dokumenta si
DESCRIPTION
farmasi industriTRANSCRIPT
BAB II
KELENGKAPAN DOKUMEN
Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen dan dokumentasi
yang baik merupakan bagian yang esensial dari pemastian mutu. Dokumentasi harus
jelas untuk memastikan bahwa tiap personil menerima uraian tugas yang relevan
secara jelas dan rinci sehingga memperkecil resiko terjadinya salah tafsir dan
kekeliruan yang biasanya timbul karena mengandalkan komunikasi lisan.
Dokumentasi harus memuat tentang Spesifikasi, Dokumen Produksi Induk/Formula
Pembuatan, prosedur, metode dan instruksi, laporan dan catatan harus bebas dari
kekeliruan dan tersedia secara tertulis. Dokumen harus didesain, disiapkan dan
distribusikan serta harus ditanda tangani dan diberi tanggal oleh personel yang
berwenang.
Dokumen yang diperlukan dalam industri farmasi berdasarkan CPOB 2012,
antara lain:
2.1 Spesifikasi
Hendaklah tersedia spesifikasi bahan awal, bahan pengemas, produk antara dan
ruahan, serta produk jadi. Spesifikasi menguraikan secara rinci persyaratan yang
harus dipenuhi produk atau bahan yang digunakan atau diperoleh selama pembuatan.
Dokumen ini merupakan dasar untuk mengevaluasi mutu. Dokumen harus
diberitanggal da disahkan oleh petugas yang berwenang.
2.2 Spesifikasi Bahan Awal
Spesifikasi bahan awal hendaklah mencakup, di mana diperlukan.
1. Deskripsi bahan, termasuk:
a. Nama yang ditentukan dan kode referen (kode produksi) internal
b. Rujukan monografi farmakope, bila ada
c. Pemasok yang disetujui dan, bila mungkin, produsen bahan
d. Standar mikrobiologis, bila ada
2. Petunjuk pengambilan sampel dan pengujian atau prosedur rujukan
3. Persyaratan kualitatif dan kuantitatif dengan batas penerimaan
4. Kondisi penyimpanan dan tindakan pengamanan
5. Batas waktu penyimpanan sebelum dilakukan pengujian kembali
Gambar 2.1 Contoh format dokumentasi bahan awal
2.3 Spesifikasi Bahan Pengemas
Spesifikasi bahan pengemas hendaklah mencakup, di mana diperlukan:
1. Deskripsi bahan, termasuk:
a. Nama yang ditentukan dan kode referen (kode produk) internal
b. Rujukan monografi farmakope
c. Pemasok yang disetujui dan bila mungkin produsen bahan
d. Standar mikrobiologis
e. Spesimen bahan pengemas cetak termasuk warna
2. Petunjuk pengambilan sampel dan pengujian atau prosedur rujukan
3. Persyaratan kualitatif dan kuantitatif dengan batas penerimaan
4. Kondisi penyimpanan dan tindakan pengamanan
5. Batas waktu penyimpanan sebelum dilakukan pengujian kembali
Gambar 2.2 Contoh format bahan pengemas
2.4 Spesifikasi Produk Antara dan Produk Ruahan
Spesifikasi produk antara dan produk ruahan hendaklah tersedia, apabila produk
tersebut dibeli atau dikirim, atau apabila data dari produk antara digunakan untuk
mengevaluasi produk jadi. Spesifikasi hendaklah mirip dengan spesifikasi bahan awal
atau produk jadi, sesuai keperluan.
2.5 Spesifikasi Produk Jadi
Spesifikasi produk jadi mencakup:
1. Nama produk yang ditentukan dan kode referen (kode produk);
2. Formula/komposisi atau rujukan;
3. Deskripsi bentuk sediaan dan uraian mengenai kemasan, termasuk ukuran
kemasan;
4. Petunjuk pengambilan sampel dan pengujian atau prosedur rujukan;
5. Persyaratan kualitatif dan kuantitatif dengan batas penerimaan;
6. Kondisi penyimpanan dan tindakan pengamanan khusus, bila diperlukan; dan
7. Masa edar/simpan.
Gambar 2.3 Contoh format dokumen produk jadi (tablet)
2.6 Dokumen Produksi
Dokumen yang esensial dalam produksi adalah:
1. Dokumen Produksi Induk yang berisi formula produksi dari suatu produk dalam
bentuk sediaan dan kekuatan tertentu, tidak tergantung dari ukuran bets;
2. Prosedur Produksi Induk, terdiri dari Prosedur Pengolahan Induk dan Prosedur
Pengemasan Induk, yang masing-masing berisi prosedur pengolahan dan
prosedur pengemasan yang rinci untuk suatu produk dengan bentuk sediaan,
kekuatan dan ukuran bets spesifik. Prosedur Produksi Induk dipersyaratkan
divalidasi sebelum mendapat pengesahan untuk digunakan;
3. Catatan Produksi Bets, terdiri dari Catatan Pengolahan Bets dan Catatan
Pengemasan Bets, yang merupakan reproduksi dari masing-masing Prosedur
Pengolahan Induk dan Prosedur Pengemasan Induk, dan berisi semua data dan
informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan produksi dari suatu bets produk.
Kadang-kadang pada Catatan Produksi Bets, prosedur yang tertera dalam
Prosedur Produksi Induk tidak lagi dicantumkan secara rinci.
2.7 Dokumen Produksi Induk
Dokumen Produksi Induk yang disahkan secara formal hendaklah mencakup
nama, bentuk sediaan, kekuatan dan deskripsi produk, nama penyusun dan bagiannya,
nama pemeriksa serta daftar distribusi dokumen dan berisi hal sebagai berikut:
1. Informasi bersifat umum yang menguraikan jenis bahan pengemas primer yang
harus digunakan atau aternatifnya, pernyataan mengenai stabilitas produk,
tindakan pengamanan selama penyimpanan dan tindakan pengamanan lain yang
harus dilakukan selama pengolahan dan pengemasan produk
2. Komposisi atau formula produk untuk tiap satuan dosis dan untuk satu sampel
ukuran bets
3. Daftar lengkap bahan awal, baik yang tidak akan berubah maupun yang akan
mengalami perubahan selama proses
4. Spesifikasi bahan awal
5. Daftar lengkap bahan pengemas
6. Spesifikasi bahan pengemas primer
7. Prosedur pengolahan dan pengemasan
8. Daftar peralatan yang dapat digunakan untuk pengolahan dan pengemasan
9. Pengawasan selama proses pengolahan dan pengemasan; dan masa edar/simpan
2.8 Dokumentasi Prosedur Pengolahan Induk
Prosedur Pengolahan Induk yang disahkan secara formal hendaklah tersedia
untuk tiap produk dan ukuran bets yang akan dibuat. Prosedur Pengolahan Induk
hendaklah mencakup:
1. Nama produk dengan kode referen produk yang merujuk pada spesifikasinya.
2. Deskripsi bentuk sediaan, kekuatan produk dan ukuran bets.
3. Daftar dari semua bahan awal yang harus digunakan, dengan menyebutkan
masing-masing jumlahnya, dinyatakan dengan menggunakan nama dan referen
(kode produk) yang khusus bagi bahan itu; hendaklah dicantumkan apabila ada
bahan yang hilang selama proses.
4. Pernyataan mengenai hasil akhir yang diharapkan dengan batas penerimaan, dan
bila perlu, tiap hasil antara yang relevan.
5. Pernyataan mengenai lokasi pengolahan dan peralatan utama yang harus
digunakan.
6. Metode atau rujukan metode yang harus digunakan untuk mempersiapkan
peralatan kritis (misalnya pembersihan, perakitan, kalibrasi, sterilisasi).
7. Instruksi rinci tahap proses (misalnya pemeriksaan bahan, perlakuan awal, urutan
penambahan bahan, waktu pencampuran, suhu).
8. Instruksi untuk semua pengawasan selama-proses dengan batas penerimaannya.
9. Bila perlu, syarat penyimpanan produk ruahan; termasuk wadah, pelabelan dan
kondisi penyimpanan khusus, di mana perlu; dan semua tindakan khusus yang
harus diperhatikan.
2.9 Dokumentasi Prosedur Pengemasan Induk
Prosedur Pengemasan Induk yang disahkan secara formal hendaklah tersedia
untuk tiap produk dan ukuran bets serta ukuran dan jenis kemasan. Dokumen ini
umumnya mencakup, atau merujuk, pada hal berikut:
1. Nama produk;
2. Deskripsi bentuk sediaan dan kekuatannya, di mana perlu;
3. Ukuran kemasan yang dinyatakan dalam angka, berat atau volume produk dalam
wadah akhir;
4. Daftar lengkap semua bahan pengemas yang diperlukan untuk satu bets standar,
termasuk jumlah, ukuran dan jenis bersama kode atau nomor referen yang
berkaitan dengan spesifikasi tiap bahan pengemas;
5. Di mana sesuai, contoh atau reproduksi dari bahan pengemas cetak yang relevan
dan spesimen yang menunjukkan tempat untuk mencetak nomor bets dan tanggal
kadaluwarsa bets;
6. Tindakan khusus yang harus diperhatikan, termasuk pemeriksaan secara cermat
area dan peralatan untuk memastikan kesiapan jalur (line clearance) sebelum
kegiatan dimulai;
7. Uraian kegiatan pengemasan, termasuk segala kegiatan tambahan yang signifikan
serta peralatan yang harus digunakan; dan
8. Pengawasan selama-proses yang rinci termasuk pengambilan sampel dan batas
penerimaan.
2.10 Dokumentasi Catatan Pengolahan Bets
Catatan Pengolahan Bets hendaklah tersedia untuk tiap bets yang diolah.
Dokumen ini hendaklah dibuat berdasarkan bagian relevan dari Prosedur Pengolahan
Induk yang berlaku. Metode pembuatan catatan ini hendaklah didesain untuk
menghindarkan kesalahan transkripsi. Catatan hendaklah mencantumkan nomor bets
yang sedang dibuat.
Sebelum suatu proses dimulai, hendaklah dilakukan pemeriksaan yang dicatat,
bahwa peralatan dan tempat kerja telah bebas dari produk dan dokumen sebelumnya
atau bahan yang tidak diperlukan untuk pengolahan yang direncanakan, serta
peralatan bersih dan sesuai untuk penggunaannya.
Selama pengolahan, informasi sebagai berikut hendaklah dicatat pada saat tiap
tindakan dilakukan dan - setelah lengkap - hendaklah catatan diberi tanggal dan
ditandatangani dengan persetujuan dari personil yang bertanggung jawab untuk
kegiatan pengolahan:
1. Nama produk;
2. Tanggal dan waktu dari permulaan, dari tahap antara yang signifikan dan dari
penyelesaian pengolahan;
3. Nama personil yang bertanggung jawab untuk tiap tahap proses;
4. Paraf operator untuk berbagai langkah pengolahan yang signifikan dan, di mana
perlu, paraf personil yang memeriksa tiap kegiatan ini (misalnya penimbangan);
5. Nomor bets dan/atau nomor kontrol analisis dan jumlah nyata tiap bahan awal
yang ditimbang atau diukur (termasuk nomor bets dan jumlah bahan hasil
pemulihan atau hasil pengolahan ulang yang ditambahkan);
6. Semua kegiatan pengolahan atau kejadian yang relevan dan peralatan utama yang
digunakan;
7. Catatan pengawasan selama-proses dan paraf personil yang melaksanakan serta
hasil yang diperoleh;
8. Jumlah hasil produk yang diperoleh dari tahap pengolahan berbeda dan penting;
dan
9. Catatan mengenai masalah khusus yang terjadi termasuk uraiannya dengan tanda
tangan pengesahan untuk segala penyimpangan terhadap Prosedur Pengolahan
Induk.
2.11 Dokumentasi Catatan Pengemasan Bets
Catatan Pengemasan Bets hendaklah tersedia untuk tiap bets yang dikemas.
Dokumen ini hendaklah dibuat berdasarkan bagian relevan dari Prosedur Pengemasan
Induk yang berlaku dan metode pembuatan catatan ini hendaklah didesain untuk
menghindarkan kesalahan transkripsi. Catatan hendaklah mencantumkan nomor bets
dan jumlah produk jadi yang direncanakan akan diperoleh.
Sebelum suatu kegiatan pengemasan dimulai, hendaklah dilakukan pemeriksaan
yang dicatat, bahwa peralatan dan tempat kerja telah bebas dari produk dan dokumen
sebelumnya atau bahan yang tidak diperlukan untuk pengemasan yang direncanakan,
serta peralatan bersih dan sesuai untuk penggunaannya.
Selama pengemasan, informasi sebagai berikut hendaklah dicatat pada saat tiap
tindakan dilakukan dan setelah lengkap hendaklah catatan diberi tanggal dan
ditandatangani dengan persetujuan dari personil yang bertanggung jawab untuk
kegiatan pengemasan:
1. Nama produk;
2. Tanggal dan waktu tiap kegiatan pengemasan;
3. Nama personil yang bertanggung jawab untuk melaksanakan kegiatan
pengemasan;
4. Paraf operator dari berbagai langkah pengemasan yang signifikan;
5. Catatan pemeriksaan terhadap identitas dan konformitas dengan Prosedur
Pengemasan Induk termasuk hasil pengawasan selama-proses;
6. Rincian kegiatan pengemasan yang dilakukan, termasuk referensi peralatan dan
jalur pengemasan yang digunakan;
7. Apabila dimungkinkan, sampel bahan pengemas cetak yang digunakan, termasuk
spesimen dari kodifikasi bets, pencetakan tanggal daluwarsa serta semua
pencetakan tambahan;
8. Catatan mengenai masalah khusus yang terjadi termasuk uraiannya dengan tanda
tangan pengesahan untuk semua penyimpangan terhadap Prosedur Pengemasan
Induk; dan
2.12 Prosedur dan Catatan
Prosedur Tetap (Protap) disiapkan untuk tiap cara melaksanakan operasi
tertentu, misalnya pembersihan, berpakaian, pengendalian lingkungan, pengambilan
sampel, pengujian, pengoperasian peralatan, pelatihan personil, penanganan keluhan,
penarikan kembali produk jadi, penanganan obat kembalian, penanganan
penyimpangan, pengendalian perubahan, penyiapan protokol dan sebagainya. Semua
Protap dibuat seragam dan konsisten. Hendaklah juga disiapkan Protap untuk
membuat Protap, yang meliputi antara lain format Protap, siapa menyiapkan dan
siapa memeriksa, cara merevisi, mengesahkan, mendistribusikan, menarik kembali
dan memusnahkan Protap yang tidak berlaku lagi. Format Protap biasanya mencakup
tujuan, ruang lingkup, tanggung jawab, bahan dan alat (bila perlu), prosedur,
pelaporan (bila perlu), daftar lampiran (bila ada), dokumen rujukan (bila ada), riwayat
dan distribusi. Protap dibuat untuk :
1. Memastikan bahwa semua proses selalu dilakukan dengan cara yang sama oleh
Petugas;
2. Memastikan bahwa proses tersebut dilaksanakan sesuai dengan ketentuan CPOB;
3. Memudahkan pengenalan proses baru atau perubahan dari proses yang telah ada;
4. Membantu pelatihan petugas baru; dan
5. Memastikan bahwa semua personil senantiasa bekerja sesuai dengan cara kerja
yang sudah ditetapkan.
Bagian Pemastian Mutu bertanggung jawab menyiapkan dan mengkaji kembali
secara berkala, merevisi, melatihkan kepada semua Kepala Bagian dan
Menditribusikannya. Semua Kepala Bagian Divisi Pabrik bertanggung jawab
menerapkan Protap ini. Semua Kepala Bagian bertanggung jawab menyiapkan Protap
yang diperlukan oleh bagiannya. Isi dan bentuk Protap yaitu:
1. Protap harus ditulis dengan nuansa perintah. Instruksi harus singkat, jelas dan
persis.
2. Protap harus dimulai dengan bagian berikut:
a. Pengantar yang berisi antara lain : nomor Protap dan tanggal berlaku, judul,
nomor dan jumlah halaman, nama penyusun, nama pemeriksa, nama yang
menyetujui, departemen, seksi dan dalam hal Protap direvisi, tanggal dan
nomor Protap sebelumnya harus dicantumkan.
b. Keterangan mengenai tujuan Protap;
c. Cakupan;
d. Tanggung jawab;
e. Bahan dan alat (bila diperlukan); dan
f. Prosedur (suatu daftar instruksi yang jelas dan persis tentang bagaimana
melakukan operasi yang dimaksud).
3. Dalam beberapa hal tertentu ada baiknya untuk menyebutkan penanggung jawab
bagi langkah tertentu pada suatu kolom terpisah di bagian kanan dari teks Protap.
Hal ini dilakukan untuk menekankan pemberian tanggung jawab secara lebih
spesifik.
4. Daftar distribusi Protap.
Setiap protap harus dikaji ulang paling lama tiga tahun. Bila revisi tidak
diperlukan maka manajer yang bersangkutan membubuhkan paraf dan tanggal pada
dokumen induk sebagai tanda tidak diperlukan tindakan lanjut. Bila revisi diperlukan,
maka seluruh protap harus ditulis ulang dan diberi nomor revisi yang baru. Tidak
dibenarkan mengubah hanya satu halaman atau satu bagan saja (BPOM, 2012).
Penerimaan
Hendaklah tersedia prosedur tertulis dan catatan penerimaan untuk setiap
pengiriman tiap bahan awal, bahan pengemas primer, dan bahan pengemas cetak.
Catatan penerimaan hendaklah mencakup :
1. Nama bahan pada surat pengiriman dan wadah
2. Nama “internal” dan atau kode bahan (bila tidak sama dengan a)
3. Tanggal penerimaan
4. Nama pemasok dan bila mungkin nama pembuat
5. Nomor bets atau referen pembuat
6. Jumlah total dan jumlah wadah yang diterima
7. Nomor bets yang diberikan setelah penerimaan
8. Segala komentar yang relevan (misalnya kondisi wadah saat diterima)
Hendaklah tersedia prosedur tertulis untuk penandaan karantina internal dan
penyimpanan bahan awal, bahan pengemas dan bahan lain, sesuai keperluan.
Pengambilan Sampel
Hendaklah tersedia prosedur tertulis untuk pengambilan sampel yang mencakup
personil yang diberi wewenang mengambil sampel, metode dan alat yang harus
digunakan, jumlah yang harus diambil dan segala tindakan pengamanan yang harus
diperhatikan untuk menghindarkan kontaminasi terhadap bahan atau segala
penurunan mutu.
Pengujian
Hendaklah tersedia prosedur tertulis untuk pengujian bahan dan produk yang
diperoleh dari tiap tahap produksi yang menguraikan metode dan alat yang harus
digunakan. Pengujian yang dilaksanakan hendaklah dicatat.
2.13 Lain-lain
Hendaklah tersedia prosedur pelulusan dan penolakan tertulis untuk bahan dan
produk, terutama pelulusan untuk penjualan produk jadi oleh kepala Manajemen
Mutu (Pemastian Mutu). Catatan mengenai distribusi tiap bets produk hendaklah
disimpan untuk memfasilitasi penarikan kembali bets bila perlu. Hendaklah tersedia
prosedur tertulis dan catatan yang berkaitan mengenai tindakan yang harus diambil
atau kesimpulan yang dicapai, di mana berlaku, untuk:
1. Validasi, misalnya proses, prosedur, prosedur analisis, sistem komputerasi;
2. Perakitan peralatan, kualifikasi dan kalibrasi;
3. Perawatan, pembersihan dan sanitasi;
4. Hal yang berkaitan dengan personil termasuk pelatihan, pakaian, higiene;
5. Pemantauan lingkungan;
6. Pengendalian hama;
7. Keluhan;
8. Penarikan kembali; dan
9. Penanganan produk kembalian.
Hendaklah tersedia prosedur pengoperasian yang jelas untuk peralatan utama
pembuatan dan pengujian. Hendaklah disediakan buku log untuk mencatat peralatan
utama atau kritis, sesuai keperluan, semua kegiatan validasi, kalibrasi, perawatan,
pembersihan dan perbaikan, termasuk tanggal, identitas personil yang melaksanakan
kegiatan tersebut. Pada buku log hendaklah juga dicatat dalam urutan kronologis
penggunaan peralatan utama atau kritis dan area tempat produk diolah.
BPOM RI. 2012. Pedoman Pembuatan Obat yang Baik (Guidelines on Good
Manufacturing Practices). Jakarta: BPOM
BPOM RI.2012. Petunjuk Operasional Penerapan Cara pembuatan Obat yang Baik
2012. Jakarta: BPOM