doc9
TRANSCRIPT
i
STUDI KOMPARASI HASIL BELAJAR GEOGRAFI ANTARA
PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL PADA SISWA
KELAS XI PROGRAM ILMU SOSIAL SMA NEGERI 9 SEMARANG
TAHUN 2006/2007
SKRIPSI
Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Geografi
pada Universitas Negeri Semarang
Oleh
Oktia Fajri Puji Hidayati
NIM.3201403064
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN GEOGRAFI
2007
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh Pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian
skripsi pada:
Hari : Senin
Tanggal : 16 Juli 2007
Pembimbing I Pembimbing II Dra. Eva Banowati, M. Si Drs. Sutardji NIP. 131813652 NIP. 130894849
Mengetahui, Ketua Jurusan Geografi
Dra. Erni Suharini, M.Si NIP. 131764047
iii
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas
Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang pada:
Hari : Senin
Tanggal : 6 Agustus 2007
Penguji Skripsi
Drs. Sunarko, M. Pd NIP. 130812916 Anggota I Anggota II Dra. Eva Banowati, M. Si Drs. Sutardji NIP. 131813652 NIP. 130894849
Mengetahui, Dekan,
Drs. H. Sunardi, MM NIP. 130367998
iv
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya
saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau
seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini
dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, 16 Juli 2007
Oktia Fajri Puji Hidayati NIM. 3201403064
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto:
☺ Menyesali apa yang sudah terjadi tak akan dapat mengubah segalanya,
yang terpenting ambillah hikmah dari semua itu
☺ Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan….dan hanya kepada
Tuhanmulah hendaknya kamu berharap (Q.S 94:6)
☺ Manisnya keberhasilan akan menghapus pahitnya kesabaran, nikmatnya
beroleh kemenangan akan menghilangkan letihnya perjuangan,
menuntaskan pekerjaan dengan baik akan melenyapkan lelahnya jerih
payah (Dr.Aidh bin Abdullah Al-Qurni)
Dengan mengucap puji syukur kepada Allah, skripsi ini
kupersembahkan untuk:
1. Ibu dan Bapak samudera kasih yang terbentang luas,
muara doa sumber kekuatan.
2. Mba’ Rina dan De’ Fatih kalian penyemangatku,
aku sayang kalian.
3. Mas , terima kasih telah menjadi penyemangat
4. Ce2’, Nisa, Mba’e, Ika, RV, Susy, Suliz, Nyu2n,
Inem dan seluruh teman-teman di Wisma Anggrek
5. Fer2, Ruly, Mz Bom2, Ntho , Adi, Gun, Leli, Intana,
Ndah dan teman-teman P.Geo 03
Tanpa mereka, aku dan karya ini tak akan pernah ada.
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, penguasa jagat raya yang tidak ada
kekuasaan dan kekuatan kecuali dengan pertolongan-Nya, sehingga penyusunan
skripsi ini akhirnya dapat terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak baik secara langsung maupun tidak langsung skripsi ini tidak dapat
terwujud. Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. H. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si. selaku Rektor Universitas Negeri
Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menimba
ilmu di kampus tercinta ini.
2. Drs. H. Sunardi, MM. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial UNNES yang telah
memberikan ijin penelitian.
3. Dra. Erni Suharini, M.Si. selaku Ketua Jurusan Geografi FIS UNNES yang
telah memberikan ijin penelitian.
4. Dra. Eva Banowati, M.Si. selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan dan motivasi kepada penulis selama proses penyusunan skripsi.
5. Drs. Sutardji, selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan
dan pengarahan kepada penulis selama proses penyusunan skripsi.
6. Drs. Sunarko, M.Pd selaku Dosen Penguji yang telah memberikan masukan
dan bimbingan kepada penyusun untuk kesempurnaan skripsi ini.
7. Drs. Sri Santoso, selaku Kepala Dinas Pendidikan Kota Semarang yang telah
memberikan ijin penelitian.
vii
8. Slamet Panca Mulyadi, S.Pd. selaku Kepala SMA Negeri 9 Semarang yang
telah memberikan ijin kepada penulis untuk mengadakan penelitian di SMA
Negeri 9 Semarang.
9. Anni Fadjarwati, S.Pd. selaku guru mata pelajaran Geografi kelas XI program
ilmu sosial SMA Negeri 9 Semarang yang telah membantu penulis selama
proses penelitian.
10. Seluruh guru dan pegawai SMA Negeri 9 Semarang yang telah memberikan
dukungan dalam pelaksanaan penelitian skripsi ini.
11. Siswa-siswa SMA Negeri 9 Semarang yang telah bersedia bekerjasama dalam
pelaksanaan penelitian skripsi ini.
12. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak
langsung dalam penyusunan skripsi ini.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca dan perkembangan dunia
pendidikan di Indonesia.
Semarang, 2007
Penulis
viii
ABSTRAK
Oktia Fajri Puji Hidayati, 2007. Studi Komparasi Hasil Belajar Geografi Antara Pembelajaran Berbasis Masalah Dengan Pembelajaran Konvensional Pada Siswa Kelas XI Program Ilmu Sosial SMA Negeri 9 Semarang Tahun 2006/2007. Jurusan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing: I. Dra. Eva Banowati, M.Si. II. Drs. Sutardji. Kata Kunci: Pembelajaran Berbasis Masalah, Pembelajaran Konvensional, Hasil belajar geografi. Selama ini pembelajaran geografi yang dilaksanakan cenderung kearah pembahasan tematik teoritik dan text book oriented, sehingga terkesan bahwa bidang ini terdiri dari materi hafalan belaka. Berdasarkan observasi awal dan informasi dari guru mata pelajaran geografi yang bersangkutan, pembelajaran Geografi yang selama ini dilaksanakan di SMA Negeri 9 Semarang, terutama pada Kelas XI Program Ilmu Sosial masih disampaikan dengan pembelajaran konvensional menggunakan metode ceramah. Sementara siswa diharuskan untuk menerima dan menghafal seluruh materi, sehingga hasil belajar yang diperoleh kurang memuaskan. Oleh karena itu peneliti menerapkan model pembelajaran berbasis masalah yang merangsang siswa untuk aktif dan kreatif dalam memecahkan permasalahan dunia nyata yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Namun, kebenaran dari argument ini perlu dibuktikan melalui kegiatan penelitian agar diperoleh jawaban yang akurat. Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah: (1) Adakah perbedaan hasil belajar geografi yang signifikan antara pembelajaran berbasis masalah dengan pembelajaran konvensional? (2) Hasil belajar manakah yang lebih baik antara yang menggunakan pembelajaran berbasis masalah atau pembelajaran konvensional? (3) Apakah dengan penerapan pembelajaran berbasis masalah siswa dapat mencapai ketuntasan belajar?. Penelitian ini bertujuan: (1) Untuk mengetahui adakah perbedaan hasil belajar geografi yang signifikan antara pembelajaran berbasis masalah dengan pembelajaran konvensional (2) Untuk mengetahui hasil belajar manakah yang lebih baik antara yang menggunakan pembelajaran berbasis masalah atau pembelajaran konvensional (3) Untuk mengetahui apakah dengan penerapan pembelajaran berbasis masalah siswa dapat mencapai ketuntasan belajar.
Populasi penelitian ini adalah siswa kelas XI Program Ilmu Sosial SMA Negeri 9 Semarang yang terdiri dari 4 kelas dengan jumlah keseluruhan 169 siswa. Pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sample yaitu dengan mengambil dua kelas yang memiliki nilai rata-rata dan varians yang mendekati sama. Untuk menentukan kelas kontrol dan eksperimen, dari kedua kelas yang telah diambil sebagai sampel dilakukan random (acak). Sampel dalam penelitian ini adalah kelas XI IS 1 sebagai kelas Eksperimen dan kelas XI IS 3 sebagai kelas kontrol. Variabel penelitian ini, yaitu (1) pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran konvensional, dan (2) hasil belajar mata pelajaran geografi. Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal tes dan lembar
ix
observasi. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini dianalisis dengan uji-t dan teknik diskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar kelompok eksperimen yang diajar menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dan kelompok kontrol yang diajar menggunakan model konvensional berbeda secara nyata. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian uji perbedaan dua rata-rata data posttes sebesar 2,522 > harga kritik sebesar 1,66 dengan taraf kepercayaan 5% yang artinya rata-rata hasil belajar kelompok kontrol dan eksperimen berbeda secara signifikan. Hasil belajar kelompok eksperimen lebih baik daripada kelompok kontrol. Hasil belajar yang di dapatkan oleh kelompok eksperimen terbukti memberikan kontribusi terhadap ketuntasan belajar siswa 14,274 >harga kritik 1,68 dan taraf signifikan 5%yang artinya tuntas belajar.
Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa: (1) Ada perbedaan hasil belajar Geografi antara pembelajaran berbasis masalah dengan pembelajaran konvensional yang berarti bahwa hipotesis alternative (Ha) yang diajukan diterima dan Hipotesis nol (Ho) ditolak. (2) Hasil belajar Geografi pada siswa yang diajar menggunakan pembelajaran berbasis masalah nilai rata-rata kelasnya lebih baik yaitu 77,62 daripada nilai rata-rata kelas yang diajar dengan pembelajaran konvensional yaitu 74,67. (3) Pembelajaran berbasis masalah mampu memberikan kontribusi terhadap ketuntasan belajar siswa. Sehingga disarankan pembelajaran berbasis masalah perlu dilaksanakan oleh guru. Dalam pembelajaran, guru perlu melibatkan siswa secara langsung serta dengan pembelajaran berbasis masalah siswa diharapkan lebih memahami permasalahan dunia nyata dan diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………… i
PERSETUJUAN PEMBIMBING…………………………………….. ii
PENGESAHAN KELULUSAN………………………………………. iii
PERNYATAAN………………………………………………………... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN…………………………………….. v
PRAKATA……………………………………………………………... vi
ABSTRAK……………………………………………………………... viii
DAFTAR ISI…………………………………………………………... x
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………….. xii
DAFTAR TABEL…………………………………………………….. xiii
DAFTAR GAMBAR………………………………………………….. . xiv
BAB I : PENDAHULUAN…………………………………………… 1
A. Latar Belakang Masalah…………………………………... 1
B. Permasalahan……………………………………………… 4
C. Penegasan Istilah………………………………………….. 5
D. Tujuan Penelitian…………………………………………. 7
E. Manfaat Penelitian………………………………………… 8
F. Strategi Penelitian…………………………………………. 8
G. Sistematika Skripsi………………………………………... 10
BAB II : KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS…………………. 12
A. Pembelajaran Geografi……………………………………. 12
B. Pembelajaran Berbasis Masalah…………………………... 14
C. Berpikir Kritis…………………………………………….. 19
D. Pembelajaran Konvensional………………………………. 22
E. Hasil Belajar Geografi……………………………………. 24
F. Tinjauan Pokok Bahasan Persebaran Sumber Daya Alam
di Indonesia dan Pemanfaatannya………………………... 27
G. Hipotesis…………………………………………………. 39
xi
BAB III: METODE PENELITIAN………………………….............. 40
A. Waktu dan Tempat Penelitian……………………………. 40
B. Populasi, Sampel dan teknik Pengambilan Sampel…….. 40
C. Variabel Penelitian……………………………………… 43
C. Rancangan Penelitian …………………………………… 44
D. Instrumen Penelitian……………………………………… 48
1. Tahap Pembuatan Soal Uji Coba……………………… 48
2. Tahap Pelaksanaan Uji Coba………………………….. 49
3. Tahap Analisis Uji Coba Tes………………………….. 49
E. Metode Pengumpulan Data……………………………….. 55
F. Teknik Analisis Data……………………………………… 56
1. Analisis Data Tahap Awal…………………………….. 56
2. Analisis Data Tahap Akhir……………………………. 61
3. Analisis Deskriptif Data Hasil Belajar Afektif dan
Psikomotorik…………………………………………… 65
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN…………... 66
A. Pelaksanaan……………………………………………….. 66
B. Hasil Penelitian…………………………………………… 72
1. Data Objek Penelitian…………………………………. 72
2. Hasil Belajar Kognitif Pada Pretes dan Posttes……….. 79
3. Hasil Belajar Afektif…………………………………... 80
4. Hasil Belajar Psikomotorik……………………………. 82
C. Pembahasan……………………………………………….. 84
BAB V : PENUTUP………………………………………………….. 90
A. Simpulan………………………………………………….. 90
B. Saran………………………………………………………. 91
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………. 92
LAMPIRAN-LAMPIRAN…………………………………………… 95
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Rencana Pembelajaran Pada Kelompok Eksperimen………. 95
Lampiran 2. Rencana Pembelajaran Pada Kelompok Kontrol……………. 107
Lampiran 3. Kisi-kisi Soal Instrumen Uji Coba………………………….. 119
Lampiran 4. Soal Instrumen Uji Coba……………………………………. 121
Lampiran 5. Kunci Jawaban Soal Uji Coba……………………………… 128
Lampiran 6. Lembar Jawab Soal Uji Coba………………………………. 129
Lampiran 7. Analisis Uji Coba Soal……………………………………… 130
Lampiran 8. Perhitungan Validitas Butir………………………………… 134
Lampiran 9. Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal………………………. 136
Lampiran 10. Perhitungan Daya Pembeda Soal…………………………. 137
Lampiran 11. Perhitungan Reliabilitas Instrumen………………………... 138
Lampiran 12. Rangkuman Hasil Analisis Uji Coba Instrumen…………… 140
Lampiran 13. Tabel Transformasi Soal Tes………………………………. 141
Lampiran 14. Kisi-kisi Soal Tes Hasil Belajar……………………………. 142
Lampiran 15. Soal Tes Hasil Belajar……………………………………… 144
Lampiran 16. Kunci Jawaban Tes Hasil Belajar………………………….. 149
Lampiran 17. Lembar Jawaban Tes Hasil Belajar………………………… 150
Lampiran 18. Kisi-kisi Lembar Observasi Afektif Siswa………………… 151
Lampiran 19. Kisi-kisi Lembar Observasi Psikomotorik Siswa………….. 155
Lampiran 20. Data Nilai Raport Geografi Semester I…………………….. 157
Lampiran 21. Uji Normalitas Data Nilai Raport Semester I……………… 158
Lampiran 22. Uji Homogenitas Populasi…………………………………. 162
Lampiran 23. Analisis Varians
(Uji Kesamaan Keadaan Awal Dari Populasi)…………….. 163
Lampiran 24. Uji Normalitas Data Pretes dan Posstes…………………… 167
Lampiran 25. Uji Kesamaan Dua Varians Data Pretes dan Posstes……… 171
Lampiran 26. Uji Kesamaan Dua Rata-rata Pretes……………………….. 173
Lampiran 27. Estimasi Rata-rata Hasil Belajar Kelompok
Kontrol dan Eksperimen……………………………………. 174
xiii
Lampiran 28. Uji Perbedaan Dua Rata-rata Hasil Posstes……………….. 176
Lampiran 29. Uji Ketuntasan Belajar…………………………………….. 177
Lampiran 30. Data Penilaian Afektif dan Psikomotorik Kelas Kontrol…. 178
Lampiran 31. Data Penilaian Afektif dan Psikomotorik
Kelas Eksperimen…………………………………………. 179
Lampiran 32. Penilaian Terhadap Aspek Afektif Siswa
Kelas Eksperimen………………………………………….. 184
Lampiran 33. Penilaian Terhadap Aspek Afektif Siswa Kelas Kontrol….. 185
Lampiran 34. Data Penilaian Aspek Psikomotorik Kelas Eksperimen…… 186
Lampiran 35. Data Penilaian Aspek Psikomotorik Kelas Kontrol……….. 187
Lampiran 36. Penilaian Terhadap Aspek Psikomotorik
Siswa Kelas Eksperimen…………………………………… 188
Lampiran 37. Penilaian Terhadap Aspek Psikomotorik
Siswa Kelas Kontrol………………………………………… 189
Lampiran 38. Jadwal Penelitian…………………………………………… 190
Lampiran 39. Dokumentasi Proses Pembelajaran Pada Kelas Eksperimen.. 191
Lampiran 40. Dokumentasi Proses Pembelajaran Pada Kelas Kontrol……. 192
Lampiran 41. Artikel 1 Sebagai Sumber Belajar Siswa dalam
Pembelajaran Berbasis Masalah…………………………..... 193
Lampiran 42. Artikel 2 Sebagai Sumber Belajar Siswa dalam
Pembelajaran Berbasis Masalah…………………………… 198
Lampiran 43. Peta Lokasi SMA Negeri 9 Semarang……………………… 203
Lampiran 44. Surat Keterangan Penelitian………………………………... 204
xiv
DAFTAR TABEL
Hlm Tabel 1. Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah..................................... 18
Tabel 2. Penerapan Metode Ceramah di Kelas…………………………. 23
Tabel 3. Jumlah Populasi……………………………………………….. 41
Tabel 4. Rata-rata Nilai Rapor Semestar Ganjil Tahun 2006/2007…… 42
Tabel 5. Pola Rencana Penelitian……………………………………… 44
Tabel 6. Rencana Kegiatan Kelompok Kontrol dan Eksperimen……... 45
Tabel 7. Ringkasan Anava Uji Kesamaan Rata-rata Populasi…………. 60
Tabel 8. Jadwal Pelajaran Geografi Kelas Kontrol dan Eksperimen...... 67
Tabel 9. Proses Pembelajaran Pada Kelompok Eksperimen…………... 70
Tabel 10. Proses Pembelajaran Pada Kelompok Kontrol……………….. 72
Tabel 11. Hasil Uji Normalitas Nilai Rapor Geografi Semester 1…….. 73
Tabel 12. Deskripsi Data Pretes dan Posttes…………………………… 74
Tabel 13. Data Hasil Uji Normalitas Nilai Pretes dan Posttes…………. 75
Tabel 14. Uji Kesamaan Dua Varians Data Pretes dan Posttes………... 76
Tabel 15. Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-rata Data Pretes dan Posttes... 77
Tabel 16. Hasil Estimasi Rata-rata……………………………………... 78
Tabel 17. Hasil Uji Ketuntasan Belajar Kelas Eksperimen……………. 79
Tabel 18. Rerata Nilai Tiap Aspek Afektif Pada Kelas Kontrol……….. 81
Tabel 19. Rerata Nilai Tiap Aspek Afektif Pada Kelas Eksperimen…... 81
Tabel 20. Rerata Nilai Tiap Aspek Psikomotorik Kelompok Kontrol…. 83
Tabel 21. Rerata Nilai Tiap Aspek Psikomotorik Kelompok
Eksperimen…………………………………………………... 83
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Peta Persebaran Sumber Daya Alam Hewani di Indonesia…. 30
Gambar 2. Peta Persebaran Sumber Daya Alam hasil
Tambang di Indonesia………………………………………… 30
Gambar 3. Siswa Berdiskusi Untuk Mencari Pemecahan Masalah………. 191
Gambar 4. Siswa Presentasi Hasil Karya yang Telah Dibuat……………… 191
Gambar 5. Guru Menjelaskan Materi Dengan Metode Ceramah………….. 192
Gambar 6. Siswa Mengerjakan Lembar Kerja Siswa……………………… 192
Gambar 7. Peta Lokasi SMA Negeri 9 Semarang………………
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Upaya pembangunan di bidang pendidikan masih perlu dilanjutkan untuk
meningkatkan mutu pendidikan sehingga dapat mewujudkan manusia yang
berkualitas tinggi. Sesuai dengan Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara (Sanjaya, 2007).
Untuk kepentingan itu, pendidikan merupakan sektor yang sangat penting
dan strategis untuk meningkatkan sumber daya manusia yang bermutu,
diantaranya melalui pendidikan dijenjang SMA. Salah satu masalah yang
dihadapi dunia pendidikan di Indonesia adalah masalah lemahnya proses
pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, anak kurang didorong untuk
mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di dalam kelas
diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi, otak anak
dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut
untuk memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkannya
2
dengan kehidupan sehari-hari. Kenyataan ini berlaku untuk semua mata
pelajaran termasuk mata pelajaran geografi (Sanjaya, 2007).
Geografi merupakan bagian dari ilmu sosial, keberadaan Geografi dalam
struktur program pengajaran di SMA sangat penting untuk diajarkan, karena
geografi memberi pengetahuan, pembentukan nilai dan sikap serta
keterampilan kepada siswa yang secara langsung berinteraksi dengan
lingkungan. Pada jenjang ini siswa mulai diajak untuk melakukan kajian
materi menurut kaidah keilmuwan geografi yaitu; mengobservasi lingkungan
sekitar, mendata, menganalisis dan menuangkan hasilnya dalam bentuk peta,
tabel dan diagram (Siskandar, 2002).
Dalam suatu proses belajar mengajar peran guru disekolah sangat
dibutuhkan dalam membantu siswanya untuk mencapai hasil belajar yang
optimal (Darsono, 2002). Tidak terkecuali pada pelajaran geografi, saat ini
masih banyak siswa yang beranggapan bahwa pelajaran geografi hanya
hafalan dan membosankan, sehingga tidak sedikit siswa yang hasil belajarnya
rendah (Suharyono, 2005).
Selama ini pembelajaran geografi yang dilaksanakan cenderung kearah
pembahasan tematik teoritik dan text book oriented, sehingga terkesan bahwa
bidang ini terdiri dari materi hafalan belaka. Sejalan dengan adanya perubahan
paradigma dalam pengembangan kurikulum dari kurikulum yang semula
berbasis pada materi ke kurikulum yang berbasis kompetensi, mengharuskan
adanya perubahan metode dan pendekatan baru dalam pembelajaran geografi
(Totok Gunawan, 2005).
3
Beberapa hasil pengamatan di sekolah dasar dan menengah di Indonesia
menunjukkan ketidakmampuan anak-anak menghubungkan antara teori yang
dipelajari dan bagaimana pengetahuan itu dimanfaatkan untuk memecahkan
persoalan sehari-hari. Di sekolah anak-anak hanya memperoleh hafalan
dengan tingkat pemahaman rendah. Anak-anak hanya tahu bahwa tugasnya
adalah mengenal fakta-fakta, sementara keterkaitan antara fakta-fakta dan
pemecahan masalah belum mereka kuasai. Untuk itu pemerintah banyak
melakukan usaha perbaikan melalui kurikulum yang lebih memberdayakan
anak. Dalam kurikulum tersebut guru dituntut untuk dapat memilih metode,
strategi atau pendekatan pembelajaran yang tepat agar tujuan pembelajaran
dapat tercapai (Nurhadi, 2004).
Berdasarkan hasil pengamatan dan informasi dari guru Geografi SMA
Negeri 9 Semarang diketahui bahwa pembelajaran Geografi yang selama ini
dilaksanakan di SMA Negeri 9 Semarang, terutama pada Kelas XI Program
Ilmu Sosial masih diajar dengan pendekatan pembelajaran konvensional
dengan metode ceramah, sehingga keaktifan siswa dalam proses pembelajaran
masih rendah.
Melalui model pembelajaran berbasis masalah, siswa dapat menggunakan
fakta-fakta yang telah dipelajari untuk memecahkan persoalan sehari-hari.
Dalam pembelajaran berbasis masalah siswa dihadapkan pada masalah yang
terjadi dalam masyarakat, dimana siswa diharapkan mampu menggunakan dan
mengembangkan kemampuan dasar yang dimilikinya, serta dapat
menggunakan berbagai macam strategi untuk memecahkan masalah tersebut.
4
Melalui kegiatan ini siswa terlibat secara aktif dalam memecahkan
permasalahan sosial yang dihadapi dalam masyarakat.
Seluruh kegiatan siswa diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu, siswa
dihadapkan pada situasi bermasalah agar mereka peka terhadap masalah.
Kepekaan terhadap masalah akan timbul jika siswa dihadapkan pada situasi
yang memerlukan pemecahan. Para guru hendaknya mendorong siswa untuk
memahami masalah dan berupaya memecahkannya. Jika hal ini diterapkan
dalam proses pembelajaran, maka siswa dapat berlatih dan membisaakan diri
untuk aktif dalam proses belajar mengajar dan berpikir kritis secara mandiri,
yang pada akhirnya pembelajaran ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Dari uraian diatas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian
eksperimen yang membandingkan hasil belajar siswa yang diajar
menggunakan pembelajaran konvensional dan hasil belajar siswa yang diajar
menggunakan pembelajaran berbasis masalah, dengan judul “Studi
Komparasi Hasil Belajar Geografi Antara Pembelajaran Berbasis
Masalah Dengan Pembelajaran Konvensional Pada Siswa Kelas XI
Program Ilmu Sosial SMA Negeri 9 Semarang Tahun 2006/2007”.
B. Permasalahan
Dari uraian pemilihan judul diatas, masalah yang akan diungkap dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Adakah perbedaan hasil belajar geografi pokok bahasan persebaran
sumber daya alam di Indonesia dan pemanfaatannya yang signifikan
5
antara pembelajaran berbasis masalah dengan pembelajaran konvensional
pada siswa kelas XI Program Ilmu Sosial SMA Negeri 9 Semarang?
2. Hasil belajar manakah yang lebih baik antara yang menggunakan
pembelajaran berbasis masalah atau pembelajaran konvensional?
3. Apakah dengan pembelajaran berbasis masalah siswa dapat mencapai
ketuntasan belajar?
C. Penegasan Istilah
Supaya tidak terjadi kesalahan dalam mengartikan istilah-istilah yang
digunakan dalam judul ini maka perlu adanya penegasan istilah. Penegasan
istilah dalam judul ini adalah sebagai berikut:
1. Studi Komparasi
Menurut Aswarni Sudjud (1978), studi komparasi atau penelitian
komparasi adalah penelitian yang berusaha menemukan persamaan-
persamaan dan perbedaan-perbedaan tentang benda-benda, tentang orang,
tentang prosedur kerja, tentang ide-ide, kritik terhadap orang, kelompok,
terhadap suatu ide atau prosedur kerja. Dapat juga membandingkan
kesamaan pandangan dan perubahan-perubahan pandangan orang, group
atau negara, terhadap kasus, terhadap orang, peristiwa atau terhadap ide-
ide ( Arikunto, 1998).
2. Hasil belajar geografi
Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia
menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004).
6
Hasil belajar dalam penelitian ini adalah hasil belajar pada tes formatif
mata pelajaran geografi pokok bahasan persebaran sumber daya alam di
Indonesia dan pemanfaatannya yang dicapai oleh siswa Kelas XI Program
Ilmu Sosial SMA Negeri 9 Semarang tahun 2006/2007 yang diajar
menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dan model
pembelajaran konvensional.
3. Pembelajaran Berbasis Masalah
a. Pembelajaran
Pembelajaran secara umum dapat diartikan sebagai suatu kegiatan
yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku
siswa berubah kearah yang lebih baik (Max Darsono, 2000).
b. Pembelajaran berbasis masalah
Pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) yaitu suatu
model pengajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai
suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan
keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh
pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran.
Pengajaran berbasis masalah digunakan untuk merangsang berpikir
tingkat tinggi dalam situasi berorientasi masalah (Nurhadi, 2004).
4. Pembelajaran Konvensional
Menurut Sudaryo (1990) bahwa secara tradisional (konvensional)
mengajar diartikan sebagai upaya penyampaian atau penanaman
pengetahuan pada anak. Dalam pengertian ini nak dipandang sebagai
7
obyek yang sifatnya pasif, pengajaran berpusat pada guru (teacher
oriented) dan guru memegang peranan utama dalam pembelajaran. Dalam
pengajaran ini guru mengkomunikasikan pengetahuannya kepada siswa
dengan teknik ceramah.
5. Siswa Kelas XI Program Ilmu Sosial SMA Negeri 9 Semarang
Siswa Kelas XI Program Ilmu Sosial SMA Negeri 9 Semarang disini
merupakan subyek penelitian. SMA Negeri 9 Semarang adalah tempat
penelitian.
Jadi dari judul di atas yang dimaksudkan adalah penelitian eksperimen
yang membandingkan antara hasil belajar siswa yang diajar dengan
pembelajaran konvensional dengan hasil belajar siswa yang diajar dengan
pembelajaran berbasis masalah, pada kelas XI program Ilmu Sosial SMA
Negeri 9 Semarang.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui adakah perbedaan hasil belajar geografi pokok bahasan
persebaran sumber daya alam di Indonesia dan pemanfaatannya yang
signifikan antara pembelajaran berbasis masalah dengan pembelajaran
konvensional pada siswa kelas XI Program Ilmu Sosial SMA Negeri 9
Semarang.
8
2. Untuk mengetahui hasil belajar manakah yang lebih baik antara yang
menggunakan pembelajaran berbasis masalah atau pembelajaran
konvensional.
3. Untuk mengetahui apakah dengan pembelajaran berbasis masalah siswa
dapat mencapai ketuntasan belajar.
E. Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat, yaitu:
1. Bagi guru, memperoleh pengalaman dalam penerapan model pembelajaran
yang kreatif, efektif dan menarik dalam pembelajaran geografi.
2. Bagi siswa, menumbuhkan kemampuan memecahkan masalah,
kemampuan bekerjasama dan kemampuan berkomunikasi yang dapat
melatih serta merangsang siswa untuk mengembangkan daya nalar secara
kritis yang pada akhirnya akan meningkatkan hasil belajar siswa.
3. Bagi Sekolah, memberikan masukkan baru mengenai model pembelajaran
yang dapat meningkatkan hasil belajar dan pemberdayaan siswa.
4. Bagi Peneliti, sebagai calon guru memperoleh pengalaman baru yang
dapat dijadikan acuan dalam perbaikan pengajaran.
F. Strategi Penelitian
Pokok bahasan persebaran sumber daya alam di Indonesia dan
pemanfaatannya merupakan materi geografi yang memerlukan hafalan dan
pemahaman, sehingga banyak siswa yang merasa bahwa pembelajaran pokok
9
bahasan persebaran sumber daya alam di Indonesia dan pemanfaatannya
sangat membosankan. Untuk mengatasi kebosanan siswa dalam proses
pembelajaran, maka digunakan model pembelajaran berbasis masalah. Agar
penelitian ini berjalan sesuai dengan tujuan dan permasalahan yang ada, maka
perlu dirancang sedemikian rupa sehingga penelitian ini menjadi kondusif.
Sebelum melakukan penelitian terlebih dahulu dilakukan observasi awal di
sekolah penelitian, untuk mengetahui kondisi dan karakteristik siswa,
permasalahan yang ada, serta sarana dan prasarana yang mendukung
penelitian. Setelah itu membuat perangkat pembelajaran, perangkat tes uji
coba. Soal diuji coba pada kelas XI program ilmu sosial, yang kemudian
dianalisis validitas, daya pembeda, tingkat kesukaran dan reliabilitas soal.
Langkah berikutnya adalah pemilihan dua sampel penelitian sebagai kelas
kontrol dan eksperimen dengan cara atau teknik purposive sample ( tujuan
tertentu), yang sebelumnya telah diadakan perhitungan nilai rata-rata, uji
homogenitas populasi, kesamaan varians populasi, dan uji normalitas masing-
masing kelas. Dari hasil uji tersebut diambil dua kelas yang rata-rata dan
varians nilainya mendekati sama dengan jumlah siswa yang sama sebagai
sampel. Untuk menentukan kelas kontrol dan eksperimen dilakukan dengan
cara random atau mengacak kedua kelas yang telah terpilih sebagai sampel.
Langkah awal sebelum perlakuan untuk masing-masing kelompok sampel,
adalah memberi perangkat tes sebagai pretes. Kemudian memeriksa kedua
kelompok apakah keduanya berangkat dari keadaan awal yang sama atau
tidak, yaitu dengan menguji normalitas, varians dan perbedaan rata-rata hasil
10
pretes kedua kelompok. Setelah itu kedua kelompok diberi perlakuan yang
berbeda. Untuk kelompok eksperimen diberi perlakuan dengan pembelajaran
berbasis masalah dan kelompok kontrol dengan pembelajaran konvensional.
Pada akhir perlakuan, kedua kelompok diberi perangkat tes sebagai posttes
(tes formatif). Dari data pretes dan posttes yang diperoleh, kemudian
dianalisis. Analisis yang dilakukan adalah uji perbedaan dua rata-rata, estimasi
rata-rata dan uji ketuntasan belajar untuk kelompok eksprimen. Dari analisis
data tersebut akan diketahui hasil yang bisa membedakan hasil belajar untuk
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
G. Sistematika Skripsi
Secara garis besar sistematika skripsi dibagi menjadi tiga bagian
yaitu, bagian awal, bagian isi dan bagian akhir skripsi.
1. Bagian awal skripsi
Terdiri dari; halaman judul, halaman persetujuan pembimbing, halaman
pengesahan kelulusan, halaman pernyataan, motto dan persembahan,
prakata, abstrak, daftar isi, daftar lampiran, daftar gambar dan daftar tabel.
2. Bagian isi skripsi
BAB I
Pendahuluan, memuat tentang latar belakang masalah, permasalahan,
penegasan istilah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, strategi penelitian
dan sistematika skripsi.
11
BAB II
Kajian pustaka dan hipotesis, terdiri dari pembelajaran geografi,
pembelajaran berbasis masalah, berpikir kritis, Pembelajaran
konvensional, hasil belajar geografi, pokok bahasan persebaran sumber
daya alam di Indonesia dan pemanfaatannya, serta hipotesis.
BAB III
Metode penelitian, terdiri dari tempat dan waktu penelitian, populasi,
sampel dan teknik pengambilan sampel, variabel penelitian, rancangan
penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik
analisis data.
BAB IV
Hasil penelitian dan pembahasan yang memuat tentang hasil penelitian dan
pembahasannya.
BAB V
Penutup meliputi simpulan dari hasil penelitian dan saran-saran untuk
pihak yang terkait dengan penelitian.
3. Bagian akhir skripsi
Pada bagian akhir skripsi disajikan daftar pustaka, lampiran, gambar dan
surat ijin penelitian.
12
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
A. Pembelajaran Geografi
Secara sederhana pembelajaran Geografi adalah geografi yang diajarkan
ditingkat sekolah dasar dan menengah. Karena itu penjabaran konsep-konsep,
pokok bahasan dan sub pokok bahasan harus disesuaikan dan diserasikan
dengan tingkat pengalaman dan perkembangan mental anak pada jenjang-
jenjang pendidikan yang bersangkutan.
Para pakar geografi pada seminar dan Lokakarya Peningkatan Kualitas
Pengajaran Geografi di Semarang tahun 1988, telah merumuskan konsep
geografi sebagai berikut: “ Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan
dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan,
kewilayahan dalam konteks keruangan”. Konsep Geografi tersebut secara jelas
menegaskan bahwa yang menjadi objek studi geografi tidak lain adalah
geosfer yaitu permukaan bumi yang hakikatnya merupakan bagian dari bumi
yang terdiri atas atmosfer (lapisan udara), litosfer (lapisan batuan), hidrosfer
(lapisan air, perairan), dan biosfer (lapisan kehidupan). Dengan demikian
dapat diketengahkan disini bahwa pengajaran geografi hakikatnya adalah
pengajaran tentang aspek-aspek keruangan permukaan bumi yang merupakan
keseluruhan gejala alam dan kehidupan umat manusia dengan variasi
kewilayahannya (Nursid Sumaatmadja, 1997).
13
Pembelajaran geografi pada hakekatnya juga bukan sekedar pemahaman
tentang konsep-konsep suatu materi tetapi lebih kepada penerapan konsep
yang telah didapat kedalam situasi yang nyata.
Pembelajaran geografi tidak hanya mengandung nilai edukasi yang
bersifat mencerdaskan siswa. Melalui pembelajaran geografi diharapkan
dengan sendirinya para siswa akan cermat dalam melakukan pekerjaan, akan
kritis dan konsisten dalam bersikap, akan jujur dan lain sebagainya.
Sehubungan dengan pembelajaran geografi guru perlu mengenal dan dapat
melaksanakan dengan baik berbagai pedoman tentang (1) strategi
pembelajaran, (2) pendekatan pembelajaran, (3) metode pembelajaran, serta
(4) teknik pembelajaran (Nursid Sumaatmadja, 1997).
Dalam proses pembelajaran tidak ada satu strategi pembelajaran yang
paling efektif yang dapat diterapkan oleh semua orang (guru dan siswa),
semua materi pokok bahasan dan semua capaian hasil belajar (kognitif,
afektif, psikomotorik), karena proses pembelajaran menyangkut hal-hal yang
situasional, interaktif, dan kondisi subyek dan lingkungan yang berbeda.
Demikian pula untuk pencapaian hasil belajar yang menyangkut pengetahuan,
sikap, nilai dan keterampilan diperlukan starategi pembelajaran yang
bervariasi, yang tentunya telah dikuasai cara pengembangannya oleh para guru
sebagai tenaga professional (Suharyono, 2005).
Melalui model pembelajaran geografi berbasis masalah, siswa diajarkan
untuk menerapkan konsep-konsep yang telah diajarkan untuk memecahkan
persoalan yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Melalui pembelajaran
14
geografi ini siswa dilatih untuk berpikir kritis dalam memecahkan suatu
masalah. Tujuan pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan berpikir
kritis diantaranya adalah:
1. Mengembangkan kemampuan menganalisis
2. Mengembangkan kemampuan mengambil kesimpulan yang masuk akal
dari pengamatan
3. Memperbaiki kecakapan menghafal
4. Mengembangkan kecakapan, strategi dan kebiasaan belajar
5. Belajar istilah-istilah dan fakta-fakta
6. Belajar konsep-konsep dan teori (Hasyam Zaini, 2002).
B. Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran secara umum dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang
dilakukan oleh guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku siswa berubah
kearah yang lebih baik (Max Darsono, 2000).
Pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) yaitu suatu
model pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu
konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan
pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang
esensial dari materi pelajaran. Pengajaran berbasis masalah digunakan untuk
merangsang berpikir tingkat tinggi dalam situasi berorientasi masalah
(Nurhadi, 2004).
15
Dalam hal ini siswa terlibat dalam penyelidikan untuk pemecahan
masalah yang mengintegrasikan keterampilan dan konsep dari berbagai isi
materi pelajaran. Pendekatan ini mencakup pengumpulan informasi yang
berkaitan dengan pertanyaan, mensintesa, dan mempresentasikan
penemuannya kepada orang lain (Moffit, 2001 dalam Depdiknas, 2002).
Pengajaran berbasis masalah dikenal dengan nama lain seperti
pembelajaran proyek (Project-based teaching), Pendidikan berdasarkan
pengalaman (Experience-based education), pembelajaran otentik (Authentic
lerning) dan pembelajaran berakar pada kehidupan nyata (Anchored
Instruction). Peran guru dalam pengajaran berbasis masalah adalah
menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan, dan memfasilitasi penyelidikan
dan dialog. Pembelajaran ini tidak dapat dilaksanakan jika guru tidak
mengembangkan lingkungan kelas yang memungkinkan terjadinya pertukaran
ide secara terbuka. Intinya, siswa dihadapkan pada situasi masalah yang
otentik dan bermakna yang dapat menantang siswa untuk memecahkannya.
Dalam buku Nurhadi (2004) dijelaskan tentang ciri-ciri dari
pembelajaran berbasis masalah, antara lain sebagai berikut:
1. Pengajuan pertanyaan atau masalah, dalam pembelajaran berbasis
masalah selain mengorganisasikan prinsip-prinsip atau keterampilan
akademik tertentu, pembelajaran ini juga berpusat pada
pertanyaan/masalah yang secara pribadi bermakna untuk siswa. Mereka
mengajukan situasi kehidupan nyata yang otentik.
16
2. Penyelidikan otentik, dalam pembelajaran berbasis masalah siswa harus
menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis,
dan membuat ramalan, mengumpulkan dan menganalisis informasi,
melakukan eksperimen (jika diperlukan) dan merumuskan kesimpulan
untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah yang nyata.
3. Terintegrasi dengan disiplin ilmu lain, meskipun pengajaran berbasis
masalah berpusat pada mata pelajaran tertentu (IPA, Matematika, Ilmu-
ilmu sosial), tetapi masalah yang akan diseleksi telah dipilih yang benar-
benar nyata agar dalam pemecahannya siswa meninjau masalah itu dari
banyak sudut pandang mata pelajaran lain.
4. Menghasilkan produk atau karya dan mempresentasikannya, dalam
pembelajaran berbasis masalah siswa dituntut untuk menghasilkan
produk tertentu dalam bentuk karya nyata untuk menjelaskan atau
mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka temukan.
Pengajaran berbasis masalah dikembangkan terutama untuk membantu
siswa mengembangkan kemampuan berpikir kritis, pemecahan masalah dan
keterampilan intelektual, siswa peran sebagai orang dewasa dengan
melibatkan diri dalam pengalaman nyata atau simulasi dan menjadi
pembelajar yang otonom dan mandiri.
Dalam buku Nurhadi (2004) juga dijelaskan tentang beberapa
keuntungan pembelajaran berbasis masalah, antara lain:
1. Pengajaran berbasis masalah melibatkan siswa dalam penyelidikan
pilihan sendiri, yang memungkinkan siswa menginterpretasikan dan
17
menjelaskan fenomena dunia nyata dan membangun pemahamannya
tentang fenomena tersebut.
2. Pembelajaran berbasis masalah mendorong siswa untuk bekerja sama
dalam menyelesaikan tugas. Karena dalam proses pembelajaran ini
sebagian besar tugas yang ada, harus diselesaikan secara berkelompok.
3. Pengajaran berbasis masalah berusaha membantu siswa menjadi
pembelajar yang otonom dan mandiri.
4. Dalam pembelajaran berbasis masalah siswa secara bertahap dapat
memahami peran penting aktivitas mental dan belajar yang terjadi di luar
sekolah, karena pembelajaran berbasis masalah memiliki unsur-unsur
belajar magang yang bias mendorong pengamatan dan dialog dengan
orang lain.
Sintaks (alur proses) pembelajaran berbasis masalah biasanya terdiri atas
lima tahap (Nurhadi, 2004), yang secara rinci disajikan pada tabel 1 (halaman
18).
Dalam penerapan pembelajaran berbasis masalah, guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menetapkan topik masalah, walaupun
sebenarnya guru sudah mempersiapkan apa yang harus dibahas. Proses
pembelajaran diarahkan agar siswa mampu menyelesaikan masalah secara
sistematis dan logis.
Dilihat dari aspek psikologi belajar pembelajaran berbasis masalah
berdasarkan kepada psikologi kognitif yang berangkat dari asumsi bahwa
belajar bukan semata-mata menghafal sejumlah fakta, tetapi suatu proses
18
interaksi secara sadar antara individu dengan lingkungannya. Melalui proses
ini sedikit demi sedikit siswa akan berkembang secara utuh. Artinya,
perkembangan siswa tidak hanya terjadi pada aspek kognitif, tetapi juga pada
aspek afektif dan psikomotorik melalui penghayatan secara internal akan
problema yang dihadapi (Sanjaya, 2007).
Tabel 1 . Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah
Tahap Tingkah Laku Guru Tingkah Laku Siswa Tahap-1 Orientasi siswa pada masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, siswa terlibat pada aktivitas relevan masalah yang dipilihnya.
Siswa secara aktif terlibat pada aktivitas relevan masalah yang dipilihnya
Tahap-2 Mengorganisasikan siswa untuk belajar
Guru membantu siswa untuk mengidentifikasi dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut
Siswa secara aktif mengidentifikasikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut
Tahap-3 Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan
Siswa secara aktif mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah
Tahap-4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video dan model dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya
Siswa secara aktif merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video dan model dan saling membantu membagi tugas dengan temannya
Tahap-5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan
Siswa secara aktif melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan dan proses-proses yang digunakan
19
C. Berpikir Kritis
Dalam Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Singaraja (2001), terdapat
beberapa ahli yang berpendapat tentang definisi berpikir kritis, antara lain
sebagai berikut: Tyler (1949) berpendapat bahwa pengalaman atau
pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk memperoleh
keterampilan dalam pemecahan masalah dapat merangsang keterampilan
berpikir kritis siswa. Menurut Cabrera (1992) berpikir kritis merupakan
aktivitas evaluatif untuk menghasilkan suatu simpulan
Menurut Gerhard (1971) berpikir kritis merupakan suatu proses kompleks
yang melibatkan penerimaan dan penguasaan data, analisis data, dan evaluasi
data dengan mempertimbangkan aspek kualitatif serta melakukan seleksi atau
membuat keputusan berdasarkan hasil evaluasi. Berpikir kritis diperlukan
dalam rangka memecahkan suatu permasalahan sehingga diperoleh keputusan
yang cepat dan tepat.
Penilaian yang kritis terhadap informasi yang ada jarang diajarkan di
sekolah, dimana para siswa biasanya diharapkan akan menerima apa yang
dikatakan kepada mereka sebagai kebenaran, dan mereka jarang dirangsang
untuk mempertanyakan kebijakan yang diterima secara mendalam. Anak harus
diajari berpikir sendiri, dengan menerapkan analisis yang kritis terhadap
pemikiran, pendapat dan usul-usul, tak peduli seberapapun besar kekuasaan
sumbernya (Padji, 1992).
Seperti yang dikemukakan oleh A. Chaedar Alwasialah (1996) dalam
makalahnya yang berjudul “Pendidikan, Penabur Benih Kreativitas”.
20
Menyatakan bahwa. Studi berpikir kritis lazimnya dikaitkan dengan disiplin
psikologi, seni, pendidikan, dan studi akademik lainnya. Tujuan pendidikan
kritis-kreatif adalah terwujudnya generasi yang berpikir terbuka, objektif, dan
memiliki komitmen terhadap kejelasan dan ketepatan aturan dalam menjalani
kehidupan sosial.
Dalam buku Elaine B. Johnson (2007) dikemukakan bahwa berpikir kritis
adalah berpikir dengan baik, dan merenungkan tentang proses berpikir
merupakan bagian dari berpikir dengan baik. Vincent Ruggiero (1988)
mengartikan berpikir sebagai “segala aktivitas mental yang membantu
merumuskan atau memecahkan masalah, membuat keputusan atau memenuhi
keinginan untuk memahami; berpikir adalah sebuah pencarian jawaban,
sebuah pencapaian makna.
Menurut Anuradha A. Gokhle (2002) “Materi tentang pemikiran kritis
yaitu materi yang melibatkan analisa, sintesis, dan evaluasi konsep” (Sugiarti
Henik, 2005). Dalam penggolongan Taksonomi Bloom, pada tugas analisis ini
siswa diminta untuk menganalisis suatu hubungan atau situasi yang kompleks
atas konsep-konsep dasar. Pada sintesis siswa dapat menggabungkan atau
menyusun kembali (reorganize) hal-hal yang spesifik agar dapat
mengembangkan situasi baru. Sedangkan evaluasi konsep untuk mengetahui
sejauh mana siswa mampu menerapkan pengetahuan dan kemampuan yang
telah dimiliki untuk menilai suatu kasus yang diajukan oleh penyusun soal
(Arikunto, 2002).
21
Cara peningkatan keterampilan berpikir kritis menurut Christensen dan
Marthin (1992), bahwa strategi pemecahan masalah dapat mengembangkan
keterampilan berpikir kritis dan kemampuan siswa dalam mengadaptasi situasi
pembelajaran yang baru ( Sugiarti Henik, 2005).
Tujuan dari berpikir kritis adalah untuk mencapai pemahaman yang
mendalam. Pemahaman membuat kita mengerti maksud dari ide yang
mengarahkan hidup kita setiap hari. Pemahaman mengungkapkan makna
dibalik suatu kejadian.
Dalam buku Elaine B. Johnson (2007) juga dikemukakan tentang empat
langkah berpikir kritis untuk memecahkan masalah. Keempat langkah tersebut
disajikan dalam bentuk pertanyaan karena dengan jawaban pertanyaan, para
siswa dilibatkan dalam kegiatan mental yang mereka perlukan untuk
mendapatkan pemahaman yang mendalam.
1. Apa masalahnya?
2. Apa hasil yang saya cari?
3. Solusi apa saja yang mungkin dan apa alasan yang mendukungnya?
4. Apa kesimpulannya?
Langkah pertama dan kedua menentukan apa yang salah dan hasil yang
diinginkan, biasanya digabungkan untuk menentukan masalah. Setelah
menentukan masalah dan menyatakan hasil yang diinginkan, siswa kemudian
meneliti semua kemungkinan solusi yang ada, sekaligus alasan mengapa
setiap solusi tersebut kemungkinan berhasil atau gagal.
22
D. Pembelajaran Konvensional
1. Pengertian pembelajaran konvensional
Menurut Sudaryo (1990) bahwa secara tradisional (konvensional)
mengajar diartikan sebagai upaya penyampaian atau penanaman
pengetahuan pada anak. Dalam pengertian ini nak dipandang sebagai
obyek yang sifatnya pasif, pengajaran berpusat pada guru (teacher
oriented) dan guru memegang peranan utama dalam pembelajaran. Dalam
pengajaran ini guru mengkomunikasikan pengetahuannya kepada siswa
dengan teknik ceramah.
Menurut St. Vembriarto (1990) pengajaran tradisional adalah
pengajaran yang diberikan pada siswa secara bersama-sama. Sedang
menurut Ruseffendi pengajaran tradisional adalah pengajaran yang pada
umumnya biasa kita lakukan sehari-hari (Nining, 2004).
2. Metode Ceramah
Ceramah didefinisikan sebagai usaha guru menyampaikan materi
pelajaran melalui kegiatan berbicara, kadang-kadang diselingi
menggunakan papan tulis dan kapur. Sementara para siswa mendengarkan
dengan tertib dan mencatat (Sudaryo, 1990).
Penerapan metode ceramah dalam buku Sudaryo (1990) adalah
sebagai berikut:
23
Tabel 2. Penerapan Metode Ceramah di Kelas
Guru Siswa
1. Berbicara sepanjang waktu jam
pelajaran tersedia
2. Aktif sendiri sepanjang waktu
pelajaran
3. Mendominasi kelas, guru yang
menentukan semua kegiatan
yang harus dilaksanakan siswa,
4. Menempati suatu tempat
kedudukan yang tetap
(dibelakang meja guru)
5. Komunikasi searah, yaitu guru
kepada siswa
1. Mendengarkan atau mencatat
uraian yang diberikan guru
sepanjang waktu pelajaran yang
tersedia
2. Pasif, dalam arti tidak diberikan
kesempatan untuk bertanya,
mengemukakan pendapat sendiri
atau bergerak dari kursi atau
bangkunya.
3. Mengikuti segala sesuatu yang
ditetapkan guru
4. Menempati tempat duduk yang
tetap sepanjang waktu
5. Komunikasi searah, yaitu hanya
dari guru kepada siswa
Sumber: Sudaryo (1990)
a. Kelebihan metode ceramah
1) Murah biayanya karena media yang digunakan hanya suara guru
2) Mudah mengulangnya kembali kalau diperlukan, sebab guru sudah
menguasai apa yang telah diceramahkan.
24
3) Dengan penguasaan materi yang baik dan persiapan guru yang cermat
bahan dapat disampaikan dengan cara yang sangat menarik, lebih
mudah diterima dan diingat oleh siswa.
4) Memberi peluang kepada siswa untuk melatih pendengaran.
5) Siswa dilatih untuk menyimpulkan pembicaraan yang panjang menjadi
inti.
b. Kekurangan metode ceramah
1) Tidak semua siswa memiliki daya tangkap yang baik, sehingga akan
menimbulkan verbalisme
2) Agak sulit bagi siswa mencerna atau menganalisis materi yang
diceramahkan bersama-sama dengan kegiatan mendengarkan
penjelasan atau ceramah guru.
3) Tidak memberikan kesempatan siswa untuk apa yang disebut “belajar
dengan berbuat”.
4) Tidak semua guru pandai melaksanakan ceramah sehingga tujuan
pelajaran tidak dapat tercapai.
5) Menimbulkan rasa bosan sehingga materi sulit diterima.
6) Menjadikan siswa malas membaca isi buku, mereka mengandalkan
suara guru saja (Nining, 2004).
E. Hasil Belajar Geografi
Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia
menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004). Benyamin Bloom dalam
25
Sudjana (2004), membagi hasil belajar menjadi tiga ranah yaitu kognitif,
afektif dan psikomotorik.
1. Ranah Kognitif
Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari
enam aspek, yaitu: pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi,
analisis, sintesis, dan evaluasi.
2. Ranah Afektif
Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yaitu
penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.
3. Ranah Psikomotorik
Ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar ketrampilan dan
kemampuan bertindak. Ada enam aspek yaitu gerak reflek, keterampilan
gerakan dasar, kemampuan membedakan secara visual, ketrampilan di
bidang fisik, ketrampilan kompleks dan ketrampilan komunikasi.
Ketiga ranah ini menjadi obyek penilaian hasil belajar. Hasil belajar
kognitif diukur pada awal dan akhir pembelajaran, sedang untuk ranah afektif
dan psikomotorik diukur pada saat proses pembelajaran.
Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh banyak faktor. Menurut Muhibbin
(2001), faktor-faktor yang mempengaruhi dapat dibedakan menjadi tiga
macam, yakni sebagai berikut:
1. Faktor internal
Yaitu faktor yang berasal dari diri siswa terdiri dari dua aspek;
aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah) misalnya kondisi fisik sakit-
26
sakitan atau cacat pada fisik. Dan aspek psikologis (yang bersifat
rohaniah) misalnya; kecerdasan, bakat, minat, motivasi, dan emosi.
2. Faktor eksternal
Faktor dari luar diri siswa yang mempengaruhi hasil belajar antara
lain kondisi lingkungan di sekitar siswa yang meliputi lingkungan sosial
dan non-sosial. Lingkungan sosial sekolah seperti guru, staf administrasi
dan teman-teman sekolahnya. Sedangkan faktor lingkungan non sosial
misalnya gedung sekolah, alat-alat belajar, keadaan cuaca saat belajar,
tempat tinggal keluarga siswa dan waktu belajar yang digunakan siswa
juga dapat berpengaruh terhadap hasil belajarnya.
3. Faktor pendekatan belajar
Pendekatan belajar merupakan jenis upaya belajar siswa yang
meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan
kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.
Karena faktor-faktor tersebut diatas maka hasil belajar masing-masing
siswa berbeda satu sama lainnya. Dalam hal ini, guru yang profesional harus
dapat mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan munculnya kelompok siswa
yang menunjukkan kegagalan dalam belajar.
Sedangkan geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan
perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan,
kewilayahan dalam konteks keruangan.
Tujuan pendidikan di sekolah menurut Bloom mencakup aspek
kognitif, afektif dan psikomotorik. Hasil belajar merupakan hasil belajar yang
27
berkaitan dengan aspek kognitif. Hasil belajar geografi dalam penelitian ini
adalah sebagai hasil belajar mata pelajaran geografi, siswa Kelas XI Program
Ilmu Sosial semester 2 pokok bahasan Persebaran Sumber Daya Alam di
Indonesia dan Pemanfaatannya di SMA Negeri 9 Semarang tahun 2006/2007
yang diajar menggunakan pembelajaran berbasis masalah dan pembelajaran
konvensional.
F. Tinjauan Pokok Bahasan Persebaran Sumber Daya Alam di Indonesia
dan Pemanfaatannya.
1. Pengertian sumber daya alam
Sumber daya alam adalah semua kekayaan berupa benda mati maupun
benda hidup yang berada di bumi dan dapat dimanfaatkan untuk
memenuhi kebutuhan hidup manusia. Pengertian sumber daya alam
ditentukan berdasarkan kegunaannya bagi manusia. Oleh karena itu, nilai
sumber daya alam juga ditentukan oleh nilai kemanfaatannya bagi
manusia. Contoh, lahan yang subur dapat dijadikan daerah pertanian
potensial sehingga merupakan sumber daya alam yang tinggi nilainya
(Wardiyatmoko. K, 2004).
2. Penggolongan Sumber Daya Alam
Berdasarkan bagian atau bentuk yang dapat dimanfaatkan, sumber
daya alam diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Sumber daya alam materi
b. Sumber daya alam hayati
28
c. Sumber daya alam energi
d. Sumber daya alam ruang
e. Sumber daya alam waktu
Berdasarkan pembentukannya, sumber daya alam dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Sumber daya alam yang dapat diperbaharui (renewable resources)
Pembaruan dapat terjadi dengan dua jalan, yaitu secara reproduksi atau
dengan adanya siklus.
1) Pembaruan dengan reproduksi. Pembaruan ini terjadi pada sumber
daya alam hayati, karena hewan dan tumbuhan dapat berkembang
biak sehingga jumlahnya selalu bertambah.
2) Pembauran dengan adanya siklus. Beberapa sumber daya alam,
misalnya air dan udara terjadi dalam proses yang melingkar
membentuk siklus. Dengan demikian, selalu terjadi pembaruan.
Aktivitas manusia seperti berikut dapat menurunkan kualitas dan
kuantitas sumber daya alam.
a) Pencemaran udara akan menurunkan kualitas atmosfer bumi
b) Penebangan hutan dapat menurunkan kualitas air tanah dan
menimbulkan banjir.
b. Sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui (unrenewable
resources)
Berdasarkan daya pakai dan nilai konsumtifnya, sumber daya alam
ini dibedakan menjadi dua macam:
29
1) Sumber daya alam yang tidak cepat habis.
2) Sumber daya alam yang cepat habis.
Dalam Undang-undang No. 11 tahun 1975 tentang pertambangan,
bahan galian diklasifikasikan menurut kepentingannya bagi Negara
sebagai berikut:
a. Golongan A, yaitu golongan bahan galian strategis. Bahan galian ini
penting untuk pertahanan/keamanan Negara atau untuk menjamin
perekonomian Negara. Contoh: batu bara, minyak bumi, bahan
radioaktif, tembaga, alumunium, timah putih, mangaan, besi, nikel dan
sebagainya.
b. Golongan B, yaitu golongan bahan galian vital. Bahan galian ini
penting untuk memenuhi hajat hidup orang banyak. Contoh: emas,
perak, magnesium, seng, wolfram, permata, mika, asbes dan
sebagainya.
c. Golongan C, yaitu bahan galian yang tidak termasuk ke dalam
golongan A maupun B. Contoh: Pasir, kwarsa, kaolin, lempung,
belerang dan sebagainya.
3. Persebaran Sumber Daya Alam
a. Sumber daya alam hayati
Sumber daya alam hayati terdiri dari sumber daya alam hewani
dan nabati.
30
Gambar 1. Peta Persebaran Sumber Daya Alam Hewani di Indonesia
Sumber: Wardiyatmoko. K (2004)
b. Persebaran hasil tambang
Persebaran hasil tambang di Indonesia adalah sebagai berikut:
Gambar 2. Peta Persebaran sumber daya alam hasil tambang di Indonesia
Sumber: Wardiyatmoko. K (2004)
31
1) Minyak bumi
Daerah-daerah penghasil minyak bumi di Indonesia adalah:
a) Pulau Jawa: Cepu, Cirebon, dan Wonokromo.
b) Pulau Sumatera: Palembang (sungai Gerong dan sungai Plaju),
dan Jambi (Dumai)
c) Pulau Kalimantan: Pulau Tarakan, Pulau Bunyu, Kutai dan
Balikpapan
d) Pulau Irian: Sorong
2) Gas alam
Gas alam cair diproduksi di Arun dan Badak, selanjutnya diekspor,
antara lain ke Jepang.
3) Batu Bara
Daerah tambang batu bara di Indonesia adalah:
a) Ombilin (Sumatera Barat) menghasilkan batu bara muda yang
sifatnya mudah hancur
b) Bukit Asam (Palembang) menghasilkan batu bara muda yang
sudah menjadi antrasit karena pengaruh magma.
c) Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur,
Kalimantan Selatan (Pulau Laut/Sebuku)
d) Jambi, Riau, Aceh dan Papua (Irian Jaya)
4) Tanah liat
Tanah liat banyak terdapat di dataran rendah Pulau Jawa dan
Sumatera.
32
5) Kaolin
Kaolin terbentuk dari pelapukan batu-batuan granit. Batuan ini
banyak terdapat di daerah sekitar pegunungan di Sumatera
6) Gamping (Batu kapur)
Terbentuk dari pelapukan sarang binatang karang. Batu ini banyak
terdapat di Pegunungan Seribu dan pegunungan Kendeng.
7) Pasir kuarsa
Terbentuk dari pelapukan batuan yang hanyut lalu mengendap di
daerah sekitar sungai, pantai, dan danau. Pasir kuarsa banyak
terdapat di Banda Aceh, Bangka, Belitung dan Bengkulu.
8) Timah
Daerah penghasil timah di Indonesia adalah Pulau Bangka,
Belitung, dan Singkep.
9) Nikel
Nikel terdapat di sekitar Danau Matana, Danau Towuti, dan di
Kolaka (Sulawesi Selatan)
10) Tembaga
Tembaga terdapat di Tirtomoyo dan Wonogiri (Jawa Tengah),
Muara Sipeng (Sulawesi), dan Tembagapura (Irian Jaya)
11) Emas dan Perak
Tambang emas dan perak terdapat di daerah-daerah sebagai
berikut:
a) Tembagapura di Papua (Irian Jaya)
33
b) Batu Hijau di NTB
c) Tasikmalaya dan Jampang di Jawa Barat
d) Simau di Bengkulu
e) Meulaboh di Nanggroe Aceh Darussalam
12) Belerang
Belerang terdapat di kawasan gunung Talaga Bodas (Garut) dan di
kawah gunung berapi, seperti di Dieng (Jawa Tengah)
13) Mangaan
Mangaan terdapat di Kliripan (Yogyakarta), Pulau Hoi
(Halmahera) dan Karang Nunggal (sebelah selatan Tasikmalaya).
14) Fosfat
Terdapat di Cirebon, Gunung Ijen, dan Banyumas.
15) Hasil tambang lainnya
a) Asbes terdapat di Halmahera, Maluku
b) Grafit, terdapat di Payakumbuh dan sekitar Danau Singkarak,
Sumatera Barat
c) Wolfram di Pulau Singkep (Riau)
4. Kerusakan Sumber Daya Alam
Ketidakseimbangan antara jumlah penduduk dan persediaan sumber
daya alam dapat merubah lingkungan hidup. Perubahan sebagai akibat dari
aktivitas manusia ini dapat berupa dampak baik dan buruk. Umumnya,
kerusakan sumber daya alam diakibatkan oleh pengelolaan tanpa
34
perhitungan. Bentuk-bentuk kerusakan sumber daya alam di Indonesia
antara lain sebagai berikut:
a. Pertanian dan perikanan
Penggundulan hutan merupakan salah satu contoh kerusakan yang
diakibatkan oleh kegiatan pertanian ladang berpindah. Tempat yang
ditinggalkan menjadi kurang subur. Akibat lebih jauh, saat musim
hujan, akan terjadi proses pengikisan tanah permukaan yang intensif.
Hal ini akan menyebabkan banjir dan pada musim kemarau akan
mengalami kekeringan.
Pemberian pupuk pestisida maupun obat penyemprot hama pada
akhirnya akan menimbulkan resistensi terhadap suatu jenis hama.
Dampak lain penggunaan pestisida adalah mengganggu ekosistem
perairan, karena saat hujan pupuk akan terbawa oleh air dan mengalir
ke saluran irigasi.
Kegiatan penangkapan ikan dengan pukat harimau atau juga
penggunaan bahan peledak menyebabkan punahnya berbagai jenis ikan
diperairan.
b. Teknologi dan Industri
Perkembangan teknologi yang cepat mempermudah manusia
dalam mengolah alam, tetapi sisa atau buangan limbah dari teknologi
dapat mengubah lingkungan menjadi buruk.
35
c. Pencemaran
Pencemaran (polusi) adalah peristiwa berubahnya keadaan alam
(udara, air dan tanah) karena adanya unsur-unsur baru atau
meningkatnya sejumlah unsur tertentu. Pencemaran ini menimbulkan
gangguan terhadap mutu lingkungan.
Macam-macam pencemaran adalah sebagai berikut:
1) Pencemaran udara
2) Pencemaran suara
3) Pencemaran air
4) Pencemaran tanah
d. Banjir
Banjir sering terjadi saat musim hujan. Banjir merupakan genangan
air, meliputi daerah yang cukup luas karena sungai tidak lagi mampu
menampungnya.
Faktor-faktor yang menyebabkan banjir, antara lain:
1) Penggundulan hutan secara tidak terencana
2) Pembuangan sampah di sembarang tempat
3) Sulit meresapnya air hujan ke dalam tanah di daerah perkotaan
karena tanah perkotaan banyak tertutup semen beton dan aspal
4) Rusaknya tanggul-tanggul sungai dan banyaknya sungai yang
dangkal dengan aliran sungai yang berkelok-kelok
36
e. Gunung meletus
Material letusan gunung berapi seperti larva dan lahar panas, lahar
dingin, debu dan batu juga dapat merusak lingkungan sekitarnya.
f. Gempa bumi
Gempa bumi adalah suatu getaran atau gerak kulit bumi sebagai
akibat tenaga endogen. Kerusakan lingkungan akibat gempa antara
lain:
1) Jalan raya, jembatan, rumah penduduk dan bangunan lainnya rusak
2) Permukaan bumi berserakan, banyak tanah yang patah
3) Gempa bumi di laut dapat mengakibatkan tsunami
g. Angin topan
Angin topan adalah angin yang berhembus dengan kecepatan yang
sangat kuat. Kerusakan lingkungan akibat angin topan antara lain:
1) Permukiman penduduk rusak
2) Membahayakan penerbangan udara
3) Merusak areal hutan
4) Bila bersifat kering dan panas dapat merusak tanaman
h. Musim kemarau
Musim kemarau yang terik dan panjang dapat merusak lingkungan
hidup, antara lain:
1) Tumbuh-tumbuhan banyak yang mati
2) Sumber-sumber air banyak yang kering sehingga merugikan
pertanian dan perikanan
37
3) Kebakaran hutan (Wardiyatmoko. K, 2004).
5. Pengelolaan Sumber Daya Alam Berdasarkan Prinsip Berwawasan
Lingkungan dan Berkelanjutan
Beberapa hal yang dapat diusahakan untuk menjaga kelestarian
sumber daya alam adalah sebagai berikut:
a. Penghijauan dan reboisasi
b. Sengkedan
c. Pengembangan daerah aliran sungai
d. Pengolahan air limbah
e. Penertiban pembuangan sampah
6. Pengelolaan Sumber Daya Alam Berdasarkan Prinsip Daur Ulang
Proses daur ulang adalah pengolahan kembali suatu masa atau
bahan-bahan bekas dalam bentuk sampah kering yang tidak mempunyai
nilai ekonomis menjadi suatu barang yang berharga dan berguna bagi
kehidupan manusia. Bahan bahan tersebut antara lain; plastik, kertas,
kardus, seng, besi, logam, alumunium, kaleng, serbuk gergaji, potongan
kain, kaca dan kulit.
7. Pemanfaatan Sumber Daya Alam Secara Ekoefisien
Dalam memanfaatkan sumber daya alam, manusia perlu berdasar
pada prinsip ekoefisien. Artinya, tidak merusak ekosistem, pengambilan
secara efisien dan memikirkan kelanjutan sumber daya alam tersebut.
Pembangunan yang berkelanjutan bertujuan pada terwujudnya
keberadaan sumber daya alam untuk mendukung kesejahteraan manusia.
38
Hal itu berarti, prioritas utama pengelolaan sumber daya alam adalah pada
upaya pelestarian lingkungan.
a. Penanfaatan sumber daya alam nabati
1) Tanaman sebagai sumber karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan
mineral.
2) Tumbuhan dimanfaatkan untuk sumber sandang
3) Tanaman hias
4) Bahan baku mebel
5) Untuk keperluan industri
b. Pemanfaatan sumber daya alam hewani
1) Sumber pangan dan sandang
2) Benda seni dan kerajinan tangan
c. Pemanfaatan sumber daya alam barang tambang
1) Minyak bumi, penerangan rumah, tenaga penggerak mesin, bahan
bakar kendaraan
2) Gas alam; bahan bakar rumah tangga dan industri
3) Batu bara; bahan bakar, bahan mentah untuk cat, obat-obatan,
wangi-wangian dan bahan peledak.
4) Aluminium; industri pesawat terbang, mobil, mesin-mesin dan alat
rumah tangga.
5) Tembaga; untuk bahan kabel, industri barang-barang perunggu dan
kuningan (Wardiyatmoko. K, 2004).
39
G. Hipotesis
Mengacu pada tinjauan pustaka dan hasil penelitian yang relevan maka
hipotesis dalam penelitian ini adalah:
Ho : Tidak ada perbedaan hasil belajar Geografi pokok bahasan persebaran
SDA di Indonesia dan pemanfaatannya antara pembelajaran berbasis
masalah dengan pembelajaran konvensional pada siswa kelas XI
program Ilmu Sosial SMA Negeri 9 Semarang tahun 2006/2007.
Ha : Ada perbedaan hasil belajar Geografi pokok bahasan persebaran SDA di
Indonesia dan pemanfaatannya antara pembelajaran berbasis masalah
dengan pembelajaran konvensional pada siswa kelas XI program Ilmu
Sosial SMA Negeri 9 Semarang tahun 2006/2007.
40
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Tempat penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 9, Jl Cemara Padangsari
Banyumanik Semarang Telp (024) 747812. Peta lokasi penelitian dapat
dilihat pada lampiran 43 halaman 203.
2. Waktu penelitian
Penelitian di SMA Negeri 9 Semarang ini dilaksanakan mulai tanggal
3- 27 Maret 2007 atau selama 25 hari. Penelitian ini dilaksanakan dalam 6
pertemuan yang tiap minggunya terdiri dari 3 jam pelajaran (3 X 45 menit)
sehingga keseluruhan proses penelitian menghabiskan waktu 9 jam
pelajaran (9 X 45 menit).
B. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian (Arikunto, 1998).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa Kelas XI Program Ilmu
Sosial SMA Negeri 9 Semarang tahun pelajaran 2006/2007, yang terdiri
dari 4 kelas.
41
Tabel 3. Jumlah Populasi
No Kelas Jumlah Siswa Kelompok
1
2
3
4
XI-IS 1
XI-IS 2
XI-IS 3
XI-IS 4
42
44
42
41
1
2
3
4
JUMLAH 169
Sumber: SMA Negeri 9 Semarang Tahun 2007
2. Sampel dan teknik pengambilan sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti
(Arikunto, 1998). Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan
teknik purposive sampel (Arikunto, 1998). Tujuan dari pengambilan
sampel dengan teknik purposive adalah pengambilan sampel dari populasi
yang memiliki kesamaan dengan populasinya atau dapat mewakili
populasi (sampel representatif). Prosedur pengambilan sampelnya sebagai
berikut:
a. Siswa Kelas XI Program Ilmu Sosial SMA Negeri 9 Semarang terdiri
atas 4 kelas yaitu kelas XI-IS 1, XI-IS 2, XI-IS 3, dan XI-IS 4, untuk
memudahkan tiap-tiap kelas dianggap menjadi kelompok.
b. Dari kelas tersebut, sebelum di ambil sebagai sampel terlebih dahulu
dianalisis nilai raport mata pelajaran geografi Kelas XI Program Ilmu
Sosial semester 1 (ganjil) untuk mengetahui nilai rata-rata kelas pada
tiap kelompok.
42
Dengan menggunakan rumus:
1
11
fxfX =
Keterangan:
x1 : nilai raport
f1 : frekuensi untuk nilai x1 yang bersesuaian (Sudjana, 1996).
Keempat kelas anggota populasi tersebut mempunyai kondisi yang
relatif sama. Hal ini dapat dilihat dari data nilai rapor semester ganjil
dengan rata-rata seperti pada tabel 4.
Tabel 4. Rata-rata Nilai Rapor Semester Ganjil Tahun 2006/2007 No Kelas N Rata-rata Varians
1 XI IS 1 42 70,07 4,34
2 XI IS 2 44 69,89 3,96
3 XI IS 3 42 69,81 3,93
4 XI IS 4 41 69,37 3,48
Sumber: SMA Negeri 9 Semarang tahun 2007
Berdasarkan nilai rata-rata kelas, maka kelas yang mempunyai nilai
rata-rata kelas sama atau mendekati sama diambil sebagai sampel
karena keduanya dianggap mempunyai kemampuan awal yang sama.
Berdasarkan perhitungan, hasil nilai raport geografi semester ganjil
yang nilai rata-ratanya mendekati sama adalah kelas XI-IS 1 dan kelas
XI-IS 3. Sehingga kedua kelas tersebut diambil sebagai sampel.
c. Dari kedua kelas yang terpilih, ditentukan kelas kontrol dan kelas
eksperimen dengan cara random atau mengacak kedua kelas tersebut.
43
Dari hasil random ditentukan kelas XI-IS 3 dijadikan sebagai kelas
kontrol dan kelas XI-IS 1 dijadikan sebagai kelas eksperimen.
d. Sebelum memberi perlakuan terhadap sampel terlebih dahulu
dilakukan uji homogenitas untuk mengetahui apakah sampel yang
diambil mempunyai tingkat homogenitas yang sama, yang artinya
sampel tersebut berangkat dari keadaan awal yang sama, dengan
menganalisis nilai raport mata pelajaran geografi kelas sampel yaitu
Kelas XI Program Ilmu Sosial semester 1 SMA Negeri 9 Semarang,
dengan menggunakan
rumus: 22
21
SSF =
Keterangan:
21S : varians kelompok I
22S : varians kelompok II
Kriteria Fhitung < Ftabel maka kedua kelompok dinyatakan homogen
(sama) (Sudjana, 1996).
Dari hasil perhitungan diketahui bahwa kedua kelas sampel memiliki
keadaan yang homogen. Hasil perhitungan dapat dilihat pada lampiran
halaman 162 .
C. Variabel Penelitian
Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu
penelitian (Arikunto, 1998). Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah:
44
1. Variabel Bebas
Yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran
berbasis masalah dan pembelajaran konvensional.
2. Variabel terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar mata pelajaran
geografi pokok bahasan Persebaran Sumber Daya Alam di Indonesia dan
Pemanfaatannya.
C. Rancangan Penelitian
Rancangan eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Simple
randomized design, dengan pola sebagai berikut:
Tabel 5. Pola Rancangan Penelitian
Kelompok Pretes Perlakuan Posttes
Kontrol T1 X T2
Eksperimen T1 Y T2
Sumber: Sutrisno Hadi (2004)
Keterangan:
X : Pembelajaran dengan model konvensional
Y : Pembelajaran dengan model berbasis masalah
T1 : Pretes
T2 : Posttes
Kegiatan yang akan dilakukan dalam masing-masing kelas pada dasarnya
sama yaitu pretes, perlakuan dan posttes, namun perlakuan yang diterapkan
pada kedua kelas berbeda. Pada pokok bahasan persebaran sumber daya alam
di Indonesia dan pemanfaatannya kelas kontrol dikenakan pendekatan
45
pembelajaran yang biasa digunakan oleh guru mata pelajaran geografi di SMA
Negeri 9 Semarang yaitu pendekatan konvensional (ceramah) sedangkan pada
kelas eksperimen diajarkan dengan pembelajaran berbasis masalah.
Adapun rancangan kegiatan yang dilakukan pada masing-masing kelas
adalah sebagai berikut:
Tabel 6. Rencana Kegiatan Kelompok Kontrol dan Eksperimen
No Pertemuan Ke- Kegiatan
1 1 Pretes
2 2,3,4,5, Pelaksanaan pembelajaran berbasis masalah pada
kelas eksperimen dan penerapan metode
konvensional pada kelas kontrol, pokok bahasan
Persebaran Sumber Daya Alam Di Indonesia Dan
Pemanfaatannya
3 6 Posttes
Sumber: Hasil penelitian tahun 2007
1. Tahap implementasi pembelajaran berbasis masalah pada kelompok
eksperimen
Pertemuan 1
- Pretes
Pertemuan 2
Guru menjelaskan materi sesuai dengan rencana pembelajaran dan
melaksanakan pembelajaran berbasis masalah.
a. Guru mengorientasikan siswa pada masalah
46
b. Guru membagi siswa dalam 8 kelompok, tiap kelompok terdiri dari 5-6
siswa
c. Guru membagikan seperangkat pembelajaran yang meliputi kartu
permasalahan (artikel 1) yang terdiri dari 3 jenis tema yang berbeda
dan papan nama kelompok.
d. Siswa secara berdiskusi menganalisis artikel dan mencari pemecahan
masalah dalam artikel.
e. Guru berkeliling membimbing, mengawasi dan membantu siswa yang
kesulitan menyelesaikan masalah yang diajukan.
f. Guru mendorong siswa untuk melakukan diskusi dengan kelompoknya
g. Guru membantu siswa dalam menyiapkan hasil pemecahan masalah
dalam lembar presentasi
h. Siswa melaporkan hasil diskusi dalam bentuk laporan kelompok.
Pertemuan 3
Siswa mempresentasikan hasil diskusi didepan kelas.
Pertemuan 4
Siswa melanjutkan presentasi artikel 1
Guru menjelaskan materi sesuai dengan rencana pembelajaran dan
melaksanakan pembelajaran berbasis masalah.
a. Guru mengorientasikan siswa pada masalah
b. Guru membagikan seperangkat pembelajaran yang meliputi kartu
permasalahan (artikel 2 yang terdiri dari 3 jenis tema yang berbeda-
beda) dan papan nama kelompok.
47
c. Siswa secara berdiskusi menganalisis artikel dan mencari pemecahan
masalah dalam artikel.
d. Guru berkeliling membimbing, mengawasi dan membantu siswa yang
kesulitan menyelesaikan masalah yang diajukan.
e. Guru mendorong siswa untuk melakukan diskusi dengan kelompoknya
f. Siswa melaporkan hasil diskusi dalam bentuk laporan kelompok.
Pertemuan 5
Siswa mempresentasikan hasil diskusi artikel 2
Pertemuan 6
Posttes (ulangan formatif)
2. Tahap implementasi pembelajaran konvensional pada kelompok kontrol
Pertemuan 1
Pretes
Pertemuan 2
a. Guru menjelaskan pengertian sumber daya alam dan penggolongannya
b. Guru menugaskan siswa untuk mengerjakan soal-soal latihan
Pertemuan 3
a. Guru menjelaskan tentang penggolongan sumber daya alam dan
persebarannya di Indonesia
b. Tanya jawab
c. Menyimpulkan materi pelajaran
Pertemuan 4
a. Guru menjelaskan tentang kerusakan sumber daya alam
48
b. Tanya jawab
c. Penugasan mengerjakan soal latihan di buku paket Pemkot
Pertemuan 5
a. Guru menjelaskan tentang pemanfaatan sumber daya alam secara
ekoefisien
b. Tanya jawab
c. Menyimpulkan materi pelajaran
Pertemuan 6
a. Membahas soal latihan di buku paket Pemkot
b. Posttes
D. Instrumen Penelitian
Alat yang digunakan dalam pengumpulan data adalah seperangkat soal
pokok bahasan “Persebaran Sumber Daya Alam Di Indonesia Dan
Pemanfaatannya”. Sebelum soal itu digunakan terlebih dahulu di uji cobakan
dan dianalisis. Adapun dalam pembuatan instrumen ini diperlukan beberapa
tahap antara lain:
1. Tahap pembuatan soal uji coba
Langkah yang dilakukan dalam tahap ini adalah sebagai berikut:
a Mengadakan pembatasan materi
Materi yang dijadikan sebagai bahan tes adalah materi “ Persebaran
Sumber Daya Alam di Indonesia dan Pemanfaatannya” yang
49
merupakan bagian dari mata pelajaran Geografi Kelas XI Program
Ilmu Sosial semester 2 berdasarkan kurikulum 2004 (KBK).
b Menentukan tipe soal
Bentuk soal yang akan digunakan adalah tes objektif dengan pilihan
ganda dengan tiap butir soalnya dilengkapi dengan 4 pilihan jawaban.
c Menentukan jumlah butir soal dan alokasi waktu
d Menentukan jenjang kognitif soal
Butir soal yang terdapat dalam perangkat yang akan diuji cobakan
terdiri dari 3 jenjang kognitif yaitu ingatan (C-1), pemahaman (C-2),
dan aplikasi (C-3)
e Menentukan kisi-kisi soal
f Penyusunan butir soal
2. Tahap pelaksanaan uji coba soal
Untuk mengetahui mutu perangkat tes, soal-soal yang telah dibuat diuji
cobakan terlebih dahulu kepada siswa diluar sampel.
3. Tahap analisis uji coba soal
Hasil uji coba kemudian dianalisis dan siap digunakan untuk mengukur
hasil belajar siswa dari kelompok penelitian. Suatu tes dikatakan baik
sebagai alat ukur hasil belajar harus memenuhi persyaratan tes yaitu
validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda soal.
a. Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat
kevalidan/kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 1998). Soal dikatakan
50
valid jika soal tersebut dapat mengukur apa yang ingin diukur. Dalam
penelitian ini yang diukur adalah hasil belajar kognitif siswa.
Validitas ada dua macam yaitu validitas isi soal dan validitas butir.
1) Validitas isi soal
Untuk memenuhi validitas isi soal, sebelum instrumen disusun,
peneliti menyusun kisi-kisi soal terlebih dahulu berdasarkan
kurikulum yang berlaku.
2) Validitas butir soal
Validitas butir soal dihitung dengan rumus:
qp
SMM
rt
tppbis
−=
Keterangan:
pbisr = koefisien korelasi biserial
pM = rata-rata skor dari subyek yang menjawab benar
tM = rata-rata skor total
tS = standar deviasi dari skor total
p = proporsi siswa yang menjawab benar
⎜⎜⎝
⎛⎟⎟⎠
⎞=
siswaseluruhjumlahbenarmenjawabyangsiswabanyaknyap
q = proporsi siswa yang menjawab salah ( )pq −= 1
(Arikunto, 2005)
51
Hasil rxy dikonsultasikan dengan r yang sesuai pada tabel harga
koefisien korelasi r hitung>r tabel pada taraf signifikan 5% maka dapat
dikatakan valid (Arikunto, 1998).
Berdasarkan uji coba soal yang telah dilaksanakan dengan N = 42
dan taraf signifikan 5% di dapat rtabel = 0,304. Perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 7 halaman 130. Hasil uji
coba dari 35 soal, diperoleh 29 soal yang valid, yaitu soal nomor 1,
3, 4, 5, 7, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 30, 21, 22,
23, 24, 25, 26, 28, 29, 31, 32, 34.
b. Reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan pada pengertian bahwa suatu
instrument cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat
pengumpul data karena instrument tersebut sudah baik. Rumus yang
digunakan adalah rumus K-R. 21 :
( )( ) ⎟⎟
⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛ −−⎟
⎠⎞
⎜⎝⎛
−=
tVkMkM
kkr 1
111
Keterangan:
11r = reliabilitas instrumen
k = banyaknya butir soal
M = skor rata-rata peserta tes
tV = variansi soal (Arikunto, 1998)
52
Dengan kriteria pengujian:
Kriteria
r11 < 0,2 = Sangat rendah
0,2 < r11 < 0,4 = Rendah
0,4 < r11 < 0,6 = Sedang
0,6 < r11 < 0,8 = Tinggi
0,8 < r11 < 1,0 = Sangat tinggi
Dari hasil perhitungan tingkat reliabilitas diketahui bahwa r11=0,8
dan terletak pada interval 0,6-0,8 yang termasuk kategori sangat tinggi.
Perhitungan selengkapnya lihat pada lampiran 11 halaman 138.
c. Tingkat kesukaran
Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal
disebut indeks kesukaran.
Rumusnya sebagai berikut:
BA
BA
JSJSJBJBIK
−+
=
Keterangan :
IK : Indeks/ tingkat kesukaran soal
JBA : Jumlah benar pada butir soal pada kelompok atas.
JBB : Jumlah benar pada butir soal pada kelompok bawah.
JSA : Banyaknya siswa pada kelompok atas
JSB : Banyaknya siswa pada kelompok bawah
53
Kriteria
IK = 0,00 Soal terlalu sukar
0,00 < IK < 0,30 Soal sukar
0,30 < IK < 0,70 Soal sedang
0,70 < IK <1,00 Soal mudah
IK = 1,00 Soal terlalu mudah (Suherman, 1990).
Berdasarkan hasil uji coba dari 35 soal diperoleh soal yang mudah,
sedang dan sukar. Soal dengan kategori mudah ada 24 soal yaitu 1, 2,
3, 4, 5, 6, 7, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 29,
34, 35. Soal dengan kriteria sedang ada 6 soal yaitu 18, 19, 28, 31, 32,
33. Untuk kategori sukar ada 5 soal yaitu 8, 9, 20, 27, 30. Hal ini dapat
dilihat pada lampiran 9 halaman 136.
d. Daya pembeda soal
Digunakan untuk membedakan antara siswa yang pandai dan tidak
pandai, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Seluruh kelompok tes dibagi 2 kelompok atas dan bawah
2) Seluruh peserta diurutkan mulai dari skor teratas sampai terbawah
3) Menghitung indeks deskriminasi soal dengan rumus sebagai
berikut:
A
BA
JSJB-JB
DP =
Keterangan :
DP : Daya Pembeda
JBA : Jumlah benar pada butir soal pada kelompok atas
JBB : Jumlah benar pada butir soal pada kelompok bawah
54
JSA : Banyaknya Siswa kelompok atas
Kriteria
DP ≤ 0,00 Sangat jelek
0,00 < DP < 0,20 Jelek
0,20 < DP < 0,40 Cukup
0,40 < DP < 0,70 Baik
0,70 < DP ≤ 1,00 Sangat baik (Suherman, 1990).
Berdasarkan hasil uji coba dari 35 soal diperoleh 2 soal yang
mempunyai daya beda baik yaitu nomor 28, 32. Soal dengan
kategori cukup ada 24 soal yaitu nomor 1, 3, 4, 5, 7, 10, 11, 12, 14,
15, 16, 17, 18, 19, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 29, 31, 33, 34. Soal
dengan kategori jelek ada 9 yaitu nomor 2, 6, 8, 9, 13, 20, 27, 30,
35. Hal ini dapat dilihat pada lampiran 10 halaman 137.
4. Hasil analisis uji coba tes
Dengan memperhatikan segenap aspek analisis item, baik validitas,
reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda, maka dari 35 butir soal
yang diujicobakan ada 25 item dari 35 item yang layak dipakai yaitu
dengan kriteria valid dan daya pembeda yang tidak jelek (lihat tabel
rangkuman analisis uji coba pada lampiran 12 halaman 140). Untuk
keperluan pengambilan data berikutnya digunakan 25 soal, mengingat
waktu pengambilan pretes dan posttes dalam waktu 40 menit. Tabel
transformasi dapat dilihat pada lampiran 13 halaman 141.
55
E. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Tes
Metode tes digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa pada
pokok bahasan persebaran sumber daya alam di Indonesia dan
pemanfaatannya baik yang diajar dengan pembelajaran berbasis masalah
maupun yang diajar dengan pembelajaran konvensional. Tes ini dilakukan
pada awal pertemuan (pretes) dan pada akhir pertemuan (posttes) atau
disebut juga tes formatif. Pretes dilaksanakan untuk memperoleh data hasil
belajar siswa kelas XI program Ilmu Sosial semester genap SMA Negeri 9
Semarang sebelum diberi materi persebaran sumber daya alam di
Indonesia dan pemanfaatannya.
2. Dokumentasi
Dokumentasi dari asal katanya dokumen, yang artinya barang-
barang tertulis (Arikunto, 1998). Metode dokumentasi dalam penelitian ini
adalah untuk mendapatkan data tentang nilai raport semester 1 mata
pelajaran geografi Kelas XI Program Ilmu Sosial SMA Negeri 9 Semarang
dan mengambil beberapa gambar saat proses belajar mengajar berlangsung
baik pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol.
3. Observasi
Metode ini dilakukan untuk mengambil data nilai psikomotorik dan
nilai afektif. Pada nilai psikomotorik aspek yang diobservasi meliputi
aspek; menggali informasi melalui studi pustaka, memecahkan masalah,
56
menemukan informasi melalui studi pustaka, mecakapan berkomunikasi
secara lisan, kecakapan bertanya di dalam kelas. Sedangkan untuk nilai
afektif aspek yang diobservasi meliputi aspek sikap, minat, dan nilai.
Observasi dilakukan pada kedua kelompok yaitu kelompok
kontrol dan eksperimen.
F. Teknik Analisis Data
1. Analisis data tahap awal
Data yang digunakan untuk uji tahap awal ini adalah nilai raport mata
pelajaran geografi semester 1 kelas XI program Ilmu Sosial SMA Negeri 9
Semarang.
a. Uji Normalitas
Data nilai semester yang terkumpul harus merupakan suatu jenis
interval yang tersusun dalam satu distribusi frekuensi terlebih dahulu.
Uji normalitas dilakukan untuk memenuhi persyaratan penggunaan
rumus statistik inferensial untuk menguji hipotesis yang ada dalam
sebuah penelitian.
Uji normalitas dihitung dengan menggunakan rumus Chi-square (chi-
kuadrat) yaitu:
( )∑= Ε
Ε−Ο=
n
i i
ii
1
22χ
57
Keterangan:
Oi = frekuensi pengamatan
Ei = frekuensi yang diharapkan
N = banyaknya kelas interval
X2 = Chi-kuadrat
Untuk α =5% dengan kriteria yang digunakan adalah jika χ2hitung<χ2
tabel
maka data tersebut berdistribusi normal (Nurgiyantoro, 2002).
Dalam melakukan uji chi kuadrat dilakukan langkah-langkah sebagai
berikut:
1) Mengelompokkan data dari nilai rapot semester 1, bentuk data
interval yaitu dengan cara:
a) Menentukan rentang yaitu selisih data terbesar dengan data
terkecil.
b) Menentukan banyak kelas interval dengan aturan struges, yaitu:
Banyaknya kelas = 1+ 3,3 log n .Dengan n adalah banyaknya
data.
c) Menentukan panjang kelas interval (P)
kelasBanyaknyagrenP tan
=
d) Memilih ujung bawah kelas interval pertama yang dapat
ditentukan dengan data terkecil atau nilai data yang lebih kecil
dari data terkecil, tetapi selisihnya harus kurang dari panjang
kelas.
58
2) Menentukan rata-rata dari data interval dengan rumus:
∑∑=
i
ii
fxf
X
3) Menentukan simpangan baku dari data interval dengan rumus
berikut:
2SS =
( )( ) ⎥
⎥⎦
⎤
⎢⎢⎣
⎡
−
−= ∑ ∑
1
22
nnxfxfn
S iiii
4) Menentukan batas-batas interval
5) Menentukan angka standar dengan rumus:
SXXZ −
=
6) Menentukan luas daerah
7) Menentukan frekuensi harapan yang merupakan hasil kali antara
luas daerah dengan jumlah peserta (Sudjana, 1996).
8) Menentukan chi-kuadrat
( )∑= Ε
Ε−Ο=
n
i i
ii
1
22χ
b. Uji homogenitas sampel
Sebelum melakukan uji hipotesis terlebih dahulu melakukan uji
homogenitas data tes hasil belajar nilai raport geografi semester 1 kelas
XI program ilmu sosial. Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui
apakah sampel yang diambil memiliki tingkat homogenitas yang sama,
yang artinya sampel tersebut berangkat dari keadaan awal yang sama.
59
Langkah-langkah perhitungannya adalah sebagai berikut:
1) Menghitung 2S dari masing-masing kelas
2) Menghitung varians gabungan dari semua kelas dengan rumus:
( )( )∑
∑−
−=
11 2
2
i
ii
nSn
S
3) Menghitung harga satuan B dengan rumus
( ) ( )∑ −= 1log 2 inSB
4) Menghitung nilai statistik chi-kuadrat ( )2X dengan rumus
( ) ( ){ }22 log110 ii SnBInX ∑ −−=
Keterangan:
=2S varians gabungan dari semua sampel
2iS = varians masing-masing kelompok atau kelas
2X tabel dengan dk = k – 1 dan taraf signifikan 5% jika 2X hitung
< 2X tabel, maka homogen (Sudjana, 1996).
c. Uji kesamaan keadaan awal populasi
Hipotesis yang diajukan
Ho : 4321 μμμμ ===
:1Ha paling sedikit satu tanda sama dengan tidak berlaku.
Langkah-langkah pengujian hipotesis:
1) Menentukan jumlah kuadrat rata-rata (RY)
( )
nX
RY2∑=
60
2) Menentukan jumlah kuadrat antar kelompok (AY)
( )
RYnX
AYi
i −= ∑ 2
3) Menentukan jumlah kuadrat total (JK tot)
NX
XJKtot tottot
∑∑ −= 2
4) Menentukan jumlah kuadrat dalam (DY)
DY = JK tot – RY – AY
5) Membuat tabel ringkasan anava
Tabel 7. Ringkasan Anava Uji Kesamaan Rata-Rata Populasi
Sumber variasi dk JK KT F
Rata-rata
Antar Kelompok
Dalam Kelompok
1
k-1
( )∑ −1in
RY
AY
DY
K = RY:1
A = AY : (k-1)
( ))(∑ −= 1: inDYD DA
Total ∑ in ∑ 2X
Sumber: Sudjana (1996)
Keterangan:
RY = jumlah kuadrat rata-rata = ( ) nX 2∑
AY = jumlah kuadrat antar kelompok = ( ) RYnX
i
i −∑ 2
JK tot = jumlah kuadrat total = ∑ 2iX
DY = jumlah kuadrat dalam = JK tot – RY – AY
61
Hasil uji F dikonsultasikan dengan Ftabel, apabila hitungF < tabelF dengan
dk1 = (k - 1) berbanding dk2 = ( )∑ − kn , maka dapat disimpulkan
bahwa Ho diterima yang berarti sampel mempunyai kondisi awal yang
relatif sama ( Sudjana, 1996).
2. Analisis data tahap akhir
Untuk uji tahap akhir ini digunakan data hasil belajar siswa setelah
dilakukan eksperimen.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui kenormalan data. Data
yang digunakan adalah data pretes dan posttes kelas kontrol dan
eksperimen. Uji ini menggunakan rumus Chi kuadrat sama dengan
rumus yang digunakan pada analisis tahap awal.
b. Estimasi rata-rata hasil belajar
Estimasi rata-rata hasil belajar ini digunakan untuk mengetahui
rata-rata perolehan nilai hasil belajar kedua kelas. Rumus yang
digunakan:
nstx
nstx .. )(975,0)(975,0 υυ μ +<<−
−−
Keterangan:
−
x = rata-rata hasil belajar
)(975, υot = nilai t didapat dari tabel normal baku untuk peluang
(Sudjana, 1996)
62
c. Uji ketuntasan belajar
Seorang peserta didik dipandang tuntas belajar jika ia mampu
menyelesaikan, menguasai kompetensi pembelajaran minimal 65%
dari seluruh tujuan pembelajaran (Mulyasa, 2003).
Hipotesis yang akan diuji:
Ho : µ ≤ 65 (Belum mencapai ketuntasan belajar)
Ha : µ≥ 65 (sudah mencapai ketuntasan belajar)
Rumus yang digunakan adalah:
nS
xt 0μ−=
−
Keterangan:
−
x = rata-rata hasil belajar
S = simpangan baku
n = banyaknya siswa
Kriteria pengujian adalah tolak H0 jika thitung>ttabel dan terima Ha dalam
hal lainnya. Dengan taraf nyata =α 5%, dk = (n-1) (Sudjana, 1996).
d. Uji kesamaan dua varian
Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah kedua kelompok
mempunyai varians data hasil belajar yang sama atau tidak. Dalam uji
digunakan data hasil belajar dari kedua kelompok.
TerkecilVariansTerbesarVariansF =
63
Kriteria:
H0 ditolak kika F≥ )(2/1 21υυαF
Terima H0 jika )12,11(2/1)11)(1( −−− << nnn FFF αα (Sudjana, 1996).
e. Uji Perbedaan dua rata-rata
Uji perbedaan dua rata-rata merupakan uji hipotesis yang berguna
untuk mengetahui apakah hasil belajar kedua kelompok berbeda secara
signifikan dan manakah yang lebih baik antara kelompok kontrol dan
eksperimen.
Rumus Hipotesisnya adalah:
210 : μμ ≤H
21: μμ >aH
Uji hipotesis dilaukan dengan statistik satu pihak, yaitu pihak kanan.
Kriteria pengujian adalah:
Hipotesis Ha diterima jika tdata< ttabel.
Rumus tdata yang dipergunakan sangat ditentukan oleh hasil uji
kesamaan dua varians antara kedua kelompok tersebut. Jika variansi
antara kedua kelompok tersebut sama maka rumus yang digunakan:
21
21
11nn
s
xxt+
= −
Dengan:
( ) ( )2
11
21
222
2112
−+−+−
=nn
snsns
64
Terima Ho jika –t1-1/2α(n-1+n2-2) < t < t1-1/2α(n1+m2-2) (Sudjana, 1996).
Apabila kedua kelompok variansinya berbeda maka uji t yang
digunakan adalah:
2
2
1
21
21'
2ns
ns
xxt+
−=
Kriteria pengujiannya adalah tolak Ho jika diperoleh:
21
2211'
wwtwtwt
++
>
Dengan
2
22
21
21
1 ,nsw
nsw ==
( )11)1(1 −−= ntt α ( )( )1212 −−=n
tt α
Keterangan:
−
x 1 = Nilai rata-rata kelompok 1
−
x 2 = Nilai rata-rata kelompok 2
S12 = varians data pada kelompok 1
S22 = varians data pada kelompok 2
n1 = banyaknya subjek pada kelompok 1
n2 = banyaknya subjek pada kelompok 2
Apabila data tidak berdistribusi normal maka pengujian hipotesis
penelitian ini menggunakan statistik non parametrik (Sudjana, 1996).
65
3. Analisis Deskriptif Data Hasil Belajar Afektif dan Psikomotorik
Pada analisis tahap akhir ini, digunakan data hasil belajar afektif
dan psikomotorik. Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif, yang
bertujuan untuk mengetahui nilai afektif dan psikomotorik siswa baik
kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. Rumus yang digunakan
adalah:
100×=totalskor
skorjumlahNilai
Untuk menghitung rata-rata nilai afektif dan psikomotorik masing-masing
kelas, digunakan rumus:
Rata-rata nilai afektif kelas =respondenJumlah
nilaiJumlah (Ngalim Purwanto,
2006)
66
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang terbagi dalam 2
kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Penelitian ini
dilaksanakan pada tanggal 3 – 27 Maret 2007 di SMA Negeri 9 Semarang
pada siswa kelas XI program Ilmu Sosial tahun 2006/2007. Pengambilan
sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampel atau
sampel bertujuan yaitu agar sampel yang diambil representatif. Oleh karena
itu, dalam penelitian ini diperlukan nilai raport geografi semester 1 seluruh
kelas XI program Ilmu Sosial agar dapat diketahui homogenitas dan varians
dari populasi tersebut. Hasil tes homogenitas populasi diperoleh
data2χ (1,980)< tabel
2χ (7,81), dipercaya 95% data homogen atau populasi
berangkat dari keadaan awal yang sama. Dengan demikian populasi juga
bersifat homogen, selain itu varians kedua kelompok juga mendekati sama
sehingga sampel dapat diambil secara acak dengan asumsi kedua kelas harus
homogen dan memiliki varians yang mendekati sama atau seluruh populasi
memiliki kemungkinan yang sama untuk diambil sebagai sampel. Kedua kelas
yang memiliki rata-rata dan varians hampir sama adalah adalah kelas XI IS-1
dan XI-IS 3. Untuk penentuan kelas kontrol dan eksperimen, peneliti terlebih
dahulu melakukan pengacakan atau random. Dari hasil pengacakan di dapat
67
kelas kontrol XI-IS 3 dan kelas eksperimen XI-IS 1. Pada tabel 8 dicantumkan
jadwal pelajaran pada kontrol dan kelas eksperimen, sebagai berikut:
Tabel 8 . Jadwal Pelajaran Geografi Kelas Kontrol dan Eksperimen
Kelas Hari Jam ke-
XI IS 1 Rabu
Jumat
4
1-2
XI IS 3 Senin
Rabu
1-2
1
Sumber: SMA Negeri 9 Semarang Tahun 2007 Pada prinsipnya, kedua kelompok baik eksperimen maupun kontrol
melalui tiga tahap yang sama yaitu pretes, pembelajaran dan posttes. Akan
tetapi model pembelajaranyang diterapkan pada kedua kelompok berbeda
yaitu pada kelompok kontrol menggunakan pembelajaran konvensional dan
pada kelompok eksperimen menggunakan pembelajaran berbasis masalah.
Pretes digunakan untuk mengetahui kemampuan awal siswa tentang pokok
bahasan persebaran sumber daya alam di Indonesia dan pemanfaatannya
sebelum diadakan pembelajaran, pretes pada kelompok kontrol dilakukan pada
tanggal 5 Maret 2007 dan pada kelompok eksperimen dilakukan pada tanggal
7 Maret 2007. Posttes diadakan untuk mengetahui hasil belajar siswa pada
pokok bahasan persebaran sumber daya alam di Indonesia dan
pemanfaatannya setelah mengikuti pembelajaran, posttes kelompok kontrol
dilakukan pada tanggal 26 Maret 2007 sedang posttes kelompok eksperimen
dilaksanakan pada tanggal 23 Maret 2007.
68
Perbedaan yang mendasar dari kedua kelompok yaitu dalam perlakuan
yang diberikan pada saat pembelajaran. Pada kelompok eksperimen diberi
perlakuan dengan pembelajaran berbasis masalah yang menggunakan artikel
sebagai sumber belajar, sedang pada kelompok kontrol dengan pembelajaran
konvensional yang selama ini telah digunakan oleh guru mata pelajaran
geografi di SMA Negeri 9 Semarang, khususnya pada kelas XI program Ilmu
Sosial. Waktu pembelajaran yang digunakan dari kedua kelompok relatif sama
yaitu 9 jam pelajaran dengan 6 kali pertemuan termasuk pretes dan posttes.
Setiap 1 jam pelajaran dengan alokasi waktu 45 menit. Adapun jadwal
penelitian lihat pada lampiran 38 halaman 190.
1. Proses Pembelajaran Pada Kelompok Eksperimen
Pada penelitian ini kelompok eksperimen adalah kelas XI-IS 1. Diawal
pembelajaran diadakan pretes terlebih dahulu untuk mengetahui keadaan
awal siswa. Setelah diadakan pretes, untuk pertemuan berikutnya
dilaksanakan proses belajar mengajar dengan pendekatan berbasis
masalah, dengan memberikan permasalahan di dunia nyata dalam bentuk
artikel yang disebut sebagai kartu permasalahan. Proses pembelajaran
dilakukan di ruang kelas dan perpustakaan SMA Negeri 9 Semarang. Guru
memberikan apersepsi untuk mengetahui kesiapan siswa dan mengetahui
sejauh mana pengetahuan siswa tentang materi persebaran sumber daya
alam di Indonesia dan pemanfaatannya.
Pada tahap selanjutnya, proses pembelajaran membahas tentang materi
pelajaran. Sebelum pembelajaran berbasis masalah dilaksanakan, guru
69
membagi siswa dalam kelompok-kelompok. Kelompok yang terbentuk ada
8 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 5-6 siswa. Tiap-tiap
kelompok ditugaskan untuk menganalisis permasalahan yang ada dalam
artikel yang telah disediakan dan mencari alternatif pemecahan masalah
dengan berdiskusi dan studi pustaka. Artikel 1 dan artikel 2 yang disajikan
kepada 8 kelompok ini memiliki 3 tema yang berbeda. Selama proses
pembelajaran guru mengawasi, memberikan bimbingan serta pengarahan
kepada siswa yang mengalami kesulitan atau kurang memahami materi.
Pada pembelajaran selanjutnya siswa ditugaskan untuk membuat hasil
karya berupa laporan kelompok yang berisi hasil diskusi dan studi pustaka
yang telah dilakukan. Pada pertemuan berikutnya hasil karya tersebut
dipresentasikan di depan kelas. Pada tiap akhir pertemuan guru dan siswa
menyimpulkan seluruh kegiatan diskusi yang telah dilakukan.
Pembelajaran ini dilakukan setiap pertemuan dengan materi yang ada
dalam rencana pembelajaran. Dapat dilihat pada lampiran 1 halaman 95.
Tahap akhir dari penelitian ini, diadakan posttes pada tanggal 23 Maret
2007. Posttes ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana siswa
menguasai materi yang telah diajarkan.
Untuk lebih jelasnya, proses pembelajaran pada kelompok eksperimen
dapat dilihat pada tabel 9 berikut:
70
Tabel 9. Proses Pembelajaran Pada Kelompok Eksperimen
No Hari/Tanggal Kegiatan 1 Rabu,
7 Maret 2007 Pretes
2 Jumat, 9 Maret 2007
1) Apersepsi 2) Mengorientasikan siswa pada masalah yang
berkaitan dengan persebaran SDA di Indonesia dan pemanfaatannya.
3) Guru membagi siswa dalam 8 kelompok. 4) Guru membagikan kartu permasalahan yang
berupa artikel 1 (lihat lampiran 44) 5) Siswa secara berkelompok melakukan
analisis dan mencatat hasil analisis dalam bentuk laporan
3 Rabu, 14 Maret 2007
1) Apersepsi 2) Menunjuk beberapa kelompok untuk
presentasi hasil analisis artikel 1. 3) Tanya jawab tentang hasil presentasi dan
pemecahan masalah dalam artikel 1. 4) Menyimpulkan hasil diskusi dan tanyajawab
4 Jumat, 16 Maret 2007
1) Apersepsi 2) Melanjutkan presentasi hasil analisis kartu
masalah 1 (Artikel 1) 3) Menyimpulkan hasil presentasi. 4) Tanya jawab mengenai materi persebaran
SDA di Indonesia dan Pemanfaatannya. 5) Guru mengarahkan siswa pada masalah baru
atau Artikel 2 (lihat lampiran 45). 6) Guru membagikan kartu masalah 2 (Artikel
2) kepada tiap-tiap kelompok yang telah dibentuk pada pertemuan terdahulu.
7) Guru menugaskan kepada siswa untuk menganalisis artikel secara berkelompok.
5 Rabu, 21 Maret 2007
1) Apersepsi 2) Melanjutkan diskusi analisis artikel melalui
studi pustaka, dan menyusun laporan 6 Jumat, 23 Maret
2006 1) Apersepsi 2) Memilih 2 kelompok untuk presentasi hasil
karya 3) Menyimpulkan hasil diskusi dan presentasi 4) Posttes
Sumber: Hasil penelitian tahun 2007
71
2. Proses Pembelajaran Pada Kelompok Kontrol
Pembelajaran pada kelompok kontrol menggunakan model
konvensional, dimana pembelajaran berpusat pada guru dan guru
menggunakan metode tradisional yaitu ceramah dan penugasan. Pada awal
pembelajaran diadakan pretes terlebih dahulu untuk mengetahui keadaan
awal siswa. Kemudian pada pertemuan berikutnya, guru memberikan
rangkuman materi pelajaran agar mempermudah siswa dalam proses
pembelajaran. Selanjutnya guru memberikan apersepsi untuk mengetahui
sejauh mana pengetahuan siswa tentang materi persebaran sumber daya
alam di Indonesia dan pemanfaatannya. Guru menerangkan dan
menyampaikan materi di depan kelas dengan metode ceramah, disini siswa
mendengarkan dan mencatat materi yang disampaikan guru. Selanjutnya,
guru memberikan soal-soal latihan dari buku Pemkot dan buku paket
lainnya. Pada pertemuan berikutnya guru dan siswa mengevaluasi atau
membahas soal tersebut. Pembelajaran ini dilakukan pada setiap
pertemuan dengan materi yang telah tercantum pada rencana pembelajaran
(lampiran 2 halaman 107). Pada tahap akhir, diadakan posttes untuk
mengetahui sejauh mana siswa menguasai materi yang telah diajarkan.
Untuk lebih jelasnya, proses pembelajaran pada kelompok kontrol
dapat dilihat pada tabel 10.
72
Tabel 10. Proses Pembelajaran Pada Kelompok Kontrol
No Hari/Tanggal Kegiatan 1 Senin,
5 Maret 2007 Pretes
2 Rabu, 7 Maret 2007
1) Apersepsi 2) Guru menjelaskan pengertian sumber daya
alam dan penggolongannya 3) Guru menugaskan siswa untuk mengerjakan
soal-soal latihan 3 Senin,
12 Maret 2007 1) Apersepsi 2) Guru menjelaskan tentang penggolongan
sumber daya alam dan persebarannya di Indonesia
3) Tanya jawab 4) Menyimpulkan materi pelajaran
4 Rabu, 14 Maret 2007
1) Apersepsi 2) Guru menjelaskan tentang kerusakan sumber
daya alam 3) Tanya jawab 4) Penugasan mengerjakan soal di buku paket
Pemkot 5 Rabu,
21 Maret 2007 1) Apersepsi 2) Guru menjelaskan tentang pemanfaatan
sumber daya alam secara ekoefisien 3) Tanya jawab 4) Menyimpulkan materi pelajaran
6 Senin, 26 Maret 2007
1) Apersepsi 2) Membahas soal di buku paket Pemkot 3) Posttes
Sumber: Hasil Penelitian tahun 2007
B. Hasil Penelitian
1. Data Obyek Penelitian
a. Hasil Uji Normalitas Nilai Raport Geografi Semester 1
Hasil uji normalitas nilai raport geografi semester 1 kelas XI
program ilmu sosial terangkum pada tabel 11 di bawah ini:
73
Tabel 11. Hasil Uji Normalitas Nilai Raport Geografi Semester 1
Kelas Sumber
Variasi XI IS 1 XI IS 2 XI IS 3 XI IS 4
Σ X 2943 3075 2932 2844
n 42 44 42 41
X 70,1 69,9 69,8 69,4
S2 18,8484 15,6845 15,4750 12,0878
S 4,34 3,96 3,93 3,48
tabel2χ
%5=α
7,81 7,81 7,81 7,81
hitung2χ 3,6986 5,1222 4,7131 1,2942
Sumber: Hasil Penelitian tahun 2007
Terlihat dari tabel tersebut, nilai hitung2χ < tabel
2χ dengan taraf
signifikan %5=α yang berarti data-data tersebut berdistribusi normal,
sehingga untuk analisis data digunakan statistik parametrik. Hasil
perhitungan normalitas nilai raport geografi semester 1 kelas XI
program ilmu sosial SMA Negeri 9 Semarang tahun 2006/2007 dapat
dilihat pada lampiran 21 halaman 158.
b. Hasil Uji Homogenitas Populasi Nilai Raport Geografi Semester 1
Rumus Bartlet dengan uji Chi kuadrat digunakan untuk mengetahui
bahwa populasi bersifat homogen atau tidak homogen. Suatu populasi
dikatakan homogen jika hitung2χ < tabel
2χ . Dari perhitungan didapat
hitung2χ sebesar 1,980 dan tabel
2χ sebesar 7,81 dengan demikian
hitung2χ < tabel
2χ , sehingga populasi dinyatakan mempunyai tingkat
74
homogenitas sama, sesuai dengan tujuan pengambilan sampel.
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 22 halaman 162.
c. Hasil Uji Kesamaan Keadaan Awal Populasi
Berdasarkan perhitungan diperoleh Fhitung = 0,2385, untuk α = 5%
dengan dk pembilang = k-1= 4-1=3 dan dk penyebut = n-k = 165
diperoleh F2 (k-1)(n-k)=F(0,05)(3:165)=2,66. Kriteria pengujian Ho diterima
apabila Fhitung<F2 (k-1)(n-k) karena Fhitung<F(0,05)(3:165), berarti tidak terdapat
perbedaan rata-rata dari keempat kelompok anggota populasi sehingga
sampel dapat diambil berdasarkan tujuan bahwa sampel harus
memiliki keadaan awal yang sama. Perhitungan dapat dilihat pada
lampiran 23 halaman 163.
2. Hasil Belajar Kognitif Pada Pretes dan Posttes
a. Diskripsi Hasil Pretes dan Posttes
Hasil pretes dan posttes dari kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol dapat dilihat pada tabel 12 berikut:
Tabel 12. Deskripsi Data Pretes dan Posttes
Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol Sumber
variasi Pretes Posttes Peningkatan Pretes Posttes Peningkatan
Rata-
rata
58,19 77,62 19,40 58,10 74,67 16,57
Varians 18,89 32,83 25,42 18,92 24,72 20,74
Standar
Deviasi
4,35
5,73
5,04
4,35
4,97
4,55
Sumber: Hasil Penelitian tahun 2007
75
Tabel 12 tersebut menyatakan bahwa rata-rata pretes pada
kelompok eksperimen adalah 58,19 dengan varians 18,89 dan standar
deviasi 4,35. Rata-rata pretes pada kelompok kontrol adalah 58,10
dengan varians 18,92 dan standar deviasi 4,35.
Setelah diterapkan pembelajaran berbasis masalah pada kelompok
eksperimen, rata-rata yang diperoleh meningkat menjadi 77,62 dengan
varians 32,83 dan standar deviasi 5,73. Pada kelompok kontrol
diterapkan metode pembelajaran konvensional yang dapat
meningkatkan nilai rata-rata menjadi 74,67 dengan varians 24,72 dan
standar deviasinya 4,97. Dapat dilihat pada lampiran halaman 166.
b. Hasil Uji Normalitas Data Pretes dan Posttes
Hasil uji normalitas data pretes dan posttes kedua kelompok
terangkum dalam tabel 13 di bawah ini:
Tabel 13. Data Hasil Uji Normalitas Data Pretes dan Posttes
Kelompok Data hitung2χ dk tabel
2χ Kriteria
Pretes 6,5499 3 7,81 Normal Eksperimen
Posttes 7,4015 3 7,81 Normal
Pretes 7,6117 3 7,81 Normal Kontrol
Posttes 7,4417 3 7,81 Normal
Sumber: Hasil Penelitian tahun 2007
Perhitungan uji normalitas data pretes dan posttes dapat dilihat
pada lampiran 24 halaman 167.
76
Berdasarkan hasil analisis tersebut diperoleh hitung2χ untuk setiap
data lebih kecil dari tabel2χ dengan dk (3) dan α = 5% yang berarti data
tersebut berdistribusi normal. Dengan demikian analisis data
selanjutnya digunakan statistika parametrik.
c. Hasil Uji Kesamaan Dua Varians Data Pretes dan Posttes
Uji kesamaan dua varians untuk data pretes dan posttes pada kedua
kelompok terangkum dalam tabel 14 dan pergitungan selengkapnya
dapat dilihat pada lampiran 25 halaman 171.
Tabel 14. Uji Kesamaan Dua Varians Data Pretes dan Posttes
Data Kelompok S2 dk Fhitung Ftabel Kriteria
Eksperimen 18,89 41 Pretes
Kontrol 18,92 41
1,001 1,86
Eksperimen 32,83 41 Posttes
Kontrol 24,72 41
1,328 1,86
Kelompok eksperimen dan kontrol mempunyai varians yang sama
Sumber: Hasil Penelitian tahun 2007
Berdasarkan hasil uji kesamaan dua varians untuk data pretes
antara kelompok eksperimen dan kontrol diperoleh Fhitung (1,001)<Ftabel
(1,86) dengan dk (41) dan taraf siknifikan 5%, yang berarti bahwa
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol mempunyai varians data
yang sama. Sedangkan hasil uji kesamaan dua varians data posttes
antara kelompok eksperimen dan kontrol diperoleh Fhitung<Ftabel dengan
dk (41) yaitu 1,328 yang menunjukkan bahwa antara kelompok
eksperimen dan kontrol mempunyai varians data posttes yang sama.
77
Jadi, dari hasil perhitungan uji kesamaan dua varians diketahui bahwa
data pretes dan posttes antara kelompok eksperimen dan kontrol
memiliki varians yang relatif sama, sehingga untuk menguji perbedaan
rata-rata selanjutnya digunakan uji t.
d. Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-rata Data Pretes dan Posttes
Uji perbedaan dua rata-rata peningkatan hasil belajar dilakukan
untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan rata-rata pretes maupun
posttes pada kedua kelompok. Hasil uji t terangkum dalam tabel 15,
sedangkan perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 28
halaman 176.
Tabel 15. Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-rata Data Pretes Dan Posttes
Data Kelompok Rata-
rata
dk thitung ttabel Kriteria
Eksperimen 58,19 Pretes
Kontrol 58,10
0,100 1,66 Kelompok eksperimen dan kontrol mempunyai nilai rata-rata yang relatif sama
Eksperimen 77,62 Posttes
Kontrol 74,67
82
2,522
1,66
Kelompok kontrol dan eksperimen memiliki rata-rata yang relatif berbeda.
Sumber: Hasil Penelitian tahun 2007
Berdasarkan hasil uji t untuk data pretes diperoleh thitung
(0,100)<ttabel (1,99) dengan dk = 82 menunjukkan bahwa kedua
kelompok mempunyai rata-rata yang relatif sama atau dapat dikatakan
78
bahwa kelompok eksperimen dan kontrol berangkat dari kondisi awal
yang sama.
Dari data posttes menunjukan thitung (2,522)>ttabel (1,66) dengan dk
yang sama (82). Hasil perhitungan tersebut menunjukkan adanya
perbedaan yang signifikan antara hasil belajar kelas kontrol dan
eksperimen. Dengan demikian kelompok yang diajar dengan
pembelajaran berbasis masalah mempunyai rata-rata hasil belajar yang
lebih baik daripada kelompok yang menggunakan metode
konvensional.
e. Hasil Estimasi Rata-rata Hasil Belajar Data Pretes dan Posttes
Estimasi rata-rata dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
prediksi rata-rata yang mungkin dicapai apabila dilakukan
pembelajaran seperti pada kelompok eksperimen atau kelompok
kontrol pada populasi. Dari estimasi ini diperoleh rata-rata batas bawah
dan rata-rata batas atas, dan hasilnya sebagai berikut.
Tabel 16. Hasil Estimasi Rata-rata
µ Kelompok Rata-rata
Batas bawah Batas atas
Eksperimen 77,62 75,83 79,40
Kontrol 74,67 73,12 76,22
Sumber: Hasil Penelitian tahun 2007
79
Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat diprediksi bahwa rata-rata
yang mungkin dicapai pada populasi (siswa kelas XI Program Ilmu
Sosial SMA Negeri 9 Semarang) apabila dilakukan pembelajaran
berbasis masalah berkisar antara 75,83 - 79,40 dan apabila dilakukan
pembelajaran secara konvensional akan diperoleh rata-rata berkisar
73,12 – 76,22. Perhitungan lebih lengkap lihat pada lampiran 27
halaman 174.
f. Hasil Uji Ketuntasan Belajar Posttes
Uji ini dilakukan untuk mengetahui ketuntasan belajar masing-
masing kelompok setelah dilakukan pembelajaran, yang diperoleh dari
hasil rata-rata data posttes kelompok eksperimen. Adapun hasil dari uji
ketuntasan belajar ini terangkum dalam tabel 17, dan perhitungannya
dapat dilihat pada lampiran 29 halaman 177.
Tabel 17. Hasil Uji Ketuntasan Belajar Data Posttes Kelas Eksperimen
Kelompok Rata-rata posttes
Standar Deviasi
(s)
n dk thitung ttabel Kriteria
Eksperimen 77,62 5,73 42 41 14,274 1,68 Tuntas belajar
Sumber: Hasil Penelitian tahun 2007
Berdasarkan hasil uji t dari uji ketuntasan belajar untuk kelompok
eksperimen, diperoleh thitung 14,274>ttabel 1,68 yang berarti bahwa hasil
belajarnya lebih dari 65 atau telah mencapai ketuntasan belajar.
80
3. Hasil Belajar Afektif
a. Hasil rata-rata nilai afektif siswa pada kedua kelompok
Nilai afektif siswa diperoleh dari jumlah skor tiap aspek dibagi
dengan skor total dikali dengan seratus. Pada kelompok kontrol rata-
rata nilai afektif siswa mencapai 59,8. Perincian niali afektif siswa
pada kelompok kontrol dapat dilihat pada lampiran 30 halaman 178.
Pada kelompok eksperimen, rata-rata nilai afektif siswa mencapai
63,9. Perincian nilai afektif siswa pada kelompok eksperimen dapat
dilihat pada lampiran 31 halaman 179.
b. Hasil rata-rata tiap aspek afektif siswa pada kedua kelompok
Aspek afektif yang digunakan untuk menilai siswa kedua
kelompok terdiri dari 3 spesifikasi yaitu; minat, sikap dan nilai. Dari
ketiga spesifikasi tersebut dijabarkan menjadi sepuluh aspek penilaian
afektif. Pada tiap aspek dianalisis diskriptif yang bertujuan untuk
mengetahui aspek mana yang tinggi dan mana yang rendah.
Rata-rata nilai tiap aspek afektif pada kelompok kontrol dapat
dilihat pada tabel 18 dibawah ini:
81
Tabel 18. Rerata Nilai Tiap Aspek Afektif Pada Kelas Kontrol
Sumber: Hasil Penelitian tahun 2007
Berdasarkan tabel 18 tampak bahwa dari kesepuluh aspek yang
diukur rata-rata nilai tertinggi pada aspek kelengkapan buku catatan
dan buku penunjang yang mencapai 4,119 sedangkan aspek yang nilai
rata-ratanya paling rendah pada keaktifan siswa dalam kegiatan belajar
mengajar yang mencapai 1,095. Untuk perhitungan lebih lengkap
dapat dilihat pada lampiran 33 halaman 185.
Pada kelas eksperimen, rata-rata nilai tiap aspek terangkum pada
tabel 19.
Tabel 19. Rerata Nilai Tiap Aspek Afektif Siswa Pada Kelompok Eksperimen
No Aspek Rata-rata
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Kehadiran di kelas Keseriusan siswa dalam mengikuti pelajaran Keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar Kesiapan siswa dalam mengikuti pelajaran Kelengkapan buku catatan atau buku penunjang Tanggung jawab Interaksi siswa dengan guru Ketelitian mengerjakan tugas dari guru Bekerjasama Kerapian
4,000 3,405 4,024 2,857 2,547 3,262 2,786 2,786 3,143 3,143
Sumber: Hasil Penelitian tahun 2007
No Aspek Rata-rata
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Kehadiran di kelas Keseriusan siswa dalam mengikuti pelajaran Keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar Kesiapan siswa dalam mengikuti pelajaran Kelengkapan buku catatan dan buku penunjang Tanggung jawab Interaksi siswa dengan guru Ketelitian mengerjakan tugas dari guru Bekerjasama Kerapian
4,071 3,286 1,095 2,333 4,119 3,048 1,857 3,262 3,024 3,809
82
Berdasarkan tabel tampak bahwa rata-rata nilai tertinggi pada
aspek keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar yang mencapai
4,024 sedangkan aspek yang paling rendah adalah kelengkapan catatan
dan buku penunjang yang mencapai 2,547. Untuk perhitungan
selengkapnya lihat pada lampiran 32 halaman 184.
4. Hasil Belajar Psikomotorik
a. Hasil rata-rata nilai psikomotorik siswa pada kedua kelompok
Nilai psikomotorik siswa diperoleh dari jumlah skor stiap aspek
dibagi dengan skor total dikali seratus. Pada kelompok kontrol rata-
rata nilai psikomotorik siswa mencapai 31,05. Perincian nilai
psikomotorik dapat dilihat pada lampiran 38 halaman 207.
Pada kelompok eksperimen, rata-rata nilai psikomotorik siswa
mencapai 56,29. Perincian nilai psikomotorik siswa pada kelompok
eksperimen dapat dilihat pada lampiran 34 halaman 186.
b. Hasil nilai rata-rata tiap aspek psikomotorik siswa pada kedua
kelompok
Aspek psikomotorik yang digunakan untuk menilai siswa pada
kedua kelompok ada lima aspek.
Rata-rata nilai tiap aspek psikomotorik pada kelompok kontrol
dapat dilihat pada tabel 20.
83
Tabel 20. Rerata Nilai Tiap Aspek Psikomotorik Kelompok Kontrol
No Aspek Rata-rata
1 2 3 4 5
Menggali informasi melalui studi pustaka Menemukan informasi melalui studi pustaka Memecahkan masalah Kecakapan berkomunikasi secara lisan Kecakapan bertanya di dalam kelas
1,738 1,667 1,571 1,310 1,476
Sumber: Hasil Penelitian tahun 2007
Beradasarkan tabel diatas tampak bahwa dari kelima aspek
psikomotorik yang diukur rata-rata nilai tertinggi pada aspek menggali
informasi melalui studi pustaka yaitu mencapai 1,738, sedangkan
aspek yang paling rendah yaitu pada kecakapan berkomunikasi secara
lisan yaitu mencapai 1,310. Untuk perhitungan lebih lengkap lihat
lampiran 37 halaman 189.
Pada kelompok eksperimen, rata-rata nilai tiap aspek psikomotorik
terangkum dalam tabel 21, sebagai berikut:
Tabel 21. Rerata Nilai Tiap Aspek Psikomotorik Siswa Kelompok Eksperimen
No Aspek Rata-rata
1 2 3 4 5
Menggali informasi melalui studi pustaka Menemukan informasi melalui studi pustaka Memecahkan masalah Kecakapan berkomunikasi secara lisan Kecakapan bertanya di dalam kelas
2,833 2,811 2,714 3,000 2,952
Sumber: Data Primer hasil penelitian tahun 2007
Berdasarkan tabel 21 tampak bahwa rata-rata nilai tertinggi pada
aspek kecakapan berkomunikasi secara lisan yaitu mencapai 3,00
sedangkan aspek yang paling rendah yaitu pada kemampuan
84
memecahkan masalah yaitu sebesar 2,714. Untuk perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 36 halaman 188.
C. Pembahasan
Berdasarkan data pada kondisi awal, menunjukkan bahwa rata-rata
kemampuan awal kelompok eksperimen yang diketahui dari nilai pretes
mencapai 58,19 sedangkan pada kelompok kontrol mencapai 58,10. Dengan
uji kesamaan dua varians, diperoleh Fhitung = 1,001 dan Ftabel dengan dk
pembilang = 41 dan dk penyebut = 41 serta taraf signifikan (α) = 5% (0,05)
adalah 1,86. Hal ini menunjukkan bahwa Fhitung lebih kecil dari Ftabel, yang
berarti bahwa kedua kelompok memiliki varians data yang sama dan berangkat
dari kondisi yang sama pula. Dari data tampak bahwa tingkat kesiapan siswa
untuk mengikuti pembelajaran pada materi persebaran sumber daya alam di
Indonesia dan pemanfaatannya masih kurang, karena kedua kelompok
memang belum pernah mengikuti pembelajaran pada materi tersebut.
Setelah dilakukan pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis
masalah pada kelompok eksperimen, rata-rata hasil posttes atau tes formatif
yang diperoleh mencapai 77,62. Pada kelompok kontrol yang diajar dengan
menggunakan metode pembelajaran konvensional, rata-rata hasil posttes atau
tes formatifnya hanya mencapai 74,67. Berdasarkan uji perbedaan dua rata-
rata menunjukan bahwa thitung (2,522)>ttabel (1,66) dengan dk = 82 dengan taraf
signifikan 5% yang berarti terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar yang
85
signifikan antara kelompok kontrol dan eksperimen dengan nilai rata-rata
kelompok eksperimen lebih baik daripada kelompok kontrol.
Pada kelompok eksperimen yang diajar dengan pembelajaran berbasis
masalah terbukti memberikan kontribusi terhadap ketuntasan belajar siswa
berdasarkan uji ketuntasan belajar kelompok eksperimen yaitu thitung
14,274>ttabel 1,68 yang berarti bahwa hasil belajarnya lebih dari 65 atau telah
mencapai ketuntasan belajar.
Proses pembelajaran pada kelompok eksperimen dengan model
pembelajaran berbasis masalah memiliki rata-rata hasil belajar yang lebih
tinggi (77,62) dari pada kelompok kontrol yang menggunakan model
pembelajaran konvensional (74,67), hal ini terjadi karena adanya penggunaan
media artikel dan digunakannya metode diskusi dan tanya jawab, dapat
menghapus anggapan bahwa materi geografi hanya bersifat hafalan, serta
lebih memotivasi siswa untuk ikut aktif dalam proses pembelajaran. Artikel
sebagai sumber belajar mengkaitkan materi pelajaran dengan kehidupan nyata
sehingga siswa secara tidak langsung dapat menerapkan teori yang telah
dipelajari untuk memecahkan berbagai permasalahan yang ada dalam
kehidupan nyata.
Sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh para ahli psikologi Jerome
Bruner dalam Prayitno (1989) bahwa kalau dalam belajar siswa dapat diberi
pengalaman langsung (melalui media, demonstrasi, “field trip”, dramatisasi),
maka situasi pengajarannya itu akan meningkatkan kegairahan dan minat
siswa tersebut dalam belajar. Hal ini sejalan dengan pendapat Heinich,
86
Molenda dan Russel dalam Prayitno (1989) yang menyatakan bahwa media
pengajaran dalam pembelajaran dapat mengkongkritkan ide-ide atau gagasan
yang bersifat konseptual, sehingga mengurangi kesalahpahaman siswa dalam
mempelajarinya dan memberikan pengalaman-pengalaman yang nyata yang
merangsang aktivitas diri sendiri untuk belajar, sehingga siswa tergugah untuk
melakukan kegiatan belajar, yang pada akhirnya mempengaruhi hasil belajar
siswa.
Pada pembelajaran kelompok eksperimen, fungsi guru hanya sebagai
fasilitator, yaitu memberikan bimbingan/pengarahan seperlunya kepada siswa.
Keaktifan siswa lebih ditekankan pada proses pembelajaran. Dengan adanya
keaktifan dalam diskusi untuk memecahkan masalah dalam artikel tersebut
akan menumbuhkan motivasi belajar yang tinggi pada siswa dan pada
akhirnya akan berpengaruh terhadap hasil belajar. Tingkat keaktifan siswa
pada kelompok eksperimen lebih tinggi daripada pembelajaran kelompok
kontrol. Aktivitas yang dilakukan siswa pada pembelajaran berbasis masalah
hampir diseluruh proses pembelajaran. Mulai dari mencari sumber belajar
yang relevan dengan materi, mencari pemecahan masalah yang dihadapi
dalam artikel baik secara berdiskusi maupun mencari informasi melalui studi
pustaka, hingga menyimpulkan seluruh kegiatan pembelajaran yang telah
dilakukan oleh siswa. Dalam pembelajaran ini, guru menciptakan strategi yang
tepat agar siswa memiliki motivasi belajar yang tinggi, mampu menerapkan
teori yang telah didapat dalam kehidupan nyata, serta mengantisipasi
kebosanan siswa yang biasa terjadi pada pembelajaran konvensional.
87
Pembelajaran berbasis masalah menggunakan media artikel ini juga
memungkinkan guru untuk lebih dapat mengawasi dan memberikan
bimbingan serta pengarahan kepada siswa, karena dalam media artikel sudah
dicantumkan tugas-tugas yang harus diselesaikan masing-masing kelompok.
Dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah ini, guru
mengkaitkan materi yang dipelajari siswa dengan kehidupan nyata yang
dibawa ke dalam kelas. Dengan model pembelajaran ini siswa juga diberikan
pengalaman langsung untuk memecahkan permasalahan yang terjadi di dunia
nyata dengan menerapkan teori yang telah didapatkan.
Dari pengamatan peneliti pada saat proses pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran berbasis masalah, hasil belajar afektif dan
psikomotorik siswa pada kedua kelompok teramati. Penilaian dilakukan
dengan dibantu oleh guru pembimbing dari SMA Negeri 9 Semarang dan
seorang observer dari Universitas Negeri Semarang. Rata-rata hasil belajar
afektif pada kelompok kontrol adalah 59,8. Untuk kelompok eksperimen
mencapai 63,9. Rata-rata hasil belajar psikomotorik kelompok kontrol adalah
31,04, dan kelompok eksperimen rata-rata nilai psikomotorik mencapai 56,28.
Pada persiapan pembelajaran, siswa telah diberitahu mengenai materi yang
akan dibahas, sehingga pada pertemuan berikutnya siswa mempunyai
kesempatan untuk mencari dan mempelajari buku penunjang yang
berhubungan dengan materi tersebut. Selama proses pembelajaran hasil
belajar afektif dan psikomotorik siswa teramati dari kehadiran, keseriusan dan
partisipasi siswa dalam proses pembelajaran yaitu dengan keaktifan siswa
88
dalam mengajukan dan menjawab pertanyaan yang muncul selama
pembelajaran berlangsung. Sehingga siswa dituntut untuk dapat
berkomunikasi secara lisan dengan etika dan sikap yang benar. Pada akhir
pembelajaran hasil belajar afektif dan psikomotorik dapat dilihat dari
kemampuan dan keseriusan siswa dalam memcahkan masalah.
Tiap aspek afektif dan psikomotorik untuk tiap kelompok yang diamati
dinilai, hal ini bertujuan untuk mengetahui aspek mana saja yang paling tinggi
dan aspek mana yang paling rendah.. Pada kelompok kontrol penilaian afektif
aspek kelengkapan catatan dan buku penunjang paling tinggi yaitu 4,119. Hal
ini disebabkan pada kelompok kontrol proses pembelajarannya menggunakan
model konvensional yaitu guru memberikan ceramah dan catatan kepada
siswa sehingga catatan pada kelompok kontrol lebih lengkap. Sedangkan pada
aspek psikomotoriknya nilai rata-rata yang paling tinggi adalah pada aspek
menggali informasi melalui studi pustaka 1,738 siswa mendapatkan informasi
dari buku-buku yang ada. Sikap dalam berkomunikasi secara lisan atau
kemampuan bertanya dan menjawab pertanyaan masih rendah. Rendahnya
kemampuan berkomunikasi secara lisan disebabkan karena siswa hanya
mendengarkan ceramah, mencatat dan mengerjakan soal-soal yang diberikan
guru dan kurangnya komunikasi antara siswa dengan guru dan siswa dengan
siswa pada saat pembelajaran.
Pada kelompok eksperimen, penilaian afektif aspek keaktifan dalam
kegiatan belajar mengajar paling tinggi yaitu 4,024 dan pada penilaian
psikomotorik aspek kecakapan berkomunikasi secara lisan paling tinggi yaitu
89
3,0. Hal ini dikarenakan pada proses pembelajaran berbasis masalah, siswa
dituntut untuk bisa memahami permasalahan yang ada dalam artikel serta
mengkaitkan pengetahuan yang telah di dapat untuk memecahkan
permasalahan yang ada dalam artikel tersebut, hanya mendapat sedikit
ceramah dari guru. Guru mengorientasikan siswa pada masalah, memberikan
intruksi, mengawasi dan membimbing selama proses pembelajaran
berlangsung.
Dari berbagai penjabaran diatas, secara umum menunjukkan bahwa
pembelajaran berbasis masalah sangat berpengaruh terhadap peningkatan hasil
belajar, hal ini dapat diketahui dari rata-rata hasil belajar kelompok
eksperimen yang lebih tinggi daripada kelompok kontrol. Pembelajaran
berbasis masalah dapat menjadi pilihan alternatif model pembelajaran yang
terbukti mampu meningkatkan hasil belajar siswa.
90
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil
simpulan sebagai berikut:
1. Ada perbedaan hasil belajar Geografi pokok bahasan persebaran sumber
daya alam di Indonesia dan pemanfaatannya antara pembelajaran berbasis
masalah dengan pembelajaran konvensional pada siswa kelas XI program
Ilmu Sosial SMA Negeri 9 Semarang. Adapun perbedaannya dapat dilihat
dari hasil penelitian terdapat perbedaan rata-rata nilai posttes antara
kelompok kontrol dan eksperimen. Pada kelompok eksperimen rata-rata
sebesar 77,62 dan pada kelas kontrol nilai rata-ratanya 74,67. Berdasarkan
hasil perhitungan dengan statistik uji-t untuk uji perbedaan dua rata-rata
didapat thitung (2,522) > ttabel (1,66) dengan dk 82 dan taraf signifikan 5%
yang artinya ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar kelas
kontrol dan eksperimen.
2. Hasil belajar Geografi pada siswa yang diajar menggunakan pembelajaran
berbasis masalah nilai rata-rata kelasnya lebih baik yaitu 77,62 daripada
nilai rata-rata kelas yang diajar dengan pembelajaran konvensional yaitu
74,67.
3. Pembelajaran berbasis masalah mampu memberikan kontribusi terhadap
ketuntasan belajar siswa.
91
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dapat disarankan:
1. Guru diharapkan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah,
karena dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran, sehingga
siswa merasa tertarik untuk mengikuti pelajaran yang pada akhirnya dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Dalam pembelajaran, guru dituntut kreativitasnya agar siswa dapat
melaksanakan pembelajaran dengan baik. Guru perlu melibatkan peran
serta siswa secara langsung dalam pembelajaran.
3. Melalui pembelajaran berbasis masalah siswa diharapkan lebih memahami
permasalahan yang ada dalam kehidupan sehari-hari dan dapat
menghubungkan antara teori yang telah dipelajari di sekolah dengan
masalah nyata yang ada, untuk mendapatkan pemecahannya.
92
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. 2005. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta: Bumi Aksara ................... 2004. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara .................... 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta Bachman, Edmund.2005. Metode Belajar Berpikir Kritis Dan Inovatif. Jakarta:
Prestasi Pustaka Budi, Apik. S. 2005. ‘Pendekatan dan Model Pembelajaran Geografi di Sekolah
Berbasis Kompetensi’ Makalah disajikan dalam Seminar Nasional Model Pembelajaran Geografi Dalam Konteks Era Global, Semarang: Jurusan Geografi FIS-UNNES, 17 Desember 2005
Darsono, Max, dkk. 2000. Belajar Dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Press Gunawan, Totok. 2005. ‘Langkah-langkah Efektif Kualitas Pembelajaran
Geografi di Sekolah dan Perguruan Tinggi’ Makalah disajikan pada Seminar Nasional Model Pembelajaran Geografi Dalam Konteks Era Global, Semarang: Jurusan Geografi FIS-UNNES, 17 Desember 2005
Hadi, Sutrisno. 2004. Metodologi Research Edisi ke-4. Yogyakarta: Andi Henik Sugiyatri. 2005. ‘ Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis dan Hasil
Belajar Siswa SMPN I Tambakromo Kabupaten Pati Melalui Pembelajaran Matematika Berbasis Masalah’. Skripsi. Semarang : FMIPA Universitas Negeri Semarang
Ibrahim, Muslimin. 2000. Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya:
UNESA-University Press IKIP Negeri Singaraja. 2003. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri
Singaraja. Singaraja: Unit Penerbitan Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja
Johnson, B. Elaine. 2007. Contextual Teaching & Learning Menjadikan Kegiatan
Belajar Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna. Terjemahan Ibnu Setiawan. Bandung: Mizan Learning Center (MLC)
Muhibbin, Syah. 2001. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu Mulyasa, E. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Rosda Karya
93
Murdi Hastutu, Nining. 2004. Studi Komparasi Hasil Belajar Antara Pembelajaran Kontekstual Dengan Pembelajaran Konvensional Pada Siswa Kelas 1 Semester 2 SMP Negeri 1 Bawang Banjarnegara Tahun Pelajaran 2003/2004. Skripsi. Semarang : FIS Universitas Negeri Semarang
Nurgiyantoro, dkk. 2002. Statistik Terapan Untuk Penelitian Ilmu-ilmu Sosial.
Yogyakarta: Gajah Mada University Press Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004 (Pertanyaan dan Jawaban). Jakarta: Grasindo Prayitno, Elida. 1983. Motivasi Dalam Belajar. Jakarta: Depdikbud Purwanto, Ngalim. 2006. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana Pranada Media Group Siskandar. 2002. Pemantapan Pelaksanaan Kurikulum Pendidikan Geografi SD,
SLTP, SLTA Dalam Rangka Menyongsong Kurikulum 2004, Makalah Disajikan dalam SEMLOK Nasional, Jurusan Geografi FIS UNNES 20 Maret 2002
Sudaryo. 1990. Strategi Belajar Mengajar. Semarang: IKIP Press Semarang Sudjana, dkk. 1996. Metode Statistika. Bandung: Tarsito Sudjana, Nana. 2004. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya Suharyono. 2005. ‘Model Pembelajaran Geografi Dalam Konteks Era Global’.
Makalah disajikan pada Seminar Nasional, Semarang: Jurusan Geografi FIS-UNNES, 17 Desember 2005
Suherman, Erman dan Yaya Sukjaya. K. 1990. Petunjuk Praktis Untuk
Melaksanakan Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: Wijayakusuma Sumaatmadja, Nursid. 1997. Metodologi Pengajaran Geografi. Jakarta: Bumi
Aksara Wardiyatmoko, K. 2004. Geografi SMA Untuk Kelas XI Program Ilmu Sosial.
Jakarta: Erlangga
94
Widhy H, Purwanti. 2005. Pemanfaatan CD Interaktif Pada Pendekatan Pakem Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMA Materi Pokok Hidrokarbon. Skripsi. Semarang : FMIPA Universitas Negeri Semarang
Zaini, Hesyam. 2002. Strategi Pembelajaran Aktif Di Perguruan Tinggi.
Yogyakarta : CTSD