diksi dalam terjemahan studi kritik terjemahan al-ris … · faktor utama dalam aktivitas...

91
DIKSI DALAM TERJEMAHAN: STUDI KRITIK TERJEMAHAN AL-RISÂLAH AL-QUSYAIRIYYAH FÎ ILMI AL-TAS AWWUF Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sastra (S.S) Oleh ANNA SARASWATI NIM : 104024000830 PROGRAM STUDI TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H./2008 M.

Upload: others

Post on 18-Feb-2020

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: DIKSI DALAM TERJEMAHAN STUDI KRITIK TERJEMAHAN AL-RIS … · faktor utama dalam aktivitas penerjemahan. Jadi, dalam menerjemahkan, penerjemah harus teliti dalam memilih kata agar

DIKSI DALAM TERJEMAHAN: STUDI KRITIK

TERJEMAHAN AL-RISÂLAH AL-QUSYAIRIYYAH FÎ

‘ILMI AL-TASAWWUF

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sastra (S.S)

Oleh

ANNA SARASWATI

NIM : 104024000830

PROGRAM STUDI TARJAMAH

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1429 H./2008 M.

Page 2: DIKSI DALAM TERJEMAHAN STUDI KRITIK TERJEMAHAN AL-RIS … · faktor utama dalam aktivitas penerjemahan. Jadi, dalam menerjemahkan, penerjemah harus teliti dalam memilih kata agar

DIKSI DALAM TERJEMAHAN: STUDI KRITIK

TERJEMAHAN AL-RISÂLAH AL-QUSYAIRIYYAH FÎ

‘ILMI AL-TASAWWUF

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sastra (S.S)

Oleh

ANNA SARASWATI

NIM : 104024000830

PROGRAM STUDI TARJAMAH

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1429 H./2008 M.

Page 3: DIKSI DALAM TERJEMAHAN STUDI KRITIK TERJEMAHAN AL-RIS … · faktor utama dalam aktivitas penerjemahan. Jadi, dalam menerjemahkan, penerjemah harus teliti dalam memilih kata agar

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 14 Mei 2008

Anna Saraswati

Page 4: DIKSI DALAM TERJEMAHAN STUDI KRITIK TERJEMAHAN AL-RIS … · faktor utama dalam aktivitas penerjemahan. Jadi, dalam menerjemahkan, penerjemah harus teliti dalam memilih kata agar

DIKSI DALAM TERJEMAHAN: STUDI KRITIK

TERJEMAHAN AL-RISÂLAH AL-QUSYAIRIYYAH FÎ

‘ILMI AL-TASAWWUF

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Sastra (S.S)

Oleh

Anna Saraswati

NIM: 104024000830

Pembimbing,

Moch. Syarif Hidayatullah, M.Hum

NIP: 150 370 229

PROGRAM STUDI TARJAMAH

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1429 H./2008 M.

Page 5: DIKSI DALAM TERJEMAHAN STUDI KRITIK TERJEMAHAN AL-RIS … · faktor utama dalam aktivitas penerjemahan. Jadi, dalam menerjemahkan, penerjemah harus teliti dalam memilih kata agar

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul DIKSI DALAM TERJEMAHAN: STUDI KRITIK

TERJEMAHAN AL-RISÂLAH AL-QUSYAIRIYYAH FÎ ‘ILMI

AL-TASAWWUF telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Adab dan

Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 3 Juni 2008. Skripsi ini telah

diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sastra (S.S) pada

Program Studi Tarjamah.

Jakarta, 3 Juni 2008

Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,

Drs. Ikhwan Azizi, MA Ahmad Syaekhuddin, M.Ag

150 265 589 150 303 001

Anggota,

Moch. Syarif Hidayatullah, M.Hum

150 370 229

Page 6: DIKSI DALAM TERJEMAHAN STUDI KRITIK TERJEMAHAN AL-RIS … · faktor utama dalam aktivitas penerjemahan. Jadi, dalam menerjemahkan, penerjemah harus teliti dalam memilih kata agar

ABSTRAK

ANNA SARASWATI

Diksi Dalam Terjemahan: Studi Kritik Terjemahan Al-Risâlah al-Qusyairiyyah fî ‘Ilmi al-Tasawwuf Diksi adalah pilihan kata yang tepat dan selaras untuk mengungkapkan gagasan

sehingga diperoleh efek tertentu (seperti yang diharapkan). Diksi merupakan

faktor utama dalam aktivitas penerjemahan. Jadi, dalam menerjemahkan,

penerjemah harus teliti dalam memilih kata agar ide dan pesan penulis

tersampaikan dengan baik. Diksi yang dipergunakan penerjemah harus diksi yang

umum dan tidak menyalahi norma-norma umum yang berlaku. Penerjemah yang

belum mahir mempergunakan bahasa akan menemukan berbagai kesulitan, karena

apa yang dipikirkan atau dimaksudkan tidak akan sempurna dilahirkan kepada

orang lain. Hal ini akan menimbulkan kesalahpahaman. Sanksi yang langsung

dapat diterima oleh penerjemah adalah bahwa apa yang diinginkan tidak dapat

segera mendapat tanggapan dari pembaca.

Penelitian ini ingin mengetahui bagaimana penerjemah Al-Risâlah al-Qusyairiyyah fî ‘Ilmi al-Tasawwuf dalam memilih diksi. Melalui data yang

telah dianalisis, terdapat kata yang masih belum tepat dan belum sesuai menurut gaya bahasa. Dengan kata lain, sebagian diksi yang digunakan oleh penerjemah

al-Risâlah al-Qusyairiyyah fî ‘Ilmi al-Tasawwuf belum umum dipergunakan oleh masyarakat Indonesia. Sebagian istilah-istilah tasawufnya masih mengikuti bahasa

sumbernya atau tidak diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Hal ini akan menimbulkan pembaca sulit memahami isi bacaan. Dengan demikian, Penulis

mengusulkan terjemahan alternatif yang lebih dekat, tentunya dengan merujuk ke beberapa kamus. Dalam usulan terjemahan tersebut tidak sepenuhnya benar dan

masih selalu dapat diperdebatkan.

Page 7: DIKSI DALAM TERJEMAHAN STUDI KRITIK TERJEMAHAN AL-RIS … · faktor utama dalam aktivitas penerjemahan. Jadi, dalam menerjemahkan, penerjemah harus teliti dalam memilih kata agar

KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan kehadiat Allah SWT, karena hanya berkat rahmat,

hidayah, dan karunia-Nya Penulis berhasil menyelesaikan skripsi dengan judul

DIKSI DALAM TERJEMAHAN: STUDI KRITIK TERJEMAHAN AL-RISÂLAH

AL-QUSYAIRIYYAH FÎ ‘ILMI AL-TASAWWUF. Skripsi ini diajukan untuk

memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan program sarjana (S1) pada

Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Pada kesempatan ini Penulis menyampaikan terima kasih setulus-tulusnya

atas segala dukungan, bantuan, dan bimbingan dari beberapa pihak selama proses

studi dan juga selama proses penyusunan skripsi ini. Penulis mengucapkan terima

kasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Abdul Chaer selaku dekan Fakultas Adab dan Humaniora.

2. Bapak Drs. Ikhwan Azizi, MA selaku ketua jurusan Tarjamah dan bapak

Ahmad Syaekhuddin, M.Ag selaku sekretaris jurusan Tarjamah yang telah

memberikan dukungan dan kemudahan sehingga segalanya dapat

terlaksana.

3. Bapak Moch. Syarif Hidayatullah, M.Hum selaku dosen pembimbing atas

ketulusan dan kesabarannya dalam membimbing Penulis dan memberikan

masukan dalam menyelesaikan skripsi, sekaligus telah memberikan

wawasan yang luas tentang dunia penerjemahan.Bapak Dr. Sukron Kamil,

MA sebagai dosen seminar skripsi yang telah memberikan banyak

pengetahuan kepada Penulis tentang langkah-langkah penyusunan skripsi.

Page 8: DIKSI DALAM TERJEMAHAN STUDI KRITIK TERJEMAHAN AL-RIS … · faktor utama dalam aktivitas penerjemahan. Jadi, dalam menerjemahkan, penerjemah harus teliti dalam memilih kata agar

4. Bapak dan ibu dosen lainnya atas curahan ilmunya selama masa studi.

5. Staf pegawai dan pengurus perpustakaan utama, perpustakaan Adab dan

Humaniora, perpustakaan pribadi Mas Tatam, dan perpustakaan pribadi

lainnya yang telah memfasilitasi buku-buku hingga Penulis terbantu dalam

menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak Mohammad Luqman Hakiem selaku penerjemah buku Al-Risâlah

al-Qusyairiyyah fî ‘Ilmi al-Tasawwuf di tengah-tengah kesibukannya,

beliau bersedia dihubungi via telepon dan mengirimkan profilnya lewat e-

mail.

7. Bapak dan Mama tercinta (H. Agus Salim dan Hj. Tuti Fatmawati) yang

tiada hentinya berdoa untuk keberhasilan anak-anaknya, terima kasih atas

semua kasih sayang dan support yang telah diberikan selama ini. Kak

Zikri dan dek Meyla yang tak pernah lupa untuk memberikan perhatian

dan semangat kepada Penulis.

8. Kawan-kawan di Fakultas Adab dan Humaniora, khususnya kawan-kawan

Tarjamah angkatan 2004 (Nay, Moena, Fiena, Nungke, Iziel, Poet, Tatam,

Erwan, Omen, dll) yang menjadi tempat bertukar pikiran bagi Penulis.

Semua pihak yang telah membantu penulisan skripsi ini, yang tidak dapat

Penulis sebutkan namanya satu persatu, terima kasih.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab

itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan di masa

mendatang.

Ciputat, 12 Mei 2008

Anna Saraswati

Page 9: DIKSI DALAM TERJEMAHAN STUDI KRITIK TERJEMAHAN AL-RIS … · faktor utama dalam aktivitas penerjemahan. Jadi, dalam menerjemahkan, penerjemah harus teliti dalam memilih kata agar

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ........................................................................................ i

LEMBAR PERNYATAAN .......................................................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................. iii

LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... iv

PEDOMAN TRANSLITERASI .................................................................. v

ABSTRAK .................................................................................................... ix

KATA PENGANTAR .................................................................................. x

DAFTAR ISI ................................................................................................ xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .................................................... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................. 7

C. Tujuan Penelitian .............................................................. 7

D. Manfaat Penelitian ............................................................ 8

E. Tinjauan Pustaka ............................................................... 8

F. Landasan Teori ................................................................. 9

G. Metodologi Penelitian ....................................................... 9

H. Sistematika Penulisan ........................................................10

BAB II KERANGKA TEORETIK

A. Teori Terjemah ................................................................. 12

1. Definisi Penerjemahan .................................................. 12

2. Proses Penerjemahan ..................................................... 15

Page 10: DIKSI DALAM TERJEMAHAN STUDI KRITIK TERJEMAHAN AL-RIS … · faktor utama dalam aktivitas penerjemahan. Jadi, dalam menerjemahkan, penerjemah harus teliti dalam memilih kata agar

3. Metode Penerjemahan ................................................... 19

B. Teori Diksi ........................................................................ 25

1. Definisi Diksi ................................................................ 25

2. Masalah Pilihan Kata dalam Penerjemahan ................... 27

3. Peranti-peranti Diksi ..................................................... 29

a. Penggunaan Kata Bersinonim .................................... 29

b. Penggunaan Kata Bermakna Denotasi dan Konotasi .. 32

c. Penggunaan Kata Umum dan Khusus ........................ 32

d. Penggunaan Kata Abstrak dan Konkret ...................... 33

e. Penggunaan Bentuk Idiomatis ..................................... 34

4. Ketepatan Pilihan Kata ................................................... 34

a. Persoalan Ketepatan Pilihan Kata .............................. 34

b. Persyaratan Ketepatan Pilihan Kata ............................ 35

5. Kesesuaian Pilihan Kata ................................................. 37

a. Persoalan Kesesuaian Pilihan Kata ............................. 37

b. Persyaratan Kesesuaian Pilihan Kata .......................... 37

BAB III SEPUTAR RISALAH QUSYAIRIYYAH, BIOGRAFI

SINGKAT DAN SEJUMLAH KARYA PENULIS DAN

PENERJEMAH

A. Seputar Risalah Qusyairiyyah ........................................... 41

B. Biografi Singkat dan Sejumlah Karya Penulis ................... 42

C. Biografi Singkat dan Sejumlah Karya Penerjemah ............ 47

BAB IV KRITIK DIKSI DALAM TERJEMAHAN AL-RISÂLAH AL-

Page 11: DIKSI DALAM TERJEMAHAN STUDI KRITIK TERJEMAHAN AL-RIS … · faktor utama dalam aktivitas penerjemahan. Jadi, dalam menerjemahkan, penerjemah harus teliti dalam memilih kata agar

QUSYAIRIYYAH FÎ ‘ILMI AL-TASAWWUF

A. Kritik Peranti-peranti Diksi ............................................... 49

1. Penggunaan Kata Bersinonim ........................................ 49

2. Penggunaan Kata Bermakna Denotasi dan Konotasi ...... 52

3. Penggunaan Kata Umum dan Khusus ............................ 54

4. Penggunaan Kata Abstrak dan Konkret ......................... 56

5. Penggunaan Bentuk Idiomatis ....................................... 57

B. Kritik Ketepatan Pilihan Kata ............................................ 58

C. Kritik Kesesuaian Pilihan Kata .......................................... 64

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................ 72

B. Saran .................................................................................. 75

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 77

Page 12: DIKSI DALAM TERJEMAHAN STUDI KRITIK TERJEMAHAN AL-RIS … · faktor utama dalam aktivitas penerjemahan. Jadi, dalam menerjemahkan, penerjemah harus teliti dalam memilih kata agar

PEDOMAN TRANSLITERASI

Skripsi ini menggunakan transliterasi yang bersumber pada buku Pedoman

Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang diterbitkan oleh

CeQDA.

1. Padanan Aksara

Berikut adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara latin:

No. Lambang Bunyi Transliterasi Keterangan

ا 1

Tidak dilambangkan

b be ب 2

t te ت 3

ts te dan es ث 4

j je ج 5

h h dengan garis bawah ح 6

kh ka dan ha خ 7

d de د 8

dz de dan zet ذ 9

r er ر 10

z zet ز 11

s es س 12

sy es dan ye ش 13

s es dengan garis di bawah ص 14

d de dengan garis di bawah ض 15

Page 13: DIKSI DALAM TERJEMAHAN STUDI KRITIK TERJEMAHAN AL-RIS … · faktor utama dalam aktivitas penerjemahan. Jadi, dalam menerjemahkan, penerjemah harus teliti dalam memilih kata agar

No. Lambang Bunyi Transliterasi Keterangan

z zet dengan garis di bawah ظ 17

t te dengan garis di bawah ط 16

‘ ع 18koma terbalik di atas hadap

kanan

gh ge dan ha غ 19

f ef ف 20

q ki ق 21

k ka ك 22

l el ل 23

m em م 24

n en ن 25

w we و 26

h ha هـ 27

apostrof ` ء 28

y ye ي 29

2. Vokal

Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal

tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.

a. Vokal Tunggal

Untuk vokal tunggal, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:

No. Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

1 ___ a fathah

Page 14: DIKSI DALAM TERJEMAHAN STUDI KRITIK TERJEMAHAN AL-RIS … · faktor utama dalam aktivitas penerjemahan. Jadi, dalam menerjemahkan, penerjemah harus teliti dalam memilih kata agar

i kasrah ــ 2

3 ___ u dammah

b. Vokal Rangkap

Untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:

No. Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

___ ي 1 ai a dan i

___ و 2 au a dan u

c. Vokal panjang

Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd), yang dalam bahasa Arab

dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:

No. Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

â a dengan topi di atas ـ$ 1

î i dengan topi di atas ـ& 2

û u dengan topi di atas ـ' 3

3. Kata Sandang

Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan huruf, yaitu

dialihaksarakan menjadi huruf /l/, baik diikuti huruf syamsiyyah maupun huruf ,ال

qamariyyah. Contoh: al-rijâl bukan ar-rijâl.

Page 15: DIKSI DALAM TERJEMAHAN STUDI KRITIK TERJEMAHAN AL-RIS … · faktor utama dalam aktivitas penerjemahan. Jadi, dalam menerjemahkan, penerjemah harus teliti dalam memilih kata agar

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa Indonesia terus menerus berkembang. Akhir-akhir ini, perkembangannya

itu menjadi demikian pesatnya sehingga bahasa ini telah menjelma menjadi

bahasa modern, yang kaya akan kosakata dan mantap dalam stuktur. Untuk itu,

sebagai masyarakat Indonesia harus mempergunakan kosakata tersebut sesuai

dengan waktu, tempat, dan kondisi.

Jika berbicara menulis atau menerjemahkan, maka seseorang selalu

menggunakan kata. Kata tersebut dibentuk manjadi kelompok kata, klausa,

kalimat, paragraf, dan akhirnya sebuah wacana. Dengan begitu, untuk menguasai

suatu bahasa, seseorang dituntut untuk menguasai kosakata bahasa tersebut.

Walaupun demikian, penguasaan kosakata saja tidak cukup sebagai syarat untuk

menguasai bahasa tertentu. Salah satu syarat yang perlu dan mendesak dalam

berbicara, menulis, dan menerjemahkan adalah pemilihan kata.

Pemilihan kata dalam Linguistik disebut diksi. Diksi adalah pilihan kata

yang tepat dan selaras untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek

tertentu (seperti yang diharapkan).1

Pemakaian bahasa diatur oleh dua perangkat kaidah. Kaidah yang pertama

disebut tata bahasa, yang menentukan benar tidaknya kalimat. Kaidah yang kedua

dinamakan gaya bahasa, yang membuat bahasa yang kita gunakan menjadi baik,

indah, dan efektif. Penggunaan bentuk kata yang tepat, seperti pemilihan antara

1Alwi dkk., Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), ed. 3, cet. ke-

3, h. 264.

Page 16: DIKSI DALAM TERJEMAHAN STUDI KRITIK TERJEMAHAN AL-RIS … · faktor utama dalam aktivitas penerjemahan. Jadi, dalam menerjemahkan, penerjemah harus teliti dalam memilih kata agar

tahu dan mengetahui, termasuk dalam cakupan tata bahasa karena pilihan yang

salah berakibat kalimat menjadi salah. Sebaliknya, pemilihan antara matahari dan

sang surya tergolong ke dalam cakupan gaya bahasa. Pemilihan gaya bahasa

yang salah tidak berakibat kalimat menjadi salah, tetapi kalimat itu dapat

dianggap tidak tepat, tidak kena sasarannya, atau tidak indah. Kalimat yang betul

belum tentu tepat, kena, indah, atau efektif.2 Dalam penelitian ini, Penulis hanya

meneliti pemilihan kata atau diksi secara gaya bahasa.

Pilihan kata termasuk dalam ilmu semantik, yaitu ilmu yang mempelajari

makna kata. Makna kata tersebut terdapat dalam kamus. Kamus merupakan

sebuah referensi yang memuat kosakata dan disusun secara alfabetis disertai

keterangan bagaimana menggunakan kata itu. Dengan banyaknya makna dalam

kamus, kita harus memilih kata atau makna yang tepat untuk mengungkapkan

sebuah gagasan. Hal ini penting, karena tidak jarang sebuah kata dapat berubah

arti dalam ruang dan waktu yang berbeda sehingga menimbulkan kesalahpahaman

dalam penggunaan.

Bahasa yang dipergunakan penulis atau penerjemah harus bahasa yang

umum dan tidak menyalahi norma-norma umum yang berlaku. Baik penulis

maupun penerjemah yang belum mahir mempergunakan bahasa akan menemukan

berbagai kesulitan, karena apa yang dipikirkan atau dimaksudkan tidak akan

sempurna dilahirkan kepada orang lain. Demikian pula dalam pergaulan umum,

jika bahasa yang dipergunakan bukan merupakan bahasa yang umum berlaku,

maka sukar pula diperoleh komunikasi yang lancar. Hal ini akan menimbulkan

kesalahpahaman. Sangsi yang langsung dapat diterima oleh pembicara, penulis,

2 Anton M. Moeliono, Masalah Bahasa yang dapat Anda Atasi Sendiri (Jakarta: Pustaka

Sinar Harapan, 1987), h. 75.

Page 17: DIKSI DALAM TERJEMAHAN STUDI KRITIK TERJEMAHAN AL-RIS … · faktor utama dalam aktivitas penerjemahan. Jadi, dalam menerjemahkan, penerjemah harus teliti dalam memilih kata agar

dan penerjemah adalah bahwa apa yang diinginkan tidak dapat segera mendapat

tanggapan.

Dalam menerjemah bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia, penerjemah

harus memilih padanan kata yang sesuai dengan tuntutan konteks, sehingga hasil

terjemahannya tepat dan benar. Terkadang satu kata dalam bahasa Arab

mempunyai belasan arti. Untuk itu penerjemah harus teliti dalam memilih

padanan kata. Contoh, kata آ��� bermakna ‘banyak, sering, dan melimpah-

limpah’, dalam kalimat:

.����� �ی�ن ا �ى ��ض ا���م ا�� &"ه$#" آ���ا ا

Kita sering menonton TV yang menayangkan film cerita.

Pilihan diksi pada kata آ��� dalam kalimat di atas, sangat tepat diartikan ‘sering’.

Contoh lain, pada frasa '�( pada frasa tersebut tidak *�ب kata ,*�ب ا

diartikan ‘memukul’, tetapi lebih tepatnya diatikan ‘mengocok’, karena kata yang

berdampingan dengannya bermakna ‘telur’. Jadi, frasa tersebut diartikan

‘mengocok telur’.

Penggunaan kata pada dasarnya berkisar pada dua persoalan pokok:

pertama, ketepatan memilih kata untuk mengungkapkan sebuah gagasan, hal atau

barang yang akan diamanatkan. Kedua, kesesuaian atau kecocokan dalam

mempergunakan kata tersebut. Perbedaan antara ketepatan dan kesesuaian diksi

adalah dalam ketepatan, kita mempersoalkan apakah kata yang digunakan sudah

tepat, sehingga tidak menimbulkan interpretasi yang berlainan di antara pembicara

dan pendengar, atau antara penulis dengan pembaca. Dalam kesesuaian, kita

mempersoalkan apakah pilihan kata dan gaya bahasa tidak merusak suasana atau

Page 18: DIKSI DALAM TERJEMAHAN STUDI KRITIK TERJEMAHAN AL-RIS … · faktor utama dalam aktivitas penerjemahan. Jadi, dalam menerjemahkan, penerjemah harus teliti dalam memilih kata agar

menyinggung perasaan orang lain.

Di bawah ini contoh pilihan kata yang kurang tepat yang terdapat dalam

buku terjemahan Al-Risâlah al-Qusyairiyyah fî ‘Ilmi al-Tasawwuf:

0� ذ .: ,"ل -1 , 2�و ;8 89 ا: 3�" 89 ا7 56 ا 3�"ء ��3�

�2 ا )?8 و9" 6�ى, و ��آ� ا <�ت 3� ا �أس و9" و�@, و

3....C�( .Beliau bersabda, “Itu bukanlah malu yang sebenarnyaوا

Orang yang ingin malu dengan yang sebenar-benarnya di hadapan Allah

swt, hendaklah menjaga pikiran dan bisikan hatinya, hendaklah ia menjaga

perutnya dan apa yang dimakannya, hendaklah ia mengingat mati dan

fitnah kubur....4

Kata C�( di atas tidak ا )�di atas diterjemahkan ‘fitnah kubur’, kata C ا

tepat dan tidak sesuai diartikan ‘fitnah’, karena dalam bahasa Indonesia kata

fitnah diartikan ‘perkataan atau pembicaraan yang sengaja disebarkan untuk

menjelek-jelekkan orang agar masyarakat mempunyai kesan yang buruk tentang

orang yang difitnah itu.’5 Dalam kamus al-Ashri C�ب bermakna ‘dicoba; diuji’.

6

Menurut Penulis, kata C�( di atas lebih tepatnya diartikan ‘siksa kubur’, karena ا

sebelumnya, kata tersebut didahului oleh kalimat hendaklah ia mengingat mati.

Jadi, arti dari C�( tidak jauh dari kematian. Kata fitnah (kata yang dipilih oleh ا

3 Abul Qasim al-Qusyairy al-Naisabury, Al-Risâlah al-Qusyairiyyah fî ‘Ilmi al-Tasawwuf

(Beirut: Darul Khair, t.t.), h. 215. 4 Al-Naisabury, Risalah Qusyairiyah Induk Ilmu Tasawuf, Penerj. Mohammad Luqman

Hakiem (Surabaya: Risalah Gusti, 2006), h. 252. 5J.S. Badudu, Kamus Kata-Kata Serapan Asing dalam Bahasa Indonesia (Jakarta: Buku

Kompas, 2005), cet. ke-2, h. 111. 6 Atabik Ali dan Zuhdi Muhdhar, Al-Ashri (Yogyakarta: Multi Karya Grafika, 2003), cet.

ke-8, h. 354.

Page 19: DIKSI DALAM TERJEMAHAN STUDI KRITIK TERJEMAHAN AL-RIS … · faktor utama dalam aktivitas penerjemahan. Jadi, dalam menerjemahkan, penerjemah harus teliti dalam memilih kata agar

penerjemah Al-Risâlah al-Qusyairiyyah fî ‘Ilmi al-Tasawwuf), dicoba, dan diuji

merupakan sesuatu yang berhubungan dengan kehidupan.

Di bawah ini contoh pilihan kata yang kurang sesuai yang terdapat dalam

buku terjemahan Al-Risâlah al-Qusyairiyyah fî ‘Ilmi al-Tasawwuf:

�J�K ب8 ��"ض: I<0 89 9��"ت ا G�"ء: ا �F�ة 2- ی��ل ا

� لR�" و�#C ا $P(�� Qا � و"ء3� ا ��, وO�8 ا د�<M وL�C� ا

S9J.7ا Al-Fudhail bin ‘Iyadh menjelaskan, “Ada lima tanda celaka

seorang manusia: Kerasnya hati, bengisnya mata, tiadanya rasa malu,

hasrat terhadap dunia, dan lamunan yang tiada terbatas.”8

Kata ی��ل di atas diterjemahkan ‘menjelaskan’. Dalam konteks kalimat di

atas, subjek sedang menyebutkan sesuatu, bukan menjelaskan. Jadi, menurut

Penulis, kata tersebut lebih sesuai diterjemahkan ‘menyebutkan’. Begitu juga

terjemahan kata ء"�G yang diterjemahkan ‘celaka’. Penggunaan kata celaka ا

kurang sesuai, karena kata celaka berkedudukan sebagai kata kerja sedangkan

pada struktur kalimat di atas lebih tepat menggunakan kata benda. Dalam kamus

al-Ashri, kata ء"�G .’berarti ‘kesengsaraan; kemalangan ا9 Begitu juga dalam

kamus al-Munjid fî al-Lughah, kata ء"�G berarti ا ‘ا G$ة، #��' ا OF"دة’10

yang dalam bahasa Indonesia berarti ‘kesengsaraan; lawan kata kebahagiaan’.

7 Al-Naisabury, Al-Risâlah al-Qusyairiyyah fî ‘Ilmi al-Tasawwuf, h. 217.

8 Al-Naisabury, Risalah Qusyairiyah Induk Ilmu Tasawuf, Penerj. Mohammad Luqman

Hakiem, h. 255. 9 Atabik Ali, h. 1141.

10 Luis Mahluf, Al-Munjid fî al-Lughah, (Beirut: Al-Maktabah Al-Syarqiyah, 2002), cet.

ke-39, h. 397.

Page 20: DIKSI DALAM TERJEMAHAN STUDI KRITIK TERJEMAHAN AL-RIS … · faktor utama dalam aktivitas penerjemahan. Jadi, dalam menerjemahkan, penerjemah harus teliti dalam memilih kata agar

Jadi, setelah merujuk beberapa kamus, menurut Penulis, kata ء"�G lebih ا

tepat diterjemahkan ‘kesengsaraan’.

Diksi merupakan faktor utama dalam aktivitas penerjemahan. Penerjemah

harus teliti dalam memilih kata agar ide dan pesan penulis tersampaikan dengan

baik. Terkadang, penyampaian seseorang dalam menyampaikan ide yang

dimaksud mengalami kesulitan, baik dalam menulis, berkomunikasi, maupun

menerjemahkan. Hal ini disebabkan karena minimnya kosakata yang dimiliki.

Sebaliknya, ada pula seseorang yang mempergunakan kata sangat boros, namun

tidak ada isi yang tersirat di balik kata-kata itu. Inilah alasan utama Penulis

mengkritik diksi/pilihan kata dalam terjemahan agar pilihan kata dapat

tersampaikan sesuai pesan penulis dan mudah dipahami oleh para pembaca.

Sekarang ini, banyak sekali buku terjemahan di Indonesia yang telah

membuka cakrawala pemikiran kita untuk selalu berhubungan dengan bangsa lain

melalui karya mereka yang dialihbahasakan ke dalam bahasa Indonesia.

Khususnya, buku terjemahan dari bahasa Arab yang sebagian besar sudah dicetak

berulang kali. Penulis menjadikan salah satu buku terjemahan tersebut sebagai

bahan kritik yang fokus membahas masalah diksi.

Buku terjemahan yang akan menjadi bahan kritik adalah buku Al-Risâlah

al-Qusyairiyyah fî ‘Ilmi al-Tasawwuf karya Imam Al-Qusyairy al-Naisabury,

seorang sufi besar, pengarang dalam bidang tasawuf, dan ilmu-ilmu Islam. Buku

tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Mohammad Luqman

Hakiem berjudul Risalah Qusyairiyah Induk Ilmu Tasawuf.

Berdasarkan latar belakang itulah, Penulis memberi judul skripsi ini

dengan Diksi dalam Terjemahan: Studi Kritik Terjemahan Al-Risâlah al-

Page 21: DIKSI DALAM TERJEMAHAN STUDI KRITIK TERJEMAHAN AL-RIS … · faktor utama dalam aktivitas penerjemahan. Jadi, dalam menerjemahkan, penerjemah harus teliti dalam memilih kata agar

Qusyairiyyah fî ‘Ilmi al-Tasawwuf.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Pengamatan pada buku terjemahan Al-Risâlah al-Qusyairiyyah fî ‘Ilmi al-

Tasawwuf memberi inspirasi kepada Penulis untuk mengangkat permasalahan

pada kajian diksi/ pilihan kata. Agar penulisan ini tidak meluas, Penulis

merumuskan masalah ini dengan bentuk pertanyaan yang akan dijawab setelah

melalui telaah mendalam. Bentuk pertanyaannya adalah:

Apakah diksi yang dipilih penerjemah buku Al-Risâlah al-Qusyairiyyah fî

‘Ilmi al-Tasawwuf sudah tepat dan sesuai secara gaya bahasa?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang telah dikemukakan di atas, Penulis memiliki tujuan

umum dalam penelitian ini, di antaranya membuktikan pentingnya memilih kata

dalam penerjemahan sehingga tidak menimbulkan kerancuan arti dan

tersampaikan apa yang diinginkan penulis buku. Selain itu, Penulis juga memiliki

tujuan inti yang secara jelas dirumuskan berikut ini:

Mengetahui akurasi kata yang dipilih oleh penerjemah buku Al-Risâlah al-

Qusyairiyyah fî ‘Ilmi al-Tasawwuf.

D. Manfaat Penelitian

Di samping penelitian ini bertujuan untuk mengetahui akurasi kata dalam

terjemahan Al-Risâlah al-Qusyairiyyah fî ‘Ilmi al-Tasawwuf. Penelitian ini juga

diharapkan memberikan manfaat bagi masyarakat Indonesia, khususnya, para

Page 22: DIKSI DALAM TERJEMAHAN STUDI KRITIK TERJEMAHAN AL-RIS … · faktor utama dalam aktivitas penerjemahan. Jadi, dalam menerjemahkan, penerjemah harus teliti dalam memilih kata agar

penerjemah agar dapat merujuk hasil penelitian ini guna mengetahui pilihan kata

atau diksi yang tepat dan sesuai secara gaya bahasa. Selain itu, bagi penerjemah

pemula yang ingin melakukan penerjemahan menyadari bahwa dalam

penerjemahan itu perlu diperhatikan kemahiran dalam memilih diksi yang tepat

dan sesuai agar para pembaca mudah menangkap isi atau pesan yang disampaikan

penulis.

E. Tinjauan Pustaka

Sejauh yang Penulis temukan, penelitian tentang permasalahan diksi dilakukan

oleh 5 orang, di antaranya: Umanih (2007) menganalisis diksi terhadap

terjemahan Fiqh al-Mar`ah al-Muslimah, Rachmad Joeni Akbar (2006)

menganalisis diksi terhadap Alquran terjemahan Departemen Agama surat al-

Waqi‘ah, Elang Satya Nagara (2007) menganalisis diksi pada bab puasa buku

terjemahan Fath al-Qarib, Euis Maemunah (2004) menganalisis diksi pada bab

zakat buku terjemahan Fath al-Qarib, dan Mohammad Hotib (2006) menganalisis

diksi pada terjemahan buku Bulugh al-Maram bab riba “versi A. Hassan”.

Umumnya, penelitian yang dilakukan mahasiswa Jurusan Tarjamah adalah

analisis diksi pada terjemahan Alquran dan kitab-kitab Fiqh. Sementara itu, belum

terdapat penelitian yang menganalisis atau mengkritik masalah diksi mengenai

tasawuf, seperti yang akan Penulis teliti dalam buku terjemahan Al-Risâlah al-

Qusyairiyyah fî ‘Ilmi al-Tasawwuf.

F. Landasan Teori

Page 23: DIKSI DALAM TERJEMAHAN STUDI KRITIK TERJEMAHAN AL-RIS … · faktor utama dalam aktivitas penerjemahan. Jadi, dalam menerjemahkan, penerjemah harus teliti dalam memilih kata agar

Dalam penelitian ini, Penulis akan memakai teori Newmark dalam buku yang

disusun oleh Rochayah Machali yang berjudul Pedoman bagi Penerjemah.

Penulis juga akan menggunakan teori Eugene A. Nida. Selain itu, Penulis akan

menggunakan teori Gorys Keraf yang terdapat dalam buku Diksi dan Gaya

Bahasa. Selanjutnya, sebagai alat untuk mengkritik, Penulis akan menggunakan

teori Kunjana Rahardi dalam bukunya Seni Memilih Kata.

G. Metodologi Penelitian

Dalam penelitian ini, Penulis menggunakan metode penelitian studi naskah

terjemahan, yaitu dengan cara menginventarisir kata-kata terkait dengan masalah

yang diteliti untuk menyingkap fakta yang ada sekaligus menemukan masalah-

masalah baru. Setelah itu, Penulis mendeskripsikan masalah tersebut sesuai

dengan data yang ada sehingga dapat mencapai maksud dan tujuan penelitian.

Penulis melakukan pencarian data dengan membaca dan menelaah

berbagai kamus guna mengetahui diksi atau pilihan kata dengan tepat dan sesuai

secara gaya bahasa. Penulis mengkritik pilihan kata atau diksi yang terdapat

dalam buku terjemahan Al-Risâlah al-Qusyairiyyah fî ‘Ilmi al-Tasawwuf.

Di samping itu, Penulis juga terus berkonsultasi dengan para ahli untuk

mengetahui lebih jauh dalam memilih diksi yang tepat.

Dalam penulisan ini, Penulis juga merujuk pada sumber-sumber sekunder

berupa buku-buku tentang penerjemahan, buku mengenai semantik, kamus bahasa

Arab, bahasa Indonesia, Linguistik, ensiklopedi, internet, dan lain-lain.

Selain itu, Penulis menggunakan kajian pustaka (library research). Secara

teknis, penulisan ini didasarkan pada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah

Page 24: DIKSI DALAM TERJEMAHAN STUDI KRITIK TERJEMAHAN AL-RIS … · faktor utama dalam aktivitas penerjemahan. Jadi, dalam menerjemahkan, penerjemah harus teliti dalam memilih kata agar

(Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang berlaku di lingkungan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang diterbitkan oleh Center of Quality Development and

Assurance (CeQDA) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

H. Sistematika Penulisan

Penelitian ini disajikan dalam lima bab. Bab I merupakan bab yang memayungi

topik penelitian ini. Bab ini menjelaskan latar belakang atau alasan pemilihan

topik penelitian ini, pembatasan masalah, perumusan masalah yang berupa

pertanyaan, tujuan, manfaat, tinjauan pustaka, dan metodologi penelitian. Bab ini

sangat penting, karena akan berpengaruh terhadap bab-bab selanjutnya.

Bab II menyajikan teori penerjemahan, yang meliputi definisi, proses, dan

metode penerjemahan. Mengingat penelitian ini berorientasi pada kritik atau

penilaian, karenanya pada bab ini juga dipaparkan kerangka teori yang akan

dipakai, diantaranya, teori diksi dan perantinya, ketepatan dan kesesuaian

pemilihan kata, dan lain-lain. Bab ini akan menjadi alat kritik.

Bab III menyuguhkan hal yang terkait objek atau data penelitian ini, yaitu

kajian tentang biografi singkat Imam al-Qusyairy al-Naisabury. Bab ini akan

memperjelas penelitian.

Bab IV berupa kritik internal atau penilaian dengan menerapkan teori yang

ada pada bab II. Bab ini akan membuktikan hasil penelitian.

Bab V merupakan bab yang mengakhiri penelitian ini dengan memberikan

kesimpulan dari seluruh pembahasan, dengan tidak lupa menyertakan saran.

Page 25: DIKSI DALAM TERJEMAHAN STUDI KRITIK TERJEMAHAN AL-RIS … · faktor utama dalam aktivitas penerjemahan. Jadi, dalam menerjemahkan, penerjemah harus teliti dalam memilih kata agar

BAB II

KERANGKA TEORETIK

A. Teori Terjemah

1. Definisi Penerjemahan

Dalam bidang penerjemahan ditemukan banyak definisi yang disampaikan oleh

para ahli. Berbagai definisi penerjemahan tersebut sering dikutip dalam buku-

buku tentang penerjemahan.

Catford (1965) menggunakan pendekatan kebahasaan dalam melihat

kegiatan penerjemahan dan ia mendefinisikannya sebagai the replacement of

textual material in one language (SL) by equivalent textual material in another

language (TL), yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan ‘mengganti bahan

teks dalam bahasa sumber dengan bahan teks yang sepadan dalam bahasa

sasaran.’ Newmark (1981) juga mendefinisikan serupa, namun lebih jelas lagi,

rendering the meaning of a text into another language in the way that the author

intended the text, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan ‘menerjemahkan makna

suatu teks ke dalam bahasa lain sesuai dengan yang dimaksudkan pengarang.’11

Kedua definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa: (1) penerjemahan adalah

upaya mengganti teks bahasa sumber dengan teks yang sepadan dalam bahasa

sasaran; (2) yang diterjemahkan adalah makna yang sesuai dengan maksud

pengarang.

Di sisi lain, Eugene A. Nida dan Charles R. Taber (1969), dalam buku

mereka The Theory and Practice of Translation, memberikan definisi

11 Rochayah Machali, Pedoman bagi Penerjemah (Jakarta: Grasindo, 2000), h. 5.

Page 26: DIKSI DALAM TERJEMAHAN STUDI KRITIK TERJEMAHAN AL-RIS … · faktor utama dalam aktivitas penerjemahan. Jadi, dalam menerjemahkan, penerjemah harus teliti dalam memilih kata agar

penerjemahan sebagai berikut:

Translating consists in reproducing in the receptor language the closest

natural equivalent of the source language message, first in terms meaning and

secondly in terms of style.

Menerjemahkan adalah kegiatan menghasilkan kembali di dalam bahasa

penerima barang yang secara sedekat-dekatnya dan sewajarnya sepadan dengan

pesan dalam bahasa sumber, pertama-tama menyangkut maknanya dan kedua

menyangkut gayanya.

Secara lebih sederhana, menerjemahkan dapat didefinisikan sebagai

memindahkan suatu amanat dari bahasa sumber ke dalam bahasa penerima

(sasaran) dengan pertama-tama mengungkapkan maknanya dan kedua

mengungkapkan gaya bahasanya.12 Di sini Nida dan Taber tidak

mempermasalahkan bahasa-bahasa yang terlibat dalam penerjemahan, tetapi lebih

tertarik pada cara kerja penerjemahan, yakni mencari padanan alami yang semirip

mungkin sehingga pesan dalam BSu bisa disampaikan dalam Bsa.13 Menurut

mereka, terjemahan terbaik ialah terjemahan yang tidak berbau terjemahan.14

Menurut Benny Hoedoro Hoed, dalam bukunya Penerjemahan dan

Kebudayaan, penerjemahan adalah upaya untuk mengungkapkan (kembali) pesan

yang terkandung dalam teks suatu bahasa atau teks sumber (BSu/TSu) ke dalam

bentuk teks dalam bahasa lain atau teks sasaran (BSa/TSa).15

Dalam bukunya Translation: Applications and Research, Brislin (1976)

12

Widyamartaya, Seni Menerjemahkan (Yogyakarta: Kanisius, 1989), h. 11. 13

Zuchridin Suryawinata dan Sugeng hariyanto, Translation: Bahasan Teori dan Penuntun Praktis Menerjemahkan (Yogyakarta: Kanisius, 2003), h. 12.

14 Moch. Syarif Hidayatullah, Teori dan Permasalahan Penerjamahan, Diktat (Jakarta:

t.pn., 2007), h. 42. 15

Benny Hoedoro Hoed, Penerjemahan dan Kebudayaan (Jakarta: Dunia Pustaka Jaya,

2006), h. 28.

Page 27: DIKSI DALAM TERJEMAHAN STUDI KRITIK TERJEMAHAN AL-RIS … · faktor utama dalam aktivitas penerjemahan. Jadi, dalam menerjemahkan, penerjemah harus teliti dalam memilih kata agar

menulis:

Translation is the general term referring to the transfer of thoughts and

ideas from one language (source) to another (target), whether the languages are

in written or oral form; whether the languages have a established orthographies

or do not have such standardization or whether one or both languages is based on

signs, as with sign languages of the deaf.

Secara bebas, definisi tersebut dapat diterjemahkan sebagai berikut:

Penerjemahan adalah istilah umum yang mengacu pada proses pengalihan

buah pikiran dan gagasan dari satu bahasa (sumber) ke dalam bahasa lain

(sasaran), baik dalam bentuk tulisan maupun lisan; baik kedua bahasa tersebut

telah mempunyai sistem penulisan yang telah baku maupun belum, baik salah satu

atau keduanya didasarkan pada isyarat sebagaimana bahasa isyarat orang tuna

rungu.16

Dari definisi di atas, Brislin memberi batasan pada istilah penerjemahan.

Bagi dia penerjemahan adalah pengalihan buah pikiran atau gagasan dari satu

bahasa ke dalam bahasa yang lain. Kedua bahasa ini bisa serumpun, seperti

bahasa Jawa dan Sunda, bisa dari lain rumpun, seperti bahasa Indonesia dan Arab,

atau bahkan bahasa yang sama tetapi dipakai dalam kurun waktu yang berbeda.

Definisi lain tentang penerjemahan diungkapkan oleh Mc Guire (1980),

yaitu:

Translation involves the rendering of a source language (SL) text into the

target language (TL) so as to ensure that (1) the surface meaning of the two will

be approximately similar and (2) the structure of the SL will be preserved as

16 Suryawinata, h. 13.

Page 28: DIKSI DALAM TERJEMAHAN STUDI KRITIK TERJEMAHAN AL-RIS … · faktor utama dalam aktivitas penerjemahan. Jadi, dalam menerjemahkan, penerjemah harus teliti dalam memilih kata agar

closely as possible, but not so closely that the TL structure will be seriously

distorted.

Definisi tersebut diterjemahkan sebagai berikut:

Penerjemahan melibatkan usaha menjadikan BSu ke BSa sehingga (1)

makna keduanya menjadi hampir mirip dan (2) struktur BSa dapat dipertahankan

setepat mungkin, tetapi jangan terlalu tepat sehingga struktur BSanya menjadi

rusak.17

Definisi di atas terdapat beberapa hal yang kurang mengena. Pertama,

yang dibicarakan adalah BSu dan BSa yang sangat umum, sehingga tidak khusus

mengacu pada suatu terjemahan. Selain itu, definisi kedua mengandung

kontroversi, yaitu setepat mungkin namun jangan terlalu tepat. Dari sini kita tidak

tahu batas ketepatan yang dimaksud.

Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa penerjemahan

adalah memindahkan makna yang telah diungkapkan dalam bahasa yang satu

(BSu) ke bahasa yang lain (BSa) dengan menyesuaikan kaidah kedua bahasa

tersebut.

2. Proses Penerjemahan

Menerjemahkan bukan hanya sekadar menyadur, dengan pengertian menyadur

sebagai pengungkapan kembali amanat dari suatu karya dengan meninggalkan

detail-detailnya tanpa harus mempertahankan gaya bahasanya dan tidak harus ke

dalam bahasa lain. (Pengertian menyadur tersebut disampaikan oleh Harimurti

Kridalaksana). Selain memahami definisi penerjemahan, seorang penerjemah

17 Ibid., h. 15.

Page 29: DIKSI DALAM TERJEMAHAN STUDI KRITIK TERJEMAHAN AL-RIS … · faktor utama dalam aktivitas penerjemahan. Jadi, dalam menerjemahkan, penerjemah harus teliti dalam memilih kata agar

hendaknya mengetahui pula proses penerjemahan.18

Salah satu proses

penerjemahan yang seringkali dianut oleh banyak teoritis penerjemahan adalah

proses penerjemahan karya Nida (1975).

Nida membagi proses penerjemahan itu menjadi tiga tahap. Ketiga tahap

itu ialah:

1. Analisis

2. Pengalihan (Transfer)

3. Penyelarasan (Restructuring)19

Tahap Pertama atau Analisis

Pada tahap pertama, sebelum penerjemah menganalisis teks yang akan

diterjemahkan, ia akan dihadapkan dengan sebuah teks Bahasa Sumber (BSu),

misalnya bahasa Arab. Pada waktu seorang penerjemah menghadapi teks BSu, dia

harus memiliki latar belakang ilmu pengetahuan yang diterjemahkan itu. Kalau

tidak, dia tentu akan mengalami kesulitan. Misalnya seorang penerjemah yang

tidak menguasai bidang kedokteran diminta menerjemahkan teks-teks atau materi-

materi di bidang kedokteran, dia tentu akan mengalami kesulitan dalam

memahami isinya. Hal tersebut akan berakibat penerjemahannya melenceng dari

isi atau pesan teks bahasa sumbernya (BSu).

Di samping seorang penerjemah harus menguasai masalah pokok dari

materi yang diterjemahkan itu, dia harus pula menguasai BSu dengan baik sekali

dan bahkan hampir sempurna dari segi kebahasaannya. Tujuan penganalisisan dari

aspek kebahasaannya ini dimaksudkan bahwa si penerjemah harus mampu

menganalisis pola kalimatnya, struktur bahasanya, kolokasinya, idiomnya,

18

Widyamartaya, h.14. 19 Hidayatullah, h. 5.

Page 30: DIKSI DALAM TERJEMAHAN STUDI KRITIK TERJEMAHAN AL-RIS … · faktor utama dalam aktivitas penerjemahan. Jadi, dalam menerjemahkan, penerjemah harus teliti dalam memilih kata agar

peribahasanya (kalau ada), gaya bahasanya, kata-katanya, dan sebagainya.

Seorang penerjemah harus dapat menguasai segala sesuatu yang berhubungan

dengan bahasa yang digunakan dalam teks BSu, agar dia dapat memahami seluruh

isi atau maknanya.20 Untuk itu, penerjemah terlebih dahulu harus tahu bahan yang

hendak diterjemahkan itu bahasa siapa: bahasa seorang pujanggakah, seorang

noveliskah, seorang ahli hukumkah, seorang penulis iklankah, dan sebagainya.21

Di sisi lain, penerjemah juga harus menguasai (atau paling tidak banyak

mengetahui) budaya yang dilibatkan dalam BSu karena penerjemahan itu sangat

erat hubungannya dengan kebudayaan.

Tahap Kedua atau Tahap Pengalihan

Pada tahap ini, penerjemah harus mampu mencarikan padanan ke dalam BSa yang

menyangkut semua kata, frasa, klausa, kalimat, dan bahkan mencarikan padanan

untuk seluruh wacana. Pekerjaan ini tidak mudah, karena kadang-kadang terdapat

ungkapan yang sukar sekali dicarikan padanannya dalam BSa. Malahan terdapat

makna yang sama sekali tidak dapat dicarikan padanannya dalam BSa. Tetapi ada

pendapat yang mengatakan bahwa pikiran atau gagasan yang dapat diungkapkan

dalam suatu bahasa pasti juga dapat diungkapkan dalam bahasa yang lain, tentu

saja cara pengungkapannya berbeda. Tetapi harus diingat bahwa kedua ungkapan

itu (BSu dan BSa) tidak akan sama persis maknanya. Dengan demikian,

penerjemah harus berusaha mencarikan padanannya yang paling dekat, karena

setiap bahasa mempunyai sistem pengungkapan dan sistem pemaknaan yang

berbeda dengan bahasa yang lain.22 Dalam tahap ini, penerjemah harus sering

meminta bantuan orang lain.

20

Ibid., h. 6. 21

Widyamartaya, h. 16. 22 Hidayatullah, h. 7.

Page 31: DIKSI DALAM TERJEMAHAN STUDI KRITIK TERJEMAHAN AL-RIS … · faktor utama dalam aktivitas penerjemahan. Jadi, dalam menerjemahkan, penerjemah harus teliti dalam memilih kata agar

Tahap Ketiga atau Tahap Penyelarasan

Tahap ini merupakan tahap akhir, dan ini berarti bahwa tahap sebelumnya sudah

diselesaikan dengan baik. Setelah seorang penerjemah menemukan semua

padanan dalam BSa, dia harus menuangkan semua padanan itu ke dalam draft

atau rencana terjemahannya. Tentu saja hasil terjemahannya masih kasar dan

bersifat sementara serta masih memerlukan perbaikan di sana-sini. Dengan kata

lain draft itu masih memerlukan penyelarasan. Barangkali kalimat-kalimatnya

masih tampak kaku atau masih tampak seperti kalimat-kalimat yang berasal dari

kalimat-kalimat BSu. Kalimat-kalimat terjemahan tersebut masih terpengaruh

oleh bentuk bahasa sumbernya.23

Pada tahap penyerasian ini, penerjemah dapat melakukannya sendiri, atau

membiarkan orang lain melakukannya. Akan lebih baik apabila penyerasian itu

dilakukan oleh orang lain. Ada dua alasan bagi hal ini: (1) penerjemah biasanya

merasa sulit mengoreksi pekerjaannya sendiri, karena secara psikologis ia akan

beranggapan bahwa terjemahannya sudah bagus, peristilahannya sudah tepat,

bahasanya sudah cukup alamiah dan wajar, dan sebagainya; (2) penerjemahan

sebaiknya merupakan pekerjaan suatu tim. Dalam hal ini, penerjemah melulu

menerjemahkan sedangkan kegiatan penyerasian dilakukan oleh orang lain.

Apabila penerjemah sendiri ingin melakukan penyerasian, maka sebaiknya

penerjemah memberikan hasil terjemahan untuk beberapa lama, agar ia tidak ingat

lagi proses pengambilan keputusan yang dilakukannya pada waktu

menerjemahkan. Hal ini untuk menghindari pengaruh proses tersebut terhadap

tindakan penyerasian yang akan dilakukannya. Sesudah itu, barulah ia dapat

23 Ibid.

Page 32: DIKSI DALAM TERJEMAHAN STUDI KRITIK TERJEMAHAN AL-RIS … · faktor utama dalam aktivitas penerjemahan. Jadi, dalam menerjemahkan, penerjemah harus teliti dalam memilih kata agar

memeriksa kembali hasil terjemahan tersebut dengan pikiran yang segar.24

3. Metode Penerjemahan

Menurut Newmark, sebagaimana dikutip oleh Rochayah Machali, ada dua metode

penerjemahan, yaitu (1) metode yang memberikan penekanan terhadap bahasa

sumber (BSu); (2) metode yang memberikan penekanan terhadap bahasa sasaran

(BSa). Dalam metode jenis yang pertama, penerjemah berupaya mewujudkan

kembali dengan setepat-tepatnya makna kontekstual Tsu, meskipun dijumpai

hambatan sintaksis dan semantis pada Tsa (yakni hambatan bentuk dan makna).

Dalam metode kedua, penerjemah berupaya menghasilkan dampak yang relatif

sama dengan yang diharapkan oleh penulis asli terhadap pembaca versi BSu.25

Metode-metode yang memberikan penekanan atau lebih berorientasi

terhadap bahasa sumber antara lain:

1. Penerjemahan Kata demi Kata (Word-for-word translation)

Dalam metode penerjemahan jenis ini biasanya kata-kata TSa langsung diletakkan

di bawah versi TSu. Kata-kata dalam TSu diterjemahkan di luar konteks, dan

kata-kata yang bersifat kultural dipindahkan apa adanya. Contoh: �ث�ي ث$V�و

أ,�م

dan di sisiku tiga pulpen-pulpen.

Umumnya metode ini digunakan sebagai tahapan prapenerjemahan pada

penerjemahan teks yang sangat sukar atau untuk memahami mekanisme BSu.

Jadi, dalam proses penerjemahan, metode ini dapat terjadi pada tahap analisis atau

24

Machali, h. 39. 25 Ibid., h. 49.

Page 33: DIKSI DALAM TERJEMAHAN STUDI KRITIK TERJEMAHAN AL-RIS … · faktor utama dalam aktivitas penerjemahan. Jadi, dalam menerjemahkan, penerjemah harus teliti dalam memilih kata agar

tahap awal pengalihan.

2. Penerjemahan Harfiah (Literal Translation)

Metode ini juga dapat dilakukan dalam penerjemahan awal. Kalimat-kalimat yang

panjang dan sulit diterjemahkan secara harfiah dulu untuk kemudian

disempurnakan. Dalam penerjemahan harfiah, penerjemah sudah mengubah

struktur BSu menjadi struktur BSa. Namun, kata-kata dan gaya bahasa dalam TSu

masih dipertahankan dalam TSa. Dengan sendirinya terjemahan seperti ini masih

memperlihatkan model teks dari TSu dan belum dapat dikatakan sebagai

terjemahan yang betul. Metode ini juga dipilih untuk menjaga agar jangan terjadi

kebocoran dalam mengalihkan pesan.26

Contoh:

��Z ا �داءI

Ringan selendang.27

Metode ini dapat digunakan sebagai metode pada tahap awal pengalihan,

bukan sebagai metode yang lazim. Sebagai proses penerjemahan awal, metode ini

dapat membantu penerjemah melihat masalah yang harus diatasi.28

3. Penerjemahan Setia (Faithful Translation)

Penerjemah setia ini berupaya menghasilkan kembali makna kontekstual BSu

yang tepat. Dalam melaksanakan hal itu, penerjemah akan berhadapan dengan

kendala struktur gramatikal BSa. Dengan menggunakan metode ini, penerjemah

mentransfer kata-kata kultural dan mempertahankan tingkat ketidakwajaran

gramatikal dan leksikal (penyimpangan dari norma-norma BSu) dalam

penerjemahan. Penerjemah berupaya setia sepenuhnya terhadap tujuan dan

26

Hoed, h. 56. 27

Moch. Syarif Hidayatullah, Teknik Menerjemah Teks Arab 1, (Jakarta: Transpustaka,

2005) h. 27. 28 Machali, h. 51.

Page 34: DIKSI DALAM TERJEMAHAN STUDI KRITIK TERJEMAHAN AL-RIS … · faktor utama dalam aktivitas penerjemahan. Jadi, dalam menerjemahkan, penerjemah harus teliti dalam memilih kata agar

realisasi teks penulis BSu.29

Dalam hasil penerjemahan metode ini, kadang-

kadang terasa kaku dan seringkali asing. Contoh:

Dia (lk.) dermawan karena banyak abunya. آ�ه ���� = "د9 ا

4. Penerjemahan Semantik (Semanic Translation)

Penerjemah sangat menekankan pada penggunaan istilah, kata kunci, ataupun

ungkapan yang harus dihadirkan dalam terjemahannya.30

Perbedaan antara

penerjemahan setia (3) dan penerjemahan semantik adalah bahwa metode (3)

lebih kaku, tidak berkompromi dengan kaidah, dan lebih terikat oleh BSu

sedangkan metode (4) lebih fleksibel. Contoh seperti dalam contoh (3), namun,

dalam metode ini, hasil terjemahnnya lebih luwes.

Ia (laki-laki) adalah orang dermawan. = � 9"ده� آ��� ا

Penerjemahan semantis harus pula mempertimbangkan unsur estetika teks

BSu dengan mengkompromikan makna selama masih dalam batas kewajaran.

Metode-metode yang memberi penekanan atau lebih berorientasi terhadap

bahasa sasaran antara lain:

1. Saduran (Adaptation)

Adaptasi merupakan metode penerjemahan yang paling bebas dan paling dekat

dengan BSa. Istilah saduran dapat dimasukkan di sini asalkan penyadurannya

tidak mengorbankan hal-hal penting dalam TSu, misalnya tema, karakter, atau

alur. Biasanya metode ini dipakai dalam penerjemahan drama atau puisi. Tetapi

29

Hidayatullah, h. 15. 30 Hoed, h. 58.

Page 35: DIKSI DALAM TERJEMAHAN STUDI KRITIK TERJEMAHAN AL-RIS … · faktor utama dalam aktivitas penerjemahan. Jadi, dalam menerjemahkan, penerjemah harus teliti dalam memilih kata agar

dalam penerjemahan, terjadi peralihan budaya BSu ke budaya BSa, dan teks asli

ditulis kembali serta diadaptasikan ke dalam Tsa.31

Contoh: BSu: Mumpung padhang rembulane

Mumpung jhembar kalangane

Klausa di atas dapat diadaptasi ke dalam bahasa Arab sebagai berikut:

6�V>ر$" ب#"ر#" أ#"

Selama bulan purnama bersinar.

Tidak diterjemahkan: Selama menyinari (kami) bulan purnama (kami).

(pronominal persona “kami” tidak diterjemahkan).

Versi asli BSa adalah penggambaran budaya tentang betapa pengaruh

bulan purnama di suatu suasana desa Jawa (yang mungkin temaram/gelap),

sehingga tidak hanya “padhang rembulane” (terangnya sinar bulan) saja yang

dilukiskan, tetapi juga “jembar kalangane” (luasnya lingkaran terang bulan).

Keduanya disampaikan melalui lagu/irama bunyi [e] pada akhir klausa. Demikian

pula pada penerjemahan ke dalam bahasa Arab tidak dapat menggambarkan

budaya yang serupa. Alternatif versi BSa (bahasa Arab) adalah penggambaran

netral dalam satu kalimat, dengan rima internal bunyi [na:] pada kata ana: rana:

dan badruna:. Dalam budaya masyarakat Arab, bulan purnama ب$ر /badr/ sudah

mengandung makna terang bulan dengan luas lingkaran penuh.32

2. Penerjemahan Bebas (Free Translation)

Metode ini merupakan penerjemahan yang mengutamakan isi dan mengorbankan

bentuk teks BSu. Biasanya, metode ini berbentuk sebuah parafrase yang dapat

31

Machali, h. 53. 32 Hidayatullah, h. 16.

Page 36: DIKSI DALAM TERJEMAHAN STUDI KRITIK TERJEMAHAN AL-RIS … · faktor utama dalam aktivitas penerjemahan. Jadi, dalam menerjemahkan, penerjemah harus teliti dalam memilih kata agar

lebih panjang atau lebih pendek dari aslinya dan bentuk retorik (seperti alur) atau

bentuk kalimatnya sudah berubah sama sekali. Metode ini sering dipakai di

kalangan media massa.33 Contoh:

�F"د ل�ص أJ� ]�9 8ص أ"ل< ا نC أ� .M>O�8 أ"س ا V"ة3� ا

Harta sumber malapetaka34

3. Penerjemahan Idiomatik (Idiomatic Translation)

Metode ini bertujuan mereproduksi pesan dalam teks BSu, tetapi sering dengan

menggunakan kesan keakraban dan ungkapan idiomatik yang tidak didapati pada

versi aslinya. Dengan demikian, banyak terjadi distorsi nuansa makna. Beberapa

pakar penerjemahan seperti Seleskovitch menyukai metode terjemahan ini, yang

dianggapnya “hidup” dan “alami (dalam arti akrab)”. Sebagai contoh adalah

penerjemahan berikut ini:

8_"V; .,)J ا �9"ء ت<Jء ا

Sedia payung sebelum hujan.

4. Penerjemahan Komunikatif (Communicative Translation)

Metode ini berupaya memberikan makna kontekstual BSu yang tepat sedemikian

rupa sehingga isi dan bahasanya dapat diterima dan dimengerti oleh pembaca.35

Sesuai dengan namanya, metode ini memperhatikan prinsip-prinsip komunikasi.

Yaitu khalayak pembaca dan tujuan penerjemahan. Melalui metode ini, sebuah

versi TSu dapat diterjemahkan menjadi beberapa versi TSa sesuai dengan prinsip-

33

Machali, h. 53. 34

Hidayatullah, h. 4. 35 Ibid., h. 17.

Page 37: DIKSI DALAM TERJEMAHAN STUDI KRITIK TERJEMAHAN AL-RIS … · faktor utama dalam aktivitas penerjemahan. Jadi, dalam menerjemahkan, penerjemah harus teliti dalam memilih kata agar

prinsip di atas.36

Contoh:

.Kb� 89 9 ث���8 � 9 ث��? #8 9ر�? #

Dapat diterjemahkan ke dalam beberapa versi, di antaranya:

1. Kita tumbuh dari mani, lalu segumpal darah, dan kemudian segumpal

daging (awam).

2. Kita berproses dari sperma, lalu zigot, dan kemudian embrio (terpelajar).37

Newmark memberikan komentar terhadap metode-metode di atas.

Menurutnya, hanya metode semantik dan komunikatiflah yang dapat memenuhi

tujuan utama penerjemahan, yaitu keakuratan dan keekonomisan. Pada umumnya,

masih menurut Newmark, penerjemahan semantik ditulis pada tingkat linguistik

penulis, sedangkan penerjemahan komunikatif pada tingkat linguistik pembaca.

Penerjemahan semantik digunakan untuk menerjemahkan teks-teks ekspresif,

sedangkan penerjemahan komunikatif untuk teks-teks vokatif dan informatif.38

B. Teori Diksi

1. Definisi Diksi

Dalam bahasa Indonesia, kata diksi berasal dari kata dictionary (bahasa Inggris

yang kata dasarnya diction) berarti perihal pemilihan kata. Dalam Websters (Edisi

ketiga, 1996) diction diuraikan sebagai choice of words esp with regard to

correctness, clearness, or effectiveness. Jadi, diksi membahas penggunaan kata,

36

Machali, h. 55. 37

Hidayatullah, h. 5. 38 Ibid., h. 18.

Page 38: DIKSI DALAM TERJEMAHAN STUDI KRITIK TERJEMAHAN AL-RIS … · faktor utama dalam aktivitas penerjemahan. Jadi, dalam menerjemahkan, penerjemah harus teliti dalam memilih kata agar

terutama pada soal kebenaran, kejelasan, dan keefektifan.39

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, diksi adalah pilihan kata yang

tepat dan selaras (dalam penggunaannya) untuk mengungkapkan gagasan

sehingga diperoleh efek tertentu (seperti yang diharapkan).40

Menurut Harimurti Kridalaksana, diksi adalah pilihan kata dan kejelasan

lafal untuk memperoleh efek tertentu dalam berbicara di depan umum atau dalam

karang-mengarang.41

Dalam buku Seni Menggayakan Kalimat, Widyamartaya mengutip

pendapat Gorys Keraf bahwa pilihan kata atau diksi adalah kemampuan

membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna sesuai dengan gagasan yang

ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai

dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar.

Pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasaan sejumlah

besar kosakata atau perbendaharaan kata bahasa itu.42

Gorys Keraf juga menguraikan tiga kesimpulan utama mengenai diksi:

pertama, pilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata-kata mana yang

dipakai untuk menyampaikan suatu gagasan, bagaimana membentuk

pengelompokan kata-kata yang tepat atau menggunakan ungkapan-ungkapan yang

tepat, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu situasi; kedua,

pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa-

nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk

39

Ida Bagus Putrayasa, Kalimat Efektif (Diksi, Struktur, dan Logika), (Bandung: Refika Aditama, 2007), cet. ke-I, h. 7.

40 Alwi dkk., h. 264.

41 Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993)

ed. 3. 42

Widyamartaya, Seni Menggayakan Kalimat (Yogyakarta: Kanisius, 1995), cet. ke-5, h.

44.

Page 39: DIKSI DALAM TERJEMAHAN STUDI KRITIK TERJEMAHAN AL-RIS … · faktor utama dalam aktivitas penerjemahan. Jadi, dalam menerjemahkan, penerjemah harus teliti dalam memilih kata agar

menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situsi dan nilai rasa yang dimiliki

kelompok masyarakat pendengar; ketiga, pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya

dimungkinkan oleh penguasaan sejumlah besar kosakata atau perbendaharaan kata

bahasa itu. Sementara itu, yang dimaksud perbendaharaan kata atau kosakata

suatu bahasa adalah keseluruhan kata yang dimiliki oleh sebuah bahasa.43

Dari beberapa pendapat di atas, secara umum Penulis menyimpulkan

bahwa diksi adalah pilihan kata yang sesuai dengan makna atau gagasan yang

ingin disampaikan oleh pembicara, penulis, dan penerjemah. Kata-kata tersebut

harus tepat digunakan dalam situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok

masyarakat pendengar dan pembaca.

Dengan demikian, diksi yang baik dapat diketahui apabila sebuah

tulisan mampu dipahami oleh pembaca sesuai dengan tingkat keahlian di mana

tulisan itu ditujukan.

2. Masalah Pilihan Kata dalam Penerjemahan

Penerjemah harus mengalihkan pesan atau amanat, bukan mengalihbahasakan

kata per kata. Namun, pada praktiknya, dalam pengalihan pesan itu, sering

terjemahan suatu kata atau istilah menjadi kendala yang agak sulit diatasi,

demikian pula ungkapan. Terkadang kedua bahasa sedemikian berbeda sehingga

penerjemah dihadapkan pada ketidakmungkinan menerjemahkan suatu kata. Di

sinilah diperlukan kebijakan, kemampuan berbahasa Indonesia, keterampilan

43

Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007) cet. ke-

17, h. 24.

Page 40: DIKSI DALAM TERJEMAHAN STUDI KRITIK TERJEMAHAN AL-RIS … · faktor utama dalam aktivitas penerjemahan. Jadi, dalam menerjemahkan, penerjemah harus teliti dalam memilih kata agar

menemukan kata yang tepat serta kreativitas seorang penerjemah agar teks

terjemahannya dapat berterima. Di samping itu, ia pun harus mengenali apakah

suatu kelompok kata merupakan frasa atau klausa biasa ataukah ungkapan atau

peribahasa.

Masalahnya muncul jika penerjemah tidak tahu padanan peribahasa

Indonesia atau memang dalam bahasa Indonesia tidak ada padanannya. Salah satu

solusi adalah menerjemahkan makna peribahasa itu berdasarkan kamus.

Kata-kata yang sulit dicarikan padanannya biasanya menyangkut unsur

budaya materi, religi, sosial, organisasi sosial, adat istiadat, kegiatan, prosedur,

bahasa isyarat, ekologi (Newmark: 1988: 95, seperti yang dikutip oleh Nababan,

2004). Masalahnya, terkadang padanan kata itu ada dalam bahasa Indonesia, tetapi

konotasinya berbeda. Atau sebaliknya, kata tersebut dalam teks asal memiliki

berbagai makna yang harus dipilih dengan jeli oleh penerjemah. Memang

persoalan memilih makna kata itu merupakan masalah permanen dalam

penerjemahan yang dapat membuat kesal penerjemah karena terkadang ia telah

paham betul apa yang dimaksud pengarang, tetapi mendapat kesulitan bagaimana

menuangkannya dalam bahasa Indonesia gara-gara satu kata atau istilah saja.

Contoh-contoh berikut yang menyangkut kebiasaan sehari-hari (pranata sosial,

makanan-minuman, dll.), istilah keagamaan, istilah kekerabatan, kata ganti orang,

nama diri, sebutan, gelar, kata sapaan, nama peralatan, tumbuh-tumbuhan, bunga-

bungaan, buah-buahan,dan hewan.44

Dalam pencarian padanan, kita akan dihadapkan pada beberapa kasus.

44 Hidayatullah, h. 74.

Page 41: DIKSI DALAM TERJEMAHAN STUDI KRITIK TERJEMAHAN AL-RIS … · faktor utama dalam aktivitas penerjemahan. Jadi, dalam menerjemahkan, penerjemah harus teliti dalam memilih kata agar

Kasus berikut disarikan dari website yang ditulis oleh Ida Sundari Husen,45

di

antaranya:

a. Istilah/kata yang memiliki padanan dalam bahasa Indonesia.

• Kata tersebut sebetulnya ada padanannya dalam bahasa Indonesia, namun

dengan makna yang lebih luas, misalnya dalam bahasa Inggris, kata rice yang

dapat berarti ’padi/beras/nasi’. Dalam hal ini, konteks sangat menentukan padanan

kata yang dimaksud.

• Suatu kata dari bahasa sumber dapat memiliki makna ganda dan mempunyai dua

padanan dalam bahasa Indonesia, misalnya, dalam bahasa Arab, kata maktab

dapat berarti ’meja’ atau ’kantor’. Penerjemah harus memilih yang mana yang

paling cocok dengan konteksnya.

• Banyak juga kata-kata yang sebetulnya memiliki padanan dalam bahasa

Indonesia, tetapi dengan konotasi khusus, misalnya, dalam bahasa Inggris, kata

café bermakna ’warungkopi’; kitchen bermakna ’dapur’.

Rasa rendah diri dan kebiasaan berbahasa orang Indonesia tampaknya ikut

menentukan dalam pengadopsian atau peminjaman istilah-istilah asing tersebut.

Istilah "dapur" digunakan untuk dapur tradisional yang kotor, sedangkan kalau

dapur itu bersih dan modern namanya kitchen. Dari istilah itu muncul kitchen-set

di mana-mana. Sama halnya dengan keempat istilah lain yang tersebut di atas.

Ada yang dipinjam bulat-bulat dalam bentuk aslinya, ada pula yang secara

perlahan-lahan disulap menjadi bahasa Indonesia, seperti café atau kafe.

Dalam petunjuk-petunjuk penerjemahan sering dikatakan bahwa penerjemah

harus menggunakan padanan istilah yang digunakan di Indonesia.

45

Ida Sundari Husen, “Masalah Pilihan Kata dalam Penerjemahan Menciptakan Kata

Baru atau Menerima Kata Pinjaman?”, http://wartahpi.org/content/view/28/54/, 25 Mei 2005.

Page 42: DIKSI DALAM TERJEMAHAN STUDI KRITIK TERJEMAHAN AL-RIS … · faktor utama dalam aktivitas penerjemahan. Jadi, dalam menerjemahkan, penerjemah harus teliti dalam memilih kata agar

b. Istilah/kata yang tidak ada padanannya dalam bahasa Indonesia. Biasanya

terdapat dalam istilah budaya yang menyangkut adat/kebiasaan, bangunan,

tumbuhan, makanan dan minuman. Contoh, dalam bahasa Arab kata al-basyaam

tidak ada padanannya dalam bahasa Indonesia, tetapi di kamus al-Munawwir, kata

tersebut diartikan ‘nama pohon’. Dalam hal ini, seorang penerjemah harus kreatif

untuk mencari padanan yang cocok dalam bahasa Indonesia, misalnya dengan

bertanya kepada ahli bahasa, baik sasaran, maupun sumber.

3. Peranti-peranti Diksi

a. Penggunaan Kata Bersinonim

Secara etimologi, kata sinonimi berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu onoma

yang berarti ‘nama’, dan syn yang berarti ‘dengan’. Maka secara harfiah kata

sinonimi berarti ‘nama lain untuk benda atau hal yang sama’. Secara semantik,

Verhaar mendefinisikan sebagai ungkapan (bisa berupa kata, frasa, atau kalimat)

yang maknanya kurang lebih sama dengan makna ungkapan lain.46 Dikatakan

kurang lebih, karena tidak akan ada dua buah kata berlainan yang maknanya

persis sama. Yang sama sebenarnya hanya informasinya saja, sedangkan

maknanya tidak persis sama.47

Dalam buku Pengantar Semantik Bahasa Indonesia (Abdul Chaer: 2002)

juga disebutkan bahwa dalam buku-buku pelajaran bahasa sering dikatakan

sinonim adalah persamaan kata atau kata-kata yang sama maknanya. Pernyataan

ini jelas kurang tepat, sebab selain yang sama bukan maknanya, yang bersinonim

46

Abdul Chaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), cet.

ke-3, h. 82. 47

Abdul Chaer, Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h.

388.

Page 43: DIKSI DALAM TERJEMAHAN STUDI KRITIK TERJEMAHAN AL-RIS … · faktor utama dalam aktivitas penerjemahan. Jadi, dalam menerjemahkan, penerjemah harus teliti dalam memilih kata agar

pun bukan hanya kata dengan kata, tetapi juga banyak terjadi antara satuan-satuan

bahasa lainnya. Seperti dalam contoh berikut:

a. Sinonim antara morfem (bebas) dengan morfem (terikat), seperti antara

dia dengan nya, dalam kalimat “minta bantuan dia” dengan “minta

bantuannya.”

b. Sinonim antara kata dengan kata, seperti antara mati dengan meninggal.

c. Sinonim antara kata dengan frasa atau sebaliknya. Misalnya meninggal

dengan tutup usia.

d. Sinonim antara frasa dengan frasa. Misalnya, antara ayah ibu dengan

orangtua.

e. Sinonim antara kalimat dengan kalimat, seperti Adik menendang bola

dengan Bola ditendang adik.

Tidak semua kata dalam bahasa Indonesia mempunyai sinonim. Misalnya

kata beras, salju, batu, kuning, dan lain-lain tidak memiliki sinonim.

Ada kata-kata yang bersinonim pada bentuk dasar tetapi tidak pada bentuk

jadian. Misalnya kata benar bersinonim dengan kata betul, tetapi kata

kebenaran tidak bersinonim dengan kata kebetulan. Sebaliknya, ada kata-

kata yang tidak mempunyai sinonim pada bentuk dasar, tetapi memiliki

sinonim pada bentuk jadian. Misalnya, kata jemur tidak mempunyai

sinonim tetapi kata menjemur ada sinonimnya, yaitu mengeringkan.

Kata-kata yang bersinonim ada yang dapat saling menggantikan ada pula

yang tidak.48 Contoh kata yang dapat digantikan satu sama lain: kata semua

bersinonim dengan kata seluruh, seperti dalam kalimat di bawah ini:

48 Putrayasa, h. 8.

Page 44: DIKSI DALAM TERJEMAHAN STUDI KRITIK TERJEMAHAN AL-RIS … · faktor utama dalam aktivitas penerjemahan. Jadi, dalam menerjemahkan, penerjemah harus teliti dalam memilih kata agar

- Semua warga kota diungsikan.

- Seluruh warga kota diungsikan.

Sedangkan kata yang tidak dapat digantikan satu sama lain adalah kata melihat,

melirik, menonton, meninjau, dan mengintip. Kata melihat memiliki makna

umum; kata melirik memiliki makna melihat dengan sudut mata; kata menonton

memiliki makna melihat untuk kesenangan; kata meninjau memiliki makna

melihat dari tempat jauh; dan kata mengintip memiliki makna melihat dari atau

melalui celah sempit. Contoh dalam kalimat:

- Ia mengintip bioskop. (salah)

- Ia menonton bioskop. (benar)

Sinonim dipergunakan untuk mengalih-alihkan pemakaian kata pada

tempat tertsntu sehingga kalimat itu tidak membosankan. Dalam pemakaiannya

bentuk-bentuk kata yang bersinonim akan menghidupkan bahasa seseorang dan

mengkongkretkan bahasa seseorang sehingga kejelasan komunikasi (lewat bahasa

itu) akan terwujud. Dalam hal ini pemakai bahasa dapat memilih bentuk mana

yang paling tepat untuk dipergunakannya, sesuai dengan kebutuhan dan situasi

yang dihadapinya.49

b. Penggunaan Kata Bermakna Denotasi dan Konotasi

Makna denotasi dan konotasi dibedakan berdasarkan ada tidaknya nilai rasa dalam

sebuah kata. Kata denotasi tidak bernilai rasa, sedangkan kata konotasi memiliki

nilai rasa. Makna denotasi sering disebut makna konseptual, makna sebenarnya,

makna lugas, makna polos, makna sesungguhnya sesuai dengan faktanya.

Sedangkan konotasi itu bukanlah makna yang sebenarnya, melainkan makna

49

E. Zaenal Arifin dan S. Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi (Jakarta: Akademika Pressindo, 2006), cet. ke-8, h. 33.

Page 45: DIKSI DALAM TERJEMAHAN STUDI KRITIK TERJEMAHAN AL-RIS … · faktor utama dalam aktivitas penerjemahan. Jadi, dalam menerjemahkan, penerjemah harus teliti dalam memilih kata agar

kiasan.50

Contoh kata kurus bermakna denotasi ‘keadaan tubuh seseorang yang

lebih kecil dari ukuran yang normal’.

Konotasi terbagi dua, yakni konotasi positif dan konotasi negatif. Konotasi

positif adalah makna tambahan dari makna kata sebenarnya yang bernilai rasa

tinggi, baik, sopan, santun, sakral, dan sejenisnya. Sementara itu, makna konotasi

negatif adalah makna tambahan dari makna kata sebenarnya yang bernilai rasa

rendah, kotor, jelek, dan sejenisnya.51

Contoh, kata ramping memiliki konotasi

positif, nilai rasa yang mengenakkan. Sebaliknya, kata kerempeng memiliki

konotasi negatif, nilai rasa yang tidak mengenakkan.

c. Penggunaan Kata Umum dan Khusus

Kata umum adalah sebuah kata yang mengacu kepada suatu hal atau kelompok

yang luas bidang lingkupnya.52 Kata khusus (hiponim) ialah bentuk (istilah) yang

maknanya terangkum oleh bentuk kata umum (superordinat)nya.53

Pada umumnya, untuk mencapai ketepatan pengertian, lebih baik memilih

kata khusus daripada kata umum, karena kata khusus memperlihatkan pertalian

yang khusus atau kepada obyek yang khusus, maka kesesuaian akan lebih cepat

diperoleh antara pembaca dan penulis. Misalnya, jika seorang mengatakan, “Si

Cathy, kucing Rani, mencakar adik saya,” maka, kata si Cathy tidak akan

menimbulkan salah interpretasi antara pembicara dan pendengar atau penulis dan

pembaca. Karena, si Cathy mengacu kepada obyek yang khusus, yaitu kucing

Rani yang bernama si Cathy.

50

Rahardi, h. 105. 51

Chaer, Linguistik Umum, h. 292. 52

Keraf, h. 90. 53

Mahmudah Fitriyah dan Ramlan A. Gani, Pembinaan Bahasa Indonesia (Jakarta: UIN

Jakarta Press, 2007), cet. ke-1, h. 83.

Page 46: DIKSI DALAM TERJEMAHAN STUDI KRITIK TERJEMAHAN AL-RIS … · faktor utama dalam aktivitas penerjemahan. Jadi, dalam menerjemahkan, penerjemah harus teliti dalam memilih kata agar

d. Penggunaan Kata Abstrak dan Konkret

Kata-kata abstrak ialah kata-kata yang sulit dipahami oleh pembaca/pendengar,

karena referennya berupa konsep. Konsep ialah gambaran dari obyek atau proses

yang berada di luar bahasa dan memahaminya harus menggunakan akal budi.54

Kata perdamaian, peradaban, dan lain-lain tidak dapat ditunjukkan dengan hanya

memperlihatkan sesuatu benda, gambarnya atau modelnya, namun harus

dijelaskan dengan definisi yang panjang lebar.

Kata konkret ialah kata-kata yang mudah dipahami karena referennya

dapat dilihat, didengar, dirasakan, atau diraba. Contoh, kata mobil, meja,

komputer, ayam, kucing, dan lain-lain. Kata-kata tersebut referennya dapat

ditunjukkan dengan cara melihat gambarnya.

Singkatnya, kata abstrak merupakan kata yang tidak mudah diserap oleh

pancaindra. Sebaliknya, kata konkret merupakan kata yang mudah diserap oleh

pancaindra.

e. Penggunaan Bentuk Idiomatis

Idiom adalah satuan ujaran yang maknanya tidak dapat diramalkan dari makna

unsur-unsurnya, baik secara leksikal maupun gramatikal.55

Rahardi menuliskan dalam bukunya bahwa bentuk idiomatis sudah lekat

dan tidak dapat diceraikan. Contoh, sesuai dengan, sehubungan dengan, berharap

akan, berbicara tentang, dan lain-lain.56

Jadi, tidak cocok apabila ditulis sesuai

bagi, seharusnya sesuai dengan.

Dalam bahasa Indonesia ada dua macam bentuk idiom, yaitu idiom penuh

dan idiom sebagian. Idiom penuh adalah idiom yang unsur-unsurnya secara

54

Ibid., h. 83. 55

Chaer, Linguistik Umum, h. 296. 56 Rahardi, h. 106.

Page 47: DIKSI DALAM TERJEMAHAN STUDI KRITIK TERJEMAHAN AL-RIS … · faktor utama dalam aktivitas penerjemahan. Jadi, dalam menerjemahkan, penerjemah harus teliti dalam memilih kata agar

keseluruhan sudah merupakan satu kesatuan dengan satu makna, contoh

membanting tulang, menjual gigi, dan meja hijau. Sedang pada idiom sebagian

masih ada unsur yang memiliki makna leksikalnya sendiri. Misalnya, daftar hitam

yang berarti ‘daftar yang berisi nama-nama orang yang dicurigai/dianggap

bersalah.’57 Untuk mengetahui makna sebuah idiom sebuah kata (frasa atau

kalimat) harus mencarinya di kamus.

4. Ketepatan Pilihan Kata

a. Persoalan Ketepatan Pilihan Kata

Ketepatan pilihan kata adalah kesanggupan sebuah kata untuk

menimbulkan gagasan-gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau

pendengar, seperti apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh penulis atau

pembicara.58 Hal ini menyangkut pula masalah makna kata dan kosakata

seseorang.

Dalam persoalan ketepatan kita bertanya apakah pilihan kata yang dipakai

sudah setepat-tepatnya, sehingga tidak menimbulkan interpretasi yang berlainan

antara pembicara dan pendengar, atau antara penulis dan pembaca.

Contoh, Dengan adanya kegiatan penelitian sastra diharapkan dapat

membantu menyediakan bahan-bahan guna penyusunan teori sastra Indonesia.

Suntingan: Kegiatan penelitian sastra Indonesia diharapkan dapat

membantu lahirnya teori sastra Indonesia.59

Setiap penulis harus berusaha secermat mungkin memilih kata-katanya

untuk mencapai maksud tersebut, karena dengan begitu tidak akan menimbulkan

57

Chaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia, h. 75. 58

Keraf, h. 87. 59 Sugihastuti, Editor Bahasa (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), cet. ke-1, h. 215.

Page 48: DIKSI DALAM TERJEMAHAN STUDI KRITIK TERJEMAHAN AL-RIS … · faktor utama dalam aktivitas penerjemahan. Jadi, dalam menerjemahkan, penerjemah harus teliti dalam memilih kata agar

salah paham.

b. Persyaratan Ketepatan Pilihan Kata

Beberapa syarat berikut hendaknya diperhatikan setiap orang agar bisa mencapai

ketepatan pilihan katanya itu.

1. Membedakan secara cermat denotasi dari konotasi. Dari dua kata yang

mempunyai makna yang mirip satu sama lain ia harus menetapkan mana

yang akan dipergunakannya untuk mencapai maksudnya. Kalau hanya

pengertian dasar yang diinginkannya, maka ia harus memilih kata yang

denotatif; kalau ia menghendaki reaksi emosional tertentu, ia harus

memilih kata konotatif sesuai dengan sasaran yang akan dicapainya itu.

2. Membedakan dengan cermat kata-kata yang hampir bersinonim. Penulis

harus berhati-hati memilih kata dari sekian sinonim yang ada untuk

menyampaikan apa yang diinginkannya, sehingga tidak timbul interpretasi

yang berlainan.

3. Membedakan kata-kata yang mirip dalam ejaannya. Bila penulis sendiri

tidak mampu membedakan kata-kata yang mirip ejaannya itu, maka akan

mengakibatkan salah paham. Misalnya, bahwa-bawah, massa-masa,

karton-kartun, dan sebagainya.

4. Tidak boleh menafsirkan makna kata secara subjektif berdasarkan

pendapat sendiri. Jika pemahaman itu belum dapat dipastikan, maka

penulis harus dapat menemukan makna yang tepat di dalam kamus.

Misalnya kata modern sering diartikan ‘canggih’. Padahal, kedua kata itu

memiliki makna yang sangat berbeda.

Page 49: DIKSI DALAM TERJEMAHAN STUDI KRITIK TERJEMAHAN AL-RIS … · faktor utama dalam aktivitas penerjemahan. Jadi, dalam menerjemahkan, penerjemah harus teliti dalam memilih kata agar

5. Waspadalah terhadap penggunaan akhiran asing, terutama kata-kata asing

yang mengandung akhiran asing tersebut, seperti kata kultur-kultural.

6. Harus dapat menggunakan kata-kata idiomatik berdasarkan susunan yang

benar.

7. Harus dapat membedakan kata umum dan kata khusus. Kata khusus lebih

tepat menggambarkan sesuatu daripada kata umum.

8. Mempergunakan kata-kata indria yang menunjukkan persepsi yang

khusus. Kata-kata tersebut merupakan pengalaman-pengalaman yang

dicerap oleh pacaindria, yaitu cerapan indria penglihatan, pendengaran,

peraba, perasa, dan penciuman. Contoh, rujaknya pedas sekali (indria

perasa).

9. Memperhatikan perubahan makna yang terjadi pada kata-kata yang sudah

dikenal. Misalnya, kata sarjana dulu dipakai untuk menyebut semua orang

cendekiawan. Sekarang dipakai untuk gelar universiter.

10. Memperhatikan kelangsungan pilihan kata. Kelangsungan pilihan kata

adalah teknik memilih kata yang sedemikian rupa, sehingga maksud atau

pikiran seseorang dapat disampaikan secara tepat dan ekonomis. Contoh,

Sesudah menjelang tahap akhir pertandingan itu, terjadilah keributan

antara kedua kesebelasan. Lebih baik diganti Menjelang akhir

pertandingan, terjadilah keributan antara kedua kesebelasan.

Semua butir yang dikemukakan di atas dirangkum dari Diksi dan Gaya

Bahasa (Gorys Keraf) dan Seni Memilih Kata (Kunjana Rahardi). Butir a, b, f, g

tidak disertakan contoh, karena sudah dijelaskan dalam pembahasan sebelumnya.

Page 50: DIKSI DALAM TERJEMAHAN STUDI KRITIK TERJEMAHAN AL-RIS … · faktor utama dalam aktivitas penerjemahan. Jadi, dalam menerjemahkan, penerjemah harus teliti dalam memilih kata agar

5. Kesesuaian Pilihan Kata

a. Persoalan Kesesuaian Pilihan Kata

Kesesuaian pilihan kata mempersoalkan apakah kita dapat mengungkapkan

pikiran kita dengan cara yang sama dalam semua kesempatan dan lingkungan

yang kita masuki. Dengan kata lain, pilihan kata dan gaya bahasa yang

dipergunakan tidak merusak suasana atau menyinggung perasaan orang yang

hadir.

b. Persyaratan Kesesuaian Pilihan Kata

Ada beberapa hal yang perlu diketahui setiap penulis atau pembicara, agar kata-

kata yang dipergunakan tidak akan mengganggu suasana, dan tidak akan

menimbulkan ketegangan antara penulis atau pembicara dengan para hadirin atau

para pembaca. Syarat-syarat tersebut adalah:

1. Hindarilah sejauh mungkin bahasa atau unsur substandar dalam suatu

situasi yang formal. Bahasa substandar biasanya dipergunakan oleh

seseorang yang tidak memperoleh kedudukan atau pendidikan yang tinggi.

Kadang-kadang bahasa tersebut juga dipergunakan oleh kaum terpelajar

dalam bersenda-gurau. Pada dasarnya, bahasa ini dipakai untuk pergaulan

biasa, tidak dipakai dalam tulisan-tulisan.

2. Gunakanlah kata-kata ilmiah dalam situasi yang khusus saja. Dalam situasi

yang umum hendaknya penulis dan pembicara mempergunakan kata-kata

populer. Kata-kata populer adalah kata-kata yang dikenal dan diketahui

oleh seluruh lapisan masyarakat. Kata-kata ilmiah biasa dipakai dalam

diskusi-diskusi ilmiah, pertemuan-pertemuan resmi, dan tulisan-tulisan

ilmiah. Contoh: Kata Populer Kata Ilmiah

Page 51: DIKSI DALAM TERJEMAHAN STUDI KRITIK TERJEMAHAN AL-RIS … · faktor utama dalam aktivitas penerjemahan. Jadi, dalam menerjemahkan, penerjemah harus teliti dalam memilih kata agar

bukti argumen

pertentangan kontradiksi

kekacauan anarki

kemunduran depresi

rasa kecewa frustasi

3. Hindarilah jargon dalam tulisan untuk pembaca umum. Jargon diartikan

sebagai kata-kata teknis atau rahasia dalam suatu bidang ilmu tertentu,

dalam bidang seni, perdagangan, kumpulan rahasia, atau kelompok khusus

lainnya.

4. Penulis atau pembicara sejauh mungkin menghindari pemakaian kata-kata

slang. Kata-kata slang adalah semacam kata percakapan yang tinggi atau

murni. Kata-kata slang mengandung dua kekurangan: pertama, hanya

sedikit yang dapat hidup terus; kedua, pada umumnya kata-kata slang

selalu menimbulkan ketidaksesuaian. Kata-kata slang yang tumbuh secara

populer, akan segera hilang dari pemakaiannya. Misalnya di Jakarta timbul

kata-kata: mana tahan, eh ketemu lagi, dan lain-lain.

5. Dalam penulisan jangan mempergunakan kata percakapan. Yang

dimaksud dengan kata percakapan adalah kata-kata yang biasa dipakai

dalam percakapan atau pergaulan orang-orang yang terdidik. Suatu bentuk

dari bahasa percakapan adalah singkatan-singkatan misalnya dok, prof, kep

masing-masing untuk dokter, profesor, dan kapten. Hendaknya kata-kata

tersebut dihindari dalam penulisan.

6. Hindarilah ungkapan-ungkapan usang (idiom yang mati). Ungkapan

seperti ini disebut klise atau stereotip. Kata-kata yang membentuknya

Page 52: DIKSI DALAM TERJEMAHAN STUDI KRITIK TERJEMAHAN AL-RIS … · faktor utama dalam aktivitas penerjemahan. Jadi, dalam menerjemahkan, penerjemah harus teliti dalam memilih kata agar

tidak dirasakan usang, tetapi paduan kata-kata itulah yang dianggap tidak

bertenaga lagi. Kata lekang yang berarti ‘retak atau belah’ akan memiliki

tenaga untuk menggambarkan keadaan tanah yang terbelah karena musim

kemarau yang panjang dan sinar matahari yang terik. Tetapi akan

kehilangan tenaga dalam ungkapan seperti: Adat dan pusaka yang tak

lekang oleh panas, dan tak lapuk oleh hujan.

7. Jauhkan kata-kata atau bahasa yang artifisial. Bahasa artifisial adalah

bahasa yang disusun secara seni. Bahasa yang artifisial tidak terkandung

dalam kata yang digunakan, tetapi dalam pemakaiannya untuk menyatakan

suatu maksud. Fakta dan pernyataan yang sederhana dapat diungkapkan

dengan sederhana dan langsung tak perlu disembunyikan. Contoh:

Artifisial: Ia mendengar resah kuda serta langkah pedati ketika langit

bersih kembali menampakkan bimasakti, yang jauh.

Biasa : Ia mendengar derap kuda dan pedati ketika langit mulai terang.

Syarat kesesuaian di atas disarikan dari buku Diksi dan Gaya Bahasa.60

60 Keraf, h. 103.

Page 53: DIKSI DALAM TERJEMAHAN STUDI KRITIK TERJEMAHAN AL-RIS … · faktor utama dalam aktivitas penerjemahan. Jadi, dalam menerjemahkan, penerjemah harus teliti dalam memilih kata agar

BAB III

SEPUTAR RISALAH QUSYAIRIYYAH, BIOGRAFI SINGKAT DAN

SEJUMLAH KARYA PENULIS DAN PENERJEMAH

A. Seputar Risalah Qusyairiyyah

Makna al-Risalah adalah topik atau kajian, sebagai jawaban atas persoalan atau

solusi bagi problema yang secara mendesak membutuhkan jawaban.

Risalah ini disajikan oleh al-Qusyairy kepada mereka yang memusuhi dunia

tasawuf, dengan cara pandang taklid buta, tanpa melacak hakikat dan prinsip-

prinsip tarikat. Mereka memusuhi tarikat ini dengan cara mencari celah-celah

kesalahan yang ditampilkan sebagian pengaku tasawuf atau dari sisi kata-kata

yang tinggi, yang tidak disandarkan pada nash, akal, ataupun bukti.

Situasi demikian merupakan keadaan setiap mazhab, pemikiran, dan

tarikat. Di antara para pengikutnya ada yang memiliki pemahaman baik dan luas,

di antara mereka ada yang secara fisik jembel lalu perbuatannya pun buruk.

Sedangkan risalah ini merupakan suatu kemurnian yang benar yang bersumber

dari kalbu yang dipenuhi oleh kecintaan kepada Allah dan Rasulullah serta cinta

pada kebenaran yang menjadi tarikat Islamnya. Suatu Risalah yang ditujukan

kepada orang-orang yang memahami secara salah terhadap tasawuf, semata

karena kebodohannya terhadap hakikat tasawuf itu sendiri. Padahal, tasawuf

merupakan sisi praktik, ruh, rasa, dan perilaku dalam Islam.

Al-Qusyairy ingin mengenalkan bahwa kebenaran itu tidak sebagaimana

mereka pahami. Penganut tharikat yang menjalankannya secara benar adalah

berdasarkan pada metode Alquran dan Sunah Rasul.

Page 54: DIKSI DALAM TERJEMAHAN STUDI KRITIK TERJEMAHAN AL-RIS … · faktor utama dalam aktivitas penerjemahan. Jadi, dalam menerjemahkan, penerjemah harus teliti dalam memilih kata agar

Risalah Qusyairiyyah juga ditujukan kepada ahli tasawuf untuk

menjelaskan kepada mereka mengenai hakikat tarikat ini, berbagai hal yang

disimpangkan dan disesatkan, sehingga mereka bisa berpijak pada jalan yang

benar.

Risalah Qusyairiyyah: Induk Ilmu Tasawuf, karya monumental ulama

besar, Abul Qasim al-Qusyairy al-Naisabury ini, merupakan buku utama yang

menjadi rujukan jutaan kaum sufi selama kurang lebih seribu tahun, sejak dunia

tasawuf muncul pada pertengahan kedua hijriah sampai pada periode sang

pengarang. Di samping kajiannya yang sistematik, buku ini dilengkapi

pengalaman-pengalaman kaum sufi yang sarat dengan muatan spiritual dan buku

ini juga memberikan wawasan yang sempurna mengenai tasawuf.

Seputar tentang Risalah Qusyairiyyah di atas disarikan dari buku

terjemahan Risalah Qusyairiyyah.

B. Biografi Singkat dan Sejumlah Karya Penulis

1. Biografi Singkat Penulis

a. Kelahiran

Imam Al-Qusyairy al-Naisabury, tokoh sufi yang hidup pada abad kelima

hijriah. Tepatnya pada masa pemerintahan Bani Saljuk. Nama lengkapnya adalah

Abdul Karim al-Qusyairy, nasabnya Abdul Karim ibn Hawazin ibn Abdul Malik

ibn Thalhah ibn Muhammad. Ia lahir di Astawa pada Bulan Rabiul Awal tahun

376 H atau 986 M.

Page 55: DIKSI DALAM TERJEMAHAN STUDI KRITIK TERJEMAHAN AL-RIS … · faktor utama dalam aktivitas penerjemahan. Jadi, dalam menerjemahkan, penerjemah harus teliti dalam memilih kata agar

b. Masa Kecil

Sedikit sekali informasi yang menerangkan masa kecilnya. Namun yang

jelas, dia lahir sebagai yatim. Bapaknya meninggal dunia saat usianya masih kecil.

Sepeninggal bapaknya, tanggungjawab pendidikan diserahkan pada Abu al-Qosim

al-Yamany. Ketika beranjak dewasa, al-Qusyairy melangkahkan kaki

meninggalkan tanah kelahiran menuju Naisabur, yang saat itu menjadi Ibukota

Khurasan. Pada awalnya, kepergiannya ke Naisabur untuk mempelajari

matematika. Hal ini dilakukan karena al-Qusyairy merasa terpanggil menyaksikan

penderitaan masyarakatnya, yang dibebani biaya pajak tinggi oleh penguasa saat

itu. Dengan mempelajari Matematika, ia berharap, dapat menjadi petugas penarik

pajak dan meringankan kesulitan masyarakat saat itu.61

Naisabur ketika itu merupakan ibu kota Khurasan. Seperti sebelumnya,

kota ini merupakan pusat para ulama dan memberikan peluang besar berbagai

disiplin ilmu. Syeikh al-Qusyairy sampai di Naisabur, dan di sanalah beliau

mengenal Syeikh Abu Ali al-Hasan bin Ali al-Naisabury, yang populer dengan

panggilan al-Daqqaq, seorang pemuka pada zamannya. Ketika mendengar

ucapan-ucapan al-Daqqaq, al-Qusyairy sangat mengaguminya. Al-Daqqaq sendiri

telah berfirasat mengenai kecerdasan muridnya itu. Karena itu, al-Daqqaq

mendorongnya untuk menekuni ilmu pengetahuan.

Akhirnya, al-Qusyairy merevisi keinginan semula, dan cita cita sebagai

pegawai pemerintahan hilang dari benaknya, memilih jalan Tharikat. Ustadz al-

Syeikh mengungkapkan panggilannya pada Abu Ali al-Daqqaq dengan panggilan

al-Syahid.

61

Buya Abd. Aziz Aru Bone, http://buyaku.blogspot.com/2007/03/tokoh-sufi-al-qusyairi-naisabury.html, 11-03-2007.

Page 56: DIKSI DALAM TERJEMAHAN STUDI KRITIK TERJEMAHAN AL-RIS … · faktor utama dalam aktivitas penerjemahan. Jadi, dalam menerjemahkan, penerjemah harus teliti dalam memilih kata agar

c. Kepandaian Berkuda

Al-Qusyairy dikenal sebagai penunggang kuda yang hebat, dan ia

memiliki keterampilan permainan pedang serta senjata sangat mengagumkan.

d. Perkawinan

Syeikh al-Qusyairy mengawini Fatimah putri gurunya, Abu Ali al-Hasan

bin Ali al-Naisabury (al-Daqqaq). Fatimah adalah seorang wanita yang memiliki

prestasi di bidang pengetahuan sastra, dan tergolong wanita ahli ibadat di

masanya, serta meriwayatkan beberapa hadis. Perkawinannya berlangsung antara

tahun 405-412 H./1014-1021 M.

e. Putra-putrinya

Al-Qusyairy berputra enam orang dan seorang putri. Putra-putranya

menggunakan nama Abdu. Secara berurutan: 1) Abu Sa‘id Abdullah, 2) Abu Sa‘id

Abdul Wahid, 3) Abu Manshur Abdurrahman, 4) Abu al-Nashr Abdurrahim, yang

pernah berpolemik dengan pengikut teologi Hanbaly karena berpegang pada

mazhab Asy‘ari. Abu al-Nashr wafat tahun 514 H/1120 M. di Naisabur, 5) Abul

Fath Ubaidillah, dan 6) Abul Mudzaffar Abdul Mun‘im, dan seorang putrinya,

bernama Amatul Karim.

Di antara salah satu cucunya adalah Abul As‘ad Hibbatur-Rahman bin

Abu Sa‘id bin Abul Qasim al-Qusyairy.62

f. Wafatnya

Menurut Syuja‘ al-Hazaly, Imam al-Qusyairy menutup usia di Naisabur

pada pagi Hari Ahad, tanggal 16 Rabiul Awal 465 H/ 1073 M, dalam usia 87

tahun. Dikisahkan bahwa beliau mempunyai seekor kuda yang telah mengabdi

62

Yusuf al-Bakhur al-Hasani, “Imam al-Qusyairy (Maha Guru Sufi).” http://www.al-hasani.com/melayu/cetak.php?id=12, 02-03-2008.

Page 57: DIKSI DALAM TERJEMAHAN STUDI KRITIK TERJEMAHAN AL-RIS … · faktor utama dalam aktivitas penerjemahan. Jadi, dalam menerjemahkan, penerjemah harus teliti dalam memilih kata agar

padanya selama 20 tahun. Pada saat al-Qusyairy wafat, kuda itu sangat sedih dan

tidak mau makan selama dua minggu, hingga akhirnya ikut mati. Setelah al-

Qusyairy wafat, tak ada seorang pun yang berani memasuki perpustakaan

pribadinya selama beberapa tahun. Hal ini dilakukan sebagai bentuk

penghormatan bagi al-Imam Radiyallah Ta‘ala ‘Anhu. Wallahu a‘lam bi al-

Showab.63

2. Sejumlah Karya Penulis

Imam al-Qusyairy merupakan ulama yang ahli dalam banyak disiplin ilmu yang

berkembang pada masanya. Ia adalah seorang sufi besar, seorang pengarang

dalam bidang tasawuf dan ilmu-ilmu Islam. Karena itu, tidak aneh bila karya-

karyanya cukup banyak. Hal ini terlihat dari karya-karya beliau, seperti yang

tercantum pada pembukaan kitabnya al-Risâlah al-Qusyairiyyah fî ‘Ilmi al-

Tasawwuf. Untuk itu, Penulis menyuguhkan karya-karya beliau dari terjemahan

kitab tersebut dan dari website yang ditulis oleh Buya Abd. Aziz Aru Bone.

Karya-karya tersebut antara lain, Ahkâm al-Syari‘ah, kitab yang

membahas masalah-masalah Fiqh, Adâb al-Sufiyyah tentang Tasawuf, al-Arbaûna

fî al-Hadis, kitab ini berisi 40 buah hadis yang sanadnya tersambung dari gurunya

Abi Ali al-Daqqaq ke Rasulullah. Karya lainnya adalah Istifâdah al-Murâdâts,

Bulghah al-Maqâsid fî al-Tasawwuf, al-Tahbir fî Tadzkir, Tartîb al-Sulûki fî

Tariqillahi Ta‘ala yang merupakan kumpulan makalah beliau tentang Tasawwuf,

al-Tauhid al-Nabawi, al-Tafsir fi ‘Ulum al-Tafsir atau lebih dikenal dengan al-

Tafsir al-Kabir. Ini merupakan buku pertama yang ia tulis, yang penyusunannya

selesai pada tahun 410 H/1019 M. Menurut Ibnu Khalikan, Tajuddin al-Subky dan

63 Aru Bone.

Page 58: DIKSI DALAM TERJEMAHAN STUDI KRITIK TERJEMAHAN AL-RIS … · faktor utama dalam aktivitas penerjemahan. Jadi, dalam menerjemahkan, penerjemah harus teliti dalam memilih kata agar

Jalaluddin al-Suyuthi, tafsir tersebut merupakan kitab tafsir terbaik dan terjelas.

Karya-karyanya yang lain, al-Jawâhir, Hayat al-Arwah, Wa Dalil Ilâ

Thariq al-Islah, Diwan al-Syi’r, dari karya inilah beliau menunjukan keahliannya

dalam sastra. Sementara Kitab yang menunjukan ketokohannya dalam Tasawuf

adalah al-Risâlah al-Qusyairiyyah, ditulis pada tahun 438 H/1046 M. Kitab ini

menjadi salah satu referensi utama bagi tasawuf bercorak Sunni. Sebenarnya,

kitab ini merupakan kumpulan makalah-makalah beliau untuk bahan presentasi

bagi murid-muridnya dalam kajian tasawuf. Kitab-kitab yang lainnya adalah Sirah

al-Masyayikh, merupakan kitab biografi para tokoh Islam sebelum beliau, Syarh

Asmâ al-Husna, Uyunul Ajwibah fî Ushul al-As’ilah, al-Fush fî al-Ushul, Lathaaif

al-Isyarat (sebuah tafsir tasawuf mengenai ayat-ayat terpilih dari Alquran al-

Karim). Kitab Alluma` fî I‘tiqad, Majelis Abu Hasan al-Daqqaq, al-Mi‘raj, al-

Munâjat. Selanjutnya Kitab Mansur al-Khitab fî Suhud al-Bâb, Nâsikh al-Hadits

wa Mansukh, dalam kitab ini tampak jelas keluasan wawasan beliau tentang hadis

dan ilmu-ilmu hadis. Kitab lainnya, Nahw al-Qulub al-Saghîr, Nahw al-Qulub al-

Kabir, dan Nukah al-Nuha. Tidak kurang dari 29 judul kitab karya tulis Imam al-

Qusyairy al-Naisabury yang mencakup banyak disiplin keilmuan yang

berkembang pada masanya, karya-karya itu tidak hanya terbatas pada ilmu-ilmu

keislaman semata, tapi juga sastra, hukum, sejarah dan filsafat. Semua itu

merupakan warisan khazanah intelektual dari masa-masa puncak kemajuan

peradaban Islam masa lalu. Karya-karya tersebut hingga kini masih bisa kita

jumpai di koleksi-koleksi perpustakaan.

C. Biografi Singkat dan Sejumlah Karya Penerjemah

Page 59: DIKSI DALAM TERJEMAHAN STUDI KRITIK TERJEMAHAN AL-RIS … · faktor utama dalam aktivitas penerjemahan. Jadi, dalam menerjemahkan, penerjemah harus teliti dalam memilih kata agar

1. Biografi Singkat Penerjemah

Mohammad Luqman Hakiem lahir di Madiun 20 April 1962, melakukan studi di

beberapa pondok pesantren, antara lain, Pesantren Gading, Madiun, Pesantren

Irsyadiyah Gedong Sari Nganjuk, Pesantren Salafiyah Tebuireng Jombang, dan

Pondok Pesulukan Thoriqoh Agung Tulung Agung.

Dunia akademik ditempuh di Fakultas Syari‘ah Universitas Hasyim

Asy`ari, tebuireng Jombang, kemudian special program of phlilosufi di

Universitas Gajah Mada Yogyakarta, lalu menempuh program doktoral di

University of Malaya, Kuala Lumpur, Malaysia.

Selama ini beliau aktif menulis di berbagai media massa seputar analisa

keagamaan, khususnya bidang sosial dan tasawuf. Dari berbagai tulisan dan

ceramahnya itulah kelak ia sering dikenal sebagai sufiolog.

2. Sejumlah Karya Penerjemah

Buku-bukunya yang telah terbit, baik karya sendiri maupun terjemahan, antara

lain:

1. Risalah Qusyairiyah Induk Ilmu tasawuf (al-Qusyairy)

2. Teosofia Alquran (al-Ghazaly)

3. Raudhah Taman Jiwa Kaum Sufi (al-Ghazaly)

4. Kaidah-kaidah Sufistik (al-Ghazaly)

5. Mereka yang Kembali (al-Maqdisy)

6. Deklarasi Islam tentang Hak Asasi Manusia

7. Pikiran-pikiran Setengah Gila (al-Qusyairy)

8. Allah pun Berdzikir

9. Kedai Sufi Kang Luqman

Page 60: DIKSI DALAM TERJEMAHAN STUDI KRITIK TERJEMAHAN AL-RIS … · faktor utama dalam aktivitas penerjemahan. Jadi, dalam menerjemahkan, penerjemah harus teliti dalam memilih kata agar

10. Jack & Sufi, Sufisme di remang-remang Jakarta

11. Tuhan di antara Inul dan Gang Dolly

12. NU di tengah kelemahan Ulama dan Kemunduran Ummat

13. Psikologi Sufi.

Buku-buku yang segera terbit antara lain:

1. Seri Trilogi Revolusi

a. Revolusi Dzikir; b. Revolusi Doa; c. Revolusi Cahaya

2. Problema-problema Tasawuf (pergulatan batin dunia Sufi)

3. Serial Kedai Sufi

4. Syarah Sufi 40 Hadits Nabawi

5. Syarah Sufi al-Hikam

6. Tafsir Sufi Ummul Quran

7. Dan sejumlah karya terjemahan yang segera terbit.

Beberapa kaset ceramahnya tentang dunia sufi beredar di publik dan

Episode Sufi dalam CD, DVD, VCD, maupun kaset yang sedang disiapkan.

Saat ini, selain aktif ceramah di beberapa kota besar, beliau juga dikenal

sebagai pimpinan redaksi majalah Cahaya Sufi.64

64 Mohammad Luqman Hakiem, Psikologi Sufi, (Jakarta: Cahaya Sufi, 2008), h. 407.

Page 61: DIKSI DALAM TERJEMAHAN STUDI KRITIK TERJEMAHAN AL-RIS … · faktor utama dalam aktivitas penerjemahan. Jadi, dalam menerjemahkan, penerjemah harus teliti dalam memilih kata agar

BAB IV

KRITIK DIKSI DALAM TERJEMAHAN AL-RISÂLAH AL-

QUSYAIRIYYAH FÎ ‘ILMI AL-TASAWWUF

A. Kritik Peranti-peranti Diksi

1. Penggunaan Kata Bersinonim

1.a. Sinonim antara Kata dengan Kata

...j�ذا زال اhO :d"م واg( :d"م :�?f ا M"3� إ @ اb :d�اق (1)

65.ا ;�مC� &�ح

...maka ketika kesamaran dan kerancuan menghilang, tidak ada lagi

kebutuhan untuk menenggelamkan diri dalam penguraian kalam.66

Sinonim kedua kata di atas tepat diterjemahkan demikian. Namun, setelah

menganalisis teks sumber, kata م"hO :dا dalam kamus al-Ashri berarti ’tidak

jelas’,67

sedangkan kata م"g( :dا dalam kamus al-Munawwir bermakna ‘samar;

tidak jelas’, dalam arti kedua kata tersebut tidak terdapat arti kerancuan seperti

yang diterjemahkan oleh penerjemah. Kerancuan berbeda dengan kesamaran.

Dalam KBBI, kerancuan berarti ‘tidak teratur; campur aduk; kacau’,68

sedangkan

kesamaran berarti ‘ketidakjelasan’.69

Menurut Penulis, kata م"g( :dم وا"hO :dا

lebih tepat diartikan ‘kesamaran’ saja, karena kesamaran mengandung arti

65

Al-Naisabury, Al-Risâlah al-Qusyairiyyah fî ‘Ilmi al-Tasawwuf, h. 319. 66

Al-Naisabury, Risalah Qusyairiyah Induk Ilmu Tasawuf, Penerj. Mohammad Luqman

Hakiem, h. 401. 67

Atabik Ali, h. 104. 68

Alwi, h. 927. 69 Ibid., h. 987.

Page 62: DIKSI DALAM TERJEMAHAN STUDI KRITIK TERJEMAHAN AL-RIS … · faktor utama dalam aktivitas penerjemahan. Jadi, dalam menerjemahkan, penerjemah harus teliti dalam memilih kata agar

ketidakjelasan.

: ی" :�l@ء (2) gKO( J�, :ی��ل C�بb> :<V9 fO��ر بI 8�Z ا

n: 89 أدب.؟ ��"ل: أدبCV ا�دب،��"ل J��� ،ء ا�دب@l�Fب fF

� 70.����ا

Saya mendengar Mansur bin Khalaf al-Maghriby menuturkan, “Seseorang

mengatakan kepada seorang sufi, ‘Alangkah jeleknya adabmu!’ Sang sufi

menjawab, ‘Aku tidak mempunyai adab buruk.’ Orang itu bertanya, ‘Siapa

yang mengajarmu adab?’ Si sufi menjawab, ‘Para sufi’.”71

Dalam terjemahan di atas terdapat kesinoniman kata, padahal dalam teks

sumber tidak ditemukan kata yang bersinonim. Kata :@lء� yang pertama

diterjemahkan ‘jelek’ sedangkan kata :@lء� yang kedua diterjemahkan ‘buruk’.

Di sini terlihat bahwa penerjemah tidak konsisten menggunakan kata. Menurut

Penulis, sebaiknya kata :@lء� yang kedua diterjemahkan ‘jelek’ saja.

�Qه$ (3) �J�K ب8 ��"ض )�G ا C�"3: ا �l*" أJK� 89 ا و,"ل ا

72.n �V9 ��ق @V> یd C*ا� C� ا $Q#�"، �ن ا

Al-Fudhail bin ‘Iyadh mengatakan kepada Bisyr al-Hafi, “Ridha adalah

lebih baik daripada hidup zuhud di dunia ini, sebab orang yang rela tidak

70

Al-Naisabury, Al-Risâlah al-Qusyairiyyah fî ‘Ilmi al-Tasawwuf, h. 286. 71

Al-Naisabury, Risalah Qusyairiyah Induk Ilmu Tasawuf, Penerj. Mohammad Luqman

Hakiem, h. 354. 72 Al-Naisabury, Al-Risâlah al-Qusyairiyyah fî ‘Ilmi al-Tasawwuf, h. 196.

Page 63: DIKSI DALAM TERJEMAHAN STUDI KRITIK TERJEMAHAN AL-RIS … · faktor utama dalam aktivitas penerjemahan. Jadi, dalam menerjemahkan, penerjemah harus teliti dalam memilih kata agar

pernah berkeinginan akan sesuatu di luar keadaannya.”73

Terjemahan kata rela di atas kurang sesuai dengan konteks sebelumnya,

karena sebelumnya membicarakan tentang ridha. Bisa dikatakan bahwa kata ridha

dan rela bersinonim, tetapi kedua kata tersebut tidak dapat dipertukarkan dalam

kalimat tertentu, dengan kata lain serupa tapi tak sama. Contoh dalam kalimat

“aku rela mati demi dia”. Kata rela tidak dapat diganti dengan ridha. Lebih baik

terjemahan kata rela disamakan dengan kata sebelumnya, yaitu ridha, agar

pembaca fokus bahwa konteks di atas membicarakan tentang ridha bukan rela.

1.b. Sinonim antara Kata dengan Frasa

(4) ,@FVوی�آ� �� ی ,@�Oأن ی?"ع �� ی .nت�"ت ��ا ا7 56ات

74.�� ویG;� �� ی;

“Bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa kepada-Nya.”

(QS. Ali Imran: 102), ayat ini mempunyai makna bahwa Dia harus

dipatuhi dan tidak ditentang, diingat dan tidak dilupakan, dan bahwa kita

harus bersyukur kepada-Nya dan tidak mengufuri-Nya.75

Kata -./0 12 30$ع di atas diartikan ‘dipatuhi dan tidak ditentang’, 460آ

-780 12 di atas diartikan ‘diingat dan tidak dilupakan’, dan 49:0 12 4:;0 diartikan

‘bersyukur dan tidak mengufuri’. Terjemahan kata-kata di atas merupakan

sinonim, kata dipatuhi-tidak ditentang bermakna sama, begitu juga kata diingat-

tidak dilupakan dan bersyukur-tidak mengufuri. Oleh karena itu, agar tidak terjadi

73

Al-Naisabury, Risalah Qusyairiyah Induk Ilmu Tasawuf, Penerj. Mohammad Luqman

Hakiem, 226. 74

Al-Naisabury, Al-Risâlah al-Qusyairiyyah fî ‘Ilmi al-Tasawwuf, h. 105. 75

Al-Naisabury, Risalah Qusyairiyah Induk Ilmu Tasawuf, Penerj. Mohammad Luqman

Hakiem, h. 98.

Page 64: DIKSI DALAM TERJEMAHAN STUDI KRITIK TERJEMAHAN AL-RIS … · faktor utama dalam aktivitas penerjemahan. Jadi, dalam menerjemahkan, penerjemah harus teliti dalam memilih kata agar

pemborosan kata dalam terjemahan, menurut Penulis, terjemahan di atas cukup

diartikan ‘Dia harus dipatuhi, diingat, dan disyukuri’.

Setelah Penulis analisis, dalam buku terjemahan Risalah Qusyairiyah

Induk Ilmu Tasawuf tidak ditemukan sinonim antara morfem (bebas) dengan

morfem (terikat), frasa dengan frasa, dan kalimat dengan kalimat.

2. Penggunaan Kata Bermakna Denotasi dan Konotasi

Sejauh yang Penulis temukan, kata yang bermakna denotasi dan konotasi sudah

tepat dan sesuai diterjemahkannya, seperti dalam kalimat-kalimat berikut:

(5) �jذg "مh�" ب3g) آML وب�آ ر$3f� V<ى M�ا ا

76.ا ��ى

Manakala jiwa menunggang nafsu, maka Anda harus mengendalikannya

dengan kendali takwa.77

Terjemahan kata jiwa menunggang nafsu di atas, bukanlah makna

sebenarnya, karena kata menunggang objeknya kuda. Namun, penerjemah sangat

tepat dalam menerjemahkan kata-kata tersebut, sebab kata menunggang di atas

berarti ‘dapat mengendalikan’ yang terjemahannya terdapat dalam kalimat

sesudahnya.

76

Al-Naisabury, Al-Risâlah al-Qusyairiyyah fî ‘Ilmi al-Tasawwuf, h. 99. 77

Al-Naisabury, Risalah Qusyairiyah Induk Ilmu Tasawuf, Penerj. Mohammad Luqman

Hakiem, h. 88.

Page 65: DIKSI DALAM TERJEMAHAN STUDI KRITIK TERJEMAHAN AL-RIS … · faktor utama dalam aktivitas penerjemahan. Jadi, dalam menerjemahkan, penerjemah harus teliti dalam memilih kata agar

(6) ,L�أ#" 6"رس آ Jب d :ل"�� ,L. راهإ# :n J��� ه)"نQ� ورؤي بO' ا

� #نإFأ C&(nب ";�L Vg� بI�M g9 "8 أ$,و, 5�q ا ��O یي� ا

�F�>�9 اVg".78

Seseorang melihat seorang rahib dan berkata kepadanya, “Anda seorang

rahib?” Ia menjawab, “Bukan. Aku adalah penjaga anjing. Jiwaku adalah

seekor anjing yang menyerang umat manusia. Aku telah menjauhkannya

dari mereka supaya mereka aman.”79

Terjemahan ‘Aku adalah penjaga anjing’ bukan makna sebenarnya. Dalam

konteks di atas, kata anjing berarti ‘jiwa’. Namun, penerjemah menggunakan

kata-kata tersebut untuk mengumpamakan bahwa jiwa seorang rahib sama seperti

seekor anjing yang menyerang manusia.

3. Penggunaan Kata Umum dan Khusus

78

Al-Naisabury, Al-Risâlah al-Qusyairiyyah fî ‘Ilmi al-Tasawwuf, h. 102. 79

Al-Naisabury, Risalah Qusyairiyah Induk Ilmu Tasawuf, Penerj. Mohammad Luqman

Hakiem, h. 93.

Page 66: DIKSI DALAM TERJEMAHAN STUDI KRITIK TERJEMAHAN AL-RIS … · faktor utama dalam aktivitas penerjemahan. Jadi, dalam menerjemahkan, penerjemah harus teliti dalam memilih kata agar

(7) @ وأ9"رة ذ . أ#n إذا ا#�?nV� s ذ . ا G�ب rل 6" n ا

80.JG� ا ;JF وا

Satu pertanda yang mengisyaratkan mental seperti ini adalah bahwa

apabila pujian orang tidak diberikan kepadanya, niscaya ia menjadi pasif

dan gagal.81

Kata JF; diterjemahkan ‘pasif’. Kata pasif mengandung makna yang ا

umum, dalam KBBI berarti ‘1. bersifat menerima saja, tidak giat, tidak aktif; 2.

kurang atau lebih kecil daripada pengeluaran; 3. (jenis kalimat) yang

menunjukkan bahwa subjek adalah tujuan dari perbuatan; 4. dapat memahami

bacaan, pembicaraan, dan sebagainya, tetapi tidak dapat mengemukakan kembali,

baik lisan maupun tulis.’ Menurut Penulis, kata JF; lebih baik diterjemahkan ا

‘malas’, karena kata malas mengandung makna khusus yang menunjukkan kata

sifat. Kata gagal juga mengandung makna khusus yang menunjukkan kata sifat,

sehingga ada keparalelan dalam kalimat.

و�9 إ#F"ن بt�G ص" s>h� ,u ذ . ا Gt� ث�"بnV9 n, ��"ل (8)

<"ذا تClV� s>h ث�"ب.؟ هJ ث�"بFh# C�؟82 :JM� ا

Seseorang lewat di hadapan syeikh yang saleh. Sementara syeikh itu

bergegas merapatkan jubahnya supaya tidak bersentuhan dengan pakaian

80

Al-Naisabury, Al-Risâlah al-Qusyairiyyah fî ‘Ilmi al-Tasawwuf, h. 99. 81

Al-Naisabury, Risalah Qusyairiyah Induk Ilmu Tasawuf, Penerj. Mohammad Luqman

Hakiem, h. 89. 82 Al-Naisabury, Al-Risâlah al-Qusyairiyyah fî ‘Ilmi al-Tasawwuf, h. 102.

Page 67: DIKSI DALAM TERJEMAHAN STUDI KRITIK TERJEMAHAN AL-RIS … · faktor utama dalam aktivitas penerjemahan. Jadi, dalam menerjemahkan, penerjemah harus teliti dalam memilih kata agar

orang tersebut. Orang tersebut bertanya, “Mengapa Anda menarik jubah

Anda? Pakaian saya tidak kotor.”83

Kata ن"F#إ diterjemahkan ‘seseorang’. Kata ن"F#إ mengandung makna

yang umum dan tepat sekali diterjemahkan ‘seseorang’. Namun, dalam konteks

kalimat di atas, setelah kalimat tersebut terdapat kata M� Jا mengandung makna

khusus yang diartikan ‘orang’. Menurut Penulis, kata ن"F#إ diartikan ‘seorang

pemuda’ dan JM� di atas diartikan ‘pemuda’, karena kata pemuda mengandung ا

makna yang khusus, agar pembaca dapat lebih memahami dan fokus terhadap

konteks.

و,"ل ا V�"د: ا �l$ق sV9 ا 3�ام 89 ا lG$ق. (9)

84.J>O �� وJM ب" n� و,"ل �)$ ا �ا6$ ب8 زی$: ا �l$ق ا ��"ء

Al-Naqqad mengatakan, “Sikap jujur berarti mencegah kedua rahang

(syidq) dari mengucapkan apa yang terlarang.”

Abdul Wahid bin Zaid berkomentar, “Sikap benar adalah setia kepada

Allah swt. dalam tindakan.”85

Kata ق$� kedua ا �$ق yang pertama diterjemahkan ‘jujur’, tetapi ا

diterjemahkan ‘benar’. Kata benar masih bersifat umum sedangkan kata jujur

bersifat khusus. Menurut Penulis, kata benar di atas, sebaiknya menggunakan kata

83

Al-Naisabury, Risalah Qusyairiyah Induk Ilmu Tasawuf, Penerj. Mohammad Luqman

Hakiem, h. 93. 84

Al-Naisabury, Al-Risâlah al-Qusyairiyyah fî ‘Ilmi al-Tasawwuf, h. 211. 85

Al-Naisabury, Risalah Qusyairiyah Induk Ilmu Tasawuf, Penerj. Mohammad Luqman

Hakiem, h. 248.

Page 68: DIKSI DALAM TERJEMAHAN STUDI KRITIK TERJEMAHAN AL-RIS … · faktor utama dalam aktivitas penerjemahan. Jadi, dalam menerjemahkan, penerjemah harus teliti dalam memilih kata agar

jujur, agar pembaca lebih mudah memahami, karena dalam konteks sebelumnya

penerjemah sedang membahas tentang jujur.

4. Penggunaan Kata Abstrak dan Konkret

�م ا 6�$ة, (10) ی��ل أب� ا O)"س ا $اC#"b9 أو ص"#C ا (G�C ��"ل: ا

واuF9 ا:<. 8� ا ��م, وا: �)J ا h$ار 6 @ ت<�ت.86

Al-Syibly memerintah Abul Abbas ad-Dimaghani demikian, “Praktikkan

kesendirian dan hapuslah nama Anda dari khalayak, hadapkan muka Anda

ke dinding sampai Anda meninggal dunia.”87

Terjemahan ‘hapuslah nama Anda dari khalayak’ bukan makna

sebenarnya. Kata hapus biasanya menggunakan alat atau objeknya bersifat

konkret. Akan tetapi, dalam kalimat di atas, objek kata hapus, yaitu nama bersifat

abstrak. Menurut saya, kata hapuslah diterjemahkan hilangkan, karena kata

hilangkan, objeknya bersifat abstrak.

���f: ی" أب" �)$ ا7, أی� �G9� هv�؟ ��"ل: G9�� ا q$ام (11)

C� دار ا F�م.88

Aku bertanya, “Wahai Abu Abdullah, gerakan apa ini?” Dia menjawab,

“Ini adalah cara bergerak hamba-hamba di Rumah Kedamaian.”89

86

Al-Naisabury, Al-Risâlah al-Qusyairiyyah fî ‘Ilmi al-Tasawwuf, h. 104. 87

Al-Naisabury, Risalah Qusyairiyah Induk Ilmu Tasawuf, Penerj. Mohammad Luqman

Hakiem, h. 95. 88

Al-Naisabury, Al-Risâlah al-Qusyairiyyah fî ‘Ilmi al-Tasawwuf, h. 269. 89

Al-Naisabury, Risalah Qusyairiyah Induk Ilmu Tasawuf, Penerj. Mohammad Luqman

Hakiem, h. 329.

Page 69: DIKSI DALAM TERJEMAHAN STUDI KRITIK TERJEMAHAN AL-RIS … · faktor utama dalam aktivitas penerjemahan. Jadi, dalam menerjemahkan, penerjemah harus teliti dalam memilih kata agar

Kata م�F diterjemahkan ‘Rumah Kedamaian’. Kata Rumah دار ا

Kedamaian mengandung arti yang abstrak. Dalam kamus al-Ashri, م�F دار ا

diartikan ‘surga’.90

Menurut Penulis, kata م�F ,’lebih tepat diartikan ‘surga دار ا

walaupun surga masih mengandung arti yang abstrak, namun mayoritas

masyarakat lebih memahami kata surga daripada Rumah Kedamaian.

5. Penggunaan Bentuk Idiomatis

Sejauh yang Penulis teliti, pada bentuk idiomatis tidak ditemukan masalah dalam

penerjemahannya. Pada dasarnya penerjemah menerjemahkannya secara literal,

namun maksud dari teks sumber sudah tersampaikan dengan baik. Seperti dalam

kalimat di bawah ini:

n: ه� أن (12)"89 6 n�� 9" آ"ن @ G9 n��ا إ�� �lF�> ,"ل آ" ث

f#وأ ,�O?, �O?, ء ا6�;"م"K9إ C� ,رة$� ی��*. ب<�"ری' ا

91.$"9 6�"آ&

Kemudian beliau berkata seperti seorang mufasir yang mengisyaratkan apa

yang terjadi dalam perilaku ruhaninya, “Yaitu Anda dipotong oleh

gunting-gunting takdir, dalam pelaksanaan ketentuan-ketentuan, sepotong-

sepotong, sedang Anda tetap bersyukur dan memuji.”92

90

Atabik Ali, h. 874. 91

Al-Naisabury, Al-Risâlah al-Qusyairiyyah fî ‘Ilmi al-Tasawwuf, h. 302. 92

Al-Naisabury, Risalah Qusyairiyah Induk Ilmu Tasawuf, Penerj. Mohammad Luqman

Hakiem, h. 377.

Page 70: DIKSI DALAM TERJEMAHAN STUDI KRITIK TERJEMAHAN AL-RIS … · faktor utama dalam aktivitas penerjemahan. Jadi, dalam menerjemahkan, penerjemah harus teliti dalam memilih kata agar

B. Kritik Ketepatan Pilihan Kata

(13) J��� ة 9"ء�M "g C� :ی9�" أن أ CV S: Cت$ ...وذ . أن وا

ذ.� �# @�FC...93

Hal ini kusadari saat ibu memintaku menarikkan seguci air untuknya.

Jiwaku merasakan hal ini sebagai beban yang berat.94

Kata C� :أ di atas, diterjemahkan ‘menarikkan’. Kata menarikkan kurang

tepat dalam penggunaan kalimat di atas, karena @� :إ dalam kamus al-Ashri

berarti ‘minta air minum; mengambil dari; memperoleh.’ Arti tersebut jauh dari

kata menarikkan. Hemat Penulis, kata @� :إ lebih tepat diartikan ‘mengambil’.

(14) ,.�> �Qه$ ��"ل: I�� ا �$ 89 ا و:Jw ا Vh�$ 8� ا

95.sQ( وا ��L 89 ا

Al-Junaid berkata, “Zuhud adalah mengosongkan tangan dari harta dan

mengosongkan hati dari kelatahan.”96

Kata s( diterjemahkan ‘kelatahan’. Dalam KBBI kata latah bermakna ا

‘menderita sakit saraf dengan suka meniru-niru perbuatan atau ucapan orang

lain.’97

Sedangkan kata s( ;dalam kamus al-Ashri bermakna ‘penuntutan ا

93

Al-Naisabury, Al-Risâlah al-Qusyairiyyah fî ‘Ilmi al-Tasawwuf, h. 99. 94

Al-Naisabury, Risalah Qusyairiyah Induk Ilmu Tasawuf, Penerj. Mohammad Luqman

Hakiem, h. 89. 95

Al-Naisabury, Al-Risâlah al-Qusyairiyyah fî ‘Ilmi al-Tasawwuf, h. 117. 96

Al-Naisabury, Risalah Qusyairiyah Induk Ilmu Tasawuf, Penerj. Mohammad Luqman

Hakiem, h. 113. 97 Alwi dkk., h. 643.

Page 71: DIKSI DALAM TERJEMAHAN STUDI KRITIK TERJEMAHAN AL-RIS … · faktor utama dalam aktivitas penerjemahan. Jadi, dalam menerjemahkan, penerjemah harus teliti dalam memilih kata agar

pengikutan; penelitian’.98

Menurut Penulis, terjemahan yang tepat adalah

‘penuntutan’, karena kata penuntutan masih ada sangkut pautnya dengan kata-kata

sebelumnya, apabila hati masih menuntut sesuatu (harta), maka tangan tak dapat

dikosongkan dari harta.

�3�� �"ء3� ا 5 6 ا87" 3�9 : ا8 89; و, . ذ0� : "ل, (15)2

�2 ا )?8 و9" 6�ى, و ��آ� ا <�ت 3� ا �أس و9" و�@, و

99....C�( وا

Beliau bersabda, “Itu bukanlah malu yang sebenarnya. Orang yang ingin

malu dengan yang sebenar-benarnya di hadapan Allah swt, hendaklah

menjaga pikiran dan bisikan hatinya, hendaklah ia menjaga perutnya dan

apa yang dimakannya, hendaklah ia mengingat mati dan fitnah kubur....100

Kata C�( di atas tidak ا )�di atas diterjemahkan ‘fitnah kubur’, kata C ا

tepat dan tidak sesuai diartikan ‘fitnah’, karena dalam bahasa Indonesia kata

fitnah diartikan ‘perkataan atau pembicaraan yang sengaja disebarkan untuk

menjelek-jelekkan orang agar masyarakat mempunyai kesan yang buruk tentang

orang yang difitnah itu.’101

Dalam kamus al-Ashri �بC bermakna ‘dicoba;

diuji’.102

Menurut saya, kata C�( ,’di atas lebih tepatnya diartikan ‘siksa kubur ا

karena sebelumnya, kata tersebut didahului dengan kalimat hendaklah ia

98

Atabik Ali, h. 404. 99

Al-Naisabury, Al-Risâlah al-Qusyairiyyah fî ‘Ilmi al-Tasawwuf, h. 215. 100

Al-Naisabury, Risalah Qusyairiyah Induk Ilmu Tasawuf, Penerj. Mohammad Luqman

Hakiem, h. 252. 101

J.S. Badudu, Kamus Kata-Kata Serapan Asing dalam Bahasa Indonesia (Jakarta: Buku

Kompas, 2005), Cet. 2, h. 111. 102 Atabik Ali, h. 354.

Page 72: DIKSI DALAM TERJEMAHAN STUDI KRITIK TERJEMAHAN AL-RIS … · faktor utama dalam aktivitas penerjemahan. Jadi, dalam menerjemahkan, penerjemah harus teliti dalam memilih kata agar

mengingat mati. Jadi, arti dari C�( tidak jauh dari kematian. Kata fitnah (kata ا

yang dipilih oleh penerjemah Al-Risâlah al-Qusyairiyyah fî ‘Ilmi al-Tasawwuf),

dicoba, dan diuji merupakan sesuatu yang berhubungan dengan kehidupan.

��ة؟ ��"ل ا b�م: آ"ن (16)F <"ذا أب?Sت ب" :JM� ....��"ل ا

���g# ">J....103

....Laki-laki itu bertanya kepada pelayannya, “Mengapa begitu lama

engkau baru datang membawakan tilam itu?” Si pelayan menjawab, “Ada

seekor semut pada tilam itu....”104

Kata ة��F di atas diterjemahkan ‘tilam’. Dalam KBBI, kata tilam berarti ا

‘kasur’.105

Dalam kamus al-Munawwir, kata ة��F .’bermakna ‘meja makan ا106

Menurut saya, kata ة��F lebih baik diterjemahkan ‘nampan’, karena konteks di ا

atas lebih tepatnya membawa nampan, bukan membawa kasur. Dalam KBBI,

nampan berarti ‘tempat untuk menyajikan makanan dan minuman, terbuat dari

kayu, logam, dan sebagainya.’107

6F8 أ���C ا @ bV� ا "رygإ: ك"ر) ا7 ب8 ا <$) �"ل,و (17)

98 ��� 108.ا

Abdullah Ibnul Mubarak menyatakan, “Membuat diri sendiri tampak kaya

103

Al-Naisabury, Al-Risâlah al-Qusyairiyyah fî ‘Ilmi al-Tasawwuf, h. 230. 104

Al-Naisabury, Risalah Qusyairiyah Induk Ilmu Tasawuf, Penerj. Mohammad Luqman Hakiem, h. 273.

105 Alwi dkk., h. 1191.

106 Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir (Surabaya: Pustaka Progressif, 2002), cet.

ke-25, h. 636. 107

Alwi dkk., h. 773. 108 Al-Naisabury, Al-Risâlah al-Qusyairiyyah fî ‘Ilmi al-Tasawwuf, h. 275.

Page 73: DIKSI DALAM TERJEMAHAN STUDI KRITIK TERJEMAHAN AL-RIS … · faktor utama dalam aktivitas penerjemahan. Jadi, dalam menerjemahkan, penerjemah harus teliti dalam memilih kata agar

sedangkan ia dalam keadaan miskin, adalah lebih baik daripada

kemiskinan.”109

Arti terjemahan di atas kurang tepat, maksud dari teks sasaran berbeda

dengan yang disampaikan teks sumber. Maksud teks sasaran adalah “membuat

diri sendiri tampak kaya sedangkan ia dalam keadaan miskin lebih baik daripada

kemiskinan.” Akan tetapi, maksud dari teks sumber adalah “membuat diri sendiri

tampak kaya sedangkan ia dalam keadaan miskin lebih baik daripada

menampakkan kemiskinannya.” Jadi, menurut Penulis, terjemahan di atas

ditambahkan kata menampakkan, agar pembaca mudah membacanya.

(18) Cص"O> بO$ ذ . اتl�"ء ا واصJ ا ��ى اتl�"ء ا lG�ك, ث

ك� ت. ذ$O بث, "تg) ا QG"ء�تl ا. ذ$O بث, "تl�wا Fو

�اK�110.ت

Asal-usul takwa adalah menjaga dari syirik, dosa dan kejahatan, dan hal-

hal yang meragukan (syubhat), serta kemudian meninggalkan hal-hal

utama (yang menyenangkan).111

Kata ات�"ء diterjemahkan ‘menjaga’. Dalam kamus al-Ashri, kata ات�"ء

bermakna ‘penghindaran; penjauhan’.112

Penggunaan kata menjaga di atas kurang

tepat, sebab syirik, dosa, kejahatan, dan lain-lain harus dijauhi, bukan dijaga.

Menurut saya, kata ات�"ء lebih baik diterjemahkan ‘menjauhi’.

109

Al-Naisabury, Risalah Qusyairiyah Induk Ilmu Tasawuf, Penerj. Mohammad Luqman

Hakiem, h. 338. 110

Al-Naisabury, Al-Risâlah al-Qusyairiyyah fî ‘Ilmi al-Tasawwuf, h. 105. 111

Al-Naisabury, Risalah Qusyairiyah Induk Ilmu Tasawuf, Penerj. Mohammad Luqman

Hakiem, h. 97. 112 Atabik Ali, h. 19.

Page 74: DIKSI DALAM TERJEMAHAN STUDI KRITIK TERJEMAHAN AL-RIS … · faktor utama dalam aktivitas penerjemahan. Jadi, dalam menerjemahkan, penerjemah harus teliti dalam memilih kata agar

(19) fP�� ">�� ,n��� f��وص n V� 9"ت, Fb��n وآ g& 5gG���, ث

113.��F 89 دnV�, :;8 9" بC 89 إرادة ا

Selanjutnya pemuda itu menjerit dengan sekali jeritan, lantas meninggal.

Aku memandikan, mengafani, dan menyalatinya. Ketika selesai

memendamnya, aku tidak berhasrat untuk meneruskan perjalanan.114

Kata 8د� di atas diterjemahkan ‘memendam’. Dalam KBBI, pendam

bermakna ‘menanam dalam tanah; menyembunyikan; menyimpan (perasaan,

rahasia, dan sebagainya).’115

Dalam kamus al-Munawwir, kata 8د� bermakna

‘mengubur; memakamkan’.116 Menurut Penulis, kata tersebut lebih tepat

diterjemahkan ‘mengubur atau memakamkan’.

(20) JآS0� ب ,J9�ا ��, "�#Q$ �Qه$ C� ا ,"ل :��"ن ا ��ري: ا

ا b�2� وd ب�)0 ا O)"ء.117

Sufyan al-Tsaury berkata, “Zuhud terhadap dunia adalah membatasi

keinginan untuk memperoleh dunia, bukannya memakan makanan kasar

atau mengenakan jubah dari kain kasar.”118

Terjemahan kata 2��b diartikan ‘makanan kasar’. Kata kasar أآJ ا

113

Al-Naisabury, Al-Risâlah al-Qusyairiyyah fî ‘Ilmi al-Tasawwuf, h. 308. 114

Al-Naisabury, Risalah Qusyairiyah Induk Ilmu Tasawuf, Penerj. Mohammad Luqman Hakiem, h. 386.

115 Alwi dkk., h. 848.

116 Munawwir, h. 411.

117 Al-Naisabury, Al-Risâlah al-Qusyairiyyah fî ‘Ilmi al-Tasawwuf, h. 115.

118 Al-Naisabury, Risalah Qusyairiyah Induk Ilmu Tasawuf, Penerj. Mohammad Luqman

Hakiem, h. 111.

Page 75: DIKSI DALAM TERJEMAHAN STUDI KRITIK TERJEMAHAN AL-RIS … · faktor utama dalam aktivitas penerjemahan. Jadi, dalam menerjemahkan, penerjemah harus teliti dalam memilih kata agar

tersebut tidak sesuai, karena kata yang mendampinginya adalah kata makanan.

Dalam kamus al-Munawwir, kata 2��b berarti ‘kasar; keras; kejam’.119 Menurut ا

Penulis, terjemahan kasar, lebih tepat diartikan ‘keras’, menjadi ‘makanan yang

keras’, sebab tidak ada makanan yang kasar. Kata (O "ءا diartikan ‘jubah dari

kain kasar’. Terjemahan tersebut keluar dari makna dalam teks sumber, karena

dalam kamus al-Munawwir kata ء"(O bermakna ‘sejenis mantel/daster (yang ا

terbuka depannya).120

Begitu juga dalam kamus al-Munjid, ء"(O bermakna ا

121‘."ب� ا �lق� 0�)� یام$ ,8 9ح� �9 "ءFآ’

Dengan merujuk beberapa kamus tersebut, kata ء"(O lebih tepat ا

diterjemahkan ‘mantel’, karena jika diterjemahkan jubah dari kain kasar, maka

maknanya tidak sesuai dengan kata ء"(O .itu sendiri ا

C. Kritik Kesesuaian Pilihan Kata

V�[� ا9��� إ @ ذ . ا ��z وأR�ق (21)

n.122:أر

Sang raja menatap ke arah salju itu dan membungkukkan kepala.123

Kata ق�Rأ kurang sesuai diterjemahkan ‘membungkukkan’, karena

faktanya yang dapat dibungkukkan hanya punggung sedangkan kepala tidak bisa.

119

Munawwir, h. 1013. 120

Ibid., h. 886. 121

Husaimah, h. 483. 122

Al-Naisabury, Al-Risâlah al-Qusyairiyyah fî ‘Ilmi al-Tasawwuf, h. 190. 123

Al-Naisabury, Risalah Qusyairiyah Induk Ilmu Tasawuf, Penerj. Mohammad Luqman

Hakiem, h. 219.

Page 76: DIKSI DALAM TERJEMAHAN STUDI KRITIK TERJEMAHAN AL-RIS … · faktor utama dalam aktivitas penerjemahan. Jadi, dalam menerjemahkan, penerjemah harus teliti dalam memilih kata agar

Menurut Penulis, kata ق�Rأ di atas, lebih sesuai diterjemahkan ‘menundukkan’,

karena hanya kepala yang dapat ditundukkan.

(22) ;6 lأي C� ع�h و,"ل أب��<� ا C�G9$: ا �*" ارت�"ع ا

124.نآ"

Abu Umar ad-Dimasyqi mengatakan, “Ridha adalah hilangnya kesedihan

terhadap perintah yang mana pun.125

Kata ل", di atas tidak sesuai diterjemahkan ‘mengatakan’. Menurut

Penulis, kata tersebut lebih sesuai diterjemahkan ‘mendefinisikan’, karena

konteks di atas menyatakan bahwa subjek sedang mendefinisikan sesuatu.

(23) .��� f�& 8�6 f��Oت Jه

126؟�"بMا}

Mengapa engkau tidak mengajukan alasan kepadanya, bahwa Anda dalam

keadaan susah?127

Penerjemah tidak konsisten dalam menerjemahkan ‘Anda’, karena

sebelumnya penerjemah menerjemahkan ‘engkau’. Dalam terjemahan di atas,

lebih baik kata Anda diubah menjadi engkau, agar ada keparalelan dalam kalimat.

124

Al-Naisabury, Al-Risâlah al-Qusyairiyyah fî ‘Ilmi al-Tasawwuf, h. 196. 125

Al-Naisabury, Risalah Qusyairiyah Induk Ilmu Tasawuf, Penerj. Mohammad Luqman

Hakiem, h. 226. 126

Al-Naisabury, Al-Risâlah al-Qusyairiyyah fî ‘Ilmi al-Tasawwuf, h. 251. 127

Al-Naisabury, Risalah Qusyairiyah Induk Ilmu Tasawuf, Penerj. Mohammad Luqman

Hakiem, h. 304.

Page 77: DIKSI DALAM TERJEMAHAN STUDI KRITIK TERJEMAHAN AL-RIS … · faktor utama dalam aktivitas penerjemahan. Jadi, dalam menerjemahkan, penerjemah harus teliti dalam memilih kata agar

n: إ#. راهL, ��"ل: d بJ أ#" 6"رس (24) J��� ه)"نQ� ورؤي بO' ا

L.128�آ

Seseorang melihat seorang rahib dan berkata kepadanya, “Anda seorang

rahib?” Ia menjawab, “Bukan. Aku adalah anjing penjaga.”129

Kata J�, diterjemahkan ‘berkata’. Dalam konteks kalimat di atas, subjek

sedang bertanya kepada seorang rahib. Jadi, lebih baik kata J�, diterjemahkan

‘bertanya’ dan dalam pertanyaannya dimulai dengan kata tanya apakah, agar

pembaca dapat langsung memahami maksud dari konteks.

C <�8 ا F<6 ا �$)C �ب أt� ا Gار دة� 9ص�� ا �IJدو (25)

ب" <;"ب�ة و6<��ا 9" وM$وv, ا Gt� أب" �)$ ا �6<8 ی��ل:

أ وS��*f �$ی� ی9 @8� ( C� fMیأ� �ق�" QF بت� Mا �f

إ�n.130 Para pencuri memasuki rumah syeikh Abu

Abdurrahman al-Sulamy dan mencuri segala sesuatu yang berharga. Salah

seorang sahabat kami mendengar syeikh tersebut menuturkan, “Suatu hari,

aku melewati pasar dan kulihat jubahnya sedang dilelang, tapi aku

berpaling menjauh tanpa menaruh perhatian sedikit pun padanya.”131

Kata ی��ل di atas diterjemahkan ‘menuturkan’, padahal dalam konteksnya

128

Al-Naisabury, Al-Risâlah al-Qusyairiyyah fî ‘Ilmi al-Tasawwuf, h. 102. 129

Al-Naisabury, Risalah Qusyairiyah Induk Ilmu Tasawuf, Penerj. Mohammad Luqman

Hakiem, h. 93. 130

Al-Naisabury, Al-Risâlah al-Qusyairiyyah fî ‘Ilmi al-Tasawwuf, h. 244. 131

Al-Naisabury, Risalah Qusyairiyah Induk Ilmu Tasawuf, Penerj. Mohammad Luqman

Hakiem, h. 293.

Page 78: DIKSI DALAM TERJEMAHAN STUDI KRITIK TERJEMAHAN AL-RIS … · faktor utama dalam aktivitas penerjemahan. Jadi, dalam menerjemahkan, penerjemah harus teliti dalam memilih kata agar

subjek sedang menceritakan sesuatu. Hemat Penulis, terjemahan 0>'ل di atas

sebaiknya diterjemahkan ‘mengisahkan’, agar lebih sesuai dengan konteksnya.

(26) @ ....و�$م ا ��ار ب" ��L إ @ أن ی�J إ

� 132.بlا

….dan hatinya selalu mengalami kegelisahan sampai ia wushul kepada

Tuhannya.

Kata J�ی di atas diterjemahkan ‘wushul’. Kata Wushul tidak terdapat

dalam bahasa Indonesia. Dalam kamus al-Ashri, kata J�ی diterjemahkan ‘datang;

tiba’.133 Menurut Penulis, untuk memudahkan pembaca memahami teks,

sebaiknya kata J�ی diterjemahkan ‘bertemu dengan’, karena kata tersebut tidak

jauh dari makna J�ی itu sendiri dan maknanya lebih sesuai dengan konteks.

(27) @ @ ب" <�ی$ I��ا أو,nO إ"Oإذا أراد ا7 ت :$�Vh وی��ل ا

Q� 134.اء�ا � �)3 ص9VOn9 8و, ����ا

Al-Junaid mengatakan, “Manakala Allah menghendaki kebaikan bagi

seorang murid, Dia akan membawanya ke lingkungan para sufi dan

menjauhkannya dari kaum ulama pembaca buku.”135

Kata $ی�> .diterjemahkan apa adanya oleh penerjemah yaitu murid ا

132

Al-Naisabury, Al-Risâlah al-Qusyairiyyah fî ‘Ilmi al-Tasawwuf, h. 202. 133

Atabik Ali, h. 2021. 134

Al-Naisabury, Al-Risâlah al-Qusyairiyyah fî ‘Ilmi al-Tasawwuf, h. 203. 135

Al-Naisabury, Risalah Qusyairiyah Induk Ilmu Tasawuf, Penerj. Mohammad Luqman

Hakiem, h. 236.

Page 79: DIKSI DALAM TERJEMAHAN STUDI KRITIK TERJEMAHAN AL-RIS … · faktor utama dalam aktivitas penerjemahan. Jadi, dalam menerjemahkan, penerjemah harus teliti dalam memilih kata agar

Dikhawatirkan pembaca tidak memahami arti $ی�> karena kata tersebut tidak ,ا

umum dalam bahasa Indonesia. kata murid yang sudah umum digunakan

masyarakat Indonesia berarti ‘orang (anak) yang sedang berguru (belajar,

bersekolah)’, sedangkan murid yang dimaksud oleh penulis adalah ‘orang yang

menginginkan sesuatu’. Jadi, menurut Penulis, sebaiknya kata $ی�> ا

diterjemahkan ‘orang yang menginginkan sesuatu’.

,"ل ا F�ي ا C?�F: إن ا 3�"ء وا�#0 ی?�,"ن (28)

L....136��ا

Al-Sary berkata, “Malu dan sukacita ruhani masuk ke dalam hati

seseorang.”137

Kata 0#ا� diterjemahkan ‘sukacita ruhani’. Pembaca dikhawatirkan sulit

memahami terjemahan tersebut. Kata 0#ا� dalam kamus al-Ashri diartikan

‘kejinakan; kesenangan’.138 Dalam konteks di atas, sebaiknya kata 0#ا�

diterjemahkan ‘senang’, karena kata tersebut masih ada kaitannya dengan kata

sebelumnya yaitu kata malu. Kata malu mengandung kata sifat sedangkan kata

senang juga mengandung kata sifat.

136

Al-Naisabury, Al-Risâlah al-Qusyairiyyah fî ‘Ilmi al-Tasawwuf, h. 215. 137

Al-Naisabury, Risalah Qusyairiyah Induk Ilmu Tasawuf, Penerj. Mohammad Luqman

Hakiem, h. 253. 138 Atabik Ali, h. 250.

Page 80: DIKSI DALAM TERJEMAHAN STUDI KRITIK TERJEMAHAN AL-RIS … · faktor utama dalam aktivitas penerjemahan. Jadi, dalam menerjemahkan, penerjemah harus teliti dalam memilih kata agar

(29) C� �ةF� �J�K ب8 ��"ض: I<0 89 9��"ت ا G�"ء: ا ی��ل ا

S9J.139 ا لR�" و�#C ا $P(�� Qا � و"ء3� ا ��, وO�8 ا د�<M وL��ا

Al-Fudhail bin ‘Iyadh menjelaskan, “Ada lima tanda celaka seorang

manusia: Kerasnya hati, bengisnya mata, tiadanya rasa malu, hasrat

terhadap dunia, dan lamunan yang tiada terbatas.”140

Kata ی��ل di atas diterjemahkan ‘menjelaskan’. Dalam konteks kalimat di

atas, subjek sedang menyebutkan sesuatu, bukan menjelaskan. Jadi, menurut

Penulis, kata tersebut lebih sesuai diterjemahkan ‘menyebutkan’. Begitu juga

terjemahan kata ء"�G yang diterjemahkan ‘celaka’. Penggunaan kata celaka ا

kurang sesuai, karena kata celaka berkedudukan sebagai kata kerja sedangkan

pada struktur kalimat di atas lebih tepat menggunakan kata benda. Dalam kamus

al-Ashri, kata ء"�G .’berarti ‘kesengsaraan; kemalangan ا141

Begitu juga dalam

kamus al-Munjid, kata ء"�G berarti ا ‘ ا G$ة، #��' ا OF"دة’ 142 yang dalam

bahasa Indonesia berarti ‘kesengsaraan; lawan kata kebahagiaan’.

Jadi, setelah merujuk beberapa kamus, menurut Penulis, kata ء"�G lebih ا

tepat diterjemahkan ‘kesengsaraan’.

139

Al-Naisabury, Al-Risâlah al-Qusyairiyyah fî ‘Ilmi al-Tasawwuf, h. 217. 140

Al-Naisabury, Risalah Qusyairiyah Induk Ilmu Tasawuf, Penerj. Mohammad Luqman

Hakiem, h. 255. 141

Atabik Ali, h. 1141. 142 Husaimah, h. 397.

Page 81: DIKSI DALAM TERJEMAHAN STUDI KRITIK TERJEMAHAN AL-RIS … · faktor utama dalam aktivitas penerjemahan. Jadi, dalam menerjemahkan, penerjemah harus teliti dalam memilih kata agar

(30) J���� �یl�3 ��"ل ا 8�F3 بV9 8��ر: 89 أراد ا

�O(�د143.�ی

Al-Husain bin Manshur mengatakan, “Barangsiapa menghendaki

kebebasan, hendaklah meraih ubudiah.”144

Kata ل", di atas diterjemahkan ‘mengatakan’. Dalam konteks kalimat di

atas, subjek sedang menganjurkan sesuatu, menurut saya, kata tersebut

diterjemahkan ‘menganjurkan’, supaya terjemahan tersebut tidak monoton.

Maksudnya, seringkali penerjemah menerjemahkan kata ل", dengan ‘mengatakan;

berkata’. Kata ل", lebih baik diterjemahkan sesuai konteks dalam kalimat. Begitu

juga dengan terjemahan kata 89 kerapkali kata tersebut diterjemahkan

‘barangsiapa’ oleh penerjemah, padahal kata barangsiapa tidak terdapat dalam

bahasa Indonesia. Menurut Penulis, lebih baik kata tersebut diterjemahkan

‘seseorang’.

(31) f;�9 "9 �V: 8�Oأرب �V9 :ب8 أ:)"ط Z:�و,"ل ی

145.8���>,

Yusuf bin Asbat berkata, “Selama empat puluh tahun aku hanya memiliki

dua lembar baju.”146

Kata 8���>, di atas diterjemahkan ‘dua lembar baju’. Menurut Penulis,

143

Al-Naisabury, Al-Risâlah al-Qusyairiyyah fî ‘Ilmi al-Tasawwuf, h. 220. 144

Al-Naisabury, Risalah Qusyairiyah Induk Ilmu Tasawuf, Penerj. Mohammad Luqman

Hakiem, h. 259. 145

Al-Naisabury, Al-Risâlah al-Qusyairiyyah fî ‘Ilmi al-Tasawwuf, h. 277. 146

Al-Naisabury, Risalah Qusyairiyah Induk Ilmu Tasawuf, Penerj. Mohammad Luqman

Hakiem, h. 341.

Page 82: DIKSI DALAM TERJEMAHAN STUDI KRITIK TERJEMAHAN AL-RIS … · faktor utama dalam aktivitas penerjemahan. Jadi, dalam menerjemahkan, penerjemah harus teliti dalam memilih kata agar

kata lembar tidak tepat digunakan sebagai kata penggolong baju, karena dalam

KBBI, lembar berarti ‘kata penggolong bagi benda yang lebar dan tipis (papan,

kertas, seng, dan sebagainya).’147 Menurut Penulis, sebaiknya menggunakan kata

potong (dua potong baju), karena dalam KBBI kata potong bermakna ‘kata

penggolong bilangan bagi berbagai benda, seperti baju, kain, bungkusan, dan

barang.’148

Jadi, kata penggolong baju lebih tepatnya menggunakan kata potong.

(32) 149...n�� ,"ل أ6<$ ا h�ی�ي: آV� fV$ ا C� $�Vh 6"ل #

Ahmad al-Jurairy berkata, “Aku sedang di sisi al-Junayd ketika

naza‘nya…”150

Kata ع�# di atas diterjemahkan apa adanya, yakni ‘naza‘’. Dalam kamus

al-Ashri kata ع�# berarti ‘keadaan naza‘; menghadapi kematian’.151 Para pembaca

dikhawatirkan belum memahami arti ‘naza‘’ itu sendiri, karena kata tersebut tidak

terdapat dalam KBBI dan tidak umum digunakan oleh masyarakat. Menurut

Penulis, sebaiknya kata tersebut diterjemahkan ‘menghadapi kematian’, karena

kata ini sudah umum digunakan oleh masyarakat.

147

Alwi dkk., h. 656. 148

Ibid., h. 890. 149

Al-Naisabury, Al-Risâlah al-Qusyairiyyah fî ‘Ilmi al-Tasawwuf, h. 303. 150

Al-Naisabury, Risalah Qusyairiyah Induk Ilmu Tasawuf, Penerj. Mohammad Luqman

Hakiem, h. 380. 151 Atabik Ali, h. 1904.

Page 83: DIKSI DALAM TERJEMAHAN STUDI KRITIK TERJEMAHAN AL-RIS … · faktor utama dalam aktivitas penerjemahan. Jadi, dalam menerjemahkan, penerjemah harus teliti dalam memilih kata agar

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam buku terjemahan Risalah Qusyairiyah Induk Ilmu Tasawuf, Penulis

menemukan 32 kasus yang menyangkut masalah diksi. Dalam buku tersebut, diksi

yang dipilih oleh penerjemah sangat bervariasi, di antaranya ada 8 kasus masalah

ketepatan diksi dan 12 kasus masalah kesesuaian diksi.

Beberapa kasus juga ditemukan dalam peranti-peranti diksi, di antaranya

penggunaan kata bersinonim ada 4 kasus, penggunaan kata denotasi dan konotasi

ditemukan 2 kasus, penggunaan kata umum dan khusus ada 3 kasus, penggunaan

kata abstrak dan konkret ditemukan 2 kasus, dan penggunaan kata idiomatik

hanya ditemukan 1 kasus.

Berdasarkan data yang Penulis temukan, Penulis menampilkan penilaian

keseluruhan hasil penerjemahan diksi melalui tabel sebagai berikut:

Kasus Segi Kriteria

Jumlah

Data

Persentase

Pemadanan

Kata

Menyimpang 4 100%

Kewajaran

Ungkapan

Wajar

A. Peranti-peranti Diksi

1. Penggunaan Kata

Bersinonim

Peristilahan Baku

Page 84: DIKSI DALAM TERJEMAHAN STUDI KRITIK TERJEMAHAN AL-RIS … · faktor utama dalam aktivitas penerjemahan. Jadi, dalam menerjemahkan, penerjemah harus teliti dalam memilih kata agar

Kasus Segi Kriteria

Jumlah

Data

Persentase

Pemadanan

Kata

Tidak

Menyimpang

2 100%

Kewajaran

Ungkapan

Wajar

2. Penggunaan Kata

Denotasi dan

Konotasi

Peristilahan Baku

Pemadanan

Kata

Menyimpang 3 100%

Kewajaran

Ungkapan

Wajar

3. Penggunaan

Kata Umum dan

Khusus

Peristilahan Baku

Pemadanan

Kata

Menyimpang 2 100%

Kewajaran

Ungkapan

Wajar

4. Penggunaan

Kata

Abstrak dan

Konkret

Peristilahan Baku

Pemadanan

Kata

Tidak

Menyimpang

1 100%

Kewajaran

Ungkapan

Harfiah

5. Penggunaan

Kata

Idiomatik

Peristilahan Baku

Page 85: DIKSI DALAM TERJEMAHAN STUDI KRITIK TERJEMAHAN AL-RIS … · faktor utama dalam aktivitas penerjemahan. Jadi, dalam menerjemahkan, penerjemah harus teliti dalam memilih kata agar

Kasus Segi Kriteria

Jumlah

Data

Persentase

Pemadanan

Kata

Menyimpang 8 100%

Kewajaran

Ungkapan

Wajar

B. Ketepatan Diksi

Peristilahan Baku

Pemadanan

Kata

Menyimpang 12 100%

Kewajaran

Ungkapan

Wajar

C. Kesesuaian Diksi

Peristilahan Tidak Baku

Keterangan:

1. Menyimpang maksudnya menyiratkan kesalahan.

2. Tidak Menyimpang maksudnya tidak menyiratkan kesalahan.

3. Wajar maksudnya terjemahan yang alami, tidak kaku.

4. Harfiah maksudnya terjemahan yang kaku.

5. Baku maksudnya umum digunakan dalam bahasa Indonesia atau terdapat dalam

KBBI.

6. Tidak Baku maksudnya tidak umum digunakan dalam bahasa Indonesia atau

tidak terdapat dalam KBBI.

Dari semua kasus yang ditemukan, diksi yang menyimpang 90,6%

sedangkan diksi yang tidak menyimpang 9,3%.

Page 86: DIKSI DALAM TERJEMAHAN STUDI KRITIK TERJEMAHAN AL-RIS … · faktor utama dalam aktivitas penerjemahan. Jadi, dalam menerjemahkan, penerjemah harus teliti dalam memilih kata agar

Kesimpulan di atas menunjukkan bahwa dalam buku terjemahan Al-

Risâlah al-Qusyairiyyah fî ‘Ilmi al-Tasawwuf sebagian besar diksi yang dipilih

penerjemah masih belum tepat dan sesuai menurut gaya bahasa. Dengan kata lain,

dari beberapa data yang ditemukan, sebagian diksi yang digunakan oleh

penerjemah Al-Risâlah al-Qusyairiyyah fî ‘Ilmi al-Tasawwuf belum umum

dipergunakan oleh masyarakat Indonesia. Sebagian istilah-istilah tasawufnya

masih mengikuti bahasa sumbernya atau tidak diterjemahkan ke dalam bahasa

Indonesia. Hal ini akan menimbulkan pembaca sulit memahami isi bacaan. Untuk

itu, Penulis mengusulkan terjemahan alternatif yang lebih dekat, tentunya dengan

merujuk ke beberapa kamus. Dalam usulan terjemahan itu tidak sepenuhnya benar

dan masih selalu dapat diperdebatkan.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, ada beberapa saran yang ingin saya sampaikan,

di antaranya:

1. Apabila buku ini diterbitkan kembali, disarankan untuk meneliti kembali

pilihan diksinya, agar memenuhi syarat ketepatan dan kesesuaian diksi.

2. Disarankan juga agar ada tim penyunting yang dapat mengurangi

kesalahan-kesalahan dalam pemilihan diksi.

3. Penerjemah berikutnya disarankan memberikan penjelasan atau catatan

kaki terhadap kata yang tidak umum digunakan oleh masyarakat Indonesia.

Dalam hal ini penerjemah harus merujuk ke Kamus Besar Bahasa

Indonesia.

Page 87: DIKSI DALAM TERJEMAHAN STUDI KRITIK TERJEMAHAN AL-RIS … · faktor utama dalam aktivitas penerjemahan. Jadi, dalam menerjemahkan, penerjemah harus teliti dalam memilih kata agar

4. Sebaiknya penerjemah berikutnya dapat konsisten dalam menerjemahkan

suatu teks, agar para pembaca dapat fokus terhadap isi bacaan.

Akhirnya, perlu saya kemukakan di sini bahwa terjemahan bukanlah

terjemahan kalau tidak disertai masalah. Penerjemah telah berusaha keras

menangkap dan mengungkap kembali pesan yang ada pada teks sumber. Jelas, ini

tidak mudah dan karenanya saya menyampaikan penghargaan yang tinggi kepada

penerjemah, yakni Bapak Mohammad Luqman Hakiem dan tim penyunting

Risalah Gusti.

Page 88: DIKSI DALAM TERJEMAHAN STUDI KRITIK TERJEMAHAN AL-RIS … · faktor utama dalam aktivitas penerjemahan. Jadi, dalam menerjemahkan, penerjemah harus teliti dalam memilih kata agar

DAFTAR PUSTAKA

Rujukan dari Buku

Al-Naisabury, Abul Qasim al-Qusyairy. Risalah Qusyairiyah Induk Ilmu Tasawuf.

Penerjemah Mohammad Luqman Hakiem. Surabaya: Risalah Gusti, 2006,

cet. ke-6.

- - - -. Al-Risâlah al-Qusyairiyyah fî ‘Ilmi al-Tasawwuf. Beirut: Darul Khair, t.t.

Arifin, E. Zaenal dan S. Amran Tasai. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta:

Akademika Pressindo, 2006, cet. ke-8.

Badudu, J.S. Inilah Bahasa Indonesia yang Benar III. Jakarta: Gramedia, 1993,

cet. ke-2.

Burdah, Ibnu. Menjadi Penerjemah. Yogyakarta: Tiara Wacana, 2004.

Chaer, Abdul. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta, 1994, cet. ke-1.

- - - -. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta, 2002.

- - - -. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta, 2000.

Fitriyah, Mahmudah dan Ramlan Abdul Gani. Pembinaan Bahasa Indonesia.

Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007, cet. ke-1.

Hakiem, Mohammad Luqman. Psikologi Sufi. Jakarta: Cahaya Sufi, 2008, cet. ke-

2.

Hidayatullah, Moch Syarif. “Teori dan Permasalahan Penerjemahan”. Diktat.

Jakarta: t.pn., 2007.

- - - -. Teknik Menerjemahkan Teks Arab 1. Jakarta: TransPustaka, 2005, cet. ke-2.

Hoed, Benny Hoedoro. Penerjemahan dan Kebudayaan. Bandung: Kiblat Buku

Page 89: DIKSI DALAM TERJEMAHAN STUDI KRITIK TERJEMAHAN AL-RIS … · faktor utama dalam aktivitas penerjemahan. Jadi, dalam menerjemahkan, penerjemah harus teliti dalam memilih kata agar

Utama, 2006, cet. ke-1.

Keraf, Gorys. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007,

cet. ke-17.

Machali, Rochayah. Pedoman bagi Penerjemah. Jakarta: Grasindo, 2000.

Mansyur, Moh. dan Kustiawan. Panduan Terjemahan. Jakarta: Moyo Segoro

Agung, 2002.

Moeliono, Anton M. Masalah Bahasa yang dapat Anda Atasi Sendiri. Jakarta:

Pustaka Sinar Harapan, 1987.

Nasuhi, Hamid dkk. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan

Disertasi). Jakarta: CeQDA, 2007.

Putrayasa, Ida Bagus. Kalimat Efektif (Diksi, Struktur, dan Logika). Bandung:

Refika Aditama, 2007, cet. ke-1.

Rahardi, Kunjana. Seni Memilih Kata. Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusatama,

2007, cet. ke-1.

Sugihastuti. Editor Bahasa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006, cet. ke-1.

Widyamartaya. Seni Menerjemahkan. Yogyakarta: Kanisius, 1989.

- - - -. Seni Menggayakan Kalimat. Yogyakarta: Kanisius, 1995, cet. ke-5.

Rujukan dari Internet

Al-Hasani, Yusuf Al-Bakhur. “Imam Al-Qusyairy (Maha Guru Sufi).”

http://www.al-hasani.com/melayu/cetak.php?id=12, 02-03-2008.

Aru Bone, Buya Abd. Aziz. http://buyaku.blogspot.com/2007/03/tokoh-sufi-al-

qusyairi-naisabury.html. 11-03-2007.

Page 90: DIKSI DALAM TERJEMAHAN STUDI KRITIK TERJEMAHAN AL-RIS … · faktor utama dalam aktivitas penerjemahan. Jadi, dalam menerjemahkan, penerjemah harus teliti dalam memilih kata agar

Husen, Ida Sundari. “Masalah Pilihan Kata dalam Penerjemahan Menciptakan

Kata Baru atau Menerima Kata Pinjaman?”

http://wartahpi.org/content/view/28/54/. 25 Mei 2005.

Rujukan dari Kamus

Ali, Atabik dan Ahmad Zuhdi Muhdhar. Al-Ashri. Yogyakarta: Multi Karya

Grafika, 2003, cet. ke-8.

Alwi dkk. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2005, Ed. 3,

cet. ke-3.

Badudu, J.S. Kamus Kata-Kata Serapan Asing dalam Bahasa Indonesia. Jakarta:

Kompas Media Nusantara, 2005, cet. ke-2.

Kridalaksana, Harimurti. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia, 2001, cet. ke-5.

Mahluf, Luis. Al-Munjid fî al-Lughah. Beirut: al-Maktabah al-Syarqiyah, 2002,

cet. ke-39.

Page 91: DIKSI DALAM TERJEMAHAN STUDI KRITIK TERJEMAHAN AL-RIS … · faktor utama dalam aktivitas penerjemahan. Jadi, dalam menerjemahkan, penerjemah harus teliti dalam memilih kata agar

Nomor : Istimewa

Lampiran : Satu Bundel Skripsi

Hal : Pengajuan Dosen Penguji

Kepada Yth.

Dekan Fakultas Adab dan Humaniora

di

Tempat

Assalamu‘alaikum Wr.Wb.

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Anna Saraswati

NIM : 104024000830

Jurusan : Tarjamah

Judul Skripsi : Diksi dalam Terjemahan: Studi Kritik Terjemahan al-

Risâlah al-Qusyairiyyah fî ‘Ilmi al-Tasawwuf.

Dengan ini mengajukan permohonan sidang penguji dalam sidang skripsi, sebagai

syarat kelulusan. Demikian surat ini saya sampaikan, atas perhatiannya saya

sampaikan terima kasih.

Wassalamu‘alaikum Wr. Wb.

Jakarta, 21 Mei 2008

Pemohon

Anna Saraswati

Tembusan : Ketua Jurusan Tarjamah