d'journal reguler edisi 49
DESCRIPTION
Buletin D'Journal Reguler Edisi 49 LPM Journal STMIK Amikom YogyakartaTRANSCRIPT
D’JournalLembaga Pers Mahasiswa Journal
Mewartakan Realita
Menyoal Orma Bukan UKM
- Dony Yakin Materi 'Boncengan' Bukan Penyimpangan
Edi
si
| V
| 20
11 |
ww
w.l
pmjo
urna
l.co
m49
Edi
si
| V
| 20
11 |
ww
w.l
pmjo
urna
l.co
m49
- Kajur Tak Permasalahkan Perbedaan Materi Kuliah antar Dosen
Liputan
urikulum tentu tidak 'diciptakan' oleh pendidik
pada saat mengigau. Ini adalah keputusan penting Kdari banyak pertimbangan yang seharusnya
matang. Pembuat kurikulum tidak sedang bercanda ketika
mengumumkan rangkaian mata kuliah yang harus
dilaksanakan dalam proses akademik bukan? Segala bentuk
penyimpangan materi kuliah oleh dosen –sekalipun dengan
kesepakatan mahasiswa- seharusnya tidak dapat
dibenarkan. Ataukah memang ada pembenaran? Kalau
begitu, bagaimana jika mahasiswa dan dosen sepakat untuk
memboncengi mata kuliah Filsafat Ilmu dengan materi
Ilmu Ternak Unggas? Anda boleh memprotes bahwa kedua
hal tersebut tidak bisa diperbandingkan sebab terlalu
ekstrem. Nah, di situ point pentingnya. Sejauh mana batas
agar sebuah penyimpangan boleh dibenarkan? Saya kira
harus ada kesepakatan tertulis mengenai hal ini.
Anda bisa berkelit dengan mengklaim bahwa mata
kuliah yang direncanakan di kurikulum terkadang kurang
praktis, dan bahwa mahasiswa butuh sesuatu yang lebih
realistis dari teori. Tapi, jangan lupa bahwa kurikulum
punya target. Setelah lulus dari mata kuliah tertentu,
mahasiswa harus paham tentang apa? Interaksi Manusia
dan Komputer tentu lebih substansial kaitannya dengan
ilmu informatika. Dan bahwa seseorang tak harus kuliah
secara khusus untuk bisa berhasil menjadi ahli SEO.
Jika memang dirasa bahwa ada mata kuliah yang
tidak bermanfaat, lebih adilnya, hapus saja dari kurikulum.
Tapi, masalahnya berikutnya adalah, bisakah Anda
menemukan kata kunci 'Menghasilkan Dollar dari Internet'
di antara nama mata kuliah yang diakui di Evaluasi
Program Studi Berbasis Evaluasi Diri (EPSBED)? Kata
kunci tersebut malah lebih populer di Google, di mana
orang tak perlu kuliah untuk bisa membuka laman Google.
Salam Google, salam pers mahasiswa!
Salam Redaksi
2
Keredaksian
PELINDUNG : Drs. M. Idris Purwanto, M.M. PEMBINA : Jaeni, S.Kom PIMPINAN UMUM : NgalimanWAKIL PIMPINAN UMUM : Ika Nurindah P. SEKRETARIS UMUM : Af Idatun Khoiriyah BENDAHARA : Meilinda Detya Rensi PIMPINAN REDAKSI : Arleta Fenty PIMPINAN PRODUKSI : Sugiarti REDAKTUR PELAKSANA : Arleta Fenty, Riski Anis Nur
Awalin REDAKTUR : Senja Permata Dewanti, Deni Dwi Kurniawan, Ilham Bagus P REPORTER : Misbah Zainul Mustofa, Riza Hadi Kusuma, Sandwi D. Andri, Satrio Rizki D., Tirta Hadi Pranata, Af Idatun
Khoiriyah, Meilinda Detya Rensi, Riski Asward Arbie ARTISTIK: Fery Eka A Alamat Redaksi : Ruang sekretariat bersama III, STMIK Amikom Yogyakarta, Jl. Ringroad Utara,
Condongcatur, Sleman, Yogyakarta Email : [email protected] Website : http://www.lpmjournal.com Telp. 0274 7013524
Salam Redaksi
3
Topik Utama
Di setiap universitas, biasanya terdapat
organisasi mahasiswa (orma) yang didirikan
sebagai wadah untuk menyalurkan berbagai
bentuk kegiatan yang diminati mahasiswa.
Organisasi-organisasi tersebut tentu saja
bermacam-macam. Tergantung mahasiswa dan
kegiatan yang aktif di dalamya. Di STMIK Amikom
Yogyakarta pun terdapat banyak orma, bahkan
banyak pula yang telah berprestasi dan membawa
nama baik Amikom.
Menurut Panji Tri Nur Trisno, Ketua
Umum Senat Mahasiswa, di Amikom terdapat lebih
dari 30 orma. Namun, tidak semuanya berstatus
Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). “Pembangunan
sistem tidak hanya sebentar, butuh waktu sekitar
lima tahun untuk itu (pengakuan orma menjadi
UKM, red)”, jelas Panji saat dimintai keterangan
mengapa ada orma yang tidak diakui menjadi
UKM.
Tidak sedikit orma bukan UKM yang
merasa telah aktif dan produktif membangun
organisasinya untuk menjadi lebih baik, namun
keaktifan itu sendiri belum bisa merubah status
orma bukan UKM menjadi UKM.
Masih ada banyak hal yang perlu
dilaksanakan agar usaha untuk menjadi UKM bisa
segera terlaksana. Hal tersebut juga tergantung
dari kerja keras orma yang ingin organisasinya
berstatus UKM.
Usaha Untuk Menjadi UKM
Kebanyakan orma bukan UKM tentu saja
sangat menginginkan organisasinya segera berubah
menjadi UKM. Masing-masing organisasi juga telah
aktif mengadakan kegiatan-kegiatan dan event-
event. Misalnya Ikatan Keluarga Nasrani Amikom
(IKNA) yang sering mengadakan acara-acara rutin,
seperti acara-acara kerohanian dan ibadah bersama.
“Kami juga mengadakan acara Paskah bareng,
Natalan rutin, dan lain-lain”, jelas Fata.
Beberapa waktu yang lalu, Onegai Shelter
juga membuat Haunted House Festival yang
notabene-nya adalah event Rumah Hantu terbesar
dan terlama di Jogja. Selain itu, Onegai juga sering
mengadakan pelatihan-pelatihan, seperti pelatihan
Bahasa Jepang, pelatihan Bahasa Korea, pelatihan
membuat animasi, komik, desain, dan kegiatan-
kegiatan lain di luar kampus yang pastinya
membawa nama Amikom.
Proses Diakui Menjadi UKM
Pada dasarnya lembaga menganggap semua
orma adalah UKM, namun sebagai pihak yang
mengurusi kemahasiswaan, Drs. Mohammad Idris
Purwanto, MM, mengatakan, “Untuk diakui menjadi
UKM, organisasi mahasiswa tersebut harus sesuai
dengan buku pemberdayaan mahasiswa, mempunyai
anggota, pengurus, dan terdapat kegiatan-kegiatan.”
Menyoal Orma Bukan UKM
-Fery-
LPM Journal
by: Jo
urn
al F
ery
urikulum tentu tidak 'diciptakan' oleh pendidik
pada saat mengigau. Ini adalah keputusan penting Kdari banyak pertimbangan yang seharusnya
matang. Pembuat kurikulum tidak sedang bercanda ketika
mengumumkan rangkaian mata kuliah yang harus
dilaksanakan dalam proses akademik bukan? Segala bentuk
penyimpangan materi kuliah oleh dosen –sekalipun dengan
kesepakatan mahasiswa- seharusnya tidak dapat
dibenarkan. Ataukah memang ada pembenaran? Kalau
begitu, bagaimana jika mahasiswa dan dosen sepakat untuk
memboncengi mata kuliah Filsafat Ilmu dengan materi
Ilmu Ternak Unggas? Anda boleh memprotes bahwa kedua
hal tersebut tidak bisa diperbandingkan sebab terlalu
ekstrem. Nah, di situ point pentingnya. Sejauh mana batas
agar sebuah penyimpangan boleh dibenarkan? Saya kira
harus ada kesepakatan tertulis mengenai hal ini.
Anda bisa berkelit dengan mengklaim bahwa mata
kuliah yang direncanakan di kurikulum terkadang kurang
praktis, dan bahwa mahasiswa butuh sesuatu yang lebih
realistis dari teori. Tapi, jangan lupa bahwa kurikulum
punya target. Setelah lulus dari mata kuliah tertentu,
mahasiswa harus paham tentang apa? Interaksi Manusia
dan Komputer tentu lebih substansial kaitannya dengan
ilmu informatika. Dan bahwa seseorang tak harus kuliah
secara khusus untuk bisa berhasil menjadi ahli SEO.
Jika memang dirasa bahwa ada mata kuliah yang
tidak bermanfaat, lebih adilnya, hapus saja dari kurikulum.
Tapi, masalahnya berikutnya adalah, bisakah Anda
menemukan kata kunci 'Menghasilkan Dollar dari Internet'
di antara nama mata kuliah yang diakui di Evaluasi
Program Studi Berbasis Evaluasi Diri (EPSBED)? Kata
kunci tersebut malah lebih populer di Google, di mana
orang tak perlu kuliah untuk bisa membuka laman Google.
Salam Google, salam pers mahasiswa!
Salam Redaksi
2
Keredaksian
PELINDUNG : Drs. M. Idris Purwanto, M.M. PEMBINA : Jaeni, S.Kom PIMPINAN UMUM : NgalimanWAKIL PIMPINAN UMUM : Ika Nurindah P. SEKRETARIS UMUM : Af Idatun Khoiriyah BENDAHARA : Meilinda Detya Rensi PIMPINAN REDAKSI : Arleta Fenty PIMPINAN PRODUKSI : Sugiarti REDAKTUR PELAKSANA : Arleta Fenty, Riski Anis Nur
Awalin REDAKTUR : Senja Permata Dewanti, Deni Dwi Kurniawan, Ilham Bagus P REPORTER : Misbah Zainul Mustofa, Riza Hadi Kusuma, Sandwi D. Andri, Satrio Rizki D., Tirta Hadi Pranata, Af Idatun
Khoiriyah, Meilinda Detya Rensi, Riski Asward Arbie ARTISTIK: Fery Eka A Alamat Redaksi : Ruang sekretariat bersama III, STMIK Amikom Yogyakarta, Jl. Ringroad Utara,
Condongcatur, Sleman, Yogyakarta Email : [email protected] Website : http://www.lpmjournal.com Telp. 0274 7013524
Salam Redaksi
3
Topik Utama
Di setiap universitas, biasanya terdapat
organisasi mahasiswa (orma) yang didirikan
sebagai wadah untuk menyalurkan berbagai
bentuk kegiatan yang diminati mahasiswa.
Organisasi-organisasi tersebut tentu saja
bermacam-macam. Tergantung mahasiswa dan
kegiatan yang aktif di dalamya. Di STMIK Amikom
Yogyakarta pun terdapat banyak orma, bahkan
banyak pula yang telah berprestasi dan membawa
nama baik Amikom.
Menurut Panji Tri Nur Trisno, Ketua
Umum Senat Mahasiswa, di Amikom terdapat lebih
dari 30 orma. Namun, tidak semuanya berstatus
Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). “Pembangunan
sistem tidak hanya sebentar, butuh waktu sekitar
lima tahun untuk itu (pengakuan orma menjadi
UKM, red)”, jelas Panji saat dimintai keterangan
mengapa ada orma yang tidak diakui menjadi
UKM.
Tidak sedikit orma bukan UKM yang
merasa telah aktif dan produktif membangun
organisasinya untuk menjadi lebih baik, namun
keaktifan itu sendiri belum bisa merubah status
orma bukan UKM menjadi UKM.
Masih ada banyak hal yang perlu
dilaksanakan agar usaha untuk menjadi UKM bisa
segera terlaksana. Hal tersebut juga tergantung
dari kerja keras orma yang ingin organisasinya
berstatus UKM.
Usaha Untuk Menjadi UKM
Kebanyakan orma bukan UKM tentu saja
sangat menginginkan organisasinya segera berubah
menjadi UKM. Masing-masing organisasi juga telah
aktif mengadakan kegiatan-kegiatan dan event-
event. Misalnya Ikatan Keluarga Nasrani Amikom
(IKNA) yang sering mengadakan acara-acara rutin,
seperti acara-acara kerohanian dan ibadah bersama.
“Kami juga mengadakan acara Paskah bareng,
Natalan rutin, dan lain-lain”, jelas Fata.
Beberapa waktu yang lalu, Onegai Shelter
juga membuat Haunted House Festival yang
notabene-nya adalah event Rumah Hantu terbesar
dan terlama di Jogja. Selain itu, Onegai juga sering
mengadakan pelatihan-pelatihan, seperti pelatihan
Bahasa Jepang, pelatihan Bahasa Korea, pelatihan
membuat animasi, komik, desain, dan kegiatan-
kegiatan lain di luar kampus yang pastinya
membawa nama Amikom.
Proses Diakui Menjadi UKM
Pada dasarnya lembaga menganggap semua
orma adalah UKM, namun sebagai pihak yang
mengurusi kemahasiswaan, Drs. Mohammad Idris
Purwanto, MM, mengatakan, “Untuk diakui menjadi
UKM, organisasi mahasiswa tersebut harus sesuai
dengan buku pemberdayaan mahasiswa, mempunyai
anggota, pengurus, dan terdapat kegiatan-kegiatan.”
Menyoal Orma Bukan UKM
-Fery-
LPM Journal
by: Jo
urn
al F
ery
Sementara, adanya undang-undang orma bukan
untuk membatasi organisasi tersebut, tapi undang-
undang dibuat untuk seleksi orma-orma yang
berhak menjadi UKM.
Walaupun ingin segera diakui sebagai UKM,
masing-masing orma tidak memiliki suatu
kecemburuan terhadap organisasi lain yang
statusnya sudah menjadi UKM.
“Kecemburuan, sih, nggak ada, soalnya
kami masih diakui sebagai
organisisasi resmi”, ujar Recka.
Namun mereka tetap berharap
agar organisasi mereka dapat
segera menjadi UKM. “Nama
UKM lebih baik, peminjaman
alat dan fasilitas juga lebih
mudah”, jelas Yuli Nugrayanti
yang juga menginginkan IKNA segera
menjadi UKM.
Bentuk Perhatian
Meskipun tidak semua organisasi berstatus
UKM, perhatian dari lembaga akan tetap diberikan
kepada orma-orma bukan UKM. Menurut Drs.
Mohammad Idris Purwanto, MM, UKM di Amikom
tidak harus sama seperti UKM di universitas
lain. Asalkan tidak ada tumpang tindih antara
kegiatan yang satu dengan kegiatan yang
lainnya, bisa membawa manfaat untuk
semua pihak kampus, tidak menyimpang dari
garis-garis besar edukatif, maka semua UKM
akan mendapat dukungan dari lembaga. Bentuk
dukungan dan perhatian tersebut berupa beasiswa
yang akan diberikan kepada mahasiswa yang
berprestasi di UKM.
UKM di Amikom sendiri dibagi menjadi tiga
kriteria, yaitu UKM Keilmuan (KOMA, AEC, Journal,
dll), UKM Minat dan Bakat (Manggar, Mayapala, dll ),
dan UKM Kerohanian (UKI, IKNA). “Semuanya (UKM
dan orma bukan UKM, red) harus diberi dukungan.
Namun UKM keilmuan mendapat prioritas lebih.
Tapi, dengan porsi dana yang proporsional”, ujar
Drs. Mohammad Idris Purwanto, MM saat ditemui di
sela-sela kesibukannya.
Masalah Dana
Sebagai organisasi yang aktif, setiap orma
memiliki Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga (AD/ART) untuk mendukung kegiatan-
kegiatan yang mereka laksanakan. Untuk
mengadakan event-event atau acara-acara
khusus yang berhubungan dengan
organisasi, masing-masing orma
mendapat suntikan dana dari
lembaga. Lain halnya dengan
Onegai yang mendapat masukan
dana dari Himpunan Mahasiswa
Jurusan Teknik Informatika (HMJTI).
Hal tersebut dikarenakan, Onegai
adalah BSO, seperti Fossil yang juga
di bawah naungan HMJTI. Namun,
orma-orma tersbut tidak hanya berpusat
pada satu dana yang diberikan oleh
lembaga. Tidak jarang masing-masing orma
mengumpulkan dana sendiri dari luar kampus.
IKNA misalnya, mereka mengumpulkan dana
dengan cara mengamen, mengupulkan barang
bekas, catering, dan mencari sponsor. “Tidak jarang
kami patungan untuk modal bikin acara”, ujar
Recka, Ketua Umum Onegai Shelter.
Harapan
Dengan adanya UKM, lembaga
mengharapkan lulusan AMIKOM
nantinya mampu menjadi seorang
pemimpin, mampu mengikuti kompetisi global,
dan mempunyai wawasan wirausaha yang luas.
Senat Mahasiswa pun berharap agar jangan
sampai ada organisasi yang tidak aktif. Organisasi
yang masih berbentuk komunitas diharapkan bisa
menjadi BSO, organisasi yang masih berstatus BSO
diharapkan bisa menjadi UKM, bukan malah
sebaliknya. “Kalau membuat organisasi jangan
hanya asal buat, lihat kondisi kampus, jangan hanya
karena hobi saja. Prospek ke depan juga harus
bagus, tekat awal juga harus besar”, jelas Panji
memberi solusi. Senja|Andri|Ilham
4
Topik Utama
-Fery-
5
Karya Ngelantur
Unggul dalam tren teknologi
UU orma Amikom
-frans-
-frans-
Sementara, adanya undang-undang orma bukan
untuk membatasi organisasi tersebut, tapi undang-
undang dibuat untuk seleksi orma-orma yang
berhak menjadi UKM.
Walaupun ingin segera diakui sebagai UKM,
masing-masing orma tidak memiliki suatu
kecemburuan terhadap organisasi lain yang
statusnya sudah menjadi UKM.
“Kecemburuan, sih, nggak ada, soalnya
kami masih diakui sebagai
organisisasi resmi”, ujar Recka.
Namun mereka tetap berharap
agar organisasi mereka dapat
segera menjadi UKM. “Nama
UKM lebih baik, peminjaman
alat dan fasilitas juga lebih
mudah”, jelas Yuli Nugrayanti
yang juga menginginkan IKNA segera
menjadi UKM.
Bentuk Perhatian
Meskipun tidak semua organisasi berstatus
UKM, perhatian dari lembaga akan tetap diberikan
kepada orma-orma bukan UKM. Menurut Drs.
Mohammad Idris Purwanto, MM, UKM di Amikom
tidak harus sama seperti UKM di universitas
lain. Asalkan tidak ada tumpang tindih antara
kegiatan yang satu dengan kegiatan yang
lainnya, bisa membawa manfaat untuk
semua pihak kampus, tidak menyimpang dari
garis-garis besar edukatif, maka semua UKM
akan mendapat dukungan dari lembaga. Bentuk
dukungan dan perhatian tersebut berupa beasiswa
yang akan diberikan kepada mahasiswa yang
berprestasi di UKM.
UKM di Amikom sendiri dibagi menjadi tiga
kriteria, yaitu UKM Keilmuan (KOMA, AEC, Journal,
dll), UKM Minat dan Bakat (Manggar, Mayapala, dll ),
dan UKM Kerohanian (UKI, IKNA). “Semuanya (UKM
dan orma bukan UKM, red) harus diberi dukungan.
Namun UKM keilmuan mendapat prioritas lebih.
Tapi, dengan porsi dana yang proporsional”, ujar
Drs. Mohammad Idris Purwanto, MM saat ditemui di
sela-sela kesibukannya.
Masalah Dana
Sebagai organisasi yang aktif, setiap orma
memiliki Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga (AD/ART) untuk mendukung kegiatan-
kegiatan yang mereka laksanakan. Untuk
mengadakan event-event atau acara-acara
khusus yang berhubungan dengan
organisasi, masing-masing orma
mendapat suntikan dana dari
lembaga. Lain halnya dengan
Onegai yang mendapat masukan
dana dari Himpunan Mahasiswa
Jurusan Teknik Informatika (HMJTI).
Hal tersebut dikarenakan, Onegai
adalah BSO, seperti Fossil yang juga
di bawah naungan HMJTI. Namun,
orma-orma tersbut tidak hanya berpusat
pada satu dana yang diberikan oleh
lembaga. Tidak jarang masing-masing orma
mengumpulkan dana sendiri dari luar kampus.
IKNA misalnya, mereka mengumpulkan dana
dengan cara mengamen, mengupulkan barang
bekas, catering, dan mencari sponsor. “Tidak jarang
kami patungan untuk modal bikin acara”, ujar
Recka, Ketua Umum Onegai Shelter.
Harapan
Dengan adanya UKM, lembaga
mengharapkan lulusan AMIKOM
nantinya mampu menjadi seorang
pemimpin, mampu mengikuti kompetisi global,
dan mempunyai wawasan wirausaha yang luas.
Senat Mahasiswa pun berharap agar jangan
sampai ada organisasi yang tidak aktif. Organisasi
yang masih berbentuk komunitas diharapkan bisa
menjadi BSO, organisasi yang masih berstatus BSO
diharapkan bisa menjadi UKM, bukan malah
sebaliknya. “Kalau membuat organisasi jangan
hanya asal buat, lihat kondisi kampus, jangan hanya
karena hobi saja. Prospek ke depan juga harus
bagus, tekat awal juga harus besar”, jelas Panji
memberi solusi. Senja|Andri|Ilham
4
Topik Utama
-Fery-
5
Karya Ngelantur
Unggul dalam tren teknologi
UU orma Amikom
-frans-
-frans-
6
Disebut kejanggalan bukan kejanggalan, disebut benar toh nyatanya jika ditelisik tidak benar. Mungkin seperti itu yang dirasakan oleh sebagian mahasiswa yang berkuliah di sini. Ketika suatu mata kuliah tidak sesuai dengan kurikulum atau silabus mata kuliah tersebut bahkan ada beberapa yang judulnya sendiri tidak sama dengan apa yang akan diajarkan.
Perngalaman saya berkata tidak adanya keserasian antara dosen satu dengan dosen lain tentang satu mata kuliah. Contoh : mata kuliah “Bunga Mawar” kelas A sampai F diajarkan tentang seluk beluk bunga mawar, bagaimana dia tumbuh dan berkembang dan sebagainya. Akan tetapi kelas G – M malah diajarkan tentang bunga melati. Nah di sini terjadi perbedaan yang sangat mencolok dengan tujuan semula dari yang seharusnya.
Di sini dirasakan perlu adanya penejalasan dari kepala jurusan kepada dosen–dosen yang mengajar tentang kompetensi yang ingin dicapai. Perlunya ada persamaan persepsi sehingga tidak ada miscommunication antar dosen. Tidak lucu kan jika materi kuliah yang diampu dosen satu dengan yang lainnya berbeda, padahal jurusan sama, semester sama, cuma berbeda kelas saja. Akan lebih baik juga jika mahasiswa diberi penjelasan tentang materi yang akan diajarkan terlebih dahulu sehingga mereka akan lebih mengerti.
Entah pemikiran ini sudah benar atau tidak, akan tetapi perlu adanya keserasian antara apa yang diberikan dengan apa yang diajarkan. Sehingga kualitas atau kompetensi yang ingin dihasilkan sesuai dengan tujuan semula.
Wacana
Bingung
Oleh: Nurhaporo Triyowibowo
Mahasiswa S1 TI 6A (08.11.1925)
Dony Ariyus mengakui penggantian materi
kuliah yang diajarnya, Interaksi Manusia dan
Komputer (IMK) dengan materi lain, atas
kesepakatan dengan mahasiswanya. Materi
'boncengan' yang dimaksud adalah teori aplikatif
penerapan Google Adsense. “Saya sudah
menawarkan kepada mahasiswa. Kebanyakan
menyetujui saya untuk mengajarkan web saja,”
tuturnya. Ia mengatakan bahwa penilaian
mahasiswa diperoleh dari hasil pengelolaan web
mereka.
Mulai tahun 2008, Dony mewajibkan
pemakaian web hosting dan domain yang berbayar.
Hal ini juga diakuinya sesuai dengan kesepakatan
dengan mahasiswa. Sebelumnya saat ia masih
menganjurkan mahasiswanya menggunakan fasilitas
gratis, ternyata tidak menghasilkan pundi-pundi
dollar seperti yang diharapkan.
“Jika mahasiswa mengeluh karena terlalu
berat untuk membeli, saya yakin itu hanya terjadi
pada mahasiswa yang pemalas atau jarang masuk,”
kata Dony. Menurutnya hingga saat ini para
mahasiswanya yang tergolong rajin tidak pernah
mengeluh untuk membeli fasilitas tersebut.
Ia juga meyakini adanya provokasi dari
beberapa mahasiswa yang tidak benar-benar
mengikuti mata kuliah yang ia berikan. “Mereka
tidak merasakan manfaat yang benar-benar real,”
tambahnya.
Menurutnya, materi yang diajarkannya
tidak menyalahi kurikulum yang disusun Ketua
Jurusan (Kajur), karena web termasuk media
interaksi manusia dan komputer. “Pelajaran yang
telah saya berikan itu manfaatnya sangat terasa,
bahkan sebelum mahasiswa bekerja, karena
biasanya manfaat IMK itu hanya terasa jika
mahasiswa sudah berada di dunia usaha,” ujarnya.
Rizqi Sukma Kharisma yang juga dosen
mata kuliah IMK tidak dapat menyimpulkan bahwa
Pak Doni menyalahi kurikulum. “Mata kuliah IMK itu
sendiri penjabarannya masih sangat luas. Dan salah
satunya seperti yang diajarkan pak Doni mengenai
pembuatan sebuah web,” ujarnya.
Berbeda dengan Doni, ia mengajar
cenderung memberi materi secara umum, agar pada
akhir mata kuliah mahasiswa bisa memilih ke arah
mana mahasiswa ingin berkonsentrasi lebih lanjut.
“Namun di balik itu mungkin Pak Doni ingin
menunjang mahasiswanya agar menjadi
enterpreneur seperti yang diharapkan oleh Amikom
sendiri,” ujar Rizqi (6/5).
Rizqi juga mengungkapkan bahwa
mahasiswa bisa membuat perjanjian pada dosen di
awal mata kuliah. “Jika di awal kuliah dosen dan
mahasiswa menyetujui untuk mempelajari tentang
pembuatan web, maka Pak Doni tidak bisa dibilang
membuat materi sendiri atau melenceng,”
tambahnya.
Hal itu dibenarkan oleh Kajur D3 TI Yang
Melaksankan Tugas (YMT), Sudarmawan.
Menurunya, Kajur tidak bisa memaksakan semua
dosen memberi materi kuliah yang sama persis.
Sebaliknya, Kajur memberikan kebebasan strategi
pengajaran dan penyampaian materi ke mahasiswa,
sesuai dengan perkembangan ilmu dosen masing-
masing. Ia juga mengharapkan mahasiswa tidak
memiliki satu sudut pandang saja pada satu mata
kuliah. “Walaupun ketika dosen membuat SAP
(Satuan Acara Pengajaran) yang berbeda, namun
tujuan yang diharapkan Kajur adalah harus tetap
sama,” ujarnya (6/5).
Sementara itu, Dony mengatakan bahwa dia
akan berhenti memberikan materi yang berkaitan
dengan Google Adsense. “Kemungkinan tahun ajaran
berikutnya, saya cuma akan memberikan pelajaran
tentang toko online saja,” ujarnya (19/05). Deni |
Diska7
Dony Yakin Materi 'Boncengan' Bukan Penyimpangan
Liputan
Situasi Mahasiswa-Mahasiswa “No Idea!”,
Siapa yang Paling Bertanggungjawab?
oleh: Riski Anis Nur Awalin
Salah satu mahasiswa aktif tingkat akhir
“...Dear Diary,Hampir tiga tahun sudah, aku menenteng
label 'mahasiswa' di jidatku. Lebih dari lima ekor sapi yang dipelihara dengan penuh cinta oleh ayah, ku pastikan telah jadi tumbalnya. Sementara itu, aku masih saja tak yakin, kapan aku bisa melepas label keren yang tertempel erat ini. Sama sekali belum terlintas di otakku cerita apa yang nantinya akan ku tuliskan di musim scriptsweet untuk mengantarkanku ke pakaian yang disebut toga itu. Kerap ada ketakutan ketika mendengar kabar dari kakak-kakak tingkat, bahwa musim itu kan berganti menjadi musim scriptshit, yang tiada akhir..."
Inti curhatan seorang 'aku' di atas, sedikit banyak tak jauh beda dengan percakapan antara Si A dan Si B. Berucaplah Si A, "B, ga terasa ya, kita sudah semester VI. Sudah ada bahan skripsi belum? Aku masih bingung, tar mau bikin apa.""Belum. No idea!," Si B menggapi, singkat.Bukan lagi rahasia, bahwa mahasiswa tingkat akhir yang fokus ingin segera lulus banyak mengalami dilema tentang masa skripsinya. Jika ditanya “Mengapa?”, kebanyakan jawabnya karena belum mendapatkan ide atau bahan. Dan jika ditanya “Bagaimana bisa?”, pastilah teramat susah untuk menjawabnya karena akan ada banyak pihak yang akan menjadi sumber penilaiannya.
Enam atau tujuh semester bukanlah sebuah masa yang singkat. Dengan lebih dari 50 mata kuliah, ironis sekali jika yang terdengar kemudian adalah, “No idea!” untuk menyusun sebuah skripsi. Dan tentunya, akan ada banyak pertanyaan yang kemudian akan muncul. Misalkan, “Lalu, apa yang selama ini sudah diperoleh?”. Lebih ironis lagi, ketika akan ada sebuah jawaban yang justru berbalik bertanya, seperti ini, “Dapat apa, ya?”
Dengan jawaban yang demikian, pastilah pula akan ada semakin banyak pertanyaan. Salah satu di antaranya, “Siapa yang paling bertanggungjawab atas situasi mahasiswa-mahasiswa “No idea!” tersebut?”.Selamat berpikir!
6
Disebut kejanggalan bukan kejanggalan, disebut benar toh nyatanya jika ditelisik tidak benar. Mungkin seperti itu yang dirasakan oleh sebagian mahasiswa yang berkuliah di sini. Ketika suatu mata kuliah tidak sesuai dengan kurikulum atau silabus mata kuliah tersebut bahkan ada beberapa yang judulnya sendiri tidak sama dengan apa yang akan diajarkan.
Perngalaman saya berkata tidak adanya keserasian antara dosen satu dengan dosen lain tentang satu mata kuliah. Contoh : mata kuliah “Bunga Mawar” kelas A sampai F diajarkan tentang seluk beluk bunga mawar, bagaimana dia tumbuh dan berkembang dan sebagainya. Akan tetapi kelas G – M malah diajarkan tentang bunga melati. Nah di sini terjadi perbedaan yang sangat mencolok dengan tujuan semula dari yang seharusnya.
Di sini dirasakan perlu adanya penejalasan dari kepala jurusan kepada dosen–dosen yang mengajar tentang kompetensi yang ingin dicapai. Perlunya ada persamaan persepsi sehingga tidak ada miscommunication antar dosen. Tidak lucu kan jika materi kuliah yang diampu dosen satu dengan yang lainnya berbeda, padahal jurusan sama, semester sama, cuma berbeda kelas saja. Akan lebih baik juga jika mahasiswa diberi penjelasan tentang materi yang akan diajarkan terlebih dahulu sehingga mereka akan lebih mengerti.
Entah pemikiran ini sudah benar atau tidak, akan tetapi perlu adanya keserasian antara apa yang diberikan dengan apa yang diajarkan. Sehingga kualitas atau kompetensi yang ingin dihasilkan sesuai dengan tujuan semula.
Wacana
Bingung
Oleh: Nurhaporo Triyowibowo
Mahasiswa S1 TI 6A (08.11.1925)
Dony Ariyus mengakui penggantian materi
kuliah yang diajarnya, Interaksi Manusia dan
Komputer (IMK) dengan materi lain, atas
kesepakatan dengan mahasiswanya. Materi
'boncengan' yang dimaksud adalah teori aplikatif
penerapan Google Adsense. “Saya sudah
menawarkan kepada mahasiswa. Kebanyakan
menyetujui saya untuk mengajarkan web saja,”
tuturnya. Ia mengatakan bahwa penilaian
mahasiswa diperoleh dari hasil pengelolaan web
mereka.
Mulai tahun 2008, Dony mewajibkan
pemakaian web hosting dan domain yang berbayar.
Hal ini juga diakuinya sesuai dengan kesepakatan
dengan mahasiswa. Sebelumnya saat ia masih
menganjurkan mahasiswanya menggunakan fasilitas
gratis, ternyata tidak menghasilkan pundi-pundi
dollar seperti yang diharapkan.
“Jika mahasiswa mengeluh karena terlalu
berat untuk membeli, saya yakin itu hanya terjadi
pada mahasiswa yang pemalas atau jarang masuk,”
kata Dony. Menurutnya hingga saat ini para
mahasiswanya yang tergolong rajin tidak pernah
mengeluh untuk membeli fasilitas tersebut.
Ia juga meyakini adanya provokasi dari
beberapa mahasiswa yang tidak benar-benar
mengikuti mata kuliah yang ia berikan. “Mereka
tidak merasakan manfaat yang benar-benar real,”
tambahnya.
Menurutnya, materi yang diajarkannya
tidak menyalahi kurikulum yang disusun Ketua
Jurusan (Kajur), karena web termasuk media
interaksi manusia dan komputer. “Pelajaran yang
telah saya berikan itu manfaatnya sangat terasa,
bahkan sebelum mahasiswa bekerja, karena
biasanya manfaat IMK itu hanya terasa jika
mahasiswa sudah berada di dunia usaha,” ujarnya.
Rizqi Sukma Kharisma yang juga dosen
mata kuliah IMK tidak dapat menyimpulkan bahwa
Pak Doni menyalahi kurikulum. “Mata kuliah IMK itu
sendiri penjabarannya masih sangat luas. Dan salah
satunya seperti yang diajarkan pak Doni mengenai
pembuatan sebuah web,” ujarnya.
Berbeda dengan Doni, ia mengajar
cenderung memberi materi secara umum, agar pada
akhir mata kuliah mahasiswa bisa memilih ke arah
mana mahasiswa ingin berkonsentrasi lebih lanjut.
“Namun di balik itu mungkin Pak Doni ingin
menunjang mahasiswanya agar menjadi
enterpreneur seperti yang diharapkan oleh Amikom
sendiri,” ujar Rizqi (6/5).
Rizqi juga mengungkapkan bahwa
mahasiswa bisa membuat perjanjian pada dosen di
awal mata kuliah. “Jika di awal kuliah dosen dan
mahasiswa menyetujui untuk mempelajari tentang
pembuatan web, maka Pak Doni tidak bisa dibilang
membuat materi sendiri atau melenceng,”
tambahnya.
Hal itu dibenarkan oleh Kajur D3 TI Yang
Melaksankan Tugas (YMT), Sudarmawan.
Menurunya, Kajur tidak bisa memaksakan semua
dosen memberi materi kuliah yang sama persis.
Sebaliknya, Kajur memberikan kebebasan strategi
pengajaran dan penyampaian materi ke mahasiswa,
sesuai dengan perkembangan ilmu dosen masing-
masing. Ia juga mengharapkan mahasiswa tidak
memiliki satu sudut pandang saja pada satu mata
kuliah. “Walaupun ketika dosen membuat SAP
(Satuan Acara Pengajaran) yang berbeda, namun
tujuan yang diharapkan Kajur adalah harus tetap
sama,” ujarnya (6/5).
Sementara itu, Dony mengatakan bahwa dia
akan berhenti memberikan materi yang berkaitan
dengan Google Adsense. “Kemungkinan tahun ajaran
berikutnya, saya cuma akan memberikan pelajaran
tentang toko online saja,” ujarnya (19/05). Deni |
Diska7
Dony Yakin Materi 'Boncengan' Bukan Penyimpangan
Liputan
Situasi Mahasiswa-Mahasiswa “No Idea!”,
Siapa yang Paling Bertanggungjawab?
oleh: Riski Anis Nur Awalin
Salah satu mahasiswa aktif tingkat akhir
“...Dear Diary,Hampir tiga tahun sudah, aku menenteng
label 'mahasiswa' di jidatku. Lebih dari lima ekor sapi yang dipelihara dengan penuh cinta oleh ayah, ku pastikan telah jadi tumbalnya. Sementara itu, aku masih saja tak yakin, kapan aku bisa melepas label keren yang tertempel erat ini. Sama sekali belum terlintas di otakku cerita apa yang nantinya akan ku tuliskan di musim scriptsweet untuk mengantarkanku ke pakaian yang disebut toga itu. Kerap ada ketakutan ketika mendengar kabar dari kakak-kakak tingkat, bahwa musim itu kan berganti menjadi musim scriptshit, yang tiada akhir..."
Inti curhatan seorang 'aku' di atas, sedikit banyak tak jauh beda dengan percakapan antara Si A dan Si B. Berucaplah Si A, "B, ga terasa ya, kita sudah semester VI. Sudah ada bahan skripsi belum? Aku masih bingung, tar mau bikin apa.""Belum. No idea!," Si B menggapi, singkat.Bukan lagi rahasia, bahwa mahasiswa tingkat akhir yang fokus ingin segera lulus banyak mengalami dilema tentang masa skripsinya. Jika ditanya “Mengapa?”, kebanyakan jawabnya karena belum mendapatkan ide atau bahan. Dan jika ditanya “Bagaimana bisa?”, pastilah teramat susah untuk menjawabnya karena akan ada banyak pihak yang akan menjadi sumber penilaiannya.
Enam atau tujuh semester bukanlah sebuah masa yang singkat. Dengan lebih dari 50 mata kuliah, ironis sekali jika yang terdengar kemudian adalah, “No idea!” untuk menyusun sebuah skripsi. Dan tentunya, akan ada banyak pertanyaan yang kemudian akan muncul. Misalkan, “Lalu, apa yang selama ini sudah diperoleh?”. Lebih ironis lagi, ketika akan ada sebuah jawaban yang justru berbalik bertanya, seperti ini, “Dapat apa, ya?”
Dengan jawaban yang demikian, pastilah pula akan ada semakin banyak pertanyaan. Salah satu di antaranya, “Siapa yang paling bertanggungjawab atas situasi mahasiswa-mahasiswa “No idea!” tersebut?”.Selamat berpikir!
9
Foto Journal
Hari B
um
iPeserta konfoy memakai masker untuk menutupi hidungnya supaya dapat menyaring asap kendaraan
yang kotor(22/4). ( )Journal/Reza
Peserta aksi turun kejalan di persimpangan jln. Malioboro dengan membawa spanduk untuk memeriahkan hari bumi nasional yang bertujuan untuk megajak masyarakat untuk peduli terhadap lingkungan(22/4), (Journal/Irwan)
8
Foto Journal
Hari B
um
i
Memperingati Hari bumi nasional seluruh komunitas sepeda mengadakan konfoy dan membawa poster
yang bertuliskan “stop nuclear save earth” berkeliling disekitar Yogyakarta(22/4). ( ) Journal/Reza
Peserta mengadakan aksi dengan mengecat tubuhnya dan salah satu peserta merangkul bola yang
berbentuk bumi menggambarkan bahwa bumi kita harus dijaga dan dilestarikan(22/4). (Journal/Irwan)
9
Foto Journal
Hari B
um
iPeserta konfoy memakai masker untuk menutupi hidungnya supaya dapat menyaring asap kendaraan
yang kotor(22/4). ( )Journal/Reza
Peserta aksi turun kejalan di persimpangan jln. Malioboro dengan membawa spanduk untuk memeriahkan hari bumi nasional yang bertujuan untuk megajak masyarakat untuk peduli terhadap lingkungan(22/4), (Journal/Irwan)
8
Foto Journal
Hari B
um
i
Memperingati Hari bumi nasional seluruh komunitas sepeda mengadakan konfoy dan membawa poster
yang bertuliskan “stop nuclear save earth” berkeliling disekitar Yogyakarta(22/4). ( ) Journal/Reza
Peserta mengadakan aksi dengan mengecat tubuhnya dan salah satu peserta merangkul bola yang
berbentuk bumi menggambarkan bahwa bumi kita harus dijaga dan dilestarikan(22/4). (Journal/Irwan)
terkomputerisasi sehingga tidak bisa diubah.
Sebagai Kajur yang merangkap dosen
Sistem Informasi Manajemen (SIM), Bambang
menjelaskan bahwa setiap dosen boleh memilih
modul pengajaran secara individu. Dengan
demikian standar soal yang dimiliki setiap dosen
juga berbeda. Hal itu menurutnya tidak menjadi
masalah selama materi yang disampaikan tidak
melenceng dari kurikulum. Dia juga mengimbau
mahasiswa untuk melapor apabila menemukan
materi yang melenceng dari kurikulum.
Cara mengajar dosen dengan standar
soal ujiannya yang berbeda menimbulkan
perasaan iri sebagian mahasiswa. “Kalau
dosennya nggak enak, ya pasti ada iri sama kelas
lain,” keluh Yesiana, mahasiswi tingkat satu
Sistem Informasi. Namun dia memahami bahwa
tidak mungkin pola mengajar setiap dosen
dibuat serupa. Hal ini juga diamini oleh Sefiana,
mahasiswi tingkat dua Teknik Informatika.
“Untuk mengatasi kesenjangan sosial ya harus
menjadi mahasiswa yang aktif mencari materi
yang nggak sama dengan materi yang
disampaikan oleh dosen kita. Harus jadi
mahasiswa yang bermutu dan mengurangi
subjektifitas,” ujarnya. Ilham | Satrio
Bambang Sudaryatno, Ketua Jurusan
(Kajur) Sistem Informasi STMIK Amikom
Yogyakarta membantah kurangnya koordinasi
antar dosen berkaitan dengan perbedaan materi
pada mata kuliah yang sama (11/05). Seperti yang
dikeluhkan oleh mahasiswa, beberapa dosen
memberi materi yang berbeda walaupun
mengampu mata kuliah yang sama. Selain itu,
jadwal yang bertabrakan dan sistem pemberian
nilai juga dikeluhan.
Ditemui di ruang dosen, Bambang
menjelaskan bahwa tidak mungkin seorang dosen
mengajar seluruh kelas. Harus ada pendistribusian
dosen dalam satu jurusan. Namun, dia
meyakinkan, setiap dosen yang mengajar mata
kuliah sama sudah saling berkoordinasi. Selain itu,
setiap Kajur memiliki Satuan Acuan Pengajaran
(SAP) sebagai alat kontrol terhadap dosen.
Menanggapi persoalan jadwal yang
bertabrakan antara mata kuliah wajib dan mata
kuliah konsentrasi, Bambang menyarankan
mahasiswa untuk mengutamakan mata kuliah
wajib terlebih dahulu. Sedang untuk mata kuliah
konsentrasi dipersilahkan untuk mengambil jam
pengganti di kelas lain. Ini menurutnya,
dikarenakan sistem pembagian kelas sudah
Liputan
dari dosen maupun mahasiswa tentang kurikulum,
sehingga mendapatkan feedback dan dapat
diperbaharui terus.
Lalu adakah sanksi untuk penyimpangan-
penyimpangan tertentu?
Sanksi awalnya dengan peringatan. Apabila belum
dilaksanakan maka akan ada pengurangan beban kuota
mengajar. Apabila belum dilaksanakan lagi, akan
dikurangi gajinya, dan yang terakhir tidak lagi dipakai
sebagai dosen.
Apakah ada evaluasi tentang penyampaian materi
dari Kajur kepada dosen?
Sebenarnya evaluasi itu menunggu feedback dari
mahasiswa atau HMJ (Himpinan Mahasiswa Jurusan, -
red.). Kalau ada masukan kami langsung melakukan
evaluasi sama yang bersangkutan. Sehingga tidak ada
lagi kendala sistem belajar mengajar di kelas.
Dasar-dasar pembuatan kurikulum di STMIK
Amikom mengacu pada apa?
Dasar kurikulum mengacu pada Computing Curricula
2005, pedoman dari Aptikom, Cisco untuk netwoking,
dan setiap empat bulan sekali mendatangkan
pembicara untuk melakukan seminar, sehingga ter-
update terus kurikulumnya. Ada juga dengan studi
banding, contohnya kemarin ke ITS.
Kapan kurikulum dirasa harus diperbaharui?
Sebenarnya yang berwenang untuk memperbarui
kurikulum adalah Ketua (Ketua STMIK Amikom,
Prof. Dr. M. Suyanto, M.M., -red.). Ketua Jurusan
hanya sebagai perantara saja, dan menjelaskan kepada
Ketua bahwa sistem kurikulum yang diperbarui kaya
gini. Yang menyetujui hanya Ketua Amikom karena itu
visi dari lembaga.Bagaimana sebenarnya kewenangan pelaksana harian? Hanya sebatas administrasi saja. Kalau masalah mengganti kurikulum adalah Ketua Jurusan, yaitu Pak Abbas.
Apakah Anda merasa pelaksanaan kurikulum di
Amikom sudah cukup dikontrol?
Kurikulum di Amikom ini sudah bagus. Kalau tidak
bagus Amikom tidak seperti ini. Tapi pelaksanaanya
yang harus ditingkatkan. Sehingga memudahkan dosen
dan mahasiswa untuk melakukan proses belajar
mengajar.
10
Apakah ada proses kontrol terhadap jalannya
kurikulum yang telah dibuat?
Ada, dari aspek kurikulum menggunakan SAP (Satuan
Acara Perkuliahan, -red.). Dosn baru menanyakan
SAP-nya bagaimana, kemudian di-breakdown
menjadikan satuan pengajaran termasuk strategi
pengajaran. Tergantung dosennya mengajarnya dengan
sistem gimana.
Ada dosen yang membuat kesepakatan dengan
mahasiswa-mahasiswanya untuk mengubah total
materi dalam mata kuliahnya. Bagaimana
pendapat Anda?
Itu tergantung dosennya. Sebenarnya kurikulum itu
bersifat generik, secara garis besarnya saja. Tidak
mungkin Kajur mengontrol secara detail bagaimana
dosen mengajar.
Jadi, ketika ada dosen yang memutuskan
menyimpang dari kurikulum yang sudah dibuat,
apakah itu sah-sah saja?
Sah-sah saja. Asal tidak menyimpang terlalu jauh dan
membuat lebih baik, kenapa tidak? Masalahnya
teknologi itu berkembang terus, tidak mungkin terpaku
kepada kurikulum terus. Dan yang terutama mata
kuliah konsentrasi yang harus mengikuti tren masa
kini.
Berarti pencapaian target yang direncanakan saat
pembuatan kurikulum juga melenceng dong?
Semua itu tercantum di SAP. Jadi nanti ada laporan
Wawancara
Perubahan materi mata
k u l i a h s e c a r a f r o n t a l
menimbulkan pertanyaan,
adakah kontrol yang jelas
dari Ketua Jurusan terhadap
dosen untuk mengawasi
pelaksanaan kurikulum?
Riza Hadi Kusuma, reporter
LPM Journal berkesempatan
memperbincangkan hal ini
dengan Sudarmawan, M.T.,
Pelaksana Harian dari Ketua
Jurusan (Kajur) S1 TI, Abas
Ali Pangera, Ir., M.Kom dan
K e t u a j u r u s a n D 3 T I .
Sudarmawan, M.T.
su
mb
er
: R
eza
(jo
urn
al)
Kajur Tak Permasalahkan Perbedaan Materi Kuliah antar Dosen
11
terkomputerisasi sehingga tidak bisa diubah.
Sebagai Kajur yang merangkap dosen
Sistem Informasi Manajemen (SIM), Bambang
menjelaskan bahwa setiap dosen boleh memilih
modul pengajaran secara individu. Dengan
demikian standar soal yang dimiliki setiap dosen
juga berbeda. Hal itu menurutnya tidak menjadi
masalah selama materi yang disampaikan tidak
melenceng dari kurikulum. Dia juga mengimbau
mahasiswa untuk melapor apabila menemukan
materi yang melenceng dari kurikulum.
Cara mengajar dosen dengan standar
soal ujiannya yang berbeda menimbulkan
perasaan iri sebagian mahasiswa. “Kalau
dosennya nggak enak, ya pasti ada iri sama kelas
lain,” keluh Yesiana, mahasiswi tingkat satu
Sistem Informasi. Namun dia memahami bahwa
tidak mungkin pola mengajar setiap dosen
dibuat serupa. Hal ini juga diamini oleh Sefiana,
mahasiswi tingkat dua Teknik Informatika.
“Untuk mengatasi kesenjangan sosial ya harus
menjadi mahasiswa yang aktif mencari materi
yang nggak sama dengan materi yang
disampaikan oleh dosen kita. Harus jadi
mahasiswa yang bermutu dan mengurangi
subjektifitas,” ujarnya. Ilham | Satrio
Bambang Sudaryatno, Ketua Jurusan
(Kajur) Sistem Informasi STMIK Amikom
Yogyakarta membantah kurangnya koordinasi
antar dosen berkaitan dengan perbedaan materi
pada mata kuliah yang sama (11/05). Seperti yang
dikeluhkan oleh mahasiswa, beberapa dosen
memberi materi yang berbeda walaupun
mengampu mata kuliah yang sama. Selain itu,
jadwal yang bertabrakan dan sistem pemberian
nilai juga dikeluhan.
Ditemui di ruang dosen, Bambang
menjelaskan bahwa tidak mungkin seorang dosen
mengajar seluruh kelas. Harus ada pendistribusian
dosen dalam satu jurusan. Namun, dia
meyakinkan, setiap dosen yang mengajar mata
kuliah sama sudah saling berkoordinasi. Selain itu,
setiap Kajur memiliki Satuan Acuan Pengajaran
(SAP) sebagai alat kontrol terhadap dosen.
Menanggapi persoalan jadwal yang
bertabrakan antara mata kuliah wajib dan mata
kuliah konsentrasi, Bambang menyarankan
mahasiswa untuk mengutamakan mata kuliah
wajib terlebih dahulu. Sedang untuk mata kuliah
konsentrasi dipersilahkan untuk mengambil jam
pengganti di kelas lain. Ini menurutnya,
dikarenakan sistem pembagian kelas sudah
Liputan
dari dosen maupun mahasiswa tentang kurikulum,
sehingga mendapatkan feedback dan dapat
diperbaharui terus.
Lalu adakah sanksi untuk penyimpangan-
penyimpangan tertentu?
Sanksi awalnya dengan peringatan. Apabila belum
dilaksanakan maka akan ada pengurangan beban kuota
mengajar. Apabila belum dilaksanakan lagi, akan
dikurangi gajinya, dan yang terakhir tidak lagi dipakai
sebagai dosen.
Apakah ada evaluasi tentang penyampaian materi
dari Kajur kepada dosen?
Sebenarnya evaluasi itu menunggu feedback dari
mahasiswa atau HMJ (Himpinan Mahasiswa Jurusan, -
red.). Kalau ada masukan kami langsung melakukan
evaluasi sama yang bersangkutan. Sehingga tidak ada
lagi kendala sistem belajar mengajar di kelas.
Dasar-dasar pembuatan kurikulum di STMIK
Amikom mengacu pada apa?
Dasar kurikulum mengacu pada Computing Curricula
2005, pedoman dari Aptikom, Cisco untuk netwoking,
dan setiap empat bulan sekali mendatangkan
pembicara untuk melakukan seminar, sehingga ter-
update terus kurikulumnya. Ada juga dengan studi
banding, contohnya kemarin ke ITS.
Kapan kurikulum dirasa harus diperbaharui?
Sebenarnya yang berwenang untuk memperbarui
kurikulum adalah Ketua (Ketua STMIK Amikom,
Prof. Dr. M. Suyanto, M.M., -red.). Ketua Jurusan
hanya sebagai perantara saja, dan menjelaskan kepada
Ketua bahwa sistem kurikulum yang diperbarui kaya
gini. Yang menyetujui hanya Ketua Amikom karena itu
visi dari lembaga.Bagaimana sebenarnya kewenangan pelaksana harian? Hanya sebatas administrasi saja. Kalau masalah mengganti kurikulum adalah Ketua Jurusan, yaitu Pak Abbas.
Apakah Anda merasa pelaksanaan kurikulum di
Amikom sudah cukup dikontrol?
Kurikulum di Amikom ini sudah bagus. Kalau tidak
bagus Amikom tidak seperti ini. Tapi pelaksanaanya
yang harus ditingkatkan. Sehingga memudahkan dosen
dan mahasiswa untuk melakukan proses belajar
mengajar.
10
Apakah ada proses kontrol terhadap jalannya
kurikulum yang telah dibuat?
Ada, dari aspek kurikulum menggunakan SAP (Satuan
Acara Perkuliahan, -red.). Dosn baru menanyakan
SAP-nya bagaimana, kemudian di-breakdown
menjadikan satuan pengajaran termasuk strategi
pengajaran. Tergantung dosennya mengajarnya dengan
sistem gimana.
Ada dosen yang membuat kesepakatan dengan
mahasiswa-mahasiswanya untuk mengubah total
materi dalam mata kuliahnya. Bagaimana
pendapat Anda?
Itu tergantung dosennya. Sebenarnya kurikulum itu
bersifat generik, secara garis besarnya saja. Tidak
mungkin Kajur mengontrol secara detail bagaimana
dosen mengajar.
Jadi, ketika ada dosen yang memutuskan
menyimpang dari kurikulum yang sudah dibuat,
apakah itu sah-sah saja?
Sah-sah saja. Asal tidak menyimpang terlalu jauh dan
membuat lebih baik, kenapa tidak? Masalahnya
teknologi itu berkembang terus, tidak mungkin terpaku
kepada kurikulum terus. Dan yang terutama mata
kuliah konsentrasi yang harus mengikuti tren masa
kini.
Berarti pencapaian target yang direncanakan saat
pembuatan kurikulum juga melenceng dong?
Semua itu tercantum di SAP. Jadi nanti ada laporan
Wawancara
Perubahan materi mata
k u l i a h s e c a r a f r o n t a l
menimbulkan pertanyaan,
adakah kontrol yang jelas
dari Ketua Jurusan terhadap
dosen untuk mengawasi
pelaksanaan kurikulum?
Riza Hadi Kusuma, reporter
LPM Journal berkesempatan
memperbincangkan hal ini
dengan Sudarmawan, M.T.,
Pelaksana Harian dari Ketua
Jurusan (Kajur) S1 TI, Abas
Ali Pangera, Ir., M.Kom dan
K e t u a j u r u s a n D 3 T I .
Sudarmawan, M.T.
su
mb
er
: R
eza
(jo
urn
al)
Kajur Tak Permasalahkan Perbedaan Materi Kuliah antar Dosen
11
12
Seputar Teknologi Informasi Pojok Sastra
Web adalah suatu ruang informasi. Teknologi
web ini juga mengalami perkembangan dari jaman ke
jaman. Mulai dari Web 1.0, 2.0, 3.0, dan kemungkinan
kedepannya 4.0. Web 1.0 dikembangkan untuk
pengaksesan informasi yang sedikit interaktif,
sifatnya adalah read. Tak lama muncullah Web 2.0
yang merupakan revolusi bisnis di industri komputer
yang disebabkan oleh penggunaan internet sebagai
platform, yang juga merupakan suatu percobaan
untuk memahami aturan untuk mencapai
keberhasilan platform baru. Sifat Web 2.0 adalah
read-write.
Kehadir
Web 2.0 kemudian
menggantikan Web
1.0. Dimana
interaksi sosial di
dunia maya sudah
menjadi kebutuhan
wajib. Era Web 2.0
ini memiliki
beberapa ciri
mencolok yaitu
share, collaborate
dan exploit. Seperti
blog, jejaring sosial,
Myspace, Youtube,
dan Fickr.
Perbedaan Web 2.0 dan Web 1.0 adalah
pada keterbatasan Web 1.0 yang mengharuskan
pengguna internet untuk mengunjungi situs
tersebut dan melihat satu persatu konten di
dalamnya. Sedangkan Web 2.0 memungkinkan
pengguna internet dapat melihat konten suatu
website tanpa harus berkunjung ke alamat situs
yang bersangkutan.
Selanjutnya adalah Web 3.0, jika dunia
seluler dikenal istilah 3G, maka di Internet ada yang
namanya Web 3.0. Web 3.0 adalah generasi ketiga
setelah Web 1.0 dan 2.0. Konsep ini pertama kali
diperkenalkan pada tahun 2001, saat Tim Berners-
Lee (penemu World Wide Web) menulis sebuah
artikel ilmiah yang menggambarkan Web 3.0
sebagai sebuah sarana bagi mesin untuk membaca
halaman-halaman web. Hal ini berarti bahwa mesin
akan memiliki kemampuan membaca web sama
seperti yang manusia dapat lakukan sekarang ini.
Web 3.0 berhubungan dengan konsep Web
Semantik, yang memungkinkan isi web dinikmati
tidak hanya dalam bahasa asli pengguna, tapi juga
dalam bentuk format yang bisa diakses oleh agen-
agen software. Beberapa ahli bahkan menamai Web
3.0 sebagai Web Semantik itu sendiri.
Keunikan dari
Web 3.0 adalah konsep
dimana pengguna
dapat berkomunikasi
dengan mesin pencari.
Kita bisa meminta web
untuk mencari suatu
data spesifik tanpa
bersusah-susah
mencari satu per satu
dalam situs-situs web.
Web 3.0 juga mampu
menyediakan
keterangan-keterangan
yang relevan tentang
informasi yang ingin kita cari, bahkan tanpa kita
minta. Konsep ini dapat diandaikan sebuah website
sebagai sebuah intelektualitas buatan (artificial
intelegence).
Saat ini adaptasi Web 3.0 mulai dikembangkan
oleh beberapa perusahaan di dunia seperti Secondlife,
Google Co-Ops, bahkan di Indonesia sendiri juga sudah
ada yang mulai mengembangkannya, yaitu Li'L Online
(LILO) Community. Ind
Sumber :
http://039randy.wordpress.com
http://id.wikipedia.org
http://netsains.com
http://bayusyerli.com
Sumber : http://thepaisano.files.wordpress.com
Teknologi Perkembangan Web
13
Masih dalam ingatan
Awalnya niat baik warga agar mushola itu
menjadi lebih nyaman untuk tempat beribadah tak
menjadi soal. Tapi berselang beberapa waktu ternyata
hanya sesumbar ini itu supaya realisasi kemegahan
bisa terwujud dan mushola sebagai simbol yang
mencermikan warganya agamis. Kini mushola sudah
menjadi bangunan apik, dengan dinding warna-warni,
beratap genting impor, berkarpet mahal, dan memiliki
pengeras suara, di mana harapan warga, mushola itu
akan jauh lebih ramai dikunjungi.
Memang itu semua niat baik yang tidak bisa
ditolak, walau nyatanya kini tempat ibadah itu
keseringan lengang. Setelah sholat maghrib tak ada
anak-anak kecil berlomba untuk antri ngaji. Suara
hafalan ayat-ayat Tuhan nampak diam kalah dengan
volume televisi di rumah setiap warga. Sebulan sekali
aku meluangkan waktu untuk pulang kampung. Aku
ingat ketika pulang bertemu teman-teman masa
kecilku yang dulu kami masih bersenda gurau, kini
mereka ada yang sudah mengemban amanah jadi
orang tua. Beberapa di antara teman masih ada satu
dua orang yang bergerilya mencari penghidupan
menaikan status sosial menjadi kaum terdidik seperti
diriku.
Ada seorang teman yang dulu satu kelas di
Madrasah Ibtidaiyah kini dia sudah menjadi seorang
bapak. Dalam benakku bangga karena dia sudah
mencoba menjadi teladan bagi anaknya. Hamid biasa
aku menyapanya, kami sempat bertemu dan saling
berbagi cerita. Waktu itu sehabis sholat Isya kami
duduk di teras mushola dan bercerita banyak hal, dari
mulai ketika kami TK hingga kenapa dia akhirnya
berkeluarga. Dia juga masih ingat ketika dulu aku
sering meminjam Iqra'-nya dan sampai-sampai dia
relakan Iqra'-nya untukku
“Iksan, kamu tau ndak, mushola ini terlalu asing
bagiku,” dia mencoba mengingatkan kenangan masa
kecil dulu. “Asing bagaimana maksudmu?” aku coba
meladeni perbincangan.
“Ya, kamu lihat saja. Dulu gelap menjadi indah dengan
cahaya rembulan. Nah, sekarang malam terasa berlalu
biasa saja,” dia coba mengenang kembali.
“Iya juga ya, dulu kalau bulan purnama tiba orang-
orang keluar rumah untuk sekedar duduk-duduk di
teras rumah, anak-anak sehabis mengaji berhamburan
keluar mushola. Nah sekarang mushola juga malah
sepi,” aku mencoba menanggapi. ”Hahaha... Iksan,
iksan masih ingat juga dirimu,” kata Hamid sambil
tertawa. Hamid sempat bercerita panjang lebar
bagaimana mushola yang berdiri megah saat ini ada,
dari ada yang membuat aku kecewa ketika tau dengan
dibangunnya mushola itu kini malah warga jarang ke
mushola. Anak-anak kecil sekarang jarang mengaji
seperti dulu. Hamid pernah berkata, “Anak-anak
sekarang sudah asik dengan televisi, waktu untuk
mengaji malah diganti untuk nonton televisi.”
Bagi diriku bukan salah warga mengapa harus
membangun mushola mewah tapi hanya dijadikan
simbol agamis, menyalahkan televisi yang sudah
menggantikan peran forum-forum musyawarah warga,
anak-anak kecil yang jarang mengaji, atau aparatur
desa yang juga ikut nonton televisi. Memang sampai
saat ini perkembangan ilmu dan teknologi modern jika
tidak diimbangi dengan kepedulian diri maka pengaruh
buruk terhadap lingkungan akan kentara, itulah yang
coba aku jadikan renungan.Selesai.
-imaen-
Mushola Tua Itu (Bagian Tiga)
-fery-
12
Seputar Teknologi Informasi Pojok Sastra
Web adalah suatu ruang informasi. Teknologi
web ini juga mengalami perkembangan dari jaman ke
jaman. Mulai dari Web 1.0, 2.0, 3.0, dan kemungkinan
kedepannya 4.0. Web 1.0 dikembangkan untuk
pengaksesan informasi yang sedikit interaktif,
sifatnya adalah read. Tak lama muncullah Web 2.0
yang merupakan revolusi bisnis di industri komputer
yang disebabkan oleh penggunaan internet sebagai
platform, yang juga merupakan suatu percobaan
untuk memahami aturan untuk mencapai
keberhasilan platform baru. Sifat Web 2.0 adalah
read-write.
Kehadir
Web 2.0 kemudian
menggantikan Web
1.0. Dimana
interaksi sosial di
dunia maya sudah
menjadi kebutuhan
wajib. Era Web 2.0
ini memiliki
beberapa ciri
mencolok yaitu
share, collaborate
dan exploit. Seperti
blog, jejaring sosial,
Myspace, Youtube,
dan Fickr.
Perbedaan Web 2.0 dan Web 1.0 adalah
pada keterbatasan Web 1.0 yang mengharuskan
pengguna internet untuk mengunjungi situs
tersebut dan melihat satu persatu konten di
dalamnya. Sedangkan Web 2.0 memungkinkan
pengguna internet dapat melihat konten suatu
website tanpa harus berkunjung ke alamat situs
yang bersangkutan.
Selanjutnya adalah Web 3.0, jika dunia
seluler dikenal istilah 3G, maka di Internet ada yang
namanya Web 3.0. Web 3.0 adalah generasi ketiga
setelah Web 1.0 dan 2.0. Konsep ini pertama kali
diperkenalkan pada tahun 2001, saat Tim Berners-
Lee (penemu World Wide Web) menulis sebuah
artikel ilmiah yang menggambarkan Web 3.0
sebagai sebuah sarana bagi mesin untuk membaca
halaman-halaman web. Hal ini berarti bahwa mesin
akan memiliki kemampuan membaca web sama
seperti yang manusia dapat lakukan sekarang ini.
Web 3.0 berhubungan dengan konsep Web
Semantik, yang memungkinkan isi web dinikmati
tidak hanya dalam bahasa asli pengguna, tapi juga
dalam bentuk format yang bisa diakses oleh agen-
agen software. Beberapa ahli bahkan menamai Web
3.0 sebagai Web Semantik itu sendiri.
Keunikan dari
Web 3.0 adalah konsep
dimana pengguna
dapat berkomunikasi
dengan mesin pencari.
Kita bisa meminta web
untuk mencari suatu
data spesifik tanpa
bersusah-susah
mencari satu per satu
dalam situs-situs web.
Web 3.0 juga mampu
menyediakan
keterangan-keterangan
yang relevan tentang
informasi yang ingin kita cari, bahkan tanpa kita
minta. Konsep ini dapat diandaikan sebuah website
sebagai sebuah intelektualitas buatan (artificial
intelegence).
Saat ini adaptasi Web 3.0 mulai dikembangkan
oleh beberapa perusahaan di dunia seperti Secondlife,
Google Co-Ops, bahkan di Indonesia sendiri juga sudah
ada yang mulai mengembangkannya, yaitu Li'L Online
(LILO) Community. Ind
Sumber :
http://039randy.wordpress.com
http://id.wikipedia.org
http://netsains.com
http://bayusyerli.com
Sumber : http://thepaisano.files.wordpress.com
Teknologi Perkembangan Web
13
Masih dalam ingatan
Awalnya niat baik warga agar mushola itu
menjadi lebih nyaman untuk tempat beribadah tak
menjadi soal. Tapi berselang beberapa waktu ternyata
hanya sesumbar ini itu supaya realisasi kemegahan
bisa terwujud dan mushola sebagai simbol yang
mencermikan warganya agamis. Kini mushola sudah
menjadi bangunan apik, dengan dinding warna-warni,
beratap genting impor, berkarpet mahal, dan memiliki
pengeras suara, di mana harapan warga, mushola itu
akan jauh lebih ramai dikunjungi.
Memang itu semua niat baik yang tidak bisa
ditolak, walau nyatanya kini tempat ibadah itu
keseringan lengang. Setelah sholat maghrib tak ada
anak-anak kecil berlomba untuk antri ngaji. Suara
hafalan ayat-ayat Tuhan nampak diam kalah dengan
volume televisi di rumah setiap warga. Sebulan sekali
aku meluangkan waktu untuk pulang kampung. Aku
ingat ketika pulang bertemu teman-teman masa
kecilku yang dulu kami masih bersenda gurau, kini
mereka ada yang sudah mengemban amanah jadi
orang tua. Beberapa di antara teman masih ada satu
dua orang yang bergerilya mencari penghidupan
menaikan status sosial menjadi kaum terdidik seperti
diriku.
Ada seorang teman yang dulu satu kelas di
Madrasah Ibtidaiyah kini dia sudah menjadi seorang
bapak. Dalam benakku bangga karena dia sudah
mencoba menjadi teladan bagi anaknya. Hamid biasa
aku menyapanya, kami sempat bertemu dan saling
berbagi cerita. Waktu itu sehabis sholat Isya kami
duduk di teras mushola dan bercerita banyak hal, dari
mulai ketika kami TK hingga kenapa dia akhirnya
berkeluarga. Dia juga masih ingat ketika dulu aku
sering meminjam Iqra'-nya dan sampai-sampai dia
relakan Iqra'-nya untukku
“Iksan, kamu tau ndak, mushola ini terlalu asing
bagiku,” dia mencoba mengingatkan kenangan masa
kecil dulu. “Asing bagaimana maksudmu?” aku coba
meladeni perbincangan.
“Ya, kamu lihat saja. Dulu gelap menjadi indah dengan
cahaya rembulan. Nah, sekarang malam terasa berlalu
biasa saja,” dia coba mengenang kembali.
“Iya juga ya, dulu kalau bulan purnama tiba orang-
orang keluar rumah untuk sekedar duduk-duduk di
teras rumah, anak-anak sehabis mengaji berhamburan
keluar mushola. Nah sekarang mushola juga malah
sepi,” aku mencoba menanggapi. ”Hahaha... Iksan,
iksan masih ingat juga dirimu,” kata Hamid sambil
tertawa. Hamid sempat bercerita panjang lebar
bagaimana mushola yang berdiri megah saat ini ada,
dari ada yang membuat aku kecewa ketika tau dengan
dibangunnya mushola itu kini malah warga jarang ke
mushola. Anak-anak kecil sekarang jarang mengaji
seperti dulu. Hamid pernah berkata, “Anak-anak
sekarang sudah asik dengan televisi, waktu untuk
mengaji malah diganti untuk nonton televisi.”
Bagi diriku bukan salah warga mengapa harus
membangun mushola mewah tapi hanya dijadikan
simbol agamis, menyalahkan televisi yang sudah
menggantikan peran forum-forum musyawarah warga,
anak-anak kecil yang jarang mengaji, atau aparatur
desa yang juga ikut nonton televisi. Memang sampai
saat ini perkembangan ilmu dan teknologi modern jika
tidak diimbangi dengan kepedulian diri maka pengaruh
buruk terhadap lingkungan akan kentara, itulah yang
coba aku jadikan renungan.Selesai.
-imaen-
Mushola Tua Itu (Bagian Tiga)
-fery-
14
Pojok Sastra
Agenda
Pelatihan TA dan Skripsi
Penyelenggara :Himmsihari / tanggal : Sabtu, 28 Mei 2011Waktu : 08.00 - 15.00tempat : Ruang Citra 2
Karier Dan Prospek Dibidang Digital
Hari, Tanggal : Sabtu, 28 mei 2011Waktu : 08;00 - 11.00 WIBTempat :Ruag Citra1
Penyelenggara :Fossil
Workshop "Membuat Presensi dengan Visual Basic 6"
Hari, Tanggal : Sabtu, 28 mei 2011Waktu : 12.30 - 16.00 WIB
Penyelenggara :AMCC
Dialog Bulanan Mahasiswa Jurusan TI
Penyelenggara :HMJTIHari, Tanggal : Sabtu, 28 mei 2011Waktu : 08;30 - 11.30 WIBTempat :Ruag 5.2.4
fery
Warna mencolok terlihat dari kejauhan pandang
Dengan sosok kesatria berperisai jemawa sedang berbaring
Arus penghidupan dan kehidupan dari arah mata angin yang pincang
Ini taman kata mereka, itu juga taman mereka kata
Taman dengan taman-taman yang singkat pengucapannya
Taman-taman sedang disesaki martir yang tersesat
Berjalan lunglai bercampur beribu olah logika
Martir-martir itu terpukau
Teks-teks pembenaran terpampang maya di setiap sudut dan halaman taman
Taman yang berhias akan kehangatan bara argumen
Taman itu bergelimang prasangka dan pembatasan
Taman yang menghasilkan para pujangga-pujangga bilangan
Nyata, taman itu dikerubungi lalat-lalat resah
Yang nyaman karena udara dingin persegi panjang
Terbius oleh sinar dari kotak yang menyerupai kelelawar aneh
Yang hanya menghasilkan teriakan dalam hati
Produk imitasi menjadi jargon-jargon pembutaan
Taman pesakitan yang berusaha meninggalkan nurani
Taman pesakitan yang terus lari berlalu dan melaju
Menggilas semua suara-suara sumbang
Taman-taman itu sekarang menuju ilusi
Ilusi yang harus mengubah setiap tumbuhannya
Agar taman ramah kepada dunia
Bukan taman dongeng-dongeng saja
Bukan taman sirkus cendekia belaka
Zani Noviansyah
Taman Pesakitan
15
Referensi
Harry Potter merupakan salah satu seri novel fantasi mengenai seorang anak laki-laki bernama Harry Potter. Kisah dibuka dengan keadaan tak terkendali di dunia sihir (yang biasanya merupakan komunitas yang rahasia) setelah bertahun-tahun mengalami teror oleh Lord Voldemort. Pada malam sebelumnya, Voldemort telah menemukan tempat perlindungan rahasia keluarga Potter, dan membunuh James dan Lily Potter. Namun demikian, ketika ia mengarahkan tongkat sihirnya kepada bayi mereka, Harry, kutukan pembunuh yang dikeluarkannya malah membalik kepada dirinya sendiri.
Arwah Voldemort tercabik dari tubuhnya sendiri yang hancur, menghilang dari dunia sihir, tapi tidak mati. Sementara itu, satu-satunya hasil dari kutukan yang gagal itu meninggalkan bekas yang khusus di dahinya, cacat berbentuk sambaran kilat. Kekalahan misterius Voldemort memberikan Harry sebutan khusus di kalangan dunia sihir, "Anak Laki-Laki yang Bertahan Hidup". Sebutan ini khususnya dikarenakan tidak ada penyihir yang diarah oleh Voldemort dapat bertahan hidup melawannya.
Meilinda D.R.
Judul : Harry Potter and The Sorcerer’s StonePenulis : J.K.RowlingPenerbit : Gramedia Pustaka Utama Tanggal terbit : September 2000Bahasa : Inggris (Amerika Serikat)
Ambil cangkir, masukkan aksen vokal John Mayer, beri campuran post rock ala Sigur Ros yang lembut tapi meledak-ledak, taburkan identitas nasional, aduk dengan irama folk Kings Of Convenience, tambahkan gula, cokelat, susu, krim manis dan semangat. Kira-kira begitulah gambaran musik The Trees and The Wild.
Remedy Walony (vocal,Gitar Akustik), Andra B. Kurniawan (Bass elektrik) dan Iga Massardi (Gitar Elektrik) adalah tiga pemuda yang bertanggung jawab atas kecerdasan aransemen dalam album debut mereka "Rasuk”.
Keseluruhan track dalam album ini memiliki kekuatan masing-masing. Intro riang, petikan akustik yang melodius untuk tiba-tiba tergradasi ke bebunyian elektrik, perkusi dan beberapa instrumen etnik, latar suara perempuan yang terdengar seksi, chorus yang anthemic, hingga aransemen keroncong dengan irama ukulelenya yang melompat-lompat. Menjadi bukti bahwa mereka tidak lantas memaksakan apa yang mereka mainkan. Pendekatan yang lembut, berempati dengan apa yang kita rasakan, baru kemudian membelai dengan kenyamanan, kesederhanaan, kejujuran, rasa manis dan optimisme. Persis seperti judul album mereka. Satrio
Artis :The Trees and The WildAlbum :RasukProduksi :Lil'Fish Records, 2009
Musik
Buku
14
Pojok Sastra
Agenda
Pelatihan TA dan Skripsi
Penyelenggara :Himmsihari / tanggal : Sabtu, 28 Mei 2011Waktu : 08.00 - 15.00tempat : Ruang Citra 2
Karier Dan Prospek Dibidang Digital
Hari, Tanggal : Sabtu, 28 mei 2011Waktu : 08;00 - 11.00 WIBTempat :Ruag Citra1
Penyelenggara :Fossil
Workshop "Membuat Presensi dengan Visual Basic 6"
Hari, Tanggal : Sabtu, 28 mei 2011Waktu : 12.30 - 16.00 WIB
Penyelenggara :AMCC
Dialog Bulanan Mahasiswa Jurusan TI
Penyelenggara :HMJTIHari, Tanggal : Sabtu, 28 mei 2011Waktu : 08;30 - 11.30 WIBTempat :Ruag 5.2.4
fery
Warna mencolok terlihat dari kejauhan pandang
Dengan sosok kesatria berperisai jemawa sedang berbaring
Arus penghidupan dan kehidupan dari arah mata angin yang pincang
Ini taman kata mereka, itu juga taman mereka kata
Taman dengan taman-taman yang singkat pengucapannya
Taman-taman sedang disesaki martir yang tersesat
Berjalan lunglai bercampur beribu olah logika
Martir-martir itu terpukau
Teks-teks pembenaran terpampang maya di setiap sudut dan halaman taman
Taman yang berhias akan kehangatan bara argumen
Taman itu bergelimang prasangka dan pembatasan
Taman yang menghasilkan para pujangga-pujangga bilangan
Nyata, taman itu dikerubungi lalat-lalat resah
Yang nyaman karena udara dingin persegi panjang
Terbius oleh sinar dari kotak yang menyerupai kelelawar aneh
Yang hanya menghasilkan teriakan dalam hati
Produk imitasi menjadi jargon-jargon pembutaan
Taman pesakitan yang berusaha meninggalkan nurani
Taman pesakitan yang terus lari berlalu dan melaju
Menggilas semua suara-suara sumbang
Taman-taman itu sekarang menuju ilusi
Ilusi yang harus mengubah setiap tumbuhannya
Agar taman ramah kepada dunia
Bukan taman dongeng-dongeng saja
Bukan taman sirkus cendekia belaka
Zani Noviansyah
Taman Pesakitan
15
Referensi
Harry Potter merupakan salah satu seri novel fantasi mengenai seorang anak laki-laki bernama Harry Potter. Kisah dibuka dengan keadaan tak terkendali di dunia sihir (yang biasanya merupakan komunitas yang rahasia) setelah bertahun-tahun mengalami teror oleh Lord Voldemort. Pada malam sebelumnya, Voldemort telah menemukan tempat perlindungan rahasia keluarga Potter, dan membunuh James dan Lily Potter. Namun demikian, ketika ia mengarahkan tongkat sihirnya kepada bayi mereka, Harry, kutukan pembunuh yang dikeluarkannya malah membalik kepada dirinya sendiri.
Arwah Voldemort tercabik dari tubuhnya sendiri yang hancur, menghilang dari dunia sihir, tapi tidak mati. Sementara itu, satu-satunya hasil dari kutukan yang gagal itu meninggalkan bekas yang khusus di dahinya, cacat berbentuk sambaran kilat. Kekalahan misterius Voldemort memberikan Harry sebutan khusus di kalangan dunia sihir, "Anak Laki-Laki yang Bertahan Hidup". Sebutan ini khususnya dikarenakan tidak ada penyihir yang diarah oleh Voldemort dapat bertahan hidup melawannya.
Meilinda D.R.
Judul : Harry Potter and The Sorcerer’s StonePenulis : J.K.RowlingPenerbit : Gramedia Pustaka Utama Tanggal terbit : September 2000Bahasa : Inggris (Amerika Serikat)
Ambil cangkir, masukkan aksen vokal John Mayer, beri campuran post rock ala Sigur Ros yang lembut tapi meledak-ledak, taburkan identitas nasional, aduk dengan irama folk Kings Of Convenience, tambahkan gula, cokelat, susu, krim manis dan semangat. Kira-kira begitulah gambaran musik The Trees and The Wild.
Remedy Walony (vocal,Gitar Akustik), Andra B. Kurniawan (Bass elektrik) dan Iga Massardi (Gitar Elektrik) adalah tiga pemuda yang bertanggung jawab atas kecerdasan aransemen dalam album debut mereka "Rasuk”.
Keseluruhan track dalam album ini memiliki kekuatan masing-masing. Intro riang, petikan akustik yang melodius untuk tiba-tiba tergradasi ke bebunyian elektrik, perkusi dan beberapa instrumen etnik, latar suara perempuan yang terdengar seksi, chorus yang anthemic, hingga aransemen keroncong dengan irama ukulelenya yang melompat-lompat. Menjadi bukti bahwa mereka tidak lantas memaksakan apa yang mereka mainkan. Pendekatan yang lembut, berempati dengan apa yang kita rasakan, baru kemudian membelai dengan kenyamanan, kesederhanaan, kejujuran, rasa manis dan optimisme. Persis seperti judul album mereka. Satrio
Artis :The Trees and The WildAlbum :RasukProduksi :Lil'Fish Records, 2009
Musik
Buku
D’J
ou
rnal
by:
Jou
rna
l Ngalim
an