dorman si
DESCRIPTION
dormansiTRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH
“DORMANSI”
Disusun Oleh :
Nama : Nur Afriza Auliya
NIM : 125040201111158
Kelas : I
Asisten : Nofita
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014
4. Hasil dan PembahasanNo Perlakuan Komoditi Parameter
Vigor Less Vigor Abnormal Mati
1.
Skarifikasi
DiamplasSaga
1 8 1 0
Control 0 0 0 10Jumlah 1 8 1 10Persentase 5% 40% 5% 50%
2.
DilukaiSemangka
1 0 0 9Control 1 0 0 9Jumlah 2 0 0 18Persentase 10% 0 0 90%
ParameterN An BM BK BSTT
3.
Stratifikasi
Suhu 50o
Kedelai7 0 0 0 3
Control 4 1 0 0 5Jumlah 11 1 0 0 8Persentase 55% 5% 0% 0% 40%
4.
Suhu 60o
Padi6 1 0 0 3
Control 4 0 0 0 6Jumlah 10 0 0 0 0Persentase 50% 5% 0% 0% 45%
4.1 Hasil
4.1 PEMBAHASAN
4.2.1.Skarifikasi (Perbandingan Perlakuan dengan Kontrol + Literature)
Skarifikasi merupakan sebuah perlakuan yang diberikan ke benih untuk
memecah proses dormansi dari suatu benih dengan cara mekanik. Terdapat dua cara
dalam skarifikasi yaitu dengan melukai bagian benih tertentu pada biji dan
menggunakan asam yang kuat untuk melunakkan kulit dari biji.
Dalam praktikum kali ini dilakukan uji coba dengan menggunakan biji semangka
dan biji saga dan dengan menggunakan metode perlakuan fisik.
Saga
Pada biji saga diberikan perlakuan pengamplasan bagian hilumnya dan diuji coba
dimedia perkecambahan yaitu pasir. Dalam perrlakuan ini yang digunakna adalah dua
jenis perlakuan yaitu dengan biji saga yang diamplas dan biji saga tanpa diamplas
sebagai pembanding untuk kualitas perkecambahannya. Berdasarkan data pengamatan
yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa untuk biji saga yang mendapatkan
perlakuan dengan diamplas dapat tumbuh dalam keadaan vigor sebanyak 1,less vigor
8 ,dan kondisi abnormal 1 buah, dan tidak ditemukannya benih yang mati. Sedangkan
untuk biji sagasebagai pembanding tidak ada yang berkecambah yaitu keseluruhan
mati. Terdapat faktor yang mempengaruhi dalam tidak berkecambahanya biji
diantaranya adalah sbb:
Benih saga dengan perlakuan amplas
a. Umur benih
Umur benih berkaitan dengan tingkat kematangan dari benih yang digunakan,
dimana jika benih yang digunakan belum memasuki tingkat masak fisiologis akan
menyebabkan biji sulit untuk berkecambah, karena proses fisiologis pada benih
belum masak fisiologi belum sempurna. Benih yang paling baik yaitu sudah masuk
masak fisiologis, dan jika sudah terlalu lama lewat masak fisiologis juga tidak baik.
Benih yang digunakan diperkirakan sudah masak fisiologis karena sudah dilihat dari
indicator warnanya. Warna benih sudah berubah menjadi kemerahan. Sehingga
diniai tidak akan terlalu berpengaruh terhadap kualitas perkecambahan benih.
b. Media
Media yaitu sebagai penyedia air dan nutrisi, dalam hal ini media yang
digunakan harus dapat dengan mudah ditembus akar dan mudah menahan air. Pada
uji coba yang dilakukan media yang digunakan yaitu media pasir, dengan asumsi
mudah ditembus perakaran dan kelembaban relative terjaga. Akan tetapi media pasir
memiliki kelemahan dimana harus rutin penyiraman karena media ini relative
menahan air artinya kemampuan menahan airnya kurang. Dari perawatan rutin yang
dilakukan dinilai tidak akan terlalu mempengaruhi benih untuk berkecambah.
c. Perlakuan (pada saat pengamplasan)
Pengamplasan dinilai menjadi penyebab paling tepat mengapa benih saga ada
yang tidak tumbuh. Hal tersebut dikarenakan pada saat pengamplasan dapat terjadi
kesalahan-kesalahan yang tidak disengaja seperti pengamplasan yang terlalu
berlebihan sehingga embrio luka dan saat dikecambahkan mengalami pembusukan
atau kekeraingan, dan pengamplasan tidak tepat, dimana kulit biji yang menjadi
penghambat masih tebal karena pengamplasan kurang tipis.
Benih tanpa diamplas
Pada perlakuan benih saga yang tanpa pengamplasan tidak ada benih yang
berkecambah , ini disebabkan karena faktor penghambat yaitu kulit benih yang keras
dan tidak dapat ditembus oleh air dan gas-gas yang diperlukan untuk proses
metabolisme sehingga dapat terjadi proses perkecambahan.
Benih semangka
Benih semangka diberi perlakuan berupa pemotongan ujung benih didekat calon
embrio, dengan harapan benih lebih cepat tumbuh. Dari hasil kecambah setelah 1
minggu menunjukkan jika benih semangka yang beri perlakuan lebih banyak yang
tumbuh dengan baik dibandingkan dengan benih yang hanya dikontrol tanpa perlakuan.
Pada benih dengan perlakuan ada yang tidak tumbuh dapat disebabkan karena pada saat
pemotongan ujung benih, terkena embrio sehingga benih tersebut rusak dan dapat
terkena infeksi, atau mengalami pembusukan. Hal ini merupakan salah satu kelemahan
dari perlakuan ini. Resiko ini terlalu tinggi jika dilakukan dengan skala yang besar. Hal
yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal ini yaitu penggunaan benih unggul diman
vigor dari benih tinggi.
Menurut Rojas Are´chiga, M. Dkk (2005) menyatakan bahwa perawatan
skarifikasi mekanik tidak berbahaya bagi benih akan tetapi meningkatkan secara
signifikan perkecambahan dibandingkan dengan control. Penyebab dormansi yang
sangat ,meluas adalah karena pada beberapa jenis tanaman benih memiliki organ
tambahan berupa struktur penutup benih yang keras. Kulit benih yang keras ini
biasanya menyebabkan dormansi melalui satu dari tiga cara, adalah kulit yang keras
mungkin menyebabkan impermeable terhadap air, gas atau mungkin secara mekanik
menekan perkembangan embrio. Kulit benih ini tahan terhadap gesekan dan kadang
terlindungi oleh lapisan seperti lilin. Kulit benih yang keras ini sebenarnya secara
alamiah berfungsi untuk mencegah kerusakan benih dari serangan jamur atau serangga
predator (Leadem, 1997)
4.2.2.Stratifikasi (Perbandingan Perlakuan dengan Kontrol + Literature)
Stratifikasi yaitu perlakuan pada benih dengan memberikan rangsangan cahaya,
suhu, dan kelembaban sehingga terjadi perubahan dalam benih yang akan
menghilangkan bahan-bahan yang menjadi penghambat benih untuk berkecambah. Uji
coba yang dilakukan yaitu pada benih kedelai dan benih padi, dimana perlakuan yang
diberikan yaitu dengan perendaman pada air dengan suhu 500 untuk benih kedelai dan
600 untuk benih padi.perbedaan suhu yang digunakan dilihat dari benoh yang akan
digunakan. Benih padi lebih keras dan kaku dibandingkan dengan benih padi.
Benih kedelai
Setelah dilakukan pengamatan selama 7 hari didapatkan hasil bahwa untuk benih
kedelai yang berada pada suhu Suhu 50 0 C yang tumbuh secara normal adalah 7 maka
selainnya itu benih tidak tumbuh semuanya ( 3 benih). Untuk yang benih kontrol
terdapat 4 benih normal , 1 benih abnormal dan 5 benih mati.
Dari hasil praktikum tersebut benih yang diberi perlakuan memiliki kemampuan
berkecambah yang lebih baik dibandingkan dengan yang tidak diberi perlakuan. Hal ini
dikarenakan untuk melunakkan kulit biji dan memberi ruang oksigen untuk masuk
sehingga benih lebih mudah untuk berkecambah. Menurut (Elias, 2010) benih yang
dilakukan perendaman dalam kondisi yang lembab dingin dapat meningkatkan
presentase perkecambahan, yaitu semula 31% menjadi 65%.
Benih padi
Benih padi yang diberi perlakuan rendam dengan air suhu 600 C, setelah 1 minggu
dikecambahkan mengalami pertumbuhan normal sebanyal 6 benih dan yang abnornal
sebanyak 1 benih dan sisanya adalah benih mati. Ada beberapa kemungkinan penyebab
mengapa benih padi yang diberi perlakuan stratifikasi dengan direndam air 600 C tidak
tumbuh yaitu ,suhu air yang digunakan 600 C beremungkinan merusak atau mematikan
struktur organ dari benih. Rusaknya struktur benih akan mengakibatkan benih tidak
dapat berkecambah karena fungsi metabolisme benih tidak berjalan.
Menurut Himanen (2012) Skarifikasi dengan air mendidih ditambah stratifikasi
adalah yang paling efektif dalam meningkatkan perkecambahan Iliamna rivularis
(Douglas ex Hook) Greene (Malvaceae) dalam percobaan yang membandingkan 3
perawatan. Perlakuan kontrol (biji utuh) menghasilkan perkecambahan yang buruk (1,8
%). Skarifikasi mekanis (bagian dari seedcoat dihapus) meningkatkan perkecambahan
(rata-rata perkecambahan 49%) , tetapi tidak sebanyak kombinasi mendidih benih untuk
120 s ditambah stratifikasi mereka 28 d pada suhu 4 ° C ( rata-rata perkecambahan
70%) . Perkecambah dari yang mendidih ditambah stratifikasi tampaknya lebih kuat .
Impermeabilitas seedcoat adalah faktor utama mencegah perkecambahan , Tetapi
respon dari embrio untuk stratifikasi mungkin menyarankan beberapa dormansi
fisiologis .
4.2.3.Kelebihan dan Kelemahan Metode Skarifikasi dan Stratifikasi
1. Skarifikasi
Kelebihan
a. Skarifikasi mekanis untuk menipiskan testa, pemanasan, pendinginan
(chilling), perendaman dalam air mendidih, pergantian suhu drastic, namun
tempertur tinggi jarang digunakan untuk memecahkan dormansi benih, karena
biasanya temperatur tinggi malah meningkatkan dormansi benih daripada
memperbaiki perkecambahannya (Leopold & Kriedemann, 1975).
b. Skarifikasi kimia untuk mendegradasi testa, yaitu asam sulfat. Untuk testa
yang mengandung senyawa tak larut air yang menghalangi masuknya air
kebenih, maka pelarut organic seperti alcohol dan aseton dapat digunakan
untuk melarutkan dan memindahkan senyawa tersebut sehingga benih dapat
berkecambah (Soejadidan 2002).
Kelemahan
a. Benih non dorman dapat mengalami kondisi yang menyebabkannya menjadi
dorman. Penyebabnya kemungkinan benih terekspos kondisi yang ideal untuk
terjadinya perkecambahan kecuali satu yang tidak terpenuhi, misalnya saja
perubahan fisik yang terjadi pada kulit biji yang diakibatkan oleh pengeringan
yang berlebihan, sehingga pertukaran gas-gas pada saat imbibisi menjadi lebih
terbatas (Nutile dan Woostock, 1967).
2. Stratifikasi
Kelebihan
a) Untuk benih-benih yang mempunyai struktur kulit yang tidak begitu tebal,
pematahan dormansi cukup dilakukan dengan merendam benih didalam air.
Air tersebut berfungsi untuk melunakan kulit benih sehingga air mampu
menembus sampai ke bagian embrio benih. Embrio benih yang terkena air
akan terimbibisi dan berkecambah.
b) Meningkatkan hormon yang mengatur perkecambahan benih (Soejadidan
2002).
Kelemahan
a) Hanya dapat diterapkan pada benih yang mengalami dormansi fisiologis saja
(Soejadidan 2002).
4.2.4.Perbandingan Metode Pemecahan Dormansi Skarifikasi dengan Stratifikasi
Skarifikasi
Skarifikasi yaitu melukai kulit benih dengan cara memotong sepertiga bagian
benih yang berlawanan dengan embrio. Akibat skarifikasi ini, air dapat masuk
kedalam benih dan memicu proses imbibisi benih (Soejadidan 2002).
Pada proses pemecahan dormansi metode skarifikasi menggunakan benih
saga dan benih semangka. Masing-masing benih diberi perlakuan dan kontrol (tidak
diberi perlakuan). Perlakuan untuk benih saga yaitu dengan diamplas pada bagian
tepi-tepinya sedangkan untuk benih semangka dilukai ujungnya, kemudian masing-
masing benih ditanam pada media pasir. Dari hasil pengamatan didapatkan benih
yang diberi perlakuan memiliki kemampuan berkecambah yang lebih baik karena air
dapat masuk ke dalam benih yang memiliki kulit biji yang keras dan kuat.
Stratifikasi
Metode pamatahan dormansi yang lain dapat dilakukan dengan cara stratifikasi suhu
rendah yang disebut cilling. Metode ini bertujuan untuk meningkatkan hormon yang
mengatur perkecambahan benih. Pematahan dormansi fisiologis dilakukan dengan
merendam benih dalam larutan KNO3. Larutan KNO3 berfungsi untuk mengaktifkan
kembali proses metabolisme benih, sehingga benih mampu berkecambah. Pematahan
dormansi fisiologis dapat dilakukan dengan penyimpanan kering. Penyimpanan
kering dilakukan terhadap benih yang mempunyai sifat after ripening. After
Ripening diartikan sebagai setiap perubahan pada kondisi fisiologis benih selama
penyimpanan yang mengubah benih menjadi mampu berkecambah. Jangka waktu
penyimpanan ini berbeda-beda dari beberapa hari sampai dengan beberapa tahun,
tergantung dari jenis benihnya. Peristiwa after ripening terjadi pada benih padi
sehingga untuk menghasilkan benih padi dengan daya berkecambah yang tinggi
harus dilakukan penyimpanan kering terlabih dahulu (Soejadidan 2002).
Pada proses pemecahan dormansi metode stratifikasi menggunakan benih kedelai dan benih padi. Masing-masing benih diberi perlakuan dan kontrol (tidak diberi perlakuan). Pada metode stratifikasi ini perlakuan untuk kedua benih sama yaitu direndam dalam air panas selama 5 menit. Untuk benih kedelai menggunakan suhu 500C dan untuk benih padi menggunakan suhu 60oC. Setelah direndam biji ditanam pada kertas (menggunakan iji UDK) yang sebelumnya kertas sudah dilembabkan, dan dihasilkan benih yang direndam memiliki kemampuan berkecambah lebih baik juga karena perendaman yang dilakukan dapat melunakkan kulit biji sehingga air maupun oksigen bisa masuk ke dalam benih dengan mudah sehingga benih cepat berkecambah.
5. KESIMPULAN
Dengan dialakukannya praktikum dormansi benih dapat disimpulakn bahwa dormansi
benih merupakan faktor yang dapat menghambat proses perkecmbahn , faktor yang menjadi
penghambat dapat menimbulkan kerugian ekonomis pada saat uji coba dilakukan untuk
memecahkan dormansi dapat dilakuan dengan dua cara yaitu dengan metode stratification
dan scarisification. Stratifikasi ditujukan untuk mengatasi masalah pada fisiologis benih
sementara itu skarisifikasi untuk mengatasi maslah marfologi dari benih.
Dalam praktikum yang telah dilakukan untuk benih saga akan lebih baik jika diberi
perlakuan skrisifikasi,sedangkan untuk semangka kurang cocok karena resiko kerusakan
terlalu tinggi. Pada padi tidak cocok untuk direndam air panas, sedangkan pada kedelai
cocok. Ini mebuktikan bahawa beberapa benih tidak dapat diberi perlakuan stratifikasi dan
beberapa benih tidak dapat diberi perlakuan skarisifikasi.
DAFTAR PUSTAKA
Himanen, Katri., Markku Nygren., Tanpa tahun. Boiling Water Scarification Plus
Stratification Improves Germination Of Iliamna rivularis (Malvaceae) Seed.
Finnish Forest Research Institute (Metla), Suonenjoki Research Unit, Juntintie
154, FI-77600, Suonenjoki, Finland.
Leadem, C. L. 1997. Dormancy-Unlocking Seed Secret. In : Landis, T.D.,Thompson, J.R.
Tech. Coords. National Proceedings, Forest and Conservation Nursery Association.
Gen. Tech. Rep. PNW-G TR-419. Portland, OR:U.S. Department of Agriculture,
Forest service, Pacific Northwest Research Station.
Rojas Are´chiga. Dkk. 2005. Breaking seed dormancy in Opuntia rastrera from the
Chihuahuan desert. Departamento de Ecologı´a de la Biodiversidad, Instituto de
Ecologı´a, UNAM Me´xico, D.F.Instituto de Ecologı´a, A. C. Antigua carretera a
Coatepec km. 2.5. Apartado Postal. Xalapa, Veracruz, Me´xico
Soejadidan U.S. Nugraha. 2002. Pengaruh Perlakuan Pematahan Dormansi Terhadap Daya
Berkecambah Padi. Hal 155-162. Dalam E. Murniatiet al. (Eds.) : Industri Benih di
Indonesia. Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih IPB. 291 hal.
Leopold, A.C. dan P.E. Kriedemann. 1975. Plant growth and development. New Delhi. Tata
Mc. Graw Hill Book Co. Ltd.
Nutile, G E, and Woodstock, L W. 1967. The influence of dormancy-inducing dessication
treatments on the respiration and germination of Sorghum. Physiologia Plantarum,
20, 554–561.