Download - Portofolio Varicella
PORTOFOLIO KASUS MEDIK
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. R
Umur : 13 bulan
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku : Sasak
Alamat : Kampung Melayu
Tanggal Periksa : 23-6-2015
II. ANAMNESIS
Keluhan Utama
Lenting-lenting/bintil-bintil berisi cairan jernih yang tersebar ke seluruh tubuh.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan timbul lenting-lenting berisi air sejak dua hari.
Awalnya, ibu pasien melihat anaknya menggaruk – garuk daerah punggung. Kemudian ibu
pasien melihat daerah punggung anaknya dan menemukan lenting – lenting berisi air pada
punggung pasien. Pada keesokan harinya, ibu pasien mengatakan lenting - lenting berisi air
menyebar ke bagian dada, lengan, kaki dan telinga anaknya. Ibu pasien mengatakan keluhan
tersebut juga disertai panas sejak 2 hari yang lalu tidak terlalu tinggi,batuk (-), dan pilek (-).
Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak ada.
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga pasien yang mengalami keluhan serupa.
Riwayat Pengobatan
Pasien mengaku belum melakukan apapun untuk keluhan yang saat ini dirasakan.
Riwayat Sosial
Tetangga di sekitar pasien banyak yang mengalami keluhan yang sama.
1
Riwayat Imunisasi
Anak sudah mendapatkan imunisasi lengkap sesuai dengan usianya. Pasien mengaku
belum mendapatkan vaksinasi cacar.
III. PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda vital
o Tekanan darah : tidak dilakukan
o Nadi : 80 kali /menit
o Pernafasan : 20 kali / menit
o Suhu : 36,50C
BB : 12 kg
Status Lokalis
Kepala/leher:
o Kepala: bentuk dan ukuran dbn, ekspresi dbn, rambut dbn, oedema (-), malar rash
(-), hiperpigmentasi (-), nyeri tekan (-), deformitas (-).
o Mata: conjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-).
o Hidung: simetris, sekret (-/-).
o Telinga: simetris.
o Leher: simetris, limfonodi tidak teraba.
Thorax:
o Inspeksi : tidak ketinggalan gerak, simetris, retraksi (-)
o Palpasi : ketinggalan gerak (-).
o Perkusi : sonor pada seluruh lapang pandang paru.
o Auskultasi : Paru: vesikular (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-).
Jantung: irama jantung teratur, suara tambahan (-)
Abdomen: Datar, supel. Hepar dan Lien tidak ada pembesaran, bising usus (+) normal
Ekstrimitas: Akral hangat, edema (-/-)
2
IV. STATUS DERMATOLOGIKUS
Regio : hampir seluruh tubuh (generalisata)
Efloresensi : Tampak vesikel-vesikel dengan dasar eritematosa, terdapat pustul terutama
pada lengan dan punggung, erosi, dan krusta warna putih dan kuning
terutama pada punggung atas, tersebar diskret.
3
PUNGGUN
KAKI KIRI
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak ada
VI. RESUME
Pasien An. S perempuan, 13 bulan, datang dengan keluhan lenting-lenting berisi
air sejak dua hari. Lenting ini ditemukan pertama kali di daerah punggung, kemudian
menyebar di dada, punggung, tangan, kaki dan telinga. Pasien juga merasakan gatal di
daerah lenting tersebut.Keluhan ini disertai demam yang tidak terlalu tinggi. Ibu
pasien mengatakan belum pernah imunisasi cacar untuk kedua anaknya tersebut. Pada
status generalis, tidak ditemukan kelainan. Pada status dermatologikus, Tampak
vesikel dengan dasar eritematosa, erosi, dan krusta, tersebar diskret, dan generalisata.
VII. DIAGNOSIS KERJA
Varicella
VIII. DIAGNOSIS BANDING
Herpes zooter
Impetigo Bulosa
IX. PEMERIKSAAN ANJURAN
Tzanck test
X. PENATALAKSANAAN
Non-medikamentosa:
1. Menjelaskan kepada ibu pasien agar jangan mengaruk dan memecahkan
lenting-lenting tersebut karena dapat menimbulkan bekas luka garukan di
kulit. Menaburkan bedak pada lenting.
2. Jaga kebersihan badan dengan tetap mandi walaupun masih banyak terlihat
lenting-lenting. Jangan menggosokkan handuk terlalu kencang.
3. Pasien dianjurkan untuk istirahat dirumah, mengindari kontak dengan kerabat
selama beberapa hari untuk mencegah penularan.
4
Medikamentosa :
Sistemik:
Acyclovir (5mg/kgBB/x) BB = 12 kg 60 mg. Dosis pemberian : 4 x 60
mg/hari (selama 5 hari).
CTM (0.25 mg/kgBB/hari) BB = 12 kg 3 mg / hari. Dosis pemberian : 3
x 1 mg/ hari (selama 5 hari).
o Kedua obat dibuat dalam sediaan puyer.
Topikal :
Bedak salisil 2%, taburkan 2x/hari pada lenting yang belum pecah.
Gentamisina Sulfat Cream 1%, oleskan 2x/hari pada bekas lenting yang
pecah.
XI. PROGNOSIS
Quo ad vitam : bonam
Quo ad fungtionam : bonam
Quo sanationam : bonam
5
VARICELLA
DEFINISI
Varicella (Cacar Air) adalah penyakit infeksi yang umum yang biasanya
terjadi pada anak-anak dan merupakan akibat dari infeksi primer Virus Varicella
Zoster. Varicella pada anak, mempunyai tanda yang khas berupa masa prodromal
yang pendek bahkan tidak ada dan dengan adanya bercak gatal disertai dengan papul,
vesikel, pustula, dan pada akhirnya, crusta, walaupun banyak juga lesi kult yang tidak
berkembang sampai vesikel.1
Normalnya pada anak, gejala sistemik biasanya ringan. Komplikasi yang
serius biasanya terjadi pada dewasa dan pada anak dengan defisiensi imunitas seluler,
dimana penyakit dapat bermanifestasi klinis berupa, erupsi sangat luas, gejala
konstitusional berat, dan pneumonia. Terdapat kemungkinan fatal jika tidak ada terapi
antivirus yang diberikan. 2
Vaksin Live Attenuated (Oka) mulai diberikan secara rutin pada anak yang
sehat diatas umur 1 tahun 1995. Setelah itu, insidensi varisella dan komplikasinya
mulai menurun di Amerika Serikat. Telah banyak negara bagian yang mewajibkan
vaksin ini diberikan sebagai syarat masuk sekolah. 2
Herpes Zooster disebabkan oleh reaktivasi dari Virus Varisela Zooster yang
oleh penderita varisela. Herpes Zooster ini ditandai dengan lesi unilateral terlokalisasi
yang mirip dengan cacar air dan terdistribusi pada syaraf sensoris. Biasanya lebih dari
satu syaraf yang terkena dan pada beberapa pasien dengan penyebaran hematogen,
terjadi lesi menyeluruh yang timbul setelah erupsi lokal. Zoster biasanya terjadi pada
pasien dengan immunocompromised, penyakit ini juga umum pada orang dewasa
daripada anak-anak. Pada dewasa lebih sering diikuti nyeri pada kulit. 1
EPIDEMIOLOGI
Sebelum pengenalan vaksin pada tahun 1995, varisella merupakan penyakit
infeksi paling sering pada anak-anak di USA. Kebanyakan anak terinfeksi pada umur
15 tahun, dengan persentasi dibawah 5% pada orang dewasa. Epidemik Varicella
terjadi pada musim dingin dan musim semi, tercatat lebih dari 4 juta kasus, 11.000
rawat inap, dan 100 kematian tiap tahunnya. Varicella merupakan penyakit serius
dengan persentasi komplikasi dan kematian tinggi pada balita, dewasa, dan dengan
1
orang imun yang terkompromi. Pada rumah tangga, persentasi penularan dari virus ini
berkisar 65%-86%.3
Manusia merupakan host alami yang diketahui untuk VZV, dimana dikaitkan
dengan dua bentuk kesakitan- yang bentuk primer sebagai varisela (chickenpox) dan
bentuk sekunder sebagai herpes zoster. VZV merupakan infeksi yang sangat menular
dan menyebar biasanya dari oral udara atau sekresi respirasi atau terkadang melalui
transfer langsung dari lesi kulit melalui transmisi fetomaternal. Serangan sekunder
meningkat pada kontak rumah yang rentan melebihi 85%.2
Pada iklim temperatur, angka infeksi enunjukkan variasi musiman yang
ditandai, dengan epidemis pada musim dingin akhir dan awal musim semi.
Sebaliknya, tidak ada variasi musiman yang terlihat pada iklim tropis. Alasan untuk
perbedaan penandaan ini tidaklah jelas, meskipun telah didukung dengan pemanasan,
dan kurangnya peningkatan paparan pada virus dalam bulan musim hangat dapat
menyebabkan beberapa perbedaan. Di india, disamping dekat dengan perbataan,
angka rendah yang tidak terduga melalui transmisi antar rumah telah
didokumentasikan sebesar 80%. Di Singapura, varicella timbul dalam dua epidemis
besar yang terpisah selama 23 tahun. 3
Meskipun infeksi primer asimptomatik adalah jarang, studi serologis
mendukung bahwa reinfeksi subklinis adalah sering. Jarangnya, pasien dengan
imunokompeten dapat mengalami episode kedua dari varicella. Varicella dalam iklim
temperatur lebih sering timbul pada usia sebelum sekolah dan anak usia sekolah
kurang dari usia 10 tahun dengan insidensi tertinggi pada kelompok usia 3-6 tahun.
Disamping prevalensi varisela pada anak-anak, beberapa orang pada iklim temperatur
dapat menenai orang dewasa tanpa adanya paparan : sebuah studi rekrut militer di
United States pada era prevaksin menunjukkan bahwa 8% tentara yang direkrut
adalah seronegatif, dengan peningkatn angka seronegative pada non kulit putih dan
lebih tinggi angka seronegative pada tentara yang asalnya di luar United States. 4
ETIOLOGI
Varicella disebabkan oleh Varicella Zooster Virus (VZV) yang termasuk
kelompok Herpes Virus dengan diameter kira-kira 150 – 200 nm. Inti virus disebut
capsid yang berbentuk icosahedral, terdiri dari protein dan DNA yang mempunyai
rantai ganda yaitu rantai pendek (S) dan rantai panjang (L) dan merupakan suatu garis
2
dengan berat molekul 100 juta dan disusun dari 162 capsomer. Lapisan ini bersifat
infeksius. 1
Varicella Zoster Virus dapat menyebabkan varicella dan herpes zoster. Kontak
pertama dengan virus ini akan menyebabkan varicella, oleh karena itu varicella
dikatakan infeksi akut primer, sedangkan bila penderita varicella sembuh atau dalam
bentuk laten dan kemudian terjadi serangan kembali maka yang akan muncul adalah
Herpes Zoster. 1
PATOGENESIS
Virus Varicella Zooster masuk dalam mukosa nafas atau orofaring, kemudian
replikasi virus menyebar melalui pembuluh darah dan limfe ( viremia pertama )
kemudian berkembang biak di sel retikulo endhotellial setelah itu menyebar melalui
pembuluh darah (viremia ke dua) maka timbullah demam dan malaise. 4
Permulaan bentuk lesi pada kulit mungkin infeksi dari kapiler endothelial pada
lapisan papil dermis menyebar ke sel epitel pada epidermis, folikel kulit dan glandula
sebacea dan terjadi pembengkakan. Lesi pertama ditandai dengan adanya makula
yang berkembang cepat menjadi papula, vesikel da akhirnya menjadi crusta. Jarang
lesi yang menetap dalam bentuk makula dan papula saja. Vesikel ini akan berada pada
lapisan sel dibawah kulit. Dan membentuk atap pada stratum korneum dan lusidum,
sedangkan dasarnya adalah lapisan yang lebih dalam. 4
Degenarasi sel akan diikuti dengan terbentuknya sel raksasa berinti banyak,
dimana kebanyakan dari sel tersebut mengandung inclusion body intranuclear type A4
Penularan secara airborne droplet. Virus dapat menetap dan laten pada sel syaraf. Lalu
dapat terjadi reaktivitas maka dapat terjadi herpes Zooster. 1
GEJALA KLINIS
Gejala mulai timbul dalam waktu 10-21 hari setelah terinfeksi pada anak-anak
yang berusia diatas 10 tahun, gejala awalnya berupa sakit kepala demam sedang dan
rasa tidak enak badan, gejala tersebut biasanya tidak ditemukan pada anak-anak yang
lebih musa. Pada permulaannya, penderita akan merasa sedikit demam, pilek, cepat
merasa lelah, lesu, dan lemah. Gejala-gejala ini khas untuk infeksi virus. Pada kasus
yang lebih berat, bisa didapatkan nyeri sendi, sakit kepala dan pusing. Beberapa hari
kemudian timbullah kemerahan pada kulit yang berukuran kecil yang pertama kali
3
ditemukan di sekitar dada dan perut atau punggung lalu diikuti timbul di anggota
gerak dan wajah. 1
Kemerahan pada kulit ini lalu berubah menjadi lenting berisi cairan dengan
dinding tipis. Ruam kulit ini mungkin terasa agak nyeri atau gatal sehingga dapat
tergaruk tak sengaja. Jika lenting ini dibiarkan maka akan segera mengering
membentuk keropeng (krusta) yang nantinya akan terlepas dan meninggalkan bercak
di kulit yang lebih gelap (hiperpigmentasi). Bercak ini lama-kelamaan akan pudar
sehingga beberapa waktu kemudian tidak akan meninggalkan bekas lagi. 3
Lain halnya jika lenting cacar air tersebut dipecahkan. Krusta akan segera
terbentuk lebih dalam sehingga akan mengering lebih lama. kondisi ini memudahkan
infeksi bakteri terjadi pada bekas luka garukan tadi. setelah mengering bekas cacar air
tadi akan menghilangkan bekas yang dalam. Terlebih lagi jika penderita adalah
dewasa atau dewasa muda, bekas cacar air akan lebih sulit menghilang. 3
Papula di mulut cepat pecah dan membentuk luka terbuka (ulkus), yang sering
menyebabkan gangguan menelan. Ulkus juga dapat ditemukan di kelopak mata,
saluran pernapasan bagian atas, rectum dan vagina. 4
Papula pada pita suara dan saluran pernapasan atas kadang menyebabkan
gangguan pada pernapasan. Bisa terjadi pembengkakan kelenjar getah bening dileher
bagian samping. Cacar air jarang menyebabkan pembentukan jaringan parut,
kalaupun ada hanya berupa lekukan kecil di sekitar mata. Luka cacar air bisa
terinfeksi akibat garukan dan biasanya disebabkan oleh staphylococcus. 4
Anak-anak biasanya sembuh dari cacar air tanpa masalah. Tetapi pada orang
dewasa maupun penderita gangguan sistem kekebalan, infeksi ini bisa berat atau
bahkan berakibat fatal. 4
Pada anak sehat yang sebelumnya nirmal, penyakit ini secara umum dan
biasanya jinak, dengan komplikasi yang paling sering adalah infesi sekunder bakteri
dari lesi kult. Jaringan parut merupakan komplikasi lain yang sering. Komplikasi
neurologis meliputi encephalitis dan ataxia cerebellar akut. Varisela encephalitis
dengan insiden 0,1% secara umum tampak mengalami nyeri kepala, kejang, pola
pemikiran yang terganggu, dan muntah, dengan angka mortalitas sebear 5 hingga
20%. Ataxia serebelar akut sedikit lebih jarang (0,025% insidensi) dibandingkan
ensefalitis dan secara umum tampak dalam 1 minggu ruam dengan ataxia, muntah,
pembicaraan yang terganggu, vertigo, dan atau tremor, dengan resolusi dalam 2
hingga 4 minggu. 4
4
Pada anak defisiensi imun atau kurang gizi yang tidak ditangani dengan
asiklovir intravena, angka kematian berkisar antara 15 hingga 18%. Kasus ini
dikarakteristikan dengan penyebaran, dengan pneumonia, miokarditis, artritis,
hepatitis, perdarahan, dan ensefalopaty (ataxia serebelar lebih sering). Super infeksi
lesi kulit dengan Staphylococcus aureus atau Streptococcus pyogenes dapat
menyebabkan pioderma, impetigo, erysipelas, nephritis, gangrene, atau sepsis. Pada
tropis Amerika, varisella pada anak usia muda, anak kekurangan gizi dapat
berkomplikasi menjadi diare berat. 3
Orang dewasa tampak mempunyai penyakit yang lebih berat dibandingkan
dengan anak-anak. Dengan peningkatan 15 kali lipat pada mortalitasnya. Varisella
onset dewasa lebih sering berkomplikasi dengan pneumonitis dan ensefalitis, dengan
secara klinis pneumonitis lebih dari 15 % kasus. 4
Orang dari area tropis yang pindah ke area temperatur berada dalam resiko
untuk varisela onset dewasa, terutama jika kontak dengan anak usia muda. Varisela
ibu pada gestasi awal menimbulkan secara jarang ke sindrom varisela kongenital yang
ditandai dengan defek kulit, atrofi ekstremitas, dan disfungsi sistem otonom. Maternal
varisela pada gestasi akhir dapat menimbulkan varisela neonatus, dengan angka
mortalitas sama tingginya dengan 30% pada bayi yang tidak diterapi. 4
Infeksi VZV rekuren bermanifestasi sebagai herpes zoster (shingles), sebuah
penyakit yang biasanya terlihat pada orang dewasa dengan usia lebih dari 50 tahun.
Data menunukkan perbedaan rasial dalam resiko timbulnya zoster, dengan orang tua
kulit putih lebih sering berada dalam resiko dibandingkan dengan orang tua berkulit
hitam. Zoster juga dapat timbul jarang pada anak-anak. Zoster pada pasien
imunnocompromise dapat menjadi lebih berat. 4
Peningkatan insidensi zoster pada usia sama halnya dengan pasien
imunocompromised dikarenakan penurunan anti-VZV cell-mediated immunity.
Menariknya, ada bukti bahwa paparan pada orang yang seropositive terhadap varisela
terlindungi dari perkembangan zoster, tertama dengan menambah respon imunnya.
Setelah infeksi primer, VZV (seperti HSV) timbul pada keadaan latent dengan ganglia
saraf kranial dan spinal. Stimuli non spesifik seperti stress, imunodefisiensi atau
malignansi dapat mengaktivasi virus laten dengan keterlibatan distribusi saraf yang
disalurkan melalui ganglion yang terkena. Herpes zoster timbul setelah 3- to 4-day
gejala prodromal demam, lesu, dan gangguan gastrointestinal dan erupsi vesikular
kutaneus yang nyerei pada distribusi dermatomal. Ruam biasanya unilateral dan
5
sepanjang hanya satu dermatom. Pada kasus yang berat, erupsi dapat menjadi lebih
umum dan variseliform. Vesikel sembuh dalam 5 hari, tetapi postherpetic neuralgia
dapat saja ada. Postherpetic neuralgia, terlihat pada lebih dari 50% pasien diatas 50
tahun, didefinisikan sebagai nyeri konstan atau intermiten lebih dari durasi satu bulan
pada area yang melibatkan dermatom. Infeksi dari mata, Herpes zoster
ophthalmicusmerupakan kondisi yang serius karena dapat menyebabkan kebutaan.
Sindroma Ramsay Hunt didefinisikan sebagai keterlibatan trias dari meatus auditorius
eksternal, hilangnya rasa pada lidah dan palsy fasialis ipsilateral. Keterlibatan dari
medula spinalis dapat menyebabkan kelumpuhan atau palsy saraf kranial. 5
Resiko dari ensefalitis meningkat pada orang tua dengan keterlibatan saraf
kranial dan pada pasien AIDS. Postzoster ensefalitis dapat timbul dalam 3 bentuk :
infark yang dikarenakan vaskulitis pembuluh darah besar, leukoensefalopati
multifokal dan ventrikulitis. 5
DIAGNOSIS
Diagnosis klinik varisela pada anak-anak, saat ini variola (smallpox) telah
dieradikasi, biasanya tidaklah sulit. Ruam mempunyai karakteristik dan jarangkali
dibutuhkan untuk dibedakan dari eksantem enterovral, infeksi S. aureus, rekasi obat,
dermatitis kontak dan penyebaran infeksi HSV-1. Diagnosis dengan kultur dari cairan
vesikel kurang sensitif untuk HSV atau CMV dan dapat membutuhkan waktu 7 hari. 2
Metode ini telah diganti dengan metode shellvial sensitive dan ebih cepat,
dimana hasilnya diberikan dalam waktu 1-3 hari. Deteksi yang lebih cepat, sensitif,
dan spedifik dapat membentu sistem dasar kultur dimasa depan sebagaimana
pewarnaan PCR multiple menjadi lebih sering untuk digunakan. Mengambil dasar
vesikel mungkin dapat menunjukkan sel raksasa multinukleasi, dimana tidak dapat
jelas dibedakan dari HSV. Bagaimanapun, immunofluorescence pada kultur atau
mengambil dengan menggunakan antibodi spesifik dapat membedakan antara HSV-1,
HSV-2, dan VZV. Deteksi serologis IgM dan tingginya titer atau empatkali
peningkatan IgG anti VZV antibodi dapat berguna dalam beberapa kasus. 2
Deteksi dari IgM dapat meunjukkan infeksi primer (chicken pox), dimana baik
tinggi titernya atau empat kali peningkatan igG mengindikasikan rekurensi.
Bagaimanapun, peningkatan IgM juga dapat terlihat pada rekurensi. Diagnosis klinis
6
herpes zoster virus pada orang dewasa juga biasanya tidak sulit dalam memberikan
karakteristik pola dermatom. 2
DIAGNOSIS BANDING
Differensial diagnosis dari infeksi varicella sendiri termasuk infeksi yang
dapat menimbulkan vesikular exanthema, seperti infeksi herpes secara umum, hand-
foot-mouth infection dan exanthema enteroviral lainnya. Dahulu, variola dan vaccinia
merupakan differensial diagnosis yang penting namun infeksi ini sudah sangat jarang
ditemukan. Herpes simpleks dapat dibedakan dari pengelompokan vesikelnya, lokasi,
dan tes immunoflorescent atau kultur, jika perlu. Tes Tzanck dapat membantu
membedakan varicella dengan enteroviral penyebab exanthem lainnya dengan
memperlihatkan multinucleated giant cell pada infeksi Herpes zoster. 3
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pada pemeriksaan darah tidak memberikan gambaran yang spesifik.
Untuk pemeriksaan varicella bahan diambil dari dasar vesikel dengan cara kerokanan
dicat dengan Giemsa dan Hematoksilin Eosin, maka akan terlihat sel-sel raksasa
(giant cell) yang mempunyai inti banyak dan epitel sel berisi Acidophilic Inclusion
Bodies atau dapat juga dilakukan pengecatan dengan pewarnaan imunofluoresen,
sehingga terlihat antigen virus intrasel.
Isolasi virus dapat dilakukan dengan menggunakan fibroblast pada embrio manusia.
Bahan diambil dari kerokan dasar vesikel, kadang-kadang ada darah.
Antibodi terhadap varicella dapat dideteksi dengan pemeriksaan Complemen Fixation
Test, Neurailization Test, FAMA, IAHA, dan ELISA. 3
PENGOBATAN
Meskipun vidarabine dan interferon-α telah digunakan pada terapi infeksi
VZV yang berat, asiklovir tetaplah merupakan obat pilihan. Asiklovir lebih efektif
pada infeksi VZV yang berat jika diberikan secara intravena dalam 24 jam setelah
timbul ruam. Terapi asiklovir oral dari anak sehat dengan chickenpox sebaiknya
dipertimbangkan , terutama pada remaja dan kontak dengan orang rumah secara
sekunder, meskipun keuntunggannya tetap ada. Dikarenakan strain resisten asiklovor
pada pasiein dengan AIDS, foscaranet harus dipertimbangkan untuk infeksi berat
dalam keadaan ini. 3
7
Untuk herpes zoster, obat pilihan adalah famciclovir dan valacyclovir. Terapi
awal dari zoster telah menunjukkan untuk memperpendek perjalan penyakit kutaneus
dan menurunkan durasi serta keparahan post herpetil neuralgia. Steorid topikal juga
dapat berguna pada uveitis herpetik dan keratitis. Zoster yang sangat nyeri dapat
diterapi dengan kompres basah dan analgesik yang menganduk kodein. Gabapentin,
analog struktural neurotransmitter gamma-aminobutyric acid, berguna dalam
mengatasi postherpetic neuralgia. Antihistamin dapat berguna untuk menyingkirkan
rasa gatal varisella pada anak-anak. 1
Untuk mengurangi rasa gatal dan mencegah penggarukan, sebaiknya kulit
dikompres dingin. Bisa juga dioleskan losyen kalamin, antihistamin atau losyen
lainnya yang mengandung mentol atau fenol. 2
Untuk mengurangi resiko terjadinya infeksi bakteri, sebaiknya: kulit dicuci
sesering mungkin dengan ait dan sabun, menjaga kebersihan tangan, kuku dipotong
pendek, pakaian tetap kering dan bersih. 2 Kadang diberikan obat untuk mengurangi
gatal (antihistamin). Jika terjadi infeksi bakteri, diberikan antibiotik. Jika kasusnya
berat, bisa diberikan obat anti-virus asiklovir. 2
Untuk menurunkan demam, sebaiknya gunakan asetaminofen, jangan aspirin.
Karena aspirin dapat memberikan efek samping yang buruk pada anak-anak Obat
anti-virus boleh diberikan kepada anak yang berusia lebih dari 2 tahun. Asiklovir
biasanya diberikan kepada remaja, karena pada remaja penyakit ini lebih berat.
Asikloir bisa mengurangi beratnya penyakit jika diberikan dalam wakatu 24 jam
setelah munculnya ruam yang pertama. 3
KOMPLIKASI
Adapun komplikasi yang bisa ditemukan pada cacar air adalah: 5
Pneumonia karena virus
Peradangan jantung
Peradangan sendi
Peradangan hati
Infeksi bakteri (erisipelas, pioderma, impetigo bulosa)
Ensefalitis (infeksi otak).
PROGNOSIS
8
Dengan perawatan teliti dan memperhatikan higiene akan memberikan prognosis
yang baik dan jaringan parut yang timbul akan menjadi sedikit. 5
Angka kematian pada anak normal di Amerika 5,4 – 7,5 dari 10.000 kasus varicella. 5
Pada neonatus dan anak yang menderita leukimia, immunodefisiensi, sering
menimbulkan komplikasi dan angka kematian yang meningkat. 5
Angka kematian pada penderita yang mendapatkan pengobatan immunosupresif tanpa
mendapatkan vaksinasi dan pengobatan antivirus antar 7 – 27% dan sebagian besar
penyebab kematian adalah akibat komplikasi pneumonitis dan ensefalitis. 5
PENCEGAHAN
Untuk mencegah cacar air diberikan suatu vaksin. Kepada orang yang belum
pernah mendapatkan vaksinasi cacar air dan memiliki resiko tinggi mengalami
komplikasi (misalnya penderita gangguan sistem kekebalan), bisa diberikan
immunoglobulin zoster atau immunoglobulin varicella-zoster. Vaksin varisela
biasanya diberikan kepada anak yang berusia 12-18 bulan. 3
DAFTAR PUSTAKA
1. Djuanda, Adhi. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Keempat. Bab Varisela.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta : 2007
2. Mehta, Parang. Varicella. Emedicine from WebMD. Sept 2007. Diambil dari
http://www.emedicine.com/ped/topic2385.htm. Diakses pada tanggal 7 Juli 2015.
3. Rampengan, T.H. Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak. Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Jakarta : 2005
4. Schachner, Lawrence. Pediatric Dermatology Third Edition. Mosby. 2003
5. Dewi M. Cacar Air (Varicella). Diambil dari Medicastore.com
http://www.medicastore.com/med/detail_pyk.php?
id=&iddtl=38&idktg=&idobat=&UID=20071115181404219.83.83.58. Diakses pada
tanggal 7 juli 2015.
9