dosis respon obat dan indeks terapi

24
DOSIS RESPON OBAT DAN INDEKS TERAPI I. TUJUAN 1. Mahasiswa memperoleh gambaran bagaimana merancang eksperimen untuk memperoleh DE 50 dan DL 50 . 2. Memahami konsep indeks terapi dan implikasinya. II. TEORI Obat didefinisikan sebagai senyawa yang digunakan untuk mencegah mengobati, mendiagnosis penyakit/gangguan, atau menimbulkan suatu kondisitertentu, misalnya membuat seseorang infertile, atau melumpuhkan otot rangka selama pembedahan (Ganiswara, 2007). Dalam farmakologi terfokus pada dua subdisiplin, yaitu farmakodinamik danfarmakokinetik. farmakokinetik atau kinetika obat adalah nasib obat dalam tubuh atauefek tubuh terhadap obat. Farmakokinetik mencakup 4 proses, yakni proses absorpsi(A), distribusi (D), metabolism (M), dan ekskresi (E). Farmakodinamik menyangkut pengaruh obat terhadap sel hidup, organ atau makhluk, secara keseluruhan erat berhubungan dengan fisiologi, biokimia, dan patologi.

Upload: thiba-annamalai

Post on 09-May-2017

230 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Dosis Respon Obat dan Indeks Terapi

DOSIS RESPON OBAT DAN INDEKS TERAPI

I. TUJUAN

1. Mahasiswa memperoleh gambaran bagaimana merancang eksperimen

untuk memperoleh DE50 dan DL50.

2. Memahami konsep indeks terapi dan implikasinya.

II. TEORI

Obat didefinisikan sebagai senyawa yang digunakan untuk mencegah

mengobati, mendiagnosis penyakit/gangguan, atau menimbulkan suatu

kondisitertentu, misalnya membuat seseorang infertile, atau melumpuhkan otot

rangka selama pembedahan (Ganiswara, 2007).

Dalam farmakologi terfokus pada dua subdisiplin, yaitu farmakodinamik

danfarmakokinetik. farmakokinetik atau kinetika obat adalah nasib obat dalam

tubuh atauefek tubuh terhadap obat. Farmakokinetik mencakup 4 proses, yakni

proses absorpsi(A), distribusi (D), metabolism (M), dan ekskresi (E).

Farmakodinamik menyangkut pengaruh obat terhadap sel hidup, organ

atau makhluk, secara keseluruhan erat berhubungan dengan fisiologi,

biokimia, dan patologi. Obat farmakodinamik bekerjameningkatkan atau

menghambat fungsi suatu organ (Ganiswara, 2007).

Efek terapeutik obat dan efek toksik obat adalah hasil dari interaksi obat

tersebut dengan molekul di dalam tubuh pasien. Sebagian besar obat bekerja

melalui penggabungan dengan makromolekul khusus dengan cara mengubah akti

vitas biokimia dan biofisika makromolekul, hal ini dikenal dengan istilah reseptor.

(Katzung, 1989)

Obat biasanya diberikan dalam dosis biasa atau dosis rata-rata, yang cocok

untuk sebagian besar pasien. Namun untuk pasien lainnya, dosis biasa ini terlalu

besar sehingga menimbulkan efek toksik atau terlalu kecil sehingga tidak efektif.

(Ganiswara et, 2007)

Page 2: Dosis Respon Obat dan Indeks Terapi

Kebanyakan obat diubah di hati dalam hati, kadang-kadang dalam ginjal

danlain-lain. Kalau fungsi hati tidak baik maka obat yang biasanya diubah dalam

hatitidak mengalami peubahan atau hanya sebagian yang diubah. Hal tesebut

menyebabkan efek obat berlangsung lebih lama dan obat menjadi lebih tosik.

Respons terhadap dosis obat yang rendah biasanya meningkat sebanding langsung

dengan dosis. Namun, dengan meningkatnya dosis peningkatan respon menurun.

Pada akhirnya, tercapailah dosis yang tidak dapat meningkatkan respon lagi. Pada

sistem ideal atau system invitro hubungan antara konsentrasi obat dan efek obat

digambarkan dengan kurva hiperbolik(Lamidi, 1995).

Dosis yang menimbulkan efek terapi pada 50% individu (ED50) disebut

jugadosis terapi median. Dosis letal median adalah dosis yang menimbulkan

kematian  pada  50%  individu,  sedangkan TD50 adalah dosis toksik 50%.

Penentuan DL50 merupakan tahap awal untuk mengetahui keamanan bahan yang

akan digunakan manusia dengan menentukan besarnya dosis yang menyebabkan

kematian 50% pada hewan uji setelah pemberian dosis tunggal. DL50 bahan obat

mutlak harus ditentukan karena nilai ini digunakan dalam penilaian rasio

manfaat(khasiat) dan daya racun yang dinyatakan sebagai indeks terapi obat

(DL50/ DE50). Makin besar indeks terapi, makin aman obat tersebut jika

digunakan (Ganiswara, 2007).

Ada berbagai metode perhitungan DL50 yang umum digunakan antara

lainmetode Miller-Tainter, metode Reed-Muench, dan metode Kärber. Dalam

metode Miller-Tainter digunakan kertas grafik khusus yaitu kertas logaritma-

probit yang memiliki skala logaritmik sebagai absis dan skala probit (skala ini

tidak linier) sebagai ordinat. Pada kertas ini dibuat grafik antara persen mortalitas

terhadaplogaritma dosis. Metode Reed-Muench didasarkan pada nilai kumulatif

jumlah hewanyang hidup dan jumlah hewan yang mati. Diasumsikan bahwa

hewan yang matidengan dosis tertentu akan mati dengan dosis yang lebih besar,

dan hewan yang hidupakan hidup dengan dosis yang lebih kecil. Metode Kärber

prinsipnya menggunakan rataan interval jumlah kematian dalam masing-masing

kelompok hewan dan selisihdosis pada interval yang sama(Widjojo, 2009).

Page 3: Dosis Respon Obat dan Indeks Terapi

Indeks terapi hanya berlaku untuk satu efek, maka obat yang mempunyai

beberapa efek terapi juga mempunyai beberapa indeks terapi. Contoh : Aspirin

mempunyai efek analgetik dan antirheumatik. Indeks terapi atau batas keamanan

obat aspirin sebagai analgetik lebih besar dibandingkan dengan indeks terapi

sebagai antireumatik karena dosis terapi antireumatik lebih besar dari dosis

analgetik (Adriano, 2007).

Meskipun perbandingan dosis terapi dan dosis toksik sangat bermanfaat

untuk suatu obat, namun data demikian sulit diperoleh dari penelitian klinik.( sulit

mendapatkan responden yang bersedia untuk uji klinik ). Maka dari itu selektifitas

obat dinyatakan secara tidak langsung yaitu diperhitungkan dari data: (1) pola dan

insiden efek samping yang ditimbulkan obat dalam dosis terapi, dan (2) persentase

penderita yang menghentikan obat atau menurunkan dosis obat akibat efek

samping(Anonym,2006).

               Harus diingat bahwa gambaran atau pernyataan bahwa obat cukup aman

untuk kebanyakan penderita, tetapi tidak menjamin keamanan untuk setiap

penderita karena selalu ada kemungkinan timbul respons yang menyimpang.

Contohnya : penisilin dapat dinyatakan aman untuk sebagian besar penderita

tetapi dapat menyebabkan kematian untuk penderita yang alergi terhadap obat

tersebut.

(Anonym, 2006)

Respons individu terhadap obat sangat bervariasi, yaitu dapat berupa: (1)

Hiperaktif (dosis rendah sekali sudah dapat memberikan efek);

(2) Hiporeaktif   (untuk mendapatkan efek, memerlukan dosis yang tinggi sekali);

(3) Hipersensitif ( orang alergi terhadap obat tertentu ); (4) Toleransi ( untuk

mendapatkan efek obat yang pernah di konsumsi sebelumnya, memerlukan dosis

yang lebih tinggi); (5) Resistensi (efek obat berkurang karena pembentukan

genetik); (6) Idiosikrasi (efek obat yang aneh , yang merupaka reaksi alergi obat

atau akibat perbedaan genetik)  (Anonym , 2006).

Indeks terapeutik bisa juga dituliskan sebagai berikut:

Page 4: Dosis Respon Obat dan Indeks Terapi

Indek terapeutik =LD 50ED50

Jadi indeks terapeutik merupakan suatu ukuran keamanan obat, karena

nilai yang besar menunjukkan bahwa terdapat suatu batas yang luas/lebar diantara

dosis-dosis yang efektif dan dosis-dosis yang toksik (Katzung, 1989).

Fenobarbital merupakan “long acting barbiturate” yang memiliki khasiat

hipnotik, sedatif, anti konvulsi sserta sebagai peleamas otot rangka (“muscle

reclaxan”). Dalam propilenglikol 90% obat ini dapat larut sempurna dan stabil,

sehingga tepat sebagai sediaan injeksi. Obat ini dapat meyebabkan mengantuk,

kelelahan, depresi mental, ataksia dan alergi kulit, paradoxical excitement

restlessness, bingung pada orang dewasa dan hiperkinesia pada anak; anemia

megaloblastik (dapat diterapi dengan asam folat)( Katzung, B. 1989).

Keracunan benzodiazepine dan barbiturate dapat menyebabkan lemahnya

kesadaran secara cepat. Koma yang mendalam atau manifestasi lain depresi berat

pada fungsi batangotak yang terganggu, pada keadaan ini pasien seperti tidur dan

dapat sadar sesaatdengan rangsangan yang cepat. Pada keadaan ini biasanya

disertai sedikit atau tanpadepresi pernapasan, curah dan irama jantung tetap

normal pada saat anoxia atauhipertensi berat. Toleransi benzodiazepin terjadi

dengan cepat, keadaan seringkembali pada saat konsentrasi obat dalam darah

tinggi kemudian dapat diikuti denganterjadinya koma. Pada overdosis akut selama

pemulihannya dapat terjadi ansietas daninsomnia, yang dapat berkembang

menjadi withdrawal syndrome (gangguan mentalakibat penghentian penggunaan

zat psikoaktif), dapat pula diikuti dengan kejang yanghebat, ini dapat terjadi pada

pasien yang sebelumnya menjadi pemakai kronik(Schmitz,, 2003).

III. ALAT DAN BAHAN

Hewan Percobaan: Mencit jantan

Bahan obat: Fenobarbital, NaCl 0.9%

Alat: Alat suntikan 1ml, timbangan hewan

Page 5: Dosis Respon Obat dan Indeks Terapi

Mencit jantan

Fenobarbital

NaCl 0.9%

Alat suntikan 1ml

Timbangan hewan

Page 6: Dosis Respon Obat dan Indeks Terapi

IV. PROSEDUR

Untuk melakukan percobaan respon obat dan indeks terapi, Mencit

dibahagi kepada 3 kelompok yaitu masing-masing kelompok mempunyai 6 ekor

mencit yang bakal digunakan untuk pengujian. Setiap mencit ditandai supaya

mudah dikenali. Kemudian, setiap mencit ditimbang bobot badan untuk

memudahkan perhitungan dosisnya. Setelah ditimbang, dilakukan pengiraan dosis

untuk setiap menci. Dosis yang diberikan pada setiap mencit adalah berbeda.

Dosis yang diberikan adalah 50 (mg/kg BB), 75(mg/kgBB), 100(mg/kg BB), 125

(mg/kgBB), 150(mg/kgBB ) dan NaCL fisologik bagi setiap mencit yang

berbeda . Obat yang disuntik mengikut dosis yang ditetapkan ialah obat

Fenobarbital sejenis obat hipnotik sedatif. Obat disuntik secara intraperitonial bagi

setiap mencit. Setelah disuntuik, diamati dan dicatat jumlah mencit yang

kehilangan ‘righting reflex’. Angka atau nilai yang didapati tersebut dinyatakan

dalam persentase serta jumlah mencit yang mati pada setiap kelompok tersebut

juga dicatat. Kemudian, dilakukan grafik dosis-respon dibuat pada kertas grafik

log pada ordinat presentase hewan yang memberikan efek (hilang ‘righting

refleks’ atau kematian) pada dosis yang digunakan.

V. DATA PENGAMATAN

Kelompok 1 & 2

NO. BERATBADANMENCIT

(mg)

DOSISOBAT(ml)

PERLAKUANOBAT

(mg/kg BB)

WAKTU (menit)

0 15 30 45 60

1 26.7 0.6500 50 + + + + +2 13.4 0.3350 75 + + + + +3 11.3 0.2825 100 + + + - -4 11.4 0.2850 125 + + + + +5 22.9 0.5725 150 + + - - -6 15.8 0.3950 NaCl fisiologik + + + + +

Page 7: Dosis Respon Obat dan Indeks Terapi

Kelompok 3 & 4

NO. BERATBADANMENCIT

(mg)

DOSISOBAT(ml)

PERLAKUANOBAT (mg/kg

BB)

WAKTU (menit)

0 15 30 45 60

1 13.5 0.3375 50 + + + + +2 15.5 0.3870 75 + + + + +3 16.1 0.4020 100 + + + + +4 11.0 0.2570 125 + + - - -5 11.8 0.2950 150 + + + + -6 9.6 0.2400 NaCl fisiologik + + + + +

Kelompok 5 & 6

NO. BERATBADANMENCIT

(mg)

DOSISOBAT(ml)

PERLAKUANOBAT (mg/kg

BB)

WAKTU (menit)

0 15 30 45

60

1 14.6 0.37 50 + + + + +2 17.0 0.43 75 + + + + +3 19.1 0.48 100 + + + - -4 18.0 0.45 125 + + + - -5 16.5 0.41 150 + + + + +6 16.5 0.41 NaCl fisiologik + + + + +* (+) berarti mencit masih aktif, (-) berarti mencit tidak sedar

RED-MUENCH METHOD

Dosis

(mg/kg)

Log Dosi

s

Observasi

Kematian

JumlahMencit Mati

Jumlah Mencit Hidup

Akumulasi Mencit

RasioKemat

ian

PersenKematian

(%)Mati

Hidup

Total

50 1.7000

0/3 0 3 0 3 3 0/3 0

75 1.8751

0/3 0 3 0 3 3 0/3 0

100 2.000

2/3 2 1 2 1 3 2/3 66.67

125 2.0969

2/3 2 1 2 1 3 2/3 66.67

150 2.1761

2/3 2 1 2 1 3 2/3 66.67

Page 8: Dosis Respon Obat dan Indeks Terapi

Total: 6 9

PERHITUNGAN

A. Jumlah obat yang diberikan pada mencit (mL) =

berat badan mencit (m g ) ×0.2 mL20g

Kelompok 1 & 2

1. Jumlah obat yang diberikan pada mencit(mL) = 26.7 × 0.2

20 = 0.67

2. Jumlah obat yang diberikan pada mencit(mL) = 13.4 ×0.2

20 = 0.34

3. Jumlah obat yang diberikan pada mencit(mL) = 11.3×0.2

20 = 0.28

4. Jumlah obat yang diberikan pada mencit(mL) = 11.4× 0.2

20 = 0.29

5. Jumlah obat yang diberikan pada mencit(mL) = 22.9× 0.2

20 = 0.57

6. Jumlah obat yang diberikan pada mencit(mL) = 15.8× 0.2

20 = 0.40

Kelompok 3 & 4

1. Jumlah obat yang diberikan pada mencit(mL) = 13.5× 0.2

20 = 0.34

2. Jumlah obat yang diberikan pada mencit(mL) = 15.5× 0.2

20 = 0.39

3. Jumlah obat yang diberikan pada mencit(mL) = 16.1× 0.2

20 = 0.40

4. Jumlah obat yang diberikan pada mencit(mL) = 11.0×0.2

20 = 0.28

5. Jumlah obat yang diberikan pada mencit(mL) = 11.8×0.2

20 = 0.30

6. Jumlah obat yang diberikan pada mencit(mL) = 9.6 ×0.2

20 = 0.24

Kelompok 5 & 6

Page 9: Dosis Respon Obat dan Indeks Terapi

1. Jumlah obat yang diberikan pada mencit(mL) = 14.6× 0.2

20 = 0.37

2. Jumlah obat yang diberikan pada mencit(mL) = 17 .0 ×0.2

20 = 0.43

3. Jumlah obat yang diberikan pada mencit(mL) = 19.1× 0.2

20 = 0.48

4. Jumlah obat yang diberikan pada mencit(mL) = 18× 0.2

20 = 0.45

5. Jumlah obat yang diberikan pada mencit(mL) = 16.5 ×0.2

20 = 0.41

6. Jumlah obat yang diberikan pada mencit(mL) = 16.5× 0.2

20 = 0.41

B. Log dosis:

1. Log 50mg = 1.700

2. Log 75mg = 1.8751

3. Log 100mg = 2.0000

4. Log 125 = 2.0969

4. Log 150mg = 2.1761

C. Persen Kematian:

1. 50mg/kg: 03

× 100 % = 0%

2. 75mg/kg: 03

× 100 % = 0%

3. 100mg/kg: 23

×100 % = 66.67%

4. 125mg/kg: 23

×100 % = 66.67%

5. 150mg/kg: 23

×100 % = 66.67%

D. Grafik

Page 10: Dosis Respon Obat dan Indeks Terapi

1.6 1.7 1.8 1.9 2 2.1 2.2 2.30

10

20

30

40

50

60

70

80

log dosis vs persen kematian

VI. PEMBAHASAN

Percobaan dosis respon obat dan indeks terapi ini bertujuan untuk

memperoleh (LD50) dan (ED50) serta memahami konsep indeks terapi pada

hewan percobaan, yaitu mencit dengan berat sekitar 20g. Sementara obat yang

diujikan indeks terapinya adalah fenobarbital. Selain obat, digunakan juga NaCI

fisiologis sebagai kontrol negatif. Kemudian setelah data mengenai jumlah mencit

yang memberikan efek didapati, data yang dinyatakan dengan angka tersebut

dinyatakan dalam persentase dan dimasukkan ke dalam grafik dosis respon.

Grafik dosis-respon digambarkan dengan cara pada kertas grafik log pada ordinat

persentase hewan yang memberikan efek (hilang righting reflex atau kematian)

pada dosis yang digunakan. Grafik dosis-respon digambarkan menurut pemikiran

paling representative untuk fenomena yang diamati dengan memperhatikan

sebesar titik-titik pengamatan.

Hubungan terapi suatu obat dengan kurva dosis respon terdiri dari dua

yaitu: Kurva dosis yang terjal dengan dosis kecil menyebabkan respon obat yang

cepat (efektifitas obat besar) tetapi toksisitasnya besar. Kurva dosis respon datar

Page 11: Dosis Respon Obat dan Indeks Terapi

atau landai. Dosis yang diperlukan relative lebih besar untuk mendapatkan respon

yang lebih cepat (efektifitas berkurang) tetapi toksisitasnya kecil. Rentang efek

terapeutiknya kecil atau sempit. Obat yang ideal menimbulkan efek terapi pada

semua penderita tanpa menimbulkan efek toksik pada seorang penderita pun.

Karena tidak ada mencit yang mengalami kematian, maka dosis lethal tidak

ditemukan pada percobaan ini sehingga indeks terapi tidak dapat ditentukan. Pada

umumnya intensitas efek obat akan meningkat jika diberi dosis obat yang tinggi.

Dari hasil percobaan terlihat bahwa semakin tinggi dosis obat yang diberikan,

efek yang ditimbulkan obat semakin meningkat.

Penyuntikan obat pada mencit dilakukan secara intraperitonial. Cara

pemberian secara iintraperitonial yaitu mencit disuntik di bagian abdomen bawah

sebelah garis midsagital dengan posis abdomen lebih tinggi daripada kepala, dan

kemiringan jarum suntik 10 °. Pemberian secara intraperitonial dimaksudkan agar

absorbsi pada lambung, usus dan proses bioinaktivasi dapat dihindarkan sehingga

didapatkan kadar obat yang utuh dalam darah karena sifatnya yang sistemik.

Selain itu, obat tidak diberikan mellui intravena karena alat-alat injeksi

perlulah disterilisasi terlebih dahulu dan harus bebas dari mikroba. Obat juga tidak

diberikan melalui cara oral karena absorpsi obat melalui cara ini adalah lambat

dan mengambil masa untuk kita mengetahui indeks terapi bagi mencit tersebut.

Obat yang digunakan adalah fenobarbital. Ia adalah obat antiepilepsi. Obat ini

pernah menjadi "first line drug" tetapi sekarang tidak lagi karena ada efek

penenag, depresi dan agitasi. Fenobarbital merupakan obat antikonvulsif dan

antiepilepsi yang efektif. Dosis antikonvulsifnya berada dibawah dosis untuk

hipnotis. Ia adalah antikonvulsan yang non selektif.

Mekanisme kerjanya adalah dimana reseptor GABA adalah target utama

untuk barbiturat dalam sistem saraf pusat. Seperti halnya untuk barbiturat klinis

penting lainya, fenobarbital dan memperpanjang mempotensiasi aksi GABA pada

resptor GABA dan pada konsentrasi yang lebih tinggi secara langsung

mengaktifkan reseptor. Berbeda dengan anestesi barbiturates seperti pentobarbital,

fenobarbital adalah minimal penenang pada dosis antikonvulsan yang efektif.

Perjelasan yang mungkin untuk efek penenang mengurangi fenobarbital termasuk

Page 12: Dosis Respon Obat dan Indeks Terapi

tindakan yang lebih regional dibatasi, aktivitas agonis parsial, kecenderungan

berkurang untuk langsung mengaktifkan reseptor GABA dan aktivitas berkurang

pada target saluran ion lainya, termasuk tegangan-gated saluran kalsium.

Meskipun situs yang tepat dimana barbiturat berinteraksi dengan reseptor GABA

belum ditetapkan, domain transmembran kedua dan ketiga dari subunit β

tampaknya penting, mungkin mengikat melibatkan saku dibentuk oleh β - subunit

286 metionin serta α- subunit metionin 236.

Selain efek pada reseptor GABA, barbiturat blok reseptor AMPA, dan

mereka menghambat pelepasan glutamat melalui efek pada P/Q-jenis tegangan

tinggi saluran kalsium diaktifkan. Kombinasi dari berbagai tindakan kemungkinan

untuk kegiatan mereka yang beragam klinis. Hmapir semua obat dengan dosis

yang cukup besar dapat menimbulakan efek toksis yaitu, dosis toksis, TD dan

pada akhirnya dapat menyebabkan kematian yaitu, dosis lethal, LD. Dosis

teurapeutis adalah takaran pada mana obat menghasilkan efek yang diinginkan.

Untuk menilai keaman dan efek suatu obat di laboratorium farmakologi

dilakukan penelitian dengan hewan percobaan. Yang ditentukan adalah khusus

ED50 dan LD50 yaitu dosis yang masing-masing memberikan efek atau dosis

yang mematikan pada 50% pada jumlah hewan percobaan.

Indeks terapi (LD50:ED50) merupakan perbandingan antara kedua dosis itu,

yang merupakan suatu ukuran keamanan obat. Semakin besar indeks terapi,

semakin aman penggunaan obat tersebut. Tetapi, hendaknya diperhatikan bahwa

indeks terapi ini tidak dengan begitu saja dapat dikorelasikan terhadap manusia,

seperti semua hasil percobaan dengan binatang, karena adanya perbedaan

metabolisme. Luas terapi (ED50:LD50) adalah jarak antara ED50 dan LD50 juga

dinamakan jarak keamanan.

Dosis efektif menengah suatu obat adalah jumlah yang akan menghasilkan

intensitas efek yang diharapkan 50% dari jumlah populasi percobaan. Dosis toksik

median ialah jumlah yang akan menghasilkan efek keracunan tertentu yang

diharapkan pada 50% dari populasi percobaan.

Hubungan antara efek obat yang diharapkan dan yang tidak biasanya

dinyatakan dalam indeks terapeutik dan dinyatakan sebagai rasio (perbandingan)

Page 13: Dosis Respon Obat dan Indeks Terapi

antara dosis toksik median dan dosis efektif median suatu obat, TD50/ED50. Jadi

suatu obat dengan indeks terapeutik 15 dapat diharapkan akan memberikan batas

keselamatan yang lebih besar dalam pengunaanya daripada obat dengan indeks

terapeutik.

Sedasi dan hipnosis adalah efek samping utama (kadang-kadang), mereka

juga efek yang diinginkan) dari fenobarbital. Efek sistem saraf pusat, seperti

pusing, nystagmus dan ataksia, juga umum. Pada pasien usia lanjut, dapat

menyebabkan kegembiraan dan kebingungan, sementara pada anak-anak dapat

menyebabkan hiperaktif paradoks. Efek samping lain yang sangat langka ini

amelogenesis imperfecta. Semuanya ada 3 kelompok praktikum. Masing-masing

kelompok mempunyai berbeda keputusan.

Berat mencit bagi kesemua kelompok adalah dalam range 11g- 27g. Untuk

kelompok pertama, kita dapat lihat bahwa semakiin tinggi dosis obat yang diberi

maka semakin cepat mencit tidak sadar atau tidak mengalami "righting reflex".

Masa yang diambil untuk mencit tidak sadar sangat singkat. Contohnya pada

kelompok 1, mencit yang paling berat dibekalkan dengan dosis yang paling tinggi

sesuai dengan bobot badannya. Namun, apabila diberikan dosis sejumlah 125g

dan NaCI fisiologis semua mencit berada dalam keadaan sadar sahaja.

Kemudian setelah data mengenai jumlah mencit yang memberikan efek

diperoleh, data yang dinyatakan dengan angka tersebut dinyatakan dalam

persentase dan dimasukkan kedalam grafik dosis respon. Grafik dosis-respon

digambarkan dengan cara pada kertas grafik log pada ordinat persentase hewan

yang memberikan efek (hilang righting reflex atau kematian) pada dosis yang

digunakan.

Grafik dosis-respon digambarkan menurut pemikiran paling representative

untuk fenomena yang diamati dengan memperhatikan sebesar titik-titik

pengamatan. Hubungan terapi suatu obat dengan kurva dosis respon terdiri dari

dua yaitu kurva dosis yang terjal. Dengan dosis kecil menyebabkan respon obat

yang cepat (efektifitas obat besar) tetapi toksisitasnya besar.

Rentang efek terapeutiknya luas. Kurva dosis-respon datar atau landai.

Dosis yang diperlukan relative lebih besar untuk mendapatkan respon yang lebih

Page 14: Dosis Respon Obat dan Indeks Terapi

cepat (efektifitas berkurang) tetapi toksisitasnya kecil. Rentang efek terapeutiknya

kecil atau sempit. Obat yang ideal menimbulkan efek terapi pada semua penderita

tanpa menimbulkan efek toksik pada seorang penderita pun.

Bagi kelompok 2 pula, yaitu kelompok kami, dapat dilihat bahwa mencit

yang mengambil masa yang agak lama juga untuk bertindak balas dengan dosis

yang diberikan. Pada dosis 125mg/kg BB dan juga 150mg/kg BB, mencit tidak

sadarkan diri selepas menit 30 menit dan pada menit ke-60 sahaja. Pada kontrol

negatif yaitu pada pemberian NaCI fisiologis memang tiada perubahan pada

mencit.

Pada kelompok terakhir pula dapat terlihat perubahan pada perlepasan

dosis 100mg/kg BB dan 125mg/kg BB yaitu sebanyak 0.48ml fenobarbital

diberikan. Mencit saat ini cepat sekali tidak sadarkan diri. Tindak balas cepat

berlaku selepas menit ke-45. Selepas dosis 150mg/kg BB dan pada NaCI

fisiologis (kontrol negatif), mencit seperti sahaja sadar. Sepatutnya semakin

meningkat dosis, semakin nipis batas keamanan obat tersebut tetapi pada

kelompok ini sebaliknya. Ini memungkinkan sewaktu menimbang bobot mencit

adalah tidak akurat, ini karena mencit mungkin tidak mampu dikawal dan

terlampau aktif. Jadi perlepasan dosis yang dihitung tidak sewajar dengan bobot

mencit yang sebenar.

Berdasarkan Reed-Muench metode, daripada 18 mencit yang digunakan

hanya 6 mencit sahaja yang mati. 12 mencit lagi hidup. Dilihat pada ratio

kematian sebanyak 2 mencit masing-masing mati pada perlepasan dosis 100mg/kg

BB, 125mg/kg BB dan 150mg/kg BB. Jadinya persen (%) kematian mencit adalah

66.67% pada masing-masing dosis. Berdasarkan pengamatan graf yang dilakukan,

grafiknya berbentuk linear. Maka, peningkatan dosis selari dengan persentase

kematian mencit. Log dosis yang didapati adalah1.699, 1.875, 2,000, 2.097 dan

2.176. Jadi dapat diamati bahwa log dosis yang diperoleh adalah selari.

Di sini kita dapat lihat bahwa apabila dosis obat meningkat maka log dois obat

turut meningkat. Seterusnya, mingkatkan efektivitas obat terhadap aktivitas

mencit.

Page 15: Dosis Respon Obat dan Indeks Terapi

VII. KESIMPULAN

1. Berdasarkan hasil percobaan pemberian dosis obat terhadap hewan percobaan yaitu mencit, DE50 dan DL50  tidak dapat diperolehi

2. Indeks terapi adalah rasio antara dosis yang menimbulkan kematian pada 50% dari hewan percobaan yang digunakan (DL50) dibagi dosis yang memberikan efek yang diteliti pada 50% dari hewan percobaan yang digunakan (LD50)

3. Semakin besar indeks terapi obat maka semakin besar efek terapeutiknya

DAFTAR PUSTAKA

Adriano. 2007. fenobarbital. Tersedia di   http://www.chm.bris.ac.uk/ motm/fenobarbitall/sodiumjm.htm [diakses tanggal 22 Maret 2014]

Anonym. 2006. Obat Sedatif dan Hipnotik. Tersedia di http://medicastore.com /apotikonline/obat_saraf_otot/obat_bius.htm [diakses tanggal 22 Maret 2014]

Ganiswara, S.G., R. Setiabudi, FD. Suyana, Purwantyastuti(Editor). 2007.  Farmakologi dan Terapi . Edisi 5. Bagian Farmakologi FK UI : Jakarta.

Katzung, B. 1989. Farmakologi Dasar dan Klinik . Edisi 3. EGC : Jakarta.

Lamidi, Sofyan. 1995.Farmakol ogi Umum I. EGC : Jakarta.

Schmitz, Gary Hans Lepper dan Michael Heidrich. 2003. Farmakologi dan Toksikologi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Page 16: Dosis Respon Obat dan Indeks Terapi