d'journal reguler edisi 51

16
i 1 | I 21 | w l o E dis 5 X | 0 1 w w. p mjo u r n a l . cm Liputan : Bicara Jadwal Bicara Keterbatasan Di Balik “Pesta Topeng” Expo

Upload: lpm-journal

Post on 22-Mar-2016

236 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Buletin D'Journal Reguler LPM Journal STMIK Amikom Yk

TRANSCRIPT

Page 1: D'Journal Reguler Edisi 51

i1

| I

21

|w

lo

Ed

is 5

X

|

01

w

w.p

mjo

urn

al.c

m

Liputan :

Bicara Jadwal Bicara Keterbatasan

Di Balik “Pesta Topeng” Expo

Page 2: D'Journal Reguler Edisi 51

Perlu kekompakan dari lembaga dan dosen serta masukan konkret dari mahasiswa untuk memecahkan masalah dan menemukan solusi terbaik.

Cuaca siang 02 November di STMIK

Amikom Yogyakarta sedikit petang. Bulan ini

memang banyak membawa bekal air hujan

sebanyak mahasiswa yang berjubel di kantin.

Sebanyak kendaraan bermesin di wahana parkir

Amikom. Sedang aku berada di Basement Unit V

yang lengang. Tidak ada kendaraan bermain di sini

sekarang.

Penunjuk waktu digital di telepon

genggamku menandakan pukul 14.03. Tidak sabar

rasanya. Aku bersama seorang kawan menyusuri

dominasi warna ungu menuju satu tempat. Tempat

di mana segelintir mahasiswa sibuk mengurus

administrasi. Tempat di mana segelintir mahasiswa

duduk mengobrol apa saja. Lantai satu Unit IV.

Kami sampai tanpa keringat yang berarti.

Memandang beberapa waktu lalu mendekatkan diri

dengan tiga orang satpam di timur laut. Aku

menyebut satu nama yang akan kutemui, Rahma

Widyawati. Dia adalah Pembantu Ketua II Kampus

Ungu. Hanya butuh waktu sekitar dua minggu

sampai dia mempunyai waktu untuk bertatap muka

denganku. Dan sekarang butuh waktu beberapa

menit untuk menunggu terselesaikannya obrolan

Rahma—biasa dia disapa—dengan Rum M. Andri,

Pembantu Ketua I. Aku menghabiskan waktu

menunggu dengan berbincang ringan dengan salah

seorang satpam.

Kawan perjalananku pamit untuk

meninggalkan tempat. Tidak lama berselang aku

dipersilahkan untuk menemui Rahma di ruang

Puket II. Di dalam, aku disambut oleh salah seorang

staf. Dipersilahkan duduk. Tidak butuh waktu lama,

Rahma menemuiku. Wanita kelahiran 1967 ini

tersenyum di hadapanku. Menawari minuman. Dia

sedikit mencurahkan kelelahannya pasca akreditasi

di STMIK Amikom Yogyakarta, Purwokerto dan

Solo. Akreditasi ini memakan waktu satu bulan.

Di sampingku sebotol teh, di samping Rahma

segelas kopi. Perbincangan dibuka dari penerimaan

mahasiswa tahun ini. Dia menjelaskan tentang

pembatasan mahasiswa di Amikom masih berada

pada batasan atas. Batasan atas yang dimaksud

adalah hampir sama dengan tahun kemarin. Tahun

ini penerimaan mahasiswa 2540. Tidak berbeda

jauh dengan tahun kemarin yang berjumlah 2470.

“Walaupun dengan penerimaan tersebut

menimbulkan masalah, kelas sudah terisi sekitar 95

persen, laboratorium lebih tinggi lagi,”jelasnya. Hal

ini menyulitkan mencari kelas pengganti jika dosen

DITERBITKAN OLEH : LPM Journal STMIK Amikom Yogyakarta. PELINDUNG : Drs. M. Idris Purwanto, M.M. PEMBINA : Jaeni, S. kom. PIMPINAN UMUM : Ika Nurindah P. WAKIL

PIMPINAN UMUN : Deni Dwi K. SEKRETARIS UMUM : Melinda Detya R. PIMPINAN REDAKSI : Ilham Bagus P. PIMPINAN PRODUKSI : Fery Eka A. REDAKTUR PELAKSANA : Satrio Rizki D,

Sugiarti. REDAKTUR : Ilham Bagus P, Tirta Hadi Pranata. REPORTER : Deni Dwi K, Sugiarti, Meilinda Detya R, Ngaliman, Nurhapsoro Triyowibowo, Zani Noviansyah, Adam Ghifari, Ika Nurindah P.

FOTOGRAFER : Adam Ghifari. LAYOUTER : Fery Eka A.ALAMAT REDAKSI : Ruang sekretariat bersama, STMIK Amikom Yogyakarta, JL. Ringroad Utara, Condongcatur, Depok,

Sleman, Yogyakarta. EMAIL : [email protected]. WEBSITE : www.lpmjournal.com . TELP : (0274) 7013524 .

rang tua dan anak adalah satu kesatuan.

Saling melengkapi dan berbagi. Orang tua

memberi teladan dan ngemong anak-Oanaknya. Anak-anak berbakti agar membanggakan

orang tuanya. Jika terjadi perbedaan pandangan,

harusnya mereka berbagi tempat duduk, bertukar

suara, menemukan jalan tengah bersama. Mungkin

semakin indah jika ditemani secangkir teh, seperti

salah satu iklan teh celup di layar televisi. Lembaga

dan mahasiswa seyogyanya dapat membangun rasa

memiliki. Namun perlu diingat, rasa memiliki di sini

bukan hanya tentang penghargaan, namun juga

tentang keterbukaan.

Buletin D'Journal kembali hadir di tengah persiapan

Expo pertengahan November ini. Expo merupakan

wadah bagi mahasiswa untuk mengakrabkan diri

dengan Organisasi Mahasiswa (Orma) di STMIK

Amikom Yogyakarta. Dengan tema “Masquerade”,

tentu ada filosofi yang tersirat dan layak diketahui.

Are we really happy here?

With this lonely game we play.

Looking for words to say.

Searching but not finding.

Understanding anywhere.

We're lost in a masquerade.

Selamat menikmati Buletin D'Journal Edisi 51 ini.

Menikmati dengan segelas teh panas atau segelas

teh dingin. Kawan-kawan pasti mengerti.

Salam pers mahasiswa!

Redaksi Buletin D'Journal menerima kiriman pembaca dalam rubrik

Wacana, Pojok Sastra dan Seputar Teknologi Informasi.

Buletin D'Journal juga terbuka untuk hak jawab, saran, dan kritik

berkaitan dengan konten ataupun tampilan dari buletin D'Journal.

Tulisan dapat dikirim ke alamat:[email protected]

Menemukan Duri Bersama

Ilustra

si : Jou

rnal |

Ilham

D’Journal

Page 3: D'Journal Reguler Edisi 51

Perlu kekompakan dari lembaga dan dosen serta masukan konkret dari mahasiswa untuk memecahkan masalah dan menemukan solusi terbaik.

Cuaca siang 02 November di STMIK

Amikom Yogyakarta sedikit petang. Bulan ini

memang banyak membawa bekal air hujan

sebanyak mahasiswa yang berjubel di kantin.

Sebanyak kendaraan bermesin di wahana parkir

Amikom. Sedang aku berada di Basement Unit V

yang lengang. Tidak ada kendaraan bermain di sini

sekarang.

Penunjuk waktu digital di telepon

genggamku menandakan pukul 14.03. Tidak sabar

rasanya. Aku bersama seorang kawan menyusuri

dominasi warna ungu menuju satu tempat. Tempat

di mana segelintir mahasiswa sibuk mengurus

administrasi. Tempat di mana segelintir mahasiswa

duduk mengobrol apa saja. Lantai satu Unit IV.

Kami sampai tanpa keringat yang berarti.

Memandang beberapa waktu lalu mendekatkan diri

dengan tiga orang satpam di timur laut. Aku

menyebut satu nama yang akan kutemui, Rahma

Widyawati. Dia adalah Pembantu Ketua II Kampus

Ungu. Hanya butuh waktu sekitar dua minggu

sampai dia mempunyai waktu untuk bertatap muka

denganku. Dan sekarang butuh waktu beberapa

menit untuk menunggu terselesaikannya obrolan

Rahma—biasa dia disapa—dengan Rum M. Andri,

Pembantu Ketua I. Aku menghabiskan waktu

menunggu dengan berbincang ringan dengan salah

seorang satpam.

Kawan perjalananku pamit untuk

meninggalkan tempat. Tidak lama berselang aku

dipersilahkan untuk menemui Rahma di ruang

Puket II. Di dalam, aku disambut oleh salah seorang

staf. Dipersilahkan duduk. Tidak butuh waktu lama,

Rahma menemuiku. Wanita kelahiran 1967 ini

tersenyum di hadapanku. Menawari minuman. Dia

sedikit mencurahkan kelelahannya pasca akreditasi

di STMIK Amikom Yogyakarta, Purwokerto dan

Solo. Akreditasi ini memakan waktu satu bulan.

Di sampingku sebotol teh, di samping Rahma

segelas kopi. Perbincangan dibuka dari penerimaan

mahasiswa tahun ini. Dia menjelaskan tentang

pembatasan mahasiswa di Amikom masih berada

pada batasan atas. Batasan atas yang dimaksud

adalah hampir sama dengan tahun kemarin. Tahun

ini penerimaan mahasiswa 2540. Tidak berbeda

jauh dengan tahun kemarin yang berjumlah 2470.

“Walaupun dengan penerimaan tersebut

menimbulkan masalah, kelas sudah terisi sekitar 95

persen, laboratorium lebih tinggi lagi,”jelasnya. Hal

ini menyulitkan mencari kelas pengganti jika dosen

DITERBITKAN OLEH : LPM Journal STMIK Amikom Yogyakarta. PELINDUNG : Drs. M. Idris Purwanto, M.M. PEMBINA : Jaeni, S. kom. PIMPINAN UMUM : Ika Nurindah P. WAKIL

PIMPINAN UMUN : Deni Dwi K. SEKRETARIS UMUM : Melinda Detya R. PIMPINAN REDAKSI : Ilham Bagus P. PIMPINAN PRODUKSI : Fery Eka A. REDAKTUR PELAKSANA : Satrio Rizki D,

Sugiarti. REDAKTUR : Ilham Bagus P, Tirta Hadi Pranata. REPORTER : Deni Dwi K, Sugiarti, Meilinda Detya R, Ngaliman, Nurhapsoro Triyowibowo, Zani Noviansyah, Adam Ghifari, Ika Nurindah P.

FOTOGRAFER : Adam Ghifari. LAYOUTER : Fery Eka A.ALAMAT REDAKSI : Ruang sekretariat bersama, STMIK Amikom Yogyakarta, JL. Ringroad Utara, Condongcatur, Depok,

Sleman, Yogyakarta. EMAIL : [email protected]. WEBSITE : www.lpmjournal.com . TELP : (0274) 7013524 .

rang tua dan anak adalah satu kesatuan.

Saling melengkapi dan berbagi. Orang tua

memberi teladan dan ngemong anak-Oanaknya. Anak-anak berbakti agar membanggakan

orang tuanya. Jika terjadi perbedaan pandangan,

harusnya mereka berbagi tempat duduk, bertukar

suara, menemukan jalan tengah bersama. Mungkin

semakin indah jika ditemani secangkir teh, seperti

salah satu iklan teh celup di layar televisi. Lembaga

dan mahasiswa seyogyanya dapat membangun rasa

memiliki. Namun perlu diingat, rasa memiliki di sini

bukan hanya tentang penghargaan, namun juga

tentang keterbukaan.

Buletin D'Journal kembali hadir di tengah persiapan

Expo pertengahan November ini. Expo merupakan

wadah bagi mahasiswa untuk mengakrabkan diri

dengan Organisasi Mahasiswa (Orma) di STMIK

Amikom Yogyakarta. Dengan tema “Masquerade”,

tentu ada filosofi yang tersirat dan layak diketahui.

Are we really happy here?

With this lonely game we play.

Looking for words to say.

Searching but not finding.

Understanding anywhere.

We're lost in a masquerade.

Selamat menikmati Buletin D'Journal Edisi 51 ini.

Menikmati dengan segelas teh panas atau segelas

teh dingin. Kawan-kawan pasti mengerti.

Salam pers mahasiswa!

Redaksi Buletin D'Journal menerima kiriman pembaca dalam rubrik

Wacana, Pojok Sastra dan Seputar Teknologi Informasi.

Buletin D'Journal juga terbuka untuk hak jawab, saran, dan kritik

berkaitan dengan konten ataupun tampilan dari buletin D'Journal.

Tulisan dapat dikirim ke alamat:[email protected]

Menemukan Duri Bersama

Ilustra

si : Jou

rnal |

Ilham

D’Journal

Page 4: D'Journal Reguler Edisi 51

04 05

yang mengajar berhalangan hadir. Permasalahan

bertambah dengan semakin banyaknya mahasiswa

yang menggunakan kendaraan pribadi. Di satu sisi

sangat riskan jika mahasiswa baru dibatasi dalam

penggunaan kendaraan bermotor. Gelaran acara

Amikom Cycling juga kurang mendapat apresiasi

dari mahasiswa. Padahal, acara ini dimaksudkan

dalam rangka membentuk kesadaran bersama

untuk bersepeda sehingga wahana parkir yang ada

bisa dimaksimalkan.

Dengan senyum yang tidak pernah surut,

Rahma menjelaskan perihal fasilitas yang siap dan

sedang dipersiapkan Amikom. berkaitan dengan Ijin

Mendirikan Bangunan (IMB), praktis hanya gedung

Organisasi Mahasiswa (Orma) yang dapat dan

sedang dibangun menjadi Student Centre. Dome

Amikom juga belum dapat diowah-owah karena

masih bersifat sewa. Keinginan membeli dome juga

terkendala belum jelasnya kepemilikan tanah.

“Mahasiswa banyak di samping berkah, juga

cobaan,” canda Rahma kepadaku. Aku tersenyum.

Walaupun demikian, Rahma tetap menekankan

kualitas dalam bidang akademik. Dia juga berharap

mahasiswa dapat berperan aktif untuk membantu

mengontrol perkuliahan. “Dosen harus mengajar

sesuai Satuan Acara Pengajaran (SAP),” imbuhnya.

Rahma berharap jangan sampai dosen jarang

masuk.

Beralih ke kantin. Menurut Rahma,

“idealnya kantin terletak di atas, bukan di

basement”. Patut melihat bagaimana kantin yang

penuh sesak, pengap dan penuh asap rokok.

Persoalan ditambah tidak adanya kipas angin

sebagai penyelamat. Namun untuk saat ini belum

memungkinkan untuk dilakukan pembangunan

kembali. Rencana yang sudah dicanangkan sering

tidak match dengan anggaran. Dia menyayangkan

sering dilanggarnya peraturan untuk tidak merokok

di dalam kantin. Selanjutnya Rahma berharap agar

peraturan di kantin dilaksanakan.

Masih berlanjut. Perbincanganku dengan

Rahma memasuki babak baru. Kemahasiswaan.

Memang dilematis ketika berbicara tentang

kemahasiswaan pada mahasiswa. Walaupun sarana

belum mendukung sepenuhnya, Rahma

menghimbau agar mahasiswa dapat

mengoptimalkan kegiatan sebaik mungkin. Dia

mengambil contoh gelaran Expo yang akan dimulai

pertengahan November ini. “Bisa saja panitia

mencari sponsor dari perusahaan-perusahan yang

berelasi dengan Amikom ,” ujarnya bersolusi

terkait kekurangan dana yang dialami panitia Expo.

Lembaga dan mahasiswa harus memiliki interaksi

yang bagus, misal dengan transfer knowledge.

Dengan demikian akan tumbuh rasa memiliki

antara mahasiswa dan lembaga.

Di samping Rahma duduk seorang staf,

perempuan juga. Dan dia mengingatkanku untuk

tidak lupa meminum teh botol di sampingku. Aku

seakan lupa kalau tenggorokanku kering tertawa

sepanjang obrolan. Aku meneguk setengahnya dan

cerita belum akan selesai. Ketetapan M.

Suyanto—selaku Ketua STMIK Amikom

Yogyakarta—terkadang tidak didukung fasilitas

yang ada. Ini menyebabkan kesan keponthal-

ponthal bagi pengembangan kampus. Selain

terkendala lahan yang sulit mendapat

IMB—praktis hanya Student Center yang dapat

dibangun, proses penganggaran juga menjadi

masalah. Sedang program tembusan tidak bisa

dilakukan tiba-tiba.

Ada hal yang sempat ditanyakan Rahma

padaku, juga pada mahasiswa-mahasiswa

sepertiku. Aku sudah siap mendengarkannya.

“Apakah fasilitas yang ada sudah dimaksimalkan

mahasiswa?”. “Perlukah jam malam untuk Orma?”.

Berbincang ringan di luar jalur. Tertawa

bersama lembaga terasa menyenangkan. Semoga

masih akan menyenangkan. Waktu menunjukkan

pukul 15.47, aku tidak mau terlalu nyaman duduk

di sandaranku. tertawa sebentar lalu berpamitan.

Melanjutkan langkah ke tempat seharusnya aku

berada. Kampusku memang menyajikan banyak

cerita. Seru, juga sendu. Menatap langit senja dan

aku tahu petang pasti akan beralih terang.

Ilham

Pe

um

pu

kan

n

kn

dar

aan

e

< 10 %n

i

LahaH

jau

1028

eklas

l

Jadwa

Padat

55u n

n

r a gavs

KOMPLIKASI

RAWWWR!!!

Satrio

Frans

> 7000a

ssw

a

Total m

hai

sfasilita ?

Page 5: D'Journal Reguler Edisi 51

04 05

yang mengajar berhalangan hadir. Permasalahan

bertambah dengan semakin banyaknya mahasiswa

yang menggunakan kendaraan pribadi. Di satu sisi

sangat riskan jika mahasiswa baru dibatasi dalam

penggunaan kendaraan bermotor. Gelaran acara

Amikom Cycling juga kurang mendapat apresiasi

dari mahasiswa. Padahal, acara ini dimaksudkan

dalam rangka membentuk kesadaran bersama

untuk bersepeda sehingga wahana parkir yang ada

bisa dimaksimalkan.

Dengan senyum yang tidak pernah surut,

Rahma menjelaskan perihal fasilitas yang siap dan

sedang dipersiapkan Amikom. berkaitan dengan Ijin

Mendirikan Bangunan (IMB), praktis hanya gedung

Organisasi Mahasiswa (Orma) yang dapat dan

sedang dibangun menjadi Student Centre. Dome

Amikom juga belum dapat diowah-owah karena

masih bersifat sewa. Keinginan membeli dome juga

terkendala belum jelasnya kepemilikan tanah.

“Mahasiswa banyak di samping berkah, juga

cobaan,” canda Rahma kepadaku. Aku tersenyum.

Walaupun demikian, Rahma tetap menekankan

kualitas dalam bidang akademik. Dia juga berharap

mahasiswa dapat berperan aktif untuk membantu

mengontrol perkuliahan. “Dosen harus mengajar

sesuai Satuan Acara Pengajaran (SAP),” imbuhnya.

Rahma berharap jangan sampai dosen jarang

masuk.

Beralih ke kantin. Menurut Rahma,

“idealnya kantin terletak di atas, bukan di

basement”. Patut melihat bagaimana kantin yang

penuh sesak, pengap dan penuh asap rokok.

Persoalan ditambah tidak adanya kipas angin

sebagai penyelamat. Namun untuk saat ini belum

memungkinkan untuk dilakukan pembangunan

kembali. Rencana yang sudah dicanangkan sering

tidak match dengan anggaran. Dia menyayangkan

sering dilanggarnya peraturan untuk tidak merokok

di dalam kantin. Selanjutnya Rahma berharap agar

peraturan di kantin dilaksanakan.

Masih berlanjut. Perbincanganku dengan

Rahma memasuki babak baru. Kemahasiswaan.

Memang dilematis ketika berbicara tentang

kemahasiswaan pada mahasiswa. Walaupun sarana

belum mendukung sepenuhnya, Rahma

menghimbau agar mahasiswa dapat

mengoptimalkan kegiatan sebaik mungkin. Dia

mengambil contoh gelaran Expo yang akan dimulai

pertengahan November ini. “Bisa saja panitia

mencari sponsor dari perusahaan-perusahan yang

berelasi dengan Amikom ,” ujarnya bersolusi

terkait kekurangan dana yang dialami panitia Expo.

Lembaga dan mahasiswa harus memiliki interaksi

yang bagus, misal dengan transfer knowledge.

Dengan demikian akan tumbuh rasa memiliki

antara mahasiswa dan lembaga.

Di samping Rahma duduk seorang staf,

perempuan juga. Dan dia mengingatkanku untuk

tidak lupa meminum teh botol di sampingku. Aku

seakan lupa kalau tenggorokanku kering tertawa

sepanjang obrolan. Aku meneguk setengahnya dan

cerita belum akan selesai. Ketetapan M.

Suyanto—selaku Ketua STMIK Amikom

Yogyakarta—terkadang tidak didukung fasilitas

yang ada. Ini menyebabkan kesan keponthal-

ponthal bagi pengembangan kampus. Selain

terkendala lahan yang sulit mendapat

IMB—praktis hanya Student Center yang dapat

dibangun, proses penganggaran juga menjadi

masalah. Sedang program tembusan tidak bisa

dilakukan tiba-tiba.

Ada hal yang sempat ditanyakan Rahma

padaku, juga pada mahasiswa-mahasiswa

sepertiku. Aku sudah siap mendengarkannya.

“Apakah fasilitas yang ada sudah dimaksimalkan

mahasiswa?”. “Perlukah jam malam untuk Orma?”.

Berbincang ringan di luar jalur. Tertawa

bersama lembaga terasa menyenangkan. Semoga

masih akan menyenangkan. Waktu menunjukkan

pukul 15.47, aku tidak mau terlalu nyaman duduk

di sandaranku. tertawa sebentar lalu berpamitan.

Melanjutkan langkah ke tempat seharusnya aku

berada. Kampusku memang menyajikan banyak

cerita. Seru, juga sendu. Menatap langit senja dan

aku tahu petang pasti akan beralih terang.

Ilham

Pu

mp

uk

aen

n

nd

aa

nk

er

a

< 10 %Lahan Hijau

1028

elask

Jdw

al

aPadat

55

u nan

r a gvs

KOMPLIKASI

RAWWWR!!!

Satrio

Frans

>7

0

00

otm

as

swa

Tal

hai

sfasilita ?

Page 6: D'Journal Reguler Edisi 51

06 07

Hal yang paling dinanti mahasiswa tiap

awal semester adalah jadwal kuliah. Selain untuk

mengetahui waktu perkuliahan, jadwal tersebut

juga dibutuhkan mahasiswa yang bekerja untuk

membuat penyesuaian jadwal. Namun di

semester ganjil ini jadwal baru keluar dua hari

sebelum perkuliahan. Mungkin karena jumlah

mahasiswa yang tidak sebanding dengan kelas

dan laboratorium, membuat penyusunan jadwal

menjadi rumit dan lama.

Keluarnya jadwal yang

mendadak ini tidak hanya merugikan

mahasiswa, tetapi dosen juga. Ketika

jadwal mengajar dengan jadwal

kegiatan di luar kampus bentrok,

mengakibatkan

beberapa dosen

mengosongkan perkuliahannya. Tidak masalah

ketika diadakan jadwal pengganti dan tak perlu

mengelak ada yang senang jika kuliah kosong.

Tapi bagaimana dengan mahasiswa yang

terkendala jarak antara kampus dengan

rumahnya?

Ketika itu saya dan beberapa kawan

dari D3TI menginputkan 4 mata kuliah wajib

yang ditawarkan, tapi saat jadwal keluar hanya

satu yang muncul. Banyak mahasiswa yang

memilih untuk tidak mengikuti kuliah pada

minggu pertama. Kemudian ada perbaikan

jadwal. Tapi apakah semua mahasiswa

mengetahuinya? Banyak yang tidak ikut

berpartisipasi terhadap penjadwalan ulang ini.

Sebagian mahasiswa yang ingin memperbaiki

jadwal terkendala server www.amikom.ac.id yang

down.

Kekecewaan juga dirasakan oleh

mahasiswa S1. Beberapa dari mereka tidak bisa

kuliah hanya karena tidak mendapat kelas.

Kesalahan mereka tidak input KRS pada hari

pertama. Namun hari ke

berapapun mereka

menginputkan KRS,

seharusnya tetap berhak

mendapatkan kelas bukan?

Kelas tambahan diusahakan

tapi tetap masih ada

mahasiswa “menganggur”

dan menanti tahun depan untuk mengambil mata

kuliah tersebut.

Banyak pertanyaan yang muncul, banyak

pula jawaban “mungkin” yang kadang kita

simpulkan sendiri. Semuanya karena kurangnya

komunikasi yang membuat keluhan di sana sini.

Saya berharap kejadian ini tidak selalu berulang

tiap semesternya. Meningkatnya “kuantitas”

diharapkan juga terjadi peningkatan “kualitas” di

Amikom, karena kami mahasiswa bukan hanya

sesuatu yang dapat dihitung tapi kami mahasiswa

juga permata yang ingin selalu diasah sehingga

bisa menjadi mahasiswa yang berkilau.

Secara teknis jadwal perkuliahan di STMIK

Amikom Yogyakarta' disusun oleh Biro

Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan

(BAAK). Penyusunan dimulai dari ketua jurusan

(kajur) yang menawarkan pengisian formulir mata

kuliah (makul) berikut kesanggupan waktu

mengajar kepada dosen Amikom yang mengajar

lebih dari satu universitas. Sedangkan untuk dosen

dari Amikom, pembagian waktu mengajar

ditentukan oleh kajur. Data tersebut diserahkan ke

BAAK untuk diolah dengan sistem. Data yang sudah

diolah tidak langsung dijadikan acuan, melainkan

kembali disosialisasikan kepada kajur dan dosen

apabila perlu direvisi. Jika masing-masing pihak

sudah menyetujui maka jadwal akan dikirim ke

basis data Innovation Center (IC) untuk kemudian

disosialisasikan.

Permasalahan yang timbul terkait jadwal

antara lain, jarangnya dosen masuk dengan tidak

adanya konfirmasi dari dosen yang bersangkutan,

jadwal perkuliahan antara mata kuliah wajib dan

konsentrasi yang saling 'bertabrakan' serta waktu

perkuliahan yang menurut mereka tidak efisien.

“Merepotkan kalau sehari ada kuliah pagi dan sore

dan itu jedanya lama, apalagi saya nglaju,” ujar

Nunun Siti Rochimah mahasiswi S1 Sistem

Informasi (SI) angkatan 2010 yang tinggal di

Moyudan, Kulon Progo (3/11).

Persoalan lain ketika sudah saatnya mengisi

Kartu Rencana Studi (KRS), mahasiswa terlambat

mengisi dan jadwal tidak muncul. Hal itu

menyebabkan saat perkuliahan, mahasiswa yang

tidak mendapat kelas itu masuk ke kelas terakhir.

“Untuk Amikom kayaknya masalah jadwal masih

rancu atau masih perlu dirombak, kadang masalah

mengisi KRS makulnya tidak muncul dan harus

lapor lagi , kadang database eror,” kata Andi Rizal

mahasiswa S1 SI angkatan 2009.

Menanggapi permasalahan tersebut kepala

bagian BAAK Achmad Fauzi mengatakan bahwa

penyusunan jadwal butuh kecermatan dan

ketelitian. Penjadwalan berarti mengolah variabel

ketersediaan ruang, jumlah mata kuliah dan kelas

yang cukup banyak. “Hari Sabtu kita mengusahakan

tidak ada kuliah. Namun dengan keterbatasan

ruang kelas dan laboratorium, Sabtu tetap ada

kuliah namun hanya praktikum,” tambahnya. Sri

Ngudi Wahyuni— salah satu staf BAAK— juga

menambahkan bahwa lembaga selalu menjadikan

mahasiswa sebagai prioritas. Namun menurutnya

mengolah variabel keterbatasan bukan perkara

mudah. “Ada 1028 jumlah total kelas dari semester

1 sampai 7 dengan kapasitas yang ada 40 ruangan

teori dan 15 ruang praktek. Perbandingan tersebut

menjadi pertimbangan utama,” ujarnya.

Mengenai masalah dosen terkait

penjadwalan, Sudarmawan selaku kajur Teknik

Informatika mengatakan bahwa dosen yang

berhalangan hadir atau ingin pindah jadwal kuliah

dengan alasan lain hendaknya mendiskusikan

terlebih dahulu kepada mahasiswa (4/11). Hal ini

dimaksudkan agar keputusan yang diambil tidak

sepihak dan merepotkan mahasiswa nantinya.

Frans|Satrio|Mey

Oleh : Isnaini Rahmawati (09.01.2556)

Problem-problem Terkait Jadwal KuliahBicara Jadwal Bicara Keterbatasan

Papan Digital Amikom menampilkan Jadwal perkuliahan (10/11/2011)

dan ruangJournal | Ilham

Page 7: D'Journal Reguler Edisi 51

06 07

Hal yang paling dinanti mahasiswa tiap

awal semester adalah jadwal kuliah. Selain untuk

mengetahui waktu perkuliahan, jadwal tersebut

juga dibutuhkan mahasiswa yang bekerja untuk

membuat penyesuaian jadwal. Namun di

semester ganjil ini jadwal baru keluar dua hari

sebelum perkuliahan. Mungkin karena jumlah

mahasiswa yang tidak sebanding dengan kelas

dan laboratorium, membuat penyusunan jadwal

menjadi rumit dan lama.

Keluarnya jadwal yang

mendadak ini tidak hanya merugikan

mahasiswa, tetapi dosen juga. Ketika

jadwal mengajar dengan jadwal

kegiatan di luar kampus bentrok,

mengakibatkan

beberapa dosen

mengosongkan perkuliahannya. Tidak masalah

ketika diadakan jadwal pengganti dan tak perlu

mengelak ada yang senang jika kuliah kosong.

Tapi bagaimana dengan mahasiswa yang

terkendala jarak antara kampus dengan

rumahnya?

Ketika itu saya dan beberapa kawan

dari D3TI menginputkan 4 mata kuliah wajib

yang ditawarkan, tapi saat jadwal keluar hanya

satu yang muncul. Banyak mahasiswa yang

memilih untuk tidak mengikuti kuliah pada

minggu pertama. Kemudian ada perbaikan

jadwal. Tapi apakah semua mahasiswa

mengetahuinya? Banyak yang tidak ikut

berpartisipasi terhadap penjadwalan ulang ini.

Sebagian mahasiswa yang ingin memperbaiki

jadwal terkendala server www.amikom.ac.id yang

down.

Kekecewaan juga dirasakan oleh

mahasiswa S1. Beberapa dari mereka tidak bisa

kuliah hanya karena tidak mendapat kelas.

Kesalahan mereka tidak input KRS pada hari

pertama. Namun hari ke

berapapun mereka

menginputkan KRS,

seharusnya tetap berhak

mendapatkan kelas bukan?

Kelas tambahan diusahakan

tapi tetap masih ada

mahasiswa “menganggur”

dan menanti tahun depan untuk mengambil mata

kuliah tersebut.

Banyak pertanyaan yang muncul, banyak

pula jawaban “mungkin” yang kadang kita

simpulkan sendiri. Semuanya karena kurangnya

komunikasi yang membuat keluhan di sana sini.

Saya berharap kejadian ini tidak selalu berulang

tiap semesternya. Meningkatnya “kuantitas”

diharapkan juga terjadi peningkatan “kualitas” di

Amikom, karena kami mahasiswa bukan hanya

sesuatu yang dapat dihitung tapi kami mahasiswa

juga permata yang ingin selalu diasah sehingga

bisa menjadi mahasiswa yang berkilau.

Secara teknis jadwal perkuliahan di STMIK

Amikom Yogyakarta' disusun oleh Biro

Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan

(BAAK). Penyusunan dimulai dari ketua jurusan

(kajur) yang menawarkan pengisian formulir mata

kuliah (makul) berikut kesanggupan waktu

mengajar kepada dosen Amikom yang mengajar

lebih dari satu universitas. Sedangkan untuk dosen

dari Amikom, pembagian waktu mengajar

ditentukan oleh kajur. Data tersebut diserahkan ke

BAAK untuk diolah dengan sistem. Data yang sudah

diolah tidak langsung dijadikan acuan, melainkan

kembali disosialisasikan kepada kajur dan dosen

apabila perlu direvisi. Jika masing-masing pihak

sudah menyetujui maka jadwal akan dikirim ke

basis data Innovation Center (IC) untuk kemudian

disosialisasikan.

Permasalahan yang timbul terkait jadwal

antara lain, jarangnya dosen masuk dengan tidak

adanya konfirmasi dari dosen yang bersangkutan,

jadwal perkuliahan antara mata kuliah wajib dan

konsentrasi yang saling 'bertabrakan' serta waktu

perkuliahan yang menurut mereka tidak efisien.

“Merepotkan kalau sehari ada kuliah pagi dan sore

dan itu jedanya lama, apalagi saya nglaju,” ujar

Nunun Siti Rochimah mahasiswi S1 Sistem

Informasi (SI) angkatan 2010 yang tinggal di

Moyudan, Kulon Progo (3/11).

Persoalan lain ketika sudah saatnya mengisi

Kartu Rencana Studi (KRS), mahasiswa terlambat

mengisi dan jadwal tidak muncul. Hal itu

menyebabkan saat perkuliahan, mahasiswa yang

tidak mendapat kelas itu masuk ke kelas terakhir.

“Untuk Amikom kayaknya masalah jadwal masih

rancu atau masih perlu dirombak, kadang masalah

mengisi KRS makulnya tidak muncul dan harus

lapor lagi , kadang database eror,” kata Andi Rizal

mahasiswa S1 SI angkatan 2009.

Menanggapi permasalahan tersebut kepala

bagian BAAK Achmad Fauzi mengatakan bahwa

penyusunan jadwal butuh kecermatan dan

ketelitian. Penjadwalan berarti mengolah variabel

ketersediaan ruang, jumlah mata kuliah dan kelas

yang cukup banyak. “Hari Sabtu kita mengusahakan

tidak ada kuliah. Namun dengan keterbatasan

ruang kelas dan laboratorium, Sabtu tetap ada

kuliah namun hanya praktikum,” tambahnya. Sri

Ngudi Wahyuni— salah satu staf BAAK— juga

menambahkan bahwa lembaga selalu menjadikan

mahasiswa sebagai prioritas. Namun menurutnya

mengolah variabel keterbatasan bukan perkara

mudah. “Ada 1028 jumlah total kelas dari semester

1 sampai 7 dengan kapasitas yang ada 40 ruangan

teori dan 15 ruang praktek. Perbandingan tersebut

menjadi pertimbangan utama,” ujarnya.

Mengenai masalah dosen terkait

penjadwalan, Sudarmawan selaku kajur Teknik

Informatika mengatakan bahwa dosen yang

berhalangan hadir atau ingin pindah jadwal kuliah

dengan alasan lain hendaknya mendiskusikan

terlebih dahulu kepada mahasiswa (4/11). Hal ini

dimaksudkan agar keputusan yang diambil tidak

sepihak dan merepotkan mahasiswa nantinya.

Frans|Satrio|Mey

Oleh : Isnaini Rahmawati (09.01.2556)

Problem-problem Terkait Jadwal KuliahBicara Jadwal Bicara Keterbatasan

Papan Digital Amikom menampilkan Jadwal perkuliahan (10/11/2011)

dan ruangJournal | Ilham

Page 8: D'Journal Reguler Edisi 51

08 09

FESTIVAL TAKBIR MAHASISWA LUAR DAERAH

Eratkan Persatuan dengan Gema TakbirFoto dan teks: Adam Ghifari N.

Siang di akhir pekan dengan cuaca mendung itu, sekelompok mahasiswa sibuk di halaman sebuah rumah kos di Jalan Nangka nomor 3, Condongcatur, Depok, Sleman. Banyak bahan hasil kreasi di tempat itu, seperti potongan gabus dan beberapa helai kain. Perkakas seperti palu dan gergaji pun nampak di genggaman beberapa orang kawan. Gotong royong yang mereka lakukan ini tak lain adalah sebuah usaha membawa nama Maluku—provinsi mereka berasal—untuk tampil sebaik mungkin saat mengumandangkan takbir di malam harinya bersama mahasiswa dari daerah lain.Festival takbir Idul Adha 1432 H yang diselenggarakan oleh Ikatan Mahasiswa Kepulauan Riau di Yogyakarta—pertama kalinya ini—adalah upaya mempererat persatuan dan persaudaraan mahasiswa dari berbagai daerah yang menuntut ilmu di Yogyakarta.

Selengkapnya, kunjungihttp://www.lpmjournal.com/journal-foto/foto-festival-takbir-mahasiswa-luar-daerah-eratkan-persatuan-dengan-gema-takbir

Jalan Nangka Nomor 3 Perkakas

Ornamen Khas Maluku Gabus Bagus

Ekspresi(f)

Tabuh Irama.

Semacam Plat Nomor

Berkumandang Harmoni Takbir

Page 9: D'Journal Reguler Edisi 51

08 09

FESTIVAL TAKBIR MAHASISWA LUAR DAERAH

Eratkan Persatuan dengan Gema TakbirFoto dan teks: Adam Ghifari N.

Siang di akhir pekan dengan cuaca mendung itu, sekelompok mahasiswa sibuk di halaman sebuah rumah kos di Jalan Nangka nomor 3, Condongcatur, Depok, Sleman. Banyak bahan hasil kreasi di tempat itu, seperti potongan gabus dan beberapa helai kain. Perkakas seperti palu dan gergaji pun nampak di genggaman beberapa orang kawan. Gotong royong yang mereka lakukan ini tak lain adalah sebuah usaha membawa nama Maluku—provinsi mereka berasal—untuk tampil sebaik mungkin saat mengumandangkan takbir di malam harinya bersama mahasiswa dari daerah lain.Festival takbir Idul Adha 1432 H yang diselenggarakan oleh Ikatan Mahasiswa Kepulauan Riau di Yogyakarta—pertama kalinya ini—adalah upaya mempererat persatuan dan persaudaraan mahasiswa dari berbagai daerah yang menuntut ilmu di Yogyakarta.

Selengkapnya, kunjungihttp://www.lpmjournal.com/journal-foto/foto-festival-takbir-mahasiswa-luar-daerah-eratkan-persatuan-dengan-gema-takbir

Jalan Nangka Nomor 3 Perkakas

Ornamen Khas Maluku Gabus Bagus

Ekspresi(f)

Tabuh Irama.

Semacam Plat Nomor

Berkumandang Harmoni Takbir

Page 10: D'Journal Reguler Edisi 51

10 11

Expo merupakan agenda tahunan Amikom

yang merupakan ajang unjuk gigi Orma. Rencananya

akan diadakan pada 17-19 November 2011 di

Basement unit 5 STMIK Amikom Yogyakarta.

Bertema pesta topeng “Masquerade”(Pesta Topeng)

yang berfilosofi perwujudan bahwa Orma-Orma itu

ada “wajah” artinya Orma-Orma menunjukan wajah

mereka melalui topeng. “Mungkin sangat ironis

topeng dan wajah, topeng menyembunyikan wajah.

Tapi justru itulah, kita ingin memperlihatkan wajah

melalui topeng,” Mulyan Nuarsa selaku Ketua

Panitia Expo 2011 (4/11).

Expo merupakan ajang yang sangat penting

bagi orma yang ada di STMIK Amikom, pasalnya

pada saat inilah Orma membuka pendaftaran bagi

calon mahasiswa yang ingin bergabung pada Orma

yang diminatinya. “Menurut saya ya penting karena

untuk perekrutan anggota baru,” kata Rini Lestari

wakil ketua Manggar (2/11).

Sampai H -7 menjelang pelaksanaan expo

panitia penyelanggaraan dibingungkan dengan

konsep yang belum fix. Hal ini terkait dengan dana

yang dikucurkan oleh pihak lembaga dirasa panitia

terlalu sedikit dan adanya perubahan rencana dari

lembaga. Lembaga mematok alokasi dana untuk

Expo kali ini sebesar 5 juta.

Menurut Mulyan, lembaga tidak bisa

mengubah keuangannya. Senat juga tidak bisa

mengubah rancangan keuangan Orma. Tapi

lembaga memberikan opsi agar diadakannya iuran

untuk seluruh Orma.

Panitia tidak terlalu berharap banyak pada

sponsorship. Mengingat acara ini bersifat intern,

akan sulit untuk pihak sponsor mau mengeluarkan

dana banyak. Untuk mencari solusi dari

permasalahan dana pihak panitia dan Orma

mengadakan pertemuan pada hari Sabtu, 5

November 2011 yang dihadiri lima Orma yaitu

Onegai, Fossil, Kempo, Ikna dan ABBC. Hasil dari

pertemuan itu memutuskan bahwa Orma sepakat

untuk iuran yang uangnya dialokasikan sebagai

biaya partisipasi yang besarnya Rp 280.000,-/stan.

Namun ada lima Orma yang yang mengajukan

untuk mendapat keringanan dan Orma tersebut

hanya dibebani Rp 100.000,-/stan untuk biaya

partisipasi.

Selain itu yang menjadi permasalahan

adalah pelaksaan waktu Expo yang dikonsep

lembaga dilaksanakan setelah Entrepreneur Day

(ED). Nurfata Aliem Prabowo selaku koordinator

sie acara Expo 2011 mengatakan lembaga

mengonsep seminggu entrepreneur day dan Expo.

Kemarin kita sudah berkomunikasi dengan teman-

teman dari pihak ED namun tidak ada hasil.

Kemungkinan terburuk, Expo-nya teman-teman

Orma bisa mulai loading barang jam 2 pagi setelah

acara ED selesai dilaksanakan.

Sampai berita ini diturunkan D'Journal

belum bisa menemui pihak lembaga yang berkaitan

dengan event ini. Namun panitia dan Orma

berharap agar Expo tahun ini dapat berjalan

sukses dan berbeda dari tahun lalu.

Frans | Sugi | Adam

22 Oktober kemarin STMIK Amikom Yogyakarta

Amikom melaksanakan Wisuda Periode ke-40

bertempat di Graha Sarina Vidi, Yogyakarta. Wisuda

ini diikuti 400 peserta dari program Diploma,

Sarjana dan Pasca Sarjana. Untuk periode ini

wisudawan terbaik dari yang terbaik adalah Anozi

Mada. Berikut wawancara singkat dengan

Mada—biasa dia disapa—disela istirahat kerja

Mada sebagai Junior Programmer di PT. Time

Excelindo (15.16). Tepat pada hari Kamis, 03

November 2011 di Unit III lantai tiga.

Bagaimana perasaan anda ketika mendapatkan

predikat wisudawan terbaik?

Bingung dan kaget. Pada waktu wisuda

saya bingung mengapa hanya saya yang tidak

mendapatkan samir —medali wisuda—. Saya

bertanya ke panitia, katanya yang penting masuk.

Pada waktu pengumuman wisudawan terbaik ,

ternyata nama saya yang dipanggil.

Apa kriteria wisudawan terbaik ?

Setahu saya dari Indeks Prestasi Kumulatif

(IPK). Tetapi tidak hanya IPK saja sepertinya. Ada

juga yang IPK bagus namun lewat masa studinya,

sehingga tidak terpakai. Saya sendiri menempuh

studi 3 tahun—enam semester—tapi setiap

semester harus mengambil 24 sks dengan IPK 3,86.

Dan alhamdulillah saya belum pernah ikut

semester pendek.

Apa usaha yang anda lakukan selama

menempuh pendidikan di Amikom?

Saya suka mengeksplorasi sendiri dan

autodidak. Tidak bergantung pada materi kuliah di

Amikom.

Bidang apa yang anda sukai ?

Dulu saya ingin menjadi game

programmer. Namun saya akhirnya lebih fokus ke

sistem informasi dan membuat produk-produk

software.

Kesibukan anda selain kuliah?

Magang di Time Excelindo (TE). Awalnya

memang susah membagi waktu antara kuliah dan

kerja. Bagi saya kuliah tetap yang utama, jika ada

jam kosong saya langsung masuk kerja.

Apa judul skripsi anda? Mengapa memilih judul

tersebut?

“Analisis dan Perancangan Sistem

Informasi Kehadiran pada PT. Time Exelindo”. Saat

itu saya bekerja magang di TE. Ketika saya bertanya

apa yang dibutuhkan, TE meminta untuk membuat

sistem kehadiran. Kurang lebih satu bulan skripsi

saya sudah selesai.

Rencana anda selanjutnya?

Dalam waktu dekat saya akan resign dari

TE dan mencoba mencari pekerjaan yang lebih

besar di Jakarta.

Apakah beasiswa dari Amikom akan diambil

tahun ini?

Acuan saya saat ini adalah ke Jakarta untuk

mencari pengalaman. Jika survive di sana dan

sukses, mungkin saya akan melepaskan beasiswa

tersebut. Namun jika gagal, saya akan kembali

untuk melanjutkan studi S2 dulu.

Pesan untuk adik angkatan dan teman-teman yg

sedang skripsi ?

Untuk adik angkatan, materi kuliah

dipelajari dan lebih diperdalam lagi. Percuma jika

hanya lulus-lulusan saja. Untuk teman-teman yang

sedang skripsi, jangan mudah menyerah jika dosen

pembimbing agak susah. Tetap semangat kawan!

Ilham | Deni

Dari Terbaik Menuju yang Terbaik

Nama : Anozi MadaTTL : Sleman, 05-03-1990NPM : 08.12.3065Jurusan : Sistem Informasi

Alamat : Jl. Kaliurang Km. 14, Gang Kangguru 10A, Sleman, Yogyakarta

Tanggal Lulus : 25 Agustus 2011Judul Skripsi : Analisis dan Perancangan

Sistem Informasi Kehadiran pada PT. Time Excelindo

Di Balik “Pesta Topeng” Expo

Page 11: D'Journal Reguler Edisi 51

10 11

Expo merupakan agenda tahunan Amikom

yang merupakan ajang unjuk gigi Orma. Rencananya

akan diadakan pada 17-19 November 2011 di

Basement unit 5 STMIK Amikom Yogyakarta.

Bertema pesta topeng “Masquerade”(Pesta Topeng)

yang berfilosofi perwujudan bahwa Orma-Orma itu

ada “wajah” artinya Orma-Orma menunjukan wajah

mereka melalui topeng. “Mungkin sangat ironis

topeng dan wajah, topeng menyembunyikan wajah.

Tapi justru itulah, kita ingin memperlihatkan wajah

melalui topeng,” Mulyan Nuarsa selaku Ketua

Panitia Expo 2011 (4/11).

Expo merupakan ajang yang sangat penting

bagi orma yang ada di STMIK Amikom, pasalnya

pada saat inilah Orma membuka pendaftaran bagi

calon mahasiswa yang ingin bergabung pada Orma

yang diminatinya. “Menurut saya ya penting karena

untuk perekrutan anggota baru,” kata Rini Lestari

wakil ketua Manggar (2/11).

Sampai H -7 menjelang pelaksanaan expo

panitia penyelanggaraan dibingungkan dengan

konsep yang belum fix. Hal ini terkait dengan dana

yang dikucurkan oleh pihak lembaga dirasa panitia

terlalu sedikit dan adanya perubahan rencana dari

lembaga. Lembaga mematok alokasi dana untuk

Expo kali ini sebesar 5 juta.

Menurut Mulyan, lembaga tidak bisa

mengubah keuangannya. Senat juga tidak bisa

mengubah rancangan keuangan Orma. Tapi

lembaga memberikan opsi agar diadakannya iuran

untuk seluruh Orma.

Panitia tidak terlalu berharap banyak pada

sponsorship. Mengingat acara ini bersifat intern,

akan sulit untuk pihak sponsor mau mengeluarkan

dana banyak. Untuk mencari solusi dari

permasalahan dana pihak panitia dan Orma

mengadakan pertemuan pada hari Sabtu, 5

November 2011 yang dihadiri lima Orma yaitu

Onegai, Fossil, Kempo, Ikna dan ABBC. Hasil dari

pertemuan itu memutuskan bahwa Orma sepakat

untuk iuran yang uangnya dialokasikan sebagai

biaya partisipasi yang besarnya Rp 280.000,-/stan.

Namun ada lima Orma yang yang mengajukan

untuk mendapat keringanan dan Orma tersebut

hanya dibebani Rp 100.000,-/stan untuk biaya

partisipasi.

Selain itu yang menjadi permasalahan

adalah pelaksaan waktu Expo yang dikonsep

lembaga dilaksanakan setelah Entrepreneur Day

(ED). Nurfata Aliem Prabowo selaku koordinator

sie acara Expo 2011 mengatakan lembaga

mengonsep seminggu entrepreneur day dan Expo.

Kemarin kita sudah berkomunikasi dengan teman-

teman dari pihak ED namun tidak ada hasil.

Kemungkinan terburuk, Expo-nya teman-teman

Orma bisa mulai loading barang jam 2 pagi setelah

acara ED selesai dilaksanakan.

Sampai berita ini diturunkan D'Journal

belum bisa menemui pihak lembaga yang berkaitan

dengan event ini. Namun panitia dan Orma

berharap agar Expo tahun ini dapat berjalan

sukses dan berbeda dari tahun lalu.

Frans | Sugi | Adam

22 Oktober kemarin STMIK Amikom Yogyakarta

Amikom melaksanakan Wisuda Periode ke-40

bertempat di Graha Sarina Vidi, Yogyakarta. Wisuda

ini diikuti 400 peserta dari program Diploma,

Sarjana dan Pasca Sarjana. Untuk periode ini

wisudawan terbaik dari yang terbaik adalah Anozi

Mada. Berikut wawancara singkat dengan

Mada—biasa dia disapa—disela istirahat kerja

Mada sebagai Junior Programmer di PT. Time

Excelindo (15.16). Tepat pada hari Kamis, 03

November 2011 di Unit III lantai tiga.

Bagaimana perasaan anda ketika mendapatkan

predikat wisudawan terbaik?

Bingung dan kaget. Pada waktu wisuda

saya bingung mengapa hanya saya yang tidak

mendapatkan samir —medali wisuda—. Saya

bertanya ke panitia, katanya yang penting masuk.

Pada waktu pengumuman wisudawan terbaik ,

ternyata nama saya yang dipanggil.

Apa kriteria wisudawan terbaik ?

Setahu saya dari Indeks Prestasi Kumulatif

(IPK). Tetapi tidak hanya IPK saja sepertinya. Ada

juga yang IPK bagus namun lewat masa studinya,

sehingga tidak terpakai. Saya sendiri menempuh

studi 3 tahun—enam semester—tapi setiap

semester harus mengambil 24 sks dengan IPK 3,86.

Dan alhamdulillah saya belum pernah ikut

semester pendek.

Apa usaha yang anda lakukan selama

menempuh pendidikan di Amikom?

Saya suka mengeksplorasi sendiri dan

autodidak. Tidak bergantung pada materi kuliah di

Amikom.

Bidang apa yang anda sukai ?

Dulu saya ingin menjadi game

programmer. Namun saya akhirnya lebih fokus ke

sistem informasi dan membuat produk-produk

software.

Kesibukan anda selain kuliah?

Magang di Time Excelindo (TE). Awalnya

memang susah membagi waktu antara kuliah dan

kerja. Bagi saya kuliah tetap yang utama, jika ada

jam kosong saya langsung masuk kerja.

Apa judul skripsi anda? Mengapa memilih judul

tersebut?

“Analisis dan Perancangan Sistem

Informasi Kehadiran pada PT. Time Exelindo”. Saat

itu saya bekerja magang di TE. Ketika saya bertanya

apa yang dibutuhkan, TE meminta untuk membuat

sistem kehadiran. Kurang lebih satu bulan skripsi

saya sudah selesai.

Rencana anda selanjutnya?

Dalam waktu dekat saya akan resign dari

TE dan mencoba mencari pekerjaan yang lebih

besar di Jakarta.

Apakah beasiswa dari Amikom akan diambil

tahun ini?

Acuan saya saat ini adalah ke Jakarta untuk

mencari pengalaman. Jika survive di sana dan

sukses, mungkin saya akan melepaskan beasiswa

tersebut. Namun jika gagal, saya akan kembali

untuk melanjutkan studi S2 dulu.

Pesan untuk adik angkatan dan teman-teman yg

sedang skripsi ?

Untuk adik angkatan, materi kuliah

dipelajari dan lebih diperdalam lagi. Percuma jika

hanya lulus-lulusan saja. Untuk teman-teman yang

sedang skripsi, jangan mudah menyerah jika dosen

pembimbing agak susah. Tetap semangat kawan!

Ilham | Deni

Dari Terbaik Menuju yang Terbaik

Nama : Anozi MadaTTL : Sleman, 05-03-1990NPM : 08.12.3065Jurusan : Sistem Informasi

Alamat : Jl. Kaliurang Km. 14, Gang Kangguru 10A, Sleman, Yogyakarta

Tanggal Lulus : 25 Agustus 2011Judul Skripsi : Analisis dan Perancangan

Sistem Informasi Kehadiran pada PT. Time Excelindo

Di Balik “Pesta Topeng” Expo

Page 12: D'Journal Reguler Edisi 51

Mungkin Anda sudah tak asing lagi dengan

sebuah gambar yang bentuknya seperti kumpulan

kotak kecil dan besar yang tidak beraturan. Kali ini

rubrik seputar IT akan berbagi tentang hal tersebut.

Gambar tersebut bernama Quick Response

Code (QR Code), yaitu kode respon cepat yang

merupakan evolusi barcode dari satu dimensi

menjadi dua dimensi. Barcode hanya mampu

menyimpan informasi secara horizontal, sedangkan

QR Code mampu menyimpan informasi secara

vertikal dan horizontal. Sehingga QR Code memiliki

kapasitas lebih tinggi dalam data pengkodean.

QR Code mampu menyimpan semua jenis

data, seperti data numerik, alfabetis, kanji, kana,

hiragana, simbol, dan kode biner. Secara spesifik, QR

Code mampu menyimpan data jenis numerik

sampai dengan 7.089 karakter, data alphanumerik

sampai dengan 4.296 karakter, kode binari sampai

dengan 2.844 byte, dan huruf kanji sampai dengan

1.817 karakter. Selain itu QR Code memiliki

tampilan yang lebih kecil dari pada barcode

sehingga makin ringkas. Dalam QR Code juga dapat

ditanamkan informasi berupa alamat URL, nomor

telpon, teks dan sms.

Untuk dapat membaca QR Code dibutuhkan

ponsel yang memiliki aplikasi pembaca QR Code

dan memiliki akses internet untuk menghubungkan

ponsel dengan situs yang ada dalam QR Code.

Pengguna harus mengaktifkan aplikasi pembaca QR

Code selanjutnya mengarahkan kamera ke QR Code.

Secara otomatis aplikasi pembaca QR Code akan

12 13

memindai data yang tertanam dalam QR Code

tersebut. Aplikasi yang dapat membaca QR Code

antara lain misalnya “Kaywa Reader” yang dapat

diinstal pada ponsel Nokia, iMatrix untuk iPhone

dll.

Teknologi QR Code biasa digunakan sebagai

alat promosi suatu produk atau jasa. Namun oleh

Dynotag, QR Code digunakan sebagai tools pelacak

barang hilang. Dynotag, sebuah startup yang

berbasis di Seattle, Amerika Serikat, merilis sebuah

layanan yang memungkinkan penggunanya

membuat QR Code secara gratis dan kodenya akan

merujuk ke halaman web personal. QR Code yang

telah dibentuk berupa tag (label) ini dapat dicetak

dan diletakkan di barang/benda yang berpotensi

hilang.

Misalnya anda membuat QR Code untuk

tas/koper. Jika suatu saat tas ini tertinggal atau

hilang, siapapun dapat memindai QR Code anda

dan akan langsung diarahkan pada halaman web

anda. QR Code juga dapat diaplikasikan untuk

objek yang lain, seperti hewan piaraan. Tinggal

cetak tag QR Code tersebut dan gantungkan di

kalung atau leher hewan.

Dynotag dirancang untuk dapat mengirim

sebuah email atau teks notifikasi pemilik tag ketika

tag dipindai oleh seseorang, juga dengan lokasi tag

berada bila perangkat yang digunakan untuk

memindai dilengkapi dengan GPS.

http://www.tekno.kompas.com|http://www.tre

naudiovideo.com|Andri

mahasiswa disana

“Mau ikutan demo kayak meraka” kata paijo dengan

ekpresi serius

“iya bang, emang ada yang aneh yah kalo ikutan

begituan? Kan asik bisa ikut menyuarakan

perubahan” Tanya saya balik

Gak sih den, hanya mereka tu mahasiswa tipu –

tipu”

Hah? Mahasiswa tipu – tipu? Maksudnya? Dengan

tampang polos tanda tidak mengerti ucapan paijo

“Iya den, tu mereka kebanyakan hanya mahasiswa

yang dibayar, kalo aden gak percaya lihat aja nanti

dipojokan lampu merah sana 30 menit lagi pasti

ada mobil mercy item datang”

“Ah abang bercanda nih”

“Saya serius den, berani sumpah deh, pasti ntar tu

mas – mas yang pake bandana kuning sama tas ijo

nike pasti masuk ke mercy item. Saya sering kok

denger cerita tukang ojek disana kalo orang yang

ada di mercy item itu suka bayar orang buat demo-

demo atau masa buat kampanye bupati kemaren”

Plak!! Sebuah tamparan mengena di fikiran ku,

semangat yang kuat seakan sirna sudah mendengar

omongan paijo. Semangat manusia muda yang

benci dengan ketidak beresan negara “besar” ini.

Bersambung….!!!

“Turunkan presiden…!! basmi koruptor… !! tegak

kan keadilan...!!” teriak segerombolan manusia

berpakaian serepkan bercorak dan berlogo senada

yang mencerminkan suatu univeritas elit di daerah

saya. Ya. Teriak penuh semangat manusia muda

yang enggan melihat tatanan kehidupan terporak

porandakan akibat oknum yang bejat.

Kemudian berlalu sambil seutas senyum dan

semangat timbul dibenak saya sebagai manusia

muda untuk sedikit ikut berjuang meluluhlantahkan

sitem kacau balau negara. Walaupun hanya dengan

teriak – teriak yang entah apa mungkin didengar

oleh oknum yang “diatas” sana.

“bang kopi susunya 1 donk”, “oke den” kata saya di

sambut tukang angkringan.

“dah lama jualan disini bang?”

“lumayan den, udah sekitar 5 tahun”

“Semangat sekali jualan disni?”

“Ya mau gimana lagi den, hanya dengan begini kulo

saget urip” ujar abang angkringan sambil terkekeh.

Pembincangan pun mengalir hingga ak pun

mengenal nama si abang angkringan yaitu paijo asli

wonosabo berusia sekitar 57 tahun.

“Oh ya bang, ngmong-ngmong semangat sekali ya

orang-orang disana? Pengen deh ikutan gabung

kesana” ujarku sambil menatap mahasiswa-

Inovasi

QR CodeSumber : www.okaygeek.com

Manusia mudaOleh : Nurhapsoro Triyo Wibowo

Page 13: D'Journal Reguler Edisi 51

Mungkin Anda sudah tak asing lagi dengan

sebuah gambar yang bentuknya seperti kumpulan

kotak kecil dan besar yang tidak beraturan. Kali ini

rubrik seputar IT akan berbagi tentang hal tersebut.

Gambar tersebut bernama Quick Response

Code (QR Code), yaitu kode respon cepat yang

merupakan evolusi barcode dari satu dimensi

menjadi dua dimensi. Barcode hanya mampu

menyimpan informasi secara horizontal, sedangkan

QR Code mampu menyimpan informasi secara

vertikal dan horizontal. Sehingga QR Code memiliki

kapasitas lebih tinggi dalam data pengkodean.

QR Code mampu menyimpan semua jenis

data, seperti data numerik, alfabetis, kanji, kana,

hiragana, simbol, dan kode biner. Secara spesifik, QR

Code mampu menyimpan data jenis numerik

sampai dengan 7.089 karakter, data alphanumerik

sampai dengan 4.296 karakter, kode binari sampai

dengan 2.844 byte, dan huruf kanji sampai dengan

1.817 karakter. Selain itu QR Code memiliki

tampilan yang lebih kecil dari pada barcode

sehingga makin ringkas. Dalam QR Code juga dapat

ditanamkan informasi berupa alamat URL, nomor

telpon, teks dan sms.

Untuk dapat membaca QR Code dibutuhkan

ponsel yang memiliki aplikasi pembaca QR Code

dan memiliki akses internet untuk menghubungkan

ponsel dengan situs yang ada dalam QR Code.

Pengguna harus mengaktifkan aplikasi pembaca QR

Code selanjutnya mengarahkan kamera ke QR Code.

Secara otomatis aplikasi pembaca QR Code akan

12 13

memindai data yang tertanam dalam QR Code

tersebut. Aplikasi yang dapat membaca QR Code

antara lain misalnya “Kaywa Reader” yang dapat

diinstal pada ponsel Nokia, iMatrix untuk iPhone

dll.

Teknologi QR Code biasa digunakan sebagai

alat promosi suatu produk atau jasa. Namun oleh

Dynotag, QR Code digunakan sebagai tools pelacak

barang hilang. Dynotag, sebuah startup yang

berbasis di Seattle, Amerika Serikat, merilis sebuah

layanan yang memungkinkan penggunanya

membuat QR Code secara gratis dan kodenya akan

merujuk ke halaman web personal. QR Code yang

telah dibentuk berupa tag (label) ini dapat dicetak

dan diletakkan di barang/benda yang berpotensi

hilang.

Misalnya anda membuat QR Code untuk

tas/koper. Jika suatu saat tas ini tertinggal atau

hilang, siapapun dapat memindai QR Code anda

dan akan langsung diarahkan pada halaman web

anda. QR Code juga dapat diaplikasikan untuk

objek yang lain, seperti hewan piaraan. Tinggal

cetak tag QR Code tersebut dan gantungkan di

kalung atau leher hewan.

Dynotag dirancang untuk dapat mengirim

sebuah email atau teks notifikasi pemilik tag ketika

tag dipindai oleh seseorang, juga dengan lokasi tag

berada bila perangkat yang digunakan untuk

memindai dilengkapi dengan GPS.

http://www.tekno.kompas.com|http://www.tre

naudiovideo.com|Andri

mahasiswa disana

“Mau ikutan demo kayak meraka” kata paijo dengan

ekpresi serius

“iya bang, emang ada yang aneh yah kalo ikutan

begituan? Kan asik bisa ikut menyuarakan

perubahan” Tanya saya balik

Gak sih den, hanya mereka tu mahasiswa tipu –

tipu”

Hah? Mahasiswa tipu – tipu? Maksudnya? Dengan

tampang polos tanda tidak mengerti ucapan paijo

“Iya den, tu mereka kebanyakan hanya mahasiswa

yang dibayar, kalo aden gak percaya lihat aja nanti

dipojokan lampu merah sana 30 menit lagi pasti

ada mobil mercy item datang”

“Ah abang bercanda nih”

“Saya serius den, berani sumpah deh, pasti ntar tu

mas – mas yang pake bandana kuning sama tas ijo

nike pasti masuk ke mercy item. Saya sering kok

denger cerita tukang ojek disana kalo orang yang

ada di mercy item itu suka bayar orang buat demo-

demo atau masa buat kampanye bupati kemaren”

Plak!! Sebuah tamparan mengena di fikiran ku,

semangat yang kuat seakan sirna sudah mendengar

omongan paijo. Semangat manusia muda yang

benci dengan ketidak beresan negara “besar” ini.

Bersambung….!!!

“Turunkan presiden…!! basmi koruptor… !! tegak

kan keadilan...!!” teriak segerombolan manusia

berpakaian serepkan bercorak dan berlogo senada

yang mencerminkan suatu univeritas elit di daerah

saya. Ya. Teriak penuh semangat manusia muda

yang enggan melihat tatanan kehidupan terporak

porandakan akibat oknum yang bejat.

Kemudian berlalu sambil seutas senyum dan

semangat timbul dibenak saya sebagai manusia

muda untuk sedikit ikut berjuang meluluhlantahkan

sitem kacau balau negara. Walaupun hanya dengan

teriak – teriak yang entah apa mungkin didengar

oleh oknum yang “diatas” sana.

“bang kopi susunya 1 donk”, “oke den” kata saya di

sambut tukang angkringan.

“dah lama jualan disini bang?”

“lumayan den, udah sekitar 5 tahun”

“Semangat sekali jualan disni?”

“Ya mau gimana lagi den, hanya dengan begini kulo

saget urip” ujar abang angkringan sambil terkekeh.

Pembincangan pun mengalir hingga ak pun

mengenal nama si abang angkringan yaitu paijo asli

wonosabo berusia sekitar 57 tahun.

“Oh ya bang, ngmong-ngmong semangat sekali ya

orang-orang disana? Pengen deh ikutan gabung

kesana” ujarku sambil menatap mahasiswa-

Inovasi

QR CodeSumber : www.okaygeek.com

Manusia mudaOleh : Nurhapsoro Triyo Wibowo

Page 14: D'Journal Reguler Edisi 51

14 15

Hamparan luas pesisir pantai

Membujur dari timur ke barat

Tempat kami berladang

Demi sesuap nasi

Makmur, tentram, nyaman dan sejahtera

Namun itu dulu

Sekarang?

Orang-orang serakah mengincarnya

Ingin menguasai semua yang kami punya

Merebut dari kami yang menggantungkan hidup-

padanya

Kami berontak!

Kami tidak mau ladang kami direbut kalian

Kami berontak!

Kami tidak mau anak cucu kami sengsana

Kami berontak!

Enyah saja kalian dari muka bumi ini

Apa yang kalian cari?

Apa yang kalian inginkan?

Apa yang kalian mau?

Kembali saja kalian semua!

Kami tak mau melepasnya

Itu lahan kami

Penghidupan kami

Masa depan kami

Kami tak mau apa yang kalian berikan

Kami tak mau apa yang kalian janjikan

Karena kami tau itu hanya janji kosong

Kosong

Kami tak mau hidup kami sengsara

Kami tak mau tanah kami dijajah

Karena kami sudah nyaman dengan keadaan ini

Tak perlu kalian datang

Melawan atau ditawan?

Jelas kami melawan

Siapa kalian yang seenaknya merampas lahan- kami?

Tak sejengkal pun kami berikan

Oleh : Ika Nurindah Perwitasari

Aliansi Amersfort Gara-gara Badai di Netherlands (Aagaban) beranggotakan lima mahasiswa asal Indonesia yang terdampar kuliah di Belanda untuk mendapatkan gelar S2. Perkenalan lima mahasiswa ini bermula saat sebuah badai mempertemukan mereka di Amersfort Belanda. Aagaban menjadi wadah persahabatan Lintang, Wicak, Geri, Banjar, dan Daus.

Novel ini menggambarkan kehidupan mahasiswa Indonesia di Belanda. Kekurangan uang saku, tugas kuliah menumpuk, rela mengayuh sepeda setiap hari ke kampus, dan bahkan linting wae (rokok melinting sendiri) mereka lakukan. mereka tetap bertahan di Belanda demi menggapai impian serta berani melakukan hal yang sulit dengan keteguhan dan keberanian cinta yang mereka miliki.

Novel dengan tema persahabatan ini menggunakan bahasa yang ringan sehingga mudah dimengerti. Walau banyak juga istilah-istilah dan kalimat dengan bahasa Belanda tapi cukup mudah memahaminya. Lintang dan teman-temanya seperti berbagi tips bertahan hidup di Belanda. Pembaca akan merasa diajak berkeliling dan mengunjugi tempat-tempat menarik di Eropa ala backpacker.

Jangan penasaran dengan novel ini sebelum membacanya. Ngaliman

Novel yang menyajikan proses penulisan naskah Rubaiyat yang juga dikenal dengan naskah Samarkand oleh seorang filsuf, astronom, ahli matematika dan kedokteran, Omar Khayam. Serta petualangan Benjamin yang “terjebak” dalam menemukan kembali naskah asli yang sempat hilang akibat penyerangan bangsa Mongol.

Berlatar belakang daratan timur tengah, pengarang menyajikan wawasan, ilmu pengetahuan, sejarah dan menghadirkan lembar-lembar kalimat seakan bergambar imajinasi menarik, sehingga mengundang detik demi detik lamunan mencoba menerjemahkannya dalam kepala.

Cerita yang berbalut intrik politik, perebutan kekuasaan, pertarungan keyakinan berdarah pada awal abad 11, menjadikan pesan-pesan tentang ambisi kekuasaan menjadi relevan hingga kini. Kisah yang romantis menjadikan novel ini novel yang bercerita indah. Tokoh-tokoh yang hadir dengan perbedaan situasi zaman selang beberapa abad menjadikan cerita dalam novel berjudul asli Samarcande - terbitan Jean Caude Lattes, Paris tahun 1988- ini misteri yang tak mudah tertebak.

“Kau Tanya dari manakah nafas hidup kita, Jika lautan disingkat sebuah cerita yang terlalu rinci, Akan kukatakan munculnya dari dasar samudra, Lalu tiba-tiba samudra menelannya kembali.”

Seperti kutipan naskah yang ditulis Omar Khayyam diatas. Kumpulan naskah berwujud kitab itupun tenggelam bersama kapal pesiar Titanic yang mewah nan megah pada awal abad 20. Benjamin dan Syirin menjadi saksi “menyepinya” kitab tersebut. Zani

Judul : Negeri Van OranjePenulis : Wahyuningrat, Adept Widiarsa,

Nisa Riyadi, Rizki Pandu PermanaPenerbit : Bentang Pustaka, 2009Tebal : viii + 478 halaman

Judul : Misteri Rubaiyat Omar KhayyamPenulis : Amin MaaloufPenerbit : Serambi, 2008Tebal : 514 halaman

Amikom Expo 2011

tanggal : 17-19 November 2011tempat : basement Vacara : live performence orma, open recruitment orma, performance dance

Lomba Fotografi Jurnalistik (Expo Kimia 2011)

tanggal pendaftaran : 17 Oktober - 17 November 2011tanggal pengumpulan : 5 - 21 Novemberbiaya pendaftaran : Rp 50.000,-tempat : HIMA Kimia FMIPA UNYCP : 085643499493(Fitra)

Page 15: D'Journal Reguler Edisi 51

14 15

Hamparan luas pesisir pantai

Membujur dari timur ke barat

Tempat kami berladang

Demi sesuap nasi

Makmur, tentram, nyaman dan sejahtera

Namun itu dulu

Sekarang?

Orang-orang serakah mengincarnya

Ingin menguasai semua yang kami punya

Merebut dari kami yang menggantungkan hidup-

padanya

Kami berontak!

Kami tidak mau ladang kami direbut kalian

Kami berontak!

Kami tidak mau anak cucu kami sengsana

Kami berontak!

Enyah saja kalian dari muka bumi ini

Apa yang kalian cari?

Apa yang kalian inginkan?

Apa yang kalian mau?

Kembali saja kalian semua!

Kami tak mau melepasnya

Itu lahan kami

Penghidupan kami

Masa depan kami

Kami tak mau apa yang kalian berikan

Kami tak mau apa yang kalian janjikan

Karena kami tau itu hanya janji kosong

Kosong

Kami tak mau hidup kami sengsara

Kami tak mau tanah kami dijajah

Karena kami sudah nyaman dengan keadaan ini

Tak perlu kalian datang

Melawan atau ditawan?

Jelas kami melawan

Siapa kalian yang seenaknya merampas lahan- kami?

Tak sejengkal pun kami berikan

Oleh : Ika Nurindah Perwitasari

Aliansi Amersfort Gara-gara Badai di Netherlands (Aagaban) beranggotakan lima mahasiswa asal Indonesia yang terdampar kuliah di Belanda untuk mendapatkan gelar S2. Perkenalan lima mahasiswa ini bermula saat sebuah badai mempertemukan mereka di Amersfort Belanda. Aagaban menjadi wadah persahabatan Lintang, Wicak, Geri, Banjar, dan Daus.

Novel ini menggambarkan kehidupan mahasiswa Indonesia di Belanda. Kekurangan uang saku, tugas kuliah menumpuk, rela mengayuh sepeda setiap hari ke kampus, dan bahkan linting wae (rokok melinting sendiri) mereka lakukan. mereka tetap bertahan di Belanda demi menggapai impian serta berani melakukan hal yang sulit dengan keteguhan dan keberanian cinta yang mereka miliki.

Novel dengan tema persahabatan ini menggunakan bahasa yang ringan sehingga mudah dimengerti. Walau banyak juga istilah-istilah dan kalimat dengan bahasa Belanda tapi cukup mudah memahaminya. Lintang dan teman-temanya seperti berbagi tips bertahan hidup di Belanda. Pembaca akan merasa diajak berkeliling dan mengunjugi tempat-tempat menarik di Eropa ala backpacker.

Jangan penasaran dengan novel ini sebelum membacanya. Ngaliman

Novel yang menyajikan proses penulisan naskah Rubaiyat yang juga dikenal dengan naskah Samarkand oleh seorang filsuf, astronom, ahli matematika dan kedokteran, Omar Khayam. Serta petualangan Benjamin yang “terjebak” dalam menemukan kembali naskah asli yang sempat hilang akibat penyerangan bangsa Mongol.

Berlatar belakang daratan timur tengah, pengarang menyajikan wawasan, ilmu pengetahuan, sejarah dan menghadirkan lembar-lembar kalimat seakan bergambar imajinasi menarik, sehingga mengundang detik demi detik lamunan mencoba menerjemahkannya dalam kepala.

Cerita yang berbalut intrik politik, perebutan kekuasaan, pertarungan keyakinan berdarah pada awal abad 11, menjadikan pesan-pesan tentang ambisi kekuasaan menjadi relevan hingga kini. Kisah yang romantis menjadikan novel ini novel yang bercerita indah. Tokoh-tokoh yang hadir dengan perbedaan situasi zaman selang beberapa abad menjadikan cerita dalam novel berjudul asli Samarcande - terbitan Jean Caude Lattes, Paris tahun 1988- ini misteri yang tak mudah tertebak.

“Kau Tanya dari manakah nafas hidup kita, Jika lautan disingkat sebuah cerita yang terlalu rinci, Akan kukatakan munculnya dari dasar samudra, Lalu tiba-tiba samudra menelannya kembali.”

Seperti kutipan naskah yang ditulis Omar Khayyam diatas. Kumpulan naskah berwujud kitab itupun tenggelam bersama kapal pesiar Titanic yang mewah nan megah pada awal abad 20. Benjamin dan Syirin menjadi saksi “menyepinya” kitab tersebut. Zani

Judul : Negeri Van OranjePenulis : Wahyuningrat, Adept Widiarsa,

Nisa Riyadi, Rizki Pandu PermanaPenerbit : Bentang Pustaka, 2009Tebal : viii + 478 halaman

Judul : Misteri Rubaiyat Omar KhayyamPenulis : Amin MaaloufPenerbit : Serambi, 2008Tebal : 514 halaman

Amikom Expo 2011

tanggal : 17-19 November 2011tempat : basement Vacara : live performence orma, open recruitment orma, performance dance

Lomba Fotografi Jurnalistik (Expo Kimia 2011)

tanggal pendaftaran : 17 Oktober - 17 November 2011tanggal pengumpulan : 5 - 21 Novemberbiaya pendaftaran : Rp 50.000,-tempat : HIMA Kimia FMIPA UNYCP : 085643499493(Fitra)

Page 16: D'Journal Reguler Edisi 51