perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id tinjauan sosiologi …/tinjauan... ·...

90
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN PADA NOVEL AYAHKU (BUKAN) PEMBOHONG KARYA TERE LIYE SKRIPSI Disusun Oleh : NAFI WAHYU SAFITRI (K1208104) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

Upload: phamdan

Post on 08-Mar-2019

231 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINJAUAN SOSIOLOGI …/Tinjauan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Banya Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN

PADA NOVEL AYAHKU (BUKAN) PEMBOHONG

KARYA TERE LIYE

SKRIPSI

Disusun Oleh :

NAFI WAHYU SAFITRI

(K1208104)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

Page 2: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINJAUAN SOSIOLOGI …/Tinjauan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Banya Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

Page 3: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINJAUAN SOSIOLOGI …/Tinjauan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Banya Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN

PADA NOVEL AYAHKU (BUKAN) PEMBOHONG

KARYA TERE LIYE

Disusun Oleh :

NAFI WAHYU SAFITRI

(K1208104)

SKRIPSI

Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

Mendapatkan Gelar Sarjana

Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

Page 4: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINJAUAN SOSIOLOGI …/Tinjauan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Banya Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

Page 5: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINJAUAN SOSIOLOGI …/Tinjauan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Banya Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

Page 6: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINJAUAN SOSIOLOGI …/Tinjauan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Banya Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

ABSTRAK

NAFI WAHYU SAFITRI. K1208104. Tinjauan Sosiologi Sastra dan Nilai

Pendidikan pada Novel Ayahku (Bukan) Pembohong Karya Tere Liye.

Skripsi . Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas

Maret Surakarta, Februari 2012

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan : (1) Struktur dalam

novel Ayahku (Bukan) Pembohong Karya Tere Liye ; (2) Kritik sosial dalam

novel Ayahku (Bukan) Pembohong Karya Tere Liye ;dan (3) Nilai- nilai

pendidikan dalam novel Ayahku (Bukan) Pembohong Karya Tere Liye.

Bentuk penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan menggunakan

pendekatan sosiologi sastra. Sumber data utama penelitian ini adalah novel

Ayahku (Bukan) Pembohong karya Tere Liye yang diterbitkan oleh PT

Gramedia Pustaka Utama Jakarta pada tahun 2011 dengan jumlah halaman 298

Pengumpulan data dilakukan dengan analisis dokumen berupa novel. Uji

validitas dilalukan dengan triangulasi teori. Teknik analisis data menggunakan

teknik analisis jalinan atau mengalir (flow model of analysis) yang meliputi :

reduksi data, penyajian, dan pemeriksaan. Prosedur penelitian ini terdiri dari

lima tahap, yaitu: (1) pengumpulan data ; (2) menyeleksi serta memilah data ;

(3) menganalisis data ; (4) menarik kesimpulan ; (5) membuat laporan

penelitian.

Simpulan penelitian ini adalah: (1) Unsur struktural yang membangun

novel Ayahku (Bukan) Pembohong meliputi: plot/alur yang digunakan pada novel

ini adalah alur mundur, tema pada novel ini tentang seorang anak yang dibesarkan

dengan cerita-cerita dongeng, penokohan terdapat 7 tokoh dalam novel yaitu Dam

sebagai tokoh utama dan ayah,ibu, raisa, zas dan qon, jarjit, pak pelatih sebagai

tokoh tambahan, latar yang terdapat pada novel ini adalah latar tempat, waktu dan

sosial, sudut pandang yang digunakan adalah sudut pandang orang pertama; (2)

Kritik sosial yang terdapat pada novel Ayahku (Bukan) Pembohong meliputi:

cerita tentang Lembah Bukhara yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat

yang tidak bisa memanfaatkan hasil bumi dengan baik, cerita tentang Suku

Penguasa Angin yang berkaitan dengan penjajah yang merusak penduduk dengan

candu, cerita Si Raja Tidur yang berkaitan dengan penegakan hukum suatu

Negara, dan ; (3) Nilai pendidikan yang terdapat pada novel Ayahku (Bukan)

Pembohong meliputi : Nilai agama, Nilai moral, Nilai sosial.

Page 7: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINJAUAN SOSIOLOGI …/Tinjauan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Banya Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

MOTTO

Tak seorang pun tahu sejauh mana batas kesanggupannya jika ia belum mencoba

(Publilius Syrus)

Niscaya Allah akan meninggikan orang yang beriman di antara kamu dan orang-

orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat (Al – Mujadalah, ayat 11)

Pada saat sebuah pintu sukses tertutup

Pintu sukses yang lain akan terbuka.

Maka janganlah terlampau lama terpaku di depan pintu yang tertutup

Sehingga lupa melihat pintu sukses yang telah terbuka ( Watik M.)

Page 8: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINJAUAN SOSIOLOGI …/Tinjauan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Banya Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

PERSEMBAHAN

Teriring syukurku pada-Mu, kupersembahkan karya ini untuk :

1. Bapak dan Ibu tercinta

Doamu yang tiada terputus, yang telah memberikan cinta, perhatian, kasih

sayang yang tak berujung, kerja keras yang tiada henti, pengorbanan yang tak

terbatas pula. Semuanya membuatku bangga memiliki kalian. Tiada kasih

sayang yang seindah dan seabadi kasih sayangmu;

2. Mas Mario

Terima kasih karena senantiasa mendorong langkahku dengan perhatian dan

semangat dan selalu ada di sampingku baik di saat kutegar berdiri maupun

saat kujatuh dan terluka; dan

3. Aprilianasari, Fitri Wijayanti, Miranti Andansari, Teman-teman Bastid’ 08

Terima kasih atas semangat, perjuangan, dan kerjasamanya.

Page 9: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINJAUAN SOSIOLOGI …/Tinjauan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Banya Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-

Nya kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

Banyak hambatan yang muncul dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.

Namun, berkat bantuan dari berbagai pihak hambatan tersebut dapat diatasi.

Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah

memberikan izin untuk penulisan skripsi;

2. Dr. Muhammad Rohmadi, M. Hum., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa

dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret

Surakarta, yang telah memberikan persetujuan penyusunan skripsi;

3. Dr. Kundharu Saddhono, M. Hum., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan persetujuan penyusunan

skripsi;

4. Drs. Edy Suryanto, M.Pd.,selaku pembimbing skripsi I, yang selalu

memberikan motivasi dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini;

5. Dr. Budhi Setiawan, M.Pd., selaku pembimbing skripsi II, yang selalu

memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini;

7. Dra. Sumarwati, M.Pd., selaku pembimbing akademik, yang selalu memberikan

pengarahan dan motivasi dalam menyusun skripsi ini;

6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universiatas

Sebelas Maret Surakarta, khususnya Program Studi Pendidikan Bahasa dan

Sastra Indonesia yang dengan tulus dan ikhlas memberikan ilmunya kepada

penulis;

7. Keluarga besar mahasiswa program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia angkatan 2008 yang menjadi teman seperjuangan penulis selama

menempuh pendidikan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Sebelas Maret Surakarta;

8. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak

mungkin disebutkan satu per satu.

Page 10: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINJAUAN SOSIOLOGI …/Tinjauan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Banya Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena

keterbatasan penulis. Meskipun demikian, penulis berharap semoga skripsi ini

bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.

Surakarta, 30 Mei 2012

Penulis,

Page 11: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINJAUAN SOSIOLOGI …/Tinjauan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Banya Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR ISI

JUDUL ....................................................................................................... i

PERNYATAAN ......................................................................................... ii

PENGAJUAN ............................................................................................ iii

PERSETUJUAN ......................................................................................... iv

PENGESAHAN .......................................................................................... v

ABSTRAK .................................................................................................. vi

MOTTO ...................................................................................................... vii

PERSEMBAHAN ....................................................................................... viii

KATA PENGANTAR ................................................................................ ix

DAFTAR ISI ............................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xiv

DAFTAR TABEL ....................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xvi

BAB I. PENDAHULUAN .......................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................... 4

C. Tujuan Penelitian...................................................................... 4

D. Manfaat Penelitian.................................................................... 5

BAB II. KAJIAN PUSTAKA ..................................................................... 6

A. Landasan Teoretis .................................................................... 6

1. Hakikat Novel ...................................................................... 6

a. Pengertian Novel ............................................................ 6

b. Unsur Pembangun Novel ................................................ 7

2. Hakikat Sosiologi ............................................................... 16

a. Pengertian Sosiologi ...................................................... 16

b. Lapisan Sosial ................................................................. 17

3. Hakikat Pendekatan Sosiologi Sastra .................................. 19

a. Pengertian Sosiologi Sastra ............................................ 19

b. Kritik Sosial .................................................................... 20

4. Hakikat Nilai Pendidikan .................................................... 23

Page 12: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINJAUAN SOSIOLOGI …/Tinjauan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Banya Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

a. Pengertian Nilai Pendidikan ........................................... 23

b. Macam-macam Nilai Pendidikan ................................... 25

B. Penelitian yang Relevan ........................................................... 28

C. Kerangka Berpikir .................................................................... 29

BAB III. METODE PENELITIAN............................................................. 32

A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................. 32

B. Bentuk dan Strategi Penelitian ................................................. 32

C. Sumber Data ............................................................................. 33

D. Pengumpulan Data ................................................................... 33

E. Validitas Data ........................................................................... 33

F. Analisis Data ............................................................................ 34

G. Prosedur Penelitian ................................................................... 35

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………………... 36

A. Deskripsi Data .......................................................................... 36

1. Kedudukan Tere Liye dalam Susastra Indonesia ................ 36

2. Karya-karya Tere Liye dalam Susastra Indonesia .............. 37

B. Deskripsi Hasil ……………………………………………… 38

1. Struktur Novel Ayahku (Bukan) Pembohong…………….. 38

2. Analisis Kritik Sosial dalam Novel Ayahku (Bukan)

Pembohong ……………………………………………….. 50

3. Nilai Pendidikan dalam Novel Ayahku (Bukan)

Pembohong……………………………………………….. 57

C. Pembahasan ............................................................................. 63

1. Struktur Novel Ayahku (Bukan) Pembohong…………… 63

2. Analisis Kritik Sosial dalam Novel Ayahku (Bukan)

Pembohong ……………………………………………… 64

3. Nilai Pendidikan dalam Novel Ayahku (Bukan)

Pembohong……………………………………………… 66

BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN .................................... 68

A. Simpulan................................................................................... 69

B. Implikasi .................................................................................. 71

Page 13: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINJAUAN SOSIOLOGI …/Tinjauan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Banya Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

C. Saran ........................................................................................ 72

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 73

Page 14: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINJAUAN SOSIOLOGI …/Tinjauan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Banya Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Berpikir ....................................................................... 31

2. Model Analisis Mengalir ............................................................. 35

Page 15: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINJAUAN SOSIOLOGI …/Tinjauan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Banya Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Tabel Rincian dan Jenis Kegiatan Penelitian .................................. 32

Page 16: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINJAUAN SOSIOLOGI …/Tinjauan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Banya Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Sinopsis Novel Ayahku (Bukan) Pembohong ............................ 76

2. Surat Izin Penyusunan Skripsi…………………………………. 78

Page 17: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINJAUAN SOSIOLOGI …/Tinjauan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Banya Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Karya sastra merupakan pengungkapan kehidupan nyata menjadi sebuah

karya imajinatif yang indah untuk dinikmati. Karya sastra sebenarnya memiliki

banyak pesona bila kita mau membacanya. Sayangnya karya sastra Indonesia

belum merupakan kebutuhan primer masyarakat luas. Sebagai produk budaya,

karya sastra belum dibaca oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Para

cendikiawan di berbagai strata pun tidak menempatkan karya sastra Indonesia

sebagai sarana pengasah kepekaan dan estetika. Padahal pengasahan khasanah

humaniora untuk menghasilkan manusia yang humanis, manusiawi, bermoral, dan

berperasaan halus dapat diperoleh melalui bacaan sastra.

Karya sastra adalah refleksi pengarang tentang hidup dan kehidupan yang

dipadu dengan gaya imajinasi dan kreasi yang didukung oleh pengalaman dan

pengamatan atas kehidupan tersebut. Hakikat karya sastra adalah bercerita dan

bercerita ini adalah bentuk dari hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah

manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya.

Dengan demikian, kesusasteraan sebagai karya kreatif harus mampu melahirkan

satu kreasi yang indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan menusia.

Sastra harus pula mampu menjadi wadah penyampaian ide-ide yang dipikirkan

dan dirasakan oleh sastrawan tentang kehidupan manusia.

Karya sastra adalah dokumen sosial yang di dalamnya dikisahkan manusia

dengan berbagai problema. Dengan membaca karya sastra dapat dikaji hal-hal,

seperti : sosiologi, psikologi, adat istiadat, moral, budi pekerti, agama tuntunan

masyarakat, dan tingkah laku manusia di suatu masa. Banyak pengetahuan yang

dapat diperoleh melalui karya sastra.

Karya sastra hadir sebagai kegiatan mencipta sastrawan yang didasarkan

daya imajinatif kreatif. Proses penciptaan cerita fiksi bersifat individual. Artinya,

cara yang digunakan oleh pengarang yang satu dapat berbeda dengan pengarang

1

Page 18: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINJAUAN SOSIOLOGI …/Tinjauan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Banya Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

yang lain. Perbedaan itu meliputi metode, munculnya proses kreatif, dan cara

mengekspresikan apa yang ada dalam diri pengarang (Waluyo, 2002:68)

Sesuai dengan fungsi karya sastra ialah dulce et utile (indah dan berguna)

maka sebuah karya sastra harus memberikan kontribusi terkait karya sastra yang

dijadikan pembelajaran masyarakat. Beberapa karya sastra yang dapat dijadikan

pembelajaran masyarakat adalah karya sastra berdasarkan pada fakta. Adapun

karya sastra yang didasarkan fakta, antara lain: fiksi historis ialah jika dasar

penulisannya fakta sejarah, fiksi biografi ialah jika yang menjadi dasar

penulisannya fakta biografis, dan fiksi sains jika yang menjadi dasar penulisan

ilmu pengetahuan (Nurgiyantoro, 2005: 4).

Dalam sastra Indonesia ada beberapa bentuk cipta sastra, yaitu puisi, prosa

dan drama. Bentuk cipta karya seperti puisi banyak diciptakan, antara lain :

Balada Orang-orang Tercinta karya W.S. Rendra, Tirani karya Taufik Ismail,

Senja di Pelabuhan Kecil karya Chairil Anwar dan sebagainya. Begitu juga karya

prosa Indonesia yang dapat dibedakan menjadi roman, novel, dan cerpen,

ketiganya biasa disebut cerita rekaan atau fiksi.

Sejak tahun dua puluhan, karya sastra yang berbentuk novel selalu

menyertai perkembangan kesusasteraan Indonesia. Dibandingkan dengan karya

sastra puisi dan drama, novel mempunyai daya tarik tersendiri dengan bahasanya

yang lugas dan mudah dipahami.

Dalam perkembangannya media masa seperti media cetak, baik yang

terbit mingguan maupun bulanan banyak memuat cerita reakaan seperti novel. Di

media elektronik bidang perfileman juga tidak ketinggalan mengangkat cerita dari

sebuah novel. Sinetron juga banyak mengangkat cerita-cerita dari novel-novel

yang pernah ada, baik yang muncul pada tahun dua puluhan maupun novel-novel

yang digemari oleh masyarakat luas, seperti Cintaku di Kampus Biru, Ayat Ayat

Cinta.

Sebagai bahan bacaan novel mampu menghibur pembacanya maupun

menyeret pembaca menyelami suatu kehidupan yang belum atau tidak pernah

dialaminya. Novel yang memuat cerita tentang kehidupan manusia yang beraneka

ragam watak dan gaya hidupnya, dapat memberikan wawasan berpikir yang lebih

Page 19: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINJAUAN SOSIOLOGI …/Tinjauan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Banya Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

luas kepada para pembacanya. Dengan gaya bahasa yang memikat, novel

memberikan suatu cerita kehidupan secara tuntas dan mendalam. Melalui tema,

amanat, tokoh, perwatakan, dan unsur intrinsik lainnya, novel mampu

memberikan suatu ajaran atau nilai didik kepada para pembacanya.

Dalam berbagai kegiatan ilmiah seperti seminar, novel sering menjadi

kajian pembuatan makalah. Dalam dunia pendidikan, khususnya pembelajaran

bahasa dan sastra Indonesia dalam standar kompetensi di SMP dan SMA novel

digunakan sebagai salah satu materi pengajaran. Hal tersebut menunjukkan bahwa

novel bukan hanya sebagai bahan bacaan hiburan saja, melainkan juga merupakan

salah satu karya sastra yang perlu dikaji dan dikembangkan.

Seiring dengan perkembang zaman, kini banyak bermuculan pengarang-

pengarang muda berbakat yang menghasilkan karya gemilang seperti Ayu Utami,

Djenar Maesa Ayu, Dewi Lestari, Ahmad Fuadi, Tere Liye, dan lain-lainnya.

Salah satu novel karya Tere Liye Ayahku (Bukan) Pembohong adalah novel yang

menjadi objek penelitian ini. Dalam novel Ayahku (Bukan) Pembohong

pengarang banyak memberikan nilai-nilai kehidupan yang sederhana namun

sangat bermakna jika hal tersebut dijadikan prinsip dalam kehidupan ini.

Hal yang menarik dalam novel ini adalah pengarang banyak memberikan

contoh kesederhanaan dalam menjalani hidup ini. Selain itu, pengarang juga

mengambarkan kehidupan sosial seorang yang memiliki gelar kesarjanaan yang

didapat dari luar negeri namun tetap berpegang pada prinsip kesederhanaan dalam

membangun sebuah kehidupan yang bahagia. Di dalam novel ini pengarang

menampilkan masalah-masalah kehidupan sosial yang di dalamnya sarat dengan

kesederhanaan dan kejujuran seorang ayah dalam mendidik anaknya menjadi

orang yang tumbuh hebat, dengan memberikan cerita-cerita yang sederhana

namun di dalamnya terkandung banyak kearifan yang dapat dijadikan teladan

sekaligus prinsip hidup yang hebat.

Dalam novel ini terdapat hal yang menarik yang jarang sekali ditemukan

dalam novel lainnya, yaitu adanya cerita berbingkai di dalamnya. Cerita tersebut

dikemas dalam sebuah dogeng yang memiliki nilai kritik sosial yang membangun

dan dikemas secara ringan. Cerita berbingkai merupakan cerita di dalam cerita,

Page 20: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINJAUAN SOSIOLOGI …/Tinjauan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Banya Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

jadi cerita tersebut berjalan saling beriringan dengan isi novel tersebut. Meskipun

cerita berbingkai tersebut memiliki alur yang berbeda namun hal tersebut tidak

menyulitkan pembaca untuk memahami alur cerita dalam novel Ayahku (Bukan)

Pembohong.

Dalam novel ini terdapat banyak nilai pendidikan yang dapat dijadikan

teladan bagi anak-anak bangsa. Pengarang menampilkan sebuah cerita yang di

dalamnya menceritakan sebuah perjuangan seorang anak yang selalu ingin

mengapai semua impiannya. Anak tersebut menjadikan seorang tokoh panutan

dalam dunia sepak bola sebagai inspirasi untuk mengapai semua impiannya.

Selain itu, pengarang juga menampilkan nilai pendidikan moral yang orang

tuanya, karena apa pun yang di katakana orang tua merupakan nasihat yang baik

bagi seorang anak.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis akan di lakukan penelitian

mengenai “ Tinjauan Sosiologi Sastra dan Nilai Pendidikan Pada Novel Ayahku

(Bukan) Pembohong Karya Tere Liye”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana struktur yang membangun novel Ayahku (Bukan) Pembohong

Karya Tere Liye ?

2. Bagaimana kritik sosial yang terdapat dalam novel Ayahku (Bukan)

Pembohong Karya Tere Liye ?

3. Bagaimana nilai pendidikan dalam novel Ayahku (Bukan) Pembohong Karya

Tere Liye ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan :

1. Struktur dalam novel Ayahku (Bukan) Pembohong Karya Tere Liye

Page 21: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINJAUAN SOSIOLOGI …/Tinjauan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Banya Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

2. Kritik sosial yang ada dalam novel Ayahku (Bukan) Pembohong Karya Tere

Liye

3. Nilai- nilai pendidikan novel Ayahku (Bukan) Pembohong Karya Tere Liye

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

Manfaat teroretis penelitian ini, antara lain :

a. memperkaya khasanah ilmu pengetahuan di bidang sastra

b. menambah khasanah pustaka Indonesia agar nantinya dapat digunakan

sebagai penunjang kajian sastra dan dijadikan bandingan bagi penelitian

yang sejenis

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh beberapa pihak,

antara lain :

a. Bagi peneliti

Peneliti dapat mengetahui jawaban dari masalah yang dirumuskan

b. Bagi pembaca

Pembaca diharapkan dapat memahami pesan-pesan moral yang

disampaikan oleh pengarang lewat novel yang berjudul Ayahku (Bukan)

Pembohong Karya Tere Liye. Selain itu, diharapkan pembaca semakin jeli

memilih bahan bacaan yang mengandung nilai-nilai pendidikan.

c. Bagi pendidik

Dapat dijadikan sebagai materi tambahan pembelajaran mengenai

apresiasi novel khususnya yang membahas tentang sosiologi sastra, yang

meliputi unsur intrinsik, kritik sosial, dan nilai-nilai pedidikan.

Page 22: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINJAUAN SOSIOLOGI …/Tinjauan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Banya Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teoretis

1. Hakikat Novel

a. Pengertian Novel

Novel termasuk fiksi karena novel merupakan hasil khayalan atau sesuatu

yang sebenarnya tidak ada. Selain novel ada pula roman dan cerita pendek (

Waluyo, 2002: 2). Nurgiyantoro (2005: 9) berpendapat bahwa istilah novella dan

novella, yang berarti mengandung pengertian yang sama dengan istilah Indonesia

novellet (Inggris : novellet) yang berarti sebuah karya prosa fiksi yang panjangnya

sedang, tidak terlalu panjang, namun juga tidak terlalu pendek. Senada dengan

pendapat itu, Abrams ( dalam Nurgiyantoro, 2005: 9) menyatakan bahwa sebutan

novel dalam bahasa Inggris dan kemudian masuk ke Indonesia berasal dari bahasa

Italia novella (yang dalam bahasa Jerman: novelle).

Goldman (dalam Faruk, 2003: 29) mendefinisikan novel sebagai cerita

tentang terdegradasi akan nilai-nilai yang otentik yang dilakukan oleh hero yang

problematik dalam sebuah dunia yang juga terdegradasi. Hal senada juga

dijelaskan Semi (1993:2) bahwa novel mengungkapkan suatu konsentrasi pada

suatu saat tegangan dan pemusatan kehidupan yang tegas. Novel merupakan

karya fiksi yang mengungkapkan aspek kehidupan menusia yang lebih mendalam

dan disajikan halus. Selanjutnya, Tarigan (1993:164) juga mengatakan bahwa

novel adalah suatu cerita dengan alur yang cukup panjang mengisi satu buku atau

lebih yang menggarap kehidupan pria dan wanita yang bersifat imajinatif.

Page 23: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINJAUAN SOSIOLOGI …/Tinjauan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Banya Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

Nurgiyantoro (2005: 4) mengungkapkan bahwa novel sebagai suatu karya

sastra fiksi yang menawarkan suatu dunia, yaitu dunia yang berisi suatu model

yang diidealkan, dunia imajiner, yang dibandingkan melalui berbagai unsur

intrinsiknya, seperti peristiwa, plot, tokoh dan penokohan, latar, sudut pandang

dan lain-lain yang kesemuanya tentu saja bersifat imajiner.

Bebagai salah satu karya sastra, novel, mengandung nilai-nilai moral yang

berguna bagi pembacanya. Hal ini sesuai dengan pendapat Waluyo (2002: 37),

yakni novel bukan hanya alat hiburan, tetapi juga sebagai bentuk seni yang

mempelajari dan meneliti segi-segi kehidupan dan nilai baik buruk (moral) dalam

kehidupan ini dan mengarahkan kepada pembaca tentang pekerti yang baik dan

budi luhur. Pengarang novel meneliti tentang rahasia hidup di masa lalu maupun

masa yang akan datang

Simpulan yang dapat diambil dari beberapa teori di atas bahwa novel

merupakan karya prosa fiksi yang mengisahkan sebagian kehidupan manusia yang

dianggap penting dalam beberapa episode kehidupan manusia dan di dalamnya

terjadi perubahan kehidupan pelaku dan memasukkan berbagai unsur intrinsik di

dalam dan bersifat imajinatif.

b. Unsur Pembangun Novel

Sebuah novel dibangun atas karangka-kerangka yang saling terpadu.

Unsur - unsur yang terbangun dalam novel banyak sekali dirumuskan oleh para

ahli. Namun pada intinya ada dua unsur pembangun novel yakni unsur intrinsik

dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik (Nurgiyantoro, 2005: 23) adalah unsur yang

membangun karya sastra itu sendiri, sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur-

unsur yang berada di luar karya sastra itu, tetapi secara tidak langsung

mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra.

Unsur dalam sebuah karya sastra baik itu intrinsik maupun ekstrinsik

dalam novel, cerpen, puisi, dan drama adalah suatu keharusan untuk dimasukkan

dalam karya-karya tersebut. Dalam hal ini unsur intrinsiklah yang paling sering

dimasukkan dalam karya sastra, karena unsur intrinsik adalah hal utama dalam

membangun sebuah cerita.

6

Page 24: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINJAUAN SOSIOLOGI …/Tinjauan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Banya Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

Menurut Nurgiyantoro (2005: 23) ada lima unsur intrinsik, yaitu :

plot/alur cerita, tema, penokohan, latar/setting, sudut pandang. Kelima unsur

intrinsik tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Plot/Alur cerita

Plot merupakan bagian yang penting dari cerita rekaan. Cerita rekaan

mutakhir yang biasa disebut dengan nonkonvensional sering kali dinyatakan tanpa

plot, namun jika ditelusuri memiliki plot juga. Waluyo (2002: 145) berpendapat

alur cerita adalah struktur gerak yang didapatkan dalam cerita fiksi.

Stanton (dalam Nurgiyantoro, 2005: 113) mengemukakan bahwa plot

adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya

dihubungan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau meyebabkan

terjadinya peristiwa lain. Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2005: 113-114)

mengemukakan bahwa plot sebuah karya fiksi merupakan strukur peristiwa-

peristiwa, yaitu sebagaimana yang terlihat dalam pengurutan dan penyajian

berbagai peristiwa tersebut untuk mencapai efek emosional dan efek artistik

tertentu.

Waluyo (2002: 147-148) mengemukakan bahwa alur cerita meliputi tujuh

aspek. Ketujuh alur cerita tersebut dapat diuraikan sebagai berikut. Eksposisi,

artinya paparan awal cerita. Pengarang mulai memperkenalkan tempat kejadian,

waktu, topik dan tokoh-tokoh. Sejak eksposisi ini, pengarang sudah menunjukkan

apakah ia menulis cerpen, novel atau roman. Inciting moment adalah peristiwa

mulai adanya problem-problem mulai ditampilkan oleh pengarang untuk

kemudian dikembangkan atau ditingkatkan. Rising action adalah perjalanan

konflik, selanjutnya terus terjadi peningkatan konfik. Complication adalah konfik

yang semakin ruwet. Climax adalah puncak penggawatan, klimaks cerita yang

harus merupakan puncak dari seluruh cerita itu dan semua kisah/peristiwa

sebelumnya ditahan untuk dapat menonjolkan saat klimaks cerita tersebut.

Falling action, artinya konflik yang dibangun cerita itu menurun karena telah

mencapai klimaksnya. Emosi yang memuncak telah berkurang. Denovement,

artinya penyelesaian. Unsur ini dapat dipaparkan oleh pengarang dapat juga oleh

Page 25: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINJAUAN SOSIOLOGI …/Tinjauan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Banya Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

pembaca, karena pembaca diharapkan mampu menafsirkan sendiri penyelesaian

cerita.

Plot sebuah cerita bagaimanapun tentulah mengandung unsur urutan

waktu, baik itu dikemukakan secara ekspilisit maupun implisit. Sebuah cerita atau

sebuah teks naratif, tentulah ada awal kejadian, kejadian-kejadian berikutnya dan

barangkali ada pula akhirnya. Namun, plot sebuah karya fiksi sering tak

menjanjikan urutan peristiwa secara kronologis dan runtut, melainkan penyanjian

yang dapat dimulai dan diakhiri dengan kejadian yang mana pun juga tanpa

adanya keharusan untuk memulai dan mengahkiri dengan kejadian awal dan

kejadian terahkir. Dengan demikian, tahap awal cerita tak harus berada di awal

cerita atau bagian awal teks, melainkan dapat terletak di bagian mana pun.

Nurgiyantoro (2005: 142-146) berpendapat secara teoretis plot dapat

diurutkan atau dikembangkan ke dalam tahap-tahap tertentu secara kronologis.

Tahapan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.

Tahap awal biasanya disebut sebagai tahap perkenalan. Tahap perkenalan

pada umumnya berisi sejumlah informasi penting yang berkaitan dengan berbagai

hal yang akan dikisahkan pada tahap-tahap berikutnya. Fungsi pokok tahap awal

(atau: pembukaan) sebuah cerita adalah untuk memberikan informasi dan

penjelasan seperlunya khususnya yang berkaitan dengan pelataran dan penokohan.

Tahap tengah cerita dapat juga disebut sebagai tahap pertikaian,

menampilkan pertentangan dan atau konflik yang sudah mulai dimunculkan pada

tahap sebelumnya, menjadi semakin meningkat, semakin menegangkan. Konflik

yang dikisahkan dapat berupa konflik internal, konflik eksternal, konflik

pertentangan yang terjadi antara tokoh-tokoh cerita.

Tahap akhir sebuah cerita atau dapat juga disebut sebagai tahap peleraian,

menampilkan adengan tertentu sebagai akibat klimaks. Jadi, bagian ini berisi

bagaimana kesudahan cerita, atau menyaran pada hal bagaimanakah ahkir sebuah

cerita.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa

plot adalah urutan atau rangkaian kejadian dan peristiwa dalam suatu karya fiksi

yang memiliki tahapan-tahapan tertentu secara kronologis.

Page 26: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINJAUAN SOSIOLOGI …/Tinjauan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Banya Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

2) Tema

Hartoko dan Ramanto (dalam Nurgiyantoro, 2005:68) mengemukakan

bahwa tema merupakan gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra

dan yang terkandung di dalam teks sebagai struktur semantis dan bukan yang

menyangkut persamaan-persamaan atau perbedaan-perbedaan.

Brooks, Puser, dan Waren (dalam Tarigan, 1993: 125) mengemukakan

bahwa tema adalah pandangan hidup yang tertentu mengenai kehidupan atau

rangkaian nilai-nilai tertentu yang membentuk atau membangun dasar atau

gagasan dari suatu karya sastra.

Tema menjadi dasar pengembangan seluruh cerita maka ia pun bersifat

menjiwai seluruh bagian cerita itu. Untuk menemukan tema sebuah karya sastra

fiksi haruslah disimpulkan dari keseluruhan cerita, tidak hanya berdasarkan

bagian-bagian tertentu cerita. Tema, walau sulit ditentukan secara pasti ia

bukanlah makna yang “disembunyikan”, walau belum tentu juga dilukiskan secara

eksplisit. Tema sebagai makna pokok sebuah karya sastra fiksi tidak secara

sengaja disembunyikan karena inilah yang ditawarkan kepada pembaca. Tema

merupakan makna keseluruhan yang didukung cerita, dengan sendirinya ia akan

“tersembunyi” di balik cerita yang mendukungnya.

Dalam usaha menemukan dan menafsirkan tema sebuah novel secara lebih

khusus dan rinci, Stanton ( dalam Nurgiyantoro, 2005: 87) mengemukakan adanya

sejumlah kriteria. Pertama, penafsiran tema sebuah novel hendaknya

mempertimbangkan tiap detil cerita yang menonjol. Dengan kata lain, tokoh-

masalah-konflik utama merupakan tempat paling strategis untuk mengungkapkan

tema utama sebuah novel. Kedua, penafsiran tema sebuah novel hendaknya tidak

bersifat bertentangan dengan tiap detail cerita. Novel sebagai salah satu genre

sastra merupakan suatu sarana pengungkapan keyakinan, kebenaran, ide, gagasan,

sikap, dan pandangan hidup pengarang, dan lain-lain yang tergolong unsur sisi

dan sebagai sesuatu yang ini disampaikan. Tentunya pengarang tak akan

“menjatuhkan” sendiri sikap dan keyakinannya yang diungkapkan dalam detail-

detail tertentu cerita yang lainnya. Ketiga, penafsiran tema sebuah novel

Page 27: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINJAUAN SOSIOLOGI …/Tinjauan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Banya Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

hendaknya tidak mendasarkan diri pada bukti-bukti yang tidak nyata baik secara

langsung maupun tak langsung dalam novel yang bersangkutan. Tema cerita tak

dapat ditafsirkan hanya berdasarkan pikiran, sesuatu yang dibayangkan ada dalam

cerita atau informasi yang kurang dapat dipercaya. Keempat, penafsiran tema

sebuah novel haruslah mendasarkan diri pada bukti-bukti yang secara langsung

ada dan atau disarankan pada cerita.

Bertolak dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa tema

merupakan gagasan utama atau gagasan pokok yang membangun dan membentuk

sebuah cerita dalam suatu karya sastra.

3) Penokohan

Waluyo (2002: 164) mengatakan bahwa perwatakan berhubungan dengan

karateristik atau bagian watak tokoh-tokoh itu, sedangkan penokohan

berhubungan dengan cara pengarang menentukan dan memilih tokoh-tokoh serta

memberi nama okoh itu. prinsipnya ada tiga cara yang digunakan pengarang

untuk menampilkan tokoh-tokohnya, yaitu :

a) Metode analitis

Dalam metode ini pengarang langsung mendeskripsikan keadaan tokoh itu

dengan terinci. Deskripsi tentang ciri tokoh itu dapat secara fisik, psikis dan

keadaan sosial.

b) Metode tidak langsung

Penokohan secara dramatik ini biasanya berkenaan dengan penampilan

fisik, hubungan dengan orang lain, cara hidup sehari-hari, dan sebagainya.

Lukisan watak tokoh dalam metode ini tidak diberikan langsung oleh pengarang,

tetapi harus disimpulkan sendiri oleh pembaca.

c) Metode kontekstual

Merupakan metode yang menggambarkan watak tokoh melalui konteks

bahasa atau bacaan yang digunakan pengarang untuk melukiskan tokoh tersebut.

Page 28: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINJAUAN SOSIOLOGI …/Tinjauan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Banya Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

Dalam metode ini penggambaran watak digambarkan secara panjang lebar melalui

tingkah laku dari tokoh-tokohnya.

Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2005: 165) menjelaskan tokoh cerita ialah

individu orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama

yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan seperti

yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan.

Tokoh cerita, walaupun hanya merupakan tokoh ciptaan pengarang, ia

haruslah merupakan tokoh yang hidup dengan wajar, seperti bagaimana

kehidupan manusia yang terdiri dari darah dan daging, yang mempunyai pikiran

dan perasaan. Kehidupan tokoh cerita adalah kehidupan dalam dunia fiksi maka ia

haruslah bersikap dan bertindak sesuai dengan tuntutan cerita dengan perwatakan

yang disandangnya.

Menurut Nurgiyantoro (2005: 176-194), tokoh-tokoh dalam sebuah fiksi

dapat dibedakan ke dalam beberapa jenis penamaan berdasarkan dari sudut

pandang penamaan itu dilakukan. Adapun beberapa tokoh cerita tersebut, antara

lain :

a) Tokoh utama dan tokoh tambahan

Dilihat dari segi peranan atau tingkat pentingnya tokoh dalam sebuah

cerita, ada tokoh yang tergolong penting ditampilkan terus-menerus sehingga

terasa mendominasi sebagian besar cerita. Sebaliknya, ada tokoh yang hanya

dimunculkan sekali atau beberapa kali dalam cerita, dan itu pun bisa terjadi dalam

porsi penceritaan yang relatif pendek.

Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel

yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik

sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. Tokoh tambahan adalah

tokoh yang hanya dimunculkan sekali atau beberapa kali dalam cerita dan itu pun

mungkin dalam porsi penceritaan yang relatif pendek.

b) Tokoh protagonis dan tokoh antagonis

Menurut Altenberd dan Lewis (dalam Nurgiyantoro, 2005: 178), protagonis

adalah tokoh yang kita kagumi, yang salah satu jenisnya secara popular disebut

Page 29: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINJAUAN SOSIOLOGI …/Tinjauan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Banya Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

hero, tokoh yang merupakan pengejawantahan norma-norma, nilai-nilai yang

ideal bagi kita. Tokoh protagonis juga disebut dengan tokoh baik yang dapat

mendatangkan simpati para pembacanya. Penyebab terjadinya konflik disebut

tokoh antagonis. Tokoh antagonis dapat disebut sebagai tokoh jahat, yaitu yang

menimbulkan perasaan antipati dan benci pada para pembacanya.

c) Tokoh sederhana dan tokoh bulat

Tokoh sederhana, dalam bentuknya yang asli adalah tokoh yang hanya

memiliki satu kualitas pribadi tertentu, satu sifat watak yang tertentu saja. Tokoh

sederhana boleh saja melakukan berbagai tindakan, namun semua tindakannya itu

akan dapat dikembalikan pada perwatakan yang dimiliki dan yang diformulakan

itu.

Tokoh bulat, kompleks, berbeda haknya dengan tokoh sederhana adalah

tokoh yang memiliki dan diungkapkan berbagai kemungkinan sisi kehidupannya,

sisi kepribadiandan jati dirinya. Menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2005:

183), dibandingkan dengan tokoh sederhana, tokoh bulat lebih menyerupai

kehidupan manusia yang sesungguhnya, karena di samping memiliki berbagai

kemungkinan sikap dan tindakan, ia juga sering memberikan kejutan.

d) Tokoh statis dan tokoh berkembang

Alterbernd dan lewis (dalam Nurgiyantoro, 2005: 188), tokoh statis adalah

tokoh cerita yang esensial tidak mengalami perubahan dan atau perkembangan

perwatakan sebagai akibat adanya peristiwa-peristiwa. Tokoh berkembang adalah

tokoh cerita yang mengalami perubahan dan perkembangan perwatakan sejalan

dengan perkembangan (dan perubahan) peristiwa dan plot yang dikisahkan.

Tokoh berkembang secara aktif berinteraksi dengan lingkungannya, baik

lingkungan sosial, alam, maupun yang lainnya, yang kesemuanya itu akan

mempengaruhi sikap, watak, dan tingkah lakunya.

e) Tokoh tipikal dan tokoh netral

Menurut Altenbernd dan lewis (dalam Nurgiyantoro, 2005: 190), tokoh

tipikal adalah tokoh yang hanya sedikit ditampilkan keadaan individualitasnya,

Page 30: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINJAUAN SOSIOLOGI …/Tinjauan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Banya Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

dan lebih banyak ditonjolkan kualitas pekerjaan atau kebangsaannya, atau sesuatu

yang bersifat mewakili.

Tokoh netral merupakan tokoh cerita yang bereksistensi demi cerita itu

sendiri. Ia benar-benar merupakan tokoh imajiner yang hanya hidup dan

berinteraksi dalam dunia fiksi. Tokoh netral (atau dihadirkan) semata-mata demi

cerita, atau bahkan tokoh inilah yang sebenarnya mempunyai cerita, pelaku cerita

dan diceritakan. Kehadirannya tidak berpretensi untuk mewakili atau

menggambarkan sesuatu yang di luar dirinya, seorang yang berasal dari dunia

nyata.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa karakter/

penokohan merupakan penentuan bagaimana watak yang dimiliki tokoh-tokoh

dalam suatu cerita yang terlibat berbagai peristiwa yang ada di dalam cerita

tersebut atau disebut juga karya naratif.

4) Latar/setting

Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2005: 216) menyatakan bahwa latar atau

setting yang disebut juga sebagai landas tumpu, menyaran pada pengertian

tempat, hubungan waktu dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-

peristiwa yang akan diceritakan.

Menurut Hudson (dalam Waluyo, 2002: 198), setting adalah keseluruhan

lingkungan cerita yang meliputi adat istiadat, kebiasaan dan pandangan hidup.

Montaque dan Henshaw (dalam Waluyo, 2002: 198) menyatakan tiga fungsi

setting, yaitu : mempertegas watak para pelaku, memberikan tekanan pada tema

cerita, memperjelas tema yang disampaikan.

Menurut Nurgiyantoro (2005: 227), unsur latar dapat dibedakan ke dalam

tiga unsur pokok, yaitu tempat, waktu, dan sosial. Ketiga unsur tersebut, walaupun

masing-masing menawarkan permasalahan yang berbeda-beda dan dapat

dibicarakan secara sendiri, pada kenyataanya saling berkaitan dan saling

mempengaruhi satu dengan yang lain.

Page 31: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINJAUAN SOSIOLOGI …/Tinjauan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Banya Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

a) Latar tempat

Latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan

sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang dipergunakan mungkin berupa tempat

dengan nama tertentu, inisial tertentu mungkin lokasi tertentu tanpa nama jelas.

Penggunaan latar tempat dengan nama-nama tertentu haruslah mencerminkan atau

paling tidak tak bertentangan dengan sifat dan keadaan geografis tempat yang

bersangkutan. Masing-masing tempat tentu saja memiliki karateristiknya sendiri

yang membedakan dengan tempat lain.

b) Latar waktu

Latar waktu berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa-

peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Masalah kapan tersebut

biasanya dihubungkan dengan waktu faktual, waktu yang ada kaitannya atau dapat

dikaitkan dengan peristiwa sejarah.

Latar waktu dalam fiksi dapat menjadi dominan dan fungsional jika digarap

secara teliti, terutama jika dihubungkan dengan waktu dan sejarah. Pengangkatan

unsur sejarah ke dalam karya fiksi akan menyebabkan waktu diceritakan menjadi

bersifat khas, tipikal, dan dapat menjadi sangat fungsional, sehingga tak dapat

diganti dengan waktu lain tanpa mempengaruhi perkembangan cerita. Latar waktu

menjadi amat koheren dengan unsur cerita yang lain.

c) Latar sosial

Latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku

kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi.

Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup

yang cukup kompleks. Latar sosial dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat,

tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap, juga berhubungan

dengan status sosial tokoh yang bersangkutan.

Berdasarkan beberapa penjelasan yang telah dikemukakan diatas maka

dapat diambil kesimpulan bahwa latar/setting adalah keseluruhan lingkungan

Page 32: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINJAUAN SOSIOLOGI …/Tinjauan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Banya Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

cerita dan peristiwa yang terdapat dalam suatu karya fiksi yang meliputi tempat/

lingkungan, waktu dan sosial.

5) Point Of View/sudut pandang/pusat pengisahan

Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2005: 248), menyatakan bahwa sudut

padang, point of view, menyaran pada cara sebuah cerita dikisahkan. Hal ini

merupakan cara atau pandangan yang dipergunakan pengarang sebagai sarana

untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar dan berbagai peristiwa yang membentuk

cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca.

Waluyo ( 2002: 184-185) mengemukakan ada tiga jenis point of view,

yaitu : (1) pengarang sebagai orang pertama dan menyatakan pelakunya sebagai

“aku” dan disebut teknik aku-an; (2) pengarang sebagai orang ketiga dan

menyebut pelaku utama sebagai “dia” teknik ini disebut teknik dia-an; (3) teknik

yang disebut ommiscient narratif atau pengarang serba tahu yang menceritakan

segalanya tokoh dalam ceritanya, tetapi semua tokoh mendapatkan penonjolan.

Menurut Gennte (dalam Nurgiyantoro, 2005: 250), pemilihan sudut

pandang menjadi penting karena hal itu tak hanya berhubungan dengan masalah

gaya saja, waktu tak disangkal bahwa pemilihan bentuk-bentuk gramatika dan

retorika juga penting dan berpengaruh. Namun, biasanya pemilihan bentuk-bentuk

tersebut bersifat sederhana, di samping hal itu merupakan konsekuensi otomatis

dari pemilihan sudut pandang tertentu.

Dari berbagai pendapat yang telah dikemukakan di atas dapat disimpukan

bahwa point of view/ sudut pandang adalah cara atau pandangan yang digunakan

oleh pengarang untuk menyajikan tokoh dalam berbagai peristiwa dalam suatu

karya fiksi.

2. Hakikat Sosiologi

a. Pengertian Sosiologi

Kata sosiologi secara etimologi berasal dari bahasa Latin socius, yang

berarti “kawan” dan dari kata Yunani logos, yang berarti “kata” atau “berbicara”.

Jadi, sosiologi berarti “ berbicara mengenai masyarakat” (Soekanto, 2005: 4).

Page 33: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINJAUAN SOSIOLOGI …/Tinjauan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Banya Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

Lebih lanjut Soekanto (2005:15) mengemukakan bahwa sosiologi mempelajari

masyarakat dalam keseluruhannya dan hubungan-hubungan antara orang-orang

dalam masyarakat tadi. Masyarakat yang menjadi objek ilmu-ilmu sosial dapat

dilihat sebagai sesuatu yang terdiri dari beberapa segi, yaitu segi ekonomi, ada

pula segi kehidupan politik yang antara lain berhubungan dengan penggunaan

kekuasaan dalam masyrakat, dan lain-lain segi kehidupan.

Soemardjan dan Soemardi (dalam Soekanto, 2005: 20) menyatakan bahwa

sosiologi atau ilmu masyarakat ialah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan

proses-proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial. Swingewood (dalam

Faruk, 2003: 1) mendefinisikan sosiologi sebagai studi yang ilmiah dan objektif

mengenai manusia dalam masyarakat, studi mengenai lembaga-lembaga dan

proses-proses sosial.

Dalam ilmu sosial perilaku kehidupan manusia telah dilihat sebagai

keterlibatan dalam usaha mendorong perubahan struktural, ekonomi dan politik

yang mengacu pada perubahan globalisasi atau sebagai hasil dari perubahan

tersebut dibayangkan sebagai keutamaan yang terjadi di tempat lain (Jamieson

.2011).

Senada dengan pendapat di atas, Yudiono (2000: 4) mengatakan bahwa

sosiologi itu telaah objektif dan ilmiah tentang manusia dalam masyarakat. Telaah

tentang lembaga dan proses sosial. Sosiologi mencoba memahami bagaimana

masyarakat dimungkinkan hidup, tumbuh dan berkembang. Telaah sosiologi

menyangkut masalah-masalah seperti struktur perekonomian, agama (religi),

politik, dan sosialisasi individu di tengah lingkungannya.

Simpulan dari penjelasan yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli di

atas dapat disimpulkan bahwa sosiologi adalah studi yang ilmiah dan objektif

yang mempelajari manusia dalam masyarakat yang menyangkut masalah-masalah

seperti struktur perekonomian, agama, politik dan sosialisasi individu di tengah

lingkungannya hingga perubahan-perubahan sosial di tengah masyarakat.

b. Lapisan Sosial

Page 34: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINJAUAN SOSIOLOGI …/Tinjauan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Banya Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

Setiap masyarakat senantiasa mempunyai kedudukan tertentu dalam

masyarakatnya sendiri. Kedudukan-kedudukan ini dinilai oleh masyarakat umun

berkenaan dengan suatu skala tinggi rendah, sehingga ada kedudukan yang

dianggap tinggi dan ada kedudukan yang diangap rendah. Kalau suatu masyarakat

yang lebih menghargai kekuasaan berupa materi daripada kehormatan dan harga

diri, misalnya, maka mereka yang lebih banyak memiliki kekayaan berupa materi

akan menempati kedudukan yang lebih tinggi apabila dibandingkan dengan pihak-

pihak lain yang kekayaan materinya berada di bawahnya. Gejala seperti ini

menimbulkan lapisan sosial dalam masyarakat yang merupakan pembeda posisi

seseorang atau suatu kelompok dalam kedudukan yang berbeda-beda secara

vertikal.

Pengertian lapisan sosial menurut Sorokin (dalam Soekanto, 2005: 228)

adalah pembeda penduduk dalam masyarakat ke dalam kelas-kelas secara

bertingkat (hierarkis). Perwujudannya adalah kelas-kelas tinggi dan kelas rendah.

Ia juga mengatakan bahwa dasar dan inti lapisan masyarakat tidak adanya

keseimbangan dan tanggung jawab nilai-nilai sosial dan pengaruhnya di antara

anggota-anggota masyarakat.

Senada dengan pendapat di atas, Mahmud (1989: 32) mengemukakan

lapisan sosial mempunyai dua pengertian,yaitu ; (1) lapisan sosial, yaitu

tataran/atau tingkatan status dan peranan yang relatif bersifat tetap di dalam suatu

sistem lapisan sosial, tataran di sini menunjuk adanya perbedaan hak, kehormatan

pengaruh dan kekuasaan; (2) lapisan sosial adalah kelas sosial atau sistem kasta.

Bentuk-bentuk lapisan sosial dalam masyarakat berbeda-beda, juga

bentuk-bentuk konkrit lapisan masyarakat tersebut banyak. Semakin rumit dan

semakin maju teknologi suatu masyarakat, semakin kompleks pula sistem lapisan

masyarakat, akan tetapi secara prinsip bentuk-bentuk tersebut dapat

diklasifikasikan ke dalam tiga macam kelas, yaitu ekonomis, politis, dan jabatan.

Ketiganya saling berhubungan dan saling mempengaruhi.

Soekanto (2005: 255) membagi masyarakat menjadi tiga lapisan sosial,

yaitu : (1) lapisan atas ; (2) lapisan menengah ; (3) lapisan bawah (lower class).

Lapisan-lapisan atau kelas-kelas tersebuat mempuyai prestise symbol (status

Page 35: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINJAUAN SOSIOLOGI …/Tinjauan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Banya Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

simbol) yang berbeda. Tinggi rendahnya prestise seseorang diukur atribut lahiriah,

misalnya, tempat kediaman mewah, kendaraan, pakaian dan lain sebagainya.

Menurut Soekanto (2005: 237-238), ukuran atau kriteria yang biasa

dipakai untuk menggolongkan anggota-anggota masyarakat ke dalam suatu

lapisan sosial adalah :

1) Ukuran kekayaan. Anggota masyarakat yang memiliki kekayaan

paling banyak, termasuk dalam lapisan atas. Kekayaan suatu

anggota masyarakat dapat dilihat dari bentuk rumah, kendaraan

yang dimiliki, cara menggunakan pakaian dan bahan pakaiannya,

kebiasaan untuk berbelanja barang-barang mahal dan sebagainya.

2) Ukuran kekuasaan. Anggota masyarakat yang memiliki kekuasaan

atau wewenang terbesar, menempati lapisan atas.

3) Ukuran kehormatan. Ukuran kehormatan tidak dipengaruhi oleh

ukuran kekayaan atau kekuasaan. Seseorang yang paling disegani

adan dihormati mendapat tempat teratas. Hal ini dapat dilihat pada

masyarakat yang masih memegang nilai-nilai yang berlaku di

masyarakat. Biasanya orang yang dihormati adalah golongan tua

dan mereka telah berjasa.

4) Ukuran ilmu pengetahuan. Ukuran ini dipakai oleh masyarakat

yang menghargai ilmu pengetahuan, akan tetapi ukuran ini

terkadang menyebabkan akibat-akibat negatif. Hal ini dikarenakan

ternyata bukan mutu ilmu pengetahuan yang dijadikan ukuran,

tetapi gelar kesarjanaannya, sehingga memacu seseorang untuk

mendapat gelar walau tidak halal

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa setiap lapisan

sosial masyarakat memiliki kriteria yang hampir sama, yaitu yang memiliki

kekayaan, pangkat dan kedudukan yang tinggi akan lebih dihormati dibandingan

dengan orang yang tidak begitu kaya, tidak begitu tinggi pangkat dan kedudukan

yang dimiliki.

Page 36: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINJAUAN SOSIOLOGI …/Tinjauan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Banya Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

3. Hakikat Pendekatan Sosiologi Sastra

a. Pengertian Sosiologi Sastra

Masalah-masalah sastra tidak dapat diselesaikan dengan kriteria objektif

berdasarkan hakikat (seni) sastra saja bila masalah itu menyangkut masyarakat

secara langsung (Pradopo, 2002: 403). Masalah di sini adalah masalah penerima

masyarakat. Artinya, bila penerimaan itu baik maka ada kecocokan antara karya

sastra dengan nilai-nilai di masyarakat. Oleh karena itu, perlu suatu pendekatan

untuk memetakan hubungan karya sastra dengan lingkungan sosial masyarakatnya

dan juga untuk memahami nilai apa saja yang bermanfaat dari karya tersebut.

Damono (dalam Faruk, 2003:4) mengemukakan beberapa pendapat

mengenai aneka ragam pendekatan terhadap karya sastra seperti yang

dikemukakan oleh Wallek dan Warren. Damono menemukan tiga jenis

pendekatan yang berbeda dalam sosiologi sastra, yaitu : (1) sosiologi pengarang

yang mempermasalahkan status sosial, ideologi sosial dan lain-lain yang

menyangkut pengarang sebagai penghasil karya sastra, (2) sosiologi karya sastra

yang mempermasalahkan karya sastra itu sendiri, dan (3) sosiologi sastra yang

mempermasalahkan pembaca dan pengaruh sosial karya sastra.

Endraswara (2003: 77) menjelaskan sosiologi sastra adalah cabang

penelitian yang bersifat reflektif. Penelitian ini banyak dinikmati oleh peneliti

yang ingin melihat sastra sebagai cermin kehidupan masyarakat. Kehidupan sosial

yang berhasil memicu lahirnya karya sastra. Karya sastra yang suskes adalah yang

mampu merefleksi zamannya.

Laurenson (dalam Fananie, 2000: 132) menyebutkan tiga perspektif yang

berkaitan dengan sosiologi sastra, yaitu: (a) perspektif yang memandang sastra

sebagai dokumen sosial yang di dalamnya merupakan refleksi situasi pada masa

sastra itu diciptakan; (b) perspektif yang mencerminkan situasi sosial penulisanya,

dan (c) model yang dipakai karya tersebut sebagai manifestasi dari kondisi sosial

budaya atau peristiwa sejarah.

Page 37: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINJAUAN SOSIOLOGI …/Tinjauan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Banya Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat diartikan bahwa pendekatan

sosiologi sastra adalah suatu pendekatan pada karya sastra untuk menganalisis

segi-segi kehidupan sosial masyarakat baik itu dilihat dari sisi pengarang,

pembaca ataupun keadaan sosial yang terdapat dalam karya sastra tersebut.

b. Kritik Sosial

Kritik sosial digolongkan menjadi dua, yakni “pengecaman” dan

“pengupasan”. Kritik dapat didefinisikan sebagai “kecaman atau tanggapan,

kadang-kadang disertai uraian dan pertimbangan baik buruk terhadap suatu hasil

karya, pendapat, dsb.” Kritik yang cenderung pada pengecaman adalah pengertian

kritik wilayah umun (pragmatik), sedangkan kritik yang cendenrung pada

pengupasan adalah kritik-kritik yang berada di wilayah khusus (diskursif) (

Mulyana, 2012: 1).

Hal tersebut senada dengan pendapat Nurgiyantoro (2005: 331) yang

menegaskan bahwa sastra yang mengandung pesan pesan kritik biasanya akan

lahir di tengah masyarakat jika terjadi hal-hal yang kurang beres dalam kehidupan

sosial dalam masyarakat. Sejalan dengan Abar dan Ahmad (1999:47) kritik sosial

dinyatakan sebagai salah satu bentuk komunikasi dalam masyarakat yang

bertujuan atau berfungsi sebagai kontrol terhadap jalannya sebuah sistem sosial

atau proses bermasyarakat. Dalam konteks inilah kritik sosial merupakan salah

satu variable penting dalam memelihara sistem sosial. Berbagai tindakan sosial

ataupun individual yang menyimpang dari orde sosial maupun orde nilai moral

dalam masyarakat dapat dicegah dengan memfungsikan kritik sosial.

Searah perkembangannya, kritik sastra lebih kepada pengupasan tentang

kendungan yang terjadi dalam karya sastra. Burke (dalam Wibowo, 2012: 1),

menyatakan bahwa sastra idealnya berperan secara estetika dan praktis artinya,

meski karya sastra merupakan dunia dengan tebaran keindahan, tetapi harus

memiliki relevansi dan kontribusi bagi kehidupan. Sastra harus memiliki

kandungan atau isi bermanfaat, mengangkat derajat perikemanusiaan dan

mengajarkan nilai-nilai moral yang luhur Pada umunya karya sastra yang

dievokasi melalui problematika masyarakat inilah yang berhasil diterapkan

Page 38: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINJAUAN SOSIOLOGI …/Tinjauan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Banya Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

sebagai karya yang diperbincangkan sepanjang masa. Dasar pertimbangan jelas

bahwa karya sastra memiliki homologi dan simetris tertentu dengan strukutur

sosialnya. Apabila kemudian ternyata tatanan dan struktur sosial berubah karya itu

pun akan berubah sebab dalam karya sudah terkandung unsur- unsur fleksibilitas

yang memadai yang mampu mengimbangi perubahan dinamika sosial (Ratna,

2003: 160).

Seorang kritikus sastra saat ini harus mampu mengupas apa yang ada

dalam karya sastra, salah satunya dari segi sosial. Jadi, yang dimaksud dengan

kritik sosial adalah suatu ajakan, usul atau ajuran yang bisanya terselubung

dituangkan dalam novel, lakon, film. Kritik itu bertujuan untuk mengadakan

perbaikan terhadap suatu keadaan dalam masyarakat yang dianggap tidak

memuaskan (Djajanegara, 2005: 1). Menurut Goldman (dalam Oekon dan

Soeratno, 2004: 329) karya sastra bukanlah lahir dari struktur yang otonom yang

lahir dengan sendirinya, tetapi merupakan hasil strukturisasi pikiran subjek

penciptanya yang timbul akibat interaksi antara dirinya dengan situasi social

ekonomi dan sosial.

Sebagaimana manusia sendiri bersifat organik, kumpulan manusia pun

juga punya sifat organik. Di dalam ada pula daya hidup dan daya mati. Tiranisme,

fasisme, anarki, oligarki, ologolopi, kolonialisme, mafia, kekolotan, pelacuran,

korupsi, kriminalitas dan segala macam bentuknya dan sebagainya yang serupa itu

adalah bentuk daya mati yang merupakan penyakit di dalam masyarakat. Karena

semuanya itu juga merusak daya akal, daya organisasi, daya mobilitas, daya

tumbuh kembang, daya inisiatif para anggota masyarakat yang merupakan daya

hidup, sehingga mereka menjadi manusia rendah sumber dayanya (Rendra, 2001:

18).

Hal tersebut senada dengan pernyataan Waluyo (1987: 119), kritik sosial

adalah sebuah tema dalam karya sastra tentang adanya ketidakadilan dalam

masyarakat, dengan tujuan untuk mengetuk nurani pembaca agar keadilan sosial

ditegakkan dan diperjuangkan. Kritik sosial adalah sanggahan terhadap hal-hal

yang dianggap menyalahi aturan, hukum dan tata nilai yang sudah menjadi

Page 39: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINJAUAN SOSIOLOGI …/Tinjauan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Banya Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

konvensi umum. Kritik sosial dalam karya sastra adalah sarana pengarang untuk

menyampaikan ketidakpuasannya terhadap sendi-sendi kehidupan masyarakat.

Sebagaimana fungsi kritik sosial, yakni mengupas keadaan sosial yang

terjadi dalam karya sastra. Dimensi sosial yang diangkat dalam teori kritik sastra

Marx dan Engels menggunakan teori Hegel yang menyatakan bahwa sejarah

berlangsung melalui resolusi atau pertentangan di dalam beberapa aspek realitas

tertentu dan keduanya mengedepankan deskripsi para meterialis tentang sejarah

yang berpusat pada pergolakan dan penekanan pada masyarakat.

Berbeda dengan ahli ilmu pengetahuan yang membuat statistik dengan

fakta-fakta, maka seniman itu memilih fakta-fakta yang mana yang paling plastis

untuk menggambarkan situasi kehidupan sosial, politik, ekonomi, maupun

kultural yang memang lebih banyak menjadi pendekatan bagi seniman (Rendra,

2001: 14).

Novel Indonesia sejak awal pertumbuhannya hingga dewasa ini boleh

dikatakan mengandung unsur pesan kritik sosial walaupun dengan tingkat

intensitas yang berbeda. Kehidupan sosial yang dikritik dapat bermacam-macam

seluas lingkup sosial itu sendiri. Pada umunya karya sastra yang bernilai tinggi

yang di dalamnya menampilkan pesan-pesan kritik sosial. Namun, perlu

ditegaskan bahwa karya-karya tersebut menjadi bernilai bukan lantaran pesan itu

melainkan lebih ditentukan oleh koherensi semua unsur intrinsiknya. Pesan moral

yang merupakan salah satu unsur pembangun karya fisik saja, yang sebenarnya

justru tidak mungkin terlihat dipaksakan dalam karya baik, walaupun hal itu

mungkin sekali sebagai pendorong ditulisnya sebuah karya. Selain itu, pesan

moral pun, khususnya kritik sosial, dapat mempengaruhi aktualisasi karya

bersangkutan (Nurgiyantoro, 2005: 330-331)

Penggambaran kritik sosial dalam novel merupakan catatan sejarah.

Masyarakat dalam interaksinya membentuk kelas, strata, konflik, sehingga

penyair bisa menuangkan idenya untuk memperbaiki masyarakat. Selain itu

sebuah karya sastra adalah paparan dari ketidak berterimaan sistem yang terjadi

dalam masyarakat.

Page 40: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINJAUAN SOSIOLOGI …/Tinjauan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Banya Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

4. Hakikat Nilai Pendidikan

a. Pengertian Nilai Pendidikan

Realitas dalam karya sastra yang baik sebagai hasil imajinasi dan

kreativitas pengarang terkadang dapat memberikan pengalaman total pada

pembaca. Dengan kreativitas dan kepekaan rasa, seorang pengarang bukan saja

mampu menyajikan keindahan rangkaian cerita, melainkan juga mampu

memberikan pandangan yang berhubungan dengan renungan tentang agama,

filsafat, serta beraneka ragam pengalaman tentang problema hidup dan kehidupan.

Bermacam-macam wawasan itu disampaikan pengarang lewat rangkaian kejadian,

tingkah laku dan perwatakan para tokoh, ataupun komentar yang diberikan

pengarangnya.

Dengan adanya bermacam-macam wawasan yang terkandung dalam karya

sastra, pada dasarnya suatu karya sastra yang bermutu dan berbobot akan selalu

mengandung bermacam-macam nilai didik tentang kehidupan yang bermanfaat

bagi pembaca.

Berkaitan dengan nilai pendidikan dalam karya sastra, Edy (1983: 121)

mengatakan bahwa sastra harus bersifat mendidik. Tetapi dalam perannya sebagai

alat mendidik masyarakat tidaklah harus menggurui atau menunjukkan apa yang

hendak dituju oleh seorang atau masyarakat seperti halnya yang terdapat dalam

sastra propaganda atau sastra slogan Lekra. Ia dapat berupa sesuatu yang menjadi

alat untuk membangkitkan rasa semangat, memulihkan kepercayaan diri sendiri

dan melepaskan ketegangan-ketegangan batin. Di sinilah letak edukatif karya

sastra.

Nilai-nilai pendidikan sangat erak kaitannya dengan karya sastra. Setiap

karya sastra yang baik (termasuk novel) selalu mengungkapkan nilai-nilai luhur

yang bermanfaat bagi pembacanya. Nilai pendidikan yang dimaksud dapat

mencakup nilai pendidikan moral, agama, sosial, maupun estetis (keindahan). Hal

yang sesuai dengan pernyataan Waluyo (1990: 27) bahwa nilai sastra berarti

kebaikan yang ada dalam makna karya sastra bagi kehidupan. Nilai sastra dapat

Page 41: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINJAUAN SOSIOLOGI …/Tinjauan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Banya Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

berupa nilai medial (menjadi sarana), nilai final (yang dikejar seseorang), nilai

cultural, nilai kesusilaan, dan nilai agama.

Nilai dalam sastra menurut Waluyo (1992:28) adalah “kebaikan yang ada

dalam makna karya sastra bagi kehidupan seseorang”. Hal ini berarti bahwa

dengan adanya berbagai wawasan yang terkandung dalam karya sastra khususnya

novel, menunjukkan bahwa pada dasarnya karya sastra akan selalu mengandung

bermacam-macam nilai kehidupan yang akan sangat bermanfaat bagi pembaca.

Nilai yang terdapat dalam karya sastra sangat bergantung pada persepsi

dan pengertian yang diperoleh pembaca. Pembaca perlu menyadari bahwa tidak

semua karya sastra dengan mudah dapat diambil nilai pendidikannya. Niali yang

terdapat dalam karya sastra dapat diperoleh pembaca jika karya yang dibacanya

itu menyentuh diri dan perasaannya.

Berdasarkan pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa yang

dimaksud dengan nilai sastra, yaitu sifat-sifat (hal-hal) atau merupakan sesuatu

positif yang berguna dalam kehidupan manusia dan pantas untuk dimiliki tiap

manusia. Dalam pengertian ini nilai adalah sesuatu yang berhubungan dengan

etika (baik dan buruk), logika (benar dan salah), estetika (indah dan jelek).

Berbagai nilai pendidikan dapat ditemukan dalam karya sastra. Nilai didik

di dalamnya tidak hanya terbatas soal kabajikan dan moral saja, tetapi ada nilai

lain yang lebih khas sastra. Walaupun masih banyak nilai lain, tetapi berbicara

tentang nilai didik, orang langsung berasosiasi kepada moral, etika dan kebajikan.

Hal ini wajar sebab sesuatu yang baik merupakan inti pendidikan. Sastra memiliki

nilai didik kesusilaan, mengandung nilai estetika, dan memperjuangkan hal-hal

yang baik dan benar.

Dari beberapa pendapat tentang nilai pendidikan yang terdapat dalam

karya sastra di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa ada beberapa nilai pendidikan

yang bisa diperoleh dari sebuah cerita (dalam hal ini novel). Nilai pendidikan itu

diantaranya adalah yang berhubungan dengan moral, agama, budaya, sosial, dan

sebagainya.

b. Macam – macam Nilai Pendidikan

Page 42: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINJAUAN SOSIOLOGI …/Tinjauan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Banya Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

1) Nilai Pendidikan Agama

Agama adalah hal yang mutlak dalam kehidupan manusia sehingga dari

pendidikan ini diharapkan dapat terbentuk manusia religius. Mangunwijaya

(dalam Nurgiyantoro, 2002:327) menyatakan bahwa agama lebih menunjukkan

pada kelembagaan kebaktian kepada Tuhan hukum-hukum resmi. Religius, di

pihak lain melihat aspek yang di lubuk hati, riak gentar nurani, totalitas ke dalam

pribadi manusia. Dengan demikian, religius bersifat mengatasi lebih dalam dan

lebih luas dari agama yang tampak formal dan resmi.

Pernyataan diatas sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh

Koentjaraningrat (1985:145) bahwa makin ia taat menjalankan syariat agama

maka makin tinggi pula tingkat religiusitasnya. Di lain pihak, Dojosantoso (

dalam Suwondo, 1994:63) menyatakan bahwa “religius” adalah “ keterkaitan

antara manusia dengan Tuhan sebagai sumber ketentraman dan kebahagiaan”.

Keterkaitan manusia secara sadar terhadap Tuhan merupakan cermin sikap

manusia religius.

Nilai pendidikan agama atau keagamaan dalam karya sasta sebagaian

menyangkut moral, etika, dan kewajiban. Hal ini menunjukkan adanya sifat

edukatif (Nurgiyantoro, 2002: 317). Dasar dari pendidikan agama adalah hakikat

mahluk yang beragaman. Tujuan pendidikan keagamaan adalah membentuk

manusia yang beragama atau pribadi yang religius. Di samping itu, sesuai dengan

Undang-Undang Dasar 1945 pasal 29 ayat 1 dan 2 dan Pancasila sebagai falsafah

Negara Republik Indonesia, pendidikan merupakan segi utama yang mendasari

semua segi pendidikan lainnya. Norma-norma pendidikan kesusilaan maupun

pendidikan kemasyarakatan ataupun sosial, sebagian besar bersumber dari agama.

Betapa pentingnya pendidikan agama itu bagi setiap warga negara, terbukti dari

adanya peraturan pemerintah yang mengharuskan pendidikan agama itu diberikan

kepada anak-anak sejak pendidikan di taman kanak-kanak sampai tingkat

pendidikan tinggi.

2) Nilai Pendidikan Moral

Page 43: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINJAUAN SOSIOLOGI …/Tinjauan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Banya Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

Sering kita menjumpai karya sastra yang menampilkan cerita-cerita dan

kisah-kisah yang penuh nilai didik. Karya sastra demikian itu sungguh potensial

untuk digunakan sebagai sarana mengajarkan budi pekerti yang luhur dan teladan-

teladan yang terpuji.

Moral merupakan laku perbuatan manusia dipandang dari nilai-nilai baik

dan buruk, benar dan salah, dan berdasarkan adat kebiasaan di mana individu

berada (Nurgiyantoro, 2002: 319). Pendidikan moral memungkinkan manusia

memilih secara bijaksana yang benar dan yang salah atau tidak benar. Pesan-pesan

moral memilih secara bijaksana yang benar dan yang salah atau tidak benar.

Pesan-pesan moral disampaikan pengarang secara langsung dan bisa pula tidak

secara langsung. Makin besar kesadaran manusia tentang baik dan buruk itu maka

makin besar moralitasnya. Pendidikan besar sekali pengaruhnya atas

perkembangan moralitas. Seseorang yang makin terang pengetahuannya tentang

sesuatu yang baik dan yang tidak baik, akan mudah mengadakan pilihan.

Moral diartikan sebagai norma dan konsep kehidupan yang dijunjung

tinggi oleh masyarakat. Nilai-nilai pendidikan moral tersebut dapat mengubah

perbuatan, perilaku, dan sikap serta kewajiban moral dalam masyarakat yang baik

seperti budi pekerti, akhlak, dan etika (Widagdo, 2001:30).

Nilai moral yang terkandung dalam karya sastra juga bertujuan untuk

mendidik manusia agar mengenal nilai-nilai etika dan budi pekerti. Nilai-nilai

pendidikan moral menujukkan peraturan-peraturan tingkah laku dan adat istiadat

seorang individu dari suatu kelompok yang meliputi perilaku, tata krama yang

menjunjung tinggi budi pekerti dan nilai susila.

Widagdo (2001: 31-32) mengemukakan bahwa seseorang belum

dikatakan bermoral apabila dia melihat atau melakukan kejahatan dan tidak

berusaha memberantasnya, hanya dengan alasan amal perbuatan dan kejahatan itu

tidak mengenai atau merugikan dirinya. Sebagai pengemban nilai-nilai moral

setiap orang harus merasa terpanggil untuk mengadakan reaksi, kapan, dan di

mana saja melihat perbuatan yang menginjak nilai-nilai moral.

Nilai moral dalam karya sastra biasanya bertujuan untuk mendidik

manusia agar mengenal nilai-nilai estetika dan budi pekerti. Nilai pendidikan

Page 44: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINJAUAN SOSIOLOGI …/Tinjauan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Banya Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

moral menunjukkan peraturan-peraturan tingkah laku dan adat istiadat seorang

individu atau dari suatu kelompok yang meliputi, tata krama yang menjunjung

tinggi budi pekerti dan nilai susila.

3) Nilai Pendidikan Sosial

Kata “sosial” berasal dari bahasa Latin Socio yang berarti “menjadikan

teman”, kata socio juga berarti petunjuk umum kearah kehidupan bersama

manusia dalam masyarakat ( Suwondo, 1994:128).

Sosial dapat diartikan hal-hal yang berkenan dengan masyarakat atau

kepentingan umum. Nilai sosial merupakan hikmah yang dapat diambil dari

perilaku sosial adalah aspek-aspek budaya. Hasan dan Salladin (1996:83)

menyatakan nilai sosial adalah aspek-aspek budaya yang diupayakan oleh

kelompok untuk memperoleh makna atau penghargaan yang tinggi. Pendapat lain

dikemukakan oleh Bertrand (dalam Soelaeman, 1988:9) bahwa nilai sosial adalah

suatu kesadaran dan emosi yang relatif lestari terhadap suatu objek, gagasan, atau

orang.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa manusia selain sebagai makhluk

individu juga sebagai makhluk sosial karena ia tidak dapat lepas dalam

hubungannya dengan manusia lain. Nilai pendidikan sosial akan menjadikan

manusia sadar akan pentingnya kehidupan kelompok dalam ikatan kekeluargaan

antara individu satu dengan lainnya. Bertolak dari beberapa pengertian nilai sosial

di atas dapat disimpulkan bahwa nilai sosial adalah suatu aspek-aspek budaya

yang disertai kesadaran emosi terhadap objek untuk memperoleh makna atau

penghargaan.

Karya sastra juga mengungkapkan nilai pendidikan sosial. Dengan

membaca banyak karya sastra, diharapkan perasaan pembaca lebih peka terhadap

persoalan-persoalan kemanusiaan, lebih dalam pengahayatan sosialitasnya,

sehingga lebih mencintau keadilan dan kebenaran.

Tata nilai sosial tertentu akan mengungkapkan sesuatu hal yang dapat

direnungkan. Dalam karya sastra dengan ekspresinya, pengungkapan nilai sosial

Page 45: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINJAUAN SOSIOLOGI …/Tinjauan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Banya Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

berpadu dengan tata kehidupan sosial sebenarnya. Pada ahkirnya dapat dijadikan

cermin atau sikap para pembacanya. (Suyitno, 1986: 31).

Nilai pendidikan sosial diambil dari sebuah cerita, dalam hal ini adalah

novel bisa dari hal-hal yang bersifat positif ataupun negatif. Kedua hal tersebut

perlu disampaikan agar kita dapat memperoleh banyak teladan yang bermanfaat.

Segi positif harus ditonjolkan sebagai hal yang patut ditiru dan diteladani.

Demikian pula segi negatif perlu dikatakan serta ditampilkan pada pembaca. Hal

ini dimaksudkan agar kita tidak tersesat, bias membedakan mana yang baik dan

mana yang buruk.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang

dilakukan oleh Nuraini tahun 2007 dengan judul “ Novel Saman dan Larung

Karya Ayu Utami (Kajian Sosiologi Sastra dan Nilai Pendidikan. Dalam

penelitian yang dilakukan oleh Nuraini, aspek yang dikaji adalah sosiologi sastra

yaitu, kritik sosial. Kritik sosial yang terdapat di dalam novel Saman dan Larung

dapat dilihat dari lapisan sosial masyarakatnya yang mengedepankan tingkat

pendidikan dan ekonomi. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Nuraini tersebut

dengan penelitian ini adalah sama-sama mengangkat masalah sosial.

Dalam novel Ayahku (Bukan) Pembohong, masalah sosial yang

ditampilkan adalah tentang kehidupan manusia yang serakah dan tidak bisa

memanfaatkan hasil bumi dengan baik. Sehingga kehidupan mereka yang dulunya

sejahtera dan penuh dengan hasil bumi yang melimpah menjadi penuh

kesengsaraan. Karena seluruh hasil bumi yang dulu dijadikan penopang hidup,

telah terkuras habis tanpa sisa.

Selanjutnya penelitian lain yang relevan dengan penelitian ini adalah

penelitian yang dilakukan oleh Theresia Sri Susetianingsih tahun 2010 dengan

judul “ Bidadari-Bidadari Surga Karya Tere Liye ( Tinjauan Sosiologi Sastra dan

Nilai Pendidikan). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Susetianingsih

mengkaji tentang pandangan pengarang dalam novel Bidadari-Bidadari Surga

Page 46: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINJAUAN SOSIOLOGI …/Tinjauan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Banya Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

Karya. Hal tersebut menggambarkan cerita kehidupan yang sederhana dari

seorang petani yang bekerja keras untuk mencukupi kebutuhannya dan disertai

pengorbanan dan keikhlasan untuk mencapai kesuksesan. Cara tokoh membangun

ekonomi keluarga dengan mengetrapkan fungsi ekonomi. Nilai pendidikan yang

terkandung dalam novel Bidadari-Bidadari Surga tentang kesadaran menyusun

masa depan yang gemilang bagi generasi muda yang akan hidup di mana

tantangan kehidupan makin kompleks dan beragam.

Penelitian tersebut juga menggunakan novel karya Tere Liye, tetapi

berbeda judul novelnya. Meskipun bahan kajiannya sama, tetapi aspek yang

dikaji berbeda. Dalam penelitian ini mengkaji tentang kritik sosial dan nilai

pendidikan, sedangkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Susetianingsih lebih

ke pandangan pengarang. Namun ada kesamaan, yaitu sama-sama mengkaji nilai

pendidikan yang terdapat dalam novel, tetapi jelas berbeda nilai pendidikan yang

terkandung dalam novel Bidadari-Bidadari Surga dengan novel Ayahku (Bukan)

Pembohong. Nilai pendidikan yang terkandung dalam novel ini adalah perjuangan

seorang anak dalam mengapai impian-impian dalam hidupnya dengan menjadikan

cerita-cerita yang sederhana dari seorang ayah yang mampu menginspirasi

anaknya menjadi orang hebat.

C. Kerangka Berpikir

Karya sastra merupakan cerminan realita kehidupan masyarakat. Untuk

memahami dan menangkap makna karya sastra maka dibutuhkan sebuah

pendekatan. Pendekatan sosiologi sastra, yaitu metode pengkajian sastra yang

berorientasi kepada pandangan bahwa karya sastra adalah mimesis atau tiruan

terhadap kenyataan. Sasaran pendekatan sosiologi sastra yang digunakan dalam

penelitian ini adalah kritik sosial yang dikemukakan oleh pengarang dalam novel

ini. Sebagai salah satu bahan kajian dalam pendekatan sosiologi sastra.

Berdasarkan kajian teori tentang tinjuan sosiologi sastra dan nilai

pendidikan novel dapat dibuat suatu kerangka berpikir yang akan mengkaji

bagaimana struktur novel dalam penelitian ini akan dijabarkan secara jelas unsur

pembangun novel, yaitu unsur intrinsik. Ada lima unsur intrinsik yang akan

Page 47: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINJAUAN SOSIOLOGI …/Tinjauan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Banya Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

dibahas di sini, yaitu: plot/ alur cerita, tema, penokohan, latar/setting, sudut

pandang. Kelima untuk tersebut akan dikaji secara lengkap dalam penelitian ini.

Selanjutnya adalah mengkaji kritik sosial apa saja yang terdapat dalam

novel ini. Karena penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologi sastra maka

kritik sosial adalah salah satu bahan yang akan dikaji dalam penelitian ini dengan

mendalam. Kritik sosial yang ada dalam novel ini berkaitan dengan kehidupan

pada zaman dahulu yang sarat dengan perampasan kekuasaan suatu suku yang

hidup di masa itu. Penjajah dengan kejamnya mengambil alih harta benda dan

kekuasaan yang dimiliki Suku Penguasa Angin dengan persenjataan modern yang

mereka miliki, sehingga semua rakyat Suku Penguasa Angin hidup dalam

kesengsaraan beratus-ratus tahun, karena mereka tidak memilki persenjataan

untuk melawan penjajah. Selain itu, juga penjajah merusak mereka dengan candu

(ganja) yang menjadikan rakyat Suku Penguasa Angin makin hancur dan rusak

pula kehidupan mereka akibat candu tersebut.

Nilai pendidikan juga dikaji dalam penelitian ini. Pada novel Ayahku

(Bukan) Pembohong banyak sekali mengandung nilai pendidikan yang dapat

dijadikan teladan bagi siapa saja. Dalam novel ini diceritakan bagaimana

perjuangan seorang anak yang hidup dalam kesederhanaan cerita-cerita dari

ayahnya yang ia jadikan inspirasi untuk mencapai segala impiannya. Bukan

karena cerita-cerita tersebut saja ia ahkirnya bisa mencapai impiannya, karena

usaha dan kerja keras penuh semangat dan pantang menyerah yang menjadikan

dia seorang arsitek yang handal.

Page 48: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINJAUAN SOSIOLOGI …/Tinjauan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Banya Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

Untuk memperjelas kajian teori dan kerangka berpikir di atas dapat dilihat

pada Gambar 1 di bawah ini.

Gambar 1. Kerangka Berpikir

Novel

Ayahku ( Bukan) Pembohong

Analisa Sosiologi Sastra

Struktur Novel Kritik Sosial

Nilai Pendidikan

Kesimpulan

Page 49: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINJAUAN SOSIOLOGI …/Tinjauan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Banya Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang dilaksanakan dengan

studi pustaka, sehingga tidak terkait oleh tempat dan waktu penelitian karena

objek yang dikaji adalah berupa naskah (teks) sastra, yaitu novel Ayahku

(Bukan) Pembohong. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada bulan Januari

sampai dengan bulan April 2012. Rincian waktu dan jenis kegiatan penelitian ini

dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.

Tabel 1. Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan

Bulan/ Tahun 2012

No

Kegiatan

Waktu

Jan

Feb

Maret

April

Mei

Juni

1. Pengajuan Judul

2. Pengajuan Proposal

3. Perizinan Penelitian

4. Pengumpulan Data

5. Analisis Data

6. Penyusunan Laporan

B. Bentuk dan Strategi Penelitian

Bentuk dan strategi penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, yaitu dengan

membuat deskripsi secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan

hubungan kausal dengan fenomena yang diteliti. Penelitian ini menggunakan

pendekatan sosiologi sastra, yaitu pendekatan dalam menganalisis karya sastra

dengan mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan untuk mengetahui makna

totalitas suatu karya sastra.

Page 50: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINJAUAN SOSIOLOGI …/Tinjauan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Banya Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

C. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumen, yaitu

kutipan kalimat-kalimat dari novel Ayahku (Bukan) Pembohong karya Tere Liye

yang diterbitkan oleh penerbit PT Gramedia Pustaka Utama (Jakarta).

D. Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah analisis dokumen yang

berupa novel. Langkah-langkah pengumpulan datanya sebagai berikut :

1. membaca novel Ayahku (Bukan) Pembohong; dan

2. mencatat kutipan kalimat-kalimat yang mengambarkan unsur intrinsik,

kritik sosial, dan nilai pendidikan dalam novel Ayahku (Bukan)

Pembohong

E. Validiatas Data

Dalam penelitian ini, uji validitas data yang digunakan penulis adalah

triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau

sebagai pembanding terhadapt data tersebut (Moleong,2001: 178).

Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Triangulasi teori, yaitu melakukan penelitian terhadap topik yang sama

dan datanya dianalisis dengan menggunakan teori yang berbeda-beda.

32

Page 51: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINJAUAN SOSIOLOGI …/Tinjauan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Banya Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

F. Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

analisis jalinan atau mengalir (flow model of analysis) yang meliputi tiga

komponen, yaitu: (1) Reduksi data, (2) Penyajian data, dan (3) Penarikan

kesimpulan ( Miles dan Huberman, 1992: 16-20). Ketiga komponen tersebut dapat

dijelaskan sebagai berikut :

1. Reduksi data (data reduction), yaitu kegiatan memilih data sesuai dengan

objek kajian dalam penelitian.

Pada bagian ini langkah yang dilakukan, yaitu mencatat data yang

diperoleh dalam bentuk uraian yang terperinci. Data yang diambil berupa

kata-kata tertulis dalam novel Ayahku (Bukan) Pembohong karya Tere

Liye yang mengungkapkan deskripsi tentang stuktur novel tersebut yang

meliputi unsur-unsur intrinsik, kritik sosial, dan nilai pendidikan. Data

dalam penelitian ini adalah informasi-informasi yang mengacu pada

permasalahan novel tersebut.

2. Penyajian data (data display), yaitu menyusun informasi atau data secara

teratur dan terperinci agar mudah dipahami dan dianalisis.

Kegiatan analisis data yang dilakukan adalah :

a. Menganalisis data yang berupa dialog maupun kalimat-kalimat yang

diperoleh dari novel Ayahku (Bukan) Pembohong dan menunjang atau

mewakili jawaban rumusan masalah.

b. Setelah analisi data diperoleh maka akan diperoleh deskripsi tentang

unsur intrinsik, kritik sosial, dan nilai pendidikan yang terkandung

dalam novel Ayahku (Bukan) Pembohong.

c. Akan dibahas lebih dalam novel Ayahku (Bukan) Pembohong dengan

menggunakan pendekatan sosiologi sastra.

Page 52: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINJAUAN SOSIOLOGI …/Tinjauan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Banya Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

3. Penarikan kesimpulan (conclusion drawing), yaitu kegiatan menyusun

kesimpulan dari data yang sudah diperoleh sejak awal penelitian.

Simpulan ini masih bersifat sementara, untuk itu perlu adanya verifikasi

(penelitian kembali tentang kebenaran laporan) selama penelitian

berlangsung. Ketiga komponen tersebut saling berkaitan dan dilakukan

secara terus-menerus dari awal, saat penelitian berlangsung dan sampai

ahkir penelitian. Untuk lebih jelas dilihat pada Gambar 2 di bawah ini.

Masa Pengumpulan Data

-----------------------------------------------

Reduksi Data

Antisipasi Selama Pasca

Penyajian Data = Analisis

Selama Pasca

Penarikan Kesimpulan

Selama Pasca

Gambar 2. Model Analisis Jalinan atau Mengalir

(Sumber: Miles dan Huberman, 1992: 18)

G. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini melalui beberapa tahap, antara lain:

1. Pengumpulan data yang berupa kutipan dari novel Ayahku (Bukan)

Pembohong karya Tere Liye.

Page 53: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINJAUAN SOSIOLOGI …/Tinjauan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Banya Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

2. Menyeleksi serta memilah data yang berupa kutipan yang berdasarkan

objek yang akan dianalisis yaitu tentang unsur intrinsik, kritik sosial, dan

nilai pendidikan.

3. Menganalisis data yang telah diseleksi

4. Menarik kesimpulan

5. Membuat laporan penelitian.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

1. Kedudukan Tere Liye dalam Susastra Indonesia

Darwis, SE. panggilan di dunia kepengarangan adalah Tere-Liye. Ia lahir

pada tanggal 21 Mei 1979, dan telah memiliki seorang istri bernama Riski Amelia

dan seorang anak bernama Abdulah Pasai. Sekarang , Tere Liye tinggal di Jalan

Abdul Muthalib 12A Senjalamidu, Bandar Lampung.

Pendidikan SD ditempuh di SD Negeri 1 Kikim Timur, Sumatra Selatan.

Ia melanjutkan ke SMP Negeri 1 Kikim Timur, Sumatra Selatan, kemudian masuk

SMA Negeri 9 Bandar Lampung. Setamat SMA, Ia masuk Fakultas Ekonomi

Universitas Indonesia Jurusan Akuntansi. Jadi, pendidikan profesinya sebagai

akuntan. Meskipun Ia mempunyai dua profesi sebagai akuntan dan sebagai

pengarang tetapi ia tetap memegang prinsip profesional dan proporsional. Ia

sangat tegas dalam memberikan batas antara tugas profesi sebagai akuntan dan

profesi sebagai pengarang yang berawal dari hobi.

Sejak di sekolah dasar, Darwis sudah mulai senang dengan pelajaran

mengarang Darwis tertarik dengan dunia kepengarangan karena menulis adalah

hobi yang menyenangkan. Proses kreatif Darwis tanpa disadari. Semua karyanya

berawal dari hobi menulis. Ia sejak kecil memang sudah senang menulis. Ketika

Page 54: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINJAUAN SOSIOLOGI …/Tinjauan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Banya Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

masih duduk di bangku sekolah dasar, ia sudah menulis puisi dan ada yang di

muat di majalah Tomtom. Pada tahun 1997, Selama ia di Bandar Lampung, Ia

banyak menulis artikel dan ikut menulis pada halaman opini surat kabar Lampung

Pos. Ia kemudian pindah ke Jakarta tahun 1998 sampai sekarang. Hasil karya

sastra Darwis utamanya adalah novel, akan tetapi ia juga banyak menulis cerpen,

puisi, pantun, prosa, gurindam, dan artikel-artikel sastra.

Bentuk tulisan novel-novel karya Darwis, cenderung mengungkapkan

gagasan yang sederhana akan tetapi sarat dengan makna yang membuat pembaca

untuk merenung lebih dalam. Novel-novel Darwis sangat khas penuh dengan

nilai-nilai religi Islam dan pesan-pesan moral yang disampaikan dengan cukup

baik. Sebagai pengarang yang masih relatif muda, Darwis salah satu penulis

Indonesia modern yang brillian. Disebut brilian karena sang penulis tidak sekedar

menulis, akan tetapi memasukkan gagasan-gagasan yang sekilas sederhana tetapi

sarat makna dengan nilai-nilai kejujuran, pengorbanan, keikhlasan. Tulisannya

yang menarik bukan hanya karena ceritanya akan tetapi juga karena dapat

mengubah seseorang pembaca menjadi lebih baik.

Kedudukannya dalam susastra Indonesia tidak diragukan lagi. Karena

karya-karya nya selalu mengugah hati setiap pembaca, mampu memberikan

pengaruh yang positif. Karya-karya nya sangat diminati dan di tunggu-tunggu

oleh banyak orang yang mencintai karya sastra dalam hal ini adalah novel. Pada

dasarnya setiap sastrawan yang jenius selalu memiliki aturan penciptaan secara

individual. Menurut Darwis tidak ada tulisan yang baik atau jelek, yang ada

adalah tulisan yang menarik atau tulisan yang tidak menarik. Cara membuat

tulisan yang menarik ia menciptakan ide dalam tulisan yang berbeda yang tidak

dipikirkan oleh orang lain. Membuat tulisan dari sudut pandang yang berbeda,

membuat tulisan-tulisan tentang harapan-harapan dan cita-cita. Saat menulis butuh

niat yang baik yang ikhlas dan diberi bumbu-bumbu dengan gaya bahasa.

Darwis adalah orang melayu, jadi ia sangat mahir sekali bermain dengan

kata-kata. Sama seperti Andrea Hirata, Anwar Fuadi, juga orang melayu sehingga

sangat kaya dengan gaya bahasa. Jadi, kedudukan darwis dalam dunia susastra

36

Page 55: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINJAUAN SOSIOLOGI …/Tinjauan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Banya Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

Indonesia menduduki tingkatan yang tinggi. Karena karya-karya yang ia hasilkan

mampu menduduki rating yang tinggi bagi pencinta sastra Indonesia.

2. Karya-karya Tere Liye dalam Susastra Indonesia

Tere Liye termasuk sastrawan terkenal yang sudah banyak menghasilkan

karya sastra berupa novel. Karya sastra yang telah dihasilkan dan diterbitkan oleh

penerbit Republika, Gramedia Pustaka Umum, Serambi, Grafindo, dan Addprint

diantaranya novel Hafalan Shalat Delisa (2005), Mimpi-mimpi si Patah

Hati(2005), Cintaku Antara Jakarta & Kuala lumpur (2006), The Gogons: James

& Inccrideble I ncident (2006), Kisah Sang Penandai (2007), Moga Bunda

Disayang Allah (2007), Bidadari-bidadari Surga (2008), Senja Bersama Rosie

(2008), Burlian (2009), Rembulan Tenggelam di Wajahmu (2009), Pukat (2009),

Daun yang Jatuh tak Pernah Membenci Angin (2010), Ayahku (Bukan)

Pembohong (2011).

Salah satu karya Darwis yang merupakan bahan kajian dalam penelitian

ini adalah novel Ayahku (Bukan) Pembohong. Novel yang sarat dengan nilai

sosial dan nilai pendidikan yang dapat dijadikan teladan bagi siapa saja yang

membacanya. Ide awal novel ini adalah tentang anak yang dibesarkan dengan

dongeng-dongeng, tentang definisi kebahagiaan, tentang membesarkan anak-anak

dengan sederhana.

Dalam novel Ayahku (Bukan) Pembohong, terdapat kritik sosial yang

sangat membangun, karena kritik tersebut ditampilkan dalam sebuah cerita yang

bagus, sehingga anak-anak akan dapat dengan mudah mencerna apa maksud yang

terkandung di dalamnya. Nilai pendidikan juga banyak dipaparkan dalamnya,

nilai-nilai yang luhur dan bisa dijadikan pelajaran hidup yang sangat berharga.

B. Deskripsi Hasil

1. Struktur Novel Ayahku (Bukan) Pembohong

Dalam bab ini akan dijelaskan tentang struktur yang ada dalam novel

Ayahku (Bukan) Pembohong. Sebuah novel dibangun atas karangka-kerangka

yang saling terpadu. Unsur- unsur yang terbangun dalam novel banyak sekali

Page 56: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINJAUAN SOSIOLOGI …/Tinjauan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Banya Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

dirumuskan oleh para ahli. Namun pada intinya ada dua unsur pembangun novel

yakni unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik

Menurut Nurgiyantoro (2005: 23) ada lima unsur intrinsik , yaitu :

plot/alur cerita, tema, penokohan, latar/setting, sudut pandang. Kelima unsur

intrinsik tersebut dapat dijadikan acuan untuk menjelaskan unsur intrinsik yang

terdapat pada novel Ayahku (Bukan) Pembohong yang dijelaskan di bawah ini.

a. Plot/Alur

Nurgiyantoro (2005: 142-146) berpendapat secara teoretis plot dapat diurutkan

atau dikembangkan ke dalam tahap-tahap tertentu secara kronologis yaitu, tahap

awal, tahap tengah, tahap ahkir. Alur dalam novel Ayahku (Bukan) Pembohong

karya Tere Liye adalah Alur Mundur (regresif) meliputi :

1) Tahap Awal

Tahap awal dalam cerita ini pembaca langsung ditampilkan tentang kehidupan

tokoh utama Dam bersama anak-anaknya. Setelah itu dimulailah tokoh utama

menceritakan tentang masa lalunya, yaitu masa ketika dia masih anak-anak, hal

tersebut dapat dilihat dalam uraian di bawah ini.

Tiga puluh tahun lalu.

“Kau sudah mengantuk, Dam?” ayah tertawa menatapku. Aku

mengeleng kuat-kuat. Tidak . aku pasti bisa bertahan menunggu

siaran langsung ini. Tadi pagi, seluruh teman di sekolah sibuk

meributkan pertandingan ini, bentengkar membela klub

kesayangan masing-masing ( ABP: 8).

Dalam tahap awal juga diceritakan tentang seorang Ayah yang mendidik

anaknya dengan cerita-cerita hebat, sehingga Dam tumbuh menjadi anak dengan

pemahaman yang baik tentang kehidupan ini. Hal tersebut dapat dilihat pada

uraian di bawah ini.

Sejak kecil, bahkan sejak aku belum bisa diajak bicara, Ayah sudah

suka bercerita. Ia menghabiskan banyak waktu menemaniku,

membacakan buku-buku. Ketika halaman buku-buku itu habis,

meski sudah membeli buku-buku terbaru dari dari toko dan

meminjam seluruh tumpukan buku diperpustakaan, ayah mulai

mencomot begitu saja dongeng dari langit-langit kamar. Ia

pendongeng yang hebat. Sepotong benda atau satu kata bisa

berubah menjadi dongeng yang menakjubkan. Entah sejak kapan,

ayah mulai menceritakan masa kecilnya, masa mudanya. Dan aku

Page 57: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINJAUAN SOSIOLOGI …/Tinjauan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Banya Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

tidak tahu lagi mana batas dongeng dan cerita nyata atasa kisah-

kisah itu (AYB :12).

Namun karena cerita-cerita hebat itulah yang membuat Dam tidak lagi

mempercayai ayahnya dan beranggapan ayahnya adalah seorang pembohong dan

cerita-cerita hebat yang ia dengarkan selama ini juga bohong. Hal itu berawal

ketika Ibu Dam meninggal dunia karena sakit yang dideritanya sejak 20 tahun ini.

Hal tersebut dapat dilihat dalam uraian di bawah ini.

“ Maukah kau mendengar sebuah cerita, Dam?” Ayah akhirnya

berica, memecah lengang. “Ayah tahu sejak tadi malam kau sudah

memutuskan untuk membenci cerita ayah. Biarkanlah ini menjadi

cerita terahkir Ayah, dengan demikian semoga kau bisa mengerti,

setidaknya mengerti kalau ibu kau bahagia.” (ABP: 236).

2) Tahap Tengah

Dalam tahap ini dipaparkan konflik yang telah dijelaskan dalam tahap

awal, yaitu tentang kebencian Dam terhadap cerita ayahnya yang Dam anggap

semua itu hanyalah kebohongan semata. Hal itu dipicu karena kemarahan Dam

terhadap Zas dan Qon yang mencari tahu apakah cerita-cerita hebat kakeknya itu

benar atau tidak, yang menyebabkan Dam di panggil kesekolah karena kedua

anaknya sudah tiga hari terahkir bolos sekolah. Hal tersebut dapat dilihat dalam

uraian di bawah ini.

“Zas dan Qon tiga hari terahkir bolos sekolah,” aku memulai

percakapan, mengeser surat pangilan.

“Astaga? Bagaimana mungkin?” Ayah terkejut, meraih surat itu.

Sedangkan istriku sibuk mencengkram lenganku, mengingatkanku

agar bisa menahan diri.

“Mereka bolos…Ke mana?” Ayah meletakkan surat.

“Perpustakaan Kota”, aku menjawab datar.

“Apa yang mereka lakukan di sana? Ayah menepuk-nepuk jaket

lusuhnya.

“Cerita-cerita Ayah. Mereka mencari tahu apakah cerita-cerita

Ayah sungguhan atau bohong. Mereka memeriksa seluruh daftar

buku, mengelilingi semua rak, membaca setiap bab. Mereka bolos

tiga hari untuk memenuhi rasa ingin tahu apakah kakek tersayang

Page 58: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINJAUAN SOSIOLOGI …/Tinjauan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Banya Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

mereka sedang berbohong atau sungguhan saat menceritakan

petualangan hebat masa mudanya.” (ABP: 237).

Hal tersebut membuat Dam semakin membenci ayahnya, bahkan ia tega

mengusir ayahnya dari rumah. Ketika ia pulang dari presentasi gedung 40 lantai

dari luar kota. Dam masuk ruang kerja mendapati kedua anaknya Zas dan Qon

sedang berada di depan laptop. Kedua anak itu sedang mencari sesuatu di mesin

pencari dunia maya, tentang akademi gajah, dan tidak ditemukan laman yang

cocok dengan kata itu. Zas dan Qon juga mencari tahu kebenaran tentang

neneknya yang dulu adalag seorang bintang televisi terkenal dimasanya.

Hal tersebut sontak membuat Dam sangat marah. Kemarahannya kali ini

benar-benar di luar batas kesabarannya. Ketika ayahnya baru pulang, ia langsung

menyergah dengan kata-kata yang membuat suasa menjadi panas. Ia

mengingatkan kembali kepada ayahnya, kalau ayah masih menceritakan cerita-

cerita hebat ayah itu kepada Zas dan Qon maka ayah harus pergi dari rumah ini.

Kemarahan Dam kali ini benar-benar sudah diambang batas, sehingga dia

mengeluarkan kata-kata yang sangat menyakiti ayahnya. Dam menyuruh ayahnya

bilang kepada Zas dan Qon bahwa cerita-cerita itu bohong. Namun ayahnya

bersikukuh bahwa cerita-cerita hebat itu bukanlah bohong dan itu kenyataan.

Karena ayahnya tidak mau mengatakan bahwa cerita-cerita itu bohong, maka Dam

mengancam ayahnya untuk pergi dari rumahnya. Hal tersebut dapat dilihat pada

uraian di bawah ini.

“ Kau sepertinya tidak suka melihat Ayah tinggal disini, Dam.”

Setelah terdiam sejenak, berusaha mati-matian mengendalikan diri,

Ayah menatapku lamat-lamat.

“ Ya, aku tidak suka. Kecuali Ayah bilang pada Zas dan Qon

bahwa cerita-cerita itu bohong,” aku berkata tegas, membalas

tatapan Ayah.

Ayah mengeleng. “Aku tidak berbohong.”

“Kalau begitu Ayah tahu resikonya. Ayah harus pergi

dari…”(ABP: 279).

Ayah Dam pergi dari rumah itulah yang menjadi puncak permasalahan

dalam cerita ini. Hal tersebut disebabkan karena kebencian Dam terhadap cerita-

Page 59: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINJAUAN SOSIOLOGI …/Tinjauan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Banya Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

cerita ayahnya, yang Dam pikir cerita itu juga yang menyebabkan ibu nya

meninggal, dari situlah Dam sampai tega mengusir ayahnya sendiri.

3) Tahap Ahkir

Tahap ahkir adalah tahap bagaimana ahkir dari cerita tersebut. Setelah

pertengkaran itu, kesokan harinya Dam mendapatkan telepon bahwa Ayahnya

masuk rumah sakit. Ternyata setelah pergi dari rumah Dam Ayah pergi pusara

istrinya dan ditemukan pinsan di pemakaman kota. Hal tersebut dapat dilihat pada

uraian di bawah ini.

Dihalaman rumah sakit, petugas yang menjaga makan langsung

menyongsong saat melihatku turun dari mobil, berkali-kali minta

maaf, bilang dia seharusnya melarang Ayah malam-malam, hujan-

hujanan masuk ke pemakaman kota (ABP: 284).

Setelah semalam dirawat ahkirnya Ayah Dam menyusul Istrinya

mengahap sang ilahi. Kebenaran cerita-cerita Ayah ternyata terbukti semua ketika

Ayah Dam dimakamkan. Pemakaman itu sangat ramai sekali, karena ayah dam

selama ini dikenal sebagai orang yang sangat baik, jujur dan sederhana, namun

Dam tidak pernah mengira bahwa pada pemakaman ayahnya akan seramai ini

bahkan antrian pelayat mengular panjang. Hal tersebut dapat dilihat pada uraian di

bawah ini.

Anteran pelayat mengular panjang. Pemakaman ini dihadiri

walikota, keluarga besar Jarjit, teman-teman sekolahku, teman-

teman klub renang, tetangga, kolega, dan kenalan Ayah yang

sebagian besar tidak kukenali. Rombongan demi rombongan,

pasangan demi pasangan, para pelayat datang. Aku mengangguk

pelan menerima setiap kalimat pujian untuk Ayah, kalimat

membersarkan hati, kalimat berdukacita ( ABP: 295).

Cerita tentang suku penguasa angin itu pun terbukti saat pemakaman Ayah

Dam berlangsung. Dam melihat formasi layang-layang besar diatas awan. Selain

itu juga salah satu tamu yang paling mengejutkan adalah kedatangan Sang Kapten

yang menjadi pemain sepak bola idola Dam waktu kecil, dan si Nomor Sepuluh

yang menjadi idola Zas dan Qon. Dam ahkirnya mengetahui semua kebenaran di

pagi itu ketika ayahnya di makamkan, ia tahu bahwa Ayah bukan pembohong.

b. Tema

Page 60: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINJAUAN SOSIOLOGI …/Tinjauan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Banya Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

Brooks, Puser, dan Waren (dalam Tarigan, 1993: 125) mengemukakan

bahwa tema adalah pandangan hidup yang tertentu mengenai kehidupan atau

rangkaian nilai-nilai tertentu yang membentuk atau membangun dasar atau

gagasan dari suatu karya sastra.

Tema yang diangkat dalam novel Ayahku (Bukan) Pembohong

mengungkapkan tentang anak yang dibesarkan dengan dongeng-dongeng, tentang

definisi kebahagiaan dan tentang bagaimana membesarkan anak-anak dengan

sederhana. Seorang ayah yang memutuskan untuk hidup sederhana meskipun dia

lulusan magister luar negeri. Karena hakikat kebahagiaan yang sejati bukan

berasal dari gelar hebat, pangkat tinggi, kekuasaan, harta benda, namun

kebahagiaan yang sejati itu berasal dari hati kita sendiri. Hal tersebut dapat dilihat

dalam kutipan di bawah ini.

“Itulah hakikat sejati kebahagiaan hidup, Dam. Hakikat itu berasal

dari hati kau sendiri. Bagaimana kau membersihkan dan

melapangkan hati, bertahun-tahun berlatih, bertahun-tahun belajar

membuat hati lebih lapang, lebih dalam, dan lebih bersih. Kita

tidak akan pernah merasakan kebahagiaan sejati dari kebahagiaan

yang datang dari luar hati kita. Hadiah mendadak, kabar baik,

keberuntungan, harta benda yang datang, pangkat, jabatan, semua

itu tidak hakiki. Itu datang dari luar. Saat semua itu hilang, dengan

cepat hilang pula kebahagiaan. Sebaliknya rasa sedih, kehilangan,

kabar buruk, nasib buruk, itu semua juga dating dari luar. Saat

semua itu dating dan hati kau dangkal, hati kau seketika keruh

berkepanjangan ( ABP: 291-192).

c. Penokohan

Penokohan adalah sesuatu yang harus ada karena penokohan mempunyai

sifat, ciri atau watak yang dapat menghidupkan peristiwa-peristiwa yang terjadi

dalam cerita. Waluyo (2002: 164) mengatakan bahwa perwatakan berhubungan

dengan karateristik atau bagian watak tokoh-tokoh itu, sedangkan penokohan

berhubungan dengan cara pengarang menentukan dan memilij tokoh-tokoh serta

member nama tokoh itu.

Tokoh utama dalam cerita ini adalah Dam, Ayah, Ibu, Tanni, Zas dan Qon.

Tokoh Tambahan dalam cerita ini adalah Jarjit, Kepala sekolah, Pak Pelatih,

Page 61: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINJAUAN SOSIOLOGI …/Tinjauan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Banya Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

Retro, papa Jarjit, Ibu Jarjit, Si Nomor Sepuluh. Perwatakan masing-masing tokoh

dapat dilihat dalam uraian di bawah ini.

1) Dam

Dam adalah tokoh utama dalam novel Ayahku (Bukan) Pembohong, ia

adalah seorang anak yang memiliki semangat luar biasa dan pantang menyerah

dalam mengapai keinginannya, hal tersebut dapat dilihat dalam uraian di bawah

ini.

Sejak lima hari lalu, saat Tanni mengabarkan berita hebat itu, aku

berlatih lebih sungguh-sungguh, dan tidak ada lagi tidur

kemalaman ( ABP: 42).

Sepuluh detik aku berkutat meraih celanaku yang tertinggal satu

meter di belakang, sambil mengambang, lalu buru-buru

mengenakannya. Tapi tali pinggangnya putus dua tidak bisa ku

ikatkan lagi. Aku mengertakkan gigi. Baiklah, aku tidak akan

menyerah. Aku tidak akan berhenti hanya karena celana sialan ini

(ABP: 45).

Dam juga seorang anak yang rajin, meskipun ia anak laki-laki tetapi ia

tidak engan membantu ibunya untuk mengerjakan perkerjaan rumah yang seharus

nya menjadi pekerjaan seorang perempuan,itu semua karena didikkan dari seorang

ayah yang hebat sehingga mampu menjadikan Dam tumbuh menjadi anak yang

berbeda dengan yang lainnya. Hal tersebut dapat di lihat dalam uraian di bawah

ini.

Esok paginya, setelah hukuman tidak boleh keluar kamar selesai,

aku masuk ke dapur dengan pakaian sekolah rapi dan wangi sabun.

Satu jam lalu, bahkan saat Ayah dan Ibu belum bangun, saat

jalanan masih gelap. Aku juga sudah menggowes sepeda,

mengantar Koran, mengepel lantai, menyiram taman, mengerjakan

seluruh tugas rumah yang kuabaikan sebulan terahkir. ( ABP: 57).

Ibu meletakkan kertas itu di atas meja, sesenggukan, menyentuh

jemari ayah, menatapnya dengan sejuta tatapan cinta. “Kau telah

mendidiknya menjadi anak yang berbeda sekali….sungguh dia

akan tumbuh besar dengan pemahaman baik, hati dan kepala yang

baik, meski itu terlihat aneh dan berbeda dibandingkan jutaan orang

lain ( ABP: 59).

Dia juga anak yang sangat menyayangi kedua orang tuanya, terutama

ibunya, karena ibunya sering sakit-sakitan sejak masih muda akibat penyakit

Page 62: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINJAUAN SOSIOLOGI …/Tinjauan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Banya Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

bawaan yang dideritanya. Dam juga sangat menghormati ayahnya, karena

ayahnya adalah seorang ayah yang hebat dan selalu memberikan pelajaran hidup

yang hebat, sehingga Dam bisa tumbuh menjadi anak yang hebat pula melalui

didikan ayahnya yang hanya seorang pegawai negeri biasa namun dihormati dan

dikenal baik oleh orang seluruh kota. Hal tersebut dapau dilihat dalam uraian di

bawah ini.

“Ibu harus lekas sembuh agar bisa menonton aku bertanding renang

minggu depan. Setelah itu kita menonton sang Kapten bersama-

sama. Pasti menyenangkan.”

Ibu tersenyun, menganguk. Aku menyeka dahinya yang tetap

berkeringat meski udara terasa dingin. Kami hanya diam beberapa

jenak, bersitatap, lalu aku kembali meneruskan memijat lengannya.

“ Aku sayang Ibu,” aku berkata pelan.

“ Ibu juga sayang kau, Sayang.” Ibu tersenyum lagi.

Lima belas menit berlalu, Ibu sepertinya sudah tertidur, aku

beranjak menyelimuti, mematikan lampu, berjinjit ke luar kamar

(ABP: 93).

2) Ayah

Ayah disini adalah Ayah Dam, beliau adalah seorang ayah yang mendidik

anaknya dengan kesederhanaan, dengan cerita-cerita hebat yang memiliki nilai

pendidikan yang sangat berguna untuk membetuk karakter seorang anak yang

memiliki pemahaman hidup yang baik. Ayah adalah seorang yang sangat jujur,

hal tersebut dapat dilihat dari uraian di bawah ini.

Dari percakapan yang aku kuping dari kepala sekolah, pelatih,

tetangga, atau orangtua di sekitarku, mereka sering menyimpulkan :

Ayah terlalu jujur dan terlalu sederhana (ABP: 51-52).

Meskipun ayah lulusan magister luar negeri, namun beliau tidak suka

hidup yang belebihan, beliau lebih memilih menjadi seorang pegawai negeri

golongan biasa, dan memilih hidup yang sederhana. Hal tersebut dapat dilihat dari

uraian di bawah ini.

Keluarga kamu tidak kekurangan, maski tidak juga kaya ( jangan

bandingkan dengan keluara Jarjit). Walaupun lulusan master

hukum luar negeri, ayah hanya menjadi pegawai negeri golongan

menengah, bukan hakim, jaksa, atau pejabat penting seperti teman-

temannya yang bahkan lulusan sekolah hukum terbaik dalam negeri

pun tidak. Lebih tepatnya, hidup kami apa adanya ( ABP: 51).

Page 63: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINJAUAN SOSIOLOGI …/Tinjauan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Banya Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

3) Ibu

Ibu disini adalah Ibu Dam. Ibu memiliki karakter yang sangat baik, beliau

adalah seorang ibu yang sangat menyayangi keluarganya, seorang istri yang

mampu menerima suaminya apa adanya, dan seorang ibu yang senantiasa tegar

dan kuat dalam menghadapi penyakit yang dideritanya selama hampir 20 tahun.

Hal tersebut dapat dilihat dari uraian di bawah ini.

Dua puluh tahun Ibu hidup apa adanya. Sehat empat bulan jatuh

sakit sati-dua minggu. Aku tidak pernah melihat Ibu tertawa

bahagia, kecuali tersenyum atau menangis terharu. Ibu tidak punya

rumah mewah, mobil, perhiasan, hanya berkutat mengurus rumah.

Rutinitas yang sama setiap hari, itu-itu saja. kehidupan Ibu hanya

sekitar itu. Ibu tidak pernah pernah bahagia. Ibu boleh jadi bosan,

tetapi dia tidak pernah mengeluh (ABP: 233).

4) Tanni

Tanni adalah teman semasa kecil Dam. Tetapi setelah mereka tumbuh

dewasa dan saling bertemu kembali setelah berpisah karena keduanya bersekolah

ditempat yang berbeda. Namun pada ahkirnya mereka bertemu kembali dan

memutuskan untuk menikah. Tanni memiliki karakter yang baik, penyayang,

kurang lebih mirip sekali dengan Ibu Dam, selain itu Tanni juga pandai. Hal

tersebut dapat dilihat pada uraian di bawah ini.

Toko bunga Tanni bertambah menjadi dua. Ia pandai mengurus

rumah, mengurus Zas dan Qon, mengurusku, serta mengurus toko

dan kebun bungannya sekaligus. Tanni juga tetap disiplin

mengunjungi Ayah, mengirimkan makanan, bertanya apakah ayah

memerlikan bantuan. Mengajak ayah tinggal bersama kami seperti

menjadi obsesi terbesarnya (ABP: 270).

5) Zas dan Qon

Zas dan Qon adalah anak-anak dari Dam dan Tanni, mereka adalah

mereka adalah anak-anak yang baik. Zas dan Qon juga sangat menyukai cerita-

cerita kakeknya (ayah), selain itu mereka juga anak yang penyayang serta patuh

kepada kedua orang tuanya. Hal tersebut dapat dilihat dalam uraian di bawah ini.

Ayah tertawa, terbatuk sedikit. Zas dan Qon, seperti yang kuduga,

bergegas berebut mengambilkan gelas air minum, sama seperti

waktu aku dulu masih terbilang anak-anak, yang juga semangat

memijat Ayah, mencabuti uban Ayah (yang baru satu dua, jadi

susah dicari), atau mengerjakan pekerjaan rumah seperti menyapu,

Page 64: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINJAUAN SOSIOLOGI …/Tinjauan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Banya Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

mengepel, melakukan apa saja yang disuruhnya, harga atas kisah-

kisah hebat itu (ABP: 5-7).

6) Jarjit

Jarjit adalah teman satu kelas Dam semasa SMP, dia memiliki sifat yang

sombong dan suka mencari masalah, semua itu karna Jarjit sering disbanding-

bandingkan kedua orang tuanya dengan Dam. Hal tersebut yang membuat Jarjit

selalu mencari masalah dengan Dam. Hal tersebut dapat dilihat pada uraian di

bawah ini.

Kau semalam menonton tidak, Pangecut?” Jarjit menoleh

kepadaku. “Atau jangan-jangan di rumah kau tidak ada televisi?”

kerumunan itu tertawa. (ABP: 21)

Ternyata setiap hari papa Jarjit selalu bilang ke Jarjit, ‘Kenapa kau

tidak bisa seperti Dam, bertingkah baik dan menyenangkan?

Kenapa kau tidak bisa seperti Dam, mandiri, melalukan banyak hal,

dan selalu menurut pada orang tua? Kenapa kau tidak seperti Dam

inilah, Dam itulah.’ Astaga, kau jadi anak yang ngetop sekali di

rumah besar mereka, Dam.” (ABP: 66)

Page 65: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINJAUAN SOSIOLOGI …/Tinjauan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Banya Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

7) Pak Pelatih

Pak pelatih disini adalah pelatih renang Dam sekaligus Ayah dari Tanni. Ia

adalah seorang pelatih yang sangat disiplin dan keras, namun semua itu ia lakukan

demi mendapatkan perenang-perenang yang hebat, semua itu terbukti dari

kejuaraan-kejuaraan yang telah dimenangkan klub renang itu setiap tahunnya. Hal

tersebut dapat dilihat pada uraian di bawah ini.

Aku jadi tahu bahwa pelatih yang tegas, keras, dan berwibawa itu

adalah papa Tanni. Seumur-umur melatih. Beliau tidak pernah

memberikan pengecualian selai disiplin tanpa kompromi (ABP:

41).

d. Latar /setting

Latar adalah salah satu unsur karya sastra yang berguna untuk

memberikan pijakan cerita secara konkret dan jelas. Menurut Nurgiyantoro (2005:

227), unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu tempat, waktu,

dan sosial. Ketiga unsur tersebut, walaupun masing-masing menawarkan

permasalahan yang berbeda-beda dan dapat dibicarakan secara sendiri, pada

kenyataanya saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu dengan yang lain.

1) Latar Tempat

Dalam novel Ayahku (Bukan) Pembohong latar tempat tidak begitu

dijelaskan secara detail, latar tempat banyak diceritakan di rumah orangtua Dam

dan di rumah Dam setelah menikah, namun ada beberapa tempat yang menunjang

lainnya, namun tidak banyak digunakan seperti rumah Dam. Latar tempat berikut

adalah sekolah, kolam renang kota, stadion kota, akademi gajah, lembah Bukhara

dab pemakaman kota. Latar atau setting tersebut dapat dijelaskan di bawah ini :

a) Rumah orangtua Dam

Rumah orangtua Dam paling banyak digunakan sebagai latar tempat dalam

novel Ayahku (Bukan) Pembohong, karena novel ini banyak menceritakan tentang

kehidupan keluarga Dam yang sederhana namun selalu bahagia. Rumah keluarga

Dam tidak mewah, tidak besar, tidak juga ada mobil yang terpakir didepan rumah,

namun didalam rumah tersebut Dam dibesarkan menjadi seorang anak yang hebat,

karena ayah Dam mendidik anaknya dengan cerita-cerita yang hebat, dengan

Page 66: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINJAUAN SOSIOLOGI …/Tinjauan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Banya Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

kasih sayang, dengan pemahaman hidup yang baik dan dengan kesederhanaan.

Hal tersebut dapat dilihat pada uraian di bawah ini.

Aku menelan ludah, menatap langit-langit kamar yang gelap. Aku

tidak mengerti. Keluarga kami biasa-biasa saja. ayah hanya

pengawai negeri. Ibu hanya ibu rumah tangga biasa. Kami tidak

memarkir satu mobil pun di garasi (karena kami memang tidak

punya garasi) (ABP: 67).

b) Rumah Dam

Dalam novel ini juga banyak diceritakan di rumah Dam, ketika Dam sudah

menikah, ia membeli sebuah rumah dari hasil kerja keras nya menjadi seorang

arsitek. Hal tersebut dapat dilihat pada uraian di bawah ini.

Aku membeli rumah di pinggiran kota, tidak terlalu besar, tapi

halamannya luas. Uang tabunganku dari mendesain berbagai

proyek pembangunan selama kuliah lebih dari cukup. Tanni

menggunakan uang hadiah pernikahan untuk memulai toko

bunganya. Perjalanan panjang keluarga kecil kami baru saja

dimulai. Aku siap dengan karier arsitekturku. Tanni siap menjadi

ibu rumah tangga dengan kesibukan kecil sebagai florist (ABP:

265).

c) Kolam renang kota

Kolam renang kota juga banyak diceritakan dalam novel ini. Kolam

renang tersebut adalah tempat dimana Dam menjadi perenang yang hebat dan ikut

klub renang kebangganya kotanya. Hal tersebut dapat dilihat pada uraian di bawah

ini.

Kolam renang kota ramai oleh anak-anak. Dua hari lalu, catatan

waktuku sudah dibwah satu menit lima belas detik. Itu syarat utama

lolos menjadi anggota klub renang (ABP: 23).

d) Akademi Gajah

Akamedi gajah merupakan tempat Dam sekolah waktu SMA. Dam banyak

mendapatkan ilmu dan pengalaman yang hebat disekolah ini. Karena disekolah ini

mendidik secara langsung siswa nya dengan praktik, bukan hanya teori saja.

Namun pengalaman yang diutamakan di sekolah ini. Hal tersebut dapat dilihat

pada uraian di bawah ini.

Kau seperti melupakan betapa luar biasanya sekolah di Akademi

Gajah, Dam,” Kepala sekolah berkata takzim.” Kami tidak

mendidik kalian sekadar mendapatkan nilai di atas kertas. Seluruh

Page 67: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINJAUAN SOSIOLOGI …/Tinjauan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Banya Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

kehidupan kalian tiga tahun terahkir, dua puluh empat jam, baik di

kelas ataupun tidak adalah proses pendidikan itu sendiri. Itulah

penilaian yang sebenar-benarnya. Kau lulus dengan baik.” (ABP:

241).

2) Latar Waktu

Di dalam novel Ayahku (Bukan) Pembohong latar waktu hanya dijelaskan

dengan hitungan tahun. Ketika tokoh menceritakan masa lalunya. Tidak ada

penjelasan latar waktu berupa tanggal, jam yang terdapat dalam novel ini. Hal

tersebut dapat dilihat pada uraian di bawah ini.

Tiga puluh tahun lalu (ABP: 8).

Latar waktu dalam novel ini semua dijelaskan dengan menceritakan kisah

Dam tiga puluh tahun yang lalu. Jadi tidak begitu banyak latar waktu yang

digunakan dalam novel Ayahku (Bukan) Pembohong.

3) Latar Sosial

Latar sosial yang ada dalam novel Ayahku (Bukan) Pembohong juga tidak

terlalu banyak. Yang paling menonjol hanya kehidupan keluarga Dam yang

sederhana dan biasa-biasa saja dan kehidupan keluarga Jarjit yang orang tuanya

menjadi seorang pengusaha yang kaya raya. Hal tersebut dapat dilihat pada uraian

di bawah ini.

Aku menelan ludah, menatap langit-langit kamar yang gelap. Aku

tidak mengerti. Keluarga kami biasa-biasa saja. ayah hanya

pengawai negeri. Ibu hanya ibu rumah tangga biasa. Kami tidak

memarkir satu mobil pun di garasi (karena kami memang tidak

punya garasi) (ABP: 67).

e. Sudut pandang

Waluyo ( 2002: 184-185) mengemukakan ada tiga jenis point of view,

yaitu : (1) pengarang sebagai orang pertama dan menyatakan pelakunya sebagai

“aku” dan disebut teknik aku-an; (2) pengarang sebagai orang ketiga dan

menyebut pelaku utama sebagai “dia” teknik ini disebut teknik dia-an; (3) teknik

yang disebut ommiscient narratif atau pengarang serba tahu yang menceritakan

segalanya tokoh dalam ceritanya, tetapi semua tokoh mendapatkan penonjolan.

Page 68: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINJAUAN SOSIOLOGI …/Tinjauan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Banya Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

Sudut pandang atau pusat pengisahan dalam novel Ayahku (Bukan) Pembohong

mengacu pada sudut pandang orang pertama. Hal tersebut dapat dilihat pada

uraian di bawah ini.

Aku berhenti memercayai cerita-cerita Ayah ketika umueku dua

puluh tahun. Maka mala mini, ketika Ayah dengan riang menemani

anak-anaku, Zas dan Qon, menceritakan kisah-kisah hebatnya pada

masa mudanya, aku hanya bisa menghela napas tidak suka. Ingin

sekali menyela, bilang bahwa Zas dan Qon harus segera tidur,

besok mereka harus bangun pagi-pagi, serta bertumpuk alasan

lainnya, mulai dari yang masuk akal hingga yang dibuat-buat.

Sayangnya, istriku sudah dua kali memberikan kode di balik buku

tebal yang sedang dibacanya. Kode itu bilang dengan tegas,

biarkan Ayah menikmati sedikit waktu dengan kedua cucu

menggemaskannya (ABP: 5).

2. Kritik Sosial dalam Novel Ayahku (Bukan) Pembohong

Berbeda dengan ahli ilmu pengetahuan yang membuat statistik dengan

fakta-fakta, maka seniman itu memilih fakta-fakta yang mana yang paling plastis

untuk menggambarkan situasi kehidupan sosial, politik, ekonomi, maupun

kultural yang memang lebih banyak menjadi pendekatan bagi seniman (Rendra,

2001: 14).

Ada tiga kritik sosial yang diungkapkan dalam novel Ayahku (Bukan)

Pembohong karya Tere Liye. Kritik sosial tersebut dikemas dalam sebuah cerita

yang menjadi cerita petualangan ayah Dam waktu masih muda. Hal tersebut dapat

dilihat pada uraian di bawah ini.

a. Kritik sosial yang ditampilkan pada cerita tentang Lembah Bukhara

Pada cerita Lembah Bukhara ini diceritakan tentang kisah adalah sebuah

lembah yang sangat indah, subur, aman dan damai. Namun karena keserakahan

penghuninya lembah tersebut menjadi hancur. Dilembah yang indah ini dijadikan

tempat penambangan emas oleh penghuninya sendiri. Karena ditemukannya emas

disepanjang sungai lembah, membuat para penambang emas dari penduduk luar

bukit Bukhara pun berdatangan untuk menanmbang emas lembah itu.

Hal tersebut dapat dilihat pada uraian di bawah ini.

Menurut cerita Ali Khan, emair Lembah Bukhara yang ayah temui,

seratus tahun silam seluruh keindahan lembah binasa oleh

Page 69: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINJAUAN SOSIOLOGI …/Tinjauan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Banya Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

keserakahan penghuninya, para penambang emas. Mereka datang

sat rombongan disusul rombongan lain (ABP:137).

Kerusakan itu dibuat oleh penghuni Lembah Bukhara sendiri. Karena

lembah tersebut memiliki kekayaan alam yang sangat berlimpah, sehingga sifat

serakah manusiapun tidak dapat dihindarkan. Mereka berlomba-lomba mencari

emas, dari keserakahan pasti akan menimbulkan bencana dan kesengsaraan. Hal

itu terjadi disebabkan penambang emas yang merusak semua tumbuhan yang ada

dihutan bahkan ditepi gunung, sehingga gunung yang dulunya indah menjadi

lereng gunung yang sompal seperti kue yang terpangkas dan berubah menjadi

gersang dan hamparan lembah yang hijau permai berubah menjadi padang pasir

yang tandus dan panas dan tidak menyisakan apapun. Hal tersebut dapat dilihat

pada uraian di bawah ini:

Lereng gunung sompal bagai kue yang dipangkas, berubah cokelat

dan gersang. Hanya dalam hitungan tahun, seluruh hutan yang luas

hampir sebesar kota kita berubah menjadi padang pasir. Tandus,

panas, tidak menyisakan apa pun selain kesedihan ( ABP:137).

Setelah kerusakan terjadi dimana-mana, lembah yang dulu hijau permai

dan memiliki kekayaan alam yang berlimpah. Sekarang semuanya tinggal puing-

puing kerusakan yang ditinggalkan dimana-nama. Hal tersebut yang banyak

memicu pertengkaran. Karena tidak adanya kemakmuran dan sulitnya mencari

nafkah para penduduk mencari jalan pintas. Mereka melaukan kejahatan,

merendahkan harga diri demi mendapatkan makanan supaya dapat bertahan

hidup. Karena lembah yang dulu hijau dan penuh dengan lading-ladang yang

subur dan hutan yang memberikan nafkah telah habis dan rusak karena keserakan

penduduknya sendiri dan pendatang yang melakukan penambangan emas hingga

habis tak tersisa. Hal tersebut dapat dilihat dalam uraian di bawah ini.

Orang-orang mencari jalan pintas, melakukan

kejahatan,merendahkan harga diri. Lembah itu menjadi pemukiman

yang tidak beradab. Sementara para pendatang sudah jauh

meninggalkan mereka entas sedang merusak dimana lagi. Warga

lembah harus menanggung keserakahan mereka membiarkan

pendatang menambang emas (ABP:138).

Page 70: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINJAUAN SOSIOLOGI …/Tinjauan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Banya Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

b. Kritik sosial yang ditampilkan pada cerita tentang Suku Penguasa Angin

Cerita tentang suku penguasa angin, merupakan kritik sosial yang

disampaikan oleh pengarang melalui cerita petualangan yang dilakukan oleh ayah

Dam. suku penguasa angin merupakan suku yang tinggal diperkampungan yang

memiliki padang pasir yang luas. Mengapa disebut suku penguasa angin karena

suku tersebut mampu membuat layang-layang raksasa dan mereka dapat

menerbangkan layang-layang tersebut dan menaikinya. Karna itulah mereka

disebut suku penguasa angin. Hal tersebut dapat dilihat pada uraian di bawah ini.

“ Kami penguasa angin, orang asing. Tentu saja kami pandai

memainkan layang-layang.”Tutekong tertawa saat Ayah bertanya

kenapa suku ini suka sekali bermain layang-layang ( ABP: 155).

Selain itu, penduduk perkampungan suku penguasa angin bukan orang-

orang yang sibuk mengurus dirinya sendiri, ambisius, dan penuh rencana. Mereka

hidup dalam kerukunan, menjalani hidup apa adanya, sehingga kehidupan mereka

bangaikan musik indah yang selalu diputar terus menerus, dan mereka hidup

dengan pemahaman yang baik tentang makna sebuah kehidupan. Hal tersebut

dapat dilihat pada uraian di bawah ini.

Mereka bukan orang-orang yang sibuk mengurus dirinya sendiri,

ambisius, dan penuh rencana, mereka orang-orang yang suka

bergurau, bercengkrama, dan bermain. Mereka menjalani hidup

dengan sebenar-benarnya hidup yang harus dijalani, mengalir apa

adanya (ABP: 155).

Akan tetapi hidup yang dirasakan oleh suku penguasa angin tersebut

bukan tanpa suatu perjuangan yang panjang. Mereka juga memiliki sejarah yang

gelap yang mereka rasakan dua ratus tahun silam. Ketika penjajah datang

diperkampungannya. Merusak semua yang ada diperkampungan itu dan

mengambil alih semuanya tanpa tersisa. Tanah kelahiran yang dulu menjadi

tempat tinggal yang permai sekarang sudah tidak ada lagi. Ladang pengembala

yang mereka jadikan tempat untuk ternak mereka juga sudah tidak tersisa lagi. Hal

tersebut dapat dilihat pada uraian di bawah ini.

Seminggu tinggal bersamanya, Tutekong berbaik hati menceritakan

potongan paling gelap dalam sejarah suku penguasa angin. Ketika

langit bukan lagi milik mereka, ketika padang pengembalaan bukan

Page 71: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINJAUAN SOSIOLOGI …/Tinjauan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Banya Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

lagi tempat ternak mereka, ketika tanah kelahiran bukan lagi tempat

tinggal mereka yang permai, dan keluarga mereka sendiri bukan

lagi milik mereka (ABP: 156).

Dua ratun tahun lalu, penjajah tiba didaratan yang memiliki luas separuh

benua itu. Dengan persenjataan yang mutakhir, mereka menaklukan penguasa

setempat. Dalam hitungan bulan penjajah sudah dapat masuk ke semua wilayah

yang ada diperkampungan. Penjajah sudah berhasil menguasai semua wilayah

yang ada didaratan itu. Penduduk perkampungan juga sudah tidak bisa melawan

lagi, karena penjajah menggunakan persenjataan yang mutakhir, sedangkan suku

penguasa angin tidak memiliki persenjataan apa-apa. Sehingga perkampungan itu

mudah sekali untuk ditaklukan. Hal tersebut dapat dilihat pada uraian di bawah

ini.

Dua ratus silam, penjajah tiba didaratan luas separuh benua itu.

Dengan persenjataan mutakhir, satu per satu mereka menaklukan

penguasa setempat. Dalam hitungan bulan, dua Negara dari tiga

pemilik territorial padang penggembala tunduk, dan kaum penjajah

terus merangsek masuk hingga ke sudut-sudut padang (ABP: 156).

Penjajah menggunakan strategi yang licik untuk mengalahkan lawan.

Mereka menggunakan candu, mengubah hamparan rumput subur menjadi ladang

tembakau mahaluas, megahsilkan jutaan batang candu, dan dijual penuh paksaan

pada penduduk setempat. Kejahatan dan kelicikan penjajah mengakibatkan

penderitaan yang berkepanjangan bagi para penduduk. Perkampungan yang dulu

nya damai, aman, dan penuh kebahagiaan dalam sekejab berubah menjadi

kesengsaraan dan penderitaan. Hal tersebut dapat lihat pada uraian di bawah ini.

Strategi mereka licik, mengalahkan lawan dengan candu,

mengubah hamparan rumput subuh menjadi lading tembakau

mahaluas, menghasilkan jutaan batang candu, dan dijual penuh

paksaan pada penduduk setempat (ABP: 156).

Banyak sekali akibat buruk yang ditimbulkan dari candu. Pemuda pemuda

yang gagah para pengembalan yang perkasa sangat mudah ditaklukan karena

kenikmatan sesaat candu. Sehingga mereka hanya memikirkan dirinya sendiri.

Banyak anak-anak pengembala yang malas belajar. Mereka tidak peduli lagi

tentang masa depan apalagi berpikir untuk merdeka dan membalas semua

perbuatan penjajah. Hal tersebut sangat menguntungkan bagi penjajah karena

Page 72: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINJAUAN SOSIOLOGI …/Tinjauan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Banya Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

dengan cepat kekuasaan penjajah mencengkeram seluruh padang penggembalaan.

Pabrik candu berdiri di mana-mana, menjadi industry yang mengerikan dan

menyengsarakan seluruh penduduk. Hal tersebut dapat dilihat pada uraian di

bawah ini.

Pemuda gagah, para pengembala perkasa dengan mudah

dikalahkan saat sibuk mengurus diri sendiri, terlena oleh

kenikmatan sesaat candu. Anak-anak penggembala malas belajar,

tidak pedulu masa depan, apalagi berpikir untuk membalas dan

memerdekakan diri. Dengan cepat kekuasaan penjajah

mencengkram seluruh padang pengembalaan. Pabrik candu berdiri

di mana-mana, menjadi industri yang mengerikan (ABP: 156).

c. Kritik sosial yang ditampilkan pada cerita Si Raja Tidur

Kritik sosial yang terahkir yang diungkapkan oleh pengerang adalah

tentang Si Raja Tidur. Kritik sosial yang ditampilkan oleh pengarang dalam cerita

Si Raja Tidur adalah tentang seorang hakim agung yang masyhur. Ketika Ayah

Dam mendapakan beasiswa master hukumnya, Negara tempat ayah sekolah

dikenal sebagai Negara dengan pelaksanaan hukum terbaik diseluruh Eropa. Polisi

dan penyidik yang profesional, jaksa yang bekerja dengan nurani, serta hakim

yang pintar dan adil, kerena itulah Ayah Dam dikirim untuk melanjutkan studinya

disana. Hal tersebut dapat dilihat pada uraian di bawah ini.

Siapa si Saja Tidur? Dia adalah hakin agung yang masyhur. Saat

ayah mendapatkan beasiswa master hukumnya, Negara tempat

Ayah sekolah dikenal sebagai Negara dengan pelaksanaan hukum

terbaik di seluruh Eropa. Polisi dan penyidik yang professional,

jaksa yang bekerja dengan nurani, serta hakim yang pintar dan adil,

karena itulah Ayah dikirim ke sana ( ABP:181).

Si Raja tidur merupakan hakim agung yang sangat tegas dan berani dalam

menjatuhkan hukuman dan tidak pandang bulu. Dalam menjatuhkan suatu

hukuman si raja tidur tidak pernah membedakan siapa yang salah atau siapa yang

benar, ia akan menjatuhkan hukuman kepada yang salah sekalipun yang bersalah

adalah seorang pemimpin Negara. Karena ia ingin menghabisi sumber bau busuk

di seluruh negeri.

Si Raja Tidur yang tetap teguh memimpin siding mengadilan,

menjatuhkan keadilan dengan gagah berani tanpa pandang bulu,

menghabisi sumber bauk busuk diseluruh negeri (ABP: 181).

Page 73: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINJAUAN SOSIOLOGI …/Tinjauan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Banya Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

Kasus kejahatan pembunuhan tingkat pertama adalah kasus pembunuhan

yang istri seorang pengusaha yang kaya raya. Istri pengusaha tersebut menjadi

sekretaris parlemen, bintang politik masa depan. Penyidikan pun dimulai, jaksa

mulai menyusun delik perkara, lantas pengadilan di gelar. Tersangka dalam

pembunuhan itu adalah suami nya sendiri. Karena suaminya cemburu buta, lantas

tega membunuh istrinya sendiri. Kesembilan saksi yang dihadirkan juga

memberatkan tersangka. Keterangan para ahli, alat bukti, modus dan alasan

pembunuhan, semuanya meyakinkan. Hal tersebut dapat dilihat pada uraian di

bawah ini.

Pada pagi yang seharusnya indah, istri pengusaha itu ditemukan

tergeletak bergelimangan darah di kamar mandi. Penyidikan

dimulai, jaksa mulai menyusun delik perkara, lantas pengadilan

digelar. Pengadilan itu menarik minat khalayak ramai.

Tersangkanya siapa lagi kalau bukan suami di korban (ABP: 181).

Namun ketika hari keputusan tiba, si Raja Tidur justru membebaskan

sang suami dari segala tuntutan hukum. Sontak semua pengunjung yang datang

berteriak marah. Keluarga istri berteriak histeris, dan orang-orang diseluruh negeri

menghujat hakim. Hari itu menjadi tonggak penting penegakan hukum di Negara

itu, ketika si Raja Tidur yang memiliki delapan bidang keahlian mengungkap tabir

skrenario pembunuhan yang sebenarnya. Hal tersebut dapat dilihat pada uraian di

bawah ini.

Kau tahu siapa hakim pengadilan itu, Dam? dialah si Raja Tidur.

Saat hari keputusan tiba, dia justru membebaskan sang suami dari

segala tuntutan hukum (ABP:182).

Setelah si Raja Tidur mengungkap tabir skenario pembunuhan yang

sebenarnya, bersama segelintir polisi yang masih memiliki nurani, teman-teman di

kejaksaan yang masih memiliki hati. Sedikit kolega hukum dan politik yang masih

peduli, si Raja Tidur menggelar pengadilan ulang dengan mendatangkan pembunh

sebenarnya. Pembuhuh sebenarnya adalah presiden Negara itu.

Tidak mudah dalam menghadirkan presiden ke meja hijau, dibutuhkan

waktu tiga bulan, kekacauan politik, ekonomi, demostrasi, dan keributan di

banyak tempat. Namun si Raja Tidur tidak pernah mundur, karena dia seorang

Page 74: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINJAUAN SOSIOLOGI …/Tinjauan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Banya Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

hakim tinggi. Dia berhak menghadirkan siapa saja, dan jelas si Raja Tidur

dilindungi konstitusi. Hal tersebut dapat dilihat pada uraian di bawah ini.

Kau tahu siapa yang duduk di meja pesakitan, Dam? Presiden

Negara itu. Untuk menghadirkan ke meja hijau dibutuhkan tiga

bulan, kekacauan politik, ekonomi, demostrasi, dan keributan

dibanyak tempat. Seluruh negeri mengalami krisis besar tetapi si

Raja Tidur tidak pernah mundur (ABP: 183).

Ketika pengadilan ketiga, si Raja Tidur dengan sistematis, cerdas dan tidak

terbantahkan membetangkan apa yang sesunguhnya terjadi, seluruh rakyat Negara

itu langsung berdiri dibelakang dan mendukungnya. Itu sebuah konpirasi besar,

istri pengusaha dibunuh karena ia bekerja sebagai sekretaris parleman yang

memegang kunci aktifitas korupsi parti politik yang sedang berkuasa, mulai dari

persiden, menteri, pejabat tinggi, anggota parlemen, hingga pejabat local di ujung

rantai kekuasaan. Pembunuhan itu dilakukan karena istri pengusaha tersebut

menginginkan posisi politik yang lebih tinggi dengan ancaman akan

membocorkan dokumen-dokumen Negara. Tidak ingin semua rahasia partai

politik tersebut bocor yang akan menyeret nya ke pengadilan, maka sekretaris

parlemen itu dibunuh secara sadis, untuk menutupi kebusukan mereka. Hal

tersebut dapat dilihat pada uraian di bawah ini.

Tetapi selepas pengadilan ketiga, ketika si Raja Tidur dengan

sistematis, dan tidak terbantahkan membentangkan apa yang

sesungguhnya terjadi, seluruh rakyat Negara itu berdiri di

belakangnya. Itu konspirasi besar, Dam. istri pengusaha yang

berkerja sebagai sekretaris parlemen memegang kunci aktivitas

korup partai politik yang sedang berkuasa, mulai dari presiden,

menteri, pejabat tinggi, anggota parlemen, hingga pejabat lokal

diujung rantai kekuasaan. Karena itulah istri pengusaha dibunuh

ketika terlihat gelagat dia akan bertingkah, menuntut posisi politik

lebih tinggi dengan ancaman akan membocorkan dokumen-

dokumen Negara (ABP: 183).

Sebelum hari diputuskan nya hukuman prsiden itu tiba. Intimidasi banyak

dilakukan untuk membuat si Raja Tidur mundur. Namun si Raja Tidur tetap

kokoh dengan pendiriannya. Bahkan istri tercintanya dibunuh di tempat tidur. Dua

anaknya yang lucu-lucu dibuhuh setelah seminggu diculik ketika pulang sekolah,

rumah keluarga benar si Raja Tidur diledakkan. Mertua, adik, kakak, dan anggota

keluarganya ikut menjadi kebiadabab pembalasan. Namu si Raja Tidur tetap tidak

Page 75: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINJAUAN SOSIOLOGI …/Tinjauan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Banya Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

mundur juga. Hal tersebut tidak akan bisa melawan keteguhan hati yang luar biasa

dan kesatria penegak hukum berhati baja.

Istri tercintanya dibuhun di tempat tidur. Dua anaknya yang lucu

dan menggemaskan, masih lima enam tahun, ditemukan meninggal

dua hari kemudian setelah seminggu diculik dari sekolah. Sumber

kebusukan di Negara itu melawan. Karena itimidasi secara verbal

tidak berhasil. Mereka melakukan segala cara termasuk kekerasan

agar si Raja Tidur Mundur (ABP: 184).

Saat menjatuhkan vonis hukuman seumur hidup pada presiden, raut wajah

si Raja Tidur tidak dipenuhi kebencian sedikit pun. Hukuman itu diikuti dengan

perampasan seluruh kekayaan presiden, melucuti harga diri dan martabatnya.

Tidak hanya presiden saja yang dujatuhi hukuman, namun si Raja Tidur juga

menjatuhkan hukuman yang sama pada istri anak-anak, dan seluruh kerabat

presiden yang terlibat. Hal tersebut dapat dilihat pada uraian di bawah ini.

Saat menjatuhkan vonis hukuman seumur hidup pada presiden, raut

wajah si Raja Tidur tidak dipenuhi kebencian sedikitpun. Hukuman

itu diukuti dengan perampasan seluruh kekayaan presiden, melucuti

harga diri dan martabatnya. Si Raja Tidur hanya berkomentar

pendek, amat menyesal juga harus menjatuhkan hukuman yang

sama pada istri, anak-anak, dan seluruh kerabat presiden yang

terlibat. Wajah datar itulah yang menghiasi halaman depan Koran-

koran nasional selama seminggu (ABP: 184).

3. Nilai Pendidikan dalam Novel Ayahku (Bukan) Pembohong

Dalam sebuah novel pasti terdapat nilai-nilai pendidikan di dalamnya.

Novel merupakan salah satu karya sastra yang banyak mengandung nilai-nilai

pendidikan. Berkaitan dengan nilai pendidikan dalam karya sastra, Edy (1983:

121) mengatakan bahwa sastra harus bersifat mendidik. Tetapi dalam perannya

sebagai alat mendidik masyarakat tidaklah harus menggurui atau menunjukkan

apa yang hendak dituju oleh seorang atau masyarakat seperti halnya yang terdapat

dalam sastra propaganda atau sastra slogan Lektra. Ia dapat berupa sesuatu yang

menjadi alat untuk membangkitkan rasa semangat, memulihkan kepercayaan diri

sndiri dan melepaskan ketegangan-ketegangan batin. Di sinilah letak edukatif

karya sastra.

Page 76: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINJAUAN SOSIOLOGI …/Tinjauan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Banya Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

Begitu juga dengan novel Ayahku (Bukan) Pembohong. Banyak nilai-nilai

pendidikan yang terkandung di dalamnya. Nilai pendidikan yang ada dalam novel

Ayahku (Bukan) Pembohong akan bahas secara terperinci di bawah ini.

a. Nilai pendidikan agama

Nilai pendidikan agama merupakan nilai yang luhur yang diterpakan

dalam kehidupan beragama di masyarakat. Nilai pendidikan agama atau

keagamaan dalam karya sasta sebgaian menyangkut moral, atika, dan kewajiban.

Hal ini menunjukkan adanya sifat edukatif (Nurgiyantoro, 2002: 317).

Nilai pendidikan agama yang terdapat pada cerita novel Ayahku (Bukan)

Pembohong menceritakan tentang apa itu sebenarnya kebahagiaan yang sejati. Hal

tersebut terlihat ketika Ayah Dam tiba diperkampungan para sufi. Sufi adalah

orang-orang suci yang tidak pernah memikirkan kehidupan dunia seisinya, namun

hanya memikirkan filsafat hidup yang sebenarnya dan menerapkan prinsip-prinsip

hidup yang baik dan agung. Hal tersebut dapat dilihat pada uraian di bawah ini.

Dalam salah satu perjalanan jauh yang pernah Ayah lakukan, Ayah

tiba di perkampungan para sufi. Kau tahu apa itu sufi? Sufi adalah

orang-orang yang tidak mencintai dunia dan seisinya. Mereka lebih

sibuk memikirkan hal lain. Memikirkan filsafat hidup, makna

kehidupan, dan prinsip-prinsip hidup yang agung ( ABP: 288).

Selain itu juga tentang pemahaman kebahagiaan yang sejati. Kebahagiaan

yang datangnya dari dalam diri kita sendiri. Tidak akan keruh meskipun kita

mendapatkan cobaan yang menyakitkan. Karena kebahagiaan yang sejati bukan

berasal dari harta, pangkat, kemewahan, kekayaan. Apabila kebahagiaan itu

diukur dari hal tersebut maka, ketika semua hal itu hilang dan tidak lagi menjadi

milik kita pasti duka yang mendalam akan menyelimuti hati kita dan menjadi

keruh berkepanjangan. Hal tesebut dapat dilihat pada uraian di bawah ini.

“itulah hakikat sejati kebahagiaan hidup, Dam. Hakikat itu berasal

dari hati kau sendiri. Bagaimana kau membersihkan dan

melapangkan hati, bertahun-tahun berlatih, bertahun-tahun belajar

membuat hati lebih lapang, lebih dalam, dan lebih bersih. Kita

tidak akan pernah merasakan kebahagiaan sejati dari kebahagiaan

yang datang dari luar hati kita. Hadiah mendadak, kabar baik,

keberuntungan, harta benda yang datang, pangkat, jabatan, semua

itu tidak hakiki. Itu datang dari luar. Saat semua itu hilang, dengan

Page 77: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINJAUAN SOSIOLOGI …/Tinjauan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Banya Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

cepat hilang pula kebahagiaan. Sebaliknya rasa sedih, kehilangan,

kabar buruk, nasib buruk, itu semua juga dating dari luar. Saat

semua itu dating dan hati kau dangkal, hati kau seketika keruh

berkepanjangan ( ABP: 291-192).

Penyakit hati yang sering dialami manusia adalah penyakit iri hati. Ketika

orang lain mendapakan kesenangan, keberuntungan, dan hadiah pasti manusia

yang tidak memiliki pemahaman hidup yang baik tentang kehabagian akan segera

iri hati dan gelisah. Padahal semua keberuntungan orang lain tersebut tidak

merugikan hidup nya sedikit pun. Itulah contoh manusia yang tidak memiliki hati

yang jernih, akan mudah keruh hanya karna masalah yang sepele. Hal tersebut

dapat dilihat pada uraian di bawah ini.

Sementara orang-orang yang hatinya dangkal, sempit, tidak

terlatih, bahkan ketika sahabat baiknya mendapatkan nasip baik,

dia dengan segera iri hati dan gelisah. Padahal apa susahnya ikut

senang ( ABP: 292).

Dalam memperoleh kebahagiaan yang sejati dan miliki hati yang baik dan

jernih tidak lah mudah. Semuanya membutuhkan latihan yang panjang. Hati kita

dilatih untuk memiliki air mata sendiri, sehingga tidak akan mudah keruh karena

hal-hal duniawi. Hal tersebut dapat dilihat pada uraian di bawah ini.

“ Berbeda halnya jika kau punya mata air dendiri di dalam hati.

Mata air dalam hati itu konkret, Dam. Amat terlihat. Mata air itu

menjadi sumber kebahagiaan tidak terkira. Bahkan ketika musuh

kau mendapatkan kesenangan, keberuntungan, kau bisa ikut senang

atas kabar baiknya, ikut berbahagia. Karena hati kau lapang dan

dalam. Sementara orang-orang yang hatinya dangkal, sempit, tidak

terlatih, bahkan ketika sahabat baiknya mendapatkan nasip baik,

dia dengan segera iri hati dan gelisah. Padahal apa susahnya ikut

senang ( ABP: 292).

b. Nilai pendidikan moral

Nilai pendidikan moral adalah nilai-nilai moral yang baik yang dilakukan

oleh manusia dalam kehidupan sosial. Moral diartikan sebagai norma dan konsep

kehidupan yang dijunjung tinggi oleh masyarakat. Nilai-nilai pendidikan moral

tersebut dapat mengubah perbuatan, perilaku, dan sikap serta kewajiban moral

dalam masyarakat yang baik seperti budi pekerti, akhlak, dan etika (Widagdo,

2001:30).

Page 78: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINJAUAN SOSIOLOGI …/Tinjauan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Banya Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

Dalam novel Ayahku (Bukan) Pembohong juga terdapat nilai-nilai

pendidikan moral yang baik, yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Seorang anak yang patuh kepada kedua orang tuanya, dan berani meminta

maaf ketika ia membuat suatu kesalahan. Hanya anak yang memiliki moral baik

yang dapat menyadari bahwa membuat orang tuanya marah merupakan kesalahan

terbesar. Apapun alasannya seorang anak tidak berhak membuat marah kedua

orang tuanya. Hal tersebut dapat dilihat pada uraian di bawah ini.

“Maafkan aku yang sebulan terhakir membuatAyah sebal.” Aku

tertunduk mengatakan itu, menyeka pipi, entah kenapa

kerongkonganku kesat, hendak menangis. “Ayah pernah cerita,

Toki si Kelinci Nakal selalu tahu bahwa orang tuanya amat

menyayangi dia. Meski harus menaklukan badai salju, melawan

kerumunan serigala, menghindari jebakan pemburu, nahka

melewati jembatan terahkir, orangtuanya tetap berusaha

menyelamatkan Toki, senakal apa pun anaknya….Aku tahu, Ayah

akan selalu menyayangiku.

“ Maafkan aku yang sudah membuat Ayah membanting pintu

semalam sungguh maafkan aku…” kalimatku hilang diujungnya

susah sekali menyelesaikannya (ABP: 57-58).

Ketika Dam dan Jarjit sedang beradu renang utuk menyelesaikan masalah

mereka selama ini. Ketika detik-detik terhakir mencapai garis finish, jika seorang

yang tidak memiliki moral yang baik, tentu akan mengabaikannya dan tidak

peduli. Namun Dam, anak yang memiliki pemahaman hidup yang baik dan hati

yang baik, tetap dengan rela hati menyelamatnya Jarjit, musuh nya selama ini. Hal

tersebut dapat dilihat pada uraian di bawah ini.

Tidak ada waktu lagi untuk berpikir soal kemenangan, jarjit

mengalami masalah, maka aku segera membalik badan. Jarjit

berseru seru panik, tersedak, meminum air lebih banyak. Jarakku

tinggal lima meter. Kepala jarjit mulai tengelam. Tubuhnya sudah

tenggelam saat aku berhasil menyambar tanganya, bergegas

menyeretnya ke pinggir kolam ( ABP: 71).

Biasanya anak-anak akan cepat marah bila digangu oleh temannya.

Apalagi diolok-olok oleh temannya sendiri. Namun berbeda dengan sosok Dam,

yang selalu sabar atas olok-olokkan yang dilakukan oleh jarjit. Karena ia memiliki

ayah yang hebat, ayah yang senantiasa mendidiknya dengan cerita-cerita yang

Page 79: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINJAUAN SOSIOLOGI …/Tinjauan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Banya Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

baik sehingga menjadikannya anak yang memiliki pemahaman hidup yang baik.

Hal tersebut dapat dilihat pada uraian di bawah ini.

Wajah jarjit yang justru sekarang berubah mengelembung jengkel.

Aku mengusap wajahku yang basah oleh air hujan. Itulah kenaoa

aku selama ini senang dengan cerita-cerita Ayah. Lihatlah, Jarjit

bukan jengkel karena dipanggil pelatih, ia jelas-jelas jengkel

karena gagal membuatku jengkel padahal ia yang menzalimi (ABP:

24-25).

Dam setelah dewasa, tetap tumbuh menjadi anak yang baik. Karena sejak

kecil memang ia dibesarkan oleh seorang ayah yang memiliki pemahaman hidup

yang baik pula. Sehingga selalu peduli dengan orang lain dan selalu berbuat

kebaikan. Hal tersebut dapat dilihat pada uraian di bawah ini.

“ Ini putra kalian?” ibu yang mengendong si kembar bertanya.

Ayah mengangguk, tersenyum ramah. “Benar. Apa putra kami

sudah merepotkan?”

Ibu yang menggendong si kembar tersenyum, menggeleng.

“aku berharap empat anak-anakku akan besar seperti dia. Anak

yang baik hati.”

Bapak si kembar ikut tersenyum, menjulurkan tangan. “senang

berkenalan dengan kalian.”(ABP:116-117).

Dam karena ia tumbuh menjadi anak yang memiliki budi perkerti baik,

maka ia senantiasa membantu orang lain. Namun Dam tidak pernah

menyombongkan diri, dia selalu rendah hati terhadap siapa saja. Hal tersebut

dapat dilihat pada uraian di bawah ini.

“Dia anak yang baik. Dia menjaga wanita tua ini sepanjang

perjalanan.” Nenek itu tertawa renyah, menunjuk-nunjukku,

menyuruh keluaranya menyalamiku.

Aku sedikit kaku menerima juluran tangan enam-tujuh orang.

Sebenarnya aku tidak melakukan apa pun. Nenek itu itu melakukan

perjalanan sendirian, ia bilang punggungnya sakit kalau terlalu

lama duduk. Aku memberikan separuh kursiku padanya agar ia

bisa bersandar (ABP: 172-173).

Demi keinginannya untuk mengumpulkan uang guna perwatan ibu nya

yang sakit, Dam rela bekerja diperkampungan penduduk sehabis selesai sekolah.

Hal tersebut dilakukan karena Dam ingin melihat ibunya yang sering sakit karena

penyakit bawaan bisa sembuh. Hal tersebut dapat dilihat pada uraian di bawah ini.

Page 80: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINJAUAN SOSIOLOGI …/Tinjauan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Banya Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

Esok harinya aku mulai bekerja diperkampungan penduduk.

Kalimat salah satu nelayan yang kutemui di danau benar. Ada

banyak pekerjaan yang tersedia. Aku bisa membantu mengurus

ternak sapi, muali dari member makan, memandikan, memeras,

hingga menjual hasil perasan susu kepedangan dari kota lain.

Selain gaji mengurus ternaknya, pemilik ternak memberikan bonus

atas setiap gallon susu yang kujual ( ABP: 205).

Aku tersenyum riang. Cacatanku semakin panjang. Jumlahnya

semakin banyak. Sudah sepuluh kali lipat dibandingkan harga tiket

kelas VIP saat menontong sang Kapten dulu. Semoga persis saat

meninggalkan asrama, menyelesaikan masa SMA-ku, uang ini

cukup untuk biaya perawatan ibu. Aku menatap bayang-bayang

hutan yang mulai gelap dari jendela kamar, bintang gemintang

bersinar di angkasa.

Ibu akan sembuh (ABP: 208-209).

Seorang yang memiliki moral yang baik, pasti akan selalu dikelas baik

dimana saja. Apabila kita sudah memiliki nama yang baik dimata semua orang

dengan kebaikan yang kita miliki, orang lain akan dengan senang hati menolong

kita saat kita membutuhkan pertolongan tanpa harus meminta. Karena tibiat orang

baik dimana-mana akan senantiasa dikenal. Hal tersebut dapat dilihat pada uraian

di bawah ini.

“ Tidak semua cerita Ayah buruk, Dam. bahkan itu bisa mendidik

anak-anak lebih baik. Kau lupa, kau mewarisi tabiat baik dari

cerita-cerita itu. Seluruh penghuni kompleks ini mengenal kau.

Dam yang ramah, baik hati, dan ringan tangan membantu. Dam

selalu menyapa, Dam pandai mendamaikan pertengkaran. Coba

kau Tanya sopir angkutan umum di terminal, mereka tahu rumah

Dam sang arsitek tidak? Mereka bahkan dengan senang hati

mengantar tamu yang bertanya ke rumah kita. Dan kau lupa, Ayah

dikenal seluruh kota sebagai pegawai yang jujur dan sederhana.

Dia tidak kaya. Dia bukan pejabat tinggi, tetapi martabatnya tidak

tercela. Tidak pernah berbohong.”(ABP: 273).

c. Nilai pendidikan sosial

Nilai pendidikan sosial merupakan cerminan kebaikan yang ditunjukan

kepada orang lain. Hasan dan Salladin (1996:83) menyatakan nilai sosial adalah

aspek-aspek budaya yang diupayakan oleh kelompok untuk memperoleh makna

atau penghargaan yang tinggi. Seseorang sebagai mahkluk sosial tentu tidak dapat

hidup sendiri. Maka dari itu seorang harus memiliki jiwa sosial agar hidup ini

Page 81: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINJAUAN SOSIOLOGI …/Tinjauan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Banya Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

menjadi lebih baik. Dalam novel ini juga ditampilkan nilai pendidikan sosial yang

dapat dijadikan teladan bagi pembaca.

Nilai pendidikan sosial, pasti memiliki keterkaitan hubungan dengan orang

lain. Dam adalah seorang anak yang memiliki jiwa sosial yang tinggi. Saat ia

bersekolah di akademi gajah, ia membatu teman-teman nya yang ingin ikut

bekerja untuk mengisi waktu luang setelah pelajaran sekolah usai, biasanya pada

waktu sore hari. Hal tersebut terdapat pada uraian di bawah ini.

“ itu bisa manjadi pengalaman yang seru, belajar sekaligus bekerja

yang sebenarnya. Teman-teman juga membutuhkan bersosialisasi

dengan penduduk, bisa menjadi bagian mengisi waktu senggang.

Aku pikir itu sama sekali tidak akan menganggu aktivitas belajar.”

Kepala sekolah berpikir sejenak, lantas mengajukan syarat

tambahan. Aku menyetujuinya. Maka esok harinya aku memasang

pengumuman tentang kesempatan bekerja di perkampungan bagi

siapa saja yang berminat (ABP: 205-206).

Pemahaman hidup yang baik, pasti akan menjadikan jiwa ini menjadi jiwa

yang senantiasa pedulu dengan orang lain. Hal itu tampak pada sikap Dam saat

mengantri membeli makanan di kampus. Dia dengan sabar memberikan

anteriannya kepada orang lain, padahal ia lebih dulu mengantri. Seorang yang

tidak memiliki jiwa sosial yang tinggi pasti akan marah jika terjadi hal seperti itu.

Hal tersebut dapat dilihat pada uraian di bawah ini.

“ Kau pasti Dam.” Gadis itu sudah tertawa. “Tidak ada mahasiswa

yang akan ringan hati memberikan anterian pada selusin

perempuan yang ketawa-ketiwi, hanya tersenyum saat petugas

kantin bilang tidak ada kembalian, atau sekedar menyeringai datar

ketika mejanya diserobot. Tidak ada orang dengan kebaikan

sedetail itu. Kau pasti Dam. Astaga, kau sekarang terlihat berbeda

sekali.”(ABP: 245).

C. Pembahasan

1. Struktur Novel Ayahku (Bukan) Pembohong

Selaras dengan hasil penelitian yang telah ditemukan, sebuah novel yang

memiliki kualitas yang baik, tentu terdapat unsur-unsur yang lengkap di

dalamnya. Struktur yang terdapat dalam novel Ayahku (Bukan) Pembohong dapat

ditemukan struktur intrinsik novel yang lengkap. Dalam novel ini pengarang

mengambarkan unsur-unsur intrinsik novel yang lengkap, yang merupakan unsur

Page 82: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINJAUAN SOSIOLOGI …/Tinjauan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Banya Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

pembangun dari dalam suatu karya sastra. Unsur- unsur intrinsik yang dapat

ditemukan dan sudah dibahas dalam deskripsi temuan meliputi, plot/ alur, tema,

penokohan, latar dan sudut pandang.

Hal tersebut sejalan dengan mendapat yang dikemukakan oleh

Nurgiyantoro (2005: 23) ada lima unsur intrinsik , yaitu : plot/alur cerita, tema,

penokohan, latar/setting, sudut pandang. Kelima unsur tersebut juga ditemukan

secara lengkap dalam novel Ayahku (Bukan) Pembohong. Jadi ada relevansi

antara hasil temuan yang telah dibahas dengan teori yang ada.

2. Kritik Sosial dalam Novel Ayahku (Bukan) Pembohong

Secara sederhana, kritik sosial merupakan salah satu bentuk kepekaan

sosial. kritik sosial yang murni tidak didasarkan pada tanggung jawab, bahwa

manusia bersama-sama bertangung jawab terhadap lingkungan sosialnya. Oleh

karena itu, kritik sosial mencakup berbagai segi kehidupan baik politik, emonomi,

sosial dan budaya.

Dalam novel Ayahku (Bukan) Pembohong terdapat tiga jenis kritik sastra

yang berbeda. Kritik sastra pertama yang ditampilkan adalah mengenangi

kehidupan sosial dan budaya masyrakat yang serakah dan tidak dapat

memanfaatkan hasil bumi yang baik. Masyarakat yang tidak pernah memiliki rasa

puas dengan apa yang telah mereka dapatkan dan nikmati dari alam. Karena sifat

yang tidak pernah puas itulah yang menyebabkan kesengsaraan bagi dirinya

sendiri.

Akibat dari keserakahan itulah ahkirnya mereka merasakan bahwa betapa

menderitanya hidup jika tidak ada hasil bumi yang bisa dijadikan tumpuan untuk

hidup. Keserakahan itu hanya meninggalkan puing-puing kerusakan dimana-

mana, tidak ada tanah yang sesubur dulu yang dapat ditanami apa saja. Pada

ahkirnya tidak ada kehidupan yang tentram dan memiliki sumber penghasilan

yang cukup, untuk tetap bertahan hidup.

Dalam suatu karya sastra, kritik sosial merupakan sarana pengarang untuk

menyampaikan ketidakpuasannya terhadap sendi-sendi kehidupan masyarakat.

Hal tersebut senada dengan Nurgiyantoro (2005: 331) menegaskan bahwa sastra

Page 83: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINJAUAN SOSIOLOGI …/Tinjauan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Banya Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

yang mengandung pesan pesan kritik biasanya akan lahir di tengah masyarakat

jika terjadi hal-hal yang kurang beres dalam kehidupan sosial dalam masyarakat.

Hal senada juga diungkapkan oleh Goldman (dalam Oekon dan Soeratno,

2004: 329) karya sastra bukanlah lahir dari struktur yang otonom yang lahir

dengan sendirinya, tetapi merupakan hasil strukturisasi pikiran subjek penciptanya

yang timbul akibat interaksi antara dirinya dengan situasi social ekonomi dan

sosial.

Kritik sosial yang kedua yang ditampikan dalam novel Ayahku (Bukan)

Pembohong adalah tentang kehidupan masyarakat yang penuh dengan kedamaian,

saling menghargai satu sama lain. Karena masyarakat tersebut memiliki ladang

yang sangat subur dan hasil bumi berupa tanaman dan sayuran yang melimpah

ruah. Namun hal itulah yang memicu penjajah ingin menguasai seluruh lading

mereka.

Kehidupan yang dulunya penuh dengan kedamaian dan tengang rasa sosial

yang tinggi menjadi musnah seketika. Hal tersebut disebabkan penjajah masuk

kewilayah tersebut dengan persenjataan yang mutahkir. Satu persatu penduduk

dijajah dan diperdaya dengan kenikmatan sesaat candu. Ladang yang dulunya

subur dan penuh dengan hasil bumi disulap menjadi ladang candu yang ditanam

oleh penjajah. Semuanya dikuasai oleh penjajah dan memaksa para penduduk

untuk membeli hasil bumi dengan harga yang sangat mahal. Hal tersebut

menyebabkan terjadinya kejahatan dimana-mana.

Para penduduk yang dulunya hidup rukun dan saling menghargai berubah

menjadi saling merendahkan, membunuh, merampok, hal itu dilakukan agar

mereka tetap bisa bertahan hidup. Kritik sosial yang ditampilkan oleh pengarang

senada dengan pendapat yang dikemukakan oleh Abar dan Ahmad (1999:47)

kritik sosial dinyatakan sebagai salah satu bentuk komunikasi dalam masyarakat

yang bertujuan atau berfungsi sebagai control terhadap jalannya sebuah system

sosial atau proses bermasyarakat. Dalam konteks inilah kritik sosial merupakan

salah satu variable penting dalam memelihara system sosial. Berbagai tindakan

sosial ataupun individual yang menyimpang dari orde sosial maupun orde nilai

moral dalam masyarakat dapat dicegah dengan memfungsikan kritik sosial.

Page 84: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINJAUAN SOSIOLOGI …/Tinjauan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Banya Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

Kritik sosial yang terahkir yang ditampikan dalam novel Ayahku (Bukan)

Pembohong, adalah tentang seorang hakim agung yang sangat bijaksana dan adil

dalam menegakkan hukum di negaranya. Karena kekuatan suatu Negara juga

dipengaruhi oleh seberapa kuat dan adil hukum yang diterapkan dalam Negara

tersebut. Apabila hukum dalam Negara itu tidak ditegakkan dengan benar, maka

tindak kejahatan atau tindak kriminalitas tidak akan bisa dibasmi sampai akar-

akarnya.

Seorang hakim adalah orang yang paling berkuasa dan memiliki hak

penuh untuk memutuskan suatu perkara. Menghukum orang yang bersalah dengan

seadil-adilnya bukan perkara yang mudah. Semuanya harus dengan penyelidikan

yang benar. Namun banyak sekali seorang polisi, penyidik, jaksa dan hakim yang

tidak memiliki hati nurani dan tekad yang kuat untuk menegakkan keadilan.

Akibatnya dari itu semua adalah banyak orang-orang yang melakukan tindak

kejahatan malah bebas berkeliaran diluar sana. Namun yang tidak bersalah justru

mendekam kedalam penjara.

Kritik sosial tersebut senada dengan pernyataan Waluyo (1987: 119),

kritik sosial adalah sebuah tema dalam karya sastra tentang adanya ketidakadilan

dalam masyarakat, dengan tujuan untuk mengetuk nurani pembaca agar keadilan

sosial ditegakkan dan diperjuangkan. Kritik sosial adalah sanggahan terhadap hal-

hal yang dianggap menyalahi aturan, hukum dan tata nilai yang sudah menjadi

konvensi umum. Kritik sosial dalam karya sastra adalah sarana pengarang untuk

menyampaikan ketidakpuasannya terhadap sendi-sendi kehidupan masyarakat.

3. Nilai Pendidikan dalam Novel Ayahku (Bukan) Pembohong

Nilai-nilai pendidikan pasti dapat ditemukan dalam sebuah karya sastra.

Begitu pula dengan karya sastra berupa novel. Novel merupakan salah satu karya

sastra yang mengandung nilai pendidikan yang tinggi. Hal tersebut juga terdapat

dalam novel Ayahku (Bukan) Pembohong. Nilai pendidikan yang dapat ditemukan

dalam novel ini adalah nilai pendidikan agama, moral dan sosial.

Nilai pendidikan agama yang ditampilkan dalam novel ini adalah

mengenai cerita tentang danau para sufi, yang didalamnya terdapat nilai

Page 85: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINJAUAN SOSIOLOGI …/Tinjauan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Banya Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

pendidikan agama, yang berkaitan dengan apa sesungguhnya kebahagiaan yang

sejati itu. Para sufi adalah orang-orang yang lebih mencari dan mengejar

kebahagiaan akherat dibandingkan mengejar kebahagiaan dunia. Karena hanya

seorang yang memiliki hati yang bersih yang dapat merasakan apa itu makna

kebahagiaan yang sesungguhnya. Karena kebahagiaan yang sejati bersumber dari

hati yang bersih.

Nilai agama menjunjung tinggi sifat-sifat manusiawi, hati nurani yang

dalam, harkat dan martabat serta kebebasan pribadi yang dimiliki oleh manusia.

Hal tersebut senada dengan penyataan Dojosantoso (dalam Suwondo, 1994:63)

menyatakan bahwa “religius” adalah “ keterkaitan antara manusia dengan Tuhan

sebagai sumber ketentraman dan kebahagiaan”. Keterkaitan manusia secara sadar

terhadap Tuhan merupakan cermin sikap manusia religius.

Hal senada juga diungkapkan Mangunwijaya (dalam Nurgiyantoro,

2002:327) menyatakan, agama lebih menunjukkan pada kelembagaan kebaktian

kepada Tuhan hukum-hukum resmi. Religius, dipihak lain melihat aspek yang di

lubuk hati, riak gentar nurani, totalitas ke dalam pribadi manusia. Dengan

demikian, religius bersifat mengatasi lebih dalam dan lebih luas dari agama yang

tampak forman dan resmi.

Nilai pendidikan moral juga terdapat dalam novel Ayahku (Bukan)

Pembohong. Hal tersebut dapat dilihat pada perilaku seorang anak yang memilki

moral yang baik, meliki rasa patuh yang luar biasa kepada kedua orang tuanya. Ia

selalu menjalankan apa saja yang diperintah oleh kedua orang tuanya. Senantiasa

mendengarkan nasihat yang baik yang di sampaikan. Moral yang baik akan

membawa seorang memiliki budi pekerti yang baik pula.

Pendidikan moral itu sendiri terkait erat dengan budi pekerti yang

tercermin melalui tingkah laku seseorang. Hal tersebut senada dengan Widagdo

(2001:30), Nilai-nilai pendidikan moral tersebut dapat mengubah perbuatan,

perilaku, dan sikap serta kewajiban moral dalam masyarakat yang baik seperti

budi pekerti, akhlak, dan etika .

Nilai pendidikan yang terahkir yang terdapat pada novel Ayahku (Bukan)

Pembohong adalah nilai pendidikan sosial. Nilai pendidikan sosial tercermin pada

Page 86: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINJAUAN SOSIOLOGI …/Tinjauan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Banya Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

sikap seorang anak yang selalu membantu orang lain dengan senang hati. Karena

kesadaran terhadapt nilai-nilai sosial akan membawa manusia pada kesadaran

bahwa hidup dia tidak akan lepas dari bantuan orang lain. Kesadaran itu mutlak

diperlukan agar dalam setia tindakan memiliki batas-batas tertentu dan selalu

mengukur semua perbuatan dengan kacamata kemanusiaan.

Ukuran tindakan manusia sebagai bagian dari masyarakat secara

keseluruhan, bukan berapa besar tindakan itu menguntungkan dirinya, melainkan

berapa jauh tindakan itu menguntungkan serta menyempurnakan kemanusiaan

masyarakat lain di sekitarnya. Hal tersebut senada dengan pendapat Hasan dan

Salladin (1996:83) , nilai sosial adalah aspek-aspek budaya yang diupayakan oleh

kelompok untuk memperoleh makna atau penghargaan yang tinggi. Pendapat lain

dikemukakan oleh Bertrand (dalam Soelaeman, 1988:9) bahwa nilai sosial adalah

suatu kesadaran dan emosi yang relatif lestari terhadap suatu objek, gagasan, atau

orang.

Page 87: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINJAUAN SOSIOLOGI …/Tinjauan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Banya Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Simpulan

1. Unsur struktural yang membangun novel Ayahku (Bukan) Pembohong

meliputi:

a. plot/alur cerita dalam novel Ayahku (Bukan) Pembohong adalah

alur mundur atau flashback, pengarang memulai dengan

menceritakan kehidupan tokoh utama saat sudah berkeluarga lalu

ditengah-tengah menceritakan kehidupan tokoh utama saat masih

kecil.

b. tema dalam novel Ayahku (Bukan) Pembohong adalah tentang

seorang anak yang dibesarkan dengan cerita dongeng-dongeng.

c. penokohan dalam novel Ayahku (Bukan) Pembohong terdapat 7

tokoh yang dipaparkan secara jelas oleh pengarang. Tokoh utama

dalam novel ini adalah Dam dan ayah,ibu, raisa, zas dan qon, jarjit,

pak pelatih sebagai tokoh tambahan.

d. latar/setting dalam novel Ayahku (Bukan) Pembohong terdapat tiga

latar yang ditampilkan didalamnya yaitu latar tempat, waktu dan

sosial.

e. sudut pandang yang digunakan pada novel Ayahku (Bukan)

Pembohong adalah sudut pandang orang pertama Aku-an. Hal

tersebut dapat dilihat dalam setiap awal kalimat, pengarang

menggunakan kata Aku sebagai kata ganti orang pertama.

2. Kritik sosial yang terdapat pada novel Ayahku (Bukan) Pembohong meliputi:

a. Kritik sosial yang ditampilkan pada cerita tentang Lembah

Bukhara, yang menceritakan tentang sebuah lembah yang subuh

dan memiliki hasil bumi yang melimpah. Namun karena

keserakahan penduduknya sendiri membuat lembah yang dulunya

subur menjadi rusak dan hancur, akibat ulah penduduknya yang

menambang emas dan menghancurkan seluruh lembah menjadi

69

Page 88: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINJAUAN SOSIOLOGI …/Tinjauan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Banya Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

tambang emas. Setelah seluruh emas yang ada di lembah itu habis,

yang ditinggalkan hanyalah puing-puing kerusakan dimana-mana

yang mengakibatkan kesengsaraan bagi penduduknya sendiri.

b. Kritik sosial yang ditampilkan pada cerita tentang Suku Penguasa

Angin, yang menceritakan tentang sebuah suku yang selalu hidup

rukun dan memiliki kepedulian yang tinggi terhadap orang lain

serta memiliki ladang-ladang untuk tempat pertanian yang subur

dan berlimpah. Namun kehidupan yang aman, damai itu sirna

dalam sekejab ketika penjajah datang dan mengambil alih sebagian

besar ladang penduduk untuk ditanami candu. Banyak penduduk

yang terlena dengan kesenangan sesaat yang ditimbulkan candu.

Sehingga hampir semua penduduk menjadi budak penjajah.

Kesengsaraan yang mereka alami membuat mereka melakuakan

kejahatan, saling membunuh, merendahkan harga diri, hal itu

dilakukan agar mereka dapat bertahan hidup.

c. Kritik sosial yang ditampilkan pada cerita Si Raja Tidur,

menceritakan tentang kisah seorang hakim yang sangat adil dan

bijaksana dalam menegakan hukum. Ia merupakan hakim yang

berani menjatukan vonis hukuman seumur hidup kepada seorang

presiden. Dalam menangani kasus hukum Ia tidak pandang bulu,

karena keadilan hukum suatu Negara adalah tongak bagi kekuatan

Negara tersebut.

3. Nilai pendidikan yang terdapat pada novel Ayahku (Bukan) Pembohong

meliputi :

a. Nilai pendidikan agama terdapat pada cerita danau para sufi yang

mengajarkan bagaimana cara mencari hakekat kebahagiaan yang

sejati.

b. Nilai pendidikan moral terdapat pada perilaku moral yang baik

yang ditampilkan oleh tokoh pada novel Ayahku (Bukan)

Pembohong yang didalamnya merupakan cerminan perilaku moral

yang baik dan mengandung nilai pendidikan.

Page 89: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINJAUAN SOSIOLOGI …/Tinjauan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Banya Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

c. Nilai pendidikan sosial yang terdapat pada novel Ayahku (Bukan)

Pembohong tercermin dari perilaku sosial tokoh yang ada dalam

novel tersebut yang pantas untuk dicontoh dan diterapkan dalam

kehidupan sosial.

B. Implikasi

Penelitian dengan judul Tinjauan Sosiologi dan Nilai Pendidikan Pada

Novel Ayahku (Bukan) Pembohong karya Tere Liye ini memiliki keterkaitan

dengan dunia pengajaran sastra. Novel sebagai dokumen sosial mengajarkan

tentang nilai-nilai kemanusiaan. Nilai-nilai yang terkandung di dalamnya

terkadang lebih tersampaikan dibandingkan dengan memberikan pembelajaran

secara langsung.

Di dalam novel Ayahku (Bukan) Pembohong, banyak sekali nilai-nilai

pendidikan yang dapat dijadikan contoh pembelajaran tentang hidup yang baik

bagi anak-anak. Novel ini banyak mengambarkan bagaimana hidup yang

sesungguhnya, memberikan gambaran bahwa hidup itu harus senantiasa berjuang

dan berusaha. Namun tidak menggunakan cara-cara yang tidak baik, tetapi dengan

cara memahami bagaimana hidup dengan pemahanan yang baik.

Pemahaman yang baik akan makna kehidupan dan kebahagiaan, akan

menjadikan seorang anak tumbuh menjadi pribadi yang kuat dan tangguh. Karena

senantiasa mengerti hal yang baik dan yang buruk. Serta tak akan mudah

digoyahkan oleh suatu kegagalan. Karena mereka memiliki jiwa dan hati yang

kuat. Hati dan jiwa yang kuat tidak akan mudah digoyahkan dan di hancurkan

oleh sebuah kegagalan, namun akan menjadikan kegagalan itu sebagai kekuatan

untuk menjadikan dirinya lebih hebat. Dengan pemahaman yang baik, seorang

anak yang bisa menjadi hebat tak akan menggunakan kehebatannya untuk

mengalahkan orang lain dengan cara yang licik, namun akan menberikan bantuan

dan kehebatannya agar orang lain bisa menjadi hebat sepertinya.

Isi dari novel ini akan bisa mempengaruhi anak-anak untuk bisa menjadi

orang yang hebat. Suatu bangsa akan menjadi bangsa yang hebat, bila memiliki

generasi penerus yang hebat pula, bukan hanya hebat dalam bidang ilmu

Page 90: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TINJAUAN SOSIOLOGI …/Tinjauan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Banya Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

pengetahuan tetapi juga hebat dalam perilaku dan memiliki pemahaman yang baik

tentang makna suatu kehidupan yang baik dan makna tentang kebahagiaan yang

sejati.

C. Saran

1. Saran bagi Siswa dan Mahasiswa

Siswa diharapkan bisa menyerap nilai-nilai yang terkandung dalam novel

ini. Siswa juga bisa menjadikan alternatif bacaan yang memberikan manfaat.

Mahasiswa yang akan melakukan penelitian harus memahami karya sastra (novel)

yang akan dianalisis dan teori-teori yang mendukung sebelum menganalisis sastra

lebih lanjut.

2. Bagi Peneliti Lain

Melihat kelebihan dari novel ini serta kualitasnya yang bermutu, peneliti

mengharapkan adanya penelitian-penelitian lain mengenai novel ini melalui

pendekatan yang berbeda dengan pendekatan sosiologi sastra yang dipergunakan

dalam penelitian ini.

3. Bagi Penikmat Sastra

Penelitian ini dapat dijadikan jembatan sebagai sarana penghubung

antara karya sastra dengan penikmatnya itu sendiri. Melalui penelitian ini

diharapkan karya sastra tidak lagi menjadi sebuah hal yang asing di mata pembaca

serta pembaca dapat lebih meresapi, menghayati dan menikmati sebuah karya

sastra.