DIKTAT AKUNTANSI KEUANGAN-MENENGAH I
BAB I
SIKLUS AKUNTANSI
1
DIKTAT AKUNTANSI KEUANGAN-MENENGAH I
SISTEM AKUNTANSI BERPASANGAN (DOUBLE-ENTRY ACCOUNTING SYSTEM)
Sistem akuntansi berpasangan mengenal dua
istilah, yaitu debit (Dr) dan kredit (Cr). Debit dapat
diartikan sebagai kiri dan kredit dapat diartikan sebagai
kanan (Kieso, et.al, 2004). Total nilai yang ada disebelah
debit (kiri) harus sama (seimbang) dengan total nilai
disebelah kredit (kanan). Dalam sistem akuntansi
berpasangan, debit harus sama dengan kredit (Dr = Cr).
Sistem akuntansi berpasangan didasarkan pada
persamaan dasar akuntansi, yaitu:
Aktiva = hutang + ekuitas
Aktiva merupakan harta entitas atau sumberdaya
entitas yang digunakan untuk menjalankan operasi
usaha. Aktiva bersumber dari pendanaan kreditur
(hutang) maupun setoran dari pemegang saham (pemilik)
dan hasil usaha periode sebelumnya (ekuitas). Apabila
persamaan dasar akuntansi dihubungkan dengan
keseimbangan debit dan kredit maka:
Dr (Aktiva) = Cr ( Hutang + Ekuitas)
Dari persamaan itu dapat disimpulkan:
1. Saldo normal (letak yang seharusnya) akun
aktiva adalah disebelah debit sedangkan akun
hutang dan ekuitas memiliki saldo normal kredit.
Artinya pada saat penutupan buku saldo akhir aktiva
harus disebelah debit sedangkan hutang dan ekuitas
harus disebelah kredit.
2. Aktiva bertambah disebelah debit dan berkurang
disebelah kredit. Hutang dan ekuitas bertambah
disebelah kredit dan berkurang di sebelah debit.
3. Bila dikaitkan dengan pendapatan dan biaya
maka:
Pendapatan akan menambah ekuitas/modal,
sehingga saldo normal pendapatan sama dengan
ekuitas (sebelah kredit). Apabila pendapatan
terjadi dicatat disebelah kredit.
Biaya-biaya akan mengurangi ekuitas/modal,
sehingga saldo normal biaya disebelah debit dan
apabila biaya terjadi dicatat disebelah debit.
SIKLUS AKUNTANSISiklus akuntansi merupakan tahapan-tahapan
yang dilalui dalam memproses transaksi akuntansi.
Akuntansi merupakan salah satu system informasi yang
memproses data keuangan yang berasal dari transaksi
atau peristiwa- peristiwa (events) menjadi suatu
informasi yang berguna untuk membantu pembuatan
keputusan. Peristiwa-peristiwa yang terdapat pada suatu
entitas dapat diklasifikasi atas:
1. Peristiwa Internal, yaitu peristiwa-
peristiwa yang terjadi didalam suatu entitas tanpa
melibatkan pihak di luar entitas. Misalnya
perpindahan bahan baku dari suatu departemen
ke departemen lainnya atau penggunaan aktiva
tetap.
2. Peristiwa eksternal, yaitu peristiwa-
peristiwa yang terjadi antara pihakl entitas dengan
pihak lain di luar entitas. Misalnya interaksi
entitas dengan pihak pemasok atau pembeli atau
dengan
2
DIKTAT AKUNTANSI KEUANGAN-MENENGAH I
3. pemegang saham. Peristiwa eksternal
ini sering disebut sebagai transaksi, yaitu
pertukaran yang terjadi antara dua pihak (entitas
dan pihal luar) dimana salah satu pihak
mengorbankan atau menerima suatu nilai.
Tidak semua peristiwa- peristiwa atau transaksi yang
terjadi dan melibatkan entitas harus dicatat. Peristiwa
atau transaksi yang dicatat hanya peristiwa-peristiwa
atau transaksi yang berpengaruh terhadap posisi harta
(aktiva), hutang dan ekuitas.
Untuk menghasilkan informasi yang bermanfaat
maka diperlukan suatu tahapan-tahapan yang sistematis
untuk memproses peristiwa-peristiwa atau transaksi-
transaksi. Peristiwa-peristiwa atau Transaksi-transaksi
yang datanya hendak ditangkap (data capturing) dan
diproses menjadi informasi keuangan dapat
dikategorikan atas:
1. Transaksi Penerimaan Kas
2. Transaksi Pengeluaran Kas
3. Transaksi Pembelian Kredit
4. Transaksi Penjualan Kredit
5. Penyesuaian dan perisiwa lainnya yang tidak
bisa dikategorikan pada keempat transaksi
sebelumnya.
Untuk memproses data yang diperoleh dari
transaksi atau peristiwa tersebut selama satu perioda
akuntansi atau tahun pembukuan diperlukan tahapan
sistematis atau siklus akuntansi. Siklus itu dapat
digambarkan sebagai berikut:
3
Untuk memproses data akuntansi
menjadi informasi yang berguna untuk pembuatan
keputusan, aktivitas berikut dilakukan dalam
pemrosesan data:
1. Merancang nomor-nomor dan nama-
nama akun yang akan terpengaruh oleh
transaksi. Akun merupakan tempat untuk
menampung data aktiva, hutang atau
modal/ ekuitas.
2. Menangkap data dari peristiwa-
peristiwa atau transaksi dalam dokumen
sumber.
3. Melakukan pencatatan data transaksi
(penjurnalan) ke jurnal dan ke Buku
Pembantu (Subsidiary Ledger).
4. Mengklasifikasi atau memosting data
ke masing-masing akun yang terpengaruh di
buku besar (General Ledger)
5. Mengumpulkan atau mengiktisarkan
saldo dari masing-masing akun di buku besar
ke Neraca Saldo (Trial Balance).
6. Menganalisa masing-masing akun
untuk menemukan akun yang perlu
disesuaikan dengan membuat jurnal
penyesuaian (Adjustment).
7. Memosting penyesuaian akun dan
membuat neraca saldo disesuaikan (Adjusted
trial Balance)
8. Menyusun laporan keuangan
9. Menutup akun-akun nominal ke laba
ditahan atau modal
10. Membuat ayat jurnal pembalik, jika
perlu
1. Mencatat data dari dokumen sumber ke jurnal dan Buku Pembantu
Dokumen sumber (Source Document)
merupakan dokumen yang digunakan untuk
menangkap atau merekam data peristiwa-peristiwa
atau transaksi. Dokumen sumber dapat dibedakan
dari jenis transaksi. Misalnya untuk transaksi
penerimaan kas dokumen sumbernya adalah Bukti
Penerimaan Kas. Untuk Transaksi Pengeluaran Kas,
dokumen sumbernya adalah Bukti Pengeluaran
Kas. Transaksi Penjualan ditangkap di Faktur
(penjualan), sedangkan transaksi pembelian
ditangkap melalui Bukti Penerimaan Barang atau
Tagihan Pemasok atau Konosemen (Bill of Lading).
Masing-masing bukti tersebut merupakan bukti
atas terjadinya suatu transaksi.
Dokumen-dokumen sumber dicatat ke
Jurnal. Jurnal merupakan buku atau sarana untuk
mencatat seluruh peristiwa-peristiwa atau
kejadian-kejadian yang terjadi pada suatu entitas
dan mempengaruhi posisi aktiva, hutang atau
ekuitas/modal. Jurnal merupakan sarana
pencatatan awal (Book of Original Entry). Jurnal
yang paling sederhana adalah jurnal umum, yaitu
catatan kronologis atas peristiwa-peristiwa yang
ditunjukkan dalam kolom debit dan kredit. Apabila
ukuran perusahaan semakin besar, maka jurnal
umum tidak memadai lagi untuk mencatat seluruh
peristiwa-peristiwa sehingga diperlukan jenis jurnal
yang lain yang disebut sebagai jurnal khusus. Jurnal
khusus membagi jurnal atas jenis transaksinya.
Pencatatan ke jurnal Umum
Jurnal umum terdiri dari kolom-kolom
tanggal, Akun dan keterangan, referensi, debit,
kredit. Jurnal Umum dapat digambarkan sebagai
berikut:
Tahun: Hal:
Dr CrTanggal Ref
JURNAL UMUMJumlahAkun dan KeteranganBulan
Ilustrasi1.1:
Transaksi tersebut dapat dicatat ke jurnal umum berikut:
Pencatatan ke Buku Pembantu (Subsidiary Ledger)
Buku Pembantu merupakan buku untuk
mencatat rincian dari suatu akun di buku besar.
Buku Pembantu perlu dibuat untuk merinci bagian-
bagian dari akun di buku besar dan sebagai
akuntabilitas/penjelasan akun di buku besar. Buku
pembantu biasanya dibuat untuk akun piutang
dagang, hutang dagang, aktiva tetap ataupun
investasi. Data yang dicatat di buku besar berasal
dari dokumen sumber. Saldo antara akun di buku
besar dengan total saldo masing masing buku
pembantu harus sama.
Pemegang buku pembantu dan buku
besar harus dipisahkan untuk menjamin
pengendalian dan keandalan data akuntansi.
Secara berkala, buku pembantu dan akun yang
berkaitan dengan buku pembantu harus
dicocokkan (rekonsiliasi) dan mencari penyebab
perbedaan.
Ilustrasi 1.2:
PT. A memiliki data piutang dagang dan data Hutang Dagang per 31 Desember 2004 sebagai berikut:
Data Piutang Dagang
Data Hutang Dagang
Daftar piutang tersebut dibuat
berdasarkan saldo yang ada di buku pembantu
piutang dagang dan hutang dagang. Perhatikan,
total saldo piutang masing-masing pelanggan dan
total saldo hutang dagang masing-masing pemasok
harus sama dengan total saldo akun piutang
dagang dan hutang dagang di Buku Besar. Apabila
kita akan menangkap data transaksi diilustrasi 1.1
ke masing-masing buku pembantu piutang dagang
dan hutang dagang, maka kita perlu membuat
terlebih dahulu buku pembantu untuk masing-
masing pelanggan dan pemasok dan memosting
data dari bukti. Berikut disajikan buku pembantu
piutang dagang dan hutang dagang PT. A dan
pencatatan dari bukti transaksi:
2. Memosting (mengelompokkan) debet dan kredit di jurnal ke masing-masing akun di Buku Besar
Memosting merupakan aktivitas
mengelompokkan nilai-nilai transaksi ke masing-
masing akun di buku besar. Sumber untuk
melakukan pemostingan adalah buku jurnal.
Pemostingan dapat dilakukan setiap hari ataupun
secara periodik. Akun di buku besar memiliki
kolom-kolom tanggal, Nomor bukti, keterangan,
referensi, debit, kredit dan saldo. Bentuk akun
yang paling sederhana adalah akun berbentuk T (T
Account).
Pemostingan data transaksi PT. A di ilustrasi 1.1 ke
masing-masing saldo akun di buku besar dapat
dilakukan sebagai berikut (disajikan hanya akun-
akun yang terpengaruh transaksi):
3. Mengiktisarkan saldo akhir masing-masing akun ke dalam Neraca Saldo (Trial Balance)
Untuk melihat keseimbangan debit dan
kredit maka seluruh saldo akun diiktisarkan dalam
Neraca Saldo. Neraca saldo juga diperlukan untuk
melihat akun-akun yang perlu dikoreksi atau
disesuaikan atau direklasifikasi.
Ilustrasi 1.4
Neraca saldo PT. A per 31 Januari 2005 setelah
dilakukan pemostingan adalah:
4. Melakukan pencatatan ke jurnal atas penyesuaian- penyesuaian yang diperlukan oleh suatu akun
Setelah Neraca saldo selesai dilakukan,
tugas berikutnya adalah memeriksa akun-akun
yang perlu disesuaikan. Penyesuaian dilakukan agar
Pendapatan dan Biaya mencerminkan pendapatan
dan biaya pada periode penyusunan laporan
Keuangan (landasan untuk melakukan penyesuaian
adalah prinsip pemadanan/ Matching, yaitu
memadankan/menandingkan antara pendapatan
periode penyusunan laporan keuangan dengan kos
yang terjadi pada periode penyusunan laporan
keuangan, dan Prinsip Pengakuan Pendapatan).
Penyesuaian hanya dilakukan pada saat laporan
keuangan akan disusun.
PENYESUAIAN YANG PERLU DIBUAT
Penyesuaian biasa dIbuat untuk akun-
akun yang dibayar atau diterima terlebih dahulu
(Prepayments) dan akun-akun yang akan diterima
atau yang akan dibayar (Akrual (Accruals).
A. PENYESUAIAN UNTUK AKUN-AKUN YANG DIBAYAR ATAU DITERIMA TERLEBIH DAHULU
1. Biaya-biaya yang dibayar dimuka(Prepaid Expense)
Biaya-biaya ini dibayar sebelum suatu
entitas mengkonsumsi manfaat dari pembayaran
tersebut atau sebelum periode waktu biaya
tersebut habis. Biaya-biaya yang dibayar terlebih
dahulu biasanya terkait dengan pembelian
perlengkapan (misalnya alat tulis kantor),
pembayaran premi asuransi, pembayaran sewa,
aktiva tetap, dan lain-lain. Biaya-biaya ini
seharusnya dicatat sebagai aktiva sebelum
konsumsi dilakukan atau sebelum periode waktu
berakhir. Namun, dalam praktik, terkadang ditemui
juga biaya-biaya ini dicatat sebagai biaya periode berjalan.
1a. Perlengkapan (Supplies)
Perlengkapan merupakan aktiva
perusahaan yang digunakan untuk mendukung
operasi sehari-hari perusahaan. Biasanya
perlengkapan merupakan barang yang habis pakai
dalam satu periode akuntansi atau periode
pembukuan. Contohnya adalah perlengkapan
kantor (alat tulis kantor). Apabila entitas membeli
perlengkapan, sudah seharusnya perlengkapan
diakui sebagai aktiva sampai perlengkapan tersebut
digunakan oleh entitas. Setiap perlengkapan yang
habis digunakan harus dicatat sebagai biaya
perlengkapan. Namun, sangat tidak efisien apabila
setiap penggunaan perlengkapan dilakukan
pencatatan ke jurnal. Untuk penghematan waktu,
maka penyesuaian atas pemakaian perlengkapan
hanya dilakukan pada saat penyusunan laporan
keuangan. Pada kasus PT. A di ilustrasi 1.1, dibeli
perlengkapan pada tanggal 10 januari 2005 Rp.500,
dan apabila per 31 Desember 2005 perlengkapan
yang tersisa Rp.50, maka perlengkapan yang
terpakai (biaya perlengkapan) sebesar Rp. 450.
Kronologis masing-masing peristiwa dapat dicatat
sebagai berikut:
Apabila PT. A pada saat pembelian mencatat sebagai aktiva
Apabila PT. A pada saat pembelian mencatat sebagai biaya:
1B. Asuransi (Insurance)
Biasanya entitas melindungi aktiva dari
bahaya kebakaran dan pencurian. Premi asuransi
didasarkan pada kontrak asuransi dan
pertanggungan yang disepakati. Pembayaran premi
biasanya dilakukan tidak selalu pada awal tahun.
Pada saat penyusunan laporan keuangan bisa jadi
premi asuransi belum jatuh tempo. Misalkan pada
tanggal 1 November 2005 dibayar premi asuransi
Rp.600 untuk masa satu tahun (12 bulan), maka
pencatatan penyesuaian dilakukan sebagai berikut:
Apabila pada saat pembayaran mencatat sebagai aktiva
Apabila pada saat pembelian dicatat sebagai biaya:
1c. Biaya Sewa dibayar dimuka (Prepaid Rent)
Biaya sewa dibayar dimuka merupakan
pembayaran yang diberikan kepada pihak lain
sementara jasa dari pihak diluar entitas belum
dinikmati. Akun ini dikategorikan sebagai aktiva
lancar di neraca apabila masa sewa kurang dari
1 tahun. Jasa atau barang yang telah dikonsumsi
selama periode berjalan harus dicatat sebagai
biaya. Untuk mencerminkan hal itu perlu dibuat
penyesuaian pada saat akan menyusun laporan
keuangan.
Dari kasus PT. A diilustrasi 1.1, pada
tanggal 7/10-2005 PT. A membayar sewa
peralatan untuk masa 1 tahun Rp. 150. Ada dua
cara untuk menyesuaikan:
1. Apabila pada tanggal 7/10-2005 dicatat sebagai biaya sewa, maka penyesuaian yang perlu dilakukan
adalah:
2. Apabila pada tanggal 7/10-2005 dicatat sebagai sewa dibayar dimuka (Prepaid Rent), maka
penyesuaian yang perlu dilakukan adalah:
1e. Sediaan barang dagang (Merchandise Inventory)
Ada dua sistem pencatatan sediaan,
yaitu sistem perpetual dan periodik. Sistem
pencatatan perpetual mencatat pembelian
barang dagang dengan mendebit akun sediaan
(bukan akun pembelian) dan mengkredit akun
sediaan apabila terjadi penjualan. Dengan
demikian sistem sediaan perpetual pada akhir
periode akan mencerminkan nilai sediaan yang
ada digudang. Berbeda dengan sistem periodik,
pembelian barang (dagang) dicatat dengan
mendebit akun sediaan dan setiap penjualan
tidak dilakukan pengkreditan atas akun sediaan
(barang dagang). Nilai sediaan sebenarnya bisa
diketahui apabila dilakukan perhitungan sediaan
yang ada di gudang (Stock opname/Inventory
Taking).
Agar laporan keuangan mencerminkan
nilai sediaan yang sebenarnya pada akhir
periode maka, apabila menggunakan sistem
periodik, perlu dibuat pencatatan penyesuaian
sediaan. Sistem sediaan perpetual tidak perlu
menyesuaikan sediaan kecuali ada kekurangan
sediaan. Penyesuaian sediaan dibuat dengan
mengkredit akun sediaan (awal) dan mendebit
akun Kos dari Barang Terjual (Cost of Goods
Sold) serta mendebit akun sediaan (akhir) dan
mengkredit akun kos dari barang terjual.
Contoh:
PT. A menggunakan sistem sediaan Periodik
sehingga penyesuaian untuk akun sediaan
dibuat sebagai berikut:
1e. Aktiva Tetap.
Aktiva Tetap merupakan aktiva berujud
perusahaan yang dipakai dalam operasi dalam
rangka memperoleh pendapatan dan memiliki
umur lebih dari satu periode akuntansi atau lebih
dari 1 tahun. Aktiva tetap merupakan kategori
biaya –biaya yang dibayar terlebih dahulu
berjangka panjang dan dibebankan ke rugi laba
melalui biaya penyusutan. Ada berbagai metode
untuk membebankan kos pemerolehan aktiva
tetap ke masa-masa pemakaian aktiva tetap yang
akan menghasilkan biaya penyusutan yang
berbeda-beda. Topik ini akan dibahas secara
khusus pada topic aktiva tetap.
Pada saat akan menyusun laporan
keuangan maka akuntan perlu memperhitungkan
pembebanan biaya penyusutan aktiva tetap
sehingga bisa diketahui laba rugi yang sebenarnya
diperoleh oleh entitas. Biaya penyusutan
(Depreciation Expenses) terakumulasi (terkumpul)
dalam akun akumulasi penyusutan aktiva tetap
(Accumulated depreciation of Fixed Asset). Akun
akumulasi penyusutan aktiva tetap (Accumulated
depreciation of Fixed Asset) disajikan di neraca
sebagai pengurang (Contra Account) dari aktiva
tetap untuk mengetahui nilai buku atau nilai
terbawa (Book Value/Carrying Amount) dari aktiva
tetap.
Contoh:
PT. A Memiliki Gedung yang dibeli senilai Rp.300
dan disusutkan selama 30 tahun dengan metode
penyusutan Garis lurus. Biaya Penyusutan per tahun Rp. 10 (Rp.300/Rp30). Pencatatan yang
dibuat untuk penyesuaian tersebut adalah:
2. Pendapatan-pendapatan yang diterima dimuka (Unearned Revenue)
Adakalanya entitas menerima terlebih
dahulu kas atas jasa atau barang yang pada saat itu
belum diberikan kepada pelanggan. Penerimaan ini
sebenarnya belum bisa diakui atau dicatat sebagai
pendapatan sebelum jasa atau barang tersebut
diberikan kepada pelanggan/pembeli. Pendapatan-
pendapatan yang diterima dimuka adalah hutang
atau keharusan entitas untuk memberikan barang
atau jasa. Di masa mendatang. Contoh transaksi
pendapatan-pendapatan diterima dimuka adalah
uang muka penjualan, sewa diterima dimuka, dan
lain-lain. Untuk menyesuaikan akun ini perlu
diperhatikan periode waktu jasa yang telah
terpakai atau jumlah barang yang telah diberikan
untuk memenuhi kewajiban ini.
Contoh:
Tanggal 5/11-2005 PT. A menerima sewa gudang
untuk 1 tahun Rp. 2.400.
1. Apabila akuntan PT. A pada saat penerimaan mencatat transaksi tersebut sebagai pendapatan
sewa:
Pencatatan itu sebenarnya salah karena
penerimaan seluruhnya diakui sebagai
pendapatan, padahal sampai 31 Desember 2005
(tanggal laporan keuangan) dari seluruh
penerimaan, yang menjadi pendapatan hanya 2
bulan (bulan november dan desember), yaitu
sebesar 2/12 x Rp.2.400 = Rp. 400, sedangkan
sisanya masih berupa kewajiban. Untuk
mengoreksi pencatatan itu dibuat pencatatan
penyesuaian berikut ini:
Untuk mencerminkan makna kos (cost) yang sebenarnya dan menunjukkan kos harus dikaitkan dengan suatu obyek, maka pemakaian istilah kos dari barang terjual lebih tepat untuk mencerminkan Cost Of Goods Sold alih-alih Harga Pokok Penjualan. Dalam buku ini, Cost diterjemahkan sebagai Kos dan Expense diterjemahkan sebagai biaya bukan Beban. Pemakaian istilah Kos untuk menunjukkan Cost juga telah dipakai IAI dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP).Untuk diskusi lebih lanjut tentang makna Cost, maka dapat dilihat di Suwardjono, Teori Akuntansi, BPFE,2005
Pencatatan ini menjadikan saldo akun pendapatan
sewa (Rent Income) Rp.400 dan sewa diterima
dimuka (Unearned Rent) Rp.2.000, seperti terlihat
dalam akun dibawah ini:
2. Apabila akuntan PT. A pada saat menerima mencatat transaksi tersebut sebagai sewa diterima
dimuka ( Unearned Rent)
Apabila laporan keuangan disusun per 31
Desember 2005, maka masa sewa yang telah
dijalani dan telah menjadi pendapatan adalah 2
bulan (November dan desember), sedangkan 10
bulan sisanya masih kewajiban PT. A. Untuk
menyesuaikan akun Unearned Rent agar
menyajikan nilai hutang yang sebenarnya (10/12 x
Rp.2.400 = Rp.2.000) dilakukan pencatatan
penyesuaian berikut ini:
Pencatatan ini menjadikan saldo akun pendapatan
sewa (Rent Income) Rp.400 dan sewa diterima
dimuka (Unearned Rent) Rp.2.000, seperti terlihat
dalam akun dibawah ini:
B. PENYESUAIAN UNTUK AKUN-AKUN AKRUAL (YANG AKAN DIBAYAR ATAU AKAN DITERIMA)
Akun- akun akrual merupakan akun-akun
yang timbul dan belum pernah dicatat selama
pencatatan harian. Akun-akun ini merupakan:
1. Pendapatan-pendapatan yang telah
menjadi hak entitas pada periode itu namun
sampai laporan keuangan disusun belum
diterima (Accrued Income). Pada akhir tahun
pendapatan ini menjadi tagihan (Receivable)
entitas kepada pihak lain diluar perusahaan.
2. Biaya-biaya yang telah terjadi namun
sampai penyusunan laporan keuangan belum
dibayarkan (Accrued Expense). Biaya-biaya ini
menjadi kewajiban atau hutang yang harus
dibayarkan oleh entitas ke pihak lain pada
periode setelah laporan keuangan.
B1. Pendapatan-pendapatan yang telah menjadi hak entitas namun sampai laporan keuangan disusun
belum diterima (Accrued Income)
Tanggal 31 Desember 2005, PT. A menerima
pengumuman dividen Rp.25 yang akan
dibayarkan pada awal tahun 2006. Pencatatan
dilakukan sebagai berikut:
B2. Biaya-biaya yang telah terjadi namun sampai penyusunan laporan keuangan belum dibayarkan
(Accrued Expense).
Per 31 Desember 2005, PT. A memiliki tagihan telepon bulan desember Rp. 60 yang akan dibayarkan
bulan januari 2006
B3. Biaya atas Piutang yang ditaksir tidak dapat ditagih (Bad debt Expense).
Terdapat dua metode dalam mencatat
piutang usaha yang ditaksir tidak dapat ditagih,
yaitu metode langsung dan metode penyisihan.
Apabila digunakan metode penyisihan (Allowance
method) maka akuntan perlu membuat
penyesuaian atas piutang yang ditaksir tidak
tertagih. Penaksiran dapat didasarkan pada umur
piutang atau persentase penjualan. Pencatatan
penyesuaian dibuat dengan mendebet akun Bad
debt Expense (Biaya piutang tak tertagih) dan
mengkredit akun Penyisihan untuk piutang tak
tertagih (Allowance for doubtful account). Akun
Penyisihan untuk piutang tak tertagih (Allowance
for doubtful account) merupakan akun kontra
(Contra Account) dari Piutang Dagang (Account
Receivable).
Contoh dari kasus PT. A: Ditaksir 1 % dari penjualan akan sulit ditagih
Dalam kasus PT. A diilustrasi 1.1 dan ditambah
informasi penyesuaian, maka pencatatan
penyesuaian untuk PT. A diiktisarkan sebagai
berikut:
5. Mengiktisarkan saldo-saldo akun ke Neraca Saldo Setelah disesuaikan (Adjusted Trial Balance)
Setelah melakukan pencatatan atas
penyesuaian yang diperlukan, maka tugas
berikutnya adalah memosting ke masing-masing
akun dan mengiktisarkan ke Neraca Saldo Setelah
Penyesuaian. Dari Contoh PT. A, Neraca Saldo
setelah penyesuaian dapat dilihat dibawah ini:
6. Menyusun laporan keuangan berdasar dari Neraca Saldo setelah disesuaikan
Laporan Keuangan yang lengkap terdiri
dari:
1. Neraca (Balance sheet)
2. Laporan Penghasilan/Laporan
rugi laba (Income Statement)
3. Laporan Arus Kas (Cash Flow
Statement)
4. Laporan Perubahan Ekuitas
(Statement of Stockholders’ equity)
5. Catatan- catatan atas laporan
keuangan (Notes to Financial Statement)
Neraca dan laporan rugi laba merupakan laporan
keuangan pokok, sedangkan sisa tiga laporan lagi
adalah penjelasan atas laporan keuangan pokok
karena disusun berdasarkan neraca dan laporan
rugi laba. Beberapa laporan keuangan akan
dibahas pada bab-bab berikutnya.
Dari Neraca saldo setelah penyesuaian PT.
A maka dapat disusun Neraca, Laporan laba rugi,
dan laporan laba ditahan (laporan ini merupakan
bagian dari laporan perubahan ekuitas) sebagai
berikut:
7. Menutup akun-akun nominal ke akun Riil Proses berikutnya dari siklus akuntansi
adalah menutup akun-akun nominal (akun-akun di
laporan rugi laba) ke akun laba ditahan. Pencatatan
ini dibuat untuk memindahkan akun-akun di rugi
laba ke akun-akun di neraca. Proses penutupan
dilakukan sebagai berikut:
Menutup akun penjualan ke laba ditahan
Proses ini dilakukan dengan mendebit seluruh akun pendapatan (karena saldo akhir pendapatan
di sisi kredit maka ditutup dengan mendebitkan akun ini) dan mengkredit laba ditahan. Pada kasus PT. A,
penutupan dicatat sebagai berikut:
Menutup seluruh akun biaya & kos dari barang terjual kea kun laba ditahan
Proses ini dilakukan dengan mendebit
akun laba ditahan dan mengkredit seluruh akun
biaya dan kos dari barang terjual. Pada kasus PT. A,
penutupan dicatat sebagai berikut:
Dari proses penutupan, maka akun laba
ditahan akan menunjukkan mutasi kredit sebesar
Rp.383.70 ( Rp. 916.3 (Db) - Rp.1300 (Cr)). Jumlah
itu sama dengan laba neto PT. A di laporan rugi
laba.
Setelah diposting ke masing-masing akun, maka
Neraca saldo setelah penutupan dapat disusun
sebagai berikut:
8. Membuat pencatatan pembalikan (Reversing Entries) Pencatatan pembalikan dilakukan untuk
menyederhanakan pencatatan transaksi pada
periode akuntansi berikutnya. Pembalikan tidak
harus dilakukan karena tidak mengubah jumlah
yang dilaporkan di laporan keuangan. Pembalikan
dibuat pada awal periode berikutnya dan bukan
pada akhir periode berjalan. Akun-akun yang
dibalikkan bersumber dari pencatatan jurnal
penyesuaian untuk pos-pos yang dibayar
dimuka(Prepayments) dan pos-pos akrual
(Accrual), yaitu:
1. Biaya-biaya dibayar dimuka yang
pada saat pembayaran dicatat pada akun
biaya.
2. Pendapatan diterima dimuka
yang pada saat penerimaan dicatat pada
akun pendapatan.
3. Pendapatan yang masih harus
diterima (Accrued Income)
4. Biaya-biaya yang masih harus
dibayar (Accrued Expense)
Pembalikan keempat pos-pos penyesuaian
ini dilakukan agar konsistensi pencatatan ke suatu
akun tetap terjadi pada periode berikutnya.
Namun, pembalikan ini bukan sesuatu yang harus
dilakukan. Apabila diterapkan pada PT. A, maka
pembalikan dicatat sebagai berikut:
MENGGUNAKAN JURNAL KHUSUSApabila ukuran suatu entitas semakin
besar dan jumlah transaksi yang akan diolah
semakin banyak maka penggunaan jurnal umum
untuk mencatat seluruh transaksi tidak memadai.
Untuk mengatasi ini dibuat jurnal khusus yang
membagi jurnal atas jenis transaksinya:
1. Transaksi penerimaan kas dicatat
ke JurnalPenerimaan Kas
2. Transaksi pengeluaran Kas dicatat
ke Jurnal Pengeluaran Kas
3. Transaksi Penjualan Kredit dicatat
ke Jurnal Penjualan
4. Transaksi Pembelian Kredit
dicatat ke Jurnal Pembelian
Transaksi diluar keempat transaksi diatas dicatat ke
Jurnal Umum atau lembar jurnal (Kournal Vocher).
Dengan demikian, terdapat empat jurnal khusus
yang dapat digunakan untuk mencatat data
transaksi dari dokumen sumbernya.
Bentuk masing-masing jurnal dapat
ditunjukkan dalam tabel dibawah ini:
Apabila diterapkan pada PT. A, maka pencatatan ke jurnal khusus dilakukan sebagai berikut:
Pemostingan ke masing-masing akun tidak
dilakukan untuk setiap transaksi, namun dilakukan
secara periodik (biasanya tiap bulan) dan yang
diposting adalah total jumlah dari masing-masing
akun. Apabila pemostingan dilakukan, maka kolom
ref diisi dengan tanda ceklis (√) untuk akun pada
kolom lain-lain. Untuk akun yang sering terjadi
dibuatkan kolom khusus dan diberi tanda ceklis (√)
dibawah total jumlah apabila dilakukan
pemostingan. Pemostingan ini disebut pemrosesan
tumpuk (Batch Processing) dalam sistem informasi
akuntansi manual. Sarana untuk melakukan
pemostingan adalah lembar jurnal ( Jural Voucher).
Dalam kasus PT.A (Ilustrasi 1.1), pemostingan
melalui lembar jurnal dapat disajikan sebagai
berikut:
Penggunaan lembar jurnal sebagai wahana
pemostingan lebih baik dilihat dari sisi
pengendalian karena sebelum diposting ke masing-
masing akun setiap pihak (pembuat, pemeriksa dan
pemosting) harus membubuhkan tanda tangan
sebagai tanda pemeriksaaan kebenaran data.
Selanjutnya pemegang buku besar memosting total
masing-masing akun ke akunnya masing-masing.
Soal Latihan:
[ T y p e t h e c o m p a n y a d d r e s s ] Page 36
[ T y p e t h e c o m p a n y a d d r e s s ] Page 36
BAB II
LAPORAN RUGI LABA (INCOME STATEMENT)DAN NERACA (BALANCE SHEET)
LAPORAN RUGI LABA
KEGUNAAN DAN KELEMAHAN LAPORAN RUGI LABA
Laporan rugi laba adalah laporan yang
menunjukkan kinerja atau prestasi operasi
perusahaan selama satu periode operasi. Laporan
rugi laba digunakan oleh pengguna untuk:
1. Mengevaluasi kinerja/prestasi periode lalu
suatu entitas dan membandingkannya dengan
kinerja perusahaan lain yang sejenis.
2. Laporan rugi laba dapat digunakan sebagai
dasar memprediksi kinerja perusahaan di
masa yang akan dating.
3. Menaksir risiko dan ketidakpastian
pencapaian arus kas masa depan. Dengan
informasi tentang pendapatan dan biaya
pengguna dapat mnaksir risiko
ketidaktercapaian arus kas masa depan
perusahaan.
Walaupun manfaat yang diberikan laporan
rugi laba cukup banyak, namun pengguna harus
menyadari bahwa beberapa pos dalam laporan
laba-rugi disusun berdasarkan asumsi dan estimasi.
Beberapa kelemahan lain adalah:
1. Suatu peristiwa atau transaksi yang tidak
bisa diukur dengan andal tidak akan
dilaporkan dalam laporan rugi laba meskipun
mungkin mempengaruhi operasi perusahaan.
2. Jumlah laba atau penghasilan sangat
dipengaruhi oleh metode akuntansi yang
digunakan.
3. Pengukuran laba/penghasilan banyak
melibatkan pertimbangan.
Laporan rugi laba sering digunakan
sebagai dasar untuk mengevaluasi kinerja/prestasi
perusahaan atau prestasi manajernya. Informasi
laba atau rugi dalam laporan ini juga bisa
mempengaruhi harga saham perusahaan yang
tercatat di bursa efek. Agar prestasi suatu
perusahaan atau manajernya tampak baik, maka
sering terdapat dorongan atau motivasi untuk
menyesuaikan laba agar sesuai atau melebihi
target atau membuat laba terlihat kurang berisiko.
Perilaku ini membuat kualitas informasi dalam
laporan rugi laba menjadi berkurang keandalannya.
Tindakan ini disebut Manajemen laba (Earnings
Management), yaitu merencanakan pengakuan
pendapatan, biaya, keuntungan atau kerugian
dengan maksud meratakan laba. Tindakan ini
dilakukan dengan meningkatkan pendapatan
dengan mengakui pendapatan masa yang akan
dating pada periode sekarang atau menunda
pengakuan pendapatan periode ini untuk diakui di
periode yang akan dating. Tindakan yang serupa
dapat dilakukan untuk akun-akun biaya,
[ T y p e t h e c o m p a n y a d d r e s s ] Page 36
keuntungan dan kerugian. Manajemen laba sering juga disebut Perataan laba (Income Smoothing).
BENTUK LAPORAN RUGI LABA
ELEMEN-ELEMEN LAPORAN RUGI LABAPenghasilan (laba) neto entitas
dihasilkan dari transaksi-transaksi pendapatan,
biaya, keuntungan atau kerugian. Seluruh
transaksi-transaksi yang berhubungan dengan pos-
pos tersebut diiktisarkan dalam laporan rugi laba.
Defenisi masing-masing elemen laporan rugi laba
adalah:
1. Pendapatan (Revenue): Arus masuk
aktiva atau peningkatan lainnya dari aktiva
atau pelunasan hutang (atau kombinasi dari
keduanya) selama suatu periode, yang
berasal dari penyerahan barang atau
menghasilkan barang, penyerahan jasa, atau
aktivitas lainnya yang merupakan operasi
utama atau operasi pusat yang berlanjut dari
suatu entitas.
2. Biaya (Expenses): Arus keluar atau
penggunaan lainnya dari aktiva atau
keterjadian kewajiban (atau kombinasi
keduanya) selama suatu periode dari
penyerahan atau produksi barang,
penyerahan jasa, atau melakukan aktivitas
lainnya yang merupakan operasi utama atau
operasi pusat yang berlanjut suatu entitas.
3. Untung (Gains): Peningkatan dalam
ekuitas (aktiva neto) yang berasal dari
aktivitas incidental (kadang-kadang) atau
tambahan (peripheral) suatu entitas dan dari
seluruh transaksi lainnya dan peristiwa
lainnya dan keadaan yang mempengaruhi
entitas selama suatu periode kecuali yang
dihasilkan dari pendapatan atau investasi
pemilik.
4. Rugi (Losses): Penurunan dalam ekuitas
(aktiva neto) dari aktivitas incidental
(kadang-kadang) atau aktivitas tambahan
(peripheral) suatu entitas dan dari seluruh
transaksi dan peristiwa lainnya dan keadaan
yang mempengaruhi entitas selama suatu
periode kecuali yang dihasilkan dari biaya
atau distribusi kepada pemilik.
FORMAT LAPORAN RUGI LABA
PENDEKATAN LAPORAN RUGI LABA LANGKAH TUNGGAL (SINGLE-STEP INCOME STATEMENT)
Pelaporan rugi laba dengan menggunakan
pendekatan ini dilakukan dengan menyatukan
semua sumber pendapatan atas dua bagian,
pendapatan dan biaya. Seluruh pendapatan yang
berasal dari operasi ataupun non operasi disatukan
pelaporannya dan seluruh biaya juga disatukan
baik yang bersumber dari operasi maupun dari non
[ T y p e t h e c o m p a n y a d d r e s s ] Page 36
operasi. Bentuk laporan laba-rugi dengan menggunakan pendekatan ini adalah:
Bentuk ini merupakan bentuk sederhana
dari laporan rugi laba. Penggunaan pendekatan ini
untuk menghindari kesalahan pengklasifikasian
item-item pendapatan dan biaya. Pendekatan ini
jarang digunakan untuk laporan rugi laba yang
diperuntukkan bagi pengguna diluar perusahaan
(kreditur, investor, pemerintah,dll).
PENDEKATAN LAPORAN RUGI LABA LANGKAH GANDA (MULTIPLE-STEP INCOME STATEMENT)
Dengan pendekatan ini, laporan laba-rugi
disusun dengan memisahkan pendapatan yang
diperoleh dari operasi, biaya-biaya operasi,
pendapatan-pendapatan non operasi, dan biaya-
biaya non operasi. Pembagian ini membuat laporan
rugi laba lebih bermanfaat bagi pengguna.
Pengklasifikasian pendapatan dan biaya didasarkan
kepada jenis perusahaan dan fungsi-fungsi yang
terlibat dalam perusahaan.
Pengklasifikasian yang biasa dilakukan
untuk perusahaan manufaktur dan industri adalah:
1. Bagian operasi , yaitu bagian yang
melaporkan pendapatan dan biaya yang
terjadi dari operasi utama usaha:
Penjualan atau bagian
pendapatan operasi. Bagian ini
menunjukkan pendapatan, diskun
penjualan, penyisihan penjualan,
pengembalian penjualan (retur) dan
informasi lainnya yang berkaitan dengan
pendapatan operasi. Setiap subseksi itu
dijumlahkan untuk memperoleh penjualan
neto.
Kos dari Barang Terjual (Cost of
Goods Sold), yaitu yang menunjukkan
jumlah kos dari barang yang dijual pada
periode tersebut.
Biaya Penjualan (Selling
Expenses), yaitu yang meunjukkan
daftar biaya-biaya yang dikeluarkan
untuk menghasilkan penjualan, misalnya
biaya promosi, gaji bagian penjualan,dll.
[ T y p e t h e c o m p a n y a d d r e s s ] Page 36
Biaya Administrasi dan Umum
(Administrative or General Expenses),
yaitu yang melaporkan biaya-biaya
administrasi atau biaya umum.
2. Bagian Non Operasi , yaitu laporan
pendapatan dan biaya yang dihasilkan dari
aktivitas tambahan atau bukan utama
perusahaan. Keuntungan atau kerugian yang
jarang terjadi atau yang tidak biasa umumnya
dilaporkan di bagian ini. Bagian ini dibai atas
dua bagian:
Pendapatan lainnya dan
keuntungan, yaitu suatu daftar
pendapatan yang diperoleh atau
keuntungan yang terjadi dari trnsaksi
diluar operasi (non operasi).
Biaya Lainnya dan kerugian,
yaitu suatu daftar biaya atau kerugian
yang berasal dari transaksi diluar operasi
(non operasi).
3. Pajak Penghasilan , yaitu pajak
penghasilan badan yang dikutip oleh
Pmerintah dari operasi yang berlanjut.
4. Operasi-operasi tidak berlanjut
( Discontinued operations) , yaitu keuntungan
atau kerugian yang material yang dihasilkan
dari penjualan suatu segmen usaha
5. Pos-pos yang tidak biasa ( Extraordinary
Items) yaitu keuntungan atau kerugian yang
tidak biasa dan jarang terjadi
6. Pengaruh kumulatif dari perubahan
dalam Prinsip-Prinsip Akuntansi, yaitu
pengaruh perubahan prinsip akuntansi yang
telah digunakan beberapa period eke prinsip
kuntansi yang baru.
7. Laba per saham ( Earnings per share).
Contoh laporan rugi laba yang
disajikan menggunakan bentuk multiple step
adalah:
[ T y p e t h e c o m p a n y a d d r e s s ] Page 36
PELAPORAN TRANSAKSI-TRANSAKSI YANG JARANG TERJADI (IRREGULAR ITEMS)
Transaksi-transaksi yang jarang terjadi
dapat dibagi atas beberapa kategori:
1. Operasi-operasi yang tidak berlanjut
(Discontinued operations);
Operasi-operasi yang tidak berlanjut terjadi
karena terjadinya arus kas negatif atau rugi
yang terus menerus dari salah satu segmen
bisnis sehingga segmen atau divisi itu harus
dihentikan atau dijual. Setelah segmen bisnis
dilepas, maka tidak ada keterlibatan
perusahaan induk pada segmen atau divisi itu.
Keuntungan atau Kerugian yang disebabkan
operasi yang tidak berlanjut dilaporkan di
laporan rugi laba setelah bagian “Laba dari
operasi berlanjut” namun sebelum pos-pos
luar biasa
2. Pos-pos luar biasa ( Extraordinary Items)
merupakan pos-pos yang jumlahnya relatif
[ T y p e t h e c o m p a n y a d d r e s s ] Page 36
besar (material) namun bukan peristiwa yang
berulang dan peristiwa itu sangat jauh
menyimpang dari aktivitas utama perusahaan
dan tidak bisa diramalkan (diprediksi) terjadi.
Misalnya: kerugian karena terjadi bencana
alam. Suatu pos dikatakan extraordinary
apabila kedua kriteria berikut dipenuhi:
Sifatnya tidak biasa;
Sangat jarang terjadi atau jarang
sekali berulang
3. Keuntungan-keuntungan dan kerugian-
kerugian yang tidak biasa (Unusual Gains
and Losses), misalnya: penghapusan piutang
usaha, penghapusan sediaan, keuntungan
atau kerugian karena fluktuasi
kurs,keuntungan atau kerugian karena harga
kontrak, keuntungan atau kerugian dari
penjualan aktiva tetap;
4. Perubahan-perubahan dalam prinsip
Akuntansi, misalnya perubahan dari
penggunaan metode LIFO menuju FIFO dalam
akuntansi sediaan, atau perubahan metode
penyusutan aktiva tetap.
5. Perubahan-perubahan dalam estimasi
akuntansi, misalnya perubahan umur
ekonomis aktiva tetap.
Terdapat tiga cara pelaporan pos-pos yang
tidak teratur:
1. Pendekatan memasukkan seluruh pos-
pos tidak teratur ( All- Inclusive approach) ;
yaitu memasukkan seluruh pos-pos yang
tidak teratur yang terjadi pada periode itu ke
laporan laba-rugi. Kesalahan-kesalahan
pengukuran atau pelaporan laba dan
perubahan-perubahan estimasi dan
pemakaian metode akuntansi pada periode
yang lalu tidak dimasukkan dalam laporan
laba-rugi periode ini, namun disesuaikan ke
laba ditahan.
2. Pendekatan kinerja operasi periode
berjalan (Current operating performance
approach); Dengan menggunakan
pendekatan ini, laporan rugi laba hanya
berisi informasi pendapatan dan biaya dari
operasi yang teratur. Pendapatan dan biaya
yang diperoleh secara tidak teratur tidak
dicantumkan dalam laporan rugi laba namun
dalam laporan perubahan ekuitas
3. Pendekatan memodifikasi all-inclusive
concept;
Pendekatan ini hampir sama dengan
pendekatan all-inclusive concept, namun
untuk pos-pos yang tidak teratur harus
tampak jelas (highlighted) di laporan
keuangan sehingga pengguna laporan
keuangan dapat menilai dengan jelas
kemampuan perusahaan mencapai laba di
masa depan. Pendekatan ini juga
memasukkan pengaruh kumulatif perubahan
prinsip akuntansi periode-periode
sebelumnya ke laporan laba-rugi periode
sekarang. Pendekatan ini sekarang banyak
digunakan dalam praktik.
[ T y p e t h e c o m p a n y a d d r e s s ] Page 36
NERACANeraca merupakan salah satu laporan
keuangan pokok yang sering juga disebut sebagai
Laporan Posisi Keuangan atau Laporan Aktiva,
Kewajiban dan Ekuitas Pemegang Saham suatu
perusahaan bisnis pada suatu tanggal tertentu.
MANFAAT NERACADengan memberikan informasi tentang
aktiva, kewajiban/hutang dan ekuitas pemegang
saham maka neraca memberikan dasar untuik:
1. Penghitungan rates of return dan
pengevaluasian struktur modal
perusahaan
2. Menaksir risiko perusahaan dan arus kas
masa depan dengan menghitung rasio-
rasio likuiditas, solvensi dan fleksibilitas
keuangan.
3. Menaksir kesulitan keuangan perusahaan.
Neraca dapat digunakan untuk menaksir
kebangkrutan perusahaan. Salah satu
model prediksi kebangkrutan perusahaan
adalah model yang dikembangkan oleh
Altman (1993) yang mengembangkan
ukuran Z Score, yaitu kombinasi ukuran
neraca dan laporan rugi laba untuk
memprediksi kebangkrutan perusahaan.
Rumus yang dikembangkannya adalah:
Z =Modal kerja x 1,2 +
laba ditahan x 1,4 + EBIT x 3,3 + Penjualan x 0,99 +
Nilai Pasar Ekuitas x 0,60
aktiva total
Aktiva Total
Aset Total
Aktiva Total
Kewajiban Total
Altman menemukan bahwa perusahaan
yang memiliki nilai skor Z diatas 3
cenderung tidak akan bangkrut sedangkan
skor Z dibawah 1.81 cenderung akan
bangkrut.
KETERBATASAN NERACA1. Hampir seluruhnya aktiva dan hutang
(kewajiban) disajikan pada Kos Historikal
(kos berdasarkan bukti transaksi) .
Akibatnya pos-pos aktiva dan neraca
sangat tinggi keandalannya, namun tidak
mencerminkan nilai saat ini ( Kos
sekarang/ Current Cost) dari aktiva dan
kewajiban.
2. Dalam penyajian pos-pos di neraca,
banyak melibatkan pertimbangan
(Judgement) dan estimasi akuntansi.
3. Banyak pos-pos yang memiliki kontribusi
ke perusahaan diabaikan dan tidak dicatat
di neraca (misalnya kos sumberdaya
manusia).
KLASIFIKASI DALAM NERACA
[ T y p e t h e c o m p a n y a d d r e s s ] Page 36
Akun-akun riil (permanent) harus
diklasifikasikan di Neraca. Pemisahan dilakukan
antara akun-akun aktiva dan akun-akun kewajiban
dan ekuitas pemegang saham. Pemisahan ini
dilakukan untuk memudahkan menganalisa
sumberdaya yang dimiliki perusahaan dan struktur
modal. Untuk setiap kelompok aktiva, kewajiban
dan ekuitas, pemisahan juga dilakukan untuk setiap
akun yang memiliki karakteristik yang mirip dan
memiliki pengaruh yang berbeda terhadap
fleksibilitas dan likuiditas keuangan perusahaan.
Klasifikasi dalam Neraca dapat
digambarkan sebagai berikut:
ASSETS LIABILITIES
Current Assets Current Liabilities
Cash & Cash Equivalent
Short term investment
Account Payable
Unearned Revenue
Account Receivable Accrued Expense
Accrued Revenue Current Maturities of long term Liabilities
Inventories
Prepaid Expenses Long Term Liabilities
Long Term Investment Bond Payable
Fixed Assets Mortgage Payable
Building Long term Notes PayableAccumulated Depreciation of Buildings STOCKHOLDERS’ EQUITY
Intangible Assets Capital Stock
Patent, Copyright,etc Additional Paid-in Capital
Other Assets Retained Earnings
Penjelasan Pos-pos Neraca:1. Current Assets (Aktiva-aktiva Lancar),
yaitu aktiva yang akan dikonversi menjadi
kas, dijual atau dikonsumsi dalam satu tahun
atau satu siklus operasi, mana yang lebih
panjang. Aktiva lancar disajikan atau
diurutkan di neraca berdasarkan likuiditas.
Jika suatu asset dapat dikonversi menjadi kas
atau akan digunakan untuk membayar hutang
lancar dalam waktu satu tahun atau satu
siklus operasi, mana yang lebih panjang,
dikategorikan sebagai aktiva lancar.
2. Long Term Investment (Investasi Jangka
Panjang), yaitu investasi dalam sekuritas
jangka panjang, investasi dalam aktiva tetap
[ T y p e t h e c o m p a n y a d d r e s s ] Page 36
yang tidak digunakan dalam operasi, investasi
dalam dana-dana khusus, dan investasi dalam
anak perusahaan yang tidak dikonsolidasi atau
perusahaan afiliasi. Investasi jangka panjang
merupakan investasi yang dimaksudkan untuk
tidak dikonversi atau dijual dalam beberapa
tahun
3. Fixed Assets ( Aktiva Tetap), yaitu aktiva
yang diperoleh perusahaan untuk dipakai
dalam operasi normal perusahaan dan
memiliki umur ekonomis jangka panjang
(lebih dari satu tahun). Aktiva tetap biasanya
disajiakn bersma dengan akun kontra (Contra
Account) Akumulasi Penyusutan (Accumulated
Depreciation).
4. Intangible Assets ( Aktiva-Aktiva Tak
Berujud), yaitu aktiva yang tidak atau kurang
memiliki substansi fisik dan bukan
merupakan instrument keuangan. Dalam
jangka panjang, aktiva berujud diharapkan
dapat menambah arus kas masuk melalui
peningkatan pendapatan pada perusahaan.
Contoh dari aktiva ini adalah: Paten, Goodwill,
hak cipta (Copyright).
5. Other Assets (Aktiva-aktiva Lainnya), yaitu
aktiva-aktiva yang tidak dapat dikategorikan
pada aktiva-aktiva yang lain.
6. Current Liabilities ( Hutang-hutang lancar),
yaitu hutang yang akan dilunasi dalam jangka
waktu satu tahun atau satu siklus operasi,
mana yang lebih panjang. Hutang lancar
diharapkan akan dibayar dengan
menggunakan aktiva lancar. Termasuk dalam
kategori hutang lancar adalah: hutang dagang
(Account Payable), Biaya yang masih
terhutang (Accrued Expense), Pendapatan
diterima dimuka (Unearned Revenue) dan
hutang jangka panjang yang akan jatuh tempo
dalam satu tahun (Current Maturities o Long
Term Liabilities). Hutang Lancar diurutkan
berdasarkan urutan jatuh tempo dari hutang.
7. Long- Term Liabilities ( Hutang Jangka
Panjang), yaitu hutang yang tidak akan
dilunasi dalam siklus operasi atau satu tahun.
Hutang ini jatuh tempo pada suatu tanggal
beberapa tahun kemudian. Contoh jenis
hutang ini adalah hutang obligasi (Bond
Payable)
8. Stockholder’s Equity (Ekuitas Pemegang
Saham), sering juga disebut sebagai aktiva
neto (Net asset), yaitu sisa aktiva setelah
dikurangi seluruh kewajiban kepada kreditur
apabila diasumsikan perusahaan dilikuidasi.
Termasuk dalam kelompok ini adalah: modal
saham (saham biasa atau saham preferen),
tambahan modal disetor (Paid in Capital), dan
laba ditahan (Retained Earnings).
[ T y p e t h e c o m p a n y a d d r e s s ] Page 36
Soal Latihan:Berikut ini merupakan data yang disarikan dari neraca saldo PT. Tri C Sukses untuk periode yang
berakhir 31 desember 2009. Seluruh data dalam ribuan (000). Susunlah laporan rugi laba dalam
format langkah tunggal (single step) dan langkah ganda (multiple step) serta sajikan juga
neraca. Asumsikan: Sediaan akhir barang dagang Rp. 370.000 dan pajak 30%.
Cash and bank Rp 205.000 Retained earnings Rp1.016.480 Short term investment Rp 115.000 Sales Rp6.700.000 Account Receivable Rp 456.000 Sales return and allowance Rp 25.000 Allowance for doubtful account Rp 9.120 Sales discount Rp 67.000 Prepaid insurance Rp 123.000 Purchase Rp2.300.000 Merchadise inventory Rp 478.000 Purchase discount Rp 25.000 Long term investment Rp1.250.000 Purchase return and allowance Rp 6.700 Land Rp2.300.000 Freight in Rp 7.800 Building Rp5.600.000 Sales commisions expense Rp 56.000 Accumulated depreciation of buildings Rp 280.000 Travel and entertainment expense Rp 90.000 Other assets Rp 120.000 Accounting and legal services Rp 120.000 Account payable Rp 450.000 Insurance expense Rp 34.000 Tax Payable Rp 97.000 Supplies Expense Rp 46.000 Interest payable Rp 123.700 Bad debt expense Rp 6.700 Current maturities of long term debt Rp 25.000 Advertising expense Rp 267.000 Bond payable Rp 231.000 Depreciation expense Rp 4.500 Notes payable Rp 200.000 Telephone-sales expense Rp 132.000 Common stock Rp4.500.000 Rental revenue Rp 224.000 Additional paid in Capital Rp 565.000 Extraordinary loss Rp 560.000
Interest expense Rp 90.000
40
BAB III
AKUNTANSI KAS
PENGERTIAN KAS DAN SETARA KASKas merupakan aktiva atau sumberdaya
ekonomi perusahaan yang paling cepat dapat
ditukarkan (likuid) dengan sumberdaya atau aktiva
lainnya dan tidak dibatasi penggunaannya. Yang
termasuk kas adalah uang koin, uang kertas, cek,
uang yang disimpan di bank yang penggunaannya
tidak dibatasi. Aktiva yang setara dengan kas (atau:
setara kas) adalah aktiva lancar perusahaan yang
segera dapat dikonversikan menjadi kas. Yang
termasuk aktiva setara kas adalah deposito
berumur kurang dari 3 bulan, investasi dalam surat
hutang (obligasi) atau surat berharga ekuitas
(saham) yang dimaksudkan untuk spekulasi dan
sewaktu-waktu dapat dijual (marketable
securities/available on sale securities).
MASALAH-MASALAH DALAM PELAPORAN KAS:1. Kas yang dibatasi penggunaannya
untuk tujuan tertentu (dana). Termasuk
dalam pengertian dana adalah:
Kas kecil (Petty Cash) yaitu dana
yang disisihkan untuk membayar
pengeluaran-pengeluaran rutin perusahaan
yang jumlahnya tidak terlampau besar
(material) atau tidak memerlukan cek.
Biasanya jumlah kas kecil tidak terlampau
besar atau material, sehingga dana kas
kecil digabungkan pelaporannya dengan
kas.
Penyisihan kas untuk membayar
obligasi (sinking fund) atau untuk
membayar pembangunan, pembelian atau
renovasi aktiva tetap. Kas yang
dicadangkan untuk hal-hal tertentu apabila
jumlahnya tidak material tetap dilaporkan
sebagai kas namun harus dicantumkan
atau dijelaskan dalam Catatan Atas
Laporan Keuangan (Notes to Financial
Statement). Apabila jumlahnya material,
maka dana ini harus dipisahkan
pelaporannya dengan kas, apakah sebagai
aktiva lancar lainnya atau sebagai investasi.
Penyisihan kas yang diwajibkan
bank sebagai syarat pinjaman. Kas ini
diklasifikasi sebagai investasi jangka
panjang atau aktiva lain-lain.
2. Bank Overdraft (cerukan)
Cerukan terjadi karena saldo kas di bank
tidak mencukupi membayar cek yang ditulis
perusahaan tetapi bank tetap
membayarkannya dan akibatnya saldo di
bank menjadi minus. Cerukan atau Bank
Overdraft harus direklasifikasi (dipindahkan)
menjadi hutang lancar.
41
Contoh: Saldo bank PT. A per 31/12-
2005 menunjukkan saldo (500). PT. A
harus membuat reklasifikasi:
Cash 500
Bank Overdraft 500
PENGENDALIAN ATAS KASKarena Kas memiliki risiko kehilangan dan
kecurangan yang tinggi, maka perusahaan
sebaiknya menetapkan pengendalian internal yang
baik untuk kas. Beberapa pengendalian internal
yang dapat diterapkan terhadap akun kas adalah:
1. Memisahkan fungsi penyimpan, pencatat
dan otorisasi kas untuk menghindari
penyalahgunaan kas. Kecurangan kas
potensial terjadi apabila fungsi-fungsi itu
disatukan.
2. Menggunakan sistem Imprest (dana
tetap) untuk dana kas kecil. Sistem Imprest
menghasilkan pengendalian internal yang
lebih baik daripada sistem dana berfluktuasi.
3. Melakukan perhitungan kas (Cash
Opname) secara mendadak pada waktu
tertentu
4. Menyetorkan penerimaan kas ke bank
setiap hari.
5. Menyimpan kas yang belum sempat
disetorkan ke bank di wadah penyimpanan
yang aman dari pencurian dan kebakaran
(Misalnya: menyediakan brankas).
6. Melakukan Rekonsiliasi Bank
DANA KAS KECIL (Petty Cash)Dana kas kecil adalah kas yang disisihkan untuk
pengeluaran-pengeluaran harian yang relatif kecil
yang tidak memerlukan cek. Dalam
mengoperasikan system dana kas kecil, dilakukan
pemisahan antara kasir pemegang kas kecil dengan
kasir utama. Secara periodik kasir utama atau
bendahara mengisi kas di kasir kas kecil. Ada dua
pendekatan atau kebijakan dalam system dana
kas kecil:
Sistem Dana Berfluktuasi (Fluctuating
system), yaitu sistem kas kecil dimana
pengisian kas kecil dilakukan dalam jumlah
yang tidak teratur dan tidak didasarkan
bukti kas keluar. Setiap pengeluaran kas
kecil yang terjadi langsung dicatat dengan
mengkreditkan akun kas kecil. Dalam
sistem ini tidak ada pertanggungjawaban
terhadap pengeluaran kas kecil.
Sistem Dana Tetap (Imprest System), yaitu
sistem kas kecil dimana pengisian kas kecil
didasarkan pada jumlah pengeluaran di
bukti kas keluar kas kecil. Pada saat
transaksi terjadi tidak dilakukan
pencatatan atas bukti-bukti transaksi.
Kasir kas kecil hanya mengumpulkan bukti-
bukti pengeluaran kas. Pencatatan
transaksi pengeluaran dilakukan setelah
dilakukan pengisian kas kecil. Kas kecil diisi
hanya sejumlah pengeluaran yang terjadi
sehingga dana kas kecil tetap, kecuali
dilakukan kebijakan perubahan saldo kas
kecil.
42
Contoh:
Pada tanggal 5/1-2006 PT. A membentuk dana kas kecil sebesar Rp.400.000 dan diisi
setiap minggu. Pengeluaran yang terjadi selama satu minggu adalah:
6/1-2006 Dibayar biaya perjalanan dinas Rp.125.000
7/1-2006 Dibayar biaya bensin Rp.20.000
9/1-2006 Pembelian alat tulis kantor Rp.50.000
10/1-2006 Dibayar pembelian materai Rp.18.000
11/1-2006 Dibayar biaya bnsin Rp.15.000
Tanggal 12/1-2006 kas kecil diisi. Catat transaksi diatas dengan menggunakan:
A. Sistem imprest, dimana sewaktu penghitungan ditemukan jumlah kas kecil tersisa Rp.169.500
B. Sistem berfluktuasi. Pengisian kas kecil Rp. 350.000. Berapa sisa kas kecil seharusnya?
Jawaban:
Transaksi Imprest Fluctuating
Dibentuk dana kas kecil Rp.
400.000
Petty Cash 400.000
Cash 400.000
Petty Cash 400.000
Cash 400.000
6/1-06 Biaya perjalanan dinas Tidak dicatat Traveling expense 125.000
Petty Cash 125.000
7/1-06 Biaya Bensin Rp. 200.000 Tidak dicatat Fuel & Oil Expense 20.000
Petty Cash 20.000
9/1-06 Pembelian alat tulis
Rp.50.000
Tidak dicatat Supplies Expense 50.000
Petty Cash 50.000
10/1-06 Pembelian Materai Tidak dicatat Supplies Expense 18.000
Petty Cash 18.000
11/1-06 Pembelian Bensin Rp.
15.000
Tidak dicatat Fuel & Oil Expense 15.000
Petty Cash 15.000
12/1-06 Pengisian kas kecil Travelling Expense 125.000
Fuel & Oil Expense 35.000
Supplies Expense 68.000
Cash sort & Over 2.500
Cash 230.500
Petty Cash 350.000
Cash 350.000
Saldo kas kecil setelah pengisian Rp.169.500+ Rp. 230.500 = Rp.400.000 Rp. 172.000+350.000 = Rp. 522.000
REKONSILIASI BANK
43
Rekonsiliasi bank dibuat untuk
menyesuaikan akun kas di bank menurut catatan
perusahaan dan menurut catatan bank (rekening
Koran). Apabila perusahaan memiliki rekening giro
di bank, maka bank mengeluarkan rekening Koran
bank secara teratur setiap bulan. Rekening Koran
tersebut biasanya berbeda dengan akun kas di
bank menurut catatan perusahaan. Rekonsiliasi
bank dibuat untuk mengetahui penyebab
perbedaan itu. Perbedaan ini biasanya disebabkan
oleh:
1. Perusahaan telah mencatat penerimaan
kas dalam akun kas dibank, namun sampai
rekening Koran diterima, penerimaan kas
tersebut belum tercantum. Contoh: Setoran
dalam perjalanan (Deposit in transit), yaitu
setoran yang sudah dicatat menambah saldo
akun kas di bank di buku besar perusahaan
namun sampai rekening Koran diterbitkan
belum tercantum di Rekening Koran.
2. Perusahaan telah mencatat pengeluaran
cek (pengeluaran kas) di register cek, namun
sampai rekening Koran diterima perusahaan,
cek-cek (pengeluaran kas) itu belum ada di
rekening Koran karena cek belum ditukarkan
pelanggan. Pengeluaran ini disebut Cek yang
belum dicairkan (Outstanding Cheque) yaitu
Cek yang sudah ditulis perusahaan dan
diserahkan serta telah dicatat sebagai
pengeluaran, namun sampai rekening Koran
dikeluarkan oleh bank belum dicairkan oleh si
pemegang cek. Karena belum diuangkan oleh
si penerima cek, maka bank belum
mengurangkan dari saldo bank.
3. Bank telah mencatat penerimaan kas
dalam rekening Koran bank, namun
perusahaan tidak mengetahui adanya
penerimaan kas atau penagihan yang
dilakukan bank sampai rekening Koran
diterima. Contoh: Setoran pelanggan yang
langsung ke rekening perusahaan atau
penagihan bank kepada pelanggan (Collected
by Bank)
4. Bank telah mendebitkan/ membebankan
perusahaan, namun perusahaan belum
mengetahui samapi menerima rekening
Koran. Pembebanan bank (Bank Charges)
biasanya terdiri dari:
Biaya administrasi, yaitu biaya pengurusan
rekening perusahaan
Cek kosong (Not Sufficient Fund/NSF),
yaitu cek-cek yang diterima perusahaan
dari pelanggan namun ketika dicairkan
dana pelanggan tidak memadai.
5. Kesalahan- kesalahan Bank atau
perusahaan. Kesalahan-kesalahan yang sering
terjadi adalah kesalahan mencatat jumlah cek
atau penerimaan atau kesalahan pendebitan
atau pengkreditan yang dilakukan oleh bank.
Ada beberapa pendekatan atau cara
membuat rekonsiliasi bank:
1. Rekonsiliasi bank 1 kolom
menyesuaikan saldo rekening Koran bank
agar sesuai dengan saldo kas di bank di
buku besar atau sebaliknya, menyesuaikan
saldo kas di bank di akun Buku besar
perusahaan agar sesuai dengan saldo di
rekening Koran.
44
2. Rekonsiliasi bank 2 kolom
menyesuaikan saldo rekening Koran Bank
dan catatan saldo kas di bank di buku
besar perusahaan sehingga diperoleh
saldo kas di bank yang sebenarnya.
3. Rekonsiliasi bank 4 kolom (Proof of
Cash) biasanya digunakan oleh auditor
untuk memeriksa mutasi bank perusahaan
dan meguji saldo bank. Dilakukan dengan
menyesuaikan saldo bank awal,
penerimaan bank, pengeluaran bank dan
saldo akhir.
Contoh:
PT. AYALA SUKSES
REKONSILIASI BANK
PER 30 Juni 2004
Balance per bank statement (Saldo menurut rekening Koran) Rp. 7.000.000
Add: - Deposit in transit 1.540.000
Less: - Outstanding cheque Rp. (2.000.000)
Balance per book Rp. 6.540.000
Catatan Kas di Bank bulan Juli: Rekening Koran Buku
Saldo 31 Juli 2004 8.650.000 9.250.000
Setoran Juli 5.000.000 5.810.000
Cek bulan juli 4.000.000 3.100.000
Penagihan wesel tagih 1.000.000 0
Biaya bank 15.000 0
NSF Cheque 335.000 0
Diminta:
Buat Rekonsiliasi bank dengan bentuk 1 kolom, 2 kolom dan 4 kolom.
1. Rekonsiliasi Bank 1 kolom (menyesuaikan saldo kas di bank menurut rekening Koran
bank menuju saldo kas di buku besar perusahaan, atau sebaliknya).
Dalam membuat rekonsiliasi bank model ini,
harus diasumsikan salah satu saldo salah dan perlu
disesuaikan menuju saldo yang dianggap benar.
Apabila saldo kas di bank menurut rekening Koran
bank diasumsikan salah, maka perlu disesuaikan ke
saldo kas di bank menurut buku besar yang
diasumsikan benar. Sebaliknya, apabila saldo kas di
bank menurut buku besar diasumsikan salah, maka
perlu disesuaikan ke saldo kas di bank menurut
rekening koran yang diasumsikan benar.
Model 1 kolom untuk rekonsiliasi bank PT.
Ayala Sukses dapat dibuat sebagai berikut:
45
PT. AYALA SUKSES
REKONSILIASI BANK
(Saldo di rekening Koran menuju saldo di buku besar)
Per 31 Juli 2009
Saldo kas di bank menurut rekening koran 8.650.000
Menambah:
Deposit in transit 2.350.000
Bank Charge 15.000
NSF Cheque 335.000
Mengurangi:
Outstanding Checks (1.100.000)
Notes Receivable (1.000.000)
Saldo Kas di Bank menurut Buku Besar 9.250.000
Keterangan:1. Pos- pos yang menambah saldo rekening
Koran adalah penerimaan-penerimaan yang
belum terlihat dalam rekening Koran, namun
sudah dicatat oleh perusahaan di buku besar
(yaitu deposit in transit). Pembebanan oleh
Bank (biaya administrasi, NSF Cheque) dan
pendapatan bunga atas simpanan
(pendapatan jasa giro) belum dicatat oleh
perusahaan sebagai pengeluaran dan
penerimaan sehingga harus ditambahkan ke
saldo rekening Koran.
2. Pos-pos yang mengurangi saldo rekening
Koran adalah pengeluaran-pengeluaran yang
sudah dicatat di buku besar namun tidak
terlihat di rekening Koran (contoh:
Outstanding Cheque). Penagihan-penagihan
bank kepada pelanggan atau setoran
pelanggan ke rekening perusahaan yang
belum dicatat perusahaan ke buku besar
(dalam kasus itu adalah Note Receivable)
harus dikurangkan dari rekening Koran.
2. Rekonsiliasi Bank 2 kolom (menyesuaikan masing-masing saldo kas di bank untuk mencari
saldo yang sebenarnya)
Rekening Koran ini dibuat dengan
menyesuaikan kedua saldo kas di bank, baik
menurut buku besar ataupun menurut rekening
Koran. Tujuannya adalah mencari saldo kas di bank
yang sebenarnya.
46
Model 2 kolom untuk kasus PT. AYALA SUKSES
dapat dibuat sebagai berikut:
PT. AYALA SUKSES
REKONSILIASI BANK
Per 31 Juli 2004
Saldo kas di bank menurut
rekening koran
8.650.000 Saldo kas di bank menurut
Buku Besar
9.250.000
Menambah: Menambah:
Deposit in transit 2.350.000 Notes Receivable 1.000.000
Mengurangi: Mengurangi:
Outstanding Checks (1.100.000) Bank Charge (15.000)
NSF Cheque (335.000)
Saldo seharusnya Kas di Bank 9.900.000 Saldo seharusnya Kas di
Bank
9.900.000
Keterangan:
1. Perhitungan setoran dalam perjalanan ( Deposit in transit) bulan juli:Setoran bulan juli menurut buku Rp.5.810.000
Setoran bulan juli menurut rekening koran (Rp.5.000.000)
Selisih setoran Rp. 810.000
Setoran dalam perjalanan bulan juni Rp. 1.540.000
Setoran dalam perjalanan bulan juli Rp. 2.350.000
2. Perhitungan Cek-cek yang masih beredar ( Oustanding Cheques) bulan juli:
Cek-cek bulan juli dikeluarkan perusahaan Rp. 3.100.000
Cek bulan juli menurut Rekening Koran (termasuk cek
bulan juni) Rp. 4.000.000
Cek-Cek beredar bulan juni (Rp. 2.000.000)
Cek bulan juli yang sebenarnya diterima bank (Rp.2.000.000)
Cek-Cek yang beredar bulan juli Rp. 1.100.000
3. Unsur-unsur yang menambah atau mengurangi saldo akun kas di bank menurut buku besar
adalah unsur yang belum dicatat di buku besar sampai rekening Koran diterima.
47
4. Unsur-unsur yang menambah atau mengurangi saldo rekening Koran adalah unsure yang belum
dicatat oleh bank sebagai penerimaan atau pengeluaran samapi rekening Koran dikirimkan.
Rekonsiliasi Bank 4 kolom
Ada 3 cara melakukan rekonsiliasi bank 4 kolom:
1. Saldo rekening koran dan saldo kas di
bank menurut buku besar disesuaikan
untuk mencari saldo yang benar
2. Saldo bank disesuaikan (dicari
perbedaannya) terhadap saldo buku
perusahaan
3. Saldo buku besar disesuaikan terhadap
saldo rekening koran.
Penyesuaian dibuat terhadap saldo awal, saldo
penerimaan dan saldo pengeluaran pada bulan
dilakukannya rekonsiliasi bank, dan saldo akhir.
1. Saldo rekening koran dan saldo kas di bank menurut buku besar disesuaikan untuk mencari
saldo yang benar
Untuk kasus PT. AYALA SUKSES dibuat rekonsiliasi bank 4 kolom berikut ini:
PT. AYALA SUKSESREKONSILIASI BANK 4 KOLOM (PROOF OF CASH)
PER 31 Juli 2007
KeteranganSaldo per Juli Saldo per
30-Jun-04 Penerimaan Pengeluaran 31/07/2007Saldo rekening koran Rp 7.000.000 Rp 6.000.000 Rp 4.350.000 Rp 8.650.000 Setroran dalam perjalanan a. Per 31 Juni 2007 Rp 1.540.000 Rp(1.540.000) Rp - b, Per 31 Juli 2007 Rp 2.350.000 Rp 2.350.000 Outstanding Cheque: a. Per 31 Juni 2007 Rp(2.000.000) Rp(2.000.000) b, Per 31 Juli 2007 Rp 1.100.000 Rp(1.100.000)Saldo kas di bank yang benar Rp 6.540.000 Rp 6.810.000 Rp 3.450.000 Rp 9.900.000 Saldo Kas di Bank menurut buku besar Rp 6.540.000 Rp - Rp - Rp 9.250.000 Penagihan wesel tagih Rp 1.000.000 Rp 1.000.000 Biaya jasa bank Rp 15.000 Rp (15.000)NSF Cheque Rp 335.000 Rp (335.000)Saldo kas di bank yang benar Rp 6.540.000 Rp 1.000.000 Rp 350.000 Rp 9.900.000
2. Saldo bank disesuaikan (dicari perbedaannya) terhadap saldo buku perusahaan
Untuk kasus PT. AYALA SUKSES dibuat rekonsiliasi bank 4 kolom berikut ini:
PT. AYALA SUKSES
REKONSILIASI BANK 4 KOLOM (PROOF OF CASH)PER 31 Juli 2007
KeteranganSaldo per Juli Saldo per
30-Jun-04 Penerimaan Pengeluaran 31/07/2007Saldo rekening koran Rp 7.000.000 Rp 6.000.000 Rp 4.350.000 Rp 8.650.000 Setroran dalam perjalanan
48
a. Per 31 Juni 2007 Rp 1.540.000 Rp(1.540.000) Rp - b, Per 31 Juli 2007 Rp 2.350.000 Rp 2.350.000 Outstanding Cheque: a. Per 31 Juni 2007 Rp(2.000.000) Rp(2.000.000) b, Per 31 Juli 2007 Rp 1.100.000 Rp(1.100.000)Penagihan wesel Rp(1.000.000) Rp(1.000.000)Biaya Jasa Bank Rp (15.000) Rp 15.000 NSF Cheque Rp (335.000) Rp 335.000 Saldo kas di bank menurut buku besar Rp 6.540.000 Rp 5.810.000 Rp 3.100.000 Rp 9.250.000
3. Saldo buku besar disesuaikan terhadap saldo rekening koran.
Untuk kasus PT. AYALA SUKSES dibuat rekonsiliasi bank 4 kolom berikut ini:
PT. AYALA SUKSESREKONSILIASI BANK 4 KOLOM (PROOF OF CASH)
PER 31 Juli 2007
KeteranganSaldo per Juli Saldo per
30-Jun-04 Penerimaan Pengeluaran 31/07/2007Saldo menurut buku besar Rp 6.540.000 Rp 5.810.000 Rp 3.100.000 Rp 9.250.000 Setroran dalam perjalanan a. Per 31 Juni 2007 Rp(1.540.000) Rp 1.540.000 Rp - b, Per 31 Juli 2007 Rp(2.350.000) Rp(2.350.000)Outstanding Cheque: a. Per 31 Juni 2007 Rp 2.000.000 Rp 2.000.000 b, Per 31 Juli 2007 Rp(1.100.000) Rp 1.100.000 Penagihan wesel Rp 1.000.000 Rp 1.000.000 Biaya Jasa Bank Rp 15.000 Rp (15.000)NSF Cheque Rp 335.000 Rp (335.000)Saldo kas di bank menurut buku besar Rp 7.000.000 Rp 6.000.000 Rp 4.350.000 Rp 8.650.000
Membuat Pencatatan Penyesuaian Saldo Kas di Bank di buku besar
Penyesuaian dilakukan untuk unsur- unsur yang belum dicatat di buku besar sampai rekening
Koran diterima. Untuk kasus PT. Ayala Sukses, penyesuaian dicatat sebagai berikut:
1. Menyesuaikan penerimaan kas
Cash 1.000.000
Note Receivable 1.000.000
2. Menyesuaikan Pengeluaran kas
Bank charge expense 15.000
Account Receivable 335.000
Cash 350.000
49
Soal Latihan:1. Tentukanlah berapa saldo kas dan setara kas PT. Bintang Mas dari informasi berikut ini dan
bagaimana memperlakukan yang tidak termasuk saldo kas dan setara kas?
Uang tunai di brankas Rp 15.000.000
Terdapat sertifikat deposito 6 bulan Rp. 60.000.000
Perusahaan memiliki dana pelunasan obligasi Rp. 45.000.000 yang diinvestasikan dalam saham
yang beredar di bursa efek
Saldo kas di bank Rp. 152.000.000
Saldo dana kas kecil Rp. 650.000
Perusahaan meminjam di bank dan bank menyiaratkan saldo minimum simpanan Rp. 25.000.000
Salah satu rekening bank perusahaan bersaldo (Rp. 5.000.000)
2. PT. Tri C Sukses menggunakan system impres dalam pengelolaan kas kecil. Pengisian kas kecil
dilakukan setiap minggu. Berikut adalah informasi penggunaan kas kecil:
5/6-2009 dibentuk dana kas kecil Rp. 1.500.000
12/6-2009: pengeluaran kas kecil adalah: membeli perlengkapan kantor Rp. 450.000, pembayaran
iuran kebersihan dan keamanan Rp. 150.000, pembayaran BBM petugas penjualan Rp.
100.000, membeli materai Rp. 18.000. Sisa dana kas kecil Rp. 780.000
18/6-2009: pengeluaran kas kecil adalah: membayar biaya perjalanan dinas Rp. 465.000, membayar
biaya pemeliharaan rutin sepeda motor Rp. 94.000, membayar sumbangan Rp. 500.000.
Sisa dana kas kecil Rp. 445.000
25/6-2009 pengeluaran kas kecil adalah: pembelian BBM petugas penjualan Rp. 150.000, membayar
tagihan HP direktur (biaya telekomunikasi) Rp. 250.000, membayar pemeliharaan rutin
mobil kantor Rp. 200.000. Sisa dana kas kecil Rp. 900.000. Pada tanggal ini diputuskan
dana kas kecil Rp. 1.200.000.
3. PT. Andalas menyetorkan semua penerimaan dan melakukan semua pembayaran dengan
menggunakan cek. Informasi berikut ini diperoleh dari catatan kas dan rekening Koran bank untuk
membuat rekonsiliasi bank tanggal 31 agustus 2009:
1. Saldo kas menurut buku kas tanggal 1 agustus 2009 Rp.9.704.000, penerimaan kas selama bulan
agustus Rp. 35.000.000 dan pengeluaran kas selama bulan agustus Rp.34.903.000. Saldo kas yang
ada ditangan kasir perusahaan Rp. 310.000
2. Menurut rekening Koran bank, saldo kas di bank tanggal 31 agustus 2009 Rp. 8.089.000
3. Setoran dalam perjalanan Rp. 3.800.000
4. Cek-cek yang sudah dikeluarkan namun belum kelihatan di rekening Koran Rp. 1.050.000
50
5. Petugas pembukuan salah mencatat cek untuk membeli perlengkapanRp. 164.500, seharusnya
Rp.146.500.
6. Penagihan wesel dari salah seorang pelanggan Rp. 1.000.000 dan bunga Rp. 40.000. Penagihan
ini sudah dikreditkan bank.
7. Bank membebankan biaya pemeliharaan rekening Rp. 20.000
Diminta: Buat laporan rekonsiliasi bank dan buat pencatatan penyesuaian yang diperlukan.
4. Data buku kas perusahaan dan rekening Koran PT. A untuk tanggal 31 November 2009:
5. Berikut ini adalah data kas di bank PT. Central (dalam ribuan) pada tanggal 31 desember 2009
BANK BUKU BESAR
Saldo awal Rp. 43.560 Rp.47.760
Penerimaan Rp. 85.700 Rp. 34.416
Pengeluaran Rp. 75.640 Rp. 36.916
Setoran pelanggan Rp. 16.770
Jasa giro Rp. 354
Salah catat cek untuk pembayaran hutang usaha
(terlampau besar), seharusnya Rp.900.000
Rp.945.000
Pembebanan cek kosong Rp. 550
Biaya administrasi rekening Rp. 165
51
Setoran dalam perjalanan Rp. 25.000
Salah pembebanan cek Rp. 40.549
Cek-cek yang masih beredar 12.500
Dana kas kecil:
Perusahaan menggunakan system impres dank as kecil diisi setiap tanggal 5 dan 20 setiap bulan. Dana kas
kecil Rp. 5.000. Hasil pemeriksaan kas kecil dari tanggal 20/12/2009 – 5/1/2010 menunjukkan
pengeluaran-pengeluaran berikut ini: 22/12/2009 pembelian perlengkapan Rp. 1.500, 23/12/2009 biaya
BBM Rp. 500, 26/12/2009 biaya perjalanan dinas Rp. 1.000, 4/1/2009 biaya jamuan makan Rp.600.
Diminta:
1. Buat rekonsiliasi bank
2. Buat pencatatan penyesuaian hasil rekonsiliasi bank
3. Catat pengeluaran kas kecil sampai 31 desember 2009
4. Berapa jumlah kas yang harus disajikan di neraca 31 desember 2009?
6. Laporan bank menunjukkan data berikut (Dalam ribuan rupiah):
Saldo awal 1/8-2002 90.425
Setoran 915.176
Cek plus memo deposit (851.715)
Beban administrasi (44)
Saldo akhir 31/8-2002 153.842
Akun Kas di buku besar perusahaan adalah sebagai berikut:
1/7 64.192 31/7 Pengeluaran Kas 665.491
31/7 Penerimaan Kas 682.429 1/8 Rekonsiliasi Bank 375
31/8 Penerimaan Kas 919.872 31/8 Pengeluaran Kas 856.446
Hasil penelaahan atas rekonsiliasi bank bulan lalu dan rekening bank bulan agustus menunjukkan hal-hal
berikut:
1. Cek-cek yang belum ditukarkan (outstanding cheque) 31/7/2002 berjumlah 26.042, dan 31/8-
2002 berjumlah 33.561
2. Setoran yang belum dilaporkan oleh bank per 31/7-2002 berjumlah Rp.16422, dan 31/8-2002
berjumlah 21.118
52
3. Cek No. 216 untuk perlengkapan kantor telah ditulis 695, namun dicatat di jurnal pengeluaran
kas sejumlah $965. Bank mencatat cek tersebut senilai 695
4. Cek yang ditulis oleh perusahaan lain senilai 583 telah dikurangkan oleh bank dari rekening
perusahaan ini.
5. Termasuk dalam rekening Koran bank adalah sebuah memo debit bertanggal 31/8 sebesar 2.475
untuk bunga wesel yang dikeluarkan perusahaan ini pada tanggal 31/7.
6. Sevice charge untuk bulan agustus belum dicatat perusahaan.
7. Dalam rekonsiliasi bank per 31/7-2002, ditunjukkan terdapat service charge 26 & cek kosong 349
Instruksi:
a. Siapkan rekonsiliasi bank 4 kolom untuk menyesuaikan saldo bank menjadi saldo buku
b. Siapkan rekonsiliasi bank 4 kolom yang menyesuaikan saldo bank dan saldo buku menjadi saldo
yang benar.
c. Siapkan ayat jurnal penyesuaian yang diperlukan untuk menyesuaikan buku perusahaan.
53
BAB IV
AKUNTANSI PIUTANG (Receivable)
Piutang (Receivable) merupakan klaim
suatu entitas terhadap pelanggan atau pihak lain
atas uang, jasa atau barang. Untuk tujuan
pelaporan keuangan piutang dapat diklasifikasikan
atas piutang jangka panjang dan piutang jangka
pendek. Piutang Jangka Panjang adalah klaim
kepada pihak lain yang diharapkan tertagih lebih
dari satu periode akuntansi atau lebih dari satu
siklus operasi. Piutang Jangka Pendek merupakan
klaim kepada pelanggan atau pihak lain yang
diharapkan tertagih dalam satu tahun atau satu
siklus operasi normal.
Selanjutnya, piutang dapat juga
digolongkan di neraca atas Piutang Dagang dan
Piutang Non Dagang. Piutang Dagang terdiri atas
Piutang wesel (Notes Receivable) dan Piutang
Usaha (Account Receivable). Piutang wesel
merupakan janji tertulis dari pelanggan atau pihak
lain kepada perusahaan untuk membayar sejumlah
uang tertentu pada suatu tanggal di masa depan.
Piutang Usaha merupakan janji lisan dari pelanggan
untuk membayar sejumlah uang tertentu pada
suatu tanggal di masa depan. Piutang wesel bisa
berjangka panjang dan berjangka pendek,
tergantung perjanjian antara peminjam/pembeli
dengan yang memberi pinjaman/penjual.
Sedangkan Piutang Usaha biasanya berjangka
pendek dan diharapkan ditagih dalam 30 hari, 45
hari atau 60 hari tergantung syarat-syarat
penjualan (term). Piutang Non Dagang timbul dari
berbagai jenis transaksi yang bukan dari kegiatan
perdagangan, misalnya piutang karyawan, piutang
kepada pemegang saham, uang muka
PIUTANG USAHA (ACCOUNT RECEIVABLE)
PENGAKUAN PIUTANG USAHAPiutang usaha diakui/dicatat sebesar nilai
pertukaran atau nilai faktur yang telah disepakati
oleh pihak penjual dan pembeli. Dalam pengakuan
atas piutang usaha, terdapat dua faktor yang
memengaruhi pencatatan nilai piutang usaha,
yaitu:
1. Diskun Dagang (Trade discount).
Diskun dagang adalah diskun yang
diberikan oleh penjual kepada pembeli atas dasar
daftar harga yang diberikan penjual. Diskun ini
biasanya diberikan karena pembeli membeli
barang/jasa dalam volume/jumlah tertentu atau
kebijakan perusahaan memberikan diskun untuk
mencegah terjadinya perubahan harga berulang-
ulang (harga tetap sesuai katalog, namun diberikan
diskun). Apabila terdapat diskun dagang maka
piutang usaha diakui senilai jumlah neto (setelah
66
dikurangi diskun). Misalnya, PT. Aris memberikan
diskun 30% untuk setiap pembelian barang.
Apabila pada tanggal tersebut daftar harga
menunjukkan harga perunit Rp. 20.000, maka PT.
Aris mencatat penjualan 100 unit barang yang
dijual secara kredit sebagai berikut:
2. Diskun Tunai (Cash Discount).
Berbeda dengan diskun dagang, diskun
tunai diberikan apabila pembeli barang membayar
sesuai dengan periode diskun yang tercantum
dalam syarat-syarat pembayaran. Apabila pembeli
membayar dalam periode yang disebutkan dalam
syarat-syarat pembelian (term), maka diskun
diberikan sebesar persentase tertentu. Misalnya,
syarat 2/10, net 30 maka diskun 2% diberikan
apabila membayar dalam 10 hari sejak tanggal
penagihan/faktur dan jatuh tempo dalam masa 30
hari sejak tanggal penjualan, atau 2/10 EOM
(Ending of Month) maka diskun 2% diberikan
apabila membayar dalam 10 hari sejak akhir bulan.
Pengakuan terhadap diskun tunai dan piutang
dapat dilakukan dengan dua pendekatan:
a. Metode Neto ( Net Method).
Piutang diakui sebesar jumlah penjualan
setelah dikurangi dengan diskun. Metode ini
mengasumsikan pembeli akan mengambil
kesempatan untuk memanfaatkan diskun yang
diberikan. Apabila diskun tidak diambil
(pembayaran melebihi periode diskun) maka
manajemen pembeli tidak efisien. Diskun yang
tidak diambil akan diakui sebagai keuntungan
karena diskun penjualan dibatalkan (Sales Discount
Forfeited).
b. Metode bruto (Gross Method).
Piutang dicatat sebesar nilai yang ada
pada faktur dan diskun dicatat dalam akun “Diskun
Penjualan” apabila perusahaan menerima
pembayaran pada periode diskun. Metode ini
merupakan metode yang paling mudah diterapkan
dan paling banyak digunakan. Diskun penjualan
67
disajikan di laporan rugi-laba (Income Statement) sebagai pengurang dari akun Penjualan.
Dibandingkan metode bruto, metode neto
menghasilkan praktik yang lebih baik karena
piutang disajikan dekat dengan nilai realisasinya.
Dalam kenyataan, metode neto sulit diterapkan
karena membutuhkan analisa tambahan dan
pencatatan penyesuaian diakhir perode untuk
diskun tunai yang tidak diambil (Sales Discount
Forfeited).
PENILAIAN PIUTANG USAHAPiutang Usaha dinilai sebesar nilai realisasi
neto (Net Realizable Value), yaitu nilai yang
diperkirakan bisa dikonversi menjadi kas. Untuk
menilai Piutang Usaha pada nilai realisasinya, maka
perlu mengestimasi piutang usaha yang tak
tertagih dan penaksiran atas retur dan penyisihan
penjualan yang akan terjadi. Untuk menaksir
jumlah piutang yang tak tertagih terdapat dua
metode yang biasa digunakan:
1. Metode Penghapusan Langsung (Direct
Write-Off Method)
2. Metode Penyisihan (Allowance Method)
Metode Penghapusan Langsung
Metode ini digunakan hanya bila piutang
yang tidak tertagih tidak material. Secara teoretis,
metode ini tidak cocok karena tidak memadankan
biaya dan pendapatan periode. Metode
Penghapusan Langsung mencatat biaya piutang tak
tertagih (Bad debt Expense) pada periode ketika
piutang usaha tidak bisa ditagih. Piutang yang
benar-benar tidak bisa ditagih dicatat dengan
mendebit akun biaya piutang tak tertagih dan
mengkreditkan akun piutang usaha. Apabila setelah
dihapus, pelanggan membayar kembali setelah
periode penghapusan piutang usaha, maka
penerimaan itu dicatat sebagai keuntungan (Gain
from Uncollectible Amount Recovery). Metode ini
merupakan metode yang diwajibkan dalam
Undang-Undang Perpajakan.
Metode Penyisihan (Allowance Method)
Dalam metode penyisihan, setiap akhir
periode akuntansi ditaksir/ diestimasi jumlah biaya
piutang tidak tertagih. Hasil taksiran biaya piutang
tak tertagih (Bad debt Expense) dicatat ke jurnal
dengan mendebit akun biaya piutang tak tertagih
dan mengkredit akun penyisihan untuk piutang tak
68
tertagih (Allowance For Doubtful Account).
Apabila pelanggan benar-benar tidak bisa
membayar, dengan demikian piutang usaha harus
dihapus, maka penghapusan itu dicatat dengan
mendebit akun Penyisihan Piutang Tak Tertagih
(Allowance For Doubtful Account) dan mengkredit
akun Piutang Usaha. Pembayaran kembali setelah
piutang dihapus dilakukan dengan mendebit
Piutang Usaha yang sudah dihapus dan mengkredit
kembali akun Penyisihan Piutang Yang Tak Tertagih
(Allowance For Doubtful Account). Metode
penyisihan menilai piutang dalam jumlah yang
dapat direalisasikan. Metode ini cocok dengan
Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU)/Standar
Akuntansi Keuangan (SAK).
Misalnya, total penjualan PT. A selama
Tahun 2006 Rp. 250.000.000. berdasarkan
pengalaman sebelumnya, 2% dari total penjualan
akan sulit ditagih. Pada tanggal 1/5-2007 salah
seorang pelanggan PT. A jatuh pailit, sehingga
Piutang Usaha sebesar Rp. 500.000 atas nama
pelanggan itu diputuskan oleh manajemen harus
dihapus. Tanggal 28/1-2008 pelanggan itu
memberitahukan akan membayar seluruh
kewajibannya pada tanggal 5 maret 2008. Transaksi
Piutang PT. A dapat dicatat dengan kedua metode
seperti ilustrasi dalam tabel berikut ini:
Menaksir Jumlah Biaya Piutang Tak Tertagih
Biaya piutang yang tak tertagih ditaksir
berdasarkan pertimbangan dan pengalaman
masa- masa sebelumnya terkait dengan Piutang
Usaha dan transaksi penjualan. Pertimbangan
yang cermat dan wajar harus dilakukan agar
mencerminkan nilai realisasi dari Piutang Usaha
pada tanggal penyusunan laporan keuangan.
Untuk membantu dalam membuat
pertimbangan, ada dua pendekatan yang bisa
dipakai:
1. Pendekatan Laporan Rugi-Laba (Income
Statement Approach)
2. Pendekatan Neraca (Balance Sheet
Approach)
Pendekatan Rugi Laba dalam menaksir Biaya Piutang Tak Tertagih
69
Penaksiran didasarkan jumlah penjualan
kredit yang terjadi dalam periode itu dan
manajemen suatu entitas mempertimbangkan
jumlah piutang yang tidak tertagih dari penjualan
kredit yang terjadi dalam periode itu. Persentase
ketidaktertagihan piutang berdasarkan
pertimbangan manajemen itu dikalikan dengan
total penjualan kredit dalam periode itu. Misalnya
dalam tahun 2006 penjualan kredit yang dilakukan
sebesar Rp. 650.000.000 dan berdasarkan
pengalaman tahun sebelumnya piutang yang sulit
ditagih 0,5% dari penjualan. Maka, tahun 2006
jumlah piutang tak tertagih adalah 0,5% x Rp.
650.000.000= Rp. 3.250.000. Biaya piutang tak
tertagih dan Penyisihan piutang dicatat sebagai
berikut:
Pendekatan Neraca dalam menaksir Biaya Piutang Tak Tertagih
Pendekatan neraca dilakukan dengan
membuat suatu bagan atau skedul Analisa Atas
Umur Piutang Usaha (Aging Schedule). Piutang
usaha diklasifikasikan berdasarkan umur piutang
usaha sejak tanggal penagihan atau faktur
dikeluarkan sampai tanggal penyusunan laporan
keuangan. Piutang usaha masing-masing pelanggan
(Customer) dikelompokkan berdasarkan umur
piutang masing- masing pelanggan. Biasanya
pengelompokkan didasarkan kelipatan dari hari
jatuh tempo ( misalnya, piutang usaha jatuh tempo
30 hari, maka piutang pelanggan dikelompokkan
dalam kelipatan 30, yaitu 60 hari, 90 hari atau 120
hari). Setelah pengelompokan dilakukan maka
manajemen menaksir, berdasarkan pengalaman
periode-perode sebelumnya, ketidaktertagihan
dalam setiap kelompok piutang pelanggan.
Total taksiran jumlah piutang usaha tak
tertagih merupakan jumlah Akun Penyisihan
Piutang Tak Tertagih yang akan disajikan di neraca.
Selisih antara jumlah Akun Penyisihan Piutang Tak
Tertagih sebelum dilakukan penyesuaian dengan
jumlah akun penyisihan Piutang Tak Tertagih hasil
perhitungan merupakan jumlah Akun Biaya Piutang
tak tertagih pada periode itu.
Misalnya, dari akun Piutang Usaha di Buku
Besar PT. A per 31 Desember 2007 saldo akhir
Piutang Usaha sebesar Rp. 207.160.000. Jumlah
Piutang Usaha tersebar pada pelanggan berikut
(data diambil dari buku pembantu/kartu Piutang
Usaha):
70
Piutang Usaha dan Penyisihan untuk Piutang yang
tak tertagih sebelum disesuaikan menunjukkan
saldo piutang usaha Rp. 207.160.000 dan
Penyisihan untuk Piutang yang tak tertagih Rp.
7.456.000. Kebijakan Piutang perusahaan untuk
penyisihan adalah:
- Piutang usaha jatuh tempo 30 hari
- Umur 31-60 hari, persentase
ketertagihan 90%
- Umur 61-90 hari, persentase
ketertagihan 85%
- Umur 91-120 hari persentase
ketertagihan 80%
- > 120 hari, persentase ketertagihan
Piutang 75%
Analisa atas Umur Piutang Usaha dapat dibuat
seperti tabel dibawah ini:
Biaya Piutang tak tertagih (Bad debt Expense) per 31 Desember 2007 dapat dihitung sebagai berikut:
-- Allowance for Doubtful Account setelah penyesuaian Rp. 14.755.000
71
-- Allowance for Doubtful Account sebelum penyesuaian Rp. 7.456.000
Bad Debt expense Rp. 7.299.000
Biaya Piutang Tak Tertagih dicatat ke jurnal umum dengan cara sebagai berikut:
WESEL TAGIH (PROMISORY NOTE)Di Indonesia, wesel memiliki dua bentuk yaitu
wesel aksep (Bank Draft) dan promes (Promisory
Note). Wesel Aksep (Bank draft) merupakan surat
berharga yang berisi perintah tak bersyarat dari
bank penerbit draft kepada pihak lainnya (tertarik)
untuk membayar sejumlah uang kepada seseorang
tertentu atau orang yang ditunjuknya pada waktu
yang telah ditentukan. Bank draft ini adalah
merupakan cek namun sumber dana
pembayarannya adalah berasal dari rekening bank
penerbit bukan dari rekening nasabah perorangan.
Sedangkan Promes dalam akuntansi dapat juga
disebut "nota yang dapat diuangkan" adalah
merupakan suatu kontrak yang berisi janji secara
terinci dari suatu pihak ( pembayar) untuk
membayarkan sejumlah uang kepada pihak lainnya
(pihak yang dibayar). Kewajiban ini dapat timbul
dari adanya suatu kewajiban pelunasan suatu
hutang. Misalnya, dalam suatu transaksi penjualan
barang dimana pembayarannya mungkin saja
dilakukan sebagian secara tunai dan sisanya
dibayar dengan menggunakan satu atau beberapa
promes. Dalam promes disebutkan jumlah pokok
hutang serta bunga (apabila ada) dan tanggal jatuh
tempo pembayarannya. Kadangkala dicantumkan
pula adanya suatu ketentuan yang mengatur
apabila si pembayar mengalami gagal bayar1.
Wesel (note) apabila dilihat dari pihak
yang memberi pinjaman disebut sebagai wesel
tagih (piutang wesel), sedangkan dari pihak
peminjam disebut sebagai wesel bayar (hutang
wesel). Wesel yang jatuh tempo dalam periode 1
tahun disebut sebagai wesel jangka pendek,
sedangkan wesel yang jatuh tempo lebih dari 1
periode akuntansi disebut wesel jangka panjang.
Wesel bisa dikenai bunga (interest bearing note)
namun bisa juga tanpa bunga (non interest bearing
note). Wesel tanpa bunga merupakan wesel yang
secara implisit tidak mencantumkan suatu
persentase bunga namun ada komitmen untuk
membayar suatu jumlah tertentu melebihi jumlah
pinjaman yang diberikan.
PENGAKUAN WESEL Wesel biasanya dibebani bunga dan direalisasikan
sesuai dengan kondisi suku bunga pasar untuk
instrumen yang sesuai dengan wesel itu. Namun
untuk wesel berjangka waktu pendek, bunga pasar
tidak memengaruhi nilai realisasi wesel.
1 Lihat www.wikipedia.com
72
WESEL JANGKA PENDEK BERBUNGAMisalnya, Pada tanggal 15 Januari 2007 PT. A
melakukan penjualan barang kepada PT. B dan
menerima wesel (promes) 3 bulan berbunga
10%/tahun. Nilai wesel Rp. 10.000.000. PT. A
mencatat wesel itu dijurnal sebagai berikut:
Wesel jangka pendek diklasifikasikan sebagai aktiva lancar dan disajikan sama dengan piutang usaha.
Wesel jangka panjang berbunga; suku bunga nominal berbeda dengan suku bunga pasar (efektif)
Nilai realisasi wesel jangka panjang berbunga
biasanya memperhitungkan pengaruh dari suku
bunga pasar wesel yang berisiko sama dengan
wesel itu. Untuk mengetahui jumlah nilai realisasi
dari wesel, maka harus dicari nilai sekarang dari
wesel dan nilai sekarang dari anuitas penerimaan
bunga wesel itu. Misalnya, pada awal januari 2007
Bank X memberi pinjaman Rp. 10.000.000 kepada
PT.A dan menerima wesel jangka panjang berbunga
10%. Wesel jatuh tempo selama 3 tahun dan suku
bunga pasar untuk wesel yang berisiko sama
adalah 12%, maka nilai sekarang wesel dapat
dihitung sebagai berikut:
Nilai Jatuh tempo wesel Rp10.000.000Nilai sekarang dari nilai jatuh tempo:
Rp7.117.802
Nilai sekarang dari anuitas penerimaan bunga
Rp2.401.831
Nilai Sekarang dari wesel Rp9.519.633Perbedaan (diskun) Rp480.367
tempojatuhNilair n
)1(1
000.000.10.)12,01(
13 Rp
weselbungaPendaparr n
tan)1(11
000.000.1.12,0
)12,01(11 3
Rp
73
Pemasukan ke jurnal pada awal januari 2007 dilakukan sebagai berikut:
Diskun yang dihasilkan diamortisasi selama periode
jatuh tempo wesel. Skedul Amortisasi dengan
metode bunga efektif dapat dilakukan sebagai
berikut:
Pemasukan ke jurnal untuk amortisasi diskun dan penerimaan pendapatan bunga pada tahun pertama
dibuat:
WESEL JANGKA PANJANG BERBUNGA; SUKU BUNGA NOMINAL WESEL SAMA DENGAN SUKU BUNGA PASAR (EFEKTIF)
Misalnya, PT. B meminjamkan sejumlah uang
Rp.65.000.000 kepada PT. X dan menerima
wesel 3 tahun berbunga 10%. Suku bunga wesel
dan suku bunga pasar untuk wesel yang
memiliki resiko yang sama adalah 10%. Ini
berarti wesel diterbitkan sama dengan nilai
nominal, sehingga tidak ada diskun yang dicatat.
PT. B mencatat wesel itu sebagai berikut:
74
WESEL BERBUNGA NOL (ZERO-INTEREST BEARING NOTE)
Wesel berbunga nol merupakan wesel yang tidak
mencantumkan tingkat suku bunga nominal pada
wesel namun nilai realisasi wesel lebih kecil dari
nilai nominal wesel. Perbedaan antara nilai nominal
dan nilai realisasi dicatat sebagai diskun dan
daimortisasi pada saat penutupan buku sebagai
pendapatan bunga sebesar suku bunga yang
menyamakan dengan nilai sekarang dari wesel.
Pada saat wesel dilunaskan maka pihak peminjam
harus membayar sebesar nilai nominal dari wesel
itu.
Misal, PT. X meminjam Rp. 100 juta dari
PT.A dan memberi wesel 3 tahun berbunga nol,
dimana nilai sekarang dari wesel Rp. 77.218.000.
Tingkat suku bunga implisit yang menyamakan nilai
nominal dan nilai sekarang adalah 9 % (lihat tabel
nilai sekarang pada periode 3 dan suku bunga 9%,
nilai sekarang Rp1 untuk periode 3 tahun dan suku
bunga 9% adalah Rp. 0,77218). Untuk mencatat
transaksi itu di jurnal PT. A adalah sebagai berikut:
Diskun wesel diamortisasi pada akhir periode dengan menggunakan metode bunga efektif:
Pencatatan ke jurnal untuk amortisasi pada periode pertama adalah:
PENILAIAN WESEL TAGIH
75
Sama seperti Piutang Usaha, wesel juga
disajiakan sebesar nilai realisasi neto (Net
Realizable Value), yaitu nilai yang diestimasi bisa
direalisasi setelah dikurangi penyisihan-penyisihan
piutang wesel. Estimasi atas Wesel tagih yang tidak
tertagih bisa juga dilakukan dengan pendekatan
neraca atau pendekatan rugi laba, sama seperti
pada Piutang Usaha.
PELEPASAN PIUTANG USAHA DAN WESELDalam peristiwa bisnis normal, piutang
usaha dan wesel ditagih ketika jatuh tempo dan
dikeluarkan dari pembukuan. Namun, terdapat
peristiwa dimana perusahaan pemilik piutang dan
wesel membutuhkan kas dalam waktu singkat
sehingga melakukan transfer piutang ke
perusahaan lain. Alasan lainnya dilakukan
pelepasan piutang adalah:
1. Memberikan fasilitas kepada pembeli
karena hampir seluruhnya perusahaan
dalam industri itu melakukan penjualan
secara kredit/cicilan. Apabila tidak
dilakukan, maka perusahaan tidak dapat
bersaing. Biasanya perusahaan dalam
industri jenis (misalnya perusahaan
penjual mobil atau sepeda motor) ini
bekerjasama dengan suatu perusahaan
pendanaan ( Finance Company) atau Bank.
2. Perusahaan sulit atau tidak memiliki akses
melakukan pinjaman ke pihak lain atau
untuk menghindari penyimpangan dari
persetujuan pinjaman.
3. Penagihan piutang akan memakan waktu
yang panjang dan mahal sehingga
mengalihkan ke pihak lain penagihan
piutang.
Transfer piutang usaha dan wesel ke pihak
lain untuk memperoleh kas dapat dilakukan
dengan:
1. Menggadaikan Piutang Usaha
2. Mentransfer piutang usaha
dengan perjanjian tanggung
renteng atau non tanggung
renteng (Factoring).
MENGGADAIKAN PIUTANG USAHAPiutang Usaha dan wesel bisa menjadi
jaminan atas pinjaman. Dalam perjanjian biasanya
perusahaan pemilik piutang tetap melakukan
penagihan kepada debiturnya dan menyetorkan
hasil penagihan kepada pihak yang memberinya
pinjaman. Biasanya, perusahaan pemberi pinjaman
(bank atau perusahaan pembiayaan) akan
membebankan suatu beban keuangan (Finance
charge). Setiap penagihan digunakan untuk
melunasi pinjaman. Apabila pinjaman tidak dilunasi
maka pemberi pinjaman memiliki hak melakukan
penagihan atas jaminan. Akun Piutang Usaha tetap
dipegang dan dicatat oleh perusahaan yang
menggadaikan piutang usaha.
Misalkan, 1 Mei 2007 PT. A menjaminkan
Piutang Usaha senilai Rp. 100.000.000 kepada Bank
untuk pinjaman Rp. 80 Juta. Bank membebankan
suatu beban keuangan 2% dan bunga wesel
pinjaman 12%. Cicilan PT. A dilakukan setiap bulan
76
atas penerimaan Piutang usaha. Transaksi yang
terjadi atas piutang usaha:
1. Bulan Mei PT. A menagih piutang
senilai Rp. 30.000.000, diskun tunai Rp.
600.000 dan retur penjualan Rp.
2.000.000.
2. Pada bulan Juni PT. A melakukan
pembayaran kepada Bank X atas
penagihan Piutang Usaha.
3. Seluruh Piutang Usaha berhasil
ditagih Bulan Juni dan terdapat
penghapusan piutang Rp. 5 Juta.
4. Pada bulan Juli dilunaskan
seluruh pinjaman kepada Bank X
Pencatatan ke jurnal yang harus dilakukan
kedua belah pihak adalah:
TRANSFER (ANJAK) PIUTANGPiutang Usaha juga bisa ditransfer (dijual
atau dijaminkan) untuk memperoleh kas. Piutang
usaha biasanya dijual ke perusahaan pendanaan
(Finance Company) . Dalam Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 84/PMK. 012/2006 tentang
perusahaan pembiayaan disebutkan Anjak Piutang
77
(Factoring) adalah kegiatan pembiayaan dalam
bentuk pembelian piutang dagang jangka pendek
suatu perusahaan berikut pengurusan atas piutang
itu. Transfer piutang dilakukan dengan tanggung
renteng/dengan jaminan (with recourse) maupun
tanpa tanggung renteng/tanpa jaminan (Without
Recourse). Transfer Piutang usaha biasanya
dilakukan dengan pemberitahuan atau notifikasi
kepada pelanggan agar melakukan pembayaran
kepada Faktor (pihak yang menerima transfer
piutang usaha/Transferee)
Transfer Piutang tanpa Tanggung Renteng/tanpa
jaminan
Transfer piutang usaha tanpa tanggung
renteng dianggap sebagai penjualan piutang usaha.
Dalam transfer piutang tanpa tanggung renteng,
pihak pembeli piutang (Faktor) menanggung
seluruh Risiko ketidaktertagihan piutang.
Pengendalian terhadap piutang usaha berpindah
kepada Faktor. Faktor akan mengenakan beban
pendanaan (Finance Charge) dan menahan
persentase tertentu dari piutang usaha sebagai
jaminan (retensi) apabila ada klaim dari pelanggan
terhadap barang rusak atau ada pengembalian
(retur) atau ada piutang yang tidak tertagih. Dalam
transaksi ini, pihak penjual piutang mengakui
keuntungan atau kerugian dari penjualan piutang.
Keuntungan atau kerugian penjualan piutang dapat
dihitung dengan cara:
- Nilai Buku Piutang Usaha xxx
- Nilai Realisasi Penjualan Piutang Usaha xxx
- Nilai yang ditahan factor
(Retensi Kepada Faktor) xxx+ (xxx)
Keuntungan (Kerugian) Penjualan Piutang usaha xxx
TRANSFER PIUTANG SECARA TANGGUNG RENTENG/DENGAN JAMINANTransfer Piutang Usaha secara tanggung
renteng dapat dipandang sbagai transaksi
penjualan atau transaksi pinjam meminjam dengan
jaminan Piutang Usaha. PSAK No. 43 menjelaskan
bahwa Transfer Piutang Usaha dapat dipandang
sebagai penjualan apabila keadaan-keadaan
berikut semuanya terpenuhi:
1. Klien (Pihak yang
mentransfer) tidak lagi memiliki manfaat
ekonomi masa depan dari piutang dan
tidak menanggung risiko kolektibilitas yang
terkandung dalam piutang;
2. Kewajiban klien dalam
perjanjian recourse (tanggung renteng)
dapat diestimasi/ditaksir secara andal; dan
3. Klien tidak memiliki
kewajiban atau opsi untuk membeli
kembali piutang itu.
Apabila ketiga ketentuan itu tidak
terpenuhi, maka transfer piutang usaha harus
dipandang sebagai pinjaman, bukan sebagai
penjualan.
Perbedaan antara penjualan piutang dengan
tanggung renteng dan tanpa tanggung renteng
78
adalah pihak pemilik piutang usaha mentransfer
piutang usaha dan menjamin pembayaran piutang
usaha sebesar kewajiban tanggung renteng yang
disepakati apabila pelanggan gagal membayar
piutang usaha. Kewajiban tanggung renteng
(Recourse Liability) dianggap pihak penjual piutang
(Transferor) sebagai kerugian penjualan Piutang.
Apabila estimasi ketidaktertagihan piutang usaha
tidak terjadi, maka Pihak Penjual (Tranferor) akan
mencatat kembali kewajiban tanggung renteng ini
sebagai pendapatan. Namun, apabila pelanggan
gagal membayar piutang, maka akun kewajiban
tanggung renteng dibebankan ke akun Retensi
pada Faktor.
Contoh transaksi dan pencatatan
untuk membedakan kedua model penjualan
piutang itu dapat diilustrasikan sebagai berikut:
1. Tanggal 1/5-2008 PT. A mentransfer
Piutang Usaha Jangka Pendek kepada
suatu perusahaan pembiayaan. Piutang
Usaha yang ditransfer sebesar Rp. 150
juta. Perusahaan pembiayaan
mengenakan beban pendanaan (Finance
Charge) 5% dari piutang dan menahan 10
% sebagai jaminan atas retur atau diskun
penjualan. Ditaksir, Rp. 3juta dari piutang
usaha itu akan sulit ditagih.
2. Selama bulan Mei dan Juni, Pihak Faktor
melakukan penagihan Piutang
Rp.138.250.000. Retur Rp. 5.000.000,
diskun yang diberikan Rp. 5.750.000 dan
tak tertagih Rp.3.000.000.
79
80
Soal Latihan:1. (Pengakuan Piutang Usaha)
Berikut ini adalah transaksi penjualan PT. A: Penjualan barang dagang secara kredit Rp. 25.000.000. Syarat 2/10, n/30. Barang dikembalikan senilai Rp. 2.000.000 Penerimaan piutang dagang Rp. 15.000.000 dalam periode potongan tunai Penerimaan sisa piutang dagang melebihi periode potongan tunai.
Diminta: Catat seluruh transaksi ke jurnal umum menggunakan metode neto dan metode bruto
2. (Pengakuan biaya piutang tak tertagih). Berikut ini adalah sebagian data piutang usaha PT. Amas sekora:Penjualan Kredit selama tahun 2008 Rp. 1.897.096.540. Jumlah piutang usaha Rp. 985.456.231, saldo penyisihan untuk piutang tak tertagih (Rp. 13.236.750). Beberapa informasi penting yang diperlukan berkaitan dengan piutang usaha adalah:31/12/2008 terdapat pelanggan (PT. Uni Unio) yang sudah pailit dan tidak mampu membayar.
Jumlah piutang usaha Rp. 2.300.000 harus dihapus.31/12/2008 ditaksir 0,5% dari penjualan kredit akan sulit untuk ditagih1/2/2009 PT. Uni Unio menyatakan akan melunasi hutangnya15/2/2009 PT. Uni Unio membayar seluruh kewajibannya
Diminta:1. Catat transaksi 31/12/2008 s.d 15/2/2009 dalam bentuk jurnal umum dengan asumsi
a. Menggunakan metode penyisihanb. Menggunakan metode penghapusan Langsung
2. Sajikan Piutang usaha di neraca 31 desember 2008:a. Menggunakan metode penyisihanb. Menggunakan metode penghapusan Langsung
3. (Wesel tagih jangka pendek)1/12-2008 PT. Burung Nuri menjual barang Rp. 23.000.000 dan mengeluarkan wesel 3 bulan berbunga 9%/tahun Diminta: Buat pencatatan dalam bentuk jurnal umum pada tanggal 1/12-2008, 31/12/2008, 1/3-2009
4. (Wesel tagih jangka panjang berbunga, bunga pasar berbeda dengan bunga nominal)1 september 2008 PT. Mutiara memberi pinjaman Rp. 76.000.000 kepada PT. Bahtera permai dan menerima wesel 3 tahun berbunga 9% bungan dibayar tahunan. Suku bunga pasar pada saat itu 11%. Anda diminta memberikan saran kepada PT. Mutiara untuk membuat pencatatan tanggal 1 september 2008 dan 31 desember 2008, 1 september 2009 dalam bentuk jurnal umum.
5. (Wesel Tagih Jangka Panjang berbunga nol)1 September 2008 PT. Mulia meminjam Rp. 80 juta dari PT.A dan memberi wesel 3 tahun berbunga nol. PT. Mulia menerima kas Rp. 61.774.400. Tingkat suku bunga pasar 9 % (lihat tabel nilai sekarang pada periode 3 dan suku bunga 9%, adalah Rp. 0,77218). Buat Pencatatan tanggal 1/9’08,31/12/08 dalam bentuk jurnal umum
6. Neraca saldo PT. Enrico per 31 Desember 2006 sebelum penyesuaian menunjukkan data berikut:
Account Receivable Rp. 65.000.000Allowance for Doubtful Account (Rp. 1.625.000)Note Receivable Rp.25.000.000
82
Anda menemukan fakta-fakta berikut ini:1. Terdapat piutang usaha kepada PT. Darli Rp. 1.450.000. Menurut manajemen Perusahaan ini
sudah pailit sehingga piutang harus dihapuskan.2. Menurut manajemen, ditaksir 5% dari piutang bruto akan sulit untuk ditagih.3. Wesel tagih merupakan wesel berjangka waktu 6 bulan yang dikeluarkan pada tanggal 5
november 2006 berbunga 10%Diminta:
1. Buat pencatatan ke jurnal (ayat jurnal) yang harus dibuat oleh PT. Enrico2. Sajikan seluruh piutang usaha per 31 Desember 2006 setelah penyesuaian
3.
Diminta:1. Buat taksiran biaya piutang tak tertagih tahun 2005 dengan membuat skedul umur piutang usaha2. Buat penyesuaian dan koreksi yang diperlukan sehingga menunjukkan jumlah piutang yang benar
di neraca periode 31 desember 20053. Berapa jumlah piutng neto periode sampai 31 desember 2005 setelah dilakukan koreksi dan
penyesuaian
4. Berikut ini adalah informasi yang berhubungan dengan PT. Skala:
a. Piutang Pelanggan sejumlah Rp. 40.000.000 telah digadaikan kepada Andika Finance sebagai jaminan untuk pinjaman Rp. 30.000.000
b. Penagihan kas atas piutang yang digadaikan adalah Rp. 18.000.000c. Hasil penagihan piutang dan cek senilai Rp. 3.000.000 untuk bunga pinjaman dikirimkan
ke Andika Financed. Hasil penagihan atas piutang yang digadaikan Rp. 16.200.000e. Pinjaman dilunasi ditambah bunga Rp. 1.200.000
Diminta: Buat pencatatan ke jurnal umum oleh PT. Skala
5. Pada 1/3-2008 PT.A membutuhkan dana sehingga mentransfer piutang dagang kepada Moga Finance. Piutang yang ditransfer sejumlah Rp. 150.000.000. Pihak Moga Finance mengenakan beban pembiayaan 6% dari piutang dan menahan 8% sebagai jaminan atas retur atau potongan penjualan. Ditaksir Rp. 2.500.000 dari piutang itu akan sulit untuk ditagih. Selama bulan April dan Mei, pihak Moga Finance melakukan penagihan piutang usaha Rp. 126.780.000, retur penjualan Rp. 3.500.000 dan tak tertagih Rp. 4.000.000.
Buat Pencatatan ke jurnal umum oleh PT. A dan Moga Finance apabila: Penjualan Piutang dengan tanggung renteng Penjualan piutang tanpa tanggung renteng
83
BAB V
AKUNTANSI SEDIAAN2 (INVENTORIES)
Aliran kos itu dapat dimasukkan dalam jurnal sebagai berikut:
2 Menurut kaidah ejaan yang disempurnakan (EYD), sediaan merupakan hasil dari proses menyediakan (penyediaan). Pertalian yang tepat dari bentuk dasar sedia adalah menyediakan (verba), penyedia (pelaku/alat), penyediaan (proses) dan sediaan (hasil). Untuk mengikuti pertalian antara bentuk dan makna yang sudah diatur dalam EYD, maka istilah yang tepat adalah sediaan, bukan persediaan.
84
Sediaan adalah barang yang tersedia
digudang atau tempat penyimpanan suatu
entitas pada tanggal tertentu. Sediaan terdiri
atas beberapa jenis, tergantung pada bentuk
entitasnya. Beberapa contoh dari sediaan adalah:
Sediaan Bahan Baku
Sediaan Barang Dalam Proses
Sediaan Barang Jadi
Sediaan Barang Dagang
Sediaan Barang Habis Pakai
Untuk jenis perusahaan manufaktur,
sediaan terdiri dari tiga jenis, yaitu Sediaan Bahan
Baku, Sediaan Barang Dalam Proses dan Sediaan
Barang Jadi. Arus kos sediaan pada perusahaan
manufaktur dapat digambarkan sebagai berikut:
Mutasi sediaan pada perusahaan dagang, dapat diilustrasikan sebagai berikut:
Saldo sediaan barang dagang dipengaruhi oleh
transaksi-transaksi berikut ini:
Pembelian barang dagang
Retur Penjualan
Retur Pembelian dan diskun pembelian
Penjualan barang dagang
penyesuaian-penyesuaan terhadap saldo
sediaan (sediaan hilang, menyusut,dll)
85
SISTEM PENCATATAN SEDIAANTerdapat dua sistem pencatatan sediaan:
Sistem pencatatan sediaan
Perpetual
Sistem Pencatatan sediaan secara
periodik
Sistem Pencatatan sediaan secara perpetual
Sistem pencatatan sediaan secara
perpetual melakukan pencatatan kos sediaan
secara terus menerus ke pembukuan. Setiap
perubahan dalam sediaan langsung dicatat dengan
mendebit atau mengkredit akun sediaan. Teknik
pencatatan apabila menggunakan sistem ini
adalah:
1. Setiap terjadi pembelian barang, akun
sediaan didebit
2. Apabila terjadi pembayaran ongkos
masuk, menerima diskun tunai atas
pembelian, atau pengembalian dan
penyisihan penjualan, maka nilai transaksi
langsung dicatat ke akun sediaan, bukan ke
akun khusus untuk mencatat peristiwa-
peristiwa itu.
3. Setiap terjadi penjualan barang, maka
akun sediaan di kreditkan dan akun kos dari
barang terjual (Cost of Goods Sold) didebitkan
4. Setiap jenis sediaan dibuatkan kartu
sediaan yang berfungsi sebagai buku
pembantu (subsidiary ledger) dari akun
sediaan.
Sistem sediaan perpetual mencatat mutasi
sediaan secara terus menerus ke akun sediaan
sehingga posisi sediaan tetap bisa diketahui setiap
saat. Untuk menghasilkan pengendalian yang baik,
maka sistem pencatatan sediaan secara perpetual
bisa digunakan.
Sistem Pencatatan sediaan secara periodik
Sistem ini mencatat mutasi (perubahan)
terhadap saldo sediaan ke masing-masing akun
yang menunjukkan transaksinya, bukan ke akun
sediaan. Teknik pencatatan apabila menggunakan
sistem ini adalah:
1. Setiap terjadi pembelian barang
kos sediaan dicatat ke akun Pembelian.
2. Apabila terjadi pembayaran
ongkos masuk, menerima diskun tunai atas
pembelian, atau pengembalian dan
penyisihan penjualan, maka nilai transaksi
langsung dicatat ke akun masing-masing
(Akun biaya angkut pembelian, diskun
pembelian, akun retur dan penyisihan
pembelian) bukan ke akun sediaan.
3. Setiap terjadi penjualan barang,
maka akun sediaan tidak dikreditkan.
4. Untuk menghitung kos dari
barang yang terjual (Cost of Goods Sold),
maka harus dilakukan perhitungan sebagai
berikut:
Kos dari barang terjual (Cost of Goods Sold)
Sediaan awal periode (Beginning Balance) xxxPembelian (Purchases) xxxRetur pembelian (Purchase Return) (xxx)Diskun pembelian (Purchase Discount) (xxx)Biaya angkut (Freight In) xxx +Pembelian neto (Net Purchase) xxx+Barang tersedia untuk dijual xxx(Goods Available for sale)Sediaan akhir Periode (Ending Balance) (xxx)Kos dari barang terjual (Cost of Goods Sold) xxx
86
5. Sediaan akhir diketahui
jumlahnya hanya dengan melakukan
perhitungan fisik.
6. Dibuat jurnal untuk
menutup/menyesuaikan saldo sediaan akhir
ke neraca dan menutup akun-akun
pembelian, retur pembelian, biaya angkut
pembelian.
Perbandingan sistem perpetual dan sistem periodik
87
KEPEMILIKAN ATAS SEDIAANKepemilikan (hak) atas sediaan
menentukan siapa yang mencatat barang sebagai
sediaannya. Untuk menetapkan hak atas sediaan,
ada beberapa kondisi yang harus dianalisis:
Barang dalam perjalanan pada
saat menyusun laporan keuangan
Untuk menetapkan siapa yang berhak atas
barang yang sedang dalam perjalanan pada saat
penyusunan laporan keuangan, maka harus dilihat
88
syarat (term) dari pembayaran ongkos angkut yang
ada di konosemen (Bill of Lading). Terdapat dua
syarat pengiriman yang bisa menunjukkan
kepemilikan dari barang:
1. FOB Shipping Point (Free On Board
Shipping Point) atau franko penjual. Apabila
penjualan dilakukan dengan ketentuan ini
maka ongkos angkut pengiriman barang
ditanggung oleh pihak pembeli barang. Hal itu
berarti kepemilikan barang berpindah apabila
barang sudah keluar dari pelabuhan atau
tempat pengiriman. Pihak penjual dengan
segera mengkreditkan akun sediaan dan pihak
pembeli mendebitkan akun pembelian atau
sediaan. Ketentuan ini biasanya dituliskan
sesuai dengan kota pihak penjual (misalnya:
apabila pihak penjual berada di Kota Medan
maka dituliskan FOB Medan atau Franko
Medan)
2. FOB Destination (Free On Board Shipping
Point) atau franko pembeli. Apabila penjualan
dilakukan dengan ketentuan ini maka ongkos
angkut pengiriman barang ditanggung oleh
pihak penjual barang. Hal itu berarti
kepemilikan barang berpindah apabila barang
sudah sampai ke tujuan atau tempat pembeli
berada. Pihak penjual mengkreditkan akun
sediaan apabila barang sudah sampai pada
pembeli barang dan pihak pembeli
mendebitkan akun pembelian atau sediaan
apabila sudah diterima. Ketentuan ini
biasanya dituliskan sesuai dengan kota pihak
pembeli (misalnya: apabila pihak pembeli
berada di Kota Jakarta maka dituliskan FOB
Jakarta atau Franko Jakarta)
Barang Konsinyasi
Salah satu metode pemasaran yang
banyak dipakai adalah konsinyasi. Pihak penitip
(disebut konsinyor) mengirimkan barang kepada
agen penjual dimana agen penjual berkewajiban
menjual barang konsinyasi itu. Apabila barang tidak
terjual maka pihak penitip bisa mengambil atau
mengganti barang dengan barang yang baru.
Dalam metode pemasaran secara konsinyasi
barang tetap menjadi hak penitip barang sampai
barang itu terjual. Pihak yang menerima titipan
(konsinyee) menerima komisi atas penjualan
barang dan berkewajiban menjaga barang dan
menempatkan barang di tempat yang pantas.
Perjanjian Penjualan Khusus
1. Penjualan dengan perjanjian membeli
kembali
Kadang-kadang perusahaan mendanai
sediaannya tanpa melaporkan adanya hutang atau
sediaan di neraca. Hal ini dilakukan dengan
penjualan dengan perjanjian membeli kembali.
Dalam model transaksi ini pihak penjual dan
pembeli melakukan perjanjian jual beli dimana
pihak penjual berjanji akan membeli kembali
sediaan dengan harga yang disepakati. Oleh pihak
pembeli, barang ini digunakan sebagai jaminan
untuk pinjaman dari bank. Hasil peminjaman uang
dari bank digunakan oleh pembeli untuk melunasi
transaksi penjualan barang. Dimasa depan, pihak
penjual membeli kembali seluruh barang dan pihak
pembeli menggunakan hasilnya untuk melunasi
hutang ke bank. Transaksi itu dapat diilustrasikan
sebagai berikut:
89
Dengan melakukan penjualan dengan perjanjian
membeli kembali pihak penjual bisa
menghindarkan pencatatan hutang dan
memanipulasi penghasilan. Sedian dengan skema
penjualan ini tetap dicatat oleh pihak penjual.
Pihak penjual tetap sebagai pemilik barang dan
juga harus mencatat hutang ke bank sebagai
kewajibannya.
2. Penjualan dengan tingkat pengembalian
yang tinggi
Apabila dalam suatu operasi usaha
terdapat tingkat pengembalian (return) yang tinggi
karena ada perjanjian dagang yang
memungkinkannya, maka terdapat dua alternatif
pencatatan transaksi penjualan. Pencatatan
transaksi penjualan bisa dilakukan pada saat
terjadinya transaksi dan mencatat taksiran
pengembalian dan penyisihan penjualan pada
akun taksiran penembalian dan penyisihan
penjualan. Penjual bisa juga tidak mencatat
penjualan sampai suatu keadaan yang
mengindikasikan jumlah yang akan dikembalikan
oleh pembeli. Apabila jumlah pengembalian bisa
ditaksir dengan akurat, maka sediaan juga bisa
dikreditkan pada saat mencatat penjualan.
3. Penjualan Cicilan
Penjualan cicilan merupakan cara
penjualan lainnya dalam praktik bisnis.
Pelanggan akan melakukan cicilan sampai
periode waktu tertentu. Cara penjualan
secara cicilan sangat beresiko, terutama
tingkat ketertagihan piutang. Oleh karena itu,
dalam penjualan cicilan biasanya hak
kepemilikan atas barang berpindah apabila
cicilan telah diselesaikan. Namun, terkait
dengan kepemilikan atas sediaan dalam
penjualan cicilan, barang-barang harus
dikeluarkan dari akun sediaan pihak penjual
apabila persentase dari piutang yang tak
tertagih bisa ditaksir secara akurat.
PENGARUH POTONGAN TUNAI PEMBELIAN TERHADAP KOS SEDIAANDiskun pembelian diterima apabila entitas
membayar hutang usaha pada rentang waktu
diskun yang diberikan pihak penjual. Untuk
mencatat diskun pembelian terdapat dua metode
90
yang bisa digunakan, yaitu metode neto (Net
Method) dan Metode Bruto (Gross Method).
Dengan menggunakan metode neto diskun
pembelian langsung dikurangkan dari pembelian/
sediaan barang da hutang usaha. Apabila diskun
tidak diambil maka didebitkan akun kerugian atas
diskun pembelian (Purchase discount Lost). Akun
kerugian karena tidak memanfaatkan dikun
pembelian dilaporkan di laporan rugi laba pada
kelompok biaya lain-lain (Other Expenses and
Losses).
Metode bruto dioperasikan dengan
mencatat pembelian/sediaan pada jumlah bruto.
Pada saat pembayaran hutang pada masa diskun,
pembeli barang mencatat diskun dalam akun
diskun pembelian (apabila menggunakan sistem
periodik) atau mengkreditkan akun sediaan
(apabila menggunakan sistem perpetual). Misalnya,
PT. A menggunakan sistem periodik dan membeli
barang dengan syarat 2/10,n/30 pada tanggal 1/5-
2005 seharga Rp. 10 juta. Apabila pembayaran
dilakukan dalam periode diskun atau diluar periode
diskun, pencatata yang dilakukan adalah:
PENILAIAN SEDIAAN BERBASIS ALIRAN KOS HISTORISSediaan dinilai atas dasar kos historis.
Penyimpangan atas basis ini dapat dilakukan
apabila terdapat kondisi- kondisi lain, misalnya
penurunan nilai sediaan menuju nilai pasar atau
kondisi yang memerlukan estimasi atas nilai
sediaan. Penilaian berbasis aliran kos historis terdiri
atas beberapa metode:
Identifikasi spesifik (Specific
Identification)
FIFO (First In First Out/Masuk
Pertama Keluar Pertama)
LIFO (Last In First Out/ Masuk
Terakhir Keluar Pertama)
Average (Rata-Rata)
Keempat asumsi aliran kos sediaan itu dapat
diterapkan pada sistem pencatatan periodik
maupun perpetual.
A. Identifikasi Spesifik
Metode aliran kos ini digunakan apabila
terdapat ciri-ciri khusus dari setiap jenis sediaan.
Karena setiap jenis memiliki kualitas dan harga
yang berbeda-beda, maka setiap barang yang
terjual harus dikenali tanggal pembeliannya
sehingga barang yang tersisa (sediaan) dan terjual
bisa diidentifikasi kos-nya. Metode aliran kos ini
merupakan metode yang terbaik namun sulit untuk
91
dilakukan, terutama pada barang yang jenisnya
banyak. Biasanya, metode ini digunakan pada
entitas yang memiliki jenis sediaan sedikit, mahal
dan mudah dibedakan berdasarkan karakteristik
barang (misalnya: emas, perhiasan, mobil,
furniture, berlian,dll).
Misalkan PT. A memiliki data terkait
dengan sediaan sebagai berikut:
Apabila Sediaan akhir ( 600 unit, berasal dari 300 +
685 -30 -395 + 40) diidentifikasi berasal dari
sediaan awal (185 unit), pembelian 02/1-07 (70
unit), 16/1 (10 unit), dan 20/1 (175 unit), 31/1 (160
unit), maka kos sediaan akhir dapat dihitung:
B. FIFO
Metode aliran kos sediaan dengan FIFO
mengasumsikan aliran kos atas sediaan yang keluar
diambil dari kos sediaan yang paling awal masuk
( kos sediaan yang pertama masuk merupakan
basis menentukan kos sediaan yang dikeluarkan).
Metode ini mengasumsikan kos sediaan akhir
berasal dari sediaan yang terakhir masuk ke
gudang/tempat penyimpanan. Metode FIFO bisa
diterapkan dalam sistem pencatatan periodik
maupun perpetual.
92
FIFO pada sistem pencatatan periodik
Pada sistem pencatatan periodik,
Kunatitas dan kos sediaan akhir diketahui apabila
dilakukan perhitungan fisik terhadap sediaan. Kos
dari barang yang terjual (Cost of Goods Sold)
berasal dari harga pembelian yang paling awal
sedangkan kos sediaan akhir berasal dari
pembelian yang terakhir dan ditarik mundur
sampai suatu tanggal dimana kuantitas sediaan
terpenuhi. Berdasarkan contoh PT. A sebelumnya,
maka kos sediaan akhir dengan metode FIFO dalam
sistem Periodik dapat dihitung sebagai berikut:
FIFO pada sistem pencatatan Perpetual
Dalam sistem sediaan perpetual,
manajemen sediaan dilakukan dengan membuat
kartu sediaan (di bagian akuntansi) yang memuat
setiap mutasi (pergerakan) barang serta kos-nya.
Apabila dipakai metode FIFO, maka setiap barang
yang keluar karena terjual dihitung kos-nya
berdasarkan kos sediaan akhir yang pertama dibeli.
Kos dari sediaan akhir berasal dari harga pembelian
barang yang terakhir..
Dari contoh sebelumnya, sediaan akhir PT.
A dapat dihitung dengan menggunakan metode
aliran FIFO dalam sistem sediaan perpetual:
93
Walaupun saldo sediaan akhir bisa diketahui dari
kartu sediaan, namun perhitungan fisik terhadap
sediaan akhir tetap harus dilakukan minimal pada
saat akhir periode akuntansi
C. METODE LIFO
Metode LIFO bergerak dalam arah yang
berlawanan dengan metode FIFO. Pada metode
aliran kos ini, kos dari barang yang dijual (Cost of
Goods Sold) diambil dari kos sediaan yang terakhir
dibeli sehingga kos sediaan akhir berasal dari kos
barang yang pertama dibeli.
LIFO pada sistem pencatatan periodik
Dalam sistem periodik, kos sediaan akhir
diketahui jika dilakukan perhitungan fisik terhadap
sediaan. Kos sediaan akhir berasal dari pembelian
yang pertama dilakukan dan kemudian ditarik maju
sampai kepada tanggal pembelian dimana seluruh
unit dalam sediaan terpenuhi. Dalam contoh
sebelumnya, kos sediaan akhir PT. A, apabila dinilai
dengan metode LIFO pada sistem sediaan periodik,
dapat dihitung sebagai berikut:94
LIFO pada sistem pencatatan perpetual
Pada sistem perpetual, kos dari barang
yang dijual ditentukan berdasarkan kos pembelian
barang terakhir. Kos sediaan akhir dihitung dari
harga pembelian yang pertama dilakukan. Dari
contoh PT. A sebelumnya, nilai sediaan akhir dapat
dihitung sebagai berikut:
D. METODE AVERAGE (RATA-RATA)
Metode rata-rata juga dapat diaplikasikan
pada sistem pencatatan periodik dan perpetual.
Metode Average dalam sistem periodik (Rata-Rata
Tertimbang)
Metode ini tidak mendasarkan kos sediaan
berdasarkan aliran barang masuk atau keluar,
namun merata-ratakan kos dari barang yang
tersedia untuk menghitung kos sediaan akhir. Dari
contoh PT. A sebelumnya, kos sediaan akhir dapat
dihitung sebagai berikut:
95
Metode Average dalam Sistem Perpetual (Rata-
rata Bergerak)
Sediaan yang di catat dikartu sediaan
dirata-ratakan kos-nya setiap terjadi pembelian
barang. Dari data sediaan PT. A, sediaan akhir
dapat dihitung dari kartu sediaan berikut ini:
Rata-rata sediaan dihitung dengan
menambahkan total saldo sediaan sebelum
pembelian ditambah total harga beli barang,
kemudian membagikan hasil penjumlahan itu
dengan total kuantitas sediaan. Misalnya, kos/unit
sediaan pada tanggal 16 Januari 2007 dapat
dihitung sebagai berikut:( 50.250 +33.000) : (335
+200) = Rp. 156. Dari beberapa metode sediaan
yang sudah dijelaskan, metode rata-rata
merupakan metode yang paling sederhana dan
mudah dilakukan.
Perbandingan Rugi-laba Masing-Masing Metode
96
Masing-masing metode menghasilkan kos
sediaan dan kos dari barang terjual yang berbeda-
beda. Kos sediaan yang berbeda-beda ini
menghasilkan laba bruto yang berbeda.
Perbandingan laba rugi masing-masing metode
dengan menggunakan data PT. A diatas, dengan
asumsi setiap barang dijual seharga Rp. 250 per
unit, dapat diilustrasikan sebagai berikut:
Dari tabel diatas terlihat bahwa metode
FIFO menghasilkan laba yang lebih tinggi karena
kos sediaan akhir dengan metode FIFO lebih tinggi
dibandingkan metode-metode aliran kos sediaan
lainnya. Metode aliran kos apapun yang dipilih
untuk dipakai harus digunakan secara konsisten
(dipakai dari satu periode ke periode berikutnya)
untuk menjaga keandalan dan keterbandingan
informasi keuangan.
Perpindahan dari satu metode aliran kos
sediaan ke metode lainnya tetap dimungkinkan
dengan alasan yang masuk akal dan dijelaskan
dalam Catatan Terhadap Laporan Keuangan (Notes
to Financial Statements).
4. METODE LAIN UNTUK MENILAI DAN MENAKSIR KOS SEDIAAN
Secara umum sediaan dinilai berdasarkan
metode kos histories, yaitu salah satu dari antara
metode identifikasi khusus, FIFO, atau rata-rata.
Penyimpangan dari basis kos histories ini bisa
dilakukan sepanjang terdapat hal yang
memungkinkan metode berdasarkan kos historis
sulit atau tidk memungkinkan untuk dilakukan.
Beberapa cara untuk menilai atau menaksir sediaan
diluar metode aliran kos histories adalah:
1. Metode Lower of Cost or Market
(Terendah antara Kos dan Pasar)
2. Metode Lower of Cost or Net Realizable
Value (Terendah antara Kos dan Nilai
Realisasi Neto)
3. Metode Relative Sales Value (Nilai
Penjualan Relatif)
4. Metode Gross Profit (Laba Bruto)
5. Metode Retail Inventory (Sediaan Eceran)
97
LOWER OF COST OR MARKET (TERENDAH ANTARA
KOS DAN PASAR)
Metode Lower of Cost or Market
(Terendah antara Kos dan Pasar) digunakan untuk
menilai sediaan pada waktu laporan keuangan akan
disusun. Metode ini digunakan apabila manfaat
sediaan menurun dibawah nilai/kos sediaan.
Kondisi tersebut terjadi apabila nilai pasar
sediaan lebih rendah dari kos sediaan karena
kerusakan sediaan atau sediaan merupakan
barang usang. Akibatnya, kerugian karena nilai
pasar yang lebih rendah dari kos sediaan harus
diakui/dicatat pada periode penilaian. Kos sediaan
yang dinilai dengan salah satu metode berbasis kos
(FIFO, LIFO, AVERAGE atau Identifikasi Khusus)
dibandingkan dengan nilai pasarnya, yaitu harga
beli barang apabila pada saat penilaian barang itu
dibeli kembali.
Harga pasar merupakan kos pengganti
(Replacement Cost) dari sediaan, yaitu harga pasar
apabila barang yang sama dibeli pada tanggal
penilaian, bukan harga jual dari sediaan itu.
Misalnya, barang yang memiliki kos Rp. 20,000
pada tanggal penyusunan laporan dapat dibeli
dengan harga Rp. 19.500 maka kos pengganti
adalah Rp.19.500. Selisih antara nilai sediaan yang
dinilai berbasis kos dengan nilai pasarnya dianggap
sebagai kerugian penurunan sediaan dan
dibebankan pada periode dimana penurunan
terjadi. Penilaian ini merupakan cara yang
konservatif dalam menilai sediaan.
Cara kerja metode LCM
Metode LCM bekerja sesuai dengan
gambar berikut ini:
Penjelasan:
1. Kos sediaan merupakan nilai
sediaan yang dinilai dari salah satu metode
berbasis kos: FIFO, LIFO, AVERAGE, dan
Identifikasi Khusus.
2. Nilai pasar merupakan Kos
pengganti, yaitu harga beli sediaan pada saat
penilaian dilakukan. Kos pengganti
(Replacement Cost) tidak boleh melebihi nilai
realisasi neto, yaitu estimasi penjualan setelah
dikurangi estimasi pengeluaran untuk
menyelesaikan sediaan (estimasi biaya
penyelesaian) dan biaya penjualan, dan tidak
boleh lebih rendah dari nilai realisasi neto
98
setelah dikurangi penyisihan marjin laba
normal.
3. Apabila nilai pengganti melebihi
nilai realisasi neto maka yang digunakan
sebagai nilai pasar adalah nilai realisasi neto
karena nilai realisasi neto merupakan nilai
penjualan neto (harga jual dikurangi biaya
penyelesaian dan biaya penjualan) yang
diharapkan mengalir ke perusahaan. Nilai
Realisasi Neto menutupi kerugian yang
disebabkan oleh kerusakan atau keusangan
sediaan. Apabila nilai pengganti melebihi nilai
realisasi neto dan dipakai sebagai asumsi nilai
pasar maka sediaan menjadi lebih tinggi dari
nilai realisasinya. Misalnya: kos sediaan akhir
Rp. 600, nilai pengganti Rp.550, dan nilai
realisasi neto Rp 500, maka tidaklah tepat
untuk menilai sediaan sebesar nilai pengganti
Rp. 550, karena sediaan hanya bisa direalisasi
(dijual, setelah dikurangi biaya-biaya
pelepasan) Rp. 500.
4. Apabila Nilai kos pengganti
kurang dari nilai realisasi neto dikurangi
penyisihan marjin laba normal, maka yang
digunakan sebagai nilai pasar adalah hasil
pengurangan nilai realisasi neto dengan
penyisihan marjin laba normal. Hasil
pengurangan nilai realisasi neto dengan
penyisihan marjin laba normal merupakan
5. batas bawah dimana sediaan
tidak boleh dijual dibawah nilai itu. Nilai batas
bawah ini merupakan nilai yang dapat
diperoleh atau direalisasi perusahaan dari
sediaan dengan tetap memperoleh laba.
6. Misalnya, PT. A memiliki sediaan
yang dinilai dengan FIFO. Kos sediaan akhir Rp.
2,000. Nilai penjualan dari sediaan Rp. 2.500
dan taksiran biaya penyelesaian dan penjualan
Rp.150. Penyisihan untuk marjin laba normal
sebesar 10% dari penjualan. Harga beli sediaan
(Replacement Cost) pada saat penilaian
dilakukan Rp.1.950. Batas atas dan Batas
Bawah dapat dihitung:
Karena Nilai Pengganti (Replacement Cost)
Rp. 1,950 sudah dibawah batas bawah,
maka yang digunakan sebagai nilai pasar
adalah Rp. 2.100. Selanjutnya metode LCM
diaplikasikan untuk kos Rp. 2,000 dan nilai
pasar Rp. 2.100. Karena yang terendah
adalah kos sediaan maka nilai sediaan akhir
yang disajikan di laporan keuangan adalah
Rp. 2.000.
APLIKASI METODE LCM
Metode LCM bisa diaplikasikan kepada
masing-masing individu sediaan, kategori utama
sediaan atau keseluruhan sediaan. Misalnya PT.
Aditia memiliki beberapa jenis sediaan yang bisa
dikategorikan atas dua jenis sediaan. Data-data
untuk menilai sediaan dapat dilihat pada
ilustrasi berikut ini (penyisihan marjin laba
normal 10% dari harga jual):
99
Aplikasi metode LCM untuk setiap item sediaan, kategori utama sediaan dan keseluruhan dapat dilakukan
sebagai berikut:
Hasil penilaian sediaan menurut metode LCM berdasarkan ketiga kategori itu adalah:
Untuk menyesuaikan nilai sediaan dari berbasis kos
menuju berbasis pasar (LCM), ada dua metode
pencatatan:
1. Metode langsung
Metode ini menyesuaikan selisih penilaian
ke akun Kos dari Barang Terjual (Cost of Goods
Sold) dan sediaan periode itu. Tidak ada pengakuan
kerugian atas penurunan nilai sediaan. Dari ilustrasi
diatas, penyesuaian dengan metode langsung
untuk LCM Individual dapat dibuat sebagai berikut:
2. Metode Tidak langsung/Penyisihan
100
Metode ini menyesuaikan selisih penilaian
ke akun penyisihan penurunan nilai sediaan dan
mengakui kerugian karena penurunan nilai sediaan.
Metode ini mengungkapkan kerugian atas
penurunan nilai sediaan dan tidak langsung
mengurangi nilai sediaan di neraca. Dari segi
pengungkapan informasi keuangan, metode ini
lebih baik dari metode langsung.
Akun kerugian karena penurunan nilai
pasar sediaan disajikan di laporan rugi laba pada
kelompok biaya lain-lain, sedangkan akun
penyisihan terhadap penurunan nilai sediaan
disajikan di neraca sebagai pengurang akun sediaan
(Contra Account). Nilai Kos dari barang terjual (Cost
of Goods Sold) tidak berubah sama sekali.
METODE LOWER OF COST OR NET REALIZABLE
VALUE (TERENDAH ANTARA KOS DAN NILAI
REALISASI NETO)
Apabila nilai sediaan lebih tinggi dari nilai
realisasinya, maka kos dari sediaan tidak akan bisa
lagi dipulihkan atau diperoleh. Penyebab nilai
sediaan melebihi nilai realisasinya adalah barang
yang rusak atau usang atau bila harga penjualan
menurun dibawah kos sediaan. Misalnya, sediaan
yang memiliki kos Rp. 600 namun hanya bisa dijual
(direalisasi) sebesar Rp. 500, tidak wajar apabila
dilaporkan di neraca sebesar kos-nya Rp. 600.
Untuk mencegah melaporkan sediaan dalam
jumlah yang melebihi nilai realisasinya maka
metode terendah antara kos dan nilai realisasi neto
dapat digunakan untuk menilai sediaan akhir.
Metode ini membandingkan nilai sediaan
yang dinilai berbasis kos histories dengan nilai
realisasi neto dari sediaan. Nilai realisasi Neto
merupakan nilai penjualan neto yang diharapkan
mengalir dari sediaan. Sama dengan metode LCM,
nilai realisai neto dihitung dengan mengurangkan
nilai sediaan menurut harga jual dikurangi dengan
taksiran-taksiran biaya penyelesaian dan penjualan.
Nilai terendah antara nilai sediaan yang dinilai
berbasis kos historis dengan nilai realisasi neto
diangkat sebagai nilai sediaan akhir di laporan
keuangan.
Sama dengan metode LCM, penilaian
sediaan juga dapat dilakukan untuk masing-masing
item sediaan, kelompok utama atau secara
keseluruhan. Selisih penilaian dapat dicatat
dengan metode langsung ataupun metode tidak
langsung, seperti diterapkan pada metode LCM
Argumen pendukung terhadap metode ini
adalah nilai sediaan tidak boleh melebihi nilai
realisasi neto-nya, karena aktiva tidak boleh dinilai
melebihi nilai realisasinya Apabila sediaan sudah
melebihi nilai realisasi neto, maka sediaan sudah
disajikan terlampau tinggi (overstatement). Standar
Akuntansi Keuangan (SAK) dalam PSAK No.14
menganjurkan penilaian sediaan dengan metode
ini.
METODE LABA BRUTO (GROSS PROFIT METHOD)
101
Metode laba bruto digunakan untuk
menaksir sediaan dalam kondisi tidak
memungkinkan atau tidak efisien dari segi waktu
untuk melakukan perhitungan fisik terhadap saldo
sediaan. Biasanya metode ini digunakan apabila
sediaan terkena bencana alam (banjir, kebakaran,
dll), atau oleh auditor untuk menaksir nilai sediaan
akhir, atau apabila laporan keuangan disusun untuk
periode interim. Metode ini juga digunakan oleh
perusahaan asuransi untuk menaksir sediaan yang
terkena bencana alam dan diasuransikan. Bila
memungkinkan, perusahaan harus tetap
melakukan perhitungan fisik atas sediaan minimal
sekali setahun.
Metode laba bruto dioperasikan dengan
menetapkan suatu persentase laba bruto dari
penjualan. Misalnya, PT. Andika memiliki penjualan
Rp 20.000.000 dan ditaksir laba bruto 15% dari
penjualan. Saldo sediaan awal Rp. 35.000.000,
pembelian dalam periode itu Rp. 15.000.000.
Secara sederhana sediaan akhir dapat dihitung
dengan cara:
METODE NILAI PENJUALAN RELATIF (RELATIVE
SALES VALUE)
Metode nilai penjualan relative digunakan
untuk menilai sediaan yang dibeli secara borongan
(lump-sum). Alokasi kos sediaan didasarkan pada
perbandingan total harga jual masing-masing item
sediaan dengan keseluruhan harga jual. Rasio itu
kemudian dikalikan dengan total harga beli seluruh
sediaan. Misalnya, Tuan A membeli pakaian bekas
dalam bal (suatu ukuran untuk pembelian pakaian
jadi). Harga 1 bal pakaian adalah Rp. 3.500.000,
terdiri dari pakaian anak-anak:
1. Kualitas I (80 buah), harga jual Rp.
50.000/unit
2. Kualitas II ( 120 buah), harga jual
Rp. 35.000/unit
3. Kualitas III (100 buah), harga jual
Rp. 10.000/unit
Pada akhir periode, yang tersisa adalah:
1. Kualitas I (20 buah),
2. Kualitas II ( 60 buah)
3. Kualitas III (10 buah)
Kos dari sediaan akhir dapat dihitung sebagai
berikut:
102
METODE RETAIL INVENTORY (SEDIAAN ECERAN)
Pada perusahaan eceren item sediaan
sangat banyak, sehingga perhitungan fisik atas
sediaan kurang efektif dilakukan terutama apabila
perusahaan membuat laporan keuangan secara
interim. Untuk mengetahui nilai sediaan tanpa
perlu melakukan perhitungan fisik adalah dengan
menggunakan metode sediaan eceran. Metode ini
digunakan untuk menaksir nilai sediaan yang
tersisa pada suatu tanggal. Metode sediaan eceran
bisa digunakan dengan asumsi:
1. Perusahaan memiliki catatan tentang kos
dan harga eceran dari setiap barang yang
dibeli
2. Perusahaan memiliki catatan tentang kos
dan harga eceran setiap barang yang
tersedian untuk dijual.
3. Memiliki catatan penjualan pada periode
itu.
Taksiran nilai sediaan dihitung dengan
rasio kos terhadap harga eceran (Cost to retail
ratio), yaitu membandingkan nilai barang yang
tersedia untuk dijual pada harga eceran dengan
nilai barang yang tersedia untuk dijual berdasarkan
kos-nya (harga pemerolehan).
Istilah-istilah yang digunakan dalam metode
sediaan eceran
Dalam perusahaan eceran, kenaikan atau
penurunan harga eceren sangat sering dilakukan
terutama untuk menyambut peristiwa-peristiwa
tertentu atau untuk menanggapi pertumbuhan
atau penurunan permintaan terhadap barang.
Beberapa istilah yang digunakan untuk
menjelaskan kenaikan atau penurunan harga
eceran adalah:
1. Mark up, yaitu jumlah kenaikan diatas
harga eceran
2. Pembatalan Mark Up (Mark Up
Cancellation), yaitu penurunan harga pada
interval mark up yang sudah dibuat
3. Mark Down, yaitu jumlah penurunan
harga eceran
4. Pembatalan Mark Down, yaitu kenaikan
harga pada interval mark down yang
sudah dibuat.
Misalnya, harga eceran barang X Rp.
5.000. Apabila harga dinaikkan menjadi Rp. 6.000
maka mark up Rp. 1.000. Apabila harga menjadi Rp.
5.500 maka pembatalan mark Up Rp. 500. Apabila
harga menurun menjadi Rp. 4.800, maka
pematalan mark up Rp. 500 dan mark down Rp.
103
200. Bila harga dinaikkan menjadi Rp. 4.950, maka telah terjadi pembatalan mark down Rp. 150.
Ilustrasi itu bisa digambarkan sebagai berikut:
Misalnya, PT. Aditya memiliki data sediaan menurut kos dan harga eceran seperti dibawah ini:
Nilai sediaan akhir dapat dihitung dengan
metode konvensional atau metode Kos. Dengan
metode konvensial, nilai barang tersedia untuk
dijual menurut harga eceran tidak termasuk mark
down dan pembatalan mark down (hanya sampai
Mark up). Apabila metode kos yang digunakan,
maka nilai mark up, pembatalan mark up, mark
down, dan pembatalan mark down diikutkan dalam
perhitungan. Nilai sediaan akhir menurut harga
eceran diperoleh dengan mengurangkan nilai
barang tersedia untuk dijual menurut harga eceran
dengan nilai penjualan. Kos sediaan akhir diperoleh
dengan mengalikan rasio kos terhadap harga
eceran terhadap nilai sediaan menurut harga
eceran.
Metode Kos (Cost Method)
Metode Konvensional (Conventional Method)
Berdasarkan rumus diatas maka sediaan akhir PT. Aditya dapat dihitung:
104
Metode Konvensional tidak memasukkan
mark-down untuk menghitung rasio sediaan akhir.
Metode ini digunakan apabila perusahaan ingin
menaksir nilai sediaan akhir yang dinilai dengan
menggunakan metode terendah antara kos (rata-
rata) dan nilai pasar.
Metode kos memasukkan mark up
maupun mark down untuk menghitung nilai
sediaan akhir. Metode ini tidak mengakui adanya
kerugian akibat penurunan nilai sediaan.
PENGARUH KOMITMEN PEMBELIAN TERHADAP NILAI SEDIAANKomitmen pembelian adalah suatu
kontrak pembelian antara pihak penjual dengan
pihak pembeli barang. Bagi pembeli, kontrak
pembelian melindunginya dari kenaikan harga yang
akan terjadi dalam masa-masa kontrak dan
menjamin pasokan barang. Bagi pihak penjual,
kontrak ini menjamin penjualan barang dan arus
kas perusahaan. Pasa saat komitmen disepakati,
tidak ada pencatatan yang perlu dilakukan pada
catatan akuntansi (jurnal). Apabila nilai kontrak
material, maka kontrak harus diungkapkan dalam
Catatan Atas Laporan Keuangan (Notes to Financial
Statement). Pencatatan ke jurnal dilakukan ketika
laporan keuangan (interim atau tahunan) akan
disusun. Pada saat itu, penilaian dilakukan
terhadap harga yang tercantum dalam kontrak
terhadap harga pasarnya. Apabila harga pasar
menurun dibawah harga kesepakatan, maka pihak
pembeli harus mengakui kerugian dan hutang yang
terkait dengan kerugian penurunan harga itu.
Penilaian harga kontrak terhadap harga pasar juga
dilakukan pada saat barang akan diterima dan
pembayaran dilakukan.
Misalnya, PT. Aditia melakukan komitmen
pembelian dengan PT. Biduan Lestari. Komitmen
untuk membeli barang dari PT. Biduan Lestari pada
harga yang disepakati Rp. 2.500/unit untuk 3.000
unit barang. Pada akhir periode akuntansi, harga
barang tersebut di pasar Rp. 2.000. Hal itu berarti
PT. Aditia kehilangan kesempatan untuk
memperoleh harga yang lebih murah dari harga
kontrak. Untuk itu, PT. Aditia harus mengakui
kerugian karena harga pasar dibawah harga
komitmen:
105
Kerugian karena penurunan harga pasar itu
disajikan di laporan rugi laba pada kelompok akun
Biaya dan kerugian lainnya. Akun hutang taksiran
atas komitmen pembelian disajikan pada kelompok
hutang jangka pendek (hutang lancar). Apabila
pada saat barang diterima harga pasar sebesar Rp.
2.200, maka PT. Aditia harus mengakui keuntungan
(ingat: keuntungan boleh diakui hanya ketika
realisasi dilakukan):
106
107
Soal Latihan:1. Berikut ini adalah data sediaan PT. Andalan Jaya selama bulan januari 2007:
Dari hasil Perhitungan fisik, sediaan akhir berjumlah 560 unit. Seluruh barang dijual pada harga Rp.
700 per unit)
Diminta:
A. Catat setiap transaksi ke jurnal umum dengan mengasumsikan:
Sistem pencatatan FIFO periodik dan perpetual (buat kartu sediaan)
Sistem pencatatan LIFO periodik dan perpetual (buat kartu sediaan)
Sistem pencatatan AVERAGE periodik dan perpetual (buat kartu sediaan)
B. Hitung laba rugi masing-masing metode dalam sistem periodik dan perpetual
2. Sediaan akhir PT. Biduan Lestari per 31 Desember 2007 Rp. 267.525.900. Kejadian berikut terkait
sediaan mereka:
Pada tanggal 28 desember 2007 PT. biduan Lestari melakukan penjualan barang kepada
PT. Kulancar dengan syarat FOB destination. Kos dari barang yang dijual (Cost of Goods
Sold) Rp. 23.500.000 sudah dikurangi dari nilai sediaan, padahal barang belum sampai
ditempat pembeli.
Pada tanggal 29 desember 2007 dilakukan pembelian barang Rp. 19.800.000 dengan
syarat FOB shipping Point. Sediaan ini telah dicatat padahal barang belum sampai.
Dalam gudang PT. Biduan Lestari terdapat barang yang dititip oleh PT. Caraka. Petugas
pembukuan telah memasukkan barang itu (Rp. 6.500.000) pada sediaan PT. Biduan
Lestari.
108
Diminta: Catat koreksi yang harus dilakukan oleh PT. Biduan Lestari dan tentukan kos sediaan akhir
3. PT. BUNGA JELITA memiliki satu jenis sediaan. Pada akhir tahun 2008, di neraca saldo
perusahaan, sediaan akhir memiliki kos Rp. 80.000.000 (800 unit @Rp. 100.000). Pada saat
melakukan perhitungan fisik atas sediaan, terdapat 50 unit barang memiliki kemasan yang rusak.
Ditaksir, barang itu hanya bisa dijual dengan harga Rp. 80.000/unit. Biaya penjualan Rp. 10.000/unit.
Biasanya, perusahaan menjual barang Rp. 115.000/unit. Pada akhir tahun 2008, kos pengganti dari
barang Rp. 105.000/unit, sedangkan marjin laba normal 15% dari kos barang.
a. Hitung kos sediaan dengan menggunakan metode LCM (Terendah antara Kos dan Pasar) dan
buat penyesuaian dengan menggunakan metode langsung dan metode penyisihan.
b. Hitung kos sediaan dengan menggunakan metode LCN/Lower of Cost or Net Realizable Value
(terendah antara kos dan nilai realisasi neto) dan buat penyesuaian dengan menggunakan
metode langsung dan metode penyisihan.
4. Berikut ini adalah data sediaan PT. Cukup Lancar (menggunakan metode FIFO)
Estimasi penyisihan untuk marjin laba normal sebesar 15% dari penjualan.
Diminta: Tentukan nilai sediaan akhir dan catat penyesuaian apabila terjadi penurunan nilai (metode
penyisihan dan metode langsung), dengan menggunakan:
Lower of cost or market (Individual, kelompok utama dan keseluruhan)
Lower of cost or net realizable value (Individual, kelompok utama dan keseluruhan)
5. PT. Adella Jaya mengalami bencana alam, dimana gudang mereka terbakar. Sebagian dari
sediaan bisa diselamatkan. Untuk keperluan klaim asuransi atas sediaan, berikut ini data sediaan PT.
Adella:
Sediaan Awal Rp.1.975.0000
Pembelian Rp.2.250.000
Penjualan Rp. 3.750.000
Persentase laba bruto 40% dari penjualan
Dari sisa sediaan akhir yang terbakar, nilai realisasi (masih bisa dijual) seharga Rp. 550.000
Diminta:
109
1. Hitung kos sediaan akhir dengan menggunakan metode laba bruto.
2. Hitung kerugian PT. Adella akibat kebakaran itu.
6. PT. Bandung Jaya membeli tanah seharga Rp. 550.000.000. Tanah itu akan dikavling dengan
harga jual sebagai berikut:
Pada periode itu, kavlingan yang terjual adalah: lokasi I ( 5 kavling), lokasi II (15 Kavling), Lokasi III (7
Kavling)
Diminta: Hitung sediaan akhir, kos barang terjual dan laba PT. Bandung Jaya pada periode itu. Gunakan
metode nilai jual relative.
7. PT. Sunset Cemerlang ingin menyusun laporan keuangan interim. Berikut data yang diperlukan
untuk menaksir nilai sediaan menurut metode eceran:
Diminta:
Hitung Kos sediaan akhir dengan menggunakan metode kos dan metode konvensional
8. PT. Danar Hati melakukan komitmen pmbelian 5.000 unit barang pada harga Rp. 900/unit. Pada
saat penyusunan laporan keuangan, harga pasar barang Rp. 800/unit dan pada saat barang
diterima dan akan dilakukan pembayaran harga pasar Rp. 750.
Diminta: Buat penyesuaian yang harus dilakukan PT. Danar Hati pada saat proses penyusunan laporan
keuangan
110
BAB VI
AKUNTANSI AKTIVA TETAP, PENYUSUTAN DAN PENURUNAN NILAI
111
Aktiva Tetap, sering disebut juga aktiva Fasilitas
Fisik atau aset tetap, adalah aktiva berujud yang
dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau
penyediaan barang atau jasa, untuk disewakan
kepada pihak lain, atau untuk tujuan
administrative dan diharapkan untuk digunakan
selama lebih dari satu periode. Contoh Aktiva
tetap adalah: Tanah, Gedung Kantor, Gedung
Pabrik, Mesin, Perabotan,dll. Dari defenisi itu,
karakteristik dari aktiva tetap adalah:
1. Diperoleh untuk digunakan dalam
operasi dan bukan untuk dijual kembali
2. Bersifat jangka panjang sehingga
merupakan subyek dari penyusutan
(kecuali tanah)
3. Memiliki substansi fisik
Meskipun kuantitas aktiva tetap tidak
terlalu banyak dibandingkan jenis aktiva lainnya
(misalnya: sediaan), namun nilai aktiva tetap
cukup material dibandingkan nilai total aktiva
suatu entitas. Dengan demikian, akuntansi
aktiva tetap harus ditangani dengan baik
sehingga laporan keuangan dapat disajikan
secara wajar. Akuntansi aktiva tetap mencakup
tentang pengakuan aktiva tetap, pengeluaran-
pengeluaran setelah pemerolehan aktiva tetap,
penyajian aktiva tetap, pelepasan aktiva tetap
(penjualan dan pertukaran) serta penurunan
nilai (Impairment).
KOMPONEN KOS PEMEROLEHAN AKTIVA TETAPSuatu pengeluaran diakui sebagai aktiva apabila:
A. besar kemungkinan manfaat
ekonomis di masa depan berkenaan
dengan aktiva itu akan mengalir ke
entitas; dan
B. Kos (Cost) pemerolehan dapat
diukur secara andal.
Kedua criteria pengakuan aktiva itu juga berlaku untuk
pengakuan aktiva tetap. Dasar pengakuan awal untuk
aktiva tetap adalah kos historical (Historical Cost), yaitu
kos yang ditunjukkan dalam bukti pemerolehan aktiva.
Manfaat ekonomi dimasa depan dalam bentuk
pendapatan atau penjualan Aktiva tetap harus sangat
pasti (probable) akan mengalir ke perusahaan di masa
yang akan datang.
Secara umum, Aktiva Tetap diakui sebesar kos
pemerolehannya, meliputi:
1. Harga pemerolehannya, termasuk bea impor dan
pajak pembelian yang tidak boleh dikreditkan
dikurangi potongan harga beli dan potongan-
potongan lainnya.
2. Kos yang dapat diatribusikan secara langsung untuk
membawa aktiva ke lokasi dan kondisi yang
diinginkan agar siap digunakan sesuai dengan
keinginan dan maksud manajemen
3. Estimasi awal kos pembongkaran dan pemindahan
aktiva tetap dan restorasi lokasi aktiva.
Misalnya PT. A membeli mesin yang memiliki harga
faktur Rp. 150.000.000 (potongan tunai 5%) ditambah
PPN dan PT. A juga membayar untuk pengangkutan
Rp.500.000 dan instalasi Rp. 1.500.000 maka kos
pemerolehan dari mesin adalah:
Harga Faktur Rp. 150.000.000
Potongan tunai (Rp. 7. 500.000) PPN 10% Rp. 14.250.000 Pengangkutan Rp. 500.000 Instalasi Rp. 1.500.000
Kos Pemerolehan Rp158.750.000
Pencatatan mesin itu ke jurnal dilakukan sebagai
berikut:
Kos dari tanah
Tanah bisa dimiliki untuk tujuan spekulatif atau
untuk mendukung operasi normal perusahaan. Tanah
yang diperoleh untuk tujuan spekulatif dikategorikan
sebagai investasi. Tidak seperti aktiva tetap lainnya,
tanah tidak memiliki umur ekonomis atau masa manfaat
terbatas karena nilai tanah cenderung meningkat.
Pengeluaran- pengeluaran yang termasuk kos
pemerolehan tanah adalah (PSAK No.47):
1. Harga transaksi pembelian tanah
termasuk tanaman, prasarana, bangunan
diatasnya yang harus dibeli kemudian
dimusnahkan
2. Pengeluaran untuk konstruksi atau
pembuatan tanah, bila lahan tanah diciptakan
3. Kos (Cost) untuk ganti rugi
penghuni dan relokasi
4. Kos (Cost) untuk pembelian tanah
lain sebagai pengganti
5. Kos (Cost) untuk komisi perantara
jual bei tanah
6. Kos (cost) pinjaman terkapitalisasi
ke dalam tanah
7. Kos (Cost) pematangan tanah
Pengeluaran untuk pengurusan legal hak atas
tanah, PSAK No. 47 menyatakan pengeluaran ini dicatat
ke akun biaya yang ditangguhkan atas pengurusan legal
hak atas tanah. Akun ini diamortisasi selama umur
ekonomisnya. Termasuk dalam biaya yang ditangguhkan
untuk pengurusan legal hak atas tanah adalah:
1. Legal audit, seperti pemeriksaan keasian
sertifikat tanah, rencana tata kota
2. Biaya-biaya pengukuran, pematokan dan
pemetaan ulang
3. Biaya notaries, biaya jual-beli dan PPAT
4. Pajak terkait jual beli tanah
5. Biaya resmi yang harus dibayar ke kas
Negara untuk pemerolehan hak, perpanjangan
atau pembaharuan hak baik status maupun
peruntukan.
Dalam hal tanah diperoleh untuk lokasi
membangun sebuah bangunan maka kos yang terjadi
sampai gedung baru dibangun merupakan bagian dari
kos tanah. Penjualan puing-puing gedung lama ataupun
batang pohon yang ada dilokasi tanah diperlakukan
mengurangi kos dari tanah karena pengeluaran itu
dimaksudkan agar tanah bisa digunakan untuk maksud
yang diinginkan.
Apabila terdapat pengembangan lokal diluar
lokasi tanah yang memiliki umur tidak terbatas yang
dimaksudkan untuk menunjang operasi di areal tanah
dan selanjutnya pengembangan itu akan dipelihara oleh
Pemerintah setempat maka kos diperlakukan sebagai kos
dari tanah. Namun, pengembangan-pengembangan di
lokasi tanah yang memiliki umur terbatas (misalnya:
pembangunan pagar, jembatan, jalan, lampu jalan) tidak
dimasukkan dalam akun Tanah, namun dalam akun
Pengembangan Tanah (Land Improvement). Akun
pengembangan tanah, karena memiliki umur terbatas,
harus disusutkan sepanjang umur ekonomisnya atau
masa manfaat.
Misalnya, PT. Tekindo membeli sebidang tanah
yang diatasnya terdapat sebuah bangunan. Pengeluaran-
pengeluaran berikut untuk membuat tanah siap
digunakan dalam operasi:
1. Harga pembelian tanah Rp. 500.000.000
2. Pengurusan legal atas tanah Rp. 45.000.000
3. Pengeluaran untuk menghancurkan gedung Rp.
5.000.000 dan puing-puing bangunan bisa dijual
Rp. 1.500.000
4. Diatas tanah terdapat pepohonan. Pengeluaran
untuk menebang pohon Rp. 500.000 dan kayu
bisa dijual Rp. 750.000
5. Penimbunan tanah, perataan dan pembersihan
menghabiskan dana Rp. 25.000.000
6. Jalan desa menuju tanah diaspal sebesar Rp.
150.000.000 (selanjutnya dipelihara Negara)
7. Dilokasi tanah dilakukan pengaspalan,
pemagaran, pembuatan lampu jalan Rp.
250.000.000
PT. Tekindo mencatat kos pemerolehan tanah:
Kos dari Gedung/bangunan
Kos dari bangunan adalah seluruh pengeluaran
sampai gedung siap digunakan. Termasuk dalam
pengeluaran ini adalah bahan baku yang dihabiskan,
tenaga kerja yang digunakan, overhead yang dibebankan,
pengeluaran untuk jasa professional (arsitektur,dll) dan
ijin mendirikan bangunan. Apabila gedung dibangun
berdasarkan harga kontrak, maka nilai kontrak
merupakan basis pengakuan.
Kos dari peralatan (Equipment)
Peralatan dalam hal ini adalah peralatan
pengangkutan (kendaraan), mesin pabrik, perabotan
kantor, peralatan pabrik dan aktiva tetap yang sejenis
dengan itu. Kos dari peralatan itu adalah seluruh
pengeluaran atau kos yang terjadi sampai peralatan siap
untuk digunakan ) dioperasikan.
Kos dari Aktiva Tetap yang dibuat sendiri
Kadang-kadang perusahaan membuat sendiri
aktiva tetapnya. Untuk kos langsung (bahan baku dan
tenaga kerja langsung) bisa ditelusuri atau dikaitkan
dengan aktiva tetap yang dibangun sendiri. Yang menjadi
permasalahan adalah pembebanan kos overhead ke
aktiva yang dibuat sendiri. Apabila aktiva tetap yang
dibuat sendiri merupakan bagian dari barang atau
sediaan perusahaan yang dijual pada aktivitas normal,
maka pembebanan kos overhead sama seperti
pembebanan dengan unsur sediaan lainnya. Namun,
apabila aktiva tetap yang dibangun tidak sama dengan
barang yang dijual perusahaan dalam operasi normal,
maka terdapat permasalahan dalam pembebanan kos
overhead. Kos overhead tidak hanya dinikmati oleh
aktiva tetap yang dibuat sendiri namun juga aktivitas
operasi lainnya diluar pembuatan aktiva tetap. Masalah
ini dapat diatasi dengan beberapa cara:
1. Tidak membebankan kos overhead tetap ke kos
aktiva yang dibuat sendiri (hanya membebankan
overhead variabel)
2. Membebankan porsi tertentu dari seluruh kos
overhead ke proses konstruksi
3. Tidak membebankan overhead ke aktiva tetap yang
dibuat sendiri (PSAK No. 16 Revisi 2007,
Paragrap19).
PEMBEBANAN KOS PINJAMAN YANG TERJADI SELAMA KONSTRUKSI Untuk membangun atau mengkonstruksi aktiva
(aktiva tetap dan sediaan), sumber pembiayaan bisa
berasal dari sumber internal atau pinjaman. Apabila
sumber pembiayaan berasal dari internal perusahaan,
maka tidak ada kos pinjaman yang terjadi. Untuk sumber
pembiayaan berasal dari pinjaman maka entitas pada
umumnya akan membayar sejumlah kos pinjaman
(Borrowings Cost) berupa bunga pinjaman dan
pengeluaran lainnya terkait dengan pinjaman. Untuk
pinjaman yang dapat dikaitkan/diatribusikan secara
langsung terhadap perolehan, konstruksi atau produksi
suatu aktiva, maka kos pinjaman itu harus dikapitalisasi
(Psak No. 26 tentang biaya pinjaman). Permasalahan
muncul pada pinjaman yang tidak dimaksudkan untuk
membiayai kontrak konstruksi namun dipakai untuk
mendanai kontrak konstruksi. Karena tidak terdapat
keterkaitan langsung antara pinjaman dan aktiva tetap
yang dikonstruksi, maka perlu pertimbangan khusus
untuk mengkapitalisasi kos pinjaman yang terjadi.
PSAK No. 26 menyatakan bahwa seluruh kos
pinjaman yang timbul dari pinjaman khusus untuk
konstruksi dan pinjaman tidak untuk konstruksi namun
digunakan untuk konstruksi harus dikapitalisasi. Hal ini
didasari pemikiran bahwa selama aktiva tetap
dikonstruksi, aktiva tetap belum bisa menghasilkan
pendapatan, sehingga harus dikapitalisasi
Untuk mengoperasikan pendekatan ini, maka
hal-hal berikut perlu diperhatikan:
1, Aktiva yang bisa dikapitalisasi ( Qualifying Assets)
Aktiva tetap yang bisa dikapitalisasi kos pinjamannya
adalah aktiva tetap yang memerlukan rentang waktu
tertentu (umumnya lebih dari 1 tahun) dalam konstruksi
sampai siap dipakai. Kos pinjaman yang bisa dikapitalisasi
adalah kos yang timbul dalam proses membangun aktiva
tetap yang ditujukan untuk dipakai perusahaan
(termasuk gedung, pabrik, dan mesin-mesin utama). Kos
pinjaman dari Aktiva tetap yang sudah siap untuk dipakai
atau yang sedang digunakan, tidak dikapitalisasi. Proses
kapitalisasi dimulai ketika proses pembuatan sampai
aktiva tetap selesai dibangun.
2. Periode Kapitalisasi
Periode Kapitalisasi adalah periode waktu dimana
kapitalisasi kos pinjaman dilakukan. Periode kapitalisasi
dimulai ketika ketiga kondisi berikut telah terjadi:
1. Pengeluaran untuk membuat aktiva tetap telah
dikeluarkan
2. Aktivitas pembuatan aktiva tetap sedang
dijalankan
3. Kos pinjaman sudah terjadi
Kapitalisasi kos pinjaman terus dilakukan sepanjang
ketiga kondisi diatas terjadi dan periode kapitalisasi
berakhir ketika aktiva tetap diselesaikan dan siap dipakai.
Apabila proses konstruksi dihentikan atau ditunda atau
ditangguhkan untuk waktu yang cukup lama, maka
kapitalisasi harus dihentikan.
3. Jumlah yang dikapitalisasi
Jumlah kos pinjaman yang dikapitalisasi
ditentukan berdasarkan tingkat kapitalisasi dikalikan
pengeluaran yang terjadi untuk memeroleh aktiva.
Tingkat kapitalisasi dihitung dengan cara membagi rata-
rata tertimbang kos pinjaman dibagi dengan jumlah
pinjaman yang digunakan untuk konstruksi.
Misalkan PT. A membangun fasilitas pabrik
pengolahan. PT. A membutuhkan dana Rp. 4,5 Milyar
untuk membangun pabrik tersebut dan konstruksi akan
selesai dalam waktu 1,5 tahun. Untuk mendanai
pembangunan, PT. A memeroleh kredit dari perbankan
sebagai berikut:
1. Kredit Investasi dari Bank Mandira Rp. 2 Milyar,
suku bunga 8%,
2. Pinjaman dari institusi lain (bukan bank) Rp. 1
Milyar, suku bunga 9 % per tahun
3. Obligasi perusahaan Rp. 2 Milyar, suku bunga
7% pertahun
Dari seluruh pinjaman, Rp. 500 juta akan digunakan
untuk menambah modal kerja.
Pada tahap awal pembangunan, terdapat dana yang
menganggur Rp. 1,5 Milyar yang kemudian diinvestasikan
selama 6 bulan. Pendapatan dari investasi ini Rp. 150
juta. Untuk menentukan jumlah kos pinjaman yang harus
dikapitalisasi, maka beberapa langkah perlu dilakukan:
A. Menghitung rata-rata tertimbang dari kos
Pinjaman
PENGUKURAN KOS PEMEROLEHAN AKTIVA TETAP1. Pembelian borongan ( Lump-Sum)
Masalah dalam pembelian aktiva tetap muncul ketika
beberapa jenis aktiva tetap dibeli secara borongan
(gabungan) pada satu harga. Misalnya, pembelian
rumah dan tanah pada satu harga. Kos pemerolehan
aktiva tetap yang dibeli secara gabungan harus
dipsahkan menggunakan nilai pasar wajar relatif masing-
masing aktiva tetap. Anggaplah suatu perusahan
membeli aktiva tetap tanah dan rumah seharga Rp.
450.000.000. Nilai pasar tanah Rp. 400.000.000,
sedangkan nilai pasar rumah Rp.200.000.000.
Pemisahan Kos pemerolehan tanah dan rumah dapat
dilakukan sebagai berikut:
1. Kos pemerolehan tanah:
2. Kos Pemerolehan Rumah:
2. Pemerolehan aktiva dengan mengeluarkan saham
Aktiva tetap bisa juga diperoleh dengan
mengeluarkan sekuritas saham. Penilaian Aktiva tetap
dilakukan berdasarkan harga pasar saham pada waktu itu
atau apabila harga pasar saham tidak bisa ditentukan
pada waktu itu maka nilai pasar wajar aktiva tetap harus
ditentukan dan digunakan sebagai basis untuk mencatat
aktiva dan pengeluaran saham biasa. Misalnya PT. A
memutuskan untuk membeli tanah dengan
mengeluarkan saham biasa 5,000 lembar yang memiliki
nilai pari Rp. 5,000. Nilai pasar saham pada saat
pertukaran Rp. 5.500. PT. A melakukan pencatatan ke
jurnal umum:
3. Pembelian dengan kontrak kredit jangka panjang
Aktiva tetap kadangkala dibeli dengan kontrak kredit
jagka panjang melalui penggunaan wesel, hutang
hipotek, obligasi dan instrument hutang lainnya. Agar
merefleksikan kos pemerolehan aktiva tetap maka
aktiva tetap dinilai sebesar nilai tunai pada saat
transaksi terjadi. Perbedaan antara nilai tunai (Present
Value) dengan pembayaran total diakui sebagai biaya
bunga selama periode kredit.
4. Pertukaran Aktiva Tetap
Aktiva tetap mungkin juga diperoleh dengan cara
menukar dengan aktiva tetap lainnya atau aktiva non
moneter lainnya. Pertuakaran juga bias terjadi antara
aktiva tetap yang sejenis dan juga diterima aktiva
moneter (dalam bentuk kas) sebagai tambahan aktiva
tetap yang diterima. Masalah yang timbul adalah berapa
jumlah kos pemerolehan yang harus dicatat dan
bagaimana pengakuan terhadap laba atau rugi
pertukaran.
PSAK No.16 (direvisi 2007) dan IAS No. 16
memberikan preskripsi bahwa dalam pertukaran aktiva
tetap, kos pemerolehan aktiva tetap diukur pada nilai
wajar dari aktiva yang diterima atau yang diserahkan
tergantung mana yang lebih andal. Apabila nilai wajar
dapat ditentukan secara andal maka nilai wajar dari
aktiva tetap yang diserahkan digunakan untuk
mengukur kos pemerolehan dari aktiva tetap yang
diterima. Sebaliknya, nilai wajar dari aktiva tetap yang
diterima bias digunakan apabila nilai wajar dari aktiva
tetap yang diberikan tidak dapat ditentukan secara
andal/jelas. Pengecualian pemakaian nilai wajar
dilakukan apabila:
a. Transaksi pertukaran tidak memiliki
substansi komersil
b. Nilai wajar dari aktiva tetap yang diterima
atau diserahkan tidak dapat diukur secara
andal.
Apabila nilai wajar dari aktiva tetap yang diterima atau
yang diserahkan tidak dapat ditentukan, maka dasar
untuk mencatat kos pemerolehan adalah nilai tercatat
masing-masing aktiva tetap pada saat pertukaran terjadi.
Umumnya, terdapat tiga jenis kombinasi
pertukaran aktiva tetap:
1. Pertukaran aktiva tetap tidak sejenis
2. Pertukaran aktiva tetap sejenis, namun
tidak ada tambahan kas diterima
3. Pertukaran aktiva tetap sejenis, namun ada
tambahan kas yang diterima
4.1 Pertukaran Aktiva tetap tidak sejenis
Aktiva tetap tidak sejenis adalah aktiva tetap yang
melakukan fungsi yang berbeda pada entitasnya masing-
masing. Misalnya, pertukaran mobil dengan mesin, atau
pertukaran antara mobil dan gedung. Kos pemerolehan
aktiva tetap yang diterima ditentukan berdasarkan :
1. Apakah pertukaran itu memiliki substansi komersil?
2. Apabila aktiva tetap yang diserahkan memiliki nilai
pasar wajar yang jelas, maka nilai ini digunakan
sebagai dasar untuk mengakui kos aktiva tetap yang
diperoleh.
3. Apabila aktiva tetap yang diterima memiliki nilai
pasar wajar yang lebih jelas daripada aktiva tetap
yang diserahkan, maka nilai pasar wajar aktiva tetap
yang diperoleh digunakan sebagai dasar untuk
mengakui kos aktiva tetap yang diterima
4. Apabila kedua aktiva tetap tidak memiliki nilai pasar
wajar, maka dipakai nilai tercatat masing-masing
aktiva tetap sebagai dasar untuk pertukaran.
Pada pertukaran aktiva tetap tidak sejenis, keuntungan
atau kerugian dari pertukaran harus segera diakui pada
saat pertukaran, karena masing-masing aktiva tetap telah
menyelesaikan fungsi dalam proses memeroleh laba.
Sebagai ilustrasi, PT. A menukar sebuah truk
yang memiliki nilai buku Rp. 150.000.000 (Kos Truk Rp.
650.000.000 dan akumulasi penyusutan Rp. 450.000.000)
dengan sebidang tanah PT. A yang memiliki Kos Rp.
250.000.000. Nilai Pasar wajar truk PT.A Rp. 160.000.000
dan harus menambah kas Rp. 50.000.000. Perhitungan
dan Pencatatan yang dilakukan oleh PT. A adalah:
4.2 Pertukaran aktiva tetap sejenis, namun tidak ada
tambahan kas diterima
Pertukaran aktiva tetap sejenis adalah pertukaran aktiva
tetap yang memiliki tipe sama atau yang menjalankan
fungsi/aktiivitas yang sama. Apabila dalam pertukaran
diperoleh keuntungan karena pertukaran aktiva tetap
sejenis, maka keuntungan itu tidak diakui dan
diperlakukan sebagai pengurang kos pemerolehan aktiva
tetap yang diperoleh. Sedangkan apabila dalam
pertukaran dialami kerugian, maka kerugian itu harus
segera diakui (prinsip konservatisme).
Sebagai ilustrasi, PT. A menukar sebuah mesin
yang memiliki nilai tercatat Rp. 50.000.000 (Kos Rp.
90.000.000 dan akumulasi penyusutan Rp. 40.000.000)
dengan sebuah mesin PT. B yang memiliki kapasitas lebih
tinggi. Mesin PT. B memiliki Kos Rp. 160.000.000 (kos Rp.
200.000.000 dan akumulasi penyusutan Rp. 40.000.000).
Nilai pasar mesin PT. A Rp. 80.000.000 sedangkan nilai
pasar Mesin B Rp. 175.000.000. PT. A menambah kas Rp.
95.000.000. Perhitungan dan pencatatan ke jurnal yang
dilakukan PT.A adalah:
4.3 Pertukaran aktiva tetap sejenis, namun ada
tambahan kas yang diterima
Pertukaran aktiva tetap dalam situasi keuntungan dan
ada kas yang diterima memunculkan masalah pada
pengakuan keuntungan. Apakah seluruh keuntungan
harus diakui atau ditangguhkan? Untuk entitas yang
mengalami keuntungan dan menerima kas maka
keuntungan hanya sebagian, sebesar perbandingan
antara kas yang diterima (KD) dengan jumlah antara kas
yang diterima (KD) dan nilai pasar wajar (NW) aktiva
tetap yang diterima dikalikan dengan total keuntungan
(TK).
Rasionalitas pengakuan keuntungan itu adalah ketika
kas diterima maka ada bagian dari aktiva tetap itu yang
dijual atau sudah menyelesaikan fungsinya. Keuntungan
yang tidak diakui, ditangguhkan ke kos pemerolehan
aktiva tetap yang diterima.
Ilustrasi sebelumnya menunjukkan PT. B menerima kas
dari pertukaran mesin dengan PT. A. Selanjutnya, PT. B
melakukan perhitungan dan pencatatan sebagai berikut:
5. Aktiva Tetap yang diperoleh dari sumbangan
Aktiva tetap yang diperoleh dari sumbangan
pihak lain atau hibah Pemerintah dinilai berdasarkan nilai
pasar wajar dari aktiva tetap itu pada tanggal
pemerolehannya. Untuk hibah dari Pemerintah, diakui
setelah keadaan-keadaan berikut tercapai (PSAK No. 16
(Revisi 2007)):
1. Entitas akan memenuhi kondisi atau
prasyarat hibah tersebut; dan
2. hibah akan diperoleh
Terdapat dua perlakuan akuntansi untuk aktiva
tetap yang diperoleh dari sumbangan, yaitu:
1. Mencatat sebagai pendapatan Kontribusi
Pendekatan ini menekankan bahwa seluruh
sumbangan yang diterima harus dikreditkan ke akun
pendapatan kontribusi (Contribution Revenue) pada
periode sumbangan diterima. Pendekatan ini diadopsi
oleh FASB (Kieso, 2004). Apabila Aktiva tetap yang
diterima dijual maka akun biaya kontribusi harus
dikreditkan.
Argumen yang diajukan adalah sumbangan tidak bisa
dicatat ke modal karena modal hanya berasal dari
pemilik entitas dan sumbangan itu hanya memberi
manfaat kepada entitas.
2. Mencatat sebagai modal kontribusi
Pendekatan ini menyatakan bahwa aktiva tetap
yang diterima dari sumbangan dikreditkan ke modal
sumbangan pada kelompok akun tambahan modal
disetor. Pendekatan ini diadopsi di SAK (Standar
Akuntansi Keuangan) pada PSAK No. 21 (paragraph 13)
dan IAS. Peningkatan dalam asset akibat dari sumbangan
yang diterima dipandang sebagai menambah modal
kontribusi daripada pendapatan. Argumennya adalah
Aktiva tetap yang diterima dari sumbangan juga member
manfaat ekonomis yang lebih dari 1 periode akuntansi
atau lebih dari 1 tahun kalender sehingga lebih tepat
dikreditkan ke modal kontribusi daripada pendapatan.
PENGELUARAN-PENGELUARAN SETELAH PEMEROLEHAN AKTIVA TETAPSetelah pemerolehan aktiva tetap. Entitas masih
melakukan pengeluaran terkait dengan pemakaian aktiva
tetap. Pengeluaran- pengeluaran ini mulai dari
pengeluaran-pengeluaran rutin ubtuk pemeliharaan
sampai pengeluaran-pengeluaran yang signifikan seperti
penambahan atau perbaikan besar. Masalah utama
untuk pengeluaran-pengeluaran ini adalah mana yang
bisa menambah manfaat ekonomi dimasa depan yang
mengalir ke entitas. Secara umum, pengeluaran yang
dapat meningkatkan manfaat ekonomis masa depan
harus dikapitalisasi, sedangkan pengeluaran-pengeluaran
yang hanya bersifat memelihara aktiva tetap pada level
operasinya harus dibiayakan pada periode terjadinya
biaya.
Peningkatan manfaat ekonomis masa depan dari
pengeluaran umumnya terjadi apabila salah satu dari
criteria berikut terjadi:
1. Masa manfaat dari aktiva tetap harus bertambah
2. Kuantitas dari unit yang dihasilkan aktiva tetap
harus bertambah
3. Kualitas dari unit yang dihasilkan harus meningkat
Beberapa contoh pengeluaran-pengeluaran
setelah pemerolehan adalah:
1. Penambahan (Addition), yaitu pengeluaran untuk
menambah atau memperluas aktiva tetap.
Pengeluaran ini umumnya harus dikapitalisasi.
Misalnya, penambahan AC, penambahan ruangan,
atau penambahan sayap bangunan.
2. Peningkatan dan Penggantian (Improvement and
Replacement), yaitu penggantian suatu aktiva
dengan yang lain. Peningkatan merupakan
penggantian bagian dari aktiva tetap yang
digunakan sekarang dengan aktiva yang lebih baik
(misalnya, lantai teraso diganti menjadi lantai
keramik, atau atap seng diganti dengan atap
genteng). Penggantian merupakan penggantian
dengan aktiva yang sama (misalnya, penggantian
atap seng dengan atap seng yang baru). Untuk
Membedakan pengeluaran ini dengan pengeluaran
untuk reparasi biasa, maka pertimbangan harus
dikembalikan pada criteria pengakuan aktiva:
apakah pengeluaran itu meningkatkan manfaat
ekonomi masa depan? Atau hanya
mempertahankan pada level aktivitas dari aktiva?
Apabila pengeluaran akan menambah manfaat
ekonomi masa depan, maka pengeluaran itu harus
dikapitalisasi dengan satu dari tiga pendekatan
berikut ini:
Pendekatan substitusi. Pendekatan ini dilakukan
apabila jumlah tercatat dari aktiva yang akan diganti
tersedia di catatan akuntansi. Apabila entitas tidak
mencatat secara terpisah kos aktiva yang akan
diganti, maka pendekatan ini tidak cocok dilakukan
Pendekatan mengapitalisasi kos yang baru.
Pendekatan ini digunakan tanpa menghapus kos
dari aktiva lama yang akan diganti. Kos dari aktiva
yang baru langsung saja didebit ke akun aktiva
tetap. Konsekwensinya adalah mengubah
perhitungan penyusutan sehingga biaya
penyusutan akan berubah. Walaupun pendekatan
ini kurang tepat namun perbedaannya tidak
signifikan. Biasanya, peningkatan ditangani
dengan cara ini.
Membebankan kos yang baru ke akun akumulasi
penyusutan. Pendekatan ini digunakan apabila
pengeluaran tidak menambah kuantitas ataupun
kualitas unit produksi yang dihasilkan namun
menambah umur aktiva tetap. Penggantian
biasanya menambah umur aktiva. Kos dari aktiva
tetap yang baru didebitkan ke akun akumulasi
penyusutan aktiva tetap itu. Pada umumnya,
penggantian ditangani dengan cara ini. Dengan
mendebitkan ke akun akumulasi penyusutan maka
nilai tercatat dari aktiva meningkat. Walaupun
mendebitkan pengeluaran ke akun aktiva dan
mendebitkan ke akumulasi penyusutan
menghasilkan nilai tercatat yang sama, namun
secara teoretis pendekatan ini berbeda.
Penambahan umur mengurangi depresiasi masa
lalu karena dicatat terlalu tinggi.
3. Penyusunan ulang dan Instalasi ulang. Jenis
pengeluaran ini terjadi untuk mengantisipasi
manfaat ekonomi masa depan. Biasanya ini
dilakukan untuk fasilitas mesin-mesin. Apabila kos
awal dari instalasi sebelumnya dan akumulasi
depresiasi sebelumnya diketahui, maka
pengeluaran ini bisa ditangani sebai penggantian
(Replacements). Jika tidak, maka pengeluaran ini
harus dikapitalisasi dan diamortisasi sepanjang
masa manfaat ekonomisnya.
4. Perbaikan ( Repairs). Terdapat dua jenis
pengeluaran untuk perbaikan, yaitu perbaikan biasa
(Ordinary Repairs)dan perbaikan besar (Major
Repairs). Perbaikan biasa adalah pengeluaran untuk
memelihara aktiva tetap supaya bisa beroperasi
normal. Pengeluaran ini dibiayakan pada periode
terjadinya biaya. Contoh dari pengeluaran ini
adalah: mengganti suku cadang yang kecil,
pelumasan, perbaikan rutin, pengecatan,
pembersihan, dan lain-lain. Perbaikan besar
merupakan pengeluaran yang dilakukan untuk
memperbaiki sebagian besar dari aktiva tetap,
misalnya turun mesin untuk mobil atau mesin.
Perbaikan besar biasanya mencakup penambahan
atau penggantian atau peningkatan sehingga
pengeluaran untuk perbaikan besar harus
dikapitalisasi karena meningkatkan manfaat
ekonomi masa depan dari aktiva tetap.
PENJUALAN AKTIVA TETAPApabila entitas melakukan penjualan aktiva tetap, maka
entitas harus menghitung dan mencatat biaya
penyusutan dari penyusutan terakhir dicatat sampai
pada tanggal penjualan. Misalnya, tanggal 9 Juli 2009, PT.
A menjual mesin yang memiliki kos pemerolehan Rp,
90.000.000. Mesin itu memiliki umur ekonomis 10 tahun
dan disusutkan pertahun Rp. 9.000.000. Mesin telah
disusutkan 5 tahun (berarti: akumulasi penyusuta Rp.
45.000.000) dan selama tahun 2009 belum pernah
dicatat penyusutan. Mesin itu diual seharga Rp.
30.000.000. Maka pencatatn yang dilakukan oleh PT. A
sebagai berikut:
PENGUKURAN ATAU PENILAIAN SETELAH PENGAKUAN
AWAL
Setelah pengukuran awal, maka terdapat dua model
perlakuan akuntansi yang bisa diterapkan sesuai dengan
PSAK No. 16 dan IAS No. 16, yaitu model kos (Cost
Model) dan model revaluasi (Revaluation Model).
1. Model Kos (Cost Model). Dengan model ini aktiva
tetap dicatat dan disajikan di neraca sebesar harga
pemerolehannya, dan disajikan di neraca dikurangi
dengan akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi
penurunan nilai (Impairment loss).
2. Model Revaluasi (Revaluation Model). Pada model
ini, aktiva tetap direvaluasi (dinilai kembali) secara
teratur agar nilai tercatat tidak berbeda secara
signifikan dengan nilai tercatatnya. Setelah
pengakuan awal, nilai tercatat aktiva tetap bisa
berbeda dengan nilai pasar wajar aktiva tetap
setelah beroperasi beberapa waktu. Agar nilai
tercatat mencerminkan nilai wajar aktiva tetap,
maka entitas yang memilih model ini harus selalu
melakukan revaluasi. Nilai wajar harus bisa diukur
secara andal/jelas. Dalam melakukan model ini, hal
berikut harus diperhatikan:
Jika suatu aktiva tetap direvaluasi, maka seluruh
aktiva tetap dalam kelompok yang sama harus
direvaluasi.
Apabila suatu aktiva tetap dihentikan operasinya
atau dilepas (ditukar atau dijual), maka saldo
surplus revaluasi dipindahkan ke akun laba
ditahan.
Pemindahan saldo surplus revaluasi ke akun laba
ditahan bisa juga dilakukan pada masa-masa
pemakaian aktiva tetap itu, yaitu sebesar selisih
jumlah biaya penyusutan pada model kos dan
setelah dilakukan revaluasi.
Akun aktiva tetap disajikan di neraca sebesar kos
aktiva tetap setelah direvaluasi dikurangi
akumulasi penyusutan dan akumulasi
penurunan nilai setelah revaluasi dilakukan.
Ilustrasi model revaluasi:
PT. A memiliki Mesin, dimana kos awal dari mesin Rp.
150.000.000 dan akumulasi penyusutan pada tanggal
revaluasi Rp. 45.000.000. Nilai terbawa (Carrying
Amount) dari mesin pada tanggal revaluasi Rp.
105.000.000 (Rp. 150.000.000 – Rp. 45.000.000). Nilai
wajar mesin pada saat revaluasi Rp. 120.000.000.
Pencatatan ke jurnal umum yang dibuat PT. A adalah:
PENYUSUTAN AKTIVA TETAPPenyusutan Aktiva tetap adalah proses mengalokasi kos
pemerolehan aktiva tetap ke biaya selama masa-masa
pemanfaatan aktiva tetap. Penyusutan dilakukan agar
nilai terbawa (Carrying Amount) dari aktiva tetap
mencerminkan nilai wajar dari aktiva tetap karena nilai
wajar suatu aktiva tetap cenderung berfluktuasi dan sulit
untuk mengukurnya secara obyektif. Proses penyusutan
bukanlah proses untuk menyisihkan dana untuk
penggantian aktiva tetap. Penggantian aktiva tetap
dihasilkan dari pendapatan (arus kas masuk dari operasi)
atau didanai melalui pinjaman. Dengan demikian, dalam
proses penyusutan tidak ada sama sekali arus kas keluar.
Terdapat beberapa factor yang memengaruhi
proses depresiasi, yaitu:
1. Nilai yang digunakan sebagai basis Penyusutan
Aktiva tetap. Basis penyusutan aktiva tetap adalah
kos pemerolehan awal dan nilai sisa. Nilai sisa
adalah taksiran nilai realisasi aktiva tetap apabila
aktiva tetap dijual pada saat akhir masa
ekonomisnya. Hasil pengurangan dari kos
pemerolehan awal dan nilai sisa merupakan basis
untuk menghitung Penyusutan. Misalnya, kos
pemerolehan Rp. 60,000.000 dan nilai sisa dari
aktiva tetap Rp. 2.000.000 maka kos yang
digunakan sebagai basis untuk disusutkan adalah
Rp. 58.000.000
2. Taksiran umur jasa. Aktiva tetap memiliki umur fisik
namun belum tentu aktiva tetap dipakai selama
umur fisiknya. Bisa saja aktiva tetap terus dipakai
selama umur fisiknya, namun akan banyak
pengeluaran untuk pemeliharan aktiva tetap. Aktiva
tetap dihentikan karena factor fisik aktiva tetap dan
factor ekonomisnya. Biasanya umur jasa aktiva
tetap didasarkan pada factor ekonomisnya, yaitu
berapa lama aktiva tetap mampu beroperasi secara
ekonomis. Keekonomisan suatu aktiva tetap dinilai
berdasarkan:
Apakah aktiva tetap mampu memenuhi
peningkatan pesanan
Apakah aktiva tetap masih ekonomis dan efisien
digunakan
Keusangan aktiva tetap.
3. Metode penyusutan. Metode depresiasi
berpengaruh terhadap jumlah biaya penyusutan
yang dibebankan setiap periode. Ada beberapa
metode yang dapat digunakan dalam
menyusutkan aktiva tetap:
Metode aktivitas (unit pemanfaatan
atau unit produksi)
Metode Garis Lurus
Metode jumlah angka tahun
Metode saldo menurun
Misalnya, PT. A memiliki mobil yang dibeli seharga Rp.
150.000.000. Taksiran umur ekonomis mobil adalah 20
tahun dan nilai sisa Rp. 30.000.000. Mobil itu diharapkan
bisa dipakai selama 1.200.000 km
Metode Aktivitas
Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa penyusutan
merupakan fungsi dari penggunaan atau aktivitas.
Semakin besar produksi atau semakin banyak aktivitas
yang dilakukan maka biaya penyusutan juga seharusnya
lebih besar. Untuk kasus diatas, misalkan mobil PT.A
ditahun ini telah menjalani 36.000 Km. maka penyusutan
tahun ini sebesar:
Metode Garis Lurus
Metode ini mengalokasi biaya penyusutan dalam jumlah
yang sama selama periode pemanfaatan aktiva tetap.
Untuk kasus diatas, biaya penyusutan pertahun dapat
dihitung sebagai berikut:
Metode Jumlah Angka Tahun
Metode ini (dan metode saldo menurun) berasumsi
bahwa aktiva tetap semakin lama dipakai akan menurun
kemampuan ekonomisnya. Untuk itu, tahun-tahun awal
pemakaian harus dibebani biaya penyusutan yang lebih
besar karena masih memiliki kemampuan memberikan
jasa yang lebih besar. Seiring dengan pemakaian aktiva
tetap, seharusnya juga biaya penyusutan yang
dibebankan semakin kecil jumlahnya. Metode ini
menjumlahkan angka tahun pemanfaatan aktiva tetap.
Misalnya, umur ekonomis aktiva tetap 5 tahun maka
jumlah angka tahun adalah 15 (5+4+3+2+1). Untuk
mempermudah penghitungan angka tahun, dipakai
rumus berikut:
n= Umur ekonomis
Untuk kasus diatas, jumlah angka tahun adalah 210
(20(21)/2)). Perhitungan penyusutannya adalah:
Metode Saldo menurun
Metode saldo menurun diterapkan dengan menentukan
tarif penyusutan yang akan diaplikasikan. Tarif yang
digunakan dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
Untuk kasus diatas, tarif penyusutannya adalah 7,73 %
Modifikasi dari metode saldo menurun adalah metode
saldo menurun ganda. Tarif penyusutan untuk metode
saldo menurun ganda adalah 2 kali tarif penyusutan
metode garis lurus. Untuk ilustrasi kasus diatas, tariff
penyusutan kalau menggunakan metode saldo menurun
ganda adalah: 2x (100/20)=10%. Tarif ini kemudian
diaplikasikan ke nilai buku aktiva tetap pada awal tahun
(sama seperti metode saldo menurun). Pada akhir masa
manfaat, nilai sisa aktiva tetap tidak akan sama dengan
nilai sisa yang direncanakan. Biasanya, mendekati akhir
umur masa manfaat, entitas beralih ke metode jumlah
angka tahun atau ke metode garis lurus agar aktiva tetap
disusutkan pada nilai sisa.
BIAYA PENYUSUTAN PADA PERIODE PARSIAL
Misalnya PT. A membeli peralatan pada tanggal 3
Oktober 2008 Rp. 65.000.000, umur ekonomis aktiva
tetap ditaksir 5 tahun dengan nilai sisa Rp. 1.000.000.
Metode garis lurus
Penyusutan aktiva tetap pertahun adalah (Rp.
65.000.000 – Rp. 1.000.000)/5 tahunRp.
12.800.000/tahun
Biaya penyusutan untuk tahun 2008 adalah:
Metode Jumlah Angka Tahun
Perhitungan penyusutan untuk tahun penuh
Metode saldo menurun
Tarif Penyusutan: = 56,61%
Penyusutan setahun penuh:
Metode Saldo Menurun Ganda
REVISI TARIF PENYUSUTAN
Penyusutan aktiva tetap dilakukan berdasarkan estimasi
logis (berdasarkan pengalaman sebelumnya atas aktiva
yang sama atau informasi lainnya). Karena berdasarkan
estimasi, maka bisa saja entitas mengubah umur
ekonomis atau mengubah nilai residu aktiva tetap selama
umur ekonomisnya. Penurunan atau keusangan diluar
harapan bisa juga mendorong entitas mengubah tariff
penyusutan aktiva tetap.Perubahan tariff aktiva tetap
disesuaikan pada periode berjalan dan periode-periode
di masa depan selama sisa umur aktiva tetap itu
(prospektif).
Ilustrasi perubahan tarif penyusutan
PT. A memiliki gedung yang memiliki kos pemerolehan
Rp. 200.000.000. Gedung ditaksir memiliki masa manfaat
20 tahun dengan nilai residu Rp. 50.000.000 serta
disusutkan menggunakan metode garis lurus. Pada awal
tahun keenam, perusahaan mengubah masa manfaat
gedung menjadi 40 tahun dan nilai residu tidak berubah.
PENURUNAN NILAI (IMPAIRMENT) AKTIVA TETAPPenurunan Nilai aktiva tetap terjadi apabila Nilai terbawa
aktiva tetap melebihi nilai yang dapat dipulihkan
(Recovable amount). Nilai yang dapat dipulihkan,
menurut PSAK No. 48, adalah nilai tertinggi antara harga
jual neto dengan nilai terpakai (Value In Use) suatu
aktiva. Beberapa istilah yang digunakan dalam
menentukan nilai aktiva tetap yang dapat dipulihkan
adalah:
1. Nilai pakai (Value in Use), yaitu nilai sekarang
(Present value) dari taksiran arus kas yang
diharapkan akan diterima dari penggunaan
aktiva tetap selama sisa masa pakainya. Nilai
pakai ini dipengaruhi oleh arus kas masuk dan
arus kas keluar serta suatu tingkat diskon
(Discount Rate) yang memadai.
2. Harga jual neto, yaitu jumlah yang dapat
direalisasi dari penjualan aktiva tetap setelah
dikurangi biaya-biaya terkait penjualan.
Identifikasi adanya penurunan nilai dilakukan entitas
yang memilih menggunakan model kos (Cost Model) dan
yang menggunakan model Revaluasi (Revaluation
model). Apabila terjadi penurunan nilai maka
penurunan nilai diakui sebagai kerugian pada periode
dilakukan penilaian dan dikreditkan ke akumulasi rugi
penurunan nilai. Setelah penilaian atas penuunan nilai
dilakukan maka penyusutan dihitung berdasarkan basis
nilai terbawa yang baru.
Ilustrasi penurunan nilai
PT. A memiliki Mesin, dimana kos awal dari mesin Rp.
150.000.000 dan akumulasi penyusutan pada tanggal
revaluasi Rp. 45.000.000. Nilai terbawa (Carrying
Amount) dari mesin pada tanggal penilaian Rp.
105.000.000 (Rp. 150.000.000 – Rp. 45.000.000).
Taksiran Harga jual neto pada saat penilaian adalah Rp.
85.000.000 dan taksiran arus kas masa depan (nilai pakai)
dari aktiva tetap Rp. 75.000.000. Dilihat dari informasi
tersebut jelas bahwa nilai terbawa mesin (Rp.
105.000.000) sudah melebihi nilai yang bisa dipulihkan
(Recoverable amount) dari aktiva tetap. Jumlah yang
dapat dipulihkan adalah Rp. 85.000.000( nilai tertinggi
antara taksiran harga jual neto dan nilai pakai).
Penurunan nilai (Impairment) sebesar Rp. 20.000.000
( Rp. 105.000.000 – 85.000.000).
Soal Latihan:1. 5/5/2005 PT. A membeli sebidang tanah dan bangunan senilai Rp.1.500.000.000. Harga pasar wajar
bangunan menurut penilai Rp.400.000.000 dan tanah Rp.1.200.000.000. PT. A juga membangun pagar pembatasRp. 40.000.000 serta saluran air, jalan, dan lampu jalan Rp. 50.000.000.Diminta: Lakukan pencatatan ke jurnal
2. PT. Kupas Jaya membeli mesin untuk produksi. Mesin itu memiliki Harga faktur Rp. 95.000.000 ditambah PPN 10%. Karena membeli tunai, maka penjual member potongan harga 5%. Untuk mengangkat ke lokasi PT. Kupas Jaya, dibayar Rp. 2.000.000 ke perusahaan pengangkut. Biaya pemasangan ditanggung pihak penjual.Diminta: Catat transaksi itu ke jurnal umum
3. PT. Bernama membangun aktiva tetap (kapal) dimana ditaksir penyelesaian aktiva tetap selama 2 tahun. Untuk membangun aktiva tetap, dibutuhkan dana 2,5 Milyar. PT. Bernama meminjam dari Bank X Rp. 1 Milyar, masa pinjaman 5 tahun dan berbunga 7%/tahun. PT. bernama juga memiliki beberapa jenis pinjaman yang bukan untuk konstruksi, yaitu Hutang obligasi, 5 %, jatuh tempo 5 tahun Rp. 900.000.000 dan Pinjaman dari Bank Mandira berbunga 8%, jatuh tempo 6 tahun Rp. 1,2 Milyar. Pada tahun pertama, dibayar ke pihak kontraktor Rp. 1 Milyar. Hitung berapa biaya bunga yang harus dikapitalisasi dan buat pencatatan ke jurnal umum untuk kejadian itu.
4. PT. A membeli aktiva tetap dengan fasilitas kredit jangka panjang selama 5 tahun. Dengan suku bunga 8% per tahun, PT. A harus mencicil 80.000.000 setiap tahun. Berapa kos dari aktiva tetap?
5. a. PT. A membeli mesin pada tanggal 1/9-2005 seharga Rp.600.000.000. Mesin ditaksir memiliki umur 20 tahun dan disusutkan dengan metode garis lurus. PT. A juga membayar pengangkutan dan pemasangan Rp. 5.000.000
b. Pada tanggal 1/5 2008 mesin tersebut diperbaiki. Perbaikan ini hanya untuk menjaga operasi mesin. Perbaikan ini hanya membutuhkan biaya Rp.5.000.000
c. Pada tanggal 1/6-2015 mesin ditukar dengan mesin lain yang teknologinya lebih baik. Mesin PT. A dinilai seharga Rp.200.000.000 sedangkan mesin yang diterima memiliki harga pasar Rp.350.000.000
Diminta: Catat setiap transaksi ke jurnal
6. PT. A memiliki sebuah gedung yang memiliki nilai buku Rp.150.000.000 (Kos Rp. 375.000.000 dan akumulasi penyusutan Rp.225.000.000). Gedung dipertukarkan dengan sebuah gedung yang memiliki nilai pasar wajar Rp.105.000.000. Dalam pertukaran PT. A menerima Rp.45.000.000Diminta: Catat transaksi tersebut ke jurnal
7. a PT. A memiliki sebuah truk dengan nilai pemerolehan Rp.80.000.000 disusutkan dengan metode jumlah angka tahun selama 10 tahun (tanpa nilai sisa). Truk dibeli tanggal 1/7-2006b. Karena sesuatu hal, pada 1/5-2010, truk dijual seharga Rp.60.000.000
Diminta: 1. Buat skedul penyusutan2. Buat pencatatan ke jurnal tanggal 1/7-2006,31/12-2006 dan 1/5-2010
7. PT. Sumber Sukses membeli truk pada tanggal 2/9/2009 dimana kos pemerolehannya Rp. 290.000.000. Nilai residu truk Rp. 90.000.000 dan masa manfaat ditaksir 20 tahun. Hitung biaya penyusutan, akumulasi penyusutan dan nilai terbawa aktiva tetap selama 5 tahun dengan menggunakan metode penyusutan:a. Garis lurusb. Metode Jumlah angka tahunc. Metode saldo menurun d. Metode saldo menurun ganda
8. PT. Andika memiliki Mobil dimana pada akhir tahun ke-5 memiliki nilai terbawa Rp. 150.000.000 (Kos Rp. 300.000.000 dan akumulasi penyusutan Rp. 75.000.000). Mobil disusutkan dengan metode garis lurus, tanpa nilai sisa, dan masa manfaat 20 tahun. a. Anggaplah pada akhir tahun ke-5 nilai wajar aktiva itu Rp. 170.000.000, buat penyesuaian dengan
menggunakan model revaluasib. Anggaplah harga jual neto aktiva itu Rp. 130.000.000 dan taksiran arus kas masa depan (nilai pakai) aktiva
tetap Rp. 135.000.000. Tentukan berapa nilai yang dapat dipulihkan (Recoverable Amount) dan penurunan nilai aktiva itu. Buat juga pencatatan ke jurnal umum.
Table of ContentsBAB I SIKLUS AKUNTANSI.................................................................................................................................1
SISTEM AKUNTANSI BERPASANGAN (DOUBLE-ENTRY ACCOUNTING SYSTEM)............................................1
SIKLUS AKUNTANSI.......................................................................................................................................1
MENGGUNAKAN JURNAL KHUSUS.............................................................................................................23
Soal Latihan:...........................................................................................................................................26
BAB II LAPORAN RUGI LABA (INCOME STATEMENT)DAN NERACA (BALANCE SHEET)...................................28
LAPORAN RUGI LABA......................................................................................................................................28
KEGUNAAN DAN KELEMAHAN LAPORAN RUGI LABA.................................................................................28
BENTUK LAPORAN RUGI LABA....................................................................................................................29
ELEMEN-ELEMEN LAPORAN RUGI LABA.................................................................................................29
FORMAT LAPORAN RUGI LABA...............................................................................................................29
PENDEKATAN LAPORAN RUGI LABA LANGKAH TUNGGAL (SINGLE-STEP INCOME STATEMENT)...........29
PENDEKATAN LAPORAN RUGI LABA LANGKAH GANDA (MULTIPLE-STEP INCOME STATEMENT)..........30
PELAPORAN TRANSAKSI-TRANSAKSI YANG JARANG TERJADI (IRREGULAR ITEMS)................................32
NERACA..........................................................................................................................................................34
MANFAAT NERACA.....................................................................................................................................34
KETERBATASAN NERACA............................................................................................................................34
KLASIFIKASI DALAM NERACA......................................................................................................................35
Soal Latihan:...............................................................................................................................................37
BAB III AKUNTANSI KAS.................................................................................................................................38
PENGERTIAN KAS DAN SETARA KAS...........................................................................................................38
MASALAH-MASALAH DALAM PELAPORAN KAS:.........................................................................................38
PENGENDALIAN ATAS KAS..........................................................................................................................39
DANA KAS KECIL (Petty Cash).....................................................................................................................39
REKONSILIASI BANK....................................................................................................................................41
Soal Latihan:...............................................................................................................................................68
BAB IV AKUNTANSI PIUTANG (Receivable)....................................................................................................72
PIUTANG USAHA (ACCOUNT RECEIVABLE).................................................................................................72
PENGAKUAN PIUTANG USAHA...............................................................................................................72
PENILAIAN PIUTANG USAHA...................................................................................................................67
WESEL TAGIH (PROMISORY NOTE).............................................................................................................67
PENGAKUAN WESEL...............................................................................................................................66
WESEL JANGKA PENDEK BERBUNGA......................................................................................................66
Wesel jangka panjang berbunga; suku bunga nominal berbeda dengan suku bunga pasar (efektif).....66
WESEL JANGKA PANJANG BERBUNGA; SUKU BUNGA NOMINAL WESEL SAMA DENGAN SUKU BUNGA PASAR (EFEKTIF).....................................................................................................................................66
WESEL BERBUNGA NOL (ZERO-INTEREST BEARING NOTE).....................................................................67
PENILAIAN WESEL TAGIH........................................................................................................................67
PELEPASAN PIUTANG USAHA DAN WESEL.................................................................................................67
MENGGADAIKAN PIUTANG USAHA........................................................................................................67
TRANSFER (ANJAK) PIUTANG.................................................................................................................67
TRANSFER PIUTANG SECARA TANGGUNG RENTENG/DENGAN JAMINAN.............................................67
Soal Latihan:...............................................................................................................................................83
BAB V AKUNTANSI SEDIAAN (INVENTORIES).................................................................................................85
SISTEM PENCATATAN SEDIAAN..................................................................................................................86
KEPEMILIKAN ATAS SEDIAAN......................................................................................................................83
PENGARUH POTONGAN TUNAI PEMBELIAN TERHADAP KOS SEDIAAN......................................................82
PENILAIAN SEDIAAN BERBASIS ALIRAN KOS HISTORIS...............................................................................83
PENGARUH KOMITMEN PEMBELIAN TERHADAP NILAI SEDIAAN...............................................................83
Soal Latihan:.............................................................................................................................................108
BAB VI AKUNTANSI AKTIVA TETAP, PENYUSUTAN DAN PENURUNAN NILAI...............................................111
KOMPONEN KOS PEMEROLEHAN AKTIVA TETAP.....................................................................................111
PEMBEBANAN KOS PINJAMAN YANG TERJADI SELAMA KONSTRUKSI......................................................110
PENGUKURAN KOS PEMEROLEHAN AKTIVA TETAP..................................................................................112
PENGELUARAN-PENGELUARAN SETELAH PEMEROLEHAN AKTIVA TETAP................................................115
PENJUALAN AKTIVA TETAP.......................................................................................................................117
PENYUSUTAN AKTIVA TETAP....................................................................................................................118
PENURUNAN NILAI (IMPAIRMENT) AKTIVA TETAP...................................................................................122
Soal Latihan:.............................................................................................................................................123