dm tipe 2
TRANSCRIPT
Price, A. S dan Wilson, M. L. 1995.
Patofisiologi Konsep Klinik Proses-proses Penyakit Edisi IV . Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Agen Antidiabetik Oral
Empat kategori agen antidiabetik oral sulfonylurea, biguanide, thiazolidinedione, dan
penghambat glucosidase-alfa..
Hasil penelitian menunjukkan obat antidiabetik yang sering digunakan oleh penderita
diabetes tipe 2 adalah golongan sulfonilurea yaitu glikazid 33%, glikuidon 5%, glibenklamid
30%, tolbutamid 2%, kloporpamid 1%, dan glimeperidin 5%. Golongan biguanid yaitu
metformin 14%, golongan akarbosa 2%, golongan meglitinid yaitu repaglinid 3%, dan insulin
6%. (http://www.wikipedia.com)
Farmakologi Obat Antidiabetik
Indikasi terapi Insulin :
Ketoasidosis diabetik
Diabetes dengan berat badan kurang
Diabetes yang mengalami stres (infeksi, operasi,dll)
Diabetes gestasional
Diabetes type 1
Kegagalan terapi oral
Seseorang perlu insulin jika mereka menderita DM, baik tipe I atau tipe II dan obat
antidiabetik oral sudah tidak mampu lagi mengontrol gula darah.
Tanpa atau dengan sedikit insulin, gula dalam darah tidak mampu memasuki sel-sel
untuk digunakan sebagai energi. Dengan begitu, kadar gula dalam darah meningkat diatas
kadar normal. Ketika kadar gula meningkat sampai 180 ml/dL, maka ginjal akan melepas
gula. Akan tetapi hal ini akan menyebabkan dehidrasi. Apabila dehidrasi sudah terjadi, ginjal
akan mengurangi produksi urine sehingga tubuh tidak dapat lagi membuang kadar gula. Akan
tetapi minum yang banyak dapat mencegah terjadinya dehidrasi sehingga tubuh masih
mampu melepaskan kadar gula dalam darah. Hal seperti ini akan terjadi jika kadar gula dalam
darah menigkat.
Pemakaian insulin dapat mencegah gejala kadar gula darah tinggi dan kedaruratan
seperti ketoasidosis pada penderita tipe I dan hiperosmolar pada penderita tipe II.
Agen antidiabetik oral adalah sebagai berikut:
a. Sulfonylurea
Mekanisme kerja: kerja utama sulfonylurea adalah meningkatkan pruduksi
insulin dari pankreas. Diduga terdapat dua mekanisme kerja tambahan yaitu
suatu penurunan kadar glukagon serum dan suatu efek ekstrapankreatik
dengan mengadakan efek potensiasi terhadap kerja insulin pada jaringan
sasaran.
Kegagaln sekunder dan takifilaksis terhadap sulfonylurea
Kegagalan sekunder yaitu gagal mempertahankan respon yang baik pada
terapi sulfonylurea dalam jangka panjang yang merupakan masalah yang
menyedihkan pada pengelolaan diabetes tipe 2.
Sulfonylurea dibagi menjadi dua, yaitu sulfonylurea generasi pertama dan
sulfonylurea generasi kedua. Sulfonylurea generasi pertama meliputi:
Tolbutamide
Diabsorpsi dengan baik tetapi cepat dimetabolisme dalam hati. Masa
kerjanya relatif singkat dengan waktu paruh eliminasi 4 – 5 jam dan karena
itu merupakan sulfonylurea yang paling aman digunakan untuk pasien
diabetes berusia lanjut.
Chlorpropamide
Memiliki waktu paruh 32 jam dan dimetabolisme dengan lambat di dalam
hati menjadi produk yang masih mempertahankan beberapa aktivitas
biologisnya. Sekitar 20 – 30 % diekskresi dalam bentuk tidak berubah di
dalam urine. Kontraindikasi pada pasien dengan insufisiensi hati atau
ginjal. Pasien dengan suatu predisposisi genetis yang menggunakan
chlorpropamide mungkin mengalami suatu hyperemic flush (kemerahan
akibat hiperemi) apabila mengkonsumsi alkohol. Hiponatremia dilusi
diketahui sebagai suatu komplikasi terapi chlorpropamide pada beberapa
pasien. Keadaan tersebut diduga disebabkan baik oleh stimulasi sekresi
vasopresin dan potensiasi kerjanya oleh chlorpropamide pada tubulus
ginjal. Efek antidiuretik diduga tidak bergantung pada bagian dari struktur
sulfonylurea. Toksisitas hematologik (leukopenia sementara,
trombositopenia) terjadi pada kurang dari 1 % pasien.
Tolazamide
Sebanding dengan chlorpropamide dalam kekuatan tetapi masa kerjanya
lebih pendek, meyerupai masa kerja acetohexamide. Lebih lambat
diabsorpsi dibandingkan dengan sulfonylurea lainnya dan efeknya pada
glukosa darah tidak segera tampak dalam beberapa jam. Waktu paruhnya
sekitar 7 jam dan dimetabolisme menjadi beberapa senyawa yang
mempertahankan efek hipoglikemiknya.
Sedangkan sulfonylurea generasi kedua adalah sebagai berikut:
Gliburide
Dimetabolisme dalam hati menjadi produk dengan aktivitas hipoglikemik
yang sangat rendah. Efek biologis gliburide jelas bertahan selama 24 jam
setelah pemberian satu dosis tunggal yang diberikan pada pagi hari pada
pasien diabetes. Gliburide tidak menyebabkan retensi air (seperti yang
terjadi pada chlorpropamide) tetapi sedikit meningkatkan klirens air bebas.
Kontraindikasi pada kerusakan hati dan pada pasien dengan insufisiensi
ginjal.
Glipizide
Memiliki waktu paruh yang paling pendek (2 – 4 jam) dari agen yang lebih
kuat. Karena waktu paruhnya lebih pendek, maka glipizide cenderung
hampir tidak menyebabkan hipoglikemia yang parah dibandingkan dengan
gliburide. Paling sedikit 90 % glipizide dimetabolisme dalam hati menjadi
produk yang tidak aktif dan 10 % diekskresi tanpa perubahan di dalam
urine. Oleh karena itu, obat ini kontraindikasi pada pasien dengan
gangguan hati atau ginjal yang mempunyai resiko tinggi untuk terjadi
hipoglikemia.
Glimepiride
Dapat mencapai penurunan glukosa darah dengan dosis paling rendah dari
semua senyawa sulfonylurea. Memiliki masa kerja yang panjang dengan
waktu paruh 5 jam.dimetabolisme secara lengkap oleh hati menjadi produk
yang tidak aktif.
b. Meglitinide
Merupakan suatu golongan sekretagog insulin yang baru. Obat ini memodulasi
rilis insulin sel dengan megatur aliran keluar kalium melalui kanal kalium.
Meglitinide tidak mempunyai efek langsung pada eksositosis insulin.
c. Biguanide
Kerjanya untuk menurunkan glukosa darah tidak tergantung pada adnya fungsi
pankreatik sel-sel . Glukosan tidak menurun pada subjek normal setelah puasa
satu malam, tetapi kadar glukosa darah pasca-prandial menurun selama pemberian
biguanide. Agen tersebut lebih tepat disebut sebagai “euglikemik” daripada
sebagai agen-agen hipoglikemik. Mekanisme kerja yang diusulkan baru-baru ini
meliputi: (1) stimulasi glikolisis secara langsung dalam jaringan dengan
peningkatan eliminasi glukosa dari darah; (2) penurunan glukoneogenesis
hati; (3) melambatkan absorpsi glukosa dari saluran cerna dengan
peningkatan perubahan glukosa menjadi laktat oleh enterosit; (4) penurunan
kadar glucagon plasma.
Biguanide paling sering diresepkan pada pasien dengan obesitas yang refrakter
yang hiperglikeminya disebakan oleh kerja insulin yang tidak efektif yaitu
“sindroma resistensi insulin”. Kontraindikasi pada pasien dengan penyakit ginjal,
alkoholisme, penyakit hati, atau predisposisi untuk terjadinya anoksia jaringan
(misalnya, disfungsi kardiopulmoner kronis) karena peningkatan resiko asidosis
laktat yang diinduksi oleh obat biguanide dengan adanya penyakit tersebut.
d. Tiazolidinedione
Merupakan suatu golongan obat antidiabetes oral yang baru-baru ini dikenalkan
yang meningkatkan sensitivitas insulin terhadap jaringan sasaran. Mekanisme
kerja masih belum diketahui, tetapi diduga memiliki aktivitas menyerupai
(mimetik) insulin pasca reseptor yang akut seperti pula efek kronis pada
transkripsi gen yang termasuk dengan metabolisme glukosa dan lemak yang
dimediasi melalui peroxisme proliferator-activator receptor-gamma nuclear
receptor. Kerja utama mereka adalah untuk menmgurangi resistensi insulin
dengan meningkatkan ambilan glukosa dan metabolisme dalam otot dan jaringan
adipose. Agen tersebut juga menahan glukoneogenesis di hati dan memberikan
efek tambahan pada metabolisme lemak, steroidogenesis di ovarium, tekanan
darah sistemik, dan sistem fibrinolitik. Terapi tizolidinedione dihubungkan dengan
penurunan massa lemak viseral dan peningkatan perkembangan adiposit kecil
perifer.
e. Penghambat glukosidase-alfa
Acarbose dan miglitol merupakan penghambat kompetitif glukosidase- usus dan
memodulasi pencernaan pasca pranduial dan absorpsi zat tepung dan disakarida.
Akibat klinis pada hambatan enzim adalah untuk meminimalkan pencernaan pada
usus bagian atas dan menunda pencernaan (dan juga absorpsi) zat tepung dan
disakarida yang masuk pada usus kecil bagian distal, sehingga menurunkan
glikemik setelah makan sebanyak 45 – 60 mg/dL dan menciptakan suatu efek
hemat insulin. Baik acarbose dan miglitol diberika dalam dosis 25 – 100 mg
segera sebelum suapan pertama setiap waktu makan, tetapi seyogyanya dimulai
dengan dosis paling rendah dan ditingkatkan secara perlahan. Efek tidak
diinginkan termasuk flatulensi, diare, dan rasa nyeri abdominal, dan akibat dari
karbohidrat yang tidak diserap di dalam kolon yang kemudian difermentasi
menjadi asam lemak rantai pendek dengan merilis gas. Baik miglitol dan acarbose
diabsorpsi dari usus, medikasi tersebut seyogyanya tidak diresepkan bagi individu
dengan gangguan ginjal. Acarbose dihubungkan dengan peningkatan enzim hati
yang reversibel dan seyogyanya digunakan dengan hati-hati pada penderita
penyakit hati.
Dalam penanggulangan diabetes, obat hanya merpakan pelengkap dari diet. Obat
hanya perlu diberikan, bila pengaturan diet secara maksimal tidak berhasil mengendalikan
kadar gula darah. Penurunan berat badan merupakan tindakan yang sangat penting dalam
pengendalian dibetes. Usaha penurunan berat badan harus dilakukan secara intensif terlepas
dari obat apa yang diberikan. Pada saat ini insulin dianggap lebih baik dari pada antidiabetik
oral karena dapat mengedalikan gula darah lebih baik.
Glucophage Oral / Metformin Oral
Metformin sebenarnya dapat menyebabkan asidosis. Hentikan pemakaian Metformin
apabila terjadi gejala asidosis seperti : tubuh lemas, nyeri otot, sering mengantuk, sulit
bernafas, detak jantung tidak teratur.
Efek samping
Sebagain besar orang yang mengkonsumsi obat ini, tidak merasakan adanya efek
samping. Namun, sebenarnya ada efek samping dai obat ini, antara lain,diare, kekakuan
perut, nausea, dan kadang mulut terasa logam ketika pemakaian pertama. Apabila efek
samping tersebut lebih semakin parah, segera hentikan pemakaian obat ini. Sakit perut dapat
dijdikan sebagai gejala awal asidosis. Obat ini tidak selalu menyebabkan hipoglikemia. Efek
samping lain diantaranya demam, pandangan kabur, mudah pingsan, gatal-gatal pada tangan
atau kaki. Sebelum mengkonsumsi obat ini, perlu diperhatikan apabila penderita memiliki
penyakit-penyakit di bawah ini :
kidney disease
liver disease
conditions that may cause a low level of oxygen in the blood or poor circulation (e.g.,
severe congestive heart failure, recent heart attack, recent stroke)
metabolic acidosis (e.g., diabetic ketoacidosis)
serious infection
severe loss of body fluids (dehydration)
Berikut hal-hal yang dapat mempengaruhi efek kerja obat Metformin ini :
adrenal/pituitary gland problems
severe breathing problems (e.g., obstructive lung disease, severe asthma)
blood problems (e.g., anemia, vitamin B12 deficiency)
fertility problems (e.g., ovulation problems)
pengguna alkohol
penderita diabetes mellitus lebih peka terhadap infeksi. Hal ini disebabkan antara lain
karena imunitas selular dan hormonal penderita diabetes mellitus menurun; fungsi leukosit
terganggu; dan kadar gula dalam darah tinggi.
Diabetes Mellitus (DM) merupakan faktor predisposisi terhadap timbulnya infeksi..
Resistensi insulin menghambat kontrol glikemia.
Satu-satunya golongan biguanida yang masih dipergunakan sebagai obat antidiabetesoral. Metformin dapat digunakan bersama dengan insulin atau senyawa sulfonilurea lainnya.Sebagian besar penderita diabetes yang gagal diobati dengan sulfonilurea umumnya dapatditolong dengan biguanida. Antidiabetik oral golongan biguanida mempunyai mekanismekerja yang berbeda dengan golongan sulfonilurea. Obat-obat ini bekerja menurunkan kadar glukosa darah tidak melalui perangsangan sekresi insulin, melainkan langsung pada hati(hepar), yaitu menurunkan produksi glukosa hati dengan jalan menurunkan kecepatanglikogenolisis dan glukoneogenesis. Disamping itu, metformin juga meningkatkan sensivitassel-sel tubuh terhadap insulin dengan jalan
memperbaiki transport dan meningkatkanpenggunaan glukose sel-sel otot dan ekstrahepatik lainnya. Metformin dapat memperbaikiuptake glukosa sampai sebesar 10-40%. Metformin tidak merangsang sekresi insulin, olehsebab itu hanya efektif bila terdapat insulin endogen. Karena tidak merangsang sekresi insulin, senyawa-senyawa biguanida hampir tidak pernah menyebabkan hipoglikemia. Padaorang non-diabetik, pemberian senyawa biguanida tidak menurunkan kadar glukosa darah.Kelebihan metformin dari OHO sulfonilurea adalah tidak menaikkan berat badan, tidak menimbulkan masalah hipoglikemia dan hiperinsulinemia. Penyerapan OH biguanida di ususcukup baik. Ketersediaan hayati absolut pada pemberian 500 mg metformin per oral padakondisi puasa sekitar 50-60%, dan absorpsi akan berkurang dengan meningkatnya dosis yangdiberikan. Makanan dapat menurunkan absorpsi dan memperpanjang waktu absorpsi(konsentrasi puncak dalam plasma menurun sekitar 40%, dan waktu yang diperlukan untuk mencapai konsentrasi puncak bertambah panjang sekitar 35 menit). Berbeda dengan OHOsulfonilurea yang sebagian besar terikat pada protein plasma, metformin hampir tidak adayang terikat pada protein plasma. Metformin terpartisi ke dalam sel-sel darah merah. Padapemberian dosis terapi normal, Konsentrasi plasma steady state metformin tercapai dalam 24-48 jam dan umumnya <1 m g/mL, dengan konsentrasi plasma maksimum tidak lebih dari 5 mg/mL, bahkan pada dosis maksimum. Metformin diekskresikan melalui urin dalam bentuk asal (tak berubah). Renal clearance lebih kurang 3,5 kali lebih besar dari pada creatinineclearance, menunjukkan bahwa sekresi tubular merupakan jalan utama eliminasi metformin.Setelah pemberian per oral, sekitar 90% metformin yang terabsorpsi akan dieliminasi melaluiginjal dalam waktu 24 jam. Waktu paruh eliminasi plasma sekitar 6,2 jam, namun waktuparuh eliminasi darah sekitar 17,6 jamginjal dalam waktu 24 jam. Waktu paruh eliminasiplasma sekitar 6,2 jam, namun waktu paruh eliminasi darah sekitar 17,6 jam. Hal inimenunjukkan bahwa massa sel-sel darah merah kemungkinan besar merupakan kompartemen distribusi
metformin. Kontradiksi
Kombinasi sitagliptin metformin harus dikonsumsi sesudah makan, untuk mengurangikomplikasi apapun di perut selama masa pengobatan. Perhatikan makanan Anda, ikuti sarandokter. Selain itu, berolahragalah secara teratur dan tes gula dalam darah atau urin sesuaipetunjuk.Sangat penting bahwa dokter Anda memeriksa kemajuan di kunjungan berkala untuk memastikan bahwa obat ini bekerja dengan benar. Tes darah dan air seni mungkin diperlukanuntuk memeriksa efek yang tidak diinginkan.Dalam kondisi tertentu, terlalu banyak metformin dan sitagliptin dapat menyebabkan asidosislaktik. Gejala asidosis laktat yang berat dan cepat muncul. Mereka biasanya terjadi ketikamasalah kesehatan lainnya tidak terkait dengan obat-obatan hadir dan sangat parah, sepertiserangan jantung atau gagal ginjal.Gejala asidosis laktik meliputi perut atau perut tidak nyaman, penurunan nafsu makan,
diare,napas cepat, pernapasan dangkal, perasaan tidak nyaman, sakit otot atau kram dan
kantuk yang tidak biasa, kecapaian atau kelemahan
Toksisitas Efek toksik yang paling umum dari metformin adalah pada gastrointestinal (anoreksia, mual,muntah, ketidaknyamanan perut, dan diare) yang terjadi hingga 20% dari pasien. Metforminharus dihentikan pada 3-5% pasien akibat diare persisten. Penyerapan vitamin B12 jugadapat berkurang selama terapi metformin jangka panjang, sehingga butuh tambahan injeksivitamin B12 jika mengkonsumsi obat ini dalam jangka panjang.Biguanide memiliki kontraindikasi pada pasien dengan penyakit ginjal, alkoholisme, penyakithati, atau kondisi predisposisi untuk anoxia jaringan (misalnya, disfungsi cardiopulmonarykronis) karena peningkatan risiko asidosis laktat yang disebabkan oleh obat biguanide padapenyakit in
A. BIGUANID.
Biguanid TIDAK merangsang sekresi insulin dan menurunkan kadar glukosa darah sampai normal (euglikemia) serta tidak pernah menyebabkan hipoglikemia. Contoh obat golongan ini adalah METFORMIN.
Metformin menurunkan glukosa darah dengan memperbaiki transport glukosa kedalam sel otot yang dirangsang oleh insulin. Obat ini dapat memperbaiki ambilan glukosa sebesar 10-40%,
Metformin menurunkan produksi glukosa hati dengan mengurangi glikogenolisis dan glukoneogenesis.
metformin juga dapat menurunkan kadar trigliserida hingga 16%, LDL kolesterol hingga 8% dan total kolesterol hingga 5%, dan juga dapat menongkatkan HDL kolesterol hingga 2%.
Metformin, berbeda dengan golongan sulfonilurea karena tidak meningkatkan sekresi insulin, jadi tidak dapat menyebabkan hipoglikemik, tidak menaikkan berat badan dan malah kadang-kadang dapat menurunkan berat badan.
Metformin menurunkan kadar glukosa puasa sebanyak 60mg/dl dan glikoHb, 1,8%. Jadi hampir sama efektif seperti sulfonilurea.
Metformin ,meningkatkan jumlah reseptor insulin.
Efek samping yang sering terjadi adalah nausea, muntah-muntah, kadang-kadang diare, oleh karena itu lebih baik diberikan kepada pasien yang gemuk, sebab tidak
merangsang sekresi, yang seperti diketahui mempunyai efek anabolik. Sebenarnya obat ini baik sekali bila diingat sifatnya yang hanya merupakan euglycemic agent, jadi tidak terdapat bahaya terjadinya hipoglikemia. tetapi sayang sekali obat golongan ini dapat menyebabkan asidosis laktat..
Metformin, masih banyak dipakai dibeberapa negara termasuk Indonesia, karena frekwensi terjadinya asidosis laktat jauh lebih sedikit asal dosis tidak melebihi 1700 mg/hari dan tidak ada kegagalan ginjal dan penyakit hati.
Cara pemberian ADO, terdiri dari :
- ADO dimulai dengan dosis kecil dan ditingkatkan secara bertahap sesuai respons kadar
glukosa darah, dapat diberikan sampai dosis hampir maksimal
- Harus diketahui betul bagaimana cara kerja, lama kerja dan efek samping obat – obat
tersebut. (misalnya klorpropamid jangan diberikan 3 kali I tablet, karena lama kerjanya 24
jam)
- Bila memberikan bersama obat lain, pikirkan kemungkinan adanya interaksi obat.
- Pada kegagalan sekunder terhadap obat hipoglikemik oral, usahakanlah menggunakan obat
oral lain, bila gagal, baru beralih kepada insulin.
Metformin
Indikasi:
- Pengobatan penderita diabetes yang baru terdiagnosis setelah dewasa, dengan atau
tanpa kelebihan berat badan dan bila diet tidak berhasil.
- Sebagai kombinasi terapi pada penderita yang tidak responsif therhadap terapi tunggal
sulfonilurea baik primer ataupun sekunder.
- Sebagai obat pembantu untuk mengurangi dosis insulin apabila dibutuhkan.
Kontra Indikasi:
Penderita kardiovaskular, gagal ginjal, gagal hati, dehidrasi dan peminum alkohol, koma
diabetik, ketoasidosis, infark miokardial, keadaan penyakit kronik akut yang berkaitan
dengan hipoksia jaringan, keadaan yang berhubungan dengan asidosis laktat seprti syok,
insufisiensi pulmonar, riwayat asidosis laktat.
Komposisi:
METFORMIN 500
Tiap tablet salut selaput mengandung:
Metformin HCL ....................................... 500 mg
METFORMIN 850
Tiap tablet salut selaput mengandung:
Metformin HCL ....................................... 850 mg
Farmakologi:
Metformin adalah zat antihiperglikemik oral golongan biguanid untuk penderita
diabetes militus tanpa ketergantungan terhadap insulin. Mekanisme kerja metformin
yang tepat tidak jelas, walaupun demikian metformin dapat memperbaiki sensitivitas
hepatik dan periferal terhadap insulin tanpa menstimulasi sekresi insulin serta
menurunkan absorpsi glukosa dari saluran lambung-usus. Metformin hanya mengurangi
kadar glukosa darah dalam keadaan hiperglikemia serta tidak menyebabkan
hipoglikemia bila diberikan sebagai obat tunggal. Metformin tidak menyebabkan
pertambahan berat badan bahkan cendrung dapat menyebabkan kehilangan berat
badan.
Dosis:
Metformin harus diberikan bersama dengan makanan atau sesudah makan dalam dosis
yang terbagi.
Tablet 500 mg
Dosis: 3 x sehari 1 tablet
Tablet 850 mg
Dosis awal: 1 x sehari 1 tablet (pagi)
Dosis pemeliharaan: 2 x sehari 1 tablet (pagi dan malam)
Catatan:
Dalam pengobatan kombinasi dengan sulfonilurea atau insulin, kadar gula darah harus
diperiksa, mengingat kemungkinan timbulnya hipoglikimea.
- Dosis harus diperbesar secara perlahan-lahan, satu tablet 500 mg 3 kali sehari atau
satu tablet 850 mg 2 kali sehari seringkali cukup untuk mengendalikan penyakit
diabetes. Hal ini dapat dicapai dalam beberapa hari, tetapi tidak jarang efek ini baru
dicapainya dalam waktu dua minggu. Apabila efek yang diinginkan tidak dicapai, dosis
dapat dinaikkan secara berhati-hati sampai maksimum 3 g sehari. Bila diperlukan tablet
850 mg dapat diberikan 3 kali sehari. Bila gejala diabetes telah dapat dikontrol, ada
kemungkinan dosis dapat diturunkan.
- Apabila dikombinasikan dengan pengobatan sulfonilurea yang hasilnya kurang
memadai, mula-mula diberikan satu tablet 500 mg, kemudian dosis metformin dinaikkan
perlahan-lahan sampai diperoleh kontrol maksimal. Seringkali dosis sulfonilurea dapat
dilanjutkan dengan metformin sebagai obat tunggal.
Efek Samping:
Efek samping bersifat reversible pada saluran cerna termasuk anoreksia, gangguan
perut, mual, muntah, rasa logam pada mulut dan diare.
Dapat menyebabkan asidosis laktat tetapi kematian akibat insiden ini lebih rendah 10 -
15 kali dari fenformin dan lebih rendah dari kasus hipoglikemia yang disebabkan oleh
glibenklamid/sulfonilurea. Kasus asidosis laktat dapat dibati dengan natrium bikorbonat.
Kasus individual dengan metformin adalah anemia megaloblastik, pneumonitis,
vaskulitis.
Peringatan dan Perhatian:
- Keadaan yang memicu hipoksia dan akumulasi laktat dapat menyebabkan terjadinya
asidosis laktat yang berbahaya, maka metformin tidak boleh diberikan pada penderita
penyakin kardiovaskuler, gagal ginjal, gagal hati, dehidrasi dan peminum alkohol.
- Terapi metformin jangka panjang, dapat menyebabkan gangguan absorpsi vitamin B12
dan asam folat di saluran cerna, oleh karena itu perlu diperiksa kadar vitamin B12 dalam
serumnya tiap tahun.
DM
Selain terjadinya penurunan kepekaan jaringan pada insulin yang telah terbukti terjadi pada sebagian besar pasien dengan diabetes tipe 2 terlepas dari berat badan, adalah terjadi pula suatu defisiensi respon sel pankreas terhadap glukosa. Sebab-sebab tersebut dapat diperparah dengan meningkatnya hiperglikemia. (Katzung. 2002)
Insulin
Insulin merupakan suatu protein berukuran kecil dengan berat molekul 5808 pada
manusia. Seluruh pankreas manusia mengandung insulin sampai dengan 8 mg yang kra-kira
setara dengan 200 “unit” biologis.
Insulin dirilis dari sel pankreas pada keadaan basal dengan kecapatan rendah dan
pada keadaan stimulasi sebagai respon terhadap berbagai stimulus, khususnya glukosa,
dengan suatu kecepatan yang jauh lebih tinggi. Stimulan lain seperti gula lain (misal
mannose), asam amino tertentu (misal leucine, arginine), dan juga dikenal aktivitas vagal.
Insulin bekerja terutama dengan mengatur metabolisme glukosa. Insulin dan
analognya menurunkan kadar gula darah dengan menstimulasi pengambilan glukosa perifer,
terutama di otot dan lemak, serta menghambat produksi glukosa di hati. Insulin menghambat
lipolisis pada adiposit, menghambat proteolisis, dan meningkatkan sintesis protein.
(http://www.wikipedia.com)
Salah satu mekanisme yang menstimulasi rilis insulin adalah sebagai berikut:
Hiperglikemia menyebabkan peningkatan kadar ATP intraseluler, sehingga menutup kanal
kalium yang tergantung pada ATP. Penurunan arus keluar dari kalium melalui kanak tersebut
menyebabkan depolarisasi sel dan terbukanya kanal kalsium yang bergantung voltase
(voltage-gated). Hasil peningkatan kalsium intraseluler memicu sekresi hormon tersebut.
Kelompok obat hipoglikemik oral sulfonyrufea memanfaatkan bagian-bagian dari mekanisme
tersebut. (Katzung. 2002).
www.pharmacorama.com