dim ruu keperawatan tanpa bidan, 10,10,2013

50
DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM) PEMERINTAH ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG KEPERAWATAN NO. RUU KEPERAWATAN USULAN DPR RI TANGGAPAN PEMERINTAH USULAN PERUBAHAN 1 2 3 4 1. RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR ... TAHUN ... TENTANG KEPERAWATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Tetap RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR ... TAHUN ... TENTANG KEPERAWATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA 2. Menimbang: a. bahwa untuk memajukan kesejahteraanumum sebagai salah satu tujuannasionalsebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar egara !epublik "ndonesia Tahun 1#$% perlu diselenggarakan pembangunan kesehatan& Tetap Menimbang: a. bahwa untuk memajukan kesejahteraan umum sebagai salah satu tujuan n as ion al sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar egara !epublik "ndonesia Tahun 1#$% perlu diselenggarakan pembangunan kesehatan& '. b. bahwa pen(elenggaraan pembangunan kesehatan diwujudkan melalui pen(elenggaraan pela(anan kesehatan termasuk pela(anan keperawatan& Tetap b. bahwa pen(elenggaraan pembangunan kesehatan diwujudkan melalui pen(elenggaraan pela(anan kesehatan termasuk pela(anan keperawatan& $. c. bahwa pen(elenggaraan pela(anan keperawatan harus dilakukan secara bertanggung jawab) akuntabel) bermutu) aman) dan terjangkau oleh perawat (ang memiliki etik dan moral tinggi) serti*ikat) registrasi) dan lisensi& Pemerintah mengusulkan perubahan rumusan: kata serti*ikat) registrasi dan lisensi dihilangkan karena sudah tercakup dalam kata-kata bertanggung jawab) akuntabel) dan bermutu. Penambahan kata kompetensi dan kewenangan c. bahwa pen(elenggaraan pela(anan keperawatan harus dilakukan secara bertanggung jawab) akuntabel) bermutu) aman) dan terjangkau oleh perawat (ang memiliki kompetensi) kewenangan) etik dan moral tinggi& %. d. bahwa pengaturan mengenai keperawatan masih tersebar di berbagai peraturan perundang-undangan (ang belum memberikan perlindungan dan kepastian hukum kepada perawat serta mas(arakat& Tetap d. bahwa pengaturan mengenaikeperawatan perlu diatur secara komprehensi* dalam peraturan perundang-undangan guna memberikan perlindungan dan kepastianhukum kepada perawat dan mas(arakat& 1

Upload: rifky-octavio-p

Post on 07-Oct-2015

219 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

RUU

TRANSCRIPT

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM) PEMERINTAH ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG KEPERAWATAN

NO.RUU KEPERAWATAN USULAN DPR RITANGGAPAN PEMERINTAHUSULAN PERUBAHAN

1234

1. RANCANGANUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIANOMOR ... TAHUN ...TENTANGKEPERAWATAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESAPRESIDEN REPUBLIK INDONESIATetap

RANCANGANUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIANOMOR ... TAHUN ...TENTANGKEPERAWATAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2. Menimbang:a. bahwa untuk memajukan kesejahteraan umum sebagai salah satu tujuan nasional sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 perlu diselenggarakan pembangunan kesehatan;TetapMenimbang:a. bahwa untuk memajukan kesejahteraan umum sebagai salah satu tujuan nasional sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 perlu diselenggarakan pembangunan kesehatan;

3. b. bahwa penyelenggaraan pembangunan kesehatan diwujudkan melalui penyelenggaraan pelayanan kesehatan termasuk pelayanan keperawatan;Tetapb. bahwa penyelenggaraan pembangunan kesehatan diwujudkan melalui penyelenggaraan pelayanan kesehatan termasuk pelayanan keperawatan;

4. c. bahwa penyelenggaraan pelayanan keperawatan harus dilakukan secara bertanggung jawab, akuntabel, bermutu, aman, dan terjangkau oleh perawat yang memiliki etik dan moral tinggi, sertifikat, registrasi, dan lisensi;Pemerintah mengusulkan perubahan rumusan: kata sertifikat, registrasi dan lisensi dihilangkan karena sudah tercakup dalam kata-kata bertanggung jawab, akuntabel, dan bermutu. Penambahan kata kompetensi dan kewenangan

c. bahwa penyelenggaraan pelayanan keperawatan harus dilakukan secara bertanggung jawab, akuntabel, bermutu, aman, dan terjangkau oleh perawat yang memiliki kompetensi, kewenangan, etik dan moral tinggi;

5. d. bahwa pengaturan mengenai keperawatan masih tersebar di berbagai peraturan perundang-undangan yang belum memberikan perlindungan dan kepastian hukum kepada perawat serta masyarakat;Tetapd. bahwa pengaturan mengenai keperawatan perlu diatur secara komprehensif dalam peraturan perundang-undangan guna memberikan perlindungan dan kepastian hukum kepada perawat dan masyarakat;

6. e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-undang tentang Keperawatan;Tetape. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-undang tentang Keperawatan;

7. Mengingat:Pasal 20, Pasal 21, dan Pasal 28C Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;Tetap

Mengingat:Pasal 20, Pasal 21, dan Pasal 28C Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

8. Dengan Persetujuan BersamaDEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAdanPRESIDEN REPUBLIK INDONESIAMEMUTUSKAN:Tetap

Dengan Persetujuan BersamaDEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAdanPRESIDEN REPUBLIK INDONESIAMEMUTUSKAN:

9. Menetapkan: UNDANG-UNDANG TENTANG KEPERAWATANTetapMenetapkan: UNDANG-UNDANG TENTANG KEPERAWATAN.

10. BAB IKETENTUAN UMUMTetapBAB IKETENTUAN UMUM

11. Pasal 1Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:TetapPasal 1Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:

12. 1. Keperawatan adalah segala aspek yang berkaitan dengan Perawat.Pemerintah mengusulkan agar Keperawatan tidak didefinisikan, karena dalam batang tubuh kata keperawatan tidak berdiri sendiri tetapi selalu diikuti dengan kata lain.

Dihapus.

13. 2. Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan keperawatan baik di dalam dan di luar negeri yang diakui oleh Pemerintah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.Pemerintah mengusulkan penyempurnaan rumusan dengan menambah kata tinggi setelah kata pendidikan.1. Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan tinggi keperawatan baik di dalam dan di luar negeri yang diakui oleh Pemerintah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

14. 3. Ners adalah gelar yang diperoleh setelah lulus pendidikan profesi Perawat.Pemerintah mengusulkan agar ners tidak didefinisikan, karena substansinya tidak diatur di dalam batang tubuh.

Dihapus.

15. 4. Pelayanan Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia.

Pemerintah mengusulkan agar pelayanan keperawatan tidak didefinisikan, karena dalam batang tubuh kata pelayanan keperawatan tidak disebut secara berulang.

Dihapus

16. 5. Praktik Keperawatan adalah wujud nyata dari Pelayanan Keperawatan yang diselenggarakan oleh Perawat dalam bentuk asuhan keperawatan.Pemerintah mengusulkan penyempurnaan rumusan.2. Praktik Keperawatan adalah pelayanan yang diselenggarakan oleh Perawat dalam bentuk asuhan keperawatan.

17. 6. Asuhan Keperawatan adalah rangkaian tindakan keperawatan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan yang ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat dalam upaya tercapainya kemandirian untuk merawat dirinya.Pemerintah mengusulkan penyempurnaan rumusan.

3. Asuhan Keperawatan adalah rangkaian pelayanan keperawatan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan yang ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat dalam upaya tercapainya kemandirian untuk merawat dirinya.

18. 7. Uji Kompetensi Perawat adalah suatu proses untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, dan sikap perawat sesuai dengan standar profesi.Pemerintah mengusulkan penyempurnaan rumusan.

4. Uji kompetensi adalah proses pengukuran pengetahuan, keterampilan, dan perilaku peserta didik pada perguruan tinggi yang menyelenggarakan program studi keperawatan.

19. 8. Sertifikat Uji Kompetensi adalah surat tanda pengakuan terhadap kompetensi Perawat yang telah lulus Uji Kompetensi untuk menjalankan Praktik Keperawatan. Pemerintah mengusulkan penyempurnaan rumusan dengan mengganti kata sertifikat uji kompetensi menjadi sertifikat kompetensi karena sertifikat kompetensi menyatakan kompetensi, uji kompetensi merupakan metodenya.

5. Sertifikat Kompetensi adalah pengakuan terhadap kompetensi Perawat untuk menjalankan Praktik Keperawatan.

20. 1Pemerintah mengusulkan penambahan substansi baru, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi yang mengatur bahwa sertifikat dapat berupa sertifikat kompetensi dan sertifikat profesi.

6. Sertifikat profesi adalah pengakuan untuk melakukan praktik profesi yang diperoleh lulusan pendidikan profesi.

21. 9. Registrasi Perawat adalah pencatatan resmi terhadap Perawat yang telah memiliki sertifikat kompetensi keperawatan dan telah mempunyai kualifikasi tertentu lainnya serta diakui secara hukum untuk menjalankan praktik dan/atau pekerjaan profesi Perawat.Pemerintah mengusulkan penyesuaian rumusan 7. Registrasi adalah pencatatan resmi terhadap Perawat yang telah memiliki sertifikat kompetensi atau sertifikat profesi keperawatan serta diakui secara hukum untuk menjalankan praktik dan/atau pekerjaan profesi Perawat.

22. 10. Surat Tanda Registrasi yang selanjutnya disingkat STR adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Konsil Keperawatan Indonesia kepada Perawat yang telah diregistrasi.Pemerintah mengusulkan penyesuaian rumusan 8. Surat Tanda Registrasi yang selanjutnya disingkat STR adalah bukti tertulis yang diberikan kepada Perawat yang telah memiliki sertifikat kompetensi.

23. 11. Surat Ijin Praktik Perawat yang selanjutnya disingkat SIPP adalah bukti tertulis yang dikeluarkan oleh pemerintah kabupaten/kota kepada Perawat yang telah memenuhi persyaratan.Pemerintah mengusulkan penyesuaian rumusan 9. Surat Izin Praktik yang selanjutnya disingkat SIPP bagi perawat adalah bukti tertulis pemberian kewenangan untuk menjalankan praktik dan/atau pekerjaan profesi keperawatan.

24. 12. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah alat dan/atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan baik promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang pelayanannya dilakukan oleh pemerintah daerah dan/atau masyarakat.

Tetap

10. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah alat dan/atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan baik promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang pelayanannya dilakukan oleh pemerintah daerah dan/atau masyarakat.

25. 13. Perawat Asing adalah Perawat yang bukan berstatus Warga Negara Indonesia (WNI).Pemerintah mengusulkan agar perawat asing tidak perlu didefinisikan karena pengertian perawat asing sudah merupakan suatu hal yang umum. Selain itu penggunaan kata perawat asing hanya digunakan satu kali.

Dihapus

26. 14. Klien adalah perorangan, keluarga, kelompok, dan masyarakat.Pemerintah mengusulkan penyempurnaan rumusan.11. Klien adalah perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat pemakai jasa pelayanan.

27. 15. Organisasi Profesi Perawat adalah wadah yang menghimpun Perawat secara nasional dan berbadan hukum seusai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.Pemerintah mengusulkan penyesuaian rumusan 12. Organisasi Profesi adalah wadah yang menghimpun Perawat secara nasional dan berbadan hukum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

28. 16. Kolegium Keperawatan adalah badan yang dibentuk oleh Organisasi Profesi Perawat untuk masing-masing cabang disiplin ilmu keperawatan yang bertugas mengampu cabang displin ilmu tersebut.

Pemerintah mengusulkan agar kolegium tidak perlu didefinisikan karena tidak digunakan didalam batang tubuh. Kolegium merupakan Badan Otonom di dalam organisasi profesi, sehingga tidak perlu diatur secara khusus di dalam UU, hal ini diserahkan saja kepada masing-masing organisasi profesi.

Dihapus

29. 17. Konsil Keperawatan Indonesia adalah suatu badan otonom, mandiri, nonstruktural, bersifat independen.Pemerintah mengusulkan agar dalam RUU ini tidak mengatur mengenai Konsil Keperawatan Indonesia karena sesuai kesepakatan Komisi II DPR dengan pemerintah (KemenPAN dan Setneg) untuk mengevaluasi keberadaan lembaga non struktural dan moratorium pembentukan lembaga baru, maka tidak akan dibentuk Konsil dalam RUU ini. Tugas sertifikasi dan registrasi sudah menjadi tugas pemerintah yang dilakukan oleh kementerian sesuai dengan tupoksinya masing-masing. Berkaitan dengan hal tersebut, pemerintah mengusulkan agar definisi Konsil Keperawatan Indonesia dihapus.

Dihapus

30. Pemerintah mengusulkan penambahan substansi baru13. Institusi pendidikan adalah perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan keperawatan.

31. Pemerintah mengusulkan penambahan substansi baru14. Wahana pendidikan keperawatanyang selanjutnya disebut wahana pendidikan adalah fasilitas yang digunakan sebagai tempat penyelenggaraan pendidikan.

32. 18. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintah negara Republlik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Tetap 15. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintah negara Republlik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

33. 19. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati dan walikota serta perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan.

Tetap

16. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati, dan walikota serta perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan.

34. 20. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan.Tetap

17. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan.

35. Pemerintah mengusulkan penambahan substansi baru18. Kementerian adalah Kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan.

36. Pasal 2Keperawatan berasaskan:Pemerintah mengusulkan penyesuaian rumusan Pasal 2Praktik Keperawatan berasaskan:

37. a. perikemanusiaan;Tetap

a. perikemanusiaan;

38. b. nilai ilmiah;Tetap

b. nilai ilmiah;

39. c. etika;Tetap

c. etika;

40. d. manfaat;Tetap

d. manfaat;

41. e. keadilan; danTetap

e. keadilan; dan

42. f. kesehatan dan keselamatan klien.Pemerintah mengusulkan penyempurnaan substansif. perlindungan dan keselamatan klien.

43. Pasal 3Keperawatan bertujuan:Pemerintah mengusulkan penyesuaian rumusan Pasal 3Pengaturan Keperawatan bertujuan:

44. a. meningkatkan mutu Perawat dan Pelayanan Keperawatan;Pemerintah mengusulkan penyesuaian rumusan a. meningkatkan mutu perawat;

45. Pemerintah mengusulkan penambahan substansi baru

b. meningkatkan mutu pelayanan Keperawatan;

46. b. memberikan perlindungan dan kepastian hukum kepada Perawat dan Klien; danPemerintah mengusulkan penyesuaian rumusan c. memberikan perlindungan dan kepastian hukum kepada Perawat dan Klien; dan

47. c. meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.Tetap d. meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

48. BAB IIJENIS PERAWATPemerintah mengusulkan penyesuaian rumusan BAB IIJENIS PERAWAT

49. Pasal 4(1) Jenis Perawat terdiri atas:Tetap

Pasal 4(1) Jenis perawat terdiri atas:

50. a. perawat profesional;Pemerintah mengusulkan penyempurnaan substansi sesuai dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi.

a. perawat profesi;

51. b. perawat vokasional; danPemerintah mengusulkan penyempurnaan substansi sesuai dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi.

b. perawat vokasi;

52. c. asisten perawatPemerintah berpandangan bahwa sejalan dengan Undang-Undang tentang Kesehatan, kualifikasi tenaga keperawatan harus berlatar belakang pendidikan tinggi baik profesi maupun vokasi, maka asisten perawat tidak termasuk kategori tenaga keperawatan karena berlatar belakang pendidikan menengah. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi dan sejalan dengan konsep pengaturan dalam Rancangan Undang-Undang tentang Tenaga Kesehatan. Berkaitan dengan hal tersebut, Pemerintah mengusulkan asisten perawat dihapus. c. Dihapus

53. (2) Perawat profesional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas:Pemerintah mengusulkan penyempurnaan substansi sesuai dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi.

(2) Perawat profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas:

54. a. ners;Tetap

a. ners;

55. b. ners spesialis; danTetap

b. ners spesialis; dan

Penjelasan ayat (2) huruf b:perawat spesialis termasuk perawat subspesialis.

56. c. ners konsultan.Pemerintah mengusulkan ners konsultan dihapus karena berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi yang mengatur bahwa pendidikan profesi hanya terdiri atas program profesi dan program spesialis.

Dihapus

57. (3) Ketentuan mengenai jenis Perawat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah.Pemerintah mengusulkan penyempurnaan substansi namun demikian Pemerintah berpandangan bahwa selain jenis perawat yang terdiri atas profesi dan vokasi, juga ada jenis yang berdasarkan spesialisasinya, hal ini akan diatur dimana?

(4) Ketentuan mengenai jenis Perawat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam Peraturan Menteri.

58. BAB IIIPENDIDIKAN KEPERAWATANPemerintah mengusulkan penyesuaian rumusan BAB IIIPENDIDIKAN KEPERAWATAN

59. Pasal 5Pendidikan Keperawatan terdiri atas:

Pemerintah mengusulkan penyesuaian rumusan Pasal 5Pendidikan Keperawatan terdiri atas:

60. a. pendidikan vokasi;Tetap

a. pendidikan vokasi;

61. b. pendidikan akademik; danTetap

b. pendidikan akademik; dan

62. c. pendidikan profesi.Tetap

c. pendidikan profesi.

63. Pasal 6Pendidikan vokasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a adalah pendidikan diploma keperawatan.Pemerintah mengusulkan penyesuaian rumusan Pasal 6(1) Pendidikan vokasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a merupakan program Diploma.

64. Pemerintah mengusulkan penambahan substansi baru(2) Program diploma sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya program Diploma Tiga.

65. Pasal 7Pendidikan akademik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf b terdiri atas:Tetap

Pasal 7Pendidikan akademik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf b terdiri atas:

66. a. pendidikan sarjana keperawatan;Pemerintah mengusulkan penyempurnaan substansi disesuaikan dengan Undang-Undang Nomor 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi.

a. Program sarjana;

67. b. pendidikan magister keperawatan; danPemerintah mengusulkan penyempurnaan substansi disesuaikan dengan Undang-Undang Nomor 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi.

b. Program magister; dan

68. c. pendidikan doktor keperawatan;Pemerintah mengusulkan penyempurnaan substansi disesuaikan dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi.

c. Program doktor.

69. Pasal 8(1) Pendidikan profesi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf c terdiri atas:

Tetap

Pasal 8(1) Pendidikan profesi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf c terdiri atas:

70. a. pendidikan profesi keperawatan; danPemerintah mengusulkan penyempurnaan substansi disesuaikan dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi.

a. Program profesi; dan

71. b. pendidikan profesi keperawatan berkelanjutan. Pemerintah mengusulkan penyempurnaan substansi disesuaikan dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi.

b. Program spesialis.

72. (2) Pendidikan profesi keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas:

Pemerintah mengusulkan agar substansi ayat (2) dihapus karena sudah tertampung dalam DIM Nomor 69.

Dihapus

73. a. pendidikan profesi ners; danKonkordan dengan DIM Nomor 72

Dihapus

74. b. pendidikan profesi ners spesialis.Konkordan dengan DIM Nomor 72

Dihapus

75. (3) Pendidikan profesi keperawatan berkelanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b merupakan pendidikan profesi yang ditempuh setelah menyelesaikan pendidikan profesi keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2).

Pemerintah berpandangan bahwa pendidikan profesi keperawatan berkelanjutan tidak dikenal dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi. Berkaitan dengan hal tersebut, Pemerintah mengusulkan substansi ayat (3) dihapus.

Dihapus

76. Pasal 9 (1) Pendidikan profesi keperawatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) diselenggarakan oleh institusi pendidikan keperawatan yang memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan terakreditasi.Pemerintah mengusulkan perubahan substansi, konkordan dengan DIM Nomor 1 dan disesuaikan dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi

Pasal 9(1) Pendidikan keperawatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki izin penyelenggaraan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

77. Pemerintah mengusulkan penambahan substansi baru disesuaikan dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi.(2) Perguruan tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berbentuk universitas, institut, sekolah tinggi, politeknik, atau akademi.

78. (2) Pendidikan profesi keperawatan berkelanjutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (3) diselenggarakan oleh institusi pendidikan keperawatan, organisasi profesi keperawatan, atau fasilitas pelayanan kesehatan.Pemerintah mengusulkan penyesuaian substansi serta disesuaikan dengan rumusan yang ada dalam Undang-Undang tentang Pendidikan Kedokteran. Pendidikan Keperawatan tidak hanya dilakukan di perguruan tinggi tetapi juga di fasilitas pelayanan kesehatan dalam rangka pelayanan.

(3) Perguruan tinggi dalam menyelenggarakan Pendidikan Keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyediakan Fasilitas Pelayanan Kesehatan sebagai Wahana Pendidikan serta berkoordinasi dengan Organisasi Profesi.

79. Pemerintah mengusulkan penambahan substansi baru

(4) Penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat dilakukan melalui:a. kepemilikan; ataub. kerja sama.

80. Pemerintah mengusulkan penambahan substansi baru

(5) Fasilitas pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) merupakan rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama yang memenuhi persyaratan termasuk jejaring dan komunitas di dalam wilayah binaannya.

81. (6) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan fasilitas pelayanan kesehatan sebagai wahana pendidikan selain rumah sakit pendidikan diatur dengan Peraturan Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pendidikan setelah berkoordinasi dengan Menteri.

82. Pasal 10(1) Institusi pendidikan keperawatan didirikan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan masyarakat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pemerintah mengusulkan penyesuaian rumusan Pasal 10Perguruan tinggi keperawatan didirikan oleh Pemerintah dan masyarakat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

83. (2) Institusi pendidikan keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berfungsi sebagai tridharma perguruan tinggi.

Pemerintah berpandangan bahwa fungsi institusi pendidikan sebagai tridharma perguruan tinggi sudah diatur dalam peraturan yang lain. Berkaitan dengan hal tersebut Pemerintah mengusulkan substansi ini dihapus.

Dihapus

84. Pasal 11Penyelenggaraan pendidikan keperawatan harus memenuhi persyaratan paling sedikit mencakup:

Pasal 11 harus dilakukan perubahan redaksional dengan alasan: Sudah diatur dalam UU Dikti dan UU Sisdiknas. Ketentuan mengenai penyelenggaraan pendidikan terkait Standar akan terus berkembang sehingga diatur dalam peraturan di bawah Undang-Undang. Norma yang perlu diatur dalam Pasal ini harus bersifat pengaturan umum.

Untuk itu Pemerintah mengusulkan perubahan substansi norma yang diatur bersifat umum dengan penambahan ayat baru dan disesuaikan dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi.

Pasal 11(1) Penyelenggaraan pendidikan keperawatan harus memenuhi Standar Nasional Pendidikan Keperawatan.

85. Konkordan dengan DIM Nomor 84 (2) Standar Nasional Pendidikan Keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengacu pada Standar Nasional Pendidikan Tinggi.

86. Konkordan dengan DIM Nomor 84 (3) Standar Nasional Pendidikan Keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disusun secara bersama oleh kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan, asosiasi institusi pendidikan, dan Organisasi Profesi.

87. Konkordan dengan DIM Nomor 84 (4) Standar Nasional Pendidikan keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pendidikan.

88. a. standar isi;Konkordan dengan DIM Nomor 84 Dihapus

89. b. standar proses;Konkordan dengan DIM Nomor 84 Dihapus

90. c. standar kompetensi lulusan;Konkordan dengan DIM Nomor 84 Dihapus

91. d. standar pendidik dan tenaga kependidikan;Konkordan dengan DIM Nomor 84 Dihapus

92. e. standar sarana dan prasarana;Konkordan dengan DIM Nomor 84 Dihapus

93. f. standar pengelolaan;Konkordan dengan DIM Nomor 84 Dihapus

94. g. standar pembiayaan;Konkordan dengan DIM Nomor 84

Dihapus

95. h. standar penilaian pendidikan;Konkordan dengan DIM Nomor 84 Dihapus

96. i. peserta didik; danKonkordan dengan DIM Nomor 84 Dihapus

97. j. kurikulum.Konkordan dengan DIM Nomor 84 Dihapus

98. Pasal 12(1) Penyelenggaraan pendidikan keperawatan dibantu oleh tenaga kependidikan.

Pemerintah mengusulkan penyempurnaan rumusan. Pasal 12(1) Penyelenggaraan pendidikan keperawatan dilaksanakan oleh dosen dibantu tenaga kependidikan.

99. (2) Pendidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf d terdiri atas:Pemerintah mengusulkan perubahan substansi disesuaikan dengan Undang-Undang tentang Pendidikan Kedokteran dan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi.

(2) Dosen pada pendidikan keperawatan dapat berasal dari:

100. a. dosen; danKonkordan dengan DIM Nomor 99a. perguruan tingggi;

101. b. pendidik klinik keperawatan.Konkordan dengan DIM Nomor 99b. wahana pendidikan keperawatan.

102. Konkordan dengan DIM Nomor 99(3) Dosen diangkat dan diberhentikan oleh pejabat yang berwenang.

103. Konkordan dengan DIM Nomor 99(4) Pengangkatan dan pemberhentian oleh pejabat yang berwenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan persetujuan pejabat berwenang dari kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pendidikan

104. Konkordan dengan DIM Nomor 99(5) Dosen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengampu kelompok keilmuan biomedis, kedokteran klinis, bioetika/humaniora kesehatan, ilmu pendidikan kedokteran, serta kedokteran komunitas dan kesehatan masyarakat.

105. Konkordan dengan DIM Nomor 99(6) Dosen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai hak dan kewajiban sebagaimana diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan.

106. Konkordan dengan DIM Nomor 99Pasal 12A(1) Dosen pada Wahana Pendidikan Keperawatan melakukan pendidikan, penelitian, pengabdian kepada masyarakat dan pelayanan kesehatan.

107. Konkordan dengan DIM Nomor 99(2) Dosen pada Wahana Pendidikan Keperawatan memiliki kesetaraan, pengakuan, dan angka kredit yang memperhitungkan kegiatan pelayanan kesehatan.

108. (3) Ketentuan mengenai dosen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilaksanakan seusai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.Pemerintah mengusulkan penyempurnaan rumusan(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai kesetaraan, pengakuan, dan angka kredit Dosen pada Wahana Pendidikan Keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Peraturan Pemerintah.

109. (4) Pendidik klinik keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b memenuhi kriteria paling sedikit:a. perawat profesional;b. memiliki pengalaman klinik di bidang keperawatan minimal 2 (dua) tahun; danc. memiliki sertifikat pelatihan pembimbing klinik keperawatan.

Konkordan dengan DIM Nomor 99Dihapus

110. (5) Ketentuan mengenai pendidik klinik keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundangan.

Konkordan dengan DIM Nomor 99Dihapus

111. Konkordan dengan DIM Nomor 99Pasal 12B(1) Tenaga Kependidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) dapat berasal dari pegawai negeri dan/atau non pegawai negeri.

112. Konkordan dengan DIM Nomor 99(2) Tenaga Kependidikan non pegawai negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diangkat dan diberhentikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

113. Pasal 13(1) Selain memiliki sarana dan prasarana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf e, penyelenggaraan pendidikan keperawatan harus dilengkapi dengan laboratorium dan lahan praktik keperawatan.

Pemerintah mengusulkan substansi DIM ini dihapus karena laboratorium sudah masuk dalam standar nasional pendidikan tinggi.

Dihapus

114. (2) Lahan praktik keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas fasilitas pelayanan kesehatan pendidikan dan daerah pendidikan.

Konkordan dengan usulan Pemerintah dalam Pasal 84 dan DIM Nomor 80

Dihapus

115. (3) Fasilitas pelayanan kesehatan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan rumah sakit dan puskesmas yang memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Konkordan dengan DIM Nomor 114Dihapus

116. (4) Daerah pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan wilayah administrasi mulai dari tingkat kecamatan.Pemerintah mengusulkan agar pengaturan tentang daerah pendidikan tidak perlu diatur sendiri, dengan adanya kerjasama antara penyelenggara pendidikan dengan Puskemas, maka peserta didik keperawatan dapat melakukan proses pendidikan pada wilayah kerja Puskesmas tersebut.

Dihapus

117. (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai sarana dan prasarana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.Pemerintah berpandangan karena rumusan pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diusulkan untuk dihapus, maka ketentuan delegasi menjadi tidak bermakna lagi. Pemerintah mengusulkan substansi DIM dipindahkan menjadi Pasal 9 ayat (6) DIM Nomor 81 Dihapus

118. Pasal 14(1) Kurikulum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf j terdiri atas:a. kurikulum pendidikan vokasi;b. kurikulum pendidikan akademik; danc. kurikulum pendidikan profesi.

Pemerintah berpandangan bahwa tidak perlu menguraikan jenis kurikulum yang ada dalam pendidikan keperawatan karena kurikulum merupakan ketentuan yang dinamis sehingga cukup diatur dalam standar.Dihapus

119. (2) Kurikulum pendidikan akademik dan profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf b, dan huruf c disusun oleh kementerian yang membidangi masalah pendidikan dan kebudayaan dengan melibatkan Menteri, asosiasi institusi pendidikan keperawatan, Kolegium Keperawatan, Organisasi Profesi Perawat, dan Konsil Keperawatan Indonesia.

Pemerintah mengusulkan penyempurnaan rumusan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi.Pasal 14Kurikulum dikembangkan oleh perguruan tinggi dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan Keperawatan.

120. BAB IVKOMPETENSI, REGISTRASI, DAN LISENSIPemerintah mengusulkan ketentuan tentang Uji Kompetensi hingga Penerbitan Sertifikat Kompetensi masuk dalam Bab Pendidikan. Sedangkan registrasi dan lisensi akan masuk dalam bab tersendiri. Hal ini sesuai dengan Pasal 44 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi.

Dihapus

121. Pasal 15(1) Peserta didik keperawatan yang telah menyelesaikan pendidikan wajib mengikuti Uji Kompetensi Perawat yang bersifat nasional sebelum diangkat sebagai Perawat.Pemerintah mengusulkan penyesuaian rumusan Pasal 15(1) Peserta didik pendidikan keperawatan pada akhir masa pendidikan vokasi dan profesi harus mengikuti Uji Kompetensi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

122. (2) Perawat harus mengikuti Uji Kompetensi secara berkala untuk menjaga mutu Pelayanan Keperawatan.Pemerintah mengusulkan agar Uji kompetensi tidak perlu dilakukan secara berkala, uji kompetensi cukup dilakukan 1 (satu) kali. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi mengatur bahwa sertifikat kompetensi hanya dikeluarkan satu (1) kali.

Dihapus

123. (3) Pelaksanaan Uji Kompetensi untuk perawat vokasional dan profesional diselenggarakan oleh institusi pendidikan keperawatan yang terakreditasi.Pemerintah mengusulkan penambahan ketentuan tentang pelaksanaan uji kompetensi perlu melibatkan organisasi profesi.

(2) Uji kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan oleh perguruan tinggi bekerja sama dengan organisasi profesi, lembaga pelatihan, atau lembaga sertifikasi yang terakreditasi.

124. Pemerintah mengusulkan penambahan substansi baru mengenai pemberian sertifikat kompetensi bagi peserta didik yang lulus uji kompetensi.(3) Peserta didik program vokasi yang lulus uji kompetensi memperoleh Sertifikat Kompetensi yang dikeluarkan oleh perguruan tinggi.

125. Pemerintah mengusulkan penambahan substansi baru mengenai pemberian sertifikat profesi bagi peserta didik yang lulus uji kompetensi.(4) Peserta didik program profesi yang lulus uji kompetensi memperoleh sertifikat profesi yang dikeluarkan oleh perguruan tinggi.

126. Pasal 16(1) Uji Kompetensi Perawat dilaksanakan berdasarkan standar kompetensi Perawat.Pemerintah mengusulkan penyesuaian rumusan

Pasal 16(1) Uji Kompetensi nasional Perawat dilaksanakan berdasarkan standar kompetensi Perawat sesuai dengan jenis pendidikan.

Penjelasan ayat (1)Yang dimaksud dengan Standar kompetensi adalah kriteria capaian pembelajaran lulusan program tertentu pada pendidikan tinggi yang merupakan internalisasi ranah sikap, pengetahuan dan keterampilan.

127. (2) Standar kompetensi Perawat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:Pemerintah mengusulkan penyesuaian rumusan (2) Standar kompetensi Perawat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

128. a. aspek pengetahuan;Tetap dengan mengusulkan penambahan penjelasan.a. aspek pengetahuan;

Penjelasan ayat (2) huruf aYang termasuk dalam aspek pengetahuan meliputi penguasaan bahasa, penguasaan teknologi, dan lain-lain.

129. b. aspek keterampilan;Pemerintah mengusulkan aspek keterampilan dipindah menjadi huruf c dan aspek sikap, mental, moral dipindah menjadi huruf b dengan penyempurnaan rumusan, karena aspek mental dan moral tidak dapat diuji dan sulit diukur. Aspek mental dan moral sudah terintegrasi dalam sikap profesional yang diperlihatkan melalui perilaku pada saat memberikan asuhan.

b. aspek sikap profesional (professional attitude);

130. c. aspek sikap, mental, dan moral;Konkordan dengan DIM Nomor 129c. aspek keterampilan;

131. d. aspek penguasaan bahasa; danPemerintah mengusulkan agar substansi ini dihapus karena sudah dimasukkan dalam penjelasan aspek pengetahuan sebagaimana usul pemerintah pada DIM Nomor 134.

d. dihapus; dan

132. e. aspek teknologi.Konkordan dengan DIM Nomor 128.e. dihapus

133. 1Pemerintah mengusulkan penambahan substansi baru, disesuaikan dengan Penjelasan Pasal 17 Undang-Undang 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi dan menyesuaikan dengan kekhususan pendidikan bidang keperawatan.

(3) Standar kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) disusun oleh Menteri dan Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pendidikan, bersama-sama organisasi profesi dan asosiasi institusi pendidikan.

134. 1Pemerintah mengusulkan penambahan substansi baru (4) Standar kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan oleh Menteri.

135. Pemerintah mengusulkan penambahan substansi baru untuk pendelegasian pengaturan lebih lanjut kepada Menteri. Pasal 16AKetentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan pendidikan keperawatan sebagaimana dimaksud diatur dalam Peraturan Pemerintah.

136. 1Pemerintah mengusulkan penambahan Bab baru, konkordan dengan DIM Nomor 126 .Sertifikasi merupakan pengakuan terhadap kompetensi perawat yang diperoleh setelah uji kompetensi sehingga materi sertifikasi (uji kompetensi) masuk ke dalam bab pendidikan perawat (konkordan dengan justifikasi DIM nomor 101). Kompetensi yang diakui pada sertifikasi awal merupakan syarat untuk mendapatkan registrasi. Registrasi mempunyai masa berlaku 5 tahun dan untuk mendapatkan registrasi ulang perlu dibuktikan melalui porto folio yang menggambarkan upaya mempertahankan atau meningkatkan kompetensi. sesuai dengan perkembangan IPTEK, pola penyakit, dan lain-lain. Untuk itu Pemerintah mengusulkan uji kompetensi masuk dalam Bab Pendidikan dan menambahkan re-registrasi pada Bab IV.

BAB IVREGISTRASI, IZIN PRAKTIK, DAN REGISTRASI ULANG

Bagian KesatuUmum

137. Pemerintah mengusulkan penambahan substansi baru karena sesuai dengan tugas Pemerintah untuk meningkatkan mutu perawat yang dilakukan oleh kementerian.

Pasal 16BUntuk melindungi masyarakat penerima jasa pelayanan kesehatan dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Perawat, Menteri bertugas melakukan pembinaan dan pengawasan mutu Perawat.

138. Konkordan dengan DIM Nomor 137.Pasal 16 CDalam melakukan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 B, Menteri menyelenggarakan fungsi:

139. Konkordan dengan DIM Nomor 137.a. registrasi dan re-registrasi Perawat;

140. Konkordan dengan DIM Nomor 137.b. pembinaan terhadap Perawat dalam menjalankan praktik dan/atau pekerjaan keprofesiannya; dan

141. Konkordan dengan DIM Nomor 137.c. penegakan disiplin Perawat.

142. Konkordan dengan DIM Nomor 137.Pasal 16DKetentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16A diatur dengan Peraturan Menteri.

143. Konkordan dengan DIM Nomor 136.Bagian KeduaRegistrasi

144. Pasal 17(1) Perawat yang lulus Uji Kompetensi mendapatkan Sertifikat Uji Kompetensi yang dikeluarkan oleh Konsil Keperawatan Indonesia.

Konkordan dengan DIM Nomor 32 dan DIM Nomor 121 sampai dengan DIM Nomor 130.Dihapus

145. (2) Perawat yang telah memiliki Sertifikat Uji Kompetensi mengajukan permohonan Registrasi kepada Konsil Keperawatan Indonesia.

Konkordan dengan DIM Nomor 32 dan DIM Nomor 121 sampai dengan DIM Nomor 130.Dihapus

146. (3) Permohonan Registrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus memenuhi persyaratan:

Konkordan dengan DIM Nomor 32 dan DIM Nomor 121 sampai dengan DIM Nomor 130.Dihapus

147. a. memiliki ijazah pendidikan keperawatan;Konkordan dengan DIM Nomor 32 dan DIM Nomor 121 sampai dengan DIM Nomor 130.

Dihapus

148. b. memiliki Sertifikat Uji Kompetensi; danKonkordan dengan DIM Nomor 32 dan DIM Nomor 121 sampai dengan DIM Nomor 130.

Dihapus

149. c. memiliki surat rekomendasi dari Organisasi Profesi Perawat.

Konkordan dengan DIM Nomor 32 dan DIM Nomor 121 sampai dengan DIM Nomor 130.Dihapus

150. (4) Perawat yang telah diregistrasi memperoleh STR yang diterbitkan oleh Konsil Keperawatan Indonesia.Konkordan dengan DIM Nomor 32 dan DIM Nomor 121 sampai dengan DIM Nomor 130.

Dihapus

151. Pasal 18(1) STR merupakan bukti tertulis bagi Perawat yang telah teregistrasi.Pemerintah berpandangan bahwa yang seharusnya diatur adalah mengenai keharusan memiliki Surat Tanda Registrasi bagi setiap Perawat yang akan menjalankan praktik/pekerjaan profesinya. Berkaitan dengan hal tersebut Pemerintah mengusulkan rumusan baru.

Pasal 18(1) Setiap Perawat yang akan menjalankan praktik dan/atau pekerjaan keprofesiannya harus memiliki STR.

152. Penambahan substansi baru mengenai penerbitan STR oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintah di bidang kesehatan karena registrasi merupakan salah satu tugas pemerintah.

(2) STR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan oleh Menteri setelah memenuhi persyaratan.

153. Penambahan substansi baru, konkordan dengan DIM Nomor 152(3) Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi:a. memiliki ijazah pendidikan keperawatan;b. memiliki Sertifikat Kompetensi;c. memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental;d. mempunyai surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji profesi; dane. membuat pernyataan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi.

154. (2) STR berlaku selama 5 (lima) tahun dan harus diregistrasi ulang setiap 5 (lima) tahun sekali.Penambahan substansi baru, konkordan dengan DIM Nomor 152(4) STR berlaku selama 5 (lima) tahun dan harus diregistrasi ulang setiap 5 (lima) tahun.

155. (3) Registrasi ulang untuk memperoleh STR dilakukan dengan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (3).Registrasi ulang diperlukan untuk memperpanjang masa berlakunya STR. Pemerintah mengusulkan persyaratan registrasi ulang dibedakan dengan registrasi awal dimana persyaratan ijazah pendidikan dan surat pernyataan sumpah/janji sudah tercantum dalam registrasi awal.(5) Persyaratan untuk Registrasi ulang sebagaimana dimaksud pada ayat (4) meliputi:a. STR lama;b. memiliki Sertifikat Kompetensi;c. memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental; dand. membuat pernyataan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi.

156. Pemerintah mengusulkan penambahan substansi baru mengenai persyaratan perpanjangan STR. Kompetensi dipertahankan/ ditingkatkan melalui pemberian pelayanan, pendidikan, pelatihan dan atau kegiatan ilmiah. Masa pengabdian dalam bidang pelayanan, kegiatan pendidikan, pelatihan dan atau kegiatan ilmiah lainnya menggambarkan penguasaan kompetensi perawat.(6) Dalam rangka registrasi ulang, Perawat harus memenuhi persyaratan yang meliputi:

157. Pemerintah mengusulkan penambahan substansi baru, konkordan dengan DIM nomor 156

a. telah mengabdikan diri sebagai tenaga profesi atau vokasi di bidangnya;

158. Pemerintah mengusulkan penambahan substansi baru, konkordan dengan DIM nomor 156b. memenuhi kecukupan dalam kegiatan pelayanan, pendidikan, pelatihan, dan/atau kegiatan ilmiah lainnya.

159. Pemerintah mengusulkan penambahan substansi baru mengenai persyaratan pengabdian diri sebagai tenaga profesi atau vokasi di bidang keperawatan. Jumlah Satuan Kredit Profesi dari setiap kegiatan pelatihan, temu ilmiah dan kegiatan lainnya ditentukan oleh organisasi profesi.

(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) butir a dan b diatur oleh organisasi profesi.

160. Pemerintah mengusulkan penambahan substansi baru delegasi pengaturan tentang registrasi akan diatur dalam peraturan Menteri.

(8) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara registrasi diatur dalam Peraturan Menteri.

161. Pemerintah mengusulkan penambahan substansi baru untuk perizinan karena setiap perawat yang akan melakukan praktik wajib memiliki izin sebagai pengakuan dari Pemerintah untuk menjalankan kewenangan sesuai dengan kompetensinya, sehingga perlu diatur ketentuan mengenai perizinan.

Bagian KeempatPerizinan

162. Pasal 19(1) Perawat yang telah memperoleh STR dan yang akan melakukan Praktik Keperawatan harus mengajukan permohonan SIPP kepada Pemerintah Kabupaten/Kota sesuai dengan wilayah kerja Praktik Keperawatan.Pemerintah berpandangan bahwa tidak perlu mengatur kembali mengenai keharusan memperoleh STR, karena sudah terakomodir dalam DIM Nomor 157 sampai dengan DIM Nomor 160, yang harus diatur sebelum melakukan praktik/pekerjaan profesi Perawat adalah keharusan memiliki surat izin karena praktik/pekerjaannya keperawatan berhubungan langsung dengan manusia dan berisiko terjadi kesalahan praktik karena faktor human error sehingga diperlukan izin sebagai perlindungan hukum terhadap perawat dalam menjalankan praktik.

Pasal 19(1)Setiap perawat yang menjalankan praktik dan/atau pekerjaan keprofesiannya di bidang pelayanan kesehatan perseorangan harus memiliki izin.

163. Pemerintah mengusulkan penambahan substansi baru dengan membedakan izin menjadi surat izin praktik (SIP) dan surat izin kerja (SIK) berdasarkan tempat praktik/pekerjaannya. SIP digunakan oleh perawat saat menjalankan praktik keprofesiannya secara mandiri sedangkan SIK digunakan saat bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan.

(2) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dalam bentuk SIP atau SIK.

164. Pemerintah mengusulkan penambahan substansi baru, konkordan dengan DIM Nomor 163(3) SIP atau SIK sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan oleh pemerintah kabupaten/kota atas rekomendasi pejabat kesehatan yang berwenang di kabupaten/kota tempat Perawat menjalankan pekerjaan keprofesiannya.

165. (2) Permohonan SIPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi persyaratan:Pemerintah mengusulkan penyesuaian rumusan, konkordan dengan DIM Nomor 163(4) Untuk mendapatkan SIP atau SIK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) harus melampirkan:

166. a. Memiliki STR;Pemerintah mengusulkan penyesuaian rumusan, konkordan dengan DIM Nomor 163

a. Salinan STR yang masih berlaku;

167. b. Memperoleh rekomendasi dari Organisasi Profesi Perawat; danPemerintah mengusulkan penyesuaian rumusan, konkordan dengan DIM Nomor 163

b. rekomendasi dari Organisasi Profesi; dan

168. c. Keterangan tempat praktik keperawatan.Pemerintah mengusulkan penyesuaian rumusan, konkordan dengan DIM Nomor 163

c. tempat praktik dan/atau tempat kerja

169. (3) SIPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan lisensi bagi perawat dalam menjalankan Praktik KeperawatanPemerintah mengusulkan penyesuaian rumusan, konkordan dengan DIM Nomor 163(5) Surat Izin Praktik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) merupakan lisensi bagi perawat dalam menjalankan Praktik.

170. Pemerintah mengusulkan penambahan substansi baru, konkordan dengan DIM Nomor 163(6) SIP atau SIK masih berlaku sepanjang:a. STR masih berlaku; danb. tempat praktik atau tempat kerja masih sesuai dengan yang tercantum dalam SIP atau SIK.

171. Pasal 20(1) Perawat yang telah memiliki SIPP mengajukan permohonan SIPP secara berkala setiap 5 (lima) tahun.

Pemerintah mengusulkan penyempurnaan rumusan, konkordan dengan usulan pada DIM Nomor 163 Pasal 20(1) Perawat yang telah memiliki SIP dan/atau SIK mengajukan permohonan SIP dan SIK secara berkala setiap 5 (lima) tahun.

172. 4. Permohonan SIPP secara berkala sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (2).Pemerintah mengusulkan penyempurnaan rumusan, konkordan dengan usulan pada DIM Nomor 163 (2) Permohonan SIP dan/atau SIK secara berkala sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (4).

173. Pasal 21(1) SIPP hanya berlaku untuk 1 (satu) tempat praktik keperawatan.Pemerintah mengusulkan penyempurnaan rumusan, konkordan dengan usulan pada DIM Nomor 163 Pasal 21(1) SIP dan SIK hanya berlaku untuk 1 (satu) tempat praktik.

174. (2) SIPP hanya diberikan kepada Perawat paling banyak untuk 2 (dua) tempat praktik.Pemerintah mengusulkan penyempurnaan rumusan, konkordan dengan usulan pada DIM Nomor 163 (2) SIP atau SIK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan kepada Perawat untuk paling banyak 2 (dua) tempat.

175. Pemerintah mengusulkan penambahan ayat baru yang mendelegasian pengaturan lebih lanjut dalam Peraturan Menteri, karena perizinan bersifat teknis.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai perizinan diatur dalam Peraturan Menteri.

176. Pemerintah mengusulkan penambahan substansi baru, mengenai keharusan memasang papan nama, karena papan nama berfungsi untuk memberikan informasi kepada masyarakat mengenai adanya praktik, yang melaksanakan praktik sudah teregistrasi sehingga memberikan jaminan kepada masyarakat bahwa praktik ini benar.

Pasal 21APerawat yang menjalankan praktik perseorangan harus memasang papan nama praktik.

177. Pasal 22SIPP tetap berlaku apabila:a. STR masih berlaku; dan b. keterangan tempat praktik keperawatan masih sesuai dengan yang tercantum dalam SIPP.

Pemerintah berpandangan bahwa substansi DIM ini sudah terakomodir dalam DIM Nomor 170.

Dihapus

178. Pasal 23SIPP tidak berlaku apabila:Pemerintah berpandangan bahwa substansi DIM ini sudah terakomodir dalam DIM Nomor 170.

Dihapus

179. a. dicabut berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan;Pemerintah berpandangan bahwa substansi DIM ini sudah terakomodir dalam DIM Nomor 170.

Dihapus

180. b. habis masa berlakunya dan Perawat tidak mendaftar ulang;Pemerintah berpandangan bahwa substansi DIM ini sudah terakomodir dalam DIM Nomor 170.

Dihapus

181. c. atas permintaan Perawat;Pemerintah berpandangan bahwa substansi DIM ini sudah terakomodir dalam DIM Nomor 170.

Dihapus

182. d. Perawat meninggal dunia; atauPemerintah berpandangan bahwa substansi DIM ini sudah terakomodir dalam DIM Nomor 170.

Dihapus

183. e. dicabut oleh pemerintah kabupaten/kota.Pemerintah berpandangan bahwa substansi DIM ini sudah terakomodir dalam DIM Nomor 170.

Dihapus

184. Pasal 24(1) Perawat Asing yang akan melaksanakan Praktik Keperawatan di Indonesia harus melakukan adaptasi dan evaluasi.Pemerintah berpandangan bahwa perawat asing yang akan bekerja di Indonesia akan menjalani proses evaluasi dimana didalamnya sudah tercakup proses adaptasi.

Pasal 24(1) Perawat Asing yang akan melaksanakan Praktik Keperawatan di Indonesia harus melakukan evaluasi kompetensi.

185. Pemerintah mengusulkan penambahan substansi baru mengenai penjelasan proses evaluasi.

(2) Evaluasi kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

186. Pemerintah mengusulkan penambahan substansi baru, konkordan dengan DIM Nomor 185a. keabsahan ijazah oleh Menteri yang bertanggung jawab di bidang pendidikan;

187. Pemerintah mengusulkan penambahan substansi baru, konkordan dengan DIM Nomor 185b. kemampuan untuk melakukan Praktik Keperawatan yang dinyatakan dengan surat keterangan telah mengikuti program evaluasi kompetensi dan sertifikat kompetensi;

188. Pemerintah mengusulkan penambahan substansi baru, konkordan dengan DIM Nomor 185c. memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental; dan

189. Pemerintah mengusulkan penambahan substansi baru, konkordan dengan DIM Nomor 185d. membuat surat pernyataan untuk mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi.

190. (2) Perawat Asing yang akan melakukan adaptasi dan evaluasi mengajukan permohonan ke Organisasi Profesi Perawat.Pemerintah mengusulkan bahwa permohonan evaluasi harus diajukan kepada Menteri karena permohonan evaluasi kompetensi akan terkait dengan perizinan yang merupakan tugas Pemerintah. hal ini sesuai dengan kebijakan pendayagunaan Tenaga Kesehatan Warga Negara Asing.

(3) Perawat Asing yang akan mengikuti proses evaluasi kompetensi mengajukan permohonan kepada Menteri.

191. (3) Organisasi Profesi Perawat menetapkan tempat pelaksanaan adaptasi dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) di institusi penyelenggara pendidikan keperawatan sesuai dengan jenjang pendidikan.

Konkordan dengan DIM Nomor 190Dihapus

192. (4) Organisasi Profesi Perawat memberikan rekomendasi pada Perawat Asing untuk mengikuti uji kompetensi berdasarkan hasil proses adaptasi dan evaluasi dari institusi pendidikan yang telah ditetapkan sebagaimana dimaksud pada ayat (3).Konkordan dengan DIM Nomor 190Dihapus

193. (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai adaptasi dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah.

Pemerintah mengusulkan substansi ini digabung dengan DIM Nomor 224.

Dihapus

194. Pasal 25(1) Perawat Asing yang telah menyelesaikan proses adaptasi dan evaluasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 wajib mengikuti Uji Kompetensi.Dalam proses evaluasi kompetensi merupakan penilaian kompetensi sehingga uji kompetensi pada prinsipnya sudah terakomodir dalam proses evaluasi kompetensi. Hasil dari evaluasi kompetensi berupa STR Sementara. Sedangkan untuk dapat melakukan praktik keperawatan harus terlebih dahulu memiliki surat izin kerja

Pasal 25(1)Perawat Asing yang sudah mengikuti proses evaluasi dan akan melaksanakan praktik di Indonesia harus memiliki STR Sementara dan Surat Izin Kerja.

195. (2) Uji Kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 15 dan Pasal 16.Pemerintah berpandangan substansi DIM ini sudah terakomodir dalam DIM Nomor 121 dan DIM Nomor 123. Berkaitan dengan hal tersebut, Pemerintah mengusulkan substansi ini dihapus.

Dihapus

196. Pasal 26(1) Perawat Asing yang telah lulus Uji Kompetensi dan yang melakukan Pelayanan Keperawatan di Indonesia mengajukan permohonan registrasi kepada Konsil Keperawatan Indonesia.

Pemerintah berpandangan substansi DIM ini sudah terakomodir dalam DIM Nomor 32. Berkaitan dengan hal tersebut, Pemerintah mengusulkan substansi ini dihapus.

Dihapus

197. (2) Tata cara mengajukan permohonan registrasi untuk memperoleh STR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Pasal 18.

Konkordan dengan DIM Nomor 196.Dihapus

198. Pasal 27(1) Perawat Asing yang memiliki STR dan melakukan pelayanan keperawatan di Indonesia mengajukan permohonan SIPP kepada pemerintah kabupaten/kota.

Pemerintah berpandangan substansi DIM ini sudah terakomodir dalam DIM Nomor 161 sampai dengan DIM Nomor 175. Berkaitan dengan hal tersebut, Pemerintah mengusulkan substansi ini dihapus.

Dihapus

199. (2) Perawat Asing sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melakukan Pelayanan Keperawatan di Indonesia berdasarkan atas permintaan pengguna Perawat Asing.

Tetap (3) Perawat Asing sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melakukan Pelayanan Keperawatan di Indonesia berdasarkan atas permintaan pengguna Perawat Asing.

200. (3) Perawat Asing hanya dapat melakukan Pelayanan Keperawatan di rumah sakit kelas A dan kelas B yang telah terakreditasi serta fasilitas pelayanan kesehatan tertentu yang telah ditetapkan oleh Menteri.

Pemerintah berpandangan pengaturan substansi ini sebaiknya diatur dalam Peraturan Menteri karena sifatnya sangat teknis.Dihapus

201. (4) SIPP bagi Perawat Asing berlaku selama 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang untuk 1 (satu) tahun berikutnya.

Konkordan dengan DIM Nomor 200

Dihapus

202. (5) Tata cara pengajuan SIPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Pasal 19.

Konkordan dengan DIM Nomor 200

Dihapus

203. Pasal 28(1) Perawat Asing yang telah lulus Uji Kompetensi dalam rangka pendidikan, pelatihan, dan penelitian di Indonesia mengajukan permohonan registrasi sementara untuk memperoleh STR sementara kepada Konsil Keperawatan Indonesia.Pemerintah berpandangan sesuai dengan DIM Nomor 32, Konsil tidak perlu diatur dalam RUU ini, namun perawat asing yang akan kontak langsung dengan pasien dalam bidang pendidikan, pelatihan, dan penelitan harus juga memiliki STR Sementara sebagaimana halnya yang akan melakukan pelayanan. Berkaitan dengan hal tersebut, Pemerintah mengusulkan perubahan substansi.

Pasal 28(1) Perawat Asing yang telah lulus Uji Kompetensi yang akan melakukan pendidikan, pelatihan, dan penelitian yang kontak langsung dengan pasien di Indonesia harus memperoleh STR sementara.

204. (2) Tata cara memperoleh STR sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi persyaratan:a. Memiliki ijazah pendidikan keperawatan;b. Memiliki sertifikat uji kompetensi; danc. Memiliki surat rekomendasi dari organisasi perawat.

Pemerintah berpandangan bahwa tata cara memperoleh STR Sementara bersifat teknis dan cukup diatur dalam Peraturan Menteri, konkordan dengan DIM Nomor 207.(2) Dihapus

205. (3) STR sementara bagi perawat asing berlaku selama 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang untuk 1 (satu) tahun berikutnya.Tetap (3) STR sementara bagi perawat asing berlaku selama 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang untuk 1 (satu) tahun berikutnya.

206. Pemerintah mengusulkan penambahan substansi baru, mengingat saat ini sudah ada berbagai peraturan teknis bagi tenaga kesehatan warga negara asing yang akan bekerja di Indonesia.Pasal 28APerawat asing yang akan bekerja di Indonesia mengikuti ketentuan peraturan perundang-undangan.

207. Pemerintah mengusulkan penambahan substansi baru, konkordan dengan DIM Nomor 204Pasal 28BKetentuan lebih lanjut mengenai tata cara evaluasi kompetensi, tata cara memperoleh STR Sementara bagi perawat asing yang akan melakukan kegiatan pelayanan, pendidikan, pelatihan, dan penelitian diatur dalam Peraturan Menteri.

208. Pasal 29(1) Perawat WNI lulusan luar negeri yang akan melaksanakan praktik keperawatan di Indonesia harus melalui evaluasi.Tetap Pasal 29(1)Perawat WNI lulusan luar negeri yang akan melaksanakan praktik di Indonesia harus mengikuti proses evaluasi.

209. (2) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:Tetap (2) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

210. a. kesahan ijazah;Pemerintah mengusulkan perubahan rumusan dalam rangka penyesuaian dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

a. keabsahan ijazah oleh Menteri yang bertanggung jawab di bidang pendidikan;

211. b. kemampuan untuk melakukan Praktik Keperawatan yang dinyatakan dengan surat keterangan telah mengikuti program adaptasi dan sertifikat kompetensi;Pemerintah mengusulkan perubahan rumusan b. kemampuan untuk melakukan Praktik Keperawatan yang dinyatakan dengan surat keterangan telah mengikuti program evaluasi dan sertifikasi kompetensi;

212. c. memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental; danTetapc. memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental; dan

213. d. membuat surat pernyataan untuk mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi.Tetapd. membuat surat pernyataan untuk mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi.

214. (3) Perawat WNI lulusan luar negeri yang telah menyelesaikan proses evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib mengikuti Uji Kompetensi.Tetap (3) Perawat WNI lulusan luar negeri yang telah menyelesaikan proses evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus mengikuti Uji Kompetensi.

215. (4) Uji Kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 15 dan Pasal 16.Tetap (4) Uji Kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 15 dan Pasal 16.

216. (5) Perawat WNI lulusan luar negeri yang telah lulus Uji Kompetensi dan melakukan Pelayanan Keperawatan di Indonesia mengajukan permohonan registrasi kepada Konsil Keperawatan Indonesia.

Pemerintah mengusulkan perubahan rumusan (5) Perawat WNI lulusan luar negeri yang telah lulus Uji Kompetensi dan melakukan Pelayanan Keperawatan di Indonesia memperoleh STR.

217. (6) Perawat WNI lulusan luar negeri yang telah memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) diberikan STR oleh Konsil Keperawatan Indonesia.Pemerintah berpandangan bahwa substansi ini tidak perlu diatur, konkordan dengan DIM Nomor 32.Dihapus

218. Pemerintah mengusulkan penambahan substansi baru mengenai pendelegasian tata cara evaluasi dalam Peraturan Menteri karena substansinya bersifat teknis.(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara proses evaluasi bagi Perawat WNI lulusan luar negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Menteri.

219. BAB VPRAKTIK KEPERAWATAN

Bagian KesatuUmum

Tetap

BAB VPRAKTIK KEPERAWATAN

Bagian KesatuUmum

220. Pasal 30(1) Praktik Keperawatan dilaksanakan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan tempat lain.Pemerintah mengusulkan perubahan rumusan karena praktik keperawatan selain dilaksanakan di fasilitas pelayanan kesehatan, dapat juga dilaksanakn di tempat lainnya sesuai dengan klien sasarannya. Tempat lain yang dimaksud adalah dapat berupa wilayah binaan dimana terdapat Klien individu, keluarga, kelompok dan masyarakat sebagai sasaran praktik keperawatan.

Pasal 30(1)Praktik Keperawatan dilaksanakan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan tempat lainnya sesuai dengan klien sasarannya.

221. (2) Praktik Keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:Tetap(2)Praktik Keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:

222. a. praktik keperawatan mandiri perorangan;Pemerintah mengusulkan perubahan rumusan, karena kata mandiri pada prinsipnya merupakan praktik perorangan yang dapat dilakukan secara berkelompok. a. praktik keperawatan mandiri;

Penjelasan huruf a:Praktik keperawatan mandiri sebagaimana dimaksud dalam ketentuan ini dapat berupa praktik perorangan ataupun berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, satu disiplin atau multi disiplin.

223. b. praktik keperawatan mandiri berkelompok; dan Konkordan dengan DIM Nomor 222.Dihapus

224. c. praktik keperawatan di fasilitas pelayanan kesehatan.Tetapb. praktik keperawatan di fasilitas pelayanan kesehatan.

225. (3) Praktik Keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus didasarkan pada standar Pelayanan Keperawatan.Tetap(3)Praktik Keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus didasarkan pada standar Pelayanan, standar profesi, dan standar prosedur operasional.

226. (4) Praktik Keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dan huruf b didasarkan pada prinsip kebutuhan pelayanan kesehatan dan/atau keperawatan masyarakat dalam suatu wilayah.Tetap(4)Praktik Keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dan huruf b didasarkan pada prinsip kebutuhan pelayanan kesehatan dan/atau keperawatan masyarakat dalam suatu wilayah.

227. (5) Ketentuan mengenai kebutuhan pelayanan kesehatan dan/atau keperawatan di satu wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur dalam Peraturan Pemerintah.Tetap (5)Ketentuan mengenai kebutuhan pelayanan kesehatan dan/atau keperawatan di satu wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur dalam Peraturan Pemerintah.

228. Bagian KeduaPeran dan Wewenang

Tetap

Bagian KeduaPeran dan Wewenang

229. Pasal 31(1) Dalam menyelenggarakan Praktik Keperawatan, Perawat berperan:Tetap

Pasal 31(1) Dalam menyelenggarakan Praktik Keperawatan, Perawat berperan:

230. a. pemberi Asuhan Keperawatan;Tetapa. pemberi Asuhan Keperawatan;

231. b. Pendidik Klien.Pemerintah mengusulkan perubahan rumusan, pada prinsipnya perawat dapat berperan sebagai pendidik dan juga konselor bagi klien, teman sejawat dan mahasiswa keperawatan.

b. pendidik atau konselor.

232. Pemerintah mengusulkan penambahan substansi baru tentang peran lain dari perawat di luar praktik keperawatan yang lebih bersifat manajerial.

(2) Selain peran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), perawat dapat juga berperan sebagai:

233. Konkordan dengan DIM Nomor 231a. pengelola keperawatan; dan/atau

234. Konkordan dengan DIM Nomor 231

b. peneliti keperawatan

235. (2) Peran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilaksanakan:Pemerintah berpandangan bahwa kepada perawat yang memperoleh pelimpahan wewenang atau pada keadaan keterbatasan tertentu, dapat melaksanakan tugas diluar peran sebagaimana dalam DIM Nomor 229 sampai dengan DIM Nomor 234.

(3) Selain peran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), perawat dapat melaksanakan tugas:

236. a. secara mandiri;Pemerintah berpandangan bahwa tugas mandiri dan bekerja sama dengan pihak terkait sudah merupakan hal yang melekat pada pelaksanaan peran perawat dan bukan merupakan penambahan peran.

Dihapus

237. b. bekerja sama dengan pihak terkait;Konkordan dengan DIM Nomor 236Dihapus

238. c. berdasarkan pelimpahan wewenang; danTetap

a. berdasarkan pelimpahan wewenang; dan

239. d. berdasarkan penugasan khusus.Pemerintah berpandangan bahwa penugasan khusus bukan merupakan peran tambahan kepada perawat, melainkan merupakan suatu program penempatan. Berkaitan dengan hal tersebut Pemerintah mengusulkan rumusan baru yang merupakan penambahan peran perawat. b. keadaan keterbatasan tertentu.

Penjelasan ayat (3) huruf bKeadaan keterbatasan tertentu antara lain meliputi keadaan yang tidak ada dokter/dokter gigi dan/atau tenaga kefarmasian di suatu wilayah tempat perawat bertugas.

240. Pemerintah mengusulkan penambahan ketentuan mengenai cara pelaksanaan peran perawat. (4) Peran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dapat dilaksanakan secara bersamaan ataupun sendiri-sendiri.

241. (2) Pelaksanaan peran Perawat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) harus dijalankan dengan bertanggung jawab dan akuntabel.Tetap(5) Pelaksanaan peran Perawat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) harus dijalankan dengan bertanggung jawab dan akuntabel.

242. (3) Pelimpahan wewenang sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2) huruf c dilaksanakan secara:a. delegatif; danb. mandat.Pemerintah mengusulkan penyempurnaan rumusan.(6) Pelimpahan wewenang sebagaimana yang dimaksud pada ayat (3) huruf c dilaksanakan dengan 2 cara:a. delegatif; danb. mandat.

243. (5) Pelimpahan wewenang secara delegatif sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a diberikan oleh dokter kepada Perawat sesuai dengan kompetensi dan tanggung jawabnya.Pemerintah mengusulkan pengkayaan rumusan untuk memperjelas batasan pelimpahan wewenang secara delegatif, baik orang yang melimpahkan termasuk jenis tindakan yang dilimpahkan(7) Pelimpahan wewenang secara delegatif sebagaimana dimaksud pada ayat (6) huruf a diberikan oleh tenaga medis kepada Perawat untuk melakukan tindakan medis tertentu sesuai kompetensi yang dimiliki berikut pelimpahan tanggung jawabnya.

244. (6) Pelimpahan wewenang secara mandat sebagaimana yang dimaksud pada ayat (4) huruf b diberikan oleh dokter sebagai pemberi kewenangan kepada Perawat dan tanggung jawab tetap berada pada pemberia kewenangan.Pemerintah mengusulkan pengkayaan rumusan untuk memperjelas batasan pelimpahan wewenang secara mandat, baik orang yang melimpahkan termasuk jenis tindakan yang dilimpahkan(8) Pelimpahan wewenang secara mandat sebagaimana yang dimaksud pada ayat (6) huruf b diberikan oleh tenaga medis sebagai pemberi kewenangan kepada Perawat untuk melakukan tindakan medis tertentu dan tanggung jawab tetap berada pada pemberi kewenangan.

245. (7) Pelimpahan wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilakukan dalam bentuk tertulis dan sesuai dengan kesepakatan anatarprofesi dan/atau pihak terkait.Pemerintah mengusulkan perubahan rumusan untuk lebih memperjelas tugas dan tanggung jawab antara pemberi dan penerima pelimpahan wewenang dan harus dilakukan secara tertulis sebagai dokumen hukum.

(9) Pelimpahan wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf c dilakukan dalam bentuk tertulis dan dievaluasi pelaksanaannya.

246. (8) Pelimpahan wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dievaluasi secara berkala.Pemerintah berpandangan substansi DIM ini sudah terakomodir dalam DIM Nomor 245, sehingga diusulkan untuk dihapus.

Dihapus

247. (9) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelimpahan wewenang diatur dalam Peraturan Pemerintah.Pemerintah berpandangan pengaturan lebih lanjut mengenai pelimpahan wewenang cukup diatur oleh Menteri karena sifatnya sangat teknis.(10) Ketentuan lebih lanjut tentang pelimpahan wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat (6), (7), (8), dan (9) diatur dengan Peraturan Menteri.

248. Pasal 32Perawat dalam menjalankan perannya terhadap Klien berwenang:Pemerintah berpandangan perlu penegasan bahwa kewenangan yang diatur adalah dalam upaya kesehatan perorangan, hal ini bertujuan untuk memberikan perlindungan bagi perawat, dalam upaya ini.Pasal 32(1) Perawat dalam menjalankan perannya terhadap Klien di bidang upaya kesehatan perorangan berwenang:

249. a. melakukan pengkajian keperawatan secara holistik;Tetap a. melakukan pengkajian keperawatan secara holistik;

250. b. menetapkan diagnosis keperawatan;Tetap b. menetapkan diagnosis keperawatan;

251. c. merencanakan tindakan keperawatan;Tetap c. merencanakan tindakan keperawatan;

252. d. melaksanakan tindakan keperawatan;Tetap d. melaksanakan tindakan keperawatan;

253. e. mengevaluasi hasil tindakan keperawatan;Tetap e. mengevaluasi hasil tindakan keperawatan;

254. f. melakukan rujukan;Tetap f. melakukan rujukan;

255. Pemerintah mengusulkan penambahan substansi mengenai pemberian pelayanan dalam keadaan gawat darurat.g. memberikan pelayanan kesehatan pada keadaan gawat darurat sesuai dengan kompetensi;

256. g. memberikan konsultasi keperawatan dan berkoordinasi dengan dokter;Pemerintah mengusulkan perubahan rumusan, mengganti kata koordinasi dengan kolaborasi, karena dalam pengertian kolaborasi terjadi kerja sama antara 2 atau lebih profesi yang masih memiliki tanggung jawabnya sendiri-sendiri.

h. memberikan konsultasi keperawatan dan berkolaborasi dengan dokter;

257. h. melaksanakan penugasan khusus;Pemerintah berpandanan pelaksanaan penugasan khusus bukan kewenangan, namun bagian dari kewajiban apabila telah mendapatkan penugasan, dan hal ini diatur secara tersendiri.

Dihapus

258. i. melakukan penyuluhan kesehatan; danTetapi. melakukan penyuluhan kesehatan; dan

259. j. menerima dan melaksanakan pelimpahan wewenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (4)Pelaksanaan pelimpahan wewenang telah diatur secara khusus dalam DIM Nomor 248 sampai dengan DIM Nomor 247

Dihapus

260. Pemerintah mengusulkan penambahan substansi baru tentang kewenangan untuk pemberian obat kepada klien atas resep tanaga medis dan/atau obat bebas.j. Penatalaksanaan pemberian obat kepada klien sesuai dengan resep tenaga medis atau obat bebas

261. Pemerintah berpandangan perlu pengaturan kewenangan dalam upaya kesehatan masyarakat bagi perawat yang bekerja di pelayanan kesehatan tingkat pertama (primer), hal ini bertujuan untuk memberikan perlindungan bagi perawat, sehingga diusulkan rumusan baru.(2) Perawat dalam menjalankan perannya terhadap klien di bidang upaya kesehatan masyarakat berwenang:

262. Konkordan dengan DIM Nomor 261a. melakukan pengkajian keperawatan kesehatan masyarakat di tingkat keluarga dan kelompok masyarakat;

263. Konkordan dengan DIM Nomor 261b. menetapkan permasalahan keperawatan kesehatan masyarakat;

264. Konkordan dengan DIM Nomor 261c. melakukan penemuan kasus;

265. Konkordan dengan DIM Nomor 261d. merencanakan tindakan keperawatan kesehatan masyarakat;

266. Konkordan dengan DIM Nomor 261e. melaksanakan tindakan keperawatan kesehatan masyarakat;

267. Konkordan dengan DIM Nomor 261f. Melakukan rujukan kasus;

268. Konkordan dengan DIM Nomor 261g. mengevaluasi hasil tindakan keperawatan kesehatan masyarakat;

269. Konkordan dengan DIM Nomor 261h. Melakukan pemberdayaan masyarakat, advokasi, dan kemitraan

270. Konkordan dengan DIM Nomor 261i. melakukan penyuluhan kesehatan dan konseling

271. Konkordan dengan DIM Nomor 261j. Mengelola kasus (case management)

272. Pemerintah berpandangan perlu mengatur tentang kewenangan klinis bagi perawat profesi atau perawat vokasi terlatih.

(3) Perawat profesi atau perawat vokasi terlatih dalam menjalankan perannya terhadap klien dalam pelayanan kesehatan perorangan selain memiliki kewenangan sebagaimana pada ayat (1) juga memiliki kewenangan klinis:

Penjelasan ayat (3)Yang dimaksud dengan perawat vokasi terlatih adalah perawat vokasi yang memperoleh pelatihan klinis yang dibuktikan dengan sertifikat pelatihan klinis.

273. Konkordan dengan DIM Nomor 277a. melakukan tindakan medis yang sesuai dengan kompetensinya atas perintah tenaga medis;

274. Konkordan dengan DIM Nomor 277b. memberikan imunisasi sesuai program pemerintah;

275. Pemerintah mengusulkan penambahan substansi baru mengenai delegasi kewenangan perawat dalam Peraturan Menteri.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai kewenangan Perawat diatur dalam Peraturan Menteri.

276. Pasal 33(1) Perawat dapat melaksanakan penugasan khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (2) huruf d untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan perorangan dan masyarakat di daerah terpencil, sangat terpencil, tertinggal, perbatasan, pulau-pulau kecil terluar, daerah yang tidak diminati, daerah rawan bencana atau mengalami bencana, dan konflik sosial.

Pemerintah berpandangan penugasan khusus merupakan program penempatan yang tidak perlu diatur konkordan dengan DIM Nomor 239.

Dihapus

277. (2) Perawat dalam melaksanakan penugasan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berdasarkan kompetensi dan kewenangan serta dilaksanakan sesuai dengan hierarki klinis di tempat kerjanya.Pemerintah mengusulkan penambahan substansi baru, konkordan dengan usulan pemerintah pada DIM Nomor 239

Pasal 33(1) Peran perawat pada keadaan keterbatasan tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 pada ayat (3) huruf b dilaksanakan dengan memperhatikan kompetensi dan sesuai dengan hierarki klinis di tempat kerjanya.

278. Pemerintah mengusulkan penambahan substansi baru, konkordan dengan usulan pemerintah pada DIM Nomor 239.(2) Perawat dalam menjalankan praktik keperawatan pada keadaan keterbatasan tertentu selain memiliki kewenangan sebagaimana dalam Pasal 32 dapat juga memberikan:

279. Pemerintah mengusulkan penambahan substansi baru, konkordan dengan usulan pemerintah pada DIM Nomor 239.a. pengobatan untuk penyakit umum dalam hal tidak terdapat tenaga medis; dan

Penjelasan huruf a :Yang dimaksud dengan penyakit umum merupakan penyakit atau gejala yang ringan dan sering ditemui sehari hari antara lain sakit kepala, batuk pilek, diare tanpa dehidrasi, kembung, demam, sakit gigi.

280. Pemerintah mengusulkan penambahan substansi baru, konkordan dengan usulan pemerintah pada DIM Nomor 239.b. pelayanan kefarmasian secara terbatas dalam hal tidak terdapat tenaga kefarmasian.

Penjelasan huruf a :Yang dimaksud dengan Pelayanan Kefarmasian secara terbatas merupakan pelaksanaan tugas bagi perawat yang berada di daerah yang tidak memiliki tenaga kefarmasian untuk menyimpan dan menyerahkan obat kepada klien.

281. Pasal 34(1) Pemerintah dalam menetapkan penugasan khusus kepada Perawat harus memperhatikan usulan Pemerintah Daerah.Pemerintah berpandangan bahwa penugasan khusus merupakan salah satu cara untuk penempatan perawat, sedangkan dalam RUU ini tidak mengatur masalah penempatan, oleh karena itu diusulkan dihapus karena sudah terakomodir dalam RUU Tenaga Kesehatan. Dihapus

282. (2) Pemanfaatan Perawat yang melaksanakan penugasan khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (1) merupakan tanggung jawab bupati/walikota dan/atau gubernur.

Konkordan dengan DIM Nomor 281Dihapus

283. (3) Perawat yang melaksanakan penugasan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus disertai dengan penyediaan sarana pelayanan kesehatan, alat kesehatan, obat-obatan dan fasilitas lainnya sesuai standar yang berlaku, serta memperhatikan hierarki dan komposisi tenaga kesehatan penyertanya atau yang tersedia.

Konkordan dengan DIM Nomor 281Dihapus

284. Pasal 35Ketentuan lebih lanjut mengenai penugasan khusus Perawat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 dan Pasal 34 diatur dalam Peraturan Pemerintah.

Konkordan dengan DIM Nomor 281Dihapus

285. Pasal 36(1) Dalam keadaan darurat untuk memberikan pertolongan pertama Perawat dapat melakukan tindakan medis dan pemberian obat.

Tetap Pasal 36(1) Dalam keadaan darurat untuk memberikan pertolongan pertama Perawat dapat melakukan tindakan medis dan pemberian obat.

286. (2) Pertolongan pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk menyelamatkan nyawa Klien dan mencegah kecacatan lebih lanjut.

Tetap(2) Pertolongan pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk menyelamatkan nyawa Klien dan mencegah kecacatan lebih lanjut.

287. (3) Keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan keadaan yang mengancam nyawa Klien dan keselamatannya hanya tergantung pada inisiatif Perawat.Pemerintah mengusulkan perubahan rumusan dengan menambahkan kata atau kecacatan dan menghapus anak kalimat dan keselamatannya. hanya tergantung pada inisiatif Perawat.

(3)Keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan keadaan yang mengancam nyawa atau kecacatan Klien.

288. (4) Keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Perawat sesuai dengan bidang keilmuan.Pemerintah mengusulkan perubahan rumusan dengan menambahkan kata hasil evaluasi berdasarkan(4)Keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Perawat sesuai hasil evaluasi berdasarkan keilmuannya.

289. (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah.Pemerintah berpandangan bahwa pengaturan keadaan darurat sifatnya sangat teknis sehingga cukup diatur dengan Peraturan Menteri(5)Ketentuan lebih lanjut mengenai keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Menteri.

290. BAB VIHAK DAN KEWAJIBAN

TetapBAB VIHAK DAN KEWAJIBAN

291. Bagian KesatuHak dan Kewajiban PerawatTetap Bagian KesatuHak dan Kewajiban Perawat

292. Pasal 37Perawat dalam melaksanakan Praktik Keperawatan berhak:Pemerintah mengusulkan penyesuaian rumusan Pasal 37(3) Perawat dalam melaksanakan Praktik berhak:

293. a. memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai standar profesi, standar pelayanan keperawatan, standar operasional prosedur, kode etik, dan ketentuan peraturan perundang-undangan;Terkait dengan perlindungan hukum bagi tenaga kesehatan telah diatur dalam Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Untuk itu pemerintah mengusulkan agar perlindunngan hukum terhadap perawat dan bidang dalam memberikan pelayanan kesehatan disesuaikan dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan.

a. memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai standar profesi, standar pelayanan, standar prosedur operasional, dan ketentuan peraturan perundang-undangan;

294. b. memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari Klien dan/atau keluarganya;Pemerintah mengusulkan perubahan rumusan disesuaikan dengan Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

b. memperoleh informasi yang benar, jelas, dan jujur dari Klien dan/atau keluarganya.

295. c. menerima imbalan jasa atas Pelayanan Keperawatan yang telah diberikan secara mandiri, berdasarkan pelimpahan wewenang, dan dengan bekerjasama; danPemerintah berpandangan bahwa imbalan atas jasa pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan dapat diterima pada saat memberikan pelayanan secara mandiri dan di fasilitas kesehatan atau dapat juga diperoleh secara prospektif. Untuk itu rumusannya Pemerintah mengusulkan secara umum saja, namun intinya tenaga kesehatan berhak mendapatkan imbalan atas jasa pelayanan yang diberikan.

c. menerima imbalan atas jasa Pelayanan Keperawatan yang diberikan.

296. d. menolak keinginan Klien atau pihak lain yang memberikan anjuran atau permintaan baik lisan maupun tertulis untuk melakukan tindakan yang bertentangan dengan standar profesi, standar pelayanan keperawatan, standar operasional prosedur, kode etik, dan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pemerintah mengusulkan perubahan rumusan keinginan sudah cukup luas, termasuk di dalamnya anjuran maupun permintaan.

d. menolak keinginan Klien atau pihak lain yang bertentangan dengan standar profesi, standar pelayanan, standar operasional prosedur, dan ketentuan peraturan perundang-undangan.

297. Pemerintah berpandangan bahwa Perawat dalam memberikan pelayanan kesehatan tidak selalu diberikan secara mandiri (praktik mandiri) namun dalam memberikan pelayanan kesehatan dapat dilakukan difasilitas yang mana fasilitas tersebut adalah milik orang lain. Maka dalam RUU ini perlu diatur hubungan perawat dengan pemberi kerja (bekerja di fasilitas kesehatan milik orang lain).

Pasal 37A(1) Perawat dalam hubungan kerja dengan pemberi kerja berhak memperoleh perlindungan:

Penjelasan ayat (1):Yang dimaksud dengan Pemberi kerja adalah orang perseorangan, pengusaha, badan hukum, atau badan-badan lainnya yang mempekerjakan tenaga kerja dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain.

298. Konkordan dengan DIM Nomor 397a. Keselamatan dan kesehatan kerja;

299. Konkordan dengan DIM Nomor 397b. Syarat-syarat kerja;

300. Konkordan dengan DIM Nomor 397c. Upah termasuk tunjangan;

301. Konkordan dengan DIM Nomor 397d. Jaminan sosial termasuk jaminan kesehatan; dan

302. Konkordan dengan DIM Nomor 397

e. Kesejahteraan.

303. Konkordan dengan DIM Nomor 397(2) Hak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

304. Pasal 38Perawat dalam melaksanakan Praktik Keperawatan berkewajiban:Pemerintah mengusulkan penyesuaian rumusan Pasal 38Perawat dalam melaksanakan Praktik berkewajiban:

305. a. melengkapi sarana dan prasarana Pelayanan Keperawatan sesuai dengan standar pelayanan keperawatan dan ketentuan peraturan perundang-undangan;Pemerintah berpandangan bahwa kewajiban melengkapi sarana dan prasarana hanya dibebankan kepada perawat yang menjalankan praktik mandiri.a. melengkapi sarana dan prasarana Pelayanan sesuai dengan standar pelayanan dan ketentuan peraturan perundang-undangan bagi perawat yang menjalankan praktik mandiri;

306. b. memberikan Pelayanan Keperawatan sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan keperawatan, standar operasional prosedur, kode etik, dan ketentuan peraturan perundang-undangan;Pemerintah berpandangan bahwa kode etik masuk dalam standar profesi, sehingga tidak dicantumkan dalam norma, sehingga diusulkan untuk dihapus.b. memberikan Pelayanan Keperawatan sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan, standar prosedur operasional, dan ketentuan peraturan perundang-undangan.

307. c. menghormati hak Klien;Tetapc. menghormati hak Klien;

308. d. merujuk kasus yang tidak dapat ditangani, yang meliputi:1. dalam aspek pelayanan/asuhan keperawatan merujuk ke anggota perawat lain yang lebih tinggi kemampuan atau pendidikannya; atau

Pemerintah berpandangan bahwa rujukan kesehatan pada prinsipnya adalah dirujuk kepada fasilitas atau tenaga kesehatan yang mempunyai kemampuan yang lebih tepat. Untuk itu Pemerintah mengusulkan perubahan rumusan. d. merujuk Klien yang tidak dapat ditangani kepada perawat atau tenaga kesehatan lain yang lebih tepat, sesuai dengan lingkup dan tingkat kompetensinya.

309. 2. dalam aspek masalah kesehatan lainnya merujuk ke tenaga kesehatan lain.

Konkordan dengan DIM Nomor 308Dihapus

310. e. merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang Klien;Tetape. merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang Klien;

311. f. mendokumentasikan Asuhan Keperawatan berdasarkan standar pelayanan keperawatan;Pemerintah mengusulkan penyesuaian rumusan f. mendokumentasikan Asuhan Keperawatan sesuai dengan standar;

312. g. memberikan informasi yang lengkap, jujur, jelas dan mudah dimengerti mengenai tindakan keperawatan kepada Klien dan/atau keluarganya sesuai dengan batas kewenangannya;Pemerintah mengusulkan penyesuaian rumusan g. memberikan informasi yang lengkap, benar, jelas dan mudah dimengerti mengenai tindakan keperawatan kepada Klien dan/atau keluarganya sesuai dengan batas kewenangannya.

313. h. melaksanakan tindakan pelimpahan wewenang dari tenaga kesehatan lain yang sesuai dengan kompetensi Perawat; dan

Pemerintah berpandangan bahwa pelimpahan wewenang sifatnya kondisional, sehingga tidak perlu diatur.Dihapus

314. i. melaksanakan penugasan khusus yang ditetapkan oleh Pemerintah.Pemerintah berpandangan bahwa penugasan khusus terhadap tenaga kesehatan untuk ditempatkan didaerah tertentu dalam rangka pemerataan pelayanan kesehatan dan meningkatkan akses pelayanan kesehatan bagi masyarakat adalah bersifat temporary dan bagi tenaga kesehatan penugasan khusus bersifat pilihan prinsip. Konkordan dengan DIM Nomor 281.

Dihapus

315. Bagian KeduaHak dan Kewajiban Klien

TetapBagian KeduaHak dan Kewajiban Klien

316. Pasal 39Klien dalam Praktik Keperawatan berhak:Pemerintah mengusulkan penyesuaian rumusan Pasal 39Dalam Praktik Keperawatan, klien berhak:

317. a. mendapatkan informasi secara lengkap, jujur, dan jelas tentang tindakan keperawatan yang akan dilakukan;Pemerintah mengusulkan perubahan rumusan, disesuaikan dengan Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. a. mendapatkan informasi secara benar, jelas, dan jujur tentang tindakan keperawatan yang akan dilakukan;

318. b. meminta pendapat Perawat lain dan/atau tenaga kesehatan lainnya;Tetap b. meminta pendapat Perawat lain dan/atau tenaga kesehatan lainnya;

319. c. mendapatkan Pelayanan Keperawatan sesuai dengan standar pelayanan keperawatan;Pemerintah mengusulkan penyesuaian rumusan c. mendapatkan Pelayanan sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan, dan standar operasional prosedur;

320. d. memberi persetujuan atau penolakan tindakan keperawatan yang akan diterimanya; danPemerintah mengusulkan penyesuaian rumusan d. memberi persetujuan atau penolakan tindakan keperawatan yang akan dilakukan; dan

321. e. terjaga kerahasiaan kondisi kesehatannya.Tetape. terjaga kerahasiaan kondisi kesehatannya.

322. Pasal 40Pengungkapan rahasia Klien sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 huruf e dilakukan atas dasar:Pada prinsipnya rahasia pasien termasuk klien tidak boleh dibuka oleh siapapun, namun untuk kepentingan tertentu dapat dikecualikan terhadap prinsip-prinsip tersebut. Dalam Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit telah mengatur terkait dengan pengungkapan rahasia pasien, untuk itu Pemerintah mengusulkan agar rumusan terkait dengan pengungkapan rahasia klien dissuaikan dengan Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

Pasal 40(1) Pengungkapan rahasia Klien sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 huruf e dilakukan atas dasar:

323. a. persetujuan tertulis dari Klien; dan/atauKonkordan DIM Nomor 322

a. kepentingan kesehatan pasien;

324. b. perintah hakim pada sidang pengadilan.Konkordan DIM Nomor 322

b. memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka penegakan hukum;

325. Konkordan DIM Nomor 322

c. persetujuan pasien sendiri

326. Konkordan DIM Nomor 322

d. ketentuan peraturan perundang-undangan; dan

327. Pemerintah mengusulkan penambahan substansi baru mengenai pendelegasian pengaturan lebih lanjut kepada Menteri (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai rahasia klien diatur dalam Peraturan Menteri.

328. Pasal 41Dalam Praktik Keperawatan, Klien berkewajiban:Pemerintah mengusulkan penyesuaian rumusan Pasal 41Dalam Praktik Keperawatan, Klien berkewajiban:

329. a. memberikan informasi yang lengkap, jujur, dan jelas tentang masalah kesehatannya;Pemerintah mengusulkan perubahan rumusan, disesuaikan dengan Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

a. memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur tentang masalah kesehatannya;

330. b. mematuhi nasihat dan petunjuk Perawat;Pemerintah mengusulkan penyesuaian rumusan b. mematuhi nasihat dan petunjuk Perawat;

331. c. mematuhi ketentuan yang berlaku di Fasilitas Pelayanan Kesehatan; dan

Tetapc. mematuhi ketentuan yang berlaku di Fasilitas Pelayanan Kesehatan; dan

332. d. memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.Tetapd. memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.

PenjelasanPembayaran imbalan jasa dilakukan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

333. BAB VIIIORGANISASI PROFESI PERAWATPemerintah berpandangan bahwa pengaturan Organisasi Profesi sebaiknya norma umumnya saja. Bab ini cukup mengatur tentang organisasi profesi yang diakui oleh Pemerintah.

BAB VIIIORGANISASI PROFESI

334. Pasal 42Untuk mempersatukan dan memberdayakan Perawat dalam rangka menunjang pembangunan kesehatan dibentuk Organisasi Profesi Perawat sebagai satu wadah yang menghimpun Perawat secara nasional dan berbadan hukum.Pemerintah mengusulkan penyesuaian rumusan Pasal 42Untuk mempersatukan dan memberdayakan Perawat dalam rangka menunjang pembangunan kesehatan dibentuk Organisasi Profesi Perawat sebagai wadah yang menghimpun Perawat secara nasional dan berbadan hukum.

Penjelasan ayat (1)Organisasi profesi dalam ketentuan ini merupakan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).

335. Pasal 43Organisasi Profesi Perawat berkedudukan di Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia dan dapat membentuk perwakilan di daerah.

Pemerintah berpandangan bahwa organisasi profesi diatur dalam AD/ARTnya sendiri, sedangkan pembentukannya tunduk pada UU Ormas, sehingga diusulkan untuk dihapus.Dihapus

336. Pasal 44(1) Organisasi Profesi Perawat berfungsi sebagai pemersatu, Pembina, pengembang, dan pengawas keperawatan di Indonesia.Konkordan dengan DIM Nomor 335Pasal 44Penyelenggaraan organisasi profesi sebagaimana dimaksud pada Pasal 42 dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

337. (2) Organisasi Profesi Perawat bertanggung jawab kepada anggota profesi.

Konkordan dengan DIM Nomor 335Dihapus

338. Pasal 45Organisasi Profesi Perawat berwenang:

Konkordan dengan DIM Nomor 335Dihapus

339. a. memberikan rekomendasi persyaratan akreditasi institusi pendidikan keperawatan;

Konkordan dengan DIM Nomor 335Dihapus

340. b. memberikan rekomendasi kepada perawat untuk memperoleh SIPP pada proses pengajuan izin praktik keperawatan mandiri kepada Pemerintah Daerah;

Konkordan dengan DIM Nomor 335Dihapus

341. c. menyusun dan menetapkan kode etik;Konkordan dengan DIM Nomor 335Dihapus

342. d. memberikan rekomendasi program adaptasi dan evaluasi Perawat Asing kepada Konsil Keperawatan Indonesia; dan

Konkordan dengan DIM Nomor 335Dihapus

343. e. mengusulkan anggota Organisasi Profesi Perawat untuk dimasukkan dalam Konsil Keperawatan Indonesia.

Konkordan dengan DIM Nomor 335Dihapus

344. Pasal 46Organisasi Profesi Perawat bertugas :

Konkordan dengan DIM Nomor 335Dihapus

345. a. meningkatkan kualitas, kapabilitas dan kapasitas Perawat dalam menjalankan asuhan keperawatan sesuai standar pelayanan keperawatan;

Konkordan dengan DIM Nomor 335Dihapus

346. b. melakukan sosialisasi pengembangan profesi Keperawatan;

Konkordan dengan DIM Nomor 335Dihapus

347. c. berpartisipasi aktif dalam pembangunan kesehatan;Konkordan dengan DIM Nomor 335Dihapus

348. d. memfasilitasi perlindungan hukum kepada anggota; dan

Konkordan dengan DIM Nomor 335Dihapus