dokumen(2)rom
DESCRIPTION
romTRANSCRIPT
RANGE OF MOTION EXERCISE
Gerakan pada segmen tubuh terjadi sebagai akibat kontraksi otot atau gaya dari luar (external
forces) yang menggerakkan tulang. Tulang akan bergerak terhadap satu dengan yang lain pada
hubungan antar sendi. Struktur pada sendi akan mempengaruhi integritas dan fleksibilitas jaringan
lunak sendi yang melewati sendi dan akan mempengaruhi gerakan yang timbul antara dua tulang.
Gerakan penuh yang mungkin terjadi disebut RANGE OF MOTION (ROM). Ketika suatu segmen
tubuh bergerak dalam range of motion, semua struktur pada regio tersebut akan dipengaruhi antara
lain otot, permukaan sendi, capsul, ligament, fascia, pembuluh darah dan saraf. Range of motion
lebih mudah diistilahkan dengan joint range dan muscle range. Untuk menggambarkan joint range,
istilah seperti fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi dan rotasi digunakan. Jarak gerakan sendi yang
mungkin terjadi diukur dengan goniometer dan dicatat dalam satuan derajat. Muscle range
berkaitan dengan functional exurcion pada otot.
Functional exurcion adalah jarak kemampuan otot untuk memendek setelah dilakukan
pemanjangan otot sampai maksimal. Dalam beberapa kasus functional exurcion atau jarak suatu
otot akan mempengaruhi secara langsung pada sendi yang dilewatinya. Sebagai contoh jarak pada
otot brachialis akan mempengaruhi jarak yang mungkin timbul pada elbow joint
Dalam mempertahankan jarak gerak yang normal, segmen-segmen harus digerakkan
melalui jarak gerak yang mungkin secara periodik, apakah joint range atau muscle range. Hal yang
perlu diingat adalah bahwa banyak faktor yang dapat mempengaruhi penurunan ROM seperti
faktor sistemik, sendi, neurologi, penyakit muscular, surgical, trauma, inaktifitas atau imobilisasi.
Latihan ROM bertujuan untuk mepertahankan mobilitas pada sendi dan jaringan lunak yang akan
meminimalisir terjadinya kontraktur.
I. DEFINISI LATIHAN ROM
A. Passive ROM Exercise (PROMEX)
Gerakan tanpa keterbatasan ROM pada suatu segmen yang dihasilkan melalui external force,
tanpa ada kontraksi otot voluntary. External force dapat dilakukan melalui bantuan gravitasi, alat,
orang lain atau bantuan bagian tubuh lain dari orang yang bersangkutan.
B. Active ROM (AROMEX)
Gerakan tanpa keterbatasan ROM pada suatu segmen yang dihasilkan melalui kontraksi aktif pada
otot yang melalui sendi.
C. Active-Assistive ROM (AAROMEX)
Adalah suatu tipe active ROM melalui bantuan gaya yang diberikan dari luar baik manual atau
mekanik, karena otot-otot penggerak utama membutuhkan bantuan untuk melengkapi gerakan.
II. INDIKASI DAN TUJUAN LATIHAN ROM
Passive ROM
1. Ketika pasien tidak mampu melakukan gerakan pada suatu segmen ketika pasien tidak sadar,
paralisis, complete bed rest, terjadi reaksi inflamasi dan nyeri pada active ROM, kontrol passive
ROM dilakukan untuk mengurangi komplikasi immmobilisasi dengan tujuan untuk :
a mempertahankan integritas sendi dan jaringan lunak.
b. meminimalkan efek terjadinya kontraktur.
c. mempertahankan elastisitas mekanik otot.
d. membantu sirkulasi dan vaskularisasi dinamik
e. meningkatkan gerakan sinovial untuk nutrisi cartilago dan difusi material-material sendi.
f. menurunkan nyeri.
g. membantu healing process setelah injuri atau pembedahan
h. membantu mempertahankan kesadaran gerak pasien.
2. Ketika fisioterapis mengevaluasi inert structur, passive ROM digunakan untuk menentukan
limitasi gerakan, stabilitas sendi, elastisitas otot dan jaringan lunak lainnya.
3. Ketika fisioterapis mengajarkan program active exercie, passive ROM digunakan untuk
menunjukkan gerakan yang diinginkan.
4. Ketika fisioterapis mempersiapkan pasien untuk stretching, passive ROM sering digunakan
sebagai warming-up.
Active dan Active-Assistive ROM
1. Ketika pasien mampu mengkontraksikan otot secara aktif dan menggerakkan suatu segmen
apakah dengan atau tanpa bantuan, dan ketika tidak ada kontraindikasi, active ROM digunakan
untuk :
a. tujuan sama dengan passive ROM dengan tambahan manfaat yang berasal dari kontraksi otot.
b. mempertahankan sifat fisiologis, elastisitas dan kontraktilitas otot-otot.
c. memberikan sensori feedback dari kontraksi otot.
d. memberikan stimulus pada integritas tulang.
e. meningkatkan sirkulasi dan mencegah formasi thrombus.
f. mengembangkan koordinasi dan motor skills untuk aktifitas fungsional.
2. Ketika pasien mengalami kelemahan otot (poor-fair minus pada MMT), active-assistive ROM
digunakan untuk memberikan bantuan yang cukup pada otot dengan kontrol yang hati-hati
sehingga otot dapat berfungsi pada level maksimum dan penguatan secara progresif.
3. Pada program aerobic conditioning, active-assistive atau active ROM dapat dilakukan untuk
meningkatkan respon cardiovascular dan respirasi yang dilakukan secara berulang dan monitoring
hasil.
Pertimbangan-pertimbangan khusus
1. Ketika suatu segmen tubuh diimobilisasi dalam waktu tertentu, ROM digunakan di atas dan
di bawah segmen yang diimmobilisasi untuk :
a. mempertahankan area bersangkutan senormal mungkin.
b. persiapan untuk aktifitas seperti berjalan dengan tongkat/kruk
2. Ketika pasien dalam kondisi bed rest, ROM digunakan untuk mencegah komplikasi penurunan
sirkulasi, demineralisasi tulang, penurunan fungsi cardiac dan respirasi.
III. KETERBATASAN LATIHAN ROM
A. Keterbatasan Passive Motion
1. Jarak gerak pasif yang benar-benar rileks sulit dicapai ketika otot terinervasi.
2. Passive motion tidak akan :
a. mencegah atropi otot.
b. meningkatkan kekuatan atau daya tahan.
c. membantu sirkulasi secara aktif pada otot yang berkontraksi
B. Keterbatasan Active ROM
1. Pada otot yang kuat, tidak akan mempertahankan atau meningkatkan kekuatan otot.
2. Tidak akan mengembangkan skill atau koordinasi kecuali menggunakan pola-pola gerak.
IV.PENCEGAHAN DAN KONTRAINDIKASI LATIHAN ROM
A. Passive dan active ROM kontraindikasi dalam keadaan dimana gerakan yang terjadi dapat
menyebabkan distrupsi pada healing process, immobilisasi yang mengarah kepada adhesi dan
kontraktur, gangguan sirkulasi dan pemulihan dalam waktu lama. Riset Salter (1983),
menyimpulkan bahwa pemberian passive motion secara kontinyu dan bebas nyeri bermanfaat
terhadap penyembuhan dan pemulihan jaringan lunak dan lesi sendi. Pada awalnya latihan ROM
kontraindikasi diberikan secepatnya setelah trauma akut, fraktur dan pembedahan, namun setelah
didapatkan manfaat bahwa gerakan yang terkontrol dapat menurunkan nyeri dan meningkatkan
kecepatan proses pemulihan, maka gerakan tersebut dapat dilakukan sepanjang toleransi pasien
dapat dimonitor. Hal yang sangat penting adalah fisioterapis harus mengetahui dengan pasti
kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi akibat pemberian gerakan serta memahami jarak,
kecepatan, dan toleransi pasien selama tahap pemulihan yang masih akut. Adanya trauma
penyerta merupakan kontraindikasi. Tanda-tanda pemberian latihan yang berlebihan dan salah
adalah peningkatan nyeri dan inflamasi.
B. Active ROM kontraindikasi ketika kondisi kardiovaskular pasien tidak stabil dan latihan aktif
akan membahayakan pasien seperti pada infark myocardial. Dalam beberapa keadaan passive
ROM dapat diberikan dan juga active ROM pada ankle dan kaki untuk mencegah venous statis
dan pembentukan thrombus. Aktifitas individual dapat dimulai dan dilakukan secara progresif
sesuai toleransi pasien.
C. Latihan ROM tidak sama dengan stretching.
V. PROSEDUR PENERAPAN TEKNIK LATIHAN ROM
A. Didasarkan pada evaluasi level fungsi pasien, menentukan tujuan dan apakah dengan latihan
passive, active-assistive atau active ROM untuk mencapai tujuan tersebut.
B. Tempatkan pasien pada posisi yang nyaman (comfortable position) yang memungkinkan untuk
menggerakkan segmen tertentu pada ROM dapat dicapai.Buat proper body alignment.
C. Bebaskan segmen yang bersangkutan dari pakaian, splint dan balutan.
D. Posisi fisioterapis harus menggunakan proper body mechanics.
E. Untuk mengontrol gerakan , genggam ekstremitas di sekitar sendi. Jika sendi nyeri,
modifikasi genggaman dan berikan sanggahan yang dibutuhkan untuk kontrol gerakan.
F. Sanggah pada area yang mengalami kelainan integritas stuktural seperti hipermobilitas sendi,
fraktur baru atau kelemahan.
G. Gerakkan segmen secara penuh dan bebas nyeri. Jangan memberikan gerakan yang
berlebihan karena akan terjadi gerakan penguluran pada daerah tersebut.
H. Lakukan gerakan secara lembut dan berirama sebanyak 5 sampai 10 kali gerakan. Jumlah
pengulangan tergantung pada objektivitas program, kondisi pasien dan respon treatment.
I. Jika PLAN OF CARE meliputi PASSIVE ROM, maka :
1. kekuatan untuk gerakan berasal dari luar, baik dari fisioterapis atau peralatan mekanik. Bila
memungkinkan pasien dapat memberikan kekuatan dan diajarkan untuk menggerakkan segmen
yang bersangkutan.
2. tidak ada aktive resisten atau bantuan yang diberikan pada otot-otot yang melalui persendian
karena dapat menjadi active exercise.
3. jika gerakan yang dilakukan bebas nyeri, capai ROM yang memungkinkan tanpa
memberikan force pada gerakan atau nyeri.
J. Jika PLAN OF CARE menggunakan ACTIVE-ASSISTIVE atau ACTIVE ROM, maka :
1. tunjukkan gerakan yang diinginkan dengan passive ROM kepada pasien, kemudian minta
untuk melakukan gerakan tersebut. Bantu dan arahkan pasien jika diperlukan.
2. bantuan hanya diberikan untuk memperhalus gerakan. Jika terdapat kelemahan, bantuan pada
awal dan akhir gerakan.
3. gerakan yang dilakukan pada ROM yang memungkinkan.
K. Teknik-teknik latihan ROM dilakukan pada :
1. bidang anatomi ROM (frontal, sagital dan transversal)
2. otot dalam keadaan memanjang (antagonis sampai terjadi tarikan otot).
3. kombinasi pola gerakan (kombinasi gerak dalam beberapa bidang gerakan).
4. pola gerakan fungsional (gerakan-gerakan yang dilakukan dalam aktifitas kehidupan sehari-
hari).
L. Monitor keadaan umum pasien selama dan setelah latihan. Catat apakah terjadi pengaruh
pada vital sign, terjadi perubahan suhu dan warna pada segmen yang bersangkutan dan beberapa
perubahan pada ROM, nyeri dan kualitas gerakan.
M. Dokumentasikan reaksi-reaksi yang dapat diobservasi dan diukur terhadap pemberian
treatment.
N. Modifikasi dan lakukan progresifitas treatment.