dim draf ruu kehati

Upload: mv

Post on 07-Jul-2018

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/19/2019 Dim Draf Ruu Kehati

    1/217

    KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

    REPUBLIK INDONESIA

    DAFTAR INVENTARISASI MASALAH

    RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI

    [PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1990 TENTANG KONSERVASI SUMBER DA

    ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA]

  • 8/19/2019 Dim Draf Ruu Kehati

    2/217

    2

    DRAF RUU KKH– Tan

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJ

    UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

    NOMOR......... TAHUN

     TENTANG

    KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI

    DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

    PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

    PENJELASAN

    ATAS

    UNDANG-UNDANG REPUBLIKINDONESIA

    NOMOR TAHUN

     TENTANG

    KONSERVASI KEANEKARAGAMANHAYATI

    1. Menimbang: a. bahwa keanekaragaman hayatiIndonesia merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang

    dikuasai oleh negara dandipergunakan untuk sebesar-besar

    kemakmuran rakyat yang perludikelola dan dimanfaatkan secaralestari, selaras, serasi dan

    seimbang bagi kelestarian sumberdaya alam hayati dankesejahteraan rakyat;

    Bangsa Indonesia dianugerahi Tuhan Yang Maha Esa kekayaansumber daya alam hayati yang

    berlimpah dengan keanekaragaman yang tinggi, baik di darat, maupun di

    perairan serta keanekaragamanpengetahuan tradisional, sehinggaIndonesia dikenal sebagai salah satu

    dari sedikit negara mega bio-kultural-diversitas di dunia.

    Sumber daya alam hayati tersebutmerupakan sumber daya strategiskarena menyangkut ketahanan

    nasional, dikuasai oleh negara yangdiatur pengelolaannya secara optimal

    dan berkelanjutan bagi terwujudnya

    2. b. bahwa keanekaragaman hayatiIndonesia adalah sumber dayaalam strategis yang menguasaihajat hidup orang banyak yang

    pengelolaannya harus dapat

  • 8/19/2019 Dim Draf Ruu Kehati

    3/217

    3

    DRAF RUU KKH– Tan

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJ

    secara optimal untuk mewujudkan

    kesejahteraan rakyat Indonesiadan umat manusia pada masa kinimaupun masa depan;

    kesejahteraan masyarakat Indonesia

    bagi generasi sekarang dan yang akandatang.

    Walaupun keanekaragaman hayati

    di Indonesia berlimpah, namun sumberdaya alam hayati tersebut tidak tak

    terbatas dan mempunyai sifat yangtidak dapat kembali seperti asalnya(irreversible ) apabila dimanfaatkan

    secara berlebihan. Pemanfaatan secaraberlebihan akan mengancam

    keberadaan sumber daya alam itusendiri, dan sampai pada tahap tertentuakan dapat memusnahkan

    keberadaannya.

    Keanekaragaman hayati tersebut,terdapat pada tiga tingkatan yaitukeanekaragaman ditingkat ekosistem,

    spesies (jenis) dan genetik. Secarasendiri-sendiri maupun bersama-samakeanekaragaman hayati tersebutmempunyai fungsi sebagai sistem

    penyangga kehidupan, dimanaekosistem, spesies, dan genetik mampumenghasilkan dan memenuhikebutuhan dasar hidup manusia.Dengan demikian pengaturan tindakankonservasi termasuk pelindunganmerupakan inti perlindungan sistempenyangga kehidupan.

    Guna terjaminnya kelestarian

    3. c. bahwa sumber daya genetik,spesies, dan ekosistem pada

    dasarnya saling tergantung satudengan lainnya sehinggakerusakan dan kepunahan salahsatu unsur akan berakibatterganggunya ekosistem;

    4. d. bahwa untuk menjaga agarpemanfaatan sumber daya alamhayati dapat berlangsung dengansebaik-baiknya, maka diperlukanlangkah-langkah konservasidengan mempertimbangkanpengetahuan tradisional danberdasarkan strategi konservasi yang berlaku secara universal;

    5. e. bahwa Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang KonservasiSumber Daya Alam Hayati danEkosistemnya belum menampungdan mengatur secara menyeluruhmengenai konservasikeanekaragaman hayati, sertatidak sesuai lagi dengan

    perkembangan ekonomi, sosial,budaya, politik nasional, dan kerja

    sama internasional;

  • 8/19/2019 Dim Draf Ruu Kehati

    4/217

    4

    DRAF RUU KKH– Tan

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJ

    6. f. bahwa berdasarkan pertimbangan

    sebagaimana dimaksud padahuruf a, huruf b, huruf c, huruf d,dan huruf e perlu membentuk

    Undang-Undang tentangKonservasi Keanekaragaman

    Hayati.

    manfaat keanekaragaman hayati bagi

    kesejahteraan masyarakat Indonesiasecara berkelanjutan, perlu dilakukantindakan konservasi keanekaraman

    hayati. Tindakan konservasi tersebutberupa pengelolaan keanekaragaman

    hayati secara bijaksana dengan tetapmenjaga keseimbangan antarapemanfaatan dan pelindungan yang

    berkelanjutan bagi generasi sekarangmaupun yang akan datang.

    Pengaturan tindakan konservasikeanekaragaman hayati diharapkanmampu menjamin kepastian hukum

    hubungan antara masyarakat dengansumber daya alam hayati, kelestariansumber daya alam hayati, pemenuhan

    hak-hak dasar masyarakat dalam

    kaitannya dengan sumber daya alamhayati, serta terjaminnya distribusimanfaat secara adil dan berkelanjutan.

    Dewasa ini telah ada Undang-

    Undang yang mengatur tentangkonservasi yaitu UU No. 5 Tahun 1990tentang Konservasi Sumberdaya Alam

    Hayati dan Ekosistemnya. Undang-undang ini telah berumur hampir 25tahun, dan selama masa tersebut telahmampu menjadi dasar penyelenggaraankonservasi sumber daya alam hayati

    dan ekosistemnya. Namun demikiandalam tenggang waktu tersebut telah

    7.

    8. Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (1),Pasal 28H dan Pasal 33 ayat (3)

    dan (4) Undang-Undang dasar1945;

    2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun

    1994 tentang Pengesahan   United Nations Convention on Biological 

    Diversity  (Konvensi PerserikatanBangsa-Bangsa mengenai

    Keanekaragaman Hayati(Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 1994 Nomor 41, Tambahan Lembaran NegaraNomor 3556);

    3. Undang-Undang Nomor 11 Tahun

    2013 tentang Pengesahan   Nagoya Protocol on Access to Genetic Resources and the Fair and Equitable Sharing of Benefits Arising from Their Utilization to the Convention on Biological Diversity 

    (Protokol Nagoya tentang Aksespada Sumber Daya Genetik yang

  • 8/19/2019 Dim Draf Ruu Kehati

    5/217

    5

    DRAF RUU KKH– Tan

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJ

     Timbul dari Pemanfaatannya atas

    Konvensi Keanekaragaman Hayati)(Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2013 Nomor 73,

     Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 5412).

    terjadi banyak sekali perubahan

    lingkungan strategis nasional sepertiberubahnya sistem politik danpemerintahan dari sentralisasi ke

    desentralisasi dan demokratisasi,maupun perubahan pada tataran global

    berupa bergesernya beberapa kebijakaninternasional dalam penyelenggaraankonservasi.

    Lingkungan strategisinternasional, telah banyak mengalami

    perubahan tercermin dalamkesepakatan internasional mengenaiprinsip pembangunan berkelanjutan,Millenium Development Growths  (MDGs),kesepakatan yang berkaitan denganperubahan iklim dan lain–lain.Perubahan tersebut telah mendorong

    dibangunnya upaya bersama untukmelaksanakan pembangunan denganprinsip “pertumbuhan hijau”ataudikenal juga dengan ekonomi hijau,dimana pembangunan diarahkan untukmenjamin kehidupan manusia danterselenggaranya keadilan sosialsekaligus meminimalkan dampak burukekologis, serta kelangkaan sumber dayaalam hayati dengan emisi rendahkarbon dan pemanfaatan efisien sesuaidengan daya dukung lingkungan.

    Secara nasional, perubahanlingkungan strategis yang paling

  • 8/19/2019 Dim Draf Ruu Kehati

    6/217

    6

    DRAF RUU KKH– Tan

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJ

    menonjol adalah berubahnya sistem

    pemerintahan RI dari sentralisasi kedesentralisasi. Dengan perubahan inisebagain besar penyelenggaraan

    pembangunan termasuk pembangunan yang berkaitan dengan sumber daya

    alam telah ditetapkan menjadikewenangan Pemerintah Daerah. Dalampenyelenggaraan pembangunan telah

    ditetapkan prinsip   concurrency  denganmemperhatikan eksternalitas, dampakserta efisiensinya. Pengelolaan kawasanhutan konservasi seperti tamannasional secara tegas memang masihmenjadi kewenangan Pemerintah(pusat); sedang kegiatan lainnyatermasuk konservasi diluar kawasanhutan negara seharusnya menjadikewenangan daerah.

    Disamping berubahnya sistempemerintahan, perubahan yang jugamenonjol di tingkat nasional adalahreformasi yang berkaitan denganperbaikan pelayanan publik, pesatnyapertumbuhan teknologi informasi, sertamenguatnya kelembagaan masyarakatadat, menguatnya peran DPR/DPRDdan DPD serta peran Lembaga SwadayaMasyarakat (LSM) dalam mendorongarah pembangunan ke depan.

    Perubahan strategis ini mendorongperlunya peningkatan peran para pihak,

  • 8/19/2019 Dim Draf Ruu Kehati

    7/217

    7

    DRAF RUU KKH– Tan

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJ

    dan masyarakat serta keberpihakan

    kepada kesejahteraan masyarakatdalam pengurusan konservasi diIndonesia tanpa mengorbankan

    konservasi sumber daya alam itusendiri.

    Kondisi di atas, sertamemperhatikan tantangan ke depanseperti menguatnya tekanan

    masyarakat terhadap kawasankonservasi, meningkatnya jumlah

    penduduk yang memerlukan percepatanpembangunan di segala sektormemerlukan legislasi nasional mengenai

    konservasi yang mampu melindungikeanekaragaman hayati secara efektif serta menjamin kemanfaatan bagi

    masyarakat; sehingga dipandang perlu

    untuk mengganti Undang-UndangNomor 5 Tahun 1990 tentangKonservasi Sumber Daya Alam Hayatidan Ekosistemnya dengan undang-undang yang dapat memberi jaminan yang lebih kokoh dalampenyelenggaraan konservasikeanekaragaman hayati.

    Undang-Undang ini disusunsebagai jawaban terhadap kondisi diatas dengan memperhatikankeselarasan hubungan antara makhluk

    hidup dan lingkungannya dimanamanusia tidak menjadi inti dari

  • 8/19/2019 Dim Draf Ruu Kehati

    8/217

    8

    DRAF RUU KKH– Tan

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJ

    kehidupan tetapi manusia harus

    menjaga kelestarian keanekaragamanhayati demi kelangsungan hidupnyaatau pada setiap kegiatan

    pembangunan harus selalu menjaminterjadinya harmonisasi hubungan

    antara kehidupan manusia denganalam dan budayanya.

    Konservasi keanekaragaman

    hayati dalam Undang-Undang Nomor 5

     Tahun 1990 meliputi tiga aspek utama

     yaitu, yang didasarkan pada Strategi

    Konservasi Dunia. Sesuai dengan

    Perlindungan keanekaragaman hayati

    meliputi berbagai kegiatan seperti:

    a. perlindungan ekosistem, jenis dangenetik yang merupakan kegiatan

    perlindungan penyangga kehidupan;

    b. penetapan status perlindungan jenis

    dan kawasan dan larangan; serta

    c. pengaturan akses dan kelembagaan

    terhadap sumber daya genetik danpembagian keuntungan.

    Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990

    menggunakan istilah pengawetan dalam

    kegiatan penetapan status perlindungan

     jenis dan kawasan serta larangannya,

    dalam UU ini pengawetan tidak lagi

    dipergunakan karena kegiatan

  • 8/19/2019 Dim Draf Ruu Kehati

    9/217

    9

    DRAF RUU KKH– Tan

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJ

    utamanya adalah perlindungan,

    disamping itu penggunaan istilah

    pengawetan memberi konotasi yang

    terbatas dan statis.

    Pengaturan konservasi

    keanekaragaman hayati kedepandiharapkan mampu:

    a. mencegah kerusakan atau

    kepunahan serta menjaminkelestarian fungsi dan manfaatkeanekaragaman hayati bagi

    keberlangsungan sistem penyanggakehidupan;

    b. meningkatnya luasan jaringankawasan konservasi, sertakesejahteraan satwa liar;

    c. meningkatkan koordinasi lintassektor bagi keberhasilan konservasi,serta semakin efektifnya kegiataan

    koordinasi di bawah sekretariatnasional konservasi bagi

    pembangunan;

    d. mengatur kegiatan konservasi secarautuh termasuk posisinya sebagai

    penentu sistem penyanggakehidupan;

    e. meningkatkan peluang lapanganpekerjaan berbasis kelestarian bagi

    masyarakat disekitar wilayah

  • 8/19/2019 Dim Draf Ruu Kehati

    10/217

    10

    DRAF RUU KKH– Tan

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJ

    konservasi, meningkatnya legalitas

    dan penghasilan pengelolaan jasahutan, serta terkendalinya konflikkawasan / konflik satwa;

    f. mewujudkan prinsip tata kelolapemerintahan yang baik dibidang

    konservasi kehati, dalam hal initermasuk meningkatnya partisipasipara pihak dalam kegiatan

    konservasi termasuk dalam hal ini yang berhubungan dengan

    keterbatasan dana pemerintah;

    g. meningkatnya keadilan dalampenegakan hukum, serta tumbuhnya

    efek jera bagi setiap tindakanmerusak atau yang dapatmengganggu kelestarian kehati;

    h. mengisi kekosongan hukum, antaralain dalam pengaturan konservasi

    genetik, kesejahteraan satwa,perlindungan wilayah konservasibukan kawasan konservasi (seperti

    zona penyangga, wilayah dengankeanekaragaman hayati tinggi).

    Pokok-pokok materi yang diatur dalam

    Undang-Undang ini meliputi :

    a. perlindungan dalam undang-undang

    ini meliputi pengaturan terhadaphal-hal yang selama ini dikenal

  • 8/19/2019 Dim Draf Ruu Kehati

    11/217

    11

    DRAF RUU KKH– Tan

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJ

    dengan kegiatan pengawetan jenis

    dan ekosistemnya serta perlindungansistem penyangga kehidupan.

    Perlindungan keanekaragaman

    hayati merupakan perlindungan

    unsur-unsur keanekaragaman hayati

    berupa genetik dan spesies yang

    merupakan unsur utama penyangga

    kehidupan manusia. Dengan

    demikian undang-undang ini tidak

    secara khusus mengatur

    perlindungan sistem penyangga

    kehidupan.

    Pengaturan perlindungan

    keanekaragaman hayati

    dimaksudkan untuk mencegah

    kerusakan atau kepunahan danmenjamin kelestarian fungsi dan

    manfaat keanekaragaman hayati

    untuk menyangga kehidupan

    manusia.

    Perlindungan keanekaragaman

    hayati meliputi penetapan status

    perlindungan dan pengaturan

    pengelolaan kehati.

    b. pemanfaatan diutamakan untuk

    kelestarian keanekaragaman hayatidengan prinsip pemanfaatan ramah

  • 8/19/2019 Dim Draf Ruu Kehati

    12/217

    12

    DRAF RUU KKH– Tan

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJ

    lingkungan, kelestarian budaya

    setempat, bermanfaat bagimasyaratakan sekitar baik untukkepentingan komersial maupun non

    komersial dengan tidak melebihidaya dukungnya.

    Pemanfaatan keanekaragaman hayatimeliputi pemanfaatan genetik,

    spesies dan ekosistem sesuai status

    perlindungannya dengan tidak

    melebihi daya dukungnya serta

    meliputi pengaturan terhadap

    perlindungan terhadap Hak

    Kekayaan Intelektual (HAKI), akses

    termasuk pembagian keuntungan

     yang adil dari pemanfaatan sumber

    daya genetik, sumber spesimen dan

    sistem produksi.

    c. pemulihan keanekaragaman hayatidimaksudkan untuk mengembalikankondisi keanekaragaman hayati yangterdegradasi atau mengalamikerusakan ke kondisi awal atau ketingkat yang diinginkan.

    Restorasi keanekaragaman hayati

    dilakukan terhadap sumber daya

    genetik, spesies dan ekosistem.

    d. partisipasi yang selama ini belumoptimal, melalui pengaturan ini

  • 8/19/2019 Dim Draf Ruu Kehati

    13/217

    13

    DRAF RUU KKH– Tan

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJ

    diharapkan akan terus tumbuh dan

    berkembang bagi terwujudnya tujuankonservasi. Kegiatan partisipasiantara lain kerjasama pengelolaan,

    pengelolaan wilayah konservasi, danpengelolaan wilayah konservasi di

    luar tanah negara.e. pendanaan mengatur sumber-

    sumber dana konservasi termasuk

    dana hasil kerjasama kegiatankonservasi.

    f. penyelesaian sengketa dimaksudkanuntuk memberikan pilihan kepadapihak-pihak yang bersengketa di

    bidang konservasi keanekaragamanhayati. Pilihan dimaksudkan untukmembuka kesempatan kepada

    masyarakat luas untuk melakukan

    peyelesaian sengketa dan efektifitaspenyelesaian sengketa.

    Para pihak yang bersengketa dapat

    melakukan gugatan ke pengadilan

    dengan mekanisme gugatan biasa,

    gugatan perwakilan (class action ),

    gugatan organisasi (legal standing ),

    hak gugat warga negara (citizen suit ).

    g. pengamanan dilakukan untuk

    menjaga terjaminnya kelestariansumber daya alam hayati serta

    keseimbangan ekosistemnya, dan

  • 8/19/2019 Dim Draf Ruu Kehati

    14/217

    14

    DRAF RUU KKH– Tan

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJ

    hak-hak Negara, masyarakat dan

    perorangan terhadap sumber dayaalam dan dalam upaya-upayakonservasi sumber daya alam hayati

    dan ekosistemmnya. Petugas yangbertindak sebagai ujung tombak

    pengamanan diberi wewenangkepolisian khusus ( policing ) ataupenyidikan.

    h. kerja sama internasional merupakantindak lanjut pengaturan konvensi

    international pada tingkat genetik,spesies dan ekosistem. Ditujukanuntuk penguatan penyelenggaraan

    konservasi keanekaragaman hayatipada tingkat internasional, regionaldan nasional.

    i. dicantumkannya sanksi pidana,

    sanksi administrasi, ganti rugi danrampasan terhadap setiap orang yang melakukan perbuatan pidanadibidang konservasi ditujukan untuk

    adanya efek jera bagi pelaku. Sanksipidana dapat berupa pidanakurungan, denda, dan kerja sosial.Badan hukum yang melakukantindak pidana diancam pidanadengan pemberatan.

     j. pihak-pihak yang berjasa dalamupaya pencegahan, pemberantasan,

    atau pengungkapan tindak pidana

  • 8/19/2019 Dim Draf Ruu Kehati

    15/217

    15

    DRAF RUU KKH– Tan

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJ

    konservasi diberi insentif oleh

    pemerintah dari hasil lelang.

    9.DENGAN PERSETUJUAN BERSAMA

    DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK

    INDONESIA

    DAN

    PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

    MEMUTUSKAN:

    10. Menetapkan: UNDANG-UNDANG TENTANG

    KONSERVASI KEANEKARAGAMAN

    HAYATI

    11. BAB IKETENTUAN UMUM

    12. Pasal 1

    Dalam Undang-Undang ini yang

    dimaksud dengan :

    Cukup Jelas

    13. 1. Konservasi adalah tindakan

    pelindungan, pelestarian, danpemanfaatan sumber daya alam yang dilakukan secara bijaksana

    dalam rangka memenuhi

    kebutuhan generasi saat ini dan

  • 8/19/2019 Dim Draf Ruu Kehati

    16/217

    16

    DRAF RUU KKH– Tan

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJ

    generasi masa mendatang.

    14.   2. Keanekaragaman Hayati adalahkeanekaragaman diantara

    organisme hidup baik yang ada didaratan maupun di perairanbeserta proses ekologisnya,

    sehingga terbentukkeanekaragaman genetik di dalamspesies, keanekaragaman di antaraspesies dan keanekaragamanekosistem.

    15.   3. Sumber Daya Alam Hayati adalahkomponen-komponenkeanekaragaman hayati yangbernilai aktual maupun potensialbagi kemanusiaan.

    16.   4. Konservasi KeanekaragamanHayati adalah tindakanpelindungan, pelestarian, danpemanfaatan sumber dayaalamhayati dan ekosistem yangdilakukan secara bijaksana untukmenjamin kesinambungankeberadaan, manfaat, dan nilainyadengan tetap memelihara danmeningkatkan kualitaskeanekaragaman untuk memenuhikebutuhan generasi saat ini dan

    generasi masa mendatang.

    17.   5. Pelindungan Penyangga Kehidupan

    di bidang keanekaragaman hayati

  • 8/19/2019 Dim Draf Ruu Kehati

    17/217

    17

    DRAF RUU KKH– Tan

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJ

    untuk selanjutnya disebut dengan

    pelindungan penyangga kehidupanadalah pelindungan atas sumberdaya genetik, spesies dan

    ekosistem.

    18.   6. Genetik atau yang selanjutnya

    disebut Gen, adalah satu unit fisikdan fungsional dasar daripembawa sifat keturunan yangterdiri dari satu segmen (sekuens)DNA (Deoxyribo Nucleic Acid ).

    19.   7. Materi Genetik adalah materi daritumbuhan, satwa, danmikroorganisme yang mengandungunit fungsional pewarisan sifat(hereditas).

    20.   8. Sumber Daya Genetik adalahmateri genetik, informasi yangterkandung di dalamnya, informasimengenai asal-usul, dan/ataubagian-bagian dan turunan daritumbuhan, satwa, atau jasad renik yang mengandung maupun tidakmengandung unit-unit fungsionalpewarisan sifat yang mempunyainilai nyata atau potensial yangdiperoleh dari kondisi insitudan/atau koleksi  ex-situ  dan yang

    telah didomestikasi di dalamwilayah Negara Kesatuan Republik

    Indonesia termasuk landas

  • 8/19/2019 Dim Draf Ruu Kehati

    18/217

    18

    DRAF RUU KKH– Tan

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJ

    kontinen dan zona ekonomi

    eksklusif.

    21.   9. Pelestarian Sumber Daya Genetik

    adalah rangkaian upayamempertahankan keberadaan dankeanekaragaman sumber daya

    genetik dalam kondisi dan potensi yang memungkinkan untukdimanfaatkan secaraberkelanjutan.

    22.   10. Pemanfaatan Sumber DayaGenetik adalah kegiatanpenelitian, pengembangan, ataupengusahaan secara berkelanjutansumber daya genetik dan/atauderivatifnya, termasuk melaluipenerapan bioteknologi.

    23.   11. Masyarakat Hukum Adat adalahkelompok masyarakat yang secaraturun temurun bermukim diwilayah geografis tertentu karenaadanya ikatan pada asal usulleluhur, adanya hubungan yangkuat dengan lingkungan hidup,serta adanya sistem nilai yangmenentukan pranata ekonomi,politik, sosial dan hukum, yangmemiliki sumber daya genetik

    dan pengetahuan tradisionalterkait sumber daya genetik.

  • 8/19/2019 Dim Draf Ruu Kehati

    19/217

    19

    DRAF RUU KKH– Tan

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJ

    24.   12. Masyarakat Lokal adalah

    sekelompok orang yang telahtinggal dalam tenggang waktu yangcukup lama di suatu tempat atau

    daerah sehingga dapat dipandangsebagai satu kesatuan dengan

    lingkungannya.

    25.   13. Kesepakatan Bersama adalahperjanjian tertulis berisipersyaratan dan kondisi yangdisepakati antara penyedia sumberdaya genetik dan pemohon akses.

    26.   14. Pembagian Keuntungan adalahkegiatan pendistribusiankeuntungan secara finansialdan/atau non-finansial yangberasal dari penelitian,pengembangan, komersialisasi,

    pemberian lisensi, atau bentuk-bentuk pemanfaatan lainnyasebagai hasil dari akses terhadapsumber daya genetik.

    27.   15. Bioprospeksi adalah kegiataneksplorasi, ekstraksi danpenapisan sumber daya alamhayati untuk pemanfaatan secarakomersial sumber daya genetikdan biokimia yang bernilai tinggi.

    28.   16. Kondisi Habitat Alami adalahkondisi sumber daya genetik yang

    terdapat dalam ekosistem dan

  • 8/19/2019 Dim Draf Ruu Kehati

    20/217

    20

    DRAF RUU KKH– Tan

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJ

    habitat alami, dan dalam hal jenis-

     jenis terdomestikasi ataubudidaya, di dalam lingkungantempat sifat-sifat khususnya

    berkembang.

    29.   17. Kawasan Konservasi adalah

    wilayah daratan dan atau perairan yang ditetapkan oleh pemerintahdan dikelola untuk terwujudnyakonservasi keanekaragaman hayatidan ekosistem.

    30.   18. Ekosistem adalah hubungantimbal balik yang dinamis antarakomunitas tumbuhan, satwa dan jasad renik dengan lingkungannon-hayati yang salingbergantung,pengaruhmempengaruhi dan berinteraksi

    sebagai suatu kesatuan yangsecara bersama-sama membentukfungsi yang khas.

    31.   19. Lingkungan Non-Hayati adalahunsur-unsur klimatik (iklim) danunsur-unsur edafik (tanah danbatuan).

    32.   20. Bentang Alam (lansekap) adalahmosaik geografis dari ekosistem-ekosistem atau sub-komponen

    daripadanya yang salingberinteraksi dimana susunan

    secara spasial serta modus

  • 8/19/2019 Dim Draf Ruu Kehati

    21/217

    21

    DRAF RUU KKH– Tan

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJ

    interaksinya mencerminkan

    pengaruh dari kondisi geologi,iklim, topografi, tanah, biota danaktivitas manusia.

    33.   21. Cagar Alam adalah kawasankonservasi yang memiliki keunikan

    keadaan alam atau merupakanperwakilan ekosistem, kondisigeologis dan/atau jenis tumbuhantertentu.

    34.   22. Suaka Margasatwa adalahkawasan konservasi yangmempunyai ciri khas berupakeanekaragaman dan/ataukeunikan jenis satwa liar.

    35.   23. Taman Nasional adalah kawasankonservasi yang mempunyaiekosistem asli yang karena

    karakteristiknya istimewa sertasecara nasional mempunyai nilaiestetika dan ilmiah yang tinggi,dikelola dengan sistem zonasi.

    36.   24. Taman Buru adalah kawasankonservasi yang secara historistelah merupakan wilayah

    perburuan tradisional, dihuni oleh jenis satwa liar atau kawasankonservasi karena pertimbangan

    tertentu ditetapkan dan dikelolauntuk kegiatan olah raga

    perburuan satwa secara

  • 8/19/2019 Dim Draf Ruu Kehati

    22/217

    22

    DRAF RUU KKH– Tan

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJ

    terkendali.

    37.   25. Taman Wisata Alam adalahkawasan konservasi yang

    ditetapkan yang memilikikekhasan fenomena alam ataugabungan fenomena alam dan

    budaya.38.   26. Taman Hutan Raya adalah

    kawasan konservasi yang terdiridari hutan buatan dan hutan alam yang mewakili ekosistem setempatserta memiliki nilai-nilai estetikaalam, atau nilai-nilai estetika alam yang berasosiasi dengan budayatrsadisional.

    39.   27. Ekosistem Esensial adalahekosistem di luar kawasankonservasi yang secara ekologis

    penting bagi konservasikeanekaragaman hayati.

    40.   28. Spesies adalah individu, populasiatau agregasi semua jenistumbuhan atau satwa, sub spesiestumbuhan atau satwa danpopulasi yang secara geografis

    terpisah.

    41.   29. Populasi adalah jumlah seluruhindividu yang dapat diukur dari

    suatu spesies atau jenis tumbuhan

    atau satwa di tempat tertentu.

  • 8/19/2019 Dim Draf Ruu Kehati

    23/217

    23

    DRAF RUU KKH– Tan

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJ

    42.   30. Sub-Populasi adalah bagian dari

    populasi yang merupakankelompok yang secara geografisterpisah (dipisahkan oleh batas-

    batas geografis) atau kelompok yang berbeda nyata yang satu

    sama lain tidak ada atau sedikitinteraksi.

    43.   31. Tumbuhan Liar adalah tumbuhan yang hidup di alam bebas dan ataudipelihara yang masih mempunyaikemurnian jenisnya.

    44.   32. Satwa Liar adalah semua binatang yang hidup di darat, dan/atau diair dan/atau di udara yang masihmempunyai sifat-sifat liar baikhidup bebas maupun yangdipelihara oleh manusia.

    45.   33. Sifat Liar adalah sifat yang melekatpada spesies yang secara fenotipdan genotip menunjukkan keliaran(genetically wild) .

    46.   34. Habitat adalah lingkungan tempattumbuhan atau satwa dapat hidupdan berkembang secara alami.

    47.   35. Spesimen Tumbuhan atau Satwaadalah fisik tumbuhan atau satwa

    baik hidup maupun mati termasukbagian-bagiannya atauturunannya yang masih dapat

  • 8/19/2019 Dim Draf Ruu Kehati

    24/217

    24

    DRAF RUU KKH– Tan

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJ

    dikenali secara visual maupun

    dengan teknologi.

    48.   36. Pengetahuan Tradisional yang

    berasosiasi dengan sumber rdayagenetik adalah informasi ataupraktek baik secara individu

    maupun kolektif dari masyarakatadat atau lokal, yang bernilaipotensial atau riil terkait atauberasosiasi dengan sumber dayagenetik.

    49.   37. Akses terhadap Sumber DayaGenetik adalah kegiatanmemperoleh sampel atau contohdari komponen-komponen sumberdaya genetik untuk tujuan risetilmiah, pengembangan teknologi,atau bioprospeksi, yang terkait

    untuk aplikasi industri ataulainnya.

    50.   38. Akses terhadap Pengetahuan Tradisional yang berasosiasidengan sumber daya genetikadalah kegiatan memperolehinformasi dari pengetahuan ataupraktek-praktek tradisional baikindividual maupun kolektif darimasyarakat adat atau lokal, untuk

    tujuan riset ilmiah, pengembanganteknologi atau bioprospeksi, yang

    terkait untuk aplikasi industri

  • 8/19/2019 Dim Draf Ruu Kehati

    25/217

    25

    DRAF RUU KKH– Tan

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJ

    atau lainnya.

    51.   39. Perjanjian Transfer Materi (Material Transfer Agreement /MTA) adalah

    instrumen untuk mengakses yangditandatangani oleh lembagapenerima sebelum membawa atau

    mengangkut ataumentransportasikan komponen-komponen sumber daya genetik, yang apabila ada denganmenyebutkan adanya aksesterhadap pengetahuan tradisional yang terasosiasi dengannya.

    52.   40. Bioteknologi adalah aplikasiteknologi yang menggunakansistem-sistem biologis, organismehidup atau bagian-bagian atauturunan-turunan daripadanya,

    untuk memodifikasi produk atauproses untuk tujuan tertentu.

    53.   41. Menteri adalah menteri yangdiserahi tugas dan tanggung jawabdi bidang konservasikeanekaragaman hayati.

    54. Pasal 2

    Konservasi keanekaragaman hayati

    diselenggarakan berdasarkan asas:

    55. a. kelestarian dan kemanfaatan Yang dimaksud dengan “Asas

  • 8/19/2019 Dim Draf Ruu Kehati

    26/217

    26

    DRAF RUU KKH– Tan

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJ

    berkelanjutan; kelestarian” adalah usaha

    pengendalian/pembatasan dalampemanfaatan sumber daya alam hayatidan ekosistemnya sehingga

    pemanfaatan tersebut dapat dilakukansecara terus menerus pada masa

    mendatang.

    Yang dimaksud dengan “Asas

    kemanfaatan yang berkelanjutan”

    adalah bahwa penyelenggaraan

    konservasi sumber daya alam hayati

    dapat memberikan manfaat bagi

    kemanusiaan, peningkatan

    kesejahteraan rakyat, dan

    pengembangan peri kehidupan yang

    berkesinambungan bagi warga negara,

    secara merata dan adil sertapeningkatan kelestarian sumber daya

    alam hayati. Pemanfaatan sumber daya

    alam hayati tidak melebihi kemampuan

    regenerasi sumber daya hayati atau laju

    inovasi substitusi sumber daya non-

    hayati.

    56. b. keadilan; Yang dimaksud dengan “asas keadilan”

    adalah bahwa pelestarian dan

    pemanfaatan keanekaragaman hayati

    harus mencerminkan keadilan secara

  • 8/19/2019 Dim Draf Ruu Kehati

    27/217

    27

    DRAF RUU KKH– Tan

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJ

    proporsional bagi setiap warga negara,

    baik lintas daerah, lintas generasi,

    maupun lintas gender.

    57. c. kehati-hatian; Yang dimaksud dengan “asas kehati-

    hatian” adalah bahwa ketidakpastian

    mengenai dampak suatu usaha

    dan/atau kegiatan karena keterbatasan

    penguasaan dan teknologi bukan

    merupakan alasan untuk menunda

    langkah-langkah meminimalisasi atau

    menghindari ancaman terhadap

    pencemaran dan/atau kerusakan

    lingkungan hidup.

    58. d. partisipatif; dan Yang dimaksud dengan “asas

    partisipatif” adalah bahwa setiap

    anggota masyarakat didorong untuk

    berperan aktif dalam prosespengambilan keputusan dan

    pelaksanaan konservasi

    keanekaragaman hayati, baik secara

    langsung maupun tidak langsung.

    59. e. tata kelola pemerintahan yangbaik.

    Yang dimaksud dengan “asas tata kelola

    pemerintahan yang baik” adalah bahwa

    konservasi keanekaragaman hayati

    dijiwai oleh prinsip partisipasi,

    transparansi, akuntabilitas, efisiensi,

    dan keadilan.

  • 8/19/2019 Dim Draf Ruu Kehati

    28/217

    28

    DRAF RUU KKH– Tan

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJ

    60. Pasal 3

    Penyelenggaraan konservasi

    keanekaragaman hayati bertujuan

    untuk :

    61. a. meletakkan dasar pengakuanterhadap harkat sumber daya

    genetik dan spesies dalam suatuekosistem sebagai sumber dayaalam hayati beserta pengetahuantradisional yang terasosiasi dengansumber daya genetik;

    Cukup jelas.

    62. b. mengendalikan pemanfaatanberkelanjutan keanekaragamanhayati untuk menjaga kelestarianfungsi keanekaragaman hayatidalam rangka menjamin

    terpenuhinya keadilan generasimasa kini dan masa depan;

    Cukup jelas.

    63. c. memastikan pembagiankeuntungan sosial dan ekonomi yang adil dan berimbang dalamrangka mendukung upayapeningkatan kesejahteraanmasyarakat; dan

    Cukup jelas.

    64. d. mengantisipasi isu lingkungan

    global.

    Cukup jelas.

    65. Pasal 4

  • 8/19/2019 Dim Draf Ruu Kehati

    29/217

    29

    DRAF RUU KKH– Tan

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJ

    Ruang lingkup undang-undang

    konservasi keanekaragaman hayati

    meliputi:

    66. a. pelindungan penyanggakehidupan;

    67. b. pelestarian keanekaragamanhayati;

    68. c. pemanfaatan keanekaragamanhayati;

    69. d. pengamanan; dan

    70. e. penegakan hukum.

    71. BAB II

    PELINDUNGAN PENYANGGA

    KEHIDUPAN

    72.

    73. Bagian Kesatu

    Umum

    74. Pasal 5

    (1) Pemerintah Pusatmenyelenggarakan pelindunganpenyangga kehidupan di bidang

    keanekaragaman hayati.

    Cukup jelas.

    75. (2) Pelindungan penyangga

    kehidupan sebagaimana dimaksudpada ayat (1) diselenggarakan

  • 8/19/2019 Dim Draf Ruu Kehati

    30/217

    30

    DRAF RUU KKH– Tan

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJ

    melalui:

    76. a. inventarisasi; dan Cukup jelas.

    77. b. penetapan status perlindungan. Cukup jelas.

    78. (3) Inventarisasi keanekaragamanhayati dan penetapan statuspelindungan sebagaimana

    dimaksud pada ayat (2) dilakukanpada tingkat:

    79. a. spesies; Cukup jelas.

    80. b. sumber daya genetik; dan Cukup jelas.

    81. c. ekosistem. Cukup jelas.

    82. Bagian Kedua

    Inventarisasi

    83.

    84. Pasal 6

    Inventarisasi keanekaragaman hayati

    dilaksanakan untuk memperoleh datadan informasi yang meliputi:

    85. a. potensi dan ketersediaan; Cukup jelas.

    86. b. jenis yang dimanfaatkan; Cukup jelas.

    87. c. bentuk penguasaan; Yang dimaksud dengan bentuk

    penguasaan merupakan bentuk

    penguasaan oleh mayarakat adat

    dan/atau masyarakat lokal yang

    senyata-nyatanya ada di lapangan

    dengan itikad baik.

  • 8/19/2019 Dim Draf Ruu Kehati

    31/217

    31

    DRAF RUU KKH– Tan

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJ

    88. d. pengetahuan pengelolaan; Cukup jelas.

    89. e. bentuk kerusakan; dan Cukup jelas.

    90. f. konflik dan penyebab konflik yangtimbul akibat pengelolaan.

    Cukup jelas.

    91. Bagian Ketiga

    Penetapan Status Perlindungan

    92. Paragraf 1

    Spesies

    93. Pasal 7

    (1) Penetapan status perlindunganspesies dilakukan terhadaptumbuhan liar dan satwa liar

    berdasarkan tingkat ancamankepunahan.

    Cukup jelas.

    94. (2) Tingkat ancaman kepunahanspesies sebagaimana dimaksudpada ayat (1) terdiri dari:

    95. a. kategori spesies dilindungi; Cukup jelas.

    96. b. kategori spesies dikendalikan;

    dan

    Cukup jelas.

  • 8/19/2019 Dim Draf Ruu Kehati

    32/217

    32

    DRAF RUU KKH– Tan

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJ

    97. c. kategori spesies dipantau. Cukup jelas.

    98. (3) Ketentuan kategorisasisebagaimana dimaksud pada ayat(2) tidak berlaku bagi:

    99. a. spesimen satwa liar pra-perlindungan; dan

    Yang dimaksud dengan spesimen satwa

    liar pra-perlindungan adalah spesimen

    satwa liar yang diperoleh atau dimiliki

    sebelum spesies yang bersangkutan

    dimasukkan ke dalam salah satu

    kategori perlindungan spesies

    sepanjang dapat dibuktikan melalui

    dokumen-dokumen perizinan yang sah.

    100. b. spesimen tumbuhan liar. Spesimen tumbuhan liar antara lain,

    biji, benang sari (serbuk sari), bunga

    potong, anakan, atau hasil kultur

     jaringan yang diperoleh secara   in vitro,

    dapat berupa spesimen di dalam mediacair maupun padat dan dibawa di

    dalam kontainer steril dari hasil

    perbanyakan tumbuhan.

    101. (4) Status perlindungan spesiessebagaimana dimaksud pada ayat(1) ditetapkan dengan atauberdasarkan PeraturanPemerintah.

    Cukup jelas.

    102. (5) Menteri dapat mengubah statusperlindungan spesies sebagaimana

    dimaksud pada ayat (2)

    Cukup jelas.

  • 8/19/2019 Dim Draf Ruu Kehati

    33/217

    33

    DRAF RUU KKH– Tan

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJ

    berdasarkan rekomendasi dari

    Komisi KonservasiKeanekaragaman Hayati.

    103. (6) Rekomendasi sebagaimanadimaksud pada ayat (5) harusberdasarkan pada kajian ilmiah

    dan analisis kebijakan sosialbudaya masyarakat.

    Cukup jelas.

    104. Pasal 8

    Kategori spesies dilindungi

    sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7

    ayat (2) huruf a merupakan spesies

    dengan kriteria:

    105. a. populasi di alamnya berada dalambahaya kepunahan atau kritis daribahaya kepunahan;

    Kondisi barada dalam bahaya

    kepunahan (critically endangered ) bisa

    terjadi antara lain akibat mendapatkantekanan pemanfaatan dan/atau

    mendapatkan tekanan akibat

    kerusakan habitat.

    106. b. populasi di hábitat alamnya kecilatau langka;

    Yang dimaksud dengan spesies yang

    populasi di habitat alamnya kecil atau

    langka dicirikan oleh paling tidak salah

    satu dari hal-hal berikut:

    a. diketahui atau diduga terjadi

    penurunan secara tajam pada

     jumlah individu di alam serta

  • 8/19/2019 Dim Draf Ruu Kehati

    34/217

    34

    DRAF RUU KKH– Tan

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJ

    penurunan luas dan kualitas habitat;

    b. jumlah sub populasi kecil;

    c. mayoritas individu dalam satu atau

    lebih fase sejarah hidupnya pernah

    terkonsentrasi hanya pada satu atau

    sedikit sub populasi saja;

    d. dalam waktu yang pendek pernah

    mengalami fluktuasi yang tajam pada

     jumlah individu;

    e. karena sifat biologis dan perilaku

    spesies tersebut, seperti migrasi,

    spesies tersebut rentan terhadap

    bahaya kepunahan; dan/atau

    f. analisis kuantitatif memperlihatkan

    kemungkinan atau peluang

    terjadinya kepunahan adalah 20 (dua

    puluh) persen sampai dengan 50(lima puluh) persen dalam waktu 10

    (sepuluh) sampai 20 (dua puluh)

    tahun atau dalam 3 (tiga) sampai 5

    (lima) generasi yang akan datang.

    107. c. merupakan spesies endemik yangpenyebarannya terbatas;

    Spesies endemik yang penyebarannya

    terbatas dicirikan dengan paling sedikit

    salah satu dari hal-hal berikut yaitu:

    a. hanya terdapat di satu atau

    beberapa lokasi atau pulau;

    b. populasi terpisah-pisah atau

  • 8/19/2019 Dim Draf Ruu Kehati

    35/217

    35

    DRAF RUU KKH– Tan

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJ

    terfragmentasi;

    c. terjadi fluktuasi yang besar pada

     jumlah populasi atau luas areal

    penyebarannya;

    d. adanya dugaan penurunan yang

    tajam pada areal penyebarannya,

     jumlah sub populasi, jumlah

    individu, luas dan kualitas habitat

    atau potensi reproduksi.

    108. d. spesies yang secara biologis lebihmemenuhi kriteria spesiesdikendalikan namun secara visual

    mirip dan sulit dibedakan denganspesies dilindungi; dan/atau

    Cukup jelas.

    109. e. spesies yang termasuk dalamAppendix I Convention on International Trade in Endangered 

    Species (CITES ).

    Cukup jelas.

    110. Pasal 9

    (1) Spesimen satwa hasilpengembangbiakan atau spesimentumbuhan hasil perbanyakan didalam kondisi terkontrol yang

    termasuk dalam kategori spesiesdilindungi dapat diperlakukansebagai kategori spesies

    dikendalikan.

    Yang dimaksud dengan hasil

    pengembangbiakan atau perbanyakan

    di dalam lingkungan terkontrol adalah

    generasi kedua (F2) dan seterusnya dari

    perkembangbiakan atau perbanyakan

    spesimen dilindungi.

  • 8/19/2019 Dim Draf Ruu Kehati

    36/217

    36

    DRAF RUU KKH– Tan

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJ

    111. (2) Menteri mengusulkan spesies

    dilindungi yang dapatdiperlakukan sebagai spesiesdikendalikan sebagaimana

    dimaksud pada ayat (1)berdasarkan rekomendasi dari

    Komisi Konservasi

    Keanekaragaman Hayati.

    Cukup jelas.

    112. (3) Rekomendasi sebagaimanadimaksud pada ayat (2) didasarkanpada hasil kajian ilmiah melaluipengawasan dan evaluasi ataspopulasi dari kegiatanpengembangbiakan satwa atauperbanyakan tumbuhan.

    Cukup jelas.

    113. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenaitata cara penetapan, rekomendasidan kajian ilmiah sebagaimanadimaksud pada ayat (2) dan ayat

    (3) diatur dengan PeraturanMenteri.

    Cukup jelas.

    114.

    115. Pasal 10

    Kategori spesies dikendalikan

    sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7

    ayat (2) huruf b merupakan spesies

    dengan kriteria:

    116. a. jumlah populasinya sedikit atauterbatas;

    Cukup jelas.

  • 8/19/2019 Dim Draf Ruu Kehati

    37/217

    37

    DRAF RUU KKH– Tan

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJ

    117. b. merupakan spesies yang saat ini

    belum berada dalam bahayakepunahan, namun akan dapatberada dalam bahaya kepunahan

    apabila pemanfaatannya tidakdikendalikan;

    Yang dimaksud dengan pemanfaatan

     yang tidak dikendalikan adalah

    pemanfaatan yang melebihi

    kemampuan populasi untuk

    meregenerasi diri.

    118. c. jumlah populasinya masih banyaknamun secara visual mirip atausulit dibedakan dengan kategorispesies dikendalikan; dan/atau

    Yang termasuk dalam spesies yang

    secara visual mirip atau sulit dibedakan

     yaitu spesies yang populasinya di alam

    saat ini masih melimpah sehingga

    sebenarnya masuk kriteria spesies

    dipantau, namun menjadi banyak

    dimanfaatkan karena kemiripan

    fisiknya dengan spesies yang

    dikendalikan sehingga mempengaruhi

    efektivitas pelindungan spesies

    dikendalikan yang mirip dengannya.

    Perlakuan terhadap spesies dimaksud

    sama dengan perlakuan terhadap

    spesies dikendalikan.

    119. d. spesies yang termasuk dalamAppendix II CITES .

    120. Pasal 11

    Kategori spesies dipantau

    sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7

    ayat (2) huruf c merupakan spesies

    Pemantauan pemanfaatan dilakukan

    untuk mengetahui kemampuan

    populasi suatu spesies dalam menerima

    tekanan pemanfaatan. Pemantauan

    pemanfaatan dilakukan antara lain

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJ

  • 8/19/2019 Dim Draf Ruu Kehati

    38/217

    38

    DRAF RUU KKH– Tan

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJ

    dengan kriteria populasi di habitat

    alamnya dalam keadaan melimpah

    namun mendapat tekanan dari

    aktivitas pemanfaatan.

    melalui sistem pencatatan dan

    pendataan pemanfaatan yang teratur

    sehingga diperoleh informasi yang

    memadai untuk penetapan kebijakan

    apabila perdagangannya dianggap dapat

    mengancam keadaan populasinya di

    habitat.

    121. Pasal 12

    Dalam hal terdapat perbedaan status

    perlindungan spesies menurut

    perjanjian internasional yang telah

    diratifikasi dengan status

    perlindungan spesies yang ditetapkan

    dalam peraturan perundang-

    undangan, maka status yang

    digunakan adalah statusperlindungan spesies yang ditetapkan

    dalam peraturan perundang-

    undangan.

    Perjanjian internasional yang telah

    diratifikasi adalah perjanjian

    internasional mengenai satwa dan

    tumbuhan liar yang telah diratifikasi,

    diantaranya  Convention on International 

    Trade in Endangered Species of Wild 

    Fauna and Flora (CITES).

    Ketentuan pasal ini tidak berlaku bagi

    spesies dilindungi menurut perjanjianinternasional atau status spesies yang

    berlaku di negara asal ketika spesies

     yang dimaksud masuk ke dalam

    wilayah Indonesia.

    122. Pasal 13

    (1) Dalam hal terjadi perubahanstatus dari pra-perlindunganmenjadi perlindungan, ditetapkansuatu masa transisi.

    Masa transisi hanya diberlakukan

    untuk waktu paling lama 90 (sembilan

    puluh) hari sejak tanggal ditetapkan.

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJ

  • 8/19/2019 Dim Draf Ruu Kehati

    39/217

    39

    DRAF RUU KKH– Tan

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJ

    123. (2) Dalam masa transisi sebagaimana

    dimaksud pada ayat (1), setiaporang yang memiliki spesimen pra-perlindungan harus melakukan

    pendaftaran dan mendapatkanpenandaan terhadap spesimen

    pra-perlindungan yang dimilikinya.

    Yang dimaksud dengan ketentuan

    antara adalah tindakan Pemerintah

    untuk melindungi dan/atau

    menanggulangi ancaman bahaya

    kepunahan pada spesies tertentu dalam

    masa transisi. Ketentuan antara

    misalnya pada saat suatu spesiesmasuk ke dalam   Appendix  CITES,

    Pemerintah memasukkan instrumen

    reservasi dalam masa transisi.

    124. (3) Apabila masa transisi sebagaimanadimaksud pada ayat (1) terlewati,spesimen pra-perlindungan yang

    ditetapkan menjadi milikpemerintah .

    Penetapan masa transisi dilakukan

    untuk kepentingan konservasi yaitu

    menyelamatkan populasi spesimen pra-

    perlindungan agar terhindar dari

    kepunahan atau bahaya kepunahan.

    125. Pasal 14

    (1) Dalam mendukungpenyelenggaraan pelindunganspesies, Pemerintah Pusatdan/atau Pemerintah Daerah

    dapat menetapkan tumbuhan liaratau satwa liar sebagai tumbuhanatau satwa kharismatik.

    “Satwa kharismatik” adalah satwa yangmengundang empati atau emosi

    manusia sehingga keberadaannya dapat

    diidentikkan sebagai “duta”, ikon atau

    simbol suatu tempat, daerah atau

    negara. Satwa kharismatik biasanya

    merupakan satwa besar yang kondisi

    populasinya terancam bahaya

    kepunahan antara lain Harimau, Gajah,

    Badak, Orangutan dan Komodo.

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJ

  • 8/19/2019 Dim Draf Ruu Kehati

    40/217

    40

    DRAF RUU KKH– Tan

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJ

    126. (2) Masyarakat dapat memberikan

    usulan dalam penetapantumbuhan atau satwa kharismatiksebagaimana dimaksud pada ayat

    (1).

    Cukup jelas.

    127. (3) Pemerintah Pusat dan/atau

    Pemerintah Daerah dapat

    mengusulkan satwa kharismatikmasuk ke dalam statuspelindungan spesies.

    Cukup jelas.

    128. Pasal 15

    (1) Bagi spesimen dari spesiestumbuhan, pada saat penetapanstatus perlindungan wajibmenyertakan anotasi atas bagian-

    bagian spesimen tumbuhan.

    Yang dimaksud dengan anotasi adalah

    ketentuan yang memasukkan atau

    mengecualikan bagian-bagian atau

    turunan tertentu dari tumbuhan di

    dalam pencatuman spesies tumbuhan

    ke dalam katagorisasi pelindungan

    spesies tumbuhan. Pengecualian dapatdilakukan karena sifat tumbuhan yang

    apabila bagian-bagian tertentu dari

    tumbuhan dikecualikan dari

    pengaturan maka tidak akan

    mempengaruhi kelestarian spesies yang

    bersangkutan.

    129. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenaianotasi sebagaimana dimaksudpada ayat (1) diatur denganPeraturan Menteri.

    Cukup jelas.

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJ

  • 8/19/2019 Dim Draf Ruu Kehati

    41/217

    41

    DRAF RUU KKH– Tan

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJ

    130. Pasal 16

    Ketentuan lebih lanjut mengenai

    status perlindungan spesies

    sebagaimana dimaksud pada Pasal 7,

    Pasal 8, Pasal 10, Pasal 11, Pasal 12,

    Pasal 13, dan Pasal 14 diatur dalam

    Peraturan Pemerintah.

    Cukup jelas.

    131. Paragraf 2

    Sumber Daya Genetik

    132. Pasal 17

    (1) Penetapan status perlindungansumber daya genetik dilakukan

    dengan membuat daftar spesiestarget yang diprioritaskan bagipelindungan sumber daya genetik.

    Cukup jelas.

    133. (2) Menteri menetapkan danmengubah daftar spesies targetsebagaimana dimaksud pada ayat(1) dengan memperhatikanrekomendasi Komisi KonservasiKeanekaragaman Hayati.

    Cukup jelas.

    134. (3) Daftar spesies target sebagaimanadimaksud pada ayat (2) termasukinformasi tentang sumber daya

    Cukup jelas.

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJ

  • 8/19/2019 Dim Draf Ruu Kehati

    42/217

    42

    DRAF RUU KKH– Tan

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJ

    genetik yang terkandung di

    dalamnya menjadi bagian darimateri sistem basis data daninformasi yang dikembangkan

    Dewan Pengelola Sumber DayaGenetik.

    135. Pasal 18

    Penetapan spesies target sebagaimana

    dimaksud dalam Pasal 17 dilakukan

    berdasarkan kriteria:

    136. a. spesies yang mendukung

    budidaya.

    Cukup jelas.

    137. b. spesies yang secara langsungdiperdagangkan atau bernilaikomersial; atau

    Cukup jelas.

    138. c. spesies yang mendukungbudidaya.

    Cukup jelas.

    139. Pasal 19

    Ketentuan lebih lanjut mengenai

    penetapan dan perubahan spesies

    target sumber daya genetik diatur

    dalam Peraturan Pemerintah.

    Cukup jelas.

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJ

  • 8/19/2019 Dim Draf Ruu Kehati

    43/217

    43

    DRAF RUU KKH– Tan

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJ

    140. Paragraf 3

    Ekosistem

    141. Pasal 20

    Penetapan status pelindungan

    ekosistem dilakukan melaluipenetapan:

    142. a. kawasan konservasi; dan Cukup jelas.

    143. b. kawasan ekosistem esensial. Cukup jelas.

    144. Pasal 21

    (1) Penetapan kawasan konservasisebagaimana dimaksud dalamPasal 20 huruf a dilakukan melalui

    pengukuhan:145. a. Cagar Alam; Cukup jelas.

    146. b. Taman Nasional; Cukup jelas.

    147. c. Taman Wisata Alam; Cukup jelas.

    148. d. Suaka Margasatwa; Cukup jelas.

    149. e. Taman Buru; dan/ atau Cukup jelas.

    150. f. Taman Hutan Raya. Cukup jelas.

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJ

  • 8/19/2019 Dim Draf Ruu Kehati

    44/217

    44

    DRAF RUU KKH– Tan

    /

    151. (2) Pengukuhan kawasan konservasi

    sebagaimana dimaksud pada ayat(2) dilakukan sesuai fungsialamiah, tujuan, dan kriteria

    kawasan konservasi.

    Cukup jelas.

    152. (3) Pengukuhan sebagaimana

    dimaksud pada ayat (2) dilakukan

    melalui proses:

    153. a. penunjukan; Penunjukan kawasan konservasi adalahkegiatan persiapan pengukuhan, antaralain berupa:

    a. pembuatan peta penunjukan yang

    bersifat arahan batas luar;

    b. pemancangan batas sementara atau

    koordinat geografis;

    c. pengumunan tentang rencana batas

    kawasan terutama di lokasi yang

    berbatasan dengan tanah hak ataulokasi yang rawan gangguan

    keamanan;

    d. konsultasi publik dimaksudkan

    untuk mendapat pertimbangan dan

    menampung aspirasi dari

    masyarakat, lembaga swadaya

    masyarakat,sektor swasta, atau

    lembaga ilmiah, termasuk lembaga

    perguruan tinggi.

    154. b. penataan batas; Penataan batas dilakukan melalui:

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJ

  • 8/19/2019 Dim Draf Ruu Kehati

    45/217

    45

    DRAF RUU KKH– Tan

    a. pemasangan tanda batas dan

    penetapan koordinat geografis ; atau

    b. penetapan titik referensi berupa

    koordinat geografis bagi kawasan

    konservasi perairan.

    155. c. pemetaan; dan Cukup jelas.

    156. d. penetapan. Cukup jelas.

    157. Pasal 22

    (1) Penetapan kawasan ekosistemesensial sebagaimana dimaksuddalam Pasal 20 huruf b meliputipenetapan:

    158. a. daerah penyangga kawasankonservasi;

    Yang dimaksud dengan daerah

    penyangga kawasan konservasi adalah

    daerah di sekitar kawasan konservasi yang dapat berupa ekosistem alami

    atau buatan, kawasan produksi, desa

    atau areal lainnya yang pengelolaanya

    ditujukan untuk meningkatkan dampak

    positif dari masyarakat dan

    menurunkan dampak negatif pada

    kawasan konservasi.

    159. b. koridor ekologis atau ekosistempenghubung;

    Yang dimaksud dengan koridor ekologis

    atau ekosistem penghubung adalah

    areal atau jalur bervegetasi yang cukup

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJ

  • 8/19/2019 Dim Draf Ruu Kehati

    46/217

    46

    DRAF RUU KKH– Tan

    lebar baik alami maupun buatan yang

    menghubungkan dua atau lebih habitat

    atau kawasan konservasi atau ruang

    terbuka dan sumberdaya lainnya, yang

    memungkinkan terjadinya pergerakan

    atau pertukaran individu antar populasi

    satwa atau pergerakan faktor-faktor

    biotik sehingga mencegah terjadinya

    dampak buruk pada habitat yang

    terfragmentasi pada populasi karena in- 

    breeding  dan mencegah penurunan

    keanekaragaman genetik akibat erosi

    genetik (genetic drift ) yang sering terjadi

    pada populasi yang terisolasi.

    160. c. areal dengan nilai konservasitinggi (NKT);

    Yang dimaksud areal dengan nilaikonservasi tinggi adalah areal ataubentang alam berupa ekosistem yang

    memiliki satu atau lebih atribut berikut:a. areal yang secara signifikan baik di

    tingkat global, regional atau

    nasional mengandung konsentrasi

    nilai-nilai keanekaragaman hayati

    (seperti endemisme, spesies langka,

    pengungsian, atau persinggahan

    spesies migran); dan/atau bentang

    alam yang cukup luas yang terdapat

    di dalam unit pengelolaan atau

    mencakup unit pengelolaan, dimana

    populasi yang viabel dari mayoritas

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJ

  • 8/19/2019 Dim Draf Ruu Kehati

    47/217

    47

    DRAF RUU KKH– Tan

    spesies yang tinggal secara alami

    berada pada pola yang alami dari

    distribusi dan kelimpahannya;

    b. areal yang berada atau berisi

    ekosistem langka, terancam atau

    dalam bahaya kepunahan;

    c. areal yang dapat menyediakan jasaekosistem dasar pada saat terjadi

    situasi kritis (seperti perlindungan

    tata air daerah aliran sungai dan

    pengendalian erosi, ekosistem kars,

    ekosistem gambut), areal yang

    menjadi ketergantungan dari

    masyarakat lokal untuk memenuhi

    kebutuhan dasar (seperti subsisten,

    kesehatan) dan/atau penting bagi

    identitas budaya tradisional dari

    masyarakat lokal (kawasan yang

    bersama masyarakat diidentifikasi

    signifikan secara budaya, ekologi,

    ekonomi atau religi masyarakat

    lokal).

    Contoh: ekosistem kars yang

    berfungsi lindung; lahan gambut

     yang berfungsi lindung; padang

    lamun.

    161. d. areal konservasi kelolamasyarakat (AKKM);

    Yang dimaksud dengan Areal

    Konservasi Kelola Masyarakat (AKKM)

    adalah ekosistem penting baik di dalam

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJ

  • 8/19/2019 Dim Draf Ruu Kehati

    48/217

    48

    DRAF RUU KKH– Tan

    maupun di luar kawasan hutan,

    perairan dan Wp3k yang diakui sebagai

    areal konservasi yang dikelola oleh

    masyarakat berdasarkan prinsip-prinsip

    konservasi.

    Karakteristik yang mengindikasikan

    AKKM adalah:

    a. hubungan yang kuat antara satu

    atau lebih masyarakat adat atau

    lokal dengan kawasan (teritori,

    ekosistem, habitat atau

    sumberdaya) dimana hubungan

    tersebut harus menyatu di dalam

    identitas masyarakat dan/atau

    ketergantungan untuk kehidupan

    atau kesejahteraan;

    b. masyarakat adat atau lokal

    merupakan pemain utama dalampengambilan keputusan dan

    implementasi pengelolaan

    kawasan. Pihak lain dapat

    berkolaborasi sebagai mitra,

    terutama dalam hal kawasan

    tersebut merupakan kawasan

    negara, namun keputusan tetap

    pada masyarakat adat atau lokal;

    c. keputusan pengelolaan dan upaya

    dari masyarakat mengarah pada

    konservasi keanekaragaman

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJ

  • 8/19/2019 Dim Draf Ruu Kehati

    49/217

    49

    DRAF RUU KKH– Tan

    hayati dan nilai-nilai budaya yang

    terkait, walaupun disadari bahwa

    tujuan pengelolaan bukan hanya

    konservasi.

    162. e. taman keanekaragaman hayati. Cukup jelas.

    163. (2) Penetapan kawasan ekosistem

    esensial sebagaimana dimaksudpada ayat (1) dilakukan untukmengisi kesenjangan keterwakilanekologis di dalam kawasankonservasi.

    Melalui analisis kesenjangan

    keterwakilan ekologis dapat diketahuiekosistem esensial yang tidak termasuk

    dalam sistem kawasan konservasi.

    Apabila ekosistem esensial penting

    tersebut tidak atau belum dapat

    ditetapkan menjadi kawasan konservasi

    baru atau perluasan kawasan

    konservasi yang sudah ada maka perlu

    diidentifikasi untuk dikelola dalam

    sistem yang terpadu dengan kawasan

    konservasi bagi keberlanjutan

    keanekaragaman hayati yang ada.

    164. (3) Ekosistem esensial sebagaimana

    dimaksud pada ayat (1) secaraekologis atau secara fisik

    berhubungan dengan kawasankonservasi.

    Cukup jelas.

    165. (4) Menteri, Gubernur atau

    Bupati/Walikota menetapkankawasan ekosistem esensial sesuaidengan kewenangan sebagaimanadiatur dalam peraturan

    Cukup jelas.

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJ

  • 8/19/2019 Dim Draf Ruu Kehati

    50/217

    50

    DRAF RUU KKH– Tan

    perundang-undangan yang

    berlaku.

    166. (5) Penetapan suatu kawasan

    ekosistem esensial dilakukanberdasarkan hasil kajian ilmiah,sosial, dan budaya serta

    mempertimbangkan usulan dari

    masyarakat.

    Cukup jelas.

    167. (6) Kajian dimaksud ayat (5) dapatdilakukan oleh lembaga swadayamasyarakat, perguruan tinggi,Pemerintah Pusat dan/atauPemerintah Daerah.

    Cukup jelas.

    168. (7) Ketentuan lebih lanjut mengenaipenetapan kawasan ekosistemesensial diatur dalam PeraturanPemerintah.

    Cukup jelas.

    169. Pasal 23

    Dalam hal penetapan daerah

    penyangga kawasan konservasi,

    koridor ekologis atau penghubung,

    areal dengan nilai konservasi tinggi

    (NKT), dan taman keanekaragaman

    hayati, pemegang hak atas tanah

    negara atas areal yang ditetapkan

    wajib mengembalikan sebagian atau

    seluruh hak atas tanah negara yang

    Cukup jelas.

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJ

  • 8/19/2019 Dim Draf Ruu Kehati

    51/217

    51

    DRAF RUU KKH– Tan

    dipegangnya.

    170. Pasal 24

    Dalam hal penetapan areal konservasi

    kelola masyarakat, Pemerintah Pusat

    atau Pemerintah Daerah memberikan

    kompensasi kepada pemegang hak

    atas tanah negara dan/atau

    pemegang hak milik atas areal yang

    ditetapkan.

    Kompensasi yang diberikan kepada

    pemegang hak milik dapat berupa

    penggantian lahan dalam bentuk tukar

    menukar.

    171. BAB III

    PELESTARIAN KEANEKARAGAMAN

    HAYATI

    172. Bagian Kesatu

    Umum

    173. Pasal 25

    Pelestarian keanekaragaman hayati

    diselenggarakan dalam rangka

    mencegah kerusakan atau

    kepunahan serta menjamin

    kelestarian fungsi dan manfaat

    Cukup jelas.

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJ

  • 8/19/2019 Dim Draf Ruu Kehati

    52/217

    52

    DRAF RUU KKH– Tan

    keanekaragaman hayati bagi generasi

    saat ini maupun generasi yang akan

    datang.

    174. Pasal 26

    Pelestarian keanekaragaman hayati

    sebagaimana dimaksud dalam Pasal

    25 dilaksanakan pada tingkat:

    175. a. spesies; Cukup jelas.

    176. b. sumber daya genetik; dan Cukup jelas.

    177. c. ekosistem. Cukup jelas.

    178. Pasal 27

    Pelestarian keanekaragaman hayati

    diselenggarakan melalui :

    179. a. pelindungan keanekaragamanhayati; dan

    Cukup jelas.

    180. b. pemulihan keanekaragamanhayati.

    Cukup jelas.

    181. Pasal 28

    (1) Pelindungan keanekaragamanhayati sebagaimana dimaksud

    Cukup jelas.

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJ

  • 8/19/2019 Dim Draf Ruu Kehati

    53/217

    53

    DRAF RUU KKH– Tan

    dalam Pasal 27 huruf a

    dilaksanakan untukmempertahankan viabilitas kondisikeanekaragaman hayati sesuai

    kondisi awal.

    182. (2) Penentuan viabilitas kondisi

    keanekaragaman hayati sesuai

    kondisi awal sebagaimanadimaksud pada ayat (1) ditetapkanberdasarkan:

    183. a. hasil inventarisasikeanekaragaman hayati;dan/atau

    Cukup jelas.

    184. b. data dan informasi dari lembagailmiah atau dari lembaga lain yang ditunjuk Pemerintah Pusatdan/atau Pemerintah Daerah.

    Cukup jelas.

    185. Pasal 29

    (1) Pelindungan keanekaragamanhayati dilakukan terhadap

    keanekaragaman hayati yang telahditetapkan statusperlindungannya.

    Cukup jelas.

    186. (2) Pemerintah Pusat dan/atauPemerintah Daerah melakukanpelindungan keanekaragamanhayati sebagaimana dimaksudpada ayat (3) sesuai dengan tugas

    Cukup jelas.

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJ

  • 8/19/2019 Dim Draf Ruu Kehati

    54/217

    54

    DRAF RUU KKH– Tan

    dan kewenangannya.

    187. (3) Dalam melakukan pelindungankeanekaragaman hayati

    sebagaimana dimaksud pada ayat(1) Pemerintah Pusat dan/atauPemerintah Daerah dapat

    melakukan kerja sama dengan

    pihak lain sesuai denganperaturan perundang-undangan.

    Cukup jelas.

    188. Pasal 30

    (1) Pemulihan keanekaragaman hayatisebagaimana dimaksud Pasal 27huruf b dilaksanakan untukmengembalikan kondisikeanekaragaman hayati yang

    mengalami degradasi ke kondisiawal atau ke tingkat yang

    diinginkan.

    Cukup jelas.

    189. (2) Penentuan suatu kondisikeanekaragaman hayati yang

    terdegradasi sebagaimanadimaksud pada ayat (1) ditetapkanberdasarkan:

    190. a. hasil evaluasi kondisikeanekaragaman hayati olehpemerintah; dan/atau

    Cukup jelas.

    191. b. data dan informasi darilembaga ilmiah dan/atau

    Cukup jelas.

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJ

  • 8/19/2019 Dim Draf Ruu Kehati

    55/217

    55

    DRAF RUU KKH– Tan

    lembaga lain yang ditunjuk oleh

    Pemerintah Pusat.

    192. (3) Dalam melakukan pemulihan

    keanekaragaman hayati dikawasan konservasi pada lahannegara, Pemerintah Pusat

    dan/atau Pemerintah Daerah

    dapat melakukan kerja samadengan pihak lain.

    Cukup jelas.

    193. (4) Kegiatan pemulihankeanekaragaman hayati dikawasan konservasi yang dibebanihak merupakan tanggung jawabpemegang hak dengan pembinaandari Pemerintah Pusat dan/ atauPemeritah Daerah .

    Cukup jelas.

    194. Pasal 31

    Ketentuan lebih lanjut mengenaipelestarian keanekaragaman hayati

    sebagaimana dimaksud dalam Pasal

    27, Pasal 28, Pasal 29, dan Pasal 30

    diatur dalam Peraturan Pemerintah.

    Cukup jelas.

    195. Bagian Kedua

    Pelestarian Spesies

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJ

  • 8/19/2019 Dim Draf Ruu Kehati

    56/217

    56DRAF RUU KKH– Tan

    196. Paragraf 1

    Umum

    197. Pasal 32

    Pelestarian spesies sebagaimana

    dimaksud dalam Pasal 26 huruf a

    dilakukan dalam rangka mencegah

    kerusakan atau kepunahan spesies

    serta menjamin kelestarian fungsi

    dan manfaat spesies bagi generasi

    saat ini maupun generasi yang akan

    datang.

    Cukup jelas.

    198. Pasal 33

    (1) Pelestarian spesies dilakukanterhadap spesies tumbuhan liar

    dan satwa liar melalui:

    199. a. pelindungan spesies; Cukup jelas.

    200. b. pemulihan spesies. Cukup jelas.

    201. (2) Pelestarian spesies dilakukan olehPemerintah Pusat, Pemerintah

    Daerah, dan masyarakatsebagaimana diatur di dalamperaturan perundang-undangan

     yang berlaku.

    Cukup jelas.

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJ

  • 8/19/2019 Dim Draf Ruu Kehati

    57/217

    57DRAF RUU KKH– Tan

    202. Paragraf 2

    Pelindungan Spesies

    203. Pasal 34

    (1) Pelindungan spesies sebagaimanadimaksud dalam Pasal 33 ayat (1)huruf a dilakukan dalam rangkamenjaga viabilitas populasi spesies

    tumbuhan liar dan satwa liar.

    Cukup jelas.

    204. (2) Pelindungan spesies sebagaimana

    dimaksud pada ayat (1) dilakukanberdasarkan status perlindunganspesies yang ditetapkan.

    Cukup jelas.

    205. (3) Pelindungan spesies sebagaimanadimaksud pada ayat (2) dilakukan:

    206. a. di dalam habitat alamnya   (in- situ ); dan

    Cukup jelas.

    207. b. di luar habitat alamnya (ex- situ ).

    Cukup jelas.

    208. Pasal 35

    Pelindungan spesies dilindungi di

    dalam habitat alamnya (in-situ) 

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJ

  • 8/19/2019 Dim Draf Ruu Kehati

    58/217

    58DRAF RUU KKH– Tan

    sebagaimana dimaksud dalam Pasal

    34 ayat (3) huruf a dilakukan melalui:

    209. a. pembinaan populasi dan habitat

    untuk menjamin keseimbanganpopulasi spesies; dan/atau

    Cukup jelas.

    210. b. penyelamatan populasi atau sub-populasi suatu spesies yang

    terisolasi atau tidak berkelanjutan.

    Cukup jelas.

    211. Pasal 36

    (1) Pembinaan populasi dan habitatspesies dilindungi sebagaimanadimaksud dalam Pasal 35 huruf a

    dilakukan melalui:

    212. a. pengamanan populasitumbuhan dan satwa liar dandefragmentasi habitat satwaliar;

    Cukup jelas.

    213. b. penyelamatan dan/ataupemindahan ke lokasi habitatlain;

    Cukup jelas.

    214. c. pengamanan sumber benih; Cukup jelas.

    215. d. penanaman pengkayaan spesiestumbuhan; dan/atau

    Cukup jelas.

    216. e. pengendalian spesies asing yang invasif.

    Cukup jelas.

    217. (2) Pengendalian spesies asing yanginvasif sebagaimana dimaksud

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJ

    d ( ) h f dil k k

  • 8/19/2019 Dim Draf Ruu Kehati

    59/217

    59DRAF RUU KKH– Tan

    pada ayat (1) huruf e dilakukan

    melalui:

    218. a. pencegahan atau pengurangan

    introduksi;

    Cukup jelas.

    219. b. pencegahan perkembangbiakanspesies asing yang invasif;

    Cukup jelas.

    220. c. deteksi dini dan tindakansegera; Cukup jelas.

    221. d. pengendalian dan mitigasidampak;

    Cukup jelas.

    222. e. pemusnahan; dan/atau Cukup jelas.

    223. f. pemulihan habitat yang terkena

    dampak.

    Cukup jelas.

    224. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenaipembinaan populasi dan habitatsebagaimana dimaksud pada ayat(1) dan (2) diatur dalam Peraturan

    Pemerintah.

    Cukup jelas.

    225. Pasal 37

    (1) Pembinaan populasi dan habitatspesies dilindungi sebagaimana

    dimaksud dalam Pasal 36dilakukan:

    226. a. di dalam kawasan konservasi;dan

    Cukup jelas.

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJ

    227 b di l k k i P bi l i d h bit t i

  • 8/19/2019 Dim Draf Ruu Kehati

    60/217

    60DRAF RUU KKH– Tan

    227. b. di luar kawasan konservasi Pembinaan populasi dan habitat spesies

    dilindungi di luar kawasan konservasi

    dimaksudkan untuk menjaga populasi

    atau sub populasi dari ancaman

    terhadap kepunahan lokal.

    228. (2) Pembinaan populasi dan habitatspesies di dalam kawasankonservasi sebagaimana dimaksudpada ayat (1) huruf adiselenggarakan oleh pengelolakawasan konservasi.

    Cukup jelas.

    229. (3) Pembinaan populasi dan habitatspesies di luar kawasan konservasisebagaimana dimaksud pada ayat(1) huruf b diselenggarakan olehPemerintah Pusat, PemerintahDaerah, dan/atau masyarakat.

    Cukup jelas.

    230. Pasal 38

    (1) Dalam rangka menyeimbangkandaya dukung habitat terhadappeningkatan populasi spesies didalam kawasan konservasi dapatdilakukan perburuan terkendali.

    Kegiatan pembinaan habitat dan

    populasi melalui perburuan terkendali

    dilakukan terhadap satwa yang jumlah

    populasinya melebihi daya dukung

    ekosistemnya. Kegiatan perburuan

    dilakukan dengan memperhatikan

    keadaan populasi dan/atau sub-

    populasi di seluruh wilayah

    penyebarannya. Kegiatan perburuan

    terkendali dapat berupa olah raga

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJ

    berburu

  • 8/19/2019 Dim Draf Ruu Kehati

    61/217

    61DRAF RUU KKH– Tan

    berburu.

    231. (2) Perburuan terkendali sebagaimanadimaksud pada ayat (1) tidakdapat dilakukan di dalam kawasanCagar Alam atau zona inti TamanNasional.

    Cukup jelas.

    232. (3) Kegiatan perburuan terkendali

    sebagaimana dimaksud pada ayat(1), tidak dapat dilakukanterhadap spesies dilindungi dan dihabitatnya di luar kawasankonservasi.

    Cukup jelas.

    233. (4) Ketentuan mengenai perburuanterkendali sebagaimana dimaksud

    pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3)diatur dalam Peraturan

    Pemerintah.

    Cukup jelas.

    234. Pasal 39

    (1) Penyelamatan populasi atau sub-populasi spesies dilindungi yangterisolasi atau tidak berkelanjutansebagaimana dimaksud dalamPasal 35 huruf b dilakukan dengancara memindahkan populasi atausub-populasi spesies ke habitatlain.

    Populasi yang tidak berkelanjutandalam jangka panjang adalah populasi

     yang tidak   viabel   yang disebabkan

    diantaranya oleh jumlah individu di

    dalam populasi kecil, rasio jantan-

    betina yang tidak sesuai, struktur umur

     yang tidak memadai, atau kondisi

    habitat yang rusak dan sulit diperbaiki.

    235. (2) Untuk mengurangi dampak atauancaman bagi populasi satwa

  • 8/19/2019 Dim Draf Ruu Kehati

    62/217

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJ

    240 b pengembangbiakan satwa liar di Dalam rangka mengurangi tekanan

  • 8/19/2019 Dim Draf Ruu Kehati

    63/217

    63DRAF RUU KKH– Tan

    240. b. pengembangbiakan satwa liar di

    dalam lingkungan yangterkontrol untuk tujuankomersial;

    Dalam rangka mengurangi tekanan

    terhadap populasi tertentu di habitat

    alam maka pengembangan satwa liar

    dapat dilakukan untuk tujuan

    komersial.

    Yang dimaksud dengan lingkungan

    terkontrol merupakan lingkungan yang

    dimanipulasi untuk tujuan

    memproduksi specimen satwa liar

    tertentu dengan membuat batas-batas

     yang jelas untuk menjaga keluar

    masuknya satwa liar, telur atau gamet,

    serta dicirikan antara lain rumah

    buatan.

    241. c. rehabilitasi satwa liar; Rehabilitasi dimaksudkan untuk

    mengkondisikan dan mengadaptasikan

    tingkah laku satwa liar yang berada

    diluar habitatnya dengan habitatalaminya sebelum dilepasliarkan

    kembali ke habitat alamnya dan

    sebagian dapat dikembalikan lagi untuk

    meningkatkan populasi.

    242. d. perbanyakan tumbuhan secarabuatan untuk dikembalikan lagike habitat alam atau untuktujuan komersial; dan/atau

    Yang dimaksud dengan perbanyakan

    tumbuhan secara buatan (artificial 

     propagation ) merupakan kegiatan

    memperbanyak dan menumbuhkan

    tumbuhan di dalam kondisi yang

    terkontrol, dari material untuk

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJ

    memperbanyak tumbuhan seperti

  • 8/19/2019 Dim Draf Ruu Kehati

    64/217

    64DRAF RUU KKH– Tan

    memperbanyak tumbuhan seperti

    benih (biji), potongan bagian tumbuhan,

    pencaran rumpun, spora dan jaringan.

    Kondisi terkontrol untuk perbanyakan

    tumbuhan secara buatan adalah

    kondisi di luar lingkungan alaminya

     yang secara intensif dimanipulasi oleh

    campur tangan manusia dengan tujuan

    untuk menghasilkan tumbuhan yang

    terpilih.

    243. e. penyelamatan satwa   ex-situ  dipusat penyelamatan satwa.

    Pusat penyelamatan satwa   ex-situ 

    merupakan tempat sementara untuk

    menampung dan/atau mengkondisikan

    satwa hasil sitaan atau hasil dari upaya

    penegakan hukum lainnya sebelum

    dikirim ke tujuan akhirnya/

    dilepasliarkan kembali ke habitat alam,

    atau dikirim ke taman satwa ataukebun binatang, dijadikan induk

    pengembangbiakan, atau dimusnahkan.

    244. (2) Pengembangbiakan satwa liarsebagaimana dimaksud pada ayat(1) huruf a dilakukan oleh lembaga yang ditunjuk oleh PemerintahPusat.

    Cukup jelas.

    245. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenaipelindungan spesies dilindungidalam kondisi ex-situ sebagaimana

    Cukup jelas.

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJ

    dimaksud pada ayat (1) dan ayat

  • 8/19/2019 Dim Draf Ruu Kehati

    65/217

    65DRAF RUU KKH– Tan

    p y ( ) y

    (2) diatur dengan atauberdasarkan PeraturanPemerintah.

    246. Pasal 41

    (1) Pelindungan spesies dikendalikandalam kondisi   in-situ  sebagaimanadimaksud dalam Pasal 34 ayat (3)huruf a dilakukan dengan:

    247. a. pengaturan dan pengendalianpemanenan langsung darihabitat alamnya;

    Pengaturan pemanenan dimulai dari

    penetapan kuota pengambilan atau

    penangkapan, pengenaan perizinan

    dan pengawasan terhadap pengambilan

    atau penangkapan, penetapan lokasi-

    lokasi yang dibolehkan untuk dilakukan

    pengambilan atau penangkapan, serta

    penetapan batasan-batasan seperti

    kelas ukuran, umur dan spesies

    kelamin yang boleh diambil atau

    ditangkap dari habitat alam.

    248. b. pembinaan habitat; dan/atau Cukup jelas.

    249. c. pembinaan populasi. Cukup jelas.

    250. (2) Untuk melaksanakan prinsip

    sebagaimana dimaksud pada ayat(2), Pemerintah Pusat menyusunrencana pengelolaan spesies

    Cukup jelas.

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJ

    dikendalikan yang

  • 8/19/2019 Dim Draf Ruu Kehati

    66/217

    66DRAF RUU KKH– Tan

    y g

    diperdagangkan.

    251. Pasal 42

    (1) Pembinaan habitat dan/ataupembinaan populasi spesiesdikendalikan sebagaimanadimaksud pada Pasal 41 ayat (1)huruf b dan huruf c, dilakukanterhadap spesies yang mengalamitekanan pemanfaatan, termasukperdagangan.

    Pembinaan habitat dan pembinaan

    populasi termasuk juga diantaranya

    pembinaan habitat di pulau kosong

    untuk menampung populasi satwa yang

    dikelola.

    252. (2) Pembinaan habitat dan/ataupembinaan populasi sebagaimanadimaksud pada ayat (1) hanyadapat dilakukan di luar kawasan

    konservasi.

    Cukup jelas.

    253. Pasal 43

    (1) Pelindungan spesies dikendalikansecara   ex-situ  sebagaimanadimaksud dalam Pasal 34 ayat (3)huruf b dilakukan dengan:

    254. a. pembesaran spesimen hidupspesies satwa liar tertentu darihabitat alam di dalamlingkungan terkontrol;

    Cukup jelas.

    255. b. pengembangbiakan satwa liar di Pengembangbiakan satwa liar bagi

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJ

    dalam lingkungan yang spesies dikendalikan dimaksudkan

  • 8/19/2019 Dim Draf Ruu Kehati

    67/217

    67DRAF RUU KKH– Tan

    terkontrol atau perbanyakantumbuhan secara buatan dalamkondisi yang terkontrol; dan/

    atau

    sebagai penyedia stok untuk

    kepentingan komersial.

    256. c. penyelamatan satwa di pusat-

    pusat penyelamatan satwa   ex- situ.

    Cukup jelas.

    257. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenaipelindungan spesies dikendalikandalam kondisi ex-situ sebagaimanadimaksud pada ayat (1) diaturdalam Peraturan Pemerintah.

    Cukup jelas.

    258. Pasal 44

    (1) Pelindungan spesies dipantaudalam kondisi   in-situ  sebagaimanadimaksud dalam Pasal 34 ayat (3)

    huruf a dilakukan denganpemantauan pemanfaatan yangberkelanjutan.

    Cukup jelas.

    259. (2) Pelaksanaan pemantauanpemanfaatan yang berkelanjutansebagaimana dimaksud pada ayat(1) dilakukan melalui penerapanprinsip-prinsip ilmiah danpemanenan yang tidak merusakpopulasi spesies di habitat alam.

    Pemantauan pemanfaatan terhadap

    spesies tumbuhan dan satwa liar

    spesies dipantau dilakukan melalui :

    a. pengaturan terhadap cara-cara

    mengambil atau menangkap agar

    tidak terjadi kerusakan pada

    populasi dan/atau habitat

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJ

    b. penerapan prinsip ilmiah dan

  • 8/19/2019 Dim Draf Ruu Kehati

    68/217

    68DRAF RUU KKH– Tan

    pemanenan yang tidak merusak

    populasi dihabitat alam;

    c. pencatatan pemanenan dan

    pemanfaatan, seperti perdagangan

    baik dalam negeri maupun ekspor.

    260. Pasal 45

    (1) Pelindungan spesies dipantaudalam kondisi ex-situ sebagaimanadimaksud dalam Pasal 34 ayat (3)huruf b dilakukan sama dengan

    pelindungan spesies dikendalikandalam kondisi ex-situ sebagaimana

    dimaksud dalam Pasal 43.

    Cukup jelas.

    261. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai

    pelindungan spesies dipantaudalam kondisi ex-situ sebagaimanadimaksud pada ayat (1) diaturdalam Peraturan Pemerintah.

    Cukup jelas.

    262. Pasal 46

    (1) Setiap orang yang bertanggung jawab di dalam pengelolaan

    pelindungan spesies dalam kondisiin-situ  dan/atau   ex-situ  wajibmelakukan medik konservasi

    Medis Konservasi merupakan

    penerapan medik   veteriner  dalam

    penyelenggaraan kesehatan hewan di

    bidang konservasi spesies satwa liar.

    Penyakit zoonosis adalah penyakit yang

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJ

    untuk mencegah dan

    d lik b h kit

    infeksinya bersumber dari satwa dan

  • 8/19/2019 Dim Draf Ruu Kehati

    69/217

    69DRAF RUU KKH– Tan

    mengendalikan wabah penyakitzoonosis dan/atau penyakit baru yang diduga disebabkan oleh

    satwa liar di habitat alam.

    dapat ditularkan kepada manusia dan

    sebaliknya yang nantinya akan

    berkembang menjadi wabah. Penyakit

    baru merupakan   new emerging 

    diseases.

    263. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai

    medik konservasi diaturberdasarkan Peraturan

    Pemerintah.

    Cukup jelas.

    264. Pasal 47

    (1) Setiap orang yang melaksanakanpengelolaan pelindungan satwa liardalam kondisi   ex-situ  wajibmenerapkan prinsip kesejahteraansatwa.

    Penerapan prinsip kesejahteraan satwa

    dilaksanakan untuk mewujudkan

    kebebasan satwa antara lain:

    a. bebas dari rasa lapar dan haus;

    b. bebas dari rasa sakit, cidera, dan

    penyakit;

    c. bebas dari ketidaknyamanan

    (temperatur dan fisik), penganiayaan,

    dan penyalahgunaan;

    d. bebas dari rasa takut dan tertekan;

    dan

    e. bebas mengekspresikan perilaku

    alaminya.

    265. (2) Ketentuan mengenai kesejahteraansatwa sebagaimana dimaksudpada ayat (1) diatur dalam

    Cukup jelas.

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJ

    Peraturan Pemerintah.

  • 8/19/2019 Dim Draf Ruu Kehati

    70/217

    70DRAF RUU KKH– Tan

    266.

    267. Paragraf 3

    Pemulihan Spesies

    268. Pasal 48(1) Pemulihan spesies sebagaimana

    dimaksud dalam Pasal 33 ayat (1)huruf b bertujuan untuk

    mengembalikan viabilitas populasispesies yang langka atau terancam

    punah atau kritis di habitatalamnya.

    Spesies yang langka atau terancampunah atau kritis umumnya merupakan

    spesies dilindungi.

    269. (2) Pemulihan spesies sebagaimanadimaksud pada ayat (1)dilakukan melalui:

    270. a. reintroduksi atau pengkayaanpopulasi spesies; dan

    Cukup jelas.

    271. b. pemulihan (restorasi) danpembinaan habitat.

    Cukup jelas.

    272. (3) Reintroduksi atau pengkayaanpopulasi spesies satwa dalamkondisi   in-situ  sebagaimanadimaksud pada ayat (2) huruf adilakukan melalui pelepasliaranspesies satwa   ex-situ  hasilrehabilitasi, pengembangbiakan,

    Cukup jelas.

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJ

    atau pengamanan.

  • 8/19/2019 Dim Draf Ruu Kehati

    71/217

    71DRAF RUU KKH– Tan

    273. (4) Pemulihan (restorasi) danpembinaan habitat sebagaimana

    dimaksud pada ayat (2) huruf bdilakukan untuk mengembalikanfungsi habitat alam sehingga

    memadai untuk mendukungtambahan populasi spesies.

    Cukup jelas.

    274. (5) Reintroduksi atau pengkayaanpopulasi spesies dapat dilakukansetelah kondisi habitat atauekosistem yang direstorasisebagaimana dimaksud pada ayat(3) dinilai mampu mendukungpopulasi hasil reintroduksi besertakemungkinan perkembanganpopulasinya.

    Cukup jelas.

    275. (6) Dalam melakukan kegiatanreintroduksi dan/ atau pemulihan

    (restorasi) sebagaimana dimaksudpada ayat (2), ayat (3), ayat (4) danayat (5), Pemerintah Pusat danPemerintah Daerah dapatmelakukan kerja sama denganlembaga swadaya masyarakat atauswasta.

    Cukup jelas.

    276. (7) Ketentuan lebih lanjut mengenaitata cara restorasi dan kerja sama

    pemulihan (restorasi) ekosistemdiatur dalam Peraturan

    Cukup jelas.

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJ

    Pemerintah.

  • 8/19/2019 Dim Draf Ruu Kehati

    72/217

    72 DRAF RUU KKH– Tan

    277. Bagian Ketiga

    Pelestarian Sumber Daya Genetik

    278.

    279. Paragraf 1

    Umum

    280. Pasal 49

    (1) Pelestarian sumber daya genetiksebagaimana dimaksud dalamPasal 26 huruf b bertujuan untukmempertahankan keberadaan dankeanekaragaman genetik untukmendukung pelestarian spesiesdan ekosistem.

    Pelestarian sumber daya genetik

    dilakukan terhadap sumber daya

    genetik dan jasad renik.

    281. (2) Dalam rangka menyelenggarakanpelestarian sumber daya genetik,

    Pemerintah Pusat menetapkankebijakan nasional tentangpelestarian sumber daya genetik.

    Cukup jelas.

    282. Pasal 50

    Pelestarian sumber daya genetik

    dilakukan melalui:

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJ

    283. a. pelindungan sumber daya genetik

    spesies target;

    Cukup jelas.

  • 8/19/2019 Dim Draf Ruu Kehati

    73/217

    73 DRAF RUU KKH– Tan

    spesies target;

    284. b. pemulihan keanekaragaman

    sumber daya genetik spesiestarget.

    Cukup jelas.

    285. Pasal 51

    (1) Pemerintah Pusat dan/atauPemerintah Daerah wajibmelestarikan sumber daya genetik yang khas di daerahnya, langka,atau memiliki nilai secara nyatamaupun potensial.

    Cukup jelas.

    286. (2) Menteri menetapkan pedoman,norma dan kriteria pelestariansumber daya genetik sebagaimana

    dimaksud dalam Pasal 49 danPasal 50.

    Cukup jelas.

    287. Paragraf 2

    Pelindungan Sumber Daya Genetik

    bagi Spesies Target

    288. Pasal 52

    (1) Pelindungan sumber daya genetikbagi spesies target sebagaimanadimaksud dalam Pasal 50 huruf a

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJ

    dilakukan melalui:

    289 i t i i i t t Cukup jelas

  • 8/19/2019 Dim Draf Ruu Kehati

    74/217

    74 DRAF RUU KKH– Tan

    289. a. inventarisasi spesies targetuntuk pengembangan basis

    data sumber daya genetikspesies target;

    Cukup jelas.

    290. b. pelindungan sumber dayagenetik spesies target dalam

    kondisi in-situ ; dan

    Pelindungan sumber daya genetik

    spesies target   in-situ  ditujukan untuk

    melindungi keanekaragaman sumberdaya genetik dan keaslian spesies di

    dalam habitat aslinya.

    291. c. pelindungan sumber dayagenetik spesies target dalam

    kondisi ex-situ .

    Pelindungan sumber daya genetik

    spesies target   ex-situ  dilakukan untuk

    melindungi keanekaragaman sumber

    daya genetik namun di luar habitat

    aslinya.

    292. (2) Dalam rangka pelindungansumber daya genetik spesiestarget, Menteri menyusun danmelaksanakan strategi konservasigenetik bagi spesies targetberdasarkan hasil inventarisasispesies target sebagaimanadimaksud dalam ayat (1) huruf a.

    Cukup jelas.

    293. (3) Ketentuan mengenai pelindungansumber daya genetik bagi spesiestarget sebagaimana dimaksudpada ayat (1) diatur dalamPeraturan Pemerintah.

    Peraturan pemerintah mengenai

    pelindungan sumber daya genetik bagi

    spesies target setidaknya memuat:

    a. penyelenggaraan inventarisasi

    spesies target;

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJ

    b. strategi konservasi genetik

    c pengembangan basis data hasil

  • 8/19/2019 Dim Draf Ruu Kehati

    75/217

    75 DRAF RUU KKH– Tan

    c. pengembangan basis data hasil

    inventarisasi dan riset serta

    penanggung jawab basis data dan

    riset.

    294. Pasal 53Pelindungan sumber daya genetik

    spesies target dalam kondisi   in-situ 

    sebagaimana dimaksud dalam Pasal

    52 ayat (1) huruf b dilakukan

    terhadap:

    295. a. spesies dilindungi; dan Cukup jelas.

    296. b. spesies yang diperdagangkan ataubernilai komersial serta spesies yang mendukung budidaya.

    Cukup jelas.

    297. Pasal 54

    Pelindungan sumber daya genetik

    spesies target dalam kondisi   in-situ 

    terhadap spesies dilindungi

    sebagaimana dimaksud dalam Pasal

    53 huruf a dilakukan dengan:

    298. a. menjaga populasi di dalammaupun di luar kawasan

    Menjaga populasi di dalam maupun di

    luar kawasan konservasi termasuk juga

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJ

    konservasi; menyelamatkan spesimen tumbuhan

     yang berfungsi sebagai induk, termasuk

  • 8/19/2019 Dim Draf Ruu Kehati

    76/217

    76

    DRAF RUU KKH– Tan

    y g g g ,

    pohon-pohon induk untuk

    pengembangbiakan tumbuhan baik

    secara alami maupun buatan termasuk

    pengembangan kebun benih/bibit di

    lokasi habitat di luar kawasan

    konservasi yang diketahui merupakanhabitat asli spesies tumbuhan target.

    299. b. menyelamatkan populasi terisolasidan memindahkan ke lokasi yangmemungkinkan terjadinya transfermateri genetik; dan/atau

    Cukup jelas.

    300. c. memelihara habitat,mempertahankan danmengupayakan ketersambunganantar-habitat untuk menjaminadanya transfer materi genetikantar-wilayah habitat.

    Mengupayakan ketersambungan antar-

    habitat dapat dilakukan diantaranya

    melalui penetapan koridor habitat, baik

    alami maupun buatan.

    301. Pasal 55

    Pelindungan sumber daya genetik

    spesies target dalam kondisi   in situ 

    terhadap spesies yan