rational terapi dr.akhmad edy anna
DESCRIPTION
panduan terapi pengobatan yang rasionalTRANSCRIPT
dr. Akhmad Edi
26 Februari 2013
Editor Anna
Contoh Kasus
Pengalaman Buruk Akibat Pengobatan Yang Tidak Rasional:
• Awal 2001 Jennifer Rufer menjalani khemoterapi dan
histerektomi setelah didiagnosis menderita suatu jenis
keganasan. Oncologist kemudian menemukan bahwa yang
bersangkutan telah salah didiagnosis. Untuk kesalahan
tersebut RS harus membayar US $ 16 juta ((Rp 150 M)
PERMASALAHAN
1. Peresepan yang tidak rasional lazim terjadi.
2. Pendidikan kedokteran lebih menekankan tentang bagaimana cara
diagnosis.
3. Terapetik, ketrampilan menulis resep yang akurat, dan ketrampilan
komunikasi sering sekali diabaikan.
4. Pemecahan masalah, integrasi, ketrampilan belajar mandiri kurang
dikembangkan.
5. Penggunaan obat yang rasional memerlukan penilaiantentang resiko
dan keuntungan(manfaat) yang kompleks dan rumit.
6. Peningkatan penyediaan jumlah obat yang sangat dramatic
maksudnya itu sekarang udah banyak perusahaan farmasi yang
banyak memproduksi obat.
WHO Guide to Good Prescribing
www.med.uva.es/who/ggp/homepage.htm ini adalah alamat
web yang dikasih ma dokter akhmad edy buat yang mau
memperdalam lagi tentang ilmu resep meresep ini tapi nggak janji
masih ada loh yaa ini page-nya :p
PRINCIPLE OF RATIONAL THERAPY
Buku ini terutama ditujukan kepada mahasiswa kedokteran yang akan
memasuki tahap pendidikan klinik. Di dalamnya terdapat panduan
tahap-demi tahap menuju peresepan yang rasional, disertai banyak
contoh. Panduan ini mengajarkan ketrampilan yang dibutuhkan
sepanjang karir dokternya. Mereka yang telah lulus dan dokter yang
berpraktek pun dapat menemukan hal-hal baru atau mungkin
mendapat dorongan untuk berubah. Panduan ini menekankan proses
peresepan. Membantu memikirkan apa yang harus dilakukan bukan
sekedar meniru apa yang orang lain pikirkan dan lakukan (kata2nya
bagus yaa?? :p)
THE SYSTEMATIC APPROACH (PENDEKATAN SISTEMATIK)
Maksudnya adalah dibawah ini ada beberapa step/tahapan yang harus
kita lakukan sebelum memberi terapi kepada pasien (berdasar buku-
nya WHO tadi yaa). Cekidoot :D
1. Proses pengobatan yang rasional
Pengobatan yang rasional menuntut pendekatan logis dan sesuai
dengan akal sehat. Meresepkan obat merupakan bagian dari proses
yang melibatkan banyak unsur lain, seperti menetapkan tujuan
terapi (pengobatan) dan memberikan penjelasan kepada pasien.
2. Memilih obat yang rasional (P-drugs)
Bagian ini mengajarkan kita memilih sendiri perangkat obat yang
akan selalu kita resepkan/gunakan dan akan kita kenal baik, ini
disebut obat-P(pribadi)/ P-drugs (personal – drugs).
3. Mengobati pasien
Bagian buku ini menunjukkan cara mengobati pasien, cara memilih,
meresepkan, dan memantau pengobatan, serta cara berkomunikasi
yang efektif dengan pasien
4. Selalu up to date (mengikuti perkembangan terkini)
Kita diingatkan akan kelebihan dan kekurangan berbagai sumber
informasi.terapi suatu penyakit itu selalu berkembang karena selalu
muncul banyak penelitian baru. Nha, kita dituntut untuk mengikuti
perkembangan tersebut.
Marii kita bahas one by one :D
1. Proses Terapi Rasional
Langkah yang pertama adalah kita wajib menentukan masalah pasien
biasa disebut dengan men-diagnosis. After that, tentukan tujuan
terapinya dan memilih pengobatan yang emang terbukti aman dan
manjur dari berbagai pilihan berbeda.
Langkah berikutnya, kita memulai pengobatannya, dengan menuliskan
resep yang akurat dan memberikan informasi serta instruksi yang jelas
kepada pasiennya mengenai cara pengobatannya.
Gak berhenti di situ lho yaa, kita juga harus memantau hasil
pengobatan. Jika masalah pasien teratasi maka pengobatan dapat
dihentikan. Jika tidak membaik, periksa ulang tahap2 yang udah kita
lalui tadi.
Contoh : Pasien 1
Kita berperan sebagai dokter umum dan mengobservasi kasus.
Seorang supir taksi berumur 52 tahun, mengeluh nyeri tenggorokan
dan batuk dengan diawalai oleh pilek sejak 2 minggu yang lalu.
Bersin2nya sudah berhenti tapi batuknya masih ada terutama pada
malam hari.
Pasien adalah perokok berat yang sudah sering disarankan untuk
berhenti. Pada anamnesis dan pemeriksaan lebih lanjut, tidka
ditemukan kelainan lain selain radang pada tenggorokannya.
Dokter memberi saran lagi kepada bapaknya untuk berhenti
merokok dan memberi obat personal Kodein R/kodein tablet 15mg,
3x sehari untuk 3 hari. (Beri penjelasan tentang obat, cara pakai
dan peringatan: kodein menekan batuk, bekerja 2-3 jam, Efek
Samping : sembelit, kantuk (terlalu banyak/minum alkohol),
ingatkan untuk datang kembali bila tidak membaik dalam seminggu
atau timbul ES. Pesan untuk minum sesuai aturan dan tidak minum
alkohol. Untuk mengecek pengertian pasien dapat diminta
mengulang penjelasan dengan kata2 pasien sendiri).
Terakhir pantau (/hentikan) pengobatan.
Summary (Kesimpulan tahap 1)
1. Tentukan masalah pasien diagnosis
2. Tentukan tujuan dari terapetiknya (apa yang ingin anda capai
dalam pengobatan ini?
3. Periksa kecocokan pengobatan personal anda cek
keefektifannya dan keamanannya. Ada kontraindikasi enggak.
Ada perhatian/warning enggak. Ada alergi obat enggak.
4. Memulai pengobatan
5. Memberikan informasi, instruksi, dan peringatan kepada pasien
tentang penggunaan obat.
6. Monitor (/stop) pengobatannya.
2. Selecting and Introduction a P-drugs
Sebagai dokter, setiap hari mungkin kita akan menangani lebih dari 40
pasien, yang banyak diantara mereka memerlukan obat. Bagaimana
kita memilih obat yang tepat dalam waktu yang relatif singkat?
Menggunakan daftar obat-P tentu akan sangat membantu.
Apakah Obat-P??? Obat-P adalah kumpulan obat yang telah anda
pilih untuk anda resepkan secara teratur dan anda telah
mengenalnya dengan baik. Obat-obat tersebut adalah pilihan
pertama untuk suatu indikasi.
Konsep obat-P bukan sekedar nama farmakologis, tetapi juga
menyangkut bentuk sediaan, dosis dan lama pemberian.
Dalam proses terapi rasional ada istilah terapi-P, apa bedanya dengan
obat-P? Kuncinya adalah tidak semua penyakit memerlukan obat untuk
penyembuhannya, obat tidak selalu terlibat dalam proses terapi,
pemilihan obat-P hampir sama dengan penentuan terapi-P.
Mengapa perlu mempunyai daftar obat-P sendiri : tanggung jawab
terakhir untuk keselamatan pasien ada di tangan anda sendiri;
membiasakan menangani berbagai konsep dan data farmakologi;
mengetahui obat pengganti bila obat pilihan tak dapat digunakan;
dengan memahami farmakologi obat-obat dalam dalam daftar obat-P
sendiri yang mengikuti informasi up-to-date menghindarkan peresepan
yang hanya sekedar didikte sejawat atau wiraniaga (detailer).
Contoh kasus : Pasien 2 (pemilihan obat untuk Angina pektoris)
Andaikata nih yaa, kita adalah seorang dokter muda, salah seorang
pasien pertama kita adalah pria 60 tahun tanpa riwayat penyakit
sebelumnya. Dalam beberapa bulan terakhir ini ia mengalami
serangan nyeri dada yang menysakkan nafasnya, mulai timbul
ketika ia melakukan kegiatan fisik dan segera menghilang jika
kegiatan dihaentikan. Sejak 4 tahun yll ia berhenti merokok. Ayah
dan saudara laki2nya meninggal karena serangan jantung. Dalam
setahun terakhir ia tidak pernah minum obat selain aspirin sebagai
analgesik.
Pada auskultasi ditemukan bising di atas a.carotis kanan dan
a.femoralis kanan. Tidak ada kelainan dalam pemeriksaan fisik. TD
130/86mmHg, denyut jantung 78/menit, teratur dan berat badannya
normal.
Kita yakin bahwa diagnosisnya adalah angina pectoris. Saat kita
menjelaskan penyakit bapak tersebut, pasien tersebut
mendengarkan dengan sungguh2 dan lalu bertanya,
Pasien : jadi harus bagaimana,dok?
Dokter : jadi sebenernya penyakit bapak ini bisa sembuh sendiri
namun bisa juga disembuhkan dengan obat.
Pasien : lha itu dia yang saya pengenin dok! *sambil senyum
girang
Permasalahannya kemudian muncul ketika kita akhirnya bingung
obat apa yang harus dikasih ke pasien kita ini??? Atenolol, glyceryl
trinitrate, furosemide, metoprolol, verapamil, haloperidol (astaga!!!
Ini bukan obat jantung woii). Semua obat terlintas dalam pikiran
kita. Lalu sebuah ilham turun terinspirasi dari sebuah iklan obat
untuk kita menuliskan resep obat bernama codacor. Obatnya dah
ketemu, lha, dosisnya berapa??? Masalah lagi !!! akhirnya kita
mengakui kalau kita nggak mengetahui dengan pasti.
Malam harinya, kita memikirkan masalah ini dan membahas tentang
pemilihan obatnya. Angina pectoris adalah penyakit yang umum
terjadi sehingga kita memutuskan untuk menyusun obat P (P-drugs)
yang dapat membantu kita dalam menghadapi kasus serupa
diwaktu yang akan datang.
Tahapan dalam menentukan obat P (P-drugs)
1. Tentukan diagnosis
Angina pektoris lebih merupakan suatu gelaja daripada suatu
penyakit. Gejalanya terbagi atas angina pektoris klasik dan angina
pektoris variant. Ada juga yang membagi angina pektoris stabil dan
non stabil. Karena bentuk tersebut sama2 berpengaruh dalam terapi
maka kita dapat mengatakan bahwa diagnosis pasien kita tadi
adalah angona pektoris yang disebabkan karena penyumbatan
parsial (arteriosklerotik) pada arteri koroner.
2. Menentukan tujuan terapi
Angina pektoris dapat dicegah dan diobati, tindakan pencegahan
dinilai lebih efektif. Akan tetapi padakasus ini kitahanya dapat
membatasi diri pada pengobatan saja. Pada kasus ini TUJUAN
terapinya adalah menghentikan serangan dengan segera. Angina
pektoris itu disebabkan oleh ketidakseimbangan kebutuhan oksigen
dan suplai oksigen pada otot jantung, maka yang harus dilakukan
adalah dengan meningkatkan suplai oksigen atau mengurangi
kebutuhan akan oksigen. Kita tau bahwa sulit untuk meningkatkan
suplai oksigen pada kasus sclerotic obstrusction pada arteri koroner,
sebab stenosis tidak dapat diatasi dengan obat. Jadi satu2nya cara
yang tersisa adalah dengan mengurangi kebutuhan akan oksigen
pada otot jantung keadaan ini cukup mengancam jiwa maka
harus segera ditangani.
3. Susun daftar kelompok obat-obat yang efektif.
Kriteria pertama untuk memilih kelompok obat adalah
efikasinya/kemanjurannya. Pada kasus ini, obat harus menurunkan
preload, kontraktilitas, frekuensi denyut jantung dan atau after load.
Ada 3 kelompok obat yang mempunyai efek tersebut, yaitu :
nitrates, beta bloker, dan calcium channel blockers.
4. Pilih kelompok obat yang paling efektif berdasarkan kriteria
Efek farmakologi ketiga kelompok ini harus dibandingkan. Dalam
membandingkan harus digunakan 3 syarat lain, yaitu :
keamanan, kecocokan, dan biaya pengobatannya. Tentu saja
efikasi atau kemanjuran adalah syarat utama dalam pemilihan
obat.
Oleh karena tujuan pengobatan adalah obat harus bekerja
secepat mungkin jadi kita harus berpikir dari segi
farmakodinamik dan farmakokinetik obat itu. Efikasi itu sendiri
ditentukan dari farmakodinamika dan farmakokinetik sebuah
obat.
Dibawah ini contoh2 obat dan cara bekerjanya :
Perbandingan antara tiga golongan obat yang digunakan pada angina
pectoris
Nitrat
Farmakodinamik Efek samping Kontraindikasi
Vasodilatasi perifer Wajah memerah, nyeri
kepala, takikardi
temporer
Gagal jantung,
hipotensi, peningkatan
tekanan intracranial
Toleransi (terutama
dengan tekanan darah
yang tetap)
Keracunan nitrat
karena dosis oral
berada dalam darah
lebih lama
Anemia
Farmakokinetik
First pass
metabolismenya tinggi.
Penyerapan yang
bervariasi di saluran
pencernaan (lebih
rendah pada
mononitrat)
Gliseril trinitrat bersifat
volatile atau mudah
menguap. Sediaan
tablet tidak dapat
disimpan dalam jangka
waktu lama.
Bentuk sediaan yang
berefek cepat: injeksi,
tablet sublingual, spray
oromukosal
Beta blocker
Farmakodinamik Efek samping Kontraindikasi
Menurunkan
kontraktilitas otot
jantung
Hipotensi, gagal
jantung kongestif
Hipotensi, gagal
jantung kongestif
Menurunkan frekuensi
jantung
Sinus bradikardia, blok
atrioventrikulare (AV
block)
Bradikardi, AV block,
sindrom sinus sakit
(sick sinus syndrome)
Bronkokonstriksi Provokasi asma Asma
Vasokonstriksi otot Akral dingin Penyakit Raynaud
Menghambat
glikogenolisis
Hipoglikemia Diabetes
Penurunan vasodilatasi
di penis
Impotensi
Farmakokinetik
Lipofilisitas
meningkatkan muatan
melalui sawar darah
otak
Kelelahan, penurunan
reaksi, mimpi buruk
Disfungsi liver
Bentuk sediaan yang
berefek cepat
injeksi
Calcium channel
blocker
Farmakodinamik Efek samping Kontraindikasi
Vasodilatasi koroner
Vasodilatasi perifer
(afterload)
Takikardia, pusing,
muka kemerahan,
hipotensi
Hipotensi
Penurunan kontraksi
jantung
Gagal jantung
kongestif
Gagal jantung
kongestif
Penurunan frekuensi
jantung
Sinus bradikardia, AV
block
AV block, sick sinus
syndrome
Bentuk sediaan berefek
cepat:
injeksi
5. Pilih obat P
Lamanya angina yang diderita seseorang tu engga bisa
diprediksi. Makanya pengobatan ditentukan oleh seberapa perlu
ditindak lanjuti. Pada ummnya, cukup diresepkan beberapa
tablet kecil glyceryl trinitrate saja sebab tergantung pada
formulanya, zat aktif tidak manjur lagi setelah beberapa lama.
Bila kita setuju dengan pilihan ini, tablet sublingual glyceryl
trinitrate adalah obat P pertama dalam formula obat kita. Bila
tidak setuju, maka kita memerlukan informasi yang memadai
untuk memilih obat lainnya.
Berikut contoh dari step ke-2 dalam prinsip pengobatan
rasional
Kesimpulannya adalah : diagnosis pasien adalah angina
pektoris unstable, membandingkan berbagai jenis terapi
berdasarkan farmakodinamika, efikasi, keamanan, kecocokan,
dan biaya pengobatan. Terpilihlah tablet sublingual glyceryl
trinitrate dengan dosis 1mg, diminum bila ada serangan dan bila
serangan berkelanjutan, maka dapat ditambah 1tablet lagi.
EXCERCISE
Obat P dan terapi P
Tidak semua masalah kesehatan membutuhkan pengobatan dengan
obat2an.
Seperti yang sudah dijelaskan, pengobatan juga dapat berupa nasihat
dan informasi, terapi non obat, terapi obat, terapi rujukan atau
kombinasi semuanya, membuat daftar pilihan pengobatan yang efektif
penting terutama untuk mengingatkan kita seringkali terapi non obat
mungkin diberikan dan bahkan diperlukan. Jangan segera
menyimpulkan bahwa obat P harus segera diresepkan. Seperti halnya
memilih obat P, kriteria kemanjuran, keamanan, kecocokan, dan biaya
harus digunakan ketika membandingkan berbagai kemungkinan terapi.
Contoh kasusnya sbb :
KONSTIPASI
Konstipasi adalah suatu kegagalan BAB selama sedikitnya 1 minggu.
Daftar pengobatan yang efektif a.l. : memberikan saran dan informasi
untuk banyak minum, konsumsi buah dan diet tinggi serat. Pergi ke
toilet jika merasa ingin BAB. Meyakinkan pasien bahwa ini bukan suatu
penyakit yang serius.
Terapi non obat : Latihan fisik
Terapi Obat : laxative (P drugs)
Terapi rujukan : tidka ada indikasi
DIARE CAIR AKUT DENGAN DEHIDRASI RINGAN PADA ANAK
Tujuan utama terapi pada kasus ini adalaj untuk mencegah dehidrasi
lebih lanjut debfab cara rehidrasi. Jadi bukan unntuk mengobati
infeksinya. Daftar pengobatan yang efektif : saran dan informasi medis
melanjutkan ASI dan makanan lainnya seperti biasa, observasi
secara seksama,
Terapi non obat : penambahan cairan (air tajin, jus buah, larutan gula
garam buata rumah /oralit)
Terapi obat : larutan rehidrasi oral (ORS), oral/nasograstrik tube
Terapi rujukan : tidak perlu
LUKA SUPERFISIAL YANG TERBUKA
Tujuan terapi pada kasus ini adalah untuk mempercepat penyembuhan
dan mencegah terjadinya infeksi. Kemungkinan pengobatannya adalah
saran dan informasi secara teratur memeriksa lukanya, kembali ke
dokter apabila terjadi infeksi pad alukanya/demam.
Terapi non obat : bersihkan dan tutup luka
Terapi obat : profilaksus tetanus, antibiotik (lokal/sistemik)
Terapi rujukan : tidak perlu
KESIMPULAN EXCERCISE
Dari ketiga kasus diatas dapat disimpulkan, pilihan tretment yang
pertama kali tidaklah mesti dengan obat. Nasihat dan informasi
seringkali dirasa cukup, seperti pada kasus konstipasi. Nasihat, cairan
dan rehidrasi sangat diperlukan pada kasus diare akut yang memberat,
daripada antidiare dan antibiotik. Pembalut/penutup luka dan nasihat
sangat diperlukan pada kasus luka luar, bukan antibiotik.
Pada kasus yang lebih serius misalnya persisten konstipasi, dehidrasi
serius pada anak kecil atau luka terbuka yang dalam, rujukan mungkin
diperlukan. Oleh karena itu rujukan juga dapat menjadi Terapi P,
contoh ketika tidak ada fasilitas untuk melanjutkan
pemeriksaan/terapi.
3. TREATING YOUR PATIENTS
Bagian ini dari bukum mengajarkan kita bagaimana menerapkan
terapi pada pasien dengan obat P kita yang sudah dipilih. Beberapa
contoh prakstis dalam bab buku ini mengajarkan kita bagaimana
untuk memilih, meresepkan, dan memonitor terapi kita. Tidak lupa
juga bagaimana cara berkomunikasi yang efektif dengan pasien
kita.
DEFINE THE PATIENT’S PROBLEM (Pasien 8)
Laki2 67 tahun datang untuk pengobatan bulan ke depan. Dia
mengatakan bahsa sekarang dia dalam keadaan sehat dan tidak ada
keluhan. Dia hanya meminta resep digoxin 0,25mg (60 tablet),
isosorbide dinitrate 5mg (180 tablet), furosemide 40mg (60 tablet),
salbutamol 4mg (180 tablet), cimetidine 200mg (120 tablet),
prednisolon 5mg (120 tablet), dan amoxicillin 500mg (180 tablet).
Pasien ini menyatakan tidak ada keluhan tetapi apakah benar??? *baca
dengan nada SILET mata membelalak* dia mungkin mempunyai
masalah jantung, asma, dan gangguan lambung, dia pasti punya
masalah yang lain, yaitu polifarmasi. Sebenarnya dia tidak
membutuhkan semua obat2an itu. Beberapa obat bahkan mungkin
digunakan untuk mengobati efek samping dari obat yang lain.
SPECIFY THE THERAPEUTIC
OBJECTIVE ( Pasien 9)
Seorang anak berusia 9
tahun terlihat kurang gizi.
Diare cair tanpa muntah
selama 3 hari. Dia tidak BAK
selama 24 jam. Pada
pemeriksaan tidak ada
demam., tetapi nadinya
capat dan elastisitas
kulitnya kurang. Pada
pasien ini, kemungkinan
penyebab diarenya adalah
RINGKASAN LANGKAH 1 : Menentukan Masalah pasien.
1. Penyakit atau gangguan2. Tanda penyakit yang
mendasari3. Masalah psikologis atau sosial,
kecemasan4. Efek samping obat5. Polifarmasi6. Ketidakpatuhan pengobatan7. Permintaan terapi untuk
pencegahan8. Kombinasi salah satu diatas.
infeksi viral, karena
diarenya encer (tidak
berlendir dan tidka
berdarah) serta tidak
demam. Terdapat tanda2
dehidrasi (lemah, urine
sedikit, penurunan turgor
kulit). Dehidrasi adalah
maslaah yang paling
dikhawatirkan karena
anak ini sudah dalam
keadaan kurang gizi. Tujuan
terapi kasus ini adalah :
untuk mencegah dehidrasi
lebih lanjut, rehidrasi. Tidak
ada tujuan untuk mengobati
infeksinya dan pemberian
antibiotik sangat tidak
efektif.
MEMBUKTIKAN KECOCOKAN DARI OBAT P
Pada semua kasus kita perlu memeriksa 3 aspek, yaitu :
1. Apakah zat aktif dan bentuk sediaan obat cocok diberikan pada
pasien?
2. Apakah jadwal pemberian dosis baku cocok?
3. Apakah standard durasi (lama pengobatan) sdari terapi cocok?
Untuk 3 aspek diatas perlu diperiksa : kemajuran (indikasi dan
sediaan cocok), keamanan (kontraindikasi, indikasi, kelompok
beresiko tinggi).
Kelompok yang mempunyai resiko tinggi (resiko terhadap efek
toksik dan efek samping lainnya) dalam pemilihan obat a.l :
1. Kehamilan ada obat2 tertentu yang bersifat teratogen
2. Laktasi ASI mengandung obat
3. Anak2 mempengaruhi tumbuh kembang anak
4. Orang tua rentan
5. Gagal ginjal sebagai tempat ekskresi obat
6. Gagal hepar tempat metabolisme obat
7. Riwayat alergi obat, dll
PASIEN 13
Laki2 45 tahun, menderita asma. Menggunakan salbutamol inhaler.
Beberapa minggu yll dia didiagnosis hipertensi (145/100 pada bbrp
pengukuran). Kita menyarankan untuk diet rendah garam tetapi
tekanan darahnya tetap tinggi. Kita memutuskan untuk menambah
obat terapinya. Pilihan obat P kita untuk pasien dibawah 50th adalaj
atenolol 50mg/hari.
Atenolol adalah obat personal yang tepat untuk mengobati
hipertensi esensial untuk pasien dibawah 50th. Namun seperti
semua beta bloker, obat ini juga bersifat kontraindikasi untuk
penderita asma. Meskipun tergolong beta bloker selektif, obat
ini memicu serangan asma, khususnya dalam dosis tinggi
akibat selektifitas yang berkurang. Bila asma tidak terlalu
berat, atenolol bisa direspkan dengan dosis rendah. Tetapi
pada asma berat, kita harus menggantinya dengan diuretik,
semua obat golongan thiazide merupakan pilihan terbaik.
Apakah dosis standar cocok untuk pasien ini? obat diberikan
dalam jadwal dosis tertentu agar dicapai kadar terapi dalam plasma
(therapeutic window/jendela terapi). Seperti langkah sebelumnya,
jadwal dosis harus efektif (manjur) dan aman untuk seorang pasien.
Ada 2 alasan untuk menyesuaikan jadwal dosis baku. Jendela terapi
dan atau kurva kadar dalam plasma mungkin berubah, atau jadwal
dosis menyulitkan pasien (*bingung yaa?? Sama!!! T.T)
Therapeutik window : menunjukkan sensitifitas/kepekaan
pasien terhadap kerja suatu obat.
Perubahan pada therapeutic window kadang2 diekspresikan
menjadi resisten atau menjadi hipersensitif. Satu2nya jalan
untuk menentukan therapeutic window pasien secara individu
adalah dengan trial/pengujian, monitoring secara seksama dan
pemikiran yang logis. Untuk berbagai alasan (misal : umur,
kehamilan, gangguan fungsi organ), masing2 individu mungkin
berbeda dari standart terapi. Perbedaan ini mungkin bisa
dipengaruhi oleh farmakodinamik dan farmakokinetik obat personal
yang kita berikan. Perubahan farmakodinamik bisa
mempengaruhi level (posisi) atau jarak therapeutic window
(liat graiknya yaa)
PASIEN 17
Seorang wanita 43 tahun, riwayat diabetes tergantung insulin
selama 26 tahun. Pengobatannya stabil dengan dosis insulin netral
2 kali dosis, 20 IU dan 30 IU. Baru2 ini didiagnosis hipertensi ringan,
terapi diet dan saran medis tidak terlalu efektif. Kita akan menobati
kondisi ini dengan bta bloker. Obat P kita adalah atenolol 50mg
sekali sehari.
Pada pasien ini sangat penting untuk diingat bahwa beta
bloker mempengaruhi efek insulin. Artinya, untuk memperoleh
efek yang sama, dibutuhkan kadar insulin yang leboh tinggi, jendela
terapi untuk insulin bergeser naik. Kurva kadar plasma tidak sesuai
lagi dengan jndela terapi sehingga dosis harian terapi insulin harus
ditingkatkan. Beta bloker juga dapat menyamarkan tanda2
hipoglikemi. Dengan 2 alasan ini kita memutuskan mengganti beta
bloker dengan kelompok obat lain yang tidka mempengaruhi
toleransi glukosa, misalnya penyekat kanal kalsium (calcium chanel
blockers).
CHANGE IN PLASMA CONCENTRATION-TIME CURVE
Kurva konsentrasi plasma-waktu mungkin lebih rendah atau lebih
tinggi dan atau konsentrasi plasma bisa berubah-ubah keluar dari
jendela terapi. Efek ini tergantung dari farmakokinetiknya obat pada
pasien. Ada 4 faktor yang menentukan rangkaian kurva, yaitu
: A (absorbsi), D (distribusi), M (metabolisme), E (ekskresi).
Kita harus selalu memeriksa apakah faktor ADME pada pasien kita
berbeda dengan umumnya. Kalau demikian halnya, kita harus
memastikan efeknya pada kurva kadar plasma. Setiap perubahan
pada faktor ADME tentu mempengaruhi kadar plasma.
Hubungan antara faktor ADME dan kadar plasma
1. Kurva konsentrasi akan TURUN jika :
a. Absorbsi rendah
b. Distribusi tinggi
c. Metabolisme tinggi
d. Ekskresi tinggi
2. Kurva konsentrasi akan NAIK jika :
a. Absorbsi tinggi/naik
b. Distribusi rendah
c. Metabolisme rendah
d. Ekskresi rendah
PASIEN 22
Apakah durasi standart pengobatan cocok untuk pasien ini ?
Seorang anak usia 6 tahun. Didiagnosis giardiasis dengan diare
yang persisten. R/ metronidazole 200mg/5ml, 3x 5ml suspense oral
sehari diberikan 105ml.
Pada kebanyakan infeksi, diperlukan waktu yang cukup untuk
membunuh mikrobany dan pengobatan yang pendek mungkin tidak
efektif. Namun setelah pengobatan yang lama, m.o. kemungkinan
akan berkembang resisten dan kemungkinan akan terajdi efek
samping.
Pengobatan pada pasien ini efektif dan aman. Giardiasis dengan
diare persisten membutuhkan pengobatan selam 1 minggu dan
105ml sangat cukup untuk 1minggu. Kebanyakan farmaist enggan
membuat jumlah obat 105ml/49tablet (karena gak pas). Mereka
biasanya memilih angka bulat 100ml atau 50 tablet, karena
pengukuran akan lebih mudah dan biasanya obat2an tersebut
sudah tersedia dalam ukuran tertentu.
LANGKAH 3 : PERIKSA KECOCOKAN OBAT P
3A : apakah zat aktif dan bentuk sediaannya cocok?
a. Manjur : indikasi obat (obat benar2 diperlukan?)
b. Aman : kontraindikasi (mudah penanganannya, murah?)
3B : apakah jadwal dosis sudah cocok?
a. Manjur : dosis kurva (kurva berada dalam jandela terapi), waktu
yang paling baik (mudang mengingatnya)
b. Aman : kontraindikasi (kelompok resiko tinggi, penyakit lain),
interaksi (obat lain, makanan, alkohol)
3C : apakah lama pengobatan sudah cocok?
a. Manjur : durasinya tepat (injeksi, profilaksis, masa tenggang
*kaya provider hiihii), nyaman (mudah penyimpannannya, biaya)
b. Aman : kontraindikasi (ES, ketergantungan, bunuh diri o_O),
jumlah terlalu banyak (kualitas menurun, penggunaan obat sisa)
Jadiiiii, terapi yang rasional itu meliputi :
1. Tepat diagnosis/indikasi Wajib lho yaa, salah diagnosis, salah obat
Malpraktek
2. Tepat memilih obat dan sediaannya
3. Tepat dosis dan cara pemberian
4. Aman dan manjur
5. Terjangkau