dimulai dari kaderisasi -...

1
Media Indonesia, 2 Oktober 2017

Upload: nguyentuyen

Post on 16-May-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAGAIMANA PDIP membina kadernya yang akan menjadi calon kepala daerah?

Mereka yang dinyatakan sebagai paslon (pa-sangan calon) wajib mengikuti sekolah para calon kepala daerah. Di situ, mereka dilatih aspek pe-merintahan yang baik, bersih, melayani rakyat, dan meletakkan masa depan bagi daerah itu.

Apakah juga ada materi soal pencegahan korupsi dalam pembinaan partai?

Ada. Dalam kurikulum kita mengajarkan me-ngenai pemerintahan yang baik, bersih, dan bebas korupsi. Juga komitmen untuk melakukan reformasi birokrasi dan mendorong kebijakan anggaran agar sebagian besar anggaran dipakai untuk belanja publik. Itu program-program an-tikorupsi yang kami jalankan.

Cukup atau tidak pencegahan korupsi ha-nya melalui pemberian materi kepada parakader?

Ya, harus diingatkan terus-menerus karenakorupsi kan menjadi budaya. Kita tidak hanya komitmen melalui pengajaran, tetapi juga meng-ingatkan secara periodik kepada kader dengan membuat surat edaran dari partai.

Bagaimana sikap tegas PDIP bila ada partai yang terkena kasus korupsi?

Yang tertangkap tangan, partai memberikansanksi yang sangat tegas berupa pemecatan.

Ketika ada kader parpol yang kena kasus ko-rupsi, apakah bisa disebut parpol punya andil terhadap kejadian tersebut?

Partai tidak punya andil dalam persoalan itu, tapi partai punya tanggung jawab dalam mem-bina kader. Kalau itu terjadi, itu tanggung jawab pribadi sebagai bagian dari ketidakdisiplinan.

Mekanisme penguatan seperti apa yang ditempuh partai agar tidak ada kader yang tersangkut kasus korupsi?

Kita mengajak dan mengundang KPK ke kantorpartai juga ada pengamat politik untuk memba-has upaya pencegahan korupsi.

Bagaimana PDIP melakukan pengawasan ke-pada kadernya yang menjadi kepala daerah?

Kami memberikan surat edaran tertulis secara periodik. Pengawasan dilakukan melalui meka-nisme rapat partai.

Apa pendapat Anda dengan rencana Mendagri yang akan meningkatkan materi KPK bagi calon kepala daerah hingga 50%?

Kita harus melihat secara holistik. Itu (usulan) hal yang positif, tapi juga jangan pendekatannya hanya satu aspek, harus multidimensi. Materi100% pemberantasan korupsi belum tentu men-cegah (korupsi). (Nur/P-5)

BENARKAH banyak kepala daerah yang belum matang secara mental dan sistem?

Parpol mengaku kader mereka itu belum tentu kader mereka dari bawah sebab ada juga kader itu kader tamu saja yang mana datang karena memiliki dana banyak atau popularitas yangkemudian terpilih sebagai kepala daerah.

Parpol juga mengaku susah mengendalikan kepala daerah karena untuk naik sebagai kepala daerah itu mahal biayanya dan mengandalkan popularitas. Jadi, terkadang meski kader dia ba-gus dan berintegritas, tetapi karena sistem pilih langsung seperti ini, akhirnya mereka terpaksa mengusung orang lain.

Apakah setelah terpilih, kepala daerah itu tidak diawasi parpol?

Partai politik mengaku kesulitan sebab begitu mereka terpilih tidak ada komunikasinya juga de-ngan partai. Ketika tertangkap, yang kena partai pengusungnya dan partai mengeluh untuk itu. Untuk kadernya sendiri, dananya tidak cukup dan tidak populer, ini menjadi dilematis.

Kalau kader asli parpol, bisa mereka kontrol dan ketika ada informasi langsung ditegur. Jadi, beberapa partai mengaku seperti itu. Partai ber-harap kalau boleh jangan pilih langsung, tetapi pilih demokratis saja. Partai sendiri tidak percaya diri dalam mengusung kadernya karena takuttidak mendapat kursi.

Bagaimana kolaborasi preventif terhadap korupsi antara KPK dan parpol?

Kita sedang kerja sama dengan 10 partai yang ada, salah satunya terkait pemilihan langsungyang harus dimodifikasi lagi sebab partai me-lihat kalau masih pilih langsung saja, lalu buat apa saya mengader dari mahasiswa hingga siap untuk pilkada? Saat ini partai memiliki sistem seperti sekolah kader muda juga ada di tingkat madya atau menengah hingga sekolah kaderlanjutan untuk dijadikan legislator atau kepala daerah, dan rata-rata semua partai memiliki sis-tem tersebut.

Setujukah ini akal-akalan swasta dan bukan kesalahan murni dari partai politik?

Kalau swasta pasti akan mencari celah karena kasus terbesar itu ialah dari penyuapan danitu berasal dari swasta. Bahkan di pemerintah daerah, kepala daerahnya memang memiliki sponsor. Hampir tidak ada kepala daerah yang naik tidak ada sponsor.

Kira-kira apa yang harus dilakukan untuk mengatasi hal itu ?

Di pusat, kita mendorong upaya swasta ber-henti menyuap. Sebab, pihak swasta awalnya mengatakan mau tidak menyuap, tapi kalauperusahaan lain menyuap, mereka akan kalah tender. (Dro/P-5)

RICHALDO Y [email protected]

MARAKNYA ke-pala daerahyang terjaring operasi tangkap

tangan (OTT) Komisi Pembe-rantasan Korupsi (KPK) me-munculkan anggap an negatifterhadap partai politik. Me-reka dianggap tidak cukup melakukan pembinaan se-belum menyodorkan orang-orang tersebut sebagai pa-sangan calon kepala daerah/wakil dalam pilkada.

Sekretaris Jenderal Partai NasDem, Johnny G Plate,menganggap maraknya ko-rupsi yang terjadi dengan melibatkan kepala daerah disebabkan oleh banyakfaktor. Selain lemahnyamental dari politikus itu, ada faktor di luar parpol yang ikut andil.

“Ini tindakan berbagai pihak, ini kan tidak mung-kin satu pihak, apakah dari pejabat pemerintahnya, darikontraktor, tekanan politik hingga jaringan politik,” ucap Johnny saat dihubungi Media Indonesia, kemarin.

NasDem, lanjut dia, selalu berupaya untuk menghadir-kan kader yang bersih. Pasalnya, tindak pidanakorupsi (tipikor) merupa-kan kejahatan yang dipan-dang serius oleh NasDem, ataupun beberapa partailain yang tidak ragu un-tuk melakukan pemecatan bagi kader ataupun kepala daerah yang tersangkutkasus korupsi.

“Begitu terjadi masalah-nya (korupsi), kami berhen-tikan kader kami. Bahkan kami enggak perlu tunggu proses pengadilan untuk tunggu keputusan. OTT kan sudah jelas (mengindikasi-kan korupsi), kenapa harus tunggu pengadilan lagi?” imbuh Johnny.

Sebelumnya, Menteri Da-lam Negeri Tjahjo Kumolomenolak anggapan bahwa kepala daerah yang terkena kasus korupsi merepresen-tasikan buruknya perekrut-an calon oleh partai poli-tik. Pasalnya, calon kepala daerah yang didukung par-tai dikatakan dia telah me-lalui serangkaian ujian dan pelatihan, seperti psikotes,

diklat, hingga penguatan wawasan ideologi.

Pemerintah juga sudah memberlakukan sistem berbasis elektronik atau e-government . Namun, langkah-langkah itu belum mampu mengawasi per-mainan pihak ketiga aliaspihak swasta yang kerap menjebak kepala daerah se-hingga terjerat dalam arus korupsi. “Ada permainanpihak swasta dan kepaladaerahnya tidak paham se-hingga terjebak dalam per-mainan itu. Mungkin juga memang dia (kepala daerah) tahu, tapi pura-pura enggak tahu,” terang Tjahjo.

KomitmenPengamat politik Yunarto

Wijaya menilai korupsi oleh kepala daerah memang bu-kan hanya terkait dengansistem kaderisasi di parpol. Namun, parpol tidak bisa se-penuhnya lepas tangan atas maraknya kepala daerah yang terjaring OTT. Butuh niat serta komitmen untuk benar-benar menciptakan kepala daerah yang bersih yang berasal dari parpol.

“Banyak yang bisa dilaku-kan oleh parpol untuk mem-buktikan niat itu, dari hulu hingga hilir. Sejak proses perekrutan, hingga ketika

ada kader yang memang terbukti korupsi, peran par-tai itu besar,” ujar Yunarto kepada Media Indonesia, kemarin.

Pada hulu, paparnya,parpol bisa memulainyadengan mekanisme rekrut-men yang memuat indika-tor-indikator pembuktian seorang calon kepala daerahbebas dari potensi korupsi. Selanjutnya, pada proses fi t and proper test, tranparansi track record seorang calon dharus jelas.

“Seharusnya ini peran parpol, justru mereka yang harus memeriksa, itu bisa mengurangi kerja lembaga antikorupsi yang biasa-nya mengurus track record calon,” kata Yunarto.

Mengalir ke hilir, parpol punya peran untuk men-jaga kader mereka selama menjabat dengan cara peng-awasan. Aplikasi yang bisa diakses langsung masya-rakat untuk mengadukankader parpol bisa menjadi contoh. Terakhir, ketikaada kader yang terbukti korupsi, harus ada sanksi te-gas berupa pemecatan atau pencabutan hak politik.

“Sekarang berapa banyak sih parpol yang berani me-mecat kader yang korupsi,” sindirnya. (Deo/P-5)

Butuh niat dan komitmen daripartai politik untuk menciptakan kepala daerah yang bersih.

Mencegah KorupsiDimulai dari Kaderisasi

Pecat Kader yang Korupsi

OTT KPKBikin Dilematis

SENIN, 2 OKTOBER 2017 POLEMIK6

Pahala NainggolanDeputi Pencegahan KPK

Hasto KristiyantoSekjen PDIP

MI/ROMMY PUJIANTO MI/ARYA MANGGALA

Media Indonesia, 2 Oktober 2017