifat terbarukan, salah satunya yaitu dengan memanfaatkan bahan baku nabati, yaitu biofuel. Biofuel adalah bahan bakar yang dihasilkan dari bahan organik, berupa minyak yang mudah terbakar yang dihasilkan dari tanaman. Biofuel cair umumnya dikembangkan sebagai bahan bakar kendaraan. Beberapa jenis bahan bakar diantaranya yaitu metanol, etanol, hidrogen, diesel, biodiesel dan bio oil (Hamelincka and Faai, 2006). Biofuel perlu diprioritaskan untuk negara berkembang dan negara industri dengan pertimbangan bahwa biofuel bersifat berkelanjutan (sustainability), mereduksi emisi gas rumah kaca (green house gas), pengembangan regional, struktur sosial dan pertanian, dan keamanan suplai (Demibras, 2007).

Beberapa keuntungan dari pengembangan biofuel adalah sebagai berikut : Karbon yang dihasilkan bersifat netral, sehingga tidak menambah emisi gas rumah

kaca. Emisi rendah; bila dibandingkan dengan bahan bakar fosil, biofuel menghasilkan emisi

yang tidak termasuk dalam gas rumah kaca seperti sulfur dan nitrogen oksida yang lebih rendah.

Dapat menghasilkan pendapatan dari limbah; pemanfaatan limbah untuk biofuel dapat mengeliminir masalah pembuangan limbah seperti biaya landfill, dan lainnya.

Mengurangi biaya energi; boiler biomass dapat menggantikan penggunaan bahan bakar fosil untuk sumber energi.

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 196

Page 197: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Menciptakan lapangan kerja; biofuel dapat menciptakan tenaga kerja permanen dibanding sumber energi lainnya. Pekerjaan ini bahkan baik secara lokal maupun di pedesaan, membantu ekonomi lokal untuk berkembang.

Green power; pembangkit listrik menggunakan biofuel memenuhi persyaratan untuk mendapatkan Renewables Obligation Certificates.

Meningkatkan stabilitas energi dan diversifikasi.

Biofuel telah dikembangkan di banyak negara sebagai salah satu sumber energi untuk subsitusi energi yang berasal dari fosil seperti minyak bumi. Negara-negara seperti Amerika Serikat, Brazil, Korea Selatan, dan Jepang telah melakukan penelitian yang intensif untuk mengembangkan biofuel.

Di Brazil, pengembangan bioetanol bertujuan untuk mengurangi ketergantungan terhadap BBM dari Timur Tengah yang harganya sangat tinggi pada tahun 1970-an. Pemerintah Brazil mengembangkan program industri alcohol/ethanol sebagai bahan substitusi BBM yang disebut Pro-Alcohol Programme. Pengembangan telah dilakukan dalam periode cukup lama dengan dukungan penuh dari pemerintah dalam bentuk regulasi dan insentif. Industri bioetanol di Brazil makin berkembang dengan diterapkannya double switch mechanisms pada industri tebu dan industri otomotif. Pada industri pengolahan tebu, banyak pabrik gula dan pabrik ethanol dibangun secara terintegrasi, dimana pabrik tersebut dapat mengolah tebu untuk menjadi gula atau menjadi ethanol, sesuai dengan dinamika pasar gula dan tebu, secara otomatis. Sementara pada industri otomatif yaitu dengan lahirnya mobil generasi baru tahun 2003 yang dikenal sebagai flexi-fuel car, dimana mobil ini dapat memakai bahan bakar yang murni ethanol, murni BBM, atau campuran keduanya. Ketika tangki mobil tersebut diisi bahan bakar, sebuah chip komputer di tangki mobil tersebut akan menganalis komposisi antara ethanol dan BBM dan selanjutnya mesin bekerja berdasarkan komposisi tersebut. Dari seluruh produksi tebu, perbandingan untuk pemanfaatan sebagai gula dan bioetanol adalah sekitar 50 : 50, baik untuk kebutuhan domestik dan ekspor.

Amerika memproduksi etanol dengan menggunakan bahan baku kedelai dan jagung. Selama setahun, yakni dari Oktober 2005 hingga Oktober 2006, AS mulai membangun 54 pabrik etanol. Penggunaan bahan bakar nabati secara besar-besaran dilakukan. Secara mandatory, pemerintah memerintahkan diproduksinya 133 miliar liter bahan bakar yang dapat diperbaharui dalam kurun waktu 10 tahun yang setara dengan 15% bahan bakar yang dikonsumsi mobil di Amerika. Bahkan sedang dipertimbangkan kebijakan untuk meningkatkannya menjadi 227 miliar liter pada 2030. Biofuel di Amerika Serikat telah didukung oleh 26 negara bagian dalam bentuk peraturan negara bagian, sementara 4

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 197

Page 198: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

negara bagian, yaitu Minnesota, Hawaii, Montana, dan Oregon saat ini telah menerapkan E-10 (bioetanol). Sejak tahun 1979, Amerika Serikat telah menerapkan insentif pajak terhadap pengguna biofuel dalam bentuk Federal Excise Tax Exemption, dan saat ini sedang meningkatkan penggunaan Fuel Flexible Vechicles, dan memberikan insentif terhadap pembangunan SPBU. Amerika Serikat memproduksi besar-besaran etanol sekitar 23 persen dari produksi jagung sesuai dengan Energy Policy Act 2005.

Perkembangan biofuel di Korea, terutama biodiesel, telah dilakukan semenjak tahun 2002 dan diperkirakan konsumsinya meningkat sekitar 0,5% per tahun. Dalam mempromosikan biodiesel, pemerintah Korea pada tahun 2007 telah memberikan tax exemption. Sementara bahan baku untuk biodiesel sekitar 77,3% berasal dari kedelai, dan sisanya berasal dari minyak jelantah (waste oi). Pemerintah Jepang telah melakukan R&D yang intensif dalam bidang biofuel, dan melakukan standarisasi melalui penerapan E-10 dengan mengacu pada standar di negara Eropa. Eropa mensubsidi minyak nabati untuk menghasilkan biodiesel dengan target 5,75 persen pangsa pasar biofuel dalam petroleum dan diesel tahun 2010. Diproyeksikan 1,5 juta ton biji-bijian dan 10 juta ton biji-bijian mengandung minyak menghasilkan bioenergi tahun 2012.

Di Cina, pengembangan biofuel selain untuk mendukung aktivitas perekonomian juga dapat membantu mengatasi polusi yang dihasilkan dari bahan bakar fosil. Untuk tahun 2020, Cina menargetkan penggunaan 15% energi hijau untuk bahan bakar seluruh transportasi dalam negeri (www.usdachina.org), yaitu diproduksi 20 ton biofuel yang terdiri dari 15 ton etanol dan 5 ton biodisel (www.ecoworld.com). Berkaitan dengan hal tersebut, pada Juni 2002, pemerintah Cina mulai membuat peraturan tentang penggunaan bio-etanol yang dicampur dengan bensin. Tahun 2004, pemerintah Cina mulai memperkenalkan penggunaan E10 (10% etanol dicampur dengan bensin) di seluruh wilayah Heilongjiang, Jilin, Liaoning, Henan, dan Anhui (www.usda.gov). Pengembangan etanol di beberapa wilayah di Cina ini lebih banyak menggunakan tanaman pangan, antara lain di wilayah Heilongjiang, Jilin dan Anhui banyak menggunakan jagung, sedangkan di Henan menggunakan gandum. Pada Oktober 2007, Pemerintah Cina juga merencanakan penggunaan singkong sebagai penghasil etanol. Tanaman ini akan dikembangkan di daerah otonom, Guangxi Xhuang. Penggunaan kentang, sorgum, padi, dan lignoselulosa untuk produksi etanol juga sedang dalam penelitian (www.usda.gov).

Indonesia menargetkan tahun 2010 biofuel menggantikan sekitar 10 persen dari konsumsi bahan bakar konvensional. Pengembangan biofuel juga diharapkan bisa memberikan tiga juta lapangan kerja bagi masyarakat sampai 2010, penghematan devisa negara sampai 10 miliar dolar AS serta pemanfaatan 5 juta hektar lahan kritis.

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 198

Page 199: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Pengembangan biodiesel juga dilakukan beberapa negara dengan menggunakan bahan baku berupa minyak kelapa, minyak kelapa sawit, minyak canola, dan sebagainya. Pada umumnya pemakaian energi terbarukan seperti angin, air, tenaga surya dan biofuel masih kecil dibandingkan total pemakaian energi dunia, tetapi rata-rata menunjukkan peningkatan terutama etanol. Biofuel cair seperti bioetanol dan biodiesel sekarang menyuplai sekitar 20 juta ton setara minyak atau sekitar 1 persen dari permintaan bahan bakar kendaraan transportasi global. Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran dimana dalam jangka panjang akan terjadi kompetisi hebat dalam pemanfaatan lahan untuk produksi bioenergi dan pangan. Pasokan pangan yang cukup dikhawatirkan dapat terancam oleh produksi bioenergi jika lahan dan sumber daya produktif lainnya beralih dari budi daya tanaman pangan.

6.4.6. Kenaikan Harga Pangan DuniaKegiatan pemanfaatan hasil-hasil pertanian seperti tebu, gandum, kedelai, singkong,

minyak kelapa, minyak kelapa sawit, minyak canola dan sebagainya untuk bahan baku biofuel (etanol, biodiesel) dianggap menjadi penyebab terjadinya kenaikan harga pangan dunia. Harga-harga pangan dan pakan cenderung meningkat dan menurunkan daya beli riil masyarakat miskin. Bahkan Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia menyatakan kenaikan harga bahan makanan selama ini telah memicu konflik global dan berujung pada kelaparan ratusan ribu penduduk dunia. Menurut Bank Dunia, situasi ini bahkan telah membuat 33 negara terancam keresahan sosial.

Pengaruh pengembangan biofuel terhadap kenaikan harga komoditas pertanian digambarkan sebagai berikut : sebagai contoh yaitu di Amerika yang giat meningkatkan produksi bahan bakar nabati (biofuel) dengan pemanfaatan bahan baku jagung. Produksi jagung Amerika dominan dimanfaatkan untuk minyak biofuel, padahal selama ini jagung menjadi kebutuhan untuk pertanian dan bahan pakan. Peningkatan pemanfaatan jagung untuk biofuel ternyata berdampak pada berkurangnya pasokan untuk menunjang pertanian dan peternakan. Kecenderungan yang ada adalah kebutuhan bahan bakar minyak meningkat tajam, sehingga kebutuhan biofuel juga ikut naik. Kenaikan itu dengan sendirinya menjadi penyebab kenaikan harga jagung. Sisi lain dari kenaikan harga jagung di Amerika adalah banyaknya petani Amerika yang beralih dari menanam kedelai menjadi menanam jagung. Produksi kedelai merosot, sehingga harganya menjadi naik.

Diakui bahwa pemanfaatan hasil-hasil pertanian untuk biofuel berkontribusi dalam meningkatkan harga pangan dunia. Akan tetapi bukan menjadi faktor tunggal penyebab kenaikan. Ada beberapa faktor yang menyebabkan naiknya harga-harga pangan dunia, sebagai berikut :

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 199

Page 200: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

1. Kenaikan harga energiJika tahun 2000 harga minyak mentah US$ 21 per barrel, pada tahun 2008

bahkan sempat menembus angka US$ 130 per barrel. Meroketnya harga energi berdampak langsung pada harga produk pertanian melalui kenaikan biaya input seperti pupuk dan biaya transportasi. Energi merupakan faktor utama penyebab kenaikan harga pangan di dunia.

2. Pengaruh iklimPerubahan iklim yang melanda banyak negara di dunia juga menyumbang pada

naiknya harga produk pangan akibat produksi terganggu. Misalnya, lahan subur di Ukraina yang berkurang setiap tahunnya akibat musim kemarau, penebangan hutan, dan perubahan iklim. Australia juga mengalami kekeringan yang berkepanjangan tahun lalu yang menyebabkan penurunan produksi komoditas pangan 60%. Produksi komoditas pangan China juga turun hingga 10% selama tujuh tahun terakhir.

3. Keseimbangan supply-demandKeseimbangan supply-demand berpengaruh terhadap terjadinya kenaikan harga

komoditas pertanian. Faktor keseimbangan supply-demand juga terjadi pada semua komoditas pertanian dan produk olahannya. Peningkatan harga terjadi karena beberapa negara pengekspor komoditas seperti Thailand sempat mengurangi ekspor berasnya 52% bulan lalu. Peningkatan ini tak hanya terjadi pada komoditas berupa gandum, tetapi juga produk di sektor pertanian seperti beras, jagung, dan kedelai. Negara-negara yang sebelumnya menjadi eksportir makanan secara bebas kini membatasi ekspor. Sikap tersebut diperlihatkan sejumlah produsen pangan seperti Argentina, Brasil, Vietnam, India, dan Mesir yang membatasi ekspor untuk menjamin ketersediaan pangan di negara masing-masing. Hal ini menyebabkan harga pangan meningkat akibat kurangnya suplai, sementara permintaan malah meningkat.

4. Pertumbuhan tingkat kesejahteraanDi India dan China, terjadi peningkatan permintaan produk pangan.

Berpindahnya kelas sosial ratusan juta orang ke kelas menengah di negeri itu menaikkan permintaan akan sumber protein berupa daging dan produk susu. Konsumsi masyarakat China terhadap daging meningkat dari 20 kilogram per tahun per orang pada 1985 menjadi lebih dari 50 kg di 2008. Akibatnya, produk makanan ternak dan produk makanan lain akan semakin mahal.

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 200

Page 201: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

5. Penggunaan untuk keperluan lain (biofuel)Penggunaan bahan pangan untuk keperluan lain juga berakibat pada kenaikan

harga. Selama ini tingginya harga minyak dunia diatasi dengan mensubstitusi energi dengan pemanfaatan bahan bakar nabati (biofuel), sepert jagung dan gula. Akibatnya, harga bahan pangan meningkat tajam. Pada 2006, AS menggunakan 14% total produk pertanian untuk dijadikan bahan bakar ethanol. Pada 2010 angka ini akan mencapai 30%. Ketika produksi hasil pertanian berkurang, harga akan meningkat. Harga CPO pun mengalami peningkatan yang sangat drastis hingga mencapai USD 1200/ton, sebagai dampak dari permintaan dunia akan CPO yang makin meningkat dengan adanya tambahan kebutuhan untuk pengembangan biofuel dari CPO. Idealnya, biofuel akan menjadi ekonomis untuk diproduksi pada saat harga minyak bumi terus melambung tinggi, dengan syarat tidak terjadi kenaikan harga bahan baku. Namun kenaikan minyak bumi tersebut juga diikuti oleh kenaikan harga bahan baku.

6.4.7. Strategi Pengembangan BioenergiTerlepas dari adanya pro-kontra antara food vs fuel, energi alternatif terbarukan

harus tetap dikembangkan dalam rangka mewujudkan ketahanan energi (energy security). Pengembangan energi alaternatif terbarukan ini harus dilakukan secara bijaksana dan bersinergi dengan peningkatan ketahanan pangan dan penurunan kemiskinan. Strategi yang membebaskan manusia dari kemiskinan dan kelaparan, yang sekaligus menimbulkan kebangkitan pertanian dan memasok energi ke negara-negara miskin.

Beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk pengembangan energi alternatif terbarukan adalah sebagai berikut :1. Pemanfaatan bahan baku yang tidak bersaing dengan kebutuhan pangan

Bahan baku yang dikembangkan adalah yang bernilai ekonomis rendah dan tidak digunakan sebagai bahan pangan, akan tetapi mampu menghasilkan produk yang bernilai sangat tinggi. Bahan baku yang dimaksud diantaranya yaitu minyak nabati yang masuk kategori non edible oil yang belum termanfaatkan (jarak pagar, nyamplung dan lainnya), limbah-limbah hasil pertanian dan perkebunan atau biomassa dan sebagainya, dengan produk yang dihasilkan seperti biomass padatan, bio kerosene (untuk aircraft), biogas (untuk dedicated power plants), bio methane, bio diesel, bio oil (light fuel oil) dan methanol/ethanol. Pada Gambar 6.40 disajikan rantai pengembangan biofuel berbasis biomassa oleh UK MARKAL.

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 201

Page 202: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

2. Pengaturan dan pemetaan lahanPengaturan lahan dilakukan dengan memetakan secara jelas dan tepat

peruntukannya antara untuk pangan dan energi. Lahan-lahan subur diutamakan bagi tanaman untuk pangan, sementara tanaman penghasil biofuel diutamakan pada lahan kritis dan marginal. Dengan pengaturan peruntukan lahan ini, diharapkan ke depannya tidak ada lagi kekhawatiran akan terjadinya perebutan lahan antara pangan dan energi.

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 202

Page 203: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Gambar 6.40. Diagram pengembangan biofuel dari biomassa (UK MARKAL)

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 203

Page 204: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

3. Regulasi pemanfaatan bahan pangan untuk bioenergi Perlu dibuat suatu kebijakan dan aturan yang jelas dalam hal pemanfaatan

bahan pangan untuk kebutuhan energi alternatif terbarukan. Penetapan komposisi pemanfaatan bahan pangan untuk pangan dan energi diperlukan dalam rangka menstabilkan ketahanan pangan namun tanpa mengorbankan ketahanan energi. Sehingga ketahanan pangan dan energi berjalan selaras dan saling mendukung.

4. Penetapan pajak bagi lahan menganggurEfektifitas penggunaan lahan perlu dilakukan, baik untuk kebutuhan energi

maupun pangan. Hal ini dilakukan dengan mengeluarkan peraturan untuk mengenakan pajak pada lahan-lahan yang menganggur. Dengan adanya ketentuan pajak ini diharapkan lahan-lahan yang ada dapat dioptimalkan pemanfaatannya baik untuk pangan maupun energi sesuai dengan jenis dan kondisi lahannya.

5. Pengembangan sistem bioenergi skala mikroPenyebaran sistem bioenergi skala kecil yang berpotensi menyediakan energi

dengan biaya murah khususnya di daerah terpencil perlu dilakukan untuk meningkatkan peluang kerja dan pertumbuhan ekonomi serta menurunkan risiko kesehatan yang berkaitan dengan mengumpulkan kayu bakar dan asap. Untuk itu diperlukan investasi pedesaan dengan pengembangan infrastruktur, teknologi yang resource based guna memanfaatkan keunggulan komparatif, kelembagaan, kredit, dan akses pasar bahan baku.

6. Kebijakan harga Perlu dilakukan pengaturan harga untuk komoditas pertanian yang akan

dimanfaatkan sebagai pangan dan energi. Kebijakan harga pangan dan energi yang mendukung akan mengakibatkan usaha pertanian, peternakan, dan perkebunan menguntungkan.

6.5. Analisis Prioritas Pengembangan Bahan Baku BBN dengan AHPUntuk pemilihan jenis tanaman yang potensial dikembangkan sebagai bahan baku BBN maka kriteria yang harus dipertimbangkan adalah Kemudahan budidaya, Dukungan infrastruktur, Dukungan masyarakat setempat, Kebijakan Pemerintah, Ketersediaan bahan baku, Nilai ekonomis, Dukungan teknologi, Aspek pasar dan pemasaran. Pada analisis AHP ini akan dilakukan di 14 daerah survei dan akan dilakukan juga prioritas

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 204

Page 205: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

secara nasional untuk bahan baku Biodiesel/PPO dan Bioetanol. Bahan baku BBN yang potensial (tiga prioritas) akan diteruskan pembahasannya dalam kelayakan pengembangan. 6.2.1. Prioritas Pengembangan Bahan Baku Biodiesel/PPO dengan AHP

a. Provinsi Sulawesi SelatanKriteria yang dipertimbangkan dalam memilih jenis tanaman yang potensial

dikembangkan sebagai bahan baku biodiesel /PPO adalah Kemudahan budidaya, Dukungan infrastruktur, Dukungan masyarakat setempat, Kebijakan Pemerintah, Ketersediaan bahan baku, Nilai ekonomis, Dukungan teknologi, Aspek pasar dan pemasaran. Dalam pemilihan bahan baku biodiesel yang potensial digunakan metode Analytical Hirarchy Process (AHP).

Hierarki pemilihan bahan baku biodiesel yang potensial dikembangkan disusun dalam tiga tingkatan. Pertama fokus, yaitu pemilihan bahan baku biodiesel potensial. Kedua kriteria, yaitu Kemudahan budidaya, Dukungan terhadap keamanan pangan, Dukungan infrastruktur dan masyarakat setempat, Kebijakan Pemerintah, Ketersediaan bahan baku, Nilai ekonomis, Dukungan teknologi, Aspek pasar dan pemasaran. Tingkat ketiga adalah alternatif, yaitu Kelapa sawit, kelapa (dalam dan hibrida), kapuk, Jarak Pagar, jagung.

Lima Komoditas di atas diambil berdasarkan data BPS tahun 2007. Hirarki pengambilan keputusan dan hasil analisis pengolahan data pemilihan bahan baku Biodiesel potensial menggunakan metode AHP selengkapnya dapat dilihat pada Gambar berikut.

FOKUS

KRITERIA

ALTERNATIF

Gambar 6.41. Hirarki pemilihan bahan baku biodiesel potensial Provinsi Sulawesi Selatan

Keterangan :

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 205

PEMILIHAN BAHAN BAKU BIODIESEL POTENSIAL DI SULAWESI SELATAN

A B C D E F G H

Kelapa sawit Kelapa Kapuk Jarak Pagar Jagung

Page 206: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Fokus : Pemilihan Bahan Baku Biodiesel PotensialKriteria:

A = Kemudahan budidayaB = Dukungan terhadap keamanan panganC = Dukungan infrastruktur dan masyarakat setempatD = Kebijakan Pemerintah dan kompetensi DaerahE = Ketersediaan bahan bakuF = Nilai ekonomisG = Dukungan teknologiH = Aspek pasar dan pemasaran

Hasil analisis AHP dengan menggunakan Software Criterium Decison Plus (CDP) menunjukkan bahwa Jarak adalah bahan baku yang paling potensial dengan bobot 0,389, kemudian urutan kedua Kelapa Sawit dengan bobot 0,231, urutan ketiga, keempat dan kelima adalah Kelapa, Kapuk dan Jagung. Hasil analisis dengan CDP tampilan score pada hasil olahan data dapat dilihat pada Gambar 6.42 dan Tabel 6.36.

Gambar 6.42. Hasil Analisis AHP dengan CDP untuk pemilihan bahan baku biodiesel potensial di Provinsi Sulawesi Selatan

Tabel 6.36. Hasil prioritas pemilihan bahan baku potensial di Sulawesi SelatanNo Uraian Bobot Prioritas

1Fokus: Prioritas pemilihan bahan baku biodiesel potensial di Sulawesi Selatan 1,000

2 Kriteria :

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 206

Page 207: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Kemudahan budidaya 0,111 7 Dukungan terhadap kemanan pangan 0,151 1 Dukungan infrastruktur dan masyarakat setempat 0,120 6 Kebijakan Pemerintah dan kompetensi Daerah 0,131 3 Ketersediaan bahan baku 0,122 5 Nilai ekonomis 0,137 2 Dukungan teknologi 0,101 8 Aspek pasar dan pemasaran 0,127 4

3 Alternatif: 1 Kelapa sawit 0,231 2 2 Jarak 0,389 1 3 Kelapa 0,193 3 4 Kapuk 0,105 4 5 Jagung 0.082 5

Hasil AHP ini perlu diperkuat dengan pemetaan bahan baku yang ada dan potensi pengembangannya dan akan diverifikasi lagi di FGD untuk mendapatkan masukan dari berbagai stakeholder.

b. Provinsi Sulawesi Utara

Berdasarkan kriteria yang sama dilakukan pengolahan dengan CDP maka hasil pemilihan bahan baku biodiesel yang potensial berdasarkan prioritas terbaik di Sulawesi utara adalah kelapa, jarak, jagung, kedelai dan kacang tanah dan dapat dilihat pada Gambar berikut.

Gambar 6.43. Hasil Analisis AHP dengan CDP untuk pemilihan bahan baku biodiesel potensial di Provinsi Sulawesi Utara

c. Provinsi Gorontalo

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 207

Page 208: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Berdasarkan kriteria yang sama dilakukan pengolahan dengan CDP maka hasil pemilihan bahan baku biodiesel yang potensial berdasarkan prioritas terbaik di provinsi Gorontalo adalah Jarak, Kelapa, kapuk, jagung dan kemiri dan dapat dilihat pada Gambar berikut.

Gambar 6.44. Hasil Analisis AHP dengan CDP untuk pemilihan bahan baku biodiesel potensial di Provinsi Gorontalo

d. Provinsi Sumatra Utara

Berdasarkan kriteria yang sama dilakukan pengolahan dengan CDP maka hasil pemilihan bahan baku biodiesel yang potensial berdasarkan prioritas terbaik di Sumatra Utara adalah kelapa sawit, jarak, kelapa, kapuk dan karet dan dapat dilihat pada Gambar berikut.

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 208

Page 209: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Gambar 6.45. Hasil Analisis AHP dengan CDP untuk pemilihan bahan baku biodiesel potensial di Provinsi Sumatra Utara

e. Provinsi Sumatra Selatan

Berdasarkan kriteria yang sama dilakukan pengolahan dengan CDP maka hasil pemilihan bahan baku biodiesel yang potensial berdasarkan prioritas terbaik di Sumatra Selatan adalah kelapa sawit, jarak, kelapa, karet dan kapuk dan dapat dilihat pada Gambar berikut.

Gambar 6.46. Hasil Analisis AHP dengan CDP untuk pemilihan bahan baku biodiesel potensial di Provinsi Sumatra Selatan

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 209

Page 210: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

f. Provinsi Lampung

Berdasarkan kriteria yang sama dilakukan pengolahan dengan CDP maka hasil pemilihan bahan baku biodiesel yang potensial berdasarkan prioritas terbaik di Provinsi Lampung adalah kelapa, jarak, jagung, kapuk dan karet dan dapat dilihat pada Gambar berikut..

Gambar 6.47. Hasil Analisis AHP dengan CDP untuk pemilihan bahan baku biodiesel potensial di Provinsi Lampung

g. Provinsi Bengkulu

Berdasarkan kriteria yang sama dilakukan pengolahan dengan CDP maka hasil pemilihan bahan baku biodiesel yang potensial berdasarkan prioritas terbaik di Bengkulu adalah kelapa sawit, jarak, kelapa, kapuk dan karet dan dapat dilihat pada Gambar berikut.

Gambar 6.48. Hasil Analisis AHP dengan CDP untuk pemilihan bahan baku biodiesel potensial di Provinsi Bengkulu

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 210

Page 211: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

h. Provinsi Kalimantan Timur

Berdasarkan kriteria yang sama dilakukan pengolahan dengan CDP maka hasil pemilihan bahan baku biodiesel yang potensial berdasarkan prioritas terbaik di Kalimantan Timur adalah kelapa, sawit, jarak, kelapa, karet, kacang tanah dapat dilihat pada Gambar berikut.

Gambar 6.49. Hasil Analisis AHP dengan CDP untuk pemilihan bahan baku biodiesel potensial di Provinsi Kalimantan Timur

i. Provinsi Jawa Timur

Berdasarkan kriteria yang sama dilakukan pengolahan dengan CDP maka hasil pemilihan bahan baku biodiesel yang potensial berdasarkan prioritas terbaik di Jawa Timur adalah Jarak, Kapuk, Kelapa, karet, Kacang tanah dan dapat dilihat pada Gambar berikut..

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 211

Page 212: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Gambar 6.50. Hasil Analisis AHP dengan CDP untuk pemilihan bahan baku biodiesel potensial di Provinsi Jawa Timur

j. Provinsi Jawa Tengah

Berdasarkan kriteria yang sama dilakukan pengolahan dengan CDP maka hasil pemilihan bahan baku biodiesel yang potensial berdasarkan prioritas terbaik di Jawa Timur adalah Jarak, kelapa, Nyamplung, kauk dan karet dan dapat dilihat pada Gambar berikut.

Gambar 6.51. Hasil Analisis AHP dengan CDP untuk pemilihan bahan baku biodiesel potensial di Provinsi Jawa Tengah

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 212

Page 213: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

k. Provinsi Jawa Barat

Berdasarkan kriteria yang sama dilakukan pengolahan dengan CDP maka hasil pemilihan bahan baku biodiesel yang potensial berdasarkan prioritas terbaik di Jawa Barat adalah kelapa sawit, jarak, kelapa, karet dan kapuk dan dapat dilihat pada Gambar berikut.

Gambar 6.52. Hasil Analisis AHP dengan CDP untuk pemilihan bahan baku biodiesel potensial di Provinsi Jawa Barat

l. Provinsi Nusa Tenggara Timur

Berdasarkan kriteria yang sama dilakukan pengolahan dengan CDP maka hasil pemilihan bahan baku biodiesel yang potensial berdasarkan prioritas terbaik di Nusa Tenggara Timur adalah Jarak, kelapa, kapuk, kacang tanah, jambu mete dan dapat dilihat pada Gambar berikut..

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 213

Page 214: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Gambar 6.53. Hasil Analisis AHP dengan CDP untuk pemilihan bahan baku biodiesel potensial di Provinsi Nusa Tenggara Timur

m. Provinsi Nusa Tenggara Barat

Berdasarkan kriteria yang sama dilakukan pengolahan dengan CDP maka hasil pemilihan bahan baku biodiesel yang potensial berdasarkan prioritas terbaik di Nusa Tenggara Barat adalah Jarak, kelapa, kapuk, kacang tanah, wijen dan dapat dilihat pada Gambar berikut..

Gambar 6.54. Hasil Analisis AHP dengan CDP untuk pemilihan bahan baku biodiesel potensial di Provinsi Nusa Tenggara Barat

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 214

Page 215: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

n. Papua

Berdasarkan kriteria yang sama dilakukan pengolahan dengan CDP maka hasil pemilihan bahan baku biodiesel yang potensial berdasarkan prioritas terbaik di Papua adalah kelapa sawit, jarak, kelapa, kapuk dan karet dan dapat dilihat pada Gambar berikut.

Gambar 6.55. Hasil Analisis AHP dengan CDP untuk pemilihan bahan baku biodiesel potensial di Papua

o. Nasional

Berdasarkan kriteria yang sama dilakukan pengolahan dengan CDP maka hasil pemilihan bahan baku biodiesel yang potensial berdasarkan prioritas terbaik di tingkat nasional adalah kelapa sawit, jarak, kelapa, kapuk, nyamplung dan dapat dilihat pada Gambar berikut.

Gambar 6.56. Hasil Analisis AHP dengan CDP untuk pemilihan bahan baku biodiesel potensial tingkat Nasional

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 215

Page 216: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Untuk minyak kelapa dan kelapa sawit adalah merupakan minyak pangan dan saat ini harganya cukup tinggi. Untuk kelayakan pengembangan bahan baku Biodiesel akan dibuat kelayakan pengembangannya untuk 5 jenis minyak dengan berbagai asumsi dan kapasitas.

6.2.2. Prioritas Pengembangan Bahan Baku Bioetanol dengan AHP

a. Sulawesi SelatanKriteria yang dipertimbangkan dalam memilih jenis tanaman yang potensial

dikembangkan sebagai bahan baku bioetanol adalah Kemudahan budidaya, Dukungan terhadap kemanan pangan, dukungan infrastruktur dan masyarakat setempat, Kebijakan Pemerintah, Ketersediaan bahan baku, Nilai ekonomis, Dukungan teknologi, Aspek pasar dan pemasaran. Dalam pemilihan bahan baku bioetanol potensial digunakan metode Analytical Hirarchy Process (AHP).

Hieraki pemilihan bahan baku bioetanol yang potensial dikembangkan disusun dalam tiga tingkatan. Pertama fokus, yaitu pemilihan bahan baku bioetanol potensial. Kedua kriteria, yaitu Kemudahan budidaya, Dukungan terhadap kemanan pangan, dukungan infrastruktur dan masyarakat setempat, Kebijakan Pemerintah, Ketersediaan bahan baku, Nilai ekonomis, Dukungan teknologi, Aspek pasar dan pemasaran. Tingkat ketiga adalah alternatif, yaitu Sagu, Singkong, Jagung, Nira dan ubi jalar.

Lima Komoditas di atas diambil berdasarkan data BPS tahun 2007. Hirarki pengambilan keputusan dan hasil analisis pengolahan data pemilihan bahan baku Bioetanol potensial menggunakan metode AHP selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 6.57.

FOKUS

KRITERIA

ALTERNATIF

Gambar 6.57. Hirarki pemilihan bahan baku biodiesel potensial Provinsi Sulawesi Selatan

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 216

PEMILIHAN BAHAN BAKU BIOETANOL POTENSIAL DI SULAWESI SELATAN

A B C D E F G H

Sagu Singkong Jagung Nira Ubi Jalar

Page 217: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Keterangan :Fokus : Pemilihan Bahan Baku Bioetanol PotensialKriteria:

A = Kemudahan budidayaB = Dukungan terhadap kemanan panganC = Dukungan infrastruktur dan masyarakat setempatD = Kebijakan Pemerintah dan kompetensi DaerahE = Ketersediaan bahan bakuF = Nilai ekonomisG = Dukungan teknologiH = Aspek pasar dan pemasaran

Hasil analisis AHP dengan menggunakan Software Criterium Decison Plus (CDP) menunjukkan bahwa Singkong adalah bahan baku yang paling potensial dengan bobot 0,328, kemudian urutan kedua jagung dengan bobot 0,251, urutan ketiga, keempat dan kelima adalah Sagu, Nira dan ubi jalar. Hasil analisis dengan CDP tampilan score pada hasil olahan data dapat dilihat pada Gambar 6.58 dan Tabel 6.37.

Gambar 6.58. Hasil Analisis AHP dengan CDP untuk pemilihan bahan baku bioetanol potensial di Provinsi Sulawesi Selatan

Tabel 6.37. Hasil prioritas pemilihan bahan baku bioetanol potensial di Sulawesi SelatanNo Uraian Bobot Prioritas

1Fokus: Prioritas pemilihan bahan baku bioetanol potensial di Sulawesi Selatan 1,000

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 217

Page 218: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

2 Kriteria : Kemudahan budidaya 0,111 7 Dukungan terhadap kemanan pangan 0,151 1 Dukungan infrastruktur dan masyarakat setempat 0,120 6 Kebijakan Pemerintah 0,131 3 Ketersediaan bahan baku 0,122 5 Nilai ekonomis 0,137 2 Dukungan teknologi 0,101 8 Aspek pasar dan pemasaran 0,127 4

3 Alternatif: 1 Sagu 0,195 3 2 Singkong 0,328 1 3 Jagung 0,251 2 4 Nira 0,132 4 5 Ubi Jalar 0.094 5

Hasil AHP ini perlu diperkuat dengan pemetaan bahan baku yang ada dan potensi pengembangannya dan akan diverifikasi lagi di FGD untuk mendapatkan masukan dari berbagai stakeholder.

b. Sulawesi Utara

Berdasarkan kriteria yang sama dilakukan pengolahan dengan CDP maka hasil pemilihan bahan baku bioetanol yang potensial berdasarkan prioritas terbaik di Sulawesi Utara adalah Singkong, Nira, Jagung, Ubi jalar, Aren dan dapat dilihat pada Gambar berikut.

Gambar 6.60. Hasil Analisis AHP dengan CDP untuk pemilihan bahan baku bioetanol potensial di Provinsi Sulawesi Utara

c. Gorontalo

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 218

Page 219: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Berdasarkan kriteria yang sama dilakukan pengolahan dengan CDP maka hasil pemilihan bahan baku bioetanol yang potensial berdasarkan prioritas terbaik di Gorontalo adalah Singkong, Nira, Jagung, Ubi jalar, Aren dan dapat dilihat pada Gambar berikut.

Gambar 6.61. Hasil Analisis AHP dengan CDP untuk pemilihan bahan baku bioetanol potensial di Provinsi Gorontalo

d. Sumatra Utara

Berdasarkan kriteria yang sama dilakukan pengolahan dengan CDP maka hasil pemilihan bahan baku bioetanol yang potensial berdasarkan prioritas terbaik di Sumatra Utara adalah Singkong, Jagung, tebu, TKKS dan Nira dan dapat dilihat pada Gambar berikut.

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 219

Page 220: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Gambar 6.62. Hasil Analisis AHP dengan CDP untuk pemilihan bahan baku bioetanol potensial di Provinsi Sumatra Utara

e. Sumatra Selatan

Berdasarkan kriteria yang sama dilakukan pengolahan dengan CDP maka hasil pemilihan bahan baku bioetanol yang potensial berdasarkan prioritas terbaik di Sumatra Selatan adalah Singkong, TKKS, Tebu, Ubi Jalar dan Jagung dan dapat dilihat pada Gambar berikut.

Gambar 6.63. Hasil Analisis AHP dengan CDP untuk pemilihan bahan baku bioetanol potensial di Provinsi Sumatra Selatan

f. Lampung

Berdasarkan kriteria yang sama dilakukan pengolahan dengan CDP maka hasil pemilihan bahan baku bioetanol yang potensial berdasarkan prioritas terbaik di Lampung adalah Singkong, Tebu, Jagung, Ubi jalar dan Nira dan dapat dilihat pada Gambar berikut.

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 220

Page 221: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Gambar 6.64. Hasil Analisis AHP dengan CDP untuk pemilihan bahan baku bioetanol potensial di Provinsi Lampung

g. Bengkulu

Berdasarkan kriteria yang sama dilakukan pengolahan dengan CDP maka hasil pemilihan bahan baku bioetanol yang potensial berdasarkan prioritas terbaik di Bengkulu adalah Singkong, Tebu, Jagung, Ubi Jalar, Nira dan dapat dilihat pada Gambar berikut.

Gambar 6.65. Hasil Analisis AHP dengan CDP untuk pemilihan bahan baku bioetanol potensial di Provinsi Bengkulu

h. Kalimantan Timur

Berdasarkan kriteria yang sama dilakukan pengolahan dengan CDP maka hasil pemilihan bahan baku bioetanol yang potensial berdasarkan prioritas terbaik di Kalimantan Timur adalah Singkong, Jagung, Sagu, Nira, Ubi jalar dan dapat dilihat pada Gambar berikut.

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 221

Page 222: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Gambar 6.66. Hasil Analisis AHP dengan CDP untuk pemilihan bahan baku bioetanol potensial di Provinsi Sulawesi Utara

i. Jawa Timur

Berdasarkan kriteria yang sama dilakukan pengolahan dengan CDP maka hasil pemilihan bahan baku bioetanol yang potensial berdasarkan prioritas terbaik di Jawa Timur adalah Singkong, Tebu, Molases, Bagase, Jagung dan dapat dilihat pada Gambar berikut.

Gambar 6.67. Hasil Analisis AHP dengan CDP untuk pemilihan bahan baku bioetanol potensial di Provinsi Jawa Timur

j. Jawa Tengah

Berdasarkan kriteria yang sama dilakukan pengolahan dengan CDP maka hasil pemilihan bahan baku bioetanol yang potensial berdasarkan prioritas terbaik di Jawa Tengah adalah Singkong, Tebu, Molases, Bagase, Jagung dan dapat dilihat pada Gambar berikut.

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 222

Page 223: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Gambar 6.68. Hasil Analisis AHP dengan CDP untuk pemilihan bahan baku bioetanol potensial di Provinsi Sulawesi Utara

k. Jawa Barat

Berdasarkan kriteria yang sama dilakukan pengolahan dengan CDP maka hasil pemilihan bahan baku bioetanol yang potensial berdasarkan prioritas terbaik di Jawa Barat adalah Singkong, Molases, Tebu, TKKS dan Jagung dan dapat dilihat pada Gambar berikut.

Gambar 6.69. Hasil Analisis AHP dengan CDP untuk pemilihan bahan baku bioetanol potensial di Provinsi Jawa Barat

l. Nusa Tenggara Timur

Berdasarkan kriteria yang sama dilakukan pengolahan dengan CDP maka hasil pemilihan bahan baku bioetanol yang potensial berdasarkan prioritas terbaik di Nusa Tenggara

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 223

Page 224: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Timur adalah Singkong, Lontar, Nira, ubi jalar, padi dan dapat dilihat pada Gambar berikut.

Gambar 6.70. Hasil Analisis AHP dengan CDP untuk pemilihan bahan baku bioetanol potensial di Provinsi Nusa Tenggara Timur

m. Nusa Tenggara Barat

Berdasarkan kriteria yang sama dilakukan pengolahan dengan CDP maka hasil pemilihan bahan baku bioetanol yang potensial berdasarkan prioritas terbaik di Nusa Tenggara Barat adalah Singkong, Tebu, Nira, Jagung Ubi jalar dan dapat dilihat pada Gambar berikut.

Gambar 6.71. Hasil Analisis AHP dengan CDP untuk pemilihan bahan baku bioetanol potensial di Provinsi Nusa Tenggara Barat

n. Papua

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 224

Page 225: Draft Buku Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN

LAPORAN PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Berdasarkan kriteria yang sama dilakukan pengolahan dengan CDP maka hasil pemilihan bahan baku bioetanol yang potensial berdasarkan prioritas terbaik di Papua adalah Singkong, Sagu, Tebu, TKKS dan Jagung dan dapat dilihat pada Gambar berikut.

Gambar 6.72. Hasil Analisis AHP dengan CDP untuk pemilihan bahan baku bioetanol potensial di Papua

o. Nasional

Berdasarkan kriteria yang sama dilakukan pengolahan dengan CDP maka hasil pemilihan bahan baku bioetanol yang potensial berdasarkan prioritas terbaik di tingkat Nasional adalah Singkong, Tebu, Jagung, Nira, Sagu dan dapat dilihat pada Gambar berikut.

Gambar 6.73. Hasil Analisis AHP dengan CDP untuk pemilihan bahan baku bioetanol potensial di tingkat Nasional

© 2008 | DAVID BUDI SAPUTRA KAJIAN LITERATUR - 225