diskusi kasus_2003

5
BAB IV DISKUSI KASUS Pada makalah ini melaporkan sebuah kasus dari seorang pasien usia 23 tahun yang masuk ke IGD RSU Dr. Pirngadi pada tanggal 11 Agustus 2015, kiriman Sp.OG dengan diagnosa Primi Gravidarum Post term 42-43minggu + Presentasi Kepala + Janin Hidup + Belum Inpartu. Berdasarkan anamnesa, HPHT pasien ini adalah pada tanggal 19 Oktober 2014 dengan siklus haid teratur tiap 28 hari. Pasien juga menyatakan belum pernah mengunakan kontrasepsi sebelumnya. Penentuan tanggal taksiran persalinan pasien ini berdasarkan rumus Neagle jatuh pada tanggal 26 Juli 2015 ( usia kehamilan 40 minggu). Pada perjalanan penyakitnya, sampai usia kehamilan telah mencapai 42 minggu lengkap pada tanggal 09 Agustus 2015, pasien ditangani secara ekspektatif dengan pemantauan terhadap kesejateraan janin mengunakan pemeriksaan USG. Pada tanggal 11 Agustus 2015 dilakukan pemeriksaan darah rutin dan didapati pasien anemis dengan kadar Hb 4,10gr%. Dikarenakan Hb yang rendah, rencana induksi ditunda sehingga Hb pasien mencapai lebih dari 8gr%. Pasien direncanakan transfusi 3 bag PRC yang dianjurkan oleh dokter spesialis penyakit dalam. Saat pasien selesai transfusi PRC pada tanggal 14 Agustus 2015, pasien mengalami gejala mules-

Upload: rpavinviknesh

Post on 14-Dec-2015

215 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Diskusi Kasus_2003

TRANSCRIPT

Page 1: Diskusi Kasus_2003

BAB IV

DISKUSI KASUS

Pada makalah ini melaporkan sebuah kasus dari seorang pasien usia 23

tahun yang masuk ke IGD RSU Dr. Pirngadi pada tanggal 11 Agustus 2015,

kiriman Sp.OG dengan diagnosa Primi Gravidarum Post term 42-43minggu +

Presentasi Kepala + Janin Hidup + Belum Inpartu. Berdasarkan anamnesa, HPHT

pasien ini adalah pada tanggal 19 Oktober 2014 dengan siklus haid teratur tiap 28

hari. Pasien juga menyatakan belum pernah mengunakan kontrasepsi sebelumnya.

Penentuan tanggal taksiran persalinan pasien ini berdasarkan rumus Neagle jatuh

pada tanggal 26 Juli 2015 ( usia kehamilan 40 minggu).

Pada perjalanan penyakitnya, sampai usia kehamilan telah mencapai 42

minggu lengkap pada tanggal 09 Agustus 2015, pasien ditangani secara

ekspektatif dengan pemantauan terhadap kesejateraan janin mengunakan

pemeriksaan USG. Pada tanggal 11 Agustus 2015 dilakukan pemeriksaan darah

rutin dan didapati pasien anemis dengan kadar Hb 4,10gr%. Dikarenakan Hb yang

rendah, rencana induksi ditunda sehingga Hb pasien mencapai lebih dari 8gr%.

Pasien direncanakan transfusi 3 bag PRC yang dianjurkan oleh dokter spesialis

penyakit dalam. Saat pasien selesai transfusi PRC pada tanggal 14 Agustus 2015,

pasien mengalami gejala mules-mules mau melahirkan sehingga pada kasus ini

tidak dilakukan induksi persalinan. Pasien partus secara spontan dan melahirkan

seorang bayi perempuan dengan berat badan 3100gr, panjang 49cm dan skor

APGAR 8/9.

Penulisan laporan ini berangkat dari permasalahan tentang penegakkan

diagnose dan penanganan kehamilan postterm serta komplikasi janin postterm.

Pada kasus ini, penegakkan diagnose kehamilan postterm didasarkan kepada

penghintungan usia kehamilan berdasarkan HPHT dan USG. Pada saat masuk

untuk dirawat pada tanggal 11 Agustus 2015, usia kehamilan pasien menurut

HPHT adalah 42-43 minggu. Usia tersebut sudah ke dalam definisi kehamilan

postterm yang merumuskan oleh American College of Obstetricians and

Page 2: Diskusi Kasus_2003

Gynaecologists(2004), yaitu kehamilan berlangsung lebih dari 42 minggu (294

hari) yang terhintung sejak hari pertama siklus haid terakhir/ HPHT. (Williams)

Penggunaan pemeriksaan USG untuk menentukan usia kehamilan telah

menggantikan metode HPHT dalam mempertajam diagnosa kehamilan postterm.

Beberapa penelitian terdahulu telah membuktikan bahwa penentuan usia

kehamilan melalui pemeriksaan USG memiliki tingkat keakuratan yang lebih

tinggi dibanding dengan metode HPHT. Pada pemeriksaan USG TAS dalam

kasus ini didapati usia kehamilan 42-43minggu.

Selain itu, terjadi perubahan kualitas dan kuantitas cairan amnion. Jumlah

cairan amnion mencapai puncak pada usia kehamilan 38 minggu sekitar 1000 ml

dan menurun sekitar 800 ml pada 40 minggu. Penurunan jumlah cairan amnion

berlangsung terus menjadi sekitar 480 ml, 250 ml, 160 ml pada usia kehamilan 41,

42 dan 43 minggu. Penurunan tersebut berhubungan dengan produksi urin janin

yang berkurang. Dilaporkan bahwa aliran darah janin menurun pada kehamilan

postterm dan menyebabkan oligohidramnion.4 Pada laporan kasus in tidak

dijumpai kelainan pada kualitas dan kuantitas cairan amnion.

Untuk memperkirakan jumlah cairan amnion dapat diukur dengan

pemeriksaan ultrasonografi. Metode empat kuadran sangat populer. Dengan

mengukur diameter vertikal dari kantung paling besar pada setiap kuadran. Hasil

penjumlahan empat kuadran disebut Amniotic Fluid Index (AFI). Bila AFI kurang

dari 5 cm indikasi oligohidramnion. AFI 5-10 cm indikasi penurunan volume

cairan amnion. AFI 10-15 cm adalah normal. AFI 15-20 cm terjadi peningkatan

volume cairanamnion. AFI lebih dari 25 cm indikasi polihidramnion. 1,4,5,6 Pada

laporan kasus ini AFI cukup dalam batas normal.

Plasenta pada kehamilan postterm memperlihatkan pengurangan diameter

dan panjang villi chorialis. Perubahan ini secara bersamaan atau didahului dengan

titik-titik penumpukan kalsium dan membentuk infark putih. Secara histologi

plasenta pada kehamilan postterm meningkatkan infark plasenta, kalsifikasi,

trombosis intervilosus, deposit fibrin perivillosus, trombosis arteial dan

Page 3: Diskusi Kasus_2003

endarteritis arterial. Keadaan ini menurunkan fungsi plasenta sebagai suplai

makanan dan pertukaran gas. Hal ini dapat menyebabkan malnutrisi dan asfiksia.6

Dengan pemeriksaan ultrasonografi dapat diketahui tingkat kematangan

plasenta. Pada kehamilan postterm terjadi perubahan sebagai berikut:

Piring korion: lekukan garis batas piring korion mencapai daerah basal. Jaringan

plasenta: berbentuk sirkuler, bebas echo di tengah, berasal dari satu kotiledon (ada

daerah dengan densitas echo tinggi dari proses kalsifikasi, mungkin memberikan

bayangan akustik). lapisan basal: daerah basal dengan echo kuat dan memberikan

gambaran bayangan akustik. Keadaan plasenta ini dikategorikan tingkat tiga.5

Pada kasus ini pemeriksaan USG menunjukkan plasenta korpus anterior dan

tampak kalsifikasi.

Pada bayi postmatur memperlihatkan penampilan unik dan karakteristik.

Tampilan meliputi kulit yang mengelupas, berkeriput, dan berbercak (patchy);

tubuh yang panjang, kurus mengindikasikan wasting; dan maturitas lanjut karena

bayi telah membuka mata, waspada yang tidak lazim, dan terlihat tua dan terkesan

cemas. Kulit berkeriput dan lebih nyata pada telapak tangan dan kaki. Kuku

secara khas cukup panjang. Kebanyakan bayi postmatur seperti ini tidak terhalang

pertumbuhannya karena berat badan mereka jarang jatuh dibawah persentil ke 10

untuk usia kehamilan. Perhambatan pertumbuhan yang berat, bagaimanapun juga,

dimana secara logika pasti telah mendahului penggenapan 42 minggu, dapat

terjadi.1 Pada laporan kasus ini, dijumpai beberapa gejala dari sindroma

postmaturitas seperti kulit yang mengelupas, berkeriput lebih nyata pada telapak

tangan dan kaki, berbercak (patchy) dan kuku secara khas cukup panjang.