dm jurnal ms edy

9
143 Ankle Brachial Index (ABI) Sesudah Senam Kaki Diabetes pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Volume 4, Nomor 2 Versi online / URL: http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/view/2365 ANKLE BRACHIAL INDEX (ABI) SESUDAH SENAM KAKI DIABETES PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 The Ankle Brachial Index (ABI) after diabetes leg exercises with type 2 diabetes mellitus Tavip Dwi Wahyuni Poltekkes Kemenkes Malang Jl. Besar Ijen 77C Malang 65112 e-mail: [email protected] ABSTRAK Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Penelitian ini adalah penelitian Pre-Eksperimental Design dengan rancangan one group pretest posttest design, mengetahui ankle brachial index (ABI) sebelum dan sesudah senam kaki diabetes pada penderita diabetes melitus tipe 2. Sampel menggunakan teknik purposive sampling sebanyak 15 orang penderita diabetes melitus tipe 2. Pengumpulan data menggunakan lembar wawancara dan pengukuran ABI dengan lembar observasi. Analisis secara deskriptif dan uji statistik Wilcoxon. Menunjukkan sebelum senam kaki responden dengan ABI normal sebanyak 7 (46,7%) responden, sedangkan sesudah dilakukan senam kaki diabetes responden dengan ABI normal meningkat sebanyak 11 (73,3%) responden. Terdapat perbedaan yang signifikan ankle brachial index (ABI) sebelum dan sesudah senam kaki diabetes dengan p value = 0,046. Saran untuk peneliti selanjutnya dapat melihat pengaruh senam kaki diabetes terhadap ankle brachial index (ABI) menggunakan ultrasonografi Doppler. Kata Kunci : Senam kaki diabetes, ankle brachial index (ABI), diabetes mellitus ABSTRACT Diabetes mellitus is a group of metabolic diseases with characteristic hyperglycemia that occurs due to abnormal insulin secretion , insulin action or both. This study uses Pre-Experimental design with one group pretest posttest design, The Subject obtained using a purposive sampling as many as 15 people with type 2 diabetes mellitus. Data was collect through interviews and measurements. The data obtained were processed and analyzed descriptively tabulation and Wilcoxon test statistics. Data was write through interviews and measurements. The data obtained were processed and analyzed descriptively tabulation and Wilcoxon test statistics. Showed respondents with leg exercise before normal ABI 7 (46.7%), while after doing diabetes leg exercises respondents with normal ABI increased by 11 (73.3%). Statistical analysis using the Wilcoxon test showed a significant results between the ankle brachial index (ABI) of the respondents before and after diabetes leg exercises p value = 0.046. The Suggestions for further research to see the effect of diabetes leg exercises to the ankle brachial index (ABI) using Doppler ultrasound. Keywords : Diabetes leg exercises, ankle brachial index (ABI), diabetes mellitus LATAR BELAKANG Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya (Soegondo, 2009). Diabetes melitus diklasifikasikan menjadi diabetes melitus tipe 1, diabetes melitus tipe 2, diabetes melitus gestasional, dan diabetes melitus tipe lain. Diabetes melitus tipe 2 adalah diabetes yang disebabkan penurunan sensitivitas terhadap insulin atau akibat penurunan jumlah produksi insulin (Bunner & Suddarth, 2001;(Roden, 2004, 2012)

Upload: basir

Post on 28-Jan-2016

17 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

dm jurnal

TRANSCRIPT

Page 1: Dm Jurnal Ms Edy

143Ankle Brachial Index (ABI) Sesudah Senam Kaki Diabetes pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2

Volume 4, Nomor 2 Versi online / URL:

http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/view/2365

ANKLE BRACHIAL INDEX (ABI) SESUDAH SENAM KAKI DIABETES PADAPENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2

The Ankle Brachial Index (ABI) after diabetes leg exercises with type 2diabetes mellitus

Tavip Dwi Wahyuni

Poltekkes Kemenkes MalangJl. Besar Ijen 77C Malang 65112

e-mail: [email protected]

ABSTRAK

Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemiayang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Penelitian ini adalah penelitianPre-Eksperimental Design dengan rancangan one group pretest posttest design, mengetahui ankle brachialindex (ABI) sebelum dan sesudah senam kaki diabetes pada penderita diabetes melitus tipe 2. Sampelmenggunakan teknik purposive sampling sebanyak 15 orang penderita diabetes melitus tipe 2. Pengumpulandata menggunakan lembar wawancara dan pengukuran ABI dengan lembar observasi. Analisis secaradeskriptif dan uji statistik Wilcoxon. Menunjukkan sebelum senam kaki responden dengan ABI normalsebanyak 7 (46,7%) responden, sedangkan sesudah dilakukan senam kaki diabetes responden dengan ABInormal meningkat sebanyak 11 (73,3%) responden. Terdapat perbedaan yang signifikan ankle brachial index(ABI) sebelum dan sesudah senam kaki diabetes dengan p value = 0,046. Saran untuk peneliti selanjutnyadapat melihat pengaruh senam kaki diabetes terhadap ankle brachial index (ABI) menggunakan ultrasonografiDoppler.

Kata Kunci : Senam kaki diabetes, ankle brachial index (ABI), diabetes mellitus

ABSTRACT

Diabetes mellitus is a group of metabolic diseases with characteristic hyperglycemia that occursdue to abnormal insulin secretion , insulin action or both. This study uses Pre-Experimental design withone group pretest posttest design, The Subject obtained using a purposive sampling as many as 15 peoplewith type 2 diabetes mellitus. Data was collect through interviews and measurements. The data obtainedwere processed and analyzed descriptively tabulation and Wilcoxon test statistics. Data was write throughinterviews and measurements. The data obtained were processed and analyzed descriptively tabulationand Wilcoxon test statistics. Showed respondents with leg exercise before normal ABI 7 (46.7%), whileafter doing diabetes leg exercises respondents with normal ABI increased by 11 (73.3%). Statisticalanalysis using the Wilcoxon test showed a significant results between the ankle brachial index (ABI) ofthe respondents before and after diabetes leg exercises p value = 0.046. The Suggestions for furtherresearch to see the effect of diabetes leg exercises to the ankle brachial index (ABI) using Dopplerultrasound.

Keywords : Diabetes leg exercises, ankle brachial index (ABI), diabetes mellitus

LATAR BELAKANG

Diabetes melitus merupakan suatukelompok penyakit metabolik dengankarakteristik hiperglikemia yang terjadikarena kelainan sekresi insulin, kerja insulinatau kedua-duanya (Soegondo, 2009).Diabetes melitus diklasifikasikan menjadi

diabetes melitus tipe 1, diabetes melitus tipe2, diabetes melitus gestasional, dan diabetesmelitus tipe lain. Diabetes melitus tipe 2adalah diabetes yang disebabkan penurunansensitivitas terhadap insulin atau akibatpenurunan jumlah produksi insulin (Bunner &Suddarth, 2001;(Roden, 2004, 2012)

Page 2: Dm Jurnal Ms Edy

144 Juli 2013: 143 - 151

Tavip Dwi Wahyuni JURNAL KEPERAWATAN, ISSN 2086-3071

Prevalensi penyakit diabetes melitusselalu meningkat di setiap tahunnya danmenjadi masalah yang cukup serius di negaramaju dan juga negara berkembang. Padatahun 2003, World Health Organization(WHO) dalam PB PERSADIA (2009)memperkirakan 194 juta atau 5,1% dari 3,8milyar penduduk dunia usia 20-79 tahunmenderita diabetes melitus dan pada tahun2025 meningkat menjadi 333 juta jiwa.Sedangkan Hasil Riset Kesehatan Dasaryang dilaporkan oleh Departemen Kesehatanpada tahun 2008, menunjukkan prevalensidiabetes melitus di Indonesia saat itu sebesar5,7%. Menurut WHO pasien diabetes melitusdi Indonesia akan mengalami kenaikan dari8,4 juta jiwa pada tahun 2000 dan menjadisekitar 21,3 juta jiwa pada tahun 2030 (PBPERSADIA, 2009). Berdasarkan dataPersadia Jawa Timur, jumlah penderitadiabetes melitus di Jawa Timur diperkirakanmencapai 6% dari total jumlah penduduk JawaTimur. Hasil studi pendahuluan yang dilakukanpada tanggal 10 Januari 2013 di PuskesmasJanti Kota Malang, didapatkan data bahwapenderita penyakit diabetes melitus tipe 2pada tahun 2012 sebanyak 153 orang.

Pasien diabetes melitus berpotensimenderita berbagai komplikasi, baikkomplikasi akut maupun kronis . Komplikasiakut meliputi koma hipoglikemia, ketoasidosis,koma hiperosmolar non-ketotik, sedangkankomplikasi kronik meliputi makroangiopatiyang mengenai pembuluh darah besar padajantung dan otak (Brands, Henselmans, deHaan, & Biessels, 2003; Picon et al., 2006).Mikroangiopati yang mengenai pembuluhdarah kecil, retinopati, nefropati, neuropati,serta rentan terhadap infeksi sepertituberkulosis paru, ginggivitis, infeksi salurankemih dan kaki diabetes (Rogus, Warram, &Krolewski, 2002). Apabila terjadi hiperglikemidalam waktu yang lama maka penderitadiabetes melitus mempunyai resiko untukterjadinya penyakit jantung koroner danstroke 2 kali lebih besar, 5 kali lebih mudahmengalami ulkus atau gangren, 7 kali lebih

mudah mengalami gagal ginjal kronik dan 25kali lebih mudah mengalami kebutaan akibatretinopati dari pada pasien non diabetesmelitus (Soegondo, 2009).

Komplikasi kaki adalah komplikasi yangsering terjadi pada penderita diabetes melitussekitar 15%. Selain luka kaki juga terjadikelainan dan perubahan bentuk kaki,peredaran darah yang kurang juga akanmempengaruhi pergerakan sendi kaki.Gangguan pada kaki diabetes dapat berupaaterosklerosis yang disebabkan karenapenebalan membran basal pembuluh darahbesar maupun kecil. Sekitar 50% hingga 75%dari komplikasi yang terjadi akan mengalamiamputasi dan sebanyak 50% kasus amputasitersebut diperkirakan dapat dihindari melaluitindakan preventif (Brunner & Suddarth,2001).

Pengelolaan diabetes melitus dapatdilakukan dengan terapi non farmakologis danterapi farmakologis. Pengelolaan nonfarmakologis meliputi pengendalian beratbadan, olahraga, dan diet. Sedangkan terapifarmakologis yaitu pemberian insulin dan obathipoglikemik oral. Terapi ini diberikan jikaterapi non farmakologis tidak dapatmengendalikan kadar glukosa darah dandijalankan dengan tidak meningalkan terapinon farmokologis yang telah diterapkansebelumnya (Soegondo, 2009).

Latihan jasmani merupakan upaya awaldalam mencegah, mengontrol, dan mengatasidiabetes melitus. Salah satu latihan jasmaniadalah dengan melakukan latihan pada kakidengan cara senam kaki. Senam kaki adalahkegiatan atau latihan yang dilakukan olehpasien diabetes melitus untuk mencegahterjadinya luka dan membantu melancarkanperedaran darah bagian kaki. Senam kakidapat memperbaiki sirkulasi darah danmemperkuat otot-otot kecil kaki danmencegah terjadinya kelainan bentuk kaki.Selain itu dapat meningkatkan kekuatan ototbetis, otot paha dan juga mengatasiketerbatasan pergerakan sendi (Soegondo,2009). Menurut penelitian yang dilakukan oleh

Page 3: Dm Jurnal Ms Edy

145Ankle Brachial Index (ABI) Sesudah Senam Kaki Diabetes pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2

Volume 4, Nomor 2 Versi online / URL:

http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/view/2365

Juliani Nasution tahun 2010 yang berjudul“Pengaruh senam kaki dalam meningkatkansirkulasi darah kaki pada pasien diabetes diRSUP Haji Adam Malik Medan”menunjukkan bahwa ada perbedaanpeningkatan sirkulasi darah kaki antarakelompok intervensi dan kelompok kontrol.

Gangguan aliran darah pada kaki dapatdideteksi dengan mengukur ankle brachialindex (ABI) yaitu mengukur rasio daritekanan sistolik di lengan dengan tekanansistolik kaki bagian bawah (Nussbaumerováet al., 2011; Sato et al., 2011). ABI dihitungdengan membagi tekanan sistolik dipergelangan kaki dengan tekanan darahsistolik di lengan. Pemeriksaan ABI sangatberguna untuk mengetahui adanya penyakitarteri perifer (PAP) (Bundó et al., 2013; LeFaucheur et al., 2006). Penyakit arteri perifermerupakan manifestasi paling sering adanyaaterosklerosis perifer yang menyebabkanmenurunnya sirkulasi darah pada kaki. Padapasien yang mengalami gangguan peredarandarah kaki maka akan ditemukan tekanandarah tungkai lebih rendah dibandingkandengan tekanan darah lengan yang dapatdilihat dari skor ABI (Pessinaba et al., 2012).Keadaan yang tidak normal dapat diperolehbila nilai ABI 0,41 – 0,90 yang diindikasikanada resiko tinggi luka di kaki, dan pasien perluperawatan t indak lanjut. ABI < 0.4diindikasikan kaki sudah mengalami kakinekrotik, gangren, ulkus, borok yang perlupenanganan multi disiplin ilmu (PAPDI, 2007).

Berdasarkan uraian di atas dapat penulissimpulkan bahwa diabetes melitus ini sangatserius dan memerlukan tindakan preventifdalam menurunkan atau mencegahkomplikasinya terutama komplikasi kakidiabetes, antara lain dengan melakukan senamkaki. Senam kaki diabetes yang masih belumpopular di tengah masyarakat juga menjadialasan pentingnya permasalahan ini dijadikansebagai bahan penelitian. Oleh karena itupenulis tertarik untuk melakukan penelitiantentang ankle brachial index (ABI) sebelumdan sesudah senam kaki diabetes pada

penderita diabetes melitus tipe 2 di wilayahkerja Puskesmas Janti.

Diabetes melitus adalah suatu kumpulangejala yang timbul pada seseorang yangdisebabkan oleh karena adanya peningkatankadar glukosa darah akibat penurunan sekresiinsulin yang progresif dilatarbelakangi olehresistensi insulin (Suyono, 2009). Komplikasikronik pada DM adalah Penyakit arteriperifer (PAP) merupakan manifestasi palingsering adanya aterosklerosis, yangmempunyai karakteristik terdapat oklusiaterosklerosis pada tungkai bawah. GejalaPAP paling sering yaitu kladikasio intermiten,yang dikeluhkan sebagai: rasa nyeri, kram ototatau sakit pada telapak kaki, betis ataubokong. Penyebab penyakit arteri periferpada usia di atas 40 tahun adalahaterosklerosis. Aterosklerosis sendiri bisadisebabkan karena hiperglikemi yangmenahun, hipertensi, hiperkolesterolemia, danpada perokok (PAPDI, 2007).

Tujuan penelitian ini adalah untukmengetahui ankle brachial index (ABI)sebelum dan sesudah senam kaki diabetespada penderita diabetes melitus tipe 2 diwilayah kerja Puskesmas Janti.

METODE

Penelitian ini adalah penelitian Pre-Eksperimental Design dengan rancangan onegroup pretest posttest design, untukmengetahui ankle brachial index (ABI)sebelum dan sesudah senam kaki diabetespada penderita diabetes melitus tipe 2 (Alimul,2007; Arikunto, 2006). Dilaksanakan diPuskesmas Janti pada tanggal 4 s/d 9 Juli2013. Sampel diperoleh menggunakan teknikpurposive sampling sebanyak 15 orangpenderita diabetes melitus tipe 2.Pengumpulan data menggunakan lembarwawancara dan pengukuran ABI denganlembar observasi. Analisis secara deskriptifdan uji statistik Wilcoxon. Instrumen yangdigunakan pada penelitian ini meliputi lembarwawancara dan observasi dan untuk

Page 4: Dm Jurnal Ms Edy

146 Juli 2013: 143 - 151

Tavip Dwi Wahyuni JURNAL KEPERAWATAN, ISSN 2086-3071

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamindan Riwayat Merokok Responden

pengukuran ABI menggunakan tensimeterdigital, serta leaflet dan video (dalam bentukCD) senam kaki diabetes.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 1. Distribusi Frekuensi KelompokUsia Responden

Gambar 1.diketahui sebagian besarresponden yang menderita diabetes melitustipe 2 berumur 51 – 60 tahun yaitu 53,3%.

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Pekerjaan danOlahraga Responden

Pekerjaan

Olahraga

Jumlah Rutin 1x/mgg

Tidak Rutin

1x/mgg

Ibu rumah tangga

2 (13,3%

) 9 (60%)

11 (73,3%)

Buruh/ pekerja - 2 (13,3%) 2

(13,3%) Wiraswasta - 1 (6,7) 1 (6,7) Pensiunan 1 (6,7) - 1 (6,7)

Jumlah 3 (20%) 12 (80%)

Jenis Kelamin Riwayat Jumlah Total

Laki-laki

Merokok 3 (20%) 4 (26,7%) Tidak

Merokok 1

(6,7%)

Perempu-an

Merokok - 11 (73,3%) Tidak

Merokok 11

(73,3%)

Tabel 2 diketahui sebagian besar 11(73,3%) responden adalah ibu rumah tangga;dimana 9 (60%) responden tidak rutinolahraga 1x/ minggu sedangkan 2 (13,3%)responden rutin olahraga 1x/ minggu.

Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahuibahwa sebagian besar 11 (73,3%) respondenberjenis kelamin perempuan dan respondentidak merokok.

Gambar 2. Distribusi Frekuensi LamanyaDiketahui Menderita DM Tipe 2

Gambar 2 dapat diketahui bahwasebagian besar responden (60%) mengetahuidirinya menderita diabetes melitus sekitar 1-5 tahun.

Tabel 4. Distribusi Frekuensi RiwayatHipertensi dan Kolesterol TinggiResponden

Riwayat Ya Tidak Hipertensi 6

(40%) 9

(60%) Kolesterol Tinggi

4 (26,7%)

11 (73,3%)

Sumber: Penelitian di Puskesmas Janti

Tabel 4 diketahui a sebagian besar(60%) responden tidak mempunyai riwayathipertensi dan sebagian besar (73,3%)responden tidak mempunyai riwayatkolesterol tinggi.

Gambar 3. Distribusi Frekuensi GejalaKlaudiokasio Intermiten danKesemutan Responden.

Page 5: Dm Jurnal Ms Edy

147Ankle Brachial Index (ABI) Sesudah Senam Kaki Diabetes pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2

Volume 4, Nomor 2 Versi online / URL:

http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/view/2365

Gambar 3 diketahui sebagian besar(66,7%) responden mengalami gejalaklaudiokasio intermiten dan kesemutan.

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Ankle BrachialIndex (ABI) Sebelum Senam KakiDiabetes.

Keterangan Jumlah Responden N %

ABI normal 11 73,3 ABI iskemia 4 26,7 Jumlah 15 100 Sumber: Penelitian di Puskesmas Janti Tahun

2013

Tabel 6 diketahui sesudah senam kakidiabetes responden dengan ABI normalsebanyak 11 (73,3%) dan responden denganABI iskemia sebanyak 4 (26,7%).

Tabel 7. Distribusi Frekuensi Ankle BrachialIndex (ABI) Sebelum dan SesudahSenam Kaki Diabetes.

Senam Kaki

Diabetes

Ankle Brachial Index (ABI) Jumlah p-

value Normal Iskemia Ringan

N % N % n %

0,046 Sebelum 7 46,7 8 53,

3 15 100

Sesudah 11 73,3 4 26,

7 15 100

Sumber: Penelitian di Puskesmas Janti Tahun2013

Tabel 7 diketahui sebelum senam kakidiabetes responden dengan ABI normalsebanyak 7 (46,7%) responden, dan sesudahsenam kaki diabetes responden dengan ABInormal meningkat menjadi 11 (73,3%)responden. Hasil analisis statistikmenggunakan uji Wilcoxon menunjukkanhasil yang signifikan antara ankle brachialindex (ABI) responden sebelum dan sesudahsenam kaki diabetes. Oleh karena nilai pvalue = 0,046 kurang dari á = 0,05 maka H1diterima yang berarti bahwa ada perbedaanankle brachial index (ABI) sebelum dansesudah senam kaki diabetes.

Sebagian besar responden dalampenelitian ini adalah perempuan (73,3%). Halini sesuai dengan pernyataan Corwin (2000)bahwa penyakit diabetes melitus dapatmenyerang laki – laki maupun perempuandengan prosentase perempuan lebih banyakdibandingkan laki – laki. Menurut Baziad Ali(2003), wanita pada usia lanjut (saatmenopause) mengalami penurunan fungsihormon estrogen, penurunan pengeluaranhormon paratiroid dan meningkatnya hormonFSH dan LH sehingga menimbulkanperubahan sistem pembuluh darah yang dapatmenyebabkan berbagai macam penyakit,seperti diabetes melitus, jantung koroner danstroke.

Usia responden dalam penelitian jugasebagian berkisar 51–60 tahun yaitu 53,3%.Hal ini didukung dengan pernyataan Subroto(2006) bahwa penyakit diabetes melitus tipe2 biasanya muncul pada orang yang berusialebih dari 30 tahun. Keseluruhan respondendi atas menderita diabetes melitus tipe 2 yangmana tidak tergantung insulin dan berkaitandengan usia karena diabetes melitus seringmuncul pada usia lanjut. Proses penuaan atauusia lanjut dapat menyebabkan penyusunansel-sel â yang progesif sehingga sekresi insulinsemakin berkurang dan kepekaanreseptornya juga menurun (Subroto, 2006).

Berdasarkan data, sebagian besarresponden (60%) mengetahui dir inyamenderita diabetes melitus sekitar 1-5 tahun.Menurut Soegondo (2008), secaraepidemiologis diabetes melitus seringkali tidakterdeteksi dan dikatakan onset atau mulaiterjadinya diabetes adalah 7 tahun sebelumdiagnosis ditegakkan, sehingga morbiditas danmortalitas dini terjadi pada kasus yang tidakterdeteksi.

Ankle brachial index (ABI) sebelumsenam kaki diabetes responden dengan ABInormal sebanyak 7 (46,7%) responden danresponden dengan ABI iskemia sebanyak 8(53,3%) responden. Menurut peneliti, pasiendiabetes melitus berpotensi menderitaberbagai komplikasi dan komplikasi kakiadalah komplikasi yang sering terjadi yang

Page 6: Dm Jurnal Ms Edy

148 Juli 2013: 143 - 151

Tavip Dwi Wahyuni JURNAL KEPERAWATAN, ISSN 2086-3071

meliputi gangguan aliran darah kaki.Gangguan aliran darah kaki dapat dideteksidengan mengukur ankle brachial index(ABI) yang didapatkan denganmembandingkan tekanan darah sistolik kakidan tekanan darah sistolik lengan. Bila nilaiABI 0,41 – 0,90 berarti iskemia ringan-sedangyang diindikasikan ada resiko tinggi luka dikaki, sedangkan bila nilai ABI < 0,4diindikasikan kaki sudah mengalami kakinekrotik, gangren, ulkus, borok.

Gangguan aliran darah yang ditandaidengan penurunan nilai ABI dapat disebabkankarena aterosklerosis dan juga karena latihanfisik yang kurang, sehingga aliran darahterutama aliran darah pada kaki kurang lancar.Menurut PAPDI (2007), salah satu penyebabgangguan aliran darah pada usia di atas 40tahun adalah aterosklerosis. Aterosklerosissendiri bisa disebabkan karena hiperglikemiyang menahun,hipertensi, hiperkolesterolemia,dan pada perokok. Pada penelitian ini,sebagian besar 9 (60%) responden tidakmempunyai riwayat hipertensi dan sebagianbesar 11 (73,3%) responden tidak mempunyairiwayat kolesterol tinggi, serta hampir seluruh(80%) responden tidak merokok. Gangguanaliran darah juga dapat disebabkan karenakurangnya latihan fisik sehingga aliran darahterutama aliran darah pada kaki kurang lancar.Kurangnya latihan fisik didukung dengansebagian besar responden (73,3%) tidakbekerja, hampir seluruh (80%) respondentidak rutin melakukan olahraga dan seluruh(100%) responden tidak pernah melakukansenam kaki diabetes sebelumnya. Olehkarena itu, senam kaki diabetes sangat perludilakukan untuk mencegah masalah kaki.Soegondo (2009) menjelaskan, senam kakijuga merupakan olahraga yang murah danmudah dilakukan karena hanya membutuhkankursi, koran/ kelereng, dan tempat sampahserta bisa dilakukan kapanpun misalnya saatmenonton TV. Menurut PAPDI (2007), kakiyang memiliki resiko luka kaki dengan ditandaipenurunan nilai ABI dapat dilakukan terapimulai dari terapi suportif sebagai tindakan

primer salah satunya adalah denganmelakukan senam kaki.

Pada penelitian ini, senam kaki dilakukanrutin secara bersama-sama oleh seluruhresponden selama 6 hari. Kegiatan senamdilakukan bersama pada pagi hari pukul 08.00WIB dan pada sore hari respondenmelakukan senam kaki diabetes di rumahmasing-masing dibekali dengan leaflet. AnkleBrachial Index (ABI) sesudah senam kakidiabetes responden dengan ABI normalsebanyak 11 (73,3%) responden danresponden dengan ABI iskemia sebanyak 4(26,7%) responden. Dengan demikian, setelahdilakukan senam kaki diabetes terdapatpeningkatan nilai ABI.

Senam kaki merupakan kegiatan ataulatihan yang dilakukan untuk mencegahterjadinya luka dan membantu melancarkanperedaran darah bagian kaki. Senam kakidapat memperbaiki sirkulasi darah danmemperkuat otot-otot kecil kaki danmencegah terjadinya kelainan bentuk kaki.Selain itu dapat meningkatkan kekuatan ototbetis, otot paha dan juga mengatasiketerbatasan pergerakan sendi (Soegondo,2009). Pada penderita diabetes melitus yangmengalami gangguan aliran darah ditandaidengan penurunan ABI bisa dimulai dariiskemia ringan, sedang, sampai dengan berat.Berdasarkan nilai ABI pada penelitian ini,responden dengan ABI iskemia dimulai dariiskemia ringan dan tidak ada iskemia berat.Menurut peneliti, pada penderita yangmengalami iskemia ringan pada kaki masihbisa dilakukan intervensi nonfarmakologisdengan melakukan senam kaki, sedangkanuntuk iskemia sedang bisa dilakukan senamkaki dan tindakan farmakologis yangmembantu mengurangi aterosklerosis didalam pembuluh darah. Pada Iskemia beratsangat perlu penanganan multi disiplin ilmukarena sudah mulai terjadi gangren yangmemerlukan tindakan farmakologis sampaidengan operasi.

Hal ini sesuai dengan yang dikemukakanPAPDI (2007), yang menyatakan bahwa kaki

Page 7: Dm Jurnal Ms Edy

149Ankle Brachial Index (ABI) Sesudah Senam Kaki Diabetes pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2

Volume 4, Nomor 2 Versi online / URL:

http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/view/2365

yang memiliki resiko luka kaki dengan ditandaipenurunan nilai ABI dapat dilakukan terapimulai dari terapi suportif, farmakolgis,intervensi non operasi dan operasi. Terapisuportif sebagai tindakan primer meliputiperawatan kaki dengan menjaga tetap bersihdan lembab dengan memberikan krempelembab, memakai sandal dan sepatu yangukurannya pas dari bahan yang halus sertamelakukan senam kaki.

Hasil analisis statistik menggunakan ujiWilcoxon menunjukkan hasil yang signifikanantara ankle brachial index (ABI)responden sebelum dan sesudah senam kakidiabetes (p value = 0,046) kurang dari ( á =0,05). Hal ini menunjukkan bahwa adaperbedaan yang signifikan ankle brachialindex (ABI) sebelum dan sesudah senamkaki diabetes. Hal ini sejalan dengan penelitianyang dilakukan oleh Juliani Nasution tentangpengaruh senam kaki terhadap peningkatansirkulasi darah kaki pada pasien diabetesmelitus di RSUP Haji Adam Malik Medantahun 2010. Sampel dalam penelitian tersebutberjumlah 10 orang, 5 orang kelompokintervensi dan 5 orang kelompok kontrol.Desain penelitian yang digunakan adalahquasy ekperiment. Data penelitian dianalisadengan uji paired t-test yaitu t-dependent dant-independent. Senam kaki dilakukan selama3 kali/ minggu selama 4 minggu. Berdasarkanhasil analisa data diketahui bahwa adaperbedaan sirkulasi darah sebelum dansesudah dilakukan senam kaki dengan nilaip=0,001 (p<0,05). Sedangkan pada kelompokintervensi dan kelompok kontrol diperolehp=0,002 (p=<0,05) yang menunjukkan bahwaada perbedaan peningkatan sirkulasi darahantara kelompok intervensi dan kelompokkontrol.

Penelitian yang lain dilakukan olehKirnantoro dkk, di Wilayah Kerja PuskesmasGamping II, Kabupaten Sleman Yogyakartatahun 2012 dengan judul pengaruh senam kakiterhadap pencegahan terjadinya ulkusdiabetik. Sampel dalam penelitian tersebut 30orang kelompok intervensi dan 30 orang

kelompok kontrol. Desain penelitian yangdigunakan adalah quasi ekperiment with pretest-post test design with control group.Berdasarkan hasil penelitian terhadap anklebrachial index (ABI) diketahui bahwaterdapat peningkatan nilai ABI ekstremitas,dimana sebelum perlakuan terdapat 56,7%dengan ABI baik, setelah dilakukan senamkaki meningkat menjadi 90% (peningkatan33,3%). Hasil uji statistik diketahui terdapatperbedaan yang signifikan nilai anklebrachial index (ABI) antara sebelumdilakukan senam kaki dan sesudah dilakukansenam kaki (p=0,002). Hasil uji statistik McNemar, terdapat perbedaan yang bermaknasebelum dan sesudah diberikan senam kaki(p=0,002). Dengan demikian senam kakimempunyai pengaruh yang signifikan terhadappeningkatan nilai ABI baik pada ekstremitas.

Penderita yang mengalami iskemiaringan pada kaki masih bisa dilakukanintervensi nonfarmakologis dengan melakukansenam kaki, sedangkan untuk iskemia sedangbisa dilakukan senam kaki dan tindakanfarmakologis yang membantu mengurangiaterosklerosis di dalam pembuluh darah. Padaiskemia berat sangat perlu penangananmultidisiplin ilmu karena sudah mulai terjadigangren yang memerlukan tindakanfarmakologis sampai dengan operasi. Olehkarena itu, pasien diabetes melitus perlumelakukan senam kaki untuk meningkatkansirkulasi darah kaki. PAPDI (2007)menyatakan, kaki yang memiliki resiko lukakaki dengan ditandai penurunan nilai ABIdapat dilakukan terapi mulai dari terapisuportif, farmakolgis, intervensi non operasidan operasi. Terapi suportif sebagai tindakanprimer meliputi perawatan kaki denganmenjaga tetap bersih dan lembab denganmemberikan krem pelembab, memakai sandaldan sepatu yang ukurannya pas dari bahanyang halus serta melakukan senam kaki.

Selain pengaruh dar i senam kakidiabetes, ada beberapa faktor lain yang jugaberpengaruh, antara lain karakteristikresponden yaitu sebagian besar 9 (60%)

Page 8: Dm Jurnal Ms Edy

150 Juli 2013: 143 - 151

Tavip Dwi Wahyuni JURNAL KEPERAWATAN, ISSN 2086-3071

responden tidak mempunyai riwayathipertensi dan sebagian besar 11 (73,3%)responden tidak mempunyai riwayatkolesterol tinggi, serta hampir seluruh (80%)responden tidak merokok. Oleh karena itu,gangguan aliran darah pada respondenkemungkinan tidak disebabkan karenaaterosklerosis. Gangguan aliran darah jugadapat disebabkan karena kurangnya latihanfisik sehingga aliran darah terutama alirandarah pada kaki kurang lancar. Kurangnyalatihan fisik didukung dengan sebagian besarresponden (73,3%) tidak bekerja, hampirseluruh (80%) responden tidak rutinmelakukan olahraga dan seluruh (100%)responden tidak pernah melakukan senamkaki diabetes sebelumnya. Guyton & Hall(2007) menjelaskan, pasien diabetes melitusyang melakukan senam kaki akan terjadipergerakan tungkai yang mengakibatkanmenegangnya otot-otot tungkai dan menekanvena di sekitar otot tersebut. Hal ini akanmendorong darah ke arah jantung dan tekananvena akan menurun, mekanisme ini yangdikenal dengan pompa vena. Mekanisme iniakan membantu melancarkan peredarahdarah bagian kaki dan memperbaiki sirkulasidarah.

KESIMPULAN DAN SARAN

Ankle brachial index (ABI) sebelumsenam kaki diabetes, jumlah respondendengan ABI normal sebanyak 7 (46,7%)responden. Sedangkan sesudah dilakukansenam kaki diabetes, jumlah respondendengan ABI normal meningkat menjadi 11(73,3%) responden. Hasil analisis statistikmenggunakan uji Wilcoxon didapatkan nilaip value = 0,046 kurang dari á = 0,05 sehinggaH1 diterima yang berarti bahwa adaperbedaan yang signifikan antara anklebrachial index (ABI) sebelum dan sesudahsenam kaki diabetes. Hasil penelitian inidisarankan bagi petugas kesehatan dapatdigunakan sebagai dasar dalam melakukanintervensi keperawatan dalam melakukanpencegahan penyakit arteri perifer (kaki),

mengingat senam kaki diabetes masih belumpopular di masyarakat, sehingga diharapkanpetugas kesehatan mengajarkan kepadapenderita diabetes melitus pada saat kegiatanposyandu, penyuluhan, maupun saat asuhankeperawatan sehingga penderita diabetesdapat mengetahui senam kaki diabetes danmempraktekan dalam kegiatan sehari-hari.Diharapkan kepada para penderita diabetesmelitus tipe 2 agar selalu menerapkankegiatan senam kaki diabetes dalamkehidupan sehari-hari untuk mencegahkomplikasi kaki. Penelitian selanjutnya dapatmelakukan penelitian dengan sampel dalamjumlah yang lebih besar dan jugamenggunakan kelompok kontrol. Selain itu,diharapkan dalam pengukuran anklebrachial index (ABI) menggunakanultrasonografi Doppler untuk memudahkanpeneliti dan mendapatkan hasil ABI yang lebihakurat.

DAFTAR PUSTAKA

Alimul Hidayat, Aziz. 2007. MetodePenelitian Keperawatan dan TeknikAnalisis Data. Jakarta: Salemba Medika

Arikunto, Suharsimi. 2006. ProsedurPenelitian Suatu PendekatanPraktek edisi revisi V . Jakarta : RinekaCipta

Baziad, Ali. 2003. Solusi Problem WanitaDewasa. Depok : Puspa Swara,Anggota IKAPI.

Brunner & Suddarth. 2001. Buku AjarKeperawatan Medikal Bedah, EdisiVol. 2. Jakarta: EGC.

Brands, A. M. A., Henselmans, J. M. L., deHaan, E. H. F., & Biessels, G. J. (2003).[Diabetic encephalopathy: anunderexposed complication of diabetesmellitus]. Nederlands Tijdschrift VoorGeneeskunde, 147(1), 11-14.

Bundó, M., Urrea, M., Muñoz, L., Llussà, J.,Forés, R., & Torán, P. (2013).[Correlation between toe-brachial indexand ankle-brachial index in patients withdiabetes mellitus type 2]. Medicina

Page 9: Dm Jurnal Ms Edy

151Ankle Brachial Index (ABI) Sesudah Senam Kaki Diabetes pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2

Volume 4, Nomor 2 Versi online / URL:

http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/view/2365

Clínica, 140(9), 390-394. doi: 10.1016/j.medcli.2012.03.012

Corwin, Elizabeth J. 2000.Buku SakuPatofisiologi. Jakarta: EGC.

Guyton & Hall. 2007. FisiologiKedokteran, Edisi 11. Jakarta: EGC.

Le Faucheur, A., Desvaux, B. N., Bouyé, P.,Jaquinandi, V., Saumet, J. L., &Abraham, P. (2006). The physiologicalresponse of ankle systolic bloodpressure and ankle to brachial indexafter maximal exercise in athletes isdependent on age. European JournalOf Applied Physiology, 96(5), 505-510.

Nussbaumerová, B., Rosolová, H., Ferda, J.,Sifalda, P., Sípová, I., & Sefrna, F.(2011). [The ankle brachial index in type2 diabetes]. Vnitrní Lékarství, 57(3),299-305.

PAPDI, 2007. Buku Ajar Ilmu PenyakitDalam, Edisi IV. Pusat PenerbitanDepartemen Ilmu Penyakit Dalam,FKUI, Jakarta.

PB PERSADIA. 2009. Buku PanduanPengelolaan Prediabetes danPencegahan Diabetes Tipe 2. Malang:JADE Indopratama.

Pessinaba, S., Mbaye, A., Kane, A., Guene,B. D., Mbaye Ndour, M., Niang, K., . .. Kane, A. (2012). [Screening forasymptomatic peripheral arterialocclusive disease of the lower limbs bymeasuring the ankle-brachial index in thegeneral population (Senegal)]. JournalDes Maladies Vasculaires, 37(4), 195-200. doi: 10.1016/j.jmv.2012.05.003

Picon, P. X., Zanatta, C. M., Gerchman, F.,Zelmanovitz, T., Gross, J. L., & Canani,L. H. (2006). [Analysis of the criteriaused for the definition of metabolicsyndrome in patients with type 2diabetes mellitus]. Arquivos BrasileirosDe Endocrinologia E Metabologia,50(2), 264-270.

Roden, M. (2004). [Diabetes mellitus—definition, classification and diagnosis].Acta Medica Austriaca, 31(5), 156-157.

Roden, M. (2012). [Diabetes mellitus:Definition, classification and diagnosis].Wiener Klinische Wochenschrift, 124Suppl 2, 1-3. doi: 10.1007/s00508-012-0269-z

Rogus, J. J., Warram, J. H., & Krolewski, A.S. (2002). Genetic studies of late diabeticcomplications: the overlookedimportance of diabetes duration beforecomplication onset. Diabetes, 51(6),1655-1662.

Sato, S., Masami, K., Otsuki, S., Tanaka, S.,Nakayama, N., Makita, S., . . . Nohara,R. (2011). Post-exercise ankle-brachialpressure index demonstrates alteredendothelial function in the elderly.Japanese Clinical Medicine, 2, 21-24.doi: 10.4137/jcm.s7173

Soegondo, S. 2008. Hidup Secara MandiriDengan Diabetes Mellitus KencingManis Sakit Gula, FKUI, Jakarta.

Subroto, M. Ahkam. 2006. Ramuan Herbaluntuk Diabetes Mellitus. Jakarta :Penebar Swadaya

Suyono, Soegondo, Subekti. 2009.Penatalaksanaan Diabetes MellitusTerpadu, balai penerbit FKUI, Jakarta.