dokumen(2)rom

5
RANGE OF MOTION EXERCISE Gerakan pada segmen tubuh terjadi sebagai akibat kontraksi otot atau gaya dari luar (external forces) yang menggerakkan tulang. Tulang akan bergerak terhadap satu dengan yang lain pada hubungan antar sendi. Struktur pada sendi akan mempengaruhi integritas dan fleksibilitas jaringan lunak sendi yang melewati sendi dan akan mempengaruhi gerakan yang timbul antara dua tulang. Gerakan penuh yang mungkin terjadi disebut RANGE OF MOTION (ROM). Ketika suatu segmen tubuh bergerak dalam range of motion, semua struktur pada regio tersebut akan dipengaruhi antara lain otot, permukaan sendi, capsul, ligament, fascia, pembuluh darah dan saraf. Range of motion lebih mudah diistilahkan dengan joint range dan muscle range. Untuk menggambarkan joint range, istilah seperti fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi dan rotasi digunakan. Jarak gerakan sendi yang mungkin terjadi diukur dengan goniometer dan dicatat dalam satuan derajat. Muscle range berkaitan dengan functional exurcion pada otot. Functional exurcion adalah jarak kemampuan otot untuk memendek setelah dilakukan pemanjangan otot sampai maksimal. Dalam beberapa kasus functional exurcion atau jarak suatu otot akan mempengaruhi secara langsung pada sendi yang dilewatinya. Sebagai contoh jarak pada otot brachialis akan mempengaruhi jarak yang mungkin timbul pada elbow joint Dalam mempertahankan jarak gerak yang normal, segmen- segmen harus digerakkan melalui jarak gerak yang mungkin secara periodik, apakah joint range atau muscle range. Hal yang perlu diingat adalah bahwa banyak faktor yang dapat mempengaruhi penurunan ROM seperti faktor sistemik, sendi, neurologi, penyakit muscular, surgical, trauma, inaktifitas atau imobilisasi. Latihan ROM bertujuan untuk mepertahankan mobilitas pada sendi dan jaringan lunak yang akan meminimalisir terjadinya kontraktur. I. DEFINISI LATIHAN ROM A. Passive ROM Exercise (PROMEX) Gerakan tanpa keterbatasan ROM pada suatu segmen yang dihasilkan melalui external force, tanpa ada kontraksi otot voluntary. External force dapat dilakukan melalui bantuan gravitasi, alat, orang lain atau bantuan bagian tubuh lain dari orang yang bersangkutan. B. Active ROM (AROMEX)

Upload: asep-ramdan

Post on 09-Dec-2015

238 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

rom

TRANSCRIPT

Page 1: Dokumen(2)Rom

RANGE OF MOTION EXERCISE

Gerakan pada segmen tubuh terjadi sebagai akibat kontraksi otot atau gaya dari luar (external

forces) yang menggerakkan tulang. Tulang akan bergerak terhadap satu dengan yang lain pada

hubungan antar sendi. Struktur pada sendi akan mempengaruhi integritas dan fleksibilitas jaringan

lunak sendi yang melewati sendi dan akan mempengaruhi gerakan yang timbul antara dua tulang.

Gerakan penuh yang mungkin terjadi disebut RANGE OF MOTION (ROM). Ketika suatu segmen

tubuh bergerak dalam range of motion, semua struktur pada regio tersebut akan dipengaruhi antara

lain otot, permukaan sendi, capsul, ligament, fascia, pembuluh darah dan saraf. Range of motion

lebih mudah diistilahkan dengan joint range dan muscle range. Untuk menggambarkan joint range,

istilah seperti fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi dan rotasi digunakan. Jarak gerakan sendi yang

mungkin terjadi diukur dengan goniometer dan dicatat dalam satuan derajat. Muscle range

berkaitan dengan functional exurcion pada  otot.

            Functional exurcion adalah jarak kemampuan otot untuk memendek setelah dilakukan

pemanjangan otot sampai maksimal. Dalam beberapa kasus functional exurcion atau jarak suatu

otot akan mempengaruhi secara langsung pada sendi yang dilewatinya. Sebagai contoh jarak pada

otot brachialis akan mempengaruhi jarak yang mungkin timbul pada elbow joint

            Dalam mempertahankan jarak gerak yang normal, segmen-segmen harus digerakkan

melalui jarak gerak yang mungkin secara periodik, apakah joint range atau muscle range. Hal yang

perlu diingat adalah bahwa banyak faktor yang dapat mempengaruhi penurunan ROM seperti

faktor sistemik, sendi, neurologi, penyakit muscular, surgical, trauma, inaktifitas atau imobilisasi.

Latihan ROM bertujuan untuk mepertahankan mobilitas pada sendi dan jaringan lunak yang akan

meminimalisir terjadinya kontraktur.

I.    DEFINISI LATIHAN ROM

A.    Passive ROM Exercise (PROMEX)

Gerakan tanpa keterbatasan ROM pada suatu segmen yang dihasilkan melalui external force,

tanpa ada kontraksi otot voluntary. External force dapat dilakukan melalui bantuan gravitasi, alat,

orang lain atau bantuan bagian tubuh lain dari orang yang bersangkutan.

B.     Active ROM (AROMEX)

Gerakan tanpa keterbatasan ROM pada suatu segmen yang dihasilkan melalui kontraksi aktif pada

otot yang melalui sendi.

C.     Active-Assistive ROM (AAROMEX)

Adalah suatu tipe active ROM melalui bantuan gaya yang diberikan dari luar baik manual atau

mekanik, karena otot-otot penggerak utama membutuhkan bantuan untuk melengkapi gerakan.

II.  INDIKASI DAN TUJUAN LATIHAN ROM

Passive ROM

1. Ketika pasien tidak mampu melakukan gerakan pada suatu segmen ketika pasien tidak sadar,

Page 2: Dokumen(2)Rom

paralisis, complete bed rest, terjadi reaksi inflamasi dan nyeri pada active ROM, kontrol passive

ROM dilakukan untuk mengurangi komplikasi immmobilisasi dengan tujuan untuk :

a mempertahankan integritas sendi dan jaringan lunak.

      b.   meminimalkan efek terjadinya kontraktur.    

      c.   mempertahankan elastisitas mekanik otot.

      d.   membantu sirkulasi dan vaskularisasi dinamik

e.   meningkatkan gerakan sinovial untuk nutrisi cartilago dan difusi material-material sendi.

f.  menurunkan nyeri.       

g.   membantu healing process setelah injuri atau pembedahan

h.   membantu mempertahankan kesadaran gerak pasien.

2.   Ketika fisioterapis mengevaluasi inert structur, passive ROM digunakan untuk menentukan

limitasi gerakan, stabilitas sendi, elastisitas otot dan jaringan lunak lainnya.

3.   Ketika fisioterapis mengajarkan program active exercie, passive ROM digunakan untuk

menunjukkan gerakan yang diinginkan. 

4.   Ketika fisioterapis mempersiapkan pasien untuk stretching, passive ROM sering digunakan

sebagai warming-up.                     

Active dan Active-Assistive ROM

1.   Ketika pasien mampu mengkontraksikan otot secara aktif dan menggerakkan suatu segmen

apakah dengan atau tanpa bantuan, dan ketika tidak ada kontraindikasi, active ROM digunakan

untuk :

a. tujuan sama dengan passive ROM dengan tambahan manfaat yang berasal     dari kontraksi otot.

b.   mempertahankan sifat fisiologis, elastisitas dan kontraktilitas otot-otot. 

      c.   memberikan sensori feedback dari kontraksi otot.

      d. memberikan stimulus pada integritas tulang.

e.   meningkatkan sirkulasi dan mencegah formasi thrombus.

f.    mengembangkan koordinasi dan motor skills untuk aktifitas fungsional.

2.   Ketika pasien mengalami kelemahan otot (poor-fair minus pada MMT), active-assistive ROM

digunakan untuk memberikan bantuan yang cukup pada otot dengan kontrol yang hati-hati

sehingga otot dapat berfungsi pada level maksimum dan penguatan secara progresif.

3.      Pada program aerobic conditioning, active-assistive atau active ROM dapat dilakukan untuk

meningkatkan respon cardiovascular dan respirasi yang dilakukan secara berulang dan monitoring

hasil.                 

Pertimbangan-pertimbangan khusus

1.      Ketika suatu segmen tubuh diimobilisasi dalam waktu tertentu, ROM digunakan di atas dan

di bawah segmen yang diimmobilisasi untuk :

a.   mempertahankan area bersangkutan senormal mungkin.

b. persiapan untuk aktifitas seperti berjalan dengan tongkat/kruk              

2.   Ketika pasien dalam kondisi bed rest, ROM digunakan untuk mencegah komplikasi penurunan

sirkulasi, demineralisasi tulang, penurunan fungsi cardiac dan respirasi.   

III. KETERBATASAN LATIHAN ROM

A.    Keterbatasan Passive Motion

1.   Jarak gerak pasif yang benar-benar rileks sulit dicapai ketika otot terinervasi.

Page 3: Dokumen(2)Rom

2.   Passive motion tidak akan :

a.       mencegah atropi otot.

b.      meningkatkan kekuatan atau daya tahan.

c.       membantu sirkulasi secara aktif pada otot yang berkontraksi

B.     Keterbatasan Active ROM

1. Pada otot yang kuat, tidak akan mempertahankan atau meningkatkan kekuatan otot.

2.   Tidak akan mengembangkan skill atau koordinasi kecuali menggunakan pola-pola gerak.

IV.PENCEGAHAN DAN KONTRAINDIKASI LATIHAN ROM

A.  Passive dan active ROM kontraindikasi dalam keadaan dimana gerakan yang terjadi dapat

menyebabkan distrupsi pada healing process, immobilisasi yang mengarah kepada adhesi dan

kontraktur, gangguan sirkulasi dan pemulihan  dalam waktu lama. Riset Salter (1983),

menyimpulkan bahwa pemberian passive motion secara kontinyu dan bebas nyeri  bermanfaat

terhadap penyembuhan dan pemulihan jaringan lunak dan lesi sendi. Pada awalnya latihan ROM

kontraindikasi diberikan secepatnya setelah trauma akut, fraktur dan pembedahan, namun setelah

didapatkan manfaat bahwa gerakan yang terkontrol dapat menurunkan nyeri dan meningkatkan

kecepatan proses pemulihan, maka gerakan tersebut dapat dilakukan sepanjang toleransi pasien

dapat dimonitor. Hal yang sangat penting adalah fisioterapis harus mengetahui dengan pasti

kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi akibat pemberian gerakan serta memahami jarak,

kecepatan, dan toleransi   pasien selama tahap pemulihan yang masih akut. Adanya trauma

penyerta merupakan kontraindikasi. Tanda-tanda pemberian latihan yang berlebihan dan salah

adalah peningkatan nyeri dan  inflamasi.

B.  Active ROM kontraindikasi ketika kondisi kardiovaskular pasien tidak stabil dan latihan aktif

akan membahayakan pasien seperti pada infark myocardial. Dalam beberapa keadaan passive

ROM dapat diberikan dan juga active ROM pada ankle dan kaki untuk mencegah venous statis

dan pembentukan thrombus. Aktifitas individual dapat dimulai dan dilakukan secara progresif

sesuai toleransi pasien.

C.     Latihan ROM tidak sama dengan stretching.

V.     PROSEDUR PENERAPAN TEKNIK LATIHAN ROM

A. Didasarkan pada evaluasi level fungsi pasien, menentukan tujuan dan apakah dengan latihan

passive, active-assistive atau active ROM untuk mencapai tujuan tersebut.

B.  Tempatkan pasien pada posisi yang nyaman (comfortable position) yang memungkinkan untuk

menggerakkan segmen tertentu pada ROM dapat dicapai.Buat proper body alignment.

C.  Bebaskan segmen yang bersangkutan dari pakaian, splint dan balutan.

D.    Posisi fisioterapis harus menggunakan proper body mechanics.

E.     Untuk mengontrol gerakan , genggam ekstremitas di sekitar sendi. Jika sendi nyeri,

modifikasi genggaman dan berikan sanggahan yang dibutuhkan untuk kontrol gerakan.

F.      Sanggah pada area yang mengalami kelainan integritas stuktural seperti hipermobilitas sendi,

fraktur baru atau kelemahan.

G.    Gerakkan segmen secara penuh dan bebas nyeri. Jangan memberikan gerakan yang

berlebihan karena akan terjadi gerakan penguluran pada daerah tersebut.

H.    Lakukan gerakan secara lembut dan berirama sebanyak 5 sampai 10 kali gerakan. Jumlah

Page 4: Dokumen(2)Rom

pengulangan tergantung pada objektivitas program, kondisi pasien dan respon treatment.

I.       Jika PLAN OF CARE meliputi PASSIVE ROM, maka :

1.      kekuatan untuk gerakan berasal dari luar, baik dari fisioterapis atau peralatan mekanik. Bila

memungkinkan pasien dapat memberikan kekuatan dan diajarkan untuk menggerakkan segmen

yang bersangkutan.

2.      tidak ada aktive resisten atau bantuan yang diberikan pada otot-otot yang melalui persendian

karena dapat menjadi active exercise.

3.      jika gerakan yang dilakukan bebas nyeri, capai ROM yang memungkinkan tanpa

memberikan force pada gerakan atau nyeri.

J.       Jika PLAN OF CARE menggunakan ACTIVE-ASSISTIVE atau ACTIVE ROM, maka :

1.   tunjukkan gerakan yang diinginkan dengan passive ROM kepada pasien, kemudian minta

untuk melakukan gerakan tersebut. Bantu dan arahkan pasien jika diperlukan.

2.   bantuan hanya diberikan untuk memperhalus gerakan. Jika terdapat kelemahan, bantuan pada

awal dan akhir gerakan.

3.   gerakan yang dilakukan pada ROM yang memungkinkan.

K.    Teknik-teknik latihan ROM dilakukan pada :

1.   bidang anatomi ROM (frontal, sagital dan transversal)

2.   otot dalam keadaan memanjang (antagonis sampai terjadi tarikan otot).

3.   kombinasi pola gerakan (kombinasi gerak dalam beberapa bidang gerakan).     

4.   pola gerakan fungsional (gerakan-gerakan yang dilakukan dalam aktifitas kehidupan sehari-

hari).

L.           Monitor keadaan umum pasien selama dan setelah latihan. Catat apakah terjadi pengaruh

pada vital sign, terjadi perubahan suhu dan warna pada segmen yang bersangkutan  dan beberapa

perubahan pada ROM, nyeri dan kualitas gerakan.

M.         Dokumentasikan reaksi-reaksi yang dapat diobservasi dan diukur terhadap pemberian

treatment.

N.    Modifikasi dan lakukan progresifitas treatment.