documentdm

9
3.2 Hubungan Diabetes Mellitus Dengan Perawatan Di Kedokteran Gigi Untuk menentukkan macam perawatan di kedokteran gigi, sudah semestinya dokter gigi melakukan anamnesa dan pemeriksaan lain guna menunjang diagnosa serta macam perawatan yang akan dilakukan. Diabetes mellitus terkadang menyusahkan para dokter gigi untuk melakukan suatu pencabutan maupun pembedahan. Hanya pasien diabetes mellitus terkontrol yang dapat dilakukan tindakan pembedahan dentoalveolar. Untuk itu perlu konsultasi dan bekerja sama dengan dokter umum yang merawatnya. Sebaiknya kadar gula darah penderita diturunkan sampai batas tertentu sehingga komplikasi post tindakan dapat di minimalisasi. Ekstrasi gigi pada pasien dengan kelainan penyakit sistemik membutuhkan pertimbangan yang serius dari beberapa aspek tindakan dan reaksi. Pasien dengan penyakit diabetes mellitus memiliki resiko lebih tinggi dalam ekstrasi gigi. Penderita juvenile diabetes dengan ketergantungan insulin khususnya, lebih mudah kehilangan kontrol di samping itu, mereka sering memperlihatkan fluktuasi kadar gula darah yang besar. Perawatan khusus dibutuhkan di sini. Disamping itu, kerjasama dengan dokter, konsultan atau rumah sakit adalah mutlak perlu. Hal ini juga perlu bagi persiapan sebelum operasi dan perawatan setelah operasi. Dokter umum atau konsultan harus dihubungi mengenai kemungkinan pasien perlu dirawat di rumah sakit. Pada dasarnya resiko operasi pembedahan terletak pada kemungkinan hilangnya kontrol metabolisme yang diakibatkan dari krisis hiperglikemik atau hipoglikemik, terhadap meningkatnya kecenderungan perdarahan dan timbulnya masalah-masalah penyembuhan luka. Penyebab potensial dari hilangnya pengendalian metabolik adalah stress, anestesi lokal, terutama jika disuntikan preparat yang mengandung adrenalin, pengobatan setelah operasi, perubahan dan sebelum dan sesudah operasi pada diet/makanan dan perubahan pada terapi dengan obat-obatan. Jika direncanakan pencabutan gigi molar ketiga, harus ditekankan pada pasien sewaktu ia diberitahu mengenai hari operasi, bahwa ia hendaknya tidak merubah pengobatan dan dietnya serta yang terpenting tidak

Upload: rifqizafril

Post on 29-Dec-2015

5 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: DocumentDM

3.2 Hubungan Diabetes Mellitus Dengan Perawatan Di Kedokteran Gigi

Untuk menentukkan macam perawatan di kedokteran gigi, sudah semestinya dokter gigi

melakukan anamnesa dan pemeriksaan lain guna menunjang diagnosa serta macam perawatan

yang akan dilakukan. Diabetes mellitus terkadang menyusahkan para dokter gigi untuk

melakukan suatu pencabutan maupun pembedahan. Hanya pasien diabetes mellitus terkontrol

yang dapat dilakukan tindakan pembedahan dentoalveolar. Untuk itu perlu konsultasi dan

bekerja sama dengan dokter umum yang merawatnya. Sebaiknya kadar gula darah penderita

diturunkan sampai batas tertentu sehingga komplikasi post tindakan dapat di

minimalisasi. Ekstrasi gigi pada pasien dengan kelainan penyakit sistemik membutuhkan

pertimbangan yang serius dari beberapa aspek tindakan dan reaksi. Pasien dengan penyakit

diabetes mellitus memiliki resiko lebih tinggi dalam ekstrasi gigi.

Penderita juvenile diabetes dengan ketergantungan insulin khususnya, lebih mudah

kehilangan kontrol di samping itu, mereka sering memperlihatkan fluktuasi kadar gula darah

yang besar. Perawatan khusus dibutuhkan di sini. Disamping itu, kerjasama dengan dokter,

konsultan atau rumah sakit adalah mutlak perlu. Hal ini juga perlu bagi persiapan sebelum

operasi dan perawatan setelah operasi. Dokter umum atau konsultan harus dihubungi mengenai

kemungkinan pasien perlu dirawat di rumah sakit.

Pada dasarnya resiko operasi pembedahan terletak pada kemungkinan hilangnya kontrol

metabolisme yang diakibatkan dari krisis hiperglikemik atau hipoglikemik, terhadap

meningkatnya kecenderungan perdarahan dan timbulnya masalah-masalah penyembuhan luka.

Penyebab potensial dari hilangnya pengendalian metabolik adalah stress, anestesi lokal, terutama

jika disuntikan preparat yang mengandung adrenalin, pengobatan setelah operasi, perubahan dan

sebelum dan sesudah operasi pada diet/makanan dan perubahan pada terapi dengan obat-obatan.

Jika direncanakan pencabutan gigi molar ketiga, harus ditekankan pada pasien sewaktu ia

diberitahu mengenai hari operasi, bahwa ia hendaknya tidak merubah pengobatan dan dietnya

serta yang terpenting tidak datang pada hari operasi dengan perut kosong. Banyak ahli

menganggap bahwa pasien perlu puasa walaupun untuk operasidengan anestesi lokal. Bagi

penderiata diabetes yang tergantung insulin, kurangnya makanan tentunya akan menimbulkan

krisis hipoglikemik.

Dengan digunakannya anestesi lokal, maka harus diperhatikan bahwa adrenalin yang

disuntikkan bersifat antagonistik terhadap insulin dan oleh karenanya tidak boleh digunakan

pada penderita diabetes. Dianjurkan penggunaan anestesi lokal tanpa penambahan

vasokonstriktor. Pada pembedahan dentoalveolar yang dilakukan pada pasien diabetes type I

terkontrol harus mendapatkan pemberian insulin seperti biasanya dilakukan sebelum

pembedahan dan makan karbohidrat yang cukup. Sedangkan pasien diabetes type II,

Page 2: DocumentDM

pembedahan dentoalveolar dengan menggunakan anestesi lokal biasanya tidak memerlukan

tambahan insulin atau hipoglikemik oral.

Pembekuan darah pada penderita diabetes mellitus, baik yang IDDM maupun NIDDM

sedikit terganggu. Artinya cloating timependerita tidak seperti orang non-

diabetes. Kecenderungan perdarahan yang meningkat dapat dihubungkan dengan vasopati dan

infeksi yang sering kambuh kembali pada mukosa mulut. Perdarahan selama atau setelah operasi,

biasanya dapat dikendalikan melalui perawatan lokal. Meningkatnya insiden infeksi disebabkan

oleh terganggunya produksi antibodi yang diakibatkan karena kurangnya glikogen; vasopati

adalah faktor yang lain. Infeksi yang tidak berbahaya juga dapat mempengaruhi kebutuhan

insulin.

Selain prosedur pembedahan konservatif dan drainase luka, perlu dipertimbangkan

perlunya terapi antibiotika profilaktik. Diabetes yang terkontrol dengan baik tidak memerlukan

terapi antibiotik profilaktik untuk pembedahan rongga mulut, namun penderita diabetes yang

tidak terkontrol akan mengalami penyembuhan lebih lambat dan cenderung mengalami infeksi,

sehingga memerlukan pemberian antibiotik profilaktik.

Dengan adanya fluktuasi yang nyata dari kadar gula darah, kehilangan kesadaran yang

tiba-tiba dapat terjadi, pada kasus ini diperlukan penyuntikan intravena (40-80 ml) larutan

glukosa 40%. Perawatan ini tepat untuk syok hipoglikemik dan tidak akan mempunyai pengaruh

yang merugikan pada kasus koma hiperglikemik. Biasanya ketoasidosis atau koma hiperglikemik

berkembang setelah beberapa hari. Untuk mengatasi ketoasidosis perlu pemberian insulin dan

cairan. Hal tersebut sebaiknya dilakukan di rumah sakit ( pasien rawat inap ).

Kegoyahan gigi disebabkan karena meningkatnya penyakit pada jaringan periodontal

yang disertai dengan adanya kerusakan pada jaringan periodontal tersebut. Diabetes mellitus

(DM) merupakan faktor predisposisi terhadap timbulnya infeksi. Di dalam mulut DM dapat

meningkatkan jumlah bakteri sehingga menyebabklan adanya kelainan pada jaringan

periodontal, dan bila berlanjut dapat menyebabkan gigi menjadi goyah, tapi pada penderita DM

yang terkontrol dengan baik akan menyebabkan penurunan terjadinya infeksi. Sehubungan

dengan hal tersebut, perlu dilakukan penelitian yang bertujuan untuk menentukan menurunnya

derajat kegoyahan gigi pada penderita DM yang terkontrol kader glukosa darahnya.

http://digilib.ekologi.litbang.depkes.go.id/go.php?id=jkpkbppk-gdl-res-2002-made-2285-

kadar

Pada penderita diabetes dapat terjadi xerostomia akibat penurunan sekresi air ludah

karena diuresis. Penurunan sekresi ini terutama dari kelenjar parotis cenderung membuat pH

menurun. Di samping itu terjadi kenaikan kadar glukosa cairan mulut yang akan dimetabolisme

oleh bakteri mulut menjadi asam. Kondisi ini juga menurunkan pH air ludah, karena pH air ludah

dipengaruhi oleh kapasitas buffer yang terutama dipengaruhi kecepatan sekresi ludah parotis.

Page 3: DocumentDM

Sehingga jika sekresi parotis menurun maka kapasitas buffer pun menurun dan pH-pun ikut

menurun. Penurunan pH ini juga terjadi karena peningkatan konsentrasi glukosa darah diikuti

peningkatan konsentrasi glukosa dalam ludah kelenjar parotis, glukosa dalam ludah ini akan

dimetabolisme oleh bakteri mulut dan menghasilkan asam.

Di lain pihak, pada penderita diabetes melitus juga terjadi mikroangiopati yang

menyebabkan kerusakan pembuluh darah kecil sehingga terjadi ekstravasasi sel-sel darah,

protein dan plasma yang terjadi juga di pembuluh darah di mulut; protein tersebut akan

dimetabolisme oleh bakteri mulut menghasilkan basa. Pada penderita diabetes juga terjadi

peningkatan kandidiasis mulut yang menghasilkan produk peragian bersifat asam. Sedangkan pH

optimum untuk tumbuhnya jamur.

Meskipun pH saliva cenderung turun tapi insidensi karies pada penderita diabetes Melitus

tidak meningkat dibandingkan dengan kontrol nondiabetes, sebaliknya terjadi peningkatan

penyakit periodontal, yang biasanya berawal dari terbentuknya kristal patologis dan karang gigi

yang sering terjadi karena peningkatan pH air ludah, ditambah dengan mikroangiopati diabetik

yang mengenai pembuluh darah di jaringan periodontal . Mikroangiopati diabetik ini

menyebabkan endotel rusak, adhesi-agregasi trombosit membentuk mikrotrombus, proliferasi

otot polos, penebalan membrana basalis, metabolisme kolagen, dan penumpukan lipoprotein. Hal

ini mengganggu difusi oksigen dan nutrisi jaringan serta menurunkan daya tahan tubuh terhadap

kuman sehingga jaringan periodontium rentan terhadap penyakit.

Perawatan Bedah Mulut

Ekstrasi gigi pada pasien dengan kelainan penyakit sistemik membutuhkan pertimbangan

yang serius dari beberapa aspek tindakan dan reaksi. Pasien dengan penyakit diabetes mellitus

memiliki resiko lebih tinggi dalam ekstrasi gigi. Pembekuan darah pada penderita diabetes

mellitus, baik yang IDDM maupun NIDDM sedikit terganggu. Artinya cloating time penderita

tidak seperti orang non diabetes.

Salah satu komplikasi akut diabetes mellitus adalah koma hiperosmoler non ketotik.

Penyakit ini disebabkan tingginya kadar gula darah melebihi 600 mg% yang mengakibatkan

pasien mudah shock. Setelah parastesi, ekstrasi perlu diikuti dengan tampon selama 30 menit.

Hal ini dilakukan agar bleeding dapat teratasi. Dilakukan penambahan insulin guna mencegah

terjadinya shock

Pada tindakan pembedahan, terdapat sedikit perbedaan antara penderita diabetes mellitus

tipe 1 dan tipe 2. Pada penderita diabetes mellitus tipe 1, sebelum dilakukan pembedahan harus

dilakukan terapi insulin, dengan memberikan suntikan insulin karena jumlah insulinnya tidak

mencukupi kebutuhan. Sedangkan pada tipe 2, tidak perlu diberikan suntikan insulin. Selain itu,

pada pemberian anastesi lokal harus dihindarkan dari bahan vasokontriktor karena mengandung

adrenalin yang dapat meningkatkan glukosa dalam darah.

Page 4: DocumentDM

Secara umum, penderita diabetes mellitus perlu perawatan kesehatan mulut yang teratur

dan sering sebab penderita diabetes mellitus lebih peka terhadap infeksi. Hal ini disebabkan

antara lain karena imunitas selular dan hormonal penderita diabetes mellitus menurun; fungsi

leukosit terganggu; dan kadar gula dalam darah tinggi. Perawatan kedokteran gigi yang

dilakukan pada penderita diabetes melitus baik IDDM maupun NIDDM secara umum sama.

Karena sebenarnya pada diabetes mellitus terjadi gangguan pada insulinnya.

Manifestasi rongga mulut pada penderita diabetes antara lain: penyakit gusi yang

semakin luas, gingivitis, kandidiasis, liken planus, periodontitis, kehilangan gigi, luka sulit

sembuh, infeksi dan penyakit mulut gigi, karies, sakit pada lidah, mulut kering/xerostomia, mulut

terasa terbakar, disfungsi pada pengecapan.

Diabetes Mellitus (DM) merupakan faktor predisposisi terhadap timbulnya infeksi. Di

dalam mulut DM dapat meningkatkan jumlah bakteri sehingga menyebabkan adanya kelainan

pada jaringan periodontal, dan bila berlanjut dapat menyebabkan gigi menjadi goyah.

Pasien dengan penyakit diabetes, resiko terinfeksi jaringan periodontal semakin besar

bahkan mencapai 2-4 kali daripada pasien non-diabetes. Infeksi periodontal kronis menyebabkan

inflamasi sistemik yang nantinya meningkatkan resistensi insulin dan hiperglikemia. Resistensi

insulin menghambat kontrol glikemia secara optimal dan meningkatkan resiko penyakit jantung.

Penyakit diabetes yang dapat menjadi penyebab utama lesi ginggiva, xerostomia, hipereami

mukosa, palatum dan lidah terasa kering/terbakar, hilangnya papilla lidah dan masalah

vaskularisasi dini.

Untuk mengantisipasi hal diatas, perlu direkomendasikan menggosok gigi dengan pasta

yang mengandung triclosan/copolymerminimal dua kali sehari serta test HbA1c minimal tiga

bulan sekali.

Ekstraksi gigi pada pasien dengan kelainan penyakit sistemik membutuhkan

pertimbangan yang serius dari beberapa aspek tindakan dan reaksi. Pasien dengan penyakit

diabetes mellitus memiliki resiko lebih tinggi dalam ekstraksi gigi. Pembekuan darah pada

penderita diabetes mellitus, baik yang IDDM ataupun yang NIIDM sedikit terganggu. Artinya

cloating time penderita tidak seperti orang non-diabetes. Salah satu komplikasi akut diabetes

mellitus adalah koma hiperosmoler non ketotik. Panyakit ini disebabkan tingginya kadar gula

darah melebihi 600 mg% yang mengakibatkan pasien mudah syok.

Pada tindakan pembedahan, perlu penangan khusus bagi penderita Diabetes Mellitus.

Terdapat sedikit perbedaan antara penderita DM tipe 1 dan tipe 2. Pada penderita DM tipe 1,

sebelum dilakukan pembedahan harus dilakukan terapi insulin, dengan memberikan suntikan

insulin karena jumlah insulinnya tidak mencukupi kebutuhan. Sedangkan pada DM tipe 2, tidak

perlu diberikan suntikan insulin. Selain itu, pada pemberian anastesi lokal, penderita DM harus

dihindarkan dari bahan vasokonstriktor karena mengandung adrenalin yang dapat meningkatkan

Page 5: DocumentDM

glukosa dalam darah. Sedangkan pada pemberian anestesi umum pada pembedahan besar maka

efek obat ini akan mempengaruhi keadaan metabolik. Hal ini dikarenakan obat-obat anestesi

yang digunakan dalam pembedahan dapat menaikkan kadar gula dalam darah karena obat

tersebut langsung menekan sel beta pankreas melalui pelepasan katekolamin yang menyebabkan

berkurangnya produksi insulin.

Apabila dilakukan penanganan sesuai instruksi diatas, maka kemungkinan besar

penderita DM tidak mengalami masalah dalam ekstraksi gigi seperti syok anafilaktis, bleeding

yang berlebihan, dan sebagainya.

Penyakit sistemik seperti diabetes mellitus dapat menghambat dilakukannya perawatan

prostodonsia. Penyakit kronis yang serius dapat menurunkan adaptibilitas dan fisiologis dan

psikiologis. Pada penderita diabetes mellitus, biasanya pasien enggan kembali ke untuk kontrol

sebab tidak percaya diri terhadap bau nafas yang khas. Hal ini dapat menghambat pengamatan

perkembangan pertumbuhan yang terjadi. Apabila hal ini terjadi, maka disinilah peran psikologis

dokter gigi. Dokter gigi harus bisa membuat pasien percaya diri (confident maker)dan memberi

keyakinan kepada pasien bahwa perawatan yang akan atau sedang dijalani akan berhasil.

Selain itu, xerostomia yang merupakan gejala diabetes mellitus juga dapat menghambat

retensi pesawat ortodonsia dengan menghambat daya adhesi antara basis gigi tiruan lepasan

dengan mukosa mulut dan daya kohesi cairan saliva. Untuk mengatasi masalah itu, perlu

dihindari penggunaan bahan cetak plaster sebab bahan ini mengabsropsi kelembaban rongga

mulut

Penderita DM pada perawatan orto, misalnya dalam pemakaian alat orto (kawat) dapat

menyebabkan gingivitis. Pada penderita DM terdapat kecenderungan gigi goyang. Hal ini

merupakan salah satu kontraindikasi pemerataan gigi, karena dengan adanya pemakaian kawat,

akan menghasilkan tekanan yang terlalu besar pada gigi, sehingga gigi goyang yang akhirnya

akan menyebabkan gigi tanggal. Untuk menghindari masalah yang lebih serius ini, penderita

diabetes mellitus dalam perawatan ortodonsi diharapkan kontrol secara intensif dan berkala

kepada ahli ortodonsi.

Pada penderita diabetes juga terjadi gangguan pada sekresi saliva. Pada pasien diabetes

sering mengalami xerostomia atau mulut kering sehingga dapat memicu terjadinya karies. Saliva

dalam rongga mulut sangat bermanfaat dalam membasahi rongga mulut. Sehingga keadaan ini

memicu pertumbuhan bakteri S. Mutans yang nantinya akan berakibat pada terbentuknya karies.

Penderita diabetes sangatlah riskan terhadap karies dibandingkan dengan non-diabetes.

Pada penderita diabetes secara umum dapat dilihat secara klinis yaitu pada gusi pasien

sering berdarah apabila terkena trauma walaupun itu kecil seperti dalam penggunaan sikat gigi.

Selain itu penderita diabetes sering mengalami kandidiasis karena kebanyakan pada penderita

Page 6: DocumentDM

diabetes keadaan rongga mulutnya jelek sehingga banyak tumbuh bakteri dan jamur terutama

Candida Sp.

Prognosis pasien penderita diabetes mellitus akan baik apabila ditunjang dengan

perawatan lebih lanjut yang baik pula. Setelah perawatan utama selesai, penderita masih harus

menjaga dan merawatnya. Penderita harus menjaga oral hygiene agar tetap baik. Hal ini dapat

dilakukan dengan menggosok gigi minimal dua kali, setelah makan pagi dan sebelum tidur;

membersihkan lidah dengan tongue cleaners; penggunaan bahan anti jamur seperti fungatin dan

sebagainya.

3.3 Hubungan Obat Antidibetik Dengan Perawatan Di Kedokteran Gigi

Pengaruh obat antidiabetik terhadap rongga mulut dalam semua bidang kedokteran gigi

(jaringan periodontal, oral medicine, konservasi gigi, bedah mulut, orthodonsi, prostodonsi)

sebenarnya hampir sama. Hal ini disebabkan karena obat antidiabetik memiliki cara kerja yang

relatif sama, yaitu merangsang atau menambahkan insulin dan menghambat glukoneogenesis.

Perlu diingat bahwa penderita diabetes mellitus lebih peka terhadap infeksi. Hal ini disebabkan

antara lain karena imunitas selular dan hormonal penderita diabetes mellitus menurun; fungsi

leukosit terganggu; dan kadar gula dalam darah tinggi. Efek insulin adalah menurunkan kadar

gula darah. Dengan begitu, tubuh penderita diabetes mellitus sudah tidak begitu peka terhadap

infeksi. Sehingga penyakit-penyakit yang telah tersebut diatas dapat terhindari atau setidaknya

dapat terkurangi insidensinya.

KESIMPULANDari pembahasan diatas dapat diambil kesimpulan, yaitu :

o Diabetes mellitus terjadi sebagai akibat absolute atau relatif defisiensi insulin yang

mengakibatkan kegagalan metabolism glukosa

o Penderita diabetes dapat digolongkan menjadi 2, yaitu : Diabetes mellitus type I ( IDDM,

juvenile, ketotik, brittle ) dan Diabetes mellitus type II ( NIDDM, maturity onset,

diabetes dewasa, stabil )

o Pasien dengan penyakit diabetes mellitus memiliki resiko lebih tinggi dalam ekstrasi gigi.

o Obat anti diabetik menyebabkan penambahan insulin sehingga penderita terhindar dari

infeksi karena kadar gula dalam darah menurun.

Page 7: DocumentDM