Askep pada Tn. M dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Istirahat Tidur pada Halusinasi Pendengaran di Rumah
Sakit Jiwa Prof dr. Muhammad Ildrem Provinsi Sumatera Utara
Karya Tulis Ilmiah (KTI)
Disusun dalam Rangka Menyelesaikan
Program Studi DIII Keperawatan
Oleh
Fitriyana Br S
132500033
PROGRAM STUDI DIII
KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
JUNI 2016
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat dan karunia-Nya yang melimpah serta kesehatan dan kesempatan yang
diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang
berjudul: Asuhan Keperawatan Pada Tn. M dengan Priortas Masalah Kebutuhan
Istirahat Tidur Pada Halusinasi Pendengaran di Rumah Sakit Jiwa Prof dr. M.
Ildrem Provinsi Sumatera Utara, Disusun sebagai persyaratan dalam
menyelesaikan pendidikan Diploma bagi mahasiswa Program Studi Ilmu
Keperawatan, Fakultas Keperawatan, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini tidak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak Setiawan, S.Kp, MNS, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Keperawatan,
Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Sri Eka Wahyuni, S.Kep, Ns, M. Kep, selaku Wakil Dekan I Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Cholina T. Siregar, S.Kep, Ns, M. Kep, Sp. KMB, selaku Wakil Dekan II
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Dr. Siti Saidah Nasution, S.Kp, M. Kep, Sp. Mat, selaku Wakil Dekan III
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
5. Ibu Nur Afi Darti, S.Kep, Ns, M.Kep, selaku ketua Prodi D-III Keperawatan,
Fakultas Keperawatan, Universitas Sumatera Utara.
6. Ibu Mahnum Lailan Nasution, S.Kep, Ns, M.Kep, selaku Dosen Pembimbing
yang telah membimbing penulis dengan sabar, dan memberikan waktunya
kepada penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah sehingga dapat
selesai tepat waktu.
7. Ibu Jenny Marlindawani Purba, S.Kp., MNS, Ph.D selaku Dosen Penguji
yang dengan sabar telah menguji dan membimbing penulis.
8. Ibu Diah Arrum, S.Kep, Ns, M.Kep, selaku Dosen Pembimbing Akademik
yang dengan sabar membimbing penulis dalam menyelesaikan program
pendidikan D-III Keperawatan.
Universitas Sumatera Utara
9. Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan, yang
telah memberikan tempat, waktu dan kesempatan kepada penulis dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.
10. Seluruh Staf Pengajar dan Staf Pegawai di Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu dan nasehat kepada penulis
selama di bangku perkuliahan.
11. Teristimewa kepada kedua orangtua saya tercinta dan keempat saudara
kandung saya yaitu Haryati Masdalena Situmorang, S.Pd, Rani Situmorang,
Roma Situmorang, Petrus S.G Situmorang yang tidak pernah menyerah dalam
memotivasi saya dalam bentuk nasehat, dorongan dan doa.
12. Seluruh teman-teman D III Keperawatan stambuk 2013 terutama kepada
teman-teman saya Togi Simone Ginting, Novita Marantika Manurung, Rama
Teresia Naibaho, , Lusi Triana Rambe dan juga teman-teman satu bimbingan
Isroni Siregar, Marito Marpaung, dan Elisa Nainggolan yang selalu memberi
motivasi, dukungan, semangat, serta doanya dalam proses pembuatan Karya
Tulis Ilmiah ini.
13. Seluruh teman-teman kost saya Meswita, Naomi, Ayu, Lia, Ida, Roma,
Monica yang selalu memberi motivasi, dukungan, semangat, serta doanya
dalam proses pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh
dari kata sempurna, dan diharapkan ada kritikan yang membangun. Penulis
berharap kiranya Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya
bagi kita semua.
Medan, 21 Juni 2016
Penulis
Fitriyana Br S
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan ................................................................................................. i
Kata Pengantar ........................................................................................................ ii
Daftar ISI ................................................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Tujuan .......................................................................................................... 3
C. Manfaat ........................................................................................................ 3
BAB II PENGOLAHAN KASUS .......................................................................... 5
A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Istirahat Tidur pada Pasien Halusinasi ........................................................................ 5
1. Pengkajian ............................................................................................. 16
2. Analisa Data .......................................................................................... 20
3. Rumusan Masalah ................................................................................. 23
4. Perencanaan ........................................................................................... 23
B. Asuhan Keperawatan Kasus ...................................................................... 29
1. Pengkajian ............................................................................................. 29
2. Analisa Data .......................................................................................... 36
3. Rumusan Masalah ................................................................................. 37
4. Perencanaan dan Rasional ..................................................................... 38
5. Implementasi dan Evaluasi .................................................................... 43
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 51
A. Kesimpulan ............................................................................................... 51
B. Saran .......................................................................................................... 52
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Lampiran 1 : Catatan Perkembangan
Lampiran 2 : Lembar Konsultasi
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gangguan kejiwaan merupakan masalah klinis dan sosial yang harus
diatasi karena sangat meresahkan masyarakat baik dalam bentuk dampak
penyimpangan perilaku maupun semakin tingginya jumlah penderita gangguan
jiwa. Penyakit mental ini menimbulkan stress dan penderitaan bagi penderita dan
keluarganya. Semakin tingginya persaingan dan tuntutan dalam memenuhi
kebutuhan dapat menyebabkan seseorang mengalami stress atau merasa tertekan.
Jika seseorang mengalami stress maka ia akan cenderung mengalami atau
menunjukkan gejala gangguan kejiwaan sehingga ia menjadi maladaptif terhadap
lingkungan.Gangguan atau masalah kesehatan jiwa yang berupa proses pikir
maupun gangguan sensori persepsi yang sering adalah halusinasi. Halusinasi
merupakan persepsi tanpa adanya rangsangan apapun pada panca indera seseorang
yang terjadi pada keadaan sadar. Halusinasi merupakan satu gejala skizofrenia.
Skizofrenia merupakan kekacauan jiwa yang serius ditandai dengan kehilangan
kontak pada kenyataan (Erlinafsiah, 2010).
WHO (2010) memperkirakan 1 dari 4 orang di dunia mengalami masalah
mental, diperkirakan ada sekitar 450 juta orang di dunia yang mengalami
gangguan kesehatan jiwa. Sedangkan menurut Riset Kesehatan Jiwa (Riskesdas)
tahun 2013 dinyatakan bahwa data jumlah pasien gangguan jiwa di Indonesia
terus bertambah, terdapat 17,2% penduduk Indonesia mengalami gangguan jiwa
mulai dari yang ringan hingga berat. Berdasarkan data Di Rumah Sakit Jiwa
Daerah Provinsi Sumatera Utara, jumlah pasien meningkat hingga 100%
dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun 2015, Rumah Sakit Jiwa
Daerah Provinsi Sumatera Utara menerima 300-500 penderita perbulannya,
dengan penderita halusinasi sebanyak 200-300 penderita (68,72%) perbulannya.
Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan
rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien
memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau
Universitas Sumatera Utara
rangsangan yang nyata. Sebagai contoh klien mengatakan mendengar suara
padahal tidak ada orang berbicara sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan akan
istirahat tidurnya (Dalami, 2010). Kebutuhan dasar manusia manurut Abraham
Maslow dalam teori Hirarki. Kebutuhan menyatakan bahwa setiap manusia
memiliki lima kebutuhan dasar yaitu kebutuhan fisiologis, keamanan, cinta, harga
diri dan aktualisasi diri (Potter & Perry, 2005).
Seseorang yang menderita halusinasi pendengaran cendrung mengalami
gangguan dalam pemenuhan kebutuhan istirahat tidur. Di mana penderita
halusinasi akan mendengar suara-suara yang mengajak bercakap-cakap,
mendengar suara yang memerintah melakukan sesuatu yang berbahaya, tertawa
sendiri, dan marah-marah tanpa sebab. Hal ini lah yang membuat gangguan dalam
kebutuhan istirahat tidur, gangguan dalam istirahat tidur dapat menyebabkan rasa
mengantuk disiang hari karna waktu tidur malam yang tidak cukup, tidak dapat
melakukan aktivitas sehari-hari, tidak bersemangat, kurang konsentrasi, kondisi
tubuh memburuk (Dalami, 2010)
Sedangkan dari data keterangan yang didapat di Rumah Sakit Jiwa Provsu
Medan di Ruang Sipiso-piso dari bulan April sampai bulan Mei terdapat 24 pasien
kasus, terbagi: gangguan sensori persepsi: halusinasi pendengaran berjumlah 17
pasien atau 70,8%, isolasi sosial: menarik diri dan halusinasi pendengaran
sebanyak 1 pasien atau 4,16 %, defisit perawatan diri dan halusinasi pendengaran
berjumlah 3 pasien atau 12,5%, perilaku kekerasan berjumlah 1 pasien atau
4,16%, halusinasi pendengaran dan perilaku kekerasan 2 kasus atau 8,33%.
Berdasarkan data tersebut halusinasi berada pada urutan pertama yaitu
berjumlah 17 pasien (70,8%) . Apabila tidak segera mendapatkan perawatan dapat
mengaggu aktivitas kehidupan dan kebutuhan akan istirahat dan tidur. Oleh
karena itu, perawat sangat berperan dalam proses penyembuhan penderita
gangguan jiwa dengan masalah kebutuhan istirahat tidur melalui promosi
kesehatan. Berdasarkan hal tersebut di atas penulis tertarik untuk membuat Karya
Tulis Ilmiah dengan masalah: “Asuhan Keperawatan pada Tn. M dengan
Prioritas Masalah Kebutuhan Istirahat Tidur pada Halusinasi Pendengaran
di Ruang Sipiso-piso Rumah Sakit Jiwa Prof Dr. Moh Ildrem Provinsi
Sumut.
Universitas Sumatera Utara
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan Karya Tulis Ilmiah ini agar mahasiswa
memperoleh pengalaman nyata dalam memberikan asuhan keperawatan pada
klien Tn. M dengan masalah kebutuhan istirahat tidur pada halusinasi
pendengaran di ruang Sipiso-piso Rumah Sakit Jiwa Prof. dr. M. Ildrem Provsu.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada pasien Tn. M dengan
masalah kebutuhan istirahat tidur pada halusinasi pendengaran
b. Mahasiswa mampu menentukan masalah keperawatan pada pasien Tn. M
pada halusinasi pendengaran.
c. Mahasiswa mampu merencanakan tindakan keperawatan pada pasien Tn.
M dengan masalah kebutuhan istirahat tidur pada halusinasi pendengaran
d. Mahasiswa mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien Tn.
M dengan masalah kebutuhan istirahat tidur pada halusinasi pendengaran
e. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi keperawatan pada pasien Tn. M
dengan masalah kebutuhan istirahat tidur pada halusinasi pendengaran
C. Manfaat
Terkait dengan tujuan, maka tugas akhir ini diharapkan dapat memberikan
manfaat:
1. Bagi Pelayanan Keperawatan Di Rumah Sakit Jiwa
Menjadi masukan bagi perawat khususnya agar dapat melakukan asuhan
keperawatan pada pasien dengan masalah utama masalah kebutuhan
istirahat tidur pada halusinasi pendengaran.
2. Bagi Pendidikan Keperawatan
Dapat menjadi referensi bagi institusi pendidikan keperawatan dalam
memberikan asuhan keperawatan masalah keperawatan istirahat tidur pada
halusinasi pendengaran.
Universitas Sumatera Utara
3. Bagi klien
Memberikan informasi tentang asuhan keperawatan dengan prioritas
masalah kebutuhan istirahat tidur pada halusinasi pendengaran.
Universitas Sumatera Utara
BAB II
PENGOLAHAN KASUS
A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan
Istirahat Tidur pada Halusinasi Pendengaran.
Defenisi Istirahat Tidur
Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang mutlak harus
terpenuhi. Istirahat dan tidur itu sendiri memiliki makna yang berbeda-beda bagi
setiap individu. Dimana tidur merupakan bagian dari istirahat. Istirahat adalah
suatu keadaan di mana kegiatan jasmaniah menurun yang berakibat badan
menjadi lebih segar. Tidur adalah suatu keadaan relative tanpa sadar yang penuh
ketenangan tanpa kegiatan yang merupakan urutan siklus yang berulang-ulang dan
masing-masing menyatakan fase kegiatan otak dan badaniah yang berbeda. Tidur
merupakan aktivitas yang melibatkan susunan sarf pusat, saraf perifer, endokrin,
kardiovaskuler, respirasi, dan musculoskeletal. Kesempatan untuk istirahat dan
tidur sama pentingnya dengan kebutuhan makan, aktivitas, maupun kebutuhan
dasar lainnya. Setiap individu membutuhkan istirahat dan tidur untuk memulihkan
kembali kesehatan (Tarwoto & Wartonoah, 2010).
Tidur suatu keadaan yang berulang-ulang, perubahan status kesadaran
yang terjadi selama periode tertentu. Jika orang memperoleh tidur yang cukup,
mereka merasa tenaganya telah pulih. Beberapa ahli tidur yakin bahwa perasaan
tenaga yang pulih ini menunjukkan tidur memberikan waktu untuk perbaikan dan
penyembuhan sistem tubuh untuk periode keterjagaan yang berikutnya (Potter &
Perry, 2005).
Fisiologi Tidur
Fisiologi tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur oleh adanya
hubungan mekanisme serebral yang secara bergantian untuk mengaktifkan dan
menekan pusat otak agar dapat tidur dan bangun. Salah satu aktvitas tidur ini
diatur oleh sistem pengaktivasi retikularis yang merupakan sistem yang mengatur
Universitas Sumatera Utara
seluruh tingkatan kegiatan susunan saraf pusat termasuk pengaturan kewaspadaan
dan tidur. Pusat pengaturan kewaspadaan dan tidur terletak dalam mesensefalon
dan bagian atas pons (Potter & Perry, 2005).
Selain itu, reticular activating system (RAS) dapat memberi rangsangan
visual, pendengaran, nyeri dan perabaan juga dapat menerima stimulasi dari
korteks serebri termasuk rangsangan emosi dan proses pikir. Dalam keadaan
sadar, neuron dalam RAS akan melepaskan katekolamin seperti norepineprin.
Demikian juga pada saat tidur, disebabkan adanya pelepasan serum serotonin dari
sel khusus yang berada di pons dan batang otak tengah, yaitu bulbar
synchronizing regional (BSR), sedangkan bangun tergantung dari keseimbangan
impuls yang diterima di pusat otak dan system limbik. Dengan demikian, system
pada batang otak yang mengatur siklus atau perubahan dalam tidur adalah RAS
dan BSR (Potter & Perry, 2005).
Tahapan Tidur
Elektroensefalogram (EEG), elektro-okulogram (EOG), dan elektrokiogram
(EMG), dapat mengidentifikasi perbedaan signal pada level otak, otot, dan
aktivitas mata. Normalnya tidur terbagi atas dua yaitu non-rapid eye movement
(NREM) dan rapid eye movement (REM). Selama masa NREM seseorang terbagi
menjadi empat tahapan dan memerlukaan kira-kira 90 menit selama siklus tidur.
Sedangkan tahapan REM adalah tahapan terakhir kira-kira 90 menit sebelum tidur
berakhir.
Tahapan tidur menurut Potter dan Perry (2005) yaitu :
1.Tahapan tidur NREM.
a. NREM tahap 1
• Tingkat transisi
• Merespon cahaya
• Berlangsung beberapa menit
• Mudah terbangun dengan rangsangan
• Aktivitas fisik, tanda vital, dan metabolism menurun
• Bila terbangun terasa sedang bermimpi
Universitas Sumatera Utara
b. NREM tahap II
• Periode suara tidur
• Mulai relaksasi otot
• Berlangsung 10-20 menit
• Fungsi tubuh berlangsung lambat
• Dapat dibangunkan dengan mudah
c. NREM tahap III
• Awal tahap dari keadaan tidur nyenyak
• Sulit dibangunkan
• Relaksasi otot menyeluruh
• Tekanan darah menurun
• Berlangsung 15-30 menit
d. NREM tahap IV
• Tidur nyenyak
• Sulit untuk dibangunkan, butuh stimulus intensif
• Untuk restorasi dan istirahat, tonus otot menurun
• Sekresi lambung menurun
• Gerak bola mata cepat
2. Tahap tidur REM
a. Lebih sulit dibangunkan dibandingkan dengan tidur NREM.
b. Pada orang dewasa normal REM yaitu 20-25% dari tidur malamnya.
c. Jika individu terbangun pada tidur REM, maka biasanya terjadi mimpi.
d. Tidur REM penting untuk keseimbangan mental, emosi juga berperan
dalam belajar, memori, dan adaptasi.
3. Karakteristik tidur REM
a. Mata : Cepat tertutup dan terbuka
b. Otot-otot : Kejang otot kecil, otot besar imobilisasi
c. Pernapasan :Tidak teratur, kadang dengan apnea
d. Nadi : Cepat dan Ireguler
e. Tekanan darah : Meningkat
f. Sekresi gaster : Meningkat
Universitas Sumatera Utara
g. Metabolism : Meningkat, temperature tubuh naik.
h. Gelombang otak : EEG aktif.
i. Siklus tidur : Sulit dibangunkan.
Fungsi Tidur
Kegunaan tidur masih tetap belum jelas (Hodgson, 1991), tidur dipercaya
mengkontribusi pemulihan fisiologis dan psikologis (Oswald, 1984; Anch dkk,
1988, dalam Potter & Perry, 2005). Tidur diperlukan untuk memperbaiki proses
biologis secara rutin. Selama tidur gelombang rendah yang dalam (NREM tahap
4), tubuh melepaskan hormone pertumbuhan manusia untuk memperbaiki dan
memperbaharui sel epitel dan khusus seperti sel otak (Potter & Perry, 2005). Tidur
REM terlihat penting untuk pemulihan kognitif. Tidur REM dihubungkan dengan
perubahan dalam aliran darah serebral, peningkatan aktivitas kortikal, peningkatan
konsumsi oksigen dan pelepasan epinefrin. Hubungan ini dapat membantu
penyimpanan memori dan pembelajaran (Potter & Perry, 2005).
Secara umum, ada dua efek fisiologis dari tidur yaitu efek pada sistem
saraf yang dapat memulihkan kepekaan dan keseimbangan diantara berbagai
susunan saraf dan efek pada struktur tubuh dengan memulihkan kesegaran dan
fungsi organ tubuh (Alimul, 2011).
Kebutuhan dan Pola Tidur Normal
Durasi dan kualitas tidur beragam diantara orang-orang dari semu
kelompok usia. Seseorang mungkin merasa cukup beristirahat dengan 4 jam tidur
sementara yang lain membutuhkan 10 jam.
Kebutuhan dan pola tidur Normal menurut Tarwoto dan Wartonah (2010
yaitu :
1. Neonatus sampai dengan 3 bulan
a. Kira-kira membutuhkan 16 jam/hari
b. Mudah berespons terhadap stimulus
c. Pada minggu peratama kelahiran 50% adalah tahap REM
2. Bayi
a. Pada malam hari kira-kira tidur 8-10 jam
Universitas Sumatera Utara
b. Usia 1 bulan sampai dengan 1 tahun kira-kira tidur 14 jam/hari
c. Tahap REM 20-30 %
3. Toddler
a. Tidur 10-12 jam/hari
b. Tahap REM 25%
4. Prasekolah
a. Tidur 11 jam pada malam hari
b. Tahap REM 20%
5. Usia sekolah
a. Tidur 10 jam pada malam hari
b. Tahap REM 18,5%
6. Remaja
a. Tidur 8,5 jam pada malam hari
b. Tahap REM 20%
7. Dewasa muda
a. Tidur 7-9 jam/hari
b. Tahap REM 20-25 %
8. Usia dewasa pertengahan
a. Tidur kurang lebih 7 jam /hari
b. Tahap REM 20%
9. Usia tua
a. Tidur kurang lebih 6 jam/hari
b. Tahap REM 20-25 %
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tidur
Menurut Alimul (2011) banyak faktor yang mempengaruhi kualitas maupun
kuantitas tidur, diantaranya :
1. Penyakit.
Penyakit dapat menyebabkan nyeri atau distress fisik yang dapat
menyebabkan gangguan tidur. Individu yang sakit membutuhkan waktu tidur
yang lebih banyak daripada biasanya di samping itu, siklus bangun-tidur
selama sakit juga dapat mengalami gangguan.
Universitas Sumatera Utara
2. Lingkungan
Faktor lingkungan dapat membantu sekaligus menghambat proses tidur.
Tidak adanya stimulus tertentu atau adanya stimulus dapat menghambat upaya
tidur. Sebagai contoh, temperatur yang tidak nyaman atau ventilasi yang buruk
dapat mempengaruhi tidur seseorang. Akan tetapi, seiring waktu individu bisa
beradaptasi dan tidak lagi terpengaruh dengan kondisi tersebut.
3. Kelelahan
Kondisi tubuh yang lelah dapat mempengaruhi pola tidur seseorang.
Semakin lelah seseorang, semakin pendek siklus tidur REM yang dilaluinya.
Setelah beristirahat biasanya siklus REM akan kembali memanjang.
4. Gaya hidup.
Individu yang sering berganti jam kerja harus mengatur aktivitasnya agar
bisa tidur pada waktu yang tepat.
5. Stress emosional.
Ansietas dan depresi sering kali mengganggu tidur seseorang. Kondisi
ansietas dapat meningkatkan kadar norepinfrin darah melalui stimulasi system
saraf simapatis. Kondisi ini menyebabkan berkurangnya siklus tidur NREM
tahap IV dan tidur REM serta seringnya terjaga saat tidur.
6. Stimulant dan alkohol.
Kafein yang terkandung dalam beberapa minuman dapat merangsang
susunan syaraf pusat (SSP) sehingga dapat mengganggu pola tidur. Sedangkan
konsumsi alkohol yang berlebihan dapat mengganggu siklus tidur REM.
Ketika pengaruh alkohol telah hilang, individu sering kali mengalami mimpi
buruk.
7. Diet.
Penurunanberatbadandikaitkan denganpenurunanwaktutidurdanseringnya
terjaga di malam hari. Sebaliknya, penambahan berat badan dikaitkan dengan
peningkatan total tidur dan sedikitnya periode terjaga di malam hari.
8. Merokok.
Nikotin yang terkandung dalam rokok memiliki efek stimulasi pada tubuh.
Akibatnya, perokok sering kali kesulitan untuk tidur dan mudah terbangun di
malam hari.
Universitas Sumatera Utara
9. Medikasi.
Obat-obatan tertentu dapat mempengaruhi kualitas tidur seseorang.
Hipnotik dapat mengganggu tahap III dan IV tidur NREM, metabloker dapat
menyebabkan insomnia dan mimpi buruk, sedangkan narkotik (misalnya:
meperidin hidroklorida dan morfin (yang biasanya di gunakan dalam
pengobatan saat perang)) diketahui dapat menekan tidur REM dan
menyebabkan seringnya terjaga di malam hari.
10. Motivasi.
Keinginan untuk tetap terjaga terkadang dapat menutupi perasaan lelah
seseorang. Sebaliknya, perasaan bosan atau tidak adanya motivasi untuk
terjaga sering kali dapat mendatangkan kantuk.
Gangguan Tidur
Gangguan tidur yang sering terjadi
1. Insomnia
Insomnia adalah ketidakmampuan memenuhi kebutuhan tidur, baik secara
kualitas maupun kuantitas. Gangguan tidur ini umumnya ditemui pada individu
dewasa. Penyebabnya bisa karena gangguan fisik atau karena faktor mental seperti
perasaan gundah atau gelisah.
Parasomnia adalah perilaku yang dapat mengganggu tidur atau muncul
saat seseorang tidur. Gangguan ini umum terjadi pada anak-anak. Beberapa
Ada tiga jenis insomnia:
a. Insomnia inisial : Kesulitan untuk memulai tidur.
b. Insomnia intermiten : Kesulitan untuk tetap tertidur karena seringnya
terjaga.
c. Insomnia terminal : Bangun terlalu dini dan sulit untuk tidur kembali.
Beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mengatasi insomnia antara lain
dengan mengembangkan pola tidur-istirahat yang efektif melalui olahraga rutin,
menghindari rangsangan tidur di sore hari, melakukan relaksasi sebelum tidur
(misalnya: membaca, mendengarkan musik,dan tidur jika benar-benar
mengantuk).
2. Parasomnia
Universitas Sumatera Utara
turunan parasomnia antara lain sering terjaga (misalnya: tidur berjalan, night
terror), gangguan transisi bangun-tidur (misalnya: mengigau), parasomnia yang
terkait dengan tidur REM (misalnya: mimpi buruk), dan lainnya (misalnya:
bruksisme).
3. Hipersomnia
Hipersomnia adalah kebalikan dari insomnia, yaitu tidur yang
berkelebihan terutama pada siang hari. Gangguan ini dapat disebabkan oleh
kondisi tertentu, seperti kerusakan system saraf, gangguan pada hati atau ginjal,
atau karena gangguan metabolisme (misalnya: hipertiroidisme). Pada kondisi
tertentu, hipersomnia dapat digunakan sebagai mekanisme koping untuk
menghindari tanggung jawab pada siang hari.
4. Narkolepsi
Narkolepsi adalah gelombang kantuk yang tak tertahankan yang muncul
secara tiba-tiba pada siang hari. Gangguan ini disebut juga sebagai “serangan
tidur” atau sleep attack. Penyebab pastinya belum diketahui. Diduga karena
kerusakan genetik system saraf pusat yang menyebabkan tidak terkendali lainnya
periode tidur REM. Alternatif pencegahannya adalah dengan obat- obatan, seperti:
amfetamin atau metilpenidase, hidroklorida, atau dengan antidepresan seperti
imipramin hidroklorida.
5. Apnea saat tidur
Apnea saat tidur atau sleep apnea adalah kondisi terhentinya nafas secara
periodik pada saat tidur. Kondisi ini diduga terjadi pada orang yang mengorok
dengan keras, sering terjaga di malam hari, insomnia, mengatup berlebihan pada
siang hari, sakit kepala disiang hari, iritabilitas, atau mengalami perubahan
psikologis seperti hipertensi atau aritmia jantung.
Defenisi Halusinasi
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa pada individu yang
ditandai dengan perubahan sensori persepsi; merasakan sensasi palsu berupa
Universitas Sumatera Utara
suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghidungan. Pasien merasakan
stimulus yang sebenarnya tidak ada (Akemat, 2010).
Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan
rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien
memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau
rangsangan yang nyata. Sebagai contoh klien mengatakan mendengar suara
padahal tidak ada orang berbicara (Dalami, 2010).
Jenis-jenis Halusinasi
Jenis Halusinasi Data Objektif Data Subjektif
Halusinasi dengar Bicara atau tertawa
sendiri, marah-marah
tanpa sebab,
menyedengkan telinga
kea rah tertentu,
menutup telinga.
Mendengar suara-
suara ata
kegaduhan,
mendengar suara-
suar yang
mengajak
bercakap-cakap,
mendengar suara-
suara yang
menyuruh
melakukan sesuatu
yang berbahaya.
Halusinasi Penglihatan Menunjuk-nunjuk ke
arah tertentu,
ketakutan dengan
sesuatu yang tidak
jelas
Melihat bayangan,
sinar/ cahaya,
bentuk geometris,
bentuk karton,
melihat hantu,
monster atau
panorama yang
luas dan kompleks,
bisa menyenangkan
Universitas Sumatera Utara
atau menakuti
Halusinasi Penghidu Menghidu seperti
sedang membaui bau-
bauan tertentu,
menutup hidung.
Membaui bau-
bauan yang busuk,
amis dan bau yang
menjijikan seperti
bau darah, urin,
feses, kadang-
kadang bau itu
menyenangkan
Halusinasi Pengecapan Sering meludah,
muntah.
Mengatakan
merasakan sesuatu
yang busuk, amis
atau menjijikan
seperti rasa darah,
urin atau feses.
Halusinasi Perabaan Menggaruk-garuk
permukaan kulit
Mengatakan rasa
sakit atau tidak
enak tanpa adanya
stimulus yang
terlihat. Contoh :
merasakan sensasi
listrik datang dari
tanah, benda mat
atau orang lain,
mengatakan ada
serangga
dipermukaan kulit.
Mersakan seperti
tersenggat arus
listrik
Halusinasi Sinestetik Memverbalisasi dan/
atau obsesi terhadap
Mengatakan
merasakan fungsi
Universitas Sumatera Utara
proses tubuh.
Menolak untuk
menyelesaikan tugas
yang memerlukan
bagian tubuh pasien
yang diyakini pasien
tidak berfungsi
tubuh seperti darah
mengalir melalui
vena dan arteri,
makanan dicerna
tau pembentukan
urin ( Purba dkk,
2011)
Penyebab Halusinasi
Menurut Dalami (2010), penyebab halusinasi adalah isolasi sosial. Isolasi
Sosial adalah percobaan untuk menghindar interaksi dengan orang lain,
menghindari hubungan dengan orang lain.
Tanda dan gejala Isolasi sosial antara lain:
1. Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul
2. Menghindar dari orang lain
3. Komunikasi kurang atau tidak ada
4. Tidak ada kontak mata
5. Tidak melakukan aktifitas sehari – hari
6. Berdiam diri di kamar
7. Mobilitas kurang
Tanda dan Gejala Halusinasi
Tanda dan gejala seseorang yang mengalami halusinasi adalah ( Dalami, 2010):
1. Tahap 1 ( Comforting )
- Tertawa tidak sesuai dengan situasi
- Menggerakkan bibir tanpa bicara
- Bicara lambat
- Diam dan pikirannya dipenuhi pikiran yang menyenangkan
2. Tahap 2 ( Condeming )
- Cemas
- Konsentrasi menurun
Universitas Sumatera Utara
- Ketidakmampuan membedakan realita
3. Tahap 3
- Pasien cenderung mengikuti halusinasi
- Kesulitan berhubungan dengan orang lain
- Perhatian dan konsentrasi menurun
- Afek labil
- Kecemasan berat (berkeringat, gemetar, tidak mampu mengikuti
petunjuk)
4. Tahap 4 ( Controlling )
- Pasien mengikuti halusinasi
- Pasien tidak mampu mengendalikan diri
- Beresiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
Akibat Halusinasi
Halusinasi dapat menyebabkan gangguan dalam kebutuhan akan istirahat
dan tidur. Sehingga hal tersebut harus segera ditangani. Gangguan dalam
pemenhan istrihat tidur dapat menyebabkan rasa mengantuk disiang hari karna
waktu tidur malam yang tidak cukup, tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari,
tidak bersemangat, kurang konsentrasi, kondisi tubuh memburuk.
1. Pengkajian
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa pada individu yang
ditandai dengan perubahan sensori persepsi; merasakan sensasi palsu berupa
suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghidungan. Pasien merasakan
stimulus yang sebenarnya tidak ada (Keliat, 2010).
Halusinasi dapat menyebabkan gangguan dalam kebutuhan akan istirahat
dan tidur. Sehingga hal tersebut harus segera ditangani. Gangguan dalam
pemenuhan istrihat tidur dapat menyebabkan rasa mengantuk disiang hari karna
waktu tidur malam yang tidak cukup, tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari,
tidak bersemangat, kurang konsentrasi, kondisi tubuh memburuk.
Pengkajian yang dapat dilakukan berupa (Purba dkk, 2011):
Faktor Predisposisi
Universitas Sumatera Utara
a. Biologi
Abnormalitas yang menyebabkan respon neurologi yang maladaptif termasuk
hal hal berikut.
• Penelitian pencitran otak yang nenunjukan keterlibatan otak yang lebihluas
dalam perkembangan skizofrenia, lesi pada area frontal, temporal dan
limbic.
• Beberapa kimia otak di kaitkan dengan skizofrenia seperti
dopamineneurotransmiter yang berlebihan dan masalah pada respon
dopamine.
b. Psikologi
Teori psikodinamika yang menggambarkan bahwa halusinasi terjadi
karena adanya isi alam tidak sadar yang masuk alam sadar sebagai suara respon
terhadap konflik psikologis dan kebutuhan yang tidak terpenuhi, sehingga
halusinasi merupakan gambaran dan rangsangan keinginan dan ketakutan yang di
alami oleh klien. Mudah kecewa, mudah putus asa, kecemasan tinggi, menutup
diri, ideal diri tinggi, harga diri rendah, identitas diri tidak jelas, krisis peran dan
koping destruktif.
c. Perkembangan
Jika perkembangan mengalami hambatan dan hubungan interpersonal,
maka individu akan mengalami stress dan kecemasan.
d. Sosial budaya
Kehidupan sosial budaya dapat pula mempengaruhi gangguan orientasi
realita seperti kemiskinan,konflik sosial budaya dan kehidupan yang terisolasi
disertai stress,isolasi sosial pada usia lanjut, cacat, sakit kronis dan tuntunan
lingkungan yang terlalu tinggi.
e. faktor genetik
Adanya pengaruh herediter (keturunan) berupa anggota keluarga terdahulu
yang mengalami skizofrenia dan kembar monozigot.
Faktor presipitasi
Faktor presipitasi adalah stimulus yang dipersepsikan oleh individu
sebagai tantangan, ancaman, atau tuntutan yang memerlukan energi ekstra untuk
menghadapinya. Adanya rangsangan dari lingkungan, seperti partisipasi klien
Universitas Sumatera Utara
dalam kelompok, terlalu lama tidak di ajak komunikasi, objek yang ada di
lingkungan, dan juga suasana sepi atau terisolasi sering menjadi pencetus
tejadinya halusinasi, hal tersebut dapat meningkatkan stress dan kecemasan yang
merangsang tubuh mengeluarkan zat halusinogenik.
Perilaku
Respon klien terhadap halusinasi dapat berupa rasa curiga, takut, tidak
aman, gelisah dan bingung, berperilaku yang merusak diri, kurang perhatian, tidak
mampu mengambil keputusan, serta tidak dapat membedakan keadaan nyata dan
tidak nyata.
Pasien yang mengalami halusinasi sering kecewa karena mendapatkan
respon negatif ketika mereka menceritakan halusinasinya kepada orang lain. Oleh
sebab itu, banyak pasien kemudian enggan untuk menceritakan pengalaman
pengalaman aneh halusinasinya. Pengalaman halusinasi menjadi masalah untuk
dibicarakan dengan orang lain. Kemampuan untuk bercakap cakap tentang
halusinasi yang dialami oleh pasien penting untuk memiliki ketulusan dan
perhatian yang penuh untuk dapat memfasilitasi percakapan tentang halusinasi.
Apabila perawat mengidentifikasi adanya tanda tanda dan perilaku
halusinasi maka pengkajian selanjutnya harus dilakukan tidak hanya sekedar
mengetahui jenis halusinasinya. Validasi informasi tentang halusinasi yang
diperlukan meliputi:
1. Isi halusinasi yang di alami pasien
2. Waktu dan frekuensi halusinasi
3. Situasi pencetus halusinasi
4. Respon pasien
Status Emosi
Afek tidak sesuai, perasaan bersalah atau malu, sikap negatif dan
bermusuhan, kecemasan berat atau panik, dan suka berkelahi.
Sumber Koping
Sumber koping merupakan suatu evaluasi terhadap pilihan koping dan
strategi seseorang. Individu dapat mengatasi stress dan ansietas dengan
Universitas Sumatera Utara
menggunakan sumber koping yang ada dilingkunganya. Sumber koping tersebut
dijadikan sebagai modal untuk menyelesaikan masalah. Dukungan sosial dan
keyakinan budaya dapat membantu seseorang mengintregrasikan pengalaman
yang menimbulkan stress dan mengadopsi strategi koping yang efektif.
Mekanisme Koping
Mekanisme koping merupakan tiap upaya yangdi arahkan pada pengendalian
stress, termasuk upaya penyelesaian masalah secara langsung dan mekanisme
pertahanan lain yang digunakan untuk melindungi diri. Mekanisme koping adalah
sebagai berikut:
a. Regresi, menghindari stress,kecemasan danmenampilkan perilaku kembali
seperti seperti pada perilaku perkembangan anak atau berhubungan dengan
masalah proses proses informasi dan upaya untuk menanggulangi ansietas.
b. Proyeksi, keinginan yang tidak dapat ditoleransi, mencurahkan emosi pada
orang lain karena kesalahan yang dilakukan diri sendiri (sebagai upaya
untuk menjelaskan keracunan persepsi).
c. Menarik diri, reaksi yang ditampilkan dapat berupa reaksi fisik maupun
psikologis, reaksi fisik yaitu individu menghindar dari stresor, misalnya
menjauhi polusi, sumber infeksi, gas beracun dan lain - lain, sedangkan
reaksi psikologis individu menunjukkan perilaku apatis dan isolasi diri,
tidak berminat, sering disertai rasa takut dan bermusuhan.
Selain itu Perawat harus selalu mengkaji pola tidur pasien untuk melengkapi
dokumentasi keperawatan. Pengkajian pola tidur pasien tidak cukup jika hanya
bertanya “apakah kamu tidur nyenyak tadi malam?” seorang perawat haruslah
bertanya jika pasien merasa kesulitan untuk tertidur, mengalami bangun lebih
awal dan susah untuk kembali tidur, dan merasa istirahat/tidurnya cukup di pagi
hari. Selanjutnya, perawat haruslah bertanya jika pasien merasa lelah dan
mengantuk sepanjang hari. Pertanyaan untuk perawat tanyakan yaitu (Noreen &
Lawrence, 2001) :
1. Berapa lama waktu untuk tertidur pada malam hari?
2. Apakah kamu sering terbangun? Jika iya, berapa kali dalam semalam?
Universitas Sumatera Utara
3. Jika kamu terbangun pada malam hari, bisakah kamu kembali tidur?
4. Apakah kamu merasa tidur/istirahat mu cukup di pagi hari?
5. apakah kamu mempunyai cukup energi untuk melaksanakan tugas mu
sepanjang hari?
6. apakah kamu temukan dirimu mengantuk atau tidur selama dikelas
atau pertemuan,, atau ketika kamu menonton tv atau film?
Pengkajian asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan tidur
menurut Tarwoto dan Wartonah (2010) yaitu :
1. Riwayat keperawatan
a. Kebiasaan pola tidur bangun, apakah ada perubahan pada waktu tidur,
jumlah jam tidur, kualitas tidur, apakah mengalami kesulitan tidur, sering
terbangun pada saat tidur, apakah mengalami mimpi yang mengancam.
b. Dampak pola tidur terhadap fungsi sehari-hari : apakah merasa segar
saat bangun, apa yang terjadi jika kurang tidur.
c. Adakah alat bantu tidur : apa yang anda lakukan sebelum tidur, apakah
menggunakan obat-obatan untuk membantu tidur?
d. Gangguan tidur atau faktor-faktor kontribusi : jenis gangguan tidur,
kapan masalah itu terjadi.
2. Pemeriksaan fisik
a. Observasi penampilan wajah, perilaku, dan tingkat energi pasien
b. Adanya lingkaran hitam disekitar mata, mata sayu, dan konjungtiva
merah.
c. Perilaku : iritabel, kurang perhatian, pergerakan lambat, bicara lambat,
postur tubuh tidak stabil, tangan tremor, sering menguap, mata tampak
lengket, menarik diri, bingung, dan kurang koordinasi.
3. Pemeriksaan diagnostic
a. Elektroencefalogram (EEG)
b. Elektromiogram (EMG)
c. Elektrookulogram (EOG)
2. Analisa Data
Universitas Sumatera Utara
Data dasar adalah kumpulan data yang berisikan mengenai status
kesehatan klien, kemampuan klien untuk mengelola kesehatan terhadap dirinya
sendiri, dan hasil konsultasi dari medis atau profesi kesehatan lainnya. Data fokus
adalah data tentang perubahan-perubahan atau respon klien terhadap kesehatan
dan masalah kesehatannya serta hal-hal yang mencakup tindakan yang
dilaksanakan terhadap klien (Potter & Perry, 2005).
Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang klien yang
dilakukan secara sistematis untuk menentukan masalah-masalah, serta kebutuhan-
kebutuhan keperawatan dan kesehatan klien. Pengumpulan informasi merupakan
tahap awal dala proses keperawatan. Dari informasi yang terkumpul, didapatkan
data dasar tentang masalah-masalah yang dihadapi klien. Selanjutnya data dasar
tersebut digunakan untuk menentukan diagnosa keperawatan, merencanakan
asuhan keperawatan, serta tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah-
masalah klien. Pengumpulan data dimulai sejak klien masuk rumah sakit, selama
klien dirawat secara terus-menerus, serta pengkajian ulang untuk
menambah/melengkapi data (Potter & Perry, 2005).
Tujuan pengumpulan data:
1. Memperoleh informasi tentang keadaan kesehatan pasien
2. Untuk menentukan masalah keperawatan dan kesehatan pasien
3. Untuk menilai keadaan kesehatan pasien
4. Untuk membuat keputusan yang tepat dalam menetukan langkah-langkah
berikutnya.
Data yang perlu dikaji ada dua tipe yaitu sebagai berikut:
1. Data Subjektif
Data yang didapatkan dari pasien sebagai suatu pendapat terhadap suatu
situasi dan kejadian. Informasi tersebut tidak bisa ditentukan oleh perawat,
mencakup persepsi, perasaan, ide pasien tentang status kesehatannya.
Misalnya tentang nyeri, perasaan lemah, ketakutan, kecemasan, frustasi,
mual, perasaan malu (Potter & Perry, 2005).
2. Data Objektif
Universitas Sumatera Utara
Data yang dapat diobservasi dan diukur, dapat diperoleh menggunakan panca
indera (lihat, dengar, cium, raba) selama pemeriksaan fisik. Misalnya
frekuensi nadi, pernafasan, tekanan darah, edema, berat badan, tingkat
kesadaran (Potter & Perry, 2005).
Sedangkan data yang diperoleh pada pengkajian yang dilakukan pada Tn. M
adalah sebagai berikut :
• Data Subjektif : Klien sering mendengar suara yang menyuruh untuk tidak
tidur, mengajak mencari pekerjaan, bercakap-cakap, tertawa sendiri, klien
mengatakan dirinya tidak berguna dan berarti.
• Data Objektif : bicara atau tertawa sendiri, kurang konsentrasi, klien
tampak tidak bergairah , gelisah, tampak lesu, tampak memisahkan diri
saat sedang makan, lebih banyak melamun, tampak sedih, pandangan mata
tidak terarah.
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat dianalisa masalah keperawatan
yang paling mungkin muncul dari penderita berdasarkan diagnosa keperawatan
NANDA International (2015):
1. Konfusi Akut
Domain 5 : Persepsi/ Kognisi
Kelas 4 : Kognisi
Defenisi : awitan mendadak gangguan kesadaran, perhatian,
kognisi, dan persepsi yang reversible dan terjadi dalam periode
waktu singkat.
Batasan Karakteristik :
• Halusinasi
• Peningkatan kegelisahan
• Konsentrasi buruk
Faktor yang Berhubungan :
• Perubahan persepsi sensori
• Ketidakseimbangan biokimia untuk penyimpangan sensori
(misalnya: ilusi, halusinasi)
2. Harga Diri Rendah
Universitas Sumatera Utara
Domain 6 : Persepsi Diri
Kelas 2 : Harga Diri
Defenisi : Evaluasi diri/ perasaan negative tentang diri
sendiri atau kecakapan diri yang berlangsung lama.
Batasan Karakteristik :
• Melebih-lebihkan umpan balik negative tentang diri sendiri
• Kontak mata kurang
• Perilaku tidak asertif /pasif
• Pengungkapan diri yang negatif
Faktor yang berhubungan :
• Perkembangan individu
• Ideal diri
3. Parasomnia
Pasien memperlihatkan tidur yang dibuktikan oleh indikator
sebagai berikut (skala 1-5 : gangguan ekstrem, berat, sedang,
ringan, atau tidak ada gangguan) :
a) jumlah jam tidur (sedikitnya 5 jam/24 jam untuk orang
dewasa)
b) pola, kualitas, dan rutinitas tidur
c) perasaan segar setelah tidur
d) terbangun di waktu yang sesuai
4. Rumusan Masalah
Masalah yang mungkin muncul pada pasien Tn. M adalah sebagai berikut:
1.Halusinasi Pendengaran
2. Harga diri rendah
3. Parasomnia
4. Perencanaan
Universitas Sumatera Utara
Langkah selanjutnya dari proses keperawatan adalah perencanaan dimana
perawat akan menyusun rencana yang akan dilakukan pada klien untuk mengatasi
masalahnya, perencanaan di susun berdasarkan diagnosa keperawatan (Purba.
1. Tindakan keperawatan untuk klien Halusinasi Pendengaran
a. Tujuan tindakan untuk klien adalah sebagai berikut.
• Klien mengenali halusinasi yang di alaminya.
• Klien dapat mengontrol halusinasinya.
• Klien mengikuti program pengobatan secara optimal.
b. Tindakan keperawatan.
• Membantu klien mengenali halusinasi.
Untuk membantu pasien mengenali halusinasi, kita dapat
melakukan cara berdiskusi dengan pasien tentang isi halusinasi
(apa yang di dengar dan dilihat), waktu terjadinya halusinasi,
frekuensi terjadinya halusinasi, situasi yang menyebabkan
halusinasi muncul dan perasaan pasien saat halusinasi muncul.
• Melatih pasien mengontrol halusinasi, untuk membantu pasien agar
mampu mengontrol halusinasi kita dapat melatih pasien empat cara
yang sudah terbukti dapatmengendalikan halusinasi. Keempat cara
tersebut adalah:
- Menghardik halusinasi
- Bercakap cakap dengan orang lain
- Melakukan aktifitas terjadwal
- Menggunakan obat secara teratur.
2. Tindakan keperawatan pada pasien Harga Diri Rendah
a. Tujuan tindakan untuk pasien adalah :
• Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif
yang dimiliki
• Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
• Pasien dapat menetapkan/memilih kegiatan yang sesuai
kemampuan
Universitas Sumatera Utara
• Pasien dapat melatih kegiatan yang sudah dipilih, sesuai
kemampuan
• asien dapat menyusun jadwal untuk melakukan kegiatan yang
sudah dilatih
b. Tindakan keperawatan :
• Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih
dimiliki pasien.Untuk membantu pasien dapat mengungkapkan
kemampuan dan aspek positif yang masih dimilikinya , perawat
dapat :
a. Mendiskusikan bahwa sejumlah kemampuan dan aspek positif
yang dimiliki pasien seperti kegiatan pasien di rumah sakit, di
rumah, dalam keluarga dan lingkungan adanya keluarga dan
lingkungan terdekat pasien.
b. Beri pujian yang realistik/nyata dan hindarkan setiap kali
bertemu dengan pasien penilaian yang negatif.
• Membantu pasien menilai kemampuan yang dapat digunakan.
Untuk tindakan tersebut, saudara dapat :
a. Mendiskusikan dengan pasien kemampuan yang masih dapat
digunakan saat ini
b. Bantu pasien menyebutkannya dan memberi penguatan terhadap
kemampuan diri yang diungkapkan pasien
c. Perlihatkan respon yang kondusif dan menjadi pendengar yang
aktif
• Membantu pasien memilih/menetapkan kemampuan yang akan
dilatih Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah :
a. Mendiskusikan dengan pasien beberapa kegiatan yang dapat
dilakukan dan dipilih sebagai kegiatan yang akan pasien lakukan
sehari-hari.
b. Bantu pasien menetapkan kegiatan mana yang dapat pasien
lakukan secara mandiri, mana kegiatan yang memerlukan bantuan
minimal dari keluarga dan kegiatan apa saja yang perlu batuan
Universitas Sumatera Utara
penuh dari keluarga atau lingkungan terdekat pasien. Berikan
contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat dilakukan pasien.
Susun bersama pasien dan buat daftar kegiatan sehari-hari pasien.
• Melatih kemampuan yang dipilih pasien. Untuk tindakan
keperawatan tersebut saudara dapat melakukan:
a. Mendiskusikan dengan pasien untuk melatih kemampuan yang
dipilih
b. Bersama pasien memperagakan kegiatan yang ditetapkan
c. Berikan dukungan dan pujian pada setiap kegiatan yang dapat
dilakukan pasien
• Membantu menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang
dilatih. Untuk mencapai tujuan tindakan keperawatan tersebut,
saudara dapat melakukan hal-hal berikut :
a. Memberi kesempatan pada pasien untuk mencoba kegiatan yang
telah dilatihkan
b. Beri pujian atas kegiatan/kegiatan yang dapat dilakukan pasien
setiap hari
c. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi dan
perubahan setiap kegiatan
d. Susun jadwal untuk melaksanakan kegiatan yang telah dilatih
e. Berikan kesempatan mengungkapkan perasaanya setelah
pelaksanaan kegiatan.
3. Tindakan keperawatan pada pasien dengan masalah kebutuhan istirahat
tidur
a. Pantau pola tidur pasien dan catat hubungan faktor-faktor fisik
(misalnya,apneasaattidur,sumbatanjalannafas,nyeri/ketidaknyaman
dan Sering Berkemih) atau faktor-faktor psikologis (misalnya,
ketakutan atau ansietas) yang dapat mengganggu pola tidur
b. Catat pola tidur pasien dan kapan mulai tertidur
c. Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat selama sakit dan stress
psikososial
d. Berikan waktu tidur siang
Universitas Sumatera Utara
e. Berikan atau lakukan tindakan kenyamanan, seperti massase,
pengaturan posisi, dan sentuhan afektif.
f) Bantu pasien untuk membatasi tidur di siang hari dengan
memberikan aktivitas yang membuat pasien tetap terjaga
g) Dukung penggunaan obat tidur yang tidak mengandung supresor
fase tidur REM.
Strategi Pertemuan Pada pasien
Halusinasi Pendengaran
No Kemampuan Pasien
1. SP 1:
1. Mengidentifikasi jenis halusinasi
2. Mengidentifikasi isi halusinasi
3. Mengidentifikasi waktu halusinasi
4. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi
5. Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan isi halusinasi
6. Mengidentifikasi respon pasien terhadap halusinasi
7. Mengajarkan pasien menghardik halusinasi nya
8. Menganjurkan pasien memasukkan cara menghardik halusinasi dalam
Jadwal kegiatan harian pasien.
2. SP 2:
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.
2. Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengann cara bercakap-cakap
dengan orang lain.
3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian pasien.
3. SP 3:
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.
2. Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan melakukan kegiatan
yang biasa dilakukan di rumah sakit.
3.Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian pasien.
4. SP 4 :
Universitas Sumatera Utara
1.Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
pasien.
2.Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat secara
teratur.
3.Menganjurkan pasien memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian pasien.
Harga Diri Rendah
No Kemampuan pasien
1 SP 1:
1.Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien
2. Membantu pasien menilai kemampuan pasien yang masih dapat
digunakan
3. Membantu pasien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan
kemampuan pasien
4. Melatih pasien sesuai kemampuan yang dipilih 5. Memberikan pujian
yang wajar terhadap keberhasilan pasien
6. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
2 SP 2 :
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. melatih kemampuan kedua yang dimliki klien
3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
3 SP 3:
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Melatih kemampuan ketiga klien
3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
B. Asuhan Keperawatan Kasus
1. Pengkajian
Universitas Sumatera Utara
PROGRAM DII KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN USU
PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT JIWA
I. BIODATA
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn.M
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 35 tahun
Status perkawinan : Belum menikah
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Medan
Tanggal masuk RS : 14 Pebruari 2016
Golongan darah : O
Tanggal pengkajian : 18 Mei 2016
Diagnosa Medis : Halusinasi Pendengaran
II. Keluhan Utama
Tn.M mengatakan sering mendengar suara-suara yang menyuruh untuk
tidak tidur, mengajaknya mencari pekerjaan, bercakap-cakap, tertawa
sendiri.
III. Riwayat Kesehatan Sekarang
A. Propocative / Palliative
1. Apa penyebabnya : Klien sering mendengar suara yang menyuruh
untuk tidak tidur sehingga klien mengatakan sulit untuk tidur,
mengajak mencari pekerjaan, bercakap-cakap, tertawa sendiri.
2. Hal- hal yang memperbaiki keadaan : tidak ada hal- hal yang dapat
memperbaiki keadaan pasien sehingga pasien harus dirawat di rumah
sakit jiwa.
Universitas Sumatera Utara
B. Quantity/ Quality
1. Bagaimana dirasakan : Klien mengatakan sudah lebih tenang
selama dirawat di rumah sakit tetapi masih mendengar suara-suara.
2. Bagaimana dilihat: Klien tampak sedikit gelisah dan tampak tidak
bergairah dan sering melamun.
C. Severity
Klien merasa terganggu dengan kondisinya sekarang
D. Time
Suara itu muncul pada saat klien sendiri dan pada saat akan tidur
malam hari.
IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
A. Penyakit yang pernah dialami
Klien pernah mengalami gangguan jiwa, tetapi kambuh lagi karena
tidak teratur minum obat.
B. Pengobatan/ tindakan yang dilakukan
Klien pernah melakukan pengobatan ke psikiater, dan rumah sakit
jiwa. Pasien mengatakan dirinya diberi obat THP, Haloperidol, dan
CPZ.
C. Pernah di rawat/ dioperasi
Klien pernah dirawat di rumah sakit jiwa sebelumnya.
D. Lama dirawat
± 7 bulan klien dirawat di rumah sakit jiwa.
E. Alergi
Klien tidak mengalami riwayat alergi
V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
A. Orang tua
Orang tua klien tidak memiliki riwayat gangguan jiwa seperti klien.
B. Saudara kandung
Kaka klien mengalami gangguan jiwa seperti klien.
C. Penyakit keturunan yang ada
Universitas Sumatera Utara
Adik dari orang tua klien (mama klie) mengalami gangguan jiwa
seperti klien
D. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
Kaka dan adik dari orang tua klien (mama)
Hubungan keluarga :Saudara kandung
Gejala :Mendengar suara-suara, bercakap-cakap
sendiri, tertawa sendiri.
Riwayat pengobatan : berobat jalan
E. Anggota keluarga yang meninggal
Tidak ada anggota keluarga klien yang meninggal
F. Penyebab meninggal
Tidak ada
G. Genogram
Klien anak ke 6 dari 7 bersaudara.
ayah Tn. M ibu Tn. M
Tn.
Keterangan :
: Perempuan
Universitas Sumatera Utara
: Laki-laki
: Meninggal
VI. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL
A. Persepsi klien tentang penyakitnya :
Klien mengetahui bahwa dirinya mengalami gangguan jiwa sehingga
harus berada di rumah sakit.
B. Konsep Diri
- Gambaran diri :
Klien tidak merasakan ada yang kurang dari tubuhnya
- Ideal diri :
Klien ingin cepat sembuh dan pulang ke rumah berkumpul dengan
keluarga dan guru ngajinya.
- Harga diri :
klien mengatakan dirinya tidak berguna dan berarti
- Peran diri :
klien sebagai anak dalam keluarganya
- Identitas :
klien berpendidikan SMA, belum menikah
C. Keadaan emosi
Keadaan emosional klien sudah mulai stabil dan kooperatif
D. Hubungan sosial
- Orang yang berarti :
Bagi klien orang yang berarti baginya adalah orang tua dan guru
ngajinya.
- Hubungan dengan keluarga :
Menurut klien hubungan dengan keluarga baik.
- Hubungan dengan orang lain :
Selama klien dirawat di ruamah sakit, hubungan sosialisasi klien
dengan orang lain sudah mulai baik.
- Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain:
Universitas Sumatera Utara
Tidak ada hambatan dalam berhubungan dengan orang lain hanya
saja klien tampak sedikit pendiam.
E. Spiritual
- Nilai dan keyakinan : klien menganut agama Islam
- Kegiatan ibadah : klien menjalankan shalat di ruangan
VII. STATUS MENTAL
- Tingkat Kesadaran :
Klien sadar penuh (compos mentis), tidak mengalami disorientasi
maupun bingung.
- Penampilan :
Klien berpakain rapi dan sesuai, kuku tidak terlalu panjang
- Pembicaraan :
Selama wawancara klien mudah diajak berbicara, tetapi terkadang
sulit berkonsentrasi dab pandangan mata terkadang tidak terarah.
- Alam Perasaan :
Klien tampak tidak bersemangat, tampak lesu.
- Afek :
Afek klien selalu disesuaikan dengan bagaimana ekspresi nya
- Interaksi Selama Wawancara :
Selama wawancara dengan perawat, klien tampak kooperatif dan
kontak mata mudah beralih kearah yang tak menentu dan sulit
berkonsentrasi.
- Persepsi :
Klien sering mendengar suara yang menyuruh untuk tidak tidur
sehingga klien mengatakan dirinya sulit untuk tidur, mengajak
mencari pekerjaan, bercakap-cakap, tertawa sendiri.
- Proses Pikir :
Klien mampu nmenjawab pertanyaan yang di ajukan perawat.
- Isi Pikir :
Universitas Sumatera Utara
Saat dilakukan wawancara klien tidak mengalami gangguan isi
pikir hanya sulit berkonsentrasi.
- Waham :
Klien tidak memiliki waham
- Memori :
Klien memiliki daya ingat yang baik
VIII. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum klien Compos mentis (CM). Dengan tanda-tanda vital
Suhu tubuh : 360C, Tekanan darah: 120/70mmHg, Nadi: 80x/I,
Pernafasan : 18x/i. Bentuk kepala klien bulat, simetris kulit kepala
bersih dan penyebaran rambut merata, wjah klien oval, klien memiliki
dua buah mata dengan posisi simetris, posisi hidung simetris dan
terdapat dua lubang hidung, terdapat dua buah telinga, tidak ada
kelainan hanya saja klien mendengar suara-suara yang orang lain tidak
mendengar. Keadaan bibir klien simetris, mampu membedakan rasa
asam dan manis, pada leher tidak ada kelainan, kulit klien bersih dan
turgor kulit baik.
IX. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI
I. Pola makan dan minum
- Frekuensi makan/hari : 3 kali sehari
- Nafsu/selera makan : nafsu makan klien baik
- Nyeri ulu hati : tidak ada nyeri pada ulu hati
- Alergi : tidak memiliki riwayat alergi
- Mual dan muntah : tidak ada mual dan muntah
- Tampak makan memisahkan diri : Klien makan memisahkan diri
- Waktu pemberian makan : pagi,siang,sore
- Jumlah dan jenis makan : 1 porsi, jenis nasi + lauk pauk+Sayur
- Waktu pemberian cairan : tidak ditentukan
-Masalah makan dan minum(kesulitan menelan, mengunyah: Klien
tidak mengalami masalah dalam makan dan minum.
II. Perawatan diri/personal hygiene
Universitas Sumatera Utara
- Kebersihan tubuh : terlihat bersih
- Kebersihan gigi dan mulut : terlihat kotor
- Kebersihan kuku kaki dan tangan: kuku tidak terlihat panjang
III. Pola kegiatan/Aktivitas
- Uraian aktivitas pasien untuk mandi, makan, eliminasi, ganti pakaian,
dilakukan secara mandiri, sebahagian, atau total: Klien melakukan
aktivitas mandi, makan, ganti pakaian mandiri.
- Uraian aktivitas ibadah pasien selama dirawat/sakit: Klien melakukan
shalat selama dirawat di RSJ.
IV. Pola Eliminasi
1. BAB
- Pola BAB : 1 x sehari
- Karakter feses : kadang keras dan kadang lembek
- Riwayat perdarahan :tidak memiliki riwayat perdarahan
- BAB terakhir : siang hari
- Diare : tidak mengalami diare
- Penggunaan laksatif :tidak ada penggunaan laksatif
2. BAK
- Pola BAK : 1-3 x sehari
- Kateter urine : tidak memakai kateter urine
- Nyeri/rasa terbakar/ kesulitan BAK : tidak ada nyeri atau
kesulitan BAK
- Penggunaan diuretik : tidak ada penggunaan diuretic
V. Mekanisme koping
Saat ada masalah klien terkadang memendam masalahnya apabila
kita tidak terlebih dahulu untuk bercerita.
2. ANALISA DATA
No Data Masalah keperawatan
Universitas Sumatera Utara
1 DS :
- Klien sering mendengar suara
yang menyuruh untuk tidak tidur,
mengajak mencari pekerjaan,
bercakap-cakap, tertawa sendiri.
Suara itu muncul ketika klien
sendiri dan pada saat akn tidur
malam hari.
- Klien mengatakan sulit memulai
tidur
- Klien mengatakan sulit tidur
nyenyak
- Klien mengatakan ketidakpuasan
tidur
- Klien mengatakan sering terjaga
DO:
- Klien tampak tidak bergairah
- Klien tampak tidak
berkonsentrasi
- Tampak lesu
Insomnia
2 Ds : Klien sering mendengar suara
yang menyuruh untuk tidak tidur,
mengajak mencari pekerjaan,
bercakap-cakap, tertawa sendiri.
Do : - bicara atau tertawa sendiri
- Kurang konsentrasi
- Klien tampak tidak
bergairah
Halusinasi Pendengaran
Universitas Sumatera Utara
- Gelisah
Tampak lesu
3 Ds :
-klien mengatakan dirinya tidak
berguna dan berarti.
Do :
- tampak memisahkan diri saat
sedang makan.
- Lebih banyak melamun
-tampak sedih
Harga Diri Rendah
3. Rumusan Masalah
Masalah Keperawatan
1. Insomnia
2. Halusinasi pendengaran
3. Harga diri rendah
Diagnose Keperawatan (Prioritas)
1. Insomnia
2. Halusinasi pendengaran
4. PERENCANAAN KEPERAWATAN DAN RASIONAL
Hari / No Dx Perencanaan
Universitas Sumatera Utara
Tanggal Keperawatan
Selasa /
17 Mei
2016
Halusinasi
Pendengaran
Tujuan dan Kriteria Hasil
Halusinasi:
Tujuan : klien dapat mengontrol atau
menegndalikan halusinasi yang dialami
Kriteria Hasil :
- pasien tampak bersemangat
- tampak lebih bergairah dan rileks
Menunjukan rasa percaya kepada perawat dan
orang sekitarnya
Rencana Tindakan Rasional
1.Strategi Pertemuan 1
1. Mengidentifikasi jenis
halusinasi
2. Mengidentifikasi isi
halusinasi
3. Mengidentifikasi waktu
halusinasi
4. Mengidentifikasi
frekuensi halusinasi
5. Mengidentifikasi situasi
yang menimbulkan isi
halusinasi
6. Mengidentifikasi respon
pasien terhadap halusinasi
7. Mengajarkan pasien
menghardik halusinasi nya
8. Menganjurkan pasien
memasukkan cara
menghardik halusinasi
dalam jadwal kegiatan
Tingkah laku
klien terkait
halusinasinya
menunjukkan isi,
waktu, frekuensi,
serta situasi dan
kondisi yang
menimbulkan
halusinasi.
Universitas Sumatera Utara
harian pasien.
2. Strategi pertemuan 2
1. Mengevaluasi jadwal
kegiatan harian pasien.
2. Melatih pasien
mengendalikan halusinasi
dengann cara bercakap-
cakap dengan orang lain.
3. Menganjurkan pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian pasien.
-Memantau
kemajuan serta
efektivitas
pilihan
yang dipilih dan
di latih bersama
dengan klien..
-Membantu klien
dalam
membangun
hubungan social.
3. Strategi pertemuan 3
1. Mengevaluasi jadwal
kegiatan harian pasien.
2. Melatih pasien
mengendalikan halusinasi
dengan melakukan
kegiatan
yang biasa dilakukan di
rumah sakit.
3.Menganjurkan pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian pasien.
-Membantu klien
dalam melakukan
kegiatan.
4. Strategi pertemuan 4
1.Mengevaluasi jadwal
kegiatan harian
-Memudahkan
pemahaman
dalam
Universitas Sumatera Utara
pasien.
2.Memberikan pendidikan
kesehatan tentang
penggunaan obat secara
teratur.
3.Menganjurkan pasien
memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian
pasien.
menyukseskan
program
pengobatan yang
optimalbagi
klien.
Hari /
Tanggal
No Dx Perencanaan
Keperawatan
Selasa / Parasomnia Tujuan dan Kriteria Hasil
Universitas Sumatera Utara
17 Mei
2016
Parasomnia
Tujuan : Kebutuhan akan istirahat tidur klien
terpenuhi
Kriteria Hasil :
pasien memperlihatkan tidur yang dibuktikan
oleh indikator sebagai berikut (skala 1-5 :
gangguan ekstrem, berat, sedang, ringan, atau
tidak ada gangguan) :
- jumlah jam tidur (sedikitnya 5 jam/24 jam
untuk orang dewasa)
- Pola, kualitas, dan rutinitas tidur
- Perasaan segar setelah tidur
- Terbangun di waktu yang sesuai
Rencana Tindakan Rasional
1. Pantau pola tidur pasien
dan catat hubungan faktor-
faktor fisik
(misalnya,apnea saat tidur,
sumbatan jalan nafas,
nyeri/ketidaknyamanan,
dan Sering berkemih) atau
faktor-faktor psikologis
(misalnya,ketakutan atau
ansietas) yang dapat
mengganggu pola tidur
2. Catat pola tidur pasien
dan kapan mulai tertidur
3. Jelaskan pentingnya
tidur yang adekuat selama
sakit dan stress psikososial
4. Berikan waktu tidur
1.Untuk
mengetahui
faktor penyebab
gangguan tidur
pada klien.
2. Mengetahui
kualitas dan
kuantitas tidur
3. Meningkatkan
pengetahuan
sehingga pasien
dapat memenihi
kebutuhan
tidurnya
4.Diperlukan
untuk memenuhi
kebutuhan tidur
Universitas Sumatera Utara
siang
5.Berikan atau lakukan
tindakan kenyamanan,
seperti massase,
pengaturan posisi,
6. Bantu pasien untuk
membatasi tidur di siang
hari dengan memberikan
aktivitas yang membuat
pasien tetap terjaga
7. Dukung penggunaan
obat tidur yang tidak
mengandung supresor fase
tidur REM
5. Memberikan
kenyamanan
sehingga pasien
mudah untuk
tertidur
6. Terlalu banyak
tidur di siang hari
akan
mengakibatkan
pasien
mengalami
gangguan tidur.
7.Mempermudah
pasien tidur dan
Memenuhi
kebutuhan tidur
pasien.
5. PELAKSANAAN KEPERAWATAN
Hari/ No Dx Implementasi Keperawatan Evaluasi (SOAP)
Universitas Sumatera Utara
tanggal
Kamis 1 1.Strategi Pertemuan 1
1. Membina hubungan saling percaya
2. Mengidentifikasi jenis halusinasi.
Kalau boleh tahu, kenapa abang
bisa dibawa ke sini?Suara siapa
yang abang dengar?
3. Mengidentifikasi isi halusinasi
Apa isi suaranya Bang?
4. Mengidentifikasi waktu halusinasi.
Kapan suaranya itu muncul?
5. Mengidentifikasi frekuensi
halusinasi
Berapa kali sehari abang alami?
6. Mengidentifikasi situasi yang
menimbulkan isi halusinasi
Bagaimana suara-suara itu bisa
muncul bang?
7. Mengidentifikasi respon pasien
terhadap halusinasi.
Apa yang abang rasakan pada saat
mendengar suara itu?apa yang abang
lakukan? Apakah dengan cara itu
suara-suara itu akan hilang?
8. Mengajarkan pasien menghardik
halusinasi nya.
Cara menghardik halusinasi :
Saat suara-suara itu muncul,
abang langsung tutup telinga dan
abang bilang, pergi saya tidak
mau dengar… saya tidak mau
S:klien
mengatakan
merasa senang
dan lega bisa
menceritakan
tentang
halusinasinya.
klien mengatakan
dirinya
mendengar suara-
suara yang
mengajaknya
mencari
pekerjaan,
bercakap-cakap,
menyuruh untuk
tidak tidur.
O: klien tampak
tidak bergairah,
dan gelisah,
kurang
konsentrasi.
A: klien masih
mengalami
halusinasi
P: lanjutkan
Intervensi : SP 2
Universitas Sumatera Utara
dengar, kamu suara palsu, begitu
diulang-ulang sampai suara itu
hilang.
9. Menganjurkan pasien memasukkan
cara menghardik halusinasi dalam
jadwal kegiatan harian pasien.
Bagaimana perasaan abng
setelah latihan tadi? Kalau suara
itu muncul, silahkan abang
lakukan cara itu. Dan kita
masukkan ke jadwal kegiatan
harian abang. Mau jam berapa
saja latihannya?
Kamis 2. Strategi pertemuan 2
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
pasien.
“Apakah sudah dipakai cara yang telah
kita latih menghardik halusinasinya
S: pasien
mengatakan
halusinasinya
sudah jarang
muncul ketika
Universitas Sumatera Utara
bang? Bagus, sesuai janji kita hari ini
kita akan latihan cara kedua untuk
mengontrol halusinasi dengan
bercakap-cakap dengan orang lain.”
2. Melatih pasien mengendalikan
halusinasi dengann cara bercakap-
cakap dengan orang lain.
Cara kedua untuk mencegah
mengontrol halusinasi yang lain adalah
bercakap-cakap dengan orang lain. Jadi
kalau abang mulai mendengar suara-
suara , langsung ajak diajak teman
untuk ngobrol. Minta teman atau
perawat untuk mengobrol dengan
abang. Contohnya begini : tolong, saya
mulai dengar suara-suara, ayo ngobrol
dengan saya. Begitu bang
3. Menganjurkan pasien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian pasien.
Bagaimana perasaan abang
setelah latihan ini?jadi sudah
berapa cara yang abang pelajari
untuk mencegah suara-suara itu?
Bagus , coba lah kedua cara ini
jika suara-suara itu muncul lagi.
Bagaimana kalau kita masukkan
ke jadwal kegiatan harian abang.”
muncul dia
menghardik
halusinasinya.
O: klien tampak
tenang, gelisah
berkurang,
konsentrasi
sedikit lebih baik.
klien bisa
mempraktekkan
kembali atau
mengulangi cara
mengontrol
halusinasi yg ke 1
dan 2 dengan
benar
A:- pasien masih
mengalami
halusinasi
-P: Intervensi
dilanjutkan
SP 3
Jumat 3. Strategi pertemuan 3 S: klien sudah
Universitas Sumatera Utara
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
pasien.
“Apakah sudah dipakai dua cara
yang telah kita latih? Bagaimana
hasilnya? Bagus. Sesuai janji
kita, hari ini kita akan melatih
cara yang ketiga yaitu dengan
cara melakukan kegiatan selama
20 menit di ruangan ini.
2. Melatih pasien mengendalikan
halusinasi dengan melakukan kegiatan
yang biasa dilakukan di rumah sakit.
Apa saja yang bisa Abang
lakukan? Wah, banyak sekali
yang bisa Abang lakukan. Mari
kita latih kegiatan yang bisa
Abang lakukan ini ( menyapu).
Caranya : ambil sapu, pegang
gagangnya, menyapu dengan
searah. kegiatan ini dapat Abang
lakukan jika suara-suara itu
muncul.
3.Menganjurkan pasien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian pasien.
Bagimana perasaan Abang? Coba
abang sebutkan tiga cara untuk
mencegah halusinasi yang telah
kita latih. Bagus sekali. Mari kita
masukkan ke jadwal kegiatan
harian Abang. Besok kita akan
mampu
menyebutkan 3
cara mengontrol
halusinasi
O: klien tampak
tenang, lebih
bersemangat,
A:masalah
teratasi sebagian
P:intervensi
dilanjutkan :
- SP 4
Universitas Sumatera Utara
membahas cara minum obat baik
serta kegunaanya.”
Jumat 4. Strategi pertemuan 4
1.Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
pasien.
Apakah suara-suaranya masih
sering muncul? apakah sudah
dipakai ketiga cara yang telah
kita latih? Bagaimana hasilnya?
Coba saya lihat jadwal kegiatan
harian abang. Bagus. Sesuai
janji kita, hari ini kita akan
mmendiskusikan tentang obat-
obatan yang Abang minum.Kita
akan diskusikan selama 20
menit di ruangan ini.
2.Memberikan pendidikan kesehatan
tentang penggunaan obat secara teratur.
Ada berapa macam obat yang
Abang minum? Coba saya lihat!
Adakah bedanya setelah minum
obat secara teratur? Apakah
sura-suaranya berkurang atau
hilang? Baiklah bang, minum
obat sangat penting. Nah, ini
obat Abang ada 3 macam.
Sebelum kita minum obat kita
harus tau prinsip minum obat
yaitu pastikan obatnya itu
benar, pastikan obatnya punya
S: klien
mengatakan
bahwa dirinya
sudah mampu
mengontrol
halusinasinya,
O: klien tampak
tenang
A: masalah
teratasi
P: intervensi
dilanjutkan.
Universitas Sumatera Utara
Abang dengan membaca nama
kemasannya, pastikan obatnya
diminumtepat waktu yaitu
diminum sesudah atau sebelum
makan, perhatikan jumlah obat
sekali diminum. Dan harus
cukup minum 10 gelas per hari.
Misalnya kan obat Abang ada 3
macam. Nah obat yang warna
orange (CPZ) diminum3 kali
sehari jam 07.00, 13.00, 19.30
gunanya untuk menghilangkan
suara-suara. Yang putih (THP)
3 kali sehari dengan jam yang
sama gunanya untuk rileks dan
tidak kaku, dan yang terakhir
warna merah jambu( HP) 3 kali
sehari dengan jam yang sama
gunanya untuk pikiran tenang.
Kalau suara-suaranya sudah
hilang, obatnya tidak boleh
diberhentikan. Nanti
konsultasikan ke dokter.
3.Menganjurkan pasien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian pasien.
Bagimana perasaan Abang?Coba
abang sebutkan 5 prinsip minum obat!
Bagus sekali. Mari kita masukkan ke
jadwal minum obat Abang pada jadwal
kegiatan harian. Abang jangan lupa
Universitas Sumatera Utara
minum oabat pada waktunya. Selamat
siang Bang.
Hari /
Tanggal
No Dx Implementasi Keperawatan Evaluasi
Sabtu 2 1. Mencatat pola tidur pasien dan lama
waktu yang dibutuhkan untuk memulai
tidur
2. Menjelaskan pentingnya tidur yang
adekuat selama sakit dan stress
psikososial
3. Memberikan waktu tidur siang, jika
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
tidur
4. Memberikan atau melakukan
tindakan kenyamanan, seperti massase,
pengaturan posisi, dan sentuhan afektif
5. Membantu pasien untuk membatasi
tidur di siang hari dengan memberikan
aktivitas yang membuat pasien tetap
terjaga
6. Mendukung penggunaan obat tidur
yang tidak mengandung supresor fase
tidur REM
S = klien merasa
nyaman untuk
tidur, dapat
memulai tidur
sedikit lebih
cepat, dapat tidur
nyenyak dan
bangun segar jika
menggunakan
obat tidur
O = klien tanpak
tenang, tampak
nyaman dengan
tempat tidurnya,
kebutuhan tidur
terpenuhi dengan
tidur siang yang
dibatasi, tampak
lebih segar dan
bersemangat
A= kualitas dan
kuantitas tidur
klien sedikit
bertambah dan
merasa cukup
Universitas Sumatera Utara
segar saat bangun
tidur.
P = Intervensi
dihentikan
Universitas Sumatera Utara
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil pengkajian yang dilakukan terhadap Tn. M di temukan data
bahwa Tn. M mendengar suara-suara yang menyuruhnya untuk tidak tidur,
mengajak untuk mencari pekerjaaan, bercakap-cakap dan tertawa sendiri. Suara-
suara itu muncul ketika klien menyendiri dan pada malam hari. Pasien tampak
tidak bersemangat, tidak bergairah, kurang konsentrasi, tampak sedih dan lesu.
Sebelumnya klien pernah mengalami gangguan jiwa dan menjalani pengobatan
selama ± 7 bulan. Dalam riwayat kesehatan keluarga, kaka klien dan juga adik
dari orang tua klien pernah mengalami gangguan jiwa. Dalam riwayat psikososial,
klien mengatakan bahwa dirinya tidak berguna dan berarti lagi. Tidak ada
hambatan dalam menjalin hubungan sosial dengar orang lain hanya saja klien
sedikit pendiam. Dan klien tampak memisahkan diri pada waktu makan.
Dari data di atas, ada dua diagnose yang ditemukan yaitu: Diagnosa 1:
Halusinasi Pendengaran dan Diagnosa 2: Parasomnia
Perencanaan dilakukan sesuai dengan standar asuhan keperawatan secara
teoritis yang ada menurut standar asuhan keperawatan jiwa.
Implementasi keperawatan yang diberikan pada klien sesuai dengan
rencana asuhan keperawatan yang sesuai dengan kebutuhan klien dengan masalah
halusinasi pendengaran dan gangguan pemenuhan istirahat tidur ( Parasomnia).
Evaluasi keperawatan adalah untuk diagnose di atas yaitu klien dapat
membina hubungan saling percaya, mengenal, mengontrol halusinasinya, manfaat
obat dengan benar, melihat pola tidur, klien dapat mengetahui pentingnya tidur,
merasa nyaman dan nyenyak dengan tidurnya.
Universitas Sumatera Utara
B. Saran
1. Bagi Pelayanan Keperawtan di Rumah Sakit
Mempertahankan kerjasama antara kelompok dengan perawat ruangan
untuk lebih menggali data
2. Bagi Pendidikan Keperawatan
Diharapkan harus selalu melakukan pendekatan yang sering kepada klien
dengan cara komprehensif dan mulai menggali masalah yang ada pada
klien sampai dengan melaksanakan asuhan keperawatan dan evaluasi
perkembangan klien
3. Bagi Klien
Memotivasi keluarga untuk menjadi support system bagi klien untuk tetap
melakukan kunjungan secara rutin selama di rumah sakit
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Alimul H, Aziz. (2011). Pengantar Kebutuhan dasar manusia : aplikasi konsep dan proses keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Akemat dkk, (2010). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Dalami, Ermawati, S.kp (2010). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Jiwa. Jakarta:Trans Info Media.
Erlinafsiah, (2010). Modal Perawat Dalam Praktik Keperawatan Jiwa. Jakarta: Trans Info Media.
Kelliat BA, dkk (2006) Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 3. Jakarta: EGC.
Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktik. Edisi ke-4. Alih bahasa Renata Komalasari, S.Kp, dkk. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta : EGC
Purba dkk, (2011). Asuhan Keperawatan pada Klien Dengan Masalah Psikososial dan Gangguan Jiwa. Medan: USU Press.
Stuart, G. W & Sunden, S. J (2007) Buku Saku Keperawatan Kesehatan Jiwa . Jakarta: EGC
Tarwoto & Wartonah. (2010). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Edisi ke-4. Jakarta : Salemba Medika.
Universitas Sumatera Utara
CATATAN PERKEMBANGAN
Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
No
Dx
Hari / Tanggal Pukul Tindakan Keperwatan
1 Kamis / 19 Mei
2016
09.20 s/d 10.20
WIB
1. Strategi pertemuan 1.
-Membina hubungan saling percaya
- Mengidentifikasi jenis halusinasi
- Mengidentifikasi isi halusinasi
- Mengidentifikasi waktu halusinasi
-Mengidentifikasi frekuensi
halusinasi
- Mengidenttifikasi situasi yang
menimbulkan isi halusinasi
- Mengidentifikasi respon pasien
terhadap halusinasi
- Mengajarkan pasien menghardik
halusinasi nya
- Menganjurkan pasien
memasukkan cara menghardik
halusinasi dalam jadwal kegiatan
harian pasien.
S: klien mengatakan merasa senang
dan lega bisa menceritakan tentang
halusinasinya. klien mengatakan
dirinya mendengar suara-suara
yang mengajaknya mencari
pekerjaan, bercakap-cakap,
menyuruh untuk tidak tidur.
O: klien tampak tidak bergairah,
Universitas Sumatera Utara
dan gelisah, kurang konsentrasi.
A: klien masih mengalami
halusinasi
P: lanjutkan Intervensi : SP 2
Kamis, 19 Mei
2016
13.00- 14.00
WIB
2.Strategi pertemuan 2
- Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian pasien
- Melatih pasien mengendalikan
halusinasi dengan cara bercakap-
cakap dengan orang lain
- Menganjurkan pasien
memaskkam dalam jadwal kegiatan
harian pasien.
S: pasien mengatakan halusinasinya
sudah jarang muncul ketika muncul
dia menghardik halusinasinya.
O: klien tampak tenang, gelisah
berkurang, konsentrasi sedikit lebih
baik. klien bisa mempraktekkan
kembali atau mengulangi cara
mengontrol halusinasi yg ke 1 dan
2 dengan benar
A:- pasien masih mengalami
halusinasi
P: Intervensi dilanjutkan
- SP 3
Jumat ,20 Mei
2016
09.30-10.30
WIB
3. Strategi pertemuan 3
- Mengevaluasi jadwal kegiatan
Universitas Sumatera Utara
harian pasien
- Melatih pasien mengendalikan
halusinasi dengan melakukan
kegiatan yang biasa dilakukan di
rumah sakit, seperti merapikan
tempat tidur pasien
- Menganjurkan pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian pasien.
S: klien sudah mampu
menyebutkan 3 cara mengontrol
halusinasi
O: klien tampak tenang
A: masalah teratasi sebagian, klien
masih mendengar suara-suara
hanya sesekali
P: intervensi dilanjutkan :
- SP 4
Jumat, 20 Mei
2016
10.45-11.30
WIB
4.Strategi pertemuan 4
- Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian pasien
- Memberikan pendidikan kesehatn
tentang penggunaan obat baik obat
untuk halusinasi dan obat tidur
secara teratur
Universitas Sumatera Utara
- Menganjurkan pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian pasien.
S: klien mengatakan sudah mampu
mengontrol halusinasi.
O: klien tampak tenang
A: masalah teratasi
P:intervensi dihentikan
No
Dx
Hari/ tanggal Pukul Tindakan Keperawatam
2 Sabtu/ 21 Mei
2016
09.30- 10.45
WIB
1. Mencatat pola tidur pasien dan
lama waktu yang dibutuhkan untuk
memulai tidur
2. Menjelaskan pentingnya tidur
yang adekuat selama sakit dan stress
psikososial
3. Memberikan waktu tidur siang,
jika diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan tidur
4. Memberikan atau melakukan
tindakan kenyamanan, seperti
massase, pengaturan posisi, dan
sentuhan afektif
5. Membantu pasien untuk
membatasi tidur di siang hari dengan
memberikan aktivitas yang membuat
pasien tetap terjaga
Universitas Sumatera Utara
6. Mendukung penggunaan obat tidur
yang tidak mengandung supresor
fase tidur REM
S: Klien mengatakan sudah merasa
cukup nyaman saat tidur, dapat
memulai tidur sedikit lebh cepat,
dapat tidur nyenyak dan bangun
lebih segar.
O: Klien tampak tenang, tampak
nyaman dengan tempat tidurnya,
kebutuhan tidur terpenuhi dengan
tidur siang yang dibatasi, tampak
lebih segar dan bersemangat .
A: Pengkajian dilanjutkan, kualitas
dan kuantitas tidur klien sedikit
bertambah dan merasa cukup segar
saat bangun tidur.
P: Intervensi dihentikan
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara