d'journal reguler edisi 49

16
D’Journal Lembaga Pers Mahasiswa Journal Mewartakan Realita Menyoal Orma Bukan UKM - Dony Yakin Materi 'Boncengan' Bukan Penyimpangan Edisi | V | 2011 | www.lpmjournal.com 49 Edisi | V | 2011 | www.lpmjournal.com 49 - Kajur Tak Permasalahkan Perbedaan Materi Kuliah antar Dosen Liputan

Upload: lpm-journal

Post on 28-Mar-2016

238 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Buletin D'Journal Reguler Edisi 49 LPM Journal STMIK Amikom Yogyakarta

TRANSCRIPT

Page 1: D'Journal Reguler Edisi 49

D’JournalLembaga Pers Mahasiswa Journal

Mewartakan Realita

Menyoal Orma Bukan UKM

- Dony Yakin Materi 'Boncengan' Bukan Penyimpangan

Edi

si

| V

| 20

11 |

ww

w.l

pmjo

urna

l.co

m49

Edi

si

| V

| 20

11 |

ww

w.l

pmjo

urna

l.co

m49

- Kajur Tak Permasalahkan Perbedaan Materi Kuliah antar Dosen

Liputan

Page 2: D'Journal Reguler Edisi 49

urikulum tentu tidak 'diciptakan' oleh pendidik

pada saat mengigau. Ini adalah keputusan penting Kdari banyak pertimbangan yang seharusnya

matang. Pembuat kurikulum tidak sedang bercanda ketika

mengumumkan rangkaian mata kuliah yang harus

dilaksanakan dalam proses akademik bukan? Segala bentuk

penyimpangan materi kuliah oleh dosen –sekalipun dengan

kesepakatan mahasiswa- seharusnya tidak dapat

dibenarkan. Ataukah memang ada pembenaran? Kalau

begitu, bagaimana jika mahasiswa dan dosen sepakat untuk

memboncengi mata kuliah Filsafat Ilmu dengan materi

Ilmu Ternak Unggas? Anda boleh memprotes bahwa kedua

hal tersebut tidak bisa diperbandingkan sebab terlalu

ekstrem. Nah, di situ point pentingnya. Sejauh mana batas

agar sebuah penyimpangan boleh dibenarkan? Saya kira

harus ada kesepakatan tertulis mengenai hal ini.

Anda bisa berkelit dengan mengklaim bahwa mata

kuliah yang direncanakan di kurikulum terkadang kurang

praktis, dan bahwa mahasiswa butuh sesuatu yang lebih

realistis dari teori. Tapi, jangan lupa bahwa kurikulum

punya target. Setelah lulus dari mata kuliah tertentu,

mahasiswa harus paham tentang apa? Interaksi Manusia

dan Komputer tentu lebih substansial kaitannya dengan

ilmu informatika. Dan bahwa seseorang tak harus kuliah

secara khusus untuk bisa berhasil menjadi ahli SEO.

Jika memang dirasa bahwa ada mata kuliah yang

tidak bermanfaat, lebih adilnya, hapus saja dari kurikulum.

Tapi, masalahnya berikutnya adalah, bisakah Anda

menemukan kata kunci 'Menghasilkan Dollar dari Internet'

di antara nama mata kuliah yang diakui di Evaluasi

Program Studi Berbasis Evaluasi Diri (EPSBED)? Kata

kunci tersebut malah lebih populer di Google, di mana

orang tak perlu kuliah untuk bisa membuka laman Google.

Salam Google, salam pers mahasiswa!

Salam Redaksi

2

Keredaksian

PELINDUNG : Drs. M. Idris Purwanto, M.M. PEMBINA : Jaeni, S.Kom PIMPINAN UMUM : NgalimanWAKIL PIMPINAN UMUM : Ika Nurindah P. SEKRETARIS UMUM : Af Idatun Khoiriyah BENDAHARA : Meilinda Detya Rensi PIMPINAN REDAKSI : Arleta Fenty PIMPINAN PRODUKSI : Sugiarti REDAKTUR PELAKSANA : Arleta Fenty, Riski Anis Nur

Awalin REDAKTUR : Senja Permata Dewanti, Deni Dwi Kurniawan, Ilham Bagus P REPORTER : Misbah Zainul Mustofa, Riza Hadi Kusuma, Sandwi D. Andri, Satrio Rizki D., Tirta Hadi Pranata, Af Idatun

Khoiriyah, Meilinda Detya Rensi, Riski Asward Arbie ARTISTIK: Fery Eka A Alamat Redaksi : Ruang sekretariat bersama III, STMIK Amikom Yogyakarta, Jl. Ringroad Utara,

Condongcatur, Sleman, Yogyakarta Email : [email protected] Website : http://www.lpmjournal.com Telp. 0274 7013524

Salam Redaksi

3

Topik Utama

Di setiap universitas, biasanya terdapat

organisasi mahasiswa (orma) yang didirikan

sebagai wadah untuk menyalurkan berbagai

bentuk kegiatan yang diminati mahasiswa.

Organisasi-organisasi tersebut tentu saja

bermacam-macam. Tergantung mahasiswa dan

kegiatan yang aktif di dalamya. Di STMIK Amikom

Yogyakarta pun terdapat banyak orma, bahkan

banyak pula yang telah berprestasi dan membawa

nama baik Amikom.

Menurut Panji Tri Nur Trisno, Ketua

Umum Senat Mahasiswa, di Amikom terdapat lebih

dari 30 orma. Namun, tidak semuanya berstatus

Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). “Pembangunan

sistem tidak hanya sebentar, butuh waktu sekitar

lima tahun untuk itu (pengakuan orma menjadi

UKM, red)”, jelas Panji saat dimintai keterangan

mengapa ada orma yang tidak diakui menjadi

UKM.

Tidak sedikit orma bukan UKM yang

merasa telah aktif dan produktif membangun

organisasinya untuk menjadi lebih baik, namun

keaktifan itu sendiri belum bisa merubah status

orma bukan UKM menjadi UKM.

Masih ada banyak hal yang perlu

dilaksanakan agar usaha untuk menjadi UKM bisa

segera terlaksana. Hal tersebut juga tergantung

dari kerja keras orma yang ingin organisasinya

berstatus UKM.

Usaha Untuk Menjadi UKM

Kebanyakan orma bukan UKM tentu saja

sangat menginginkan organisasinya segera berubah

menjadi UKM. Masing-masing organisasi juga telah

aktif mengadakan kegiatan-kegiatan dan event-

event. Misalnya Ikatan Keluarga Nasrani Amikom

(IKNA) yang sering mengadakan acara-acara rutin,

seperti acara-acara kerohanian dan ibadah bersama.

“Kami juga mengadakan acara Paskah bareng,

Natalan rutin, dan lain-lain”, jelas Fata.

Beberapa waktu yang lalu, Onegai Shelter

juga membuat Haunted House Festival yang

notabene-nya adalah event Rumah Hantu terbesar

dan terlama di Jogja. Selain itu, Onegai juga sering

mengadakan pelatihan-pelatihan, seperti pelatihan

Bahasa Jepang, pelatihan Bahasa Korea, pelatihan

membuat animasi, komik, desain, dan kegiatan-

kegiatan lain di luar kampus yang pastinya

membawa nama Amikom.

Proses Diakui Menjadi UKM

Pada dasarnya lembaga menganggap semua

orma adalah UKM, namun sebagai pihak yang

mengurusi kemahasiswaan, Drs. Mohammad Idris

Purwanto, MM, mengatakan, “Untuk diakui menjadi

UKM, organisasi mahasiswa tersebut harus sesuai

dengan buku pemberdayaan mahasiswa, mempunyai

anggota, pengurus, dan terdapat kegiatan-kegiatan.”

Menyoal Orma Bukan UKM

-Fery-

LPM Journal

by: Jo

urn

al F

ery

Page 3: D'Journal Reguler Edisi 49

urikulum tentu tidak 'diciptakan' oleh pendidik

pada saat mengigau. Ini adalah keputusan penting Kdari banyak pertimbangan yang seharusnya

matang. Pembuat kurikulum tidak sedang bercanda ketika

mengumumkan rangkaian mata kuliah yang harus

dilaksanakan dalam proses akademik bukan? Segala bentuk

penyimpangan materi kuliah oleh dosen –sekalipun dengan

kesepakatan mahasiswa- seharusnya tidak dapat

dibenarkan. Ataukah memang ada pembenaran? Kalau

begitu, bagaimana jika mahasiswa dan dosen sepakat untuk

memboncengi mata kuliah Filsafat Ilmu dengan materi

Ilmu Ternak Unggas? Anda boleh memprotes bahwa kedua

hal tersebut tidak bisa diperbandingkan sebab terlalu

ekstrem. Nah, di situ point pentingnya. Sejauh mana batas

agar sebuah penyimpangan boleh dibenarkan? Saya kira

harus ada kesepakatan tertulis mengenai hal ini.

Anda bisa berkelit dengan mengklaim bahwa mata

kuliah yang direncanakan di kurikulum terkadang kurang

praktis, dan bahwa mahasiswa butuh sesuatu yang lebih

realistis dari teori. Tapi, jangan lupa bahwa kurikulum

punya target. Setelah lulus dari mata kuliah tertentu,

mahasiswa harus paham tentang apa? Interaksi Manusia

dan Komputer tentu lebih substansial kaitannya dengan

ilmu informatika. Dan bahwa seseorang tak harus kuliah

secara khusus untuk bisa berhasil menjadi ahli SEO.

Jika memang dirasa bahwa ada mata kuliah yang

tidak bermanfaat, lebih adilnya, hapus saja dari kurikulum.

Tapi, masalahnya berikutnya adalah, bisakah Anda

menemukan kata kunci 'Menghasilkan Dollar dari Internet'

di antara nama mata kuliah yang diakui di Evaluasi

Program Studi Berbasis Evaluasi Diri (EPSBED)? Kata

kunci tersebut malah lebih populer di Google, di mana

orang tak perlu kuliah untuk bisa membuka laman Google.

Salam Google, salam pers mahasiswa!

Salam Redaksi

2

Keredaksian

PELINDUNG : Drs. M. Idris Purwanto, M.M. PEMBINA : Jaeni, S.Kom PIMPINAN UMUM : NgalimanWAKIL PIMPINAN UMUM : Ika Nurindah P. SEKRETARIS UMUM : Af Idatun Khoiriyah BENDAHARA : Meilinda Detya Rensi PIMPINAN REDAKSI : Arleta Fenty PIMPINAN PRODUKSI : Sugiarti REDAKTUR PELAKSANA : Arleta Fenty, Riski Anis Nur

Awalin REDAKTUR : Senja Permata Dewanti, Deni Dwi Kurniawan, Ilham Bagus P REPORTER : Misbah Zainul Mustofa, Riza Hadi Kusuma, Sandwi D. Andri, Satrio Rizki D., Tirta Hadi Pranata, Af Idatun

Khoiriyah, Meilinda Detya Rensi, Riski Asward Arbie ARTISTIK: Fery Eka A Alamat Redaksi : Ruang sekretariat bersama III, STMIK Amikom Yogyakarta, Jl. Ringroad Utara,

Condongcatur, Sleman, Yogyakarta Email : [email protected] Website : http://www.lpmjournal.com Telp. 0274 7013524

Salam Redaksi

3

Topik Utama

Di setiap universitas, biasanya terdapat

organisasi mahasiswa (orma) yang didirikan

sebagai wadah untuk menyalurkan berbagai

bentuk kegiatan yang diminati mahasiswa.

Organisasi-organisasi tersebut tentu saja

bermacam-macam. Tergantung mahasiswa dan

kegiatan yang aktif di dalamya. Di STMIK Amikom

Yogyakarta pun terdapat banyak orma, bahkan

banyak pula yang telah berprestasi dan membawa

nama baik Amikom.

Menurut Panji Tri Nur Trisno, Ketua

Umum Senat Mahasiswa, di Amikom terdapat lebih

dari 30 orma. Namun, tidak semuanya berstatus

Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). “Pembangunan

sistem tidak hanya sebentar, butuh waktu sekitar

lima tahun untuk itu (pengakuan orma menjadi

UKM, red)”, jelas Panji saat dimintai keterangan

mengapa ada orma yang tidak diakui menjadi

UKM.

Tidak sedikit orma bukan UKM yang

merasa telah aktif dan produktif membangun

organisasinya untuk menjadi lebih baik, namun

keaktifan itu sendiri belum bisa merubah status

orma bukan UKM menjadi UKM.

Masih ada banyak hal yang perlu

dilaksanakan agar usaha untuk menjadi UKM bisa

segera terlaksana. Hal tersebut juga tergantung

dari kerja keras orma yang ingin organisasinya

berstatus UKM.

Usaha Untuk Menjadi UKM

Kebanyakan orma bukan UKM tentu saja

sangat menginginkan organisasinya segera berubah

menjadi UKM. Masing-masing organisasi juga telah

aktif mengadakan kegiatan-kegiatan dan event-

event. Misalnya Ikatan Keluarga Nasrani Amikom

(IKNA) yang sering mengadakan acara-acara rutin,

seperti acara-acara kerohanian dan ibadah bersama.

“Kami juga mengadakan acara Paskah bareng,

Natalan rutin, dan lain-lain”, jelas Fata.

Beberapa waktu yang lalu, Onegai Shelter

juga membuat Haunted House Festival yang

notabene-nya adalah event Rumah Hantu terbesar

dan terlama di Jogja. Selain itu, Onegai juga sering

mengadakan pelatihan-pelatihan, seperti pelatihan

Bahasa Jepang, pelatihan Bahasa Korea, pelatihan

membuat animasi, komik, desain, dan kegiatan-

kegiatan lain di luar kampus yang pastinya

membawa nama Amikom.

Proses Diakui Menjadi UKM

Pada dasarnya lembaga menganggap semua

orma adalah UKM, namun sebagai pihak yang

mengurusi kemahasiswaan, Drs. Mohammad Idris

Purwanto, MM, mengatakan, “Untuk diakui menjadi

UKM, organisasi mahasiswa tersebut harus sesuai

dengan buku pemberdayaan mahasiswa, mempunyai

anggota, pengurus, dan terdapat kegiatan-kegiatan.”

Menyoal Orma Bukan UKM

-Fery-

LPM Journal

by: Jo

urn

al F

ery

Page 4: D'Journal Reguler Edisi 49

Sementara, adanya undang-undang orma bukan

untuk membatasi organisasi tersebut, tapi undang-

undang dibuat untuk seleksi orma-orma yang

berhak menjadi UKM.

Walaupun ingin segera diakui sebagai UKM,

masing-masing orma tidak memiliki suatu

kecemburuan terhadap organisasi lain yang

statusnya sudah menjadi UKM.

“Kecemburuan, sih, nggak ada, soalnya

kami masih diakui sebagai

organisisasi resmi”, ujar Recka.

Namun mereka tetap berharap

agar organisasi mereka dapat

segera menjadi UKM. “Nama

UKM lebih baik, peminjaman

alat dan fasilitas juga lebih

mudah”, jelas Yuli Nugrayanti

yang juga menginginkan IKNA segera

menjadi UKM.

Bentuk Perhatian

Meskipun tidak semua organisasi berstatus

UKM, perhatian dari lembaga akan tetap diberikan

kepada orma-orma bukan UKM. Menurut Drs.

Mohammad Idris Purwanto, MM, UKM di Amikom

tidak harus sama seperti UKM di universitas

lain. Asalkan tidak ada tumpang tindih antara

kegiatan yang satu dengan kegiatan yang

lainnya, bisa membawa manfaat untuk

semua pihak kampus, tidak menyimpang dari

garis-garis besar edukatif, maka semua UKM

akan mendapat dukungan dari lembaga. Bentuk

dukungan dan perhatian tersebut berupa beasiswa

yang akan diberikan kepada mahasiswa yang

berprestasi di UKM.

UKM di Amikom sendiri dibagi menjadi tiga

kriteria, yaitu UKM Keilmuan (KOMA, AEC, Journal,

dll), UKM Minat dan Bakat (Manggar, Mayapala, dll ),

dan UKM Kerohanian (UKI, IKNA). “Semuanya (UKM

dan orma bukan UKM, red) harus diberi dukungan.

Namun UKM keilmuan mendapat prioritas lebih.

Tapi, dengan porsi dana yang proporsional”, ujar

Drs. Mohammad Idris Purwanto, MM saat ditemui di

sela-sela kesibukannya.

Masalah Dana

Sebagai organisasi yang aktif, setiap orma

memiliki Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah

Tangga (AD/ART) untuk mendukung kegiatan-

kegiatan yang mereka laksanakan. Untuk

mengadakan event-event atau acara-acara

khusus yang berhubungan dengan

organisasi, masing-masing orma

mendapat suntikan dana dari

lembaga. Lain halnya dengan

Onegai yang mendapat masukan

dana dari Himpunan Mahasiswa

Jurusan Teknik Informatika (HMJTI).

Hal tersebut dikarenakan, Onegai

adalah BSO, seperti Fossil yang juga

di bawah naungan HMJTI. Namun,

orma-orma tersbut tidak hanya berpusat

pada satu dana yang diberikan oleh

lembaga. Tidak jarang masing-masing orma

mengumpulkan dana sendiri dari luar kampus.

IKNA misalnya, mereka mengumpulkan dana

dengan cara mengamen, mengupulkan barang

bekas, catering, dan mencari sponsor. “Tidak jarang

kami patungan untuk modal bikin acara”, ujar

Recka, Ketua Umum Onegai Shelter.

Harapan

Dengan adanya UKM, lembaga

mengharapkan lulusan AMIKOM

nantinya mampu menjadi seorang

pemimpin, mampu mengikuti kompetisi global,

dan mempunyai wawasan wirausaha yang luas.

Senat Mahasiswa pun berharap agar jangan

sampai ada organisasi yang tidak aktif. Organisasi

yang masih berbentuk komunitas diharapkan bisa

menjadi BSO, organisasi yang masih berstatus BSO

diharapkan bisa menjadi UKM, bukan malah

sebaliknya. “Kalau membuat organisasi jangan

hanya asal buat, lihat kondisi kampus, jangan hanya

karena hobi saja. Prospek ke depan juga harus

bagus, tekat awal juga harus besar”, jelas Panji

memberi solusi. Senja|Andri|Ilham

4

Topik Utama

-Fery-

5

Karya Ngelantur

Unggul dalam tren teknologi

UU orma Amikom

-frans-

-frans-

Page 5: D'Journal Reguler Edisi 49

Sementara, adanya undang-undang orma bukan

untuk membatasi organisasi tersebut, tapi undang-

undang dibuat untuk seleksi orma-orma yang

berhak menjadi UKM.

Walaupun ingin segera diakui sebagai UKM,

masing-masing orma tidak memiliki suatu

kecemburuan terhadap organisasi lain yang

statusnya sudah menjadi UKM.

“Kecemburuan, sih, nggak ada, soalnya

kami masih diakui sebagai

organisisasi resmi”, ujar Recka.

Namun mereka tetap berharap

agar organisasi mereka dapat

segera menjadi UKM. “Nama

UKM lebih baik, peminjaman

alat dan fasilitas juga lebih

mudah”, jelas Yuli Nugrayanti

yang juga menginginkan IKNA segera

menjadi UKM.

Bentuk Perhatian

Meskipun tidak semua organisasi berstatus

UKM, perhatian dari lembaga akan tetap diberikan

kepada orma-orma bukan UKM. Menurut Drs.

Mohammad Idris Purwanto, MM, UKM di Amikom

tidak harus sama seperti UKM di universitas

lain. Asalkan tidak ada tumpang tindih antara

kegiatan yang satu dengan kegiatan yang

lainnya, bisa membawa manfaat untuk

semua pihak kampus, tidak menyimpang dari

garis-garis besar edukatif, maka semua UKM

akan mendapat dukungan dari lembaga. Bentuk

dukungan dan perhatian tersebut berupa beasiswa

yang akan diberikan kepada mahasiswa yang

berprestasi di UKM.

UKM di Amikom sendiri dibagi menjadi tiga

kriteria, yaitu UKM Keilmuan (KOMA, AEC, Journal,

dll), UKM Minat dan Bakat (Manggar, Mayapala, dll ),

dan UKM Kerohanian (UKI, IKNA). “Semuanya (UKM

dan orma bukan UKM, red) harus diberi dukungan.

Namun UKM keilmuan mendapat prioritas lebih.

Tapi, dengan porsi dana yang proporsional”, ujar

Drs. Mohammad Idris Purwanto, MM saat ditemui di

sela-sela kesibukannya.

Masalah Dana

Sebagai organisasi yang aktif, setiap orma

memiliki Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah

Tangga (AD/ART) untuk mendukung kegiatan-

kegiatan yang mereka laksanakan. Untuk

mengadakan event-event atau acara-acara

khusus yang berhubungan dengan

organisasi, masing-masing orma

mendapat suntikan dana dari

lembaga. Lain halnya dengan

Onegai yang mendapat masukan

dana dari Himpunan Mahasiswa

Jurusan Teknik Informatika (HMJTI).

Hal tersebut dikarenakan, Onegai

adalah BSO, seperti Fossil yang juga

di bawah naungan HMJTI. Namun,

orma-orma tersbut tidak hanya berpusat

pada satu dana yang diberikan oleh

lembaga. Tidak jarang masing-masing orma

mengumpulkan dana sendiri dari luar kampus.

IKNA misalnya, mereka mengumpulkan dana

dengan cara mengamen, mengupulkan barang

bekas, catering, dan mencari sponsor. “Tidak jarang

kami patungan untuk modal bikin acara”, ujar

Recka, Ketua Umum Onegai Shelter.

Harapan

Dengan adanya UKM, lembaga

mengharapkan lulusan AMIKOM

nantinya mampu menjadi seorang

pemimpin, mampu mengikuti kompetisi global,

dan mempunyai wawasan wirausaha yang luas.

Senat Mahasiswa pun berharap agar jangan

sampai ada organisasi yang tidak aktif. Organisasi

yang masih berbentuk komunitas diharapkan bisa

menjadi BSO, organisasi yang masih berstatus BSO

diharapkan bisa menjadi UKM, bukan malah

sebaliknya. “Kalau membuat organisasi jangan

hanya asal buat, lihat kondisi kampus, jangan hanya

karena hobi saja. Prospek ke depan juga harus

bagus, tekat awal juga harus besar”, jelas Panji

memberi solusi. Senja|Andri|Ilham

4

Topik Utama

-Fery-

5

Karya Ngelantur

Unggul dalam tren teknologi

UU orma Amikom

-frans-

-frans-

Page 6: D'Journal Reguler Edisi 49

6

Disebut kejanggalan bukan kejanggalan, disebut benar toh nyatanya jika ditelisik tidak benar. Mungkin seperti itu yang dirasakan oleh sebagian mahasiswa yang berkuliah di sini. Ketika suatu mata kuliah tidak sesuai dengan kurikulum atau silabus mata kuliah tersebut bahkan ada beberapa yang judulnya sendiri tidak sama dengan apa yang akan diajarkan.

Perngalaman saya berkata tidak adanya keserasian antara dosen satu dengan dosen lain tentang satu mata kuliah. Contoh : mata kuliah “Bunga Mawar” kelas A sampai F diajarkan tentang seluk beluk bunga mawar, bagaimana dia tumbuh dan berkembang dan sebagainya. Akan tetapi kelas G – M malah diajarkan tentang bunga melati. Nah di sini terjadi perbedaan yang sangat mencolok dengan tujuan semula dari yang seharusnya.

Di sini dirasakan perlu adanya penejalasan dari kepala jurusan kepada dosen–dosen yang mengajar tentang kompetensi yang ingin dicapai. Perlunya ada persamaan persepsi sehingga tidak ada miscommunication antar dosen. Tidak lucu kan jika materi kuliah yang diampu dosen satu dengan yang lainnya berbeda, padahal jurusan sama, semester sama, cuma berbeda kelas saja. Akan lebih baik juga jika mahasiswa diberi penjelasan tentang materi yang akan diajarkan terlebih dahulu sehingga mereka akan lebih mengerti.

Entah pemikiran ini sudah benar atau tidak, akan tetapi perlu adanya keserasian antara apa yang diberikan dengan apa yang diajarkan. Sehingga kualitas atau kompetensi yang ingin dihasilkan sesuai dengan tujuan semula.

Wacana

Bingung

Oleh: Nurhaporo Triyowibowo

Mahasiswa S1 TI 6A (08.11.1925)

Dony Ariyus mengakui penggantian materi

kuliah yang diajarnya, Interaksi Manusia dan

Komputer (IMK) dengan materi lain, atas

kesepakatan dengan mahasiswanya. Materi

'boncengan' yang dimaksud adalah teori aplikatif

penerapan Google Adsense. “Saya sudah

menawarkan kepada mahasiswa. Kebanyakan

menyetujui saya untuk mengajarkan web saja,”

tuturnya. Ia mengatakan bahwa penilaian

mahasiswa diperoleh dari hasil pengelolaan web

mereka.

Mulai tahun 2008, Dony mewajibkan

pemakaian web hosting dan domain yang berbayar.

Hal ini juga diakuinya sesuai dengan kesepakatan

dengan mahasiswa. Sebelumnya saat ia masih

menganjurkan mahasiswanya menggunakan fasilitas

gratis, ternyata tidak menghasilkan pundi-pundi

dollar seperti yang diharapkan.

“Jika mahasiswa mengeluh karena terlalu

berat untuk membeli, saya yakin itu hanya terjadi

pada mahasiswa yang pemalas atau jarang masuk,”

kata Dony. Menurutnya hingga saat ini para

mahasiswanya yang tergolong rajin tidak pernah

mengeluh untuk membeli fasilitas tersebut.

Ia juga meyakini adanya provokasi dari

beberapa mahasiswa yang tidak benar-benar

mengikuti mata kuliah yang ia berikan. “Mereka

tidak merasakan manfaat yang benar-benar real,”

tambahnya.

Menurutnya, materi yang diajarkannya

tidak menyalahi kurikulum yang disusun Ketua

Jurusan (Kajur), karena web termasuk media

interaksi manusia dan komputer. “Pelajaran yang

telah saya berikan itu manfaatnya sangat terasa,

bahkan sebelum mahasiswa bekerja, karena

biasanya manfaat IMK itu hanya terasa jika

mahasiswa sudah berada di dunia usaha,” ujarnya.

Rizqi Sukma Kharisma yang juga dosen

mata kuliah IMK tidak dapat menyimpulkan bahwa

Pak Doni menyalahi kurikulum. “Mata kuliah IMK itu

sendiri penjabarannya masih sangat luas. Dan salah

satunya seperti yang diajarkan pak Doni mengenai

pembuatan sebuah web,” ujarnya.

Berbeda dengan Doni, ia mengajar

cenderung memberi materi secara umum, agar pada

akhir mata kuliah mahasiswa bisa memilih ke arah

mana mahasiswa ingin berkonsentrasi lebih lanjut.

“Namun di balik itu mungkin Pak Doni ingin

menunjang mahasiswanya agar menjadi

enterpreneur seperti yang diharapkan oleh Amikom

sendiri,” ujar Rizqi (6/5).

Rizqi juga mengungkapkan bahwa

mahasiswa bisa membuat perjanjian pada dosen di

awal mata kuliah. “Jika di awal kuliah dosen dan

mahasiswa menyetujui untuk mempelajari tentang

pembuatan web, maka Pak Doni tidak bisa dibilang

membuat materi sendiri atau melenceng,”

tambahnya.

Hal itu dibenarkan oleh Kajur D3 TI Yang

Melaksankan Tugas (YMT), Sudarmawan.

Menurunya, Kajur tidak bisa memaksakan semua

dosen memberi materi kuliah yang sama persis.

Sebaliknya, Kajur memberikan kebebasan strategi

pengajaran dan penyampaian materi ke mahasiswa,

sesuai dengan perkembangan ilmu dosen masing-

masing. Ia juga mengharapkan mahasiswa tidak

memiliki satu sudut pandang saja pada satu mata

kuliah. “Walaupun ketika dosen membuat SAP

(Satuan Acara Pengajaran) yang berbeda, namun

tujuan yang diharapkan Kajur adalah harus tetap

sama,” ujarnya (6/5).

Sementara itu, Dony mengatakan bahwa dia

akan berhenti memberikan materi yang berkaitan

dengan Google Adsense. “Kemungkinan tahun ajaran

berikutnya, saya cuma akan memberikan pelajaran

tentang toko online saja,” ujarnya (19/05). Deni |

Diska7

Dony Yakin Materi 'Boncengan' Bukan Penyimpangan

Liputan

Situasi Mahasiswa-Mahasiswa “No Idea!”,

Siapa yang Paling Bertanggungjawab?

oleh: Riski Anis Nur Awalin

Salah satu mahasiswa aktif tingkat akhir

“...Dear Diary,Hampir tiga tahun sudah, aku menenteng

label 'mahasiswa' di jidatku. Lebih dari lima ekor sapi yang dipelihara dengan penuh cinta oleh ayah, ku pastikan telah jadi tumbalnya. Sementara itu, aku masih saja tak yakin, kapan aku bisa melepas label keren yang tertempel erat ini. Sama sekali belum terlintas di otakku cerita apa yang nantinya akan ku tuliskan di musim scriptsweet untuk mengantarkanku ke pakaian yang disebut toga itu. Kerap ada ketakutan ketika mendengar kabar dari kakak-kakak tingkat, bahwa musim itu kan berganti menjadi musim scriptshit, yang tiada akhir..."

Inti curhatan seorang 'aku' di atas, sedikit banyak tak jauh beda dengan percakapan antara Si A dan Si B. Berucaplah Si A, "B, ga terasa ya, kita sudah semester VI. Sudah ada bahan skripsi belum? Aku masih bingung, tar mau bikin apa.""Belum. No idea!," Si B menggapi, singkat.Bukan lagi rahasia, bahwa mahasiswa tingkat akhir yang fokus ingin segera lulus banyak mengalami dilema tentang masa skripsinya. Jika ditanya “Mengapa?”, kebanyakan jawabnya karena belum mendapatkan ide atau bahan. Dan jika ditanya “Bagaimana bisa?”, pastilah teramat susah untuk menjawabnya karena akan ada banyak pihak yang akan menjadi sumber penilaiannya.

Enam atau tujuh semester bukanlah sebuah masa yang singkat. Dengan lebih dari 50 mata kuliah, ironis sekali jika yang terdengar kemudian adalah, “No idea!” untuk menyusun sebuah skripsi. Dan tentunya, akan ada banyak pertanyaan yang kemudian akan muncul. Misalkan, “Lalu, apa yang selama ini sudah diperoleh?”. Lebih ironis lagi, ketika akan ada sebuah jawaban yang justru berbalik bertanya, seperti ini, “Dapat apa, ya?”

Dengan jawaban yang demikian, pastilah pula akan ada semakin banyak pertanyaan. Salah satu di antaranya, “Siapa yang paling bertanggungjawab atas situasi mahasiswa-mahasiswa “No idea!” tersebut?”.Selamat berpikir!

Page 7: D'Journal Reguler Edisi 49

6

Disebut kejanggalan bukan kejanggalan, disebut benar toh nyatanya jika ditelisik tidak benar. Mungkin seperti itu yang dirasakan oleh sebagian mahasiswa yang berkuliah di sini. Ketika suatu mata kuliah tidak sesuai dengan kurikulum atau silabus mata kuliah tersebut bahkan ada beberapa yang judulnya sendiri tidak sama dengan apa yang akan diajarkan.

Perngalaman saya berkata tidak adanya keserasian antara dosen satu dengan dosen lain tentang satu mata kuliah. Contoh : mata kuliah “Bunga Mawar” kelas A sampai F diajarkan tentang seluk beluk bunga mawar, bagaimana dia tumbuh dan berkembang dan sebagainya. Akan tetapi kelas G – M malah diajarkan tentang bunga melati. Nah di sini terjadi perbedaan yang sangat mencolok dengan tujuan semula dari yang seharusnya.

Di sini dirasakan perlu adanya penejalasan dari kepala jurusan kepada dosen–dosen yang mengajar tentang kompetensi yang ingin dicapai. Perlunya ada persamaan persepsi sehingga tidak ada miscommunication antar dosen. Tidak lucu kan jika materi kuliah yang diampu dosen satu dengan yang lainnya berbeda, padahal jurusan sama, semester sama, cuma berbeda kelas saja. Akan lebih baik juga jika mahasiswa diberi penjelasan tentang materi yang akan diajarkan terlebih dahulu sehingga mereka akan lebih mengerti.

Entah pemikiran ini sudah benar atau tidak, akan tetapi perlu adanya keserasian antara apa yang diberikan dengan apa yang diajarkan. Sehingga kualitas atau kompetensi yang ingin dihasilkan sesuai dengan tujuan semula.

Wacana

Bingung

Oleh: Nurhaporo Triyowibowo

Mahasiswa S1 TI 6A (08.11.1925)

Dony Ariyus mengakui penggantian materi

kuliah yang diajarnya, Interaksi Manusia dan

Komputer (IMK) dengan materi lain, atas

kesepakatan dengan mahasiswanya. Materi

'boncengan' yang dimaksud adalah teori aplikatif

penerapan Google Adsense. “Saya sudah

menawarkan kepada mahasiswa. Kebanyakan

menyetujui saya untuk mengajarkan web saja,”

tuturnya. Ia mengatakan bahwa penilaian

mahasiswa diperoleh dari hasil pengelolaan web

mereka.

Mulai tahun 2008, Dony mewajibkan

pemakaian web hosting dan domain yang berbayar.

Hal ini juga diakuinya sesuai dengan kesepakatan

dengan mahasiswa. Sebelumnya saat ia masih

menganjurkan mahasiswanya menggunakan fasilitas

gratis, ternyata tidak menghasilkan pundi-pundi

dollar seperti yang diharapkan.

“Jika mahasiswa mengeluh karena terlalu

berat untuk membeli, saya yakin itu hanya terjadi

pada mahasiswa yang pemalas atau jarang masuk,”

kata Dony. Menurutnya hingga saat ini para

mahasiswanya yang tergolong rajin tidak pernah

mengeluh untuk membeli fasilitas tersebut.

Ia juga meyakini adanya provokasi dari

beberapa mahasiswa yang tidak benar-benar

mengikuti mata kuliah yang ia berikan. “Mereka

tidak merasakan manfaat yang benar-benar real,”

tambahnya.

Menurutnya, materi yang diajarkannya

tidak menyalahi kurikulum yang disusun Ketua

Jurusan (Kajur), karena web termasuk media

interaksi manusia dan komputer. “Pelajaran yang

telah saya berikan itu manfaatnya sangat terasa,

bahkan sebelum mahasiswa bekerja, karena

biasanya manfaat IMK itu hanya terasa jika

mahasiswa sudah berada di dunia usaha,” ujarnya.

Rizqi Sukma Kharisma yang juga dosen

mata kuliah IMK tidak dapat menyimpulkan bahwa

Pak Doni menyalahi kurikulum. “Mata kuliah IMK itu

sendiri penjabarannya masih sangat luas. Dan salah

satunya seperti yang diajarkan pak Doni mengenai

pembuatan sebuah web,” ujarnya.

Berbeda dengan Doni, ia mengajar

cenderung memberi materi secara umum, agar pada

akhir mata kuliah mahasiswa bisa memilih ke arah

mana mahasiswa ingin berkonsentrasi lebih lanjut.

“Namun di balik itu mungkin Pak Doni ingin

menunjang mahasiswanya agar menjadi

enterpreneur seperti yang diharapkan oleh Amikom

sendiri,” ujar Rizqi (6/5).

Rizqi juga mengungkapkan bahwa

mahasiswa bisa membuat perjanjian pada dosen di

awal mata kuliah. “Jika di awal kuliah dosen dan

mahasiswa menyetujui untuk mempelajari tentang

pembuatan web, maka Pak Doni tidak bisa dibilang

membuat materi sendiri atau melenceng,”

tambahnya.

Hal itu dibenarkan oleh Kajur D3 TI Yang

Melaksankan Tugas (YMT), Sudarmawan.

Menurunya, Kajur tidak bisa memaksakan semua

dosen memberi materi kuliah yang sama persis.

Sebaliknya, Kajur memberikan kebebasan strategi

pengajaran dan penyampaian materi ke mahasiswa,

sesuai dengan perkembangan ilmu dosen masing-

masing. Ia juga mengharapkan mahasiswa tidak

memiliki satu sudut pandang saja pada satu mata

kuliah. “Walaupun ketika dosen membuat SAP

(Satuan Acara Pengajaran) yang berbeda, namun

tujuan yang diharapkan Kajur adalah harus tetap

sama,” ujarnya (6/5).

Sementara itu, Dony mengatakan bahwa dia

akan berhenti memberikan materi yang berkaitan

dengan Google Adsense. “Kemungkinan tahun ajaran

berikutnya, saya cuma akan memberikan pelajaran

tentang toko online saja,” ujarnya (19/05). Deni |

Diska7

Dony Yakin Materi 'Boncengan' Bukan Penyimpangan

Liputan

Situasi Mahasiswa-Mahasiswa “No Idea!”,

Siapa yang Paling Bertanggungjawab?

oleh: Riski Anis Nur Awalin

Salah satu mahasiswa aktif tingkat akhir

“...Dear Diary,Hampir tiga tahun sudah, aku menenteng

label 'mahasiswa' di jidatku. Lebih dari lima ekor sapi yang dipelihara dengan penuh cinta oleh ayah, ku pastikan telah jadi tumbalnya. Sementara itu, aku masih saja tak yakin, kapan aku bisa melepas label keren yang tertempel erat ini. Sama sekali belum terlintas di otakku cerita apa yang nantinya akan ku tuliskan di musim scriptsweet untuk mengantarkanku ke pakaian yang disebut toga itu. Kerap ada ketakutan ketika mendengar kabar dari kakak-kakak tingkat, bahwa musim itu kan berganti menjadi musim scriptshit, yang tiada akhir..."

Inti curhatan seorang 'aku' di atas, sedikit banyak tak jauh beda dengan percakapan antara Si A dan Si B. Berucaplah Si A, "B, ga terasa ya, kita sudah semester VI. Sudah ada bahan skripsi belum? Aku masih bingung, tar mau bikin apa.""Belum. No idea!," Si B menggapi, singkat.Bukan lagi rahasia, bahwa mahasiswa tingkat akhir yang fokus ingin segera lulus banyak mengalami dilema tentang masa skripsinya. Jika ditanya “Mengapa?”, kebanyakan jawabnya karena belum mendapatkan ide atau bahan. Dan jika ditanya “Bagaimana bisa?”, pastilah teramat susah untuk menjawabnya karena akan ada banyak pihak yang akan menjadi sumber penilaiannya.

Enam atau tujuh semester bukanlah sebuah masa yang singkat. Dengan lebih dari 50 mata kuliah, ironis sekali jika yang terdengar kemudian adalah, “No idea!” untuk menyusun sebuah skripsi. Dan tentunya, akan ada banyak pertanyaan yang kemudian akan muncul. Misalkan, “Lalu, apa yang selama ini sudah diperoleh?”. Lebih ironis lagi, ketika akan ada sebuah jawaban yang justru berbalik bertanya, seperti ini, “Dapat apa, ya?”

Dengan jawaban yang demikian, pastilah pula akan ada semakin banyak pertanyaan. Salah satu di antaranya, “Siapa yang paling bertanggungjawab atas situasi mahasiswa-mahasiswa “No idea!” tersebut?”.Selamat berpikir!

Page 8: D'Journal Reguler Edisi 49

9

Foto Journal

Hari B

um

iPeserta konfoy memakai masker untuk menutupi hidungnya supaya dapat menyaring asap kendaraan

yang kotor(22/4). ( )Journal/Reza

Peserta aksi turun kejalan di persimpangan jln. Malioboro dengan membawa spanduk untuk memeriahkan hari bumi nasional yang bertujuan untuk megajak masyarakat untuk peduli terhadap lingkungan(22/4), (Journal/Irwan)

8

Foto Journal

Hari B

um

i

Memperingati Hari bumi nasional seluruh komunitas sepeda mengadakan konfoy dan membawa poster

yang bertuliskan “stop nuclear save earth” berkeliling disekitar Yogyakarta(22/4). ( ) Journal/Reza

Peserta mengadakan aksi dengan mengecat tubuhnya dan salah satu peserta merangkul bola yang

berbentuk bumi menggambarkan bahwa bumi kita harus dijaga dan dilestarikan(22/4). (Journal/Irwan)

Page 9: D'Journal Reguler Edisi 49

9

Foto Journal

Hari B

um

iPeserta konfoy memakai masker untuk menutupi hidungnya supaya dapat menyaring asap kendaraan

yang kotor(22/4). ( )Journal/Reza

Peserta aksi turun kejalan di persimpangan jln. Malioboro dengan membawa spanduk untuk memeriahkan hari bumi nasional yang bertujuan untuk megajak masyarakat untuk peduli terhadap lingkungan(22/4), (Journal/Irwan)

8

Foto Journal

Hari B

um

i

Memperingati Hari bumi nasional seluruh komunitas sepeda mengadakan konfoy dan membawa poster

yang bertuliskan “stop nuclear save earth” berkeliling disekitar Yogyakarta(22/4). ( ) Journal/Reza

Peserta mengadakan aksi dengan mengecat tubuhnya dan salah satu peserta merangkul bola yang

berbentuk bumi menggambarkan bahwa bumi kita harus dijaga dan dilestarikan(22/4). (Journal/Irwan)

Page 10: D'Journal Reguler Edisi 49

terkomputerisasi sehingga tidak bisa diubah.

Sebagai Kajur yang merangkap dosen

Sistem Informasi Manajemen (SIM), Bambang

menjelaskan bahwa setiap dosen boleh memilih

modul pengajaran secara individu. Dengan

demikian standar soal yang dimiliki setiap dosen

juga berbeda. Hal itu menurutnya tidak menjadi

masalah selama materi yang disampaikan tidak

melenceng dari kurikulum. Dia juga mengimbau

mahasiswa untuk melapor apabila menemukan

materi yang melenceng dari kurikulum.

Cara mengajar dosen dengan standar

soal ujiannya yang berbeda menimbulkan

perasaan iri sebagian mahasiswa. “Kalau

dosennya nggak enak, ya pasti ada iri sama kelas

lain,” keluh Yesiana, mahasiswi tingkat satu

Sistem Informasi. Namun dia memahami bahwa

tidak mungkin pola mengajar setiap dosen

dibuat serupa. Hal ini juga diamini oleh Sefiana,

mahasiswi tingkat dua Teknik Informatika.

“Untuk mengatasi kesenjangan sosial ya harus

menjadi mahasiswa yang aktif mencari materi

yang nggak sama dengan materi yang

disampaikan oleh dosen kita. Harus jadi

mahasiswa yang bermutu dan mengurangi

subjektifitas,” ujarnya. Ilham | Satrio

Bambang Sudaryatno, Ketua Jurusan

(Kajur) Sistem Informasi STMIK Amikom

Yogyakarta membantah kurangnya koordinasi

antar dosen berkaitan dengan perbedaan materi

pada mata kuliah yang sama (11/05). Seperti yang

dikeluhkan oleh mahasiswa, beberapa dosen

memberi materi yang berbeda walaupun

mengampu mata kuliah yang sama. Selain itu,

jadwal yang bertabrakan dan sistem pemberian

nilai juga dikeluhan.

Ditemui di ruang dosen, Bambang

menjelaskan bahwa tidak mungkin seorang dosen

mengajar seluruh kelas. Harus ada pendistribusian

dosen dalam satu jurusan. Namun, dia

meyakinkan, setiap dosen yang mengajar mata

kuliah sama sudah saling berkoordinasi. Selain itu,

setiap Kajur memiliki Satuan Acuan Pengajaran

(SAP) sebagai alat kontrol terhadap dosen.

Menanggapi persoalan jadwal yang

bertabrakan antara mata kuliah wajib dan mata

kuliah konsentrasi, Bambang menyarankan

mahasiswa untuk mengutamakan mata kuliah

wajib terlebih dahulu. Sedang untuk mata kuliah

konsentrasi dipersilahkan untuk mengambil jam

pengganti di kelas lain. Ini menurutnya,

dikarenakan sistem pembagian kelas sudah

Liputan

dari dosen maupun mahasiswa tentang kurikulum,

sehingga mendapatkan feedback dan dapat

diperbaharui terus.

Lalu adakah sanksi untuk penyimpangan-

penyimpangan tertentu?

Sanksi awalnya dengan peringatan. Apabila belum

dilaksanakan maka akan ada pengurangan beban kuota

mengajar. Apabila belum dilaksanakan lagi, akan

dikurangi gajinya, dan yang terakhir tidak lagi dipakai

sebagai dosen.

Apakah ada evaluasi tentang penyampaian materi

dari Kajur kepada dosen?

Sebenarnya evaluasi itu menunggu feedback dari

mahasiswa atau HMJ (Himpinan Mahasiswa Jurusan, -

red.). Kalau ada masukan kami langsung melakukan

evaluasi sama yang bersangkutan. Sehingga tidak ada

lagi kendala sistem belajar mengajar di kelas.

Dasar-dasar pembuatan kurikulum di STMIK

Amikom mengacu pada apa?

Dasar kurikulum mengacu pada Computing Curricula

2005, pedoman dari Aptikom, Cisco untuk netwoking,

dan setiap empat bulan sekali mendatangkan

pembicara untuk melakukan seminar, sehingga ter-

update terus kurikulumnya. Ada juga dengan studi

banding, contohnya kemarin ke ITS.

Kapan kurikulum dirasa harus diperbaharui?

Sebenarnya yang berwenang untuk memperbarui

kurikulum adalah Ketua (Ketua STMIK Amikom,

Prof. Dr. M. Suyanto, M.M., -red.). Ketua Jurusan

hanya sebagai perantara saja, dan menjelaskan kepada

Ketua bahwa sistem kurikulum yang diperbarui kaya

gini. Yang menyetujui hanya Ketua Amikom karena itu

visi dari lembaga.Bagaimana sebenarnya kewenangan pelaksana harian? Hanya sebatas administrasi saja. Kalau masalah mengganti kurikulum adalah Ketua Jurusan, yaitu Pak Abbas.

Apakah Anda merasa pelaksanaan kurikulum di

Amikom sudah cukup dikontrol?

Kurikulum di Amikom ini sudah bagus. Kalau tidak

bagus Amikom tidak seperti ini. Tapi pelaksanaanya

yang harus ditingkatkan. Sehingga memudahkan dosen

dan mahasiswa untuk melakukan proses belajar

mengajar.

10

Apakah ada proses kontrol terhadap jalannya

kurikulum yang telah dibuat?

Ada, dari aspek kurikulum menggunakan SAP (Satuan

Acara Perkuliahan, -red.). Dosn baru menanyakan

SAP-nya bagaimana, kemudian di-breakdown

menjadikan satuan pengajaran termasuk strategi

pengajaran. Tergantung dosennya mengajarnya dengan

sistem gimana.

Ada dosen yang membuat kesepakatan dengan

mahasiswa-mahasiswanya untuk mengubah total

materi dalam mata kuliahnya. Bagaimana

pendapat Anda?

Itu tergantung dosennya. Sebenarnya kurikulum itu

bersifat generik, secara garis besarnya saja. Tidak

mungkin Kajur mengontrol secara detail bagaimana

dosen mengajar.

Jadi, ketika ada dosen yang memutuskan

menyimpang dari kurikulum yang sudah dibuat,

apakah itu sah-sah saja?

Sah-sah saja. Asal tidak menyimpang terlalu jauh dan

membuat lebih baik, kenapa tidak? Masalahnya

teknologi itu berkembang terus, tidak mungkin terpaku

kepada kurikulum terus. Dan yang terutama mata

kuliah konsentrasi yang harus mengikuti tren masa

kini.

Berarti pencapaian target yang direncanakan saat

pembuatan kurikulum juga melenceng dong?

Semua itu tercantum di SAP. Jadi nanti ada laporan

Wawancara

Perubahan materi mata

k u l i a h s e c a r a f r o n t a l

menimbulkan pertanyaan,

adakah kontrol yang jelas

dari Ketua Jurusan terhadap

dosen untuk mengawasi

pelaksanaan kurikulum?

Riza Hadi Kusuma, reporter

LPM Journal berkesempatan

memperbincangkan hal ini

dengan Sudarmawan, M.T.,

Pelaksana Harian dari Ketua

Jurusan (Kajur) S1 TI, Abas

Ali Pangera, Ir., M.Kom dan

K e t u a j u r u s a n D 3 T I .

Sudarmawan, M.T.

su

mb

er

: R

eza

(jo

urn

al)

Kajur Tak Permasalahkan Perbedaan Materi Kuliah antar Dosen

11

Page 11: D'Journal Reguler Edisi 49

terkomputerisasi sehingga tidak bisa diubah.

Sebagai Kajur yang merangkap dosen

Sistem Informasi Manajemen (SIM), Bambang

menjelaskan bahwa setiap dosen boleh memilih

modul pengajaran secara individu. Dengan

demikian standar soal yang dimiliki setiap dosen

juga berbeda. Hal itu menurutnya tidak menjadi

masalah selama materi yang disampaikan tidak

melenceng dari kurikulum. Dia juga mengimbau

mahasiswa untuk melapor apabila menemukan

materi yang melenceng dari kurikulum.

Cara mengajar dosen dengan standar

soal ujiannya yang berbeda menimbulkan

perasaan iri sebagian mahasiswa. “Kalau

dosennya nggak enak, ya pasti ada iri sama kelas

lain,” keluh Yesiana, mahasiswi tingkat satu

Sistem Informasi. Namun dia memahami bahwa

tidak mungkin pola mengajar setiap dosen

dibuat serupa. Hal ini juga diamini oleh Sefiana,

mahasiswi tingkat dua Teknik Informatika.

“Untuk mengatasi kesenjangan sosial ya harus

menjadi mahasiswa yang aktif mencari materi

yang nggak sama dengan materi yang

disampaikan oleh dosen kita. Harus jadi

mahasiswa yang bermutu dan mengurangi

subjektifitas,” ujarnya. Ilham | Satrio

Bambang Sudaryatno, Ketua Jurusan

(Kajur) Sistem Informasi STMIK Amikom

Yogyakarta membantah kurangnya koordinasi

antar dosen berkaitan dengan perbedaan materi

pada mata kuliah yang sama (11/05). Seperti yang

dikeluhkan oleh mahasiswa, beberapa dosen

memberi materi yang berbeda walaupun

mengampu mata kuliah yang sama. Selain itu,

jadwal yang bertabrakan dan sistem pemberian

nilai juga dikeluhan.

Ditemui di ruang dosen, Bambang

menjelaskan bahwa tidak mungkin seorang dosen

mengajar seluruh kelas. Harus ada pendistribusian

dosen dalam satu jurusan. Namun, dia

meyakinkan, setiap dosen yang mengajar mata

kuliah sama sudah saling berkoordinasi. Selain itu,

setiap Kajur memiliki Satuan Acuan Pengajaran

(SAP) sebagai alat kontrol terhadap dosen.

Menanggapi persoalan jadwal yang

bertabrakan antara mata kuliah wajib dan mata

kuliah konsentrasi, Bambang menyarankan

mahasiswa untuk mengutamakan mata kuliah

wajib terlebih dahulu. Sedang untuk mata kuliah

konsentrasi dipersilahkan untuk mengambil jam

pengganti di kelas lain. Ini menurutnya,

dikarenakan sistem pembagian kelas sudah

Liputan

dari dosen maupun mahasiswa tentang kurikulum,

sehingga mendapatkan feedback dan dapat

diperbaharui terus.

Lalu adakah sanksi untuk penyimpangan-

penyimpangan tertentu?

Sanksi awalnya dengan peringatan. Apabila belum

dilaksanakan maka akan ada pengurangan beban kuota

mengajar. Apabila belum dilaksanakan lagi, akan

dikurangi gajinya, dan yang terakhir tidak lagi dipakai

sebagai dosen.

Apakah ada evaluasi tentang penyampaian materi

dari Kajur kepada dosen?

Sebenarnya evaluasi itu menunggu feedback dari

mahasiswa atau HMJ (Himpinan Mahasiswa Jurusan, -

red.). Kalau ada masukan kami langsung melakukan

evaluasi sama yang bersangkutan. Sehingga tidak ada

lagi kendala sistem belajar mengajar di kelas.

Dasar-dasar pembuatan kurikulum di STMIK

Amikom mengacu pada apa?

Dasar kurikulum mengacu pada Computing Curricula

2005, pedoman dari Aptikom, Cisco untuk netwoking,

dan setiap empat bulan sekali mendatangkan

pembicara untuk melakukan seminar, sehingga ter-

update terus kurikulumnya. Ada juga dengan studi

banding, contohnya kemarin ke ITS.

Kapan kurikulum dirasa harus diperbaharui?

Sebenarnya yang berwenang untuk memperbarui

kurikulum adalah Ketua (Ketua STMIK Amikom,

Prof. Dr. M. Suyanto, M.M., -red.). Ketua Jurusan

hanya sebagai perantara saja, dan menjelaskan kepada

Ketua bahwa sistem kurikulum yang diperbarui kaya

gini. Yang menyetujui hanya Ketua Amikom karena itu

visi dari lembaga.Bagaimana sebenarnya kewenangan pelaksana harian? Hanya sebatas administrasi saja. Kalau masalah mengganti kurikulum adalah Ketua Jurusan, yaitu Pak Abbas.

Apakah Anda merasa pelaksanaan kurikulum di

Amikom sudah cukup dikontrol?

Kurikulum di Amikom ini sudah bagus. Kalau tidak

bagus Amikom tidak seperti ini. Tapi pelaksanaanya

yang harus ditingkatkan. Sehingga memudahkan dosen

dan mahasiswa untuk melakukan proses belajar

mengajar.

10

Apakah ada proses kontrol terhadap jalannya

kurikulum yang telah dibuat?

Ada, dari aspek kurikulum menggunakan SAP (Satuan

Acara Perkuliahan, -red.). Dosn baru menanyakan

SAP-nya bagaimana, kemudian di-breakdown

menjadikan satuan pengajaran termasuk strategi

pengajaran. Tergantung dosennya mengajarnya dengan

sistem gimana.

Ada dosen yang membuat kesepakatan dengan

mahasiswa-mahasiswanya untuk mengubah total

materi dalam mata kuliahnya. Bagaimana

pendapat Anda?

Itu tergantung dosennya. Sebenarnya kurikulum itu

bersifat generik, secara garis besarnya saja. Tidak

mungkin Kajur mengontrol secara detail bagaimana

dosen mengajar.

Jadi, ketika ada dosen yang memutuskan

menyimpang dari kurikulum yang sudah dibuat,

apakah itu sah-sah saja?

Sah-sah saja. Asal tidak menyimpang terlalu jauh dan

membuat lebih baik, kenapa tidak? Masalahnya

teknologi itu berkembang terus, tidak mungkin terpaku

kepada kurikulum terus. Dan yang terutama mata

kuliah konsentrasi yang harus mengikuti tren masa

kini.

Berarti pencapaian target yang direncanakan saat

pembuatan kurikulum juga melenceng dong?

Semua itu tercantum di SAP. Jadi nanti ada laporan

Wawancara

Perubahan materi mata

k u l i a h s e c a r a f r o n t a l

menimbulkan pertanyaan,

adakah kontrol yang jelas

dari Ketua Jurusan terhadap

dosen untuk mengawasi

pelaksanaan kurikulum?

Riza Hadi Kusuma, reporter

LPM Journal berkesempatan

memperbincangkan hal ini

dengan Sudarmawan, M.T.,

Pelaksana Harian dari Ketua

Jurusan (Kajur) S1 TI, Abas

Ali Pangera, Ir., M.Kom dan

K e t u a j u r u s a n D 3 T I .

Sudarmawan, M.T.

su

mb

er

: R

eza

(jo

urn

al)

Kajur Tak Permasalahkan Perbedaan Materi Kuliah antar Dosen

11

Page 12: D'Journal Reguler Edisi 49

12

Seputar Teknologi Informasi Pojok Sastra

Web adalah suatu ruang informasi. Teknologi

web ini juga mengalami perkembangan dari jaman ke

jaman. Mulai dari Web 1.0, 2.0, 3.0, dan kemungkinan

kedepannya 4.0. Web 1.0 dikembangkan untuk

pengaksesan informasi yang sedikit interaktif,

sifatnya adalah read. Tak lama muncullah Web 2.0

yang merupakan revolusi bisnis di industri komputer

yang disebabkan oleh penggunaan internet sebagai

platform, yang juga merupakan suatu percobaan

untuk memahami aturan untuk mencapai

keberhasilan platform baru. Sifat Web 2.0 adalah

read-write.

Kehadir

Web 2.0 kemudian

menggantikan Web

1.0. Dimana

interaksi sosial di

dunia maya sudah

menjadi kebutuhan

wajib. Era Web 2.0

ini memiliki

beberapa ciri

mencolok yaitu

share, collaborate

dan exploit. Seperti

blog, jejaring sosial,

Myspace, Youtube,

dan Fickr.

Perbedaan Web 2.0 dan Web 1.0 adalah

pada keterbatasan Web 1.0 yang mengharuskan

pengguna internet untuk mengunjungi situs

tersebut dan melihat satu persatu konten di

dalamnya. Sedangkan Web 2.0 memungkinkan

pengguna internet dapat melihat konten suatu

website tanpa harus berkunjung ke alamat situs

yang bersangkutan.

Selanjutnya adalah Web 3.0, jika dunia

seluler dikenal istilah 3G, maka di Internet ada yang

namanya Web 3.0. Web 3.0 adalah generasi ketiga

setelah Web 1.0 dan 2.0. Konsep ini pertama kali

diperkenalkan pada tahun 2001, saat Tim Berners-

Lee (penemu World Wide Web) menulis sebuah

artikel ilmiah yang menggambarkan Web 3.0

sebagai sebuah sarana bagi mesin untuk membaca

halaman-halaman web. Hal ini berarti bahwa mesin

akan memiliki kemampuan membaca web sama

seperti yang manusia dapat lakukan sekarang ini.

Web 3.0 berhubungan dengan konsep Web

Semantik, yang memungkinkan isi web dinikmati

tidak hanya dalam bahasa asli pengguna, tapi juga

dalam bentuk format yang bisa diakses oleh agen-

agen software. Beberapa ahli bahkan menamai Web

3.0 sebagai Web Semantik itu sendiri.

Keunikan dari

Web 3.0 adalah konsep

dimana pengguna

dapat berkomunikasi

dengan mesin pencari.

Kita bisa meminta web

untuk mencari suatu

data spesifik tanpa

bersusah-susah

mencari satu per satu

dalam situs-situs web.

Web 3.0 juga mampu

menyediakan

keterangan-keterangan

yang relevan tentang

informasi yang ingin kita cari, bahkan tanpa kita

minta. Konsep ini dapat diandaikan sebuah website

sebagai sebuah intelektualitas buatan (artificial

intelegence).

Saat ini adaptasi Web 3.0 mulai dikembangkan

oleh beberapa perusahaan di dunia seperti Secondlife,

Google Co-Ops, bahkan di Indonesia sendiri juga sudah

ada yang mulai mengembangkannya, yaitu Li'L Online

(LILO) Community. Ind

Sumber :

http://039randy.wordpress.com

http://id.wikipedia.org

http://netsains.com

http://bayusyerli.com

Sumber : http://thepaisano.files.wordpress.com

Teknologi Perkembangan Web

13

Masih dalam ingatan

Awalnya niat baik warga agar mushola itu

menjadi lebih nyaman untuk tempat beribadah tak

menjadi soal. Tapi berselang beberapa waktu ternyata

hanya sesumbar ini itu supaya realisasi kemegahan

bisa terwujud dan mushola sebagai simbol yang

mencermikan warganya agamis. Kini mushola sudah

menjadi bangunan apik, dengan dinding warna-warni,

beratap genting impor, berkarpet mahal, dan memiliki

pengeras suara, di mana harapan warga, mushola itu

akan jauh lebih ramai dikunjungi.

Memang itu semua niat baik yang tidak bisa

ditolak, walau nyatanya kini tempat ibadah itu

keseringan lengang. Setelah sholat maghrib tak ada

anak-anak kecil berlomba untuk antri ngaji. Suara

hafalan ayat-ayat Tuhan nampak diam kalah dengan

volume televisi di rumah setiap warga. Sebulan sekali

aku meluangkan waktu untuk pulang kampung. Aku

ingat ketika pulang bertemu teman-teman masa

kecilku yang dulu kami masih bersenda gurau, kini

mereka ada yang sudah mengemban amanah jadi

orang tua. Beberapa di antara teman masih ada satu

dua orang yang bergerilya mencari penghidupan

menaikan status sosial menjadi kaum terdidik seperti

diriku.

Ada seorang teman yang dulu satu kelas di

Madrasah Ibtidaiyah kini dia sudah menjadi seorang

bapak. Dalam benakku bangga karena dia sudah

mencoba menjadi teladan bagi anaknya. Hamid biasa

aku menyapanya, kami sempat bertemu dan saling

berbagi cerita. Waktu itu sehabis sholat Isya kami

duduk di teras mushola dan bercerita banyak hal, dari

mulai ketika kami TK hingga kenapa dia akhirnya

berkeluarga. Dia juga masih ingat ketika dulu aku

sering meminjam Iqra'-nya dan sampai-sampai dia

relakan Iqra'-nya untukku

“Iksan, kamu tau ndak, mushola ini terlalu asing

bagiku,” dia mencoba mengingatkan kenangan masa

kecil dulu. “Asing bagaimana maksudmu?” aku coba

meladeni perbincangan.

“Ya, kamu lihat saja. Dulu gelap menjadi indah dengan

cahaya rembulan. Nah, sekarang malam terasa berlalu

biasa saja,” dia coba mengenang kembali.

“Iya juga ya, dulu kalau bulan purnama tiba orang-

orang keluar rumah untuk sekedar duduk-duduk di

teras rumah, anak-anak sehabis mengaji berhamburan

keluar mushola. Nah sekarang mushola juga malah

sepi,” aku mencoba menanggapi. ”Hahaha... Iksan,

iksan masih ingat juga dirimu,” kata Hamid sambil

tertawa. Hamid sempat bercerita panjang lebar

bagaimana mushola yang berdiri megah saat ini ada,

dari ada yang membuat aku kecewa ketika tau dengan

dibangunnya mushola itu kini malah warga jarang ke

mushola. Anak-anak kecil sekarang jarang mengaji

seperti dulu. Hamid pernah berkata, “Anak-anak

sekarang sudah asik dengan televisi, waktu untuk

mengaji malah diganti untuk nonton televisi.”

Bagi diriku bukan salah warga mengapa harus

membangun mushola mewah tapi hanya dijadikan

simbol agamis, menyalahkan televisi yang sudah

menggantikan peran forum-forum musyawarah warga,

anak-anak kecil yang jarang mengaji, atau aparatur

desa yang juga ikut nonton televisi. Memang sampai

saat ini perkembangan ilmu dan teknologi modern jika

tidak diimbangi dengan kepedulian diri maka pengaruh

buruk terhadap lingkungan akan kentara, itulah yang

coba aku jadikan renungan.Selesai.

-imaen-

Mushola Tua Itu (Bagian Tiga)

-fery-

Page 13: D'Journal Reguler Edisi 49

12

Seputar Teknologi Informasi Pojok Sastra

Web adalah suatu ruang informasi. Teknologi

web ini juga mengalami perkembangan dari jaman ke

jaman. Mulai dari Web 1.0, 2.0, 3.0, dan kemungkinan

kedepannya 4.0. Web 1.0 dikembangkan untuk

pengaksesan informasi yang sedikit interaktif,

sifatnya adalah read. Tak lama muncullah Web 2.0

yang merupakan revolusi bisnis di industri komputer

yang disebabkan oleh penggunaan internet sebagai

platform, yang juga merupakan suatu percobaan

untuk memahami aturan untuk mencapai

keberhasilan platform baru. Sifat Web 2.0 adalah

read-write.

Kehadir

Web 2.0 kemudian

menggantikan Web

1.0. Dimana

interaksi sosial di

dunia maya sudah

menjadi kebutuhan

wajib. Era Web 2.0

ini memiliki

beberapa ciri

mencolok yaitu

share, collaborate

dan exploit. Seperti

blog, jejaring sosial,

Myspace, Youtube,

dan Fickr.

Perbedaan Web 2.0 dan Web 1.0 adalah

pada keterbatasan Web 1.0 yang mengharuskan

pengguna internet untuk mengunjungi situs

tersebut dan melihat satu persatu konten di

dalamnya. Sedangkan Web 2.0 memungkinkan

pengguna internet dapat melihat konten suatu

website tanpa harus berkunjung ke alamat situs

yang bersangkutan.

Selanjutnya adalah Web 3.0, jika dunia

seluler dikenal istilah 3G, maka di Internet ada yang

namanya Web 3.0. Web 3.0 adalah generasi ketiga

setelah Web 1.0 dan 2.0. Konsep ini pertama kali

diperkenalkan pada tahun 2001, saat Tim Berners-

Lee (penemu World Wide Web) menulis sebuah

artikel ilmiah yang menggambarkan Web 3.0

sebagai sebuah sarana bagi mesin untuk membaca

halaman-halaman web. Hal ini berarti bahwa mesin

akan memiliki kemampuan membaca web sama

seperti yang manusia dapat lakukan sekarang ini.

Web 3.0 berhubungan dengan konsep Web

Semantik, yang memungkinkan isi web dinikmati

tidak hanya dalam bahasa asli pengguna, tapi juga

dalam bentuk format yang bisa diakses oleh agen-

agen software. Beberapa ahli bahkan menamai Web

3.0 sebagai Web Semantik itu sendiri.

Keunikan dari

Web 3.0 adalah konsep

dimana pengguna

dapat berkomunikasi

dengan mesin pencari.

Kita bisa meminta web

untuk mencari suatu

data spesifik tanpa

bersusah-susah

mencari satu per satu

dalam situs-situs web.

Web 3.0 juga mampu

menyediakan

keterangan-keterangan

yang relevan tentang

informasi yang ingin kita cari, bahkan tanpa kita

minta. Konsep ini dapat diandaikan sebuah website

sebagai sebuah intelektualitas buatan (artificial

intelegence).

Saat ini adaptasi Web 3.0 mulai dikembangkan

oleh beberapa perusahaan di dunia seperti Secondlife,

Google Co-Ops, bahkan di Indonesia sendiri juga sudah

ada yang mulai mengembangkannya, yaitu Li'L Online

(LILO) Community. Ind

Sumber :

http://039randy.wordpress.com

http://id.wikipedia.org

http://netsains.com

http://bayusyerli.com

Sumber : http://thepaisano.files.wordpress.com

Teknologi Perkembangan Web

13

Masih dalam ingatan

Awalnya niat baik warga agar mushola itu

menjadi lebih nyaman untuk tempat beribadah tak

menjadi soal. Tapi berselang beberapa waktu ternyata

hanya sesumbar ini itu supaya realisasi kemegahan

bisa terwujud dan mushola sebagai simbol yang

mencermikan warganya agamis. Kini mushola sudah

menjadi bangunan apik, dengan dinding warna-warni,

beratap genting impor, berkarpet mahal, dan memiliki

pengeras suara, di mana harapan warga, mushola itu

akan jauh lebih ramai dikunjungi.

Memang itu semua niat baik yang tidak bisa

ditolak, walau nyatanya kini tempat ibadah itu

keseringan lengang. Setelah sholat maghrib tak ada

anak-anak kecil berlomba untuk antri ngaji. Suara

hafalan ayat-ayat Tuhan nampak diam kalah dengan

volume televisi di rumah setiap warga. Sebulan sekali

aku meluangkan waktu untuk pulang kampung. Aku

ingat ketika pulang bertemu teman-teman masa

kecilku yang dulu kami masih bersenda gurau, kini

mereka ada yang sudah mengemban amanah jadi

orang tua. Beberapa di antara teman masih ada satu

dua orang yang bergerilya mencari penghidupan

menaikan status sosial menjadi kaum terdidik seperti

diriku.

Ada seorang teman yang dulu satu kelas di

Madrasah Ibtidaiyah kini dia sudah menjadi seorang

bapak. Dalam benakku bangga karena dia sudah

mencoba menjadi teladan bagi anaknya. Hamid biasa

aku menyapanya, kami sempat bertemu dan saling

berbagi cerita. Waktu itu sehabis sholat Isya kami

duduk di teras mushola dan bercerita banyak hal, dari

mulai ketika kami TK hingga kenapa dia akhirnya

berkeluarga. Dia juga masih ingat ketika dulu aku

sering meminjam Iqra'-nya dan sampai-sampai dia

relakan Iqra'-nya untukku

“Iksan, kamu tau ndak, mushola ini terlalu asing

bagiku,” dia mencoba mengingatkan kenangan masa

kecil dulu. “Asing bagaimana maksudmu?” aku coba

meladeni perbincangan.

“Ya, kamu lihat saja. Dulu gelap menjadi indah dengan

cahaya rembulan. Nah, sekarang malam terasa berlalu

biasa saja,” dia coba mengenang kembali.

“Iya juga ya, dulu kalau bulan purnama tiba orang-

orang keluar rumah untuk sekedar duduk-duduk di

teras rumah, anak-anak sehabis mengaji berhamburan

keluar mushola. Nah sekarang mushola juga malah

sepi,” aku mencoba menanggapi. ”Hahaha... Iksan,

iksan masih ingat juga dirimu,” kata Hamid sambil

tertawa. Hamid sempat bercerita panjang lebar

bagaimana mushola yang berdiri megah saat ini ada,

dari ada yang membuat aku kecewa ketika tau dengan

dibangunnya mushola itu kini malah warga jarang ke

mushola. Anak-anak kecil sekarang jarang mengaji

seperti dulu. Hamid pernah berkata, “Anak-anak

sekarang sudah asik dengan televisi, waktu untuk

mengaji malah diganti untuk nonton televisi.”

Bagi diriku bukan salah warga mengapa harus

membangun mushola mewah tapi hanya dijadikan

simbol agamis, menyalahkan televisi yang sudah

menggantikan peran forum-forum musyawarah warga,

anak-anak kecil yang jarang mengaji, atau aparatur

desa yang juga ikut nonton televisi. Memang sampai

saat ini perkembangan ilmu dan teknologi modern jika

tidak diimbangi dengan kepedulian diri maka pengaruh

buruk terhadap lingkungan akan kentara, itulah yang

coba aku jadikan renungan.Selesai.

-imaen-

Mushola Tua Itu (Bagian Tiga)

-fery-

Page 14: D'Journal Reguler Edisi 49

14

Pojok Sastra

Agenda

Pelatihan TA dan Skripsi

Penyelenggara :Himmsihari / tanggal : Sabtu, 28 Mei 2011Waktu : 08.00 - 15.00tempat : Ruang Citra 2

Karier Dan Prospek Dibidang Digital

Hari, Tanggal : Sabtu, 28 mei 2011Waktu : 08;00 - 11.00 WIBTempat :Ruag Citra1

Penyelenggara :Fossil

Workshop "Membuat Presensi dengan Visual Basic 6"

Hari, Tanggal : Sabtu, 28 mei 2011Waktu : 12.30 - 16.00 WIB

Penyelenggara :AMCC

Dialog Bulanan Mahasiswa Jurusan TI

Penyelenggara :HMJTIHari, Tanggal : Sabtu, 28 mei 2011Waktu : 08;30 - 11.30 WIBTempat :Ruag 5.2.4

fery

Warna mencolok terlihat dari kejauhan pandang

Dengan sosok kesatria berperisai jemawa sedang berbaring

Arus penghidupan dan kehidupan dari arah mata angin yang pincang

Ini taman kata mereka, itu juga taman mereka kata

Taman dengan taman-taman yang singkat pengucapannya

Taman-taman sedang disesaki martir yang tersesat

Berjalan lunglai bercampur beribu olah logika

Martir-martir itu terpukau

Teks-teks pembenaran terpampang maya di setiap sudut dan halaman taman

Taman yang berhias akan kehangatan bara argumen

Taman itu bergelimang prasangka dan pembatasan

Taman yang menghasilkan para pujangga-pujangga bilangan

Nyata, taman itu dikerubungi lalat-lalat resah

Yang nyaman karena udara dingin persegi panjang

Terbius oleh sinar dari kotak yang menyerupai kelelawar aneh

Yang hanya menghasilkan teriakan dalam hati

Produk imitasi menjadi jargon-jargon pembutaan

Taman pesakitan yang berusaha meninggalkan nurani

Taman pesakitan yang terus lari berlalu dan melaju

Menggilas semua suara-suara sumbang

Taman-taman itu sekarang menuju ilusi

Ilusi yang harus mengubah setiap tumbuhannya

Agar taman ramah kepada dunia

Bukan taman dongeng-dongeng saja

Bukan taman sirkus cendekia belaka

Zani Noviansyah

Taman Pesakitan

15

Referensi

Harry Potter merupakan salah satu seri novel fantasi mengenai seorang anak laki-laki bernama Harry Potter. Kisah dibuka dengan keadaan tak terkendali di dunia sihir (yang biasanya merupakan komunitas yang rahasia) setelah bertahun-tahun mengalami teror oleh Lord Voldemort. Pada malam sebelumnya, Voldemort telah menemukan tempat perlindungan rahasia keluarga Potter, dan membunuh James dan Lily Potter. Namun demikian, ketika ia mengarahkan tongkat sihirnya kepada bayi mereka, Harry, kutukan pembunuh yang dikeluarkannya malah membalik kepada dirinya sendiri.

Arwah Voldemort tercabik dari tubuhnya sendiri yang hancur, menghilang dari dunia sihir, tapi tidak mati. Sementara itu, satu-satunya hasil dari kutukan yang gagal itu meninggalkan bekas yang khusus di dahinya, cacat berbentuk sambaran kilat. Kekalahan misterius Voldemort memberikan Harry sebutan khusus di kalangan dunia sihir, "Anak Laki-Laki yang Bertahan Hidup". Sebutan ini khususnya dikarenakan tidak ada penyihir yang diarah oleh Voldemort dapat bertahan hidup melawannya.

Meilinda D.R.

Judul : Harry Potter and The Sorcerer’s StonePenulis : J.K.RowlingPenerbit : Gramedia Pustaka Utama Tanggal terbit : September 2000Bahasa : Inggris (Amerika Serikat)

Ambil cangkir, masukkan aksen vokal John Mayer, beri campuran post rock ala Sigur Ros yang lembut tapi meledak-ledak, taburkan identitas nasional, aduk dengan irama folk Kings Of Convenience, tambahkan gula, cokelat, susu, krim manis dan semangat. Kira-kira begitulah gambaran musik The Trees and The Wild.

Remedy Walony (vocal,Gitar Akustik), Andra B. Kurniawan (Bass elektrik) dan Iga Massardi (Gitar Elektrik) adalah tiga pemuda yang bertanggung jawab atas kecerdasan aransemen dalam album debut mereka "Rasuk”.

Keseluruhan track dalam album ini memiliki kekuatan masing-masing. Intro riang, petikan akustik yang melodius untuk tiba-tiba tergradasi ke bebunyian elektrik, perkusi dan beberapa instrumen etnik, latar suara perempuan yang terdengar seksi, chorus yang anthemic, hingga aransemen keroncong dengan irama ukulelenya yang melompat-lompat. Menjadi bukti bahwa mereka tidak lantas memaksakan apa yang mereka mainkan. Pendekatan yang lembut, berempati dengan apa yang kita rasakan, baru kemudian membelai dengan kenyamanan, kesederhanaan, kejujuran, rasa manis dan optimisme. Persis seperti judul album mereka. Satrio

Artis :The Trees and The WildAlbum :RasukProduksi :Lil'Fish Records, 2009

Musik

Buku

Page 15: D'Journal Reguler Edisi 49

14

Pojok Sastra

Agenda

Pelatihan TA dan Skripsi

Penyelenggara :Himmsihari / tanggal : Sabtu, 28 Mei 2011Waktu : 08.00 - 15.00tempat : Ruang Citra 2

Karier Dan Prospek Dibidang Digital

Hari, Tanggal : Sabtu, 28 mei 2011Waktu : 08;00 - 11.00 WIBTempat :Ruag Citra1

Penyelenggara :Fossil

Workshop "Membuat Presensi dengan Visual Basic 6"

Hari, Tanggal : Sabtu, 28 mei 2011Waktu : 12.30 - 16.00 WIB

Penyelenggara :AMCC

Dialog Bulanan Mahasiswa Jurusan TI

Penyelenggara :HMJTIHari, Tanggal : Sabtu, 28 mei 2011Waktu : 08;30 - 11.30 WIBTempat :Ruag 5.2.4

fery

Warna mencolok terlihat dari kejauhan pandang

Dengan sosok kesatria berperisai jemawa sedang berbaring

Arus penghidupan dan kehidupan dari arah mata angin yang pincang

Ini taman kata mereka, itu juga taman mereka kata

Taman dengan taman-taman yang singkat pengucapannya

Taman-taman sedang disesaki martir yang tersesat

Berjalan lunglai bercampur beribu olah logika

Martir-martir itu terpukau

Teks-teks pembenaran terpampang maya di setiap sudut dan halaman taman

Taman yang berhias akan kehangatan bara argumen

Taman itu bergelimang prasangka dan pembatasan

Taman yang menghasilkan para pujangga-pujangga bilangan

Nyata, taman itu dikerubungi lalat-lalat resah

Yang nyaman karena udara dingin persegi panjang

Terbius oleh sinar dari kotak yang menyerupai kelelawar aneh

Yang hanya menghasilkan teriakan dalam hati

Produk imitasi menjadi jargon-jargon pembutaan

Taman pesakitan yang berusaha meninggalkan nurani

Taman pesakitan yang terus lari berlalu dan melaju

Menggilas semua suara-suara sumbang

Taman-taman itu sekarang menuju ilusi

Ilusi yang harus mengubah setiap tumbuhannya

Agar taman ramah kepada dunia

Bukan taman dongeng-dongeng saja

Bukan taman sirkus cendekia belaka

Zani Noviansyah

Taman Pesakitan

15

Referensi

Harry Potter merupakan salah satu seri novel fantasi mengenai seorang anak laki-laki bernama Harry Potter. Kisah dibuka dengan keadaan tak terkendali di dunia sihir (yang biasanya merupakan komunitas yang rahasia) setelah bertahun-tahun mengalami teror oleh Lord Voldemort. Pada malam sebelumnya, Voldemort telah menemukan tempat perlindungan rahasia keluarga Potter, dan membunuh James dan Lily Potter. Namun demikian, ketika ia mengarahkan tongkat sihirnya kepada bayi mereka, Harry, kutukan pembunuh yang dikeluarkannya malah membalik kepada dirinya sendiri.

Arwah Voldemort tercabik dari tubuhnya sendiri yang hancur, menghilang dari dunia sihir, tapi tidak mati. Sementara itu, satu-satunya hasil dari kutukan yang gagal itu meninggalkan bekas yang khusus di dahinya, cacat berbentuk sambaran kilat. Kekalahan misterius Voldemort memberikan Harry sebutan khusus di kalangan dunia sihir, "Anak Laki-Laki yang Bertahan Hidup". Sebutan ini khususnya dikarenakan tidak ada penyihir yang diarah oleh Voldemort dapat bertahan hidup melawannya.

Meilinda D.R.

Judul : Harry Potter and The Sorcerer’s StonePenulis : J.K.RowlingPenerbit : Gramedia Pustaka Utama Tanggal terbit : September 2000Bahasa : Inggris (Amerika Serikat)

Ambil cangkir, masukkan aksen vokal John Mayer, beri campuran post rock ala Sigur Ros yang lembut tapi meledak-ledak, taburkan identitas nasional, aduk dengan irama folk Kings Of Convenience, tambahkan gula, cokelat, susu, krim manis dan semangat. Kira-kira begitulah gambaran musik The Trees and The Wild.

Remedy Walony (vocal,Gitar Akustik), Andra B. Kurniawan (Bass elektrik) dan Iga Massardi (Gitar Elektrik) adalah tiga pemuda yang bertanggung jawab atas kecerdasan aransemen dalam album debut mereka "Rasuk”.

Keseluruhan track dalam album ini memiliki kekuatan masing-masing. Intro riang, petikan akustik yang melodius untuk tiba-tiba tergradasi ke bebunyian elektrik, perkusi dan beberapa instrumen etnik, latar suara perempuan yang terdengar seksi, chorus yang anthemic, hingga aransemen keroncong dengan irama ukulelenya yang melompat-lompat. Menjadi bukti bahwa mereka tidak lantas memaksakan apa yang mereka mainkan. Pendekatan yang lembut, berempati dengan apa yang kita rasakan, baru kemudian membelai dengan kenyamanan, kesederhanaan, kejujuran, rasa manis dan optimisme. Persis seperti judul album mereka. Satrio

Artis :The Trees and The WildAlbum :RasukProduksi :Lil'Fish Records, 2009

Musik

Buku

Page 16: D'Journal Reguler Edisi 49

D’J

ou

rnal

by:

Jou

rna

l Ngalim

an