Download - D'Journal Reguler Edisi 51
i1
| I
21
|w
lo
Ed
is 5
X
|
01
w
w.p
mjo
urn
al.c
m
Liputan :
Bicara Jadwal Bicara Keterbatasan
Di Balik “Pesta Topeng” Expo
Perlu kekompakan dari lembaga dan dosen serta masukan konkret dari mahasiswa untuk memecahkan masalah dan menemukan solusi terbaik.
Cuaca siang 02 November di STMIK
Amikom Yogyakarta sedikit petang. Bulan ini
memang banyak membawa bekal air hujan
sebanyak mahasiswa yang berjubel di kantin.
Sebanyak kendaraan bermesin di wahana parkir
Amikom. Sedang aku berada di Basement Unit V
yang lengang. Tidak ada kendaraan bermain di sini
sekarang.
Penunjuk waktu digital di telepon
genggamku menandakan pukul 14.03. Tidak sabar
rasanya. Aku bersama seorang kawan menyusuri
dominasi warna ungu menuju satu tempat. Tempat
di mana segelintir mahasiswa sibuk mengurus
administrasi. Tempat di mana segelintir mahasiswa
duduk mengobrol apa saja. Lantai satu Unit IV.
Kami sampai tanpa keringat yang berarti.
Memandang beberapa waktu lalu mendekatkan diri
dengan tiga orang satpam di timur laut. Aku
menyebut satu nama yang akan kutemui, Rahma
Widyawati. Dia adalah Pembantu Ketua II Kampus
Ungu. Hanya butuh waktu sekitar dua minggu
sampai dia mempunyai waktu untuk bertatap muka
denganku. Dan sekarang butuh waktu beberapa
menit untuk menunggu terselesaikannya obrolan
Rahma—biasa dia disapa—dengan Rum M. Andri,
Pembantu Ketua I. Aku menghabiskan waktu
menunggu dengan berbincang ringan dengan salah
seorang satpam.
Kawan perjalananku pamit untuk
meninggalkan tempat. Tidak lama berselang aku
dipersilahkan untuk menemui Rahma di ruang
Puket II. Di dalam, aku disambut oleh salah seorang
staf. Dipersilahkan duduk. Tidak butuh waktu lama,
Rahma menemuiku. Wanita kelahiran 1967 ini
tersenyum di hadapanku. Menawari minuman. Dia
sedikit mencurahkan kelelahannya pasca akreditasi
di STMIK Amikom Yogyakarta, Purwokerto dan
Solo. Akreditasi ini memakan waktu satu bulan.
Di sampingku sebotol teh, di samping Rahma
segelas kopi. Perbincangan dibuka dari penerimaan
mahasiswa tahun ini. Dia menjelaskan tentang
pembatasan mahasiswa di Amikom masih berada
pada batasan atas. Batasan atas yang dimaksud
adalah hampir sama dengan tahun kemarin. Tahun
ini penerimaan mahasiswa 2540. Tidak berbeda
jauh dengan tahun kemarin yang berjumlah 2470.
“Walaupun dengan penerimaan tersebut
menimbulkan masalah, kelas sudah terisi sekitar 95
persen, laboratorium lebih tinggi lagi,”jelasnya. Hal
ini menyulitkan mencari kelas pengganti jika dosen
DITERBITKAN OLEH : LPM Journal STMIK Amikom Yogyakarta. PELINDUNG : Drs. M. Idris Purwanto, M.M. PEMBINA : Jaeni, S. kom. PIMPINAN UMUM : Ika Nurindah P. WAKIL
PIMPINAN UMUN : Deni Dwi K. SEKRETARIS UMUM : Melinda Detya R. PIMPINAN REDAKSI : Ilham Bagus P. PIMPINAN PRODUKSI : Fery Eka A. REDAKTUR PELAKSANA : Satrio Rizki D,
Sugiarti. REDAKTUR : Ilham Bagus P, Tirta Hadi Pranata. REPORTER : Deni Dwi K, Sugiarti, Meilinda Detya R, Ngaliman, Nurhapsoro Triyowibowo, Zani Noviansyah, Adam Ghifari, Ika Nurindah P.
FOTOGRAFER : Adam Ghifari. LAYOUTER : Fery Eka A.ALAMAT REDAKSI : Ruang sekretariat bersama, STMIK Amikom Yogyakarta, JL. Ringroad Utara, Condongcatur, Depok,
Sleman, Yogyakarta. EMAIL : [email protected]. WEBSITE : www.lpmjournal.com . TELP : (0274) 7013524 .
rang tua dan anak adalah satu kesatuan.
Saling melengkapi dan berbagi. Orang tua
memberi teladan dan ngemong anak-Oanaknya. Anak-anak berbakti agar membanggakan
orang tuanya. Jika terjadi perbedaan pandangan,
harusnya mereka berbagi tempat duduk, bertukar
suara, menemukan jalan tengah bersama. Mungkin
semakin indah jika ditemani secangkir teh, seperti
salah satu iklan teh celup di layar televisi. Lembaga
dan mahasiswa seyogyanya dapat membangun rasa
memiliki. Namun perlu diingat, rasa memiliki di sini
bukan hanya tentang penghargaan, namun juga
tentang keterbukaan.
Buletin D'Journal kembali hadir di tengah persiapan
Expo pertengahan November ini. Expo merupakan
wadah bagi mahasiswa untuk mengakrabkan diri
dengan Organisasi Mahasiswa (Orma) di STMIK
Amikom Yogyakarta. Dengan tema “Masquerade”,
tentu ada filosofi yang tersirat dan layak diketahui.
Are we really happy here?
With this lonely game we play.
Looking for words to say.
Searching but not finding.
Understanding anywhere.
We're lost in a masquerade.
Selamat menikmati Buletin D'Journal Edisi 51 ini.
Menikmati dengan segelas teh panas atau segelas
teh dingin. Kawan-kawan pasti mengerti.
Salam pers mahasiswa!
Redaksi Buletin D'Journal menerima kiriman pembaca dalam rubrik
Wacana, Pojok Sastra dan Seputar Teknologi Informasi.
Buletin D'Journal juga terbuka untuk hak jawab, saran, dan kritik
berkaitan dengan konten ataupun tampilan dari buletin D'Journal.
Tulisan dapat dikirim ke alamat:[email protected]
Menemukan Duri Bersama
Ilustra
si : Jou
rnal |
Ilham
D’Journal
Perlu kekompakan dari lembaga dan dosen serta masukan konkret dari mahasiswa untuk memecahkan masalah dan menemukan solusi terbaik.
Cuaca siang 02 November di STMIK
Amikom Yogyakarta sedikit petang. Bulan ini
memang banyak membawa bekal air hujan
sebanyak mahasiswa yang berjubel di kantin.
Sebanyak kendaraan bermesin di wahana parkir
Amikom. Sedang aku berada di Basement Unit V
yang lengang. Tidak ada kendaraan bermain di sini
sekarang.
Penunjuk waktu digital di telepon
genggamku menandakan pukul 14.03. Tidak sabar
rasanya. Aku bersama seorang kawan menyusuri
dominasi warna ungu menuju satu tempat. Tempat
di mana segelintir mahasiswa sibuk mengurus
administrasi. Tempat di mana segelintir mahasiswa
duduk mengobrol apa saja. Lantai satu Unit IV.
Kami sampai tanpa keringat yang berarti.
Memandang beberapa waktu lalu mendekatkan diri
dengan tiga orang satpam di timur laut. Aku
menyebut satu nama yang akan kutemui, Rahma
Widyawati. Dia adalah Pembantu Ketua II Kampus
Ungu. Hanya butuh waktu sekitar dua minggu
sampai dia mempunyai waktu untuk bertatap muka
denganku. Dan sekarang butuh waktu beberapa
menit untuk menunggu terselesaikannya obrolan
Rahma—biasa dia disapa—dengan Rum M. Andri,
Pembantu Ketua I. Aku menghabiskan waktu
menunggu dengan berbincang ringan dengan salah
seorang satpam.
Kawan perjalananku pamit untuk
meninggalkan tempat. Tidak lama berselang aku
dipersilahkan untuk menemui Rahma di ruang
Puket II. Di dalam, aku disambut oleh salah seorang
staf. Dipersilahkan duduk. Tidak butuh waktu lama,
Rahma menemuiku. Wanita kelahiran 1967 ini
tersenyum di hadapanku. Menawari minuman. Dia
sedikit mencurahkan kelelahannya pasca akreditasi
di STMIK Amikom Yogyakarta, Purwokerto dan
Solo. Akreditasi ini memakan waktu satu bulan.
Di sampingku sebotol teh, di samping Rahma
segelas kopi. Perbincangan dibuka dari penerimaan
mahasiswa tahun ini. Dia menjelaskan tentang
pembatasan mahasiswa di Amikom masih berada
pada batasan atas. Batasan atas yang dimaksud
adalah hampir sama dengan tahun kemarin. Tahun
ini penerimaan mahasiswa 2540. Tidak berbeda
jauh dengan tahun kemarin yang berjumlah 2470.
“Walaupun dengan penerimaan tersebut
menimbulkan masalah, kelas sudah terisi sekitar 95
persen, laboratorium lebih tinggi lagi,”jelasnya. Hal
ini menyulitkan mencari kelas pengganti jika dosen
DITERBITKAN OLEH : LPM Journal STMIK Amikom Yogyakarta. PELINDUNG : Drs. M. Idris Purwanto, M.M. PEMBINA : Jaeni, S. kom. PIMPINAN UMUM : Ika Nurindah P. WAKIL
PIMPINAN UMUN : Deni Dwi K. SEKRETARIS UMUM : Melinda Detya R. PIMPINAN REDAKSI : Ilham Bagus P. PIMPINAN PRODUKSI : Fery Eka A. REDAKTUR PELAKSANA : Satrio Rizki D,
Sugiarti. REDAKTUR : Ilham Bagus P, Tirta Hadi Pranata. REPORTER : Deni Dwi K, Sugiarti, Meilinda Detya R, Ngaliman, Nurhapsoro Triyowibowo, Zani Noviansyah, Adam Ghifari, Ika Nurindah P.
FOTOGRAFER : Adam Ghifari. LAYOUTER : Fery Eka A.ALAMAT REDAKSI : Ruang sekretariat bersama, STMIK Amikom Yogyakarta, JL. Ringroad Utara, Condongcatur, Depok,
Sleman, Yogyakarta. EMAIL : [email protected]. WEBSITE : www.lpmjournal.com . TELP : (0274) 7013524 .
rang tua dan anak adalah satu kesatuan.
Saling melengkapi dan berbagi. Orang tua
memberi teladan dan ngemong anak-Oanaknya. Anak-anak berbakti agar membanggakan
orang tuanya. Jika terjadi perbedaan pandangan,
harusnya mereka berbagi tempat duduk, bertukar
suara, menemukan jalan tengah bersama. Mungkin
semakin indah jika ditemani secangkir teh, seperti
salah satu iklan teh celup di layar televisi. Lembaga
dan mahasiswa seyogyanya dapat membangun rasa
memiliki. Namun perlu diingat, rasa memiliki di sini
bukan hanya tentang penghargaan, namun juga
tentang keterbukaan.
Buletin D'Journal kembali hadir di tengah persiapan
Expo pertengahan November ini. Expo merupakan
wadah bagi mahasiswa untuk mengakrabkan diri
dengan Organisasi Mahasiswa (Orma) di STMIK
Amikom Yogyakarta. Dengan tema “Masquerade”,
tentu ada filosofi yang tersirat dan layak diketahui.
Are we really happy here?
With this lonely game we play.
Looking for words to say.
Searching but not finding.
Understanding anywhere.
We're lost in a masquerade.
Selamat menikmati Buletin D'Journal Edisi 51 ini.
Menikmati dengan segelas teh panas atau segelas
teh dingin. Kawan-kawan pasti mengerti.
Salam pers mahasiswa!
Redaksi Buletin D'Journal menerima kiriman pembaca dalam rubrik
Wacana, Pojok Sastra dan Seputar Teknologi Informasi.
Buletin D'Journal juga terbuka untuk hak jawab, saran, dan kritik
berkaitan dengan konten ataupun tampilan dari buletin D'Journal.
Tulisan dapat dikirim ke alamat:[email protected]
Menemukan Duri Bersama
Ilustra
si : Jou
rnal |
Ilham
D’Journal
04 05
yang mengajar berhalangan hadir. Permasalahan
bertambah dengan semakin banyaknya mahasiswa
yang menggunakan kendaraan pribadi. Di satu sisi
sangat riskan jika mahasiswa baru dibatasi dalam
penggunaan kendaraan bermotor. Gelaran acara
Amikom Cycling juga kurang mendapat apresiasi
dari mahasiswa. Padahal, acara ini dimaksudkan
dalam rangka membentuk kesadaran bersama
untuk bersepeda sehingga wahana parkir yang ada
bisa dimaksimalkan.
Dengan senyum yang tidak pernah surut,
Rahma menjelaskan perihal fasilitas yang siap dan
sedang dipersiapkan Amikom. berkaitan dengan Ijin
Mendirikan Bangunan (IMB), praktis hanya gedung
Organisasi Mahasiswa (Orma) yang dapat dan
sedang dibangun menjadi Student Centre. Dome
Amikom juga belum dapat diowah-owah karena
masih bersifat sewa. Keinginan membeli dome juga
terkendala belum jelasnya kepemilikan tanah.
“Mahasiswa banyak di samping berkah, juga
cobaan,” canda Rahma kepadaku. Aku tersenyum.
Walaupun demikian, Rahma tetap menekankan
kualitas dalam bidang akademik. Dia juga berharap
mahasiswa dapat berperan aktif untuk membantu
mengontrol perkuliahan. “Dosen harus mengajar
sesuai Satuan Acara Pengajaran (SAP),” imbuhnya.
Rahma berharap jangan sampai dosen jarang
masuk.
Beralih ke kantin. Menurut Rahma,
“idealnya kantin terletak di atas, bukan di
basement”. Patut melihat bagaimana kantin yang
penuh sesak, pengap dan penuh asap rokok.
Persoalan ditambah tidak adanya kipas angin
sebagai penyelamat. Namun untuk saat ini belum
memungkinkan untuk dilakukan pembangunan
kembali. Rencana yang sudah dicanangkan sering
tidak match dengan anggaran. Dia menyayangkan
sering dilanggarnya peraturan untuk tidak merokok
di dalam kantin. Selanjutnya Rahma berharap agar
peraturan di kantin dilaksanakan.
Masih berlanjut. Perbincanganku dengan
Rahma memasuki babak baru. Kemahasiswaan.
Memang dilematis ketika berbicara tentang
kemahasiswaan pada mahasiswa. Walaupun sarana
belum mendukung sepenuhnya, Rahma
menghimbau agar mahasiswa dapat
mengoptimalkan kegiatan sebaik mungkin. Dia
mengambil contoh gelaran Expo yang akan dimulai
pertengahan November ini. “Bisa saja panitia
mencari sponsor dari perusahaan-perusahan yang
berelasi dengan Amikom ,” ujarnya bersolusi
terkait kekurangan dana yang dialami panitia Expo.
Lembaga dan mahasiswa harus memiliki interaksi
yang bagus, misal dengan transfer knowledge.
Dengan demikian akan tumbuh rasa memiliki
antara mahasiswa dan lembaga.
Di samping Rahma duduk seorang staf,
perempuan juga. Dan dia mengingatkanku untuk
tidak lupa meminum teh botol di sampingku. Aku
seakan lupa kalau tenggorokanku kering tertawa
sepanjang obrolan. Aku meneguk setengahnya dan
cerita belum akan selesai. Ketetapan M.
Suyanto—selaku Ketua STMIK Amikom
Yogyakarta—terkadang tidak didukung fasilitas
yang ada. Ini menyebabkan kesan keponthal-
ponthal bagi pengembangan kampus. Selain
terkendala lahan yang sulit mendapat
IMB—praktis hanya Student Center yang dapat
dibangun, proses penganggaran juga menjadi
masalah. Sedang program tembusan tidak bisa
dilakukan tiba-tiba.
Ada hal yang sempat ditanyakan Rahma
padaku, juga pada mahasiswa-mahasiswa
sepertiku. Aku sudah siap mendengarkannya.
“Apakah fasilitas yang ada sudah dimaksimalkan
mahasiswa?”. “Perlukah jam malam untuk Orma?”.
Berbincang ringan di luar jalur. Tertawa
bersama lembaga terasa menyenangkan. Semoga
masih akan menyenangkan. Waktu menunjukkan
pukul 15.47, aku tidak mau terlalu nyaman duduk
di sandaranku. tertawa sebentar lalu berpamitan.
Melanjutkan langkah ke tempat seharusnya aku
berada. Kampusku memang menyajikan banyak
cerita. Seru, juga sendu. Menatap langit senja dan
aku tahu petang pasti akan beralih terang.
Ilham
Pe
um
pu
kan
n
kn
dar
aan
e
< 10 %n
i
LahaH
jau
1028
eklas
l
Jadwa
Padat
55u n
n
r a gavs
KOMPLIKASI
RAWWWR!!!
Satrio
Frans
> 7000a
ssw
a
Total m
hai
sfasilita ?
04 05
yang mengajar berhalangan hadir. Permasalahan
bertambah dengan semakin banyaknya mahasiswa
yang menggunakan kendaraan pribadi. Di satu sisi
sangat riskan jika mahasiswa baru dibatasi dalam
penggunaan kendaraan bermotor. Gelaran acara
Amikom Cycling juga kurang mendapat apresiasi
dari mahasiswa. Padahal, acara ini dimaksudkan
dalam rangka membentuk kesadaran bersama
untuk bersepeda sehingga wahana parkir yang ada
bisa dimaksimalkan.
Dengan senyum yang tidak pernah surut,
Rahma menjelaskan perihal fasilitas yang siap dan
sedang dipersiapkan Amikom. berkaitan dengan Ijin
Mendirikan Bangunan (IMB), praktis hanya gedung
Organisasi Mahasiswa (Orma) yang dapat dan
sedang dibangun menjadi Student Centre. Dome
Amikom juga belum dapat diowah-owah karena
masih bersifat sewa. Keinginan membeli dome juga
terkendala belum jelasnya kepemilikan tanah.
“Mahasiswa banyak di samping berkah, juga
cobaan,” canda Rahma kepadaku. Aku tersenyum.
Walaupun demikian, Rahma tetap menekankan
kualitas dalam bidang akademik. Dia juga berharap
mahasiswa dapat berperan aktif untuk membantu
mengontrol perkuliahan. “Dosen harus mengajar
sesuai Satuan Acara Pengajaran (SAP),” imbuhnya.
Rahma berharap jangan sampai dosen jarang
masuk.
Beralih ke kantin. Menurut Rahma,
“idealnya kantin terletak di atas, bukan di
basement”. Patut melihat bagaimana kantin yang
penuh sesak, pengap dan penuh asap rokok.
Persoalan ditambah tidak adanya kipas angin
sebagai penyelamat. Namun untuk saat ini belum
memungkinkan untuk dilakukan pembangunan
kembali. Rencana yang sudah dicanangkan sering
tidak match dengan anggaran. Dia menyayangkan
sering dilanggarnya peraturan untuk tidak merokok
di dalam kantin. Selanjutnya Rahma berharap agar
peraturan di kantin dilaksanakan.
Masih berlanjut. Perbincanganku dengan
Rahma memasuki babak baru. Kemahasiswaan.
Memang dilematis ketika berbicara tentang
kemahasiswaan pada mahasiswa. Walaupun sarana
belum mendukung sepenuhnya, Rahma
menghimbau agar mahasiswa dapat
mengoptimalkan kegiatan sebaik mungkin. Dia
mengambil contoh gelaran Expo yang akan dimulai
pertengahan November ini. “Bisa saja panitia
mencari sponsor dari perusahaan-perusahan yang
berelasi dengan Amikom ,” ujarnya bersolusi
terkait kekurangan dana yang dialami panitia Expo.
Lembaga dan mahasiswa harus memiliki interaksi
yang bagus, misal dengan transfer knowledge.
Dengan demikian akan tumbuh rasa memiliki
antara mahasiswa dan lembaga.
Di samping Rahma duduk seorang staf,
perempuan juga. Dan dia mengingatkanku untuk
tidak lupa meminum teh botol di sampingku. Aku
seakan lupa kalau tenggorokanku kering tertawa
sepanjang obrolan. Aku meneguk setengahnya dan
cerita belum akan selesai. Ketetapan M.
Suyanto—selaku Ketua STMIK Amikom
Yogyakarta—terkadang tidak didukung fasilitas
yang ada. Ini menyebabkan kesan keponthal-
ponthal bagi pengembangan kampus. Selain
terkendala lahan yang sulit mendapat
IMB—praktis hanya Student Center yang dapat
dibangun, proses penganggaran juga menjadi
masalah. Sedang program tembusan tidak bisa
dilakukan tiba-tiba.
Ada hal yang sempat ditanyakan Rahma
padaku, juga pada mahasiswa-mahasiswa
sepertiku. Aku sudah siap mendengarkannya.
“Apakah fasilitas yang ada sudah dimaksimalkan
mahasiswa?”. “Perlukah jam malam untuk Orma?”.
Berbincang ringan di luar jalur. Tertawa
bersama lembaga terasa menyenangkan. Semoga
masih akan menyenangkan. Waktu menunjukkan
pukul 15.47, aku tidak mau terlalu nyaman duduk
di sandaranku. tertawa sebentar lalu berpamitan.
Melanjutkan langkah ke tempat seharusnya aku
berada. Kampusku memang menyajikan banyak
cerita. Seru, juga sendu. Menatap langit senja dan
aku tahu petang pasti akan beralih terang.
Ilham
Pu
mp
uk
aen
n
nd
aa
nk
er
a
< 10 %Lahan Hijau
1028
elask
Jdw
al
aPadat
55
u nan
r a gvs
KOMPLIKASI
RAWWWR!!!
Satrio
Frans
>7
0
00
otm
as
swa
Tal
hai
sfasilita ?
06 07
Hal yang paling dinanti mahasiswa tiap
awal semester adalah jadwal kuliah. Selain untuk
mengetahui waktu perkuliahan, jadwal tersebut
juga dibutuhkan mahasiswa yang bekerja untuk
membuat penyesuaian jadwal. Namun di
semester ganjil ini jadwal baru keluar dua hari
sebelum perkuliahan. Mungkin karena jumlah
mahasiswa yang tidak sebanding dengan kelas
dan laboratorium, membuat penyusunan jadwal
menjadi rumit dan lama.
Keluarnya jadwal yang
mendadak ini tidak hanya merugikan
mahasiswa, tetapi dosen juga. Ketika
jadwal mengajar dengan jadwal
kegiatan di luar kampus bentrok,
mengakibatkan
beberapa dosen
mengosongkan perkuliahannya. Tidak masalah
ketika diadakan jadwal pengganti dan tak perlu
mengelak ada yang senang jika kuliah kosong.
Tapi bagaimana dengan mahasiswa yang
terkendala jarak antara kampus dengan
rumahnya?
Ketika itu saya dan beberapa kawan
dari D3TI menginputkan 4 mata kuliah wajib
yang ditawarkan, tapi saat jadwal keluar hanya
satu yang muncul. Banyak mahasiswa yang
memilih untuk tidak mengikuti kuliah pada
minggu pertama. Kemudian ada perbaikan
jadwal. Tapi apakah semua mahasiswa
mengetahuinya? Banyak yang tidak ikut
berpartisipasi terhadap penjadwalan ulang ini.
Sebagian mahasiswa yang ingin memperbaiki
jadwal terkendala server www.amikom.ac.id yang
down.
Kekecewaan juga dirasakan oleh
mahasiswa S1. Beberapa dari mereka tidak bisa
kuliah hanya karena tidak mendapat kelas.
Kesalahan mereka tidak input KRS pada hari
pertama. Namun hari ke
berapapun mereka
menginputkan KRS,
seharusnya tetap berhak
mendapatkan kelas bukan?
Kelas tambahan diusahakan
tapi tetap masih ada
mahasiswa “menganggur”
dan menanti tahun depan untuk mengambil mata
kuliah tersebut.
Banyak pertanyaan yang muncul, banyak
pula jawaban “mungkin” yang kadang kita
simpulkan sendiri. Semuanya karena kurangnya
komunikasi yang membuat keluhan di sana sini.
Saya berharap kejadian ini tidak selalu berulang
tiap semesternya. Meningkatnya “kuantitas”
diharapkan juga terjadi peningkatan “kualitas” di
Amikom, karena kami mahasiswa bukan hanya
sesuatu yang dapat dihitung tapi kami mahasiswa
juga permata yang ingin selalu diasah sehingga
bisa menjadi mahasiswa yang berkilau.
Secara teknis jadwal perkuliahan di STMIK
Amikom Yogyakarta' disusun oleh Biro
Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan
(BAAK). Penyusunan dimulai dari ketua jurusan
(kajur) yang menawarkan pengisian formulir mata
kuliah (makul) berikut kesanggupan waktu
mengajar kepada dosen Amikom yang mengajar
lebih dari satu universitas. Sedangkan untuk dosen
dari Amikom, pembagian waktu mengajar
ditentukan oleh kajur. Data tersebut diserahkan ke
BAAK untuk diolah dengan sistem. Data yang sudah
diolah tidak langsung dijadikan acuan, melainkan
kembali disosialisasikan kepada kajur dan dosen
apabila perlu direvisi. Jika masing-masing pihak
sudah menyetujui maka jadwal akan dikirim ke
basis data Innovation Center (IC) untuk kemudian
disosialisasikan.
Permasalahan yang timbul terkait jadwal
antara lain, jarangnya dosen masuk dengan tidak
adanya konfirmasi dari dosen yang bersangkutan,
jadwal perkuliahan antara mata kuliah wajib dan
konsentrasi yang saling 'bertabrakan' serta waktu
perkuliahan yang menurut mereka tidak efisien.
“Merepotkan kalau sehari ada kuliah pagi dan sore
dan itu jedanya lama, apalagi saya nglaju,” ujar
Nunun Siti Rochimah mahasiswi S1 Sistem
Informasi (SI) angkatan 2010 yang tinggal di
Moyudan, Kulon Progo (3/11).
Persoalan lain ketika sudah saatnya mengisi
Kartu Rencana Studi (KRS), mahasiswa terlambat
mengisi dan jadwal tidak muncul. Hal itu
menyebabkan saat perkuliahan, mahasiswa yang
tidak mendapat kelas itu masuk ke kelas terakhir.
“Untuk Amikom kayaknya masalah jadwal masih
rancu atau masih perlu dirombak, kadang masalah
mengisi KRS makulnya tidak muncul dan harus
lapor lagi , kadang database eror,” kata Andi Rizal
mahasiswa S1 SI angkatan 2009.
Menanggapi permasalahan tersebut kepala
bagian BAAK Achmad Fauzi mengatakan bahwa
penyusunan jadwal butuh kecermatan dan
ketelitian. Penjadwalan berarti mengolah variabel
ketersediaan ruang, jumlah mata kuliah dan kelas
yang cukup banyak. “Hari Sabtu kita mengusahakan
tidak ada kuliah. Namun dengan keterbatasan
ruang kelas dan laboratorium, Sabtu tetap ada
kuliah namun hanya praktikum,” tambahnya. Sri
Ngudi Wahyuni— salah satu staf BAAK— juga
menambahkan bahwa lembaga selalu menjadikan
mahasiswa sebagai prioritas. Namun menurutnya
mengolah variabel keterbatasan bukan perkara
mudah. “Ada 1028 jumlah total kelas dari semester
1 sampai 7 dengan kapasitas yang ada 40 ruangan
teori dan 15 ruang praktek. Perbandingan tersebut
menjadi pertimbangan utama,” ujarnya.
Mengenai masalah dosen terkait
penjadwalan, Sudarmawan selaku kajur Teknik
Informatika mengatakan bahwa dosen yang
berhalangan hadir atau ingin pindah jadwal kuliah
dengan alasan lain hendaknya mendiskusikan
terlebih dahulu kepada mahasiswa (4/11). Hal ini
dimaksudkan agar keputusan yang diambil tidak
sepihak dan merepotkan mahasiswa nantinya.
Frans|Satrio|Mey
Oleh : Isnaini Rahmawati (09.01.2556)
Problem-problem Terkait Jadwal KuliahBicara Jadwal Bicara Keterbatasan
Papan Digital Amikom menampilkan Jadwal perkuliahan (10/11/2011)
dan ruangJournal | Ilham
06 07
Hal yang paling dinanti mahasiswa tiap
awal semester adalah jadwal kuliah. Selain untuk
mengetahui waktu perkuliahan, jadwal tersebut
juga dibutuhkan mahasiswa yang bekerja untuk
membuat penyesuaian jadwal. Namun di
semester ganjil ini jadwal baru keluar dua hari
sebelum perkuliahan. Mungkin karena jumlah
mahasiswa yang tidak sebanding dengan kelas
dan laboratorium, membuat penyusunan jadwal
menjadi rumit dan lama.
Keluarnya jadwal yang
mendadak ini tidak hanya merugikan
mahasiswa, tetapi dosen juga. Ketika
jadwal mengajar dengan jadwal
kegiatan di luar kampus bentrok,
mengakibatkan
beberapa dosen
mengosongkan perkuliahannya. Tidak masalah
ketika diadakan jadwal pengganti dan tak perlu
mengelak ada yang senang jika kuliah kosong.
Tapi bagaimana dengan mahasiswa yang
terkendala jarak antara kampus dengan
rumahnya?
Ketika itu saya dan beberapa kawan
dari D3TI menginputkan 4 mata kuliah wajib
yang ditawarkan, tapi saat jadwal keluar hanya
satu yang muncul. Banyak mahasiswa yang
memilih untuk tidak mengikuti kuliah pada
minggu pertama. Kemudian ada perbaikan
jadwal. Tapi apakah semua mahasiswa
mengetahuinya? Banyak yang tidak ikut
berpartisipasi terhadap penjadwalan ulang ini.
Sebagian mahasiswa yang ingin memperbaiki
jadwal terkendala server www.amikom.ac.id yang
down.
Kekecewaan juga dirasakan oleh
mahasiswa S1. Beberapa dari mereka tidak bisa
kuliah hanya karena tidak mendapat kelas.
Kesalahan mereka tidak input KRS pada hari
pertama. Namun hari ke
berapapun mereka
menginputkan KRS,
seharusnya tetap berhak
mendapatkan kelas bukan?
Kelas tambahan diusahakan
tapi tetap masih ada
mahasiswa “menganggur”
dan menanti tahun depan untuk mengambil mata
kuliah tersebut.
Banyak pertanyaan yang muncul, banyak
pula jawaban “mungkin” yang kadang kita
simpulkan sendiri. Semuanya karena kurangnya
komunikasi yang membuat keluhan di sana sini.
Saya berharap kejadian ini tidak selalu berulang
tiap semesternya. Meningkatnya “kuantitas”
diharapkan juga terjadi peningkatan “kualitas” di
Amikom, karena kami mahasiswa bukan hanya
sesuatu yang dapat dihitung tapi kami mahasiswa
juga permata yang ingin selalu diasah sehingga
bisa menjadi mahasiswa yang berkilau.
Secara teknis jadwal perkuliahan di STMIK
Amikom Yogyakarta' disusun oleh Biro
Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan
(BAAK). Penyusunan dimulai dari ketua jurusan
(kajur) yang menawarkan pengisian formulir mata
kuliah (makul) berikut kesanggupan waktu
mengajar kepada dosen Amikom yang mengajar
lebih dari satu universitas. Sedangkan untuk dosen
dari Amikom, pembagian waktu mengajar
ditentukan oleh kajur. Data tersebut diserahkan ke
BAAK untuk diolah dengan sistem. Data yang sudah
diolah tidak langsung dijadikan acuan, melainkan
kembali disosialisasikan kepada kajur dan dosen
apabila perlu direvisi. Jika masing-masing pihak
sudah menyetujui maka jadwal akan dikirim ke
basis data Innovation Center (IC) untuk kemudian
disosialisasikan.
Permasalahan yang timbul terkait jadwal
antara lain, jarangnya dosen masuk dengan tidak
adanya konfirmasi dari dosen yang bersangkutan,
jadwal perkuliahan antara mata kuliah wajib dan
konsentrasi yang saling 'bertabrakan' serta waktu
perkuliahan yang menurut mereka tidak efisien.
“Merepotkan kalau sehari ada kuliah pagi dan sore
dan itu jedanya lama, apalagi saya nglaju,” ujar
Nunun Siti Rochimah mahasiswi S1 Sistem
Informasi (SI) angkatan 2010 yang tinggal di
Moyudan, Kulon Progo (3/11).
Persoalan lain ketika sudah saatnya mengisi
Kartu Rencana Studi (KRS), mahasiswa terlambat
mengisi dan jadwal tidak muncul. Hal itu
menyebabkan saat perkuliahan, mahasiswa yang
tidak mendapat kelas itu masuk ke kelas terakhir.
“Untuk Amikom kayaknya masalah jadwal masih
rancu atau masih perlu dirombak, kadang masalah
mengisi KRS makulnya tidak muncul dan harus
lapor lagi , kadang database eror,” kata Andi Rizal
mahasiswa S1 SI angkatan 2009.
Menanggapi permasalahan tersebut kepala
bagian BAAK Achmad Fauzi mengatakan bahwa
penyusunan jadwal butuh kecermatan dan
ketelitian. Penjadwalan berarti mengolah variabel
ketersediaan ruang, jumlah mata kuliah dan kelas
yang cukup banyak. “Hari Sabtu kita mengusahakan
tidak ada kuliah. Namun dengan keterbatasan
ruang kelas dan laboratorium, Sabtu tetap ada
kuliah namun hanya praktikum,” tambahnya. Sri
Ngudi Wahyuni— salah satu staf BAAK— juga
menambahkan bahwa lembaga selalu menjadikan
mahasiswa sebagai prioritas. Namun menurutnya
mengolah variabel keterbatasan bukan perkara
mudah. “Ada 1028 jumlah total kelas dari semester
1 sampai 7 dengan kapasitas yang ada 40 ruangan
teori dan 15 ruang praktek. Perbandingan tersebut
menjadi pertimbangan utama,” ujarnya.
Mengenai masalah dosen terkait
penjadwalan, Sudarmawan selaku kajur Teknik
Informatika mengatakan bahwa dosen yang
berhalangan hadir atau ingin pindah jadwal kuliah
dengan alasan lain hendaknya mendiskusikan
terlebih dahulu kepada mahasiswa (4/11). Hal ini
dimaksudkan agar keputusan yang diambil tidak
sepihak dan merepotkan mahasiswa nantinya.
Frans|Satrio|Mey
Oleh : Isnaini Rahmawati (09.01.2556)
Problem-problem Terkait Jadwal KuliahBicara Jadwal Bicara Keterbatasan
Papan Digital Amikom menampilkan Jadwal perkuliahan (10/11/2011)
dan ruangJournal | Ilham
08 09
FESTIVAL TAKBIR MAHASISWA LUAR DAERAH
Eratkan Persatuan dengan Gema TakbirFoto dan teks: Adam Ghifari N.
Siang di akhir pekan dengan cuaca mendung itu, sekelompok mahasiswa sibuk di halaman sebuah rumah kos di Jalan Nangka nomor 3, Condongcatur, Depok, Sleman. Banyak bahan hasil kreasi di tempat itu, seperti potongan gabus dan beberapa helai kain. Perkakas seperti palu dan gergaji pun nampak di genggaman beberapa orang kawan. Gotong royong yang mereka lakukan ini tak lain adalah sebuah usaha membawa nama Maluku—provinsi mereka berasal—untuk tampil sebaik mungkin saat mengumandangkan takbir di malam harinya bersama mahasiswa dari daerah lain.Festival takbir Idul Adha 1432 H yang diselenggarakan oleh Ikatan Mahasiswa Kepulauan Riau di Yogyakarta—pertama kalinya ini—adalah upaya mempererat persatuan dan persaudaraan mahasiswa dari berbagai daerah yang menuntut ilmu di Yogyakarta.
Selengkapnya, kunjungihttp://www.lpmjournal.com/journal-foto/foto-festival-takbir-mahasiswa-luar-daerah-eratkan-persatuan-dengan-gema-takbir
Jalan Nangka Nomor 3 Perkakas
Ornamen Khas Maluku Gabus Bagus
Ekspresi(f)
Tabuh Irama.
Semacam Plat Nomor
Berkumandang Harmoni Takbir
08 09
FESTIVAL TAKBIR MAHASISWA LUAR DAERAH
Eratkan Persatuan dengan Gema TakbirFoto dan teks: Adam Ghifari N.
Siang di akhir pekan dengan cuaca mendung itu, sekelompok mahasiswa sibuk di halaman sebuah rumah kos di Jalan Nangka nomor 3, Condongcatur, Depok, Sleman. Banyak bahan hasil kreasi di tempat itu, seperti potongan gabus dan beberapa helai kain. Perkakas seperti palu dan gergaji pun nampak di genggaman beberapa orang kawan. Gotong royong yang mereka lakukan ini tak lain adalah sebuah usaha membawa nama Maluku—provinsi mereka berasal—untuk tampil sebaik mungkin saat mengumandangkan takbir di malam harinya bersama mahasiswa dari daerah lain.Festival takbir Idul Adha 1432 H yang diselenggarakan oleh Ikatan Mahasiswa Kepulauan Riau di Yogyakarta—pertama kalinya ini—adalah upaya mempererat persatuan dan persaudaraan mahasiswa dari berbagai daerah yang menuntut ilmu di Yogyakarta.
Selengkapnya, kunjungihttp://www.lpmjournal.com/journal-foto/foto-festival-takbir-mahasiswa-luar-daerah-eratkan-persatuan-dengan-gema-takbir
Jalan Nangka Nomor 3 Perkakas
Ornamen Khas Maluku Gabus Bagus
Ekspresi(f)
Tabuh Irama.
Semacam Plat Nomor
Berkumandang Harmoni Takbir
10 11
Expo merupakan agenda tahunan Amikom
yang merupakan ajang unjuk gigi Orma. Rencananya
akan diadakan pada 17-19 November 2011 di
Basement unit 5 STMIK Amikom Yogyakarta.
Bertema pesta topeng “Masquerade”(Pesta Topeng)
yang berfilosofi perwujudan bahwa Orma-Orma itu
ada “wajah” artinya Orma-Orma menunjukan wajah
mereka melalui topeng. “Mungkin sangat ironis
topeng dan wajah, topeng menyembunyikan wajah.
Tapi justru itulah, kita ingin memperlihatkan wajah
melalui topeng,” Mulyan Nuarsa selaku Ketua
Panitia Expo 2011 (4/11).
Expo merupakan ajang yang sangat penting
bagi orma yang ada di STMIK Amikom, pasalnya
pada saat inilah Orma membuka pendaftaran bagi
calon mahasiswa yang ingin bergabung pada Orma
yang diminatinya. “Menurut saya ya penting karena
untuk perekrutan anggota baru,” kata Rini Lestari
wakil ketua Manggar (2/11).
Sampai H -7 menjelang pelaksanaan expo
panitia penyelanggaraan dibingungkan dengan
konsep yang belum fix. Hal ini terkait dengan dana
yang dikucurkan oleh pihak lembaga dirasa panitia
terlalu sedikit dan adanya perubahan rencana dari
lembaga. Lembaga mematok alokasi dana untuk
Expo kali ini sebesar 5 juta.
Menurut Mulyan, lembaga tidak bisa
mengubah keuangannya. Senat juga tidak bisa
mengubah rancangan keuangan Orma. Tapi
lembaga memberikan opsi agar diadakannya iuran
untuk seluruh Orma.
Panitia tidak terlalu berharap banyak pada
sponsorship. Mengingat acara ini bersifat intern,
akan sulit untuk pihak sponsor mau mengeluarkan
dana banyak. Untuk mencari solusi dari
permasalahan dana pihak panitia dan Orma
mengadakan pertemuan pada hari Sabtu, 5
November 2011 yang dihadiri lima Orma yaitu
Onegai, Fossil, Kempo, Ikna dan ABBC. Hasil dari
pertemuan itu memutuskan bahwa Orma sepakat
untuk iuran yang uangnya dialokasikan sebagai
biaya partisipasi yang besarnya Rp 280.000,-/stan.
Namun ada lima Orma yang yang mengajukan
untuk mendapat keringanan dan Orma tersebut
hanya dibebani Rp 100.000,-/stan untuk biaya
partisipasi.
Selain itu yang menjadi permasalahan
adalah pelaksaan waktu Expo yang dikonsep
lembaga dilaksanakan setelah Entrepreneur Day
(ED). Nurfata Aliem Prabowo selaku koordinator
sie acara Expo 2011 mengatakan lembaga
mengonsep seminggu entrepreneur day dan Expo.
Kemarin kita sudah berkomunikasi dengan teman-
teman dari pihak ED namun tidak ada hasil.
Kemungkinan terburuk, Expo-nya teman-teman
Orma bisa mulai loading barang jam 2 pagi setelah
acara ED selesai dilaksanakan.
Sampai berita ini diturunkan D'Journal
belum bisa menemui pihak lembaga yang berkaitan
dengan event ini. Namun panitia dan Orma
berharap agar Expo tahun ini dapat berjalan
sukses dan berbeda dari tahun lalu.
Frans | Sugi | Adam
22 Oktober kemarin STMIK Amikom Yogyakarta
Amikom melaksanakan Wisuda Periode ke-40
bertempat di Graha Sarina Vidi, Yogyakarta. Wisuda
ini diikuti 400 peserta dari program Diploma,
Sarjana dan Pasca Sarjana. Untuk periode ini
wisudawan terbaik dari yang terbaik adalah Anozi
Mada. Berikut wawancara singkat dengan
Mada—biasa dia disapa—disela istirahat kerja
Mada sebagai Junior Programmer di PT. Time
Excelindo (15.16). Tepat pada hari Kamis, 03
November 2011 di Unit III lantai tiga.
Bagaimana perasaan anda ketika mendapatkan
predikat wisudawan terbaik?
Bingung dan kaget. Pada waktu wisuda
saya bingung mengapa hanya saya yang tidak
mendapatkan samir —medali wisuda—. Saya
bertanya ke panitia, katanya yang penting masuk.
Pada waktu pengumuman wisudawan terbaik ,
ternyata nama saya yang dipanggil.
Apa kriteria wisudawan terbaik ?
Setahu saya dari Indeks Prestasi Kumulatif
(IPK). Tetapi tidak hanya IPK saja sepertinya. Ada
juga yang IPK bagus namun lewat masa studinya,
sehingga tidak terpakai. Saya sendiri menempuh
studi 3 tahun—enam semester—tapi setiap
semester harus mengambil 24 sks dengan IPK 3,86.
Dan alhamdulillah saya belum pernah ikut
semester pendek.
Apa usaha yang anda lakukan selama
menempuh pendidikan di Amikom?
Saya suka mengeksplorasi sendiri dan
autodidak. Tidak bergantung pada materi kuliah di
Amikom.
Bidang apa yang anda sukai ?
Dulu saya ingin menjadi game
programmer. Namun saya akhirnya lebih fokus ke
sistem informasi dan membuat produk-produk
software.
Kesibukan anda selain kuliah?
Magang di Time Excelindo (TE). Awalnya
memang susah membagi waktu antara kuliah dan
kerja. Bagi saya kuliah tetap yang utama, jika ada
jam kosong saya langsung masuk kerja.
Apa judul skripsi anda? Mengapa memilih judul
tersebut?
“Analisis dan Perancangan Sistem
Informasi Kehadiran pada PT. Time Exelindo”. Saat
itu saya bekerja magang di TE. Ketika saya bertanya
apa yang dibutuhkan, TE meminta untuk membuat
sistem kehadiran. Kurang lebih satu bulan skripsi
saya sudah selesai.
Rencana anda selanjutnya?
Dalam waktu dekat saya akan resign dari
TE dan mencoba mencari pekerjaan yang lebih
besar di Jakarta.
Apakah beasiswa dari Amikom akan diambil
tahun ini?
Acuan saya saat ini adalah ke Jakarta untuk
mencari pengalaman. Jika survive di sana dan
sukses, mungkin saya akan melepaskan beasiswa
tersebut. Namun jika gagal, saya akan kembali
untuk melanjutkan studi S2 dulu.
Pesan untuk adik angkatan dan teman-teman yg
sedang skripsi ?
Untuk adik angkatan, materi kuliah
dipelajari dan lebih diperdalam lagi. Percuma jika
hanya lulus-lulusan saja. Untuk teman-teman yang
sedang skripsi, jangan mudah menyerah jika dosen
pembimbing agak susah. Tetap semangat kawan!
Ilham | Deni
Dari Terbaik Menuju yang Terbaik
Nama : Anozi MadaTTL : Sleman, 05-03-1990NPM : 08.12.3065Jurusan : Sistem Informasi
Alamat : Jl. Kaliurang Km. 14, Gang Kangguru 10A, Sleman, Yogyakarta
Tanggal Lulus : 25 Agustus 2011Judul Skripsi : Analisis dan Perancangan
Sistem Informasi Kehadiran pada PT. Time Excelindo
Di Balik “Pesta Topeng” Expo
10 11
Expo merupakan agenda tahunan Amikom
yang merupakan ajang unjuk gigi Orma. Rencananya
akan diadakan pada 17-19 November 2011 di
Basement unit 5 STMIK Amikom Yogyakarta.
Bertema pesta topeng “Masquerade”(Pesta Topeng)
yang berfilosofi perwujudan bahwa Orma-Orma itu
ada “wajah” artinya Orma-Orma menunjukan wajah
mereka melalui topeng. “Mungkin sangat ironis
topeng dan wajah, topeng menyembunyikan wajah.
Tapi justru itulah, kita ingin memperlihatkan wajah
melalui topeng,” Mulyan Nuarsa selaku Ketua
Panitia Expo 2011 (4/11).
Expo merupakan ajang yang sangat penting
bagi orma yang ada di STMIK Amikom, pasalnya
pada saat inilah Orma membuka pendaftaran bagi
calon mahasiswa yang ingin bergabung pada Orma
yang diminatinya. “Menurut saya ya penting karena
untuk perekrutan anggota baru,” kata Rini Lestari
wakil ketua Manggar (2/11).
Sampai H -7 menjelang pelaksanaan expo
panitia penyelanggaraan dibingungkan dengan
konsep yang belum fix. Hal ini terkait dengan dana
yang dikucurkan oleh pihak lembaga dirasa panitia
terlalu sedikit dan adanya perubahan rencana dari
lembaga. Lembaga mematok alokasi dana untuk
Expo kali ini sebesar 5 juta.
Menurut Mulyan, lembaga tidak bisa
mengubah keuangannya. Senat juga tidak bisa
mengubah rancangan keuangan Orma. Tapi
lembaga memberikan opsi agar diadakannya iuran
untuk seluruh Orma.
Panitia tidak terlalu berharap banyak pada
sponsorship. Mengingat acara ini bersifat intern,
akan sulit untuk pihak sponsor mau mengeluarkan
dana banyak. Untuk mencari solusi dari
permasalahan dana pihak panitia dan Orma
mengadakan pertemuan pada hari Sabtu, 5
November 2011 yang dihadiri lima Orma yaitu
Onegai, Fossil, Kempo, Ikna dan ABBC. Hasil dari
pertemuan itu memutuskan bahwa Orma sepakat
untuk iuran yang uangnya dialokasikan sebagai
biaya partisipasi yang besarnya Rp 280.000,-/stan.
Namun ada lima Orma yang yang mengajukan
untuk mendapat keringanan dan Orma tersebut
hanya dibebani Rp 100.000,-/stan untuk biaya
partisipasi.
Selain itu yang menjadi permasalahan
adalah pelaksaan waktu Expo yang dikonsep
lembaga dilaksanakan setelah Entrepreneur Day
(ED). Nurfata Aliem Prabowo selaku koordinator
sie acara Expo 2011 mengatakan lembaga
mengonsep seminggu entrepreneur day dan Expo.
Kemarin kita sudah berkomunikasi dengan teman-
teman dari pihak ED namun tidak ada hasil.
Kemungkinan terburuk, Expo-nya teman-teman
Orma bisa mulai loading barang jam 2 pagi setelah
acara ED selesai dilaksanakan.
Sampai berita ini diturunkan D'Journal
belum bisa menemui pihak lembaga yang berkaitan
dengan event ini. Namun panitia dan Orma
berharap agar Expo tahun ini dapat berjalan
sukses dan berbeda dari tahun lalu.
Frans | Sugi | Adam
22 Oktober kemarin STMIK Amikom Yogyakarta
Amikom melaksanakan Wisuda Periode ke-40
bertempat di Graha Sarina Vidi, Yogyakarta. Wisuda
ini diikuti 400 peserta dari program Diploma,
Sarjana dan Pasca Sarjana. Untuk periode ini
wisudawan terbaik dari yang terbaik adalah Anozi
Mada. Berikut wawancara singkat dengan
Mada—biasa dia disapa—disela istirahat kerja
Mada sebagai Junior Programmer di PT. Time
Excelindo (15.16). Tepat pada hari Kamis, 03
November 2011 di Unit III lantai tiga.
Bagaimana perasaan anda ketika mendapatkan
predikat wisudawan terbaik?
Bingung dan kaget. Pada waktu wisuda
saya bingung mengapa hanya saya yang tidak
mendapatkan samir —medali wisuda—. Saya
bertanya ke panitia, katanya yang penting masuk.
Pada waktu pengumuman wisudawan terbaik ,
ternyata nama saya yang dipanggil.
Apa kriteria wisudawan terbaik ?
Setahu saya dari Indeks Prestasi Kumulatif
(IPK). Tetapi tidak hanya IPK saja sepertinya. Ada
juga yang IPK bagus namun lewat masa studinya,
sehingga tidak terpakai. Saya sendiri menempuh
studi 3 tahun—enam semester—tapi setiap
semester harus mengambil 24 sks dengan IPK 3,86.
Dan alhamdulillah saya belum pernah ikut
semester pendek.
Apa usaha yang anda lakukan selama
menempuh pendidikan di Amikom?
Saya suka mengeksplorasi sendiri dan
autodidak. Tidak bergantung pada materi kuliah di
Amikom.
Bidang apa yang anda sukai ?
Dulu saya ingin menjadi game
programmer. Namun saya akhirnya lebih fokus ke
sistem informasi dan membuat produk-produk
software.
Kesibukan anda selain kuliah?
Magang di Time Excelindo (TE). Awalnya
memang susah membagi waktu antara kuliah dan
kerja. Bagi saya kuliah tetap yang utama, jika ada
jam kosong saya langsung masuk kerja.
Apa judul skripsi anda? Mengapa memilih judul
tersebut?
“Analisis dan Perancangan Sistem
Informasi Kehadiran pada PT. Time Exelindo”. Saat
itu saya bekerja magang di TE. Ketika saya bertanya
apa yang dibutuhkan, TE meminta untuk membuat
sistem kehadiran. Kurang lebih satu bulan skripsi
saya sudah selesai.
Rencana anda selanjutnya?
Dalam waktu dekat saya akan resign dari
TE dan mencoba mencari pekerjaan yang lebih
besar di Jakarta.
Apakah beasiswa dari Amikom akan diambil
tahun ini?
Acuan saya saat ini adalah ke Jakarta untuk
mencari pengalaman. Jika survive di sana dan
sukses, mungkin saya akan melepaskan beasiswa
tersebut. Namun jika gagal, saya akan kembali
untuk melanjutkan studi S2 dulu.
Pesan untuk adik angkatan dan teman-teman yg
sedang skripsi ?
Untuk adik angkatan, materi kuliah
dipelajari dan lebih diperdalam lagi. Percuma jika
hanya lulus-lulusan saja. Untuk teman-teman yang
sedang skripsi, jangan mudah menyerah jika dosen
pembimbing agak susah. Tetap semangat kawan!
Ilham | Deni
Dari Terbaik Menuju yang Terbaik
Nama : Anozi MadaTTL : Sleman, 05-03-1990NPM : 08.12.3065Jurusan : Sistem Informasi
Alamat : Jl. Kaliurang Km. 14, Gang Kangguru 10A, Sleman, Yogyakarta
Tanggal Lulus : 25 Agustus 2011Judul Skripsi : Analisis dan Perancangan
Sistem Informasi Kehadiran pada PT. Time Excelindo
Di Balik “Pesta Topeng” Expo
Mungkin Anda sudah tak asing lagi dengan
sebuah gambar yang bentuknya seperti kumpulan
kotak kecil dan besar yang tidak beraturan. Kali ini
rubrik seputar IT akan berbagi tentang hal tersebut.
Gambar tersebut bernama Quick Response
Code (QR Code), yaitu kode respon cepat yang
merupakan evolusi barcode dari satu dimensi
menjadi dua dimensi. Barcode hanya mampu
menyimpan informasi secara horizontal, sedangkan
QR Code mampu menyimpan informasi secara
vertikal dan horizontal. Sehingga QR Code memiliki
kapasitas lebih tinggi dalam data pengkodean.
QR Code mampu menyimpan semua jenis
data, seperti data numerik, alfabetis, kanji, kana,
hiragana, simbol, dan kode biner. Secara spesifik, QR
Code mampu menyimpan data jenis numerik
sampai dengan 7.089 karakter, data alphanumerik
sampai dengan 4.296 karakter, kode binari sampai
dengan 2.844 byte, dan huruf kanji sampai dengan
1.817 karakter. Selain itu QR Code memiliki
tampilan yang lebih kecil dari pada barcode
sehingga makin ringkas. Dalam QR Code juga dapat
ditanamkan informasi berupa alamat URL, nomor
telpon, teks dan sms.
Untuk dapat membaca QR Code dibutuhkan
ponsel yang memiliki aplikasi pembaca QR Code
dan memiliki akses internet untuk menghubungkan
ponsel dengan situs yang ada dalam QR Code.
Pengguna harus mengaktifkan aplikasi pembaca QR
Code selanjutnya mengarahkan kamera ke QR Code.
Secara otomatis aplikasi pembaca QR Code akan
12 13
memindai data yang tertanam dalam QR Code
tersebut. Aplikasi yang dapat membaca QR Code
antara lain misalnya “Kaywa Reader” yang dapat
diinstal pada ponsel Nokia, iMatrix untuk iPhone
dll.
Teknologi QR Code biasa digunakan sebagai
alat promosi suatu produk atau jasa. Namun oleh
Dynotag, QR Code digunakan sebagai tools pelacak
barang hilang. Dynotag, sebuah startup yang
berbasis di Seattle, Amerika Serikat, merilis sebuah
layanan yang memungkinkan penggunanya
membuat QR Code secara gratis dan kodenya akan
merujuk ke halaman web personal. QR Code yang
telah dibentuk berupa tag (label) ini dapat dicetak
dan diletakkan di barang/benda yang berpotensi
hilang.
Misalnya anda membuat QR Code untuk
tas/koper. Jika suatu saat tas ini tertinggal atau
hilang, siapapun dapat memindai QR Code anda
dan akan langsung diarahkan pada halaman web
anda. QR Code juga dapat diaplikasikan untuk
objek yang lain, seperti hewan piaraan. Tinggal
cetak tag QR Code tersebut dan gantungkan di
kalung atau leher hewan.
Dynotag dirancang untuk dapat mengirim
sebuah email atau teks notifikasi pemilik tag ketika
tag dipindai oleh seseorang, juga dengan lokasi tag
berada bila perangkat yang digunakan untuk
memindai dilengkapi dengan GPS.
http://www.tekno.kompas.com|http://www.tre
naudiovideo.com|Andri
mahasiswa disana
“Mau ikutan demo kayak meraka” kata paijo dengan
ekpresi serius
“iya bang, emang ada yang aneh yah kalo ikutan
begituan? Kan asik bisa ikut menyuarakan
perubahan” Tanya saya balik
Gak sih den, hanya mereka tu mahasiswa tipu –
tipu”
Hah? Mahasiswa tipu – tipu? Maksudnya? Dengan
tampang polos tanda tidak mengerti ucapan paijo
“Iya den, tu mereka kebanyakan hanya mahasiswa
yang dibayar, kalo aden gak percaya lihat aja nanti
dipojokan lampu merah sana 30 menit lagi pasti
ada mobil mercy item datang”
“Ah abang bercanda nih”
“Saya serius den, berani sumpah deh, pasti ntar tu
mas – mas yang pake bandana kuning sama tas ijo
nike pasti masuk ke mercy item. Saya sering kok
denger cerita tukang ojek disana kalo orang yang
ada di mercy item itu suka bayar orang buat demo-
demo atau masa buat kampanye bupati kemaren”
Plak!! Sebuah tamparan mengena di fikiran ku,
semangat yang kuat seakan sirna sudah mendengar
omongan paijo. Semangat manusia muda yang
benci dengan ketidak beresan negara “besar” ini.
Bersambung….!!!
“Turunkan presiden…!! basmi koruptor… !! tegak
kan keadilan...!!” teriak segerombolan manusia
berpakaian serepkan bercorak dan berlogo senada
yang mencerminkan suatu univeritas elit di daerah
saya. Ya. Teriak penuh semangat manusia muda
yang enggan melihat tatanan kehidupan terporak
porandakan akibat oknum yang bejat.
Kemudian berlalu sambil seutas senyum dan
semangat timbul dibenak saya sebagai manusia
muda untuk sedikit ikut berjuang meluluhlantahkan
sitem kacau balau negara. Walaupun hanya dengan
teriak – teriak yang entah apa mungkin didengar
oleh oknum yang “diatas” sana.
“bang kopi susunya 1 donk”, “oke den” kata saya di
sambut tukang angkringan.
“dah lama jualan disini bang?”
“lumayan den, udah sekitar 5 tahun”
“Semangat sekali jualan disni?”
“Ya mau gimana lagi den, hanya dengan begini kulo
saget urip” ujar abang angkringan sambil terkekeh.
Pembincangan pun mengalir hingga ak pun
mengenal nama si abang angkringan yaitu paijo asli
wonosabo berusia sekitar 57 tahun.
“Oh ya bang, ngmong-ngmong semangat sekali ya
orang-orang disana? Pengen deh ikutan gabung
kesana” ujarku sambil menatap mahasiswa-
Inovasi
QR CodeSumber : www.okaygeek.com
Manusia mudaOleh : Nurhapsoro Triyo Wibowo
Mungkin Anda sudah tak asing lagi dengan
sebuah gambar yang bentuknya seperti kumpulan
kotak kecil dan besar yang tidak beraturan. Kali ini
rubrik seputar IT akan berbagi tentang hal tersebut.
Gambar tersebut bernama Quick Response
Code (QR Code), yaitu kode respon cepat yang
merupakan evolusi barcode dari satu dimensi
menjadi dua dimensi. Barcode hanya mampu
menyimpan informasi secara horizontal, sedangkan
QR Code mampu menyimpan informasi secara
vertikal dan horizontal. Sehingga QR Code memiliki
kapasitas lebih tinggi dalam data pengkodean.
QR Code mampu menyimpan semua jenis
data, seperti data numerik, alfabetis, kanji, kana,
hiragana, simbol, dan kode biner. Secara spesifik, QR
Code mampu menyimpan data jenis numerik
sampai dengan 7.089 karakter, data alphanumerik
sampai dengan 4.296 karakter, kode binari sampai
dengan 2.844 byte, dan huruf kanji sampai dengan
1.817 karakter. Selain itu QR Code memiliki
tampilan yang lebih kecil dari pada barcode
sehingga makin ringkas. Dalam QR Code juga dapat
ditanamkan informasi berupa alamat URL, nomor
telpon, teks dan sms.
Untuk dapat membaca QR Code dibutuhkan
ponsel yang memiliki aplikasi pembaca QR Code
dan memiliki akses internet untuk menghubungkan
ponsel dengan situs yang ada dalam QR Code.
Pengguna harus mengaktifkan aplikasi pembaca QR
Code selanjutnya mengarahkan kamera ke QR Code.
Secara otomatis aplikasi pembaca QR Code akan
12 13
memindai data yang tertanam dalam QR Code
tersebut. Aplikasi yang dapat membaca QR Code
antara lain misalnya “Kaywa Reader” yang dapat
diinstal pada ponsel Nokia, iMatrix untuk iPhone
dll.
Teknologi QR Code biasa digunakan sebagai
alat promosi suatu produk atau jasa. Namun oleh
Dynotag, QR Code digunakan sebagai tools pelacak
barang hilang. Dynotag, sebuah startup yang
berbasis di Seattle, Amerika Serikat, merilis sebuah
layanan yang memungkinkan penggunanya
membuat QR Code secara gratis dan kodenya akan
merujuk ke halaman web personal. QR Code yang
telah dibentuk berupa tag (label) ini dapat dicetak
dan diletakkan di barang/benda yang berpotensi
hilang.
Misalnya anda membuat QR Code untuk
tas/koper. Jika suatu saat tas ini tertinggal atau
hilang, siapapun dapat memindai QR Code anda
dan akan langsung diarahkan pada halaman web
anda. QR Code juga dapat diaplikasikan untuk
objek yang lain, seperti hewan piaraan. Tinggal
cetak tag QR Code tersebut dan gantungkan di
kalung atau leher hewan.
Dynotag dirancang untuk dapat mengirim
sebuah email atau teks notifikasi pemilik tag ketika
tag dipindai oleh seseorang, juga dengan lokasi tag
berada bila perangkat yang digunakan untuk
memindai dilengkapi dengan GPS.
http://www.tekno.kompas.com|http://www.tre
naudiovideo.com|Andri
mahasiswa disana
“Mau ikutan demo kayak meraka” kata paijo dengan
ekpresi serius
“iya bang, emang ada yang aneh yah kalo ikutan
begituan? Kan asik bisa ikut menyuarakan
perubahan” Tanya saya balik
Gak sih den, hanya mereka tu mahasiswa tipu –
tipu”
Hah? Mahasiswa tipu – tipu? Maksudnya? Dengan
tampang polos tanda tidak mengerti ucapan paijo
“Iya den, tu mereka kebanyakan hanya mahasiswa
yang dibayar, kalo aden gak percaya lihat aja nanti
dipojokan lampu merah sana 30 menit lagi pasti
ada mobil mercy item datang”
“Ah abang bercanda nih”
“Saya serius den, berani sumpah deh, pasti ntar tu
mas – mas yang pake bandana kuning sama tas ijo
nike pasti masuk ke mercy item. Saya sering kok
denger cerita tukang ojek disana kalo orang yang
ada di mercy item itu suka bayar orang buat demo-
demo atau masa buat kampanye bupati kemaren”
Plak!! Sebuah tamparan mengena di fikiran ku,
semangat yang kuat seakan sirna sudah mendengar
omongan paijo. Semangat manusia muda yang
benci dengan ketidak beresan negara “besar” ini.
Bersambung….!!!
“Turunkan presiden…!! basmi koruptor… !! tegak
kan keadilan...!!” teriak segerombolan manusia
berpakaian serepkan bercorak dan berlogo senada
yang mencerminkan suatu univeritas elit di daerah
saya. Ya. Teriak penuh semangat manusia muda
yang enggan melihat tatanan kehidupan terporak
porandakan akibat oknum yang bejat.
Kemudian berlalu sambil seutas senyum dan
semangat timbul dibenak saya sebagai manusia
muda untuk sedikit ikut berjuang meluluhlantahkan
sitem kacau balau negara. Walaupun hanya dengan
teriak – teriak yang entah apa mungkin didengar
oleh oknum yang “diatas” sana.
“bang kopi susunya 1 donk”, “oke den” kata saya di
sambut tukang angkringan.
“dah lama jualan disini bang?”
“lumayan den, udah sekitar 5 tahun”
“Semangat sekali jualan disni?”
“Ya mau gimana lagi den, hanya dengan begini kulo
saget urip” ujar abang angkringan sambil terkekeh.
Pembincangan pun mengalir hingga ak pun
mengenal nama si abang angkringan yaitu paijo asli
wonosabo berusia sekitar 57 tahun.
“Oh ya bang, ngmong-ngmong semangat sekali ya
orang-orang disana? Pengen deh ikutan gabung
kesana” ujarku sambil menatap mahasiswa-
Inovasi
QR CodeSumber : www.okaygeek.com
Manusia mudaOleh : Nurhapsoro Triyo Wibowo
14 15
Hamparan luas pesisir pantai
Membujur dari timur ke barat
Tempat kami berladang
Demi sesuap nasi
Makmur, tentram, nyaman dan sejahtera
Namun itu dulu
Sekarang?
Orang-orang serakah mengincarnya
Ingin menguasai semua yang kami punya
Merebut dari kami yang menggantungkan hidup-
padanya
Kami berontak!
Kami tidak mau ladang kami direbut kalian
Kami berontak!
Kami tidak mau anak cucu kami sengsana
Kami berontak!
Enyah saja kalian dari muka bumi ini
Apa yang kalian cari?
Apa yang kalian inginkan?
Apa yang kalian mau?
Kembali saja kalian semua!
Kami tak mau melepasnya
Itu lahan kami
Penghidupan kami
Masa depan kami
Kami tak mau apa yang kalian berikan
Kami tak mau apa yang kalian janjikan
Karena kami tau itu hanya janji kosong
Kosong
Kami tak mau hidup kami sengsara
Kami tak mau tanah kami dijajah
Karena kami sudah nyaman dengan keadaan ini
Tak perlu kalian datang
Melawan atau ditawan?
Jelas kami melawan
Siapa kalian yang seenaknya merampas lahan- kami?
Tak sejengkal pun kami berikan
Oleh : Ika Nurindah Perwitasari
Aliansi Amersfort Gara-gara Badai di Netherlands (Aagaban) beranggotakan lima mahasiswa asal Indonesia yang terdampar kuliah di Belanda untuk mendapatkan gelar S2. Perkenalan lima mahasiswa ini bermula saat sebuah badai mempertemukan mereka di Amersfort Belanda. Aagaban menjadi wadah persahabatan Lintang, Wicak, Geri, Banjar, dan Daus.
Novel ini menggambarkan kehidupan mahasiswa Indonesia di Belanda. Kekurangan uang saku, tugas kuliah menumpuk, rela mengayuh sepeda setiap hari ke kampus, dan bahkan linting wae (rokok melinting sendiri) mereka lakukan. mereka tetap bertahan di Belanda demi menggapai impian serta berani melakukan hal yang sulit dengan keteguhan dan keberanian cinta yang mereka miliki.
Novel dengan tema persahabatan ini menggunakan bahasa yang ringan sehingga mudah dimengerti. Walau banyak juga istilah-istilah dan kalimat dengan bahasa Belanda tapi cukup mudah memahaminya. Lintang dan teman-temanya seperti berbagi tips bertahan hidup di Belanda. Pembaca akan merasa diajak berkeliling dan mengunjugi tempat-tempat menarik di Eropa ala backpacker.
Jangan penasaran dengan novel ini sebelum membacanya. Ngaliman
Novel yang menyajikan proses penulisan naskah Rubaiyat yang juga dikenal dengan naskah Samarkand oleh seorang filsuf, astronom, ahli matematika dan kedokteran, Omar Khayam. Serta petualangan Benjamin yang “terjebak” dalam menemukan kembali naskah asli yang sempat hilang akibat penyerangan bangsa Mongol.
Berlatar belakang daratan timur tengah, pengarang menyajikan wawasan, ilmu pengetahuan, sejarah dan menghadirkan lembar-lembar kalimat seakan bergambar imajinasi menarik, sehingga mengundang detik demi detik lamunan mencoba menerjemahkannya dalam kepala.
Cerita yang berbalut intrik politik, perebutan kekuasaan, pertarungan keyakinan berdarah pada awal abad 11, menjadikan pesan-pesan tentang ambisi kekuasaan menjadi relevan hingga kini. Kisah yang romantis menjadikan novel ini novel yang bercerita indah. Tokoh-tokoh yang hadir dengan perbedaan situasi zaman selang beberapa abad menjadikan cerita dalam novel berjudul asli Samarcande - terbitan Jean Caude Lattes, Paris tahun 1988- ini misteri yang tak mudah tertebak.
“Kau Tanya dari manakah nafas hidup kita, Jika lautan disingkat sebuah cerita yang terlalu rinci, Akan kukatakan munculnya dari dasar samudra, Lalu tiba-tiba samudra menelannya kembali.”
Seperti kutipan naskah yang ditulis Omar Khayyam diatas. Kumpulan naskah berwujud kitab itupun tenggelam bersama kapal pesiar Titanic yang mewah nan megah pada awal abad 20. Benjamin dan Syirin menjadi saksi “menyepinya” kitab tersebut. Zani
Judul : Negeri Van OranjePenulis : Wahyuningrat, Adept Widiarsa,
Nisa Riyadi, Rizki Pandu PermanaPenerbit : Bentang Pustaka, 2009Tebal : viii + 478 halaman
Judul : Misteri Rubaiyat Omar KhayyamPenulis : Amin MaaloufPenerbit : Serambi, 2008Tebal : 514 halaman
Amikom Expo 2011
tanggal : 17-19 November 2011tempat : basement Vacara : live performence orma, open recruitment orma, performance dance
Lomba Fotografi Jurnalistik (Expo Kimia 2011)
tanggal pendaftaran : 17 Oktober - 17 November 2011tanggal pengumpulan : 5 - 21 Novemberbiaya pendaftaran : Rp 50.000,-tempat : HIMA Kimia FMIPA UNYCP : 085643499493(Fitra)
14 15
Hamparan luas pesisir pantai
Membujur dari timur ke barat
Tempat kami berladang
Demi sesuap nasi
Makmur, tentram, nyaman dan sejahtera
Namun itu dulu
Sekarang?
Orang-orang serakah mengincarnya
Ingin menguasai semua yang kami punya
Merebut dari kami yang menggantungkan hidup-
padanya
Kami berontak!
Kami tidak mau ladang kami direbut kalian
Kami berontak!
Kami tidak mau anak cucu kami sengsana
Kami berontak!
Enyah saja kalian dari muka bumi ini
Apa yang kalian cari?
Apa yang kalian inginkan?
Apa yang kalian mau?
Kembali saja kalian semua!
Kami tak mau melepasnya
Itu lahan kami
Penghidupan kami
Masa depan kami
Kami tak mau apa yang kalian berikan
Kami tak mau apa yang kalian janjikan
Karena kami tau itu hanya janji kosong
Kosong
Kami tak mau hidup kami sengsara
Kami tak mau tanah kami dijajah
Karena kami sudah nyaman dengan keadaan ini
Tak perlu kalian datang
Melawan atau ditawan?
Jelas kami melawan
Siapa kalian yang seenaknya merampas lahan- kami?
Tak sejengkal pun kami berikan
Oleh : Ika Nurindah Perwitasari
Aliansi Amersfort Gara-gara Badai di Netherlands (Aagaban) beranggotakan lima mahasiswa asal Indonesia yang terdampar kuliah di Belanda untuk mendapatkan gelar S2. Perkenalan lima mahasiswa ini bermula saat sebuah badai mempertemukan mereka di Amersfort Belanda. Aagaban menjadi wadah persahabatan Lintang, Wicak, Geri, Banjar, dan Daus.
Novel ini menggambarkan kehidupan mahasiswa Indonesia di Belanda. Kekurangan uang saku, tugas kuliah menumpuk, rela mengayuh sepeda setiap hari ke kampus, dan bahkan linting wae (rokok melinting sendiri) mereka lakukan. mereka tetap bertahan di Belanda demi menggapai impian serta berani melakukan hal yang sulit dengan keteguhan dan keberanian cinta yang mereka miliki.
Novel dengan tema persahabatan ini menggunakan bahasa yang ringan sehingga mudah dimengerti. Walau banyak juga istilah-istilah dan kalimat dengan bahasa Belanda tapi cukup mudah memahaminya. Lintang dan teman-temanya seperti berbagi tips bertahan hidup di Belanda. Pembaca akan merasa diajak berkeliling dan mengunjugi tempat-tempat menarik di Eropa ala backpacker.
Jangan penasaran dengan novel ini sebelum membacanya. Ngaliman
Novel yang menyajikan proses penulisan naskah Rubaiyat yang juga dikenal dengan naskah Samarkand oleh seorang filsuf, astronom, ahli matematika dan kedokteran, Omar Khayam. Serta petualangan Benjamin yang “terjebak” dalam menemukan kembali naskah asli yang sempat hilang akibat penyerangan bangsa Mongol.
Berlatar belakang daratan timur tengah, pengarang menyajikan wawasan, ilmu pengetahuan, sejarah dan menghadirkan lembar-lembar kalimat seakan bergambar imajinasi menarik, sehingga mengundang detik demi detik lamunan mencoba menerjemahkannya dalam kepala.
Cerita yang berbalut intrik politik, perebutan kekuasaan, pertarungan keyakinan berdarah pada awal abad 11, menjadikan pesan-pesan tentang ambisi kekuasaan menjadi relevan hingga kini. Kisah yang romantis menjadikan novel ini novel yang bercerita indah. Tokoh-tokoh yang hadir dengan perbedaan situasi zaman selang beberapa abad menjadikan cerita dalam novel berjudul asli Samarcande - terbitan Jean Caude Lattes, Paris tahun 1988- ini misteri yang tak mudah tertebak.
“Kau Tanya dari manakah nafas hidup kita, Jika lautan disingkat sebuah cerita yang terlalu rinci, Akan kukatakan munculnya dari dasar samudra, Lalu tiba-tiba samudra menelannya kembali.”
Seperti kutipan naskah yang ditulis Omar Khayyam diatas. Kumpulan naskah berwujud kitab itupun tenggelam bersama kapal pesiar Titanic yang mewah nan megah pada awal abad 20. Benjamin dan Syirin menjadi saksi “menyepinya” kitab tersebut. Zani
Judul : Negeri Van OranjePenulis : Wahyuningrat, Adept Widiarsa,
Nisa Riyadi, Rizki Pandu PermanaPenerbit : Bentang Pustaka, 2009Tebal : viii + 478 halaman
Judul : Misteri Rubaiyat Omar KhayyamPenulis : Amin MaaloufPenerbit : Serambi, 2008Tebal : 514 halaman
Amikom Expo 2011
tanggal : 17-19 November 2011tempat : basement Vacara : live performence orma, open recruitment orma, performance dance
Lomba Fotografi Jurnalistik (Expo Kimia 2011)
tanggal pendaftaran : 17 Oktober - 17 November 2011tanggal pengumpulan : 5 - 21 Novemberbiaya pendaftaran : Rp 50.000,-tempat : HIMA Kimia FMIPA UNYCP : 085643499493(Fitra)