draft jadi pkp.doc
DESCRIPTION
penyuluhanTRANSCRIPT
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sektor pertanian hingga kini masih memiliki peranan yang strategis
dalam pembangunan nasional, baik bagi pertumbuhan ekonomi maupun
pemerataan pembangunan. Peran strategis sektor pertanian bagi pertumbuhan
ekonomi antara lain: penyedia pangan bagi penduduk Indonesia, penghasil
devisa negara melalui ekspor, penyedia bahan baku industri, peningkatan
kesempatan kerja dan usaha, pengentasan kemiskinan dan perbaikan SDM.
Penyuluhan pertanian di Indonesia telah memberikan sumbangan yang
sangat signifikan pada pencapaian dari berbagai program pembangunan
pertanian. Sebagai contoh melalui program Bimbingan Massal (Bimas)
penyuluh pertanian dapat mengantarkan bangsa Indonesia mencapai
swasembada beras pada tahun 1984.
Penyuluhan pertanian diakui telah banyak memberikan sumbangan
pada keberhasilan pembangunan pertanian di Indonesia. Penyuluhan telah
berhasil menyampaikan berbagai inovasi pertanian kepada petani dengan
segala metodenya sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan
petani serta dapat mengubah sikap petani menjadi mau dan mampu
menerapkan inovasi baru.
Kegiatan penyuluhan pertanian merupakan suatu upaya agar informasi
atau inovasi yang diberikan oleh penyuluh dapat diterima oleh penerima
manfaat dan dapat diadopsi sehingga mampu merubah perilaku penerima
manfaat. Kegiatan penyuluhan memerlukan metode dan teknik agar apa yang
disampaikan dapat diterima dan dipahami oleh penerima manfaat. Prinsip
pemilihan metode dan teknik dalam penyuluhan disesuaikan dengan keadaan
masyarakat penerima manfaat. Metode penyuluhan seringkali digolongkan
menurut target orang yang menghadiri kegiatan penyuluhan yang dilakukan
oleh penyuluh lapangan. Penggolongan metode penyuluhan ini dapat
digolongkan menjadi 3 yaitu metode perseorangan, metode kelompok, dan
metode massa.
B. Tujuan Praktikum
Pelaksanaan praktikum Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian ini
bertujuan agar :
1. Mahasiswa mengetahui secara langsung praktik kegiatan penyuluhan
pertanian yang dilakukan oleh Penyuluh Pertanian Lapang (PPL).
2. Mahasiswa mampu menyusun materi penyuluhan secara tepat berdasarkan
kebutuha sasaran, lengkap dengan alat bantu dan alat peraganya.
C. Manfaat Praktikum
Pelaksanaan praktikum Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian ini
memberikan banyak manfaat terutama bagi mahasiswa, masyarakat dan
pemerintah.
1. Petani
Manfaat diadakannya praktikum Penyuluhan dan Komunikasi
Pertanian bagi petani adalah sebagai berikut:
a. Menambah pengetahuan dan keterampilan petani dalam dunia
pertanian.
b. Dengan adanya penjelasan, analisis, dan evaluasi dari penyuluh, petani
dapat memecahkan masalah yang sedang dihadapinya dalam dunia
pertanian.
c. Memacu masyarakat petani untuk lebih berani mencoba teknologi baru
demi meningkatkan hasil pertanian mereka.
2. Mahasiswa
Manfaat diadakannya praktikum Penyuluhan dan Komunikasi
Pertanian bagi mahasiswa adalah sebagai berikut :
a. Mahasiswa menjadi terampil dalam berkomunikasi.
b. Mahasiwa dapat menganalisis suatu permasalahan petani di lapang dan
berupaya mencari solusi yang tepat.
c. Menambah wawasan dan pengalaman.
3. Pemerintah
Manfaat diadakan praktikum dan keterampilan penyuluhan bagi
pemerintah adalah sebagai berikut :
a. Dapat menambah referensi baru mengenai permasalahan para petani
yang nantinya memudahkan pemerintah dalam pengambilan kebijakan.
b. Mempermudah pemerintah dalam melihat kondisi petani di tempat
tersebut.
c. Membantu melancarkan program penyuluhan pertanian.
II. LANDASAN TEORI
A. Penyuluhan Pertanian
Penyuluhan pertanian adalah suatu kegiatan pendidikan non formal
bagi petani dan keluarganya sebagai wujud jaminan pemerintah atas hak
petani untuk mendapatkan pendidikan. Undang-undang No.16 Tahun 2006
tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan ( SP3K),
menyatakan bahwa pengertian penyuluhan merupakan proses pembelajaran
bagi pelaku utama pertanian serta pelaku usaha agar mau dan mampu
menolong serta mengorganisasikan pelaku-pelaku tersebut dalam
mengakses informasi-informasi pasar, teknologi, permodalan dan sumber
daya lainnya sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi
usaha, pendapatan dan kesejahteraannya serta meningkatkan kesadaran
dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup (Deptan, 2008).
Penyuluhan pertanian bagian dari suatu sistem pembangunan
pertanian yang merupakan sistem pendidikan di luar sekolah (pendidikan non
formal) bagi petani beserta keluarganya dan anggota masyarakat lainnya yang
terlibat dalam pembangunan pertanian tersebut. Dengan demikian penyuluhan
pertanian adalah suatu upaya untuk menciptakan iklim yang kondusif guna
membantu petani beserta keluarganya agar dapat berkembang menjadi
dinamis serta mampu memperbaiki kehidupannya dengan kekuatan sendiri
yang pada akhirnya mampu menolong dirinya sendiri untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya (Subagyo, 2008).
Menurut Undang-undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem
Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan menyatakan bahwa
penyuluhan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha
agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya
dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya
lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha,
pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam
pelestarian fungsi lingkungan hidup. Berdasarkan pengertian tersebut
penyuluhan memegang peran strategis terhadap peningkatan kesejahteraan
dan partisipasi pelaku utama dalam pembangunan daerah dan nasional
(BPKP, 2006).
Penyuluhan pertanian merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
proses pembangunan/pengembangan masyarakat dalam arti luas. Dalam
praktek, pendidikan selalu dikonotasikan sebagai kegiatan pengajaran yang
bersifat “menggurui” yang membedakan status antara guru/pendidik yang
selalu “lebih pintar” dengan murid/ peserta didik yang harus menerima apa
saja yang diajarkan oleh guru/pendidiknya. Pemangku kepentingan
(stakeholders) agribisnis tidak terbatas hanya petani dan keluarganya
(Arif, 2009).
B. Metode dan Teknik Penyuluhan
1. Metode Penyuluhan
Metode Penyuluhan Pertanian adalah cara penyampaian materi
(isi pesan) penyuluhan pertanian oleh penyuluh pertanian kepada petani
beserta anggota keluarganya baik secara langsung maupun tidak
langsung agar mereka tahu, mau, dan mampu menggunakan inovasi baru.
Umumnya pesan terdiri dari sejumlah simbol dan isi pesan inilah yang
memperoleh perlakuan. Bentuk perlakuan tersebut memilih, menata,
menyederhanakan, menyajikan, dll. Dilain pihak simbol dapat diartikan
kode-kode yang digunakan pada pesan. Simbol yang mudah diamati dan
paling banyak digunakan yaitu bahasa. Keputusan-keputusan yang dibuat
oleh penyuluh pertanian atau sumber untuk memilih serta menata isi
pesan dan simbol yang digunakan pada pesan dapat dikatakan teknik
penyuluhan pertanian (Hadi, 2007).
Metode penyuluhan pertanian dapat diartikan sebagai cara atau
teknik penyampaian materi penyuluhan kepada pelaku utama dan pelaku
usaha (kelayan) beserta keluarganya baik secara langsung maupun tidak
langsung agar mereka lebih mudah memahami dan dapat mempermudah
penerapan suatu inovasi. Penggunaan metode penyuluhan dapat dibedakan
menjadi beberapa golongan berdasarkan: teknik komonikasi, jumlah
sasaran dan indera penerima dari sasaran (Sumardi, 2005).
Metode penyuluhan pertanian dapat diartikan sebagai cara atau
teknik penyampaian materi penyuluhan kepada pelaku utama dan pelaku
usaha beserta keluarganya baik secara langsung maupun tidak langsung
agar mereka lebih mudah memahami dan dapat mempermudah penerapan
suatu inovasi. Dengan metode penyuluhan, penyampaian materi
penyuluhan dapat dilakukan secara sistematis, sehingga materi tersebut
dapat dimengerti dan diterima sasaran (Adrianto, 2009).
Metode penyuluhan dapat digolongkan kedalam 2 (dua) golongan
yaitu metoda-metoda yang langsung (direct Communication/face to face
Communication) dan metoda-metoda yang tidak langsung (indirect
Communication). Penggolongan berdasarkan hubungan jumlah dan
penggolongan dari sasaran adalah metoda berdasarkan perorangan, misal
kunjungan ke rumah petani, surat menyurat secara perorangan,
demonstrasi pilot, belajar perorangan, serta belajar praktek
(Suhardiyono, 2009).
2. Teknik Penyuluhan
Teknik penyuluhan pertanian dapat didefinisikan sebagai
keputusan–keputusan yang dibuat oleh sumber atau penyuluh dalam
memilih serta menata simbol dan isi pesan menentukan pilihan cara dan
frekuensi penyampaian pesan serta menentukan bentuk penyajian pesan.
Simbol dapat diartikan kode-kode yang digunakan pada pesan. Simbol
yang mudah diamati dan paling banyak digunakan yaitu bahasa.
Keputusan-keputusan yang dibuat oleh penyuluh pertnaian atau sumber
untuk memilih serta menata isi pesan dan simbol yang digunakan pada
pesan dapat dikatakan teknik penyuluhan pertanian (Sutanto, 2006).
Penentuan teknik dan media haruslah memperhatikan hal-hal yang
ada dalam khalayak sasaran penyuluhan. Hal-hal yang harus diperhatikan
dan menjadi bahan pertimbangan adalah :
a. Karakteristik sasaran
Karakteristik sasaran yang perlu dipertimbangkan dalam memilih
metode penyuluhan pertanian, antara lain tingkat pengetahuan, sikap,
keterampilan sasaran, dan sosial budaya dari sasaran.
b. Karakteristik penyuluh
Selain keadaan dari petani, keadaan penyuluh haruslah juga
diperhatikan yaitu dari tingkat pengalaman, umur, dan tingkat
ketrampilan.
c. Karakteristik daerah
Karakteristik daerah yang perlu dipertimbangkan adalah keadaan
musim (agroklimat), keadaan usaha tani, dan keadaan lapangan. Hal ini
sangat berpengauh sekali dalam penentuan metode yang digunakan
karena ini berhubungan erat dengan materi apa, dimana, kapan, dan
bagaimana materi tersebut disuluhkan.
d. Materi penyuluhan pertanian
Materi penyuluhan sangat menentukan terhadap jenis metode
penyuluhan pertanian yang akan digunakan. Misalnya, penyuluhan
tentang intensifikasi pemanfaatan lahan pertanian sangat berbeda
dengan penyuluhan pembuatan pupuk.
e. Sarana dan biaya
Pertimbangan sarana dan biaya didasarkan atas bagaimana
ketersediaanya sarana yang akan digunakan sebagai alat bantu dan alat
peraga penyuluhan pertanian (Deptan, 2008).
Teknik komunikasi yang bisa dilakukan pada umumnya ada tiga
yaitu teknik komunikasi informasi adalah proses penyampaian pesan yang
sifatnya “memberi tahu” atau memberikan penjelasan kepada orang lain.
Komunikasi ini dapat dilakukan secara lisan maupun tertulis, misalnya
melalui papan pengumuman, pertemuan-pertemuan kelompok dan media
massa. Teknik kedua yaitu teknik komunikasi persuasi, istilah “persuasi”
atau dalam bahasa Inggris “persuation” berasal dari kata latin persuasion,
yang secara harfiah berarti membujuk atau meyakinkan, dan teknik yang
ketiga adalah teknik komunikasi coersive (koersif) adalah proses
penyampaian pesan dari seseorang kepada orang lain dengan cara yang
mengandung paksaan agar melakukan suatu tindakan atau kegiatan
tertentu (Suprapto, 2006).
Teknik penyuluhan pertanian merupakan keputusan–keputusan
yang dibuat oleh penyuluh dalam memilih pesan, menentukan pilihan
cara, frekuensi penyampaian pesan, dan menentukan bentuk penyajian
pesan. Prinsip-prinsip metode dan teknik penyuluhan pertanian :
a. Pengembangan untuk berpikir kreatif
b. Tempat yang paling baik adalah di tempat kegiatan penerima manfaat
c. Setiap individu terikat dengan lingkungan sosialnya
d. Ciptakan hubungan yang akrab dengan penerima manfaat
e. Memberikan sesuatu untuk terjadinya perubahan
(Kusnadi, 2009).
Teknik penyuluhan pertanian merupakan cara dan prosedur yang
dilakukan penyuluh dalam menyampaikan pesan kepada sasaran agar
terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik sesuai tujuan yang
ingin dicapai. Tujuan pemilihan metode dan teknik penyuluhan pertanian
untuk mendorong terjadinya efek/perubahan perilaku yang sebanyak-
banyaknya dari sasaran. Teknik penyuluhan juga mampu meningkatkan
komunikasi dan mengurangi gangguan komunikasi, untuk meningkatkan
daya anut sasaran serta untuk mendorong munculnya sifat keterbukaan
dan kemandirian petani (Pambudy, 2007) .
C. Alat Bantu dan Alat Peraga Penyuluhan
1. Alat Bantu Penyuluhan
Penggunaan media penyuluhan pertanian akan membantu
memperjelas informasi yang disampaikan kepada penggunanya, karena
dapat lebih menarik, lebih interaktif, dapat mengatsi batasan ruang,
waktu dan indera manusia. Agar informasi yang disampaikan bisa lebih
jelas dan mudah dipahami sesuai dengan tujuan yang akan dicapai maka
informasi tersebut perlu dikemas sesuai dengan karakteristik dari setiap
media yang digunakan. Media penyuluhan pertanian adalah segala
bentuk benda yang berisi pesan atau informasi yang dapat membantu
kegiatan penyuluhan pertanian. Media penyuluhan pertanian berguna
untuk mengefektifkan komunikasi antar sumber informasi dan penerima
(komunikan). Media penyuluhan pertanian disebut juga sebagai alat
bantu penyuluhan pertanian yang dapat dilihat, didengar, diraba, dirasa
dan dicium dengan maksud untuk memperlancar komunikasi (Hubeis,
2007).
Alat bantu penyuluhan dapat berupa psikososial yang dibedakan
menjadi psikososial massal dan psikososial kelompok. Psikososial massal
misalnya menyabaran media cetak, pengunaan media elektronik,
pertemuan umum, pameran, dan kampanye. Sedangkan psikososial
kelompok antara lain berupa demontrasi, FDG, kursus tani, pertemuan
kelompok, karyawisata atau widyawisata, dan ceramah (Bambang, 2005).
Alat bantu penyuluhan dapat membantu dalam proses
penyuluhan karena dengan adanya alat bantu akan memperlancar proses
penyuluhan. Dalam penyuluhan pertanian terdapat dua macam alat
bantu penyuluhan yaitu alat bantu yang berhubungan dengan tempat
(kursi, tikar, penerangan dan lain-lain) serta alat bantu yang
berhubungan dengan penyajian pelajaran seperti visual, audio,
audiovisual dan lain-lain (Suradisastra, 2006).
Tersedianya perlengkapan penyuluhan (alat bantu dan alat
peragaan terutama yang berkaitan dengan: penglihatan/pencahayaan, dan
pendengaran). Perlengkapan yang disediakan, sebaiknya berupa alat bantu
dan alat peraga berupa bentuk riil yang dapat disediakan dan dapat
digunakan sesuai dengan kondisi setempat. Macam alat bantu penyuluhan
antara lain kurikulum, lembar-lembar persiapan penyuluhan, papan tulis
atau papan penempel, alat tulis, perlengkapan ruangan, serta proyektor
(Sinar Tani, 2006).
Keuntungan menggunakan alat bantu audio visual adalah alat
bantu dapat menangkap perhatian dari hadirin. Melalui alat bantu, bisa
disarikan butir penting dari pembicaraan dengan jelas. Pesan lebih mudah
ditangkap melalui beberapa panca indra dibanding yang hanya melalui
salah satu panca indera saja. Kemungkinan untuk mengurangi terjadinya
penafsiran yang keliru. Beberapa alat bantu dapat membantu menyusun
pesan secara sistematis (Mardikanto, 2005).
2. Alat Peraga Penyuluhan
Penggunaan alat peraga dalam penyuluhan pertanian bukan saja
merupakan suatu kebutuhan melainkan suatu keharusan. Beberapa hal
yang menjadi pertimbangan dalam menggunakan alat peraga antaralain:
banyak konsep dalam bahan pengajaran pertanian yang memerlukan
kesamaan persepsi dari pihak sasaran, sebab bila berbeda-beda maka
akan menimbulkan salah tafsir dan salah tindakan untuk selanjutnya,
dalam studi pertanian terdapat unsur-unsur yang proses bekerjanya
sangat lambat sehingga sulit dilihat dengan mata, misalnya proses
tumbuhnya bunga, proses tumbuhnya akar dan sebagainya. Hal-hal
seperti itu hanya dapat dipelajari lebih mudah dengan menggunakan alat
peraga yang cocok untuk itu. Di samping itu, ada pula hal-hal atau
kejadian dalam studi pertanian yang proses kerjanya sangat cepat
sehingga memerlukan bantuan alat peraga untuk mempelajarinya seperti
penggunaan film atau film strip dan lain-lain. Misalnya angin kencang
merusak tanaman, serangan hama belalang yang merusak tanaman dan
sebagainya (Hawkins, 2007).
Alat peraga adalah alat atau benda yang dapat diamati, diraba atau
dirasakan oleh indera manusia, yang berfungsi sebagai alat untuk
memeragakan dan atau menjelaskan uraian yang disampaikan secara lisan
oleh penyuluh guna membantu proses belajar mengajar sasaran
penyuluhan agar materi penyuluhan lebih mudah diterima dan dipahami
oleh sasaran penyuluhan yang bersangkutan. Macam alat peraga, benda
yang digolongkan lagi seperti sampel, model, spesimen, barang cetakan
(pamflet, leaflet, brosur, booklet, poster), gambar yang diproyeksikan
(transparancy sheet, slide film, film strip), lambang grafika, grafik, (line,
bar, histogram), diagram, bagan/skema (Mardikanto, 2008).
Satu hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan alat peraga di
dalam pelaksanaan penyuluhan adalah pemilihan alat peraga yang paling
efektif dan efisien untuk tujuan perubahan perilaku sasaran, yang
diinginkan penyuluhnya. Pembuatan/penggunaan alat peraga haruslah
memeperhatikan bentuk serta ukuran dari materi-materi yang ditonjolkan
sehingga timbul kesan seimbang dan serasi (Suhardiyono, 2009).
Pertimbangan sarana dan biaya didasarkan atas bagaimana
ketersediaanya sarana yang akan digunakan sebagai alat bantu dan alat
peraga penyuluhan pertanian. Sebagai contoh, disuatu daerah yang tidak
ada listrik, tentunya sulit melakukan penyuluhan dengan menggunakan
OHP (Over Head Projector) atau menggunakan LCD/Komputer dan
pemutaran film kecuali jika disediakan generator listrik. Biaya diperlukan
untuk mendanai kegiatan, misalnya dari segi efisiensinya kursus tani lebih
mahal dibandingkan pertemuan umum, namun lebih murah daripada
melakukan kunjungan rumah atau usaha tani. Jadi ketersediaan biaya akan
sangat menentukan alternatif kombinasi pemilihan metoda penyuluhan
pertanian (Deptan, 2008).
Penyuluhan merupakan pendidikan non formal dimana sistem
pendidikannya terprogram di luar sekolah sehingga penyuluhan
memerlukan perencanaan yang jelas mengenai kegiatan yang akan
dilaksanakan. Terkait dengan itu, pelaksanaan kegiatan penyuluhan selain
menentukan topik atau materi penyuluhan yang akan diajarkan juga harus
memetapkan alat peraga penyuluhan yang sesuai dengan sasarannya serta
persiapan tentang sarana penyuluhan. Dalam hal ini adalah alat peraga
penyuluhan dan pemilihan alat peraga tersebut guna membantu kelancaran
kegiatan penyuluhan yang akan dilaksanakan. Persiapan sarana
penyuluhan terutama alat peraga sangat membantu sasaran dalam
menerima materi yang diajarkan oleh penyuluh. Oleh sebab itu, alat peraga
sangat perlu dalam penyuluhan. Pemilihan alat peraga ini harus
disesuaikan dengan kondisi masyarakat sasarannya serta alat peraga ini
juga akan mempengaruhi proses belajar dalam penyuluhan tersebut
(Rohman, 2008).
D. Materi Penyuluhan
Sejalan dengan perubahan dan tuntutan global, dunia pertanian juga
mengalami dinamika. Model pendekatan lama dimana penyuluh merupakan agen
transfer teknolagi dan informasi yang sudah tidak cukup. Penyuluh lapangan
dituntut memiliki fungsi paling tidak dalam 3 hal, yaitu transfer teknologi, fasilitas,
dan penasehat. Untuk mendukung fungsi-fungsi tersebut penyuluh pertanian
seharusnya juga menguasai dan memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi. Tema-tema penyuluhan hendaknya juga harus bergeser, tidak hanya
sekedar peningkatan produksi tetapi menyesuaikan dengan isu global yang lain
(Arifin, 2006).
Materi penyuluhan sangat menentukan terhadap jenis metoda
penyuluhan pertanian yang akan digunakan. Misalnya, penyuluhan tentang
intensifikasi pemanfaatan lahan pertanian sangat berbeda dengan penyuluhan
intensifikasi ayam buras, intensifikasi ternak potong, intensifikasi kedelai
atau intensifikasi padi (inovasi teknis). Berlainan pula dengan materi
pembentukan poktan dan gapoktan (menyangkut inovasi sosial) serta
penyuluhan tentang perkreditan dan kontrak kerja (inovasi ekonomi)
(Soedijanto, 2008).
Materi yang disajikan seyogyanya dapat menjawab, mencairkan atau
menyelesaikan apa yang dibutuhkan kelompok tani sesuai kondisi, dan
kesempatan saat itu. Tentunya dapat berupa materi yang bisa langsung
dipraktekkan dan mengemukakan kaitannya dengan teori yang mendasari
sesuai idealnya anjuran yang diharapkan, di mana kondisi di lapangan terjadi,
sebut saja pembudidayaan rumput laut yang menguntungkan, pemeliharaan
ayam buras semi intensif, teknis pemangkasan jambu mete, dan lain-lain,
uraikan sesuai tahapannya misalnya: rincian kebutuhan modal awal, teknik
memilih bibit yang baik, manajemen pemeliharaan, pasca panen, pemasaran
dan sebagainya (Arif, 2009).
Dalam proses komunikasi antara penyuluh dengan sasaran, penyuluh
pertanian akan menyampaikan segala sesuatu yang menyangkut ilmu (teori)
dan teknologi (praktis) pertanian, kesemuanya itu disebut materi penyuluhan.
Dapat dikatakan bahwa materi penyuluhan pertanian adalah segala isi
(content) yang terkandung dalam setiap kegiatan penyuluhan pertanian
(Samsudin, 2007).
Apapun materi penyuluhan yang disampaikan oleh seorang penyuluh,
pertama-tama harus diingat bahwa materi tersebut harus senantiasa mengacu
kepada kebutuhan yang telah dirasakan oleh masyarakat sasarannya. Tetapi
didalam prakteknya seringkali penyuluh menghadapi kesulitan untuk memilih
dan menyajikan materi yang benar-benar dibutuhkan oleh masyarakat
sasarannya. Hal ini disebabkan oleh karena keragaman sasaran yang dihadapi,
sehingga menuntut keragaman kebutuhan yang berbeda atau keragaman
materi yang harus disampaikan pada saat yang sama. Kesulitan lain juga dapat
muncul manakala pemahaman tentang sasaran dan waktu menjadi pembatas
(Suwardi, 2009).
III. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
A. Observasi/Pengamatan Kegiatan Penyuluhan Pertanian
1. Waktu, Lokasi dan
Setting (Penataan) Tempat Kegiatan Penyuluhan Pertanian
a. Keadaan Umum Desa
1) Lokasi Desa
Desa Pandeyan terletak di Kecamatan Grogol Kabupaten
Sukoharjo dengan luas 3.637.010 ha. Luas sawah 3.627.010 ha,
luas tanah kering 6.259.030 ha. Adapun batas-batasnya secara
administratif adalah sebagai berikut:
Sebelah utara : Desa Bugel
Sebelah selatan : Desa Sidorejo
Sebelah barat : Desa Telukan dan Bulakrejo
Sebelah timur : Desa Gentan dan Karangwuni
Jarak desa dari pusat administrasi adalah …
Tabel 3.1 Penggunaan Lahan di Desa Pandeyan Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo
No Penggunaan Lahan Luas (Ha)1 Tanah Sawah
a. Irigasi Teknis 287.912
b. Irigasi Setengah Teknis 320
c. Sederhana 321.61
d. Tadah Hujan 106.282 Tanah Kering
a. Pekarangan/Bangunan 4.550.350
b. Tegalan/Kebunan 1.603.680
c. Padang Gembala 50
d. Tambak/Kolam 10
e. Rawa 03 Tanah Fasilitas Umum
a. Tanah Bengkok Pemotong Desa
120
b. Tanah Kas Desa 1.3000.000
Sumber : data sekunder
2) Kependudukan
a) Keadaan Penduduk Desa Pandeyan Berdasarkan Kelompok Umur
dan Jenis Kelamin
Tabel 3.1 Jumlah penduduk Desa Pandeyan berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin tahun 2013
Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah0-4 212 185 3975-9 173 174 347
10-14 154 300 45415-19 207 287 49420-24 165 369 53424-29 185 197 38230-39 317 219 53640-49 215 282 49750-59 205 154 35960 + 841 839 1680
Jumlah 2674 3006 5680
∑ Produktif 1294 1508 2802∑ Non Produktif 1380 1598 2878
Sumber : Data Sekunder
Perhitungan Sex Ratio =
=
= 88,9 %
Berdasarkan jenis kelamin penduduk dibedakan menjadi
laki-laki dan perempuan. Komposisi penduduk menurut jenis
kelamin dapat menunjukkan beberapa hal antara lain. Sex ratio
yaitu nilai perbandingan antar jumlah penduduk laki-laki dengan
jumlah penduduk perempuan ( Sumitro 1993 ).
Menurut penghitungan sex ratio di atas dapat diketahui
bahwa jumlah penduduk berjenis kelamin pria lebih sedikit
daripada penduduk berjenis kelamin wanita. Berdasarkan Tabel
3.1 di atas dapat diketahui jumlah penduduk pria di Desa
Pandeyan sebanyak 2674 orang sedangkan penduduk wanita
jumlahnya lebih besar daripada penduduk pria, yaitu 3006 orang
Tenaga kerja wanita lebih banyak daripada tenaga kerja laki-
laki, padahal pada sektor pertanian kebanyakan yang menjadi
tenaga pokok adalah laki-laki, yang perempuan hanya
membantu dalam beberapa bagian dari sapta usaha tani.
Efek atau dampak dari perbedaan jumlah penduduk laki –
laki dan perempuan antara lain adalah dengan adanya kesetaraan
gender atau kebebasan yang sama antara laki–laki dan
perempuan dalam memperoleh atau mencari pekerjaan, selain
itu dengan adanya perbedaan jumlah tersebut menjadikan posisi
laki–laki sangat penting terutama dalam hal pengolahan sawah
dan pekerjaan yang mengharuskan tenaga yang besar. Perbedaan
jumlah antara jumlah laki–laki dan perempuan juga dapat
mengakibatkan adanya kesulitan dalam mencari tenaga kerja
laki–laki untuk menggarap sawah, sehingga kadang perempuan
yang menggantikan.
Perhitungan kepadatan penduduk menurut umur berkaitan
erat dengan perhitungan angka beban tanggungan,
perbandingan antara jumlah penduduk usia non produktif
dengan jumlah penduduk usia produktif.
Angka beban tanggungan dapat di hitung dengan rumus sebagai
berikut:
ABT =
ABT laki-laki =
= 106,6
ABT perempuan =
= 105,9
ABT rata-rata =
= 106,2
Angka beban tanggungan adalah perbandingan jumlah
penduduk usia non produktif dengan jumlah penduduk usia
produktif. Dari data di atas dapat diketahui bahwa ABT laki-
laki lebih kecil daripada ABT perempuan. ABT laki-laki
sebesar 106,6% sedangkan ABT perempuan sebesar 105,9%,
sehingga apabila dengan angka beban tanggungan tinggi maka
kesejahteraan masyarakat menurun. Perubahan ini dikarenakan
jumlah penduduk produktif dan non produktif selalu berubah
dikarenakan adanya kematian, merantau atau meninggalkan
kampung halaman dan menetap di desa lain, serta migrasi ke
daerah lain karena alasan pernikahan dan lain sebagainya.
b) Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Tabel 3.2 Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan tahun 2013
No Jenjang Pendidikan Jumlah
1 Tamat Perguruan Tinggi 0
2 Tamat SLTA 477
3 Tamat SLTP 323
4 Tamat SD 215
5 Tidak Tamat SD 308
6 Belum Tamat SD 215
7 Tidak Sekolah 512
Jumlah 2050
Sumber : Data Sekunder
Dari data diatas, tampak bahwa tingkat pendidikan warga
Desa Pandeyan sudah cukup tinggi, terbukti pada tahun 2013
pendidikan tidak hanya sampai SLTP tetapi sampai SLTA yaitu
sebanyak 477 jiwa walaupun tidak ada yang berpendidikan
sampai perguruan tinggi. Ini menunjukkan pendidikan
mendapatkan perhatian penting atau khusus dari warga desa.
Tinggi rendahnya tingkat pendidikan orang tua
menentukan ada tidaknya perhatian terhadap pendidikan
anaknya. Penduduk yang tidak sekolah berjumlah 512 orang.
Bersekolah atau tidaknya seorang anak di desa banyak
ditentukan ada tidaknya dukungan orang tua walaupun biaya
pendidikannya sudah dibebaskan.
c) Keadaan Penduduk Menurut Mata PencaharianTabel 3.3 Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian tahun 2013
No Mata Pencaharian Jumlah (orang)1 Petani sendiri 208
2 Buruh tani 2723 Pengusaha 164 Buruh Industri 3995 Buruh bangunan 2326 Pedagang 887 Pengangkutan 728 PNS/ABRI 1079 Pensiunan 2010 Lain-lain 871
Sumber : Data Sekunder
Dari tabel diatas terlihat bahwa mata pencaharian yang
paling banyak dilakukan penduduk Desa Pandeyan adalah
pekerjaan lain-lain yang mencapai 871 orang, sementara mata
pencaharian penduduk yang lain adalah petani sendiri, buruh
tani, pengusaha, buruh industri, buruh bangunan, pedagang,
swasta, pertukangan, wiraswasta, Pengangkutan, Pegawai
Negeri Sipil (PNS), pensiunan.
Pekerjaan sebagai petani di Desa Pandeyan hanya sedikit
karena lahan pertaniannya sudah beralih fungsi menjadi dealer,
supermarket, pabri industri. Keragaman mata pencaharian
penduduk Desa Pandeyan menunjukkan bahwa Desa Pandeyan
sudah cukup maju, mereka sudah mau bekerja di bidang lain di
luar pertanian. Warga sudah mampu menerima pembaruan
dengan adanya peralihan pekerjaan dari pertanian keluar
pertanian, karena pertanian hasilnya tidak dapat mencukupi
kebutuhan hidup. Pekerjaan dari luar bidang pertanian dapat
menambah penghasilan yang dapat digunakan untuk mencukupi
kebutuhan.
Desa Pandeyan memiliki 6 kelompok tani yaitu kelompok
tani Among Kesmo, Dewi Sri, Cendono Sari, Cipto Hasil,
Ngupoyo Bugo, Sri Sadono. Gapoktan di Desa Pandeyan yang
diketuai oleh Bapak Sugino ini pernah mendapat dana dari LDPM
(Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat), dana tersebut
digunakan untuk membangun gudang pertemuan, tempat
menyimpan cadangan pangan dan distribusi hasil panen. Selain
itu juga pernah mendapat dana dari PUAP (Pengembangan
Usaha Agribisnis Pedesaan) yang digunakan untuk modal usaha
tani dan pengelolaan agribisnis.
a. Sejarah
Pada zaman dahulu banyak yang berpendapat bahwa
pandeyan berasal dari kata “pandai” yang artinya pintar, jenius.
Ada juga yang berpendapat bahwa Desa Pandeyan berasal dari
kata “pande” yang artinya pandai besi. Namun hal tersebut
tidaklah benar, menurut cerita nenek moyang, pandeyan
berasal dari kata dewe yang artinya menyendiri. Agar mudah
menyebutkan suatu desa maka kata dewe diberi awalan pan-
dan akhiran –an kemudian menjadi kata pandewean, sekarang
biasa disebut pandeyan.
Dahulu kala ketika masih ada kerajaan, baginda raja
membuat peraturan kerajaan. Isi dari peraturn tersebut salah
satunya adalah barang siapa yang tidak taat pada
pemerintahan kerajaan maka maka akan dikeluarkan dari
wilayah kekuasaan kerajaan dan diasingkan/disendirkan. Oleh
karena itu, menurut cerita nenek moyang Desa Pandeyan
dahulu memang tidak taat terhadap peraturan pemerintahan
sehingga diasingkan disuatu desa tersebut
b. Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian
Praktikum Penyuluhan Pertanian oleh kelompok 15 di
Desa Pandeyan, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo.
Dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 10 Juni 2013, pukul
21.00 – 22.30 WIB yang bertempat di gudang pertemuan
Gapoktan Akur Desa Pandeyan, Kecamatan Grogol,
Kabupaten Sukoharjo. Gapoktan Akur melakukan pertemuan
rutin setiap satu bulan sekali pada minggu kedua yaitu
pertemuan antar anggota kelompok tani dengan penyuluh. Alat
yang digunakan biasanya whiteboard dan spidolPertemuan ini
membahas laporan keuangan dan juga adanya diskusi tentang
keadaan pertanian dengan penyuluh. Struktur Organisasi
Pemerintah Desa Pandeyan adalah sebagai berikut
Gambar Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Pandeyan
Keterangan : = Garis Komando
Dari bagan diatas terlihat bahwa dalam struktur pemerintahan
desa, tingkat tertinggi dipegang oleh Ketua Gapoktan. Dalam
melaksanakan tugasnya Ketua Gapoktan membawahi dan dibantu
oleh Tim Pengurus, Bendahara, Sekretaris Desa, Unit Usaha
Saprodi,Unit Usaha Alsintan, Unit Usaha
Distribusi/Pemasaran/Pengolahan, dan Unit Usaha Pengolahan
Cadangan Pangan. Desa Pandeyan ini terdiri dari 6 kelompok tani
yaitu kelompok tani Among Kesmo, Dewi Sri, Cendono Sari, Cipto
Hasil, Ngupoyo Bugo, Sri Sadono. Masing-masing kelompok tani
tersebut mempunyai tugas dan kewajiban sendiri-sendiri, tapi secara
keseluruhan mereka saling membantu dan bekerjasama dalam
melaksanakan dan mencapai tujuan yang diharapkan dan dalam
menjalankan program kerja yang telah ditetapkan sebelumnya.
2. Materi Penyuluhan
Tabel 3.4 Lembar Persiapan Menyuluh Desa Pandeyan, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo
Pokok Kegiatan
Uraian Kegiatan Keterangan
Pendahuluan 1. Salam Pembuka2. Penyampaian topik materi penyuluhan
tentang penguatan lembaga distribusi pangan masyarakat
1. Alat bantu:
a. Materi penyuluhan
b. Whiteboardc. Spidol
2. Alat peraga: Selebaran
Isi/Materi 1. Penyampaian tujuan penyuluhan2. Penyampaian materi tentang pemanfaatan dana yang telah
digunakan dalam pembangunan pertanian
Penutupan 1. Terimakasih atas perhatiannya telah mengikuti penyuluhan ini dari awal sampai akhir
2. Mohon maaf atas kekurangan dan kelebihan kami dalam penyampaian materi ini
3. Salam penutupSumber : LPP Menyuluh Desa Pandeyan, Kecamatan Grogol,
Kabupaten Sukoharjo
Dana Bansos Penguatan Lembaga Distribusi Pangan
Masyarakat (P.LDPM) dari Badan Ketahanan Pangan Kementrian
Pertanian yang disalurkan ke Gapoktan untuk meningkatkan
kapasitas Gapoktan khususnya:
1. Unit Usaha Distribusi/Pemasaran/Pengolahan untuk
menggembangkan kegiatan usaha jual beli gabah/ beras/ jagung
dalam rangka menjaga stabiltas harga di tingkat petani produsen.
2. Unit Cadangan Pangan dalam rangka mengembangkan cadangan
pangan untuk memenuhi kebutuhan anggotanya di musim paceklik.
Stabilisasi harga dilakukan untuk membantu memecahkan
masalah jatuhnya harga produk petani yang biasanya terjadi pada
saat panen raya, karena melimpahnya pasokan (produksi). Situasi
tersebut biasanya dimanfaatkan oleh para tengkulak untuk
mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya sehingga berdampak
merugikan petani produsen.
Dalam rangka menjaga stabilitas harga tersebut, maka Unit
Usaha Distribusi (Pemasaran/ Pengolahan) akan menggunakan dana
Bansos Kegiatan Penguatan LDPM untik melakukan kegiatan jual
beli gabah/ beras/ jagung.
Pembelian gabah/ beras diutamakan dari petanianggota
Gapoktan minimal sesuai harga Pembeliaan Harga Pemerintah
(HPP) dan harga refrensi daerah untuk jagung. Unit Usaha
Distribusi/ Pemasaran/ Pengolahan dapat secara profesional
memasarkan beras/ jagung tersebut untuk mendapatkan keuntungan
yang optimal untuk meningkatkan pendapatan anggota Gapoktan.
Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) adalah gabungan dari
beberapa kelompok tani yang melakukan usaha Agribisnis diatas
prinsip kebersamaan dan kemitraan sehingga mencapai peningkatan
usaha dan pendapatan bagi anggotanya serta petani lainnya.
Gapoktan merupakan institusi yang mengkoordinasikan
lembaga-lembaga fugsional dibawahnya yaitu para kelompok tani.
Kelompok tani terebut harus berada dalam wadah Gapoktan, yaitu
kelompok yang berada dalam suatu wilayah administrasi
pemerintahan yang memepunyai tujuan untuk menggalang
kepentingan bersama secara koorperatif, meningkatkan skala
ekonomi dan efisiensi usaha.
Dana Bansos Penguatan LDPM :
Tahap I merupakan tahap penumbuhan tahun 2012 sebesar : Rp.
150.000.000 dengan perincian alokasi kegiatan :
a. Pembangunan gudang LDPM : Rp. 30.000.000
b. Distribusi/Pemasaran/Pengolahan : Rp. 100.000.000
c. Cadangan Pangan : Rp. 20.000.000
Tahap II merupakan tahap pengembangan tahun 2013 sebesar Rp.
75.000.000. Dana tersebut sudah diajukan permohonan/proposalnya
ke Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Tengah melalui Badan
Ketahanan Pangan Kabupaten Sukoharjo dan selanjutnya diajukan
ke Badan Ketahanan Kementrian Pertanian, masih menunggu
cairnya dana, yang akan masuk ke Rekening Gapoktan AKUR. Dana
tersebut untuk kegiatan distribusi/pemasaran/pengolahan hasil.
3. Alat Bantu Penyuluhan
Kegiatan penyuluhan yang akan diadakan di Desa Pandeyan,
Gapoktan Akur ini menggunakan alat bantu berupa spidol dan white
board. Alat bantu tersebut digunakan penyuluh untuk memaparkan
materi penyuluhan melalui media tulis.
Alat bantu ini digunakan agar penyampaian materi dapat lebih
dipahami oleh penerima manfaat, baik tujuan umum maupun tujuan
khusus yang berupa perubahan perilaku yang diinginkan dalam diri
penerima manfaat.
4. Alat Peraga
Alat peraga yang akan dipergunakan dalam kegiatan penyuluhan
di Desa Pandeyan Gapoktan Akur ini menggunakan alat peraga
selebaran, yaitu barang cetakan yang berupa selebar kertas yang
berupa brosur yang dibagi oleh penyuluh secara langsung kepada
penerima manfaat yaitu Gapoktan Akur. Penggunaan alat peraga
berupa selebaran ini dirasa lebih efektif karena kebanyakan petani di
Desa Pandeyan dapat membaca atau dengan kata lain tidak buta
aksara. Selain itu alat peraga yang digunakan adalah contoh pupuk
organik (Kascing), zat pengatur tumbuh, pestisida untuk hama tikus.
5. Teknik Komunikasi Penyuluhan
Penyuluhan yang dilakukan di Desa Pandeyan menggunakan
teknik penyuluhan dengan teknik diskusi kelompok yang terarah
dengan melibatkan semua pemangku kepentingan suatu program.
Dalam diskusi yang partisipatif ini penyuluh memberikan materi
penyuluhan di awal penyuluhan setelah itu penerima manfaat dapat
langsung menanyakan atau berdiskusi mengenai materi yang kurang
jelas dan saling memberikan masukan. Pemilihan teknik ini dirasa
lebih efektif, karena antara penyuluh dan penerima manfaat dapat
tercipta hubungan timbal balik, yang nantinya dapat menciptakan
partisipasi penerima manfaat dan kreativitas dari petani maupun
penyuluh dalam mencari solusi yang terbaik dalam permasalahan
hama tikus.
6. Deskripsi Kegiatan Penyuluhan
a. Waktu dan Tempat Penyuluhan
Praktikum Penyuluhan Pertanian oleh kelompok 15 di Desa
Pandeyan, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo. Dilaksanakan
pada hari Senin, tanggal 10 Juni 2013, pukul 21.00 – 22.30 WIB
yang bertempat di gudang pertemuan Gapoktan Akur Desa
Pandeyan, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo.
b. Faktor-faktor yang Mendukung Penyuluhan
1) Keadaan pribadi klien
Mencakup , adanya motivasi dari dalam diri klien untuk
mencapai perubaha atau kemajuan. Adanya keberanian untuk
menanggung resiko. Antara klien dan pekerja sosial (penyuluh)
harus ada rasa saling percaya demi keberhasilan penyuluhan.
2) Keadaan lingkungan
Dalam pemberian penyuluhan, keadaan lingkungan cukup
berpengaruh terhadap perubahan, lingkungan yang baik dan
kondusif akan mendukung perubahan. Keadaan lingkungan
mencakup keadaan lingkungan secara geografis, sarana dan
prasarana, akses. Akses yang mudah akan mempermudah
penyuluhan pula.
3) Latar belakang pendidikan
Latar belakang pendidikan klien memegang peran yang
besar pada proses penyuluhan, latar belakang pendidikan yang
baik akan membuat materi penyuluhan akan dimengerti secara
utuh, akan adanya diskusi yang berbobot dan dalam
pelaksanaannya akan melahirkan inovasi-inovasi baru.
4) Kemampuan penyuluh :
a) Berbicara/berkomunikasi, yaitu kemampuan seorang
penyuluhberbicara dgn baik di depan umum dan
mampumengkomunikasikan materi yg disampaikan kepada
kelompoksasaran sesuai degan makna yg sesungguhnya.
Seorangpenyuluhan harus mampu menampilkan figur seorang
naratordan dapat mempengaruhi kelompok sasaran.
b) Memotivasi, yaitu kemampuan memberikan dorongan
danmempengaruhi semangat dan kemaunan kelompok
sasaransehingga mau melaksanakan apa yang disampaikan.
c) Penyajian Materi, yaitu kemampuan untuk menyampaikan
danmengemas materi secara sistematis sehingga menjadi
jelasdan menarik bagi kelompok sasaran.
d) Pemilihan dan Penggunaan Alat Bantu, yaitu kemampuanuntuk
dapat menentukan dan memanfaatkan ataumenggunakan alat
bantu penyuluhan yang sehingga dapatmendukung
penyampaian materi yang disajikan, seperti OHP,Infocus, alat
peraga, gambar dan lainlain.
e) Timing, yaitu kemampuan untuk mengatur atau
menyusunjadwal serta mengatur waktu pelaksanaan
penyuluhansehingga penyampaian materi keseluruhan dapat
terlaksanadan kelompok sasaran tidak merasa bosan.
f) Fokus yaitu kemampuan untuk memusatkan materipenyuluhan
sehingga terkait degan permasalahan yangsesungguhnya.
g)Diferensia/ Diagnosis, yaitu kemampuan untuk
menganalisismasalah dari berbagai sudut pandang yang berbeda
sehinggaseorang penyuluh memiliki pemahaman yang
luas danobjektif terhadap masalah tersebut, bukan pemahaman
yangsempit dalam melihat masalahan tersebuT
c. Faktor-faktor yang Menghambat Penyuluhan
Faktor yang menjadi penghambat penerima penyuluhan dalam
penyuluhan sosial khususnya penyuluhan yang diberikan kepada
orang dewasa adalah. Orang dewasa seringkali menganggap bahwa
mereka sudah bisa sepenuhnya mengatur dirinya sendiri, hal ini
merupakan faktor penghambat yang cukup besar pengaruhnya,
orang-orang dewasa lebih suka melibatkan dirinya di dalam
penyuluhan daripada hanya mendengar ceramah dari para fasilitator.
Cara penyampaian dan metoda yang tepat dalam penyuluhan.
Faktor penurunan daya ingatpun cukup menjadi penghambat,
maka dari itu dalam pemberian penyuluhan perlu adanya pelibatan
langsung dan dilakukan dengan berulang agar para penerima
penyuluhan lebih memahami secara lebih mendalam tentang materi
penyuluhan.
Faktor penurunan kondisi fisik seperti pendengaran dan
penglihatan. Dalam hal ini perlu pengaturan secara baik dari
fasilitator maupun media yang digunakan seperti radio, kaset, dan
lain-lain harus memungkinkan semua peserta dapat mendengar
dengan jelas. Penyuluh harus bisa mengelompokkan peserta
penyuluhan, dan diusahakan agar orang-orang dewasa lanjut agar
duduk di tempat yang paling depan.
Kurang adanya hubungan sosial faktor terakhir ini terdiri dari
dua hal, yaitu hubungan antaranggota kelompok pelaksana inovasi
dan hubungan dengan masyarakat. Hal ini disebabkan karena adanya
ketidakharmonisan antaranggota proyek inovasi.
Kondisi Individu , penyuluhan yang diberikan kepada orang
dewasa tentu harus sesuai dengan kebutuhan mereka, cara
penyampaian yang salah akan berakibat fatal, karena orang dewasa
sudah mempunyai pandangan masing-masing, merekapun biasanya
akan lebih sulit diatur, tidak suka diceramahi, karena merasa sudah
mempunyai pengalaman yang banyak.
Ketidakmauan dan ketidakmampuan individu dalam menerima
resiko, dalam perjalanan menuju perubahan tentu semuanya tidak
semua berjalan mulus adakalanya kita mengalami hambatan, dan
beresiko. Ketakutan seseorang dalam menghadapi resiko akan
berpengaruh kepada pemberian penyuluhan.
Adanya kegagalan pada masa lalu, menjadi faktor
penghambat, karena hal tersebut membuat hilang rasa kepercayaan
klien kepada pekerja sosial (penyuluh) adanya pendapat bahwa
penyuluhan tidak bisa membuat mereka lebih baik menjadi
penyebab hilangnya rasa ingin bekerja sama dengan penyuluh.
LEMBAR PERSIAPAN MENYULUH
A. Judul:
1. Pengendalian Hama Tikus Menggunakan Musuh Alami dan Gropyokan
2. Perbaikan Struktur Tanah
B. Tujuan:
1. Petani/peserta mampu melakukan usaha pengendalian hama tikus
menggunakan musuh alami dan gropyokan
2. Petani/peserta mampu melakukan usaha perbaikan struktur tanah untuk
menghasilkan produksi yang maksimal
C. Metode:
1. Klasikal dan Praktek secara langsung
2. Ceramah dan Praktek secara langsung
Pokok Kegiatan
Uraian Kegiatan Keterangan
Pendahuluan 1. Salam Pembuka2. Penyampaian Topik Materi
a. Tentang pengendalian hama tikus menggunakan musuh alami dan gropyokan
b. Tentang perbaikan struktur tanah
2. Alat bantu:
a. Materi penyuluhanb. Microphonec. Papan tulisd. Kapur Tulis
Isi/Materi 1. Penyampaian tujuan penyuluhan
2. Penyampaian materi a. Tentang langkah-langkah/prosedur
yang digunakan untuk mengurangi populasi tikus
b. Tentang langkah-langkah untuk memperbaiki struktur tanah
3. Praktek pengendalian hama tikus
2. Alat peraga:a.Miniatur
burung hantu yang digunakan sebagai musuh alami tikus
b. Contoh pupuk organik kascing
c. Contoh ZPT
Penutupan 1. Terimakasih atas perhatiannya telah mengikuti penyuluhan ini dari awal sampai akhir
2. Mohon maaf atas kekurangan dan kelebihan kami dalam penyampaian materi ini
3. Salam penutup
MATERI PENYULUHAN
PENGENDALIAN HAMA TIKUS
A. Pendahuluan
Tikus dianggap hama bagi petani karena hewan ini selalu menyerang
tanaman padi yang dibudidayakan petani. Usaha untuk mengendalikan hama
tikus sangat dibutuhkan para petani dengan tujuan untuk memperoleh
produksi yang maksimal. Selain itu ada permasalahan tentang stuktur tanah
yang semakin mengeras dan tidak adanya organisme yang dapat membantu
menyuburkan tanah karena pegunaan seringnya pupuk kimia dengan tidak
diimbangi dengan pupuk organik. Maka dari itu untuk membantu petani
memecahkan berbagai masalah yang dihadapi diperlukan penyuluhan.
B. Teknik Pemecahan Masalah
1. Teknik Pengendalian Hama Tikus
Pengendalian hama tikus ini dilakukan dengan cara pengendalian
hama terpadu yaitu menggunakan predator/musuh alami burung hantu
dan dengan cara mekanik yaitu gropyokan. Agar burung hantu tersebut
dapat beradaptasi dilingkungan tersebut maka dibuatkan pagupon diatas
pohon dengan diberi bangkai tikus sebagai makanannya. Selain itu
pengendalian hama tikus dengan cara mekanik yaitu dengan cara
gropyokan. Dengan cara pengendalian hama terpadu tersebut dirasa lebih
efektif, murah dan tidak menimbulkan efek negatif bagi kesehatan,
lingkungan hidup dan tidak menggangu ekosistem sawah.
2. Teknik Perbaikan Struktur Tanah
Perbaikan struktur tanah dilakukan dengan cara penggunaan pupuk
organik kascing. Pupuk ini dapat memperbaiki struktur tanah menjadi
remah dengan cara mengaktifkan kembali bahan organik yang ada dalam
tanah. Dengan adanya struktur tanah yang remah maka penyerapan unsur
hara lebih mudah dilakukan tanaman. Keadaan aerasi dan draenasi juga
lebih baik.
C. Penutup
Mengurangi populasi hama tikus dengan cara pengendalian hama
terpadu yang dilakukan dengan teratur dan melakukan usaha perbaikan
struktur tanah dapat meningkatkan hasil produksi padi.
III. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Penyuluhan Pertanian yang disampaikan adalah mengenai
penguatan lembaga distribusi masyarakat. Hal ini dimaksudkan agar
pembangunan dan perkembangan desa dalam bidang pertanian lebih maju.
2. Pelaksanaan Penyuluhan Penyuluhan dilaksanakan pada hari Senin
tanggal 10 Juni 2013 pukul 21.00-22.30 WIB. Acara penyuluhan ini
berlangsung di Desa Pandeyan, KecamatanGrogol, Kabupaten Sukoharjo.
3. Orang dewasa seringkali menganggap bahwa mereka sudah bisa
sepenuhnya mengatur dirinya sendiri, ketidakmauan dan ketidakmampuan
individu dalam menerima resiko dalam perjalanan menuju perubahan,
faktor penurunan daya ingat, dan faktor penurunan kondisi fisik seperti
pendengaran dan penglihatan adalah masalah yang menghambat
pelaksanaan penyuluhan di Desa Pandeyan.
4. Kelembagaan penyuluhan pertanian di Desa Pandeyan sudah
terstruktur, mulai dari PPL sampai anggota kelompok tani. Dari beberapa
kelompok tani bergabung menjadi satu kelompok yang disebut Gapoktan
(Gabungan Kelompok Tani).
5. Metode yang digunakan dalam praktikum penyuluhan pertanian ini
adalah metode pendekatan kelompok, sehingga menghemat waktu dalam
penyuluhan dan hanya menjelaskan materi satu kali saja.
6. Teknik penyuluhan yang digunakan yaitu ceramah dan tanya jawab
sehingga jika ada petani yang kurang jelas maka dapat ditanyakan pada
panyuluh.
7. Alat bantu yang digunakan yaitu spidol dan white board untuk
memaparkan materi penyuluhan melalui media tulis.
8. Alat peraga yanng digunakan adalah selebaran dan contoh pupuk
organik (Kascing), zat pengatur tumbuh, dan pestisida untuk hama tikus
9. Faktor yang mendukung dalam praktikum penyuluhan adalah rasa
saling percaya antara klien dan pekerja, keadaan lingkungan secara
geografis, sarana dan prasarana, akses yang mudah, latar belakang
pendidikan yang baik,dan adanya diskusi antar penyuluh dan petani
10. Faktor yang menghambat dalam praktikum penyuluhan adalah
penggunaan bahasa yang masih campuran antara Bahasa Indonesia dan
Bahasa Jawa serta mahasiswa yang menyuluh ada kekurangan dalam
penguasaan materi.
B. Saran
1. Pemerintah seharusnya memberikan alat-alat peraga untuk menunjang
proses penyuluhan agar proses penyuluhan dapat berjalan lebih baik.
2. Pemerintah juga harus tegas dalam memberikan kebijakan penyuluhan,
perlu adanya peninjauan terhadap lapangan pertanian agar dalam
pembuatan kebijakan selalu disesuaikan dengan kondisi yang ada di
lapangan.
3. Perlu adanya pembentukan kedinasan tersendiri dalam BPP, sehingga
anggaran penyuluhan dapat mengalir jelas untuk kepentingan pelaksanaan
penyuluhan.
4. Pemerintah harus lebih memperhatikan dan memprogram penyuluhan agar
lebih efektif, terutama dalam segi administrasi.
5. Penyuluh lebih meningkatkan lagi sistem kerja dan metode penyampaian
materi pada petani.
6. Alat bantu dan alat peraga sebagai perlengkapan penyuluhan harus lebih
diperhatikan dan dilengkapi agar materi dapat disampaikan dengan baik
dan tepat sasaran.
7. Monitoring terhadap kegiatan penyuluhan harus dapat ditingkatkan
kembali agar pengadopsian inovasi yang dilakukan petani sesuai dengan
yang dianjurkan.
DAFTAR PUSTAKA
Adrianto, Joko. 2009. Filosofi, Defenisi dan Istilah Penyuluhan. http://JokoAdrianto_blogspot.com. Diakses pada tanggal 16 Mei 2013
Arif, R. 2009 Belajar dan Mengajar Ilmu Pertanian: Pendekatan Terpadu. Bandung : Penerbit Mandar Maju.
Arifin, M. 2006. Profil Kemampuan Umum (Generic Competencies) Yang Diperlukan Bagi Penyuluhan Pertanian. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian Vol 2 No 1. Juli 2006.
Bambang 2005. Etika Penyuluhan Pertanian. http://www.google.com. Diakses pada tanggal 11 Mei 2013
BPKP. 2006. Pokok-Pokok Penyuluhan Pertanian. Jakarta : CV Yasaguna.
Departemen Pertanian Indonesia 2008. Strategi, Metode dan Teknik Penyuluhan. http://pfi3pdata.litbang.deptan.go.id. Diakses pada tanggal 11 Mei 2013
Hadi, S. 2007. Perkembangan Penyuluhan di Indonesia. Yogyakarta : UGM Press.
Hawkins. 2007. Penyuluhan Pertanian. Jakarta : Erlangga.
Hubeis. 2007.Pengantar Ilmu Penyuluhan Pedesaan. Universitas Jendral Purwokerto : Soedirman Press.
Kusnadi. 2009. Teknik Penyuluhan Pertanian. Malang : UM Press.
Mardikanto, Totok dan Arif Wijianto. 2005. Metode Dan Teknik Penyuluhan Pertanian. Surakarta : Fakultas Pertanian UNS.
Mardikanto, Totok. 2008. Redefinisi dan Revitalisasi Penyuluhan Pembangunan, dalam Membentuk Pola Perilaku Manusia Pembangunan. Bogor : IPB Press .
Pambudy, R. dan Adhi, A.K. 2007. Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Menuju Terwujudnya Masyarakat Madani. Jakarta: Badan Pengembangan SDM Pertanian. Departemen Pertanian.
Rohman. 2008. Metode dan Penyuluhan Pertanian di Kabupaten Kebumen. http://www.rohman.tripod.com/lapangan/metode.htm. Diakses pada tanggal 10 Mei 2013
Samsudin, A. 2007. Vademecum BIMAS. Jurnal BIMAS 3(3) : 31-35. Jakarta : BIMAS.
Sinar Tani. 2006. PenyuluhanPertanian. Jakarta : Yayasan Pengembangan Sinar Tani.
Soedijanto. 2008. Menata Kembali Penyuluhan Pertanian di Era Pembangunan Agribisnis. Bandung : DepartemenPertanian.
Subagyo. 2008. Dasar-dasar Penyuluhan. http://subagyo.staff.ugm.ac.id. Diakses pada tanggal 11 Mei 2013
Suhardiyono, L. 2009. Penyuluhan Petunjuk Bagi Penyuluh Pertanian. Jakarta : Erlangga.
Sumardi. 2005. Penyuluhan Pertanian Indonesia: Isu Privatisasi dan Implikasinya.Jurnal Agro Ekonomi 2(9): 27-36.
Suprapto. 2006. Prinsip Dasar Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian. Jakarta : UI Press.
Suradisastra, K. 2006. RevitalisasiKelembagaanuntukMempercepat Pembangunan Sektor Pertanian dalam Otonomi Daerah.JurnalAnalisisKebijakanPertanian. 3(1) : 22-31.
Sutanto. 2006 Usahatani Kelompok. http://www.andriyanto.wordpress.com. Diakses pada tanggal 11 Mei 2013
Suwardi, H. 2009. Memperbaiki Sistem Latihan dan Kunjungan. Jurnal Agro Ekonomika 10(10) : 15-24.