bab 3(fixed)
TRANSCRIPT
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Tinjauan Umum Tentang BEI
Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka.
Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan
tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh
pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC.
Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan
pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada
beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Hal tersebut
disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia ke I dan II, perpindahan
kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan
berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan
sebagimana mestinya.
Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada tahun
1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan seiring
dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah.
Secara singkat, tonggak perkembangan pasar modal di Indonesia dapat dilihat
sebagai berikut:
14 Desember 1912 :
Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia oleh Pemerintah Hindia
Belanda.
1914 – 1918 :
Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I
1925 – 1942 :
Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan Bursa Efek di
Semarang dan Surabaya
Awal tahun 1939 :
Karena isu politik (Perang Dunia II) Bursa Efek di Semarang dan Surabaya
ditutup.
1942 – 1952 :
Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang Dunia II
1952 :
Bursa Efek di Jakarta diaktifkan kembali dengan UU Darurat Pasar Modal
1952, yang dikeluarkan oleh Menteri kehakiman (Lukman Wiradinata) dan
Menteri keuangan (Prof.DR. Sumitro Djojohadikusumo). Instrumen yang
diperdagangkan: Obligasi Pemerintah RI (1950)
1956 :
Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek semakin tidak aktif.
1956 – 1977 :
Perdagangan di Bursa Efek vakum.
10 Agustus 1977 :
Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto. BEJ dijalankan
dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal). Tanggal 10 Agustus
diperingati sebagai HUT Pasar Modal. Pengaktifan kembali pasar modal ini
juga ditandai dengan go public PT Semen Cibinong sebagai emiten pertama.
1977 – 1987 :
Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten hingga 1987 baru
mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrumen perbankan dibandingkan
instrumen Pasar Modal.
1987 :
Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87) yang
memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan Penawaran Umum
dan investor asing menanamkan modal di Indonesia.
1988 – 1990 :
Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal diluncurkan. Pintu BEJ
terbuka untuk asing. Aktivitas bursa terlihat meningkat.
2 Juni 1988 :
Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola oleh Persatuan
Perdagangan Uang dan Efek (PPUE), sedangkan organisasinya terdiri dari
broker dan dealer.
Desember 1988 :
Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88 (PAKDES 88) yang
memberikan kemudahan perusahaan untuk go public dan beberapa kebijakan
lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal.
16 Juni 1989 :
Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh Perseroan
Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya.
13 Juli 1992 :
Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi Badan Pengawas Pasar
Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ.
22 Mei 1995 :
Sistem Otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan dengan sistem computer
JATS (Jakarta Automated Trading Systems).
10 November 1995 :
Pemerintah mengeluarkan Undang –Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar
Modal. Undang-Undang ini mulai diberlakukan mulai Januari 1996.
1995 :
Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya.
2000 :
Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai diaplikasikan di
pasar modal Indonesia.
2002 :
BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote trading).
2007 :
Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan
berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).
2008 :
Tahun 2008 yang penuh tantangan bagi komunitas keuangan dunia termasuk
Bursa Efek Indonesia (BEI) dan para pelaku Pasar Modal Indonesia. Krisis
keuangan global yang bermula dari krisis sub-prime mortgage di Amerika
Serikat, berdampak luas pada sektor keuangan dunia termasuk Indonesia. Hal
tersebut mendorong BEI mensuspen perdagangan efek bersifat ekuitas dan
derivatif di seluruh pasar hingga dibuka kembali pada tanggal 13 Oktober
2008. Tujuan suspensi tersebut adalah untuk memberikan perlindungan
kepada investor dan pasar secara lebih luas. Dalam kondisi krisis tersebut BEI
terus melakukan koordinasi dengan Bapepam-LK dalam mengupayakan
berbagai kebijakan, diantaranya dengan merubah batasan autorejection,
melakukan investigasi dugaan pelanggaran transaksi short selling dan dugaan
penyesatan informasi oleh investor maupun anggota bursa, dan lain
sebagainya.
(Sumber : www.idx.com)
Demikian tinjauan umum tentang BEI, namun dari situs tersebut penulis juga
akan menguraikan beberapa hal tentang BEI yaitu sebagai berikut :
3.1.1 Struktur Organisasi BEI
Struktur organisasi sangat diperlukan dalam suatu perusahaan untuk
mempermudah pembagian tugas dan tanggung jawab. Adapun uraian singkat
tugas dan tanggung jawab direksi di PT. Bursa Efek Indonesia adalah sebagai
berikut :
a. Direktur Utama bertanggung jawab atas koordinasi kegiatan di Bursa Efek
terutama yang berkaitan dengan kegiatan hubungan masyarakat.
b. Direktur Operasi bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pengawasan
kegiatan sehari-hari dari Direktur Perdagangan, Direktur Keanggotaan,
Direktur Pencatatan, dan Direktur Administrasi serta melaporkan kepada
Direktur Utama.
c. Direktur Pemeriksaan bertanggung jawab untuk melakukan pengawasan
kegiatan satuan pemeriksa Bursa Efek sebagaimana diatur dalam pasal 12
Undang-Undang nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal dan
melaporkan kepada Direktur Utama, Komisaris Utama dan Bapepam. Dan
bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan usulan penyempurnaan
standar prosedur operasi dari setiap Divisi atau unit kerja yang mendapat
persetujuan Direksi.
d. Direktur Perdagangan bertanggung jawab atas pembuatan peraturan-
peraturan perdagangan, kliring, dan penyelesaian transaksi bursa,
penyelanggaraan perdagangan termasuk pengawasan kegiatan
perdagangan serta pelaksanaan kegiatan riset dan pengembangan Bursa
Efek Indonesia selanjutnya melaporkan kepada Direktur Operasi.
e. Direktur Keanggotaan bertanggung jawab atas pembuatan peraturan
mengenai persyaratan keanggotaan, kewajiban pelaporan keanggotaan,
mengawasi anggota serta mengelola pelatihan dan pendidikan anggota
selanjutnya melaporkan kepada Direktur Operasi.
f. Direktur Pencatatan bertanggung jawab atas peraturan dan delisting efek.
Perilaku emiten yang tercatat di bursa dan Biro Administrasi Efek.
Mengkoordinasikan dan mengawasi coorporate action, mengelola
pelatihan/pendidikan pada perusahaan yang tercatat di Bursa, selanjutnya
melaporkan kepada Direktur Operasi.
g. Direktur Administrasi bertanggung jawab atas administrasi dan
perencanaan keuangan, pengendalian anggaran tahunan, administrasi
sumber daya manusia, pengelolaan teknologi informasi dan administrasi
gedung serta peralatan Bursa Efek Indonesia selanjutnya melaporkan
kepada Direktur Operasi.
3.1.2 Perkembangan Emiten
Sampai dengan Desember 2008, jumlah Pemegang Saham BEI adalah
sebanyak 125 Perusahaan Efek. Jumlah Anggota Bursa (AB) adalah 121 AB yang
terdiri dari 118 Anggota Bursa Aktif, dan 3 Anggota Bursa suspen. Tahun 2008,
BEI telah melakukan pembelian kembali (buy back) 72 sahamnya. Sedangkan
jumlah partisipan sebanyak 110 terdiri dari 59 perusahaan efek, 35 bank, dan 16
bank kustodian.
3.2 Gambaran Umum Perusahaan Manufaktur sektor Industri Makanan
dan minuman (10 Perusaan sampel)
Perusahaan yang dijadikan sampel adalah perusahaan-perusahaan manufaktur
yang termasuk dalam industri makanan dan minuman yang terdaftar di BEI sejak
tahun 2004-2008. Perusahaan makanan dan minuman yang dijadikan sebagai
sampel adalah sebanyak 10 perusahaan. Kesepuluh perusahaan itu adalah Ades
Waters Indonesia, Aqua Golden Mississipi, Fast Food Indonesia, Indofood Sukses
Makmur, Mayora Indah, Multi Bintang Indonesia, Siantar Top, Tiga Pilar
Sejahtera Food, Ultra Jaya Milk, dan Unilever Indonesia. Kesepuluh perusahaan
ini dipilih secara purposive dengan melihat kontinuitas usahanya selama tahun
2004-2008 dan telah menerbitkan laporan keuangan tahunan selama periode
tersebut. Berikut akan dijelaskan sekilas tentang profil perusahaan-perusahaan
sampel.
3.2.1 PT Ades Waters Indonesia Tbk
PT Ades Waters Indonesia Tbk (“Perseroan”) didirikan dengan nama PT
Alfindo Putrasetia pada tahun 1985. Nama Perseroan telah diubah beberapa kali;
terakhir pada tahun 2004, ketika nama Perseroan diubah menjadi PT Ades Waters
Indonesia Tbk. Anggaran Dasar Perseroan telah mengalami beberapa kali
perubahan, terakhir dengan Akta Notaris Sutjipto, S.H. MKn tanggal 18 Juli 2008
untuk memenuhi Undang-undang Perseroan Terbatas No. 40/2007. Perubahan
Anggaran Dasar ini disetujui oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. AHU- 61646.AH.01.02. Tahun
2008 tanggal 12 September 2008.
Sesuai pasal 2 Anggaran Dasarnya, Perseroan dapat bergerak di beberapa
bidang usaha. Selama tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2008 dan
2007, Perseroan bergerak di bidang usaha pengolahan dan distribusi air minum
dalam kemasan. Produksi secara komersial dimulai pada tahun 1986. Perseroan
berdomisili di Jakarta, Indonesia, dengan kantor pusat di Perkantoran Hijau
Arkadia, Jl. TB. Simatupang Kav. 88, Jakarta. Pabrik berlokasi di Jawa Barat dan
Jawa Timur.
Sampai dengan bulan Mei 2008, Water Partners Bottling S.A., pemegang
saham Perseroan, merupakan perusahaan joint venture antara The Coca Cola
Company dan Nestle S.A. Perseroan dalam bisnis normal melakukan transaksi-
transaksi dengan afiliasi dari The Coca-Cola Company dan anak
perusahaan/afiliasi dari Nestle S.A. Baik The Coca Cola Company maupun Nestle
S.A. memiliki anak perusahaan dan afiliasi di seluruh dunia. Pada tanggal 3 Juni
2008, Sofos Pte, Ltd, perusahaan berbadan hukum Singapura, telah mengakuisisi
Water Partners Bottling S.A., perusahaan joint venture antara The Coca-Cola
Company dan Nestle S.A. dan pemegang hak pengendalian atas Perseroan.
Sehubungan dengan transaksi diatas, seluruh utang Perseroan kepada
perusahaan afiliasi, Nestle S.A dan The Coca Cola Company, sebelum tanggal
transaksi, telah di hapuskan.
3.2.2 PT Aqua Golden Mississippi Tbk
PT Aqua Golden Mississippi Tbk (“Perusahaan”) didirikan berdasarkan akta
notaris Tan Thong Kie, SH No. 24 tanggal 23 Februari 1973. Akta pendirian ini
telah disahkan oleh Menteri Kehakiman dalam Surat Keputusan No. Y.A.5/213/22
tanggal 19 Juni 1973 serta diumumkan dalam Tambahan Berita Negara No. 84
tanggal 19 Oktober 1973. Anggaran dasar Perusahaan telah beberapa kali
mengalami perubahan, perubahan terakhir dengan akta notaris Lindasari
Bachroem, SH No. 13 tanggal 17 Oktober 2008 dalam rangka penyesuaian
dengan Undang-Undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
Perubahan ini masih dalam proses pengesahan Menteri Hukum
dan Hak Asasi Manusia.
Perusahaan bergerak dalam industri pengolahan dan pembotolan air minum
dalamkemasan. Perusahaan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun
1974. Perusahaan berkedudukan di Jakarta dan berkantor pusat di Jalan Pulo
Lentut No. 3, Kawasan Industri Pulogadung, Jakarta. Pabrik Perusahaan berlokasi
di Bekasi, Citeureup dan Mekarsari, Jawa Barat. Induk Perusahaan adalah PT
Tirta Investama dan induk utama Perusahaan adalah Groupe Danone, sebuah
Perusahaan yang berdiri dan berkedudukan di Perancis.
3.2.3 PT Fast Food Indonesia Tbk
PT Fast Food Indonesia (“Perusahaan”) didirikan berdasarkan Akta No. 20
tanggal 19 juni 1978 yang dibuat di hadapan Sri Rahayu, S.H. Akta tersebut telah
mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman melalui Surat Keputusan No.
Y.A.5/245/12 tanggal 22 mei 1979, telah didaftarkan di kantor Pengadilan Negeri
Jakarta No. 4491 tanggal 1 Oktober 1979, dan dimuat dalam tambahan No. 682
serta diumumkan dalam Berita Negara republic Indonesia No. 90 tanggal 9
November 1979.
Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan,
terakhir No.75 tanggal 13 Juni 1997 dari Notaris Poerbaningsih Adi Warsito,
S.H., notaris di Jakarta mengenai perubahan Anggaran Dasar Perusahaan yang
disesuaikan dengan Undang-Undang Perseroan Terbatas No.1 tahun 1995 dan
Undang-Undang Pasar Modal No.8 tahun 1995. Akta ini juga memuat perubahan
nama Perusahaan dengan menambahkan kata Tbk. Pada akhir nama Perusahaan
untuk selanjutnya menjadi PT Fast Food Indonesia Tbk. Perusahaan bergerak di
bidang makanan dan restoran. Perusahaan memulai usaha komersialnya sejak
tahun 1979.
3.2.4 PT Indofood Sukses Makmur Tbk
PT Indofood Sukses Makmur Tbk (“Perusahaan”) didirikan di Republik
Indonesia pada tanggal 14 Agustus 1990 dengan nama PT Panganjaya
Intikusuma, berdasarkan Akta Notaris Benny Kristianto, S.H., No. 228. Akta
pendirian ini disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat
Keputusan No. C2-2915.HT.01.01.Th’91 tanggal 12 Juli 1991, dan diumumkan
dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 12 Tambahan No. 611 tanggal 11
Februari 1992. Anggaran Dasar Perusahaan telah beberapa kali mengalami
perubahan. Perubahan berdasarkan Akta Notaris Benny Kristianto, S.H. No. 28
tanggal 22 Februari 2008 mengenai perubahan anggaran dasar untuk disesuaikan
dengan Undang-undang Republik Indonesia No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas telah diterima dan disahkan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia (sebelumnya Menteri Kehakiman) dalam Surat
Keputusan No. AHU-16532.AH.01.02.Tahun 2008 tanggal 3 April 2008.
Perubahan terakhir dalam Akta Notaris No. 2 dari notaris yang sama pada tanggal
1 Juli 2008 mengenai perubahan Direksi dan Dewan Komisaris dan untuk
memenuhi ketentuan dalam Surat Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal
dan Lembaga Keuangan No. KEP-179/BL/2008 tanggal 14 Mei 2008 mengenai
Pokok-pokok Anggaran Dasar Perseroan Yang Melakukan Penawaran Umum
Efek Bersifat Ekuitas dan Perusahaan Publik, telah diterima dan disetujui oleh
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia berdasarkan Surat
Keputusan No. AHU-66708.AH.01.02.Tahun 2008 tanggal 22 September 2008.
Berdasarkan Pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan
Perusahaan terdiri dari, antara lain, produksi mie, penggilingan gandum, kemasan,
jasa manajemen, serta penelitian dan pengembangan. Saat ini, Perusahaan
terutama bergerak di bidang pembuatan mie dan penggilingan gandum menjadi
tepung terigu. Kantor pusat Perusahaan berlokasi di Sudirman Plaza, Indofood
Tower, Lantai 27, Jl. Jend. Sudirman, Kav. 76 - 78, Jakarta, Indonesia, sedangkan
pabriknya berlokasi di berbagai tempat di pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan dan
Sulawesi. Perusahaan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1990.
3.2.5 PT Mayora Indah Tbk
P.T. Mayora Indah Tbk (Perusahaan) didirikan dengan akta No. 204 tanggal
17 Pebruari 1977 dari Notaris Poppy Savitri Parmanto S.H., sebagai pengganti
dari Notaris Ridwan Suselo S.H. Akta pendirian ini telah mendapat pengesahan
dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No.
Y.A.5/5/14 tanggal 3 Januari 1978 dan telah didaftarkan pada Kantor
Kepaniteraan Pengadilan Negeri Tangerang No. 2/PNTNG/1978 tanggal 10
Januari 1978. Anggaran dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali
perubahan, yang terakhir dengan akta notaris Adam Kasdarmadji S.H. No. 448
tanggal 27 Juni 1997, antara lain mengenai maksud dan tujuan perusahaan. Akta
perubahan ini telah mendapat persetujuan dari Menteri Kehakiman Republik
Indonesia dalam Surat Keputusan No.C2-620 HT.01.04.TH.98 tanggal 6 Pebruari
1998.
Perusahaan berdomisili di Tangerang dengan pabrik berlokasi di Tangerang
dan Bekasi. Kantor pusat Perusahaan beralamat di Gedung Mayora, Jl. Tomang
Raya no. 21 – 23, Jakarta.
Sesuai dengan pasal 3 anggaran dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan
Perusahaan adalah menjalankan usaha dalam bidang industri, perdagangan serta
agen/perwakilan. Saat ini Perusahaan menjalankan bidang usaha industri
makanan, kembang gula dan biskuit. Perusahaan mulai beroperasi secara
komersial pada bulan Mei 1978.
3.2.6 PT Multi Bintang Indonesia Tbk
Perseroan didirikan pada tanggal 3 Juni 1929 berdasarkan akta notaris No. 8
dari Tjeerd Dijkstra, notaris di Medan, dengan nama N.V. Nederlandsch Indische
Bierbrouwerijen. Perseroan berdomisili di Indonesia dengan kantor pusat
berlokasi di Ratu Plaza Building Lantai 21, Jl. Jenderal Sudirman Kav. 9, Jakarta
10270, dan pabrik berlokasi di Jl. Daan Mogot KM. 19, Tangerang 15122 dan Jl.
Raya Mojosari – Pacet KM. 50, Sampang Agung, Jawa Timur. Perseroan adalah
bagian dari Kelompok Heineken, dimana pemegang saham utama adalah
Heineken International B.V. Transaksi dan saldo signifikan dengan pihak-pihak
yang mempunyai hubungan istimewa disajikan dalam Catatan atas laporan
keuangan konsolidasi.
Sejak tanggal 15 Desember 1981, 16,71% dari modal dasar Perseroan terdaftar
di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya. Dengan surat dari PT Bursa Efek Jakarta No.
S-3728/BEJ.EEM/12-2000 tanggal 18 Desember 2000 dan PT Bursa Efek
Surabaya No. JKT-019/MKT-LIST/BES/I/2001 tanggal 29 Januari 2001, saham
Perseroan yang ditempatkan sejumlah 21.070.000 didaftarkan di Bursa Efek
Jakarta sejak tanggal 12 Januari 2001 dan di Bursa Efek Surabaya sejak tanggal 5
Pebruari 2001.
Anggaran Dasar Perseroan telah mengalami perubahan berulangkali.
Perubahan terakhir dilakukan dengan akta notaris Singgih Susilo, SH, tanggal 6
Juli 2001 No. 17. Akta ini telah disahkan oleh Menteri Kehakiman dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia dengan No. C-14392 HT.01.04.TH.2001 tanggal 28
Nopember 2001, didaftarkan dengan No. TDP. 090311508253 pada Kantor
Pendaftaran Perusahaan Jakarta Selatan No. 102/RUB.09.03/I/2002 tanggal 29
Januari 2002, dan diumumkan dalam Tambahan No. 302 pada Berita Negara No.
35 tanggal 30 April 2002.
Perseroan memulai operasi komersial pada tahun 1929. Sesuai dengan Anggaran
Dasar, Perseroan beroperasi dalam industri bir dan minuman lainnya. Untuk
mencapai tujuan usahanya, Perseroan dapat melakukan aktivitas-aktivitas sebagai
berikut:
Produksi bir dan minuman lainnya dan produk-produk lain yang relevan
Pemasaran produk-produk tersebut di atas, pada pasar lokal dan internasional
Impor atas bahan-bahan promosi yang relevan dengan produk-produk di atas.
3.2.7 PT Siantar Top Tbk
PT Siantar Top Tbk (Perusahaan) didirikan berdasarkan akta No. 45 tanggal
12 Mei 1987 dari Ny. Endang Widjajanti, S.H., notaris di Sidoarjo dan akta
perubahannya No. 64 tanggal 24 Maret 1988 dari notaris yang sama. Akta
pendirian dan perubahan tersebut telah disahkan oleh Menteri Kehakiman
Republik Indonesia dalam Surat Keputusannya No. C2-5873.HT.01.01.Th.88
tanggal 11 Juli 1988 serta diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia
No. 104 tanggal 28 Desember 1993, Tambahan No. 6226. Anggaran Dasar
Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan akta No.
48 tanggal 25 Juli 2008 dari Dyah Ambarwaty Setyoso, S.H., notaris di Surabaya,
mengenai Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa PT Siantar
Top Tbk untuk menyesuaikan dengan ketentuan Undang-undang No. 40/2007
tentang Perseroan Terbatas. Pengesahan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia atas perubahan tersebut masih dalam proses. Sesuai dengan
Pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Perusahaan terutama
bergerak dalam bidang industry makanan ringan, yaitu mie (snack noodle),
kerupuk (crackers) dan kembang gula (candy). Perusahaan berdomisili di
Sidoarjo, Jawa Timur dengan pabrik berlokasi di Sidoarjo (Jawa Timur), Medan
(Sumatera Utara) dan Bekasi (Jawa Barat). Kantor pusat Perusahaan beralamat di
Jl. Tambak Sawah No. 21-23 Waru, Sidoarjo. Perusahaan mulai beroperasi secara
komersial pada bulan September 1989. Hasil produksi Perusahaan dipasarkan di
dalam dan di luar negeri, khususnya Asia.
3.2.8 Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk
PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (Perusahaan) didirikan pada tanggal 26
Januari 1990 berdasarkan akta No. 143 yang dibuat dihadapan Winanto
Wiryomartani, S.H., Notaris di Jakarta dengan nama PT Asia Intiselera. Akta
pendirian ini disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat
Keputusannya No. C2-1827.HT.01.01.Th.91 tanggal 31 Mei 1991 serta
diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 65, Tambahan No. 2504
tanggal 13 Agustus 1991. Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa
kali perubahan, terakhir melalui akta No. 56 tanggal 31 Januari 2008 dari Ny.
Poerbaningsih Adi Warsito, S.H., Notaris di Jakarta mengenai peningkatan modal
dasar dari Rp 400.000.000.000 menjadi Rp 998.000.000.000 (lihat Catatan 18).
Akta tersebut telah disahkan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia dalam Surat Keputusannya No AHU-12476. AH. 01.02.Tahun
2008 tanggal 13 Maret 2008.
Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan
Perusahaan meliputi usaha bidang perdagangan, perindustrian, peternakan,
perkebunan, pertanian, perikanan dan jasa. Pada saat ini produk Perusahaan
terutama adalah usaha industri mie, perdagangan mie, khususnya mie kering dan
mie instan. Sedangkan perusahaan anak bergerak dalam bidang industri biskuit,
permen, perkebunan kelapa sawit dan pembangkit tenaga listrik. Kantor Pusat
Perusahaan beralamat di Wisma Alun Graha, Jl. Prof. Dr. Soepomo No. 233
Jakarta, sedangkan pabriknya berlokasi di Sragen, Jawa Tengah. Perusahaan
mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1990.
3.2.9 PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk
PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk., selanjutnya disebut
"Induk Perusahaan", didirikan dengan Akta No. 8 tanggal 2 Nopember 1971
juncto Akta Perubahan No. 71 tanggal 29 Desember 1971 yang dibuat dihadapan
Komar Andasasmita, S.H., Notaris di Bandung. Akta-akta tersebut telah mendapat
persetujuan Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Keputusan No.
Y.A.5/34/21 tanggal 20 Januari 1973, dan telah diumumkan dalam Berita Negara
Republik Indonesia No. 34 tanggal 27 April 1973, Tambahan No. 313, dan mulai
beroperasi secara komersial pada awal tahun 1974.
Anggaran Dasar Induk Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan,
termasuk perubahan terakhir yang dilakukan untuk disesuaikan dengan Undang-
Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Perubahan ini
dilakukan dengan Akta Pernyataan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham
Luar Biasa PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk No. 43 tanggal
18 Juli 2008 dibuat oleh Fathiah Helmi S.H., Notaris di Jakarta, yang disetujui
oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat
Keputusan No. AHU-56037.AH.01.02. Tahun 2008 tanggal 27 Agustus 2008.
Induk Perusahaan memiliki kantor pusat dan pabrik yang berlokasi di Jl. Raya
Cimareme 131 Padalarang Kabupaten Bandung 40552
3.2.10 PT Unilever Indonesia Tbk
PT Unilever Indonesia Tbk (“Perseroan”) didirikan pada tanggal 5 Desember
1933 dengan nama Lever’s Zeepfabrieken N.V. dengan akta No. 23 Mr. A.H. van
Ophuijsen, notaris di Batavia, disetujui oleh Gouverneur Generaal van
Nederlandsch-Indie dengan surat No.14 tanggal 16 Desember 1933, didaftarkan di
Raad van Justitie di Batavia dengan No. 302 pada tanggal 22 Desember 1933 dan
diumumkan dalam Javasche Courant tanggal 9 Januari 1934 Tambahan No. 3.
Nama Perseroan diubah menjadi “PT Unilever Indonesia” dengan akta No.
171 tanggal 22 Juli 1980 dari notaris Ny. Kartini Muljadi SH. Selanjutnya
perubahan nama Perseroan menjadi “PT Unilever Indonesia Tbk”, dilakukan
dengan akta No. 92 tanggal 30 Juni 1997 dari notaris Tn. Mudofir Hadi SH. Akta
ini disetujui oleh Menteri Kehakiman dalam surat keputusan No. C2-
1.049HT.01.04 TH.98 tanggal 23 Februari 1998 dan diumumkan dalam Berita
Negara No. 2620 tanggal 15 Mei 1998 Tambahan No. 39.
Pada tanggal 16 November 1981 Perseroan mendapat izin Ketua Badan
Pengawas Pasar Modal (Bapepam) No.SI-009/PM/E/1981 untuk menawarkan
15% sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya. Berdasarkan
keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan tanggal 24 Juni 2003, para
pemegang saham menyetujui untuk melakukan pemecahan saham (stock split)
dengan mengubah nilai nominal saham dari Rp 100 (Rupiah penuh) menjadi Rp
10 (Rupiah penuh) per lembar saham. Perubahan ini diaktakan dengan akta No. 46
tanggal 10 Juli 2003 dari notaris Singgih Susilo SH dan disetujui oleh Menteri
Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dalam surat keputusan
No. C-17533 HT.01.04-TH.2003.
Kegiatan usaha Perseroan meliputi pembuatan sabun, deterjen, margarin, dan
makanan berinti susu, es krim, minuman dengan bahan pokok teh dan produk-
produk kosmetik.
Berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan tanggal 13 Juni 2000,
yang diaktakan dengan akta No. 82 tanggal 14 Juni 2000 dari notaris Singgih
Susilo SH, Perseroan juga bertindak sebagai distributor utama untuk produk-
produk Perseroan dan penyedia jasa penelitian pemasaran. Akta ini telah disetujui
oleh Menteri Hukum dan Perundang-undangan (dahulu Menteri Kehakiman)
Republik Indonesia dengan surat keputusan No. C-18482 HT.01.04-TH.2000.
Perseroan mulai beroperasi secara komersial tahun 1933.
Kantor Perseroan berlokasi di Jalan Jendral Gatot Subroto Kav.15, Jakarta.
Pabrik Perseroan berlokasi di Jalan Jababeka 9 Blok D, Jalan Jababeka Raya Blok
O, Kawasan Industri Jababeka Cikarang, Bekasi, Jawa Barat dan Jalan Rungkut
Industri IV No. 5-11, Kawasan Industri Rungkut, Surabaya, Jawa Timur.
3.3 Hasil dan Pembahasan
3.3.1 Hasil
Data-data laporan keuangan perusahaan manufaktur sektor industri makanan
dan minuman yang diperoleh penulis diolah kembali sesuai dengan keperluan
penelitian. Berikut adalah hasil dari data laporan keuangan yang telah diolah.
3.3.1.1 Perkembangan Struktur Aktiva Perusahaan Manufaktur Sektor
Industri Makanan dan Minuman
Berikut ini disajikan tabel perkembangan struktur aktiva perusahaan
manufaktur sektor industri makanan dan minuman dari tahun 2004 sampai dengan
tahun 2008.
Tabel 3.1
Perkembangan Struktur Aktiva Perusahaan Manufaktur Sektor
Industri Makanan dan Minuman
Nama PerusahaanStruktur Aktiva
Tahun2004 2005 2006 2007 2008
PT Ades Waters Indonesia Tbk0,7351
%0,7014
%0,7722
%0,8021
% 0,6719%
PT Aqua Golden Mississippi Tbk0,4327
%0,3938
%0,3265
%0,3390
% 0,3314%
PT Fast Food Indonesia Tbk0,2444
%0,2301
%0,2320
%0,2225
% 0,2124%PT Indofood Sukses Makmur Tbk
0,3838%
0,4086%
0,3997%
0,2736% 0,2421%
PT Mayora Indah Tbk0,4767
%0,5014
%0,4752
%0,4090
% 0,3526%
PT Multi Bintang Indonesia Tbk0,4973
%0,5917
%0,6172
%0,5835
% 0,4283%
PT Siantar Top Tbk0,5332
%0,5028
%0,5119
%0,5840
% 0,5188%
PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk0,5842
%0,5529
%0,4870
%0,5345
% 0,5502%
PT Ultrajaya Milk Industry Tbk0,6001
%0,6272
%0,6326
%0,5619
% 0,4403%
PT Unilever Indonesia Tbk0,3680
%0,3893
%0,3728
%0,4125
% 0,3935%(Data yang diperoleh diolah kembali)
Berdasarkan Tabel 3.1, perkembangan struktur aktiva perusahaan secara
umum mengalami fluktuasi Untuk memperjelas fluktuasi struktur modal dari
perusahaan pertambangan, maka disajikan grafik sebagai berikut:
2004 2005 2006 2007 20080.0000
0.1000
0.2000
0.3000
0.4000
0.5000
0.6000
0.7000
0.8000
0.9000
PT Ades Waters Indonesia TbkPT Aqua Golden Mississippi TbkPT Fast Food Indonesia TbkPT Indofood Sukses Makmur TbkPT Mayora Indah TbkPT Multi Bintang Indonesia TbkPT Siantar Top TbkPT Tiga Pilar Sejahtera Food TbkPT Ultrajaya TbkPT Unilever Indonesia Tbk
3.3.1.2 Perkembangan Profitabilitas Perusahaan Manufaktur Sektor Industri
Makanan dan Minuman
2004 2005 2006 2007 2008
-0.8000
-0.6000
-0.4000
-0.2000
0.0000
0.2000
0.4000
0.6000
0.8000
PT Ades Waters Indonesia TbkPT Aqua Golden Mis-sissippi TbkPT Fast Food Indonesia TbkPT Indofood Sukses Makmur TbkPT Mayora Indah TbkPT Multi Bintang In-donesia TbkPT Siantar Top TbkPT Tiga Pilar Sejahtera Food TbkPT Ultrajaya TbkPT Unilever Indonesia Tbk
3.3.1.3 perkembangan
3.3.1.4 Uji Asumsi Klasik
pengujian asumsi klasik dilakukan sebelum melakukan uji regresi, pengujian
ini dilakukan untuk memperoleh keyakinan bahwa penggunaan model regresi
berganda menghasilkan estimator linear yang tidak bias (Algifari, 2000 dalam
Herwin Kurniadi, 2008). Kondisi ini akan terjadi jika dipenuhi beberapa asumsi
yang disebut asumsi klasik. Uji asumsi klasik dalam penelitian ini antara lain:
a. Uji Multikolinieritas
Multikolinieritas ialah suatu situasi adanya korelasi variable-variabel bebas
diantara satu sama lain. Dalam hal ini disebut variable-variabel bebas yang
bersifat orthogonal, variable-variabel yang bersifat orthogonal adalah variabel
bebas yang dinilai korelasi diantara sesamanya sama dengan nol (Singgih, 2001
dalam Herwin Kurniadi, 2008). Menurut Ghozali (2001:57) dalam Herwin
Kurniadi (2008), deteksi adanya multikolineriaritas dapat dilihat dari:
1. Nilai R2yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi sangat tinggi, tetapi
secara individual variabel-variabel independent banyak yang tidak signifikan
mempengaruhi variabel dependen.
2. Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel independent. Jika antar
variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya di atas 0,90),
maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolinieritas.
3. Multikolinieritas juga dapat dilihat dari nilai tolerance dan variance inflation
factor (VIF). Dimana tidak terjadi gejala multikolinieriats jika nilai tolerance
lebih besar dari 10 % atau nilai variance inflation factor (VIF) lebih kecil dari
10.
Tabel 3.4
Uji Multikolinieritas
Coefficients(a)
ModelCollinearity
Statistics
Tolerance VIF1 (Constant)
Struktur_Aktiva .616 1.624Profitabilitas .616 1.624
a Dependent Variable: Struktur_Modal
Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan program SPSS (tabel
3.4), dihasilkan besaran VIF pada masing-masing dari variabel bebas yang jauh
lebih kecil dari 10. Untuk variabel struktur aktiva diperoleh nilai VIF sebesar
1,624, dan untuk variabel profitabilitas nilai VIF adalah sebesar 1,624. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa model regresi tersebut tidak terdapat problem
multikolinieritas.
b. Uji Heteroskedatisitas
Uji heteroskedastisitas ditujukan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dan residual satu pengamatan ke pengamatan yang
lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap,
maka disebut homoskedastis dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas
(Ghozali, 2001 dalam Herwin Kurniadi, 2008). Model regresi yang baik adalah
yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Cara untuk
mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat diketahui dengan melihat
ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara nilai prediksi variabel
terikat (ZPRED) dengan residualnya (SRESID) di mana sumbu Y adalah Y yang
telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya).
Dasar analisis dari uji heteroskedastis melalui grafik plot adalah sebagai berikut:
1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu
yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka
mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.
2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah
angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Hasil uji
heterokedastisitas dapat dilihat dari gambar 3.1 hasil output SPSS release 12.0
sebagai berikut:
-2 -1 0 1 2
Regression Standardized Predicted Value
-4
-2
0
2
4
Reg
ressio
n S
tud
en
tized
Resid
ual Dependent Variable: Struktur_Modal
Scatterplot
Gambar 3.1 Grafik Scatterplot
Berdasarkan grafik scatterplot tersebut, tampak bahwa titik-titik tersebar
secara acak dan tidak membentuk sebuah pola yang jelas, serta tersebar baik di
atas maupun di bawah angka nol sumbu Y. Hal ini berarti tidak terjadi
heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai
untuk mengetahui struktur modal berdasar masukan dari variabel bebasnya.
c. Uji Autokorelasi
Pengujian yang dilakukan untuk melihat apakah persamaan regresi
mengandung autokorelasi, dilakukan dengan Uji Durbin-Watson. Dari Uji
Durbin-watson diperoleh nilai Dh itung 2.349 yang berarti Dh itung lebih besar dari dU
dan lebih kecil dari 4-dU (dU < d < 4-dU) : 1.65 < 2.349 < 2.35, yang berarti tidak
ada autokorelasi dalam model regresi, kesalahan penggangu dalam periode
tertentu tidak berhubungan (ber-autokorelasi) dengan kesalahan penggangu dari
periode lainnya (Wahid Sulaiman, 2004:89). Uji Durbin-Watson dapat dilihat
pada tabel 3.5 berikut ini:
Tabel 3.5
Uji Autokorelasi
Model Summary(b)
Model RR
Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate Change Statistics
Durbin-Watson
R Square Change
F Change df1 df2
Sig. F Change
1 .235(a)
.055 .015.428976
6.055 1.376 2 47 .262 2.349
a Predictors: (Constant), Profitabilitas, Struktur_Aktivab Dependent Variable: Struktur_Modal
d. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
terikat dan variabel bebas keduanya memiliki distribusi normal atau tidak. Model
regresi yang baik adalah memiliki distribusi normal atau mendekati normal.
Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting data
akan dibandingkan dengan dengan garis diagonal. Jika distribusi data adalah
normal, maka garis yang menghubungkan data sesungguhnya akan mengikuti
garis diagonalnya (Ghozali, 2001 dalam Herwin Kurniadi, 2008).
Hasil uji normalitas dapat dilihat dari hasil analisis menggunakan program
SPSS Release 12.0 sebagai berikut :
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0
Observed Cum Prob
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Exp
ec
ted
Cu
m P
ro
b
Dependent Variable: Struktur_Modal
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Gambar 3.2 Uji Normalitas
Berdasarkan grafik normal plot pada gambar 3.2 tersebut, dapat dilihat bahwa
data-data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal.
Hal tersebut menunjukkan bahwa model regresi memiliki distribusi data yang
normal atau memenuhi asumsi normalitas data.
3.3.1.5 Model Regresi
Dalam penelitian tentang pengaruh struktur aktiva (X1) dan profitabilitas (X2)
terhadap struktur modal (Y ), penulis menggunakan persamaan regresi sebagai
berikut:
Y= + + +
Dimana:
Y = Struktur modal perusahaan manufaktur
= Struktur aktiva
= Profitabilitas
= Parameter yang akan diukur
= Kesalahan penggangu
Berikut adalah tabel hasil dari data yang diolah menggunakan program SPSS
Release 12.0:
Tabel 3.6
Output dari SPSS
Coefficients(a)
Model Unstandardized
CoefficientsStandardized Coefficients t Sig. Correlations
BStd. Error Beta
Zero-order Partial Part
1 (Constant).824 .273 3.021
.004
Struktur_Aktiva-.747 .529 -.255 -1.411
.165
-.080 -.202 -.200
Profitabilitas-.468 .300 -.282 -1.560
.126
-.124 -.222 -.221
a Dependent Variable: Struktur_Modal
Berdasarkan tabel diatas, maka diperoleh hasil persamaan regresi sebagai
berikut:
Y = 0,825 - 0,747 X1 – 0,468 X2
Dari persamaan regresi diatas dapat disimpulkan bahwa jika tidak ada
fluktuasi struktur aktiva dan profitabilitas (X1 = 0, X2 = 0), maka struktur modal
adalah sebesar 0,825 (senilai konstanta a). Selain itu juga dapat disimpulkan
bahwa setiap penurunan struktur aktiva sebesar 0,747 atau penurunan
profitabilitas sebesar 0,468, maka akan mengakibatkan kenaikan struktur modal
sebesar 0,825.
3.3.1.6 Uji (Test)
Pengaruh struktur aktiva dan profitabilitas terhadap struktur modal dapat
diketahui dengan menggunakan uji F atau uji serentak. Untuk mengetahui tingkat
pengaruh struktur aktiva dan profitabilitas maupun tingkat pengaruh masing-
masing variabel bebas terhadap struktur modal dapat dianalisis menggunakan uji
koefisien determinasi (R2). Selain itu untuk mengetahui masing-masing pengaruh
variabel bebas (struktur aktiva dan profitabilitas) terhadap struktur modal, maka
dilakukan uji t atau uji parsial.
a. Uji F (Serentak)
Uji F digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh secara bersama-
sama variabel bebas terhadap variabel terikat. Kaidah pengambilan keputusan
dalam uji F dilakukan dengan membandingkan nilai FHitungdengan FTabel. Apabila
FHitung>FTabel maka hipotesis penelitian diterima, sebaliknya jika FHitung<FTabel
maka hipotesis penelitian ditolak. Nilai FHitung dapat dilihat pada tabel 3.7 sebagai
berikut:
Tabel 3.7
Uji f (Serentak)
ANOVA(b)
Model Sum of
Squares df Mean Square F Sig.1 Regression .507 2 .253 1.376 .262(a) Residual 8.649 47 .184 Total 9.156 49
a Predictors: (Constant), Profitabilitas, Struktur_Aktiva
b Dependent Variable: Struktur_Modal
b. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Uji koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh
variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Hasil uji koefisien
determinasi dapat dilihat pada tabel 3.5 yang terdapat pada pembahasan
sebelumnya diatas.
c. Uji T
Pengaruh struktur aktiva maupun profitabilitas terhadap struktur modal pada
perusahaan manufaktur sektor industri makanan dan minuman di Bursa Efek
Indonesia dapat diketahui dengan menggunakan uji t atau uji parsial. Tingkat
pengaruh struktur aktiva terhadap struktur modal pada industri barang konsumsi
di Bursa Efek Jakarta dapat dianalisis dengan menggunakan uji koefisien
determinasi parsial (R2)