disiplihn

Upload: abraham-assaffara

Post on 05-Apr-2018

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/31/2019 disiplihn

    1/5

    MEMBANGUN KEMBALI

    DISIPLIN DAN PROFESIONALISME KEPRAJURITAN

    Oleh : Letjen. TNI Syahrir MS.*Ketika kita ingin membangun disiplin dan profesionalisme maka ada beberapa hal mendasar yang perlu

    dirumuskan terlebih dahulu. Pertama, membuat format tentang bagaimana bentuk dan wujud disiplin danprofesional yang diinginkan serta visi yang jelas ke arah mana disiplin dan profesional itu ditujukan.Kedua, apa saja yang diperlukan dalam membangun disiplin dan profesional. Ketiga, bagaimana upayayang dapat dilakukan untuk mewujudkannya.

    PENDAHULUAN

    Disiplin dan profesionalisme merupakan dua unsur yang tak dapat dipisahkan yang harus ada dan dimilikiprajurit di setiap Angkatan Bersenjata suatu negara manapun di dunia. Semakin maju AngkatanBersenjata suatu negara parameternya dapat dilihat dari disiplin dan profesionalitas prajuritnya.Profesional berarti mengikuti segala aturan yang disusun dalam norma dan etika tertentu sehingga hasilpekerjaannya dapat diukur. Prajurit dikatakan profesional bila ia disiplin mengikuti aturan dalammenjalankan tugasnya. Prajurit yang tidak disiplin berarti juga tidak profesional. Oleh karenanya tak

    berlebihanlah bila Kasad pada setiap kesempatan selalu menekankan pentingnya disiplin untuk mengem-balikan citra TNI AD saat ini.Bertolak dari pemahaman itu, diperlukan upaya membangun kembali secara sungguh-sungguh disiplindan profesionalisme keprajuritan. Hal ini seiring dengan perubahan paradigma di era reformasi ketikaMPR telah memutuskan bahwa peran TNI di bidang pertahanan ansich. Memang tidak semudah yangdiucapkan, tetapi paling tidak ada niat dan keinginan kuat untuk memulai membangun kembali disiplindan profesionalisme, berapapun pergorbanan yang diperlukan melalui langkah-langkah yang konseptual.Dengan demikian maka setiap prajurit selaku individu maupun TNI AD selaku institusi segera kembalidan memiliki jati dirinya dalam melaksanakan tugas, jauh dari sikap keragu-raguan dan selalu komit padanilai-nilai 45 yang telah diwariskan para pendahulu kita. Seperti amanat Panglima Besar Sudirman bahwasatu-satunya milik negara yang tidak pernah berubah dalam mengamankan dan mengawal Republik iniadalah TNI.

    DISIPLIN ADALAH SYARAT UNTUK MENJADI PROFESIONALKepatuhan (obedience) pada aturan adalah melekat dalam kehidupan prajurit. Selama berdinas aktif,segala sikap dan perilakunya harus mengikuti dan taat pada aturan yang berlaku. Itulah esensi daridisiplin militer.Model organisasi Komando secara paradigmatik menggunakan sistem linier yang vertikal dari atas kebawah. Struktur demikian tampaknya lebih mengedepankan unsur disiplin sebagai perekat struktur. Halini berguna agar sistem ini secara mudah dan cepat dapat digunakan dan dikerahkan baik bagian perbagian atau melalui korporasi. Model tadi memerlukan mono loyalitas, yaitu loyalitas yang tegak lurus.Karena itu tidak pada tempatnya bila ada prajurit TNI AD yang memiliki loyalitas ganda.Sedangkan profesionalisme militer dapat dilihat dari dua hal. Pertama, etika profesionalisme yangmengatur bagaimana keahlian itu digunakan. Kedua, profesionalisme TNI yang diukur dari kemauan dankemampuannya untuk melakukan tugasnya sesuai bidang masing-masing dan senantiasa meningkatkankeahliannya sehingga mampu menyesuaikan dengan perkembangan ilpengtek.Terlihat jelas, betapa disiplin itu menjadi satu keharusan dalam kehidupan profesionalisme prajurit.Kalaulah profesionalisme tanpa diikuti disiplin niscaya akan beresiko tinggi, sebab peran TNI itudilakukan dengan tegas dan keras sesuai aturan atau sebagai pengelola kekerasan (managers ofviolence), sehingga tidak ada artinya bila seorang prajurit berhasil membunuh sepuluh musuh namun ada

  • 7/31/2019 disiplihn

    2/5

    juga korban di pihak rakyat yang tidak berdosa. Oleh karenanya diperlukan pemahaman tentangpentingnya etika dan disiplin dalam menjalankan profesinya.

    TUNTUTAN TNI DI ERA REFORMASIRealitas kuat terhadap tuntutan peran TNI, telah membawa perubahan besar pada reorientasi kebijakan

    untuk menuju pada TNI yang profesional di bidang pertahanan. Sungguh merupakan opsi yang tidakmudah untuk dapat mengimplementasikan perannya di tengah situasi negara dalam keadaan krisisberkepanjangan.Tuntutan kepada TNI dapat dikategorikan pada dua hal; Pertama, peran TNI hanya di bidang pertahanan.Kedua, TNI tidak terlibat dalam politik praktis.Jadi, apabila TNI AD akan menjawab tuntutan ini maka harus diwujudkan pada pilihan mewujudkanprofesionalisme. Kiranya sangat tepatlah dalam kerangka ini, bila TNI AD mengerahkan segala daya upa-yanya melakukan perubahan dan berbenah diri menuju TNI yang profesional, kendati dukungan yangada sangat terbatas dan selalu mengedepankan persatuan dan kesatuan bangsa dalam wadah NKRI.

    MEMBANGUN DISIPLIN DAN PROFESIONALISMEKetika kita ingin membangun disiplin dan profesionalisme maka ada beberapa hal mendasar yang perludirumuskan terlebih dahulu.Pertama, membuat format tentang bagaimana bentuk dan wujud disiplin dan profesional yang diinginkanserta visi yang jelas ke arah mana disiplin dan profesional itu ditujukan. Kedua, apa saja yang diper lukandalam membangun disiplin dan profesional. Ketiga, bagaimana upaya yang dapat dilakukan untukmewujudkannya.Di dalam memformat disiplin dan profesionalisme prajurit TNI AD, rasanya tidak diperlukan lagimerancang dan menghabiskan waktu dan tenaga untuk membuat disiplin dan profesional prajurit TNI ADyang baru. Kita sudah punya P5 antara lain terdiri dari peraturan dasar militer (Permildas) yaitu PBB,

    PPM, PUDD, PDG, dan PDT. Yang sudah ada (P5) itu saja ditegakkan, diterapkan dan dilaksanakansecara benar dan konsisten. Alat yang dipakai oleh TNI AD untuk mengukur tingkat disiplin prajuritnyaadalah P5. Ke depan, selayaknya perlu dikaji kembali tentang peraturan yang mengatur prajurit yangberkaitan dengan HAM dan Hukum Humaniter. Ini sangat perlu agar prajurit tidak ragu-ragu dalambertindak terutama dalam membantu POLRI dalam menangani permasalahan keamanan. Tentangprofesional, TNI AD telah memiliki perangkat untuk membina prajurit menjadi profesional. Kita telahmengenal program latihan yang distandarisasi (Proglatsi) beserta perangkatnya seperti SpesialisasiJabatan Militer (SJM), mulai dari Prajurit Dua hingga Bintara Tinggi (SJM 1 s.d. 7). Selama ini sudahbanyak konsep atau panduan yang dapat digunakan, namun sayangnya keberadaan piranti lunaktersebut jarang dipedomani dalam pelaksanaan tugas. Terobosan yang saat ini sedang dilakukan denganmelaksanakan kursus SPI dan SBI dengan sasaran kuantitas + 2000 orang, sehingga dapat dijadikanmomentum para Dansat untuk meningkatkan profesionalisme satuannya.Untuk menjawab visi yang jelas ke arah mana Disiplin dan Profesionalisme TNI AD ditujukan, kita dapatmenggunakan ukuran bahwa TNI adalah alat negara dan bukan alat kekuasaan. Alat negara berarti TNImengawal keselamatan dan keutuhan NKRI yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945. Olehkarena itu komitmen TNI AD pada persatuan dan kesatuan bangsa tidak perlu diragukan lagi. Munculnyaisu tentang kemungkinan terjadinya kudeta oleh TNI AD pada akhir-akhir ini, merupakan gambarantentang ketidakpahaman sekelompok kecil masyarakat terhadap arah Disiplin dan Profesionalisme TNIAD.Dalam membangun disiplin dan profesionalisme prajurit diperlukan kepemimpinan yang kuat. Beranimengambil resiko dan bertanggung jawab terhadap apapun yang diperbuat. Tentunya sikap dan tindakan

  • 7/31/2019 disiplihn

    3/5

    pemimpin telah melalui pertimbangan yang matang. Telah pula mengikuti norma-norma serta proseduryang berlaku. Butuh pula keberanian dan ketegasan dalam menegakkan aturan serta tidak ragu-ragudalam memperbaiki dan meluruskan prajurit yang melakukan pelanggaran terhadap disiplin tentara.Tidak kalah pentingnya bisa memberikan contoh teladan yang baik bagi bawahannya. Meskipunketegasan diperlukan untuk mencapai penyelesaian secara tuntas dari suatu masalah, hal itu tidak berartiboleh mengabaikan kesabaran, kemampuan menahan diri serta kecerdasan dan kebijaksanaan.Kesalahan para Komandan dan Pemimpin dalam membina disiplin pada umumnya terletak pada tidakadanya keteladanan yang baik. Secara jujur harus kita akui bahwa kehidupan prajurit di satuan hanyaberlangsung sampai apel siang, setelah itu setiap anggota bebas untuk melakukan kegiatan individunya,dan ini terjadi terutama di satuan yang lokasinya di kota besar. Hal ini sebenarnya bisa diatasi bila Ko-mandan Satuan mau mengorbankan kepentingan pribadinya untuk pembinaan satuan. Karena itu tidakberlebihan bila ada ungkapan bahwa Komandan atau Pemimpin adalah pribadi yang dikorbankan.Sesungguhnya keteladanan harus mulai ditonjolkan dan diluruskan kembali di satuan-satuan TNI AD.Salah satu yang dapat menggugah dan merangsang disiplin dan profesionalisme prajurit ialah LombaBinsat Terpusat dan Ton Tangkas yang dimulai pada tahun 2000. Diharapkan dengan adanya lomba inidapat menjadikan kehidupan prajurit di satuan akan semakin maju serta berkompetisi secara sehat. Olehkarena tujuan Binsat pada akhirnya mewujudkan disiplin yang tinggi serta profesionalisme yang dapatdibanggakan.Upaya yang dapat dilakukan dalam membangun disiplin dan profesionalisme prajurit.

    Pertama, memberdayakan dan memposisikan disiplin sesuai dengan P5 serta menerapkan profesionalis-me keprajuritan melalui siklus latihan yang sudah ditentukan. Setiap Komandan Satuan bertanggung

    jawab sesuai tataran kewenangannya untuk secara sinergik menghidupkan dan menggalakkan disiplinkeprajuritan. Aplikasikan kepemimpinan lapangan dengan berani dan tegas tetapi tetap bijaksana. Lebihmengutamakan keteladanan dan rela mengorbankan waktunya untuk kepentingan satuan serta jujurdalam menilai satuannya. Menghindari dan tidak lagi berkompromi untuk membuat laporan yangcenderung tidak sesuai kenyataan. Jika Komandan Satuan yakin bahwa satuannya belum memenuhistandar profesional yang ditetapkan, berani untuk mengulanginya dan tidak merasa malu untukmemberikan input bagi satuan atasannya.

    Kedua, menegakkan hukum militer yang berlaku (military law enforcement). Bagi prajurit yang melanggardisiplin diberikan sanksi yang tegas sesuai dengan tingkatannya (disiplin murni dan tidak murni).Tindakan bagi pelanggar disiplin merupakan potensi untuk mencegah menurunnya disiplin prajurit.Sebab, jika hukum militer itu berhasil ditegakkan maka akan mampu menjadi langkah preventif bagitimbulnya kemerosotan disiplin yang pada gilirannya akan menurunkan kemampuan profesional prajurit.Namun yang menjadi persoalan adalah apabila cara untuk menegakkan hukum militer menggunakancara-cara yang bertentangan dengan hukum maupun HAM.

    Ketiga, memberi tanda kualifikasi bagi prajurit yang dinilai telah mampu mengikuti pendidikan. Adasemacam penghargaan terhadap tanda kualifikasi yang diperoleh. Apresiasi yang diberikan dapat berupatunjangan brevet dalam jumlah yang layak. Semakin banyak kualifikasi yang dimiliki prajurit maka berartitunjangan yang diterima akan melebihi rekan-rekannya. Inilah salah satunya cara untuk memotivasi

    prajurit untuk bersaing secara profesional. Dan ia akan bangga atas kemampuan yang telah diperolehdengan susah payah.

    Keempat, patuhi dan laksanakan sistem pembinaan personil yang sudah ada. Profesionalisme harus jugadikaitkan dengan sistem pembinaan personil. Ukuran prestasi dilihat dari aspek kemampuannya. Bagiprajurit yang mampu menunjukkan prestasi nyata, direkomendasikan untuk mendahului rekannya baikdari jabatan, mengikuti pendidikan dan sebagainya. Demikian pula dengan sistem-sistem lainnya yangberlaku hendaklah ditaati dan diterapkan secara benar pula.

  • 7/31/2019 disiplihn

    4/5

    Kelima, dalam mengisi kemampuan profesionalisme, harus dibedakan antara kemampuan yang harusdiberikan kepada Perwira dan Bintara. Untuk Perwira lebih ditonjolkan dalam penguasaan aspekmanajemennya. Ini berarti tingkat pengetahuan Perwira harus melebihi Bintara. Sementara bagi Bintara,penguasaan pada porsi keterampilan yang bersifat teknis harus lebih besar. Hal ini untuk menghindarikesan bahwa porsi yang seharusnya diberikan kepada Bintara, diambil oleh Perwira.

    Keenam, berpaling pada pengalaman lalu maka di masa depan, setiap prajurit hendaknya paham akanHAM dan Hukum Humaniter sesuai tingkatannya. Ini dapat diperoleh dengan memasukkan materi HAMdan Hukum Humaniter pada setiap jenjang pendidikan militer.

    Ketujuh, kembali ke jati diri prajurit yakni sebagai pejuang, pembela rakyat dan prajurit nasional. Inisesuai dengan pernyataan yang sering kita dengar bahwa yang terbaik untuk rakyat adalah terbaik untukprajurit. Sewaktu melakukan fungsi sosialnya dalam bentuk Civic Mission yang bersifat insidental, prajurit

    juga harus tetap disiplin dan memiliki kemampuan profesional dalam hal pendayagunaan sarana danprasarana yang diperlukan bagi kepentingan masyarakat seperti dalam penanggulangan bencana alam(banjir, kebakaran, dsb). Civic Mission ini berimplikasi sangat besar pada kehidupan masyarakat. Hal inisangat baik untuk mengembalikan citra TNI bahwa hubungan intim dengan rakyat yang di masa lalu lebihdikenal dengan kemanunggalan ABRI dengan rakyat dapat pulih dan terjalin kembali.

    Kedelapan, dalam melaksanakan fungsi keamanan untuk membantu Polri, keterlibatan prajurit TNI ADtetap diperlukan. Di samping perlu dibekali kemampuan untuk mengatasi konflik yang bersifat horizontal,Polri pun perlu diberikan kemampuan untuk mengendalikan satuan TNI AD yang di-BKO-kan kepadanya,sehingga jelas tataran dan kewenangan serta kodalnya. Di-BKO-kan bukan berarti Peleton Satuan TNIAD dipimpin oleh Kapolsek atau Batalyon TNI AD dipimpin oleh Kapolres tetapi biarkanlah Satuan TNIAD memilih sendiri dengan cara apa ia akan melakukan tugas tadi atau kendali taktis tetap ditanganDansat. Diharapkan tugas-tugas yang diberikan kepada satuan TNI AD hendaknya yang bernilai taktisdan dalam batas kemampuannya untuk menyelesaikan tugas pokok tersebut. Ketika POLRI tidak lagimampu mengatasi berbagai gejolak yang timbul di berbagai wilayah tanah air, maka disaat itulah prajuritTNI memberikan kemampuan profesionalnya secara proporsional dalam hal mengelola kekerasan(managers of violence). Semua ini dilakukan untuk mengatasi keadaan emergensi prajurit TNI AD komitterhadap persatuan dan kesatuan bangsa.Melihat bahwa disiplin dan profesionalisme bukan benda mati tetapi berbentuk kondisi yang dapat naikturun dipengaruhi oleh banyak faktor, oleh sebab itu diperlukan konsistensi pembinaan disiplin danprofesionalisme oleh setiap Komandan dan Pimpinan pada setiap level satuan dengan mengedepankanPembinaan Satuan yang konsepsional, terarah dan berkesinambungan. Sejalan dengan itu perlu adanyapembentukan opini di masyarakat yang dapat mempengaruhi penilaian masyarakat terhadap citra TNIAD yang selama ini cenderung terkesan menurun karena adanya pihak-pihak tertentu yangmenggunakan sarana mass media untuk memojokkan peran TNI, terutama TNI AD. Peran inimemerlukan kemampuan bicara efektif bagi setiap Perwira, sehingga dapat menangkis citra negatif yangditimbulkan pihak lain, dengan memberikan penjelasan yang logis, sistematis dan meyakinkan.PENUTUPDalam melaksanakan reformasi internal TNI AD maka membangun Disiplin dan Profesionalisme prajurit

    TNI AD merupakan jawaban dan langkah yang tepat guna mengembalikan citra TNI AD denganmenentukan terlebih dahulu ke arah mana Disiplin dan Profesionalisme akan dibangun, apa yangdibangun untuk membangun bagaimana cara membangunnya.Semoga tulisan ini bermanfaat dan dapat digunakan sebagai pelengkap dari tulisan-tulisan tentangDisiplin dan Profesionalisme yang pernah diterbitkan sebelumnya*http://www.mabesad.mil.id/artikel/0203disiplin.htm

    http://www.mabesad.mil.id/artikel/0203disiplin.htmhttp://www.mabesad.mil.id/artikel/0203disiplin.htmhttp://www.mabesad.mil.id/artikel/0203disiplin.htm
  • 7/31/2019 disiplihn

    5/5