disfagia

28
TUGAS REFERAT ADE NUR IMANSYAH 110220004 1

Upload: ade-nur-imansyah

Post on 22-Nov-2015

41 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

TUGAS REFERAT ADE NUR IMANSYAH110220004

BAB IPENDAHULUAN

Disfagia berasal dari bahasa Yunani yang berarti gangguan makan. Disfagia biasanya merujuk kepada gangguan dalam makan sebagai gangguan dari proses menelan. Disfagia dapat mejadi ancaman yang serius terhadap kesehatan seseorang karena adanya resiko pneumonia aspirasi, malnutrisi, dehidrasi, penurunan berat badan, dan sumbatan jalan napas. Beberapa penyebab telah di telah ditujukan terhadap disfagia pada populasi dengan kondisi neurologis dan non neurologis. Gangguan yang menyebabkan disfagia dapat mempengaruhi fase oral, faringeal, atau esofageal dari fase menelan. Anamnesa yang lengkap dan pemeriksaan fisik yang seksama adalah penting dalam diagnosis dan pengobatan dari disfagia. Pemeriksaan fisik di tempat tidur harus menyertakan pemeriksaan leher, mulut, orofaring, dan laring. Pemeriksaan neurologis juga harus dilakukan. Beberapa pemeriksaan menelan juga telah diajukan, namun pemeriksaan menelan dengan videofluoroscopic diterima sebagai pemeriksaan standart untuk mendeteksi dan menilai kelainan menelan. Metode ini bukan saja mampu memperkirakan resiko aspirasi dan komplikasi respirasi namun juga membantu dalam menentukan strategi diet dan komplikasi. Pemeriksaan endoskopi serat optik mungkin diperlukan. Gangguan menelan oral dan faringeal biasanya mampu untuk rehabilitasi, termasuk modifikasi diet dan pelatihan tehnik dan manuver menelan. Pembedahan jarang diindikasikan untuk pasien dengan gangguan menelan. Pada pasien dengan gangguan yang parah, memintas rongga mulut dan faring didalam keseluruhannya dan memberikan nutrisi enteral mungkin diperlukan. Pilihan yang tersedia antara lain percutaneous endoscopic gastrostomy dan kateterisasi oroesophageal intermiten.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1 DEFINISIDisfagia didefinisikan sebagai kesulitan dalam mengalirkan makanan padat atau cair dari mulut melalui esofagus. Penderita disfagia mengeluh sulit menelan atau makanan terasa tidak turun ke lambung. Disfagia harus dibedakan dengan odinofagia (sakit waktu menelan). Disfagia dapat disebabkan oleh gangguan pada masing-masing fase menelan yaitu pada fase orofaringeal dan fase esofageal.Keluhan disfagia pada fase orofaringeal berupa keluhan adanya regurgitasi ke hidung, terbatuk waktu berusaha menelan atau sulit untuk mulai menelan. Sedangkan disfagia fase esofageal, pasien mampu menelan tetapi terasa bahwa yang ditelan terasa tetap mengganjal atau tidak mau turun serta sering disertai nyeri retrosternal. Disfagia yang pada awalnya terutama terjadi pada waktu menelan makanan padat dan secara progresif kemudian terjadi pula pada makanan cair, diperkirakan bahwa penyebabnya adalah kelainan mekanik atau struktural. Sedangkan bila gabungan makanan padat dan cair diperkirakan penyebabnya adalah gangguan neuro muskular. Bila keluhan bersifat progresif bertambah berat, sangat dicurigai adanya proses keganasan.Keluhan sulit menelan (disfagia), merupakan salah satu gejala kelainan atau penyakit di orofaring dan esofagus. Kelainan ini akan timbul bila terdapat gangguan gerakan otot otot menelan dan gangguan transportasi makanan dari rongga mulut ke lambung. Disfagia dapat disertai dengan keluhan lainnya, seperti odinofagia (rasa nyer waktu menelan), rasa panas di dada, rasa mual, muntah, regurgitasi, hematemesis, melena, anoreksia, hipersalivasi, batuk dan berat badan yang cepat berkurang. Manifestas kliilnis yang sering ditemukan ialah sensasi makanan yang tersangkut di daerah leher atau dada ketika menelan.2.2 EPIDEMIOLOGIDisfagia telah dilaporkan dalam beberapa jenis gangguan, dan dapat digolongkan sebagai neurologis dan non neurologis. Meskipun disfagia mencakup banyak variabel, juga sangat berpengaruh terhadap hasil pengobatan. Gangguan menelan neurologis ditemui lebih sering pada unit rehabilitasi medis daripada spesialisasi kedokteran lainnya. Stroke adalah penyebab utama dari disfagia neurologis. Sekitar 51-73% pasien dengan stroke mengalami disfagia, yang merupakan faktor resiko bermakna berkembangnya pneumonia; hal ini dapat juga menunda pemulihan fungsional pasien. Pneumonia terjadi pada sekitar 34% dari seluruh kematian terkait stroke dan merupakan penyebab kematian ketiga terbanyak pada bulan pertama setelah mengalami stroke, meskipun tidak seluruh kasus pneumonia berkaitan dengan aspirasi makanan. Oleh karenanya, deteksi dini dan pengobatan disfagia pada pasien yang telah mengalami strokes adalah sangat penting.2.3 KLASIFIKASIBerdasarkan penyebabnya, disfagia dibagi atas (1) disfagia makanik, (2) disfagia motorik, (3) disfagia oleh gangguan emosi.Penyebab utama disfagia mekanik adalah sumbatan lumen esofagus oleh massa tumor dan benda asing. Penyebab lain adalah akibat peradangan mukosa esofagus, striktur lumen esofagus, serta akibat penekanan lumen esofagus dari luar, misalnya oleh pembesaran kelenjar timus, kelenjar tiroid, kelenjar getah bening di mediastinum, pembesaran jantung, dan elongasi aorta. Letak a. subklavia dekstra yang abnormal dapat menyebabkan disfagia yang disebut disfagia Lusoria. Disfaga mekanik timbul bila terjadi penyempitan lumen esofagus. Pada keadaan normal lumen esofagus orang dewasa dapat meregang sampai 4 cm. Keluhan disfagia mulai timbul bila dilatasi ini tidak mencapai diameter 2,5 cm.Keluhan disfagia motorik disebabkan oleh kelainan neuromuskular yang berperan dalam proses menelan. Lesi di pusat menelan di batang otak, kelainan saraf otak n. V, n. VII, n. IX, n. X, dan n. XII, keumpuhan otot faring dan lidah serta gangguan peristaltik esofagus dapat menyebabkan disfagia.Kelainan otot polos esofagus yang dipersarafi oleh komponen parasipatik n. vagus dan neuron nonkolinergik pasca ganglion (post ganglionic noncholinergic) di dalam ganglion mienterik akan menyebabkan gangguan kontraksi dinding esofagus dan relaksasi sfingter esofagus bagian bawah, sehingga dapat timbul keluhan disfagia. Penyebab utama dari disfagia motorik adalah akalasia, spasme difus esofagus, kelumpuhan otot faring dan skleroderma esofagus.Keluhan disfagia dapat juga timbul bila terdapat gannguan emosi atau tekanan jiwa yang berat. Kelainan ini dikenal sebagai globus histerikus.2.4 PATOGENESISProses menelan merupakan proses yang kompleks. Setiap unsur yang berperan dalam proses menelan harus bekerja secara terintegrasi dan berkesinambungan. Keberhasilan mekanisme menelan ini tergantung dari beberapa faktor, yaitu :a. Ukuran bolus makananb. Diameter lumen esofagus yang dilalui bolusc. Kontraksi peristaltik esofagusd. Fungsi sfingter esofagus bagian atas dan bagian bawah e. Kerja otot otot rongga mulut dan lidahIntergrasi fungsional yang sempurna akan terjadi bila sistem neuro muskular mulai dari susunan saraf pusat, batang otak, persarafan sensorik esofagus serta persarafan intrinsik otot otot esofagus bekerja dengan baik, sehingga aktivitas motorik berjalan lancar. Kerusakan pada pusat menelan dapat menyebabkan kegagalan aktivitas komponen orofaring, otot lurik esofagus dan sfingter esofagus bagian atas. Oleh karena otot lurik esofagus dan sfingter esofagus bagian atas juga mendapat persarafan dari inti motor n. vagus, maka aktivitas peristaltik esofagus masih tampak pada kelainan otak. Relaksasi sfingter esofagus bagian bawah terjadi akibat peregangan langsung dinding esofagus.2.5 FISIOLOGI MENELANSelama proses menelan, otot-otot diaktifkan secara berurutan dan secara teratur dipicu dengan dorongan kortikal atau input sensoris perifer. Begitu proses menelan dimulai, jalur aktivasi otot beruntun tidak berubah dari otot-otot perioral menuju kebawah. Jaringan saraf, yang bertanggung jawab untuk menelan otomatis ini, disebut dengan pola generator pusat. Batang otak, termasuk nucleus tractus solitarius dan nucleus ambiguus dengan formatio retikularis berhubungan dengan kumpulan motoneuron kranial, diduga sebagai pola generator pusat. Dalam proses menelan akan terjadi hal hal seperti berikut :1. Pembentukan bolus makanan dengan ukuran dan konsistensi yang baik2. Upaya sfingter menvegah terhamburnya bolus ini dalam fase fase menelan3. Mempercepat masuknya bolus makanan ke dalam faring pada saat respirasi4. Mencegah masuknya makanan dan minuman ke dalam nasofaring dan laring5. Kerjasama yang baik dari otot otot di rongga mulut untuk mendorong bolus makanan ke arah lambung6. Usaha untuk membersihkan kembali esofagus.Proses menelan di mulut, faring, laring, dan esofagus secara keseluruhan akan terlibat secarra berkesinambungan. Proses menelan dapat dibagi dalam 3 fase : fase oral, fase faringeal, dan fase esofagal.Tiga Fase MenelanDeglutition adalah tindakan menelan, dimana bolus makanan atau cairan dialirkan dari mulut menuju faring dan esofagus ke dalam lambung. Deglutition normal adalah suatu proses halus terkoordinasi yang melibatkan suatu rangkaian rumit kontraksi neuromuskuler valunter dan involunter dan dan dibagi menjadi bagian yang berbeda: (1) oral, (2) faringeal, dan (3) esophageal. Masing-masing fase memiliki fungsi yang spesifik, dan jika tahapan ini terganggu oleh kondisi patologis, gejala spesifik dapat terjadi. Fase OralFase persiapan oral merujuk kepada pemprosesan bolus sehingga dimungkinkan untuk ditelan, dan fase propulsif oral berarti pendorongan makanan dari rongga mulut ke dalam orofaring. Prosesnya dimulai dengan kontraksi lidah dan otot-otot rangka mastikasi. Otot bekerja dengan cara yang berkoordinasi untuk mencampur bolus makanan dengan saliva dan mendorong bolus makanan dari rongga mulut di bagian anterior ke dalam orofaring, dimana reflek menelan involunter dimulai. Cerebellum mengendalikan output untuk nuklei motoris nervus kranialis V (trigeminal), VII (facial), dan XII (hypoglossal). Dengan menelan suatu cairan, keseluruhan urutannya akan selesai dalam 1 detik. Untuk menelan makanan padat, suatu penundaaan selama 5-10 detik mungkin terjadi ketika bolus berkumpul di orofaring. Fase FaringealFase faringeal sangat penting karena tanpa mekanisme perlindungan faringeal yang utuh, aspirasi paling sering terjadi pada fase ini. Fase ini melibatkan rentetan yang cepat dari beberapa kejadian yang saling tumpang tindih. Palatum mole terangkat. Tulang hyoid dan laring bergerak keatas dan kedepan. Pita suara bergerak ke tengah, dan epiglottis melipat ke belakang untuk menutupi jalan napas. Lidah mendorong kebelakang dan kebawah menuju faring untuk meluncurkan bolus kebawah. Lidah dibantu oleh dinding faringeal, yang melakukan gerakan untuk mendorong makanan kebawah. Sphincter esophageal atas relaksasi selama fase faringeal untuk menelan dan dan membuka oleh karena pergerakan os hyoid dan laring kedepan. Sphincter akan menutup setelah makanan lewat, dan struktur faringeal akan kembali ke posisi awal. Fase faringeal pada proses menelan adalah involunter dan kesemuanya adalah reflek, jadi tidak ada aktivitas faringeal yang ter jadi sampai reflek menelan dipicu. Reflek ini melibatkan traktus sensoris dan motoris dari nervus kranialis IX (glossofaringeal) dan X (vagus).

Gambar 1. Fase Oral dan FaringealFase EsophagealPada fase esophageal, bolus didorong kebawah oleh gerakan peristaltik. Sphincter esophageal bawah relaksasi pada saat mulai menelan, relaksasi ini terjadi sampai bolus makanan mecapai lambung. Tidak seperti sphincter esophageal bagian atas, sphincter bagian bawah membuka bukan karena pengaruh otot-otot ekstrinsik. Medulla mengendalikan reflek menelan involunter ini, meskipun menelan volunter mungkin dimulai oleh korteks serebri. Suatu interval selama 8-20 detik mungkin diperlukan untuk kontraksi dalam menodorong bolus ke dalam lambung.

Gambar 2. Fisiologi Menelan2.6 PATOFISIOLOGIGangguan pada proses menelan dapat digolongkan tergantung dari fase menelan yang dipengaruhinya. Fase OralGagguan pada fase Oral mempengaruhi persiapan dalam mulut dan fase pendorongan oral biasanya disebabkan oleh gangguan pengendalian lidah. Pasien mungkin memiliki kesulitan dalam mengunyah makanan padat dan permulaan menelan. Ketika meminum cairan, psien mungki kesulitan dalam menampung cairan dalam rongga mulut sebelum menelan. Sebagai akibatnya, cairan tumpah terlalu cepat kadalam faring yang belum siap, seringkali menyebabkan aspirasi. Logemann's Manual for the Videofluorographic Study of Swallowing mencantumkan tanda dan gejala gangguan menelan fase oral sebagai berikut : Tidak mampu menampung makanan di bagian depan mulut karena tidak rapatnya pengatupan bibir Tidak dapat mengumpulkan bolus atau residu di bagian dasar mulut karena berkurangnya pergerakan atau koordinasi lidah Tidak dapat menampung bolus karena berkurangnya pembentukan oleh lidah dan koordinasinya Tidak mampu mengatupkan gigi untuk mengurangi pergerakan madibula Bahan makanan jatuh ke sulcus anterior atau terkumpul pada sulcus anterior karena berkurangnya tonus otot bibir Posisi penampungan abnormal atau material jatuh ke dasar mulut karena dorongan lidah atau pengurangan pengendalian lidah Penundaan onset oral untuk menelan oleh karena apraxia menelan atau berkurangnya sensibilitas mulut Pencarian gerakan atau ketidak mampuan unutk mengatur gerakan lidah karena apraxia untuk menelan Lidah bergerak kedepan untuk mulai menelan karena lidah kaku Sisa-sisa makanan pada lidah karena berkurangnya gerakan dan kekuatan lidah Gangguan kontraksi (peristalsis) lidah karena diskoordinasi lidah Kontak lidah-palatum yang tidaksempurna karena berkurangnya pengangkatan lidah Tidak mampu meremas material karena berkurangnya pergerakan lidah keatas Melekatnya makanan pada palatum durum karena berkurangnya elevasi dan kekuatan lidah Bergulirnya lidah berulang pada Parkinson disease Bolus tak terkendali atau mengalirnya cairan secara prematur atau melekat pada faring karena berkurangnya kontrol lidah atau penutupan linguavelar Piecemeal deglutition Waktu transit oral tertunda

Fase FaringealJika pembersihan faringeal terganggu cukup parah, pasien mungkin tidak akan mampu menelan makanan dan minuman yang cukup untuk mempertahankan hidup. Pada orang tanpa dysphagia, sejumlah kecil makanan biasanya tertahan pada valleculae atau sinus pyriform setelah menelan. Dalam kasus kelemahan atau kurangnya koordinasi dari otot-otot faringeal, atau pembukaan yang buruk dari sphincter esofageal atas, pasien mungkin menahan sejumlah besar makanan pada faring dan mengalami aspirasi aliran berlebih setelah menelan. Logemann's Manual for the Videofluorographic Study of Swallowing mencantumkan tanda dan gejala gangguan menelan fase faringeal sebagai berikut : Penundaan menelan faringeal Penetrasi Nasal pada saat menelan karena berkurangnya penutupan velofaringeal Pseudoepiglottis (setelah total laryngectomy) lipata mukosa pada dasar lidah Osteofit Cervical Perlengketan pada dinding faringeal setelah menelan karena pengurangan kontraksi bilateral faringeal Sisa makanan pada Vallecular karena berkurangnya pergerakan posterior dari dasar lidah Perlengketan pada depresi di dinding faring karena jaringan parut atau lipatan faringeal Sisa makanan pada puncak jalan napas Karena berkurangnya elevasi laring Penetrasi dan aspirasi laringeal karena berkurangnya penutupan jalan napas Aspirasi pada saat menelan karena berkurangnya penutupan laring Stasis atau residu pada sinus pyriformis karena berkurangnya tekanan laringeal anterior Fase EsophagealGangguan fungsi esophageal dapat menyebabkan retensi makanan dan minuman didalam esofagus setelah menelan. Retensi ini dapat disebabkan oleh obstruksi mekanis, gangguan motilitas, atau gangguan pembukaan Sphincter esophageal bawah. Logemann's Manual for the Videofluorographic Study of Swallowing mencantumkan tanda dan gejala gangguan menelan pada fase esophageal sebgai berikut : Aliran balik Esophageal-ke-faringeal karena kelainan esophageal Tracheoesophageal fistula Zenker diverticulum RefluxAspirasi Aspirasi adalah masuknya makanan atu cairan melalui pita suara. Seseorang yang mengalami aspirasi beresiko tinggi terkena pneumonia. Beberapa faktor mempengaruhi efek dari aspirasi : banyaknya, kedalaman, keadaan fisik benda yang teraspirasi, dan mekanisme pembersihan paru. Mekanisme pembersihan paru antara lain kerja silia dan reflek batuk. Aspirasi normalnya memicu refleks batuk yang kuat. Jika ada gangguan sensosris, aspirasi dapat terjadi tanpa gejala. 2.7 ETIOLOGIAnamnesa yang lengkap membantu dokter dalam menentukan bermacam penyebab dari disfagia. Penyebab yang sering dari disfagia adalah sebagai berikut : Stroke atau cedera otak traumatik (TBI) Motor neuron disease (amyotrophic lateral sclerosis [ALS]) Parkinson disease dan penyakit degeneratif lainnya (apraxia) Poliomyelitis Multiple sclerosis Myasthenia gravis Myopathy (dermatomyositis, myotonic dystrophy) Laryngectomy Faringectomy, esophagectomy rekonstruksi dengan penarikan gastric Pembedahan kepala dan leher Collar Cervical, spondilosis cervical Ventilator-dependent patient Pasien tua Cerebral palsy Esophageal-faringeal backflow, tracheoesophageal [T-E] fistula, Zenker diverticulum, refluxFase orofaringeal: penyakit serebrovaskular, miastenia gravis, kelainan muskular, tumor, divertikulum Zenker, gangguan motilitas/sfingter esofagus atas.Fase esofageal: inflamasi, striktur esofagus, tumor, ring/web, penekanan dari luar esofagus, akalasia, spasme esofagus difus, skleroderma.Beberapa penyebab disfagia orofaringeal : Mekanisme Contoh

Neurologik Stroke Parkinsons diseaseMultiple sclerosisBeberapa gangguan neuron motorik (amyotrophic lateral sclerosis, progessive bulbar palsy, pseudobulbar palsy)Bulbar poliomyelitis

Muscular Myasthenia gravisDermatomyositis Muscular dystrophyCricopharyngeal incoordination

2.8 GEJALA KLINISPasien yang memiliki disfagia dapat datang dengan berbagai tanda dan gejala. Mereka biasanya mengeluh batuk atau tersedak atau sensasi abnormal menempel makanan di belakang tenggorokan atau dada bagian atas ketika mereka mencoba menelan, namun beberapa kasus bisa dengan keluhan yang sangat minimal atau bahkan tidak ada keluhan (misalnya, pada mereka dengan aspirasi diam.Dari riwayat penyakit dapat didapatkan beberapa informasi yang dapat membantu penegakan diagnosis, jenis makanan dapat menjelaskan jenis disfagia yang terjadi. Pada disfagia mekanik, sulit menelan terjadi pada makanan-makanan yang padat, makanan tersebut kadang perlu dibantu dengan air untuk menelan, bila keadaan ini terjadi semakin parah, perlu dicurigai adanya keganasan atau kanker. Sebaliknya pada disfagia motorik keluhan sulit menelan terjadi pada makanan padat dan makanan cair. Disfagia yang hilang dalam beberapa hari atau seminggu dapat disebabkan oleh peradangan pada rongga esophagus.Dari pemeriksaan fisik dapat dilihat adanya massa pada leher atau pembesaran kelenjar limfa yang dapat menekan esophagus. Pada pemeriksaan rongga mulut, dapat dilihat adanya peradangan atau pembesaran tonsil (amandel).Pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan biasanya adalah foto polos esofagus dengan zat kontras. Pemeriksaan yang lain adalah CT-scan, MRI atau esofagoskopi. Pemeriksaan esofagoskopi adalah pemeriksaan yang melihat langsung esophagus dan keadaan rongganya.Tanda dan Gejala : Disfagia Oral atau faringeal o Batuk atau tersedak saat menelan o Kesulitasn pada saat mulai menelano Makanan lengket di kerongkongan o Sialorrhea o Penurunan berat badano Perubahan pola makano Pneumonia berulango Perubahan suara (wet voice) o Regusgitasi Nasal Disfagia Esophagealo Sensasi makanan tersangkut di tenggorokan atau dadao Regurgitasi Oral atau faringealo Perubahan pola makano Pneumonia rekuren2.9 PEMERIKSAAN FISIKPemeriksaan fisik untuk disfagia meliputi : Selama pemeriksaan fisik, mencari mekanisme oral-motor dan laring. Pengujian n.V dan VII-XII sangat penting untuk menentukan bukti fisik dari disfagia orofaringeal. Pengamatan langsung penutupan bibir, rahang, mengunyah, pergerakan dan kekuatan lidah, elevasi palatal dan laryngeal, salivasi, dan sensitifitas oral. Periksa kesadaran dan status kognitif pasien karena dapat mempengaruhi keamanan menelan dan kemampuan kompensasinya. Dysphonia dan dysarthria adalah tanda disfungsi motoris struktur-struktur yang terlibat pada menelan. Periksa mukosa dan gigi geligi mulut. Periksa langit-langit lunak untuk posisi dan kesimetrisan selama fonasi dan beristirahat. Evaluasi elevasi faring dengan menempatkan 2 jari di laring dan menilai pergerakan selama menelan volunter. Teknik ini membantu untuk mengidentifikasi ada atau tidak adanya hambatan mekanisme pelindung laring. Periksa reflek muntah dengan menyentuh mukosa faring dengan spatula lidah. Pengujian untuk refleks muntah sangat membantu, teteapi tidak adanya refleks muntah tidak selalu menunjukkan bahwa pasien tidak mempu menelan dengan aman. Memang, banyak orang dengan tidak ada refleks muntah memiliki kemampuan menelan yang normal, dan beberapa pasien dengan disfagia memiliki refleks muntah yang normal. Auskultasi servikal menjadi bagian dari evaluasi klinis pasien disfagia. Menilai kekuatan dan kejelasan suara, waktu episode apneic, dan kecepatan menelan. Periksa fungsi pernapasan. Jika kekuatan pernapasan batauk atau kliring tenggorokan tidak memadai, resiko aspirasi meningkat. Tahap terakhir adalah pengamatan langsung aktivitas menelan. Minimal, menonton pasien sementara dia minum air. Jika memungkinkan, menilai makan pasien berbagai tekstur makanan. Sialorrhea, inisiasi menelan tertunda, batuk atau kualitas suara serak basah atau mungkin menunjukkan masalah. Setelah menelan, amati pasien selama 1 menit atau lebih jika ada batuk tertunda .2.10 DIAGNOSABerbagai tes dapat digunakan untuk disfagia : Endoskopi atau esphagoscopy, tabung dimasukkan ke kerongkongan untuk membantu mengevaluasi kondisi kerongkongan, dan mencoba untuk membuka bagian-bagian yang mngkin tertuup. Manometri esofagus, tabung dimasukkan ke dalam perut untuk mengukur perbedaan tekanan di berbagai daerah. X-ray leher, dada, atau perut dapat diambil. Barium x-ray, gambar bergerak atau video x-ray diambil dari kerongkongan saat menelan barium, yang terlihat pada x-ray.Pengamatan penderita waktu menelan merupakan manuver diagnostik yang penting dan harus dilakukan untuk semua penderita. Bila kelainan orofaring dicurigai, pemeriksaan neurologik formal harus dilakukan dengan visualisasi langsung dari fungsi neuromuskular faring dan laring.

2.11 IMPLIKASI TERHADAP GIZI (GANGGUAN METABOLISME ZAT GIZI)Disfagia menyebabkan penurunan pemasukan kkal- atau makanan yang mengandung protein sehingga harus diperhatikan apakah pasien mengalami kekurangan kalori protein (KKP).Penderita disfagia akan mengalami kesulitan menelan makanan sehingga suplai nutrisi yang dibutuhkan tubuh seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan cairan berkurang. Dampak lanjut akan mengalami defisiensi zat gizi dan tubuh mengalami gangguan metabolisme.

2.12 PENATALAKSANAANTerdapat pengobatan yang berbeda untuk berbagai jenis dysphagia. Pertama dokter dan speech-language pathologists yang menguji dan menangani gangguan menelan menggunakan berbagai pengujian yang memungkinkan untuk melihat bergagai fungsi menelan. Salah satu pengujian disebut dengan, laryngoscopy serat optik, yang memungkinkan dokter untuk melihat kedalam tenggorokan. Pemeriksaan lain, termasuk video fluoroscopy, yang mengambil video rekaman pasien dalam menelan dan ultrasound, yang menghasikan gambaran organ dalam tubuh, dapat secara bebas nyeri memperlihatkan tahapan-tahapan dalam menelan.Setelah penyebab disfagia ditemukan, pembedahan atau obat-obatan dapat diberikan. Jika dengan mengobati penyebab dysphagia tidak membantu, dokter mungkin akan mengirim pasien kepada ahli patologi hologist yang terlatih dalam mengatasi dan mengobati masalah gangguan menelan. Pengobatan dapat melibatkan latihan otot ntuk memperkuat otot-otot facial atau untuk meningkatkan koordinasi. Untuk lainnya, pengobatan dapat melibatkan pelatihan menelan dengan cara khusus. Sebagai contoh, beberapa orang harus makan dengan posisi kepala menengok ke salah satu sisi atau melihat lurus ke depan. Menyiapkan makanan sedemikian rupa atau menghindari makanan tertentu dapat menolong orang lain. Sebagai contoh, mereka yang tidak dapat menelan minuman mungkin memerlukan pengental khusus untuk minumannya. Orang lain mungkin harus menghindari makanan atau minuman yang panas ataupun dingin.Untuk beberapa orang, namun demikian, mengkonsumsi makanan dan minuman lewat mulut sudah tidak mungkin lagi. Mereka harus menggunakan metode lain untuk memenuhi kebutuhan nutrisi. Biasanya ini memerlukan suatu system pemberian makanan, seperti suatu selang makanan (NGT), yang memotong bagian menelan yang tidak mampu bekerja normal. Berbagai pengobatan telah diajukan unutk pengobatan disfagia orofaringeal pada dewasa. Pendekatan langsung dan tidak langsung disfagia telah digambarkan. Pendekatan langsung biasnya melibatkan makanan, pendekatan tidak langsung biasanya tanpa bolus makanan. Modifikasi dietMerupakan komponen kunci dalam program pengobatan umum disfagia. Suatu diet makanan yang berupa bubur direkomendasikan pada pasien dengan kesulitan pada fase oral, atau bagi mereka yang memiliki retensi faringeal untuk mengunyah makanan padat. Jika fungsi menelan sudah membaik, diet dapat diubah menjadi makanan lunak atau semi-padat sampai konsistensi normal. Suplai NutrisiEfek disfagia pada status gizi pasien adalah buruk. Disfagia dapat menyebabkan malnutrisi. Banyak produk komersial yang tersedia untuk memberikan bantuan nutrisi. Bahan-bahan pengental, minuman yang diperkuat, bubur instan yang diperkuat, suplemen cair oral. Jika asupan nutrisi oral tidak adekuat, pikirkan pemberian parenteral. HidrasiDisfagia dapat menyebabkan dehidrasi. Pemeriksaan berkala keadaan hidrasi pasien sangat penting dan cairan intravena diberikan jika terapat dehidrasi. Pembedahan

o Pembedahan gastrostomy Pemasangan secara operasi suatu selang gastrostomy memerlukan laparotomy dengan anestesi umum ataupun lokal. o Cricofaringeal myotomy Cricofaringeal myotomy (CPM) adalah prosedur yang dilakukan unutk mengurangi tekanan pada sphicter faringoesophageal (PES) dengan menginsisi komponen otot utama dari PES. Injeksi botulinum toxin kedalam PES telah diperkenalkan sebagai ganti dari CPM.

BAB IIIKESIMPULAN

Disfagia didefinisikan sebagai kesulitan yang disadarinya dalam mengalirkan makanan padat atau cair dari mulut melalui esofagus. Penderita mengeluh sulit menelan atau makanan terasa tidak turun ke lambung. Gangguan pada proses menelan dapat digolongkan tergantung dari fase menelan yang dipengaruhinya ataupun faktor lain yang mengakibatkan kesulitan untuk menelan makanan. Penderita harus segera mendapat pertolongan agar nutrisi yang dipelukan tubuh tetap terpenuhi.

DAFTAR PUSTAKAHayes C. Peter, dkk. Segi Praktis Gastroenterologi dan Hepatologi. 1988. Binarupa Aksara: Jakarta.Mary Courtney Moore. Buku Pedoman Terapi Diet dan Nutrisi Edisi II. Slamet Suyono, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi Ketiga. 2001. Balai Penerbit FKUI: Jakarta.Soepardi EA. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala & Leher Edisi 6. 2007. Balai Penerbit FKUI: Jakarta.Soeparman, dkk. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. 1990. Balai Penerbit FKUI: Jakarta.William F. Ganong. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 20. 2001. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakartahttp://downxpress.blogspot.com/2008/10/gangguan-esofagus-gaster.html (diakses tanggal 14 Desember 2013)http://www.klikdokter.com/medisaz/read/2010/07/05/62/disfagia (diakses tanggal 14 Desember 2013)http://hsilkma.blogspot.com/2011/01/disfagia.html (diakses tanggal 16 Desember 2013)http://www.detikhealth.com/read/2009/06/30/115105/115631/770/benda-asing-di-esofagus (diakses tanggal 16 Desember 2013)

18