a · web view“apakah model pembelajaran siklus belajar dapat meningkatkan permahaman...

30
A. Judul Penelitian ”Penggunaan Model Siklus Belajar untuk meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan proses siswa pada bahasan elektrolisis di kelas XII IPA 4 SMA Negeri 16 Bandung” B. Mata Pelajaran dan Bidang Kajian Kimia, bahasan elektrolisis kelas XII IPA C. Pendahuluan Selama ini, setelah selesai satu proses belajar mengajar berlangsung, yang ditindaklanjuti dengan evaluasinya dan diperoleh nilai siswa di bawah SKBM (Standar Ketuntasan Belajar Minimal). Sebagai contoh di SMA Negeri 16 Bandung, dari 4 kelas 3 IPA yang penulis ajar, rata-rata kelas untuk ulangan harian topik khususnya elektrolisis terendah 52,91 dan tertinggi 55,80 (data terlampir). Sebagian besar siswa lebih dari 50 % memiliki nilai di bawah SKBM (rata-rata 61 % nilai topik elektrolisis siswa di bawah SKBM), padahal metoda yang dilakukan guru sedemikian rupa agar memotivasi siswa, yaitu dengan metode eksperimen. Pada keadaan seperti ini guru sering menyalahkan siswa yang lambat pemahaman, kurang perhatian dan lain sebagainya. Padahal kita belum menganalisis permasalahan sebenarnya dengan 1

Upload: letruc

Post on 14-Feb-2018

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: A · Web view“Apakah model pembelajaran siklus belajar dapat meningkatkan permahaman konsep dan keterampilan proses siswa pada topik elektrolisis di Kelas XII IPA SMA Negeri 16 Bandung”

A. Judul Penelitian

”Penggunaan Model Siklus Belajar untuk meningkatkan pemahaman

konsep dan keterampilan proses siswa pada bahasan elektrolisis di kelas

XII IPA 4 SMA Negeri 16 Bandung”

B. Mata Pelajaran dan Bidang Kajian

Kimia, bahasan elektrolisis kelas XII IPA

C. Pendahuluan

Selama ini, setelah selesai satu proses belajar mengajar berlangsung, yang

ditindaklanjuti dengan evaluasinya dan diperoleh nilai siswa di bawah SKBM

(Standar Ketuntasan Belajar Minimal). Sebagai contoh di SMA Negeri 16

Bandung, dari 4 kelas 3 IPA yang penulis ajar, rata-rata kelas untuk ulangan

harian topik khususnya elektrolisis terendah 52,91 dan tertinggi 55,80 (data

terlampir). Sebagian besar siswa lebih dari 50 % memiliki nilai di bawah

SKBM (rata-rata 61 % nilai topik elektrolisis siswa di bawah SKBM), padahal

metoda yang dilakukan guru sedemikian rupa agar memotivasi siswa, yaitu

dengan metode eksperimen. Pada keadaan seperti ini guru sering menyalahkan

siswa yang lambat pemahaman, kurang perhatian dan lain sebagainya. Padahal

kita belum menganalisis permasalahan sebenarnya dengan sabar, jujur dan

terbuka atas kekurangan terhadap proses tadi hingga hasil evaluasinya

rendah.

Permasalahan di atas mungkin tidak hanya terjadi pada penulis seorang

bahkan menjadi permasalahan semua pengajar selama ini, hingga kita

memperoleh kenyataan pendidikan di Indonesia masih rendah mutunya.

Padahal sumber daya baik guru maupun siswanya sudah bagus bahkan

cenderung berkualitas tinggi (hasil penyeleksian ketat). Permasalahan tadi

selama ini mengendap, tidak kita sentuh sehingga bertumpuk menjadi

permasalahan besar “Rendahnya mutu pendidikan Nasional”.

1

Page 2: A · Web view“Apakah model pembelajaran siklus belajar dapat meningkatkan permahaman konsep dan keterampilan proses siswa pada topik elektrolisis di Kelas XII IPA SMA Negeri 16 Bandung”

Penulis sebagai seorang pengajar kimia, selama ini setelah selesai

melaksanakan proses belajar mengajar kimia, khususnya topik elektrolisis

memperoleh kenyataan masih banyak siswa yang tidak dapat menjelaskan

proses elektrolisis yang terjadi di katode dan anode serta hasil yang diperoleh

dari masing-masing ruang. Padahal sebagai seorang profesional, guru

mempunyai peran sebagai peneliti, dituntut selalu mengetahui kekuatan-

kekuatan dan kelemahan-kelemahan yang ditemukan dalam pekerjaannya

sehari-hari (SP, Sukartini, 2006: 4). Hal ini dipertegas oleh Tita Lestari

(2006 ;2-3), yang menyatakan bahwa fokus permasalahan pada proses

pembelajaran, seperti berkenaan dengan penampilan guru itu sendiri, siswa,

suasana kelas, motivasi, komunikasi, penalaran, aktivitas, kemampuan

pemecahan masalah, aplikasi konsep, lingkungan, fasilitas, media, materi,

evaluasi ataupun metodologi.

Dengan kenyataan tersebut di atas, maka perlu rasanya penulis sebagai

seorang guru untuk sesegera mungkin mencari pemecahan masalah dalam

menuntaskan permasalahan masih rendahnya pemahaman siswa pada konsep

elektrolisis melalui penelitian tindakan kelas (PTK).

D. Rumusan Masalah dan Pemecahan Masalah

Perumusan Masalah

Dengan merujuk pada latar belakang di atas, maka rmasalah yang akan diteliti

dapat dirumuskan sebagai berikut. “Apakah model pembelajaran siklus belajar

dapat meningkatkan permahaman konsep dan keterampilan proses siswa pada

topik elektrolisis di Kelas XII IPA SMA Negeri 16 Bandung”.

Berdasarkan rumusan masalah di atas, pertanyaan penelitian yang dapat

diajukan adalah :

1. Apakah model pembelajaran Siklus Belajar dapat meningkatkan

pemahaman konsep siswa pada topik elektrolisis ?

2. Keterampilan-keterampilan proses IPA apakah yang dapat dipelajari/

dikembangkan melalui model pembelajaran Siklus Belajar ?

2

Page 3: A · Web view“Apakah model pembelajaran siklus belajar dapat meningkatkan permahaman konsep dan keterampilan proses siswa pada topik elektrolisis di Kelas XII IPA SMA Negeri 16 Bandung”

3. Apakah ada kendala-kendala dalam menggunakan model pembelajaran

Siklus Belajar pada topik elektrolisis ?

Pemecahan masalah

Berdasarkan identifikasi masalah siswa, permasalahan dalam topik elektrolisis

diantaranya adalah rendahnya penguasaan konsep dan penerapannya, serta

siswa kurang terampil dalam mengumpulkan data hasil percobaan. Penulis

akan mencoba menggunakan model pembelajaran Siklus Belajar dengan

metode ekperimen dan tanya jawab. Penggunaan model siklus belajar diduga

dapat meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan proses siswa,

karena dalam model pembelajaran tersebut siswa dikondisikan melalui 3 fase

yaitu :

a. Fase eksplorasi, pada fase ini siswa dengan berbekal pengetahuan yang

telah dimilikinya menggali informasi / mengobservasi, memahami

fenomena alam baik melalui pengamatan (percobaan) maupun buku

bacaan serta mengkomunikasikannya kepada orang lain.

b. Fase pengenalan konsep, guru mengontrol langsung pengembangan

konsep yang dilakukan siswa dan membantu dalam mengidentifikasi

konsep serta menghubungkan antar konsep yang telah mereka dapat. Guru

berperan sebagai tutor dan pembimbing yang menjawab dan memberikan

arah pada ketika dalam keraguan tentang informasi yang mereka dapat.

c. Fase aplikasi konsep, siswa melakukan kegiatan menerapkan konsep

elektrolisis dalam konteks kehidupan sehari-hari atau disiplin ilmu lain

dan selajutnya menerapkan konsep tersebut dalam situasi baru, siswa

diberi pertanyaan untuk mengkondisikan agar siswa mampu menerapkan

hasil belajarnya dalam masalah kehidupan sehari-hari yang mungkin

ditemui mereka.

Untuk mengetahui keberhasilan penelitian ini, indikator-indikator yang akan

diukur adalah :

a. Meningkatnya penguasaan konsep elektrolisis siswa, cara mengukurnya

dengan pre tes dan post tes.

3

Page 4: A · Web view“Apakah model pembelajaran siklus belajar dapat meningkatkan permahaman konsep dan keterampilan proses siswa pada topik elektrolisis di Kelas XII IPA SMA Negeri 16 Bandung”

b. Siswa mampu menyimpulkan hasil percobaan, cara mengukurnya melalui

penilaian proses dan produk (hasil). Pada penilaian proses, siswa

diobservasi apakah dapat mengidentifikasi variabel, mencatat pengamatan,

menginterpretasikan data percobaan. Pada penilaian produk, laporan siswa

dinilai sesuai kriteria yang ditentukan.

c. Keterlaksanaan PBM, dinilai dengan indikator tuntasnya fase-fase

pembelajaran yang sesuai dengan model pembelajaran siklus belajar.

E. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan ;

1. Mengetahui pemahaman konsep siswa dengan menggunakan model

pembelajaran Siklus Belajar.

2. Mengetahui jenis-jenis keterampilan proses.

3. Mengetahui kendala-kendala keterlaksanaan pembelajaran kimia pada

topik elektrolisis dengan model Siklus Belajar.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang akan diperoleh dari penelitian ini adalah ;

1. Meningkatkan pemahaman dan keterampilan menulis dalam melakukan

Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

2. Menciptakan sistem pembelajaran yang lebih menarik bagi guru.

3. Meningkatkan profesionalisme guru.

4. Memberikan informasi pada rekan-rekan guru kimia dalam menggunakan

model pembelajaran Siklus Belajar pada topik elektrolisis.

G. Kajian Pustaka

Konstrustivisme

Menurut pandangan konstruktivisme pengetahuan yang dimiliki oleh setiap

individu adalah hasil konstruksi secara aktif dari individu itu sendiri. Individu

tidak sekedar mengimitasi dan membentuk bayangan dari apa yang diamati

atau diajarkan guru, tetapi secara aktif individu itu menyeleksi, menyaring,

4

Page 5: A · Web view“Apakah model pembelajaran siklus belajar dapat meningkatkan permahaman konsep dan keterampilan proses siswa pada topik elektrolisis di Kelas XII IPA SMA Negeri 16 Bandung”

memberi arti dan menguji kebenaran atas informasi yang diterimanya

(Indrawati, 2000 : 34).

Pengetahuan yang dikonstruksi individu merupakan hasil interpretasi yang

bersangkutan terhadap peristiwa atau informasi yang diterimanya. Para

pendukung kontruktivisme berpendapat bahwa pengertian yang dibangun

setiap individu siswa*) dapat berbeda dari apa yang diajarkan guru (Bodner,

(1987) dalam Indrawati, 2000 : 34). Lain halnya dengan Paul Suparno (1997 :

6) mengemukakan bahwa menurut konstruktivis, belajar itu merupakan proses

aktif pembelajar mengkonstruksi arti (teks, dialog, pengalaman fisis, dan lain-

lain). Belajar juga merupakan proses mengasimilasi dan menghubungkan

pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan pengertian yang sudah

dipunyai seseorang sehingga pengertiannya dikembangkan (Indrawati, 2000 :

34).

Oleh karena itu pada proses belajar konstruktivisme memiliki ciri :

1. Belajar berarti membentuk makna.

2. Konstruksi artinya adalah proses yang terus menerus.

3. Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta melainkan lebih dari itu,

yaitu pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian baru.

4. Proses belajar yang sebenarnya terjadi pada waktu skema seseorang dalam

keraguan yang merangsang pemikiran lebih lanjut. Situasi

ketidakseimbangan adalah situasi yang baik untuk memacu belajar.

5. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman pembelajar dengan dunia fisik

lingkungannya.

6. Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui si

pembelajar (konsep, tujuan, motivasi) yang mempengaruhi interaksi

dengan bahan yang pelajari (Paul Suparno, 1997 : 61) dalam Indrawati,

2000 : 34-35)

Dengan memahami pandangan konstruktivisme, maka karakteristik iklim

pembelajaran yang sesuai adalah :

5

Page 6: A · Web view“Apakah model pembelajaran siklus belajar dapat meningkatkan permahaman konsep dan keterampilan proses siswa pada topik elektrolisis di Kelas XII IPA SMA Negeri 16 Bandung”

Siswa tidak dipandang sebagai sesuatu yang pasif, melainkan individu

yang memiliki tujuan serta dapat merespon situasi pembelajaran

berdasarkan konsepsi awal yang dimilikinya.

Guru hendaknya melibatkan proses aktif dalam pembelajaran yang

memungkinkan siswa mengkonstruksi pengetahuannya.

Pengetahuan bukanlah sesuatu yang datang dari luar, melainkan melalui

seleksi secara personal dan sosial.

Iklim pembelajaran di atas menuntut para guru untuk :

a. Mengetahui dan mempertimbangkan pengetahuan awal siswa

(apersepsi),

b. Melibatkan siswa dalam kegiatan aktif (student centere),

c. Memperhatikan interaksi sosial dengan melibatkan siswa dalam

diskusi kelas maupun kelompok.

Model Siklus Belajar

Salah satu model yang berdasarkan pandangan konstruktivisme adalah Model

Siklus Belajar (Model Learning Cycle). Model pembelajaran ini

dikembangkan oleh Karplus dalam proyek Science Curriculum Improvement

Study.

Model Siklus Belajar (Model Learning Cycle) memiliki tiga (3) fase sebagai

sintak pembelajarannya, yaitu sebagai berikut :

6

EKPLORASI

PENGENALAN KONSEP

APLIKASI KONSEP

Page 7: A · Web view“Apakah model pembelajaran siklus belajar dapat meningkatkan permahaman konsep dan keterampilan proses siswa pada topik elektrolisis di Kelas XII IPA SMA Negeri 16 Bandung”

Keterampilan Proses

Dalam buku Pedoman Proses Belajar-mengajar sebagai salah satu bagian dari

petunjuk Kurikulum yang disempurnakan (1986) dinyatakan bahwa

keterampilan proses meliputi keterampilan intelektual, sosial dan fisik.

Kemampuan ini pada dasarnya merupakan pengembangan dari sikap ingin

tahu pada setiap anak (manusia).

Dengan menggunakan keterampilan proses akhirnya akan terjadi interaksi

antara konsep/prinsip/teori yang telah ditemukan atau dikembangkan dengan

pengembangan keterampilan itu sendiri. Di sekolah keterampilan proses

umumnya digunakan untuk menguji konsep yang telah ada atau verifikasi

saja. Dengan adanya interaksi tersebut akan timbul sikap dan nilai yang

diperlukan dalam penemuan ilmu pengetahuan. Nilai itu meliputi : teliti,

kreatif, tekun, tenggang rasa, bertanggung jawab, kritis, objektif, rajin, jujur,

terbuka dan berdisiplin.

7

1. Fase eksplorasi, pada fase ini siswa dengan berbekal pengetahuan yang telah

dimilikinya menggali informasi / mengobservasi, memahami fenomena alam

baik melalui pengamatan (percobaan) maupun buku bacaan serta

mengkomunikasikannya kepada orang lain.

2. Fase pengenalan konsep, guru mengontrol langsung pengembangan konsep

yang dilakukan siswa dan membantu dalam mengidentifikasi konsep serta

menghubungkan antar konsep yang telah mereka dapat. Guru berperan

sebagai tutor dan pembimbing yang menjawab dan memberikan arah pada

ketika dalam keraguan tentang informasi yang mereka dapat.

3. Fase aplikasi konsep, siswa melakukan kegiatan menerapkan konsep

elektrolisis dalam konteks kehidupan sehari-hari atau disiplin ilmu lain dan

selajutnya menerapkan konsep tersebut dalam situasi baru, siswa diberi

pertanyaan untuk mengkondisikan agar siswa mampu menerapkan hasil

belajarnya dalam masalah kehidupan sehari-hari yang mungkin ditemui

mereka.

Page 8: A · Web view“Apakah model pembelajaran siklus belajar dapat meningkatkan permahaman konsep dan keterampilan proses siswa pada topik elektrolisis di Kelas XII IPA SMA Negeri 16 Bandung”

H, James Funk (1979) membagi keterampilan proses ini dalam dua tingkatan

yaitu keterampilan proses tingkat dasar (Basic Science Process Skill) dan

keterampilan proses terpadu (Intregrated Science Process Skill).

Keterampilan proses tingkat dasar meliputi ; keterampilan observasi,

klasifikasi, komunikasi, pengukuran, prediksi, dan ”inference”. Sedangkan

keterampilan proses terpadu meliputi : menentukan variabel, menyusun tabel

data, menyusun grafik, memberi hubungan variabel, memproses data,

menganalisis penyelidikan, menyusun hipotesis, menentukan variabel secara

operasional, merencanakan penyelidikan, dan melakukan eksprimen.

Keterampilan proses tingkat dasar ini diperuntukkan kepada siswa tingkat

dasar. Sedangkan keterampilan proses terpadu ditujukan kepada siswa dengan

tingkat lebih tinggi yang dapat digunakan untuk merencanakan dan

mengontrol penyelidikan ilmiah, yang biasa digunakan para ilmuwan.

Media Pembelajaran

Agar penyampaian materi pelajaran dapat diterima dengan baik serta menarik

bagi peserta pendidikkan dan pelatihan, maka penyampaian pelajaran tidak

cukup hanya dengan memanfaatkan pendengaran saja, yaitu penyampaian

metode ceramah saja ataupun ataupun kalimat-kalimat verbal saja. Tetapi

sebaiknya juga memanfaatkan alat peragayang bisa dinikmati oleh indera

penglihata. (Piran Wiroatmodjo, 2002 : 1)

Lebih lajut dalam bukunya Piran Wiroatmodjo, menjelaskan berdasarkan

penyelidikan bahwa daya serap masing-masing indera manusia itu berbeda-

beda, seperti digambarkan di bawah ini :

8

Page 9: A · Web view“Apakah model pembelajaran siklus belajar dapat meningkatkan permahaman konsep dan keterampilan proses siswa pada topik elektrolisis di Kelas XII IPA SMA Negeri 16 Bandung”

Gambar 2.1

Tingkat Daya Serap Pancaindera Manusia

Peraba4%Pendengaran

11%

Perasa3% Penciuman

1%

Penglihatan81%

Penglihatan

Pendengaran

Peraba

PerasaPenciuman

Dari diagram di atas jelas peran masing-masing indera manusia (peserta didik)

yang akan membantu mereka dalam belajar. Dimana kemampuan terbesar dalam

penerimaan pesan adalah melalui media penglihatan, dari hal tersebut dapat kita

simpulkan jika penyampaian materi pelajaran lebih banyak menggunakan

penglihatan akan diperoleh hasil paling tinggi dan seandainya dapat

menggabungkan indera penglihatan dengan pendengaran maka hasil terbaik dapat

kita capai dengan lebih maksimal.

Banyak batasan yang diberikan orang berkenaan dengan media diantaranya :

a. Gagne (1970) menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen

dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar.

b. Briggs (1970), berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat

menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar.

c. National Education Association/NEA berpendapat bahwa media adalah

bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audio visual serta

peralatannya (media hendaknya dapat dimanipulasi, dilihat, didengar dan

dibaca).

d. Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan (Association of Education

and Communication Technology/AECT) di Amerika membatasi yang

dimaksud dengan media yaitu segala bentuk dan saluran yang digunakan

orang untuk menyalurkan pesan/informasi.

Masih banyak lagi pendapat para ilmuwan lain mengenai media ini, tetapi

semua bermuara pada informasi/pesan yang disampaikan kepada

9

Page 10: A · Web view“Apakah model pembelajaran siklus belajar dapat meningkatkan permahaman konsep dan keterampilan proses siswa pada topik elektrolisis di Kelas XII IPA SMA Negeri 16 Bandung”

seseorang/peserta didik. Dan sejalan dengan perkembangannya media ini, telah

mencapai pada alat berbentuk Audio Visual dengan nama Audio Visual Aids

(AVA).

Materi Elektrolisis Kelas XII IPA Semesnter 1

Arus listrik dapat bersumber dari sel volta (hasil reaksi redoks), misalnya

baterai atau aki. Namum arus listrik juga dapat menyebabkan berlangsungnya

suatu reaksi redoks. Ilmuwan Inggris, Michael Faraday, mengalirkan arus listrik

(baterai atau aki dari sel volta) ke dalam larutan elektrolit ternyata dalam larutan

tersebut terjadi reaksi kimia. Rangkaian alat yang menunjukkan terjadinya reaksi

kimia akibat dialirkannya arus listrik tersebut dinamakan sel elektrolisis.

Untuk dapat menuliskan reaksi-reaksi kimia yang terjadi pada suatu sel

elektrolisis, perlu memahami ketentuan-ketentuan reaksi elektrolisis.

Terdapat tiga (3) kelompok sel elektrolisis, yaitu sel dengan elektrolit larutan dan

elektroda tidak reaktif, sel dengan elektrolit larutan dan elektrode reaktif serta sel

dengan elektrolit lelehan dan elektrode tidak reaktif.

a. Sel dengan elektrolit larutan dan elektrode tidak reaktif

Dalam sel ini tidak terdapat pengaruh dari elektrode, tetapi karena dalam

larutan terdapat air, harus tetap diperhatikan kemungkinan pelarut (air)

mengalami reaksi redoks.

Reaksi pada katode

Pada katode berkumpul kation-kation logam yang mungkin mengalami

reaksi reduksi sehingga berlaku ketentuan untuk kation.

1) Sebagian besar kation logam transisi memiliki potensial reduksi lebih

positif dari H2O (Cu2+, Hg2+, Ag+, Pt3+ dan Au3+) dan langsung

direduksi menghasilkan endapan logam transisi di katode.

( Katode Cu2+(aq) + 2e- Cu(s) )

2) Sedangkan golongan utama umumnya memiliki potensial reduksi lebih

negatif dari H2O sehingga tidak mengalami reduksi, dan yang

direduksi adalah H2O menghasilkan gas H2 dan anion OH- sehingga

suasana di katode bersifat basa.

10

Page 11: A · Web view“Apakah model pembelajaran siklus belajar dapat meningkatkan permahaman konsep dan keterampilan proses siswa pada topik elektrolisis di Kelas XII IPA SMA Negeri 16 Bandung”

( Katode 2 H2O + 2 e- H2(g) + 2 OH-(aq) ).

Reaksi pada anode

Pada anode, terjadi reaksi oksidasi anion. Anion merupakan sisa asam

yang terbagi menjadi 2 jenis, yaitu ;

1). anion yang tidak mengandung oksigen seperti F-, Cl-, Br-, dan I-, anion

jenis ini akan langsung dioksidasi hingga menghasilkan F2, Cl2, Br2

dan I2 karena memiliki nilai potensial reduksi lebih negatif atau

potensial oksidasi lebih positif.

( Anode 2 F-(aq) F2(g) + 2e- )

2). anion yang mengandung oksigen seperti ; SO42-, NO3

-, CO32- dll, anion

jenis ini cenderung lebih sukar dioksidasi dibandingkan dengan H2O

karena memiliki potensial reduksi lebih besar dari H2O atau potensial

oksidasi lebih negatif sehingga yang dioksidasi adalah H2O

menghasilkan gas O2 dan kation H+

( Anode 2 H2O(l) ½ O2(g) + 2 H+(aq) )

b. Sel dengan elektrolit larutan dan elektrode reaktif

Elektrode yang bereaksi (elektrode reaktif) adalah elektrode yang turut

bereaksi dan hanya terjadi pada anode (reaksi oksidasi).

Contoh jenis-jenis elektrode reaktif adalah Cu, Ni, Zn, Ag, Fe dan Pb.

Rekasi pada katode

Ketentuan kation logam yang direduksi pada katode sama dengan

keterangan di atas, yaitu golongan transisi secara umum direduksi

langsung menjadi endapan logam transisi, sedangkan golongan utama

tidak direduksi dan sebagai gantinya H2O yang direduksi menghasilkan

gas H2 dan anion OH- sehingga suasana di katoda menjadi basa (dapat

diukur dengan kertas lakmus/ indikator universal).

Reaksi pada anode

Pada sel ini, anode langsung dioksidasi menjadi larutannya. Anionnya

tidak perlu diperhatikan karena tidak akan mengalami reaksi.

Contoh :

Tuliskan persamaan reaksi elektrolisis larutan CuSO4 dengan elektrode Ag

11

Page 12: A · Web view“Apakah model pembelajaran siklus belajar dapat meningkatkan permahaman konsep dan keterampilan proses siswa pada topik elektrolisis di Kelas XII IPA SMA Negeri 16 Bandung”

CuSO4 (aq) Cu2+ (aq) + SO42- (aq)

Katode Cu2+ (aq) + 2e- Cu (s) x 1

Anode Ag (s) Ag+ (aq) + e x 2

Katode Cu2+ (aq) + 2e- Cu (s)

Anode 2 Ag (s) 2 Ag+ (aq)+ 2e

CuSO4 (aq) + 2 Ag (s) Cu( s ) + 2Ag( s ) + SO 42- ( aq )

Katode Anode

c. Sel dengan elektrolit lelehan

Umumnya sel dengan elektrolit lelehan menggunakan elektrode yang tidak

reaktif yaitu platina (Pt) dan karbon (C).

Sel dengan elektrolit berbentuk lelehan tidak mengandung pelarut (air),

hanya terdapat kation dan anion. Kation langsung direduksi dan anion

langsung dioksidasi. Hal ini berlaku pada kation logam golongan utama

dan logam golongan transisi. Begitu pula dengan anion, berlaku untuk

anion yang tidak mengandung oksigen dan anion yang mengandung

oksigen.

Contoh : Tuliskan reaksi elektrolisis lelehan garam KCl dan cairan garam

CuO

H. Prosedur Penelitian

1. Tempat Penelitian : Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 16

Bandung Kelas XII IPA 4 pada bulan September

2006 s.d. Desember 2006.

2. Subjek Penelitian : Siswa-siswi SMA Negeri 16 Bandung Kelas XII

IPA 4.

3. Variabel/Fokus Penelitian

12

KCl (l) K+ + Cl- x 2Katode K+ + e- K x 2Anode 2 Cl - Cl 2 + 2e - x 1

2K++2e- K x 22 Cl - Cl 2 + 2e - x 1

2 KCl 2 K(s)+ Cl2(g)

CuO Cu2+ + O2- x 2Katode Cu2++2e- Cu x 2Anode 2 O 2- O 2 + 4e - x 1

2 Cu2++4e- 2 Cu2 O 2- O 2 + 4e -

2 CuO 2Cu(s) + O2(g)

Page 13: A · Web view“Apakah model pembelajaran siklus belajar dapat meningkatkan permahaman konsep dan keterampilan proses siswa pada topik elektrolisis di Kelas XII IPA SMA Negeri 16 Bandung”

Siklus 2

Siklus 1Refleksi Awal / Permasalahan

Perencanaan Tindakan I

Pengamatan/Evaluasi I

Refleksi I

Perencanaan Tindakan II

Pengamatan/Evaluasi II

Refleksi II

Permasalahan baru Hasil Refleksi I

Bila permasalahan belum terselesaikan Hasil

Refleksi II

Lanjutkan ke Siklus Berikutnya

Pemahaman konsep dan keterampilan proses siswa dalam bahasan

elektrolisis hingga mampu mengaplikasikan pada elektrolisis larutan

lainnya (variabel terikat).

Model Siklus Belajar sebagai model mengajar yang ditawarkan agar

pemahaman konsep dan keterampilan proses siswa hasilnya bagus

hingga setiap siswa mampu mengaplikasikan hasil belajarnya dengan

masalah baru (variabel bebas).

4. Rencana Tindakan :

Setiap siklus terdiri dari 1) perencanaan, 2) pelaksanaan tindakan, 3)

pengamatan, dan 4) refleksi serta perencanaan kembali. Yang diuraikan dalam

siklus hanya bagian yang dimodifikasi melalui action research, bukan seluruh

proses pembelajaran (Tita Lestari, 2006 : 19). Jumlah siklus yang dilakukan dapat

13

Page 14: A · Web view“Apakah model pembelajaran siklus belajar dapat meningkatkan permahaman konsep dan keterampilan proses siswa pada topik elektrolisis di Kelas XII IPA SMA Negeri 16 Bandung”

satu putaran, dua putaran dan seterusnya.... sampai permasalahan yang dihadapi

dapat diatasi dan dengan hasil yang lebih efektif (Ahmad Yani, 2006 : 6)

Urutan masing-masing siklus dalam penelitian meliputi langkah-langkah

dengan uraian sebagai berikut :

Refleksi Awal

Peneliti mengawali kegiatan dengan penemuan masalah sebagai hasil kajian teori

maupun pengamatan data perolehan nilai siswa terdahulu pada topik tertentu

(peneliti memilih topik elektrolisis). Temuan itu berupa rendahnya pemahaman

konsep dan keterampilan proses siswa setelah selesai mengikuti pelajaran topik

elektrolisis.

Perencanaan Tindakan I

Temuan ini mendorong untuk menyusun suatu rencana pembelajaran pada

tindakan I, dengan melakukan persiapan model pembelajaran yang akan

digunakan (Model Siklus Belajar), persiapan instrumen bagi siswa (LKS dan

Obsevasi Sikap), instrumen bagi guru observer, persiapan bahan mengajar (alat

bahan percobaan), buku bacaan/paket, RPP dan Silabus.

Setelah semua persiapan lengkap dipersiapkan pula skenario tindakan yang akan

dilakukan seperti alur rencana dan tindakan di atas. Termasuk pemberitahuan

kepada siswa rencana kegiatan pertemuan tersebut.

Pelaksanaan Tindakan I

Kegiatan pembelajaran dimulai dengan ;

Membagi siswa menjadi kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota 4-5

orang.

Apersepsi, menggunakan waktu kurang lebih lima belas menit dilakukan tanya

jawab dengan siswa mengacu pada prasarat pengetahuan, meliputi konsep

mengionisasikan larutan (konsep elektrolit), reaksi reduksi dan reaksi oksidasi,

kutub positif dan kutub negatif sumber arus (elektrode), dilakukan dengan metoda

tanya jawab.

14

Page 15: A · Web view“Apakah model pembelajaran siklus belajar dapat meningkatkan permahaman konsep dan keterampilan proses siswa pada topik elektrolisis di Kelas XII IPA SMA Negeri 16 Bandung”

Kegiatan fase eksplorasi dengan berbekal bagan reaksi elektrolisis siswa

melakukan percobaan dari mulai merangkai alat, mengamati, mencatat data

percobaan.

Kegiatan fase pemahaman konsep terbimbing dengan menjawab pertanyaan-

pertanyaan dalam LKS tentang zat hasil yang ditemukan di ruang katode dan

anode serta reaksi yang terjadinya.

Pada fase aplikasi konsep siswa dapat menghubungkan dengan membuat

kesimpulan zat yang dihasilkan di ruang katode dan anode dengan reaksi yang

terjadinya. Penguatan fase aplikasi konsep ini dibantu dengan tanya jawab

bersama guru dan seluruh siswa.

Kegiatan percobaan dari mulai merangkai alat hingga membersihkan kembali alat

pasca percobaan memerlukan waktu 60 menit.

Kegiatan tanya jawab dan post tes dilakukan menggunakan waktu 15 menit.

Seluruh kegiatan guru dan siswa diobservasi bebas oleh guru observer.

Pengamatan / Evaluasi I

Hasil lembar observasi pbm dan data observasi siswa dari guru pengajar (guru

yang diobservasi/penulis), dibawa untuk dilakukan evaluasi dan pengamatan

bersama pendamping/pembimbing. Selajutnya dijadikan bahan sebagai refleksi I

dan bahan merancang tindakan II, pengamatan/evaluasi II. Kegiatan penelitian ini

akan dianggap berhasil jika dari hasil belajar siswa diperoleh gambaran dengan

kualifikasi sebagai berikut ;

Indikator keberhasilan

Ukuran keberhasilan dari kegiatan belajar ini adalah sebagai berikut :

a. Sekurang-kurangnya 75 % siswa dapat menjelaskan reaksi elektrolisis dan

hasil reaksi di katode dan anode dari suatu larutan (tuntas belajar).

b. Sekurang-kurangnya 75 % siswa tertarik/termotivasi dengan model siklus

belajar pada topik elektrolisis ini hingga memiliki nilai pos tes >= 75 dan

memiliki keterampilan berpraktik dengan nilai >= 75, juga sikap kerja rata-

rata B..

15

Page 16: A · Web view“Apakah model pembelajaran siklus belajar dapat meningkatkan permahaman konsep dan keterampilan proses siswa pada topik elektrolisis di Kelas XII IPA SMA Negeri 16 Bandung”

c. Sekurang-kurangnya 75 % siswa terampil melakukan percobaan dan membuat

kesimpulan dari hasil pengamatannya serta menghubungkan antara data

percobaan dengan konsep elektrolisis.

I. Jadwal Penelitian

No.RENCANA KEGIATAN SEP OKTOBER NOPEMBER DESEMBER JAN

Minggu Ke 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1

1 Penyerahan proposal 2 Tindakan I dan Refleksi 3 Tindakan II dan Refleksi 4 Tindakan III dan Refleksi 5 Penyusunan Laporan 6 Seminar

7 Penyempurnaan Laporan

8 Penyerahan Laporan 9 Penulisan Artikel

10 Penyerahan Artikel

J. Biaya Penelitian

No. Jenis Pengeluaran Volume Prakiraan Biaya

1

Persiapan

Pembelian Buku Refferensi 3 bh Rp. 200,000.00

Penggandaan LKS 480 lb Rp. 48,000.00

Penggandaan Soal 160 lb Rp. 16,000.00

Pembuatan Proposal 1 bk Rp. 50,000.00

Penggandaan Proposal 3 eks Rp. 60,000.00

Pembelian Materai 2 lb Rp. 12,000.00

Tranportasi - Rp. 200,000.00

Sub Jumlah 1 - Rp. 586,000.00No. Jenis Pengeluaran Volume Prakiraan Biaya

16

Page 17: A · Web view“Apakah model pembelajaran siklus belajar dapat meningkatkan permahaman konsep dan keterampilan proses siswa pada topik elektrolisis di Kelas XII IPA SMA Negeri 16 Bandung”

2

Pelaksanaan

Pembelian Film (Foto) 1 rol Rp. 40,000.00

Pembelian Film (Handycam) 1 rol Rp. 50,000.00

Pembelian Baterai (aki) 10 kl Rp. 120,000.00

Pembelian Kabel 10 m Rp. 30,000.00

Pembelian Tabung U 10 bh Rp. 100,000.00

Pembelian Capit Buaya 10 ps Rp. 20,000.00

Pembelian Kertas Indikator 10 set Rp. 50,000.00

Pembelian Karton Manila 12 lb Rp. 12,000.00

Pembelian Spidol Warna 3 bh Rp. 22,000.00

Biaya Personalia 1 tim Rp. 600,000.00

Sub Jumlah 2 - Rp. 1,044,000.00

3

Pelaporan

Pembuatan Laporan 1 bk Rp. 100,000.00

Penggandaan Laporan 5 eks Rp. 100,000.00

Biaya Seminar 1 x Rp. 100,000.00

Biaya Pembuatan Jurnal 1 x Rp. 70,000.00

Sub Jumlah 3 - Rp. 370,000.00

4 Jumlah Total Anggaran Rp. 2,000,000.00

Daftar Pustaka

Ahmad Yani, 2006, Karya Tulis Ilmiah dan Penelitian Tindakan Kelas,

Bandung : Kemitraan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidikan dan

Tenaga Kependidikan Depdiknas Dengan Lembaga Penelitian Universitas

Pendidikan Indonesia.

Asep Zaenal Rahmat, 2004, Higher Order Thinking Skill (HOTS), Sosialisasi

Hasil Pelatihan SEAMO-RECSAM, Jakarta : Direktorat Jendral Pendidikan

Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional

Ayi Olim, 2006, Inovasi Pembelajaran, Makalah pada seminar Peningkatan

Kemampuan Tenaga Pendidik dalam Melakukan Penelitian Tindakan Kelas,

Bandung : Kerjasama Dirjen Peningkatan Mutu Pendidikan Tenaga

17

Page 18: A · Web view“Apakah model pembelajaran siklus belajar dapat meningkatkan permahaman konsep dan keterampilan proses siswa pada topik elektrolisis di Kelas XII IPA SMA Negeri 16 Bandung”

Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional dengan Lembaga Penelitian

Universitas Pendidikan Indonesia

Dikmenum, 2004, Pedoman Pendayagunaan Peralatan Laboratorium Kimia,

Jakarta : Sekolah Menengah Umum, Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan

Menengah Departemen Pendidikan Nasional.

Ernavita, 2003, Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian, Mata

Pelajaran Kimia, Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional, Dirjen

Dikdasmen – Dikmenum.

Fransisa Sudargo, 2006, Pedoman Penyusunan Proposal, Bandung : Kerjasama

Dirjen Peningkatan Mutu Pendidikan Tenaga Kependidikan Departemen

Pendidikan Nasional dengan Lembaga Penelitian Universitas Pendidikan

Indonesia.

Indrawati, 2000, Keterampilan Proses Sains, Tinjauan Kritis dari Teori ke

Praktis, Bandung : Pusat Pengembangan Penataran Guru IPA Direktorat

Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan.

Indrawati, 2003, Model Model Pembelajaran IPA, Bandung : Pusat

Pengembangan Penataran Guru IPA Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan

Menengah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Marulloh, 2004, CONSTRUCTIVISM, Sosialisasi Hasil Pelatihan SEAMO-

RECSAM, Jakarta :Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah

Departemen Pendidikan Nasional

Nana Sutresna dan Didin Solehudin, 2004, KIMIA untuk SMA Kelas XII

Semester 1, Bandung : Grafindo Media Pratama

Nana Sutresna, 2004, Pintar KIMIA untuk Kelas III SMU Semester 1, Jakarta :

Edisi ketiga, Ganeca Exact

Oxtoby W, David dkk, 2001, KIMIA MODERN, Jakarta, Edisi Keempat, Jilid

1,Erlangga

Petruci, H, Ralph, 1999, Kimia Dasar (Prinsip dan Terapan Modern), Jakarta :

Edisi Keempat, Jilid 3 , Erlangga Maha Meru

18

Page 19: A · Web view“Apakah model pembelajaran siklus belajar dapat meningkatkan permahaman konsep dan keterampilan proses siswa pada topik elektrolisis di Kelas XII IPA SMA Negeri 16 Bandung”

SP, Sukartini, 2006, Guru Sebagai Propesi, Bandung, Kemitraan Direktorat

Jenderal Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Depdiknas

Dengan Lembaga Penelitian Universitas Pendidikan Indonesia.

Tia Damayanti, 2006, Model Pembelajaran Inkuiri yang didukung oleh

Penggunaan Multi Media Komputer pada Materi Larutan Penyangga SMA

Kelas XI Semester Genap, Bandung : Program Pasca Sarjana Universitas

Pendidikan Indonesia

Tim Pengembang, 2003, Pedoman Umum Pengembangan Penilaian, Jakarta :

Departemen Pendidikan Nasional, Dirjen Dikdasmen – Dikmenum.

Tita Lestari, 2006, Etika Penelitian dan Pemecahan Masalah pada Penelitian

Tindakan Kelas, Bandung : Kerjasama Dirjen Peningkatan Mutu Pendidikan

Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional dengan Lembaga

Penelitian Universitas Pendidikan Indonesia

Wawang Hoetawarman, 2004, COOPERATIVE LEARNING (TGT), Sosialisasi

Hasil Pelatihan SEAMO-RECSAM, Jakarta :Direktorat Jendral Pendidikan

Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional

M. Lampiran

1. Sibus Kimia Kelas XII IPA, Semester 1 Bahasan Elektrolisis

2. RPP Kimia Kelas XII IPA, Semester 1 Bahasan Elektrolisis

3. Intrumen LKS Percobaan Elektrolisis

4. Instrumen Penilaian kognitif, Psikomotor dan Apektif

5. Instrumen Observasi Guru dan Siswa

6. Instrumen pretes dan postes

7. Data hasil ulangan blok elektrolisis Kelas 3 IPA Th. 2005/2006

8. Surat izin / Rekomendasi Kepala Sekolah

9. Curiculum Vitae Peneliti / Personalia Peneliti

19