d'journal #62

20
Edisi 62 | XII | 2013 | www .lpmjournal.com Liputan: Riset Amikom Dinilai Masih Minim Aspirasi Mahasiswa pada Diaolog Jurusan Masih Seputar Kinerja Dosen Pengadaan Buku di Amikom

Upload: lpm-journal

Post on 31-Mar-2016

229 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Page 1: D'journal #62

Ed

isi 62 |

XII

| 2013 |

ww

w.lp

mjo

urn

al.co

m

Liputan:

Riset AmikomDinilai Masih Minim

Aspirasi Mahasiswa pada Diaolog Jurusan Masih Seputar Kinerja Dosen

Pengadaan Buku di Amikom

Page 2: D'journal #62

SEKRETARISMerti Dina N.

Miskinnya riset dan

pengembangan teknologi informasi di

STMIK Amikom Yogyakarta saat ini

menjadi hal yang sangat

memprihatinkan. Padahal, dunia

teknologi dan informasi berkembang

dengan sangat pesat dari tahun ke tahun.

Oleh sebab itu, riset dan pengembangan

menjadi aspek penting dalam lahirnya

inovasi-inovasi di bidang teknologi

informasi. Tanpa iktikad dari

seluruh elemen kampus untuk

membenahi riset dan pengembangan di

Amikom, tentu saja visi Amikom hanya

akan menjadi mimpi belaka. Informasi

lebih lengkap mengenai kondisi riset dan

pengembangan di Amikom kami sajikan

di Rubrik Topik Utama.

Di Rubrik Liputan, kami

mengulas tentang Dialog Jurusan yang

diselenggarakan oleh Himpunan

Mahasiswa Jurusan Teknik Informatika

(HMJTI) pada akhir November lalu.

Beberapa permasalahan yang diangkat ke

permukaan masih berkisar tentang

fasilitas kampus, kinerja dosen dan

keluhan-keluhan terkait pelayanan

akademis.

Menjelang akhir tahun, apa yang

tengah kawan-kawan persiapkan? Tugas

Akhir? Ujian Akhir Semester? Atau

rencana liburan?Apa pun itu, semoga kita

semua sehat dan tetap berbahagia. Salam

akhir tahun, Salam pers mahasiswa!

Buletin Dwi Mingguan

Redaksi buletin D’Journal juga

terbuka untuk hak jawab, saran dan

kritik berkaitan dengan konten

ataupun tampilan dari buletin

D’Journal.

ILUSTRATORUntung Prasetyo, Andik Saputra, M. Urfa Nurfathan.

DITERBITKAN OLEHLPM Journal STMIK Amikom YogyakartaPELINDUNGDrs. M. Idris Purwanto, M.MPEMBINAJaeni, S.KomPEMIMPIN UMUMUntung Prasetyo

BENDAHARAHandayani Ekaningtyas

PIMPINAN REDAKSILutfi Fauziah

Twitter@lpmjournal

FacebookLPM JOURNAL STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

WEBSITEwww.lpmjournal.com

[email protected]

ALAMAT REDAKSIGedung BSC Ruang VI.3.9.STMIK Amikom YogyakartaJl. Ringroad Utara, Condongcatur, Depok,Sleman, Yogyakarta.

FOTOGRAFERM. Urfa Nurfathan

REPORTERHandayani Ekaningtyas, Merti Dina N, Ndaru Kurniawan, Tutur Larasati, Atin Supriyatin, Ginanjar Adi P.

REDAKTURNdaru Kurniawan, Tutur Larasati, Govinda Al A.

PIMPINAN PRODUKSITutur Larasati

REDAKTUR PELAKSANAAnnisa Fathona T, Untung Prasetyo, Lutfi Fauziah.

LAYOUTERNdaru Kurniawan

KONTRIBUTORAyu Nathania, Tomi Saputra, Lutfi Fauziah, Untung Prasetyo, Riyan Fajar A, Merti Dina N.

Beberapa waktu silam, Badan

Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-

PT) Kementerian Pendidikan Nasional

(Kemdiknas) merilis hasil akreditasi di setiap

jurusan yang ada di Perguruan Tinggi.

Jurusan Teknik Informatika STMIK Amikom

Yogyakarta mendapatkan akreditasi “C”. Hal

ini disebabkan oleh adanya bahan

pertimbangan dalam proses penilaian yang

tidak terpenuhi.

Salah satu bahan pertimbangan

tersebut ialah riset atau penelitian. Bidang

Penelitian, Pengembangan dan Pengabdian

Masyarakat (P3M) Amikom merupakan

bagian yang mengatur dan mewadahi

penelitian, pengembangan dan pengabdian

masyarakat. Heri Sismoro selaku Kepala

Bidang P3M menyatakan,

riset yang dilakukan

Amikom masih

terlampau minim.

“Saya berkeinginan

untuk mengadakan

lomba ide kreatif

untuk mahasiswa

Amikom agar

nantinya mahasiswa

dapat ikut

serta

dalam

melakukan

riset,”

ujarnya

(28/11).

Ketua Jurusan Strata-1 Teknik

Informatika (Kajur S1 TI) Sudarmawan

menyatakan penyebab dari minimnya riset di

Amikom adalah pendokumentasian hasil

hasil riset. “Salah satu kriteria riset yang baik

adalah publikasi di jurnal internasional , dan

sampai saat ini Amikom belum maksimal

dalam hal tersebut, ” jelasnya (27/11).

Berbagai kegiatan pengabdian pada

Masyarakat terus dilakukan sebagai upaya

ikut memberikan pemahaman dan

kemampuan masyarakat pada bidang IT.

Berbagai karya nyata hasil dosen, karyawan,

dan mahasiswa pun diterapkan pada

masyarakat.

Banyak usaha yang telah dilakukan

pihak P3M dalam penelitian. “Untuk

meningkatkan jumlah riset yang berkualitas,

Lembaga berupaya dalam mengalokasikan

kegiatan riset dosen dan mahasiswa,”

kata Heri (28/11). Selain itu, ia

menambahkan

dengan cara

memberi

kan

pelatihan

penulisan

proposal riset,

mengikuti

berbagai

perlombaan

riset

dan

melalui

Kuliah

Umum.

Riset Amikom Dinilai Masih Minim

D’Journal Edisi 62 | XII | 2013

Ilustrasi. Journal | Untung

Page 3: D'journal #62

SEKRETARISMerti Dina N.

Miskinnya riset dan

pengembangan teknologi informasi di

STMIK Amikom Yogyakarta saat ini

menjadi hal yang sangat

memprihatinkan. Padahal, dunia

teknologi dan informasi berkembang

dengan sangat pesat dari tahun ke tahun.

Oleh sebab itu, riset dan pengembangan

menjadi aspek penting dalam lahirnya

inovasi-inovasi di bidang teknologi

informasi. Tanpa iktikad dari

seluruh elemen kampus untuk

membenahi riset dan pengembangan di

Amikom, tentu saja visi Amikom hanya

akan menjadi mimpi belaka. Informasi

lebih lengkap mengenai kondisi riset dan

pengembangan di Amikom kami sajikan

di Rubrik Topik Utama.

Di Rubrik Liputan, kami

mengulas tentang Dialog Jurusan yang

diselenggarakan oleh Himpunan

Mahasiswa Jurusan Teknik Informatika

(HMJTI) pada akhir November lalu.

Beberapa permasalahan yang diangkat ke

permukaan masih berkisar tentang

fasilitas kampus, kinerja dosen dan

keluhan-keluhan terkait pelayanan

akademis.

Menjelang akhir tahun, apa yang

tengah kawan-kawan persiapkan? Tugas

Akhir? Ujian Akhir Semester? Atau

rencana liburan?Apa pun itu, semoga kita

semua sehat dan tetap berbahagia. Salam

akhir tahun, Salam pers mahasiswa!

Buletin Dwi Mingguan

Redaksi buletin D’Journal juga

terbuka untuk hak jawab, saran dan

kritik berkaitan dengan konten

ataupun tampilan dari buletin

D’Journal.

ILUSTRATORUntung Prasetyo, Andik Saputra, M. Urfa Nurfathan.

DITERBITKAN OLEHLPM Journal STMIK Amikom YogyakartaPELINDUNGDrs. M. Idris Purwanto, M.MPEMBINAJaeni, S.KomPEMIMPIN UMUMUntung Prasetyo

BENDAHARAHandayani Ekaningtyas

PIMPINAN REDAKSILutfi Fauziah

Twitter@lpmjournal

FacebookLPM JOURNAL STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

WEBSITEwww.lpmjournal.com

[email protected]

ALAMAT REDAKSIGedung BSC Ruang VI.3.9.STMIK Amikom YogyakartaJl. Ringroad Utara, Condongcatur, Depok,Sleman, Yogyakarta.

FOTOGRAFERM. Urfa Nurfathan

REPORTERHandayani Ekaningtyas, Merti Dina N, Ndaru Kurniawan, Tutur Larasati, Atin Supriyatin, Ginanjar Adi P.

REDAKTURNdaru Kurniawan, Tutur Larasati, Govinda Al A.

PIMPINAN PRODUKSITutur Larasati

REDAKTUR PELAKSANAAnnisa Fathona T, Untung Prasetyo, Lutfi Fauziah.

LAYOUTERNdaru Kurniawan

KONTRIBUTORAyu Nathania, Tomi Saputra, Lutfi Fauziah, Untung Prasetyo, Riyan Fajar A, Merti Dina N.

Beberapa waktu silam, Badan

Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-

PT) Kementerian Pendidikan Nasional

(Kemdiknas) merilis hasil akreditasi di setiap

jurusan yang ada di Perguruan Tinggi.

Jurusan Teknik Informatika STMIK Amikom

Yogyakarta mendapatkan akreditasi “C”. Hal

ini disebabkan oleh adanya bahan

pertimbangan dalam proses penilaian yang

tidak terpenuhi.

Salah satu bahan pertimbangan

tersebut ialah riset atau penelitian. Bidang

Penelitian, Pengembangan dan Pengabdian

Masyarakat (P3M) Amikom merupakan

bagian yang mengatur dan mewadahi

penelitian, pengembangan dan pengabdian

masyarakat. Heri Sismoro selaku Kepala

Bidang P3M menyatakan,

riset yang dilakukan

Amikom masih

terlampau minim.

“Saya berkeinginan

untuk mengadakan

lomba ide kreatif

untuk mahasiswa

Amikom agar

nantinya mahasiswa

dapat ikut

serta

dalam

melakukan

riset,”

ujarnya

(28/11).

Ketua Jurusan Strata-1 Teknik

Informatika (Kajur S1 TI) Sudarmawan

menyatakan penyebab dari minimnya riset di

Amikom adalah pendokumentasian hasil

hasil riset. “Salah satu kriteria riset yang baik

adalah publikasi di jurnal internasional , dan

sampai saat ini Amikom belum maksimal

dalam hal tersebut, ” jelasnya (27/11).

Berbagai kegiatan pengabdian pada

Masyarakat terus dilakukan sebagai upaya

ikut memberikan pemahaman dan

kemampuan masyarakat pada bidang IT.

Berbagai karya nyata hasil dosen, karyawan,

dan mahasiswa pun diterapkan pada

masyarakat.

Banyak usaha yang telah dilakukan

pihak P3M dalam penelitian. “Untuk

meningkatkan jumlah riset yang berkualitas,

Lembaga berupaya dalam mengalokasikan

kegiatan riset dosen dan mahasiswa,”

kata Heri (28/11). Selain itu, ia

menambahkan

dengan cara

memberi

kan

pelatihan

penulisan

proposal riset,

mengikuti

berbagai

perlombaan

riset

dan

melalui

Kuliah

Umum.

Riset Amikom Dinilai Masih Minim

D’Journal Edisi 62 | XII | 2013

Ilustrasi. Journal | Untung

Page 4: D'journal #62

Sarana dan prasana untuk

menunjang riset telah disiapkan oleh

pihak P3M. Selain adanya jurnal

ilmiah, peralatan dan pembinaan

penelitian, P3M juga memberikan

kesempatan kepada civitas

akademika untuk melakukan riset.

Riset tersebut

dapat dilakukan

secara individu

mahasiswa

maupun bekerja

sama dengan

dosen.

“Anggaran untuk melakukan

riset kurang lebih Rp 50.000.000,-

per tahunnya. Dengan rincian

sebesar Rp 2.500.000,- untuk tiap

judul riset yang diterima,” ungkap

Heri (28/11). Ia memaparkan bahwa

setiap semester kurang lebih ada 25

jurnal yang dihasilkan Amikom, baik

jurnal hasil riset dari mahasiswa

maupun dosen.

Tidak semua judul riset

diterima oleh P3M. Pihak P3M akan

menyeleksi judul riset yang telah

diajukan oleh mahasiswa atau dosen.

Menurut Heri, mahasiswa yang ingin

melakukan riset harus dibimbing

terlebih dahulu oleh dosen agar

mahasiswa menciptakan riset yang

memiliki nilai edukasi.

Adapun prosedur untuk

mengajukan riset di Amikom ialah

menunggu jadwal pengajuan riset

yang dikeluarkan oleh pihak

Lembaga. Jadwal tersebut nantinya

akan dipublikasikan kepada

mahasiswa. Tetapi sebelum jadwal tersebut

diumumkan, mahasiswa dapat melakukan riset

terlebih dahulu sebelum diajukan ke pihak

Lembaga.

Dalam meningkatkan penelitian di Kampus

Ungu, P3M bekerja sama dengan Komunitas Riset

Teknologi Amikom (Kreta). Ketua Kreta Akhmad

Dito (12.21.0665)

mengatakan, saat ini

program kerja Kreta

masih sebatas

mengadakan seminar

yang bekerja sama dengan Himpunan Mahasiswa

Jurusan Teknik Informatika (HMJTI). “Kami masih

kekurangan Sumber Daya Manusia dalam

melakukan riset di Amikom,” tuturnya (28/11).

Kegiatan seminar ini akan berlanjut ke belajar

bareng mengenai riset yang nantinya akan

diadakan seperti 'Sekolah Riset'. Tentunya,

kegiatan ini akan dibimbing oleh dosen Amikom.

Hingga saat ini, Kreta belum pernah

melakukan riset di dalam Amikom. Kreta

melakukan riset di luar kampus dengan bekerja

sama dengan Masyarakat Ilmuan Teknologi

Indonesia (MITI). Akhmad mengungkapkan

sulitnya riset di Amikom. “Riset di Amikom lebih

mengacu pada riset berbasis teknologi. Penelitian

seperti itu cukup sulit sebab perkembangan

teknologi itu sendiri sangat pesat,” kata Ketua Kreta

(28/11).

Sebagai komunitas yang memiliki visi

mendukung visi Amikom untuk menjadi Universitas

yang unggul dalam riset teknologi informasi, Kreta

berharap agar dalam melakukan riset, pihak

Lembaga dapat memberikan jalan atau ruang gerak

dan memudahkan dalam penelitian.

Resource Center atau perpustakan Amikom

juga berperan dalam pengelolaan hasil riset seperti

jurnal ilmiah. Dalam pendokumentasian di

D’Journal Edisi 62 | XII | 2013

Resource Cemter mengharapkan

mahasiswa dan dosen lebih aktif

dalam menulis jurnal untuk riset.

Sudarmawan

mengharapkan agar mahasiswa

lebih aktif dan kretif dalam

mengembangkan ilmu teknologi dan

informasi. Ia juga berpesan agar

mahasiswa tidak hanya melakukan

skripsi atau tugas akhir saja, namun

dapat ikut seta dalam melakukan

riset. “Seperti pepatah Yang muda

yang berkarya, mahasiswa

hendaknya banyak berinovasi dan

lebih kreatif dalam meningkatkan

pengetahuan,”

ujarnya saat

ditemui di

ruangannya

(27/11).

Harapan

juga terlontar dari Heri saat ditemui

di ruang P3M. “Riset di Amikom

semakin bagus, baik dari segi

kuantitas dan kualitas sehingga

dapat mendukung terciptanya

atmosfer penelitian yang lebih baik,”

tuturnya (28/11). Laras | Alif |

Tyas | Anjar

D’Journal Edisi 62 | XII | 2013

perpustakaan, jurnal ilmiah harus berupa

hardcopy, softcopy berupa CD dan bentuk naskah

publikasi atau ringkasan agar mempermudah

pengelolaan. “Selain disimpan di perpustakaan,

jurnal ilmiah juga diunggah ke Repository web

Amikom,” jelas Agung Pambudi Kepala Resource

Center (29/11).

Perpustakaan Amikom telah banyak

menyediakan jurnal ilmiah yang berasal dari

lingkup Amikom. Tetapi, perpustakaan juga

berlangganan jurnal ilmiah yang berasal dari

Universitas dalam negeri maupun luar negeri. Hal

ini dilakukan guna meningkatkan pelayanan akses

informasi koleksi perpustakaan melalui media

yang seragam serta berbasis teknologi informasi

sehingga dapat memperluas cakupan pengguna

layanannya. “Tentunya ini menjadi referensi yang

baik untuk melakukan riset di Amikom,” tandas

Agung (29/11).

Sebanyak 28 perpustakaan universitas

negeri dan swasta khususnya yang berada di

Yogyakarta bekerja sama dengan perpustakaan

Amikom dalam memanfaatkan teknologi

informasi. 'Jogja Library For All' merupakan salah

satu jaringan kerja sama yang dilakukan Amikom

hingga saat ini.

Sedangkan, dalam

berlangganan jurnal

ilmiah internasional

perpustakaan telah

bekerja sama dengan

'IGI Global' dan 'ACM Digital Library' secara

periodik.

Tidak hanya jurnal ilmiah, perpustakaan

juga mengarsipkan hasil seminar-seminar

nasional yang telah diadakan di Amikom. Dari

semua arsip tersebut, kebanyakan adalah untuk

tugas akhir atau syarat kelulusan, sedangkan

untuk kepentingan riset masih sedikit. Kepala

“Anggaran untuk melakukan riset kurang lebih Rp 50.000.000,- per tahunnya. Dengan

rincian sebesar Rp 2.500.000,- untuk tiap judul riset yang diterima.”

“Yang muda

yang berkarya”Mahasiswa hendaknya banyak berinovasi dan

kreatif dalam meningkatkan pengetahuan

Perpustakaan Amikom tergabungdalam jaringan kerjasama

28 perpustakaan universitasnegeri dan swasta se-Yogyakarta.

Jogja Library for All

Page 5: D'journal #62

Sarana dan prasana untuk

menunjang riset telah disiapkan oleh

pihak P3M. Selain adanya jurnal

ilmiah, peralatan dan pembinaan

penelitian, P3M juga memberikan

kesempatan kepada civitas

akademika untuk melakukan riset.

Riset tersebut

dapat dilakukan

secara individu

mahasiswa

maupun bekerja

sama dengan

dosen.

“Anggaran untuk melakukan

riset kurang lebih Rp 50.000.000,-

per tahunnya. Dengan rincian

sebesar Rp 2.500.000,- untuk tiap

judul riset yang diterima,” ungkap

Heri (28/11). Ia memaparkan bahwa

setiap semester kurang lebih ada 25

jurnal yang dihasilkan Amikom, baik

jurnal hasil riset dari mahasiswa

maupun dosen.

Tidak semua judul riset

diterima oleh P3M. Pihak P3M akan

menyeleksi judul riset yang telah

diajukan oleh mahasiswa atau dosen.

Menurut Heri, mahasiswa yang ingin

melakukan riset harus dibimbing

terlebih dahulu oleh dosen agar

mahasiswa menciptakan riset yang

memiliki nilai edukasi.

Adapun prosedur untuk

mengajukan riset di Amikom ialah

menunggu jadwal pengajuan riset

yang dikeluarkan oleh pihak

Lembaga. Jadwal tersebut nantinya

akan dipublikasikan kepada

mahasiswa. Tetapi sebelum jadwal tersebut

diumumkan, mahasiswa dapat melakukan riset

terlebih dahulu sebelum diajukan ke pihak

Lembaga.

Dalam meningkatkan penelitian di Kampus

Ungu, P3M bekerja sama dengan Komunitas Riset

Teknologi Amikom (Kreta). Ketua Kreta Akhmad

Dito (12.21.0665)

mengatakan, saat ini

program kerja Kreta

masih sebatas

mengadakan seminar

yang bekerja sama dengan Himpunan Mahasiswa

Jurusan Teknik Informatika (HMJTI). “Kami masih

kekurangan Sumber Daya Manusia dalam

melakukan riset di Amikom,” tuturnya (28/11).

Kegiatan seminar ini akan berlanjut ke belajar

bareng mengenai riset yang nantinya akan

diadakan seperti 'Sekolah Riset'. Tentunya,

kegiatan ini akan dibimbing oleh dosen Amikom.

Hingga saat ini, Kreta belum pernah

melakukan riset di dalam Amikom. Kreta

melakukan riset di luar kampus dengan bekerja

sama dengan Masyarakat Ilmuan Teknologi

Indonesia (MITI). Akhmad mengungkapkan

sulitnya riset di Amikom. “Riset di Amikom lebih

mengacu pada riset berbasis teknologi. Penelitian

seperti itu cukup sulit sebab perkembangan

teknologi itu sendiri sangat pesat,” kata Ketua Kreta

(28/11).

Sebagai komunitas yang memiliki visi

mendukung visi Amikom untuk menjadi Universitas

yang unggul dalam riset teknologi informasi, Kreta

berharap agar dalam melakukan riset, pihak

Lembaga dapat memberikan jalan atau ruang gerak

dan memudahkan dalam penelitian.

Resource Center atau perpustakan Amikom

juga berperan dalam pengelolaan hasil riset seperti

jurnal ilmiah. Dalam pendokumentasian di

D’Journal Edisi 62 | XII | 2013

Resource Cemter mengharapkan

mahasiswa dan dosen lebih aktif

dalam menulis jurnal untuk riset.

Sudarmawan

mengharapkan agar mahasiswa

lebih aktif dan kretif dalam

mengembangkan ilmu teknologi dan

informasi. Ia juga berpesan agar

mahasiswa tidak hanya melakukan

skripsi atau tugas akhir saja, namun

dapat ikut seta dalam melakukan

riset. “Seperti pepatah Yang muda

yang berkarya, mahasiswa

hendaknya banyak berinovasi dan

lebih kreatif dalam meningkatkan

pengetahuan,”

ujarnya saat

ditemui di

ruangannya

(27/11).

Harapan

juga terlontar dari Heri saat ditemui

di ruang P3M. “Riset di Amikom

semakin bagus, baik dari segi

kuantitas dan kualitas sehingga

dapat mendukung terciptanya

atmosfer penelitian yang lebih baik,”

tuturnya (28/11). Laras | Alif |

Tyas | Anjar

D’Journal Edisi 62 | XII | 2013

perpustakaan, jurnal ilmiah harus berupa

hardcopy, softcopy berupa CD dan bentuk naskah

publikasi atau ringkasan agar mempermudah

pengelolaan. “Selain disimpan di perpustakaan,

jurnal ilmiah juga diunggah ke Repository web

Amikom,” jelas Agung Pambudi Kepala Resource

Center (29/11).

Perpustakaan Amikom telah banyak

menyediakan jurnal ilmiah yang berasal dari

lingkup Amikom. Tetapi, perpustakaan juga

berlangganan jurnal ilmiah yang berasal dari

Universitas dalam negeri maupun luar negeri. Hal

ini dilakukan guna meningkatkan pelayanan akses

informasi koleksi perpustakaan melalui media

yang seragam serta berbasis teknologi informasi

sehingga dapat memperluas cakupan pengguna

layanannya. “Tentunya ini menjadi referensi yang

baik untuk melakukan riset di Amikom,” tandas

Agung (29/11).

Sebanyak 28 perpustakaan universitas

negeri dan swasta khususnya yang berada di

Yogyakarta bekerja sama dengan perpustakaan

Amikom dalam memanfaatkan teknologi

informasi. 'Jogja Library For All' merupakan salah

satu jaringan kerja sama yang dilakukan Amikom

hingga saat ini.

Sedangkan, dalam

berlangganan jurnal

ilmiah internasional

perpustakaan telah

bekerja sama dengan

'IGI Global' dan 'ACM Digital Library' secara

periodik.

Tidak hanya jurnal ilmiah, perpustakaan

juga mengarsipkan hasil seminar-seminar

nasional yang telah diadakan di Amikom. Dari

semua arsip tersebut, kebanyakan adalah untuk

tugas akhir atau syarat kelulusan, sedangkan

untuk kepentingan riset masih sedikit. Kepala

“Anggaran untuk melakukan riset kurang lebih Rp 50.000.000,- per tahunnya. Dengan

rincian sebesar Rp 2.500.000,- untuk tiap judul riset yang diterima.”

“Yang muda

yang berkarya”Mahasiswa hendaknya banyak berinovasi dan

kreatif dalam meningkatkan pengetahuan

Perpustakaan Amikom tergabungdalam jaringan kerjasama

28 perpustakaan universitasnegeri dan swasta se-Yogyakarta.

Jogja Library for All

Page 6: D'journal #62

Karya Ngelantur

Sebelah mata

Mahasiswa Himpunan Jurusan Teknik Informatika (HMJTI) STMIK Amikom Yogyakarta kembali menggelar acara dialog jurusan pada Sabtu (23/11) bertempat di aula gedung Business Student Centre (BSC). Dari estimasi awal sekitar 150 peserta, acara tersebut hanya dihadiri oleh sekitar 50 peserta.

Melihat jumlah partisipan selalu berkurang dari tahun ke tahun, Hanif Al Fatta selaku Ketua Jurusan (Kajur) D3 TI mengaku mulai khawatir jika para mahasiswa sudah mulai apatis terhadap keadaan kampus.

Hanif menilai jika aspirasi yang masuk tidak bisa dikatakan sebagai aspirasi yang mewakili seluruh mahasiswa, dalam hal ini mahasiswa jurusan TI. Karena pada saat acara dialog tersebut berlangsung, peserta yang berasal dari jurusannya D3 TI hanya sekitar 1 atau 2 orang. “Itu pun mereka – mahasiswa D3 Ti – tidak begitu terlihat aktif dalam memberikan masukkan atau kritikan,” Ujar Hanif saat ditemui di ruang kerjanya(28/11).

Berbeda dengan Hanif, Cik Zahari (11.11.5646) selaku ketua panitia dialog jurusan menilai meskipun para peserta yang hadir terbilang sedikit, tapi mereka sudah mampu mewakili suara mahasiswa yang lain. Ia beralasan bahwa sebelum penyelenggaraan dialog jurusan, mereka (para panitia) telah melakukan pertemuan antar kelas guna menghimpun aspirasi dari para mahasiswa.

“Jadi meskipun mereka tidak datang, kita sudah punya rekapannya dan akan kami sampaikan langsung ke Kajur,” imbuh Ai – sapaan akrab Cik Zahari (28/11).

Berbicara perihal aspirasi, Hanif menuturkan aspirasi-aspirasi mahasiswa yang bergulir pada dialog kali ini masih sama dengan aspirasi pada dialog-dialog

sebelumnya. Masalah dosen, menurutnya masih

menjadi masalah lama yang belum terselesaikan. Seperti kehadiran dosen, kegiatan dalam proses belajar belajar, hingga tingkat kedisiplinan para dosen itu sendiri.

Yosi Pramana (13.11.7555) pun berpendapat hal yang serupa. Ia berujar bahwa alasan ia datang pada dialog mahasiswa jurusan TI salah satunya adalah untuk mengadukan masalah kinerja dosen yang menurutnya masih kurang baik dalam proses pengajarannya.

Menurut Hanif, meski ini persoalan lama tapi ada suatu penyelesaian dari masalah ini. Ia mengilustrasikan jika pada dua atau tiga tahun lalu ada 10 dosen yang dikeluhkan oleh mahasiswa, kini jumlah tersebut mengalami penurunan, walau belum mencapai angaka 100%.

Dalam dialaog mahasiswa yang berlangsung selama empat jam ini masalah seputar fasilitas kampus pun tak luput jadi bahan pengaduan mahasiswa. Seperti halnya penggunaan laboratorium di luar jam kuliah, atau rusaknya beberapa fasilitas penunjang pembelajaran.

Menanggapi masalah tersebut, Hanif mengatakan bahwa semua aspirasi akan ditampung dan kemudian diimplementasikan. Hanya saja aspirasi tersebut akan dilihat lagi dari cakupannya, jika hanya masalah dosen dalam artian masalah internal jurusan, maka masalah tersebut akan langsung ditindaklanjuti dalam rapat internal jurusan. Sedangkan jika masalah yang tersebut merupakan masalah umum, seperti penggunaan fasilitas maka masalah-masalah seperti itu akan dibawa ke rapat yang lebih tinggi, seperti rapat pimpinan atau bahkan akan menjadi rujukan masalah pada Dialog Lembaga dan Jurusan (DLM). Igo | Atin

Aspirasi Mahasiswa pada Dialog Jurusan Masih Seputar Kinerja Dosen

7

D’Journal Edisi 62 | XII | 2013 D’Journal Edisi 62 | XII | 2013

Andik Saputra (12.12.7025)

M. Urfa Nurfathan (12.12.7025)

Kuliah

Page 7: D'journal #62

Karya Ngelantur

Sebelah mata

Mahasiswa Himpunan Jurusan Teknik Informatika (HMJTI) STMIK Amikom Yogyakarta kembali menggelar acara dialog jurusan pada Sabtu (23/11) bertempat di aula gedung Business Student Centre (BSC). Dari estimasi awal sekitar 150 peserta, acara tersebut hanya dihadiri oleh sekitar 50 peserta.

Melihat jumlah partisipan selalu berkurang dari tahun ke tahun, Hanif Al Fatta selaku Ketua Jurusan (Kajur) D3 TI mengaku mulai khawatir jika para mahasiswa sudah mulai apatis terhadap keadaan kampus.

Hanif menilai jika aspirasi yang masuk tidak bisa dikatakan sebagai aspirasi yang mewakili seluruh mahasiswa, dalam hal ini mahasiswa jurusan TI. Karena pada saat acara dialog tersebut berlangsung, peserta yang berasal dari jurusannya D3 TI hanya sekitar 1 atau 2 orang. “Itu pun mereka – mahasiswa D3 Ti – tidak begitu terlihat aktif dalam memberikan masukkan atau kritikan,” Ujar Hanif saat ditemui di ruang kerjanya(28/11).

Berbeda dengan Hanif, Cik Zahari (11.11.5646) selaku ketua panitia dialog jurusan menilai meskipun para peserta yang hadir terbilang sedikit, tapi mereka sudah mampu mewakili suara mahasiswa yang lain. Ia beralasan bahwa sebelum penyelenggaraan dialog jurusan, mereka (para panitia) telah melakukan pertemuan antar kelas guna menghimpun aspirasi dari para mahasiswa.

“Jadi meskipun mereka tidak datang, kita sudah punya rekapannya dan akan kami sampaikan langsung ke Kajur,” imbuh Ai – sapaan akrab Cik Zahari (28/11).

Berbicara perihal aspirasi, Hanif menuturkan aspirasi-aspirasi mahasiswa yang bergulir pada dialog kali ini masih sama dengan aspirasi pada dialog-dialog

sebelumnya. Masalah dosen, menurutnya masih

menjadi masalah lama yang belum terselesaikan. Seperti kehadiran dosen, kegiatan dalam proses belajar belajar, hingga tingkat kedisiplinan para dosen itu sendiri.

Yosi Pramana (13.11.7555) pun berpendapat hal yang serupa. Ia berujar bahwa alasan ia datang pada dialog mahasiswa jurusan TI salah satunya adalah untuk mengadukan masalah kinerja dosen yang menurutnya masih kurang baik dalam proses pengajarannya.

Menurut Hanif, meski ini persoalan lama tapi ada suatu penyelesaian dari masalah ini. Ia mengilustrasikan jika pada dua atau tiga tahun lalu ada 10 dosen yang dikeluhkan oleh mahasiswa, kini jumlah tersebut mengalami penurunan, walau belum mencapai angaka 100%.

Dalam dialaog mahasiswa yang berlangsung selama empat jam ini masalah seputar fasilitas kampus pun tak luput jadi bahan pengaduan mahasiswa. Seperti halnya penggunaan laboratorium di luar jam kuliah, atau rusaknya beberapa fasilitas penunjang pembelajaran.

Menanggapi masalah tersebut, Hanif mengatakan bahwa semua aspirasi akan ditampung dan kemudian diimplementasikan. Hanya saja aspirasi tersebut akan dilihat lagi dari cakupannya, jika hanya masalah dosen dalam artian masalah internal jurusan, maka masalah tersebut akan langsung ditindaklanjuti dalam rapat internal jurusan. Sedangkan jika masalah yang tersebut merupakan masalah umum, seperti penggunaan fasilitas maka masalah-masalah seperti itu akan dibawa ke rapat yang lebih tinggi, seperti rapat pimpinan atau bahkan akan menjadi rujukan masalah pada Dialog Lembaga dan Jurusan (DLM). Igo | Atin

Aspirasi Mahasiswa pada Dialog Jurusan Masih Seputar Kinerja Dosen

7

D’Journal Edisi 62 | XII | 2013 D’Journal Edisi 62 | XII | 2013

Andik Saputra (12.12.7025)

M. Urfa Nurfathan (12.12.7025)

Kuliah

Page 8: D'journal #62

Mahasiswa yang Kehilangan Taringnya

Oleh: Lutfi Fauziah (11.11.4994)

Jika ditelaah berdasarkan suku kata pembentuknya, mahasiswa terbentuk dari dua suku kata. Maha dan siswa. Artinya, mahasiswa merupakan siswa yang tertinggi levelnya. Mahasiswa dipandang masyarakat sebagai kaum intelektual yang digadang-gadangkan sebagai agen perubahan dan kontrol sosial, namun kenyataannya saat ini mahasiswa justru beralih fungsi sebagai agen penganut hedonisme.

Menetapkan apa yang menjadi sebab keadaan mahasiswa saat ini, ibarat melempar koin ke udara. Kita tidak pernah tahu mana yang benar-benar benar atau yang benar-benar salah. Apakah karena kultur apatis yang sudah terlanjur jauh mencengkeram di kehidupan mahasiswa, atau karena sistem pendidikan di perguruan tinggi yang sarat dengan birokrasi.

Pada saat Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus (Ospek), para mahasiswa baru tidak diperkenalkan dengan pergerakan mahasiswa yang menjalankan fungsi dan peran mahasiswa sesungguhnya. Pada akhirnya, mereka hanya akan sibuk dengan perkuliahannya saja dan juga dengan kehidupan hedonis.

Nilai lebih yang harus dimiliki oleh mahasiswa dibanding siswa adalah kemampuan analisis. Mahasiswa harus dapat melakukan analisa terhadap suatu masalah. Mencari bahan pendukung

untuk lebih mendalami dan memahami permasalahan tersebut. Tak sampai di situ, mahasiswa juga harus mampu berpikir solutif sehingga memunculkan alternatif solusi dan memilih salah satunya dengan pertimbangan yang benar-benar matang.

Sayangnya, saat ini tidak banyak mahasiswa—termasuk di Amikom—peduli dengan masalah sosial yang muncul di lingkungan sekitarnya. Kurangnya kepekaan dan inisiatif dari mahasiswa serta keengganan untuk menganalisis masalah merupakan bukti konkrit bahwa mahasiswa sudah terjangkit penyakit apatis yang kronis. Mahasiswa semacam ini tak ada bedanya dengan macan ompong.

Mahasiswa memerlukan ruang publik untuk membangun budaya dan kesadaran kritis. Jika ruang publik yang sifatnya formal dirasa belum efektif, tak ada salahnya jika kita memulai 'gerakan bawah tanah'. Semisal dengan menghidupkan diskusi-diskusi informal di warung kopi atau angkringan,kemudian baru dibawa ke ranah formal. Diskusi bisa menjadi salah satu cara efektif untuk membangunkan sifat kritis yang telah tidur terlalu lama dalam jiwa mahasiswa. Sudah saatnya mahasiswa kembali menunjukkan taringnya sebagai agen perubahan dan kontrol sosial.

Mahasiswa. Mendengar kata itu, pandangan masyarakat umum adalah kalangan intelektual yang mempunyai sifat kritis. Mereka kritis karena suatu hal yang tidak sesuai, serta bersolusi demi kepentingan bersama. Citra mahasiswa sebagai agent of control and agent of change sudah melekat erat di benak masyarakat umum.

Berbicara tentang kritis, pasti tidak lepas dari sifat kebalikannya, apatis. Apatis adalah sifat acuh, tidak peduli, masa bodoh terhadap suatu hal yang terjadi. Baik itu sebuah kebijakan, aturan, tidak berjalannya suatu sistem dengan semestinya. Yang menjadi pertanyaan adalah, apa penyebab ini semua? Mahasiswa yang apatis, atau Lembaga yang membungkam mahasiswa kritis?

Kampus diibaratkan sebagai Indonesia mini. Lembaga Kampus itu adalah pemerintah dan mahasiswa sebagai rakyat. Lembaga membuat aturan, kebijakan dan sistem. Mahasiswa sebagai pelaksana serta pengontrol kebijakan.

Di kampus kita sudah mulai diajak untuk belajar tentang demokrasi, tanggungjawab, berpolitik yang bersih dan lain sebagainya. Tujuannya tidak lain untuk menyiapkan diri ketika terjun di masyarakat.

Akan tetapi kenyataannya tidak demikian. Mahasiswa lebih memilih mengejar IPK tinggi dan bersikap acuh terhadap Lembaga. Mereka kurang peduli terhadap organisasi mahasiswa dan keadaan kampus. Mereka menganggap hal

tersebut tidak penting, karena tugas utama dan satu-satunya mahasiswa adalah belajar. Ataukah ini semua memang sebuah skema yang dikemas rapi dalam sebuah sistem pendidikan kampus ini? Mematikan para mahasiswa kritis, mendoktrinisasi mahasiswa bersikap apatis?

Kebanyakan mahasiswa menggerutu, menghujat dan marah di belakang tetapi tidak mau mengungkapkan langsung kepada pihak lembaga. Padahal Lembaga sangat membutuhkan mahasiswa yang kritis, Lembaga membutuhkan kritikan mahasiswa. Kritikan atau saran tersebut berguna sebagai bahan acuan dalam peningkatan mutu agar kedepannya menjadi lebih baik lagi.

Jika mahasiswa tidak peduli, Lembaga akan sulit berkembang. Karena mereka menganggap pelayanan yang diberikan sudah memuaskan. Dilihat dari tidak adanya mahasiswa yang komplain.Padahal masalah itu tetap ada. Karena tidak mungkin suatu sistem itu sempurna. Sesempurna apapun sistem, pasti ada kelemahan. Hal itu yang harus kita perbaiki bersama. Harapannya, mahasiswa memiliki jiwa pemberani. Berani bertindak, berani menyuarakan kebenaran. Jika ada sesuatu yang keliru, jangan diam saja.

Apatis, Penyakit Mahasiswa yang Harus Dihilangkan

Oleh: Riyan Fajar Apriliangga (11.11.5467)

D’Journal Edisi 62 | XII | 2013 D’Journal Edisi 62 | XII | 2013

Page 9: D'journal #62

Mahasiswa yang Kehilangan Taringnya

Oleh: Lutfi Fauziah (11.11.4994)

Jika ditelaah berdasarkan suku kata pembentuknya, mahasiswa terbentuk dari dua suku kata. Maha dan siswa. Artinya, mahasiswa merupakan siswa yang tertinggi levelnya. Mahasiswa dipandang masyarakat sebagai kaum intelektual yang digadang-gadangkan sebagai agen perubahan dan kontrol sosial, namun kenyataannya saat ini mahasiswa justru beralih fungsi sebagai agen penganut hedonisme.

Menetapkan apa yang menjadi sebab keadaan mahasiswa saat ini, ibarat melempar koin ke udara. Kita tidak pernah tahu mana yang benar-benar benar atau yang benar-benar salah. Apakah karena kultur apatis yang sudah terlanjur jauh mencengkeram di kehidupan mahasiswa, atau karena sistem pendidikan di perguruan tinggi yang sarat dengan birokrasi.

Pada saat Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus (Ospek), para mahasiswa baru tidak diperkenalkan dengan pergerakan mahasiswa yang menjalankan fungsi dan peran mahasiswa sesungguhnya. Pada akhirnya, mereka hanya akan sibuk dengan perkuliahannya saja dan juga dengan kehidupan hedonis.

Nilai lebih yang harus dimiliki oleh mahasiswa dibanding siswa adalah kemampuan analisis. Mahasiswa harus dapat melakukan analisa terhadap suatu masalah. Mencari bahan pendukung

untuk lebih mendalami dan memahami permasalahan tersebut. Tak sampai di situ, mahasiswa juga harus mampu berpikir solutif sehingga memunculkan alternatif solusi dan memilih salah satunya dengan pertimbangan yang benar-benar matang.

Sayangnya, saat ini tidak banyak mahasiswa—termasuk di Amikom—peduli dengan masalah sosial yang muncul di lingkungan sekitarnya. Kurangnya kepekaan dan inisiatif dari mahasiswa serta keengganan untuk menganalisis masalah merupakan bukti konkrit bahwa mahasiswa sudah terjangkit penyakit apatis yang kronis. Mahasiswa semacam ini tak ada bedanya dengan macan ompong.

Mahasiswa memerlukan ruang publik untuk membangun budaya dan kesadaran kritis. Jika ruang publik yang sifatnya formal dirasa belum efektif, tak ada salahnya jika kita memulai 'gerakan bawah tanah'. Semisal dengan menghidupkan diskusi-diskusi informal di warung kopi atau angkringan,kemudian baru dibawa ke ranah formal. Diskusi bisa menjadi salah satu cara efektif untuk membangunkan sifat kritis yang telah tidur terlalu lama dalam jiwa mahasiswa. Sudah saatnya mahasiswa kembali menunjukkan taringnya sebagai agen perubahan dan kontrol sosial.

Mahasiswa. Mendengar kata itu, pandangan masyarakat umum adalah kalangan intelektual yang mempunyai sifat kritis. Mereka kritis karena suatu hal yang tidak sesuai, serta bersolusi demi kepentingan bersama. Citra mahasiswa sebagai agent of control and agent of change sudah melekat erat di benak masyarakat umum.

Berbicara tentang kritis, pasti tidak lepas dari sifat kebalikannya, apatis. Apatis adalah sifat acuh, tidak peduli, masa bodoh terhadap suatu hal yang terjadi. Baik itu sebuah kebijakan, aturan, tidak berjalannya suatu sistem dengan semestinya. Yang menjadi pertanyaan adalah, apa penyebab ini semua? Mahasiswa yang apatis, atau Lembaga yang membungkam mahasiswa kritis?

Kampus diibaratkan sebagai Indonesia mini. Lembaga Kampus itu adalah pemerintah dan mahasiswa sebagai rakyat. Lembaga membuat aturan, kebijakan dan sistem. Mahasiswa sebagai pelaksana serta pengontrol kebijakan.

Di kampus kita sudah mulai diajak untuk belajar tentang demokrasi, tanggungjawab, berpolitik yang bersih dan lain sebagainya. Tujuannya tidak lain untuk menyiapkan diri ketika terjun di masyarakat.

Akan tetapi kenyataannya tidak demikian. Mahasiswa lebih memilih mengejar IPK tinggi dan bersikap acuh terhadap Lembaga. Mereka kurang peduli terhadap organisasi mahasiswa dan keadaan kampus. Mereka menganggap hal

tersebut tidak penting, karena tugas utama dan satu-satunya mahasiswa adalah belajar. Ataukah ini semua memang sebuah skema yang dikemas rapi dalam sebuah sistem pendidikan kampus ini? Mematikan para mahasiswa kritis, mendoktrinisasi mahasiswa bersikap apatis?

Kebanyakan mahasiswa menggerutu, menghujat dan marah di belakang tetapi tidak mau mengungkapkan langsung kepada pihak lembaga. Padahal Lembaga sangat membutuhkan mahasiswa yang kritis, Lembaga membutuhkan kritikan mahasiswa. Kritikan atau saran tersebut berguna sebagai bahan acuan dalam peningkatan mutu agar kedepannya menjadi lebih baik lagi.

Jika mahasiswa tidak peduli, Lembaga akan sulit berkembang. Karena mereka menganggap pelayanan yang diberikan sudah memuaskan. Dilihat dari tidak adanya mahasiswa yang komplain.Padahal masalah itu tetap ada. Karena tidak mungkin suatu sistem itu sempurna. Sesempurna apapun sistem, pasti ada kelemahan. Hal itu yang harus kita perbaiki bersama. Harapannya, mahasiswa memiliki jiwa pemberani. Berani bertindak, berani menyuarakan kebenaran. Jika ada sesuatu yang keliru, jangan diam saja.

Apatis, Penyakit Mahasiswa yang Harus Dihilangkan

Oleh: Riyan Fajar Apriliangga (11.11.5467)

D’Journal Edisi 62 | XII | 2013 D’Journal Edisi 62 | XII | 2013

Page 10: D'journal #62

10 11

D’Journal Edisi 62 | XII | 2013 D’Journal Edisi 62 | XII | 2013

Foto dan teks oleh:M. Urfa Nurfathan

Rambak Dusun Garung

Bahan utama rambak,

tepung terigu yang

akan dicampur dengan

bahan-bahan lainnya.

Setiap pembuatanya

menghabiskan 1

karung tepung terigu.

Sumarno menunjukkan cetakan untuk

proses pengukusan rambak yang

sebelumnya telah selesai proses

pencampuran bahan-bahan. Banyak alat

cetak setiap sekali produksi 70 buah.

Rambak yang dijemur tidak tentu waktu

berapa lama yang dibutuhkan. Prosesnya

sampai terlihat kering tetapi masih bisa

untuk di potong-potong.

Alat mengukus yang digunakan

memakai tungku kayu bakar

dengan wajan ukuran besar dan di

atasnya terdapat tempat menaruh

semua alat cetaknya. Proses untuk

pengukusan rambak

membutuhkan waktu 20 menit.

Sumarno (39), petani asal Dusun Garung memiliki sambilan membuat

rambak di bawah kaki Gunung Sumbing. Rambak juga sering disebut

kerupuk. Bahan untuk membuat rambak racikannya, Sumarno

mencampur bahan-bahan seperti; tepung terigu, bawang merah,

bawang putih, garam, dan cukup air. Sumarno membuat rambak

seorang diri. “Rambak ini saya buat sendiri, buat santai saja kalau ada

waktu luang dan untuk tambahan biaya uang jajan buat anak-anak

saya”, ungkapnya. (6/12)

Camera maker: Sony Ericsson

Camera model: J10i2

Page 11: D'journal #62

10 11

D’Journal Edisi 62 | XII | 2013 D’Journal Edisi 62 | XII | 2013

Foto dan teks oleh:M. Urfa Nurfathan

Rambak Dusun Garung

Bahan utama rambak,

tepung terigu yang

akan dicampur dengan

bahan-bahan lainnya.

Setiap pembuatanya

menghabiskan 1

karung tepung terigu.

Sumarno menunjukkan cetakan untuk

proses pengukusan rambak yang

sebelumnya telah selesai proses

pencampuran bahan-bahan. Banyak alat

cetak setiap sekali produksi 70 buah.

Rambak yang dijemur tidak tentu waktu

berapa lama yang dibutuhkan. Prosesnya

sampai terlihat kering tetapi masih bisa

untuk di potong-potong.

Alat mengukus yang digunakan

memakai tungku kayu bakar

dengan wajan ukuran besar dan di

atasnya terdapat tempat menaruh

semua alat cetaknya. Proses untuk

pengukusan rambak

membutuhkan waktu 20 menit.

Sumarno (39), petani asal Dusun Garung memiliki sambilan membuat

rambak di bawah kaki Gunung Sumbing. Rambak juga sering disebut

kerupuk. Bahan untuk membuat rambak racikannya, Sumarno

mencampur bahan-bahan seperti; tepung terigu, bawang merah,

bawang putih, garam, dan cukup air. Sumarno membuat rambak

seorang diri. “Rambak ini saya buat sendiri, buat santai saja kalau ada

waktu luang dan untuk tambahan biaya uang jajan buat anak-anak

saya”, ungkapnya. (6/12)

Camera maker: Sony Ericsson

Camera model: J10i2

Page 12: D'journal #62

Pengadaan buku di STMIK AmikomYogyakarta masih berlanjut dengan baik. Amikom terus mencoba memperbarui buku-buku di perpustakaan agar bisa dijadikan acuan belajar, baik bagi mahasiswa maupun dosen. Namun, sosialisasi tentang pengadaan buku belum maksimal baik kepada mahasiswa, dosen dan karyawan.

Saat dikonfirmasi di tempat, Fitri mengaku belum ada yang minta pengadaan buku. Baik dari Organisasi Mahasiswa(Orma) atau civitas yang lainnya. “Dalam permintaan pengadaan buku, partisipasi mahasiswa sedikit, biasanya yang sedang skripsi” Tutur Fitri.

Akhmad Shirojuzzaman (10.11.4333) mengaku tidak tahu tentang permintaan pengadaan buku di perpustakaan. Ia juga menuturkan jika buku di perpustakaan sedikit dan kurang update. “Kadang untuk referensi, dosen minta buku terbitan baru” Ujar Akhmad.

Untuk pembaharuan buku, Amikom sudak mencoba untuk maksimal. “Biasanya perpustakaan memperbarui buku setiap lima tahun sekali. karena ilmu komputer terus berkembang” Ujar Fitri.

Sedangkan antisipasi supaya buku tidak memenuhi rak antara lain adalah tidak menaruh semua buku baru yang sama. Lebih jelasnya,

misalnya jumlah asli ada 20 maka yang ditaruh di rak lima buku saja. Jika kurang, buku akan ditambah lagi.

Akhmad menambahkan, banyak buku yang tidak sesuai dengan mata kuliah yang diajarkan. “jadi buku pada nganggur nggak dipinjam”, Ujarnya.

Untuk prosedur pengadaan buku, pengadaan buku dari penawaran penerbit, kemudian disortir sesuai dengan kebutuhan. Biasanya minta bantuan dosen juga. Setelah itu bikin daftar buku permintaan lalu dikasih faktur lalu bayar kemudian penerbit akan mengirim buku yang dipesan.

Selain itu, dari perpustakaan sendiri biasanya menyebar kuisioner ke seluruh dosen untuk judul buku apa saja yang menjadi acuan mata kuliah per semesternya lalu direkap penerbitnya. Dan jika permintaan pengadaan buku dari mahasiswa sendiri, biasanya mengisi form kemudian direkap oleh pihak perpustakaan.

Untuk anggaran yang disedikan Amikom per semesternya tidak sedikit, anggaran tersebut dibagi menjadi beberapa bagian. 200 juta untuk buku cetak, 20 juta untuk terbitan berkala seperti majalah dan koran, 200 juta untuk jurnal cetak dan online.

Fitri juga menambahkan, Sampai saat ini belum ada anggaran pengadaan buku untuk orma karena belum ada yang pernah mengajukan pengadaan buku sampai saat ini. Biasanya orma sendiri hubungannya dengan kemahasiswaan. Andik | Urfa

Pengadaan Buku di Amikom

12

Amikom Basket Ball Club (ABBC) STMIK Amikom Yogyakarta merupakan wadah penampung bagi mahasiswa yang memiliki minat pada olahraga bola basket (Basketball). ABBC berbentuk Badan Semi Otonom (BSO) yang notabene pola kegiatannya lebih fleksibel. Organisasi ini sempat vakum berkegiatan dan perlombaan pada beberapa tahun terakhir. Namun mulai tahun 2013 ini capaian prestasi ABBC dan kegiatannya mulai terlihat lagi. Berikut adalah petikan wawancara dengan ketua ABBC, Yusak Agustinus (11.11.4795).Bagaimana sejarah perkembangan ABBC hingga sekarang?

ABBC pada awal berdirinya justru mahasiswa Amikom bertemu saat bermain basket diluar kampus. Kemudian berkumpul untuk membentuk tim basket sendiri di Amikom. Lalu pada tanggal 20 Februari 2004 terbentuklah ABBC. Prestasi apa saja yang sudah diraih ABBC?

Tahun 2006, tim ABBC sempat dikarantina. Kemudian mengikuti pertandingan Surya Pro dan meraih juara dua. Tapi setelah masa karantina selesai ABBC sempat kesulitan dan vakum. 22 November lalu, ABBC mengikuti Sport Competition Justisia Festival di GOR Kridosono dan mendapat juara dua untuk basket putra se-Yogyakarta.Dimana ABBC biasa berkegiatan?

Sebelumnya kami biasa bermain basket diluar kampus dengan menyewa lapangan. Tapi kami pikir kurang efektif karena jadwal latihan sering berubah. Namun mulai tahun ini kami memilih untuk latihan di lapangan basket Amikom, selayaknya klub basket kampus. Kapan ABBC biasa berkegiatan?

ABBC biasa latihan saat malam hari.

Ada jadwal latihan setiap hari kecuali hari minggu. Ada beberapa tim dalam ABBC dan memiliki porsi latihan yang berbeda. Tim regular inti sebagai tim perwakilan kampus saat turnamen memiliki porsi latihan yang lebih banyak. Juga ada tim basket putri dan tim regular (putra-red). Hari sabtu kami latihan gabungan seluruh tim dan kadang bermain basket biasa tanpa pelatih, kami terbuka untuk siapapun turut bermain bersama.Bagaimana persiapan saat akan ikut perlombaan?

Yang jelas porsi latihan ditambah. Sparing (pertandingan persahabatan-red) dengan klub basket dari kampus lain. Dan menjaga kesehatan kesehatan badan sesuai saran pelatih.Hambatan apa saja yang dihadapi ABBC?

Beberapa waktu lalu kami mengajukan permintaan ke lembaga agar lapangan basket diperbaiki. Tapi karena tidak segera diperbaiki akhirnya kami perbaiki sendiri. Hanya saja kekurangan lahan parkir di Amikom mengharuskan kami dibantu oleh satpam menggeser dan mengangkat puluhan motor ke luar petak lapangan sebelum latihan. Harapan kedepannya bisa membeli inventaris bola basket dan seragam untuk tim. Selama ini ABBC belum memilikinya. Siapa saja yang berperan atas pencapaian ABBC selama ini?

Official (Pengurus-red) saat ini benar-benar giat untuk menjalankan organisasi ini. Menurut saya mahasiswa baru yang bergabung di ABBC tahun ini permainannya bagus. Atlit-atlit ABBC saat ini sedang dalam masa emasnya. Permainan dan suasana dalam tim cukup baik. Selain itu pelatih kami cukup berpengalaman. Senior ABBC dan satunya lagi pelatih berlisensi Persatuan Bola Basket Indonesia (Perbasi) yang kami datangkan dari iuran anggota. Ndaru

Atlet ABBC dalam Masa Emas

13

Ketua Amikom Basket Ball Club 2013/2014:

D’Journal Edisi 62 | XII | 2013 D’Journal Edisi 62 | XII | 2013

Page 13: D'journal #62

Pengadaan buku di STMIK AmikomYogyakarta masih berlanjut dengan baik. Amikom terus mencoba memperbarui buku-buku di perpustakaan agar bisa dijadikan acuan belajar, baik bagi mahasiswa maupun dosen. Namun, sosialisasi tentang pengadaan buku belum maksimal baik kepada mahasiswa, dosen dan karyawan.

Saat dikonfirmasi di tempat, Fitri mengaku belum ada yang minta pengadaan buku. Baik dari Organisasi Mahasiswa(Orma) atau civitas yang lainnya. “Dalam permintaan pengadaan buku, partisipasi mahasiswa sedikit, biasanya yang sedang skripsi” Tutur Fitri.

Akhmad Shirojuzzaman (10.11.4333) mengaku tidak tahu tentang permintaan pengadaan buku di perpustakaan. Ia juga menuturkan jika buku di perpustakaan sedikit dan kurang update. “Kadang untuk referensi, dosen minta buku terbitan baru” Ujar Akhmad.

Untuk pembaharuan buku, Amikom sudak mencoba untuk maksimal. “Biasanya perpustakaan memperbarui buku setiap lima tahun sekali. karena ilmu komputer terus berkembang” Ujar Fitri.

Sedangkan antisipasi supaya buku tidak memenuhi rak antara lain adalah tidak menaruh semua buku baru yang sama. Lebih jelasnya,

misalnya jumlah asli ada 20 maka yang ditaruh di rak lima buku saja. Jika kurang, buku akan ditambah lagi.

Akhmad menambahkan, banyak buku yang tidak sesuai dengan mata kuliah yang diajarkan. “jadi buku pada nganggur nggak dipinjam”, Ujarnya.

Untuk prosedur pengadaan buku, pengadaan buku dari penawaran penerbit, kemudian disortir sesuai dengan kebutuhan. Biasanya minta bantuan dosen juga. Setelah itu bikin daftar buku permintaan lalu dikasih faktur lalu bayar kemudian penerbit akan mengirim buku yang dipesan.

Selain itu, dari perpustakaan sendiri biasanya menyebar kuisioner ke seluruh dosen untuk judul buku apa saja yang menjadi acuan mata kuliah per semesternya lalu direkap penerbitnya. Dan jika permintaan pengadaan buku dari mahasiswa sendiri, biasanya mengisi form kemudian direkap oleh pihak perpustakaan.

Untuk anggaran yang disedikan Amikom per semesternya tidak sedikit, anggaran tersebut dibagi menjadi beberapa bagian. 200 juta untuk buku cetak, 20 juta untuk terbitan berkala seperti majalah dan koran, 200 juta untuk jurnal cetak dan online.

Fitri juga menambahkan, Sampai saat ini belum ada anggaran pengadaan buku untuk orma karena belum ada yang pernah mengajukan pengadaan buku sampai saat ini. Biasanya orma sendiri hubungannya dengan kemahasiswaan. Andik | Urfa

Pengadaan Buku di Amikom

12

Amikom Basket Ball Club (ABBC) STMIK Amikom Yogyakarta merupakan wadah penampung bagi mahasiswa yang memiliki minat pada olahraga bola basket (Basketball). ABBC berbentuk Badan Semi Otonom (BSO) yang notabene pola kegiatannya lebih fleksibel. Organisasi ini sempat vakum berkegiatan dan perlombaan pada beberapa tahun terakhir. Namun mulai tahun 2013 ini capaian prestasi ABBC dan kegiatannya mulai terlihat lagi. Berikut adalah petikan wawancara dengan ketua ABBC, Yusak Agustinus (11.11.4795).Bagaimana sejarah perkembangan ABBC hingga sekarang?

ABBC pada awal berdirinya justru mahasiswa Amikom bertemu saat bermain basket diluar kampus. Kemudian berkumpul untuk membentuk tim basket sendiri di Amikom. Lalu pada tanggal 20 Februari 2004 terbentuklah ABBC. Prestasi apa saja yang sudah diraih ABBC?

Tahun 2006, tim ABBC sempat dikarantina. Kemudian mengikuti pertandingan Surya Pro dan meraih juara dua. Tapi setelah masa karantina selesai ABBC sempat kesulitan dan vakum. 22 November lalu, ABBC mengikuti Sport Competition Justisia Festival di GOR Kridosono dan mendapat juara dua untuk basket putra se-Yogyakarta.Dimana ABBC biasa berkegiatan?

Sebelumnya kami biasa bermain basket diluar kampus dengan menyewa lapangan. Tapi kami pikir kurang efektif karena jadwal latihan sering berubah. Namun mulai tahun ini kami memilih untuk latihan di lapangan basket Amikom, selayaknya klub basket kampus. Kapan ABBC biasa berkegiatan?

ABBC biasa latihan saat malam hari.

Ada jadwal latihan setiap hari kecuali hari minggu. Ada beberapa tim dalam ABBC dan memiliki porsi latihan yang berbeda. Tim regular inti sebagai tim perwakilan kampus saat turnamen memiliki porsi latihan yang lebih banyak. Juga ada tim basket putri dan tim regular (putra-red). Hari sabtu kami latihan gabungan seluruh tim dan kadang bermain basket biasa tanpa pelatih, kami terbuka untuk siapapun turut bermain bersama.Bagaimana persiapan saat akan ikut perlombaan?

Yang jelas porsi latihan ditambah. Sparing (pertandingan persahabatan-red) dengan klub basket dari kampus lain. Dan menjaga kesehatan kesehatan badan sesuai saran pelatih.Hambatan apa saja yang dihadapi ABBC?

Beberapa waktu lalu kami mengajukan permintaan ke lembaga agar lapangan basket diperbaiki. Tapi karena tidak segera diperbaiki akhirnya kami perbaiki sendiri. Hanya saja kekurangan lahan parkir di Amikom mengharuskan kami dibantu oleh satpam menggeser dan mengangkat puluhan motor ke luar petak lapangan sebelum latihan. Harapan kedepannya bisa membeli inventaris bola basket dan seragam untuk tim. Selama ini ABBC belum memilikinya. Siapa saja yang berperan atas pencapaian ABBC selama ini?

Official (Pengurus-red) saat ini benar-benar giat untuk menjalankan organisasi ini. Menurut saya mahasiswa baru yang bergabung di ABBC tahun ini permainannya bagus. Atlit-atlit ABBC saat ini sedang dalam masa emasnya. Permainan dan suasana dalam tim cukup baik. Selain itu pelatih kami cukup berpengalaman. Senior ABBC dan satunya lagi pelatih berlisensi Persatuan Bola Basket Indonesia (Perbasi) yang kami datangkan dari iuran anggota. Ndaru

Atlet ABBC dalam Masa Emas

13

Ketua Amikom Basket Ball Club 2013/2014:

D’Journal Edisi 62 | XII | 2013 D’Journal Edisi 62 | XII | 2013

Page 14: D'journal #62

Seputar Teknologi Informasi

14 15

Sejak awal hidupkuAku lelah mulai mencari wajahmuTapi kini telah tampak olehku

Kini kulihat pesona, keindahanDan keanggungan tak bertepiDari wajah yang kucari

Kini telah kutemukan dirimuDan mereka yang menertawakankuSerta kemarin menghujatkuMerasa menyesal telah tak mencariSeperti aku

Aku dikacaukan keagunganDari keindahanmuDan berharap dapat menatapmuDengan seratus mata

Hatiku terbakar gairahDan telah selamanya mecarikeindahan yang mencengangkan iniyang kini telah kutatap

Aku maluMenyebut cinta ini manusiawiDan takut pada TuhanUntuk menyebutnya cinta ini ilahiah

D’Journal Edisi 62 | XII | 2013 D’Journal Edisi 62 | XII | 2013

Action Script adalah bahasa pemrograman yang dibuat berdasarkan ECMAScript, yang digunakan dalam pengembangan situs web dan perangkat lunak menggunakan platform Adobe Flash Player. ActionScript juga dipakai pada beberapa aplikasi basis data, seperti Alpha Five. Bahasa ini awalnya dikembangkan oleh Macromedia, tapi kini sudah dimiliki dan dilanjutkan perkembangannya oleh Adobe, yang membeli Macromedia pada tahun 2005. Action Script terbaru saat ini adalah Action Script 3.0. Action Script 3.0 adalah bahasa terbaru dari edisi yang sebelumnya dikenal dengan Action Script 2.0. Action Script 3.0 memiliki beberapa kelebihan dibanding pendahulunya, antara lain fitur yang ditawarkan adalah file pada Action Script 3.0 dapat dibuat terpisah saat runtime. Action script memeliki beberapa fungsi atau peran yang dapat membantu dalam merancang situs atau movie flash, diantaranya membuat sistem navigasi situs, menambahkan interaktivitas dengan user dan membuat situs atau program yang dinamis. Di Flash actionscript ditulis pada panel actions. Penulisan actionscript di panel actions dapat dilakukan pada 3 tempat yaitu pada movie clip, button, dan frame. Ketiga buah tempat tadi memiliki aturan penulisan yang berbeda.

Kelas (Classes) adalah suatu jenis data yang dapat Anda buat untuk mendefinisikan suatu

ActionScript 3.0

jenis baru objek. Untuk mendefinisikan (suatu) kelas, (Anda?) gunakan katakunci class di/pada suatu file skrip eksternal (bukan di (suatu) skrip yang Anda tulis di panel Actions).Fungsi (functions) adalah suatu blok kode yang dapat digunakan-kembali dan dapat meneruskan (passed) parameter dan dapat mengembalikan (return) suatu nilai.Objek (Objects) adalah sekumpulan properti dan metoda; setiap objek memiliki namanya sendiri dan merupakan suatu instance dari suatu kelas tertentu. Objek bawaan adalah predefined dalam bahasa ActionScript. Sebagai contoh, objek bawaan Date membawa informasi dari jam sistem.

Setiap objek selain berbeda dalam nama, juga berbeda dalam karakteristik. Setiap orang berbeda dalam berbagai karakteristik seperti jenis kelamin, tinggi badan, berat badan, dan warna rambut. Di dalam ActionScript karakteristik-karakteristik ini dinamakan properti. Misalnya kelas MovieClip memiliki berbagai properti seperti _height, _width, dan _rotation yang mengukur dimensi dan orientasi dari objek movie klip tersebut. Objek juga melakukan suatu tugas. Seseorang dapat tidur, bekerja, makan. Pekerjaan ini di dalam ActionScript dinamakan metode. Misalnya kelas Sound memiliki metode setVolume yang dapat membuat suara lebih keras atau lebih lembut. Tomi

Sumber:dasaranimasisaja.wordpress.com

Nafasmu yang wangiLaksana sepoi angin di pagi hariTelah berubah menjadi keheningan tamanTelah kau tiupkan kehidupan baru padakuAku telah menjelma menjadi sinar suryamuJuga menjadi bayangmu

Jiwaku menjerit di puncak rasaSegenap urat-urat hidupkuAda dalam cintamu

Pancaran cahayamuTelah menyalakan api dalam hatikuDan telah aku jadikanBumi dan langitMemancarkan cahaya untukku

Panah cintakuTelah mengenai sasarannyaAku ada dalam rumah pengampunanDan hatikuAdalah tempat persemayaman doa.

MENCARI WAJAHMU

Oleh: Untung Prasetyo (11.12.5943)

Page 15: D'journal #62

Seputar Teknologi Informasi

14 15

Sejak awal hidupkuAku lelah mulai mencari wajahmuTapi kini telah tampak olehku

Kini kulihat pesona, keindahanDan keanggungan tak bertepiDari wajah yang kucari

Kini telah kutemukan dirimuDan mereka yang menertawakankuSerta kemarin menghujatkuMerasa menyesal telah tak mencariSeperti aku

Aku dikacaukan keagunganDari keindahanmuDan berharap dapat menatapmuDengan seratus mata

Hatiku terbakar gairahDan telah selamanya mecarikeindahan yang mencengangkan iniyang kini telah kutatap

Aku maluMenyebut cinta ini manusiawiDan takut pada TuhanUntuk menyebutnya cinta ini ilahiah

D’Journal Edisi 62 | XII | 2013 D’Journal Edisi 62 | XII | 2013

Action Script adalah bahasa pemrograman yang dibuat berdasarkan ECMAScript, yang digunakan dalam pengembangan situs web dan perangkat lunak menggunakan platform Adobe Flash Player. ActionScript juga dipakai pada beberapa aplikasi basis data, seperti Alpha Five. Bahasa ini awalnya dikembangkan oleh Macromedia, tapi kini sudah dimiliki dan dilanjutkan perkembangannya oleh Adobe, yang membeli Macromedia pada tahun 2005. Action Script terbaru saat ini adalah Action Script 3.0. Action Script 3.0 adalah bahasa terbaru dari edisi yang sebelumnya dikenal dengan Action Script 2.0. Action Script 3.0 memiliki beberapa kelebihan dibanding pendahulunya, antara lain fitur yang ditawarkan adalah file pada Action Script 3.0 dapat dibuat terpisah saat runtime. Action script memeliki beberapa fungsi atau peran yang dapat membantu dalam merancang situs atau movie flash, diantaranya membuat sistem navigasi situs, menambahkan interaktivitas dengan user dan membuat situs atau program yang dinamis. Di Flash actionscript ditulis pada panel actions. Penulisan actionscript di panel actions dapat dilakukan pada 3 tempat yaitu pada movie clip, button, dan frame. Ketiga buah tempat tadi memiliki aturan penulisan yang berbeda.

Kelas (Classes) adalah suatu jenis data yang dapat Anda buat untuk mendefinisikan suatu

ActionScript 3.0

jenis baru objek. Untuk mendefinisikan (suatu) kelas, (Anda?) gunakan katakunci class di/pada suatu file skrip eksternal (bukan di (suatu) skrip yang Anda tulis di panel Actions).Fungsi (functions) adalah suatu blok kode yang dapat digunakan-kembali dan dapat meneruskan (passed) parameter dan dapat mengembalikan (return) suatu nilai.Objek (Objects) adalah sekumpulan properti dan metoda; setiap objek memiliki namanya sendiri dan merupakan suatu instance dari suatu kelas tertentu. Objek bawaan adalah predefined dalam bahasa ActionScript. Sebagai contoh, objek bawaan Date membawa informasi dari jam sistem.

Setiap objek selain berbeda dalam nama, juga berbeda dalam karakteristik. Setiap orang berbeda dalam berbagai karakteristik seperti jenis kelamin, tinggi badan, berat badan, dan warna rambut. Di dalam ActionScript karakteristik-karakteristik ini dinamakan properti. Misalnya kelas MovieClip memiliki berbagai properti seperti _height, _width, dan _rotation yang mengukur dimensi dan orientasi dari objek movie klip tersebut. Objek juga melakukan suatu tugas. Seseorang dapat tidur, bekerja, makan. Pekerjaan ini di dalam ActionScript dinamakan metode. Misalnya kelas Sound memiliki metode setVolume yang dapat membuat suara lebih keras atau lebih lembut. Tomi

Sumber:dasaranimasisaja.wordpress.com

Nafasmu yang wangiLaksana sepoi angin di pagi hariTelah berubah menjadi keheningan tamanTelah kau tiupkan kehidupan baru padakuAku telah menjelma menjadi sinar suryamuJuga menjadi bayangmu

Jiwaku menjerit di puncak rasaSegenap urat-urat hidupkuAda dalam cintamu

Pancaran cahayamuTelah menyalakan api dalam hatikuDan telah aku jadikanBumi dan langitMemancarkan cahaya untukku

Panah cintakuTelah mengenai sasarannyaAku ada dalam rumah pengampunanDan hatikuAdalah tempat persemayaman doa.

MENCARI WAJAHMU

Oleh: Untung Prasetyo (11.12.5943)

Page 16: D'journal #62

Tidur, terlelapkan

Seperti diorama yang ingin segera disudahi

Selesai pada satu, memulai pada dua

Usai untuk dua, bergegas menemui tiga

Sedang kebingungan merajai kini

Aku belum mahir

Nampaknya masih berpura-pura

Mencoba bisa untuk menyelesaikan

Bila ada jerami

Mungkin saja segera kukuburkan dalam-dalam

Lihat, senja mulai menekuk kecil jingganya

Kesal kepada perhatian yang terurungkan

Padahal senja tak sesering dulu untuk berkunjung

Diorama menyihir menjadi lupa

Mungkin itu sebabnya

Kapan usai?

Aku tak ingin berlama-lama lagi

Hiburan untukku semestinya sedang banyak

Seperti berhitung hingga nafas menjadi normal

Lalu kertas-kertas menghabiskan kicauannya

16

Oleh: Tutur Larasati (12.11.6478)

Agenda

Rectoverso

Judul : Rectoverso

Penulis : Dewi “Dee” Lestari

Penerbit : Bentang Pustaka

Halaman : 170 Halaman

Tahun Terbit : 2013

Kumpulan cerita yang juga difilmkan ini berisi 11cerita pendek dan 11 lagu sekaligus. Setiap ceritanya berjudul sama dengan lagu yang mewakili cerita tersebut. Rectoverso berasal dari bahasa latin Recto berarti telinga dan Verso berarti mata. Bisa dibilang kumpulan cerpen ini adalah penggabungan dua citra yang berbeda tetapi merupakan satu kesatuan. Dee menyebutnya sebagai 11 lagu untuk didengar dan 11 lagu untuk dibaca.

Bahasa yang digunakan oleh Dee sederhana dan mudah dipahami, mengisahkan cerita-cerita cinta yang biasa terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Namun bukan cerita romantis melainkan cerita cinta yang tidak tersampaikan. Salah satu cerita dalam Rectoverso adalah Firasat. Dalam cerita ini kita akan diajak untuk lebih mendalami apa yang sebenarnya terjadi dibalik lagu Firasat.

Mengisahkan perempuan yang mengagumi lelaki tanpa berani mengucapkannya. Pada suatu ketika si perempuan mendapatkan kesempatan untuk dekat lelaki pujaannya tetapi tak lama setelah itu lelaki tersebut harus pergi. Berikut adalah cuplikan lirik Firasat:

“Akhirnya, bagai sungai yang mendamba samudera. Ku tahu pasti kemana ku kan bermuara. Semoga ada waktu, sayangku, ku percaya alam pun berbahasa. Ada makna dibalik semua pertanda. Firasat ini… Rasa rindukah atau tanda bahaya? Aku tak peduli. Ku terus berlari..”

Meski pun sederhana cerita-cerita karangan Dee tersebut mampu memainkan segenap perasaan pembacanya didukung alur yang kuat. Saat cerpennya diangkat ke layar lebar dengan judul Rectoverso, Cinta yang Tak Terucap pun tidak jauh beda dengan bukunya. Tetap menjaga cerita. Cukup membuat sadar betapa berharganya seseorang yang menyayangi kita.

Selain Firasat terdapat 10 cerita pendek lain, diantaranya ialah :Curhat Buat Sahabat, Selamat Ulang Tahun, Aku Ada, Hanya Isyarat, Malaikat Juga Tahu, Peluk, Grow Day Older, Cicak di Dinding, Tidur, dan Back to Heaven's Light. Semuanya tetap ada dalam satu tema, yaitu cinta yang tak tersampaikan. Namun ada beberapa cerpen yang menggunakan bahasa inggris sehingga menyulitkan pembaca yang tidak mahir dalam berbahasa inggris. Anis

17

“Menyambut Sang Juru Selamat”

Tanggal : 21 Desember 2013Tempat : Basemen 5CP : 082325710386 (Chiko)Penyelenggara: IKNADimeriahkan : Theater, Santa Claus, Photo Corner, Music, Dance.

Natal 2013 & Tahun Baru 2014

Tanggal : 16 Februari 2014Tempat : Concert Hall TBYBiaya : Reg Rp 50.000 VIP Rp 75.000

Economic De Orcestra

D’Journal Edisi 62 | XII | 2013 D’Journal Edisi 62 | XII | 2013

Semuanya tetap ada dalam satu tema, yaitu cinta yang tak tersampaikan

MELELAPKAN DIORAMA

Page 17: D'journal #62

Tidur, terlelapkan

Seperti diorama yang ingin segera disudahi

Selesai pada satu, memulai pada dua

Usai untuk dua, bergegas menemui tiga

Sedang kebingungan merajai kini

Aku belum mahir

Nampaknya masih berpura-pura

Mencoba bisa untuk menyelesaikan

Bila ada jerami

Mungkin saja segera kukuburkan dalam-dalam

Lihat, senja mulai menekuk kecil jingganya

Kesal kepada perhatian yang terurungkan

Padahal senja tak sesering dulu untuk berkunjung

Diorama menyihir menjadi lupa

Mungkin itu sebabnya

Kapan usai?

Aku tak ingin berlama-lama lagi

Hiburan untukku semestinya sedang banyak

Seperti berhitung hingga nafas menjadi normal

Lalu kertas-kertas menghabiskan kicauannya

16

Oleh: Tutur Larasati (12.11.6478)

Agenda

Rectoverso

Judul : Rectoverso

Penulis : Dewi “Dee” Lestari

Penerbit : Bentang Pustaka

Halaman : 170 Halaman

Tahun Terbit : 2013

Kumpulan cerita yang juga difilmkan ini berisi 11cerita pendek dan 11 lagu sekaligus. Setiap ceritanya berjudul sama dengan lagu yang mewakili cerita tersebut. Rectoverso berasal dari bahasa latin Recto berarti telinga dan Verso berarti mata. Bisa dibilang kumpulan cerpen ini adalah penggabungan dua citra yang berbeda tetapi merupakan satu kesatuan. Dee menyebutnya sebagai 11 lagu untuk didengar dan 11 lagu untuk dibaca.

Bahasa yang digunakan oleh Dee sederhana dan mudah dipahami, mengisahkan cerita-cerita cinta yang biasa terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Namun bukan cerita romantis melainkan cerita cinta yang tidak tersampaikan. Salah satu cerita dalam Rectoverso adalah Firasat. Dalam cerita ini kita akan diajak untuk lebih mendalami apa yang sebenarnya terjadi dibalik lagu Firasat.

Mengisahkan perempuan yang mengagumi lelaki tanpa berani mengucapkannya. Pada suatu ketika si perempuan mendapatkan kesempatan untuk dekat lelaki pujaannya tetapi tak lama setelah itu lelaki tersebut harus pergi. Berikut adalah cuplikan lirik Firasat:

“Akhirnya, bagai sungai yang mendamba samudera. Ku tahu pasti kemana ku kan bermuara. Semoga ada waktu, sayangku, ku percaya alam pun berbahasa. Ada makna dibalik semua pertanda. Firasat ini… Rasa rindukah atau tanda bahaya? Aku tak peduli. Ku terus berlari..”

Meski pun sederhana cerita-cerita karangan Dee tersebut mampu memainkan segenap perasaan pembacanya didukung alur yang kuat. Saat cerpennya diangkat ke layar lebar dengan judul Rectoverso, Cinta yang Tak Terucap pun tidak jauh beda dengan bukunya. Tetap menjaga cerita. Cukup membuat sadar betapa berharganya seseorang yang menyayangi kita.

Selain Firasat terdapat 10 cerita pendek lain, diantaranya ialah :Curhat Buat Sahabat, Selamat Ulang Tahun, Aku Ada, Hanya Isyarat, Malaikat Juga Tahu, Peluk, Grow Day Older, Cicak di Dinding, Tidur, dan Back to Heaven's Light. Semuanya tetap ada dalam satu tema, yaitu cinta yang tak tersampaikan. Namun ada beberapa cerpen yang menggunakan bahasa inggris sehingga menyulitkan pembaca yang tidak mahir dalam berbahasa inggris. Anis

17

“Menyambut Sang Juru Selamat”

Tanggal : 21 Desember 2013Tempat : Basemen 5CP : 082325710386 (Chiko)Penyelenggara: IKNADimeriahkan : Theater, Santa Claus, Photo Corner, Music, Dance.

Natal 2013 & Tahun Baru 2014

Tanggal : 16 Februari 2014Tempat : Concert Hall TBYBiaya : Reg Rp 50.000 VIP Rp 75.000

Economic De Orcestra

D’Journal Edisi 62 | XII | 2013 D’Journal Edisi 62 | XII | 2013

Semuanya tetap ada dalam satu tema, yaitu cinta yang tak tersampaikan

MELELAPKAN DIORAMA

Page 18: D'journal #62

Glosarium

19

Kaset adalah media penyimpanan data yang biasanya berupa lagu. Berasal dari bahasa Perancis, yakni cassette yang berarti "kotak kecil". Kaset adalah pita magnetik yang mampu merekam data dengan format suara, umum digunakan di industri musik. Pertama kali dikenalkan oleh Phillips pada tahun 1963 di Eropa dan 1964 di Amerika Serikat dengan nama Compact Cassete. Kaset semakin popular pada tahun 1970 menggantikan piringan hitam.

Di Indonesia sendiri, sebelum tahun 1970-an sarana mengekspresikan music menggunakan piringan hitam. Dua perusahaan rekaman pertama Indonesia, Lokananta milik pemerintah dan Irama yang berdiri pada tahun 1957 memproduksi dan menduplikasi piringan hitam. Namun pada

Ensiklopedia

Night Bazaar. Hal ini membuat mereka bersatu demi menyelamatkan Tod. Dalam perkelahian ini anggota Sperm dibantu oleh beberapa anggota Night Bazaar. Salah satunya Beer yang memilih untuk membela sperm karena sudah tidak cocok dengan Night Bazaar. Pertarungan pun berakhir dengan duel antara Rock, ketua geng Night Bazaar dengan Gun, yang dimenangkan oleh ketua geng Night Bazaar. Namun karena Rock terkesan dengan persahabatan mereka maka ia melepaskan Tod untuk kembali kepada Sperm.

Tak berhenti disitu Atsajun Sattakovit, Sang Sutradara sekaligus Penulis film ini juga membumbui dengan kisah Gun dan Nem yang menambah kesan drama pada film yang mendapat rating 8/10 pada IMDB ini. Selain itu efek audio visual pada film ini juga menambah seru setiap adegan perkelahian yang terjadi. Berbeda dengan film kebanyakan, My True Friend berakhir dengan cerita tidak bahagia. Namun banyak hal yang dapat diambil sebagai pelajaran difilm yang memiliki judul original Mueng Ku ini. Dina

The True Friend

Judul : My True Friend

Jenis Film : Drama Action

Sutradara : Atsajun Sattakovit

Rilis : 19 January 2012

Produser : Thawatchai Phanpakdee

Penulis : Atsajun Sattagovit

My True Friend mengisahkan persahabatan sekelompok remaja yang membentuk geng bernama Sperm. Geng ini beranggotakan Gun (Mario Maurer), Song (Natcha Chantapan), Nick (Poom Sungsrithananon), Tod (Nawapaiboon Wuthinanon), Arm (Kittipat Samantrakulchai), Champ (Varit Limatibul), Kla (Sirapop Daongern) dan Beer. Gun adalah sosok yang paling menonjol diantara mereka karena paling pandai berkelahi. Oleh karena itu dia dianggap sebagai ketua geng Sperm oleh teman-temannya, namun Gun tidak merasa demikian.

Anggota Sperm sangat sering terlibat perkelahian salah satunya dengan kelompok geng Night Bazaar yang membuat Gun dikeluarkan dari kampus. Lalu Gun pindah di kampus yang sama dengan Nem dan Song. Song yang awalnya belum bergabung dengan Sperm, suatu ketika menendang bola yang lalu mengenai kepala Champ. Saat itulah Song yang dianggap hebat bermain bola lalu mulai sering bermain dengan mereka dan akhirnya bergabung dengan Sperm.

Persahabatan yang sangat erat tersebutpun tak luput dari masalah. Saat Sperm terlibat perkelahian dengan pacar dari kakak Song, ternyata perkelahian tersebut diketahui pihak kepolisian. Malang, mereka tak sempat kabur dan akhirnyapun harus masuk kedalam penjara. Dalam penjara Kla menyalahkan Nick yang saat itu tidak membukakan mintu mobil hingga membuat mereka tertangkap. Dan akibat masalah tersebut Hubungan Kla dan Nick renggang dengan anggota Sperm yang lain.

Namun itu tak berlangsung lama karena teman mereka Tod ditahan oleh geng

18

D’Journal Edisi 62 | XII | 2013 D’Journal Edisi 62 | XII | 2013

Kaset Pitatahun 1970-an akhirnya piringan hitam produksinya pun bergeser ke kaset.

Dilansir dari Wikipedia, Pada tahun 1980-an,kaset semakin popular karena adanya rekorder portable seperti Sony's Walkman. Seiring berkembangnya teknologi di bidang musik, pada pertengahan 1990-an, kaset mengalami akhir kejayaan karena

masuknya teknologi Compact disc (CD) ke Indonesia. Dengan kualitas suara lebih

jernih serta dan pemilihan lagu yang lebih mudah dan cepat menjadi beberapa kelebihan CD dibandingkan kaset. Pada tahun 2000-an kaset pun semakin kalah dengan CD, perusahaan rekaman di Indonesia beralih dari kaset ke CD sebagai sarana rekaman musik.Ayu

pe·ri·o·dik: menurut periode tertentu; muncul atau terjadi dalam selang waktu yang tetap; berkala.jur·nal : (buku) catatan harian; surat kabar harian; majalah yg khusus memuat artikel dl satu bidang ilmu tertentu.ino·va·si: pemasukan atau pengenalan hal-hal yg baru; pembaharuan; penemuan baru yang berbeda dari yang sudah ada atau yang sudah dikenal sebelumnya (gagasan, metode, atau alat).dok·trin: ajaran (tentang asas suatu aliran politik, keagamaan; pendirian segolongan ahli ilmu pengetahuan, keagamaan, ketatanegaraan) secara bersistem, khususnya dl penyusunan kebijakan negara.es·ti·ma·si : perkiraanga·dang : besar.he·do·nis·me: pandangan yg

menganggap kesenangan dan kenikmatan materi sbg tujuan utama dl hidupbi·ro·kra·si : sistem pemerintahan yang dijalankan oleh pegawai pemerintah karena telah berpegang pada hierarki dan jenjang jabatan; cara bekerja atau susunan pekerjaan yang serba lamban, serta menurut tata aturan (adat dsb) yang banyak liku-likunya dsb.de·mo·kra·si: (bentuk atau sistem) pemerintahan yang seluruh rakyatnya turut serta memerintah dengan perantaraan wakilnya; pemerintahan rakyat; gagasan atau pandangan hidup yang mengutamakan persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama bagi semua warga Negara.

Page 19: D'journal #62

Glosarium

19

Kaset adalah media penyimpanan data yang biasanya berupa lagu. Berasal dari bahasa Perancis, yakni cassette yang berarti "kotak kecil". Kaset adalah pita magnetik yang mampu merekam data dengan format suara, umum digunakan di industri musik. Pertama kali dikenalkan oleh Phillips pada tahun 1963 di Eropa dan 1964 di Amerika Serikat dengan nama Compact Cassete. Kaset semakin popular pada tahun 1970 menggantikan piringan hitam.

Di Indonesia sendiri, sebelum tahun 1970-an sarana mengekspresikan music menggunakan piringan hitam. Dua perusahaan rekaman pertama Indonesia, Lokananta milik pemerintah dan Irama yang berdiri pada tahun 1957 memproduksi dan menduplikasi piringan hitam. Namun pada

Ensiklopedia

Night Bazaar. Hal ini membuat mereka bersatu demi menyelamatkan Tod. Dalam perkelahian ini anggota Sperm dibantu oleh beberapa anggota Night Bazaar. Salah satunya Beer yang memilih untuk membela sperm karena sudah tidak cocok dengan Night Bazaar. Pertarungan pun berakhir dengan duel antara Rock, ketua geng Night Bazaar dengan Gun, yang dimenangkan oleh ketua geng Night Bazaar. Namun karena Rock terkesan dengan persahabatan mereka maka ia melepaskan Tod untuk kembali kepada Sperm.

Tak berhenti disitu Atsajun Sattakovit, Sang Sutradara sekaligus Penulis film ini juga membumbui dengan kisah Gun dan Nem yang menambah kesan drama pada film yang mendapat rating 8/10 pada IMDB ini. Selain itu efek audio visual pada film ini juga menambah seru setiap adegan perkelahian yang terjadi. Berbeda dengan film kebanyakan, My True Friend berakhir dengan cerita tidak bahagia. Namun banyak hal yang dapat diambil sebagai pelajaran difilm yang memiliki judul original Mueng Ku ini. Dina

The True Friend

Judul : My True Friend

Jenis Film : Drama Action

Sutradara : Atsajun Sattakovit

Rilis : 19 January 2012

Produser : Thawatchai Phanpakdee

Penulis : Atsajun Sattagovit

My True Friend mengisahkan persahabatan sekelompok remaja yang membentuk geng bernama Sperm. Geng ini beranggotakan Gun (Mario Maurer), Song (Natcha Chantapan), Nick (Poom Sungsrithananon), Tod (Nawapaiboon Wuthinanon), Arm (Kittipat Samantrakulchai), Champ (Varit Limatibul), Kla (Sirapop Daongern) dan Beer. Gun adalah sosok yang paling menonjol diantara mereka karena paling pandai berkelahi. Oleh karena itu dia dianggap sebagai ketua geng Sperm oleh teman-temannya, namun Gun tidak merasa demikian.

Anggota Sperm sangat sering terlibat perkelahian salah satunya dengan kelompok geng Night Bazaar yang membuat Gun dikeluarkan dari kampus. Lalu Gun pindah di kampus yang sama dengan Nem dan Song. Song yang awalnya belum bergabung dengan Sperm, suatu ketika menendang bola yang lalu mengenai kepala Champ. Saat itulah Song yang dianggap hebat bermain bola lalu mulai sering bermain dengan mereka dan akhirnya bergabung dengan Sperm.

Persahabatan yang sangat erat tersebutpun tak luput dari masalah. Saat Sperm terlibat perkelahian dengan pacar dari kakak Song, ternyata perkelahian tersebut diketahui pihak kepolisian. Malang, mereka tak sempat kabur dan akhirnyapun harus masuk kedalam penjara. Dalam penjara Kla menyalahkan Nick yang saat itu tidak membukakan mintu mobil hingga membuat mereka tertangkap. Dan akibat masalah tersebut Hubungan Kla dan Nick renggang dengan anggota Sperm yang lain.

Namun itu tak berlangsung lama karena teman mereka Tod ditahan oleh geng

18

D’Journal Edisi 62 | XII | 2013 D’Journal Edisi 62 | XII | 2013

Kaset Pitatahun 1970-an akhirnya piringan hitam produksinya pun bergeser ke kaset.

Dilansir dari Wikipedia, Pada tahun 1980-an,kaset semakin popular karena adanya rekorder portable seperti Sony's Walkman. Seiring berkembangnya teknologi di bidang musik, pada pertengahan 1990-an, kaset mengalami akhir kejayaan karena

masuknya teknologi Compact disc (CD) ke Indonesia. Dengan kualitas suara lebih

jernih serta dan pemilihan lagu yang lebih mudah dan cepat menjadi beberapa kelebihan CD dibandingkan kaset. Pada tahun 2000-an kaset pun semakin kalah dengan CD, perusahaan rekaman di Indonesia beralih dari kaset ke CD sebagai sarana rekaman musik.Ayu

pe·ri·o·dik: menurut periode tertentu; muncul atau terjadi dalam selang waktu yang tetap; berkala.jur·nal : (buku) catatan harian; surat kabar harian; majalah yg khusus memuat artikel dl satu bidang ilmu tertentu.ino·va·si: pemasukan atau pengenalan hal-hal yg baru; pembaharuan; penemuan baru yang berbeda dari yang sudah ada atau yang sudah dikenal sebelumnya (gagasan, metode, atau alat).dok·trin: ajaran (tentang asas suatu aliran politik, keagamaan; pendirian segolongan ahli ilmu pengetahuan, keagamaan, ketatanegaraan) secara bersistem, khususnya dl penyusunan kebijakan negara.es·ti·ma·si : perkiraanga·dang : besar.he·do·nis·me: pandangan yg

menganggap kesenangan dan kenikmatan materi sbg tujuan utama dl hidupbi·ro·kra·si : sistem pemerintahan yang dijalankan oleh pegawai pemerintah karena telah berpegang pada hierarki dan jenjang jabatan; cara bekerja atau susunan pekerjaan yang serba lamban, serta menurut tata aturan (adat dsb) yang banyak liku-likunya dsb.de·mo·kra·si: (bentuk atau sistem) pemerintahan yang seluruh rakyatnya turut serta memerintah dengan perantaraan wakilnya; pemerintahan rakyat; gagasan atau pandangan hidup yang mengutamakan persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama bagi semua warga Negara.

Page 20: D'journal #62

Anda punya kegiatan di kampus?

Kami siap mempublikasikan.

Hubungi Laras (085743869694)